pengaruh laju alir massa pendingin, tekanan ...digilib.batan.go.id/e-prosiding/file...
TRANSCRIPT
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014
Pontianak, 19 Juni 2014
651
ISSN: 2355-7524
PENGARUH LAJU ALIR MASSA PENDINGIN, TEKANAN DAN DAYA
TERHADAP TEMPERATUR GRAFIT DI TERAS RGTT200K.
Sudarmono
Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir (PTKRN) - BATAN
Kawasan PUSPIPTEK Gedung 80, Serpong, Tangerang 15310
Telp/Fax: 021-7560912/021-7560913 email: [email protected]
ABSTRAK PENGARUH LAJU ALIR MASSA PENDINGIN, TEKANAN DAN DAYA TERHADAP
TEMPERATUR GRAFIT DI TERAS RGTT200K. Pengaruh laju alir massa pendingin, tekanan dan
daya terhadap temperatur grafit di teras RGTT200K. Salah satu aspek yang perlu dianalisis dalam rangka
melengkapi desain konseptual teras reaktor daya maju berbasis RGTT200K adalah pengaruh laju alir massa
pendingin, daya dan tekanan di teras RGTT200K. Dalam makalah ini dilakukan pengaruh laju alir massa
pendingin, tekanan dan daya terhadap temperatur grafit di teras RGTT200K. Tujuan penelitian adalah
untuk mendapatkan data pengaruh laju alir massa pendingin, tekanan dan daya terhadap temperatur grafit
di teras RGTT200K. Analisis dilakukan dengan pemodelan geometri teras RGTT200K dengan sisi inlet
laju alir massa pendingin adalah dari bagian atas teras, yang dimulai dengan zona kavitasi, sebelum masuk
ke zona teras reaktor, sedangkan sisi outlet laju alir massa pendingin berada di posisi bawah. Dalam
pemodelan zona radial dibagi menjadi 7 nodal, sedangkan ke arah aksial dibagi menjadi 40 nodal. Di sisi
outlet terletak corong tempat keluaran bahan bakar yang telah habis masa pakainya. Pengaruh laju alir
massa pendingin, tekanan dan daya terhadap temperatur grafit di teras RGTT200K dilakukan
menggunakan paket program THERMIX. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan laju alir
massa pendingin dari 100 kg/s hingga 140 kg/s menyebabkan temperatur grafit di teras turun sebesar
154oC, dengan temperatur maksimum sebesar 577,4oC. Demikian pula dengan penambahan daya dari 110
MWt hingga 200 MWt serta tekanan dari 4 MPa hingga 7 MPa menyebabkan temperatur grafit di teras
naik sebesar 188,6oC dan 92,5oC, dengan masing masing temperatur maksimum sebesar 629,2oC dan
550,3oC.
Kata Kunci: pengaruh daya, pengaruh alir, pengaruh tekanan, temperatur grafit, RGTT200K
ABSTRACT
THE EFFECT OF COOLANT FLOWRATE, PRESSURE AND POWER ON GRAFIT
TEMPERATURE IN RGTT200K CORE. One aspect that needs to be analyzed in order to complete the
conceptual design of the reactor core advanced power generation based on RGTT200K is the analysis of
heat generation on the core when there is a change of reactor coolant mass flow rate, power and pressure.
This paper analyzes the effect of changes in coolant mass flow rate, pressure and power of the temperature
of the grafit in the RGTT200K core. The purpose of the research is to gain the influence of changes in
coolant mass flow rate, pressure and power to the temperature of the grafit in the RGTT200K core. The
analysis is done by modeling the geometry RGTT200K core with the inlet side fluid flow is on the top of the
core, which begins with the cavitation zone, before entering into the reactor core zone, while the outlet side
of the fluid flow is in the down position of the core. In modeling the radial zone is divided into 7 nodes,
while the axial direction is divided into 40 nodes. On the outlet side of the funnel where the output is the
fuel that has been taken out of service. Analysis of the effect of coolant mass flow rate, pressure and power of
the grafit temperature in the RGTT200K core is performed using the computer program package
THERMIX. The results showed that the addition of coolant mass flow rate of 100 kg/s to 140 kg/s causes
the temperature of the grafit drops, with an amount of 154oC, and the maximum temperature is 577.4oC.
Similarly, the addition of power from 110 to 200 MWt and pressure of 4 MPa to 7 MPa causes a
temperature rise of grafit, with each maximum temperature 188,6oC and 92,5oC, the maximum grafit
temperature are 629,2oC and 550,3oC.
Keywords: power effect, flowrate effect, pressure effect, grafit temperature, RGTT200K
Pengaruh Laju Alir Massa Pendingin, Tekanan Dan Daya...
Sudarmono
652
ISSN: 2355-7524
1. PENDAHULUAN
Kegiatan pengembangan desain konseptual teras reaktor daya maju berbasis
RGTT200K, terus dilakukan di Pusat Teknologi Keselamatan dan Reaktor Nuklir - Badan
Tenaga Nuklir Nasional (PTKRN-BATAN). Tahun 2014 merupakan tahun ke lima
pelaksanaan RENSTRA-BATAN 2010-2014. Kegiatan ini merupakan pelaksanaan tugas
seperti yang tertuang dalam peraturan Preisden RI Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014[1] dan Renstra BATAN 2010-
2014. Salah satu keluaran pada tahun 2014 yang masih terus dilakukan adalah diperolehnya
desain konseptual teras reaktor daya maju berbasis RGTT200K. RGTT200K adalah jenis
reaktor daya maju yang dikembangkan adalah Reaktor berpendingin Gas Temperatur
Tinggi (RGTT) berdaya termal 200 MWt[2]. Berbagai kegiatan awal yang mendukung
kegiatan desain konseptual teras reaktor daya maju berbasis RGTT200K telah dilakukan.
Kegiatan pengembangan desain konseptual teras reaktor berbasis Reaktor Gas Temperatur
Tinggi (RGTT), terus dilakukan di Pusat Teknologi dan Keselamatan Reaktor Nuklir - Badan
Tenaga Nuklir Nasional (PTKRN-BATAN). Untuk mendukung litbang pengembangan
desain konseptual teras reaktor berbasis Reaktor Gas Temperatur Tinggi (RGTT200K) [3,4].
Grafit sebagai material pengungkung bahan bakar Triso merupakan material yang
perlu dipelajari karakteristikanya, mengingat ketahanan temperatur pengungkung bahan
bakar Triso ini merupakan salah satu marjin keselamatan terhadap batasan temperatur.
Berdasarkan pengalaman, pada eksperimen temperatur grafit yang dilakukan di Jerman
menunjukkan bahwa grafit mengalami kegagalan pada uji pemanasan temperatur sebesar
1600oC[5]. Pengalaman penelitian sebelumnya pada modul HTR Jerman dan PBMR Afrika
Selatan, menunjukkan bahwa kegagalan grafit terjadi pada temperatur maksimum sebesar
1472oC dan 1485oC[6}. Berdasarkan pada penelitian tersebut, temperatur grafit sebesar 1600oC
dipilih dan diterapkan sebagai pembatasan temperatur maksimum yang diizinkan sehingga
integrasi grafit tetap terjaga dan tidak melepaskan produk fisi Cs-137 yang membahayakan
bagi tubuh manusia[7].
Salah satu aspek yang perlu dianalisis dalam rangka melengkapi desain konseptual
teras reaktor daya maju berbasis RGTT200K adalah pengaruh laju alir massa pendingin,
tekanan dan daya terhadap temperatur grafit di teras RGTT200K. Makalah ini
menyampaikan analisis mengenai pengaruh laju alir massa pendingin, tekanan dan daya
terhadap temperatur grafit di teras RGTT200K. Pada pemodelan geometri teras RGTT200K
sisi inlet laju alir massa pendingin dimulai dari bagian atas teras yang dimulai dengan zona
kavitasi, sebelum masuk ke zona teras reaktor, sedangkan sisi outlet laju massa aliran
pendingin berada di posisi bawah. Dalam pemodelan zona radial dibagi menjadi 7 nodal,
sedangkan ke arah aksial dibagi menjadi 40 nodal. Di sisi outlet terletak corong tempat
keluaran bahan bakar yang telah habis masa pakainya. Perhitungan dilakukan
menggunakan paket program komputer THERMIX[8]. Program ini telah digunakan untuk
perhitungan keselamatan aspek thermal-flow pendingin gas helium, hasilnya cukup
memadai dengan margin kesalahan relatif yang cukup kecil yaitu kurang dari 1%[9].
2. TEORI
2.1. Deskripsi Desain Konseptual Teras RGTT200K
Desain konseptual teras reaktor gas temperatur tinggi merupakan pengembangan
desain konseptual reaktor kogenerasi dengan tingkat daya menengah yang berpendingin
gas helium. Teras reaktor dengan densitas daya rata-rata 3,22 MW/m3, yang terletak di
dalam Reactor Pressure Vessel, merupakan packed bed dengan tinggi 9,43 m dan diameter 3 m.
Teras berisi 420.000 elemen bakar bulat dalam kondisi setimbang. Setiap elemen bakar
dengan diameter 6 cm berisi sekitar 12.000 partikel bahan bakar berlapis “Triso” dengan
diameter 0,92 mm tersebar di dalam matriks grafit dan shell luar dengan ketebalan 1 cm
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014
Pontianak, 19 Juni 2014
653
ISSN: 2355-7524
sebagai zona bebas bahan bakar. Pengayaan setiap elemen bakar diatur 7 g. Uji simulasi
kecelakaan yang dilakukan di Jerman menunjukkan bahwa kecelakaan yang terkait dengan
kegagalan pressure vessel partikel Triso akan teramati pada uji pemanasan pada 1700C[10].
Elemen bakar bola yang mengandung partikel Triso dapat secara efektif menahan semua
produk fisi radioaktif sampai temperatur 1620C[8], yang akibatnya dipilih sebagai
pembatasan temperatur elemen bakar di bawah kondisi kecelakaan. Pada reflektor samping
dekat teras reaktor, 8 batang kendali dipasang untuk pengaturan reaktivitas dan berfungsi
sebagai sistem shutdown pertama, yang dapat membuat reaktor mencapai suatu kondisi
shutdown aman, sedangkan unit shutdown 22 SAS (small absorber sphere) dirancang sebagai
sistem shutdown kedua untuk mencapai kondisi shutdown dingin. Selain itu, terdapat 30
kanal gas dingin yang terletak di luar reflektor samping untuk kanal aliran helium. Tabung
pemuatan bahan bakar dengan diameter 6,5 cm diletakkan pada bagian atas di tengah teras
reaktor, sedangkan tabung pengambilan bahan bakar terletak pada bagian bawah teras
reaktor. Bagian internal logam terdiri atas barrel teras, bagian bawah pendukung struktur
dan pelindung termal bagian atas, yang mendukung berat keseluruhan struktur keramik
teras.
2.2. Simulasi pengaruh laju alir massa pendingin, tekanan dan daya terhadap temperatur
grafit di teras RGTT200K
Program Thermix adalah code computer yang telah proven, dan telah terbukti akurat
untuk simulasi pengaruh laju alir massa pendingin, tekanan dan daya terhadap temperatur
grafit di teras reaktor gas temperatur tinggi dengan pendingin gas dan laju alir massa
pendingin dalam medium poros berupa tumpukan bola [7].
Program ini diturunkan berdasarkan hukum kesetimbangan massa, tenaga dan
momentum linier. Persamaan kesetimbangan massa gas pendingin pada representasi kuasi-
statik menghasilkan vektor alir massa G = pada siklus perhitungan, yang
dinyatakan dengan [5]:
...............................................................(1)
dengan
= Densitas gas pendingin [kg/m3]
= Kecepatan [m/detik]
q = Densitas laju massa sumber [kg-1detik-1m-3]
Hukum kekekalan energi pada representasi kuasi-statik menghasilkan field temperatur gas
TG [5]:
...................................(2)
dengan
= panas spesifik gas (J Kg-1 K)
= Konduktivitas termal efektif gas akibat dispersi (W. m-1. K-1)
T = Temperatur padatan, misal permukaan elemen bakar (K)
= Koefisien transfer panas antara padatan dan gas (W. m-2. K)
Ap = Luas permukaan daerah pebble (m-2)
TG = Temperatur fluida gas helium pendingin (K)
Hukum kekekalan energi pada grafit dievaluasi pada representasi dinamis, yang
menghasilkan field temperatur T, yaitu [5]:
..................................................(3)
Pengaruh Laju Alir Massa Pendingin, Tekanan Dan Daya...
Sudarmono
654
ISSN: 2355-7524
dengan
T = temperatur padatan, misal permukaan elemen bakar [K]
= Densitas grafit, [kg/m3]
= Panas spesifik (J/kg. K)
= Konduktivitas termal efektif (W. m-1. K-1)
Q = sumber panas nuklir (Joule)
distribusi temperatur TF juga diberikan oleh hukum kekekalan energi yang dinyatakan
sebagai fungsi waktu [5]:
………………………………………(4)
dimana c dan adalah bergantung pada temperatur lokal TF. Pada permukaan elemen bakar,
temperatur TF sama dengan T dari Persamaan (4) pada posisi di dalam reaktor. Persamaan
(4) dan (5) diselesaikan dalam subrutin TFELD pada kondisi tunak, terdapat suatu prosedur
iterasi antara subrutin TFELD dan KONVEK, yang menghasilkan suatu solusi yang
konsisten untuk temperatur grafit dan gas.
3. METODOLOGI Pengaruh laju alir massa pendingin, tekanan dan daya terhadap temperatur grafit di
teras reaktor gas temperatur tinggi RGTT200K dilakukan melalui pemodelan, perhitungan
dan analisis hasil perhitungan. Pemodelan dilakukan menggunakan program komputer
Thermix untuk menganalisis zona-zona teras dengan masing-masing tingkat daya, tekanan
dan laju alir massa pendingin yang berbeda. Pada masing-masing zona, kearah radial dapat
direpresentasikan zona elemen bakar dan zona pendingin, sedangkan ke arah aksial dapat
direpresentasikan rapat daya. Alur perhitungan program Thermix dijelaskan pada diagram
alir, ditunjukkan pada Gambar 1[5].
Gambar 1. Diagram Alir Program Thermix
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014
Pontianak, 19 Juni 2014
655
ISSN: 2355-7524
Pada pemodelan teras reaktor, sisi inlet adalah bagian atas teras, yang dimulai dari
zona kavitasi, sebelum masuk ke zona teras reaktor (titik 0), sedangkan sisi outlet berada di
posisi bawah. Zona radial (R) dibagi menjadi 7 nodal, sedangkan ke arah aksial (z) dibagi
menjadi 40 nodal. Di sisi outlet terletak corong tempat keluaran bahan bakar yang telah habis
masa pakainya. Program komputer ini mempertimbangkan aspek-aspek neutronik, dinamik
fluida dan perpindahan panas. Input data yang digunakan dalam analisis ditunjukkan pada
Tabel 1, 2, dan 3.
Tabel 1. Data Input Geometri Bahan Bakar TRISO
No. Jenis material Nilai
1 Material kernel = (235U/238U)
2 Densitas UO2 = 10,40 g/cm3
3 Diameter kernel = 500 µm
4 Ketebalan material coating dari
dalam
= 90 /40 /35 /35 µm
5 Densitas material coating dari dalam = 0,9/1,85/3,2/1,85 g/cc
6 Material matrik bahan bakar = grafit
7 Material coating dari dalam = Buffer/IPyC/SiC/OPyC
Tabel 2. Data Input Geometri Bahan Bakar Pebble
No. Geometri Nilai
1 Diameter luar bahan bakar bola = 60 mm
2 Diameter dalam bahan bakar bola = 50 mm
3 Fuel loading, g/sphere = 6,15
5 Tebal grafit lapisan luar = 0,5 cm
Tabel 3. Data Input Geometri Teras
No. Parameter Nilai
1 Ketinggian teras = 943 cm
2 Diameter bahan bakar = 6 cm
3 Diameter teras = 300 cm
4 Densitas grafit = 1,70 g/cm3
Analisis hasil perhitungan dilakukan dengan melakukan pengamatan temperatur grafit
sebagai fungsi variabel laju alir massa pendingin, tekanan dan daya reaktor. Titik
pengamatan dilakukan pada posisi grafit di dalam teras reaktor seperti ditunjukkan pada
Tabel 4. Pada perhitungan ini grafit dianggap sebagai material teras, yang dipandang
sebagai lapisan dengan jejari tertentu.
Tabel 4. Titik Pengamatan Output
Posisi Titik pengamatan
Radial : Grafit berupa bahan bakar pada R=0 cm
(tengah) hingga R=146 cm; sedangkan grafit di
luar teras dari R=152 cm hingga R=468 cm.
Aksial : 0 cm hingga 943 cm
Zona : 5 lapisan zona kelongsong Z=1 hingga Z=5
Z=1; lapisan O-Pyc ;Z=2; lapisan SiC
Z=3; lapisan IpyC; Z=4; lapisan buffer
Pengaruh Laju Alir Massa Pendingin, Tekanan Dan Daya...
Sudarmono
656
ISSN: 2355-7524
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Perpindahan panas di dalam reaktor terjadi melalui mekanisme perpindahan panas
konduksi pada arah aksial dan radial, yaituyang terjadi antara pebble dan pebble, pebble dan
reflektor dan antara seluruh grafit. Grafit adalah seluruh material yang berada di dalam
maupun di luar teras (selain pendingin helium). Panas yang dibangkitkan oleh reaksi fisi di
dalam teras di transfer ke material penyusun teras. Perpindahan panas konveksi
berlangsung antara partikel partikel pebble bed dan laju alir massa pendingin gas helium
sebagai pendingin, sedangkan perpindahan panas radiasi terjadi antara pebble dan pebble,
pebble dan dinding reflektor serta core barrel dengan dinding bejana tekan (RPV=reactor
pressure vessel). Variasi data masukan yang digunakan dalam analisis ini adalah: daya termal
masing-masing sebesar 200 MW, 160 MW dan 110 MW, dan variasi laju alir massa
pendingin masing-masing sebesar 100 kg/s, 120 Kg/s dan 140 kg/s serta variasi tekanan 7
Mpa dan 4 MPa. Pengamatan temperatur grafit sebagai fungsi posisi (R,Z) arah radial
dilakukan pada R=0 cm (posisi centerline), R= 34 cm, R= 71 cm, R = 107 cm hingga R=150 cm
(di dekat lapisan luar teras anular), sedangkan arah aksial dari posisi aksial (Z= 0 cm, Z= 151
cm, Z= 300 cm, Z= 449 cm, Z= 600 cm, Z= 749 cm, Z= 842 cm, Z= 878 cm, Z= 916 cm, Z= 943
cm). Pemodelan kalkulasi RGTT200K, telah di lakukan berdasarkan pendekatan dan
simplifikasi yang logis.
4.1 Variasi Daya Reaktor
Distribusi temperatur grafit sebagai fungsi variasi daya reaktor ditunjukkan pada
Gambar 2. Hasil perhitungan pada variasi daya termal (a) 200 MW; (b) 160 MW dan (c) 110
MW menunjukkan pola kurva yang mirip satu sama lain. Maksimum temperatur terjadi
pada grafit di posisi R,Z (587,300). Dari ketiga kurva tersebut jelas terlihat bahwa temperatur
masing-masing variasi daya adalah 629,2oC, 526,5oC, dan 440,6oC. Terdapat perbedaan
temperatur yang signifikan yang diterima oleh grafit akibat variasi daya tersebut. Posisi
grafit pada setiap variasi daya juga memberikan perbedaan temperatur.
Temperatur grafit pada pembangkitan daya sebesar 200 MW di posisi radial terluar
teras (dalam dimensi cm), R,Z (0,0) di tengah, R,Z (81,0) dan pinggir teras, R,Z (150,0),
masing-masing sebesar 550,2oC, 512,9oC dan 445,4oC. Posisi R,Z (108,0) dan R,Z (135,0)
masing-masing sebesar 490,5oC dan 463,3oC. Selanjutnya di daerah pendingin helium antara
sisi masuk dan keluar teras, besarnya temperatur di pusat R,Z(0,587), tengah R,Z (81,587)
dan pinggir teras R,Z(150,587) masing-masing sebesar 609,9oC, 691,3oC dan 481,3oC. Untuk
grafit di posisi R,Z (108,587) dan R,Z (135,587) diperoleh nilai temperatur masing-masing
sebesar 607,4oC dan 607,6oC. Kemudian di daerah pendingin helium masuk teras, besarnya
temperatur di pusat R,Z(0,943), tengah R,Z(81,943) dan pinggir teras R,Z(150,943) masing-
masing sebesar 326,4 oC, 321,8 oC dan 316,1 oC. Nilai gradien temperatur di daerah outlet
pendingin ke arah radial baik di pusat ∆T R=0, tengah ∆T R=79 dan pinggir ∆T R=150 di teras
masing-masing, sebesar 1,3oC, 25oC dan 12,3oC. Perbedaan ini disebabkan karena faktor
posisi dimana perpindahan panas antar bola-bola grafit dan kedekatannya dengan material
yang bersinggungan. Selain itu aliran termal gas helium juga akan menggeser gradien
temperatur. Untuk grafit di posisi mendekati sisi keluaran yaitu di posisi R,Z(108,587) dan
posisi R,Z (135,587) diperoleh nilai temperatur masing-masing sebesar 339,1oC dan 348,9oC.
Nilai gradien temperatur di daerah outlet pendingin ke arah radial baik di pusat ∆T R=0,
tengah ∆T R=79 dan pinggir ∆T R=150 di teras masing-masing, yaitu sebesar 1oC, 17,3oC dan
32,8oC.
Pengaruh variasi pembangkitan daya 160 MW pada berbagai posisi grafit di dalam
teras reaktor dapat dijelaskan sebagai berikut: untuk daerah keluar teras, besarnya
temperatur di pusat (0,0), tengah (81,0) dan pinggir teras (150,0), masing-masing sebesar
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014
Pontianak, 19 Juni 2014
657
ISSN: 2355-7524
465,5oC, 434,6oC dan 466,5oC. Untuk grafit di posisi (108,0) dan posisi (135,0) diperoleh nilai
temperatur masing-masing sebesar 416,5oC dan 394,9oC. Selanjutnya di daerah pendingin
helium antara sisi masuk dan keluar teras, besarnya temperatur di posisi pusat (0,587),
tengah (81,587) dan pinggir teras (150,587), diperoleh temperatur masing-masing sebesar
512,2oC, 498,7oC dan 417,5oC. Untuk grafit di posisi (108,587) dan posisi (135,587), diperoleh
nilai temperatur masing-masing sebesar 510oC dan 509,7oC. Nilai gradien temperatur di
daerah outlet pendingin ke arah radial baik di pusat ∆T R=0, tengah ∆T R=79 dan pinggir ∆T R=150
di teras masing-masing, yaitu sebesar 5oC, 23,8oC dan 85oC. Kemudian di daerah pendingin
helium masuk teras, besarnya temperatur di pusat (0,943), tengah (81,943) dan pinggir teras
(150,943)masing-masing sebesar 305,8oC, 302,4oC dan 298,2oC. Untuk grafit di posisi
(108,587) dan posisi (135,587), diperoleh nilai temperatur masing-masing sebesar 510oC dan
509,7oC. Nilai gradien temperatur di daerah outlet pendingin ke arah radial baik di pusat ∆T
R=0, tengah ∆T R=79 dan pinggir ∆T R=150 di teras masing-masing, yaitu sebesar 1oC, 12,6oC dan
24oC. Jika dibandingkan dengan pembangkitan daya 200 MW terhadap temperatur grafit di
posisi yang sama, maka tampak bahwa gradien temperatur pada daya 160 MW lebih rendah.
Pengaruh pembangkitan daya 110 MW untuk daerah keluar teras, besarnya
temperatur di pusat (0,0), tengah (81,0) dan pinggir teras (150,0), masing-masing sebesar
400,2oC, 379,9oC dan 340,8oC. Untuk grafit di posiai (108,0) dan posisi (135,0), diperoleh nilai
temperatur masing-masing sebesar 367,2 oC dan 351,4 oC. Selanjutnya di daerah pendingin
helium antara masuk dan keluar teras, besarnya temperatur di pusat (0,587), tengah (81,587)
dan pinggir teras (150,587), diperoleh masing-masing sebesar 430,5 oC, 421,2oC dan 364,7oC.
Temperatur grafit di posisi (z =108,587) dan posisi (135,587), diperoleh nilai temperatur
masing-masing sebesar 294,8oC dan 299,8oC. Nilai gradien temperatur di daerah outlet
pendingin ke arah radial baik di pusat ∆T R=0, tengah ∆T R=79 dan pinggir ∆T R=150 di teras
masing-masing sebesar 3,9oC, 16oC dan 58,6oC. Kemudian di daerah pendingin helium
masuk teras, besarnya temperatur grafit di pusat (0,943), tengah (81,943) dan pinggir teras
(150,943) masing-masing sebesar 288,5oC, 286,1oC dan 283,2oC. Untuk grafit di posisi (108,
587) dan posisi (135,587), diperoleh nilai temperatur masing-masing sebesar 294,8oC dan
299,8oC. Nilai gradien temperatur di daerah outlet pendingin ke arah radial baik di pusat ∆T
R=0, tengah ∆T R=79 dan pinggir ∆T R=150 di teras masing-masing, yaitu sebesar 4oC, 8,7oC dan
16,6oC. Bila ketiga distribusi temperatur grafit sebagai fungsi pembangkitan daya tersebut
dibandingkan pada posisi grafit yang sama, tampak bahwa terdapat peningkatan pola
temperatur grafit sebagai fungsi pembangkitan daya reaktor. Demikian pula dengan
terjadinya pola penurunan gradien temperatur di posisi inlet, tengah maupun keluaran teras
di posisi radial, apabila daya yang dibangkitkan semakin rendah.
Gambar 2. Distribusi Temperatur Grafit sebagai Fungsi Variasi Daya
(a) 200 MW, (b) 160 MW dan (c) 110 MW
Pengaruh Laju Alir Massa Pendingin, Tekanan Dan Daya...
Sudarmono
658
ISSN: 2355-7524
4.2 Variasi Laju Aliran Thermal
Nilai temperatur grafit di zona teras aktif daya nominal dengan variasi laju alir
massa pendingin 100 kg/s, 120 kg/s dan 140 kg/s ditunjukkan pada Gambar 3, temperatur
grafit mencapai nilai maksimumnya sebesar 577,4oC, 492,2oC dan 423,4oC dengan posisi
radial dan aksial, R,Z (150,300). Temperatur grafit di daerah pendingin helium masuk teras,
di posisi pusat R,Z (0,943), tengah (81,943) dan pinggir teras (150,943), diperoleh masing-
masing sebesar 319,6oC, 315,4oC dan 310,2oC. Untuk posisi (108,943) dan posisi (135,587),
diperoleh nilai temperatur masing-masing sebesar 331,1oC dan 340oC. Nilai gradien
temperatur di daerah outlet pendingin ke arah radial baik di pusat ∆T R=0, tengah ∆T R=79 dan
pinggir ∆T R=150 di teras masing-masing, yaitu sebesar 1oC, 15,7oC dan 29,8oC.
Pengaruh laju alir massa pendingin 120 kg/s terhadap temperatur grafit untuk
daerah pendingin helium antara masuk dan keluar teras di posisi pusat (0,587), tengah
(81,587) dan pinggir teras (150,587) masing-masing sebesar 479,6oC, 467,7oC dan 396,3oC.
Untuk posisi (108,587) dan posisi (135,587), diperoleh nilai temperatur masing-masing
sebesar 477,5oC dan 477,1oC. Nilai gradien temperatur di daerah outlet pendingin ke arah
radial baik di pusat ∆T R=0, tengah ∆T R=79 dan pinggir ∆T R=150 di teras masing-masing, sebesar
3,8oC, 11,9oC dan 55,8oC. Kemudian di daerah pendingin helium masuk teras, temperatur
grafit di pusat (0,943), tengah (81,943) dan pinggir teras (150,943 cm) masing-masing sebesar
298,9oC, 295,9oC dan 292,2oC. Untuk posisi 108,943) dan posisi (135,943), diperoleh nilai
temperatur masing-masing yaitu sebesar 306,9oC dan 313,3oC. Nilai gradien temperatur di
daerah outlet pendingin ke arah radial baik di pusat ∆T R=0, tengah ∆T R=79 dan pinggir ∆T R=150
di teras masing-masing, yaitu sebesar 1oC, 7,9oC dan 15,1oC. Terdapat perbedaan temperatur
grafit pada arah radial dimana temperatur di pusat teras lebih tinggi daripada posisi grafit
yang berada di pinggir. Sementara ke arah aksial juga terjadi perbedaan temperatur grafit
dimana temperatur di posisi tengah arah aksial dan radial merupakan nilai temperatur
grafit tertinggi.
Pengaruh laju alir massa pendingin sebesar 140 kg/s terhadap temperatur grafit
untuk daerah keluar teras, besarnya temperatur di posisi pusat (0,0), tengah (81,0) dan
pinggir teras (150,0), masing-masing sebesar 380,5oC, 356,5oC dan 315,7oC. Untuk di posisi
(180,0) dan posisi (135,0), diperoleh nilai temperatur masing-masing sebesar 342,7oC dan
326,4oC. Selanjutnya di daerah pendingin helium antara sisi masuk dan keluar teras,
besarnya temperatur di posisi pusat (0,587), tengah (81,587) dan pinggir teras (150,587),
masing-masing sebesar 414,2oC, 405,7oC dan 354,2oC. Untuk posisi (108,587) dan posisi
(135,587), diperoleh nilai temperatur masing-masing sebesar 412,5oC dan 412oC. Nilai
gradien temperatur di daerah outlet pendingin ke arah radial baik di pusat ∆T R=0, tengah ∆T
R=79 dan pinggir ∆T R=150 di teras masing-masing, sebesar 3,9oC, 19,3oC dan 61,4oC. Kemudian
di daerah pendingin helium masuk teras, besarnya temperatur di pusat (0,943), tengah
(81,943) dan pinggir teras (z=150,943), diperoleh masing-masing sebesar 285oC, 282,8oC dan
280,2oC. Untuk posisi (108,943) dan posisi (135,943), diperoleh nilai temperatur masing-
masing sebesar 290,7oC dan 295,3oC. Nilai gradien temperatur grafit di daerah outlet
pendingin ke arah radial baik di pusat ∆T R=0, tengah ∆T R=79 dan pinggir ∆T R=150 di teras
masing-masing, yaitu sebesar 5oC, 9,4oC dan 18,1oC. Pada Gambar 3 dan uraian hasil
hitungan di atas menunjukkan bahwa terdapat pengaruh besarnya laju pendingin gas
helium terhadap temperatur grafit di berbagai posisi radial maupun aksial. Bila
dibandingkan antara laju pendingin sebesar 120 kg/s dan 140 kg/s di posisi yang sama,
tampak bahwa laju pendingin 120 kg/s memberikan dampak temperatur grafit yang lebih
tinggi dibandingkan 140 kg/s di berbagai posisi teras. Hal ini merupakan konsekuensi logis
apabila laju pendingin besar maka panas yang dapat dipindahkan juga akan lebih besar
daripada sebaliknya,
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014
Pontianak, 19 Juni 2014
659
ISSN: 2355-7524
Gambar 3. Distribusi Temperatur Grafit sebagai Fungsi Laju Aliran Thermal
(a)100 kg/s; (b) 120 kg/s; (c) 140 kg/s
Variasi Tekanan
Nilai temperatur grafit di zona teras aktif daya nominal dengan variasi tekanan
sebesar 4 Mpa dan 7 Mpa ditunjukkan pada Gambar 4a dan Gambar 4b, temperatur grafit
mencapai nilai maksimumnya sebesar 457,8oC dan 550,3oC.
Pengaruh tekanan sebesar 4 MPa terhadap temperatur grafit untuk daerah keluar
teras, besarnya temperatur di posisis pusat (0,0), tengah (81,0) dan pinggir teras (150,0),
masing-masing sebesar 408,9oC, 382,5oC dan 337,4oC. Untuk grafit di posisi (108, 0) dan
posisi (135, 0) diperoleh nilai temperatur masing-masing yaitu sebesar 367,2oC dan 351,4oC.
Selanjutnya di daerah pendingin helium antara sisi masuk dan keluar teras, besarnya
temperatur di pusat (0,587), tengah (81,587) dan pinggir teras (150,587), diperoleh masing-
masing sebesar 446,9oC, 436,7oC dan 375,3oC. Untuk posisi (108, 587) dan posisi titik
(135,587) diperoleh nilai temperatur masing-masing sebesar 445oC dan 444,5oC. Nilai gradien
temperatur di daerah outlet pendingin ke arah radial baik di pusat ∆T R=0, tengah ∆T R=79 dan
pinggir ∆T R=150 di teras masing-masing, sebesar 3,9oC, 19,3oC dan 61,4oC. Kemudian di
daerah pendingin helium masuk teras, besarnya temperatur di pusat (0,943), tengah (81,943)
dan pinggir teras (z=943 cm, r=150 cm), diperoleh masing-masing sebesar 292oC, 289,4oC dan
286,2oC. Untuk grafit di posisi (108,943) dan posisi (135,943) diperoleh nilai temperatur
masing-masing sebesar 298,8oC dan 304,3oC. Nilai gradien temperatur di daerah outlet
pendingin ke arah radial baik di pusat ∆T R=0, tengah ∆T R=79 dan pinggir ∆T R=150 di teras
masing-masing sebesar 7oC, 22,4oC dan 17,9oC. Pengaruh tekanan pendingin terhadap
temperatur grafit pada arah radial menunjukkan bahwa gradient temperatur grafit di posisi
tengah memberikan nilai terbesar hal ini menunjukkan bahwa turbulensi aliran di posisi ini
lebih besar daripada di pusat maupun pinggir.
Pengaruh tekanan sebesar 7 MPa terhadap temperatur grafit untuk daerah keluar
teras, besarnya temperatur di pusat (0,0), tengah (81,0) dan pinggir teras (150,0), masing-
masing sebesar 493,8oC, 460,7oC dan 402,3oC. Untuk posisi (108,0) dan posisi (135,0),
diperoleh nilai temperatur masing-masing sebesar 441,2oC dan 417,7oC.
Selanjutnya di daerah pendingin helium antara sisi masuk dan keluar teras,
besarnya temperatur di pusat (0,587), tengah (81,587) dan pinggir teras (150,587), masing-
masing sebesar 544,8oC, 529,6oC dan 438,7oC. Untuk posisi (108,587)dan posisi (135,587),
diperoleh nilai temperatur masing-masing sebesar 542,4oC dan 542,3oC. Nilai gradien
temperatur di daerah outlet pendingin ke arah radial baik di pusat ∆T R=0, tengah ∆T R=79 dan
pinggir ∆T R=150 di teras masing-masing, sebesar 3oC, 29oC dan 91oC. Kemudian di daerah
pendingin helium masuk teras, besarnya temperatur di posisi pusat (0,943), tengah
(z=81,943) dan pinggir teras (150,943), diperoleh masing-masing sebesar 312,7oC, 308,9oC dan
Pengaruh Laju Alir Massa Pendingin, Tekanan Dan Daya...
Sudarmono
660
ISSN: 2355-7524
304,2oC. Temperatur grafit di posisi (108, 943) dan posisi (135,943) masing-masing sebesar
323oC dan 331,2oC. Nilai gradien temperatur di daerah outlet pendingin ke arah radial baik
di pusat ∆T R=0, tengah ∆T R=79 dan pinggir ∆T R=150 di teras masing-masing, yaitu sebesar 7oC,
14,1oC dan 27oC.
Bila dibandingkan pengaruh tekanan pendingin pada varian 4 MPa dan 7 MPa
terhadap gradien temperatur grafit tampak bahwa tekanan pendingin sebesar 7 MPa
memberikan pengaruh terhadap kenaikan temperatur grafit di setiap posisi yang sama.
Tekanan aliran temperatur akan meningkatkan tumbukan antar molekul gas yang besar
pula, akibatnya terjadi peningkaan temperatur grafit.
Gambar 4a. Distribusi Temperatur Grafit Gambar 4b. Distribusi Temperatur Grafit
pada tekanan 7 MPa. pada tekanan 4 MPa.
Dari uraian di atas menunjukkan bahwa penambahan laju aliran massa pendingin
dengan varian100 kg/s hingga 140 kg/s menyebabkan temperatur grafit di teras turun
sebesar 154oC, dengan temperatur maksimum sebesar 577,4oC. Demikian pula dengan
peningkatan daya termal dari 110 MWt hingga 200 MWt serta tekanan dari 4 MPa hingga 7
MPa menyebabkan temperatur grafit di teras naik sebesar 188,6oC dan 92,5oC, dengan
masing masing temperatur maksimum sebesar 629,2oC dan 550,3oC.Dari hasil analisis
terhadap temperatur pada grafit untuk variasi daya, laju alir massa dan tekanan
menunjukkan bahwa profil distribusi temperatur grafit mengalami peningkatan sebagai
fungsi jarak aksial, baik pada posisi pusat, tengah dan keluar teras.
5. KESIMPULAN
Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh varian pembangkitan daya, laju
aliran termal gas helium dan tekanan pendingin di teras reaktor terhadap temperatur grafit.
Peningkatan varian daya terhadap temperatur grafit memberikan dampak temperatur yang
besar dibandingakan dengan varian laju alir dan tekanan pendingin d dalam teras reaktor.
UCAPAN TERIMAKASIH
Terimakasih kami sampaikan kepada Drs. Putranto Ilham Yazid yang telah
menjalankan program perhitungan VSOP, Dr. Hendro Tjahjono, dan Ir. Tagor Malem
Sembiring selaku KPTF dan Kepala Bidang BPR-PTRKN, serta Drs. Ignatius Djoko Irianto,
M.Sc selaku Ka. Pok. TSR yang telah bersedia untuk mengoreksi dan berdiskusi serta
memperkaya makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. BAPPENAS, “Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-1014”, Jakarta 2010.
Prosiding Seminar Nasional Teknologi Energi Nuklir 2014
Pontianak, 19 Juni 2014
661
ISSN: 2355-7524
[2]. M. DHANDHANG PURWADI, “Desain Konseptual Sistem Reaktor Daya Maju
Kogenerasi Berbasis RGTT”, Prosiding Seminar Nasional ke-16 Teknologi dan
Keselamatan PLTN serta Fasilitas Nuklirk Surabaya, 28 Juli 2010.
[3]. SUDARMONO,” Validasi Program VSOP Pada Perhitungan Distribusi Temperatur
Bahan Bakar RGTT200K”, Sigma Epsilon, Majalah Ilmiah Teknologi Keselamatan
Nuklir, Volume 16 Nomor 2, Mei 2012, ISSN:0853-9103.
[4]. SUDARMONO, “Analisis Thermal-Flow RGTT dengan Program THERMIX”, Sigma
Epsilon, Majalah Ilmiah Teknologi Keselamatan Nuklir, Volume 17 No.2. Mei 2013,
ISSN :0853-9103.
[5]. E.TEUCHERT, U.HANSEN, K.A.HAAS: ”V.S.O.P-Computer Code System for Reactor
Physics and Fuel Cycle Simulation” Kernforschungsanlage Julich, JUL-1649 (1980).
[6]. F. REITSMA, et. all, “The PBMR Steady-State and Coupled Kinetics Core Thermal-
Hydraulics Benchmark Test Problems”, Nuclear Engineering and Design, Idaho
National Laboratory, 2006.
[7]. G.ESPINOSA-PAREDES, et.all, “Analysis of The Interfacial Heat Transfer Process in A
Pebble Fuel”, Nuclear Engineering and Design, Idaho National Laboratory, 2012. [8]. CLEVELAND, J.C., GREENE, S.R, "Application of THERMIX-KONVEK Code to
Accident Analysis of Modular Pebble Bed High Temperature Reactors (HTRs)".
ORNL/TM-9905, August 1986.
[9]. SUDARMONO, “Analisis Karakteristika Distribusi Temperatur Bahan Bakar Pebble di
Teras RGTT200K pada kondisi tunak” Prosiding seminar nasional TKPFN ke 19,
BATAN-UIN Sunan kalijaga, Yogyakarta, 24-25 September 2013, ISSN.0854.2910.
[10]. IAEA-TECDO-988, “High Temperature Gas Cooled Reactor Technology
Development”, Proceedings of a Technical Committee Meeting, Johannesburg, 13-15
November 1996.
DISKUSI/TANYA JAWAB:
1. PERTANYAAN: Sunardi (PKSEN-BATAN)
Grafit di teras reaktor RGTT 200K digunakan untuk apa saja dan mengapa digunakan
grafit?
JAWABAN: Sudarmono (PTKRN-BATAN)
Digunakan sebagai material moderasi material struktur, material reflektor dan material matrik
bahan bakar, hal tersebut karena mempunyai unjuk kerja yang baik memiliki sifat ideal untuk
aplikasi nuklir, sifat inert, konduktivitas tinggi, tahan terhadap korosi, mudah diperlakukan
dengan mesin dan memiliki sifat mekanik yang baik pada temperatur tinggi.
2. PERTANYAAN: Sri Kuntjoro (PTKRN-BATAN)
Bagaimana memodelkan teras dengan bahan bakar bola yang terseusun menumpuk
dengan celah antar bahan bakar berbeda?
Secara nyata apa yang adapat menyebabkan perubahan tekanan dan bagaimana
pengaruhnya terhadap daya reaktor?.
Pengaruh Laju Alir Massa Pendingin, Tekanan Dan Daya...
Sudarmono
662
ISSN: 2355-7524
JAWABAN: Sudarmono (PTKRN-BATAN)
Teras dimodelkan dengan membagi menjadi 50 komponen untuk mewakili berbagai komposisi
metarial yang berbeda. Memodelkannya secara terpisah (teras dimodelkan sendiri dan bahan
bakar bola dimodelkan sendiri).
Karena ada perbedaan parameter tekanan, sehingga menyebabkan perubahan distribusi
temperatur grafit. Demikian pengaruh daya reaktor terhadap distribusi temperatur grafit
memberi pengaruh terbesar dibandingkan dengan perubahan laju alir, masa pendingin dan
tekanan.