laporan tekben daya kecambah
DESCRIPTION
benihTRANSCRIPT
LAPORAN
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH
“PENGUJIAN DAYA BERKECAMBAH”
Oleh
Nama : Dwi Novia Sari
NIM : 125040201111279
Kelompok : Kamis, 11.00-12.45
Asisten : Mba Putri
PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2014
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan
4.1.1.1 UAK (Uji Antar Kertas)
Parameter Pengamatan
Benih baru Benih expired
Jumlah benih % Jumlah benih %
Normal (N) 18 90 0 0
Abnormal (AB) 2 10 0 0
Benih Mati (BM) 0 0 0 0
Benih Segar Tidak Tumbuh (BSTT)
0 0 0 0
Benih Keras (BK) 0 0 0 0
4.1.1.2 UDK (Uji di Atas Kertas)
Parameter Pengamatan
Benih baru Benih expired
Jumlah benih % Jumlah benih %
Normal (N) 0 0 0 0
Abnormal (AB) 4 13 0 0
Benih Mati (BM) 26 87 10 100
Benih Segar Tidak Tumbuh (BSTT)
0 0 0 0
Benih Keras (BK) 0 0 0 0
Parameter Pengamatan
< Masak Fisiologis Masak Fisiologis >Masak Fisiologis
Jumlah benih
% Jumlah benih
% Jumlah benih
%
Normal (N) 0 0 0 0 0 0
Abnormal (AB)
1 10 1 10 2 20
Benih Mati (BM)
9 90 9 90 8 80
Benih Segar Tidak
Tumbuh (BSTT)
0 0 0 0 0 0
Benih Keras (BK)
0 0 0 0 0 0
4.1.1.3 UKDdp (Uji Kertas di Gulung di Dirikan)
Parameter Pengamatan
Benih baru Benih expired
Jumlah benih
% Jumlah benih
%
Normal (N) 5 50 0 0
Abnormal (AB) 5 50 0 0
Benih Mati (BM)
0 0 0 0
Benih Segar Tidak Tumbuh
(BSTT)
0 0 0 0
Benih Keras (BK)
0 0 0 0
4.1.1.4 VIGOR
Parameter Pengamatan
Kedalaman
2cm 3cm 4cm 5cm
Normal (N) 5 4 2 5
Abnormal (AB) 0 0 0 0
Benih Mati (BM)
0 0 0 0
Benih Segar Tidak Tumbuh
(BSTT)
0 1 3 0
Benih Keras (BK)
0 0 0 0
4.1.1.5 UJI TZ
Kategori Jumlah
Benih Viable Sebagian besar terjadi kerusakan kecil pada
kotiledon
1
Sebagian besar terjadi kerusakan kecil pada
radikula
4
Sebagian besar terjadi kerusakan kecil pada
kotiledon dan radikula
1
Jumlah Viable 6
Presentase 60%
Kategori Jumlah
Benih non viable Sebagian besar kotiledon tidak berwarna
1
Sebagian besar radikula tidak berwarna
2
Kotiledon dan radikula tidak berwarna
1
Jumlah Benih 4
Presentase 40%
4.1.2 Tabel Dokumentasi
4.1.2.1 Tabel UAK
Ekspired Baru
4.1.2.2 Tabel UDK
Ekspired Baru
Belum Masak Fisiologis
Masak Fisiologis
Over Masak Fisiologis
4.1.2.3 Tabel UKDdp
Ekspired Baru
Tidak Ada
4.1.2.4 VIGOR
KEDALAMAN
2 CM
3 CM
4 CM
5 CM
4.1.2.5 UJI TZ
Benih pasar/ tidak bersertifikat Benih bersertifikat
4.2 Pembahasan
4.2.1 Uji Viabilitas
Viabilitas benih adalah daya hidup benih yang dapat ditunjukkan melalui gejala
metabiolisme dan atau gejala pertumbuhan, selain itu daya kecambah juga merupakan
tolak ukur parameter viabilitas potensial benih (Sadjad, 1993). Pada umumnya
viabilitas benih diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh menjadi kecambah.
Istilah lain untuk viabilitas benih adalah daya kecambah benih, persentase kecambah
benih atau daya tumbuh benih. Perkecambahan benih mempunyai hubungan erat
dengan viabilitas benih dan jumlah benih yang berkecambah dari sekumpulan benih
merupakan indeks dari viabilitas benih.
Viabilitas ini makin meningkat dengan bertambah tuanya benih dan mencapai
perkecambahan maksimum jauh sebelum masak fisiologis atau sebelum tercapainya
berat kering maksimum, pada saat itu benih telah mencapai viabilitas maksimum
(100%) yang konstan tetapi sesudah itu akan menurun sesuai dengan keadaan
lingkungan (Kamil, 1979).
Umumnya parameter untuk viabilitas benih yang digunakan adalah
presentase perkecambahan yang cepat dan pertumbuhan perkecambahan kuat dalam hal
ini mencerminkan kekuatan tumbuh yang dinyatakan sebagai laju perkecambahan.
Penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dengan kecambah lainnya
sesuai kriteria kecambah normal, abnormal dan mati (Sutopo, 2002).
Pada pengamatan uji viabilitas terdapat 3 uji yaitu uji antar kertas (UAK), uji di
atas kertas (UDK), dan uji kertas di gulung dan di dirikan (UKDdp). Dengan
perbandingan benih baru dan expired dengan menggunakan kertas merang. Dan
parameter pengamatan yang digunakan yaitu normal, abnormal, benih mati, benih segar
tidak tumbuh, dan benih keras.
4.2.1.1 perbandingan daya berkecambah benih expired dan benih baru
4.2.1.1.1 UAK (Uji Antar Kertas)
Pengamatan uji antar kertas menggunakan kertas merang 4 lembar karena
kertas ini mudah untuk menyerap air dan menggunakan sampel benih sebanyak
20. Masing-masing kertas 2 lembar sebagai alas dan dilembabkan kemudian
benih di tata di atasnya dan di tutup dengan 2 lembar kertas lainnya. Kemudian
kertas tersebut di kotakkan dan di masukkan kedalam germinator. Dan diamati
selama 7 hari.
Pengamatan pada benih baru, jumlah benih yang normal sebanyak 18
(90%), jumlah benih abnormal sebanyak 2 (10%), dan untuk parameter
pengamatan benih mati, benih segar tidak tumbuh, dan benih keras tidak
terdapat jumlah benih. Sedangkan pada benih expired seluruh parameter
pengamatan dinyatakan tidak terdapat jumlah benih. Daya tumbuh benih dengan
perlakuan uji antar kertas pada benih baru adalah 100% sedangkan benih
expired 0%.
4.2.1.1.2 UDK
Pengamatan uji di atas kertas menggunakan kertas merang 4 lembar yang
telah di potong sesuai cawan petri masing-masing 2 lembar. Kemudian kertas
tersebut di masukkan ke dalam petri disk dan di lembabkan. Pada uji diatas
kertas menggunakan benih sebanyak 50. Benih-benih tersebut kemudian ditata
di atas kertas merang dan di masukkan kedalam germinator. Dan di amati
selama 7 hari.
Pengamatan pada benih baru, benih abnormal sebanyak 4 (8%), benih mati
sebanyak 36 (92%), dan benih normal, benih segar tidak tumbuh,serta benih
keras tidak terdapat jumlah benih. Sedangkan pada benih expired, benih mati
sebanyak 10 (100%), dan parameter pengamatan yang lainnya tidak
menunjukkan adanya jumlah benih. Daya tumbuh benih dengan perlakuan uji di
atas kertas pada benih baru 13% sedangkan benih expired 0%.
4.2.1.1.3 UKDdp (Uji Kertas di Atas di Gulung)
Pengamatan uji kertas digulung didirikan menggunakan kertas merang 4
lembar yang telah di lembabkan. Benih yang digunakan sebanyak 10 dan di
tata di atas kertas. Kemudian kertas tersebut digulung, di masukkan kedalam
plastik, dan di masukkan kedalam germinator. Dan di amati setelah 7 hari.
Pengamatan pada benih baru, benih normal sebanyak 5 (50%), benih
abnormal sebanyak 5 (50%), dan parameter lainnya tidak terdapat jumlah
benih. Sedangkan pada benih expired seluruh parameter pengamatan tidak
terdapat jumlah benih. Daya tumbuh benih dengan perlakuan uji kertas di
gulung didirikan pada benih baru 100% sedangkan pada benih expired 0%.
4.2.1.2 Perbandingan daya berkecambah benih < masak fisiologis, masak fisiologis,
> masak fisiologis
Dari uji viabilitas ketiga perlakuan tersebut di bandingkan daya berkecambah
benih. Untuk benih kurang masak fisiologis jumlah benih normal 0, benih
abnormal 1 (10%), benih mati 9 (90%), benih segar tidak tumbuh 0, benih keras 0.
Sehingga benih kurang masak fisiologis mempunyai daya tumbuh 10%. Pada
benih yang masak fisiologis jumlah benih normal 0, benih abnormal 1 (10%),
benih mati 9 (90%), benih segar tidak tumbuh 0, benih keras 0. Sehingga benih
yang masak fisiologis mempunyai daya tumbuh 10%. Dan yang ketiga yaitu benih
yang sangat masak fisiologis jumlah normal 0, benih abnormal 2 (20%), benih
mati 8 (80%), benih segar tidak tumbuh 0, benih keras 0. Sehingga mempunyai
daya tumbuh 20%. Jadi daya berkecambah lebih baik pada yang sangat masak
fisiologis karena benih sudah siap untuk berkecambah.
4.2.2 Uji Vigor
Secara umum vigor diartikan sebagai kemampuan benih untuk tumbuh normal
pada keadaan lingkungan yang sub optimal. Vigor benih di cerminkan oleh dua
informasi tentang viabilitas, masing-masing yaitu kekuatan tumbuh dan daya simpan
benih. Kedua nilai fisiologis ini menempatkan benih pada kemungkinan
kemampuannya untuk tumbuh menjadi tanaman mormal meskipun keadaan biofisik
lapangan sub optimal atau suatu periode simpan yang lama (Sutopo, 2002). Semai
dengan tingkat vigor yang tinggi mungkin dapat dilihat dari penampilan fenotipe
kecambah atau bibitnya (Sadjad, 1993).
Pada praktikum kali ini metode untuk melakukan uji vigor yaitu dengan
menggunakan bak yang berisi pasir sebagai media untuk pengujian dengan
dilembabkan ¾ bagian. Benih yang digunakan yaitu 20 benih dengan bermacam-
macam kedalaman diantaranya 2 cm, 3 cm, 4 cm, dan 5 cm. dan kemudian diamati
selama 7 hari.
Hasil pengamatan menunjukkan pada kedalaman 2 cm benih normal sebanyak 5,
kedalaman 3 cm sebanyak 4, kedalaman 4 cm sebanyak 2 dan pada kedalaman 5 cm
sebanyak 5. Pada pengamatan benih segar tidak tumbuh pada kedalaman 2 cm
jumlahnya 0, kedalaman 3 cm sebanyak 1, kedalaman 4 cm sebanyak 3 dan kedalaman
5 cm sebanyak 0. Benih abnormal, benih mati dan benih keras tidak terdapat jumlah
benih. Perbedaan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa keadaan. Menurut
Heydecker (1972), rendahnya vigor pada benih disebabkan oleh:
a. Genetis
Ada kultivar-kultivar tertentu yang lebih peka terhadap keadaan lingkungan
yang kurang menguntungkan ataupun tidak mampu untuk tumbuh cepat di
bandingkan dengan kultivar lainnya.
b. Fisiologis
Kondisi fisiologis dari benih yang dapat menyebabkan rendahnya vigor adalah
immaturity atau kekurang masakan benih pada saat panen dan kemunduran
benih selama penyimpanan.
c. Morfologis
Dalam suatu kultivar biasanya terjadi peristiwa bahwa benih-benih yang lebih
kecil menghasilkan bibit yang kurang memiliki kekuatan tumbuh
dibandingkan dengan benih yang lebih besar.
d. Sitologis
Kemunduran benih yang disebabkan antara lain oleh aberasi chromosome.
e. Mekanis
Kerusakan mekanis yang terjadi pada benih baik pada saat panen, prosessing
ataupun penyimpanan sering pula mengakibatkan rendahnya vigor pada benih.
f. Mikrobia
Mikroorganisme seperti cendawan atau bakteri yang terbawa oleh benih akan
berbahaya bagi benih pada kondisi penyimpanan yang tidak memenuhi syarat
ataupun pada kondisi lapangan yang memungkinkan berkembangnya
pathogen-patogen tersebut. Hal ini akan mengakibatkan penurunan vigor
benih.
Menurut Sutopo (2002), pada hakekatnya vigor benih harus relefan dengan
tingkat produksi yang tinggi. Vigor yang tinggi dicirikan antara lain oleh:
a. Tahan disimpan lama
b. Tahan terhadap serangan hama dan penyakit
c. Cepat dan merata tumbuhnya
d. Mampu menghasilkan tanaman dewasa yang normal dan berproduksi baik
dalam keadaan lingkungan tumbuh yang sub optimal.
Benih yang memiliki vigor rendah menurut Copeland (1995) akan berakibat
terjadinya:
a. Kemunduran benih
b. Makin sempitnya keadaan lingkungan dimana benih dapat tumbuh
c. Kecepatan berkecambah menurun
d. Kepekaan akan serangan hama
e. Meningkatnya jumlah kecambah abnormal
f. Rendahnya produksi tanaman.
Menurut Parisa Zafarani Moattar (2008) bahwa ada korelasi negatif antara
toleransi kedelai terhadap faktor iklim dan ukuran biji, karena biji besar membutuhkan
lebih banyak air sumber daya untuk kegiatan vital mereka dan akibatnya mereka dapat
rusak oleh pengurangan potensi osmotik.
4.2.3 Uji TZ (perbandingan viabilitas biji dan benih)
Uji Tetrazolium (TZ) merupakan salah satu uji kualitas benih dengan mengamati
apakah suatu benih masih viabel atau tidak. Uji tersebut dilakukan dengan cara melihat
warna yang timbul pada embrio benih akibat adanya reaksi dengan garam tetrazolium.
Prinsip metode TZ adalah bahwa setiap sel hidup akan berwarna merah oleh reduksi
dari suatu pewarnaan garam tetrazolium dan membentuk endapan formazan merah,
sedangkan sel-sel mati akan berwarna putih, enzim yang mendorong terjadinya proses
ini adalah dehidrogenase yang berkaitan dengan respirasi. Kriteria pewarnaan dalam uji
Tetrazolium antara lain:
a. merah cerah : jaringan masih hidup atau benih viabel
b. merah muda : jaringan atau viabilitas sudah lemah
c. merah tua : jaringan rusak
d. tidak berwarna : jaringan sudah mati
(Byrd, 1988)
Pada pengamatan uji ini menggunakan 2 macam benih kedelai, yaitu benih
sertifikasi dan benih pasar untuk perbandingan. Dan masing-masing benih diambil
sampel sebanyak 5 benih. Sebelum di beri larutan TZ, benih direndam dengan air
selama 18 jam kemudian ditiriskan dan kulit ari pada benih di kupas. Setelah itu benih
di masukkan kedalam kantong plastik dan di beri larutan TZ sebanyak 5 ml dan di
rendam selama 8 jam untuk diamati perubahan warna yang tampak. Setelah 8 jam di
rendam, benih ditiriskan dan kemudian dipotong membujur untuk mengamati
kerusakan dan perubahan warna yang terjadi pada kotiledon maupun radikula.
Dari hasil pengamatan tersebut, didapatkan benih yang dapat digunakan (viable)
sebanyak 6 dengan pesentase 60%. Kategori kerusakan kotiledon sebanyak 1,
kerusakan radikula sebanyak 4, dan kerusakan radikula dan kotiledon sebanyak 1
benih. Sedangkan untuk benih yang tidak dapat digunakan (non viable) sebanyak 4
dengan persentase 40%. Kategorinya yaitu kotiledon tidak berwarna sebanyak 1,
radikula tidak berwarna 2, serta kotiledon dan radikula tikula tidak berwarna sebanyak
1. Jadi dapat di simpulkan dari 10 biji yang dapat digunakan benih adalah 6 benih baik
dari benih pasar maupun sertifikasi. Dan dari seluruh benih yang sertifikasi dapat di
gunakan karena kemurnian mutu benih dari varietas unggul. kemurnian mutu penih
dinilai melalui kemurnian penanaman yang dicerminkan dilapangan maupun
kemurnian benih hasil pengujian di laboratorium. Benih berkualitas tinggi adalah
benih bermutu baik, baik dalam mutu genetis, fisologis maupun fisik (Sutopo, 1998).
Uji tetrazolium memiliki beberapa keterbatasan karena:
a. Memberikan nilai terlalu tinggi vitalitas, yaitu dalam benih semangat itu tidak
dapat dipisahkan benih yang akan memberikan khas dan abnormal bibit,
b. Menyebabkan kesulitan dalam identifikasi visual bibit yang abnormal (yaitu
coleoptiles split, negatif geotropism dll),
c. Membutuhkan personel yang terlatih khusus dan Tidak mendeteksi keberadaan
patogen atau efek phytotoxic.
(Milosevic M, et al, 2010)
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pengujian daya berkecambah di bagi
menjadi 3 mcam yaitu uiji viabilitas, uji vigor dan uji TZ (Tetra Zolium). Pada uji viabilitas
terdapat 3 perlakuan dengan masing-masing menggunakan kertas merang yaitu uji antar
kertas (UAK), uji diatas kertas (UDK) dan uji kertas di gulung dan didirikan (UKDdp).
Dari ketiga macam uji tersebut daya berkecambah benih berbeda-beda. Pada uji
viabilitas UAK, UDK, UKDdp dapat di simpulkan bahwa benih baru mempunyai daya
berkecambah lebih baik daripada benih expired. Dan pada benih kurang masak fisiologis,
masak fisiologis, yang sangat masak fisiologis daya berkecambah lebih baik pada yang
sangat masak fisiologis karena benih sudah siap untuk berkecambah. Pada uji vigor dapat
disimpulkan bahwa dari berbagai kedalaman daya berkecambah benih akan tumbuh normal.
Dan pada uji TZ, benih sertifikasi mempunyai daya berkecambah lebih baik daripada benih
pasar.
5.2 Saran
Untuk praktikum Teknologi Produksi Benih sebaiknya pemasangan format laporan
tidak berdekatan dengan waktu pengumpulan karena dapat mempersingkat waktu
mengerjakan laporan. Dan untuk pengumpulan laporan materi ini sangat disayangkan
dengan pengumpulan pada saat UTS karena sangat mengganggu belajar praktikan dan butuh
waktu lama untuk mengumpulkan data dari berbagai uji yang dilakukan praktikan. Semoga
kedepannya lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Byrd, H. W. 1988. Pedoman Teknologi Benih. State College: Mississipi.
Copeland , L.O. and M.B. McDonald. 1995. Principles of Seed Science and Technology. Chapman and Hall Press: New York. 409 p.
Heydecker, W. 1972. Vigour in viability of seeds. Chapman and Hall, Ltd. 210-246.
Kamil, jurnalis. 1979. Dasar Teknologi Benih. Angkasa Raya: Padang.
Milosevic M., M. Vujakovic, D. Karagic. 2010. Vigour tests as indicators of seed viability.- Genetika, Vol 42, No. 1, 103 -118.
Roshanak Rezapour, Hamdollah Kazemi-arbat, Mehrdad Yarnia and Parisa Zafarani - Moattar. 2008. Effect of seed size on germination and seed vigor of two soybean (glycin max L.) cultivars. Islamic Azad University. Tabriz Iran.
Sadjad, S. 1993. Dari Benih Kepada Benih. Gramedia: Jakarta.
Sutopo, Lita. 2002. Teknologi Benih. Rajawali Pers: Jakarta.
Sutopo, Lita. 1998. Teknologi Benih. Rajawali Pers: Jakarta.
LAMPIRAN
Perhitungan
1. Uji Viabilitas
1) Perhitungan UAK (Uji Antar Kertas)
a. Perhitungan UAK Sawi (benih baru)
% kecambah normal = = x 100 % = 80 %
% kecambah abnormal = = x 100 % = 10 %
% benih mati = = 0 %
% benih segar tidak tumbuh = = 0 %
% benih keras = = 0 %
% daya tumbuh = = x 100%= 100 %
b. Perhitungan UAK Terong (benih expired)
% kecambah normal = = 0
% kecambah abnormal = = 0
% benih mati = = x 100%= 100 %
% benih segar tidak tumbuh = = 0 %
% benih keras = = 0 %
% daya tumbuh = = x 100%= 0 %
2) UDK (Sorgum)
a. Benih baru
% kecambah normal = = %
% kecambah abnormal = = x 100 % = 13 %
% benih mati = = x 100 % = 87 %
% benih segar tidak tumbuh = = 0%
% benih keras = = 0 %
% daya tumbuh = = x 100 % = 13 %
b. Benih expired
% kecambah normal = = %
% kecambah abnormal = = 0 %
% benih mati = = x 100 % = 100 %
% benih segar tidak tumbuh = = 0%
% benih keras = = 0 %
% daya tumbuh = = 0%
3) UKDdp (Buncis)
% kecambah normal = = x 100 % = 50 %
% kecambah abnormal = = x 100 % = 50 %
% benih mati = = 0 %
% benih segar tidak tumbuh = = 0%
% benih keras = = 0 %
% daya tumbuh = = x 100 % = 100 %
2. Daya Tumbuh Vigor (Jagung)
a. Kedalaman 2 cm
% kecambah normal = = x 100 % = 50 %
% kecambah abnormal = = %
% daya tumbuh = =5/10x100% = 50 %
% benih mati = = 0 %
% benih segar tidak tumbuh = = 0%
% benih keras = = 0 %
b. Kedalaman 3 cm
% kecambah normal = = x 100 % = 40 %
% kecambah abnormal = = %
% daya tumbuh = = 5/10x100%= 50 %
% benih mati = = 0 %
% benih segar tidak tumbuh = = x 100 % = 10 %
% benih keras = = 0 %
c. Kedalaman 4 cm
% kecambah normal = = x 100 % = 50 %
% kecambah abnormal = = %
% daya tumbuh = = 5/10x100%= 50%
% benih mati = = 0 %
% benih segar tidak tumbuh = = x 100 % = 30 %
% benih keras = = 0 %
d. Kedalaman 5 cm
% kecambah abnormal = = %
% daya tumbuh = = 5/10x100%= 50%
% benih mati = = 0 %
% benih segar tidak tumbuh = = 0%
% benih keras = = 0 %
3. Daya Tumbuh Uji Tz (Kacang Merah)
Benih Viable = 60 %
Benih Non Viable = 40 %