pengembangan instrumen asesmen dan survei literasi kimia
TRANSCRIPT
Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396 ISSN: 2798-0634 (online) DOI: 10.17977/um067v1i6p388-396
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
Pengembangan instrumen asesmen dan survei literasi kimia
peserta didik SMA kelas XI pada materi larutan penyangga
Miftakhul Lindha Yusnaini, Muntholib*, Ridwan Joharmawan
Universitas Negeri Malang, Jl. Semarang No. 5 Malang, Jawa Timur, Indonesia
*Penulis korespondensi, Surel: [email protected]
Paper received: 01-06-2021; revised: 15-06-2021; accepted: 30-06-2021
Abstract This study aims to: (1) produce a literacy assessment instrument is a chemical in the material buffer solution; (2) evaluate the validity and reliability of the test results of chemical literacy assessment instrument; (3) describe the literacy levels of chemical material buffer solution in SMA. Literacy assessment instrument development procedures chemicals used an adaptation of Chandrasegaran et al. (2007), Wattanakasiwich et al. (2013), Damanhuri et al. (2016), and Muntholib et al. (2018). As for the level of literacy surveys buffer solution chemistry performed by 71 students of SMAN 1 Kepanjen. The results of the development of chemical literacy assessment instrument of accession to the material buffer solution consisting of 22 items are valid with Cronbach's Alpha reliability coefficient of 0.867. The average score of respondents chemical literacy is 74.61 out of a maximum score of 100 with a high category.
Keywords: The Assessment Instrument; Chemical Literacy; Buffers
Abstrak Tujuan dari penelitian pengembangan ini adalah (1) menghasilkan instrumen asesmen literasi kimia dalam materi larutan penyangga; (2) mengevaluasi validitas dan reliabilitas hasil uji coba instrumen asesmen literasi kimia; (3) mendeskripsikan tingkat literasi kimia materi larutan penyangga peserta didik SMA kelas XI. Prosedur pengembangan instrumen asesmen literasi kimia yang digunakan merupakan adapatasi dari Chandrasegaran et al. (2007), Wattanakasiwich et al. (2013), Damanhuri et al. (2016), dan Muntholib et al. (2018). Sedangkan untuk survei tingkat kemampuan literasi kimia larutan penyangga dilakukan terhadap 71 peserta didik kelas XI MIA SMAN 1 Kepanjen. Hasil pengembangan isntrumen asesmen literasi kimia pada materi larutan penyangga terdiri atas 22 butir soal yang valid dengan koefisien reliabilitas Cronbach’s Alpha sebesar 0,867. Skor rata-rata literasi kimia responden adalah 74,61 dari skor maksimal 100 dengan kategori tinggi
Kata kunci: Instrumen Asesmen; Literasi Kimia; Larutan Penyangga
1. Pendahuluan Kemajuan sains dan teknologi pada abad ke-21 berakibat pada perkembangan dunia
industri yang semakin pesat dalam memenuhi kebutuhan manusia. Hal tersebut
menimbulkan banyak permasalahan baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, dan
lingkungan. Permasalahan tersebut terjadi akibat kurangnya pemahaman akan sains. Sains
merupakan upaya untuk mengorganisasikan pengetahuan untuk memahami alam semesta
dengan membentuk perilaku dan karakter manusia untuk peduli dan bertanggung jawab
terhadap dirinya, masyarakat, dan alam semesta yang dapat didefinisikan sebagai literasi
sains (Kemendikbud : 2). Literasi sains merupakan titik tolak untuk peserta didik mengetahui
kesiapannya dalam rangka menghadapi segala bentuk tantangan yang ada di masyarakat
(Aryani, 2016). Selain itu literasi sains menjadi tolak ukur bagi peserta didik di masa depan,
meskipun peserta didik tidak berkontribusi di bidang sains (Lin et al, 2012).
Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396
389
Literasi sains adalah tujuan utama dari pedidikan sains kontemporer (Muntholib,
2018). Hal ini juga sependapat dengan Lederman et al., (2013) yang menyatakan bahwa
tujuan utama pendidikan kimia yaitu literasi sains. Literasi sains dalam hal ini yaitu literasi
kimia yang merupakan salah satu elemen penting yang harus dikembangkan dalam
pendidikan (Sumarni, 2017). Di dalam kurikulum 2013 literasi kimia juga ditempatkan
sebagai capaian dalam suatu pembelajaran yang menuntut siswa memiliki kemampuan
berpikir dan bertindak melalui pendekatan ilmiah. Selain itu kurikulum 2013 juga
merekomendasikan suatu perencanaan yang bersifat saintifik. Hal ini didefinisikan sebagai
kemampuan untuk menggunakan pengetahuan kimia, mengidentifikasi pertanyaan, dan
untuk menarik kesimpulan atas dasar bukti serta membuat keputusan tentang alam semesta
dan interaksi manusia dengan alam (Canvanagh, 2008).
Kemampuan literasi kimia dapat ditingkatkan dengan melalukan penanganan yang
tepat salah satunya yaitu meyusun instrumen yang tepat. Hal tersebut juga merupakan salah
satu konsekuensi menempatkan literasi sains sebagai tujuan utama dalam pendidikan kimia
adalah ketersediaan penilaian yang tepat termasuk instrumen penilaian literasi kimia
(Muntholib, 2018). Instrumen penilaian yang digunakan dalam evaluasi hasil pembelajaran
menggunakan metode dan alat: tes lisan atau perbuatan, dan tes tulis (Kemendikbud, 2017).
Untuk mencapai tujuan pengajaran kimia dan untuk mendorong pengembangan literasi kimia
siswa secara efektif, instrumen penilaian literasi kimia sangat penting dalam membantu guru
untuk menilai literasi kimia siswa dan mengevaluasi efektifitas praktik mereka di dalam kelas
dalam mempromosikan literasi kimia (Thummathong, 2016).
Terdapat empat aspek dalam literasi sains berdasarkan kerangka PISA 2015 yang
digunakan untuk menyusun instrumen literasi kimia yaitu (1) aspek kompetensi kemampuan
meliputi (menjelaskan fenomena secara ilmiah, mengevaluasi dan merancang penyelidikan
ilmiah, dan menafsirkan data dan bukti secara ilmiah); (2) aspek pengetahuan meliputi
(pengetahuan konten untuk menjelaskan fenomena secara ilmiah, pengetahuan prosedural
yang mendasari metode dan praktek untuk membangun pengetahuan ilmiah, dan
pengetahuan epistemik mengenai hakikat sains); (3) aspek konteks meliputi (permasalahan
atau isu-isu yang bersifat personal, nasional maupun global), dan (4) aspek sikap meliputi
(ketertarikan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, kesadaran terhadap masalah
lingkungan) (OECD, 2016), sehingga instrumen penilaian yang dikembangkan dapat
menuntut siswa untuk berpikir kritis dan menerapkan pengetahuan kimia yang dimilikinya
untuk menyelesaikan permasalahan seputar isu-isu kimia dalam kehidupan sehari-hari.
Instrumen literasi kimia yang sudah dikembangkan oleh beberapa peneliti di
antaranya Cigdemoglu & geban (2015) melakukan penelitian tes terbuka dengan pendekatan
berbasis literasi kimia pada materi termokimia dan termodinamika menggunakan instrumen
yang dibuat berdasarkan kerangka penilaian PISA 2006. Cidemoglu et al (2017) melakukan
penelitian tes argumentasi pada materi asam dan basa berbasis literasi kimia berdasarkan
kerangka penilaian PISA 2006, dan Muntholib et al, (2018) melakukan tes literasi kimia
pilihan ganda pada materi kinetika kimia. Wattanakasiwich et al (2013) mengatakan bahwa
tes pilihan ganda merupakan instrumen tes yang paling efisien. Identifikasi menggunakan tes
pilihan ganda mampu menunjukkan adanya pemahaman konsep pada siswa. Selain itu,
instrumen pilihan ganda mudah digunakan, efisien untuk responden besar, analisis data
sederhana dan memakan waktu singkat dalam menerapkannya (Muntholib, 2018).
Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396
390
Salah satu materi pelajaran kimia yang membutuhkan pemahaman mengenai konsep-
konsep yang dianggap rumit dan kompleks yaitu larutan penyangga. Dalam pembelajaran
materi larutan penyangga siswa tidak hanya dituntut untuk menghafal rumus dan
menghitung pH, tetapi juga harus tanggap dalam hal-hal di lingkungan yang berkaitan dengan
larutan penyangga (Sumarni, 2017). Kesulitan peserta didik dalam memahami materi larutan
penyangga disebabkan cara penyampaiannya dalam proses pembelajaran dan proses
penilaian yang kurang mengarah pada pembentukan konsep yang dapat diterapakan untuk
menjelaskan suatu fenomena ilmiah terkait larutan penyangga dalam kehidupan sekitar.
Diantara instrumen penilaian literasi kimia yang sudah dibuat belum ada instrumen penilaian
pilihan ganda pada materi larutan penyangga berbasis literasi kimia. Instrumen literasi kimia
pilihan ganda dapat digunakan untuk mengukur kemampuan literasi kimia sehingga penting
untuk dikembangkan sesuai dengan kurikulum 2013 yang disiapakan untuk mencetak
generasi muda yang siap menghadapi masa depan. Berdasarkan penjelasan di atas, perlu
dilakukan penelitian dan pengembangan mengenai penilaian literasi kimia yang berjudul
Pengembangan Instrumen Asesmen dan Survei Literasi Kimia Peserta Didik SMA Kelas XI
Pada Materi Larutan Penyangga.
2. Metode
Pada penelitian ini rancangan penelitian pengembangan diterapkan untuk
menghasilkan instrumen asesmen literasi kimia materi larutan penyangga, sedangkan survei
dimaksudkan untuk mendeskripsikan literasi kimia responden. Model pengembangan
instrumen dalam penelitian mengadaptasi dari tahapan-tahapan yang dilakukan oleh
Chandrasegaran et al., 2007; Wattanakasiwich et al., 2013; Damanhuri et al.,2016; dan
Muntholib et al., 2018 yang terdapat pada Gambar 1. Subjek Penelitian yaitu peserta didik
kelas XI MIA yang sudah menerima materi larutan penyangga dan validator 1 orang dosen
jurusan kimia Universitas Negeri Malang dan 2 guru kimia SMA Negeri 1 Tumpang.
Responden uji coba terbatas sebanyak 142 peserta didik dari kelas XI MIA 1 – XI MIA 4 SMA
Negeri 1 Tumpang sedangkan responden pengambilan data survei kemampuan literasi kimia
sebanyak 71 peserta didik dari kelas XI MIA 1 dan XI MIA 4 SMA Negeri 1 Kepanjen. Analisis
data hasil survei menggunakan Microsoft excel 2010.
Studi Literatur
Mengidentifikasi inti dari konsep larutan penyangga (yakni penambahan sedikit asam dan sedikit basa tidak merubah nilai pH)
Pengumpulan Item
Mengembangkan 30 butir soal literasi kimia pilihan ganda
Validasi
Ahli kimia (validator) menelaah 30 butir soal literasi kimia
Uji Coba pada 142 Peserta Didik
10 butir soal tidak valid dimana 2 butir soal diperbaiki 8 butir soal dibuang
Perbaikan Instrumen
Perbaikan penggunaan bahasa dan opsi jawaban pada 2 butir soal yang tidak valid
Hasil Akhir Instrumen Literasi Kimia
Pengembangan instrumen literasi kimia diperoleh 22 butir soal yang memiliki reliabilitas 0,867
Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396
391
3. Hasil dan Pembahasan
Produk awal hasil pegembangan berupa instrumen penilaian literasi kimia pada materi
larutan penyangga yang terdiri atas instrumen tes 30 soal pilihan ganda yang dikembangkan
berdasarkan Framework PISA 2016. Setelah dilakukan uji terbatas yang dilakukan terhadap
142 peserta didik diperoleh 22 soal pilihan ganda. Kemudian dilakukan survei pada 71
responden peserta didik SMAN 1 Kepanjen diperoleh reliabilitas sebesar 0,867 dalam
kategori sangat tinggi.
3.1. Data hasil validasi produk
Data validasi produk instrumen hasil pengembangan materi larutan penyangga
diperoleh dari satu validator dosen kimia Universitas Negeri Malang dan dua
validator guru kimia SMAN 1 Tumpang. Data hasil validasi produk dalam Tabel 1.
Tabel 1 Hasil Validasi Produk
No Kriteria yang dinilai % Kriteria
1 Pentunjuk pengerjaan 93% Sangat layak
2 Kelayakan tampilan dan tata letak 98% Sangat layak
3 Bahasa 95% Sangat layak
4 Kelayakan isi instrumen asesmen 96,80% Sangat layak
Rata-rata 95,7% Sangat layak
Hasil validasi menunjukkan bahwa penilaian uji petunjuk pengerjaan
memperoleh presentase rata-rata 93% dari 2 aspek penilaian, uji kelayakan tampilan
dan tata letak memperoleh presentase 98% dari 4 aspek penilaian, uji Bahasa
memperoleh presentase 95% dari 5 aspek penilaian, dan uji kelayakan isi instrument
asesmen memperoleh presentase 96,80% dari 10 aspek penilaian. Dari keseuruhan
aspek penilaian diperoleh prsentase rata-rata sebesar 95,7%. Hal ini menunjukkan
bahwa instrument yang dikembangkan tergolong dalam kriteria sangat valid
(Riduwan, 2013:8) dan layak untuk digunakan dalam penilaian literasi kimia peserta
didik kelas XI pada materi larutan penyangga.
3.2. Butir soal
Analisis butir soal dirumuskan dari kompetensi dasar kurikulum 2013 dan
dikembangkan berdasarkan framework PISA 2016. Masing-masing butir soal yang
telah dikembangkan mencakup aspek pengetahuan dan aspek kompetensi. Soal yang
dikembangkan dalam instrumen asesmen ini sejumlah 30 butir soal pilihan ganda
dengan 5 opsi pilihan jawaban. Setiap butir soal yang mencakup aspek-aspek literasi
kimia dapat dilihat pada Tabel 2.
Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396
392
Tabel 2 Aspek-Aspek Literasi Kimia dalam Butir Soal
Aspek Nomor Soal Jumlah Item
Pengetahuan
Konten Kimia 3,4,5,6,8,10,11,12,13,15,23 11
Prosedural 7,14,16,22,29,30 6
Epistemik 1,2,21,24,25 5
Kompetensi
Menjelaskan fenomena secara ilmiah
1,2,4,15,21,25 6
Mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah
3,10,12,14,22,29,30 7
Menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah
5,6,7,8,11,13,16,23,24 9
Setelah dilakukan uji terbatas kepada 141 peserta didik SMA Negeri 1 Tumpang.
Hasil analisis digunakan untuk mengetahui (1) tingkat kesukaran butir soal, (2) daya
beda butir soal, (3) validitas butir soal, dan (4) reliabilitas butir soal.
Tingkat Kesukaran Butir Soal
Berdasarkan hasil analisis terdapat 17 butir soal dengan ketegori
mudah, 12 soal dengan kategori sedang, dan 1 soal dengan kategori sukar.
Grafik taraf kesukaran butir soal dapat dilihat pada Gambar 2
Gambar 2 Presentase Taraf Kesukaran Butir Soal
Daya Beda Butir Soal
Hasil analisis dilakukan untuk mengetahui efektifitas butir soal dalam
membedakan masing-masing peserta didik yang termasuk kelompok atas
atau kelompok bawah. Terdapat 12 butir soal memiliki daya beda baik sekali,
1 butir soal memiliki daya beda baik, 4 butir soal memiliki daya beda cukup,
6 butir soal memiliki daya beda jelek, 7 butir soal memiliki daya beda sangat
Sedang
40% Mudah
57%
Sukar
3%
Persentase Taraf Kesukaran Butir Soal
Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396
393
jelek. Grafik hasil analisis uji daya beda butir soal dapat dilihat pada
Gambar 3.
Gambar 3 Presentase Daya Beda Butir Soal
Validitas Butir Soal
Hasil validasi butir soal terdapat 20 butir soal valid dan 10 butir soal tidak
valid. 20 butir soal dikatakan valid dikarenakan nilai r hitung lebih besar dari nilai
r tabel (1,64 dengan taraf kesukaran 0,05). Sedangkan 10 butir soal tidak valid
dikarenakan r hitung lebih besar dibandingkan r tabel. Berdasarkan 10 butir soal
yang tidak valid, terdapat 2 butir soal nomor 16 dan 23 masih dipertimbangkan
karena nilai r hitung sedikit lebih kecil yaitu 0,052 untuk nomor 16 dan 0,147
untuk nomor 23 dari r tabel sebesar 0,164 sehingga dapat digunakan untuk uji
tahap selanjutnya dengan adanya perbaikan
Reliabilitas Butir Soal
Reliabilitas soal diperoleh dari perhitungan 20 butir soal menggunakan
rumus KR-20. Menurut Arikunto (2015) uji reliabilitas akan diperoleh nilai
yang tinggi jika menggunakan rumus KR-20 daripada rumus KR-21.
Reliabilitas yang diperoleh dari 20 butir soal berdasarkan hasil uji coba
terbatas sebesar 0,867 dengan kategori sangat tinggi. Berdasarkan hasil uji
coba yang diperoleh menunjukkan bahwa apabila butir soal yang digunakan
untuk tes dilakukan berulang-ulang akan memberikan hasil yang tetap dan
sebaliknya apabila hasil tes berubah maka perubahan dikatakan tidak berarti.
3.3. Literasi Kimia Peserta Didik pada Materi Larutan Penyangga
Literasi kimia peserta didik pada materi larutan penyangga ditetapkan melalui
peninjauan dari 22 butir soal yang valid hasil analisis butir soal. Dalam setiap butir
soal terdapat aspek-aspek literasi kimia yang dinilai seperti aspek pengetahuan dan
aspek kompetensi. Kemampuan literasi sains diidentifikasi berdasarkan sampel
sebanyak 71 peserta didik di SMA Negeri 1 Kepanjen kelas XI IPA 1 dan XI IPA 4 yang
Baik Sekali
40%
Baik
3%
Cukup
14%
Jelek
20%
Sangat Jelek
23%
Persentase Daya Beda Butir Soal
Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396
394
telah memperoleh materi larutan penyangga. Pencapaian rata-rata kemampuan
literasi kimia ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3 Nilai Responden dalam Aspek Literasi Kimia Larutan Penyangga
Jumlah Item
Rata-Rata Skor Terendah
Skor Tertinggi
Aspek Pengetahuan
Konten 11 8,92 (81,05) 5 (45,45) 11 (100)
Prosedural 6 4,30 (71,60) 0 (0,00) 6 (100)
Epistemik 5 3,39 (67,89) 1 (20,00) 5 (100)
Aspek Kompetensi
Menjelaskan fenomena secara ilmiah
6 4,15 (69,25) 2 (33,33) 6 (100)
Mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah
7 6,14 (87,73) 3 (42,86) 7 (100)
Menginterpretasikan data dan bukti secara ilmiah
9 6,31 (70,11) 2 (22,22) 9 (100)
Rata-Rata Skor Literasi Kimia
74,61
*Angka-angka dalam kurung adalah skor pada skala 100
Berdasarkan Tabel 4.1 kemampuan rata-rata literasi kimia peserta didik kelas XI
MIA SMA Negeri 1 Kepanjen dengan sampel sebanyak 71 peserta didik pada materi
larutan penyangga secara keseluruhan sebesar 74,61 % dengan kategori tinggi.
Kemampuan rata-rata literasi kimia siswa dari urutan tertinggi sampai terendah dari
masing-masing aspek sebagai berikut:
Domain mengevaluasi dan mendesain penyelidikan ilmiah sebesar (87,73%)
Domain pengetahuan konten sebesar (81,05%)
Domain pengetahuan prosedural sebesar (71,60%)
Domain menginterpretasikan data dan bukti ilmiah sebesar (70,11%)
Domain menjelaskan fenomena secara ilmiah sebesar (69,25%)
Domain pengetahuan epistemik sebesar (67,89%)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat pada aspek pengetahuan, domain
pengetahuan konten memiliki persentase yang lebih besar dibandingkan dengan
domain pengetahuan prosedural dan epistemik. Hasil ini menunjukkan bahwa dalam
suatu pembelajaran sudah berfokus pada pemahaman pengetahuan konten, dimana
guru menggunakan pendekatan ekspositori dengan mentransmisikan pengetahuan
kepada siswa melalui metode ceramah, demonstrasi, dan video. Pada aspek ini peserta
didik sudah memiliki pengetahuan konten yang baik. Hal ini dikarenakan rata-rata
peserta didik dapat menjawab pertanyaan dengan baik terkait soal-soal yang
berhubungan dengan konsep-konsep sains di kehidupan nyata. Sedangkan pada
Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396
395
pengetahuan epistemik peserta didik sudah mampu memberikan argumen ilmiah yang
cukup baik saat menyelesaikan permasalahan.
Pada aspek kompetensi domain mengevaluasi dan mendesain penyelidikan
ilmiah memiliki persentase lebih besar, peserta didik mampu menyelidiki secara
ilmiah mengenai pertanyaan yang ada pada soal. Kemudian pada domain
menginterpretasikan data dan bukti ilmiah peserta didik sudah mampu memberikan
bukti secara ilmiah dalam penyelesaian masalah terkait soal literasi kimia. Sedangkan
domain menjelaskan fenomena secara ilmiah memiliki persentase lebih rendah. Pada
aspek ini peserta didik sudah cukup baik dalam menghubungkan konsep sains dan
aplikasi sains yang sering ditemui di kehidupan sehari-hari.
4. Simpulan
4.1. Simpulan
Instrumen asesmen literasi kimia pada materi larutan penyangga hasil
pengembangan dan uji terbatas diperoleh 22 butir soal valid dengan koefisien
reliabilitas sebesar 0,867. Instrumen asesmen dapat digunakan untuk mengukur
literasi kimia baik sebagai pretest atau posttest. Butir soal yang telah dikembangkan
dapat digunakan sebagai bahan ajar untuk membantu meningkatkan literasi kimia
peserta didik.
Kemampuan literasi kimia sebanyak 71 peserta didik di SMA Negeri 1 Kepanjen
memiliki persentase rata-rata sebesar 74,61% dengan kategori tinggi. Pada domain
pengetahuan dan kompetensi, skor rata-rata peserta didik dari yang terendah sampai
tertinggi adalah pengetahuan epistemik (67,89%), menjelaskan fenomena secara
ilmiah (69,25%), menginterpretasikan data dan bukti ilmiah (70,11%), pengetahuan
prosedural (71,60%), pengetahuan konten (81,05), mengevaluasi dan mendesain
penyelidikan ilmiah (87,73%).
4.2. Saran
4.2.1. Implementasi penanaman pengetahuan epistemik di SMA/MA perlu dilakukan
secara eksplisit dalam pembelajaran kimia yang dapat diterapkan dengan sebuah
konteks yang relevan dengan kurikulum dimana siswa dilibatkan untuk
menafsirkan dan menjawab pertanyaan yang membutuhkan beberapa tipe
pengetahuan sesuai dengan aspek epistemik dan juga dengan kegiatan inkuiri
ilmiah reflektif.
4.2.2. Sampel yang digunakan untuk mengetahui literasi kimia peserta didik SMA/MA
harus lebih luas agar hasil gambaran yang diketahui mengenai kemampuan
literasi peserta didik SMA/MA lebih jelas.
Perlu dilakukan pengembangan serta penerapan instrumen asesmen literasi
kimia pada materi lainnya agar dapat diketahui kemampuan literasi kimia pada
semua materi pelajaran.
Jurnal MIPA dan Pembelajarannya, 1(6), 2021, 388–396
396
Daftar Rujukan Cavanagh, S. (2008). Frustrations give rise to new push for science literacy. Education Week, 27(26), 12.
Cigdemoglu, C., & Geban, O. (2015). Improving students’ chemical literacy levels on thermochemical and thermodynamics concepts through a context-based approach. Chemistry Education Research and Practice, 16(2), 302-317.
Cigdemoglu, C., Arslan, H. O., & Çam, A. (2017). Argumentation to foster pre-service science teachers’ knowledge, competency, and attitude on the domains of chemical literacy of acids and bases. Chemistry Education Research and Practice, 18(2), 288-303.
Chandrasegaran, A. L., Treagust, D. F., & Mocerino, M. (2007). The development of a two-tier multiple-choice diagnostic instrument for evaluating secondary school students’ ability to describe and explain chemical reactions using multiple levels of representation. Chemistry Education Research and Practice, 8(3), 293-307.
Damanhuri, M. I. M., Treagust, D. F., Won, M., & Chandrasegaran, A. L. (2016). High school students' understanding of acid-base concepts: an ongoing challenge for teachers. International Journal of Environmental and Science Education, 11(1), 9-27.
Kemendikbud. (2017). Panduan penilaian hasil belajar pada sekolah menengah kejuruan. Jakarta: Kemendikbud.
Lederman, N. G., Lederman, J. S., & Antink, A. (2013). Nature of science and scientific inquiry as contexts for the learning of science and achievement of scientific literacy. International Journal of Education in Mathematics, Science and Technology, 1(3).
Lin, H. S., Hong, Z. R., & Huang, T. C. (2012). The role of emotional factors in building public scientific literacy and engagement with science. International Journal of Science Education, 34(1), 25-42.
Muntholib, Mayangsari, J., Pratiwi, Y. N., Muchson, Joharmawan, Ridwan, Yahmin, Rahayu, S. (2018). Development of simple multiple-choice diagnostic test of acid-base concepts to identify students’ alternative conceptions. Advances in Social Scrince, Education and Humanities Research, 218, 251-269.
Riduwan & Akdon. (2013). Rumus dan data dalam aplikasi statistika. Bandung: Alfabeta.
Sumarni, W., Rusilowati, A., & Susilaningsih, E. (2017). Chemical literacy of teaching candidates studying the integrated food chemistry ethnosciences course. Journal of Turkish Science Education, 14(3), 40-72.
Thummathong, R., & Thathong, K. (2016). Construction of a chemical literacy test for engineering students. Journal of Turkish Science Education, 13(3), 185-198.
Wattanakasiwich, P., Taleab, P., Sharma, M. D., & Johnston, I. D. (2013). Construction and implementation of a conceptual survey in thermodynamics. International Journal of Innovation in Science and Mathematics Education, 21(1).