pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

116
PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN, LABA AKUNTANSI, SUKU BUNGA SBI, DAN UANG BEREDAR TERHADAP HARGA SAHAM SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh: Juniadhi Fajar NIM : 104082002653 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1430 H/2009 M

Upload: buitram

Post on 03-Jan-2017

245 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN

KEUANGAN, LABA AKUNTANSI, SUKU BUNGA SBI,

DAN UANG BEREDAR TERHADAP HARGA SAHAM

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial

Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi

Oleh:

Juniadhi Fajar

NIM : 104082002653

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF

HIDAYATULLAH

JAKARTA

1430 H/2009 M

Page 2: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Abstract

This research concerned with analysis of Stock Price influenced by

Disclosure of Financial Statment, Accounting Earning, SBI, and Money Supply by

using multiple regression method. The data in this research was taken from

Property and Real Estate Companies listed in Indonesia Stock Exchange. By

using purposive sampling method, had choosen 19 companies which can be used

as sample.

The goal of this research is to find out the influence of Disclosure of

financial statment, Accounting Earning, SBI, and Money Supply simultanously

and partialy to Stock Price. Based of this research, showed that Disclosure of financial statement,

Accounting Earning, SBI, and Money Supply have significant influence

simultanously to stock price. But partialy only Accounting Earning and SBI have

significant influence to Stock Price..

Key word : Disclosure of financial statment, Accounting Earning, SBI, Money

Supply and Stock Price

Page 3: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

PENGARUH PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN,

LABA AKUNTANSI, SUKU BUNGA SBI, DAN UANG

BEREDAR TERHADAP HARGA SAHAM

Oleh:

Juniadhi Fajar

Abstrak

Penelitian ini menganalisis harga saham yang dipengaruhi oleh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku bunga SBI, dan uang beredar di Bursa Efek Indonesia dengan metode analisis regresi berganda. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan yang tergolong perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dengan metode purposive sampling diperoleh 19 perusahaan yang dapat dijadikan sampel. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel independen secara simultan dan secara parsial terhadap harga saham. Berdasarkan pengujian tersebut, diperoleh bahwa pengungkapan laporan keuangan laba akuntansi, suku bunga SBI, dan uang beredar secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Sedangkan secara parsial hanya laba akuntansi dan suku bunga SBI yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Kata kunci : Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI, dan uang beredar

Page 4: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

senantiasa selalu mencurahkan segala rahmat dan nikmatnya kepada setiap umat-

Nya sehingga sekarang penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan

skripsi ini. Salawat serta salam penulis panjatkan kepada Rasulullah Muhammad

SAW beserta keluarganya, sahabat dana pengikutnya dan semoga kita semua

mendapat safa’atnya nanti di hari akhir.

Skripsi ini berjudul “Pengaruh Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba

Akuntansi, Suku Bunga SBI, dan Uang Beredar Terhadap Harga Saham. (Studi

pada perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia)”,

skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi (SE)

di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis sadari bahwa

skripsi ini masih jauh dari sempurna, tetapi inilah hasil kerja maksimal yang dapat

penulis berikan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan

khususnya bagi penulis sendiri.

Selama penyusunan skripsi ini, banyak sekali pihak yang telah membantu

sehingga penyusunan skripsi ini akhirnya bisa terselesaikan dengan baik. Pada

kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang membantu skripsi dari penyusunan awal sampai akhir. Penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Kedua Orang tua yang telah memberikan dorongan doa, nasehat, kasih sayang

dan memberikan dorongan moril serta materi dengan tak henti-hentinya.

2. Kedua Saudara ku, Ka Nita dan Arman terima kasih untuk doa dan

dukungannya.

3. Puji Saraswati terima kasih atas bantuannya doa dan supportnya selama ini.

Kamu adalah salah satu cahaya semangat aku sayang. Terima kasih buat

Mahdi atas segala bantuannya dan supportnya selama ini, anda adalah teman

yang sangat baik.

Page 5: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

4. Bapak Yahya Hamja, MM, PhD, selaku dosen pembimbing I yang telah

berkesampatan untuk berkenan memberikan waktunya untuk membaca dan

mengoreksi selama penyusunan skripsi ini.

5. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak, M.Si selaku dosen pembimbing II yang telah berkenan

memberikan waktunya untuk mengoreksi segala kesalaha-kesalah skripsi ini

serta memberikan arahan selama penyusunan skripsi ini berlangsung.

6. Bapak. Prof. DR.Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan

Ilmu Sosial.

7. Bapak. Afif Sulfa, SE, Ak, M.Si selaku Ketua Jurusan Akuntansi.

8. Bapak. Ibu Yessi Fitri, SE.,Ak, M.Si, selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi.

9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan

ilmu pengetahuan yang bermanfaat bagi penulis selama masa perkuliahan.

10. Seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial, khususnya

bagian akademik yang telah membantu dalam kegiatan administrasi penulis.

11. Teman-teman seperjuangan dalam penulisan skripsi, Nursawal Indrayana, Elly

Juliansyah, Wendy, habib Sanusi, terima kasih atas semangatnya.

12. Sahabat-sahabat serta teman-teman di Akuntansi B dan yang lainnya: Widya,

Rahma, DW, Aris. S dan Herlin, Adi. Dan anak-anak yang masih berjuang

Anca, Kibleh, Andi Awaludin, Artha, Agin, Faat, Epenk, dan Iyokz ayo

semangat untuk cepat sukses dan lulus.

13. Semua rekan dan teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu

terimakasih atas semua persahabatan yang telah terjalin selama ini.

Penulis telah berusaha melakukan jerih payah semaksimal mungkin dalam

menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Dengan segala kerendahan hati penulis

menerima saran maupun kritik yang dapat menjadikan skripsi ini lebih baik.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Jakarta, November 2009

Juniadhi Fajar

Page 6: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................... i

LEMBAR UJIAN KOMPREHENSIF ....................................................... ii

LEMBAR UJIAN SKRIPSI ....................................................................... iii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... iv

ABSTRACT ................................................................................................ v

ABSTRAK................................................................................................... vi

KATA PENGANTAR ................................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................... ix

DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ................................................ 1

B. Rumusan Masalah Penelitian............................................ 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian......................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengungkapan ................................................................. 9

1. Pengertian Pengungkapan .......................................... 9

2. Kriteria Pengungkapan .............................................. 9

3. Jenis Pengungkapan .................................................. 12

4. Tujuan Pengungkapan ............................................... 13

B. Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan ....................... 14

1. Pengungkapan Atas Data Kuantitif ............................ 14

2. Pengungkapan Atas Data Non Kuantitatif .................. 14

3. Pengungkapan Atas Peristiwa Kemudian ................... 16

Page 7: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

C. Peraturan Tentang Pengungkapan Laporan Keuangan

di Indonesia …………………………………………….. . 18

1. Undang-undang no.3 1983 tetang pendaftaran

Perusahaan …………………………………………... 19

2. Peraturan Pemerintah no.64 tahun 1999

Tentang laporan tahunan …………………………… . 19

3. Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

No. 50 Tahun 2007 ………………………………….. 19

D. Laporan Keuangan …………………………………...… . 19

1. Pengertian Laporan Keuangan ……………………….19

2. Tujuan Laporan Keuangan ………………………….. 20

3. Karatristik Laporan Keuangan ……………………….22

4. Pemakai Laporan keuangan ………………………….24

E. Pasar Modal ……………………………………… .......... 26

1. Pengertian Pasar Modal ……………………………... 26

2. Tujuan Pasar Modal ………………………………….28

3. Manfaat Pasar Modal ……………………………….. 28

4. Tugas Bursa Efek ………………………………… .... 30

F. Saham …………………………………………………….31

1. Jenis-jenis Saham …………………………………….31

2. Keuntungan Membeli Saham ………………………...34

3. Kerugian Membeli Saham …………………………... 35

G. Laba ………………………………………………………35

1. Pengertian Laba ………………………………………35

2. Tujuan Pelaporan Laba ……………………………… 37

3. Konsep Laba ……………………………………….... 38

H. Suku Bunga SBI ……………………………………….... 42

I. Uang Beredar …………………………………………..... 43

J. Penelitian Sebelumnya ………………………………… .. 45

K. Kerangka Penelitian …………………………………… .. 49

Page 8: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

L. Perumusan Hipotesis ……………………………………..50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................ 51

B. Metode Penentuan Sampel ............................................... 51

C. Metode Pengumpulan Data .............................................. 52

1. Data Sekunder ………………………………………. 52

2. Metode Kepustakaan ……………………………….. . 52

3. Metode Observasi ………………………………….... 52

D. Teknis Analisis ………………………………………….. 52

1. Metode Skoring ……………………………………... 53

2. Uji Normalitas …………………………………….. ... 54

3. Uji Asumsi Klasik …………………………………... 54

4. Uji Signifikan ……………………………………… .. 57

5. Persamaan Regresi Berganda ……………………….. 58

E. Operasi Variabel Penelitian dan Pengukurannya ……….. 59

1. Variabel Independen ……………………………….... 60

2. Variabel Dependen ………………………………….. 63

BAB IV PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Objek Penelitian .................................. 64

1. PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk (BIP) …………... 64

2. PT Sentul City Tbk (BKSL) ………………………… 64

3. PT Duta Anggada Reality Tbk (DART) …………….. 65

4. PT Duta Pertiwi Tbk (DUTI) ………………………... 66

5. PT Bakrieland Development (ELTY) ......................... 67

6. PT Fortune Indonesia (FORU).................................... 68

7. PT Gowa Makasar Tourism Development (GMTD) ... 69

8. PT Jaya Real Properti (JRPT) ………………………..70

9. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) ………… 71

10. PT Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI) ………………..72

Page 9: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

11. PT Lippo Cikarang (LPCK) ………………………… 72

12. PT Lipo Karawaci (LPKR) ………………………….. 73

13. PT Modernland Realty Tbk (MDLN) ………………. 74

14. PT Indonesia Prima Property Tbk (OMRE) ………… 74

15. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) ……………………... 76

16. PT Panca Wiratma Sakti (PWSI) …………………… 76

17. PT Surya Indah Permata Tbk (SIIP) ………………… 78

18. PT Suryamas Duta Makmur Tbk (SMDM) …………..79

19. PT Summarecon Tbk (SMRA) ……………………… 79

B. Penemuan dan Pembahasan.............................................. 80

1. Statistik Deskriptif ..................................................... 80

2. Uji Normalitas............................................................ 81

3. Uji Asumsi Klasik ...................................................... 83

4. Uji Hipotesis .............................................................. 90

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...................................................................... 98

B. Implikasi……………………………………………….….99

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................... 100

LAMPIRAN

Page 10: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

DAFTAR TABEL

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Edi Kartono (2008) dan Adi

Sujarwo (2007) ...................................................................................48

4.1 Statistik Deskriptif...............................................................................80

4.2 Hasil Uji Multikolinearitas sebelum outlier.........................................84

4.3 Hasil Uji Multikolinearitas setelah outlier...........................................85

4.4 Hasil Uji Autokorelasi (Run Test)

sebelum outlier.....................................................................................88

4.5 Hasil Uji Autokorelasi (Run Test)

setelah outlier.......................................................................................89

4.6 Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)........................................90

4.7 Uji Signifikansi Simultan (Uji F)........................................................ 91

4.8. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)........................ 93

Page 11: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

DAFTAR GAMBAR

Nomor Keterangan Halaman

2.1 Model Hubungan Pengaruh Tingkat Pengungkapan Akuntansi,

Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan Uang Beredar

Terhadap Harga Saham…………………………………………….49

4.1 Hasil Uji Normalitas sebelum outlier ……………………………..82

4.2 Hasil Uji Normalitas setelah outlier…………………….................83

4.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas sebelum outlier …………………….86

4.4 Hasil Uji Heteroskedastisitas setelah outlier ………………...........87

Page 12: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Keterangan Halaman

1 Sampel Emiten Penelitian (Perusahaan Properti dan Real Estat)…. 104

2 Tingkat Pengungkapan ……………………………………………. 105

3 Item Scoring Pengungkapan Laporan Tahunan ………………….... 107

4 Peraturan Nomor VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan ...................... 111

5 Suku Bunga Bank Indonesia (Suku Bunga SBI) ...............................118

6 Uang Beredar ……………………………………………………… 130

7 Hasil Data Output Semua Perusahaan Sampel ………………......... 131

8 Uji Harga Saham Perusahaan Properti dan Real Estat

Sebelum Outlier …………………………………………………… 133

9 Uji Harga Saham Perusahaan Properti dan Real Estat

Setelah Outlier …………………………………………………….. 136

Page 13: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Penggunaan informasi akuntansi seperti laporan keuangan telah sangat

meluas di kalangan dunia usaha. Dan informasi merupakan kebutuhan utama

para investor. Laporan keuangan digunakan untuk berbagai kebutuhan oleh

berbagai pihak. Penyusunan laporan keuangan dalam perkembangannya

merupakan produk utama dari akuntansi keuangan yang didasarkan pada

Standar Akuntansi Keuangan (SAK). SAK dapat sebagai prosedur akuntansi

yang digunakan untuk menyusun laporan keuangan.

Suatu informasi dianggap informatif jika informasi tersebut mampu

mengubah kepercayaan para pengambil keputusan. Investor di pasar modal

berkepentingan dengan informasi kinerja perusahaan. Salah satu informasi

yang dapat digunakan oleh investor adalah laporan keuangan.

Penggunaan informasi keuangan dapat melalui laporan keuangan oleh

pihak luar (outsiders) yaitu membuat keputusan investasi dalam menempatkan

sumberdaya yang akan di investasikan. Laporan keuangan dirancang untuk

mengetahui kemampuan atas solvency dan profitability perusahaan.

Laporan keuangan juga merupakan pijakan utama dalam menentukan

pilihan investasi, meski dalam transaksi saham harian tidak sedikit investor

yang melakukan transaksi by issue (sesuai dengan kondisi pasar saat itu).

Dengan berpedoman pada laporan keuangan, investor tidak terombang-

Page 14: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

ambing oleh isu karena memiliki pedoman yang kuat terhadap investasinya.

Ketidakpastian informasi sering terjadi ketika perdagangan saham tengah

berlangsung. Isu dan rumor selalu mewarnai pergerakan harga saham. Pada

kondisi ini, maka laporan keuangan yang disajikan emiten merupakan

pedoman yang tidak terbantahkan, karena selain pedoman dari hasil sebuah

kinerja dalam periode tertentu, laporan keuangan juga mampu memberikan

ekspektasi kepada investor saham. Bagi sebagian investor, keberadaan laporan

keuangan ini diperlukan untuk mengukur sejauh mana kinerja perusahaan

berjalan sesuai harapan, baik secara individu maupun disetarakan dengan

industri sejenis lainnya.

Laporan keuangan yang tidak memberikan tingkat pengungkapan yang

memadai oleh sebagian investor dipandang sebagai laporan keuangan yang

penuh dengan resiko (Juniarti et. al. 2003 dalam Kartono 2008). Penyajian

informasi laba melalui laporan keuangan merupakan fokus kinerja perusahan

yang penting dibandingkan dengan pengukuran kinerja yang mendasarkan

pada meningkat atau menurunnya modal perusahaan. Fokus kinerja tersebut

mengukur keberhasilan atau kegagalan bisnis dalam mencapai tujuan operasi

yang profitable. Keyakinan manajemen dengan pertumbuhan kinerjanya pada

laba menjadikan dorongan untuk memberikan kepuasan kepada investor

dalam penetapan kebijakan dividen dan harga saham, mengingat suatu

kenaikan dividen dan harga saham memberikan sinyal bahwa laba perusahaan

telah tumbuh secara permanen.

Page 15: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Diketahui bahwa di saat suku bunga naik, maka biaya yang harus

dikeluarkan perusahaan akan meningkat, sehingga akan mengurangi laba

perusahaan. Perubahan pada kurs juga akan mempengaruhi tingkat kompetitif

suatu perusahaan yang kemudian mempengaruhi tingkat kompetitif suatu

perusahaan atau struktur cost of fund, hal tersebut dapat membawa pengaruh

terhadap harga saham suatu perusahaan. Di samping mempengaruhi kondisi

tersebut maka dari faktor-faktor yang umumnya dijadikan informasi untuk

pengembalian keputusan adalah konsisi ekonomi makro, kinerja industri dan

perusahaan.

Tandelilin (2001) mengemukakan bahwa beberapa variabel makro

meliputi, tingkat inflasi, tingkat bunga deposito, dan jumlah uang yang

beredar. Analisis ekonomi di bangun atas dasar asumsi variabel-variabel

ekonomi makro yang berpengaruh secara sistematik terhadap keberhasilan

pencapaian laba perusahaan. Naik serta turunnya laba seiring dengan variasi

naik serta turunnya tingkat pengembalian investasi saham yang direfleksikan

oleh rasio perdagangan saham.

Penelitian yang sebelumnya menguji pengaruh tingkat pengungkapan

laporan keuangan, laba akuntansi dan, variabel-variabel makro dengan harga

saham telah ada dilakukan dengan berbagai hasil kesimpulan penelitian.

Irawan (2006) meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan

pengungkapan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar

di BEJ. Berdasarkan analisis regresi berganda dapat di ketahui bahwa variabel

bebas yaitu Debt to Equity Ratio (DER), Current Ratio (CURRANT), Return

Page 16: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

on Total Aset (ROA), porsi saham publik (PUB), ukuran perusahaan (Size),

umur perusahaan (MUR), Operating Profit Margin (OPM), Net Profit Margin

(NPM), Return on Equity (ROE) dan status perusahaan secara bersama-sama

berpengaruh signifikan terhadap tingkat kelengkapan pengungkapan laporan

keuangan tahunan perusahaan yaitu sebesar 13,6% sedangkan 86%

dipengaruhi oleh faktor-faktor lain diluar model. Sovi (2008) meneliti tentang

pengaruh tingkat ketaatan pengungkapan wajib dan luas pengungkapan

sukarela terhadap kualitas laba. Dalam penlitian tersebut tidak berhasil

membuktikan hipotesis yang diajukan bahwa, tingkat ketaatan pengungkapan

wajib dan luas pengungkapan sukarela secara parsial berpengaruh positif

terhadap kualitas laba yang diukur dengan Ernings Response Coefficients

(ERC). Selain itu peneliti juga tidak berhasil membuktikan bahwa tingkat

ketaatan pengungkapan wajib dan luas pengungkapan sukarela secara

bersama-sama berpengaruh terhadap kualitas ERC.

Hasil penelitian Triyono dan Hartono (2000) dalam Atikah, dkk

(2004;436) membuktikan bahwa laba akuntansi berpengaruh terhadap harga

saham tetapi laba akuntansi tidak berpengaruh terhadap return saham, yang

berarti laba akuntansi mempunyai kandungan informasi hanya terhadap harga

saham.

Penelitian Haqqi (2008) meneliti hubungan kausalitas antara suku bunga

SBI, nilai tukar rupiah, uang yang beredar, dan inflasi terhadap harga saham

syariah. Dalam penelitian tersebut disimpulkan bahwa uang beredar (M2)

Page 17: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

mempunyai hubungan terhadap indeks harga saham JII secara jangka panjang,

sedangkan untuk SBI tidak memiliki hubungan terhadap Harga Saham.

Penelitian ini merupakan pengembangan dari beberapa penelitian yang

dilakukan oleh, (1) Kartono (2008) yang meneliti tentang pengaruh tingkat

pengungkapan laporan keuangan, dividen, dan ekuitas terhadap harga saham.

Pada penelitian tersebut memberikan kesimpulkan bahwa terdapat pengaruh

yang signifikan pada tingkat pengungkapan keuangan dan dividen terhadap

harga saham. (2) Sujarwo (2007) menganalisa pengaruh kandungan informasi

laba akuntansi dan komponen arus kas terhadap harga saham.

Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian replikasi yang telah

dijelaskan sebelumnya adalah, (1) penelitian ini hanya memakai variabel

tingkat pengungkapan laporan keuangan sebagai variabel independen dan

harga saham sebagai variabel dependen yang terdapat dalam judul penelitian

Kartono (2008). (2) sedangkan dalam penelitian Sujarwo (2007) penelitian ini

hanya memakai variabel laba akuntansi sebagai variabel independen dan harga

saham sebagai variabel dependen. (3) penelitian ini menambahkan variabel

makro yaitu variabel uang beredar dan suku bunga SBI sebagai variabel

independen. Dwiridotjahjono (2006:36) varibel-variabel ekonomi makro perlu

mendapatkan serius oleh investor karena merupakan determinan utama dalam

menentukan rate of return yang disyaratkan dari investasi pada saham suatu

perusahaan.

Page 18: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Dari uraian di atas peneliti melakukan penelitian dalam bentuk skripsi

yang berjudul Pengaruh Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba

Akuntansi, Suku Bunga SBI, Uang beredar, Tehadap Harga Saham.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apakah tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, uang

yang beredar, dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan secara simultan

terhadap harga saham ?

2. Apakah tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, uang

yang beredar, dan suku bunga SBI berpengaruh signifikan secara parsial

terhadap harga saham ?

3. Variabel independen manakah yang paling berpengaruh signifikan

terhadap harga saham?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, tujuan dari penelitian ini

adalah:

a. Untuk menganalisis pengaruh signifikan tingkat pengungkapan laporan

keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga SBI

secara simultan terhadap harga saham.

Page 19: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

b. Untuk menganalisis pengaruh signifikan tingkat pengungkapan laporan

keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga SBI

secara parsial terhadap harga saham.

c. Untuk menganalisis variabel independen manakah yang paling

dominan berpengaruh signifikan terhadap harga saham.

2. Manfaat Penelitian

a. Investor

Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi untuk mengetahui

keadaan keuangan perusahaan sehingga dapat dimanfaatkan oleh para

investor dalam pengambilan keputusan investor dari pasar modal.

b. Emiten

Agar dapat dijadikan pertimbangan dalam membuat laporan keuangan.

c. Penulis

Dapat menerapkan Ilmu Ekonomi jurusan Akuntansi, khususnya dalam

Akuntansi Manajemen yang telah diperoleh selama masa perkuliahan.

d. Akademis

Penelitian ini memberikan bukti empiris tentang bagaimana pengaruh

tingkat pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku bunga

SBI dan uang beredar terhadap harga saham. Selain itu juga dapat

memperkaya bahan kajian atau referensi di bidang keuangan dan pasar

modal untuk penelitian yang akan datang.

Page 20: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

e. Mahasiswa dan Masyarakat

Dapat sebagai bahan bacaan yang bermanfaat untuk menambah ilmu

pengetahuan.

Page 21: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengungkapan

1. Pengertian Pengungkapan

Menurut Siegel dan Shim (2005:147) pengungkapan adalah informasi

yang diberikan sebagai lampiran pada laporan keuangan dalam bentuk

catatan kaki atau tambahan serta informasi ini menyediakan penjelasan

posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan. Informasi penjelasan

mengenai kesehatan keuangan dapat diberikan dalam laporan

pemeriksaan. Semua materi harus disingkapkan termasuk informasi

kuantitatif (seperti komponen dolar dalam persediaan) dan kualitatif

(seperti tuntutan hukum) yang akan sangat membantu pengguna laporan

keuangan.

2. Kriteria Pengungkapan

Informasi yang dilaporkan dalam laporan keuangan harus dapat

dipahami oleh mereka yang mempunyai pengertian memadai mengenai

aktifitas bisnis dan ekonomi serta cenderung untuk mempelajari informasi

tersebut dengan ketekunan yang sewajarnya. Menurut Sovi (2008:5) ada

tiga kriteria dalam pengungkapan yaitu:

Page 22: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

a. Pengungkapan memadai (adequate disclosure)

Memadai berarti menyiratkan jumlah pengungkapan minimum yang

sejalan dengan tujuan negatif sehingga membuat laporan tersebut tidak

menyesatkan.

b. Pengungkapan wajar ( fair disclosure)

Wajar menyiratkan suatu tujuan etika, yaitu memberikan perlakuan

yang sama pada semua calon pembaca.

c. Pengungkapan penuh (full dsiclosure)

Lengkap menyiratkan penyajian seluruh informasi yang relevan.

Lengkap bukan berarti terlalu banyak informasi sehingga penyajian

rincian yang tidak penting dapat menyembunyikan informasi yang

signifikan dan relevan, namun tujuannya adalah agar laporan

keuangan dapat membantu pengambilan keputusan terbaik.

Banyak perusahaan-perusahaan saat ini yang kurang cenderung

mengungkapkan lebih banyak informasi keuangannya dengan berbagai

argumentasi yang kadang tidak realistis dan tidak mendapat dukungan

banyak pihak yang berkepentingan antara lain:

a. Pengungkapan yang membantu pesaing dan akan merugikan

pemegang saham.

b. Serikat pekerja akan memperoleh keuntungan dengan tawar menawar

upah dengan pengungkapan informasi keuangan yang lengkap.

c. Investor sering dinyatakan tidak dapat memahami kebijakan dan

prosedur akuntansi.

Page 23: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

d. Sumber lain terkadang dianggap mampu menyediakan informasi

tersebut dengan biaya yang lebih rendah daripada jika diberikan oleh

oleh perusahaan dalam laporan keuangannya.

e. Tidak adanya pengetahuan tentang kebutuhan para investor.

Banyak perusahaan yang tidak mengungkapkan informasi yang cukup

dalam laporan keuangannya menuntut adanya regulasi (peraturan) yang

menentukan isi dan format laporan keuangan serta memuat ketentuan-

ketentuan spesifik yang berhubungan dengan pengungkapan.

Menurut Theodorus (1985:222) keberatan-keberatan yang diajukan

perusahaan untuk menambah disclosure adalah:

a. Disclosure hanyalah akan membantu kompetitor dan merugikan

pemegang saham dari perusahaan yang men-disclose.

b. Serikat-serikat buruh mendapat keuantungan dalam perundingan-

perundingan kerja bersama. Sebenarnya disclosure akan membuat

suasana perundingan menjadi lebih sehat.

c. Sering adanya kesangsian mengenai kemampuan para investor untuk

mengerti kebijaksanaan dan prosedur akuntansi, sehingga full

disclosure hanyalah akan menyesatkan mereka. Tuduhan inipun

sebenarnya tidak mempunyai dasar karena para analis keuangan dan

investment bankers mempunyai penguasaan yang baik terhadap

kebijaksanaan akuntansi.

d. Salah satu argumen yang memang mempunyai dasar adalah bahwa

laporan keuangan bukanlah satu-satunya sumber informasi keuangan.

Page 24: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

3. Jenis Pengungkapan.

Menurut Sovi (2008:4) ada dua jenis pengungkapan dalam

hubungannya dengan persyaratan yang ditetapkan oleh standar dan

regulasi, yaitu:

a. Pengungkapan Wajib (mandatory disclousure)

Pengungkapan Wajib merupakan pengungkapan minimum yang

disyaratkan oleh peraturan yang berlaku. Peraturan tentang standar

pengungkapan informasi bagi perusahaan yang telah melakukan

penawaran umum dan perusahaan publik yaitu, Peraturan No. VIII.G.7

tentang Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan Peraturan No.

VIII.G.2 tentang Laporan Tahunan. Peraturan tersebut diperkuat

dengan Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-17/PM/1995, yang

selanjutnya diubah melalui Keputusan Ketua Bapepem No. Kep-

38/PM/1996 yang berlaku bagi semua perusahaan yang telah

melakukan penawaran umum dan perusahaan publik. Peraturan

tersebut diperbaharui dengan Surat Edaran Ketua Bapepam No. SE-

02/PM/2002 yang mengatur tentang penyajian dan pengungkapan

laporan keuangan emiten atau perusahaan publik untuk setiap jenis

industri.

b. Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure)

Salah satu cara meningkatkan kredibilitas perusahaan adalah melalui

pengungkapan sukarela secara lebih luas untuk membantu investor

dalam memahami strategi bisnis manajemen. Pengungkapan Sukarela

Page 25: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

merupakan pengungkapan butir-butir yang dilakukan secara sukarela

oleh perusahaan tanpa diharuskan oleh peraturan yang berlaku.

Sedangkan dari sumber PSAK dapat disimpulkan bahwa informasi lain

atau informasi tambahan (telaahan keuangan yang menjelaskan

karakteristik utama yang mempengaruhi kinerja perusahaan, posisi

keuangan perusahaan, kondisi ketidakpastian, laporan mengenai

lingkungan hidup, laporan nilai tambah) adalah merupakan

pengungkapan yang dianjurkan (tidak diharuskan) dan diperlukan

dalam rangka memberikan penyajian yang wajar dan relevan dengan

kebutuhan pemakai.

Luas pengungkapan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu,

dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi, sosial budaya suatu negara,

teknologi informasi, kepemilikan perusahaan dan peraturan-peraturan

yang dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang.

4. Tujuan Pengungkapan

Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah pengadaan informasi bagi

pengambilan keputusan. Hal ini memerlukan pengungkapan data keuangan

yang memadai. Menurut Theodorus (1986:223) tujuan yang positif dari

pengungkapan pada laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi

yang penting dan relevan kepada pemakai-pemakai laporan keuangan

sehingga dapat membantu mereka dalam membuat keputusan dengan cara

yang baik.

Page 26: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Menurut PSAK No. 50 (2007:50.13) tujuan dari pengungkapan adalah

untuk menyediakan informasi guna meningkatkan pemahaman mengenai

signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi keuangan, kinerja dan

arus kas entitas, serta membantu penilaian jumlah, waktu, dan tingkat

kepastian arus kas masa depan yang terkait dengan instrumen tersebut.

B. Pengungkapan Dalam Laporan Keuangan

Menurut Theodorus (1985:223) terdapat beberapa pengungkapan dalam

laporan keuangan yaitu:

1. Pengungkapan Atas Data Kuantitatif

a. Memusatkan perhatian kepada metode pengukuran dan pelaporan

probabilistic data dan bukannya kepada jumlah-jumlah yang

deterministic.

b. Melakukan pengungkapan pada tingkat accuracy yang berbeda-

beda.

c. Melakukan perincian-perincian mengenai segmen-segmen usaha

yang disajikan.

d. Menyampaikan data ramalan (forecast data) karena investor justru

tertarik kepada masa depan perusahaan.

2. Pengungkapan Atas Data Non Kuantitatif

Ada dua data non kuantitatif yang akan dibahas, yakni : kebijaksanaan

akuntansi dan perubahan akuntansi.

Page 27: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

a. Kebijaksanaan Akuntansi

Beragamnya prosedur akuntansi yang digunakan banyak perusahaan

bahkan dalam perusahaan yang sama menyebabkan komparabilitas

antara laporan keuangan menjadi sulit. Salah satu alternatif untuk

keseragamannya adalah mengurangi jumlah alternatif. Cara lain selain

mengurangi jumlah alternatif adalah dengan mengungkapkan metode-

metode spesifik yang digunakan dalam setiap kasus dengan asumsi

bahwa pembaca dapat menyajikan kembali laporan akuntansi itu guna

mencapai komparabilitas. Informasi tentang kebijakan akuntansi yang

digunakan perlu untuk menghasilkan penyajian laporan keuangan

yang wajar. Bagimanapun juga pengungkapan mengenai

kebijaksanaan akuntansi akan dapat memberikan kemungkinan untuk

melakukan interpretasi yang lebih baik dari ikhtisar keuangan

perusahaan dan karenanya dapat mempengaruhi pengambilan

keputusan investasi. Atas dasar asumsi inilah Accounting Principle

Board dalam opini No. 22 menyimpulkan bahwa informasi mengenai

kebijaksanaan akuntansi yang diterapkan, merupakan suatu keharusan

bagi penyajian ikhtisar keuangan secara layak.

b. Perubahan Akuntansi

Penggunaan prinsip akuntansi secara konsisten telah lama dianggap

sebagai sesuatu yang sangat penting dalam menilai kegiatan

perusahaan di masa yang lalu dan dalam melakukan proyeksi atas

Page 28: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

kegiatan-kegiatan kemudian hari. APB dalam opini No. 20

mendukung pandangan ini, tetapi juga menyatakan bahwa apabila

perubahan ini memang dapat dibenarkan, maka harus ada keterangan

mengenai alasan untuk membenarkan perubahan tersebut serta

perubahan tersebut harus diungkapkan dalam laporan keuangan ketika

perubahan dilakukan disertai justifikasi untuk perubahan itu. Menurut

Theodorus (1985:225) perubahan akuntansi mencakup perubahan

prinsip akuntansi, taksiran akuntansi, dan unit pelaporan (reporting

entity).

3. Pengungkapan Atas Peristiwa Kemudian

Banyak peristiwa sesudah tanggal neraca akan mempengaruhi

keabsahan, ikhtisar-ikhtisar keuangan dan interpretasi terhadap ikhtisar-

ikhtisar keuangan. Karena hal tersebut akan mempengaruhi pembuat

keputusan berdasarkan informasi yang ada dalam ikhtisar keuangan.

Peristiwa-peristiwa penting mungkin terjadi atau diketahui setelah tanggal

laporan akan tetapi sebelum laporan dirampungkan, maka untuk mencapai

tujuan pengungkapan, informasi tersebut harus diungkapkan dalam

laporan. Ada tiga peristiwa sesudah tanggal neraca yang perlu

diungkapkan:

a. Peristiwa yang langsung mempengaruhi jumlah yang dilaporkan.

Peristiwa ini timbul karena kurangnya informasi dalam masa akuntansi

yang bersangkutan. Dengan adanya informasi yang diterima sesudah

Page 29: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

tanggal neraca, perlu adan perubahan-perubahan terhadap penilaian

yang didasarkan atas taksiran-taksiran.

b. Peristiwa yang dapat mengubah secara material keabsahan penilaian

neraca atau hubungan antara equity holders, atau secara material

mempengaruhi kegunaan laporan kegiatan dimasa yang lalu sebagai

bahan prediksi. Peristiwa ini tidak mempunyai akibat langsung

terhadap ikhtisar-ikhtisar tersebut. Peristiwa ini meliputi:

1) Peristiwa yang mempengaruhi secara material struktur keuangan

perusahaan atau hubungan di antara para equity holders;

2) Peristiwa yang mempengaruhi pembagian dividen dikemudian

hari. Contohnya adalah penerbitan atau emisi saham yang sangat

besar atau pembelian/penjualan sejumlah aktiva yang merupakan

persentase tinggi dari total aktiva.

3) Peristiwa yang dapat mempengaruhi secara material kegiatan-

kegiatan atau peristiwa-peristiwa dikemudian hari. Peristiwa yang

mempunyai akibat telah dapat diketahuinya income atau penilaian

dimasa datang. Contohnya adalah, perubahan kondisi pasar dalam

harga-harga yang mempengaruhi perusahaan, kebijaksanaan

manajemen baru, penandatanganan kontrak-kontrak besar,

peristiwa-peristiwa eksternal seperti perang, perubahan undang-

undang dan perubahan keadaan ekonomi.

Page 30: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Menurut Simamora (2000) informasi yang harus diungkapkan dalam

laporan keuangan meliputi:

1. Ringkasan metode-metode akuntansi yang dipakai dalam penyusunan

laporan keuangan

2. Pengaruh rupiah dari setiap perubahan metode akuntansi selama periode

berjalan

3. Setiap kontinjensi rugi (loss contingencies) yang kemungkinan memiliki

pengaruh material atas posisi keuangan perusahaan

4. Ketentuan-ketentuan kontraktual yang akan mempengaruhi arus kas

dimasa yang akan datang, termasuk syarat perjanjian pinjaman, program

pensiun karyawan, dan komitmen untuk membeli/menjual sejumlah aktiva

yang material

5. Kejadian-kejadian signifikan yang terjadi setelah tanggal neraca, namun

sebelum laporan keuangan sesungguhnya diterbitkan

6. Pelanggan-pelanggan tertentu yang berpengaruh besar terhadap kegiatan

usaha perusahaan

7. Transaksi-transaksi tidak biasa atau konflik kepentingan antara perusahaan

dengan karyawan-karyawan kuncinya

C. Peraturan Tentang Pengungkapan Laporan Keuangan di Indonesia

Beberapa peraturan dan undang-undang yang berkaitan dengan

pengungkapan informasi keuangan di indonesia mencakup:

Page 31: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

1. Undang-undang no.3 tahun 1983 tentang pendaftaran perusahaan.

Dalam undang-undang ini perusahaan harus menyediakan informasi yang

dapat di akses publik yang diantaranya terdiri dari: nama perusahaan,

informasi mengenai anggota dewan komisaris, dan dewan direktur serta

modal yang diperoleh.

2. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 Tentang Laporan Tahunan.

Peraturan pemerintah ini memperluas jangkauan perusahaan perusahaan-

perusahaan yang diharuskan menyediakan laporan keuangan kepada

publik. Sebelumnya hanya perusahaan-perusahaan yang terdaftar di bursa

saja yang diharuskan untuk melaporkan keuangan kepada publik.

3. Persyaratan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 50 Tahun 2007

mengenai instrumen keuangan dalam penyajian dan pengungkapan.

D. Laporan Keuangan

1. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi

keuangan utama kepada pihak-pihak diluar korporasi. Laporan ini

menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter.

Laporan keuangan (financial statement) yang sering disajikan adalah (1)

neraca, (2) laporan laba rugi, (3) laporan arus kas, dan (4) laporan ekuitas

pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan

atau pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan

keuangan (Kieso, 2002:3)

Page 32: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Menurut Warren, dkk (2005:24) laporan keuangan adalah laporan

akuntansi yang menghasilkan informasi setelah transaksi dan diikhtisarkan

yang disiapkan berupa laporan laba-rugi, laporan ekuitas pemilik, neraca,

dan laporan arus kas bagi pemakai.

Sedangkan menurut Siegel dan Shim (2005:185) menyatakan laporan

keuangan adalah laporan yang berisi informasi keuangan sebuah

organisasi. Laporan keuangan yang diperlukan adalah neraca, laporan rugi

laba, dan laporan perubahan posisi keuangan. Ketiganya dapat

digabungkan dengan laporan pelengkap adalah laporan keuangan yang

disesuaikan dengan tingkat inflasi. Beberapa bahan pelengkap hanya

diperlukan untuk perusahaan umum.

2. Tujuan Laporan Keuangan

Laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen suatu perusahaan

diperlukan karena informasi yang disajikan relatif seragam, sedangkan

kebutuhan dari pemakai laporan beragam. Pihak luar perusahaan tidak

terlibat dalam operasional sehari-hari sehingga mereka hanya bergantung

pada laporan keuangan yang disajikan.

Menurut Kieso (2002:6) tujuan pelaporan keuangan adalah untuk

menyediakan informasi yang berguna bagi keputusan investasi dan kredit,

menyediakan informasi yang berguna dalam menilai arus kas masa depan,

dan menyediakan informasi mengenai sumber daya perusahaan, klaim

terhadap sumber daya tersebut, dan perubahan di dalamnya.

Page 33: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Pahala (2006:109) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan

menyangkut usaha untuk mengetahui:

a. Kondisi Likuiditas Jangka Pendek

Pengguna informasi ingin mengetahui kesinambungan perusahaan

dalam suatu waktu. Hal ini merupakan pertanyaan yang paling

mendasar, yaitu memastikan bahwa dalam jangka pendek perusahaan

masih memiliki cukup uang kas atau aktiva lancar lainnya untuk

membiayai kegiatannya sehari-hari.

b. Arus Dana (Funds Flow)

Analisis digunakan untuk mengetahui bagaimana arus kas masuk dan

keluar dari perusahaan saat ini dan di masa depan. Dengan

memanfaatkan analisis laporan keuangan, dicoba untuk memprediksi

pemasukan dan pengeluaran kas di masa depan berdasarkan laporan

cash flow yang disajikan untuk suatu periode yang sudah lalu

(historis).

c. Struktur Permodalan dan Solvabilitas

Pengguna informasi ingin mengetahui kemampuan perusahaan

menghasilkan pendapatan. Pendapatan akan digunakan untuk

membiayai pengeluaran dan sisanya merupakan keuntungan yang

berarti menambah kekayaan pemilik saham.

d. Return dari Investasi

Sebagai pemilik saham di perusahaan tersebut tentu nilai saham yang

ada merupakan investasi yang harus menghasilkan keuantungan atau

Page 34: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

memperbesar nilai dari periode ke periode. Return dari investasi ini

memiliki minimum rate of return, yaitu opportunity cost dari modal

tersebut. Artinya, pengembalian dari investasi berupa saham pada

perusahaan haruslah menghasilkan keuntungan yang lebih besar

ketimbang tingkat bunga SBI.

e. Kinerja Operasi Perusahaan

Bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan menghasilkan

pendapatan dan menutupi pengeluaran sedemikian rupa hingga dapat

menghasilkan laba operasi yang maksimal. Kinerja yang baik akan

ditunjukkan salah satunya dengan hasil usaha atau keuntungan yang di

atas rata-rata industri sejenisnya.

3. Karakteristik Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:5) laporan keuangan

memiliki 4 (empat) karakteristik kualitatif pokok yang harus dipenuhi

dalam menyusun laporan keuangan. Karakteristik kualitatif pokok tersebut

antara lain:

a. Dapat dipahami

Merupakan karakteristik bahwa laporan keuangan dengan mudah

dipahami oleh pemakai yang memiliki pengetahuan yang memadai

tentang aktivitas ekonomi dan bisnis, akuntansi, serta mempunyai

keinginan untuk mempelajari informasi.

Page 35: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

b. Relevan

Informasi yang memenuhi syarat relevan, jika informasi itu dapat

membantu pemakai dalam mengevaluasi peristiwa masa lalu dan

memprediksi masa depan. Hasil evaluasi peristiwa masa lalu sangat

berguna untuk peramalan (predictive) dan penegasan (confirmatory)

atas prediksi yang dibuat untuk masa lalu.

c. Materialitas

Relevansi informasi dapat mempengaruhi kemampuan pemakai untuk

melakukan pengambilan keputusan, hal ini berarti terdapat fakta atau

kejadian yang cukup material tidak tersajikan dalam laporan keuangan.

Substansi merupakan realita ekonomi yang harus disajikan walaupun

transaksi itu sendiri tidak konsisten dengan apa yang tampak dari

bentuk hukum. Materialitas tergantung pada besarnya pos atau

kesalahan yang dinilai sesuai dengan situasi khusus dari kelalaian

dalam mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat.

d. Dapat diperbandingkan

Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan

antar periode untuk mengindentifikasi kecenderungan (trend) posisi

dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan

laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi

keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.

Implikasi penting dari karakteristik kualitatif dapat diperbandingkan

adalah bahwa pemakai harus mendapat informasi tentang kebijakan

Page 36: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

akuntansi yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan dan

perubahan kebijakan serta pengaruh perubahan tersebut.

4. Pemakai Laporan Keuangan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2007:2), pemakai laporan

keuangan meliputi:

a. Investor

Penanam modal beresiko dan penasihat mereka berkepentingan

dengan risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi

yang mereka lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk

membantu menentukan apakah harus membeli, menahan atau menjual

investasi tersebut. Pemegang saham juga tertarik pada informasi yang

memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan perusahaan untuk

membayar dividen.

b. Karyawan

Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik

pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam memberikan mereka untuk menilai

kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat

pensiun, dan kesempatan kerja.

Page 37: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

c. Pemberi Pinjaman

Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta

bunganya dapat dibayar pada saat jatuh tempo.

d. Pemasok dan Kreditur Lainnya

Pemasok dan kreditur usaha lainnya tertarik dengan informasi yang

memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah jumlah yang

terutang akan dibayar pada saat jatuh tempo.

e. Pelanggan

Pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai kelangsungan

hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian

jangka panjang atau tergantung perusahaan.

f. Pemerintah

Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada dibawah kekuasaan

berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu

berkepentingan dengan perusahaan, menetapkan kebijakan pajak

sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan

statistitik lainnya.

g. Masyarakat

Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai cara.

Laporan keuangan dapat membantu masyarakat dalam menyediakan

informasi kecendrungan (trend) dan perkembangan kemakmuran serta

rangkaian aktivitasnya.

Page 38: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

E. Pasar Modal.

1. Pengertian Pasar Modal

Pasar modal merupakan sarana pembentuk modal dan akumulasi dana

yang diarahkan, untuk meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

pengarahan dan guna menunjang pembiayaan pembangunan nasional.

Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai

instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik

dalam bentuk hutang (obligasi) ataupun modal sendiri (saham).

Menurut Kamaruddin (2004:18), ada tiga definisi pasar modal:

a. Definisi yang luas

Pasar modal adalah kebutuhan sistem keuangan yang terorganisasi

termasuk bank-bank komersial dan semua perantara di bidang

keuangan, serta surat-surat berharga/klaim, jangka panjang dan jangka

pendek, primer dan tidak langsung.

b. Definisi dalam arti menengah

Pasar modal adalah semua pasar yang terorganisasi dan lembaga-

lembaga yang memperdagangkan warkat-warkat kredit (biasanya yang

berjangka waktu lebih dari satu tahun) termasuk saham-saham,

obligasi, pinjaman berjangka hipotek, dan tabungan serta deposito

berjangka.

Page 39: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

c. Definisi dalam arti sempit

Pasar modal adalah tempat pasar terorganisasi yang memperdagangkan

saham-saham dan obligasi dan memakai jasa dari makelar, komisioner

dan para underwriter.

Pengertian pasar modal lebih spesifik lagi tercantum di dalam Undang-

undang Pasar Modal No.8 tahun 1995 pasal 1 angka 13:

“Pasar Modal adalah kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran

umum dan perdagangan efek, perusahaan Publik yang berkaitan dengan

efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan

efek”.

Dari penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa, pasar modal

adalah suatu pasar yang merupakan sumber utama bagi perusahaan yang

membutuhkan dana dalam jumlah yang sangat besar atau juga tempat yang

mempertemukan dua kelompok yang saling berhadapan dengan

kepentingan saling mengisi, yaitu emiten menerbitkan saham atau obligasi

dan pemodal (investor) membeli saham atau obligasi tersebut untuk

kepentingan jangka menengah atau panjang kedua belah pihak. Serta

dijadikan tempat terjadinya transaksi permintaan dan penawaran dari dana

jangka menengah atau panjang tersebut.

Husnan (1994:246) mengemukakan bahwa pasar modal yang efisien

adalah pasar yang harga sekuritas-sekuritasnya telah mencerminkan

informasi yang relevan. Implikasi dari pasar efisien bahwa harga saham

akan bereaksi terhadap pengumuman laporan keuangan

Page 40: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

2. Tujuan Pasar Modal

Menurut Kamaruddin (2004:19), tiga aspek dasar atau tujuan dari

pasar modal yaitu:

a. Mempercepat proses perluasan partisipasi masyarakat dalam

kepemilikan saham-saham perusahaan.

b. Pemerataan pendapatan masyarakat melalui kepemilikan saham

perusahaan.

c. Menggairahkan partisipasi masyarakat dalam pengarahan dan

penghimpunan dana untuk digunakan secara produktif.

3. Manfaat Pasar Modal

Menurut Anoraga dan Pakarti (2003:12), manfaat pasar modal terbagi

menjadi tiga yaitu: bagi emiten, bagi investor, dan bagi pemerintah.

a. Manfaat pasar modal bagi emiten adalah.

1) Jumlah dana yang dapat dihimpun bisa berjumlah besar.

2) Dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar

perdagangan selesai.

3) Tidak ada “convenant” sehingga manajemen dapat lebih bebas

dalam pengelolaan dana atau perusahaan.

4) Solvabilitas perusahaan tinggi sehingga memperbaiki citra

perusahaan.

5) Ketergantungan emiten terhadap bank menjadi kecil.

6) Cash flow hasil penjualan saham biasanya lebih besar dari harga

nominal perusahaan.

Page 41: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

7) Emisi saham cocok untuk membiayai perusahaan yang berisiko

tinggi.

8) Tidak ada bebas finansial yang tetap.

10) Tidak dikaitkan dengan kekayaan penjamin tertentu.

11) Profesionalisme dalam manajemen meningkat.

b. Manfaat pasar modal bagi Investor.

1) Nilai investasi berkembang mengikuti pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan tersebut tercermin pada meningkatnya harga saham

yang mencapai capital gain.

2) Memperoleh dividen bagi mereka yang memiliki atau memegang

saham dan bunga tetap atau bunga yang mengambang bagi

pemegang obligasi.

3) Mempunyai hak suara dalam RUPS bagi pemegang saham.

4) Dapat dengan mudah mengganti instrumen investasi, misalnya dari

saham A ke saham B, sehingga dapat meningkatkan keuntungan

atau mengurangi risiko.

5) Dapat sekaligus melakukan investasi dalam beberapa instrumen

yang mengurangi risiko.

c. Manfaat pasar modal bagi pemerintah

1) Mendorong laju pembangunan.

2) Mendorong investasi.

3) Penciptaan lapangan kerja.

4) Memperkecil Debt Service Ratio (DSR).

Page 42: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

5) Mengurangi beban anggaran bagi BUMN.

4. Tugas Bursa Efek

Di Indonesia, pasar modal lebih dikenal dengan istilah bursa efek

(stock exchange). Bursa Efek adalah lembaga/perusahaan yang

menyelenggarakan atau menyediakan fasilitas sistem (pasar) untuk

mempertemukan penawaran jual dan beli efek antar berbagai perusahaan

atau perorangan yang terlibat dengan tujuan memperdagangkan efek

perusahaan-perusahaan yang tercatat di bursa efek.

Tugas bursa efek menurut Hendy dan Tjiptono (2001:17)

a. Menyediakan sarana perdagangan efek.

b. Mengupayakan likuiditas instrumen yaitu mengalirnya dana secara

cepat pada pada efek-efek yang terjual.

c. Menyebarluaskan informasi bursa ke seluruh lapisan masyarakat.

d. Memasyarakatkan pasar modal, untuk menarik calon investor dan

perusahaan yang go public.

e. Menciptakan instrumen dan jasa baru.

f. Membuat peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa.

g. Mencegah praktik transaksi yang dilarang melalui pelaksanaan fungsi

pengawasan.

h. Ketentuan bursa efek mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi

pelaku pasar modal.

Page 43: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

F. Saham

Menurut Siegel dan Shim (2005:441) saham adalah bukti pemilikan dalam

sebuah perusahaan dan tuntutan terhadap aktiva serta keuntungan perusahaan

dimana merupakan modal resmi dari sebuah kesatuan yang dibagi menjadi

lembaran saham.

1. Jenis-jenis saham

a. Cara peralihan hak

1) Saham atas unjuk

Pada sertifikat jenis ini tidak dituliskan namanya. Dengan pemilikan

saham atas unjuk, seseorang pemilik sangat mudah untuk

mengalihkan kepada orang lain karena sifatnya mirip dengan uang.

Untuk itu siapa saja yang memegang sertifikat saham atas unjuk,

dialah yang dianggap sebagai pemilik dan berhak untuk

memperalihkannya, berhak atas pembagian dividen dan berhak untuk

ikut hadir dan mengeluarkan suara dalam Rapat Umum Pemegang

Saham (RUPS).

2) Saham atas nama

Sertifikat saham yang diatasnya tertulis nama pemiliknya. Cara

peralihannya harus memenuhi suatu prosedur tertentu yaitu dengan

dokumen peralihan dan kemudian nama pemiliknya dicatat dalam

buku perusahaan yang khusus memuat daftar nama pemegang

saham.

Page 44: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

b. Ditinjau dari segi manfaat

1) Saham biasa

Saham biasa menunjukkan kepemilikan dalam perusahaan.

Pemegang saham biasa merupakan pemilik sebenarnya dari

perusahaan.

Ciri-ciri atau karakteristik saham biasa.

a) Tagihan terhadap pendapatan

Sebagai pemilik perusahaan, pemegang saham biasa memiliki

hak untuk sisa pendapatan setelah pemegang obligasi dan saham

preferen memperoleh pembayarannya.

b) Tagihan terhadap aset

Saham biasa memiliki tagihan terhadap sisa pendapatan, ia juga

memiliki tagihan terhadap sisa aktiva jika terjadi likuidasi. Hanya

jika tagihan dari pemegang obligasi dan pemegang saham

preferen telah diselesaikan, barulah tagihan pemegang saham

biasa dapat dilakukan.

c) Hak suara

Pemegang saham biasa memilih dewan komisaris dan merupakan

satu-satunya pemegang sekuritas yang memiliki hak suara.

Page 45: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

2) Saham preferen

Saham preferen memiliki banyak karakteristik baik dari saham

biasa ataupun obligasi.

Ciri-ciri saham preferen:

a) Berbagai tingkat kelas

Jika memang dikehendaki, perusahaan dapat menerbitkan lebih

dari satu seri atau kelas saham preferen yang memiliki

karakteristik berbeda-beda juga mempunyai prioritas yang

berbeda-beda dalam melakukan tagihan terhadap aktiva dan

pendapatan jika terjadi kebangkrutan.

b) Tagihan terhadap aktiva pendapatan

Saham preferen lebih diprioritaskan dibanding dengan saham

biasa dalam melakukan tagihan terhadap aktiva jika terjadi

kebangkrutan. Tagihan saham preferen dilakukan setelah

obligasi dan lebih dahulu sebelum saham biasa.

c) Sifat kumulatif

Saham preferen kumulatif menyaratkan agar semua dividen

saham preferen yang belum dibayarkan sebelumnya harus

diselesaikan sebelum saham biasa diumumkan.

d) Persyaratan perlindungan

Persyaratan perlindungan ini biasanya memberikan hak suara

jika dividen tidak dibayarkan, atau ia membatasi pembayaran

Page 46: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

dividen saham biasa jika pembayaran dana ditanam tidak

terpenuhi atau jika perusahaan mengalami masalah keuangan.

e) Dapat ditukar

Kebanyakan saham preferen yang diterbitkan sekarang ini

dapat ditukar berdasarkan kesepakatan pemegangnya menjadi

sejumlah saham biasa.

2. Keuntungan Membeli Saham

a. Adanya dividen atau pembagian laba usaha setiap akhir tahun, Jika

perusahaan berkembang dengan baik

b. Nilai saham akan terus meningkat terutama selama perusahaan mampu

berkembang dengan pesat, saham dapat dijual untuk memperoleh

capital gain yang diperoleh dari selisih nilai pada waktu dijual

dibandingkan pada saat pembelian. Saham dapat dijadikan arena

spekulasi atau adu untung.

c. Nilai saham tidak akan dipengaruhi oleh inflasi, depresiasi ataupun

devaluasi rupiah, sebagai assets akan tetap memiliki nilai saham,

selama perusahaan masih berjalan.

d. Saham merupakan assets kekayaan dengan tingkat likuiditas yang tinggi

artinya dengan mudah diperjualbelikan untuk mendapatkan uang tunai

dengan segera.

e. Pemegang atau pemilik saham tetap memiliki hak atas sisa milik

perusahaan setelah dikurangi hak para kreditor, pada saat perusahaan

dibubarkan

Page 47: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

3. Kerugian Membeli Saham

a. Tidak mendapatkan dividen

Perusahaan tidak dapat membagikan dividen jika perusahaan tersebut

mengalami kerugian.

b. Capital loss

Dimana pemodal harus menjual saham dengan harga jual lebih rendah

dari pada harga beli.

c. Perusahaan Bangkrut atau dilikuidasi

Jika suatu perusahaan bangkrut maka secara otomatis saham

perusahaan tersebut akan dikeluarkan dari Bursa atau di Delist

d. Saham di Delist dari Bursa (delisting)

Saham yang telah di delist hanya bisa diperdagangkan di luar Bursa

dengan konsekuensi tidak terdapat patokan harga yang jelas dan jika

terjual biasanya dengan harga yang jauh lebih rendah dari harga

sebelumnya.

e. Saham disuspend

Saham yang diberhentikan perdagangannya oleh Otoritas Bursa Efek.

G. Laba

1. Pengertian Laba

Laba akuntansi secara operasional didefinisikan sebagai perbedaan

antara pendapatan yang direalisasi yang timbul dari transaksi periode

Page 48: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

tersebut dan biaya historis yang sepadan dengannya, Belkaoui (1997:233).

Definisi ini mengemukakan lima ciri khas laba akuntansi:

a. Laba akuntansi didasarkan pada transaksi aktual yang dilakukan oleh

sebuah perusahaan (terutama pendapatan yang timbul dari penjualan

barang atau jasa dikurangi biaya yang diperlukan untuk mencapai

penjualan itu.

b. Laba akuntansi didasarkan pada postulate periode dan berhubungan

dengan prestasi keuangan perusahaan itu selama periode waktu

tertentu.

c. Laba akuntansi didasarkan pada prinsip pendapatan dan membutuhkan

definisi, pengukuran, dan pengakuan pendapatan.

d. Laba akuntansi membutuhkan pengukuran biaya dalam bentuk biaya

historis bagi perusahaan, yang melahirkan kepatuhan yang ketat pada

prinsip biaya. Sebuah aktiva diperhitungkan sebesar biaya

perolehannya sampai penjualan direalisasi, dimana pada saat itu diakui

setiap perubahan dalam nilainya. Jadi biaya adalah aktiva yang jatuh

tempo atau harga pokok perolehan yang jatuh tempo.

e. Laba akuntansi mensyaratkan agar pendapatan yang direalisasi dari

periode itu dikaitkan pada biaya relevan yang tepat atau sepadan.

Dengan demikian, laba akuntansi didasarkan pada prinsip matching.

Biaya tertentu atau biaya periode yang dialokasikan serta dibandingkan

(matched) dengan pendapatan dan biaya-biaya lain, dilaporkan dan

dikompensasi ke depan sebagai aktiva. Biaya yang dialokasikan dan

Page 49: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

dibandingkan dengan pendapatan periode dianggap mempunyai suatu

potensi jasa yang jatuh tempo.

Menurut Sujarwo (2007:15) laba (earnings) adalah ukuran kinerja

untuk suatu periode. Sedangkan laba seperti yang dijelaskan dalam

statement of financial accounting concepts (FASB 1984) adalah

pengertian yang sama dengan laba bersih (net income) yang berlaku dalam

praktek saat ini, yaitu semua laba bersih untuk satu periode.

Dalam penelitian Sujarwo (2007) menguji apakah laba akuntansi dan

komponen arus kas berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

Hasil penelitian tersebut menemukan bahwa laba akuntansi dan total arus

kas secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap harga

saham. Arus kas operasi, arus kas investasi, dan arus kas pendanaan secara

bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap harga saham.

2. Tujuan Pelaporan Laba

Menurut Hendriksen (2004:130) menyatakan bahwa tujuan utama

pelaporan laba adalah untuk memberikan informasi yang berguna bagi

mereka yang paling berkepentingan dengan laporan keuangan. Salah satu

tujuan dasar yang dapat dikatakan paling penting bagi semua pemakai

laporan keuangan adalah untuk membedakan antara modal yang

diinvestasikan dan laba antara stock dan arus keuangan sebagai bagian dari

proses akuntansi deskriptif. Tujuan yang lebih khusus meliputi

penggunaan laba sebagai pengukuran efisiensi manajemen, penggunaan

angka laba historis untuk membantu meramalkan keadaan usaha dan

Page 50: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

distribusi dividen di masa yang akan datang, dan penggunaan laba sebagai

pengukuran keberhasilan serta sebagai pedoman pengambilan keputusan

manajerial di masa yang akan datang.

3. Konsep Laba

Menurut Hendriksen (2004:130) konsep laba terbagi menjadi:

a. Konsep laba sintaksis (structural)

Pada tingkatan sintaksis konsep income dihubungkan dengan konversi

(kebiasaan) dan aturan logis serta konsisten dengan mendasarkan pada

premis dan konsep yang telah berkembang dari praktek akuntansi yang

ada. Konsekuensinya pada Akuntan yang sudah sejak lama dan

berulang kali menggunakan istilah income menurut pandangan

akuntansi merasa konsep yang mereka gunakan adalah paling tepat.

Akibatnya masyarakat umum cenderung menerimanya seakan-akan

memiliki interprestasi dalam dunia nyata, walaupun pengertian income

menurut akuntan berbeda dengan pengertian income menurut para

ekonom. Para akuntan biasanya menghitung laba bersih berdasarkan

prinsip dan kaidah yang sering tidak ada hubungannya dengan

fenomena dunia nyata atau akibat-akibat perilaku.

Terdapat dua pengukuran laba (income measurement) pada tingkat

sintaksis yaitu:

1) Pendekatan transaksi

Pendekatan transaksi adalah pendekatan konvensional yang banyak

digunakan oleh para akuntan. Pada prinsipnya pendekatan ini

Page 51: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

mencatat perubahan nilai eksternal maupun transaksi internal.

Prosedur yang lazim dari pendekatan ini adalah mencatat revenue

dan expense pada saat terjadinya berdasarkan transaksi eksternal

dan maupun transaksi internal. Prosedur yang lazim dari

pendekatan ini adalah mencatat revenue dan expense pada saat

terjadinya berdasarkan transaksi eksternal.

2) Pendekatan aktivitas

Apabila pendekatan transaksi menggunakan konsep pengakuan

pada saat penjualan atau pertukaran dengan metode pembebanan

akuntansi konvensional maka pendekatan aktivitas menitikberatkan

pada penjelasan suatu kejadian atau aktivitas perusahaan dari pada

pelaporan suatu transaksi. Income diasumsikan timbul pada

terjadinya aktivitas atau kegiatan tertentu dan bukannya terjadi

pada suatu transaksi. Oleh karena itu income dapat dicatat pada

berbagai aktivitas perusahaan seperti: (1) pada saat perencanaan,

(2) pembelian, (3) proses produksi, (4) penjualan, atau (5) mungkin

pada saat penagihan.

b. Konsep laba sematik (interpretatif)

Pada konsep income di telaah melalui hubungannya dengan realita

ekonomi. Dalam usahanya memberikan makna interpretatif dari

konsep laba akuntansi (accounting income), para akuntan seringkali

merujuk pada dua konsep ekonomi. Kedua konsep ekonomi tersebut

adalah perubahan dari keadaan kesejahteraan dan maksimalisasi laba.

Page 52: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

1) Konsep perubahan dari keadaan kesejahteraan sering disebut

dengan istilah konsep pemeliharaan modal (capital maintenance

concept). Menurut konsep ini laba (income) didefinisikan sebagai

jumlah yang dapat diberikan perusahaan kepada para pemegang

saham sehingga tingkat kesejahteraan atau kekayaan (capital)

mereka pada akhir periode sama dengan pada awal periode.

2) Laba sebagai alat ukur efisiensi

Konsep ekonom kedua yang digunakan para akuntan untuk

memberi makna interpretatif dari laba akuntansi adalah

maksimalisasi laba. Ukuran yang paling umum digunakan untuk

pencapaian laba maksimal adalah tingkat efisiensi manajemen

dalam mengelola perusahaan. Para pemakai laporan keuangan,

khususnya pemakai eksternal (investor dan kreditor) sangat

berkepentingan dengan kinerja perusahaan. Operasi perusahaan

yang efisien berpengaruh kepada pembagian dividen dimasa yang

akan datang. Efisiensi dapat didefinisikan sebagai kemampuan

untuk mendapakan maksimum output dari sejumlah sumber daya

tertentu, atau output konstan dengan pengunaan sumber daya

sekecil mungkin, atau kombinasi sumber daya optimum dengan

permintaan produk yang telah ditetapkan untuk menghasilkan

tingkat pengembalian maksimal bagi pemilik modal.

Page 53: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

f. Konsep laba pragmatis

Pada tingkat pragmatis, konsep income dikaitkan perilaku pengguna

laporan keuangan terhadap informasi yang tersirat dari laba

perusahaan. Beberapa reaksi dapat ditunjukan dengan proses

pengambilan keputusan dari investor dan kreditor, reaksi harga surat

berharga terhadap pelaporan income atau, reaksi umpan balik dari

manajemen dan akuntan terhadap income yang dilaporakan.

Berdasarkan uraian diatas konsep income sebagai alat peramalan serta

income sebagai bahan pengambilan keputusan manjerial.

1) Income sebagai alat peramalan

SFAC No. 1 menyatakan bahwa user khususnya investor dan

kreditor ingin menilai prospek cash flow serta menggunakan laba

untuk menilai earning power dan menilai resiko apabila

berinvestasi atau memberikan pinjaman. Nilai perusahaan dan

harga saham tergantung dari arus distribusi kas kepada pemegang

saham di masa yang akan datang. Kemampuan meramalkan kinerja

perusahaan di masa-masa yang akan datang ini memberikan

implikasi dalam praktik-praktik akuntansi berupa rekayasa laba

atau penghalusan laba (income smoothing) yang dilakukan oleh

sebagian manajemen perusahaan.

2) Income sebagai bahan pengambilan keputusan manajemen laporan

keuangan yang formal umumnya ditujukkan untuk para pemakai

eksternal data akuntansi, tetapi para akuntan juga harus melengkapi

Page 54: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

manajemen dengan alat dan bahan baku yang dibutuhkan untuk

pengendalian dan mengambil keputusan yang baik. Seperti halnya

para investor umumnya berkepentingan dengan arus dividen yang

akan datang, manajemen berkepentingan dengan apa yang terjadi

di masa datang. Keputusan hanya dapat mempengaruhi kejadian

yang akan datang.

H. Suku Bunga SBI

Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga yang dikeluarkan oleh

Bank Indonesia. SBI diterbikan oleh BI lebih ditujukan sebagai alat kebijakan

moneter. SBI diterbitkan pertama kali pada tahun 1984 sebagai alternatif

investasi bagi pemilik dana dengan jaminan keamanan dana yang diberikan

oleh bank sentral serta pemberian tingkat suku bunga yang cukup kompetitif.

Fungsi SBI tidak jauh dari treasury bill yaitu surat hutang yang diterbitkan

oleh pemerintah.

SBI diterbitkan dengan sistem diskonto dan tanpa warkat dengan

penyelesaian transaksi 1 hari. Satuan unit SBI adalah sebesar Rp. 1 juta

dengan transaksi terkecil di pasar perdana sebesar 1.000 unit atau Rp. 1

Milyar, jangka waktu SBI terdiri dari 1,2,3,6 dan 1 tahun. Metode

perdagangannya dilakukan melalui sistem lelang dan non lelang. SBI

memiliki prospek yang sangat bagus karena kausalitas surat utang ini dijamin

langsung oleh Bank Indonesia, selain itu tingkat suku bunga SBI dijadikan

rujukan oleh kalangan perbankan untuk memberikan tingkat suku bunga

Page 55: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

deposito kepada nasabahnya dan dapat juga dijadikan agunan (Syahril

Ramadhan, 2002).

Tingkat bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dan masa

depan, serta merupakan variabel penting diantara variabel-variabel makro

ekonomi (mankiw, 2005 : 157).

Interest rate atau tingkat bunga adalah harga pasar yang mentransfer

sumber daya masa lalu dan masa depan atau merupakan hasil tabungan dan

biaya peminjaman (mankiw, 2005 : 494).

Menurut Wyss (2001:21) disaat suku bunga meningkat investasi dalam

deposito atau tabungan akan menarik bagi investor dibandingkan investasi

dalam bentuk saham yang memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan

deposito tabungan. Namun pada saat suku bunga menurun investasi dalam

bentuk deposito atau tabungan akan tidak menarik bagi investor karena hal

tersebut memiliki return yang rendah.

I. Uang Beredar

Menurut Sadono Sukirno (2004) uang beredar adalah semua jenis uang

yang beredar didalam perekonomian, yaitu uang dalam peredarannya

ditambah dengan uang giral dalam bank-bank umum. Uang beredar memiliki

definisi yang berbeda sesuai dengan tingkat likuiditasnya biasanya uang

didefinisikan:

1. M1 adalah uang kertas dan logam ditambah simpanan dalam bentuk

rekening koran (demand deposit)

Page 56: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

2. M2 adalah M1 + tabungan + deposito berjangka (time deposit) pada bank-

bank umum

3. M3 adalah M2 + tabungan + deposito berjangka pada lembaga-lembaga

tabungan non bank.

M1 adalah yang paling likuid karena proses menjadikannya uang kas

sangat cepat dan tanpa adanya kerugian nilai (artinya satu rupiah tetap satu

rupiah).

M2 mencakup deposito berjangka maka likuiditasnya lebih rendah. Untuk

menjadi uang kas deposito berjangka perlu waktu (3, 6, atau 12 bulan) dan

jika dijadikan uang kas sebelum waktu yang ditentukan maka akan terkena

denda sehingga nilai satu rupiah akan menjadi lebih kecil karena denda.

M1 merupakan uang dalam bentuk uang giral dan uang kartal yang

dipegang dan digunakan masyarakat sebagai alat transaksi pembayaran

sehari-hari.

M2 meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral dan uang kuasi. Uang

kuasi terdiri atas deposito berjangka dan tabungan dalam rupiah, serta

rekening valuta asing milik swasta domestik. Penurunan M2 dapat disebabkan

oleh menurunnya jumlah uang kuasi, selain itu perlambatan pertumbuhan M2

bersumber dari beberapa faktor antara lain lambatnya penciptaan uang akibat

belum optimalnya fungsi intermediasi perbankan, berkembangnya alternatif

penyimpanan dana lain dalam bentuk reksadana yang menghasilkan tingkat

keuntungan yang lebih baik, dan menurunnya kapitalisasi bunga seiring

dengan terus menurunnya tingkat suku bunga sedangkan komponen yang

Page 57: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

memberi kontribusi pada peningkatan M2 adalah peningkatan M1 dan

peningkatan uang kuasi, peningkatan tersebut terutama disumbang oleh

naiknya jumlah kredit yang dikucurkan baik dalam mata uang rupiah maupun

valas.

Salah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral adalah

jual beli surat berharga sehingga tingkat bunga akan turun. Pada saat tingkat

bunga mengalami penurunan maka return yang diberikan oleh obligasi akan

menurun pula (Monetary Portfolio Hypothesis) hal ini berakibat pemilik dana

akan mencari instrumen investasi lain yang lebih menguntungkan, karena

penurunan tingkat bunga akan menurunkan biaya produksi sehingga

pendapatan perusahaan akan meningkat maka hal tersebut mengakibatkan

berinvestasi pada saham menjadi lebih menarik sehingga harga saham akan

meningkat. Dengan kata lain peningkatan uang yang beredar akan membawa

peningkatan pada harga saham.

J. Penelitian Sebelumnya

Rohman dan Arfan (2002) meneliti tentang pengaruh arus kas operasi dan

laba akuntansi terhadap tingkat keuntungan tidak normal (abnormal return)

saham pada perusahaan go public di BEJ. Dalam penelitian tersebut

disimpulkan bahwa pengumuman arus kas operasi dan laba akuntansi kurang

berpengaruh terhadap tingkat keuntungan saham.

Prasetio dan Sutoyo (2003) meneliti tentang analisis pengaruh interaksi

laba akuntansi dengan arus kas terhadap harga saham dan volume

Page 58: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

perdagangan saham. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa variabel laba

akuntansi yang berinteraksi dengan arus kas total tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap harga saham dan volume perdagangan saham. Variabel

laba akuntansi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap laba saham

tetapi tidak mempunyai pengaruh yang signifikan dengan volume

perdagangan saham.

Chairuddin dan Herry (2004) Meneliti tentang analisis pengaruh antara

perubahan nilai tukar rupiah, tingkat suku bunga dan inflasi terhadap

perubahan indeks harga saham gabungan. Dalam penelitian ini disimpulkan

bahwa korelasi antara variabel kurs, suku bunga SBI dan indeks harga

konsumen dengan variabel IHSG sebesar 73% di atas membuktikan bahwa

hubungan antara kurs, suku bunga SBI, dan indeks harga konsumen dengan

variabel hubungan antara kurs, suku bunga SBI dan indeks harga konsumen

dengan IHSG adalah sangat erat (>0,6). Variabel kurs, SBI, IHK secara

bersama-sama mempengaruhi besarnya variabel IHSG.

Dwiridotjahjono (2006) meneliti tentang analisis pengaruh variabel-

variabel ekonomi makro terhadap harga saham pada perusahaan food and

baverages yang Listing di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian ini

menyimpulkan bahwa berdasarkan analisis regresi berganda menunjukkan

bahwa variabel-variabel ekonomi makro yang terdiri dari (X1), Tingkat Bunga

Deposito (X2), nilai tukar Rp/US $ (X3), Produk Domestik Bruto (PDB) (X4),

dan Harga Emas (X5) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap harga

saham pada perusahaan food and beverage yang listing di Bursa Efek Jakarta.

Page 59: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Secara parsial variabel Inflasi (X1), Tingkat bunga deposito (X2), nilai tukar

Rp/US $ (X3), dan Harga saham (X5) berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap harga saham, sedangkan variabel Produk Domestik Bruto (PDB) (X4)

pengaruhnya tidak signifikan. Variabel Tingkat Bunga Deposito (X2)

merupakan variabel independen yang dominan pengaruhnya terhadap harga

saham.

Utari (2006) meneliti tentang kandungan informasi laba dan arus kas guna

pengambilan keputusan investasi di Bursa Efek Jakarta. Dalam penelitian

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa pengaruh laba akuntansi terhadap

laba saham arus kas bersih dari aktivitas operasi, investasi dan pendanaan

serta laba akuntansi berpengaruh terhadap harga dan return saham, namun

secara parsial memiliki pengaruh yang berbeda. Pada tingkat signifikansi di

level 10% hanya laba akuntansi yang berpengaruh signifikan terhadap harga

saham.

Poernomo (2007) meneliti tentang pengaruh laba bersih dan arus kas

operasi terhadap nilai badan usaha yang tercermin dalam nilai kapitalisasi

pasar pada Industri rokok di PT Bursa Efek Surabaya. Hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa secara simultan laba bersih dan arus kas operasi

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai kapitalisasi pasar. Secara

partial laba bersih mempunyai pengaruh terhadap nilai kapitalisasi pasar.

Page 60: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Tabel.2.1

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

Edi Kartono (2008) dan Adi Sujarwo (2007)

Variabel Independen

Varibel Dependen Periode Pengujian

Edi Kartono 1.Pengungkapan Laporan Keuangan

2.Dividen 3.Ekuitas

Harga Saham

2003-2006

Adi Sujarwo 1. Laba Akuntansi 2. Komponen Arus

Harga Saham

2003-2006

Penulis 1.Pengungkapan Laporan Keuangan

2.Laba Akuntansi 3.Suku Bunga SBI 4.Uang Beredar

Harga Saham

2005-2008

Page 61: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

K. Kerangka Penelitian

Model hubungan antar variabel untuk penelitian ini digambarkan

sebagai berikut :

Gambar 2.1

Model Hubungan Pengaruh Tingkat Pengungkapan Akuntansi, Laba

Akuntansi, Suku Bunga SBI dan Uang Beredar Terhadap Harga Saham

Laporan Keuangan

Tingkat Pengungkapan

Laba Akuntansi

Harga Saham

Kesimpulan

Variabel Makro

Suku Bunga SBI

Uang Beredar

Page 62: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

L. Perumusan Hipotesis

f. Ha1 : Terdapat pengaruh signifikan tingkat pengungkapan laporan

keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga

SBI secara simultan terhadap harga saham.

g. Ha2 : Terdapat pengaruh signifikan tingkat pengungkapan laporan

keuangan, laba akuntansi, uang yang beredar, dan suku bunga

SBI secara parsial terhadap harga saham.

Page 63: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan go public dan

terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Dimana perusahaan-perusahaan yang

termasuk dalam daftar perusahaan properti dan real estat yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia (BEI). Data diperoleh dari laporan keuangan tahunan

perusahaan sejak tahun 2005 sampai 2008. Penelitian ini melakukan analisis

pengaruh pengungkapan akuntansi, laba akuntansi, suku bunga SBI, dan uang

beredar sebagai variabel independen terhadap harga saham sebagai variabel

dependen.

B. Metode Penentuan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah sektor industri properti dan real

estat yang terdaftar di BEI, dengan menggunakan metode purposive sampling,

karena penelitian ini berdasarkan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu.

Adapun kriteria yang digunakan sebagai purposive sampling adalah:

1. Perusahaan yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada periode

2005-2008.

2. Perusahaan yang memperoleh laba terus menerus pada periode 2005-2008

3. Data laporan keuangan yang diambil pada periode 2005-2008.

Page 64: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

4. Perusahaan yang bergerak dalam Industri Property dan Real Estate selama

periode penelitian dan menerbitkan annual report.

C. Metode Pengumpulan Data

1. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk

laporan tahunan antara lain IDX monthly yang diperoleh dari publikasi

BEI dan beberapa publikasi yang diterbitkan oleh Bank Indonesia melalui

website Bank Indonesia.

2. Metode Kepustakaan

Metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari serta

menganalisis literatur yang sumber-sumbernya dari buku-buku, jurnal-

jurnal, artikel, koran, majalah, dan lain-lain sebagainya yang berkaitan

dengan masalah yang sedang dihadapi. Hal ini berguna untuk

mendapatkan fakta serta pendapat para ahli yang berkaitan dengan

penelitian.

3. Metode Observasi

Yaitu penelitian yang mengambil datanya bertumpu pada pengamatan

langsung terhadap objek penelitian. Penulis datang langsung ke lokasi

penelitian yaitu BEI (Bursa Efek Indonesia).

D. Teknik Analisis

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan menggunakan

metode skoring data regresi berganda. Metode skoring digunakan untuk

Page 65: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

mengukur tingkat pengungkapan, sedangkan regresi berganda digunakan

untuk menguji pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel

dependen. Sebelum melakukan pengujian hipotesis yang ada, penulis

melakukan pengujian asumsi klasik regresi berganda terlebih dahulu.

1. Metode Skoring

Skoring adalah pemberian nilai untuk setiap unsur catatan atas laporan

keuangan yang harus diungkapkan oleh setiap perusahaan. Dalam

penelitian ini, pengukuran tingkat pengungkapan laporan keuangan

menggunakan metode skoring yang sangat sederhana. Skoring dalam

penelitian ini hanya memberikan nilai nol atau satu pada kriteria-kriteria

yang telah ditentukan sebelumnya, yang terdapat pada catatan atas laporan

keuangan setiap perusahaan. Skoring ini perlu dilakukan untuk

mempermudah tingkat-tingkat pengungkapan laporan keuangan setiap

perusahaan.

Untuk melakukan skoring pada tingkat pengungkapan laporan

keuangan dalam penelitian ini maka item-item yang harus diungkapkan

pada laporan tahunan tersebut mengambil sumber dari standar peraturan

yang dikeluarkan oleh ketua Bapepam No 38/PM/1996 tentang laporan

tahunan.

Pengukuran tingkat pengungkapan dilakukan dengan cara mencari

angka indeksnya yaitu dengan membagi total skor pengungkapan yang

diperoleh perusahaan dengan total skor yang harus diungkapkan sesuai

standar yang ditetapkan (peratuaran No 38/PM/1996).

Page 66: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Tingkat Pengungkapan Perusahaan =

Skor Pengungkapan yang diperoleh Perusahaan x 100 %

Skor yang harus diungkapkan sesuai No.38/PM/1996

2. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi.

Variabel dependent, independent atau keduanya terdistribusi normal atau

tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau

mendekati normal. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal

atau mendekati normal (Ghozali, 2005:105)

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah:

1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah

garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan tidak mengikuti

arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi

normalitas.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Multikolinieritas

Multikolineriatas bertujuan untuk menguji apakah model regresi

ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen)

(Ghozali, 2005:91). Jika terjadi korelasi, maka terdapat problem

Page 67: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

multikolinieritas atau multiko. Model regresi yang baik seharusnya

tidak terjadi korelasi diantara variabel independennya.

Multikolinieritas dapat dilihat dari (1) nilai tolerance (TOL) dan

lawannya variant inflation factor (VIF). Apabila TOL lebih dari 0.10

dan VIF kurang dari 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.

Dasar pengambilan keputusan dalam uji normalitas adalah :

H0 diterima jika nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan angka

tolerance sesuai dengan pedoman suatu model regresi yang bebas

multikolinieritas, yakni mempunyai nilai VIF kurang dari 10,

mempunyai angka tolerance (TOL) lebih dari 0.10.

b. Heteroskedastisitas

Uji ini dilakukan untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi

terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lain. Jika nilai variansnya tetap maka disebut

homoskedastisitas. Jika variansnya berbeda disebut heteroskedastisitas,

dimana model regresi yang baik adalah tidak terjadi

heteroskedastisitas. (Ghozali, 2005:105).

Untuk menguji heteroskedastisitas dalam penelitian ini yaitu dengan

cara melihat gambar scatterplot yaitu jika ada pola tertentu, seperti

titik-titik (point-point) yang ada membentuk susunan tertentu yang

bergelombang, melebar kemudian menyempit, maka telah terjadi

heteroskedastisitas. Dan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik

Page 68: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak

terjadi heteroskedastisitas .

c. Autokorelasi

Menurut Ghozali (2005:95) autokorelasi bertujuan menguji apakah

dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu

pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan

ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang

berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini

timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu

observasi ke observasi lainnya. Model regresi yang baik adalah model

regresi yang tidak terjadi problem autokorelasi.

Dalam penelitian ini untuk mendeteksi autokolerasi yaitu dengan Run

Test. Diketahui bahwa, Run Test sebagai bagian dari statistik non

parametrik dapat pula digunakan untuk menguji apakah antara residual

terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat

hubungan korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau

random. Run Test digunakan untuk melihat apakah data residual

terjadi secara random atau tidak (sistematis) (Ghozali, 2005:103).

Apabila nilai signifikan < 0,05 maka dapat dikatakan bahwa tidak

terjadi problem autokorelasi.

Page 69: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

4. Uji Signifikan

a. Metode Adjusted R2 (Koefisien Determinasi)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi adalah nol dan satu. Nilai R2 yang kecil

berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan

variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu

berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua

informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel

dependen. (Ghozali 2005:83).

b. Uji Statistik F

Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel

independen atau bebas yang dimaksudkan dalam model mempunyai

pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau

terikat. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah apakah semua

parameter dalam model sama dengan nol. Bila nilai F lebih besar dari

pada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan

kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa

semua variabel independen secara serentak dan signifikan

mempengaruhi variabel dependen. Membandingkan nilai F hasil

perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila niali F hitung lebih

besar dari nilai F tabel, maka Ho ditolak dan menerima HA (Ghozali

2002:84).

Page 70: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

c. Uji t-Statistik

Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu

variabel penjelas / independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen. Hipotesis nol (Ho) yang hendak diuji adalah

apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol. Bila jumlah degree of

freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%,

maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila t lebih besar dari 2

(dalam nilai absolut). Dengan kata lain kita menerima hipotesis

alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara

individual mempengaruhi variabel dependen. Membandingkan nilai

statistik dengan titik kritis menurut tabel. Apabila nilai statistik t

dengan titik kritis dengan tabel. Apabila nilai statistik t hasil

perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima

hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen

secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali 2005:84).

5. Persamaan Regresi Berganda

Analisis data dilakukan secara kuantitatif dengan bantuan statistik.

Apabila dalam persamaan garis regresi tercakup lebih dua variabel

(termasuk variabel tak bebas Y), maka regresi ini disebut regresi linier

berganda (multiple linier regression). Dalam regresi linier berganda

variabel tak bebas Y bergantung kepada dua atau lebih variabel.

Page 71: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Regresi berganda bertujuan untuk mengetahui kelinieran pengaruh

variabel tingkat pengungkapan, dividen, ekuitas terhadap harga saham.

Persamaan umum regresi berganda yang digunakan adalah:

Y = a + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + b4 X4 + e

Y = Harga saham

A = Konstanta

b1, b2, b3, b4 = Koefisien regresi tingkat pengungkapan (X1), laba akuntansi

(X2), Suku bunga SBI (X3), dan uang beredar (X4)

X1 = Tingkat pengungkapan

X2 = Laba akuntansi

X3 = Suku bunga SBI

X4 = Uang beredar

E. Operasi Variabel Penelitian dan Pengukurannya

Variabel penelitian ini adalah variabel bebas atau variabel independen

yaitu tingkat pengungkapan akuntansi, laba akuntansi, suku bunga SBI dan,

uang beredar. Variabel terikat atau variabel dependen yaitu harga saham.

Page 72: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

1. Variabel Independen

a. Tingkat Pengungkapan Akuntansi

Menurut Bambang Irawan (2006:8) pengungkapan dalam

pengertian sempitnya mencakup hal-hal seperti pembahasan dan

analisis manajemen, catatan kaki, dan laporan pelengkap. Sedangkan

dalam artian luas pengungkapan berkenaan dengan informasi yang

disajikan baik dalam bentuk laporan keuangan maupun media

komunikasi pendukung lainnya seperti : catatan kaki, peristiwa

sesudah tanggal laporan, analisis manajemen mengenai operasi pada

tahun yang akan datang, peramalan keuangan dan operasi dan laporan

keuangan tambahan mengenai segmental disclosure dan informasi lain

di luar historical cost.

Dalam penelitian ini, untuk mengukur tingkat pengungkapan

laporan keuangan digunakan lampiran peraturan No. VIII.G.7 tentang

Pedoman Penyajian Laporan Keuangan dan Peraturan No. VIII.G.2

tentang Laporan Tahunan. Peraturan tersebut diperkuat dengan

Keputusan Ketua Bapepam No. Kep-17/PM/1995, yang selanjutnya

diubah melalui Keputusan Ketua Bapepem No. Kep-38/PM/1996 yang

berlaku bagi semua perusahaan yang telah melakukan penawaran

umum dan perusahaan publik.

Untuk mengukur tingkat pengungkapan laporan keuangan

digunakan metode skoring. Di dalam metode skoring penelitian ini

hanya memberikan nilai nol atau satu pada kriteria-kriteria yang telah

Page 73: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

ditentukan sebelumnya, yang terdapat pada catatan atas laporan

keuangan setiap perusahaan. Skoring ini perlu dilakukan untuk

mempermudah tingkat-tingkat pengungkapan laporan keuangan setiap

perusahaan (Edi Kartono 2008).

b. Laba Akuntansi

Laba akuntansi adalah laba bersih sebelum extraordinary items

dan discontinued operation (Rohman dan Arfan 2002:109). Data

tentang laba akuntansi diperoleh dari laporan laba rugi laporan

keuangan masing-masing perusahaan go public yang menjadi sampel

pada penelitian ini di Bursa Efek Indonseia. Sedangkan laba akuntansi

yang di pakai pada penelitian ini adalah laba kotor. Febrianto dan

Widiastuty (2005:167) melakukan penelitian tiga angka laba akuntansi

yang lebih bermakna bagi Investor, bahwa penggunaan angka laba

operasi dan laba bersih tidaklah salah, namun hasil penelitian ini

menunjukkan bahwa laba kotor sebenarnya lebih memiliki kualitas

laba yang lebih baik dibandingkan kedua angka laba yang lain.

c. Suku Bunga SBI

Menurut Pananda Pasaribu (2009:5) tingkat suku bunga dapat

didefinisikan sebagai tingkat pengembalian aset yang mempunyai

risiko mendekati nol, investor dapat menggunakan tingkat bunga

sebagai patokan (benchmark) untuk perbandingan bila ingin

Page 74: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

berinvestasi. Dalam penelitian ini tingkat suku bunga diukur dengan

menggunakan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia selaku

penguasa moneter melalui Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Besar

kecilnya suku bunga sangat tergantung dari kondisi makro yang

berkembang di Indonesia. Peningkatan suku bunga diduga mempunyai

korelasi dengan naiknya volume penjualan saham. Tingkat suku bunga

yang ideal jika besarnya berada di bawah kisaran angka 10. Hal ini

berarti tingkat keuntungan yang diharapkan dari adanya investasi akan

menurun dengan cepat jika tingkat bunga meningkat, sehingga bagi

para pelaku ekonomi semakin rendah tingkat suku bunga adalah

semakin baik (Haryanto dan Priyatno, 2007:33).

d. Uang Beredar

Menurut Sadono Sukirno (2000:281) uang beredar adalah semua jenis

uang yang berada di dalam perekonomian, adalah jumlah dari mata

uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral dari bank-bank

umum. Pengertian uang beredar atau money supply perlu dibedakan

pula menjadi dua pengertian, yaitu pengertian yang terbatas (M1) dan

pengertian yang luas (M2). Dalam pengertian yang terbatas (M1) uang

beredar adalah mata uang dalam peredaran ditambah dengan uang giral

yang dimiliki oleh perseorangan-perseorangan perusahaan-perusahaan,

dan badan-badan pemerintah. Dalam pengertian yang luas (M2) uang

beredar meliputi mata uang dalam peredaran, uang giral dan uang

Page 75: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

kuasi. Uang kuasi terdiri dari deposito berjangka, tabungan dan

rekening (tabungan) valuta asing milik swasta domestik. Uang beredar

dalam arti luas (M2) dinamakan juga sebagai likuiditas perekonomian.

Dalam penelitian ini jumlah uang beredar diukur dengan M2.

M2 adalah uang beredar meliputi mata uang dalam peredaran, uang

giral dan uang kuasi.

2. Variabel Dependen

a. Harga Saham

Menurut Payamta (2000:159) harga saham merupakan penerimaan

besarnya pengorbanan yang harus dilakukan oleh setiap investor untuk

penyertaan dalam perusahaan. Harga ini dipasar sekunder akan

bergerak sesuai dengan kekuatan permintaan dan penawaran yang

terjadi atas saham. Tinggi rendahnya harga saham lebih banyak

dipengaruhi oleh pertimbangan pembeli dan penjual tentang kondisi

internal dan eksternal perusahaan. Harga saham dalam penelitian ini

adalah harga saham penutupan (closing price) setiap perusahaan yang

dapat diketahui secara harian. Harga saham dalam penelitian ini

ditentukan dari harga saham penutupan pada akhir Desember (Utari,

2006:60).

Page 76: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

BAB IV

PENEMUAN DAN PEMBAHASAN

A. Sejarah Gambaran Umum Objek Penelitian

1. PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk (BIP)

Page 77: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk didirikan pada tanggal 21

Desember 1981 dengan nama sebelumnya adalah PT Bandung Indah

Plaza. Pada tahun 1990 perseroan melakukan pemindahan nama menjadi

PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk. Perseroan ini berlokasi di Gedung

Graha BIP Jl. Gatot Subroto Kav. 23, Jakarta. Bidang Usaha perseroan ini

adalah pembangunan dan pengelolaan properti komersial, pusat

perbelanjaan, hotel, perkantoran real estat serta pelayaran kapal wisata.

Diketahui bahwa unit usaha perusahaan ini adalah perkantoran/office

bulding (Graha BIP) dengan karyawan berjumlah 92 orang. PT

Bhuwanatala Indah Permai Tbk didirikan dengan modal dasar (Authorized

Capital) yang berjumlah Rp 1.000.000.000.000, dan modal disetor (paid

up capital) yang berjumlah Rp 819.109.129.500 dengan harga nominal

saham (Share par Value) yaitu Rp. 500, per saham/share. Perseroan ini

mempunyai Biro Administrasi Efek yaitu pada PT Adimitra Transferindo

dimana bursa pencatatan saham berada di Bursa Efek Indonesia.

2. PT Sentul City Tbk (BKSL)

Perseroan didirikan dengan nama PT. Sentragriya Kharisma pada

tanggal 16 April 1993. Pada tanggal 9 Agustus 1993, Perseroan melakukan

perubahan nama dari PT. Sentragriya Kharisma menjadi PT. Royal Sentul

Highlands. Tanggal 7 Mei 1997 nama perseroan berubah menjadi PT.

Royal Sentul Highlands Tbk yang telah mendapat persetujuan dari Menteri

Kehakiman. Perseroan melakukan Penawaran Saham Perdana (IPO)

kepada masyarakat atas 400.000.000 saham seri A dengan harga

Page 78: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

penawaran Rp. 500/saham, sehingga mendapatkan hasil IPO yaitu

berjumlah Rp. 200.000.000.000. saham tersebut dicatatkan di Bursa Efek

Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES) pada tanggal 1997. Pada

tanggal 11 Desember 1997 nama Perseroan diubah menjadi PT. Bukit

Sentul Tbk. Perseroan kemudian melakukan perubahan nama sekali lagi

menjadi PT. Sentul Tbk. Perseroan ini berlokasi di Gedung Menara

Sudirman, Lantai 25, Jl. Jendral Sudirman Kav. 60, Jakarta dan Kantor

Operasional berada di Graha Utama, Jl. MH. Thamrin, Sentul City, Bogor.

Kegiatan bisnis perseroan ini adalah pengembangan perkotaan (Urban

Development), yang meliputi aktivitas pembangunan infrastruktur dengan

segala fasilitasnya, menyediakan lahan siap bangun untuk investor,

pengembangan kawasan pemukiman, pembangunan gedung-gedung

komersial dan non komersial, menyelenggarakan jasa yang berkaitan

untuk menunjang pembangunan kota.

3. PT Duta Anggada Reality Tbk (DART)

PT Duta Anggada Reality Tbk didirikan pada tahun 1983. Perseroan

beralamat di Plaza Chase Lt. 21, Jl. Jendral Sudirman Kav. 21, Jakarta

12910.

Perseroan memulai karyanya dengan membangun sebuah kompleks

hunian, dengan sasaran segmen pasar para ekspatriat di kota jakarta.

Perseroan kemudian mengembangkan usahanya dengan membangun

beberapa gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan utama untuk

memenuhi kebutuhan akan gedung perkantoran dan pusat perbelanjaan

Page 79: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

yang terus meningkat. Selain berkecimpung di bidang investment property,

yaitu untuk property disewakan, perseroan juga telah memperluas kegiatan

usahanya hingga mencakup bidang development property, yaitu

pengembangan properti untuk dijual. Saat ini, selain memiliki tanah dalam

pengembangan, portofolio perseroan mencakup berbagai bidang prestisius

untuk investasi dan dijual, baik yang telah selesai dibangun maupun yang

sedang dalam pembangunan, yakni di sektor perkantoran, pemukiman dan

pusat perbelanjaan.

4. Duta Pertiwi Tbk (DUTI)

PT Duta Pertiwi memulai usaha sebagai developer sejak pertengahan

tahun 1980. Kegiatan utama perseroan sampai saat ini terutama

pengembangan proyek untuk disewakan. Fokus saat ini sejalan dengan

keinginan pasar dimana status kepemilikan lebih disukai. Segmen pasar

yang dituju PT Duta Pertiwi Tbk adalah tempat usaha untuk bisnis skala

kecil dan menengah serta perumahan untuk golongan pendapatan

menengah.

Mayoritas proyek dikembangkan oleh PT Duta Pertiwi Tbk dan anak

perusahaan maupun perusahaan asosiasi terletak pada kawasan dengan

tingkat pertumbuhan yang sangat pesat disertai dengan tingkat permintaan

yang tinggi.

PT Duta Pertiwi Tbk yang telah tercatat sebagai perusahaan publik

sejak November 1994 pada Bursa Efek Surabaya, selama ini dikenal

sebagai Pengembang Inovatif dengan karya-karyanya yang kreatif.

Page 80: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Dimulai dari tahun 1989, PT Duta Pertiwi Tbk menjadi pelopor dalam

penjualan kios dengan kepemilikan strata title sekaligus pelopor dalam

pengembangan superblok, yaitu proyek yang menggabungkan pusat

perbelanjaan, perkantoran, ruko dan hotel dalam satu kawasan. Kemudian

pada tahun 1996, PT Duta Pertiwi Tbk meluncurkan karya kreatif yaitu

Kota Wisata yang merupakan proyek perumahan dengan tema dan konsep

unik yang belum pernah ada sebelumnya.

Sampai saat ini PT Duta Pertiwi Tbk telah mengembangkan sembilan

proyek superblok dan komersial yang tersebar di Jakarta, Depok dan

Surabaya, tujuh proyek perumahan yang berokasi di Jakarta, Tanggerang,

Cibubur dan Bekasi, dua hotel di Jakarta dan Balikpapan serta satu gedung

perkantoran di kawasan bisnis prestius Jakarta.

5. Bakrieland Development (ELTY)

Pada awalnya, perusahaan didirikan dengan nama PT Purilestari Indah

Pratama pada Juni 1990, berganti nama menjadi PT Elang Realty pada

Desember 1994 dan pada tahun 1997 menjadi PT Bakrieland Development

Tbk.

PT Bakrieland Development Tbk adalah sebuah perusahaan

pengembang kawasan terpadu yang bergerak dalam pembangunan properti

dan proyek-proyek terkait properti di Indonesia. Dengan kapitalisi pasar

mencapai Rp 1,43 triliun di Bursa Efek Indonesia per 31 Desember 2008,

Bakrieland merupakan salah satu perusahaan dengan kapitalisasi pasar

tertinggi untuk sektor industri properti.

Page 81: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Sebagai pengembang superblok pertama dan terbesar di kawasan

bisnis utama Jakarta, yaitu Rasuna Epicentrum Kuningan, Bakrieland juga

telah berhasil mengembangkan berbagai proyek properti perkotaan,

kawasan perumahan, hotel dan resor berkelas dunia di beberapa lokasi

strategis dan bergengsi di Indonesia, serta proyek infrastruktur dan bidang

usaha terkait properti lainnya. Semua proyek yang dikembangkan oleh

Bakrieland mengedepankan karakteristik yang ramah lingkungan.

6. Fortune Indonesia (FORU)

Sebagai perusahaan terbuka pertama dan satu-satunya yang bergerak di

bidang periklanan di Indonesia, PT Fortune Indonesia Tbk dikenal dengan

nama Fortune Indonesia dan kini diakui sebagai salah satu perusahaan

komunikasi pemasaran ternama dan terkemuka di tanah air, adalah sebuah

galaksi komunikasi. Bersama keempat anak perusahaannya sebagai

satelitnya. Fortune Indonesia Tbk memulai perjalan hidupnya sebagai

sebuah perusahaan jasa periklanan menyeluruh pada tahun 1970, cikal

bakal perusahaan ini kemudian berkembang dengan ditambahkannya

layanan desain dan pameran pada tahun 1982, diikuti dengan layanan

public relations serta layanan pemasaran sosial tahun 1986 dalam

prosesnya menjadi konsultan komunikasi pemasaran terpadu dan

memperoleh gelar galaksi komunikasi. Fortune Indonesia Tbk selain juga

menyediakan layanan promosi, event management, penyelenggaraan

pameran, serta perjalanan bagi para kliennya.

Page 82: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Beberapa klien korporat PT Fortune Indonesia adalah pemimpin pasar

seperti Sampoerna, Bank Mandiri, Indofood, Nestle, Unilever, Garuda

Indonesia, Honda, dan Djarum. Sementara klien lembaga pemerintahan

dan lembaga lainnya antara lain BKKBN, Departemen Sosial, Peringatan

Seratus Tahun Bung Hatta, Komisi Pemilihan Umum, UNDP, UNICEF,

dan USAID.

7. Gowa Makasar Tourism Development (GMTD)

PT Gowa Makasar Development (GMTD) PT Gowa Makassar

Tourism Development Tbk (Perusahaan) didirikan pada 14 Mei 1991. PT

Gowa Makassar Tourism Development Tbk (Perseroan) adalah bergerak

di bidang investasi dan pengembangan kota mandiri (township

development). PT Dowa Makasar Tourism Development Tbk beralamat di

Jl. Metro Tanjung Bunga Kav. 3-5 Tanjung Bunga Makasar, Sulawesi

Selatan. Perusahaan ini sudah terlisting di bursa Efek Indonesia Sejak 11

Desember 2000, dengan penawaran saham perdana Rp. 575.

Saat ini, kegiatan usaha Perseroan adalah pengembangan kota mandiri

Tanjung Bunga, berlokasi di Makassar, Sulawesi Selatan, yang

pembangunan fisiknya telah dimulai sejak tahun 1997.

Pendapatan Perseroan diperoleh terutama dari penjualan rumah dan

kavling hunian, penjualan lahan siap bangun untuk komersial, dan

pendapatan dari fasilitas komersial dan rekreasi yang dibangun.

Sedangkan biaya-biaya Perseroan terutama adalah biaya konstruksi,

Page 83: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

pemasaran dan promosi, serta beban umum dan administrasi termasuk

biaya tenaga kerja (BTK).

8. PT Jaya Real Properti (JRPT)

PT Jaya Real Properti Tbk merupakan salah satu perusahaan

pengembang real estat terkemuka di Indonesia dengan portofolio di

Jakarta Selatan, Barat dan Pusat. Didirikan tahun 1979, perusahaan

memfokuskan usahanya pada pembangunan dan pengembangan kawasan

pemukiman terpadu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dari berbagai

tingkatan. Bintaro Jaya, proyek unggulan di Jakarta Selatan, adalah kota

satelit yang dibangun di atas lahan seluas 2.000 hektar dengan beragam

pilihan rumah yang dilengkapi dengan sejumlah fasilitas terbaik

diantaranya; sekolah unggulan, pelayanan kesehatan, pusat perbelanjaan,

tempat usaha, rekreasi serta jaringan transportasi yang terintegrasi.

Perusahaan ini terdaftar di Bursa Efek Indonesia (dulu adalah Bursa

Efek Jakarta) sejak tahun 1994, PT Jaya Real Properti Tbk berkomitmen

untuk selalu menjaga pertumbuhan usaha dan meningkatkan kepercayaan

para pemegang saham, pelanggan, lingkungan dan masyarakat dengan

menjadi mitra usaha yang bertanggung jawab. Pengalaman dan reputasi

Perusahaan didukung oleh kemampuan perusahaan untuk menciptakan

dan mengembangkan hunian serta lingkungan yang sesuai dengan

kebutuhan pelanggan yang diikuti dengan kondisi keuangan yang sehat

serta Visi-Misi sebagai fundamental Perusahaan.

9. PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA)

Page 84: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

PT Kawasan Industri Jababeka Tbk berdiri sejak tahun 1989.

Perusahaan ini bergerak di bidang Properti dan Real Esate yang berkantor

pusat di Wisma Jababeka, Jl. Cikarang Baru Raya, kota Cikarang.

Perusahaan sudah terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak 10 Januari 1995,

dengan menawarkan saham perdana Rp. 4.950.

PT Jababeka Tbk. Terus membangun Kota Jababeka sebagai kota

mandiri seluas 5.600 hektar, yang dahulu berawal dari tanah kosong yang

tidak produktif, kemudian digali dan dimanfaatkan untuk produksi atap

rumah dan batu bata yang cenderung membahayakan lingkungan sekitar.

Sebagai rumah bagi tenant multinasional, dengan infrastruktur yang

lengkap dan modern, berbagai macam pilihan unit rumah tinggal, fasilitas

pendidikan dan kawasan komersil dan beberapa fasilitas bisnis dan

hiburan, Kota Jababeka telah menjadi pelopor dalam pembangunan

property skala besar dan berkomitmen untuk memberi kualitas pelayanan

yang terbaik. Komitmen inilah yang menyebabkan pembangunan Kota

Jababeka sebagai pemenang dari persaingan global yang kian kompetitif

sekaligus memberi pilihan pasti sebagai tempat yang menguntungkan

untuk usaha dan kenyamanan hidup.

10. PT Lamicitra Nusantara Tbk (LAMI)

Perseroan didirikan pada tanggal 29 Januari 1988, bergerak dalam

bidang usaha pengembangan dan pembangunan properti. Pengembangan

dan pengelolaan kawasan berikat dan penyertaan modal pada anak

Page 85: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

perusahaan yang bergerak dalam bidang depo pemukiman peti kemas,

pengembangan dan pembangunan properti dan perhotelan.

Perseroan berkedudukan di Surabaya dan berkantor pusat di Jembatan

Merah Plaza lt. 5, Jl Taman Jayengrono 2-4, Surabaya. Kegiatan-kegiatan

yang dilakukan perseroan yaitu meliputi pembangunan Tanjung Emas

Export Processing Zone di Semarang, pembangunan Jembatan Merah

Plaza 1 dan 2 di Surabaya, pembangungan Ruko Jembatan Merah di

Surabaya, pembangunan Depo Peti Kemas di Semarang, pembangunan

Darmo Hill Real Estat di Surabaya, pembangunan Tunjungan Electronic

Centre di Surabaya, pembangunan Pusat Grosir Surabaya di Surabaya dan

pembangunan Surabaya Design Center di Surabaya.

11. PT Lippo Cikarang (LPCK)

Pada tahun 1987 perseroan didirikan dengan nama PT Desa Dekalb di

Jakarta, dengan bidang usaha perdagangan serta mendirikan dan

menjalankan usaha dalam bidang industri, percetakan, pertambangan,

perkebunan, pertanian, perikanan, peternakan, pengangkutan,

pergudangan. Pada tahun 1988 nama perseroan diganti menjadi PT

Gunungcermai Inti. Tahun 1992 nama perseroan diubah menjadi PT

Lippo City Development, berkedudukan di Bekasi. Pada tahun 1995 sekali

lagi perseroan mengalami perubahan nama kembali menjadi PT Lippo

Cikarang

Page 86: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Pada tahun 1997 perusahaan mengubah status perseroan tertutup

menjadi terbuka atau PT Lippo Cikarang Tbk dengan bidang usaha

perusahaan real estate, industrial estate, urban development.

12. PT Lipo Karawaci (LPKR)

PT Lippo Karawaci Tbk (Lippo Karawaci) didirikan pada tanggal 15

Oktober 1990 bergerak di bidang pengembangan kawasan kota mandiri

yang terencana, dengan ekosistem, infrastruktur fisik dan sosial berkualitas

tinggi. Lebih dari delapan belas tahun, perseroan telah terbukti sebagai

pengembang properti dengan reputasi yang terpercaya dan luasan lahan

yang besar, serta menjadi pelopor dalam pengembangan berbagai proyek

di lokasi-lokasi strategis di seluruh Indonesia.

Melalui penggabungan usaha 8 perusahaan properti terkait di tahun

2004, perseroan telah memperluas portofolio usahanya mencakup

pengembangan kawasan kota mandiri, pembangunan terpadu berskala

besar, mal ritel, rumah sakit, hotel dan sarana rekreasi, serta manajemen

properti dan portofolio.

Lippo Karawaci saat ini merupakan salah satu perusahaan properti

publik terbesar yang menguasai lebih dari tiga puluh persen kapitalisasi

pasar di sektor properti, dengan model bisnis terfokus, unik dan terpadu,

memiliki kelompok rumah sakit swasta kelas atas satu-satunya yang

meraih standar internasional, serta sebagai pemimpin di jaringan mal ritel.

13. PT Modernland Realty Tbk (MDLN)

Page 87: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Keberadaan PT Modernland Realty Tbk telah berdiri sejak tahun 1983

dengan menempatkan perseroan sebagai pengembang yang cukup terkenal

di bidang pembebasan dan pematangan tanah, pembangunan rumah dan

apartemen, serta pengembangan suatu kawasan hunian.

Selama lebih dari 25 tahun, perseroan berhasil mencapai prestasi yang

mengembirakan, hal ini terlihat dari berbagai kompleks perumahan yang

sudah dikembangkan. Kawasan perumahan tersebut dibangun dan

dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana seperti sarana olahraga

dan rekreasi, rumah sakit, sekolah serta pusat perbelanjaan dan daerah

komersial. Perusahaan telah membangun beberapa kawasan di daerah

Jakarta dan Tanggerang.

Salah satu contoh kerjasama perusahaan dengan perusahaan lainnya

adalah perusahaan melakukan kerjasama operasi dengan perusahaan Les

Nouveaux Contructeur Premier Indonesia, sebuah perusahaan

pengembang dari Perancis dalam mengembangkan suatu cluster di Kota

Modern. Kedua belah pihak telah menandatangani suatu kerja sama

operasi untuk mengembangkan dua buah cluster yang dinamai Premier

Park dan Premier Golf.

14. PT Indonesia Prima Property Tbk (OMRE)

PT Indonesia Prima Property, Tbk didirikan pada tanggal 23 April

1983 dengan nama PT Triyasa Tamihan. Bidang usaha perusahaan adalah

pengembangan dan pengelolaan properti. Perusahaan berdomisili di

Page 88: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Jakarta dan berkantor di Wisma Sudirman lantai 11, Jalan Jenderal

Sudirman kavling 34, Jakarta Pusat 10220.

Pada bulan Juni 1994 perusahaan melakukan penawaran umum atas 35

juta saham kepada masyarakat, dan pada bulan Agustus 1994 Perusahaan

untuk pertama kali tercatat di Bursa Efek Jakarta dengan jumlah saham

tercatat sebanyak 135 juta saham.

Pada bulan Nopember 1996 perusahaan melakukan Right Issue I atas

360 juta saham, yang dicatatkan di Bursa Efek Jakarta di bulan Desember

1996, sehingga jumlah saham yang tercatat di Bursa Efek Jakarta adalah

495 juta saham. Selanjutnya perusahaan melakukan Right Issue II tanpa

HMETD pada bulan Juni 2003 sebanyak 1.250 juta saham, dan pada bulan

Juli 2003 tercatat di Bursa Efek Jakarta dengan total saham tercatat

sebanyak 1.745 juta saham.

Dari modal dasar perusahaan sebesar Rp 1,9 trilyun, modal yang

ditempatkan dan disetor adalah Rp 745 milyar, yang terdiri dari 495 juta

saham seri A dengan nilai nominal Rp 1.000 per saham dan 1.250 juta

saham seri B dengan nilai nominal Rp 200 per saham.

Kegiatan utama perusahaan dan Anak perusahaan adalah di bidang

pengembangan, pembangunan dan pengelolaan properti, yang terdiri dari

Apartemen, Gedung Perkantoran, Hotel, Pusat Perbelanjaan dan

Perumahan. Portfolio perusahaan terdiri dari Apartemen “Puri

Casablanca”, gedung perkantoran “Wisma Sudirman”, “Grand Tropic

Page 89: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Suites’ Hotel”, “Novotel Surabaya Hotel & Suites”, pusat perbelanjaan

“Mal Blok M” dan “Plaza Parahyangan” serta perumahan “Bukit Tiara”.

15. PT Pakuwon Jati Tbk (PWON)

Pakuwon Jati Tbk berdiri pada tanggal 11 Januari 1901. Pakuwon Jati

Tbk merupakan publik yang bergerak dalam bidang real dan bermarkas di

Surabaya, Indonesia. Pakuwon Jati Tbk berada di Mandiri Tower 15th

Floor, Jl. Basuki. Perusahaan ini sudah terdaftar di Jakarta dan Surabaya

Stock pada tanggal 9 Oktober 1989 dengan mengeluarkan modal dasar

sebesar Rp 1.250.000.000.000. Pakuwon Jati adalah salah satu

pengembang properti terkemuka di Indonesia. Perusahaan memiliki dan

mengelola penggunaan campuran terbesar pembangunan di Indonesia;

suatu integrasi dari ritel, kantor, hunian bertingkat tinggi kondominium

dan hotel dalam satu pembangunan.

16. PT Panca Wiratma Sakti (PWSI)

Nama perseroan adalah PT. Panca Wiratama Sakti Tbk, yang

beralamat di Ciputat Indah Permai Blok B 6, Jl. Ir. H. Juanda No. 50

Ciputat Tangerang 15419. Pada tanggal 7 Juli 1987 perseroan resmi

didirikan serta sebelumnya nama Perseroan adalah PT Panca Jasa Wira

Sakti. Perseroan mengubah namanya menjadi PT Panca Wiratama Sakti

pada tanggal 12 Mei 1987.

Pada tanggal 10 Februari 1994 Ketua Bapepam mengeluarkan surat

No. S-236/PM/1994 mengenai efektifnya Pernyataan Pendaftaran dan

berdasarkan surat PT Bursa Efek Jakarta No. S-34 /BEJ.I.1/III/1994

Page 90: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

tanggal 3 Maret 1994 dan PT. Bursa Efek Surabaya No.

24/EMT/LIST/BES/III/94 tanggal 2 Maret 1994 maka Saham Perseroan

dicatatkan di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya, sehingga status

Perseroan berubah dari Perseroan Tertutup menjadi Perseroan Terbuka,

dimana 10.500.000 lembar saham Perseroan (nominal Rp. 1.000 per

saham), telah disetujui untuk didaftarkan dan ditawarkan kepada

masyarakat umum.

Perseroan bergerak dalam bidang pembangunan dan perdagangan.

Dalam bidang pembangunan, perseroan dapat melaksanakan kegiatan

antara lain: pemborongan (general contractor), pembangunan konstruksi

bangunan, pengembangan wilayah pemukiman, pembangunan lapangan

golf, dan pembangunan sarana prasarana jaringan telekomunikasi. Dalam

bidang perdagangan, perseroan dapat melaksanakan kegiatan antara lain:

menjalankan usaha di bidang perdagangan, eksport dan import, supplier,

dan distributor.

Saat ini, kegiatan perseroan adalah mengembangkan daerah

perumahan (real estate) yang mencakup pematangan tanah dan penjualan

rumah tinggal, dan bangunan-bangunan lain di kawasan Tigaraksa

Tangerang. Lokasi Kota Tigaraksa ini terletak sekitar 40 km arah barat

dari Jakarta Pusat dan sekitar 28 km arah barat daya dari Bandara Udara

Internasional Soekarno Hatta.

Page 91: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

17. PT Surya Indah Permata Tbk (SIIP)

Pada tahun 1990 perseroan didirikan dengan nama PT Surya Indah

Permata yang bergerak dalam bidang perhotelan dan kondominium,

dengan modal awal sebesar Rp 14.000.000.000. Perusahaan memulai

usaha dengan menguasai lahan seluas 30 ha yang terletak di Jl. Raya

Juanda, Sidoarjo.

Pada tahun 1991 nama perusahaan telah diubah menjadi PT Suryainti

Permata. Sejalan dengan semakin tumbuhnya bisnis perusahaan. Pada

tahun 1997 PT Suryainti Permata telah meningkatkan struktur modalnya

menjadi sebesar Rp 250.000.000.000 dengan pemegang saham utama

sejumlah 79% dimiliki oleh PT Permata Sumber Investindo. Pada tahun

yang sama, dalam rangka lebih memperkuat struktur permodalannya,

manajemen telah meningkatkan struktur permodalan melalui Penawaran

Umum Saham pada Masyarakat (Go Publik) dengan menerbitkan saham

sejumlah 100.000.000 lembar saham dengan nilai nominal seluruhnya

adalah Rp 50.000.000.000. Sejak penawaran umum saham tersebut, maka

seluruh saham perusahaan atau sejumlah 600.000.000 lembar saham telah

dicatat dan diperdagangkan pada Bursa Efek Jakarta.

PT Surya Inti Permata memiliki anak perusahaan yaitu PT Benteng

Tunggal didirikan pada tahun 1984 yang bergerak dibidang usaha sebagai

pengembang property dan real estat, beserta sarana dan prasarananya.

Perusahaan memiliki pengalaman yang luas dibidang pengelolaan

pembangunan Industrial estat, bangunan town house, dan perumahan.

Page 92: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

18. PT Suryamas Duta Makmur Tbk (SMDM)

Perusahaan Suryamas Duta Makmur Tbk didirikan pada bulan

September 1989 yang berdomisili di Jalan Graha Yasa No. SH-01,

Rancamaya Golf Estate, Ciawi – Bogor; dan kantor pusat Perusahaan

beralamat di Sudirman Plaza Business Complex, Plaza Marein Lantai 16,

Jalan Jenderal Sudirman Kav. 76 – 78, Jakarta.

Perusahaan memfokuskan pada pengembangan proyek perumahan

jangka panjang agar memberikan arus pendapatan yang

berkesinambungan. Strategi ini tercermin dari portofolio proyek

Perusahaan yang berada di tiga lokasi yang strategis.

19. PT Summarecon Tbk (SMRA)

Summarecon didirikan pada tahun 1975 oleh keluarga Nagaria dan

asosiasinya. Hingga saat ini, Summarecon telah berkembang menjadi salah

satu perusahaan properti terkemuka di Indonesia. Summarecon telah

berhasil mengembangkan kawasan Summarecon Kelapa Gading dari

sebuah lahan kurang produktif hingga menjadi kawasan pemukiman dan

komersial terpadu dengan salah satu perputaran bisnis tercepat, lengkap

dengan infrastruktur dan fasilitas pendukung termasuk pusat perbelanjaan,

pusat makanan, pusat gaya hidup, klub keluarga, sekolah dan rumah sakit.

Bisnis Summarecon dikelompokkan menjadi tiga unit bisnis:

a. Pengembangan Properti

b. Investasi dan Manajemen Properti

c. Rekreasi dan Hospitality

Page 93: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

B. Penemuan dan Pembahasan

1. Statistik Deskriptif

Berdasarkan kriteria pengambilan sampel, didapatkan sampel data

sebanyak 19 emiten. Penelitian ini menggunakan pooling-data disaat

pengujian, seiring dengan data dikumpulkan. Sehingga, diperoleh total

sebanyak 76 pengamatan.

Tabel 4.1

Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Harga Saham 76 45 1890 373.33 394.144

Pengungkapan Laporan

Keuangan 76 48.48 87.87 71.6079 10.43711

Laba Akuntansi 76 409 1218813 185985.16 257308.252

SBI 76 .0800 .1275 .103325 .0173421

Uang Beredar 76 1203215 1833851 1515585.75 242943.513

Valid N (listwise) 76

Sumber: Data diolah (output SPSS.16)

Berdasarkan tabel Statistik Deskriptif dapat diketahui seberapa besar

kuantitas nilai minimum, maksimum, mean dan standar deviation, dengan

penjelasan sebagai berikut:

1) Minimum, untuk Harga Saham sebesar Rp 45 merupakan harga saham

minimum yang didapat dari PT. Bhuwanatala Indah Permai Tbk pada

tahun 2006, Pengungkapan Laporan Keuangan sebesar 48,48 merupakan

pengungkapan paling terendah yang didapat dari PT Gowa Makasar

Tourism Development Tbk pada tahun 2005, Laba akuntansi terendah

Page 94: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

sebesar Rp 409.000.000 diperoleh dari PT Panca Wiratma Sakti Tbk pada

tahun 2006, SBI terendah sebesar 8 % diperoleh pada tahun 2007 serta

Uang Beredar minimum sebesar Rp 1.203.215.000.000 diperoleh pada

tahun 2005.

2) Maksimum, Harga saham nilai maksimum Rp 1.890 diperoleh dari PT

Jaya Real Property Tbk pada tahun 2005, Pengungkapan Laporan

Keuangan 87,87 diperoleh dari PT Bakrieland Development Tbk tahun

2008, Laba akuntansi Rp 1.218.813.000.000 diperoleh dari PT Lippo

Karawaci Tbk pada tahun2008, SBI maksimum sebesar 12,75 % terjadi

pada tahun 2005 serta, Uang beredar mempunyai nilai maksimum sebesar

Rp 1.833.851.000.000 terjadi pada tahun 2008.

3) Mean, pada Harga Saham sebesar Rp 373,33, Pengungkapan Laporan

Keuangan sebesar 71,6079, Laba Akuntansi sebesar Rp 185.985.160.000

SBI sebesar 0,103325 dan, Uang beredar sebesar Rp 1.515.585.750.000.

4) Standar Deviation, pada Harga saham adalah sebesar Rp 394,144,

Pengungkapan Laporan Keuangan sebesar 10,43711, Laba Akuntansi

sebesar Rp 257.308.252.000 SBI sebesar 0.0173421 dan, Uang Beredar

sebesar Rp 242.943.513.000.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,

variabel residual berdistribusi secara normal dalam Ghozali (2005:110).

Terdapat beberapa cara untuk mengetahui bagaimana residual telah

terdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara melakukan analisis grafik

Page 95: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

dan uji statistik. Bila dilakukan melalui analisis grafik untuk melihat apakah

residual telah terdistribusi secara normal atau tidak yaitu dengan cara melihat

penyebaran titik-titik mengikuti pada arah garis diagonal maka dikatakan data

tersebut telah memenuhi asumsi normalitas serta sebaliknya jika data tersebut

tidak mengukuti arah garis diagonal, maka data tersebut tidak memenuhi

asumsi normalitas.

Gambar 4.1

Hasil Uji Normalitas Sebelum Outlier

Sumber: Data diolah (output SPSS.16)

Dari gambar diatas, menunjukkan bahwa titik-titik pada gambar regresi

tersebut kurang menyebar disekitar garis diagonal dan kurang mengikuti arah

garis diagonal. Maka dapat dikatakan bahwa data tersebut tidak memenuhi

asumsi normalitas. Untuk mengatasi permasalahan normalitas maka

dilakukan outlier terhadap pengamatan yang memiliki nilai residual yang

tidak terdistribusi secara normal, sehingga total pengamatan kini menjadi 66.

Page 96: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Gambar 4.2

Hasil Uji Normalitas Setelah Outlier

Sumber: Data diolah (output SPSS.16)

Dari gambar 4.2 dapat dilihat bahwa pada model regresi diatas titik-titik

telah menyebar dan mengikuti arah disekitar garis diagonal. Maka dalam hal

ini dapat disimpulkan model regresi telah memenuhi asumsi normalitas.

3. Uji Asumsi Klasik

a. Multikolinearitas

Dalam Ghozali (2005:91) dikatakan bahwa Uji Multikolinearitas

bertujuan untuk menguji apakah model regresi menemukan adanya

korelasi antar variabel bebas. Untuk mengetahui apakah terdapat gejala

multikolinearitas pada suatu model regresi dapat dilakukan dengan

Page 97: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

melihat nilai (1) tolerance (2) variance inflation factor (VIF). Apabila

dalam suatu model regresi mempunyai nilai tolerance > 0.10 dan nilai

VIF > 10, maka model regresi tersebut dikatakan terkena gejala

multikolinearitas.

Tabel 4.2

Hasil Uji Multikolinearitas sebelum Outlier

Coefficientsa

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients Collinearity Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Constant) 1480.331 515.272 2.873 .005

Pengungkapan

Laporan Keuangan -4.490 3.717 -.119 -1.208 .231 .948 1.055

Laba Akuntansi .001 .000 .550 5.733 .000 .996 1.004

SBI -4957.779 2.505E3 -.218 -1.979 .052 .756 1.322

1

Uang Beredar .000 .000 -.175 -1.567 .122 .737 1.357

a. Dependent Variable: Harga Saham

Sumber: Data diolah (output SPSS.16)

Berdasarkan tabel 4.2 , dapat dilihat bahwa nilai tolerance berada di

atas 0.05 dan nilai VIF < 10. Maka dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat gejala Multikolinearitas.

Page 98: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Tabel 4.3

Hasil Uji Multikolinearitas setelah Outlier

Coefficientsa

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

Collinearity

Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig. Tolerance VIF

(Constant) 645.827 267.956 2.410 .019

Pengungkapan Laporan

Keuangan 1.382 1.909 .058 .724 .472 .911 1.098

Laba Akuntansi .001 .000 .758 9.618 .000 .943 1.060

SBI -4.493E3 1289.324 -.307 -3.485 .001 .755 1.324

1

Uang Beredar .000 .000 -.107 -1.204 .233 .741 1.349

a. Dependent Variable: Harga Saham

Sumber: Data diolah (output SPSS.16)

Dari gambar tabel 4.3 dapat ditunjukkan bahwa masing-masing

variabel memiliki angka tolerance diatas 0,10 dan nilai VIF dibawah 10.

Hal ini mengindikasikan bahwa variabel bebas pada model regresi ini

tidak terjadi masalah multikolonearitas.

b. Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi

terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke

pengamatan lainnya. Jika variance dari pengamatan ke pengamatan

lainnya tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda maka

terjadi heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah model regresi

yang terjadi homoskedastisitas.

Page 99: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Deteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan

melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot yaitu jika titik-

titik membentuk pola bergelombang kemudian menyempit, maka

mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Sedangkan, jika tidak

terdapat pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah

angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas.

Gambar 4.3

Hasil Uji Heteroskedastisitas Sebelum Outlier

Sumber: Data diolah (output SPSS.16)

Pada gambar 4.3 diatas Scatterplot menunjukkan bahwa dimana pola titik-

tiitik pada gambar tersebut masih menyempit serta titik-titik masih ada

yang tumpang tindih. Maka dapat disimpulkan bahwa gambar Grafik Plot

diatas model regresi masih terdapat masalah Heteroskedastisitas.

Page 100: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Gambar 4.4

Hasil Uji Heteroskedastisitas Setelah Outlier

Sumber: Data diolah (output SPSS.16)

Hasil tampilan Scatterplot gambar 4.4 setelah Outlier menunjukkan

bahwa pola titik-tiitik pada gambar tersebut sudah menyebar di atas dan

dibawah angka 0 pada sumbu Y. Maka dapat disimpulkan bahwa gambar

Grafik Plot diatas model regresi tidak terdapat masalah

Heteroskedastisitas.

c. Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model

regresi linear terdapat korelasi antara residual pada periode t dengan

residual t-1 (sebelumnya). Jika terdapat korelasi, maka dikatakan dalam

model regresi terdapat masalah autokorelasi.

Page 101: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Untuk mendeteksi Autokorelasi dalam penelitian ini menggunakan

metode Run Test. Dimana Run Test adalah sebagai bagian dari statistik

non-parametrik yang dapat pula digunakan untuk menguji apakah residual

terdapat korelasi tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan

korelasi maka dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run

Test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random

atau tidak (sitematis). Model regresi dikatakan tidak terkena masalah

autokorelasi jika signifikansi > 0.05.

Tabel 4.4

Hasil Uji Autokorelasi (Run Test) Sebelum Outlier

Runs Test

Unstandardized

Residual

Test Valuea -53.16347

Cases < Test Value 38

Cases >= Test Value 38

Total Cases 76

Number of Runs 27

Z -2.772

Asymp. Sig. (2-tailed)

.006

a. Median

Sumber: Data diolah (output SPSS.16)

Page 102: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Berdasarkan pada tabel diatas, model regresi mempunyai signifikansi

yang menunjukkan angka kurang dari 0.05. Maka dapat disimpulkan

bahwa, model regresi terkena masalah Autokorelasi.

Tabel 4.5

Hasil Uji Autokorelasi (Run Test) Setelah Outlier

Runs Test

Unstandardized

Residual

Test Valuea -7.32664

Cases < Test Value 33

Cases >= Test Value 33

Total Cases 66

Number of Runs 31

Z -.744

Asymp. Sig. (2-tailed)

.457

a. Median

Sumber: Data diolah (output SPSS.16)

Pada gambar 4.5 menunjukkan bahwa, model regresi mempunyai

signifikansi yang menunjukkan angka 0.457 angka tersebut lebih dari

0.05. Maka dapat disimpulkan bahwa, model regresi tidak terkena

masalah Autokorelasi.

Page 103: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

4. Uji Hipotesis

a. Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Uji koefisien determinasi bertujuan untuk menggambarkan seberapa

besar perubahan atau variasi dari variabel dependen dapat dijelaskan oleh

perubahan atau variasi dari variabel independen. Di dalam penelitian ini

untuk uji koefisien determinasi menggunakan nilai Adjusted R Square

(Adjusted R2). Karena nilai dari Adjusted R Square (Adjusted R2) adalah

merupakan nilai yang sudah disesuaikan dengan jumlah variabel yang

digunakan dalam penelitian (Ghozali, 2005:83).

Apabila telah mengetahui nilai koefisien determinasi maka kita dapat

menjelaskan kebaikan dari model regresi dalam memprediksi variabel

independen.

Koefisien determinasi atau adjusted R2 dapat dilihat dari tabel

berikut:

Tabel 4.6

Koefisien Determinasi (Adjusted R2)

Model Summaryb

Mod

el R R Square

Adjusted R

Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .801a .642 .619 156.807 1.711

a. Predictors: (Constant), Uang Beredar, Laba Akuntansi, Pengungkapan Laporan

Keuangan, SBI

b. Dependent Variable: Harga Saham

Sumber: Data diolah (output SPSS.16)

Page 104: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Pada tabel 4.6 terlihat angka koefisien determinasi (Adjusted R

Square) sebesar 0.619 atau 61.9%. Hal ini menunjukkan bahwa variabel

independen yaitu Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi,

Suku Bunga SBI dan, Uang Beredar dapat menjelaskan variabel dependen

adalah Harga Saham sebesar 61.9% dan sisanya 38.1% dijelaskan oleh

variabel-variabel lain diluar penelitian ini.

b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen

atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara

bersama terhadap variabel dependen atau terikat. Probabilitas lebih kecil

dari 0,05 maka, hasilnya signifikan. Berarti terdapat pengaruh dari

variabel independen secara bersama terhadap variabel dependen (Ghozali,

2005:84).

Pengaruh secara simultan antara variabel independen Pengungkapan

Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan, Uang Beredar

terhadap Harga Saham adalah sebagai berikut:

Tabel 4.7

Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Regression 2693605.882 4 673401.471 27.387 .000a

Residual 1499898.276 61 24588.496

1

Total 4193504.158 65

a. Predictors: (Constant), Uang Beredar, Laba Akuntansi, Pengungkapan Laporan

Keuangan, SBI

b. Dependent Variable: Harga Saham

Sumber: Data diolah (output SPSS.16)

Page 105: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Berdasarkan tabel 4.7 dapat disimpulkan bahwa variabel

Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntasi, Suku Bunga SBI dan,

Uang Beredar berpengaruh signifikan secara simultan terhadap Harga

Saham dengan signifikansi sebesar 0.000 < 0.05, maka dapat dikatakan

bahwa Ha diterima.

c. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji t pada dasarnya adalah untuk menunjukkan seberapa jauh

pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan

variasi variabel dependen. Probabilitas lebih kecil dari 0,05 maka hasilnya

signifikan berarti terdapat pengaruh dari variabel independen secara

individual terhadap variabel dependen (Ghozali, 2005:84).

Hasil Uji t (Parsial) menunjukkan bahwa di antara semua variabel

independen, hanya variabel Laba Akuntansi dan Suku Bunga SBI yang

berpengaruh signifikan terhadap variabel Harga Saham. Sedangkan

untuk variabel Pengungkapan Laporan Keuangan dan Uang beredar

tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

Pengaruh secara individual variabel independen Pengungkapan

Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga SBI dan, Uang

Beredar terhadap Harga Saham dapat diketahui sebagai berikut

Page 106: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Tabel 4.8

Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Coefficientsa

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients

Collinearity

Statistics

Model B Std. Error Beta t Sig.

Toleran

ce VIF

(Constant) 645.827 267.956 2.410 .019

Pengungkapan

Laporan Keuangan 1.382 1.909 .058 .724 .472 .911 1.098

Laba Akuntansi .001 .000 .758 9.618 .000 .943 1.060

SBI -4492.823 1289.324 -.307 -3.485 .001 .755 1.324

1

Uang Beredar .000 .000 -.107 -1.204 .233 .741 1.349

a. Dependent Variable: Harga Saham

Sumber: Data diolah (output SPSS.16)

1) Pengungkapan Laporan Keuangan

Menurut Sovi (2008:3) Pengungkapan pada laporan tahunan

maupun laporan keuangan, mencerminkan proksi informasi publik

yang dimiliki investor. Perubahan harga saham akibat perubahan

laba seharusnya dipengaruhi pula oleh informasi yang dimiliki

investor. Dengan landasan tersebut maka, peneliti ingin menguji

apakah Pengungkapan Laporan Keuangan berpengaruh secara

signifikan terhadap Harga Saham. Dari annual report yang

diterbitkan setiap tahun oleh perusahaan yang go public dapat

dijadikan oleh peneliti untuk melihat seberapa jauh perusahaan

Page 107: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

mengungkapkan laporan keuangannya. Dari hasil penelitian ini,

variabel Pengungkapan Laporan Keuangan tidak berpengaruh

secara signifikan terhadap Harga Saham. Setelah dilakukan uji t

untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya Pengungkapan Laporan

Keuangan terhadap Harga Saham diperoleh hasil signifikansi

sebesar 0,472 atau hasil lebih besar dari 0,05. Maka dapat

diketahui bahwa variabel Pengungkapan Laporan Keuangan tidak

berpengaruh parsial secara signifikan terhadap Harga Saham. Hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Edi Kartono (2008) dengan sampel

perusahaan Aneka Industri Otomotif dan Komponennya, berjumlah

empat perusahaan untuk periode 2003-2006, penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa, Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan

berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham setelah dilakukan

uji t. Kemungkinan perbedaan hasil penelitian ini disebabkan

karena perbedaan sampel dan ukuran perusahaan.

2) Laba Akuntansi

Menurut Febrianto dan Widiastuty (2005:167) di dalam setiap

penelitian yang meneliti hubungan angka laba dengan harga saham,

logika dasar yang dimiliki adalah bahwa pasar bereaksi terhadap laba

karena laba memiliki kandungan informasi. Dengan landasan

tersebut maka, peneliti ingin menguji apakah Laba Akuntansi

berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham.

Page 108: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Dari hasil uji statistik t yang telah dilakukan Laba Akuntansi

memiliki Unstandardized Coefficients sebesar 0,001 dan nilai

signifikansi sebesar 0.000 atau < 0,05. Maka dapat disimpulkan

bahwa, Laba Akuntansi secara parsial berpengaruh negatif terhadap

Harga Saham. Setiap kenaikan Laba Akuntansi sebesar Rp 1.000.000

maka akan menaikan Harga Saham Sebesar Rp 0,001. Hasil

penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Adi Sujarwo (2008) penelitian tersebut

menyimpulkan bahwa untuk tahun 2003 Laba Akuntansi

berpengaruh signifikan terhadap harga saham ditunjukkan dengan

nilai signifikansi sebesar 0,000. Selain itu penelitian ini juga

didukung dengan penelitian Atikah, Ahmad Rodoni dan

Rahmawati (2004) yang menyatakan bahwa Laba Akuntansi

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap Harga Saham,

karena hasil pengujian regresi menunjukkan nilai probabilitas t-

statistik 0,047 lebih besar dari (a = 5%). Febrianto dan Widiastuty

(2005:167) pasar bereaksi terhadap laba karena laba memiliki

kandungan informasi sebagai pengambilan keputusan investasi.

Semakin tinggi Laba Akuntansi Perusahaan maka investor

berkeyakinan untuk berinvestasi di perusahaan tersebuat untuk

mengharapkan dividen serta return yang tinggi dimana hal tersebut

dapat meningkatkan Harga Saham di perusahaan tersebut.

Page 109: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

3) Suku Bunga SBI

Menurut Wyss (2001:21) disaat suku bunga meningkat

investasi dalam deposito atau tabungan akan menarik bagi investor

dibandingkan investasi dalam bentuk saham yang memiliki resiko

yang lebih tinggi dibandingkan deposito atau tabungan. Namun,

pada saat suku bunga menurun investasi dalam bentuk deposito

atau tabungan akan tidak menarik bagi investor karena hal tersebut

memiliki return yang rendah, dalam hal ini investor lebih memilih

investasi dalam bentuk saham. Hal tersebut dapat terbukti setelah

peneliti melakukan uji t untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya

Suku Bunga SBI terhadap Harga Saham Suku Bunga SBI memiliki

Unstandardized Coefficients sebesar -4.492,823 dan nilai signifikansi

sebesar 0.001. Maka dapat disimpulkan bahwa, Suku Bunga SBI

secara parsial berpengaruh negatif terhadap Harga Saham. Setiap

kenaikan 1% Suku Bunga SBI maka akan menurunkan Harga Saham

Sebesar Rp 4.492,823. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil

penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Chairuddin dan Herry

(2004) dimana di dalam penelitian disimpulkan bahwa korelasi

antara variabel kurs, suku bunga SBI, dan indeks harga konsumen

dengan variabel hubungan antara kurs, suku bunga SBI, dan indeks

harga konsumen dengan IHSG adalah sangat erat (>0,6). Sesuai

penelitian Pasaribu (2008:5) dikatakan bahwa Investor dapat

menggunakan tingkat bunga sebagai patokan (benchmark) untuk

perbandingan bila ingin berinvestasi. Umumnya tingkat bunga

Page 110: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

mempunyai hubungan negatif dengan bursa saham. Bila

pemerintah mengumumkan tingkat bunga yang lebih tinggi maka

investor akan menjual sahamnya dan mengganti pada instrumen

berpendapatan tetap yang memberikan tingkat bunga yang lebih

tinggi.

4) Uang Beredar

Menurut Frederic (2008:321) pengaruh kebijakan moneter

(Uang Beredar) terhadap Harga Saham adalah ketika kebijakan

moneter merupakan ekspansi masyarakat mendapatkan dirinya

mempunyai lebih dari yang diinginkan dan mengunakannya untuk

konsumsi. Satu tempat untuk mengkonsumsi kelebihan uang

tersebut adalah pasar modal, yang meningkatkan permintaan atas

saham yang dapat mengakibatkan harga saham meningkat. Dengan

landasan tersebut maka, peneliti ingin menguji apakah Uang

Beredar berpengaruh secara signifikan terhadap Harga Saham.

Uang Beredar memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,233 atau lebih

besar dari alpha 5% sehingga dapat disimpulkan Uang beredar

tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Hasil

penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya

yang dilakukan oleh Oktavia Kumalasari (2007) dimana di dalam

penelitian disimpulkan bahwa dari uji t-test dapat diketahui hanya

variabel tingkat suku bunga dan jumlah uang beredar yang

signifikan berpengaruh terhadap harga saham blue chip.

Page 111: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

BAB V

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan kepada hasil serta pembahasan yang telah dilakukan peneliti,

terdapat beberapa variabel independen yang berpengaruh signifikan terhadap

Harga Saham pada perusahaan Properti dan Real Estat yang terdaftar di BEI

dalam periode 2005 sampai dengan 2008. Penelitian ini menggunakan metode

analisis regresi berganda, dari hasil pengujian didapatkan kesimpulan sebagai

berikut:

1. Hasil Uji F (Simultan) menunjukkan bahwa semua variabel independen

yaitu Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi, Suku Bunga

SBI dan, Uang Beredar secara bersama-sama memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap variabel Harga Saham.

2. Tingkat Pengungkapan Laporan Keuangan tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap Harga Saham. Setelah dilakukan uji t diperoleh hasil

signifikansi sebesar 0,472 atau hasil lebih besar dari 0,05. Maka dapat

diketahui bahwa variabel Pengungkapan Laporan Keuangan tidak

berpengaruh parsial secara signifikan terhadap Harga Saham.

3. Laba Akuntansi mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap

Harga Saham, artinya semakin meningkat Laba Akuntansi di suatu

Perusahaan maka akan meningkatkan Harga saham.

Page 112: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

4. Suku Bunga SBI secara parsial berpengaruh negatif dan signifikan

terhadap Harga Saham. Setiap kenaikan 1% Suku Bunga SBI maka akan

menurunkan Harga Saham.

5. Uang Beredar memiliki tingkat signifikansi sebesar 0,233 atau lebih besar

dari alpha 5% sehingga dapat disimpulkan Uang beredar tidak

berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham.

B. Implikasi

Hasil penelitian ini dapat memberikan implikasi terhadap berbagai

pihak. Bagi investor, untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang

signifikan antara Pengungkapan Laporan Keuangan, Laba Akuntansi,

Suku Bunga SBI dan Uang Beredar terhadap Harga Saham untuk

digunakan sebagai salah satu pertimbangan pengambilan keputusan

investasi di pasar modal.

Bagi penelitian selanjutnya, sebaiknya juga menganalisis faktor

fundamental yang lainnya seperti faktor domestik, faktor asing, dan faktor

aliran modal. Faktor domestik diproksi oleh inflasi, produk domestik

bruto, uang beredar, kurs, SBI, dan devisa. Faktor asing diproksi oleh

indeks Dow Jones, Indeks Hang Seng, Fed Rate, dan harga minyak

mentah. Sedangkan Aliran modal diproksi oleh cadangan devisa, transaksi

berjalan dan net buying asing. Kemudian agar didapatkan hasil yang lebih

baik dapat dilakukan dengan cara memperpanjang periode penelitian.

Page 113: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Daftar Pustaka

Anastasia, Widiastuti, Gunawan, Yanny dan Wijayanti Imelda. “Analisis Faktor

Fundamental dan Risiko Sistematik Terhadap Harga Saham Properti di

BEJ”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, vol. 5, Hal. 123-132. 2004.

Andi, Sularso R. “Pengaruh Pengumuman Dividen terhadap Perubahan Harga

Saham (Return) Sebelum dan Sesudah Ex-Dividend Date di Bursa Efek

Jakarta (BEJ)”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 5, Hal. 1-15. 2003.

Anoraga, Pandji & Piji Pakarti. “Pengantar Pasar Modal”. PT. Rineka Cipta,

Jakarta, 2003.

Ardiansyah, Minsen. “Pengaruh Variabel Keuangan terhadap Return Awal dan

Return 15 Hari Setelah IPO serta Moderasi Besaran Perusahaan

Terhadap Hubungan antara Variabel Keuangan dengan Return 15 Hari

Setelah IPO dengan Return Awal dan Return 15 Hari Setelah IPO di

Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, Vol. 7, Hal.125-153. 2004

Badrinanth, S. and Omest Kini. “The Relationship Between Securities Yields, Firm, Size, Earnings Price Ratio and Tobin’s Q”, Journal of Finance

Econom”. Hal. 18-24. 1994

Baruno, Agung, dan Endriani, Yeni. “Analisis Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan

Terhadap Devidend Payout Ratio Pada Industri Telekomunikasi di Bursa

Efek Jakarta Periode 2000-2004”. Jurnal Ekonomi, Vol. XV, Hal. 55-65. 2005.

Basu, S. ”Investment Performance of Common Stock in Relation to Their Price

Earning Ratio: Test of the Efficiency Market Hypotesis”. Journal of

Finance, Hal. 663-82. 1977

Cook, T., and M.S. Rozeff. “Size and Earning Price Ratio Anomalies:One

ofEffect or Two?”. Journal of Finance Quantitative Analysis, Hal. 449-66. 1984.

Page 114: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Darmadji, Tjiptono dan Hendy, M. Fakhruddin. “Pasar Modal di Indonesia:

Pendekatan Tanya Jawab”. Edisi 1, Salemba Empat, Jakarta, Indonesia.

Galih, Satwiko, Agung, D. Nachrowi, dan Haymans Manurung Adler. “Kebijakan

Dividen Perusahaan Uang Listing di Bursa Efek Jakarta (BEJ): Besaran,

Strategi, dan Stabilitas Dividen”. JRAI, Vol. 8, Hal. 13-33. 2005.

Ghozali, Imam. “Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS”. Universitas Diponegoro, Yogyakarta. 2000.

Gusliana, Mals, dan Rimi. “Pengaruh Rasio-Rasio Keuangan Utama Perusahaan

Terhadap Harga Saham Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic

Index tahun 2004”. Jurnal Ekonomi STEI no.3, Hal. 27-46. 2005.

Husnan, Suad. ”Dasar-dasar Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas”. Edisi

Ketiga, Yogyakarta, UDP AMP YKPN. 2005.

J., Keown, Arthur. “Dasar-Dasar Manajemen Keuangan”. Salemba Empat,

Jakarta, 2001.

Kamaruddin, Ahmad. “Dasar-dasar Manajemen Investasi dan Portofolio”.

Cetakan Kedua, Rineka Cipta, Jakarta. 2004.

Ketut, Jati I. “Relevansi nilai Dividend Yield dan Price Earnings Ratio dengan

Moderasi Investment Opportnity Set (IOS) dalam Penilaian Harga

Saham”. JRAI, vol. 8, Hal. 191-209. 2005, Mankiw, N.G. “Macroeconomics, 4

th Edition Worth Publisher, Inc., Iman

Nurmawan (Penerjemah), Teori Makroekonomi”. Edisi keempat, Jakarta: Penerbit Erlangga. 2000.

Meythi. “Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Harga Saham Dengan

Persistensi Laba Sebagai Varabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, Hal. 1-21. 2006.

Page 115: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Nainggolan, Pahala. “Cara Mudah Memahami Akuntansi”. Poppy Herawati (Penyunting), Cetakan Ketiga, Penerbit PPM, Jakarta, 2006.

Norohim, Hasa. “Pengaruh Price Earning Ratio dan Dividend Yield Terhadap

Harga Saham”. Ekobis, Vol. 8, Hal. 81-89. 2007.

Payamta. “Pengaruh Variabel-Variabel Keuangan dan Signaling Terhadap

Penentuan Harga Pasar Saham di Bursa Efek Jakarta”. JAAI, vol. 4, Hal. 153-179. 2000

Rahmawati, dan Suryani, Tri. “Over Reaksi Pasar Terhadap Harga Saham

Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta”. SNA VIII, Solo, Hal. 64-74. 2005.

Sjarief, Julianti. “Pemilihan Metode Akuntansi Atas Biaya Research dan

Development (R&D) dan Dampaknya Terhadap Price Earning Ratio”. Jurnal Ekonomi dan Bisnis, Vol. 4, Hal. 151-161. 2004.

Sparta, dan Februwaty. “Pengaruh ROE, EPS, dan OCF Terhadap Harga Saham

Industri Manufacturing di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi, Th. IX, Hal. 71-80. 2005

Tendelillin, Eduardus. “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio”. Edisi Pertama, BPFE, Yogyakarta. 2001

V., Suryaputri, Rossje dan Dwi, Astuti, Christina. “Pengaruh Faktor Leverage,

Devidend Payout, Size, Earning Growth and Country Risk terhadap Price

Earning Ratio”. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi, Vol. 3, Hal. 1-23. 2003.

Wahyudi, Untung dan Prasetyaning, Pawestri, Hartini. “Implikasi Struktur

Kepemilikan Terhadap Nilai Perusahaan:Dengan Keputusan Keuangan

sebagai Variabel Intervening”. Simposium Nasional Akuntansi 9, Padang, Hal. 1-20. 2006,

Page 116: pengaruh pengungkapan laporan keuangan, laba akuntansi, suku

Yuga. “Analisa Teknikal: Danareksa Equity Research”. Danareksa, Jakarta, 2007.