pengaruh remunerasi dan budaya organisasi...
TRANSCRIPT
i
PENGARUH REMUNERASI DAN BUDAYA ORGANISASI
TERHADAP KINERJA PEGAWAI PAJAK
SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP
PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK
(Studi Kasus Kantor Pelayanan Pajak Madya di Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
KIKI AFITA ANDRIYANI
NIM: 11140820000063
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018
ii
PENGARUH REMUNERASI DAN BUDAYA ORGANISASI
TERHADAP KINERJA PEGAWAI PAJAK
SERTA IMPLIKASINYA TERHADAP
PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK
(Studi Kasus Kantor Pelayanan Pajak Madya di Jakarta)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Kiki Afita Andriyani
NIM: 11140820000063
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing
Fitri Damayanti, SE., M.Si.
NIP. 19810731 200604 2 003
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1439 H/2018 M
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Kamis, 26 Juni 2018 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas mahasiswa:
1. Nama : Kiki Afita Andriyani
2. NIM : 1114082000063
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Remunerasi dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Pegawai Pajak serta Implikasinya Terhadap
Peningkatan Penerimaan Pajak (Studi Kasus Kantor
Pelayanan Pajak Madya di Jakarta)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan
ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 26 Juni 2018
1. Hepi Prayudiawan., SE., MM., Ak., CA
NIP.19720516 200901 1 006 Penguji I
2. Zuwesty Eka Putri SE, M.Ak
NIP. 19800416 200901 2 006 Penguji II
iv
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Selasa, 28 Agustus 2018 telah dilakukan Ujian Skripsi atas mahasiswa:
1. Nama : Kiki Afita Andriyani
2. NIM : 1114082000063
3. Jurusan : Akuntansi
4. Judul Skripsi : Pengaruh Remunerasi dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Pegawai Pajak serta Implikasinya Terhadap
Peningkatan Penerimaan Pajak (Studi Kasus Kantor
Pelayanan Pajak Madya di Jakarta)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Skripsi maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut dinyatakan lulus dan skripsi ini diterima sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 28 Agustus 2018
1. Yessi Fitri, SE.,M.Si.,Ak.,CA ( )
NIP.19760924 200604 2 002 Ketua Penguji
2. Atiqah, SE.,M.S.Ak ( )
NIP. 19820120 200912 2 004 Penguji Ahli
3. Fitri Damayanti, SE. M.Si. ( )
NIP. 19810731 200604 2 003 Pembimbing
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Kiki Afita Andriyani
2. Tempat, Tanggal Lahir : Demak, 23 April 1996
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jalan Layar IVA No. 26 RT/RW 003/007
Kelurahan Kelapa Dua Kecamatan Kelapa
Dua Kabupaten Tangerang Banten 17810
5. Telepon : 0896-5379-8356
6. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK Pamekar Budi 1 Tahun 2000-2002
2. SDN Balerejo 1 Tahun 2002-2008
3. SMPN 2 Kelapa Dua Tahun 2008-2011
4. SMAN 22 Kabupaten Tangerang Tahun 2011-2014
5. S1 Ekonomi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2014-2018
III. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : (Alm) Ali Mahmudi
2. Ibu : Sumisih
3. Adik : Revalina Febby Febriyani dan Ezza Alvin Rizky Fitrian
4. Anak ke- : Pertama dari Tiga bersaudara
mailto:[email protected]
vi
THE EFFECT OF REMUNERATION AND ORGANIZATIONAL CULTURE
TO TAX EMPLOYEES PERFORMANCE AND IMPLICATIONS ON THE
INCREASED TAX REVENUE
ABSTRACT
The purpose of this research is to find the influence of the remuneration and
organizational culture to tax employees performance and the implications on the
increased tax revenue. This research was conducted on the employees who worked
in KPP of the DKI Jakarta Province.
This research was using samples of 100 respondents. The data analysis method
that used in this research was Partial Least Square (PLS) with the help of data
analysis tool SmartPLS 3.0.
The result of this research showed that remuneration and organizational culture
constructs simultaneously able to explain the constract of tax employees
performance of 30,7% and tax employees performance of remuneration and
organizational culture able to explain the increased tax revenue of 37,1%, the rest
69,3% explained by the other constructs that are not hypothesized in the model.
Keyword: Remuneration, Organizational Culture, Tax Employees Performance,
Increased Tax Revenue.
vii
PENGARUH REMUNERASI DAN BUDAYA ORGANISASI
TERHADAP KINERJA PEGAWAI PAJAK SERTA IMPLIKASINYA
TERHADAP PENINGKATAN PENERIMAAN PAJAK
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk menguji pengaruh remunerasi dan budaya
organisasi terhadap kinerja pegawai pajak serta implikasinya terhadap
peningkatan penerimaan pajak. Penelitian ini dilakukan pada pegawai yang
berkerja di Kantor Pelayanan Pajak wilayah DKI Jakarta.
Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 100 responden. Metode analisis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Partial Least Square (PLS) dengan
bantuan alat analisis data SmartPLS 3.0.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konstruk remunerasi dan budaya
organisasi secara simultan mampu menjelaskan konstruk kinerja pegawai sebesar
30,7% dan kinerja pegawai pajak dari konstruk remunerasi dan kinerja pegawai
mampu menjelaskan konstruk peningkatan penerimaan pajak sebesar 37,10%,
sisanya 69,3% diterangkan oleh konstruk lain yang tidak dihipotesiskan dalam
model.
Kata kunci: Remunerasi, Budaya Organisasi, Kinerja Pegawai Pajak,
Peningkatan Penerimaan Pajak.
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya
kepada penulis, sehingga dapat menyelasikan skripsi ini yang berjudul Pengaruh
Remunerasi dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai Pajak serta
Implikasinya Terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak. Shalawat serta
salam senantiasa selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW,
Sang Teladan yang telah membawa kita ke aman kebaikan.
Skripsi ini merupakan tugas akhir yang harus diselesaikan sebagai syarat, guna
meraih gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa banyak pihak yang telah membantu
dalam proses penyelesaian skripsi ini. Oleh karena itu, syukur Alhamdulillah
penulis hanturkan atas karunia Allah SWT skripsi ini dapat diselesaikan. Selain
itu, penulis juga ingin mengucapkan terimakasih kepada:
1. Almarhum Papa Ali Mahmudi yang selalu mengajarkan penulis tentang arti
perjuangan hidup.
2. Mama tercinta, mama Asih yang selalu dengan ikhlas memberikan dukungan
dengan penuh perhatian, kasih sayang, semangat dan doa yang tiada henti
kepada penulis.
3. Kedua adikku Febby dan Ezza yang selalu mendoakan dan menjadi
penyemangat penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Dr.Arief Mufraini, Lc., M.Si. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Yessi Fitri, SE., M.Si., Ak. selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Hepi Prayudiawan, SE., Ak., MM selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Ibu Fitri Damayanti, SE., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah
bersedia menyediakan waktunya yang sangat berharga untuk membimbing
penulis selama menyusun skripsi. Terima kasih atas segala masukan guna
ix
penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan
selama ini.
8. Seluruh Dosen dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu kepada penulis.
9. Seluruh staf pengajar dan karyawan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah memberikan bantuan kepada penulis.
10. Bagus Wahyu Dewantoro dan keluarganya yang selalu sabar memberikan
dukungan, perhatian dan semangat kepada penulis dalam proses penyusunan
skripsi ini.
11. Sahabat-sahabat penulis dikampus Ulfah Aulia Faradiba yang selalu
memberikan support, selalu setia menemani, berbagi suka duka, berbagi
cerita, berbagi ilmu dan perhatian terbaiknya kepada penulis.
12. Sahabat penulis di SMA, sahabat JKP2 terutama ita dan putri, serta sahabat
NKRIB yang senantiasa menghibur penulis.
13. Adik-adikku Febi, Fida, Intan, Teta, Dwi, Indah, dll yang tergabung dalam
grup cabe-cabean yang senantiasa memberi semangat kepada penlis.
14. Teman-teman KKN GEMAR 101 terutama ida yang telah menjadi bagian dari
proses terselesaikannya kewajiban pengabdian penulis.
15. Teman-teman Akuntansi angkatan 2014 terutama Akuntansi B.
16. Seluruh pegawai Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya yang ada di Jakarta
yang telah memberikan informasi dan bersedia menjadi responden.
17. Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena
itu, penulis mengaharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang
membangun dari berbagai pihak.
Jakarta, Juli 2018
(Kiki Afita Andriyani)
x
DAFTAR ISI
COVER
COVER DALAM ................................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................. iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ............................................ v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ vi
ABSTRACT .......................................................................................................... vii
ABSTRAK .......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL............................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xv
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1
B. Identifikasi Masalah ................................................................................. 10
C. Pembatasan Masalah ................................................................................ 10
D. Rumusan Masalah .................................................................................... 11
E. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 12
F. Manfaat Penelitian ................................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur .................................................................................... 14
xi
1. Pajak .................................................................................................. 14
2. Manajemen Sumber Daya Manusia .................................................. 19
3. Konsep Kinerja ................................................................................. 25
4. Remunerasi ....................................................................................... 37
5. Budaya Organisasi ............................................................................ 44
6. Peningkatan Penerimaan Pajak ......................................................... 49
B. Hasil Penelitian Terdahulu ....................................................................... 52
C. Pengembangan Hipotesis ......................................................................... 58
D. Kerangka Konseptual ............................................................................... 66
BAB III METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................................ 67
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................................... 67
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................................... 68
D. Metode Analisis Data ............................................................................... 68
1. Statistik Deskriptif ............................................................................ 70
2. Uji Model Pengukuran atau Outer Model ......................................... 70
a. Convergent Validity ................................................................... 71
b. Discriminant Validity ................................................................. 71
c. Reliability ................................................................................... 72
3. Uji Model Struktural atau Inner Model ............................................ 72
a. R-square ..................................................................................... 73
b. Q-Square .................................................................................... 73
c. Goodness of Fit .......................................................................... 74
d. Uji Hipotesis .............................................................................. 74
4. Uji Efek Intervening ......................................................................... 75
E. Operasionalisasi Variabel Penelitian ....................................................... 77
1. Remunerasi ....................................................................................... 77
2. Budaya Organisasi ............................................................................ 78
3. Kinerja Pegawai ................................................................................ 79
xii
4. Peningkatan Penerimaan Pajak ......................................................... 79
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................................ 83
1. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................... 83
2. Karakteristik dan Profil Responden .................................................. 84
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................................. 86
1. Hasil Uji Deskriptif ........................................................................... 86
2. Hasil Uji Outer Model atau Measurment Model .............................. 87
a. Hasil Convergent Validity .......................................................... 87
b. Hasil Discriminant Validity ....................................................... 89
c. Hasil Reliability ......................................................................... 92
3. Hasil Uji Inner Model atau Structural Model .................................. 93
a. Hasil R-square ........................................................................... 94
b. Hasil Q-square ........................................................................... 95
c. Hasil Goodness of Fit (GoF) ..................................................... 96
d. Hasil Uji Hipotesis ..................................................................... 97
4. Hasil Uji Intervening ........................................................................ 98
C. Pembahasan............................................................................................ 101
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................................ 107
B. Implikasi ................................................................................................ 109
C. Keterbatasan ........................................................................................... 109
D. Saran ...................................................................................................... 110
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 112
LAMPIRAN ........................................................................................................ 118
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Target dan Realisasi Penerimaan Pajak ................................................ 3
Tabel 2.1 Hasil-hasil Penelitian Terdahulu ......................................................... 53
Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian .......................................................... 81
Tabel 4.1 Data Sampel Penelitian ....................................................................... 83
Tabel 4.2 Data Distribusi Sempel Penelitian....................................................... 84
Tabel 4.3 Profil Responden ................................................................................. 84
Tabel 4.4 Hasil Uji Statistik Deskriptif ............................................................... 86
Tabel 4.5 Outer Loading ..................................................................................... 88
Tabel 4.6 Cross Loading ..................................................................................... 90
Tabel 4.7 Composite Reliability dan Cronbach Alpha ........................................ 92
Tabel 4.8 Nilai R-square ..................................................................................... 94
Tabel 4.9 Path Coefficients (Mean, STDEV,T-Value) ......................................... 98
Tabel 4.10 Hasil Pengujian Hipotesis ................................................................. 106
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran.......................................................................... 66
Gambar 3.1 Model Intervening ............................................................................. 76
Gambar 4.1 Model Struktural Hasil Bootstrapping.............................................. 94
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Permohonan Pengisian Kuesioner ......................................... 118
Lampiran 2 Surat Keterangan dari KPP ............................................................. 122
Lampiran 3 Kuesioner Penelitian ....................................................................... 126
Lampiran 4 Daftar Identitas dan Jawaban Responden ........................................ 134
Lampiran 5 Output Hasil Pengujian Data ........................................................... 146
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pajak merupakan sumber penerimaan terbesar bagi suatu negara termasuk
di Indonesia, sekitar 70% penerimaan negara berasal dari pajak. Pajak juga
digunakan untuk membiayai pengeluaran negara. Pajak memiliki peran yang
sangat penting bagi suatu negara karena tanpa pajak kehidupan negara tidak
dapat berjalan dengan baik. Penerimaan pajak merupakan penerimaan negara
yang paling potensial bagi negara karena besarnya pertumbuhan pajak
seiringan dengan laju pertumbuhan penduduk, perekonomian, dan stabilitas
politik. Usaha awal pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak adalah
dengan melakukan perubahan perundang-undangan di bidang perpajakan atau
biasa disebut dengan reformasi perpajakan.
Reformasi perpajakan di Indonesia pertama kali diluncurkan pada tahun
1983, dengan perombakan sistem perpajakan paling mendasar yaitu
digantikannya sistem official assessment menjadi self assessment, dalam
sistem baru ini wajib pajak diberikan kepercayaan untuk melaksanakan sendiri
pajak yang terutang, membayar sendiri pajak yang terutang, menghitung
sendiri pemenuhan kewajiban pajaknya (Suhendra, 2010). Reformasi
perpajakan memiliki beberapa aspek penting, yang diharapkan dapat
meningkatkan kinerja pelayanan perpajakan. Aspek yang pertama yaitu dalam
hal struktur organisasi. Aspek yang kedua dalam hal sistem dan prosedur kerja,
2
serta kelengkapan lainnya yang menyangkut teknologi informasi dan sumber
daya manusia. Aspek terakhir adalah yang berkaitan dengan pelaksanaan good
governance, yang seringkali dihubungkan dengan integritas pegawai dan
institusi (Welly Surjono, 2016). Direktorat Jendral Pajak merupakan lembaga
keuangan negara yang ditunjuk oleh Kementerian Keuangan yang ditugaskan
untuk mengatur seluruh penerimaan negara yang berasal dari pajak sesuai
dengan kebijakan yang telah ditetapkan Kementerian Keuangan dan
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Peningkatan penerimaan negara dari sektor pajak masih memungkinkan
dan peluangnya juga terbuka luas. Hal ini didasarkan pada jumlah pembayaran
pajak dari tahun ke tahun yang diharapkan akan semakin banyak, seiring
dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk dan kesejahteraan
masyarakat. Pajak memiliki dua fungsi utama, yaitu fungsi budgetair dan
fungsi regulared. Dalam fungsinya budgetair pajak sebagai salah satu sumber
penerimaan negara yang nantinya akan digunakan untuk membiayai kegiatan-
kegiatan administrasi pemerintahan, sedangkan dalam fungsi regulared pajak
lebih berkaitan dengan upaya pemerintah untuk mengatur perekonomian,
alokasi sumber-sumber ekonomi, redistribusi pendapatan dan konsumsi
(Waluyo, 2013).
Fakta dilapangan menunjukkan bahwa saat ini pendapatan pemerintah dari
sektor pajak sudah lebih baik dari tahun ke tahun. Terbukti dari realisasi
penerimaan pajak yang cenderung stabil setiap tahun, berikut ini ditampilkan
3
target dan realisasi penerimaan pajak ke dalam format tabel pada tujuh tahun
terakhir.
Tabel 1.1
Target dan Realisasi Penerimaan Pajak (miliaran rupiah)
Tahun Target Penerimaan
Pajak
Realisasi
Penerimaan Pajak
Presentase
Penerimaan
Pajak
2010 743.325,91 723.307,00 97,31%
2011 878.685,20 873.874,00 99,45%
2012 1.016.237,34 980.518,10 96,49%
2013 1.148.364,68 1.048.571,79 91,31%
2014 1.246.106,96 1.146.865,80 92,04%
2015 1.489.255,49 1.240.418,86 83,29%
2016 1.539.166,24 1.285.203,81 83,50%
2017 1.498.871,64 1.344.188,09 89,68%
Sumber:http://www.data-apbn.kemenkeu.go.id/Dataset/Details/1011
Berdasarkan tabel diatas, realisasi penerimaan pajak belum mencapai
target kecuali pada tahun 2011 yang pencapaiannya sebesar 99,45% dan
hampir mendekati target. Seperti yang dapat kita lihat bahwa realisasi
penerimaan pajak pada tahun 2010 (97,31%), 2011 (99,45%), 2012 (96,49%),
2013 (91,31%), 2014 (92,04%), 2015 (83,29%), 2016 (83,50%), 2017
(89,68%) belum sesuai dengan target yang telah ditentukan. Dengan adanya
landasan tersebut diharapkan pajak dapat membiayai kegiatan pembangunan
nasional sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Sistem perpajakan tidak akan berjalan tanpa adanya peran sumber daya
manusia, dalam hal ini adalah para pegawai pajak yang nantinya akan melayani
Wajib Pajak dalam menyetorkan pajaknya. Dengan demikian, kinerja seorang
pegawai dalam suatu instansi/lembaga sangat perlu untuk ditingkatkan agar
dapat memberikan performa yang baik dan mencapai tujuan organisasi.
4
Sumber daya manusia merupakan elemen terpenting dalam suatu organisasi,
karena memiliki peran besar dalam menentukan kebehasilan pencapaian tujuan
organisasi. Sebagai asset organisasi yang terpenting, fungsi dan peran sumber
daya manusia dibutuhkan untuk maksimalkan kinerja, produktivitas, maupun
efektivitas organisasi melalui cara kerja yang efisien, sehingga menghasilkan
nilai tambah bagi suatu organisasi. Sasaran strategi yang dilakukan Direktorat
Jendral Pajak mengenai sumber daya manusia adalah terciptanya pegawai
berkinerja prima (excellent performance employee), yang ditandai oleh
tingginya tingkat kompetensi, kepuasan, dan komitmen pegawai (Palagia,
2012).
Untuk menciptakan pegawai yang berkinerja prima, maka ada beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi kinerja seorang pegawai salah satunya adalah
budaya organisasi. Budaya organisasi pegawai negeri di lingkngan Direktorat
Jendral Pajak dipengaruhi oleh faktor psikologis. Faktor psikologis ini
berhubungan dengan karakter, sikap, dan perilaku seseorang yang dapat
mempengaruhi performa dalam bekerja (Pande dan Wayan, 2018).
Terbangunnya budaya organisasi ditentukan oleh adanya budaya individu
dalam organisasi yang dapat berkembang apabila setiap individu dalam
organisasi memiliki komitmen tinggi. Dalam Rancangan Undang-Undang
Kepegawaian yang disebut sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) harus
melaksanakan visi dan misi organisasi. Setiap PNS/ASN atau Aparatur
Pemerintah dituntut memiliki komitmen agar dalam melaksanakan
5
tanggungjawabnya yaitu melindungi, melayani, dan mengatur rakyat dapat
dicapai secara optimal (Leny, Anggraini, dan Hari, 2016).
Karakter, sikap, perilaku maupun budaya kerja seorang pegawai
Direktorat Jendral Pajak yang kompeten, sangat tergantung pada komitmennya
dalam menghasilkan kinerja yang baik. Kekuatan komitmen dari setiap
pegawai akan mendukung tercapainya tujuan organisasi. Namun, fenomena
yang sering terjadi dalam suatu organisasi adalah tidak tercapainya tujuan
organisasi yang disebabkan oleh tingkat turnover pegawai yang tinggi dan
tingkat absen yang juga tinggi, yang merupakan indikasi rendahnya tingkat
komitmen organisasional yang dimiliki pegawai (Pande dan Wayan, 2018).
Pegawai dengan tingkat komitmen yang rendah pada organisasinya
memiliki potensi besar untuk memberikan pengaruh negatif bagi rekan kerja
maupun unit organisasi secara keseluruhan. Sebelum adanya birokrasi,
beberapa permasalahan yang sering dihadapi oleh Direktorat Jendral Pajak
adalah cukup banyak pegawainya yang mengundurkan diri maupun memilih
untuk pindah instansi. Penyebab pengunduran diri yang dilakukan oleh
pegawai biasanya karena tidak ingin ikut terlibat dalam kasus korupsi dan
kolusi yang merugikan keuangan negara. Sedangkan di era reformasi birokrasi
ini, justru pegawai yang mengundurkan diri tidak juga berkurang. Hal ini harus
dicermati khususnya di lingkungan Direktorat Jendral Pajak, agar tidak terjadi
potensi yang malah merugikan keuangan negara seperti penghindaran pajak
atau bahkan penggelapan pajak (Burhanuddin, 2009).
6
Untuk menghindari hal tersebut maka seorang pegawai pajak harus
menerapkan budaya kerja yang baik, sesuai dengan kode etik pegawai yang
telah diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 29/PMK.01/2007
tentang Pedoman Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil di Lingkungan
Departemen Keuangan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 71/PMK.01/2007 perlu menetapkan Peraturan Menteri
Keuangan tentang Kode Etik Pegawai Direktorat Jenderal Pajak.
Dalam mewujudkan penerimaan pajak yang maksimal, perlu adanya
peningkatan kinerja pegawai pajak. Dalam rangka meningkatkan kinerja
pegawai suatu lembaga/instansi perlu memberi perhatian pada kepentingan
pegawai yang tentunya memiliki berbagai macam kebutuhan. Keinginan untuk
memenuhi kebutuhan inilah yang mendorong seseorang untuk melakukan
sesuatu, termasuk melakukan suatu pekerjaan atau bekerja.
Pada umumnya, karyawan yang memiliki kepuasan kerja yang tinggi akan
memberikan hasil yang maksimal dan akan terus berusaha memperbaiki
kinerjanya (Palagia, 2012). Begitu juga sebaliknya, karyawan yang kepuasan
kerjanya rendah cenderung melihat pekerjaannya sebagai suatu hal yang
membosankan sehingga orang tersebut akan bekerja dengan terpaksa. Seorang
karyawan akan memiliki tingkat kepuasan yang tinggi apabila mendapatkan
apa yang diinginkan. Salah satunya adalah remunerasi atau tunjangan yang
akan didapat. Semakin besar remunerasi yang didapatkan maka biasanya
seorang pegawai cenderung memiliki kepuasan kerja yang tinggi.
7
Berkenaan dengan remunerasi yang diterapkan pada Kementerian
Keuangan khususnya Direktorat Jenderal Pajak sesungguhnya merupakan
bagian dari upaya untuk memperbaiki kinerja birokrasi. Seorang Pegawai akan
merasa terjamin kesejahteraannya jika seluruh kebutuhan pegawai tersebut
dapat terpenuhi, termasuk juga kebutuhan ekonomi (financial), yang dalam hal
ini diwujudkan pada sistem penggajian (remunerasi) pegawai. Oleh karena itu
perlu adanya suatu perubahan dalam sistem imbalan yang hanya berdasarkan
jabatan dan pendidikannya saja, tanpa mempertimbangkan kinerja yang telah
dilakukan pegawai untuk organisasi (Anharudin dan fitratun, 2013). Peraturan
mengenai remunerasi ini telah ditetapkan oleh menteri keuangan dalam
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 yang mengartikan
bahwa remunerasi merupakan imbalan kerja yang dapat berupa gaji,
honorarium, tunjangan tetap, insentif, bonus atas prestasi, pesangon, dan / atau
pensiun.
Sistem imbalan harus di tata ulang menjadi sistem penggajian atau
remunerasi yang berdasarkan kinerja pegawai. Pada sistem penggajian
(remunerasi) ini, pemerintah menjamin adanya tingkat kesejahteraan yang
tinggi serta upaya pemeliharaan bagi para pegawai, sehingga pegawai merasa
tercukupi dan dapat fokus memberikan kontribusi kinerja yang optimal bagi
organisasi. Selain itu, kesesuaian remunerasi atau balas jasa ini akan
berdampak positif bagi peningkatan kinerja pegawai. Hal ini akan berdampak
pada prestasi kerja pegawai yang dapat tercipta jika kinerja pegawai tersebut
dapat meningkat (Anharudin dan fitratun, 2013).
8
Direktorat Jendral Pajak merupakan salah satu lembaga pemerintahan
yang memberikan remunerasi tinggi terhadap pegawainya, hal ini diakibatkan
oleh meningkatnya target penerimaan pajak yang ditetapkan. Kinerja pegawai
tidak dapat dicapai secara optimal apabila remunerasi diberikan tidak secara
proposional. Pemberian Remunerasi yang tinggi ini diharapkan mampu
memberikan motivasi dan dorongan bagi pegawai untuk lebih professional.
Seorang pegawai dapat memberikan kinerja yang baik untuk kemajuan
perusahaan apabila perusahaan memberikan kesempatan bagi pegawai untuk
berkembang dan remunerasi yang sesuai atas kinerja yang telah dilakukan.
Remunerasi akan mendorong kinerja karyawan untuk terus bekerja lebih baik
lagi sebab pegawai akan mendapatkan imbalan atas apa yang dikerjakannya
untuk itu seorang pegawai akan melakukan kinerja yang lebih baik lagi supaya
mendapatkan remunerasi sesuai yang diinginkannya.
Apabila kinerja seorang pegawai pajak bagus maka hal tersebut dapat
meningkatkan penerimaan pajak di suatu negara. Sebab meningkatnya
penerimaan pajak tidak terlepas dari kinerja sumber daya manusianya, dalam
hal ini adalah para pegawai pajak. Kinerja yang baik yang diberikan pegawai
mampu meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dalam membayar pajak dan akan
berakibat pada penerimaan pajak yang dapat semakin meningkat.
Hal inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian terkait
kinerja pegawai dan implikasinya terhadap peningkatan penerimaan pajak.
Dalam penelitian ini, peneliti akan menguji pengaruh budaya organisasi dan
remunerasi terhadap kinerja pegawai pajak serta implikasinya terhadap
9
peningkatan penerimaan pajak. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan Leny, Anggraini, dan Hari (2016) yang berjudul
analisis peran remunerasi dan budaya organisasi terhadap kompetensi pegawai
guna meningkatkan kinerja pegawai di lembaga penerbangan antariksa.
Adapun perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sebagai
berikut:
1. Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Madya di Jakarta, sedangkan pada penelitian
sebelumnya respondennya adalah pegawai yang bekerja di lembaga
penerbangan antariksa.
2. Penggunaan variabel. Penelitian ini menggunakan variabel remunerasi,
budaya organisasi, kinerja pegawai, dan peningkatan penerimaan pajak.
Sedangkan dalam penelitian sebelumnya menggunakan variabel
remunerasi, budaya organisasi, kompetensi pegawai, dan kinerja pegawai.
Peneliti berharap dengan adanya penelitian ini, para pegawai pajak dapat
memperoleh informasi yang relevan dalam melakukan pekerjaan mereka untuk
menciptakan pegawai yang berkinerja tinggi dan professional dengan adanya
budaya organisasi yang baik dan pemberian remunerasi yang cukup besar.
Dengan demikian, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang
berjudul Pengaruh Remunerasi dan Budaya Organisasi Terhadap Kinerja
Pegawai dan Implikasinya terhadap Peningkatan Penerimaan Pajak (Studi
Kasus Kantor Pelayanan Pajak Madya Jakarta Utara).
10
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka identifikasi masalah yang hendak
diteliti dalam penelitian ini adalah terkait permasalahan-permasalahan yang
dihadapi oleh pegawai pajak, misalnya:
1. Adanya pegawai pajak yang tidak memiliki integritas
2. Adanya pegawai pajak yang melakukan KKN (Korupsi, Kolusi,
Nepotisme)
3. Penerimaan pajak tidak sesuai dengan yang ditargetkan, membuat
remunerasi yang diberikan juga lebih sedikit
4. Adanya pegawai pajak yang bermalas-malasan dalam bekerja sebagai
akibat kurangnya remunerasi yang diberikan
5. Adanya sistem senioritas yang dihadapi oleh pegawai pajak baru sehingga
pegawai yang baru sulit mengembangkan kompetensinya
6. Adanya kinerja pegawai yang kurang maksimal sehingga mengakibatkan
penerimaan pajak semakin menurun
7. Adanya pegawai yang melanggar kode etik yang telah ditetapkan
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah diatas maka pembatasan masalah yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menguji pengaruh remunerasi, budaya organisasi terhadap kinerja
pegawai dan implikasinya terhadap peningkatan penerimaan pajak
11
Dari sekian banyak permasalahan yang dihadapi oleh pegawai pajak,
penelitian ini hanya fokus untuk menguji remunerasi, budaya organisasi
dan terhadap kinerja pegawai serta implikasinya terhadap peningkatan
penerimaan pajak. Adapun Remunerasi yang dimaksud adalah tunjangan
yang diberikan oleh Direktorat Jendral Pajak untuk para pegawainya
dengan harapan para pegawai mampu bekerja secara optimal. Sedangkan
kinerja pegawai yang dimaksud adalah kesediaan seseorang atau
sekelompok orang untuk melakukan suatu kegiatan sesuai dengan
tanggung jawabnya masing-masing.
2. Hanya pada pegawai KPP Madya yang ada di Jakarta
Dari sekian banyak pegawai pajak yang bekerja pada kantor
pelayanan pajak yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia, penelitian ini
hanya berfokus pada pegawai pajak yang bekerja di KPP Madya yang
berada di Jakarta Utara, Jakarta Selatan, dan Jakarta Pusat.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan permasalahan yang
hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah remunerasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja pegawai
pajak?
2. Apakah budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja
pegawai pajak?
12
3. Apakah remunerasi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
penerimaan pajak?
4. Apakah budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
penerimaan pajak?
5. Apakah kinerja pegawai pajak berpengaruh signifikan terhadap
peningkatan penerimaan pajak?
6. Apakah remunerasi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
penerimaan pajak melalui kinerja pegawai pajak?
7. Apakah budaya organisasi berpengaruh signifikan terhadap peningkatan
penerimaan pajak melalui kinerja pegawai pajak?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh remunerasi terhadap kinerja pegawai pajak
2. Untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap kinerja pegawai
pajak
3. Untuk mengetahui pengaruh remunerasi terhadap peningkatan penerimaan
pajak
4. Untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap peningkatan
penerimaan pajak
5. Untuk mengetahui pengaruh kinerja pegawai pajak terhadap peningkatan
penerimaan pajak
13
6. Untuk mengetahui pengaruh remunerasi terhadap peningkatan penerimaan
pajak melalui kinerja pegawai pajak
7. Untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi terhadap peningkatan
penerimaan pajak melalui kinerja pegawai pajak
F. Manfaat Penelitian
Melalui Penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan manfaat
yakni:
1. Kontribusi Teoritis
a. Mahasiswa Jurusan Akuntansi, sebagai bahan referensi untuk
menambah ilmu pengetahuan terkait remunerasi, budaya organisasi,
dan kinerja pegawai pajak, serta implikasinya terhadap peeingkatan
penerimaan pajak.
b. Penelitian berikutnya, sebagai bahan referensi bagipihak-pihak yang
akan melaksanakan penelitian lebih lanjut mengenai topik ini.
c. Penulis, sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengetahuan
mengenai pengaruh kode etik dan remunerasi terhadap kinerja
pegawai pajak.
2. Kontribusi Praktis
a. Pegawai pajak dan Kantor Pelayanan Pajak (KPP), sebagai tinjauan
yang diharapkan dapat dijadikan informasi untuk meningkatkan
integritas pegawai agar terhindar dari kasus pelanggaran khususnya
kasus korupsi yang marak terjadi saat ini.
14
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Pajak
a. Pengertian Pajak
Pengertian pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2009 pengganti Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1
berbunyi pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang
oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung
dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Sedangkan penegertian pajak menurut bebearapa ahli adalah
sebagai berikut:
1) Menurut A. Adriani, pajak adalah iuran masyarakat pada negara
(yang sifatnya dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib
membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-
undang) dengan tidak mendapat prestasi kembali yang dapat
ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran-
pengeluaran umum berhubung tugas-tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan.
15
2) Menurut Rochmat Soemitro, Pajak adalah iuran rakyat kepada
kas negara berdasarkan undang-undang (yang sifatnya dapat
dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal yang langsung
dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar
pengeluaran umum.
3) Menurut Suparman Sumawidjaya, Pajak adalah iuran wajib
berupa barang yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma
hukum guna menutup biaya produksi barang dan jasa kolektif
dalam mencapai kesejahteraan umum.
4) Menurut Smeets, Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang
terhutang melalui norma-norma umum dan dapat dipaksakan
tanpa adanya kontraprestasi yang dapat ditunjukkan dalam hak
inpidual untuk membiayai pengeluaran pemerintah.
Pengertian pajak menurut Pappada dan Yanos (2017) pajak
adalah pungutan atau iuran yang dipaksakan pemerintahan dalam
sebuah negara dalam periode tertentu yang bersifat wajib serta harus
segera dibayarkan oleh wajib pajak kepada pemerintahan suatu negara
dan juga berbagai bentuk balas jasa secara tidak langsung.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pajak
adalah iuran atau pungutan dari masyarakat untuk negara yang bersifat
memaksa menurut peraturan perundangundangan yang berlaku yang
akan dikembalika lagi kepada masyarakat dalam bentuk perbaikan
16
infrastruktur dan fasilitas umum lainnya yang bertujuan untuk
kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
b. Jenis Pajak
Menurut Resmi (2014:7) jenis-jenis pajak dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
1) Menurut Golongan Pajak dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a) Pajak Langsung adalah pajak yang harus dipikul atau
ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak dan tidak dapat
dilimpahkan atau dibebankan kepada orang lain atau pihak
lain. Contohnya yaitu Pajak Penghasilan (PPh).
b) Pajak Tidak Langsung Adalah pajak yang pada akhirnya
dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain atau
pihak ketiga. Contohnya yaitu Pajak Pertambahan Nilai
(PPN)
2) Menurut sifat Pajak dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a) Pajak Subjektif yaitu pajak yang pengenaannya
memperhatikan keadaan pribadi Wajib Pajak atau pengenaan
pajak yang memperhatikan keadaan subjeknya. Contohnya
yaitu Pajak Penghasilan (PPh).
b) Pajak Objektif yaitu pajak yang pengenaannya
memperhatikan objeknya baik berupa benda, keadaan,
perbuatan atau peristiwa yang mengakibatkan timbulnya
kewajiban membayar pajak, tanpa memperhatikan keadaan
17
pribadi Subjek Pajak (Wajib Pajak) maupun tempat tinggal.
Contohnya yaitu Pajak Pertambahan Nilai (PPN).
3) Menurut Lembaga Pemungut Pajak dapat dikelompokkan
menjadi dua, yaitu:
a) Pajak Negara adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah
pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara
pada umumnya. Contohnya PPh, PPN dan PPnBM.
b) Pajak Daerah adalah pajak yang dipungut oleh Pemerintah
Daerah baik daerah tingkat I (pajak provinsi) maupun daerah
tingkat II (pajak kabupaten/kota) dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga daerah masing-masing. Contohnya
adalah Pajak Kendaraan Bermotor, Bea Balik Nama
Kendaraan Bermotor, dan lain-lain.
c. Fungsi Pajak
Pajak memiliki peranan yang sangat penting bagi suatu negara,
khususnya dalam pelaksanaan pembangunan. Hal tersebut
dikarenakan pajak adalah sumber pendapatan negara yang digunakan
untuk membiayi semua pengeluaran negara terutama dalam hal
pembangunan. Berdasarkan hal itu maka pajak mempunyai beberapa
fungsi yaitu:
1) Fungsi Penganggaran (Budgetair)
Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk
membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan
18
tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara
membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan
pajak. Pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja
pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya.
Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari
tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi
pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun
harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan
yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor
pajak.
2) Fungsi Pengaturan (Regulerend)
Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui
kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa
digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam
rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun
luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak.
Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah
menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.
3) Fungsi Stabilitas
Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk
menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga
sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara
19
lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat,
pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.
4) Fungsi Redistribusi
Pendapatan Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan
digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk
juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka
kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan
pendapatan masyarakat.
2. Manajemen Sumber Daya Manusia
a. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Menurut Gary Dessler (2015:004) pengertian manajemen sumber
daya manusia (Human Resource Management-HRM) adalah proses
untuk memperoleh, menilai, melatih, dan mengoperasikan karyawan
dan untuk mengurus relasi tenaga kerja mereka, kesehatan dan
keselamatan mereka serta hal-hal yang berhubungan dengan keadilan.
Menurut Hasibuan (2009:10) manajemen sumber daya manusia
adalah ilmu dan seni mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja
yang efektif dan efisien membantu terwujudnya tujuan perusahaan,
karyawan dan masyarakat.
Menurut Edwin (2011:11), personal management is the planning,
organizing, directing, and controlling of the procurement,
development, comprnsation, integration, maintenance, and
20
separation of human resource to the end that individual,
organizational and sociental objective are accomplished.
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan bidang
strategis dari organisasi. Manajemen sumber daya manusia harus
dipandang sebagai perluasan dari pandangan tradisional untuk
mengelola orang secara efektif dan untuk itu membutuhkan
pengetahuan tentang perilaku manusia (Edy Sutrisno, 2009).
Dari beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa
manajemen sumber daya manusia adalah suatu proses untuk
menangani berbagai permasalahan yang terdapat di perusahaan dalam
rangka mewujudkan tujuan perusahaan sesuai dengan yang sudah
ditentukan.
b. Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia
Kegiatan sumber daya manusia merupakan bagian proses
manajemen sumber daya manusia yang paling sentral dan merupakan
suatu rangkaian dalam mencapai tujuan organisasi. Kegiatan tersebut
akan berjalan lancar, apabila memanfaatkan fungsi-fungsi
manajemen. Terdapat 2 kelompok fungsi manajemen sumber daya
manusia, yang pertama adalah fungsi manajerial diantaranya adalah
fungsi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian.
Kedua, fungsi organisasional diantaranya pengadaan tenaga kerja,
pengembangan, pemberian balas jasa, pengintegrasian, pemeliharaan
dan pemutusan hubungan kerja (Rivai dan Segala, 2013:13).
21
1) Fungsi Manajerial
Untuk dapat melaksanakan tugas dan menjalankan perannya
dengan baik dan benar, maka sebuah manajemen memiliki peran
yang dapat mendukung dan membantu dalam penerapannya.
Dalam manajemen terdapat 4 (empat) fungsi atau aktifitas
menurut beberapa ahli, sebagai berikut:
a) Perencanaan
Perencanaan adalah kegiatan memperkirakan tentang
keadaan tenaga kerja, agar sesuai dengan kebutuhan
organisasi secara efektif dan efisien dalam membantu
terwujudnya tujuan. Menurut Robbins dan Coulter (2012):
As managers engage in planning, they set goals, establish
strategies for achieving those goals, and develop plans to
integrate and coordinate activities. Perencanaan (Planning)
adalah fungsi manajemen yang mencangkup proses
mendefinisikan sasaran, menetapkan strategi untuk mencapai
sasaran itu, dan menyusun rencana untuk mengintegrasikan
dan mengoordinasikan sejumlah kegiatan. Bagi manajer
SDM, proses perencanaan berarti menentukan kemajuan
suatu program SDM yang akan berguna dalam pencapaian
tujuan-tujuan yang telah ditetapkan bagi perusahaan.
b) Pengorganisasian
22
Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengatur pegawai
dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja,
delegasi wewenang, integrasi dan koordinasi, dalam bentuk
bagan organisasi. Organisasi hanya merupakan alat untuk
mencapai tujuan. Organisasi yang baik akan membantu
terwujudnya tujuan secara efektif.
c) Pengarahan
Pengarahan adalah kegiatan memberi petunjuk kepada
pegawai agar mau kerja sama dan bekerja efektif serta efisien
dalam membantu tercapainya tujuan organisasi. Pengarahan
dilakukan oleh pemimpin yang dengan kepemimpinannya
akan memberi arahan kepada pegawai agar mengerjakan
semua tugasnya dengan baik. Adapun pengadaan merupakan
proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi
untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan
organisasi. Pengarahan yang baik akan membantu
terwujudnya tujuan.
d) Pengendalian
Pengendalian merupakan kegiatan mengendalikan pegawai
menaati peraturan organisasi dan bekerja sesuai dengan
rencana. Bila terdapat penyimpangan diadakan tindakan
perbaikan dan atau penyempurnaan. Pengendalian pegawai
23
meliputi kehadiran, kedisiplinan, perilaku kerja sama dan
menjaga situasi lingkungan pekerjaan.
2) Fungsi Operasi
Fungsi operasional dalam manajemen sumber daya manusia
merupakan dasar pelaksanaan MSDM yang efektif dan efisien
dalam pencapaian tujuan organisasi atau perusahaan. Manajemen
sumber daya manusia secara fungsional memiliki beberapa fungsi
yang saling terkait satu sama lain dan operasional yang dijalankan
oleh manajemen sumber daya manusia sesuai dengan fungsi yang
dimilikinya. Berdasarkan pendapat Gaol (2014:65) terdapat 6
fungsi operatif manajemen sumber daya manusia, yaitu:
a) Pengadaan (Procurement)
Fungsi operasi manajemen SDM yang pertama adalah
pengadaan (procurement). Fungsi pengadaan berhubungan
dengan mendapatkan jenis dan jumlah tenaga kerja yang
penting untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi. Fungsi ini
berkaitan dengan bagaimana penentuan kebutuhan sumber
daya manusia berikut perekrutan, penyeleksian dan
penempatan kerja.
b) Pengembangan (Development)
Setelah tenaga kerja diperoleh, mereka harus mengalami
perkembangan. Perkembangan yang berkaitan dengan
peningkatan keahlian melalui pelatihan, yang penting bagi
24
kinerja pekerjaan. Kegiatan ini sangat penting dan akan terus
berkembang dikarenakan perubahan perubahan teknologi,
penyesuaian kembali jabatan, dan meningkatnya kerumitan
tugas-tugas manajerial.
c) Kompensasi (Compensation)
Fungsi ini didefinisikan sebagai pemberian upah yang cukup
dan wajar kepada tenaga kerja atas kontribusi/jasa mereka
terhadap tujuan tujuan organisasi.
d) Integrasi / Penyatuan (Integration)
Walaupun sudah menerima pegawai, sudah
mengembangkannya, dan sudah memberikan kompensasi
yang memadai, perusahaan masih menghadapi masalah yang
sulit, yaitu integrasi/penyatuan. Dalam hal ini pegawai
secara individu diminta mengubah pandangannya,
kebiasaannya, dan sikap-sikap lainnya yang selama ini
kurang menguntungkan bagi perusahaan agar disesuaikan
dengan keinginan serta tujuan perusahaan.
e) Perawatan / Pemeliharaan (Maintenance)
Pemeliharaan berarti berusaha untuk mempertahankan dan
meningkatkan kondisi yang telah ada.
f) Pemisahan / Pelepasan / Pensiun (Separation)
Apabila fungsi pertama manajemen SDM adalah untuk
melindungi karyawan, logis apabila fungsi terakhir harus
25
memisahkan/mengeluarkan dan mengembalikan karyawan
tersebut kepada masyarakat.
3. Konsep Kinerja
a. Pengertian Kinerja
Kinerja mempunyai makna lebih luas, bukan hanya menyatakan
hasil kerja, tetapi juga bagaimana proses kerja berlangsung. Kinerja
adalah bagaimana seseorang melakukan pekerjaan dan apa hasil yang
dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang
dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya (Wibowo, 2016).
Kinerja merupakan hasil atau tingkatan keberhasilan seseorang
secara keseluruhan selama periode tertentu dalam melaksanakan tugas
dibandingkan dengan standar hasil kerja, target atau sasaran atau
kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati
bersama (Rivai dan Fawzi dalam Ahmad Shalahuddin, 2014).
Sedangkan arti kinerja menurut Mangkunegara (2007:9) adalah hasil
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab
yang diberikan kepadanya.
Rivai (2011) mendefinisikan kinerja sebagai hasil atau tingkatan
keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama jangka waktu
tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan standar hasil
kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan dan telah
disepakati bersama. Lebih lanjut, Rivai menyatakan bahwa kinerja
26
tidaklah berdiri sendiri tetapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan
kompensasi serta dipengaruhi oleh ketrampilan, kemampuan dan sifat
individu pegawai. Dengan kata lain, kinerja ditentukan oleh
kemampuan, keinginan dan lingkungan. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai
keinginan dan semangat yang tinggi untuk mengerjakan dan
menguasai pekerjaannya serta dapat ditingkatkan apabila ada
kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan. Robbins, et al (2010)
mendefinisikan kinerja sebagai suatu hasil yang dicapai oleh pegawai
dalam pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk
suatu pekerjaan.
Gary Dessler (2015) mendefinisikan kinerja sebagai prestasi kerja
yaitu perbandingan antara prestasi aktual pegawai dibandingkan
dengan prestasi yang diharapkan dari pegawai. Dengan demikian
kinerja memfokuskan pada hasil kerjanya. Menurut Simamora dalam
Farid dan AAN Oka (2016), kinerja diartikan sebagai pencapaian
persyaratan pekerjaan tertentu yang akhirnya secara langsung dapat
dinilai berdasarkan output yang dihasilkan. Output yang dihasilkan
tersebut terkait dengan hasil pelaksanaan suatu pekerjaan yang
bersifat material maupun non material. Sehingga Simamora
berpendapat apabila dikaitkan dengan organisasi yang menghasilkan
produk berdasarkan kuantitas, pengukuran kinerja mudah dilakukan.
Namun, tidak demikian halnya suatu organisasi yang berkaitan
27
dengan pekerjaan pelayanan atau jasa dan mengutamakan kerja secara
kelompok, kinerja pegawai secara perorangan agak sulit
diidentifikasi. Lebih lanjut, Simamora menjelaskan bahwa untuk
menilai kinerja pegawai dapat dilihat dari indikator-indikator: (1)
kepatuhan terhadap seluruh aturan yang telah ditetapkan dalam
perusahaan, (2) dapat melaksanakan tugas tanpa kesalahan atau
dengan tingkat kesalahan minimal dan (3) ketepatan dalam
menjalankan tugasnya.
Praktek pengukuran kinerja dikembangkan secara ekstensif,
intensif dan eksternal (Pollit dan Boukaert dalam Keban 2008:209).
Pengembangan kinerja secara ekstensif mengandung maksud bahwa
lebih banyak bidang kerja yang diikutsertakan dalam pengukuran
kinerja. Pengembangan kinerja secara intensif dimaksudkan bahwa
lebih banyak fungsi-fungsi manajemen yang diikutsertakan dalam
pengukuran kinerja, sedangkan pengembangan secara eksternal
diartikan lebih banyak pihak luar yang diperhitungkan dalam
pengukuran kinerja.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang kinerja yang telah
disebutkan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja merupakan
hasil atau tingkat keberhasilan yang dicapai seseorang dalam
melaksanakan tugas dengan menggunakan kemampuannya untuk
mencapai tujuan organisasi/perusahaan. Kriteria atau sasaran kinerja
suatu organisasi/perusahaan tentu berbeda-beda sesuai dengan
28
kebijakan dari organisasi/perusahaan yang telah ditetapkan
sebelumnya.
b. Tujuan penilaian kinerja
Tujuan Penilaian Kinerja yaitu untuk mengevaluasi kinerja
seorang pegawai, mengembangkan serta memotivasi pegawai.
Penilaian tersebut juga akan memberikan dampak yang positif dan
semangat dalam diri pegawai untuk lebih berkualitas dan
menghasilkan kinerja yang optimal. Wibowo (2007:18), menyatakan
bahwa Penilaian kinerja seharusnya menciptakan gambaran akurat
dari kinerja perorangan. Penilaian tidak dilakukan hanya untuk
mengetahui kinerja buruk. Hasil-hasil yang baik dan dapat diterima
harus juga diidentifikasikan, sehingga dapat dipakai sebagai dasar
penilaian hal lainnya. Untuk mencapai tujuan ini, sistem penilaian
hendaknya terkait dengan pekerjaan dan praktis, temasuk standar, dan
menggunakan ukuran-ukuran yang terukur.
Menurut Sedarmayanti (2007:264), tujuan dari penilaian kinerja
yaitu sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui keterampilan dan kemampuan pegawai.
2) Sebagai dasar perencanaan bidang kepegawaian khusunya
penyempurnaan kondisi kerja, peningkatan mutu dan hasil kerja.
3) Sebagai dasar pengembangan dan pendayagunaan pegawai
seoptimal mungkin, sehingga dapat diarahkan jenjang/rencana
karirnya, kenaikan pangkat dan kenaikan jabatan.
29
4) Mendorong terciptanya hubungan timbal baik yang sehat antara
atasan dan bawahan.
5) Mengetahui kondisi organisasi secara keseluruhan dari bidang
kepegawaian khususnya kinerja pegawai dalam bekerja.
6) Secara pribadi, pegawai mengetahui kekuatan dan kelemahannya
sehingga dapat memacu perkembangannya. Bagi atasan yang
menilai akan lebih memperhatikan dan mengenal bawahan dan
pegawainya, sehingga dapat lebih memotivasi pegawai.
7) Hasil penilaian pelaksanaan pekerjaan dapat bermanfaat bagi
penelitian dan pengembangan di bidang kepegawaian.
c. Manfaat Penilaian Kinerja
Menurut Simanjuntak (2005:109), manfaat penilaian kinerja yaitu
sebagai berikut:
1) Peningkatan kinerja.
Terutama bila hasil penilaian kinerja seseorang rendah atau di
bawah standar yang telah ditetapkan, maka orang yang
bersangkutan dan atasan akan segera membuat segala upaya
untuk meningkatkan kinerja tersebut, misalnya dengan bekerja
lebih keras dan tekun lagi.
2) Pengembangan SDM.
Penilaian kinerja sekaligus mengidentifikasikan dan kelemahan
setiap individu, serta potensi yang dimilikinya. Dengan demikian
manajemen dan individu dimaksud dapat mengoptimalkan
30
pemanfaatan keunggulan dan potensi individu yang
bersangkutan, serta mengatasi dan mengkompensasi kelemahan-
kelemahannya melalui program pelatihan. Manajemen dan
individu yang bersangkutan dapat mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh setiap individu, baik untuk memenuhi kebutuhan
perusahaan atau organisasi, maupun dalam rangka
mengembangkan karier mereka masing-masing.
3) Pemberian kompensasi.
Melalui penilaian kinerja individu, dapat diketahui siapa yang
memberikan kontribusi besar dan siapa yang memberikan
kontribusi kecil dalam pencapaian hasil akhir
organisasi/perusahaan. Pemberian imbalan atau kompensasi yang
adil haruslah didasarkan kepada kinerja atau kontribusi setiap
orang kepada perusahaan. Pekerja yang menampilkan penilaian
kinerja yang tinggi patut diberi kompensasi, antara lain berupa
pemberian penghargaan, pemberian bonus, dan atau percepatan
kenaikan pangkat dan atau gaji.
4) Program peningkatan produktivitas.
Dengan mengetahui kinerja masing- masing individu, kekuatan
dan kelemahan masing-masing serta potensi yang mereka miliki
manajemen dapat menyusun program peningkatan produktivitas
perusahaan.
5) Program kepegawaian.
31
Hasil penilaian kinerja sangat bermanfaat untuk menyusun
program-program kepegawaian, termasuk promosi, rotasi dan
mutasi, serta perencanaan karier pegawai.
6) Menghindari perlakukan diskriminasi.
Penilaian kinerja dapat menghindari perlakuan diskriminasi dan
kolusi, karena setiap tindakan kepegawaian akan didasarkan
kepada kriteria obyektif, yaitu hasil penilaian kinerja.
Dengan adanya penilaian kinerja dapat diketahui secara tepat apa
yang sedang dihadapi dan target apa yang harus dicapai. Melalui
penilaian kinerja dapat disusun rencana, strategi dan menentukan
langkah-langkah yang perlu diambil sehubungan dengan pencapaian
tujuan karir yang diinginkan. Bagi pihak manajemen, penilaian
kinerja sangat membantu dalam mengambil keputusan seperti
promosi, pengembangan karir, mutasi, PHK, penyesuaian
kompensasi, dan kebutuhan pelatihan.
d. Faktor yang Mempengaruhi Penilaian Kinerja
Kinerja merupakan suatu capaian atau hasil kerja dalam
kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya, guna mencapai
tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan oleh suatu organisasi
dan dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu yang dipengaruhi
oleh beberapa faktor. Dalam Yeremias (2008:203) untuk
melakukan kajian secara lebih mendalam tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi efektivitas penilaian kinerja di indonesia,
32
maka perlu melihat beberapa faktor penting, yaitu sebagai
berikut:
1) Kejelasan Tuntutan Hukum atau Peraturan Perundangan
untuk melakukan penilaian secara benar dan tepat. Dalam
kenyataannya, orang bisa menilai secara subyektif dan
penuh tetapi tidak ada suatu aturan hukum yang mengatur
perbuatan tersebut.
2) Manajemen sumber daya manusia yang berlaku memiliki
fungsi dan proses yang sangat menentukan efektivitas
penilaian kinerja. Aturan main menyangkut siapa yang harus
menilai, kapan menilai, kriteria apa yang digunakan dalam
sistem penilaian kinerja, sebenarnya diatur dalam
manajemen sumber daya manusia tersebut. Dengan
demikian manajemen sumber daya manusia juga merupakan
kunci utama keberhasilan sistem penilaian kinerja.
3) Kesesuaian antara paradigma yang dianut oleh manajemen
suatu organisasi dengan tujuan penilaian kinerja. Apabila
paradigma yang dianut masih berorientasi pada manajemen
klasik, maka penilaian selalu bisa kepada pengukuran
karakter pihak yang dinilai, sehingga prestasi yang
seharusnya menjadi fokus utama kurang diperhatikan.
4) Komitmen para pemimpin atau manajer organisasi publik
terhadap pentingnya penilaian suatu kinerja. Bila mereka
33
selalu memberikan komitmen yang tinggi terhadap
efektivitas penilaian kinerja, maka para penilai yang ada di
bawah otoritasnya akan selalu berusaha melakukan
penilaian secara tepat dan benar.
Selanjutnya Yuwono dalam Nogi (2005:180)
mengemukakan bahwa faktor-faktor yang dominan
mempengaruhi kinerja suatu organisasi meliputi upaya
manajemen dalam menerjemahkan dan menyelaraskan tujuan
organisasi, budaya organisasi, kualitas sumber daya manusia
yang dimiliki organisasi dan kepemimpinan yang efektif. Faktor-
faktor penentu pencapaian prestasi kerja atau kinerja individu
dalam organisasi menurut Murti dalam Mangkunegara (2005:16)
adalah faktor internal dan faktor eksternal yang dijelaskan yaitu
sebagai berikut:
1) Faktor individu secara psikologis, individu yang normal
adalah individu yang memiliki integritas yang tinggi antara
fungsi psikis (rohani) dan fisiknya (jasmani). Dengan
adanya integritas yang tinggi antara fungsi psikis dan fisik,
maka individu tersebut memiliki konsentrasi diri yang baik.
Konsentrasi yang baik ini merupakan modal utama individu
manusia untuk mampu mengelola dan mendayagunakan
potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan
kegiatan atau aktivitas kerja sehari-hari dalam mencapai
34
tujuan organisasi.
2) Faktor lingkungan organisasi. Faktor lingkungan kerja
organisasi sangat menunjang bagi individu dalam mencapai
prestasi kerja. Faktor lingkungan organisasi yang dimaksud
antara lain: uraian jabatan yang jelas, autoritas yang
memadai, target kerja yang menantang, pola komunikasi
kerja efektif, hubungan kerja harmonis, iklim kerja dinamis,
peluang berkarier dan fasilitas kerja yang relatif memadai.
Selain faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja suatu
organisasi menurut Yuwono. Terdapat pendapat lain tentang
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja menurut (Amstrong
dan Baron, 1998:16 dalam Wibowo, 2011:100).
1) Personal factors, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan,
kompetensi yang dimiliki, motivasi dan komitmen individu.
2) Leadership factor, ditentukan oleh kualitas dorongan,
bimbingan dan dukungan yang dilakukan manajer dan team
leader.
3) Team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang
diberikan oleh rekan kerja.
4) System factors, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan
fasilitas yang diberikan organisasi.
5) Contextual/situational factors, ditunjukkan oleh tingginya
tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan
35
eksternal.
e. Kinerja Pegawai Pajak
Dalam memenuhi kebutuhan masyarakat terkait pelayanan yang
prima oleh pegawai, Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Madya di Jakarta
perlu melakukan perbaikan sektor internal, yang salah satunya melalui
pengembangan dan pemeliharaan Sumber Daya Manusia. Perbaikan
kondisi internal ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja SDM
sekaligus memperbaiki citra KPP Pratama yang selama ini dianggap
kurang memuaskan di mata masyarakat. Dengan demikian, kualitas
kinerja SDM akan berpengaruh terhadap keberhasilan pelayanan
pajak di Madya di Jakarta.
Menurut Gomes (2003:135) dalam Anharudin dan Fitrotun
(2013), Penilaian kinerja mempunyai tujuan untuk memberi
penghargaan kinerja sebelumnya (to reward past performance) dan
untuk memotivasi demi perbaikan kinerja pada masa yang akan
datang (to motivate future performance improvement), serta
informasi-informasi yang diperoleh dari penilaian kinerja ini dapat
digunakan untuk kepentingan-kepentingan pemberian gaji, kenaikan
gaji, promosi, pelatihan dan penempatan tugas-tugas tertentu.
Lebih lanjut Gomes (2003) mengungkapkan beberapa dimensi
atau kriteria yang perlu mendapat perhatian dalam mengukur kinerja
antara lain adalah (1) Quantity of work (2) Quality of work (3) Job
Knowledge (4) Reactiveness (5) Cooperation (6) Dependability (7)
36
Initiative (8) Personal qualities. Sedangkan indikator kinerja menurut
Dwiyanto dalam Pasolong dalam Anharudin dan Fitrotun (2013)
mengemukakan bahwa terdapat 5 (lima) indikator dalam pengukuran
kinerja pegawai, yaitu:
a. Produktivitas
Bahwa produktivitas tidak hanya mengukur tingkat efisiensi saja,
tetapi juga mengukur efektivitas pelayanan. Dan pada umumnya
dipahami sebagai ratio antara input dan output.
b. Kualitas Layanan
Bahwa kualitas dari pelayanan yang diberikan sangat penting
untuk dipertahankan demi meningkatkan kinerja pegawai
maupun kepuasan bagi masyarakat.
c. Responsivitas
Bahwa pegawai harus memiliki kemampuan untuk mengenali
kebutuhan masyarakat, menyusun agenda dan prioritas pelayanan
serta mengembangkan program-program pelayanan publik sesuai
dengan kebutuhan dan aspirasi masyarakat.
d. Responsibilitas
Bahwa pelaksanaan kegiatan harus dilakukan sesuai dengan
prinsip-prinsip administrasi yang benar dan kebijakan birokrasi
yang baik yang eksplisit maupun implisit.
e. Akuntabilitas
Bahwa seberapa besar kebijakan dan kegiatan birokrasi tunduk
37
kepada para pejabat politik yang dipilih oleh rakyat, dimana para
pejabat politik tersebut dengan sendirinya akan selalu
memprioritaskan kepentingan masyarakat.
4. Remunerasi
a. Pengertian Remunerasi
Istilah remunerasi akhir-akhir ini menjadi hal yang hangat
diperbincangkan di kalangan pegawai baik itu instansi pemerintah
maupun swasta. Remunerasi diidentifikasi sebagai salah satu faktor
yang mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai dalam
menjalankan tugasnya. Remunerasi merupakan imbalan atau balas
jasa yang diberikan kepada tenaga kerja atau pegawai sebagai akibat
dari prestasi yang telah diberikannya dalam rangka mencapai tujuan
organisasi (Sofa, 2008). Pengertian ini mengisyaratkan bahwa
keberadaan remunerasi didalam suatu organisasi perusahaan tidak
dapat diabaikan begitu saja. Sebab, akan terkait langsung dengan
pencapaian tujuan perusahaan. Remunerasi yang rendah tidak dapat
dipertanggungjawabkan, baik dilihat dari sisi kemanusiaan maupun
dari sisi kelangsungan hidup perusahaan.
Remunerasi jika diartikan secara harfiahnya adalah "payment"
atau penggajian, bisa juga diartikan sebagai uang ataupun substitusi
dari uang yang ditetapkan dengan peraturan tertentu sebagai imbal
balik suatu pekerjaan dan bersifat rutin tidak termasuk lembur dan
honor. Remunerasi dilaksanakan guna mendorong SDM yang
38
berkualitas, memelihara SDM yang produktif sehingga tidak pindah
ke sektor swasta dan membentuk perilaku yang berorientasi pada
pelayanan serta mengurangi KKN.
Remunerasi berasal dari bahasa Inggris yaitu Remuneration.
Wikipedia memberi penjelasan, "Remuneration is pay or salary,
typically a monetary payment for services rendered, as in an
employment. Remunerasi mempunyai makna lebih luas dari pada
gaji, karena mencakup semua imbalan, baik yang berbentuk uang
maupun barang, baik yang diberikan secara langsung maupun tidak
langsung dan baik yang bersifat rutin maupun tidak rutin, imbalan
langsung terdiri dari gaji/upah, tunjangan jabatan, tunjangan khusus,
bonus yang dikaitkan atau tidak dikaitkan dengan prestasi dan
berbagai jenis bantuan terdiri dari fasilitas, kesehatan, dana pensiun,
gaji, cuti, dan santunan musibah.
Sementara itu, pengertian remunerasi menurut Mondy dan Noe,
1993:394 dalam Marwansyah, 2010:269) menjelaskan bahwa
remunerasi sebagai bentuk imbalan yang diterima oleh seorang
karyawan atas kontribusi mereka terhadap organisasi. Pada dasarnya,
remunerasi merupakan alat untuk mewujudkan visi dan misi
organisasi karena remunerasi itu sendiri bertujuan untuk menarik
pegawai yang cakap dan berpengalaman, mempertahankan pegawai
yang berkualitas, memotivasi pegawai untuk bekerja dengan efektif,
memotivasi terbentuknya perilaku yang positif, dan menjadi alat
39
untuk mengendalikan pengeluaran, dimana hal tersebut merupakan
faktor-faktor yang dapat membantu pencapaian visi misi organisasi.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa remunerasi merupakan pemberian
imbalan kepada pegawai dari organisasi/perusahaan atas usaha atau
kinerja yang telah dilakukan oleh pegawai, baik dalam bentuk
financial maupun non financial. Remunerasi ini bertujuan untuk
meningkatkan kinerja pegawai dalam mencapai tujuan
organisasi/perusahaan. Sistem remunerasi suatu organisasi tentu
berbeda-beda, tergantung kebijakan dari perusahaan itu sendiri.
b. Tujuan Pemberian Remunerasi
Pemberian remunerasi atas prestasi pegawai merupakan salah
satu mekanisme yang penting untuk memberikan semangat dalam
melakukan segala sesuatu yang berhubungan dengan pekerjaan sesuai
dengan keinginan dan kebutuhan organisasi yang merupakan masalah
utama dalam mencapai tujuan. Pada dasarnya tujuan dari sistem
remunerasi adalah untuk membantu menciptakan kesadaran bersama
diantara individu agar bersedia bekerja sama dengan organisasi dan
mengerjakan segala sesuatu yang dibutuhkan organisasi.
Menurut Samsudin (2006) dalam Iqbal Mukhti dan Rudy
Fachruddin (2016) berpendapat bahwa tujuan pemberian remunerasi
antara lain sebagai berikut:
1) Pemenuhan Kebutuhan Ekonomi
40
Pegawai menerima kompensasi berupa gaji, upah, atau bentuk
lain adalah untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.
2) Menunjukkan Keseimbangan dan Keadilan
Ini berarti pemberian remunerasi berhubungan dengan
persyaratan yang harus dipenuhi oleh pegawai pada jabatan yang
ia duduki, sehingga tercipta keseimbangan antara input dan
output.
3) Memajukan Lembaga atau Perusahaan
Semakin berani suatu lembaga memberikan remunerasi yang
tinggi dapat dijadikan tolok ukur bahwa semakin berhasil
lembaga tersebut membangun prestasi kerja pegawainya, karena
pemberian remunerasi yang tinggi hanya mungkin dilakukan
apabila lembaga tersebut memiliki pendapatan yang cukup tinggi
dan mau memberikan remunerasi yang tinggi pula dengan
harapan akan semakin maju lembaga tersebut.
4) Meningkatkan Produktivitas Kerja
Pemberian Kompensasi yang makin baik akan dapat mendorong
pegawai bekerja lebih produktif. Pengukuran besar kecilnya
remunerasi dapat dilihat dari komponen remunerasi yang
diterapkan dalam instansi tersebut.
Adapun komponen remunerasi yang diterapkan pada Kantor
Pelayanan Pajak Madya di Jakarta yaitu sesuai dengan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 tentang Pedoman
41
Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas dan
Pegawai Badan Layanan Umum, remunerasi di artikan sebagai bentuk
imbalan atau balas jasa kepada pegawai yang berupa gaji, honorarium,
tunjangan, insentif, bonus, pesangon dan pensiun.
Pendapat lain menurut Mahmudi (2007:167), mengatakan bahwa
tujuan utama sistem remunerasi yaitu sebagai berikut:
1) Untuk menarik orang-orang yang kompenten, berkualitas, dan
berkarakter bergabung dengan organisasi.
2) Untuk mempertahankan orang-orang yang memiliki keunggulan.
3) Kompetensi, berkualitas dan berkarakter baik yang sudah
bergabung dengan organisasi agar tidak keluar dari organisasi.
4) Untuk menjaga agar orang-orang dalam organisasi tetap mau
bekerja karena remunerasi yang tidak memadai memungkinkan
pegawai untuk melakukan mogok kerja yang sebenarnya sangat
merugikan organisasi.
5) Untuk memotivasi pegawai agar mencapai prestasi yang terbaik.
c. Landasan Hukum Kebijakan Remunerasi
Beberapa kebijakan yang menjadi dasar penerapan remunerasi
sebagai bagian dari pelaksanaan reformasi birokrasi diantaranya
adalah sebagai berikut:
1) UU No. 28/1999 tentang penyelenggaraan negara yang
bersih dan bebas dari KKN.
2) UU No. 43 Tahun 1999 tentang perubahan atas UU
42
No.8/1974 tentang pokok-pokok kepegawaian. Salah satu
substansinya menyatakan bahwa setiap pegawai negeri
berhak memperoleh gaji yang adil & layak sesuai dengan
beban pekerjaan dan tanggung jawabnya. (Pasal 7, UU
No.43/1999).
3) UU No. 17 Tahun 2007, tentang Rencana Pembangunan
Nasional Jangka Panjang 2005-2025. Khususnya pada Bab
IV butir 1.2 huruf E, Menyatakan bahwa: Pembangunan
Aparatur Negara dilakukan melalui reformasi birokrasi
untuk meningkatkan profesionalisme aparatur negara dan
tata pemerintahan yang baik di pusat maupun di daerah, agar
mampu mendukung keberhasilan pembangunan di bidang-
bidang lainnya.
4) Perpres Nomor 7 Tahun 2005, tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional.
5) Pepres Nomor 37 Tahun 2015, tentang Tunjangan Kinerja
Pegawai di Lingkungan Direktorat Jendral Pajak.
6) Pepres Nomor 96 Tahun 2017, tentang Tunjangan Kinerja
Pegawai di Lingkungan Direktorat Jendral Pajak.
d. Prinsip Dasar Remunerasi
Penentuan remunerasi menggunakan 3 prinsip dasar remunerasi
menurut Hasibuan (2007:123), agar mendapatkan solusi yang tepat
dan mencapai tujuan yang diinginkan, antara lain:
43
1) Kebersamaan, karena dalam organisasi, pegawai bekerja saling
membutuhkan dan koordinasi yang baik antara pegawai yang satu
dengan pegawai yang lainnya.
2) Keterbukaan, semua pegawai dalam bekerja harus terbuka dan
saling mengingatkan guna pencapaian hasil optimal.
3) Keadilan, dalam pelaksanaannya sistem pembagian remunerasi
ini harus adil dan wajar sesuai dengan penampilan kerja masing-
masing pegawai.
e. Remunerasi Yang Ideal
Arah Kebijakan Jangka Panjang (2004-2010), Program
Reformasi Remunerasi Pegawai Negeri Sipil, diharapkan dapat
mengarah pada sistem remunerasi yang adil dan transparan dengan
berbagai cara, yaitu sebagai berikut:
1) Merumuskan struktur gaji berdasarkan klasifikasi jabatan dan
bobot jabatan (harga jabatan).
2) Merumuskan jenis tunjangan yang dianggap layak untuk
diberikan kepada PNS.
3) Mengkaitkan sistem penggajian dengan sistem penilaian kinerja
dengan tujuan untuk memacu prestasi dan motivasi kerja.
4) Menata sumber-sumber pembiayaan gaji agar tercipta
transparansi dalam sistem penggajian dan mendorong
pengintegrasian anggaran rutin dan pembangunan agar tersedia
dana yang cukup bagi pembayaran gaji PNS secara layak.
44
Dengan penerapan struktur gaji Pegawai Negeri ini, maka tidak
ada lagi honor-honor, dan penghasilan lain diluar gaji dan
tunjangan yang resmi
5) Mengupayakan agar penghasilan PNS disesuaikan dengan tingkat
inflasi, antara lain: dengan membuat indeks untuk dijadikan dasar
bagi penyesuaian gaji dan tunjangan.
6) Agar beban anggaran belanja pegawai tidak terlalu besar, maka
perlu dirumuskan kebijakan outsourcing untuk jabatan fungsional
umum, khususnya yang menyangkut masalah rekrutmen dan
penggajian.
7) Menyusun Peraturan Pemerintah tentang dana pensiun dalam
menata pengelolaan dana pensiun.
5. Budaya Organisasi
a. Pengertian Budaya Organisasi
Budaya organisasi didefinisikan sebagai filosofi dasar organisasi
yang memuat keyakinan, norma-norma, dan nilai-nilai bersama yang
menjadi karakteristik inti tentang bagaimana cara melakukan
sesuatudalam organiasasi. Keyakinan, norma-norma, dan nilai-nilai
tersebut menjadi pegangan semua sumber daya manusia dalam
organisasi dalam melaksanakan kinerjanya (Wibowo, 2013).
Sedangkan menurut Schein dalam Kusdi (2011)
menyederhanakan mengenai budaya organisasi menjadi tiga lapisan
berdasarkan tingkat kedalamannya, yaitu artifak yang meliputi
45
elemen-elemen yang paling kasat mata dan berada pada lapisan
terluar, nilai-nilai yang sifatnya lebih abstrak, tetapi masih berada
dalam ruang lingkup kesadaran pelaku, dan asumsi-asumsi atau basic
assumptions yang bersifat kelaziman atau taken for granted dan sering
kali berada di luar kesadaran pelaku.
Definisi lain menurut Moorhead dan Griffin (1992) dalam
Wibowo (2013) menyatakan bahwa budaya organisai merupakan
seperangkat nilai, yang diterima selalu benar, yang membantu
seseorang dalam organisasi untuk memahami tindakan-tindakan mana
yang dapat diterima dan tindakan mana yang tidak dapat diterima.
Menurut Rosidah (2012) berpendapat bahwa budaya organisasi
merupakan suatu norma yang terdiri dari keyakinan, sikap, care value,
dan pola perilaku yang dilakukan orang dalam organisasi. Keyakinan
adalah semua asumsi dan persepsi tentang sesuatu.
Sedangkan pendapat lain menurut Robbins (2011:27)
mendifinisikan budaya organisasi sebagai suatu kerangka kerja
kognitif yang memuat sikap-sikap, nilai-nilai, norma-norma, dan
pengharapan-pengharapan yang dimiliki oleh anggota-anggota
organisasi.
Dari beberapa definisi yang telah dikemukakan diatas, dapat
disimpulkan bahwa budaya organisasi merupakan suatu sikap, nilai-
nilai atau norma-norma yang dapat mempengaruhi pola perilaku atau
sikap seseorang dalam suatu organisasi.
46
b. Fungsi Budaya Organisasi
Fungsi budaya organisasi menunjukkan peranan atau kegunaan
dari budaya organisasi. Fungsi budaya organisasi menurut Robert
Kreitner dan Anggolo Kinicki (2013) adalah:
1) Memberi anggota identitas organisasional, menjadikan
perusahaan diakui sebagai perusahaan yang inovatif. Identitas
organisasi menunjukkan ciri khas yang membedakan dengan
organisasi lain yang mempunyai sifat khas yang berbeda.
2) Memfasilitasi komitmen kolektif, perusahaan nmampu membuat
pekerjaannya bangga menjadi bagian daripadanya. Anggota
organisasi mempunyai komitmen bersama tentang norma-norma
dalam organisasi yang harus diikuti dan tujuan bersama yang
harus dicapai.
3) Meningkatkan stabilitas sistem sosial sehingga mencerminkan
bahwa lingkungan kerja dirasakan positif dan diperkuat, konflik
dan perubahan dapat dikelola secara efektif. Dengan kesepakatan
bersama tentang budaya organisasi yang harus dijalani mampu
membuat lingkungan dan interaksi sosial berjalan dengan stabil
dan tanpa gejolak.
4) Membentuk perilaku dengan membantu anggota menyadari atas
lingkungannya. Budaya organisasi dapat menjadi alat untuk
membuat orang berfikir sehat dan masuk akal.
c. Karakterisitik Budaya Organisasi
47
Budaya organisasi adalah suatu sistem dari makna bersama yang
dianut oleh anggota-anggotanya dan membedakan organisasi tersebut
dari organisasi lainnya. Dalam sistem makna bersama ini terdapat
seperangkat karakteristik utama yang dihargai oleh organisasi itu.
Karakteristik-karakteristik budaya organisasi menurut Robbins
(2011:129) adalah sebagai berikut:
1) Inisiatif individual, yaitu tingkat tanggung jawab, kebebasan atau
independensi (tidak dapat dipengaruhi) yang dimiliki oleh setiap
anggota organisasi dalam mengemukakan pendapat. Insiatif
individu tersebut perlu dihargai oleh kelompok atau pimpinan
suatu organisasi sepanjang menyangkut ide untuk memajukan
dan mengembangkan organisasi atau perusahaan.
2) Toleransi terhadap tindakan beresiko, suatu budaya organisasi
dikatakan baik apabila dapat memberikan toleransi kepada
anggota atau para karyawan untuk dapat bertindak agresif dan
inovatif.
3) Pengarahan, dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana
organisasi atau perusahaan dapat menciptakan dengan jelas
sasaran dan harapan yang diinginkan. Sasaran dan harapan
tersebut jelas tercantum dalam visi, misi, dan tujuan organisasi,
kondisi ini dapat berpengaruh terhadap kinerja organisasi atau
perusahaan.
4) Integrasi, dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana organisasi
48
atau perusahaan dapat mendorong unit-unit organisasi untuk
bekerja dengan cara yang terkoordinasi. Kekompakan unit-unit
tersebut dapat mendorong kualitas dan kuantitas pekerjaan yang
dihasilkan.
5) Dukungan manjemen, dimaksudkan untuk mengetahui sejauh
mana para manjer dapat memberikan komunikasi atau arahan,
bantuan serta dukungan yang jelas terhadap bawahan.
6) Kotrol, alat kontrol yang dapat dipakai adalah peraturan-
peraturan atau norma-norma yang berlaku dalam suatu organisasi
atau perusahaan. Diperlukan sejumlah peraturan dan tenaga
pengawas yang dapat digunakan untuk mengawasi dan
mengendalikan perilaku karyawan dalam suatu organisasi.
7) Identitas, dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana para
anggota suatu organisasi atau perusahaan dapat
mengidentifikasikan dirinya sebagai suatu kesatuan dalam
perusahaan dan bukan sebagai kelompok ke