pengembangan instrumen asesmen dan survei literasi kimia

9
Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388396 ISSN: 2798-0634 (online) DOI: 10.17977/um067v1i6p388-396 This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. Pengembangan instrumen asesmen dan survei literasi kimia peserta didik SMA kelas XI pada materi larutan penyangga Miftakhul Lindha Yusnaini, Muntholib*, Ridwan Joharmawan Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia *Penulis korespondensi, Surel: [email protected] Paper received: 01-06-2021; revised: 15-06-2021; accepted: 30-06-2021 Abstract This study aims to: (1) produce a literacy assessment instrument is a chemical in the material buffer solution; (2) evaluate the validity and reliability of the test results of chemical literacy assessment instrument; (3) describe the literacy levels of chemical material buffer solution in SMA. Literacy assessment instrument development procedures chemicals used an adaptation of Chandrasegaran et al. (2007), Wattanakasiwich et al. (2013), Damanhuri et al. (2016), and Muntholib et al. (2018). As for the level of literacy surveys buffer solution chemistry performed by 71 students of SMAN 1 Kepanjen. The results of the development of chemical literacy assessment instrument of accession to the material buffer solution consisting of 22 items are valid with Cronbach's Alpha reliability coefficient of 0.867. The average score of respondents chemical literacy is 74.61 out of a maximum score of 100 with a high category. Keywords: The Assessment Instrument; Chemical Literacy; Buffers Abstrak Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah (1) menghasilkan instrumen asesmen literasi kimia dalam materi larutan penyangga; (2) mengevaluasi validitas dan reliabilitas hasil uji coba instrumen asesmen literasi kimia; (3) mendeskripsikan tingkat literasi kimia materi larutan penyangga peserta didik SMA kelas XI. Prosedur pengembangan instrumen asesmen literasi kimia yang digunakan merupakan adapatasi dari Chandrasegaran et al. (2007), Wattanakasiwich et al. (2013), Damanhuri et al. (2016), dan Muntholib et al. (2018). Sedangkan untuk survei tingkat kemampuan literasi kimia larutan penyangga dilakukan terhadap 71 peserta didik kelas XI MIA SMAN 1 Kepanjen. Hasil pengembangan isntrumen asesmen literasi kimia pada materi larutan penyangga terdiri atas 22 butir soal yang valid dengan koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0,867. Skor rata-rata literasi kimia responden adalah 74,61 dari skor maksimal 100 dengan kategori tinggi Kata kunci: Instrumen Asesmen; Literasi Kimia; Larutan Penyangga 1. Pendahuluan Kemajuan sains dan teknologi pada abad ke-21 berakibat pada perkembangan dunia industri yang semakin pesat dalam memenuhi kebutuhan manusia. Hal tersebut menimbulkan banyak permasalahan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan. Permasalahan tersebut terjadi akibat kurangnya pemahaman akan sains. Sains merupakan upaya untuk mengorganisasikan pengetahuan untuk memahami alam semesta dengan membentuk perilaku dan karakter manusia untuk peduli dan bertanggung jawab terhadap dirinya, masyarakat, dan alam semesta yang dapat didefinisikan sebagai literasi sains (Kemendikbud : 2). Literasi sains merupakan titik tolak untuk peserta didik mengetahui kesiapannya dalam rangka menghadapi segala bentuk tantangan yang ada di masyarakat (Aryani, 2016). Selain itu literasi sains menjadi tolak ukur bagi peserta didik di masa depan, meskipun peserta didik tidak berkontribusi di bidang sains (Lin et al, 2012).

Upload: others

Post on 26-Oct-2021

21 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengembangan instrumen asesmen dan survei literasi kimia

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396 ISSN: 2798-0634 (online) DOI: 10.17977/um067v1i6p388-396

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Pengembangan instrumen asesmen dan survei literasi kimia

peserta didik SMA kelas XI pada materi larutan penyangga

Miftakhul Lindha Yusnaini, Muntholib*, Ridwan Joharmawan

Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia

*Penulis korespondensi, Surel: [email protected]

Paper received: 01-06-2021; revised: 15-06-2021; accepted: 30-06-2021

Abstract This study aims to: (1) produce a literacy assessment instrument is a chemical in the material buffer solution; (2) evaluate the validity and reliability of the test results of chemical literacy assessment instrument; (3) describe the literacy levels of chemical material buffer solution in SMA. Literacy assessment instrument development procedures chemicals used an adaptation of Chandrasegaran et al. (2007), Wattanakasiwich et al. (2013), Damanhuri et al. (2016), and Muntholib et al. (2018). As for the level of literacy surveys buffer solution chemistry performed by 71 students of SMAN 1 Kepanjen. The results of the development of chemical literacy assessment instrument of accession to the material buffer solution consisting of 22 items are valid with Cronbach's Alpha reliability coefficient of 0.867. The average score of respondents chemical literacy is 74.61 out of a maximum score of 100 with a high category.

Keywords: The Assessment Instrument; Chemical Literacy; Buffers

Abstrak Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah (1) menghasilkan instrumen asesmen literasi kimia dalam materi larutan penyangga; (2) mengevaluasi validitas dan reliabilitas hasil uji coba instrumen asesmen literasi kimia; (3) mendeskripsikan tingkat literasi kimia materi larutan penyangga peserta didik SMA kelas XI. Prosedur pengembangan instrumen asesmen literasi kimia yang digunakan merupakan adapatasi dari Chandrasegaran et al. (2007), Wattanakasiwich et al. (2013), Damanhuri et al. (2016), dan Muntholib et al. (2018). Sedangkan untuk survei tingkat kemampuan literasi kimia larutan penyangga dilakukan terhadap 71 peserta didik kelas XI MIA SMAN 1 Kepanjen. Hasil pengembangan isntrumen asesmen literasi kimia pada materi larutan penyangga terdiri atas 22 butir soal yang valid dengan koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0,867. Skor rata-rata literasi kimia responden adalah 74,61 dari skor maksimal 100 dengan kategori tinggi

Kata kunci: Instrumen Asesmen; Literasi Kimia; Larutan Penyangga

1. Pendahuluan Kemajuan sains dan teknologi pada abad ke-21 berakibat pada perkembangan dunia

industri yang semakin pesat dalam memenuhi kebutuhan manusia. Hal tersebut

menimbulkan banyak permasalahan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan

lingkungan. Permasalahan tersebut terjadi akibat kurangnya pemahaman akan sains. Sains

merupakan upaya untuk mengorganisasikan pengetahuan untuk memahami alam semesta

dengan membentuk perilaku dan karakter manusia untuk peduli dan bertanggung jawab

terhadap dirinya, masyarakat, dan alam semesta yang dapat didefinisikan sebagai literasi

sains (Kemendikbud : 2). Literasi sains merupakan titik tolak untuk peserta didik mengetahui

kesiapannya dalam rangka menghadapi segala bentuk tantangan yang ada di masyarakat

(Aryani, 2016). Selain itu literasi sains menjadi tolak ukur bagi peserta didik di masa depan,

meskipun peserta didik tidak berkontribusi di bidang sains (Lin et al, 2012).

Page 2: Pengembangan instrumen asesmen dan survei literasi kimia

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396

389

Literasi sains adalah tujuan utama dari pedidikan sains kontemporer (Muntholib,

2018). Hal ini juga sependapat dengan Lederman et al., (2013) yang menyatakan bahwa

tujuan utama pendidikan kimia yaitu literasi sains. Literasi sains dalam hal ini yaitu literasi

kimia yang merupakan salah satu elemen penting yang harus dikembangkan dalam

pendidikan (Sumarni, 2017). Di dalam kurikulum 2013 literasi kimia juga ditempatkan

sebagai capaian dalam suatu pembelajaran yang menuntut siswa memiliki kemampuan

berpikir dan bertindak melalui pendekatan ilmiah. Selain itu kurikulum 2013 juga

merekomendasikan suatu perencanaan yang bersifat saintifik. Hal ini didefinisikan sebagai

kemampuan untuk menggunakan pengetahuan kimia, mengidentifikasi pertanyaan, dan

untuk menarik kesimpulan atas dasar bukti serta membuat keputusan tentang alam semesta

dan interaksi manusia dengan alam (Canvanagh, 2008).

Kemampuan literasi kimia dapat ditingkatkan dengan melalukan penanganan yang

tepat salah satunya yaitu meyusun instrumen yang tepat. Hal tersebut juga merupakan salah

satu konsekuensi menempatkan literasi sains sebagai tujuan utama dalam pendidikan kimia

adalah ketersediaan penilaian yang tepat termasuk instrumen penilaian literasi kimia

(Muntholib, 2018). Instrumen penilaian yang digunakan dalam evaluasi hasil pembelajaran

menggunakan metode dan alat: tes lisan atau perbuatan, dan tes tulis (Kemendikbud, 2017).

Untuk mencapai tujuan pengajaran kimia dan untuk mendorong pengembangan literasi kimia

siswa secara efektif, instrumen penilaian literasi kimia sangat penting dalam membantu guru

untuk menilai literasi kimia siswa dan mengevaluasi efektifitas praktik mereka di dalam kelas

dalam mempromosikan literasi kimia (Thummathong, 2016).

Terdapat empat aspek dalam literasi sains berdasarkan kerangka PISA 2015 yang

digunakan untuk menyusun instrumen literasi kimia yaitu (1) aspek kompetensi kemampuan

meliputi (menjelaskan fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang penyelidikan

ilmiah, dan menafsirkan data dan bukti secara ilmiah); (2) aspek pengetahuan meliputi

(pengetahuan konten untuk menjelaskan fenomena secara ilmiah, pengetahuan prosedural

yang mendasari metode dan praktek untuk membangun pengetahuan ilmiah, dan

pengetahuan epistemik mengenai hakikat sains); (3) aspek konteks meliputi (permasalahan

atau isu-isu yang bersifat personal, nasional maupun global), dan (4) aspek sikap meliputi

(ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, kesadaran terhadap masalah

lingkungan) (OECD, 2016), sehingga instrumen penilaian yang dikembangkan dapat

menuntut siswa untuk berpikir kritis dan menerapkan pengetahuan kimia yang dimilikinya

untuk menyelesaikan permasalahan seputar isu-isu kimia dalam kehidupan sehari-hari.

Instrumen literasi kimia yang sudah dikembangkan oleh beberapa peneliti di

antaranya Cigdemoglu & geban (2015) melakukan penelitian tes terbuka dengan pendekatan

berbasis literasi kimia pada materi termokimia dan termodinamika menggunakan instrumen

yang dibuat berdasarkan kerangka penilaian PISA 2006. Cidemoglu et al (2017) melakukan

penelitian tes argumentasi pada materi asam dan basa berbasis literasi kimia berdasarkan

kerangka penilaian PISA 2006, dan Muntholib et al, (2018) melakukan tes literasi kimia

pilihan ganda pada materi kinetika kimia. Wattanakasiwich et al (2013) mengatakan bahwa

tes pilihan ganda merupakan instrumen tes yang paling efisien. Identifikasi menggunakan tes

pilihan ganda mampu menunjukkan adanya pemahaman konsep pada siswa. Selain itu,

instrumen pilihan ganda mudah digunakan, efisien untuk responden besar, analisis data

sederhana dan memakan waktu singkat dalam menerapkannya (Muntholib, 2018).

Page 3: Pengembangan instrumen asesmen dan survei literasi kimia

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396

390

Salah satu materi pelajaran kimia yang membutuhkan pemahaman mengenai konsep-

konsep yang dianggap rumit dan kompleks yaitu larutan penyangga. Dalam pembelajaran

materi larutan penyangga siswa tidak hanya dituntut untuk menghafal rumus dan

menghitung pH, tetapi juga harus tanggap dalam hal-hal di lingkungan yang berkaitan dengan

larutan penyangga (Sumarni, 2017). Kesulitan peserta didik dalam memahami materi larutan

penyangga disebabkan cara penyampaiannya dalam proses pembelajaran dan proses

penilaian yang kurang mengarah pada pembentukan konsep yang dapat diterapakan untuk

menjelaskan suatu fenomena ilmiah terkait larutan penyangga dalam kehidupan sekitar.

Diantara instrumen penilaian literasi kimia yang sudah dibuat belum ada instrumen penilaian

pilihan ganda pada materi larutan penyangga berbasis literasi kimia. Instrumen literasi kimia

pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur kemampuan literasi kimia sehingga penting

untuk dikembangkan sesuai dengan kurikulum 2013 yang disiapakan untuk mencetak

generasi muda yang siap menghadapi masa depan. Berdasarkan penjelasan di atas, perlu

dilakukan penelitian dan pengembangan mengenai penilaian literasi kimia yang berjudul

Pengembangan Instrumen Asesmen dan Survei Literasi Kimia Peserta Didik SMA Kelas XI

Pada Materi Larutan Penyangga.

2. Metode

Pada penelitian ini rancangan penelitian pengembangan diterapkan untuk

menghasilkan instrumen asesmen literasi kimia materi larutan penyangga, sedangkan survei

dimaksudkan untuk mendeskripsikan literasi kimia responden. Model pengembangan

instrumen dalam penelitian mengadaptasi dari tahapan-tahapan yang dilakukan oleh

Chandrasegaran et al., 2007; Wattanakasiwich et al., 2013; Damanhuri et al.,2016; dan

Muntholib et al., 2018 yang terdapat pada Gambar 1. Subjek Penelitian yaitu peserta didik

kelas XI MIA yang sudah menerima materi larutan penyangga dan validator 1 orang dosen

jurusan kimia Universitas Negeri Malang dan 2 guru kimia SMA Negeri 1 Tumpang.

Responden uji coba terbatas sebanyak 142 peserta didik dari kelas XI MIA 1 – XI MIA 4 SMA

Negeri 1 Tumpang sedangkan responden pengambilan data survei kemampuan literasi kimia

sebanyak 71 peserta didik dari kelas XI MIA 1 dan XI MIA 4 SMA Negeri 1 Kepanjen. Analisis

data hasil survei menggunakan Microsoft excel 2010.

Studi Literatur

Mengidentifikasi inti dari konsep larutan penyangga (yakni penambahan sedikit asam dan sedikit basa tidak merubah nilai pH)

Pengumpulan Item

Mengembangkan 30 butir soal literasi kimia pilihan ganda

Validasi

Ahli kimia (validator) menelaah 30 butir soal literasi kimia

Uji Coba pada 142 Peserta Didik

10 butir soal tidak valid dimana 2 butir soal diperbaiki 8 butir soal dibuang

Perbaikan Instrumen

Perbaikan penggunaan bahasa dan opsi jawaban pada 2 butir soal yang tidak valid

Hasil Akhir Instrumen Literasi Kimia

Pengembangan instrumen literasi kimia diperoleh 22 butir soal yang memiliki reliabilitas 0,867

Page 4: Pengembangan instrumen asesmen dan survei literasi kimia

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396

391

3. Hasil dan Pembahasan

Produk awal hasil pegembangan berupa instrumen penilaian literasi kimia pada materi

larutan penyangga yang terdiri atas instrumen tes 30 soal pilihan ganda yang dikembangkan

berdasarkan Framework PISA 2016. Setelah dilakukan uji terbatas yang dilakukan terhadap

142 peserta didik diperoleh 22 soal pilihan ganda. Kemudian dilakukan survei pada 71

responden peserta didik SMAN 1 Kepanjen diperoleh reliabilitas sebesar 0,867 dalam

kategori sangat tinggi.

3.1. Data hasil validasi produk

Data validasi produk instrumen hasil pengembangan materi larutan penyangga

diperoleh dari satu validator dosen kimia Universitas Negeri Malang dan dua

validator guru kimia SMAN 1 Tumpang. Data hasil validasi produk dalam Tabel 1.

Tabel 1 Hasil Validasi Produk

No Kriteria yang dinilai % Kriteria

1 Pentunjuk pengerjaan 93% Sangat layak

2 Kelayakan tampilan dan tata letak 98% Sangat layak

3 Bahasa 95% Sangat layak

4 Kelayakan isi instrumen asesmen 96,80% Sangat layak

Rata-rata 95,7% Sangat layak

Hasil validasi menunjukkan bahwa penilaian uji petunjuk pengerjaan

memperoleh presentase rata-rata 93% dari 2 aspek penilaian, uji kelayakan tampilan

dan tata letak memperoleh presentase 98% dari 4 aspek penilaian, uji Bahasa

memperoleh presentase 95% dari 5 aspek penilaian, dan uji kelayakan isi instrument

asesmen memperoleh presentase 96,80% dari 10 aspek penilaian. Dari keseuruhan

aspek penilaian diperoleh prsentase rata-rata sebesar 95,7%. Hal ini menunjukkan

bahwa instrument yang dikembangkan tergolong dalam kriteria sangat valid

(Riduwan, 2013:8) dan layak untuk digunakan dalam penilaian literasi kimia peserta

didik kelas XI pada materi larutan penyangga.

3.2. Butir soal

Analisis butir soal dirumuskan dari kompetensi dasar kurikulum 2013 dan

dikembangkan berdasarkan framework PISA 2016. Masing-masing butir soal yang

telah dikembangkan mencakup aspek pengetahuan dan aspek kompetensi. Soal yang

dikembangkan dalam instrumen asesmen ini sejumlah 30 butir soal pilihan ganda

dengan 5 opsi pilihan jawaban. Setiap butir soal yang mencakup aspek-aspek literasi

kimia dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 5: Pengembangan instrumen asesmen dan survei literasi kimia

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396

392

Tabel 2 Aspek-Aspek Literasi Kimia dalam Butir Soal

Aspek Nomor Soal Jumlah Item

Pengetahuan

Konten Kimia 3,4,5,6,8,10,11,12,13,15,23 11

Prosedural 7,14,16,22,29,30 6

Epistemik 1,2,21,24,25 5

Kompetensi

Menjelaskan fenomena secara ilmiah

1,2,4,15,21,25 6

Mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah

3,10,12,14,22,29,30 7

Menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah

5,6,7,8,11,13,16,23,24 9

Setelah dilakukan uji terbatas kepada 141 peserta didik SMA Negeri 1 Tumpang.

Hasil analisis digunakan untuk mengetahui (1) tingkat kesukaran butir soal, (2) daya

beda butir soal, (3) validitas butir soal, dan (4) reliabilitas butir soal.

Tingkat Kesukaran Butir Soal

Berdasarkan hasil analisis terdapat 17 butir soal dengan ketegori

mudah, 12 soal dengan kategori sedang, dan 1 soal dengan kategori sukar.

Grafik taraf kesukaran butir soal dapat dilihat pada Gambar 2

Gambar 2 Presentase Taraf Kesukaran Butir Soal

Daya Beda Butir Soal

Hasil analisis dilakukan untuk mengetahui efektifitas butir soal dalam

membedakan masing-masing peserta didik yang termasuk kelompok atas

atau kelompok bawah. Terdapat 12 butir soal memiliki daya beda baik sekali,

1 butir soal memiliki daya beda baik, 4 butir soal memiliki daya beda cukup,

6 butir soal memiliki daya beda jelek, 7 butir soal memiliki daya beda sangat

Sedang

40% Mudah

57%

Sukar

3%

Persentase Taraf Kesukaran Butir Soal

Page 6: Pengembangan instrumen asesmen dan survei literasi kimia

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396

393

jelek. Grafik hasil analisis uji daya beda butir soal dapat dilihat pada

Gambar 3.

Gambar 3 Presentase Daya Beda Butir Soal

Validitas Butir Soal

Hasil validasi butir soal terdapat 20 butir soal valid dan 10 butir soal tidak

valid. 20 butir soal dikatakan valid dikarenakan nilai r hitung lebih besar dari nilai

r tabel (1,64 dengan taraf kesukaran 0,05). Sedangkan 10 butir soal tidak valid

dikarenakan r hitung lebih besar dibandingkan r tabel. Berdasarkan 10 butir soal

yang tidak valid, terdapat 2 butir soal nomor 16 dan 23 masih dipertimbangkan

karena nilai r hitung sedikit lebih kecil yaitu 0,052 untuk nomor 16 dan 0,147

untuk nomor 23 dari r tabel sebesar 0,164 sehingga dapat digunakan untuk uji

tahap selanjutnya dengan adanya perbaikan

Reliabilitas Butir Soal

Reliabilitas soal diperoleh dari perhitungan 20 butir soal menggunakan

rumus KR-20. Menurut Arikunto (2015) uji reliabilitas akan diperoleh nilai

yang tinggi jika menggunakan rumus KR-20 daripada rumus KR-21.

Reliabilitas yang diperoleh dari 20 butir soal berdasarkan hasil uji coba

terbatas sebesar 0,867 dengan kategori sangat tinggi. Berdasarkan hasil uji

coba yang diperoleh menunjukkan bahwa apabila butir soal yang digunakan

untuk tes dilakukan berulang-ulang akan memberikan hasil yang tetap dan

sebaliknya apabila hasil tes berubah maka perubahan dikatakan tidak berarti.

3.3. Literasi Kimia Peserta Didik pada Materi Larutan Penyangga

Literasi kimia peserta didik pada materi larutan penyangga ditetapkan melalui

peninjauan dari 22 butir soal yang valid hasil analisis butir soal. Dalam setiap butir

soal terdapat aspek-aspek literasi kimia yang dinilai seperti aspek pengetahuan dan

aspek kompetensi. Kemampuan literasi sains diidentifikasi berdasarkan sampel

sebanyak 71 peserta didik di SMA Negeri 1 Kepanjen kelas XI IPA 1 dan XI IPA 4 yang

Baik Sekali

40%

Baik

3%

Cukup

14%

Jelek

20%

Sangat Jelek

23%

Persentase Daya Beda Butir Soal

Page 7: Pengembangan instrumen asesmen dan survei literasi kimia

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396

394

telah memperoleh materi larutan penyangga. Pencapaian rata-rata kemampuan

literasi kimia ditunjukkan pada Tabel 3.

Tabel 3 Nilai Responden dalam Aspek Literasi Kimia Larutan Penyangga

Jumlah Item

Rata-Rata Skor Terendah

Skor Tertinggi

Aspek Pengetahuan

Konten 11 8,92 (81,05) 5 (45,45) 11 (100)

Prosedural 6 4,30 (71,60) 0 (0,00) 6 (100)

Epistemik 5 3,39 (67,89) 1 (20,00) 5 (100)

Aspek Kompetensi

Menjelaskan fenomena secara ilmiah

6 4,15 (69,25) 2 (33,33) 6 (100)

Mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah

7 6,14 (87,73) 3 (42,86) 7 (100)

Menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah

9 6,31 (70,11) 2 (22,22) 9 (100)

Rata-Rata Skor Literasi Kimia

74,61

*Angka-angka dalam kurung adalah skor pada skala 100

Berdasarkan Tabel 4.1 kemampuan rata-rata literasi kimia peserta didik kelas XI

MIA SMA Negeri 1 Kepanjen dengan sampel sebanyak 71 peserta didik pada materi

larutan penyangga secara keseluruhan sebesar 74,61 % dengan kategori tinggi.

Kemampuan rata-rata literasi kimia siswa dari urutan tertinggi sampai terendah dari

masing-masing aspek sebagai berikut:

Domain mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah sebesar (87,73%)

Domain pengetahuan konten sebesar (81,05%)

Domain pengetahuan prosedural sebesar (71,60%)

Domain menginterpretasikan data dan bukti ilmiah sebesar (70,11%)

Domain menjelaskan fenomena secara ilmiah sebesar (69,25%)

Domain pengetahuan epistemik sebesar (67,89%)

Berdasarkan data di atas dapat dilihat pada aspek pengetahuan, domain

pengetahuan konten memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan dengan

domain pengetahuan prosedural dan epistemik. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam

suatu pembelajaran sudah berfokus pada pemahaman pengetahuan konten, dimana

guru menggunakan pendekatan ekspositori dengan mentransmisikan pengetahuan

kepada siswa melalui metode ceramah, demonstrasi, dan video. Pada aspek ini peserta

didik sudah memiliki pengetahuan konten yang baik. Hal ini dikarenakan rata-rata

peserta didik dapat menjawab pertanyaan dengan baik terkait soal-soal yang

berhubungan dengan konsep-konsep sains di kehidupan nyata. Sedangkan pada

Page 8: Pengembangan instrumen asesmen dan survei literasi kimia

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396

395

pengetahuan epistemik peserta didik sudah mampu memberikan argumen ilmiah yang

cukup baik saat menyelesaikan permasalahan.

Pada aspek kompetensi domain mengevaluasi dan mendesain penyelidikan

ilmiah memiliki persentase lebih besar, peserta didik mampu menyelidiki secara

ilmiah mengenai pertanyaan yang ada pada soal. Kemudian pada domain

menginterpretasikan data dan bukti ilmiah peserta didik sudah mampu memberikan

bukti secara ilmiah dalam penyelesaian masalah terkait soal literasi kimia. Sedangkan

domain menjelaskan fenomena secara ilmiah memiliki persentase lebih rendah. Pada

aspek ini peserta didik sudah cukup baik dalam menghubungkan konsep sains dan

aplikasi sains yang sering ditemui di kehidupan sehari-hari.

4. Simpulan

4.1. Simpulan

Instrumen asesmen literasi kimia pada materi larutan penyangga hasil

pengembangan dan uji terbatas diperoleh 22 butir soal valid dengan koefisien

reliabilitas sebesar 0,867. Instrumen asesmen dapat digunakan untuk mengukur

literasi kimia baik sebagai pretest atau posttest. Butir soal yang telah dikembangkan

dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk membantu meningkatkan literasi kimia

peserta didik.

Kemampuan literasi kimia sebanyak 71 peserta didik di SMA Negeri 1 Kepanjen

memiliki persentase rata-rata sebesar 74,61% dengan kategori tinggi. Pada domain

pengetahuan dan kompetensi, skor rata-rata peserta didik dari yang terendah sampai

tertinggi adalah pengetahuan epistemik (67,89%), menjelaskan fenomena secara

ilmiah (69,25%), menginterpretasikan data dan bukti ilmiah (70,11%), pengetahuan

prosedural (71,60%), pengetahuan konten (81,05), mengevaluasi dan mendesain

penyelidikan ilmiah (87,73%).

4.2. Saran

4.2.1. Implementasi penanaman pengetahuan epistemik di SMA/MA perlu dilakukan

secara eksplisit dalam pembelajaran kimia yang dapat diterapkan dengan sebuah

konteks yang relevan dengan kurikulum dimana siswa dilibatkan untuk

menafsirkan dan menjawab pertanyaan yang membutuhkan beberapa tipe

pengetahuan sesuai dengan aspek epistemik dan juga dengan kegiatan inkuiri

ilmiah reflektif.

4.2.2. Sampel yang digunakan untuk mengetahui literasi kimia peserta didik SMA/MA

harus lebih luas agar hasil gambaran yang diketahui mengenai kemampuan

literasi peserta didik SMA/MA lebih jelas.

Perlu dilakukan pengembangan serta penerapan instrumen asesmen literasi

kimia pada materi lainnya agar dapat diketahui kemampuan literasi kimia pada

semua materi pelajaran.

Page 9: Pengembangan instrumen asesmen dan survei literasi kimia

Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396

396

Daftar Rujukan Cavanagh, S. (2008). Frustrations give rise to new push for science literacy. Education Week, 27(26), 12.

Cigdemoglu, C., & Geban, O. (2015). Improving students’ chemical literacy levels on thermochemical and thermodynamics concepts through a context-based approach. Chemistry Education Research and Practice, 16(2), 302-317.

Cigdemoglu, C., Arslan, H. O., & Çam, A. (2017). Argumentation to foster pre-service science teachers’ knowledge, competency, and attitude on the domains of chemical literacy of acids and bases. Chemistry Education Research and Practice, 18(2), 288-303.

Chandrasegaran, A. L., Treagust, D. F., & Mocerino, M. (2007). The development of a two-tier multiple-choice diagnostic instrument for evaluating secondary school students’ ability to describe and explain chemical reactions using multiple levels of representation. Chemistry Education Research and Practice, 8(3), 293-307.

Damanhuri, M. I. M., Treagust, D. F., Won, M., & Chandrasegaran, A. L. (2016). High school students' understanding of acid-base concepts: an ongoing challenge for teachers. International Journal of Environmental and Science Education, 11(1), 9-27.

Kemendikbud. (2017). Panduan penilaian hasil belajar pada sekolah menengah kejuruan. Jakarta: Kemendikbud.

Lederman, N. G., Lederman, J. S., & Antink, A. (2013). Nature of science and scientific inquiry as contexts for the learning of science and achievement of scientific literacy. International Journal of Education in Mathematics, Science and Technology, 1(3).

Lin, H. S., Hong, Z. R., & Huang, T. C. (2012). The role of emotional factors in building public scientific literacy and engagement with science. International Journal of Science Education, 34(1), 25-42.

Muntholib, Mayangsari, J., Pratiwi, Y. N., Muchson, Joharmawan, Ridwan, Yahmin, Rahayu, S. (2018). Development of simple multiple-choice diagnostic test of acid-base concepts to identify students’ alternative conceptions. Advances in Social Scrince, Education and Humanities Research, 218, 251-269.

Riduwan & Akdon. (2013). Rumus dan data dalam aplikasi statistika. Bandung: Alfabeta.

Sumarni, W., Rusilowati, A., & Susilaningsih, E. (2017). Chemical literacy of teaching candidates studying the integrated food chemistry ethnosciences course. Journal of Turkish Science Education, 14(3), 40-72.

Thummathong, R., & Thathong, K. (2016). Construction of a chemical literacy test for engineering students. Journal of Turkish Science Education, 13(3), 185-198.

Wattanakasiwich, P., Taleab, P., Sharma, M. D., & Johnston, I. D. (2013). Construction and implementation of a conceptual survey in thermodynamics. International Journal of Innovation in Science and Mathematics Education, 21(1).