pengaruh implementasi kebijakan pemerintah tentang

27
1 Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang Perlindungan Anak Terhadap Efektivitas Penanganan Anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Dinas Sosial Kota Bandung Oleh: Anita Yurnalia ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Implementasi Kebijakan pemerintah Tentang Perlindungan Anak Terhadap Efektivitas penanganan Anak Korban kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Dinas Sosial Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan metode eksplanatori, yaitu metode yang mencoba menghubungkan dan menguji dua variabel penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif melalui analisis jalur (path analysis). Pengumpulan data dilakukan melalui penyebaran kuesioner, studi kepustakaan, observasi, dan wawancara. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun simultas terdapat pengaruh implementasi kebijakan pemerintah yang positif dan potensial terhadap efektivitas penanganan anak korban kekerasan dalam rumah tangga di Dinas Sosial Kota Bandung. Kata Kunci: Pengaruh, Implementasi Kebijakan, Efektivitas, Perlindungan Anak, This research is aimed to know the influence of governmental policy implementation on the Children Protection towards the effectivity of Children Handling of Domestic Violence Victims in Department of Social Bandung City. This research used explanatory method that is to correlate and examine two variables. This research used quantitative technique through path analysis. The data coolection was used by quetionares, library research, observation, and interview. The result of hiphotesis examination showed that both partially and simultaneously there were positive and potential influence of governmental policy implementation on the Children Protection towards the effectivity of Children Handling of Domestic Violence Victims in Department of Social Bandung City. Key Words: Influence, Policy Implementation, Effektivity, Children Protection. I. PENDAHULUAN Kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga akhir- akhir ini semakin banyak diberitakan baik itu di media cetak atau media elektronik. Kasus kekerasan yang dialami

Upload: others

Post on 10-Nov-2021

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

1

Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang Perlindungan Anak

Terhadap Efektivitas Penanganan Anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Di Dinas Sosial Kota Bandung

Oleh:

Anita Yurnalia

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Pengaruh Implementasi Kebijakan

pemerintah Tentang Perlindungan Anak Terhadap Efektivitas penanganan Anak Korban

kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Dinas Sosial Kota Bandung.

Penelitian ini menggunakan metode eksplanatori, yaitu metode yang mencoba

menghubungkan dan menguji dua variabel penelitian. Penelitian ini menggunakan teknik

analisis kuantitatif melalui analisis jalur (path analysis). Pengumpulan data dilakukan

melalui penyebaran kuesioner, studi kepustakaan, observasi, dan wawancara.

Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa baik secara parsial maupun

simultas terdapat pengaruh implementasi kebijakan pemerintah yang positif dan

potensial terhadap efektivitas penanganan anak korban kekerasan dalam rumah tangga di

Dinas Sosial Kota Bandung.

Kata Kunci: Pengaruh, Implementasi Kebijakan, Efektivitas, Perlindungan Anak,

This research is aimed to know the influence of governmental policy

implementation on the Children Protection towards the effectivity of Children Handling

of Domestic Violence Victims in Department of Social Bandung City.

This research used explanatory method that is to correlate and examine two

variables. This research used quantitative technique through path analysis. The data

coolection was used by quetionares, library research, observation, and interview.

The result of hiphotesis examination showed that both partially and

simultaneously there were positive and potential influence of governmental policy

implementation on the Children Protection towards the effectivity of Children Handling

of Domestic Violence Victims in Department of Social Bandung City.

Key Words: Influence, Policy Implementation, Effektivity, Children Protection.

I. PENDAHULUAN

Kekerasan terhadap anak dalam rumah tangga akhir- akhir ini semakin banyak

diberitakan baik itu di media cetak atau media elektronik. Kasus kekerasan yang dialami

Page 2: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

oleh anak dilakukan oleh orang yang memiliki hubungan keluarga dengan si anak seperti

ayah, ibu atau anggota keluarga lain yang tinggal serumah dengan anak. Tindakan

kekerasan dalam rumah tangga khususnya tindakan kekerasan yang menimpa anak- anak

sampai saat ini belum bisa diketahui secara pasti berapa jumlahnya, hal ini dikarenakan

banyak dari anak-anak korban tindakan kekerasan ataupun anggota keluarga yang lain

tidak melaporkan tindakan kekerasan yang dialaminya.

Berbagai alasan menyebabkan anak atau anggota keluarga yang lain tidak

melaporkan tindakan kekerasan yang dialaminya, diantaranya dikarenakan kekerasan

dalam keluarga yang menimpa anak atau anggota keluarga yang lain dianggap sebagai

hak privasi keluarga tersebut. Kekerasan dalam keluarga juga dianggap sebagai aib

keluarga sehingga anggota keluarga yang lain tidak berani melaporkan tindakan

kekerasan yang terjadi.

Meningkatnya kekerasan terhadap anak yang pelakunya adalah orang-orang

terdekat memerlukan penanganan yang secepatnya, karena orang- orang terdekat atau

keluarga akan sangat dominan dalam pembentukan kepribadian anak. Karena itu peranan

pemerintah sangat diharapkan dalam menciptakan peraturan atau perundang-undangan

yang berkaitan dengan penanganan dan penanggulangan kasus kekerasan terhadap anak

dalam rumah tangga ini.

Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Bab IV Pasal 21

sampai dengan 24 menyatakan tentang kewajiban dan tanggungjawab negara dan

pemerintah dalam perlindungan anak sebagai berikut:

1. Negara dan pemerintah berkewajiban dan betanggungjawab menghormati hak asasi

setiap anak tanpa membedakan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, etnik,

Page 3: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

budaya dan bahasa, status hukum anak, urutan kelahiran anak, dan kondisi fisik dan

atau mental.

2. Negara dan pemerintah berkewajiban dan bertanggungjawab memberikan dukungan

saranan dan prasarana dalam penyelenggaraan perlindungan anak.

3. Negara dan pemerintah menjamin perlindungan, pemeliharaan dan kesejahteraan

anak dengan memperhatikan hak dan kewajiban orang tua, wali atau orang lain yang

secara hukum bertanggungjawab terhadap anak.

4. Negara dan pemerintah mengawasi penyelenggaraan perlindungan anak.

5. Negara dan pemerintah menjamin anak untuk menggunakan haknya dalam

menyampaikan pendapat sesuai dengan usia dan tingkat kecerdasan anak.

Penanganan anak korban kekerasan dalam rumah tangga berdasarkan UU No. 23

Tahun 2002 bertujuan untuk memberikan perlindungan anak sehingga dapat menjamin

terpenuhinya hak-hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi

secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapatkan

perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi demi terwujudnya anak yang berkualitas.

Dalam konteks Pemerintah Kota Bandung, UU No. 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak diimplementasikan ke dalam Peraturan Daerah No. 8 Tahun 2007.

Ini merupakan salah satu kebijakan teknis bidang sosial yang dilaksanakan oleh Dinas

Sosial Kota Bandung. Pasal 2 Peraturan Daerah No, 8 Tahun 2007 menjelaskan bahwa

penyelenggaraan penanganan kesejahteraan sosial meliputi; anak terlantar, anak yatim

dan yatim piatu, anak yang menjadi korban tindak kekerasan, pengemis, gelandangan,

pemulung, wanita tuna susila, bekas narapidana, penyandang cacat, dan sebagainya.

Dengan demikian secara hukum tidak diragukan lagi peranan pemerintah dalam

mewujudkan kesejahteraan sosial, termasuk penanganan anak korban kekerasan dalam

Page 4: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

rumah tangga, tinggal bagaimana para pelaku di bidang ini mewujudkannya dalam

masyarakat secara konkrit.

Lebih lanjut peran masyarakat dalam usaha penanganan kesejahteraan sosial

diperkuat oleh Undang-Undang No. 6 Tahun 1974 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok

kesejahteraan Sosial. Pasal 8 UU No. 6 tahun 1974 menyatakan bahwa masyarakat

mempunyai kesempatan seluas-luasnya untuk mengadakan usaha kesejahteraan sosial

dengan mengindahkan kebijaksanaan dan ketentuan-ketentuan sebagaimana ditetapkan

dengan peraturan perundang-undangan. Dengan demikian usaha kesejahteraan sosial

dilaksanakan oleh seluruh pemerintah dan masyarakat secara bersama-sama.

Karena itu penanganan kasus kekerasan dalam rumah tangga terhadap anak dapat

ditemui di hampir semua kota di Indonesia, termasuk di Kota Bandung. Dinas Sosial

Kota Bandung mempunyai fokus terhadap perlindungan, penyembuhan serta

pemberdayaan peran serta masyarakat guna memberikan dukungan terhadap korban

tindakan kekerasan.

Berdasarkan pengamatan awal peneliti bahwa kebijakan yang dikeluarkan oleh

Pemerintah Daerah Kota Bandung terutama Dinas Sosial Kota Bandung adalah

menunjukkan:

1. Belum optimalnya informasi kepada para pihak yang berkepentingan tentang

penanganan anak korban kekerasan dalam rumah tangga.

2. Sarana dan prasaranan dalam melaksanakan kebijakan belum dipersiapkan

secara menyeluruh.

3. Belum banyaknya tenaga ahli yang mendukung penanganan anak korban

kekerasan dalam rumah tangga.

Page 5: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

Berdasarkan gambaran tersebut di atas peneliti berasumsi bahwa upaya-upaya

yang dilakukan Dinas Sosial Kota Bandung belum optimal, sehingga tujuan dari

kebijakan belum dapat terwujud sesuai dengan harapan dan hal tersebut dapat

menyebabkan kurang lancarnya penyelenggaraan pemerintahan daerah.

Di dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk mengananalisis permasalahan

tersebut dengan menghubungkan salah satu variabel pengaruh yaitu pelaksanaan

(implementasi) kebijakan Pemerintah Daerah Kota bandung yang dilakukan melalui

Dinas Sosial Kota Bandung tentang perlindungan anak di Kota Bandung. Aspek

kebijakan merupakan serangkaian keputusan yang dapat digunakan sebagai landasan

dalam upaya mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Daerah Kota

Bandung.

1.1. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari latar belakang penelitian, maka rumusan masalah penelitian ini

adalah: Seberapa besar pengaruh implementasi kebijakan pemerintah tentang

perlindungan anak terhadap efektivitas penanganan anak korban kekerasan dalam rumah

tangga di Dinas Sosial Kota Bandung.

1.2. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.2.1. Maksud Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka maksud penelitian

yang akan dicapai adalah untuk menganalisis bagaimana implementasi kebijakan

pemerintah tentang perlindungan anak terhadap efektivitas penanganan anak korban

kekerasan dalam rumah tangga di Dinas Sosial Kota Bandung.

Page 6: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

1.2.2. Tujuan Penelitian

Kegiatan penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh implementasi

kebijakan pemerintah tentang perlindungan anak terhadap efektivitas penanganan anak

korban kekerasan dalam rumah tangga di Dinas Sosial Kota Bandung.

II. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS

2.1. Kajian Pustaka

2.1.1. Implementasi Kebijakan

Lester dan Stewart Jr (2000; 104) menyatakan bahwa implementasi merupakan

suatu proses sekaligus hasil (output). Keberhasilan suatu implementasi kebijakan dapat

diukur atau dilihat dari proses pencapain tujuan hasil akhir (output) yaitu tercapainya

atau tidaknya tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Penegasan lebih lanjut tentang ukuran

keberhasilan implementasi kebijakan dikemukakan oleh Grindle (1980; 19) bahwa

pengukuran keberhasilan implementasi dapat dilihat dari prosesnya dengan

mempertanyakan apakah pelaksanaan program sesuai dengan yang telah ditentukan

yakni melihat pada action program dari individual project dan yang kedua apakah

program tersebut tercapai.

Berpijak pada uraian-uraian tersebut di atas dapat diketahui bahwa implementasi

kebijakan mempunyai syarat-syarat yang meliputi:

1. Adanya tujuan atau sasaran kebijakan.

2. Adanya aktivitas atau kegiatan pencapaian dan tujuan.

3. Adanya pelaksana kegiatan.

4. Adanya landasan dalam bentuk normatif atau bentuk keputusan kebijakan.

Page 7: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

5. Adanya hasil kegiatan.

Berdasarkan hal tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa implementasi

kebijakan merupakan suatu proses yang dinamis dalam upaya mewujudkan keputusan

kebijakan yang telah ditetapkan, dimana pelaksana kebijakan melaksanakan aktivitas

atau kegiatan sehingga pada akhirnya akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan tujuan

atau sasaran kebijakan itu sendiri.

Berkaitan dengan keberhasilan implementasi kebijakan, menurut Edward III

terdapat empat faktor kritis dalam implementasi kebijakan publik, yaitu: komunikasi,

sumber daya, sikap/kecenderungan, dan struktur birokrasi, sebagaimana yang dinyatakan

dalam Edwards III (1980:10) yang menyebutkan “… four critical factors or variables in

implementing public policy: communication, resources, dispositions or attitudes, and

bureaucratic structure.”

Adapun penjelasan hubungan antar faktor-faktor yang menentukan implementasi

kebijakan tersebut, diterangkan di bawah ini.

1. Komunikasi (communication)

Dalam proses komunikasi kebijakan, Edward III (1980: 37) menyebutkan bahwa

transmisi, konsistensi dan kejelasan, memberikan pengaruh terhadap implementasi

kebijakan. Para penerima informasi (target audience) baik sebagai pengirim (sender)

maupun penerima (receiver) perlu mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap

kebijakan.

2. Sumberdaya (resources)

Faktor kedua yang mempengaruhi implementasi kebijakan adalah sumberdaya.

Edward III (1980 : 87) menyebutkan bahwa walaupun ketiga faktor dalam dalam proses

Page 8: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

komunikasi terpenuhi, namun tanpa dukungan sumberdaya (manusia dan fasilitas) yang

handal dan memadai, implementasi kebijakan tidak akan efektif.

Sumberdaya kebijakan yang secara garis besar terdiri dari sumberdaya manusia yakni

sumberdaya komunikator (dalam hal ini aparatur pemerintah) dan sumberdaya produksi

dan distribusi; di samping sumberdaya alam baik berupa potensi alam, ketersediaan

waktu, ketersediaan tempat, serta sumberdaya buatan yang terdiri dari ketersediaan

sumberdana yang stabil, serta fasilitas - fasilitas berupa sarana dan prasarana

implementasi.

3. Disposisi atau Sikap dan Perilaku terhadap Kebijakan (Disposition)

Ketanggapan yang dimanifestasikan sebagai sikap dan perilaku sumberdaya manusia

aparatur implementasi kebijakan sebagai implementator kebijakan dan sumberdaya

optimalisasi hasil implementasi kebijakan bersangkutan, serta dampaknya dalam

pelayanan sebagai konsumen (obyek) atas implementasi kebijakan. Edward III (1980 :

90) menelaah faktor disposisi ini ke dalam tiga dimensi: (1) Pengaruh Disposisi (Effects

of Dispositions) yaitu kepentingan implementator secara pribadi dan atau organisasional

yang ditujukkan oleh sikapnya terhadap kebijakan pada kenyataannya sangat besar

pengaruhnya pada implementasi kebijakan yang efektif, (2) Penataan Staf Birokrasi

(Staffing the Bereaucratic), dan (3) Insentif (Incentives) merupakan salah satu faktor

pembangkit motivasi staf implementator pada setiap tingkatan perlu diperhatikan dan

dipenuhi. (Edward III, 1980 : 93-94).

4. Struktur Birokrasi (bureaucracy structure)

Struktur kelembagaan birokrasi pemerintahan di pusat dan di daerah sangat

berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi kebijakan pemerintahan. Prosedur

Page 9: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

Operasional Baku (SOP) dan fragmentasi struktur birokrasi ini dapat menjadi

penghambat implementasi dalam bentuk pemborosan sumberdaya, perintangan

koordinasi, pengacauan yurisdiksi implementator lapis bawah, serta pembangkitan

tindakan - tindakan yang tidak dikehendaki sehingga harus mendapatkan tambahan

atensi (Edward III, 1980 : 127).

Berpijak pada keseluruhan paparan menurut Edward III di atas, implementasi

kebijakan dapat terlaksana dengan baik jika keempat faktor kritis (komunikasi, sumber

daya, disposisi dan struktur birokrasi) dapat bekerja dengan baik, karena tidak mungkin

setiap faktor berdiri sendiri, melainkan akan bekerja bersama-sama dan satu sama lain

saling mempengaruhi.

Kelemahan pada satu faktor, akan berpengaruh pada proses implementasi yang pada

akhirnya mempengaruhi kinerja implementasi itu sendiri. Kiranya dapat diartikan bahwa;

(i) komunikasi merupakan suatu bentuk kanalisasi penerapan kebijakan dan strategi

suatu kegiatan tertentu kepada implementator kebijakan, (ii) sumber daya menceminkan

adanya suatu sarana-prasarana pendukung utama implementasi kebijakan, misalnya;

aparatur, infrastruktur, dana, keterampilan dan sebagainya, (iii) disposisi mencerminkan

arus deliveri bagaimana kebijakan itu harus diimplementasikan melalui agregasi

kemampuan sumber daya, sedangkan (iv) struktur birokrasi mencerminkan adanya

keharusan bahwa berjalannya implementasi kebijakan itu melalui lini organisasi dan

struktur birokrasi.

2.1.2. Efektivitas

Setiap organisasi memiliki tujuan yang akan dicapai melalui kegiatan atau pekerjaan

orang-orang yang terlibat di dalamnya. Menurut Handoko (1997; 7) dalam bukunya

Page 10: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

“Manajemen”, dikatakan bahwa untuk mengukur prestasi kerja manajemen adalah

efisiensi dan efektivitas.

Sedarmayanti (1995; 61) menyatakan sebagai berikut:

“Efektivitas merupakan suatu ukuran yang memberikan gambaran seberapa

jauh target dapat tercapai. Pengertian efektivitas ini lebih berorientasi pada

keluaran sedangkan masalah penggunaan masukan (efisiensi) kurang menjadi

perhatian utama. Karena itu walaupun terjadi peningkatan efektivitas belum

tentu efisiensi meningkat”.

Pengertian efektiviytas dikemukakan oleh Gibson et.al. yang dikutip oleh Barnard

(1994; 27), sebagai berikut:

“Efektivitas adalah pencapaian sasaran yang telah disepakati sebagai usaha bersama.

Tingkat pencapaian sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas”.

Pengertian efektivitas menurut Hidayat (1998; 7) adalah sebagai berikut:

“Efektivitas merupakan suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target

(waktu, kuantitas, dan kualitas) yang telah dicapai. Semakin besar target yang

dicapai, maka semakin tinggi tingkat efektivitas”.

Sedangkan efektivitas di dalam pekerjaan pemerintahan menurut Handayaningrat

(1996; 16) adalah sebagai berikut:

“Efektivitas di dalam suatu tujuan atau sasaran yang telah dicapai sesuai

dengan rencana adalah efektif, tetapi belum tentu efisien. Suatu pekerjaan

pemerintah sekalipun tidak efisien dalam arti input dan output, tetapi

tercapainya tujuan adalah efektif sebab mempunyai efektivitas atau pengaruh

yang besar terhadap kepentingan masyarakat banyak baik politik, ekonomi,

social, dan sebagainya”.

Efektivitas secara sederhana diartikan sebagai penyelesain pekerjaan yang

dilaksanakan tepat waktu yang telah ditentukan. Dalam kaitan dengan organisasi,

Robbins dalam Sumartinie (2004; 40) mengemukakan bahwa:

Page 11: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

“Efektivitas adalah tingkat kemempuan organisasi untuk mewujudkan tujuan-

tujuannya. Karena itu efektivitas dapat dinilai melalui ketepatan waktu

penylesaian suatu pekerjaan dan kualitas pekerjaan”.

Berdasarkan pengertian tersebut, efektivitas kerja merupakan suatu keberhasilan

organisasi yang dijalankan oleh pimpinan dalam menyelsaikan pekerjaan sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan. Selain itu efektivitas kerja merupakan pengukuran dalam

arti sejauhmana organisasi melksanakan tugas sesuai sasarannya dengan melihat jumlah

kualitas dari jasa yang telah dihasilkan berdasarkan target yang telah ditentukan.

Penyelesaian kerja tepat pada waktunya merupakan suatu hal yang penting, sebab

tujuan organisasi tidak akan tercapai apabila tidak ditunjang oleh pelaksanaan pekerjaan

yang efektif. Steers dalam Jamin (1985; 45) menyatakan bahwa efektivitas dapat dilihat

dari tiga aspek utama yaitu ketepatan waktu, ketepatan kuantitas, dan ketepatan kualitas.

2.2. Kerangka Pemikiran

Fokus utama penelitian ini adalah persoalan yang erat kaitannya dengan

implementasi kebijakan. Anderson (1978; 25) mengemukakan bahwa ”policy

implementation is the application of the policy by the government’s administrative

machinery to the problem”.

Grindle (1980; 6) mengemukakan bahwa ”implementation is a general process of

administration action that can be investigated at specific program level”.

Kemudian Marshall dalam Edi Suharto (2005; 10) mendefinisikan kebijakan

pemerintah merupakan kebijakan dan upaya pemerintah yang berkaitan dengan tindakan-

tindakan yang memiliki dampak langsung terhadap kesejahteraan sosial warga negara

melalui penyediaan pelayanan sosial”.

Page 12: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

Birokrasi pemerintahan menginterpretasikan kebijakan pemerintah tersebut

menjadi suatu program. Jadi program dipandang sebagai ”kebijakan birokrasi karena

dirumuskan oleh birokrasi”. Program lebih bersifat operasional dan khusus, dari suatu

rencana umum pemerintah dengan tujuan dan saranan yang lebih terperinci dan jelas

(Wahab, 1991; 17).

Program merupakan rencana yang bersifat komprehensif yang sudah

menggambarkan sumberdaya yang akan digunakan dan terpadu dalam suatu kesatuan.

Program tersebut menggambarkan sasaran, kebijakan, prosedur, metode, standar dan

pengeluaran. Semua itu diperlukan dalam rangka untuk mempermudah proses

pengendalian serta pembuatan alokasi sumberdaya yang baik.

Lebih lanjut keberhasilan implementasi kebijakan pemerintah dapat diukur atau

dilihat dari proses pencapaian tujuan hasil akhir (output) yaitu tercapai atau tidaknya

tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dalam mengukur kinerja implementasi kebijakan

menurut Edward III (1980; 10) terdapat empat faktor dalam implementasi kebijakan:

”four critical facors or variables in implementing public policy: communication,

resources, disposition or attitudes, and bureaucratic structure”.

Untuk lebih memperjelas dari masing-masing faktor tersebut dapat dinyatakan

sebagai berikut:

1. Komunikasi (communication).

Komunikasi memegang peranan penting sebagai acuan pelaksana kebijakan untuk

mengetahui apa yang mereka kerjakan. Artinya, komunikasi dinyatakan dengan

perintah dari atasan terhadap pelaksana-pelaksana kebijakan sehingga penerapannya

tidak ke luar dari sasaran yang dikehendaki. Dimensi komunkasi meliputi tiga aspek

Page 13: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

penting yaitu transmisi (transmission), kejelasan (clarity) dan konsistensi

(consistency).

2. Sumberdaya (resources).

Untuk dapat mengimplentasi kebijakan secara efektif dibutuhkan sumber daya yang

tidak hanya mencakup jumlah sumber dayamanusia semata melainkan juga

mencakup kemampuan sumber daya yang mendukung pelaksana kebijakan tersebut.

Sumber daya yang penting meliputi; staf dengan jumlah yang sesuai dengan keahlian

yang memadai, informasi harus relevan mengenai bagaimana mengimplementasikan

kebijakan sosial, kewenangan harus bersifat formal agar perintah dapat dilaksanakan,

dan fasilitas-fasilitas fisik atau sarana dan prasarana merupakan faktor penting untuk

melaksanakan tugas.

3. Sikap Pelaksana (disposition)

Agar implementasi dapat berjalan secara efektif, tidak hanya pelaksana

(implementor) perlu mengetahui apa yang harus mereka lakukan, tetapi mereka juga

harus memiliki kemampuan dan kemauan untuk menerapkan kebijakan tersebut.

4. Struktur Birokrasi (bureaucratic structure)

Struktur yang tepat dapat memberikan dukungan yang kuat terhadap implementasi

kebijakan supaya pelaksanaannya lancar. Dimensi ini meliputi SOP (Standard

Operating procedure) dan fragmentasi.

Menurut peneliti, keempat faktor di atas akan sangat menentukan terhadap

keberhasilan implementasi kebijakan pemerintah daerah kepada masyarakat (public),

karena dapat dikatakan bahwa semua kebijakan yang dibuat dan diimplementasikan oleh

Page 14: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

pemerintah daerah adalah untuk tujuan mengatur, mengurus, melayani semua

kepentingan masyarakat. Salah satu implementasi pemerintah dalam menjalanlan fungsi

pelayanannya kepada masyarakat adalah tentang penanganan anak korban kekerasan

dalam rumah tangga.

Lebih lanjut mengenai hubungan implementasi kebijakan pemerintah dengan

efektivitas, Gibson et.al. dalam Barnard (1994; 27) menyatakan bahwa efektivitas adalah

pencapaian sasaran yang telah disepakati sebagai usaha bersama. Tingkat pencapaian

sasaran itu menunjukkan tingkat efektivitas.

Penyelesaian kerja tepat pada waktunya merupakan suatu hal yang penting,

sebab tujuan organisasi tidak akan tercapai apabila tidak ditunjang oleh pelaksanaan

pekerjaan yang efektif. Steers dalam Jamin (1985; 45) menyatakan bahwa efektivitas

kerja dapat dilihat dari tiga aspek utama yaitu (1) Ketepatan Waktu, (2) Ketepatan

Kuantitas, dan (3) Ketepatan Kualitas.

Berdasarkan teori, konsep dan definisi di atas peneliti berasumsi bahwa

efektivitas kerja menjadi salah satu syarat yang harus diperhatikan oleh organisasi atau

lembaga pemerintahan. Hal itu dikarenakan tercapainya efektivitas kerja akan terlihat

dari adanya peningkatan kualitas, kuantitas, dan ketepatan waktu di dalam melaksanakan

kegiatan pemerintahan.

Berdasarkan keseluruhan paparan di atas maka peneliti mengajukan kerangka

penelitian ini sebagai berikut:

Gambar 2: Kerangka Pemikiran

Efektivitas Penanganan Anak

Korban KDRT di Dinas

Sosial Kota Bandung (Y)

1. Ketepatan Waktu

2. Ketepatan Kuantitas

3. Ketepatan Kualitas

Implementasi Kebijakan

Pemerintah Tentang

Perlindungan Anak (X)

1. Komunikasi

2. Sumberdaya

3. Disposisi

4. Struktur Birokrasi

Page 15: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

2.3. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kerangka pemikiran tersebut, peneliti mengajukan hipotesis

penelitian sebagai berikut: Besarnya pengaruh implementasi kebijakan pemerintah

tentang perlindungan anak terhadap efektivitas penanganan anak korban kekerasan

dalam rumah tangga di Dinas Sosial Kota Bandung ditentukan oleh komunikasi, sumber

daya, disposisi, dan struktur birokrasi.

III. METODE PENELITIAN

Penelitian ini didesain menggunakan metode penelitian kuantitatif. Tipe

penelitian ini adalah kausalitas, yaitu akan menguji pengaruh implementasi kebijakan

pemerintah tentang perlindungan anak terhadap penanganan anak korban kekerasan

dalam rumah tangga di Dinas Sosial Kota Bandung.

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui

studi kepustakaan, studi lapangan melalui observasi, wawancara, serta penyebaran

angket (kuesioner).

Teknik analisis data dalam penelitian ini akan dilaksanakan dengan dua teknik,

yaitu teknik analisis kualitatif dan teknik analisis kuantitatif. Analisis kualitatif pada

dasarnya ingin menggambarkan hasil jawaban responden dengan membuat pembobotan

pada setiap alternatif jawaban yang kemudian ditabulasikan dalam bentuk tabel. Hasil

tabulasi tersebut akan digunakan dalam pengkategorian setiap dimensi dari hasil jawaban

responden dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Nilai indeks minimum adalah skor minimum dikali jumlah pertanyaan dikali jumlah

responden.

Page 16: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

b. Nilai indeks maksimum adalah skor tertinggi dikali jumlah pertanyaan dikali jumlah

responden.

c. Interval adalah selisih antara nilai indeks maksimum dengan nilai indeks minimum.

d. Jarak interval adalah interval ini dibagi jumlah jenjang yang diinginkan.

Penentuan kategori dalam ukuran prosentase dilakukan dengan penghitungan

sebagai berikut:

* Skor minimum dalam persentase %100xMaksimumSkor

MinimumSkor

%100

5

1x

= 20%

* Skor maksimum dalam persentase %100xMaksimumSkor

MinimumSkor

%100

5

5x

= 100%

* Interval dalam persentase = Skor maksimum – Skor minimum

= 100% - 20%

= 80%

* Panjang interval dalam persentase %100xJenjang

Interval

= 16%

Kategori skor jawaban responden untuk masing-masing item penelitian adalah

sebagai berikut:

Interval Tingkat Intensitas Kriteria

20% - < 36% Sangat Rendah, Sangat Tidak Baik

36% - < 52% Rendah, Tidak Baik

52% - < 68% Cukup Tinggi, Cukup Baik

68% - < 84% Tinggi, Baik

84% - 100% Sangat Tinggi, Sangat Baik

5

%80

Page 17: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk menguji hipotesis penelitian

dengan menggunakan uji statistic yang relevan. Metode yang digunakan dalam penelitian

ini adalah alat analisis jalur (Path Analysis). Analisis jalur digunakan untuk mengetahui

pengaruh faktor-faktor komunikasi, sumberdaya, sikap para pelaksana, dan factor

struktur birokrasi (X) terhadap Efektivitas Penanganan Anak Korban Kekerasan Dalam

Rumah Tangga (Y). Dengan menggunakan teknik analisis tersebut diharapkan akan

diperoleh generalisasi yang bersifat terpadu.

Karena data yang diperoleh dari kuesioner merupakan data ordinal, maka data

tersebut diubah skala pengukurannya menjadi skala interval dengan menggunakan

method of successive interval. Adapun langkah-langkah untuk melakukan transformasi

data adalah sebagai berikut:

a. Berdasarkan jawaban responden, untuk setiap pernyataan, hitung frekuensi setiap

jawaban.

b. Berdasarkan frekuensi yang diperoleh, untuk setiap pernyataan, hitung proporsi

setiap jawaban.

c. Berdasarkan proporsi tersebut, untuk setiap pernyataan, hitung proporsi kumulatif

untuk setiap pilihan jawaban.

d. Untuk setiap pernyataan, tentukan nilai batas untuk Z pada setiap pilihan jawaban.

e. Hitung nilai numeric penskalaan untuk setiap pilihan jawaban melalui rumus sebagai

berikut:

LimitLowerBelowatAreaLimitUpperBelowatArea

LimitUpperatDensityLimitLoweratDensityValueScala

Keterangan:

Density at Lower Limit = Densitas Batas Bawah

Density at Upper Limit = Densitas Batas Atas

Area at Below Upper Limit = Daerah di Bawah Batas Atas

Area Below Lower Limit = Daerah di Bawah Batas Bawah

Page 18: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

f. Hitung skor (nilai-hasil factor-faktor) untuk setiap pilihan jawaban dengan

persamaan berikut:

Score = Scale Value + [Scale value minimum] + 1

Setelah diperoleh data interval, uji hipotesis menggunakan analisis jalur. Untuk

menjawab hipotesis kerja yang diajukan penulis, dilihat dari koefisien jalur masing-

masing variable independennya (Xi terhadap Y). Jika koefisien jalur tidak nol (Pyxi

0), maka hipotesis kerja terbukti kebenarannya.

Langkah-langkah untuk melakukan analisis jalur adalah sebagai berikut:

a. Hitung matrik korelasi antar variabel penelitian

1

11

1

1

1

1

XkX

YXk

XkK

YX

YKk

YX r

r

r

r

r

rR

Dimana koefisien korelasi dihitung dengan menggunakan rumus:

7,6,5,4,3,2,1,

])(][)([ 2

1

2

1

2

1

2

1

111 i

YYnXXn

YXYXnr

ih

n

hih

n

hih

n

hih

n

h

h

n

hih

n

hhih

n

h

yxi

b. Hitung Matrik Invers Korelasi untuk variable penyebab.

Matrik Korelasi antar Variabel Penyebab Matrik Invers Korelasi Penyebab

1

11

...2

1

2

21

1

21

XkX

XkX

XkX

XX

KkX

XX r

r

r

r

r

rxkRxi

kk

k

k

kk

XkX

C

C

C

C

C

C

C

C

C

R

2

1

2

22

12

1

12

11

1

...1

c. Hitung Koefisien Jalur.

Page 19: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

D 41xxr D 31xxr

D 21xxr

D 32xxr

D 42xxr

D 43xxr

D 1yxp

D 2yxp

D 3yxp

D 4yxp

YXk

YX

YX

XkXYXi

r

r

r

XRP

2

1

1

...1

d. Hitung R y(x1,x2, x3, x4) yang merupakan koefisien determinasi total X1, X2, X3,

X4 terhadap Y.

YXk

YX

YX

YXkYXYXXkYX

r

r

r

XPPPR

2

1

21

2

...1

e. Hitung Py yang merupakan koefisien jalur dari variable lain yang tidak termasuk

dalam model dengan rumus: 2

)...21(1 XkXXYY RP

f. Menghitung pengaruh langsung dan tidak langsung.

Pengaruh Langsung:

Y Xi Y : (Pyxi) (Pyxi) x 100%

Pengaruh Tidak Langsung:

Y Xi Ω Xj Y : (Pyxi) (rxjxi) (Pyxi) x 100%

Total pengaruh dari masing-masing variable X terhadap variable Y diperoleh dengan

menjumlahkan pengaruh langsung dengan pengaruh tidak langsung.

Atau: Total Pengaruh = Pengaruh Langsung + Pengaruh Tidak Langsung

Dari perhitungan di atas akan diperoleh masing-masing nilai dalam paradigma

penelitian di bawah ini:

X1

X2

X3

X4

Y

Page 20: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

IV. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Setelah melakukan pengujian dari variable-variabel implementasi kebijakan yaitu

komunikasi, sumber daya, sikap pelaksana, dan struktur birokrasi mengenai

implementasi implementasi kebijakan pemerintah tentang perlindungan anak terhadap

efektivitas penanganan anak korban kekerasan dalam rumah tangga di Dinas Sosial Kota

Bandung, berikut ini penulis akan melakukan pembahasan hasil penelitian dengan

berpijak pada hasil pengujian hipotesis pada masing-masing dimensi variabel

implementasi kebijakan.

Hasil pengujian menyatakan bahwa dimensi komunikasi dari variabel

implementasi kebijakan pemerintah tentang perlindungan anak mempunyai pengaruh

positif terhadap efektivitas penanganan anak korban kekerasan dalam rumah tangga di

Dinas Sosial Kota Bandung. Hal ini berarti bahwa efektivitas penanganan anak korban

kekerasan dalam rumah tangga salah satunya ditentukan oleh komunikasi pada

implementasi kebijakan pemerintah tentang perlindungan anak.

Dengan demikian, untuk lebih meningkatkan efektivitas penanganan anak korban

kekerasan dalam rumah tangga di Dinas Sosial Kota Bandung, hendaknya aturan

mengenai kebijakan pemerintah dalam perlindungan anak dapat dikomuniasikan dengan

baik sehingga setiap aturan dan prosedur pada pelaksanaan efektivitas penanganan anak

korban kekerasan dalam rumah tangga dapat dipahami dan diikuti oleh seluruh aparat

pemerintah yang berwenang. Fungsi komunikasi dari implementasi kebijakan pemerintah

mengenai perlindungan anak meliputi tiga aspek yaitu kesadaran, kejelasan, dan

konsistensi.

Hal ini sesuai dengan pendapat Edward III (1980; 10) dimana dimensi

komunikasi meliputi transformasi (transmission), kejelasan (clarity), dan konsistensi

Page 21: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

(consistency). Aspek kejelasan menghendaki agar kebijakan tidak hanya disampaikan

pada pelaksana tapi juga pada kelompok sasaran dan pihak lain yang berkepentingan.

Aspek transformasi menghendaki agar kebijakan publik dapat ditransformasikan kepada

para peleksana, kelompok sasaran, dan pihak lain yang terkait. Aspek konsitensi

menghendaki agar kebijakan ditransmisikan kepada para pelaksana, kelompok sasasran,

dan pihak yang terkait langsung maupun tidak langsung.

Dari hasil pengujian statistik pada pembahasan sebelumnya, menyatakan juga

bahwa dimensi sumber daya dari variabel implementasi kebijakan pemerintah tentang

perlindungan anak mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas penanganan anak

korban kekerasan dalam rumah tangga di Dinas Sosial Kota Bandung. Hal ini berarti

bahwa efektivitas penanganan anak korban kekerasan dalam rumah tangga di Dinas

Sosial Kota Bandung, salah satunya ditentukan oleh sumber daya pada implementasi

kebijakan pemerintah tentang perlindungan anak.

Dengan demikian untuk lebih meningkatkan efektivitas penanganan anak korban

kekerasan dalam rumah tangga hendaknya didukung oleh ketersediaan sumber daya yang

ada. Dukungan sumber daya tersebut tentunya akan memperlancar dan mempermudah

aparat pemerintah serta pihak yang terkait dalam efektivitas penanganan anak korban

kekerasan dalam rumah tangga. Sumberdaya yang diharapkan dapat meningkatkan

efektivitas penanganan anak korban kekerasan dalam rumah tangga antara lain adanya

ketersediaan pegawai/aparat yang kompeten, dana yang memadai, kewenangan yang

jelas, serta adanya ketersediaan fasilitas sarana dan prasarana yang memadai. Hal ini

sesuai dengan pendapat Edward III (1980; 17) bahwa sumber-sumber penting dalam

mendukung pelaksanaan implementasi kebijakan pemerintah antara lain staf,

kewenangan, dan fasilitas.

Page 22: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

Dari hasil pengujian statistik pada pembahasan sebelumnya terkaji bahwa

dimensi sikap pelaksana (disposisi) dari variabel implementasi kebijakan pemerintah

tentang perlindungan anak mempunyai pengatuh positif terhadap efektivitas penanganan

anak korban kekerasan dalam rumah tangga di Dinas Sosial Kota Bandung. Hal ini

berarti bahwa peningkatan efektivitas penanganan anak korban kekerasan dalam rumah

tangga salah satunya ditentukan oleh sikap pelaksana (disposisi) implementasi kebijakan.

Dengan demikian untuk lebih meningkatkan efektivitas penanganan anak korban

kekerasan dalam rumah tangga, hendaknya implementasi kebijakan pemerintah didukung

oleh motivasi dan kemauan dari aparat pemerintah itu sendiri.

Penerapan kebijakan dilaksanakan secara efektif apabila aparat pelaksana selain

mengetahui apa yang akan dikerjakan, juga memiliki kemampuan untuk menerapkannya.

Tuntutan kemampuan dalam melaksanakan kebijakan didukung dengan adanya kemauan

untuk menerapkan kebijakan tersebut. Dalam pelaksanaannya aparat sangat penting

dalam implementasi kebijakan pemerintah tentang perlindungan anak karena sumber

informasi yang dibuthkan pihak-pihak terkait dalam penanganan anak korban kekerasan

dalam rumah tangga, yang utama adalah dari aparat pemerintah yang langsung terjun ke

lapangan.

Peranan aparat pemerintah tentunya perlu didukung oleh kesediaan sarana dan

prasarana dalam menyampaikan kebijakan pemerintah tersebut kepada pihak-pihak

terkait dalam penanganan anak korban kekerasan dalam rumah tangga, didukung oleh

pendanaan yang memadai serta kewenangan yang jelas dalam penyampaian informasi

tersebut. Kemudian untuk mengatasi tindakan penyelewengan dan pelanggaran yang

dilakukan aparat pelaksana kebijakan, salah satunya dengan memberikan insentif dalam

berbagai bentuk yang diperkirakan dapat mendorong ke arah perilaku yang positif. Hal

Page 23: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

ini sesuai dengan pendapat Edward III (1980;107) dimana pemberian insentif dapat

berupa materi, regulasi-regulasi kebijakan atau bahkan pemberian sanksi, akan

mengurangi kecenderungan perilaku penyimpangan pelaksanaan tugas dan mendorong

para pelaksana kebijakan untuk berperilaku positif dalam melaksanakan tugasnya.

Dari hasil pengujian statistik pada pembahasan sebelumnya terkaji bahwa

dimensi struktur birokrasi dari variabel implementasi kebijakan pemerintah tentang

perlindungan anak mempunyai pengaruh positif terhadap efektivitas penanganan anak

korban kekerasan dalam rumah tangga di Dinas Sosial Kota Bandung. Hal ini berarti

bahwa peningkatan efektivitas penanganan anak korban kekerasan dalam rumah tangga

salah satunya ditentukan oleh struktur birokrasi pada implementasi kebijakan pemerintah

tentang perlindungan anak.

Dengan demikian untuk lebih meningkatkan efektivitas penanganan anak korban

kekerasan dalam rumah tangga di Dinas Sosial Kota Bandung, prosedur yang jelas dalam

penanganan anak korban kekerasan dalam rumah tangga dapat menyeragamkan

tindakan-tindakan dari para pejabat dalam organisasi yang kompleks dan tersebar luas

yang pada gilirannya dapat menimbulkan fleksibilitas dan kesamaam yang selaras dalam

menerapkan peraturan-peraturan.

Pada pelaksanaannya terkadang implementasi kebijakan pemerintah tentang

perlindungan anak tidak dapat dilaksanakan secara optimal. Hal ini dikarenakan banyak

kepentingan-kepentingan adari aparat pemerintah sendiri sehinga aturan dalam

pelaksanaan kebijakan pemerintah tersebut tidak dapat dikoordinasikan dengan pihak

terkait yang berhubungan dalam pelaksanaan program pemerintah tersebut. Perbedaan

ini akan berpengaruh pada implementasi kebijakan pemerintah tentang perlindungan

Page 24: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

anak, khususnya pada efektivitas penanganan anak korban kekerasan dalam rumah

tangga.

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1.Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa minimal satu

diantara Dimensi Komunikasi, Sumber Daya, Disposisi atau Sikap Pelaksana dan

Struktur Birokrasi berpengaruh terhadap Efektivitas Penanganan Anak Korban

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Di Dinas Sosial Kota Bandung, atau dengan kata lain

implementasi kebijakan pemerintah mempengaruhi efektivitas penanganan anak korban

kekerasan dalam rumah tangga di Dinas Sosial Kota Bandung.

Itu berarti pula bahwa semakin baik pelaksanaan implementasi kebijakan

pemerintah tentang perlindungan anak, maka semakin efektif penanganan anak korban

kekerasan dalam rumah tangga di Dinas Sosial Kota Bandung.

5.2. Saran

5.2.1. Saran Akademik

1. Berpijak pada kesimpulan di atas, peneliti mengajukan konsep koordinasi

yang sinergis dan terintegrasi di kalangan para pemangku kepentingan

perlindungan anak, khususnya dalam penanganan anak korban kekerasan

dalam rumah tangga.

5.2.2. Saran Praktis

1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia dalam pelaksanaan

implementasi kebijakan pemerintah tentang perlindungan anak di Dinas

Page 25: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

Sosial Kota Bandung dengan mengadakan pelatihan-pelatihan secar intensif

dan berkala.

2. Sarana dan prasarana dalam implementasi kebijakan pemerintah tentang

perlindungan anak agar dilengkapi dan dipenuhi sesuai kebutuhan.

3. Lebih mengintensifkan komunikasi/sosialisasi kebijakan pemerintah tentang

perlindungan anak kepada pihak-pihak yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Achlis. 1982. Pekerjaan Sosial Sebagai Profesi dan Proses Pertolongan. Bandung:

STKS.

Barker, Robert L. 1978. The Social Work Dictionary, National Association of Social

Workers, Maryland. Silver Spring.

Dubois, Brenda and Miley, K.K. 1992. Social Work an Empowering Profession. USA.

Allyn and Bacon.

Dunn, Willian N. 1998. Pengantar Analisis kebijakan Publik, terjemahan Muhadjir

Darwin. Yogyakarta: Gadjahmada University Press.

Dwi Heru Sukoco. 1991. Profesi Pekerjaan Sosial dan Proses Pertolongannya.

Bandung: KOPMA STKS.

Edward III, George C. 1980. Implementing Public Policy. Washington D.C.:

Congressional Quarterly Press.

Edward III, George C. and Sarkansky. 1980. The Policy Predicament. San Francisco:

W.H. Freeman and Company.

Grindle, Merilee S. 1980. Politics and Policy Implementation in the Third World. New

York: Princeton University Press.

Handayaningrat, Soewarno. 1996. Pengantar Studi Administrasi dan Manajemen.

Jakarta: Gunung Agung.

Heise L. Ellsberg. 1999. Ending Violence Against Women Population Report. University

School of Public Health. Population Health Program.

Hoogerwerf, A. 1983. Ilmu Pemerintahan. Jakarta: Erlangga.

Hudri. 1994. Ensiklopedia Mini Pekerjaan Sosial. Bandung: BPLTS.

Islamy M. Irfan. 2001. Prinsip-prinsip Kebijakan Negara. Jakarta: Bumi Aksara.

Juwairiyah Dahlan. 1999. Peranan Wanita dalam Islam (Studi tentang Wanita Karier

dan Pendidikan Anak. Disertasi. Yogyakarta: PPS IAIN Suka

Kartini Kartono. 1977. Psikologi Wanita. Bandung: Alumni.

Kasni Hariwoejanto. 1986. Metodologi dan Praktek Pekerjaan Sosial. DEPSOS RI

BPLTS: Percetakan Mitra Anda.

Page 26: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

Kedaulatan Rakyat. 2009. Selama 2009, Kasus KDRT Peringkat Teratas. Rabu, 6

Januari 2010

Kendall, P. C & Hammen, C. 1984. Abnormal Psychology Understanding Human

Problems. Boston: Houghton Mifflin Company.

Kirst-Ashman Karen K, Hull Grafton H. 1993. Understanding General Practice.

Chicago: Nelson Hall Publisher.

Kornbit. 1994. Domestic Violence: An Emergency Health Issue. London: Sage

Publication.

Mazmanian, Daniel A., and Paul A. Sabatier. 1983. Implementation and Public Policy.

Illinois: Scoot, Foresman and Company.

Mohamad Ali. 1984. Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar Baru.

Nasution, S. 1987. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta :

Bina Aksara.

Perlman, Helen Haris. 1975. Social Casework.: Model and Method. FF Peacock

Publisher. Inc Itasca Illionois.

Pincus, Allen and Minahan, Anna. 1973. Social Work Practice: Model And Method. FF

Peacock Publisher. Inc Itasca Illinois.

Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Psikologi Komunikasi, (Edisi Revisi), Bandung. Remaja

Rosdakarya.

Rakhmat.1999. ”Tindakan Kekerasan Terhadap Anak” dalam MIF Baihaqi (Ed.) Anak

Indonesia Teraniaya, Bandung. Remaja Rosdakarya.

Robert Ebel L. 1972. Essentials of Educational Measurement. New Jersey : Prentice Hall

Inc. Englewood Clift.

Rusmil, Kusnandi. 2004. Penganiayaan dan Kekerasan Terhadap Anak. Makalah

disampaikan pada Seminar “Penanganan Korban Kekerasan Pada Wanita dan

Anak”. Tanggal 19 Juni di RS Hasan Sadikin Bandung.

Sidney, Siegel. 1997. Stasistik Nonparametrik Untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta: PT

gramedia pustaka utama

Siporin, Max. 1975. Introduction To Social Work Practice. Macmillan Publishing,

Co.Int

Soetarso. 1993. Teori Motivasi Dan Aplikasinya. Jakarta : Bina Aksara

Soetarso. 1993. Praktek Pekerjaan Sosial. Bandung: STKS

Sudjana. 1997. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito

Suharto, Edi. 1997. Pembangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung:

Lembaga Studi Pembangunan LSP-STKS.

Suharto, Edi. 2004. Permbangunan Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung:

STKS.

Suharto, Edi. 2005. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. 2006. Membangun Masyarakat, Memberdayakan Rakyat. Bandung: P.T.

Refika Aditama.

Suharto, Edi. 2007. Kebijakan Sosial sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta.

Sukarsimih, Arikunto. 1997. Prosedur Penelitian., Suatu Pendektan Praktek. Jakarta:

Rineka Cipta

Suparlan, Y.B. Kamus Istilah Pekerjaan Sosial. Yogyakarta: Kanisius.

Susilaningsih. (1997). Dinamika Kelompok Keagamaan sebagai Pendorong Usaha

Peningkatan Kesejahteraan Ekonomi Keluarga. Yogyakarta : Fak. Tarbiyah

IAIN Suka.

Page 27: Pengaruh Implementasi Kebijakan Pemerintah Tentang

Van Meter, D.S., dan C.E. Van Horn. 1978. ”The Policy Implementation Process: A

Conceptual Framework”, Administration and Society, Vol. 6, No. 4, Sage

Publications Inc.

Wahab, S. 2000. Pengantar Analisis Kebijaksanaan Negara. Jakarta: P.T. Rineka Cipta.

Willis, Sofyan. 2004. Konseling Individual. Bandung: Alfabeta.

World Health Organization. 1997. Protocol for Multi-Country Study on Domestic

Violence. Geneva. World Health Organization.

2. Dokumen Resmi

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga.

Konvensi Hak Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa.