pengaruh bimbingan keagamaan terhadap...
TRANSCRIPT
PENGARUH BIMBINGAN KEAGAMAAN
TERHADAP KEDISIPLINAN SHALAT ANAK
(STUDI KASUS DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH
TUNTANG KABUPATEN SEMARANG)
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)
Oleh :
NUR RACHMAWATI ALFIAH 1105052
FAKULTAS DAKWAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2010
PERNYATAAN
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, penulis menyatakan
bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang telah pernah ditulis oleh orang lain atau
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satu pun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Semarang, 25 Juni 2010
Deklarator, Nur Rachmawati Alfiah NIM. 1105052
MOTTO
فإذا اطمأننتم فأقيموا الصلاة إن الصلاة كانت على المؤمنني كتابا موقوتا ﴾١٠٣: النسآء﴿
Artinya: ...... Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman (QS. An nisa’ 103)
PERSEMBAHAN
� Skripsi ini kupersembahkan pada agamaku, semoga dicatat sebagai ibadahku kepada
Allah SWT.
� Kepada kedua orang tuaku, yang selalu memberikan dukungan moril maupun materil
serta do’a yang tiada henti-hentinya hingga terselesaikannya skripsi ini.
� Adik-adikku yang selalu memberikan senyum kehangatan setiap saat.
� Sahabat terdekatku Mas’ udi, S.Pd.I
� Teman – teman kerjaku di Rumah Sehat Holistik ”BHC” Ngaliyan
� Teman-teman seperjuangan angkatan 2005, khususnya jurusan BPI yang tak dapat
saya sebutkan satu persatu. Trimakasih atas segala bantuan, dukungan dan do’a
untuk penulis....
ABSTRAKSI
Nur Rachmawati Alfiah (051111052), Pengaruh Bimbingan Keagamaan terhadap Kedisiplinan Shalat Anak Studi Kasus di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Semarang, Jurusan Bimbingan Penyuluhan Islam.
Kajian dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan menggambarkan pengaruh bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak di Panti Asuhan Aisyah Tuntang Kabupaten Semarang. Dua variabel utama dalam penelitian ini adalah bimbingan keagamaan dan kedisiplinan shalat anak.
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada pengaruh positif antara bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak, khususnya di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang. Subjek Penelitian ini adalah anak-anak Panti Asuhan Aisyiyah yang berumur 7-18 tahun yang berjumlah 40 anak, Karena subjeknya kurang dari 100 maka diambil semua, sehingga dalam penelitian ini dinamakan penelitian populasi. Data yang diperoleh dari angket yang disebarkan kepada responden berupa angket tertutup yang berbentuk rating scale.
Pengujian hipotesis penelitian menggunakan analisis regresi satu prediktor dengan skor kasar. Pengujian hipotesis menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak. Setelah dilakukan uji analisis data, maka dapat diketahui bahwa Freg= 50.353 lebih besar dari Ftabel0.01%= 7.31 dan lebih besar dari Ftabel0.05%= 4.08. Dengan demikian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan, yaitu ada korelasi positif dari kedua variabel tersebut, yakni variabel X (bimbingan keagamaan) dan variabel Y (kedisiplinan shalat anak), maka hipotesis yang diajukan (Adakah pengaruh bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak, di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang) diterima .
Hasil yang diperoleh, rxy sebesar 0,755 (lihat di tabel uji korelasi). Dalam hal ini berarti bahwa semakin tinggi bimbingan keagamaan, maka akan semakin tinggi kedisiplinan shalat anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang dengan nilai intensitasnya sebesar 7,55%. Kemudian, nilai tersebut dimasukkan dalam perhitungan nilai koefisien determinasi dengan persentase. Maka nilai kedisiplinan shalat anak yang dipengaruhi oleh bimbingan keagamaan adalah 57% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 43%. Maka hipotesisis, “ada pengaruh positif antara bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak di Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.” Adalah diterima.
KATA PENGANTAR
Bismillahir rohmanir rohim
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, akhirnya penulis dapat
menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “PENGARUH BIMBINGAN
KEAGAMAAN TERHADAP KEDISIPLINAN SHALAT ANAK (STUDI
KASUS DI PANTI ASUHAN PUTRI AISYIYAH TUNTANG KABUPA TEN
SEMARANG)”, yang merupakan tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna
memperoleh gelar kesarjanaan dari Fakultas Dakwah IAIN Semarang.
Shalawat dan salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, nabi
Muhamad SAW, yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu
pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu ke-Islaman, sehingga dapat menjadi bekal
hidup kita, baik di dunia dan di akhirat kelak.
Adalah suatu kebanggan tersendiri, jika suatu tugas dapat terselesaikan
dengan sebaik - baiknya. Bagi penulis, penyusunan skripsi merupakan tugas yang
tidak ringan. Penulis sadar banyak hambatan yang menghadang dalam proses
penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri.
Kalaupun akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak
yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini.
Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuannya, khususnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Djamil, MA, selaku Rektor IAIN Walisongo
Semarang.
2. Bapak Drs. H. M. Zain Yusuf, MM., selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang yang telah memberikan izin kepada penulis beserta staf-
stafnya yang telah memperlancar proses perkuliahan selama penulis menuntut
ilmu.
3. Bapak Komarudin M.Ag selaku Kajur BPI dan Bapak Safrudin, M.ag selaku
Sekjur BPI.
4. Para Penguji, Bapak Drs. H. Djasadi, M.Pd. dan Ibu Maryatul Qibtiyah, M.Pd.
yang telah menelaah dan membaca secara kritis naskah skripsi ini sejak ujian
komprehensif hingga munaqosah.
5. Bapak Drs. Ali Murtadlo, M.Pd dan Bapak Dr. H. Abu Rohmad, M.Ag.,
selaku dosen pembimbing yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan
pikirannya untuk memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan
skipsi ini.
6. Bapak Sulistio S.Ag, selaku dosen wali studi yang dengan tulus hati dan kasih
sayangnya membimbing penulis selama perkuliahan.
7. Para dosen pengajar dan staf karyawan di lingkungan fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang yang telah mengamalkan ilmunya dan membimbing
penulis hingga akhir perkuliahan.
8. Ibu Hj. Alimah BA, Pengasuh Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Kabupaten Semarang
9. Ayahanda dan Ibunda tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan
materil serta do’a yang tiada henti-hentinya hingga terselesaikannya skripsi
ini.
10. Adik-adikku tersayang (Muchlas dan Ayu) dan seluruh keluargaku tercinta,
semoga semuanya selalu dalam lindungan dan pelukan kasih sayang Allah
SWT.
11. Sahabat terdekatku Mas’udi, S.Pd.I, yang telah memberikan dorongan
semangat untuk terus maju.
12. Teman – teman kerjaku di Rumah Sehat holistik ”BHC” Ngaliyan, Terima
kasih Mas........Mbak.........!!!
13. Teman-temanku seperjuangan angkatan 2005, khususnya jurusan BPI, (Lekha,
Gerti, Istianah, Fazat, Faizah, Ana, Budi, Eko, Fatkhuri, Sonji, Huda, Inza,
Mus)
14. Teman- temanku senasib seperjuangan angkatan 2005, di Kos Ungu dan Kos
An Nur.....(Ipeh dan kawan-kawan)
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERSETUJUAN PEMBMBING .................................................................... ii
PENGESAHAN .............................................................................................. iii
PERNYATAAN .............................................................................................. iv
MOTTO .......................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ........................................................................................... vi
ABSTRAKSI .................................................................................................. vii
KATA PENGANTAR .................................................................................... viii
DAFTAR ISI ................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL DAN GAMBAR................................................................ xvi
BAB I : PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ........................................................................ 8
1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian .................................................... 8
1.4. Tinjauan Pustaka .......................................................................... 9
1.5. Sistematika Penulisn Skipsi .......................................................... 11
BAB II : LANDASAN TEORITIK
2.1. Bimbingan Keagamaan ................................................................ 13
2.1.1. Pengertian Bimbingan Keagamaan ..................................... 13
2.1.2. Tujuan Dan Fungsi Bimbingan Keagamaan ....................... 15
2.1.3. Dasar-dasar Bimbingan Keagamaan ........................... ........ 17
2.1.4. Materi Bimbingan Keagamaan ........................................... 17
2.1.5. Metode Bimbingan Keagamaan........................................... 18
2.2. Kedisiplinan Shalat Anak ............................................................. 19
2.2.1. Pengertian Kedisiplinan Shalat Anak ................................. 19
2.2.2. Dasar Hukum Pelaksanaan Kedisiplinan Shalat ................. 22
2.2.3. Bentuk-bentuk Kedisiplinan Shalat ..................................... 24
2.2.4. Waktu-waktu Shalat ............................................................ 28
2.3. Pengaruh Bimbingan Keagamaan Terhadap Kedisiplinan
Shalat Anak .................................................................................. 29
2.4. Hipotesis Penelitian ...................................................................... 31
BAB III : METODE PENELETIAN
3.1. Jenis Penelitian ............................................................................. 32
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional .......................................... 32
3.2.1.Definisi Konseptual............................................................... 32
3.2.2.Definisi Operasional.............................................................. 33
3.3. Sumber Dan Jenis Data ................................................................ 34
3.4. Populasi Dan Sampel Penelitian .................................................. 35
3.5. Metode Pengumpulan Data .......................................................... 36
3.6. Teknik Analisis Data .................................................................... 38
BAB IV : DISKRIPSI OBYEK PENELITIAN
4.1.Gambaran Umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Kabupaten Semarang .................................................................... 41
4.1.1. Sejarah Berdirinya ............................................................... 41
4.1.2. Letak Geografis ................................................................... 42
4.1.3. Visi, Misi Panti Asuhan ...................................................... 42
4.1.4. Tata Tertib atau Peraturan yang Berlaku ............................. 44
4.1.5. Sarana dan Prasarana ........................................................... 45
4.1.6. Struktur Organisasi ............................................................. 46
4.2. Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan di Panti Asuhan Aisyiyah .. 49
BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Deskripsi Data Hasil Penelitian .................................................. 51
5.2.1. Data Bimbingan Keagamaan di Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang......................... 52
5.2.2. Data Kedisiplinan Shalat Anak di Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang......................... 54
5.2. Pengujian Hipotesis .................................................................... 62
5.2.1. Analisis Pendahuluan...................................................... 64
5.2.2. Analisis Uji Hipotesis Lanjut .......................................... 69
5.3. Pembahasan................................................................................. 71
BAB VI : PENUTUP
6.1. Kesimpulan .................................................................................. 73
6.2. Saran-saran ................................................................................... 74
6.3. Penutup ......................................................................................... 75
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
BAB I
PENDAHULUAN
.1. Latar Belakang
Pada hakekatnya, para orang tua mempunyai harapan agar anak-anak
mereka tumbuh dan berkembang menjadi anak yang baik, tahu membedakan
apa yang baik dan tidak baik. Tidak mudah terjerumus dalam perbuatan-
perbuatan yang dapat merugikan dirinya sendiri maupun merugikan orang
lain. Harapan-harapan ini akan lebih mudah terwujud apabila sejak awal,
orang tua telah menyadari peranan mereka sebagai orang tua yang besar
pengaruhnya terhadap perkembangan moral anak. Seorang anak kecil sulit
diharapkan untuk dengan sendirinya bertingkahlaku sesuai dengan nilai-nilai
moral yang berlaku, mengerti apa yang ditintut lingkungan terhadap dirinya
dan sebagainya (Gunarsa, 2000: 60).
Asuhan orang tua merupakan lahan yang subur bagi pertumbuhan
rasa, cipta, dan karsa anak. Namun bagaimana dengan anak yang sejak kecil
ditinggal oleh orang tua sehingga menjadi anak yatim atau yatim piatu atau
hidup pada keluarga yang tidak mampu sehingga anak tidak pernah
memperoleh perhatian dan kasih sayang secara wajar, tidak sempat
memperoleh pendidikan, pelayanan dan sentuhan dari nilai-nilai agama sejak
kecil (Bastaman, 1995: 172).
Anak-anak yang hidup dalam keluarga yang utuh dan harmonis, tidak
mengalami masalah kepribadian (personality problem) yang fatal, berbeda
sekali dengan anak-anak yang hidup di panti asuhan, yang secara mayoritas
mengalami disfungsi keluarga, yaitu telah terjadi gangguan dalam kebutuhan
keluarga, seperti hilangnya peran orang tua, tidak adanya hubungan
interpersonal antar anggota keluarga seperti anak yang lahir dari perkawinan
yang tidak stabil (kemiskinan). Demikian pula sakit yang diderita orang tua
baik fisik maupun psikis, keluarga yang terpecah karena bencana alam,
perang, meninggalnya orang tua dan lain-lain, dalam hal ini bisa
mengakibatkan kepribadian anak bermasalah, kaku dan tidak fleksibel.
Sementara masyarakat sering memberi cap negatif pada anak-anak
panti asuhan tanpa melihat lebih jauh, kenapa atau bagaimana hal-hal negatif
itu bisa terjadi. Menurut persepsi masyarakat dan pendapat beberapa ahli
dikatakan bahwa dalam kehidupan di panti asuhan, anak-anak tidak
mendapatkan lingkungan yang sehat bagi perkembangan psikologisnya, maka
kiranya perlu diketahui kebutuhan-kebutuhan psikologis anak panti asuhan
agar mereka mendapatkan perlakuan yang sesuai dengan kebutuhan
psikologis yang mereka butuhkan, sehingga perkembangan fisiknya sejalan
dengan perkembangan psikologis dan sosialnya. Perkembangan fisik yang
sehat dalam hal perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anak-anak panti
asuhan yang sehat sangatlah diperlukan agar mereka mampu hidup mandiri di
tengah-tengah masyarakat luas terutama setelah mereka harus keluar
melampaui pasca terminasi, yaitu dari lingkungan panti asuhan setelah
mandiri atau setamat SMU (Hartini, 2001: 110).
Islam mengajarkan bahwa selain mencari kehidupan dunia jangan
sampai melupakan akhirat. Antara kehidupan dunia dan akhirat setidaknya
harus seimbang dan masing-masing dikerjakan menurut jadwal waktunya,
termasuk dalam hal ibadah shalat yang sudah ditentukan waktu, syarat dan
rukun-rukunnya. Dakwah sendiri mengandung pengertian sebagai suatu
kegiatan, ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku, yang
dilakukan secara sadar dan terencana dalam usaha mempengaruhi orang lain,
baik secara individu maupun secara kelompok. Hal ini agar timbul dalam
dirinya suatu pengertian kesadaran sikap, penghayatan serta pengamalan
terhadap ajaran Islam sebagai massage yang disampaikan kepadanya tanpa
ada unsur paksaan (Arifin, 1997: 17).
Menurut Langgulung (1986: 401) bahwa shalat fardlu lima waktu
dalam waktu-waktu yang telah ditentukan dapat membentuk disiplin yang
kuat pada seseorang. Hal ini hampir sama dengan yang diungkapkan oleh
Daradjat (1996: 37) bahwa shalat lima waktu merupakan latihan pembinaan
disiplin pribadi. Karena ketaatan melaksanakan shalat tepat pada waktunya,
sesuai dengan syarat dan rukunnya akan menumbuhkan kebiasaan untuk
secara teratur dan terus menerus melaksanakannya pada waktu yang
ditentukan dan sesuai dengan rukunnya sehingga akan terbentuk kedisiplinan
pada diri individu tersebut.
Keterangan tersebut menunjukkan bahwa shalat tepat pada waktunya
merupakan salah satu bentuk ketaatan seorang hamba, hal ini sebagaimana
ketentuan dalam al-Qur'an yang menegaskan:
) ٢٣٨: البقرة. (قانتني لله وقوموا الوسطى والصالة الصلوات على حافظوا
Artinya: Peliharalah semua shalat, dan shalat wusthaa. Berdirilah
untuk Allah dengan khusyu' (QS. Al Baqarah 238 ).
العيزار بن الوليد عن شعبة حدثنا أبي حدثنا العنبري معاذ بن الله عبيد حدثناهأن معا سر أبموع انيبيثني قال الشدح احبذه صار هالد ارأشار إلى ود دبع الله إلى أحب الأعمال أي وسلم عليه الله صلى الله رسول سألت قال الله ثم قال أي ثم قلت الوالدين بر ثم لقا أي ثم قلت وقتها على الصلاة قال
ادبيل في الجهمسلم رواه (الله س(
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami dari Ubaidillah bin Muadz
al-'An'ary dari Bapakku dari Syu'bah dari al-Walid bin Al-'Aizar, beliau mendengar Abu asy Syaibani berkata: pemilik rumah ini (seraya menunjuk rumah Abdullah) menceritakan kepadaku: "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Saw: "Amal manakah yang paling disukai Allah?" Rasulullah Saw bersabda: salat pada waktunya. Aku bertanya lagi: kemudian apa? Rasulullah Saw menjawab: kemudian berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya sekali lagi: kemudian apa? Beliau menjawab: kemudian berjuang di jalan Allah (HR. Muslim) (Muslim, tth: 63).
Shalat itu menumbuhkan kesadaran manusia terhadap kesempurnaan
dan kelebihan Tuhan, menambah kesadarannya bahwa kebesaran, kekuasaan
dan kekayaan yang ada pada manusia hanyalah laksana debu yang amat kecil
di dalam udara yang luas ini. Selain dari itu, manusia sadar atas kecintaan dan
kasih sayang (Rahman dan Rahim) Ilahi kepada hamba-Nya. Namun,
fenomena yang ada sekarang, banyak orang yang tidak disiplin dalam
menunaikan shalat, bahkan banyak yang mengabaikan shalat karena mereka
tidak mengetahui dan kurang meyakini akan pentingnya shalat serta hikmah
yang terkandung dalam shalat itu sendiri.
Fenomena secara umum ini menjadi salah satu problem dakwah. Dari
sinilah arti pentingnya dakwah, dengan dakwah perilaku dan qalbu setiap
insan dapat berubah dari sifat mengabaikan waktu dalam shalat berganti
dengan kedisiplinan dalam waktu menunaikan shalat. Hal ini hanya bisa
dirasakan dari siraman dakwah itu. Itulah sebabnya, Umary (1980: 52)
merumuskan bahwa dakwah adalah mengajak orang kepada kebenaran,
mengerjakan perintah, menjauhi larangan agar memperoleh kebahagiaan di
masa sekarang dan yang akan datang. Sejalan dengan itu, Sanusi (1980: 11)
menyatakan, dakwah adalah usaha-usaha perbaikan dan pembangunan
masyarakat, memperbaiki kerusakan-kerusakan, melenyapkan kebatilan,
kemaksiatan dan ketidak wajaran dalam masyarakat. Dengan demikian,
dakwah berarti memperjuangkan yang ma'ruf atas yang munkar,
memenangkan yang hak atas yang batil. Esensi dakwah adalah terletak pada
ajakan, dorongan (motivasi), rangsangan serta bimbingan terhadap orang lain
untuk menerima ajaran agama dengan penuh kesadaran demi untuk
keuntungan pribadinya sendiri, bukan untuk kepentingan juru dakwah/juru
penerang (Arifin, 2000: 6).
Dalam pengertian yang integralistik, dakwah merupakan suatu proses
yang berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk
mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan secara
bertahap menuju perikehidupan yang Islami (Hafidhuddin, 2000: 77). Dakwah
adalah setiap usaha rekonstruksi masyarakat yang masih mengandung unsur-
unsur jahili agar menjadi masyarakat yang Islami (Rais, 1999: 25). Oleh
karena itu Abu Zahrah menegaskan bahwa dakwah Islamiah itu diawali
dengan amr ma'ruf dan nahy munkar, maka tidak ada penafsiran logis lain lagi
mengenai makna amr ma'ruf kecuali mengesakan Allah secara sempurna,
yakni mengesakan pada zat sifat-Nya (Zahrah, 1994: 32). Lebih jauh dari itu,
pada hakikatnya dakwah Islam merupakan aktualisasi imani (teologis) yang
dimanifestasikan dalam suatu sistem kegiatan manusia beriman dalam bidang
kemasyarakatan yang dilaksanakan secara teratur untuk mempengaruhi cara
merasa, berpikir, bersikap dan bertindak manusia pada dataran kenyataan
individual dan sosio kultural dalam rangka mengusahakan terwujudnya ajaran
Islam dalam semua segi kehidupan dengan menggunakan cara tertentu
(Achmad, 1983: 2).
Keanekaragaman pendapat para ahli seperti tersebut meskipun terdapat
kesamaan ataupun perbedaan-perbedaan namun bila dikaji dan disimpulkan
bahwa dakwah mencerminkan hal-hal seperti berikut:
1. Dakwah adalah suatu usaha atau proses yang diselenggarakan dengan
sadar dan terencana;
2. Usaha yang dilakukan adalah mengajak umat manusia ke jalan Allah,
memperbaiki situasi yang lebih baik (dakwah bersifat pembinaan dan
pengembangan)
3. Usaha tersebut dilakukan dalam rangka mencapai tujuan tertentu, yakni
hidup bahagia sejahtera di dunia ataupun di akhirat (Syukir, 1983: 21).
Problematika dakwah secara umum di antaranya yaitu mengembalikan
umat Islam ke jalan yang benar termasuk di dalamnya ketaatan seorang
hamba dalam menunaikan shalat tepat pada waktunya. Problematika ini dapat
di atasi antara lain melalui dakwah karena dakwah mengandung amar ma'ruf
nahi munkar. Demikian pula secara individual, bimbingan keagamaan dapat
dijadikan salah satu cara dalam memperkuat dakwah khususnya dalam
membentuk kedisiplinan shalat anak.
Fenomena yang terjadi pada anak-anak Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Semarang sering didapati anak-anak yang kurang disiplin, mengulur-
ulur waktu shalat, mengabaikan tata tertib atau peraturan Panti Asuhan dan
masih banyak lagi. Mereka beranggapan bahwa shalat merupakan sesuatu
pekerjaan yang tidak terlalu penting, sehingga ada sebagian anak-anak yang
malas dalam mengerjakan shalat lima waktu, padahal shalat itu adalah suatu
kewajiban setiap mukmin dan sudah menjadi peraturan di Panti Asuhan
(wawancara dengan salah satu pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Semarang, 25 Juni 2009).
Salah satu bimbingan dari para pengasuh adalah agar semua anak asuh
selalu mengamalkan shalat lima waktu dengan intensif atau aktif, karena
shalat lima waktu merupakan latihan pembinaan disiplin pribadi dan
melaksanakan shalat pada waktunya dan membiasakan untuk secara terus
menerus melaksanakan pada waktu yang ditentukan (Daradjat, 1996: 37).
Dari latar belakang yang dipaparkan di atas, maka peneliti terdorong
untuk mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Bimbingan
Keagamaan Terhadap Kedisiplinan Shalat Anak Di Panti Asuhan Aisyiyah
Tuntang Kabupaten Semarang”.
.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang penulis kemukakan tersebut maka
yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah “adakah pengaruh
bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak di Panti Asuhan
Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang".
.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.3.1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan adakah pengaruh
bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak di Panti
Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.
1.3.2. Manfaat Hasil Penelitian
1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu
pengetahuan yang berkaitan dengan bimbingan dan konseling di
Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang. Dan memperluas
cakrawala pengetahuan tentang bimbingan konseling khususnya
bimbingan konseling Islam bagi peneliti khususnya dan mahasiswa
Fakultas Dakwah pada umumnya.
2. Secara Praktis
Penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi para
pengelola Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten
Semarang. Untuk masyarakat yang ada disekitarnya penelitian ini
dapat lebih membuka sikap apresiatif terhadap eksistensi Panti
Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.
1.4. Tinjauan Pustaka
Pertama, skripsi yang berjudul ”Pengaruh Bimbingan Keagamaan
terhadap Perilaku Keagamaan Santri TPA Al-Huda di Kecamatan Grabag
Kabupaten Magelang” Oleh Cahyaningsih (2004). Dalam penelitian ini
dijelaskan bahwa bimbingan keagamaan yang dilakukan dengan berbagai cara
di TPA Al-Huda misalnya keteladanan pemberian pelatihan atau pembiasaan
untuk mempraktekkan shalat, berdoa, membaca Al-Qur’an dan lain
sebagainya. Hal ini merupakan salah satu metode untuk memperkenalkan
ajaran agama Islam pada diri anak. Metode ini sangat baik bagi anak karena
masa anak adalah masa dimana sifat rasa ingin tahunya begitu tinggi sehingga
mendorong dia untuk mengimitasi (meniru) ucapan dan perbuatan orang lain.
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Yusriyah (2004) yang berjudul
“Efektifitas Bimbingan Keagamaan terhadap Perubahan Akhlak pada Santri
Pimpinan K.H. Amin Budi Harjono”. Pada penelitian ini mengemukakan
tentang upaya merubah akhlak santri menjadi akhlakul karimah dengan
menggunakan berbagai metode dalam berbagai bimbingan keagamaan.
Ketiga, Penelitian yang dilakukan oleh Marfungah (2005) yang
berjudul “Pengaruh Intensitas Shalat Lima Waktu terhadap Motivasi
Beragama Anak di Panti Asuhan Darul Hadhonah Semarang” . Kajian dalam
penelitian ini adalah untuk mendapatkan dan menggambarkan pengaruh
intensitas shalat lima waktu terhadap motivasi beragama anak di Panti Asuhan
Yatim Piatu Darul Hadhonah Semarang. Dua dimensi utama dalam penelitian
ini adalah intensitas shalat lima waktu dan motivasi beragama anak. Intensitas
shalat lima waktu difokuskan pada empat aspek, yaitu tata cara pelaksanaan
shalat, keaktifan waktu pelaksanaan shalat, penghayatan gerak bacaan dalam
shalat dan manfaat shalat. Sedangkan motivasi beragama anak terdiri dari dua
aspek, yaitu melaksanakan perintah Nya, dan menjauhi larangan Nya.
Gusyanto (2005) yang berjudul “Nilai-Nilai Tentang Pendidikan
Kedisiplinan Shalat Dalam Al Qur’an”. Kesimpulan dari penelitian ini adalah
Al Qur’an sebagai Kitabullah terakhir telah diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Terdapat ajaran Shalat yang terkandung di dalamnya
sembilan puluh sembilan kata. Adapun ajaran kedisiplinan Shalat adalah: 1).
kedisiplinan waktu terkandung dalam QS. Al- Baqarah ayat 238, 2).
Ketepatan waktu terkandung di dalam QS. An- Nisa ayat 103, 3). Kebiasaan
disiplin terkandung di dalam QS. Hud ayat 114 dan QS. Al- Isra’ ayat 78.
Dari penelitian tersebut di atas, maka penulis berkesimpulan bahwa
penelitian terdahulu masih bersifat umum yaitu hanya membahas kedisiplinan
shalat pada anak tanpa mengkaitkan dengan bimbingan keagamaan dalam
konteks dakwah. Sedangkan penelitian yang penulis susun ini secara spesifik
hendak membahas “Pengaruh Bimbingan Keagamaan terhadap Kedisiplinan
Shalat Anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Semarang”.
1.5.Sistematika Penulisan
Bab Pertama adalah pendahuluan yang meliputi latar belakang
masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan tinjauan
pustaka.
Bab Kedua adalah kerangka dasar penelitian teoritik. Pada bab ini
dibagi menjadi 3 sub bab. Sub bab pertama berisi deskripsi teoritik
bimbingan keagamaan yang meliputi: pengertian bimbingan keagamaan,
fungsi dan tujuan bimbingan keagamaan, materi bimbingan keagamaan, dan
metode bimbingan keagamaan. Sub bab kedua menjelaskan tentang deskripsi
kedisiplinan shalat anak yang terdiri dari pengertian kedisiplinan shalat anak,
dasar hukum perintah shalat, bentuk-bentuk kedisiplinan shalat dan waktu
shalat. Sub bab ketiga adalah hipotesis penelitian.
Bab Ketiga berisi metode penelitian yang mencakup jenis dan metode
penelitian, definisi konseptual dan operasional, sumber dan jenis data,
populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data.
Bab Keempat berisi gambaran umum di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kabupaten Semarang yang meliputi tinjauan historis, letak
geografis, tujuan dan fungsi, struktur organisasi, serta sarana dan prasarana di
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.
Bab kelima adalah hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini
dibagi menjadi tiga sub bab. Sub bab pertama menjelaskan tentang hasil
tentang hasil penelitian yang berisi deskriptif data penelitian. Sub bab kedua
menjelaskan tentang pembahasan hasil penelitian. Sub bab ketiga
menjelaskan tentang pengaruh bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan
shalat anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.
Bab Keenam merupakan bab penutup yang meliputi kesimpulan,
saran-saran dan penutup.
BAB II
LANDASAN TEORITIK
2.1. Bimbingan Keagamaan
2.1.1. Pengertian Bimbingan Keagamaan
Secara etimologis kata bimbingan merupakan terjemahan dari
kata “Guidance” berasal dari kata “to guide” yang artinya menunjuk-
kan, membimbing, menuntun, ataupun membantu. Sesuai dengan
istilahnya maka secara umum bimbingan dapat diartikan sebagai
suatu bantuan atau tuntunan. Jadi bimbingan adalah suatu proses
membantu individu melalui usahanya sendiri untuk menemukan dan
mengembangkan kemampuannya agar memperoleh kebahagiaan
pribadi dan kemanfaatan sosial (Hallen, 2002: 3).
Mengenai arti agama secara etimologi terdapat perbedaan
pendapat, bahwa kata "agama" itu bahasa Arabnya, din atau millah.
Kata din makna aslinya ketaatan atau pembalasan, adapun millah
makna aslinya perintah (Ali, tth: 3). Ada pula yang mengatakan
bahwa kata agama berasal dari bahasa sansekerta yang terdiri dari dua
suku kata yaitu : “a” berarti tidak dan “gama” berarti kacau, jadi
berarti tidak kacau (Mu'in, 1992: 112). Menurut Jalaluddin (1998: 11)
mendefinisikan agama adalah bentuk keyakinan yang menyangkut
masalah yang berhubungan dengan kehidupan batin manusia.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini dikemukakan beberapa
pendapat para ahli tentang definisi bimbingan keagamaan:
a) Menurut Faqih (2001: 61)
Bimbingan keagamaan adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaan senantiasa
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat
mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.
b) Menurut Arifin (1997: 2)
Bimbingan keagamaan adalah usaha pemberian bantuan
kepada orang yang mengalami kesulitan baik lahiriyah maupun
batiniyah yang menyangkut kehidupan di masa kini dan di masa
mendatang, bantuan tersebut berupa pertolongan di bidang
mental dan spiritual, agar orang yang bersangkutan mampu
mengatasi dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri
melalui dorongan dengan kekuatan iman dan taqwanya kepada
Allah.
c) Menurut Adz-Dzaki (2001: 137)
Bimbingan keagamaan adalah suatu aktifitas memberikan
bimbingan, pelajaran dan pedoman kepada individu yang
meminta bimbingan (klien) dalam hal bagaimana sehingga
seorang klien dapat mengembangkan potensi akal pikirannya,
kepribadianya, keimanan dan keyakinanya sehingga dapat
menanggulangi problematika hidup dengan baik dan benar
secara mandiri yang berpandangan pada Al-Qur’an dan As-
Sunah Rasulullah SAW.
d) Menurut Hallen (2002: 22)
Bimbingan keagamaan adalah suatu usaha membantu
individu dalam menanggulangi penyimpangan perkembangan
fitrah beragama yang dimilikinya, sehingga ia kembali
menyadari peranannya sebagai khalifah di bumi dan berfungsi
untuk menyembah, mengabdi kepada Allah SWT sehingga
akhirnya tercipta kembali hubungan yang baik dengan Allah,
dengan manusia dan alam semesta.
Dari beberapa pengertian bimbingan keagamaan diatas
secara umum dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
bimbingan keagamaan adalah proses pemberian bantuan kepada
setiap individu agar ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah
beragama yang dimilikinya secara optimal sesuai dengan nilai-
nilai yang terkandung di dalam Al-Qur’an dan As-Sunah
sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
2.1.2. Tujuan dan Fungsi Bimbingan Keagamaan
Tujuan bimbingan keagamaan adalah membantu individu
mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya agar mencapai
kebahagiaan hidup dunia dan akhirat (Musnamar, 1992: 33).
Tujuan bimbingan keagamaan sebagaimana diungkapkan oleh
Faqih (2001: 62) adalah sebagai berikut:
1) Membantu individu atau kelompok individu mencegah
timbulnya masalah-masalah dalam kehidupan keagamaannya.
2) Membantu individu memecahkan masalah yang berkaitan
dengan kehidupan keagamannya.
3) Membantu individu menetapkan pilihan upaya pemecahan
problem dengan syariat islam.
4) Membantu individu memelihara situasi dan kondisi kehidupan
keagamaan dirinya yang telah baik agar tetap baik dan menjadi
lebih baik.
Sedangkan fungsi bimbingan keagamaan menurut Musnamar
(1992: 34) adalah meliputi empat fungsi yaitu sebagai berikut:
1) Fungsi preventif, yakni membantu individu menjaga atau
mencegah timbulnya masalah bagi dirinya.
2) Fungsi kuratif atau korektif, yakni membantu individu
memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau dialaminya.
3) Fungsi preservatif, yakni membantu individu menjaga agar
situasi dan kondisi yanng semula tidak baik (mengandung
masalah) yang telah menjadi baik (terpecahkan) itu kembali
menjadi tidak baik (menimbulkan masalah kembali).
4) Fungsi development atau pengembangan, yakni membantu
individu memelihara dan mengembangkan situasi dan kondisi
yang telah baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak
memungkinkan menjadi sebab munculnya masalah baginya.
2.1.3. Dasar-Dasar Bimbingan Keagamaan
Adapun dasar bimbingan keagamaan adalah sebagaimana
firman Allah dalam surat dan hadist dibawah ini:
a). Surat Ali-Imran Ayat 104
كنلتو كمة منون أمعدر إلى ييون الخرأميوف ورعبالم : عمران آل﴿ المفلحون هم وأولئك المنكر عن وينهون١٠٤﴾
Artinya: “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung” (QS. Ali Imran:104)
b). Hadist Riwayat Bukhari
)رى البخا روه ( ايه ولو عىن بلغوا
Artinya: “Sampaikanlah segala sesuatu dari pada-ku meskipun hanya satu ayat”. (HR. Bukhari) (Rafiudin, 1997:29).
2.1.4. Materi Bimbingan Keagamaan
Materi bimbingan keagamaan adalah semua bahan yang
disampaikan terhadap anak, materi bimbingan yang menjadi sasaran
bersumber dari Al-Qur’an dan Hadist. Materi yang disampaikan
dalam proses bimbingan keagamaan disini adalah sebagai berikut:
a. Aqidah
Aqidah secara bahasa berarti ikatan. Secara terminology
berarti landasan yang mengikat keimanan, itu sebabnya ilmu
tauhid sebagai ketentuan- ketentuan dasar mengenai keimanan
seorang muslim adalah merupakan landasan dari segala
perilakunya (Daradjat. 1984: 318).
b. Syari’ah
Syari’ah adalah ketentuan-ketentuan agama yang
merupakan pegangan bagi manusia di dalam hidupnya untuk
meningkatkan dalam rangka mencapai kebahagiaan dunia dan
akhirat (Daradjat, 1984: 302).
c. Akhlak
Secara etimologis, kata akhlak berasal dari bahasa arab
yang berarti budi pekerti atau perangai atau tingkah laku. Secara
terminologis akhlak merupakan perilaku manusia yang didasari
oleh kesadaran berbuat baik yang didorong keinginan hati dan
selaras dengan pertimbangan akal (Faqih dan Mua’lim, 1998: 85).
2.1.5. Metode Bimbingan Keagamaan
Dalam bimbingan keagamaan diperlukan pendekatan atau
metode yang sesuai dengan kondisi objek bimbingan tersebut.
Adapun metode bimbingan keagamaan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a) Metode keteladanan
Metode keteladanan adalah contoh perbuatan dan
tindakan sehari-hari dari orang tua yang berpengaruh kepada
anak-anaknya. Dalam hal ini seorang pembimbing merupakan
contoh ideal dalam pandangan anak-anak yang tingkah laku cara
berbuat dan berbicara akn ditiru oleh mereka (Marimba, 1989:
85).
b) Metode nasehat
Nasehat adalah menyampaikan perkataan yang baik
kepada seseoarang atau beberapa orang untuk memperbaiki sikap
dan tingkah lakunya ( Aziz, 2004: 13). Nasehat yang tulus,
berbekas dan berpengaruh jika memasuki jiwa yang bening, hati
terbuka, akal yang bijak dan berpikir, maka nasehat tersebut akan
mendapat tanggapan secepatnya.
2.2. Kedisiplinan Shalat Anak
2.2.1. Pengertian Kedisiplinan Shalat Anak
Kedisiplinan berasal dari kata “disiplin” dan mendapat
konfiks ke-an. Menurut bahasa disiplin mempunyai arti taat.
Sedangkan pengertian kedisiplinan menurut beberapa ahli adalah
sebagai berikut:
a. Soegeng Prijodarminto (1994: 23) menyatakan bahwa disiplin
adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses
dari serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan,
kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan atau ketertiban.
b. Anoraga (2001: 46) berpendapat bahwa kedisiplinan adalah suatu
sikap, perbuatan untuk selalu mentaati tata tertib.
c. Kaith Davis dalam R.A. Santoso Sastropoetra (1988: 288)
mengartikan disiplin sebagai pengawasan terhadap diri pribadi
untuk melaksanakan segala sesuatu yang telah disetujui atau
diterima sebagai tanggung jawab
d. Soebari (1994: 164) berpendapat bahwa kedisiplinan adalah
peurutan terhadap syatu peraturan dengan kesadaran sendiri untuk
untuk terciptanya tujuan peraturan itu.
Dari beberapa pengertian kedisiplinan yang dikemukakan para
ahli diatas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan adalah suatu sikap
taat dan patuh tanpa membantah dalam memberlakukan tata tertib,
berupa hukum atau perintah, atau sistem yang kesemuanya itu terkait
dengan ruang dan waktu.
Sedangkan pengertian shalat menurut bahasa adalah do’a,
menurut syara’ yaitu menghadapkan jiwa dan raga kepada Allah,
karena taqwa hamba kepada Tuhannya mengagungkan kebesaran-
Nya dengan khusuk dan ikhlas dalam bentuk perkataan dan perbuatan
yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam berdasarkan
dengan syarat dan rukun tertentu (Al-Habsyi, 1994: 105).
Hasbi Ash-Siddieqy (1991:84) memberikan definisi shalat
berarti ”do’a” memohon kebajikan dan pujian. Sedangkan menurut
M. Machfud (1992: 15) kata shalat menurut bahasa berarti ”do’a” dan
menurut istilah adalah beberapa perkataan dan perbuatan tertentu
yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.
Adapun yang dimaksud dengan anak adalah manusia yang
masih kecil (Poerwadarminta, 1982: 38 ). Menurut Tunggal (2003: 9)
anak adalah semua orang yang berusia di bawah 18 tahun. Akan
tetapi yang dimaksud anak dalam penelitian ini adalah anak asuh,
yaitu semua anak yang diasuh dan bertempat tinggal di Panti Asuhan
Putri Aisyiyah Tuntang, dan anak tersebut berusia di bawah 18 tahun.
Menurut Aristoteles perkembangan anak lahir sampai dewasa
dalam tiga periode:
a) 0 – 7 = masa kanak-kanak
b) 7 – 14 = masa anak sekolah, dan
c) 14 – 21 = masa pubertas (Soejanto, 2005: 238).
Perkembangan agama anak melalui beberapa fase ( peneliti
disini meneliti yang berumur 7-18 tahun ). Fase ini merupakan fase
kenyataan (the realistic stage), pada masa ini kebutuhan anak sudah
mencerminkan konsep-konsep yang berdasarkan kepada kenyataan
(realist) dan pada masa ini ide keagamaan didasarkan atas dorongan
emosional, hingga daat melahirkan konsep Tuhan yang formalis.
Berdasarkan hal itu maka pada masa ini anak-anak tertarik dan
senang pada lembaga keagamaan yang dikelola oleh orang dewasa di
lingkungan mereka (Jalaluddin, 2001:67)
Kedisiplinan Shalat Anak yang dimaksud dalam penelitian
disini adalah ketaatan atau kepatuhan anak dalam menjalankan ibadah
shalat lima waktu sesuai rukun, syarat-syarat dan waktu yang telah
ditentukan secara konsisten.
2.2.2. Dasar Hukum Pelaksanaan Kedisiplinan Shalat
Pelaksanaan shalat lima waktu telah diatur sedemikian rupa
dalam Al-qur’an maupun Al-hadist yang dijadikan pedoman dalam
pelaksanaannya. Dalam hal ini penulis memaparkan sebagian dari
dasar al-qur’an maupun hadist tentang dasar hukum pelaksanaan
shalat wajib.
1) Dasar Al-Qur’an
a. Surat An-Nisa’ 103
نوبكمج وعلى وقعودا قياما الله فاذكروا الصلاة قضيتم فإذا المؤمنني على كانت الصلاة إن الصلاة فأقيموا اطمأننتم فإذا
﴾١٠٣: النسآء﴿ موقوتا كتابا
Artinya: Maka apabila kamu Telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
b. Surat Hud 114
يذهبن الحسنات إن الليل من زلفاو النهار طرفي الصلاة وأقم ﴾١١٤: هود﴿ للذاكرين ذكرى ذلك السيئات
Artinya: Dan Dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orang-orang yang ingat.
c. Al-Isra’ 78
إن الفجر وقرآن الليل غسق إلى الشمس لدلوك الصلاة أقم ﴾٧٨: االسرآء﴿ ودامشه كان الفجر قرآن
Artinya: Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah pula shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat ).
2) Dasar Hadist
Hadist yang diriwayatkan oleh Al-turmudzi tentang
shalat diawal waktu.
عن شعبة حدثنا أبي حدثنا العنبري معاذ بن الله عبيد حدثنا حدثني قال الشيباني عمرو أبا سمع أنه العيزار بن الوليد
احبذه صار هالد ارأشار إلى ود دبقال الله ع ألتول سسر قال الله إلى أحب الأعمال أي وسلم عليه الله صلى الله
أي ثم قلت الوالدين بر ثم قال أي ثم قلت وقتها على الصلاة )مسلم رواه (الله سبيل في الجهاد ثم قال
Artinya: Telah mengabarkan kepada kami dari Ubaidillah bin Muadz al-'An'ary dari Bapakku dari Syu'bah dari al-Walid bin Al-'Aizar, beliau mendengar Abu asy Syaibani berkata: pemilik rumah ini (seraya menunjuk rumah Abdullah) menceritakan kepadaku: "Aku pernah bertanya kepada Rasulullah Saw: "Amal manakah yang paling disukai Allah?" Rasulullah Saw bersabda: salat pada waktunya. Aku bertanya lagi: kemudian apa? Rasulullah Saw menjawab: kemudian berbakti kepada kedua orang tua. Aku bertanya sekali lagi: kemudian apa? Beliau menjawab: kemudian berjuang di jalan Allah (HR. Muslim) (Muslim, tth: 63).
2.2.3. Bentuk-Bentuk Kedisiplinan Shalat
Disiplin menjadi prasyarat terbentuknya kepribadian yang
unggul dan sukses. Sikap yang terbiasa teratur adalah cerminan
kepribadian. Kepribadian yang teratur dapat dilihat pada bentuk
kedisiplinan menjalankan ibadah shalat. Adapun bentuk-bentuk
kedisiplinan shalat antara lain:
1) Melaksanakan Shalat tepat waktu
Masing-masing shalat fardhu 'ain mempunyai batas-batas
waktu tertentu, yang harus digunakan untuk mengerjakannya,
atau dengan kata lain setiap shalat fardhu 'ain harus dikerjakan
tepat waktu atau pada waktu-waktu yang telah ditentukan oleh
Syara'. Hal ini ditegaskan oleh firman Allah dalam Al-Qur'an
Surat (4) An Nisa', ayat 103. Keterangan mengenai waktu-waktu
shalat fardhu 'ain, dalam Al-Qur'an hanya ditunjukkan secara
ringkas atau dalam garis besarnya saja, sebagaimana yang
terdapat pada Surat (1,1) Hud, ayat 114. Surat (17) Al-Isra', ayat
78 dan Surat (20) Thaha, ayat 130, Sedangkan keterangan secara
terperinci mengenai waktu-waktu shalat, terdapat dalam hadits-
hadits (Daradjat, et .al, 1995: 80).
2) Melaksanakan shalat sesuai syarat dan rukunnya
Dalam hukum islam menempatkan soal tertib itu sebagai
salah satu unsur yang menentukan sah tidaknya suatu ibadah.
Masing-masing ibadah mempunyai tata tertib yang jelas dan
kebaikan menerapkan tata tertib mempengaruhi keabsahan
ibadah. Shalat merupakan ibadah ritual yang paling banyak
muatan unsur kedisiplinan karena tahap pelaksanaanya sendiri
mulai dari niat dan takbir sampai kepada tasyahud dan salam.
Adapun tentang syarat dan rukun shalat adalah sebagai
berikut:
(a) Syarat sah shalat
Yang menjadi syarat sahnya shalat meliputi suci
dari hadas besar dan kecil, suci badan, pakaian dan tempat
dari najis, menutup aurat, mengetahui masuknya waktu
shalat dan menghadap kiblat. (Shidieqi, 1997: 998).
(b) Rukun Shalat
Rukun shalat ada 13 yaitu : niat, takbiratul ihram
(membaca Allahu Akbar), berdiri tegak bagi yang berkuasa
ketika shalat fardhu (boleh sambil duduk atau berbaring
bagi yang sedang sakit) membaca surat al-Fatihah pada
tiap-tiap rakaat, rukuk dengan tuma’ninah, I’tidal dengan
tuma’ninah, sujud dua kali dengan tuma’ninah, duduk
antara dua sujud dengan tuma’ninah, duduk tasyahud akhir
dengan tuma’ninah, membaca tasyahud akhir, membaca
shalawat nabi pada tasyahud akkhir, membaca salam yang
pertama, tertib (berurutan mengerjakan rukun-rukun
tersebut) ( Rifa’i, 2006: 33).
3) Konsisten dalam menjalankan ibadah shalat
Salah satu indikator konsisten yaitu terus menerus.
Shalat yang diterima Allah Swt adalah shalat yang dilaksanakan
secara layak dengan kebesaran Allah. Kalau tidak demikian
tidaklah diterima karena amal-amal manusia dibagi dua:
pertama, amal yang dikerjakan secara terus menerus dengan
mempertautkan hati kepada Allah Swt serta mengingat
kebesaran dan kudratnya. Kedua, amal yang dilakukan karena
telah menjadi adat kebiasaan dilakukan dengan hati yang lalai.
Anggota tubuh melaksanakan amal, tetapi hati dan jiwa dalam
kelalaian (Shiddieqy, 2001: 222)
4) Kesadaran dalam menjalankan ibadah shalat
Kesadaran dalam menjalankan shalat muncul karena
disebabkan faktor seseorang atau anak dengan sadar bahwa
dengan disiplinlah akan didapatkan kesuksesan dalam segala hal
dan keteraturan dalam hidup, karena dengan kesadaran shalat
yang tinggi maka akan tercipta kedisisiplinan yang dianggap
penting bagi kebaikan dan keberhasilan anak.
5) Kekhusukan dalam melaksanakan shalat
Shalat lima waktu merupakan darmawisata Ketuhanan
yang diwajibkan Allah kepada hamba-Nya dalam waktu yang
terpencar siang dan malam. Di kala shalat, seorang muslim
melepaskan dirinya dari urusan dunia dan mencurahkan seluruh
perhatian dan ingatan kepada Tuhan, berupa takbir, berbisik
dengan Allah, mohon pertolongan dan petunjuk dari pada-Nya.
Kemudian tunduk berlutut dan bersujud di haribaan Tuhan
menggambarkan Kebesaran Tuhan sepenuhnya, sehingga
berhadapan dengan kebesaran Ilahi. Perjalanan batin yang
menuju Kebesaran Tuhan itu, pasti dapat melapangkan dada,
melegakan hati, meringankan penderitaan serta menyampaikan
kepada keinginan yang baik. Rasulullah sendiri, bila dirundung
kemusykilan (kesulitan), beliau dengan cepat shalat (Syaltut,
1985: 84).
Kekhusukan dalam shalat merupakan komponen ruh
(jiwa dalam shalat), harus dipenuhi selain komponen
lahiriyahnya (syarat dan rukun). Begitu pentingnya khusuk dalam
shalat sehingga diibaratkan sebagai ruh dalam tubuh,
sebagaimana ungkapan ”Shalat tanpa khusuk ibarat tubuh tanpa
ruh” (Agus: 105)
2.2.4. Waktu-Waktu Shalat
Ajaran Islam sangat menekankan kepada pemeluknya untuk
selalu berdisiplin dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam
berusaha menggunakan waktu dan sebagainya. Banyaknya sumpah
Allah SWT dengan menggunakan kata waktu, seperti demi waktu
dhuha, demi masa, hal ini menunjukkan bahwa Allah sangat
memperhatikan akan pentingnya waktu.
Shalat fardlu itu ada lima, dan masing-masing mempunyai
waktu yang ditentukan. Kita diperintahkan menunaikan shalat-shalat
itu di dalam waktunya masing-masing. Adapun waktu pelaksanaan
shalat menurut Rifa’i (2006: 62), adalah sebagai berikut:
a) Shalat zhuhur
Awal waktunya setelah condong matahari dari
pertengahan langit. Akhir waktunya apabila bayang-bayang
sesuatu telah telah sama panjangnya dengan sesuatu itu.
b) Shalat Ashar
Waktunya mulai dari habisnya waktu zhuhur, sampai
terbenamnya matahari.
c) Shalat Maghrib
Waktunya dari terbenamnya matahari sampai hilangnya
syafaq ( awan senja) merah.
d) Shalat Isya’
Waktunya dari mulai dari terbenam syafaq ( awan senja)
hingga terbit fajar.
e) Shalat Subuh
Waktunya dari terbit fajar shidiq, hingga terbit matahari.
2.3. Pengaruh Bimbingan Keagamaaan Terhadap Kedisiplinan Shalat Anak
Bimbingan keagamaan pada dasarnya adalah segala kegiatan yang
dilakukan oleh seseorang (pembimbing) dalam rangka memberikan bantuan
kepada setiap individu agar Ia dapat mengembangkan potensi atau fitrah
beragama yang dimilikinya secara optimal sesuai dengan nilai-nilai yang
terkandung didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga dapat mencapai
kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Seperti telah diketahui, bimbingan tekanannya pada upaya
pencegahan munculnya masalah pada diri seseorang. Bimbingan keagamaan
merupakan proses untuk membantu seseorang agar: (1) memahami
bagaimana ketentuan dan petunjuk Allah tentang (kehidupan) beragama, (2)
menghayati ketentuan dan petunjuk tersebut, (3) mau dan mampu
menjalankan ketentuan dan petunjuk Allah untuk beragama dengan benar
(beragama Islam) itu, yang bersangkutan akan bisa hidup bahagia dunia dan
di akhirat, karena terhindar dari resiko menghadapi problem-problem yang
berkenaan dengan keagamaan (kafir, syirik, munafik, tidak menjalankan
perintah Allah sebagaimana mestinya dan lain sebagainya) (Musnamar, 1992:
143).
Dengan bimbingan keagamaan, seorang anak dapat memahami arti
pentingnya kedisipilinan shalat. Shalat mendidik orang menjadi rajin dan
disiplin. Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan, pendidikan,
atau penanaman kebiasaan, yang menekankan pada pembentukan kebiasaan
untuk bersikap patuh dan taat yang dapat membentuk semangat penguasaan
diri dan pengendalian diri. Latihan-latihan shalat yang teratur merupakan
pengarahan dalam kehidupan anak. Kalau latihan-latihan itu dipatuhi, maka
akan berubah menjadi bentuk disiplin yang akan memberi kepastian dan
efisiensi perilakunya.
Memperhatikan keterangan tersebut, maka ada pengaruh antara
bimbingan keagamaan dengan kedisiplinan shalat yaitu bimbingan
keagamaan dapat membantu anak memahami arti penting dan manfaat shalat
tepat pada waktunya. Selain itu, bimbingan keagamaan dapat membantu anak
memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan keagamaannya dan
membantu anak menetapkan pilihan upaya pemecahan problem dengan
syariat Islam. Korelasi tersebut menunjukkan ada keterkaitan yang erat antara
bimbingan keagamaan dalam membentuk kedisiplinan anak untuk shalat
tepat pada waktunya.
Membantu individu memelihara situasi dan kondisi kehidupan
keagamaan dirinya yang telah baik agar tetap baik dan menjadi lebih baik.
Berkaitan dengan hal tersebut, bimbingan keagamaan sangat berperan
sekali dalam menyelesaikan problem keagamaan anak, khususnya yang
menyangkut pelaksanaan ibadah shalat.
2.4. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu fenomena dan
atau pertanyaan penelitian yang dirumuskan setelah mengkaji suatu teori.
(Sudjana, 1992: 9)
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah: “Ada pengaruh
antara bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak (StudiKasus
di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang)”.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, karena data-data yang
diperoleh nantinya berupa angka-angka. Dari angka yang diperoleh akan
dianalisis lebih lanjut dalam analisis data. Instrumen penelitian ini
menggunakan angket untuk mencari data penelitian yang disusun
berdasarkan variabel yang akan diteliti, karena penelitian ilmiah harus
didasarkan penelitian yang obyektif. Untuk itu perlu diterapkan metode yang
tepat. Dan karena penelitian ini penelitian kuantitatif, maka hasilnya dengan
perhitungan statistik, yaitu dengan menggunakan rumus regresi linier satu
prediktor untuk menganalisis data yang telah diperoleh (Hadi, 2004: 2).
3.2. Definisi Konseptual dan Operasional
3.2.1. Definisi Konseptual
A. Bimbingan Keagamaan
Bimbingan keagamaan adalah proses pemberian bantuan
terhadap individu agar dalam kehidupan keagamaannya senantiasa
selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat
mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat (Faqih, 2001:
61).
Menurut Arifin (1997: 2) bimbingan keagamaan adalah
usaha pemberian bantuan kepada orang yang mengalami kesulitan
baik lahiriyah maupun batiniyah yang menyangkut kehidupan di
masa kini dan di masa mendatang, bantuan tersebut berupa
pertolongan di bidang mental dan spiritual, agar orang yang
bersangkutan mampu mengatasi dengan kemampuan yang ada
pada dirinya sendiri melalui dorongan dengan kekuatan iman dan
taqwanya kepada Allah.
B. Kedisiplinan Shalat
Kedisiplinan berasal dari kata disiplin yang berarti latihan
batin dan watak dengan maksud supaya segala perbuatannya selalu
mentaati tata tertib (Purwadarminto, 1984:254). Sedangkan shalat
yang dimaksud adalah rukun islam yang kedua, berupa ibadah
kepada Allah SWT, yang wajib dilakukan oleh setiap muslim yang
mukallaf, dimulai dengan takbir dan disudahi dengan salam,
dilengkapi dengan syarat, rukun, gerakan dan bacaan tertentu; doa
kepada Allah (Depdikbud, 1996: 80).
3.2.2. Definisi Operasional
A. Bimbingan Keagamaan
Maksud bimbingan keagamaan dalam penelitian ini adalah
proses pemberian bantuan kepada anak-anak Panti Asuhan Putri
Aisyah Tuntang Kabupaten Semarang agar ia dapat
mengembangkan potensi atau fitrah beragama yang dimilikinya
secara optimal sesuai dengan nilai-nila yang terkandung di dalam
Al-Qur’an dan As-Sunah sehingga dapat mencapai kebahagiaan
hidup di dunia dan di akhirat.
Indikator dari bimbingan keagamaan dalam penelitian ini
adalah:
a) Pembimbing
b) Materi Bimbingan Keagamaan
c) Metode Bimbingan Keagamaan
B. Kedisiplinan Shalat
Kedisiplinan shalat yang dimaksud dalam penelitian ini
adalah ketaatan atau kepatuhan anak-anak Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang dalam melaksanakan
kewajiban shalat yang diperintahkan Allah SWT secara tertib, tepat
waktu, sesuai rukun dan syarat-syaratnya. Shalat yang dimaksud
dalam variabel ini adalah hanya mencakup shalat fardlu saja yang
sering diajarkan kepada anak. Adapun indikator kedisiplinan shalat
dalam penelitian ini adalah:
a. Ketepatan waktu dalam menjalankan shalat fardlu lima waktu.
b. Konsistensi dalam melaksanakan shalat fardlu lima waktu.
3.3. Sumber dan Jenis Data
Yang dimaksud dengan sumber data dalam penelitian adalah subjek
dari mana data diperoleh (Arikunto, 1998: 129). Sedangkan menurut
sumbernya data penelitian dibagi menjadi dua yaitu:
3.3.1. Sumber Data
a. Sumber Data primer
Data primer adalah data yang langsung diperoleh dari sumber
pertama di lokasi penelitian atau obyek penelitian (Bungin, 2005:
122). Data primer dalam penelitian ini adalah anak-anak Panti Asuhan
Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.
b. Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua
atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (Bungin, 2005:
122). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data tertulis berupa
buku–buku yang ada relevansinya dengan kajian penelitian.
3.4. Populasi dan Sampel Penelitian
3.4.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian (Arikunto,
2006: 130). Dalam penelitian ini populasinya adalah seluruh anak
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang yang
berjumlah sebanyak 40 anak.
3.4.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiono, 2008: 81). Pengambilan
sampel ini didasarkan pada pertimbangan dan acuan umum dari
pengambilan sampel Arikunto, yaitu apabila subyek kurang dari 100,
maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan
penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subyeknya besar, dapat diambil
antara 10-15% atau 20%-25% atau lebih dari populasi yang ada
(Arikunto, 2006: 134).
Karena populasi kurang dari 100, maka peneliti mengambil
semua sampel yang berjumlah 40 anak panti asuhan, sehingga dalam
penelitian ini disebut penelitan populasi.
3.5. Metode Pengumpulan Data
3.5.1. Angket
Angket adalah usaha mengumpulkan informasi dengan
menyampaikan sejumlah pertanyaan tertulis, untuk menjawab secara
tertulis pula oleh responden (Nawawi, 1998: 117). Metode ini
digunakan untuk memperoleh data tentang bimbingan keagamaan dan
data tentang kedisiplinan shalat anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kabupaten Semarang.
Sebelum angket disebarkan kepada responden, terlebih dahulu
angket diujicobakan untuk mengetahui validitas dan reliabilitasnya.
Angket yang diujicobakan sebanyak 30 untuk instrument angket
tentang bimbingan keagamaan dan 30 instrumen angket kedisiplinan
shalat. Dari 30 item instrumen angket bimbingan keagamaan yang
valid 20 item, sedangkan dari 30 item instrumen angket kedisiplinan
shalat yang valid 24 item dengan perincian sebagai berikut:
Tabel 1
Kisi-kisi Angket Bimbingan Keagamaan
No Variabel Penelitian
Indikator Deskriptor Nomor Item
1 Bimbingan Keagamaan
1. Pembimbing 2. Materi 3. Metode
a. Memiliki Keahlian b. Berakhlakul karimah a. Akidah b. Syariah c. Akhlak a. Keteladanan b. Nasehat
1, 2 3, 4, 5, 6 , 14 7 8 9, 10, 11 12, 18, 20 13, 15, 16, 17, 19
Jumlah 20
Tabel 2
Kisi-kisi angket kedisiplinan Shalat anak
No Variabel Penelitian
Indikator Deskriptor Nomor Item
1 Kedisiplinan Shalat
1. Tepat Waktu
2. Konsisten
a. Sesuai dengan waktu
b. Bersegera a. Terus menerus
1, 4, 6, 13 2, 18 3, 8, 11, 15, 16, 21, 23,
b. Tidak melalaikan
5, 7, 9, 10, 12, 14, 17, 19, 20, 22
Jumlah 24
Pengukuran skala menggunakan empat alternatif jawaban,
”SS”, ”S”, ”TS”, ”STS”. Skor jawaban mempunyai nilai 1-4.
Nilai yang diberikan pada masing-masing alternatif jawaban
adalah sebagai berikut: jawaban ”Sangat Setuju” (SS) memperoleh
nilai (4), ”Setuju” (S) memperoleh nilai (3), ”Tidak Setuju” (TS)
memperoleh nilai (2), ”Sangat Tidak Setuju” (STS) memperoleh nilai
(1).
3.5.2. Observasi
Metode observasi adalah bentuk penelitian yang dilakukan
dengan cara pengamatan dan pencatatan secara sistematis fenomena-
fenomena yang diselidiki (Hadi, 1986: 136). Metode ini digunakan
untuk mengetahui dan mengamati situasi panti asuhan dan sasaran
obyek penelitian, yakni Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Kabupaten Semarang.
3.5.3. Wawancara
Wawancara atau interviu adalah suatu bentuk komunikasi
verbal jadi semacam percakapan yang bertujuan untuk memperoleh
informasi (Nasution, 2009: 113). Metode ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang bimbingan keagamaan dan kedisiplinan
shalat dengan cara mewawancarai pembimbing, dan pengasuh panti
asuhan.
3.5.4. Dokumentasi
Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah,
prasasti, notulen rapat, lengger, agenda dan lain sebagainya (Arikunto,
2006: 231). Tehnik ini digunakan untuk melakukan pencarian data
tertulis yang meliputi kondisi geografi, kondisi monografi dan
gambaran umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten
Semarang.
3.6. Teknik Analisis Data
Dalam menganalisis data yang terkumpul, penulis menggunakan
metode statistik, karena jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif. Adapun langkah yang penulis lakukan dalam menganalisis data
ini adalah:
a. Analisis statistik deskriptif
Setelah data terkumpul, maka langkah selanjutnya adalah analisis
data dengan menggunakan metode deskriptif analitik analisis. Metode
deskriptif ini digunakan untuk melakukan perhitungan terhadap rata-rata
hitung, standar deviasi, median dan modus dari setiap variabel
penelitian. Metode deskriptif ini juga digunakan untuk menggambarkan
jawaban-jawaban observasi. Metode deskriptif ini mengacu pada
transformasi data mentah kedalam suatu bentuk yang akan membuat
pembaca lebih mudah memahami dan menafsirkan maksud dari data
atau angka yang ditampilkan.
b. Analisis uji hipotesis
Untuk menuju kebenaran hipotesis yang peneliti ajukan, langkah
selanjutnya adalah perhitungan nilai dari data yang diperoleh dengan
menggunakan rumus analisis regresi liner satu prediktor sebagai berikut:
1) Mencari persamaan garis regresi
Y= aX + K
2) Mencari koefisien korelasi antar prediktor x dengan kriterium y
melalui teknik korelasi moment tangkar dari pearson:
( )( )22 yx
xyrxy
∑∑
∑=
3) Analisis Varians (Hadi, 2004: )
Sumber Variasi Db JK RK Freg
Regresi (reg) 1 N
yyKrya
)(∑−∑+∑ reg
reg
db
JK
Residu (res) N-2 yKryay ∑−∑−∑2
res
res
db
JK
Total (T) N-1 N
yy
22 )(∑−∑ -
res
reg
RK
RK
Keterangan:
N : Jumlah Responden
X : Nilai variabel X (Intensitas Bimbingan Penyuluhan Islam)
Y : Nilai variabel Y (Frustasi Akibat Kemiskinan)
XY : Jumlah perkalian antara X dan Y
Y2 : Kuadrat nilai
∑ : Sigma (jumlah)
Jk : Jumlah kuadrat
Db : Banyaknya N setiap jumlah bervariasi dikurangi 1.
4) Analisis lanjut
Pada analisis ini digunakan pengolahan lebih lanjut dari
analisis, jika Freg lebih besar dari Ftabel 5% atau Ftabel 1%, maka
signifikan (hipotesis yang diterima), dan jika Freg lebih kecil
dari Ftabel 5% atau Ftabel 1% maka non signifikan (hipotesis
ditolak).
BAB IV
DESKRIPSI OBYEK PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten
Semarang
4.1.1. Sejarah Berdirinya
Panti Asuhan Putri Aisyiyah didirikan pada tanggal 13 Oktober
1989 di bawah naungan organisasi Sosial Keagamaan ”Aisyiyah”.
Bermula dari rumah biasa pemberian wakaf dari bapak H. Harmoni
Ja’far dari Bogor. Saat itu anak asuhnya baru tujuh orang. Biaya asuh
atau dana berasal dari donatur-donatur yang awalnya hanya terbatas
pada pengurus dan insidentil masyarakat.
Sesuai dengan perkembangan zaman dan daya tampung,
akhirnya Panti Asuhan Putri Aisyiyah dapat menampung hingga 20
anak. Akan tetapi pada tahun 1995, hal yang tidak diinginkan terjadi.
Panti Asuhan putri Aisyiyah kebakaran karena konsleting arus pendek
listrik pada jam 1 malam, sehingga bangunan induk terbakar habis.
Walaupun demikian, tidak ada korban jiwa. Dan dari tahun ke tahun
hingga sampai saat ini panti asuhan aisyiyah telah berhasil direnovasi
kembali bahkan ada penambahan bangunan yang nampak makin
berdiri kokoh dan cukup memadai. Semua pembangunan itu tidak
lepas dari sumbangan para donatur dan dermawan. Tahun ini jumlah
anak yang tinggal di panti tersebut kurang lebih sekitar 40 anak.
Semuanya sekolah dari tingkat SD, SMP, SMA bahkan ada yang
kuliah.
4.1.2. Letak Geografis
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang berada di pusat
kecamatan Tuntang. Tempatnya sangat strategis dan mudah dijangkau
karena terletak di tepi jalan raya tepatnya di Jl. Fatmawati No. 71
Tuntang Kabupaten Semarang, di dusun Petet Desa Tuntang. Daerah
ini termasuk wilayah Kecamatan Tuntang Kabupaten Semarang.
Sedangkan identitas Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntan
Kabupaten Semarang adlah sebagai berikut:
a) Nama Panti : Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Kab. Semarang
b) Alamat : Jl. Fatmawati (Jl. Raya Tuntang) No. 71
Tuntang Kab. Semarang
c) Tahun Berdiri : 13 Oktober 1989
d) Akta Notaris : A. Dimyati, SH No. 6 (enam) 3 Mei 1999.
4.1.3. Visi, Misi dan Tujuan didirikannnya Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kabupaten Semarang.
a) Visi
Terpenuhinya hak anak yang meliputi: hak hidup, tumbuh
kembang, perlindungan dan partipasi berdasarkan tuntutan dan
hadist nabi.
b) Misi.
1) Menyelenggarakan upaya kebutuhan-kebutuhan anak baik
jasmani, rohani, mental, psikososial.
2) Memberikan perlindungan terhadap anak dari perlakuan-
perlakuan salah atau eksploitasi dan situasi yang
membahayakan anak.
3) Memberikan kesempatan untuk mengembangkan kemampuan
anak sesuai bakat dan minatnya.
4) Membentuk akhlakul karimah yang sesuai dengan ajaran Al-
qur’an dan Al-hadist.
c) Tujuan
Tujuan didirikannya Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang dan
bergerak dibidang sosial dengan tujuan:
1) Menyantuni anak-anak memberikan pendidikan formal dan
non-formal kepada anak yatim, piatu, yatim-piatu, anak-anak
terlantar serta keluarga tidak mampu.
2) Ikut membantu pemerintah mengentaskan kemiskinan dengan
jalan memberikan bekal pendidikan jasmani dan pendidikan
rohani, sehingga terbentuk SDM yang mandiri, sehingga kelak
anak dapat kembali ke masyarakat dengan kemandiriannya.
3) Anak yang ditampung adalah anak usia sekolah (SD, SMP,
SMA dan Kuliah) (Dokumentasi Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang).
4.1.4. Tata Tertib atau Peraturn yang Berlaku
Penghuni Pantai Asuhan berasal dari berbagai daerah dimana
setiap anak mempunyai sifat dan watak yang berbeda. Setelah tinggal
di panti asuhan secara otomatis anak yang satu dengan yang lain harus
ada pengertian agar di dalam panti asuhan terdapat keharmonisan.
Karena, ketika anak sudah masuk dalam panti asuha merupakan satu
keluarga, satu saudara yang harus menjaga persaudaraan. Untuk
mengontrol kedisiplinan, maka dalam panti asuhan setiap anak diberi
tanggungjawab untuk piket.
Mengenai perijinan, anak tidak boleh meninggalkan panti
asuhan tanpa adanya surat ijin dari pengurus yang telah ditandatangani.
Kecuali bagi anak yang harus mengikuti kegiatan sekolah. Mereka
cukup dengan memberikan surat pengantar dari sekolah. Jadwal anak
pulang ke rumah adalah ketika iuran semester dan lebaran idul fitri.
Kecuali anak dijemput oleh orang tuanya atau orang yang telah diberi
kuasa oleh orang tuanya atau saudara karena ada keperluan dirumah.
Misalnya, saudara dekatnya menikah atau mempunyai hajat yang lain.
Setelah mendapat surat ijin pulang, anak harus membawa buku
pernyataan yang menyatakan bahwa anak benar-benar pulang
kerumah. Dan buku pernyataan tersebut harus ditanda tangani oleh
orng tua atau wali anak.
Dengan adanya berbabagi tata tertib atau peraturan yang
berlaku di panti asuhan, menuntut anak untuk hidup teratur, disiplin,
tanggung jawab dan memiliki rasa kebersamaan serta menjauhkan diri
dari sifat individualisme. Semua itu merupakan salah satu usaha dalam
mendidik dan merealisasikan apa yang diperolehnya dalam kehidupan
sehari-hari. (Wawancara dengan Rokhimi salah satu pengurus panti
pada tanggal 29 Mei 2010).
Adapun daftar kegiatan atau aktifitas anak Panti Asuhan
Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang selama 24 jam dapat dilihat dalam
tabel berikut:
Tabel 3
Jadwal kegiatan Anak Panti Asuhan Putri Asuhan Aisyiyah
No Hari Jenis Kegiatan Waktu Pembimbing
1. Senin Les menjahit 15.30-16.30 Ibu Tri Wahyuni
2. Selasa Qira’ah 15.30-16.30 Ibu Nur Hidayah
3. Rabu Keislaman 15.30-16.30 Bp. Giono
4. Kamis Fiqih
Pidato
15.30-16.30
19.20-20.00
Ibu. Atiyatun
Sie. Kerohanian
5. Jum’at Akhlak 15.30-16.30
Ibu Pengurus
6. Sabtu Qira’ah
Rebana
15.30-16.30
20.00-22.00
Ibu Nur Hidayah
Bp. Kasmuri
Mas Baikuni
7. Minggu Kerja Bakti 07.00-08.30 Ketua Kelompok
Sumber : Dokumentasi Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
4.1.5. Sarana dan Prasana
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang mempunyai sarana dan
prasarana antara lain:
Tabel 4
Sarana dan Prasana
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang
No Nama Gedung Jumlah
1 Gedung asrama lantai 2 8 kamar
2 Gedung asrama lantai 1 2 kamar
3 Ruang UKS 1
4 Ruang komputer 1
5 Ruang perpustakaan 1
6 Ruang Waserda dan kantor panti 1
7 Ruang jahit 1
8 Ruang kegiatan 1
9 Ruang aula 1
10 Ruang dapur 1
11 Ruang makan 1
12 Mushola 1
13 Kamar mandi 9
14 Rumah pengasuh 1
15 Ruang ketua panti 1
Sumber : Dokumentasi Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
4.1.5. Struktur Organisasi
Untuk menunjang tercapainya kegiatan Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang terdapat struktur organisasi yang mempunyai
peranan sangat penting bagi suksesnya penyelenggaraaan program-
program kegiatan panti asuhan tersebut. Adapun Struktur organisasi
pengurus panti asuhan adalah sebagai berikut:
Gambar 1.
Struktur Organisasi Anak Asuh
Sumber: Dokumen Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang tahun 2010.
KETUA
Yuni Astuti
SEKRETARIS
Maryati
BENDAHARA
Eka Jumiati
SIE. PENDIDIKAN
Solichah
SIE. KESEHATAN
Luluk Aulia
SIE. KEAMANAN
Siti Amirowati
SIE. KEROHANIAN
Sudarni
SIE.KEBERSIHAN
Sri Lestari
Gambar 2.
Susunan Pengurus Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang
Sumber: Dokumen Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang tahun 2010
Pelindung PDM Kab. Semarang
Ir. H. Solachudin, M. Sc
Penasehat PDA Kab.Semarang
Hj.Sri Hartini Tugiman,
SPd
Pembina PDA Majlis KS
Hj. Sukasih Prambono
Ketua Hj. Alimah, BA
Wakil Ketua Hj. Yuni, S.Pd, M. Pd
Sekretaris 1 Hj. Rahmi Rahayu, S.SH
Sekretaris II
Dra. Umi Aemanah
Bendahara 1 Hj. Endang Wiratni, B.
Sc
Bendahara II
Hj. Atiyatun Najah, S.Ag
Seksi Pendidikan Asrining Yunani
Petugas Umum M. Faizi
Seksi Usaha Hj. Yayuk Zarkoni
Pengasuh
Umi Juariyah
4.2. Pelaksanaan Bimbingan Keagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Bimbingan keagamaan di Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
Kabupaten Semarang dilakukan setiap satu minggu sekali. Bimbingan
keagamaan dilakukan oleh seorang pembimbing atau guru yang berasal dari
dalam maupun luar panti asuhan. Materi yang disampaikan adalah mengenai
akidah, syari’ah dan akhlak, namun lebih diutamakan mengenai
permasalahan ibadah atau kefikihan seperti tentang shalat, wudlu, thaharah
dan lain sebagainya.
Adapun metode yang digunakan dalam bimbingan keagamaan di
Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang adalah
menggunakan metode keteladanan dan nasehat, karena dengan teladan atau
memberikan contoh yang positif, anak akan tumbuh kebiasaan-kebiasaan
yang berguna dan bermanfaat, seperti: setiap mendengar adzan tiba
bersegera berwudlu dan menunaikan shalat berjamaah tepat waktu di masjid
sebagainya. Sehingga dengan keteladanan ini anak akan memahami manfaat
kedisiplinan. Keteladanan juga harus dibarngi dengan nasehat dan
pengarahan agar berjalan efektif.
Agar pelaksanaan bimbingan keagamaan di Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang berjalan efektif maka pihak panti asuhan memberikan
beberapa upaya-upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kedisiplinan
shalat anak-anak Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang yakni
sebagai berikut:
a. Menjalankan shalat lima waktu dengan berjamaah
b. Menjalankan shalat-shalat sunnah
c. Membaca Al Qur’an
d. Menjalankan puasa ramahan ataupun sunnah
e. Wajib mengikuti kegiatan-kegiatan yang diadakan panti asuhan
f. Wajib mentaati peraturan-peraturan yang ditetapkan di panti asuhan, jika
melanggar maka akan mendapatkan sanksi atau hukuman.
BAB V
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang diteliti (Adakah pengaruh
bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak di Panti Asuhan
Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang?), di bawah ini akan disajikan
data tentang “bimbingan keagamaan” dan data tentang “kedisiplinan shalat
anak”, di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang.
Adapun data tentang bimbingan keagamaan dan data tentang
kedisiplinan shalat anak, di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten
Semarang, dapat dilihat pada lampiran data angket, dan selanjutnya data
tersebut diukur untuk mengetahui ada atau tidak adanya pengaruh bimbingan
keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak, di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kabupaten Semarang. Maka penulis memberi nilai terlebih dahulu
pada jawaban angket yang telah diberikan kepada responden.
Angket yang digunakan mempunyai alternatif jawaban yaitu: SS
(Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), dan STS (Sangat Tidak
Setuju), masing-masing nilai dari alternatif tersebut adalah sebagai berikut:
- Alternatif jawaban SS diberi nilai 4
- Alternatif jawaban S diberi nilai 3
- Alternatif jawaban TS diberi nilai 2
- Alternatif jawaban STS diberi nilai 1.
5.1.1. Data Bimbingan Keagamaan di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kabupaten Semarang
Angket tentang bimbingan keagamaan di Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang terdiri dari 20 item
pertanyaan, untuk lebih jelasnya penulis paparkan dalam bentuk tabel
yang merupakan jumlah nilai seluruh item dari hasil angket yang
telah diberikan kepada 40 responden:
Tabel 3.
Data Bimbingan Keagamaan
di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang
No Jawaban Nilai Jawaban Jumlah
Nilai
Res. SS S TS STS 4 3 2 1
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10
1 7 12 1 0 28 36 2 0 66
2 17 2 1 0 68 6 2 0 76
3 0 19 1 0 0 57 2 0 59
4 6 10 2 2 24 30 4 2 60
5 9 11 0 0 36 33 0 0 69
6 9 8 2 1 36 24 4 1 65
7 10 6 4 0 40 18 8 0 66
8 1 14 5 0 4 42 10 0 56
9 10 7 3 0 40 21 6 0 67
10 16 4 0 0 64 12 0 0 76
11 0 17 3 0 0 51 6 0 57
12 5 9 5 1 20 27 10 1 58
13 1 7 9 3 4 21 18 3 46
14 9 9 2 0 36 27 4 0 67
15 9 8 2 1 36 24 4 1 65
16 11 9 0 0 44 27 0 0 71
17 9 9 2 0 36 27 4 0 67
18 16 3 1 0 64 9 2 0 75
19 14 6 0 0 56 18 0 0 74
20 16 4 0 0 64 12 0 0 76
21 5 11 4 0 20 33 8 0 61
22 8 11 1 0 32 33 2 0 67
23 11 9 0 0 44 27 0 0 71
24 18 2 0 0 72 6 0 0 78
25 14 6 0 0 56 18 0 0 74
26 6 13 1 0 24 39 2 0 65
27 13 7 0 0 52 21 0 0 73
28 13 6 1 0 52 18 2 0 72
29 16 4 0 0 64 12 0 0 76
30 9 9 2 0 36 27 4 0 67
31 14 6 0 0 56 18 0 0 74
32 13 7 0 0 52 21 0 0 73
33 7 12 1 0 28 36 2 0 66
34 1 18 1 0 4 54 2 0 60
35 0 16 4 1 0 48 8 1 57
36 9 11 0 0 36 33 0 0 69
37 11 9 0 0 44 27 0 0 71
38 7 12 1 0 28 36 2 0 66
39 8 11 1 0 32 33 2 0 67
40 16 3 1 0 64 9 2 0 75
Σ 2698
Keterangan:
1 = Nomor masing-masing responden
2, 3, 4, 5 = Banyaknya masing-masing jawaban SS, S,
TS, dan STS yang dipilih oleh responden pada
item pertanyaan tentang bimbingan
keagamaan, sejumlah 20 pertanyaan.
7,8,9,10,11 = Jumlah nilai jawaban X yang disesuaikan
dengan bobot nilai pada setiap jawabannya
yaitu SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1.
Contoh: Pada Responden No. 1.
Jawaban SS = 7 x 4 = 28
Jawaban S = 12 x 3 = 36
Jawaban TS = 1 x 2 = 2
Jawaban STS = 0 x 1 = 0
10 = Jumlah nilai total X untuk masing-masing
Responden.
Contoh: Pada Responden No. 1.
28 + 36 + 2 + 0 = 66.
Σ = Nilai total Variabel X (ΣX).
5.1.2. Data Kedisiplinan Shalat Anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kabupaten Semarang
Angket tentang kedisiplinan shalat anak, di Panti Asuhan
Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang terdiri dari 24 item
pertanyaan, untuk lebih jelasnya penulis paparkan dalam bentuk tabel
yang merupakan jumlah nilai seluruh item dari hasil angket yang
telah diberikan kepada 40 responden:
Tabel 4.
Data Kedisiplinan Shalat Anak
di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang
No Jawaban Nilai Jawaban Jumlah
Nilai
Res. SS S TS STS 4 3 2 1
01 02 03 04 05 06 07 08 09 10 1 7 16 1 0 28 48 2 0 78 2 6 14 4 0 24 42 8 0 74 3 4 18 2 0 16 54 4 0 74 4 11 10 3 0 44 30 6 0 80 5 5 19 0 0 20 57 0 0 77 6 12 12 0 0 48 36 0 0 84 7 2 18 4 0 8 54 8 0 70 8 2 21 1 0 8 63 2 0 73 9 0 21 3 0 0 63 6 0 69 10 15 9 0 0 60 27 0 0 87 11 1 21 2 0 4 63 4 0 71
12 6 10 6 2 24 30 12 2 68 13 4 5 13 2 16 15 26 2 59 14 7 13 3 1 28 39 6 1 74 15 7 16 1 0 28 48 2 0 78 16 12 8 4 0 48 24 8 0 80 17 11 11 2 0 44 33 4 0 81 18 20 4 0 0 80 12 0 0 92 19 15 8 1 0 60 24 2 0 86 20 19 5 0 0 76 15 0 0 91 21 13 10 1 0 52 30 2 0 84 22 11 11 2 0 44 33 4 0 81 23 9 13 2 0 36 39 4 0 79 24 15 8 1 0 60 24 2 0 86 25 20 4 0 0 80 12 0 0 92 26 9 12 3 0 36 36 6 0 78 27 11 12 1 0 44 36 2 0 82 28 21 2 1 0 84 6 2 0 92 29 24 0 0 0 96 0 0 0 96 30 5 14 5 0 20 42 10 0 72 31 16 8 0 0 64 24 0 0 88 32 18 5 1 0 72 15 2 0 89 33 15 9 0 0 60 27 0 0 87 34 0 18 6 0 0 54 12 0 66 35 0 12 12 0 0 36 24 0 60 36 12 9 3 0 48 27 6 0 81 37 16 7 1 0 64 21 2 0 87 38 18 4 2 0 72 12 4 0 88 39 12 9 3 0 48 27 6 0 81 40 15 8 1 0 60 24 2 0 86 Σ 3201
Keterangan:
1 = Nomor masing-masing responden
2, 3, 4, 5 = Banyaknya masing-masing jawaban SS, S,
TS, dan STS yang dipilih oleh responden pada
item pertanyaan tentang kedisiplinan shalat
anak, sejumlah 24 pertanyaan.
7,8,9,10,11 = Jumlah nilai jawaban Y yang disesuaikan
dengan bobot nilai pada setiap jawabannya
yaitu SS = 4, S = 3, TS = 2, STS = 1.
Contoh: Pada Responden No. 1.
Jawaban SS = 7 x 4 = 28
Jawaban S = 16 x 3 = 48
Jawaban TS = 1 x 2 = 2
Jawaban STS = 0 x 1 = 0.
10 = Jumlah nilai total Y untuk masing-masing
Responden.
Contoh: Pada Responden No. 1.
28 + 48 + 2 + 0 = 78.
Σ = Nilai total Variabel X (ΣX).
Data kedua tabel hasil angket di atas, berasal dari data angket yang
peneliti sebarkan kepada 40 responden (anak) di Panti Asuhan Putri Aisyiyah
Tuntang Kabupaten Semarang, total nilai angket yang diperoleh di atas;
untuk data tentang bimbingan keagamaan (variabel X) adalah berasal dari
jumlah skor jawaban item soal pertanyaan angket sebanyak 20 item, dan
untuk data tentang kedisiplinan shalat anak (variabel Y) adalah berasal dari
jumlah skor jawaban item soal pertanyaan angket sebanyak 24 item.
Data yang telah terkumpul dianalisis secara kuantitatif menggunakan
metode deskriptif statistik. Masing-masing variabel terlebih dulu dipaparkan
untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti
melalui data responden sebagaimana adanya, tanpa melakukan analisis dan
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum. (Sugiyono, 2002: 21).
Adapun deskripsi data terhadap subjek penelitian, peneliti
menggunakan penghitungan statistik dengan program SPSS 12.0 for
Windows, dari data tersebut diperoleh:
Tabel 5.
Frequency Table
Bimbingan keagamaan (variabel X)
Bimbingan Keagamaan
1 2.5 2.5 2.5
2 5.0 5.0 7.5
1 2.5 2.5 10.0
1 2.5 2.5 12.5
1 2.5 2.5 15.0
2 5.0 5.0 20.0
1 2.5 2.5 22.5
4 10.0 10.0 32.5
3 7.5 7.5 40.0
6 15.0 15.0 55.0
2 5.0 5.0 60.0
3 7.5 7.5 67.5
1 2.5 2.5 70.0
2 5.0 5.0 75.0
3 7.5 7.5 82.5
2 5.0 5.0 87.5
4 10.0 10.0 97.5
1 2.5 2.5 100.0
40 100.0 100.0
46
56
57
58
59
60
61
65
66
67
69
71
72
73
74
75
76
78
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Tabel 6.
Frequency Table
Kedisiplinan Shalat Anak (Variabel Y)
Kedisiplinan Shalat
1 2.5 2.5 2.5
1 2.5 2.5 5.0
1 2.5 2.5 7.5
1 2.5 2.5 10.0
1 2.5 2.5 12.5
1 2.5 2.5 15.0
1 2.5 2.5 17.5
1 2.5 2.5 20.0
1 2.5 2.5 22.5
3 7.5 7.5 30.0
1 2.5 2.5 32.5
3 7.5 7.5 40.0
1 2.5 2.5 42.5
2 5.0 5.0 47.5
4 10.0 10.0 57.5
1 2.5 2.5 60.0
2 5.0 5.0 65.0
3 7.5 7.5 72.5
3 7.5 7.5 80.0
2 5.0 5.0 85.0
1 2.5 2.5 87.5
1 2.5 2.5 90.0
3 7.5 7.5 97.5
1 2.5 2.5 100.0
40 100.0 100.0
59
60
66
68
69
70
71
72
73
74
77
78
79
80
81
82
84
86
87
88
89
91
92
96
Total
ValidFrequency Percent Valid Percent
CumulativePercent
Berdasarkan pemaparan dua tabel di atas dapat diketahui
bahwasannya:
1. Nilai terendah (mininum) dari nilai variabel X adalah 46
2. Nilai tertinggi (maximum) dari nilai variabel X adalah 78
3. Nilai terendah (mininum) dari nilai variabel Y adalah 59
4. Nilai tertinggi (maximum) dari nilai variabel Y adalah 96.
Untuk menentukan nilai interval dari hasil angket tentang
bimbingan keagamaan (variabel X) peneliti kemudian menghitung nilai mean
dan range dan kelas interval sebagai berikut:
N
fxM
∑= 40
2698= M untuk Variabel X 40.76=
N
fyM
∑= 40
3201= M untuk Variabel Y 03.08=
Setelah diketahui mean dari bimbingan keagamaan, selanjutnya dicari
lebar interval untuk mengkategorikan sangat tinggi, tinggi, cukup, rendah
maupun sangat rendah, dengan menggunakan rumus Sturges:
K
Ri =
Keterangan:
i : Interval kelas R: Range K : Jumlah kelas
NLogK 3.31+=
403.31 Log+= 1)1.60205999(3.31+=
15.286797971+= 16.28679797=
L-H R = H: nilai tertinggi L: nilai tertendah
46-78 = 32 = Jadi R untuk Variabel X = 32
59-96 = 37 = Jadi R untuk Variabel Y = 37
K
Ri =
923591444292466809836825.0900315416.28679797
32 ==
Jadi i Variabel X .0905=
942996357463158498873825.8853489716.28679797
37==
Jadi i Variabel Y = 5.885
Dari hasil penghitungan di atas dapat diperoleh nilai untuk Variabel
X = 5.0, sehingga interval yang diambil bisa kelipatan 5, dan untuk variabel
Y = 5.9, sehingga interval yang diambil bisa kelipatan 6. Sehingga untuk
mengkategorikannya dapat diperoleh interval sebagai berikut:
Tabel 7.
Nilai Interval
Bimbingan Keagamaan (Variabel X)
Kelas Interval F % Kualitas Kriteria
46 – 51 1 2.5
52 – 57 3 7.5
58 – 63 5 12.5 64 – 69 16 37.5 70 – 75 11 29.5 76 - 81 5 12.5
Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Jumlah 40 100
Gambar 3.
Frequency Bimbingan Keagamaan
40 50 60 70 80
Bimbingan Keagamaan
0
2
4
6
8
10
Freq
uenc
y
Mean = 67.4Std. Dev. = 7.067N = 40
Bimbingan Keagamaan
Tabel 8.
Nilai Interval
Kedisiplinan Shalat anak (Variabel Y)
Kelas Interval F % Kualitas Kriteria
59 – 65 2 5
66 – 72 6 15
73 – 79 9 22.5 80 – 86 12 30 87 – 93 10 25 94 - 100 1 2.5
Sangat Rendah Rendah Cukup Tinggi
Sangat Tinggi
Tinggi
Jumlah 40 100
Gambar 4.
Frequency Kedisiplinan Shalat Anak
50 60 70 80 90 100
Kedisiplinan Shalat
0
2
4
6
8
10
Freq
uenc
y
Mean = 80.02Std. Dev. = 8.827N = 40
Kedisiplinan Shalat
Data tabel di atas diperoleh berdasarkan penghitungan statistik
deskriptif dengan program SPSS 12.0 for Windows sebagaimana
terlampir.
5.2 Pengujian Hipotesis
Analisis ini dimaksudkan untuk memasukkan data yang telah
diketahui dan terkumpul dari nilai-nilai variabel X dan variabel Y
sebagaimana terdapat pada tabel kerja penghitungan regresi satu prediktor
dengan skor kasar di bawah ini:
Tabel 9.
Tabel Kerja Penghitungan Regresi Satu Prediktor
Dalam Skor Kasar
Resp X Y
R_1 66 78 5148 6084 5148 R_2 76 74 5624 5476 5624 R_3 59 74 4366 5476 4366 R_4 60 80 4800 6400 4800 R_5 69 77 5313 5929 5313 R_6 65 84 5460 7056 5460 R_7 66 70 4620 4900 4620 R_8 56 73 4088 5329 4088 R_9 67 69 4623 4761 4623 R_10 76 87 6612 7569 6612 R_11 57 71 4047 5041 4047 R_12 58 68 3944 4624 3944 R_13 46 59 2714 3481 2714 R_14 67 74 4958 5476 4958 R_15 65 78 5070 6084 5070 R_16 71 80 5680 6400 5680 R_17 67 81 5427 6561 5427 R_18 75 92 6900 8464 6900 R_19 74 86 6364 7396 6364 R_20 76 91 6916 8281 6916 R_21 61 84 5124 7056 5124 R_22 67 81 5427 6561 5427 R_23 71 79 5609 6241 5609 R_24 78 86 6708 7396 6708 R_25 74 92 6808 8464 6808 R_26 65 78 5070 6084 5070
2X 2Y XY
R_27 73 82 5986 6724 5986 R_28 72 92 6624 8464 6624 R_29 76 96 7296 9216 7296 R_30 67 72 4824 5184 4824 R_31 74 88 6512 7744 6512 R_32 73 89 6497 7921 6497 R_33 66 87 5742 7569 5742 R_34 60 66 3960 4356 3960 R_35 56 60 3360 3600 3360 R_36 69 81 5589 6561 5589 R_37 71 87 6177 7569 6177 R_38 65 88 5720 7744 5720 R_39 67 81 5427 6561 5427 R_40 75 86 6450 7396 6450 2696 3201 217584 259199 217584
Keterangan:
Resp = Subyek Penelitian
X = Skor Variabel X
Y = Skor Variabel Y
X2 = Hasil Penguadratan skor X
Y2 = Hasil Penguadratan skor Y
XY = Hasil perkalian antara skor variabel X dan variabel Y
Setelah dilakukan komputasi terhadap data, hasil koefisien korelasi
nilai tersebut ditemukan bahwa:
N = 40
ΣX = 2696
ΣY = 3201
ΣX² = 1836584
ΣY² = 259199
ΣXY = 217584
∑
5.2.1 Analisis Pendahuluan
1. Mencari korelasi antara kriterium (variabel X) dan prediktor
(variabel Y), melalui teknik korelasi momen tangkar dengan dari
Pearson.
Setelah diketahui dari data hasil angket tentang bimbingan
keagamaan dan kedisiplinan shalat anak Di Panti Asuhan Putri
Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang yang terdapat pada tabel
kerja regresi di atas, maka dapat diketahui koefisien korelasi antara
variabel X dan Y yang selanjutnya data tersebut diketahui secara
komputerisasi dengan menggunakan rumus SPSS sebagai berikut:
Model Summary(b)
Model R
R Squar
e
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Change Statistics
Durbin-
Watson
R Squar
e Chang
e
F Chang
e df1
df2
Sig. F Chang
e
1 .755(a)
.570 .559 5.865 .570 50.353 1 38 .000 2.132
a Predictors: (Constant), Bimbingan Keagamaan b Dependent Variable: Kedisiplinan Shalat
Koefisien korelasi Pearson (r) didapat sebesar 0,755, angka
ini menyatakan besarnya derajat keeratan hubungan antara
bimbingan keagamaan dan kedisiplinan shalat anak di Panti
Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang. Nilai
sebesar 0.570 pada tabel di atas menunjukkan bahwa besarnya
bimbingan keagamaan dan kedisiplinan shalat anak adalah 57%
dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 43%.
Setelah diadakan uji korelasi dengan rumus korelasi
momen tangkar dari Pearson, maka hasil yang diperoleh
dikonsultasikan dengan rt pada taraf signifikansi 5% dan 1%
sebagai berikut:
rxy = 0.755 > rt = 0,05 (0,312)
rxy = 0.755 > rt = 0,01 (0,403).
Dengan demikian hipotesis yang menyatakan adanya
pengaruh bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak
di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang
adalah diterima.
2. Mencari Persamaan Regresi Linier
Rumus persamaan regresi linear yang digunakan dalam
analisis ini adalah:
Y = aX + K
Keterangan:
K = Kedisiplinan shalat anak
X = Bimbingan keagamaan
a = Bilangan Koefisien Prediktor yaitu angka arah atau
koefisien regresi yang menunjukkan angka peningkatan
variabel dependen yang didasarkan pada nilai variabel.
K = Bilangan Konstan (nilai Y bila X = 0). (Hadi, 2001: 6).
Untuk mencari nilai a dan K dari persamaan regresi, maka
rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
KaXY +=
( )∑ ∑
∑ ∑ ∑−
−=
22 xxN
yxxyNa
( )
943.07268416
8629896726841673463360
86298968703360
26961836584*40
3201*2696217584*402
=
=
−−=
−−=
Jadi nilai a adalah 0.943
Setelah diketahui nilai a, barulah dapat mencari nilai K.
Dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
aXYK −=
Keterangan:
=x Mean variabel N
xx ∑=
=y Mean variabel N
yy ∑=
40.6740
2696==x dibulatkan menjadi 67.40
03.8040
3201==y dibulatkan menjadi 80.03
Jadi: aXYK −=
466.16
558.6303.80
40.67*0.94303.80
=−=−=
Dibulatkan menjadi 16.466
KaXY +=
466.16943.0 += X
Adapun pengolahan data dengan menggunakan SPSS 12.0
for Windows diperoleh data sebagai berikut:
Coefficients(a)
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
95% Confidence
Interval for B
Collinearity
Statistics
B Std. Error Beta
Lower
Bound
Upper Bound
Toleranc
e VIF
1 (Constant) 16.130
6.523
2.47
3 .01
8 2.92
6 29.335
Bimbingan Keagamaan
.169 .125 .214 1.35
1 .18
5 -.084 .422
1.000
1.000
a Dependent Variable: Kedisiplinan Shalat
Keterangan:
a. Makna konstanta sebesar 16.466 (K = 16.466), berarti bahwa
kedisiplinan shalat anak (Y) memiliki nilai positif 16.466
apabila variabel bimbingan keagamaan (X) diabaikan. Artinya
apabila nilai bimbingan keagamaan sama dengan 0 (X = 0),
maka kedisiplinan shalat anak memiliki nilai sebesar 16.46%.
b. Makna koefisien regresi variansi bimbingan keagamaan sebesar
0.943 (a = 0.943). Besarnya koefisien variabel bimbingan
keagamaan adalah 0.943. Angka ini dapat diartikan bahwa setiap
ada kenaikan faktor bimbingan keagamaan (X) sejumlah 1 kali,
maka akan mempengaruhi meningkatnya nilai kedisiplinan
shalat anak (Y) sebesar 9.4%.
3. Mencari varians garis regresi atau uji F
Rumus yang digunakan untuk mencari nilai F adalah
sebagai berikut:
Tabel 10.
Rumus Uji F
Sumber Variasi
Db JK RK F reg
Regresi (reg) 1
Residu (Res) N-2
Total (T) N-1
JK reg db reg
Ik res db res
RK reg RK res
Keterangan:
N = Jumlah Responden
Db = Derajat Keabsahan
JK = Jumlah Kuadrat
∑ ∑∑−+
N
YYKXYa
2)(
∑ ∑ ∑−− YKXYaY2
∑∑−
N
YY
22
)(
RK = Rerata Kuadrat
Freg = Harga bilangan F untuk garis regresi
RKreg = Rerata kuadrat garis regresi
RKres = Rerata kuadrat residu
∑ = Jumlah total atau sigma (Hadi, 2001: 18).
Sebelum Hasil Uiji SPSS tersebut diaplikasikan kedalam
data yang ada pada tabel kerja yang telah diketahui persamaan
garis regresinya dan setelah diketahui varians garis regresinya,
yaitu Y = 0.943X + 16.466
Dari pengolahan data dengan menggunakan SPSS diperoleh
hasil sebagai berikut:
ANOVAb
1731.926 1 1731.926 50.353 .000a
1307.049 38 34.396
3038.975 39
Regression
Residual
Total
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), Bimbingan Keagamaana.
Dependent Variable: Kedisiplinan Shalatb.
Keterangan:
Nilai F = 50.353, berarti besarnya Freg adalah 50.353 yang
nantinya akan diuji signifikansinya dengan menggunakan Ftabel. Hal ini
akan menentukan diterima atau tidaknya suatu hipotesis yang diajukan.
5.2.2 Analisis Uji Hipotesis Lanjut
Langkah selanjutnya dalam analisis pada penelitian ini adalah
menguji nilai hasil uji hipotesis (Freg) dengan nilai yang terdapat pada
tabel (Ftabel) baik pada taraf signifikansi 5% ataupun taraf signifikansi
1%. Jika freg lebih besar dari ftabel berarti signifikan, dan jika lebih kecil
dari Ftabel berarti tidak signifikan.
Dari hasil analisis uji hipotesis, diperoleh Freg = 50.353.
Sedangkan nilai Ftabel 0,05 = 4.08 dan Ftabel 0,01 = 7.31. Kondisi ini
diperkuat hasil output tabel Anova dengan tingkat signifikansi 0.000.
Tabel 11.
Tabel Anova untuk Uji Signifikansi Regresi Y atas X
Y = 50.353 + 1731.926X
Sumber Varian
Db Sum Of Square
Mean Squre F Uji Signifikan
si Regresi 1 1731.926 1731.926
Residu 38 1.03.049 34.396
Total 39 3038.975
50.353 0.000
Gambar 5.
Signifikansi Regresi Y atas X
-3 -2 -1 0 1 2
Regression Standardized Residual
0
2
4
6
8
10
Freq
uenc
y
Mean = 3.96E-16Std. Dev. = 0.987N = 40
Dependent Variable: Kedisiplinan Shalat
Histogram
Berdasarkan keterangan di atas maka dapat diketahui bahwa
Freg= 50.353 lebih besar dari Ftabel0.01%= 7.31 dan lebih besar dari
Ftabel0.05%= 4.08. Dengan demikian menunjukkan adanya hubungan
yang signifikan, yaitu ada korelasi positif dari kedua variabel tersebut,
yakni variabel X (bimbingan keagamaan) dan variabel Y (kedisiplinan
shalat anak), maka hipotesis yang diajukan (Adakah pengaruh
bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak, di Panti
Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang) diterima .
Karena dalam analisis ini hasil yang diperoleh rxy sebesar 0,755
(lihat di tabel uji korelasi). Dalam hal ini berarti bahwa semakin tinggi
bimbingan keagamaan, maka akan semakin tinggi kedisiplinan shalat
anak di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang
dengan nilai intensitasnya sebesar 7,55%.
Keterangan di atas ditunjukkan dari nilai koefisien determinasi
sebesar 0,755% yang didapat melalui rumus sebagai berikut:
R = r2 x 100 %
= (0.755)2 x 100 %
= 0.570025 x 100%
= 57%
Kemudian nilai kedisiplinan shalat anak dipengaruhi oleh
faktor lain sebesar 43%.
5.3 Pembahasan
Pada dasarnya bimbingan keagamaan adalah segala kegiatan
yang dilakukan oleh seseorang (pembimbing) dalam rangka memberikan
bantuan kepada setiap individu agar Ia dapat mengembangkan potensi
atau fitrah beragama yang dimilikinya secara optimal sesuai dengan
nilai-nilai yang terkandung didalam Al-Qur’an dan As-Sunnah sehingga
dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Hal ini sama
dengan salah satu tujuan dakwah yang merupakan suatu proses yang
berkesinambungan yang ditangani oleh para pengemban dakwah untuk
mengubah sasaran dakwah agar bersedia masuk ke jalan Allah, dan
secara bertahap menuju perikehidupan yang islami.
Dalam bimbingan keagamaan terdapat beberapa unsur, yaitu:
pembimbing, materi dan metode.
a) Pembimbing adalah orang yang mempunyai pengetahuan luas, baik
segi teori maupun praktek dalam mengatasi kesulitan-kesulitan
dalam kehidupan sehari-hari (Walgito, 1989: 30)
b) Materi bimbingan keagamaan adalah semua bahan yang
disampaikan terhadap anak, yang bersumber dari Al-Qur’an dan
hadist. Menurut Daradjat (1994: 302) materi yang disampaikan
dalam proses bimbingan keagamaan adalah : Aqidah, Syari’ah dan
Akhlak.
c) Metode yang digunakan dalam bimbingan keagamaan adalah:
keteladanan dan nasehat.
Sedangkan kedisiplinan shalat yang dimaksud disini adalah
ketaatan menjalankan ibadah shalat sesuai rukun, syarat-syarat dan
waktu yang telah ditentukan secara konsisten. Disiplin menjadi
prasyarat terbentuknya kepribadian yang unggul dan sukses. Sikap
yang terbiasa teratur adalah cerminan kepribadian. Kepribadian
yang teratur dapat dilihat pada bentuk kedisiplinan menjalankan
ibadah shalatnya. Adapun bentuk-bentuk kedisiplinan shalat antara
lain dengan melaksanakan shalat tepat waktu dan sesuai dengan
syarat dan rukunnya, konsisten dalam menjalankan ibadah shalat,
khusu’ dan lain sebagainya.
Disiplin akan tumbuh dan dapat dibina melalui latihan,
pendidikan, atau penanaman kebiasaan, yang menekankan pada
pembentukan kebiasaan untuk bersikap patuh dan taat pada
peraturan. Abdul Mustaqim (2005: 134) memberikan kiat-kiat yang
dapat dilakukan orang tua (pembimbing) agar anak memiliki nilai-
nilai kedisiplinan yaitu sebagai berikut:
1) Mengarahkan tujuan hidup
Ketika anak masih sangat belia, orang tua atau pembimbing
dapat mengarahkan mereka agar mempunyai tujuan hidup. Cara ini
dapat melatih mereka menjalani hidup dengan kedisiplinan,
Sehingga kelak menjadi manusia dewasa yang matang.
2) Melatih kebiasaan yang positif
Kebiasaan positif adalah sarana paling baik untuk mencapai
kedisiplinan. Dalam hal ini jika anak dibiasakan untuk shalat tepat
waktu maka dengan sendirinya anak akan merasakan kegiatanya
atau shalatnya itu sebagai beban, karena kebiasaan akan
membentuk sikap disiplin.
3) Memberikan contoh atau keteladanan
Contoh perbuatan dan tindakan sehari-hari dari orang tua
yang berpengaruh kepada anak-anaknya, oleh karena itu orang tua
atau pembimbing diharapkan memberikan contoh yang baik
seperti: Bangun pagi, shalat tepat waktu dan lain-lain, karena
dengan contoh ini anak akan memahami manfaat kedisiplinan
khususnya mengenai disiplin shalat.
4) Menerapkan aturan yang tegas
Hendaknya orang tua (pembimbing) mengambil langkah-
langkah yang perlu untuk mendisiplinkan anak setiap kali berbuat
salah. Pilihlah sanksi yang sesuai dengan kesalahan anak ketika
melakukan kesalahan.
5) Melibatkan anak untuk menilai suatu aturan
Memberikan kesempatan kepada anak untuk menilai aturan
atau pedoman yang telah ditetapkan.
6) Memerintah anak sesuai dengan kemampuan
Orang tua (pembimbing) wajib mengukur sejauh mana
batas kemampuan anak. Jika memerintahkan anak melebihi batas
kemapuannya maka itu termasuk perbuatan yang dilarang agama.
Hasil utama penelitian bahwa ada pengaruh positif antara
bimbingan keagamaan terhadap kedisiplinan shalat anak di Panti
Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang. Semakin
tinggi bimbingan keagamaan, maka semakin tinggi kedisiplinan
shalat anak di Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang Kab. Semarang.
Dengan demikian pelaksanaan bimbingan keagamaan dapat
digunakan sebagai metode dakwah dalam meningkatkan
kedisiplinan anak, terutama masalah shalat, karena bimbingan
keagamaan, anak dapat memahami arti pentingnya kedisiplinan
shalat. Shalat mendidik anak menjadi rajin dan disiplin. Dengan
mengerjakan shalat dengan tertib dan terus-menerus dalam waktu,
syarat dan rukun yang telah ditentukan, menunjukan kepatuhan
sekaligus kebaktian seorang muslim kepada Tuhannya. Di mana
shalat itu mengandung banyak hikmah di samping berfungsi untuk
selalu ingat (Dzikir) kepada Allah SWT, menjadikan hati lebih
tentram, menghapus dosa, mencegah dari perbuatan keji dan
munkar. Sebagaimana firman Allah Surat Al-Ankabut ayat 45:
āχÎ) nο4θ n=¢Á9 $# 4‘sS ÷Ζs? Ç∅tã Ï !$ t± ós xø9 $# Ì� s3Ζßϑø9 $#uρ 3 ã� ø.Ï%s!uρ «! $# ç�t9 ò2r&
3 ª!$#uρ ÞΟn=÷ètƒ $tΒ tβθ ãèoΨóÁ s? ∩⊆∈∪
Artinya: .....Dan dirikanlah olehmu akan shalat, karena sesungguhnya shalat itu menghalangi kita dari fasya (kejahatan) dan munkar (pekerjaan yang keji) (QS. Al-Ankabut: 45)
BAB VI
PENUTUP
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh bimbingan keagamaan
terhadap kedisiplinan shalat anak di Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang
Kabupaten Semarang yang telah penulis lakukan dapat diambil kesimpulan
sebagai berikut:
Setelah dilakukan uji analisis data, maka dapat diketahui bahwa Freg=
50.353 lebih besar dari Ftabel0.01%= 7.31 dan lebih besar dari Ftabel0.05%=
4.08. Dengan demikian menunjukkan adanya hubungan yang signifikan,
yaitu ada korelasi positif dari kedua variabel tersebut, yakni variabel X
(bimbingan keagamaan) dan variabel Y (kedisiplinan shalat anak), maka
hipotesis yang diajukan (Adakah pengaruh bimbingan keagamaan terhadap
kedisiplinan shalat anak, di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten
Semarang) diterima .
Karena dalam analisis tersebut, hasil yang diperoleh rxy sebesar 0,755
(lihat di tabel uji korelasi). Dalam hal ini berarti bahwa semakin tinggi
bimbingan keagamaan, maka akan semakin tinggi kedisiplinan shalat anak
di Panti Asuhan Putri Aisyiyah Tuntang Kabupaten Semarang dengan nilai
intensitasnya sebesar 7,55%. Kemudian, nilai tersebut dimasukkan dalam
perhitungan nilai koefisien determinasi dengan persentase, maka nilai
kedisiplinan shalat anak yang dipengaruhi oleh bimbingan keagamaan
adalah 57% dan sisanya dipengaruhi oleh faktor lain sebesar 43%. Maka
hipotesisi, “ada pengaruh positif antara bimbingan keagamaan terhadap
kedisiplinan shalat anak di Panti Asuhan Aisyiyah Tuntang Kabupaten
Semarang.” Adalah diterima.
6.2. Saran- saran
Setelah penulis menyimpulkan data yang yang telah diperoleh,
selanjutnya penulis akan memberikan beberapa saran yang menurut hemat
penulis sangat perlu diberikan dalam rangka untuk meningkatkan
kedisiplinan shalat anak di Panti asuhan Aisyiyah Tuntang Kabupaen
Semarang.
Beberapa saran yang dapat penulis kemukakan disini adalah sebagai
berikut:
1. Bimbingan keagamaan merupakan salah satu cara untuk membentuk
kedisiplinan anak Panti Asuhan Putri Aisyiyyah Tuntang, oleh karena itu
agar pelaksanaan bimbingan keagamaan dapat baerjalan efektif maka
diperlukan kerjasama dari pihak keluarga, pengurus, lembaga panti
asuhan, anak- anak panti asuhan dan masyarakat dalam menciptakan
lingkungan belajar anak sesuai dengan perkembanganya dalam
melakukan kegiatan.
2. Dalam membimbing dan mendidik anak asuh, harus dengan bijaksana
dan penuh kasih sayang, kepercayaan serta rasa hormat. Karena sikap
dan watak anak asuh yang berbeda-beda serta untuk mengembangkan
potensi yang mereka miliki, mereka harus diberikan tambahan
pendidikan seperti pengajian atau acara-acara yang bersifat keagamaan.
3. Kepada anak-anak asuh panti asuhan Aisyiyah tuntang, kedisiplinan
dalam segala hal terutama masalah shalat harus ditingkatkan lagi.
4. Hendaknya pengurus bisa mengusahakan agar tingkat kedisiplinan pada
anak khususnya masalah shalat lebih baik.
5. Bimbingan terhadap anak asuh perlu ditingkatkan lagi oleh pemerintah,
pengurus, pengasuh maupun oleh masyarakat, untuk meningkatkan taraf
hidupnya, Sehingga kelak dapat tercapai kesejahteraan hidup.
6.3 Penutup
Puji syukur alhamdulillahirabbil ‘alamin, dengan limpahan rahmat
dan hidayah dari Allah SWT, maka penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Masih banyak kekurangan, bak dari segi bahasa, penulisan, penyajian,
sistematika, pembahasan maupun analisisnya. Hal ini dikarenakan
keterbatasan materi dan kemampuan yang penulis miliki. Akhirnya dengan
memanjatkan do’a, mudah–mudahan skrpsi ini membawa manfaat bagi
pembaca dan diri penulis khususnya, selai itu juga mampu memberikan
khasanah ilmu pengetahuan bagi keilmuan BPI.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Maulana Muhammad. tth. The Religion of Islam. New York: National Publication.
Arifin, 2000. Psikologi Dakwah, Jakarta, Bumi Aksara.
Adz-Dzaki, M Hamdani Bakran, 2001. Psikoterapi dan Konseling Islam Penerapan Metode Sufistik, Jogjakarta: Fajar Pustaka.
Achmad, Amrullah, 1983. Dakwah Islam dan Perubahan Sosial, Yogyakarta: Primaduta
Ash-Shidieqi, Hasbi, 1997. Pedoman Shalat, Semarang: Pustaka Rizki Putra.
Al-Habsyi, Baqhir Muhammad. 1994. Fiqh Praktis. Bandung: Mizan.
Arifin. 1997. Pokok-Pokok Pikiran tentang Bimbingan Penyluhan Agama di Sekolah dan Luar Sekolah. Jakarta: Bulan Bintang.
Arikunto, Suharsimi, 1998. Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifudin, 1997. Metodologi Penelitian,Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Bastaman, Hanna Djumhana, 1995. Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islami. Jogjakarta: Pustaka Pelajar.
Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif Komunikasi, Ekonomi, dan Kebijakan Publik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya, Jakarta: Prenada Media.
Cahyaningsih (2004). Pengaruh Bimbingan Keagamaan terhadap Perilaku Keagamaan Santri TPA Al-Huda di Kecamatan Grabag Kabupaten Magelang ” (Skripsi: Fakultas Dakwah).
Darajat, Zakiah, 1996. Shalat Menjadikan Hidup Bermakna, Jakarta: Ruhama.
____________, 1982. Pendidikan Agama dan pembinaan Mental. Jakarta: bulan Bintang.
Daradjat, Zakiah, et .al. 1995. Ilmu Fiqh. Jilid 1, Yogyakarta: Dana Bhakti Wakaf
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 2002. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Faqih, Ainurrahim, 2001. Binbingan dan Konseling Islam, Jogjakarta: UII Press.
Gunarsa, Singgih D. dan Ny.Y.Singgih D. Gunarsa. 2000. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.
Gusyanto. 2005. Nilai-Nilai Tentang Pendidikan Kedisiplinan Shalat Dalam Al Qur’an. (Skripsi: Fakultas Tarbiyah).
Hadi, Sutrisno, 2004. Analisis Regresi. Yogyakarta: Andi Offset.
Hafidhuddin, Didin, 2000. Dakwah Aktual, Jakarta: Gema Insani
Hallen, 2002. Bimbingan dan Konseling dalam Islam, Jakarta: Ciputat Press.
Hartini, Nurul, 2001. Deskripsi Kebutuhan Psikologi. Surabaya: Insan Media.
Ilyas, Asnelly. 1997. Mendambakan Anak Saleh. Bandung: Al-Bayan.
Yusriyah. 2004. Efektifitas Bimbingan Keagamaan terhadap Perubahan Akhlak pada Santri Pimpinan K.H. Amin Budi Harjono. (Skripsi: Fakultas Dakwah).
Marfungah. 2005. Pengaruh Intensitas Shalat Lima Waktu terhadap Motivasi Beragama Anak di Panti Asuhan Darul Hadhonah Semarang (Skripsi: Fakultas Dakwah).
Mu'in, Taib Thahir Abdul. 1992. Ilmu Kalam. Jakarta: Wijaya.
Muslim, Imam, tth, Sahîh Muslim, Juz. I, Mesir: Tijariah Kubra.
Musnamar, Thohari, 1992. Dasar- Dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islam. Yogyakarta: UII Press.
Nawawi, Hadari, 1998. Penelitian Terapan, Yogyakarta: Gajah Mada.
Prijodarminto, Soegeng, 1994. Disiplin Kiat Menuju Sukses, Jakarta: Pratnya Paramida.
Purwodarminto, W.J.S., 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia, cet. VII, Jakarta: Balai Pustaka.
Qattan, Manna Khalil, 1973, Mabahis fi Ulum al-Qur'an, Mansurat al-A'sr al-Hadis.
Rais, Amien, 1999. Cakrawala Islam Antara Cita dan Fakta, Bandung: Mizan
Rifa’i, Moh. 2006. Risalah Tuntunan Shalat Lengkap, Semarang: PT Karya Toha Putra.
Sanusi, Shalahuddin, tth, Pembahasan Sekitar Prinsip-Prinsip Dakwah Islam, Semarang: CV Ramadhani
Sarwono, Jonathan. 2006. Metode Kualitatif dan Kuantitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sastropoetra, RA Santoso, 1988. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin dalam Pembangunan Nasional. Bandung: Alumni.
Singarimbun, Masri dan Sofian Efendi, 1989. Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES.
Syaltut, Syekh Mahmud, 1985. Al-Islam Aqidah wa Syari'ah, Terj. Fchruddin, "Akidah dan Syari'ah Islam", Jakarta: PT Bina Aksara
Sugiono, 2008. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif Dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Sujanto, Agus, dkk., 1999. Psikologi Kepribadian, Jakarta: Bumi Aksara.
____________, 2005. Psikologi Perkembangan, Jakarta: Rineka Cipta,.
Sudjana, Nana, 1992. Proposal Penelitian di Perguruan Tinggi, Bandung: Sinar Baru.
Umary, Barmawie, 1980. Azas-Azas Ilmu Dakwah, Semarang: CV Ramadhani
Zahrah, Abu, 1994. Dakwah Islamiah, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Zuraiq, Ma’ruf, 2001. Pedoman Mendidik Anak Menjadi Soleh-Solehah, Yogyakarta: Bintang Cemerlang.
Walgito, Bimo, 1989, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Yogyakarta: Andi Offset