pengaruh monitoring costs dan bonding costs …lib.ui.ac.id/file?file=digital/20317964-s-tatiana...
TRANSCRIPT
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH MONITORING COSTS DAN BONDING COSTS
TERHADAP AGENCY PROBLEM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN
2008-2010
SKRIPSI
TATIANA RAHMAWATI
1006815120
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S1 EKSTENSI AKUNTANSI
DEPOK
JULI 2012
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
PENGARUH MONITORING COSTS DAN BONDING COSTS
TERHADAP AGENCY PROBLEM PADA PERUSAHAAN
MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI TAHUN
2008-2010
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
TATIANA RAHMAWATI
1006815120
FAKULTAS EKONOMI
PROGRAM S1 EKSTENSI AKUNTANSI
DEPOK
JULI 2012
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji saya panjatkan kepada Allah SWT atas segala
nikmat, kemudahan dan berbagai bantuan serta segala hal terbaik yang telah
diberikan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam juga
tercurah untuk Rasulullah SAW. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka
memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan
Akuntansi pada Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Saya sadar bahwa
dalam menyelesaikan skripsi ini, saya tidak mampu sendirian, banyak pihak yang
membantu saya, mulai dari dosen, orang tua, teman hingga karyawan FEUI. Oleh
karena itu, dalam beberapa paragraf ini, saya ingin mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Papa dan Mama. Banyaknya kasih sayang dan pengorbanan yang kalian
berikan tidak terhitung dan terbalaskan. Tapi semoga kelulusan ini bisa
membuat kalian bangga dan bahagia. Untuk adik kecilku, tumbulah
menjadi orang hebat dengan mengikuti perintah Allah, dengan rasa syukur
dan kasih sayang dalam hatimu. Semoga kita semua bahagia.
2. Datuk dan nenekku sayang.
3. Ibu Ratna wardhani, selaku pembimbing skripsi dan dosen penguji yang
telah memberikan berbagai pertolongan kepada saya, meluangkan waktu
untuk mengevaluasi progress skripsi saya, membantu saya mengolah data,
memberikan pencerahan atas pertanyaan baik yang menyangkut skripsi
atau diluar skripsi, dan membantu saya ketika menghadapi kesulitan dalam
penulisan skripsi ini. Selaku dosen dan atasan ibu sudah memberikan
contoh yang sangat baik bagi saya. Terima kasih bu. Tanpa bimbingan dan
bantuan dari ibu mungkin skripsi ini tidak akan maksimal dan tidak bisa
selesai sesuai deadline. Sekali lagi terima kasih banyak ibu, dan maaf yah
bu kalau saya sering merepotkan dan jika ada perkataan yang kurang
berkenan mohon dimaafkan ibu dospemku sayang hehe. Semoga ibu dan
keluarga selalu sehat dan dalam lindunganNYA amin ya Allah.
4. Ibu Purwatiningsih Lisdiono (bu Ipung), selaku dosen Cg saya yang
baiknya luar biasa tiada tara. Ibu terima kasih atas ilmu yang diberikan
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
vi
kepada saya dan teman-teman, terima kasih atas kondisi kelas yang
‘hangat dan hidup’ sehingga kami semangat untuk belajar Cg. Ibu yang
selalu mengompori kami untuk jadi agent of change yang baik, semoga
doa ibu terkabul dan terima kasih atas dorongan itu. Saya yang hanya
salah satu dari sekian banyak murid yang kagum atas kebaikan ibu dan
menyayangi ibu, akan selalu ingat pesan ibu dan mendoakan ibu agar ibu
bertambah sehat setiap harinya, mendapatkan yang terbaik dan selalu
dalam lindunganNYA. Amin.
5. Teman-teman yang berjuang bersama dan berbagi berbagai rasa atas
perjuangan untuk mencapai gelar sarjana pada semester ini: Suhainti,
Taranita, Nanda, Sasa, Fety, Acul, Tiara, dan Sari. Terima kasih atas
kebersamaan, atas perjuangan dan canda tawa yang menguatkan penulis
dalam perjuangan mencapai gelar sarjana ini, sungguh terima kasih
temanku. Ini yang kita tunggu, nikmati!haha. ohiya buat tara yang selalu
ngurusin SIAK NG penulis selama 4 tahunan ini, terima kasihnya dobel
yak haha.
6. Tri susanti, si gendut yang selalu bisa membuat saya tersenyum dan
sebagai seorang pendengar yang baik ketika saya sedang jatuh dan juga
objek keisengan saya haha terima kasih.
7. Kepada teman-teman seangkatan Mone, Bowo, ikky, Mayang, Ica, Mega,
Anita, Willa, Radit, Adamusang, Mita, Ayu BJ, Made, Bari, Arin, Jurek,
Rizta, Nyak, Windi, Itin kecil, Itin besar, Ana, Fitri, Feby, Inul, Debo,
Simey, Eda, Yohana, Dinda, Aldi, Widi dan seluruh teman saya di ekstensi
FEUI. Terima kasih atas informasi yang berguna, support dan
kebersamaannya selama ini.
8. Keluarga besar FAE FEUI. Ira, Sandra, Kucay, Dimon, Hasya, Melisa,
Made, Zada, Ijan, Cindy, Sasa, Mayang, Novina, Indri, Ninda , Laura,
Cubul, Friska, Anita, Dewe, Kun, Ka Kia, Ka Wilis, Ka Mamat, Citra,
Adis, Ka Gita, Ka Wid, Eja, Bonan, Bobby, Bang Hendrik, Kiki, Yala,
Anin, Bang Ikhwan, Raul, Jeje, Muki, Ardo, Kadek, Digo, Dito, Sadad,
Abi, Iyas. Terima kasih atas kebersamaannya.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
vii
9. Indri tryana, sosok senior yang selalu dapat saya andalkan sejak saya
masuk FEUI. Terima kasih atas diskusi dan supportnya ndro! Semoga
cepet kerja di oil and gas company haha.
10. Ayudhia Mahardhika, Zahra Amalia, Amreta Nandini, Rini K, Namira,
Apsari I, Ellen CD, Adisti D, Annisa P dan Abraham A. Suriadikusumah.
11. Padma, Micil, Nisa, Romi, mba Titik, mba Ai, mas Heri dan pak Adi
sebagai kawanan pasca yang menyuport penulis, baik dalam semangat dan
bantuan ngeprint haha. Terima kasih banyak kawan.
12. Mas Jali, mas Wisnu, mas perpus lain, dan mas sekre ekstensi FEUI terima
kasih atas bantuan kemudahan peminjaman buku dan mengakses jurnal,
semoga kebaikan anada sekalian dibalas oleh Allah amin.
13. Pihak-pihak lain yang tak dapat disebutkan satu per satu, namun secara
langsung maupun tidak langsung membantu proses perkuliahan hingga
ujian akhir ini. Terim kasih banyak, dan maaf kalau tidak disebutkan.
Depok, 14 Juli 2012
Tatiana Rahmawati
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
viii
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di
bawah ini:
Nama : Tatiana Rahmawati
NPM : 1006815120
Program Studi : S1 Ekstensi
Departemen : Akuntansi
Fakultas : Ekonomi
Jenis karya : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada
Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :
Pengaruh Monitoring Costs dan Bonding Costs Terhadap Agency Problem
Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2008-2010.
beserta perangkat yang ada (bila diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-
eksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Depok
Pada tanggal : 14 Juli 2012
Yang menyatakan
Tatiana Rahmawati
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
ix Universitas Indonesia
ABSTRAK
Nama : Tatiana Rahmawati
Program Studi : S1 Ekstensi Akuntansi
Judul : Pengaruh Monitoring Costs dan Bonding Costs Terhadap
Agency Problem Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
BEI Tahun 2008-2010.
Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh komponen monitoring effort,
bonding effort dan perbandingan tingkat pengaruhnya terhadap agency problem
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-
2010. Penelitian ini dilakukan dengan didasarkan pada agency theory yang
dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976) dan penelitian yang dilakukan
oleh Depken et al., (2009). Secara keseluruhan penelitian ini menggunakan 234
sampel perusahaan yang memenuhi karakteristik sampel dan diolah dengan
metode cross section. Penelitian ini memberikan hasil bahwa komponen
monitoring effort berupa leverage justru akan meningkatkan agency problem.
Sedangkan komponen bonding effort berupa beban iklan pada penjualan dan
kepemilikan manajemen berpengaruh negatif terhadap agency problem.
Sedangkan perbandingan tingkat penjelas antar model monitoring effort dengan
model bonding effort menghasilkan perbedaan yang tidak signifikan dimana
model monitoring effort memiliki nilai adjusted R squared lebih besar.
Kata kunci:
Agency problem, agency costs, monitoring effort dan bonding effort.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
x Universitas Indonesia
ABSTRACT
Name : Tatiana Rahmawati
Study Program : Bachelor Accounting-Extension Program
Title : The Effect of Monitoring and Bonding Costs to Agency
Problem In Manufacturing Companies Listed on the Indonesian
Stock Exchange In 2008-2010
This research was conducted to see the effect of monitoring component,bonding
component and comparison of the level of influence on the agency problem of
manufacturing companies listed on the Indonesia Stock Exchange in 2008-2010.
The research was based on agency theory that put forward by Jensen and
Meckling (1976) and research conducted by Depken et al., (2009). Overall this
study used a sample of 234 companies that meet characteristics of the sample and
processed by the method of cross section. This study provides the results that
monitoring effort in the form of leverage would likely increase the agency
problem. While the effort of bonding component as advertising on sales and
property management negatively affect the agency problem. Whereas comparison
of the level of influence beetwen monitoring effort model and bonding effort
model showed unsignificantly different while monitoring effort model has higher
value of adjusted R squared.
Key words:
Agency problem, agency costs, monitoring effort and bonding effort.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
xi Universitas Indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ............................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI....................... viii
ABSTRAK ............................................................................................................ ix
ABSTRACT ........................................................................................................... x
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xv
BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang Penelitian ......................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah .................................................................................. 8
1.3. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 9
1.4. Kontribusi Penelitian ................................................................................ 9
1.5. Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 10
1.6. Sistematika Penulisan ............................................................................. 11
BAB 2 TEORI DAN TINJAUAN LITERATUR ............................................. 13
2.1. Agency Theory ........................................................................................ 13
2.1.1. Agency problem .......................................................................... 14
2.1.1.1 Klasifikasi Agency problem ........................................... 17
2.1.2. Agency Cost ............................................................................... 21
2.2. Agency Problem di Indonesia.................................................................. 22
2.3. Pengukuran Agency problem .................................................................. 24
2.4. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Agency Cost ................................... 26
2.4.1. Monitoring Effort ....................................................................... 27
2.4.2. Bonding effort ............................................................................. 31
2.5. Rerangka Penelitian dan Pengembangan Hipotesis ................................. 34
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ............................................................ 40
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian .............................................................. 40
3.2. Metode Pengumpulan Data ..................................................................... 40
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
xii Universitas Indonesia
3.3. Metode Pengambilan Sampel .................................................................. 41
3.4. Model Penelitian..................................................................................... 41
3.5. Operasionalisasi Variabel Penelitian ....................................................... 43
3.6. Metode Pengujian Asumsi Klasik ........................................................... 46
3.6.1 Pengujian Asumsi Multikolinearitas ............................................ 47 3.6.2. Pengujian Asumsi Heterokedastisitas .......................................... 48 3.6.3. Pengujian Asumsi Autokorelasi .................................................. 49 3.6.4. pengujian Asumsi Normalitas ..................................................... 49
3.7. Teknik Analisis Data .............................................................................. 50
BAB 4 HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS ............................................... 52
4.1. Analisis Pemilihan Sampel ..................................................................... 52
4.2. Statisitk Deskriptif .................................................................................. 53
4.3. Model Monitoring Effort ........................................................................ 57
4.3.1. Pengujian Asumsi Klasik ............................................................ 57
4.3.1.1. Uji Heterokedastisitas ................................................... 57
4.3.1.2. Uji Multikolinearitas .................................................... 58
4.3.1.3. Uji Autokorelasi ........................................................... 59
4.3.1.4. Uji Normalitas .............................................................. 60
4.3.2. Analisis Hasil Regresi................................................................. 62
4.4. Model Bonding Effort ............................................................................. 66
4.4.1. Pengujian Asumsi Klasik ............................................................ 66
4.4.1.1. Uji Heterokedastisitas ................................................... 66
4.4.1.2. Uji Multikolinearitas .................................................... 67
4.4.1.3. Uji Autokorelasi ........................................................... 68
4.4.1.4. Uji Normalitas .............................................................. 69
4.4.2. Analisis Hasil Regresi................................................................. 70
4.5. Perbandingan Keefektifan Monitoring Effort dan Bonding Effort ............ 73
4.6. Rangkuman Hasil Penelitian ................................................................... 74
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................... 76
5.1. Kesimpulan ............................................................................................ 76
5.2. Keterbatasan Penelitian dan Saran Bagi Penelitian Selanjutnya ............... 77
Daftar Pustaka ..................................................................................................... 80
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
xiii Universitas Indonesia
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Sampel Penelitian .............................................................................. 53
Tabel 4. 2 Statistik Deskrptif Model Monitoring Effort ...................................... 54
Tabel 4. 3 Statistik Deskriptif Model Bonding Effort .......................................... 56
Tabel 4. 4 Pengujian Heterokedastisitas Model Monitoring Effort ...................... 58
Tabel 4. 5 Uji Multikolinearitas Model Monitoring Effort .................................. 59
Tabel 4. 6 Pengujian Autokorelasi Model Monitoring Effort .............................. 59
Tabel 4. 7 Pengujian Autokorelasi Model Monitoring Effort Setelah Autoregresif
.......................................................................................................................... 60
Tabel 4. 8Hasil Uji Normalitas Data Monitoring Effort ...................................... 61
Tabel 4. 9 Hasil Regresi Model Monitoring Effort ............................................. 63
Tabel 4. 10 Pengujian Heterokedastisitas Model Bonding Effort ........................ 67
Tabel 4. 11 Uji Multikolinearitas Model Bonding Effort..................................... 67
Tabel 4. 12 Pengujian Autokorelasi Model Bonding Effort ................................. 68
Tabel 4. 13 Pengujian Autokorelasi Model Bonding Effort Setelah Autoregresif 68
Tabel 4. 14 Hasil Uji Normalitas Data Bonding Effort. ...................................... 70
Tabel 4. 15 Hasil Regresi Model Bonding Effort ............................................... 71
Tabel 4. 16 Perbandingan Adjusted R Squared Model Monitoring Effort Dan
Bonding Effort ................................................................................................... 73
Tabel 4. 17 Ringkasan Hasil Penelitian .............................................................. 74
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
xiv Universitas Indonesia
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Rerangka Penelitian ....................................................................... 34
Gambar 4. 1 Uji Normalitas Untuk Data Monitoring Effort ................................ 61
Gambar 4. 2 Uji Normalitas Untuk Data Bonding Effort .................................... 69
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
xv Universitas Indonesia
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Hasil Regresi Model Firm Value Sebelum Treatment Autoregresif . 86
Lampiran 2 Hasil Regresi Model Firm Value Setelah Treatment Autoregresif ... 87
Lampiran 3 Hasil Regresi Model Monitoring Effort Sebelum Treatment Sebelum
Autoregresif ....................................................................................................... 88
Lampiran 4 Hasil Uji Multikolinearitas Model Monitoring Effort ...................... 88
Lampiran 5 Hasil Regresi Model Monitoring Effort Setelah Treatment
Autoregresif ....................................................................................................... 89
Lampiran 6 Hasil Uji Heterokedastisitas Model Monitoring Effort ..................... 90
Lampiran 7 Hasil Regresi Model Bonding Effort Sebelum Treatment Autoregresif
.......................................................................................................................... 91
Lampiran 8 Hasil Uji Multikolinearitas Model Bonding Effort ........................... 91
Lampiran 9 Hasil Uji Heterokedastisitas Model Bonding Effort ......................... 92
Lampiran 10 Hasil Regresi Model Bonding Effort Setelah Treatment Autoregresif
.......................................................................................................................... 93
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
1 Universitas Indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Perkembangan perekonomian Indonesia yang bisa dijelaskan dengan teori
korporasi modern dan teori korporasi post-modern, dimana karakter kepemilikan
perusahaan dimiliki oleh banyak pemegang saham dan menganut entity theory
(Arifin, 2005). Entity theory menyebutkan bahwa suatu entitas dipandang sebagai
suatu kesatuan yang terpisah dari pemilik (Godfrey et al., 2010). Sebagai
akibatnya perusahaan dapat dengan jelas mengidentifikasi transaksi yang
berkaitan dan memang menjadi tanggung jawab perusahaan. Karena semua
transaksi yang dilakukan oleh pemilik dan tidak berhubungan dengan perusahaan
akan dikeluarkan dari perhitungan perusahaan.
Ketika pemilik (principal/pemilik/shareholder) menunjuk orang lain
(manajemen/agen) untuk mengelola perusahaan ini disebut dengan agency
relationship (Jensen dan Meckling, 1976). Sedangkan menurut Schroeder et al.,
(2010), agency relationship menunjukan adanya hubungan antara 2 pihak, dimana
pihak yang satu menunjuk pihak yang lain untuk berperilaku seperti pihak yang
menunjuk tersebut. Contoh dari agency relationship adalah hubungan antara
stockholders dengan manajer, kreditur dengan stockholder, majority, stockholders
dengan minority stockholders, pemerintah dengan perusahaan, karyawan dengan
perusahaan, manajer dengan auditor dan masyarakat publik dengan perusahaan.
Selain itu Schroeder (2010) juga berpendapat bahwa agency relationship terjadi
karena shareholders/pemilik tidak punya keahlian untuk mengatur perusahaan
sendiri, sehingga mereka harus mempekerjakan agen untuk merepresentasikan
mereka. Agency theory merupakan salah satu teori yang muncul dalam
perkembangan riset akuntansi yang merupakan modifikasi dari perkembangan
model akuntansi keuangan dengan menambahkan aspek perilaku manusia (Arifin,
2005). Agency theory yang diperkenalkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun
1976 tergolong ‘teori baru’ yang melengkapi teori sebelumnya yakni Teori Neo
Klasik pada tahun 1870–an (Sidabutar, 2003). Idealnya, agen yang ditunjuk
sebagai pihak yang menjalankan perusahaan oleh pemilik akan bertindak untuk
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
2
Universitas Indonesia
meningkatkan kesejahteraan para pemilik. Namun kenyataannya selama
perusahaan beroperasi, terdapat perbedaan kepentingan dan tujuan antara pihak
agen dan principal yang disebut dengan agency problem.
Pertentangan dan tarik-menarik kepentingan antara principal dan agen dapat
menimbulkan permasalahan. Menurut Schroeder (2010), para agen diberikan
kekuasaan membuat keputusan untuk kepentingan shareholders, tetapi
shareholders tidak dapat mengamati semua aksi dan keputusan yang dibuat oleh
agen sehingga muncul ancaman bahwa agen tidak akan bertindak sesuai dengan
kepentingan pemilik. Menurut Schulze et al., (2001), pendelegasian otoritas
tersebut membuat agen mendapatkan risiko yang tidak secara utuh ditanggung
oleh kompensasi, sebagai akibatnya pendelegasian ini memberikan mereka
kesempatan dan dorongan untuk mencari kompensasi tambahan dari bagian yang
tidak ada kompensasinya. Hal tersebut juga menciptakan information asymmetric
terhadap aktifitas agen yang apabila tidak di cek akan mempengaruhi firm
performance dan mengganggu kesejahteraan pemilik dan agen. Asumsi agency
theory ada 3, yaitu: (i) Bounded rationality: semua pihak akan bertindak rasional.
Yaitu semua pihak akan berupaya untuk meningkatkan utilitas atau kesejahteraan
pribadinya. (ii) Opportunism: adanya kesempatan yang mendorong untuk
melakukan fraud atau penyelewengan. Hal ini dapat diminimalisir dengan control
yang memadai. (iii) Information Asymmetric: tidak terdistribusinya informasi
secara baik yang mengakibatkan agen memiliki informasi yang lebih
dibandingkan dengan pemilik/shareholder.
Dalam penelitian Arifin (2005), permasalahan agency theory ini disebut
dengan Asymmetric Information, yaitu informasi yang tidak seimbang disebabkan
oleh tidak terdistribusinya informasi secara merata antara pemilik dan agen.
Sesuai dengan entity theory yang menyatakan bahwa pemilik dianggap sebagai
orang luar, maka mereka akan bergantung kepada angka akuntansi yang
dihasilkan oleh manajemen sebagai laporan penggunaan dana mereka. Sehingga
ketika fungsi akuntansi sebagai pengawas tidak berjalan dengan baik, maka
tingkat Asymmetric Information akan tinggi dan akan menimbulkan keinginan
besar bagi manajemen untuk memanipulasi kinerja yang dilaporkan untuk
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
3
Universitas Indonesia
kepentingan sendiri. Sedangkan dalam penelitian Vojtech (2011), agency problem
muncul karena manajemen mempunyai insentif yang berbeda daripada
meningkatkan utility shareholder. Karena setiap pihak adalah pihak yang rasional
dan akan bertindak untuk memaksimalkan keuntungan pribadinya sendiri. Dalam
penelitian lain yang dilakukan oleh Harjito dan Nurfauziah (2008) mengatakan
bahwa penyebab dari agency problem adalah perbedaan pandangan antara pemilik
dengan agen terhadap risiko bisnis. Dimana pemilik menginginkan pemilihan
proyek oleh manajemen yang memiliki risiko tinggi agar mendapatkan imbas
hasil yang juga tinggi, karena pemilik hanya bertanggung jawab menanggung
resiko sebesar dana yang mereka tanamkan. Sedangkan bagi manajemen akan
lebih menyukai proyek dengan risiko yang tidak terlalu tinggi. Dalam kasus ini
principal dikatageorikan sebagai risk tolerant dan manajemen dikatagorikan
sebagai risk averse.
Untuk mengoptimalkan setiap pengambilan keputusan perusahaan, dan juga
efek dari pemisahaan antara pemilik dengan agen terdapat biaya–biaya yang harus
dikeluarkan ketika terdapat agency relationship ini. Terdapat tiga biaya yang
disebut dengan agency cost (Jensen dan Meckling, 1976). Biaya yang pertama
adalah monitoring cost yaitu, pemilik harus mengeluarkan biaya yang dirancang
untuk memonitor dan mengendalikan perilaku agen agar tidak menyimpang.
Contoh dari biaya monitoring sendiri sangat berkaitan dengan fungsi akuntansi
sebagai pengawas, dimana monitoring bisa dilakukan oleh auditor, kreditor,
blockholder dan berbagai pihak pemangku kepentingan lainnya.
Biaya yang kedua adalah bonding cost yaitu adalah biaya yang sifatnya
mengikat, dikeluarkan oleh agen sebagai jaminan bahwa pihak agen tidak akan
melakukan aktivitas yang merugikan principal atau sebagai jaminan yang
membatasi kegiatan manajemen untuk memperoleh keuntungan pribadi yang akan
merugikan prinsipal. Harjito dan Nurfauziah (2008), juga menyatakan bahwa
biaya bonding adalah biaya yang merujuk pada usaha meyakinkan manajer untuk
bekerja bagi kepentingan pemilik tanpa perlu melakukan pengawasan. Salah satu
contoh dari biaya bonding ini adalah kompensasi eksekutif. Dimana umumnya
kompensasi yang baik adalah kompensasi yang dikaitkan dengan kinerja,
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
4
Universitas Indonesia
sehingga terlihat upaya yang dihasilkan akan memiliki dampak terhadap value
perusahaan. Ketika value perusahaan naik maka nilai yang diberikan terhadap
kinerja agen baik sehingga kompensasi akan meningkat.
Biaya yang terakhir adalah residual loss yaitu penurunan tingkat
kesejahteraan pemilik maupun agen setelah adanya agency relationship karena
agency problem tidak pernah dapat dipecahkan secara sempurna. Atau perbedaan
return yang didapatkan karena perbedaan keputusan investasi antara pemilik
dengan agen (Harjito dan Nurfauziah, 2000).
Telah disebutkan diatas bahwa sering kali kinerja manajemen dikaitkan
dengan firm value. Maka ketika shareholder dan manajemen memiliki kontrak
(efficient contracting) yang mengikat dimana akan menyesuaikan dan
menyelaraskan kepentingan dan keinginan antara manajemen dengan shareholder
akan mengakibatkan firm value sebuah perusahaan tinggi. Bisa dikatakan bahwa
perusahaan sudah berjalan dengan effisien. Eksistensi dari agency cost terlihat
dari berkurangnya firm value yang diakibatkan dari kinerja perusahaan yang tidak
efisien (Depken et al., 2009). Banyak hal yang akan mempengaruhi firm value
dari sebuah perusahaan untuk bisa dikatakan sebagai perusahaan yang kinerjanya
effisien.
Penggunaan skor ineffisiensi ini juga diteliti oleh Habib and Ljunqvist
(2005) dalam Depken et al., (2009) yang menyatakan bahwa skor ineffisiensi ini
merupakan hasil perhitungan proporsional dari agency cost. Hasil serupa juga
didapatkan oleh Miguel et al., (2005) yang menyatakan bahwa terdapat ketidak
efisienan dalam proses pengambilan keputusan ketika terdapat agency problem.
Penelitian terhadap agency cost juga dilakukan oleh Henry (2009) yang mencoba
meneliti mengenai pengaruh corporate governance, ownership stucture dan faktor
lainnya terhadap agency cost. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Battese dan Coelli (1995) mengungkapkan estimasi hubungan antara agency cost
dan berbagai bentuk dari kompensasi eksekutif, kinerja perusahaan, mekanisme
pengawasan eksternal dan pengeruh lain.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
5
Universitas Indonesia
Berkurangnya firm value dari perusahaan tentunya akan merugikan banyak
pihak yang memiliki kepentingan di dalamnya. Maka karena itu penelitian
mengenai sebab berkurangnya firm value yang diakibatkan oleh ketidak efisienan
yang timbul akibat agency problem perlu dilakukan. Salah satu cara untuk
mengurangi agency problem adalah dengan melakukan mekanisme monitoring
effort dan bonding effort. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat faktor–
faktor apa yang terkait dengan monitoring effort dan bonding effort terhadap
agency cost. Mekanisme monitoring effort dapat diklasifikasikan sebagai
monitoring effort dimensi eksternal dan dimensi internal. Untuk monitoring effort
dimensi eksternal dapat diukur dengan kualitas KAP yang mengaudit suatu
perusahaan tersebut, selain itu terdapat faktor leverage dan blockholders.
Blockholders adalah institusi non-keuangan yang mempunyai persentase
kepemilikan yang besar. Sedangkan untuk mekanisme monitoring effort dimensi
internal adalah persentase kehadiran rata-rata dari rapat komisaris.
Untuk mekanisme bonding effort hanya terdapat pada dimensi internal
perusahaan. Mekanisme bonding ini terkait dengan berbagai bentuk kompensasi
eksekutif, beban iklan pada penjualan dan efisiensi rasio (Depken et al., 2009).
Mekanisme bonding effort ini, ditetapkan hanya berdimensi internal karena semua
pelaku dalam bonding effort ini merupakan pihak internal dan berdasarkan
kebijakan internal perusahaan.
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling tentang
agency problem (1976), maka hubungan agency ini sangatlah penting. Terlebih
lagi jika dikaitkan dengan perkembangan perekonomian yang dialami oleh
Indonesia. Pratt dan Zeckhauser (1991) dalam Sidabutar (2003) menyebutkan
beberapa paradigma menarik mengenai agency relationship ini yaitu: a) agency
relationship ini lebih signifikan daripada sebelumnya pada pada bidang politik
dan ekonomi dan b) Negara-negara maju seperti Jerman dan Jepang membuktikan
bahwa loyalitas perusahaan yang dibangun antara manajemen dalam jangka
panjang akan menghasilkan kepercayaan dan saling menguntungkan yang dapat
mengurangi agency problem.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
6
Universitas Indonesia
Sedangkan untuk keterjadian agency problem di Indonesia sendiri cukup
jelas terlihat, hal ini sesuai dengan penelitian Arifin (n.d), Siregar dan Utama
(2006) yang menyatakan bahwa struktur kepemilikian perusahaan publik di
Indonesia banyak yang terkonsentrasi sehingga mendorong pemegang saham
pengendali/majoritas mengambil alih hak dan memindahkan kekayaan dari
pemegang saham non pengendali/minoritas. Selain itu sesuai dengan penelitian
Pratt dan Zeckhauser (1991) kondisi atau iklim politik di Indonesia cukup panas,
mengingat banyaknya regulator yang bisa dipengaruhi oleh perkumpulan
pengusaha atau komunitas dengan berbagai kepentingan berkeinginan untuk ikut
‘meracik’ peraturan yang mempunyai efek terhadap pelaporan keuangan. Selain
itu belum adanya keberpihakan pemerintah untuk menjamin ketersediaan
lapangan kerja untuk seluruh WNI di dalam negeri membuat karyawan atau agen
mengeruk kekayaan semaksimal mungkin selagi mereka bekerja. Sehingga secara
tidak langsung mereka akan melakukan misappropriation asset dan pengeluaran–
pengeluaran yang membebankan entitas yang berakibat juga pada kesejahteraan
pemilik. Terkait dengan globalisasi yang juga menuntut jaminan keamanan dan
kepastian dalam berinvestasi di Indonesia, dimana setiap keputusan investasi atau
keputusan ekonomi lainnya akan mengacu kepada value dan juga track record
dari perusahaan tersebut. Oleh karena itu, sangat menarik untuk di bahas lebih
lanjut, terlebih lagi mengenai tingkat pengaruh dari monitoring dan bonding cost
terhadap penurunan agency problem. Karena ketika agency problem dapat
diminimalisir dan value of firm bisa dikatakan maksimal sehingga nilai
ineffisiensi kecil, tentunya iklim investasi akan baik yang diikuti dengan
perkembangan perekonomian yang lebih baik karena akan menarik investor untuk
menanamkan modalnya dan para kreditur untuk bisa lebih percaya dalam
menyalurkan dananya.
Penelitian sebelumnya banyak yang membahas mengenai pengaruh
monitoring cost dan bonding cost terhadap performa perusahaan. Ada pula yang
meneliti menggunakan metode qualitatif mengingat agency problem sedikit sulit
untuk dikuantifisir. Ang et al., (2000) mengukur agency cost dengan
menggunakan deviations of expense dan efficiency ratio sehingga dapat
dikuantifisir. Selain itu Ariswati (2004) dalam tesisnya meneliti analisa pengaruh
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
7
Universitas Indonesia
biaya agensi terhadap dividen. Penelitian tersebut lebih terkait dengan apakah
kebijakan dividen dapat mengurangi agency problem sesuai dengan teori yang
dikemukakan oleh Jensen & Mecking (1976). Selain itu terdapat pula penelitian
yang dilakukan oleh Agrawal dan Knoeber (1996) berusaha untuk mengontrol
agency problem antara manajemen dengan shareholder. Dalam penelitian ini
peneliti melakukan replikasi penelitian yang dilakukan oleh Depken et al., (2009)
tentang mekanisme monitoring effort dan bonding effort untuk mengurangi
agency problem dengan beberapa perubahan. Perbedaan penelitian ini dengan
penelitian terdahulu adalah:
1. Mekanisme yang dilakukan untuk mengurangi agency problem
diklasifikasikan ke dalam 2 dimensi, yaitu dimensi internal dan eksternal
untuk monitoring effort dan dimensi internal untuk bonding effort.
2. Penelitian kali ini memasukan unsur kualitas KAP dan leverage
sebagai salah satu proksi yang dapat digunakan sebagai monitoring external.
Penelitian Depken et al.,(2009) tidak memasukan Kualitas KAP dan
leverage sebagai faktor yang mempengaruhi agency problem. Selain itu
pada monitoring internal peneliti memasukan persentase kehadiran rata-rata
dari rapat komisaris.
3. Penelitian ini juga memasukan kepemilikan manajemen sebagai
salah satu proksi yang dapat digunakan sebagai bonding effort. Dalam
penelitian Depken et al., (2009), faktor yang dimasukan sebagai bonding
effort adalah kompensasi kas komisaris dan direksi, effisiensi ratio dan
advertising/sales ratio. Sedangkan dalam penelitian ini peneliti
menggunakan kompensasi eksekutif, advertising/sales ratio, dan
kepemilikan manajemen. Penambahan kepemilikan manajemen ditujukan
untuk melihat apakah kepemilikan manajemen akan berpengaruh terhadap
agency problem.
4. Penelitian dilakukan pada perusahaan manufaktur yang berada di
Indonesia pada tahun 2008-2010. Karena setiap perbedaan dari budaya,
regulasi dan tempat tentunya akan berpengaruh dari agency relationship
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
8
Universitas Indonesia
yang terjadi. Pemilihan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur
dikarenakan bidang ini merupakan salah satu penggerak perekonomian di
Indonesia. Menurut JASICA (Jakarta Stock Industrial Clasification)
menyatakan bahwa industri manufaktur merupakan secondary sector yang
berjumlah sekitar 25 jenis perusahaan dari total 56 jenis perusahaan yang di
klasifikasikan sebagai sub sector industri yang berada di Indonesia. Industri
manufaktur juga cenderung stabil dalam kondisi perekonomian dan dengan
harapan tidak terjadi bias yang disebabkan oleh perbedaan industri
(Amarani, 2009). Selain itu industri manufaktur merupakan industri yang
memberikan multiple effect yang besar dalam perkembanga perekonomian
dan juga merupakan industri yang padat modal. Artinya likuiditas
perindustrian merupakan faktor utama dikarenakan sejak awal sudah sarat
dengan kebutuhan kas yang tinggi dan perlu pengelolaan yang efisien dan
efektif (Triyana, 2011). Karena jumlahnya yang cukup signifikan di pasar
Indonesia maka, penelitian terkait industri ini akan sangat berguna dan
semoga dapat digeneralisir dengan industri lainnya.
1.2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini akan dianalisis pengaruh dari faktor-faktor
monitoring effort dan bonding effort baik dimensi internal maupun eksternal untuk
meminimalisir agency problem. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka rumusan masalah yang diajukan untuk penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Faktor–faktor apa yang terkait dengan monitoring effort yang
berpengaruh terhadap agency cost?
2. Faktor–faktor apa yang terkait dengan bonding effort yang berpengaruh
terhadap agency cost?
3. Apakah terdapat perbedaan kekuatan penjelas antara monitoring effort dan
bonding effort dalam mempengaruhi agency cost?
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
9
Universitas Indonesia
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis pengaruh faktor-faktor apa yang terkait dengan
monitoring effort terhadap agency cost .
2. Menganalisis pengaruh faktor-faktor apa yang terkait dengan bonding
effort terhadap agency cost.
3. Menganalisis perbedaan kekuatan penjelas antara monitoring effort dan
bonding effort dalam mempengaruhi agency cost.
Dari semua faktor tersebut akan dihasilkan manakah faktor yang memang
berpengaruh signifikan terhadap agency problem. Sehingga hasil penelitian ini
bisa dijadikan referensi bagi investor, kreditor dan pihak berkepentingan lainnya
untuk mengambil keputusan ekonomi.
1.4. Kontribusi Penelitian
Manfaat dari penelitian ini terbagi atas perusahaan dan bagi pihak
lain, dengan rincian sebagai berikut :
1. Untuk pengembangan ilmu pengetahuan: riset seperti ini di
Indonesia belum banyak dilakukan, tetapi agency problem di
Indonesia ternyata cukup kompleks dikarenakan adanya struktur
kepemilikan yang terkonsentrasi seperti hasil penelitian Siregar
dan Utama (2006) dan berbagai kondisi politik. Selain itu
penelitian ini memasukan variable–variable monitoring effort dan
bonding effort yang sebelumnya belum pernah diteliti dalam
konteks agency problem dan kaitannya untuk mengurangi agency
problem. variable yang dipergunakan diklasifikasikan sebagai
monitoring effort dan bonding effort yang berdimensi internal dan
eksternal. penelitian ini juga membandingkan antara monitoring
effort dan bonding effort yang memiliki kekuatan penjelas lebih
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
10
Universitas Indonesia
tinggi atas pengaruhnya terhadap agency problem. sehingga akan
terlihat kekurangan dan kelebihan dalam hal kualitas upaya untuk
mengurangi agency problem tersebut.
2. Untuk pemilik/shareholder: Sebagai bahan masukan untuk
mempertimbangkan aksi yang ingin dilakukan untuk
meminimalisir agency problem.
3. Untuk agen/manajemen: Sebagai bahan masukan untuk
memperhitungkan cost dan benefit dari tindakan yang diambil
terutama untuk pengambilan kebijakan/keputusan ekonomi.
4. Untuk potensial investor: Sebagai tambahan pertimbangan untuk
menentukan tempat investasi yang terbaik. Sekaligus sebagai
bahan untuk referensi terhadap kepemimpinan manajemen dan
nilai perusahaan.
5. Untuk kreditor: Sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk
menentukan kelayakan pemberian kredit.
6. Untuk regulator: Sebagai salah satu referensi mengenai apa yang
perlu diatur dan ditambahkan dalam peraturan mengenai
perusahaan terbuka.
1.5. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan-perusahaan yang tergabung
dalam industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun
2008-2010. Terdapat 129 perusahaan pada tahun 2010, 125 pada tahun 2009 dan
123 pada tahun 2008 yang merupakan perusahaan manufaktur yang menjadi objek
penelitian.
Untuk industri manufaktur dipilih penulis karena industri manufaktur
merupakan salah satu pendorong pertumbuhan ekonomi nasional, artinya
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
11
Universitas Indonesia
perkembangan industri manufaktur merupakan bagian yang penting dalam
pertumbuhan perekonomian Indonesia.
1.6. Sistematika Penulisan
Dalam tugas akhir ini, penulis membagi pokok pembahasan kedalam 5 bab
dan disertai dengan lampiran sebagai pendukung tugas akhir ini. Berikut
sistematika penyajiannya:
BAB I - PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup penelitian, hipotesis
penelitian, metodologi penelitian, serta sistematika penelitian. Selain itu,
bab ini juga mencakup ruang lingkup penelitian yang terdiri dari batasan
masalah, cakupan geografi, dan periode penelitian.
BAB II – LANDASAN TEORI
Pada bab ini dibahas teori – teori yang terkait dengan agency theory,
agency problem, agency cost, struktur kepemilikan, kualitas KAP, firm
value, monitoring dan bonding cost serta tinjauan tinjauan literatur dari
penelitian – penelitian sebelumnya yang terkait dengan variabel yang
dipergunakan sebagai landasan dari penelitian ini.
BAB III – METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan gambaran mengenai metodologi yang akan digunakan
dalam penelitian ini, yaitu termasuk metode pengumpulan data, metode
pengumpulan sampel penelitian, penjelasan mengenai variabel penelitian,
model dan hipotesis penelitian, serta metode pengolahan dan analisa data.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
12
Universitas Indonesia
BAB IV – ANALISA DAN PEMBAHASAN
Bab ini membahas analisa atas data penelitian yang telah diolah yang
kemudian dibahas untuk menjawab rumusan masalah yang telah
dipaparkan sebelumnya.
BAB V – KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian ini berupa pernyataan-
pernyataan singkat yang merupakan jawaban atas rumusan masalah
penelitian dan saran – saran yang dapat diambil dari hasil penelitian ini.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
13 Universitas Indonesia
BAB 2
TEORI DAN TINJAUAN LITERATUR
2.1. Agency Theory
Dalam perekonomian modern, pemisahan terhadap pengelola dan pemilik
sudah menjadi metode yang dilakukan oleh semua perusahaan besar dan yang
terdaftar di bursa. Pemisahan ini berakibat berupa pendelegasian otoritas kepada
agen agar agen dapat membuat keputusan atas kegiatan sehari–hari untuk
kelangsungan operasi perusahaan.
Terdapat 3 penjelasan yang mendasari kenapa pemilik mendelegasikan
otoritas tersebut. Penjelasan pertama adalah ukuran perusahaan, semakin besar
perusahaan maka akan semakin sulit pemilik untuk mengatur dan mengelola
sendiri, maka karena itu diperlukannya agen yang akan membantu pengelolaan.
Penjelasan yag kedua adalah kompleksitas operasi bisnis, semakin komples
operasi bisnis suatu perusahaan akan semakin membutuhkan sumberdaya yang
kompeten. Sehingga ketika pemilik tidak mempunyai kemampuan dalam
mengelola operasi perusahaan yang semakin lama akan semakin sulit sesuai
dengan perkembangan perekonomian dan tuntutan globalisasi, akan diperlukanlah
sumberdaya yang kompeten tersebut. Penjelasan yang ketiga adalah situasi
pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan harus pada saat yang tepat dan
oleh orang yang tepat, sehingga situasi saat pengambilan keputusan merupakan
hal yang penting. Situasi yang dimaksudkan disini adalah tekanan yang muncul
karena keterbatasan kemampuan kognitif seseorang. Seiring dengan keputusan
yang harus dipilih terdapat pula risiko dan tekanan, maka untuk meningkatkan
kualitas pengambilan keputusan bisa dengan memberikan bagian keputusan
kepada individu yang tepat dan berbeda. Hal serupa juga dijelaskan oleh Islam
(2010) dalam penelitiannya menyebutkan bahwa alasan pendelegasian otoritas
adalah untuk menggunakan tenaga yang lebih profesional dan untuk memberikan
waktu istirahat kepada pemilik.
Pendelegasian tersebut bisa menjelaskan teori agensi. Teori agensi yang
diperkenalkan oleh Jensen dan Meckling pada tahun 1976 merupakan teori yang
dikatagorikan ’baru’ , melengkapi teori sebelumnya yakni Teori Neo Klasik pada
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
14
Universitas Indonesia
tahun 1870–an yang menganggap pengelolaan juga dilakukan oleh pemilik
(Sidabutar, 2003). Teori agensi ini merupakan teori yang lahir dari teori entitas
yang memisahkan antara kepentingan pribadi dengan entitas bisnisnya, dimana
teori entitas merupakan teori turunan dari teori ekuitas (Alijoyo et al., 2004).
Maka menurut Alijoyo et al., (2004), teori agensi adalah teori yang menjelaskan
hubungan kontraktual antara pihak yang mendelegasikan pengambilan keputusan
tertentu dengan pihak yang menerima pendelegasian tersebut. Ketika pemilik
(principal/owner/shareholder) menunjuk orang lain (manajemen/agen) untuk
mengelola perusahaan disebut dengan agency relationship (Jensen dan Meckling,
1976).
Implikasi dari pemisahan kepemilikan (owner) dengan pengelolaan (agen)
yang diisyaratkan pada agency theory memungkinkan terciptanya ‘check and
balance’ dalam sebuah perusahaan sehingga terjadi independensi yang sehat bagi
para agen untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang optimal dan return yang
memadai bagi shareholders (Alijoyo et al., 2004). Sebagai kekurangannya bila
tidak terjadi ‘check and balance’ yang wajar sehingga interaksi antara pemilik
dengan agen akan terganggu, seperti yang dikemukakan oleh Jensen dan
Meckling (1976). Jensen dan Meckling berpendapat bahwa ketika sebuah
perusahaan dikelola oleh orang yang berbeda dengan pemilik maka nantinya akan
timbul masalah (agency problem) karena setiap individu diasumsikan rasional
(akan berusahan untuk mementingkan kesejahteraan pribadinya melebihi
kesejahteraan pemilik). Agency problem dapat diminimalisir dengan beberapa
upaya yang tentunya juga menimbulkan biaya. Upaya tersebut merupakan agency
cost.
2.1.1. Agency problem
Teori korporasi modern dan post modern menyatakan bahwa kepemilikan
suatu perusahaan dimiliki oleh banyak orang. Investor yang memiliki kepemilikan
di suatu perusahaan terbagi menjadi 2 tipe (Kim et al., 2010). Tipe pertama yaitu
investor aktif yang selalu berfokus pada kinerja perusahaan. Tipe kedua adalah
investor pasif yang lebih berfokus pada risiko dan return dari investasi yang
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
15
Universitas Indonesia
dilakukannya dan tidak berkeinginan untuk terlibat langsung dalam menjalankan
bisnis perusahaan. Baik investor aktif maupun pasif tidak bisa membuat
keputusan sehari–hari untuk kelangsungan bisnis perusahaan. Maka karena itu
dibutuhkan manajemen yang kompeten dan profesional.
Terdapat 3 penyebab munculnya agency problem menurut penelitan
terdahulu, yaitu:
1. Dikarenakan adanya kompensasi yang tidak seimbang dengan usaha/upaya
yang dikeluarkan oleh manajemen.
2. Dikarenakan ada asymmetric information antara manajemen dengan
pemilik.
3. Dikarenakan adanya perbedaan pandangan terhadap risiko bisnis.
Penjelasan tentang penyebab Agency problem yang dikemukakan oleh
Schroeder (2011), adalah para agen diberikan kekuasaan untuk membuat
keputusan untuk kepentingan pemilik, tetapi pemilik tidak dapat mengamati
semua aksi dan keputusan yang dibuat oleh manajemen, sehingga muncul
ancaman bahwa manajemen tidak akan bertindak sesuai dengan kepentingan
pemilik. Pendelegasian otoritas seperti yang dikemukakan oleh Schroeder (2011)
juga diteliti oleh Schulze (2001) yang menyatakan bahwa pendelegasian otoritas
tersebut membuat manajemen mendapatkan risiko yang tidak secara utuh
ditanggung oleh kompensasi, sebagai akibatnya pendelegasian ini memberikan
mereka kesempatan dan dorongan untuk mencari kompensasi tambahan dari
bagian yang tidak ada kompensasinya.
Penelitian lain yang berusaha meneliti tentang penyebab agency problem
adalah Arifin (2005), menurut beliau permasalahan dari agency problem ini
adalah asymmetric information, yaitu informasi yang tidak seimbang disebabkan
oleh tidak terdistribusinya informasi secara merata antara manajemen dan pemilik.
Sesuai dengan entity theory yang menyatakan bahwa pemilik dianggap sebagai
orang luar, maka para pemilik akan bergantung kepada angka akuntansi yang
dihasilkan oleh manajemen sebagai laporan penggunaan dana mereka. Sehingga
ketika fungsi akuntansi sebagai pengawas tidak berjalan dengan baik, maka
tingkat asymmetric information akan tinggi dan akan menimbulkan keinginan
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
16
Universitas Indonesia
besar bagi manajemen untuk memanipulasi kinerja yang dilaporkan untuk
kepentingan sendiri. Pernyataan tersebut juga didukung oleh Islam (2010) yang
menyatakan bahwa alasan terjadinya agency problem adalah karena asimetri
informasi. Lebih lanjut Islam (2010) juga menyatakan bahwa selain asimetri
informasi, agency problem juga diakibatkan oleh hak pembuatan keputusan.
Penelitian Arifin (2005) sangat berkorelasi dengan penelitian Vojtech (2011) yang
menyatakan bahwa agency problem muncul karena manajemen mempunyai
insentif yang berbeda daripada meningkatkan kesejahteraan pemilik. Karena
setiap pihak adalah pihak yang rasional yang akan bertindak untuk
memaksimalkan keuntungan pribadinya sendiri.
Selain itu dalam penelitian Harjito dan Nurfauziah (2008) mengatakan
bahwa penyebab dari agency problem adalah perbedaan pandangan antara pemilik
dengan manajemen terhadap risiko bisnis. Dimana pemilik menginginkan
pemilihan proyek oleh manajemen yang memiliki risiko tinggi agar mendapatkan
imbas hasil yang juga tinggi, karena pemilik hanya bertanggung
jawab/menanggung resiko sebesar dana yang mereka tanamkan. Sedangkan bagi
manajemen akan lebih menyukai proyek dengan risiko yang tidak terlalu tinggi.
Dalam kasus ini principal dikatagorikan sebagai risk lover dan manajemen
dikatagorikan sebagai risk averse. Pendapat tersebut juga didukung oleh Islam
(2010) yang menyatakan bahwa agency problem juga muncul dikarenakan adanya
perbedaan pandangan terhadap risiko bisnis.
Dalam pandangan Harjito dan Nurfauziah (2008) tentang perbedaan
pandangan terhadap risiko bisnis terkait dengan sifat alami dari pemilik (investor)
dan manajemen. Investor pasif yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan
dengan investor aktif, lebih berfokus pada risiko dan return dari investasinya.
Untuk meminimalkan risiko, mereka melakukan difersifikasi terhadap investasi.
Sehingga ketika perusahaan bermasalah mereka hanya akan bertanggung jawab
terhadap jumlah yang mereka investasikan. Sedangkan untuk agen, mereka akan
menanggung risiko yang besar, termasuk diberhentikan dari pekerjaan
dikarenakan tidak berhasil memenuhi tujuan perusahaan (Schroeder et al., 2011).
Jadi dapat disimpulkan bahwa agency problem merupakan masalah yang
timbul karena adanya ketidakcukupan kompensasi atas upaya manajemen yang
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
17
Universitas Indonesia
akan mendorong terjadinya fraud, asymmetric information dan perbedaan
pandangan terhadap risiko. Semua itu merupakan efek dari pemisahan
kepemilikan (owner) dengan pengelolaan (manajemen). Atau dalam definisi lain
menurut Alijoyo et al., ( 2004 ) agency problem timbul sebagai akibat keinginan
manajemen untuk melakukan tindakan yang sesuai dengan kepentingannya yang
dapat mengorbankan kepentingan pemilik untuk memperoleh return dan nilai
jangka panjang perusahaan.
Agency problem tersebut bisa dikuantifisir dengan rendahnya firm value
yang diakibatkan oleh kinerja manajemen yang tidak efisien. Ketidak efisienan
kinerja juga merupakan sebuah biaya bagi suatu perusahaan. Bentuk dari ketidak
efisienan kinerja manajemen yang berakibat pada kesejahteraan pemilik dan juga
manajemen adalah penggunaan asset perusahaan untuk kepentingan pribadi,
discrenatiory expense untuk pembelian asset yang tidak produktif maupun
pengeluaran yang dibebankan kepada perusahaan tetapi penggunaannya untuk
kepentingan pribadi, kecurangan dalam menyusun laporan keuangan dan
pembelian fasilitas manajemen yang berlebihan.
2.1.1.1 Klasifikasi Agency problem
Menurut Jensen dan Meckling (1976) agency problem yang dimaksud bisa
diklasifikasikan kedalam 2 tipe. Tipe yang pertama adalah antara manajemen
dengan pemilik yang disebut sebagai agency problem of equity dan yang kedua
adalah antara debtholder dengan manajemen-pemilik yang disebut dengan agency
problem of debt. Dimana agency problem yang terjadi antara manajemen dengan
pemilik akan terbagi menjadi 3 tipe berdasarkan individu dengan kepemilikannya,
yaitu: (i) Manajemen dengan pemilik (baik minoritas maupun mayoritas), (ii)
antara pemilik minoritas dengan mayoritas,dan yang terakhir (iii) antara
manajemen yang mempunyai kepemilikan dan pemilik dari luar perusahaan.
Walaupun dalam pengklasifikasian pihak yang terkait agency problem of
equity ini berbeda, yaitu antara (i) manajemen dengan pemilik (baik minoritas
maupun mayoritas) dan (iii) manajemen yang mempunyai kepemilikan dengan
pemilik dari luar, tetapi efek yang ditimbulkan akan sama. Jensen dan Meckling
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
18
Universitas Indonesia
(1976) mengungkapkan bahwa agency problem yang terjadi antara manajemen
dengan pemilik terkait dengan kepemilikan manajemen/agen tersebut. Masalah
muncul ketika kepemilikan manajemen kurang dari 100% atau tidak adanya sama
sekali kepemilikan oleh manajemen. Kepemilikan manajemen kurang dari 100%
yang disebut sebagai α, maka ketika perusahaan mendapatkan keuntungan, pihak
manajemen hanya berhak untuk mendapatkan sebesar α tersebut. Biaya untuk
mendapatkan income perusahaan tersebut ditanggung oleh pemilik, yaitu
manajemen dan pemilik lainnya yang juga memiliki saham sebesar 1- α, atau
ditangggung oleh pemilik seluruhnya (pemegang saham) apabila tidak ada
kepemilikan oleh manajemen. Biaya tersebut dapat dimanipulasi oleh manajemen
yang nantinya akan mempengaruhi income dari perusahaan. Jadi ketika pemilik
yang bukan manajemen (outsider) hanya menunggu income dari hasil operasi
perusahaan sebesar 1- α ,dengan asumsi bahwa setiap orang rasional maka
manajemen akan berusaha untuk mendapatkan income tambahan dari konsumsi
asset perusahaan atau membeli fasilitas untuk manajemen secara berlebihan yang
nantinya biayanya juga akan ditanggung oleh si pemilik. Dalam hal ini
manajemen akan mendapatkan 2 kali keuntungan, yaitu saat pihak manajemen
mengkonsumsi untuk kepentingan pribadi atas asset perusahaan dan juga
pembagian keuntungan yang juga dipengaruhi oleh konsumsi pihak manajemen
tersebut. Ketika manajemen tidak mempunyai kepemilikan maka mereka hanya
akan mengkonsumsi asset perusahaan tanpa adanya pembagian keuntungan dari
kepemilikan tersebut. Tetapi effort yang dikeluarkan oleh manajemen ketika
posisinya juga sebagai pemilik akan berbeda jika hanya sebagai pegawai saja. Jadi
dapat disimpulkan bahwa semakin kecil kepemilikan manajemen di suatu
perusahaan akan semakin besar konsumsi pribadinya.
Berkurangnya value of firm diakibatkan karena adanya konsumsi pribadi
yang merupakan ineffisiensi bagi perusahaan.Tetapi jika pihak manajemen merasa
keuntungan untuk menaikan firm value lebih besar daripada keuntungan konsumsi
pribadi, maka mereka akan mengikatkan diri dalam kontrak yang membatasi
aktifitas mereka. Kontrak yang berperan untuk menyelaraskan kepentingan
manajemen dengan kepentingan pemilik.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
19
Universitas Indonesia
Eksistensi dari agency problem antara manajemen yang memiliki saham
perusahaan dengan pemegang saham dari luar (insider vs outsider shareholder)
juga diteliti oleh Masson dan Madhaven (1991) dalam Sidabutar (2003), mereka
membandingkan tingkat pengaruh kepemilikan insider shareholder dengan
tingkat perdagangan saham oleh insider shareholder yang memberikan hasil
bahwa adanya perdagangan saham oleh manajemen yang memiliki saham (insider
shareholders) merupakan bukti dari eksistensi agency problem. Hal ini logis
karena pihak insider shareholder yang merupakan manajemen memiliki informasi
yang lebih dibandingkan dengan outsider shareholder, maka dapat disimpulkan
bahwa firm value meningkat seiring dengan meningkatnya kepemilikan dari
insider shareholder, sedangkan hal yang sebaliknya yaitu penurunan firm value
akibat meningkatnya perdagangan saham oleh insider shareholder.
Hal yang dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976), terkait dengan
adanya kepemilikan oleh manajemen juga dapat menjelaskan kejadian ketika tidak
adanya saham perusahaan yang dimiliki oleh agen, masalah agensi ini akan
bergeser pada pemegang saham pengendali dan bukan pemegang saham
pengendali. Hal ini juga terkait dengan struktur organisasi yang dimiliki oleh
perusahaan. Umumnya setiap perusahaan memiliki pemegang saham
pengendali/blockholders/majority shareholder dan pemegang saham pengendali
tersebut akan memiliki control right yang lebih besar dibandingkan dengan bukan
pemegang saham pengendali atau minority shareholders. Maka dengan asumsi
semua orang rasional, si pemegang saham pengendali akan berupaya untuk
memaksimalkan keuntungan atau memindahkan keuntungan dari minority
shareholders kepada majority shareholders atau pemegang saham pengendali.
Cara yang dilakukan untuk memindahkan keuntungan bisa dengan tunneling dan
berbagai kegiatan lain yang dapat merugikan minority shareholder.
Sedangkan agency problem yang disebut dengan agency problem of debt
merupakan masalah yang terjadi antara bondholder dengan manajemen-pemilik.
Setiap kegiatan manajemen merupakan hal yang akan mendasari para kreditor
untuk mempertimbangkan keputusan ekonomi mereka untuk memberikan kredit.
Ketika kreditor memberikan kredit kepada suatu perusahaan tentunya mereka
berharap perusahaan akan dapat membayar pokok beserta bunga dari hutang
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
20
Universitas Indonesia
tesebut. pembayaran hutang dapat dilakukan apabila perusahaan memiliki
ketersediaan dana yang mencukupi. Karena itu para kreditor akan menyeleksi
pemberian kredit berdasarkan analisis data yang berasal dari laporan yang
disajikan oleh manajemen dan juga kriteria pemberian kredit yang dimiliki oleh
kreditor tersebut.
Menurut Jensen dan Meckling (1976) terdapat 3 hal yang harus diperhatikan
untuk agency problem of debt ini. Ketiga hal tersebut berkaitan dengan alasan
kemungkinan terjadinya pemindahan kesejahteraan dari debt holder kepada
pemilik-manajemen:
1. Income effect: Ketika sebuah perusahaan meminjam uang untuk
keperluan pengembangan usaha, terdapat income effect yang akan
mempengaruhi pandangan terhadap risiko. Income effect terlihat
jelas ketika proyek yang dijalani oleh manajemen berhasil, sehingga
manajemen akan mendapatkan reward dari hasil usahanya. Hal ini
berbeda dengan apa yang didapatkan oleh debtholder. Mereka hanya
akan mendapatkan bunga dengan hitungan tetap. Sedangkan apabila
proyek tersebut tidak berhasil, maka gagal bayar yang akan dialami
oleh debtholder. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk
menghindari gagal bayar adalah dengan perjanjian dimana
manajemen tidak diperkenankan untuk memilih proyek yang
berisiko tinggi atau proyek dengan NPV yang tidak positif dan besar.
2. Biaya kebangkrutan: Ketika debtholder akan meminjamkan dana
untuk keperluan pengembangan usaha, maka untuk meminimalisir
resiko dari gagal bayar, debtholder akan membuat persyaratan atau
perjanjian yang menjamin kesanggupan pembayaran. Hal ini terkait
dengan biaya bangkrutnya debitor. Cara yang dilakukan adalah
membuat perjanjian dengan kesepakatan bahwa debitur tidak boleh
atau meminimalisir mengadakan peminjaman dana tambahan kepada
pihak lain sebelum dana beserta bunga dapat dikembalikan. Hal ini
mengandung opportunity cost bagi perusahaan untuk meminjam
dana tambahan untuk keperluan pengembangan usaha selanjutnya.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
21
Universitas Indonesia
Hal ini bisa menjawab mengapa pendanaan perusahaan tidak
didominasi oleh debt.
3. Biaya monitoring dan bonding: Biaya yang terkait dengan beban
pembuatan dari kontrak untuk menjamin pihak debtholder tidak akan
menanggung kerugian.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Mauer dan Sarkar (2005)
Menyimpulkan hal yang serupa dengan agency problem of debt yang
dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976), dimana mereka menyebutkan
bahwa keputusan akan penggunaan hutang jangka panjang ini tergantung pada
pengurangan pajak atas pembayaran bunga, bankcruptcy cost dan juga monitoring
dan bonding cost. Ketiga hal tersebutlah yang perlu diperhatikan dalam agency
problem of debt, yang juga berkorelasi dengan 3 alasan utama penyebab
munculnya agency problem.
2.1.2. Agency Cost
Agency cost merupakan biaya yang dikeluarkan atas upaya untuk
meminimalisir agency problem. Dalam penelitian Susila (2003), mengemukakan
bahwa setiap bagian yang terlibat dalam agency relationship harus menanggung
agency cost, agar pihak tersebut juga berkepentingan untuk meminimalkan agency
cost tersebut.
Terdapat tiga biaya yang disebut dengan agency cost (Jensen dan Meckling,
1976). Adapun komponen biaya yang dijelaskan oleh Jensen dan Meckling (1976)
adalah monitoring cost, bonding cost dan residual loss. Monitoring cost
merupakan biaya yang dikeluarkan oleh pemilik untuk mengawasi aktifitas
manajemen agar tidak mengganggu kesejahteraan pemilik, tetapi tidak hanya
terbatas pada pengukuran dan observasi perilaku manajemen. Melainkan meliputi
pengawasan melalui pembatasan anggaran, kebijakan kompensasi dan peraturan
operasi dan audit. Sedangkan menurut Denougin dan Fluet (2001) monitoring cost
merupakan memproduksi dan mendapatkan semua bentuk informasi tentang
perilaku manajemen. Karena menurutnya memonitor perilaku manajemen
merupakan informasi yang baik apabila dikombinasikan dengan kinerja.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
22
Universitas Indonesia
Biaya selanjutnya adalah bonding cost, yaitu biaya yang dikeluarkan oleh
manajemen yang sifatnya mengikat dan membatasi aksi manajemen agar tidak
merugikan kesejahteraan pemilik (Jensen dan Meckling, 1976). Atau menurut
Schroeder et al., (2011), merupakan insentif yang dimiliki oleh manajemen untuk
bertindak sesuai dengan kepentingan shareholders/jaminan bahwa manajemen
tidak akan membahayakan kepentingan pemilik atau akan ada ganjaran ketika
manajemen melakukan pelanggaran. Contoh dari bonding cost adalah executive
stock option (ESOP), restricted stock grants, promosi jabatan dan bonus.
Mekanisme pemberian insentif ini dikaitkan dengan kesejahteraan pemilik atau
kinerja sehingga tujuan dari pemilik dan manajemen selaras.
Biaya yang ketiga adalah residual loss yang merupakan pengurangan
kekayaan yang dialami oleh pemilik akibat dari perbedaan keputusan antara
manajemen dengan pemilik (Arifin, 2005). Atau biaya yang harus ditanggung
oleh pemilik dan manajemen karena agency problem tidak dapat dihilangkan
dengan sempurna (Sidabutar, 2003)
2.2. Agency Problem di Indonesia
Wallace dan Zinkin (2005) mengungkapkan bahwa umumnya perusahaan
di Asia memiliki struktur kepemilikan yang terkonsentrasi, hal ini serupa dengan
yang terjadi di Indonesia. Sesuai dengan hasil penelitian Arifin (2003) dalam
Sidabutar (2003), Supriyanto (2008) dan Siregar dan Utama (2006) yang
menyatakan bahwa kepemilikan di Indonesia adalah terkonsentrasi terutama oleh
pihak yang memiliki hubungan keluarga. Maka agency problem yang terjadi yaitu
antara controlling shareholder dengan non controlling shareholders atau majority
shareholder dengan minority shareholder. Hal ini juga konsisten dengan
penelitian Islam (2010), yang meneliti negara Bangladesh yang memiliki struktur
kepemilikan yang juga terkonsentrasi sehingga agency problem yang sering
muncul yaitu antara majority shareholder dengan minority shareholder. Hal ini
berbeda dengan negara Amerika dimana kepemilikannya tersebar, sehingga
agency problem yang sering muncul yaitu antara manajemen dengan pemilik.
Dalam penelitian Islam (2010) menyebutkan salah satu penyebab dari
munculnya agency problem adalah hak untuk membuat keputusan atau hak yang
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
23
Universitas Indonesia
dapat dipergunakan untuk mengawasi keputusan (control right). Dimana ketika
pemegang saham pengendali memiliki control right yang lebih difasilitasi oleh
manajemen, akan muncul perampasan kesejahteraan dan hak dari pemegang
saham non-pengendali oleh pemegang saham pengendali. Dalam kesimpulan
penelitian Arifin (2003) dalam sidabutar (2003) menyatakan bahwa perusahaan
dengan kepemilikan keluarga sebesar 10,1 % - 20 % yang merupakan tempat
investasi yang baik karena terdapat pihak yang mengontrol tetapi tidak terlalu
kuat untuk mempengaruhi atau mengontrol manajemen, serta mengupayakan
dividen per share perusahaan selalu relatif tinggi.
Peran pemerintah dalam meminimalir agency problem juga tidak kalah
penting. Seperti yang telah dilakukan oleh pemerintahan di berbagai negara yang
berusaha untuk memberlakukan undang–undang yang diadopsi dari prinsip
Corporate Governance OECD (Organisation for Economis Co-operation and
Development). Prinsip Corporate Governance OECD diadopsi dan menjadi
landasan bagi peraturan tentang berjalannya corporate governance pada
perusahaan. Aturan tersebut mempunyai kekuatan yang mengikat ketika sudah
menjadi undang–undang yang berlaku. Di Indonesia sudah banyak peraturan dan
undang–undang yang membahas tentang kewajiban untuk menjalankan dan
melaporkan corporate governance seperti prinsip OECD dengan beberapa
penyesuaian. Aturan BAPEPAM LK, peraturan Bank Indonesia, Surat Keputusan
Menteri Negara BUMN dan undang–undang Perseroan telah mengatur
persyaratan pelaksanaan corporate governance dengan organnya agar tercapai
optimum value dari shareholder dengan mepertimbangkan value dari stakeholder
sesuai dengan tujuan corporate governance.
Hal yang juga menjadi perhatian di Indonesia adalah permasalahan yang
seringkali muncul ketika perusahaan tidak sepenuhnya menuruti aturan yang
mengatur mengenai hal–hal yang dapat meminimalisir agency problem. Salah satu
hal yang diatur oleh pemerintah yang bertujuan untuk meminimalisisr agency
problem dan juga untuk mengoptimalkan firm value adalah peraturan mengenai
diharuskannya perusahaan untuk mempunyai komisaris independen dengan
perangkat komite sebagai pihak yang membantu. Komisaris independen bertujuan
untuk melindungi hak dari pemegang saham minoritas yang tidak terwakili oleh
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
24
Universitas Indonesia
komisaris lain yang merupakan representative dari pemegang saham pengendali.
Eksistensi dari komisaris independen juga merupakan komponen dalam
melakukan upaya monitoring terhadap manajemen dan perusahaan untuk
meminimalkan agency problem. Sedangkan komite yang ditugaskan untuk
membantu dewan komisaris seperti komite audit, komite remunerasi dan komite
nominasi, komite GCG, komite manajemen risiko, dan komite lain yang dianggap
perlu oleh perusahaan. Tugas dari komite audit mengcakup tentang pelaporan
keuangan, manajemen risiko dan pelaksanaan corporate governance. Sedangkan
komite remunerasi bertugas untuk memastikan dan mengevaluasi kompensasi
yang akan diterima oleh komisaris dan direksi. Komiter nominasi sendiri bertugas
untuk mencalonkan, memberikan masukan dan mengevaluasi individu sebagai
calon komisaris dan direksi.
2.3. Pengukuran Agency problem
Seperti yang telah dikemukakan oleh Jensen dan Meckling (1976), bahwa
eksistensi dari agency problem akan berdampak pada penurunan dari firm value.
Karena ketika terjadi pemisahaan antara kepemilikan dengan pengelolaan, maka
terjadi perbedaan jumlah beban dan pendapatan antara si penanggung beban
dengan penerima beban yang dapat menimbulkan perpindahan kesejahteraan.
Terdapat beberapa cara yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya untuk
mengukur agency problem. Henry (2009), menyebutkan bahwa untuk mengukur
agency problem diperlukan beberapa 4 variabel, yaitu : rasio penggunaan asset,
Discrenationary expenditure ratio, Tobin’s Q,dan free cash flow to growth ratio.
Variabel yang pertama adalah rasio penggunaan asset, dengan
perhitungan total pendapatan tahunan dibagi dengan total asset tahunan. Rasio ini
menunjukan seberapa efektif dari keputusan investasi dalam pembelian asset
perusahaan. Jika rasio ini kecil, menunjukan bahwa perusahaan kurang bagus
dalam menentukan pemilihan asset, atau perusahaan membeli asset yang tidak
produktif. Rasio ini juga dipakai oleh penelitian Ang et al., (2000), Singh dan
Davidson (2003) dan Mcknight dan Weir (2009).
Variabel yang kedua adalah discrenationary expenditure ratio, dengan
perhitungan beban penjualan, umum dan administrasi dijumlah dan dibagi dengan
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
25
Universitas Indonesia
pendapatan tahunan. Variabel ini mengindikasikan besarnya beban yang
pengeluarannya diserahkan kepada kebijakan manajemen. Ketika rasio ini tinggi
mengindikasikan bahwa terdapat agency problem. Rasio ini juga dipakai oleh
Singh dan Davidson (2003) dalam Henry (2009).
Sedangkan variabel yang ketiga ini merupakan variabel yang sering
dipergunakan untuk menghitung firm value. Variabel rasio Tobin’s Q sudah
dipergunakan untuk menghitung firm value oleh Griffith (1999), Chen dan Ho
(2000) dan Jiao (2010). Perhitungan variabel Tobin’s Q ini juga dapat
dipergunakan sebagai representasi dari kinerja manajemen. Berdasarkan asumsi
bahwa kinerja manajemen yang buruk menandakan eksistensi dari agency
problem dan dapat dilihat dari firm value di pasar. Pengukuran rasio ini dengan
menghitung jumlah dari kapitalisasi ekuitas pasar ditambah dengan nilai buku dari
saham preferen dan hutang jangka panjang dan dibagi dengan nilai buku dari total
asset.
Variabel yang terakir adalah interaksi dari free cash flow dengan
pertumbuhan perusahaann. Diukur dengan annual free cash flow dikali dengan
dummy pertumbuhan tahunan. Rasio ini menunjukan eksistensi dari agency
problem di sebuah perusahaan dengan tingginya free cash flow tetapi rendahanya
pertumbuhan perusahaan. Jadi semakin tinggi rasio ini menunjukan bahwa
tingginya agency problem.
Dalam penelitian Depken et al., (2009) menyatakan bahwa penurunan firm
value tersebut merupakan akibat dari kinerja perusahaan yang tidak efisien yang
mencerminkan adanya agency problem. Maka karena itu penurunan firm value
merupakan hal yang dicari. Penurunan tersebut dapat dilihat dari theoretical firm
value dikurangi dengan actual firm value, atau penurunan tersebut tercermin dari
perbedaan nilai antara theoritical firm value dengan actual firm value. Penjelasan
yang dikemukakan oleh Depken et al., (2009) juga dijelaskan oleh Jensen dan
Meckling (1976) dengan mengungkapkan rumusan penurunan nilai firm value
sebagai agency problem seperti berikut:
Qit = Q
it* - AC
it
Dengan Qit adalah nilai yang diobservasi pada perusahaan
i dan waktu
t,
Qit*
adalah nilai perusahaan i dan waktu
t saat tidak terdapat agency problem.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
26
Universitas Indonesia
Dengan asumsi bahwa disetiap hubungan kontraktual pasti terjadi agency problem
(Jensen dan Meckling, 1976) maka AC ≥ 0. Dengan asumsi ketika perusahaan
beroperasi secara efisien maka tidak ada agency problem, maka nilai perusahaan
akan maksimal. Sedangkan dalam kenyataannya agency problem pasti terjadi
disetiap perusahaan yang memisahkan antara kepemilikan dengan pengelolaan.
Komponen yang digunakan dalam pengukuran perhitungan penurunan
firm value mendasar pada penelitian yang dilakukan oleh Depken et al., (2009)
yaitu: log of book value of equity, log of sales, log of total asset, log of long term
debt/total asset, log of capital expenditure, log of capital expenditure squared
ratio, R&D to sales ratio, R&D to sales squared ratio, intangible asset/total asset
ratio, dividen/sales ratio, dividen/sales squared ratio. Selain itu juga
menggunakan market to book ratio.
Berdasarkan penjelasan di atas maka Depken et al., (2009) mengukur
agency problem melalui nilai residual dari persamaan firm value terhadap
beberapa variabel independen yaitu total compensation, cash compensation,
restricted stocks, stock options, governance index, sum of blockholders, outside
blockholders, advertising expense, efficiency ratio, number of shareholder dan
sebagai variabel kontrol adalah resiko yang di proksi dengan black-scholes
volatility.
2.4. Faktor–Faktor Yang Mempengaruhi Agency Cost
Untuk meminimalisir agency problem, baik yang terkait dengan equity
maupun debt, dilakukan monitoring effort dan bonding effort. Setiap kegiatan
untuk klasifikasi agency problem yang berbeda tentu saja mendapatkan perlakuan
monitoring dan bonding tidak sama.
Perlakuan monitoring diklasifikasikan kedalam monitoring dimensi
internal dan monitoring dimensi eksternal. Sedangkan untuk bonding hanya
diklasifikasikan ke dalam bonding dimensi internal. Karena dalam hal ini,
bonding yang merupakan pembatasan dari kegiatan agen hanya dapat dilakukan
oleh pihak internal perusahaan. Pengaklasifikasian dimensi internal dan eksternal
terkait dengan penelitian yang dilakukan oleh Joseph dan Thevaranjan (1998)
yang menyatakan bahwa biaya atas upaya yang dilakukan secara internal
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
27
Universitas Indonesia
merupakan biaya yang dapat dikontrol, berbeda dengan biaya atas upaya yang
dilakukan untuk dimensi eksternal yang sulit untuk dikontrol.
Selain itu terdapat penelitian yang dilakukan oleh Demougin dan Fluet
(2001) menjelaskan bahwa dalam upaya meminimalkan agency problem terdapat
hubungan yang negatif antara upaya monitoring dan upaya bonding. Mereka
saling bersubtitusi terkait dengan biaya yang harus dan mampu dikeluarkan oleh
perusahaan dalam usaha untuk meminimalisir agency problem tersebut. Tetapi
penelitian tersebut tidak mengkalsifikasikan agency cost ke dalam dimensi
internal dan eksternal.
2.4.1. Monitoring Effort
Beberapa penelitian sebelumnya mengaitkan upaya monitoring dengan
berbagai hal. Penelitian yang dilakukan oleh Varian (1990) mengungkapkan
bahwa dalam hubungan agency relationship ini sebenarnya pemilik bukannya
tidak bisa untuk mengawasi perilaku menajemen, tetapi biaya untuk mengawasi
perilaku manajemen tersebut sangatlah besar. Pengawasan dengan biaya besar
yang akan ditanggung oleh pemilik ini belum tentu menjadi biaya juga jika
dilakukan oleh manajemen lain. Maka karena itu Varian (1990) menunjukan
bahwa upaya monitoring tidak harus dilakukan oleh pemilik. Monitoring bisa saja
dilakukan oleh setiap komponen dari manajemen. Caranya dengan
mengelompokkan manajemen, dimana kelompok yang satu ditugaskan untuk
mengawasi manajemen lainnya dalam pelaksanaan perusahaan, dan akan
diberikan insentif atas pengawasan tersebut. Hal tersebut sejalan dengan fungsi
komisaris sebagai pengawas atas direksi yang menjalankan kegiatan sehari-hari
perusahaan.
Komponen monitoring effort yang sering dipergunakan dan dapat
diklasifikasikan sebagai monitoring berdimensi internal adalah persentase
kehadiran komisaris sebagai indikator seberapa aktif komisaris untuk ikut
mengawasi. Pembentukan komisaris independen sudah diatur oleh peraturan yang
dikeluarkan oleh Direksi PT. Bursa Efek Jakarta (BEJ) Nomor: Kep-
315/BEJ/06/2000, menyebutkan bahwa perusahaan yang terdaftar di bursa wajib
memiliki komisaris independen. Penelitian yang dilakukan oleh Zaini (2002)
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
28
Universitas Indonesia
dalam Kusuma dan Susanto (2004) tentang komisaris, menyatakan bahwa dewan
komisaris gagal untuk melindungi hak pemegang saham dikarenakan banyaknya
perusahaan publik yang masih dikendalikan oleh pemegang saham pengendali. Ini
terjadi karena pemilihan komisaris yang tidak demokratis, sehingga komisaris
tersebut tidak berani memberi kritik kepada manajemen. Maka karena itu
dibutuhkanlah komisaris independen. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Arifin Zaenal (2007) tentang kaitan antara komisaris independen dengan
tingkat asimetri informasi, menyatakan bahwa komisaris independen tidak
berpengaruh signifikan terhadap pengurangan agency problem baik dalam kondisi
asimetri informasi yang tinggi maupun rendah. Penelitian sebelumnya tersebut
mengaitkan agency problem dengan kefektifan komisaris independen. Dimana
variabel komisaris independen hanya menggunakan dummy tentang eksistensi dari
komisaris independen tersebut. Hasil yang berbeda didapatkan dari penelitian
yang dilakukan oleh Wedari (2004) dalam Herawaty (2008) yang mengaitkan
kefektifan komisaris independen dengan discretionary accruals, menyatakan
bahwa komisaris independen berpengaruh negatif dan signifikan terhadap
discretionary accruals. Dimana dalam penelitian tersebut variabel komisaris
independen dianalisis dengan menggunakan perbandingan jumlah komisaris
independen dengan jumlah komisaris.
Seperti yang diungkapkan oleh Alijoyo (2004) bahwa tugas dari komisaris
independen merupakan pengawasan dari individu yang independen terhadap
pengelolaan yang dilakukan oleh manajamen. Peran komisaris independen
tersebut ditujukan untuk melindungi hak pihak minoritas. Maka karena itu
pengawasan oleh komisaris independen ini bisa diukur dari keaktifan dan
kontribusi pengawasan yang bisa dilihat dari persentase kehadiran dalam rapat.
Persentase kehadiran komisaris independen juga merupakan salah satu hal yang
harus diungkapkan dalam laporan tahunan yang terdaftar di bursa (misalkan di
Indonesia hal ini diatur oleh ketentuan BAPEPAM LK). Diberlakukannya aturan
ini bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas kepada publik dan
stakeholder lainnya untuk mengevaluasi kepatuhan perusahaan kepada aturan dan
juga mengevaluasi komitmen dari perusahaan dan komisaris independen itu
sendiri sebagai pengawas dan pelindung hak minoritas dalam operasi perusahaan.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
29
Universitas Indonesia
Sedangkan komponen upaya monitoring dimensi eksternal adalah
pengawasan dari blockholder, kualitas KAP dan pengawasan dari debtholder
terkait dengan leverage. Komponen pertama dalam monitoring dimensi eksternal
ini adalah pengawasan dari blockholder atau institusi pemegang saham terbesar
yang bukan institusi keuangan. Pengawasan dari blockholder ini dianggap sebagai
salah satu faktor yang penting. Hal ini karena mereka sebagai pemegang saham
terbesar memiliki insentif yang sangat tinggi untuk mengawasi pengelolaan dana
yang mereka investasikan. Tetapi korelasi terhadap agency problem dengan
pengawasan dari blockholder ini ditentukan dari tujuanya. Jika blockholder lebih
bertujuan untuk mengawasi pengelolaan dana maka akan berdampak baik pada
firm value, tetapi jika tujuaanya adalah menggunakan kekuasaanya (control right)
untuk kepentingan pribadinya maka akan berdampak negatif terhadap firm value
(Depken et al., 2009). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Zhong et al., (2007),
menyatakan bahwa monitoring yang dilakukan blockholders terhadap earning
management tidak efektif. Pernyataan tersebut didukung oleh Singh dan Davidson
III (2001). Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Sun (2006)
menyatakan bahwa efek dari upaya monitoring blockholder terhadap firm value
tidak dapat disimpulkan dan penelitian yang menghasilkan hubungan yang
berkorelasi positif antara blokholder dengan firm value sangat jarang. Hal yang
berbeda didapatkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Park dan Song
(1995) yang mengaitkan antara pengawasan dari blockholder terhadap
kemungkinan penyelewengan fungsi ESOP dan eksistensinya terhadap firm value.
Hasil dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pengawasan dari blockholder
akan mengecilkan kesempatan dari penerima ESOP untuk menyelewengkan
fungsi ESOP tersebut dan meningkatkan kinerja perusahaan. Dimana fungsi
utama ESOP untuk memberikan kepemilikan kepada amanajemen dengan tujuan
untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan shareholder yang nantikan
akan berdampak positif terhadap firm value. Sedangkan pada perusahaan yang
tidak memiliki blockholder peningkatan kinerja tidak akan terjadi. Penelitian ini
juga erat kaitannya dengan kepemilikan manajemen.
Komponen selanjutnya dari upaya monitoring dimensi eksternal adalah
kualitas Kantor Akuntan Publik (KAP). Audit yang dilaksanakan oleh auditor
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
30
Universitas Indonesia
profesional dari KAP merupakan elemen yang penting dalam pasar, karena audit
dapat meningkatkan kredibilitas informasi keuangan dan mendukung secara
langsung praktek good corporate governance melalui pelaporan keuangan yang
transparan menurut Francis et al., (2003) dalam Arifin dan Ikhwanul (2010).
Sedangkan hasil penelitian knechel et al., (2007) dalam Fitriyani (2011)
menyatajkan bahwa pasar merespon positif pergantian auditor dari KAP non Big
4 ke KAP Big 4, hal ini karena pasar menilai kualitas audit yang diberikan oleh
KAP Big 4 lebih baik dari KAP non Big 4. Dalam penelitian yang dilakukan oleh
Herawati (2008) menyatakan bahwa klien KAP non Big 4 lebih banyak
melakukan earning management. Kualitas audit yang diberikan oleh KAP besar
yang digolongkan menjadi KAP Big 4 dianggap lebih baik karena mereka
mempunyai fasilitas yang mendukung untuk mendeteksi salah saji material dari
laporan keuangan. Mereka memiliki software yang memadai dan sumberdaya
manusia yang kompeten. Selain itu KAP big 4 akan kehilangan nama baiknya jika
terjadi kesalahan dalam proses audit, sedangkan kehilangan nama baik merupakan
hal yang ditakuti oleh perusahan jasa seperti KAP. Hal serupa juga dijelaskan oleh
DeAngelo (1981) dalam Arifin dan Ikhwanul (2010) yang menyatakan bahwa
KAP besar memiliki investasi yang besar dalam modal reputasional sehingga
memiliki banyak alasan untuk meminimalkan kesalahan audit melalui efek
reputasi auditor.
Penggunaan faktor leverage sebagai salah satu komponen upaya
monitoring eksternal, juga diteliti oleh Kusuma dan Susanto (2004) yang
menyatakan bahwa penggunaan hutang dapat mengurangi agency problem terkait
dengan berkurangnya free cash flow sehingga arus kas yang tersedia akan
berkurang dan kemampuan manajemen untuk melakukan pembelian yang
berlebihan juga akan berkurang. Penelitian yang dilakukan oleh Ang et al.,(1999)
dalam Singh dan Davidson (2001) menunjukan bahwa adnya korelasi negatif
antara faktor leverage dengan agency problem. Sedangkan penelitian yang
dilakukan oleh Zainal Arifin (2003) menyatakan bahwa faktor leverage
berpengaruh positif terhadap agency problem. Hal ini disebabkan karena di
Indonesia pihak kreditur yang merupakan bank berada dalam 1 kelompok, dalam
artian direksi perusahaan yang meminjam juga merupakan pemilik dari bank dari
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
31
Universitas Indonesia
penyalur dana tersebut. Sehingga akan menciptakan agency problem antara
manajemen dengan kreditur. Sedangkan penelitian lain menyatakan bahwa hutang
dapat menjadi pengaruh yang efektif untuk mendisiplikan aksi manajemen
(Grossman dan hart, 1982; Stulz, 1990; Hart dan Moore, 1995) dalam Ghosh
(2007), sehingga dapat menurunkan permasalahan keagenan di perusahaan.
2.4.2. Bonding effort
Untuk komponen upaya bonding yang sering dipergunakan adalah total
kompensasi dari direksi dan komisaris, rasio beban iklan pada penjualan dan
persentase dari kepemilikan manajemen (insider ownership).
Komponen pertama dalam upaya bonding adalah kompensai untuk
komisaris dan direksi. Direksi sebagai pemegang jabatan yang cukup krusial
dalam setiap pengambilan keputusan untuk kegiatan operasional perusahaan,
maka setiap keputusan akan menjadi tanggung jawab mereka. Pemberian
kompensasi adalah sebagai reward terhadap pencapaian kinerja yang berada di
bawah kendali eksekutif (Watson dan Blanchard, 2001). Pengukuran reward yang
dipakai oleh perusahaan biasanya dari pretax earning dan net income (Sibson dan
Company 1991) dalam Dechow et al.,(1994). Kinerja mereka sering kali dikaitkan
dengan kompensasi yang mereka terima.
Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jensen dan
Meckling (1976); Sidabutar (2003) yang menyebutkan bahwa pengendalian
melalui bonding yaitu dalam hal pemberian kompensasi harus dikaitkan dengan
kinerja. Sehingga terjadi penyelarasan tujuan oleh pemilik dengan tujuan
manajemen. Hal yang serupa juga dikemukakan oleh Schroeder (2011) yang
menyatakan bahwa agen sebagai penanggung risiko harus diberikan kompensasi
yang memadai agar tidak terjadi fraud.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Depken et al., (2009) mereka
merinci bentuk kompensasi yang diberikan kepada top management atau direksi,
mereka menyebutkan bahwa ketika manajemen diberikan kompensasi berupa
saham perusahaan dalam artian mereka juga mempunyai kepemilikan dalam
perusahaan (insider ownership), mereka akan berupaya untuk meningkatkan firm
value dari perusahaan tersebut. Hal ini sejalan dengan kepentingan pemilik,
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
32
Universitas Indonesia
karena kesejahteraan mereka juga ikut terpengaruhi oleh kinerja mereka. Lebih
lanjut Depken et al.,(2009) juga mengemukakan bahwa ketika kompensasi yang
diberikan dalam bentuk kas (bukan saham) maka akan berdampak sebaliknya
kepada perusahaan.
Efek dari kompensasi yang berbentuk kas dapat dijelaskan oleh Godfrey et
al.,(2010) dan Arens (2009), menyebutkan bahwa cash compensation sebagai
imbalan kerja atau insentif kepada manajemen akan berdampak buruk. Hal ini
terjadi karena cash compensation akan memancing manajemen untuk melakukan
financial fraudulent, yaitu dengan sengaja mencantumkan hal yang berbeda
dengan kenyataannya dalam laporan keuangan agar kinerjanya terlihat baik.
Fraud yang dilakukan bisa saja berupa penarikan penjualan periode yang akan
datang ke periode masa kini yang akan meningkatkan pendapatan masa kini
sehingga pendapatan akan terlihat lebih besar daripada seharusnya. Hal ini terkait
dengan penilaian kompensasi manajemen yang terkait dengan pendapatan
perusahaan.
Faktor kedua yang menjadi upaya bonding adalah pembentukan citra
perusahaan. Citra perusahaan yang dilihat oleh masyarakat, calon kreditur, calon
investor dan calon karyawan bisa dibentuk dengan menggunakan iklan. Iklan
melalui berbagai media yang dapat membentuk opini publik tentang kinerja
perusahaan, hubungan dengan stakeholdernya, dan juga penghargaan terhadap
tempat berjalannya perusahaan. Dalam hal ini perusahaan yang beriklan akan
mendapatkan banyak sorotan. Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh
Depken et al., (2009) menyatakan bahwa setiap perusahaan yang mempunyai
beban iklan yang besar mereka pasti mempunyai visibilitas terhadap kinerja
jangka panjang perusahaan, dan hal itu menarik bagi potensial investor dan
kreditur. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Ferris et al., (1997) menyatakan
bahwa perencanaan jangka panjang perusahaan (yang salah satu alat
komunikasinya adalah iklan) dapat mengurangi agency problem dengan membuat
manajemen untuk tidak melakukan pembelian berlebihan atau pengeluaran yang
sia–sia. Selain itu, karena perusahaan mendapat banyak sorotan terhadap visi dan
misinya maka kadar asimetri informasi akan berkurang.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
33
Universitas Indonesia
Faktor yang terakir dalam upaya bonding adalah kepemilikan manajemen
dalam perusahaan. Salah satu penelitian yang dilakukan oleh Park dan Song
(1995) menunjukan bahwa pemberian ESOP (Employee Stock Ownership Plans)
yang akan berakibat pada meningkatnya kepemilikan oleh manajemen akan
meningkatkan kinerja perusahaan, atau berkorelasi positif dengan firm value.
Selain itu Park dan Song (1995) juga menyebutkan bahwa ESOP merupakan salah
satu alat untuk mengurangi praktik ‘pemindahan kesejahteraan’. Penelitian lain
yang menghasilkan hasil yang sama adalah penelitian yang dilakukan oleh
Midiastuti dan Machfoedz (2003) dalam Herawaty (2008) yang menyatakan
bahwa kepemlikikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat
digunakan untuk membatasi perilaku opportunistic manajemen dalam bentuk
earning management.
Kepemilikan manajemen yang sering dikaitkan dengan perubahan firm
value juga berperan dalam agency problem. Hal ini dikarenakan beberapa
penelitian terdahulu yang mengaitkan antara adanya kepemilikan oleh manajemen
yang dapat meningkatkan firm value, mengingat mereka akan mengupayakan
yang terbaik untuk meningkatkan firm value karena mereka juga mempunyai
kepemilikan pada perusahaan tersebut. Maka ketika firm value meningkat bisa
dikatakan bahwa agency problem telah dapat diminimalisir. (Fleming et al., 2005)
atau dengan kata lain ketika tidak adanya kepemilikan perusahaan yang dimiliki
oleh manajemen maka agency problemnya akan meningkat (Singh dan Davidson
III, 2001). Selaras dengan pernyataan tersebut, Jensen dan Meckling juga
mengungkapkan ketika kepemilikan manajemen kecil, maka kemungkinan
manajemen untuk melakukan konsumsi atas asset perusahaan akan besar sehingga
agency problem juga besar. Begitu pula sebaliknya ketika kepemilikan
manajemen meningkat maka agency problem akan menurun.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
34
Universitas Indonesia
2.5. Rerangka Penelitian dan Pengembangan Hipotesis
Sesuai dengan penjelasan mengenai faktor–faktor yang mempengaruhi
agency cost, maka pengembangan hipotesis akan mengaitkan komponen-
komponen tersebut kedalam modal penelitian, dimana agency problem di proxy
dengan firm value. Berdasarkan penjelasan dalam bagian sebelumnya penelitian
ini membentuk rerangka penelitian seperti pada gambar 1.
Persentase kehadiran komisaris independen yang juga merupakan upaya
monitoring internal menjadi salah satu indikator bahwa praktek good corporate
governance sudah dilaksanakan. Penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Zaini
(2002) dalam Kusuma dan Susanto (2004) menyatakan bahwa dewan komisaris
tidak efektif, sehingga diperlukannya komisaris independen. Keterlibatan
komisaris independen dalam mengawasi jalannya pengelolaan yang dilakukan
oleh direksi dapat terlihat dari persentase kehadiran komisaris independen tersebut
dalam rapat yang diadakan oleh perusahaan. Sedangkan pelaporan mengenai
Persentase kehadiran komisaris
(H1)
(H2)komisari(H2)independen
Blockholders (H2)
Bonding effort
Agency
Problem
Kualitas KAP Big 4 - non big 4
(H3)
Leverage (H4)
Kompensasi eksekutif (H5)
Rasio advertising exp/ sale (H6)
Monitoring effort
Kepemilikan manajemen (H7)
Gambar 2. 1 Rerangka Penelitian
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
35
Universitas Indonesia
persentase kehadiran komisaris independen juga diatur dalam peraturan
BAPEPAM dan Surat Keputusan Menteri BUMN. Dimana komisaris independen
merupakan organ yang penting dalam penjaminan pelaksanaan corporate
governance karena mereka merupakan pengawas dari kegiatan operasi perusahaan
dan pelindung hak minoritas yang independen. Ketika praktek tersebut sudah
dilaksanakan maka perusahaan diharapkan akan dapat beroperasi secara efisien
dan akan meminimalisir agency problem dikarenakan adanya penyeimbang
kepentingan yang sudah dilaksanakan dalam praktek good corporate governance.
Pernyataan tersebut didukung oleh Wedari (2004) dalam Herawaty (2008).
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dibentuk pernyataan hipotesis
sebagai berikut:
Hipotesis 1: Terdapat pengaruh negatif dari persentase kehadiran
rapat komisaris sebagai upaya monitoring yang dilakukan perusahaan
terhadap agency problem.
Blockholders yang merupakan institusi pemegang kepemilikan terbesar
yang bukan institusi keuangan dianggap sebagai faktor yang menentukan dalam
agency problem. Tetapi dalam hal ini hak kontrol dari pemegang saham tersebut
mempunyai dampak yang saling bertolak belakang, hal ini dikarenakan tujuan
dari penggunaan hak tersebut. Jika blockholder menggunakan hak tersebut untuk
mengawasi dana yang dikelola oleh manajemen akan berdapkan negatif bagi
agency problem. Sedangkan ketika hak mereka pergunakan untuk mendapatkan
keuntungan pribadi maka dampaknya terhadap agency problem adalah positif
(Depken et al., 2009). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Singh dan Davidson
III (2001) dan Zhong et al., (2007) menyatakan bahwa blockholder sebagai upaya
monitoring tidak akan berdampak signifikan terhadap upaya monitoring yang
dilakukan. Berlawanan dengan penelitian tersebut, Song (1995) menyatakan
bahwa pengawasan dari Blockholder efektif. Tetapi dalam penelitian lain yang
dilakukan oleh Sun (2006) menghasilkan pernyataan bahwa hubungan antara
pengawasan yang dilakukan oleh blockholder tidak dapat disimpulkan. Oleh
karena itu penelitian ini membuat pernyataan hipotesis tanpa arah, karena dampak
dari pengewasan Blockholder terhadap agency problem dapat positif atau negatif.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
36
Universitas Indonesia
Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dibentuk pernyataan hipotesis
sebagai berikut:
Hipotesis 2: Terdapat pengaruh dari blockholder sebagai upaya
monitoring yang dilakukan perusahaan terhadap agency problem.
Kualitas KAP merupakan salah satu variabel upaya monitoring dimensi
eksternal. Kualitas KAP dianggap penting karena KAP besar dapat menjamin
pendapat yang diberikan atas hasil audit sebuah perusahaan. Terdapat perbedaan
kualitas audit antara KAP besar dan KAP kecil. Dimana kualitas KAP besar
dianggap memiliki kualitas audit yang lebih baik. Hal ini erat hubungannya
dengan perangkat untuk mengaudit dan sumber daya yang kompeten sehingga
KAP besar akan lebih meyakinkan dalam mendeteksi salah saji yang material.
Sehingga penilaian tersebut dapat digunakan oleh stakeholder lainnya untuk
menilai kondisi perusahaan. Pernyataan tersebut didukung oelh Francis et al.,
dalam Arifin dan Ikhwanul (2010) dan Knechel et al., (2007 dalam Fitriyani
(2011). Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dibentuk pernyataan
hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 3: Terkait dengan fungsi monitoring dari KAP, maka
perusahaan yang diaudit oleh KAP Big 4 akan memiliki agency problem yang
lebih kecil dibandingkan dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP non Big
4.
Leverage merupakan kebijakan pendanaan yang digunakan oleh
perusahaan untuk mengembangkan perusahaan terkait dengan kebutuhan modal.
Leverage yang dilakukan dengan penerbitan hutang jangka panjang akan
berdampak pada terlibatnya pihak ke tiga yang ikut serta dalam mengawasi
kinerja perusahaan. Hal ini terkat dengan kreditur yang dipinjam dananya tidak
ingin terjadi gagal bayar. Penelitian yang dilakukan oleh Ang et al., (1999) dalam
Singh dan Davidson (2001) menunjukan bahwa adnya korelasi negatif antara
faktor leverage dengan agency problem. Pernyataan tersebut juga didukung oleh
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
37
Universitas Indonesia
Kusuma dan Susanto (2004), Grossman dan hart (1982) Stulz, (1990) Hart dan
Moore (1995) dalam Ghosh (2007). Sedangkan untuk keefektifan pengawasan
yang dilakukan oleh leverage terhadap agency problem di Indonesia tidak
memiliki pengaruh negatif. Hal ini disebabkan karena di Indonesia pihak kreditur
yang merupakan bank berada dalam 1 kelompok, seperti yang diungkapkan Zainal
Arifin (2003). Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dibentuk pernyataan
hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 4: Terdapat pengaruh positif dari leverage sebagai upaya
monitoring yang dilakukan perusahaan terhadap agency problem.
Kinerja direksi yang dikaitkan dengan kompensasi tentu akan berdampak
pada agency problem. Ketika kinerja dievaluasi dan ternyata hasilnya
meningkatkan value perusahaan sehingga, eksistensi dari agency problem akan
berkurang. Tetapi menurut Depken et al., (2009) bentuk kompensasi ini masing–
masing akan memiliki dampak berbeda. Mereka menyebutkan bahwa kompensasi
dalam bentuk kas akan meningkatkan agency problem sedangkan kompensasi
dalam bentuk ekuitas atau saham akan berdampak negatif terhadap agency
problem. Kompensasi dalam bentuk kas akan mendorong direksi untuk
melakukan financial fraudulent, bisa berupa pencatatan penjualan yang ditarik
dari periode yang akan datang ke periode kini (Godfrey et al., 2011;Arens, 2009).
Sedangkan untuk kompensasi dalam bentuk ekuitas, berarti manajemen akan
memiliki tujuan yang sama dengan pemilik lainnya, yaitu untuk memajukan
perusahaan. Sehingga dampak agency problem dapat diminimalisir. Di Indonesia
sendiri karena tidak banyak perusahaan yang memberikan kompensasi dalam
bentuk ekuitas maka data yang dipakai adalah total kompensasi yang mana lebih
dominan pada kompensasi dalam bentuk kas. Sehingga hubungan antara
kompensasi eksekutif di Indonesia akan berdampak positif. Berdasarkan
penjelasan tersebut maka dapat dibentuk pernyataan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 5: Terdapat pengaruh positif dari kompensasi kas sebagai
upaya bonding yang dilakukan perusahaan terhadap agency problem
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
38
Universitas Indonesia
Manajemen yang berupaya untuk meningkatkan firm value dihadapan
masyarakat akan menciptakan citra perusahaan yang bagus. Pencitraan yang
dilakukan untuk membuat opini publik terhadap perusahaan dapat dilakukan
dengan iklan. Sehingga komponen yang diperhatikan dalam pencitraan ini adalah
beban iklan pada penjualan. Ketika perusahaan dapat mempublikasikan visi misi
dan juga aplikasi dari pekerjaan yang baik dan juga memperhatikan nilai jangka
panjang perusahaan, tentunya akan mendapatkan banyak perhatian dari
masyarakat. Adanya visibilitas perusahaan yang akan menarik bagi potensial
investor dan kreditur akan menarik bagi perusahaan untuk lebih meningkatkan
kinerjanya agar dapat penilaian bagus di pasar (Depken et al., 2009). Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Ferris et al., (1997) perencanaan jangka panjang
perusahaan yang dilakukan dapat mengurangi agency problem, terkait dengan
pengurangan pengeluaran yang berlebihan yang dilakukan oleh manajemen.
Upaya pencitraan perusahaan tersebut diukur dengan biaya marketing karena
ketika sebuah perusahaan melakukan pencitraan lewat iklan kepada masyarakat
luas, maka visi dan misi dari perusahaan tersebut akan diukur dan dievaluasi oleh
banyak kalangan, termasuk investor dan kreditor. Ketika banyak informasi yang
diterima oleh masyarakat maka asimetris informasi juga akan berkurang sehingga
agency problem juga akan berkurang. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat
dibentuk pernyataan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 6: Terdapat pengaruh negatif dari rasio beban iklan dibagi
dengan penjualan sebagai upaya bonding yang dilakukan perusahaan
terhadap agency problem.
Kepemilikan manajemen yang sering dikaitkan dengan perubahan firm
value juga berperan dalam agency problem. Hal ini dikarenakan beberapa
penelitian terdahulu yang mengaitkan antara adanya kepemilikan oleh manajemen
yang dapat meningkatkan firm value, mengingat mereka akan mengupayakan
yang terbaik untuk meningkatkan firm value karena mereka juga mempunyai
kepemilikan pada perusahaan tersebut. Maka ketika firm value meningkat bisa
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
39
Universitas Indonesia
dikatakan bahwa agency problem telah dapat diminimalisir. (Fleming et al., 2005)
atau dengan kata lain ketika tidak adanya kepemilikan perusahaan yang dimiliki
oleh manajemen maka agency problem akan meningkat (Singh dan Davidson III,
2001). Selaras dengan pernyataan tersebut, Jensen dan Meckling (1976) juga
mengungkapkan ketika kepemilikan manajemen kecil, maka kemungkinan
manajemen untuk melakukan konsumsi atas asset perusahaan akan besar sehingga
agency problem juga besar. Begitupula sebaliknya ketika kepemilikan manajemen
meningkat maka agency problem akan menurun. Pernyataan tersebut juga
didukung oleh Park dan Song (1995). Pernyataan mendukung lainnya diberikan
oleh Midiastuti dan Machfoedz (2003) dalam Herawaty (2008) yang menyatakan
bahwa kepemlikikan manajerial merupakan salah satu mekanisme yang dapat
digunakan untuk membatasi perilaku opportunistic manajemen dalam bentuk
earning management. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat dibentuk
pernyataan hipotesis sebagai berikut:
Hipotesis 7: Terdapat pengaruh negatif dari kepemilikan manajemen
sebagai upaya bonding yang dilakukan perusahan terhadap agency problem.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
40 Universitas Indonesia
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Populasi dan Sampel Penelitian
Popoulasi dari penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2010. Sedangkan sampel dipilih dari
perusahaan manufaktur tersebut dengan menggunakan teknik purposive
judgement sampling dimana setiap unit yang diobservasi tidak memiliki peluang
yang sama untuk dipilih menjadi sampel (Cooper dan Chindler, 2003). Pemilihan
sampel tersebut berdasarkan kriteria-kriteria tertentu, seperti:
1. Perusahaan bergerak di industri manufaktur yang terdaftar di bursa
Efek Indonesia tahun 2008-2010.
2. Menggunakan periode laporan keuangan dari 1 Januari hingga 31
Desember.
3. Menggunakan mata uang rupiah (IDR) dalam pelaporan.
4. Memiliki data ekuitas yang tidak negatif.
5. Menyediakan seluruh data yang dibutuhkan secara lengkap.
Berdasarkan kriteria, diperoleh terdapat 234 perusahaan manufaktur di
Indonesia pada tahun 2008-2010 yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian
ini.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Data-data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
berupa laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan pada tahun 2008-2010.
Data laporan tahunan dan laporan keuangan yang dikumpulkan secara observasi
diperoleh dari www.idx.co.id, Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan
dari data stream. Pengumpulan referensi untuk penelitian ini didadapatkan dari
berbagai sumber, yaitu pembelajaran literature, jurnal, slide dan berbagai
informasi yang berhubungan dengan masalah dan teori yang berhubungan dengan
penelitian.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
41
Universitas Indonesia
Alat yang digunakan untuk memperoses sampel adalah software Eviews 6
dan SPSS 17, untuk mengolah data dan Ms. Excel 2010 untuk membantu dalam
proses memasukan dan membandingkan data yang didapat dari laporan tahunan
dan laporan keuangan.
3.3. Metode Pengambilan Sampel
Metode pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Mencari data berupa laporan tahunan dan laporan keuangan
perusahaan industri manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
2. Mengeluarkan dari sampel apabila ada perusahaan yang datanya tidak
lengkap dan tidak menggunakan periode laporan keuangan dari 1
Januari hingga 31 Desember.
3. Mengeluarkan dari sampel apabila ada perusahaan yang datanya tidak
dalam bentuk mata uang rupiah (IDR) dan memiliki ekuitas negatif.
4. Mengeluarkan juga dari sampel apabila ada perusahaan yang datanya
termasuk outlier.
5. Setelah prosedur-prosedur di atas dijalankan, maka akan didapat total
sampel yang akan digunakan dalam proses penelitian selanjutnya.
3.4. Model Penelitian
Setiap hubungan kontraktual pasti akan mengalami agency problem.
Permasalahan ini sudah umum terjadi di perusahaan yang memisahkan antara
kepemilikan dengan pengelolaan. Bentuk dari agency problem tersebut dapat
dikuantifisir dengan berkurangnya firm value yang juga merupakan bukti dari
eksistensi agency problem. Maka karena itu diperlukanlah monitoring effort dan
bonding effort untuk meminimalisir efek dari agency problem tersebut.
Dalam penelitian ini akan digunakan model yang telah digunakan oleh
Depken et al.,(2009) dengan beberapa perubahan. Dimana dalam pengukuran firm
value yang berkurang didapatkan dari selisih absolut antara theorytical firm value
dengan actual firm value. Pernyataan tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
42
Universitas Indonesia
dilakukan oleh Jensen dan Meckling (1976), yang menyatakan bahwa firm value
akan berkurang bila terjadi agency problem. Komponen yang digunakan untuk
mengukur actual firm value tersebut adalah log of book value of equity, log of
sales, log of total asset, long term debt/total asset, log of capital expenditure,
intangible asset/total asset ratio, dan market to book ratio sebagai proksi dari
theoritical firm value.
Sedangkan dalam perhitungan komponen yang mempengaruhi agency
problem sendiri terbagi menjadi 2 variabel independen secara umum, yaitu
monitoring effort dan boding effort. Dari 2 variabel independen yang
diklasifikasikan secara umum tersebut dapat terbagi menjadi 7 variabel
independen.
Model yang dipakai adalah:
Variabel Model monitoring effort terhadap Agenc Problem:
ABSAGCit = α0 + α1 RKOM it + α2 BLOCK it + α3 KAP it + α4 LEVit + α5
LTA it + εit
Variabel Model bonding effort terhadap Agency Problem:
ABSAGCit = α0 + α1KASKOM it + α2 ADV_SALES it + α3 MOWN it + α4
LTA it + εit
Keterangan:
ABSAGC : Agency problem perusahaan i di tahun t
RKOM : Persentase Kehadiran Komisaris perusahaan i di tahun t
BLOCK : Pengawasan dari blockholder perusahaan i di tahun t
KAP : Pengawasan dari auditor eksternal perusahaan i di tahun t
LEV : Pengawasan dari kreditur perusahaan i di tahun t
KASKOM : Kompensasi komisaris dan direksi perusahaan i di tahun t
ADV_SALES : Indikator visibilitas sebagai pencitraan perusahaan i di tahun t
MOWN : Kepemilikan perusahaan oleh manajemen perusahaan i di tahun t
LTA : Variabel control, ukuran perusahaan perusahaan i di tahun t.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
43
Universitas Indonesia
3.5. Operasionalisasi Variabel Penelitian
Dalam suatu penelitian, ada dua variabel yang akan diteliti, yaitu
variabel bebas (independen) dan variabel terikat (dependen). Penelitian ini
termasuk ke dalam katagori cross section. Untuk penelitian ini, yang termasuk ke
dalam variabel dependen adalah agency problem yang diproksi dengan selisih
atau residual absolut nilai theoretical firm value dengan actual firm value.
Variabel independen yang digunakan sejumlah 7 variabel, tetapi secara umum
dapat diklasifikasikan ke dalam 2 variabel yaitu variabel komponen monitoring
effort dan komponen bonding effort. Dimana variabel monitoring terbagi menjadi
2 dimensi yaitu internal dan eksternal. Berikut penjabaran variabel yang
digunakan:
a) Variabel terikat (dependen)
Dalam mengukur agency problem sebagai variabel dependen,
penulis menggunakan proksi absolut residu dari regresi theoretical
firm value dengan actual firm value. Residu merupakan nilai selisih
dari hasil regresi komponen yang digunakan. Komponen yang
digunakan untuk mengukur actual firm value adalah: Book value of
equity, sales, total asset, long term debt/total asset, capital
expenditure, intangible asset/total asset. Sedangkan untuk mengukur
firm value theoretical digunakan market to book ratio. Berikut
penjabaran model firm value beserta penjelasan terhadap komponen
tersebut:
Model Firm Value:
MBVit = α0 + α1 LBVOEit + α2 LSALESit + α3 LTAit + α4 TL_TAit + α5
LCAPEXit + α6 INT_TAit + εit
Penjelasan tentang komponen yang digunakan:
MBVit: Market to book ratio perusahaan i tahun t. Digunakan
sebagai salah satu pengukur penilaian pasar terhadap firm
value perusahaan. Ketika kinerja perusahaan dianggap baik
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
44
Universitas Indonesia
maka perusahaan akan dinilai tinggi oleh pasar, maka nilai
rasio ini akan meningkat.(Depken et al., 2009).
Pengukuran : Rasio ini menggunakan harga pasar saham
dikalikan dengan kuantitas saham yang beredar dibagi
dengan harga par saham dikali dengan kuantitas saham yang
beredar.
LBVOEit: Book value of equity perusahaan i tahun t.
Mencerminkan keadaan ekuitas dari perusahaan yang juga
dapat digunakan sebagai penilai firm value perusahaan.
(Depken et al., 2009)
Pengukuran : Log of book value of equity
LSALESit: Sales perusahaan i tahun t. Merupakan variabel
yang dapat digunakan sebagai ukuran keberhasilan operasi
perusahaan dan berguna untuk mengukur firm value
perusahaan. (Depken et al., 2009)
Pengukuran : Log of sales
LTAit: Total asset perusahaan i tahun t. Merupakan ukuran
yang dapat mengangkap hubungan penurunan natural dari
ukuran perusahaan dengan firm value (Demsetz dan
Villalonga, 2001) dalam Depken et al., (2009).
Pengukuran : Log fof total asset
TL_TAit: Debt to total asset ratio perusahaan i tahun t.
Merupakan rasio yang mengukur seberapa besar asset yang
dibiayai dengan hutang. Rasio ini juga dapat menggambarkan
firm value perusahaan. Di satu sisi penggunaan hutang dapat
meningkatkan firm value dengan adanya tambahan
pengawasan dari kreditor dan di sisi lain dapat menurunkan
firm value karena tingginya biaya bunga yang harus dibayar.
(Depken et al., 2009)
Pengukuran: Total kewajiban dibagi dengan total asset
LCAPEXit: Capital expenditure perusahaan i tahun t.
Merupakan ‘hard spending’ yang dikeluarkan oleh
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
45
Universitas Indonesia
perusahaan untuk kegiatan jangka panjangnya yang dapat
digunakan sebagai salah satu komponen penilai firm value.
(Depken et al., 2009)
Pengukuran: Log of capital expenditure
INT_TAit: Intangible asset/total asset ratio perusahaan i
tahun t Merupakan ‘soft spending’ yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Rasio ini akan berguna untuk penilaian firm
value perusahaan dalam jangka panjang. (Depken et al.,
2009)
Pengukuran : Intangible asset/total asset
Hubungan antara theoretical firm value dengan actual firm value
dapat digambarkan seperti berikut:
ABSAGC it = | FV it -FV it |
Setelah regresi dilakukan, maka bisa didapatkan residual dengan
nilai absolut yang digunakan sebagai variabel dependen dalam model
agency cost ini. Untuk regresi model firm value dapat dilihat pada
lampiran 1 dan 2.
b) Variabel Bebas (Independen)
1. Variabel monitoring effort
- Monitoring internal
RKOM: Rata-rata persentase kehadiran rapat semua
anggota dewan komisaris dalam rapat dewan komisaris.
Pengukuran : Sejumlah persentase rata-rata kehadiran
yang diungkapkan dalam laporan tahunan.
- Monitoring Eksternal
BLOCK: Jumlah lembar saham pemegang saham
pengendali dibagi total lembar saham. Pemegang
saham pengendali adalah institusi yang bergerak di
bidang non keuangan.
Pengukuran : Menggunakan presentase terhadap jumlah
kepemilikan pemegang saham pengendali tersebut.
KAP: Pengawasan dari KAP.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
46
Universitas Indonesia
Pengukuran: Menggunakan dummy terhadap perusahaan
yang diaudit oleh KAP Big 4 akan diberikan nilai 1 dan
0 kepada yang tidak diaudit oleh KAP Big 4.
LEVERAGE: Debt adalah total hutang jangka
panjang.
Pengukuran : Menggunakan rasio debt to equity sebagi
proksi adanya tambahan pengawasan karena adanya
pinjaman.
2. Variabel Upaya Bonding
KASKOM: Kompensasi dalam bentuk kas yang
diberikan kepada komisaris dan direksi.
Pengukuran : Log kompensasi yang didapatkan oleh
direksi dan komisaris.
ADV_SALES: Rasio beban iklan pada penjualan.
Pengukuran : Total beban iklan
Total penjualan
MOWN: Kepemilikan manajemen
Pengukuran: Menggunakan presentase kepemilikan
manajemen seperti yang diungkapkan dalam laporan
tahunan dan laporan keuangan.
c) Variabel kontrol
Dalam penelitian ini yang digunakan sebagai variabel kontrol adalah
ukuran perusahaan yang dikuantifisir menggunakan log dari total asset
perusahaan (LTA)
3.6. Metode Pengujian Asumsi Klasik
Fenomena yang berusaha dijelaskan oleh penulis adalah fenomena yang
merupakan bentuk hubungan antara satu variabel terikat (dependen) dengan 7
variabel bebas (independen). Dimana variabel bebas tersebut dapat
diklasifikasikan secara umum menjadi variabel monitoring effort dan variabel
bonding effort. Maka karena itu model regresi yang digunakan adalah model
regresi linier berganda, karena satu variabel terikat yang akan dipengaruhi oleh
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
47
Universitas Indonesia
beberapa variabel bebas. Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi
hubungan regresi linier berganda ini, karena itu penulis perlu mempertimbangkan
beberapa permasalahan umum yang sering terjadi pada regresi linier berganda.
Permasalahan tersebut meliputi multikolinieritas, heterosledastisitas, autokolerasi
dan uji normalitas. Pada model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi
permasalahan yang disebutkan agar perkiraan yang dihasilkan dapat
diintrepretasikan dengan baik dan akurat.
3.6.1 Pengujian Asumsi Multikolinearitas
Uji multikoliniearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi yang
digunakan mengandung korelasi antar variabel independen. Model regresi yang
baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen. Yaitu ketika
koefisien regresi yang diintrepretasikan sebagai ukuran perubahan variabel terikat
jika salah satu variabel bebasnya naik sebesar satu unit dan seluruh variabel bebas
lainnya dianggap tetap. Sedangkan menurut Gozali (2006) dalam Tryana (2011)
menyatakan bahwa jika variabel independen saling berhubungan, maka variabel-
variabel tersebut tidak orthogonal. Dimana variabel orthogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan
nol.
Adakalanya masalah kolinieritas dalam suatu model menjadi masalah yang
besar, karena ketika terjadi kolinieritas maka parameter yang terestimasi menjadi
tidak reliable yang akan berdampak pada ketidakakuratan intrepretasi. Akan
tetapi model yang mengandung kolinieritas masih bermanfaat, jika model yang
tersetimasi hanya digunakan untuk membuat suatu ramalan saja, asalkan R² masih
tinggi.
Dampak dari adanya masalah multikolinearitas ini adalah:
Varian koefisiensi menjadi besar, sehingga menimbulkan masalah
yaitu lebarnya interval kepercayaan.
Multikolinearitas dapat mengakibatkan banyak variabel yang tidak
signifikan tetapi koefisien determinasi (R2) tetap tinggi dan uji F
signifikan.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
48
Universitas Indonesia
Angka estimasi koefisien regresi mempunyai nilai yang tidak sesuai
substansi sehingga dapat menyesatkan intrepretasi.
Terdapat beberapa cara untuk mengatasi masalah kolinieritas secara umum,
yaitu melihat informasi sejenis yang ada, tidak mengikutsertakan variabel yang
kolinier dan mencari data tambahan. Sedangkan untuk pengujiannya sendiri
menggunakan software Eviews 6, jika terdapat korelasi antara variabel
independen yang nilainya melebihi 0,8 maka diduga kuat terdapat masalah
multikolinieritas. Kriteria lain yang dapat digunakan untuk mengukur
multikolinearitas dengan menggunakan SPSS adalah nilai VIF (variance
inflationary factor) yang kurang dari 10 dan nilai tolerance yang lebih dari 0.4
menandakan tidak terdapat masalah multikoliniaritas.
3.6.2. Pengujian Asumsi Heterokedastisitas
Permasalahan berikutnya yang perlu diperhatikan ketika melakukan regresi
linier berganda agar parameter dalam model bersifat BLUE (Best Linier Unbiased
Estimator) adalah masalah heterokedastisitas. Hal ini berarti nilai error atau
residual mempunyai variasi yang tidak sama. Tidak konstannya residual atau σ
akan berdampak pada hasil pengujian yang diintrepretasikan salah. Cara untuk
mendeteksi heterokedastisitas adalah dengan metode grafik dan uji Park,
sedangkan salah satu cara untuk mengatasi heterokedastisitas adalah dengan
metode generalized least squares (GLS) dan transformasi logaritma.
Pengujian untuk mendeteksi heterokedastisitas pada penelitian ini dilakukan
dengan melihat nilai probabilitas Obs*R-squared setelah model diregresikan
dengan menggunakan Eviews 6. Apabila nilai probabilitas Obs*R-squared lebih
kecil dari α 5% maka diduga kuat terdapat heterokedastisitas pada model
penelitian. Apabila nilai probabilitas Obs*R-squared lebih besar dari α 5% namun
masih lebih kecil dari α 10%, maka diduga masih terdapat indikasi
heterokedastisitas pada tingkat α 10%.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
49
Universitas Indonesia
3.6.3. Pengujian Asumsi Autokorelasi
Uji autokolerasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear
berganda yang digunakan ada korelasi antara error pada periode t dengan error
pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka muncul masalah
autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang
waktu berkaitan satu dengan yang lainnya. Masalah ini timbul karena residual
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Atau menurut Nachrowi
(2002) adalah adanya korelasi antara variabel itu sendiri, pada pengamatan yang
berbeda waktu atau individu. Dampak yang timbul karena adanya autokorelasi
adalah taksiran yang diperoleh tidak lagi BLUE yaitu bias dan tidak konsisten.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi di dalam model regresi,
digunakan pengujian Durbin-Watson yang hanya digunakan untuk autokorelasi
tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adnya intercept
(konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi diantara variabel
independen (gozali, 2006) dalam Tryana (2011). Jika dalam pengujian angka D-W
berkisar antara du<D-W<4-du dimana du adalah batas atas, maka tidak ada
autokorelasi. Batas bawah du adalah 1,54 dan batas atas du adalah 2,45. Maka
ketika nilai D-W berada diantara batas itu diduga kuat tidak terjadi autokol.
3.6.4. pengujian Asumsi Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
residual terdistribusi secara normal. Untuk mengetahui apakah residual
terdistribusi normal atau tidak dalam model regresi, maka dilakukan analisis
grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi
yang mendekati distribusi normal dan normal probability plot yang
membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi normal (Ghozali, 2006) dalam
Tryana (2011).
Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus diagonal. Jika distribusi
data residual normal, maka garis yang menggambarkan data sesungguhnya akan
mengikuti garis diagonalnya. Selain menganalisis grafik histogram, langkah yang
harus dilakukan berikutnya adalah melakukan pengujian data outliers untuk
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
50
Universitas Indonesia
mendapatkan normalitas data. Outliers adalah kasus data yang memiliki
karakteristik yang unik yang terlihat sangat berbeda dari sampel lainnya dan
muncul dalam bentuk nilai yang ekstrim. Ada empat penyebab timbulnya data
outliers:
Kesalahan dalam memasukan data
Gagal menilai adanya missing value
Data outlier bukan merupakan anggota populasi yang masuk menjadi
sampel
Outlier berasal dari populasi yang menjasi sampel, tetapi distribusi
dari variabel tersebut dalam populasi memiliki nilai ekstrim dan
tidak terdistribusi secara normal.
Hasil pengujian data outlier untuk mendapatkan normalitas data dapat dilihat
dari nilai skewness yang kurang dari 2 atau dari nilai p-value Kolmogorov-
Smirnov yang lebih dari 5%.
3.7. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan 3 tahap.
Tahap pertama adalah melakukan perhitungan terhadap nilai firm value yang bisa
di proksi dengan residual absolut theoretical dengan actual firm value. Nilai
theoretical didapatkan dari market to book ratio lalu diregresikan dengan
komponen actual firm value dengan faktor-faktor penentu yaitu log of book value
of equity, log of sales, log of total asset, long term debt/total asset, log of capital
expenditure, intangible asset/total asset ratio. Lalu lakukan regresi berganda
kepada kedua faktor tersebut. Hasil dari regresi firm value yang merupakan residu
absolut siap dijadikan variabel dependen terhadap proses selanjutnya. Sebelumnya
penulis telah melakukan uji asumsi klasik yaitu uji multikolinieritas,,
heterokedastisitas, autokorelasi, dan normalitas kepada variable yang
mempengaruhi firm value tersebut.
Untuk tahap kedua adalah dengan memasukan data sample perusahaan
manufaktur yang tersedia kedalam komponen monitoring effort dan bonding
effort. Setelah itu lakukan lakukan regresi berganda untuk model yang telah
ditetapkan. Tak lupa untuk melakukan uji asumsi klasik yaitu uji multikolinieritas,
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
51
Universitas Indonesia
heterokedastisitas, autokorelasi, dan normalitas terhadap variabel independen
yaitu monitoring effort dan bonding effort.
Tahap ke tiga adalah analisis hasil regresi berganda tersebut. Bandingkan
hasil yang diperoleh dari regresi agency problem dengan monitoring effort dan
dengan hasil regresi agency problem dengan upaya bonding effort. Metode yang
digunakan dalam mengolah data adalah pool data analysis dengan katagori cross
section.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
52 Universitas Indonesia
BAB 4
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
4.1. Analisis Pemilihan Sampel
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul dari sumber yang memadai,
maka penulis akan memastikan data mana yang memenuhi kriteria-kriteria
pemilihan sampel untuk dijadikan sampel dalam penelitian ini. Karakterisitk
kriteria pemilihan sampel tersebut adalah perusahaan yang bergerak di industri
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008, 2009 dan 2010
menggunakan periode laporan keuangan dari 1 Januari hingga 31 Desember,
menggunakan mata uang rupiah dalam laporan keuangannya, memiliki data
ekuitas yang tidak negatif dan yang menyediakan seluruh data yang dibutuhkan
secara lengkap.
Berdasarkan ketersediaan data yang diperoleh dari sumber yang memadai,
terkumpul sejumlah 101 perusahaan manufaktur tahun 2008, 104 perusahaan
manufaktur tahun 2009 dan 119 perusahaan manufaktur tahun 2010, maka
didapatkan 324 perusahaan yang dapat diolah menjadi sampel penelitian. Dari
total data sampel sejumlah 324 perusahaan, yang memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan sebesar 234 perusahaan manufaktur. Tahap selanjutnya adalah
melakukan winsorize atas data perusahaan yang memiliki data outlier dengan
kriteria data berada di luar kisaran mean ± 3 kali standar deviasi, sehingga tidak
ada data yang dihapus. Maka penelitian ini menggunakan 234 observasi dengan
jenis pengolahan data cross section pada industri manufaktur dalam periode
penelitian yaitu tahun 2008-2010. Ringkasan tabel sampel terangkum pada tabel
4.1.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
53
Universitas Indonesia
Tabel 4. 1 Sampel Penelitian
sampel yang terkumpul
Tahun 2010 119
Tahun 2009 104
Tahun 2008 101
Jumlah
324
Yang tidak memenuhi kriteria sampel
-Tidak terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2008-2010 0
-Periode pelaporan kuntansi selain 1 jan -31 des 0
-Menggunakan mata uang pelaporan selain rupiah (27)
-Ekuitas yang negatif (24)
-Tidak tersedia komponen data yang lengkap (39) (90)
Jumlah
234
Total sampel yang dapat digunakan 234
4.2. Statisitk Deskriptif
Berikut ini adalah statistik deskriptif dari variabel-variabel yang digunakan
dalam penelitian model monitoring effort dan bonding effort. Table 4.2 ini
menyajikan nilai terkecil, nilai terbesar, mean, dan standar deviasi untuk model
monitoring effort.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
54
Universitas Indonesia
Tabel 4. 2 Statistik Deskrptif Model Monitoring Effort
Variable Obs Mean Std. Dev. Min Max
Rkomp 234 0.893269 0.118113 0.53 100
Block 234 0.661368 0.223317 0.00 0.99
Lev 234 5.424745 16.04331 0.043 82.10
Lta 234 12.04766 0.606923 10.74 13.67
Proporsi Big 4 Proporsi Non Big 4
KAP 39.74% 60.26%
Kesimpulan yang dapat ditarik dengan melihat informasi yang disampaikan
oleh tabel 4.2 adalah variabel independen kehadiran rata-rata rapat komisaris yang
memiliki angka maksimal 1 yang berarti kehadiran maksimum rata-rata rapat
komisaris 100% dan nilai minimum sebesar 0,53 menandakan bahwa kehadiran
rata-rata minimum komisaris sebesar 53% dan memiliki rata-rata sebesar
0,8943886 atau 89% menandakan bahwa sebagian besar sampel perusahaan
manufaktur menjalankan rapat komisaris dengan rata-rata tingkat kehadiran yang
tinggi dan rentang jarak beda tingkat kehadiran tidak berbeda jauh karena nilai
standar deviasi relatif kecil sebesar 0,118113.
Variabel indenpenden blockholder memiliki nilai minimum sebesar 0, yang
berarti ada perusahaan sampel yang tidak memiliki kepemilikan oleh blockholder
dan nilai maksimum sebesar 0,9974 menyatakan bahwa ada perusahaan yang
memiliki kepemilikan blockholder sampai sebesar 99,74%. Hal tersebut
dimungkinkan karena ada perusahaan sampel yang merupakan anak perusahaan
yang dimiliki sampai dengan kepemilikian yang sangat besar ataupun adanya
kepemilikan oleh pemerintah. Dengan rata-rata sebesar 0,661368, terdapat 129
perusahaan yang nilainya diatas dan sama dengan nilai rata-rata dan 105
perusahaan yang nilainya dibawah nilai rata-rata. Dengan standar deviasi sebesar
0,223317, berarti kepemilikan blockholder yang dimiliki oleh umumnya industri
manufaktur yang menjadi sampel tidak memiliki rentang jarak yang terlalu besar.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
55
Universitas Indonesia
Sedangkan untuk variabel independen KAP, menunjukan nilai minimum
sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1. Hal ini dikarenakan dalam pengujian ini
KAP merupakan dummy dari penggunakan KAP big 4 yang dinilai dengan 1 dan
KAP non big 4 yang dinilai dengan 0. Dengan standar deviasi 0,490428
mendakan bahwa perusahaan yang menjadi sampel sebagian kecil diaudit oleh
KAP big 4. Dari sampel yang digunakan diketahui bahwa sebanyak 141
perusahaan diaudit oleh KAP yang bukan termasuk big 4 atau non big 4 dan
sisanya sebanyak 93 perusahaan sampel yang diaudit oleh KAP big 4.
Variabel independen selanjutnya adalah leverage. Leverage memiliki nilai
nilai minimum sebesar 0,043134 dan nilai maksimum sebesar 82,1. Dengan nilai
rata-rata sebesar 5,424745 menandakan sebanyak 208 perusahaan yang memiliki
nilai leverage dibawah rata-rata dan 26 perusahaan diatas rata-rata menandakan
bahwa rentang hutang yang dipilih oleh perusahaan manufaktur berbeda sesuai
dengan kebutuhannya. Hal tersebut juga menandakan bahwa perusahaan yang
menjadi sampel penelitian ini umumnya perusahaan manufaktur dengan tingkat
hutang yang rendah. Rentang ekstrem juga terlihat dari nilai standar deviasi yang
tinggi sebesar 16,04331.
Variabel kontrol yaitu total asset sebagai proksi dari ukuran perusahaan
memiliki nilai maksimum sebesar 13,67464 dan nilai minimum sebesar 10,
74289. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 12,04379 dan standar deviasi sebesar
0,60693. Dengan nilai rata-rata yang mendekati nilai maksimum menandakan
bahwa sebagian besar perusahaan sampel memiliki total asset yang tidak kecil
atau sampel pada umunya memiliki ukuran perusahaan yang besar jika dilihat dari
total asset.
Pada model bonding effort juga akan dilakukan analisis statistik deskriptif.
Tabel 4.3 menyajikan nilai terkecil, nilai terbesar, mean, dan standar deviasi untuk
model bonding effort.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
56
Universitas Indonesia
Tabel 4. 3 Statistik Deskriptif Model Bonding Effort
Variable Obs Mean Std. Dev. Min Max
KASKOM 234 9.778935 0.608747 8.739651 11.86273
ADV_SALES 234 0.0504 0.172902 0 1.177898
MOWN 234 0.043462 0.091196 0 0.384
LTA 234 12.04766 0.606923 10.74289 13.67464
Variabel total kompensasi dalam bentuk kas memiliki nilai maksimum
sebesar 11,86273 dan nilai minimum sebesar 8,739651 dengan nilai rata-rata
sebesar 9,778935 dan nilai standar deviasi sebesar 0,608747. Dari 234 jumlah
sampel terdapat 124 perusahaan yang memiliki nilai total kompensasi kurang dari
rata-rata dan 110 perusahaan yang memiliki nilai kompensasi diatas rata-rata. Hal
ini menandakan masih banyak perusahaan sampel yang memberikan kompensasi
dalam bentuk kas kurang dari rata-rata kompensasi dan juga rentang jarak yang
tidak terlalu besar terhadap kompensasi dalam bentuk kas yang diberikan kepada
komisaris dan direksi perusahaan sampel.
Variabel independen beban iklan pada penjualan memiliki nilai minimum
sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 1.177898. Dengan rata-rata 0.0504 terdapat
191 perusahaan yang memiliki nilai beban iklan pada penjualan yang kurang dari
rata-rata dan 43 perusahaan yang memiliki nilai lebih tingi dari rata-rata. Nilai
standar deviasi yang menunjukan nilai sebesar 0,172902 menandakan bahwa
perlakuan atau kebijakan yang diterapkan terkait beban iklan pada penjualan antar
perusahaan manufaktur cukup berbeda. Terlihat dari sektor di industri manufaktur
yang jarang sekali untuk beriklan, yaitu sektor pakan ternak, kimia, baja dan
logam, semen, kabel, kayu dan pengolahannya.
Variabel independen yang terakhir adalah kepemilikan manajemen. Dalam
tabel diatas menampilkan nilai maksimum kepemilikan manajemen sebesar 0,384
dan nilai minimum kepemilikan manajemen sebesar 0 yang berarti perusahaan
tersebut tidak mempunya manajemen yang memiliki kepemilikan atas perusahaan
sampel tersebut. Dengan rata-rata sebesar 0,043462 menandakan terdapat 177
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
57
Universitas Indonesia
perusahaan yang memiliki kepemilikan perusahaan kurang dari rata-rata dan 57
perusahaan yang memiliki. Standar deviasi sebesar 0,091196 menandakan bahwa
cukup terdapat perbedaan dari kepemilikan manajemen/insider ownership dalam
perusahaan yang menjadi sampel, tetapi umumnya dalam perusahaan yang
menjadi sampel memiliki insider ownership dengan kepemilikan yang rendah.
Variabel kontrol yaitu total asset sebagai proksi dari ukuran perusahaan
memiliki nilai maksimum sebesar 13,67464 dan nilai minimum sebesar 10,
74289. Sedangkan nilai rata-rata sebesar 12,04766 dan standar deviasi sebesar
0,606923. Dengan nilai rata-rata yang mendekati nilai maksimum menandakan
bahwa sebagian besar perusahaan sampel memiliki total asset yang tidak kecil.
Nilai variabel kontrol baik pada monitoring effort dan bonding effort tidak
memiliki besaran yang sama.
4.3. Model Monitoring Effort
4.3.1. Pengujian Asumsi Klasik
Sesuai dengan metodologi penelitian pada bab sebelumnya, sebelum
melakukan analisis terhadap temuan hasil empiris dan hipotesa yang
dikembangkan, perlu dilakukan uji asumsi klasik. Oleh karena itu, perlu dilakukan
berbagai macam pengujian dengan kriteria-kriteria yang ada terhadap model,
sehingga hasil pengujian dan analisis yang dikembangkan menghasilkan ukuran
yang valid dan tidak melanggar asumsi yang ada.
4.3.1.1. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas muncul apabila error atau residual dari model yang
diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi
lainnya.
Pengujian untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas pada penelitian ini
dilakukan dengan melihat nilai probabilitas Obs*R-squared setelah model
diregresikan. Apabila nilai Obs*R-squared lebih kecil dari α 5% maka diduga
kuat terdapat heterokedastisitas pada model penelitian. Apabila nilai probabilitas
Obs*R-squared lebih besar dari α 5% namun masih lebih kecil dari α 10%, maka
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
58
Universitas Indonesia
diduga masih terdapat indikasi heterokedastisitas pada tingkat α 10%. Nilai
probabilitas Obs*R-squared untuk pengujian model pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4. 4 Pengujian Heterokedastisitas Model Monitoring Effort
Model monitoring effort
Obs*R-squared 0.1158
Dari tabel 4.3 di atas, dapat dilihat bahwa monitoring effort memiliki nilai Obs*R-
squared lebih besar dari 5% dan 10% maka diduga kuat tidak terdapat masalah
heterokedastisitas pada model monitoring effort yang digunakan dalam penelitian
ini. Gambaran lebih detil tentang uji heterokedastisitas untuk model monitoring
effort dapat dilihat pada Lampiran 6.
4.3.1.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikilinearitas dilakukan bertujuan untuk melihat apakah terdapat
hubungan yang kuat antara variabel independen. Model penelitian yang baik
seharusnya tidak mengalami masalah multikolineritas. Pengujian utnuk
mendeteksi multikolinearitas dilakukan dengan melihat korelasi antar variabel
independen pada correlation matrix yang terdapat pada program Eviews 6. Jika
terdapat korelasi antar variabel independen yang nilainya melebihin 0,8, maka
diduga kuat terdapat multikolinearitas. Hasil pengujian multikolineritas pada
model monitoring effort menyatakan bahwa tidak ada variabel independen yang
memiliki masalah multikolinearitas karena hubungan pada correlation matrix
tidak melebihi 0,8. Hasil dari uji multikolineritas ini bisa dilihat pada tabel 4.5 dan
lampiran 4.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
59
Universitas Indonesia
Tabel 4. 5 Uji Multikolinearitas Model Monitoring Effort
monitoring effort
ABSAGC RKOMP BLOCK KAP LEV LTA
ABSAGC 1 -0.00716 -0.02711 -0.01266 0.125484 0.057599
RKOMP -0.00716 1 -0.02706 -0.04327 0.01759 0.000303
BLOCK -0.027107 -0.02706 1 0.144019 -0.02591 -0.0134
KAP -0.012662 -0.04327 0.144019 1 -0.07339 0.526757
LEV 0.125484 0.01759 -0.02591 -0.07339 1 -0.00741
LTA 0.057599 0.000303 -0.0134 0.526757 -0.00741 1
4.3.1.3. Uji Autokorelasi
Auto korelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan
residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang
bersifat runtut waktu (time series), karena berdasarkan sifatnya, data masa
sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya. Meskipun demikian
tetap dimungkinkan autokorelasi dijumpai pada data yang bersifat antar objek
(cross section).
Pengujian terhadap autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat dari
nilai hasil Durbin Watson. Nilai dan pengujian ini dilakukan dengan program
Eviews, dari hasil pengujian tersebut ditentukan apajah nilai Durbin Watson
berada pada kisaran angka 2 (1,54<DW-stat<2,46). Apabila nilai DW berada pada
kisaran angka tersebut, maka dapat diindikasikan bahwa model pengujian tidak
mengalami masalah autokorelasi. Nilai statistik DW pada model monitoring effort
dapat dilihat pada tabel 4.6 dan juga pada lampiran 3.
Tabel 4. 6 Pengujian Autokorelasi Model Monitoring Effort
monitoring effort
Durbin-Watson stat 1.198716
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
60
Universitas Indonesia
Dari Tabel 4.5 di atas dapat dilihat bahwa model monitoring effort
memiliki nilai DW kurang dari 1,54, maka dapat disimpulkan bahwa model
penelitian tersebut mengalami masalah autokorelasi. Treatment yang perlu
dilakukan untuk ‘menyembuhkan’ autokorelasi adalah dengan autoregresif pada
program Eviews. Treatment autoregresif merupakan penambahan variabel
independen yang bersama-sama dengan variabel independen lainnya akan
diregresikan terhadap variabel dependen (Nachrowi, 2006). Pada tabel 4.7
merupakan hasil DW setelah melakukan treatment autoregresif. Hasil pegujian
autokorelasi juga dapat dilihat pada lampiran 5.
Tabel 4. 7 Pengujian Autokorelasi Model Monitoring Effort Setelah
Autoregresif
monitoring effort
Durbin-Watson stat 1.980808
Dari tabel 4.7 diatas, dapat dilihat bahwa hasil uji autokorelasi tidak lagi
bermasalah. Hal ini didukung oleh angka DW yang sudah berada pada kisaran 2.
4.3.1.4. Uji Normalitas
Pengujian normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual data
telah terdistribusi secara normal atau tidak. Normalitas dari suatu data dapat
dilihat dari bentuk histogram. Jika pencaran data yang tertera pada histogram
memiliki plot data berada di sekitar garis miring melintang, berarti data telah
memiliki penyebaran yang normal. Pengujian ini dapat dilakukan dengan program
SPSS yaitu dengan grafik histogram, uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro Wilk
dengan nilai p-value yang lebih dari 0,05. Jika nilai p-value lebih besar dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.Gambar 4.1 dan tabel
4.8 akan menunjukan hasil dari uji normalitas yang dilakukan dengan program
SPSS.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
61
Universitas Indonesia
Gambar 4. 1 Uji Normalitas Untuk Data Monitoring Effort
Tabel 4. 8Hasil Uji Normalitas Data Monitoring Effort
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
ABSAGC .284 234 .000 .576 234 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Gambar 4.1 menunjukan bahwa sebaran residual tidak berada mendekati
garis melintang dan Tabel 4.8 menunjukan bahwa uji Kolmogorov-Smirnov dan
Shapiro wilk yang kurang dari 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
62
Universitas Indonesia
residual pada model ini tidak berdistribusi normal. Namun karena dalam
penelitian ini jumlah sampel yang digunakan cukup besar (n > 30) menyebabkan
distribusi sampling error term mendekati normal (normality asymptotic) (Modul
Ekonometrika Dasar Lab IE – FEUI). Oleh karena itu, peneliti berkesimpulan
untuk tidak memberikan treatment lebih lanjut.
4.3.2. Analisis Hasil Regresi
Pengaruh empat variabel independen dalam model monitoring effort ini
terhadap variabel dependen agency cost dilakukan melalui pengujian regresi
berganda. Analisis regresi merupakan analisis yang mempelajari bagaimana
membangun sebuah model fungsional dari data untuk mendapatkan penjelasan
tentang hipotesis yang dibuat ataupun penjelasan mengenai fenomena yang ada.
Berikut penjabaran mengenai model monitoring effort.
Hasil pengujian regresi untuk monitoring effort dapat dilihat pada tabel 4.9
yang menampilkan hasil regresi setelah uji asumsi klasik dan setelah mendapatkan
treatment yang diperlukan. Sedangkan untuk gambaran yang lebih detil dapat
dilihat pada lampiran 5.
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa model monitoring effort memiliki
nilai Adjusted R2
sebesar 15,84 %. Hal ini berarti bahwa variabel independen bisa
menjelaskan variabel dependen sebesar 15,84%, sedangkan 84,16% sisanya
ditentukan oleh variabel independen lain diluar model monitoring effort.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
63
Universitas Indonesia
Tabel 4. 9 Hasil Regresi Model Monitoring Effort
Variabel dependen: ABSAGC
Variabel independen ekspektasi tanda koefisien signifikansi
C -0.504635 0.9007
RKOM - -0.677031 0.3443
BLOCK ± -0.7961 0.4027
KAP - -0.375749 0.2769
LEV + 0.025153 *0.07805
LTA 0.335315 0.21365
F test Sign 0.0000
adj R Squared 0.158434
N 234
keterangan tabel :
ABSAGC = Nilai absolut dari residual theoritical firm value dengan actual firm value;
RKOM = Rata-rata kehadiran rapat dewan komisaris; BLOCK = persentase
kepemilikan pemegang saham pengendali berupa institusi non keuangan; KAP=
Variabel Dummy dengan nilai 1 untuk perusahaan yang diaudit oleh KAP big 4, dan
0 untuk lainnya; LEV =Debt to Equity ratio; LTA= Log dari total asset.
*** signigikan level 1%, **signifikan level 5%, * signifikan level 10%
Berdasarkan pengujian regresi untuk masing-masing variabel independen
dan variabel kontrol dalam model monitoring effort ini, maka persamaan regresi
yang terbentuk dari penelitian dan intrepretasi atas hasil regresi adalah sebagai
berikut:
ABSAGC it = -0,504635 - 0,677031 RKOM - 0.7961 BLOCK - 0,375749
KAP + 0.025153 LEV + 0,335315 LTA
Adapun interpretasi atas pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis 1 menyatakan bahwa persentase kehadiran rapat
komisaris sebagai upaya monitoring berpengaruh negatif kepada
agency cost. Dalam model monitoring effort terlihat hasil regresi
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
64
Universitas Indonesia
untuk persentase kehadiran rata-rata rapat komisaris memiliki
koefisien sebesar -0,677031 dan signifikansi sebesar 0,3443. Jadi
persentase kehadiran rapat komisaris tidak berpengaruh terhadap
agency cost. Sehingga hipotesis 1 ditolak. Tidak signifikannya efek
pengawasan dari komisaris yang diukur oleh kehadiran rapat
komisaris mungkin dikarenakan tidak efektifnya rapat tersebut dan
juga pencatatan rapat hanya berdasarkan eksistensi dari rapat itu.
Selain itu upaya monitoring akan lebih terlihat pada rapat dewan
komisaris dan dewan direksi secara bersamaan. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zaini (2002) dalam
Kusuma dan Susanto (2004) yang menyatakan bahwa tidak
efektifnya dewan komisaris untuk pengawasan terhadap
pengelolaan yang dilakukan oleh direksi perusahaan.
2. Hipotesis 2 menyatakan bahwa blockholders mempunyai
pengaruh terhadap agency problem yang terjadi. Dalam model
monitoring effort ini diketahui bahwa blockholders memiliki
koefisien -0.7961 dan signifikansi sebesar 0,4027. Jadi, upaya
monitoring yang dilakukan oleh blockholders tidak berpengaruh
secara signifikan pada agency problem. Maka karena itu hipotesis
2 ditolak. Hal ini dikarenakan di satu sisi blockholders dapat
berperan sebagai pengawasan untuk kegiatan perusahaan dan di
sisi lain dapat berperan sebagai pihak yang dapat mengambil
tindakan untuk kepentingan pribadi. Dengan adanya kepemilikan
yang tinggi, blockholders akan memiliki hak voting yang tinggi
pula, sehingga secara tidk langsung mempunyai hak untuk terlibat
dalam pengambilan kebijakan perusahaan. Pernyataan tersebut
juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Depken et al.,
(2009) dan juga penelitian yang dilakukan oleh Zhong et al.,
(2007), menyatakan bahwa monitoring yang dilakukan
blockholders terhadap earning management tidak efektif sehingga
efeknya juga akan sama terhadap agency problem, yaitu kurang
efektif.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
65
Universitas Indonesia
3. Hipotesis 3 menyatakan bahwa perusahaan yang diaudit oleh KAP
big 4 akan memiliki agency problem yang lebih kecil dibandingkan
dengan perusahaan yang diaudit oleh KAP non big 4. Dalam model
monitoring effort ini KAP memiliki koefisien -0, 375749 dengan
signifikansi 0,2769. Hal ini menunjukan bahwa KAP akan tidak
berpengaruh terhadap agency problem. Jadi hipotesis 3 ditolak.
Penggunaan faktor KAP big 4 dan non big 4 tidak signifikan
dikarenakan standar kerja yang digunakan dan lingkungan hukum
pada setiap KAP sama, jadi tidak memiliki efek yang signifikan
terhadap agency problem. Hal tersebut juga diungkapkan oleh
Khurana dan Raman (2005).
4. Hipotesis 4 menyatakan bahwa leverage mempunyai pengaruh
positif terhadap agency problem. Dalam model monitoring effort
ini leverage memiliki koefisien sebesar 0,025153 dan signifikansi
sebesar 0,07805. Kesimpulannya faktor leverage memiliki
pengaruh positif signifikan pada level 10%, sehingga hipotesis 4
diterima. Hasil tersebut menunjukan bahwa faktor hutang justru
menimbulkan agency problem antara manajemen dengan kreditur.
Masalah tersebut terkait dengan faktor pendorong agency problem
antara kreditur dengan manajemen-pemilik yaitu biaya
kebangkrutan yang akan menimbulkan opportunity cost kepada
perusahaan untuk tidak berhutang sebagai perjanjian dengan
kreditur, padahal perusahaan manufaktur tergolong industri yang
padat modal atau memerlukan banyak modal. Penjelasan terhadap
pengaruh tersebut juga dikeluarkan oleh Zainal Arifin (2003) yang
menyatakan bahwa penggunaan faktor leverage sebagai
pengawasan tidak efektif, karena kemungkinan banyak perusahaan
yang mengambil hutang dari bank yang masih terkait
kepemilikannya dengan pemilik perusahaan, sehingga justru akan
meningkatkan agency problem dan bukannya menjadi tambahan
pengawas oleh kreditur.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
66
Universitas Indonesia
5. Variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan yang diproksi dengan
menggunakan total asset dalam model monitoring effort ini
memiliki pengaruh positif terhadap agency problem. Hal ini
ditunjukan dengan hasil pengujian dimana total asset memiliki
koefisien sebesar 0,335315 dan signifikansi 0,21365.
4.4. Model Bonding Effort
4.4.1. Pengujian Asumsi Klasik
Sesuai dengan metodologi penelitian pada bab sebelumnya, sebelum
melakukan analisis terhadap temuan hasil empiris dan hipotesa yang
dikembangkan, perlu dilakukan uji asumsi klasik. Oleh karena itu, perlu dilakukan
berbagai macam pengujian dengan kriteria-kriteria yang ada terhadap model,
sehingga hasil pengujian dan analisis yang dikembangkan menghasilkan ukuran
yang valid dan tidak melanggar asumsi yang ada.
4.4.1.1. Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas muncul apabila error atau residual dari model yang
diamati tidak memiliki varians yang konstan dari satu observasi ke observasi
lainnya.
Pengujian untuk mendeteksi adanya heterokedastisitas pada penelitian ini
dilakukan dengan melihat nilai probabilitas Obs*R-squared setelah model
diregresikan. Apabila nilai Obs*R-squared lebih kecil dari α 5% maka diduga
kuat terdapat heterokedastisitas pada model penelitian. Apabila nilai probabilitas
Obs*R-squared lebih besar dari α 5% namun masih lebih kecil dari α 10%, maka
diduga masih terdapat indikasi heterokedastisitas pada tingkat α 10%. Nilai
probabilitas Obs*R-squared untuk pengujian model pada penelitian ini dapat
dilihat pada tabel 4.10 dan juga pada lampiran 9.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
67
Universitas Indonesia
Tabel 4. 10 Pengujian Heterokedastisitas Model Bonding Effort
Model bonding effort
Obs*R-squared 0.9271
Dari tabel 4.10 di atas, dapat dilihat bahwa bonding effort memiliki nilai Obs*R-
squared lebih besar dari 5% maka diduga kuat tidak terdapat masalah
heterokedastisitas pada model bonding effort yang digunakan dalam penelitian ini.
4.4.1.2. Uji Multikolinearitas
Uji multikilinearitas dilakukan bertujuan untuk melihat apakah terdapat
hubungan yang kuat antara variabel independen. Model penelitian yang baik
seharusnya tidak mengalami masalah multikolineritas. Pengujian utnuk
mendeteksi multikolinearitas dilakukan dengan melihat korelasi antar variabel
independen pada correlation matrix yang terdapat pada program Eviews 6. Jika
terdapat korelasi antar variabel independen yang nilainya melebihin 0,8, maka
diduga kuat terdapat multikolinearitas. Hasil pengujian multikolineritas pada
model bonding effort menyatakan bahwa tidak ada variabel independen yang
memiliki masalah multikolinearitas karena hubungan pada correlation matrix
tidak melebihi 0,8. Hasil dari uji multikolineritas ini bisa dilihat pada tabel 4.11
dan juga lampiran 8 untuk model bonding effort.
Tabel 4. 11 Uji Multikolinearitas Model Bonding Effort
Bonding effort
ABSAGC KASKOM ADV_SALES MOWN LTA
ABSAGC 1 0.051096 -0.058779 -0.151836 0.057599
KASKOM 0.051096 1 0.210544 -0.157871 0.70839
ADV_SALES -0.058779 0.210544 1 -0.031485 0.163897
MOWN -0.151836 -0.157871 -0.031485 1 -0.254587
LTA 0.057599 0.70839 0.163897 -0.254587 1
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
68
Universitas Indonesia
4.4.1.3. Uji Autokorelasi
Auto korelasi adalah hubungan antara residual satu observasi dengan
residual observasi lainnya. Autokorelasi lebih mudah timbul pada data yang
bersifat runtut waktu (time series), karena berdasarkan sifatnya, data masa
sekarang dipengaruhi oleh data pada masa-masa sebelumnya. Meskipun demikian
tetap dimungkinkan autokorelasi dijumpai pada data yang bersifat antar objek
(cross section).
Pengujian terhadap autokorelasi dalam penelitian ini dapat dilihat dari
nilai hasil Durbin Watson. Nilai dan pengujian ini dilakukan dengan program
Eviews, dari hasil pengujian tersebut ditentukan apajah nilai Durbin Watson
berada pada kisaran angka 2 (1,54<DW-stat<2,46). Apabila nilai DW berada pada
kisaran angka tersebut, maka dapat diindikasikan bahwa model pengujian tidak
mengalami masalah autokorelasi. Nilai statistik DW pada model monitoring effort
dapat dilihat pada tabel 4.12
Tabel 4. 12 Pengujian Autokorelasi Model Bonding Effort
Bonding effort
Durbin-Watson stat 1.227581
Dari Tabel 4.12 di atas dan juga lampiran 7 dapat dilihat bahwa model
monitoring effort memiliki nilai DW kurang dari 1,54, maka dapat disimpulkan
bahwa model penelitian tersebut mengalami masalah autokorelasi. Treatment
yang perlu dilakukan untuk ‘menyembuhkan’ autokorelasi adalah dengan
autoregresif pada program Eviews. Treatment autoregresif merupakan
penambahan variabel independen yang bersama-sama dengan variabel independen
lainnya akan diregresikan terhadap variabel dependen (Nachrowi, 2006). Pada
tabel 4.13 dan lampiran 10 menyatakan hasil DW setelah treatment autoregresif.
Tabel 4. 13 Pengujian Autokorelasi Model Bonding Effort Setelah
Autoregresif
Bonding effort
Durbin-Watson stat 1.952501
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
69
Universitas Indonesia
Dari tabel 4.13 diatas, dapat dilihat bahwa hasil uji autokorelasi tidak lagi
bermasalah dikarenakan angka DW yang sudah berada pada kisaran 2.
4.4.1.4. Uji Normalitas
Pengujian normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual data
telah terdistribusi secara normal atau tidak. Normalitas dari suatu data dapat
dilihat dari bentuk histogram. Jika pencaran data yang tertera pada histogram
memiliki plot data berada di sekitar garis miring melintang, berarti data telah
memiliki penyebaran yang normal. Pengujian ini dapat dilakukan dengan program
SPSS yaitu dengan grafik histogram, uji Kolmogorov-Smirnov dan Shapiro Wilk
dengan nilai p-value yang lebih dari 0,05. Jika nilai p-value lebih besar dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal.Gambar 4.2 dan tabel
4.14 akan menunjukan hasil dari uji normalitas yang dilakukan dengan program
SPSS.
Gambar 4. 2 Uji Normalitas Untuk Data Bonding Effort
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
70
Universitas Indonesia
Tabel 4. 14 Hasil Uji Normalitas Data Bonding Effort.
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Statistic df Sig. Statistic df Sig.
ABSAGC .284 234 .000 .576 234 .000
a. Lilliefors Significance Correction
Gambar 4.2 menunjukan bahwa sebaran residual tidak berada mendekati
garis melintang dan Tabel 4.14 menunjukan bahwa uji Kolmogorov-Smirnov dan
Shapiro wilk yang kurang dari 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa
residual pada model ini tidak berdistribusi normal. Namun karena dalam
penelitian ini jumlah sampel yang digunakan cukup besar (n > 30) menyebabkan
distribusi sampling error term mendekati normal (normality asymptotic) (Modul
Ekonometrika Dasar Lab IE – FEUI). Oleh karena itu, peneliti berkesimpulan
untuk tidak memberikan treatment lebih lanjut.
4.4.2. Analisis Hasil Regresi
Model kedua adalah bonding effort, terdapat 3 variabel independen
sebagai proksi dari bonding effort untuk meminimalisir agency problem. Pada
tabel 4.15 dan lampiran 10 akan memaparkan hubungan yang diperoleh dari hasil
regresi yang telah dilakukan.
Dari tabel tersebut juga dapat dilihat bahwa model bonding effort memiliki
nilai Adjusted R2
sebesar 15,80 %. Hal ini berarti bahwa variabel independen bisa
menjelaskan variabel dependen sebesar 15,80%, sedangkan 84,20% sisanya
ditentukan oleh variabel independen lain diluar model.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
71
Universitas Indonesia
Tabel 4. 15 Hasil Regresi Model Bonding Effort
Variabel dependen: ABSAGC
Variabel independen ekspektasi tanda koefisien signifikansi
C 0.100968 0.9792
KASKOM + 0.646239 0.1385
ADV_SALES - -1.431921 **0.0202
MOWN - -5.467269 ***0.00335
LTA -0.308252 0.24295
F test Sign 0.0000
adj R Squared 0.158063
N 234
keterangan tabel :
ABSAGC= Nilai absolut dari residual theoritical firm value dengan actual firm value;
KASKOM= Kompensasi kas untuk direksi dan komisaris; ADV_SALES= Beban iklan
dibagi sales; MOWN= Kepemilian oleh manajemen ; LTA= log dari total asset.
*** signigikan level 1%, **signifikan level 5%, * signifikan level 10%
Berdasarkan pengujian regresi untuk masing-masing variabel independen
dan variabel kontrol dalam model bonding effort ini, maka persamaan regresi
yang terbentuk dari penelitian dan intrepretasi atas hasil regresi adalah sebagai
berikut:
ABSAGC it = 0,100968 + 0,64239 KASKOM – 1,431921 ADV_SALES –
5,467269 MOWN – 0,308252 LTA
Adapun interpretasi atas pengujian hipotesis adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis 5 menyatakan bahwa total kompensasi dalam bentuk kas
akan meningkatkan agency problem. Dalam model bonding effort
ini menunjukan bahwa total kompensasi dalam bentuk kas
memiliki koefisien sebesar 0,646239 dengan signifikansi sebesar
0,1385. Jadi hipotesis 5 ditolak. Berarti pemberian kompensasi
dalam bentuk kas kepada manajemen dan komisaris tidak memiliki
pengaruh secara signifikan terhadap agency problem. Kompensasi
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
72
Universitas Indonesia
yang dalam bentuk kas tidak berpengaruh signifikan dikarenakan
pada dasarnya kompensasi yang diberikan oleh perusahaan
manufaktur di Indonesia kebanyakan dalam bentuk kas saja,
sehingga pengaruhnya terhadap agency cost tidak signifikan.
2. Hipotesis 6 menyatakan bahwa rasio beban iklan pada penjualan
akan berpengaruh negatif kepada agency problem. Dalam model
bonding effort ini menunjukan koefisien sebesar -1,431921 dengan
signifikansi sebesar 0,0202. Jadi hipotesis 6 diterima. Dapat
disimpulkan berarti rasio beban iklan dibagi dengan penjualan
memiliki pengaruh negatif signifikan pada level 5% terhadap
agency problem. Penggunaan iklan sebagai salah satu cara untuk
mempublikasikan visi dan misi serta prestasi perusahaan adalah
salah satu cara pencitraan dan sekaligus penarik perhatian bagi
stakeholder untuk ikut mengawasi, di sisi lain dengan adanya
informasi perusahaan yang dipublikasikan menandakan bahwa
asimetri informasi yang ada telah diminimalisir dan juga dapat
membangun nilai jangka panjang perusahaan, sehingga agency
problem juga dapat diminimalkan. Pernyatan ini mendukung hasil
penelitian yang dilakukan oleh Depken et al., (2009)
3. Hipotesis 7 menyatakan bahwa kepemilikan manajemen memiliki
pengaruh negatif terhadap agency problem. Dalam model bonding
effort, kepemilikan manajemen atau insider ownership memiliki
koefisien sebesar -5,467269 dan signifikansi sebesar 0,00335.
Dapat disimpulkan bahwa manajemen ownership memiliki
pengaruh negatif signifikan pada level 1%. Jadi hipotesis 7
diterima. Kesimpulannya bahwa ketika adanya kepemilikan
perusahaan yang juga dimiliki oleh manajemen atau insider
ownership akan menyelaraskan kepentingan pemilik dengan
manajemen, sehingga manajemen akan berupaya untuk
meningkatkan nilai perusahaan semaksimal mungkin. Hasil
penelitian ini juga sesuai engan pernyataan yang diberikan oleh
Singh dan Davidson III, (2001) dan Fleming., (2005). Selain itu
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
73
Universitas Indonesia
kepemilikan manajemen juga adapt membatasi perilaku
opportunistic manajemen dalam bentuk earning management.
4. Variabel kontrol yaitu ukuran perusahaan yang diproksi dengan
menggunakan total asset dalam model bonding effort ini memiliki
pengaruh negatif tidak signifikan agency problem. Hal ini
ditunjukan dengan hasil pengujian dimana total asset memiliki
koefisien sebesar – 0,308252 dan signifikansi 0,24295.
4.5. Perbandingan Keefektifan Monitoring Effort dan Bonding Effort
Setelah hasil regresi didapatkan, maka penulis dapat membandingkan
kefektifitasan antara monitoring effort dengan bonding effort berdasarkan adjusted
R2. Tabel 4.16 menampilkan perbandingan adjusted R
2 untuk monitoring effort
dan bonding effort.
Tabel 4. 16 Perbandingan Adjusted R Squared Model Monitoring Effort Dan
Bonding Effort
Monitoring effort Bonding effort
Adjusted R squared 0.158434 0.158063
Dari tabel 4.11 terlihat bahwa adjusted R squared monitoring effort lebih
besar jika dibandingkan dengan bonding effort. Walaupun perbedaan nilai
adjusted R squared tidak signifikan tetapi tetap dapat ditarik kesimpulan bahwa
variabel independen dalam model monitoring effort mempunyai kekuatan yang
lebih dibandingkan dengan bonding effort untuk memprediksi efek kekuatan dari
komponen yang bersangkutan secara bersamaan terhadap agency problem.
Variabel independen dalam model monitoring effort yang berpengaruh signifikan
adalah pengawasan dari kreditur karena faktor hutang (leverage), dengan tingkat
signifikansi pada level 10%.
Kombinasi komponen monitoring effort menghasilkan faktor yang dapat
menjelaskan agency problem sebesar 0.158434, sedangkan kombinasi komponen
bonding effort menghasilkan faktor yang dapat menjelaskan agency problem
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
74
Universitas Indonesia
sebesar 0.158063.Sedangkan untuk komponen bonding effort yang berpengaruh
signifikan adalah rasio beban iklan pada penjualan dan kepemilikan manajemen.
Masing-masing komponen bonding effort tersebut signifikan pada level 5% dan
1%.Dengan adanya perbandingan berdasarkan adjusted R squared tersebut maka
dapat disimpulkan aktifitas yang dapat mempengaruhi agency problem lebih dapat
dijelaskan oleh kegiatan bersifat monitoring daripada kegiatan bonding.
4.6. Rangkuman Hasil Penelitian
Sesuai dengan hasil penelitian atas regresi model monitoring dan model
bonding effort, maka berikut merupakan ringkasan hasil penelitian yang bisa
dilihat pada tabel 4.17 untuk model monitoring effort dan Bonding effort.
Tabel 4. 17 Ringkasan Hasil Penelitian
Variabel Dependen: ABSAGC
Mekanisme Monitoring Effort Mekanisme Bonding Effort
Variabel Independen
Ekspektasi Tanda Hasil
Variabel Independen
Ekspektasi Tanda Hasil
c C
RKOM - H1: Ditolak karena tidak Signifikan
KASKOM + H5: Ditolak karena tidak signifikan
BLOCK ± H2: Ditolak Karena tidak signifikan
ADV_SALES -
H6: Diterima pada pada level signifikansi 5%
KAP - H3: Ditolak Karena tidak signifikan
MOWN - H7: Diterima pada level signifikansi 1%
LEV + H4: Diterima pada level signifikansi 10%
LTA ± variabel kontrol
LTA ± variabel kontrol
F test Sign 0.0000 F test Sign 0.0000
Adj R Squared
0.158434 Adj R Squared 0.158063
N 234 N 234
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
75
Universitas Indonesia
Dari tabel 4.17 tersebut terlihat bahwa dari komponen model monitoring
effort yang berpengaruh signifikan terhadap agency cost adalah variabel leverage
dan berpengaruh positif.
Sedangkan pada model bonding effort yang berpengaruh signifikan terhadap
agency cost adalah variabel beban iklan pada penjualan dan kepemilikan
manajamen yang sama-sama memiliki pengaruh negatif.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
76 Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pengaruh faktor monitoring
yang berpengaruh terhadap agency cost dan dapat diklasifikasikan sebagai
monitoring internal dan monitoring ekternal dan juga faktor bonding terhadap
agency cost yang terjadi. Agency problem merupakan masalah yang akan terjadi
pada semua hubungan kontraktual. Maka sangat penting untuk menemukan
faktor-faktor apa saja yang dapat meminimalkan atau mempunyai pengaruh
terhadap agency problem tersebut. Bentuk agency problem dapat diukur dengan
agency cost sebagai biaya dari masalah tersebut. Variabel independen yang
digunakan sebagai salah satu pengukur agency problem dalam penelitian ini
adalah monitoring effort berupa persentase kehadiran rapat komisaris,
pengawasan dari blockholder, pengawasan dari KAP, pengawasan kreditor dari
faktor leverage. Persentase kehadiran rapat dewan komisaris merupakan upaya
monitoring internal dan selain itu merupakan upaya monitoring eksternal.
Variabel independen lain yang merupakan variabel yang dapat
mempengaruhi agency problem adalah bonding effort. Bonding effort yang
digunakan dalam penelitian agency problem ini adalah besarnya kompensasi
berupa kas yang diberikan kepada komisaris dan direksi, jumlah beban iklan pada
penjualan dan kepemilikan manajemen. Sedangkan untuk variabel kontrol yang
digunakan dalam model monitoring dan bonding effort ini adalah ukuran
perusahaan yang diukur dengan total asset perusahaan. Sejumlah 234 perusahaan
manufaktur yang didapat untuk tahun 2008-2010 yang digunakan sebagai sampel
model monitoring dan bonding effort ini. Pengujian atas penelitian ini
menggunakan regresi berganda (ordinary least squared) dan bertipe cross section.
Dari pengujian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Faktor yang berpengaruh signifikan dalam monitoring effort
terhadap agency cost adalah pengawasan dari kreditur atas faktor
hutang. Faktor tersebut berpengaruh positif signifikan kepada
agency problem, yang berarti ketika adanya peningkatan hutang
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
77
Universitas Indonesia
maka agency problem akan meningkat. Hal tersebut berkaitan
dengan faktor pendorong agency problem antara kreditur dengan
manajemen-pemilik. Terutama faktor biaya kebangkrutan atau
opportunity cost atas kesempatan penggunaan hutang lain yang
dilarang oleh kreditur agar hutang yang ada bisa dilunasi.
2. Faktor yang berpengaruh signifikan dalam bonding effort terhadap
agency cost adalah rasio beban iklan pada penjualan dan
kepemilikan manajemen. Rasio beban ikan pada penjualan
merupakan cermin adanya informasi yang cukup memadai yang
diberikan kepada publik melalui iklan sehingga adanya tambahan
pengawasan dari stakeholder dan juga dapat menurunkan kadar
asimetri informasi. Kepemilikan manajemen memiliki pengaruh
negatif signifikan terhadap agency problem. Kesimpulannya bahwa
dengan adanya kepemilikan manajemen dapat mengurangi agency
problem.
3. Dari hasil regresi akan terlihat perbedaan kekuatan penjelas dari
faktor yang digunakan dalam monitoring effort dan bonding effort.
Dari kedua model yang digunakan didapatkan perbedaan yang tidak
signifikan antar kedua model. Tetapi pada model monitoring effort
memiliki adjusted R squared yang sedikit lebih besar. Hal ini berarti
kombinasi dari komponen monitoring effort dapat menjelaskan lebih
banyak terhadap agency problem dibandingkan dengan kombinasi
komponen bonding effort.
5.2. Keterbatasan Penelitian dan Saran Bagi Penelitian Selanjutnya
Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai keterbatasan penelitian dan
saran bagi penelitian selanjutnya:
1. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil sampel perusahaan
manufaktur yang terdaftar di bursa untuk tahun 2008-2010. Saran bagi
penelitian selanjutnya adalah mengambil sampel semua industri agar dapat
memperbanyak jumlah observasi sehingga data yang didapat dapat lebih
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
78
Universitas Indonesia
representatif dan lebih bervariasi untuk mendapatkan pembuktian empiris
secara menyeluruh.
2. Kesimpulan atas perbedaan kekuatan penjelas antara model monitoring
effort dengan bonding effort diambil hanya berdasarkan perbedaan besaran
angka adjusted R squared saja, tanpa melalui pengujian statistik yang
bersifat lebih valid. Saran untuk penelitian selanjutnya melakukan uji
perbedaan angka adjusted R squared.
3. Salah satu variabel independen yang digunakan adalah total kompensasi
dalam bentuk kas. Seharusnya data yang digunakan adalah kompensasi
dalam bentuk kas yang diberikan kepada komisaris, karena komisaris
menjalankan fungsi sebagai pengawas dan direksi menjalankan fungsi
untuk mengelola. Tetapi karena keterbatasan untuk memperoleh data
kompensasi kas untuk komisaris saja, maka peneliti menggunakan total
kompensasi kas untuk komisaris dan direksi, hal ini dikarenakan baik
dalam laporan keuangan dan tahunan banyak perusahaan yang
melampirkan data kompensasi kas secara gabungan untuk komisaris dan
direksi.
4. Variabel independen dalam monitoring effort berupa persentase kehadiran
rata-rata rapat dewan komisaris hanya menggunakan pengukuran
kehadiran rapat dewan komisaris saja karena lebih banyak perusahaan
yang mengungkapkan kehadiran rapat dewan komisaris sebagai pengawas,
seharusnya yang lebih mencerminkan upaya pengawasan adalah rapat
dewan komisaris beserta dewan direksi.
5. Periode penelitian terbatas pada tahun 2008-2010, sehingga kurang
memberikan variasi data maksimal pada penelitian. Hal ini juga terkait
keterbatasan perolehan data perushaan di bawah tahun 2009 oleh
ww.idx.co.id. Penelitian selanjutnya lebih baik menggunakan periode yang
lebih panjang agar trend setiap tahunnya dapat tercakup dalam penelitian.
6. Karena penelitian ini menggunakan periode tahun 2008-2010, dimana
pada tahun 2008 perekonomian diseluruh dunia sedang terkena dampak
krisis global, maka dari itu dikhawatirkan hasil intrepretasi data tidak
menggambarkan keadaan yang sebenarnya. Selain itu krisis tersebut juga
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
79
Universitas Indonesia
mempengaruhi ketersediaan data karena banyaknya perusahaan yang
memiliki ekuitas negatif. Sebaiknya untuk penelitian selanjutnya tidak
mengunakan periode tahun 2008.
7. Penelitian untuk meneliti agency problem ini hanya menggunakan 7
variabel independen, dimana masih banyak faktor-faktor lain yang dapat
mempengaruhi agency problem.
8. Pengukuran agency problem sendiri sebagai variabel dependen merupakan
selisih absolut dari variabel independen agency problem yang hanya
berjumlah 8 variabel independen. Masih banyak variabel independen lain
yang berpengaruh signifikan untuk memprediksi agency problem tersebut.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
80 Universitas Indonesia
Daftar Pustaka
Agrawal, A., & Knoeber, C. R. (1996). Firm Performance and Mechanisms to
Control Agency Problems Between Manager and Shareholders. Journal of
Financial and Quantitative Analysis.
Alijoyo, Antonius, & Subarto Zaini. (2004). Komisaris Independen. Jakarta: PT.
Indeks.
Amarani, R. D. (2009). Analisis Kepemilikan Keluarga, Kepemilikan
institusional, Serta Ukuran dan komposisi Dewan Komisaris Terhadap
Agency Cost. Skripsi Universitas Indonesia
Arifin, Z. (2003). Efektifitas Mekanisme Bonding Dividen Dan Hutang Untuk
Mengurangi Masalah Agensi Pada Perusahaan Di Bursa Efek Jakarta.
Jurnal Siasat Bisnis.
Arifin. (2005). Peran Akuntan Dalam Menegakan Prinsip Good Corporate
Governance Pada Perusahaan Di Indonesia. Disertasi Universitas
Diponegoro.
Arifin, H. I. (2010). Hubungan Antara Mekanisme Good Corporate Governance
(Komisaris Independen, Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Asing,
Huang dan Kualitas Audit) Dengan Kinerja Saham. Skripsi Universitas
Indonesia.
Arifin, Z. (2007). Pengaruh Asymmetric Information Terhadap Efektifitas
Mekanisme Pengurang Masalah Agency. Sinergi Kajian Bisnis dan
Manajemen.
Ariswati, H. (2004). Analisa Pengaruh Biaya Agensi terhadap Dividen Perusahaan
Pada Bursa Efek Jakarta. Tesis Universitas Indonesia.
Bremser, W. (1988). CPA Firm Peer Reviews: Do They Improve Quality? The
CPA Journal.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
81
Universitas Indonesia
Brunello, G., Graziano, c., & Parigi, B. (2001). Executives Compensation and
Firm Performance in Italy. International Journal of industrial
Organization.
Chen, S.-S., & Ho, K. W. (2000). Corporation Diversification, Ownership
Strucutre, and Firm Value: The Singapore Evidence. International Review
of Financial Analysis.
Chuang, L., Lei, Z., & Xiuhong, L. (2010). Earning Quality and the Agency Costs
of Controling Shareholder. International Conference on E-Business and E-
Government.
Darren, H. (2009). Agency Costs, ownership structure and corporate governance
compliance: A private contractingperpective. Pasific-Basin Finance
Journal.
Dechow, P. M., Huson, M. R., & Sloan, R. G. (1994). The Effect of Restructuring
Charged on Executives' Cash Compensation. The Accounting Review.
Demougi, D., & Fluet, C. (2001). Monitoring Versus Incentives. European
Economic Review.
Depken II, C. A., Nguyen, G. x., & Sarkar, S. K. (2009). Agency Costs, Executive
Compensation, Bonding and Monitoring: A Stochastic Frontier Approach.
Article University of Texas.
Eisenhardt, K. M. (1989). Agency Theory : An Assessment and Review. The
Academy of Management Review.
Ferris, S. P., Kumar, R., Sant, R., & Sopariwala, P. R. (1998). An Agency Analysis
of the Effect of Long Term Performance Plans on Managerial Decision
Making. The Quarterly Review of Economics and Finance.
Fitryani. (2011). Analisis Komprehensif Pengaruh Kompetensi dan Independensi
Akuntan Publik Terhadap Kualitas Audit. Disertasi Universitas Indonesia.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
82
Universitas Indonesia
Fleming, G., Heaney, R., & McCosker, R. (2004). Agency Costs and Ownership
Structure in Australia. Pasific-Basin Finance Journal.
Ghosh, S. (2007). Leverage, Managerial monitoring and Firm Valuation: A
simultaneous Equation Approach. Research in Economics.
Griffith, J. M. (1999). CEO Ownership and Firm Value. Managerial and Decision
Economics.
Harjito, A. D., & Nurfauziah. (2006). Hubungan Kebijakan Hutang, Insider
Ownership dan Kebijakan Deviden Dalam Mekanisme Pengawasan
Masalah Agensi. Jurnal Akuntansi & Auditing Indonesia.
Herawaty, V. (2008). Peran Praktek Corporate Governance Sebagai Moderating
Variabel dari Pengaruh Earnings Management Terhadap Nilai Perusahaan.
Tesis Universitas Indonesia.
Hutchinson, M., & Gul, F. (2002). Investement Opportunities and Leverage: Some
Australian Evidence on the Role of Board Monitoring and Director Equity
Ownership. Managerial Finance.
Islam, M. Z., Islam , M. N., & Bhattacharjee, S. (2010). Agency Problem and the
Role of Audit Comittee: Implications for Corporate Sector in Bangladesh.
International Journal of Economics and Finance.
jayner Godfrey, A. H. (2010). Accounting Theory. Wiley.
Jensen, M. c., & Meckling, W. h. (1976). Theory of the firm: Managerial
Behavoiur, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial
Economics.
Jiao, Y. (2010). Stakeholder Welfare and Firm Value. Journal of Banking &
Finance.
Juliana, C. (2011). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Kinerja Organisasi
Melalui Budaya, Strategi, dan Sistem Akuntansi Manajemen. Disertasi
Universitas Indonesia.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
83
Universitas Indonesia
Khurana, I. K., & Raman, K. K. (2004). Litigation Risk and The Financial
Reporting Credibility of Big 4 Versus Non Big 4 Audits: Evidence from
Anglo-American Countries. The Accounting Review.
Kim, K., Nofsinger, J. R., & Mohr, D. J. (2009). Corporate Governance. Pearson.
Kusuma, H., & Susanto, E. (2004). Efektifitas Mekanisme Bonding: Kasus
Perusahaan-Perusahaan yang Dikontrol Komisaris Independen. Jurnal
Akuntansi & Auditing.
Lioyd, W. P., Jahera, S. J., & Page , J. E. (1985). Agency Costs and Dividend
payout Ratios. Quarterly Journal of Businners and Economics.
Lippert, R., & Moore, W. (1995). Monitoring Versus Bonding: Shareholder
Rights and Management Compensation. Financial Management.
Maria, m. A. (n.d.). Efektifitas Pasal 120 UU No. 40 Tahun 2007 Tentang
Perseroan Terbatas Mengenai Adanya Komisaris Independen dan
Komisaris Utusan Dalam Perseroan Terbatas Terkait Penerapan Good
Corporate Governance.
Mauer, D. C., & Sarkar, S. (2004). Real Options, Agency Conflicts, and Optimal
Capital Structure. Journal of Banking & Finance.
Nachrowi, N. D., & Usman, H. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis untuk
Analisis Ekonomi dan Keuangan. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Niawati, P. (2011). Analisis Pengaruh Penerapan Corporate Governance,
Kepemilikan, dan Ukuran (SIZE) Bank Terhadap Kinerja Bank. Tesis
Universitas Indonesia.
Park, S., & Moon, S. H. (1995). Employee Stock Ownership Plans, Firm
Performance, and monitoring by Outside Blockholders. Financial
Management.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
84
Universitas Indonesia
Purwatiningsih. (2012). Corporate Governance-An introduce. Slide Perkuliahan
Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Rizki, A. (2011). Pengaruh konsentrasi kepemilikan Terhadap Profitabilitas,
Efisiensi dan Kualitas Aset Bank Umum di Indonesia Periode 2005-2009.
Skripsi Universitas Indonesia.
Sanjaya, I. P. (2008). Auditor Eksternal, Komite Audit, dan Manajemen Laba.
Jurnal Riset Akuntansi indonesia
Schroeder, R. G., Clark, M. W., & Cathey, J. M. (2010). Financial Accounting
Theory and Analysis. John Wiley and Sons.
Schulze, W. S., Lubatkin, M. H., Dino, R. N., & Buchholtz, A. K. (2001). Agency
Relationship in Family Firms: Theory and Evidence. Organization
Science.
Shapiro, S. P. (2005). Agency Theory. Annual Review of Sociology.
Sidabutar, C. J. (2003). Analisis Mekanisme Monitoring dan Bonding yang
Mempengaruhi Abnormal Profit Sebagai Representasi Agency Cost. Tesis
Universitas Indonesia.
Singh, M., & Davidson III, W. N. (2001). Agency Costs, Ownership Structure and
Corporate Governance mechanisms. Journal of Banking & Finance.
Siregar, S. V., & Utama, S. (2006). Pengaruh Struktur Kepemilikan, Ukuran
Perusahaan, dan Praktek Corporate Governance terhadap Pengelolaan
Laba. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia.
Sun, J. (2006). Information Asymetry and Internal Monitoring: Which
Blockholders Monitor Manager More Effectively?. Dissertation University
of Southern California.
Supriyatno. (2008). Pengaruh Corporate Governance Dan Bentuk Kepemilikan
Terhadap Kinerja Keuangan Bank Di Indonesia. Finance and Banking
Journal.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
85
Universitas Indonesia
Susila, I. (2003). Konflik Keagenan Dalam Privatisasi BUMN. Jurnal Akuntansi
Dan Keuangan.
Tryana, I. (2011). Pengaruh Karakteristik Keuangan dan Non Keuangan Terhadap
Kualitas Laporan Keuangan: Analisis Perbandingan Antar Negara di
Asean. Skripsi Universitas Indonesia.
Varian, H. R. (1990). Monitoring Agents With Other Agents. Journal of
Institutional and Theoritical Economics.
Wahyuni, E. S., Rossieta, H., & Syakhroza, A. (2011). Determinant Factors and
the Mediating Role of Agency cost on Privatized Entities Performance-The
Case on Indonesian State Owned Enterprise. Dissertation University of
Indonesia.
Wallace, P., & Zinkin, J. (2005). Mastering Business in Asia. John Wiley & Sons.
Watson, j., & Blanchard, M. (2001). Compensation Strategies, How to Keep your
Best Executives Happy. Community Banker.
Winarno, W. W. (2007). Analisis Ekonometrika dan Statistika dengan Eviews.
Unit Penerbit dan Percetakan Sekolah Tinggi ilmu Manajemen YKPN.
Zhong, K., Gribbin, D. W., & Zheng, X. (2007). The Effect od Monitoring by
Outide Blockholders on Earnings Management. Quarterly Journal of
Business and Economics.
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
86
Universitas Indonesia
Lampiran 1 Hasil Regresi Model Firm Value Sebelum Treatment Autoregresif
Dependent Variable: MBV Method: Least Squares Date: 06/25/12 Time: 11:54 Sample: 1 234 Included observations: 234
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -6.693016 6.763626 -0.989560 0.3234
LBVOE 0.650514 0.694386 0.936818 0.3498 LSALES 0.996485 0.737417 1.351317 0.1779
LTA -1.091262 1.184533 -0.921260 0.3579 LTD_TA 0.045552 0.764932 0.059551 0.9526 LCAPEX 0.247663 0.522544 0.473956 0.6360 INT_TA 51.10774 18.79911 2.718625 0.0071
R-squared 0.054733 Mean dependent var 2.456581
Adjusted R-squared 0.029748 S.D. dependent var 4.520974 S.E. of regression 4.453222 Akaike info criterion 5.854591 Sum squared resid 4501.679 Schwarz criterion 5.957955 Log likelihood -677.9871 Hannan-Quinn criter. 5.896267 F-statistic 2.190624 Durbin-Watson stat 1.418256 Prob(F-statistic) 0.044833
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
87
Universitas Indonesia
Lampiran 2 Hasil Regresi Model Firm Value Setelah Treatment Autoregresif
Dependent Variable: MBV Method: Least Squares Date: 06/25/12 Time: 11:59 Sample (adjusted): 2 234 Included observations: 233 after adjustments Convergence achieved after 6 iterations White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -9.230600 6.083082 -1.517422 0.1306
LBVOE 0.759648 1.061661 0.715528 0.4750 LSALES 1.165940 0.591156 1.972306 0.0498
LTA -0.948248 1.303543 -0.727439 0.4677 LTD_TA 0.181466 0.386890 0.469038 0.6395 LCAPEX 0.014213 0.536013 0.026516 0.9789 INT_TA 38.66275 24.44442 1.581660 0.1151 AR(1) 0.300356 0.123708 2.427938 0.0160
R-squared 0.137292 Mean dependent var 2.465279
Adjusted R-squared 0.110452 S.D. dependent var 4.528744 S.E. of regression 4.271323 Akaike info criterion 5.775456 Sum squared resid 4104.945 Schwarz criterion 5.893946 Log likelihood -664.8406 Hannan-Quinn criter. 5.823236 F-statistic 5.115247 Durbin-Watson stat 2.009765 Prob(F-statistic) 0.000021
Inverted AR Roots .30
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
88
Universitas Indonesia
Lampiran 3 Hasil Regresi Model Monitoring Effort Sebelum Treatment Sebelum
Autoregresif
Dependent Variable: ABCAGC Method: Least Squares Date: 06/25/12 Time: 12:06 Sample: 1 234 Included observations: 234
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -2.760766 5.547040 -0.497701 0.6192
RKOMP -0.342709 1.916077 -0.178860 0.8582 BLOCK -0.257550 1.028543 -0.250403 0.8025
KAP -0.316082 0.553107 -0.571467 0.5682 LEV 0.026347 0.014134 1.864067 0.0636 LTA 0.465741 0.440896 1.056351 0.2919
R-squared 0.021207 Mean dependent var 2.391158
Adjusted R-squared -0.000258 S.D. dependent var 3.448696 S.E. of regression 3.449141 Akaike info criterion 5.339434 Sum squared resid 2712.419 Schwarz criterion 5.428032 Log likelihood -618.7138 Hannan-Quinn criter. 5.375157 F-statistic 0.987973 Durbin-Watson stat 1.198716 Prob(F-statistic) 0.425830
Lampiran 4 Hasil Uji Multikolinearitas Model Monitoring Effort
ABCAGC RKOMP BLOCK KAP LEV LTA
ABCAGC 1.000000 -0.007160 -0.027107 -0.012662 0.125484 0.057599 RKOMP -0.007160 1.000000 -0.027061 -0.043273 0.017590 0.000303 BLOCK -0.027107 -0.027061 1.000000 0.144019 -0.025907 -0.013404
KAP -0.012662 -0.043273 0.144019 1.000000 -0.073390 0.526757 LEV 0.125484 0.017590 -0.025907 -0.073390 1.000000 -0.007412 LTA 0.057599 0.000303 -0.013404 0.526757 -0.007412 1.000000
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
89
Universitas Indonesia
Lampiran 5 Hasil Regresi Model Monitoring Effort Setelah Treatment Autoregresif
Dependent Variable: ABCAGC Method: Least Squares Date: 06/25/12 Time: 12:08 Sample (adjusted): 2 234 Included observations: 233 after adjustments Convergence achieved after 8 iterations White Heteroskedasticity-Consistent Standard Errors & Covariance
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -0.504635 4.038390 -0.124959 0.9007
RKOMP -0.677031 1.687214 -0.401272 0.6886 BLOCK -0.796100 0.949649 -0.838310 0.4027
KAP -0.375749 0.633669 -0.592974 0.5538 LEV 0.025153 0.017673 1.423209 0.1561 LTA 0.335315 0.421616 0.795309 0.4273
AR(1) 0.405409 0.063224 6.412300 0.0000 R-squared 0.180199 Mean dependent var 2.392658
Adjusted R-squared 0.158434 S.D. dependent var 3.456044 S.E. of regression 3.170468 Akaike info criterion 5.175218 Sum squared resid 2271.722 Schwarz criterion 5.278897 Log likelihood -595.9129 Hannan-Quinn criter. 5.217026 F-statistic 8.279423 Durbin-Watson stat 1.980808 Prob(F-statistic) 0.000000
Inverted AR Roots .41
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
90
Universitas Indonesia
Lampiran 6 Hasil Uji Heterokedastisitas Model Monitoring Effort
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 1.441015 Prob. F(19,214) 0.1101
Obs*R-squared 26.54226 Prob. Chi-Square(19) 0.1158 Scaled explained SS 207.2441 Prob. Chi-Square(19) 0.0000
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 06/25/12 Time: 12:18 Sample: 1 234 Included observations: 234 Collinear test regressors dropped from specification
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -1620.491 1671.241 -0.969633 0.3333
RKOMP 1948.960 819.2379 2.378991 0.0182 RKOMP^2 -379.9443 207.7852 -1.828544 0.0689
RKOMP*BLOCK -16.29028 124.7156 -0.130619 0.8962 RKOMP*KAP 161.8803 69.44108 2.331189 0.0207 RKOMP*LEV 2.450025 3.134512 0.781629 0.4353 RKOMP*LTA -116.8231 57.09664 -2.046059 0.0420
BLOCK 450.2856 396.6320 1.135273 0.2575 BLOCK^2 -29.07556 50.08426 -0.580533 0.5622
BLOCK*KAP 67.98488 38.17452 1.780897 0.0763 BLOCK*LEV 1.417856 1.761054 0.805118 0.4216 BLOCK*LTA -36.70494 32.47160 -1.130371 0.2596
KAP 108.0570 267.5303 0.403905 0.6867 KAP*LEV -0.101413 0.595976 -0.170163 0.8650 KAP*LTA -25.94403 21.04752 -1.232641 0.2191
LEV -5.605714 10.73901 -0.521996 0.6022 LEV^2 0.001773 0.014074 0.125995 0.8999
LEV*LTA 0.199358 0.785833 0.253690 0.8000 LTA 93.30928 259.0207 0.360239 0.7190
LTA^2 2.477340 10.63837 0.232868 0.8161 R-squared 0.113428 Mean dependent var 11.59153
Adjusted R-squared 0.034714 S.D. dependent var 47.11281 S.E. of regression 46.28784 Akaike info criterion 10.58923 Sum squared resid 458508.8 Schwarz criterion 10.88456 Log likelihood -1218.940 Hannan-Quinn criter. 10.70831 F-statistic 1.441015 Durbin-Watson stat 1.692922 Prob(F-statistic) 0.110144
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
91
Universitas Indonesia
Lampiran 7 Hasil Regresi Model Bonding Effort Sebelum Treatment Autoregresif
Dependent Variable: ABCAGC Method: Least Squares Date: 06/25/12 Time: 12:12 Sample: 1 234 Included observations: 234
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.224837 4.746661 0.047367 0.9623
KASKOM 0.232504 0.527841 0.440482 0.6600 ADV_SALES -1.446864 1.329035 -1.088657 0.2774
MOWN -5.554118 2.548026 -2.179773 0.0303 LTA 0.017181 0.535758 0.032069 0.9744
R-squared 0.028835 Mean dependent var 2.391158
Adjusted R-squared 0.011872 S.D. dependent var 3.448696 S.E. of regression 3.428164 Akaike info criterion 5.323063 Sum squared resid 2691.279 Schwarz criterion 5.396894 Log likelihood -617.7983 Hannan-Quinn criter. 5.352832 F-statistic 1.699829 Durbin-Watson stat 1.227581 Prob(F-statistic) 0.150895
Lampiran 8 Hasil Uji Multikolinearitas Model Bonding Effort
ABCAGC KASKOM ADV_SALES MOWN LTA
ABCAGC 1.000000 0.051096 -0.058779 -0.151836 0.057599 KASKOM 0.051096 1.000000 0.210544 -0.157871 0.708390
ADV_SALES -0.058779 0.210544 1.000000 -0.031485 0.163897 MOWN -0.151836 -0.157871 -0.031485 1.000000 -0.254587
LTA 0.057599 0.708390 0.163897 -0.254587 1.000000
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
92
Universitas Indonesia
Lampiran 9 Hasil Uji Heterokedastisitas Model Bonding Effort
Heteroskedasticity Test: White
F-statistic 0.442848 Prob. F(20,212) 0.9824
Obs*R-squared 9.343919 Prob. Chi-Square(20) 0.9786 Scaled explained SS 91.62889 Prob. Chi-Square(20) 0.0000
Test Equation: Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 06/25/12 Time: 12:16 Sample: 2 234 Included observations: 233 Collinear test regressors dropped from specification
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C -223.9695 351.4351 -0.637300 0.5246
GRADF_01*GRADF_02 -119.5488 142.5733 -0.838507 0.4027 GRADF_01*GRADF_03 -130.1398 472.1890 -0.275610 0.7831 GRADF_01*GRADF_04 -71.31007 1246.205 -0.057222 0.9544 GRADF_01*GRADF_05 200.4500 179.4993 1.116718 0.2654 GRADF_01*GRADF_06 -10.19070 22.70557 -0.448820 0.6540
GRADF_02^2 9.491755 11.95186 0.794165 0.4280 GRADF_02*GRADF_03 -20.60064 53.46346 -0.385322 0.7004 GRADF_02*GRADF_04 -48.98033 244.0675 -0.200684 0.8411 GRADF_02*GRADF_05 -3.680124 19.00694 -0.193620 0.8467 GRADF_02*GRADF_06 3.237380 2.901699 1.115684 0.2658
GRADF_03^2 -13.96256 43.72951 -0.319294 0.7498 GRADF_03*GRADF_04 134.3659 624.4744 0.215166 0.8298 GRADF_03*GRADF_05 27.02591 38.16685 0.708099 0.4797 GRADF_03*GRADF_06 -3.237482 16.64745 -0.194473 0.8460
GRADF_04^2 349.3585 834.9443 0.418421 0.6761 GRADF_04*GRADF_05 28.00787 160.0785 0.174963 0.8613 GRADF_04*GRADF_06 -16.68852 46.97853 -0.355237 0.7228
GRADF_05^2 -7.402289 10.62639 -0.696595 0.4868 GRADF_05*GRADF_06 -1.474690 3.098954 -0.475867 0.6347
GRADF_06^2 -0.126533 0.129805 -0.974798 0.3308 R-squared 0.040103 Mean dependent var 9.797342
Adjusted R-squared -0.050454 S.D. dependent var 44.63124 S.E. of regression 45.74329 Akaike info criterion 10.56977 Sum squared resid 443599.1 Schwarz criterion 10.88081 Log likelihood -1210.379 Hannan-Quinn criter. 10.69520 F-statistic 0.442848 Durbin-Watson stat 1.970810 Prob(F-statistic) 0.982428
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012
93
Universitas Indonesia
Lampiran 10 Hasil Regresi Model Bonding Effort Setelah Treatment Autoregresif
Dependent Variable: ABCAGC Method: Least Squares Date: 06/25/12 Time: 12:15 Sample (adjusted): 2 234 Included observations: 233 after adjustments Convergence achieved after 8 iterations
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 0.100968 4.372075 0.023094 0.9816
KASKOM 0.646239 0.501341 1.289021 0.1987 ADV_SALES -1.431921 1.148528 -1.246745 0.2138
MOWN -5.467269 3.704061 -1.476020 0.1413 LTA -0.308252 0.487979 -0.631692 0.5282
AR(1) 0.392620 0.061109 6.424919 0.0000 R-squared 0.176208 Mean dependent var 2.392658
Adjusted R-squared 0.158063 S.D. dependent var 3.456044 S.E. of regression 3.171167 Akaike info criterion 5.171490 Sum squared resid 2282.781 Schwarz criterion 5.260358 Log likelihood -596.4786 Hannan-Quinn criter. 5.207326 F-statistic 9.710990 Durbin-Watson stat 1.952501 Prob(F-statistic) 0.000000
Inverted AR Roots .39
Pengaruh monitoring..., Tatiana Rahmawati, FE UI, 2012