pengaruh religiusitas dan moral disengagement...
TRANSCRIPT
PENGARUH RELIGIUSITAS DAN MORAL DISENGAGEMENT
TERHADAP AGRESIVITAS MASYARAKAT DESA KAMPUNG
MELAYU TIMUR KECAMATAN TELUKNAGA, TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Pesyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
SONIA PEBRIANI NR
NIM: 1110070000015
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
i
PENGARUH RELIGIUSITAS DAN MORAL DISENGAGEMENT
TERHADAP AGRESIVITAS MASYARAKAT DESA KAMPUNG
MELAYU TIMUR KECAMATAN TELUKNAGA, TANGERANG
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Pesyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Psikologi (S.Psi)
Oleh:
SONIA PEBRIANI NR
NIM: 1110070000015
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2015 M/1436 H
v
LEMBAR PERSEMBAHAN DAN MOTTO
Untuk kedua orang tuaku Yang dalam setiap hela nafasnya adalah doa untuk sang anak
Untaian kata dalam skripsi ini adalah baktiku Mohonku hanya doa dan restu kalian
Untuk lembaran baru kehidupanku kelak
Tak perlu menjelaskan tentang dirimu pada siapapun.
Karena yang menyukaimu tidak membutuhkannya.
Dan yang membencimu tidak akan mempercayainya.
(Ali bin Abi Thalib)
≈ Seperti bintang di langit yang kelam,
aku akan berlalu seiring berjalan waktu ≈
vi
ABSTRAK
A) Fakultas Psikologi
B) Januari 2015
C) Sonia Pebriani NR
D) Pengaruh Religiusitas dan Moral Disengagement terhadap Agresivitas
Masyarakat Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang
E) xvii + 115 Halaman + Lampiran
F) Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh religiusitas, moral
disengagement dan demografi (jenis kelamin) terhadap agresivitas masyarakat
desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang. Penelitian yang
menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi berganda ini
mengambil masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga,
Tangerang sebagai populasinya. Dari populasi tersebut peneliti menggunakan
teknik accidental sampling untuk pemilihan sampel sebanyak 190 orang yang
berusia 20-50 tahun. Instrumen pengumpulan data dengan menggunakan skala
agresivitas, religiusitas dan moral disengagement. Analisis data penelitian
menggunakan software SPSS, sedangkan untuk pengujian validitas konstruk
menggunakan Lisrel.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan religiusitas,
moral disengagement dan jenis kelamin terhadap agresivitas masyarakat. Hasil
uji hipotesis minor yang menguji pengaruh dari independent variable hanya satu
dimensi dari variabel religiusitas yang berpengaruh terhadap agresivitas
masyarakat, yaitu unvengefulness. Selanjutnya dari variabel moral
disengagement hanya dimensi blaming/dehumanizing the victim yang
berpengaruh terhadap agresivitas masyarakat. Adapun variabel demografi (jenis
kelamin) tidak berpengaruh terhadap agresivitas masyarakat. Hasil penelitian ini
juga menunjukkan proporsi varians dari agresivitas yang dijelaskan oleh seluruh
independent variabel adalah sebesar 36.6%, sedangkan 63.4% dipengaruhi oleh
variabel lain di luar penelitian ini. Untuk penelitian selanjutnya, penulis
menyarankan agar menggunakan variabel lain seperti emosi, kontrol diri, tipe
kepribadian, konformitas, budaya atau independent variable lain yang mungkin
berpengaruh terhadap agresivitas.
G) Bahan bacaan: 11 Jurnal + 8 Buku + 8 Artikel + 1 Desertasi + 5 Skripsi
vii
ABSTRACT
A) Faculty of Psychology
B) December 2014
C) Sonia Pebriani NR
D) The Effect of Religiosity and Moral Disengagement of the village of Kampung
Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang Community to Aggressiveness
E) xvii + 115 pages + appendix
F) This study aimed to examine the effect of religiosity, moral disengagement, and
demographics (gender) to the villagers of Kampung Melayu Timur
aggressiveness subdistrict Teluknaga. The study, using a quantitative approach
with multiple regression analysis is taking the villagers of Kampung Melayu
Timur subdistrict Teluknaga as population. Of the population of researcher using
accidental sampling technique for the selection of a sample of 190 people aged
20-50 years. The data collection instrument using a scale of aggressiveness,
religiosity and moral disengagement. The research data analysis using SPSS
software, while for the construct validity testing using Lisrel.
The results showed that there was a significant effect of religiosity, moral
disengagement, and gender of the aggressiveness of the community. The result of
the hypothesis test that examines the effect of minor independent variable is only
one dimension of religiosity variables that affect the aggressiveness of society,
namely unvengefulness. Furthermore, the moral disengagement of variable
dimensions just blaming/dehumanizing the victim that affect the aggressiveness
of society. The demographic variables (sex) do not affect the aggressiveness of
society. The results of this study also shows the proportion of variance explained
by the aggressiveness of the entire independent variable is equal to 36.6%, while
63.4% influenced by other variables outside of this research. For further research,
the authors suggest that the use of other variables such as emotion, self control,
personality type, conformity, cultural or any other independent variables that
may affect the aggressiveness.
G) Reading material: 11 journals + 8 books + 8 articles + 1 dissertation + 5 Thesis
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
izin-Nya peneliti dapat menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul “Pengaruh
Religiusitas dan Moral Disengagement terhadap Agresivitas Masyarakat Desa
Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang”.
Tak lupa shalawat serta salam peneliti selalu curahkan kepada junjungan kita
Nabi Muhammad SAW, berikut para keluarga dan sahabat. Penelitian skripsi ini
diajukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana
Psikologi pada Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena
itu, dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Abdul Mujib, M.Ag, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dan jajarannya serta seluruh civitas akademik
Fakultas Psikologi. Terima kasih atas segala bantuan, bimbingan, dan arahannya
selama ini.
2. Ibu Solicha, M.Si selaku dosen pembimbing I dan ibu Ima Sri Rahmani, M.A.,
Psi selaku dosen pembimbing II. Terima kasih atas waktu, tenaga, pikiran, dan
ilmu yang diberikan kepada peneliti. Semoga Allah membalas budi baik ibu
berlipat ganda.
ix
3. Pimpinan dan seluruh staff desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga,
Tangerang yang telah memberikan kemudahan dan menyediakan waktu untuk
penulis dalam melakukan penelitian. Seluruh masyarakat desa Kampung Melayu
Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang atas bantuan dan kerjasamanya dalam
memperoleh data-data selama penulis melakukan penelitian.
4. Mamah dan Aa yang tak pernah hentinya mendoakan anakmu ini, maaf selalu
membuat kalian cemas. Terima kasih untuk segala asa kalian yang tak akan
pernah ternilai oleh apapun. Mengingat kalian adalah kekuatan terbesar dalam
menyelesaikan skripsi ini.
5. Kakak-kakakku, Ujang, Nde, Asep, Ai yang selalu bersedia untuk direpotkan.
Terima kasih telah melindungi dan menjadi saudara terbaik untuk adikmu ini.
Keluarga besar Emak dan Bapak. Kalian adalah keluarga terbaik yang peneliti
miliki.
6. Ahmad Fauzi yang tidak pernah bosan mengajarkan peneliti untuk menjadi
seseorang yang lebih baik. Terima kasih atas kesabaran dan kesetiannya.
Keluarga besar Pondok Pesantren Dzunnuraini. Terima kasih selalu memberikan
bantuan, nasehat dan doa untuk peneliti. Dukungan kalian adalah salah satu
motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Ibu Neneng Tati Sumiati, M.Si, Psi selaku dosen pembimbing akademik. Terima
kasih atas semangat dan nasehat ibu di dalam ataupun luar perkuliahan.
x
8. Yashika Angesti, sahabat baik yang telah bersama-sama berjuang dari awal
sampai akhir meski dalam berbagai keadaan. Terima kasih selalu memberikan
bantuan, dukungan, dan perhatian. Semoga kebersamaan ini akan menjadi cerita
indah yang selalu dikenang.
9. Fauzia, Nurul, Putri, sahabat yang sudah seperti saudara dan setia menemani
sejak kecil. Yuni dan Ajri, terima kasih telah menemani masa putih abu-abu.
Kalian sahabat terbaik yang selalu mendukung dan memberi semangat. Semoga
selamanya kita menjadi sahabat.
10. Teman-teman kelas A angkatan 2010, terima kasih atas berbagai pengalaman
berharga yang telah diberikan saat masa-masa kuliah. Terkhusus untuk teman
seperjuangan Dewi Mayangsari, Intan Suryani, Rahmatul Aufa, Khirza Nurmala
dan Ferdiansah Daulay. Semoga ilmu yang kita dapat bermanfaat.
11. Ita Siti Nurhalimah dan Isna Ernawati yang selalu ceria dan ramai setiap harinya.
Terima kasih atas bantuan moril dan materilnya.
12. Teman-teman kosan, Nina Nurmilah, Epin Kurniasih, Ifa, Iin, Ai Nur Fatwa.
Terima kasih untuk bantuan, dukungan, doa dan sarannya, semoga silaturahmi di
antar kita tetap terjaga sampai nanti.
13. Pak deden yang selalu menyapa dan memberikan senyuman manis. Terima kasih
telah menemani peneliti saat di perpustakaan. Semoga Allah selalu membalas
kebaikan bapak.
xi
14. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas
dukungan dan bantuan yang diberikan.
Akhirul kalam, tiada gading yang tak retak. Oleh karena itu, segala kritik dan
saran yang bersifat membangun sangat diharapkan sebagai bahan penyempurnaan
penelitian ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi pada penelitian
selanjutnya.
Jakarta, 22 Desember 2014
Peneliti
xii
DAFTAR ISI
Halaman Judul……………………………………………………………. i
Lembar Persetujuan……………………………………………………… ii
Lembar Orisinalitas………………………………………………………. iii
Lembar Pengesahan……………………………………………………… iv
Lembar Persembahan dan Motto……………………………………….. v
Abstrak……………………………………………………………………. vi
Kata Pengantar…………………………………………………………… viii
Daftar Isi…………………………………………………………………... xii
Daftar Tabel………………………………………………………………. xv
Daftar Gambar……………………………………………………………. xvi
Daftar Lampiran………………………………………………………….. xvii
BAB 1 PENDAHULUAN…………………………………………….. 1-13
1.1 Latar Belakang Masalah…………………………………... 1
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah……………………... 9
1.2.1 Pembatasan masalah……………………………….. 9
1.2.2 Perumusan masalah………………………………... 10
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian…………………………… 11
1.3.1 Tujuan penelitian…………………………………... 11
1.3.2 Manfaat penelitian…………………………………. 11
1.4 Sistematika Penulisan……………………………………... 12
BAB 2 LANDASAN TEORI………………………………………….. 14-41
2.1 Agresivitas…………………………………………………. 14
2.1.1 Definisi agresivitas………………………………… 14
2.1.2 Bentuk-bentuk agresivitas…………………………. 15
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas…….. 17
2.1.4 Pengukuran agresivitas…………………………….. 19
2.2 Religiusitas………………………………………………... 21
2.2.1 Definisi religiusitas………………………………... 21
2.2.2 Dimensi-dimensi religiusitas……………………… 22
2.2.3 Pengukuran religiusitas……………………………. 24
2.3 Moral Disengagement.......................................................... 26
2.3.1 Definisi moral disengagement…………………….. 26
2.3.2 Mekanisme moral disengagement………………… 27
xiii
2.3.3 Pengukuran moral disengagement………………… 31
2.4 Kerangka Berpikir…………………………………………. 33
2.5 Hipotesis Penelitian………………………………………... 38
BAB 3 METODE PENELITIAN……………………………………... 42-84
3.1 Populasi dan Sampel………………………………………. 42
3.2 Variabel Penelitian………………………………………… 43
3.2.1 Identifikasi variabel penelitian……………………. 43
3.2.2 Definisi operasional variabel……………………… 43
3.3 Instrumen Pengumpulan Data…………………………….. 45
3.4 Uji Validitas Konstruk…………………………………….. 49
3.4.1 Uji validitas konstruk agresivitas………………….. 51
3.4.1.1 Agresivitas fisik…………………………… 51
3.4.1.2 Agresivitas verbal…………………………. 53
3.4.1.3 Agresivitas anger…………………………. 54
3.4.1.4 Agresivitas hostility……………………….. 56
3.4.2 Uji validitaas konstruk religiusitas………………... 58
3.4.2.1 General religiosity………………………… 58
3.4.2.2 Social religiosity………………………….. 61
3.4.2.3 Forgiveness………………………………... 63
3.4.2.4 God as judge………………………………. 64
3.4.2.5 Thankfulness………………………………. 66
3.4.2.6 Unvengefulness……………………………. 68
3.4.2.7 Involve god………………………………... 70
3.4.3 Uji validitas konstruk moral disengagement............ 72
3.4.3.1 Cognitive restructuring……………………………. 72
3.4.3.2 Minimizing agency………………………………... 74
3.4.3.3 Distortion of negative consequences……………… 76
3.4.3.4 Blaming/dehumanizing the victim………………… 77
3.5 Prosedur Pengumpulan Data……………………………… 79
3.6 Metode Analisis Data……………………………………... 81
BAB 4 HASIL PENELITIAN………………………………………… 85-100
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Derdasarkan Data Demografi.. 85
4.2 Hasil Analisis Deskriptif…………………………………... 86
4.3 Kategorisasi Skor Variabel………………………………... 88
4.4 Uji Hipotesis……………………………………………….. 90
xiv
4.4.1 Hipotesis mayor……………………………………. 91
4.4.2 Hipotesis minor…………………………………….. 92
4.5 Proporsi Varians Masing-masing IV………………………. 96
BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN…………………… 101-110
5.1 Kesimpulan………………………………………………... 101
5.2 Diskusi……………………………………………………... 102
5.3 Saran……………………………………………………….. 108
5.3.1 Saran metodologis………………………………….. 108
5.3.2 Saran praktis………………………………………... 109
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Skor untuk pernyataan positif dan negatif skala likert……….. 45
Tabel 3.2 Blue print skala agresivitas…………………………………… 46
Tabel 3.3 Blue print skala religiusitas…………………………………… 47
Tabel 3.4 Blue print skala moral disengagement………………………... 48
Tabel 3.5 Muatan faktor dimensi agresivitas fisik………………………. 52
Tabel 3.6 Muatan faktor dimensi agresivitas verbal…………………….. 54
Tabel 3.7 Muatan faktor dimensi agresivitas anger……………………... 56
Tabel 3.8 Muatan faktor dimensi agresivitas hostility…………………... 58
Tabel 3.9 Muatan faktor dimensi general religiosity……………………. 60
Tabel 3.10 Muatan faktor dimensi social religiosity……………………... 62
Tabel 3.11 Muatan faktor dimensi forgiveness…………………………… 64
Tabel 3.12 Muatan faktor dimensi god as judge………………………….. 66
Tabel 3.13 Muatan faktor dimensi thankfulness………………………….. 68
Tabel 3.14 Muatan faktor dimensi unvengefulness……………………….. 70
Tabel 3.15 Muatan faktor dimensi involve god…………………………... 72
Tabel 3.16 Muatan faktor dimensi cognitive restructuring………………. 74
Tabel 3.17 Muatan faktor dimensi minimizing agency…………………… 75
Tabel 3.18 Muatan faktor dimensi distortion of negative consequences…. 77
Tabel 3.19 Muatan faktor dimensi blaming/dehumanizing the victim……. 79
Tabel 4.1 Deskripsi subjek penelitian berdasarkan data demografi…….. 85
Tabel 4.2 Analisis deskriptif…………………………………………….. 86
Tabel 4.3 Norma skor variabel…………………………………………... 88
Tabel 4.4 Kategorisasi skor variabel…………………………………….. 89
Tabel 4.5 Tabel model summary………………………………………… 91
Tabel 4.6 Anova pengaruh keselurusan IV terhadap DV………………. 92
Tabel 4.7 Koefisien regresi……………………………………………… 93
Tabel 4.8 Proporsi varians………………………………………………. 96
Tabel 4.9 Sumbangan masing-masing IV………………………………. 99
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Skema pengaruh religiusitas, moral disengagement dan
demografi terhadap agresivitas……………………………..
37
Gambar 3.1 Path diagram faktor agresivitas fisik……………………… 51
Gambar 3.2 Path diagram faktor agresivitas verbal……………………. 53
Gambar 3.3 Path diagram faktor agresivitas anger…………………….. 55
Gambar 3.4 Path diagram faktor agresivitas hostility………………….. 57
Gambar 3.5 Path diagram faktor general religiosity…………………… 59
Gambar 3.6 Path diagram faktor social religiosity…………………….. 61
Gambar 3.7 Path diagram faktor forgiveness…………………………... 63
Gambar 3.8 Path diagram faktor god as judge…………………………. 65
Gambar 3.9 Path diagram faktor thankfulness…………………………. 66
Gambar 3.10 Path diagram faktor unvengefulness………………………. 69
Gambar 3.11 Path diagram faktor involve god………………………….. 71
Gambar 3.12 Path diagram faktor cognitive restructuring…………….... 73
Gambar 3.13 Path diagram faktor minimizing agency…………………... 74
Gambar 3.14 Path diagram faktor distortion of negative consequences… 76
Gambar 3.15 Path diagram faktor blaming/dehumanizing the victim…… 78
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Surat izin penelitian
Lampiran B Surat balasan penelitian
Lampiran C Kuesioner penelitian
Lampiran D Contoh syntax CFA agresivitas fisik
Lampiran E Contoh output CFA agresivitas fisik
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan ini diuraikan latar belakang masalah, pembatasan dan
perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfat penelitian.
1.1 Latar Belakang Masalah
Banyak sekali insiden yang terjadi sebagai manifestasi perilaku agresif, baik secara
verbal (kata-kata) maupun non-verbal. Saat ini, ekspose berbagai ragam perwujudan
daripada perilaku agresi bisa kita jumpai hampir pada setiap media massa, bahkan
dalam kehidupan lingkungan kita. Mencaci maki, mengumpat, perampokan,
pembunuhan, kerusuhan dan tindak kekerasan serta segala jenis perilaku kriminal
baik yang dilakukan secara individu maupun kelompok merupakan perwujudan dari
perilaku agresif ini.
Konflik antar warga merupakan salah satu persoalan yang tidak ada habisnya
untuk dibahas. Konflik antarwarga ini dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk dari
agresivitas karena perilaku tersebut merupakan perilaku negatif yang merupakan
suatu tingkah laku yang tertuju pada keberhasilan menyakiti atau melukai makhluk
hidup yang tidak ingin diperlakukan demikian (Baron & Byrne, 2005). Kemarahan
dan kekerasan yang terjadi seolah menggantikan sopan-santun dan jiwa gotong-
royong masyarakat yang dahulu sering dislogankan di ruang-ruang publik. Kini label
2
yang mudah melekat bukan lagi bangsa yang ramah, melainkan bangsa yang mudah
marah. Konflik antarwarga itu nyaris sepanjang tahun dan bertebaran hampir di
seluruh daerah di Indonesia. Berdasarkan data yang dimiliki Kemendagri, jumlah
konflik sosial pada 2010 sebanyak 93 kasus, kemudian menurun pada 2011 menjadi
77 kasus, namun kemudian meningkat pada 2012 menjadi 89 kasus hingga akhir
Agustus (Antaranews.com, 25/9/2012). Sekarang sudah menurun angkanya, dari 128
kasus di 2012 menjadi 85 kasus di 2013 (Kompas.com, 6/12/2013).
Secara umum ada beberapa sebab yang melatarbelakangi konflik sosial yang
terjadi di tengah-tengah masyarakat yang paling banyak di antaranya adalah dipicu
oleh ekses pilkada atau pemilihan kepala daerah secara langsung yang kerap kali
memunculkan kelompok-kelompok di antara masyarakat yang mendukung pasangan
calon kepala dan wakil kepala daerah. Akibatnya, terjadilah persaingan antar
kelompok di masyarakat. Hal itu sering mengarah pada persaingan sengit, terkadang
menjurus pada perpecahan bahkan tidak jarang mengarah pada penggunaan fisik dan
kekerasan yang menyebabkan terjadinya gesekan antar pasangan beserta kelompok
pendukungnya, bahkan sampai terjadi bentrok dan tindakan anarkis.
Seperti halnya konflik yang terjadi di Kabupaten Tangerang pada pemilihan
kepada desa (pilkades) serentak yang digelar di 147 desa, pada 30 Juni 2013 lalu,
hingga kini masih menyisakan persoalan. Di Desa Kampung Melayu Timur
Kecamatan Teluknaga, massa pendukung salah satu calon kepala desa meminta
pelaksanaan pilkades digelar ulang. Selain itu, ratusan warga Desa Cirarab
3
Kecamatan Legok, menggelar aksi unjuk rasa di kantor Bupati Tangerang, Jumat
(19/07/2013). Sempat terjadi keributan antara pengunjuk rasa dan Satuan Polisi
Pamong Praja (Satpol PP) kabupaten Tangerang, saat pengunjuk rasa mencoba
merangsek masuk ke dalam kantor Bupati Tangerang untuk menemui Kabag
Pemerintah Desa (TrustKota.com, 9 Juli 2013). Bahkan Petugas Reskrim Polresta
Tangerang berhasil mengamankan tujuh orang yang diduga sebagai pelaku
pengerusakan kantor Desa Pondok Jaya Kecamatan Sepatan, Tangerang, Minggu
(30/6) malam lalu. Mereka melakukan pengerusakan karena tidak puas terhadap
penghitungan suara hasil pemilihan kepala desa (pilkades) di desa tersebut
(Merdeka.com, 2 Juli 2013).
Perilaku agresif yang terjadi di kalangan masyarakat akhir-akhir ini
menunjukkan adanya peningkatan kualitas. Tindakan agresif yang dilakukan bukan
hanya terjadi secara secara kebetulan atau musiman, melainkan sudah menjadi
kebiasaan bahkan terencana. Tingkah laku agresif oleh sebagian orang juga
dilakukan untuk mengungkapkan emosinya ketika ada sesuatu yang tidak
menyenangkan bagi orang tersebut. Sebagaimana yang dimaksud oleh Buss dan
Perry (1992) bahwa yang dimaksud agresivitas adalah mengacu pada kecenderungan
yang relatif tetap untuk menjadi agresif dalam berbagai situasi yang berbeda. Di
mana agresi itu sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti
seseorang berupa agresi fisik, agresi verbal, kemarahan dan permusuhan.
4
Berdasarkan studi literatur, peneliti menyimpulkan beberapa faktor yang
mempengaruhi agresivitas, seperti: tipe kepribadian, religiusitas (Kundarto, 2012),
self-esteem, kecerdasan emosi, konformitas (Fajri, 2013), kontrol diri (Hasanah,
2014), terjadinya moral disengagement, tekanan teman sebaya (Hymel, Henderson &
Bonanno, 2005) dan lain sebagainya. Hasil penelitian Hymel, et.al., (2005)
menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku agresif pada remaja
diantaranya: moral disengagement (peregangan moral), poor home environments
(lingkungan rumah yang buruk), ineffective parenting and school practices (pola
asuh dan kebiasaan yang tidak efektif di sekolah), peer pressure or exposure to
violent media (tekanan teman sebaya atau keterbukaan media). Hasil penelitian
Hardy, Walker, Rackham dan Olsen (2012) menemukan adanya hubungan antara
religious commitment dan agresi dan empati dengan moral identity sebagai mediator.
Dari beberapa faktor yang sudah disebutkan sebelumnya, peneliti hanya
menentukan beberapa faktor yang mempengaruhi agresivitas, yaitu: religiusitas dan
moral disengagement yang merupakan faktor internal yang mempengaruhi
agresivitas seseorang. Religiusitas merupakan salah satu faktor yang mengacu pada
faktor sosio-kultural dalam perilaku agresif. Faktor ini dijadikan sebagai faktor
internal bagaimana perilaku agresif tersebut terjadi pada seseorang dan untuk
mengukur sejauh mana nilai-nilai agama terinternalisasi dalam dirinya dan
bagaimana implikasi hal tersebut terhadap perilaku agresif yang dilakukan secara
umum.
5
Penelitian Mufidha (2008) tentang hubungan religiusitas dengan perilaku
agresif remaja pada siswa Madrasah Tsanawiyah Persiapan Negeri Batu Malang,
menunjukkan hasil perhitungan skor religius dan perilaku agresif sebesar -0,418
dengan taraf signifikansi 5%. Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan yang
negatif antara variabel religiusitas (x) dengan perilaku agresif (y), artinya semakin
tinggi tingkat religiusitas maka semakin rendah tingkat agresivitas pada siswa remaja
MTs Persiapan Negeri Batu, sebaliknya semakin rendah tingkat religiusitas maka
semakin tinggi tingkat agresivitas. Penelitian Kundarto (2012) mengenai pengaruh
kepribadian dan religiusitas terhadap perilaku agresi ibu kepada anak, hasilnya
menunjukkan bahwa terdapat pengaruh signifikan religiusitas terhadap perilaku
agresif ibu kepada anak.
Shaw, Quezada dan Zarate (2011) meneliti tentang bagaimana kekerasan
yang diprediksi dari adanya pengaruh religiusitas dan keteguhan moral (moral
certainty). Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa pada tingkat keteguhan moral
yang lebih tinggi, religiusitas memiliki peranan yang lebih besar pada munculnya
bentuk kekerasan yang dilakukan. Namun kekurangan pada penelitian ini adalah
religiusitas yang diukur hanya pada religious identity.
Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh religiusitas
terhadap agresivitas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang serupa.
Perbedaan dengan penelitian terdahulu adalah sampel yang digunakan. Jika
penelitian yang dilakukan oleh Mufidha (2008) dengan sampel remaja dan Kundarto
6
(2011) dengan sampel para ibu, maka dalam penelitian ini, sampel yang digunakan
adalah masyarakat umum yang berusia 20-50 tahun. Selain itu penulis juga
mengukur religiusitas yang bersifat multidimensional sehingga diharapkan dapat
mengukur religiusitas, baik dari segi ekstrinsik yang berupa ritual/kegiatan
keagamaan serta segi intrinsiknya, yang tergabung dalam dimensi religiusitas seperti
general religiosity (coping religious); social religiosity forgiveness; Tuhan sebagai
penentu/hakim (god as judge); rasa berterima kasih (thankfulness); perasaan tidak
dendam (unvengefulness) dan keterlibatan Tuhan dalam aktifitas keseharian (involve
god) (Kendler, Liu, Gardner, McCullough, Larson, & Prescott, 2003).
Aspek lain yang dapat mempengaruhi agresivitas adalah moral
disengagement. Menurut Bandura (dalam Hymel et.al, 2005) moral disengagement
sebagai suatu proses sosiokognitif di mana rata-rata orang mampu melakukan
perbuatan yang mengerikan terhadap orang lain. Mekanisme yang terjadi dalam
proses moral disengagement menurut Hymel, et.al., (2005) meliputi: cognitive
restructuring (restrukturasi kognitif), minimizing agency (agensi yang diminimalisir),
distortion of negative consequences (menghilangkan konsekuensi negatif) dan
blaming/dehumanizing the victim (menyalahkan atau merendahkan korban).
Hasil dari penelitian Rohmah (2013) yang telah dilakukan pada siswa SMPN
1 Sepatan membuktikan bahwa ada pengaruh yang signifikan pola asuh, self-esteem,
moral disengagement dan demografi terhadap kecenderungan bullying. Dari hasil
penelitian tersebut menunjukan bahwa variabel cognitive restructuring memiliki
7
pengaruh yang signifikan terhadap bullying artinya semakin tinggi cognitive
restructuring maka semakin tinggi pula kecenderungan bullying.
Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Hymel, et.al., (2005) yang
menunjukkan bahwa anak yang melakukan bullying memiliki moral disengagement
yang sangat tinggi. Hal ini didukung juga oleh hasil penelitian Paciello, Fida,
Tramontano, Lupinetti, dan Caprara (2008) yang mengemukakan bahwa remaja yang
mempertahankan tingkat yang lebih tinggi dari moral disengagement lebih
cenderung menunjukkan tindakan agresif dan kekerasan. Namun, sampel dalam
penelitian Paciello, et.al., (2008) berusia 14-20 tahun sedangkan sampel dalam
penelitian ini adalah orang dewasa yang berusia 20-50 tahun.
Selain itu, agresi baik fisik maupun psikologis dapat terukur melalui faktor
demografi yang dapat berupa jenis kelamin. Di satu sisi, laki-laki lebih cenderung
untuk melakukan perilaku agresif dan menjadi target dari perilaku tersebut daripada
perempuan. Namun di sisi lain, kadar perbedaan ini tampak bervariasi pada berbagai
situasi. Pertama, perbedaan gender dalam agresi menjadi lebih besar dengan tidak
adanya provokasi daripada ketika ada provokasi. Dengan kata lain, laki-laki secara
signifikan lebih cenderung untuk melakukan perilaku agresif terhadap orang lain
ketika orang lain tersebut tidak memprovokasi mereka dalam cara apapun daripada
perempuan (Betancourt & Miller dalam Baron, 2005). Kedua, temuan penelitian
mengindikasikan bahwa laki-laki cenderung terlibat dalam berbagai bentuk perilaku
agresif langsung dibandingkan perempuan—tindakan yang ditujukan secara
8
langsung pada target dan secara jelas datang dari agresor (misalnya, kekerasan fisik,
mendorong, menampik, melempar sesuatu pada orang lain, berteriak dan mengejek).
Namun, perempuan daripada laki-laki lebih cenderung untuk terlibat dalam berbagai
bentuk perilaku agresif tidak langsung—tindakan ini termasuk menyebarkan rumor
mengenai target, bergosip di belakang target, mengarang cerita sehingga target
mendapat masalah dan lain-lain (Bjorkqvist, Osterman & Hjelt-Back, dalam Baron,
2005).
Berdasarkan apa yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa perbedaan
penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah sampel yang digunakan yaitu
masyarakat umum yang berusia 20-50 tahun. Rentang usia ini termasuk masa dewasa
dini dan dewasa madya. Masa dewasa dini merupakan masa pencaharian kemantapan
dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan
emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan,
perubahan nilai-nilai, kreativitas dan penyesuaian pada pola hidup yang baru,
sedangkan masa dewasa madya merupakan masa penyesuaian diri terhadap
perubahan fisik, penyesuaian diri terhadap perubahan minat, penyesuaian diri
terhadap standar hidup keluarga dan penyesuaian dengan hal-hal yang berkaitan
dengan kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat (Hurlock, 1996).
Dari uraian dan berdasarkan fenomena yang sudah dipaparkan di atas,
membuat penulis memutuskan penting untuk meneliti tentang agresivitas yang
dipengaruhi oleh religiusitas dan moral disengagement khususnya pada orang
9
dewasa. Maka dari itu, penulis tertarik mengambil tema yang berjudul “Pengaruh
Religiusitas dan Moral Disengagement terhadap Agresivitas Masyarakat Desa
Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang”.
1.2 Pembatasan dan Perumusan Masalah
1.2.1 Pembatasan masalah
Masalah utama yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah pengaruh religiusitas
dan moral disengagement terhadap perilaku agresif, maka penulis membatasi
masalah yang akan diteliti yaitu sebagai berikut:
1. Agresivitas yang dimaksud dalam penelitian ini merujuk pada pengertian
agresivitas menurut Buss dan Perry (1992) bahwa yang dimaksud agresivitas
adalah mengacu pada kecenderungan yang relatif tetap untuk menjadi agresif
dalam berbagai situasi yang berbeda. Di mana agresi itu sebagai segala bentuk
perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang berupa agresi fisik,
agresi verbal, kemarahan dan permusuhan.
2. Religiusitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah perwujudan individu
penganut agama yang menggambarkan bagaimana hubungan individu dengan
Tuhannya (dimensi religiusitas general religiosity), bagaimana individu dalam
membina hubungan dengan individu lain maupun sesama penganut agamanya
(dimensi religiusitas social religiosity), bagaimana individu melambangkan
Tuhannya yang mencerminkan kepercayaan dan keyakinannya terhadap
10
keterlibatan Tuhan dalam urusannya (dimensi religiusitas involved God),
bagaimana individu menggambarkan pendekatan kepedulian; rasa kasih
sayang; dan saling memaafkan terhadap sekitar (dimensi religiusitas
forgiveness), bagaimana individu menggambarkan kekuasaaan yang dimiliki
Tuhan dan mempersepsi bahwa Tuhan lah sebagai penentu/hakim (dimensi
religiusitas God as judge), bagaimana individu menggambarkan perilaku yang
tidak menyimpan rasa dendam (dimensi religiusitas unvengefulness) dan
bagaimana individu tersebut bersyukur (dimensi religiusitas thankfulness)
(Kendler, et.al, 2003).
3. Moral disengagement yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol perilaku yang dilakukan
sehingga memungkinkannya untuk melakukan perilaku yang tidak manusiawi
berdasarkan empat klasifikasi, yaitu cognitive restructuring, minimizing
agency, distortion of negative consequence, dan blaming/dehumanizing the
victim (Hymel et.al, 2005).
4. Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang berada di desa Kampung
Melayu kecamatan Teluknaga, Tangerang.
1.2.2 Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka masalah yang
akan diteliti dirumuskan sebagai berikut :
11
1. Apakah ada pengaruh yang signifikan faktor religiusitas, moral disengagement
dan jenis kelamin terhadap agresivitas?
2. Seberapa besar sumbangan masing-masing variabel bebas (religiusitas, moral
disengagement dan jenis kelamin) terhadap agresivitas?
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1 Tujuan penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah :
1. Mengetahui pengaruh yang signifikan faktor religiusitas, moral disengagement
dan jenis kelamin terhadap agresivitas.
2. Mengetahui seberapa besar sumbangan masing-masing variabel bebas
(religiusitas, moral disengagement dan jenis kelamin) terhadap agresivitas.
1.3.2 Manfaat penelitian
Manfaat dari dilakukannya penelitian ini antara lain sebagai berikut :
1. Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan teori dan
penelitian-penelitian psikologi selanjutnya yang berkaitan dengan agresivitas,
religiusitas dan moral disengagement.
2. Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu :
12
a. Mendorong minat individu yang berkecimpung di bidang psikologi untuk
melakukan penelitian yang berkaitan dengan agresivitas, religiusitas dan
moral disengagement.
b. Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan untuk meminimalisir
dan menemukan pemecahan masalah pada agresivitas.
c. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran tentang munculnya
agresivitas pada masyarakat Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan
Teluknaga, Tangerang yang meliputi faktor-faktor yang mempengaruhi
agresivitas dan penanganannya. Penelitian ini diharapkan mampu
memberikan masukan kepada pihak-pihak yang terkait dalam hal
meminimalisir konflik yang terjadi pada saat pilkada.
1.4 Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan pembahasan, penelitian ini terbagi dalam lima bab dengan
sistematika sebagai berikut:
BAB 1: PENDAHULUAN
Pada bab ini diuraikan mengenai latar belakang masalah atau alasan yang
menyebabkan penulis memilih masalah ini sebagi topik penelitian,
pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta
sistematika penulisan.
13
BAB 2: LANDASAN TEORI
Pada bab ini diuraikan mengenai teori perilaku agresi yang meliputi
definisi, bentuk-bentuk perilaku agresi, faktor-faktor yang mempengaruhi
perilaku agresi dan pengukuran perilaku agresi; kajian teori mengenai
religiusitas yang meliputi definisi, aspek-aspek, dan pengukuran
religiusitas; kajian teori mengenai moral disengagement yang meliputi
definisi, mekanisme dan pengukuran moral disengagement; serta kerangka
berpikir dan hipotesis penelitian.
BAB 3: METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai populasi dan sampel, variabel
penelitian, instrumen pengumpulan data, uji validitas konstruk, produser
penelitian dan metode analisis data.
BAB 4: HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dipaparkan mengenai deskripsi subjek penelitian
berdasarkan data demografi, hasil analisis deskriptif, kategorisasi skor, uji
hipotesis dan proporsi varians.
BAB 5: KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi
tentang hasil penelitian serta saran metodologis dan saran praktis untuk
penelitian selanjutnya.
14
BAB 2
LANDASAN TEORI
Pada bab ini, akan diuraikan mengenai teori-teori dan hal-hal yang berhubungan
dengan masalah yang hendak diteliti diantaranya adalah penjelasan dari teori
variabel agresivitas, religiusitas dan moral disengagement. Selanjutnya terdapat
pembahasan tentang kerangka berpikir serta hipotesis penelitian.
2.1 Agresivitas
2.1.1 Definisi agresivitas
Baron dan Byrne (2005), mendefinisikan agresivitas adalah tingkah laku yang tertuju
pada keberhasilan menyakiti atau melukai makhluk hidup yang tidak ingin
diperlakukan demikian. Menurut Buss dan Perry (1992) bahwa yang dimaksud
agresivitas adalah mengacu pada kecenderungan yang relatif tetap untuk menjadi
agresif dalam berbagai situasi yang berbeda. Di mana agresi itu sebagai segala
bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang berupa agresi fisik,
agresi verbal, kemarahan dan permusuhan.
Sedangkan menurut Taylor, Peplau dan Sears (2009) agresi adalah setiap
tindakan yang diniatkan untuk menyakiti orang lain. Niat adalah faktor yang sangat
penting dan tidak boleh diabaikan. Jika mengabaikan niat, beberapa tindakan yang
15
menyakiti orang lain mungkin tidak disebut agresif karena tindakan itu ternyata tidak
membahayakan. Jadi, perlu membedakan perilaku menyakiti dengan niat menyakiti.
Agresivitas adalah setiap perilaku yang diarahkan pada individu lain secara
langsung yang dilakukan dengan maksud menyakiti. Selain itu, pelaku harus yakin
bahwa perilaku tersebut akan merugikan dan target termotivasi untuk menghindari
perilaku tersebut (Anderson & Bushman, 2002). Berdasarkan berbagai rumusan
agresivitas yang telah dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
agresivitas yaitu perilaku yang ditujukan untuk menyakiti, mengancam atau
membahayakan pihak lain yang dapat dilakukan baik secara fisik maupun verbal.
2.1.2 Bentuk-bentuk agresivitas
Terdapat berbagai bentuk perilaku agresi yang berbeda beda yang diungkapkan oleh
para ahli. Seperti misalnya pendapat Taylor, et.al., (2009) yang membagi agresi
dalam empat jenis, yaitu antisocial aggression, prosocial aggression, sanctioned
aggression dan anger.
1) Antisocial aggression. Agresi anti-sosial adalah tindakan agresif yang
melanggar norma sosial yang diterima umum, seperti tindakan kriminal yang
menyakiti orang lain yang melanggar hukum.
2) Prosocial aggression. Agresi prososial adalah tindakan agresif yang
mendukung norma sosial yang diterima umum dan dianggap baik, seperti
tindakan menegakkan hukum, disiplin yang tepat, dan mematuhi komandan
ketika berperang dianggap sebagai suatu keharusan.
16
3) Sanctioned aggression. Merupakan agresi yang tidak diharuskan oleh norma
sosial tetapi ada di dalam batas-batasnya dan tindakan ini tidak melanggar
standar moral yang diterima secara umum. Misalnya pelatih menghukum
pemain timnya dengan menyuruh push-up biasanya dianggap bertindak sesuai
dengan haknya dan masih dalam batas yang diterima.
4) Anger. Kemarahan berbeda dengan perilaku agresif dan lebih cenderung pada
perasaan agresif. Perilaku nyata seseorang tidak selalu merefleksikan sikapnya.
Seseorang mungkin dalam hatinya sangat marah namun tidak berusaha untuk
melampiaskan kemarahannya dalam bentuk perilaku menyakiti orang lain.
Buss dan Perry (1992) berpendapat bahwa ada empat bentuk agresi yang biasa
dilakukan oleh individu, yaitu agresi fisik, verbal, kemarahan dan permusuhan atau
kebencian.
1) Agresivitas fisik
Merupakan komponen dari perilaku motorik seperti melukai dan menyakiti
orang lain secara fisik misalnya dengan menyerang dan memukul.
2) Agresivitas verbal
Komponen perilaku motorik seperti menyakiti dan melukai orang lain melalui
verbalisasi, misalnya memaki, mengejek, membentak, berdebat, menunjukkan
ketidaksukaan atau ketidaksetujuan pada orang lain.
17
3) Agresivitas marah (anger aggression)
Emosi atau afektif seperti perasaan tidak senang sebagai reaksi fisik atau
cedera fisik maupun psikis yang diderita individu, misalnya kesal, hilang
kesabaran dan tidak mampu mengontrol rasa marah.
4) Agresivitas permusuhan (hostility aggression)
Komponen dari perilaku kognitif seperti perasaan benci dan curiga pada orang
lain, iri hati, serta merasa kehidupan yang dialami tidak adil.
Berdasarkan dimensi-dimensi yang telah dipaparkan, dalam penelitian ini, peneliti
memilih untuk menggunakan dimensi-dimensi agresivitas Buss dan Perry (1992)
yakni fisik, verbal, anger dan hostility.
2.1.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas
Banyak faktor yang mempengaruhi agresivitas seseorang, baik itu berasal dari luar
individu (eksternal) maupun dari dalam individu (internal). Sarwono (2002),
membagi faktor-faktor pencetus perilaku agresi yang berupa berbagai rangsangan
atau pengaruh terhadap agresivitas yang dapat datang dari luar diri sendiri (yaitu
kondisi lingkungan atau pengaruh kelompok) atau dapat datang dari dalam diri
sendiri yaitu pengaruh kondisi fisik dan kepribadian.
1) Kondisi lingkungan
Pada manusia, bukan hanya sakit fisik yang dapat memicu agresi, melainkan
juga faktor psikologis. Selain itu, udara yang sangat panas juga lebih cepat
memicu kemarahan dan agresi. Demikian pula pada saat adanya serangan
18
cenderung memicu agresi karena pihak yang diserang cenderung membalas.
Kondisi mendesak atau berdesak desakan dan ramai tak terkendali juga dapat
memicu agresi.
2) Pengaruh kelompok
Pengaruh kelompok terhadap perilaku agresif, antara lain adalah menurunkan
hambatan kendali moral. Seseorang dapat ikut terpengaruh oleh kelompok
dalam melakukan tindakan agresif. Selain itu, perilaku agresif dapat dipengaruhi
pula oleh adanya perancuan tanggung jawab (tidak merasa ikut bertanggung
jawab karena dikerjakan beramai-ramai), adanya desakan kelompok dan
identitas kelompok (kalau tidak ikut dianggap bukan anggota kelompok), serta
adanya individuasi (proses melemahnya keterikatan pada kelompok sehingga
terdapat individu yang kurang kuat ketaatannya pada kelompoknya atau
berkembang sendiri secara terpisah).
3) Pengaruh kepribadian dan kondisi fisik
Kondisi diri atau fisik juga mempengaruhi agresivitas. Banyaknya kadar
adrenalin dalam tubuh, misalnya dapat meningkatkan rangsangan dalam tubuh
sehingga orang yang bersangkutan lebih siap dan lebih cepat bereaksi. Berbagai
keadaan arousal terlepas dari sumber dan jenisnya memang dapat saling
memperkuat perilaku agresif.
Selain faktor-faktor agresivitas yang telah dikemukakan di atas, ada pula
faktor lain yaitu religiusitas. Dalam penelitian Huesman, Dubow, dan Boxer (2010),
19
didapatkan bahwa agresi dapat dipengaruhi pula oleh aspek dari religiusitas, baik
berupa aktifitas keagamaan ataupun rutinitas harian keagamaan seperti berdoa.
Penelitian lain yang dilakukan Kundarto (2012) menunjukan bahwa ada pengaruh
signifikan religiusitas terhadap perilaku agresif ibu kepada anak.
Selain itu, faktor lain yang dapat mempengaruhi agresivitas adalah moral
disengagement. Hasil penelitian Bandura, Barbaranelli, Caprara, dan Pastorelli
(1996) menemukan bahwa perilaku menyimpang biasanya menggunakan beberapa
teknik moral disengagement. Dengan demikian variabel moral disingegement juga
merupakan variabel yang sangat penting dalam memprediksi perilaku agresi.
2.1.4 Pengukuran agresivitas
Terdapat berbagai alat ukur yang digunakan untuk mengukur agresivitas, diantaranya
adalah (Leon, Reyes, Vila, Perez, Robles & Ramos, 2002):
1. The Cook-Medley Hostility Scale, yang dikembangkan oleh Cook dan Medley
(1954). Skala ini terdiri dari 50 pernyataan benar-salah. Internal konsistensi
pada skala ini dalam versi Inggris dan Spanyol antara 0,75 dan 0,80 dan
reliabilitas skala tes-rites menunjukkan nilai 0,75.
2. The Buss-Durke Hostility Inventory dikembangkan oleh Buss dan Durke (1957).
Instrumen ini terdiri dari 75 pernyataan benar-salah. Terdiri dari kriteria:
assault, indirect, hostility, irritability, negativism, resentment, suspicion, verbal
hostility, dan guilt. Internal konsistensi antara 0,57 dan 0,78 dari versi Spanyol
sebesar 0,86 dan reliabilitas BDHI sebesar 0,82.
20
3. The Jenkins Activity Scale-Form H, yang dikembangkan oleh Jase-H, Krantz,
Glass dan Snyder (1974). Instrumen ini untuk evaluasi atau membandingkan
tipe A secara global terdiri dari 32 pernyataan. Reliabilitas dalam versi Inggris
dan Spanyol antara 0,75 dan 0,88 dan konsistensinya antara 0,84 dan 0,92.
4. The State-Trait Anger Expression Inventory oleh Spielberger (1988). Instrumen
ini terdiri dari 47 pernyataan, skala ini digunakan pada populasi Spanyol dan
menghasilkan alpha cronbach antara 0,63 dan 0,95.
5. Aggression Questionnaire (AQ) oleh Buss dan Perry (1992). Instrumen ini
terdiri dari 29 pernyataan, pada strandar psikometri menunjukkan reliabilitas
dan internal konsistensi yang adekuat. Instrumen ini memiliki konsistensi
internal antara 0,72 dan 0,89 dan reliabilitas tes antara 0,72 dan 0,80
Sedangkan, pengukuran yang akan peneliti gunakan untuk mengukur
agresivitas dalam penelitian ini adalah skala agresivitas yang diterjemahkan dan
dimodofikasi dari Agression Questionnaire milik Buss dan Perry (1992). Hal ini
karena skala milik Buss dan Perry memiliki validitas yang baik dan reliabilitas serta
internal konsistensi yang adekuat. Selain itu, Agression Questionnaire milik Buss
dan Perry (1992) mengukur empat bentuk agresivitas, yaitu agresivitas fisik,
agresivitas verbal, agresivitas kemarahan dan agresivitas permusuhan, sedangkan
alat ukur yang lainnya hanya mengukur salah satu dari empat bentuk agresivitas
tersebut.
21
2.2 Religiusitas
2.2.1 Definisi religiusitas
Terdapat berbagai definisi yang diungkapkan oleh para ahli mengenai religiusitas.
Salah satunya dijelaskan oleh Fetzer (1999) yang menekankan pada berbagai faktor
di antarnya yaitu terkait dengan seberapa kuat individu penganut agama merasakan
pengalaman beragama sehari-hari (daily spiritual experience), mengalami
kebermaknaan hidup dengan beragama (religion meaning), mengekspresikan
keagamaan sebagai sebuah nilai (value), meyakini ajaran agamanya (belief),
memaafkan (forgiveness), melakukan praktik keagamaan (ibadah) secara pribadi
(private religious practice), menggunakan agama sebagai coping (religious/spiritual
coping), mendapat dukungan penganut sesama agama (religious support),
mengalami sejarah keberagamaan (religious/spiritual history), komitmen beragama
(commitment), mengikuti organisasi/kegiatan keagamaan (organizational
religiusness) dan meyakini pilihan agamanya (religious preference).
Lain halnya dengan Fetzer, Kendler, et.al., (2003) melakukan pengukuran
religiusitas secara luas, dengan mencoba mengembangkan teknik analisis
keberagamaan dengan cara yang lebih mudah yaitu dengan menguraikannya menjadi
beberapa dimensi untuk mendapatkan hasil yang lebih representatif, yaitu penganut
agama yang menyertakan Tuhan dalam keseharian/masa krisis (general religiousity);
membina hubungan dengan individu sesama penganut agamanya (social religiosity);
percaya pada keterlibatan Tuhan yang positif dalam urusan manusia sehari-hari
22
(involved God); memiliki kepedulian, rasa kasih sayang dan saling memaafkan
terhadap sekitar (forgiveness); merasa Tuhan memiliki kuasa memberi ganjaran atas
apa yang telah kita lakukan (God as judge); tidak menyimpan rasa dendam
(unvengefulness); dan bersyukur (thankfulness).
Secara umum dapat disimpulkan bahwa religiusitas diwujudkan dalam
berbagai sisi kehidupan manusia yang tidak hanya pada kegiatan yang kasat mata
tetapi lebih dalam lagi, mencakup aspek perasaan, motivasi dan aspek batiniah
manusia. Dengan demikian religiusitas memiliki makna yang terkait keyakinan,
penghayatan, pengalaman, pengetahuan dan peribadatan seorang penganut agama
terhadap agamanya yang diaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari sebagai
pengakuan akan adanya kekuatan tertinggi yang menaungi kehidupan manusia.
2.2.2 Dimensi-dimensi religiusitas
Menurut Kendler, et al., (2003) ada tujuh dimensi religiusitas, yaitu:
1. General religiosity/coping religious
Merefleksikan tentang perhatian dan keterlibatan individu dengan hal-hal yang
berkaitan dengan spiritual, seperti menghayati (sensing) keberadaan mereka
selama di alam semesta serta keterlibatan aktif dengan Tuhan dalam kehidupan
sehari-hari maupun ketika sedang bertemu masalah (krisis).
2. Sosial religiosity (Religious ‘social support’)
Pada dimensi ini merefleksikan tingkat interaksi seseorang dengan individu
religius lainnya. Hal ini juga menggambarkan frekuensi kehadiran di tempat
23
beribadah sehingga dimensi ini disebut social religiosity. Social religiosity
dianggap sama dengan apa yang kita istilahkan dengan religious social
support.
3. Keterlibatan Tuhan (Involve god)
Merefleksikan sebuah kepercayaan terhadap keterlibatan Tuhan yang secara
aktif dan positif dalam urusan manusia (sehari-hari).
4. Forgiveness (sikap memaafkan)
Kendler, et.al. (2003) menggambarkan forgiveness sebagai sikap perhatian,
cinta kasih, dan memaafkan kepada sesama, sehingga dimensi ini tidak
memunculkan istilah Tuhan karena ingin mengukur sikap memaafkan terhadap
sesama individu.
5. Tuhan sebagai penentu/hakim (God as judge).
Dimensi ini menggambarkan tentang kepercayaan bahwa Tuhan akan memberi
ganjaran dari apa yang telah kita lakukan, seperti saat kita melakukan hal baik
maka Tuhan akan memberikan pahala, sebaliknya saat kita melakukan
kesalahan Tuhan akan memberikan hukuman.
6. Rasa tidak dendam (Unvengefulness)
Menggambarkan perilaku yang tidak mendendam yaitu mencerminkan suatu
perilaku yang tidak menaruh rasa dendam.
24
7. Bersyukur (Thankfulness)
Bagaiman individu menggambarkan rasa syukur (thankfulness), merefleksikan
perasaan berterima kasih yang berlawanan dengan marah terhadap kehidupan
dan Tuhan.
2.2.3 Pengukuran religiusitas
Beberapa pengukuran untuk religiusitas adalah sebagai berikut:
1. The Multidimensional of Religiousness/Spirituality for Use in Health Research
(MMRS) yang disusun oleh Fetzer Institute (1999) yang mengukur religiusitas
dan spiritualitas seseorang berdasarkan 12 indikator, yaitu pengalaman
beragama sehari-hari (daily spiritual experience), mengalami kebermaknaan
hidup dengan beragama (religion meaning), mengekspresikan keagamaan
sebagai sebuah nilai (value), meyakini ajaran agamanya (belief), memaafkan
(forgiveness), melakukan praktik keagamaan (ibadah) secara menyendiri
(private religious practice), menggunakan agama sebagai coping
(religious/spiritual coping), mendapat dukungan penganut sesama agama
(religious support), mengalami sejarah keberagamaan (religious/spiritual
history), komitmen beragama (commitment), mengikuti organisasi/kegiatan
keagamaan (organizational religiusness) dan meyakini pilihan agamanya
(religious preference).
2. The Centrality of Religiosity Scale (CRS) yang disusun oleh Huber dan Huber
(2012) dengan mengembangkan dimensi religiusitas menurut Glock dan Stark
25
dan membuatnya menjadi skala ukuran sentralitas, pentingnya ciri khas atau
makna religius dalam kepribadian individu. Skala ini terdiri dari 15 item yang
mengukur 5 indikator tingkat religiusitas seseorang, yaitu: intellectual
(pengetahuan agama), ideology (pemahaman konsep agama), public practice
(pelaksamaan agama secara umum), private practice (pelaksanaan agama
secara pribadi) dan experience (pengalaman keagamaan).
3. Skala religiusitas yang disusun oleh Kendler, et.al., (2003) yang terdiri dari 78
item yang mengukur general religiosity (coping religious); sosial religiosity;
forgiveness; Tuhan sebgai penetap takdir (god as judge); rasa berterima kasih
(thankfulness); perasaan tidak dendam (unvengefulness) dan keterlibatan Tuhan
dalam aktifitas keseharian (involve god). Skala religiusitas ini disusun
berdasarkan analisa faktor terhadap berbagai alat ukur religiusitas yang selama
ini dipakai para ahli dan peneliti di bidang psikologi agama, yaitu alat ukur
Religious Attitude, Practice Inventory (Spirituality and Theism),
Multidimensional Measurement of Religiousness/Spirituality dan God Image
Scale. (dalam Gazi & Faozah, 2010)
Pengukuran religiusitas yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah menggunakan skala pengukuran yang diterjemahkan dan dimodifikasi dari
skala pengukuran religiusitas yang disusun oleh Kendler, et.al. (2003). Hal ini karena
skala religusitas milik Kendler, et.al. (2003) merupakan hasil dari analisis terhadap
26
alat ukur religiusitas yang selama ini dipakai para ahli dan peneliti di bidang
psikologi agama.
2.3 Moral Disengagement
2.3.1 Definisi moral disengagement
Banyak para ahli yang menjelaskan tentang definisi moral disengagement. Menurut
Bandura (1999) moral disengagement adalah ketidakmampuan seseorang dalam
mengontrol perilaku yang ia lakukan sehingga memungkinkannya untuk melakukan
perilaku yang tidak manusiawi. Detert, Trevino dan Sweitzer (2008) mendefinisikan
moral disengagement sebagai suatu proses di mana individu membuat keputusan
moral yang tidak etis saat proses regulasi diri dinonaktifkan melalui penggunaan
beberapa mekanisme kognitif kolektif yang saling terkait. Sementara menurut Hyde,
Shaw dan Moilanen (2010) moral disengagement adalah suatu proses ketika salah
satu keyakinan atau nilai-nilai moral membenarkan perilaku antisosial, terdapat
kurangnya disonansi atau hambatan untuk terlibat dalam tindakan antisosial sehingga
tindakan tersebut dapat diterima.
Di sisi lain Bandura (dalam Hymel et.al, 2005) memahami moral
disengagement sebagai suatu proses sosio-kognitif di mana rata-rata orang mampu
melakukan perbuatan yang mengerikan terhadap orang lain. Secara umum, moral
disengagement dapat menjadi landasan seseorang dalam melakukan perbuatan yang
tidak manusiawi dan melanggar moral.
27
Mengacu pada uraian di atas maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa
moral disengagement adalah suatu proses sosial kognitif di mana standar moral
sebagai regulator internal perilaku tidak berfungsi dan proses regulasi diri
dinonaktifkan sehingga menimbulkan perilaku tidak manusiawi. Adapun dalam
penelitian ini, peneliti menggunakan teori moral disengagement Bandura (dalam
Hymel et.al, 2005) sebagai suatu proses sosiokognitif di mana rata-rata orang mampu
melakukan perbuatan yang mengerikan terhadap orang lain. Dengan alasan dalam
teori tersebut menjelaskan secara detail kemunculan terjadinya moral disengagement
pada seseorang serta sudah terdapat alat ukur baku yang dapat digunakan. Dalam
fenomena konflik yang terjadi pada saat pilkada, moral disengagement dapat
dijadikan salah satu faktor yang memprediksi agresivitas dalam konflik tersebut.
2.3.2 Mekanisme moral disengagement
Bandura (1999) menerangkan mekanisme moral disengagement yang terdiri dari
faktor-faktor situasional, meliputi:
1. Moral justification (pembenaran moral)
Moral justification adalah proses di mana seseorang berusaha
merasionalisasikan kekerasan yang dilakukannya terhadap orang lain dengan
membuat perilaku tersebut seperti dapat dibenarkan secara moral (Detert et.al,
2008). Karena pada prosesnya, dalam benak seseorang menganggap bahwa
perilaku yang dilakukannya bermanfaat bagi orang banyak dan memiliki tujuan
yang baik (Bandura, 1999).
28
2. Euphemistic language (penghalusan bahasa)
Euphemistic language adalah menggunakan bahasa yang umum secara moral
untuk membuat perbuatan yang patut dicela terlihat tidak kasar (tidak
berbahaya) atau bahkan ramah/sopan (Detert et.al, 2008) dan seringkali
seseorang bersikap lebih kejam ketika aksi penyerangan secara verbal
dihapuskan/ditiadakan dan euphemistic language ini digunakan ketika seseorang
ingin menghilangkan tanggung jawab kepada orang yang disakitinya (Bandura,
1999).
3. Advantageous comparison (perbandingan yang menguntungkan)
Advantageous comparison yaitu membandingkan sikap yang tercela dengan
perilaku yang kasar (berbahaya) sehingga membuat perbuatan yang sebenarnya
dapat diterima orang lain (Detert et.al, 2008). Adapun menurut Bandura (1999)
Advantageous comparison merupakan perilaku kekerasan dengan
membandingkan tingkat manfaat yang akan didapatkan jika melakukan
kekerasan tersebut dan hal ini digunakan untuk membuat kekerasan terlihat
baik.
4. Displacement of responsibility (pemindahan tanggung jawab)
Displacement of responsibility yaitu melihat satu perbuatan sebagai hasil
langsung dari sebuah perintah yang otoritatif (Detert et.al, 2008). Menurut
Bandura (1999), biasanya anak buah akan menolak untuk bertanggungjawab
jika terdapat otoritas yang sah (atasan) yang mengambil alih tanggung jawab
29
terhadap efek yang diakibatkan oleh perilaku merusak anak buahnya. Secara
singkat dapat disimpulkan bahwa pemindahan tanggung jawab terjadi ketika
dalam satu tim ada seorang bawahan yang melakukan kesalahan namun ia
melemparkan tanggung jawab tersebut kepada atasannya karena menurutnya ia
memiliki tanggung jawab atas perilaku bawahannya.
5. Diffusion of responsibility (penyebaran tanggung jawab)
Diffusion of responsibility terjadi ketika tidak ada satu anggota kelompok yang
merasa bertanggungjawab secara personal terhadap perilaku destruktif
(merusak) secara kolektif dalam sebuah kelompok (Detert et.al, 2008) atau
menurut Bandura (1999), diffusion of responsibility terjadi ketika salah seorang
anggota kelompok menutupi kesalahannya dengan melemparkan tanggung
jawab kepada seluruh anggota kelompok.
6. Distorting the consequences (mengabaikan konsekuensi)
Distorting the consequences yaitu meremehkan kemungkinan hasil perbuatan
yang tercela (Detert et.al, 2008). Hal ini terjadi akibat adanya pengabaian atau
distorsi terhadap hasil perilaku destruktif seseorang. Ketika seseorang
melakukan aktifitas yang mengganggu/merusak pihak lain karena alasan
personal atau tekanan sosial biasanya ia menghindar untuk menghadapi
kerusakan yang ia akibatkan sendiri atau meminimalisir akibat tersebut, apabila
upaya untuk meminimalisir kerusakan tidak berhasil maka ia akan
menghilangkan bukti kerusakan tersebut (Bandura, 1999).
30
7. Dehumanisation (dehumanisasi)
Duhumanisation yaitu kami vs mereka berpikir berdasarkan stereotipe yang
benar (Detert et.al, 2008). Proses dehumanisasi adalah komposisi yang sangat
penting yang terdapat pada perilaku tidak manusiawi. Pada dasarnya seseorang
yang sudah hidup bersama dalam jangka waktu tertentu akan mudah berempati
terhadap kesedihan yang dialami rekannya karena mereka telah melalui berbagai
pengalaman, baik itu menyenangkan ataupun tidak menyenangkan, sehingga
dehumanisasi akan sulit terjadi kecuali pelaku akan membenci dan mengutuk
dirinya sendiri atas perbuatan buruknya tersebut. Hal ini dirasakan oleh korban
kekerasan (Bandura, 1999).
8. Attributin of blame (atribusi menyalahkan)
Attributin of blame yaitu membebaskan diri dari tuduhan dengan menempatkan
kesalahan terhadap target perilaku kekerasan (Detert et.al, 2008) serta menurut
Bandura (1999), menimpakan kesalahan pada musuh atau lingkungan
merupakan salah satu cara untuk membebaskan diri dari tuduhan. Dalam proses
ini biasanya orang menganggap dirinya sebagai korban yang dipaksa untuk
melakukan tindakan kekerasan. Dengan membenarkan perilaku tersebut tidak
hanya membuat perilaku merusak itu dimaklumi bahkan pelaku dapat
menganggap dirinya tidak melakukan kesalahan sama sekali atau menganggap
dirinya melakukan hal yang benar.
31
Dengan mengacu pada teori Bandura, Hymel, et.al., (2005) mengklasifikasikan
kedelapan mekanisme moral disengagement tersebut menjadi empat klasifikasi,
yaitu:
1. Cognitive restructuring, meliputi: pembenaran moral (moral justification),
penghalusan bahasa (euphemistic labeling), dan perbandingan yang
menguntungkan (advantageous comparisons).
2. Minimizing agency, meliputi: pemindahan tanggung jawab (displacement of
responsibility) dan penyebaran tanggung jawab (diffusion of responsibility).
3. Distortion of negative consequences, meliputi: mengabaikan konsekuensi
(distorting the consequences).
4. Blaming/dehumanizing the victim, meliputi: dehumanisasi (dehumanization) dan
atribusi menyalahkan (attribution of blame).
Peneliti berasumsi bahwa empat klasifikasi tersebut sangat efektif karena sudah
mencakup semua mekanisme moral disengagement oleh karenanya dalam penelitian
ini peneliti menggunakan empat klasifikasi moral disengagement yang
dikembangkan oleh Hymel, et.al., (2005) yang mengacu pada teori moral
diesengagement dari Bandura (1999) tersebut.
2.3.3 Pengukuran moral disengagement
Berdasarkan hasil membaca literatur tentang moral disengagement, peneliti
menemukan beberapa instrumen untuk mengukur moral disengagement, yaitu:
32
1. Moral disengagement scale yang disusun McAlister, Bandura dan Owen (2006)
yang terdiri dari 10 item. Item tersebut diukur dengan menggunakan lima poin
skala Likert mulai dari sangat setuju (+2), ragu-ragu (0), sampai sangat tidak
setuju (-2). Nilai-nilai positif merupakan pernyataan yang sesuai dari berbagai
mode moral disengagement, nilai-nilai negatif merupakan pernyataan yang tidak
sesuai.
2. Moral disengagement scale yang disusun Gulandri (2012) yang terdiri 32 item
yang mengukur moral justification, euphemistic labeling, advantageous
comparisons, displacement of responsibility, diffusion of responsibility,
distortion of negative consequences, blaming/ dehumanizing the victim dan
attribution of blame.
3. Moral disengagement scale yang disusun oleh Hymel et.al., (2005) yang terdiri
dari 18 item yang mengukur empat kategori meliputi: cognitive restucturing,
minimazing agency, distortion of negative consequences dan
blaming/dehumanizing the victim.
Pengukuran moral disengagement yang akan digunakan peneliti dalam penelitian ini
adalah menggunakan skala pengukuran yang diterjemahkan dan dimodifikasi dari
skala pengukuran moral disengagement yang disusun oleh Hymel et.al (2005).
Karena alat ukur ini mencakup empat kategori meliputi: cognitive restucturing,
minimazing agency, distortion of negative consequences dan blaming/dehumanizing
33
the victim yang telah mencakup kedelapan mekanisme moral disengagement yang
dijelaskan oleh Bandura (1999).
2.4 Kerangka Berpikir
Agresivitas merupakan perilaku yang maladaptif yang sering muncul akhir-akhir ini
di lingkungan masyarakat. Hal ini dapat kita lihat dari berita-berita media massa
yang menyorot banyaknya perilaku agresif yang muncul dan sulit ditangani,
misalnya konflik antarsuku di suatu daerah dan tawuran yang terjadi saat pemilihan
kepala daerah. Berbagai bentuk agresivitas muncul dalam konflik pilkada tersebut.
Sebagai contoh adanya unjuk rasa, bentrokan antar warga dan aparat keamanan,
bahkan pengrusakan kantor kepala desa yang terjadi di beberapa desa di Kabupaten
Tangerang beberapa saat selepas dilaksanakannya pemilihan kepala daerah serentak.
Dalam hal ini terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi agresivitas,
diantaranya religiusitas, moral disengagement dan jenis kelamin. Faktor pertama
yang mempengaruhi agresivitas adalah religiusitas. Gazi dan Faozah (2010)
menjelaskan bahwa religiusitas merupakan bagian dari kehidupan sosial umat
manusia yang tidak bisa dilepaskan dari aspek kemasyarakatan. Religiusitas sosial
mencerminkan tingkat interaksi seseorang dengan orang lain yang semazhab,
seagama atau berbeda agama. Kesalehan sosial seseorang akan tampak pada sikap
atau penilainnya terhadap orang lain atau terhadap segala sesuatu yang bersifat
sosial.
34
Namun, salah satu implikasi dari interaksi sosial adalah terjadinya
kesalahfahaman dan konflik antar pribadi atau antar kelompok. Konflik ini dapat
menimbulkan perilaku agresif seseorang. Religiusitas memiliki kontribusi dalam
menentukan perilaku agresif. Menurut Fetzer (1999), dimensi religiusitas memiliki
korelasi dengan perilaku agresif. Dengan dimensi-dimensi religiusitas tersebut,
individu dapat memiliki arah dalam menentukan perilakunya dalam keseharian
sehingga individu mampu berperilaku sesuai dengan tuntunan kitab suci dengan
ajaran kasih sayangnya bukan untuk menyakiti individu lainnya. Kundarto (2012)
dalam hasil penelitiannya menunjukkan bahwa religiusitas mempengaruhi perilaku
agresif. Hasil penelitian Huesman, Dubow dan Boxer (2010) juga menyimpulkan
bahwa agresi mampu dipengaruhi pula oleh aspek religiusitas, baik berupa aktifitas
keagamaan ataupun rutinitas harian keagamaan seperti berdoa. Sehingga dapat
diasumsikan bahwa semakin tinggi tingkat religiusitas seseorang maka semakin
rendah tingkat agresivitas orang tersebut.
Faktor internal lain yang mempengaruhi agresivitas yaitu moral
disengagement. Peregangan moral merupakan suatu proses sosiokognitif dimana
seseorang mampu melakukan perbuatan yang mengerikan terhadap orang lain.
Menurut Bandura (1999) agensi moral merupakan manifestasi kemampuan untuk
melakukan perilaku yang tidak manusiawi dan kemampuan proaktif untuk
melakukan perilaku manusiawi. Agensi moral berhubungan dengan teori self
sosiokognitif yang mencakup self-organizing, proactive, self-reflective dan
35
mekanisme self-regulatory yang berpusat pada standar personal untuk melakukan
self-sanction. Self-regulatoy akan mengembangkan perilaku moral yang tidak akan
muncul jika tidak diaktifkan dan moral tersebut akan mengarahkan perilaku sosial
dengan moral self-sanction yang secara selektif tidak akan berhubungan dengan
perilaku tidak manusiawi.
Namun ketika seseorang berpikir bahwa perilaku agresif merupakan perilaku
yang wajar (pembenaran secara moral) maka orang itu akan melakukan hal tersebut
tanpa rasa bersalah. Karena tidak merasa bersalah maka orang itupun akan
menunjukkan perbandingan yang menguntungkan (cognitive restructuring) dari
perilaku agresif tersebut, dan kemudian akan melemparkan tanggung jawab (atas
perilaku agresif) kepada orang lain (minimazing agency) dengan semaunya. Ketika
sudah tidak lagi mempedulikan konsekuensi atas apa yang sudah dilakukannya
(distortion of negative consequences) maka pada akhirnya orang itu akan dengan
mudah menyakiti dan menyalahkan orang yang ia sakiti (korban perilaku agresif)
atas perbuatan yang dilakukan terhadapnya (blaming/dehumazing the victim). Jadi,
moral disengagement adalah ketidakmampuan seseorang dalam mengontrol perilaku
yang ia lakukan sehingga memungkinkannya untuk melakukan perilaku yang tidak
manusiawi. Sehingga dapat diasumsikan bahwa semakin tinggi seseorang mengalami
moral disengagement maka semakin tinggi pula tingkat agresivitas orang tersebut.
Faktor yang terakhir yaitu faktor perbedaan gender (jenis kelamin) yaitu
antara laki-laki dan perempuan. Betancourt dan Miller (dalam Baron, 2005)
36
menjelaskan bahwa laki-laki daripada perempuan, secara signifikan lebih cenderung
untuk melakukan perilaku agresif terhadap orang lain ketika orang lain tersebut tidak
memprovokasi mereka dalam cara apapun. Secara umum, pria lebih agresif
ketimbang wanita dalam agresi fisik dan verbal, terutama dalam hal agresi fisik.
Perbedaan jenis kelamin ini lebih besar dalam setting alamiah (misalnya, memukul
dan menendang dalam permainan) ketimbang dalam setting laboratorium (misalnya,
memukul boneka di ruang riset) (Eagly & Stefen, 1986; Hyde, 1986; Knight, Fabes
& Higgins, 1996; dalam Taylor, et.al., 2009). Dibandingkan anak lelaki, anak
perempuan kurang menyetujiu tindakan agresif dan menganggap diri mereka
bersalah jika melakukannya (Bettencourt & Miller, dalam Taylor, et.al., 2009).
Menurut Eagly dan Steffen (dalam Taylor, et.al., 2009), wanita sering lebih merasa
bersalah, cemas, dan takut terhadap tindakan agresif dan karenanya menahan
dorongan agresif mereka.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh religiusitas, moral
disengagement dan demografi terhadap agresivitas. Untuk memperoleh gambaran
yang lebih jelas, maka dalam penelitian ini dibuat kerangka pemikiran guna
mengetahui variabel-variabel yang berpengaruh serta hubungan dari masing-masing
variabel terhadap perilaku agresivitas. Disamping itu dapat digunakan untuk
mengetahui arah dari penelitian ini. Secara singkat kerangka berpikir penelitian ini
dapat diilustrasikan pada gambar 2.1 berikut ini:
37
Religiusitas
Moral Disengagement
Gambar 2.1
Skema pengaruh religiusitas, moral disengagement dan demografi terhadap
Agresivitas
Forgiveness
Sosial Religiosity
God as judge
Thankfulness
Unvengefulness
Involve God
AGRESIVITAS
Cognitive Restucturing
Blaming/Dehumanizing The
Victim
Distortion of Negative
Consequences
Minimazing Agency
Jenis Kelamin
General religiosity/coping
religious
38
2.5 Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat pengaruh independen variabel yang
ditentukan terhadap dependen variabel. Independen variabel dalam penelitian ini
adalah religiusitas (general religiosity/coping religious; sosial religiosity;
forgiveness; Tuhan sebagai penetap takdir/God as judge; Rasa berterima
kasih/thankfulness; Perasaan tidak dendam/unvengefulness; keterlibatan Tuhan
dalam aktifitas keseharian/involve God), moral disengagement (cognitive
restructuring, minimazing agency, distortion of negative consequences, dan
blaming/dehumanizing the victim) dan demografi (jenis kelamin). Sedangkan
dependen variabelnya adalah agresivitas.
Hipotesis mayor
Ha: Ada pengaruh yang signifikan variabel religiusitas (general religiosity,
sosial religiosity, forgiveness, god as judge, thankfulness, unvengefulnes
dan involve god), variabel moral disengagement (cognitive restructuring,
minimizing agency, distortion of negative consequences dan
blaming/dehumanizing the victim) dan variabel demografi (jenis
kelamin) terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur
kecamatan Teluknaga, Tangerang.
39
Hipotesis minor
Ha1: Ada pengaruh yang signifikan General religiosity (coping religious)
terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur
kecamatan Teluknaga, Tangerang.
Ha2: Ada pengaruh yang signifikan sosial religiosity terhadap agresivitas
masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga,
Tangerang.
Ha3: Ada pengaruh yang signifikan Forgiveness terhadap agresivitas
masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga,
Tangerang.
Ha4: Ada pengaruh yang signifikan Tuhan sebgai penetap takdir (God as
judge) terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur
kecamatan Teluknaga, Tangerang.
Ha5: Ada pengaruh yang signifikan rasa berterima kasih (Thankfulness)
terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur
kecamatan Teluknaga, Tangerang.
Ha6: Ada pengaruh yang signifikan rerasaan tidak dendam
(Unvengefulness) terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung
Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang.
40
Ha7: Ada pengaruh yang signifikan keterlibatan Tuhan dalam aktifitas
keseharian (Involve God) terhadap agresivitas masyarakat desa
Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang.
Ha8: Ada pengaruh yang signifikan cognitive restucturing terhadap
agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan
Teluknaga, Tangerang.
Ha9: Ada pengaruh yang signifikan minimazing agency terhadap
agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan
Teluknaga, Tangerang.
Ha10: Ada pengaruh yang signifikan distortion of negative terhadap
agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan
Teluknaga, Tangerang.
Ha11: Ada pengaruh yang signifikan blaming/dehumanizing the victim
terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur
kecamatan Teluknaga, Tangerang.
Ha12: Ada pengaruh yang signifikan jenis kelamin terhadap agresivitas
masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga,
Tangerang.
41
Tetapi pada penelitian ini hipotesis yang diuji adalah hipotesis nihil (H0), yaitu:
“Tidak ada pengaruh yang signifikan religiusitas, moral disengagement dan
demografi terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur Kecamatan
Teluknaga, Tangerang”
42
BAB 3
METODE PENELITIAN
Pada bab ini dipaparkan tentang populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen
pengumpulan data, uji validitas konstruk, prosedur pengumpulan data, dan metode
analisis data.
3.1 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat yang menetap di Desa Kampung
Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang. Peneliti memilih populasi di desa
tersebut karena desa tersebut merupakan salah satu desa yang mengalami konflik
pada pelaksanaan pilkada yang dilaksanakan serentak di Kabupaten Tangerang
(TrustKota.com, 9 Juli 2013). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini nonprobability sampling dengan menggunakan metode accidental
sampling, yaitu siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti berpeluang untuk
menjadi sampel penelitian bila dipandang orang tersebut cocok sebagai sumber data.
Jumlah sampel yang diambil yaitu sebanyak 190 orang. Sampel yang diambil
berdasarkan karakteristik tertentu, yaitu: warga yang menetap berusia 20-50 tahun
dan ikut serta dalam pelaksanaan pikada di Desa Kampung Melayu Timur
Kecamatan Teluknaga, Tangerang.
43
3.2 Variabel Penelitian
3.2.1 Identifikasi variabel penelitian
Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Dependent variable: Agresivitas
2. Independent variable:
a) Religiusitas (general religiosity, sosial religiosity, forgiveness, god as
judge, thankfulness, unvengefulnes dan involve god)
b) Moral disengagement (cognitive restructuring, minimizing agency,
distortion of negative consequences dan blaming/dehumanizing the victim)
c) Demografi (jenis kelamin)
3.2.2 Definisi operasional variabel
Setelah menentukan variabel mana yang menjadi variabel dependen dan variabel
independen, maka selanjutnya peneliti menentukan definisi operasional dari variabel-
variabel penelitian yang kemudian akan digunakan dalam penelitian ini.
Penjelasan definisi variabel operasional adalah sebagai berikut:
a. Agresivitas
Agresivitas yaitu perilaku masyarakat Desa Kampung Melayu Timur
Kecamatan Teluknaga, Tangerang yang ditujukan untuk menyakiti,
mengancam atau membahayakan pihak lain yang dapat dilakukan secara fisik
maupun verbal dan langsung atau tidak langsung yang diukur melalui skor
44
dengan skala perilaku agresif berdasarkan teori Buss dan Perry (1992) yang
meliputi dimensi perilaku agresif fisik, verbal, anger dan hostility.
b. Religiusitas
Religiusitas adalah perwujudan masyarakat penganut agama di Desa Kampung
Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang berdasarkan dimensi general
religiosity, sosial religiosity, forgiveness, god as judge, thankfulness,
unvengefulnes dan involve god yang diukur dengan skala religiusitas milik
Kendler, et.al. (2003).
c. Moral disengagement
Moral disengagement adalah suatu proses sosial kognitif masyarakat Desa
Kampung Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang di mana standar
moral sebagai regulator internal perilaku tidak berfungsi dan proses regulasi
diri dinonaktifkan sehingga menimbulkan perilaku tidak manusiawi yang
diukur melalui skor yang diperoleh dari hasil skala moral disengagement
berdasarkan teori Hymel, et.al. (2005) yang mengukur empat kategori yaitu
cognitive restucturing, minimazing agency, distortion of negative consequences
dan blaming/dehumanizing the victim.
d. Jenis kelamin dari data background sampel.
45
3.3 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data yang digunakan berupa kuesioner. Kuesioner yang
digunakan pada penelitian ini berbentuk skala model Likert, yaitu sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS). Subjek diminta untuk
memilih salah satu dari pilihan jawaban yang masing-masing jawaban menunjukan
kesesuaian pernyataan yang diberikan dengan keadaan yang dirasakan oleh subjek.
Model skala Likert ini terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan pernyataan
negatif (unfavorable). Perhitungan skor tiap-tiap pilihan jawaban adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.1
Skor untuk Pernyataan Positif dan Negatif Skala Likert
Kategori Favorable Unfavorable
Sangat setuju
Setuju
Tidak setuju
Sangat tidak setuju
4
3
2
1
1
2
3
4
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas tiga alat ukur, yaitu:
alat ukur agresivitas, alat ukur religiusitas dan alat ukur moral disengagement.
1. Skala agresivitas
Agresivitas didapatkan dari alat ukur yang disusun oleh peneliti dengan
menterjemahkan dan memodifikasi skala agresivitas Buss & Perry (1992).
Agresivitas yang diukur berdasarkan bentuk-bentuknya, yakni perilaku
agresivitas fisik, verbal, kemarahan (anger) dan permusuhan (hostility). Ada pun
46
blue print skala agresivitas pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.2.
berikut ini:
Tabel 3.2
Blue print skala agresivitas
No. Dimensi Indikator Favo Unfavo Jumlah
1. Agresivitas fisik
(Physical aggression)
Menyakiti orang lain
dengan cara menyerang
4, 5, 8, 9
- 4
Menyakiti orang lain
dengan cara memukul
1, 2, 3, 6 7 5
2. Agresivitas verbal
(Verbal aggression)
Suka berkata kasar
kepada orang lain
10, 12, 14 - 3
Berkata tidak
sopan/mengumpat orang
lain
11, 13 - 2
3. Agresivitas anger Menunjukkan rasa kesal 16 - 1
Tidak mampu
mengontrol rasa marah
17, 19, 20,
21
15, 18 6
4. Agresivitas hostility Menunjukkan rasa benci 25 - 1
Merasa curiga pada
orang lain
26, 27, 28,
29
- 4
Menunjukkan rasa iri
hati
22, 24 - 2
Merasa kehidupan yang
dialaminya tidak adil
23 - 1
Jumlah 26 3 29
2. Skala religiusitas
Religiusitas didapatkan dari alat ukur yang disusun oleh peneliti dengan
menterjemahkan dan memodifikasi skala religiusitas Kendler, et al., (2003).
Dalam skala ini terdapat tujuh sub skala yang bertujuan untuk mengukur dimensi
general religiosity (coping religious); sosial religiosity; forgiveness; Tuhan
sebagai penentu/hakim (god as judge); Rasa berterima kasih (thankfulness);
Perasaan tidak dendam (unvengefulness) dan keterlibatan Tuhan dalam aktifitas
47
keseharian (involve god). Adapun blue print skala religiusitas dijelaskan dalam
tabel 3.3 berikut ini:
Tabel 3.3
Blue print skala religiusitas
No. Dimensi Indikator Favo Unfavo Jumlah
1. General religiosity /
coping
Menggambarkan hubungan
Indivdu dengan Tuhan
1, 2, 4,
11, 14,
16, 17
42 8
Keterlibatan aktif dengan
Tuhan dalam sehari-hari
5, 6, 10,
13
43 5
Keterlibatan aktif dengan
Tuhan dalam masa krisis /
menghadapi kesulitan
7, 8, 9 44, 45 5
Perhatian dan keterlibatan
individu dengan hal-hal yang
berkaitan dengan spiritual
maupun keagamaan
3, 12, 15 - 3
2. Sosial religiosity Membina hubungan dengan
individu sesame manusia
maupun sesama penganut
agama
18, 19, 20 46 4
Kehadiran di tempat
beribadah
21, 22 47 3
3. Forgiveness Memaafkan orang lain dan
diri sendiri
27, 28, 29 - 3
Merasakan kepedulian, rasa
kasih sayang dan saling
memaafkan pada dunia
30, 31, 50 56 4
4. God as judge Mempercayai tuhan sebagai
penetap takdir
32, 33 - 2
Mempercayai hukum dan
nilai-nilai dari Tuhan
34, 35,
36, 51
- 4
5. Thankfulness Merasakan bersyukur 39, 41 - 2
Menggambarkan perasaan
berterima kasih
40 55 2
6. Unvengefulness Membebaskan diri dari rasa
dendam
37, 38,
57, 61
52, 53,
54, 58,
59, 60
10
7. Involve god Mempercayai Tuhan 23, 24 48 3
Meyakini Tuhan 25, 26 49 3
Jumlah 45 16 61
48
3. Skala moral disengagement
Moral disengagement diukur dengan menggunakan kuesioner yang peneliti
terjemahkan dan modifikasi dari skala moral disengagement Hymel et.al (2005).
Alat ukur ini terdiri dari 18 item yang memiliki empat kategori yaitu: cognitive
restructuring, minimizing agency, distortion of negative consequences dan
blaming/dehumanizing the victim. Adapun blue print skala moral disengagement
dijelaskan dalam tabel 3.4 berikut ini:
Tabel 3.4
Blue print skala moral disengagement
No. Dimensi Indikator Favo Unfavo Jumlah
1. Cognitive
restructuring
Menganggap agresivitas
adalah wajar
1,9,13,16 5 5
2. Minimizing
agency
Tidak bertanggung
jawab atas terjadinya
perilaku agresif dengan
melemparkan tanggung
jawab tersebut kepada
orang lain/orang yang
memiliki otoritas
2,6 10 3
3. Distortion of
negative
consequences
Mengabaikan akibat dari
perilaku agresif
3,7,11,14 - 4
4. Blaming/
dehumanizing
the victim
Menyalahkan korban
dan menganggap
agresivitas terjadi karena
mereka sendiri (korban)
4,8,12,15,1
7,18
- 6
Jumlah 14 4 18
49
3.4 Uji Validitas Konstruk
Dalam rangka pengujian validitas alat ukur, peneliti melakukan uji validitas konstruk
instrumen. Oleh karena itu, peneliti menggunakan CFA (Confirmatory Factor
Analysis) untuk pengujian vaiditas instrument, yaitu instrumen 1) agresivitas, 2)
religiusitas dan 3) moral disengagement. Umar (2011) menjelaskan langkah-langkah
yang dilakukan untuk mendapatkan kriteria hasil CFA yang baik adalah:
1. Bahwa ada sebuah konsep atau trait yang didefinisikan secara operasional
sehingga dapat disusun pertanyaan atau pernyataan untuk mengukurnya.
Konsep ini disebut faktor, sedangkan pengukuran terhadap faktor ini
dilakukan melalui analisis terhadap respon atas item-itemnya.
2. Diteorikan setiap item hanya mengukur satu faktor saja, begitupun juga tiap
subtes hanya mengukur satu faktor juga. Artinya baik item maupun subskala
bersifat unidimensional.
3. Dilakukan uji CFA dengan model satu faktor dan dilihat nilai Chi-Square
yang dihasilkan. Jika nilai Chi-Square tidak signifikan (p > 0,05) berarti
semua item hanya mengukur satu faktor saja. Namun, jika nilai Chi-Square
signifikan (p<0,05), maka perlu dilakukan modifikasi terhadap model
pengukuran yang diuji sesuai langkah kedua berikut ini.
4. Jika nilai Chi-Square signifikan (p < 0,05), maka dilakukan modifikasi model
pengukuran dengan cara membebaskan parameter berupa korelasi kesalahan
pengukuran. Ini terjadi ketika suatu item selain mengukur konstruk yang
50
ingin diukur, item tersebut juga mengukur hal yang lain (mengukur lebih
dari satu konstruk atau multidimensional). Jika setelah beberapa kesalahan
pengukuran dibebaskan untuk saling berkorelasi dan akhirnya diperoleh
model fit, maka model terakhir inilah yang akan digunakan pada langkah
selanjutnya.
5. Jika telah diperoleh model yang fit, maka dilakukan analisis item dengan
melihat apakah muatan faktor item tersebut signifikan dan mempunyai nilai
koefisien positif. Jika t-value untuk koefisien muatan faktor suatu item lebih
besar dari 1,96 (absolut), maka item tersebut dinyatakan signifikan dalam
mengukur faktor yang hendak diukur (tidak di-drop).
6. Setelah itu dilihat apakah ada item yang muatannya negatif. Perlu dicatat
bahwa untuk alat ukur yang bukan mengukur kemampuan (misal: personality
inventory), jika ada pernyataan negatif perlu dilakukan penyesuaian arah
skoringnya yang diubah menjadi positif. Jika sudah dibalik, maka berlaku
perhitungan umum dimana item bermuatan faktor negatif di-drop.
7. Terakhir, apabila kesalahan pengukuran item terlalu banyak berkorelasi,
maka item yang demikian selain mengukur apa yang hendak diukur, ia juga
mengukur hal lain.
Adapun pengujian analisis CFA seperti ini dilakukan dengan bantuan software
LISREL (Joreskog dan Sorbom, 1999). Uji validitas tiap alat ukur akan
dipaparkan pada sub bab berikut.
51
3.4.1 Uji validitas konstruk agresivitas
3.4.1.1 Agresivitas fisik
Peneliti menguji apakah sembilan item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur agresivitas fisik. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 105,56, df = 27, p-
value = 0,00000, RMSEA = 0,124. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.1
Path diagram faktor agresivitas fisik
52
Berdasarkan gambar 3.1, terlihat Chi-Square = 33,53, df = 22, p-value =
0,05475, RMSEA = 0,053. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu agresivitas fisik.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.5 berikut.
Tabel 3.5
Muatan faktor item agresivitas fisik
No.
item
Koefisien Standard
Error
Nilai t Signifikan Muatan Korelasi
kesalahan
Keterangan
1 0,30 0,08 3,58 V + 2
2 0,63 0,08 8,06 V + 0
3 0,74 0,08 9,64 V + 0
4 0,36 0,08 4,38 V + 2
5 0,24 0,09 2,77 V + 1
6 0,63 0,08 8,17 V + 1
7 0,27 0,08 3,24 V + 1
8 0,25 0,08 2,96 V + 3
9 0,30 0,08 3,62 V + 0
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada
kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan
hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan
pengukuran > 5. Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item
akan di analisis dalam perhitungan skor faktor.
53
3.4.1.2 Agresivitas verbal
Peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur agresivitas verbal. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 28,04, df = 5, p-value =
0,00004, RMSEA = 0,156. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.2
Path diagram faktor agresivitas verbal
Berdasarkan gambar 3.2, terlihat Chi-Square = 6,30, df = 3, p-value =
0,09803, RMSEA = 0,076. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu agresivitas verbal.
54
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.6 berikut.
Tabel 3.6
Muatan faktor item agresivitas verbal
No.
item
Koefisien Standard
Error
Nilai t Signifikan Muatan Korelasi
kesalahan
Keterangan
10 0,39 0,09 4,43 V + 1
11 0,63 0,09 6,74 V + 0
12 0,66 0,10 6,57 V + 1
13 0,32 0,10 3,16 V + 1
14 0,22 0,09 2,46 V + 1
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada
kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan
hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan
pengukuran > 5. Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item
akan di analisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.1.3 Agresivitas anger
Peneliti menguji apakah tujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur agresivitas anger. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 49,94, df = 14, p-value =
0,00001, RMSEA = 0,117. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap
55
model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar di bawah ini:
Gambar 3.3
Path diagram faktor agresivitas anger
Berdasarkan gambar 3.3, terlihat Chi-Square = 19,88, df = 12, p-value =
0,06933, RMSEA = 0,059. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu agresivitas anger.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.7 berikut.
56
Tabel 3.7
Muatan faktor item agresivitas anger
No.
item
Koefisien Standard
Error
Nilai t Signifikan Muatan Korelasi
kesalahan
Keterangan
15 0,29 0,08 3,65 V + 1
16 0,37 0,08 4,87 V + 1
17 0,40 0,08 5,19 V + 1
18 -0,31 0,08 -4,04 V - 1 *
19 0,71 0,07 10,33 V + 0
20 0,75 0,07 10,94 V + 0
21 0,82 0,07 12,28 V + 0
Keterangan: tanda V = signifikan (t< -1,96 atau t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat terdapat 6 item yang memiliki t > 1,96
dan satu item yang memiliki t < -1,96 yaitu item 18. Pada kolom koefisien terdapat
item yang muatan faktornya negatif yaitu item 18. Berdasarkan hasil korelasi
kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5.
Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu item yang di drop yaitu item no 18,
artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis.
3.4.1.4 Agresivitas hostility
Peneliti menguji apakah delapan item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur agresivitas hostility. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 80,12, df = 20, p-
value = 0,00000, RMSEA = 0,126. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
57
Gambar 3.4
Path diagram faktor agresivitas hostility
Berdasarkan gambar 3.4, terlihat Chi-Square = 21,92, df = 20, p-value =
0,18792, RMSEA = 0,039. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu agresivitas hostility.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.8 berikut.
58
Tabel 3.8
Muatan faktor item agresivitas hostility
No.
item
Koefisien Standard
Error
Nilai t Signifikan Muatan Korelasi
kesalahan
Keterangan
22 0,49 0,07 6,61 V + 0
23 0,76 0,07 10,91 V + 1
24 0,69 0,07 9,92 V + 0
25 0,59 0,07 8,23 V + 0
26 0,59 0,07 8,19 V + 1
27 0,62 0,07 8,29 V + 2
28 0,53 0,07 7,14 V + 2
29 0,52 0,07 7,10 V + 0
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada
kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan
hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan
pengukuran > 5. Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item
akan di analisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.2 Uji validitas konstruk religiusitas
3.4.2.1 General religiosity
Peneliti menguji apakah dua puluh satu item yang ada bersifat unidimensional,
artinya benar hanya mengukur general religiosity. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 1274,64,
df = 189, p-value = 0,00000, RMSEA = 0,174. Oleh karena itu, penulis melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut
ini:
59
Gambar 3.5
Path diagram faktor general religiosity
Berdasarkan gambar 3.5, terlihat Chi-Square = 144,11, df = 119, p-value =
0,05845, RMSEA = 0,033. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu general religiosity.
60
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.9 berikut:
Tabel 3.9
Muatan faktor item general religiosity
No.
item
Koefisien Standard
Error
Nilai t Signifikan Muatan Korelasi
kesalahan
Keterangan
1 0,78 0,06 12,88 V + 6 *
2 0,78 0,06 12,84 V + 7 *
3 0,86 0,06 15,00 V + 5
4 0,85 0,06 14,49 V + 9 *
5 0,85 0,06 14,56 V + 8 *
6 0,67 0,06 10,39 V + 6 *
7 0,63 0,06 9,79 V + 8 *
8 0,70 0,06 11,15 V + 4
9 0,62 0,07 9,41 V + 7 *
10 0,38 0,07 5,40 V + 8 *
11 0,75 0,06 12,16 V + 9 *
12 0,75 0,06 12,22 V + 4
13 0,71 0,06 11,02 V + 8 *
14 0,84 0,06 14,48 V + 3
15 0,85 0,06 14,43 V + 6 *
16 0,72 0,06 11,52 V + 7 *
17 0,40 0,07 5,82 V + 8 *
42 0,04 0,07 5,80 V + 9 *
43 0,05 0,07 0,67 X + 7 *
44 0,39 0,07 5,66 V + 4
45 0,51 0,07 7,48 V + 7 *
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, terdapat item yang memiliki t < 1,96 yaitu item 43.
Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif.
Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui terdapat beberapa item yang
memiliki korelasi kesalahan > 5, yaitu item 1, 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 17,
61
42, 43 dan 45. Hal ini menunjukkan bahwa ada enam belas item yang di drop yaitu
1, 2, 4, 5, 6, 7, 9, 10, 11, 13, 15, 16, 17, 42, 43 dan 45, artinya item tersebut tidak
ikut serta dianalisis.
3.4.2.2 Social religiosity
Peneliti menguji apakah tujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur social religiosity. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 122,16, df = 14, p-value =
0,00000, RMSEA = 0,202. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 3.6
Path diagram faktor social religiosity
62
Berdasarkan gambar 3.6, terlihat Chi-Square = 15,73, df = 11, p-value =
0,15152, RMSEA = 0,048. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu social religiosity.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.10
Muatan faktor item social religiosity
No.
item
Koefisien Standard
Error
Nilai t Signifikan Muatan Korelasi
kesalahan
Keterangan
18 0,65 0,07 8,81 V + 0
19 0,49 0,08 6,18 V + 2
20 0,65 0,07 8,78 V + 1
21 0,77 0,07 10,80 V + 0
22 0,51 0,08 6,73 V + 1
46 0,27 0,08 3,34 V + 1
47 0,57 0,08 7,52 V + 1
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada
kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan
hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan
pengukuran > 5. Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item
akan di analisis dalam perhitungan skor faktor.
63
3.4.2.3 Forgiveness
Peneliti menguji apakah tujuh item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur forgiveness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 109,95, df = 14, p-value =
0,00000, RMSEA = 0,190. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap
model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama
lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 3.7
Path diagram faktor forgiveness
Berdasarkan gambar 3.7, terlihat Chi-Square = 13,41, df = 9, p-value =
0,14486, RMSEA = 0,051. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu forgiveness.
64
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.11 berikut.
Tabel 3.11
Muatan faktor item forgiveness
No.
item
Koefisien Standard
Error
Nilai t Signifikan Muatan Korelasi
kesalahan
Keterangan
27 0,44 0,07 6,06 V + 2
28 0,44 0,07 6,01 V + 3
28 0,66 0,07 9,54 V + 2
30 0,95 0,06 14,77 V + 0
31 0,73 0,07 10,77 V + 0
50 0,33 0,07 4,48 V + 1
56 0,06 0,08 0,84 X + 2 *
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat terdapat item yang memiliki t < 1,96
yaitu item 56. Pada kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya
negatif. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki
korelasi kesalahan pengukuran > 5. Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu item
yang di drop yaitu item 56, artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis.
3.4.2.4 God as judge
Peneliti menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur god as judge. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 106,97, df = 9, p-value = 0,00000,
65
RMSEA = 0,240. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya,
maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 3.8
Path diagram faktor god as judge
Berdasarkan gambar 3.8, terlihat Chi-Square = 2,73, df = 3, p-value =
0,49870, RMSEA = 0,000. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu god as judge.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
66
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.12 berikut.
Tabel 3.12
Muatan faktor item god as judge
No.
item
Koefisien Standard
Error
Nilai t Signifikan Muatan Korelasi
kesalahan
Keterangan
32 0,75 0,07 11,38 V + 2
33 0,83 0,06 13,21 V + 1
34 0,84 0,06 13,25 V + 2
35 0,79 0,07 11,50 V + 3
36 0,80 0,06 12,55 V + 2
51 -0,11 0,08 -1,31 X - 2 *
Keterangan: tanda V = signifikan (t< -1,96 atau t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat terdapat 5 item yang memiliki t > 1,96
dan satu item yang memiliki t < -1,96 yaitu item 51. Berdasarkan hasil korelasi
kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5.
Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu item yang di drop yaitu item 51, artinya
item tersebut tidak ikut serta dianalisis.
3.4.2.5 Thankfulness
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur thankfulness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 7,60, df = 2, p-value = 0,02233,
RMSEA = 0,122. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model,
dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya,
maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
67
Gambar 3.9
Path diagram faktor thankfulness
Berdasarkan gambar 3.9, terlihat Chi-Square = 1,09, df = 1, p-value =
0,29567, RMSEA = 0,022. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu thankfulness.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.13 berikut.
68
Tabel 3.13
Muatan faktor item thankfulness
No.
item
Koefisien Standard
Error
Nilai t Signifikan Muatan Korelasi
kesalahan
Keterangan
39 0,66 0,07 9,50 V + 0
40 0,89 0,07 13,42 V + 0
41 0,73 0,07 10,46 V + 1
55 0,51 0,08 6,72 V + 1
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada
kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan
hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan
pengukuran > 5. Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item
akan di analisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.2.6 Unvengefulness
Peneliti menguji apakah sepuluh item yang ada bersifat unidimensional, artinya
benar hanya mengukur unvengefulness. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 301,39, df = 35, p-
value = 0,00000, RMSEA = 0,201. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
69
Gambar 3.10
Path diagram faktor unvengefulness
Berdasarkan gambar 3.10, terlihat Chi-Square = 25,71, df = 16, p-value =
0,05824, RMSEA = 0,057. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu unvengefulness.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
70
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.14 berikut.
Tabel 3.14
Muatan faktor item unvengefulness
No.
item
Koefisien Standard
Error
Nilai t Signifikan Muatan Korelasi
kesalahan
Keterangan
37 0,48 0,07 6,55 V + 4
38 0,46 0,07 6,15 V + 5
52 0,70 0,07 9,74 V + 4
53 0,53 0,08 6,98 V + 4
54 0,72 0,07 10,69 V + 1
57 0,26 0,08 3,46 V + 4
58 0,81 0,06 12,69 V + 1
59 0,33 0,08 4,22 V + 4
60 0,60 0,07 8,01 V + 4
61 0,24 0,08 3,05 V + 7 *
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada
kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan
hasil korelasi kesalahan, diketahui terdapat item yang memiliki korelasi kesalahan
pengukuran > 5 yaitu item 61. Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu item yang
di drop yaitu item 61, artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis.
3.4.2.7 Involve god
Peneliti menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur involve god. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan model
satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 86,84, df = 9, p-value = 0,00000,
RMSEA = 0,214. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi terhadap model,
71
dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi satu sama lainnya,
maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 3.11
Path diagram faktor involve god
Berdasarkan gambar 3.11, terlihat Chi-Square = 4,13, df = 6, p-value =
0,65942, RMSEA = 0,000. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu involve god.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
72
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.15 berikut.
Tabel 3.15
Muatan faktor item involve god
No.
item
Koefisien Standard
Error
Nilai t Signifikan Muatan Korelasi
kesalahan
Keterangan
23 0,88 0,06 15,00 V + 1
24 0,91 0,06 15,92 V + 0
25 0,75 0,06 11,86 V + 1
26 0,82 0,06 13,41 V + 1
48 0,61 0,07 8,95 V + 1
49 0,68 0,07 10,12 V + 2
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96 yang
artinya koefisien muatan faktor item-item tersebut signifikan. Pada kolom koefisien
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan hasil korelasi
kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5.
Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis
dalam perhitungan skor faktor.
3.4.3 Uji validitas konstruk moral disengagement
3.4.3.1 Cognitive restructuring
Peneliti menguji apakah lima item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur cognitive restructuring. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan
dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 53.22, df = 5, p-
value = 0,00000, RMSEA = 0,226. Oleh karena itu, penulis melakukan modifikasi
73
terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan berkorelasi
satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 3.12
Path diagram faktor cognitive restructuring
Berdasarkan gambar 3.12, terlihat Chi-Square = 3,49, df = 3, p-value =
0,32254, RMSEA = 0,029. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu cognitive restructuring.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.16 berikut.
74
Tabel 3.16
Muatan faktor item cognitive restructuring
No.
item
Koefisien Standard
Error
Nilai t Signifikan Muatan Korelasi
kesalahan
Keterangan
1 0,42 0,08 5,27 V + 0
5 0,20 0,06 3,05 V + 1
9 0,94 0,11 8,28 V + 1
13 1,06 0,11 9,29 V + 1
16 0,60 0,09 6,94 V + 1
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96. Pada
kolom koefisien tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan
hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan
pengukuran > 5. Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item
akan di analisis dalam perhitungan skor faktor.
3.4.3.2 Minimizing agency
Peneliti menguji apakah tiga item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur minimizing agency. Dari hasil analisis CFA yang dilakukan dengan
model satu faktor, diperoleh model fit seperti pada gambar berikut ini:
Gambar 3.13
Path diagram faktor minimizing agency
75
Berdasarkan gambar 3.13, terlihat Chi-Square = 0,00, df = 0, p-value =
1,00000, RMSEA = 0,000. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu minimizing agency.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.17 berikut:
Tabel 3.17
Muatan faktor item minimizing agency
No.
item
Koefisien Standard
Error
Nilai t Signifikan Muatan Korelasi
kesalahan
Keterangan
2 0,86 0,25 3,36 V + 0
6 0,34 0,12 2,81 V + 0
10 0,34 0,12 2,81 V + 0
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96 yang
artinya koefisien muatan faktor item-item tersebut signifikan. Pada kolom koefisien
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan hasil korelasi
kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5.
Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis
dalam perhitungan skor faktor.
76
3.4.3.3 Distortion of negative consequences
Peneliti menguji apakah empat item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur distortion of negative consequences. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, diperoleh model fit seperti pada gambar berikut
ini:
Gambar 3.14
Path diagram faktor distortion of negative consequences
Berdasarkan gambar 3.14, terlihat Chi-Square = 3,09, df = 2, p-value =
0,21297, RMSEA = 0,054. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu distortion of negative consequences.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
77
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.18 berikut.
Tabel 3.18
Muatan faktor item distortion of negative consequences
No.
item
Koefisien Standard
Error
Nilai t Signifikan Muatan Korelasi
kesalahan
Keterangan
3 0,27 0,12 2,23 V + 0
7 1,27 0,47 2,71 V + 0
11 -0,17 0,09 -1,91 X - 0 *
14 0,24 0,11 2,15 V + 0
Keterangan: tanda V = signifikan (t < -1,96 atau t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat terdapat 3 item yang memiliki t >
1,96, satu item yang memiliki t > -1,96 dan koefisien muatan faktor negative yaitu
item 11. Berdasarkan hasil korelasi kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki
korelasi kesalahan pengukuran > 5. Hal ini menunjukkan bahwa hanya ada satu item
yang di drop yaitu item 11, artinya item tersebut tidak ikut serta dianalisis.
3.4.3.4 Blaming/dehumanizing the victim
Peneliti menguji apakah enam item yang ada bersifat unidimensional, artinya benar
hanya mengukur blaming/dehumanizing the victim. Dari hasil analisis CFA yang
dilakukan dengan model satu faktor, ternyata tidak fit dengan Chi-Square = 18,91, df
= 9, p-value = 0,02597, RMSEA = 0,076. Oleh karena itu, penulis melakukan
modifikasi terhadap model, dimana kesalahan pengukuran pada item dibebaskan
berkorelasi satu sama lainnya, maka diperoleh model fit seperti pada gambar berikut
ini:
78
Gambar 3.15
Path diagram faktor blaming/dehumanizing the victim
Berdasarkan gambar 3.15, terlihat Chi-Square = 12.24, df = 8, p-value =
0,14101, RMSEA = 0,053. Dari hasil tersebut menunjukkan p-value > 0,05 (tidak
signifikan), artinya model dengan satu faktor (unidimensional) dapat diterima, bahwa
seluruh item mengukur satu faktor saja yaitu blaming/dehumanizing the victim.
Selanjutnya, peneliti melihat apakah signifikan item tersebut mengukur faktor
yang hendak diukur, sekaligus menentukan apakah item tersebut perlu di drop atau
tidak. Maka dilakukan pengujian hipotesis nihil tentang koefisien muatan faktor
item. Pengujiannya dilakukan dengan melihat nilai t bagi setiap koefisien muatan
faktor, seperti pada tabel 3.19 berikut.
79
Tabel 3.19
Muatan faktor item blaming/dehumanizing the victim
No.
item
Koefisien Standard
Error
Nilai t Signifikan Muatan Korelasi
kesalahan
Keterangan
4 0,34 0,08 4,23 V + 0
8 0,59 0,08 7,73 V + 0
12 0,41 0,08 5,17 V + 0
15 0,32 0,08 3,93 V + 1
17 0,65 0,08 8,69 V + 1
18 0,83 0,07 11,12 V + 0
Keterangan: tanda V = signifikan (t > 1,96), X = tidak signifikan, *(di drop)
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat seluruh item memiliki t > 1,96 yang
artinya koefisien muatan faktor item-item tersebut signifikan. Pada kolom koefisien
tidak terdapat item yang muatan faktornya negatif. Berdasarkan hasil korelasi
kesalahan, diketahui seluruh item tidak memiliki korelasi kesalahan pengukuran > 5.
Secara keseluruhan tidak ada item yang di drop, artinya semua item akan di analisis
dalam perhitungan skor faktor.
3.5 Prosedur Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan dalam proses pengumpulan data,
yaitu sebagai berikut:
1. Sebelum turun ke lapangan, penulis merumuskan masalah yang akan diteliti
kemudian menentukan variabel yang akan diteliti yaitu agresivitas, religiusitas,
moral disengagement dan faktor demografi yaitu jenis kelamin. Setelah itu
mengadakan studi pustaka untuk melihat masalah tersebut dari sudut pandang
teoritis. Setelah mendapatkan teori-teori secara lengkap kemudian penulis
80
menyiapkan, membuat dan menyusun alat ukur yang akan digunakan dalam
penelitian ini, yaitu skala agresivitas, religiusitas dan moral disengagement.
2. Menentukan sampel penelitian, yaitu masyarakat desa Kampung Melayu Timur
kecamatan Teluknaga, Tangerang. Pengambilan sampel dilakukan dengan
teknik accidental (siapa saja yang kebetulan bertemu dengan peneliti berpeluang
untuk menjadi sampel penelitian bila dipandang orang tersebut cocok sebagai
sumber data).
3. Membuat surat izin penelitian kepada Fakultas Psikologi dengan melampirkan
surat persetujuan pembimbing dan alat ukur penelitian untuk keperluan izin
penelitian di tempat penelitian yaitu Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan
Teluknaga, Tangerang.
4. Peneliti mendiskusikan item-item penelitian dengan dosen pembimbing dan
teman-teman mahasiswa psikologi serta melakukan percobaan kepada 30 orang
masyarakat umum untuk mengetahui apakah bahasa yang digunakan mampu
dimengerti atau tidak.
5. Selanjutnya, penulis melakukan pengambilan data dengan cara memberikan
kuesioner pada masyarakat Desa Kampung Melayu Timur Kecamatan
Teluknaga, Tangerang yang menjadi responden pada penelitian ini. Setelah
mendapatkan data yang diinginkan, penulis melakukan skoring terhadap hasil
skala yang telah terkumpul untuk selanjutnya dilakukan pengolahan dan
81
pengujian dari hasil skala yang sudah didapatkan untuk dianalisis datanya
dengan menggunakan software Lisrel 8.70.
3.6 Metode Analisis Data
Dalam rangka menguji hipotesis penelitian mengenai pengaruh religiusitas dan
moral disengagement yang mempengaruhi agresivitas secara empiris, maka peneliti
mengolah data yang didapat dengan menggunakan teknik analisis regresi berganda
(Multiple Regression Analysis). Teknik analisis regresi berganda ini digunakan untuk
menentukan ketetapan prediksi dan ditujukan untuk mengetahui besarnya pengaruh
variabel bebas (IV), yaitu religiusitas, moral disengagement, dan jenis kelamin
dengan agresivitas (DV).
Regresi berganda merupakan metode statistika yang digunakan untuk membentuk
model hubungan antara variabel terikat (dependent; respon; Y) dengan lebih dari satu
variabel bebas (independent; prediktor; X).
Persamaan regresi penelitian ini adalah:
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + b6X6 + b7X7 + b8X8 + b9X9 +
b10X10 + b11X11 + b12X12
82
Jika dituliskan variabelnya maka:
Y = variabel dependen yang dalam hal ini adalah agresivitas
a = intercept (konstan)
b = koefisien regresi yang distandarisasikan untuk masing-masing X
X1 = General religiosity/coping
X2 = Social support
X3 = Forgiveness
X4 = God as judge
X5 = Thankfulness
X6 = Unvengefulness
X7 = Involve God
X8 = Cognitive restructuring
X9 = Minimizing agency
X10 = Distortion of negative consequences
X11 = Blaming / dehumanizing the victim
X12 = Jenis Kelamin
Melalui regresi berganda ini akan diperoleh nilai R, yaitu koefisien korelasi
berganda antara religiusitas, moral disengagement, dan jenis kelamin. Besarnya
agresivitas yang disebabkan faktor-faktor yang telah disebutkan tadi ditunjukkan
oleh oefisien determinasi berganda atau R2. R
2 menunjukkan variasi atau perubahan
83
variabel terikat (Y) disebabkan variabel bebas (X) atau digunakan untuk mengetahui
besarnya pengaruh variabel bebas (X) terhadap variabel terikat (Y) atau merupakan
perkiraan proporsi varians dari intense yang dijelaskan oleh religiusitas, moral
disengagement dan jenis kelamin. Untuk mendapatkan nilai R2, digunakan rumusan
sebagai berikut:
Untuk membuktikan apakah regresi X pada Y signifikan atau tidak, maka dapat diuji
dengan menggunakan uji F, untuk membuktikan hal tersebut dengan menggunakan
rumus:
⁄
⁄
Dimana k adalah jumlah independen variabel dan N adalah jumlah sampel.
Dari hasil uji F yang dilakukan nantinya, dapat dilihat apakah variabel-variabel
independen yang diujikan memiliki pengaruh terhadap dependen variabel. Kemudian
dilanjutkan dengan uji t dimana ini digunakan untuk melihat apakah pengaruh yang
diberikan variabel bebas (X) signifikan terhadap variabel terikat (Y) secara sendiri-
sendiri atau parsial. Uji ini digunakan untuk menguji apakah sebuah variabel bebas
(X) benar-benar memberikan kontribusi terhadap variabel terikat (Y), oleh karenanya
84
sebelum didapat uji t dari tiap IV, harus didapat dahulu nilai standard error estimate
dari b (koefisien regresi) yang didapatkan melalui akar mean square dibagi SSx.
Setelah didapat nilai Sb barulah bisa dilakukan uji t, yaitu hasil bagi dari b (koefisien
regresi) dengan Sb itu sendiri.
Uji t akan dilakukan sebanyak 12 kali sesuai dengan hipotesis nihil yang hendak
diujikan. Uji t dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Dimana b adalah koefisien regresi dan Sb adalah standard error dari b. hasil
uji t ini akan diperoleh dari hasil regresi yang akan dilakukan oleh peneliti. Seluruh
perhitungan penelitian ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS.
85
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas mengenai hasil penelitian yang telah dilakukan.
Pembahasan tersebut meliputi deskripsi subjek penelitian berdasarkan data
demografi, hasil analisis deskriptif, kategorisasi skor, uji hipotesis dan proporsi
varians.
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian Berdasarkan Data Demografi
Berikut adalah deskripsi subjek penelitian berdasarkan data demografi yang
diperoleh:
Tabel 4.1
Deskripsi subjek penelitian berdasarkan data demografi
Data Demografi ∑
Jenis Kelamin
Laki-laki 95 (50%)
Perempuan 95 (50%)
Rentang Usia
21-30 84 (44.21%)
31-40 56 (29.48%)
41-50 50 (26.31%)
Berdasarkan tabel 4.1, subjek laki-laki sebanyak 95 orang dan subjek perempuan 95
orang. Menurut rentang usia, subjek yang berusia antara 21-30 merupakan subjek
terbanyak pada penelitian ini, yaitu 84 orang.
86
4.2 Hasil Analisis Deskriptif
Dalam hasil analisis deskriptif ini akan disajikan nilai maksimum, minimum, mean
serta standar deviasi variabel penelitian. Gambaran hasil analisis deskriptif ini dapat
dilihat pada tabel 4.2 berikut ini:
Tabel 4.2
Analisis deskriptif
Variabel N Minimum Maksimum Mean Std.
Deviation
Agresivitas 190 27.26 75.9 50.0002 9.34265
General Religiosity 190 19.69 61.95 49.9998 9.08066
Social Religiosity 190 22 68.41 49.9997 8.68668
Forgiveness 190 18.15 67.98 49.9992 8.97582
God as Judge 190 20.91 60.81 49.9996 9.36074
Thankfulness 190 20.42 62.89 50.0005 8.93004
Unvengefulness 190 14.78 67 49.9999 8.90900
Involve God 190 20.76 60.37 50.0005 9.37997
Cognitive Restructuring 190 36.41 78.53 49.9999 8.71434
Minimizing Agency 190 32.88 63.46 50.0002 7.93136
Distortion of Negative
Consequences
190 34.93 70.89 49.9999 9.61194
Blaming 190 31.45 73.77 49.9999 8.56768
Berdasarkan pada tabel 4.2 dapat diketahui bahwa variabel agresivitas
memiliki nilai minimum sebesar 27.26, nilai maksimum sebesar 75.9, nilai rata-rata
sebesar 50.0002 dan standar deviasi sebesar 9.34265. Variabel general religiosity
memiliki nilai minimum sebesar 19.69, nilai maksimum sebesar 61.95, nilai rata-rata
sebesar 49.9998 dan standar deviasi sebesar 9.08066. Variabel social religiosity
memiliki nilai minimum sebesar 22, nilai maksimum sebesar 68.41, nilai rata-rata
sebesar 49.9997 dan standar deviasi sebesar 8.68668. Variabel forgiveness memiliki
87
nilai minimum sebesar 18.15, nilai maksimum sebesar 67.98, nilai rata-rata sebesar
49.9992 dan standar deviasi sebesar 8.97582. Variabel god as judge memiliki nilai
minimum sebesar 20.91, nilai maksimum sebesar 60.81, nilai rata-rata sebesar
49.9996 dan standar deviasi sebesar 9.36074. Variabel thankfulness memiliki nilai
minimum sebesar 20.42, nilai maksimum sebesar 62.89, nilai rata-rata sebesar
50.0005 dan standar deviasi sebesar 8.93004. Variabel unvengefulness memiliki nilai
minimum sebesar 14.78, nilai maksimum sebesar 67, nilai rata-rata sebesar 49.9999
dan standar deviasi sebesar 8.90900. Variabel involve god memiliki nilai minimum
sebesar 20.76, nilai maksimum sebesar 60.37, nilai rata-rata sebesar 50.0005 dan
standar deviasi sebesar 9.37997. Variabel cognitive restructuring memiliki nilai
minimum sebesar 36.41, nilai maksimum sebesar 78.53, nilai rata-rata sebesar
49.9999 dan standar deviasi sebesar 8.71434. Variabel minimizing agency memiliki
nilai minimum sebesar 32.88, nilai maksimum sebesar 63.46 nilai rata-rata sebesar
50.0002 dan standar deviasi sebesar 7.93136. Variabel distortion of negative
consequences memiliki nilai minimum sebesar 34.93, nilai maksimum sebesar 70.89,
nilai rata-rata sebesar 49.9999 dan standar deviasi sebesar 9.61194. Variabel
blaming/dehumanizing the victim memiliki nilai minimum sebesar 31.45, nilai
maksimum sebesar 73.77, nilai rata-rata sebesar 49.9999 dan standar deviasi sebesar
8.56768.
88
4.3 Kategorisasi Skor Variabel
Kategorisasi variabel bertujuan untuk menempatkan individu ke dalam kelompok-
kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut suatu kontinum berdasarkan
atribut yang diukur. Kontinum jenjang ini contohnya adalah dari rendah ke tinggi
yang akan peneliti gunakan dalam kategorisasi variabel penelitian. Sebelum
mengkategorisasikan skor masing-masing variabel berdasarkan tingkat rendah dan
tinggi, penulis terlebih dahulu menetapkan norma seperti tertera pada tabel 4.3
berikut:
Tabel 4.3
Norma skor variabel
Norma Kategorosasi
X < Mean Rendah
X > Mean Tinggi
Setelah norma kategorisasi tersebut didapatkan, selanjutnya akan dijelaskan
perolehan nilai persentase kategorisasi untuk variabel agresivitas, general religiosity,
social religiosity, forgiveness, god as judge, thankfulness, unvengefulness, involve
god, cognitive restructuring, minimizing agency, distortion of negative consequences
dan blaming/dehumanizing the victim pada tabel 4.4 berikut:
89
Tabel 4.4
Kategorisasi skor variabel
Kategorisasi Skor Variabel
Variabel Frekuensi Presentase
Rendah Tinggi Rendah Tinggi
Agresivitas 101 89 53.2 46.8
General religiosity 102 88 53.7 46.3
Social religiosity 101 89 53.2 46.8
Forgiveness 74 116 39 61
God as judge 89 101 46.8 53.2
Thankfulness 103 87 54.2 45.8
Unvengefulness 90 100 47.4 52.6
Involve God 76 114 40 60
Cognitive restructuring 94 96 49.5 50.5
Minimizing agency 129 61 67.9 32.1
Distortion of negative
consequences 123 67 64.7 35.3
Blaming/dehumanizing
the victim 99 91 52.1 47.9
Berdasarkan tabel 4.4, dapat dilihat bahwa dari total 190 subjek yang
memiliki skor agresivitas yang tinggi sebanyak 46.8% atau 89 orang dan yang
memiliki skor rendah sebanyak 53.2% atau 101 orang. Sampel yang memiliki skor
general religiosity yang tinggi sebanyak 46.3% atau 88 orang dan yang memiliki
skor rendah sebanyak 53.7% atau 102 orang. Sampel yang memiliki skor social
religiosity yang tinggi sebanyak 46.8% atau 88 orang dan yang memiliki skor rendah
sebanyak 53.2% atau 101 orang. Sampel yang memiliki skor forgiveness yang tinggi
sebanyak 61% atau 116 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 39% atau 74
orang. Sampel yang memiliki skor god as judge yang tinggi sebanyak 53.2% atau
101 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 46.8% atau 89 orang. Sampel
90
yang memiliki skor thankfulness yang tinggi sebanyak 45.8% atau 87 orang dan yang
memiliki skor rendah sebanyak 54.2% atau 103 orang. Sampel yang memiliki skor
unvengefulness yang tinggi sebanyak 52.6% atau 100 orang dan yang memiliki skor
rendah sebanyak 47.4% atau 90 orang. Sampel yang memiliki skor involve god yang
tinggi sebanyak 60% atau 114 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 40%
atau 76 orang. Sampel yang memiliki skor cognitive restructuring yang tinggi
sebanyak 50.5% atau 96 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 49.5% atau
94 orang. Sampel yang memiliki skor minimizing agency yang tinggi sebanyak
32.1% atau 61 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 67.9% atau 129
orang. Sampel yang memiliki skor distortion of negative consequences yang tinggi
sebanyak 35.3% atau 67 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 64.7% atau
123 orang. Sampel yang memiliki skor blaming/dehumanizing the victim yang tinggi
sebanyak 47.9% atau 91 orang dan yang memiliki skor rendah sebanyak 52.1% atau
99 orang.
4.4 Uji Hipotesis
Selanjutnya, uji hipotesis untuk mengetahui pengaruh masing-masing IV terhadap
DV dalam penelitian ini, analisisnya dilakukan dengan teknik multiple regression.
Data yang dianalisis ialah faktor skor atau true score yang diperoleh dari hasil
analisis faktor. Alasan penulis menggunakan faktor skor ini ialah untuk menghindari
dampak negatif dari kesalahan pengukuran.
91
Pada tahapan ini penulis menguji hipotesis dengan teknik analisis regresi
berganda dengan menggunakan software SPSS 20.0. Dalam regresi ada 3 hal yang
dilihat, yaitu melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%) varians
DV yang dijelaskan oleh IV, kedua apakah secara keseluruhan IV berpengaruh
secara signifikan terhadap DV, kemudian terakhir melihat signifikan atau tidaknya
koefisien regresi dari masing-masing IV.
4.4.1 Hipotesis mayor
Pengujian hipotesis dilakukan dilakukan dengan berapa tahapan. Langkah pertama
peneliti melihat besaran R-square untuk mengetahui berapa persen (%) varians dari
dependent variable, yaitu agresivitas yang diprediksikan oleh keseluruhan
independent variable. Adapun R square dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut ini:
Tabel 4.5
Tabel model summary
Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the
Estimate
1 .605a
.366 .323 7.68609
a. Predictors: (Constant), General Religiosity, Social Religiosity, Forgiveness, God as Judge,
Thankfulness, Unvengefulness, Involve God, Cognitive Restructuring, Minimizing Agency,
Distortion of Negative Consequences, Blaming, Jenis kelamin
b. Dependent variable: Agresivitas
Berdasarkan data pada tabel 4.5 dapat kita lihat bahwa perolehan R-square
sebesar 0,366 atau 36,6%. Artinya proporsi varians dari agresivitas yang dijelaskan
oleh semua independent variable adalah sebesar 36,6%. Sedangkan 63,4% sisanya
dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.
92
Langkah kedua peneliti menganalisis dampak dari seluruh independent variable
terhadap agresivitas. Adapun hasil uji F dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut:
Tabel 4.6
Anova pengaruh keseluruhan IV terhadap DV
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 6040.444 12 503.370 8.521 .000a
Residual 10456.454 177 59.076
Total 16496.898 189 a. Predictors: (Constant), General Religiosity, Social Religiosity, Forgiveness, God as Judge,
Thankfulness, Unvengefulness, Involve God, Cognitive Restructuring, Minimizing Agency,
Distortion of Negative Consequences, Blaming, Jenis kelamin
b. Dependent variable: Agresivitas
Berdasarkan data pada tabel 4.6 kolom signifikansi diketahui bahwa (p<0.05)
atau signifikan, maka hipotesis nihil ditolak. Oleh karenanya hipotesis mayor yang
menyatakan tidak ada pengaruh yang signifikan seluruh independent variable
terhadap agresivitas ditolak. Artinya, ada pengaruh yang signifikan dari religiusitas
(general religiosity, social religiosity, forgiveness, god as judge, thankfulness,
unvengefulness, involve god), moral disengagement (cognitive restructuring,
minimizing agency, distortion of negative consequences, blaming) dan variabel
demografis (jenis kelamin) terhadap agresivitas.
4.4.2 Hipotesis minor
Langkah ketiga adalah melihat koefisien regresi tiap independent variable. Jika
p<0,05 maka koefisien regresi tersebut signifikan yang berarti bahwa IV tersebut
memiliki dampak yang signifikan terhadap agresivitas. Adapun penyajiannya
ditampilkan pada tabel 4.7 berikut.
93
Tabel 4.7.
Koefisien regresi
Coefficientsa
Model Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
T
Sig. B
Std.
Error Beta
1 (Constant) 33.368 9.147 3.648 .000
General Religiosity -.017 .110 -.016 -.154 .878
Social Religiosity .118 .100 .110 1.180 .240
Forgiveness .089 .088 .085 1.008 .315
God as Judge -.115 .112 -.116 -1.030 .304
Thankfulness .036 .097 .034 .369 .713
Unvengefulness -.227 .095 -.216 -2.396 .018
Involve God -.084 .131 -.084 -.637 .525
Cognitive Restructuring -.032 .100 -.030 -.316 .752
Minimizing Agency -.004 .094 -.004 -.047 .963
Distortion of Negative
Consequences
.106 .066 .109 1.600 .111
Blaming .462 .086 .424 5.386 .000
Jenis Kelamin -.004 1.187 .000 -.003 .998 a. Dependent Variable: Agresivitas
Berdasarkan data pada tabel 4.7, untuk melihat signifikan atau tidaknya
koefisien regresi yang dihasilkan, kita cukup melihat nilai signifikan pada kolom
yang paling kanan (kolom ke-6) jika p<0.05, maka koefisien regresi yang dihasilkan
signifikan pengaruhnya terhadap agresivitas dan sebaliknya. Dari hasil di atas
koefisien regresi dari unvengefulness dan blaming/dehumanizing the victim
dikatakan memiliki pengaruh yang signifikan sedangkan sisa lainnya tidak
signifikan. Hal ini berarti bahwa dari 12 independent variable hanya unvengefulness
dan blaming/dehumanizing the victim yang signifikan. Penjelasan dari nilai koefisien
regresi yang diperoleh pada masing-masing IV adalah sebagai berikut:
94
1. Variabel general religiosity: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,017
dengan nilai P-value sebesar 0,878 (p > 0,05), yang berarti bahwa general
religiosity tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
2. Variabel social religiosity: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,118
dengan nilai P-value sebesar 0,240 (p > 0,05), yang berarti bahwa sosial
religiosity tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
3. Variabel forgiveness: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,089 dengan
nilai P-value sebesar 0,315 (p > 0,05), yang berarti bahwa forgiveness tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
4. Variabel god as judge: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,115 dengan
P-value sebesar 0,304 (p > 0,05), yang berarti bahwa god as judge tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
5. Variabel thankfulness: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar 0,036 dengan P-
value sebesar 0,713 (p > 0,05), yang berarti bahwa thankfulness tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
6. Variabel unvengefulness: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,227
dengan nilai P-value sebesar 0,018 (p < 0,05), yang berarti bahwa
unvengefulness memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap
agresivitas. Dapat disimpulkan, semakin rendah unvengefulness maka semakin
tinggi agresivitas.
95
7. Variabel involve god: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,084 dengan P-
value sebesar 0,525 (p > 0,05), yang berarti bahwa involve god tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
8. Variabel cognitive restructuring: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -
0,032 dengan P-value sebesar 0,752 (p > 0,05), yang berarti bahwa cognitive
restructuring tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
9. Variabel minimizing agency: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,004
dengan P-value sebesar 0,963 (p > 0,05), yang berarti bahwa minimizing
agency tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
10. Variabel distortion of negative consequences: diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0,106 dengan P-value sebesar 0,111 (p > 0,05), yang berarti bahwa
distortion of negative consequences tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap agresivitas.
11. Variabel blaming/dehumanizing the victim: diperoleh nilai koefisien regresi
sebesar 0,462 dengan P-value sebesar 0,000 (p < 0,05), yang berarti bahwa
blaming/dehumanizing the victim memiliki pengaruh yang positif dan
signifikan terhadap agresivitas. Dapat disimpulkan, semakin tinggi
blaming/dehumanizing the victim maka semakin tinggi agresivitas.
12. Variabel jenis kelamin: diperoleh nilai koefisien regresi sebesar -0,004 dengan
P-value sebesar 0,998 (p > 0,05), yang berarti bahwa jenis kelamin tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas.
96
Berdasarkan koefisien regresi pada tabel 4.7, dapat dipaparkan persamaan regresi
sebagai berikut:
Agresivitas = 33,368 – 0,017 general religiosity + 0,118 social religiosity + 0,089
forgiveness - 0,115 god as judge + 0,036 thankfulness – 0,227
unvengefulness* - 0,084 involve god – 0,032 cognitive restructuring
– 0,004 minimizing agency + 0,106 distortion of negative
consequences + 0,462 blaming* – 0,004 jenis kelamin.
Keterangan: Signifikan (*)
4.5 Proporsi Varians Masing-masing IV
Peneliti ingin mengetahui bagaimana penambahan proporsi varian dari masing-
masing IV terhadap agresivitas. Besarnya proporsi varian pada agresivitas dapat
dilihat pada tabel 4.8 berikut:
Tabel 4.8
Provorsi varians
IV R square R square
change Sumbangan
Sig. F
Change Keterangan
X1 .059 .059 5.9% .001 V
X12 .073 .014 1.4% .097 X
X123 .073 .000 0% .837 X
X1234 .084 .011 1.1% .145 X
X12345 .084 .000 0% .926 X
X123456 .213 .129 12.9% .000 V
X1234567 .219 .006 0.6% .235 X
X12345678 .245 .026 2.6% .014 V
X123456789 .246 .001 0.1% .637 X
X12345678910 .262 .016 1.6% .000 V
X1234567891011 .366 .104 10.4% .000 V
X123456789101112 .366 .000 0% .998 X Keterangan: V: Signifikan, X: Tidak signifikan
X1: General religiosity X6: Unvengefulness X11: Blaming/dehumanizing the victim
X2: Social religiosity X7: Involve god X12: Jenis Kelamin
X3: Forgiveness X8: Cognitive restructuring
X4: God as judge X9: Minimizing agency
X5: Thankfulness X10: Distortion of negative consequences
97
Berdasarkan data pada tabel 4.12 dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Variabel general religiosity memberikan sumbangan sebesar 5,9% dalam
varians agresivitas. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F =
11,757 dan df = 188 .
2. Variabel social religiosity memberikan sumbangan sebesar 1,4% dalam
varians agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
dengan F = 2,789 dan df = 187.
3. Variabel forgiveness memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varians
agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F =
0,042 dan df = 186.
4. Variabel god as judge memberikan sumbangan sebesar 1,1% dalam varians
agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F =
2,147 dan df = 185.
5. Variabel thankfulness memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varians
agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F =
0,009 dan df = 184.
6. Variabel unvengefulness memberikan sumbangan sebesar 12,9% dalam
varians agresivitas. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F =
30,066 dan df = 183.
98
7. Variabel involve god memberikan sumbangan sebesar 0,6% dalam varians
agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F =
1,419 dan df = 182.
8. Variabel cognitive restructuring memberikan sumbangan sebesar 2,6% dalam
varians agresivitas. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F =
6,221 dan df = 181.
9. Variabel minimizing agency memberikan sumbangan sebesar 0,1% dalam
varians agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik
dengan F = 0,223 dan df = 180.
10. Variabel distortion of negative consequences memberikan sumbangan
sebesar 1,6% dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut signifikan
secara statistik dengan F = 6,363 dan df = 179.
11. Variabel blaming/dehumanizing the victim memberikan sumbangan sebesar
10,4% dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut signifikan secara
statistik dengan F = 29,182 dan df = 178.
12. Variabel jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0% dalam varians
agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara statistik dengan F =
0,000 dan df = 177.
Urutan IV yang signifikan memberikan sumbangan dari yang terbesar hingga
yang terkecil ialah variabel unvegefulness dengan R2 change 12,9%, variabel
blaming/dehumanizing the victim dengan R2 change 10,4%, variabel general
99
religiosity dengan R2 change 5,9%, variabel cognitive restructuring dengan R2
change 2,6%, dan variabel distortion of negative consequences dengan R2 change
1,6%. Selanjutnya, kita dapat melihat sumbangan masing-masing variabel
religiusitas, moral disengagement, dan jenis kelamin terhadap agresivitas pada tabel
4.9.
Tabel 4.9.
Sumbangan masing-masing IV
IV R square R square
change Sumbangan
Sig. F
Change Keterangan
X1 .219 .219 21.9% .000 V
X2 .366 .147 14.7% .000 V
X3 .366 .000 0% .998 X
Keterangan : V: signifikan; X : tidak signifikan
X1 : Religiusitas
X2 : Moral disengagement
X3 : Jenis kelamin
Dari tabel 4.9 dapat dijelaskan informasi sebagai berikut:
1. Variabel religiusitas yang terdiri dari general religiosity, social religiosity,
forgiveness, god as judge, thankfulness, unvengefulnes dan involve god
memberikan sumbangan sebesar 21,9% dalam varians agresivitas.
Sumbangan tersebut signifikan secara statistik dengan F= 7,290 dan df = 182.
2. Variabel moral disengagement yang terdiri dari cognitive restructuring,
minimizing agency, distortion of negative consequences dan
blaming/dehumanizing the victim memberikan sumbangan sebesar 14,7%
dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut signifikan secara statistik
dengan F= 10,333 dan df = 178.
100
3. Variabel demografi yaitu jenis kelamin memberikan sumbangan sebesar 0%
dalam varians agresivitas. Sumbangan tersebut tidak signifikan secara
statistik dengan F= 0 dan df = 177.
101
BAB 5
KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN
Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan hasil penelitian, diskusi tentang
hasil penelitian serta saran metodologis dan saran praktis untuk penelitian
selanjutnya.
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data pada bab 4, kesimpulan dari penelitian ini adalah
“terdapat pengaruh variabel religiusitas (general religiosity, social religiosity,
forgiveness, god us judge, thankfulness, unvengefulness, involve god), variabel moral
disengagement (cognitive restructuring, minimizing agency, distortion of negative
consequences, blaming/dehumanizing the victim), dan variabel demografi (jenis
kelamin) terhadap agresivitas”. Berdasarkan proporsi varians seluruhnya, agresivitas
yang dipengaruhi independent variable (religiusitas, moral disengagement dan jenis
kelamin) adalah sebesar 36.6%. Sisanya sebanyak 63.4% dipengaruhi oleh variabel
lain diluar penelitian ini.
Dilihat dari signifikan tidaknya koefisien regresi dari masing-masing IV,
ditemukan bahwa terdapat dua IV yang menghasilkan koefisien regresi signifikan,
yaitu unvengefulness dan blaming/dehumanizing the victim. Masing-masing variabel
tersebut mempunyai pengaruh terhadap agresivitas. Jika dilihat dari signifikan atau
102
tidaknya proporsi varians sumbangan kontribusi masing-masing IV ada lima IV yang
signifikan memberikan sumbangan dari nilai terbesar hingga terkecil ialah variabel
unvengefulness, blaming/dehumanizing the victim, general religiosity, cognitive
restructuring dan distortion of negative consequences.
5.2 Diskusi
Hasil dari penelitian yang telah dilakukan pada masyarakat desa Kampung Melayu
Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang membuktikan bahwa ada pengaruh yang
signifikan religiusitas, moral disengagement dan demografi terhadap agresivitas.
Dalam penelitian ini, secara umum variabel religiusitas mempengaruhi
agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga,
Tangerang. hal tersebut sejalan dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh
Shaw, et.al. (2011) yang meneliti tentang bagaimana kekerasan yang diprediksi dari
adanya pengaruh religiusitas dan keteguhan moral (moral certainty), menyebutkan
bahwa pada tingkat yang lebih tinggi dari keteguhan moral (moral certainty),
religiusitas memiliki pengaruh yang lebih besar pada munculnya bentuk kekerasan.
Religiusitas merupakan variabel yang memiliki kompleksitas yang cukup
tinggi. Religiusitas tidak hanya terdiri dari satu konstruk variabel namun berdiri dari
beberapa konstruk, baik berupa konstruk internal individu (kepribadian) hingga
konstruk sosial. Selain itu, konstruk religiusitas pun memiliki irisan dengan konstruk
lain yang serupa seperti kondisi fisik, keadaan lingkungan dan pengaruh kelompok
103
(social support) sehingga religiusitas memiliki kontribusi yang besar dalam
menggambarkan agresivitas.
Namun, dalam hasil penelitian ini ditemukan bahwa tidak semua dimensi
dalam religiusitas ini berpengaruh secara signifikan terhadap agresivitas. Terbukti
dalam penelitian ini hanya satu dari tujuh dimensi religiusitas yaitu unvengefulness
(rasa tidak dendam) yang memiliki pengaruh secara signifikan. Berdasarkan nilai
koefisien regresi dimensi unvengefulness (rasa tidak dendam) memiliki pengaruh
yang negatif dan signifikan terhadap agresivitas. Hal ini berarti menunjukkan bahwa
semakin rendah rasa tidak dendam seseorang maka semakin tinggi agresivitas orang
tersebut. Gazi dan Faozah (2010) menjelaskan bahwa tidak ada jaminan orang yang
taat beragama akan bebas dari rasa dendam dan kebencian terhadap orang lain atau
kelompok lain.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keenam dimensi religiusitas yaitu
general religiosity, social support, forgiveness, god us judge, thankfulness dan
involve god tidak signifikan berpengaruh terhadap agresivitas masyarakat desa
Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang. Hal ini menunjukkan
bahwa masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang
dengan tingkatan religiusitasnya tidak mudah melakukan perilaku agresif. Namun
dalam penelitiannya, Huesmann, et.al. (2011) menyatakan bahwa partisipasi
keagamaan dapat membangun religiusitas seseorang dan mempengaruhi tinggi
rendah tingkat agresivitas secara kontinu pada tiap tahap perkembangan hidupnya.
104
Selanjutnya, dari hasil penelitian mengenai pengaruh moral disengagement
dengan diikutsertakan semua variabelnya, hanya ditemukan satu dimensi yang
berpengaruh yaitu dimensi blaming/dehumanizing the victim sedangkan dimensi
yang lainnya tidak berpengaruh. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Hymel, et.al. (2005) yang mengemukakan bahwa terdapat pengaruh
dari blaming/dehumanizing the victim terhadap agresivitas.
Dimensi cognitive restructuring tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap agresivitas). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Hymel et.al., (2005) yang menyatakan bahwa moral
disengagement dalam hal ini cognitive restructuring berhubungan positif dengan
agresivitas. Peneliti mengasumsikan perbedaan hasil penelitian karena berbedanya
karakteristik umur sampel, yaitu pada penelitian ini menggunakan sampel usia
dewasa yang dalam hal kognitifnya jelas lebih mantap dibandingkan dengan usia
remaja. William Perry (dalam Santrock, 2002) mengemukakan bahwa remaja sering
memandang dunia dalam dualisme pola polaritas mendasar – seperti benar/salah atau
baik/buruk. Pada waktu kaum muda mulai matang dan memasuki tahun-tahun masa
dewasa, mereka mulai menyadari perbedaan pendapat dan berbagai perspektif yang
dipegang orang lain, yang mengguncang pandangan dualistik mereka. Pemikiran
dualistik mereka digantikan oleh pemikiran beragam. Pada waktu pendapat pribadi
ditentang oleh orang lain, pemikiran yang beragam menghasilkan pemikiran yang
relatif tunduk, di mana pendekatan yang analitis dan evaluatif terhadap ilmu
105
pengetahuan secara sadar dan aktif dilakukan. Orang dewasa memahami bahwa arti
dari sebuah peristiwa dihubungkan dengan konteks di mana peristiwa itu terjadi dan
dibatasi pada kerangka berpikir individu yang digunakan untuk memahami peristiwa
tersebut.
Sedangkan hasil pada variabel minimizing agency dan distortion of negative
consequences sesuai dengan penelitian Hymel, et.al., (2005) bahwa tidak ada
pengaruh yang signifikan minimizing agency dan distortion of negative consequences
terhadap agresivitas. Peneliti berasumsi bahwa yang menyebabkan hasil penelitian
ini tidak signifikan karena dalam penelitian ini pemilihan sampel diambil secara
accidental sampling sehingga ketika kuesioner disebarkan tidak ada seleksi untuk
sampel yang benar-benar mengalami moral disengagement. Hasil kategorisasi juga
menyatakan bahwa masyarakat desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga,
Tangerang cenderung memiliki tingkat minimizing agency dan distortion of negative
consequences yang rendah. Hal ini berarti masyarakat desa Kampung Melayu Timur
kecamatan Teluknaga, Tangerang cenderung tidak memindahkan atau menyebarkan
tanggung jawab kepada orang lain dan tidak mengabaikan konsekuensi sehingga
moral disengagement yang memprediksi agresivitas yang terjadi di masyarakat
berada pada tingkatan yang rendah.
Pada penelitian ini karakterisitik sampel termasuk dalam masa dewasa
dengan rentang usia 20 – 50 tahun. Schaie (dalam Santrock, 2002) menyatakan
bahwa pada masa dewasa terjadi fase eksekutif, yaitu di mana seseorang
106
bertanggung jawab kepada sistem kemasyarakatan dan organisasi sosial (misalnya,
pemerintah atau perusahaan). Dalam fase eksekutif individu membangun
pemahaman tentang bagaimana organisasi sosial bekerja dan berbagai hubungan
yang kompleks yang terlibat di dalamnya.
Terakhir, adapun variabel demografi yang digunakan dalam penelitian ini
yaitu jenis kelamin. Hasil dari penelitian ini menjelaskan bahwa variabel jenis
kelamin tidak berpengaruh terhadap agresivitas masyarakat desa Kampung Melayu
Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang. Hal ini tidak sesuai dengan apa yang
dikemukankan oleh Bjorkqvist, Osterman dan Hjelt-Back (dalam Baron, 2005)
bahwa laki-laki lebih terlibat dalam berbagai bentuk perilaku agresif langsung–
tindakan yang ditujukan secara langsung pada target dan secara jelas datang dari
aggressor (misalnya, kekerasan fisik, mendorong, menampik, melempar sesuatu pada
orang lain, berteriak dan mengejek). Sedangkan perempuan lebih terlibat dalam
berbagai bentuk perilaku agresif tidak langsung–tindakan ini termasuk menyebarkan
rumor mengenai target, bergosip di belakang target, mengarang cerita sehingga
target mendapat masalah dan lain-lain. Peneliti berasumsi bahwa keterbatasan dalam
penelitian ini terajadi karena penelitian yang dilakukan hanya memakai kuesioner
tanpa dilakukan lagi observasi atau wawancara mendalam mengenai perilaku
keseharian subjek sehingga cukup besar peluang untuk melakukan faking good
terhadap isi dari kuesioner.
107
Selain itu, jika dilihat dari fenomena agresivitas yang terjadi pada masyarakat
desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang pada saat
dilaksanakannya pilkada termasuk ke dalam perilaku kelompok, di mana terkadang
orang kehilangan dirinya sendiri di dalam kerumunan dan bertindak secara berbeda
(Reicher dalam Taylor et. al., 2009). Dalam situasi kerumunan, seseorang terkadang
kehilangan rasa tanggung jawab atas tindakannya. Sistem kontrol melemah dan
karenanya dorongan agresif bebas disalurkan. Hasilnya bisa berupa tindakan
kekerasan yang tak bermoral. Fenomena ini disebut deindividuasi (Postmes &
Spears, dalam Taylor, et.al., 2009). Deindividuasi menciptakan keadaan psikologis
khusus di mana individu menjadi kurang menyadari nilai personalnya dan
perilakunya, dan lebih fokus pada nilai dan perilaku kelompok dan situasi (Diener,
dalam Taylor, 2009). Sehingga, pada saat agresivitas diukur secara individu
diperoleh hasil kategorisasi agresivitas yang rendah. Hal ini berarti masyarakat di
desa Kampung Melayu Timur kecamatan Teluknaga, Tangerang memiliki tingkatan
yang rendah pada segala bentuk perilaku yang ditujukan untuk menyakiti,
mengancam atau membahayakan pihak lain yang dapt dilakukan baik secara fisik,
verbal, anger dan hostility.
Dari hasil penelitian di atas, terdapat perbedaan pendapat dari hasil penelitian
sebelumnya mengenai dimensi-dimensi religiusitas, moral disengagement dan jenis
kelamin terhadap agresivitas. Untuk itu diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai
pengaruh dimensi-dimensi religiusitas, moral disengagement dan jenis kelamin
108
dengan agresivitas pada masyarakat agar dapat memberikan gambaran yang lebih
mendalam, sedangkan berdasarkan proporsi varians seluruhnya, agresivitas yang
dipengaruhi independent variable (religiusitas, moral disengagement dan jenis
kelamin) adalah sebesar 36.6%. Sisanya sebanyak 63.4% dipengaruhi oleh variabel
lain diluar penelitian ini. Hal ini menunjukkan bahwa faktor lain di luar penelitian
sangat besar pengaruhnya terhadap agresivitas, terutama apabila fenomena yang
diteliti adalah kasus politik dan fenomena kelompok, sehingga penting di dalamnya
untuk meneliti faktor-faktor politik dan sosial yang dapat memprediksi terjadinya
konflik atau agresivitas yang terjadi dalam konteks politik dan kelompok.
5.3 Saran
Berdasarkan penulisan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat
banyak kekurangan dalam penelitian ini. Untuk itu, peneliti memberikan beberapa
saran untuk bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan penelitian selanjutnya, baik
berupa saran metodologis dan saran praktis.
5.3.1 Saran metodologis
1. Pada penelitian ini, sampel yang digunakan yaitu masyarakat Desa Kampung
Melayu Timur Kecamatan Teluknaga, Tangerang yang mengalami konflik
pada saat pilkada. Untuk penelitian selanjutnya dalam pemilihan sampel
sebaiknya dilakukan observasi terlebih dahulu untuk mengetahui riwayat
konflik dan catatan kepolisian pada populasi dan sampel yang akan diteliti.
109
2. Pada penelitian ini, penulis menggunakan tiga buah instrumen yang
dimodifikasi dan diterjemahkan dari skala yang sudah ada yaitu skala
agresivitas, religiusitas dan moral disengagement. Untuk penelitian
selanjutnya, sebaiknya dalam penterjemahan alat ukur, bahasa yang
digunakan disesuaikan dengan kriteria subjek sehingga hasil penelitian lebih
representative.
3. Dari hasil penelitian ini ditemukan bahwa religiusitas, moral disengagement
dan jenis kelamin memiliki pengaruh yang signifikan terhadap agresivitas
sebesar 36,6% dan 63,4% lainnya dipengaruhi oleh variabel lain di luar
penelitian ini, sehingga saran bagi penelitian selanjutnya, agar menambahkan
variabel lain yang memiliki pengaruh terhadap agresivitas seperti emosi,
kontrol diri, tipe kepribadian dan jenjang pendidikan. Akan lebih tepat jika
menggunakan teori yang berkaitan dengan psikologi sosial, seperti identitas
kelompok, konformitas, provokasi dan budaya ketika melakukan penelitian
dalam konteks kasus kelompok sosial.
5.3.2 Saran praktis
Terkait hasil penelitian yang signifikansi pengaruhnya terhadap agresivitas, yaitu
rasa tidak dendam (unvengefulness) dan blaming dapat disarankan sebagai berikut:
1. Terkait rasa tidak dendam (unvengefulness), maka dapat disarankan bagi
aparat desa diharapkan dapat melakukan berbagai macam kegiatan yang
110
melibatkan seluruh masyarakat agar tercipta kerukunan, kebersamaan dan
rasa tidak dendam antar masyarakat.
2. Terkait blaming, disarankan bagi masyarakat yang turut serta dalam pilkada
diharapkan dapat meningkatkan kesadaran diri untuk terlibat secara aktif,
jujur dan bertanggungjawab pada saat pelaksanaan pilkada dan tidak mudah
terprovokasi oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab sehingga tidak
mudah menyalahkan pihak-pihak lain baik di dalam maupun di luar
kelompok masyarakat.
3. Bagi pihak pelaksana pilkada untuk pelaksanaan pilkada selanjutnya
diharapkan melakukan sosialisasi secara menyeluruh kepada seluruh lapisan
masyarakat bahwa pelaksanaan pilkada dilakukan untuk kepentingan bersama
bukan untuk kepentingan kelompok tertentu, sehingga dapat meminimalisir
terjadinya bentrok antar warga pada saat pilkada berlangsung.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, C., & Bushman, B. (2002). Human aggression. Annual Reviews
Psychology, 53, 27-51
Bandura, A., Barbaraneli, C., Caprara, G., & Pastoreli, C. (1996). Mechanisms of
moral disengagement in the exercise of moral agency. Personality and Social
Psychology Review, 71, 364-374
Bandura, A. (1999). Moral disengagement in the perpetration of inhumanities.
Personality and Social Psychology Review, 3(3), 193-209. Lawrence Erlbaum
Associates: Inc. Stanford University.
Baron, R.A., & Byrne, D.B., (2005). Psikologi sosial. Edisi Kesepuluh Jilid 1.
Jakarta: Erlangga.
Buss, A.H., & Perry, M. (1992). The aggression quistionnaire. Journal of Personality
and Social Psychology, 63(3), 452-459
Detert, J.R., Trevino, L.K., & Sweitzer, V.L. (2008). Moral disengagement in ethical
decision making: A study of antecedences and outcomes. Journal of Applied
Psychology, 93(2), 374-391
Fajri, N. (2013). Pengaruh self-esteem, kecerdasan emosi dan konformitas teman
sebaya terhadap agresivitas remaja. Skripsi. UIN Jakarta.
Fetzer Institute and National Institute on Aging Working Group. (1999).
Multidimensional measurement of religiousness, spirituality for use in health
research. Fetzer institute in collaboration with national institute on aging,
Kalamazoo. MI: Fetzer Institute.
Gazi & Faozah. (2010). Psikologi agama: Memahami pengaruh agama terhadap
perilaku manusia. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatullah.
Gulandri, M. (2012). Counterproductive work behaviors and moral disengagement.
Doctoral Dissertation: Sapienza Universita of Roma.
Hardy, S., Walker, L., Rackham, D., & Olsen, J. (2012). Religiosity and adolescent
empathy and aggression: The mediating role of moral identity. Journal of
Religion and Spirituality.doi: 10.1037/a0027566
Hasanah, U. (2014). Pengaruh pola asuh dan kontrol diri terhadap agresivitas remaja
di SMA Al – Chasanah Jakarta. Skripsi. UIN Jakarta.
Hyde, L. W., Shaw, D. S., & Moilanen, K. L. (2010). Developmental precursors of
moral disengagement in the development of antisocial behavior. Journal of
Abnormal Child Psychology, 38, 197-209. Doi:10.1007/s10802-009-9358-5.
Hymel, S., Henderson, N.R., & Bonanno, R.A.( 2005). Moral disengagement: a
framework for understanding bullying among adolescents. Journal of Social
Science. Special Issue no. 8, 1-11
Huber, S. & Huber, O. W. (2012). The centrality of religious scale. Journal of
Religions, 3, 710-724
Huesmann. L.R., Dubow, E.F., & Boxer, P. (2010). The effect of religious
participation on aggression over one’s lifetime and across generations.
Hurlock, E. (1980). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang
kehidupan. Jakarta: Erlangga.
Kendler, K.S., dkk. (2003). Dimensions of religiosity and their relationship to
lifetime psychiatric and substance use disorders. Religiosity and psychiatric
Disorders, 160, 496–503
Kundarto, F. (2012). Pengaruh tipe kepribadian dan religiusitas terhadap perilaku
agresi ibu kepada anak. Skripsi. UIN Jakarta.
Leon, A. G., Reyes, G.A., Vila, J., et al. (2002). The aggression questionnaire: A
validation study in student samples. The Spanish Journal of Psychology. 5 (1),
45-53
McAlister, A. L., Bandura, A., & Owen, S. V. (2006). Mechanisms of moral
disengagement in support of military force: the impact of Sept. 11. Journal of
Social and Clinical Psychology, 25, 141-165
Mufidha, R. (2008). Hubungan religiusitas dengan perilaku agresif remaja madrasah
tsanawiyah persiapan Negeri Batu. Skripsi. UIN Malang.
Paciello, M., Fida, R., Tramontano, C., Lupinetti, C., & Caprara, G. (2008). Stability
and change of moral disengagement and its impact on aggression and violence
in late adolescence. Child Development. 79(5), 1288 – 1309
Rohmah, F. (2013). Pengaruh pola asuh, self-esteem, moral disengagement dan
demografi terhadap kecenderungan bullying siswa SMPN 1 Sepatan
Tangerang. Skripsi. UIN Jakarta.
Santrock, J.W. (2002). Life-span development. Edisi Kelima. Alih bahasa Juda
Damanik, Achmad Chusairi. Jakarta: Erlangga.
Sarwono, S.W. (2002). Psikologi sosial: Individu dan teori-teori psikologi sosial.
Jakarta: Balai Pustaka.
Shaw, M., Stephanie A., & Za’rate, M. (2011). Violence with a conscience: a
religiosity and moral certainty as predictor of support for violent warfare.
Psychology of Violence, 1(4), 275-286
Taylor, E.S., Peplau, L.A., & Sears, D.O. (2009). Social psychology (12th
ed).
Psikologi sosial. Alih bahasa Tri Wibowo. Jakarta: Kencana Prenada Media
Group.
Umar, J. (2012). Bahan ajar confirmatory factor analysis (CFA). Tidak
dipublikasikan.
LAMPIRAN C
PENGANTAR
Assalamu’alaikum, Wr. Wb.
Selamat Pagi/ Siang/ Sore
Salam kenal...
Saya mahasiswi Psikologi semester akhir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya meminta bantuan saudara sekalian untuk menjadi responden dalam penelitian skripsi saya.
Saya mengharapkan kesediaan saudara untuk mengisi serangkaian pernyataan berikut ini secara
jujur dan apa adanya. Dalam skala ini tidak ada jawaban benar atau salah. Adapun informasi
atau data yang anda berikan akan sangat bermanfaat bagi penelitian ini dan akan terjamin
kerahasiaannya, serta hanya digunakan untuk kepentingan pengumpulan data.
Atas kerja sama dan bantuannya, saya ucapkan terimakasih, serta mohon maaf apabila terdapat
kesalahan dalam penulisan.
Wassalamu’alaikum, Wr. Wb.
Peneliti,
Sonia Pebriani NR.
______________________________________________________________________________
DATA DIRI RESPODEN
Nama/Inisial : ...........................................................................
Jenis Kelamin : ○ Laki-laki ○Perempuan
Usia : ........... tahun
Pekerjaan : ...........................................................................
Pendidikan : ...........................................................................
Agama : ……………………………………………….
Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan bersedia untuk berpartisipasi dalam mengisi
kuesioner ini.
Nama & Tanda tangan
PETUNJUK PENGERJAAN SKALA I DAN SKALA II
Terdapat beberapa pernyataan yang sesuai atau tidak sesuai dengan Anda. Misalnya Anda adalah
orang yang suka memanfaatkan waktu dengan orang lain. Pilihlah nomor yang menyatakan tingkat Sangat
Tidak Sesuai (STS) sampai Sangat Sesuai (SS) pada tiap-tiap pernyataan dengan menggunakan tanda
silang (√). Pastikan pada setiap pernyataan hanya ada satu pilihan jawaban.
Keterangan Pilihan Jawaban:
STS : Sangat Tidak Sesuai
TS : Tidak Sesuai
S : Sesuai
SS : Sangat Sesuai
CONTOH PENGERJAAN SKALA I DAN SKALA II
No. Pertanyaan STS TS S SS
Saya merasa ada orang yang peduli dengan saya √
SKALA I
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Terkadang saya tidak dapat mengontrol diri saya untuk
memukul orang lain
2. Saya akan memukul orang lain jika banyak yang
memprovokasi saya
3. Jika seseorang memukul saya, saya akan balas memukulnya
kembali
4. Dibandingkan dengan orang lain, saya lebih sering terlibat
pertengkaran/perkelahian
5. Andaikan saya terpaksa melakukan kekerasaan untuk
membela hak saya, saya akan melakukannya
6. Jika ada seseorang yang mengganggu saya terus menerus,
saya akan memukulnya
7. Saya berpikir, memukul seseorang bukanlah alasan yang
tepat.
8. Saya mengetahui, bahwa saya diancam seseorang
9. Jika sedang marah, saya dapat merusak barang-barang yang
ada di sekitar saya
10. Saya akan berbicara kasar ketika tidak sependapat dengan
mereka
11. Saya mengumpat orang yang berbeda pendapat dengan saya
12. Ketika seseorang mengganggu saya, saya berbicara kasar
kepadanya
13. Saya merasa tidak dapat berkata sopan ketika ada yang tidak
sependapat dengan saya
14. Teman saya mengatakan bahwa saya orang yang suka
berbicara kasar
15. Saya termasuk orang yang cepat marah tetapi cepat pula
kembali menjadi tenang
16. Saat frustasi, saya biarkan kemarahan saya terlihat
17. Terkadang saya merasa seperti bom yang siap meledak
18. Saya adalah seorang yang berwatak tenang
19. Beberapa teman saya menganggap saya orang yang mudah
marah
20. Terkadang saya marah hingga lepas kendali tanpa alasan yang
jelas
21. Saya sulit mengendalikan emosi
22. Terkadang saya dikuasai perasaan iri hati
23. Seringkali saya mendapatkan perlakuan tidak adil dalam
hidup
24. Orang lain selalu terlihat lebih beruntung dibandingkan
dengan saya
25. Saya heran, kenapa terkadang saya merasa begitu benci
tentang sesuatu hal
26. Saya tahu teman-teman membicarakan saya dibelakang saya
27. Terhadap keramahan orang asing yang berlebihan, saya selalu
bersikap curiga
28. Terkadang saya merasa bahwa orang-orang menertawakan
saya dibelakang saya
29. Ketika orang berbuat baik kepada saya, saya merasa curiga
dengan kebaikannya
SKALA II
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Saya berusaha menjalani hidup seperti yang Tuhan
perintahkan
2. Saya memohon kepada Tuhan untuk membantu saya
membuat keputusan-keputusan penting
3. Saya menemukan kekuatan dalam agama yang saya yakini
4. Tanpa Tuhan, hidup saya tanpa tujuan
5. Setiap hari saya menyempatkan untuk berdoa kepada Tuhan
6. Keyakinan kepada Tuhan membentuk bagaimana saya
berpikir dan bertindak setiap hari
7. Keyakinan pada Tuhan membantu saya melalui kesulitan
8. Dalam menjalani masa sulit, saya berusaha menemukan
pembelajaran dari Tuhan
9. Saat menghadapi situasi sulit, agama membantu saya
memahami situasi tersebut
10. Saya merasa puas dengan kehidupan religiusitas saya
11. Saya merasakan kehadiran Tuhan
12. Saya berusaha untuk menjadi seseorang yang taat beragama
13. Setiap hari saya melihat buti-bukti kekuasaan Tuhan
14. Saya berusaha mengakui kesalahan dan meminta ampun pada
Tuhan atas apa yang telah saya lakukan
15. Saya percaya bahwa agama dapat memberikan arahan hidup
16. Saya merasakan cinta Tuhan baik secara langsung maupun
melalui perantara orang lain
17. Saya mengandalkan Tuhan dalam segala hal
18. Saya menjalin hubungan baik dengan setiap orang
19. Kebanyakan teman saya adalah orang yang religius
20. Bertukar pikiran tentang agama merupakan hal yang penting
bagi saya
21. Beribadah dan berdoa bersama merupakan hal yang
menyenangkan bagi saya
22. Saya mengikuti berbagai kegiatan keagamaan di tempat
ibadah
23. Saya percaya pada Tuhan
24. Saya yakin bahwa Tuhan selalu memberikan jawaban atas
doa-doa yang dipanjatkan oleh hamba-Nya
25. Saya tahu bahwa Tuhan mencintai saya apa adanya
26. Saya yakin setiap perbuatan manusia diawasi oleh Tuhan
27. Saya mencoba untuk memaafkan orang lain
28. Meskipun sulit, saya akan berusaha untuk memaafkan orang
lain yang telah menyakiti perasaan saya
29. Saya memaafkan diri sendiri
30. Saya mencoba hidup dengan selalu mencintai orang lain
sebagaiman saya mencintai diri sendiri
31. Saya yakin bahwa saya harus peduli terhadap orang lain
seburuk apapun perlakuan mereka terhadap saya
32. Saya percaya bahwa Tuhan lah sang penetap takdir
33. Saya percaya segala yang terjadi adalah ketetapan dari Tuhan
34. Saya percaya Tuhan mempunyai/memberi banyak peraturan
yang dapat membantu kelangsungan hidup hambanya
35. Saya percaya bahwa kitab suci adalah kalimat dari Tuhan
36. Saya percaya Tuhan akan memberikan balasan yang adil
37. Saya membebaskan diri dari rasa dendam
38. Saya tidak akan menaruh rasa dendam kepada orang yang
telah menyakiti saya
39. Saya merasa diberkati Tuhan setiap hari
40. Saya berterima kasih atas apa yang saya terima dalam hidup
ini
41. Saya bersyukur terhadap apapun yang terjadi dalam hidup ini
42. Saya mempertanyakan kehadiran Tuhan
43. Setiap hari saya hanya mengandalkan diri sendiri dalam
segala hal
44. Tuhan meninggalkan saya dalam masa-masa sulit yang saya
hadapi
45. Saat bertemu masalah saya merasa mampu menyelesaikannya
sendiri tanpa meminta pertolongan Tuhan
46. Menurut saya, menjalin hubungan baik dengan orang lain
bukan lah hal yang penting
47. Saya tidak suka mengikuti berbagai kegiatan di tempat ibadah
48. Saya meragukan kehadiran Tuhan
49. Yang saya tahu Tuhan hanya mencintai orang-orang tertentu
saja
50. Saya merasakan kepedulian yang mendalam terhadap dunia
dan isinya
51. Saya merasa situasi yang penuh tekanan merupakan cara
Tuhan untuk menghukum saya atas dosa-dosa dan kelalaian
saya
52. Ketika seseorang menyakiti perasaan saya, saya akan
membalasnya dengan cara apapun
53. Orang lain memberitahu bahwa saya tidak cukup bersyukur
dalam menjalani hidup ini
54. Saya tidak melihat banyak hal yang bisa saya syukuri dalam
kehidupan ini
55. Saya marah pada tuhan karena membiarkan hal buruk terjadi
pada diri saya
56. Saya tidak akan memperdulikan orang-orang yang telah
menyakiti saya
57. Saya yakin walaupun saya melakukan banyak kesalahan
Tuhan tidak akan berhenti mencintai saya
58. Saya adalah orang yang pendendam
59. Satu-satunya orang yang harus saya syukuri atas apa yang
saya terima dalam hidup ini adalah diri saya sendiri
60. Saya yakin jika saya melakukan banyak kesalahan Tuhan
akan berhenti mencintai saya
61. Saya tidak akan membalas perlakuan buruk yang orang lain
lakukan terhadap saya
PETUNJUK PENGERJAAN SKALA III
Baca dan pahami setiap pernyataan. Anda diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan tersebut
sesuai dengan diri anda. Pilihlah nomor yang menyatakan tingkat Sangat Tidak Setuju (STS) sampai
Sangat Setuju (SS) pada tiap-tiap pernyataan dengan menggunakan tanda silang (√). Pastikan pada setiap
pernyataan hanya ada satu pilihan jawaban.
Keterangan Pilihan Jawaban:
STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju
S : Setuju
SS : Sangat Setuju
CONTOH PENGERJAAN SKALA III
No. Pertanyaan STS TS S SS
Saya merasa puas dengan diri sendiri √
SKALA III
No. Pernyataan STS TS S SS
1. Tindakan kekerasan hanyalah suatu hal yang normal
dilakukan
2. Para pemimpin daerah seharusnya bertanggung jawab untuk
melindungi warganya dari tindakan kekerasan
3. Tindakan kekerasan membuat seseorang mengerti pentingnya
berkelompok
4. Orang-orang yang menjadi objek tindakan kekerasan karena
mereka berbeda dibanding orang lain
5. Kekerasan adalah suatu bentuk tindakan kriminal
6. Ketika saya melihat orang lain sedang menjadi objek
tindakan kekerasan, tidak ada yang dapat saya lakukan untuk
menghentikannya
7. Menjadi objek tindakan kekerasan membantu seseorang
untuk lebih tegar
8. Orang yang menjadi objek tindakan kekerasan karena mereka
pantas mendapatkannya
9. Tidak masalah untuk turut melakukan tindakan kekerasan
terhadap orang yang anda tidak sukai
10. Adalah tanggung jawab saya untuk turut campur atau
melakukan suatu tindakan ketika saya melihat tindakan
kekerasan
11. Beberapa orang butuh untuk memilih teman yang akan
mengajari mereka berbagai hal
12. Tidak masalah untuk memilih menjadi seorang pecundang
13. Tidak masalah untuk melakukan tindakan kekerasan kepada
orang lain
14. Tindakan kekerasan dapat menjadi suatu cara yang baik
untuk menyelesaikan masalah
15. Jika seseorang tidak mudah lemah, mereka tidak akan
mengalami banyak tindakan kekerasan
16. Di dalam kelompok saya, tindakan kekerasan adalah hal yang
wajar
17. Orang yang menjadi objek tindakan kekerasan karena mereka
juga melakukan tindakan kekerasan kepada orang lain
18. Orang yang mengalami tindakan kekerasan juga melakukan
hal yang sama terhadap dirinya sendiri
LAMPIRAN D
Contoh Syntax Agresivitas Fisik
UJI VALIDITAS AGRESIVITAS FISIK DA NI=9 NO=190 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 KM SY FI=AGRESIVITASFISIK.COR MO NX=9 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FI LK AGRESIVITAS FISIK FR LX 1 - LX 9 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 FR TD 6 5 TD 8 1 TD 8 7 TD 8 4 TD 4 1 PD OU TV MI SS
LAMPIRAN E
Contoh Output CFA Agresivitas Fisik
DATE: 11/ 5/2014 TIME: 20:22
L I S R E L 8.70
BY
Karl G. Jöreskog & Dag Sörbom
This program is published exclusively by Scientific Software International, Inc. 7383 N. Lincoln Avenue, Suite 100 Lincolnwood, IL 60712, U.S.A. Phone: (800)247-6113, (847)675-0720, Fax: (847)675-2140 Copyright by Scientific Software International, Inc., 1981-2004 Use of this program is subject to the terms specified in the Universal Copyright Convention. Website: www.ssicentral.com
The following lines were read from file
D:\DATA\AGRESIVITAS\FISIK\AGRESIVITAS FISIK.ls8:
UJI VALIDITAS AGRESIVITAS FISIK DA NI=9 NO=190 MA=KM LA ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 ITEM7 ITEM8 ITEM9 KM SY FI=AGRESIVITASFISIK.COR MO NX=9 NK=1 PH=ST LX=FR TD=SY,FI LK AGRESIVITAS FISIK FR LX 1 - LX 9 FR TD 1 1 TD 2 2 TD 3 3 TD 4 4 TD 5 5 TD 6 6 TD 7 7 TD 8 8 TD 9 9 FR TD 6 5 TD 8 1 TD 8 7 TD 8 4 TD 4 1 PD OU TV MI SS
UJI VALIDITAS AGRESIVITAS FISIK
Number of Input Variables 9 Number of Y - Variables 0 Number of X - Variables 9 Number of ETA - Variables 0 Number of KSI - Variables 1 Number of Observations 190
UJI VALIDITAS AGRESIVITAS FISIK
Correlation Matrix
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM1 1.00 ITEM2 0.28 1.00 ITEM3 0.19 0.49 1.00 ITEM4 0.30 0.17 0.21 1.00 ITEM5 -0.04 0.15 0.18 0.17 1.00 ITEM6 0.11 0.36 0.48 0.32 0.42 1.00 ITEM7 0.04 0.12 0.20 0.18 0.07 0.22 ITEM8 0.35 0.16 0.14 0.33 0.02 0.17 ITEM9 0.19 0.20 0.20 0.21 0.07 0.16
Correlation Matrix
ITEM7 ITEM8 ITEM9 -------- -------- -------- ITEM7 1.00 ITEM8 -0.13 1.00 ITEM9 -0.01 0.28 1.00
UJI VALIDITAS AGRESIVITAS FISIK
Parameter Specifications
LAMBDA-X
AGRESIVI -------- ITEM1 1 ITEM2 2 ITEM3 3 ITEM4 4 ITEM5 5 ITEM6 6 ITEM7 7 ITEM8 8 ITEM9 9
THETA-DELTA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM1 10 ITEM2 0 11 ITEM3 0 0 12 ITEM4 13 0 0 14 ITEM5 0 0 0 0 15 ITEM6 0 0 0 0 16 17 ITEM7 0 0 0 0 0 0 ITEM8 19 0 0 20 0 0 ITEM9 0 0 0 0 0 0
THETA-DELTA
ITEM7 ITEM8 ITEM9 -------- -------- -------- ITEM7 18 ITEM8 21 22 ITEM9 0 0 23
UJI VALIDITAS AGRESIVITAS FISIK
Number of Iterations = 25
LISREL Estimates (Maximum Likelihood)
LAMBDA-X
AGRESIVI -------- ITEM1 0.30 (0.08) 3.58
ITEM2 0.63 (0.08) 8.06
ITEM3 0.74 (0.08) 9.64
ITEM4 0.36 (0.08) 4.38
ITEM5 0.24 (0.09) 2.77
ITEM6 0.63 (0.08) 8.17
ITEM7 0.27 (0.08) 3.24
ITEM8 0.25 (0.08) 2.96
ITEM9 0.30 (0.08) 3.62
PHI
AGRESIVI -------- 1.00
THETA-DELTA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM1 0.91 (0.10) 9.38
ITEM2 - - 0.61 (0.08) 7.45
ITEM3 - - - - 0.45 (0.08) 5.42
ITEM4 0.20 - - - - 0.87 (0.07) (0.09) 2.80 9.21
ITEM5 - - - - - - - - 0.94 (0.10) 9.47
ITEM6 - - - - - - - - 0.27 0.60 (0.07) (0.08) 3.98 7.34
ITEM7 - - - - - - - - - - - -
ITEM8 0.27 - - - - 0.26 - - - - (0.07) (0.07) 3.75 3.72
ITEM9 - - - - - - - - - - - -
THETA-DELTA
ITEM7 ITEM8 ITEM9 -------- -------- -------- ITEM7 0.93 (0.10) 9.46
ITEM8 -0.21 0.94 (0.07) (0.10)
-3.19 9.54
ITEM9 - - - - 0.91 (0.10) 9.40
Squared Multiple Correlations for X - Variables
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- 0.09 0.39 0.55 0.13 0.06 0.40
Squared Multiple Correlations for X - Variables
ITEM7 ITEM8 ITEM9 -------- -------- -------- 0.07 0.06 0.09
Goodness of Fit Statistics
Degrees of Freedom = 22 Minimum Fit Function Chi-Square = 33.32 (P = 0.058) Normal Theory Weighted Least Squares Chi-Square = 33.53 (P = 0.055) Estimated Non-centrality Parameter (NCP) = 11.53 90 Percent Confidence Interval for NCP = (0.0 ; 31.25)
Minimum Fit Function Value = 0.18 Population Discrepancy Function Value (F0) = 0.061 90 Percent Confidence Interval for F0 = (0.0 ; 0.17) Root Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0.053 90 Percent Confidence Interval for RMSEA = (0.0 ; 0.087) P-Value for Test of Close Fit (RMSEA < 0.05) = 0.42
Expected Cross-Validation Index (ECVI) = 0.42 90 Percent Confidence Interval for ECVI = (0.36 ; 0.53) ECVI for Saturated Model = 0.48 ECVI for Independence Model = 2.09
Chi-Square for Independence Model with 36 Degrees of Freedom = 376.50 Independence AIC = 394.50 Model AIC = 79.53 Saturated AIC = 90.00 Independence CAIC = 432.72 Model CAIC = 177.22 Saturated CAIC = 281.12
Normed Fit Index (NFI) = 0.91 Non-Normed Fit Index (NNFI) = 0.95 Parsimony Normed Fit Index (PNFI) = 0.56 Comparative Fit Index (CFI) = 0.97 Incremental Fit Index (IFI) = 0.97 Relative Fit Index (RFI) = 0.86
Critical N (CN) = 229.56
Root Mean Square Residual (RMR) = 0.056 Standardized RMR = 0.056 Goodness of Fit Index (GFI) = 0.96 Adjusted Goodness of Fit Index (AGFI) = 0.92 Parsimony Goodness of Fit Index (PGFI) = 0.47
UJI VALIDITAS AGRESIVITAS FISIK
Modification Indices and Expected Change
No Non-Zero Modification Indices for LAMBDA-X
No Non-Zero Modification Indices for PHI
Modification Indices for THETA-DELTA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM1 - - ITEM2 5.74 - - ITEM3 0.03 3.10 - - ITEM4 - - 2.11 1.95 - - ITEM5 1.41 0.24 0.02 1.27 - - ITEM6 2.42 2.47 0.48 2.61 - - - - ITEM7 0.73 1.08 0.05 2.04 0.19 1.69 ITEM8 - - 0.21 0.77 - - 0.56 0.49 ITEM9 0.43 0.10 0.64 0.50 0.02 0.46
Modification Indices for THETA-DELTA
ITEM7 ITEM8 ITEM9 -------- -------- -------- ITEM7 - - ITEM8 - - - - ITEM9 0.62 5.00 - -
Expected Change for THETA-DELTA
ITEM1 ITEM2 ITEM3 ITEM4 ITEM5 ITEM6 -------- -------- -------- -------- -------- -------- ITEM1 - - ITEM2 0.14 - - ITEM3 -0.01 0.16 - - ITEM4 - - -0.09 -0.08 - - ITEM5 -0.07 0.03 -0.01 0.07 - - ITEM6 -0.08 -0.11 0.05 0.09 - - - - ITEM7 -0.06 -0.07 -0.01 0.09 -0.03 0.07 ITEM8 - - -0.03 -0.05 - - -0.04 0.04 ITEM9 0.04 0.02 -0.05 0.04 0.01 -0.04
Expected Change for THETA-DELTA
ITEM7 ITEM8 ITEM9
-------- -------- -------- ITEM7 - - ITEM8 - - - - ITEM9 -0.05 0.14 - -
Maximum Modification Index is 5.74 for Element ( 2, 1) of THETA-DELTA
UJI VALIDITAS AGRESIVITAS FISIK
Standardized Solution
LAMBDA-X
AGRESIVI -------- ITEM1 0.30 ITEM2 0.63 ITEM3 0.74 ITEM4 0.36 ITEM5 0.24 ITEM6 0.63 ITEM7 0.27 ITEM8 0.25 ITEM9 0.30
PHI
AGRESIVI -------- 1.00
Time used: 0.031 Seconds