pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah

23
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bernafas merupakan salah satu bentuk mekanisme yang membedakan makhluk hidup dengan benda mati. Bernafas atau respirasi ini dilakukan oleh semua jenis makhluk hidup yang ada di alam semesta karena bernafas merupakan salah satu bentuk usaha untuk mempertahankan hidup. Dengan melakukan mekanisme respirasi, maka tumbuhan akan mendapatkan penyediaan materi secara berkesinambungan. Pada proses respirasi terjadi mekanisme perubahan glukosa menjadi energi dalam bentuk ATP yang digunakan untuk metabolisme hidup suatu makhluk hidup. Proses respirasi ini merupakan mekanisme utama pembentukan energi pada makhluk hidup. Tumbuhan merupakan salah satu kerajaan makhluk hidup yang ada di alam semesta ini. Tumbuhan dikenal sebagai penghasil energi bagi makhluk hidup yang lain, karena dapat menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh makhluk hidup lain yaitu dengan melakukan mekanisme fotosintesis. Sebagai bagian dari makhluk hidup, maka tumbuhan juga melakukan mekanisme respirasi. Respirasi yang terjadi pada tumbuhan memiliki keterkaitan dengan proses fotosintesis yang dilakukan tumbuhan. Hasil yang didapat pada fotosintesis akan dipecah untuk kemudian diubah menjadi energi dalam bentuk ATP yang digunakan 1

Upload: ratih-purbaningsih-widarmayanti

Post on 31-Oct-2015

1.361 views

Category:

Documents


115 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bernafas merupakan salah satu bentuk mekanisme yang membedakan makhluk

hidup dengan benda mati. Bernafas atau respirasi ini dilakukan oleh semua jenis

makhluk hidup yang ada di alam semesta karena bernafas merupakan salah satu

bentuk usaha untuk mempertahankan hidup. Dengan melakukan mekanisme

respirasi, maka tumbuhan akan mendapatkan penyediaan materi secara

berkesinambungan. Pada proses respirasi terjadi mekanisme perubahan glukosa

menjadi energi dalam bentuk ATP yang digunakan untuk metabolisme hidup suatu

makhluk hidup. Proses respirasi ini merupakan mekanisme utama pembentukan

energi pada makhluk hidup.

Tumbuhan merupakan salah satu kerajaan makhluk hidup yang ada di alam

semesta ini. Tumbuhan dikenal sebagai penghasil energi bagi makhluk hidup yang

lain, karena dapat menyediakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh makhluk hidup

lain yaitu dengan melakukan mekanisme fotosintesis. Sebagai bagian dari makhluk

hidup, maka tumbuhan juga melakukan mekanisme respirasi. Respirasi yang terjadi

pada tumbuhan memiliki keterkaitan dengan proses fotosintesis yang dilakukan

tumbuhan. Hasil yang didapat pada fotosintesis akan dipecah untuk kemudian diubah

menjadi energi dalam bentuk ATP yang digunakan tumbuhan untuk melakukan

proses metabolisme dalam tubuh dan sebagian lagi dalm bantuk energi panas yang

lepas ke lingkungan.

Proses respirasi yang terjadi pada makhluk hidup tentu saja dipengaruhi oleh

beberapa faktor, baik itu faktor internal maupun faktor eksernal (lingkungan).

Beberapa faktor internal berpengaruh antara lain usia tanaman, konsentrasi substrat

yang tersedia, enzim, dll. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh antara lain

suhu, cahaya, konsentrasi karbondioksida di lingkungan, konsentrasi oksigen di

lingkungan, ketersediaan air, dll.

Berdasarkan hal-hal yang telah kami uraikan di atas, maka kami bermaksud

melakukan penelitian untuk menganalisis hubungan antara salah satu faktor

1

Page 2: Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

eksternal (suhu) terhadap kecepatan respirasi pada kecambah dengan mengontrol

faktor-faktor yang lain yang mungkin dapat mempengaruhi hasil dari pengamatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar beakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut :

“Bagaimanakah pengaruh suhu terhadap kecepatan reaksi kecambah kacang hijau?”

C. Tujuan

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh suhu

terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang hijau.

2

Page 3: Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Respirasi

Respirasi merupakan mekanisme untuk memecah zat organik menjadi energi

dalam bentuk ATP atau senyawa berenergi tinggi lainnya yang digunakan dalam

proses mekanisme yang terjadi dalam tubuh makhluk hidup. Pada tumbuhan

mekanisme ini berkaitan erat dengan proses fotosintesis yang terjadi. Proses respirasi

terjadi di dalam sel, tepatnya yaitu terjadi pada mitokondria. Sehingga para ahli ada

yang menyebut peristiwa yang terjadi di mitokondria ini adalah respirasi seluler.

Respirasi sel merupakan peristiwa oksidasi bahan bakar yang berupa senyawa

organik dalam sel yang diikuti dengan peristiwa pembebasan energi.

Respirasi dan pembakaran merupakan suatu istilah berbeda yang sering

diartikan sama. Pada respirasi, reaksi kimia yang terjadi terjadi pada suhu yang

rendah karena proses pemecahan ikatan kimia dalam molekul senyawa organik

terjadi secara bertahap. Hal ini membuat sel-sel dalam tubuh kita tidak mengalami

kerusakan karena suhu yang seharusnya dihasilkan dari proses reaksi kimia. Hal

yang berbeda terjadi pada proses pembakaran. Pada pembakaran, ikatan kimia pada

molekul senyawa organik dipecah secara langsung sehingga reaksinya terjadi pada

suhu yang relatif tinggi.

B. Tahapan Respirasi

Respirasi bukan merupakan satu tahapan reaksi kimia, melainkan beberapa

tahapan yang masing-masing tahapan di dukung oleh banyak reaksi kimiaterjadi

banyak tahap reaksi yang masing-masing tahap dikatalisis oleh enzim yang cocok

diantaranya :

1. Glikolisis

Glikolisis disebut juga jalur Embdn-Meyerhof-Pearnas, merupakan rangkaian

reaksi perubahan glukosa menjadi asam piruvat. Glikolisis terbagi atas dua fase,

yaitu: fase persiapan dan fase oksidasi. Fase persiapan dimulai dari fosforilasi

glukosa sampai pengubahan fruktosa 1,6 difosfat menjadi dihidroksi aseton fosfat

dan aldehid fosfogliserat. Sedangkan fase oksidasi meliputi reaksi pengubahan

3

Page 4: Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

dihidroksi aseton fosfat menjadi gliseraldehid-3-fosfat oleh enzim fosfotriosa

isomerase sampai pengubahan fosfoenol piruvat menjadi asam piruavat. Glikoliis

berlangsung dalam sitoplasma. Hasil yang diperoleh dari glikolisis:

1 Molekul Glukosa 2 Molekul Asam Piruvat + 2 ATP + 2 NADH

2. Dekarboksilasi Oksidatif Piruvat

Tahap ini merupakan tahap kedua yaitu terjadi pengubahan asam piruvat yang

merupakan senyawa dengan 3 atom C menjadi 2 atom C (asetil co-A) dengan

melepas CO2.

3. Siklus Kreb

Siklus krebs yaitu system oksidasi yang melengkapi pengubahan senyawa

karbon dari substrat respirasi menjadi CO2. di dalam daur krebs pembentukan asetil

Co-A bagi siklus krebs. Siklus krebs disebut juga daur asam trikarboksilat atau ATK

karena asam sitrat dan asam isositrat mempunyai gugus karboksil. Siklus

pengubahan asetil Co-A menjadi CO2, H2O, dan energi secara bertahap. Siklus ini

berguna untuk oksidasi asam asetat menjadi CO2 secara bertahap dan untuk

membentuk senyawa intermediet kompleks yang merupakan titik permulaan

dibentuknya componen sel lanilla.

Siklus krebs meliputi lepasnya beberapa electrón dari asam organik intermediet

dan memindahkan electrón ini ke NAD+ atau FAD+. Dalam siklus ini, tidak hanya

FADH dan NADH yang terbentuk tetapi juga terbentuk 1 molekul ATP dari ADP

dan Pi selama pengubahan suksinil Co-A menjadi asam suksinat.

4. Rantai Transpor Elektron

Transport elektron merupakan suatu peristiwa yang berlangsung di membran

mitokondria sebelah dalam. Di dalam transport elektron dihasilkan ATP. Adapun

hipotesis yang menerangkan proses terbentuknya ATP akibat transpor elektron dan

membran mitokondria antara lain:

a) Comformation coupling

Hipótesis ini menganggap bahwa membran mitokondria mengalami perubahan

struktural dan perubahan ini diinduksi oleh energi tinggi. Energi ini kemudian

dilepaskan menjadi ATP dengan bantuan ATP-ase.

b) Chemical coupling

4

Page 5: Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

Hipotesis ini menduga adanya protein yang berfungsi sebagai agen transport

energi antara transport elektron dengan ATP.

c) Chemiosmotic coupling

Terjadi karena adanya perubahan pH antara sisi dalam mitokondria, karena

membran mitokondria tidak permeabel terhadap proton. Sehingga proton

mengalir lewat saluran khusus ke arah permukaan luar.

C. Faktor yang Mempengaruhi Laju Respirasi

Proses respirasi yang terjadi pada makhluk hidup tentu saja dipengaruhi oleh

beberapa faktor, baik itu faktor internal maupun faktor eksernal (lingkungan).

1. Faktor Dalam (Internal)

a. Umur Sel Tanaman Dan Tipe Jaringan

Semakin bertambah umur maka laju respirasi menjadi makin cepat karena sel

melakukan pertumbuhan. Sejalan dengan bertambahnya protoplasma diikuti

dengan penambahan dan penyempurnaan enzim-enzim di dalam protoplasma.

Respirasi pada jaringan muda lebih tinggi dari pada jaringan tua, dan jaringan

berkembang melakukan respirasi lebih tinggi daripada jaringan dewasa.

b. Faktor Protoplasmik

Laju respirasi sangat dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas dari protoplasma

yang ada di dalam sel. Kualitas dan kuantitas protoplasma di dalam sel sangat

bergantung pada umur sel. Dalam rentang umur dari muda ke dewasa semakin

bertambah kualitas dan kuantitas protoplasma sel. Maka terjadi pertambahan dan

penyempurnaan enzim-enzim di dalam protoplasma dan mengakibatkan laju

respirasi juga semakin cepat. Dan sebaliknya dari rentang umur dewasa ke tua,

laju respirasinya semakin lambat.

c. Konsentrasi Substrat Respirasi yang Tersedia

Laju respirasi tentu tergantung pada tersedianya substrat, yakni senyawa yang

akan diuraikan melalui berbagai reaksi. Tumbuhan yang mengandung cadangan

pati, fruktan, dan gula yang rendah akan menunjukkan laju reaksi yang rendah.

Jika defisiensi cadangan makanan pada tumbuhan terjadi sangat parah maka

yang akan dioksidasi adalah protein. Protein tersebut dihidrolisis menjadi asam-

asam amino penyusunnya, yang kemudian diurai melalui reaksi-reaksi glikolisis

5

Page 6: Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

dan siklus krebs. Asam glutamat dan aspartat akan dikonversi menjadi asam

alfaketoglukosa dan asam oksaloasetat. Demikian halnya dengan alanin yang

dioksidasi untuk membentuk asam piruvat. Pada saat daun mulai menguning,

maka sebagaian besar protein dan senyawa mengandung nitrogen pada kloroplas

akan terurai. Ion-ion ammonium yang dibebaskan dari penguraian tersebut akan

digunakan dalam sintesis glutamine dan asparagin. Hal ini akan menghindari

tumbuhan dari keracunan ammonium.

2. Faktor Luar (Eksternal)

a. Temperatur

Pada rentang temperatur 0°C sampai dengan 45°C, peningkatan temperatur akan

diikuti peningkatan laju respirasi. Tinggi dan lamanya temperatur bekerja maka

memungkinkan untuk menyebabkan rusaknya protein enzim, sehingga laju

respirasi menurun. Demikian juga pada temperatur yang rendah, laju respirasi

menurun karena terjadi perubaha struktur dari protein enzim.

Menurut Meyer dan Anderson (1952) menurunnya laju respirasi disebabkan

oleh :

1. Masuknya oksigen kedalam sel karena pada temperatur yang tinggi

konsentrasi oksigen menurun.

2. Keluarnya CO2 tidak cepat sehingga banyak tertimbun di dalam sel dan

menyebabkan hambatan pada proses respirasi.

3. Pada temperatur tinggi, substrat respirasi yang tersedia menurun, sehingga

substrat menjadi faktor pembatas.

b. Cahaya

Peningkatan intensitas cahaya menyebabkan peningkatan laju respirasi.

Mengenai pegaruh cahaya terhadap laju respirasi dapat ditinjau dari tiga sisi,

yaitu :

1. Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkatkan laju fotosintesis yang

berarti substrat respirasi yang tersedia meningkat dengan demikian laju

respirasi juga meningkat.

2. Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkatkan temperatur sehingga

laju respirasi cepat.

6

Page 7: Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

3. Meningkatnya intensitas cahaya akan meningkatkan hasil fotosintat di

dalam sel penutup stoma sehingga mnyebabkan stoma membuka. Dengan

demikian proses pertukaran gas O2 dan CO2 berlangsung dengan cepat.

Akibatnya laju respirasi meningkat.

c. Konsentrasi Oksigen di Udara

Suplai oksigen mempengaruhi respirasi, tetapi pengaruhnya berbeda-

beda dalam setiap tumbuhan, yakni tergantung pada jenis dan bagian

tumbuhan. Kadar O2 di udara sangat kecil untuk dapat mempengaruhi respirasi

daun dan batang. Laju penetrasi O2 ke dalam daun dan batang serta akar

biasanya cukup untuk mempertahankan tingkat pengambilan normal O2 oleh

mitokondria. Dalam jaringan yang lebih tebal dengan bandingan

permukaan/volume rendah, O2 berdifusi dalam sel-sel sebelah dalam

diperlambat sehingga aju reaksi menjadi rendah.

d. Konsentrasi Karbondioksida

Meningkatnya konsentrasi karbondioksida diperkirakan dapat

menghambat terjadinya respirasi. Karena konsentrasi karbondioksida yang

tinggi menyebabkan menutupnya stoma sehingga proses pertukaran gas

menjadi terbatas (kurang cepat). Hal ini mengakibatkan pada penurunan laju

respirasi. Peningkatan konsentrasi CO2 yang tinggi sekali akan bersifat toksik

e. Ketersediaan Air

Kadar air sangat mempengaruhi laju respirasi. Tidak tersedianya air

dapat menyebabkan laju respirasi menurun. Biji dengan kadar air di bawah

14%, laju respirasinya rendah. Sebaliknya, bila kadar air di atas 15%, laju

respirasinya akan meningkat.

f. Luka dan Stimulus Mekanis

Stimulus mekanis pada jaringan daun menyebabkan respirasi naik untuk

sementara. Penekanan mempunyai efek yang rendah dan penyobekan mampu

memacu respirasi. Hal ini dikarenakan pemisahan antara substrat dan

oksidasenya, glikolisis yang normal dan katabolisme oksidatif meningkat

karena rusaknya sel, sel-sel kembali ke keadaan meristematis diikuti proses

penyambuhan.

g. Garam Mineral

7

Page 8: Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

Apabila akar-akar menyerap garam, laju respirasi akan mningkat. Hal ini

dikaitkan pada saat garam atau ion diserap. Dan keperluan energi itu akan

dipenuhi dengan menaikkan respirasi.

8

Page 9: Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang kami lakukan di Laboratorium Fisiologi Gedung C10

Jurusan Biologi FMIPA UNESA pada tanggal 31 Oktober 2011 merupakan jenis

penelitian eksperimental. Pada penelitian yang telah dilakukan, kami menetapkan

variabel-variabel untuk mendapatkan data yang bisa dipertanggungjawabkan.

Variabel-variabel yang kami gunakan adalah variabel manipulasi, variabel kontrol

dan variabel respon.

B. Variabel-Variabel Penelitian

Berikut ini adalah variabel-variabel yang kami gunakan dalam melakukan

percobaan pengaruh suhu terhadap respirasi kecambah :

Variabel Manipulasi : Suhu, ada tidaknya kecambah

Variabel Kontrol : Volume NaOH, Konsentrasi NaOH, Jumlah Tetes PP,

Jenis Kecambah, Berat Kecambah, Umur Kecambah,

tinggi bungkusan kecambah dari permukaan NaOH,

Waktu Penyimpanan Kecambah, Volume BaCl2.

Variabel Respon : Volume CO2 Hasil Respirasi.

C. Alat dan Bahan

Alat

- Erlenmeyer 250 ml 6 buah

- Neraca 1 buah

- Buret 1 set

- Pipet 1 buah

Bahan

- Kecambah kacang hijau umur 2 hari 20 gram

- Larutan NaOH 0,5 M 180 ml

- Larutan HCl 0,5 M secukupnya

9

Page 10: Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

- Larutan BaCl2 0,5 M 15 ml

- Larutan Phenolftalin (PP) secukupnya

- Kain kasa secukupnya

- Benang secukupnya

- Plastik secukupnya

D. Langkah-Langkah Percobaan

1. Menyiapkan bahan dan alat yang diperlukan.

2. Menyiapkan kecambah kacang hijau umur 2 hari.

3. Menyiapkan 6 erlenmeyer lalu mengisi masing-masing erlenmeyer dengan 30 ml

larutan NaOH 0,5 M.

4. Menimbang 5 gram kecambah yang disediakan kemudian membungkus dengan

kain kasa dan diikat dengan seutas tali.

5. Memasukkan dan mengikat bungkusan kecambah ke dalam 4 erlenmeyer dengan

ketinggian yang sama dari permukaan NaOH kemudian menutupnya dengan

rapat. Masing-masing 2 sampel sebagai uangan I dan II untuk suhu ruangan dan

suhu dalam inkubator.

6. Menyimpan 2 botol berisi kecambah dan 1 botol tanpa kecambah (kontrol)

masing-masing pada suhu ruangan dan yang lain di dalam inkubator dengan suhu

38° C.

7. Setelah 24 jam, melakukan titrasi untuk mengetahui jumla gas CO2 yang

dilepaskan selama respirasi kecambah.

8. Mengambil 5 ml larutan NaOH dalam botol kemudian memasukkan dalam

Erlenmeyer. Setelah itu menambahkan 2,5 ml BaCl2 dan menetesi dengan 2 tetes

PP sehingga larutan berwarna merah. Selanjutnya larutan tersebut dititrasi dengan

HCl 0,5 M. Titrasi dihentikan setelah warna merah tepat hilang.

B. Desain Eksperimen

6 buah erlenmeyer disiapkan dan masing-masing diisi

dengan 30 ml larutan NaOH 0,5 M

10

Page 11: Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

5 gram kecambah ditimbang lalu dibungkus dengan

kain kasa dan diikat dengan seutas tali

11

Kecambah yang sudah ditimbang dimasukkan kedalam

Erlenmeyer dan digantungkan

di atas larutan NaOH lalu ditutup rapat-rapat

2 botol berisi kecambah dan 1 botol tanpa

kecambah (control) masing-masing diletakkan

di suhu ruangan dan yang lain di incubator (suhu 38° C)

selama 24 jam

Dilakukan titrasi dengan cara mengambil 5 ml larutan NaOH

kemudian ditetesi 2,5 ml BaCl2 dan 2 tetes PP sampai larutan

berwarna merah, lalu titrasi dengan HCl 0,5 M sampai

warna merah tepat hilang

Page 12: Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Tabel hasil pengamatan kecepatan respiirasi kecambah kacang hijau pada suhu yang

berbeda.

No.Parameter

yang diukur

Perlakuan Suhu ruang Suhu inkubator

Kontrol

K.I K.IIRata-rata K

Kontrol

K.I K.IIRata-rata K

1. Volume HCl (ml)

0,6 0,4 0,4 0,4 0,6 0,3 0,3 0,3

2. Volume NaOH

yang tidak mengikat CO2 (ml)

3,6 2,4 2,4 2,4 3,6 1,8 1,8 1,8

3. Volume NaOH yang

mengikat CO2 (ml)

26,4 27,6 27,6 27,6 26,4 28,2 28,2 28,2

4. Volume CO2 hasil respirasi

(ml)

1,2 1,8

5. Laju respirasi (ml/jam)

0,055 0,082

Keterangan :

K.I : kecambah ulangan I

K.II : kecambah uangan II

Rata-rata K : rata-rata kecambah

12

Page 13: Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

Histogram pengaruh suhu terhadap kecepatan respirasi kecambah kacang hijau.

5 10 15 20 32 37 400

Suhu (0C)

Volu

me

CO2

hasil

resp

irasi

(ml)

B. Analisis Data

Berdasarkan data dari tabel dari hasil percobaan yang dilakukan, maka dapat

dianalisis bahwa secara perhitungan didapatkan perbedaan volume CO2 yang

dihasilkan pada keadaan suhu ruang (32C) dengan keadaan ketika ditaruh pada

inkubator yang diatur suhunya sebesar 37C. Pada tabung I (suhu ruang) didapatkan

nilai sebesar 1,2 mL, sedangkan pada tabung II (suhu inkibator) didapatkan nilai

sebesar 1,8 mL. Volume CO2 yang dihasilkan pada respirasi kecambah ini didapatkan

dari hasil pengurangan volume NaOH yang tidak mengikat CO2 dari rata-rata

kecambah dikurangi dengan volume NaOH yang tdak mengikat CO2 dari erlemenyer

tanpa kecambah (kontrol).

Pada percobaan dengan perlakuan menempatkan erlemenyer pada suhu

ruangan (32C) didapatkan kecepatan respirasi kecambah kacang hijau adalah 0,055

mL/jam. Sedangkan pada percobaan dengan perlakuan menempatkan erlemenyer

pada inkubator yang suhunya diatur sebesar 37C didapatkan kecepatan respirasi

kecambah kacang hijau adalah 0,082 mL/jam.

13

Page 14: Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

C. Pembahasan

Berdasarkan analisis diatas maka dapat diketahui bahwa besarnya suhu

mempengaruhi kadar CO2 yang dilepaskan dari proses respirasi kecambah, dimana

pada suhu inkubator (370C) diperoleh volume CO2 hasil respirasi lebih besar

dibandingkan pada suhu ruangan, yakni sebesar 1,8 ml. Hal ini dikarenakan pada

suhu inkubator, keadaan suhunya dibuat konstan (stabil), dimana pada suhu yang

konstan (stabil) kerja enzim akan lebih optimal tanpa mengalami kerusakan. Seperti

yang kita ketahui bahwa proses respirasi melibatkan kerja berbagai enzim. Karena

enzim tidak mengalami kerusakan maka enzim akan mempercepat pengubahan

glukosa menjadi karbon dioksida. Oleh karena itu, CO2 yang dilepaskan dari

respirasi kecambah lebih besar. Selain itu, pada suhu yang lebih tinggi volume CO2

akan lebih banyak diikat oleh NaOH sehingga kadar CO2 yang dilepaskan makin

besar. Dari jumlah CO2 yang ada maka didapatkan kecepatan respirai kecambah pada

suhu inkubator, yaitu sebesar 0,082 ml/jam.

Pada suhu ruangan (320C) volume CO2 hasil respirasi kecambah lebih rendah

daripada suhu inkubasi (370C), yakni sebesar 1,2 ml. Hal ini dikarenakan pada suhu

yang lebih rendah, kerja enzim tidak optimal sehingga mengakibatkan reaksi

pengubahan glukosa menjadi CO2 lebih lambat sehingga volume CO2 yang

dilepaskan dari proses respirasi lebih sedikit. Selain itu, pada suhu yang lebih rendah,

volume CO2 akan lebih sedikit diikat oleh NaOH sehingga CO2 yang dilepaskan dari

proses respirasi lebih kecil.

Kontrol pada percobaan ini adalah Erlenmeyer yang hanya diisi NaOH tanpa

kecambah, ternyata menunjukkan nilai respirasi yang lebih rendah. Pada Erlenmeyer

tanpa kecambah diduga terdapat mikroorganisme yang melakukan respirasi, karena

selama melakukan praktikum semua alat yang digunakan tidak disterilkan. Alasan

lain mengapa respirasi pada NaOH ada kecambah lebih cepat respirasinya dan CO2

yang dihasilkan lebih banyak dibanding dengan respirsi pada NaOH saja, hal ini

dikarenakan respirasi juga dipengaruhi oleh substrat untuk oksidasi dalam

metabolisme respiratoris. Dan umumnya substrat untuk respirasi adalah zat yang

tertimbun dalam jumlah yang relative banyak dan proses metabolisme melibatkan

14

Page 15: Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

serangkaian reaksi enzimatis yang juga melibatkan enzim, maka kecepatan respirasi

pada Erlenmeyer yang ada kecambahnya juga dipengaruhi oleh enzim-enzim yang

terdapat dalam kecambah dan enzim akan meningkat bila suhu juga tinggi namun

apabila suhu terlalu tinggi juga akan merusak enzim. Sedangkan tabung Erlenmeyer

yang hanya berisi NaOH saja respirasinya lambat dan CO2 yang dihasilkan sedikit.

Hal ini karena tidak dipengaruhi oleh enzim.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Semakin tinggi suhu di suatu tempat, maka semakin besar pula kecepatan

respirasi tumbuhan yang ada di tempat tersebut.

B. Saran

Saat titrasi, harus benar-benar mengamati jumlah HCl yang diteteskan ke dalam

larutan NaOh dan BaCl sehingga hasi yang didapt benar-benar akurat.

15

Page 16: Pengaruh Suhu Terhadap Kecepatan Respirasi Kecambah

DAFTAR PUSTAKA

Kimball, John W. 1992. Biologi. Jakarta: Erlangga.

Lehninger, Albert. L. 1982. Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: Erlangga.

Rahayu, Yuni Sri dkk. 2007. Petunjuk Praktikum Fisiologi Tumbuhan. Surabaya:

Unipress

Soerodikosoemo, Wibisono. 1993. Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Jakarta :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

16