pengaruh ukuran perusahaan, return on asset …repository.umrah.ac.id/1774/1/vivi...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RETURN ON ASSET, CURRENT
RATIO, DEBT TO ASSET RATIO, DAN PERTUMBUHAN PENJUALAN
TERHADAP OPINI AUDIT GOING CONCERN DENGAN VARIABEL
MODERASI AUDITOR SWITCHING PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2014-2016
Vivi Irda Marliani Putri1 , Sri Ruwanti2 , Asri Eka Ratih3
Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali Haji
(UMRAH), Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Email : [email protected]
ABSTRAK
Opini Audit Going Concern merupakan opini yang diberikan auditor
terhadap kelangsungan hidup suatu perusahaan. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Asset, Current Ratio, Debt
to Asset Ratio, dan Pertumbuhan Penjualan Terhadap Opini Audit Going Concern
dengan Variabel Moderasi Auditor Switching pada Perusahaan Manufaktur yang
Terdaftar di BEI Tahun 2014-2016. Metode pengambilan sampel penelitian ini
adalah purposive sampling dan didapatkan 51 sampel yang memenuhi kriteria dari
153 perusahaan yang menjadi data observasi. Teknis analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik. Dan hasil pengujian
mendapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan, currrent ratio, debt to asset ratio,
dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern. Dan opini audit going concern tidak berpengaruh terhadap auditor
switching. Dan auditor switching tidak memoderasi pengaruh ukuran perusahaan,
currrent ratio, debt to asset ratio, dan Pertumbuhan Penjualan terhadap opini
audit going concern.
Kata kunci : Opini audit going concern, ukuran perusahaan, currrent ratio, debt
to asset ratio, pertumbuhan penjualan, auditor switching.
2
ABSTRACT
Going concern audit opinion is an opinion given by the auditor to the
survival of a company. The purpose of this study is to determine the effect of firm
size, return on asset, current ratio, debt to asset ratio, and growth on going
concern audit opinion with auditor switching as a moderating variable to the use
of going concern audit opinion on manufacturing companies in Indonesia Stock
Exchange 2014-2016 period. The sampling method is using purposive sampling
techniques and obtained 51 samples of companies that meet the criteria and 153
firm-year observation. Analysis techniques applied in this research is using
logistic regression analysis. Results of the research are firm size, return on asset,
current ratio, debt to asset ratio, and growth didn’t influence on going concern
audit opinion decisions. And going concern audit opinion didn’t influence on
auditor switching. And auditor switching didn’t moderate the effect of firm size,
return on asset, current ratio, debt to asset ratio, and growth on going concern
audit opinion.
Key Word :, going concern audit opinion, firm size, return on asset, currrent
ratio, debt to asset ratio, growth, auditor switching.
PENDAHULUAN
Suatu perusahaan dikatakan berhasil ketika perusahaan tersebut
memperoleh laba dan lebih baiknya jika laba tersebut terus meningkat setiap
tahunnya. Salah satu yang mempengaruhi keberhasilan perusahaan adalah kondisi
lingkungan. Kondisi perekonomian suatu negara yang baik mempengaruhi
perusahaan-perusahaan tersebut untuk memperoleh laba secara terus menerus.
Sedangkan kondisi perekonomian suatu negara tidak baik maka akan berdampak
kepada perusahaan untuk sulit memperoleh laba. Ketika suatu negara mengalami
krisis ekonomi maka banyak perusahaan yang mengalami kendala dalam
menjalankan bisnisnya. Krisis ekonomi disuatu negara tersebut ikut memberikan
dampak kepada perusahaan untuk dapat melangsungkan hidup perusahaannya.
Berdasarkan data yag didapatkan dari kontan.co.id, pada tahun 2016,
Bursa Efek Indonesi (BEI) mengaku ada beberapa perusahaan yang kelangsungan
usahanya maasih dipertanyakan. Beberapa emiten yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia (BEI) memiliki kelangsungan usaha (going concern) yang porspektif di
masa depan. Samsul Hidayat, Direktur penilaian perusahaan BEI mengatakan,
3
salah satu kriteria perusahaan yang disebut tidak memiiki kelangsungan usaha
adalah jika tidak memiliki pendapatan atau kinerjanya terus merugi.
Bagi suatu perusahaan memperoleh opini audit going concern
merupakan hal yang penting karena perusahaan tersebut dapat meyakinkan
investor bahwa perusahaan tersebut mampu bertahan dan bersaing dalam jangka
waktu yang cukup lama. Sedangkan bagi auditor memberikan opini audit going
concern bukanlah hal yang mudah. Karena sangat sulit memprediksi
kelangsungan hidup suatu perusahaan yang menyebabkan auditor mengalami
dilema antara moral dan etika dalam memberikan opini going concern (Saifudin,
2016). Penerimaan opini audit going cocern dapat dipengaruhi beberapa faktor
seperti ukuran perusahaan, return on asset, current ratio, debt to asset ratio,
pertumbuhan penjualan, dan lainnya.
Rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengaruh
ukuran perusahaan, return on asset, current ratio, debt to asset ratio, dan
pertumbuhan penjualan terhadap opini audit going concern pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016 baik secara
parsial maupun simultan. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis pengaruh ukuran perusahaan, return on asset, current ratio, debt to
asset ratio, dan pertumbuhan penjualan terhadap opini audit going concern.
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
Opini Audit Going Concern
Menurut Elviona (2016), Opini audit modifikasi mengenai going
concern merupakan opini audit yang dalam pertimbangan auditor terdapat
ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup
perusahaan dalam menjalankan oprasinya pada kurun waktu yang pantas, tidak
lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan keuangan yang sedang diaudit. Ada
lima jenis opini audit yang diberikan oleh auditor, yaitu wajar tanpa pengecualian,
wajar tanpa pengecualian dengan paragraf penjelas, wajar dengan pengecualian,
tidak wajar, dan tidak beropini. Perolehan opini audit going concern dalam hal ini
yaitu perusahaan yang mendapat opini selain wajar tanpa pengecualian. Dalam
penelitian ini opini audit going concern diukur dengan menggunakan dummy,
4
dimana apabila perusahaan menerima untuk melakukan opini audit going concern
maka akan diberi score 1, dilihat dari laporan auditor independen dengan
keterangan penjelasan di opini auditor dan apabila tidak akan diberi score 0,
diketahui dengan adanya opini wajar tanpa pengecualian atau penjelasan.
Ukuran Perusahaan
Menurut Rahman dan Baldric Siregar dalam Sarifudin (2016), Ukuran
perusahaan dalam penelitian ini diukur melalui total asset. Total aseet dipilih
sebagai proksi atas ukuran perusahaan dengan mempertimbangkan, bahwa nilai
asset relatif lebih stabil dibandingkan dengan nilai market capitalized dan
penjualan.
SIZE = Total Asset
Return on Asset (ROA)
Hasil pengembalian atas asset merupakan rasio yang menunjukkan
seberapa besar kontribusi asset dalam menciptakan laba bersih. Return on asset
dalam penelitian ini diukur dengan membandingkan laba bersih dengan total asset
yang dimiliki perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2014-2016
(Hery, 2016 : 193).
𝑹𝑶𝑨 = 𝑳𝒂𝒃𝒂 𝑩𝒆𝒓𝒔𝒊𝒉
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒆𝒕
Current Ratio
Current ratio atau rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total asset lancar yang tersedia
(Hery, 2016 : 152). Current ratio atau rasio lancar dalam penelitian ini diukur
dengan membandingkan asset lancar dengan kewajiban lancar yang dimiliki
perusahaan.
𝑪𝒖𝒓𝒓𝒆𝒏𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 = 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕 𝑳𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓
𝑲𝒆𝒘𝒂𝒋𝒊𝒃𝒂𝒏 𝑳𝒂𝒏𝒄𝒂𝒓
Debt to Asset Ratio
Debt To Asset ratio merupakan rasio antara total hutang (total debt)
dengan total asset (total assets) yang dinyatakan dalam presentase. Rasio hutang
5
mengukur berapa persen asset perusahaan yang dibelanjai dengan hutang (Sawir,
2008 : 13). Debt to asset ratio atau rasio hutang dalam penelitian ini diukur
dengan membandingkan total hutang dengan total asset yang dimiliki perusahaan.
𝑫𝒆𝒃𝒕 𝑹𝒂𝒕𝒊𝒐 = 𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑯𝒖𝒕𝒂𝒏𝒈
𝑻𝒐𝒕𝒂𝒍 𝑨𝒔𝒔𝒆𝒕
Pertumbuhan Penjualan
Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diproksikan sebagai
pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur
efektifitas perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam
industri maupun kegiatan ekonomi keseluruhan (Sarifudin, 2016). Pertumbuhan
perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan membandingkan penjualan bersih
tahun ini dikurangi dengan penjualan bersih tahun sebelumnya dengan penjualan
bersih tahun sebelumnya pada perusahaan.
𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏 − 𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏𝒕𝟏
𝑷𝒆𝒏𝒋𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏𝒕𝟏
Auditor switching
Auditor switching merupakan putusnya hubungan perusahaan dengan
auditor lama kemudian menunjuk auditor baru untuk menggantikan auditor lama
(Ahmed dan Hossaid dalam Verdhiana dan Latrini, 2016). Auditor switching
merupakan variabel dummy yang dilambangkan dengan kode 1 apabila
perusahaan melakukan pergantian auditor ketika mendapatkan opini audit going
concern dan diberikan kode 0 apabil perusahaan tidak melakukan pergantian
auditor ketika mendapatkan opini audit going concern (Verdhiana dan Latrini,
2016).
6
Kerangka Pemikiran
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Opini Audit Going Concern pada
Perusahaan Manufaktur
Ukuran perusahaan adalah skala perusahaan yang dapat dilihat dari total
asset, jumlah penjualan, dan rata-rata total asset. Jadi, ukuran perusahaan
merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki suatu perusahaan (dalam
Sujianto,2011). Dari pengertian tersebut mengartikan bahwa dari besarnya asset
yang berkaitan dengan ukuran perusahaan maka dapat ditinjau kelangsungan
hidup suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki total asset yang tinggi
menunjukkan bahwa telah mencapai target yang baik bagi kelangsungan hidup
perusahaan tersebut. Hal ini berkaitan dengan penelitian Lutfi pada tahun 2016
yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini audit
going concern.
Ukuran Perusahaan (X1)
Return on asset (X2)
Current ratio (X3)
Debt to asset ratio (X4)
Opini Audit Going concern
(Y)
Pertumbuhan Penjualan
(X5)
Auditor switching
H1
H2
H3
H4
H5
H7 H8
H9
H10
001 H11
0
H6
7
2.3.1. Pengaruh Return on asset terhadap Opini Audit Going concern
pada Perusahaan Manufaktur
Menurut Hanafi dan Halim (2003:27), return on asset (ROA) adalah
rasio keuangan perusahaan yang terkait dengan potensi keuntungan mengukur
kekuatan perusahaan membuahkan keuntungan atau juga laba tingkat pendapatan,
asset dan juga modal saham spesifik. Dari pengertian tersebut dapat diasumsikan
bahwa ROA berkaitan dengan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Hal ini
berkaitan dengan penelitian Rizka Ardhi Pradika tahun 2017 yang menyatakan
bahwa ROA berpengaruh dan signifikan terhadap opini audit going concern.
Pengaruh Current ratio terhadap Opini Audit Going concern pada
Perusahaan Manufaktur
Current ratio (rasio lancar) adalah rasio yang dapat mengukur
kemampuan perusahaan dalam hal melunasi hutang jangka pendek. Dimana dapat
diketahui hingga seberapa jauh jumlah asset lancar perusahaan dapat menjamin
hutang lancarnya. Semakin tinggi rasio berarti semakin baik perusahaan untuk
dapat melunasi hutangnya. Rasio ini dapat digunakan sebagai pengukuran
kemampuuan perusahaan untuk dapat membayar hutang jangka pendek dengan
menggunakan aseet lancar yang dimiliki. Dari pengertian tersebut mengartikan
bahwa current ratio berkaitan dengan kelangsungan hidup suatu perusahaan. Hal
ini berkaitan dengan penelitian Friska (2015) yang menyatakan bahwa likuiditas
yang diproksikan sebagai current ratio berpengaruh terhadap opini audit going
concern.
Pengaruh Debt to Asset Ratio Terhadap Opini Audit Going concern pada
Perusahaan Manufaktur
Suatu perusahaan yang memiliki total aseet yang lebih kecil dari
hutangnya akan menghadapi bahaya kebangkrutan. Semakin besar debt to asset
ratio suatu perusahaan, maka semakin besar pula hutang yang dimilikinya
sehingga risiko kegagalan suatu perusahaan dalam membayar hutang semakin
tinggi (Chen dan Cruch, 1992). Hal ini berakibat perusahaan menerima opini audit
going concern. Dari penjelasan tersebut berkaitan dengan penelitian Feri Setiawan
8
pada tahun 2015 yang menyatakan bahwa debt to asset ratio berpengaruh negatif
terhadap opini audit going concern.
Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Terhadap Opini Audit Going Concern
pada Perusahaan Manufaktur
Pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur efektifitas
perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam industri
maupun kegiatan ekonomi keseluruhan (Sarifudin, 2016). Dari penjelasan tersebut
pertumbuhan perusahaan memiliki kemungkuninan berpengaruh terhadap opini
audit going concern pada perusahaan maanufaktur di BEI tahun 2014-2016. Hal
tersebut berkaitan dengan hasil penelitian (Setiawan, 2015) yang menyatakan
bahwa pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Pengaruh Auditor Switching Terhadap Opini Audit Going Concern
Auditor switching merupakan tindakan yang dilakukan manajemen
perusahaan untuk mengganti auditor. Suatu perusahaan yang mendapat opini audit
going concern akan melakukan tindakan pergantian auditor agar perusahaan
tersebut mendapatkan opini audit yang diharapkan oleh pihak manajemen
perusahaan tersebut. Hal tersebut dikarenakan perusahaan yang mendapat opini
audit going concern akan mengalami dampak negatif bagi harga saham
perusahaan nya dan berdampak buruk bagi kelangsungan hidup perusahaan
tersebut. Oleh sebab itu, manajemen akan melakukan tindakan pergantian auditor
guna mendapatkan opini audit yag diharapkan.
Pengaruh Auditor switching sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan
antara Ukuran Perusahaan dan Opini Audit Going Concern
Kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
dapat dilihat dari jumlah kepemilikan asset atas perusahaannya atau ukuran
perusahaannya. Semakin baik atau tinggi ukuran suatu perusahaan akan
memungkinkan perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jika
suatu perusahaan memiliki kondisi keuangan yang baik maka perusahaan tersebut
tidak akan mendapatkan opini audit going concern dan tidak akan terjadi praktik
pergantian auditor atau auditor switching.
9
Pengaruh Auditor switching sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan
antara Return On Asset dan Opini Audit Going Concern
Suatu perusahaan mampu memperoleh laba dapat dilihat dari rasio
return on asset yang menggambarkan pengukuran perusahaan secara menyeluruh
untuk menghasilkan keuntungan dari jumlah asset yang dimiliki perusahaan.
Perusahaan yang memiliki rasio return on asset yang tinggi merupakan
perusahaan dalam kondisi keuangan yang baik dan tentunya perusahaan tersebut
tidak akan menerima opini audit going concern dan manajemen perusahaan tidak
akan melakukan pergantian auditor atau auditor switching.
Pengaruh Auditor switching sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan
antara Current Ratio dan Opini Audit Going Concern
Current ratio menggambarkan sebanyak apa asset lancar mampu
menutupi kewajiban atau hutang lancar. Semakin tinggi perbandingan antara aseet
lancar maka semakin tinggi pula tingkat kemampuan perusahaan mampu
menutupi kewajiban jangka pendeknya. Dari hal tersebut, maka perusahaan tidak
akan mengalami kondisi keuangan yang buruk dan tidak akan menerima opini
audit going concern. Serta perusahaan tersebut meiliki kemungkinan yang kecil
akan meakukan pergantian auditor atau auditor switching.
Pengaruh Auditor switching sebagai Variabel Moderating dalam Hubungan
antara Debt to Asset Ratio dan Opini Audit Going Concern
Debt to asset ratio merupakan rasio yang membandingkan total
kewajiban atau hutang dengan total asset. Semakin tinggi rasio ini dan total asset
yang dimiliki perusahaan tidak meningkat maka hutang yang dimiliki perusahaan
semakin tinggi dan berakibat pada kegagalan perusahaan untuk melunasi hutang.
Hal tersebut menyebabkan perusahaan mengalami financial distress dan
berdampak pada penerimaan opini audit going concern. Hal tersebut juga
memungkinkan pihak manajemen perusahaan melakukan auditor switching.
METODOLOGI PENELITIAN
Objek dan Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI tahun 2014-2016. Objek penelitian ini adalah laporan keuangan akhir tahun
10
setiap perusahaan manufaktur. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh
ukuran perusahaan, return on asset, current ratio, debt to asset ratio, dan
pertumbuhan penjualan terhadap opini audit going concern dengan auditor
switching sebagai variabel moderasi. Penelitian ini dibatasi pada perusahaan yang
laporan keuangannya memenuhi beberapa kriteria yang akan dijelaskan pada
kriteria pemilihan sampel.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini adalah metode kuantitatif, dan data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang meliputi variabel-
variabel independen penelitian yaitu ukuran perusahaan, return on asset, current
ratio, debt to asset ratio, dan pertumbuhan penjualan dan variabel dependennya
yaitu opini audit going concern dan variabel moderasinya auditor switching yang
dilakukan oleh perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI tahun 2014-2016.
Informasi tentang data yang diperlukan diperoleh dari Laporan Keuangan dan
Catatan Atas Laporan Keuangan yang diunduh dari website resmi BEI
(www.idx.co.id).
Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau
subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya (Sugiyono,
2013:80). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEI tahun 2014-2016 yaitu sebanyak 144 perusahaan.
Penelitian ini menggunakan sampel yang berasal dari Bursa Efek
Indonesia tahun 2014-2016. Pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan beberapa kriteria tertentu yang terdiri dari :
1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI secara berturut-turut
selama periode 2014-2016.
2. Perusahaan yang menggunakan mata uang rupiah.
3. Perusahaan melaporkan laporan keuangan lengkap selama tahun
penelitian.
11
4. Perusahaan secara berturut-turut mengalami laba selama tahun
penelitian.
5. Perusahaan yang memiliki laporan auditor indenpenden
Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini adalah analisis regresi logistik.
Dengan bantuan SPSS 20.0. dalam analisis ini, terdiri dari uji statistik deskriptif,
analisis regresi logistic (kelayakan model regresi, menilai keseluruhan model,
koefisien determinasi, dan uji parsial). Metode ini digunakan untuk menjelaskan
hubungan antara variabel terikat dengan variabel-variabel bebas. Dalam penelitian
ini, analisis regresi logistic digunakan untuk mengetahui pengaruh ukuran
perusahaan, return on asset, current ratio, debt to asset ratio, dan pertumbuhan
penjualan terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Analisis Statistik Deskriptif
Statistika deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum
(Ghozali, 2013 : 19). Dari uji deskriptif akan diketahui nilai rata-rata (mean),
maksimum, minimum dan standar deviasi dari setiap variabel.
Tabel 1 Hasil Uji Analisis Statistik Deskrptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
SIZE 153 24910211000 44226895982
000
42534694726
71.74
80656822653
22.568
ROA 153 .0004 .4317 .108081 .0960729
CR 153 .0015 15.1646 3.019715 2.7653789
DR 153 .0066 .8375 .375892 .1934198
GROWTH 153 -.5012 7.3900 .129750 .6162975
GCAO 153 .0 1.0 .288 .4541
SWITCH 153 0 1 .26 .441
SIZE_SWITCH 153 0 44226895982
000
19838924938
45.97
70741429001
04.038
ROA_SWITCH 153 .0000 .4317 .035167 .0800587
CR_SWITCH 153 .0000 12.8634 .914200 2.0316876
12
DR_SWITCH 153 .0000 .6780 .083332 .1668453
GROWTH_SWITC
H
153 -.4620 .3542 .022859 .0798235
Valid N (listwise) 153
Analisis Regresi Logistik
Analisis regresi logistik adalah suatu metode analisis yang berfungsi
untuk menganalisis pengaruh suatu variabel bebas terhadap suatu variabel terikat.
Kategori pengelompokan jawaban variabel terikat ini adalah untuk Y = 1
menyatakan kejadian yang “sukses”, ssedangkan untuk Y = 0 menyatakan
kejadian “gagal”. Hal ini sangat berbeda dengan regresi linier, yang variabel
terikatnya termasuk skala interval atau rasio (Agung, 2002 :153).
Uji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi ini dapat dilakukan dengan menggunakan uji
Homer and Lameshow, dimana nilai chisquare hitungnya mencapai 5,971 dan
nilai ini lebih kecil dari nilai chisquare.
Hipotesis untuk menguji kelayakan model adalah :
H0 : Tidak ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dan
klasifikasi yang diamati.
H1 : Ada perbedaan yang nyata antara klasifikasi yang diprediksi dengan
klasifikasi yang diamati.
Dan hasil yang akan dijadikan keputusan test ini bisa dilihat dari nilai
sign pada uji wald. jika nilai sign lebih dari (>) 0,05 (5%) maka Ho diterima, dan
jika nilai sig kurang dari (<) 0,05 (5%) maka Ho ditolak (Baroroh, 2013 : 51).
Tabel 2 Hasil Uji Kelayakan Model Regresi
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 8.654 8 .372
Dan berdasarkan tabel 2 nilai sig adalah 0,372. Hal tersebut
menunjukkan bahwa tidak adanya perbedaan nyata antara klasifikasi yang diduga
dan diamati. Artinya model dalam penelitian ini layak untuk diuji.
13
Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah model yang digunakan telah fit
dengan data atau belum. Pada pengujian ini, yang harus diperhatikan adalah angka
pada bagian -2 Log Likelihood. Apabila angka -2 Log Likelihood pada awal
(Tabel Iteration History Block Number = 0) lebih tinggi daripada angka -2 Log
Likelihood pada Iteration History Block Number = 1 maka hal ini menunjukkan
bahwa model regresi tersebut baik atau fit dengan data. Penurunan angka
Likelihood pada regresi binary mirip dengan pengertian ‘Sum of squared error’
pada model regresi yang menunjukkan model regresi yang baik (Santoso, 2016 :
220).
Tabel 3
Block Number 0
Tabel 4
Block Number 1
Iteration Historya,b,c
Iteration -2 Log likelihood Coefficients
Constant
Step 0
1 183.696 -.850
2 183.591 -.906
3 183.591 -.907
Iteration Historya,b,c,d
Iter
atio
n
-2 Log
likelihoo
d
Coefficients
Const
ant
SIZ
E ROA CR DR
GRO
WTH
SWIT
CH
SIZE_
SWITC
H
ROA_S
WITCH
CR_S
WITCH
DR_S
WITCH
GROWTH
_SWITCH
S
t
e
p
1
1 172.626 -.831 .000 2.464 .037 -
.161 -.299
-
1.349 .000 3.097 -.035 .440 1.606
2 170.852 -.889 .000 2.897 .039 -
.126 -.575
-
1.864 .000 4.669 -.042 -.089 3.058
3 170.421 -.903 .000 3.066 .037 -
.039
-
1.042
-
1.922 .000 5.117 -.053 -.583 4.157
4 170.316 -.908 .000 3.184 .036 .022 -
1.458
-
1.917 .000 5.063 -.053 -.701 4.652
14
Dan dari tabel 3 dan tabel 4 di dapati bahwa nilai -2 Log Likehood awal (183,696)
lebih tinggi dibandingkan nilai pada -2 Log Likehood akhir (172,626). Hal
tersebut menunjukkan bahwa model yang dihipotesiskan sesuai dengan data.
Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R2) ini digunakan untuk menggambarkan
seberapa jauh kemampuan model menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi (R2) berkisar antara 0< R2 < 1. Nilai koefisien determinasi
yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan
variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-
variabel independen hampir memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011).
Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negatif, walaupun
yang dikehendaki harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris didapat nilai
adjusted R2 negatif, maka dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 =
1, maka adjusted R2 = 1 sedangkan jika nilai R2 = 0, maka adjusted R2 = (1-k) /
(k-n). Jika K > 1, maka adjusted R2 akan bernilai negatif (Ghozali, 2011).
Tabel 5
. Dari tabel tersebut didapatkan angka 0.119 yang artinya adalah variasi
variabel independen (SIZE, ROA, CR, DR, GROWTH, SIZE_SWITCH,
ROA_SWITCH, CR_SWITCH, DR_SWITCH, dan GROWTH_SWITCH)
mampu mengartikan ragam dari variabel independen (GCAO) sebesar 11,9%
5 170.316 -.906 .000 3.187 .036 .022 -
1.491
-
1.918 .000 5.061 -.053 -.701 4.687
6 170.316 -.906 .000 3.187 .036 .022 -
1.492
-
1.918 .000 5.061 -.053 -.701 4.687
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 170.316a .083 .119
15
sedangkan sisanya diartikan oleh variabel lain yang tidak masuk dalam model
regresi.
Tabel 7
Variables in the Equation
B S.E. Wald Df Sig. Exp(B)
Step 1a
SIZE .000 .000 1.502 1 .220 1.000
ROA 3.187 2.564 1.545 1 .214 24.205
CR .036 .087 .168 1 .682 1.036
DR .022 1.414 .000 1 .988 1.022
GROWTH -1.492 1.425 1.096 1 .295 .225
SWITCH -1.918 2.315 .687 1 .407 .147
SIZE_SWITCH .000 .000 1.278 1 .258 1.000
ROA_SWITCH 5.061 4.804 1.110 1 .292 157.694
CR_SWITCH -.053 .297 .032 1 .858 .948
DR_SWITCH -.701 4.424 .025 1 .874 .496
GROWTH_SWITCH 4.687 4.862 .929 1 .335 108.516
Constant -.906 .811 1.247 1 .264 .404
a. Variable(s) entered on step 1: SIZE, ROA, CR, DR, GROWTH, SWITCH, SIZE_SWITCH, ROA_SWITCH,
CR_SWITCH, DR_SWITCH, GROWTH_SWITCH.
Analisis Regresi Logistik
Adapun tujuan dari regresi logistik adalah pembuatan sebuah model
regresi untuk memprediksi besar variabel dependen yang berupa sebuah variabel
binary logistik menggunakan data variabel independen yang sudah diketahui
besarnya (Santoso. 2015:2016).
Model persamaan regresi dalam penelitian ini adalah :
GCAO = -0,906 + 0.000X1 + 0,3187X2 + 0,036 X3 + 0,022X4 - 1,492X5 - 1,918Z
+ 0,000X1Z + 5,061 X2Z - 0,053X3Z - 0,701X4Z + 4,687X5Z
Uji Parsial
Pengujian ini dilakukan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen terhadap variabel dependen dengan memperhatikan nilai
pada tabel Variabels in the Equation, apabila nilai sig kurang dari (<) 0,05, maka
koefisien regresi signifikan.
16
1. Hipotesis pertama dalam penelitian ini adalah diduga ukuran
perusahaan berpengaruh terhadap opini audit going concern. Dan hasil
pengujian menunjukkan bahwa niilai koefisien regresi variabel ini
adalah 0,000 dan hasil signifikasi adalah 0,220, yang mana nilai
pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat diketahui bahwa
ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern atau dengan kata lain H1 ditolak.
2. Hipotesis kedua dalam penelitian ini adalah diduga ukuran return on
asset berpengaruh terhadap opini audit going concern. Dan hasil
pengujian menunjukkan bahwa niilai koefisien regresi variabel ini
adalah 3,187 dan hasil signifikasi adalah 0,214, yang mana nilai
pengujian tersebut lebih kecil dari 0,05. Maka dapat diketahui bahwa
return on asset berpengaruh terhadap opini audit going concern atau
dengan kata lain H2 ditolak.
3. Hipotesis ketiga dalam penelitian ini adalah diduga Current ratio
berpengaruh terhadap opini audit going concern. Dan hasil pengujian
menunjukkan bahwa niilai koefisien regresi variabel ini adalah 0,036
dan hasil signifikasi adalah 0,682, yang mana nilai pengujian tersebut
lebih besar dari 0,05. Maka dapat diketahui bahwa current ratio tidak
berpengaruh terhadap opini audit going concern atau dengan kata lain
H3 ditolak.
4. Hipotesis keempat dalam penelitian ini adalah diduga debt to asset ratio
berpengaruh terhadap opini audit going concern. Dan hasil pengujian
menunjukkan bahwa niilai koefisien regresi variabel ini adalah 0,022
dan hasil signifikasi adalah 0,988, yang mana nilai pengujian tersebut
lebih besar dari 0,05. Maka dapat diketahui bahwa debt ratio tidak
berpengaruh terhadap opini audit going concern atau dengan kata lain
H4 ditolak.
5. Hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah diduga pertumbuhan
penjualan berpengaruh terhadap opini audit going concern. Dan hasil
pengujian menunjukkan bahwa niilai koefisien regresi variabel ini
17
adalah -1,492 dan hasil signifikasi adalah 0,407, yang mana nilai
pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat diketahui bahwa
pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern atau dengan kata lain H5 ditolak.
6. Hipotesis kelima dalam penelitian ini adalah diduga opini audit going
concern berpengaruh terhadap auditor switching. Dan hasil pengujian
menunjukkan bahwa niilai koefisien regresi variabel ini adalah -1,492
dan hasil signifikasi adalah 0,295, yang mana nilai pengujian tersebut
lebih besar dari 0,05. Maka dapat diketahui bahwa opini audit going
concern tidak berpengaruh terhadap auditor switching atau dengan kata
lain H5 ditolak.
7. Hipotesis keenam dalam penelitian ini adalah diduga auditor switching
mampu memoderasi ukuran perusahaan terhadap opini audit going
concern. Dan hasil pengujian menunjukkan bahwa niilai koefisien
regresi variabel ini adalah 0,000 dan hasil signifikasi adalah 0,258, yang
mana nilai pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat
diketahui bahwa auditor switching tidak memoderasi ukuran
perusahaan terhadap opini audit going concern atau dengan kata lain
H6 ditolak.
8. Hipotesis ketujuh dalam penelitian ini adalah diduga auditor switching
mampu memoderasi return on asset terhadap opini audit going concern.
Dan hasil pengujian menunjukkan bahwa niilai koefisien regresi
variabel ini adalah 5,061 dan hasil signifikasi adalah 0,292, yang mana
nilai pengujian tersebut lebih kecil dari 0,05. Maka dapat diketahui
bahwa auditor switching mampu memoderasi return on asset terhadap
opini audit going concern atau dengan kata lain H7 ditolak.
9. Hipotesis kedelapan dalam penelitian ini adalah diduga auditor
switching mampu memoderasi current ratio terhadap opini audit going
concern. Dan hasil pengujian menunjukkan bahwa niilai koefisien
regresi variabel ini adalah -0,53 dan hasil signifikasi adalah 0,858, yang
mana nilai pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. Maka dapat
18
diketahui bahwa auditor switching tidak memoderasi current ratio
terhadap opini audit going concern atau dengan kata lain H8 ditolak.
10. Hipotesis kesembilan dalam penelitian ini adalah diduga auditor
switching mampu memoderasi debt to asset ratio terhadap opini audit
going concern. Dan hasil pengujian menunjukkan bahwa niilai
koefisien regresi variabel ini adalah -0,701 dan hasil signifikasi adalah
0,874, yang mana nilai pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. Maka
dapat diketahui bahwa auditor switching tidak memoderasi debt to asset
ratio terhadap opini audit going concern atau dengan kata lain H9
ditolak.
11. Hipotesis kesepuluh dalam penelitian ini adalah diduga auditor
switching mampu memoderasi pertumbuhan penjualan terhadap opini
audit going concern. Dan hasil pengujian menunjukkan bahwa niilai
koefisien regresi variabel ini adalah 4,687 dan hasil signifikasi adalah
0,335, yang mana nilai pengujian tersebut lebih besar dari 0,05. Maka
dapat diketahui bahwa auditor switching tidak memoderasi
pertumbuhan penjualan terhadap opini audit going concern atau dengan
kata lain H10 ditolak.
Pembahasan Hasil Penelitian
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern
Ukuran perusahaan dinyatakan sebagai determinasi keuangan dalam
studi dan untuk sejumlah alasan berbeda. Pertama, ukuran perusahaan dapat
menentukan tingkat kemudahan perusahaan memperoleh dana dari pasar modal.
Ukuran perusahaan dapat dilihat dari total aset atau banyaknya aset suatu
perusahaan. Pengujian hipotesis untuk variabel ini menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Hasil dari
pengujian ini nilai sig untuk ukuran perusahaan 0,220 > 0,05 sehingga
mengindikasikan variabel ini tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern. Ukuran perushaan atau besarnya total asset suatu perusahaan tidak
menjamin auditor meberikan opini audit going concern dikarenakan banyak hal
yang dipertimbangkan auditor untuk memberikan opini. Jika suatu perusahaan
19
memiliki total asset atau ukuran perusaahaan yang tinggi tetapi tidak memiliki
manajemen dan kinerja yang baik maka perusahaan tidak mampu
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hasil penelitian ini didukung oleh
Sinurat (2015), dan penelitian ini tidak mendukung pennelitian dari Pradika
(2017) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhhadap opini
audit going concern.
Pengaruh Return On Asset Terhdap Opini Audit Going Concern
Hasil pengembalian atas asset merupakan rasio yang menunjukkan
seberapa besar kontribusi asset dalam menciptakan laba bersih. Dengan kata lain,
rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan
dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total asset. Rasio ini
dihitung dengan membagi laba bersih terhadap total asset. Pengujian hipotesis
menunjukkan bahwa variabel ini berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Hasil dari pengujian ini nilai sig untuk ukuran perusahaan 0,214 > 0,05 sehingga
mengindikasikan variabel ini tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern. Semakin banyak laba yang didapatkan perusahaan dari banyaknya total
aset maka perusahaan memiliki kondisi ekonomi yang baik. Namun jika
perusahaan tidak memiliki potensi biaya untuk memperoleh laba ditahun
selanjutnya maka auditor bisa saja menyimpulkan bahwa perusahaan tidak dapat
mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hasil penelitian ini didukung oleh Lutfi
(2016) dan penelitian ini tidak mendukung penelitian dari Pradika (2017) yang
menyatakan bahwa return on asset tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern.
Pengaruh Current Ratio Terhadap Opini Audit Going Concern
Current ratio atau rasio lancar merupakan rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya
yang segera jatuh tempo dengan menggunakan total asset lancar yang tersedia.
Dengan kata lain, rasio lancar ini menggambarkan seberapa besar jumlah
ketersediaan asset lancar yang dimiliki perusahaan di bandingkan dengan total
kewjiban lancar. Oleh sebab itu, rasio lancar di hitung sebagai hasil bagi antara
total asset lancar dengan total kewajiban lancar. Hasil dari pengujian ini nilai sig
20
untuk current ratio 0,682 > 0,05 sehingga mengindikasikan variabel ini tidak
berpengaruh terhadap opini audit going concern. Semakin tinggi rasio berarti
semakin baik perusahaan untuk dapat melunasi hutangnya. Rasio ini dapat
digunakan sebagai pengukuran kemampuuan perusahaan untuk dapat membayar
hutang jangka pendek dengan menggunakan aseet lancar yang dimiliki. Walaupun
perusahaan yang memiliki hasil yang rendah dari rasio ini, tetapi masih mampu
untuk melunasi hutang jangka pendeknya dengan investasi asset tetap atau
membeli saham dan surat berharga lainnya. maka perusahaan tersebut akan
mampu mempertahankan kelangsungan hidupnya. Hal ini didukung oleh
penelitian Lutfi (2016) dan penelitian ini tidak mendukung penelitian dari
Setiawan (2015) yang menyatakan bahwa current ratio berpengaruh terhadap
opini audit going concern.
Pengaruh Debt to Asset Ratio Terhadap Opini Audit Going Concern
Debt to asset ratio merupakan rasio yang memperlihatkan proporsi
antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Apabila rasio
hutang semakin tinggi, dan besarnya total aseet tidak berubah maka hutang yang
dimiliki semakin besar. Dan begitu pula sebaliknya, apabila rasio hutang semakin
rendah, dan besarnya total asset semakin baik maka hutang yang dimiliki semakin
kecil. Hasil dari pengujian ini nilai sig untuk current ratio 0,988 > 0,05 sehingga
mengindikasikan variabel ini tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern. Hal ini disebabkan karena auditor tidak hanya mempertimbangkan rasio
ini tetapi juga hal lainnya seperti kerugian oprasional perusahaan yang terus
menerus dan potensi kebangkrutan suatu perusahaan. Jika perusahaan memiliki
hasil rasio yang tinggi tetapi melakukan kinerja dan manajemen yang baik untuk
kelangsungan hidupnya maka auditor akan memberikan opini non going concern.
Hal ini didukung oleh penelitian Pravasanti (2017) dan penelitian ini tidak
mendunkung penelitian dari Lutfi (2016) yang menyatakan bahwa debt to asset
ratio berpengaruh terhadap opini audit going concern.
Pengaruh Pertumbuhan Penjualan Terhadap Opini Audit Going Concern
Pertumbuhan perusahaan dalam penelitian ini diproksikan sebagai
pertumbuhan penjualan. Pertumbuhan penjualan digunakan untuk mengukur
21
efektifitas perusahaan dalam mempertahankan posisi ekonominya, baik dalam
industri maupun kegiatan ekonomi keseluruhan (Sarifudin, 2016). Hasil dari
pengujian ini nilai sig untuk current ratio 0,295 > 0,05 sehingga mengindikasikan
variabel ini tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern. Meskipun
perusahaan mengalami pertumbuhan dalam penjualannya, belum tentu auditor
akan memberikan opini non going concern. Hal tersebut dikarenakan jika
perusahaan mengalami pertumbuhan penjualan tetapi tidak berhasil memperoleh
laba dengan banyaknya hutang yang dimiliki maka perusahaan tidak baik dalam
mempertahankan kelangsungannya. Hal ini didukung oleh penelitian dari Alichia
(2013) dan penelitian ini tidak mendukung penelitian dari Setiawan (2015) yang
menyatakan bahwa pertumbuhan penjualan berpengaruh terhadap opini audit
going concern.
Pengaruh Auditor Switching Terhadap Opini Audit Going Concern
Auditor switching merupakan tindakan yang dilakukan piihak
manajemen untuk melakukan pergantian auditor. Pergantian auditor tersebut
bertujuan agar perusahaan yang mendapat opini audit going concern diharapkan
akan mendapat opini audit yang lebih baik yang diharapkan perusahaan. Hasil dari
pengujian ini nilai sig dari auditor switching adalah 0,407 yang mana nilai
tersebut lebih besar dari 0,05 sehingga mengindikasikan varibael ini tidak
berpengaruh terhadap opini audit going concern. Dengan melakukan pergantian
auditor, perusahaan yang mendapati opini audit going concern belum tentu akan
mendapati opini audit yang lebih baik, dikarenakan adanya independensi dari
auditor. Saat independensi auditor terjaga maka auditor kan menjalankan tugasnya
dengan baik dan akan memberikan opini audit yang sesuai dengan perusahaan.
Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Setiadamayanthi (2016)
yang menyatakan auditor switching tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern. Dan penelitian ini tidak mendukung penelitian dari Awie (2014) yang
menyatakan auditor switching berpengaruh terhadap opini audit going concern.
22
Pengaruh Auditor Switching Sebagai Pemoderasi Ukuran Perusahaan
Terhadap Opini Audit Going Concern
Kemampuan perusahaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup
tidak hanya dilihat dari jumlah kepemilikan asset atas perusahaannya atau ukuran
perusahaannya. Jika perusahaan tidak memiliki kinerja dan manajemen yang baik
maka perusahaan akan kesulitan untuk memperoleh laba dan mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Hal tersebut akan berakibat pada perusahaan akan
mendapatkan opini audit going concern dan akan terjadi praktik pergantian
auditor atau auditor switching. Hasil dari pengujian ini nilai sig untuk current
ratio 0,258 > 0,05 sehingga mengindikasikan variabel ini tidak memoderasi
pengaruh ukuran perusahaan terhadap opini audit going concern.
Pengaruh Auditor Switching Sebagai Pemoderasi Return On Asset Terhadap
Opini Audit Going Concern
Suatu perusahaan mampu memperoleh laba dapat dilihat dari rasio
return on asset yang menggambarkan pengukuran perusahaan secara menyeluruh
untuk menghasilkan keuntungan dari jumlah asset yang dimiliki perusahaan.
Namun jika perusahaan tidak memiliki potensi ekonomi untuk memperoleh laba
ditahun selanjutnya akan berdapak pada kelangsungan hidupnya. Hal tersebut
menyebabkan perusahaan akan menerima opini audit going concern dan
manajemen perusahaan akan melakukan pergantian auditor atau auditor
switching. Hasil dari pengujian ini nilai sig 0,292 > 0,05 sehingga
mengindikasikan variabel ini tidak mampu memoderasi pengaruh return on asset
terhadap opini audit going concern.
Pengaruh Auditor Switching Sebagai Pemoderasi Current Ratio Terhadap
Opini Audit Going Concern
Current ratio menggambarkan sebanyak apa asset lancar mampu
menutupi kewajiban atau hutang lancar. Semakin tinggi perbandingan antara asset
lancar maka semakin tinggi pula tingkat kemampuan perusahaan mampu
menutupi kewajiban jangka pendeknya. Walaupun perusahaan yang memiliki
hasil yang rendah dari rasio ini, tetapi masih mampu untuk melunasi hutang
jangka pendeknya dengan investasi asset tetap atau membeli saham dan surat
23
berharga lainnya. maka perusahaan tersebut akan mmapu mempertahankan
kelangsungan hidupnya. jika perusahaan memiliki Dari hal tersebut, maka
perusahaan tidak akan menerima opini audit going concern. Serta perusahaan
tersebut memiliki kemungkinan yang kecil akan melakukan pergantian auditor
atau auditor switching. Hasil dari pengujian ini nilai sig untuk current ratio 0,858
> 0,05 sehingga mengindikasikan variabel ini tidak memoderasi pengaruh current
ratio terhadap opini audit going concern.
Pengaruh Auditor Switching Sebagai Pemoderasi Debt to Asset Ratio
Terhadap Opini Audit Going Concern
Debt to asset ratio merupakan rasio yang membandingkan total
kewajiban atau hutang dengan total asset. Auditor tidak hanya
mempertimbangkan rasio ini tetapi juga hal lainnya seperti kerugian oprasional
perusahaan yang terus menerus dan potensi kebangkrutan suatu perusahaan. Jika
perusahaan memiliki hasil rasio yang rendah tetapi tidak melakukan kinerja dan
manajemen yang baik untuk kelangsungan hidupnya maka auditor akan
memberikan opini audit going concern. Hal tersebut juga memungkinkan pihak
manajemen perusahaan melakukan auditor switching. Hasil dari pengujian ini
nilai sig untuk debt to asset ratio 0,874 > 0,05 sehingga mengindikasikan variabel
ini tidak memoderasi pengaruh debt to asset ratio terhadap opini audit going
concern.
Pengaruh Auditor Switching Sebagai Pemoderasi Pertumbuhan Penjualan
Terhadap Opini Audit Going Concern
Pertumbuhan penjualan yang diproksikan pertumbuhan penjualan
digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam mempertahankan posisi
ekonominya. Meskipun perusahaan mengalami pertumbuhan dalam penjualannya,
belum tentu auditor akan memberikan opini non going concern. Hal tersebut
dikarenakan jika perusahaan mengalami pertumbuhan penjualan tetapi tidak
berhasil memperoleh laba dengan banyaknya hutang yang dimiliki maka
perusahaan tidak baik dalam mempertahankan kelangsungannya. Hal tersebut
menyebabkan perusahaan menerima opini audit going concern dan pihak
manajemen akan melakukan praktik pergantian auditor atau auditor switching.
24
Hasil dari pengujian ini nilai sig untuk pertumbuhan perusahaan 0,335 > 0,05
sehingga mengindikasikan variabel ini tidak memoderasi pengaruh pertumbuhan
penjulan terhadap opini audit going concern.
KESIMPULAN
1. Ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2014-2016.
2. Return on asset tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2014-2016.
3. Current ratio tidak berpengaruh terhadap opini audit going concern
pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
tahun 2014-2016.
4. Debt to asset ratio tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2014-2016.
5. Pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh terhadap opini audit going
concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2014-2016.
6. Opini audit going concern tidak berpengaruh terhadap auditor
switching pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia tahun 2014-2016.
7. Auditor switching tidak memoderasi pengaruh ukuran perusahaan
terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016.
8. Auditor switching tidak memoderasi pengaruh return on asset terhadap
opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016.
9. Auditor switching tidak memoderasi pengaruh current ratio terhadap
opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016.
25
10. Auditor switching tidak memoderasi pengaruh debt to asset ratio
terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016.
11. Auditor switching tidak memoderasi pengaruh pertumbuhan penjualan
terhadap opini audit going concern pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2014-2016.
SARAN
1. Bagi Perusahaan sebaiknya perusahaan mampu mempertahankan
kondisi ekonomi yang baik bagi perusahaan dan mengenali lebih awal
tanda-tanda kebangkrutan dengan menganalisis laporan keuangan
sehingga perusahaan dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya.
2. Penelitian selanjutnya dapat menambah tahun pengamatan dan
diperpanjang agar dapat dilihat kecenderungan trend penerbitan opini
audit going concern dalam jangka waktu yang panjang.
3. Penelitian selanjutnya dapat memperluas sampel peneltian dengan
memasukkan seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia.
26
Daftar Pustaka
Alichia, Y. P. (2013). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan,
dan Opini Audiit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going
Concern.Universitas Negeri Padang.
Amin, M. (2011). Pengaruh Debt Default, Opini Audit Tahun Sebelumnya,
Keberadaan Komite Audit, dan Kepemilikan Manajeriial Terhadap
Kemungkinan Penerimaan Opini Audit Going Concern.Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta..
Arma, E. U. (2013). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Pertumbuhan
Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI.Universitas Negeri
Padang.
Awie, R.P.U (2014). Pengaruh Pergantian Auditor, Audit Report Lag dan
Reputasi KAP Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern.
Universitas Pendidikan Indonesia.
Baroroh, A. (n.d.). Analisis Multivariat dan Time Series dengan SPSS 21 . Jakarta:
Gramedia .
Elviona, T. (2016). Pengaruh Komisaris Independen, Kondisi Keuangan, Opini
Audit Tahun Sebelumnya, Ukuran Perusahaan, Kualitas Audit dan
Opinion Shopping Terhadap Opini Audit Going Concern Pada
Perusahaan Manufaktur Yang Mengalami Financial Distress di BEI
Tahun 2013-2015.Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjungpinang.
Eryanti, N. (2012). Pengaruh Likuiditas, Profitabilitas, Solvabilitas,, Opini Audit
Tahun Sebelumnya, Ukuran KAP, dan Ukuran Perusahaan Terhadap
27
Opini Audit Going Concern.Uniiversitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim
Riau.
Hery. (2015). Analisis Laporan Keuangan (Pendekatan Rasio Keuangan). 179.
Hery. (2016). Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Grasindo.
Lutfi, M. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profotabiltas, Likuiditas,
Solvabilitas Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan
Manufaktur yang Terdaftar di BEI .
Mudjiyanti, F. L. (2016). Pengaruh Financial Disstress, Ukuran Perusahaan,
Solvabilitas, dan Profitabilitas Terhadap Penerimaan Opini Audit Going
Concern.
Pradika, R. A. (2017). Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas, dan Ukuran
Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern.Universitas Negeri
Yogyakarta.
Saftri, R. (2017). Pengaruh Kondisi Keuangan Perusahaan, Ukuran Perusahaan,
Opinion Shopping, Kualitas Audit, Audit Client Tenure, Debt Default, dan
Audit Lag Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern.Universitas
Riau.
Saifudin, A. (2016). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilittas, Likuiditas,
Solvabilitas, dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going
Concern.Universitas Muhammaddiyah Surakarta.
Sari, L. W. (2017). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas, dan
Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Kecenderungan Penerimaan Opini
Audit Going Concern pada Perusahaan Makanan dan Minuman di BEI
Tahun 2010-2014.UN PGRI Kediri.
Setiawan, F. (2015). Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan, Profitabilitas,
Likuiditas, dan Leverage Terhadap Opini Audit Going Concern .Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia Surabaya.
28
Sinurat, F. K. (2015). Analisis Pengaruh Likuiditas, Ukuran Perusahaan, dan
Reputasi Audit Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern
.Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Setiadamayanthi, N.L.A (2016). Pengaruh Auditor Switching dan Financial
Distress Terhadap Opini Audit Going Concern. Universitas Udayana.
Verdhiana,N.P.O (2016). Auditor Switching sebagai Pemoderasi Pengaruh
Kondisi Keuangan pada Opini Audit Going Concern. E-Journal Akuntansi
Universitas Udayana