pengaruh kinerja keuangan terhadap rating … · secara simultan terhadap variabel rating obligasi....
TRANSCRIPT
i
PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RATING
OBLIGASI PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA
DIAN NURDIANASARI
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
ii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Rating Obligasi pada Perusahaan di Indonesia adalah benar
karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain
telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, November 2013
Dian Nurdianasari
NIM H24114041
iii
ABSTRAK
DIAN NURDIANASARI. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Rating Obligasi
Pada Perusahaan Di Indonesia. Dibimbing oleh FARIDA RATNA DEWI
Rating obligasi merupakan salah satu keputusan investor dalam memutuskan
membeli suatu obligasi.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja
keuangan, menganalisis pengaruh kinerja keuangan perusahaan terhadap rating
obligasi, dan menganalisis kinerja keuangan sebagai variabel yang mempengaruhi
rating obligasi periode 2008-2012.Penelitian ini menggunakan analisis regresi, uji
F, uji T dan R-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa current ratio, debt
rasiodan retun on asset memiliki pengaruh terhadap rating obligasi, dan 78,9%
mampu mewakili rasio-rasio yang berpengaruh terhadap rating obligasi. Hasil uji
F dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama kinerja keuangan berpengaruh
secara simultan terhadap variabel rating obligasi.
Kata Kunci: obligasi, rating obligasi, kinerja keuangan perusahaan
ABSTRACT
DIAN NURDIANASARI. The Influence Of The Financial Performance Of The
Company's Bond Rating In Indonesia. Supervised by FARIDA RATNA DEWI.
The Bond Rating is one of the decisions of investors in deciding to buy a bond.
The purpose of this research is to know the financial performance, analyzing the
influence of corporate financial performance against bond rating, and analyze
financial performance as variables that affect the bond rating period 2008-2012.
This research use of regression analysis, test f, test t- and r-square. The result
showed that current ratio, s debt ratio and retun on investment having influence
against rating bonds, and 78,9 % capable of being represented ratios are that affect
the rating bonds. F test results it can be concluded that the financial performance
of the influential together simultaneously variable charts against bonds.
Key words: bonds, bond rating, the company's financial performance
iv
PENGARUH KINERJA KEUANGAN TERHADAP RATING
OBLIGASI PADA PERUSAHAAN DI INDONESIA
DIAN NURDIANASARI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi
Pada
Departemen Manajemen
PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2013
Judul Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Rating Obligasi Pada Perusahaan di Indonesia
Nama Dian Nurdianasari NIM H24114041
Di~ Farida Ratna Dewi, SE, MM
Pembimbing
MM
Tanggal Lulus: -0 5 DEC 2013
v
Judul : Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Rating Obligasi Pada
Perusahaan di Indonesia
Nama : Dian Nurdianasari
NIM : H24114041
Disetujui oleh
Farida Ratna Dewi, SE, MM
Pembimbing
Diketahui oleh
Dr. Mukhamad Najib STP, MM
Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
vi
PRAKATA
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT, bahwa dengan rahmat dan
hidayah-Nya yang telah memberikan kesehatan dan kesabaran, serta tak lupa
penulis panjatkan shalawat kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Pengaruh Kinerja
Keuangan Terhadap Rating Obligasi pada Perusahaan di Indonesia.” yang
merupakan bagian dari syarat yang harus dipenuhi guna mencapai gelar Sarjana
Strata-1 di Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi, Institut Pertanian
Bogor.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak
yang telah membantu dalam pembuatan skripsi ini karena tanpa bantuan serta
motivasinya penulis tidak dapat membuat skripsi ini dengan baik dan
lancar.Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusuan
skripsi ini.Oleh karena itu kritik dan saran diperlukan dalam memperbaiki skripsi
ini.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat
Bogor, November 2013
Dian Nurdianasari
vii
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR viii
DAFTAR LAMPIRAN viii
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Rumusan Masalah 3
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
Ruang Lingkup Penelitian 4
TINJAUAN PUSTAKA 4
Obligasi 4
Peringkat Obligasi 5
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi 7
Penelitian Terdahulu 10
METODE PENELITIAN 12
Kerangka Pemikiran 12
Lokasi dan Waktu Penelitian 13
Jenis dan Sumber Data 14
Populasi dan Sampel 14
Teknik Pengambilan Sampel 15
Metoda Pengolahan dan Analisis Data 15
Hipotesis 18
HASIL DAN PEMBAHASAN 19
Gambaran Umum Perusahaan 19
Pembahasan Data dan Hasil Penelitian 21
Kinerja Keuangan Perusahaan 21
Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Rating Obligasi 27
Rasio yang Mempengaruhi Rating Obligasi 28
Implikasi Manajerial 31
SIMPULAN DAN SARAN 31
DAFTAR PUSTAKA 33
viii
DAFTAR TABEL
1 Rating obligasi 5
2 Daftar perusahaan 14
3 Hasil konversi rating 19
4 Uji simultan 27
5 R-Square 28
6 Analisis regresi 28
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pemikiran 13
DAFTAR LAMPIRAN
1 Current ratio 35
2 Total asset turnover 36
3 Return on asset 37
4 Debt to equity ratio 38
5 Time interest earned 40
6 Rating Obligasi 41
7 Laporan Keuangan 42
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perusahaan mempunyai beberapa pilihan alternatif sumber pembiayaan
investasi, baik internal maupun eksternal. Perusahaan akan menempatkan
penggunaan sumber dana internal (internal funds) sebagai prioritas pertama,
diikuti pinjaman eksternal (debt) dari kredit bank dan penerbitan obligasi, serta
penerbitan saham (equity). Untuk mempertahankan umur perusahaan, maka
sumber danapun harus besar untuk membiayai perusahaan.
Perusahaan akan mempunyai sumber dana baik dari internal maupun
eksternal. Sumber dana yang diperoleh perusahaan secara internal tidak cukup
untuk membiayai pengeluaran perusahaan untuk itu perusahaan perlu memperoleh
tambahan dana secara eksternal. Salah satu bentuk pendanaan yang dapat
dilakukan oleh suatu perusahaan untuk membiayai investasinya adalah dengan
menerbitkan obligasi. Obligasi selain digunakan sebagai sarana melakukan
ekspansi juga dapat digunakan sebagai sarana dalam memperkuat permodalan
bagi perusahaan. Investasi obligasi adalah salah satu jenis dari investasi yang
menarik bagi investor di Indonesia. Hal tersebut terlihat pada
pertumbuhan/penerbitan obligasi yang cukup tinggi beberapa tahun terakhir ini.
Penerbitan obligasi dianggap sebagai salah satu cara yang cukup mudah dalam
mengumpulkan dana dari masyarakat dan juga memberikan kemudahan dari
investor dalam menginvestasikan dananya.
Maka dari itu para investor lebih memilih berinvestasi di pasar modal,
karena pertumbuhan makro ekonomi di Indonesia mempunyai perkembangan
yang signifikan. Dilihat dari kepemilikan asing pada obligasi negara (SUN) pada
akhir 2009 Rp 108 Triliun, di Sertifikat Bank Indonesia pada akhir November
yang mencapai US$ 5,29 miliar, dan kapitalisasi pasar saham pada desember 2009
mencapai Rp 2.019 Triliun. (PT Moody’s Indonesia), kondisi tersebut menjadi
dukungan bagi pemerintah dan perusahaan untuk mendapatkan dukungan
pembiayaan.
Berbeda dengan saham yang memberikan hak kepemilikan kepada
pemegangnya, obligasi sebenarnya merupakan pinjaman yang investor berikan
kepada suatu perusahaan. Obligasi adalah surat hutang jangka panjang yang
diterbitkan oleh perusahaan atau pemerintah dengan nilai nominal (nilai pari / par
value) dan waktu jatuh tempo tertentu. Karena investor memberikan pinjaman
uang kepada perusahaan atau pemerintah, maka peminjam (perusahaan atau
pemerintah) akan mengembalikan pinjaman tersebut ditambah dengan bunganya
selama jangka waktu tertentu.
Obligasi merupakan jenis investasi jangka panjang.Nilai obligasi yang
diperjual-belikan biasanya dalam satuan yang cukup besar.Masa berlaku obligasi
tergantung kepada lembaga atau badan yang menerbitkannya, umumnya antara 5
sampai 10 tahun.Semakin pendek durasi obligasi berarti semakin kecil
pengaruhnya terhadap tingkat suku bunga.Semakin panjang durasinya maka
semakin sensitif terhadap perubahan suku bunga. Investor dapat menjual obligasi
yang dimiliki pada pihak lain di pasar sekunder sesuai dengan nilai atau harga
pasar sebelum obligasi tersebut jatuh tempo.
2
Penerbitan obligasi dilakukan oleh perusahaan yang membutuhkan dana,
baik untuk keberlangsungan bisnisnya ataupun untuk memenuhi kebutuhan
keuanganperusahaan dalam jangka pendek atau jangka panjang. Sebelum suatu
penerbit baik perusahaan maupun Negara mengeluarkan suatu obligasi, maka
akan dilakukan proses pengujian terhadap obligasi tersebut,dimana di Indonesia
dilakukan oleh Bapepam-LK selaku pengawas pasar modaldan dilakukan
pengujian peringkat (rating) obligasi. Pada Biasanya proses penerbitansecara
keseluruhan membutuhkan waktu sekitar 3-6 bulan sebelum obligasitersebut
dinyatakan dapat diterbitkan dan bisa dibeli oleh investor (Manurung et
al,2008).Obligasi akan mendapatkan rating secara berkala yang dikeluarkan oleh
lembaga rating obligasi.
Dalam dunia investasi selalu terdapat kemungkinan harapan investor tidak
sesuai dengan kenyataan atau selalu terdapat resiko.Risiko dalam berinvestasi di
obligasi diantaranya adalah perusahaan penerbit obligasi tidak mampu memenuhi
janji yang telah ditentukan, yaitu perusahaan tidak mampu membayar kupon
maupun tidak mampu mengembalikan pokok obligasi. Agar investor memiliki
gambaran tingkat resiko ketidakmampuan perusahaan dalam membayar, maka di
dalam obligasi dikenal suatu tingkat yang menggambarkan kemampuan bayar
perusahaan penerbit obligasi. Semua obligasi yang diterbitkan wajib diberi
peringkat agar dengan adanya peringkat tersebut maka investor dapat mengukur
atau memperkirakan seberapa besar resiko yang akan dihadapi dengan membeli
obligasi tertentu.
Rating obligasi merupakan salah satu acuan bagi investor dalam
memutuskanmembeli suatu obligasi.Ketika perusahaan yang menjadipenerbit
suatu obligasi, maka biasanya obligasi tersebut memiliki probabilitas default,
tergantung dari kesehatan keuangan perusahaan tersebut.Risiko default tersebut
dapat dipengaruhi oleh siklus bisnis yang berubah sehingga menurunkanperolehan
laba, kondisi ekonomi makro dan situasi politik yang terjadi dan lainsebagainya
(Manurung et al, 2008). Peringkat obligasi merupakan skala risiko dari semua
obligasi yang diperdagangkan.Skala tersebut menunjukkan tingkat keamanan
suatu obligasi bagi investor. Keamanan ini ditunjukkan oleh kemampuan emiten
(sebagai penerbit obligasi) dalam membayar bunga dan pelunasan pokok obligasi
pada akhir masa jatuh temponya. Selain itu dengan adanya rating obligasi oleh
agen rating maka investor dapat memperhitungkan return yang akan diperoleh
dan risiko yang ditanggung. Secara umum obligasi dibagi dalam dua peringkat
yaitu investment grade (AAA, AA, A, BBB) dan noninvestment grade (BB, B,
CCC, dan D).
Peringkat obligasi diberikan oleh agen rating yang independen, obyektif,
dan dapat dipercaya.Investor dapat menilai tingkat keamanan suatu obligasi dan
kredibilitas obligasi berdasar informasi yang diperoleh dari agen rating.Agen
rating yang terbesar dan terkenal di dunia adalah Moody’s dan Standard &
Poor’s.Sedangkan di Indonesia terdapat agen rating sekuritas hutang yaitu PT
PEFINDO (Peringkat Efek Indonesia).
Menurut Hanafi (2004) ada dua tahap yangbiasanya dilakukan dalam proses
rating, yaitu : (1) melakukan review internal terhadap perusahaan yang
mengeluarkan instrument hutang, (2) hasil review internal tersebut akan
direkomendasikan kepada komite peringkat yang akan menentukan rating
perusahaan tersebut. Investor dapat memanfaatkan jasa agen rating obligasi untuk
3
mengetahui informasi mengenai peringkat obligasi yang beredar.Agen rating
obligasi merupakan lembaga independen yang memberikan jasa penilaian dan
informasi mengenai peringkat obligasi.
Faktor yang dapat mempertimbangkan agen peringkat dalam menentukan
rating suatu obligasi diantaranya berbagai rasio keuangan, perlindungan terhadap
aset yang ada dan kualitas manajemen.Tidak terdapat penjelasan lebih lanjut dari
agen peringkat bagaimana laporan keuangan dapat digunakan dalam menentukan
peringkat obligasi.Hal ini yang mendorong peneliti untuk melakukan penelitian
mengenai peringkat obligasi dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang
didasarkan pada laporan keuangan perusahaan, dengan anggapan bahwa laporan
keuangan perusahaan lebih menggambarkan kondisi perusahaan. Analisis laporan
keuangan yang berupa analisis rasio keuangan dan perhitungan statistik dapat
dipergunakan untuk mendeteksi under or over valued suatu sekuritas.
Rumusan Masalah
Rating merupakan salah satu variabel yang diperhatikan oleh investor ketika
memutuskan untuk melakukan investasi pada suatu perusahaan. Informasi yang
terkandung dalam rating akan menunjukkan sejauh mana kemampuan suatu
perusahaan untuk membayar kewajibannya atas dana yang diinvestasikan oleh
investor. Perusahaan yang memiliki rating yang tinggi lebih disukai investor
dibandingkan dengan perusahaan yang memiliki rating yang rendah. Oleh karena
itu, agar obligasi suatu perusahaan yang memiliki rating yang cukup rendah, dapat
dijual dipasar maka biasanya investor akan menuntut premi yang lebih tinggi
sebagai suatu kompensasi atas resiko yang di tanggung oleh investor.
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kinerja keuangan perusahaan?
2. Bagaimana pengaruh kinerja keuangan perusahaan secara bersama-sama
dan parsial terhadap rating obligasi?
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui kinerja keuangan perusahaan
2. Menganalisis pengaruh kinerja keuangan perusahaan secara bersama-sama
dan parsial terhadap rating obligasi
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan
bagi pihak yang memerlukannya diantaranya adalah:
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pada
penambahan peringkat obligasi berdasarkan analisis laporan keuangan yang
berupa rasio-rasio keuangan atau masukan baru bagi bidang akuntansi
keuangan dan bentuk model prediksi.
2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan untuk
pengembangan teori dan memperkuat hasil penelitian sebelumnya atas
investigasi pengetahuan dan kemampuan analisa laporan keuangan.
4
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini diarahkan pada perusahaan di Indonesia yang menerbitkan
obligasi dengan data tahun 2008-2012. Kinerja keuangan terhadap rating obligasi,
dimana kinerja keuangan meliputi Current ratio (CR), total asset turnover, return
on asset (ROA) ,debt to equity ratio, time interest earned.
TINJAUAN PUSTAKA
Obligasi
Obligasi menjadi salah satu instrumen yang sangat fleksibel serta sangat
prospektif perkembangannya di masa mendatang, untuk investor institusional
yang menginginkan investasi dengan struktur pendapatan yang begitu variatif
maka kehadiran berbagai instrument obligasi akan dinantikan. Pengertian obligasi
menurut YKK-BI (2003) Obligasi adalah surat berharga (efek) berpendapatan
tetap yang diperdagangkan di masyarakat dimana penerbitnya setuju untuk
membayar sejumlah bunga untuk jangka waktu tertentu dan akan membayar
kembali jumlah pokoknya pada saat jatuh tempo.
Menurut Tandelilin (2010) dari sudut pandang perusahaan, obligasi
perusahaan atau obligasi korporasi (corporate bond) menyatakan hutang
perusahaan kepada pemegangnya.Obligasi perusahaan merupakan sekuritas yang
diterbitkan oleh suatu perusahaan yang menjanjikan kepada pemegangnya
pembayaran sejumlah uang tetap pada suatu tanggal jatuh tempo dimasa
mendatang disertai dengan pembayaran bunga secara periodik.Jumlah tetap yang
dibayar pada waktu jatuh tempo (maturity) merupakan pokok pinjaman
(principal) obligasi, yang juga disebut nilai nominal atau nilai par (par value atau
face value).Pembayaran bunga secara periodik disebut kupon (coupon).
Dari sudut pandang investor, obligasi perusahaan merupakan suatu investasi
yang berbeda dengan saham biasa.Saham biasa menyatakan klaim kepemilikan
pada suatu perusahaan, sedangkan obligasi menyatakan klaim kreditur pada suatu
perusahaan.
Manfaat Investasi pada Obligasi
Menurut Warsini (2009) manfaat investasi dalam obligasi adalah:
1. Bunga dibayarkan secara regular sampai jatuh tempo dan ditetapkan dalam
presentase dari nilai nominal.
2. Capital Gain. Sebelum jatuh tempo biasanya diperdagangkan di pasar
sekunder sehingga investor memperoleh kesempatan untuk mendapatkan
capital gain. Capital gain juga dapat diperoleh apabila investor membeli
obligasi dengan diskon kemudian pada saat pelunasan memperoleh sebesar
nilai nominal.
3. Hak Klaim Pertama. Jika emiten bangkrut atau dilikuidasi, pemegang
obligasi sebagai kreditur mempunyai hak klaim pertama atas asset
perusahaan.
4. Jika memiliki obligasi konversi, pemegang obligasi dapat mengkonversikan
obligasinya menjadi saham dengan harga yang telah ditetapkan, kemudian
berhak untuk memperoleh manfaat atas saham.
5
Peringkat Obligasi
Peringkat efek adalah lembaga penunjang pasar modal yang identik
penerbitan obligasi atau surat utang. Tujuannya adalah untuk memberikan
pendapat (independen, objektif dan jujur) mengenai resiko suatu efek utang.Di
Indonesia terdapat lembaga yang berperan sebagai peringkat efek yaitu PT
PEFINDO, PT Kasnic Duff dan Phelps Credit Rating Indonesia (D.C.R).Menurut
Hendy (2008) Manfaat peringkat efek bagi investor adalah:
a. Memberikan informasi atas resiko suatu investasi yang dilakukan investor
khususnya investasi atas surat berharga utang
b. Sebagai referensi dalam menentukan tingkat kembalian yang wajar
c. Penghematan biaya dalam mendapatkan informasi risiko suatu investasi
d. Prespektif pilihan investasi yang beragam sesuai risiko yang melekat
e. Meningkatkan likuiditas portofolio investasi
Rating atas efek utang oleh PEFINDO didasarkan atas beberapa
pertimbangan sebagai berikut:
a. Kemungkinan pelunasan pembayaran, yaitu penilaian atas kapasitas serta
kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansialnya sesuai dengan
yang diperjanjikan
b. Struktur, karakteristik serta berbagai ketentuan yang diatur di dalam
perjanjian efek utang
c. Perlindungan yang diberikan maupun posisi klaim dari pemegang utang
tersebut bila terjadi penutupan atau likuidasi perseroan serta hukum lainnya
yang memengaruhi hak kreditur.
Rating obligasi menurut PEFINDO, terdiri dari:
Tabel 1Rating obligasi
idAAA Merupakan peringkat tertinggi yang menggambarkan obligor memiliki
kapasitas yang superior untuk memenuhi komitmen finansial jangka
panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor
Indonesia lainnya.
idAA Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas
yang sangat kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang
dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia
lainnya.
idA Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas
yang kuat untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam
pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.
Bagaimanapun, sekuritas hutang ini lebih mudah terpengaruh terhadap
perubahan kondisi ekonomi dibandingkan sekuritas hutang dengan
rating yang lebih tinggi.
idBBB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas
yang cukup untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam
pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia lainnya.
Bagaimanapun, perubahan kondisi ekonomi dianggap dapat
melemahkan kapasitas obligor dalam memenuhi komitmen finansial
jangka panjang dalam pembayaran hutangnya.
idBB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki kapasitas
yang agak lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka panjang
6
Lanjutan Rating obligasi
dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor Indonesia
lainnya. Kapasitas obligor untuk memenuhi komitmen finansial
jangka panjang dalam pembayaran hutangnya mudah terpengaruh
oleh ketidakpastian, atau perubahan kondisi bisnis, keuangan dan
kondisi ekonomi lainnya. idB Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki
kapasitas yang lemah untuk memenuhi komitmen finansial jangka
panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor
Indonesia lainnya. Walaupun obligor kini memiliki kapasitas
untukmemenuhi komitmen finansial jangka panjang dalam
pembayaran hutangnya, adanya perubahan kondisi kondisi bisnis,
keuangan dan kondisi ekonomi lainnya dapat melemahkan
kapasitas atau willingness pemenuhan kewajiban obligor tersebut
idCCC Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor memiliki
kapasitas yang rentan untuk tidak memenuhi komitmen finansial
jangka panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap
obligor Indonesia lainnya. idD Merupakan peringkat yang menggambarkan obligor tidak
memiliki kapasitas untuk memenuhi komitmen finansial jangka
panjang dalam pembayaran hutangnya relatif terhadap obligor
Indonesia lainnya. Dengan kata lain obligor dalam kondisi
default. Catatan:
Hasilratingan dari idA sampai dengan idB dapat diberi tanda tambah (+) atau kurang (-) untuk
menunjukkan perbedaan kekuatan atau relative kemampuan obligor dalam suatu kategori
peringkat.
Obligasi yang layak untuk investasi (Invesment Grade) dimasukkan dalam
satu kategori dengan peringkat AAA sampai dengan BBB, sedangkan posisi yang
termasuk spekulatif adalah BB dan CCC.Obligasi peringkat D (Junk Bonds)
adalah kelompok obligasi yang tidak untuk investasi.
Peringkat obligasi mencerminkan tingkat keamanan, apakah obligasi
tersebut layak untuk investasi dengan risiko rendah atau tinggi. Dasar yang
digunakan untuk menentukan peringkat adalah faktor fundamental perusahaan
penerbit obligasi antara lain berdasarkan pada rasio-rasio keuangan.
Metodologi yang digunakan PEFINDO dalam proses ratingan untuk sektor
perusahan mencakup tiga risiko utama penilaian, yaitu:
1. Risiko Industri (Industry Risks)
Metode dilakukan berdasarkan analisis mendalam terhadap lima faktor
risiko utama, yaitu pertumbuhan industri & stabilitas (Growth &Stability),
pendapatan & struktur biaya (Revenue &Cost Structure), hambatan masuk dan
tingkat persaingan dalam industri (barriers to entry &competition), regulasi &de-
regulasi industri (regulatory framework), dan profil keuangan dari industri
(financial profile).
2. Risiko Finansial (Financial Risks)
Metode dilakukan berdasarkan analisis menyeluruh dan rinci pada lima
bidang utama, yang mencakup kebijakan keuangan manajemen perusahaan
(financial policy), dan empat indikator keuangan termasuk profitabilitas
7
(profitability), struktur modal (capital structure), perlindungan arus kas (cash flow
protection) dan fleksibilitas keuangan (financial flexibility).
3. Risiko Bisnis (Business Risks)
Metode dilakukan berdasarkan pada faktor-faktor kunci kesuksesan (Key
Success Factors) dari industri dimana perusahaan digolongkan.
Selain itu juga dilakukan analisis perbandingan terhadap pesaing-pesaing
sejenis dalam industri yang sama maupun industri itu sendiri dengan industri
lainnya.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peringkat Obligasi
Peringkat obligasi membantu investor dalam penilaian hutang dan resiko
kegagalan (default risk) dari obligasi.Peringkat obligasi mencoba mengukur
adanya risiko kegagalan berupa ketidakmampuan emiten atau penghutang dalam
membayar bunga selama umur obligasi dan pelunasannya pada jatuh temponnya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi peringkat obligasi menurut Bringham dan
Houston (Linandarini 2010) adalah sebagai berikut:
1. Berbagai macam rasio-rasio keuangan, termasuk debt ratio, current ratio,
profitability dan fixed charge coverage ratio. Semakin baik rasio-rasio
keuangan tersebut semakin tinggi rating tersebut.
2. Jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan (mortage provision). Apabila
obligasi dijamin dengan aset yang bernilai tinggi, maka ratingpun akan
membaik.
3. Kedudukan obligasi dengan jenis utang lain. Apabila kedudukan obligasi
lebih rendah dari utang lainnya maka rating akan ditetapkan satu tingkat
lebih rendah dari yang seharusnya.
4. Penjamin. Emiten obligasi yang lemah namun dijamin oleh perusahaan yang
kuat maka emiten diberi rating yang kuat.
5. Adanya singking fund (provisi bagi emiten untuk membayar pokok
pinjaman sedikit demi sedikit setiap tahun).
6. Umur obligasi. Cateris Paribus, obligasi dengan umur yang lebih pendek
mempunyai risiko yang lebih kecil.
7. Stabilitas laba dan penjualan emiten.
8. Peraturan yang berkaitan dengan industri emiten.
9. Faktor-faktor lingkungan dan tanggungjawab produk.
10. Kebijakan akuntansi. Penerapan kebijakan akuntansi yang konservatif
mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas.
Peringkat dipublikasikan dan investor dapat memperoleh informasi ini
secara bebas.Simbol ratingan obligasi yang digunakan oleh PT PEFINDO serupa
dengan yang digunakan oleh S&P, peringkat tertinggi disimbolkan dengan AAA,
yang menggambarkan tingkat risiko sekuritas yang paling rendah. Lembaga
ratingakan mengamati obligasi-obligasi yang beredar dalam periode tertentu,
perubahan rating (upgrade maupun downgrade) akan mempengaruhi kemampuan
untuk meminjam modal jangka panjang.
Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan perusahaan untuk menilai
kinerja suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan yang terdapat
8
pada pos laporan keuangan (neraca, laporan laba/rugi, laporan arus kas). Rasio
menggambarkan suatu hubungan atau perimbangan (mathematical relationship)
antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Analisis rasio dapat
digunakan untuk membimbing investor dan kreditor untuk membuat keputusan
atau pertimbangan tentang pencapaian perusahaan dan prospek di masa datang.
Salah satu cara pemrosesan dan penginterpretasian informasi akuntansi, yang
dinyatakan dalam artian relatif maupun absolut untuk menjelaskan hubungan
tertentu antara angka yang satu dengan angka yang lain dari suatu laporan
keuangan.
a. Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampuan
perusahaan-perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek pada
saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia.Rasio likuiditas
adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan memenuhi jangka
pendeknya.Rasio-rasio ini dapat dihitung melalui sumber informasi tentang modal
kerja yaitu pos-pos aktiva lancar dan hutang lancar.Dengan demikian rasio
likuiditas berpengaruh dengan kinerja keuangan perusahaan sehingga rasio ini
memiliki hubungan dengan harga saham perusahaan.Jenis rasio likuiditas yang
sering dipakai adalah Current ratio.
Menurut Swawidji Widioatmodjo (2004) current ratio digunakan untuk
mengukur seberapa kuat keuangan perusahaan memenuhi kewajiban jangka
pendeknya (membayar hutang-hutang jangka pendeknya) atau seberapa besar
harta lancar yang bisa dijadikan jaminan bagi kewajiban lancarnya.
Makin tinggi jumlah asset lancar (relatif terhadap utang lancar), makin
tinggi rasio lancar yang berarti pula makin tinggi pula likuiditas perusahaan.
Apabila rasio itu bernilai 2, perusahaan cukup melunasi seluruh utang lancar
dengan hanya mencairkan setengah asset lancarnya.Sebaliknya jika rasio lancar
bernilai kurang dari 1, hal itu berarti bahwa ada sebagian utang lancar yang tidak
dapat dilunasi sekalipun semua asset lancar perusahaan sudah dicairkan menjadi
kas. Namun makin tinggi rasio lancar (makin tinggi tingkat likuiditas) makin
tinggi pula jumlah kas yang tidak terpakai, yang pada akhirnya justru akan
menurunkan tingkat profitabilitas. Dengan demikian selalu ada pertukaran (trade-
off) antara likuiditas dan profitabilitas.
b. Rasio Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang mengukur seberapa efektif perusahaan
dalam memanfaatkan semua sumber daya yang ada.Rasio aktivitas ini melibatkan
perbandingan antara tingkat penjualan dan investasi pada berbagai jenis aktiva.
Jenis rasio aktivitas salah satunya adalah Total asset turnover.
Total asset turnover merupakan perbandingan antara penjualan dengan total
aktiva suatu perusahaan dimana rasio ini menggambarkan kecepatan
perputarannya total aktiva dalam satu periode tertentu. Menurut Syamsudin
(2009) Total asset turnover merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi
penggunaan keseluruhan aktiva perusahaan dalam menghasilkan volume
penjualan tertentu.
Total assets turn over juga rasio yang menggambarkan perputaran aktiva
diukur dari volume penjualan. Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang
berarti bahwa aktiva dapat lebih cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan
9
semakin efisien penggunaan keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan.
Dengan kata lain jumlah asset yang sama dapat memperbesar volume penjualan
apabila assets turn overnya ditingkatkan atau diperbesar.
Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan,
tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan
menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan.
c. Rasio Profitabilitas
Rasio profitabilitas merupakan rasio yang bertujuan untuk mengetahui
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu dan
juga memberikan gambaran tentang tingkat efektifitas manajemen dalam
melaksanakan kegiatan operasinya.Efektifitas manajemen disini dilihat dari laba
yang dihasilkan terhadap penjualan dan investasi perusahaan.Rasio ini disebut
juga rasio rentabilitas.
Menurut Syafri (2008) Rasio profitabilitas merupakan rasio yang
menggambarkan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui semua
kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah
karyawan, jumlah cabang dan sebagainya.
Menurut Syafri dan Sofyan (2008) Return on asset menyatakan seberapa
banyak laba yang dihasilkan oleh suatu perusahaan dari setiap asset yang
dimilikinya.Rasio ini menjelaskan seberapa efektif suatu perusahaan
memanfaatkan semua asset yang dimilikinya untuk menghasilkan laba.Return on
asset merupakan perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan total
aktiva.
Rasio laba bersih dengan asset yang berada di bawah rata-rata industri
menunjukan bahwa suatu perusahaan tidak menggunakan asetnya secara efisien
untuk menghasilkan laba.Aplikasi umum lainnya untuk rasio ini adalah dengan
membandingkannya dengan biaya perusahaan dalam meminjam modal.Idealnya,
rasio Return on asset (ROA) perusahaan harus melebihi besarnya biaya
meminjam uang untuk membeli asset terkait.Perusahaan yang mengalami
perubahaan signifikan dalam nilai assetnya.
d. Rasio Leverage
Rasio Leverage (Rasio Hutang), rasio ini digunakan untuk mengukur
seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan hutang atau dibiayai oleh pihak
luar. Data yang dipergunakan untuk analisis leverage adalah Neraca dan Laporan
Laba Rugi. Salah satu rasio yang termasuk rasio leverage adalahdebt to equity
ratio.
Rasio ini merupakan perbandingan antara total hutang dengan total aktiva.
Sehingga rasio ini menunjukkan sejauh mana hutang dapat ditutupi oleh
aktiva.Menurut Sawir (2008) debt ratio merupakan rasio yang memperlihatkan
proposi antara kewajiban yang dimiliki dan seluruh kekayaan yang dimiliki. Rasio
ini menunjukkan struktur permodalan perusahaan dengan membandingkan apa
yang terutang oleh perusahaan dengan apa yang dimiliki. Rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan untuk menutup kewajibannya terhadap baik kreditor
maupun pemilik apabila terjadi likuidasi.
Semakin tinggi rasio ini, semakin banyak utang yang dimanfaatkan
perusahaan, dan semakin rendah tingkat keamanan bagi kreditor apabila
10
perusahaan likuid. Rasio utang terhadap nilai bersih yang lebih tinggi juga berarti
bahwa perusahaan ini mempunyai kemampuan meminjam yang lebih kecil.
e. Rasio Solvabilitas
Solvabilitas suatu perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang apabila
sekiranya perusahaan dilikuidasi.Suatu perusahaan yang solvable berarti bahwa
perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk
membayar semua hutang-hutangnya begitu pula sebaliknya perusahaan yang tidak
mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya disebut
perusahaan yang insolvable. Syafri (2008) menyatakan bahwa Rasio solvabilitas
adalah rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar
kewjiban jangka panjangnya/ kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan di
likuidasi. Salah satu yang termasuk dalam rasio solvabilitas adalah Time interest
earned.
Time interest earned merupakan perbandinganantara laba bersih sebelum
bunga dan pajak dengan beban bunga dan merupakan rasio yang mencerminkan
besarnya jaminan keuangan untuk membayar bunga utang jangka panjang.
Sawir (2008) mengatakan bahwa rasio ini juga disebut dengan rasio
penutupan (coverage ratio), yang mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban
bunga tahunan dengan laba operasi (EBIT) dan mengukur sejauh mana laba
operasi boleh turun tanpa menyebabkan kegagalan dari pemenuhan kewajiban
membayar bunga pinjaman.
Jadi rasio solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi semua kewajibannya, untuk melunasi seluruh hutangnya yang ada
dengan menggunakan seluruh aset yang dimilikinya apabila sekiranya perusahaan
dilikuidasi.Dengan demikian rasio solvabilitas berpengaruh dengan kinerja
keuangan perusahaan sehingga rasio ini memiliki hubungan dengan harga saham
perusahaan.
Penelitian Terdahulu
Yohanes (2011) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh Rasio
Keuangan dan Karakteristik Obligasi terhadap Ratting Obligasi Korporasi Di
Indonesia”, penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui variable leverage
berpengaruh signifikan terhadap rating obligasi, mengetahui variable profitability
berpengaruh signifikan terhadap rating obligasi, mengetahui variable umur
obligasi berpengaruh signifikan terhadap rating obligasi, mengetahui variable
subordinasi berpengaruh signifikan terhadap rating obligasi, serta mengetahui
rasio keuangan dan karakteristik obligasi secara simultan berpengaruh signifikan
terhadap rating obligasi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan alat
analisis regresi berganda, uji T digunakan untuk menguji hipotesis statistik
pertama sampai keempat, dan Uji F digunakan untuk menguji hipotesis statistik
kelima. Dari hasil penelitian menyebutkan bahwa pada tingkat signifikansi 5%,
variabel leverage berpengaruh signifikan terhadap variabel rating obligasi.
Variabel leverage memiliki pengaruh negatif terhadap variabel rating obligasi.
Pada tingkat signifikan 5% variabel profitability berpengaruh signifikan terhadap
variabel rating obligasi.Variabel profiability memliki pengaruh positif terhadap
rating obligasi.Pada tingkat signifikansi 5% variabel umur obligasi berpengaruh
signifikan terhadap variabel rating obligasi.Variabel umur obligasi memiliki
11
pengaruh positif terhadap variabel rating obligasi.Pada tingkat signifikansi 5%,
variabel subordinasi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel rating
obligasi, hal ini disebabkan karena pada sektor keuangan jarang sekali ditemui
obligasi subordinat.Pada tingkat signifikansi 5% rasio keuangan dan karistik
obligasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap rating obligasi.Hal ini
karena variabel leverage, profitability, umur obligasi dan subordinasi memiliki
korelasi yang kuat sehingga secara bersama-sama dapat mempengaruhi rating
obligasi.Oleh karena itu, variabel leverage, profitability, umur obligasi dan
subordinasi secara bersama-sama dapat digunakan untuk memprediksi variabel
rating obligasi.
Linandarini (2010) dalam peneitiannya yang berjudul “Kemampuan Rasio
Keuangan dalam Memprediksi Peringkat Obligasi Perusahaan di
Indonesia”.Tujuan penelitian tersebut adalah untuk menemukan bukti empiris
rasio keuangan yang dapat membedakan peringkat obligasi perusahaan
investment grade dan non-investment grade, serta memperoleh model prediksi
peringkat obligasi yang dapat menilai secara tepat. Penelitian ini meneliti tentang
model prediksi peringkat obligasi yang mampu dibentuk oleh rasio keuangan
dan menguji apakah terdapat perbedaan rasio keuangan (leverage, likuiditas,
solvabilitas, profitabilitas, dan produktivitas) antara perusahaan yang memiliki
peringkat obligasi investment grade dan non- investment grade. Variabel
penelitian yang digunakan adalah variable dependen, yaitu peringkat obligasi.
Sedangkan variable independen yang digunakan adalah rasio keuangan yang
meliputi rasio leverage dengan proxy LTLTA, rasio likuiditas dengan proxy
CACL, rasio solvabilitas dengan proxy CFOTL, rasio profitabilitas dengan
proxy OIS, dan rasio produktivitas dengan proxy STA. Analisis dilakukan
dengan menggunakan analisis diskriminan (Multiple Discriminant Analysis)
dengan program Statistical Packag for Social Sciences (SPSS) Ver. 16. Data
sampel obligasi sebanyak 66 pengamatan obligasi yang dihasilkan perusahaan
penerbit non-keuangan yang terdaftar di BEI pada tahun 2007-2008 dan dinilai
oleh agen rating PEFINDO. Hasil penelitian tersebut adalah hasil pengujian beda
independen (uji t-test) menunjukkan bahwa secara statistik terbukti terdapat
perbedaan antara rasio keuangan (leverage, likuiditas, solvabilitas, profitabilitas,
produktivitas) perusahaan yang peringkat obligasinya termasuk ke dalam
invesment grade dan non-invesment grade selama dua tahun pengamatan (2007-
2008). Hasil pengujian analisis diskriminan (Multiple Discriminant Analysis)
menunjukkan bahwa secara statistic rasio keuangan dapat membentuk model
prediksi peringkat obligasi selama dua tahun pengamatan (2007-2008). Dari hasil
uji diskriminan tersebut terdapat tiga variable rasio keuangan yangdapat
membentuk model prediksi. Ketiga variable rasio keuangan tersebut berasal dari
rasio keuangan likuiditas dengan proxy Current Asset/Current Liabilities; rasio
keuangan profitabilitas dengan proxy Operating Income/Sales; dan rasio
keuangan produktivitas dengan proxy Sales/TotalAsset. Tingkat ketepatan yang
diperoleh dalam memprediksi peringkat obligasi dengan dua kategori mencapai
94,3% dengan nilai Zcu sebesar 1,282. Dengan demikian model prediksi tersebut
dapat digunakan untuk memprediksi peringkat obligasi khususnya bagi
perusahaan non-keuangan di Indonesia.
12
METODE PENELITIAN
Kerangka Pemikiran
Dalam penelitian ini perusahaan yang obligasinya di perdagangkan di Bursa
Efek Indonesiaadalah sebagai dasar untuk mendapatkan laporan keuangan yang
sudah dipublikasi.Penelitian ini menggunakan populasi semua perusahaan yang
menerbitkan obligasi.Perusahaan tersebut terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta
terdaftar dalam peringkat obligasi yang dikeluarkan oleh PEFINDO yang
dijadikan acuan adalah data periode tahun 2008-2012.
Kondisi laporan keuangan keadaan baik, bertahan atau memburuk rating
obligasinya. Laporan keuangan perusahaan akan menghasilkan rasio keuangan
yang dapat mempengaruhi penerbitan obligasi suatu perusahaan. Pengukuran rasio
keuangan dilakukan dengan memperhitungkan aset perusahaan dan pembayaran
hutang perusahaan yang kemudian akan mempengaruhi terhadap obligasi
perusahaan tersebut. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh varibel-variabel dari rasio-rasio keuangan terhadap rating
suatu obligasi, dimana rating obligasi merupakan variabel yang dipengaruhi dan
current ratio, total asset turnover, debt equity ratio, return on asset dan time
interest earned merupakan varibel yang mempengaruhi.
Peringkat obligasi itu sendiri merupakan hasil penilaian yang dilakukan oleh
perusahaan rating mengenai efek hutang suatu perusahaan yang menerbitkan
obligasi di pasar sekunder.Hubungan rasio keuangan dan rating obligasi dalam
penelitian ini dipergunakan untuk melihat pengaruhnya tersebut (Gambar
1).Dimulai dari uji regresi untuk mengetahui hubungan antara rasio keuangan
perusahaan dengan rating obligasi, setelah itu dilakukan uji T, uji F dan R-Square
untuk mengetahui pengaruh dari rasio keuangan dan rating obligasi. Hasil dari
analisis tersebut akan menjadi dasar untuk memberikan rekomendasi kinerja
obligasi kepada investor.
13
Bursa Efek Indonesia
Obligasi
Kinerja Keuangan
- Current Ratio (CR)
- Total Aset Turnover
- Return On Aset (ROA)
- Debt to Equity Ratio
- Time Interest Earned
Pengaruh Terhadap Rating
Obligasi
Rekomendasi
Laporan Keuangan
1. Analisa Regresi
2. Uji F
3. Uji T
4. R Square
Investor
Gambar 1Kerangka Pemikiran
Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bursa Efek Indonesia yang bertempat di Gedung
Bursa Efek Indonesia Menara I Jl. Jendral Sudirman kav 52-53 Jakarta Selatan.
Waktu penelitian dilakukan selama tiga bulan yaitu dari bulan April – Juni 2013
14
Jenis dan Sumber Data
Jenis sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder
dan data primer baik berupa kualitatif maupun kuantitatif. Berikut sumber data
tersebut adalah:
a) Data Primer diperoleh studi pustaka dan pemilihan narasumber dilakukan
secara sengaja dengan pertimbangan bahwa orang yang diwawancarai ahli
dalam bidangnya.
b) Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan, rating obligasi dan sebagai
data penunjang diperoleh melalui studi pustaka, media massa, jurnal, artikel
internet dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian.
Populasi dan Sampel
Populasi merupakan jumlah keseluruhan dari satuan-satuan yang
karakteristiknya yang hendak diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah daftar
perusahaan yang diperinkat oleh PT. Pefindo (Rating Efek Indonesia).
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Sampel dalam
penelitian ini adalah daftar perusahaan yang terdaftar di PT BEI (Bursa Efek
Indonesia) dan PT. Pefindo (Rating Efek Indonesia). Jumlah Perusahaan yang
menjadi sampel sampai 45 perusahaan, yaitu:
Tabel 2Daftar perusahaan
No Nama Perusahaan
1 Adhi Karya (Persero) Tbk
2 Adira Dinamika Multi Finance Tbk
3 Bank Danamon Indonesia Tbk
4 Bank Mandiri
5 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk
6 Bank Permata Tbk
7 Bank Pan Indonesia Tbk
8 Bank OCBC NISP Tbk
9 Bakrieland Development Tbk
10 Bakrie Telecom Tbk
11 Bentoel International Investama Tbk
12 BFI Finance Indonesia Tbk
13 Bumi Serpong Damai
14 BW Plantation Tbk
15 Duta Pertiwi Tbk
16 Elnusa Tbk
17 Federal Internasional
18 Indofood Sukses Makmur Tbk
19 Indomobil Finance Indonesia
20 Indosat Tbk
21 Japfa Comfeed Indonesia Tbk
22 Jasa Marga (Persero) Tbk
23 Lautan Luas
24 Malindo Feedmill Tbk
25 Mandiri Tunas Finance
26 Matahari Putra Prima Tbk
15
Lanjutan Daftar perusahaan
No Nama Perusahaan
27 Mayora Indah Tbk
28 Medco Energi International Tbk
29 Media Nusantara Citra Tbk
30 Mitra Adiperkasa Tbk
31 Oto Multiartha
32 Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk
33 Pembangunan Jaya Ancol Tbk
34 Perum Pegadaian
35 Pupuk Kalimantan Tbk
36 Perusahaan Listrik Negara (Persero)
37 Ricky Putra Globalindo Tbk
38 Salim Ivomas Pratama
39 Selamat Sempurna Tbk
40 Summarecon Agung Tbk
41 Summit Oto Finance
42 Telekomunikasi Indonesia Tbk
43 Wahana Ottomitra Multiartha Tbk
44 Wijaya Karya (Persero) Tbk
45 XL Axiata Tbk
Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampel merupakan upaya penelitian untuk mendapat
sampel yang mewakili, yang dapat menggambarkan populasinya. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode puposive
sampling. Yaitu pengambilan sampel yang dilakukan hanya atas dasar
pertimbangan penelitinya dan sampel yang diambil sudah sesuai tujuan dan
maksud tertentu.
Kriteria yang digunakan sebagai sampel dalam penelitian adalah:
1. Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan mengeluarkan
obligasi serta hasil ratingnya dipublikasikan oleh PT. Pefindo pada tahun
2008-2012
2. Perusahaan yang menerbitkan laporan keuangan dan dipublikasikan oleh
Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2012
3. Periode penelitian yang digunakan tahun 2008-2012
Metoda Pengolahan dan Analisis Data
Data yang diperoleh baik secara manual, secara komputerasi dengan
menggunakan analisis rasio untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi
rating obligasi. Data yang diolah dalam bentuk tabel agar mudah dibaca dan
dimengerti, selanjutnya data tersebut diuraikan secara kualitatif dan disajikan
dalam bentuk uraian secara deskriptif.
Analisis Rasio Keuangan
Analisis rasio keuangan ini digunakan untuk melihat perkembangan kinerja
keuangan perusahaan agar investor bersedia membeli obligasi perusahaan dan
16
untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keuangan perusahaan.
Dalam menganalisis digunakan rasio sebagai berikut:
1. Current ratio
Rasio Likuiditas merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan pengelola
perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau membayar kewajiban jangka
pendeknya. Artinya, seberapa mampu perusahaan untuk membayar kewajiban
yang sudah jatuh tempo. Sedangkan current ratio menunjukkan sejauh mana
akitva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Semakin besar perbandingan
aktiva lancar dan kewajiban lancar semakin tinggi kemampuan perusahaan
menutupi kewajiban jangka pendeknya.
Current ratio yang rendah biasanya dianggap menunjukkan terjadinya
masalah dalam likuidasi, sebaliknya current ratio yang terlalu tinggi juga kurang
bagus, karena menunjukkan banyaknya dana menganggur yang pada akhirnya
dapat mengurangi kemampu laba perusahaan.
................................................................. (1)
2. Total asset turnover
Rasio ini ukuran yang bersifat umum mengenai kemampuan perusahaan
kecil untuk menghasilkan penjualan jika dikaitkan dengan asetnya. Rasio ini
mendiskripsikan seberapa produktif perusahaan menggunakan asetnya untuk
menghasilkan penjualan.
........................................................... (2)
3. Return on asset
Rasio ini mengukur tingkat kinerja keuangan suatu perusahaan. Return on
asset (ROA) digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam
memanfaatkan aktivanya untuk memperoleh laba. Rasio ini merupakan
perbandingan antara laba dengan rata-rata aktiva yang dimiliki perusahaan.
....................................................................................... (3)
4. Debt to equity ratio
Rasio ini digunakan untuk mengukur keseimbangan proporsi antara aktiva
yang didanai oleh kreditor (utang) dan yang didanai oleh pemilik perusahaan
(ekuitas). Jika rasio ini cukup tinggi, maka hal tersebut menujukkan tingginya
penggunaan utang, sehingga hal ini dapat membuat perusahaan mengalami
kesulitan keuangan, dan biasanya memiliki resiko kebangkrutan yang cukup
besar.
.................................................................. (4)
17
5. Time interest earned
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi
beban tetapnya berupa bunga dengan laba yang didapat, atau mengukur besarnya
laba agar bisa menutup beban bunga.
................................................. (5)
Analisis Regresi
Analisis regresi digunakan untuk menganalisis pengaruh dan hubungan dari
rasio keuangan terhadap rating obligasi. Definisi regresi menurut Kurniawan
(2009) sebagai pengaruh antara lebih dari 2 variabel, dimana terdiri dari dua atau
lebih variabel independen/bebas dan satu variabel dependen/terikat dan juga
digunakan untuk membangun persamaan dan menggunakan persamaan tersebut
untuk membuat perkiraan (predection).Penggunaan metode analisis regresi untuk
membentuk model regresi didasari oleh asumsi error atau residual yang bersifat
identik, independen, dan berdistribusi normal, dengan mean bernilai nol dan
variansi bernilai tertentu. Metode penaksiran parameter yang sesuai adalah
kuadrat terkecil terboboti (Weighted Least Square).
Model Regresi yang digunakan adalah:
Rat = α0 + b1 CR + b2 TAT + b3 ROA + b4 DER + b5 TIE + є
Dimana :
Rat = Rating obligasi
α0 = Konstanta
CR = Current ratio (Likuiditas)
TAT = Total Aset Turnover (Aktivitas)
ROA = Return On Aset (Profitabilitas)
DER = Debt Ratio (Laverage)
TIE = Time interest earned (Solvabilitas)
є = Disturbance Eror
b = Koefisien Regresi
Uji T
Uji ini biasanya digunakan untuk mengetahui berapa besar masing-masing
variabel independen memberikan pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Jika menggunakan tingkat signifikansi (α) 5%, maka jika tingkat signifikansi
yangdiperoleh > 0,05 maka H0 diterima. Dan sebaliknya, jika < 0,05 maka H0
ditolak, yang menunjukkan bahwa variabel independen tersebut berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen.
Uji F
Uji ini digunakan untuk melihat berapa besar variabel-variabel independen
secara bersama-sama meberikan pengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Jika tingkat signifikansi (α) 5%, maka jika tingkat signifikansi yang diperoleh >
0,05 maka H0 diterima. Dan sebaliknya jika < 0,05 maka H0 ditolak, yang
menunjukkan bahwa masing-masing variabel independen tersebut berpengaruh
secara signifikan terhadap variabel dependen.
18
R-Square
Nilai ini menunjukkan kemampuan variabel-variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen. Semakin tinggi R-Square, maka variabel-variabel
independen yang digunakan dalam model semakin baik dalam menjelaskan
variabel dependen.
Hipotesis
Hipotesis nol dan hipotesis alternatif yang akan diusulkan dan akan diuji
adalah:
H10 : α1 = 0
Current ratio (CR) tidak berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan
lembaga rating.
H1a : α1 # 0
Current ratio (CR) berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan
lembaga rating.
H20 : α2 = 0
Total asset turnover (TAT) tidak berpengaruh terhadap rating obligasi yang
dikeluarkan lembaga rating.
H2a : α2 # 0
Total asset turnover (TAT) berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan
lembaga rating.
H30 : α3 = 0
Return on asset (ROA) tidak berpengaruh terhadap rating obligasi yang
dikeluarkan lembaga rating.
H3a : α3 # 0
Return on asset (ROA) berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan
lembaga rating.
H40 : α4 = 0
Debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan
lembaga rating.
H4a : α4 # 0
Debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan
lembaga rating
H50 : α5 = 0
Time interest earned (TIE) berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan
lembaga rating.
H5a : α5 # 0
Time interest earned (TIE) berpengaruh terhadap rating obligasi yang dikeluarkan
lembaga rating
Oleh karena rating yang dikeluarkan oleh PT. Pefindo merupakan huruf,
sementara rasio-rasio keuangan yang digunakan dalam bentuk angka, supaya
dapat digunakan dalam permodelan dan diolah maka dilakukan mekanisme
konversi terhadap rating yang dikeluarkan PT. Pefindo, dimana sistem konversi
yang digunakan adalah mengonversi rating dalam bentuk huruf ke dalam angka
dengan skala tertinggi untuk perusahaan yang memiliki rating untuk perusahaan
yang memilki rating tertinggi dan skala yang terendah untuk perusahaan-
perusahaan dengan rating yang lebih rendah dengan asumsi jarak antar rating
19
sama. Berikut ini adalah hasil konversi rating untuk sampel yang digunakan dalam
penelitian ini dari rating yang dikeluarkan pefindo
Tabel 3Hasil konversi rating
Simbol Rating Level Simbol Rating Level
AAA+ 10.53 BBB+ 5.26
AAA 9.94 BBB 4.68
AAA- 9.36 BBB- 4.09
AA+ 8.77 BB+ 3.51
AA 8.19 BB 2.92
AA- 7.60 BB- 2.34
A+ 7.02 B+ 1.75
A 6.43 B 1.17
A- 5.85 B- 0.58
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan
Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Secara historis, pasar modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka.
Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial Belanda dan
tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh
pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC.
Pada tahun 1977 bursa dibuka kembali dan dikembangkan menjadi bursa modern
dengan menerapkan Jakarta Automoted Trading System (JATS) yang terintegrasi
dengan sistem kliring dan penyelesaian, serta depositri saham yang dimiliki oleh
PT. Kustodian Depositori Efek Indonesia (KDEI).
Perdagangan surat berharga dimulai di Pasar Modal Indonesia sejak 3 Juni
1952. Namun tonggak paling besar terjadi pada 10 Agustus 1077, yang dikenal
sebagai kebangkitan Pasar Modal Indonesia. Setelah Bursa Efek Jakarta
dipisahkan dari Institusi Bapepam tahun 1992 dan diswastakan, mulailah pasar
modal mengalami pertumbuhan yang sangat pesat. Pasar modal tumbuh pesat
periode 1992-1997. Krisis di Asia Tenggara tahun 1977 mebuat pasar modal
jatuh. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun ke posisi yang lebih rendah.
Indonesia dilanda krisis moneter, pada krisis ini yang terjadi dimulai dari
penurunan nilai mata uang negara-negara Asia, termasuk Indonesia terhadap
dollar Amerika. Tahun 2000 sistem perdagangan tanpa warkat (scrpless
trading)mulai diaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
Kemudian pada tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke
Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
A. Indeks Obligasi Negara (Indonesia Goverment Bond Index-IGBX)
Indeks Obligasi Negara pertama kali diluncurkan pada tanggal 01 Juli 2004
dengan nama Indonesia Government Bond Index disingkat IGBX, sebagai wujud
pelayanan pasar modal dalam memperoleh data sehubungan dengan informasi
perdagangan obligasi negara.
Indeks Obligasi memberikan nilai lebih, antara lain:
Sebagai barometer dalam melihat perubahan yang terjadi di pasar obligasi
Sebagai alat analisa teknikal untuk pasar obligasi pemerintah
20
Benchmark dalam mengukur kinerja portofolio obligasi
Analisa pengembangan instrumen Surat Berharga Negara (SBN).
Indeks obligasi Negara diterbitkan secara harian dengan menggunakantahun
dasar Juni 2004 yang ditetapkan 100 sebagai nilai dasar Index. dengan melakukan
pengelompokan obligasi sebagai berikut :
1. Obligasi Negara dengan mata uang rupiah dan memiliki kupon berbunga
tetap
2. Sisa jangka waktu jatuh tempo sekurang-kurangnya 1 tahun
B. Metodologi yang dipakai dalam IGBX
Indeks Obligasi Negara adalah nilai rata-rata tertimbang (weigthed
average) terhadap nilai obligasi yang masih tercatat dan dapat
diperdagangkan. Perhitungan IGBX menggunakan metode perhitungan Bond
Index yang lazim digunakan dengan berdasarkan perubahan harga pasar yang
terjadi di pasar secara harian (dalam hal ini adalah data harga transaksi Obligasi
Negara yang dilaporkan melalui PT Bursa Efek Indonesia selaku Penerima
Laporan Transaksi Efek).
IGBX dikelompokkan dalam beberapa sub-grup, di mana masing-masing
sub grup terdiri atas beberapa Obligasi Negara yang memiliki struktur jatuh
termpo lebih dari 1 tahun. Pengelompokan dilakukan berdasarkan uji statistik
berdasarkan pada tingkat kemiripan setiap Time To Maturity (TTM).
Pembagian struktur jatuh tempo SUN adalah sebagai berikut:
Sub-grup 1 : 1 Tahun ≤ Time to maturity < 5 Tahun
Sub-grup 2 : 5 Tahun ≤ Time to maturity < 7 Tahun
Sub-grup 3 : 7 Tahun ≤ Time to maturity
Gambaran Umum PT. Pefindo
Pefindo didirikan di Jakarta pada tanggal 21 Desember 1993, melalui
inisiatif Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
dan Bank Indonesia (BI). Pada tanggal 13 Agustus 1994, Pefindo memperoleh
izin operasi dari Bapepam-LK (No.39/PM- PI/1994) dan menjadi salah satu
lembaga penunjang pasar modal Indonesia.
Fungsi utama Pefindo adalah menyediakan suatu peringkat yang objektif,
independen, serta dapat dipertanggungjawabkan atas risiko kredit (dari
penerbitan surat utang) yang diterbitkan kepada publik.
Pefindo juga menerbitkan dan mempublikasikan informasi kredit
sehubungan dengan pasar perdagangan sekuritas utang. Publikasi ini terdiri
dari opini kredit atas perusahaan-perusahaan penerbit obligasi besertasektor asset
acuannya.
Pefindo merupakan Perseroan Terbatas (PT) yang sahamnya per Desember
2009 tercatat dimiliki oleh 92 perusahaan domestik, yang terdiri dari dana
pensiun, perbankan, asuransi, Bursa Efek Indonesia (BEI), dan perusahaan
sekuritas.
Guna meningkatkan metodologi dan criteria yang digunakan dalam
melakukan ratingan, maka Pefindo didukung oleh mitra globalnya, yaitu Standard
& Poor Rating Services (S&P's). Pefindo juga aktif berpartisipasi dalam Asian
Credit Rating Agencies Association (ACRAA).
21
A. Produk dan Layanan Pefindo
Pefindo memiliki beberapa produk dan layanan yang menunjang
kegiatan pasar modal,diantaranya:
a) Ratting Service
Rating Service merupakan jasa yang ditawarkan Pefindo dalam menilai
obligasi perusahaan-perusahaan tertentu untuk kemudian diperingkat. Rating
Service yang ditawarkan Pefindo terbagi ke dalam dua bentuk, yaitu Company
Rating (menilai dan memeringkat perusahaan atas seluruh obligasinya) dan
Debt Instrument Rating (menilai dan memeringkat tiap instrumen obligasi). Hasil
dari Rating Service dituangkan kedalam dokumen yang bernama Rating
Announcement.
b) Mutual Fund Service
Mutual Fund Service merupakan jasa yang ditawarkan Pefindo dalam
menilai dan memeringkat instrument reksadana.Mutual Fund Service yang
ditawarkan Pefindo terbagi ke dalam dua bentuk, yaitu Pefindo’s Mutual Fund
Ranking (memeringkat reksadana berdasarkan tingkat pengembalian,volatilitas,
dan ukuran aset) dan Pefindo’s Credit Quality Rating (memeringkat reksadana
berdasarkan level proteksi terhadap default risk). Hasil dari Mutual Fund Service
dituangkan kedalam Mutual Fund Report.
c) Pefindo 25 SME Index
Pefindo25SME Index merupakan indeks saham yang dikelola oleh BEI
bersama dengan Pefindo dan Investor Daily. Index ini merepresentasikans aham-
saham padaUsaha Kecil dan Menengah (UKM).
d) Equity Valuation
Equity Valuation merupakan produk yang ditawarkan Pefindo berbentuk
Laporan Riset Ekuitas secara singkat dan padat yang membahas mengenai bisnis
emiten beserta prospeknya dan industri dimana emiten berada serta proyeksi
keuangan dan nilai wajar saham emiten.
e) Industry Report
Industy Report merupakan produk yang ditawarkan Pefindo berupa kajian
holistic yang berisi informasi dan opini mengenai seluk- beluk suatu sector
industri,baikdalam lingkup nasional maupun global.
f) Economic Updates
Economic Updates merupakan produk yang ditawarkan Pefindo berupa
kajian holistic yang berisi informasi dan opini mengenai kondisi perekonomian
nasional dan perkembangannya.
Pembahasan Data dan Hasil Penelitian
Kinerja Keuangan Perusahaan
A. Curret Ratio
Current ratio merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan
kewajiban lancar dan merupakan ukuran yang digunakan untuk mengetahui
22
kesanggupan suatu perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Curret
ratio menunjukkan seberapa besar kemampuan aktiva yang dimiliki perusahaan
dapat digunakan jika kewajiban pada saat jatuh tempo. Semakin besar nilai rasio
ini semakin lancar perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Adapun hasil
perhitungan CR pada masing-masing perusahaan sampel yang diperoleh dari
laporan keuangan yang terdapat lampiran 1.
Dari perhitungan current ratioini, perusahaan mengalami fluktuasi naik dan
turun setiap tahunnya. Dilihat dari rata-rata setiap perusahaan terlihat Summit
Otto Finance mempunyai ratio tertinggi dari perusahaan yang lainnya, selain itu
Media Nusantara Citra juga memilki ratio tinggi. Meskipun setiap tahun Summit
Otto Finance mengalami fluktuasi turun dan naiknya ratio, terlihat pada tahun
2012 mengalami penurunan. Dikarenakan pada tahun tersebut dalam catatan
laporan keuangan perusahaan terdapat bukti objektif bahwa aset keuangan
mengalami penurunan nilai, dan peristiwa tersebut berdampak pada arus kas
perusahaan dimasa mendatang sehingga aktiva lancar pada tahun tersebut ikut
menurun. Sedangkan pada kewajiban perusahaan, transaksi penerusan kredit
perusahaan mengalihkan pokok piutang pembiayaan konsumen kepada investor
sebesar jumlah dana yang diberikan investor. Terbukti pada tahun 2012 kewajiban
perusahaan mengalami penurunan, seluruh transaksi penerusan kredit dan
penjualan portofolio dilakukan dengan skema tanpa tanggung rentang. Pada
Summit Otto Finance menunjukkan bahwa perusahaan tersebut mampu memenuhi
kewajiban finansialnya setiap tahunnya.
Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan setiap tahunnya adalah
Bakrie Telecom dan XL Axiata. Dilihat dari laporan keuangannya perusahaan
tersebut mengalami penurunan setiap tahunnya pada aktiva lancar (Lampiran 1).
Pada tahun 2012 perusahaan menghapus piutang tak tertagih untuk mencegah
kerugian di masa yang akan datang, pada tahun tersebut pula menjual seluruh
investasinya, sehingga mengakibatkan penurunan pada aktiva lancar. Perusahaan
juga mempunyai biaya yang masih harus dibayar, perusahaan telah mengadakan
perjanjian kerjasama interkoneksi dengan beberapa operator telepon dimana
perusahaan harus membayar beban interkoneksi sesuai perjanjian. Sedangkan
pada perusahaan XL Axiata dilihat dari catatan laporan keuangan mengalami
penurunan nilai pada piutang usaha, piutang individual yang diturunkan nilainya
terutama terkat dengan pelanggan korporasi dan non-korporasi yang secara tidak
terduga mengalami situasi ekonomi yang sulit. Sedangkan pada 31 desember
2012, 2011 dan 2010 perusahaan memilki fasilitas pinjaman yang belum
digunakan sehingga mengakibatkan kewajiban lancar yang meningkat. Namun
demikian pada perusahaan Bakrie Telecom dan XL Axiata tetap membayar
kewajiban lancarnya meskipun terdapat kesulitan untuk sesuai jatuh tempo.
Dengan demikian kenaikan dan penurunan yang dialami perusahaan yang
menjadi sampel disebabkan oleh aktiva lancar lebih tinggi dari kewajiban
lancarnya, maka dari itu perusahaan mampu memenuhi kewajiban financial
jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang
tersedia dengan baik setiap tahunnya. Rasio ini juga tidak hanya berkenaan
dengan keadaan keseluruhan keuangan perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan
kemampuannya mengubah aktiva lancar tertentu menjadi uang kas.
23
B. Total asset turnover
Rasio ini menggambarkan perputaran aktiva diukur dari volume penjualan.
Jadi semakin besar rasio ini semakin baik yang berarti bahwa aktiva dapat lebih
cepat berputar dan meraih laba dan menunjukkan semakin efisien penggunaan
keseluruhan aktiva dalam menghasilkan penjualan. Dengan kata lain jumlah asset
yang sama dapat memperbesar volume penjualan apabila assets turn overnya
ditingkatkan atau diperbesar.
Total assets turn over ini penting bagi para kreditur dan pemilik perusahaan,
tapi akan lebih penting lagi bagi manajemen perusahaan, karena hal ini akan
menunjukkan efisien tidaknya penggunaan seluruh aktiva dalam perusahaan.
Adapun hasil perhitungan TAT pada masing-masing perusahaan sampel yang
diperoleh dari laporan keuangan yang terdapat lampiran 2.
Dari perhitungan rasio menunjukkan bahwa masing-masing perusahaan
berfluktuasi. Sebagai contoh perusahaan yang mempunyai rasio tertinggi adalah
Japfa Comfeed, meskipun setiap tahun perhitungan ratio tersebut menurun.
Menurut catatan laporan keuangan perusahaan, instrumen keuangan lancar/jangka
pendek dengan sisa jatuh tempo 1 tahun atau kurang terdiri dari kas dan setara
kas, investasi jangka pendek, piutang usaha, piutang lain-lain. Karena instrumen
keuangan tersebut jatuh tempo dalam jangka pendek, maka nilai tercatat aset dan
liabilitas keuangan lancar telah mendekati estimasi nilai wajarnya. Sedangkan
pada penjualan Japfa Comfeed tidak terdapat penjualan kepada satu pihak yang
melebihi 10% dari jumlah penjualan bersih pada tahun 2012, 2011 dan seterusnya.
penurunan rasio ini lebih rendah disebabkan karena total aktivanya lebih rendah
dibandingkan dengan penjualan atau pendapatan perusahaan.
Perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya, sebagai sampel
adalah Indomobil Finance. Terlihat dalam catatan laporan keuangan
perusahaannya, pada tahun 2012 adanya penambahan aset tetap yang menambah
total aktiva perusahaan. Pada penjualan tidak ada transaksi penjualan dan
penghasilan jasa keuangan yang diperoleh dari satu pelanggan dimana jumlah
penjualan kumulatif tahunnya melebihi 10% dari penghasilan netto konsolidasian.
Maka apabila perusahaan menunjukkan suatu trend yang cenderung meningkat,
memberikan gambaran bahwa semakin efisiensinya penggunaan aktiva sehingga
hasil usaha akan meningkat.
Perusahaan yang memiliki rasio yang rendah adalah Bank Mandiri,
walaupun perusahaan setiap tahunnya mengalami fluktuasi naik turunnya
hitungan rasio tetapi dilihat dari catatan laporan keuangan perusahaan bahwa total
aktiva bertambah setiap tahunnya. Pada tahun 2012 adanya penambahan aset
dalam penyelesaian dalam bentuk perangkat lunak, dan juga adanya penambahan
pembiayaan konsumen pada tahun 2009. Pada pendapatan bunga dari kredit yang
diberikan adalah pendapatan bunga atas bagian yang tidak mengalami penurunan
nilai dari kredit yang mengalami penurunan nilai untuk tahun 2012 dan 2011.
Apabila perusahaan mengalami penurunan rasio total asset turnover ini maka
terjadi penurunan pada tingkat penjualan atau pendapatan suatu perusahaan
dibanding dengan total aktivanya.
Pada rasio ini menjadi ukuran investor sampai seberapa jauh aktiva telah
dipergunakan dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa kali aktiva
berputar dalam periode tertentu.
24
C. Return on asset
Pengukuran kinerja dengan ROA menunjukkan kemampuan dari modal
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan laba ROA
yang negatif disebabkan laba perusahaan dalam kondisi negatif (rugi). Hal ini
menunjukkan kemampuan dari modal yang diinvestasikan secara keseluruhan
aktiva belum mampu menghasilkan laba. Adapun hasil perhitungan ROA pada
masing-masing perusahaan sampel yang diperoleh dari laporan keuangan yang
terdapat lampiran 3.
Dari perhitungan rasio menunjukkan bahwa masing-masing perusahaan
berfluktuasi. Sebagai contoh sebagai perusahaan yang memiliki peningkatan
setiap tahunnya adalah Selamet Sempurna dan Bank Permata. Pada Bank Permata
dilihat dari catatan laporan keuangan pada tahun 2008 dan 2009 mengalami
kerugian, tetapi sampai tahun 2012 perusahaan mengalami peningkatan dalam
laba bersih (Lampiran 7). Sedangkan Selamet Sempurna berdasarkan catatan
laporan keuangan perusahaan pada tahun 2012 penjualan pada pihak ketiga
mengalami peningkatan melebihi 10,6% dan tahun 2011 mengalami peningkatan
sebesar 10%, penjualan tersebut dilakukan kepada pihak berelasi. Pada total
aktiva terlihat peningkatan setiap tahun, terlihat pada tahun 2012 adanya
penambahan piutang lain-lain dan adanya tambahan perjanjian untuk investasi
saham.
Perusahaan yang memiliki perhitungan rasio tertinggi adalah Adira
Dinamika, walaupun mengalami penurunan rasio setiap tahunnya. Terlihat dari
catatan laporan keuangan perusahaan adanya penurunan laba bersih pada tahun
2012 dan peningkatan total aktiva perusahaan (Lampiran 1). Pada tahun 2012
penjualan meningkat tetapi biaya umum dan administrasi pun meningkat
dikarenakan adanya pembayaran amortisasi efek utang yang terbit tahun 2011.
Dari contoh perusahaan Selamet Sempurna dan Adira dinamika artinya
perusahaan tersebut menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan
untuk beroperasi perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Jadi
perusahaan tersebut mempunyai ROA yang tinggi maka perusahaan tersebut
berpeluang besar dalam meningkatkan pertumbuhan.
Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan bahkan perhitungan
rasio yang menunjukkan negatif adalah Bakrie Telecom dan Bank Permata. Pada
Bakrie telecom terlihat dari catatan laporan keuangan bahwa perusahaan
mengalami kerugian pada tahun 2011 dan 2012, sedangkan dari tahun 2008
sampai 2010 perusahaan mengalami penurunan pada laba bersih. Hal ini
dikarenakan pada tahun 2009 perusahaan menjual aset dan fasilitas pendukungnya
dan peningkatan pada biaya penyusutan. Pada tahun 2012 aktiva tetap perusahaan
telah terdapat penurunan atas fasilitas dan peralatan telekomunikasi tertentu yang
disebabkan oleh indikasi keusangan teknologi dan kemampuan untuk
menghasilkan arus kas, hal ini mengakibatkan biaya amortisasipun meningkat dan
mengurangi penjualan bersih perusahaan. perusahaan yang menunjukkan
penurunan tersebut menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan
perusahaan mengalami kerugian. Jadi total aktiva yang digunakan perusahaan
tersebut tidak memberikan laba maka perusahaan tersebut akan mengalami
kerugian dan akan menghambat pertumbuhan perusahaan.
25
D. Debt to equity ratio
Debt to equity ratiomerupakan rasio yang menunjukkan presentase
penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman (investor).
Rasio ini menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva
yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas
operasionalnya. Adapun hasil perhitungan DER pada masing-masing perusahaan
sampel yang diperoleh dari laporan keuangan yang terdapat lampiran 4.
Dari perhitungan rasio masing-masing perusahaan sampel rasio hutang ini
berfluktuasi. Perusahaan yang memiliki nilai perhitungan rasio terbesar dari rata-
rata adalah Bank Tabungan Negara dan Bank Permata, walaupun mengalami
fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2012 Bank Tabungan Negara menerbitkan
obligasi tahap 1 dan diterbitkan 100% dari nominalnya. Perusahaan yang
mengalami peningkatan perhitungan rasio adalah Adira Dinamika, terlihat dari
catatan laporan keuangan perusahaan pada tahun 2012, 2011 menerbitkan obligasi
berkelanjutan 1 tahap ke II dan perusahaan mampu membayar bunga obligasi
sesuai dengan jatuh tempo. Semakin tinggi rasio ini maka semakin banyak
kewajiban perusahaan yang dimanfaatkan perusahaan tetapi perusahaan kurang
mampu membayar hutangnya dengan baik terutama hutang jangka panjang.
Semakin meningkatnya rasio hutang (dimana beban hutang juga semakin besar)
maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan,
karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya
bunga yang semakin besar, maka profitabilitas (earnings after tax) semakin
berkurang (karena sebagian digunakan untuk membayar bunga), maka hak para
investor juga semakin berturun.
Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan perhitungan rasio ini
diantaranya Bumi Serpong dan Duta Pertiwi. Pada tahun 2012 Bumi Serpong
menerbitkan obligasi dengan 3 jenis seri obligasi, seluruh obligasi dijual dengan
nilai nominal dan pada tahun 2012 juga perusahaan melunasi seluruh utang pokok
obligasi DP V. selain itu juga perusahaan mengalami peningkatan pada uang
muka pembayaran yang berasal dari penyewa dan pemilik kios atas penggunaan
fasilitas promosi yang disediakan. Tetapi perusahaan juga membayar pokok
hutang pertiga bulan sampai jatuh tempo. Semakin rendah rasio akan semakin
baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya.
E. Time interest earned
Rasio ini untuk mengukur seberapa besar keuntungan dapat berkurang
(turun) tanpa mengakibatkan adanya kesulitan keuangan karena perusahaan tidak
mampu membayar bunga. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang
total hutangnya lebih besar dibandingkan total aktivanya. Adapun hasil
perhitungan TIE pada masing-masing perusahaan sampel yang diperoleh dari
laporan keuangan yang terdapat lampiran 5.
Data perhitungan rasio menunjukan fluktuasi yang dialami oleh masing-
masing perusahaan. Sebagai contoh perusahaan yang memiliki perhitungan rasio
yang tinggi adalah Oto Multiartha. Terlihat dari catatan laporan keuangan
perusahaan biaya bunga termasuk atas pinjaman yang diterima adalah amortisasi
beban provisi yang dibayar dimuka sehubungan dengan pinjaman yang diterima
persoraan, beban bunga atas hutang obligasi adalah amortisasi beban emisi
obligasi untuk tahun yang berakhir 2012, 2011 dan 2010. Kenaikan rasio ini
26
disebabkan oleh laba sebelum pajak yang diterima oleh perusahaan berbeda-beda.
Naiknya rasio TIE dari tahun sebelumnya disebabkan karena laba sebelum pajak
lebih besar dibandingkan dengan beban bunga. Rasio yang tinggi menunjukkan
situasi yang aman, meskipun menunjukkan terlalu rendahnya penggunaan hutang
perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang memiliki perhitungan rasio yang menurun
bahkan minus (-) adalah Bakrie Telecom, terlihat dari catatan laporan keuangan
bahwa perusahaan mengalami kerugian selama 2 tahun berturut-turut dari tahun
2012-2010. Tanda minus (-) pada hasil perhitungan rasio tersebut menunjukkan
bahwa beban bunganya lebih besar dibandingkan dengan laba sebelum pajak yang
akan berakibat perusahaan kurang mampu menutupi beban bunganya. Rasio yang
rendah memerlukan perhatian dari pihak manajemen perusahaan.
Rasio ini juga disebut dengan rasio penutupan (coverage ratio), yang
mengukur kemampuan pemenuhan kewajiban bunga tahunan dengan laba operasi
(EBIT) dan mengukur sejauh mana laba operasi boleh turun tanpa menyebabkan
kegagalan dari pemenuhan kewajiban membayar bunga pinjaman.
F. Rating Obligasi
Rating obligasi merupakan skala risiko dari semua obligasi yang
diperdagangkan. Skala ini menunjukkan seberapa aman suatu obligasi bagi
investor. Keamanan ini ditunjukkan dari kemampuan perusahaan dalam
membayar bunga dan pelunasan pokok pinjaman.
Rating obligasi membantu investor dalam penilaian hutang dan resiko
kegagalan (default risk) dari obligasi. Peringkat obligasi mencoba mengukur
adanya resiko kegagalan berupa ketidakmampuan emiten sebagai penghutang
dalam membayar bunga selama umur obligasi dan pelunasannya pada jatuh
temponya.
Dari lampiran 6 dapat dilihat bahwa ada beberapa perusahaan yang
ratingnya tetap, ada yang ratingnya turun dan ada pula yang ratingnya naik.
Sebagai contoh pada perusahaan uang memiliki rating yang naik setiap tahun
adalah Japfa Comfeed. Terlihat pada catatan laporan keuangan bahwa perusahaan
menerbitkan obligasi tahun 2007 dengan jangka waktu obligasi 5 tahun, dan
perusahaan juga selalu membayar biaya bunga per-triwulan. Rating yang naik
berarti perusahaan tersebut mampu menjamin emiten untuk membayar
kewajibannya dan menggunakan dana dari obligasi dengan baik. Perusahaan ini
menggambarkan investor memiliki kapasitas yang kuat untuk memenuhi
komitmen finansial jangka panjang dalam pembayaran kewajibannya.
Sedangkan rating perusahaan yang tetap setiap tahun adalah Bakrieland,
terlihat dari catatan laporan keuangan menyatakan bahwa perbandingan total
pinjaman dengan total modal tidak lebih dari 2,25. Maka dapat dikatakan
perusahaan mempertahankan posisinya dengan tetap membayar kewajibannya
meskipun terdapat beberapa kesulitan untuk melunasi kewajiban tepat waktu
sesuai masa jatuh tempo. Perusahaan memiliki kapasitas yang cukup untuk
memenuhi komitmen finasial jangka panjang dalam pembayaran kewajibannya
terhadap investor.
Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan adalah Bakrie Telecom,
terlihat dari laporan keuangan bahwa perusahaan mengalami kerugian yang
mengakibatkan perusahaan mengalami kesulitan untuk membayar bunga pokok
27
obligasi. Pada tingkat ini perusahaan menggambarkan kapasitas yang lemah untuk
memenuhi komitmen financial jangka panjang dalam pembayaran kewajibannya.
Kapasitas investor untuk memenuhi komitmen financial jangka panjang dalam
pembayaran kewajibannya mudah terpengaruh oleh ketidakpastian atau perubahan
kondisi bisnis perusahaan, keuangan dan kondisi ekonomi lainnya.
Pengaruh Kinerja Keuangan Perusahaan Terhadap Rating Obligasi
A. Uji F (Uji Simultan)
Uji F (Uji Simultan) digunakan untuk mengetahui secara bersama-sama
(simultan) variabel independen yaitu Current ratio, Total Aset Turnover (TAT),
Debt Ratio, Return on asset (ROA), dan Time interest earned (TIE) terhadap
variabel dependen yaitu rating obligasi. Berikut ini merupakan tabel Anova pada
tabel 4 :
Tabel 4Uji Simultan
ANOVAa,b
Model Sum of
Squares
df Mean Square F Sig.
1
Regression 162.210 5 32.442 29.094 .000c
Residual 43.488 39 1.115
Total 205.699 44
a. Dependent Variable: RAT
b. Predictors: (Constant), TIE, TAT, CR, ROA, DER
Dari uji F dapat dilihat bahwa Fhitung > Ftabel (0.000 > 2.45) atau signifikansi
0.000< 0.05 yang berarti bahwa tolak H0 secara bersama-sama variable
independen (Current ratio, TAT, Debt Ratio, ROA dan TIE) berpengaruh secara
simultan terhadap variabel dependen (Rating Obligasi) pada taraf nyata 5%.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, menunjukkan bahwa nilai Fhitung
lebih kecil dari Ftabel (0.000 > 2.45) dengan signifikansi 0.000. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa secara bersama-sama Current ratio (CR), Total asset
turnover, Return on asset, Debt Ratio, dan Time interest earned mempunyai
pengaruh terhadap rating obligasi tahun 2008-2012. Keadaan ini menunjukkan
bahwa semua variabel kinerja keuangan menentukan kenaikan atau penurunan
rating obligasi, meskipun dalam perhitungan regresi ada beberapa variabel yang
bernilai positif terhadap rating. Variabel yang berpengaruh signifikan menyangkut
kemampuan perusahaan membayar hutang, yaitu mengenai kualitas perusahaan
membayar bunga dan pokok hutang berdasarkan analisis keuangan.
B. R-Square
Koefisien determnasi (R-Square) digunakan untuk melihat berapa persen
dari variabel dependen (rating obligasi) dijelaskan oleh variasi dari variabel
independen (Current Ratiao, TAT, Debt Ratio, ROA dan TIE). Berikut merupakan
data R-Square dari perhitungan pada tabel 5
28
Tabel 5R-Square
Model Summaryb,c
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
1 .888a .789 .761 1.05598
a. Predictors: (Constant), TIE, TAT, CR, ROA, DER
b. Dependent Variable: RAT
Nilai koefisien determinasi (R-Square) sebesar 0.789. berarti variasi variabel
independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen adalah sebesar 78.9%
dan sisanya 21.1% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Hasil uji R-
Square 78.9% mampu mewakili rasio-rasio yang berpengaruh terhadap rating
obligasi, karena selain rasio tersebut sering digunakan investor untuk melihat
perkembangan suatu perusahaan, rasio-rasio tersebut menunjukkan kemampuan
perusahaan dalam membayar kewajiban perusahaan sesuai dengan indikator rating
obligasi yang melihat pada kemampuan membayar bunga dan pokok pinjaman.
Variabel lain yang tidak diteliti yang mampu mempengaruhi peringkat
obligasi seperti jaminan aset untuk obligasi yang diterbitkan, apabila obligasi
dijamin dengan aset yang bernilai tinggi maka ratingpun akan membaik. Variabel
lainnya seperti umur obligasi, obligasi dengan umur yang lebih pendek
mempunyai resiko yang lebih kecil.
Rasio yang Mempengaruhi Rating Obligasi
A. Analisis Regresi
Analisis ini digunakan untuk menghitung besarnya variable independen,
yaitu Current ratio, Total Assets Turnover, Return on asset, Net Profit Margin,
Return On Equity, dan Debt to equity ratio terhadap variable dependend yaitu
Rating Obligasi dari PT. Pefindo. Berdasarkan pembatasan masalah dan hipotesis
yang telah dikemukakan maka hasil pengolahan data untuk tahun 2008-2012
sebagai berikut :
Tabel 6Analisis Regresi
Coefficientsa,b
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) 5.828 .481 12.110 .000
CR -.004 .001 -.617 -5.866 .000
TAT -.006 .002 -.279 -2.832 .007
DER .025 .005 .516 4.682 .000
ROA .136 .012 1.235 11.244 .000
TIE 2.388E-005 .000 .040 .510 .613
a. Dependent Variable: RET
Berdasarkan tabel diatas diperoleh model persamaan regresi, sebagai berikut :
Rat = 5.828 - 0.004 CR - 0.006 TAT + 0.025 DER + 0.136 ROA –(2.388E-005)
TIE
29
Dimana:
Rat = Rating obligasi
CR = Current ratio (Likuiditas)
TAT = Total Aset Turnover (Aktivitas)
ROA = Return On Aset (Profitabilitas)
DER = Debt Ratio (Laverage)
TIE = Time interest earned (Solvabilitas)
Dari hasil regresi diatas menyatakan bahwa current ratio berpengaruh
negatif terhadap rating obligasi dengan nilai -0.004maka setiap terjadi
penambahan satu current ratio akan menurunkan rating obligasi sebesar 0,004.
Pada penelitian ini bertolak belakang dengan teori yang menyatakan bahwa
perusahaan mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek
kepada investor tepat pada saat jatuh tempo. Hal ini dikarenakan obligasi adalah
investasi jangka panjang, oleh karena itu current ratio tidak berpengaruh terhadap
ratting obligasi. Tetapi semakin tinggi likuiditas perusahaan maka semakin baik
peringkat perusahaan, karena dengan asset lancar yang lebih tinggi dari hutang
perusahaan mempunyai kemampuan untuk memenuhi kewajibannya kepada
investor tepat pada waktunya. Rasio lancar ini juga berhubungan dengan
bagaimana suatu perusahaan dapat memenuhi kewajibannya.
Kemudian untuk total asset turnover berpengaruh negatif terhadap rating
obligasi dengan nilai -0.006maka setiap terjadi penambahan satu total asset
turnover akan menurunkan rating obligasi sebesar 0.006. Pada penelitian ini
dalam teori yang menyatakan bahwa apabila produktivitas tinggi, maka penjualan
akan tinggi dan cenderung akan menghasilkan laba yang tinggi pula sehingga
perusahaan lebih mampu untuk memenuhi segala kewajibannya kepada investor.
Hal ini bisa terjadi karena selain bidang perusahaan yang berbeda-beda juga ada
beberapa perusahaan yang memiliki produktifitas yang tinggi tetapi tidak dapat
menghasilkan laba yang tinggi pula karena dengan penjualan yang tinggi diikuti
dengan biaya-biaya yang tinggi pula selain itu juga diikuti dengan biaya pajak.
Pada debt ratio berpengaruh positif terhadap rating obligasi dengan nilai
0.025maka setiap terjadi penambahan satu debt ratio akan menaikkan rating
obligasi sebesar 0.025. Pada penelitian sesuai dengan teori bahwa semakin tinggi
rasio ini semakin banyak kewajiban yang dimanfaatkan perusahaan dan semakin
rendah tingkat keamanan bagi investor apabila perusahaan likuid. Investor juga
akan melihat pada ekuitas sebagai suatu batasan kemanan, sehingga semakin
tinggi proporsi dari jumlah modal yang diberikan oleh investor maka semakin
kecil resiko yang harus dihadapi oleh investor.
Pada return on asset berpengaruh positif terhadap rating obligasi dengan
nilai 0.136maka setiap terjadi penambahan satu retun on asset akan menaikkan
rating obligasi sebesar 0.136. bahwa profitabilitas semakin tinggi maka semakin
rendah risiko ketidakmampuan membayar (Default)dan semakin baik peringkat
yang diberikan terhadap perusahaan tersebut karena pendapatan operasi yang
tinggi mengindikasikan bahwa perusahaan bekerja dengan efisien berdasarkan
tingkat asset danequity tertentu.
Pada time interest earned berpengaruh negatif terhadap rating obligasi
dengan nilai -2.388E-005 maka setiap terjadi penambahan satu time interest
earned akan menurunkan rating obligasi sebesar 2.388E-005.Dalam teori yang
30
ada bahwa rasio yang tinggi akan meningkatkan situasi yang aman terhadap
investor karena perusahaan dapat mampu membayar kewajibannya.
B. Uji T (Uji Parsial)
Uji T (Uji Parsial) digunakan untuk mengetahui masing-masing variabel
independen yaitu Current ratio, Total Aset Turnover (TAT), Debt Ratio, Return
on asset (ROA), dan Time interest earned (TIE) terhadap variabel dependen yaitu
rating obligasi. Uji T yang dilakukan adalah uji T dua arah dengan ttabel yaitu
2,0225 dan tingkat kepercayaan (α) sebesar 5%. Untuk melihat niai t dapat dilihat
pada tabel uji regresi pada tabel 5
Berdasarkan tabel 4.9 diatas, ttabel (2,0225>-5.866) hal ini menunjukkan
bahwa thitung lebih kecil dari ttabel dan p-value current ratio adalah
0,000menunjukkan tolak H0 maka cukup bukti untuk menyatakan variabel CR
berpengaruh nyata terhadap variabel rating pada taraf nyata 5%. Sedangkan pada
total aset turnover menyatakan bahwa ttabel (2,0225>-2.832) hal ini menunjukkan
bahwa thitung lebih kecil dari ttabel dan p-valuenya adalah 0,007menujukkan tidak
tolak H0 maka belum cukup bukti untuk menyatakan variabel TAT berpengaruh
nyata terhadap variabel rating pada taraf nyata 5%. Pada debt ratio menyatakan
bahwa ttabel (2,0225<4.682) hal ini menunjukkan bahwa thitung lebih besar dari ttabel
dan p-value = 0,000 tolak H0 maka cukup bukti untuk menyatakan variabel DER
berpengaruh nyata terhadap variabel rating secara linier pada tarif nyata 5%. Pada
return on asset menyatakan bahwa ttabel (2,0225<11.244) hal ini menunjukkan
bahwa thitung lebih besar dari ttabel dan p-value = 0,000 tolak H0 maka cukup bukti
untuk menyatakan variabel ROA berpengaruh nyata terhadap variabel rating pada
tarif nyata 5%. Dan pada time interest menyatakan bahwa ttabel (2,0225>0,510)
hal ini menunjukkan pada time interest earned menyatakan bahwa thitung lebih
kecil dari ttabel dan p-value = 0,613 tidak tolak H0 maka kesimpulannya belum
cukup bukti untuk menyatakan variabel TIE berpengaruh terhadap variabel rating
pada taraf nyata 5%.
Berdasarkan hasil tersebut berarti kenaikancurrent ratio,return on asset dan
debt ratio dapat meningkatkan rating obligasi dimana rasio-rasio tersebut dapat
digunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajibannya terdapat investor dan kreditor. Current ratio merupakan
indikator sejauh mana klaim kreditor ditutupi oleh aset yang diharapkan dapat
diubah menjadi kas dengan cepat sehingga dapat dengan segera memenuhi
kewajibannya kepada investor. Return on asset dapat berpengaruh karena
penggunaan hutang dibawah rata-rata yang menyebabkan laba bersihnya menjadi
relatif tinggi sehingga rating obligasi naik yang juga meningkatkan kepercayaan
investor bahwa perusahaan tersebut dapat menunjukkan efisiensi manajemen asset
yang berarti efisiensi manajemen mampu memenuhi keajibannya dengan baik.
Debt ratio dapat digunakan untuk melihat struktur modal suatu perusahaan karena
debt ratio yang tinggi menandakan struktur permodalan usaha lebih banyak
memanfaatkan hutang-hutang relatif terhadap ekuitas. Namun penggunaan hutang
tidak selalu berdampak negatif bagi perusahaan karena pada kondisi tertentu
penggunaan hutang. Perusahaan dengan hutang yang kecil sekilas terlihat
menguntungkan tetapi hal ini tidak selalu benar, karena perlu mempertimbangkan
jumlah uang yang diinvestasikan oleh investor.
31
Kenaikan rasio-rasio tersebutberpotensial mendorong investor untuk mau
menginvestasikan dananya terutama dalam bentuk obligasi pada perusahaan
tersebut karena diikuti kenaikan rating yang tinggi pula. Sedangkan sebaliknya
jika debt rasio turun, maka kemampuan perusahaan memenuhi kewajibannya
akan menurun sehingga dapat menyebabkan kurangnya kepercayaan investor
untuk menanamkan modalnya pada obligasi perusahaan tersebut. Rasio tersebut
mampu menjamin pemilik obligasi mendapatkan keuntungan dan membayar
kewajibannya.
Selain industri yang berbeda-beda, variabel lain yang menentukan rating
obligasi naik dan turunnya suatu perusahaan diantaranya adalah jaminan asset
untuk obligasi yang diterbitkan, apabila obligasi dijaminkan dengan aset yang
bernilai tinggi maka ratingpun membaik. Selain itu kedudukan obligasi dengan
jenis utang lain dapat menentukan naik dan turunnya rating obligasi perusahaan
tersebut, karena apabila kedudukan obligasi lebih rendah daripada hutang yang
lain maka rating akan ditetapkan satu tingkat lebih rendah dari seharusnya. Selain
itu keadaan ekonomi suatu negara dan kebijakan akuntansi yang konservatif
mengindikasikan laporan keuangan yang lebih berkualitas.
Implikasi Manajerial
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan menggambarkan
presentasi pertumbahan pos-pos akun perusahaan dari tahun ke tahun.
Pertumbuhan bisnis yang kuat berhubungan positif dengan keputusan rating dan
grade dari rating berikutnya diberikan untuk perusahaan karena pertumbuhan
mengindikasikan prospek kinerja cashflow masa dating dan meningkatkan nilai
ekonomi. Kemudian rasio likuisitas juga mengukur kemampuan likuiditas jangka
pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap
hutang lancarnya. Tingkat likuiditas yang tinggi akan menunjukkan kuatnya
kondisi keuangan perusahaan sehingga secara finansial akan mempengaruhi
prediksi peringkat obligasi.
Implikasi terhadap investor, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
masukan dan juga informasi bagi calon investor yang akan menanamkan
modalnya dalam bentuk obligasi dengan tetap mempertimbangkan asumsi dan
keterbatasan-keterbatasan penelitian.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
1. Dari perhitungan current ratiorata-rata setiap perusahaan terlihat Summit
Otto Finance mempunyai rasio tertinggi dari perusahaan yang lainnya
sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan adalah Bakrie Telecom
dan XL Axiata, kenaikan dan penurunan yang dialami perusahaan
disebabkan oleh aktiva lancar lebih tinggi dari kewajiban lancarnya, maka
dari itu perusahaan mampu memenuhi kewajiban finansial jangka pendek
pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia
dengan baik setiap tahunnya.Pada total asset turnoversecara rata-rata
perusahaan yang mengalami peningkatan setiap tahunnya adalah Indomobil
32
Finance sedangkan perusahaan yang memiliki rasio yang rendah adalah
Bank Mandiri, perusahaan yang mengalami peningkatan artinya perusahaan
memberikan gambaran bahwa semakin efisiensinya penggunaan aktiva
sehingga hasil usaha akan meningkat. Perusahaan yang memiliki rasio yang
rendah, maka terjadi penurunan pada tingkat penjualan atau pendapatan
suatu perusahaan dibanding dengan total aktivanya.Dari perhitungan rasio
return on assetrata-rata perusahaan yang memiliki peningkatan setiap
tahunnya adalah Selamet Sempurna dan Bank Permata sedangkan
perusahaan yang mengalami penurunan bahkan perhitungan rasio yang
menunjukkan negatif adalah Bakrie Telecom. Perusahaan yang
menunjukkan bahwa perusahaan yang memiliki peningkatan setiap tahunnya
menunjukkan bahwa dari total aktiva yang dipergunakan untuk beroperasi
perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Perusahaan yang
mengalami penurunan, artinya bahwa total aktiva yang digunakan
perusahaan tersebut tidak memberikan laba maka perusahaan tersebut akan
mengalami kerugian dan akan menghambat pertumbuhan perusahaan.Dari
perhitungan rasio debt ratio, Perusahaan yang memiliki nilai perhitungan
rasio terbesar dari rata-rata adalah Bank Tabungan Negara dan Bank
Permata sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan perhitungan
rasio ini diantaranya Bumi Serpong dan Duta Pertiwi.perusahaan yang
memiliki nilai perhitungan rasio terbesar artinya bahwa semakin tinggi rasio
ini maka semakin banyak kewajiban perusahaan yang dimanfaatkan
perusahaan tetapi perusahaan kurang mampu membayar hutangnya dengan
baik. Sedangkan perusahaan yang mengalami penurunan artinya semakin
rendah rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar
kewajiban jangka panjangnya.Data perhitungan rasio time interest
earnedperusahaan yang memiliki perhitungan rasio yang tinggi adalah Oto
Multiartha, sedangkan perusahaan yang memiliki perhitungan rasio yang
menurun adalah Bakrie Telecom. Perusahaan yang memiliki perhitungan
rasio yang tinggi menunjukkan terlalu rendahnya penggunaan hutang
perusahaan. Sedangkan perusahaan yang memiliki perhitungan rasio yang
menurun artinya rasio yang rendah memerlukan perhatian dari pihak
manajemen perusahaan.
2. Dari uji F tolak H0 secara bersama-sama variable independen (CR, TAT,
DR, ROA dan TIE) berpengaruh secara simultan terhadap variable dependen
(Rating Obligasi).Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara bersama-sama
kinerja keuangan mempunyai pengaruh terhadap rating obligasi tahun 2008-
2012.Nilai koefisien determinasi (R-Square) sebesar 78,9% dan sisanya
21,1% dijelaskan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Hasil uji R-Square
78,9% mampu mewakili rasio-rasio yang berpengaruh terhadap rating
obligasi.Dari hasil regresi dan uji T menyatakan bahwa current ratio,return
on asset dan debt ratio dapat meningkatkan rating obligasi dimana rasio-
rasio tersebut dapat digunakan untuk menilai seberapa besar kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajibannya terdapat investor dan kreditor.
Saran
1. Peneliti selanjutnya sebaiknya lebih fokus terhadap satu industri saja, karena
dengan berbedanya industri akan berbeda pula kinerja keuangan perusahaan,
33
dan sebaiknya mempertimbangkan variable non-keuangan yang mungkin
menjadi model prediksi peringkat obligasi untuk meningkatkan rating
obligasi
2. Investor harus melihat current ratio, return on asset dan debt ratio yang
mempengaruhi kenaikan rating obligasi juga mempertimbangkan kinerja
keuangan yang menurun.
DAFTAR PUSTAKA
Apa Itu Obligasi (Bond), Apa Saja Jenis-jenisnya. 2006. J Akun Keu. [Internet].
[diunduh 2013 Maret 16]. http//www,jurnalakuntansikeuangan.com/Apa Itu
Obligasi (Bond), Apa Saja Jenis-jenisnya _ Jurnal Akuntansi Keuangan.html
Abdurrahman F. 2008. Prospek Penerbitan Obligasi Korporasi. [Internet].
[diunduh 2013 April 17]. Tersedia pada www.kompas.com
Bursa Efek Indonesia. 2013. Laporan Tahunan. [Internet]. [diunduh 2013 April 15
]. Tersedia pada http//www.idx.go.id.
Fakhruddin M. 2008. GO PUBLIC: Strategi Pendanaan dan Peningkatan Nilai
Perusahaan. Jakarta (ID): PT Alex Media Komputindo.
Hanafi M. 2004. Manajemen Keuangan. Edisi 2004/2005. Yogyakarta (ID):
BEFE.
Ikhsan A, Yahya, dkk. 2012. Peringkat Obligasi dan Faktor yang
Mempengaruhinya. J Invest Manaj. Fakultas Ekonomi Universitas Syiah
Kuala. 24(1)
Kurniawan A. 2009. Belajar Mudah SPSS Dengan Mudah. Yogyakarta (ID):
Mediakom.
Linandarini E. 2010. Kemampuan Rasio Keuangan dalam Memprediksi Peringkat
Obligasi di Perusahaan Indonesia. Semarang (ID): Universitas Diponegoro
Manurung, Silitonga D, Tobing W. 2008. Hubungan Rasio-Rasio Keuangan
dengan Peringkat Obligasi. J Inves Manaj.2(1)
PEFINDO. 2010. Indonesian Rating Highlight. Pefindo Credit Rating. [Internet].
[diunduh 2013 April 15]. Tersedia pada www.pefindo.com/index.php
Sawir A. 2009. Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan keauangan
Perusahaan. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama
Scarborough M dan Zimmerer W. 2009.Kewirausahaan dan Manajemen Usaha
Kecil. Edisi 5 Buku 2. Jakarta (ID): Salemba Empat.
Sunaryo T. 2007. ManajemenRisikoFinansial. Jakarta (ID): SalembaEmpat.
Syafri H dan Sofyan. 2008. Analisa Kritis atas Laporan Keuangan. Jakarta (ID):
PT Raja Grafindo Persada
Syamsuddin L. 2001. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta (ID): PT Raja
Grafindo Persada
Tandelilin E. 2010. Portofolio dan Investasi, Teori dan Aplikasi. Edisi 1.
Yogyakarta (ID): Kanisius.
Warsini S. 2009. Manajemen Investasi. Jakarta (ID): Semesta Media.
34
Widoatmadjo S. 2004. Cara Cepat Memulai Investasi Saham Panduan Bagi
Pemula. Jakarta (ID): PT Alex Media Komputindo
Yohanes A. 2011. Pengaruh Rasio Keuangan dan Karakteristik Obligasi terhadap
Rating Obligasi Korporasi Di Indonesia. J Invest Manaj. 10(1)
35
Lampiran 1Current ratio
No Nama Perusahaan Tahun Rata-
rata 2008 2009 2010 2011 2012
1 Adhi Karya 90.78 101.54 126.59 112.50 124.44 111.17
2 Adira Dinamika 233.58 282.80 209.31 445.45 276.35 289.50
3 Bank Danamon 110.91 115.04 118.92 140.43 147.29 126.52
4 BFI Finance 142.40 293.06 215.28 206.51 242.21 219.89
5 Bank Mandiri 108.12 138.38 111.09 127.17 126.96 122.34
6 Bank Permata 104.73 110.53 109.50 103.32 110.11 107.64
7 Bumi Serpong 127.05 135.08 135.54 213.57 171.77 156.60
8 Bakrie Telecom 216.24 85.84 81.62 32.08 26.75 88.51
9 BW Plantation 41.14 118.57 127.45 85.33 65.13 87.52
10 Duta Pertiwi 118.87 149.82 160.74 227.01 248.47 180.98
11 Bakrieland 310.23 194.82 291.17 134.34 85.60 203.23
12 XL Axiata 56.37 33.41 48.83 38.81 41.86 43.86
13 Federal International 96.35 96.66 97.32 96.84 95.86 96.60
14 Indomobil Finance 112.77 126.73 151.19 136.40 123.23 130.06
15 Indofood 88.08 116.09 203.65 190.95 200.32 159.82
16 Indosat 54.63 90.79 45.37 48.19 75.43 62.88
17 Jasa Marga 315.77 115.64 165.04 98.21 68.16 152.56
18 Japfa Comfeed 175.04 220.61 262.95 159.11 182.45 200.03
19 Lautan Luas 112.36 112.13 109.97 103.60 84.13 104.44
20 Malindo Feedmil 116.64 132.19 57.48 139.88 104.86 110.21
21 Mitra Adiperkasa 140.29 144.83 126.98 104.00 121.61 127.54
22 Medco Energi 222.50 155.40 204.24 160.51 264.86 201.50
23 Matahari 97.81 161.09 176.08 122.00 187.22 148.84
24 Mayora Indah 218.87 229.04 258.08 221.87 276.11 240.79
25 Bank OCBC NISP 118.86 112.09 115.28 116.61 118.28 116.22
26 Oto Multiartha 142.99 166.71 110.61 137.03 138.42 139.15
27 Jaya Ancol 316.76 197.06 200.00 135.75 156.52 201.22
28 Bank Pan Indonesia 128.83 126.75 132.10 131.39 130.55 129.92
29 Perum Pegadaian 156.79 155.23 141.72 144.36 152.50 150.12
30 Pupuk Kaltim 142.65 162.98 186.69 228.18 253.95 194.89
31 PLN 76.44 98.12 80.82 91.66 92.01 87.81
32 Salim Ivomas 109.89 129.65 113.91 169.33 148.31 134.22
33 Summarecon Agung 182.68 111.06 116.53 137.10 116.96 132.87
34 Selamet Sempurna 181.79 158.70 217.41 240.28 194.42 198.52
35 Summit Oto Finance 406.50 353.18 360.13 472.10 570.67 432.52
36 Tjiwi Kimia 258.49 236.70 237.13 192.38 240.74 233.09
37 Telkom 54.16 60.58 91.48 95.80 116.04 83.61
38 Mandiri Tunas 234.77 285.14 209.31 175.92 139.71 208.97
39 Wahana Ottomitra 285.86 275.16 183.86 208.95 192.11 229.19
36
LanjutanCurrent ratio
No Nama Perusahaan Tahun Rata-
rata 2008 2009 2010 2011 2012
40 Bank Tabungan Negara 136.58 139.98 138.48 139.13 134.54 137.74
41 Bentoel International 247.83 207.77 249.99 111.96 164.27 196.37
42 Elnusa 139.38 153.46 160.43 124.59 137.00 142.97
43 Media Nusantara Citra 337.76 354.00 199.68 490.37 541.25 384.61
44 Ricky Putra Globalindo 162.79 178.88 181.80 178.07 225.30 185.37
45 Wijaya Karya 144.45 144.45 140.65 113.88 110.09 130.71
Sumber : Data Olah
Lampiran 2Total asset turnover
No Nama Perusahaan Tahun Rata-
rata 2008 2009 2010 2011 2012
1 Adhi Karya 129.55 137.04 62.50 109.52 96.90 107.10
2 Adira Dinamika 94.06 91.03 51.28 31.40 26.52 58.86
3 Bank Danamon 15.03 17.92 12.20 7.90 8.59 12.33
4 BFI Finance 36.91 38.01 23.82 23.53 23.60 29.18
5 Bank Mandiri 4.13 4.25 3.60 6.84 6.69 5.10
6 Bank Permata 4.73 5.29 2.42 7.61 6.97 5.40
7 Bumi Serpong 31.64 27.66 18.65 21.95 22.25 24.43
8 Bakrie Telecom 32.83 30.07 27.91 26.16 32.85 29.96
9 BW Plantation 44.63 35.99 26.83 24.75 19.22 30.28
10 Duta Pertiwi 23.54 22.63 15.14 21.54 23.80 21.33
11 Bakrieland 12.64 9.14 8.01 10.89 19.36 12.01
12 XL Axita 42.81 50.69 62.59 58.58 59.14 54.76
13 Federal International 48.74 47.11 39.25 28.61 28.63 38.47
14 Indomobil Finance 26.99 31.77 12.50 123.15 112.53 61.39
15 Indofood 98.00 91.97 81.23 84.60 84.38 88.04
16 Indosat 33.42 36.10 27.84 38.56 40.60 35.30
17 Jasa Marga 22.90 22.83 23.10 31.01 36.64 27.30
18 Japfa Comfeed 219.16 236.24 199.95 189.48 162.69 201.50
19 Lautan Luas 129.60 121.61 108.65 136.85 153.24 129.99
20 Malindo Feedmil 201.14 211.06 210.75 198.41 186.10 201.49
21 Mitra Adiperkasa 92.21 121.68 128.39 133.39 126.62 120.46
22 Medco Energi 64.83 64.18 40.82 31.48 34.23 47.11
23 Matahari 122.95 97.35 74.82 86.42 132.13 102.74
24 Mayora Indah 133.69 147.15 164.22 143.24 126.60 142.98
25 Bank OCBC NISP 8.13 4.66 7.25 7.00 6.22 6.65
26 Oto Multiartha 9.46 10.82 19.54 19.10 16.35 15.05
27 Jaya Ancol 64.18 58.74 58.75 53.71 44.12 55.90
28 Bank Pan Indonesia 9.34 9.47 7.51 7.99 7.73 8.41
37
LanjutanTotal asset turnover
No Nama Perusahaan Tahun Rata-
rata 2008 2009 2010 2011 2012
29 Perum Pegadaian 27.21 25.33 26.52 25.18 19.90 24.83
30 Pupuk Kaltim 137.28 97.63 63.11 97.53 110.56 101.22
31 PLN 56.48 43.52 12.08 44.47 43.03 39.92
32 Salim Ivomas 72.47 49.37 45.03 49.41 52.10 53.68
33 Summarecon Agung 34.91 26.85 27.61 29.13 33.50 30.40
34 Selamet Sempurna 145.59 145.98 146.36 156.08 150.14 148.83
35 Summit Oto Finance 26.55 29.87 25.56 27.56 28.71 27.65
36 Tjiwi Kimia 60.03 49.80 42.09 53.67 49.28 50.97
37 Telkom 66.50 66.21 68.83 69.14 69.27 67.99
38 Mandiri Tunas 22.65 24.91 19.07 19.28 19.17 21.02
39 Wahana Ottomitra 46.07 53.94 41.46 42.32 48.05 46.37
40 Bank Tabungan Negara 10.26 9.80 9.50 8.48 7.89 9.19
41 Bentoel International 133.34 148.24 181.63 158.99 142.02 152.84
42 Elnusa 76.67 87.04 114.47 107.44 111.24 99.37
43 Media Nusantara Citra 48.93 51.35 59.24 61.27 69.92 58.14
44 Ricky Putra Globalindo 76.00 84.70 94.62 96.00 89.02 88.07
45 Wijaya Karya 113.65 115.62 95.81 93.02 89.68 101.56
Sumber : Data Olah
Lampiran 3Return on asset
No Nama Perusahaan Tahun Rata-
rata 2008 2009 2010 2011 2012
1 Adhi Karya 1.59 2.94 1.54 2.99 2.71 2.35
2 Adira Dinamika 28.40 28.00 19.32 9.36 5.52 18.12
3 Bank Danamon 1.43 1.55 2.52 2.39 2.64 2.11
4 BFI Finance 9.61 12.59 9.36 8.02 7.46 9.41
5 Bank Mandiri 1.48 1.81 1.56 2.30 2.52 1.94
6 Bank Permata -5.14 -4.10 1.17 1.14 1.04 -1.18
7 Bumi Serpong 5.10 6.72 5.01 7.91 8.83 6.71
8 Bakrie Telecom 1.60 0.86 0.08 -6.76 -36.32 -8.11
9 BW Plantation 15.90 10.32 9.18 8.93 5.34 9.93
10 Duta Pertiwi 0.89 4.79 5.91 8.14 9.30 5.80
11 Bakrieland 3.26 1.14 1.05 1.58 -5.85 0.24
12 XL Axita -0.05 6.24 10.61 9.08 7.80 6.74
13 Federal International 6.68 8.89 9.73 6.20 5.88 7.48
14 Indomobil Finance 2.94 2.40 1.36 7.52 5.11 3.87
15 Indofood 2.61 5.14 8.32 9.13 8.06 6.65
16 Indosat 2.72 3.63 1.00 2.00 0.88 2.05
17 Jasa Marga 4.83 5.45 6.25 5.64 6.20 5.68
38
LanjutanReturn on asset
No Nama Perusahaan Tahun Rata-
rata 2008 2009 2010 2011 2012
18 Japfa Comfeed 5.21 13.42 13.74 8.12 9.80 10.06
19 Lautan Luas 4.24 2.79 3.04 2.25 2.69 3.00
20 Malindo Feedmil 0.89 8.52 18.62 15.44 16.80 12.05
21 Mitra Adiperkasa -1.86 4.85 5.48 8.16 7.22 4.77
22 Medco Energi 14.15 1.85 3.65 3.70 0.71 4.81
23 Matahari -0.69 2.84 50.79 1.17 2.90 11.40
24 Mayora Indah 6.71 11.78 11.36 7.33 8.97 9.23
25 Bank OCBC NISP 0.93 1.18 0.83 1.26 1.16 1.07
26 Oto Multiartha 1.76 2.58 4.79 1.74 3.56 2.89
27 Jaya Ancol 9.93 8.98 9.03 9.32 7.45 8.94
28 Bank Pan Indonesia 1.09 1.18 1.15 1.65 1.53 1.32
29 Perum Pegadaian 5.83 5.03 5.82 5.63 4.93 5.45
30 Pupuk Kaltim 8.86 9.89 5.66 13.63 16.31 10.87
31 PLN -4.23 3.10 1.51 1.16 0.59 0.43
32 Salim Ivomas 6.14 5.51 6.62 8.83 5.71 6.56
33 Summarecon Agung 2.59 3.75 3.80 4.80 7.28 4.45
34 Selamet Sempurna 9.84 14.11 14.10 18.19 18.63 14.97
35 Summit Oto Finance 1.18 4.93 3.85 0.19 1.89 2.41
36 Tjiwi Kimia 2.28 1.34 3.10 2.74 1.30 2.15
37 Telkom 11.64 11.62 15.79 15.02 16.51 14.12
38 Mandiri Tunas 4.98 3.35 3.12 1.87 2.66 3.19
39 Wahana Ottomitra 0.60 2.36 3.83 0.14 0.23 1.43
40 Bank Tabungan Negara 0.96 0.84 1.34 1.15 1.22 1.10
41 Bentoel International 5.37 -3.02 4.46 4.83 -4.66 1.39
42 Elnusa 4.03 11.08 1.74 -0.69 3.16 3.86
43 Media Nusantara Citra 2.08 5.05 8.91 13.11 19.88 9.81
44 Ricky Putra Globalindo -1.45 0.60 1.76 1.90 2.02 0.96
45 Wijaya Karya 2.70 3.32 4.53 4.83 4.65 4.01
Sumber : Data Olah
Lampiran 4Debt to equity ratio
No Nama Perusahaan Tahun Rata-
rata 2008 2009 2010 2011 2012
1 Adhi Karya 88.30 86.84 69.31 83.80 85.00 82.65
2 Adira Dinamika 45.71 38.74 50.07 73.82 80.22 57.71
3 Bank Danamon 89.64 83.87 84.26 81.93 81.56 84.25
4 BFI Finance 90.14 35.89 49.85 55.39 56.44 57.54
5 Bank Mandiri 91.35 73.45 90.36 81.79 81.61 83.71
6 Bank Permata 92.05 91.35 88.52 90.98 90.52 90.69
7 Bumi Serpong 52.63 49.05 48.19 35.43 37.15 44.49
39
LanjutanDebt to equity ratio
No Nama Perusahaan Tahun Rata-
rata 2008 2009 2010 2011 2012
8 Bakrie Telecom 40.53 55.92 57.95 64.23 81.91 60.11
9 BW Plantation 67.60 44.21 57.48 60.27 66.09 59.13
10 Duta Pertiwi 40.72 34.47 33.24 31.31 21.79 32.30
11 Bakrieland 37.60 49.98 38.58 38.43 39.85 40.89
12 XL Axita 84.83 67.85 57.01 56.07 56.65 64.48
13 Federal International 74.33 68.17 70.31 80.04 79.30 74.43
14 Indomobil Finance 83.75 77.07 81.16 60.68 67.52 74.04
15 Indofood 66.76 61.63 47.43 41.01 42.45 51.86
16 Indosat 66.77 65.76 65.77 64.37 64.88 65.51
17 Jasa Marga 52.99 52.11 55.89 60.03 60.46 56.30
18 Japfa Comfeed 74.40 60.96 50.04 54.21 56.54 59.23
19 Lautan Luas 72.26 68.98 71.58 76.39 72.04 72.25
20 Malindo Feedmil 94.82 86.60 73.52 68.23 62.12 77.06
21 Mitra Adiperkasa 70.02 61.88 59.97 59.37 63.73 63.00
22 Medco Energi 62.36 126.17 64.23 66.60 68.25 77.52
23 Matahari 68.10 67.17 37.47 44.86 53.24 54.17
24 Mayora Indah 56.32 50.01 53.62 63.26 63.05 57.25
25 Bank OCBC NISP 89.40 88.83 88.37 88.99 88.69 88.86
26 Oto Multiartha 82.11 77.87 77.00 73.16 71.55 76.34
27 Jaya Ancol 33.58 36.70 31.30 32.11 45.15 35.77
28 Bank Pan Indonesia 86.45 85.04 87.78 87.26 88.14 86.93
29 Perum Pegadaian 81.95 83.99 83.75 84.45 81.67 83.16
30 Pupuk Kaltim 47.04 47.49 44.84 41.93 19.48 40.16
31 PLN 56.32 57.69 65.01 68.79 72.15 63.99
32 Salim Ivomas 55.05 52.47 53.76 40.53 39.45 48.25
33 Summarecon Agung 56.59 61.33 64.86 69.42 64.92 63.42
34 Selamet Sempurna 36.71 42.20 46.73 41.04 43.08 41.95
35 Summit Oto Finance 70.86 71.61 76.10 75.23 68.56 72.47
36 Tjiwi Kimia 72.59 72.44 69.61 71.11 71.13 71.38
37 Telkom 51.79 48.83 43.87 40.83 39.86 45.03
38 Mandiri Tunas 84.25 81.77 83.70 88.27 87.95 85.19
39 Wahana Ottomitra 91.97 86.93 87.24 88.82 86.73 88.34
40 Bank Tabungan Negara 93.16 90.77 90.57 91.78 90.80 91.42
41 Bentoel International 61.17 60.96 56.56 64.52 72.26 63.09
42 Elnusa 50.81 54.27 46.99 56.61 52.45 52.22
43 Media Nusantara Citra 38.39 36.05 33.68 22.32 18.57 29.80
44 Ricky Putra Globalindo 49.73 45.42 44.89 14.30 56.44 42.16
45 Wijaya Karya 74.57 71.31 69.51 73.33 74.29 72.60
Sumber : Data Olah
40
Lampiran 5Time interest earned
No Nama Perusahaan Tahun Rata-
rata 2008 2009 2010 2011 2012
1 Adhi Karya 115.29 307.64 176.84 146.45 183.99 186.04
2 Adira Dinamika 995.68 846.98 1431.00 396.00 158.91 765.71
3 Bank Danamon 40.63 43.05 124.34 147.78 161.95 103.55
4 BFI Finance 148.97 217.65 319.84 187.32 170.43 208.84
5 Bank Mandiri 66.95 54.73 79.51 248.55 237.77 137.50
6 Bank Permata 33.28 24.65 44.42 114.02 119.11 67.10
7 Bumi Serpong 172.45 304.75 350.02 762.97 1876.84 693.41
8 Bakrie Telecom 135.14 45.08 19.47 -128.65 -450.22 -75.84
9 BW Plantation 1487.63 594.98 610.06 627.64 499.49 763.96
10 Duta Pertiwi 100.88 331.23 455.48 620.07 1610.19 623.57
11 Bakrieland 15675.08 848.72 420.59 71.23 -100.83 3382.96
12 XL Axita -6.70 184.47 314.83 512.02 479.52 296.83
13 Federal International 91.36 149.83 196.96 132.37 121.66 138.43
14 Indomobil Finance 141.35 117.86 121.61 564.99 327.91 254.74
15 Indofood 224.59 263.67 463.63 678.63 583.00 442.70
16 Indosat 119.17 125.12 0.06 242.27 73.80 112.08
17 Jasa Marga 131.35 147.42 193.28 214.77 224.34 182.23
18 Japfa Comfeed 174.12 542.60 679.92 263.22 311.95 394.36
19 Lautan Luas 182.03 101.84 119.26 91.19 100.08 118.88
20 Malindo Feedmil 34.96 231.02 515.73 455.67 569.91 361.46
21 Mitra Adiperkasa -120.02 246.75 222.62 392.63 362.05 220.81
22 Medco Energi 1077.13 100.81 278.81 1988.22 1577.29 1004.45
23 Matahari 6.06 141.71 353.41 67.00 120.71 137.78
24 Mayora Indah 484.45 513.26 749.99 505.78 429.72 536.64
25 Bank OCBC NISP 74.90 38.72 86.20 143.60 171.45 102.97
26 Oto Multiartha 1675.76 1909.00 19340.09 4903.04 7268.34 7019.25
27 Jaya Ancol 138.19 131.27 122.30 121.11 146.23 131.82
28 Bank Pan Indonesia 134.66 145.41 137.36 131.62 191.96 148.20
29 Perum Pegadaian 105.58 82.81 102.75 108.65 126.78 105.31
30 Pupuk Kaltim 1134.74 1157.59 602.36 1753.85 2776.14 1484.94
31 PLN -180.92 205.38 199.32 125.19 19.81 73.76
32 Salim Ivomas 508.14 436.57 502.47 706.17 351.73 501.02
33 Summarecon Agung 224.69 177.51 344.31 551.86 910.93 441.86
34 Selamet Sempurna 242.70 2018.85 859.29 983.98 1164.70 1053.91
35 Summit Oto Finance 35.07 105.23 79.63 5.44 36.33 52.34
36 Tjiwi Kimia 129.25 168.47 467.85 262.35 69.00 219.38
37 Telkom 1284.76 1117.45 844.15 710.63 798.02 951.00
38 Mandiri Tunas 63.02 44.11 52.64 30.40 49.71 47.98
39 Wahana Ottomitra 8.39 23.79 42.97 3.63 6.93 17.14
41
LanjutanTime interest earned
No Nama Perusahaan Tahun Rata-
rata 2008 2009 2010 2011 2012
40 Bank Tabungan Negara 27.26 21.76 39.77 40.38 45.54 34.94
41 Bentoel International 138.13 -2308.99 2388.20 302.93 -188.01 66.45
42 Elnusa 294.18 719.45 118.32 -28.12 239.39 268.64
43 Media Nusantara Citra 103.89 213.24 471.61 983.62 5315.19 1417.51
44 Ricky Putra Globalindo -48.39 17.50 69.67 100.77 103.09 48.53
45 Wijaya Karya 582.44 672.49 4924.62 4011.19 2230.08 2484.16
Sumber : Data Olah
Lampiran 6Rating Obligasi
No Nama Perusahaan
Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
1 Adhi Karya A- A- A- A- A
2 Adira Dinamika AA- AA- AA AA+ AA+
3 Bank Danamon AA+ AA+ AA+ AA+ AA+
4 BFI Finance A- A- A- A- A-
5 Bank Mandiri AA+ AA+ AAA AAA AAA
6 Bank Permata A+ A+ A+ AA- AA-
7 Bumi Serpong BBB BBB+ BBB+ A A+
8 Bakrie Telecom A- A- A- BBB+ BB
9 BW Plantation A A A A A-
10 Duta Pertiwi BBB BBB BBB BBB+ BBB+
11 Bakrieland BBB+ BBB+ BBB+ BBB+ BBB+
12 XL Axiata AA- A+ AA- AA+ AA+
13 Federal International AA- AA- AA- AA+ AA+
14 Indomobil Finance A- A- A- A A
15 Indofood AA+ AA AA AA+ AA+
16 Indosat AA+ AA+ AA+ AA+ AA+
17 Jasa Marga AA- AA- AA AA AA
18 Japfa Comfeed BBB+ BBB+ A- A A
19 Lautan Luas A- A- A- A- A-
20 Malindo Feedmil A+ AA- AA+ A- A-
21 Mitra Adiperkasa A+ A+ A+ A+ AA-
22 Medco Energi AA- AA- AA- AA- AA-
23 Matahari A+ A+ A+ A+ A+
24 Mayora Indah A+ A+ AA- AA- AA-
25 Bank OCBC NISP AA- AA- AA- AA+ AA+
26 Oto Multiartha A+ AA- AA+ AA- AA-
27 Jaya Ancol A+ A+ A+ A+ AA-
28 Bank Pan Indonesia A+ AA- AA AA AA
42
Lanjutan Rating obligasi
No Nama Perusahaan Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
29 Perum Pegadaian AA+ AA+ AA+ AA+ AA+
30 Pupuk Kaltim AA AA AA AA AA
31 PLN AA- AA- AA+ AA+ AA+
32 Salim Ivomas AA- AA- AA- AA+ AA
33 Summarecon Agung A- A- A A A+
34 Selamet Sempurna AA- AA- AA- AA- AA-
35 Summit Oto Finance A A+ AA- AA- AA-
36 Tjiwi Kimia BBB BBB BBB BBB- BBB
37 Telkom AAA AAA AAA AAA AAA
38 Mandiri Tunas A- A- A+ A+ A+
39 Wahana Ottomitra A- A- A- A A
40 Bank Tabungan Negara AA- AA- AA- AA+ AA+
41 Bentoel International A AAA AAA AAA AAA
42 Elnusa A- A- A A A
43 Media Nusantara Citra A- A A A A
44 Ricky Putra Globalindo BBB- BBB- BBB- BBB- BBB-
45 Wijaya Karya A A A A A
Sumber : PT. Pefindo tahun 2012
Lampiran 7Laporan Keuangan
Adhi Karya 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 7,283,097,472,884 5,484,987,461,350 4,506,350,035 5,204,366,361,603 4,652,976,411,278
Kewajiban Lancar 5,852,574,120,387 4,875,487,799,722 3,559,798,428 5,125,368,541,520 5,125,368,541,520
Pendapatan/penjualan 7,627,702,794,424 6,695,112,327,923 3,071,003,292 7,714,613,580,798 6,639,941,610,900
Total Aktiva 7,872,073,635,468 6,112,953,591,126 4,913,246,733 5,629,454,335,393 5,125,368,541,520
Total Kewajiban 6,691,154,665,776 5,122,585,800,538 3,405,284,027 4,888,581,325,142 4,525,468,985,337
Laba Bersih 213,651,124,618 182,727,228,625 75,683,051 165,529,733,252 81,482,495,008
Laba Sebelum Pajak 423,315,053,973 326,379,673,475 130,253,693 331,773,348,809 122,539,138,264
Beban Bunga 230,072,162,575 222,858,655,338 73,655,809 107,845,979,596 106,289,369,109
Adira Dinamika 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 25,099,560 6,560,342 7,330,149 4,123,705 1,349,443
Kewajiban Lancar 9,082,405 3,717,645 3,502,054 1,458,162 1,433,954
Pendapatan/penjualan 6,752,924 5,303,513 3,897,185 3,941,162 3,378,703
Total Aktiva 25,460,457 16,889,452 7,599,615 4,329,549 3,592,024
Total Kewajiban 20,424,690 12,468,083 3,804,856 1,677,146 1,642,021
Laba Bersih 1,405,898 1,580,750 1,467,906 1,212,400 1,020,233
Laba Sebelum Pajak 1,895,918 2,111,539 1,931,723 1,658,347 1,419,322
Beban Bunga 1,193,106 533,215 134,991 195,796 142,548
Bank Danamon 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 143,268,495 130,346,083 98,433,600 91,305,675 99,477,403
Kewajiban Lancar 97,268,065 92,817,846 82,775,336 79,368,999 89,691,552
Pendapatan/penjualan 13,386,570 11,241,585 14,417,745 17,666,110 16,118,989
Total Aktiva 155,791,308 142,292,206 118,206,573 98,597,953 107,268,363
Total Kewajiban 127,057,997 116,582,650 99,597,545 82,695,967 96,159,098
Laba Bersih 4,117,148 3,402,209 2,983,761 1,532,533 1,530,022
Laba Sebelum Pajak 5,486,679 4,551,581 4,001,531 2,677,837 2,370,560
43
Lanjutan laporan keuangan
Bank Danamon 2012 2011 2010 2009 2008
Beban Bunga 3,387,887 3,079,996 3,218,173 6,220,816 5,834,855
BFI Finance 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 6,109,081 4,981,265 3,652,624 2,249,185 2,734,315
Kewajiban Lancar 2,522,200 2,412,097 1,696,666 767,480 1,920,141
Pendapatan/penjualan 1,550,818 1,248,346 921,931 909,590 889,940
Total Aktiva 6,570,496 5,304,777 3,870,091 2,392,980 2,410,824
Total Kewajiban 3,708,642 2,938,545 1,929,241 858,810 2,173,175
Laba Bersih 490,272 425,382 362,077 301,368 231,761
Laba Sebelum Pajak 613,875 529,475 462,909 392,066 330,240
Beban Bunga 360,186 282,661 144,730 180,132 221,675
Bank Mandiri 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 614,984,807 534,251,797 388,815,114 379,826,948 342,317,065
Kewajiban Lancar 484,396,083 420,112,889 350,012,506 274,485,858 316,598,791
Pendapatan/penjualan 42,550,442 37,730,019 14,734,818 16,777,115 14,799,620
Total Aktiva 635,618,708 551,891,704 409,365,529 394,616,604 358,438,678
Total Kewajiban 518,705,769 451,379,750 369,888,278 289,835,512 327,434,809
Laba Bersih 16,043,618 12,695,885 6,385,628 7,155,464 5,312,821
Laba Sebelum Pajak 19,625,447 16,348,933 8,665,289 6,333,383 8,068,560
Beban Bunga 8,253,902 6,577,643 10,898,696 11,573,106 12,051,637
Bank Permata 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 122,830,812 89,960,527 63,412,159 52,882,133 50,051,999
Kewajiban Lancar 111,547,906 87,072,979 57,913,010 47,845,893 47,793,452
Pendapatan/penjualan 9,185,865 7,707,960 1,622,878 2,956,395 2,553,034
Total Aktiva 131,798,595 101,324,002 66,994,265 55,900,751 53,959,827
Total Kewajiban 119,303,061 92,187,794 59,304,713 51,065,239 49,671,165
Laba Bersih 1,368,132 1,156,878 780,634 (2,292,026) (2,772,181)
Laba Sebelum Pajak 1,888,081 1,558,818 1,063,990 766,622 754,737
Beban Bunga 1,585,118 1,367,180 2,395,280 3,110,046 2,267,782
Bumi Serpong 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 9,130,624,135,244 7,798,757,618,159 3,122,265,892 2,977,441,735 2,882,985,810
Kewajiban Lancar 5,315,586,614,791 3,651,646,650,304 2,303,526,536 2,204,144,408 2,269,195,435
Pendapatan/penjualan 3,727,811,859,978 2,806,339,356,563 905,708,960 1,270,592,451 1,386,110,523
Total Aktiva 16,756,718,027,575 12,787,376,914,156 4,855,585,318 4,592,836,482 4,381,085,317
Total Kewajiban 6,225,013,628,292 4,530,152,109,517 2,339,838,287 2,252,711,053 2,305,955,731
Laba Bersih 1,478,858,784,945 1,012,033,822,150 243,140,146 308,738,334 223,461,797
Laba Sebelum Pajak 1,696,563,824,942 1,170,230,504,942 291,471,005 376,168,717 304,127,174
Beban Bunga 90,394,800,818 153,378,138,143 83,273,079 123,434,028 176,358,251
Bakrie Telecom 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 769,050,497,930 948,354,199,023 1,436,140,216,095 1,760,886,590,849 2,308,318,245,852
Kewajiban Lancar 2,874,428,104,739 2,955,755,907,090 1,759,605,829,930 2,051,303,325,136 1,067,478,036,818
Pendapatan/penjualan 2,973,613,659,026 3,195,451,186,033 3,447,118,348,212 3,435,555,524,064 2,805,309,095,223
Total Aktiva 9,052,428,014,700 12,213,109,168,767 12,352,891,387,578 11,425,606,502,371 8,545,972,606,092
Total Kewajiban 7,414,442,541,805 7,844,354,929,243 7,158,061,068,779 6,388,675,640,467 3,463,920,842,893
Laba Bersih (3,287,537,377,084) (826,040,976,125) 9,975,729,110 98,442,112,191 136,812,627,065
Laba Sebelum Pajak (3,533,547,122,456) (987,903,889,127) 92,532,912,600 145,714,424,917 178,056,251,672
Beban Bunga 784,850,765,308 767,916,866,753 475,262,403,376 323,219,289,933 131,760,182,179
Bakrie Telecom 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 335,119,792 441,193,241 779,354,276 402,770,984 112,742,997
Kewajiban Lancar 514,558,556 517,058,240 611,500,203 339,677,916 274,064,148
Pendapatan/penjualan 944,274,538 888,298,308 712,173,946 584,109,004 414,812,254
Total Aktiva 4,912,982,787 3,589,031,806 2,654,678,284 1,622,885,201 929,361,267
Total Kewajiban 3,246,802,118 2,163,128,698 1,525,905,463 717,425,461 628,202,596
Laba Bersih 262,183,809 320,388,173 243,587,564 167,467,085 147,812,300
44
Lanjutan laporan keuangan
Bakrie Telecom 2012 2011 2010 2009 2008
Laba Sebelum Pajak 351,413,724 429,924,860 332,579,170 247,810,324 214,475,795
Beban Bunga 70,355,188 68,498,485 54,515,884 41,650,260 14,417,324
Duta Pertiwi 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 3,212,619,467 1,646,374,726 2,475,822 2,275,202 2,170,106
Kewajiban Lancar 1,292,983,694 725,253,544 1,540,299 1,518,665 1,825,630
Pendapatan/penjualan 1,569,176,913 1,117,683,055 704,728 1,002,554 1,062,379
Total Aktiva 6,592,254,980 5,188,186,444 4,653,701 4,429,503 4,513,527
Total Kewajiban 1,436,539,162 1,624,203,044 1,546,979 1,526,828 1,837,737
Laba Bersih 613,327,842 422,405,402 274,817 211,986 40,087
Laba Sebelum Pajak 704,688,528 489,362,394 274,817 325,072 142,214
Beban Bunga 43,764,280 78,920,162 60,336 98,141 140,973
Bakrieland 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 3,826,637,618,331 5,628,083,620,180 5,299,088,372 4,518,711,455 4,788,353,232
Kewajiban Lancar 4,470,431,893,894 4,189,484,452,154 1,819,944,251 2,319,487,451 1,543,480,729
Pendapatan/penjualan 2,949,585,801,725 1,927,530,209,575 1,367,555,681,767 1,059,003,993,596 1,053,801,218
Total Aktiva 15,235,632,983,194 17,707,949,598,417 17,064,195,774,257 11,592,631,487,233 8,334,991,485
Total Kewajiban 6,071,418,710,164 6,805,878,160,103 6,582,727,429,196 5,794,138,576,947 3,133,653,335
Laba Bersih (890,749,592,992) 279,467,060,284 178,704,601,860 132,255,912,805 272,099,571
Laba Sebelum Pajak (731,602,234,226) 382,802,193,626 225,655,068,716 203,169,353,619 358,322,348
Beban Bunga 725,607,731,608 537,430,980,094 53,652,019,959 23,938,387,639 2,285,936
Indofood 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 26,202,972 24,501,734 20,077,994 12,954,813 14,323,261
Kewajiban Lancar 13,080,544 12,831,304 9,859,118 11,158,962 16,262,161
Pendapatan/penjualan 50,059,427 45,332,256 38,403,360 37,140,830 38,799,279
Total Aktiva 59,324,207 53,585,933 47,275,955 40,382,953 39,591,309
Total Kewajiban 25,181,533 21,975,708 22,423,117 24,886,781 26,432,369
Laba Bersih 4,779,446 4,891,673 3,934,808 2,075,861 1,034,389
Laba Sebelum Pajak 6,309,756 6,352,389 5,432,375 4,063,813 2,599,823
Beban Bunga 1,082,297 936,060 1,171,698 1,541,264 1,157,562
Jasa Marga 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 4,531,117,154 3,996,740,522 4,090,109,189 3,430,338,210 3,906,983,110
Kewajiban Lancar 6,648,164,394 4,069,500,992 2,478,279,260 2,966,355,283 1,237,275,532
Pendapatan/penjualan 9,070,219,074 6,485,771,905 4,378,584,303 3,692,000,322 3,353,632,332
Total Aktiva 24,753,551,441 20,915,890,567 18,952,129,334 16,174,263,947 14,642,760,013
Total Kewajiban 14,965,765,873 12,555,380,912 10,592,662,907 8,428,822,898 7,758,936,681
Laba Bersih 1,535,812,200 1,179,281,837 1,184,495,808 882,211,713 707,797,979
Laba Sebelum Pajak 2,055,256,702 1,590,175,158 1,476,349,354 1,093,893,631 945,822,260
Beban Bunga 916,145,910 740,400,368 763,845,131 742,024,439 720,096,500
Lautan Luas 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 2,162,841 2,494,418 1,833,358 1,479,211 2,112,208
Kewajiban Lancar 2,570,964 2,407,806 1,667,187 1,319,201 1,879,789
Pendapatan/penjualan 6,213,600 5,529,075 3,901,733 3,746,865 4,458,094
Total Aktiva 4,054,774 4,040,298 3,591,139 3,081,130 3,440,010
Total Kewajiban 2,921,227 3,086,447 2,570,690 2,125,280 2,485,725
Laba Bersih 108,958 90,831 109,206 85,925 145,846
Laba Sebelum Pajak 142,285 120,185 145,767 134,374 248,593
Beban Bunga 142,170 131,793 122,231 131,949 136,570
Mitra Adiperkasa 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 3,262,620,710 2,368,840,468 1,865,272,071 1,839,970,087 1,936,628
Kewajiban Lancar 2,682,781,943 2,277,734,939 1,468,999,174 1,270,439,759 1,380,405
Pendapatan/penjualan 7,585,085,252 5,889,808,895 4,712,499,692 4,112,215,038 3,468,036
Total Aktiva 5,990,586,903 4,415,342,528 3,670,503,683 3,379,394,233 3,760,969
Total Kewajiban 3,817,911,733 2,621,209,018 2,201,360,931 2,091,335,579 2,633,391
Laba Bersih 432,750,980 360,424,992 201,071,471 163,986,260 (69,791)
45
Lanjutan laporan keuangan
Mitra Adiperkasa 2012 2011 2010 2009 2008
Laba Sebelum Pajak 597,637,801 484,571,847 275,790,308 281,838,559 (87,379)
Beban Bunga 165,069,599 123,418,316 123,883,433 114,219,792 72,805
Matahari 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 5,084,740 3,611,763 5,394,910 5,066,239 4,426,517
Kewajiban Lancar 2,715,926 2,960,433 3,063,982 3,144,994 4,525,766
Pendapatan/penjualan 10,868,164 8,908,611 8,544,778 10,280,457 11,977,370
Total Aktiva 8,225,206 10,308,169 11,420,600 10,560,144 9,741,369
Total Kewajiban 4,379,452 4,624,721 4,279,142 7,093,046 6,633,768
Laba Bersih 238,448 120,301 5,800,640 300,035 (66,871)
Laba Sebelum Pajak 268,449 164,372 56,638 373,934 10,497
Beban Bunga 222,383 245,322 16,026 263,868 173,200
OCBC NISP 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 76,600,186 56,852,397 46,781,569 36,225,326 32,530,173
Kewajiban Lancar 64,762,014 48,754,032 40,581,179 32,318,202 27,369,622
Pendapatan/penjualan 4,924,182 4,187,166 3,634,389 1,726,403 2,785,731
Total Aktiva 79,141,737 59,834,397 50,141,559 37,052,596 34,245,838
Total Kewajiban 70,190,261 53,244,018 44,310,816 32,915,296 30,615,168
Laba Bersih 915,456 752,654 418,662 435,865 316,922
Laba Sebelum Pajak 1,222,241 1,005,875 566,616 612,155 454,228
Beban Bunga 712,881 700,448 657,317 1,581,058 606,462
Jaya Ancol 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 720,587,963,966 578,657,177,189 611,063,077,328 671,660,296,390 601,177,018,693
Kewajiban Lancar 460,380,547,365 426,262,590,838 305,531,455,272 340,836,749,289 189,786,823,535
Pendapatan/penjualan 1,053,738,348,352 932,949,889,202 921,926,345,518 898,321,610,420 854,372,253,824
Total Aktiva 2,388,263,279,045 1,737,031,906,784 1,569,188,387,540 1,529,437,482,328 1,331,291,536,669
Total Kewajiban 1,078,186,887,376 557,806,657,048 491,212,479,130 561,293,603,049 447,069,657,685
Laba Bersih 177,849,241,628 161,939,225,933 141,757,611,224 137,389,481,212 132,233,084,587
Laba Sebelum Pajak 239,146,181,009 208,624,474,325 186,769,352,223 190,935,042,488 191,838,722,665
Beban Bunga 163,541,544,899 172,265,458,473 152,713,823,711 145,457,433,305 138,824,196,078
Pegadaian 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 28,548,901,879,167 25,537,221,194,712 19,621,785,026,807 15,277,484,116,358 10,293,773,700,119
Kewajiban Lancar 18,720,492,208,323 17,689,388,246,994 13,845,159,783,249 9,842,086,469,647 6,565,284,963,192
Pendapatan/penjualan 5,833,074,679,677 6,600,927,966,486 5,378,292,906,586 4,017,103,152,528 2,930,594,295,381
Total Aktiva 29,311,898,012,567 26,219,352,956,584 20,283,042,842,726 15,859,464,128,255 10,772,086,469,098
Total Kewajiban 23,940,013,524,042 22,142,989,865,962 16,986,839,894,901 13,320,005,941,122 8,828,086,800,885
Laba Bersih 1,444,704,906,438 1,476,235,286,928 1,179,788,385,692 798,195,518,921 628,373,778,120
Laba Sebelum Pajak 1,963,819,460,431 2,002,251,590,714 1,616,726,799,654 1,116,247,071,559 901,241,378,911
Beban Bunga 1,548,962,238,763 1,842,906,719,748 1,573,453,742,911 1,347,960,331,708 853,649,486,555
PLN 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 68,639,956 8,252,342 44,773,286 36,999,493 31,075,630
Kewajiban Lancar 74,602,903 3,550,433 55,396,551 37,707,827 40,653,690
Pendapatan/penjualan 232,656,456 08,017,823 49,070,489 145,222,144 164,208,510
Total Aktiva 540,705,764 67,782,603 406,100,429 333,713,076 290,718,943
Total Kewajiban 390,106,094 21,769,767 263,986,654 192,516,991 163,732,376
Laba Bersih 3,205,524 5,426,115 6,146,746 10,355,679 (12,303,716)
Laba Sebelum Pajak 1,031,728 5,514,995 6,726,456 12,203,347 (12,191,168)
Beban Bunga 5,208,776 4,405,234 3,374,715 5,941,882 6,738,465
Summarecon Agung 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 6,079,041,437 4,897,816,510 3,259,766,991 1,713,803,060 1,365,995,616
Kewajiban Lancar 5,197,489,997 3,572,428,037 2,797,380,569 1,543,164,298 747,761,768
Pendapatan/penjualan 3,643,163,272 2,359,330,713 1,695,443,952 1,197,692,629 1,267,062,897
Total Aktiva 10,876,386,685 8,099,174,681 6,139,640,438 4,460,277,206 3,629,969,131
Total Kewajiban 7,060,986,827 5,622,074,731 3,982,107,010 2,735,479,178 2,054,374,823
Laba Bersih 792,085,965 388,706,644 233,477,896 167,342,743 94,141,182
46
Lanjutan laporan keuangan
Summarecon Agung 2012 2011 2010 2009 2008
Laba Sebelum Pajak 986,394,703 530,915,731 343,911,127 242,996,196 170,819,171
Beban Bunga 108,283,955 96,204,425 99,885,532 136,890,626 76,024,660
Summit Otto
Finance 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 9,166,171 11,058,155 11,227,268 8,049,714 6,708,567
Kewajiban Lancar 1,606,205 2,342,333 3,117,535 2,279,189 1,650,309
Pendapatan/penjualan 2,708,882 3,134,514 2,944,363 2,453,157 1,824,009
Total Aktiva 9,436,685 11,375,231 11,517,272 8,212,604 6,871,001
Total Kewajiban 6,469,900 8,557,736 8,764,803 5,881,155 4,869,123
Laba Bersih 178,750 22,035 443,183 405,101 81,080
Laba Sebelum Pajak 259,645 49,871 606,471 630,204 143,111
Beban Bunga 714,655 916,622 761,653 598,892 408,130
Telkom 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 27,973 21,258 18,729 16,186 14,622
Kewajiban Lancar 24,107 22,189 20,473 26,717 26,998
Pendapatan/penjualan 77,143 71,253 69,177 64,596 60,689
Total Aktiva 111,369 103,054 100,501 97,559 91,256
Total Kewajiban 44,391 42,073 44,086 47,636 47,258
Laba Bersih 18,388 15,481 15,870 11,332 10,619
Laba Sebelum Pajak 24,228 20,857 21,416 22,349 20,312
Beban Bunga 3,036 2,935 2,537 2,000 1,581
Wahana 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 3,016,309 3,489,798 3,330,825 2,446,870 3,266,519
Kewajiban Lancar 1,570,130 1,670,198 1,811,654 889,242 1,142,687
Pendapatan/penjualan 1,608,881 1,653,076 1,492,012 1,387,770 1,581,465
Total Aktiva 3,348,221 3,906,526 3,598,701 2,572,820 3,432,967
Total Kewajiban 2,903,939 3,469,872 3,139,441 2,236,433 3,157,251
Laba Bersih 7,628 5,394 137,861 60,671 20,711
Laba Sebelum Pajak 28,118 15,774 193,914 92,602 38,080
Beban Bunga 405,642 434,867 451,329 389,203 453,982
Bank Tabungan
Negara 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 108,533,840 86,219,986 65,841,396 56,293,541 43,658,799
Kewajiban Lancar 80,667,983 61,970,015 47,546,047 40,214,954 31,965,941
Pendapatan/penjualan 8,818,579 7,556,104 6,498,752 ,729,941 4,614,106
Total Aktiva 111,748,593 89,121,459 68,385,539 58,447,667 44,992,171
Total Kewajiban 101,469,722 81,799,816 61,938,261 53,054,542 41,913,701
Laba Bersih 1,357,839 1,026,201 915,938 490,453 430,474
Laba Sebelum Pajak 1,863,202 1,522,260 1,250,222 745,817 722,409
Beban Bunga 4,091,760 3,770,231 3,143,934 3,427,732 2,650,356
Bentoel
International 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 4,472,195 4,287,268 3,053,134 3,078,784 3,053,065
Kewajiban Lancar 2,722,398 3,829,144 1,221,291 1,481,838 1,231,918
Pendapatan/penjualan 9,850,010 10,070,175 8,904,568 7,255,325 5,940,801
Total Aktiva 6,935,601 6,333,957 4,902,597 4,894,434 4,455,531
Total Kewajiban 5,011,668 4,086,673 2,773,070 2,983,528 2,725,331
Laba Bersih (323,351) 305,997 218,621 (147,943) 239,137
Laba Sebelum Pajak (428,369) 485,237 367,448 (42,139) 244,177
Beban Bunga 227,848 160,183 15,386 1,825 176,770
Elnusa 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 2,310,356 2,476,571 2,040,659 2,548,026 1,621,565
Kewajiban Lancar 1,686,450 1,987,777 1,271,960 1,660,411 1,163,382
Pendapatan/penjualan 4,777,083 4,716,771 4,210,786 3,662,331 2,543,913
Total Aktiva 4,294,557 4,389,950 3,678,566 4,207,629 3,317,816
47
Lanjutan laporan keuangan
Elnusa 2012 2011 2010 2009 2008
Total Kewajiban 2,252,312 2,485,125 1,728,408 2,283,376 1,685,724
Laba Bersih 135,597 (30,115) 63,906 466,233 133,772
Laba Sebelum Pajak 211,071 (26,083) 94,176 668,782 173,530
Beban Bunga 88,171 92,748 79,597 92,958 58,987
Media Nusantara
Citra 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 6,766,799 6,018,612 5,201,103 4,785,995 5,026,184
Kewajiban Lancar 1,250,225 1,227,364 2,604,665 1,351,966 1,488,105
Pendapatan/penjualan 6,265,260 5,390,474 4,855,907 3,923,845 3,921,940
Total Aktiva 8,960,942 8,798,230 8,196,543 7,641,364 8,015,122
Total Kewajiban 1,663,780 1,963,727 2,760,427 2,754,897 3,077,246
Laba Bersih 1,781,284 1,153,383 730,218 385,617 166,955
Laba Sebelum Pajak 2,260,708 1,510,524 1,025,069 560,692 236,100
Beban Bunga 42,533 153,568 217,357 262,937 227,260
Ricky Putra
Globalindo 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 601,056,426,925 467,024,514,266 446,104,466,806 424,189,675,013 456,987,341,899
Kewajiban Lancar 266,783,974,109 262,265,342,175 245,387,045,805 237,134,795,930 280,729,951,347
Pendapatan/penjualan 749,972,702,550 616,394,673,133 580,322,384,348 507,954,594,194 490,782,656,479
Total Aktiva 842,498,674,322 642,094,672,040 613,323,196,638 599,719,424,656 645,756,810,073
Total Kewajiban 475,541,284,698 91,842,821,653 275,342,301,390 272,408,318,387 321,123,375,964
Laba Bersih 16,978,453,067 12,209,645,239 10,817,923,214 3,572,481,645 (9,374,805,387)
Laba Sebelum Pajak 23,519,387,411 15,688,366,227 14,241,393,416 4,871,187,776 (10,770,404,351)
Beban Bunga 22,813,577,392 15,568,622,805 20,442,581,638 27,840,288,205 22,255,735,715
Unilever 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 5,035,962 4,446,219 3,748,130 36,101,711 3,103,295
Kewajiban Lancar 10,482,312 6,501,681 4,402,940 3,589,188 3,091,111
Pendapatan/penjualan 27,303,248 23,469,218 19,690,239 18,246,872 15,577,811
Total Aktiva 11,984,979 10,482,312 8,701,262 7,484,990 6,504,736
Total Kewajiban 8,016,614 6,801,375 4,652,409 3,776,415 3,397,915
Laba Bersih 4,839,145 4,164,304 3,386,970 3,044,107 2,407,231
Laba Sebelum Pajak 6,466,765 5,574,799 4,538,643 4,248,590 3,448,405
Beban Bunga 68,887 26,500 29,927 9,658 6,776
Wijaya 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 7,186,554,643 5,838,851,683 5,122,672,881 4,962,530,398 5,229,930,307
Kewajiban Lancar 6,527,627,883 5,127,208,872 3,642,026,776 3,435,524,547 3,620,586,590
Pendapatan/penjualan 9,816,085,895 7,741,827,272 6,022,921,894 6,590,857,284 6,559,077,280
Total Aktiva 10,945,209,418 8,322,979,571 6,286,304,902 5,700,613,602 5,771,423,810
Total Kewajiban 8,131,203,824 6,103,603,696 4,369,536,958 4,064,898,812 4,304,026,399
Laba Bersih 508,763,662 401,827,929 284,922,192 189,222,076 156,034,395
Laba Sebelum Pajak 807,915,794 629,606,985 473,326,034 348,108,993 256,414,877
Beban Bunga 36,228,187 15,696,279 9,611,427 51,764,196 44,024,039
XL Axita 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 3,658,985 3,387,237 2,228,017 2,007,289 3,200,815
Kewajiban Lancar 8,739,996 8,728,212 4,563,033 6,008,894 5,677,831
Pendapatan/penjualan 20,969,806 18,260,144 17,057,760 13,879,513 12,155,991
Total Aktiva 35,455,705 31,170,654 27,251,281 27,380,095 28,392,965
Total Kewajiban 20,085,669 17,478,142 15,536,207 18,576,982 24,085,068
Laba Bersih 2,764,647 2,830,101 2,891,261 1,709,468 (15,109)
Laba Sebelum Pajak 3,751,421 3,864,643 3,867,981 2,350,266 (75,209)
Beban Bunga 782,334 754,786 1,228,604 1,274,077 1,122,294
Federal 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 18,337,473,811 16,840,076,729 11,744,242,565 8,823,668,643 8,832,493,200
Kewajiban Lancar 7,298,201,997 8,265,511,025 4,848,648,356 3,031,223,276 4,646,154,334
Pendapatan/penjualan 5,476,150,823 4,975,433,707 4,736,471,050 4,300,785,097 4,468,089,987
48
Lanjutan laporan keuangan
Federal 2012 2011 2010 2009 2008
Total Aktiva 19,129,026,360 17,390,356,136 12,068,061,625 9,128,353,968 9,167,492,267
Total Kewajiban 15,168,794,642 13,919,570,281 8,484,796,572 6,223,189,741 6,814,584,241
Laba Bersih 1,125,115,563 1,078,775,648 1,173,825,969 811,839,501 612,383,250
Laba Sebelum Pajak 1,496,758,641 1,414,705,012 1,557,700,590 1,142,467,432 890,206,354
Beban Bunga 1,230,317,362 1,068,788,943 790,880,243 762,523,258 974,403,977
Indomobil 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 9,813,158 7,386,526 2,165,322 1,660,920 2,147,298
Kewajiban Lancar 7,963,486 5,415,177 1,432,199 1,310,585 1,904,184
Pendapatan/penjualan 19,780,838 15,892,404 278,797 542,901 613,679
Total Aktiva 17,577,664 12,905,429 2,230,388 1,708,993 2,273,748
Total Kewajiban 11,869,218 7,830,586 1,810,209 1,317,136 1,904,184
Laba Bersih 899,090 970,891 30,317 41,000 66,822
Laba Sebelum Pajak 1,073,071 1,188,361 39,785 70,279 95,020
Beban Bunga 327,250 210,332 32,716 59,628 67,225
Indosat 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 8,308,810 5,767,565 5,455,940 9,691,773 7,139,627
Kewajiban Lancar 11,015,751 11,968,067 12,024,949 10,675,245 13,068,122
Pendapatan/penjualan 22,418,812 20,529,292 14,843,079 18,659,133 18,393,016
Total Aktiva 55,225,061 53,233,012 53,325,128 51,693,323 55,041,487
Total Kewajiban 35,829,677 34,263,912 35,069,754 33,994,764 36,753,204
Laba Bersih 487,416 1,066,744 530,914 1,878,522 1,498,245
Laba Sebelum Pajak 461,618 1,331,357 873,542 2,325,115 2,231,993
Beban Bunga 625,540 549,530 1,359,189 1,858,294 1,872,967
JPFA 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 6,429,500 4,932,300 4,435,214 3,968,640 3,668,649
Kewajiban Lancar 3,523,891 3,099,991 1,686,714 1,798,979 2,095,942
Pendapatan/penjualan 17,832,702 15,663,068 13,955,792 14,340,277 12,665,681
Total Aktiva 10,961,464 8,266,417 6,979,762 6,070,137 5,779,106
Total Kewajiban 6,198,137 4,481,070 3,492,895 3,700,159 4,299,499
Laba Bersih 1,074,577 671,474 959,161 814,451 301,011
Laba Sebelum Pajak 1,364,891 872,309 1,436,855 1,249,918 369,705
Beban Bunga 437,531 331,404 211,327 230,356 212,324
Malindo Feedmil 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 894,203,546 720,453,998 204,966,319 549,324,078 538,229,850
Kewajiban Lancar 852,741,232 515,044,183 356,573,189 415,554,719 461,457,443
Pendapatan/penjualan 3,349,566,738 2,634,460,563 2,036,518,864 1,868,615,769 1,729,647,254
Total Aktiva 1,799,881,575 1,327,801,184 966,318,649 885,347,531 859,934,901
Total Kewajiban 1,118,011,031 905,976,670 710,475,454 766,696,366 815,384,227
Laba Bersih 302,421,030 204,966,319 179,906,030 75,456,491 7,627,245
Laba Sebelum Pajak 383,075,893 264,611,050 224,904,945 112,362,077 14,929,705
Beban Bunga 67,217,327 58,071,073 43,608,737 48,637,314 42,705,197
Medco Energi 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 1,144,662,180 1,302,648,797 1,021,839,787 791,222,447 862,800,570
Kewajiban Lancar 432,172,379 811,563,837 500,318,424 509,163,054 387,778,301
Pendapatan/penjualan 909,049,493 817,716,937 929,853,450 667,801,378 1,283,818,230
Total Aktiva 2,655,840,704 2,597,795,610 2,278,068,237 1,040,509,378 1,980,223,646
Total Kewajiban 1,812,616,519 1,730,128,171 1,463,237,809 1,312,826,289 1,234,839,833
Laba Bersih 18,854,057 96,087,526 83,059,576 19,231,994 280,204,095
Laba Sebelum Pajak 180,525,546 213,695,286 215,828,615 50,550,356 497,231,627
Beban Bunga 11,445,281 10,748,084 77,411,274 50,143,505 46,162,729
Mayora 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 5,313,599,558,516 4,095,298,705,091 2,684,853,761,819 1,750,424,018,336 1,684,852
Kewajiban Lancar 1,924,434,119,144 1,845,791,716,500 1,040,333,647,369 764,230,447,224 769,800
Pendapatan/penjualan 10,510,625,669,832 9,453,865,992,878 7,224,164,991,859 4,777,175,386,540 3,907,674
49
Lanjutan laporan keuangan
Mayora 2012 2011 2010 2009 2008
Total Aktiva 8,302,506,241,903 6,599,845,533,328 4,399,191,135,535 3,246,498,515,952 2,922,998
Total Kewajiban 5,234,655,914,665 4,175,176,240,894 2,359,027,500,267 1,623,443,299,810 1,646,322
Laba Bersih 744,428,404,309 483,486,152,677 499,655,171,512 382,503,008,746 196,230
Laba Sebelum Pajak 959,815,066,914 626,440,817,709 658,358,847,453 503,933,575,805 209,828
Beban Bunga 223,360,619,855 123,856,315,729 87,782,627,557 98,183,758,504 43,313
Oto Multiartha 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 12,436,699 11,670,954 10,566,805 8,833,666 7,040,277
Kewajiban Lancar 8,984,438 8,516,847 9,552,923 5,298,887 4,923,738
Pendapatan/penjualan 2,069,980 2,272,607 2,498,744 984,990 682,213
Total Aktiva 12,657,934 11,896,885 12,789,868 9,100,684 7,213,838
Total Kewajiban 9,056,885 8,703,726 9,847,711 7,087,040 5,923,558
Laba Bersih 450,458 207,530 612,668 234,704 127,001
Laba Sebelum Pajak 609,087 289,132 822,921 328,901 187,920
Beban Bunga 8,380 5,897 4,255 17,229 11,214
PANIN 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 143,326,175 120,059,115 104,155,659 74,142,573 61,408,391
Kewajiban Lancar 109,790,280 91,374,723 78,847,046 58,494,287 47,664,488
Pendapatan/penjualan 11,498,857 9,973,149 8,183,967 7,375,667 6,011,625
Total Aktiva 148,792,615 124,755,428 108,947,955 77,857,418 64,391,915
Total Kewajiban 131,144,850 108,857,192 95,635,577 66,210,409 55,664,960
Laba Bersih 2,278,335 2,053,115 1,257,925 915,298 701,361
Laba Sebelum Pajak 3,042,464 2,736,366 1,897,611 1,406,145 1,153,368
Beban Bunga 1,584,945 2,078,973 1,381,499 967,017 856,527
Pupuk Kaltim 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 6,415,775 5,316,847 3,842,529 4,008,499 3,066,734
Kewajiban Lancar 2,526,386 2,330,135 2,058,230 2,459,557 2,149,782
Pendapatan/penjualan 13,452,117 10,371,290 5,303,866 8,215,315 9,731,820
Total Aktiva 12,166,994 10,633,741 8,404,299 8,414,882 7,089,017
Total Kewajiban 2,370,393 4,458,360 3,768,297 3,996,352 3,334,952
Laba Bersih 1,984,057 1,449,094 475,566 832,371 627,825
Laba Sebelum Pajak 2,625,337 1,959,968 661,174 1,145,931 969,179
Beban Bunga 94,568 111,752 109,764 98,993 85,410
Salim Ivomas 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 6,797,552 8,094,207 4,671,323 3,762,645 4,190,563
Kewajiban Lancar 4,583,214 4,780,071 4,100,944 2,902,047 3,813,440
Pendapatan/penjualan 13,844,891 12,605,311 9,484,281 9,040,325 11,840,499
Total Aktiva 26,574,461 25,510,399 21,063,714 18,311,605 16,337,417
Total Kewajiban 10,482,468 10,339,209 11,324,638 9,607,858 8,993,137
Laba Bersih 1,516,101 2,251,296 1,395,191 1,008,662 1,002,435
Laba Sebelum Pajak 2,012,037 2,911,994 2,012,116 1,935,276 2,153,042
Beban Bunga 572,042 412,364 400,442 443,292 423,707
Selamat Sempurna 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 899,279,276,888 816,080,633,630 661,698,307,933 574,889,835,576 555,214,717,486
Kewajiban Lancar 462,534,538,242 339,633,977,787 304,354,095,506 362,255,240,112 305,410,849,490
Pendapatan/penjualan 2,163,842,229,019 2,072,441,125,522 1,561,786,956,669 1,374,651,605,661 1,353,586,085,743
Total Aktiva 1,441,204,473,590 1,327,799,716,171 1,067,103,249,531 941,651,276,002 929,753,183,773
Total Kewajiban 620,875,870,082 544,907,492,355 498,627,884,127 397,397,235,616 341,289,214,734
Laba Bersih 268,543,331,492 241,576,270,793 150,420,111,988 132,850,275,038 91,471,918,506
Laba Sebelum Pajak 344,721,361,760 309,643,929,471 204,764,888,090 185,861,376,752 143,623,514,982
Beban Bunga 29,597,455,959 31,468,531,406 23,829,567,079 9,206,276,862 59,176,626,398
Tjiwi Kimia 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 1,262,551 1,150,989 946,262 920,801 775,443
Kewajiban Lancar 524,443 598,290 399,040 389,011 299,991
Pendapatan/penjualan 1,321,641 1,378,740 999,839 1,174,106 1,358,794
50
Lanjutan laporan keuangan
Tjiwi Kimia 2012 2011 2010 2009 2008
Total Aktiva 2,682,042 2,568,897 2,375,759 2,357,777 2,263,367
Total Kewajiban 1,907,754 1,826,770 1,653,737 1,707,984 1,643,026
Laba Bersih 34,817 70,412 73,649 31,653 51,686
Laba Sebelum Pajak 41,627 90,491 79,520 72,408 43,613
Beban Bunga 60,331 34,493 16,997 42,979 33,744
Mandiri Tunas 2012 2011 2010 2009 2008
Aktiva Lancar 4,334,870 3,478,423 2,222,627 1,754,874 2,179,953
Kewajiban Lancar 3,102,807 1,977,313 1,061,879 615,436 928,553
Pendapatan/penjualan 841,069 677,978 430,394 446,574 531,631
Total Aktiva 4,388,126 3,516,365 2,256,407 1,792,489 2,347,436
Total Kewajiban 3,859,161 3,103,948 1,888,669 1,465,739 1,977,731
Laba Bersih 116,548 65,773 70,315 60,016 116,914
Laba Sebelum Pajak 155,549 90,832 93,458 81,321 164,453
Beban Bunga 312,904 298,780 177,544 184,367 260,936
Sumber: Laporan tahunan Bursa Efek Indonesia
51
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada 25 Juli 1991. Merupakan puteri satu-
satunya dari bapak Didin Rohidin dengan ibu Aroh. Awal jenjang pendidikan dimulai
pada tahun 1996 sampai 2002 penulis bersekolah di SD Negeri 1 Cisarua Sukabumi.
Jenjang pendidikan selanjutnya di tahun 2002 penulis melanjutkan sekolah di SMPN
5Sukabumidan lulus pada tahun 2005. Pada tahun yang sama juga penulis melanjutkan
sekolah ke SMAN 3 Sukabumi dan lulus pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Program Keahlian
Akuntansi Program Diploma Institut Pertanian Bogor, melalui jalur Undangan Seleksi
Masuk IPB (USMI). Selama menempuh pendidikan perkuliahan, penulis telah
melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) yang dilaksanakan tahun 2011 pada KAP
Weddie dan Rekan lulus tahun 2011. Di tahun yang samapenulis diterima di Program
Sarjana Alih Jenis Manajemen (Ekstensi), Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi
Manajemen, Institut Pertanian Bogor.