pengaruh risk profile good corporate governance...
TRANSCRIPT
PENGARUH RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE,
EARNINGS DAN CAPITAL TERHADAP PERTUMBUHAN LABA BANK
UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011-2017
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana
Ekonomi (SE)
Oleh :
Heva Amalia
(11140850000048)
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
i
PENGARUH RISK PROFILE, GOOD CORPORATE GOVERNANCE,
EARNINGS DAN CAPITAL TERHADAP PERTUMBUHAN LABA BANK
UMUM SYARIAH DI INDONESIA PERIODE 2011-2017
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Heva Amalia
NIM 11140850000048
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Dr. Indo Yama Nasarudin, S.E., MAB
NIP. 19741127 200112 1 002
PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari Rabu, 10 April 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Heva Amalia
2. NIM : 11140850000048
3. Jurusan : Perbankan Syariah
4. Judul Skripsi : Pengaruh Risk Profile, Good Corporate
Governance, Earnings dan Capital Terhadap
Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah di
Indonesia Periode 2011-2017
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan serta kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut di atas dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melanjutkan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 10 April 2018
1. Ahmad Zubaidi, MA (__________________________)
NIP. 19720415 200501 1 005 Penguji I
2. Ay Maryani, S.E., M.Si (__________________________)
NIDN. 2019057902 Penguji II
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama lengkap : Heva Amalia
2. Tempat, tanggal lahir : Jakarta, 1 Desember 1995
3. Alamat : Jl. Benda Barat XI, Perumahan Palm
Residence 2 Blok C8, RT 07 RW 13,
Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan
Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.
4. Telepon : 0858 1331 3432
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SD Negeri 6 Ciputat : Tahun 2002 – 2008
2. SMP Negeri 4 Tangerang Selatan : Tahun 2008 – 2011
3. SMA Negeri 1 Tangerang Selatan : Tahun 2011 – 2014
4. S1 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2014 – 2018
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. LBPP LIA Pamulang 2011 – 2012
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Divisi Pemberdayaan Perempuan Himpunan Mahasiswa
Jurusan Perbankan Syariah (2015-2016)
2. Anggota Divisi Hubungan Antar Lembaga Himpunan Mahasiswa
Jurusan Perbankan Syariah (2016-2017)
3. Bendahara Kuliah Kerja Nyata UIN Kelompok 089 (2017)
V. PENGALAMAN KERJA
1. Internship Divisi Sharia Advisory and Assurance Unit Usaha Syariah -
Kantor Pusat Maybank Indonesia Sentral Senayan III (Januari 2018-
Maret 2018)
vi
VI. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Buchori Muslim
2. Ibu : Susana Yuliawaty
3. Alamat : Jl. Benda Barat XI, Perumahan Palm
Residence 2 Blok C8, RT 07 RW 13,
Kelurahan Pondok Benda, Kecamatan
Pamulang, Tangerang Selatan, Banten.
vii
ABSTRACT
Heva Amalia. The Influence of Risk Profile, Good Corporate Governance,
Eaning and Capital on Profit Growth of Sharia Public Banks in Indonesia from
2011-2017.
The purpose of this research is to analyze the influence of the level of bank
healh with Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, and Capital
(RGEC) method that consist of Non Performing Financing (NPF), Finance to
Deposit Ratio (FDR), Good Corporate Governance (GCG), Return On Assets
(ROA), amd Capital Adequacy Ratio (CAR) on Profit Growth of Sharia Public
Banks in Indonesia. Samples in this research are 8 sharia public banks in Indonesia
from 2011-2017. This research used panel data regression analysis with Eviews
version 9 and Microsoft Excel 2013.
The result shows that independent variable (NPF, FDR, GCG, ROA and
CAR) simultaneously have significant effect towards Profit Growth wit a
significance level of 5%. In partially, the obtained result shows that NPF and ROA
have effect on Profit Growth, meanwhile FDR, GCG and CAR had no effect on
Profit Growth with a significance level of 5%.
Keyword : RGEC, NPF, FDR, GCG, ROA, CAR, Profit Growth
viii
ABSTRAK
Heva Amalia. Pengaruh Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning
dan Capital Terhadap Pertumbuhan Laba Bank Umum di Indonesia Periode
2011-2017
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh tingkat
kesehatan bank dengan metode Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning
dan Capital (RGEC) yang diproyeksikan dengan Non Performing Financing
(NPF), Finance to Deposit Ratio (FDR), Good Corporate Governance (GCG),
Return On Assets (ROA), amd Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap
pertumbuhan laba pada bank umum syariah di Indonesia. Sampel dalam penelitian
ini adalah 8 bank umum syariah di Indonesia tahun 2011-2017. Penelitian ini
menggunakan analisis regresi data panel dengan program Eviews versi 9 dan
Microsoft Excel 2013 dan teknik pengambilan data sampel dengan purposive
sampling.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan variabel
independen NPF, FDR, GCG, ROA dan CAR memiliki pengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba (PL) dengan tingkat signifikansi 5%. Secara parsial
hasil menunjukkan bahwa NPF dan ROA memiliki pengaruh terhadap laba,
sedangkan FDR, GCG dan CAR tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan
laba dengan tingkat signifikansi 5%.
Kata Kunci: RGEC, NPF, FDR, GCG, ROA, CAR, Pertumbuhan Laba
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat Rahmat dan
Karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat beserta Salam
semoga senantiasa terlimpah curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada
keluarganya, para sahabatnya yang membimbing umatnya menuju jalan kebenaran.
Penulisan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh
gelar Strata Satu Sarjana Ekonomi Jurusan Perbankan Syariah Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh
Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning dan Capital Terhadap
Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah di Indonesia Peiode 2011-2017”.
Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis dalam kesempatan ini
menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kepada kedua orang tua, Ayahanda Buchori Muslim dan Ibunda Susana
Yuliawaty yang memberikan kasih sayang, dukungan moral maupun materil,
nasihat, motivasi dan doa yang tidak pernah putus untuk keberhasilan dan
kebahagiaan penulis. Serta adik penulis, Alvina Mai Sarah yang memberikan
semangat dan mengibur penulis.
2. Kepada keluarga besar Hj. Mardani dan Bapak Majid yang telah memberikan
semangat dan tauladan baik kepada penulis.
3. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA, selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini, Lc, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Cut Erika Ananda SE., MBA selaku Ketua Jurusan Perbankan Syariah dan
Fitri Damayanti SE., M.Si selaku Sekretaris Jurusan Perbankan Syariah,
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah
mengesahkan secara resmi judul penelitian sebagai bahan skripsi dan telah
membantu memberikan izin kepada penulis sehingga penulisan skripsi berjalan
dengan lancar.
x
6. Bapak Dr. Indo Yama Nasarudin, SE., MAB selaku Dosen Pembimbing yang
telah meluangkan waktu, nasihat, arahan dan masukkan yang sangat berharga
selama penelitian dan penulisan skripsi ini.
7. Seluruh Bapak/Ibu Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan wawasan dan ilmu
yang berharga dan bermanfaat bagi penulis.
8. Dien Ilham Genady, seorang yang telah menemani hingga skripsi selesai.
9. Icha, Anggi, Rizka, Evi, Yasmin, Ayu, Rita, Rara, sahabat yang selalu
menghibur, memotivasi, mendukung saat senang maupun sulit, suatu anugerah
yang luar biasa dapat dipertemukan dengan orang-orang hebat dan baik seperti
kalian.
10. Sahabat yang selalu mendukung serta menemani penulis selama perkuliahan,
Qisthi, Vicka, Pepep, Lita, Rahmi, Zul dan seluruh teman-teman Perbankan
Syariah 2014 yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga Allah SWT
memudahkan langkah kita menuju cita-cita yang diinginkan.
11. Sahabat sehadiri bangku SMA Tuti, Wida, Nadia, Nabilah, Ratih, Angel, Ipeh,
Sasa, Shella, Ana dan yang lainnya yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu.
12. Teman-teman seperjuangan Seisdance 2014 (Saman Fakultas Ekonomi dan
Bisnis) yang telah mewarnai dan memberikan banyak pengalaman tidak
terlupakan selama di bangku kuliah.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Kritik dan
saran yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan di masa yang akan
datang. Semoga skripsi ini mampu memberikan manfaat bagi masyarakat dan dapat
dijadikan sebagai bahan referensi terutama bagi penelitian yang sejenis.
Jakarta, Juli 2018
Heva Amalia
NIM. 11140850000048
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF ........................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ....................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................... iv
KEASLIAN KARYA ILMIAH ............................................................................. iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................ v
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
ABSTRAK ........................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ................................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian .............................................................................. 1
B. Identifikasi Masalah..................................................................................... 13
C. Pembatasan Masalah .................................................................................... 14
D. Rumusan Masalah ........................................................................................ 15
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................................... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 21
A. Landasan Teori ............................................................................................ 21
1. Kinerja Keuangan ................................................................................... 21
a. Laporan Keuangan......................................................................... 21
b. Rasio Keuangan ............................................................................. 23
2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank ......................................................... 24
a. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank ............................................. 24
b. Metode Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank .............................. 25
c. Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank .............................. 32
3. Pertumbuhan Laba .................................................................................. 33
4. Perbankan Syariah .................................................................................. 34
a. Pengertian Perbankan .................................................................... 34
b. Perbankan Syariah ......................................................................... 34
B. Kerangka Pemikiran .................................................................................... 35
C. Keterkaitan Antar Variabel dan Hipotesis ................................................... 37
1. Hubungan Non Performing Financing terhadap pertumbuhan laba. ...... 37
xii
2. Hubungan Financing to Deposit Ratio terhadap pertumbuhan laba. ...... 37
3. Hubungan Good Corporate Governance terhadap pertumbuhan laba. .. 38
4. Hubungan Return On Assets terhadap petumbuhan laba ........................ 39
5. Hubungan Capital Adecuacy Ratio terhadap pertumbuhan laba. ........... 39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.............................................................. 41
A. Populasi dan Sampel .................................................................................... 41
B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................... 44
C. Sumber Data ................................................................................................ 45
1. Data Sekunder ......................................................................................... 45
D. Instrumen Penelitian .................................................................................... 46
1. Variabel Y (Dependent Variable) ........................................................... 46
2. Variabel X (Independent Varianble) ...................................................... 47
a. Risk Profile ...................................................................................... 47
b. Good Corporate Governance .......................................................... 49
c. Earning ............................................................................................ 50
d. Capital ............................................................................................. 51
E. Teknik Pengumpulan Data .......................................................................... 53
1. Field Research ........................................................................................ 53
2. Library Research (Studi Kepustakaan) ................................................... 54
3. Internet Research .................................................................................... 54
F. Teknik Pengelolaan Data ............................................................................. 54
1. Analisis Statistik Deskriptif .................................................................... 55
2. Uji Stationeritas ...................................................................................... 55
3. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 56
a. Uji Normalitas ............................................................................... 56
b. Uji Multikolinearitas ..................................................................... 56
c. Uji Heterokedastisitas .................................................................... 57
d. Uji Autokorelasi ............................................................................ 57
4. Model Regresi Data Panel ...................................................................... 58
a. Common Effect Model ................................................................... 58
b. Fixed Effect Model ........................................................................ 59
c. Random Effect Model .................................................................... 59
5. Pengujian Model ..................................................................................... 60
xiii
a. Uji Chow ........................................................................................ 60
b. Uji Hausman .................................................................................. 60
6. Pengujian Hipotesis ................................................................................ 61
a. Uji t (parsial).................................................................................. 61
b. Uji F (simultan) ............................................................................. 61
c. Koefisen Determinasi (Adjusted R2) ............................................. 62
7. Persamaan Model Regresi Data Panel .................................................... 62
BAB IV TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 63
A. Temuan Hasil Penelitian .............................................................................. 63
1. Deskripsi Objek Penelitian ..................................................................... 63
a. Deskripsi Variabel Pertumbuhan Laba .......................................... 63
b. Deskripsi Variabel Non Performing Financing ............................ 66
c. Deskirpsi Variabel Financing to Deposit Ratio ............................ 68
d. Deskripsi Variabel Good Corporate Governance ......................... 70
e. Deskripsi Variabel Return On Assets ............................................ 72
f. Deskripsi Variabel Capital Adequacy Ratio.................................. 74
2. Profil Perusahaan .................................................................................... 77
a. PT. Bank Syariah Mandiri ............................................................. 77
b. PT. Bank Mega Syariah ................................................................. 77
c. PT. Bank BRISyariah .................................................................... 77
d. PT. Bank Syariah Bukopin ............................................................ 78
e. PT. Bank BNI Syariah ................................................................... 78
f. PT. Bank Victoria Syariah ............................................................. 79
g. PT. BCA Syariah ........................................................................... 79
h. PT. Panin Dubai Syariah ............................................................... 80
B. Pembahasan ................................................................................................. 80
1. Analisis Statistik Deskriptif .................................................................... 80
2. Uji Stasioneritas ...................................................................................... 83
3. Uji Asumsi Klasik ................................................................................... 84
a. Uji Normalitas ............................................................................... 84
b. Uji Multikolinearitas ..................................................................... 85
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................................. 85
d. Uji Autokorelasi ............................................................................ 86
xiv
4. Pengujian Model Regresi Data Panel ..................................................... 87
a. Common Effect Model ................................................................... 87
b. Fixed Effect Model ........................................................................ 88
c. Uji Chow ........................................................................................ 88
d. Random Effect Model .................................................................... 89
e. Uji Hausman .................................................................................. 90
5. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Regresi Data Panel ...................... 91
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) .................. 91
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F) .................................... 93
c. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2) ............................................... 94
6. Persamaan Regresi Data Panel ................................................................ 95
7. Persamaan Model Regresi Tiap Bank ..................................................... 96
a. Persamaan Model Regresi BCA Mandiri.......................................96
b. Persamaan Model Regresi Bank Mega Syariah ............................ 97
c. Persamaan Model Regresi BNI Syariah ........................................ 97
d. Persamaan Model Regresi Bank Panin Dubai Syariah ................. 97
e. Persamaan Model Regresi BRISyariah ......................................... 97
f. Persamaan Model Regresi Bank Syariah Mandiri......................... 97
g. Persamaan Model regresi Bank Victoria Syariah .......................... 98
8. Interpretasi Hasil Penelitian .................................................................... 98
BAB V PENUTUP .............................................................................................. 104
A. Kesimpulan ................................................................................................ 104
B. Saran .......................................................................................................... 105
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 106
LAMPIRAN ........................................................................................................ 109
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Pertumbuhan Perbankan Syariah Periode 2008-2017 .......................... 3
Tabel 1.2 Rasio Keuangan Bank Umum Syariah ................................................. 3
Tabel 1.3 Laba Bank Syariah Tahun 2009-2017 .................................................. 7
Tabel 1.4 Penelitian Terdahulu ........................................................................... 16
Tabel 3.1 Populasi Penelitian .............................................................................. 42
Tabel 3.2 Proses Pengambilan Sampel Penelitian BUS di Indonesia ................. 43
Tabel 3.3 Sampel Penelitian .............................................................................. 44
Tabel 3.4 Perincian Waktu Penelitian ................................................................ 45
Tabel 3.5 Sumber Data Bank Umum Syariah .................................................... 46
Tabel 3.6 Kriteria Penetapan Peringkat NPF ..................................................... 48
Tabel 3. 7 Kriteria Penetapan Peringkat FDR .................................................... 49
Tabel 3.8 Kriteria Peringkat Faktor GCG .......................................................... 50
Tabel 3.9 Kriteria Penetapan Peringkat ROA .................................................... 51
Tabel 3.10 Kriteria Penetapan Peringkat CAR .................................................... 52
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ............................................................................. 81
Tabel 4.2 Hasil Uji Augmented Dickey Fuller (ADF) ....................................... 83
Tabel 4.4 Hasil Uji Multikolinearitas ................................................................ 85
Tabel 4.5 Hasil Uji White ................................................................................... 86
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi ....................................................................... 86
Tabel 4.7 Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model .............................. 87
Tabel 4.8 Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model .................................... 88
Tabel 4.9 Hasil Uji Chow .................................................................................. 89
Tabel 4.10 Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model................................ 90
Tabel 4.11 Uji Hausman ...................................................................................... 91
Tabel 4.12 Hasil Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t) ................... 92
Tabel 4.13 Uji Signifikansi Simultan (F-Statistik) .............................................. 93
Tabel 4.14 Koefisien Determinasi (R2) ................................................................ 94
Tabel 4.15 Model Regresi Random Effect ........................................................... 95
Tabel 4.16 Model Regresi Tiap Bank .................................................................. 96
Tabel 4.17 Tabel Interpretasi Penelitian .............................................................. 98
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik NPF Bank Umum Syariah 2011-2017 ................................... 4
Gambar 1.2 Grafik FDR Bank Umum Syariah 2011-2017 .................................. 5
Gambar 1.3 Grafik ROA Bank Umum Syariah 2011-2017 .................................. 6
Gambar 1.4 Grafik CAR Bank Umum Syariah 2011-2017 .................................. 6
Gambar 1.5 Grafik Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah 2011-2017 ............ 8
Gambar 4.1 Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah 2011-2017 ...................... 64
Gambar 4.2 NPF Bank Umum Syariah 2011-2017 ............................................. 66
Gambar 4.3 FDR Bank Umum Syariah 2011-2017 ............................................. 69
Gambar 4.4 GCG Bank Umum Syariah 2011-2017 ............................................ 71
Gambar 4.5 ROA Bank Umum Syariah 2011-2017 ............................................ 73
Gambar 4.6 CAR Bank Umum Syariah 2011-2017 ............................................ 75
Gambar 4.7 Grafik Hasil Uji Normalitas ............................................................. 84
Gambar 4.8 Grafik Hasil Uji Normalitas setelah Transformasi.............................. 84
Gambar 4.9 Grafik Uji Heteroskedastisitas ......................................................... 85
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Penelitian...................................................................... 109
Lampiran 2 : Statistik Deskriptif ................................................................ 113
Lampiran 3 : Uji Stasioner ......................................................................... 114
Lampiran 3 : Uji Asumsi Klasik ................................................................ 116
Lampiran 4 : Hasil Regresi Data Panel ...................................................... 118
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Lembaga keuangan perbankan memiliki peranan yang penting dalam
perekonomian suatu negara. Perbankan mempunyai kegiatan yang
mempertemukan pihak yang membutuhkan dana (borrower) dan pihak yang
mempunyai kelebihan dana (saver). Melalui kegiatan perkreditan, bank
berusaha memenuhi kebutuhan masayarakat bagi kelancaran usahanya,
sedangkan dengan kegiatan penyimpanan dana, bank berusaha menawarkan
kepada masyarakat keamanan dananya dengan jasa-jasa lain yang dapat
diperoleh (Latumaerissa 2012:145).
Pengertian bank sebagai lembaga keuangan menurut UU No. 7/1992 Pasal
1 adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk
simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam rangka
meningkatkan taraf hidup rakyat. Fungsi utama perbankan adalah sebagai
lembaga penghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan
menyalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit atau pembiayaan.
Bank syariah lahir dengan konsep dan filosofi yang berbeda jika
dibandingkan dengan bank konvensional. Di sini, bank konvensional
menerapkan bunga yang menjadi bagian integral dari seluruh kegiatan
bisnisnya, sedangkan bank syariah melarang penerapan bunga dalam semua
transaksi perbankan. (Rustam, 2013:4)
Bank syariah hadir sebagai solusi transaksi keuangan berbasis syariah
dengan berbagai tujuan diantaranya yaitu mengarahkan kegiatan ekonomi umat
untuk bermuamalat secara Islam khususnya bermuamalat dalam perbankan,
menciptakan keadilan di bidang ekonomi, untuk meningkatkan kualitas hidup
umat, menanggulangi masalah kemiskinan, menjaga stabilitas ekonomi dan
moneter dan menyelamatkan ketergantungann umat Islam terhadap bank non-
syariah (Sudarsono, 2008:43).
Sejarah perkembangan bank syariah di Indonesia diilhami dari
perkembangan bank syariah atau bank Islam di luar negeri yang diawali dengan
2
berdirinya Bank Mit Ghamr pada 1963 di Mesir. Selanjutnya, muncul Dubai
Islamic Bank pada 1975; Islamic Development Bank pada 1975 di Jeddah,
Saudi Arabia; Faysal Islamic Bank pada 1977 di Mesir dan Sudan; Kuwait
Finance House pada 1997 di Kuwait; dan Bank Islam Malaysian Berhad
[BIMB] pada 1983 di Malaysia. (IBI, 2014:2)
Pendirian bank syariah di Indonesia berawal dari lokakarya “Bunga Bank
dan Perbankan” pada 18-20 Agustus 1990, yang kemudian dilanjutkan dengan
Musyawarah Nasional [MUNAS] IV Majelis Ulama Indonseia [MUI] di Hotel
Sahid Jakarta pada 22-25 Agustus 1990. Dengan dukungan pemerintah dan
masyarakat, terbentuk Bank Syariah pertama dengan nama PT. Bank Muamalat
Indonesia (BMI) pada 1 November 1991 di Jakarta. Berdasarkan Surat izin
prinsip dari dari Menteri Keuangan Republik Indonesia No.
1223/MK.013/1991 tanggal 5 November 1991, Bank Mumalat Indonesia resmi
beroperasi. Namun tidak diikuti pendirian bank syariah lainnya sehingga
perkembangan perkembangan bank syariah nyaris stagnan sampai tahun 1998.
(IBI, 2014:2)
Dikerenakan krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1998 dan keluarnya
UU No. 10 Tahun 1998 tentang peluang usaha syariah bagi bank konvensional,
perbankan syariah mulai mengalami perkembangan dengan berdirinya Bank
Syariah Mandiri pada 1999 dan Unit Usaha Syariah [UUS] Bank Danamon
pada tahun 2000, serta bank-bank syariah dan Unit Usaha Syariah lain pada
tahun-tahun berikutnya. Kemudian pada tahun 2008, pemerintah bersama
dengan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia mengeluarkan UU No. 20 tentang
Sukuk dan UU No. 21 tentang Perbankan Syariah. Setelah diterbitkannya
perundang-undangan tersebut, sejak tahun 1998 sistem perbankan syariah telah
menunjukkan perkembangan yang pesat, yaitu lebih dari 50 persen
pertumbuhan aset rata-rata pertahun (IBI, 2014:2). Sampai dengan 2017,
terdapat 13 Bank Umum Syariah (BUS) dan 21 Unit Usaha Syariah (UUS)
dengan perkembangan yang baik.
Berdasarkan tabel 1.1, terlihat bahwa jumlah Bank Umum Syariah yang
terus mengalami peningkatan mencerminkan penerimaan yang baik oleh
masyarakat akan hadirnya sistem lembaga keuangan syariah. Maraknya
3
kehadiran bank dengan prinsip syariah tentu saja memicu adanya persaingan
antar bank. Bagi Bank Umum Syariah persaingan tidak hanya terjadi dengan
Bank Konvensional tetapi dengan bank konvensional yang mempunyai unit
syariah serta bank lainnya. Keadaan ini menuntut bank umum syariah untuk
ekstra keras dalam meningkatkan kinerjanya. Kinerja dari suatu bank perlu
diketahui oleh berbagai pihak karena kinerja bank mencerminkan tingkat
kesehatan dan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bank tersebut. Berikut
tabel pertumbuhan bank syariah dan beberapa rasio kinerja keuangan:
Tabel 1.1
Pertumbuhan Perbankan Syariah Periode 2008-2017
Pertumbuhan Perbankan Syariah
Indikator 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
Bank Umum Syariah
Jumlah
Bank 5 6 11 11 11 11 12 12 13 13
Jumlah
Kantor 576 711 1215 1390 1745 1998 2151 2121 1869 1841
Unit Usaha Syariah
Jumlah
Bank 27 25 23 24 24 23 22 22 22 21
Jumlah
Kantor 214 287 262 312 517 590 320 327 332 336
Bank Pembiayaan Rakyat Syariah
Jumlah
Bank 131 139 150 155 155 163 163 161 166 166
Jumlah
Kantor 202 223 286 364 364 402 439 433 453 454
Sumber: Laporan BI dan OJK (data diolah), 2017
Tabel 1.2
Rasio Keuangan Bank Umum Syariah
Rasio 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
NPF 2,52 2,22 2,26 4,86 5,1 4,42 4,28
FDR 88,94 100 100,32 94,62 93,94 85,99 81,36
ROA 1,79 2.14 2,67 0,85 1,07 0.63 1,10
CAR 16,63 14,13 14,42 15,74 13,76 16,63 16,91
Sumber: Laporan BI dan OJK (data diolah), 2017
4
Namun maraknya perkembangan bank syariah tidak diikuti dengan
perkembangan rasio-rasio keuangan yang semakin menunjukan angka yang
fluktuatif dari tahun ke tahun seperti yang terlihat pada Tabel 1.2 diatas.
Berikut grafik perkembangan masing-masing rasio kinerja keuangan bank
umum syariah 2011-2017:
Gambar 1.1
Grafik NPF Bank Umum Syariah 2011-2017
Sumber: Laporan BI dan OJK (data diolah), 2017
Berdasarkan gambar 1.1 dapat dilihat terjadi tren peningkatan rasio Non
Perfoming Financing (NPF). Terlihat peningkatan sejak 2014-2015 dan
mengalami penurunan pada tahun 2015-2017. Pada tahun 2011 rasio NPF
sebesar 2,52% turun pada 2012 menjadi 2,22% kemudian naik menjadi 2,26%
pada tahun 2013 dan terus mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar
4,86% hingga tahun 2015 sebesar 5,1%, setelah itu turun pada tahun 2016
menjadi 4,42% dan turun kembali pada tahun 2017 menjadi 4,28%. NPL/NPF
merupakan rasio antara kredit bermasalah terhadap kredit yang diberikan.
Rasio ini dipergunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menyanggah
resiko kegagalan kredit oleh debitur (Aini, 2013). Semakin tinggi NPF maka
semakin menurun kinerja keuangan bank karena dengan adanya pembiayaan
bermasalah yang semakin besar dibandingkan dengan aktiva produktifnya
dapat mengakibatkan kesempatan untuk memperoleh pendapatan (income)
dari pembiayaan yang diberikan, sehingga mengurangi laba dan berpengaruh
buruk pada rentabilitas bank (Rahmania dan Wibowo, 2015).
2.5
2
2.2
2
2.2
6
4.8
6
5.1
4.4
2
4.2
8
2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7
5
88
.94 10
0
10
0.3
2
94
.62
93
.94
85
.99
81
.36
2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7
Gambar 1.2
Grafik FDR Bank Umum Syariah 2011-2017
Sumber: Laporan BI dan OJK (data diolah), 2017
Kemudian berdasarkan gambar 1.2, terlihat Financing to Deposit Ratio
(FDR) stabil cenderung menurun secara umum dari tahun 2011 sampai dengan
2017. Dari mulai tahun 2011 sebesar 88,94%, tahun 2012 sebesar 100%, tahun
2013 sebesar 100,32%, tahun 2014 sampai tahun berikutnya terus turun
94,62%, 2015 sebesar 93,94%, 2016 sebesar 85,99%, hingga 2017 menjadi
81,36%. FDR adalah perbandingan pembiayaan yang diberikan oleh bank
dengan dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. FDR
menunjukkan kesehatan bank dalam memberikan pembiayaan (Suwiknyo,
2016:148). Berdasarkan peraturan yang dibuat oleh Bank Indonesia, rasio FDR
dikatakan sehat apabila berada dalam persentase antara 85% sampai dengan
110%. Semakin tinggi FDR maka laba yang diperoleh oleh bank akan
meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya
dengan efektif sehingga diharapkan jumlah kredit macetnya rendah) (Aini,
2013).
Berdasarkan gambar 1.3, rasio Return On Assets (ROA) yang
mengalami naik turun dengan peningkatan dari tahun 2011-1013 kemudian
mengalami penurunan dari tahun 2013-1017 sehingga dapat dilihat tren
perkembangan ROA cenderung menurun. Pada tahun 2011 rasio ROA sebesar
1,79% naik pada 2012 sebesar 2.14% kemudia turun pada tahun 2013 menjadi
2,67% kemudian turun pada tahun 2014 menjadi 0,85% lalu naik kembali tahun
2015 menjadi 1,07% setelah itu turun menjadi 0,63% dan naik menjadi 1.10%
6
Gambar 1.3
Grafik ROA Bank Umum Syariah 2011-2017
Sumber: Laporan BI dan OJK (data diolah), 2017
pada tahun 2017. ROA adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank
dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset yang
menghasilkan keuntungan. ROA merupakan gambaran prodiktivitas bank
dalam mengelola dana sehingga menghasilkan keuntungan (Suwiknyo:
2016:149). Maka semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan
yang dicapai dan semakin baik pula posisi perusahaan dari segi penggunaan
asset.
Gambar 1.4
Grafik CAR Bank Umum Syariah 2011-2017
Sumber: Laporan BI dan OJK (data diolah), 2017
1.7
9
2.1
4
2.6
7
0.8
5 1.0
7
0.6
3
1.1
2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7
ROA
16
.63
14
.13
14
.42
15
.74
13
.76
16
.63
16
.91
2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7
CAR
7
Berdasarkan gambar 1.4, rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) mengalami
fluktuatif setiap tahunnya dari tahun 2011 sebesar 16,63%, tahun 2012 sebesar
14,13%, kemudian pada tahun 2013 sebesar 14,42%, tahun 2014 sebesar
15,74%, tahun 2015 turun menjadi 13,76% dan meningkat kembali sebesar
16,63% tahun 2016 hingga 16,91% tahun 2017. Capital Adequacy merupakan
kecukupan modal, menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan
modal yang mencukupi dan kemampuan manajemen bank dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol resiko yang timbul
yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank (Aini, 2013).
Nilai rasio CAR yang meningkat akan menghasilkan laba yang mengalami
peningkatan. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah pada modal
sendiri sehingga modal sendiri tersebut dapat digunakan untuk mengelola
perusahaan yang tidak langsung juga akan meningkatkan laba perusahaan
perbankan (Cahyono dalam Doloksaribu 2012). Sehingga semakin besar CAR
yang dimiliki oleh suatu bank maka kinerja bank tersebut akan semakin baik,
konsekuensinya akan meningkatkan pertumbuhan laba yang dimiliki.
Tabel 1.3
Laba Bank Syariah Tahun 2009-2017
Sumber: Laporan BI dan OJK (data diolah), 2017
Tahun Laba
(milyar rupiah)
Pertumbuhan Laba
2008 432
2009 791 83,10%
2010 1051 32,87%
2011 1.475 40,34%
2012 2.541 72,27%
2013 3.278 29,00%
2014 1.786 -45,52%
2015 1.786 0%
2016 2.096 17,36%
2017 3.096 47,71%
8
Kinerja keuangan merupakan alat ukur keberhasilan manajemen dalam
mengelola sumber daya suatu perusahaan, khususnya perbankan. Dengan
menggunakan rasio keuangan perusahaan dapat menilai bagaimana kondisi
keuangan perusahaan sehingga dapat dijadikan alat pengambil kebijakan.
Disamping itu rasio keuangan juga bermanfaat untuk memprediksi laba pada
waktu yang akan datang.
Laba merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang
timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan pada periode tersebut (Wardiah, 2013:300). Laba mempunya sifat
yang berubah-ubah dari tahun ke tahun. Informasi tentang laba selalu ingin
diketahui semua pihak yang berkepentingan yang berguna dalam proses
pengambilan keputusan dan pertimbangan prospek perusahaan dimasa
mendatang.
Gambar 1.5
Grafik Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah 2011-2017
Sumber: Laporan BI dan OJK (data diolah), 2017
Berdasarkan tabel 1.3 dan gambar 1.5 dapat dilihat bahwa pertumbuhan
laba bank syariah mengalami fluktuatif dimulai dari tahun 2009 sebesar
83,31%, tahun 2010 turun menjadi 32,87%, tahun 2011 sebesar 40,34%, tahun
2012 yang mengalami peningkatan sebesar 72,27%, pada tahun 2013
meningkat sebesar 29%, pada tahun 2014 menurun sebesar 45,52%, kemudian
pada tahun 2015 pertumbuhan laba sebesar 0% artinya laba yang diperoleh
pada tahun tersebut memiliki jumlah yang sama dari tahun sebelumnya, dan
40
.34
72
.27
29
-45
.52
0
17
.36
47
.71
2 0 1 1 2 0 1 2 2 0 1 3 2 0 1 4 2 0 1 5 2 0 1 6 2 0 1 7
PL
9
mulai meningkat pada tahun 2016 sebesar 17,36% dan 2017 meningkat
kembali sebesar 47,71%.
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa laba yang diperoleh pada 2011
sampai dengan 2013 terus meningkat kemudian pada tahun 2014 mengalami
penurunan sampai akhirnya mulai tahun 2016 bangkit kembali meningkat
pertumbuahannya hingga tahun 2017. Terdapat faktor-faktor yang
mempengaruhi peningkatan maupun penurunan laba yang diperoleh bank
syariah, diantaranya penurunan yang terjadi dipengaruhi oleh perekonomian
global dan pemilu di dalam negeri pada tahun 2014.
Penilaian kinerja dapat dilakukan salah satunya dengan menilai kinerja
keuangan untuk mengetahui kesehatan bank. Sama halnya dengan bank
konvensional, perbankan syariah juga perlu diketahui tingkat kesehatannya.
Tingkat kesehatan bank adalah kemampuan suatu bank untuk melakukan
kegiatan operasional perbankan secara normal dan mampu memenuhi semua
kewajibannya dengan baik dengan cara-cara sesuai dengan peraturan yang
berlaku (Kasmir, 2014:304). Bank yang mempunyai kinerja baik diharapkan
dapat menarik kepercayaan dan dukungan dari masyarakat serta mampu
menghasilkan laba yang optimal.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengukur tingkat
kesehatan bank, salah satunya menggunakan pendekatan Peraturan Bank
Indonesia No. 9/1/PBI/2007 menggunakan metode CAMELS (Capital, Asset
Quality, Management, Earning, Liquidity, dan Sensitifity to merket risk) yang
diubah menjadi Peraturan Bank Indonesia No. 13/1/PBI/2011 tentang
penilaian tingkat kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan resiko
(Risk-Base Bank Rating/RBBR) yang selanjutnya disebut dengan metode
RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earnings, dan Capital).
Standar untuk melakukan penilaian kesehatan bank telah ditentukan
pemerintah melalui Otoritas Jasa Keuangan, yang bertugas sebagai pengawas
dalam sektor keuangan. Kesehatan Bank yang merupakan cerminan kondisi
dan kinerja bank merupakan sarana bagi otoritas pengawas dalam menetapkan
strategi dan fokus pengawasan terhadap bank. Selain itu, kesehatan bank juga
menjadi kepentingan semua pihak terkait, baik pemilik, pengelola
10
(manajemen), serta masyarakat pengguna jasa Bank (Peraturan Otoritas Jasa
Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014).
Kemudian peraturan tersebut disempurnakan menjadi penilaian tingkat
kesehatan bank dengan pendekatan risiko (Risk-Based Bank Rating), yang
diatur dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014
tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha
Syariah dan diikuti dengan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor
10/SEOJK.01/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah
dan Unit Usaha Syariah.
Risk-Based Bank Rating (RBBR) merupakan metode penilaian
kesehatan bank dengan menggunakan pendekatan risiko atau dikenal juga
dengan metode RGEC (Risk Profile, Good Corporate Governance, Earning
dan Capital). Penilaian ini mencakup penilaian terhadap empat faktor yaitu
Risk Profile (Profil Risiko), Good Corporate Governance (GCG), Earning
(Rentabilitas), dan Capital (Permodalan). Keempat faktor ini dianggap
mewakili secara keseluruhan terhadap kesehatan suatu perbankan.
Risk Profile (Profil Resiko) merupakan penilaian terhadap risiko
inheren dan kualiltas penerapan manajemen risiko dalam aktivitas operasional
bank. Penilaian resiko inheren merupakan penilaian atas risiko kredit, risiko
pasar, risiko likuiditas, risiko operasional, risiko reputasi, resiko hukum, risiko
strategik, risiko kepatuhan, risiko investasi dan risiko imbal hasil. Semakin
rendah urutan peringkat faktor profil resiko, maka semakin rendah risiko yang
dihadapi Bank Umum Syariah. Dalam mengukur Risk Profile pada penelitian
ini menggunakan risiko kredit melalui rasio NPF dan risiko likuiditas melalui
rasio FDR.
Penilaian terhadap faktor Good Corporate Governance (GCG)
merupakan penilaian terhadap manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-
prinsip GCG. Untuk menjaga kepercayaan para nasabahnya, bank wajib
menyampaikan laporan Self Assesment atas penerapan Good Corporate
Govenance kepada Bank Indonesia setiap tiga bulan setelah berakhirnya
tahun penilaian (akhir maret). Hal ini dibutuhkan untuk menghasilkan
11
peringkat komposit Tingkat Kesehatan Bank sehingga mengetahui sehat
tidaknya bank tersebut.
Penilaian terhadap faktor Earning (Rentabilitas) meliputi penilaian
terhadap kinerja earning, sumber-sumber earning, dan sustainability
earnings bank. Dalam penelitian ini menggunakan rasio ROA dalam
perhitungan faktor earning. Penilaian terhadap faktor Capital (permodalan)
meliputi penilaian terhadap tingkat kecukupan permodalan dan pengelolaan
permodalan. Untuk menghitung permodalan penelitian ini menggunakan
rasio CAR.
Penelitian mengenai rasio tingkat kesehatan bank terhadap
pertumbuhan laba sudah banyak dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan
oleh Febrianty dan Divianto (2017) pengaruh rasio keuangan terhadap
pertumbuhan laba perusahaan perbankan. Dengan hasil penelitian
menunjukkan bahwa rasio rasio BOPO, DAR, ROE, LAR, RR, NPL, CAR,
DPR, CR, Cash Ratio, TIE, PER secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan ROE secara parsial berpengaruh
sihnifikan terhadap pertumbuhan laba.
Kemudian Suryani dan Habibie (2017) mengenai analisis pengaruh
rasio-rasio Risk Based Bank Rating terhadap pertumbuhan laba pada
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI. Hasil penelitiannya
menunjukkan secara parsial variabel NPL/NPF, GCG, dan CAR tidak
berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan secara simultan
NPL/NPF, GCG, ROA dan CAR berpengaruh terhadap pertumbuhan laba
pada perbankan yang terdaftar di BEI.
Hadiwidjaya (2016) dengan judul The Influence of Bank’s
Performance Ratio to Profit Growth on Banking Companies in Indonesia.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR, QA, ROA dan LDR
secara simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan secara
parsial hanya variabel LDR yang berpengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Lubis (2013) pengaruh tingkat kesehatan bank terhadap pertumbuhan
laba pada BPR di Indonesia menggunakan variabel CAR, NPL, BOPO dan
LDR. Adapun hasil penelitianya menunjukkan bahwa CAR, BOPO dan LDR
12
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan NPL
berpengaruh positif terhadap pertumbuhan laba.
Setiawan dan Hanryono (2013) analisis pengaruh kinerja keuangan
bank, tingkat inflasi dan BI rate terhadap pertumbuhan laba. Dengan hasil
penelitian secara simultan variabel CAR, NPL, BOPO, LDR, tingkat inflasi
dan BI rate berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sedangkan secara
parsial hanya variabel BOPO yang berpengaruh terhadap pertumbuhan laba
dan variabel lainnya tidak memiliki pengaruh.
Aini (2013) pengaruh CAR, NIM, NPL, BOPO dan kualitas aktiva
produktif terhadap pertumbuhan laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
variabel CAR, NIM, NPL, BOPO dan kualitas aktiva produktif secara
simultan berpengaruh terhadap pertumbuhan laba. Secara parsial variabel
CAR, BOPO, dan KAP berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Fathoni, dkk (2013) mengenai kesehatan bank terhadap pertumbuhan
laba pada perusahaan sektor perbankan. Adapun hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa secara simultan variabel CAR, NPL,NPM, ROA, IRR dan
CAMELS berpengaruh terhdap pertumbuhan laba. Adapun secaar parsial
variabel CAR, NPL, ROA dan CAMELS berpengaruh terhadap pertumbuhan
laba sedangkan variabel LDR dan IRR tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba.
Berdasarkan hasil penelitian-penelitian di atas terdapat beberapa
ketidakkonsistenan diantaranya yaitu penelitian yang dilakukan oleh Lubis
(2013) dan Fathoni, dkk (2013) menyatakan bahwa rasio NPL/NPL memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hasil tersebut bertolak
belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Aini (2013), Febrianty
dan Divianto yang menunjukkan hawa NPL/NPF memiliki pengaruh tidak
signifikan terhadap pertumbuhan laba. Penelitian yang dilakukan oleh Lubis
(2013) dan Hadiwidjaya (2016) yang menunjukkan bahwa rasio LDR/FDR
memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Namun, hasil
tersebut tidak sejalan dengan hasil yang dikemukakan oleh Aini (2013), Lubis
(2013) seta Setiawan dan Hanryono (2016) yang menyatakan bahwa LDR/FDR
memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.
13
Penelitian yang dilakukan oleh Suryani dan Habibie yang menunjukkan
bahwa GCG memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Sedangkan penelitian oleh Yantiningsih (2016) yang menunjukkan bahwa
GCG berpengaruh signifikan terhadap kinerja keuangan. Kemudian penelitian
yang dilakukan oleh Suryani dan Habibie (2017) dan Fathoni, dkk (2013)
menunjukkan bahwa ROA memilki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hadiwidjaya (2016) yang menyatakan bahwa ROA tmemiliki pengaruh tidak
signifikan terhadap pertumbuhan laba. Penelitian yang dilakukan oleh
Hadiwidjaya (2016), Febrianty dan Divianto (2017), Suryani dan Habibie
(2017), Lubis (2013) dan Setiawan dan Haryono (2016) yang menyatakan
bahwa CAR memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Sedangkan menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Aini (2013)
menunjukkan bahwa CAR memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Berbeda dengan penelitian sebelumnya, dalam penelitian
menggunakan tingkat kinerja bank menggunakan RBBR (Risk Based Bank
Rating), yang menganalisis tingkat kesehatan bank dengan menerapkan Risk
Profile, Good Corporate Governance, Earning dan Capital. Adapun objek
penelitian yaitu Bank Umum Syariah di Indonesia berjumlah 13, namun hanya
8 (delapan) Bank Umum Syariah yang sesuai dengan klasifikasi kebutuhan
penelitian. Klasifikasi terebuat adalah Bank Umum Syariah yang menerbitkan
laporan keuangan tahunan dan laporan GCG dalam periode tahun 2011– 2017.
Berdasarkan latar belakang dan adanya beberapa ketidakkonsistenan
hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya menyebabkan isu ini tetap menarik
untuk diteliti, maka dari itu dipilihlah judul “Pengaruh Risk Profile, Good
Corporate Governance, Earning dan Capital terhadap Pertumbuhan Laba
Bank Umum Syariah Periode 2011-2017”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan maka penulis dapat
mengidentifikasi berbagai masalah dalam penelitian ini, diantaranya:
14
1. Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat dalam beberapa
tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat mengenai ekonomi syariah
semakin bertambah dan iringi dengan pertumbuhan bank umum syariah
maupun unit usaha syariah yang terus bertambah setiap tahun. Namun
perkembangan bank syariah tidak diikuti dengan kinerja keuangannya yang
dilihat rasio-rasio keuangan yang semakin menunjukan angka yang
fluktuatif dari tahun ke tahun.
2. Pertumbuhan laba dapat diketahui dengan melihat bagaimana kinerja suatu
perbankan melalui analisis Risk Profile, Good Corporate Governance,
Earning dan Capital. Semakin baik tingkat kesehatan yang ditunjukkan
maka sebuah perbankan dapat memprediksi bagaimana kinerja perusahaan
dan pertumbuhan laba di masa yang akan datang. Sebaliknya, jika
kondisinya dalam keadaan tidak sehat maka perlu segera untuk diambil
tindakan. Maka akan dilihat rasio tingkat kesehatan bank (variabel
independen) yang manakah yang memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan
laba pada bank umum syariah.
3. Risk Profile yang diukur dengan rasio NPF dan FDR, Good Corporate
Governance diukur dengan peringkat komposit GCG, Earning yang diukur
dengan rasio ROA dan Capital yang diukur dengan rasio CAR terhadap
pertumbuhan laba Bank Umum Syariah di Indonesia.
C. Pembatasan Masalah
Pertumbuhan laba merupakan pengukuran keberhasilan bank dalam
memenuhi kepatuhan atas kesehatan bank. Di Indonesia, penilaian tingkat
kesehatan bank ditinjau melalui CAMELS yang digantikan dengan RGEC.
Setiap permasalahan yang ada hakikatnya sangat kompleks, sehingga penulis
tidak dapat menyelidikinya secara keseluruhan karena keterbatasan yang ada
dalam diri penulis dan hanya permasalahan yang ada dalam fokus penelitian ini.
Maka penulis menganggap perlu untuk membatasi permasalahan yang ada.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel rasio indikator tingkat
kesehatan bank terhadap bank umum syariah di Indonesia yaitu tentang
“Pengaruh Risk Profile (NPF dan FDR), Good Corporate Governance, Earning
15
(ROA) dan Capital (CAR) terhadap Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah
Periode 2013-2017”. Adapun objek penelitian yaitu Bank Umum Syariah di
Indonesia berjumlah 13 (tigabelas), namun hanya 8 (delapan) Bank Umum
Syariah yang sesuai dengan klasifikasi kebutuhan penelitian. Klasifikasi tersebut
adalah Bank Umum Syariah yang menerbitkan laporan keuangan tahunan dan
laporan GCG dalam periode 2011 – 2017.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka tujuan penulisan ini adalah
sebagai berikut:
1. Apakah terdapat pengaruh Risk Profile (NPF, FDR), Good Corporate
Governance (GCG), Earning (ROA), dan Capital (CAR) terhadap
pertumbuhan laba secara parsial pada Bank Umum Syariah di Indonesia?
2. Apakah terdapat pengaruh Risk Profile (NPF, FDR), Good Corporate
Governance (GCG), Earning (ROA), dan Capital (CAR) terhadap
pertumbuhan laba secara simultan pada Bank Umum Syariah di Indonesia?
3. Variabel manakah yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap
pertumbuhan laba?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Menjelaskan pengaruh Risk Profile (NPF, FDR), Good Corporate
Governance (GCG), Earnings (ROA), dan Capital (CAR) terhadap
pertumbuhan laba secara parsial pada Bank Umum Syariah di
Indonesia.
b. Menjelaskan pengaruh Risk Profile (NPF, FDR), Good Corporate
Governance (GCG), Earnings (ROA), dan Capital (CAR) terhadap
pertumbuhan laba secara simultan pada Bank Umum Syariah di
Indonesia.
c. Mengetahui variabel yang paling dominan terhadap pertumbuhan laba
Bank Umum Syariah di Indonesia.
16
2. Manfaat yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini yaitu sebagai berikut:
a. Bagi pengelola perbankan syariah
Menjadi informasi mengenai letak kekurangan atau kelemahan yang
dihadapi, sehingga pengelola bank syariah dapat membuat kebijakan
untuk mempertahankan dan meningkatkan tingkat kesehatannya.
b. Bagi pemerintah
Bahan pertimbangan pengambilan keputusan dan pembuatan
kebijakan dalam bidang perbankan khususnya perbankan syariah.
c. Bagi masyarakat
Hasil penilaian tingkat kesehatan bank dan pencapaian bank
terhadap perolehan laba dapat dijadikan acuan para pemilik dana dan
investor untuk menyimpan uangnya pada bank yang memiliki kondisi
“sehat”. Karena hal ini akan memberikan jaminan rasa aman dalam waktu
tertentu.
F. Tinjauan Kajian Terdahulu
Tabel 1.4
Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti
Judul
Penlitian
Metode
Penliltian
Hubungan dengan Skripsi
Penulis Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1. Febrianty
dan
Divianto
(2017)
Pengaruh
Rasio
Keuangan
Terhadap
Pertumbuh
an Laba
Perusahaan
Perbankan
Metode
regresi linear
berganda
dengan alat
analisisis
SPPS.
Sampel
dalam
penelitian ini
yaitu
perusahaan
perbankan
yang
terdaftar di
BEI periode
2012-2016,
Variabel
dependeen:
Pertumbuhan
Laba
Variabel
Independen:
NPL/NPF
dan CAR
Peneliti
menggunakan
sampel Bank
Umum Syariah
periode 2011-
2017.
Tidak terdapat
variabel
BOPO, DAR,
LAR, RR,
DPR, CR,
Cash Ratio,
TIE dan PER
Metode
analisis data
panel dengan
alat uji eviews
Rasio BOPO,
DAR, ROE, LAR,
RR, NPL, CAR,
DPR, CR, Cash
Ratio, TIE, PER
secara simultan
berpengaruh
signifikan
terhadap
pertumbuhan
laba.
Sedangkan ROE
secara parsial
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba.
17
No Nama
Peneliti
Judul
Penlitian
Metode
Penliltian
Hubungan dengan Skripsi
Penulis Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
2. Yani
Suryani
dan
Azwansya
h Habibie
(2017)
Analisis
Pengaruh
Rasio-
Rasio Risk
Based Bank
Rating
Terhadap
Pertumbuh
an Laba
Pada
Perusahaan
Perbankan
Yang
Terdaftar di
BEI
Metode
regresi linear
berganda
dengan alat
analisisis
SPPS.
Sampel
dalam
penelitian ini
yaitu
perusahaan
perbankan
yang
terdaftar di
BEI 2012-
2014
Variabel
dependen:
Pertumbuhan
Laba
Variabel
Independen:
NPL/NPF,
GCG, ROA
dan CAR
Peneliti
menggunakan
sampel Bank
Umum Syariah
periode 2011-
2017.
Metode
analisis data
panel dengan
alat uji eview
Secara parsial
varaiabel NPL,
GCG dan CAR
tidak berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba. Sedangkan
ROA berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba.
Secara simultan
NPL, GCG, ROA
dan CAR
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba
pada perbankan
yang terdaftar di
BEI
3. Rini
Dwiyani
Hadiwidja
ya (2016)
The
Influence of
the Bank’s
Peformanc
e Ratio to
Profit
Growth on
Banking
Companies
in
Indonesia
Metode
regresi linear
berganda
dengan alat
analisisis
SPPS.
Sampel
dalam
penelitian ini
yaitu
perbankan
konvensional
yang
terdaftar di
IDX periode
2009-2011.
Variabel
dependen:
Profit
Growth
(pertumbuha
n laba)
Variabel
Independen:
CAR dan
ROA
Peneliti
menggunakan
sampel Bank
Umum Syariah
periode 2011-
2017.
Tidak terdapat
variabel LDR
dan QA.
Metode
analisis data
panel dengan
alat uji eviews
Variabel
Independen yaitu
CAR, QA, ROA
dan LDR
berpengaruh
secara simultan
terhadap
pertumbuhan
laba. Sedangkan
LDR secara
parsial
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba.
4. Anisah
Lubis
(2013)
Pengaruh
Tingkat
Kesehatan
Bank
Terhadap
Pertumbuh
an Laba
pada BPR
di
Indonesia
Metode
regresi linear
berganda
dengan alat
analisisis
SPPS.
Sampel
dalam
penelitian ini
yaitu Bank
Perkreditan
Rakyat.
Variabel
dependen:
Pertumbuhan
Laba
Variabel
independen:
NPL/NPF
dan CAR
Peneliti
menggunakan
sampel Bank
Umum Syariah
periode 2011-
2017.
Tidak terdapat
variabel LDR
dan BOPO.
Metode
analisis data
Hasil penelitian
menunjukan
bahwa secara
simultan CAR,
NPL, BOPO, dan
LDR berpengaruh
secara signifikan
terhadap
pertumbuhan
laba. Sedangkan
18
No Nama
Peneliti
Judul
Penlitian
Metode
Penliltian
Hubungan dengan Skripsi
Penulis
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
(BPR)
Konvesional
di Indonesia
periode
2008-2012
panel dengan
alat uji eviews
secara parsial
menunjukkan
bahwa CAR
berkorelasi
negatif terhadap
pertumbuhan
laba, NPL
memiliki
hubungan positif
terhadap
pertumbuhan
laba, kemudian
BOPO dan LDR
memiliki
hubungan negatif
terhadap
pertumbuhan
laba.
5. Daniel
Imanuel
Setiawan
dan
Hanryono
(2013)
Analisis
Pengaruh
Kinerja
Keuangan
Bank,
Tingkat
Inflasi dan
BI Rate
Terhadap
Pertumbuh
an Laba
(Studi pada
Bank
Swasta
Devisa
yang
terdaftar
pada Bursa
Efek
Indonesia
periode
2009-2013)
Metode
regresi linear
berganda
dengan alat
analisisis
SPPS.
Sampel
dalam
penelitian ini
yaitu bank
swasta
devisa yang
terdaftar
pada BEI
2009-2013.
Variabel
dependeen:
Pertumbuhan
Laba
Variabel
Independen:
NPL/NPF
dan CAR
Peneliti
menggunakan
sampel Bank
Umum Syariah
periode 2011-
2017.
Tidak terdapat
variabel
BOPO, LDR,
Inflasi dan BI
Rate.
Metode
analisis data
panel dengan
alat uji eviews
CAR, NPL,
BOPO, LDR,
Tingkat Inflasi
dan BI Rate
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba.
Sedangkan uji
parsial hanya
BOPO yang
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba
dan variabel
lainnya tidak
memiliki
perngaruh.
6. Nur Aini
(2013)
Pengaruh
CAR, NIM,
NPL,
BOPO dan
Kualitas
Aktiva
Laba
Produktif
Metode
regresi linear
berganda
dengan alat
analisisis
SPPS.
Sampel
dalam
Variabel
dependeen:
Pertumbuhan
Laba
Variabel
Independen:
Peneliti
menggunakan
sampel Bank
Umum Syariah
periode 2011-
2017.
Variabel CAR
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba, NIM tidak
perpengaruh
19
No Nama
Peneliti
Judul
Penlitian
Metode
Penliltian
Hubungan dengan Skripsi
Penulis
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
Terhadap
Pertumbuh
an Laba
penelitian ini
yaitu
perusahaan
perbankan
yang
terdaftar di
BEI 2009-
2011
CAR dan
NPL/NPF
Tidak terdapat
variabel NIM,
BOPO, dan
Kualitias
Aktiva
Produktif.
Metode
analisis data
panel dengan
alat uji eviews
terhadap
pertumbuhan
laba, LDR
berpengaruh tidak
signifikan
terhadap
pertumbuhan
laba, NPL
berpengaruh
positif tidak
signifikan
terhadap
pertumbuhan laba
dan BOPO
berpengaruh
negatif signifikan
terhadap
pertumbuhan
laba.KAP
berpengaruh
negatif dan
signifikan
terhadap
pertumbuhan
laba.
7. Muhamm
ad Isnaini
Fathoni,d
kk (2013)
Pengaruh
Tingkat
Kesehatan
Bank
Terhadap
Pertumbuh
an Laba
Pada
Perushaan
Sektor
Perbankan
Metode
regresi linear
berganda
dengan alat
analisisis
SPPS.
Sampel
dalam
penelitian ini
yaitu
perusahaan
perbankan
yang
terdaftar di
BEI 2007-
2010
Variabel
dependeen:
Pertumbuhan
Laba
Variabel
Independen:
CAR,
NPL/NPF,
ROA,
LDR/FDR
Peneliti
menggunakan
sampel Bank
Umum Syariah
periode 2011-
2017.
Tidak terdapat
variabel NPM,
IRR, dan
CAMELS.
Metode
analisis data
panel dengan
alat uji eviews
Secara parsial
variabel NPM.
LDR, IRR tidak
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba. Sedangkan
CAR, NPL, ROA
dan CAMELS
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan
laba.Secara
simultan CAR,
NPL, NPM,
ROA, IRR dan
CAMELS
berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba
pada perbankan
yang terdaftar di
BEI
20
No. Nama
Peneliti
Judul
Penelitian
Metode
Penelitian
Hubungan dengan Skripsi
Penulis
Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
8. Lalu
Renaldy
Saputra
(2017)
Pengaruh
Tingkat
Kesehatan
Bank
Menurut
Risk Based
Bank
Rating
Terhadap
Kinerja
Keuangan
Bank
Umum
Syariah di
Indonesia
Periode
2013-2016
Metode
analisis data
panel dengan
alat uji
eviews
Sampel
dalam
penelitian ini
yaitu bank
umum
syariah
2013-2016
Variabel
Indpenden:
NPF, FDR,
GCG, CAR
Variabel
Dependen:
Tidak
menggunakan
Kinerja
Keuangan
(ROA) tapi
Pertumbuhan
Laba (PL).
Variabel
Independen:
NOM
Secara parsial
variabel NPF,
FDR dan CAR
memilik pengaruh
terhadap ROA.
Sedangkan GCG
dan NOM tidak
memiliki
pengaruh
terhadap ROA.
Secara simultan
variabel NPF,
FDR, GCG,
NOM dan CAR
memiliki
pengaruh
terhadap ROA.
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Kinerja Keuangan
Menurut Fahmi (2011) kinerja keuangan merupakan suatu analisis yang
dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah melaksanakan
dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan keuangan secara baik dan
benar. Seperti dengan membuat suatu laporan keuangan yang telah
memenuhi standar dan ketentuan dalam SAK (Standar Akutansi Keuangan)
atau GAAP (General Acepted Accounting Principle), dan lainnya.
Penilaian kinerja keuangan merupakan suatu cara yang dapat dilakukan
oleh pihak manajemen agar dapat memenuhi kewajibannya terhadap para
pemangku kepentingan dan juga untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan oleh perusahaan. Adapun manfaat dari kinerja keuangan adalah
untuk mengukur prestasi yang dicapai oleh suatu organisasi dalam suatu
periode tertentu yang mencerminkan tingkat keberhasilan pelaksanaan
kegiatannya, digunakan untuk melihat kinerja organisasi secara keseluruhan
dan kontribusi suatu bagian dalam pencapaian tujuan perusahaan secara
keseluruhan, digunakan sebagai dasar penentuan strategi perusahaan dimasa
yang akan datang, untuk memberi petunjuk dalam pembuatan keputusan
serta kegiatan organisasi dan sebagai dasar penentuan kebijakan penanaman
modal agar dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas perusahaan.
(Fahmi, 2011).
a. Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses
pencatatan, serta ringkasan dari transaksi keuangan yang disusun untuk
menyediakan informasi keuangan mengenai suatu perusahaan kepada
22
pihak-pihak yang berkepentingan sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan ekonomi (Wardiah, 2013:285).
Laporan keuangan bank adalah laporan keuangan yang
menunjukkan kondisi keuangan bank secara keseluruhan. Dari laporan ini
dapat diketahui bagaimana kondisi bank yang sesungguhnya, termasuk
kekurangan dan keunggulan yang dimiliki. Laporan ini juga menunjukkan
kinerja manajemen bank selama satu periode. Keuntungan dengan membaca
laporan ini pihak manajemen dapat memperbaiki kekurangan yang ada serta
mempertahankan keunggulan yang dimiliki (Kamir, 2015). Berikut
merupakan jenis-jenis laporan keuangan menurut (Kasmir, 2015:28):
1) Neraca
Merupakan laporan yang menunjukkan posisi keuangan bank pada
tanggal tertentu. Laporan keuangan yang dimaksud adalah posisi aktiva
(harta), pasiva (kewajiban dan ekuitas) suatu bank. Penyusunan
komponen di dalam neraca didasarkan pada tingkat likuiditas dan jatuh
tempo.
2) Laporan Komitmen dan Kontijensi
Laporan komitmen merupakan suatu ikatan atau kontrak yang berupa
janji yang tidak dapat dibatalkan secara sepihak (irrevocable) dan harus
dilaksanakan apabila persyaratan yang disepakati bersama dipenuhi.
Sedangkan laporan kontijensi merupakan tagihan atau kewajiban bank
yang kemungkinan timbulnya tergantung pada terjadi atau tidak
terjadinya satu atau lebih peristiwa di masa yang akan datang. Penyajian
laporan komitmen dan kontijensi disajikan tersendiri tanpa pos laman.
3) Laporan Laba Rugi
Merupakan laporan keuangan bank yang menggambarkan hasil usaha
bank dalam suatu periode tertentu. Dalam laporan ini tergambar jumlah
pendapatan dan sumber-sumber pendapatan serta biaya dan jenis-jenis
biaya yang dikeluarkan.
23
4) Laporan Arus Kas
Merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan
dengan bank, baik yang berpengaruh langsung maupun tidak langsung
terhadap kas.
5) Catatan Atas Laporan Keuangan
Merupakan laporan yang berisi cacatan tersendiri mengenai posisi
devisa neto, menurut jenis mata uang dan aktiva lainnya.
6) Laporan Keuangan Gabungan dan Konsolidasi
Merupakan laporan dari seluruh isi cabang-cabang bank yang
bersangkutan, baik yang ada di dalam negeri maupun di luar negeri,
sedangkan laporan konsolidasi merupakan laporan bank yang
bersangkutan dengan anak perusahaan.
Tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan
informasi, menyangkut posisi keuangan suatu entitas syariah yang
bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi. (PSAK dalam Nurhayati, 2015:97). Laporan keuangan syariah
terdiri atas (ED PASAK 101 (Revisi 2014)):
1) Laporan posisi keuangan;
2) Laporan laba rugi dan penghasilan komprehensif lain;
3) Laporan perubahan ekuitas
4) Laporan arus kas
5) Laporan rekonsialiasi pendapatan dan bagi hasil;
6) Laporan sumber dan penggunaan dana zakat;
7) Laporan sumber dan penggunaan dana kebajikan; dan
8) Catatan atas laporan keuangan
b. Rasio Keuangan
Menurut Kasmir (2015:104) rasio keuangan merupakan kegiatan
yang membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan keuangan
dengan cara membagi satu angka dengan angka lainnya. Perbandingan
dapat dilakukan antar satu komponen dengan kompenen dalam satu
laporan keuangan atau antar komponen yang ada di antara laporan
24
keuangan, kemudian angka yang diperbandingkan dapat berubah angka-
angka dalam satu periode maupun beberapa periode.
Rasio keuangan adalah hasil perhitungan antara dua macam data
keuangan bank, yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara
kedua data keuangan tersebut yang pada umumnya dinyatakan secara
numerik, baik dalam persentase atau kali. Hasil perhitungan rasio ini
dapat digunakan untuk menguji kinerja keuangan bank pada periode
tertentu dan dapat dijadikan tolak ukur untuk menilai tingkat kesehatan
bank selama periode keuangan tersebut (Riyadi, 2006:155)
Rasio keuangan yang sering diumumkan dalam neraca publikasi
meliputi rasio permodalan yaitu Capital Adequacy Ratio (CAR); Aktiva
Produktif yaitu Aktiva Produktif Bermasalah, Non Performing Loan
(NPL); rasio rentabilitas yaitu Return On Assets (ROA), Return On
Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM), Beban Operasional
Termasuk Beban Bunga dan Beban PPAP serta Beban Penyisihan
Aktiva Lain-lain dibagi Pendapatan Operasional Termasuk Pendapatan
Bunga (BO/PO); rasio likuiditas yaitu Cash Rasio dan Loan to Deposit
Ratio (LDR) (Riyadi, 2006:155).
Dengan mengetahui rasio keuangan bank, maka kita akan menilai
kinerja setiap bank, apakah telah bekerja secara efisien dan bagaimana
tingkat kesehatan bank yang bersangkutan, serta upaya-upaya apa yang
harus dilakukan agar bank tersebut dapat berkerja lebih efisien dan lebih
baik lagi. Kinerja keuangan menunjukkan kaitan yang cukup erat
dengan penilaian mengenai sehat atau tidaknya suatu perusahaan. Jika
kinerjanya baik, maka baik pula tingkat kesehatannya.
2. Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
a. Pengertian Tingkat Kesehatan Bank
Tingkat kesehatan bank adalah penilaian kualitatif atas berbagai
aspek yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank
melalui kuantitatif maupun kualitatif terhadap faktor-faktor permodalan,
kualitas aset, manajemen, rentabilitas dan likuiditas dengan
25
mempertimbangkan unsur judgement (Kasmir, 2014:304). Tingkat
kesehatan bank merupakan hasil penilaian atas berbagai aspek yang
berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu bank (IBI, 2016:10).
Menurut UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah, bank
wajib memelihara tingkat kesehatannya. Tingkat kesehatan bank harus
dipelihara dan/atau ditingkatkan agar kepercayaan masyarakat terhadap
bank tetap terjaga. Tingkat kesehtan bank digunakan sebagai sarana
dalam melakukan evaluasi terhadap kondisi serta permasalahan yang
dihadapi bank dan menentukan tindak lanjut untuk mengatasi
kelemahan atau permasalahan bank.
Menurut Kasmir (2015:258), dengan mengikuti aturan penilaian
tingkat kesehatan bank yang telah ditetapkan pemerintah diharapkan bank
syariah mampu untuk menjaga dan mempertahankan kesehatannya, pada
akhirnya bank yang sehatlah yang terus menikmati laba dan berkembang
dari waktu ke waktu.
b. Metode Pengukuran Tingkat Kesehatan Bank
Metode pengukuran tingkat kesehatan bank diatur dalam Peraturan
Bank Indonesia No.13/1/PBI/2011 serta diikuti Surat Edaran Bank
Indonesia No.13/24/DPNP tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank. Penilaian tingkat kesehatan bank ditentukan oleh pemerintah
melalui Bank Indonesia yang kini beralih tanggung jawab kepada
Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam Perturan Otoritas Jasa Keuangan
No.8/POJK.03/2014 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum
Syariah dan Unit Usaha Syariah dengan menggunakan pendekatan
risiko (Risk-Based Bank Rating) baik secara individual maupun
konsolidasi atau yang dikenal dengan metode RGEC (Risk Profile, Good
Corporate Governance, Earning, dan Capital).
Berdasarkan Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan
No.10/SEOJK.03/2014 indikator dari setiap penilaian adalah sebagai
berikut:
1) Profil Risiko (Risk Profile)
Penilaian faktor profil risiko merupakan penilaian terhadap
risiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam
26
operasional bank. Risiko inheren merupakan penilaian atas risiko
yang melekat pada kegiatan bisnis bank, baik yang dapat
dikuantifikasikan maupun tidak, yang berpontensi mempengaruhi
posisi keuangan bank. Karakteristik risiko inheren bank ditentukan
oleh faktor internal maupun eksternal, antara lain strategi bisnis,
karakteristik bisnis, kompleksitas produk dan aktivitas bank,
industri dimana bank melakukan kegiatan usaha, serta kondisi
makro ekonomi.
Penilaian atas risiko dilakukan dengan memperhatikan
parameter atau indikator yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif.
Penetapan tingkat risiko inheren atas masing-maisng jenis resiko
mengacu pada prinsip-prinsip umum penilaian tingkat kesehatan
Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Berdasarkan Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.10/SEOJK.03/2014 risiko yang
wajib dinilai terdiri atas sepuluh jenis risiko yaitu sebagai berikut:
a) Risiko Kredit
Risiko kredit adalah risiko akibat kegagalan nasabah atau
pihak lain dalam memenuhi kewajiban kepada bank sesuai
dengan perjanjian yang disepakati. Risiko kredit pada umumnya
melekat pada seluruh aktivitas penanaman dana yang dilakukan
oleh bank yang kinerjanya bergantung pada kinerja pihak lawan
(counterpaty), penerbit (issuer) atau kinerja peminjam dana
(borrower). Risiko kredit juga dapat diakibatkan oleh
terkonsentrasinya penyediaan dana pada debitur, wilayah
geografis, produk, jenis pembiayaan, atau lapangan usaha
tertentu.
Risiko kredit dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan indikator rasio Non Performing Financing (NPF)
dengan rumus sebagai berikut:
𝑁𝑃𝐹 =𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑥 100%
27
b) Risiko Pasar
Risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening
administratif akibat perubahan harga pasar, antara lain berupa
risiko nilai dari aset yang dapat diperdagangkan atau disewakan.
Risiko pasar meliputi antara lain risiko bencmark suku bunga
(bencmark interest rate risk), risko nilai tukar, risiko ekuitas, dan
risiko komoditas.
c) Risiko Likuiditas
Risiko likuiditas adalah risiko akibat ketidakmampuan bank
untuk memenuhi kewajiban jatuh tempo dari sumber pendanaan
arus kas dan/atau aset likuid berkualitas tinggi yang dapat
diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan
bank. Risiko ini disebut juga risiko likuiditas pendanaan (funding
likuidity risk). Risiko likuiditas juga disebabkan oleh
ketidakmampuan bank melikuidasi asset tanpa terkena diskon
yang material karena tidak adanya pasar aktif atau adanya
gangguan pasar (market disruption) yang parah.
Risiko likuiditas dalam penelitian ini dihitung dengan
menggunakan indikator rasio Financing to Deposit Ratio (FDR)
dengan rumus sebagai berikut:
𝐹𝐷𝑅 =𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑃𝐾 𝑥 100%
d) Risiko Operasional
Risiko operasional adalah risiko kerugian yang diakibatkan
oleh proses internal yang kurang memadai, kegagalan proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem, dan/atau adanya
kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional bank.
Sumber risiko operasional dapat disebabkan antara lain oleh
sumber daya manusia, proses, sistem, dan kejadian eksternal.
e) Risiko Hukum
Risiko hukum adalah risiko yang timbul akibat tuntutan
hukum dan/atau kelemahan aspek yuridis. Risiko ini juga dapat
timbul antara lain karena ketiadaan peraturan perundang-
28
undangan yang mendasari atau kelemahan perikatan, seperti
tidak terpenuhinya syarat sahnya perjanjian atau agunan yang
tidak memadai.
f) Risiko Stratejik
Risiko strategik adalah risiko akibat ketidaktepatan dalam
pengambilan dan/atau mengantisipasi perubahan lingkungan
bisnis. Sumber risiko stratejik antara lain dapat berasal dari
kelemahan dalam proses formulasi strategi dan ketidaktepatan
dalam perumusan strategi, dan kegagalan mengantisipasi
perubahan lingkungan bisnis.
g) Risiko Kepatuhan
Risiko kepatuhan adalah risiko akibat bank tidak mematuhi
dan/atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan
ketentuan yang berlaku, serta prinsip syariah. Sumber risiko
kepatuhan antara lain dapat disebabkan oleh kurangnya
pemahaman atau kesdaran hukum terhadap ketentuan, prinsip
syariah, maupun standar bisnis yang berlaku umum.
h) Risiko Reputasi
Risiko reputasi adalah risiko akibat menurunnya tingkat
kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif
terhadap bank.
i) Risiko Imbal Hasil
Risiko imbal hasil (Rate of Return Risk) adalah risiko akibat
perubahan tingkat imbal hasil yang dibayarkan bank kepada
nasabah, karena terjadi perubahan tingkat imbal hasil yang
diterima bank dari penyaluran dana, yang dapat mempengaruhi
perilaku nasabah dana pihak ketiga.
j) Risiko Investasi
Risiko investasi (Equity Investment Risk) adalah risiko
akibat bank ikut menanggung kerugian usaha nasabah yang
dibiayai dalam pembiayaan berbasis bagi hasil yang
29
menggunakan metode net revenue sharing maupun
menggunakan metode profit and loss sharing.
Berdasarkan pemaparan di atas, dalam penelitian ini untuk
mengukur variabel Risk Profile peneliti menggunakan risiko kredit
yang diukur melalui rasio Non Performing Financing (NPF) dan
risiko likuiditas yang diukur melalui rasio Financing to Deposit
Ratio (FDR). Kedua rasio tersebut menggambarkan keadaan risiko
faktor internal bank dimana keduanya berhubungan dengan
pembiayaan/kredit. NPF merupakan rasio yang menggambarkan
kemampuan bank dalam menyanggah pembiayaan bermasalah dan
FDR merupakan rasio yang menggambarkan kesehatan bank dalam
memberikan pembiayaan. Pembiayaan merupakan kegiatan utama
dalam lembaga keuangan termasuk bank, maka dari itu pada
penelitian ini menggunakan kedua rasio tersebut.
2) Good Corporate Governance (GCG)
Good Corporate Governance, yang selanjutnya disebut
GCG adalah suatu tata kelola bank syariah atas yang menerapkan
prinsip-prinsip keterbukaan (transparency), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), profesional
(professional), dan kewajaran (fairness) (Rustam: 2013:397).
Dalam rangka memastikan penerapan 5 (lima) prinsip Good
Corporate Governance, Bank Umum Syariah harus melakukan
penilaian sendiri (self assessment) secara berkala yang paling kurang
meliputi 11 (sebelas) faktor penilaian pelaksanaan Good Corporate
Govenance yang berlaku bagi Bank Umum Syariah menurut Surat
Edaran Otoritas Jasa Keuangan No.10/SEOJK.03/2014 adalah
sebagai berikut:
a) Pelaksaan tugas dan tanggung jawab Dewan Komisarais;
b) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Direksi;
c) Kelengkapan dan pelaksanaan tugas Komite;
d) Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab Dewan Pengawas
Syariah;
30
e) Pelaksaan prinsip syariah dalam kegiatan penghimpunan dana
dan penyaluran dana serta pelayanan jasa;
f) Penanganan benturan kepentingan;
g) Penerapan fungsi kepatuhan
h) Penerapan fungsi audit intern;
i) Penerapan fungsi audit ekstern;
j) Batas Maksimum Penyaluran Dana (BMPD; dan
k) Transparansi kondisi keuangan dan non keuangan BUS,
Untuk menjaga kepercayaan para nasabahnya, bank wajib
menyampaikan laporan Self Assesment atas penerapan Good
Corporate Govenance kepada Bank Indonesia setiap tiga bulan
setelah berakhirnya tahun penilaian (akhir maret). Hal ini
dibutuhkan untuk menghasilkan peringkat komposit Tingkat
Kesehatan Bank.
Penilaian governance structure bertujuan untuk menilai
kecukupan stuktur dan infrastruktur tata kelola bank agar proses
pelaksanaan prinsip GCG menghasilkan outcome yang sesuai
harapan stakeholders bank. Yang termasuk outcome mencakup
aspek kualitatif dan aspek kuantitatif, antara lain (Rustam:
2013:397).:
a) Kecukupan transparansi laporan
b) Kepatuhan terhadap perundang-undangan
c) Perlindungan konsumen
d) Objektivitas dalam melakukan assessment/audit
e) Kinerja bank sepertu rentabilitas, efisiensi, dan permodalan
f) Peningkatan/penurunan kepatuhan terhadap ketentuan yang
berlaku dan penyelesaian permasalahan yang dihadapi bank
seperti fraud, pelanggaran BMPK, pelanggaran ketentuan
terkait laporan bank kepada Otoritas Jasa Keuangan.
Dalam penelitian ini faktor Good Corporate Governance
diukur melalui hasil self asessment yaitu peringkat komposit GCG
31
yang menggambarkan kesimpulan penilaian tingkat kesehatan bank
tersebut dalam periode tertentu.
3) Rentabilitas (Earning)
Penilaian faktor rentabilitas meliputi evaluasi terhadap
kinerja rentabilitas, sumber-sumber rentabilitas, dan sustainability
rentabilitas bank dengan mempertimbangkan aspek tingkat, tren,
struktur, dan stabilitas dengan memperhatikan kinerja peer group
serta manajemen rentabilita bank.
Menurut Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan
No.10/SEOJK.03/2014 penilaian terhadap faktor earnings dapat
dihitung menggunakan beberapa indikator dan/atau rasio
diantaranya empat rasio berikut:
a) Return On Assets (ROA)
𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑆𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 100%
b) Net Operating Margin (NOM)
𝑁𝑂𝑀 =
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ𝐵𝑎𝑔𝑖 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 − 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%
c) Net Imbalan
𝑁𝐼 =
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑃𝑒𝑛𝑦𝑎𝑙𝑢𝑟𝑎𝑛 𝐷𝑎𝑛𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝐵𝑎𝑔𝑖 𝐻𝑎𝑠𝑖𝑙 − (𝐼𝑚𝑏𝑎𝑙𝑎𝑛 𝑑𝑎𝑛 𝐵𝑜𝑛𝑢𝑠)
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑥 100%
d) Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO)
𝐵𝑂𝑃𝑂 = 𝐵𝑒𝑏𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙
𝑃𝑒𝑛𝑑𝑎𝑝𝑎𝑡𝑎𝑛 𝑂𝑝𝑒𝑟𝑎𝑠𝑖𝑜𝑛𝑎𝑙 𝑥 100%
Dalam penelitian ini hanya menggunakan rasio Return On
Assets (ROA) dalam menghitung faktor earning karena
menurut IBI (2016:146), ROA merupakan rasio dalam
mengukur efisiensi dari penggunaan aset dalam menghasilkan
laba, ROA juga merupakan komponen utama dalam
menghasilkan laba.
32
4) Modal (Capital)
Penilaian faktor permodalan meliputi evaluasi terhadap
kecukupan modal dan kecukupan pengelolaan permodalan. Dalam
melakukan perhitungan permodalan, Bank Umum Syariah mengacu
pada ketentuan yang berlaku mengenai penyediaan modal minimum
bagi Bank Umum Syariah. Selain itu, dalam melakukan penilaian
kecukupan modal, Bank Umum Syariah juga harus mengaitkan
kecukupan modal dengan profil resiko. Semakin tinggi resiko,
semakin besar modal yang harus disediakan untuk mengantisipasi
risiko tersebut.
Setiap bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan untuk
memelihara Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM)
sekurang-kurangnya 8%. Minimum Capital Adequacy Ratio sebesar
8% ini, dari waktu ke waktu akan disesuaikan dengan kondisi dan
perkembangan perbankan yang terjadi, dengan mengacu pada
standart internasional dan sesuai peraturan Bank Indonesia.
Maka darai itu dalam penelitian ini perhitungan permodalan
pada bank menggunakan rasio CAR (Capital Adequacy Ratio)
dengan rumus sebagai berikut:
𝐶𝐴𝑅 = 𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑥 100%
c. Peringkat Komposit Tingkat Kesehatan Bank
Menurut Peraturan Bank Indoneisa Pasal 9 No.13/1/PBI/2011
peringkat setiap faktor yang ditetapkan Peringkat Komposit, sebagai
berikut:
1) Peringkat Komposit 1 (PK-1), mencerminkan kondisi bank yang
secara umum sangat sehat, sehingga dinilai sangat mampu
menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi
bisnis dan faktor eksternal lainnya.
2) Peringkat Komposit 2 (PK-2), mencerminkan kondisi bank yang
secara umum sehat, sehingga dinilai mampu menghadapi pengaruh
negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan faktor
eksternal lainnya.
33
3) Peringkat Komposit 3 (PK-3), mencerminkan kondisi bank yang
secara umum cukup sehat, sehingga dinilai cukup mampu
menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi
bisnis dan faktor eksternal lainnya.
4) Peringkat Komposit 4 (PK-4), mencerminkan kondisi bank yang
secara umum kurang sehat, sehingga dinilai kurang mampu
menghadapi pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi
bisnis dan faktor eksternal lainnya
5) Peringkat Komposit 5 (PK-5), mencerminkan kondisi bank yang
secara umum tidak sehat, sehingga dinilai tidak mampu menghadapi
pengaruh negatif yang signifikan dari perubahan kondisi bisnis dan
faktor eksternal lainnya.
3. Pertumbuhan Laba
Laba merupakan perbedaan antara pendapatan yang direalisasi yang
timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan biaya-biaya yang
dikeluarkan pada periode tersebut (Wardiah, 2013:300). Apabila
pendapatan lebih besar dibandingkan biaya maka perusahaan akan
mendapatkan laba, sebaliknya jika pendapatan perusahaan lebih kecil dari
laba maka perushaan mendapat kerugian.
Laba merupakan angka yang penting dalam laporan keuangan
karena berbagai alasan penilaian prestasi atau kinerja perusahaan berikut:
a. Laba merupakan dasar dalam perhitungan pajak, pedoman dalam
menentukan kebijakan investasi dan pengambilan keputusan,
b. Dasar dalam peramalan laba maupun kejadian ekonomi perusahaan
lainnya di masa yang akan datang.
c. Dasar dalam perhitungan dan penilaian efisiensi dalam menjalankan
perusahaan.
d. Sebagai dasar dalam penilaian efisiensi dalam menjalankan perusahaan.
Pertumbuhan laba dihitung dari selisih laba antara tahun yang
bersangkutan dengan tahun sebelumnya dibagi dengan nilai laba tahun
sebelumnya. Laba yang digunakan dalam penelitian ini adalah laba setelah
34
pajak. Adapun rumus pertumbuhan laba adalah sebgai berikut (Lubis,
2013:13):
∆𝑌𝑡 =𝑌𝑡 − 𝑌𝑡 − 1
𝑌𝑡 − 1× 100%
Keterangan:
∆Yt = Pertumbuhan Laba
Yt = Laba pada periode t
Yt-1 = Laba pada periode sebelum t
4. Perbankan Syariah
a. Pengertian Perbankan
Pengertian bank atau perbankan menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang telah diubah
menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998
tentang Perbankan, yaitu Bank adalah badan usaha yang menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya
kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya
dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Berdasarkan
Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 792
Tahun 1990 tentang Perbankan, pengertian Bank adalah suatu badan
yang kegiatannya di bidang keuangan melakukan penghimpunan dan
penyaluran dana kepada masyarakat terutama guna membiayai investasi
perusahaan.
Sedangkan, Perbankan merupakan kegiatan yang mempertemukan
pihak yang membutuhkan dana (borrower) dan pihak yang mempunyai
kelebihan dana (saver). Melalui kegiatan perkreditan, bank berusaha
memenuhi kebutuhan masayarakat bagi kelancaran usahanya, sedangkan
dengan kegiatan penyimpanan dana, bank berusaha menawarkan kepada
masyarakat keamanan dananya dengan jasa-jasa lain yang dapat
diperoleh (Latumaerissa 2012:145).
b. Perbankan Syariah
Sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam kerangka
dual banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka
Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan alternatif
35
jasa perbankan yang makin lengkap kepada masyarakat Indonesia.
Sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional bersama-sama
dengan sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat dalam
meningkatkan sektor perekonomian Indonesia.
Pengertian Perbankan Syariah menurut Undang Undang Republik
Indonesia, pasal 1 angka 7, pengertian Bank Syariah adalah bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah dan
menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank
Pembiayaan Rakyat Syariah. Pembiayaan adalah penyediaan dana atau
tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa (IBI, 2015:49);
1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudharabah dan musyarakah;
2) Transaksi sewa-menyewa dalam bentuk ijarah atau sewa beli dalam
bentuk ijarah muntahiya bitamilk;
3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang murabahah, salam, dan
istishna;
4) Transakis pinjam-meminjam dalam bentuk piutang qard; dan
5) Transaksi sewa-menyewa jasa dalam bentuk ijarah untuk transaksi
multijasa.
Menurut pasal 4 Undang-Undang 21 Tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah, disebutkan bahwa Bank Syariah Wajib menjalankan
fungsi mengimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Selain itu, Bank
Syariah juga dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk baitulmal,
yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infaq, sedekah, hibah atau
dana sosial lainnya (antara lain denda nasabah atau ta’zir) dan
menyalurkannya kepada organisasi pengelola zakat.
B. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan model konseptual tentang
bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasi sebagai hal yang penting, maka kerangka berfikir adalah
sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap
pemikiran atau suatu bentuk proses dari keseluruhan penelitian yang
dilakukan (Sugiyono, 2011:60).
36
Grand Theory: Tingkat Kesehatan Bank
Risk Profile
Pertumbuhan
Laba (Y)
Goood Corporate
Governance
Earning
Metode Analisis Data
1. Uji Stasioneritas
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolinearitas
c. Uji Heteroskedatisitas
d. Uji Autokorelasi
3. Uji Chow
4. Uji Hausman
5. Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
b. Uji F (Simultan)
c. Uji R2
Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan
Perkembangan bank syariah saat ini mengindikasikan bahwa ekonomi
syariah diterima oleh masyarakat. Menurut Kasmir (2015:258), dengan
mengikuti aturan penilaian tingkat kesehatan bank yang telah ditetapkan
pemerintah diharapkan bank syariah mampu untuk menjaga dan
mempertahankan kesehatannya, pada akhirnya bank yang sehatlah yang terus
menikmati laba dan berkembang dari waktu ke waktu.
Capital
NPF (X1)
FDR (X2)
Peringkat Komposit
GCG (X3)
ROA (X4)
CAR (X5)
37
C. Keterkaitan Antar Variabel Independen dan Hipotesis
1. Hubungan Non Performing Financing (NPF) terhadap pertumbuhan laba.
Non Performing Finance merupakan kredit atau pembiayaan
bermasalah dari nasabah kepada bank dengan kategori kredit kuang lancar,
kredit diragukan, dan kredit macet. Pemberian pembiayaan berdasarkan
prinsip syariah oleh bank mengandung risiko kegagalan atau kemacetan
dalam pelunasannya, sehinga berpengaruh terhadap kesehatan bank (Umam,
2013:46). Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP
tahun 2011 nilai NPL/NPF diatas 5% maka bank tersebut tidak sehat,
sehingga bank harus menjaga kredit bermasalah pada angka 5% tersebut.
Dengan demikian semakin kecil NPF maka semakin kecil pula resiko yang
ditanggung pihak bank. Sebaliknya semakin besar NPF maka semakin besar
resiko kegagalan kredit yang disalurkan yang berpotensi menurunkan laba.
Dengan kata lain, semakin bsar NPF suatu bank, mengakibatkan
semakin rendah perolelahan laba (Aini, 2013). Sehingga NPF memiliki
pengaruh signifikan negatif terrhadap pertumbuhan laba. Hal tersebut sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Lubis (2013) dan Fathoni, dkk (2012)
yang menyatakan bahwa NPL/NPF memiliki pengaruh signifikan terhadap
pertumbuhan laba. Berdasarkan penjelasan di atas maka diperoleh hipotesis
sebagai berikut:
H1 : Non Profit Finacing (NPF) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuan
laba bank umum syariah
2. Hubungan Financing to Deposit Ratio terhadap pertumbuhan laba.
Finance to Deposit Ratio merupakan rasio pembiayaan dana pihak
ketiga yang diterima oleh bank (IBI, 2015:251). Salah satu penyebab bank
gagal dalam mengelola likuiditas adalah karena bank terlalu gampang
memberikan kredit kepada nasabah Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa
suatu bank meminjamkan seluruh dananya atau tidak likuid. Sebaliknya,
rasio yang rendah menunjukkan bank yang likuid (Wardiah, 2013:298).
Berdasarkan peraturan yang dibuat oleh Bank Indonesia, rasio FDR
dikatakan sehat apabila berada dalam persentase antara 85% sampai dengan
110%. FDR yang berada di bawah target dan limitnya, maka dapat dikatakan
38
bahwa bank memelihara alat likuid yang berlebihan dan ini akan
menimbulkan tekanan terhadap pendapatan bank berupa tingginya biaya
pemeliharaan kas yang menganggur (Kuncoro dan Suhardjono dalam Aini
2013).
Sehingga dapat dikatakan semakin tinggi FDR maka laba yang
diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat (dengan asumsi bank tersebut
mampu menyalurkan kreditnya dengan efektif sehingga diharapkan jumlah
kredit macetnya rendah). Dengan kata lain FDR berpengaruh signifikan
positif terhadap pertumbuhan laba sesuai dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Lubis (2013) dan Hadiwidjaya (2016) yang menyatakan
bahwa FDR memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Berdasarkan penjelasan di atas maka diperoleh hipotesis sebagai berikut:
H2 : Finacing to Deposit Ratio (FDR) berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuan laba bank umum syariah
3. Hubungan Good Corporate Governance (GCG) terhadap pertumbuhan laba.
Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu sistem yang
mampu mengontrol dan mengarahkan perusahaan secara keseluruhan yang
ditetapkan baik secara internal maupun eksternal atas manajemen sebuah
entitas bisnis dengan tujuan melindungi kepentingan semua stakeholder. Jika
GCG tidak dapat dijalankan dengan baik, dapat dikatakan bahwa
pengelolaan manajemen perusahaan tidak berjalan dengan semestinya. Hal
tersebut tentunya akan mempengaruhi penilaian kesehatan bank tersebut
(Saharuddin, 2015:67).
Hal tersebut tidak didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Suryani (2016) yang menunjukkan bahwa GCG tidak berpengaruh terhadap
pertumbuhan laba. Namun penelitian yang dilakukan oleh Noor Dwi
Yantiningsih (2016) menunjukkan bahwa GCG berpengaruh positif terhadap
kinerja keuangan. Berdasarkan penjelasan di atas maka diperoleh hipotesis
sebagai berikut:
H3 : Good Corporate Governance (GCG) berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuan laba bank umum syariah
39
4. Hubungan Return On Assets (ROA) terhadap petumbuhan laba
ROA adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan dengan
aspek earning atau profitabilitas. ROA berfungsi mengukur efektivitas
perusahaan dalam menghasilkan laba dengan memanfaatkan aktiva yang
dimiliki. Semakin besar ROA yang dimiliki oleh sebuah perusahaan,
semakin efisien penggunaan aktiva sehingga semakin besar laba. Laba yang
besar akan menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat kembalian
yang semakin tinggi (Wardiah, 2013:299). Rasio ini dapat dijadikan sebagai
ukuran kesehatan keuangan. Rasio ini sangat penting, mengingat keuntungan
yang memadai diperlukan untuk mempertahankan arus sumber-sumber
modal bank (Siamat dalam Wardiah, 2013:299).
Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai
bank tersebut. Sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah
semakin kecil. Oleh karena itu dapat dimungkinkan bahwa kinerja
perusahaan juga semakin meningkat. Hal tersebut sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Suryani dan Habibie (2017) dan Fathoni dkk (2012)
yang menyatakan bahwa ROA memiliki pengaruh signifikan positif terhadap
pertumbuhan laba. Berdasarkan penjelasan di atas maka diperoleh hipotesis
sebagai berikut:
H4 : Return On Assets (ROA) berpengaruh signifikan terhadap pertumbuan
laba bank umum syariah
5. Hubungan Capital Adecuacy Ratio (CAR) terhadap pertumbuhan laba.
Captal Adequacy merupakan kecukupan modal, menunjukkan
kemampuan bank dalam mempertahankan modal yang mencukupi dalam
dan kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,
mengawasi dan mengontrol resiko yang timbul yang dapat berpengaruh
terhadap besarnya modal bank (Aini, 2013).
Nilai rasio CAR yang meningkat akan menghasilkan laba yang
mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan jumlah
pada modal sendiri sehingga modal sendiri tersebut dapat digunakan untuk
mengelola perusahaa yang tidak langsung juga kan meningkatkan laba
perusahaan perbankan (Cahyono dalam Doloksaribu 2012). Hal tersebut
40
sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Aini (2012) yang menyatakan
bahwa CAR memiliki pengaruh signifikan positif terhadap pertumbuhan
laba. Berdasarkan penjelasan di atas maka diperoleh hipotesis sebagai
berikut:
H5 : Capital Adecuacy Ratio (CAR) berpengaruh signifikan terhadap
pertumbuan laba bank umum syariah
41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel
Penelitian ini membahas tentang pengaruh tingkat kesehatan bank
yang diproyeksikan dengan metode penilaian tingkat kesehatan RGEC (Risk
Profile, Good Corporate Governance, Earning dan Capital) bank
berdasarkan RBBR. Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah membahas
variabel bebas (independent variable) yaitu Non Perfoming Financing,
Financing to Deposit Ratio, Good Corporate Governance, Return On
Assets, dan Capital Adequacy Ratio terhadap variabel terikat (dependent
variable) yaitu Pertumbuhan Laba (Y). Data yang digunakan merupakan
data periode tahun 2011–2017.
Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan
keuangan tahunan bank yang sudah dilaporkan dan dipublikasikan ke Bank
Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan yang berasal dari website Bank
Indonesia (www.bi.go.id), website Otoritas Jasa Keuangan
(www.ojk.go.id), dan dari website resmi masing-masing bank yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini.
Populasi penelitian adalah keseluruhan (universum) dari objek
penelitian yang dapat berupa manusia, hewan, tumbuhan, udara, gejala,
nilai, peristiwa, sikap hidup dan sebagainya. Sehingga objek-objek ini
menjadi sumber data penelitian (Bungin dalam Siregar, 2015:30).
Populasi dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah (BUS) di
Indonesia sebagaimana yang terdapat dalam tabel 3.1 berikut:
42
Tabel 3.1
Populasi Penelitian
No. Bank Umum Syariah di Indonesia
1 PT. Bank Muamalat Indonesia
2 PT. Bank Syariah Mandiri
3 PT. Bank Mega Syariah
4 PT. Bank BRISyariah
5 PT. Bank Syariah Bukopin
6 PT. Bank BNI Syariah
7 PT. Bank Jabar Banten Syariah
8 PT. Bank BCA Syariah
9 PT. Victoria Syariah
10 PT. Maybank Indonesia Syariah
11 PT. Bank Panin Syariah
12 PT. Bank Tabungan Pensiun Nasional Syariah
13 PT. Bank Aceh Syariah
Sumber: Statistika Perbankan Syariah OJK, 2017
Sampel adalah suatu prosedur pengambilan data dimana hanya
sebagian populasi saja yang diambil dan dipergunakan untuk menentukan
sifat serta ciri yang dikehendaki dari suatu populasi (Siregar, 2015:30).
Kemudian metode penentuan sampel yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode purposive sampling yaitu metode penetapan responden untuk
dijadikan sampel berdasarkan kriteria tetentu (Siregar, 2015:33). Berikut
merupakan kriteria data yang dijadikan sampel:
a. Perusahaan perbankan yang termasuk dalam Bank Umum Syariah (BUS)
di Indonesia yang telah berdiri sendiri (bukan Unit Usaha Syariah)
b. Bank Umum Syariah di Indonesia yang menerbitkan laporan keuangan
tahunan selama seriode 2011-2017 secara konsisten dan telah
dipublikasikan di website Bank Indonesia (BI), website Otorias Jasa
Keuangan (OJK), dan pada masing-masing website bank syariah
tersebut.
43
c. Bank Umum Syariah di Indonesia yang memiliki laporan Good
Corporate Governance (GCG) tahun 2011-2017 yang dapat diakses dari
masing-masing website bank syariah tersebut.
d. Perusahaan perbankan syariah dengan kelengkapan data-data yang
dibutuhkan terkait pengukuran variabel-variabel yang digunakan selama
periode 2011-2017.
Tabel 3.2
Proses Pengambilan Sampel Penelitian
Bank Umum Syariah di Indonesia
Bank Umum Syariah
Laporan
Tahunan
2011-2017
Laporan
GCG
2011-2017
Jumlah
Sampel
Bank Muamalat Indonesia - -
Bank Syariah Mandiri
Bank Mega Syariah
Bank BRISyariah
Bank Syariah Bukopin
Bank BNI Syariah
Bank Jabar Banten Syariah - -
BCA Syariah
Bank Victoria Syariah
Maybank Syariah Indonesia - -
Bank Panin Dubai Syariah
BTPN Syariah - - -
Bank Aceh Syariah - - -
Jumlah 8 11 8
Sumber: data diolah, 2018
Berdasarkan kriteria yang telah dipaparkan diatas, sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Bank Umum Syariah yang
memenuhi kriteria-kriteria yang disebut diatas, yaitu dapat dilihat pada
tabel 3.3 sebagai berikut:
44
Tabel 3.3
Sampel Penelitian
No. Bank Umum Syariah Kode
1 PT. Bank Syariah Mandiri BSM
2 PT. Bank Mega Syariah BMS
3 PT. Bank BRISyariah BRIS
4 PT. Bank Syariah Bukopin BSB
5 PT. Bank BNI Syariah BNIS
6 PT. Bank Victoria Syariah BVS
7 PT. BCA Syariah BCAS
8 PT. Bank Panin Dubai Syariah BPS
Sumber: data dioalah, 2018
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Yang dijadikan tempat penelitian dalam penelitian ini adalah
Delapan sampel bank umum syariah yang sudah ditentukan. Dalam
penelitian ini pengambilan data berupa data laporan keuangan tahunan dan
laporan Good Corporate Governance dilakukan di masing-masing website
resmi bank umum syariah, website Bank Indonesia dan website Otoritas Jasa
Keuangan. Tahap-tahap dalam pelaksanaan kegiatan ini dimulai dari tahap
persiapan, obeservasi sampai dengan penulisan laporan penelitian. Secara
keseluruhan semua kegiatan dilakuan selama kurang lebih 5 bulan. Adapun
tahap-tahap perincian kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:
45
Tabel 3.4
Perincian Waktu Penelitian
No Jadwal
Penelitian
Bulan Pelaksanaan Tahun 2018
Januari April Mei Juni
1
Tahap
Persiapan
Penyusunan
Proposal
Perizinan
Judul
Menyusun
Instrumen
2
Tahap
Pelaksanaan
Penyusunan
Bab I-III
Pengumpulan
Data
3
Tahap
Penyelesaian
Penyelesaian
Kerangka
Skirpsi
Penulisan
Skripsi
Revisi dan
Editing
Penyerahan
Skirpsi
Sumber: Output Excel (data diolah), 2018
C. Sumber Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari
mana data dapat diperoleh. Sumber data yang dikumpulkan dapat berupa
data primer dan data sekunder. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang dijadikan sampel.
1. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diterbitkan atau digunakan oleh
organisasi yang bukan pengelolanya (Siregar, 2015:16). Data diambil
dari data laporan keuangan tahunan periode 2011-2017 yang diperoleh
dari website Bank Indonesia (www.bi.go.id), website Otorita Jasa
Keuangan (www.ojk.go.id) dan website resmi masing-masing bank yang
dijadikan sampel dalam penelitian ini.
46
Tabel 3.5
Sumber Data Bank Umum Syariah
Sumber: data diolah, 2018
D. Instrumen Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini menggunkan metode
tingkat kesehatan RGEC yaitu Risk Profile, Good Coporate Governance,
Earning, dan Capital. Berikut merupakan penjelasan variabel-variabel yang
digunakan dalam penelitian ini:
1. Variabel Y (Dependent Variable)
Variabel dependen yang difokuskan dalam penelitian ini adalah
pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba dapat dirumuskan sebagai berikut:
∆𝑌𝑡 =𝑌𝑡 − 𝑌𝑡 − 1
𝑌𝑡 − 1× 100%
Keterangan:
∆Yt = Pertumbuhan Laba
Yt = Laba pada periode t
Yt-1 = Laba pada periode sebelum t
No. Bank Umum Syariah Sumber Data (website)
1 PT. Bank Syariah Mandiri www.syariahmandiri.co.id
2 PT. Bank Mega Syariah www.megasyariah.co.id
3 PT. Bank BRISyariah www.brisyariah.co.id
4 PT. Bank Syariah Bukopin www.syariahbukopin.co.id
5 PT. Bank BNI Syariah www.bnisyariah.co.id
6 PT. Bank Victoria Syariah bankvictoriasyariah.co.id
7 PT. BCA Syariah www.bcasyariah.co.id
8 PT. Bank Panin Dubai Syariah www.paninsyariah.co.id
47
2. Variabel X (Independent Varianble)
Menurut Sugiyono (2011:61) variabel independen atau variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel
independen dalam penelitian ini yaitu Risk Profile, Good Corporate
Governance, Earning dan Capital.
a. Risk Profile
Penilaian faktor profil resiko merupakan penilaian terhadap
resiko inheren dan kualitas penerapan manajemen risiko dalam
aktivitas operasional bank. Dalam penelitian ini penilaian faktor
profil risiko akan diukur dengan rasio Non Performing Finance
(NPF) dan rasio Finance to Deposit Ratio (FDR)
1) Non Performing Finance (NPF)
Non Performing Finance merupakan kredit atau
pembiayaan bermasalah dari nasabah kepada bank dengan
kategori kredit kuang lancar, kredit diragukan, dan kredit
macet. Semakin tinggi NPF maka semakin menurun kinerja
perbankan. Hal ini sejalan dengan adanya pembiayaan
bermasalah yang semakin besar dibandingkan dengan aktiva
produktifnya dapat mengakibatkan kesempatan untuk
memperoleh pendapatan (income) dari pembiayaan yang
diberikan, sehingga memngurangi laba dan berpengaruh buruk
pada rentabilitas bank (Rahmania dan Wibowo, 2015).
Pemberian pembiayaan berdasarkan prinsip syariah oleh
bank mengandung risiko kegagalan atau kemacetan dalam
pelunasannya, sehingga berpengaruh terhadap kesehatan bank
(Umam, 2013:46).
Rumus perhitungan NPF menurut SE OJK
N0.10/SEOK.03/2014 adalah sebagai berikut:
𝑁𝑃𝐹 =𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛 𝑥 100%
48
Tabel 3.6
Kriteria Penetapan Peringkat NPF
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat 0% < NPF < 2%
2 Sehat 2% ≤ NPF < 5%
3 Cukup Sehat 5% ≤ NPF < 8%
4 Kurang Sehat 8% < NPF ≤ 11%
5 Tidak Sehat NPF > 11%
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia, 2011
2) Finance to Deposit Ratio (FDR)
Finance to Deposit Ratio merupakan rasio
pembiayaan dana pihak ketiga yang diterima oleh bank (IBI,
2015:251). FDR adalah perbandingan pembiayaan yang
diberikan oleh bank dengan dana pihak ketiga yang berhasil
dikerahkan oleh bank. FDR menunjukkan kesehatan bank
dalam memberikan pembiayaan (Suwiknyo, 2016:148).
Berdasarkan peraturan yang dibuat oleh Bank
Indonesia, rasio FDR dikatakan sehat apabila berada dalam
persentase antara 85% sampai dengan 110%. Semakin
tinggi FDR maka laba yang diperoleh oleh bank akan
meningkat (dengan asumsi bank tersebut mampu dengan
efektif sehingga diharapkan jumlah kredit macetnya rendah)
(Aini, 2013). Rasio yang tinggi menunjukkan bahwa suatu
bank meminjamkan seluruh dananya atau tidak likuid.
Sebaliknya, rasio yang rendah menunjukkan bank yang
likuid (Wardiah, 2013:298). Rasio FDR menunjukkan
tingkat likuiditas.
Rumus perhitungan FDR menurut SE OJK
N0.10/SEOK.03/2014 adalah sebagai berikut:
𝐹𝐷𝑅 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑃𝑒𝑚𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎𝑎𝑛
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑃𝐾 𝑥 100%
49
Tabel 3. 7
Kriteria Penetapan Peringkat FDR
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat 50% < FDR ≤ 75%
2 Sehat 75% ≤ FDR ≤ 85%
3 Cukup Sehat 85% ≤ FDR ≤ 100%
4 Kurang Sehat 100% < FDR ≤ 120%
5 Tidak Sehat FDR > 120%
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia N0.6/23/DPNP tahun 2004
b. Good Corporate Governance
Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu
sistem yang mampu mengontrol dan mengarahkan perusahaan
secara keseluruhan yang ditetapkan baik secara internal maupun
eksternal atas manajemen sebuah entitas bisnis dengan tujuan
melindungi kepentingan semua stakeholder (Saharuddin, 2015:67).
Dalam melaksanakan GCG bank wajib melakukan self
assesment minimal satu tahun sekali. Berikut adalah tahapan dalam
melakukan self assesment:
1) Menyusun analisis self assesment dengan cara
membandingkan pemenuhan setiap kriteria atau indikator
dengan kondisi berdasarkan data dan informasi yang
relevan.
2) Menetapkan peringkat subfaktor berdasarkan hasil analisis
self assesment
3) Menetapkan peringkat faktor berdasarkan peringkat
subfaktor.
4) Menyusun kesimpulan untuk masing-masing faktor.
50
Tabel 3.8
Kriteria Peringkat Faktor GCG
Peringkat Keterangan Nilai Komposit
1 Sangat Baik Nilai Komposit ≤ 1,5
2 Baik 1,5 – 2,5
3 Cukup Baik 2,5 – 3,5
4 Kurang Baik 3,5 – 4,5
5 Tidak Baik 4,5 – 5
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia, 2011
c. Earning
Penilaian earning (rentabilitas) merupakan penilaian
terhadap kemampuan bank dan UUS untuk menghasilkan
keuntungan dalam rangka mendukung operasional dan permodalan
bank. Sementara itu, rasio yang digunakan untuk menilai
rentabilitas dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA).
ROA adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank
dalam mengelola dana yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset
yang menghasilkan keuntungan. ROA merupakan gambaran
prodiktivitas bank dalam mengelola dana sehingga menghasilkan
keuntungan (Suwiknyo : 2016:149). ROA berfungsi untuk
mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya (Wardiah, 2013:299).
Semakin besar ROA, semakin besar pula tingkat keuntungan yang
dicapai bank tersebut. Sehingga kemungkinan suatu bank dalam
kondisi bermasalah semakin kecil. Rumus perhitungan ROA
menurut SE OJK N0.10/SEOK.03/2014 adalah sebagai berikut:
𝑅𝑂𝐴 =𝐿𝑎𝑏𝑎 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑃𝑎𝑗𝑎𝑘
𝑅𝑎𝑡𝑎 − 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑥 100%
51
Tabel 3.9
Kriteria Penetapan Peringkat ROA
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat 2% < ROA
2 Sehat 1,25% < ROA ≤ 2%
3 Cukup Sehat 0,5% < ROA ≤ 1.25%
4 Kurang Sehat 0% < ROA ≤ 0,5%
5 Tidak Sehat ROA ≤ 0% (atau negatif)
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia, 2011
d. Capital
Capital merupakan faktor yang sangat penting bagi
perkembangan dan kemajuan bank serta upaya untuk tetap menjaga
kepercayaan masyarakat. Capital diukur dengan Capital Adequacy
Ratio (rasio kecukupan modal). Rasio ini berkaitan dengan
penyediaan modal sendiri yang diperlukan untuk menutup risiko
kerugian yang mungkin timbul dari penanaman dana dalam aktiva-
aktiva produktif yang mengandung risiko, serta untuk pembiayaan
penanaman dalam aktiva tetap dan investasi. Capital Adequacy
merupakan kecukupan modal, menunjukkan kemampuan bank
dalam mempertahankan modal yang mencukupi dalam dan
kemampuan manajemen bank dalam mengidentifikasi, mengukur,
mengawasi dan mengontrol resiko yang timbul yang dapat
berpengaruh terhadap besarnya modal bank (Aini, 2013).
Nilai rasio CAR yang meningkat akan menghasilkan laba
yang mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh adanya
peningkatan jumlah pada modal sendiri sehingga modal sendiri
tersebut dapat digunakan untuk mengelola perusahaan yang tidak
langsung juga akan meningkatkan laba perusahaan perbankan
(Cahyono dalam Doloksaribu 2012). Sehingga semakin besar CAR
yang dimiliki oleh suatu bank maka kinerja bank tersebut akan
semakin baik, konsekuensinya akan meningkatkan pertumbuhan
laba yang dimiliki.
52
∆Yt = Yt- Yt-1
X 100%
Yt-1
𝐶𝐴𝑅 =𝑀𝑜𝑑𝑎𝑙 𝐵𝑎𝑛𝑘
𝐴𝑘𝑡𝑖𝑣𝑎 𝑇𝑒𝑟𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 𝑀𝑒𝑛𝑢𝑟𝑢𝑡 𝑅𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑥 100%
Tabel 3.10
Kriteria Penetapan Peringkat CAR
Peringkat Keterangan Kriteria
1 Sangat Sehat CAR ≥ 15%
2 Sehat 9% - 15%
3 Cukup Sehat 8% - 9%
4 Kurang Sehat ≤ 8%
5 Tidak Sehat CAR ≤ 6%
Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia, 2011
Tabel 3.11
Instrumen Penelitian
Variabel Indikator Skala
Variabel Dependen
(variabel terikat)
Pertumbuhan
Laba (Y)
Rasio
Variabel Indepeneden
(variabel bebas)
Tingkat Keshatan
RGEC dilihat dari:
1) Risk Profile
a) Risiko Kredit
Net Performing
Financing (X1)
Pembiayaan
NPF = Bermasalah X 100%
Total
Pembiayaan
Rasio
b) Risiko Likuiditas
Financial Deposit
to Ratio (X2)
Total
FDR = Pembiayaan X 100%
Total DPK
Rasio
53
Sumber: Data diolah, 2018
E. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan cara yang digunakan untuk
memperoleh informasi berupa data yang dibutuhkan dalam rangka
mencapai tujuan penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berupa angka.
Sesuai dengan bentuknya, data kuantitatif dapat diolah atau dianalisis
dengan menggunakan perhitungan statistik (Siregar, 2015:16).
1. Field Research
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa data runtut waktu
(time series) dengan skala tahunan (annual) yang diambil dari data
Variabel Indikator Skala
2) Good Corporate
Governance
GCG (X3)
1) Nilai komposit ≤ 1,5
(Sangat Baik)
2) Nilai komposit 1,5 – 2,5
(Baik)
3) Nilai komposit 2,5 – 3,5
(Cukup Baik)
4) Nilai komposit 3,5 – 4,5
(Kurang baik)
5) Nilai komposit 4,5 – 5
(Tidak Baik)
Peringkat
Komposit
6) Earning
Return On Assets
(X4)
Laba sebelum
ROA = Pajak X 100%
Rata-Rata
Total Aset
Rasio
4) Capital
Capital Adequacy
Ratio (X5)
CAR = Modal Bank X 100%
Aktiva Tertimbang
Menurut Risiko
Rasio
54
tahunan statistik perbankan syariah dengan rentang waktu 2011-
2017.
2. Library Research (Studi Kepustakaan)
Penelitian ini juga dilakukan melalui studi kepustakaan yaitu dengan
cara mengumpulkan pengetahuan teoritis yang relevan dengan cara
membaca dan mempelajari buku, jurnal, artikel, dan literatur
keterangan dari sumber lain yang mempunyai hubungan dengan
permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini.
3. Internet Research
Selain buku referensi dan/atau literatur yang kita miliki atau melalui
studi kepustakaan yang terkadang merupakan literatur lama
sedangkan ilmu terus berkembang seiring berjalannya waktu. Maka
dari itu, penulis juga melakukan penelitian menggunakan teknologi
internet, sehingga data yang diperoleh merupakan data terkini sesuai
dengan perkembangan zaman.
F. Teknik Pengelolaan Data
Metode analisis data merupakan salah satu cara yang digunakan
untuk mengetahui sejauh mana variabel yang mempengaruhi variabel lain.
Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif yang merupakan analisa
yang menggunakan angka-angka dan perhitungan metode statistik untuk
menguji kebenaran hipotesis penelitian yang telah diajukan sebelumnya.
Metode analisis data yang digunakan yaitu dengan menggunakan
analisis regresi data panel untuk menguji pegaruh Risk Profile (NPF dan
FDR), Good Corporate Governance, Earning (ROA), dan Capital (CAR)
terhadap Pertumbuhan Laba (PL). Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
dilakukan secara parsial (Uji t) dan secara simultan (Uji F). Kemudian alat
pengelolaan data yang digunakan adalah program Microsoft Exel 2013 dan
Eviews versi 9. Berikut merupakan langkah-langkah dalam pengujian
hipotesis:
55
1. Analisis Statistik Deskriptif
Menurut Ghozali (2016:19), statistik deskriptif merupakan
gambaran atau deskriptif suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata
(mean). Dalam bagian ini peneliti melakukan analisis variabel dependen
dan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini untuk
mengetahui gambaran umum variabel-variabel yang digunakan.
2. Uji Stationeritas
Menurut Ghozali (2016:406), uji stationeritas digunakan untuk
mengetahui apakah data yang digunakan dalam penelitian ini sudah
stationer atau tidak. Suatu proses stochastic dikatakan stationer apabila
nilai rata-rata (mean) dan varian (variance) adalah kostan, sepanjang
waktu). Apabila satu runtun waktu stasioner, nilai mean, variance dan
autovariance tetap sama sehingga tidak terpengaruh oleh waktu (time
variant). Regresi yang menggunakan data yang tidak stasioner biasanya
mengarah kepada regresi lancung (spurious regression). Permasalahan
ini muncul akibat oleh variabel (dependen dan independen) time series
terdapat tren yang kuat (dengan pergerakan yang menurun dan
meningkat). Adanya tren akan menghasilkan nilai R2 yang tinggi,
namun keterkaitan antarvariabel akan rendah (Ghozali, 2013:407).
Uji stasioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji akar
unit (unit root test). Menurut Winarno (2015:116) cara yang digunakan
untuk mengetahui data stasioner adalah dengan melihat nilai
probabilitas apabila lebih kecil dari 0.05, maka data sudah dikatakan
stasioner. Artinya, jika nilai probabilitas < 0.05 maka dapat disimpulkan
bahwa data stasioner. Sedangkan jika nilai probablitas > 0.05 maka
dapat disimpulkan data tidak stationer.
Menurut Winarno (2016:11.5) untuk menjadikan data tidak
stasioner menjadi stasioner, biasanya data cukup didiferensasi saja. Pada
tingkat diferensi pertama, biasanya data sudah menjadi stasioner. Jika
data belum stasioner, maka kemungkinan besar pada diferensasi kedua
sudah stasioner.
56
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2013:168), uji normalitas bertujuan untuk
menguji apakan dalam model regresi, variabel penganggu atau
residual mempunyai distribusi normal. Terdapat dua cara
mendeteksi apakah residual memiliki distribusi normal atau tidak
yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. Dalam penelitian ini
pengujian normalitas data yang digunakan adalah uji Jarque-Bera
(J-B). Hipotesis pada uji ini adalah (Ghozali, 2013:166):
H0 = residual terdistribusi normal
Ha = residual tidak terdistribusi normal
Jika nilai probabilitas < nilai signifikansi (0.05) maka H0
ditolak dan Ha diterima yang berarti data berdistribusi tidak normal.
Sedangkan, apabila nilai probabilitas > nilai signifikansi (0.05)
maka maka H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti data
berdistribusi normal.
b. Uji Multikolinearitas
Menurut Ghozali (2013:77), uji multikolinearitas bertujuan
untuk menguji apakah regresi ditemukan adanya kolerasi yang
tinggi atau sempurna antarvariabel independen. Cara yang
digunakan untuk melihat apakah ada tidaknya multikolinearistas
dalam penelitian adalah dengan menggunakan matrik korelasi.
Apabila korelasi berada di atas nilai 0.90 maka diduga dalam model
terjadi multikolinearistas. Sedangkan jika koefisien di bawah 0.90
maka diduga dalam model tidak terjadi multikoleniaritas.
H0 : tidak terdapat gejala multikolinearitas
Ha : terdapat geljala mulitikolinearitas
Jika nilai r < 0.90 maka H0 diterima berarti tidak terdapat
gejala multikolinearitas. Sedangkan jika r > 0.90 maka H0 ditolak
yang berarti terdapat gejala multikolinearitas.
57
c. Uji Heterokedastisitas
Menurut Ghozali (2013:106), uji Heteroskedastisitas
digunakan untuk menguji apakah dalam model regersi terjadi
ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
pengamatan lain. Jika variance dalam model regresi adalah sama,
maka disebut homoskedastisitas. Cara mendeteksi
heteroskedastisitas yang dilakukan dalam penelitian ini adalah
menggunakan uji white. Hipotesis uji white adalah sebagai berikut:
H0 : tidak ada heteroskedastisitas
Ha : ada heteroskedastisitas
Jika nilai probabilitas Obs*R2 > nilai signifikansi (0.05)
maka H0 diterima sehingga dapat disimpulkan dalam model tidak
ada heteroskedastisitas. Sedangkan jika nilai probabilitas Obs*R2 <
nilai signifikansi (0.05) maka H0 ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa dalam model ada heteroskedastisitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji Auotokorelasi bertujuan untuk menguji apakah suatu
model regresi ada korelasi antar kesalahan penganggu (residual)
pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumya).
Menurut Ghozali (2013:137), apabila terjadi korelasi, maka
dinamakan ada masalah autokorelasi. Autokorelasi muncul karena
observasi yang berurutan sepanjang waktu yang berkaitan satu sama
lain. Guna menguji ada tidaknya autokorelasi dalam penelitian ini
menggunakan Uji Lagrange Multiplier (LM Test) dengan hipotesis
sebagai berikut (Ghozali, 2013:144):
H0 : tidak ada autokorelasi
Ha : ada autokorelasi
Jika nilai probabilitas Obs*R-square > nilai signifikansi
(0.05) maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat disimpulkan
tidak terjadi autokorelasi dalam model. Sedangkan jika nilai
probabilitas Obs*R-square < nilai signifikansi (0.05) maka H0
58
ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa terjadi
autokorelasi dalam model.
4. Model Regresi Data Panel
Estimasi regresi data panel dapat dilakukan melalui beberapa model
pendekatan:
a. Common Effect Model
Regresi data panel dengan metode common effect adalah
asumsi yang mengangap bahwa intersept dan slope selalu tetap baik
antar waktu maupun antar individu. Setiap individu (n) yang
diregresi untuk mengetahui hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen akan memberikan nilai intersept
maupun slope yang sama besarnya. Begitu pula dengan waktu (t),
nilai intersept dan slope dalam persamaan regresi yang
menggambarkan hubungan antara variabel dependen dengan
variabel-variabel independennya adalah sama utuk setiap waktu.
Hal ini dikarenakan dasar yang digunakan dalam regresi panel ini
yang mengabaikan pengaruh individu dan waktu pada model yang
dibentuknya (Sriyana, 2013:107). Persamaan untuk pelndekatan
model common effect adalah sebagai berikut:
Yit = β0 + βXti + εit
Dimana:
Yit = variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β = koefisien arah
β0 = intersept model regresi
Xti = variabel independen pada waktu ke-t dan observasi ke-i
εit = komponen eror pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Kelemahan asumsi ini adalah ketidaksesuaian model dengan
keadaan yang sesungguhnya. Kondisi tiap objek saling berbeda
dengan kondisi objek tersebut pada waktu yang lain (Winarno,
2015:9.15).
59
b. Fixed Effect Model
Model fixed effect memiliki konstanta yang tetap besarnya
untuk berbagai periode waktu. Demikian juga dengan koefisien
regresinya, besarnya tetap dari waktu ke waktu. Demikian juga
dengan koefisien regresinya, besarnya tetap dari waktu ke waktu
(time invariant). Untuk membedakan satu objek dengan objek
lainnya, digunakam variabel semu (dummy) (Winarno, 2015:9.15).
Persamaan untuk pendekatan dengan menggunakan model fixed
effect adalah sebagai berikut:
Yit = β0i + βXti + εit
Dimana:
Yit = variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β = koefisien arah
β0i = intersept model regresi pada unit observasi ke-i
Xti = variabel independen pada waktu ke-t dan observasi ke-i
εit = komponen eror pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
Kelemahan asumsi dengan model fixed effect adalah masih
adanya kemungkinan ketidaksesuaian model dengan keadaan yang
sesungguhnya (Sriyana, 2014:126)
c. Random Effect Model
Tidak seperti pada model fixed effect, pada model random
effect diasumsikan bahwa perbedaan intersept dan konstanta
disebabkan oleh residual/error sebagai akibat perbedaan antar unit
dan antar periode waktu yang terjadi secara random (Sriyana,
2014:153).
Persamaan model dengan menggunakan estimasi random effect
adalah sebagai berikut:
Yit = β0i + βXti + ui + εit
Dimana:
Yit = variabel dependen pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
β = koefisien arah
β0i = intersept model regresi pada unit observasi ke-i
Xti = variabel independen pada waktu ke-t dan observasi ke-i
60
ui = komponen eror pada pada unit obzservasi ke-i
εit = komponen eror pada unit observasi ke-i dan waktu ke-t
5. Pengujian Model
Untuk menentukan model pendekatan regresi data panel yang tepat,
maka perlu dilakukan pengujian terhadap tiga model regresi data panel
tersebut dengan uji berikut:
a. Uji Chow
Menurut Sriyana (2014:190), uji chow digunakan untuk
menentukan apakah model pendekatan yang akan digunakan
commom effect atau fixed effect dengan melihat nilai
probabilitasnnya. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah
sebagai berikut:
H0 : menggunakan pendekatan common effect
Ha : menggunakan pendekatan fixed effect
Jika nilai probabilitas > nilai signikfikansi (α = 0.05) maka
H0 diterima sehingga model yang digunakan adalah pendekatan
common effect. Sedangkan, jika nilai probabilitas < nilai
signifikansi (α = 0.05) maka H0 ditolak sehingga model yang
digunakan adalah pendekatan fixed effect.
b. Uji Hausman
Menurut Sriyana (2014:193), uji hausman dilakukan untuk
menentukan apakah model yang akan digunakan fixed effect atau
random effect. Hipotesis yang digunakan dalam uji ini adalah
sebagai berikut:
H0 : menggunakan pendekatan random effect
Ha : menggunakan pendekatan fixed effect
Jika nilai probabilitas > nilai signikfikansi (α = 0.05) maka
H0 diterima sehingga model yang digunakan adalah pendekatan
random effect. Sedangkan, jika nilai probabilitas < nilai signifikansi
(α = 0.05) maka H0 ditolak sehingga model yang digunakan adalah
pendekatan fixed effect.
61
6. Pengujian Hipotesis
a. Uji t (parsial)
Menurut Ghozali (2013:62), uji statistik t pada dasarnya
menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen
terhadap variabel dependen dengan mengangapp variabel
independen lainnya konstan. Uji parsial menggunakan Eviews 9
dapat diketahui pada hasil estimasi model terpilih dengan melihat
probabilitas dari setiap variabel independen, sehingga tidak perlu
lagi dilakukan dengan metode hitung lain. Hipotetsis yang
digunakan dalam uji ini sebagai berikut:
H0 : β1 : β2 : β3 : β4 : β5 = 0; NPF, FDR, GCG, ROA, dan CAR secara
parsial tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Ha : β1 : β2 : β3 : β4 : β5 ≠ 0; NPF, FDR, GCG, ROA, dan CAR secara
parsial memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Apabila nilai probabilitas t-statistic > dari nilai signifikansi
(0.05) maka H0 diterima sehingga terdapat pengaruh yang tidak
signifikan secara parsial. Sedangkan, jika nilai probabilitas t-
statistic < dari nilai signifikansi (0.05) maka H0 ditolak atau
terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial.
b. Uji F (simultan)
Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua
variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara bersama-sama atau simultan terhadap variabel
dependen (Ghozali, 2013:61). Uji simultan menggunakan Eviews 9
dapat diketahui pada hasil estimasi model terpilih dengan melihat
probabilitas F-statistic, sehingga tidak perlu lagi dilakukan
pengujuan dengan menggunakan metode hitung lain. Hipotesis
yang digunakan dalam uji ini adalah:
H0 : β1 : β2 : β3 : β4 : β5 = 0; NPF, FDR, GCG, ROA, dan CAR secara
simultan tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
Ha : β1 : β2 : β3 : β4 : β5 ≠ 0; NPF, FDR, GCG, ROA, dan CAR secara
simultan memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
62
Apabila nilai probabilitas F-statistic > nilai signifikan (0.05)
maka H0 diterima atau terdapat pengaruh tidak signifikan variabel
dependen secara simultan. Sedangkan apabila nilai probabilitias F-
statistic < nilai signifikan (0.05) maka H0 ditolak atau terdapat
pengaruh signifikan variabel independen terhadap variabel
dependen secara simultan.
c. Koefisen Determinasi (Adjusted R2)
Menurut Ghozali (2013:60), koefisien determinasi (R2)
adalah mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam
menerangkan variansi variabel dependen (Ghozal. Namun
penggunaan koefisien determnasi ini memiliki kelemahan jika
dalam model ditambahkan variabel independen maka nilai R2 akan
terus meningkat tidak peduli variabel tersebut signifikan atau tidak.
Oleh karena itu banyak peneliti yang menganjurkan untuk
menggunakan nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi mana
model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik
atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan kedalam
model (Ghozali, 2013:60).
7. Persamaan Model Regresi Data Panel
Dalam penelitian ini persamaan Model Regresi Data Panel adalah:
Yit = β0i + β1 X1it + β2 X2it + β3 X3it + β4 X4it + β5 X5it + εit
Dimana:
Yit = Pertumbuhan Laba
β0i = konstanta model regresi pada unit observasi ke i
β1 – β5 = koefisien regresi
εit = standar eror pada unit observasi ke i dan waktu ke t
X1it = NPF pada unit observasi ke i dan waktu ke t
X2it = FDR pada unit observasi ke i dan waktu ke t
X3it = GCG pada unit observasi ke i dan waktu ke t
X4it = ROA pada unit observasi ke i dan waktu ke t
X5it = CAR pada unit observasi ke i dan waktu ke t
63
BAB IV
TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Temuan Hasil Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Objek yang digunakan dalam penelitian ini adalah bank umum
syariah. Populasi Bank Umum Syariah di Indonesia pada tahun 2011-
2017, berdasarkan data Statistik Perbankan Syariah yang dikeluarkan
Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan jumlah Bank Umum
Syariah sebanyak 13 BUS. Periode penelitian yang digunakan dalam
penilitian itu yaitu dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2017. Alasan
periode diambil dari tahun 2011 karena dimulai sejak tahun 2010
pertumbuhan jumlah Bank Umum Syariah meningkat dari tahun 2009
sebanyak 6 BUS dan pada tahun mulai bertambah menjadi 11 BUS.
Maka dari itu penelitian yang digunakan diambil sejak tahun 2011
sampai dengan 2017 karena dapat memberikan gambaran terkini tentang
kondisi perbankan syariah di Indonesia.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik
purposive sampling yaitu dengan menyeleksi bank yang memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Bank Umum Syariah yang
memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel penelitian adalah sebanyak 8
(delapan) BUS. Berikut merupakan data yang dideskripsikan yang
terdiri dari data dependen yaitu pertumbuhan laba dan data independen
yang berjumlah lima yaitu Non Performing Fianancing, Financing to
Deposit to Ratio, Good Corporate Governance, Return On Assets dan
Capital Adequacy Ratio, sebagai berikut:
a. Deskripsi Variabel Pertumbuhan Laba
Laba merupakan perbedaan antara pendapatan yang
direalisasi yang timbul dari transaksi pada periode tertentu dengan
biaya-biaya yang dikeluarkan pada periode tersebut (Wardiah,
2013:300). Apabila pendapatan lebih besar dibandingkan biaya
maka perusahaan akan mendapatkan laba, sebaliknya jika
64
pendapatan perusahaan lebih kecil dari laba maka perushaan
mendapat kerugian.
Menurut Harahap (2009), pertumbuhan laba merupakan
rasio yang menyatakan kemampuan perusahaan dalam
meningkatkan laba dibandingkan tahun sebelumnya. Berikut
merupakan data pertumbuhan laba 8 (delapan) Bank Umum Syariah
di Indonesia periode 2011 sampai dengan 2017:
Gambar 4.1.
Pertumbuhan Laba Bank Umum Syariah 2011-2017
Sumber: Output Excel (data diolah), 2018
Berdasarkan gambar 4.1, pada tahun 2011 pencapaian
pertumbuhan laba dari delapan bank umum syariah yang paling
baik dicapai oleh Bank Victoria Syariah sebesar 789.88%.
Sedangkan terendah dicapai oleh Bank Panin Dubai Syariah yaitu
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
BMS -14.58 242.41 -19.05 -89.35 -21.36 780.30 -34.51
BSB 0.69 62.12 11.87 -53.93 223.98 -271.48 -101.91
BNIS 142.98 54.32 30.40 22.56 39.81 21.26 9.53
BRIS 6.40 774.27 79.61 -91.59 1,012.56 35.89 -33.12
BVS 789.88 -61.23 -52.59 -608.30 27.69 -12.82 -121.87
BCAS 0.45 22.22 52.73 4.17 82.29 54.23 26.42
BPS -273.01 299.45 -41.17 228.27 -21.27 -63.18 -3,612.6
Rata-rata 93.26 199.08 8.83 -84.02 191.96 77.74 -552.59
-4,000.00
-3,000.00
-2,000.00
-1,000.00
0.00
1,000.00
2,000.00
Pertumbuhan Laba
BMS BSB BNIS BRIS BVS BCAS BPS Rata-rata
65
sebesar -273.01% dengan nilai rata-rata pertumbuhan laba sebesar
93.26%.
Pada tahun 2012 pencapaian pertumbuhan laba yang paling
baik dicapai oleh Bank BRI Syariah sebesar 774.27%. Sedangkan
peringkat terendah dicapai oleh Bank Victoria Syariah yaitu
sebesar -61.23% dengan nilai rata-rata pertumbuhan sebesar
199.08%.
Pada tahun 2013 pencapaian pertumbuhan laba yang paling
baik dicapai oleh Bank BRI Syariah sebesar 79.61%. Sedangkan
peringkat terendah dicapai oleh Bank Victoria Syariah yaitu
sebesar -52.59% dengan nilai rata-rata pertumbuhan laba sebesar
8.83%.
Pada tahun 2014 pencapaian pertumbuhan laba yang paling
baik dicapai oleh Bank Panin Dubai Syariah sebesar 228.27%.
Sedangkan peringkat terendah dicapai oleh Bank Victoria Syariah
yaitu sebesar -608.30% dengan nilai rata-rata pertumbuhan laba
sebesar -84.02%.
Pada tahun 2015 pencapaian pertumbuhan laba yang paling
baik dicapai oleh Bank Syariah Mandiri sebesar 1,538.46%.
Sedangkan peringkat terendah dicapai oleh Bank Mega Syariah
yaitu sebesar -21.36% dengan nilai rata-rata pertumbuhan laba
sebesar 191.96%.
Pada tahun 2016 pencapaian pertumbuhan laba yang paling
baik dicapai oleh Bank Mega Syariah sebesar 780.30%. Sedangkan
peringkat terendah dicapai oleh Bank Syariah Bukopin yaitu
sebesar -271.48% dengan nilai rata-rata pertumbuhan laba sebesar
77.74%.
Pada tahun 2017 pencapaian pertumbuhan laba yang paling
baik dicapai oleh BCA Syariah sebesar 26.42%. Sedangkan
peringkat terendah dicapai oleh Bank Panin Dubai Syariah yaitu
sebesar -3,612.6% dengan nilai rata-rata pertumbuhan laba sebesar
-552.59%.
66
b. Deskripsi Variabel Non Performing Financing
Non Performing Finance merupakan kredit atau pembiayaan
bermasalah dari nasabah kepada bank dengan kategori kredit kuang
lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Rasio ini digunakan
untuk mengukur kemampuan bank dalam menyanggah resiko
kegagalan kredit oleh debitur. Semakin kecil NPF semakin kecil
pula resiko yang ditanggung pihak bank. Sebaliknya semakin besar
NPF maka semakin besar resiko kegagalan kredit yang disalurkan
serta menurunkan laba (Aini 2013). Berdasarkan Surat Edaran Bank
Indonesia Nomor 13/24/DPNP tahun 2011 nilai NPL/NPF di atas
5% maka bank tersebut tidak sehat, sehingga bank harus menjaga
kredit bermasalah pada angka 5% tersebut.
Berikut merupakan grafik perkembangan NPF pada 8
(delapan) Bank Umum Syariah tahun 2011 sampai dengan 2017.
Gambar 4.2
NPF Bank Umum Syariah 2011-2017
Sumber: Output Excel (data diolah), 2018
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
BSM 2.24 2.82 4.31 6.83 6.06 4.92 4.53
BMS 3.03 2.67 2.90 3.89 4.26 3.30 2.95
BSB 1.74 4.57 4.27 4.07 2.99 7.63 7.85
BNIS 3.62 2.02 1.86 1.86 2.53 2.94 2.89
BRIS 2.77 3.00 4.06 4.06 4.86 4.16 3.87
BVS 2.43 3.19 3.17 7.10 9.80 7.21 4.59
BCAS 1.20 0.10 0.10 0.10 0.70 0.50 0.30
BPS 0.88 0.20 1.02 0.53 2.63 2.26 12.52
Rata-rata 2.24 2.32 2.71 3.56 4.23 4.12 4.94
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
10.00
12.00
14.00
BSM BMS BSB BNIS BRIS BVS BCAS BPS Rata-rata
67
Berdasarkan gambar 4.2, pada tahun 2011 pencapaian NPF
atau kredit bermasalah dari delapan bank umum syariah yang
paling baik dicapai oleh Bank Panin Dubai yariah 0.88% termasuk
kriteia sangat sehat. Sedangkan terendah dicapai oleh Bank Mega
Syariah yaitu sebesar 3.62% termasuk kriteria sehat dengan nilai
rata-rata NPF sebesar 2.24%.
Pada tahun 2012 pencapaian NPF atau kredit bermasalah
dari delapan bank umum syariah yang paling baik dicapai oleh
BCA Syariah sebesar 0.10% termasuk kriteia sangat sehat.
Sedangkan terendah dicapai oleh Bank Syariah Bukopin yaitu
sebesar 4.57% termasuk kriteria sehat dengan nilai rata-rata NPF
sebesar 2.32%.
Pada tahun 2013 pencapaian NPF atau kredit bermasalah
dari delapan bank umum syariah yang paling baik dicapai oleh
BCA Syariah sebesar 0.10% termasuk kriteia sangat sehat.
Sedangkan terendah dicapai oleh Bank Syariah Mandiri yaitu
sebesar 4.31% termasuk kriteria sehat dengan nilai rata-rata NPF
sebesar 2.71%.
Pada tahun 2014 pencapaian NPF atau kredit bermasalah
dari delapan bank umum syariah yang paling baik dicapai oleh
BCA Syariah sebesar 0.10% termasuk kriteia sangat sehat.
Sedangkan terendah dicapai oleh Bank Victoria Syariah yaitu
sebesar 7.10% termasuk kriteria cukup sehat dengan nilai rata-rata
NPF sebesar 3.56%.
Pada tahun 2015 pencapaian NPF atau kredit bermasalah
dari delapan bank umum syariah yang paling baik dicapai oleh
BCA Syariah sebesar 0.70% termasuk kriteia sangat sehat.
Sedangkan terendah dicapai oleh Bank Victoria Syariah yaitu
sebesar 9.80% termasuk kriteria kurang sehat dengan nilai rata-rata
NPF sebesar 4.23%.
Pada tahun 2016 pencapaian NPF atau kredit bermasalah
dari delapan bank umum syariah yang paling baik dicapai oleh
68
BCA Syariah sebesar 0.50% termasuk kriteia sangat sehat.
Sedangkan terendah dicapai oleh Bank Syariah Bukopin yaitu
sebesar 7.63% termasuk kriteria cukup sehat dengan nilai rata-rata
NPF sebesar 4.12%.
Pada tahun 2017 pencapaian NPF atau kredit bermasalah
dari delapan bank umum syariah yang paling baik dicapai oleh
BCA Syariah 0.30% termasuk kriteia sangat sehat. Sedangkan
terendah dicapai oleh Bank Panin Dubai Syariah yaitu sebesar
12.52% termasuk kriteria tidak sehat dengan nilai rata-rata NPF
sebesar 3.93%.
c. Deskirpsi Variabel Financing to Deposit Ratio
FDR adalah perbandingan yang diberikan oleh bank dengan
dana pihak ketiga yang berhasil dikerahkan oleh bank. FDR
menunjukkan kesehatan bank dalam memberikan pembiayaan
(Suwiknyo, 2016:148). Berdasarkan peraturan yang dibuat oleh
Bank Indonesia, rasio FDR dikatakan sehat apabila berada dalam
persentase antara 85% sampai dengan 110%. Semakin tinggi FDR
maka laba yang diperoleh oleh bank akan meningkat (dengan
asumsi bank tersebut mampu dengan efektif sehingga diharapkan
jumlah kredit macetnya rendah) (Aini, 2013).
Berikut merupakan grafik perkembangan FDR pada 8
(delapan) Bank Umum Syariah tahun 2011 sampai dengan 2017.
69
Gambar 4.3
FDR Bank Umum Syariah 2011-2017
Sumber: Output Excel (data diolah), 2018
Berdasarkan gambar 4.3, pada tahun 2011 pencapaian FDR
dari delapan bank umum syariah yang paling baik dicapai oleh
Bank Victoria Syariah sebesar 46.08% termasuk kriteria sangat
sehat. Sedangkan terendah dicapai oleh Bank Panin Dubai Syariah
yaitu sebesar 162.97% termasuk kriteria tidak sehat dengan nilai
rata-rata FDR sebesar 88.77%.
Pada tahun 2012 pencapaian FDR dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh Bank Victoria Syariah
sebesar 73.78% termasuk kriteria sangat sehat. Sedangkan
terendah dicapai oleh Bank Panin Dubai Syariah yaitu sebesar
105.66% termasuk kriteria kurang sehat dengan nilai rata-rata FDR
sebesar 90.11%.
Pada tahun 2013 pencapaian FDR dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh BCA Syariah sebesar 83.50%
termasuk kriteria sehat. Sedangkan terendah dicapai oleh
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
BSM 86.03 94.40 89.37 82.13 81.99 79.19 77.66
BMS 83.08 88.88 93.37 93.61 98.49 95.24 91.05
BSB 83.66 92.29 100.29 92.89 90.56 88.18 82.44
BNIS 78.60 84.99 97.86 92.60 91.94 84.57 80.21
BRIS 90.95 100.96 102.70 93.90 84.16 81.47 71.87
BVS 46.08 73.78 84.65 95.19 95.29 100.69 83.59
BCAS 78.80 79.90 83.50 91.20 91.20 90.10 88.50
BPS 162.97 105.66 90.40 94.04 96.43 91.99 86.95
Rata-rata 88.77 90.11 92.77 91.95 91.26 88.93 82.78
0.00
20.00
40.00
60.00
80.00
100.00
120.00
140.00
160.00
180.00
BSM BMS BSB BNIS BRIS BVS BCAS BPS Rata-rata
70
BRISyariah yaitu sebesar 102.70% termasuk kriteria kurang sehat
dengan nilai rata-rata FDR sebesar 92.77%.
Pada tahun 2014 pencapaian FDR dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh Bank Syariah Mandiri
sebesar 82.13% termasuk kriteria sehat. Sedangkan terendah
dicapai oleh Bank Victoria Syariah yaitu sebesar 95.19% termasuk
kriteria cukup sehat dengan nilai rata-rata FDR sebesar 91.95%.
Pada tahun 2015 pencapaian FDR dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh Bank Syariah Mandiri
sebesar 81.99% termasuk kriteria sehat. Sedangkan terendah
dicapai oleh Bank Mega Syariah yaitu sebesar 98.49% termasuk
kriteria cukup sehat dengan nilai rata-rata FDR sebesar 91.26%.
Pada tahun 2016 pencapaian FDR dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh Bank Syariah Mandiri
sebesar 79.19% termasuk kriteria sehat. Sedangkan terendah
dicapai oleh Bank Victoria Syariah yaitu sebesar 100.69%
termasuk kriteria kurang sehat dengan nilai rata-rata FDR sebesar
88.93%.
Pada tahun 2017 pencapaian FDR dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh BRISyariah sebesar 71.87%
termasuk kriteria sehat. Sedangkan terendah dicapai oleh Bank
Mega Syariah yaitu sebesar 91.05% termasuk kriteria cukup sehat
dengan nilai rata-rata FDR sebesar 82.78%.
d. Deskripsi Variabel Good Corporate Governance
Penilaian terhadap faktor GCG merupakan penilaian
terhadap manajemen bank atas pelaksanaan prinsip-prinsip GCG
mengacu pada ketentuan Bank Indonesia mengenai bank umum
dengan memperhatikan karakteristik dan kompleksitas usaha bank.
Peringkat faktir GCG dikategorikan dalam 5 (lima) peringkat yaitu
peringkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkan 4 dan peringkat 5.
Urutan peringkat faktor GCG yang lebih kecil mencerminkan
penerapan GCG yang lebih baik.
71
Berikut merupakan grafik perkembangan GCG pada 8
(delapan) Bank Umum Syariah tahun 2011 sampai dengan 2017.
Gambar 4.4
GCG Bank Umum Syariah 2011-2017
Sumber: Output Excel (data diolah), 2018
Berdasarkan gambar 4.4, pada tahun 2011 pencapaian GCG
dari delapan bank umum syariah yang paling baik dicapai oleh
BRISyariah sebesar 1.55 termasuk kriteria baik. Sedangkan
terendah dicapai oleh Bank Panin Dubai Syariah yaitu sebesar 1.95
termasuk kriteria baik dengan nilai rata-rata 1.73.
Pada tahun 2012 pencapaian GCG dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh Bank Panin Dubai Syariah
sebesar 1.35 termasuk kriteria sangat baik. Sedangkan terendah
dicapai oleh Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar 2.25 termasuk
kriteria baik dengan nilai rata-rata 1.71.
Pada tahun 2013 pencapaian GCG dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh Bank Panin Dubai Syariah
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
BSM 1.72 2.25 1.85 2.00 2.00 1.00 1.35
BMS 1.83 1.60 1.87 2.00 1.54 1.64 1.73
BSB 1.60 1.50 1.50 2.00 1.50 1.50 1.50
BNIS 1.63 1.63 1.25 1.30 2.00 2.00 2.00
BRIS 1.55 1.38 1.35 1.74 1.61 1.60 1.57
BVS 1.69 2.07 1.66 1.93 3.00 1.97 1.62
BCAS 1.91 1.88 1.55 1.00 1.00 1.00 1.00
BPS 1.95 1.35 1.35 1.40 2.00 2.00 3.00
Rata-rata 1.73 1.71 1.55 1.67 1.83 1.59 1.72
0.00
0.50
1.00
1.50
2.00
2.50
3.00
3.50
BSM BMS BSB BNIS BRIS BVS BCAS BPS Rata-rata
72
sebesar 1.35 termasuk kriteria sangat baik. Sedangkan terendah
dicapai oleh Bank Mega Syariah yaitu sebesar 1.87 termasuk
kriteria baik dengan nilai rata-rata 1.55.
Pada tahun 2014 pencapaian GCG dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh BCA Syariah sebesar 1.00
termasuk kriteria sangat baik. Sedangkan terendah dicapai oleh tiga
bank yaitu Bank Syariah Mandiri, Bank Mega Syariah dan Bank
Syariah Bukopin yaitu sebesar 2.00 termasuk kriteria cukup baik
dengan nilai rata-rata sebesar 1.67.
Pada tahun 2015 pencapaian GCG dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh BCA Syariah sebesar 1.00
termasuk kriteria sangat baik. Sedangkan terendah dicapai oleh
Bank Victoria Syariah yaitu sebesar 3.00 termasuk kriteria cukup
baik dengan nilai rata-rata 1.83.
Pada tahun 2016 pencapaian GCG dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh Bank Syariah Mandiri dan
BCA Syariah sebesar 1.00 termasuk kriteria sangat baik.
Sedangkan terendah dicapai oleh BNI Syariah yaitu sebesar 2.00
termasuk kriteria baik dengan nilai rata-rata 1.59.
Pada tahun 2017 pencapaian GCG dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh BCA Syariah sebesar 1.00
termasuk kriteria sangat baik. Sedangkan terendah dicapai oleh
Bank Panin Dubai Syariah yaitu sebesar 3.00 termasuk kriteria
cukup baik dengan nilai rata-rata 1.72.
e. Deskripsi Variabel Return On Assets
ROA adalah rasio keuangan perusahaan yang berhubungan
dengan aspek earnings atau probabilitas. ROA berfungsi untuk
mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan laba dengan
memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Semakin besar ROA yang
dimiliki oleh sebuah perusahaan, semakin efisien penggunaan
aktiva sehingga akan memperbesar laba. Laba yang besar akan
73
menarik investor karena perusahaan memiliki tingkat kembalian
yang semakin tinggi (Wardiah, 2013:299).
Berikut merupakan grafik perkembangan ROA pada 8
(delapan) Bank Umum Syariah tahun 2011 sampai dengan 2017.
Gambar 4.5
ROA Bank Umum Syariah 2011-2017
Sumber: Output Excel (data diolah), 2018
Berdasarkan gambar 4.5, pada tahun 2011 pencapaian ROA
dari delapan bank umum syariah yang paling baik dicapai oleh
Bank Victoria Syariah sebesar 6.93% termasuk kriteria sangat
sehat. Sedangkan terendah dicapai oleh BRISyariah yaitu sebesar
0.20% termasuk kriteria kurang sehat dengan nilai rata-rata ROA
sebesar 1.89%.
Pada tahun 2012 pencapaian ROA dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh Bank Mega Syariah sebesar
3.81% termasuk kriteria sangat sehat. Sedangkan terendah dicapai
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
BSM 1.95 2.25 1.52 -0.03 0.56 0.59 0.59
BMS 1.58 3.81 2.33 0.24 0.30 2.63 1.56
BSB 0.52 0.55 0.69 0.27 0.79 -1.12 0.02
BNIS 1.29 1.48 1.37 1.27 1.43 1.44 1.31
BRIS 0.20 0.19 1.15 0.08 0.77 0.95 0.51
BVS 6.93 1.43 0.50 -1.87 -2.36 -2.19 0.36
BCAS 0.90 0.80 1.00 0.80 1.00 1.10 1.20
BPS 1.75 3.48 1.03 1.99 1.12 0.37 -10.77
Rata-rata 1.89 1.75 1.20 0.34 0.45 0.47 -0.65
-12.00
-10.00
-8.00
-6.00
-4.00
-2.00
0.00
2.00
4.00
6.00
8.00
BSM BMS BSB BNIS BRIS BVS BCAS BPS Rata-rata
74
oleh BRISyariah yaitu sebesar 0.19% termasuk kriteria kurang
sehat dengan nilai rata-rata ROA sebesar 1.75%.
Pada tahun 2013 pencapaian ROA dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh Bank Mega Syariah sebesar
2.33% termasuk kriteria sangat sehat. Sedangkan terendah dicapai
oleh Bank Victoria Syariah yaitu sebesar 0.50% termasuk kriteria
kurang sehat dengan nilai rata-rata ROA sebesar 1.20%.
Pada tahun 2014 pencapaian ROA dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh Bank Panin Dubai Syariah
sebesar 1.99% termasuk kriteria sehat. Sedangkan terendah dicapai
oleh BRISyariah yaitu sebesar -1.87% termasuk kriteria tidak sehat
dengan nilai rata-rata ROA sebesar 0.34%.
Pada tahun 2015 pencapaian ROA dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh BNI Syariah sebesar 1.43%
termasuk kriteria sehat. Sedangkan terendah dicapai oleh Bank
Victoria Syariah yaitu sebesar -2.36% termasuk kriteria tidak sehat
dengan nilai rata-rata ROA sebesar 0.45%.
Pada tahun 2016 pencapaian ROA dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh Bank Mega Syariah sebesar
2.63% termasuk kriteria sangat sehat. Sedangkan terendah dicapai
oleh Bank Victoria Syariah yaitu sebesar -2.19% termasuk kriteria
sangat sehat dengan nilai rata-rata ROA sebesar 0.47%.
Pada tahun 2017 pencapaian ROA dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh Bank Mega Syariah sebesar
1.56% termasuk kriteria sehat. Sedangkan terendah dicapai oleh
Bank Panin Dubai Syariah yaitu sebesar -10.77% termasuk kriteria
tidak sehat dengan nilai rata-rata ROA sebesar -0.65%.
f. Deskripsi Variabel Capital Adequacy Ratio
Captal Adequacy merupakan kecukupan modal,
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal
yang mencukupi dalam dan kemampuan manajemen bank dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol resiko
75
yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank
(Aini, 2013).
Nilai rasio CAR yang meningkat akan menghasilkan laba
yang mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh adanya
peningkatan jumlah pada modal sendiri sehingga modal sendiri
tersebut dapat digunakan untuk mengelola perusahaa yang tidak
langsung juga kan meningkatkan laba perusahaan perbankan
(Cahyono, 2008).
Berikut merupakan grafik perkembangan GCG pada 8
(delapan) Bank Umum Syariah tahun 2011 sampai dengan 2017
Gambar 4.6
CAR Bank Umum Syariah 2011-2017
Sumber : Output Excel (data diolah), 2018
Berdasarkan gambar 4.6, pada tahun 2011 pencapaian CAR
dari delapan bank umum syariah yang paling baik dicapai oleh
Bank Panin Dubai Syariah sebesar 61.98% termasuk kriteria sangat
sehat. Sedangkan terendah dicapai oleh Bank Mega Syariah yaitu
2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017
BSM 14.59 13.82 14.10 14.12 12.85 14.01 15.89
BMS 12.03 13.51 12.99 19.26 18.74 23.53 22.19
BSB 15.29 12.78 11.10 14.80 16.31 15.15 19.20
BNIS 20.67 14.22 16.23 16.26 15.48 14.92 20.14
BRIS 14.74 11.35 14.49 12.89 13.94 20.63 20.29
BVS 45.20 28.08 18.40 15.27 16.14 15.98 19.29
BCAS 45.90 31.50 22.40 29.60 34.30 36.70 29.40
BPS 61.98 32.20 20.83 25.69 20.30 18.17 11.51
Rata-rata 28.80 19.68 16.32 18.49 18.51 19.89 19.74
0.00
10.00
20.00
30.00
40.00
50.00
60.00
70.00
BSM BMS BSB BNIS BRIS BVS BCAS BPS Rata-rata
76
sebesar 12.03% termasuk kriteria sehat dengan nilai rata-rata CAR
sebesar 28.80%.
Pada tahun 2012 pencapaian CAR dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh Bank Panin dubai Syariah
Syariah sebesar 32.20% termasuk kriteria sangat sehat. Sedangkan
terendah dicapai oleh BRISyariah yaitu sebesar 11.35% termasuk
kriteria sehat dengan nilai rata-rata CAR sebesar 19.68%.
Pada tahun 2013 pencapaian CAR dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh BCA Syariah sebesar 22.40%
termasuk kriteria sangat sehat. Sedangkan terendah dicapai oleh
Bank Syariah Bukopin yaitu sebesar 11.10% termasuk kriteria
sehat dengan nilai rata-rata CAR sebesar 16.32%.
Pada tahun 2014 pencapaian CAR dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh BCA Syariah sebesar 29.60%
termasuk kriteria sangat sehat. Sedangkan terendah dicapai oleh
BRISyariah yaitu sebesar 12.89% termasuk kriteria sehat dengan
nilai rata-rata CAR sebesar 18.49%.
Pada tahun 2015 pencapaian CAR dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh BCA Syariah sebesar 34.30%
termasuk kriteria sangat sehat. Sedangkan terendah dicapai oleh
Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar 12.85% termasuk kriteria sehat
dengan nilai rata-rata CAR sebesar 18.51%.
Pada tahun 2016 pencapaian CAR dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh BCA Syariah sebesar 36.70%
termasuk kriteria sangat sehat. Sedangkan terendah dicapai oleh
Bank Syariah Mandiri yaitu sebesar 14.01% termasuk kriteria sehat
dengan nilai rata-rata CAR sebesar 19.89%.
Pada tahun 2017 pencapaian CAR dari delapan bank umum
syariah yang paling baik dicapai oleh BCA Syariah sebesar 29.40%
termasuk kriteria sangat sehat. Sedangkan terendah dicapai oleh
BRISyariah yaitu sebesar 13.62% termasuk kriteria sehat dengan
nilai rata-rata CAR sebesar 19.74%.
77
2. Profil Perusahaan
a. PT. Bank Syariah Mandiri
PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi
sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.
PT Bank Syariah Mandiri hadir dan tampil dengan harmonisasi
idealisme usaha dengan nilai-nilai spiritual. Bank Syariah Mandiri
tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan keduanya, yang
melandasi kegiatan operasionalnya. Harmonisasi idealisme usaha
dan nilai-nilai spiritual inilah yang menjadi salah satu keunggulan
Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. Per
Desember 2017 Bank Syariah Mandiri memiliki 737 kantor layanan
di seluruh Indonesia, dengan akses lebih dari 196.000 jaringan
ATM. (www.syariahmandiri.co.id)
b. PT. Bank Mega Syariah
Berawal dari PT Bank Umum Tugu (Bank Tugu). Bank
Umum yang didirikan pada 14 Juli 1990 melalui Keputusan Menteri
Keuangan RI No. 1046/KMK/013/1990 tersebut, diakuisisi CT
Corpora (d/h Para Group) melalui Mega Corpora (d/h PT Para
Global Investindo) dan PT. Para Rekan Investama pada 2001. Sejak
awal, para pemegang saham memang ingin mengonversi bank
umum konvensional itu menjadi bank umum syariah. Keinginan
tersebut terlaksana ketika Bank Indonesia mengizinkan Bank Tugu
dikonversi menjadi bank syariah melalui Keputusan Deputi
Gubernur Bank Indonesia No.6/10/KepDpG/2004. Pengonversian
tersebut dicatat dalam sejarah perbankan Indonesia sebagai upaya
pertama pengonversian bank umum konvensional menjadi bank
umum syariah. (www.megasyariah.co.id).
c. PT. Bank BRISyariah
Berawal dari akuisisi PT. Bank Rakyat Indonesia
(Perseroan), Tbk, terhadap Bank Jasa Arta pada 19 Desember 2007
dan setelah mendapatkan izin dari Bank Indonesia pada 16 Oktober
2008 melalui suratnya No.10/67/KEP.GBI/DpG/2008, maka pada
78
tanggal 17 November 2008 PT. Bank BRISyariah secara resmi
beroperasi. Kemudian, PT Bank BRISyariah merubah kegiatan
usahanya yang semula beroperasional secara konvensional,
kemudian diubah menjadi kegiatan perbankan berdasarkan prinsip
syariah Islam. (www.brisyariah.co.id)
d. PT. Bank Syariah Bukopin
PT Bank Syariah Bukopin (selanjutnya disebut perseroan)
sebagai bank yang beroperasi dengan prinsip syariah yang bermula
masuknya konsorsium PT Bank Bukopin, Tbk diakuisisinya PT
Bank Persyarikatan Indonesia (sebuah bank konvensional) oleh PT
Bank Bukopin, Tbk., proses akuisisi berlangsung secara bertahap
sejak tahun 2005 hingga 2008. Pada tahun 2001 sampai akhir 2002
proses akuisisi oleh Organisasi Muhammadiyah dan sekaligus
perubahan nama PT Bank Swansarindo Internasional menjadi PT
Bank Perserikatan Indonesia yang memperoleh persetujuan BI
No.5/4/KEP.DGS/2003.
PT Bank Perserikatan Indonesia melalui tambahan modal
dan asistensi oleh PT Bank Bukopin, maka tahun 2008 melalui Surat
Keputusan Gubernur BI No.10/69/KEP.GBI/DpG/2008 tanggal 27
Oktober 2008 tentang Pemberian Izin Perubahan Kegiatan Usaha
Bank Konvensional Menjadi Bank Syariah.
(www.syariahbukopin.co.id)
e. PT. Bank BNI Syariah
Berdasarkan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor
12/41/KEP.GBI/201 tanggal 21 Mei 2010 mengenai pemberian izin
usaha kepada PT Bank BNI Syariah. Dan di dalam Corporate Plan
UUS BNI tahun 2003 ditetapkan bahwa status UUS bersifat
temporer dan akan dilakukan spin off bulan Juni tahun 2009.
Rencana tersebut terlaksana pada tanggal 19 Juni 2010 dengan
beroperasinya BNI Syariah sebagai Bank Umum Syariah (BUS).
Realisasi waktu spin off bulan Juni 2010 tidak terlepas dari faktor
eksternal berupa aspek regulasi yang kondusif yaitu dengan
79
diterbitkannya UU No. 19 tahun 2008 tentang Surat Berharga
Syariah Negara (SBSN) dan UU No. 21 tahun 2008 tentang
Perbankan Syariah. Disamping itu, komitmen Pemerintah terhadap
keunggulan produk perbankan syariah juga semakin meningkat.
(www.bnisyariah.co.id)
f. PT. Bank Victoria Syariah
PT. Bank Swaguna didirikan di Cirebon pad tahun 1966.
Bank ini memulai kegiatan operasionalnya tanggal 7 Januari 1967.
PT Bank Victoria Internasional Tbk mengakuisisi 99,98% saham
Bank Swaguna dan mendapat persetujuam BI tanggal 3 Agustus
2007. Modal disetor Bank menjadi Rp 90 Milyar pada bulan
september 2007. Pada Bulan Maret 2008, pemegang saham PT
Victoria Internasional kembali memperkuat modal disetor bank
menjadi Rp 110 Milyar. Bank Swaguna dikonversi menjadi PT Bank
Victoria pada tanggal 10 Februari 2010, PT Bank Victoria Syariah
mendapat izin operasional sebagai bank syariah berdasarkan SK
Gubernur Bank Indonesia No. 12/8/KEP.GBI/DpG/2010. Bank
beroperasi penuh dengan sistem syariah pada 1 April 2010.
(bankvictoriasyariah.co.id)
g. PT. BCA Syariah
Perkembangan perbankan syariah yang tumbuh cukup pesat
dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan minat masyarakat
mengenai ekonomi syariah semakin bertambah. Untuk memenuhi
kebutuhan nasabah akan layanan syariah, maka berdasarkan akta
Akuisisi No. 72 tanggal 12 Juni 2009 yang dibuat dihadapan Notaris
Dr. Irawan Soeridjo, S.H., Msi, PT Bank Central Asia, (BCA)
mengakuisisi PT Bank Utama Internasional Bank (Bank BUIB)
yang nantinya menjadi PT. Bank BCA Syariah. Perubahan kegiatan
usaha Bank dari bank konvensional menjadi bank umum syariah
dikukuhkan oleh Gubernur bank Indonesia melalui Keputusan
Gubernur BI No. 12/13/KEP.GBI/DpG/2010 tanggal 2 Maret 2010.
Dengan memperoleh izin tersebut, pada tanggal 5 April 2010, BCA
80
syariah mulai beroperasi sebagai bank umum syariah.
(www.bcasyariah.co.id).
h. PT. Panin Dubai Syariah
PT. Bank Panin Dubai Syariah (Panin Dubai Syariah Bank)
berkedudukn di Jakarta dan berkantor pusat di Gedung Panin Life
Center, Jakarta Barat. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Panin
Dubai Syariah Bank, ruang lingkup kegiatan Panin Dubai Syariah
Bank adalah menjalankan kegiatan usaha di bidang perbankna
dengan prinsip bagi hasil berdasarkan syariat Islam. Panin Dubai
Syariah Bank mendapat izin usaha dari Bank Indonesia
No.11/52/KEP.BI/DpG/2009 tanggal 6 Oktober 2009 sebagai bank
umum berdasarkan prinsip syariah dan mulai beroperasi sebagai
Bank Umum Syariah pada tanggal 2 Desember 2009.
B. Pembahasan
1. Analisis Statistik Deskriptif
Statistik Deskriptif merupakan gambaran atau deskripsi suatu data
yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemenangan
distribusi) (Ghozali, 2013). Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah
untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis,
faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar
fenomena yang diselidiki.
Tabel statistik menjelaskan distribusi variabel-variabel yang diteliti,
meliputi variabel dependen (Y) pertumbuhan laba dan distribusi variabel
independen (X) yaitu Non Performing Financing (NPF), Finance to
Deposit Ratio (FDR), Good Corporate Governance (GCG), Return On
Assets (ROA) dan Capital Adequacy Ratio (CAR). Hasil uji statistik
variabel-variabel pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
81
Tabel 4.1
Statistik Deskriptif
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
Berdasarkan tabel 4.1, dengan observasi sebanyak 56 dari 8 sampel
atau objek penelitian dikalikan periode penelitian selama 7 tahun dari
2011-2017. Hasil analisis terhadap variabel pertumbuhan laba (Y)
dalam periode waktu 7 tahun diperoleh nilai maksimum 15.38460 dan
nilai minimum -36.12681. Kemudian nilai rata-rata 0.189686 dengan
standar deviasi 5.901154. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
pertumbuhan laba mempunyai sebaran yang cukup tinggi karena nilai
std. deviasi lebih besar daripada nilai rata-rata (5.901154 > 0.189686)
maka simpangan data pada variabel pertumbuhan laba dikatakan kurang
baik.
Variabel Non Perfoming Financing (X1) setelah dilakukan uji
statistik deskriptif, dalam periode waktu 7 tahun diperoleh nilai
maksimum 12.52000 dan nilai minimum 0.100000. Kemudian nilai rata-
rata 3.443839 dengan standar deviasi 2.995000. Hal ini menunjukkan
variabel NPF mempunyai sebaran yang cukup rendah karena nilai
standar deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata karena nilai standar
deviasi lebih kecipdari pada nilai rata-rata (2.995000 < 3.443839) maka
simpangan data pada variabel NPF dikatakan cukup baik.
PL NPF FDR GCG ROA CAR
Mean 0.189686 3.443839 89.50875 1.685804 0.778750 20.20268
Mendian 0.11900 2.995000 90.25000 1.62000 0.925000 16.24500
Max 15.38460 12.52000 162.9700 3.000000 6.930000 61.98000
Min -36.12681 0.100000 46.08000 1.000000 -10.77000 11.10000
Std. Dev. 5.901154 2.458464 13.64777 0.399916 2.080798 9.732011
Obeservat
ions 56 56 56 56 56 56
82
Variabel Finance to Deposit Ratio (X2) setelah dilakukan uji statistik
deskriptif, dalam periode waktu 7 tahun diperoleh nilai maksimum
162.9700 dan nilai minimum 46.08000. Kemudian nilai rata-rata
89.50875 dengan standar deviasi 13.64777. Hal ini menunjukkan bahwa
variabel FDR mempunyai sebaran data yang cukup rendah karena nilai
standar deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata (13.64777 <
89.50875) maka simpangan data pada variabel FDR dikatakan cukup
baik.
Variabel Good Corporate Governance (X3) setelah dilakukan uji
statistik deskriptif, dalam periode waktu 7 tahun diperoleh nilai
maksimum 3.000000 dan nilai minimum 1.000000. Kemudian nilai rata-
rata 1.685804 dengan standar deviasi 0.399916. Hal ini menunjukkan
bahwa variable GCG mempunyai sebaran data yang cukup rendah
karena nilai standar eviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata (0.399916
< 1.685804) maka simpangan data pada variabel FDR dikatakan cukup
baik.
Variabel Return on Assets (X4) setelah dilakukan uji statistik
deskriptif, dalam periode waktu 7 tahun diperoleh nilai maksimum
6.930000 dan nilai minimum -10.77000, Kemudian nilai rata-rata
0.778750 dengan standar deviasi 2.080798. Hal ini menunjukkam
bahwa variabel ROA mempunyai sebaran data yang cukup tinggi karena
nilai standar deviasi lebih besar dibandingkan dengan nilai rata-rata
(2.080798 > 0.778750) maka simpangan data pada variabel ROA kurang
baik.
Variabel Capital Adequacy Ratio (X5) setelah dilakukan uji statistik
deskriptif, dalam periode waktu 7 tahun diperoleh nilai maksimum
61.98000 dan nilai minimum 11.10000. Kemudian nilai rata-rata
20.20268 dan standar deviasi 9.732011. Hal ini menunjukkan bahwa
variable CAR memiliki sebaran data yang rendah karena nilai standar
deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata (9.463373 < 19.38429) maka
simpangan data pada variabel CAR cukup baik.
83
2. Uji Stasioneritas
Tabel 4.2
Hasil Uji Augmented Dickey Fuller (ADF)
Variabel
Tingkat Stasioneritas
Keterangan 2nd difference
t-statistic Test Critical Value
Probability 1% level 5% level 10% level
PL -7.753183 -3.565430 -2.919952 -2.597905 0.0000 Stasioner
NPF -8.6888495 -3.560019 -2.917650 -2.596689 0.0000 Stasioner
FDR -8.118008 -3.565430 -2.919952 -2.597905 0.0000 Stasioner
GCG -7.601129 -3.565430 -2.919952 -2.597905 0.0000 Stasioner
ROA -11.68336 -3.560019 -2.917650 -2.596689 0.0000 Stasioner
CAR -9.790859 -3.574446 -2.923780 -2.599925 0.0000 Stasioner
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
Dapat dilihat berdasarkan hasil uji Augmented Dickey Fuller atau uji
stasioneritas yang dilakukan pada tingkat 2nd menunjukkan bahwa
variabel dependen (PL) serta variabel independen (NPF, FDR, GCG,
ROA dan CAR) sudah stasioner. Data tersebut dapat dikatakan stasionar
karena dapat dilihat dari nilai probabilitas ADF < nilai signifikansi
(0,05) sehingga H0 ditolak dan H1 diterima, sehingga disimpulkan
bahwa data-data tersebut sudah stasioner dan dapat dilanjutkan ke tahap
uji selanjutnya.
84
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Gambar 4.7
Grafik Hasil Uji Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
14
-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12 14
Series: ResidualsSample 1 56Observations 56
Mean 3.49e-16Median -0.515047Maximum 14.61728Minimum -9.415556Std. Dev. 3.575807Skewness 1.398186Kurtosis 7.750235
Jarque-Bera 70.89699Probability 0.000000
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
Dapat dilihat berdasarkan hasil uji normalitas diatas dapat
diketahui nilai probabilitas Jarque-Bera < nilai signifikansi yaitu
0.000000 < 0.05 yang berarti data pada penelitian tidak
berdistribusi normal. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya
outlier pada data. Maka dari itu, perlu dilakukan perbaikan pada
data outlier tersebut agar mendapatkan data yang berdistribusi
normal. Dalam hal ini peneliti memperbaiki data dengan
melakukan transformasi data pada data pertumbuhan laba (variabel
dependen) menjadi bentuk logaritma (logpl). Kemudian dilakukan
kembali uji normalitas menggunakan data yang sudah di
transformasi dalam bentuk logaritma (logpl), dengan hasil sebagai
berikut.
Gambar 4.8
Grafik Hasil Uji Normalitas setelah Transformasi
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-3 -2 -1 0 1 2 3
Series: ResidualsSample 1 53Observations 34
Mean 1.75e-15Median -0.210243Maximum 3.086351Minimum -2.830346Std. Dev. 1.502259Skewness 0.222100Kurtosis 2.544370
Jarque-Bera 0.573624Probability 0.750653
85
Berdasarkan tabel uji normalitas yang sudah ditransformasi
data pertumbuhan laba menjadi bentuk logaritma (logpl) diketahui
hasil nilai probability Jaque-Bera > nilai siginikanisi (0.750653 >
0.05) maka disimpulkan bahwa data berdistribusi normal dan data
dapat dilanjutkan ke uji selanjutnya.
b. Uji Multikolinearitas
Tabel 4.4
Hasil Uji Multikolinearitas
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
Berdasarkan tabel 4.4, hasil uji multikolinearitas di atas dapat
diketahui bahwa hubungan antar variabel independen NPF, FDR,
GCG, ROA, dan CAR tidak ada yang menunjukkan nilai korelasi
> 0.9. Nilai korelasi tertinggi yaitu antara NPF dengan GCG
sebesar 0.561991 dimana nilai korelasi 0.561991 < 0.9 maka dapat
disimpulkan bahwa H0 diterima dan Ha ditolak yang berarti dalam
model tidak terjadi gejala multikolinearitas.
c. Uji Heteroskedastisitas
Gambar 4.9
Grafik Uji Heteroskedastisitas
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
NPF FDR GCG ROA CAR
NPF 1.000000 -0.096876 0.561991 -0.699656 -0.480560
FDR -0.096876 1.000000 0.032153 -0.113391 0..218832
GCG 0.561991 0.032153 1.000000 -0.455005 -0.155470
ROA -0.699656 -0.113391 -0.455005 1.000000 0.330308
CAR -0.480560 0..218832 -0.155470 0.330308 1.000000
-4
-2
0
2
4
-6
-4
-2
0
2
4
1 5 7 13 16 19 23 25 27 29 31 34 40 44 46 48 51
Residual Actual Fitted
86
Dapat dilihat berdasarkan grafik hasil uji heteroskedastisitas
bahwa grafik tidak menunjukkan pola tertentu maka dari itu dapat
disimpulkan bahwa data tersebut tidak bersifat heteroskedastisitas.
Untuk mendeteksi masalah heteroskesastisitas, selain dengan
menggunakan grafik juga dapat menggunakan uji white.
Tabel 4.5
Hasil Uji White
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.836575 Prob. F(5,28) 0.5350
Obs*R-squared 4.419052 Prob. Chi-Square(5) 0.4908 Scaled explained SS 2.314242 Prob. Chi-Square(5) 0.8042
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
Dapat dilihat berdasarkan hasil uji white bahwa nilai
probabilitas Chi-Sqaure Obs*R-squared > nilai signifikansi
yaitu 0.4908 > 0.05 yang dapat disimpulkan bahwa H0 diterima
artinya tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga dapat
dilanjutkan ke uji selanjutnya.
d. Uji Autokorelasi
Tabel 4.6
Hasil Uji Autokorelasi
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
Dapat dilihat berdasarkan hasil uji auotokorelasi diatas
bahwa nilai probabilitas Chi-Square Obs*R-squared > nilai
signifikansi yaitu 0.2254 > 0.05 sehingga dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi gejala auto korelasi dalam model.
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 1.248830 Prob. F(2,26) 0.3035
Obs*R-squared 2.979910 Prob. Chi-Square(2) 0.2254
87
4. Pengujian Model Regresi Data Panel
Untuk menentukan model terbaik antara common effect, fixed effect,
atau random effect yaitu dengan menggunakan teknik estimasi model.
Terdapat dua teknik, pertama uji chow untuk memilih antara model
common effect atau fixed effect dan kedua uji hausman yang digunakan
untuk memilih antara model fixed effect atau random effect yang terbaik
dalam mengestimasi regresi data panel.
a. Common Effect Model
Langkah pertama yang dilakukan untuk melakukan pemilihan
model dengan melakukan uji chow adalah dengan meregresikan data
panel menggunakan bentuk model common effect.
Tabel 4.7
Hasil Regresi Data Panel Common Effect Model
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
Dependent Variable: LOGPL?
Method: Pooled Least Squares
Date: 08/03/18 Time: 01:59
Sample: 1 7
Included observations: 7
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 34 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -6.883510 3.949683 -1.742801 0.0923
NPF? 0.505379 0.208966 2.418471 0.0223
FDR? 0.053891 0.033515 1.607938 0.1191
GCG? -0.737087 0.836311 -0.881356 0.3856
ROA? 0.913692 0.244096 3.743173 0.0008
CAR? 0.000929 0.040543 0.022920 0.9819 R-squared 0.367671 Mean dependent var -0.720911
Adjusted R-squared 0.254755 S.D. dependent var 1.889180
S.E. of regression 1.630883 Akaike info criterion 3.974906
Sum squared resid 74.47384 Schwarz criterion 4.244263
Log likelihood -61.57339 Hannan-Quinn criter. 4.066764
F-statistic 3.256147 Durbin-Watson stat 2.425392
Prob(F-statistic) 0.019262
88
b. Fixed Effect Model
Langkah kedua yakni dengan meregresikan data panel menggunakan
fixed effect model.
Tabel 4.8
Hasil Regresi Data Panel Fixed Effect Model
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
c. Uji Chow
Uji Chow adalah alat ukur untuk menguji test for equality of
coefficients atau uji kesamaan koefiesien test yang ditemukan oleh
Grerory Chow (Ghozali, 2013). Uji Chow merupakan uji dalam
membandingkan common effect model dengan fixed effect model.
Dalam penentuan model ini didapatkan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Common Effect Model
Ha : Fixed Effect Model
Dependent Variable: LOGPL?
Method: Pooled Least Squares
Date: 08/03/18 Time: 01:59
Sample: 1 7
Included observations: 7
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 34 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2.634262 5.317415 -0.495403 0.6255
NPF? 0.908228 0.390297 2.327016 0.0300
FDR? 0.014204 0.044216 0.321250 0.7512
GCG? -0.629221 0.939155 -0.669987 0.5102
ROA? 1.376401 0.484413 2.841382 0.0098
CAR? -0.126240 0.076656 -1.646832 0.1145
Fixed Effects (Cross)
BCAS—C 2.830212
BMS—C -0.989167
BNIS—C -0.710106
BPS—C 2.600265
BRIS—C -0.082643
BSB—C -1.610653
BSM—C -1.709404
BVS—C -1.330047
R-squared 0.516369 Mean dependent var -0.720911
Adjusted R-squared 0.240009 S.D. dependent var 1.889180
S.E. of regression 1.646939 Akaike info criterion 4.118582
Sum squared resid 56.96059 Schwarz criterion 4.702191
Log likelihood -57.01590 Hannan-Quinn criter. 4.317609
F-statistic 1.868462 Durbin-Watson stat 2.420416
Prob(F-statistic) 0.101220
89
Jika probabilitas < 0.05, maka H0 ditolak sehingga model yang
digunakan adalah fixed effect, begitu pula sebaliknya jika nilai
probabilitas > 0.05, maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga model
yang digunakan adalah common effect.
Tabel 4.9
Hasil Uji Chow
Sumber:Output EViews (data diolah), 2018
Dapat dilihat berdasarkan hasil uji Chow diatas bahwa nilai
probabilitas Cross-section Chi-square > nilai signifikansi ( 0.2445 >
0.05), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dapat diambil kesimpulan
bahwa model yang dipilih berdasarkan Uji Chow adalah Common
Effect Model.
d. Random Effect Model
Langkah selanjutnya adalah meregresikan model ke dalam
random effect model untuk dapat melakukan uji hausman dalam
membandingkan antara fixed effect model atau random effect model
dalam menentikan model mana yang terbaik digunakan dalam
regresi data panel.
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: BANK
Test cross-section fixed effects
Effects Test Statistic d.f. Prob.
Cross-section F 0.922387 (7,21) 0.5091
Cross-section Chi-square 9.114999 7 0.2445
90
Tabel 4.10
Hasil Regresi Data Panel Random Effect Model
Dependent Variable: LOGPL?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 08/03/18 Time: 02:01
Sample: 1 7
Included observations: 7
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 34
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -6.883510 3.988568 -1.725810 0.0954
NPF? 0.505379 0.211024 2.394893 0.0236
FDR? 0.053891 0.033845 1.592262 0.1226
GCG? -0.737087 0.844544 -0.872763 0.3902
ROA? 0.913692 0.246499 3.706680 0.0009
CAR? 0.000929 0.040942 0.022697 0.9821
Random Effects (Cross)
BCAS—C 0.000000
BMS—C 0.000000
BNIS—C 0.000000
BPS—C 0.000000
BRIS—C 0.000000
BSB—C 0.000000
BSM—C 0.000000
BVS—C 0.000000 Weighted Statistics R-squared 0.367671 Mean dependent var -0.720911
Adjusted R-squared 0.254755 S.D. dependent var 1.889180
S.E. of regression 1.630883 Sum squared resid 74.47384
F-statistic 3.256147 Durbin-Watson stat 2.425392
Prob(F-statistic) 0.019262
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
e. Uji Hausman
Uji hausman bertujuan untuk melihat apakah terdapat efek random
di dalam panel data (Ghozali, 2013). Uji hausman merupakan uji
dalam membandingkan antara fixed effect model dengan random
effect model dimana akan ditentukan model mana yang baik
digunakan dalam regresi dara panel. Dalam penentuan model ini
didapatkan hipotesis sebagai berikut:
H0 : Random Effect Model
Ha : Fixed Effect Model
Jika nilai probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima
sehingga model regresi yang digunakan adalah fixed effect,
91
sebaliknya jika nilai probabilitas > 0.05 maka H0 diterima dan Ha
ditolak sehingga model regresi yang digunakan adalah random
effect.
Tabel 4.11
Uji Hausman
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
Dapat dilihat berdasarkan hasil uji hausman di atas diperoleh
nilai probabilitas Cross-section random > nilai signifansi (0.4291 >
0.05), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Dapat diambil kesimpulan
bahwa model yang dipilih berdasarkan uji hausman adalah Random
Effect Model.
5. Pengujian Hipotesis dengan Analisis Regresi Data Panel
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis
regresi berganda (Multiple Regression Analysis). Sebagaimana yang
sudah dilakukan dalam penentuan model regresi sebelumnya yaitu
dengan menggunakan Random Effect Model.
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk melihat seberapa jauh
pengaruh satu variabel independen secara individual dalam
menerangkan variasi variabel dependen (Ghozali, 2013).
Jika probabilitas < 0.05 maka H0 ditolak dan Ha diterima
sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, jika
probabilitas > 0.05 maka H0 diterima dan Ha ditolak sehingga dapat
disimpulkan bahwa variabel independen berpengaruh tidak
signifikan terhadap variabel independen.
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: BANK
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 4.892486 5 0.4291
92
Tabel 4.12
Hasil Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Variable Coefficient Std.
Error t-Statistic Prob.
C -6.883510 3.988568 -1.725810 0.0954
NPF? 0.505379 0.211024 2.394893 0.0236
FDR? 0.053891 0.033845 1.592262 0.1226
GCG? -0.737087 0.844544 -0.872763 0.3902
ROA? 0.913692 0.246499 3.706680 0.0009
CAR? 0.000929 0.040942 0.022697 0.9821
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
Berikut penjelasan tabel 4.12 Hasil Uji Statistik t sebagai berikut:
1) Pengaruh Non Performing Financing (NPF) terhadap
Pertumbuhan Laba Berdasarkan hasil pengujian data panel
diatas diperoleh nilai probabilitas NPF < nilai signifikansi
(0.0236 < 0.05), maka H0 ditolak dan Ha diterima. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa NPF memiliki pengaruh terhadap
pertumbuhan laba.
2) Pengaruh Finance to Deposit Ratio (FDR) terhadap
Pertumbuhan Laba Berdasarkan hasil pengujian data panel
diatas diperoleh nilai probabilitas FDR > nilai signifikansi
(0.1226 > 0.05), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa FDR tidak memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan laba.
3) Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap
Pertumbuhan Laba Berdasarkan hasil pengujian data panel
diatas diperoleh nilai probabilitas GCG > nilai signifikansi
(0.3902 > 0.05), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa GCG tidak memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan laba.
93
4) Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap Pertumbuhan Laba
Berdasarkan hasil pengujian data panel diatas diperoleh nilai
probabilitas ROA < nilai signifikansi (0.0009 < 0.05), maka H0
ditolak dan Ha diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
ROA memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
5) Pengaruh Capital Adequacy (CAR) Ratio terhadap
Pertumbuhan Laba Berdasarkan hasil pengujian data panel
diatas diperoleh nilai probabilitas CAR > nilai signifikansi
(0.9821 > 0.05), maka H0 diterima dan Ha ditolak. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa CAR tidak memiliki pengaruh
terhadap pertumbuhan laba.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian secara simultan atau uji F bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel independen secara bersama-sama
terhadap variabel dependen. Maka dalam penelitian ini uji F
digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel NPF, FDR, GCG,
ROA, dan CAR secara simultan pertumbuhan laba.
Jika probabilitas < nilai signifikansi, maka H0 ditolak dan Ha
diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel independen
berpengaruh signifikan secara simultan terhadap variabel dependen.
Sebaliknya, jika nilai probabilitas > 0.05, maka H0 diterima dan Ha
ditolak sehingga dapat disimpulkan bahwa variabel NPF, FDR,
GCG, ROA dan CAR secara simultan berpengaruh terhadap variable
pertumbuhan laba.
Tabel 4.13
Uji Signifikansi Simultan (F-Statistik)
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
Berdasarkan tabel 4.14 hasil uji F-statistik, diperoleh nilai
probabilitas sebesar. Karena nilai probabiltas 0.019262 < 0.05, maka
R-squared 0.367671 Mean dependent var -0.720911
Adjusted R-squared 0.254755 S.D. dependent var 1.889180
S.E. of regression 1.630883 Sum squared resid 74.47384
F-statistic 3.256147 Durbin-Watson stat 2.425392
Prob(F-statistic) 0.019262
94
dapat disimpulkan bahwa variabel NPF, FDR, GCG, ROA, dan CAR
secara bersama-sama memiliki pengaruh secara signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
c. Uji Koefisien Determinasi (Uji R2)
Koefisien determinasi digunakan untuk mengetahui seberapa besar
kemampuan model dalam penelitian menerangkan variabel
dependen. Dalam penelitian ini koefisien determinasi (R2) yang
digunakan adalah nilai Adjusted R2 pada saat mengevaluasi model
regresi terbaik karena menggunkan lebih dari satu variabel
independen.
Tabel 4.14
Koefisien Determinasi (R2)
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
Berdasarkan hasil regresi tabel 4.15., nilai Adjusted R-
squared sebesar 25.48% hal ini menunjukkan bahwa variabel
pertumbuhan laba (PL) dapat dijelaskan oleh variabel independen
(NPF, FDR, GCG. ROA, dan CAR) sebesar 25,48% dan sisanya
(100%-25.48% = 74.52%) 74.52% dijelaskan oleh variabel diluar
model regresi penelitian.
R-squared 0.367671 Mean dependent var -0.720911
Adjusted R-squared 0.254755 S.D. dependent var 1.889180
S.E. of regression 1.630883 Sum squared resid 74.47384
F-statistic 3.256147 Durbin-Watson stat 2.425392
Prob(F-statistic) 0.019262
95
6. Persamaan Regresi Data Panel
Tabel 4.15
Model Regresi Random Effect
Variable Coefficient Std.
Error t-Statistic Prob.
C -6.883510 3.988568 -1.725810 0.0954
NPF? 0.505379 0.211024 2.394893 0.0236
FDR? 0.053891 0.033845 1.592262 0.1226
GCG? -0.737087 0.844544 -0.872763 0.3902
ROA? 0.913692 0.246499 3.706680 0.0009
CAR? 0.000929 0.040942 0.022697 0.9821
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
Berdasarkan tabel 4.16, maka diperoleh persamaan model regresi
sebagai berikut:
PLit = -6.883510 + 0.505379 NPFit + 0.053891 FDRit – 0.737087 GCGit
+ 0.913692 ROAit + 0.000929 CARit + eit
Dari persamaan regresi di atas dapat dijelaskan bahwa:
a) Kostanta sebesar -6.883510 menunjukkan bahwa jika variabel
independen (NPF, FDR, GCG, ROA, dan CAR) pada observasi ke
i dan periode t adalah konstan, maka nilai Pertumbuhan Laba
adalah -6.883510.
b) Jika NPF pada obeservasi i dan periode t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka
meningkat nilai Pertumbuhan Laba pada observasi i dan periode ke
t sebesar 0.505379.
c) Jika FDR pada obeservasi i dan periode t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka
meningkat nilai Pertumbuhan Laba pada observasi i dan periode ke
t sebesar 0.053891.
96
d) Jika GCG pada obeservasi i dan periode t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka
meningkat nilai Pertumbuhan Laba pada observasi i dan periode ke
t sebesar -0.737087.
e) Jika ROA pada obeservasi i dan periode t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka
meningkat nilai Pertumbuhan Laba pada observasi i dan periode ke
t sebesar 0.913692.
f) Jika CAR pada obeservasi i dan periode t naik sebesar 1%,
sedangkan variabel independen lainnya dianggap tetap. Maka
meningkat nilai Pertumbuhan Laba pada observasi i dan periode ke
t sebesar 0.000929.
7. Persamaan Model Regresi Tiap Bank
Tabel 4. 16
Model Regresi Tiap Bank
Sumber: Output EViews (data diolah), 2018
Didapat persamaan regresi tiap bank berdasarkan random effect model,
sebaagai berikut:
a. Persamaan model regresi BCA Syariah
Pertumbuhan Laba BCA Syariahit = 0.0000000 + 0.505379 NPFit +
0.053891 FDRit – 0.737087 GCGit + 0.913692 ROAit + 0.000929
CARit + eit
Apabila variabel independen pada observasi ke i dan pada periode ke
t adalah tetap maka pertumbuhan pada BCA Syariah sebesar 0.
Random Effects (Cross)
BCAS—C 0.0000000
BMS—C 0.0000000
BNIS—C 0.0000000
BPS—C 0.0000000
BRIS—C 0.0000000
BSB—C 0.0000000
BSM—C 0.0000000
BVS—C 0.0000000
97
b. Persamaan model regresi Bank Mega Syariah
Pertumbuhan Laba Bank Mega Syariahit = 0.0000000 + 0.505379
NPFit + 0.053891 FDRit – 0.737087 GCGit + 0.913692 ROAit +
0.000929 CARit + eit
Apabila variabel independen pada observasi ke i dan pada periode ke
t adalah tetap maka pertumbuhan pada Bank Mega Syariah Indonesia
sebesar 0.
c. Persamaan model regresi BNI Syariah
Pertumbuhan Laba BNI Syariahit = 0.0000000 + 0.505379 NPFit +
0.053891 FDRit – 0.737087 GCGit + 0.913692 ROAit + 0.000929
CARit + eit
Apabila variabel independen pada observasi ke i dan pada periode ke
t adalah tetap maka pertumbuhan pada BNI Syariah sebesar 0.
d. Persamaan model regresi Bank Panin Dubai Syariah
Pertumbuhan Laba BPS Syariahit = 0.0000000 + 0.505379 NPFit +
0.053891 FDRit – 0.737087 GCGit + 0.913692 ROAit + 0.000929
CARit + eit
Apabila variabel independen pada observasi ke i dan pada periode ke
t adalah tetap maka pertumbuhan pada BPS Syariah sebesar 0.
e. Persamaan model regresi BRISyariah
Pertumbuhan Laba BRISyariahit = 0.0000000 + 0.505379 NPFit +
0.053891 FDRit – 0.737087 GCGit + 0.913692 ROAit + 0.000929
CARit + eit
Apabila variabel independen pada observasi ke i dan pada periode ke
t adalah tetap maka pertumbuhan pada BRISyariah sebesar 0.
f. Persamaan model regresi Bank Syariah Mandiri
Pertumbuhan Laba Bank Syariah Mandiriit = 0.0000000 + 0.505379
NPFit + 0.053891 FDRit – 0.737087 GCGit + 0.913692 ROAit +
0.000929 CARit + eit
98
Apabila variabel independen pada observasi ke i dan pada periode ke
t adalah tetap maka pertumbuhan pada Bank Syariah Mandiri sebesar
0.
g. Persamaan model regresi Bank Victoria Syariah
Pertumbuhan Laba Bank Victoria Syariahit = 0.0000000 + 0.505379
NPFit + 0.053891 FDRit – 0.737087 GCGit + 0.913692 ROAit +
0.000929 CARit + eit
Apabila variabel independen pada observasi ke i dan pada periode ke
t adalah tetap maka pertumbuhan pada Bank Victoria Syariah sebesar
0.
8. Interpretasi Hasil Penelitian
Table 4.17
Tabel Interpretasi Penelitian
Variable
Independen Prob. Signifikansi
Keterangan
Net performing
Financing 0.0236 0.05
Berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba
Financing to
Deposit Ratio 0.1226 0.05
Tidak berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba
Good
Corporate
Governance
0.3902 0.05
Tidak berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba
Return On
Assets 0.0009 0.05
Berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba
Capital
Adequacy Ratio 0.9821 0.05
Tidak berpengaruh
terhadap
pertumbuhan laba
Sumber: data diolah, 2018
99
a) Pengaruh Non Performing Finance (NPF) terhadap Pertumbuhan
Laba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel NPF memiliki
pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sehingga penelitian ini
menerima hipotesis pertama (H1) yang menyatakan bahwa NPF
memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal
yang tersebut dibuktikan dengan hasil uji hipotesis 0.0236 < 0.05
yaitu nilai probabilitas yang lebih kecil dari nilai signifikansi 5%.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lubis
(2013) dan Fathoni, dkk (2012) yang menyatakan bahwa NPL/NPF
memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Non Performing Finance merupakan kredit atau pembiayaan
bermasalah dari nasabah kepada bank dengan kategori kredit
kurang lancar, kredit diragukan, dan kredit macet. Rasio ini
digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menyanggah
risiko kegagalan kredit oleh debitur. Dengan demikian semakin
kecil NPF maka semakin kecil pula resiko yang ditanggung pihak
bank. Sebaliknya semakin besar NPF maka semakin besar resiko
kegagalan kredit yang disalurkan yang berpotensi menurunkan
laba. Dengan kata lain, semakin besar NPF suatu bank,
mengakibatkan semakin rendah perolelahan laba (Aini, 2013).
Berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 13/24/DPNP
tahun 2011 nilai NPL/NPF diatas 5% maka bank tersebut tidak
sehat, sehingga bank harus menjaga kredit bermasalah pada angka
5% tersebut.
b) Pengaruh Finance to Deposit Ratio (FDR) terhadap Pertumbuhan
Laba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel FDR tidak
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sehingga
penelitian ini menolak hipotesis dua (H2) yang menyatakan bahwa
FDR memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Hal yang tersebut dibuktikan dengan hasil uji hipotesis 0.1226 >
100
0.05 yaitu nilai probabilitas yang lebih besar dari nilai signifikansi
5%. Dan hal tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Setiawan dan Haryono (2016) dan Aini (2013) yang menyatakan
bahwa LDR/FDR memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Menurut Rahmania dan Wibowo (2015), semakin tinggi
FDR maka laba yang diperoleh oleh bank tersebut akan meningkat
(dengan asumsi bank tersebut mampu menyalurkan kreditnya
dengan efektif sehingga diharapkan jumlah kredit macetnya
rendah). Namun hasil penelitian ini menujukkan bahwa FDR
memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba
yang berarti bank tidak mampu menyalurkan kreditnya dengan
efektif sehingga kredit macetnya tinggi dan/atau dana pihak ketiga
yang berhasil dihimpun oleh bank tidak sepenuhnya disaluran
kembali dalam bentuk kredit sehingga bank memiliki dana diam
(idle fund) yang berdampak pada tidak adanya pertumbuhan laba,
Setiawan dan Hanryono (2016).
c) Pengaruh Good Corporate Governance (GCG) terhadap
Pertumbuhan Laba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel GCG tidak
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sehingga
penelitian ini menolak (H3) yang menyatakan bahwa GCG
memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal
yang tersebut dibuktikan dengan hasil uji hipotesis 0.3902 > 0.05
yaitu nilai probabilitas yang lebih besar dari nilai signifikansi 5%.
Dan sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani dan
Habibie (2017) yang menyatakan bahwa GCG memiliki pengaruh
tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba.
Good Corporate Governance (GCG) merupakan suatu
sistem yang mampu mengontrol dan mengarahkan perusahaan
secara keseluruhan yang ditetapkan baik secara internal maupun
eksternal atas manajemen sebuah entitas bisnis dengan tujuan
101
melindungi kepentingan semua stakeholder. Jika GCG tidak dapat
dijalankan dengan baik, dapat dikatakan bahwa pengelolaan
manajemen perusahaan tidak berjalan dengan semestinya. Hal
tersebut tentunya akan mempengaruhi penilaian kesehatan bank
tersebut (Saharuddin, 2015:67).
Dalam hasil penelitian ini menujukkan bahwa GCG tidak
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba yang berarti setiap
perubahan yang terjadi pada GCG tidak diikuti oleh pertumbuhan
laba secara signifikan. Hal ini mungkin karena penilaian GCG
merupakan penilaian non finacial dan kualitatif sehingga belum
mampu dijadikan tolak ukur investor dan nasabah. Meskipun
perusahaan di Indonesia sudah menerapkan kebijakan GCG, nilai
yang tinggi dalam peringkat tidak menjamin bahwa investor atau
nasabah akan merespon positif terhadap peristiwa tersebut. Hal ini
disebabkan karena respon pasar terhadap implementasi GCG tidak
bisa secara langsung, melainkan membutuhkan waktu, sehingga
pengaruh GCG tidak dapat diukur kesuksesannya jika hanya
mengandalkan satu periode akuntansi saja. (Hidayah dalam Sally
2015).
Meskipun tidak memiliki pengaruh namun bank syariah
harus tetap melakasanakan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance dalam mengarahkan perusahaan baik secara internal
maupun eksternal dengan tujuan melindungi kepentingan semua
stakeholder.
d) Pengaruh Return On Assets (ROA) terhadap Pertumbuhan Laba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel ROA
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sehingga
penelitian ini menerima hipotesis empat (H4) yang menyatakan
bahwa ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba Hal yang tersebut dibuktikan dengan hasil uji hipotesis 0.0009
< 0.05 yaitu nilai probabilitas yang lebih kecil dari nilai signifikansi
5%. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Suryani
102
dan Habibie (2017) dan Fathoni dkk (2012) yang menyatakan
bahwa ROA memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan
laba.
ROA digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen
bank dalam memperoleh keuntungan yang dihasilkan dari total aset
bank yang bersangkutan. Semakin besar ROA, semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut (Dendawijaya
dalam Fathoni, 2012).
Dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ROA memiliki
pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba artinya setiap
perubahan yang terjadi pada rasio ROA diikuti dengan
pertumbuhan laba secara signifikan. Maka dari itu, bank syariah
perlu memerhatikan perubahan ROA, karena semakin besar rasio
ROA maka semakin besar keuntungan yang didapat oleh bank
sehingga meningkatkan pertumbuhan laba.
e) Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR) terhadap Pertumbuhan
Laba
Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR tidak
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba. Sehingga
penelitian ini menolak (H5) yang menyatakan bahwa CAR
memiliki pengaruh signifikan terhadap pertumbuhan laba. Hal
yang tersebut dibuktikan dengan hasil uji hipotesis 0.9821 > 0.05
yaitu nilai probabilitas yang lebih besar dari nilai signifikansi 5%.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hadiwidjaya
(2016), Febriay dan Divianto (2017), Suryani dan Habibie (2017),
Lubis (2013) dan Setiawan dan Haryono (2016) yang menyatakan
bahwa CAR memiliki pengaruh tidak signifikan terhadap
pertumbuhan laba.
Capital Adequacy merupakan kecukupan modal,
menunjukkan kemampuan bank dalam mempertahankan modal
yang mencukupi dalam dan kemampuan manajemen bank dalam
mengidentifikasi, mengukur, mengawasi dan mengontrol resiko
103
yang timbul yang dapat berpengaruh terhadap besarnya modal bank
(Aini, 2013).
Nilai rasio CAR yang meningkat akan menghasilkan laba
yang mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh adanya
peningkatan jumlah pada modal sendiri sehingga modal sendiri
tersebut dapat digunakan untuk mengelola perusahaa yang tidak
langsung juga akan meningkatkan laba perusahaan perbankan
(Cahyono dalam Doloksaribu 2012). Sehingga semakin besar CAR
yang dimiliki oleh suatu bank maka kinerja bank tersebut akan
semakin baik, konsekuensinya akan meningkatkan pertumbuhan
laba yang dimiliki.
Namun dalam penelitian ini rasio CAR memiliki pengaruh
tidak signifikan terhadap pertumbuhan laba. Menurut Putri (2015),
hal tersebut karena bank lebih cenderung untuk menginvestasikan
dananya. Adanya peraturan Bank Indonesia yang menetapkan
standar untuk rasio CAR adalah sebesar 8%, maka meskipun CAR
turun tidak terlau berdampak pada perolehan keuntungan. Dengan
kata lain regulasi yang ketat terhadap CAR menjadikan bank hanya
terfokus pada nilai CAR yang mengakibatkan tidak terjadinya
pertumbuhan laba. Hal ini dapat dibuktikan dari hasil deskripsi
yaitu nilai rata-rata CAR per tahun yang bergerak fluktuatif
cenderung stabil sedangkan PL bergerak fluktuatif cenderung
menurun. Sehingga rasio CAR yang tinggi atau rendah tidak
memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba.
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan dari hasil penelitian dengan
melakukan pengujian hipotesis dengan menggunkan analisis regresi data
panel, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji regresi data panel secara parsial (uji t) diketahui
bahwa pengaruh antara masing-masing variabel independen NPF, FDR,
GCG, ROA dan CAR terhadap pertumbuhan laba adalah sebagai
berikut:
a. Variabel NPF memiliki nilai koefisien 0.0236 < 0.05, maka variabel
NPF memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba pada tingkat
signifikansi 5%. Hal tersebut berarti setiap perubahan yang terjadi
pada NPF diikuti oleh pertumbuhan laba secara signifikan.
b. Variabel FDR memiliki nilai koefisien 0.1226 > 0.05, maka variabel
FDR tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba pada
tingkat signifikansi 5%. Hal tersebut berarti setiap perubahan yang
terjadi pada FDR tidak diikuti oleh pertumbuhan laba secara
signifikan.
c. Varibel GCG memiliki nilai koefisien 0.3902 > 0.05, maka variabel
GCG tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba pada
tingkat signifikansi 5%. Hal tersebut berarti setiap perubahan yang
terjadi pada GCG tidak diikuti oleh pertumbuhan laba secara
signifikan.
d. Variabel ROA memiliki nilai koefisien 0.0009 < 0.05, maka variabel
ROA memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba pada tingkat
signifikansi 5%. Hal tersebut berarti setiap perubahan yang terjadi
pada ROA diikuti oleh pertumbuhan laba secara signifikan.
e. Variabel CAR memiliki nilai koefisien 0.9821 > 0.05, maka variabel
CAR tidak memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba pada
tingkat signifikansi 5%. Hal tersebut berarti setiap perubahan yang
105
terjadi pada CAR tidak diikuti oleh pertumbuhan laba secara
signifikan.
2. Berdasarkan hasil uji regresi data panel secara simultan (uji F) diketahui
bahwa nilai Probability (F-statistic) 0.019262 < 0.05, maka terdapat
pengaruh secara simultan atau bersama-sama antara variabel
independen (NPF, FDR, GCG, ROA dan CAR) terhadap pertumbuhan
laba bank umum syariah di Indonesia pada tingkat signifikansi 5%.
3. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel Return On Assets (X4)
memiliki pengaruh terbesar sehingga merupakam variabel yang
berpengaruh dominan terhadap pertumnuhan laba. Dengan demikian
hipotesis ketiga teruji secara statistik. Hal ini dikarenakan faktor
Earnings yang dikur melalui variabel Return On Asset, menurut IBI
(2016:146), ROA merupakan rasio dalam mengukur efisiensi dari
penggunaan aset dalam menghasilkan laba, ROA juga merupakan
komponen utama dalam menghasilkan laba.
B. Saran
1. Perlu adanya perbaikan dalam publikasi laporan keuangan dalam
konsistensi nominal angka dan penggunaan istilah rasio keuangan yang
sudah ditentukan oleh BI maupun OJK agar informasi yang didapat
jelas dan lengkap sesuai dengan peraturan yang berlaku.
2. Penelitian selanjutnya dapat menambah variabel-variabel independen
lain yang mungkin memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan laba pada
bank syariah karena independen model ini hanya dapat menjelaskan
sekitar 25,48% variasi variabel pertumbuhan laba pada bank umum
syariah.
3. Penelitian selanjutnya dapat menambah periode tahun dan memperluas
populasi dan sampel penelitian agar hasil yang diperoleh lebih akurat.
106
DAFTAR PUSTAKA
Aini, Nur. “Pengaruh CAR, NIM, LDR, NPL, BOPO dan Kualitas Aktiva Produktif
Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan
yang terdaftar di BEI Tahun 2009-2011)”, Dinamika Akutansi, Keuangan
dan Perbankan Vol.2 No.2,2013.
Cahyono, A.Kartika, “Pengaruh Rasio CAR, NPL, NIM, dan GWM terhadap
Pertumbuhan Laba Bank go public 2005-2007”. Jurnal Universitas Kristen
Satyawacana. 2008
Doloksaribu, Tio Arriela. “Pengaruh Rasio Indokator Tingkat Kesehatan Bank
Terhadap Pertumbuhan Laba Perusahaan Perbankan GO PUBLIC (Studi
Empiris pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI Periode Tahun
2009-2011)”. Jurnal Ilmiah Mahasiswa FEB Universutas Brawijaya Vol.1
No.2. 2012
Fahmi, I. “Analisis Laporan Keuangan”. Lampulo: Alfabeta. 2011
Fathoni, Muhammad Isnaini,dkk. “Pengarih Tingkat Kesehatan Bank Tethadap
Pertumbuhan Laba pada Perusahaan Sektor Perbankan”, Jurnal Ekonomi
Manajemen Sumber Daya Vol.13 No.1, 2013.
Febrianty dan Divianto. “Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Pertumbuhan Laba
Perusahaan Perbankan”. Jurnal EKSIS Vol.12 No.2.2017
Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS 23”,
Semarang:Badan Penerbid Diponegoro. 2016.
Hadiwidjaya, Rini Dwiyani. “The Influence of the Bank’s Performance Ratio to
Profit Growth on Banking Companies in Indonesia”, Review of Integrative
Business & Economics Research Vol.5 No.1, 2016.
Harahap, Sofyan Syafri. “Analisis Kritis atas Laporan Keuangan”. Jakarta: Raja
Grafindo. 2009.
Ikatan Bankir Indonesia. “Manajemen Kesehatan Bank Berbasis Risiko”. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka, 2016.
Ikatan Bankir Indonesia. “Mengelola Bisnis Bank Syariah”. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka. 2014.
Ikatan Bankir Indonesa.”Mengelola Bisnis Pembiayaan Bank Syariah”. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka. 2015.
Kasmir, Dr. “Analisis Laporan Keuangan ” Jakarta: Rajawali Pers. 2015.
Kasmir, Dr. “Dasar-DasarPerbankan”. Jakarta: Rajawali Pers. 2015.
Kasmir, Dr. “Manajemen Perbankan”. Jakarta: Rajawali Pers. 2014.
107
Latumaerissa, Julius R., “Bank dan Lembaga Keuangan Lain”.Jakarta: Salemba
Empat. 2011.
Lubis, Anisah. “Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank Terhadap Pertumbuhan Laba
pada BPR di Indonesia”, Jurnal Ekonomi Keuangan Vol.1 No.4, 2013.
Nurhayati, Sri dan Wasilah. “Akuntansi Syariah di Indonesia”. Jakarta: Salemba
Empat. 2015.
Putri, Chandar Chintya. “Pengaruh NPL, LDR, CAR Terhadap Profitabilitas Bank
Umum Swasta Nasional Devisa”. Jurnal Ilmu dan Riset Manajemen Vol. 4
No. 4. 2015
Rahmaniah, Melan dan Hendro Wibowo. “Amalisis Potensi Terjadinya Fiancial
Distress pada Bank Umum Syariah (BUS) di Indonesia”. Jurnal EMBA
Vol.1 No.3, 2015.
Riyadi, Selamet. “Banking Assets and Liabitiry Management”. Jakarta: Lembaga
Penerbit Fakultas Ekonomi Univertas Indonesia. 2006
Rustam, Bambang Rianto.”Manajemen Risiko Perbankan Syariah di Indonesia”.
Jakarta: Salemba Empat. 2013
Saharuddin, Desmadi.”Pembayaran Ganti Rugi pada Asuransi Syariah”. Jakarta:
Prenada Media Grup. 2015
Sally, Ireza. “Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap Hubungan
Profitabilitas dan Manajemen Laba dengan Nilai Perusahaan (Studi
Empiris pada Perusahaan Go Public yang Terdaftar di CGPI Tahun 2009-
2012)”. Jurnal Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang. 2015
Setiawan, Daniel Imanuel dan Hanryono. “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan
Bank, Tingkat Inflasi dan BI Rate Terhadap Pertumbuhan Laba (Studi pada
Bank Swasta Devisa yang Terdaftar pada Bursa Efek Indonesia Periode
2009-2014)”. Journal of Accounting and Business Studies Vol.1 No,2,
2013.
Siregar, Sofyan. “Metode Penelitian Kuantitatif: Dilengkapi Perbandingan
Perhitungan Manual & SPSS”, Jakarta: Kencana, 2015.
Sugiyono. “Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&B”. Bandung: Alfabet.
2012
Sudarsono, Heri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”. Jakarta: Predana Group.
2011
Suryani, Yani dan Azwansyah Habibie. “Analisisi Pengaruh Rasio-rasio Risk
Based Bank Rating Terhadap Pertumbuhan Laba Pada Perusahaan
Perbankan Yang Terdaftai di BEI”. Jurnal KITABAH Vol.1 No,1.2017
Umam, K.”Manajemen Perbankan Syariah”. Bandung: Pustaka Setia. 2013
108
Wardiah, Mia Lasmi. “Dasar-dasar Perbankan”. Bandung: Pustaka Setia. 2013.
Winarno, Wing Wahyu.”Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan
Eviews”.Yogyakarta:UPP STIM TKPN.2015
Yantiningsih, Noor Dwi, dkk. “Pengaruh Kualitas Penerapan Good Corporate
Governance (GCG) Terhadap kinerja Keuangan Pada perbankan Syariah
(Periode 2010-2014)”. Jurnal Magister Akutansi Pascasarjana Universitas
Syiah Kuala. 2016
Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 8/POJK.03/2014 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Diakses
pada Maret 2018
Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 10/SEOJK.03/ 2014 tentang Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah. Diakses
pada Maret 2018
www.bankmuamalat.co.id
www.bankvictoriasyariah.co.id
www.bcasyariah.co.id
www.bi.go.id
www.bnisyariah.co.id
www.brisyariah.co.id
www.megasyariah.co.id
www.ojk.go.id
www.syariahbukopin.co.id
www.syariahmandiri.co.id
109
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data Penelitian
Bank Tahun PL NPF FDR GCG ROA CAR
BSM 2011 0.3146 2.24 86.03 1.72 1.95 14.59
BSM 2012 0.4666 2.82 94.40 2.25 2.25 13.82
BSM 2013 -0.1942 4.31 89.37 1.85 1.52 14.10
BSM 2014 -1.0294 6.83 82.13 2.00 -0.03 14.12
BSM 2015 15.3846 6.06 81.99 2.00 0.56 12.85
BSM 2016 0.1631 4.92 79.19 1.00 0.59 14.01
BSM 2017 0.1195 4.53 77.66 1.35 0.59 15.89
BMS 2011 -0.1458 3.03 83.08 1.83 1.58 12.03
BMS 2012 2.4241 2.67 88.88 1.60 3.81 13.51
BMS 2013 -0.1905 2.90 93.37 1.87 2.33 12.99
BMS 2014 -0.8935 3.89 93.61 2.00 0.24 19.26
BMS 2015 -0.2136 4.26 98.49 1.54 0.30 18.74
BMS 2016 7.803 3.30 95.24 1.64 2.63 23.53
BMS 2017 -0.3451 2.95 91.05 1.73 1.56 22.19
BSB 2011 0.0069 1.74 83.66 1.60 0.52 15.29
BSB 2012 0.6212 4.57 92.29 1.50 0.55 12.78
BSB 2013 0.1187 4.27 100.29 1.50 0.69 11.10
BSB 2014 -0.5393 4.07 92.89 2.00 0.27 14.80
BSB 2015 2.2398 2.99 90.56 1.50 0.79 16.31
BSB 2016 -2.7148 7.63 88.18 1.50 -1.12 15.15
BSB 2017 -1.0191 7.85 82.44 1.50 0.02 19.20
BNIS 2011 1.4298 3.62 78.60 1.63 1.29 20.67
BNIS 2012 0.5432 2.02 84.99 1.63 1.48 14.22
BNIS 2013 0.304 1.86 97.86 1.25 1.37 16.23
BNIS 2014 0.2256 1.86 92.60 1.30 1.27 16.26
BNIS 2015 0.3981 2.53 91.94 2.00 1.43 15.48
BNIS 2016 0.2126 2.94 84.57 2.00 1.44 14.92
BNIS 2017 0.0953 2.89 80.21 2.00 1.31 20.14
BRIS 2011 0.064 2.77 90.95 1.55 0.20 14.74
BRIS 2012 7.7427 3.00 100.96 1.38 0.19 11.35
BRIS 2013 0.7961 4.06 102.70 1.35 1.15 14.49
BRIS 2014 -0.9159 4.06 93.90 1.74 0.08 12.89
BRIS 2015 10.1256 4.86 84.16 1.61 0.77 13.94
BRIS 2016 0.3589 4.16 81.47 1.60 0.95 20.63
BRIS 2017 -0.3312 3.87 71.87 1.57 0.51 20.29
BVS 2011 7.8988 2.43 46.08 1.69 6.93 45.20
110
BVS 2012 -0.6123 3.19 73.78 2.07 1.43 28.08
BVS 2013 -0.5259 3.17 84.65 1.66 0.50 18.40
BVS 2014 -6.083 7.10 95.19 1.93 -1.87 15.27
BVS 2015 0.2769 9.80 95.29 3.00 -2.36 16.14
BVS 2016 -0.1282 7.21 100.69 1.97 -2.19 15.98
BVS 2017 -1.2187 4.59 83.59 1.62 0.36 19.29
BCAS 2011 0.0045 1.20 78.80 1.91 0.90 45.90
BCAS 2012 0.2222 0.10 79.90 1.88 0.80 31.50
BCAS 2013 0.5273 0.10 83.50 1.55 1.00 22.40
BCAS 2014 0.0417 0.10 91.20 1.00 0.80 29.60
BCAS 2015 0.8229 0.70 91.20 1.00 1.00 34.30
BCAS 2016 0.5423 0.50 90.10 1.00 1.10 36.70
BCAS 2017 0.2642 0.30 88.50 1.00 1.20 29.40
BPS 2011 -2.7301 0.88 162.97 1.95 1.75 61.98
BPS 2012 2.99452 0.20 105.66 1.35 3.48 32.20
BPS 2013 -0.4117 1.02 90.40 1.35 1.03 20.83
BPS 2014 2.28266 0.53 94.04 1.40 1.99 25.69
BPS 2015 -0.2127 2.63 96.43 2.00 1.12 20.30
BPS 2016 -0.6318 2.26 91.99 2.00 0.37 18.17
BPS 2017 -36.127 12.52 86.95 3.00 -10.77 11.51 Sumber: website tiap bank (data diolah), 2018
111
Data Setelah PL ditransformasi menjadi LOGPL
Bank Tahun LOGPL NPF FDR GCG ROA CAR
BSM 2011 -0.5022 2.24 86.03 1.72 1.95 14.59
BSM 2012 -0.3311 2.82 94.40 2.25 2.25 13.82
BSM 2013 4.31 89.37 1.85 1.52 14.10
BSM 2014 6.83 82.13 2.00 -0.03 14.12
BSM 2015 1.18709 6.06 81.99 2.00 0.56 12.85
BSM 2016 -0.7875 4.92 79.19 1.00 0.59 14.01
BSM 2017 -0.9226 4.53 77.66 1.35 0.59 15.89
BMS 2011 3.03 83.08 1.83 1.58 12.03
BMS 2012 0.38455 2.67 88.88 1.60 3.81 13.51
BMS 2013 2.90 93.37 1.87 2.33 12.99
BMS 2014 3.89 93.61 2.00 0.24 19.26
BMS 2015 4.26 98.49 1.54 0.30 18.74
BMS 2016 0.89226 3.30 95.24 1.64 2.63 23.53
BMS 2017 2.95 91.05 1.73 1.56 22.19
BSB 2011 -2.1612 1.74 83.66 1.60 0.52 15.29
BSB 2012 -0.2068 4.57 92.29 1.50 0.55 12.78
BSB 2013 -0.9255 4.27 100.29 1.50 0.69 11.10
BSB 2014 4.07 92.89 2.00 0.27 14.80
BSB 2015 0.35021 2.99 90.56 1.50 0.79 16.31
BSB 2016 7.63 88.18 1.50 -1.12 15.15
BSB 2017 7.85 82.44 1.50 0.02 19.20
BNIS 2011 0.15528 3.62 78.60 1.63 1.29 20.67
BNIS 2012 -0.265 2.02 84.99 1.63 1.48 14.22
BNIS 2013 -0.5171 1.86 97.86 1.25 1.37 16.23
BNIS 2014 -0.6467 1.86 92.60 1.30 1.27 16.26
BNIS 2015 -0.4 2.53 91.94 2.00 1.43 15.48
BNIS 2016 -0.6724 2.94 84.57 2.00 1.44 14.92
BNIS 2017 -1.0209 2.89 80.21 2.00 1.31 20.14
BRIS 2011 -1.1938 2.77 90.95 1.55 0.20 14.74
BRIS 2012 0.88889 3.00 100.96 1.38 0.19 11.35
BRIS 2013 -0.099 4.06 102.70 1.35 1.15 14.49
BRIS 2014 #NUM! 4.06 93.90 1.74 0.08 12.89
BRIS 2015 1.00542 4.86 84.16 1.61 0.77 13.94
BRIS 2016 -0.445 4.16 81.47 1.60 0.95 20.63
BRIS 2017 3.87 71.87 1.57 0.51 20.29
BVS 2011 0.89756 2.43 46.08 1.69 6.93 45.20
BVS 2012 3.19 73.78 2.07 1.43 28.08
BVS 2013 3.17 84.65 1.66 0.50 18.40
112
BVS 2014 7.10 95.19 1.93 -1.87 15.27
BVS 2015 -0.5577 9.80 95.29 3.00 -2.36 16.14
BVS 2016 7.21 100.69 1.97 -2.19 15.98
BVS 2017 4.59 83.59 1.62 0.36 19.29
BCAS 2011 -2.3468 1.20 78.80 1.91 0.90 45.90
BCAS 2012 -0.6533 0.10 79.90 1.88 0.80 31.50
BCAS 2013 -0.2779 0.10 83.50 1.55 1.00 22.40
BCAS 2014 -1.3799 0.10 91.20 1.00 0.80 29.60
BCAS 2015 -0.0847 0.70 91.20 1.00 1.00 34.30
BCAS 2016 -0.2658 0.50 90.10 1.00 1.10 36.70
BCAS 2017 -0.5781 0.30 88.50 1.00 1.20 29.40
BPS 2011 0.88 162.97 1.95 1.75 61.98
BPS 2012 0.47633 0.20 105.66 1.35 3.48 32.20
BPS 2013 1.02 90.40 1.35 1.03 20.83
BPS 2014 0.35844 0.53 94.04 1.40 1.99 25.69
BPS 2015 2.63 96.43 2.00 1.12 20.30
BPS 2016 2.26 91.99 2.00 0.37 18.17
BPS 2017 12.52 86.95 3.00 -10.77 11.51 Sumber: website tiap bank (data diolah), 2018
113
Lampiran 2 : Statistik Deskriptif
Date: 08/03/18 Time: 02:10
Sample: 1 56 PL NPF FDR GCG ROA Mean 0.189686 3.443839 89.50875 1.685804 0.778750
Median 0.119100 2.995000 90.25000 1.625000 0.925000
Maximum 15.38460 12.52000 162.9700 3.000000 6.930000
Minimum -36.12681 0.100000 46.08000 1.000000 -10.77000
Std. Dev. 5.901154 2.458464 13.64777 0.399916 2.080798
Skewness -3.779278 1.261335 2.226208 0.901240 -2.695854
Kurtosis 27.69944 5.371219 17.66059 5.381727 19.38075
Jarque-Bera 1556.786 27.96861 547.7662 20.81696 693.9320
Probability 0.000000 0.000001 0.000000 0.000030 0.000000
Sum 10.62239 192.8550 5012.490 94.40500 43.61000
Sum Sq. Dev. 1915.299 332.4226 10244.38 8.796289 238.1346
Observations 56 56 56 56 56
114
Lampiran 3 : Uji Stasioner
Null Hypothesis: D(PL,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.753183 0.0000
Test critical values: 1% level -3.565430
5% level -2.919952
10% level -2.597905
Null Hypothesis: D(NPF,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.688495 0.0000
Test critical values: 1% level -3.560019
5% level -2.917650
10% level -2.596689
Null Hypothesis: D(FDR,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -8.118008 0.0000
Test critical values: 1% level -3.565430
5% level -2.919952
10% level -2.597905
Null Hypothesis: D(GCG,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 2 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -7.601129 0.0000
Test critical values: 1% level -3.565430
5% level -2.919952
10% level -2.597905
Null Hypothesis: D(ROA,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 0 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -11.68336 0.0000
Test critical values: 1% level -3.560019
5% level -2.917650
115
10% level -2.596689
Null Hypothesis: D(CAR,2) has a unit root
Exogenous: Constant
Lag Length: 5 (Automatic - based on SIC, maxlag=10) t-Statistic Prob.* Augmented Dickey-Fuller test statistic -9.790859 0.0000
Test critical values: 1% level -3.574446
5% level -2.923780
10% level -2.599925
Variabel
Tingkat Stasioneritas
Keterangan 2nd difference
t-statistic Test Critical Value
Probability 1% level 5% level 10% level
PL -7.753183 -3.565430 -2.919952 -2.597905 0.0000 Stasioner
NPF -8.6888495 -3.560019 -2.917650 -2.596689 0.0000 Stasioner
FDR -8.118008 -3.565430 -2.919952 -2.597905 0.0000 Stasioner
GCG -7.601129 -3.565430 -2.919952 -2.597905 0.0000 Stasioner
ROA -11.68336 -3.560019 -2.917650 -2.596689 0.0000 Stasioner
CAR -9.790859 -3.574446 -2.923780 -2.599925 0.0000 Stasioner
116
Lampiran 3 : Uji Asumsi Klasik
1. Normalitas
0
2
4
6
8
10
12
14
-10 -8 -6 -4 -2 0 2 4 6 8 10 12 14
Series: ResidualsSample 1 56Observations 56
Mean 3.49e-16Median -0.515047Maximum 14.61728Minimum -9.415556Std. Dev. 3.575807Skewness 1.398186Kurtosis 7.750235
Jarque-Bera 70.89699Probability 0.000000
0
1
2
3
4
5
6
7
8
-3 -2 -1 0 1 2 3
Series: ResidualsSample 1 53Observations 34
Mean 1.75e-15Median -0.210243Maximum 3.086351Minimum -2.830346Std. Dev. 1.502259Skewness 0.222100Kurtosis 2.544370
Jarque-Bera 0.573624Probability 0.750653
117
2. Heteroskedastisitas
-4
-2
0
2
4
-6
-4
-2
0
2
4
1 5 7
13
16
19
23
25
27
29
31
34
40
44
46
48
51
Residual Actual Fitted
Heteroskedasticity Test: White F-statistic 0.836575 Prob. F(5,28) 0.5350
Obs*R-squared 4.419052 Prob. Chi-Square(5) 0.4908
Scaled explained SS 2.314242 Prob. Chi-Square(5) 0.8042
3. Uji Auotokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test: F-statistic 1.248830 Prob. F(2,26) 0.3035
Obs*R-squared 2.979910 Prob. Chi-Square(2) 0.2254
4. Uji Multikolonieritas
NPF FDR GCG ROA CAR NPF 1.000000 -0.096876 0.561991 -0.699656 -0.480560
FDR -0.096876 1.000000 0.032153 -0.113391 0.218832
GCG 0.561991 0.032153 1.000000 -0.455005 -0.155470
ROA -0.699656 -0.113391 -0.455005 1.000000 0.330308
CAR -0.480560 0.218832 -0.155470 0.330308 1.000000
118
Lampiran 4 : Hasil Regresi Data Panel
1. Common Effect Model
Dependent Variable: LOGPL?
Method: Pooled Least Squares
Date: 08/03/18 Time: 08:44
Sample: 1 7
Included observations: 7
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 34 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -6.883510 3.949683 -1.742801 0.0923
NPF? 0.505379 0.208966 2.418471 0.0223
FDR? 0.053891 0.033515 1.607938 0.1191
GCG? -0.737087 0.836311 -0.881356 0.3856
ROA? 0.913692 0.244096 3.743173 0.0008
CAR? 0.000929 0.040543 0.022920 0.9819 R-squared 0.367671 Mean dependent var -0.720911
Adjusted R-squared 0.254755 S.D. dependent var 1.889180
S.E. of regression 1.630883 Akaike info criterion 3.974906
Sum squared resid 74.47384 Schwarz criterion 4.244263
Log likelihood -61.57339 Hannan-Quinn criter. 4.066764
F-statistic 3.256147 Durbin-Watson stat 2.425392
Prob(F-statistic) 0.019262
2. Fixed Effect Model
Dependent Variable: LOGPL?
Method: Pooled Least Squares
Date: 08/03/18 Time: 08:44
Sample: 1 7
Included observations: 7
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 34 Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2.634262 5.317415 -0.495403 0.6255
NPF? 0.908228 0.390297 2.327016 0.0300
FDR? 0.014204 0.044216 0.321250 0.7512
GCG? -0.629221 0.939155 -0.669987 0.5102
ROA? 1.376401 0.484413 2.841382 0.0098
CAR? -0.126240 0.076656 -1.646832 0.1145
Fixed Effects (Cross)
BCAS--C 2.830212
BMS--C -0.989167
BNIS--C -0.710106
BPS--C 2.600265
BRIS--C -0.082643
BSB--C -1.610653
BSM--C -1.709404
BVS--C -1.330047
119
Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) R-squared 0.516369 Mean dependent var -0.720911
Adjusted R-squared 0.240009 S.D. dependent var 1.889180
S.E. of regression 1.646939 Akaike info criterion 4.118582
Sum squared resid 56.96059 Schwarz criterion 4.702191
Log likelihood -57.01590 Hannan-Quinn criter. 4.317609
F-statistic 1.868462 Durbin-Watson stat 2.420416
Prob(F-statistic) 0.101220
3. Uji Chow
Redundant Fixed Effects Tests
Pool: BANK
Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic d.f. Prob. Cross-section F 0.922387 (7,21) 0.5093
Cross-section Chi-square 9.114999 7 0.2445
4. Random Effect Model
Dependent Variable: LOGPL?
Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects)
Date: 08/03/18 Time: 08:47
Sample: 1 7
Included observations: 7
Cross-sections included: 8
Total pool (unbalanced) observations: 34
Swamy and Arora estimator of component variances Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -6.883510 3.988568 -1.725810 0.0954
NPF? 0.505379 0.211024 2.394893 0.0236
FDR? 0.053891 0.033845 1.592262 0.1226
GCG? -0.737087 0.844544 -0.872763 0.3902
ROA? 0.913692 0.246499 3.706680 0.0009
CAR? 0.000929 0.040942 0.022697 0.9821
Random Effects (Cross)
BCAS--C 0.000000
BMS--C 0.000000
BNIS--C 0.000000
BPS--C 0.000000
BRIS--C 0.000000
BSB--C 0.000000
BSM--C 0.000000
BVS--C 0.000000 Weighted Statistics
120
R-squared 0.367671 Mean dependent var -0.720911
Adjusted R-squared 0.254755 S.D. dependent var 1.889180
S.E. of regression 1.630883 Sum squared resid 74.47384
F-statistic 3.256147 Durbin-Watson stat 2.425392
Prob(F-statistic) 0.019262
5. Uji Hausman
Correlated Random Effects - Hausman Test
Pool: BANK
Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq.
Statistic Chi-Sq. d.f. Prob.
Cross-section random 4.892486 5 0.4291