pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk n …eprints.stiperdharmawacana.ac.id/238/1/soleh...
TRANSCRIPT
PENGARUH ASAL BAHAN SETEK DAN DOSIS PUPUK N TERHADAP
PERTUMBUHAN BIBIT NILAM (Pogostemon cablin Benth.)
(Skripsi)
Oleh :
Soleh Iskandar
11110006.P
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PERTANIAN
pada Jurusan Agroteknologi
SEKOLAH TINGGI PERTANIAN DHARMA WACANA
KOTA METRO
2014
PENGARUH ASAL BAHAN SETEK DAN DOSIS PUPUK N TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT NILAM (Pogostemon cablin Benth.)
Oleh
SOLEH ISKANDAR
ABSTRAK
Tanaman nilam mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan sebagai salah satu komoditi penghasil devisa negara dan sumber pendapatan bagi petani. Namun produktifitas tanaman nilam saat ini masih rendah, maka perlu dilakukan upaya peningkatan produksi dengan cara perluasan perkebunan. Dalam
perluasan perkebunan ini dibutuhkan bibit dalam jumlah yang banyak. Bibit tanaman nilam dapat dihasilkan dengan perbanyakan secara setek (Wahid et al., 1990).
Disamping itu, upaya peningkatan pertumbuhan bibit dapat dilakukan dengan pemupukan, terutama dosis N seperti pupuk Urea (Marsono, 2005).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Asal bahan setek terbaik untuk pertumbuhan bibit nilam. (2) Dosis pupuk N terbaik untuk pertumbuhan bibit nilam. (3) Interaksi asal bahan setek dan dosis pupuk N dalam meningkatkaan pertumbuhan bibit nilam. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai bulan September 2014 di Kel. Dayamurni, Kec. Tumijajar, Kab. Tulang Bawang Barat. Penelitian dengan metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial, terdiri atas dua faktor yang diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah asal bahan setek (B) yang terdiri atas 3 taraf yaitu: b1 = pucuk batang, b2 = tengah batang, b3 = pangkal batang. Faktor kedua adalah dosis pupuk N (N) yang terdiri atas 4 taraf yaitu: n0 = tanpa pupuk N, n1 = 1 g/polibag (setara 400 kg/ha), n2 =2 g/polibag (setara 800 kg/ha), n3 =3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha). Kemudian data diolah dengan analisis ragam dan perbedaan nilai tengah diuji dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5%. Kesamaan ragam data (homogenitas) diuji dengan uji Bartlett.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Asal bahan setek tidak berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati kecuali jumlah daun. Asal bahan setek dari pangkal batang menghasilkan jumlah daun lebih banyak daripada pucuk batang dan batang tengah. (2) Dosis pemberian pupuk N tidak berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati kecuali bobot segar tunas. Pemberian pupuk N menghasilkan bobot segar tunas lebih tinggi daripada tanpa pemberian pupuk N, walaupun pemberian pupuk N 3 g/polibag menunjukkan hasil yang sama dengan dosis 1 g/polibag dan 2 g/polibag. (3) Tidak terdapat interaksi antara pemberian perlakuan asal bahan setek dan dosis pupuk N.
Judul Skripsi : PENGARUH ASAL BAHAN SETEK DAN
DOSIS PUPUK N TERHADAP PERTUMBUHAN BIBIT NILAM (Pogostemon cablin Benth.)
Nama Mahasiswa : Soleh Iskandar
No. Pokok Mahasiawa : 11110006.P
Program Studi : Agroteknologi
Jurusan : Agroteknologi
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Pembimbing I
Prof. Dr. Ir. Maryati, M.P. NIP. 196509221989032001
Pembimbing II
Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si. NIP. 196803171994032003
2. Ketua Jurusan Agroteknologi,
Ir. Syafiuddin, M.P NIP. 196303091989031003
MENGESAHKAN 1. Tim Penguji :
Ketua : Prof. Dr. Ir. Maryati, M.P. .............................
Penguji Utama : Ir. Sutomo, M.P ............................. Anggota : Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si .............................
2. Ketua Sekolah Tinggi Pertanian Dharma Wacana Metro,
Ir. Rakhmiati, MTA NIP. 196304081989032001
Tanggal Lulus Ujian Skripsi : 3 Desember 2014
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Desa Dayamurni Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang
Bawang Barat pada tanggal 23 September 1989. dari ayah yang bernama Bukhori
dan ibu bernama Sarikem. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 02 Tumijajar pada
tahun 1996 dan lulus pada tahun 2002. Kemudian Penulis melanjutkan pendidikan
di MTs Al-Munawaroh dan tamat pada tahun 2005. Penulis melanjutkan
pendidikannya di SMAN 1 Tumijajar dan lulus pada tahun 2008. Setelah tamat
SMA, penulis melanjutkan studi ke Kota Bandar Lampung dan diterima di
Politeknik Negeri Lampung (POLINELA) Jurusan Budidaya Tanaman Pangan,
Program Studi Hortikultura dan tamat tahun 2011.
Setelah lulus program D3, penulis melanjutkan pendidikannya dan diterima di S1
Sekolah Tinggi Pertanian (STIPER) Dharma Wacana Metro pada jurusan/
program study Agroteknologi.
Motto
Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. (Thomas Alva Edison)
Orang-orang hebat di bidang apapun bukan baru bekerja karena mereka terinspirasi, namun mereka menjadi terinspirasi karena mereka lebih suka bekerja. Mereka tidak menyia-
nyiakan waktu untuk menunggu inspirasi. (Ernest Newman)
Orang-orang yang sukses telah belajar membuat diri mereka melakukan hal yang harus dikerjakan ketika hal itu memang harus dikerjakan, entah mereka menyukainya atau tidak.
(Aldus Huxley)
Persembahan
Bismillahirrohmaanirrohiim...
Segala puji dan syukur kupersembahkan bagi sang penggenggam langit dan bumi,
dengan rahman rahim yang menghampar melebihi luasnya angkasa raya. Dzat yang
menganugerahkan kedamaian bagi jiwa-jiwa yang senantiasa merindu akan kemaha
besarannya.
Lantunan sholawat beriring salam penggugah hati dan jiwa, menjadi persembahan
penuh kerinduan pada sang revolusioner Islam, pembangun peradaban manusia
yang beradab Habibana wanabiyana Muhammad SAW...
Pada akhirnya tugas akhir (skripsi) ini dapat diselesaikan dengan baik, bila
meminjam pepatah lama “Tak ada gading yang tak retak” maka sangatlah pantas
bila pepatah itu disandingkan dengan karya ini. Karya ini merupakan wujud dari
kegigihan dalam ikhtiar untuk sebuah makna kesempurnaan dengan tanpa
berharap melampaui kemaha sempurnaan sang maha sempurna.
Dengan hanya mengharap ridho-Mu semata, ku persembahkan karya ini untuk
yang terkasih Bapak, Mamak dan keluarga yang doanya senantiasa mengiringi
setiap derap langkahku dalam meniti kesuksesan. Mohon dimaafkan bila ikhtiar
anak/adik/kakak mu ini tidak maksimal sesuai yang diharapkan. Terima kasih ku
ucapkan kepada sahabat – sahabatku yang telah memberikan bantuan yang tak
kenal lelah dan waktu.
Untuk mu dosen-dosenku, semoga Alloh selalu melindungimu dan meninggikan
derajatmu di dunia dan di akhirat, terima kasih atas bimbingan dan arahan selama
ini. Semoga ilmu yang telah diajarkan menuntunku menjadi manusia yang berharga
di dunia dan bernilai di akhirat. Alhamdulillahi robbil „aalamiin…
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah S.W.T., karena berkat rahmat
dan karunia-Nya sehingga Skripsi Penelitian yang berjudul “ Pengaruh Asal
Bahan Setek dan Dosis Pupuk N Terhadap Pertumbuhan Bibit Nilam
(Pogostemon cablin Benth.) ” dapat penulis selesaikan dengan baik, sebagai salah
satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi
Agroteknologi Sekolah Tinggi Pertanian Dharma Wacana Metro.
Dengan telah selesainya penulisan dan penyusunan skripsi ini penulis
mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Ibu Ir. Rakhmiati, MTA selaku Ketua STIPER Dharma Wacana Metro atas segala
kebijakan dan fasilitas dalam penyelesain studi di program studi agroteknologi
STIPER Dharma Wacana Metro.
2. Ibu Prof. Dr. Ir. Maryati, M.P. Selaku pembimbing utama penelitian, atas
segala bimbingan, bantuan, nasihat, motivasi dan saran yang sangat berarti
hingga selesainya penulisan hasil penelitian ini.
3. Ibu Dr. Ir. Etik Puji Handayani, M.Si. sebagai pembimbing kedua yang telah
memberikan bimbingan, dukungan, fasilitas, dan kemudahan-kemudahan
dalam penulisan hasil penelitian ini.
4. Bapak Ir. Sutomo, M.P. Selaku penguji utama atas segala saran dan
pembahasan terhadap hasil penelitian ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen dan sivitas akademika STIPER Dharma Wacana Metro
yang telah memberikan banyak kemudahan dan fasilitas demi kelancaran
palaksanaan penelitian ini hingga selesai.
6. Kepala Laboratorium Ternak Politeknik Negeri Lampung yang telah
membantu dalam proses dan penyelesaian penelitian ini.
7. Kedua Orang tua, Kakak dan Adikku, Suci Saraswati, S.E.Sy., Anwar Sidik,
SP., Kurnia Darmawan, SP., Febrira Utami, SP., Sari Nurhidayati, SP., serta
seluruh keluarga dan saudara yang telah memberikan semangat, dukungan,
kasih sayang, dan senantiasa memberikan do’a yang tak pernah berhenti
kepada penulis.
8. Rekan-rekan mahasiswa STIPER Dharma Wacana Metro yang banyak
memberikan dukungan, bantuan tenaga dan waktu, serta andil dalam
kelancaran pelaksanaan kegiatan ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah
memberikan bantuan untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan ini.
Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca dalam pengembangan tanaman nilam
dan kegiatan ilmiah. Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh
dari sempurna, diharapkan berbagai kritikan dan saran yang bersifat membangun
untuk perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini dari semua pihak.
.
Metro, 4 Agustus 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................................ i
ABSTRAK ....................................................................................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................................... iv
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................................... v
MOTTO ............................................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... viii
DAFTAR ISI .................................................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................................... xv
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 4
1.3 Dasar pengajuan Hipotesis ...................................................................................... 4
1.4 Hipotesis .................................................................................................................. 6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Nilam (Pogostemon cablin
Benth.) ..................................................................................................................... 7
2.2 Perbanyakan Vegetatif Nilam................................................................................. 8
2.3 Pupuk Nitrogen (N) ................................................................................................ 10
III.BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................................. 14
3.2 Bahan dan Alat Penelitian ....................................................................................... 14
3.3 Metode Penelitian .................................................................................................... 14
3.4 Pelaksanaan Penelitian............................................................................................. 15
3.4.1 Persiapan Media Tanam dan Naungan ......................................................... 15 3.4.2 Persiapan Bahan Setek ................................................................................. 16 3.4.3 Pembibitan dan Pemeliharaan ....................................................................... 16 3.4.4 Aplikasi Pupuk N ......................................................................................... 17 3.4.5 Pengamatan ................................................................................................... 17
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil ....................................................................................................................... 19
4.1.1 Persentase Tumbuh Setek Nilam (%) ......................................................... 19 4.1.2 Nisbah Luas Daun (NLD) ......................................................................... 20 4.1.3 Panjang Tunas (cm) ................................................................................... 20 4.1.4 Jumlah Daun (helai) .................................................................................. 21 4.1.5 Bobot Segar Tunas (gram) ......................................................................... 22 4.1.6 Bobot Segar Akar (gram) .......................................................................... 22 4.1.7 Bobot Kering Tunas (gram) ....................................................................... 23 4.1.8 Bobot Kering Akar (gram) ........................................................................ 24
4.2 Pembahasan ........................................................................................................... 24
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 27
5.2 Saran ...................................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1. Persentase tumbuh bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek
dan dosis pupuk N (%) .................................................................................................. 19
2. Nisbah Luas Daun (NLD) bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek
dan dosis pupuk N (cm2/g) ............................................................................................ 20
3. Panjang tunas bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek
dan dosis pupuk N (cm) ................................................................................................. 20
4. Jumlah daun bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek
dan dosis pupuk N (Helai) .............................................................................................. 21
5. Bobot segar tunas bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek
dan dosis pupuk N (gram) .............................................................................................. 22
6. Bobot segar akar bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek
dan dosis pupuk N (gram) .............................................................................................. 23
7. Bobot kering tunas bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek
dan dosis pupuk N (gram) .............................................................................................. 23
8. Bobot kering akar bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek
dan dosis pupuk N (gram) .............................................................................................. 24
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1. Deskripsi tanaman nilam varietas Sidikalang............................................................... 32
2. Persentase tumbuh setek bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek
dan dosis pupuk N ....................................................................................................... 33
3. Analisis sidik ragam persentase tumbuh setek bibit nilam akibat pengaruh
asal bahan setek dan dosis pupuk N ............................................................................ 34
4. Analisis sidik ragam persentase tumbuh setek bibit nilam akibat pengaruh
asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x) ......................................................... 34
5. Nisbah Luas Daun (NDL) akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis
pupuk N ....................................................................................................................... 35
6. Analisis sidik ragam Nisbah Luas Daun (NDL) akibat pengaruh
asal bahan setek dan dosis pupuk N ............................................................................ 36
7. Analisis sidik ragam Nisbah Luas Daun (NDL) akibat pengaruh
asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x) ......................................................... 36
8. Panjang tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N .......................... 37
9. Analisis sidik ragam panjang tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan
dosis pupuk N.............................................................................................................. 38
10. Analisis sidik ragam panjang tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan
dosis pupuk N (Transf √x)........................................................................................... 38
11. Jumlah daun (helai) akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N ................ 39
12. Analisis sidik ragam jumlah daun (helai) akibat pengaruh asal bahan setek
dan dosis pupuk N ............................................................................................. 40
13. Analisis sidik ragam jumlah daun (helai) akibat pengaruh asal bahan setek
dan dosis pupuk N (Transf √x) ......................................................................... 40
14. Bobot segar tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N.................... 41
15. Analisis sidik bobot segar tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan
dosis pupuk N.............................................................................................................. 42
16. Analisis sidik ragam bobot segar tunas akibat pengaruh asal bahan setek
dan dosis pupuk N (Transf √x) .................................................................... 42
17. Bobot segar akar akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N ..................... 43
18. Analisis sidik bobot segar akar akibat pengaruh asal bahan setek dan
dosis pupuk N.............................................................................................................. 44
19. Analisis sidik ragam bobot segar akar akibat pengaruh asal bahan setek
dan dosis pupuk N (Transf √x) ......................................................... 44
20. Bobot kering tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N.................. 45
21. Analisis sidik bobot kering tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan
dosis pupuk N.............................................................................................................. 46
22. Analisis sidik ragam bobot kering tunas akibat pengaruh asal bahan setek
dan dosis pupuk N (Transf √x) ............................................................ 46
23. Bobot kering akar akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N ................... 47
24. Analisis sidik bobot kering akar akibat pengaruh asal bahan setek dan
dosis pupuk N.............................................................................................................. 48
25. Analisis sidik ragam bobot kering akar akibat pengaruh asal bahan setek
dan dosis pupuk N (Transf √x) ........................................................... 48
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Tata letak percobaan ................................................................................................... 49
2. Tata letak tanaman sampel per plot ............................................................................ 50
3. Pengadukan media semai setek nilam ........................................................................ 51
4. Penyiapan polibag setek nilam ................................................................................... 51
5. Pelabelan sampel ........................................................................................................ 51
6. Setek nilam pucuk batang .......................................................................................... 51
7. Setek nilam tengah batang .......................................................................................... 51
8. Setek nilam pangkal batang ........................................................................................ 51
9. Setek nilam umur 12 MST ......................................................................................... 52
10. Penimbangan bobot segar tunas ................................................................................. 52
11. Penimbangan bobot segar akar ................................................................................... 52
12. Pengovenan sampel .................................................................................................... 52
13. Penimbangan bobot kering tunas ............................................................................... 52
14. Penimbangan bobot kering akar ................................................................................. 52
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nilam (Pogostemon cablin Benth.) merupakan tanaman yang banyak ditanam
untuk diambil minyaknya. Minyak nilam diperoleh dari hasil penyulingan daun,
batang dan tunas tanaman nilam. Kadar minyak tertinggi terdapat pada daun dengan
kandungan utamanya adalah patchouly alcohol yang berkisar antara 30 - 50 %.
Minyak nilam digunakan sebagai bahan baku kosmetik, parfum, antiseptik, sabun,
obat dan insektisida (Rukmana, 2004). Dengan berkembangnya industri parfum di
dalam dan di luar negeri, kegunaan tanaman nilam menjadi berkembang. Minyak
nilam juga digunakan sebagai pengikat bahan pewangi lain (fiksatif), sehingga
aroma parfum tersebut dapat bertahan lama (Rusli, 1991).
Komoditi minyak nilam termasuk bahan baku ekspor yang cukup laris di dunia
perdagangan Internasional. Indonesia adalah produsen utama minyak nilam dunia,
diikuti oleh Cina dan Brazil. Produk nilam sebagian besar diekspor ke negara-
negara industri parfum, terutama digunakan sebagai bahan pembuatan minyak
wangi, obat – obatan dan sebagainya (Daud, 1991).
Tanaman nilam mempunyai prospek yang cukup baik untuk dikembangkan, dan
dimantapkan perannya sebagai salah satu komoditi penghasil devisa negara dan
sumber pendapatan bagi petani. Masalah yang dihadapi dalam budidaya nilam
saat ini antara lain masih rendahnya produktifitas yaitu sekitar 2 ton daun
kering/hektar/tahun, dan kualitas minyak nilam yang masih sangat beragam,
sementara budidaya tanaman nilam yang baik produktivitasnya dapat mencapai
sekitar 4 ton daun kering/hektar/tahun (Syakir et al., 1994).
Sehubungan dengan masih rendahnya produktifitas perlu dilakukan upaya ke arah
peningkatan produksi dengan cara perluasan areal dan peremajaan. Budidaya nilam
secara intensif dalam skala luas akan menambah jumlah produksi yang dihasilkan.
Dalam perluasan perkebunan ini dibutuhkan bibit dalam jumlah yang banyak. Bibit
tanaman nilam dapat dihasilkan dengan perbanyakan secara setek (Wahid et al.,
1990).
Setek merupakan cara perbanyakan tanaman secara vegetatif buatan dengan
menggunakan sebagian batang, cabang, akar, atau daun tanaman untuk ditumbuhkan
menjadi tanaman baru. Keuntungan perbanyakan dengan setek adalah tanaman baru
yang diperoleh mempunyai sifat yang sama dengan induknya, umur seragam, dan
waktu perbanyakan lebih singkat untuk memperoleh tanaman dalam jumlah banyak
(Wudianto, 1998).
Pembentukan akar pada setek memerlukan energi yang diperoleh dari tubuhnya
sendiri. Energi tersebut diperoleh dari karbohidrat dan protein yang tersimpan
dalam jaringan. Setek yang kandungan karbohidrat tinggi akan lebih mudah
berakar daripada yang kerbohidrat rendah, sedangkan dengan kandungan protein
tinggi akan cepat pertumbuhan tunasnya, namun pertumbuhan akarnya akan
ketinggalan (Rismunandar, 1995). Setek yang baik merupakan setek yang mampu
menghasilkan akar dan tunas yang seimbang. Akar berfungsi untuk menyerap
unsur hara yang ada di dalam tanah dan akan di translokasikan ke daun. Daun
berperan penting di dalam proses fotosintesis. Dengan demikian perlu
dilakukakan kajian lebih mendalam bagian bahan setek mana yang kandungan
karbohidrat dan proteinnya yang seimbang sehingga berpengaruh baik terhadap
pertumbuhan bibit nilam.
Disamping itu, upaya peningkatan pertumbuhan bibit dapat dilakukan dengan
pemupukan, terutama dosis N seperti pupuk Urea. Pupuk urea adalah pupuk yang
mengandung unsur Nitrogen sebanyak 46 % yang berperan dalam pembentukan
dan pertumbuhan bagian-bagian vegetatif tanaman seperti pembentukan klorofil,
membentuk lemak, protein dan memacu pertumbuhan daun, batang dan akar
(Marsono, 2005). Pemberian dosis pupuk N yang tepat akan memberikan
pertumbuhan bibit nilam yang lebih baik.
Menurut Harjadi (1973), kandungan bahan makanan pada setek tanaman terutama
protein, karbohidrat dan nitrogen sangat mempengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan akar serta tunas tanaman. Kecukupan nitrogen (N) baru terjadi
setelah penambahan dari luar berupa pemupukan Urea hingga 2 gram per
tanaman. Terdapat kecenderungan penambahan dosis urea lebih lanjut akan
berpengaruh buruk pada hasil tanaman, dari pengaruh nitrogen yang berlebihan,
namun hal ini tidak terlihat tegas/nyata. Oleh karena itu perlu kiranya diadakan
penelitian sehingga dapat dilihat sejauh mana pengaruh asal bahan setek dan dosis
pupuk N yang tepat terhadap pertumbuhan bibit nilam.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Asal bahan setek terbaik untuk pertumbuhan bibit nilam (Pogostemon
cablin Benth.).
2. Dosis pupuk N terbaik untuk pertumbuhan bibit nilam (Pogostemon
cablin Benth.).
3. Interaksi asal bahan setek dan dosis pupuk N dalam meningkatkaan
pertumbuhan bibit nilam (Pogostemon cablin Benth.).
1.3 Dasar Pengajuan Hipotesis
Kebutuhan minyak nilam untuk industri kosmetika saat ini belum terpenuhi, hal
ini menjadikan peluang sekaligus tantangan untuk menyediakannya melalui teknik
budidaya nilam yang benar, agar tercapai berdasarkan kualitas maupun
kuantitasnya. Upaya pembudidayaan nilam dapat dilakukan dengan penyediaan
bibit setek. Penyediaan bibit setek yang tepat dapat memberikan pertumbuhan
nilam yang baik. Pemilihan asal bahan setek memberikan pertumbuhan nilam
yang berbeda-beda karena perbandingan karbohidrat dan nitrogen dalam setiap
bagian batang tanaman tidak sama (Syakir et al., 1992).
Keberhasilan setek membentuk akar dipengaruhi oleh umur tanaman, fase
pertumbuhan dan perbedaan bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan setek.
Hal tersebut berhubungan dengan kandungan berbagai zat yang berperan dalam
pembentukan akar dan tunas seperti auksin, karbohidrat, dan nitrogen (Syakir et
al., 1992). Setek memerlukan energi untuk pertumbuhan perakaran dan tunas,
energi tersebut yang diperoleh dari karbohidrat dan nitrogen yang tersimpan
dalam jaringan tanaman tersebut (Rismunandar, 1995).
Menurut Adi (2007), asal bahan setek bagian pangkal berpengaruh positif
terhadap pertumbuhan setek tanaman gamal. Kombinasi perlakuan setek pucuk
dan lama perendaman dalam urin sapi yang mengandung unsur N selama 5 menit
dapat meningkatkan pertumbuhan bibit tanaman nilam dibandingkan penggunaan
bagian pangkal tanaman sebagai setek (Noverina, 2007).
Urea adalah pupuk nitrogen yang berwarna putih dengan rumus kimia Co(NH2)2,
berbentuk kristal dengan garis tengah ±1 mm dan mengandung nitrogen sebanyak
46 % (Marsono,2005). Sutejo (2002) menyatakan bahwa pupuk urea termasuk
golongan pupuk yang higroskopis di mana pada kelembaban relatif 73 % pupuk
ini mulai menarik air dari udara. Menurut Marsono (2005), menyatakan
keuntungan menggunakan pupuk urea adalah mudah diserap tanaman. Selain itu,
kandungan N yang tinggi pada urea sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal
tanaman.
Dosis pemberian pupuk merupakan salah satu yang perlu diperhatikan dalam
pemupukan. Bila diberikan terlalu tinggi, maka pertumbuhan tanaman akan
tertekan (terjadi plasmolisis) sedangkan bila diberikan terlalu rendah maka tujuan
pemupukan tidak tercapai (Nurahmi et al. 2013). Menurut Sunanto (1992),
pemberian pupuk Urea pada pembibitan tanaman kakao diberikan sebanyak
1igram urea/polibag, karena jika diberikan terlalu banyak maka tanaman akan
mudah rebah, tidak tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Menurut Rukmana (2004), pemberian pupuk N pada budidaya nilam dengan dosis
250 kg/ha, 280 kg/ha dan 560 kg/ha dapat berpengaruh baik terhadap
pertumbuhan nilam, namun belum didapatkan hasil yang maksimum. Pada
pembibitan nilam menurut Nurahmi et al. (2013), dosis pupuk Urea terbaik dalam
pembibitan nilam adalah 2 gram urea/polibag. Perlu dikaji kembali penambahan
pupuk N terhadap setek nilam sehingga diperoleh pertumbuhan bibit nilam yang
maksimal dengan pemilihan asal bahan setek yang tepat.
1.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan adalah:
1. Setek yang berasal dari pucuk memberikan pengaruh terbaik terhadap
pertumbuhan setek tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.).
2. Semakin tinggi dosis pupuk N yang diberikan, semakin baik pengaruhnya
terhadap pertumbuhan setek tanaman nilam (Pogostemon cablin Benth.).
3. Terdapat interaksi antara asal bahan setek dan dosis pupuk N dalam
meningkatkan pertumbuhan bibit nilam. (Pogostemon cablin Benth.).
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Nilam (Pogostemon cablin Benth.)
Dalam ilmu taksonomi tumbuhan, tanaman nilam diklasifikasikan
sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Angiospermae
Ordo : Lamiales
Famili : Labiatae
Genus : Pogostemon
Spesies : Pogostemon, spp (Kardinan dan Ludi, 2004).
Nilam merupakan tanaman yang diambil minyak atsirinya (minyak nilam) yang
digunakan sebagai bahan baku industri wewangian dan kosmetika. Bagian
tanaman nilam yang paling berharga adalah daunnya karena minyak nilam yang
baik berasal dari daunnya. Kandungan yang terdapat di dalam minyak nilam
meliputi patchouli alcohol, patchouli comphor, eugenol, benzaldehide, cinnamic
aldehyde dan cadinene (Kardinan dan Ludi, 2004).
Pogostemon cablin Benth. atau dikenal sebagai nilam Aceh banyak diusahakan di
Provinsi Nangroe Aceh Darussalam dan Sumatera Utara. Nilam ini tidak berbunga
dan daunnya berbulu halus. Kadar minyak nilam Aceh sebesar 2,5 - 5,0 %. Nilam
Aceh termasuk jenis nilam yang bermutu tinggi dan banyak diincar konsumen
(Kardinan dan Ludi, 2004).
Tanaman nilam berakar tunggang, berbatang lunak dan berbuku-buku. Buku
batangnya menggembung dan berair, warna batangnya hijau kecokelatan. Daun
nilam merupakan daun tunggal yang berbentuk bulat telur atau lonjong, melebar
di tengah, meruncing keujung dan tepinya bergerigi. Tulang daunnya bercabang
ke segala penjuru. Apabila daun nilam diremas - remas akan muncul bau harum
(Suwandiyati,2009).
Nilam memiliki batang lurus, bercabang, dan daunnya kasar yang berasal dari
keluarga Labiatae. Minyak ini digunakan di dalam industri wangi-wangian dan
daun yang masih segar dapat digunakan sebagai obat diare dan sakit kepala
(Arpana et al., 2008). Disamping itu, minyak nilam juga dapat digunakan dalam
pembuatan sabun, hair tonik, dan aroma terapi industri (Zulkarnain, 2004).
Tanaman nilam dapat tumbuh pada dataran yang paling rendah hingga dataran
yang cukup tinggi, yaitu sampai dengan 2.000 m dpl. Tanaman ini memerlukan
suhu ideal antara 22º - 28º C dengan kelembaban di atas 75 %. Untuk mencapai
pertumbuhan optimal, tanaman nilam memerlukan air yang cukup pada saat awal
penanaman hingga proses pertumbuhan berlangsung. Selain itu, diperlukan juga
matahari yang cukup (Mangun, 2005).
2.2 Perbanyakan Vegetatif Nilam
Nilam diperbanyak dengan setek. Setek diambil dari batang yang sudah mengayu
dari bagian tanaman yang belum terlalu tua. Setek yang dipilih untuk bibit harus
bebas dari hama dan penyakit. Batang yang diambil untuk setek adalah yang
berdiameter 0,8 - 1,0 cm. Setek dipotong sepanjang 15 - 23 cm, dan paling sedikit
harus mempunyai 3 mata tunas atau 3 helai daun untuk setek pucuk. Sedangkan
untuk setek cabang harus mempunyai 3 - 5 mata tunas (Sudaryani dan Endang,
1990).
Keberhasilan setek membentuk akar dipengaruhi oleh umur tanaman, fase
pertumbuhan dan perbedaan bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan setek.
Hal tersebut berhubungan dengan kandungan berbagai zat yang berperan dalam
pembentukan akar dan tunas seperti auksin, karbohidrat, dan nitrogen (Syakir et
al, 1992).
Bahan pembangun yang dikandung bagian tanaman memungkinkan terbentuknya
akar, batang, dan tunas baru. Semakin cepat dan banyak terbentuknya akar, maka
semakin besar kemungkinan diperoleh bibit yang besar dan kuat. Kondisi bibit
yang kuat diharapkan lebih tahan terhadap bermacam-macam gangguan seperti
penyakit, hama, tanaman pengganggu maupun keadaan lingkungan yang kurang
menguntungkan dan akhirnya memberikan hasil lebih baik (Danoesastro, 1973).
Sampai sejauh ini bibit nilam diperoleh secara vegetatif yaitu dengan setek secara
langsung di kebun, namun memerlukan bahan setek yang lebih banyak dan
pertumbuhan tanaman kurang baik, serta kemungkinan setek yang mati lebih
banyak. Cara terbaik untuk menghemat bahan setek adalah dengan membuat
pembibitan setek terlebih dahulu sebelum langsung ditanam di kebun. Untuk
memperoleh pertumbuhan bibit setek optimal baik pertumbuhan akar maupun
tunas perlu dipilih bahan setek yang baik dan sehat dengan jumlah ruas tertentu
yaitu 2 ruas atau lebih (Mardani, 2007).
Kandungan bahan setek terutama persediaan karbohidrat dan nitrogen sangat
menentukan pertumbuhan akar dan tunas setek. Bila kandungan nitrogen tinggi
sedangkan kandungan karbohidrat rendah, pertumbuhan akar terhambat sedang
pertumbuhan tunas dipacu. Bahan setek dengan kandungan karbohidrat tinggi dan
kandungan nitogen yang cukup akan mempermudah pertumbuhan akar dan tunas
setek (Suryaningsih, 2004).
Walaupun zat makanan yang terdapat pada bagian tanaman yang dipergunakan
sebagai setek, memungkinkan pembentukan tunas batang dan tunas daun yang
baru. Namun, pembentukan akar baru adalah sangat penting di dalam menjamin
kelangsungan hidup tanaman bibit itu sendiri. Makin tinggi kecepatan
pembentukan akar dan makin banyak jumlah akar, makin besar dan kuat serta
cepat tumbuh menjadi tanaman baru (Sitompul dan Guritno, 1995).
2.3 Pupuk Nitrogen (N)
Nitrogen merupakan salah satu unsur hara makro yang dibutuhkan tanaman dalam
jumlah yang banyak. Pemberian nitrogen dapat mempercepat pertumbuhan bagian
vegetatif tanaman, memperbanyak butir-butir hijau daun, menciptakan perakaran
yang lebat dan kuat (Leiwakabessy, 1977). Pemberian nitrogen pada setek
tanaman nilam diharapkan akan dapat mempercepat pertumbuhan tunas dan daun
serta menghasilkan perakaran yang baik.
Apabila tanaman kekurangan nitrogen, maka pertumbuhannya akan terganggu,
tanaman tumbuh kerdil, sistem perakarannya terbatas dan daunnya menjadi
kuning. Jadi unsur nitrogen (N) mutlak diperlukan selama berlangsungnya proses
pertumbuhan tanaman nilam. Namun apabila kelebihan nitrogen akan
mengakibatkan pengaruh buruk, tanaman akan mudah rebah karena banyak
menyerap air (sekulen), tidak tahan terhadap penyakit dan serangan hama
sehingga dapat menurunkan kualitas hasil (Sutejo, 2002). Salah satu pupuk yang
mengandung nitrogen adalah pupuk Urea. Pupuk Urea berwarna putih, berbentuk
kristal dengan rumus kimia CO(NH2)2 dan mengandung nitrogen sebanyak 46 %,
maksudnya setiap 100 kg urea mengandung unsur N sebanyak 46 kg (Nyakpa dan
Hasinah, 1985). Pupuk ini terbuat dari gas asam arang dan asam amoniak,
persenyawaan keduanya itulah menghasilkan pupuk berkandungan nitrogen
sebanyak 46 %. Nama lain dari urea adalah carbamite, carbamite resin, isourea,
carbonyl diamide, carbonyldiamine. Namun di kawasan eropa dikenal dengan
nama carbamite. Selain unsur N, unsur penyusun urea adalah karbon (C), Oksigen
(O), dan hidrogen (H). Jadi pupuk urea merupakan pupuk sintetis dari senyawa
anorganik yang diproduksi oleh pabrik menggunakan bahan-bahan kimia berkadar
hara nitrogen (N) tinggi. Pupuk ini merupakan salah satu jenis pupuk higroskopis
sehingga lebih mudah menguap di udara. Bahkan pada kelembaban 73 %, urea
sudah dapat menarik uap air dari udara sehingga mudah larut dalam air serta
mudah diserap oleh tanaman. Penyimpanannya juga harus lebih berhati-hati
dibandingkan dengan pupuk lain. Simpan di tempat kering tertutup rapat agar
lebih tahan lama serta tidak mudah menguap. Urea lebih mudah menjadi amoniak
dan karbondioksida di dalam tanah. Selain itu juga mudah terbakar oleh sinar
matahari.
Jenis pupuk nitrogen yang juga dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan
tanaman, seperti misalnya amonium sulfat, pupuk ZA (Zwavelzure Amoniak),
chilisalpeter, ASN (Amonium Sulfat Nitrat), amoniumnitrat, amoniumklorida,dll.
Namun hingga saat ini urea merupakan salah satu jenis pupuk berkandungan
nitrogen paling tinggi dibandingkan jenis pupuk lainnya.
Jenis pupuk nitrogen berdasarkan bentuknya, dapat dibedakan menjadi dua
macam, yaitu urea prill dan non prill. Urea prill lebih banyak dikenal oleh
masyakat dibandingkan non prill. Bentuk urea prill adalah berupa butiran kecil
serta halus. Urea prill bersifat higroskopis (mudah menyerap air di udara),
berwarna putih maupun berwarna merah muda (pink). Penggunaan urea prill dapat
ditebar langsung ke tanah atau dilarutkan terlebih dahulu menggunakan air. Urea
prill mudah ditemukan di kios-kios pertanian terdekat. Jika pupuk ini sudah
mencair karena pemguapan berarti pupuk tersebut sudah rusak sehingga
kandungan utamanya nitrogen sudah terlepas sehingga pupuk sudah tidak dapat
dimanfaatkan untuk melakukan pemupukan. Selain itu, karena bentuknya kecil
memudahkan pupuk ini mengalami pelarutan, penguapan, maupun pencucian oleh
air hujan dibandingkan dengan jenis lain (Kurniati, 2013).
Urea non prill terdiri dari berbagai macam, antara lain urea tablet, urea ball
fertilizer, urea super granule (USG), serta urea briket. Urea tablet adalah urea prill
yamg sudah mengalami proses penempaan bertekanan tinggi sehingga berubah
menjadi bentuk tablet. Setelah urea prill berubah menjadi urea tablet, memiliki
efisiensi penggunaan hingga dua kali lipat dibandingkan ketika masih bentuk prill,
baik efisiensi tenaga kerja maupun efisiensi biaya pemupukan. Pemakain urea
tablet langsung diserap oleh tanaman utama karena pupuk berada dibawah
permukaan tanah sehingga menghambat pertumbuhan gulma. Dengan demikian
akan meningkatkan produktifitas tanaman (Kurniati, 2013).
Urea ball fertilizer merupakan urea berbentuk bola-bola kecil. Urea ball fertilizer
memiliki respon tinggi terhadap tanaman, unsur nitrogennya terlepas secara
lambat kemudian diikat kuat oleh partikel tanah yang nantinya akan terserap oleh
akar tanaman. Pupuk jenis ini cocok untuk pemupukan susulan. Urea super
granule (USG) merupakan pupuk urea yang memiliki kemiripan dengan urea prill,
namun berukuran lebih besar sehingga penguapannya lebih lambat dibandingkan
bentuk prill. Urea briket berbentuk cakram pipih, lengket, bersifat rapuh serta
mudah pecah. Urea briket merupakan proses lanjut dari urea prill yang dipadatkan
serta merupakan penyempurnaan dari urea super granule (USG) (Kurniati, 2013).
Urea non prill kurang familiar di kalangan petani dikarenakan harga di pasaran
lebih mahal daripada urea prill sehingga petani lebih memilih bentuk prill sebagai
upaya penekanan biaya produksi meskipun sebetulnya penggunaan urea non prill
lebi efisien (Kurniati, 2013).
Di Indonesia atas kepedulian pemerintahakan pentingnya kebutuhan urea bagi
tanaman kemudian menjadikan pupuk ini sebagai pupuk bersubsidi serta
menunjuk PT Pusri Palembang (Pupuk Sriwijaya), PT Pupuk Kujang, PT Pupuk
Kalimantan Timur, Tbk., PT Pupuk Iskandar Muda dan PT Petrokimia Gresik
sebagai produsen untuk memenuhi kebutuhan petani. Urea bersubsidi berwarna
merah muda (pink), diproduksi dengan tujuan mengamankan serta menghindari
penyalahgunaan oleh pihak tidak bertanggung jawab untuk penyaluran pupuk
bersubsidi, sedangkan urea putih diproduksi untuk non subsidi. Komposisi urea
bersubsidi adalah mengandung unsur hara N sebesar 46%, moisture 0,5%, kadar
biuret 1%, ukuran 1 - 3,35 mm, 90% Min serta berbentuk prill (Kurniati, 2013).
III. BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli sampai bulan September 2014 di
Kelurahan Dayamurni, Kecamatan Tumijajar, Kabupaten Tulang Bawang Barat
yang merupakan dataran rendah dengan ketinggian tempat 39 m dpl, jenis tanah
alluvial dan beriklim tropis dengan temperatur rata-rata 25º C – 31º C.
3.2 Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu : batang nilam (pucuk batang,
tengah batang, pangkal batang) dari varietas Sidikalang dengan umur 7 bulan,
pupuk N (Urea), pupuk KCl, pupuk SP-36, ZPT growtone, tanah topsoil, pupuk
kandang sapi, polibag dengan ukuran 15 cm x 15 cm.
Sedangkan alat yang digunakan dalam penelitian adalah gunting, oven, ember,
timbangan digital, pisau, alat tulis, cangkul, label nama dan ayakan.
3.3 Metode penelitian
Penelitian dengan metode percobaan menggunakan Rancangan Acak Kelompok
Lengkap (RAKL) yang disusun secara faktorial, terdiri atas dua faktor yang
diulang sebanyak 3 kali. Faktor pertama adalah asal bahan setek (B) yang terdiri
atas 3 taraf yaitu : b1 = pucuk batang, b2 = tengah batang, b3 = pangkal batang.
Faktor kedua adalah dosis pupuk nitrogen (Urea) (N) yang terdiri atas 4 taraf
yaitu: n0 = tanpa pupuk Urea, n1 = 1 gram urea/polibag (setara 400 kg/ha), n2 = 2
gram urea/polibag (setara 800 kg/ha), n3 =3 gram urea/polibag (setara 1.200
kg/ha). Sehingga seluruhnya ada 12 kombinasi perlakuan (b1n0, b1n1, b1n2, b1n3,
b2n0, b2n1, b2n2, b2n3, b3n0, b3n1, b3n2, b3n3), setiap perlakuan diulang 3 kali dan
terdapat 10 polibag setiap satu satuan percobaan sehingga diperoleh 360 total
polibag. Setiap satu satuan percobaan diambil 5 tanaman sampel secara zig-zag.
Kemudian data diolah dengan analisis ragam dan perbedaan nilai tengah diuji
dengan uji beda nyata terkecil (BNT) pada taraf 5 %. Kesamaan ragam data
(homogenitas) diuji dengan uji Bartlett.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Persiapan Media Tanam dan Naungan
Media tanam yang digunakan adalah tanah topsoil. Selanjutnya tanah diayak dan
dicampur dengan pupuk kandang sapi dengan perbandingan 2 : 1, kemudian
dimasukkan ke dalam polibag berukuran 15 cm x 15 cm sebanyak ¾ bagian
polibag.
Pembuatan naungan menggunakan paranet dengan ditopang tiang - tiang dari
bambu setinggi 2 meter, kemudian ujung-ujung paranet diikatkan pada tiang-tiang
bambu tersebut. Naungan berfungsi untuk pengurangi penguapan berlebihan pada
pembibitan setek nilam karena terik cahaya matahari.
3.4.2 Persiapan Bahan Setek
Batang tanaman nilam yang digunakan sebagai bahan setek dalam penelitian ini
adalah varietas Sidikalang yang mempunyai umur relatif sama yaitu 7 bulan.
Batang yang diambil dipilih yang memiliki ruas dan memiliki bagian pucuk
batang. Kemudian dipotong menjadi tiga bagian (pucuk,tengah dan pangkal),
setiap bagian terdiri dari 3 buku dan masing-masing disisakan 1 daun. Masing-
masing bahan setek tersebut pangkal batangnya dipotong miring (45º) untuk
memperluas permukaan munculnya akar.
3.4.3 Pembibitan dan Pemeliharaan
Pembibitan nilam dilakukan di polibag untuk mempermudah melakukan
perawatan dan pengontrolan, menghemat penggunaan bibit serta dapat
mengurangi tingkat kematian akibat pemindahan ke kebun atau lahan (Santoso,
2007).
Penanaman setek di polibag dilakukan secara tegak lurus dengan membenamkan
setek sedalam 1 buku setek ke dalam media tanam polibag, kemudian tanah
dipadatkan mengelilingi setek agar setek tidak mudah roboh.
Pemeliharaan yang dilakukan adalah penyiraman, penyiangan dan pengendalian
hama. Penyiraman dilakukan sebanyak satu kali sehari yaitu pada sore hari.
Penyiraman dilakukan sampai tanah pembibitan betul-betul basah dengan tujuan
agar kelembaban tetap terjaga dan terpelihara. Penyiangan dilakukan setiap
minggu dengan mencabut gulma yang tumbuh di dalam polibag agar tidak terjadi
persaingan hara, cahaya, dan air. Untuk pengendalian hama dilakukan secara
mekanik, yaitu dengan mengambil dan membunuh secara langsung hama dari
tanaman yang terserang hama.
3.4.4 Aplikasi Pupuk N
Pupuk N yang digunakan adalah pupuk Urea, diberikan sesuai dengan dosis
perlakuan, yaitu; tanpa pupuk N (urea), 1 gram urea/polibag, 2 gram urea/polibag
dan 3 gram urea/polibag. Pupuk Urea diberikan sebanyak satu kali yaitu pada
umur 1 MST dengan cara melingkar dengan jarak 5 cm dari pangkal batang.
3.4.5 Pengamatan
Parameter pengamatan meliputi persentase tumbuh setek nilam, Nisbah Luas
Daun (NLD), panjang tunas, jumlah daun, bobot segar tunas, bobot segar akar,
bobot kering tunas, dan bobot kering akar, yang dilakukan pada 5 buah tanaman
sampel.
1. Persentase Tumbuh Setek Nilam (%)
Pengamatan setek tumbuh dilakukan pada akhir penelitian yaitu saat tanaman
berumur 60 hari. Kemudian menghitung persentase setek tumbuhnya (%).
Persentase setek tumbuh =
x 100 %
Kriteria setek tumbuh yaitu setek sudah mampu membentuk tunas dan akar.
2. Nisbah Luas daun (NLD) (cm2/g)
Nisbah Luas Daun (NLD) adalah perbandingan luas daun (L) terhadap bobot
kering tanaman yang ada (W). NLD dihitung dengan rumus :
NLD = L/W
Keterangan : L = luas daun, W = bobot kering tanaman
Luas daun diperoleh dengan melakukan pengukuran pada akhir penelitian dengan
cara daun dipetik dan menggambar daun segar di atas kertas milimeter blok,
kemudian dihitung kertas yang tertutupi daun, dinyatakan dalam centimeter (cm2),
sedangkan bobot kering tanaman didapat setelah tanaman dikeringkan
menggunakan oven kemudian ditimbang.
3. Panjang Tunas (cm)
Dengan mengukur panjang tunas terpanjang mulai dari pangkal tunas sampai
pucuk tanaman. Pengukuran dilakukan pada 21 HST sampai 60 HST dengan
interval 10 hari.
4. Jumlah Daun (helai)
Penghitungan jumlah daun dilakukan pada akhir pengamatan yaitu pada saat
umur 60 HST. Daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka
sempurna.
5. Bobot Segar Tunas (gram)
Dilakukan pada akhir penelitian dengan cara memotong tunas segar dan
kemudian segera ditimbang.
6. Bobot Segar Akar (gram)
Dilakukan pada akhir penelitian dengan cara akar dipisahkan dengan batang
kemudian segera ditimbang setelah pemanenan.
7. Bobot Kering Tunas (gram)
Tunas segar yang telah dipotong dikeringkan dalam oven pada suhu 80º C
sampai mencapai bobot konstan lalu ditimbang.
8. Bobot Kering Akar (gram)
Akar segar yang telah dikeringkan di dalam oven pada suhu 80º C sampai
mencapai bobot konstan lalu ditimbang.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Persentase Tumbuh Setek Nilam (%)
Hasil analisis ragram menunjukkan bahwa asal bahan setek dan pemberian pupuk
N berbagai dosis serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap
persentase tumbuh setek nilam (Lampiran 6).
Tabel 1. Persentase tumbuh bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (%)
Asal Bahan Stek (B)
Dosis pupuk N (N) (gram urea/polibag) Rata-rata
0 1 2 3 ……………….. %.......................
Pucuk batang
Batang tengah
Pangkal batang
80,00
80,00
86,67
86,67
86,67
73,33
86,67
80,00
100,00
94,33
93,33
80,00
86,67
85,00
85,00
Rata-rata 82,22 82,22 88,89 88,89 Nilai BNT B = 14,71 BNT N = 16,99
Tabel 1 menunjukkan perbandingan nilai tengah persentase tumbuh bibit nilam
akibat perbedaan asal bahan setek dan pemberian pupuk N berbagai dosis tidak
berbeda nyata.
4.1.2 Nisbah Luas Daun (NLD) (cm2/g)
Hasil analisis ragram menunjukkan bahwa asal bahan setek dan pemberian pupuk N
berbagai dosis serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap nisbah luas
daun tumbuh setek nilam (Lampiran 9).
Tabel 2. Nisbah Luas Daun (NLD) bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (cm2/g)
Asal Bahan Stek
(B) Dosis pupuk N (N) (gram urea/polibag) Rata-rata
0 1 2 3 ………..…………cm
2/g……………….
Pucuk batang
Batang tengah
Pangkal batang
3,74
3,70
3,72
3,53
3,81
3,23
3,29
3,34
3,30
3,26
3,30
3,30
3,46
3,54
3,39
Rata-rata 3,72 3,52 3,31 3,29 Nilai BNT B = 0,35 BNT N = 0,41
Tabel 2 menunjukkan perbandingan nilai tengah NLD bibit nilam akibat perbedaan
asal bahan setek dan pemberian pupuk N berbagai dosis tidak berbeda nyata.
4.1.3 Panjang Tunas (cm) Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa asal bahan setek dan pemberian pupuk N
berbagai dosis serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap panjang
tunas setek nilam (Lampiran 12).
Tabel 3. Panjang tunas bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Asal Bahan Stek (B)
Dosis pupuk N (N) (gram urea/polibag) Rata-rata
0 1 2 3 ………..……..…cm……...…………….
Pucuk batang
Batang tengah
Pangkal batang
16,07
16,13
16,70
16,00
16,57
16,53
16,63
16,70
15,50
16,53
17,37
16,33
16,31
16,69
16,27
Rata-rata 16,30 16,37 16,78 16,74
Nilai BNT B = 0,81 BNT N = 0,94
Tabel 3 menunjukkan perbandingan nilai tengah panjang tunas bibit nilam akibat
perbedaan asal bahan setek dan pemberian pupuk N berbagai dosis tidak berbeda
nyata.
4.1.4 Jumlah Daun (helai) Hasil analisis ragram menunjukkan bahwa pemberian pupuk N berbagai dosis
tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, namun asal bahan setek
berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, dan tidak terdapat interaksi antara kedua
perlakuan (Lampiran 15).
Tabel 4. Jumlah daun bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Asal Bahan Stek (B)
Dosis pupuk N (N) (gram urea/polibag) Rata-rata
0 1 2 3 ………..……..…helai…….…………….
Pucuk batang
Batang tengah
Pangkal batang
3,83
3,67
3,91
3,75
3,63
4,03
3,94
3,21
4,03
3,87
3,70
3,95
3,85 AB
3,55 A
3,98 B
Rata-rata 3,80 a 3,80 a 3,73 a 3,84 a Nilai BNT B = 0,33 BNT N = 0,38
Keterangan: Angka – angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Tabel 4 memperlihatkan bahwa pemberian pupuk N memberikan jumlah daun
yang sama. tetapi perlakuan asal bahan setek menghasilkan jumlah daun yang
berbeda, setek yang berasal dari pangkal batang lebih banyak daunnya
dibandingkan pucuk batang dan batang tengah.
4.1.5 Bobot Segar Tunas (gram) Hasil analisis ragram menunjukkan bahwa asal bahan setek tidak berpengaruh
nyata terhadap bobot segar tunas, namun pemberian pupuk N berbagai dosis
berpengaruh nyata terhadap bobot segar tunas, dan interaksi keduanya tidak
berpengaruh nyata terhadap bobot segar tunas setek nilam (Lampiran 18).
Tabel 5. Bobot segar tunas bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Asal Bahan Stek
(B) Dosis pupuk N (N) (gram urea/polibag) Rata-rata
0 1 2 3 ………..……..…gram……...……….
Pucuk batang
Batang tengah
Pangkal batang
5,53
6,10
5,67
6,30
5,90
6,80
5,70
6,60
6,73
6,80
6,73
7,27
6,08 A
6,33 A
6,62 A
Rata-rata 5,77 a 6,33 ab 6,34 ab 6,93b Nilai BNT B = 0.59 BNT N = 0,68
Keterangan: Angka – angka yang diikuti huruf yang sama (huruf besar arah kolom, huruf kecil arah baris) tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%.
Tabel 5 memperlihatkan bahwa asal bahan setek memberikan bobot segar tunas
yang sama. Tetapi pemberian pupuk N dengan dosis 3 gram urea/polibag
memberikan bobot segar tunas lebih tinggi dibandingkan tanpa pupuk, 1 gram
urea/polibag dan 2 gram urea/polibag.
4.1.6 Bobot Segar Akar (gram)
Hasil analisis ragram menunjukkan bahwa asal bahan setek dan pemberian pupuk
N berbagai dosis serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot
segar akar setek nilam (Lampiran 21).
Tabel 6. Bobot segar akar bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Asal Bahan Stek (B)
Dosis pupuk N (N) (gram urea/polibag) Rata-rata
0 1 2 3 ………..……..…gram……...…………….
Pucuk batang
Batang tengah
Pangkal batang
2,67
3,00
3,13
2,80
2,70
3,40
3,50
3,03
3,67
3,20
3,50
3,50
3,04
3,06
3,43
Rata-rata 2,93 2,97 3,40 3,40 Nilai BNT B = 0,59 BNT N = 0,68
Tabel 6 menunjukkan perbandingan nilai tengah bobot segar akar bibit nilam
akibat perbedaan asal bahan setek dan pemberian pupuk N berbagai dosis tidak
berbeda nyata.
4.1.7 Bobot Kering Tunas (gram)
Hasil analisis ragram menunjukkan bahwa asal bahan setek dan pemberian pupuk
N berbagai dosis serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot
kering tunas setek nilam (Lampiran 24).
Tabel 7. Bobot kering tunas bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Asal Bahan Stek
(B) Dosis pupuk N (N) (gram urea/polibag) Rata-rata
0 1 2 3 ………..……..…gram……...…………….
Pucuk batang
Batang tengah
Pangkal batang
2,43
2,70
2,33
2,90
2,47
3,20
2,63
3,27
2,83
3,13
2,97
3,27
2,78
2,85
2,91
Rata-rata 2,49 2,86 2,91 3,12 Nilai BNT B = 0,43 BNT N = 0,50
Tabel 7 menunjukkan perbandingan nilai tengah bobot kering tunas bibit nilam
akibat perbedaan asal bahan setek dan pemberian pupuk N berbagai dosis tidak
berbeda nyata.
4.1.8 Bobot Kering Akar (gram) Hasil analisis ragram menunjukkan bahwa asal bahan setek dan pemberian pupuk
N berbagai dosis serta interaksi keduanya tidak berpengaruh nyata terhadap bobot
kering akar setek nilam (Lampiran 27).
Tabel 8. Bobot kering akar bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk
Asal Bahan Stek (B)
Dosis pupuk N (N) (gram urea/polibag) Rata-rata
0 1 2 3 ………..……..…gram…...……………. Pucuk batang
Batang tengah
Pangkal batang
0,93
0,60
1,07
0,93
0,57
1,03
1,37
0,83
1,30
0,97
1,23
0,87
1,05
0,81
1,07
Rata-rata 0,87 0,84 1,17 1,02 Nilai BNT B = 0,36 BNT N = 0,41
Tabel 8 menunjukkan perbandingan nilai tengah bobot kering akar bibit nilam
akibat perbedaan asal bahan setek dan pemberian pupuk N berbagai dosis tidak
berbeda nyata.
4.2 Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk N dengan berbagai dosis
belum memberikan pengaruh nyata terhadap peubah persentase tumbuh setek
nilam, nisbah luas daun, panjang tunas, jumlah daun, bobot segar akar, bobot
kering tunas dan bobot kering akar kecuali bobot segar tunas. Diduga karena
media yang digunakan untuk percobaan ditambah pupuk kandang sapi dengan
perbandingan 2 : 1 sehingga kandungan nitrogen pada media tanam mecukupi
untuk pertumbuhan setek nilam. Namun pada perkembangan lebih lanjut, bibit
setek menunjukkan pengaruh yang berarti pada bobot segar tunas dengan
penambahan dosis pupuk N. Hasil percobaan menunjukkan dengan penambahan
pupuk N menghasilkan bobot segar tunas yang lebih tinggi dibandingkan dengan
tanpa penambahan dosis pupuk N, namun penambahan pupuk N 3 gram
urea/polibag menunjukkan hasil yang sama dengan dosis 1 gram urea/polibag dan
2 gram urea/polibag.
Dari hasil penelitian penambahan pupuk N akan meningkatkan bobot segar tunas
setek nilam, menunjukkan bahwa penambahan pupuk N mempengaruhi proses
pertumbuhan setek nilam. Menurut Marsono (2005), menyatakan keuntungan
menggunakan pupuk urea (N) adalah mudah diserap tanaman. Selain itu,
kandungan N sangat dibutuhkan pada pertumbuhan awal tanaman. Pendapat di
perkuat pula oleh Rismunandar (1995), yang menyatakan bahwa Setek
memerlukan energi untuk pertumbuhan perakaran dan tunas, energi tersebut yang
diperoleh dari karbohidrat dan nitrogen yang tersimpan dalam jaringan tanaman
tersebut. Maka dengan penambahan pupuk N akan membantu untuk memenuhi
kebutuhan nitrogen dalam proses pertumbuhan setek nilam.
Asal bahan setek juga belum memberikan pengaruh nyata terhadap peubah
persentase tumbuh setek nilam, NLD, panjang tunas, bobot segar tunas, bobot
segar akar, bobot kering tunas dan bobot kering akar kecuali jumlah daun. Asal
bahan setek dari pangkal batang menghasilkan jumlah daun lebih banyak daripada
pucuk batang dan batang tengah. Diduga karena pangkal batang memiliki umur
yang paling tua sehingga lebih banyak mengandung karbohidrat, dan nitrogen
untuk mencukupi energi untuk pertumbuhan tunas, hal ini sesuai yang
dikemukakan oleh Syakir et al.(1992), bahwa keberhasilan setek membentuk akar
dipengaruhi oleh umur tanaman, fase pertumbuhan dan perbedaan bagian tanaman
yang digunakan sebagai bahan setek. Hal tersebut berhubungan dengan
kandungan berbagai zat yang berperan dalam pembentukan akar dan tunas seperti
auksin, karbohidrat, dan nitrogen. Selain faktor dari dalam tanaman, tidak terjadi
interaksi antara bahan setek dan dosis pupuk N disebabkan oleh suhu yang
terlampau tinggi sehingga pertumbuhan dan perkembangan tanaman nilam tidak
seimbang, mengingat penelitian dilakukan pada saat musim kemarau. Suhu
optimal untuk perakaran setek berkisar antara 210 C sampai 270 C pada pagi dan
siang hari dan 150 C pada malam hari. Suhu yang terlampau tinggi dapat
mendorong perkembangan tunas melampaui perkembangan perakaran dan
meningkatkan laju transpirasi (Syakir et al,1992).
Hasil penelitian menunjukkan tidak ada interaksi antara asal bahan setek dan dosis
pupuk N. hal ini mengindikasikan bahwa penambahan dosis pupuk N tidak
dipengaruhi oleh asal bahan setek dan asal bahan setek memberikan hasil yang
sama pada penambahan dosis pupuk N.
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan hal – hal sebagai
berikut :
1) Asal bahan setek tidak berpengaruh nyata pada semua peubah yang diamati
kecuali jumlah daun. Asal bahan setek dari pangkal batang menghasilkan
jumlah daun lebih banyak daripada pucuk batang dan batang tengah.
2) Dosis pemberian pupuk N tidak berpengaruh nyata pada semua peubah yang
diamati kecuali bobot segar tunas. Pemberian pupuk N menghasilkan bobot
segar tunas lebih tinggi daripada tanpa pemberian pupuk N, walaupun
pemberian pupuk N 3 gram urea/polibag menunjukkan hasil yang sama
dengan dosis 1 gram urea/polibag dan 2 gram urea/polibag.
3) Tidak terdapat interaksi antara pemberian perlakuan asal bahan setek dan
dosis pupuk N.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lanjut dengan tingkat dosis N yang lebih tinggi dan
interval yang lebih jauh
DAFTAR PUSTAKA
Adi, K. K. 2007. Pengaruh Macam Batang Setek dan Posisi Tanam Terhadap Pertumbuhan Tanaman Gamal (gliricidiasepium (Jacq) Steud). Fakultas Pertanian Universitas Muhammadiyah Malang. Malang.
Arpana, D.J. Bagyaraj, E.V.S. Prakasa Rao, T.N. Parameswaran dan B. Abdul Rahiman. 2008. Symbiotic Response of Patchouli (Pogostemoncablin (Blanco) Benth. to Different Arbuscular Mycorrhizal Fungi. Jurnal Advances in Environmental Biology.2(1): 20-24.
Danoesastro,H. 1973. Zat Pengatur Tumbuh dalam Pertanian. Yayasan Pembangunan Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta.
Daud, A. 1991. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Yasaguna. Jakarta
Harjadi, S. S. 1973. Pembiakan Vegetatif. Dep. Agronomi Fakultas Pertanian IPB, Bogor.
Kardinan, A., dan Ludi, M. 2004. Mengenal Lebih Dekat Nilam Tanaman Beraroma Wangi Untuk Industri Parfum dan Kosmetika. Agromedia. Bogor.
Kurniati, N. 2013. Pupuk Urea. http://www.tanijogonegoro.com/2013/12/pupukurea.html. Diunduh pada 31 Desember 2015
Leiwakabessy, P.M. 1977. Ilmu Kesuburan Tanah. Departemen Ilmu Tanah, Institut Pertanian Bogor.
Mangun, H. M. S. 2005. Nilam. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mardani, D., Y. 2007. Pengaruh Jumlah Ruas dan Komposisi Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Bibit Setek Nilam (Pogostemoncablin Benth). Fakultas Pertanian UNY. Yogyakarta.
Marsono. 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta. 150 hlm.
Noverina, S. 2007. Pengaruh Lama Perendaman Bagian Tanaman Yang Digunakan Sebagai Setek Dalam Larutan Urin Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit Tanaman Nilam Aceh (Pogostemon cablin Benth.). Fakultas pertanian. Universitas Brawijaya. Malang.
Nurahmi, E., Kamarlis Karim, dan Tarmizi. 2013. Pengaruh Jumlah Ruas Setek dan Dosis Urea Terhadap Pertumbuhan Setek Pucuk Nilam (Pogostemon cablin Benth.). Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh : 80 – 87
Nurhasanah. 2006. Pengaruh Air Kelapa Muda Terhadap Pertumbuhan Setek Tanaman Nilam (Pogostemoncablin Benth). Jurnal Budidaya Pertanian. Samarinda.
Nyakpa, M. Y. dan Hasinah HAR. 1985. Pupuk dan Pemupukan (Diktat). Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh.
Rismunandar. 1995. Budidaya Bunga Potong. Penebar Swadaya. Jakarta
Rukmana, H. R. 2004. Nilam Prospek Agribisnis dan Teknik Budi Daya.Kanisius, Yogyakarta.
Rusli, S. 1991. Pemurnian/peningkatan Mutu Minyak Nilam dan Daun Cengkeh. Prosiding Pengembangan Tanaman Atsiri di Sumatera, Bukit Tinggi, 4 – 8 - 1991. Balai Penelitian Tanaman Rempahdan Obat, Bogor. Hal. 89-96.
Sitompul, S. M. dan B. Guritno. 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Sudaryani, T., dan Endang, S. 1990. Budidaya dan Penyulingan Nilam. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sunanto, H. 1992. Cokelat, Pengolahan Hasil dan Aspek Ekonominya. Kanisius, Yogyakarta.
Sutedjo, M. M. 1995. Pupuk dan Cara Pemupukan. Rineka Cipta. Jakarta.
Sutejo, M.M. 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan. PT Asdi Mahasatya, Jakarta.
Suryaningsih.2004. Pengaruh Macam Zat Pengatur Tumbuh dan Media Tanam Terhadap Pertumbuhan Setek Lada (Piper nigrum L.). Fakultas Pertanian. UNS. Surakarta.
Suwandiyati, N. D. 2009. Pengaruh Asal Bahan Setek Terhadap Pertumbuhan Bibit Nilam (Pogostemon cablin Benth.). Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta
Syakir, M., M.H. Bintoro, D., dan Amrin, Y. D. 1992. Pengaruh Berbagai Zat Pengatur Tumbuh dan Bahan Setek terhadap Pertumbuhan Setek Cabang Buah Lada. Pembr.Littri. 19(3-4): 59-65. Bogor.
Wahid, P. Wikardi, E. A. dan Asma, A. 1990. Perkembangan Penelitian Tanaman Nilam. Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, edisi khusus Littro. VI (1): 23-28.
Wudianto, R. 1998. Membuat Setek, Cangkok, dan Okulasi. Penebar Swadaya, Jakarta. 79 hlm.
Zulkarnain. 2004. In Vitro Culture of Pogostemon cablin, Benth. In Vitro Culture of Pogostemon cablin, Benth. (Nilam Plant): The Effect of NAA and BAP on Embryogenic Callus Proliferation and Subsequent Somatic Embryogenesis. MakaraSains. 8(3-8): 103-107.
Lampiran 1. Deskripsi tanaman nilam varietas Sidikalang
Nomor Seleksi : 0013
Asal : Sidikalang (Sumatera Utara)
Tinggi tanaman (cm) : 70,70 – 75,69
Warna batang muda : Ungu
Warna batang tua : Ungu kehijauan
Bentuk batang : Persegi
Percabangan : Lateral
Jumlah cabang primer : 8,00 – 15,64
Jumlah cabang sekunder : 17,37 – 20,70
Panjang cabang primer (cm) : 43,01 – 61,69
Panjang cabang sekunder (cm) : 25,80 – 34,15
Bentuk daun : Delta, bulat telur
Pertulangan daun : Menyirip
Warna daun : Hijau keunguan
Panjang daun (cm) : 6,30 – 6,45
Lebar daun (cm) : 4,88 – 6,26
Tebal daun (mm) : 0,30 – 4,25
Panjang tangkai daun (cm) : 2,71 – 3,34
Jumlah daun/cabang primer : 58.07 – 130,43
Ujung daun : Runcing
Pangkal daun : Rata, membulat
Tepi daun : Bergerigi ganda
Bulu daun : Banyak, lembut
Produksi ternak segar (ton/ha) : 13,66 – 108,10
Produksi minyak (kg/ha) : 78,90 – 624,89
Kadar minyak (%) : 2,23 – 4,23
Kadar patchouli alkohol (%) : 30,21 – 35,20
Ketahanan terhadap
Meloydogyne incognita : Agak rentan
Pratylenchus bracyurus : Agak rentan
Radhopolus similis : Agak rentan
Ralstonia solanacearum : Toleran.
Peneliti : Yang Nuryani, Hobir, Cheppy
Syukur
dan Ika Mustika.
Sumber : Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 319/Kpts/Sr.120/8/2005 Tentang Pelepasan
Nilam Varietas Sidikalang Sebagai Varietas Unggul
Lampiran 2. Persentase tumbuh setek bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Pengamatan Ulangan Jumlah Perlakuan
Rata-rata
I II III ...........................cm.............................
b1n0
b1n1
b1n2
b1n3
b2n0
b2n1
b2n2
b2n3
b3n0
b3n1
b3n2
b3n3
80,00
80,00
60,00
100,00
100,00
100,00
60,00
100,00
80,00
80,00
100,00
80,00
60,00
100,00
100,00
80,00
80,00
60,00
100,00
100,00
80,00
80,00
100,00
100,00
100,00
80,00
100,00
100,00
60,00
100,00
80,00
80,00
100,00
60,00
100,00
60,00
240,000
260,000
260,000
280,000
240,000
260,000
240,000
280,000
260,000
220,000
300,000
240,000
80,0000
86,6667
86,6667
93,3333
80,0000
86,6667
80,0000
93,3333
86,6667
73,3333
100,0000
80,0000
Keterangan :
b1 : pucuk batang b2 : tengah batang b3 : pangkal batang n0 : tanpa pupuk n1 : 1 g/polibag (setara 400 kg/ha) n2 : 2 g/polibag (setara 800 kg/ha) n3 : 3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha)
Lampiran 3. Analisis sidik ragam persentase tumbuh setek bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Sumber Keragaman Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F. Hit F.Tabel
Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Galat Non-aditif Sisa
2 11 2 3 6 22 1 21
22,2083 1822,2083
22,2083 399,9861
1400,0139 6644,4584 156,6396
6487,8189
11,1041 165,6553 11,1041
133,3287 233,3356 302,0208 156,6395 308,9437
0,0368tn
0,5485tn
0,0368tn
0,4415tn
0,7726tn
0,5070tn
3,44 2,26 3,44 3,05 2,55
4,18
Total 35 8488,8752 KK= 20,3128 Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata
Uji Homogenitas: X2 – Hitung = 71,8914 > X2 tabel 25 (Data tidak homogen)
Lampiran 4. Analisis sidik ragam persentase tumbuh setek bibit nilam akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x)
Sumber Keragaman Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F. Hit F.Tabel
Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Acak
2 11 2 3 6 22
0,0712 5,5790 0,0708 1,1706 4,3375
20,7552
0,0356 0,5071 0,0354 0,3902 0,7229 0,9434
0,0377tn
0,5376tn
0,0376tn
0,4136tn
0,7663tn
3,440 2,265 3,440 3,050 2,550
Total 35 26,4055 KK = 10,55%
Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata
Lampiran 5. Nisbah Luas Daun (NDL) akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Pengamatan Ulangan Jumlah
Perlakuan Rata-rata
I II III ...........................cm.............................
b1n0
b1n1
b1n2
b1n3
b2n0
b2n1
b2n2
b2n3
b3n0
b3n1
b3n2
b3n3
3,49
3,28
3,19
2,84
3,57
3,82
3,18
3,46
4,26
1,74
3,16
3,75
3,47
3,17
3,79
3,84
3,77
4,15
3,45
3,26
3,70
3,76
3,94
2,98
4,27
4,13
2,90
3,11
3,77
3,47
3,39
3,18
3,19
3,18
2,81
3,21
11,2300
10,5800
9,8800
9,7900
11,1100
11,4400
10,0200
9,9000
11,1500
9,6800
9,9100
9,9400
3,7433
3,5267
3,2933
3,2633
3,7033
3,8133
3,3400
3,3000
3,7167
3,2267
3,3033
3,3133
Keterangan :
b1 : pucuk batang b2 : tengah batang b3 : pangkal batang n0 : tanpa pupuk n1 : 1 g/polibag (setara 400 kg/ha) n2 : 2 g/polibag (setara 800 kg/ha) n3 : 3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha)
Lampiran 6. Analisis sidik ragam Nisbah Luas Daun (NDL) akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Sumber Keragaman Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F. Hit F.Tabel
Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Galat Non-aditif Sisa
2 11 2 3 6 22 1 21
0,3776 1,6246 0,1339 1,0981 0,3924 3,9558 0,3413 3,6145
0,1888 0,1476 0,0669 0,3660 0,0654 0,1798 0,3412 0,1721
1,0501tn
0,8214tn
0,3726tn
2,0359tn
0,3638tn
1,9828tn
3,44 2,26 3,44 3,05 2,55
4,18
Total 35 5,9581 KK= 12,2486 Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata
Uji Homogenitas: X2 – Hitung = 28,0704 > X2 tabel 25 (Data tidak homogen)
Lampiran 7. Analisis sidik ragam Nisbah Luas Daun (NDL) akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x)
Sumber Keragaman Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F. Hit F.Tabel
Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Acak
2 11 2 3 6 22
0,0257 0,1033 0,0101 0,0686 0,0245 0,2420
0,0128 0,0093 0,0050 0,0228 0,0040 0,0110
1,1693tn
0,8540tn
0,4625tn
2,0784tn
0,3722tn
3,440 2,265 3,440 3,050 2,550
Total 35 0,3711 KK = 5,28%
Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata
Lampiran 8. Panjang tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Pengamatan Ulangan Jumlah Perlakuan
Rata-rata
I II III ...........................cm.............................
b1n0
b1n1
b1n2
b1n3
b2n0
b2n1
b2n2
b2n3
b3n0
b3n1
b3n2
b3n3
16,50
17,40
17,60
17,30
16,80
15,50
17,80
16,80
17,50
17,00
14,80
15,80
16,20
15,50
15,30
15,70
16,60
16,20
16,70
17,40
16,30
15,90
14,50
15,70
15,50
15,10
17,00
16,60
15,00
18,00
15,60
17,90
16,30
16,70
17,20
17,50
48,2000
48,0000
49,9000
49,6000
48,4000
49,7000
50,1000
52,1000
50,1000
49,6000
46,5000
49,0000
16,06671
16,0000
16,6333
16,5333
16,1333
16,5667
16,7000
17,3667
16,7000
16,5333
15,5000
16,3333
Keterangan :
b1 : pucuk batang b2 : tengah batang b3 : pangkal batang n0 : tanpa pupuk n1 : 1 g/polibag (setara 400 kg/ha) n2 : 2 g/polibag (setara 800 kg/ha) n3 : 3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha)
Lampiran 9. Analisis sidik ragam panjang tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Sumber Keragaman Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F. Hit F.Tabel
Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Galat Non-aditif Sisa
2 11 2 3 6 22 1 21
3,4459 7,1464 1,3157 1,2821 4,5486
20,5677 0,0859
20,4818
1,7229 0,6496 0,6578 0,4273 0,7581 0,9348 0,0859 0,9753
1,8430tn
0,6949tn
0,7037tn
0,4571tn
0,8109tn
0,0881tn
3,44 2,26 3,44 3,05 2,55
4,18
Total 35 31,1601 KK= 5,8878 Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata
Uji Homogenitas: X2 – Hitung = 49,8174 > X2 tabel 25 (Data tidak homogen)
Lampiran 10. Analisis sidik ragam panjang tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x)
Sumber Keragaman Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F. Hit F.Tabel
Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Acak
2 11 2 3 6 22
0,0528 0,1093 0,0193 0,0181 0,0718 0,3109
0,0264 0,0099 0,0096 0,0060 0,0119 0,0141
1,8685tn
0,7033tn
0,6852tn
0,4280tn
0,8469tn
3,440 2,265 3,440 3,050 2,550
Total 35 0,4730 KK = 2,93%
Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata
Lampiran 11. Jumlah daun (helai) akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Pengamatan Ulangan Jumlah
Perlakuan Rata-rata
I II III ...........................cm.............................
b1n0
b1n1
b1n2
b1n3
b2n0
b2n1
b2n2
b2n3
b3n0
b3n1
b3n2
b3n3
15,00
10,00
12,00
17,00
18,00
13,00
10,00
14,00
17,00
16,00
18,00
15,00
13,00
19,00
18,00
13,00
12,00
17,00
9,00
17,00
14,00
13,00
17,00
19,00
16,00
14,00
17,00
15,00
11,00
10,00
12,00
18,00
15,00
20,00
14,00
13,00
44,0000
43,0000
47,0000
45,0000
41,0000
40,0000
31,0000
49,0000
46,0000
49,0000
49,0000
47,0000
14,6667
14,3333
15,6667
15,0000
13,6667
13,3333
10,3333
16,3333
15,3333
16,3333
16,3333
15,6667
Keterangan :
b1 : pucuk batang b2 : tengah batang b3 : pangkal batang n0 : tanpa pupuk n1 : 1 g/polibag (setara 400 kg/ha) n2 : 2 g/polibag (setara 800 kg/ha) n3 : 3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha)
Lampiran 12. Analisis sidik ragam jumlah daun (helai) akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Sumber Keragaman Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F. Hit F.Tabel
Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Galat Non-aditif Sisa
2 11 2 3 6 22 1 21
2,0000 97,4166 38,0000 11,6388 47,7777
195,3333 0,0964
195,2370
1,0000 8,8560
19,0000 3,8796 7,9629 8,8787 0,0963 9,2969
0,1126tn
0,9974tn
2,1399tn
0,4370tn
0,8969tn
0,0104tn
3,44 2,26 3,44 3,05 2,55
4,18
Total 35 294,7500 KK= 20,2016 Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata
Uji Homogenitas: X2 – Hitung = 70,4371 > X2 tabel 25 (Data tidak homogen)
Lampiran 13. Analisis sidik ragam jumlah daun (helai) akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x)
Sumber Keragaman Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F. Hit F.Tabel
Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Acak
2 11 2 3 6 22
0,1283 1,7181 1,1444 0,0595 0,5141 3,4769
0,0641 0,1561 0,5722 0,0198 0,0856 0,1580
0,4061tn
0,9883tn
3,6208*
0,1256tn
0,5422tn
3,440 2,265 3,440 3,050 2,550
Total 35 5,3235 KK = 10,48%
Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata
Lampiran 14. Bobot segar tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk
N
Pengamatan Ulangan Jumlah Perlakuan
Rata-rata
I II III ...........................cm.............................
b1n0
b1n1
b1n2
b1n3
b2n0
b2n1
b2n2
b2n3
b3n0
b3n1
b3n2
b3n3
5,20
6,10
5,30
7,30
6,40
5,30
6,20
5,70
4,70
7,10
7,60
6,50
6,00
7,20
5,10
6,50
6,20
5,60
6,30
6,80
5,80
6,30
5,70
7,80
5,40
5,60
6,70
6,60
5,70
6,80
7,30
7,70
6,50
7,00
6,90
7,50
16,6000
18,9000
17,1000
20,4000
18,3000
17,7000
19,8000
20,2000
17,0000
20,4000
20,2000
21,8000
5,5333
6,3000
5,7000
6,8000
6,1000
5,9000
6,6000
6,7333
5,6667
6,8000
6,7333
7,2667
Keterangan :
b1 : pucuk batang b2 : tengah batang b3 : pangkal batang n0 : tanpa pupuk n1 : 1 g/polibag (setara 400 kg/ha) n2 : 2 g/polibag (setara 800 kg/ha) n3 : 3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha)
Lampiran 15. Analisis sidik bobot segar tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Sumber Keragaman Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F. Hit F.Tabel
Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Galat Non-aditif Sisa
2 11 2 3 6 22 1 21
1,7406 10,2756
1,7089 6,1267 2,4399
10,9128 0,2269
10,6859
0,8703 0,9341 0,8544 2,0422 0,4066 0,4960 0,2268 0,5088
1,7545tn
1,8832tn
1,7226tn
4,1171*
0,8198tn
0,4459tn
3,44 2,26 3,44 3,05 2,55
4,18
Total 35 22,9290 KK= 11,1010 Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata
Uji Homogenitas: X2 – Hitung = 41,6084 > X2 tabel 25 (Data tidak homogen)
Lampiran 16. Analisis sidik ragam bobot segar tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x)
Sumber Keragaman Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F. Hit F.Tabel
Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Acak
2 11 2 3 6 22
0,0627 0,3788 0,0631 0,2200 0,9567 0,3961
0,0313 0,0344 0,0315 0,0733 0,0159 0,0180
1,7414tn
1,9128tn
1,7527tn
4,0740*
0,8856tn
3,440 2,265 3,440 3,050 2,550
Total 35 0,837677 KK = 5,14%
Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata
Lampiran 17. Bobot segar akar akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Pengamatan Ulangan Jumlah
Perlakuan Rata-rata
I II III ...........................cm.............................
b1n0
b1n1
b1n2
b1n3
b2n0
b2n1
b2n2
b2n3
b3n0
b3n1
b3n2
b3n3
3,10
3,40
4,00
3,30
2,70
2,00
4,20
3,80
2,70
4,50
3,40
2,80
2,40
3,00
2,80
2,20
2,70
2,60
2,70
3,50
3,60
2,90
3,20
4,00
2,50
2,00
3,70
4,10
3,60
3,50
2,20
3,20
3,10
2,80
4,40
3,70
8,0000
8,4000
10,5000
9,6000
9,0000
8,1000
9,1000
10,5000
9,4000
10,2000
11,0000
10,5000
2,6667
2,8000
3,5000
3,2000
3,0000
2,7000
3,0333
3,5000
3,1333
3,4000
3,6667
3,5000
Keterangan :
b1 : pucuk batang b2 : tengah batang b3 : pangkal batang n0 : tanpa pupuk n1 : 1 g/polibag (setara 400 kg/ha) n2 : 2 g/polibag (setara 800 kg/ha) n3 : 3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha)
Lampiran 18. Analisis sidik bobot segar akar akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Sumber Keragaman Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F. Hit F.Tabel
Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Galat Non-aditif Sisa
2 11 2 3 6 22 1 21
0,8317 3,8608 1,1267 1,8275 0,9066
10,9548 0,0401
10,9147
0,4158 0,3509 0,5633 0,6091 0,1511 0,4979 0,0401 0,5197
0,8352tn
0,7049tn
1,1314tn
1,2234tn
0,3035tn
0,0772tn
3,44 2,26 3,44 3,05 2,55
4,18
Total 35 15,6474 KK= 22,2253 Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata
Uji Homogenitas: X2 – Hitung = 42,1762 > X2 tabel 25 (Data tidak homogen)
Lampiran 19. Analisis sidik ragam bobot segar akar akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x)
Sumber Keragaman Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F. Hit F.Tabel
Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Acak
2 11 2 3 6 22
0,0536 0,2702 0,0801 0,1225 0,0675 0,7490
0,0268 0,0245 0,0400 0,0408 0,0112 0,0340
0,7875tn
0,7216tn
1,1772tn
1,1998tn
0,3305tn
3,440 2,265 3,440 3,050 2,550
Total 35 1,0729 KK = 9,67%
Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata
Lampiran 20. Bobot kering tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Pengamatan Ulangan Jumlah
Perlakuan Rata-rata
I II III ...........................cm.............................
b1n0
b1n1
b1n2
b1n3
b2n0
b2n1
b2n2
b2n3
b3n0
b3n1
b3n2
b3n3
2,30
3,00
2,40
3,30
3,20
2,00
2,70
2,50
1,80
3,60
3,10
2,60
2,90
3,20
2,00
3,00
2,70
2,10
3,50
3,00
2,10
2,70
2,30
3,70
2,10
2,50
3,50
3,10
2,20
3,30
3,60
3,40
3,10
3,30
3,10
3,50
7,3000
8,7000
7,9000
9,4000
8,1000
7,4000
9,8000
8,9000
7,0000
9,6000
8,5000
9,8000
2,4333
2,9000
2,6333
3,1333
2,7000
2,4667
3,2667
2,9667
2,3333
3,2000
2,8333
3,2667
Keterangan :
b1 : pucuk batang b2 : tengah batang b3 : pangkal batang n0 : tanpa pupuk n1 : 1 g/polibag (setara 400 kg/ha) n2 : 2 g/polibag (setara 800 kg/ha) n3 : 3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha)
Lampiran 21. Analisis sidik bobot kering tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Sumber Keragaman Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F. Hit F.Tabel
Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Galat Non-aditif Sisa
2 11 2 3 6 22 1 21
0,8438 3,6688 0,1071 1,8733 1,6883 5,9161 0,1635 5,7526
0,4219 0,3335 0,0535 0,6244 0,2813 0,2689 0,1635 0,2739
1,5691tn
1,2403tn
0,1993tn
2,3221tn
1,0464tn
0,5969tn
3,44 2,26 3,44 3,05 2,55
4,18
Total 35 10,4288 KK= 18,2310 Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata
Uji Homogenitas: X2 – Hitung = 35,0564 > X2 tabel 25 (Data tidak homogen)
Lampiran 22. Analisis sidik ragam bobot kering tunas akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x)
Sumber Keragaman Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F. Hit F.Tabel
Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Acak
2 11 2 3 6 22
0,0645 0,2885 0,0077 0,1473 0,1334 0,4554
0,0322 0,2622 0,0038 0,0491 0,0222 0,0207
1,5583tn
1,2668tn
0,1860tn
2,3719tn
1,0746tn
3,440 2,265 3,440 3,050 2,550
Total 35 0,8084 KK = 7,90%
Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata
Lampiran 23. Bobot kering akar akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Pengamatan Ulangan Jumlah
Perlakuan Rata-rata
I II III ...........................cm.............................
b1n0
b1n1
b1n2
b1n3
b2n0
b2n1
b2n2
b2n3
b3n0
b3n1
b3n2
b3n3
1,20
1,30
1,80
1,10
0,50
0,80
1,80
1,40
0,90
1,80
1,30
0,60
0,70
1,00
0,80
0,20
0,40
0,60
0,50
1,30
1,20
0,60
1,00
1,20
0,90
0,50
1,50
1,60
0,90
0,30
0,20
1,00
1,10
0,70
1,60
0,80
2,8000
2,8000
4,1000
2,9000
1,8000
1,7000
2,5000
3,7000
3,2000
3,1000
3,9000
2,6000
0,9333
0,9333
1,3667
0,9667
0,6000
0,5667
0,8333
1,2333
1,0667
1,0333
1,3000
0,8667
Keterangan :
b1 : pucuk batang b2 : tengah batang b3 : pangkal batang n0 : tanpa pupuk n1 : 1 g/polibag (setara 400 kg/ha) n2 : 2 g/polibag (setara 800 kg/ha) n3 : 3 g/polibag (setara 1.200 kg/ha)
Lampiran 24. Analisis sidik bobot kering akar akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N
Sumber Keragaman Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F. Hit F.Tabel
Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Galat Non-aditif Sisa
2 11 2 3 6 22 1 21
1,0666 2,0408 0,5016 0,6097 0,9294 4,0000 0,0321 3,9679
0,5433 0,1855 0,2508 0,2032 0,1549 0,1818 0,0320 0,1889
2,9883tn
1,0204tn
1,3796tn
1,1178tn
0,8520tn
0,1697tn
3,44 2,26 3,44 3,05 2,55
4,18
Total 35 7,1275 KK= 43,7335 Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata
Uji Homogenitas: X2 – Hitung = 40,0887 > X2 tabel 25 (Data tidak homogen)
Lampiran 25. Analisis sidik ragam bobot kering akar akibat pengaruh asal bahan setek dan dosis pupuk N (Transf √x)
Sumber Keragaman Derajat Bebas
Jumlah Kuadrat
Kuadrat Tengah
F. Hit F.Tabel
Kelompok Perlakukan Asal bahan setek (B) Pupuk N (N) Interaksi B & N Acak
2 11 2 3 6 22
0,1827 0,3648 0,0984 0,0893 0,1769 0,6955
0,0913 0,0331 0,0492 0,0297 0,0295 0,0316
2,8900tn
1,0491tn
1,5572tn
0,9423tn
0,9330tn
3,440 2,265 3,440 3,050 2,550
Total 35 1,2431 KK = 14,82%
Keterangan: tn : tidak nyata * : nyata
Ulangan I Ulangan II Ulangan III
Gambar 1. Tata Letak Percobaan
b2n0 b3n0
b3n2
b1n0 b1n2
b2n2
b1n1
b3n3 b1n0
b1n2 b2n0
b2n3
b2n2 b1n0
b2n1
b3n0 b3n1
b2n0
b1n1 b2n2
b3n3
b2n1 b1n3
b1n2
b3n2 b2n3
b3n1
b1n3 b3n3
b1n1
b2n3 b2n1
b1n3
b3n1 b3n2
b3n0
Keterangan :
b1 = pucuk batang
b2 = tengah batang
b3 = pangkal batang
n0 = 0 gram N/polibag
n1 = 1 gram N/polibag
n2 = 2 gram N/polibag
n3 = 3 gram N/polibag
Gambar 3. Pengadukan media semai setek nilam
Gambar 4. Penyiapan polibag setek nilam
Gambar 5. Pelabelan sampel Gambar 6. Setek nilam pucuk batang
Gambar 7. Setek nilam tengah batang Gambar 8. Setek nilam pangkal batang
Gambar 9. Setek nilam umur 12 MST
Gambar 10. Penimbangan bobot segar tunas