pengantar kepribadian islam
DESCRIPTION
membahas sedikit tentang kehujjahan sumber dalil; Al-Qur'an, Asunnah, Ijma' Shahabat dan QiyasTRANSCRIPT
Jum’at, 17 Januari 2014
Memahami
INSTRUMEN IJTIHAD
Dalil
• Menurut FuqohaDalil menurut pengertian bahasa adalah yang menunujukan terhadapsesuatu. Terkadang dalil di artikan dengan artinya perkarayang didalamnya terdapat petunjuk.
• Menurut Ushuliyin
Perkara yang bisa menyampaikan kepada pengetahuan terhadap mathlubkhabari (hukum suatu perkara yang sedang dicari status hukumnya)
• Dalil : berarti perkara yang bisa dijadikan hujjahbahwa perkara yang dibahas adalah hukumsyara.
Dalil
Dal
ilDalil:Qath’iy: Pasti tsubut: sumberDzhanniy: Dugaan dilalah: penunjukkan
Kesemua Dalil ada yang membahas ‘Aqidah & Hk. Syara’
TsubutD
ilala
hQath’iy Dzhanniy
Qath’iy Al-’Ilmu/yaqin Dzhann
Dzhanniy Dzhann Dzhann
‘Aqidah & Hk. Syara’
‘Aqidah
Al-’Aqidah = Al-’Ilm = Al-Yaqin = Al-Iman
Al-I’tiqod tashdiiq al-jaazim al-muthaabiq li al-waaqi’ ‘an al-daliil (pembenaran pasti yang sesuai
dengan kenyataan dan ditunjang dengan bukti)
Masalah pokok, cabang dari pokok, perkara Ghaib
‘Aqidah: ide yang menyeluruh tentang alamsemesta, manusia dan kehidupan;
sebelum, sesudah, hubungan antara keduanya.
• Masalah pokok: Rukun Iman
• Cabang dari pokok: cabang dari rukunIman peniupan sangkakala, siksa kubur
• Perkara Ghaib: malaikat, jin, surga, neraka, dll
Contoh:
‘Aqidah
Hk. Syara’
Khithaabu as-Syaari’ al muta’allaqu bi af’aalil ‘ibaad :seluruh pemikiran yang berhubungan dengan
perbuatan manusia, atau dengan sifat-sifat yang dapatdianggap sebagai bagian dari perbuatan.
Untuk menggolongkan suatu pemikiran itu sebagaisolusi cukup dengan dalil Dzhanniy alias tidak harus
menggunakan dalil Qath’iy
Sumber Dalil Syara’
“Sesuatu tidak dikatakan dalilsyara’ jika dalil tersebut tidakdatang dari Rasulullah saw”
1. Dalil yang dikembalikan kepada lafadz-lafadz padaNash (manthuq & mafhum)
Al-Qur’an, Assunnah, Ijma’ Shahabat, Qiyas
Dalil terbagi menjadi dua kategori
2. Dalil yang dikembalikan kepada interpretasi terhadapNash
“Dalil Syar’iyah harusbersifat Qath’iy”
Dalil syar’iyah adalah pokok hukum syara’
Asy-Syathibi dalam kitab Al-Muwafaqaat: <<sesungguhnya ushul fiqh dalam dien itu adalah qath'I dan bukan dzanni, dalilnya adalah
kembali pada integralitas syariat (kulliyah asy-syariah) itu sendiri, dan usul fiqh juga seperti itu, maka ushul fiqh itu qath'i>>
Dalil syar’iyah adalah pokok hukum syara’
Imam Jamaluddin Abdurrahim Al-Asnawy dalam kitab Nihayatus-saul ketika membicarakan tentang dalalah <<dan adapun dengan (khabar) ahad maka itu adalah bathil; karena riwayat ahad, meski memberikan faedah tapi itu merupakan faedah yang dzanni sifatnya, dan pembuat syara' membolehkan yang dzanni untuk masalah amaliyyah, masalah
furu', dan bukannya 'ilmiyyah seperti kaidah-kaidah ushuluddin,>>
Dalil syar’iyah adalah pokok hukum syara’
Wahyu yang lafadz & maknanyadari Allah swt.
Al-Qur’an
Penukilan Al-Qur’an bersifat mutawatir
Al-Qur’an
1. Tidak ada perbedaan pendapat pada kalanganShahabat bahwa Al-Qur’an disampaikan tidak kepadasatu per satu shahabat.
2. Ketika turun ayat, Rasul saw memanggil para penulisuntuk menuliskannya, termasuk Zaid bin Tsabit
3. Meski tidak semua shahabat hapal seluruh al-Qur’an, tapi ayat per ayat nya dihapal denganbilangan mutawatir
4. Pengumpulan Qur’an ≠ penukilan Qur’an
Pengumpulan Qur’an
Al-Qur’an
1. pengumpulan ayat-ayat Al Qur'an pada satumushaf, itu bukan bukan pembahasan bahwa ayat-ayat tersebut sebagai Al Qur'an, tapi untukpenetapan mana yang dulu dan mana yang diakhirkan jika dikaitkan dengan yang lain danpanjang serta pendeknya.
2. Pengumpulan mushhaf yang ditulis dihadapan RasulSAW dan meletakkan ayat dibelakang sebagian yang lain di dalam setiap surat sebagaimana ketetapanRasulullah SAW, serta membandingkan denganhafalan para penghafal Al Qur'an.
Assunnah
Wahyu yang maknanya dariAllah swt danlafadznya dariRasulullah saw
2
"Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apayang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah" (TQS Al Hasyr(59):7)
ASSUNNAH
"Barangsiapa yang menta`ati Rasul itu, sesungguhnya ia telahmenta`ati Allah" (TQS An Nisa'(4):80)
"…maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasultakut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih"(TQS An Nur(24):63)
"Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mu'min dan tidak (pula) bagi perempuan yang mu'min, apabila Allah dan Rasul-Nya telahmenetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan(yang lain) tentang urusan mereka" (TQS Al Ahdzab(33):36)
"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga merekamenjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudianmereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamuberikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya" (TQS An Nisa'(4):65)
ASSUNNAH
"Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, makakembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur'an) dan Rasul (sunnahnya)" (TQS An Nisa' (4):59)
"Katakanlah: "Ta`atilah Allah dan Rasul-Nya; jika kamu berpaling, makasesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang kafir"(TQS Ali Imran(3):32).
"Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscayaAllah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu" (TQS Ali Imran(3):31)
Assunnah : Perkataan, perbuatan, taqrir Rasul saw
Menurut Ulama Ushul IJMA’: kesepakatanatas suatu hukum atas suatu fakta bahwa
itu adalah hukum syara'
1. Terdapat pujian kepada shahabat secara keseluruhan2. Para shahabat-lah yang mengumpulkan Al-
Qur’an, menjaganya, dan yang menukilkannya kepadakita.
3. Secara akal, para shahabat tidak mungkin bersepakatdalam kemaksiatan
4. Sesungguhnya Ijma’ Shahabat itu kembali kepada NashSyara’ itu sendiri
KEHUJJAHAN IJMA’ SHAHABAT
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka,"(TQS Al Fath(48):29)
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masukIslam) di antara orang-orang muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepadamereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakanbagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenanganyang besar."(TQS At Taubah(9):100)
PUJIAN KEPADA SELURUH SHAHABAT1
"(Juga) bagi para fuqara yang berhijrah yang diusir dari kampunghalaman dan dari harta benda mereka (karena) mencari karunia dariAllah dan keridhaan (Nya) dan mereka menolong Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar. Dan orang-orang yang telahmenempati Kota Madinah dan telah beriman (Anshar) sebelum(kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka mencintai orang yang berhijrah kepada mereka. Dan mereka tiada menaruh keinginan dalamhati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada mereka (orang Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atasdiri mereka sendiri. Sekalipun mereka memerlukan (apa yang merekaberikan itu). Dan siapa yang dipelihara dari kekikiran dirinya, merekaitulah orang-orang yang beruntung."(TQS Al Hasyr(59):8-9)
PUJIAN KEPADA SELURUH SHAHABAT1
"akan datang pada manusia suatu zaman, lalu sekelompok manusiaberperang dan ditanya: apakah diantara kalian ada orang shahabatRasulullah SAW merekapun menjawab: ya, maka dibukakan(kemenangan) untuk mereka, kemudian pada suatu masa datangsekelompok manusia yang berperang,lalu ditanya: apakah diantarakalian ada orang yang menjadi shahabat shahabat Rasulullah SAW, maka merekapun menjawab: ya, maka dibukakan (kemenangan) untukmereka, kemudian datang sekelompok manusia pada suatu masa lalusekelompok dari manusia tersebut berperang dan ditanya: apakahdiantara kalian ada orang yang menjadi shahabat dari shahabatnyashahabat Rasulullah SAW, merekapun menjawab: ya, kemudiandibukan (kemenangan) untuk mereka". HR. Bukhari
PUJIAN KEPADA SELURUH SHAHABAT1
"sesungguhnya Allah telah memilih shahabat-shahabatku ataspenduduk dunia selain para Nabi dan para utusan". HR. Al Bazzaar
"Allah, Allah (hati-hati) terhadap para shahabatku". HR. IbnuHibban
"sahahabat-shahabatku layaknya bintang, pada merekalahkalian semua mengambil contoh dan petunjuk". HR. Ar Razin
PUJIAN KEPADA SELURUH SHAHABAT1
“Memang sekedar pujian saja bukanlahdalil bahwa Ijma’ Shahabat adalah dalil
syara’, tapi pujian tersebut menunjukkan
kejujuran Para Shahabat sebagai
sesuatu yang Qath’iy”
"Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur'an, dan sesungguhnya Kami benar-benarmemeliharanya."(TQS Al Hijr(15):9)
Pengumpul, Penjaga, Penukil Al-Qur’an
2
"Yang tidak datang kepadanya (Al Qur'an) kebatilan baikdari depan maupun dari belakangnya,“
(TQS Fush shillat(41):42)
Tidak mungkin bersepakat dalam kemaksiatan
3
“Shahabat itu tidak bersepakat atas sesuatu kecuali adapada mereka dalil syara' atas hal tersebut meski mereka
tidak meriwayatkannya.”
Ijma’ Shahabat = Kembali Kepada Nash Syara’
4
IJMA’ SHAHABAT MENGUNGKAP DALIL YANG TAK DIRIWAYATKAN
SHAHABAT?
Shahabi adalah lafadz yang berlaku pada siapasaja yang telah lama bergaul (suhbah) denganNabi SAW, dan banyaknya majlis-majlis merekadengan beliau baik dengan cara mengikuti beliauatau mengambil dari beliau.
Diriwayatkan dari Syu'bah bin Musa As Saylanidia berkata: "saya mendatangi Anas bin Malik lalu saya bertanya: apakah masih ada shahabatRasul selain anda, Anas menjawab: ada orang-orang dari kalangan orang Arab yang melihatbeliau adapun orang yang menjadi shahabatbeliau sudah tidak (ada)". diriwayatkan olehIbnu Abi Shalah dalam Muqaddimahnya.
Imam Abu Bakar Ahmad bin Ali Al Hafidz dengansanad dari Said bin Al Musayyib bahwa diaberkata:"kami tidak mmenghitung merekasebagai shahabat kecuali orang yang telahbersama Rasulullah SAW satu atau dua tahundan berperang bersama beliau satu atau dua kali peperangan".
Berkata Al Mazini di dalam syarah Al Burhan: "bahwa yang kami maksud dengan shahabat itu adil bukan setiap orang yang melihat beliau SAW satu hari atau kadang-kadang melihat beliauatau yang berkumpul dengan beliau untuk suatu tujuan lalu berpisah darikedekatan, tapi sesungguhnya yang kami maksud dengan shahabatadalah mereka yang melazimi beliau dan menolong beliau dan mengikuticahaya yang Allah turunkan pada beliau yang merekalah orang yang beruntung".
Qiyas
“telah mengutus Mu’adz bin Jabal dan Abu Musa Al Asy’arike Yaman sebagai dua orang qadhi pada dua daerah yang
ditentukan untuk masing-masing. Rasulullah bersabda padakeduanya: “dengan apa kalian berdua memutuskanperkara?” mereka berdua menjawab: jika kami tidak
menemukan hokum di dalam Al Kitab juga tidak pula di dalam As sunnah maka kami mengqiyaskan suatu perkara
dengan perkara yang lain, mana yang lebih mendekati yang benar itulah yang kami amalkan. Maka beliau Alaihis-shalatu was-salam bersabda: “kalian berdua benar”.
4
Definisi Qiyas
1. penetapan untuk menyamakan hukum yang telah diketahui atasyang yang lain yang juga diketahui karena kesamaan illat hukummenurut yang menetapkan.
2. mencangkokkan suatu perkara dengan perkara yang lain padahukum syara' karena kesamaan diantara keduanya dalam illat, ataudengan kata lain karena kesatuan mereka pada yang membangkitkan hukum pada masing-masing dari keduanya.
3. ibarah terhadap kesamaan antara cabang dan pokok dalam ilahyang diistimbathkan dari hukum pokok,maka qiyas itu adalahmenghasilkan hukum yang diambil dari pokok untuk memetapkan(hukum) yang serupa pada cabang karena,menurut mujtahid, adakesamaan antara keduanya dalam illat hukum.
Dalil Qiyas sebagai dalil Syara’
1. Dalil Qath’iy & Dzhanniy
ma'qulun nash (aspek rasional dari nash)mujtahid, ada kesamaanantara keduanya dalam illat hukum. maka yang menjadi dalilqiyas adalah illatnya.
2. Ditunjukkan oleh Assunnah
Dari Ibn Abbas bahwa ada seorang wanita berkata wahaiRasulullah: “sesungguhnya ibuku telah meninggal, dan dia adapuasa nadzar apakah aku berpuasa untuk dia? Maka Rasulullahpunbersabda:
"bagaimana pendapat kamu apabila ibumu mempunyai hutangyang harus diselesaikan, apakah kamu akan membayarnya?”wanita tersebut menjawab: Ya, maka beliau bersabda: "puasalahuntuk ibumu”.
Para Shahabat melakukan Qiyas, namuntak ada seorang pun diantara mereka yang
membantahnya
risalah Umar pada Abu Musa:
”mulut dengan mulut untuk hal-hal yang meragukandalam dirimu, karena tidak terdapat di dalam Kitabdan Sunnah, tapi anda mengetahui yang suatubentuk dan yang serupa (dengan bentuk tersebut) maka qiyaskanlah perkara-perkaratersebut, kemudian hal tersebut (ambil) mana yang lebih mendekati yang haq”. Asy Syirazi menyebutkandi dalam Thabaqat Al Fuqaha’.
4 Kekuatan Dalil
Dalil Kewajiban Tarjih Ijma’ Shahabat
sesungguhnya mereka pernah merajihkan khabar (hadits) Aisyah RA mengenai hadits pertemuan dua yang dikhitan, yaitu perkataannya (Aisyah RA) ; ((apabila satu yang dikhitan bertemu dengan satu yang dikhitan lainnya maka diwajibkanlah mandi, saya telah melakukannya bersama Rasulullah Saw kemudian kami mandi)) atas khabar Abu Said al Khudry yang mana perkataanya bahwasanya Nabi Saw pernah bersabda : ((melainkan air berasal dari air)) dan hal tersebut karena istri-istri Nabi Saw lebih mengetahui perbuatan Nabi dari pada laki-laki mengenai perkara-perkara ini.
Ali bin Abi Thalib menguatkan khabar Abu Bakar tanpa menyuruhnya bersumpah dan yang selainnya bersumpah
Abu Bakar memperkuat khabar yang dibawakan oleh al Mughirah mengenai warisan terhadap seorang nenek dimana khabar tersebut diriwayatkan pula oleh Muhammad bin Musallamah, demikian pula Umar menguatkan khabar Abu Musa al Asy’ary mengenai permohonan izin yang disepakati juga oleh Abu Said al Khudry dalam periwayatannya.
Jika pada suatu peristiwa terdapat dua dalil
yang sama-sama layak, namun menunjukkan
hukum yang bebeda.
Tarjih
Ketika dua dalil saling berlawanan dan masih
bisa beramal menggunakan keduanya secara
bersama-sama
TarjihX
Kekuatan Dalil
1.Penggabungan dalil2.Nasakh – mansukh (Assunnah ≠ menasakh Al-
Qur’an)3.Dalil Qath’iy tidak mungkin bertentangan
Al-Qur’an Assunnah Ijma’ Shahabat Qiyas
Assunnah dilihat dari sanad
1.Dikembalikan kepada perawi; perawi langsunglebih rajih dari yang tidak langsung. Ex. RiwayatAbu Rafi’ bahwa Nabi saw menikahi Maimunahsementara beliau dalam keadaan tahallul (HR. Muslim) lebih rajih dari riwayat IbnuAbbas, dimana beliau menikahinya sementaradalam keadaan ihram (HR. Bukhari)
Assunnah dilihat dari sanad
2. Dikembalikan kepada riwayat. Mutawatir > ahad, Musnad > Mursal
3. Dikembalikan kepada waktu periwayatan. Baligh > kanak2
4. Dikembalikan kepada metode periwayatan. Marfu’>tidak marfu’, lafadz>makna
Assunnah dilihat dari sanad
5. Dikembalikan kepada waktu datangnya khabar; diriwayatkan mutlak (mutaakhir) >bertarikh tapiterdahulu, khabar menjelang wafatnya Rasulsaw> mutlaq
Assunnah dilihat dari Matan
1. Larangan > perintah2. Mubah > perintah3. Khabar > perintah4. Khabar > larangan5. Khabar lafadznya haqiqah > lafadznya majazi6. Khabar lafadz haqiqah syar’iy > haqiqah
lughah & ‘urfi7. Khabar ber’illat > khabar tidak ber’illat
Qiyas
‘Illat sumbernya Qath’iy > Dzhanniy
Sharahah
Dalalah
Istinbathah
Qiyasiyah
1. Memerinci keglobalan Al-Qur’an. Ex. "shalatlah sebagaimana kalian melihat aku shalat". Haditsdikeluarkan oleh Al Bukhari.
2. Mentakhsis keumuman Al-Qur’an.Ex. "Allah mensyari`atkan bagimu tentang (pembagian pusakauntuk) anak-anakmu. Yaitu: bahagian seorang anak lelaki samadengan bahagian dua orang anak perempuan" (TQS An Nisa'(4):11). umum"….dan pembunuh sama sekali tidak mewarisi sesuatupun". Haditsdikelurkan oleh Abu Dawud khusus
Penjelasan As-Sunnah terhadap Al-Qur’an
3. Membatasi yang mutlakEx. "…dan jangan kamu mencukur kepalamu, sebelum korban sampai di tempatpenyembelihannya. Jika ada di antaramu yang sakit atau ada gangguan di kepalanya (lalu ia bercukur), maka wajiblah atasnya berfid-yah, yaitu: berpuasaatau bersedekah atau berkurban" (TQS Al Baqarah(2):196)Ditaqyid (dibatasi) dengan"cukurlah rambut kepalamu dan berilah makan enam orang miskin dan tiap-tiapbagian terdiri dari tiga sha' atau puasa tiga hari atau sembelihlah kurban dengansatu hewan qurban" HR. Muslim
4. menggabungkan salah satu hukum cabang dengan pokoknya yang terdapat di dalam Al Qur'an.Ex. "Rasulullah SAW melarang makan binatang buas yang memiliki taring, dansetiap burung yang memiliki kuku". Digabungkan dengan"…dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagimereka segala yang buruk" (TQS Al A'raf(7):157).
Penjelasan As-Sunnah terhadap Al-Qur’an
[email protected]’alam bi Ash-Showab