pengaruh usia dan hipertensi

3
Pengaruh usia dan hipertensi Menurut data di atas, responden prelansia sebanyak 13 orang, tidak ada yang memiliki tekanan darah normal (%), 8 orang (61,5%) termasuk golongan prehipertensi dan 5 orang (38,5%) termasuk golongan hipertensi. Sementara itu, responden lansia yang berjumlah 16 orang terdiri dari 11 orang (68,8%) prehipertensi dan 5 orang (31,2%) hipertensi dan tidak ada yang memiliki tekanan darah normal (0%). Dalam keadaan normal, jantung berdenyut kira-kira 70 kali/menit. Setiap kali berdenyut, jantung harus memompa sekitar 5 liter darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah yang sangat banyak. Pada proses penuaan, jantung dengan berat sekitar 250 gram ini justru mengalami hipertrofi iaitu pembesaran jantung karena sel-sel otot jantung membesar, padahal organ-organ lain kebanyakan mengalami penciutan atau pengecilan. Dinding kamar jantung menebal, katup- katup jantung menebal dan kaku, sehingga kontraktilitas (daya pompa otot jantung) menurun dan para lansia merasa cepat lelah jika berjalan jauh, dan mengeluh sesak napas jika menaiki beberapa anak tangga. Dinding pembuluh darah juga mengalami penebalan dan pengerasan sehingga menjadi kaku. Diameter rongga pembuluh darah mengecil atau menyempit sehingga aliran darah tidak selancar pada orang yang berusia muda. Hal ini menyebabkan elastisitas atau kelenturan pembuluh darah berkurang. Inilah yang disebut dengan arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah). Kadang-kadang terasa nyeri di dada kiri karena ada penyempitan pembuluh darah jantung, sehingga aliran darah kurang lancar. Penebalan dan pengerasan dinding pembuluh darah ini terjadi karena adanya penambahan jaringan ikat, kalsifikasi, dan penimbunan lemak. Kolestrol darah yang tinggi serta faktor-faktor berisiko lain, misalnya merokok, kurangnya latihan fisik atau olahraga, mengidap penyakit darah tinggi, kencing manis (diabetes), dan lain-lain, sangat berperan dalam mempercepat proses arteriosklerosis dan penyakit jantung koroner ini (Santosa & Ismail, 2009). Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan meregang pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi dengan penambahan volume intravaskular yang sedikit menunjukkan kekakuan pembuluh darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai penurunan kelenturan pembuluh darah

Upload: ado

Post on 13-Sep-2015

6 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Pengaruh Usia Dan Hipertensi

TRANSCRIPT

Pengaruh usia dan hipertensiMenurut data di atas, responden prelansia sebanyak 13 orang, tidak ada yang memiliki tekanan darah normal (%), 8 orang (61,5%) termasuk golongan prehipertensi dan 5 orang (38,5%) termasuk golongan hipertensi. Sementara itu, responden lansia yang berjumlah 16 orang terdiri dari 11 orang (68,8%) prehipertensi dan 5 orang (31,2%) hipertensi dan tidak ada yang memiliki tekanan darah normal (0%).

Dalam keadaan normal, jantung berdenyut kira-kira 70 kali/menit. Setiap kali berdenyut, jantung harus memompa sekitar 5 liter darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah yang sangat banyak. Pada proses penuaan, jantung dengan berat sekitar 250 gram ini justru mengalami hipertrofi iaitu pembesaran jantung karena sel-sel otot jantung membesar, padahal organ-organ lain kebanyakan mengalami penciutan atau pengecilan. Dinding kamar jantung menebal, katup-katup jantung menebal dan kaku, sehingga kontraktilitas (daya pompa otot jantung) menurun dan para lansia merasa cepat lelah jika berjalan jauh, dan mengeluh sesak napas jika menaiki beberapa anak tangga.Dinding pembuluh darah juga mengalami penebalan dan pengerasan sehingga menjadi kaku. Diameter rongga pembuluh darah mengecil atau menyempit sehingga aliran darah tidak selancar pada orang yang berusia muda. Hal ini menyebabkan elastisitas atau kelenturan pembuluh darah berkurang. Inilah yang disebut dengan arteriosklerosis (pengerasan pembuluh darah). Kadang-kadang terasa nyeri di dada kiri karena ada penyempitan pembuluh darah jantung, sehingga aliran darah kurang lancar. Penebalan dan pengerasan dinding pembuluh darah ini terjadi karena adanya penambahan jaringan ikat, kalsifikasi, dan penimbunan lemak. Kolestrol darah yang tinggi serta faktor-faktor berisiko lain, misalnya merokok, kurangnya latihan fisik atau olahraga, mengidap penyakit darah tinggi, kencing manis (diabetes), dan lain-lain, sangat berperan dalam mempercepat proses arteriosklerosis dan penyakit jantung koroner ini (Santosa & Ismail, 2009).Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik sejalan dengan peningkatan usia terjadinya penurunan elastisitas dan kemampuan meregang pada arteri besar. Tekanan aorta meningkat sangat tinggi dengan penambahan volume intravaskular yang sedikit menunjukkan kekakuan pembuluh darah pada lanjut usia. Secara hemodinamik hipertensi sistolik ditandai penurunan kelenturan pembuluh darah arteri besar resistensi perifer yang tinggi pengisian diastolic abnormal dan bertambah masa ventrikel kiri. Perubahan sistem saraf simpatik dengan bertambahnya norepinephrin menyebabkan penurunan tingkat kepekaan sistem reseptor beta adrenergik pada sehingga berakibat penurunan fungsi relaksasi otot pembuluh darah (Temu Ilmiah Geriatri, 2008).

Menurut Darmojo (2006) juga, faktor-faktor lain yang mempengaruhi hipertensi pada lanjut usia adalah seperti penurunan kadar rennin karena menurunnya jumlah nefron akibat proses menua, meningkatnya sensitivitas terhadap asupan natrium, penurunan elastisitas pembuluh darah perifer yang akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan hipertensis sistolik, dan perubahan ateromatous yang menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembentukan berbagai sitokin dan subtansi kimiawi lain yang kemudian menyebabkan resorbi natrium di tubulus ginjal, meningkatkan proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.

Kaitan tingkat pengetahuan dan olahraga

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sebenarnya dapat dicegah dengan modifikasi gaya hidup, namun tidak cukup banyak orang mengetahui hal ini. Setelah sekian banyak penelitian dilakukan bagi mengetahui faktor risiko hipertensi yang berpengaruh seperti umur, jenis kelamin, ras, obesitas, riwayat hipertensi keluarga, stress psikologis, kolestrol darah yang tinggi, perilaku merokok, aktivitas fisik yang kurang, pola makan, dan lain-lain. Usaha pencegahan hipertensi melaluui mengatur diet dan pola makan merupakan hal yang utama, namun aktivitas fisik juga berperan penting dalam mencegah hipertensi. Sebuah studi metaanalisis telah menunjukkan bahwa akivitas fisik elektif dalam menurunkan tekanan darah pada individu dengan berat badan normal dan kelebihan berat badan dan pada mereka yang pre-hipertensi dan hipertensi. Dalam studi yang telah kami lakukan, ditemukan bahawa kebanyakan warga memiliki pengetahuan samada tinggi atau sedang tentang gaya hidup yang dapat menyebabkan hipertensi, namun tidak semua pula yang melakukan aktivitas fisik karena dipengaruhi oleh keterbasan waktu, dan sebagainya (Desak Putu Yuli Kurniati, 2012).

Referensi

1. Memahamii krisis lanjut usia, hanna santoso dan andar ismail, cetakan 1 20092. Temu Ilmiah Geriatri. 2008. Patofisiologi hipertensi pada lansia. Semarang3. Desak Putu Yuli Kurniati, Giri Inayah, Karina Samaria PERILAKU BEROLAHRAGA DALAM UPAYA PENCEGAHAN HIPERTENSI PADA WANITA USIA PRODUKTIF DI PANCORAN MAS, DEPOK, JAWA BARAT