pengaruh model pembelajaran aktif …mahasiswa.mipastkipllg.com/repository/pdf mida ...pdf1 pengaruh...
TRANSCRIPT
1
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN AKTIF INDEX CARD MATCH (ICM)
TERHADAP HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI H.
WUKIRSARI.
Oleh: Mida Lasmi
1, Yunita Wardianti, M.Pd.Si.
2, Destien Atmi Arisandy, M.Pd.
3.
1 Alumni S1 STKIP-PGRI Lubuklinggau
2 dan 3 Dosen STKIP-PGRI Lubuklinggau
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran Aktif Tipe Index Card
Match (ICM) terhadap Hasil Belajar IPA Siswa Kelas VIII SMP Negeri H.
Wukirsari Tahun Pelajaran 2016/2017”. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh model pembelajaran aktif tipe Index Card Match (ICM)
terhadap hasil belajar IPA siswa kelas VIII SMP Negeri H. Wukirsari Tahun
Pelajaran 2016/2017. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan
metode penelitian kuantitatif dan rancangan penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah true experimental design dengan desain pretest-posttest
control group design. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII
SMP Negeri H.Wukirsari. Sampel diambil secara acak, sehingga didapatkan
kelas VIII.B sebagai kelas eksperimen dan VIII.A sebagai kelas kontrol. Teknik
pengumpulan data menggunakan teknik tes. Data nilai tes siswa dianalisis
dengan menggunakan uji t. Berdasarkan hasil analisis data post-test kelas
eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf kepercayaan 5% atau 0,05 didapat
thitung = 3,81 dan ttabel = 1,671, karena t hitung > t tabel, berarti rata-rata nilai kelas
eksperimen lebih besar dari pada kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan ada
pengaruh model pembelajaran aktif tipe Index Card Match (ICM) terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas VIII SMP Negeri H.Wukirsari Tahun Pelajaran
2016/2017.
Kata Kunci : Pembelajaran Aktif Index Card Match (ICM), Hasil Belajar
A. PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik
secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan
spritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan akhlak
mulia serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat,
bangsa, dan negara (Sanjaya, 2006:2)
Pendidikan merupakan proses
yang dicapai melalui penciptaan
2
suasana belajar dan proses
pembelajaran suasana yang mestinya
tercipta dalam proses pembelajaran
adalah siswa terlibat aktif dalam
belajar. Kebanyakan dalam proses
pembelajaran saat ini siswa berpusat
pada guru sebagai sumber belajar.
Cara mendesain pembelajaran yang
mampu membuat siswa aktif
sepenuhnya dalam proses
pembelajaran yaitu dengan membuat
perubahan pembelajaran yang
berpusat pada guru beralih berpusat
pada siswa. Karena yang harus
mencapai tujuan dari belajar adalah
siswa, maka dari itu siswa yang
terlibat aktif dalam proses
pembelajaran (Rusman 2012:10).
Proses pembelajaran yang aktif
yaitu kegiatan pembelajaran yang
melibatkan siswa untuk berpikir,
berinteraksi berbuat untuk mencoba,
menemukan konsep baru atau
menghasilkan suatu karya (Uno dan
Muhammad 2011:77). Sebaliknya
siswa tidak diharapkan pasif atau
hanya menerima materi dari guru
saja. Melainkan siswa dilibatkan
dalam proses pembelajaran yang
menekankan keaktifan siswa secara
fisik, mental, intelektual dan
emosional. Keaktifan siswa adalah
kegiatan belajar di dalam kelas
dimana siswa dituntut untuk selalu
aktif memproses dan mengolah
perolehan belajarnya serta terlibat
langsung dalam proses pembelajaran
(Dimyati dan Mudjiono 2013:51).
Pada kenyataan yang terjadi saat
ini, dalam proses pembelajaran masih
belum menerapkan model
pembelajaran aktif, pada proses
pembelajaran kurangnya interaksi
antara guru dan siswa, tidak
melibatkan siswa secara aktif dalam
setiap kegiatan pembelajaran
menyebabkan hasil belajar IPA yang
dicapai kurang optimal. Hal tersebut
menyebabkan kegiatan pembelajaran
menjadi monoton dan kurang
bervariasi sehingga siswa kurang aktif
dalam belajar yang mengakibatkan
hasil belajar siswa rendah. Kondisi
pembelajaran yang seperti itu tidak
efektif bagi pembelajaran IPA yang
harus mampu mengikutsertakan siswa
secara aktif dalam setiap kegiatan
pembelajaran.
Berdasarkan hasil wawancara di
sekolah SMP Negeri H. Wukirsari,
pembelajaran IPA hanya lebih
ditekankan pada penghapalan untuk
3
mengerjakan soal-soal latihan yang
terdapat di dalam buku paket dan
LKS yang peserta didik miliki atau
yang digunakan sebagai pedoman
belajar mereka, dalam hal ini posisi
siswa sebagai objek yang pasif yang
hanya menghapal dan mengerjakan
soal-soal latihan saja, sehingga
berdampak negatif terhadap keaktifan
siswa menjadikan hasil belajar IPA
siswa sangat rendah. Hal ini
dibuktikan dari nilai rata-rata siswa
kelas VII SMP Negeri H. Wukirsari
jauh di bawah KKM. Nilai KKM
yang telah ditetapkan oleh kepala
sekolah SMP Negeri H. Wukirsari
pada mata pelajaran IPA kelas VII
adalah 72. Siswa yang belum tuntas
mencapai nilai KKM sekitar 60%.
pada tahun ajaran 2015 siswa yang
telah tuntas mencapai nilai KKM
40%.
Model dalam proses
pembelajaran sangat diperlukan untuk
mempengaruhi keaktifan siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran
sehingga tercipta suasana belajar yang
kondusif dan hasil belajar siswa dapat
tercapai dengan baik. Model yang
bisa diharapkan mempengaruhi
keaktifan dan hasil belajar siswa
adalah menggunakan model
pembelajaran aktif terdapat tipe-tipe
yaitu yang disesuaikan dengan materi
yang diajarkan kepada siswa. Untuk
mengatasi masalah yang ada agar
proses pembelajaran IPA dapat
membuat siswa menjadi aktif dalam
belajar salah satu model pembelajaran
yang dapat digunakan adalah model
pembelajaran aktif tipe Index Card
Match (ICM). Dengan adanya model
pembelajaran aktif Index card Match
menyebabkan siswa dapat mengulang
kembali materi yang telah dipelajari
dengan kondisi berpasangan serta
mengharapkan interaksi dan kerja
sama yang baik dengan teman
sekelas.
Model Index Card Match adalah
model yang cukup menyenangkan
yang digunakan untuk mengulang
materi yang telah diberikan
sebelumnya. Namun demikian, materi
baru pun tetap bisa diajarkan dengan
model ini dengan catatan, peserta
didik diberi tugas mempelajari topik
yang akan terlebih dahulu, sehingga
ketika masuk kelas mereka sudah
memiliki bekal pengetahuan.
Kelebihan dari Model Pembelajaran
Aktif Tipe Index Card Match adalah
4
menumbuhkan kegembiraan dalam
kegiatan belajar mengajar, materi
pembelajaran yang disampaikan lebih
menarik perhatian siswa, mampu
menciptakan suasana belajar yang
aktif dan menyenangkan, dan mampu
meningkatkan hasil belajar siswa
mencapai taraf ketuntasan belajar.
Sedangkan kelemahannya yaitu
Membutuhkan waktu yang lama bagi
siswa untuk menyelesaikan tugas dan
prestasi, guru harus meluangkan
waktu yang lebih, lama untuk
membuat persiapan, guru harus
memiliki jiwa demokratis dan
keterampilan yang memadai dalam
hal pengelolaan kelas (Zaini
2008:67).
Berdasarkan latar belakang yang
telah diuraikan, maka peneliti
melakukan penelitian dengan judul
“Pengaruh Model Pembelajaran Aktif
Tipe Index Card Match (ICM)
Terhadap Hasil Belajar IPA Siswa
Kelas VIII SMP Negeri H.
Wukirsari”.
B. KAJIAN TEORETIK
Pengertian Pengaruh
Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (2001:849), menyatakan
bahwa pengertian pengaruh adalah
daya yang ada atau timbul dari suatu
(rang, benda) yang ikut membentuk
watak, kepercayaan, atau perbuatan
seseorang. Pengaruh dalam hal ini
yang dimaksud adalah suatu akibat
atau sesuatu yang terjadi terhadap
hasil belajar siswa pada mata
pelajaran IPA, siswa kelas VIII SMP
Negeri H. Wukirsari setelah
diberikannya perlakuan dengan
menggunakan model Index Card
Match.
Dari pendapat di atas maka dapat
disimpulkan, bahwa pengaruh
merupakan daya yang timbul dari
sesuatu baik dari benda maupun orang
yang dapat mengakibatkan perubahan
dari diri sendiri sehingga membentuk
watak, kepercayaan, atau perbuatan
seseorang.
Model Pembelajaran Index Card
Match (ICM)
Zaini (2008:67) Model Index
Card Match (ICM) adalah model
yang cukup menyenangkan yang
digunakan untuk mengulang materi
yang telah diberikan sebelumnya.
Namun demikian, materi baru pun
5
tetap bisa diajarkan dengan strategi
ini dengan catatan, peserta didik
diberi tugas mempelajari topik yang
akan terlebih dahulu, sehingga ketika
masuk kelas mereka sudah memiliki
bekal pengetahuan.
Silberman (2007:240) Model
Index Card Match adalah cara
menyenangkan lagi aktif untuk
meninjau ulang materi pelajaran. Ia
membolehkan peserta didik untuk
berpasangan dan memainkan kuis
dengan kawan sekelas.
Maka dari beberapa pendapat
dapat disimpulkan bahwa Model
Index Card Match merupakan
pembelajaran yang menyenangkan
lagi aktif untuk mengulangi materi
pembelajaran yang telah diberikan
sebelumnya dengan berpasangan dan
memainkan kuis dengan kawan.
Kelebihan dan kelemahan dari
model pembelajaran aktif tipe Index
Card Match adalah sebagai berikut:
a. Kelebihan
1) Menumbuhkan kegembiraan
dalam kegiatan belajar
mengajar
2) Materi pembelajaran yang
disampaikan lebih menarik
perhatian siswa
3) Mampu menciptakan suasana
belajar yang aktif dan
menyenangkan
4) Mampu meningkatkan hasil
belajar siswa mencapai taraf
ketuntasan belajar
b. Kelemahan
1) Membutuhkan waktu yang lama
bagi siswa untuk menyelesaikan
tugas dan prestasi
2) Guru harus meluangkan waktu
yang lebih
3) Lama untuk membuat persiapan
4) Guru harus memiliki jiwa
demokratis dan keterampilan
yang memadai dalam hal
pengelolaan kelas
5) Menuntut sifat tertentu dari
siswa atau kecenderungan untuk
bekerja menyelesaikan masalah
6) Suasana kelas menjadi gaduh
sehingga dapat mengganggu
kelas lain
Zaini (2008:67) Langkah –
langkah model pembelajaran Index
Card Match sebagai berikut:
a. Buatlah potongan-potongan
kertas sejumlah peserta didik
yang ada di kelas
b. Bagi jumlah kertas-kertas
tersebut menjadi dua bagian
yang sama
6
c. Tulis pertanyaan tentang
materi yang telah diberikan
sebelumnya pada setengah
bagian kertas yang telah
disiapkan. Setiap kertas berisi
satu pertanyaan.
d. Pada separo kertas yang lain,
tulis jawaban dari pertanyaan-
pertanyaan yang tadi dibuat.
e. Kocoklah semua kertas
sehingga akan tercampur
antara soal dan jawaban
f. Beri setiap peserta didik satu
kertas. Jelaskan bahwa ini
adalah aktivitas yang
dilakukan berpasangan.
Separo peserta didik akan
mendapatkan soal dan separoh
yang lain akan mendapatkan
jawaban.
g. Minta peserta didik untuk
menemukan pasangan mereka.
Jika ada yang sudah
menemukan pasangan, minta
mereka untuk duduk
berdekatan. Terangkan juga
agar mereka tidak memberi
tahu materi yang mereka
dapatkan kepada teman yang
lain
h. Setelah semua peserta didik
menemukan pasangan dan
duduk berdekatan, minta
setiap pasangan secara
bergantian untuk membacakan
soal yang diperoleh dengan
keras kepada temen-temen
yang lain. Selanjutnya soal
tersebut dijawab oleh
pasangan-pasangan yang lain.
i. Akhiri proses ini dengan
membuat klarifikasi dan
kesimpulan.
Belajar
Gagne (dalam Suprijono 2009:2)
menyatakan bahwa Belajar adalah
perubahan disposisi atau kemampuan
yang dicapai seseorang melalui
aktivitas. Perubahan disposisi tersebut
bukan diperoleh langsung dari proses
pertumbuhan seseorang secara
alamiah. Belajar merupakan suatu
proses yang dialami secara langsung
berupa pengetahuan intelektual, sikap
atau keterampilan. Hasil yang
diperoleh melalui proses belajar di
sekolah ditentukan oleh individu
sebagai subjek dengan berbagai latar
belakang sosial budaya yang
dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Menurut Slameto (2010:54)
faktor-faktor yang mempengaruhi
belajar banyak jenisnya, tetapi dapat
digolongkan menjadi dua golongan
saja yaitu faktor intern dan faktor
ekstern. faktor intern adalah faktor
yang ada dalam diri individu
sedangkan faktor ekstern adalah
faktor yang ada di luar individu
sebagai berikut:
a. Faktor ekstern meliputi lingkungan
seperti faktor keluarga, faktor
sekolah, dan faktor masyarakat.
7
b. Faktor intern meliputi faktor
jasmani, faktor psikologis, dan
faktor kelelahan.
Dari pendapat di atas dapat
diambil kesimpulan bahwa faktor
yang dapat mempengaruhi hasil
belajar itu ada dua macam, yaitu
faktor luar dan faktor dalam. Faktor
luar menyangkut pula materi
pelajaran yang disampaikan itu sudah
sesuai atau belum, dan juga guru
sebagai penyampai pesan, serta
penggunaan media pendidikan.
Faktor-faktor tersebut sangat
berpengaruh terhadap hasil belajar
atau prestasi belajar siswa.
Hasil Belajar
Suprijono (2009:5) mengatakan
“hasil belajar merupakan pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-
pengertian, sikap, apresiasi dan
keterampilan”. Perubahan prilaku
secara keseluruhan bukan hanya salah
satu aspek potensi kemanusiaan saja.
Sedangkan menurut Dimyati dan
Mijiono (2013:3) menyatakan hasil
belajar merupakan hasil dari suatu
interaksi tindak belajar dan tindak
mengajar. Artinya tindak mengajar
dari sisi guru diakhiri dengan proses
evaluasi hasil belajar, sedangkan dari
sisi siswa hasil belajar merupakan
berakhirnya penggal dan puncak
proses belajar.
Menurut Rusman (2012:123)
Hasil belajar adalah sejumlah
pengalaman yang diperoleh siswa
yang mencakup ranah kognitif, afektif
dan psikomotorik. Belajar tidak hanya
penguasaan konsep teori mata
pelajaran saja, tetapi juga penguasaan
kebiasaan, persepsi, kesenangan,
minat-bakat, penyesuaian sosial,
macam-macam keterampilan, cita-
cita, keinginan dan harapan.
Berdasarkan pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
adalah perubahan tingkah laku secara
keseluruhan bukan hanya satu aspek
potensi saja, tetapi semua aspek hasil
belajar.
C. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
true experimental design. Menurut
Arikunto (2010:125) true
experimental design yaitu jenis-jenis
eksperimen yang dianggap sudah baik
karena sudah memenuhi persyaratan.
Persyaratan yang dimaksud dalam
8
eksperimen adalah adanya kelompok
lain yang tidak dikenal eksperimen
dan ikut mendapatkan pengamatan.
Desain penelitian yang digunakan
berbentuk Pre-test - Post-test Control
Group Desain yang dapat di
gambr digambarkan sebagai berikut :
Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa
kelas VIII SMP Negeri H. Wukirsari
tahun pelajaran 2015/2016. Sampel
dalam penelitian ini adalah kelas
VIII.B sebagai kelas eksperimen
diberikan perlakuan menggunakan
model Index Card Match (ICM) dan
kelas VIII.A sebagai kelas kontrol
diberikan perlakuan menggunakan
model konvensional. Teknik
pengumpulan data dalam penelitian
ini adalah teknik tes. Teknik tes
digunakan untuk mengumpulkan data
tentang hasil belajar IPA siswa. Tes
dilakukan sebanyak dua kali yaitu tes
awal dan tes akhir pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol. Tes
yang digunakan dalam penelitian ini
berbentuk pilihan ganda (pilgan)
sebanyak dua puluh lima soal dengan
materi sistem gerak pada manusia.
Hasil uji coba instrumen, dari tiga
puluh lima butir soal, ada dua puluh
lima soal yang valid dan diperoleh
koefisien reliabilitas sebesar 0,69. Hal
ini berarti soal tes tersebut memiliki
derajat reliabilitas sedang, sehingga
dapat dijadikan alat ukur. Serta untuk
menguji hipotesis menggunakan
uji pada taraf kepercayaan =
0,05.
Rumus yang digunakan untuk
menentukan validitas perangkat tes
dilakukan menggunakan uji validitas
menggunakan rumus korelasi point
biseral sebagai berikut:
q
p
SD
MMr
t
tp
pbis
(Arikunto, 2014:326)
Dimana pM adalah Mean skor
dari subjek yang menjawab betul butir
soal yang dicari, tM
adalah Mean
total, tSD adalah Standar Deviasi skor
total, P adalah Proporsi responden yang
menjawab benar butir soal yang dicari,
R
R
01
03
X
-
02
04
(Sugiyono,2010:112
)
9
q adalah Proporsi responden yang
menjawab salah butir soal yang dicari.
reliabilitas instrumen tes bentuk
pilihan ganda digunakan rumus Kuder-
Richardson (K-R.20).
(
) (
∑
)
(Sugiyono, 2013:359)
Dimana K adalah Jumlah item
dalam instrumen, P adalah Proporsi
jumlah responden (dalam persen)
yang menjawab tiap butir dengan
benar, q adalah Proporsi jumlah
responden (dalam persen) yang gagal
menjawab tiap butir instrumen,
adalah Varians Total, ∑ adalah
Jumlah perkalian p dan q untuk
semua butir. Taraf kesukaran (TK)
adalah bilangan yang menunjukkan
sukar atau mudahnya suatu alat tes,
dihitung dengan menggunakan
rumus:
TK =
(Jihad, dkk, 2012:181)
Dimana SA dan SB adalah
jumlah skor kelompok atas dan bawah
sedangkan nmaks adalah jumlah
seluruh siswa peserta tes. Daya
pembeda soal tes (DP) adalah
kemampuan soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan
tinggi dengan siswa yang
berkemampuan rendah, dihitung
dengan menggunakan persamaan:
(Jihad, dkk, 2012:181)
dimana SA adalah banyaknya
peserta kelompok atas, SB adalah
banyaknya peserta kelompok bawah,
IA adalah jumlah skor ideal kelompok
atas.
D. HASIL PENELITIAN DAN
PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Berdasarkan data hasil pre-test
diperoleh bahwa rata-rata nilai hasil
belajar IPA siswa kelas eksperimen
sebesar 36,43 dan kelas kontrol
sebesar 36,14. Secara deskriptif dapat
disimpulkan bahwa nilai rata-rata pre-
test kelas eksperimen lebih besar dari
kelas kontrol tetapi tidak jauh berbeda
atau hampir sama. Begitupun dengan
analisis uji data hasil pre-test
diperoleh . Nlai
pada taraf signifikan α = 0,05 dan dk
= 54 adalah hal ini
10
berarti diterima. Dengan demikian
tidak terdapat perbedaan rata-rata
nilai pre-test hasil belajar IPA siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Berdasarkan data hasil post-test
diperoleh bahwa rata-rata nilai hasil
belajar IPA siswa kelas eksperimen
sebesar 84,14 dan kelas kontrol
sebesar 76,86. Secara deskriptif dapat
disimpulkan bahwa nilai post-test
siswa pada kelas eksperimen lebih
tinggi dari pada kelas kontrol.
Berdasarkan analisis data hasil post-
test menunjukkan nilai
, sehingga
dapat disimpulkan ditolak dan
diterima. Dengan demikian, hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini
dapat diterima kebenarannya,
sehingga dapat disimpulkan bahwa
terdapat pengaruh model
pembelajaran aktif tipe Index Card
Match (ICM) terhadap hasil belajar
IPA siswa kelas VIII SMP Negeri
H.Wukirsari.
Pembahasan
Penelitian ini dilakukan selama
kurang lebih empat minggu, peneliti
mengajar pada kelas VIII.B sebagai
kelas eksperimen dengan
menggunakan Model Pembelajaran
Aktif Index Card Match (ICM) yang
berjumlah 28 siswa, sedangkan pada
kelas VIII.A sebagai kelas kontrol
dengan menggunakan pembelajaran
konvensional yang berjumlah 28
siswa.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa nilai rata-rata kemampuan
awal (pre-test) siswa kedua kelas
yaitu kelas eksperimen dan kelas
kontrol sebelum diberikan perlakuan
yang berbeda relatif sama. Hal ini
ditunjukkan dari nilai rata-rata pre-
test siswa kelas eksperimen sebesar
36,43 dan pada kelas kontrol sebesar
36,14. Tidak adanya perbedaan
kemampuan awal (pre-test) siswa ,
kedua kelas tersebut dibuktikan dari
hasil uji kesamaan dua rata-rata yang
mana nilai thitung =-0,11 < ttabel =
2,000.
Pada saat dilaksanakan tes awal
(pre-test), masih terdapat kesalahan
pada jawaban siswa baik di kelas
eksperimen maupun di kelas kontrol
sehingga hasil belajar siswa masih
sangat rendah. Hal ini diakibatkan
karena siswa masih sedikit
mengetahui dan memahami mengenai
materi sistem gerak pada manusia.
11
Setelah pemberian tes awal (pre-test),
kemudian siswa diberikan perlakuan
dengan menggunakan Model
Pembelajaran Aktif Index Card
Match (ICM) pada kelas eksperimen,
sedangkan pada kelas kontrol dengan
menggunakan pembelajaran
konvensional.
Pelaksanaan pembelajaran
dengan Model Pembelajaran Aktif
Index Card Match (ICM) yaitu
terlebih dahulu peneliti
mensosialisasikan model
pembelajaran aktif Index Card Match
(ICM) selanjutnya peneliti
menjelaskan materi pelajaran secara
singkat, kemudian guru membagikan
kartu pertayaan dan kartu jawaban
yang telah dikocok terlebih dahulu
oleh peneliti kepada siswa secara
acak, kemudian siswa mencari
jawaban atau pertayaan dari kartu
yang telah mereka pegang, siswa
yang terlebih dahulu mendapatkan
pasangan duduk berdekatan setelah
semua pasangan sudah duduk
berdekatan peneliti menunjuk salah
satu pasangan untuk maju secara
bergiliran untuk
mempresentasikannya. Siswa A mulai
bertanya dan akan dijawab oleh siswa
B dan begitu seterusnya. Selama
berlangsungnya tanya jawab guru
bertanya kepada pasangan yang lain
apakah jawaban atau pertayaan dari
yang mereka sampaikan benar, jika
jawabannya salah maka pasangan
tersebut mendapatkan sanksi.
Pertemuan pertama dilakukan
pada tanggal 03 Agustus 2016,
peneliti menjelaskan bentuk dari
proses pembelajaran dengan
menggunakan Model Pembelajaran
Aktif Index Card Match (ICM),
peneliti juga menyampaikan tujuan
pembelajaran, dan materi sistem
gerak pada manusia dengan indikator
yang harus dicapai siswa yaitu
membandingkan macam organ
penyusun sistem gerak pada manusia,
membedakan fungsi tulang rawan,
tulang keras, otot, dan sendi sebagai
penyusun rangka tubuh,menyebutkan
jenis-jenis jaringan otot. Saat siswa
mencari pasangan kartu jawaban atau
pertayaan siswa mengalami kesulitan.
Adapun kesulitan yang dialami siswa
yaitu tidak semua siswa dapat
menemukan pasangannya, ada 5
pasangan yang tidak berhasil dalam
pembelajaran Index Card Match
(ICM), ini disebakan karena siswa
12
belum menguasai materi, karena
siswa terbiasa menerima materi
pelajaran yang diberikan oleh guru,
dan siswa juga tidak rajin dalam
membaca. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan oleh Zaini, dkk
(2008) yang mengatakan bahwa
literatur yang terbatas dapat
menghambat pembelajaran, dan jika
siswa tidak rajin dalam mencari
informasi maka pembelajaran Index
Card Match (ICM) ini menjadi
kurang efektif. Untuk mengatasi hal
tersebut, peneliti memberikan arahan
kepada siswa yang tidak dapat
menemukan pasangannya dengan cara
peneliti terlebih dahulu bertanya
kepada siswa yang berpasangan
kemudian siswa tersebut yang akan
menjawabnya, peneliti juga
menyarankan kepada siswa untuk
membaca materi pelajaran melalui
buku dan internet supaya
pembelajaran Index Card Match
(ICM) dapat berjalan dengan efektif.
Pertemuan kedua dilakukan pada
tanggal 08 Agustus 2016, dengan
materi yang sama yaitu sistem gerak
pada manusia dengan indikator yang
harus dicapai siswa yaitu
mengidentifikasi macam sendi dan
fungsinya, menjelaskan gangguan
sistem gerak pada manusia. Pada
pertemuan kedua siswa sudah mampu
belajar dengan menggunakan model
pembelajaran Aktif Index Card Match
(ICM). Setelah pembagian kartu
pertayaan dan kartu jawaban siswa
langsung cepat mencari pasangan dan
materi yang akan dipelajari sudah
dibaca terlebih dahulu sehingga siswa
sudah menguasai materi yang akan
dipelajari sehingga mereka mudah
untuk menemukan pasangannya. Pada
pertemuan kedua ini ada 3 pasang
siswa yang tidak berhasil dalam
pembelajaran Index Card Match
(ICM).
Saat proses pembelajaran dengan
menggunakan model Index Card
Match (ICM) di kelas eksperimen,
siswa terlihat senang dan aktif dalam
proses pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Zaini (2008:67)
yang menyatakan bahwa model Index
Card Match (ICM) adalah model
yang cukup menyenangkan yang
digunakan untuk mengulang materi
yang telah diberikan sebelumnya.
Namun demikian, materi baru pun
tetap bisa diajarkan dengan model ini
dengan catatan, peserta didik diberi
13
tugas mempelajari topik yang akan
terlebih dahulu, sehingga ketika
masuk kelas mereka sudah memiliki
bekal pengetahuan. Hal ini dapat
dilihat pada saat siswa mencari
pasangan, dalam bertanya dan
menjawab pertanyaan, mereka
berikap responsif yang artinya mereka
saling merespon dari pertanyaan dan
jawaban yang diajukan oleh
temannya, kemudian proaktif dan
toleransi yang mana meraka aktif
dalam pembelajaran, serta siswa juga
mampu bekerja sama pada saat
mencari pasangan.
Setelah diberikan perlakuan
dengan Model Pembelajaran Aktif
Index Card Match (ICM) pada kelas
eksperimen dan pada kelas kontrol
diberikan perlakuan pembelajaran
konvensional, selanjutnya kedua kelas
diberikan tes akhir (post-test) sebagai
tolak ukur untuk mengetahui
pengaruh model pembelajaran aktif
Index Card Match terhadap
peningkatan hasil belajar IPA siswa.
Setelah dilaksanakannya post-test
didapat data bahwa siswa dikelas
eksperimen dalam menjawab soal
post-test yang diberikan banyak yang
menjawab dengan benar. Walaupun
masih ada beberapa siswa yang belum
dapat menjawab soal tersebut dengan
benar, tetapi secara umum siswa kelas
eksperimen sudah bisa meningkatkan
keaktifan dalam proses pembelajaran
sehingga siswa dapat menjawab soal
yang telah diberikan dengan benar.
Pada jawaban post-test kelas kontrol,
peneliti masih menemukan banyak
siswa yang belum bisa menjawab soal
yang diberikan dengan benar dan ada
beberapa siswa yang mengulangi
kesalahan saat mengerjakan pre-test.
Tetapi ada sebagian siswa yang telah
menjawab soal yang diberikan dengan
benar walaupun belum sepenuhnya
mencapai nilai maksimum.
Berdasarkan hasil analisis data
diketahui peningkatan nilai rata-rata
hasil belajar IPA siswa kelas
eksperimen sebesar 0,75 sedangkan
pada kelas kontrol mengalami
peningkatan nilai rata-rata hasil
belajar IPA siswa sebesar 0,64. Hal
tersebut berarti peningkatan nilai rata-
rata hasil belajar IPA siswa kelas
eksperimen lebih tinggi dibandingkan
kelas kontrol. Setelah dilakukan uji
normalitas dan uji homogenitas
didapatkan kedua data berdistribusi
normal dan homogen, maka dilakukan
14
perhitungan menggunakan uji-t, dan
diperoleh kesimpulan yaitu Ho
ditolak dan Ha diterima, karena thitung
> ttabel, dimana thitung sebesar 3,81 dan
ttabel sebesar 1,671 sehingga hipotesis
yang diajukan dalam penelitian ini
terbukti. Jadi kesimpulan dalam
penelitian ini adalah “ada pengaruh
Model Pembelajaran Aktif Index
Card Match (ICM) terhadap hasil
belajar IPA siswa kelas VIII SMP
Negeri H. Wukirsari”.
E. PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh Model
Pembelajaran Aktif Index Card
Match (ICM) terhadap Hasil Belajar
IPA Siswa Kelas VIII SMP Negeri H.
Wukirsari Tahun Pelajaran
2016/2017. Nilai rata-rata kelas
eksperimen lebih besar dari pada nilai
rata-rata kelas kontrol. Hal ini
ditunjukkan dari hasil uji t dengan
taraf kesalahan sebesar α = 0,05 dan
derajat kebebasan (dk) = 54,
kemudian diperoleh nilai thitung = 3,81
dan ttabel = 1,671 sehingga thitung >
ttabel, maka H0 ditolak dan Ha
diterima.
Berdasarkan kesimpulan di atas,
maka disarankan agar hasil belajar
IPA siswa meningkat, dapat
dilaksanakan dengan menggunakan
model Index Card Match (ICM). Hal
ini dikarenakan model Index Card
Match (ICM) memberikan
kesempatan kepada siswa untuk dapat
menjadi aktif dalam kegiatan belajar
mengajar.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. 2014. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Dimyati dan Mujdiono. 2013. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta:
Rineka Cipta.
Rusman. 2012. Belajar dan
Pembelajaran Berbasis
Komputer. Bandung: Alfabeta.
Rama. T. K. 2001. Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia. Surabaya:
Karya Agung.
Suprijono, A. 2009. Cooverative
Learning Teori dan Aplikasi
Paikem. Yogyakarta: Pustaka
Belajar.
Sugiyono. 2010.Metode Penelitian
Pendidikan Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.
Bandung: Alfabeta.
_______. 2013. Statiska untuk
Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. 2006. Strategi
Pembelajaran Berorientasi
Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Prenada Media group
15
Siberman, M. L. 2014. Active
Learning. Bandung: Nuansa
Cendekia.
Slameto. 2013. Belajar dan Faktor-
faktor yang Mempengaruhinya.
Jakarta: Rineka Cipta.
Uno,H. B., dan Muhammad, N. 2012.
Belajar dengan Pendekatan
PAILKEM. Jakarta: Bumi
Aksara.
Zaini, H., dkk. 2008. Strategi
Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Pustaka Insan
Madani.