pengaruh pengalaman, independensi dan skeptisme
TRANSCRIPT
PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME
PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN
(Studi Empiris pada KAP di Wilayah DKI Jakarta)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Disusun oleh:
Muhammad Yusuf Aulia
(206082004000)
JURUSAN AKUNTANSI AUDIT
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
i
PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME
PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN KECURANGAN
(Studi Empiris pada KAP di Wilayah DKI Jakarta)
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
Muhammad Yusuf Aulia
NIM. 206082004000
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Reskino, SE, Ak., M.Si
NIP. 19690203 200112 1 003 NIP. 19740928 200801 2 004
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Senin, tanggal 3 Juni 2013 telah dilakukan ujian komprehensif atas
Mahasiswa:
1. Nama : Muhammad Yusuf Aulia
2. NIM : 206082004000
3. Jurusan : Akuntansi Audit
4. Judul Skripsi : Pengaruh Pengalaman, Independensi Dan Skeptisme
Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan
(Studi Empiris pada KAP di Wilayah DKI Jakarta)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama ujian komprehensif, maka diputuskan bahwa mahasiswa
tersebut di atas dinyatakan lulus dan diberi kesempatan untuk melanjutkan ke
tahap ujian skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Ekonomi pada fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 3 juli 2013
1. Zuhairan Yunmi Yunan,SE,. M.Sc ( )
NIP. 19800416 200912 1 002 Ketua
2. Rini, Dr, SE, Ak., M.Si ( )
NIP.19760315 200501 2 002 Sekretaris
3. Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM ( )
NIP. 19720516 200901 1 006 Penguji Ahli
iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI
Hari ini Kamis, tanggal 25 Juli 2013 telah dilakukan ujian Skripsi atas
Mahasiswa:
1. Nama : Muhammad Yusuf Aulia
2. NIM : 206082004000
3. Jurusan : Akuntansi Audit
4. Judul Skripsi : Pengaruh Pengalaman, Independensi Dan Skeptisme
Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan
(Studi Empiris pada KAP di Wilayah DKI Jakarta)
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama
ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 25 Juli 2013
1. Leis Suzanawaty, SE, M.Si ( ) NIP. 19720809 200501 2 004 Ketua
2. Hepi Prayudiawan, SE, Ak., MM ( ) NIP. 19720516 200901 1 006 Sekretaris
3. Yessi Fitri, SE., M.Si, Ak ( ) NIP. 19760924 200604 2 002 Penguji Ahli
4. Prof. Dr. Ahmad Rodoni ( ) NIP. 19690203 200112 1 003 Pembimbing I
5. Reskino, SE, Ak., M.Si ( ) NIP. 19740928 200801 2 004 Pembimbing II
iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Nama Mahasiswa : Muhammad Yusuf Aulia
NIM : 206082004000
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : Akuntansi Audit
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri yang
merupakan hasil penelitian, pengolahan dan analisis saya sendiri serta bukan
merupakan replikasi maupun saduran dari hasil karya atau hasil penelitian orang
lain.
Apabila terbukti skripsi ini plagiat atau replikasi, maka skripsi ini dianggap gugur
dan harus melakukan penelitian ulang untuk menyusun skripsi baru dan kelulusan
serta gelarnya dibatalkan.
Demikian pernyataan ini dibuat dengan segala akibat yang timbul dikemudian hari
menjadi tanggung jawab saya.
Jakarta, Juli 2013
(Muhammad Yusuf Aulia)
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Data Pribadi
1. Nama : Muhammad Yusuf Aulia
2. Tempat Tanggal Lahir : Jakarta, 19 September 1988
3. Alamat : Jl. Aren II No. 26 Rt. 012/003, Pondok Betung,
Pondok Aren, Tangerang Selatan
4. Agama : Islam
5. Nama Ayah : H. Azroi Suhaimi
6. Nama Ibu : Hj. Siti Djubaidah
7. Nomor Telepon : 081219534007
8. E-mail : [email protected]
B. Data Pendidikan Formal
1. 1992 - 1994 : TK. Nurul Huda Tangerang Selatan
2. 1994 - 2000 : SDN 08 Pondok Betung Tangerang Selatan
3. 2000 - 2003 : SMP Muhammadiyah 35 Cipulir Jakarta Selatan
4. 2003 - 2006 : SMA Yadika 6 Jurang Mangu Timur Tangerang
Selatan
5. 2006 - 2011 : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan
Akuntansi, Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta (Audit).
vi
ABSTRACT
This study has two main objectives. First, to analyze the effect of experience,
independence and auditor professional skepticism to fraud detection, second
analyzed (experience, independence and auditor professional skepticism) of the
most dominant influence on the dependent variable (fraud detection). This study
was done at the public accountant office in Jakarta. The sampling method using
sampling techniques convinience. To test the hypothesis test used multiple
regression. The results showed that experience, independence and auditor
professional skepticism have positive significant effect on fraud detection. The
results of multiple linear regression was the most dominant variable was auditor
professional skepticism.
Keywords: experience, independence, auditor professional skepticism, fraud
detection
vii
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki dua tujuan utama; yaitu pertama, menganalisis pengaruh
pengalaman, independensi dan skeptisme profesional auditor terhadap
pendekteksian kecurangan, kedua menganalisis variabel independen (pengalaman,
independensi dan skeptisme profesional auditor) yang paling dominan
mempengaruhi variabel dependen (pendekteksian kecurangan), Penelitian ini
dilakukan pada auditor pada Kantor Akuntan Publik di wilayah Jakarta. Metode
pengambilan sampel dengan menggunakan tekhnik convenience sampling. Uji
yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian menunjukan bahwa
pengalaman, independensi dan skeptisme profesional auditor berpengaruh positif
dan signifikan terhadap pendeteksian kecurangan. Berdasarkan hasil uji regresi
linier berganda ditemukan bahwa variabel yang paling dominan adalah variabel
skeptisme.
Kata kunci: pengalaman, independensi, skeptisme profesional auditor,
pendeteksian kecurangan
viii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahirobbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah
SWT atas nikmat iman, islam dan karunia-Nya yang telah diberikan sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pengalaman,
Independensi Dan Sketisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian
Kecurangan”. Shalawat beserta salam semoga terus tercurah kepada Rasulullah
Muhammad SAW, beserta keluarga dan para sahabat. Peneliti sangat bersyukur
atas selesainya penyusunan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah
satu syarat menyelesaikan program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Selama proses penyusunan skripsi ini peneliti banyak mendapatkan
bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya serta tetap
menuntun peneliti dijalan yang benar sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
2. Ayahanda dan ibunda tercinta yang selalu memberikan limpahan kasih
sayang, perhatian, dan do’a yang tak pernah putus-putusnya untuk penulis,
serta adik-ku dan seluruh keluarga yang telah menyemangati, memberikan
keceriaan, do’a dan semangat untuk terus berusaha memberikan yang terbaik.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid, MS, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni selaku Dosen Pembimbing I yang telah
bersedia meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, dan ilmu
pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya
skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala masukan guna
penyelesaian skripsi ini serta semua motivasi dan nasihat yang telah diberikan
selama ini.
ix
5. Ibu Reskino, SE., Ak., M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktunya untuk memberi bimbingan, arahan, semangat, dan ilmu
pengetahuannya kepada peneliti selama penyusunan skripsi hingga akhirnya
skripsi ini bisa terselesaikan. Terima kasih atas segala bimbingan dan
konsultasi yang telah diberikan selama ini.
6. Pihak-pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah banyak
membantu dan memberi masukan dan inspirasi bagi peneliti, suatu
kebahagiaan telah dipertemukan dan diperkenalkan dengan kalian semua,
terima kasih banyak.
Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan keterbatasan, oleh karena itu kritik dan saran sangat peneliti
harapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan
informasi dan pengetahuan bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juli 2013
(Muhammad Yusuf Aulia)
x
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan Skripsi ......................................................................... i
Lembar Pengesahan Ujian Komprehensif .................................................. ii
Lembar Pengesahan Ujian Skripsi .............................................................. iii
Lembar Keaslian Karya Ilmiah ................................................................... iv
Daftar Riwayat Hidup .................................................................................. v
Abtract ............................................................................................................ vi
Abtrak ............................................................................................................. vii
Kata Pengantar ............................................................................................. viii
Daftar Isi ........................................................................................................ x
Daftar Tabel .................................................................................................... xiii
Daftar Gambar ............................................................................................... xiv
Daftar Lampiran ........................................................................................... xv
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1
A. Latar Belakang Penelitian ........................................................ 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 13
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 13
D. Manfaat Penelitian ................................................................... 13
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 16
A. Tinjauan Umum Atas Audit .................................................... 16
1. Standar Auditing ................................................................. 16
2. Tujuan Audit ....................................................................... 19
3. Klasifikasi Auditor .............................................................. 20
4. Risiko audit ......................................................................... 21
B. Pengalaman Auditor ................................................................ 23
C. Independensi ............................................................................ 28
D. Skeptisme Profesional Auditor ................................................ 31
xi
E. Pendeteksian Kecurangan ........................................................ 35
F. Penelitian Terdahulu ............................................................... 40
G. Keterkaitan Antar Variabel ..................................................... 44
H. Kerangka Pemikiran ................................................................ 49
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................... 51
A. Ruang Lingkup Penelitian ................................................. 51
B. Metode Penentuan Sampel ................................................. 51
C. Metode Pengumpulan Data ............................................... 52
D. Metode Analisis Data ......................................................... 52
E. Operasional Variabel Penelitian ........................................ 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................. 70
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................ 70
1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................. 70
2. Karakteristik Responden ..................................................... 72
B. Hasil Dan Pembahasan ............................................................ 77
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif .............................................. 77
2. Hasil Uji Kualitas data ........................................................ 78
a. Hasil Uji Validitas .......................................................... 78
b. Uji Reliabilitas ............................................................... 80
3. Hasil Uji Asumsi Klasik ..................................................... 82
a. Hasil Uji Normalitas Data .............................................. 82
b. Hasil Uji Multikolinieritas ............................................. 84
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas .......................................... 85
4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ............................. 86
a. Hasil Uji Determinasi (Adjusted R2) .............................. 86
b. Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda .............. 87
5. Hasil Uji Hipotesis Penelitian ............................................. 89
a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F) ................................... 89
b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t) ....................................... 89
C. Interpretasi ............................................................................... 93
xii
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................. 96
A. Kesimpulan .............................................................................. 96
B. Implikasi .................................................................................. 96
C. Saran ....................................................................................... 98
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 100
LAMPIRAN .................................................................................................. 104
xiii
DAFTAR TABEL
Nomor Keterangan Halaman
1.1 Fenomena Kegagalan Auditor Independen pada
Kantor Akuntan Publik (KAP) Yang Berskala Besar ............. 2
2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu ............................................... 42
3.1 Operasional Variabel ................................................................ 67
4.1 Data Distribusi Sampel Penelitian ........................................... 71
4.2 Sampel dan Tingkat Pengembalian ......................................... 72
4.3 Data Statistik Responden .......................................................... 72
4.4 Statistik Deskriptif ................................................................... 77
4.5 Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman ................................ 78
4.6 Hasil Uji Validitas Variabel Independensi .............................. 79
4.7 Hasil Uji Validitas Variabel Skeptisme Profesional Auditor .. 79
4.8 Hasil Uji Validitas Variabel Pendeteksian Kecurangan .......... 80
4.9 Hasil Uji Reliabilitas ................................................................ 81
4.10 Uji Normalitas Secara Statistik ............................................... 84
4.11 Hasil Uji Multikolonieritas ....................................................... 85
4.12 Hasil Uji Determinasi (Adjusted R2) ........................................ 87
4.13 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ........................................... 87
4.14 Hasil Uji Statistik F (Simultan) ............................................... 89
4.15 Hasil Uji t (Parsial) .................................................................. 90
xiv
DAFTAR GAMBAR
Nomor Keterangan Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran Penelitian ............................................... 50
4.1 Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Responden ................................................................................ 73
4.2 Data Statistik Responden Berdasarkan Umur
Responden ................................................................................ 74
4.3 Data Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan
Terakhir Responden ................................................................. 75
4.4 Data Statistik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja ..... 76
4.5 Uji Normalitas Data Secara Grafik .......................................... 83
4.6 Uji Heteroskedastisitas ............................................................ 86
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Keterangan Halaman
1 Kuesioner Penelitian ................................................................ 104
2 Data Mentah Jawaban Responden ........................................... 111
3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ......................................... 123
4 Hasil Uji Regresi Linier Berganda ........................................... 127
5 Surat Keterangan Riset Penelitian ............................................ 130
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kantor akuntan publik merupakan sebuah organisasi yang bergerak di
bidang jasa. Jasa yang diberikan berupa jasa audit operasional, audit
kepatuhan, dan audit laporan keuangan (Arens dan Loebbecke, 2003). Akuntan
publik dalam menjalankan profesinya diatur oleh kode etik profesi. Di
Indonesia dikenal dengan nama Kode Etik Akuntan Indonesia. Di samping itu
dengan adanya kode etik, masyarakat akan dapat menilai sejauh mana seorang
auditor telah bekerja sesuai dengan standar-standar etika yang telah ditetapkan
oleh profesinya (Wibowo, 2009:19).
Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan akuntan,
memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk
membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh
klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin
bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Demikian
pula, kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda
dengan pemakai lainnya. Oleh karena itu, dalam memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus
bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan,
maupun kepentingan akuntan publik itu sendiri (Wibowo, 2009:19).
Kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan terbukti dengan
adanya beberapa skandal keuangan yang melibatkan akuntan publik seperti
2
Enron, Worid Com, Tyco dan kasus-kasus lainnya (tabel 1.1) yang
mengakibatkan kegemparan besar dalam pasar modal.
Tabel 1.1
Fenomena Kegagalan Auditor Independen pada Kantor Akuntan Publik
(KAP) Yang Berskala Besar
No. Klien (Thn) Tuduhan Kasus
Kecurangan
KAP/
Auditor
yang
Terlibat
Sanksi bagi
KAP/
Auditor
1. Adhelhia
Communications
Corp. (2005)
Telah melakukan
kesalahan dalam
mengaudit
Adelphia untuk
laporan keuangan
tahun 2000.
Deloitte Harus
membayar
$50 juta
kepada SEC
2. Parmalat (2007) Salah satu penyebab bangkrutnya parmalat
Deloitte Membayar $ 149 juta kepada Parmalat
3. Tyco (2007) Terlibat accounting farud ketika Tyco menyajikan secara overstated pendapatannya sebesar $5,8 Miliar.
PWC Membayar denda mencapai $225 juta.
4. Navistar Financial Corp. (2008)
Dianggap tidak melakukan kewajiban profesionalnya dan tidak memiliki bukti yang cukup untuk menerbitkan opini yang bersih.
Christopher Andersen (Partner Deloitte)
Ijin selama 1 tahun
5. Metropolitan mortgae & securities Co. (2008)
Membantu perusahaan untuk menyembunyikan masalah dengan membuat skema invstasi lepas pantai (offshore investment scheme) yang merupakan cara untuk menyembunyikan diri dari naungan pajak.
PWC PWC harus membayar sejumlah uang dengan total $ 30 juta untuk menyelesaikan kasus tersebut kepada investor dari metropolitan mortgage & securities Co.
Berlanjut pada halaman berikutnya
3
Tabel 1.1 (Lanjutan)
No. Klien (Thn) Tuduhan Kasus
Kecurangan
KAP/ Auditor
yang Terlibat
Sanksi bagi KAP/
Auditor
7. MFS’s Premium Income Fund (2009)
KPMG dianggap gagal mendeteksi pinjaman yang tidak layak kedapa perusahaan luar negeri yang tidak memiliki kemampuan untuk membayar total pinjaman tersebut
KPMG Dituntut sebesar $746 juta
Sumber: Diolah dari berbagai referensi
Berdasarkan kasus kimia farma dan sejumlah bank beku operasi yang
melibatkan akuntan publik di indonesia, serta sejumlah kasus kegagalan
keuangan lainnya. Penelitian Beasley, dkk. (2001) yang didasarkan pada
AAERs (Accounting and Auditing Releases) dari SEC selama 11 periode
(Januari 1987 – Desember 1997) menyatakan bahwa salah satu penyebab
kegagalan auditor dalam mendeteksi kecurangan adalah rendahnya tingkat
skeptisme profesional audit.
Ramaraya (2008:23) memberikan contoh kasus yang terjadi pada PT
Kimia Farma Tbk (PT KF). PT KF adalah badan usaha milik negara yang
sahamnya telah diperdagangkan di bursa. Berdasakan indikasi oleh
kementerian BUMN dan pemeriksaan Bapepam (Bapepam, 2002) ditemukan
adanya salah saji dalam laporan keuangan yang mengakibatkan salah saji
(overstatement) laba bersih untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2001
sebesar Rp 32,7 miliar yang merupakan 2,3 % dari penjualan dan 24,7% dari
laba bersih. Salah saji ini terjadi dengan cara melebih sajikan penjualan dan
4
persediaan pada 3 unit usaha dan dilakukan dengan menggelembungkan harga
persediaan yang diotorisasi oleh Direktur Produksi untuk menentukan nilai
persediaan pada unit distribusi PT. KF per 31 Desember 2001. Selain itu
manajemen PT. KF melakukan pencatatan ganda atas penjualan pada 2 unit
usaha. Pencatatan ganda itu dilakukan pada unit-unit yang tidak disampling
oleh auditor eksternal. Auditor eksternal yang mengaudit laporan keuangan PT.
KF per 31 Desember 2001, Bapepam menyimpulkan auditor eksternal telah
melakukan prosedur audit sampling yang telah diatur dalam Standar
Profesional Akuntan Publik dan tidak ditemukan adanya unsur kesengajaan
membantu manajemen PT. KF menggelembungkan keuntungan. Bapepam
mengemukakan proses audit tersebut tidak berhasil mendeteksi adanya
penggelembungan laba yang dilakukan PT KF. Atas temuan ini, kepada PT.
KF Bapepam memberikan sanksi administrasi sebesar Rp 500 juta, Rp 1 milyar
terhadap direksi lama PT. KF dan Rp 100 juta kepada auditor eksternal
(Bapepam, 2002).
Permasalahan yang menimbulkan pertanyaan disini, mengapa auditor
eksternal gagal dalam mendeteksi kecurangan dalam laporan keuangan seperti
yang dicontohkan di atas? Mestinya bila auditor eksternal yang bertugas pada
audit atas perusahaan-perusahaan ini menjalankan audit secara tepat termasuk
dalam hal pendekteksian kecurangan maka tidak akan terjadi kasus-kasus yang
merugikan ini (Ramaraya, 2008:23).
5
Auditor dituntut untuk dapat mempertahankan kepercayaan dari
kliennya dan dari para pemakai laporan keuangan auditan lainnya.
Kepercayaan ini senantiasa harus selalu ditingkatkan dengan didukung oleh
suatu keahlian audit. Amanat yang diemban sebagai auditor harus dapat
dilaksanakan dengan sikap profesionalisme serta menjunjung tinggi kode etik
profesi yang harus dijadikan pedoman dalam menjalankan setiap tugasnya.
Mengingat peran dari auditor yang sangat penting dan dibutuhkan dalam dunia
usaha, peningkatan profesional auditor sangat penting untuk terus dilakukan
dan auditor harus terus-menerus mengikuti perkembangan yang terjadi dalam
bisnis dan profesinya dengan mempelajari, memahami, dan menerapkan
ketentuan ketentuan baru dalam prinsip akuntansi dan standar auditing yang
ditetapkan. Berdasarkan Standar auditing Profesional akuntan Publik (SPAP),
akuntan dituntut untuk dapat menjalankan setiap standar yang ditetapkan oleh
SPAP tersebut. Standar-standar tersebut meliputi standar auditing, standar
atestasi, standar jasa akuntan dan review, standar jasa konsultasi, dan standar
pengendalian mutu. Dalam salah satu SPAP diatas terdapat standar umum yang
mengatur tentang keahlian auditor yang independen (Asih, 2006:3).
Pengalaman auditor diyakini juga dapat mempengaruhi tingkat
skeptisme seseorang auditor dalam mendeteksi kecurangan. Pengalaman yang
dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan
laporan keuangandan penugasan audit dilapangan baik dari segi lamanya
waktu, maupun banyaknya penugasan audit yang pernah dilakukan. Semakin
banyak auditor melakukan pemeriksaan laporan keuangan, maka semakin
tinggi tingkat skeptisme yang dimiliki. Untuk itu, seorang auditor harus
6
terlebih dahulu mencari pengalaman profesi di bawah pengawasan auditor
senior yang lebih berpengalaman (Isalinda, 2011:7).
Kushasyandita (2012:3) menyatakan bahwa Pengalaman audit
ditunjukkan dengan jam terbang auditor dalam melakukan prosedur audit
terkait dengan pemberian opini atas laporan auditnya. Pengalaman seorang
auditor juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi skeptisisme
profesional auditor karena auditor yang lebih berpengalaman dapat mendeteksi
adanya kecurangan-kecurangan pada laporan keuangan seperti siklus
persediaan dan pergudangan, hal ini disebabkan karena auditor berpengalaman
lebih skeptis dibandingkan dengan auditor yang tidak berpengalaman.
Pengalaman yang dimaksudkan disini adalah pengalaman auditor dalam
melakukan pemeriksaan laporan keuangan.
Penelitian Noviyanti & Bandi (2002) memberikan kesimpulan bahwa
pengalaman akan berpengaruh positif terhadap pengetahuan auditor tentang
jenis-jenis kekeliruan yang berbeda yang diketahuinya. Dengan demikian,
pengalaman merupakan unsur professional yang penting untuk membangun
pengetahuan dan keahlian auditor dan dengan asumsi bahwa pengetahuan
sebagai unsur keahlian serta penelitian yang masih terbatas pada pengalaman
dari lamanya bekerja, maka penulis tertarik untuk menentukan topik penelitian
yang berkaitan dengan pengalaman yang dihubungkan dengan keahlian yang
dimiliki auditor. Pengalaman auditor yang akan diteliti meliputi; pengalaman
yang diperoleh dari lamanya bekerja, banyaknya tugas pemeriksaan yang telah
dilakukan, dan banyaknya jenis perusahaan yang diaudit.
7
Tanggung jawab auditor untuk mendeteksi kecurangan ataupun
ketidakberesan diwujudkan dalam perencanaan dan pelaksanaan untuk
mendapatkan keyakinan yang memadai tentang apakah laporan keuangan
bebas dari salah saji material yang disebabkan oleh kesalahan maupun
kecurangan. Dalam merencanakan audit auditor harus menilai resiko terjadinya
kecurangan (Setyaningrum, 2010:18). Kemungkinan dimana auditor akan
menemukan salah saji tergantung pada kualitas pemahaman auditor
(kompetensi) sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada
independensi auditor.
SA seksi 220 dalam SPAP 2001, menyebutkan bahwa ”Dalam semua
hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi dalam sikap mental
harus dipertahankan oleh auditor”. Standar ini mengharuskan bahwa auditor
harus bersikap independen, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum. Dengan demikian auditor tidak dibenarkan untuk
memihak. Tanpa adanya independensi, auditor tidak berarti apa-apa.
Masyarakat tidak percaya akan hasil auditan dari auditor sehingga masyarakat
tidak akan meminta jasa pengauditan dari auditor. Atau dengan kata lain,
keberadaan auditor ditentukan oleh independensinya (Setyaningrum, 2010:35).
Berdasarkan ketentuan PSA (Pernyataan Standar Audit) No. 04 (SA
Seksi 220), di dalam standar ini mengharuskan auditor bersikap independen,
artinya tidak mudah dipengaruhi, karena ia melaksanakan pekerjaannya untuk
kepentingan umum, dalam hal ini dibedakan dengan auditor yang berpraktik
8
sebagai auditor intern. Dengan demikian, ia tidak dibenarkan memihak kepada
kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang
ia miliki, ia akan kehilangan sikap tidak memihak yang justru sangat penting
untuk mempertahankan kebebasan pendapatnya.
Setyaningrum (2010:43) menyatakan bahwa Hubungan antara
independensi auditor terhadap tanggung jawab auditor untuk mendeteksi
kecurangan dan kekeliruan laporan keuangan adalah ditinjau dari aspek – aspek
independensi yang berupa kejujuran dalam diri auditor dalam
mempertimbangkan berbagai fakta yang ditemuinya dalam auditnya. Aspek ini
disebut dengan independensi dalam kenyataan atau independence in fact,
artinya seorang auditor harus mengungkapkan tentang temuan apa yang
didapat dari Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen apakah laporan
keuangan terjadi suatu kesalahan atau ketidakberesan sesuai dengan temuan
atau fakta yang ada. Independensi merupakan sikap mental yang harus
dipertahankan oleh auditor jadi dalam menilai kewajaran suatu laporan
keuangan seorang auditor tidak mudah dipengaruhi oleh pihak manapun.
Setyaningrum (2010:5) menyatakan bahwa dengan adanya
independensi, mereka mampu menarik kesimpulan dan memberikan opini yang
tidak memihak. Dan hal ini akan membawa pengaruh pada hasil laporan
keuangan auditan suatu perusahaan apakah laporan keuangan yang disajikan
suatu perusahaan menunjukkan informasi yang benar dan jujur.
Memberikan opini terhadap kewajaran sebuah laporan keuangan,
seorang auditor harus memiliki sikap skeptis untuk bisa memutuskan atau
9
menentukan sejauh mana tingkat keakuratan dan kebenaran atas bukti-bukti
maupun informasi dari klien. Standar profesional akuntan publik
mendefinisikan skeptisisme profesional sebagai sikap auditor yang mencakup
pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis
terhadap bukti audit (IAI, 2001). Standar auditing tersebut mensyaratkan agar
auditor memiliki sikap skeptisisme profesional dalam mengevaluasi dan
mengumpulkan bukti audit terutama yang terkait dengan penugasan
mendeteksi kecurangan. Meskipun demikian, dalam kenyataannya seringkali
auditor tidak memiliki skeptisisme profesional dalam melakukan proses audit
(Khushasyandita, 2012:2).
Berdasarkan literatur psikologi dan auditing menunjukkan bahwa efek
dilusi dalam auditing bisa berkurang oleh auditor yang berpengalaman karena
struktur pengetahuan yang baik dari auditor yang berpengalaman menyebabkan
mereka mengabaikan informasi yang tidak relevan (Herman, 2009). Dengan
kata lain kompleksitas tugas yang dihadapi sebelumnya oleh seorang auditor
akan menambah pengalaman serta pengetahuannya. Pendapat ini didukung
oleh Herman (2009) yang menunjukkan bahwa auditor yang tidak
berpengalaman mempunyai tingkat kesalahan yang lebih signifikan
dibandingkan dengan auditor yang lebih berpengalaman.
Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih.
Herman (2009) mengatakan bahwa peningkatan pengetahuan yang muncul dari
pelatihan formal sama bagusnya dengan yang didapat dari pengalaman khusus.
Oleh karena itu pengalaman kerja telah dipandang sebagai suatu faktor penting
10
dalam memprediksi kinerja akuntan publik, sehingga pengalaman dimasukkan
sebagai salah satu persyaratan dalam memperoleh izin menjadi akuntan publik.
Hal ini sesuai dengan SK Menkeu No. 359/KMK.06/2003 tentang perubahan
atas Kep Menkeu No. 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik (Depkeu,
2003:56).
Noviyanti (2007:2) menyatakan bahwa seorang auditor dalam
menjalankan penugasan audit di lapangan seharusnya tidak hanya sekedar
mengikuti prosedur audit yang tertera dalam program audit, tetapi juga harus
disertai dengan sikap skeptisme profesionalnya. Standar profesional akuntan
publik mendefinisikan skeptisme profesional sebagai sikap auditor yang
mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara
kritis terhadap bukti audit (IAI, 2001, SA seksi 230.06). Seorang auditor yang
skeptis, tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien, tetapi akan
mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan, bukti dan konfirmasi
mengenai obyek yang dipermasalahkan. Tanpa menerapkan skeptisme
profesional, auditor hanya akan menemukan salah saji yang disebabkan oleh
kekeliruan saja dan sulit untuk menemukan salah saji yang disebabkan oleh
kecurangan, karena kecurangan biasanya akan disembunyikan oleh pelakunya.
Penelitian yang dilakukan oleh SEC (Securities and Exchange
Commission) menemukan bahwa urutan ketiga dari penyebab kegagalan audit
adalah tingkat skeptisme profesional yang kurang memadai. Dari 40 kasus
audit yang diteliti SEC, 24 kasus (60%) diantaranya terjadi karena auditor tidak
11
menerapkan tingkat skeptisme profesional yang memadai (Beasley, Carcello &
Hermanson, 2001 dalam Waluyo, 2011:2). Jadi rendahnya tingkat skeptisme
profesional dapat menyebabkan kegagalan dalam mendeteksi kecurangan.
Kegagalan ini selain merugikan kantor akuntan publik secara ekonomis, juga
menyebabkan hilangnya reputasi akuntan publik di mata masyarakat dan
hilangnya kepercayaan kreditor dan investor di pasar modal.
Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Noviyanti (2007)
menyimpulkan bahwa jika auditor diberi penaksiran risiko kecurangan yang
tinggi akan menunjukkan skeptisme profesional yang lebih tinggi dalam
mendeteksi kecurangan. Penelitian lain yang dilakukan oleh Taufik (2008)
menyimpulkan bahwa pengalaman kerja dan pendidikan profesional secara
bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan mendeteksi
kecurangan (fraud).
Penelitian yang dilakukan oleh Herman (2009) yaitu meneliti tentang
pengaruh pengalaman dan skeptisme profesional auditor berpengaruh positif
terhadap pendeteksian kecurangan. Penelitian ini juga menunjukan bahwa
variabel skeptisme profesional auditor merupakan variabel yang paling
dominan berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan.
Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya yang telah
dilakukan Herman (2009). Peneliti tersebut menguji pengalaman dan
skeptisme profesional auditor dalam meningkatkan pendeteksian
kecurangan, serta menguji apakah terdapat pengaruh pengalaman dan
12
skeptisme profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan. Terdapat
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya.
Penulis akan menambahkan satu variabel independen berupa
independensi. Penulis ingin mengetahui apakah pengalaman, independensi
dan skeptisme profesional auditor dapat mempengaruhi pendeteksian
kecurangan. Dalam suatu pelaksanaan audit banyak terjadi kecurangan yang
dilakukan auditor yang menyebabkan banyaknya kerugian yang terhadap
perusahaan yang diaudit, Kecurangan adalah salah saji atau hilangnya jumlah
atau pengungkapan dalam laporan keuangan yang disengaja (Ferdian dan
Na’im, 2006:6). Menurut Fahmi (2008:46) kecurangan merupakan suatu
tindakan yang dilakukan secara disengaja dan itu dilakukan untuk tujuan
pribadi atau orang lain, dan tindakan yang disengaja tersebut telah
menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu atau instansi tertentu. Dengan
adanya kecurangan maka perlu adanya peningkatan pendeteksian kecurangan
dengan cara meningkatkan pengalaman, independensi dan skeptisme
profesional auditor. Dengan meningkatnya pendeteksian kecurangan dapat
mengurangi kecurangan - kecurangan yang terjadi dalam penyajian pelaporan
keuangan.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka peneliti merasa tetarik untuk
meneliti pengaruh pengalaman, independensi dan skeptisme profesional
auditor terhadap pendeteksian kecurangan. Untuk itu penelitian ini diberi
judul: “Pengaruh Pengalaman, Independensi dan Skeptisme Profesional
Auditor terhadap Pendeteksian Kecurangan (Studi Empiris pada KAP
di Wilayah DKI Jakarta)”.
13
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh pengalaman, indepedensi dan tindakan skeptisme
profesional auditor terhadap pendeteksian kecurangan ?
2. Variabel Independen (pengalaman, indepedensi dan skeptisme profesional
auditor) manakah yang memiliki pengaruh paling dominan terhadap
pendekteksian kecurangan ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan
untuk memperoleh bukti atas hal-hal sebagai berikut:
a. Untuk menganalisis pengaruh pengalaman, independensi dan skeptisme
profesional auditor terhadap pendekteksian kecurangan.
b. Untuk menganalisis variabel independen (pengalaman, independensi dan
skeptisme profesional auditor) yang memiliki pengaruh paling dominan
terhadap pendekteksian kecurangan.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Kantor Akuntan Publik (KAP)
1) Memberikan bukti empiris mengenai ada tidaknya pengaruh antara
variabel pengalaman, indepedensi dan skeptisme profesional auditor
terhadap perilaku penghentian prematur prosedur audit.
14
2) Memberikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik untuk
mengevaluasi kebijakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya praktik kecurangan dalam proses audit.
3) Memberikan masukan bagi Kantor Akuntan Publik untuk mengevalusi
keahlian dan sikap personal auditor serta peningkatan kualitas laporan
audit yang telah ditetapkan.
4) Bagi Ikatan Akuntan Indonesia, hasil penelitian ini menunjukkan
pentingnya sikap pengalaman, indepedensi dan skeptisme profesional
yang dapat digunakan auditor dalam mencegah kecurangan-
kecurangan yang terjadi dalam proses audit laporan keuangan.
b. Bagi Auditor
Dalam hal ini memberikan masukan kepada auditor dalam hal
meningkatkan kemampuan auditor dalam menggunakan pertimbangan
profesionalismenya dengan mempertimbangkan berbagai hal yang
berpengaruh terhadap perilaku atau sikap auditor yaitu sikap pengalaman,
independensi dan skeptisme profesional yang dimiliki oleh auditor
terhadap tanggung jawab auditor yaitu kemampuan auditor dalam
mendeteksi sejauh mana Laporan Keuangan yang disajikan menunjukkan
informasi yang benar dan jujur.
c. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
Menambah pengetahuan auditor mengenai pengaruh faktor situasional
pada saat melakukan audit dan faktor karakteristik personal auditor
terhadap pendekteksian kecurangan yang terjadi, sehingga dapat
15
dijadikan sebagai acuan akan pentingnya prosedur audit yang
ditetapkan dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) untuk
meningkatkan kualitas audit dan sebagai pedoman bagi auditor untuk
tetap memelihara profesionalisme dan indepedensi.
d. Pemakai Laporan Keuangan yang telah diaudit (klien)
Melalui peningkatan kualitas audit secara berkesinambungan, klien
dapat mengambil keputusan yang tepat berdasarkan laporan keuangan
klien yang berkualitas, handal dan dapat dipercaya yang telah
dihasilkan oleh auditor.
e. Bagi Akademik
Memberi masukan dan menambah wawasan mengenai apa saja yang
melatarbelakangi sikap pendeteksian kecurangan audit serta Dapat
dijadikan referensi bagi para peneliti yang akan melakukan penelitian
lebih lanjut berkaitan dengan masalah ini.
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum Atas Audit
1. Standar Auditing
Standar Auditing merupakan pedoman untuk membantu auditor
dalam memenuhi tanggung jawab profesinya untuk melakukan audit atas
laporan keuangan. Standar audit mencerminkan ukuran mutu pekerjaan
audit laporan keuangan. Menurut standar audit referensi Standar Profesional
Akuntan Publik (SPAP), terdiri atas sepuluh standar, dan terbagi dalam tiga
kelompok yaitu (Arens, 2010:42):
a. Standar Umum
1) Keahlian dan kompetensi teknis yang memadai
2) Sikap mental yang independen
3) Kemahiran profesional dengan cermat dan seksama
b. Standar Pekerjaan Lapangan
Merupakan pedoman auditor dalam melaksanankan prosedur
audit. Standar pekerjaan lapangan antara lain:
1) Perencanaan dan Supervisi Audit
a) Perencanaan
Merupakan pengembangan strategi menyeluruh pelaksanaan dan
lingkup audit yang diharapkan, yang meliputi penentuan: (i) Sifat,
luas, dan pelaksanaan audit. (ii) Program audit
17
b) Supervisi
Mencakup pengarahan usaha asisten dalam mencapai tujuan audit
atau penentuan apakah tujuan tersebut tercapai. Unsur supervisi
adalah:
(1) Memberikan instruksi kepada asisten.
(2) Menjaga informasi masalah-masalah penting yang dijumpai
dalam audit.
(3) Mereview pekerjaan yang dilaksanakan.
(4) Menyelesaikan perbedaan pendapat diantara staf audit kantor
akuntan.
(5) Pemahaman memadai atas pengendalian intern, auditor harus
memperoleh pemahaman tentang pengendalian intern yang
memadai untuk merencanakan audit, menentukan sifat, saat
dan ruang lingkup pengujian dengan melaksanakan prosedur
untuk memahami desain pengendalian yang relevan dengan
audit atas laporan keuangan, dan apakah pengendalian intern
tersebut dioperasikan.
(6) Bukti kompeten yang cukup, bukti audit kompeten yang cukup
harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, permintaan
keterangan dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk
menyatakan pendapat atas laporan keuangan.
18
c. Standar Pelaporan
1) Laporan auditor harus menyatakan apakah laporan keuangan telah
disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di
indonesia.
2) Laporan auditor harus menunjukkan dan menyatakan, jika ada
ketidakkonsistenan penerapan prinsip akuntansi dalam penyusunan
laporan keuangan periode berjalan dibandingkan dengan penerapan
prinsip tersebut dalam periode sebelumnya.
3) Pengungkapan informatif dalam laporan keuangan harus dipandang
memadai kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor.
4) Laporan auditor harus memuat suatu pernyataan pendapat mengenai
laporan keuangan secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa
pernyataan demikian tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan
keuangan, maka laporan auditor harus memuat petunjuk yang jelas
mengenai sifat pekerjaan audit yang dilaksanakan, jika ada, dan
tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor.
Berdasaran uraian di atas dapat dikatakan bahwa standar auditing
berkenaan dengan kriteria atau ukuran mutu pelaksanaan audit serta tujuan
yang akan dicapai. Dan secara spesifik standar auditing dikelompokkan
menjadi 3, yaitu standar umum, standar pekerjaan lapangan dan standar
pelaporan. Standar umum mencakup keahlian, sikap mental independen
seorang auditor, dan kemahiran profesional kinerja seorang auditor, dengan
19
standar lapangan yang mencakup Perencanaan dan supervisi audit dan bukti
kompeten yang cukup, serta standar pelaporan yang berkaitan dengan
pengaturan penyajian laporan hasil audit.
2. Tujuan Audit
Tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas
kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha
serta arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk
mencapai tujuan ini auditor perlu menghimpun bukti kompeten yang cukup,
auditor perlu mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit
spesifik untuk setiap akun laporan keuangan. Tujuan audit spesifik
ditentukan berdasar asersi yang dibuat oleh manajemen yang tercantum
dalam laporan keuangan. Laporan keuangan meliputi asersi manajemen
yang bersifat eksplisit maupun implisit. Asersi dapat diklasifikasikan
sebagai berikut (Halim, 2008:147):
a. Keberadaan atau keterjadian (existence or occurance)
b. Kelengkapan (completeness)
c. Hak dan kewajiban (right and obligation)
d. Penilaian atau pengalokasian (valuation or allocation)
e. Penyajian dan pengungkapan (presentation and disclosure)
20
3. Klasifikasi Auditor
Auditor adalah seorang yang memiliki keahlian dalam
mengumpulkan dan dan menafsirkan bukti pemeriksaan. Untuk menilai
kewajaran hasil operasi, arus kas, dan asersi laporan keuangan berdasarkan
kriteria yang telah ditetapkan yaitu prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Pelaksanaan pemeriksaan tersebut dilakukan berdasarkan Standar
Profesional Akuntan Publik (SPAP). (Pia, 2009:43).
Orang atau kelompok orang yang melaksanakan audit dapat
dikelompokan menjadi tiga golongan yaitu audit independen, auditor
pemerintah, dan auditor internal (Mulyadi, 2002:58).
a. Auditor Independen
Auditor independen adalah auditor profesional yang menyediakan
jasanya kepada masyarakat umum, terutama dalam bidang audit atas
laporan keuangan yang dibuat oleh kliennya. Audit tersebut terutama
ditujukan untuk memenuhi kebutuhan para pemakai informasi keuangan
seperti: kreditur, investor, calon kreditur, dan instansi pemerintah
(terutama instansi pajak).
Untuk berpraktik sebagai auditor independen, seseorang harus
memenuhi persyaratan pendidikan dan pengalaman kerja tertentu.
Auditor independen harus telah lulus dari jurusan akuntansi fakultas
ekonomi atau mempunyai ijazah yang disamakan, telah mendapat gelar
akuntan dari Panitia Ahli Pertimbangan Persamaan Ijazah Akuntan, dan
mendapat izin praktik dari Menteri Keuangan.
21
b. Auditor Pemerintah
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di
instansi pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas
pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh unit-unit organisasi
atau entitas pemerintahan, atau pertanggungjawaban keuangan yang
ditujukan kepada pemerintah. Meskipun terdapat banyak auditor yang
bekerja di instansi pemerintah, namun umumnya yang disebut auditor
pemerintah adalah auditor yang bekerja di Badan Pengawasan Keuangan
dan Pembangunan (BPKP) dan badan Pemeriksa Keuangan (BPK), serta
instansi pajak.
c. Auditor internal
Auditor internal adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan
(perusahaan negara maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya
adalah menentukan apakah kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh
manajemen puncak telah dipatuhi, menentukan baik atau tidaknya
penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
4. Risiko Audit
Risiko audit adalah risiko bahwa auditor tanpa sadar tidak
melakukan modifikasi pendapat sebagaimana mestinya atas laporan
keuangan yang mengandung salah saji. Laporan audit standar menjelaskan
bahwa audit dirancang untuk memperoleh keyakinan yang memadai bukan
22
absolut bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah saji yang material.
Karena audit tidak menjamin bahwa laporan keuangan telah bebas dari salah
saji yang material, maka terdapat beberapa derajat risiko bahwa laporan
keuangan mengandung salah saji yang tidak terdeteksi oleh auditor.
Para auditor menguraikan risiko audit sebagai suatu fungsi dari tiga
komponen yaitu (1) risiko bawaan (2) risiko pengendalian (3) risiko deteksi
(Boynton, 2003:204):
a. Risiko Bawaan
Risiko bawaan (inherent risk) kerentanan suatu asersi terhadap
kemungkinan salah saji yang material, dengan asumsi tidak terdapat
pengendalian internal yang terkait (Boynton, 2003:204).
b. Risiko Pengendalian
Risiko Pengendalian (control risk) adalah risiko terjadinya salah
saji yang material dalam suatu asersi yang tidak akan dapat dicegah atau
dideteksi secara tepat waktu oleh struktur pengendalian intern entitas
(Boynton, 2003:205).
c. Risiko Deteksi
Risiko Deteksi (detection risk) adalah risiko yang timbul karena
auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material yang terdapat dalam
suatu asersi (Boynton, 2003:205).
23
B. Pengalaman Auditor
Kusumastuti (2008:56) menyatakan bahwa pengalaman adalah
keseluruhan perjalanan yang di petik oleh seseorang dari peristiwa-peristiwa
yang di alami dalam perjalanan hidupnya. Pengalaman berdasarkan lama
bekerja merupakan pengalaman auditor yang dihitung berdasarkan suatu waktu
atau tahun. Sehingga auditor yang telah lama bekerja sebagai auditor dapat
dikatakan berpengalaman. Karena semakin lama bekerja menjadi auditor, maka
akan dapat menambah dan memperluas pengetahuan auditor dibidang
akuntansi dan dibidang auditing.
Pengalaman merupakan suatu proses pembelajaran dan pertambahan
perkembangan potensi bertingkah laku baik dari pendidikan formal maupun
non formal atau bisa diartikan sebagai suatu proses yang membawa seseorang
kepada suatu pola tingkah laku yang lebih tinggi. Suatu pembelajaran juga
mencakup perubahaan yang relatif tepat dari perilaku yang diakibatkan
pengalaman, pemahaman dan praktek. (Asih, 2006:12).
Sukriah, dkk (2009:4) menyimpulkan bahwa semakin banyak
pengalaman kerja seorang auditor maka semakin meningkat kualitas hasil
pemeriksaan yang dilakukan. Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai
dengan pengetahuan yang dimilikinya akan memberikan hasil yang baik
daripada mereka yang tidak memiliki pengetahuan yang cukup dalam
menjalankan tugasnya. Kenyataan menunjukkan bahwa semakin lama
seseorang bekerja maka, semakin banyak pengalaman yang dimiliki pekerja
tersebut.Sebaliknya, semakin singkat masa kerja berarti semakin sedikit
24
pengalaman yang diperolehnya. Pengalaman bekerja memiliki keahlian dan
keterampilan kerja yang cukup namun sebaliknya, keterbatasan kerja
mengakibatkan tingkat keterampilan dan keahlian yang dimiliki semakin
rendah. Kebiasaan untuk melakukan tugas dan pekerjaan sejenis merupakan
sarana positif untuk meningkatkan keahlian tenaga kerja.
Indri (2005:24) memberikan kesimpulan bahwa seorang yang memiliki
pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam beberapa hal
diantaranya; 1). Mendeteksi kesalahan, 2). Memahami kesalahan, dan 3).
Mencari penyebab munculnya kesalahan. Keunggulan tersebut bermanfaat bagi
pengembangan keahlian. Berbagai macam pengalaman yang dimiliki individu
akan mempengaruhi pelaksanakan suatu tugas. Seseorang yang berpengalaman
memiliki cara berpikir yang lebih terperinci, lengkap dan sophisticated
dibandingkan seseorang yang belum berpengalaman.
Selain itu, beberapa badan menghubungkan antara pengalaman dan
profesionalitas sebagai hal yang sangat penting di dalam menjalankan profesi
akuntan publik. AICPA AU section 100-110 mengkaitkan profesional dan
pengalaman dalam kinerja auditor:
“The professional qualifications required of the independend auditor
are those of person with the education and experience to practice as
such. They do not include those of person trained for qualified to
engage in another profession or accupation”.
25
Menurut The Institute of Chartered Account in Australia (1997:28):
“Membership of profession means commitment to asset of value that
serve to define that professional as specific “moral community”. Tobe a
good accountant one not only needs to have insight into one’s
profession, but to have accepted and internalized those values.
Professional value clarification is an activity both of individual
accountants, in identifying and gaining critical insight into the
meaning and application of those values, and activity of professional it
self ”.
Menurut Taufik (2008:72), memperlihatkan bahwa seseorang dengan
lebih banyak pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak hal yang
tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman
yang baik mengenai peristiwa-peristiwa. Maka dengan adanya pengalaman
kerja yang semakin lama diharapkan auditor dapat semakin baik dalam
pendeteksian kecurangan yang terjadi dalam perusahaan klien. Dengan
bertambahnya pengalaman auditing, jumlah kecurangan yang diketahui oleh
auditor diharapkan akan bertambah. Pada saat yang sama, hal ini menjadi
lebih mudah untuk membedakan hal-hal yang termasuk dalam kategori yang
berbeda. Bertambahnya pengalaman menghasilkan struktur kategori yang
lebih tepat (akurat) dan lebih komplek. Oleh karena itu, konsep kecurangan
yang dimiliki auditor kemungkinan menjadi lebih dapat ditegaskan dan
kemampuan untuk menentukan apakah kecurangan tertentu yang terjadi pada
suatu siklus transaksi tertentu kemungkinan akan meningkat dengan
bertambahnya pengalaman. Perubahan-perubahan dalam pengetahuan auditor
berkenaan dengan kecurangan kemungkinan terjadi bersama perubahan
pengalaman.
Menurut Herliansyah (2006:5), mengungkapkan bahwa akuntan
pemeriksa yang berpengalaman membuat judgment lebih baik dalam tugas-
26
tugas profesional ketimbang akuntan pemeriksa yang belum berpengalaman.
Hal ini dipertegas oleh Herliansyah (2006:5) yang menemukan bahwa
pengalaman audit yang dipunyai auditor ikut berperan dalam menentukan
pertimbangan yang diambil.
Pengalaman kerja seseorang menunjukkan jenis-jenis pekerjaan yang
pernah dilakukan seseorang dan memberikan peluang yang besar bagi
seseorang untuk melakukan pekerjaan yang lebih baik. Semakin luas
pengalaman kerja seseorang, semakin trampil melakukan pekerjaan dan
semakin sempurna pola berpikir dan sikap dalam bertindak untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan (Puspaningsih, 2004).
Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas kemampuan
kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang sama, semakin
terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan tersebut. Semakin
banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang, pengalaman kerjanya
semakin kaya dan luas, dan memungkinkan peningkatan kinerja (Simanjutak,
2005:26).
Seperti dikatakan Asih (2006:13) bahwa peningkatan pengetahuan
yang muncul dari penambahan pelatihan formal sama bagusnya dengan yang
didapat dari pengalaman khusus dalam rangka memenuhi persyaratan sebagai
seorang professional. Auditor harus menjalani pelatihan yang cukup. Pelatihan
disini dapat berupa kegiatan-kegiatan seperi seminar, simposium, lokakarya,
dan kegiatan penunjang ketrampilan lainnya. Selain kegiatan-kegiatan
tersebut, pengarahan yang diberikan oleh auditor senior kepada auditor
pemula (junior) juga bisa dianggap sebagai salah satu bentuk pelatihan karena
27
kegiatan ini dapat meningkatkan kerja auditor, melalui program pelatihan dan
praktek-praktek audit yang dilakukan para auditor juga mengalami proses
sosialisasi agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan situasi yang akan
ia temui, struktur pengetahuan auditor yang berkenaan dengan kekeliruan
mungkin akan berkembang dengan adanya program pelatihan auditor ataupun
dengan bertambahnya pengalaman auditor.
Pengalaman yang lebih akan menghasilkan pengetahuan yang lebih
(Asih, 2006:56). Seseorang yang melakukan pekerjaan sesuai pengetahuan
yang dimilikinya akan memberikan hasil yang lebih baik daripada mereka
yang tidak mempunyai pengetahuan cukup akan tugasnya. Kenyataan
menunjukkan semakin lama seseorang bekerja maka, semakin banyak
pengalaman kerja yang dimiliki oleh pekerja tersebut. Sebaliknya, semakin
singkat masa kerja seseorang biasanya semakin sedikit pula pengalaman yang
diperolehnya. Pengalaman bekerja memberikan keahlian dan ketrampilan
dalam kerja sedangkan, keterbatasan pengalaman kerja mengakibatkan tingkat
ketrampilan dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Ini biasanya terbukti
dari kesalahan yang dilakukan dalam bekerja dan hasil kerja yang belum
maksimal.
Asih (2006:22) memberikan bukti empiris bahwa dampak auditor akan
signifikan ketika kompleksitas tugas dipertimbangkan. Pengalaman akan
berpengaruh signifikan ketika tugas yang dilakukan semakin kompleks.
Seorang yang memiliki pengetahuan tentang kompleksitas tugas akan lebih
ahli dalam melaksanakan tugas-tugas pemeriksaan, sehingga memperkecil
28
tingkat kesalahan, kekeliruan, ketidakberesan, dan pelanggaran dalam
melaksanakan tugas.
Tentang dampak pengalaman dalam kompleksitas tugas, tugas spesifik
dan gaya pengambilan keputusan, memberikan kesimpulan bahwa
kompleksitas tugas merupakan faktor terpenting yang harus dipertimbangkan
dalam pertambahan pengalaman. Auditor junior biasanya memperoleh
pengetahuan dan pengalamannya terbatas dari buku teks sedangkan auditor
senior mengembangkan pengetahuan dan pengalaman lewat pelatihan dan
pengembangan lebih lanjut dari kesalahan-kesalahan yang dilakukan (Asih,
2006:22).
C. Independensi
Independen berarti akuntan publik tidak mudah dipengaruhi. Akuntan
Publik tidak dibenarkan memihak kepentingan siapapun. Akuntan Publik
berkewajiban untuk jujur tidak hanya kepada manajemen dan pemilik
perusahaan, namun juga kepada kreditur dan pihak lain yang meletakkan
kepercayaan atas pekerjaan akuntan publik. Setyaningrum (2010:34).
Independensi berarti sikap mental yang bebas dari pengaruh, tidak
dikendalikan oleh pihak lain, tidak tergantung pada orang lain. Independensi
juga berarti adanya kejujuran dalam diri auditor dalam mempertimbangkan
fakta dan adanya pertimbangan yang obyektif tidak memihak dalam diri
auditor dalam merumuskan dan menyatakan pendapatnya (Mulyadi, 2002:26-
27).
29
Sawyer (2006:35) membagi 3 mengenai independensi, yaitu:
independensi dalam verifikasi, independensi dalam program audit, dan
independensi dalam pelaporan yang dapat diperuntukkan bagi akuntan publik
atau auditor eksternal, tetapi konsep yang sama dapat diterapkan untuk auditor
internal dalam bersikap objektif. Independensi dalam hal ini adalah
independensi dalam pelaporan dimana menurut Sawyer (2006:36)
independensi dalam pelaporan menjadikan auditor internal: harus bebas dari
perasaan untuk memodifikasi dampak dari fakta-fakta, harus bebas dari
hambatan oleh pihak-pihak yang ingin meniadakan auditor dalam memberikan
pertimbangan.
Independensi akuntan publik dapat dibagi ke dalam 3 aspek; 1)
Program Independen, yaitu Laporan audit akan mempunyai sedikit nilai jika
didukung oleh suatu penyelidikan secara seksama. Suatu penyelidikan sesama
mungkin tidak akan diminati oleh direktur. Sekalipun mereka tidak mempunyai
apapun untuk disembunyikan, para direktur dapat mengurangi fee audit atau
menerbitkan laporan keuangan dengan cepat setelah tahun berakhir dan hal
seperti itu mungkin saja terjadi, 2) Independen investigasi (verifikasi), yaitu
program independen melindungi kemampuan auditor untuk memilih strategi
yang paling sesduai untuk hasil audit mereka dalam bekerja. Sedangkan
investigasi independen melindungi cara dimana mereka menerapkan strategi
ini. Auditor mempunyai pertanyaan bisnis perusahaan atau perlakuan
akuntansi, transaksinya harus dijawab, 3) Laporan Independen, yaitu Jika para
direktur berusaha untuk menyesatkan pemegang saham dengan
memberitahukan informasi akuntansi yang salah atau tidak sempurna, mereka
30
pasti mencegah auditor dari perbuatannya terhadap publik. Ketika independen
auditor menjadi rumit, tentu banyak kesalah pahaman terjadi dalam hubungan
seperti penafsiran siatu standar akuntansi atau suatu perkiraan atau seperti
suatu ketetapan untuk hutang yang tidak terbayar (suryaningtiyas, 2007:37).
Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa independensi
mempunyai tiga buah pengertian bila dihubungkan dengan akuntan publik
(Setyaningrum, 2010:34).
1. Dalam berbagai hal, independensi berarti kejujuran, integritas, obyektifitas
dan tanggung jawab.
2. Dalam hal yang lebih sempit, bila dihubungkan dengan pemeriksaan
akuntansi sehubungan dengan mengeluarkan pendapat atas laporan
keuangan, maka independensi berarti menghindari berbagai hubungan yang
memungkinkan (sekaligus tanpa sadar) merusak obyektif akuntan publik.
3. Independensi berarti menghindari hubungan yang dapat menimbulkan kesan
seseorang pemeriksa mempunyai suatu konflik kepentingan.
Independensi merupakan salah satu ciri paling penting yang dimiliki
oleh profesi akuntan publik. Karena banyak pihak yang menggantungkan
kepercayaannya kepada kebenaran laporan keuangan berdasarkan laporan
auditor yang dibuat oleh akuntan publik. Sekalipun akuntan publik ahli, apabila
tidak mempunyai sikap independensi dalam mengumpulkan informasi akan
tidak berguna, sebab informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan
haruslah tidak bisa. Akuntan publik harus bersikap indpenden jika
melaksanakan praktik publik (public pratice). Pratik publik adalah aktivitas
profesi akuntan publik yang mempengaruhi publik (Suryaningtias, 2007:35).
31
Indepedensi akuntan publik merupakan salah satu karakter yang sangat
penting untuk profesi akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan
terhadap kliennya. Dalam melaksanakan pemeriksaaan, akuntan publik
memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan untuk
membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh
klien. Klien dapat mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin
bertentangan dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan. Demikian
pula, kepentingan pemakai laporan keuangan yang satu mungkin berbeda
dengan pemakai yang lainnya. Oleh karena itu dalam memberikan pendapat
mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus
bersikap independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan,
maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri (Manggala, dkk.
2007:124).
D. Skeptisme Profesional Auditor
Skeptisme profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor dalam
melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit.
Karena bukti audit dikumpulkan dan dinilai selama proses audit, maka
skeptisme profesional harus digunakan selama proses audit, maka skeptisme
profesional harus digunakan selama proses tersebut (IAI. 2001, SA seksi 230;
AICPA, 2002, AU 230). Skeptisme merupakan manifestasi dan obyektivitas.
Skeptisme tidak berarti bersikap sinis, terlalu banyak mengkritik atau
melakukan penghinaan. Auditor yang memiliki skeptisme profesional yang
32
memadai akan berhubungan dengan pertanyaan-pertanyaan berikut : (1) Apa
yang perlu saya ketahui?, (2) Bagaimana caranya saya bisa mendapat informasi
tersebut dengan baik?, (3) Apakah informasi yang saya peroleh masuk akal?.
Skeptisme profesional auditor akan mengarahkannya untuk menanyakan setiap
isyarat yang menunjukkan kemungkinan terjadinya (Waluyo, 2008:24).
Waluyo (2008:7) menyatakan bahwa Auditor menerapkan sikap
skeptisme profesional pada saat mengajukan pertanyaan dan menjalankan
prosedur audit, dengan tidak cepat puas dengan bukti audit yang kurang
persuaive yang hanya didasarkan pada kepercayaan bahwa manajemen dan
pihak terkait selalu memiliki pikiran kritis, professional, bersikap jujur dan
mempunyai sikap percaya diri (IFAC, 2004, ISA 240.23-25). Dalam ISA No.
200, dikatakan bahwa sikap skeptisme profesional berarti auditor membuat
penaksiran yang kritis (critical assessment), dengan pikiran yang selallu
mempertanyakan (questioning mind) terhadap validitas dan bukti audit yang
diperoleh, waspada terhadap bukti audit yang bersifat kontrakdiksi atau
menimbulkan pertanyaan sehubungan dengan realiabilitas dan dokumen, dan
memberikan tanggapan terhadap pertanyaan-pertanyaan dan informasi lain
yang diperoleh dan manajemen dan pihak yang terkait (IFAC, 2004).
Skeptisme profesional dalam penelitian ini menggunakan definisi yang
digunakan oleh standar profesional akuntan publik di Indonesia yaitu sebagai
sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit (IAI, 2000, SA seksi
230.06: AICPA, 2002, AU 230.07).
33
Skeptisme profesional auditor adalah suatu sikap (attitude) dalam
melakukan penugasan audit. Maka hal pertama yang akan dibahas adalah
mengenai sikap manusia. Noviyanti (2007:7) mendefinisikan sikap sebagai” a
psychological tendency that is expressed by evaluating a particular entity with
some degree of favor or disfavor”. Hal tersebut tidak berbeda jauh dari pakar
psikologi lain yang juga mendefinisikan sikap sebagai tanggapan atau respon
seseorang yang merupakan hasil evaluasi terhadap obyek yang ditangkapnya
seperti orang, obyek, ide, atau situasi tertentu. Tanggapan ini dapat berupa
perasaan menyukai (favorable) atau perasaan tidak menyukai (unfavorable),
dapat juga berupa derajat afek positif atau derajat afek negatif (Noviyanti,
2007:5).
Noviyanti (2007:10) mengatakan bahwa skeptisme profesional auditor
dipengaruhi oleh faktor sosial (Kepercayaan), faktor psikologikal (penaksiran
risiko kecurangan) dan faktor personal (kepribadian).
1. Kepercayaan (Trust)
Auditor independen yang melakukan audit di lapangan akan
melakukan interaksi sosial dengan klien, manajemen dan staf klien.
Interaksi sosial ini akan menimbulkan trust (kepercayaan) dari auditor
terhadap klien. Model teoritis yang dikembangkan oleh Kopp dkk., (2003)
dalam Noviyanti (2007:10) menyatakan bahwa kepercayaan (trust) dalam
hubungan auditor-klien akan mempengaruhi skeptisme profesional. Tingkat
kepercayaan auditor yang rendah terhadap klien akan meningkatkan sikap
skeptisme auditor, sedangkan tingkat kepercayaan auditor yang terlalu
tinggi akan menurunkan sikap skeptisme profesionalnya.
34
2. Penaksiran Risiko Kecurangan (fraud risk assessment)
Noviyanti (2007:11) membuktikan bahwa skeptisme profesional
auditor dipengaruhi oleh fraud risk assessment (penaksiran risiko
kecurangan) yang diberikan oleh atasan auditor (auditor in charge) sebagai
pedoman dalam melakukan audit di lapangan. Auditor yang diberi
penaksiran risiko kecurangan yang rendah menjadi kurang skeptis
dibandingkan dengan auditor yang diberi penaksiran risiko kecurangan yang
tinggi.
3. Kepribadian (Personality)
Tipe kepribadian seseorang diduga juga mempengaruhi sikap
skeptisme profesionalnya. Noviyanti (2007:12) mengakui bahwa sikap
mempunyai dasar genetik. Sikap yang mempunyai dasar genetik cenderung
lebih kuat dibandingkan dengan sikap yang tidak mempunyai dasar genetik.
Jadi dapat dikatakan bahwa perbedaan kepribadian individual menjadi dasar
dari sikap seseorang termasuk sikap skeptisme profesionalnya. Kepribadian
(Personality) didefinisikan sebagai karakteristik dan kecenderungan
seseorang yang bersifat konsisten yang menentukan perilaku psikologi
seseorang seperti cara berpikir, berperasaan, dan bertindak.
Dalam melaksanakan tugas audit sangat diperlukan pemberian opini
akuntan yang sesuai dengan kriteria - kriteria yang ditetapkan dalam SPAP
agar hasil audit tidak menyesatkan pihak-pihak yang berkepentingan.
Pemberian opini akuntan harus didukung oleh bukti kompeten yang cukup.
Dalam mengumpulkan bukti audit, auditor harus senantiasa menggunakan
35
skeptisme profesionalnya (SPAP. SA seksi 230), yaitu sikap yang mencakup
pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis
terhadap bukti audit agar diperoleh bukti-bukti yang meyakinkan sebagai
dasar dalam pemberian opini akuntan (Suraida, 2005:6)
E. Pendeteksian Kecurangan
Dalam Standar Auditing (SA) seksi 316 – Pertimbangan atas
Kecurangan Dalam Audit Laporan Keuangan – (PSA No. 70) menyebutkan
ada dua tipe salah saji yang relevan dengan pertimbangan auditor tentang
kecurangan dalam audit atas Laporan Keuangan:
a. Salah saji yang timbul dari kecurangan dalam pelaporan keuangan adalah
salah saji atau penghilangan secara sengaja jumlah atau pengungkapan
dalam laporan keuangan untuk mengelabuhi pemakai laporan keuangan.
Kecurangan dalam laporan keuangan dapat menyangkut tindakan seperti:
(a) manipulasi, pemalsuan, atau perubahan catatan akuntansi atau dokumen
pendukungnya yang menjadi sumber data bagi penyajian laporan keuangan
(b) representasi yang salah dalam atau penghilangan dari laporan keuangan
peristiwa, transaksi, atau informasi signifikan (c) salah penerapan secara
sengaja prinsip akuntansi yang berkaitan dengan jumlah, klasifikasi, cara
penyajian atau pengungkapan.
b. Salah saji yang timbul dari perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva
(seringkali disebut dengan penyalahgunaan atau penggelapan) berkaitan
dengan pencurian aktiva entitas yang berakibat laporan keuangan tidak
disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
36
Perlakuan tidak semestinya terhadap aktiva entitas dapat dilakukan dengan
berbagai cara termasuk penggelapan tanda terima barang/uang, pencurian
aktiva, atau tindakan yang menyebabkan entitas membayar harga barang
atau jasa yang tidak diterima oleh entitas. Perlakuan tidak semestinya
terhadap aktiva dapat disertai dengan catatan atau dokumen palsu atau yang
menyesatkan dan dapat menyangkut satu atau lebih individu diantara
manajemen, karyawan, atau pihak ketiga.
Deteksi kecurangan mencakup identifikasi indikator-indikator
kecurangan (fraud indicators) yang memerlukan tindaklanjut auditor untuk
melakukan investigasi. Ramaraya (2008:4) menyatakan bahwa pendeteksian
kecurangan bukan merupakan tugas yang mudah dilaksanakan oleh auditor.
Atas literatur yang tersedia, dapat dipetakan empat faktor yang teridentifikasi
yang menjadikan pendeteksian kecurangan menjadi sulit dilakukan sehingga
auditor gagal dalam usaha mendeteksi. Faktor-faktor penyebab tersebut adalah:
1. Karakteristik terjadinya kecurangan
2. Memahami Standar pengauditan mengenai pendeteksian kecurangan
3. Lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit
4. Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dalam pendeteksian
kecurangan.
Identifikasi atas faktor-faktor penyebab, menjadi dasar untuk kita
memahami kesulitan dan hambatan auditor menjalankan tugasnya dalam
mendeteksi kecurangan. Meski demikian faktor-faktor itu tidaklah menjadi
alasan untuk menghindarkan upaya pendeteksian kecurangan yang lebih baik.
37
Ferdian, dkk (2006:2) manyatakan bahwa beberapa ahli pengauditan
telah mendokumentasikan jenis-jenis kekeliruan dan kecurangan dalam laporan
keuangan yang terjadi di lingkungan audit. Mereka mencoba untuk
menghubungkannya dengan peristiwa dan deteksi yang dilakukan. Dalam
banyak penelitian, kekeliruan dan kecurangan umum pada laporan keuangan
dikodifikasi melalui tujuan audit yang terlanggar atau siklus transaksi yang
terkait.
Kecurangan (fraud) perlu dibedakan dengan kekeliruan (error).
Kekeliruan dapat dideskripsikan sebagai ”unintentional mistakes” (kesalahan
yang tidak disengaja). Kekeliruan dapat terjadi pada setiap tahap dalam
pengelolaan transaksi, dari terjadinya transaksi, pendokumentasian, pencatatan,
pengikhtisaran hingga proses menghasilkan laporan keuangan (Herman,
2009:26).
Pada dasarnya terdapat dua tipe kecurangan, yaitu eksternal dan
internal. Kecurangan eksternal adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak
luar terhadap suatu perusahaan/entitas, seperti kecurangan yang dilakukan
pelanggan terhadap usaha; wajib pajak terhadap pemerintah. Kecurangan
internal adalah tindakan tidak legal dari karyawan, manajer dan eksekutif
terhadap perusahaan tempat ia bekerja (Amrizal, 2004:2).
Kecurangan adalah salah saji atau hilangnya jumlah atau pengungkapan
dalam laporan keuangan yang disengaja (Ferdian, dkk, 2006:6). Menurut
Fahmi (2008:28) kecurangan merupakan suatu tindakan yang dilakukan secara
disengaja dan itu dilakukan untuk tujuan pribadi atau orang lain, dan tindakan
38
yang disengaja tersebut telah menyebabkan kerugian bagi pihak tertentu atau
instansi tertentu. Kekeliruan dan kecurangan dibedakan melalui apakah
tindakan yang mendasarinya dan berakibat pada terjadinya salah saji dalam
laporan keuangan berupa tindakan yang disengaja atau tidak disengaja.
Kecurangan (irregularities) meliputi:
1. Manipulasi, pemalsuan atau mengubah catatan akuntansi atau dokumen
pendukung dari laporan keuangan yang disajikan.
2. Salah interpretasi atau penghilangan keterangan atas suatu kejadian,
transaksi atau informasi lain yang signifikan.
3. Salah penerapan yang disengaja atas prinsip-prinsip akuntansi yang
berhubungan dengan jumlah tertentu, klasifikasi dan penyajian serta
pengungkapan.
Auditor terutama tertarik pada pencegahan, deteksi, dan pengungkapan
kesalahan-kesalahan karena alasan-lasan berikut:
1. Eksistensi kesalahan dapat menunjukan pada auditor bahwa catatan
akuntansi kliennya tidak dipercaya dan dengan demikian tidak memadai
sebagai suatu dasar untuk penyusunan laporan keuangan. Adanya sejumlah
besar kesalahan mengakibatkan auditor dapat menyimpulkan bahwa telah
dilakukan pencatatan akuntansi yang tidak benar.
2. Apabila auditor ingin mempercayai pengendalian interen, auditor harus
memastikan dan menilai pengendalian tersebut dan melakukan pengujian
ketaatan (complience test) atas operasi. Apabila pengujian ketaatan
39
menunjukkan sejumlah besar kesalahan, maka auditor tidak dapat
mempercayai pengendalian interen kliennya.
3. Apabila kesalahan cukup material, kesalahan tersebut dapat mempengaruhi
kebenaran (truth) dan kewajaran (fairness) laporan keuangan.
Secara umum penyebab terjadinya kecurangan diakibatkan oleh faktor
utama (faktor internal atau dari diri orang yang bersangkutan) dan faktor
sekunder atau faktor eksternal. Penyebab utama (internal) terjadinya
kecurangan, antara lain adalah:
1. Penyembunyian (concealment). Kesempatan yang ada tidak terdeteksi oleh
pengendalian internal perusahaan, sehingga kesempatan tersembunyi ini
diketahui oleh seorang yang kemudian melakukan kecurangan.
2. Kesempatan (opportunity). Pelaku perlu berada pada tempat yang tepat,
waktu yang tepat agar dapat mendapatkan keuntungan atas kelemahan
khusus dalam sistem dan juga menghindari deteksi dini.
3. Motivasi (motivation). Pelaku membutuhkan motivasi untuk melakukan
aktivitas demikian, suatu kebutuhan pribadi seperti ketamakan/kerakusan
dan motivasi lain.
4. Daya tarik (attraction). Sasaran kecurangan akan direncanakan biasanya
jika merupakan sesuatu yang menarik atau menguntungkan pelaku.
5. Keberhasilam (success). Pelaku perlu menilai peluang berhasil tidaknya
suatu tindak kecurangan, yang dapat menghindari penuntutan atau deteksi.
Adapun penyebab sekunder terjadinya kecurangan, antara lain adalah
sebagai berikut:
40
1. Kurangnya pengendalian internal perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan
fasilitas perusahaan yang dianggap sebagai suatu tunjangan karyawan.
2. Hubungan antara pemberi kerja dan pekerja yang jelek, yaitu kurang adanya
saling percaya dan penghargaan yang tidak semestinya. Pelaku dapat
menemukan alasan bahwa kecurangan hanya merupakan kewajibannya.
3. Balas dendam (revenge), yaitu ketidaksukaan yang berlebihan terhadap
organisasi dapat mengakikatkan pelaku berusaha merugikan organisasi
tersebut.
4. Tantangan (challenge), yaitu karyawan yang bosan dengan lingkungan kerja
mereka dapat mencari stimulasi dengan berusaha untuk “merusak sistem”,
sehingga mendapatkan kepuasan sesaat atau pembebasan frustasi.
F. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Herman (2009) tentang pengaruh
pengalaman dan skeptisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap
pendeteksian kecurangan. Penelitian ini juga menunjukan bahwa variabel
skeptisme profesional auditor merupakan variabel yang paling dominan
berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan.
Penelitian Taufik (2008) tentang Pengaruh Pengalaman Kerja dan
Pendidikan Profesional Auditor Internal terhadap Kemampuan Mendeteksi
Fraud, yang berkesimpulan bahwa pengalaman kerja dan pendidikan
profesional secara bersama-sama berpengaruh secara signifikan terhadap
kemampuan mendeteksi fraud.
Penelitian Noviyanti (2007) tentang skeptisme profesional auditor
dalam mendeteksi kecurangan, yaitu meneliti faktor-faktor yang
41
mempengaruhi skeptisme profesional auditor. Dengan kesimpulan bahwa jika
auditor diberi penaksiran risiko kecurangan yang tinggi akan menunjukkan
skeptisme profesional yang lebih tinggi dalam mendeteksi kecurangan, dan
kepribadian mempengaruhi sikap skeptisme profesional auditor.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Fitriany (2012), dalam penelitian
yang berjudul Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit Dan Tipe Kepribadia
Terhadap Skeptisme Profesional Dan Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi
Kecurangan. Hasil penelitian menyatakan bahwa beban kerja berpengaruh
negatif terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala-
gejala kecurangan, sedangkan pengalaman audit dan skeptisme profesional
terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan auditor
mendeteksi gejala-gejala kecurangan.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Matondang (2010), dalam
penelitian menyatakan bahwa pengalaman, independensi dan keahlian
professional berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan.
Penelitian yang dilakukan oleh Herty (2010), dalam penelitiannya
menunjukkan bahwa variabel independensi dan profesionalisme auditor
internal berpengaruh signifikan dalam upaya mencegah dan mendeteksi
terjadinya fraud.
42
Tabel 2.1
Tinjauan Penelitian Terdahulu
No. Nama
Peneliti Judul
Variabel Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
1 Fitriany
(2012)
Pengaruh Beban
Kerja,
Pengalaman
Audit Dan Tipe
Kepribadia
Terhadap
Skeptisme
Profesional Dan
Kemampuan
Auditor Dalam
Mendeteksi
Kecurangan
Pengalaman,
pendeteksian
kecuranga,
skeptisme
Tipe kepribadian Hasil pengujian
menunjukkan bahwa
beban kerja
berpengaruh negatif
terhadap
peningkatan
kemampuan auditor
dalam mendeteksi
gejala-gejala
kecurangan,
sedangkan
pengalaman audit
dan skeptisme
profesional terbukti
berpengaruh positif
terhadap
peningkatan
kemampuan auditor
mendeteksi gejala-gejala kecurangan.
2. Noviyanti
(2007)
Skeptisme
Profesional
Auditor dalam
Mendeteksi Kecurangan
Sketisme
Profesional
Auditor
dalam
Mendeteksi Kecurangan
Independensi Apabila seseorang
diberi penaksiran
resiko kecurangan
yang tinggi akan
menunjukan
skeptisme
profesional yang
lebih tinggi dalam
mendeteksi
kecurangan dan
kepribadian
mempengaruhi
sikap skeptisme profesional auditor
3 Waluyo
(2005)
Skeptisme
Profesional
Auditor Dalam
Mendeteksdi
Kecurangan
Skeptisme,
mendeteksi kecurangan
Independensi,
pengalaman
menyatakan bahwa
tipe skeptisme yang
terdiri dari
dukungan data dan
tipe kepripadian
berpengaruh
pendeteksian kecurangan.
Bersambung pada halaman berikutnya
43
Tabel 2.1 (Lanjutan)
No. Nama
Peneliti Judul
Variabel Hasil Penelitian
Persamaan Perbedaan
4. Edy Herman (2009)
Pengaruh Pengalaman Dan Skeptisme Profesional Auditor Terhadap Pendeteksian Kecurangan
Pengalaman, skeptisme, pendeteksian kecurangan
independensi hasil penelitianya menyatakan bahwa skeptisme dan pengalaman berpengaruh positif terhadap pendeteksian kecurangan
5. Matondang (2010)
Pengaruh Pengalaman, independensi dan keahlian profesionalisme terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan keuangan
Pengalaman dan independensi
keahlian profesionalisme
Hasil penelitian menyatakan bahwa pengalaman, independensi dan keahlian professional berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan
6. Herty (2010)
Pengaruh
Independensi
Dan Profesional
Auditor Internal
Dalam Upaya
Mencegah Dan
Mendeteksi
Terjadinya
Fraud
Independensidan pendeteksian kecuarangan
Profesional Auditor
Hasil penelitian
menunjukkan
bahwa variabel
independensi dan
profesionalisme
auditor internal
berpengaruh
signifikan dalam
upaya mencegah
dan mendeteksi
terjadinya fraud.
Sumber: Jurnal Penelitian Terdahulu
44
G. Keterkaitan Antar Variabel
1. Pengalaman Auditor dengan Pendeteksian Kecurangan.
Pengetahuan dan pengalaman merupakan keahlian yang
berhubungan dengan profesionalisme dalam akuntansi yang diperlukan
dalam auditing karena itu, pengetahuan dan pengalaman merupakan suatu
komponen yang sangat penting dalam tugas-tugas yang dilaksanakan oleh
seorang auditor (Lee, 1995 dalam Arum, 2008:5).
Penelitian Noviyani dan Bandi (2002) yang didukung oleh penelitian
Tirta dan Sholihin (2004) dan Mui (2010) juga menyebutkan bahwa auditor
yang berpengalaman akan memiliki pengetahuan tentang kekeliruan dan
kecurangan yang lebih banyak sehingga akan menghasilkan kinerja yang
lebih baik dalam mendeteksi kasus-kasus kecurangan dibandingkan dengan
auditor yang tidak berpengalaman. Penelitian lain yang dilakukan fitriyani
(2012) menyatkan bahwa pengalaman dan skeptisme berpengaruh terhadap
pendeteksian kecurangan.
Menurut Asih (2006:12) memberikan kesimpulan bahwa seorang
karyawan yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki
keunggulan dalam beberapa hal sebagai berikut: a) Mendeteksi kesalahan,
b) Memahami kesalahan dan, c) Mencari penyebab munculnya kesalahan.
Keunggulan tersebut bermanfaat bagi pengembangan keahlian.
Penelitian dalam psikologi (Hayes-Roth and Hayes-Roth 1975;
Hutchinso 1983; Murpy and Wright 1984) telah menunjukan bahwa
45
seseorang dengan pengalaman lebih pada suatu bidang kajian tertentu,
mempunyai lebih banyak hal yang disimpan dalam ingatannya. Oleh karena
itu, dengan bertambahnya pengalaman auditing, jumlah kecurangan yang
diketahui oleh auditor diharapkan akan bertambah. Berdasarkan konsep di
atas maka peneliti menduga bahwa semakin banyak pengalaman audit yang
dimiliki auditor maka auditor akan semakin meningkatkan skeptisme
profesionalnya. Selain itu, auditor yang telah berpengalaman diduga akan
semakin meningkatkan kemampuan mendeteksinya bila dihadapkan dengan
gejala-gejala kecurangan. Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam penelitian
ini akan dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
Ha1 : Pengalaman berpengaruh positif terhadap pendeteksian kecurangan.
2. Pengaruh Independensi terhadap Pendeteksian Kecurangan.
Menurut Arens (2010:56) independensi adalah cara pandang yang
tidak memihak didalam pelaksanaan pengujian evaliasi hasil pemeriksaan
dan penyusunan laporan audit. Menurut Mulyadi (2008:26) mendefinisikan
independensi sebagai “keadaan bebas dari pengaruh, tidak dikendalikan dari
pihak lain, tidak terpengaruh terhadap orang lain” dan akuntan publik yang
independen haruslah akuntan publik yang tidak terpengaruh dan tidak
dipengaruhi oleh berbagai kekuatan yang berasal dari luar dari akuntan
dalam mempertimbangkan fakta yang dijumpainya dalam
mempertimbangkan fakta yang dijumpai dalam pemeriksaan.
46
Hubungan antara Independensi auditor terhadap tanggung jawab
auditor untuk mendeteksi kecurangan dan kekeliruan Laporan Keuangan
adalah ditinjau dari aspek – aspek independensi yang berupa kejujuran
dalam diri auditor dalam mempertimbangkan berbagai fakta yang
ditemuinya dalam auditnya. Aspek ini disebut dengan independensi dalam
kenyataan atau independence in facts, artinya seorang auditor harus
mengungkapkan tentang temuan apa yang didapat dari Laporan Keuangan
yang disusun oleh manajemen apakah Laporan Keuangan terjadi suatu
kesalahan atau ketidakberesan sesuai dengan temuan atau fakta yang ada,
oleh karena itu aspek tersebut disebut independence in fact, independensi
merupakan sikap mental yang harus dipertahankan oleh auditor, jadi dalam
menilai kewajaran suatu laporan keuangan seorang auditor tidak mudah
dipengaruhi oleh pihak manapun. Setyaningrum (2010:42). Selain itu
auditor independen atau independensi auditor membantu memelihara
integritas dan efisiensi dalam laporan keuangan yang disajikan kepada
lembaga keuangan untuk mendukung pemberi pinjaman dan kepada
pemegang saham untuk memperoleh modal. (Mulyadi dan Kanaka
1998:56).
Penelitian mengenai independensi cukup banyak diantaranya adalah
penelitian yang dilakukan oleh Matondang (2010), dalam penelitian yang
berjudul Pengaruh Pengalaman, independensi dan keahlian profesionalisme
terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan
47
keuangan. Hasil penelitian menyatakan bahwa pengalaman dan
independensi berpengaruh signifikan terhadap pencegahan dan pendeteksian
kecurangan. Begitu juga dengan Penelitian Herty (2010) menyatakan Hasil
penelitian menunjukkan bahwa variabel independensi berpengaruh
signifikan dalam upaya mencegah dan mendeteksi terjadinya fraud.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dalam peneilitian ini akan dirumuskan
hipotesis sebagai berikut:
Ha2 : Indepedensi berpengaruh positif terhadap Pendeteksian kecurangan.
3. Pengaruh Skeptisme Propesional Auditing terhadap Pendeteksian
Kecurangan.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Novianti (2007) dalam
penelitianya yang berjudul “Skeptisme auditor dalam mendeteksi
kecurangan” mengenai skeptisme profesional auditor dalam mendeteksi
kecurangan, hasilnya menunjukan bahwa Auditor dengan tingkat
kepercayaan berbasis identifikasi jika diberi penaksiran resiko kecurangan
yang tinggi berpengaruh secara signifikan, tipe kepribadian mempengaruhi
sikap skeptisme professional audit berpengaruh secara signifikan. Hasil
penelitian lain oleh Fullerton dan Durtschi (2004) yang menemukan adanya
hubungan positif antara skeptisme profesional dan kemampuan mendeteksi
kecurangan. Fullerton dan Durtschi (2004), menyatakan bahwa auditor
dengan skeptisme yang tinggi akan meningkatkan kemampuan
48
mendeteksinya dengan cara mengembangkan pencarian informasi-informasi
tambahan bila dihadapkan dengan gejala-gejala kecurangan. Semakin
banyak informasi tambahan yang diperoleh auditor maka akan semakin
mampu auditor tersebut membuktikan benar atau tidaknya gejala-gejala
kecurangan tersebut.
Penelitian lain yang dilakukan Herman (2009) hasil penelitianya
menyatakan bahwa skeptisme dan pengalaman berpengaruh positif terhadap
pendeteksian kecurangan. Penelitian diperkuat dengan penelitian yang
dilakukan oleh waluyo (2005) menyatakan bahwa tipe skeptisme yang
terdiri dari dukungan data dan tipe kepripadian berpengaruh pendeteksian
kecurangan.
Standar profesional akuntan publik menyatakan skeptisme
profesional sebagai sikap auditor yang mencakup pikiran yang selalu
mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis terhadap bukti audit,
auditor yang skeptik tidak akan menerima begitu saja penjelasan dari klien,
tetapi akan mengajukan pertanyaan untuk memperoleh alasan bukti dan
konfirmasi mengenai objek yang dipermasalahkan, tanpa menerapkan
skeptisme profesional auditor, hanya akan menemukan salah saji yang
disebabkan oleh kekeliruan-kekeliruan saja dan sulit untuk menemukan
salah saji yang disebabkan oleh kecurangan, karena kecurangan biasanya
akan disembunyikan oleh pelakunya (Novianti, 2007). Berdasarkan
49
penjelasan tersebut, dalam penelitian ini akan dirumuskan hipotesis sebagai
berikut:
Ha3 : Skeptisme profesional auditor berpengaruh positif terhadap
pendeteksian kecurangan.
H. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan suatu alat dalam menganalisa suatu
konsep penelitian, penelitian ini akan menganalisis pengaruh Pengalaman,
Indepedensi, dan Skeptisme Profesional Audit terhadap Pendeteksian
Kecurangan, untuk menganalisanya menggunakan analisis regresi linier
berganda, yaitu suatu uji penelitian untuk menganalisa pengaruh antara
variable X (independen) terhadap variabel Y (dependen).
Sebelum melakukan uji regresi linier berganda terlebih dahulu
dilakukan uji validitas dan reliabilitas sebagian acuan dalam menilai suatu
pertanyaan yang layak atau tidak. Setelah itu dilakukan uji asumsi klasik yang
kemudian dilakukan uji regresi linier berganda yang akan mewnghasilkan hasil
penelitian, maka akan dibuat suatu kesimpulan sebagai hasil analisa.
Berdasarkan uraian di atas, gambaran menyeluruh tentang Pengaruh
Pengalaman, Indepedensi, dan Skeptisme Profesional Audit terhadap
Pendeteksian Kecurangan adalah sebagai berikut:
50
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Pengalaman, Indepedensi dan Skeptisme Profesional
Auditor terhadap Pendekteksian Kecurangan
(Studi Empiris pada Kantor Akuntan Publik di DKI Jakarta)
Pengaruh Pendekteksian Kecurangan
Variabel Idependen Variabel Dependen
Pengalaman(X1)
(Asih, 2006), Simanjuntak,
2005)
Indepedensi (X2)
(Sawyer, 2006)
(Suryaningtiyas, 2007)
Pendekteksian
(Ramaraya, 2008)
(Herman, 2009)
(Fedian, 2006)
Skeptisme Profesional (X3)
(Waluyo, 2008)
(Waluyo, 2011)
Metode Analisis :
Uji Model Regresi Uji Asumsi Klasik
Uji Regresi Berganda
Koefisien Determinasi (Uji R2) Uji Statisitk F Uji Statistik t
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan, Implikasi, Keterbatasana dan Saran
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian Pendekteksian Kecurangan, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk mngetahui hubungan serta pengaruh antara dua
variabel atau lebih. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh variabel
independen, yaitu Pengalaman, Independensi dan Skeptisme Profesional
Auditor terhadap variabel dependen, yaitu Pendeteksian Kecurangan. Populasi
dari penelitian ini adalah akuntan publik yang bekerja pada Kantor Akuntan
Publik di wilayah DKI Jakarta.
B. Metode Pengumpulan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode
convenience sampling, yaitu istilah umum yang mencakup variasi luasnya
prosedur pemilihan responden. Convenience sampling berarti unit sampling
yang ditarik mudah dihubungi, tidak menyusahkan, mudah untuk mengukur,
dan bersifat kooperatif (Hamid, 2007:30). Metode convenience sampling
digunakan karena peneliti memiliki kebebasan untuk memilih sampel dengan
cepat dari elemen populasi yang datanya mudah diperoleh peneliti. Responden
yang digunakan dalam penelitian ini adalah partner, manajer, auditor senior,
supervisor dan auditor junior yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik di DKI
Jakarta.
52
C. Metode Pengumpulan Data
Menurut Hamid (2007:33) metode pengumpulan data dapat dilakukan
dengan berbagai cara, salah satunya dilakukan melalui studi pustaka terutama
yang berhubungan dengan data-data sekunder. Sementara itu data primer dapat
dilakukan melalui studi lapangan berupa eksperimen, observasi dan wawancara
dengan metode kuesioner.
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini,
menggunakan data primer, sumber data penelitian yang diperoleh secara
langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara. Dimana
pengumpulan data dilakukan melalui metode survei dengan menggunakan
kuesioner. Kuesioner yang disebarkan secara langsung kepada auditor yang
terdaftar di KAP-KAP yang tersebar di wilayah DKI Jakarta.
D. Metode Analisis Data
Metode statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah dengan
menggunakan regresi berganda dengan bantuan perangkat lunak SPSS for
windows 20.0, setelah semua data-data dalam penelitian ini terkumpul, maka
selanjutnya dilakukan analisis data yang terdiri dari:
1. Uji Statistik deskriptif
Statistik deskriptif digunakan untuk memberikan informasi
mengenai karakteristik variabel penelitian yang utama dan daftar demografi
responden. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum,
minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi)
53
(Ghozali, 2009:19). Priyatno (2008:12) menjelaskan bahwa analisis
deskriptif menggambarkan tentang ringkasan data-data penelitian seperti
mean, standar deviasi, variasi, modus, dll. Juga dilakukan pengukuran
skewness dan kurtosis untuk menggambarkan distribusi data apakah normal
atau tidak.
2. Uji Kualitas Data
Pengujian Pendekteksian Kecurangan data yang dilakukan dengan
cara penyebaran kuesioner, maka kesediaan dan ketelitian dari para
responden untuk menjawab setiap pertanyaan merupakan suatu hal yang
sangat penting dalam penelitian ini. Keabsahan suatu jawaban sangat
ditentukan oleh alat ukur yang ditentukan. Untuk itu, dalam melakukan uji
Pendekteksian Kecurangan data atas data primer ini peneliti melakukan uji
validitas dan uji reabilitas.
a. Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk membuktikan sejauh mana data
yang terdapat di kuesioner dapat mengukur tingkat ke validitasan suatu
kuisioner. Suatu kuisioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuisioner
mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner
tersebut (Ghozali, 2009:49). Pengujian validitas ini menggunakan Total
Correlation (Corrected Item), analisis ini dengan cara mengkolerasikan
masing-masing skor item dengan skor total dan melakukan koreksi
terhadap nilai koefisien korelasi yang overestimasi. Pengujian
54
menggunakan dua sisi dengan taraf signifikasi 0,05. Kriteria pengujian
adalah sebagai berikut:
1) Jika rhitung ≥ rtabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau
item-item pertanyaan berkolerasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan valid)
2) Jika rhitung < rtabel (uji 2 sisi dengan sig. 0,05) maka instrumen atau
item-item pertanyaan tidak berkolerasi signifikan terhadap skor total
(dinyatakan tidak valid). (Priyatno, 2010:94).
b. Uji Reliabilitas
Uji reabilitas adalah alat untuk menguji konsistensi jawaban
reponden. Suatu kuesioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang
terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Pengujian ini
menggunakan metode statistik Cronbach Alpha dengan nilai sebesar
0,06. Apabila Cronbach Alpha dari suatu variabel ≥ 0,6 maka butir
pertanyaan dalam instrumen penelitian tersebut adalah reliabel atau dapat
diandalkan, dan sebaliknya jika nilai Cronbach Alpha < 0 < 6 maka butir
pertanyaan tersebut tidak reliabel (Nunnaly,1967) dalam Ghozali
(2009:46).
3. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas ini diperlukan untuk mengetahui ada
tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel
independen lain dalam satu model. Kemiripan antar variabel independen
55
dalam satu model akan menyebabkan terjadinya korelasi yang sangat
kuat antara suatu variabel independen dengan variabel independen yang
lain. Selain itu, deteksi terhadap multikolinieritas juga bertujuan untuk
menghindari kebiasaan dalam proses pengambilan kesimpulan mengenai
pengaruh pada uji parsial masing-masing variabel terhadap variabel
dependen. Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi
diantara variabel independen.
Uji multikolinieritas dilakukan menghitung nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dari tiap-tiap variabel independen. Nilai VIF
kurang dari 10 menunjukkan bahwa korelasi antar variabel independen
masih bisa ditolerir (Ghozali, 2009:96).
b. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2009:147) uji normalitas bertujuan apakah
dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen
(bebas) mempunyai kontribusi atau tidak. Penelitian yang menggunakan
metode yang lebih handal untuk menguji data mempunyai distribusi
normal atau tidak yaitu dengan melihat Normal Probability Plot. Model
Regresi yang baik adalah data distribusi normal atau mendekati normal,
untuk mendeteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran
data (titik) pada sumbu diagonal grafik. Terdapat dua cara untuk
mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan
analisis grafik dan uji statistik (uji Kolmogorov – smirnov), adapun
penjelasan mengenai uji normalitas data adalah sebagai berikut (Ghozali,
2009:147).
56
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroksiditas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke
satu pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika
berbeda disebut heteroksiditas. Model regresi yang baik adalah yang
homoskedastisitas atau jika terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,
2009:125).
Pada saat mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat
ditentukan dengan melihat grafik Plot antara nilai prediksi variabel
terikat (ZPRED) dengan residual (SRESID). Jika grafik plot
menunjukkan suatu pola titik yang bergelombang atau melebar kemudian
menyempit, maka dapat disimpulkan bahwa telah terjadi
heteroskedastisitas. Namun, jika tidak ada pola yang jelas, serat titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi
heteroskedastisitas (Ghozali, 2009:125).
4. Uji Hipotesis
a. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel individu independen secara individu dalam menerangkan
variabel dependen (Ghozali, 2009:88). Dalam penelitian ini
menggunakan uji signifikan dua arah atau two tailed test, yaitu suatu uji
yang mempunyai dua daerah penolakan Ho yaitu terletak di ujung sebelah
kanan dan kiri. Dalam pengujian dua arah, biasa digunakan untuk tanda
57
sama dengan (=) pada hipotesis nol dan tanda tidak sama dengan (≠)
pada hipotesis alternatif. Tanda (=) dan (≠) ini tidak menunjukan satu
arah, sehingga pengujian dilakukan untuk dua arah (Suharyadi dan
Purwanto S.K., 2009:88-89). Kriteria dalam uji parsial (Uji t) dapat
dilihat berdasarkan uji hipotesis dengan membandingkan thitung dengan
ttabel yaitu, 1) Apabila - thitung < - ttabel atau thitung > ttabel, maka Ho ditolak
dan Ha diterima, artinya variabel independen secara parsial mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen, 2) Apabila thitung ≤
ttabel atau - thitung ≥ - ttabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya
variabel independen secara parsial tidak mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel dependen. Selain itu, dapat juga dengan
melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil daripada 0,05
(untuk tingkat signifikansi=5%), maka variabel independen secara satu
persatu berpengaruh terhadap variabel dependen. Sedangkan jika nilai
probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka variabel independen secara
satu persatu tidak berpengaruh terhadap variabel dependen.
b. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-
variabel independen (X) secara simultan (bersama-sama)mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen (Y). (Ghozali, 2009:88).
Apabila Fhitung > Ftabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
berarti variabel independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen dengan menggunakan tingkat signifikan
58
sebesar 5%, jika nilai Fhitung > Ftabel maka secara bersama-sama seluruh
variabel independen mempengaruhi variabel dependen. Selain itu, dapat
juga dengan melihat nilai probabilitas. Jika nilai probabilitas lebih kecil
daripada 0,05 (untuk tingkat signifikansi=5%), maka variabel independen
secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen.
Sedangkan jika nilai probabilitas lebih besar dari pada 0,05 maka
variabel independen secara serentak tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen.
5. Analisis Regresi Linier Berganda
a. Uji Persamaan Regresi Linier Berganda
Pengujian hipotesis ini dilakukan dengan menggunakan metode
analisis regresi linier berganda yang bertujuan untuk menguji hubungan
pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lain. Variabel yang
dipengaruhi disebut variabel tergantung atau dependen, sedangkan
variabel yang mempengaruhi disebut variabel bebas atau independen.
Model persamaannya dapat digambarkan sebagai berikut:
Y = a + b1x1 + b2x2 + b3x3 + e
Keterangan:
Y : Pendeteksian Kecurangan
X1 : Pengalaman
X2 : Independensi
X3 : Skeptisme Profesional Audit
a : Konstanta
59
bx : Koefisien regresi
e : Error
Linearitas hanya dapat diterapkan pada regresi berganda karena
memiliki variabel independen lebih dari satu, suatu model regresi
berganda dikatakan linier jika memenuhi syarat-syarat linieritas, seperti
normalitas data (baik secara individu maupun model), bebas dari asumsi
klasik statistik multikolineritas, autokorelasi, heteroskedastisitas. Model
regresi linear berganda dikatakan model yang baik jika memenuhi asumsi
normalitas data dan terbebas dari asumsi-asumsi klasik statistik. Dalam
membuktikan kebenaran uji hipotesis yang diajukan digunakan uji
statistik terhadap output yang dihasilkan dari persamaan regresi.
b. Uji R2
(Koefisien Determinasi)
Koefisien determinasi bertujuan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dapat menjelaskan variasi variabel dependen. Dalam
pengujian hipotesis pertama koefisien determinasi dilihat dari besarnya
nilai R Square (R2) untuk mengetahui seberapa jauh variabel bebas yaitu
Pengalaman, Independensi dan Skeptisme Profesional Audit terhadap
Pendeteksian Kecurangan. Nilai R2
mempunyai interval antara 0 sampai
1 (0 ≤ R2
≤1). Jika nilai R2 bernilai besar (mendekati 1) berarti variabel
bebas dapat memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variabel dependen. Sedangkan jika R2 bernilai kecil berarti
kemampuan variabel bebas dalam menjelaskan variabel dependen sangat
terbatas (Ghozali, 2009:87).
60
Dalam pengujian hipotesis kedua koefisien determinasi dilihat
dari besarnya nilai Adjusted R-Square. Kelemahaan mendasar
penggunaan R2 adalah bias terhadap jumlah variabel bebas yang
dimasukan ke dalam model. Setiap tambahan satu variabel bebas maka
R2 pasti meningkat tidak peduli apakah variabel tersebut berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel terikat. Tidak seperti R2, nilai
Adjusted R-square dapat naik atau turun apabila satu variabel independen
ditambahkan ke dalam model (Ghozali, 2009:87). Oleh karena itu,
digunakanlah Adjusted R-Square pada saat mengevaluasi model regresi
linier berganda.
E. Operasional Variabel Penelitian
Menurut Hamid (2007:3), menyatakan bahwa “Batasan operasional
variabel merupakan pendefinisian dari serangkaian variabel yang digunakan
dalam penulisan, variable penelitian ini merupakan suatu atribut/sifat atau nilai
dan orang objek kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya”.
1. Variabel Bebas (Variabel Independen)
Variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan atau
mempengaruhi variabel lainnya. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri
dari:
a. Pengalaman
Tentang dampak pengalaman dalam kompleksitas tugas, tugas
spesifik dan gaya pengambilan keputusan, memberikan kesimpulan
61
bahwa kompleksitas tugas merupakan faktor terpenting yang harus
dipertimbangkan dalam pertambahan pengalaman. Auditor junior
biasanya memperoleh pengetahuan dan pengalamannya terbatas dari
buku teks sedangkan auditor senior mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman lewat pelatihan dan pengembangan lebih lanjut dari
kesalahan-kesalahan yang dilakukan (Asih, 2006:22).
Pengalaman kerja dapat memperdalam dan memperluas
kemampuan kerja. Semakin sering seseorang melakukan pekerjaan yang
sama, semakin terampil dan semakin cepat dia menyelesaikan pekerjaan
tersebut. Semakin banyak macam pekerjaan yang dilakukan seseorang,
pengalaman kerjanya semakin kaya dan luas, dan memungkinkan
peningkatan kinerja (Simanjutak, 2005:26).
b. Indepedensi.
Independensi merupakan salah satu ciri paling penting yang
dimiliki oleh profesi akuntan publik. Karena banyak pihak yang
menggantungkan kepercayaannya kepada kebenaran laporan keuangan
berdasarkan laporan auditor yang dibuat oleh akuntan publik. Sekalipun
akuntan publik ahli, apabila tidak mempunyai sikap independensi dalam
mengumpulkan informasi akan tidak berguna, sebab informasi yang
digunakan untuk mengambil keputusan haruslah tidak bias. Akuntan
publik harus bersikap indpenden jika melaksanakan praktik publik (public
pratice). Pratik publik adalah aktivitas profesi akuntan publik yang
mempengaruhi publik (Suryaningtias, 2007:35).
62
Sawyer (2006:35) membagi 3 mengenai independensi, yaitu:
independensi dalam verifikasi, independensi dalam program audit, dan
independensi dalam pelaporan yang dapat diperuntukkan bagi akuntan
publik atau auditor eksternal, tetapi konsep yang sama dapat diterapkan
untuk auditor internal dalam bersikap objektif. Independensi dalam hal ini
adalah independensi dalam pelaporan dimana menurut Sawyer (2006:36)
independensi dalam pelaporan menjadikan auditor internal: harus bebas
dari perasaan untuk memodifikasi dampak dari fakta-fakta, harus bebas
dari hambatan oleh pihak-pihak yang ingin meniadakan auditor dalam
memberikan pertimbangan.
Independensi akuntan publik dapat dibagi ke dalam 3 aspek; 1)
Program Independen, yaitu Laporan audit akan mempunyai sedikit nilai
jika didukung oleh suatu penyelidikan secara seksama. Suatu
penyelidikan sesama mungkin tidak akan diminati oleh direktur.
Sekalipun mereka tidak mempunyai apapun untuk disembunyikan, para
direktur dapat mengurangi fee audit atau menerbitkan laporan keuangan
dengan cepat setelah tahun berakhir dan hal seperti itu mungkin saja
terjadi, 2) Independen investigasi (verifikasi), yaitu program independen
melindungi kemampuan auditor untuk memilih strategi yang paling
sesduai untuk hasil audit mereka dalam bekerja. Sedangkan investigasi
independen melindungi cara dimana mereka menerapkan strategi ini.
Auditor mempunyai pertanyaan bisnis perusahaan atau perlakuan
akuntansi, transaksinya harus dijawab, 3) Laporan Independen, yaitu Jika
63
para direktur berusaha untuk menyesatkan pemegang saham dengan
memberitahukan informasi akuntansi yang salah atau tidak sempurna,
mereka pasti mencegah auditor dari perbuatannya terhadap publik. Ketika
independen auditor menjadi rumit, tentu banyak kesalah pahaman terjadi
dalam hubungan seperti penafsiran siatu standar akuntansi atau suatu
perkiraan atau seperti suatu ketetapan untuk hutang yang tidak terbayar
(Suryaningtiyas, 2007:37).
Indepedensi akuntan publik merupakan salah satu karakter yang
sangat penting untuk profesi akuntan publik dalam melaksanakan
pemeriksaan terhadap kliennya. Dalam melaksanakan pemeriksaaan,
akuntan publik memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai
laporan keuangan untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang
disusun dan disajikan oleh klien. Klien dapat mempunyai kepentingan
yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan dengan kepentingan para
pemakai laporan keuangan. Demikian pula, kepentingan pemakai laporan
keuangan yang satu mungkin berbeda dengan pemakai yang lainnya.
Oleh karena itu dalam memberikan pendapat mengenai kewajaran
laporan keuangan yang diperiksa, akuntan publik harus bersikap
independen terhadap kepentingan klien, pemakai laporan keuangan,
maupun terhadap kepentingan akuntan publik itu sendiri (Manggala, dkk.
2007:124).
64
c. Skeptisme Profesional Auditor
Waluyo (2008:7) menyatakan bahwa Auditor menerapkan sikap
skeptisme profesional pada saat mengajukan pertanyaan dan menjalankan
prosedur audit, dengan tidak cepat puas dengan bukti audit yang kurang
persuaive yang hanya didasarkan pada kepercayaan bahwa manajemen
dan pihak terkait selalu memiliki pikiran kritis, professional, bersikap
jujur dan mempunyai sikap percaya diri (IFAC, 2004, ISA 240.23-25).
Dalam ISA No. 200, dikatakan bahwa sikap skeptisme profesional berarti
auditor membuat penaksiran yang kritis (critical assessment), dengan
pikiran yang selallu mempertanyakan (questioning mind) terhadap
validitas dan bukti audit yang diperoleh, waspada terhadap bukti audit
yang bersifat kontrakdiksi atau menimbulkan pertanyaan sehubungan
dengan realiabilitas dan dokumen, dan memberikan tanggapan terhadap
pertanyaan-pertanyaan dan informasi lain yang diperoleh dan manajemen
dan pihak yang terkait (IFAC, 2004). Skeptisme profesional dalam
penelitian ini menggunakan definisi yang digunakan oleh standar
profesional akuntan publik di Indonesia yaitu sebagai sikap auditor yang
mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi
secara kritis terhadap bukti audit (IAI, 2000, SA seksi 230.06: AICPA,
2002, AU 230.07).
Skeptisme profesional auditor merupakan sikap (attitude) auditor
dalam melakukan penugasan audit dimana sikap ini mencakup pikiran
yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara kritis
65
terhadap bukti audit. Karena bukti audit dikumpulkan dan dinilai selama
proses audit, maka skeptisme profesional harus digunakan selama proses
audit, maka skeptisme profesional harus digunakan selama proses
tersebut (IAI. 2000, SA seksi 230; AICPA, 2002, AU 230). Skeptisme
merupakan manifestasi dan obyektivitas. Skeptisme tidak berarti bersikap
sinis, terlalu banyak mengkritik atau melakukan penghinaan. Auditor
yang memiliki skeptisme profesional yang memadai akan berhubungan
dengan pertanyaan-pertanyaan berikut: (1) Apa yang perlu saya ketahui?,
(2) Bagaimana caranya saya bisa mendapat informasi tersebut dengan
baik?, (3) Apakah informasi yang saya peroleh masuk akal?. Skeptisme
profesional auditor akan mengarahkannya untuk menanyakan setiap
isyarat yang menunjukkan kemungkinan terjadinya fraud (Waluyo,
2008:24).
2. Variabel Terikat (Dependent Variabel)
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau tergantung
pada faktor-faktor lain dan variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian
ini adalah Pendeteksian Kecurangan. Deteksi kecurangan mencakup
identifikasi indikator-indikator kecurangan (fraud indicators) yang
memerlukan tindak lanjut auditor untuk melakukan investigasi. Ramaraya
(2008:24) menyatakan bahwa pendeteksian kecurangan bukan merupakan
tugas yang mudah dilaksanakan oleh auditor. Atas literatur yang tersedia,
dapat dipetakan empat faktor yang teridentifikasi yang menjadikan
66
pendeteksian kecurangan menjadi sulit dilakukan sehingga auditor gagal
dalam usaha mendeteksi.
Deteksi kecurangan mencakup identifikasi indikator-indikator
kecurangan (fraud indicators) yang memerlukan tindaklanjut auditor untuk
melakukan investigasi. Ramaraya (2008:4) menyatakan bahwa pendeteksian
kecurangan bukan merupakan tugas yang mudah dilaksanakan oleh auditor.
Atas literatur yang tersedia, dapat dipetakan empat faktor yang
teridentifikasi yang menjadikan pendeteksian kecurangan menjadi sulit
dilakukan sehingga auditor gagal dalam usaha mendeteksi. Faktor-faktor
penyebab tersebut adalah:
a. Karakteristik terjadinya kecurangan
b. Standar pengauditan (SPI) mengenai pendeteksian kecurangan dan
c. Lingkungan pekerjaan audit yang mengurangi kualitas audit
d. Metode dan prosedur audit yang tidak efektif dalam pendeteksian
kecurangan.
Ferdian, dkk (2006:2) manyatakan bahwa beberapa ahli pengauditan
telah mendokumentasikan jenis-jenis kekeliruan dan kecurangan dalam
laporan keuangan yang terjadi di lingkungan audit. Kecurangan (fraud)
perlu dibedakan dengan kekeliruan (error). Kekeliruan dapat dideskripsikan
sebagai ”unintentional mistakes” (kesalahan yang tidak disengaja).
Kekeliruan dapat terjadi pada setiap tahap dalam pengelolaan transaksi, dari
terjadinya transaksi, pendokumentasian, pencatatan, pengikhtisaran hingga
proses menghasilkan laporan keuangan (Herman, 2009).
67
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Butir
Pertanyaan
Variabel Independen
Pengalaman
Auditor
(X1),(Asih,
2006),
(Simanjuntak,
2005)
1. Membuat
keputusan
2. Intensitas
tugas dan
pengem
bangan karir
3. Kemampuan
kerja
4. Lama kerja
5. Kompetensi
a. Mampu membuat
keputusan
a. Dapat mengembangkan
karir
b. Seringnya melakukan
tugas audit
a. Mampu mengetahui
kekeliruan
b. Mampu menganalisis
masalah
c. Mampu mengatasi
permasalahan
d. Dapat mendeteksi
kecurangan
a. Lama kerja sebagai auditor
a. Peningkatan kompetensi
sebagai auditor
Interval 1
2
3
4
5
6
7
8
9
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
68
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Butir Pertanyaan
Variabel Independen Independensi Auditor (X2), (Sawyer, 2006), Suryaningtiyas, 2007)
1. Independensi dalam program audit
2. Independensi dalam verivikasi
3. Independensi
dalam pelaporan
a. Percayaan diri akuntan publik
b. Kemampuan akuntan publik c. Sikap akuntan publik dalam
mengaudit. d. Bertanggung jawab dalam
mengaudit. e. Kebebasan akuntan dalam
mengaudit
a. Tidak ada tekanan dalam mengaudit
b. Tidak boleh mengaudit perusahaan kerabat
a. Akuntan publik harus teguh
pada kode etik independensi b. Sikap independensi tolak
ukur sikap akuntan publik c. Sikap independensi cermin
ketaatan akuntan publik d. Independensi diatur
berdasarkan standar profesi e. KAP mengikuti standar
ketentuan IAI
Interval
1
2 3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Skeptisme Profesional Auditor (X3), (Waluyo, 2008)
1. Pikiran kritis 2. Profesional 3. Asumsi tepat 4. Cermat dalam
pemeriksaan laporan keuangan klien
5. Pemahaman
terhadap bukti audit
6. Kepercayaan diri
a. Pikiran yang berisi pertanyaan-pertanyaan
b. Kritis dalam mengevaluasi bukti audit
a. Memiliki kemahiran professional
b. Memiliki independensi dan kompetensi
a. Asumsi yang tepat terhadap kejujuran klien.
a. Adanya perencanaan dan pelaksanaan audit yang tepat.
b. Adanya penaksiran kritis terhadap validitas bukti audit.
c. Adanya penerapan sikap skeptisme profesional.
a. Waspada terhadap bukti audit yang kontradiksi
a. Memiliki kepercayaan diri
yang tinggi
Interval
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Berlanjut Ke Halaman Berikutnya
69
Tabel 3.1 (Lanjutan)
Variabel Sub Variabel Indikator Skala Butir
Pertanyaan
Variabel Dependen
Pendeteksian
Kecurangan
(Ramaraya,
2008),
(Ferdian,
2006),
Herman,
2009)
1. Memahami
SPI
2. Karakteristik
kecurangan
3. Lingkungan
audit
4. Metode
audit
5. Bentuk
kecuranga
6. Kemudahan
akses
7. Uji
dokumen
dan
personal
a. Memahami struktur
pengendalian internal
perusahaan
a. Identifikasi indikator-
indikator kecurangan
b. Memahami karakteristik
terjadinya kecurangan
c. Adanya standar
pengauditan untuk
pendeteksian kecurangan
a. Lingkungan yang
mendukung pelaksanaan
audit
a. Penggunaan metode dan
prosedur audit efektif
b. Adanya susunan langkah-
langkah pendeteksian
kecurangan
a. Menemukan faktor-faktor
penyebab kecurangan
b. Adanya perkiraan bentuk-
bentuk kecurangan yang
bisa terjadi.
c. Dapat mengidentifikasi
pihak yang melakukan
kecurangan.
a. Adanya keterbukaan dari
pihak manajemen
a. Pengujian dokumen-
dokumen atau informasi-
informasi
b. Kondisi mental dan
pengawasan kerja
Interval
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
Sumber: Asih (2006) dan Simanjuntak (2005), Sawyer (2006) dan Suryaningtyas
(2007), Waluyo (2008), Ramaraya (2008), Ferdian (2006) dan Herman
(2009)
70
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian menggunakan instrumen angket atau kuesioner yang telah
disebar, dengan objek penelitian adalah auditor pada wilayah jakarta yang
terdiri dari 9 Kantor Akuntan Publik (KAP) yaitu, KAP Ishak, Saleh,
Soewondo & Rekan Jl. HR. Rasuna Said, Kuningan – Jakarta Selatan, KAP
Syarief Basir & Rekan Jl. TB. Simatupang 57 Jakarta, KAP Kosasih
Nurdiyaman Tjahjo Jl. Jendral Sudirman Jakarta Pusat, KAP Teramihardja,
Pradhono & Chandra Jl. Prof Satrio Kuningan Jakarta Selatan, KAP
Hendrawinata Eddy & Siddharta Jl. H. R Rasuna Said Blok X2, Kav. 5
Jakarta, KAP DRS. Usman & Rekan Jl. Cipulir V No. 5 Kebayoran Lama
Jakarta Selatan, KAP Pieter Uways & Rekan Jl. Warung Buncit Raya No.
16 Warung Jati Barat Jakarta, KAP Junaedi, Chairul, Labib, Subyakto &
Rekan Jl. Raya Pasar Minggu No. 39 A Jakarta Selatan, KAP Kanaka
Puradiredja , Suhartono Jl. Prof Dr Supomo SH 178-A.
Sampel diambil dengan metode convenience sampling, yaitu anggota
sampel yang dipilih atau diambil berdasarkan kemudahan memperoleh data
yang dibutuhkan, atau unit sampel yang ditarik mudah untuk diukurnya dan
bersifat kooperatif (Hamid, 2007:15). Teknik pemilihan sampel ini dipilih
karena pertimbangan lokasi yang mudah untuk dijangkau sehingga dapat
71
memudahkan peneliti dalam penggumpulan sampel yang akan digunakan
dalam penelitian ini, penulis menyebarkan kuesioner ke 9 KAP di wilayah
Jakarta sejak bulan Mei 2013 sampai Juni 2013. Penyebaran kuesioner
diberikan kepada responden, responden yang diberikan adalah auditor pada
KAP yang berada di wilayah jakarta dengan harapan memberikan jawaban
yang baik dan akurat, sehingga menghasilkan suatu penelitian yang lebih
baik lagi. Sampel yang diambil sebanyak 9 KAP dari keseluruhan KAP
yang berada di wilayah Jakarta, dengan distribusi yang terlihat dalam tabel
berikut ini:
Tabel 4.1
Data Distribusi Sampel Penelitian
No. Nama KAP Wilayah Kuesioner
Dikirim
Kuesioner
Dikembalikan
1 KAP Ishak, Saleh Jakarta Selatan 10 10
2 KAP Syarief Basir & Rekan Jakarta Selatan 20 10
3 KAP Kosasih Nurdiyaman
Tjahjo
Jakarta Pusat 30 30
4 KAP Teramihardja,
Pradhono & Chandra
Jakarta Selatan 20 20
5 KAP Hendrawinata Eddy &
Siddharta
Jakarta Selatan 10 10
6 KAP DRS. Usman & Rekan Jakarta Selatan 10 7
7 KAP Pieter Uways & Rekan Jakarta Selatan 10 5
8 KAP Junaedi, Chairul, Labib,
Subyakto & Rekan
Jakarta Selatan 10 6
9 KAP Kanaka Puradiredja,
Suhartono
Jakarta Selatan 10 5
Total 130 103
Sumber data: Data primer yang diolah
72
Kuesioner yang tidak kembali sebanyak 27 buah atau 21%.
Kuesioner yang dapat diolah berjumlah 103 buah atau 79%. Gambaran
mengenai data sampel ini dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Sampel dan Tingkat Pengembalian
Keterangan Jumlah Persentase
Penyebaran kuesioner 130 100%
Kuesioner yang terkumpul 103 79%
Kuesioner yang tidak terkumpul 27 21%
Kuesioner yang dapat diolah 103 79%
Sumber: Data primer yang diolah
2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang diukur dengan skala nominal yang
menunjukkan besarnya frekuensi absolut dan persentase jenis kelamin, umur
responden dan pendidikan terakhir responden dan pengalaman kerja.
Responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah auditor yang berada
pada wilayah jakarta. Kuisioner disebar dengan harapan dapat diisi
berdasarkan responden, sehingga akan menghasilkan suatu penelitian yang
balance. Pada karakteristik reponden, terdapat 103 responden yang terdiri
dari para auditor yang dapat mewakili dan menjadi responden. Data
mengenai karakteristik responden ditampilkan pada tabel berikut ini:
Tabel 4.3
Data Statistik Responden
Deskripsi Jumlah Persentase (%)
Jenis
Kelamin
Jumlah Responden
Pria
Wanita
103
76
27
100%
74%
26%
Bersambung Ke Halaman Berikutnya
73
Tabel 4.3 (Lanjutan)
Deskripsi Jumlah Persentase (%)
Jenis
Kelamin
Jumlah Responden
Pria
Wanita
103
76
27
100%
74%
26%
Umur Jumlah Responden
20 - 25 tahun
26 - 31 tahun
> 31 tahun
103
59
34
10
100%
57%
33%
10%
Pendidikan
Terakhir
Jumlah Responden
D3
D4
S1
S2
S3
103
4
0
90
9
0
100%
4%
0%
87%
9%
0%
Pengalaman
Kerja
Jumlah Responden
< 1 Tahun
1 - 3 Tahun
3 - 10 Tahun
> 10 Tahun
103
13
59
31
0
100%
13%
57%
30%
0%
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan data statistik responden berdasarkan jenis kelamin,
umur responden, pendidikan terakhir dan pengalaman kerja dapat dilihat
pada grafik berikut ini:
Gambar 4.1
Data Statistik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Responden
Sumber: data primer yang diolah
74
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa jumlah responden yang
berjenis kelamin pria sebanyak 76 responden atau sebesar 74%, sedangkan
responden yang berjenis kelamin wanita sebanyak 27 responden atau
sebesar 26%.
Gambar 4.2
Data Statistik Responden Berdasarkan Umur Responden
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan grafik di atas data responden berdasarkan umur
responden terlihat bahwa jumlah responden yang memiliki umur 20 – 25
tahun sebanyak 59 responden atau sebesar 57%, sedangkan responden yang
memiliki umur 26 – 31 tahun sebanyak 34 responden atau sebesar 33% dan
responden yang memiliki umur di atas 31 tahun sebanyak 10 responden atau
sebesar 10%.
75
Gambar 4.3
Data Statistik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan grafik di atas data responden berdasarkan pendidikan
terakhir responden terlihat bahwa jumlah responden yang berpendidikan
terakhir D3 sebanyak 4 responden atau sebesar 4%, sedangkan responden
yang berpendidikan terakhir D4 sebanyak 0 responden atau sebesar 0%
sedangkan responden yang berpendidikan terakhir S1 sebanyak 90
responden atau sebesar 87%, responden yang berpendidikan terakhir S2
sebanyak 9 responden atau sebesar 9%. sedangkan responden yang
berpendidikan terakhir S3 sebanyak 0 responden atau sebesar 0%.
76
Gambar 4.4
Data Statistik Responden Berdasarkan Pengalaman Kerja
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan grafik di atas data responden berdasarkan pengalaman
kerja responden terlihat bahwa jumlah responden yang berpengalaman kerja
kurang dari 1 tahun sebanyak 13 responden atau sebesar 13%, sedangkan
responden yang berpengalaman kerja 1 – 3 tahun sebanyak 59 responden
atau sebesar 57% sedangkan responden yang berpengalaman kerja 3 - 10
tahun sebanyak 31 responden atau sebesar 30%, responden yang
berpengalaman kerja lebih dari 10 tahun sebanyak 0 responden atau sebesar
0%.
77
B. Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Pengukuran statistik deskriptif variabel dilakukan untuk memberikan
gambaran umum mengenai kisaran teoritis, kisaran aktual, rata-rata (mean)
dan standar deviasi dari masing - masing variabel yaitu disajikan sebagai
berikut:
Tabel 4.4 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PG 103 2.89 5.00 4.0354 .49886 ID 103 3.00 5.00 4.0441 .43661 SK 103 3.00 5.00 4.0379 .44438 PK 103 3.00 5.00 4.0491 .43927
Valid N (listwise) 103
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat didekripsikan bahwa jumlah
responden (N) ada 103. Dari 103 responden ini variabel pengalaman
memiliki nilai minimum 2,89, nilai maksimum 5, nilai mean 4,0354, dengan
standar deviasi 0,49886, Independensi memiliki nilai minimum 3, nilai
maksimum 5, nilai mean 4,0441, dengan standar deviasi 0,43661, skeptisme
profesional auditor memiliki nilai minimum 3, nilai maksimum 5, nilai
mean 4,0379, dengan standar deviasi 0,44438. Sedangkan pada variabel
dependen (pendeteksian kecurangan) nilai minimum 3, nilai maksimum 5,
nilai mean 4,0491 dengan standar deviasi 0,43927.
78
2. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Pengujian validitas dari instrumen penelitian dilakukan dengan
menghitung angka korelasional atau rhitung dari nilai jawaban tiap
responden untuk tiap butir pertanyaan, kemudian dibandingkan dengan
rtabel. Nilai rtabel 0,195, didapat dari jumlah kasus - 2, atau 103 – 2 = 101,
tingkat signifikansi 5%, maka didapat rtabel 0,195. Setiap butir pertanyaan
dikatakan valid bila angka korelasional yang diperoleh dari perhitungan
lebih besar atau sama dengan rtabel (Imam Ghozali, 2009:53). Berdasarkan
hasil pengujian didapatkan bahwa semua pernyataan dikatakan valid,
karena koefisien korelasi (rhitung) > rtabel. Tabel di bawah ini menunjukkan
hasil uji validitas dari variabel pengalaman dengan 103 sampel
responden.
Tabel 4.5
Hasil Uji Validitas Variabel Pengalaman
Pertanyaan Nilai rhitung Nilai rtabel Kriteria
PG1 0,770 0,195 Valid
PG2 0,663 0,195 Valid
PG3 0,539 0,195 Valid
PG4 0,673 0,195 Valid
PG5 0,731 0,195 Valid
PG6 0,474 0,195 Valid
PG7 0,581 0,195 Valid
PG8 0,560 0,195 Valid
PG9 0,461 0,195 Valid
Sumber: data primer yang diolah
79
Variabel pengalaman terdiri atas 9 butir pernyataan, dari ke-9
butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel). Tabel di bawah ini
menunjukkan hasil uji validitas dari variabel Independensi dengan 103
sampel responden.
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Variabel Independensi
Pertanyaan Nilai rhitung Nilai rtabel Kriteria IN1 0,566 0,195 Valid IN2 0,644 0,195 Valid IN3 0,574 0,195 Valid IN4 0,632 0,195 Valid IN5 0,513 0,195 Valid IN6 0,566 0,195 Valid IN7 0,471 0,195 Valid IN8 0,690 0,195 Valid IN9 0,603 0,195 Valid IN10 0,415 0,195 Valid IN11 0,408 0,195 Valid IN12 0,430 0,195 Valid
Sumber: data primer yang diolah
Variabel independensi terdiri atas 12 butir pernyataan, dari ke -
12 butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel). Tabel di bawah ini
menunjukkan hasil uji validitas dari variabel skeptisme profesonal
auditor dengan 103 sampel responden.
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Variabel Skeptisme Profesional Auditor
Pertanyaan Nilai rhitung Nilai rtabel Kriteria SK1 0,597 0,195 Valid SK2 0,477 0,195 Valid SK3 0,402 0,195 Valid SK4 0,529 0,195 Valid SK5 0,621 0,195 Valid SK6 0,590 0,195 Valid SK7 0,613 0,195 Valid SK8 0,481 0,195 Valid SK9 0,487 0,195 Valid SK10 0,479 0,195 Valid
Sumber: data primer yang diolah
80
Variabel skeptisme professional auditor terdiri atas 10 butir
pernyataan, dari ke-10 butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel). Tabel
di bawah ini menunjukkan hasil uji validitas dari variabel pendeteksian
kecurangan dengan 103 sampel responden.
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Variabel Pendeteksian Kecurangan
Pertanyaan Nilai rhitung Nilai rtabel Kriteria
PK1 0,602 0,195 Valid
PK2 0,496 0,195 Valid
PK3 0,548 0,195 Valid
PK4 0,492 0,195 Valid
PK5 0,400 0,195 Valid
PK6 0,635 0,195 Valid
PK7 0,677 0,195 Valid
PK8 0,407 0,195 Valid
PK9 0,412 0,195 Valid
PK10 0,625 0,195 Valid
PK11 0,499 0,195 Valid
PK12 0,634 0,195 Valid
PK13 0,642 0,195 Valid
Sumber: data primer yang diolah
Variabel pendeteksian kecurangan terdiri atas 13 butir
pernyataan, dari ke-13 butir pernyataan adalah valid (rhitung > rtabel).
b. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas hanya dapat dilakukan setelah suatu instrumen
telah dipastikan validitasnya. Pengujian reliabilitas dalam penelitian ini
untuk menunjukan tingkat reliabilitas konsistensi internal teknik yang
digunakan adalah dengan mengukur koefisien Cronbach’s Alpha dengan
bantuan program SPSS 20. Nilai alpha bervariasi dari 0 – 1, suatu
pertanyaan dapat dikategorikan reliabel jika nilai alpha lebih besar dari
0,60 dalam (Ghozali, 2009:48).
81
Tabel 4.9
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Cronbach's
Alpha
N of
Items
Keterangan
Pengalaman 0,872 9 Reliabel
Independensi 0,863 12 Reliabel
Skeptisme Profesionalisme Auditor 0,833 10 Reliabel
Pendeteksian Kecurangan 0,871 13 Reliabel
Sumber: Data primer yang diolah
Tabel 4.9 di atas menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas
variabel pengalaman sebesar 0,872, variabel independensi sebesar 0,863,
variabel skeptisme profesionalisme auditor sebesar 0,833, dan variabel
pendeteksian kecurangan sebesar 0,871. sehingga dapat disimpulkan
bahwa pernyataan dalam kuesioner semua variabel ini reliabel karena
mempunyai nilai cronbach’s alpha lebih besar dari 0,60.
Hal ini menunjukkan bahwa setiap item pernyataan yang
digunakan akan mampu memperoleh data yang konsisten yang berarti
bila pernyataan itu diajukan kembali akan diperoleh jawaban yang relatif
sama dengan jawaban sebelumnya. Uji validitas digunakan untuk
mengetahui apakah item-item yang ada di dalam kuesioner mampu
mengukur peubah yang didapatkan dalam penelitian ini (Ghozali, 2009:
45). Maksudnya untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner
dilihat jika pertanyaan dalam kuesioner tersebut mampu mengungkapkan
sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut.
82
3. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas Data
Data-data bertipe skala sebagai pada umumnya mengikuti asumsi
distribusi normal. Namun, tidak mustahil suatu data tidak mengikuti
asumsi normalitas. Untuk mengetahui kepastian sebaran data yang
diperoleh harus dilakukan uji normalitas terhadap data yang
bersangkutan. Dengan demikian, analisis statistika yang pertama harus
digunakan dalam rangka analisis data adalah analisis statistik berupa uji
normalitas. Menurut Ghozali (2009:147) uji normalitas bertujuan apakah
dalam model regresi variabel dependen (terikat) dan variabel independen
(bebas) mempunyai kontribusi atau tidak.
Terdapat dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik (uji
Kolmogorov – smirnov), adapun penjelasan mengenai uji normalitas data
adalah sebagai berikut (Ghozali, 2009:147):
1) Hasil Uji Normalitas Secara Grafik
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual
adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara
data observasi dengan distribusi yang mendeteksi distribusi normal.
Namun demikian hanya dengan melihat histogram hal ini dapat
menyesatkan khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode
yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal. Distribusi
83
normal akan membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data
residual akan dibandingkan dengan garis diagonal (Imam Ghozali,
2009:147). Adapun hasil perhitungan uji normalitas dengan melihat
dari segi grafik yang ditunjukan pada gambar grafik p-p plot berikut
ini:
Gambar 4.5: Uji Normalitas Data Secara Grafik
Pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar di sekitar
garis diagonal, serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal.
Kedua grafik ini menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai
karena asumsi normalitas (Imam Ghozali 2009:112).
84
2) Hasil Uji Normalitas Secara Statistik
Uji normalitas secara grafik dapat menyesatkan kalau tidak
hati-hati secara visual kelihatan normal, padahal secara statistik bisa
sebaliknya. Oleh sebab itu dianjurkan disamping uji grafik dilengkapi
dengan uji statistik (Imam Ghozali, 2009:149). Adapun hasil
perhitungan uji normalitas secara statistic yang dilihat berdasarkan uji
Kolmogorof-Smirnov adalah sebagai berikut:
Tabel 4.10 Uji Normalitas Secara Statistik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PG ID SK PK
N 103 103 103 103
Normal Parametersa,b
Mean 4.0354 4.0441 4.0379 4.0491 Std. Deviation .49886 .43661 .44438 .43927
Most Extreme Differences Absolute .084 .086 .074 .068 Positive .064 .086 .068 .068 Negative -.084 -.054 -.074 -.066
Kolmogorov-Smirnov Z .849 .874 .751 .685 Asymp. Sig. (2-tailed) .466 .430 .626 .736
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.10 di atas uji Kolmogorov - Smirnov dapat
diketahui bahwa seluruh variabel memiliki nilai sig. > 0,05, ini
mengartikan bahwa semua data terdistribusi dengan normal (Ghozali,
2009:147).
b. Hasil Uji Multikolienaritas
Pengujian multikolonieritas dilakukan untuk menguji apakah
pada model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen.
Untuk mendeteksi adanya problem multikol, maka dapat dilakukan
dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF) serta
besaran korelasi antar variabel independen.
85
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant) PG .453 2.207
ID .218 4.593
SK .155 6.463
a. Dependent Variable: PK
Sumber: data primer yang diolah
Tabel 4.11 di atas menjelaskan bahwa data yang ada tidak terjadi
gejala multikolinearitas antara masing - masing variabel independen
yaitu dengan melihat nilai VIF. Nilai VIF yang diperbolehkan hanya
mencapai 10 maka data di atas dapat dipastikan tidak terjadi gejala
multikolinearitas. Karena data di atas menunjukan bahwa nilai VIF lebih
kecil dari 10 dan nilai tolerance lebih besar dari 0,10 keadaan seperti itu
membuktikan tidak terjadinya multikolinearitas.
c. Hasil Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas menunjukan bahwa variasi
variabel tidak sama untuk semua pengamatan. Pada heterokedastisitas
kesalahan yang terjadi tidak secara acak tetapi menunjukan hubungan
yang sistematis sesuai dengan besarnya satu atau lebih variabel.
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka hasil Scatterplot dapat dilihat
pada gambar berikut:
86
Gambar 4.6: Uji Heteroskedastisitas
Dari grafik scatterplot yang ada pada gambar di atas dapat dilihat
bahwa titik-titik menyebar secara acak, serta tersebar baik di atas maupun
dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heteroskedastisitas pada model regresi. (Imam Ghozali
2009:107).
4. Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
a. Hasil Uji Determinasi (Adjusted R2)
Menurut Ghozali (2009:87) untuk menentukan seberapa besar
variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen, maka perlu
diketahui nilai koefisien determinasi (Adjusted R-Square). Adapun hasil
uji determinasi Adjusted R2.
87
Tabel 4.12
Hasil Uji Determinasi (Adjusted R2)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .865a .748 .741 .22362 2.165
a. Predictors: (Constant), SK, PG, ID b. Dependent Variable: PK
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.12 di atas menyatakan bahwa nilai koefisien
nilai koefisien determinasi yang sudah disesuaikan (Adjusted R Square)
adalah 0,741. Hal ini berarti 74,1% variasi dari pendeteksian kecurangan
bisa dijelaskan oleh variasi variabel independen (pengalaman,
independensi dan skeptisme profesionalisme auditor). Sedangkan sisanya
(100% - 74,1% = 25,9%) dijelaskan oleh variabel lain yang tidak ada
dalam penelitian ini kompetensi (Setyaningrum, 2010), tipe kepribadian,
beban kerja (Fitriany, 2012).
b. Hasil Uji Persamaan Regresi Linier Berganda
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk mengetahui
pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen, adapun
hasil uji regresi linier berganda adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13
Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
B Std. Error Beta
1
(Constant) .360 .219 PG .228 .066 .259
ID .313 .109 .311
SK .372 .127 .377
a. Dependent Variable: PK
Sumber: data primer yang diolah
88
Berdasarkan tabel 4.13 di atas hasil yang telah diperoleh dari
koefisien regresi di atas, maka dapat dibuat suatu persamaan regresi
sebagai berikut:
Y= 0,360 + 0,228 X1 + 0,313 X2 + 0,372 X3
Pada persamaan regresi di atas menunjukkan nilai konstanta
sebesar 0,360. Hal ini menyatakan bahwa jika variabel pengalaman,
independensi dan skeptisme profesionalisme auditor dianggap konstan
atau bernilai 0 (nol), maka pendeteksian kecurangan akan meningkat
sebesar 0,360 satuan atau 36 %.
Koefisien regresi pada variabel pengalaman sebesar 0,228, hal ini
berarti jika variabel independensi bertambah satu satuan maka variabel
pendeteksian kecurangan akan meningkat sebesar 0,228 satuan atau
22,8%, dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
Koefisien regresi pada variabel independensi sebesar 0,313, hal
ini berarti jika variabel independensi bertambah satu satuan maka
variabel pendeteksian kecurangan akan meningkat sebesar 0,313 satuan
atau 33,3 %, dengan catatan variabel lain dianggap konstan.
Koefisien regresi pada variabel skeptisme profesionalisme auditor
sebesar 0,372, hal ini berarti jika variabel skeptisme profesionalisme
auditor bertambah satu satuan maka variabel pendeteksian kecurangan
akan meningkat sebesar 0,372 satuan atau 37,2 %, dengan catatan
variabel lain dianggap konstan.
89
5. Hasil Uji Hipotesis Penelitian
a. Hasil Uji Secara Simultan (Uji F)
Pengujian ini bertujuan untuk membuktikan apakah variabel-
variabel independen secara simultan (bersama - sama) mempunyai
pengaruh terhadap variabel dependen (Ghozali, 2009:88). Hasil uji
statistik F dapat dilihat pada tabel di bawah ini, jika nilai probabilitas
lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak Ho, sedangkan jika
nilai probabilitas lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan menolak Ha.
Tabel 4.14 Hasil Uji Statistik F (Simultan)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 14.731 3 4.910 98.200 .000b
Residual 4.950 99 .050
Total 19.682 102 a. Dependent Variable: PK b. Predictors: (Constant), SK, PG, ID
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.14 di atas menyatakan bahwa hasil uji F
dapat dilihat pada tabel di atas nilai Fhitung diperoleh sebesar 98,200 >
Ftabel sebesar 2,70 dengan tingkat signifikansi 0,000 < 0,05. Karena
tingkat signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima, sehingga
dapat dikatakan bahwa pengalaman, independensi, skeptisme
profesionalisme auditor terhadap pendeteksian kecurangan berpengaruh
secara simultan (bersama-sama).
b. Hasil Uji Secara Parsial (Uji t)
Uji t menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas
atau independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel
dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh
90
masing-masing variabel independen secara individual terhadap variabel
dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0,05 (Ghozali, 2009:88).
Tabel 4.15
Hasil Uji t (Parsial) Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) .360 .219 1.645 .103
PG .228 .066 .259 3.461 .001
ID .313 .109 .311 2.877 .005
SK .372 .127 .377 2.940 .004
a. Dependent Variable: PK
Sumber: data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.15 di atas dapat dilihat bahwa pengaruh
pengalaman, independensi, skeptisme profesionalisme auditor terhadap
pendeteksian kecurangan menunjukkan pengaruh yang signifikan.
Berikut ini adalah hasil penjelasan mengenai pengaruh antar variabel
independen terhadap pendeteksian kecurangan:
1) Pengaruh Pengalaman Terhadap Pendeteksian Kecurangan
Variabel pengalaman dengan nilai thitung sebesar 3,461 > 1,98
atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,001 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
pengalaman berpengaruh signifikan secara parsial terhadap
pendeteksian kecurangan. Hasil sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Fitriany (2012), dalam penelitianya yang berjudul
“Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit Dan Tipe Kepribadia
Terhadap Skeptisme Profesiona Dan Kemampuan Auditor Dalam
Mendeteksi Kecurangan”. Metode yang digunakan adalah
91
menggunakan regresi linier berganda. Hasil pengujian menunjukkan
bahwa beban kerja berpengaruh negatif terhadap peningkatan
kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala-gejala kecurangan,
sedangkan pengalaman audit dan skeptisme profesional terbukti
berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan auditor
mendeteksi gejala - gejala kecurangan.
Dengan hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa semakin
berpengalaman seorang auditor, maka akan semakin tinggi atau
semakin baik dalam mendeteksi kecurangan. Dengan hasil tersebut
kantor akuntan publik harus memberikan pelatihan bagi auditor dalam
meningkatkan kemampuan bagi mereka dan memberikan kompensasi
yang layak dan sesuai kebutuhan auditor, karena semakin lamanya
auditor bekerja maka akan semakin baik pekerjaan yang dilaksanakan.
Sehingga akan meningkatkan pendeteksian kecurangan yang
menghasilkan kualitas audit yang lebih baik lagi. Hal ini sesuai
dengan pernyataan yang diungkapkan oleh Sukriah, dkk (2009)
menyimpulkan bahwa semakin banyak pengalaman kerja seorang
auditor maka semakin meningkat kualitas hasil pemeriksaan yang
dilakukan.
2) Pengaruh Independensi Terhadap Pendeteksian Kecurangan
Variabel independensi dengan nilai thitung sebesar 2,877 > 1,98
atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,005 < 0,05), maka dapat
disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
independensi berpengaruh positif secara parsial terhadap pendeteksian
92
kecurangan. Hasil sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Matondang (2010), dalam penelitianya yang berjudul “Pengaruh
Pengalaman, independensi dan keahlian profesionalisme terhadap
pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan
keuangan”, metode yang digunakan menggunakan regresi linier
berganda. Disimpulkan pengalaman, independensi dan keahlian
professional berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian
kecurangan.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa semakin tingginya
independensi seorang auditor maka akan semakin tinggi mendeteksi
kecurangan. Berdasarkan hasil tersebut maka kantor akuntan publik
perlu melakukan motivasi dan melakukan pengawasan terhadap
auditor, sehingga akan meningkatkan pendeteksian kecurangan.
Dengan meningkatnya pendeteksian kecurangan maka akan semakin
baiknya kualitas audit dan akan menyajikan laporan keuangan yang
lebih baik lagi sehingga dapat dipercaya perusahaan dalam mengaudit
laporan keuangan.
3) Pengaruh Skeptisme Profesionalisme Auditor Terhadap Pendeteksian
Kecurangan
Variabel skeptisme profesionalisme auditor dengan nilai thitung
sebesar 6,642 > 1,98 atau nilai sig. lebih kecil dari 0,05 (0,000 < 0,05),
maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti skeptisme profesionalisme auditor berpengaruh signifikan
secara parsial terhadap pendeteksian kecurangan. Hasil sesuai dengan
93
penelitian yang dilakukan oleh Waluyo (2005), dalam penelitianya
yang berjudul “Skeptisme Profesional Auditor Dalam Mendeteksdi
Kecurangan”, metode yang digunakan dalam penelitianya
menggunakan refresi linier bverganda. Hasil penelitian menyatakan
bahwa tipe skeptisme yang terdiri dari dukungan data dan tipe
kepripadian berpengaruh pendeteksian kecurangan.
Hasil penelitian membuktikan bahwa semakin meningkat
skeptisme auditor maka akan semakin tinggi pendeteksian
kecurangan, dengan hasil tersebut maka kantor akuntan publik harus
melakukan peningkatan pelatihan terhadap auditor agar lebih
professional lagi, sehingga akan meningkatkan kualitas audit yang
lebih baik lagi dan menyajikan laporan keuangan yang semakin baik.
C. Interpretasi
1. Pengaruh Pengalaman Terhadap Pendeteksian Kecurangan
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial
antara pengalaman terhadap pendeteksian kecurangan dilihat berdasarkan
nilai signifikan kurang dari 0,05. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Fitriany (2012), dalam penelitianya yang berjudul
“Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit Dan Tipe Kepribadia Terhadap
Skeptisme Profesiona Dan Kemampuan Auditor Dalam Mendeteksi
Kecurangan”. Metode yang digunakan adalah menggunakan regresi linier
berganda. Hasil pengujian menunjukkan bahwa beban kerja berpengaruh
negatif terhadap peningkatan kemampuan auditor dalam mendeteksi gejala-
94
gejala kecurangan, sedangkan pengalaman audit dan skeptisme profesional
terbukti berpengaruh positif terhadap peningkatan kemampuan auditor
mendeteksi gejala - gejala kecurangan.
Hal ini membuktikan bahwa pengalaman menjadi faktor yang
mempengaruhi pendeteksian kecurangan. Berdasarkan hasil uji regresi linier
berganda ditemukan hasil signifikan dan positif hal ini membuktikan bahwa
semakin berpengalaman auditor maka akan semakin tinggi tingkat
pendeteksian kecurangan.
2. Pengaruh Independensi Terhadap Pendeteksian Kecurangan
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial
antara independensi terhadap pendeteksian kecurangan dilihat berdasarkan
nilai signifikan kurang dari 0,05. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Matondang (2010), dalam penelitianya yang berjudul
“Pengaruh Pengalaman, independensi dan keahlian profesionalisme
terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan penyajian laporan
keuangan”, metode yang digunakan menggunakan regresi linier berganda.
Disimpulkan pengalaman, independensi dan keahlian professional
berpengaruh terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan.
Hal ini membuktikan bahwa independensi menjadi faktor yang
mempengaruhi pendeteksian kecurangan. Berdasarkan hasil uji regresi linier
berganda ditemukan hasil signifikan dan positif hal ini membuktikan bahwa
semakin independensi maka akan semakin tinggi tingkat pendeteksian
kecurangan.
95
3. Pengaruh Skeptisme Profesionalisme Auditor Terhadap Pendeteksian
Kecurangan
Hasil penelitian menyatakan bahwa terdapat pengaruh secara parsial
antara skeptisme profesionalisme auditor terhadap pendeteksian kecurangan
dilihat berdasarkan nilai signifikan kurang dari 0,05. Hasil penelitian sesuai
dengan penelitian yang dilakukan oleh Waluyo (2005), dalam penelitianya
yang berjudul “Skeptisme Profesional Auditor Dalam Mendeteksdi
Kecurangan”, metode yang digunakan dalam penelitianya menggunakan
regresi linier berganda. Hasil penelitian menyatakan bahwa tipe skeptisme
yang terdiri dari dukungan data dan tipe kepripadian berpengaruh
pendeteksian kecurangan.
Hasil regresi menyatakan bahwa skeptisme profesionalisme auditor
berpengaruh dan signifikan serta positif terhadap pendeteksian kecurangan,
hal ini membuktikan bahwa semakin tingginya skeptisme profesionalisme
auditor maka akan semakin tinggi pendeteksian kecurangan.
96
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa pengalaman,
independensi, skeptisme profesionalisme auditor berpengaruh positif terhadap
pendeteksian kecurangan. Responden penelitian ini berjumlah 103 orang
auditor di wilayah Jakarta. Berdasarkan pada data yang telah dikumpulkan dan
pengujian yang telah dilakukan terhadap permasalahan dengan menggunakan
model regresi berganda, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda ditemukan bahwa pengalaman,
independensi, skeptisme profesionalisme auditor berpengaruh positif dan
signifikan terhadap pendeteksian kecurangan. Hasil sesuai dengan penelitian
yang dilakukan oleh Herman (2009).
2. Dalam penelitian ditemukan bahwa variabel skeptisme memiliki pengaruh
paling dominan terhadap pendeteksian kecurangan, hal ini dapat dilihat
berdasarkan nilai standard coefficient beta sebesar 0,377.
B. Implikasi
Berdasarkan kesimpulan di atas maka implikasi dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Berdasarkan penelitian ditemukan bahwa pengalaman memiliki pengaruh
yang signifikan dan positif terhadap pendeteksian kecurangan, dengan
demikian semakin tingginya pengalaman dari seorang auditor maka akan
97
semakin tinggi pula pendeteksian kecurangan. Hal ini membuktikan bahwa
dengan pengalaman yang lama akan meningkatkan keahlian auditor dalam
pendeteksian kecurangan. Maka bagi KAP perlu melakukan pelatihan yang
lebih baik lagi dan mempertahankan auditor yang bekerja dengan baik
dengan memberikan kenyamanan yang baik dengan pemberian kompensasi
bagi auditor sesuai kebutuhanya. Karena semakin banyak pengalaman maka
semakin semakin meningkat kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan
auditor, hal ini sesuai dengan pendapat Sukriah, dkk (2009) menyimpulkan
bahwa semakin banyak pengalaman kerja seorang auditor maka semakin
meningkat kualitas hasil pemeriksaan yang dilakukan. Seseorang yang
melakukan pekerjaan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya akan
memberikanhasil yang baik daripada mereka yang tidak memiliki
pengetahuan yang cukup dalam menjalankan tugasnya.kenyataan
menunjukkan bahwa semakin lama seseorang bekerja maka, semakin
banyak pengalaman yang dimiliki pekerja tersebut.Sebaliknya, semakin
singkat masa kerja berarti semakin sedikit pengalaman yang diperolehnya.
Pengalaman bekerja memiliki keahlian dan keterampilan kerja yang cukup
namun sebaliknya,keterbatasab kerja mengakibatkan tingkat keterampilan
dan keahlian yang dimiliki semakin rendah. Kebiasaan unuk melakukan
tugas dan pekerjaan sejenis merupakan sarana positif untuk meningkatkan
keahlian tenaga kerja.
98
2. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa independensi memiliki
pengaruh yang signifikan dan positif terhadap pendeteksian kecurangan,
dengan hasil ini maka dapat dilihat bahwa semakin tingginya independensi
seorang auditor maka akan semakin tinggi pendeteksian kecurangan,
sehingga perlu adanya pengawasan mengenai peningkatan independensi
dengan memberikan pelatihan mengenai independensi.
3. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa skeptisme profesionalisme
auditor memiliki pengaruh yang signifikan dan positif dan merupakan
variabel yang paling besar berpengaruh terhadap pendeteksian kecurangan,
dengan hasil ini maka dapat dilihat bahwa semakin tingginya skeptisme
profesionalime auditor maka akan semakin tinggi pendeteksian kecurangan,
hal ini membuktikan bahwa bagi pihak KAP perlu melakukan penerapan
skeptisme auditor lebih baik lagi. Auditor menerapkan sikap skeptisme
profesional pada saat mengajukan pertanyaan dan menjalankan prosedur
audit, dengan tidak cepat puas dengan bukti audit yang kurang persuaive
yang hanya didasarkan pada kepercayaan bahwa manajemen dan pihak
terkait bersikap jujur dan mempunya integritas Waluyo (2008:7). Maka
perlu adanya skeptisme agar kualitas laporan keuangan semakin baik.
C. Saran
Hasil menyatakan bahwa pengalaman, independensi dan skeptisme
profesional auditor sangat penting dalam meningkatkan pendeteksian
kecurangan maka perlu adanya peningkatan pengalaman, independensi dan
99
skeptisme profesional auditor yang lebih baik, dengan demikian peneliti akan
memberikan beberapa saran untuk penelitian selanjutnya:
1. Melakukan penelitian dengan waktu yang cukup dan tidak terburu-buru,
agar mendapat hasil yang lebih baik dan lebih teliti lagi.
2. Memberikan waktu yang cukup kepada responden, pertama agar responden
dapat mencerna seluruh pertanyaan yang ada dikuesioner, kedua agar
mereka dapat menjawab pertanyaan dengan tepat.
3. Menambahkan jumlah variabel yang dapat mempengaruhi pendeteksian
kecurangan, sehingga akan menghasilkan data yang lebih baik lagi.
4. Menggunakan alat uji yang lebih baik lagi agar menghasilkan data yang
akurat
5. Lebih teliti lagi dalam pemilihan variabel dan dan jumlah penyebaran yang
ditambah lagi agar menciptakan data yang baik dan normal.
6. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat menyajikan hasil penelitian
yang lebih berkualitas lagi dengan menggambarkan secara deskriptif
variabel yang akan diteliti dan memperluas objek penelitian.
7. Dalam penelitian selanjutnya, perlu diperbaiki alternatif jawaban responden,
sehingga tidak ada responden memiliki lebih dari 1 jawaban.
100
DAFTAR PUSTAKA
Abriyani, Puspaningsih, 2004. “Faktor-faktor yang berpengaruh Terhadap
Kepuasan Kerja Dan Kinerja Manajer Perusahaan Manufaktur”, Jurnal
Akuntansi dan Auditing Indonesia, Jakarta.
Amrizal, (2004). ”Pencegahan dan Pendeteksian Kecurangan oleh Internal
Auditor”. Jakarta: Direktorat Investigasi BUMN dan BUMD Deputi
Bidang Investigasi.
Arens A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley, 2006. Auditing dan Jasa
Assurance : Pendekatan Integrasi (Alih Bahasa: Herman Wibowo), Jilid 1,
Edisi Keduabelas, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Arens, A. & Loebbecke, J.K. (2003). Auditing Pendekatan Terpadu buku 1 (edisi
8). (Alih bahasa, Jusuf, A. A.) Jakarta: Penerbit Salemba Empat.
_______, Alvin A., Randal J. Elder dan Mark S. Beasley. (2010). Auditing Dan
Jasa Assurance: Pendekatan Terintegrasi. Jilid 1. Edisi 12. Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Arum, Puspa. (2008) “Pengaruh Persuasi Atas Preferensi Klien Dan Pengalaman
Audit Terhadap Pertimbangan Auditor Dalam Mengevaluasi Bukti Audit,
Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. Volume 5 – Nomor 2,
Desember 2008, Universitas Jambi, Jambi
Asih, Dwi Annaning Tyas, 2006. “Pengaruh Pengalaman Terhadap Peningkatan
Keahlian Auditor Dalam Bidang Auditing”. Fakultas Ekonomi Universitas
Islam Indonesia. Yogyakarta,.
BAPEPAM. (2002). Keputusan Ketua BAPEPAM No. Kep-20/PM/2002
bertanggal 12 november 2002, perturan No. VIII.A.2 tentang Independensi
Akuntan yang Memberikan Jasa Audit di Pasar Modal. Jakarta:BAPEPAM
Beasley, M.S., Carcello, J.V., and Hermanson, D.R. (2001). “Top 10 Audit
Deficiencies”. Journal of Accountancy.
Boynton, William C., Johnson Raymond dan Kell, Walter G. (2003). “Modern
Auditing”. Seven Edition. New York: Juhn Willey and Sons Inc.
Dian, Indri Purnamasari, 2005. ”Pengaruh Pengalaman Kerja Terhadap
Hubungan Partisipasi dengan Efektifitas Sistem Informasi”, Jurnal Riset
Akuntansi Keuangan, Jakarta.
101
Fahmi, Irham, 2008. “Analisis Kredit dan Fraud: Pendekatan Kualitatif dan
Kuantitatif”. Alumni, Bandung,.
Ferdian, Riki dan Na’im, Ainun, 2006. “Pengaruh Problem-Based Learning
(PBL) pada Pengetahuan tentang Kekeliruan dan Kecurangan (errors and
irregularities)”. Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang,.
Fitriany, Hafifah Nasution, 2012. “Pengaruh Beban Kerja, Pengalaman Audit
Dan Tipe Kepribadian Terhadap Skeptisme Profesional Dan Kemampuan
Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan”, Universitas Indonesia, Jakarta.
Fullerton, Rosemary R., and Durtschi, Cindy. (2004). The Effect of Professional
Skepticism on The Fraud Detection Skills of Internal Auditors. Working
Paper Series. March 5, 2012. http://www.ssrn.com
Ghozali, Imam, 2009.”Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS”,
Badan Penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang
Halim, Abdul, 2008. “Auditing: Dasar-Dasar Audit Laporan Keuangan”, Edisi
Keempat. UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Hamid, Abdul, 2007. “Panduan Penulisan Skripsi”. FEIS UIN Press, Jakarta.
Herliansyah, Yudhi dan Ilyas, Meifida, 2006. “Pengaruh Pengalaman Auditor
terhadap Penggunaan Bukti tidak Relevan dalam Auditor Judgment”.
Simposium Nasional Akuntansi 9. Padang.
Herman, Edy, 2009. “Pengaruh Pengalaman dan Skeptisme Profesional Auditor
Terhadap Pendeteksian Kecurangan”, Universitas Islam Negeri, Jakarta.
Herty, Safitri YunintaSari, 2010. “Pengaruh Independensin Dan Profesionalisme
Auditor Internal Dalam Upaya Mencegah Dan Mendeteksi Terjadinya
Fraud”. UIN. Jakarta.
Ida, Suraida. 2005. “Pengaruh Etika, Kompetensi, Pengalaman Audit dan Risiko
Audit terhadap Skeptisisme Profesional Auditor dan Ketepatan Pemberian
Opini Akuntan Publik”. Sosiohumaniora, Vol. 7 No. 3, November 2005:
186-202.
Ikatan Akuntan Indonesia 2001. Standar Auditing Seksi 316 : “Pertimbangan
atas Kecurangan dalam Audit Laporan Keuangan”. Standar Profesional
Akuntan Publik. IAI-KAP. Jakarta : Salemba – Empat.
102
Isalinda, Michiko, 2011. “Analisis pengaruh trust, fraud risk assessment, dan
pengalaman auditor terhadap skeptisme profesional auditor dalam
pendeksian kecurangan”. Universitas Islam Negeri, Jakarta.
Kushasyandita, Sabhrina, 2012. “Pengaruh Pengalaman, Keahlian, Situasi Audit,
Etika, Dan Gender Terhadap Ketepatan Pemberian Opini Auditor Melalui
Skeptisisme Profesional Auditor”, Fakultas Ekonomika Dan Bisnis
Universitas Diponegoro, Semarang.
Kusumastuti, Rika Dewi, 2008. ” Pengaruh Pengalaman, Komitmen Profesional,
Etika Organisasi, Dan Gender Terhadap Pengambilan Keputusan Etis
Auditor ”, UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
Matondang, Jordan, 2010. “Pengaruh Pengalaman Audit, Independsi, Dan
Keahlian Profesional Terhadap Pencegahan Pendeteksian Kecurangan
Penyajian Laporan Keuangan”, Univestias Islam Negeri, Jakarta.
Mui, Grace Yanchi, 2010. “Factors That Impact On Internal Auditors’ Fraud
Detection Capabilities – A Report For The Institute of Internal Auditors
Australia”. Center for Business Forensics HELP University Malaysia.
Mulyadi, Puradiredja, Kanaka. (1998). Auditing, buku dua 5th Edition. Salemba
Empat
_______, Puradiredja, Kanaka. (2002). Auditing. Jilid 1. Edisi 6. Salemba Empat,
Jakarta.
_______. “Auditing”. Edisi Enam; cetakan kesatu. Salemba Empat, Jakarta, 2002.
_______. 2008. Sistem Akuntansi. Cetakan Keempat. Jakarta : Salemba Empat.
Noviani, Bandi. “Pengaruh Pengalaman Dan Pelatihan Terhadap Struktur
Pengetahuan Auditortentang Kekeliruan”, universitas negeri semarang,
2002.
Noviyanti, Suzy. “Skeptisme Profesional Auditor dalam Mendeteksi
Kecurangant”. Konferensi Akuntansi Pertama Universitas Indonesia.
Depok, 2007.
Payama J Simanjuntak. 2005. Manajemen dan Evaluasi Kinerja. Jakarta: FE
Universitas Indonesia.
Pia, Yanti. “Pengaruh Akuntabilitas, Kompetensi, Dan Independensi Terhadap
Kualitas Hasil Kerja Auditor”. FEIS UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta,
2009.
103
Ramaraya, Tri. ”Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Laporan Keuangan oleh
Auditor Eksternal”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol. 10, No. 1 (hal.
23-33). Mei 2008.
Sawyer, B, Lawrence, 2006. Dittenhofer A, Mortimer., dan Scheiner H, James.
“Internal Auditing”. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Setyaningrum, 2010. “Pengaruh Independensi Dan Kompetensi Auditor
Terhadap Tanggung Jawab Auditor Dalam Mendeteksi Kecurangan Dan
Kekeliruan Laporan Keuangan”, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Perbanas,
Surabaya,
Singgih Santoso, 2000, Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. Jakarta: PT Elex
Media Komputindo Gramedia
Sukriah, dkk. (2009). “Pengaruh Pengalaman Kerja, Independensi, Obyektifitas,
Integritas dan Kompetensi terhadap Kualitas Hasil Pemeriksaan”.
Simposium Nasional Akuntansi 12. Palembang.
Surat Keputusan Menkeu No. 359/KMK.06/2003 tentang perubahan atas Kep
Menkeu No. 423/KMK.06/2002 tentang jasa akuntan publik. www.
depkeu.go.id, 2003
Suryaningtiyas, “Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Independensi Akuntan
Publik”, Fakultas Ekonomi Widyatama, Jakarta, 2007
Taufik, Muchammad. “Pengaruh Pengalaman Kerja dan pendidikan Profesional
Auditor Internal terhadap Kemampuan Mendeteksi Fraud”. FEIS UIN
Syarif Hidayatullah. Jakarta, 2008.
Waluyo, Agung “Skeptisme professional auditor dalam pendeteksian
kecurangan”, Junal 2005.
104
Lampiran 1: Kuesioner Penelitian
KUESIONER
PENGARUH PENGALAMAN, INDEPENDENSI DAN SKEPTISME
PROFESIONAL AUDITOR TERHADAP PENDETEKSIAN
KECURANGAN
Sebagai Syarat Tugas Akhir Mendapatkan Gelar Sarjana Ekonomi pada
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Disusun Oleh:
MUHAMMAD YUSUF AULIA
(206082004000)
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H / 2013 M
105
Hal : Permohonan Pengisian Kuesioner Penelitian
Kepada Yth.
Bapak/Ibu/Sdr/i Responden
Di tempat
Dengan hormat,
Dalam rangka penyusunan skripsi sebagai salah satu syarat untuk
mencapai gelar sarjana Strata satu (S1) pada Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, saya:
Nama : MUHAMMAD YUSUF AULIA
Nim : 206082004000
Jurusan : Akuntansi Audit
Telpon : 081219534007
Mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i untuk menjadi responden
dengan mengisi lembar kuesioner ini secara lengkap. Data yang diperoleh hanya
akan digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan sebagai
penilaian kinerja ditempat Bapak/Ibu/Sdr/i bekerja, sehingga kerahasiaannya akan
saya jaga sesuai dengan etika penelitian.
1. Dimohon untuk membaca setiap pertanyaan secara hati-hati dan menjawab
dengan lengkap semua pertanyaan, karena apabila terdapat salah satu nomor
yang tidak diisi maka kuesioner dianggap tidak berlaku.
2. Tidak ada jawaban yang salah atau benar dalam pilihan anda, yang penting
memilih jawaban yang sesuai dengan pendapat anda.
Atas kesediaan Bapak/Ibu/Sdr/i meluangkan waktu untuk mengisi dan
menjawab semua pertanyaan dalam kuesioner ini, saya ucapkan terima kasih.
Peneliti,
(Muhammad Yusuf Aulia)
106
A. Identitas Responden
Untuk keperluan keabsahan data penelitian ini, saya mengharapkan kepada
Bapak/Ibu/Sdr/i untuk mengisi data-data berikut:
Nama : ………………………………
Nama KAP : ……………………………….
Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan
Umur : …………… tahun
Posisi Terakhir : Auditor Senior Partner Manajer
Supervasior Auditor Junior
Pendidikan Terakhir : D3 D4 S1
S2 S3
Pengalaman Kerja : < 1 tahun 1-3 tahun
3-10 tahun > 10 tahun
B. Mohon Bapak/Ibu/saudara/ menjawab pertanyaan dibawah ini dengan
memberikan tanda (√) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan
diri Bapak/Ibu/Saudara.
Keterangan:
STS : Sangat Tidak Setuju STS : Sangat Tidak Setuju
TS : Tidak Setuju TS : Tidak Setuju
R : Ragu-ragu N : Netral
S : Setuju S : Setuju
SS : Sangat Setuju SS : Sangat Setuju
107
Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Pengalaman Auditor (X1)
Pernyataan STS TS N S SS
1. Pengalaman auditor berpengaruh terhadap
keputusan yang dibuat.
2. Pengalaman dalam pekerjaan pada
umumnya dapat mengembangkan karir.
3. Pengalaman auditor sudah pasti
meningkat karena seringnya melakukan
tugas.
4. Pengalaman dapat membantu auditor
mengetahui kekeliruan disuatu perusahaan
berikut penyelesaiannya.
5. Semakin banyak pengalaman yang
dimiliki auditor, semakin besar
kemampuan auditor dalam mengatasi
setiap permasalahan yang ada.
6. Pengalaman membantu auditor dalam
menganalisis masalah.
7. Pengalaman membantu auditor dalam
memprediksi dan mendeteksi masalah
secara profesional.
8. Auditor dikatakan berpengalaman bila
menjalankan tugas lebih dari tiga tahun.
9. Auditor junior untuk mencapai
kompetensinya dapat belajar dari
pengalaman pada auditor seniornya.
108
Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Independensi (X2)
Pernyataan STS TS N S SS
1. Dalam pelaksanaan audit, akuntan publik
memiliki rasa percaya diri
2. Dalam melakukan audit, akuntan publik
memiliki kemampuan dan keahlian.
3. Dalam melakukan audit,akuntan publik
bersikap jujur dan adil
4. Rasa tanggung jawab yang tinggi harus
dimiliki akuntan publik dalam melakukan
audit
5. Akuntan publik diberi kebebasan dalam
mengaudit
6. Dalam melaksanakan audit seorang
akuntan publik bebas dari tekanan klien
7. Akuntan publik tidak diperbolehkan
mengaudit laporan keuangan perusahaan
milik kerabat
8. Dalam setiap perikatan audit, akuntan
publik memegang teguh kode etik
independensi
9. Sikap independensi merupakan ukuran
profesionalisme seorang auditor
10. Sikap independensi merupakan cermin
ketaatan akuntan publik terhadap standar
profesi
11. Independensi diatur sesuai dengan standar
profesi akuntan publik
12 KAP mengikuti standar ketentuan IAI
tentang independensi professional auditor
109
Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Skeptisme Profesional Auditor (X3)
Pernyataan STS TS N S SS
1. Skeptisme profesional auditor mencakup
pikiran yang selalu mempertanyakan dan
melakukan evaluasi secara kritis terhadap
bukti audit.
2. Skeptisme profesional perlu dimiliki oleh
auditor terutama saat memperoleh dan
mengevaluasi bukti audit.
3. Auditor harus memiliki kemahiran
profesional yang cermat dalam mengaudit
laporan keuangan.
4. Auditor harus memiliki independensi dan
kompetensi dalam melaksanakan audit.
5. Auditor tidak boleh mengasumsikan begitu
saja bahwa manajemen adalah tidak jujur,
tetapi auditor juga tidak boleh
mengasumsikan bahwa manajemen
sepenuhnya jujur.
6. Auditor harus merencanakan dan
melaksanakan audit dengan mengakui
bahwa ada kemungkinan terjadinya salah
saji dalam laporan keuangan.
7. Auditor membuat penaksiran yang kritis
terhadap validitas dari bukti audit yang
diperoleh.
8. Auditor menerapkan sikap skeptisme
profesional dengan tidak cepat puas dengan
bukti audit yang ada.
9. Auditor harus waspada terhadap bukti audit
yang bersifat kontradiksi.
10. Kepercayaan diri yang tinggi harus dimiliki
oleh auditor ketika melaksanakan audit.
110
Pertanyaan Yang Berhubungan Dengan Pendeteksian Kecurangan (Y)
STS TS N S SS
1. Sebelum melaksanakan audit, auditor
harus memahami struktur pengendalian
internal perusahaan klien.
2. Deteksi kecurangan mencakup identifikasi
indikator-indikator kecurangan yang
memerlukan tindak lanjut auditor untuk
melakukan investigasi.
3. Auditor harus memahami karakteristik
terjadinya kecurangan.
4. Diperlukan standar pengauditan mengenai
pendeteksian kecurangan.
5. Lingkungan pekerjaan audit sangat
mempengaruhi kualitas audit.
6. Metode dan prosedur audit yang tidak
efektif dapat mengakibatkan kegagalan
dalam usaha pendeteksian kecurangan.
7. Auditor menyusun langkah-langkah yang
dilakukan guna pendeteksian kecurangan.
8. Identifikasi atas faktor-faktor penyebab
kecurangan, menjadi dasar untuk
memahami kesulitan dan hambatan dalam
pendeteksian kecurangan.
9. Auditor harus dapat memperkirakan
bentuk-bentuk kecurangan apa saja yang
bisa terjadi.
10. Auditor harus dapat mengidentifikasi
pihak-pihak yang dapat melakukan
kecurangan.
11. Keterbukaan pihak manajemen dapat
berakibat sulitnya melakukan
pendeteksian kecurangan.
12. Auditor harus melakukan pengujian atas
dokumen-dokumen atau informasi-
informasi yang diperoleh.
13. Kondisi mental dan pengawasan kerja
yang buruk merupakan faktor yang dapat
menyebabkan terjadinya kecurangan.
111
Lampiran 2: Data Mentah Jawaban Responden
Pengalaman (X1)
Resp. NOMOR KUESIONER
Total Average PG1 PG2 PG3 PG4 PG5 PG6 PG7 PG8 PG9
1 4 4 4 5 4 5 4 4 4 38 4,22
2 4 5 5 4 4 4 5 4 4 39 4,33
3 4 3 3 4 4 4 3 5 4 34 3,78
4 3 4 4 3 3 3 4 4 4 32 3,56
5 4 5 5 5 4 5 4 4 4 40 4,44
6 4 4 4 4 4 4 5 4 4 37 4,11
7 3 3 3 3 3 3 4 3 3 28 3,11
8 3 4 4 4 3 4 3 3 4 32 3,56
9 5 5 5 5 5 5 4 5 5 44 4,89
10 4 4 4 4 4 4 5 4 4 37 4,11
11 4 3 4 4 4 4 3 4 4 34 3,78
12 2 4 4 4 2 4 4 2 4 30 3,33
13 5 5 5 5 5 5 4 5 5 44 4,89
14 4 4 5 4 4 4 4 4 4 37 4,11
15 2 4 3 4 2 4 4 2 4 29 3,22
16 5 5 4 5 5 5 5 5 5 44 4,89
17 3 3 4 3 3 3 4 3 4 30 3,33
18 3 5 5 5 3 5 5 3 3 37 4,11
19 5 5 4 5 5 5 5 5 5 44 4,89
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 27 3,00
21 3 4 4 3 3 3 3 3 3 29 3,22
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4,00
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 45 5,00
24 5 4 4 5 5 5 4 5 5 42 4,67
25 3 4 4 3 3 3 3 3 3 29 3,22
26 4 3 4 4 4 4 3 4 4 34 3,78
27 4 4 5 4 4 4 4 4 4 37 4,11
28 3 3 4 3 3 3 3 4 3 29 3,22
29 5 5 4 5 5 5 5 4 5 43 4,78
30 4 3 3 4 4 4 3 4 4 33 3,67
31 5 4 4 4 5 4 4 4 5 39 4,33
32 4 5 5 5 4 5 4 4 4 40 4,44
33 4 3 3 3 4 3 4 4 4 32 3,56
34 3 4 4 4 3 4 4 4 3 33 3,67
35 4 4 4 4 4 5 4 4 4 37 4,11
36 5 5 5 5 5 4 4 4 5 42 4,67
37 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35 3,89
38 3 3 3 3 3 4 5 4 3 31 3,44
39 4 4 4 5 4 5 5 4 4 39 4,33
40 5 5 5 5 5 4 5 5 5 44 4,89
41 4 3 3 4 4 4 4 4 5 35 3,89
112
Pengalaman (Lanjutan)
Resp. NOMOR KUESIONER
Total Average PG1 PG2 PG3 PG4 PG5 PG6 PG7 PG8 PG9
42 5 4 4 5 5 4 4 4 4 39 4,33
43 5 4 5 5 5 4 4 4 4 40 4,44
44 4 4 5 4 4 4 4 4 4 37 4,11
45 3 4 4 3 3 4 4 4 4 33 3,67
46 5 5 4 5 5 4 5 4 4 41 4,56
47 4 4 4 3 4 4 4 4 5 36 4,00
48 2 5 4 4 2 5 4 4 5 35 3,89
49 4 5 5 4 4 4 4 5 4 39 4,33
50 3 3 3 3 3 3 5 4 4 31 3,44
51 3 3 4 4 3 3 4 5 4 33 3,67
52 4 4 4 4 4 4 5 4 5 38 4,22
53 5 5 5 5 5 5 5 4 4 43 4,78
54 5 4 5 5 5 5 5 3 4 41 4,56
55 4 3 3 4 4 4 4 4 4 34 3,78
56 5 3 3 3 5 4 4 4 3 34 3,78
57 4 4 5 4 4 5 4 4 4 38 4,22
58 3 3 4 3 3 4 4 5 5 34 3,78
59 4 5 4 5 4 4 4 5 4 39 4,33
60 2 3 4 3 2 4 2 3 4 27 3,00
61 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35 3,89
62 3 4 5 4 3 4 3 4 4 34 3,78
63 4 4 5 4 4 4 4 4 4 37 4,11
64 5 5 5 5 5 4 5 5 5 44 4,89
65 3 4 4 4 3 4 3 4 4 33 3,67
66 5 4 4 4 5 3 5 4 4 38 4,22
67 4 5 4 4 4 4 4 5 4 38 4,22
68 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4,00
69 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4,00
70 4 4 5 4 4 3 4 4 4 36 4,00
71 4 4 4 3 4 4 4 4 4 35 3,89
72 4 4 4 4 4 3 4 4 4 35 3,89
73 4 5 5 4 4 4 4 5 4 39 4,33
74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4,00
75 4 4 5 3 4 4 4 4 5 37 4,11
76 3 4 4 4 3 5 3 4 3 33 3,67
77 4 4 4 4 4 4 4 4 4 36 4,00
78 5 4 5 4 5 4 5 4 4 40 4,44
79 5 5 5 5 5 4 5 5 4 43 4,78
80 5 4 4 4 5 4 5 4 3 38 4,22
81 2 4 4 4 2 3 2 4 2 27 3,00
82 3 3 3 3 3 2 3 3 4 27 3,00
83 4 5 4 4 4 4 4 5 4 38 4,22
84 4 4 4 4 5 4 4 4 5 38 4,22
113
Pengalaman (Lanjutan)
Resp. NOMOR KUESIONER
Total Average PG1 PG2 PG3 PG4 PG5 PG6 PG7 PG8 PG9
85 4 4 4 3 3 4 4 4 4 34 3,78
86 4 5 5 4 4 4 4 5 4 39 4,33
87 5 5 5 5 5 4 5 5 4 43 4,78
88 4 4 4 3 3 4 4 4 4 34 3,78
89 5 5 5 4 4 3 5 5 4 40 4,44
90 5 5 5 4 4 4 5 5 4 41 4,56
91 4 4 4 5 5 4 4 4 4 38 4,22
92 4 4 4 5 5 4 4 4 4 38 4,22
93 4 4 4 3 3 4 4 4 4 34 3,78
94 4 4 4 3 3 3 4 4 4 33 3,67
95 5 5 5 5 4 4 5 5 4 42 4,67
96 4 5 5 4 3 4 4 5 4 38 4,22
97 3 2 2 3 3 4 3 2 4 26 2,89
98 3 4 4 4 4 4 3 4 4 34 3,78
99 4 4 4 5 4 5 4 4 5 39 4,33
100 4 5 3 4 4 5 4 5 4 38 4,22
101 5 4 4 3 5 5 5 4 4 39 4,33
102 4 5 4 3 4 5 4 5 4 38 4,22
103 3 4 3 3 3 4 3 4 4 31 3,44
114
Independensi (X2)
Resp. NOMOR KUESIONER
Total Average
ID1 ID2 ID3 ID4 ID5 ID6 ID7 ID8 ID9 ID10 ID11 ID12
1 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 5 50 4,17
2 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 58 4,83
3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 38 3,17
4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 3 46 3,83
5 4 5 5 5 5 4 5 5 5 4 4 4 55 4,58
6 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 5 52 4,33
7 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 40 3,33
8 3 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 3 44 3,67
9 4 4 4 4 5 4 5 5 5 4 4 4 52 4,33
10 5 4 5 5 4 5 4 4 4 5 4 5 54 4,50
11 4 3 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 44 3,67
12 4 5 3 3 5 4 4 4 4 4 4 5 49 4,08
13 5 5 4 4 5 5 4 5 5 5 5 5 57 4,75
14 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 57 4,75
15 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 43 3,58
16 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 50 4,17
17 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 47 3,92
18 4 5 5 4 5 4 5 5 5 4 5 5 56 4,67
19 5 4 4 5 4 5 4 4 4 5 4 4 52 4,33
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 36 3,00
21 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 42 3,50
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 48 4,00
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 60 5,00
24 5 5 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 58 4,83
25 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 43 3,58
26 3 3 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 41 3,42
27 5 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 5 58 4,83
28 4 3 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 45 3,75
29 4 5 5 4 4 4 4 4 4 5 4 4 51 4,25
30 3 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 3 39 3,25
31 4 4 4 4 5 4 5 4 4 4 4 5 51 4,25
32 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 5 4 55 4,58
33 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 4 41 3,42
34 5 4 4 4 3 5 3 4 4 4 4 3 47 3,92
35 4 5 4 5 4 4 4 4 4 4 5 4 51 4,25
36 5 4 5 4 5 5 5 5 5 5 4 5 57 4,75
37 3 3 4 3 4 3 4 4 4 4 3 4 43 3,58
38 4 4 3 4 5 4 3 3 3 3 4 5 45 3,75
39 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 5 4 51 4,25
40 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 4 56 4,67
41 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 38 3,17
42 4 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 48 4,00
115
Independensi (Lanjutan)
Resp. NOMOR KUESIONER
Total Average
ID1 ID2 ID3 ID4 ID5 ID6 ID7 ID8 ID9 ID10 ID11 ID12
43 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 3 5 56 4,67
44 3 4 4 4 5 3 4 5 5 3 4 4 48 4,00
45 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 3 4 44 3,67
46 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 4 5 53 4,42
47 3 4 3 3 4 3 3 4 4 3 4 3 41 3,42
48 3 4 4 5 4 3 4 4 4 3 4 5 47 3,92
49 4 4 5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 55 4,58
50 4 3 3 3 5 4 3 3 3 4 5 3 43 3,58
51 5 4 3 4 4 5 4 4 4 4 3 4 48 4,00
52 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 46 3,83
53 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 58 4,83
54 4 5 5 4 5 4 4 5 5 4 4 4 53 4,42
55 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4 3 4 42 3,50
56 5 4 4 3 5 5 3 3 3 4 3 4 46 3,83
57 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 3 5 50 4,17
58 5 3 3 3 3 5 3 4 4 4 4 4 45 3,75
59 3 5 5 5 4 3 5 4 4 4 3 4 49 4,08
60 4 3 4 3 5 4 3 4 4 4 4 4 46 3,83
61 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 45 3,75
62 4 5 4 5 5 4 4 5 5 3 5 3 52 4,33
63 4 3 4 3 5 4 4 5 5 4 4 4 49 4,08
64 4 4 4 4 5 4 4 5 5 4 4 5 52 4,33
65 5 5 4 5 4 5 3 4 4 4 5 4 52 4,33
66 4 4 4 4 4 4 5 4 4 3 3 4 47 3,92
67 5 3 5 3 4 5 4 4 4 4 4 4 49 4,08
68 5 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 3 48 4,00
69 4 4 3 5 4 4 3 4 4 4 5 4 48 4,00
70 4 5 4 4 5 4 4 5 5 4 4 4 52 4,33
71 4 4 3 3 4 4 3 4 4 5 4 4 46 3,83
72 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 53 4,42
73 5 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 5 57 4,75
74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 49 4,08
75 3 3 4 4 5 3 4 5 5 4 4 5 49 4,08
76 5 5 3 5 4 5 3 4 4 4 4 4 50 4,17
77 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 4 4 46 3,83
78 5 4 3 5 5 5 4 5 5 5 4 3 53 4,42
79 4 4 4 5 5 4 5 5 5 3 4 4 52 4,33
80 3 3 4 3 4 3 4 4 4 5 3 3 43 3,58
81 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 45 3,75
82 4 4 4 4 5 4 3 3 3 4 4 4 46 3,83
83 5 5 5 5 4 5 3 4 4 4 4 4 52 4,33
84 3 3 5 3 3 3 4 4 4 3 3 5 43 3,58
116
Independensi (Lanjutan)
Resp. NOMOR KUESIONER
Total Average
ID1 ID2 ID3 ID4 ID5 ID6 ID7 ID8 ID9 ID10 ID11 ID12
85 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5 4 4 50 4,17
86 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 46 3,83
87 3 3 4 3 3 3 5 4 4 4 5 5 46 3,83
88 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 45 3,75
89 4 3 4 3 3 4 5 4 4 4 4 4 46 3,83
90 3 4 4 4 4 3 5 4 5 5 5 4 50 4,17
91 4 4 4 3 3 4 4 4 3 4 4 4 45 3,75
92 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 3 48 4,00
93 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4 45 3,75
94 3 2 4 4 4 3 2 4 5 4 4 4 43 3,58
95 1 3 4 3 3 1 3 4 4 4 5 4 39 3,25
96 3 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 45 3,75
97 5 4 4 4 4 5 4 5 4 4 3 4 50 4,17
98 4 3 5 4 4 4 5 5 5 3 5 4 51 4,25
99 5 4 5 5 5 5 4 5 3 4 4 4 53 4,42
100 5 4 5 5 5 5 5 5 4 4 4 4 55 4,58
101 5 4 5 5 5 5 4 4 5 4 3 4 53 4,42
102 4 4 5 4 5 4 4 4 5 3 4 4 50 4,17
103 3 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 43 3,58
117
Skeptisme Profesional Auditor (X3)
Resp. NOMOR KUESIONER
Total Average SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 SK8 SK9 SK10
1 5 5 4 4 4 5 4 4 5 4 44 4,40
2 4 4 5 5 5 4 5 4 4 5 45 4,50
3 4 4 3 3 3 4 3 4 4 3 35 3,50
4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 4 35 3,50
5 5 5 4 5 5 5 4 4 5 5 47 4,70
6 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 42 4,20
7 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 32 3,20
8 4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 37 3,70
9 5 5 4 4 4 5 4 5 5 5 46 4,60
10 4 4 5 4 5 4 5 4 4 4 43 4,30
11 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 34 3,40
12 5 5 4 5 3 5 4 2 4 4 41 4,10
13 4 5 4 5 4 4 4 5 5 4 44 4,40
14 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 43 4,30
15 4 4 4 4 3 4 4 2 4 4 37 3,70
16 5 4 5 4 5 5 5 5 5 4 47 4,70
17 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 36 3,60
18 4 5 5 5 5 4 5 3 5 5 46 4,60
19 5 4 5 4 4 5 5 5 5 4 46 4,60
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 30 3,00
21 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 32 3,20
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4,00
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 50 5,00
24 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 49 4,90
25 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 33 3,30
26 3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 34 3,40
27 4 5 5 5 4 4 4 4 4 5 44 4,40
28 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 33 3,30
29 5 4 4 5 5 5 5 5 5 4 47 4,70
30 4 3 3 3 4 4 3 4 4 4 36 3,60
31 5 5 4 4 4 4 4 5 4 5 44 4,40
32 4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 44 4,40
33 4 4 4 3 3 5 4 4 3 4 38 3,80
34 3 3 5 4 4 4 4 3 4 3 37 3,70
35 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 42 4,20
36 5 5 5 4 5 5 4 5 4 5 47 4,70
37 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 37 3,70
38 4 5 4 4 3 5 5 3 4 3 40 4,00
39 4 4 4 4 4 4 5 4 5 5 43 4,30
40 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4 47 4,70
41 4 3 3 4 3 3 3 4 4 3 34 3,40
42 5 5 4 4 4 3 4 5 4 3 41 4,10
118
Skeptisme Profesional Auditor (Lanjutan)
Resp. NOMOR KUESIONER
Total Average SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 SK8 SK9 SK10
43 5 4 5 5 5 4 5 5 4 4 46 4,60
44 4 5 3 4 4 4 5 4 4 4 41 4,10
45 3 4 4 3 3 3 4 3 4 3 34 3,40
46 5 4 4 5 5 5 4 5 4 5 46 4,60
47 4 4 3 4 3 3 4 4 4 3 36 3,60
48 5 4 3 4 4 4 4 2 5 4 39 3,90
49 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 45 4,50
50 4 5 4 3 3 3 3 3 3 3 34 3,40
51 4 4 5 4 3 4 4 3 3 4 38 3,80
52 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4 40 4,00
53 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 49 4,90
54 5 5 4 5 5 4 5 5 5 4 47 4,70
55 4 4 4 3 3 3 3 4 4 3 35 3,50
56 4 5 5 4 4 3 3 5 4 3 40 4,00
57 4 4 4 4 4 4 5 4 5 4 42 4,20
58 4 3 5 3 3 3 4 3 4 3 35 3,50
59 4 4 3 5 5 5 4 4 4 5 43 4,30
60 5 5 4 3 4 3 4 2 4 3 37 3,70
61 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 38 3,80
62 4 5 4 5 4 4 5 3 4 4 42 4,20
63 4 5 4 3 4 4 5 4 4 4 41 4,10
64 5 5 4 4 4 4 5 5 4 4 44 4,40
65 4 4 5 5 4 3 4 3 4 3 39 3,90
66 4 4 4 4 4 5 4 5 3 5 42 4,20
67 5 4 5 3 5 4 4 4 4 4 42 4,20
68 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 41 4,10
69 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 37 3,70
70 4 5 4 5 4 4 5 4 3 4 42 4,20
71 4 4 4 4 3 3 4 4 4 3 37 3,70
72 4 4 5 4 4 4 4 4 3 4 40 4,00
73 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 46 4,60
74 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4,00
75 4 5 3 3 4 4 5 4 4 4 40 4,00
76 4 4 5 5 3 3 4 3 5 3 39 3,90
77 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 38 3,80
78 4 5 5 4 3 4 5 5 4 4 43 4,30
79 5 5 4 4 4 5 5 5 4 5 46 4,60
80 4 4 3 3 4 4 4 5 4 4 39 3,90
81 4 4 3 4 4 3 4 2 3 3 34 3,40
82 5 5 4 4 4 3 3 3 2 3 36 3,60
83 5 4 5 5 5 3 4 4 4 3 42 4,20
119
Skeptisme Profesional Auditor (Lanjutan)
Resp. NOMOR KUESIONER
Total Average SK1 SK2 SK3 SK4 SK5 SK6 SK7 SK8 SK9 SK10
84 5 3 3 3 5 4 4 4 4 4 39 3,90
85 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 41 4,10
86 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 38 3,80
87 4 3 3 3 4 5 4 5 5 4 40 4,00
88 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40 4,00
89 4 3 4 3 4 5 4 5 4 5 41 4,10
90 4 4 3 4 4 5 4 4 5 4 41 4,10
91 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 38 3,80
92 4 4 4 4 4 4 4 3 4 3 38 3,80
93 4 3 4 4 4 3 4 4 5 4 39 3,90
94 4 4 3 2 4 2 4 5 4 5 37 3,70
95 4 3 1 3 4 3 4 4 3 4 33 3,30
96 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 37 3,70
97 4 4 5 4 4 4 5 4 5 5 44 4,40
98 5 4 4 3 5 5 5 5 4 4 44 4,40
99 5 5 5 4 5 4 5 4 4 3 44 4,40
100 5 5 5 4 5 5 5 5 4 3 46 4,60
101 4 5 5 4 5 4 4 5 4 4 44 4,40
102 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 42 4,20
103 4 4 3 4 4 4 3 3 4 3 36 3,60
120
Pendeteksian Kecurangan (Y)
Resp.
NOMOR KUESIONER
Total
Average PK
1
PK
2
PK
3
PK
4
PK
5
PK
6
PK
7
PK
8
PK
9
PK
10
PK
11
PK
12
PK
13
1 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 5 5 56 4,31
2 5 5 5 4 5 5 4 5 5 5 5 4 4 61 4,69
3 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 4 4 45 3,46
4 4 4 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 46 3,54
5 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 5 5 5 61 4,69
6 5 4 5 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 56 4,31
7 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 43 3,31
8 3 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 48 3,69
9 4 4 4 5 4 4 5 5 5 4 4 5 5 58 4,46
10 5 5 5 4 5 5 4 4 4 5 5 4 4 59 4,54
11 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 41 3,15
12 4 4 4 5 4 4 5 5 4 5 3 5 5 57 4,38
13 5 5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 4 5 62 4,77
14 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 5 4 5 56 4,31
15 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 44 3,38
16 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 4 5 4 62 4,77
17 3 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 43 3,31
18 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 4 5 55 4,23
19 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 5 5 4 62 4,77
20 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 39 3,00
21 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 4 3 44 3,38
22 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 52 4,00
23 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 65 5,00
24 5 5 5 5 4 5 5 5 5 4 4 5 5 62 4,77
25 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 4 3 3 43 3,31
26 4 3 3 3 4 4 4 3 4 3 5 3 3 46 3,54
27 4 5 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 5 56 4,31
28 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 43 3,31
29 5 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 5 4 61 4,69
30 4 3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 49 3,77
31 4 4 5 5 3 4 4 4 4 5 5 4 4 55 4,23
32 5 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 5 57 4,38
33 3 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 47 3,62
34 4 4 3 3 3 3 4 5 4 3 3 4 4 47 3,62
35 5 4 4 4 5 4 5 4 4 5 5 5 5 59 4,54
36 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 57 4,38
37 3 4 4 4 5 3 3 3 4 3 3 3 3 45 3,46
38 4 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 50 3,85
39 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 5 5 4 54 4,15
40 4 5 5 5 5 5 5 5 3 5 4 4 5 60 4,62
41 3 3 4 4 5 4 3 3 3 3 4 4 4 47 3,62
121
Pendeteksian Kecurangan (Lanjutan)
Resp.
NOMOR KUESIONER
Total
Average PK
1
PK
2
PK
3
PK
4
PK
5
PK
6
PK
7
PK
8
PK
9
PK
10
PK
11
PK
12
PK
13
42 4 4 5 5 5 4 4 4 3 4 4 4 4 54 4,15
43 5 5 5 5 5 5 5 5 3 4 5 5 5 62 4,77
44 4 4 4 4 5 4 4 3 3 5 4 5 4 53 4,08
45 4 3 3 3 5 3 3 4 4 4 4 3 3 46 3,54
46 5 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 4 5 61 4,69
47 3 3 4 4 5 4 3 3 4 3 3 4 4 47 3,62
48 5 4 5 5 5 4 4 3 5 4 5 5 4 58 4,46
49 5 5 4 4 5 4 5 4 3 5 5 4 4 57 4,38
50 3 3 4 4 5 3 3 4 3 3 3 3 3 44 3,38
51 4 3 4 4 5 4 3 5 4 4 3 4 4 51 3,92
52 4 4 5 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 50 3,85
53 5 5 5 4 5 5 5 5 5 5 5 5 5 64 4,92
54 4 5 5 4 4 5 5 4 4 5 5 4 5 59 4,54
55 4 3 4 4 4 3 3 4 3 3 3 4 3 45 3,46
56 3 4 4 4 5 4 4 5 4 4 4 4 4 53 4,08
57 4 4 4 4 3 4 4 4 3 5 4 5 4 52 4,00
58 3 4 4 4 4 3 3 5 4 4 3 4 3 48 3,69
59 5 4 4 4 4 5 5 3 5 4 5 4 5 57 4,38
60 3 4 5 4 3 3 4 4 4 3 4 3 3 47 3,62
61 4 4 3 4 5 4 4 4 5 5 5 4 4 55 4,23
62 4 3 5 3 4 5 4 4 4 4 4 5 5 54 4,15
63 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4 3 3 48 3,69
64 5 4 4 4 4 4 4 5 4 3 3 4 4 52 4,00
65 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 5 5 57 4,38
66 4 3 4 3 5 4 4 4 3 4 4 4 4 50 3,85
67 5 4 4 4 4 3 5 4 4 3 3 3 3 49 3,77
68 4 3 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 49 3,77
69 4 4 5 4 3 4 3 4 3 4 5 5 4 52 4,00
70 4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 5 55 4,23
71 4 5 3 5 3 4 3 3 3 3 4 4 4 48 3,69
72 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 55 4,23
73 3 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 5 5 57 4,38
74 4 4 4 4 5 4 4 4 4 5 4 5 4 55 4,23
75 5 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 48 3,69
76 4 4 5 4 4 5 3 4 3 4 5 4 5 54 4,15
77 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 49 3,77
78 4 5 5 5 4 4 3 4 5 4 5 5 4 57 4,38
79 3 3 4 3 5 4 4 5 4 5 5 4 4 53 4,08
80 4 5 4 5 3 3 4 4 5 3 3 3 3 49 3,77
81 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 3 4 4 52 4,00
82 3 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 50 3,85
122
Pendeteksian Kecurangan (Lanjutan)
Resp.
NOMOR KUESIONER
Total
Average PK
1
PK
2
PK
3
PK
4
PK
5
PK
6
PK
7
PK
8
PK
9
PK
10
PK
11
PK
12
PK
13
83 4 4 4 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 60 4,62
84 4 4 4 4 5 3 5 4 4 3 5 3 3 51 3,92
85 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 5 4 5 52 4,00
86 4 4 5 4 4 4 4 3 3 3 4 3 4 49 3,77
87 5 5 5 5 4 3 4 5 5 5 4 5 4 59 4,54
88 4 3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 49 3,77
89 5 4 5 4 4 3 4 4 4 5 5 4 4 55 4,23
90 5 4 5 4 4 4 4 5 4 4 4 5 5 57 4,38
91 4 5 4 5 4 4 4 3 4 4 4 3 3 51 3,92
92 4 5 4 5 4 4 4 4 4 3 3 4 4 52 4,00
93 4 3 4 3 4 4 4 4 4 5 5 5 5 54 4,15
94 4 3 4 3 4 2 4 5 5 4 4 4 4 50 3,85
95 5 5 5 5 4 3 4 4 4 3 3 3 3 51 3,92
96 4 4 5 4 3 4 4 3 3 4 4 4 4 50 3,85
97 3 3 2 3 3 4 4 5 4 4 5 5 4 49 3,77
98 3 4 4 4 4 3 5 5 3 5 4 4 5 53 4,08
99 4 5 4 5 4 4 5 4 3 3 4 4 4 53 4,08
100 4 4 3 4 4 4 5 5 3 4 4 4 4 52 4,00
101 5 5 4 5 5 4 5 5 3 4 5 5 5 60 4,62
102 4 5 4 5 5 4 5 4 3 5 4 5 4 57 4,38
103 3 4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 3 3 49 3,77
123
Lampiran 3: Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas
Pengalaman
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 103 100.0
Excludeda 0 .0
Total 103 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.872 9
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
PG1 3.94 .814 103 PG2 4.10 .707 103 PG3 4.15 .677 103 PG4 4.01 .721 103 PG5 3.90 .834 103 PG6 4.02 .656 103 PG7 4.06 .698 103 PG8 4.09 .673 103 PG9 4.06 .574 103
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
PG1 32.38 14.689 .770 .841 PG2 32.22 15.920 .663 .853 PG3 32.17 16.714 .539 .864 PG4 32.31 15.785 .673 .852 PG5 32.42 14.775 .731 .846 PG6 32.30 17.154 .474 .869 PG7 32.26 16.391 .581 .860 PG8 32.23 16.631 .560 .862 PG9 32.26 17.607 .461 .870
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
36.32 20.161 4.490 9
124
Independensi
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 103 100.0
Excludeda 0 .0
Total 103 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.863 12
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
ID1 4.04 .766 103 ID2 3.97 .720 103 ID3 4.07 .675 103 ID4 3.99 .734 103 ID5 4.17 .687 103 ID6 4.04 .766 103 ID7 3.94 .698 103 ID8 4.16 .622 103 ID9 4.15 .663 103 ID10 4.00 .610 103 ID11 3.95 .677 103 ID12 4.07 .661 103
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
ID1 44.50 22.743 .566 .851 ID2 44.56 22.543 .644 .845 ID3 44.47 23.271 .574 .850 ID4 44.54 22.525 .632 .846 ID5 44.37 23.568 .513 .854 ID6 44.50 22.743 .566 .851 ID7 44.59 23.773 .471 .857 ID8 44.38 22.963 .690 .844 ID9 44.39 23.181 .603 .848 ID10 44.53 24.585 .415 .860 ID11 44.58 24.285 .408 .861 ID12 44.47 24.232 .430 .859
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
48.53 27.467 5.241 12
125
Skeptisme Profesional Auditor
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 103 100.0
Excludeda 0 .0
Total 103 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.833 10
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
SK1 4.19 .595 103 SK2 4.17 .687 103 SK3 4.02 .779 103 SK4 3.97 .720 103 SK5 4.07 .675 103 SK6 3.95 .733 103 SK7 4.14 .642 103 SK8 3.94 .826 103 SK9 4.01 .664 103 SK10 3.92 .682 103
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
SK1 36.18 16.505 .597 .812 SK2 36.21 16.601 .477 .822 SK3 36.36 16.585 .402 .831 SK4 36.41 16.165 .529 .817 SK5 36.31 15.942 .621 .808 SK6 36.43 15.777 .590 .811 SK7 36.24 16.166 .613 .809 SK8 36.44 15.895 .481 .823 SK9 36.37 16.666 .487 .821 SK10 36.46 16.623 .479 .822
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
40.38 19.747 4.444 10
126
Pendeteksian Kecurangan
Case Processing Summary
N %
Cases
Valid 103 100.0
Excludeda 0 .0
Total 103 100.0
a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
N of Items
.871 13
Item Statistics
Mean Std. Deviation N
PK1 4.03 .707 103 PK2 4.06 .698 103 PK3 4.12 .690 103 PK4 4.08 .667 103 PK5 4.16 .711 103 PK6 3.93 .704 103 PK7 4.06 .698 103 PK8 4.05 .677 103 PK9 3.89 .699 103 PK10 4.02 .727 103 PK11 4.13 .710 103 PK12 4.08 .710 103 PK13 4.05 .719 103
Item-Total Statistics
Scale Mean if Item Deleted
Scale Variance if Item Deleted
Corrected Item-Total
Correlation
Cronbach's Alpha if Item
Deleted
PK1 48.61 27.691 .602 .859 PK2 48.58 28.481 .496 .865 PK3 48.52 28.173 .548 .862 PK4 48.56 28.699 .492 .865 PK5 48.49 29.095 .400 .870 PK6 48.71 27.483 .635 .857 PK7 48.58 27.246 .677 .854 PK8 48.59 29.224 .407 .869 PK9 48.75 29.073 .412 .869 PK10 48.62 27.375 .625 .857 PK11 48.51 28.389 .499 .865 PK12 48.56 27.445 .634 .857 PK13 48.59 27.322 .642 .856
Scale Statistics
Mean Variance Std. Deviation N of Items
52.64 32.664 5.715 13
127
Lampiran 4: Hasil Uji Regresi Linier Berganda
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
PG 103 2.89 5.00 4.0354 .49886 ID 103 3.00 5.00 4.0441 .43661 SK 103 3.00 5.00 4.0379 .44438 PK 103 3.00 5.00 4.0491 .43927
Valid N (listwise) 103
Correlations
PK PG ID SK
Pearson Correlation
PK 1.000 .716 .794 .839
PG .716 1.000 .584 .729
ID .794 .584 1.000 .880
SK .839 .729 .880 1.000
Sig. (1-tailed)
PK . .000 .000 .000 PG .000 . .000 .000 ID .000 .000 . .000 SK .000 .000 .000 .
N
PK 103 103 103 103
PG 103 103 103 103
ID 103 103 103 103
SK 103 103 103 103
Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .865a .748 .741 .22362 2.165
a. Predictors: (Constant), SK, PG, ID b. Dependent Variable: PK
ANOVA
a
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 14.731 3 4.910 98.200 .000b
Residual 4.950 99 .050
Total 19.682 102 a. Dependent Variable: PK b. Predictors: (Constant), SK, PG, ID
Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) .360 .219 1.645 .103 PG .228 .066 .259 3.461 .001 .453 2.207
ID .313 .109 .311 2.877 .005 .218 4.593
SK .372 .127 .377 2.940 .004 .155 6.463
a. Dependent Variable: PK
128
129
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PG ID SK PK
N 103 103 103 103
Normal Parametersa,b
Mean 4.0354 4.0441 4.0379 4.0491 Std. Deviation .49886 .43661 .44438 .43927
Most Extreme Differences Absolute .084 .086 .074 .068 Positive .064 .086 .068 .068 Negative -.084 -.054 -.074 -.066
Kolmogorov-Smirnov Z .849 .874 .751 .685 Asymp. Sig. (2-tailed) .466 .430 .626 .736
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
130
Lampiran 5: Surat Keterangan Riset Penelitian
131