tukarpendapat.files.wordpress.com  · web viewperspektif islam tentang penyempurnaan kepribadian...

56
KURIKULUM KEISLAMAN V SEKOLAH TINGGI TEHNIK QOMARUDDIN GRESIK I. Tujuan a. Mahasiswa memahami secara keritis dan memperoleh pengetahuan yang memadai tentang Nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, dan dapat mengaktualisasikan dalam kehidupan social b. Bersikap dewasa dan bijaksana dalam menghadapi ragam prolema social di tengah-tengah mesyarakat II. Pokok Bahasan AKTUALISASI NILAI ISLAM DALAM KEHUDUPAN SOSIAL 1. Sikap Keberagamaan dan cara memahami Islam sebagai agama 2. Ibadah sebagai pelembagaan iman 3. Dialektika Islam dan budaya 4. Perspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia 5. Islam dan emansipasi kemanusiaan 6. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan Islan dan Negara) 7. Islam dan pembebasan kaum tertindas 8. Islam dan emansipasi perempuan 9. Islam dan Pluralisme (Pendidikan multi kulturalisme_ 10. Islam dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan Daftar Pustaka: 1. Al-Qur’an dan Terjemah, Dep Agama RI 2. Kontektualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah, Budhy Munawar Rahman (Editor) 3. Islam Doktrin Dan Peradaban, Dr. Nur Cholih Majid 4. Islam Alternatif, Dr. Jalaluddin Rahmat

Upload: vanthuan

Post on 24-Mar-2019

245 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

KURIKULUM KEISLAMAN VSEKOLAH TINGGI TEHNIK QOMARUDDIN

GRESIK

I. Tujuan a. Mahasiswa memahami secara keritis dan memperoleh pengetahuan yang

memadai tentang Nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam, dan dapat mengaktualisasikan dalam kehidupan social

b. Bersikap dewasa dan bijaksana dalam menghadapi ragam prolema social di tengah-tengah mesyarakat

II. Pokok Bahasan

AKTUALISASI NILAI ISLAM DALAM KEHUDUPAN SOSIAL

1. Sikap Keberagamaan dan cara memahami Islam sebagai agama2. Ibadah sebagai pelembagaan iman3. Dialektika Islam dan budaya4. Perspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia5. Islam dan emansipasi kemanusiaan6. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan Islan dan Negara)7. Islam dan pembebasan kaum tertindas8. Islam dan emansipasi perempuan9. Islam dan Pluralisme (Pendidikan multi kulturalisme_10. Islam dan Pengembangan Ilmu Pengetahuan

Daftar Pustaka:

1. Al-Qur’an dan Terjemah, Dep Agama RI2. Kontektualisasi Doktrin Islam Dalam Sejarah, Budhy Munawar Rahman

(Editor)3. Islam Doktrin Dan Peradaban, Dr. Nur Cholih Majid4. Islam Alternatif, Dr. Jalaluddin Rahmat5. Wahyu di Langit,W ahyu di Bumu, Dr. Komaruddin Hidayat6. Islam, Madzhab Masa Depan, Dr. Afif Muhammad7. Dialoq : Kritik Dan Identitas Agama, Djohan Efendi Dkk ( Editor seri DIAN)8. Islam Yang memihak, Moeslim Abdurrahman

Page 2: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

IBADAH SEBAGAI PELEMBAGAAN IMAN

Makna Keimanan

Sebelum sampai pada pembahasan ibadah sebagai pelembagaan iman, terlebih

dahulu perlu dipahami apa makna iman itu sendiri. Kata kerja “amana” berarti

menaruh kepercayaan kepada…, dan berarti percaya akan…. Ia berasal dari akar kata

“a-m-n”, yang mengandung makna keselamatan, kaamanan dan kedamaian, Maka,

“amina” berarti merasa aman, dan mempercayai. Atas dasar ini maka makna

“amanu” tidak sekedar “percaya”, tetapi lebih memiliki penekanan yang kuat,

sehingga ia mengandung pengertian suatu hubungan dan komitmen pribadi, dan

menggambarkan orang-orang yang telah menemukan kaamanan, kedamaian dan

perlindungan Tuhan, yang selanjutnya terikat setia kepadaNya.

Dari penjelasan di atas, maka beriman menuntut adanya kepatuhan dan

kepasrahan terhadap yang diimani (Allah) dan secara aktif melaksankan aktifitas yang

sesuai dengan nilai-nilai yang dikehendaki oleh Tuhan yang diimani (Allah). Dalam

konteks ini maka sangat logis, al-Qur’an selalu menggandengkan antara iman dan

amal shalih. Jadi, keduanya merupakan rangkaian yang tak bisa dipisah dan dipilih

salah satu. Islam adalah agama yang tidak saja mengurus hubungan manusia dengan

Tuhan , tetapi sekaligus juga mengatur hubungan antar manusia dan alam lingkungan.

Para ulama lazimnya membagi ajaran Islam ke dalam empat aspek; akidah, ibadah,

muamalah dan akhlaq. Dua aspek pertama , akidah dan ibadah(dalam arti husus)

disebut “hablum min Allah”, dan dua aspek lainnya, yaitu muamalah dan akhlaq

disebut “hablum min al-nas”. Keempat aspek tersebut harus dipahami secara integral

dan tidak bisa dikapling-kapling. Itulah sebabnya, maka setiap kewajiban dari Allah

untuk manusia, pasti memiliki empat aspek di atas. Contohnya, “shalat” misalnya,

merupakan hubungan langsung dengan Allah. Ia baru dipandang sebagai ibadah jika

didasari dengan iman (akidah). Kendati demikian, ia memiliki aspek hubungan

antarmanusia, yang terlihat dalam salah satu hukmah (pesan moral) , yaitu mencegah

perbuatan keji dan mungkar.

Selain dari itu, iman akan melahirkan tata nilai yang dijiwai oleh kesadaran

bahwa hidup ini bersal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan.(Inna lillahi wa inna

Page 3: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

ilaihi raji’un). Tuhan adalah sang pencipta dan pemelihara alam semesta ini. Seorang

yang beriman harus bersedia mengakui dengan tulus bahwa hanya Tuhanlah (Allah)

satu-satunya sumber otoritas yang seba mutlak, dan pada saat bersamaan mengakui

bahwa yang selainNya adalah nisbi/relatif. Selanjutnya sebagai wujud pengakuannya

itu, maka orang beriman harus senantiasa berusaha terus menerus dengan

kesungguhan (mujahadah) melakukan kedekatan (taqarrub) kepadaNya, sebab sudah

menjadi fitrahnya bahwa manusia selalu merindukan kebenaran, dan kebenaran hakiki

hanya menjadi milik Tuhan.

Makna Ibadah

Ibadah atau tindakan ritual merupakan bagian penting dari setiap agama,

termasuk Islam. Kata “ibadah” dari sudut kebahasaan berarti tunduk, patuh dan

mengabdikan diri. Karena itu makna ibadah kepada Allah adalah tunduk dan patuh

secara tulus kepada semua ketentuanNya. Jika keseluruhan aktivitas hidup ini

dimaksudkan sebagai ibadah, maka harus dikerjakan dengan senantiasa mengikuti

seluruh yang dikehendaki oleh Allah, baik untuk kepentingan di “sini” atau untuk

kepentingan di “sana”, sebagaimana firman Tuhan : “Aku tidak menciptakan Jin dan

manusia kecualai untuk beribadah kepadaKu”. Namun dalam pengertian yang husus,

yang dimaksud ibadah adalah menunjuk kepada amal perbuatan tertentu yang secara

khas bersifat rutual keagamaan. Oleh karena itu yang perlu diperhatikan adalah

ketepatan mengikuti petunjuk agama yang bersumber dari kitab suci (dalam hal Islam

mengikuti ketentuan yang telah dicontohkan Nabi Muhammad) dengan tanpa

sedikitpun hak bagi seseorang untuk membuat kreasi sendiri, tanpa refrensi dari

sumber-sumber yang otentik.

Ibadah dalam arti yang khas, dalam islam memiliki makna yang sangat simbolik.

Ia penuh dengan perlambang yang mengandung arti pengagungan, kepetuhan dan

ketundukan total kepada Tuhan (Allah). Simbol-simbol itu bisa dalam bentuk

pernyataan verbal atau gerakan-gerakan dan aktivitas badaniyah yang bersifat

simbolik. Misalnya ibadah shalat misalnya. Di dalamnya terdapat ungkapan “takbir”.

Pernyataan mengagungkan Tuhan ini melambangkan pengakuan bahwa dalam

Page 4: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

kehidupan ini, yang paling berpengaruh dan menentukan adalah Tuhan. Oleh karena

itu sebagai hamba seseorang harus selalu menggangtungkan diri kepadaNya. Dalam

konteks ini maka seorang yang menyatakan “takbir” dengan sunguh-sungguh, akan

memposisikan diri sebagai hamba yang lemah, dan karenanya, harus tunduk dan

mengabdi kepadaNya, namun pada saat yang sama memiliki harapan dan optimisme

yang besar, karena memiliki pelindung yang Maha Kuasa.

Jadi “ibadah” dapat menciptakan kehangatan hubungan antara manusia dan

Tuhan. Maka dg melakukan aktivitas peribadatan, seseorang dapat meningkatkan

hubungan kedekatan kepada sang Khalik, sehingga ia dapat mengharap pertolongan

dan bimbinganNya supaya mendapatkan jalan menuju kebenaran dan kebahagiaan.

Dengan melalui aktivitas peribadatan, seseorang akan mampu merasakan

kehadiranNya dalam kehidupan ini, sehingga terdorong untuk melaksanakan tanggung

jawabnya secara individual maupun kolektif, sebab merasa berada dalam pengawasan

Tuhan, tetapi pada saat yang sama merasakan damai bersamaNya.

Hubungan Iman dengan Ibadah

Pertanyaan kritis yang muncul antara lain adalah “apakah manusia tidak cukup

dengan beriman dan berbuat baik, tanpa perlu beribadah”. Pertanyaan ini sepitas lalu

tampak logis dan masuk akal. Tetapi pertanyaan ini jika dikaji lebih dalam

menimbulkan berbagai problem.

Pertama, Dalam kenyataan sejarah tidak pernah ada sistem kepercayaan yang

tumbuh tanpa mengintrodusir rutus-ritus. Bahkan pandangan hidup yang anti agama,

seperti komunisme, juga memiliki sistem ritualnya sendiri, mulai dari penghurmatan

pada lambing-lambang partai dan penghayatan terhadap ideologi partai (misalnya

upacara janji prasetia / baiat kesetiaan pada ideology). Maka agama tanpa sisten

ritus/ritual akan kehilangan kehangatan dengan ajaran yang dimiliki.

Kedua, Sistem keimanan berbeda dengan sistem ilmu dan filsafat yang hanya

berdimensi rasionalitas. Sistem keimanan di samping memiliki dimensi rasionalitas,

juga berdimensi suprarasional atau spiritual yang mengekspresikan diri dalam

tindakan kebaktian melalui aktivitas ibadah. Melalui ekspresi ritual ini akan

Page 5: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

memperkuat rasa kepercayaan dan memberikan kesadaran lebih tinggi dalam bidang

amal perbuatan. Di samping itu juga memberikan pengalaman keruhanian yang sangat

berarti bagi rasa kebahagiaan.

Ketiga, iman adalah persoalan yang abstrak, maka dalam rangka mewujudkan

dorongan dalam diri seseorang ke arah perbuatan yang baik haruslah memiliki

kehangatan dan keakraban dalam jiwa seorang beriman, dengan melalui kegiatan

ibadah (ubudiyah).

Keempat, Iman dapat mengalami naik-turun, atau kuat dan lemah, tebal dan tipis,

bertambah dan berkurang. Maka dengan melalui aktivitas peribadatan, seorang

beriman dapat memperoleh sokongan spiritual untuk (secara minimal) mendekatkan

diri kepada Allah, Di samping itu seorang yang beribadah dapat memperoleh

pengalaman ruhani yang dapat menjadi sumber getaran jiwa seorang manakala

disebut nama Tuhan, sehingga mampu mempertahankan, dan meningkatkan

kesadaran keimanannya.

Kelima, seorang beriman dalam menjalani kehidupan ini senantiasa menghadapi

ujian dan cobaan hidup. Jika seseorang tidak memiliki bekal kesabaran dan keteguhan

jiwa yang kuat, maka keimanannya akan trkikis dan bahkan terkalahkan. Dengan

melalui aktivitas ibadah seseorang akan memiliki keteguhan jiwa dan ketabahan hati

(kesabaran) yang sangat tinggi. Di samping itu dapat memiliki jiwa yang lebih

seimbang , penuh harapan dan kesadaran akan rahmat Tuhan. Dengan begitu ia tidak

akan berkeluh kesah menghadapi musibah, dan tidak akan kikir jika sedang

memperoleh keberuntungan. Dengan demikian, maka seorang beriman akan selalu

mengapresiasi ketentuan Tuhan secara maksimal dalam rangka memperoleh ridlaNya.

Dengan ibadah, iman akan berkembang menuju ksempurnaannya.

Page 6: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

ISLAM DAN PENGEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN

Tema ini bisa mengandung berbagai perspektif; normative, filosofis, histories,

sosiologis dan sebagainya. Dalam pembahasan ini akan mengambil sudut pandang

normative, sebuah perspektif yang mengemukakan ujaran dan ajaran yang termaktub

dalam sumber utama Islam.

Secara tekstual sangat gampang dapat ditemukan berbagai firman Allah dalam al-

Qur’an dan sabda Nabi saw yang tegas-tegas mendorong supaya kaum muslimin

membaca dan memikirkan fonomena alam semesta ini. Baik yang bersifat kongkrit

maupun yang abstrak. Ketika Nabi Muhammad memperoleh wahyu pertama, ayat

yang diterimanya adalah perintah membaca (al-Alaq 1-5). Dalam ayat ini tidak

dijelaskan apa yang menjadi obyek pembacaan. Ini berarti bahwa semua fenomena

alam , seluruhnya bisa dijadikan sebagai obyek pembacaan. Surat al- Alaq hanya

memberikan garis, bahwa pembacaan itu harus dilandasi dengan “menyebut asma

Allah”. Oleh para ahli disimpulkan bahwa membaca apapun yang dilakukan umat

Islam harus dalam kerangka tugas pengabdian dan ibadah kepada Allah.

Berdasar penjelasan ini maka umat Islam memiliki hak untuk mengembangkan

berbagai pengetahuan dan tehnologi yang bermanfaat, selama tidak bertentangan

dengan nilai-nilai kemanusiaan dan ketuhanan. Abdus Salam, seorang muslim

pemegang hadiah Nobel 1979 dalam ilmu fisika menyatakan: “Tafakkur adalah

berefleksi, berfikir tentang dan menemukan hukum-hukum alam(sain). Sedang tasykir

adalah memperoleh pengetahuan atas alam (tehnologi). Keduanya, sepanjang zaman,

merupakan dorongan-dorongan seluruh umat manusia. Adalah keagungan Islam

bahwa al-Qur’an dengan perintah yang berulang kali, mengandung suruhan untuk

bertafakkur dan bertasykir(mengejar sain dan tehnologi), sebagai kewajiban atas

masyarakat muslim”.

Sumber-sumber Ilmu Pengetahuan

Al-Qur’an menunjukkan empat sumber untuk memperoleh pengetahuan:

Page 7: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

1. Al-qur’an dan Sunnah Nabi. Keduanya merupakan sumber pertama ilmu. Al-qur’an

berulang kali meningatkan supaya kita memikirkan ayat-ayatNya dan mengambil

pelajaran, serta mengingatkan kita untuk mengambil Rasul sebagai contoh dan

teladan.

Alif, laam, raa. Ini adalah ayat-ayat kitab (Al Qur'an) yang nyata (dari Allah).

Sesungguhnya Kami menurunkannya berupa Al Qur'an dengan berbahasa Arab,

agar kamu memikirkan dan memahaminya.(Q.S. Yusuf 1-2)

Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah

supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran

orang-orang yang mempunyai pikiran.(QS. Shad 29)

Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu

(yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat

dan dia banyak menyebut Allah.(QS. Al-Ahzab 21)

2. Alam semesta adalah sumber kedua. Al-qur’an menyuruh kita memikirkan

keajaiban ciptaan Allah, proses pertubahannya dan hubungannya dengan manusia.

Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung

dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan

berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya

pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang

memikirkan.(QS. Al-Ra’du 3)

Apakah kamu tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air

dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian

ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam

warnanya, lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan,

kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang

Page 8: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai

akal.(QS. Az-Zumar 21)

Allahlah yang menundukkan lautan untukmu supaya kapal-kapal dapat berlayar

padanya dengan seizin-Nya, dan supaya kamu dapat mencari sebagian karunia-

Nya dan mudah-mudahan kamu bersyukur.(QS. Al-Jatziyah 12)

3. Diri manusia adalah sumber ke tiga. Manusia secara pisik maupun psikis supaya

dijadikan bahan renungan dan pemikiran, agar dapat mengambil pelajaran yang

berharga bagi penyempurnaan kehidupan.

Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?.(QS.Al-

Thariq 5)

sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-

baiknya. Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya

(neraka), kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh; maka

bagi mereka pahala yang tiada putus-putusnya.(QS.al-Tin 4-6)

4. Sejarah umat manusia adalah sumber ke empat

Dan apakah mereka tidak mengadakan perjalanan di muka bumi dan

memperhatikan bagaimana akibat (yang diderita) oleh orang-orang yang sebelum

mereka? Orang-orang itu adalah lebih kuat dari mereka (sendiri) dan telah

mengolah bumi (tanah) serta memakmurkannya lebih banyak dari apa yang telah

mereka makmurkan. Dan telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka dengan

membawa bukti-bukti yang nyata. Maka Allah sekali-kali tidak berlaku zalim

kepada mereka, akan tetapi merekalah yang berlaku zalim kepada diri sendiri.

(QS. Ar Rum 9)

Arah Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Page 9: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

Menurut al-Qur’an, tujuan utama mengenal ilmu pengetahuan adalah memahami

tanda-tanda Allah, menyaksikan kehadirannya diberbagai fenomena yang kita amati,

sehingga menimbulkan kesadaran untuk mengagung kan dan bersyukur kepada Allah

Sang Pencipta dan Pemelihara Alam semesta ini. Sebagaimana diisyaratkan dalah al-

qur’an:

Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-

binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya

yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama.

Sesungguhnya Allah Maha perkasa lagi Maha Pengampun. (QS. Fatir 28)

Ilmu dan tehnologi bagaikan pedang bermata dua. Ia dapat digunakan untuk tujuan

yang baik sekaligus tujuan yang jahat. Tehnologi muttahir memang telah memberi

manfaat yang banyak bagi kehidupan ini, tetapi madharrat yang telah ditimbulkannya

jauh lebih banyak lagi. Tehnologi nuklir telah banyak membantu memebrikan sumber

energi, dan membantu dunia kedokteran untuk mendiagnose penyakit serta

membunuh sel-sel kangker. Tetapi seperti telah diketahui bahwa 50.000 dari senjata

nuklir yang ada di dunia ini mampu dan memiliki daya penghancur jutaan kali bom

yang dijatuhkan di Nagasaki. Untuk itu maka kekuatan iman harus dimaksimalkan,

supaya mampu memberikan arah yang benar terhadap pendaya gunaan ilmu dan

tehnologi.

Masa depan umat manusia sepenuhnya akan ditentukan oleh kolaborasi iman dan

ilmu. Jika kolaborasi sinergis dapat berjalan dengan baik, maka masa depan yang

menggembirakan akan terwujud. Sebaliknya jika tidak dapat bertemu dan bahkan

ilmu dan tehnologi yang menang, maka masa depan dunia ini akan suram. Para

ilmuwan dan agamawan supaya dapat duduk bersama memecahkan persoalan

kemanusiaan dengan pikiran jernih. Para ilmuwan diharapkan bersikap rendah hati

dan dapat menerima pesan-pesan agama. Begitu pula kaum agamawan harus

membuka diri dengan temuan dan tawaran ilmu pengetahuan.

Tehnologi memang hanya menawarkan jasa teknik untuk hidup lebih nyaman,

tetapi secara social dampaknya akan sangat besar, karena dapat mengubah pola hidup

Page 10: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

beragama.. Teknologi telepon misalnya akan mengubah tatakrama silaturrahim,

komputer mengubah cara belajar dan televisi akan mendominasi wacana dalam rumah

tangga. Sehingga tanpa di sadari tehnologi akan menjelnya menjadi ideologi (agama)

baru. Dengan begitu kehidupan ini akan sangat ditentukan oleh ilmu dan tehnologi,

tetapi sekaligus akan dibayangi oleh proses pendangkalan terhadap penghayatan

makna hidup, sebab manusia akan menjadi manja. pragmayis dan kurang peka

terhadap dimensi spiritual.

Sadar akan kekurangan ini maka sekali lagi agama sudah semestinya tampil

mendampingi IPTEK supaya dapat memberikan makna dan arah jalannya sejarah

manusia kearah yang manusiawi, sesuai dengan harkat dan martabatnya yang fitri,

yaitu makhluk yang dicipta secara material dan spiritual.

Page 11: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

ISLAM DAN PEMBEBASAN KAUM TERTINDAS

Ada pernyataan menarik untuk kita renungkan dari Moeslim Abdurrahman

(2005) bahwa “kemungkaran sosial lebih berbahaya secara kemanusiaan daripada

kelalaian ritual normatif”. Pernyataan ini sejalan dengan ketentuan bahwa pada

hakikatnya, agama Islam diturunkan untuk kepentingan manusia, bukan untuk

kepentingan Tuhan. Dalam rumusan Imam al-Syathibi, agama disebut sesuatu yang

”bersumber dari Tuhan tapi diperuntukkan bagi manusia” (Ilâhiyatul masdhar wa

insâniyyatul maudhû’).

Rumusan ini menggambarkan bahwa pola keberagamaan yang ideal adalah

terjadinya pergulatan antara hubungan manusia kepada Tuhan dan kepada sesamanya.

Ini juga berarti bahwa pelaksanaan ritual-formal-individual agama harus bersinergi

dengan upaya pembelaan atas nilai-nilai kemanusiaan (hablum minallah dan hablum

minannas).

Kini, fenomena religiusitas masyarakat Indonesia mengalami peningkatan

yang cukup pesat. Gairah religiusitas masyarakat mengalami eskalasi yang sangat

menggembirakan. Namun, tingkat korupsi juga semakin mengharu-biru. Ini kenyataan

yang ironis, karena kenyataan itu terjadi di negara berpenduduk Muslim terbesar di

dunia.

Selama ini ada asumsi umum (salah kaprah) cukup kuat di tengah masyarakat

bahwa substansi agama terletak pada ritual-formal-individual setiap pemeluk agama.

Amalan-amalan ritualistik ini diyakini sebagai kunci penting menuju surga. Ia akan

membawa pada keselamatan dan kebahagiaan eskatologis yang abadi. Akibat pola

pemahaman agama semacam ini, seseorang yang makin saleh secara ritual tidak

secara otomatis peduli terhadap persoalan kemanusiaan.

Karena itu, menumbuhkan semangat pembaruan dan penyegaran pemahaman

keagamaan cukup mendesak untuk dilakukan. Pola keberagamaan seseorang sejatinya

baru dapat dinilai ideal dan utuh (kaffah) apabila dibarengi upaya serius bagi

Page 12: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

pemihakan terhadap orang-orang yang tesisihkan (mustad'afin). Dengan kata lain,

tingkat kesalehan ritual-formal-individual haruslah bersinergi dengan kesalehan sosial

dan perhatian terhadap aspek kemanusiaan.

Ajaran Islam Sebagai Kekuatan Pembebas

Di bawah ini akan dikemukakan konstruksi Agama Islam yang kaffah, agama

yang senantiasa menuntut umatnya tidak hanya shalih secara ritual , tapi juga harus

shalih secara social secara sinergis, terutama dalam membebaskan kaum tertindas

(mustadh’afin).

Pertama, dari sisi historis awal mula kelahiran agama Islam, adalah untuk

merespons penderitaan dan kesengsaraan yang mencekam kehidupan umat manusia

akibat penindasan dan eksploitasi yang dilakukan komunitas sosial maupun individul

yang dominan. Agama Islam lahir sebagai bentuk keprihatinan atas realitas sosial

yang timpang. Untuk itu, kehadirannya merupakan upaya kritik dan pembelaan atas

upaya-upaya dehumanisasi, penistaan terhadap harkat dan nilai-nilai kemanusiaan.

Dalam catatan sejarah, sejumlah pendiri agama (Nabi) justru datang dari

komunitas sosial yang mengalami penindasan dan eksploitasi cukup lama. Nabi Musa

tampil karena prihatin atas penderitaan Bani Israil yang dalam rentang waktu cukup

lama ditindas Fir’aun. Isa al-Masih , putra Maryam juga datang kerena prihatin atas

penderitaan rakyat banyak pada zamannya.

Nabi Muhammad juga mempunyai peranan dan misi yang sama. Pada awal

masa kelahirannya, Islam melontarkan kritik cukup mendasar pada sistem sosial-

ekonomi dan budaya Quraisy Mekkah. Sistem sosial-ekonomi yang menindas dan

diskriminatif serta ketiadaan tanggung jawab sosial (sense of social responsibility) itu

cukup mengakar dalam kehidupan mereka sehari-hari.

Melihat kondisi sosial yang amat timpang ini, Nabi Muhammad saw

mengambil peran sebagai pemimpin kaum tertindas dan lebih memilih gaya hidup

Page 13: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

mereka (bersahaja dan kesederhanaan). Kemudian beliau melakukan upaya

pembelaan terhadap mereka. Itulah uraian ringkas yang cukup mudah kita temukan

dalam beberapa literatur sejarah agama Islam dan pendirinya.

Kedua, dari sisi doktrinal-normatif agama, teks-teks suci agama yang bersifat

normatif sangat perlu dipahami secara utuh, sehingga nilai-nilai substansial agama

dapat ditangkap secara keseluruhan. Dalam banyak ayat Alqur'an, misalnya, kita

dapat menemukan penjelasan bahwa agama megidealkan antara dua kepentingan,

kepada Tuhan dan manusia. Bahkan problem kemanusiaan terkadang lebih penting

untuk dikedepankan.

Surat-surat awal Alqur’an seperti al-Ma’un, al-Kautsar, al-Humazah, al-Fajr,

al-Lail dan al-Balad, menunjukkan indikasi ke arah itu. Surat-surat tersebut sangat

mengecam praktik akumulasii kekayaan yang diperoleh melalui cara eksploitasi sosial

ekonomi dalam bentuk ketidakpedulian atas penderitaan orang-orang tertindas dan

lemah (anak yatim, miskin, dll.).

Dalam surat al-Ma'un juga ditegaskan bahwa para pendusta agama adalah

mereka-mereka yang hanya menikmati sembahyang (juga ritual-ritual formal lainnya),

tapi lupa akan nasib orang-orang yang tereliminasi dan menderita secara sosial-

ekonomi. Bahkan, dari sekian banyak ayat Alquran, jumlah ayat-ayat yang berkaitan

dengan kehidupan sosial jauh lebih banyak ketimbang ayat-ayat ibadah ritual-formal-

individual. Bahkan, perbandingannya hampir satu berbanding seratus.

Hal ini cukup menjadi bukti bahwa agama Islam, sejatinya untuk menjaga

nilai dan memenuhi kepentingan kemanusiaan. Dalam kaidah usul fikih pun

disebutkan bahwa “amal perbuatan yang dapat dirasakan mamfaatnya oleh orang

banyak lebih utama daripada amalan yang manfaatnya hanya dirasakan diri sendiri”

(al-muta’addî afdlal minal qâshir). Itulah penjelasan cukup valid yang mudah

ditemukan, ketika kita membaca beberapa literatur sejarah agama Islam dan sumber

doktrinal-normatif nya secara utuh.

Page 14: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

Dalam surat al-A’raf: 157 dinyatakan dengan tegas bahwa misi Nabi

Muhammad yang menjadi cirikhas umat Muhammad adalah untuk membebaskan

belenggu yang melilit umat manusia.

عندهم مكتوبا يجدونه الذي األمي النبي الرسول يتبعون ذينال ويحل المنكر عن وينهاهم بالمعروف مهيأمر واإلنجيل التوراة في واألغالل إصرهم عنهم ضع وي الخبائث عليهم ويحرم الطيبات لهم النور واتبعوا ونصروه وعزروه به ءامنوا فالذين عليهم كانت التي(157) لمفلحون ا هم أولئك معه أنزل الذي

“Yaitu orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka

dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh

mereka mengerjakan yang ma`ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang

mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi

mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-

belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya,

memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan

kepadanya (Al Qur'an), mereka itulah orang-orang yang beruntung.

Atas dasar inilah , maka Dr. Ali Syari'ati mendefinisikan ”manusia

tercerahkan” adalah ”mereka-mereka yang tak hanya memiliki tanggung jawab

ibadah-ritual kepada Allah, tapi sekaligus orang yang punya tanggung jawab sosial

kemanusiaan pada sesama saudara manusianya”. Tanpa adanya komitmen sosial

(ibadah sosial) seseorang belum dapat dikatakan sebagai manusia yang tercerahkan

dan pola keberagamaannya tidak dapat dianggap utuh.

Sampurnan, 19 Januari 2008

Page 15: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

HUBUNGAN ISLAM DAN NEGARA

Berbicara tentang hubungan Islam dan Negara merupakan hal yang sangat menarik.

Selama ini paling tidak ada dua pandangan di kalangan umat Islam; apakah negara

kaum muslimin itu harus berupa negara agama(dalam arti kekuasaan negara

dikendalikan oleh kaum agamawan dan norma-agama, misalnya negara harus

berbentuk Khilafah) atau boleh negara sekuler (dalam arti institusi kenegaraan yang

digunakan dan norma yang mengendalikan dirumuskan berdasar kesepakatan warga

negara, misalnya dalam bentuk negara nasional).

Telah disepakati bahwa hubungan antara agama dan negara, keduanya saling

membutuhkan guna saling memperkokoh cita-cita dan eksistensi masing-masing.

Sebab dalam negara harus ada values (nilai-nilai) yang biasanya ada dalam ajaran

agama. Oleh karena itu sesungguhnya negara memerlukan dukungan dan kontrol dari

agama. Demikian pula sebaliknya, karena agama juga membutuhkan struktur dan

fasilitas politik untuk menyebarkan nilai dan misi agama , maka agamapun

membutuhkan negara.

Persoalan yang dihadapi, bahwa sekarang ini tidak ada negara yang tumbuh di luar

wilayah nasionalitas (yang dihuni oleh pemeluk agama yang plural), dan karena

pemeluk agama adalah juga sebagai warga negara, maka tuntutan agama dan negara

bertemu dalam sebuah pribadi. Oleh karena itu secara politis harus dicarikan titik

temu dan rambu-rambu, supaya kehidupan negara dan warganya berjalan secara

damai. Namun dalam perjalanan sejarahnya sering kali terjadi benturan antara agama

dan negara. Hal ini terjadi karena berbagai factor. Antara lain adalah, karena artikulasi

agama sering kali ditentukan oleh kepentingan individu dan kelompok, sehingga bisa

terjadi benturan dengan kepentingan individu dan kelompok yang sedang bertengger

dipuncak kekuasaan negara. Di sinilah dapat dipahami mengapa perebutan kekuasaan

antara berbagai kepentingan terjadi, termasuk antar pemeluk agama sering dijumpai.

Islam Dan Institusi Negara

Page 16: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

Jika kita meperbincangkan geneologi civil society, antara tradisi yang berkembang

di Barat dan Islam memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Yesus (Nabi Isa as)

lahir dan berjuang tetapi kalah dihadapan kekuasaan politik. Sementara itu Nabi

Muhammad saw lahir di padang pasir, kemudian berjuang dan menang, bahkan

menegakkan kekuasaan politik dan mewariskannya kepada generasi sesudahnya. Di

sinilah jelas perbedaannya. Oleh karena itu, di Barat pemisahan agama dan negara di

dasarkan pada sejarah dan ajaran yang berbeda dari pengalaman Islam. Negara begitu

mandiri dan independen, serta didukung oleh rasionalitas sekuler. Sedangkan dalam

pengalaman sejarah Islam intervensi ulama dan agama sangat kuat. Jika di Barat

secara empiris-historis mereka sepakat membangun negara sipil berdasar humanisme

rasional, maka dalam Islam hingga sekarang ini masih sedang mencari format yang

pas dalam konteks negara modern. Boleh saja kita berpendapat bahwa negara

Madinah adalah egaliter, adil dan demokratis, namun perlu dicatat bahwa factor Nabi

Muhammad saw sebagai figur sentral yang sangat kuat, yang menjamin persamaan.

Setelah Nabi saw wafat , maka persamaan itu lenyap dan digantikan oleh faham

dinastiisme.

Lalu bagaimana sebenarnya konsep Islam.Tidakkan konsep khilafah yang pernah

berjaya pada masa sahabat dan dinasti sesudahnya itu merupakan contoh ideal yang

harus diadopsi dan diperjiangkan?. Dalam hal ini sampai kini masih diperdebatkan.

Jik kita melihat pada doktrin keagamaan otentik berupa nash, maka pandangan

tentang khilafah sebagai institusi kenegaraan yang mengikat, agaknya cukup sulit.

Berbagai data histories menunjukkan bahwa khilafah sebenarnya tidak termasuk

bagian dari doktrin keagamaan, tetapi masuk pada wilayah instutusi social. Dan

sebagai institusi social, maka konsep khilafah selalu berubah secara dinamis,

mengikuti dinamika social di sekitarnya. Khilafah yang terbentuk sebara demokratis

(dengan segala variannya) di masa khulafaurrasyidin, pada ahirnya berubah menjadi

autokratik-monarkhis. Dan sebutan kholifah juga mengalami perkembangan, seperti

Amirul Mukminin, Sulthan, Amirul Umara’, Imam, Syarif, Khan dll.

Kelemahan konsep khilafah untuk dijadikan sebagai rujukan tunggal sebagai

institusi kenagaraan kaum muslimin, di samping tidak adanya landasan tekstual yang

kongklusif, juga tidak ditemukannya struktur organisasi yang baku dan landasan

filosofis yang dapat dijadikan sebagai acuan secara universal, sekalupun sejak zaman

Page 17: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

nabi Muhammad , masyarakat muslim telah terhimpun dalam sebuah organisasi

politik bernama negara. Sebagai negara yang berdaulat, khilafah tentu saja telah

memiliki struktur, walaupun sederhana, tetapi itu bukan berdasar landasan normative,

tetapi bergerak atas kebutuhan histories, berdasar ijtihad para ulama sesuai zaman dan

tantangan yang dihadapi. Landasan tekstual yang ada hanya memberikan konsep dasar

yang tidak bersifat kelembagaan, tepi lebih bersifat moral dan spiritual. Misalnya

perintah musyawwarah, berbuat adil, persamaan hak didepan hokum.

Bukti klasik tentang tidak adanya rujukan tekstual yang kongklusif tersebut adalah

bahwa setelah Rasulullah wafat, para sahabat tidak memperoleh acuan normative dari

Nabi/Rasulullah untuk menentukan figure penggantinya sebagai penyelenggara tugas-

tugas ekskutif pemerintahan Madinah. Nabi tidak menentukan siapa penggantinya

kelak setelah beliau wafat. Keriteria yang diperlukan untuk mengangkat pengganti

beliau justru diperoleh dari gagasan para sahabat, yang kemudian mereka tuangkan

dalam prosedur pengangkatan Khalifah Abu Bakar. Prosedur pemilihan yang dikenal

dengan bay’at tsaqifah ini ditetapkan oleh muslim sunni sebagai landasan ideal untuk

menyelenggarakan suksesi kepemimpinan dalam Islam. Terhadap prosedur pemilihan

Abu Bakar ini, para ahli menilainya sebagai asas konsep demokrasi dalam Islam.

Argumentasi yang dijadikan pertimbangan ialah adanya tiga komponen penting yang

dilaluinya, yaitu pencalonan (nomination), kompromi antar kelompok (mutual

consultation) dan bay’at (kontrak antara publik dan pemimpin terpilih).

Dari penjelasan ini, dapat disimpulkan bahwa suksesi kepemimpinan versi sunni

(ahlu sunnah), dari sudut kelembagaannya masuk katagori institusi social.

Pengkatagorian ini berangkat dari legitimasi yang diperolehnya berdasar consensus

publik serta dibuat atas dasar akad kontrak antara pemimpin terpilih dengan rakyat.

Maka sebagai institusi social , khilafah memiliki ruang gerak yang dinamis, mengikuti

dinamika social yang berlangsung. Oleh karena itu, nama dan struktur kenegaraan

Islam dapat berubah sesuai dengan perkembangan. Itulah sebabnya, maka sejarah

ke=khalifahan dalam Islam berkembang sesuai dengan konteks kemaslahatan yang

dihadapi. Dengan demikian, maka institusi kenegaraan yang berbentuk republik atau

monarkhi sebagaimana Arab Saudi dan sebagainya, selama menghadirkan

kemaslahatan, maka Islam tidak mengingkarinya.

Page 18: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

Dalam konteks ini yang penting digaris bawahi adalah tegaknya keadilan,

kemaslahatan dan kedamaian warganya. Oleh karena itu peran agama menjadi sangat

penting untuk dijadikan sebagai acuan moral dan spiritual. Kaidah Fiqih

menyatakan :”Tasharruful Imam manutun bilmaslahat” (Aktivitas dan kebijakan

kepala negara dalam penyelenggaraan pemerintahan harus sesuai dengan tuntutan

kemaslahatan warga negara). Nabi juga menyatakan : “tidak ada ketaatan kepada

seseorang yang melakukan penyimpangan agama”.

Sebagai acuan moral dan spiritual, maka agama (Islam) akan memberikann

arah bagi negara supaya tetap berjalan dan dapat dipertangung jawabkan sesuai

dengan cita kemanusiaan dan ketuhanan. Dari sudut pandang Islam, Negara adalah

instrumen , alat yang penting untuk menyosialisasikan cita-cita moral Islam. Dan

sebagai alat, maka negara tidak harus bernama Islam. Karena itu untuk kasus

Indonesia, negara Pancasila dapat dijadikan sebagai instrumen guna melaksanakan

cita moral Islam berupa kebebasan, keadilan, kemakmuran, persamaan, persaudaraan

dan sebagainya.

Persoalan yang muncul kemudian adalah maukah Pancasila menerima

landasan moral Islam (Nilai-nilai kenabian). Meminjam teori A.J. Taynbee, bila kita

berbicara tentang nilai kenabian, maka semua agama samawi banyak memiliki

persamaan. Dengan demikian usaha bersama untuk menggali dan merumuskan nilai-

nilai itu antar berbagai pemeluk agama sangat mungkin dilakukan, asal iklim yang

baik dan segar dapat diciptakan. Kesemuanya ini tergantung kemauan politik yang

bertangungjawab dan tulus serta sifat kenegarawanan yang dewasa.

Ketika negara melakukan penyimpangan moral, maka agama (Islam) dan

ulamaknya harus melakukan koreksi dan kritik membangun. Ketika masyarakat

menglami tingkat ekonomi yang surplus, agama akan menawarkan keseimbangan

yang bersifat etik dan spiritual. Menghadapi masyarakat yang tingkat pendidikannya

rendah dan terbelakang, agama akan dating memberikan seruan untuk meningkatkan

etos belajar. Ketika terjadi ketimpangan ekonomi, agama akan berjihad untuk

menyerukan pemberantasan kemiskinan, dan ketika korupsi tak terbendung, maka

agama akan berjihad menyerukan pemberantasan korupsi.

Modus kehadiran agama seperti ini biasanya bersifat langgeng, menyertai

kehidupan manusia yang fluktuatif. Di sini agama selalu hadir memberikan jawaban

Page 19: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

yang pasti, berupa kesejukan, ketentraman dan kepasrahan. Dari penjelasan ini dapat

dipahami mengapa jarang sekali didapati negara yang dapat melepaskan diri dari

pengaruh agama sama sekali. Negara-negara barat, termasuk Amerika, tidak pernah

sepi dari pengaruh kaum agamawan, seperti Paus di Vatikan.

Page 20: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

DIALEKTIKA ISLAM DAN BUDAYA

Yang dimaksud judul ini adalah hubungan timbal balik yang saling membutuhkan

dan mempengaruhi. Islam merupakan ajaran keselamatan yang bersifat spiritual. Oleh

sebab itu ia harus diformulasikan oleh bahasa budaya yang penuh bijak, lembut dan

beradab.

Kaum positivisme menganggap agama sebagai puncak ekspresi kebudayaan.

Akan tetapi sebaliknya menurut kaum teolog dan agamawan, kebudayaan merupakan

perpanjangan dari prilaku beragama. Agama bagaikan ruh yang datang dari langit,

sedangkan budaya adalah jasad bumi yang siap menerima ruh agama, sehingga

pertemuan keduanya melahirkan peradaban. Ruh tak bisa beraktifitas dalam pelataran

sejarah tanpa jasad. Sebaliknya jasad akan mati dan tak sanggup menggapai makna

dan nilai-nilai tanpa agama.

Untuk memahami kehidupan beragama, bisa dipahami melalui dua dimensi;

personal dan cultural. Melalui dimensi personal, agama memberikan acuan hidup

seseorang dan untuk memberikan makna bagi setiap tindakan yang dilakukan. Jika

sain dan teknologi menawarkan jasa tehnik menyelenggarakan hidup, maka agama

akan memberikan arah dan makna serta tujuan hidup. Sedang dimensi cultural,

memahami hehadiran agama akan bergerak dan tumbuh melalui wadah kultur,

sehingga akan muncul kultur yang bercirikan agama, atau simbul-simbul cultural

yang digunakan untuk mengekpresikan nilai agama. Oleh karena itu mengingat

masyarakat tumbuh dalam sebuah kultur yang beragam, maka ekspresi sebuah agama

secara kultural dan simbolik bisa juga beragam, sekalipun pesan yang dibawa sama.

Selanjutnya mengingat kualitas individu dan budaya di mana sebuah agama

tumbuh bukanlah seperti kaset kosong , maka antara agama dan budaya pada ahirnya

tidak mungkin dipisahkan , Keyakinan agama seseorang akan merasuki kehidupan

dan tindakannya. Menyadarai hal ini maka sangat logis bahwa ekspresi dan artikulasi

keagamaan tidak pernah berwajah tunggal. Dalam konteks Islam. Sekalipun terdapat

ajaran baku yang diyakini bersama, namun pada level pemahaman, penafsiran , tradisi

ban keyakinan, akan dijumpai keragaman. Bahkan sebagian keragaman ini telah

melembaga sebagai madzhab (school of thought)

Page 21: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

PERSPEKTIF ISLAM TENTANG PENYEMPURNAAN

KEPRIBADIAN MANUSIA

Di kalangan Sufi, dikenal suatu riwayat sebagai semboyan “siapa yang dapat

mengenali diriya maka ia akan mengenal Tuhannya”.Dari ungkapan ini, maka

mengenali diri sendiri merupakan tangga yang harus dilewati seseorang untuk

mendaki ke jenjang yang lebih tinggi dalam rangka mengenal (memahami) Tuhan.

Namun persoalan serius yang dihadapi manusia (sebagaimana diakui para psikolog,

failosof dan para ahli lainnya), pada umumnya mereka mengalami kesulitan, bahkan

gagal dalam mengenali jati diri dan hakikat kemanusiaannya.

Siapa sesungguhnya hakikat manusia, apakah ia mahluk material/jasmani,

ataukah ia sesungguhnya mahluk sepiritual. Dalam al-Qur’an ia terkadang disebut

dengan “ basyar” dan kadang disebut dengan “insan”. Kata “basyar” memiliki makna

tampak dan indah. Dari sini manusia berbeda dengan jin yang tak tampak. Kata

“basyar” biasanya digunakan untuk menyebut proses kejadian dan perkembangan

manusia mulai awal hingga mencapai dewasa. Sedangkan kata “insan” terambil dari

akar kata “uns” yang artinya jinak dan harmonis. Kata “insan” ini digunakan untuk

menunjuk totalitas manusia yang meliputi jiwa, raga , pisik dan psikis dengan segala

keunikannya.

Dalam al-Qur’an dinyatakan secara tegas bahwa manusia merupakan makhluk

ciptaan Allah yang terbaik di banding makhluk lainnya(al-Alaq: 4). Ia memiluki

potensi yang demikian prima. Namun begitu Allah segera memperingatkan bahwa

kualitas kemanusiaannya (secara actual), masih belum selesai (setengah jadi),

sehingga masih harus berjuang untuk menyempurnakan dirinya.(al-Syams: 7-10).

Proses penyempurnaan ini sangat mungkin untuk dilakukan, sebab pada naturnya

manusia itu fitri , hanif dan berakal.Bahkan disamping sebagai hamba Allah, manusia

ditugasi memikul amanat sebagai khalifah (pemimpin untuk memakmurkan bumi)di

muka bumi ini.

Kemudian bagaimana proses penyempurnaan itu harus dilakukan. Banyak

para ulama menyampaikan pendangan dan pengalamannya. Di antaranya Ibnu Arabi.

Ia menggambarkan bahwa di dalam diri manusia terdapat tiga komponen yang amat

Page 22: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

menentukan kualitas kemanusiaannya; yaitu ruh, jasad dan nafsu. Ruh diciptakan

Allah dari spiritNya, karena itu dia cenderung pada hal-hal yang suci dan baik.

Sedang jasad manusia diciptakan dari tanah, karena itu memiliki kecenderungan yang

rendah dan kotor. Adapun nafsu diciptakan sebagai barzah(terminal) yang ada di

antara ruh dan jasad. Nafsu merupakan motor yang mendorong seseorang untuk

berbuat sesuatu. Jika nafsu dapat didekatkan kepada ruh, maka ia akan cenderung

kepada hal-hal yang suci dan baik. Dan pada gilirannya manusia akan memiliki

kecenderungan untuk berbuat baik dan suci. Sebaliknya jika nafsu manusia dekat

dengan jasad, maka ia akan memiliki kecenderungan kepada hal-hal yang buruk dan

rendah. Maka pada gilirannya manusia akan gemar melakukan perbuatan tercela dan

rendah. Atas dasar ini, maka proses penyempurnaan dirinya, manusia harus

senantiasa berjuang mendekatkan nafsunya kepada hal-hal yang bersifat spiritual dan

suci, supaya nafsunya menjadi nafsu mutma’innah.yaitu nafsu yang damai dan

mendapat ridlo Allah.

Mengapa nafsunya yang dikendalikan, sebab masalah utama yang dihadapi

manusia supaya hidupnya damai, adalah memelihara da meningkatkan kesucian

jiwanya. Dengan jiwa yang bersih, maka ia akan senantiasa berpikir pisitif dalam

menghadapi berbagai romantika dan problema kehidupan ini.

Salah satu tahapan untuk meningkatkan kesucian jiwa yaitu melalui tiga

maqam tahapan; ta’alluq, takhalluq dan tahaqquq. Pertama, proses ta’alluq ini bisa

dilakukan melaui dzikir, yaitu berusaha mengingat dan mengikatkan kesadaran hati

dan pikiran kita kepada Allah. Di manapun kita berada jangan sampai lepas dan

melupakan Allah sebagai Tuhan dan Pemelihara alam semesta ini.Perbuatan ibadah

mahdlah (murni) seperti shalat misalnya merupakan sarana dzikir yang paling ampuh

(Aqimisshalata li zdikri). Kedua, takhalluq; yaitu secara sadar berusaha meniru sifat-

sifat Allah yang Maha Mulya, sehingga setiap mukmin memiliki sifat dan prilaku

yang terpuji. Proses ini disebut juga sebagai proses internalisasi sifat-sifat Tuhan ke

dalam diri manusia. Maqam Ketiga tahaqquq, yaitu suatu kemampuan untuk

mengaktualkan kesadaran dan kapasitas diri sebagai mukmin yang (dalam dirinya)

telah didominasi oleh kesucian dari sifat-sifat Tuhan, sehingga prilaku dan sikapnya

secara otomatis mencerminkan kecian dan kemulyaan sifat-sifat tersebut (berakhlaqul

karimah).

Page 23: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

Inilah salah satu kesimpulan dari proses yang ditawarkan Allah jika seseorang

ingin mendapatkan kebahagiaan hidup, yaitu mensucikan jiwa, sebagaimana

diisyaratkan dalam surat al-Syams 7-10 :

) سواها وما (7ونفس وتقواها) فجورها (8فألهمها زكاها) من أفلح )9قد

) دساها من خاب )10وقد

Page 24: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

ISLAM DAN EMANSIPASI KEMANUSIAAN

Kata “emansipasi” berasal dari bahasa Inggris yang artinya pembebasan, yakni

pembebasan dari berbagai belenggu yang mengganggu eksistensi dan martabatnya

sebagai manusia. Tema yang akan dibicarakan ini dalam rangka menjawab sebuah

pertanyaan; Apakah Islam (ajaran-ajarannya) sesuai dengan nilai-nilai kemanusiaan?.

Sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Tin, bahwa manusia merupakan puncak

ciptaan Allah dan makhlukNya yang tertinggi. Hal ini mengambarkan betapa

tingginya harkat dan martabat kamanusiaan. Tetapi dalam surat tersebut juga

ditegaskan bahwa derajat dan martabat manusia bisa terprosok dan jatuh pada kaadaan

yang paling rendah, bahkan dalam surat al-A’raf 179 dinyatakan bahwa kejatuhan

mereka itu bisa lebih rendah di bawah derajat binatang. Untuk menjaga dan

membebaskan dirinya dari kejatuhan itu diserukan supaya manusia mempercayai

Allah (iman) dan berbuat kebajikan (amal shalih).

Dari penjelasan kitab suci al-Qur’an di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut asal

kejadiannya(potensi), manusia itu merupakan makhluk mulya, tetapi kerena berbagai

hal yang muncul, dan disebabkan oleh kelalaian dan kecerobohannya sendiri (secara

actual), manusia sering kali keluar (bahkan menyimpang) dari fitrahnya, sehingga

terjatuh ke dalam lembah kehinaan. Manusia akan terlesamatkan jika ia memiliki

komitmen terhadap nilai-nilai ilahiyah dan berbuat baik kepada sesamanya. Dari

perspektif ini maka dapat dipahami bahwa kehadiran para Rasul di tengah-tengah

kehidupan manusia adalah untuk memimpin manusia melawan kejatuhannya sendiri.

Atau dalam bahasa lain para Rasul itu memimpin manusia untuk membebaskan harkat

dan martabatnya dari kejatuhan dan kehinaan.

Syirik dan Kufur : Problem Utama Kemanusiaan

Di antara sekian persoalan yang dihadapi umat manusia adalah meraja lelanya

kezaliman , sehingga kadilan nampak sebagai fatamorgana dan ilusi. Eksploitasi,

pemerasan, dan penindasan manusia atas manusia lain merupakan realitas actual yang

menghiasi wajah kehidupan setiap bangsa di muka bumi ini (baik secara politis,

ekonomi maupun budaya). Mengapa manusia melakukan perbuatan yang

Page 25: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

bertentangan dengan nilai-nilai kemanusiaan. Salah satu sebab paling utama yang

memicu munculnya prilaku tersebut adalah sikap Syirik (politeisme) dan kufur

(menentang dan ingkar kepada Allah)

Syirik pada hakikatnya adalah pengangkatan sesuatu selain Tuhan (Allah) secara

batil sedemikian rupa sehingga memiliki nilai lebih tinggi dari manusia sendiri.

Dengan kata lain, orang yang melakukan syirik secara apriori menempatkan diri,

harkat serta martabatnya lebih rendah dari obyek yang di syirikkan (pada hal manusia

adalah mahluk termulya). Dalam kaadaan selanjutnya orang yang bersangkutan dapat

terjerumus ke dalam pola dan sikap hidup atas belas kasih sesuatu yang dimitoskan

tersebut. Ini artinya manusia telah kehilangan harkat dan martabatnya yang tinggi, ia

tidak lagi wujud sebagai manusia yang merdeka, sebab dirinya telah menjadi hamba

dari obyek yang diagungkannya.

Obyek yang disyirikkan bisa berupa sesuatu atau gejala alam, sesama manusia atau

bahkan dirinya sendiri. Seorang musyrik akan terbelenggu oleh sesuatu yang

dimitoskan, karena itu maka ia cenderung menolak kebenaran. Jika yang dimitoskan

adalah dirinya sendiri (karena didorong oleh hawa nafsunya), maka manusia akan

cenderung besikap angkuh dan sombong serta memutlakkan pandangan dan

fikirannya. Orang yang demikian akan mudah terseret kepada sikap-sikap tertutup dan

fanatik, yang akan bereaksi secara negatif terhadap sesuatu kebenaran yang datang

dari luar. Inilah salah satu bentuk kungkungan atau perbudakan oleh tirani egoisme.

Gambaran mengenai kenyataan ini disebut dalam al-Qur’an surat al-Jatsiyah 23:

علم على الله وأضله هواه إلهه اتخذ من أفرأيت غشاوة بصره على وجعل وقلبه سمعه على وختم(23تذكرون) أفال الله بعد من يهديه فمن

“Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai

tuhannya, dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah

mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas

penglihatannya? Maka siapakah yang akan memberinya petunjuk sesudah Allah

(membiarkannya sesat). Maka mengapa kamu tidak mengambil pelajaran?”

Page 26: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

Selanjutnya jika yang dimitoskan berupa alam/gejala alam, maka belenggu itu

akan berwujud tertutupnya kemampuan manusia untuk melihat hokum-hukum alam

secara obyektif. Dengan kata lain syirik menutup pintu ilmu pengetahuan, karena

pendekatan yang digunakan selalu melalui mitologi(mitos) yang lebih banyak

bersandar pada hayalan. Sedangkan mitologi terhadap sesama manusia akan

menghasilkan tirani dan kultus. Hal ini akan menghasilkan efek pembelengguan yang

sangat kuat berupa perampasan hak dan kemerdekaan harkat kemanusiaan, baik dalam

bidang politik, ekonimi dan lain sebagainya. Maka disebabkan sifat pembelengguan

yang menghancurkan harkat dan martabat manusia inilah, perbuatan syirik dinyatakan

sebagai dosa besar yang tidak terampuni. Di anatara tokoh yang dicontohkan sebagai

tiran (thoghut) adalah Fir’un. Ia memerintah sebagai penguasa yang obsolut dan

sewenang-wenang, bahkan mengaku sebagai tuhan.

Islam dan Emansipasi Kemanusiaan

Islam adalah agama kedamaian, keselamatan, dan kesejahtraan. Karena itu

ajarannya selalu ditujukan kepada terwujudnya pribadi dan masyarakat yang adil dan

sejahtra, lahir maupun batin. Ada tiga kata kunci yang sangat penting dalam Islam,

yaitu Iman, Islam dan taqwa. Tiga istilah tersebut memiliki makna mirip dan saling

menyempurnakan. Kata Islam berasal dari “salima, silm dan aslama”. Artinya

selamat, sejahtra dan berserah diri. Dari makna ini dapat disimpulkan bahwa siapa

yang berserah diri kepada Allah, maka akan semat dan sejahtra. Sedangkan kata iman

baerasal dari ungkapan “amana, amanat dan amn”, artinya mempercayai, dapat

dipercaya dan aman. Dari istilah ini maka disimpulkan bahwa siapa yang

membercayai Allah akan menjadi orang yang dapat memegang amanat dan

terlindungi/aman. Adapun istilah taqwa berasal dari kata “waqa, dan wiqayah”,

artinya takut, menjaga diri dan terlindungi. Dari sisni kemudian disimpulkan bahwa

siapa yang takut kepada Allah dengan menjaga ajaranNya, maka akan

terlindung/selamat dari api neraka.

Telah diketahui bersama bahwa titik tekan seruan dan dakwah Islam adalah

bagaimana supaya manusia beriman kepada Allah, Tuhan Yang Maha Esa secara

Page 27: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

benar. Oleh karena itulah maka seruan al-qur’an tentang keimanan banyak ditujukan

kepada kaum musyrik. Yaitu keimanan yang mengajarkan bagaimana mengubah

manusia dari paham tuhan palsu kepada aqidah tauhid. Demi harkat dan martabatnya

sendiri, manusia harus menghambakan diri hanya kepada Allah Yang Esa. Dalam

gambaran grafisnya, manusia harus melihat ke atas hanya kepada Allah Yang Maha

Tinggi, dan kepada alam harus melihat ke bawah. Sedangkan kepada sesama manusia

harus melihat secara mendatar (horizontal). Hanya dengan sikap seperti itu manusia

akan menumukan hakikat dirinya, makhluk ciptaan Allah yang dimulyakannya.

Aqidah tauhid, mengantarkan manusia untuk menjadikan Allah sebagai satu-

satunya tujuan dan orientasi hidupnya. Ungkapan bahwa hidup ini karena dan demi

ridla Allah, menggambarkan orientasi tersebut. Dalam Istilah agama orang yang

bersikap demikian itu dinyatakan mengikuti “jalan lirus” (sirat al-mustaqim), jaitu

jalan yang membentang searah dengan kehendak Allah. Dalam realitas keseharian,

manusia harus senantiasa berjuang untuk hidup sejalan dengan bisikan hati nurani

yang selalu menghendaki kebaikan dan kesucian. Dus ia akan bertindak manusiawi,

karena hati nurani merupakan inti kemanusiaan.

Salah satu konsekuensi logis paham Ketuhanan Yang Maha Esa (tauhid) yang

sangat kuat ialah adanya dampak pembebasan social, yaitu munculnya semangat

egalitarianisme (paham persamaan derajat). Maka atas dasar inilah, ajaran tauhid

menghendaki system kemasyarakatan yang demokratis berdasarkan musyawarah,

yang terbuka, di mana masing-masing anggota masyarakat saling mendengar dan

menghargai, memperingatkan tentang apa yang baik dan benar, tentang ketabahan

menghadapi problema kehidupan. Dari sini dapat dipahami mengapa Islam

menentang absolutisme antar sesama manusia. Kebebasan berdasar kan Tauhid

menghendaki adanya kemampuan menghargai pendapat orang lain, karena mungkin

pendapat yang lain lebih baik dari pada pendapatnya sendiri.

Dengan semangat paham tauhid, tidak dibenarkan adanya klaim seseorang yang

memegang kebenaran mutlaq, dan sebaliknya pahan ini mengharuskan seseorang

berani memikul tanggungjawabnya sendiri, tanpa perantara orang lain. Kebebasan dan

tanggung jawab merupakan dua sisi mata uang yang tak terpisah; tidak ada kebebasan

tanpa tanggung jawab, sebaliknya tidak ada tangung jawab , jika seseorang tidak

bebas. Inilah salah satu dari makna kalimat Suyahadat: Pembebasan dari semua

Page 28: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

belenggu kepercayaan yang batal, disusul kepercayaan dan tanggung jawab kepada

Allah, Tuhan yang benar (hak).

Page 29: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan
Page 30: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

Emansipasi Wanita Dalam Perspektif Islam

Al-Qur'an sebagai rahmat bagi semesta alam (rahmatan lil 'âlamîn) diturunkan untuk memberikan pencerahan. Ayat-ayat al-Qur'an berobsesi untuk mewujudkan keadilan di dalam masyarakat. Oleh karena itu, setiap penafsiran yang telah melahirkan diskriminasi, termasuk menyangkut jender harus ditinjau kembali, karena tidak sejalan dengan misi utamanya. 

Penafsiran terhadap ayat-ayat jender selama ini umumnya masih mempertahankan status quo, di mana laki-laki diberikan peran dominan dalam dunia publik, sedangkan perempuan diberikan peran di dunia domestik. Pembagian peran berdasarkan jenis kelamin jelas merugikan perempuan dan menguntungkan bagi laki-laki. Pembagian seperti ini tidak sejalan dengan semangat yang ingin ditumbuhkan oleh Al-Qur'an. 

Dalam bidang kepemimpinan, kaum perempuan memperoleh akses yang kurang sekali karena seolah-olah sudah mengendap di alam bawah sadar dalam masyarakat bahwa kaum laki-lakilah yang harus menjadi pemimpin bagi kaum perempuan. Dalam bidang ekonomi, kaum perempuan juga banyak dirugikan karena adanya pembagian peran berdasarkan jenis kelamin. Kaum perempuan disudutkan pada sektor domestik dengan alasan kodrat. Kodrat difahami sebagai pemberian Tuhan (Devine Creation), padahal sebagian besar yang disangka kodrat itu sesungguhnya adalah ciptaan masyarakat (social construction). Demikian pula dalam bidang pendidikan, kaum perempuan dianggap tidak mempunyai kemampuan intelektual sebagaimana halnya laki-laki, karena adanya nash yang difahami secara tekstual dan parsial, sehingga tidak sejalan dengan semangat umum al-Qur'an yang menghendaki pemberdayaan manusia sebagai khalifah dan sebagai hamba tanpa membedakan jenis kelaminnya. 

Kisah tentang kebesaran Ratu Balqis diuraikan tidak kurang dari dua surah (an-Naml dan al-Anbiyâ’). Kisah panjang tentang penguasa Saba’ yang makmur tentu bukan sekedar “cerita pengantar tidur”, tetapi sarat(penuh) dengan makna dalam kehidupan umat manusia. Setidaknya, al-Qur’an mengisyaratkan dan sekaligus mengakui keberadaan perempuan sebagai pemimpin. Kita diingatkan bahwa di dalam al-Qur’an pernah ada tokoh perempuan yang mengendalikan kekuasaan besar dan di sekelilingnya banyak tokoh laki-laki.  

Kenyataan yang diperankan Ratu Balqis dan isyarat persamaan hak-hak politik antara laki-laki dan perempuan, lebih otentik dan lebih serasi dengan visi dan misi global al-Qur’an. Al-Qur'an jelas-jelas tidak membenarkan adanya diskriminasi berdasarkan etnik, ras, dan jenis kelamin (49:13).  

Isteri-isteri Nabi sendiri menunjukkan aktivitasnya di bidang ekonomi dalam beragam profesi, seperti Khadijah, konglomerat yang berhasil dalam usaha ekspor-impor; Shafiyah binti Huyay, perias pengantin; dan Zainab binti Jahsy, yang menggeluti industri rumahan menyamak kulit binatang. Ada juga Raithah, isteri Abdullah Ibn Mas’ud yang aktif berbisnis karena suaminya tidak mampu mencukupi

Page 31: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

kebutuhan keluarga. Juga Asy-Syifa, seorang perempuan yang ditugasi Umar mengurusi pasar di kota Madinah. 

Jika ditelusuri ternyata ditemukan beberapa hadis Nabi Saw. yang berbicara tentang kewajiban belajar, baik kewajiban tersebut ditujukan kepada laki-laki maupun perempuan. Dari Anas, dia berkata bahwa Rasululah Saw. bersabda: “Menuntut ilmu adalah kewajiban setiap muslim” (HR. Baihaqi dan Ibnu Majah). 

Para perempuan di zaman Nabi Saw, pernah memohon kepada beliau agar bersedia menyisihkan waktu khusus agar mereka dapat menuntut ilmu, kemudian permohonan ini dikabulkan oleh Nabi (HR. Bukhari dan Muslim). 

Sejarah menunjukkan bahwa banyak perempuan yang sangat menonjol dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, sehingga menjadi rujukan sekian banyak tokoh laki-laki. Isteri Nabi Saw, ‘Aisyah Ra, adalah salah seorang yang mempunyai ilmu pengetahuan yang sangat dalam dan terkenal pula sebagai seorang kritikus, sampai-sampai ada ungkapan terkenal yang dinisbahkan oleh sebagian ulama sebagai pernyataan Nabi Muhammad Saw, “Ambillah setengah pengetahuan agama kalian dari Al-Humaira (yakni ‘Aisyah)”. 

Kemudian, asy-Syaikhah Syuhrah yang bergelar Fakhr An-Nisâ (kebanggaan perempuan) adalah salah seorang guru Imam Syafi’i, tokoh mazhab fiqh yang pandangan-pandangannya menjadi anutan umat Islam di seluruh dunia. Al-Muqari dalam bukunya Nafhu Ath-Thib, sebagaimana dikutip oleh Dr. Abdul Wahid Wafi, memberitakan bahwa Ibnu Al-Mutharraf, seorang pakar bahasa pada masanya, pernah mengajarkan seorang perempuan liku-liku bahasa Arab. Sampai akhirnya, ia memiliki kemampuan yang melebihi gurunya sendiri, khususnya dalam bidang puisi, sehingga ia dikenal dengan nama Al-’Arudhiyat, karena keahliannya itu. 

Secara historis, apa yang dilakukan Nabi merupakan reformasi yang luar biasa untuk menempatkan posisi perempuan setara dengan laki-laki. Tetapi, tidak semua sahabat dapat dengan segera memberikan respon yang emansipatif terhadap reformasi sosial ini. Setidaknya, Umar bin Khattab pernah mengingatkan Nabi bahwa memberikan hak terlalu banyak kepada kaum perempuan, sama artinya dengan membiarkan diri mereka dikuasai oleh kaum perempuan. Ia menghendaki agar Islam lebih menekankan perubahan di dunia publik, tetapi tetap mempertahankan moralitas dunia privat berdasarkan tradisi Arab lama. Karena itu, Umar tetap menginginkan perempuan lebih banyak berperan di bidang domestik. 

Islam memang cenderung membedakan fungsi antara laki-laki dan perempuan tetapi perbedaan itu tidak mengandung unsur diskriminatif. Dasar perbedaan tersebut didasarkan atas kondisi fisik biologis yang ditakdirkan Tuhan berbeda antara satu dengan lainnya, terutama organ seksual. Perempuan memiliki organ reproduksi, seperti rahim untuk mengandung, buah dada untuk menyusui bayi, dan lain sebagainya, sementara laki-laki tidak memiliki organ tersebut. Namun demikan, perbedaan itu tidak mesti diartikan laki-laki lebih utama dan lebih unggul daripada

Page 32: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

perempuan. Kedua jenis makhluk ini masing-masing memiliki keutamaan dan keunggulan.  

Fazlur Rahman pernah menegaskan bahwa perbedaan laki-laki dan perempuan bukanlah perbedaan hakiki tetapi fungsional. Jika seorang isteri di bidang ekonomi dapat berdiri sendiri, baik karena warisan atau kemampuannya sendiri, dan memberikan sumbangan bagi kepentingan rumah tangganya, maka keunggulan suaminya akan berkurang karena sebagai seorang manusia, ia tidak memiliki keunggulan dibanding isterinya. 

Ajaran Islam tidak secara skematis membedakan faktor perbedaan laki-laki dan perempuan tetapi lebih cenderung memandang kedua insan ini secara utuh, antara satu dengan lainnya secara biologis dan secara sosial saling membutuhkan. Boleh jadi, suatu peran dapat diperankan keduanya, tetapi dalam peran-peran tertentu hanya dapat diperankan oleh salah satunya. Yang jelas, Islam telah berperan besar dalam mengangkat harkat dan martabat kaum perempuan. Kalau dalam masyarakat sebelumnya perempuan diperlakukan sebagai "barang", maka setelah Islam datang membawa ajarannya, perempuan terangkat menjadi manusia yang tak berbeda dengan laki-laki.

Dalam gerakan Islam modern, salah satu aspek yang berusaha ditonjolkan adalah pemahaman baru terhadap ajaran Islam yang berkaitan dengan kaum perempuan. Rifa’at at-Tahthawi menyatakan bahwa kaum perempuan mesti memperoleh pendidikan yang sama dengan laki-laki. Mereka harus memperoleh pendidikan agar dapat menjadi isteri yang baik dan menjadi partner suami dalam kehidupan intelek dan sosial, juga agar dapat bekerja seperti laki-laki sesuai dengan batas-batas kesanggupan dan pembawaannya. Ide ini dibawa lebih lanjut oleh Qasim Amin yang menulis buku Tahrîr al-Mar’ah dan al-Mar’ah al-Jadîdah yang di dalamnya dia menekankan emansipasi perempuan dalam Islam. Senada dengan hal tersebut, Muhammad Iqbal menegaskan bahwa laki-laki dan perempuan pada masa sekarang sudah harus disejajarkan

Page 33: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

Emansipasi Wanita Dalam Islam

Posted December 30th, 2008 by i_dare_u

BAB IIIPEMBAHASANA. Fungsi dan Peran Wanita di dalam Kehidupan

A.1 Dalam Ibadah dan MasyarakatSebelumnya kita lihat Firman Allah dalam Al Qur’an yang menyebutkan :“ Dan orang - orang mukmin lelaki dan orang mukmin perempuan sebagian mereka mengasihani sebagiannya , mereka menyuruh akan kebajikan dan melarang dari kejahatan , mereka mendirikan shalat , mereka mengeluarkan zakat dan mereka ta’at / patuh kepada Allah dan RasulNya , mereka itulah yang Allah beri kasih sayang atas mereka , karena sesungguhnya Allah itu mulia lagi bijaksana .” ) Surat At Taubah ayat 71 (Bila kita pahami dan kita tela’ah maksud dari ayat ini menunjukkan bahwa kaum wanita Islam itu dalam beribadah kepada Allah dan dalam masyarakat , tidaklah diperbedakan penghargaan Allah atas kaum wanita dan kaum laki – laki . Begitu juga tugas antara kaum lelaki dan kaum wanita . Meskipun dalam urusan ibadah kaum muslimat itu kadang – kadang ada perbedaan dengan kaum muslimin . Seperti dalam sholat , kaum wanita pada saat kedatangan haidh , tidaklah mereka itu berkewajiban mengerjakannya , demikian juga pada waktu melahirkan ) Nifas ( . Dan selama mereka meninggalkan sholat itu mereka tidak diwajibkan untuk meng-qadha ) membayar ( .Bila kita pahami dan kita tela’ah maksud dari ayat ini menunjukkan bahwa kaum wanita Islam itu dalam beribadah kepada Allah dan dalam masyarakat ramai , tidaklah diperbedakan penghargaan Allah atas kaum wanita dan kaum laki – laki . Begitu juga tugas antara kaum lelaki dan kaum wanita . Meskipun dalam urusan ibadah kaum muslimat itu tempo – tempo ada perbedaan dan kadang – kadang ada berlainan dengan kaum

Page 34: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

muslimin . Seperti dalam sholat , kaum wanita pada saat kedatangan haidh , tidaklah mereka itu berkewajiban mengerjakannya , demikian juga pada waktu melahirkan ) Nifas ( . Dan selama mereka meninggalkan sholat itu mereka tidak diwajibkan untuk meng-qadha ) membayar ( . Begitu pula dalam ibadah puasa , jika mereka kedatangan haidh atau nifas mereka tidak diwajibkan untuk mengerjakanya tetapi berkewajiban unutk meng-qadha ) membayarnya ( dibelakang harinya semua yang telah ditinggalkan .Tentu saja ini berlaku bagi kaum wanita . Untuk kaum lelaki sekiranya tidak ada halangan yang menyebabkan lelaki meninggalkan ibadah kecuali orang-orang yang tidak memenuhi syarat untuk menjalankan ibadah. Hal ini menunjukkan keadilan Allah SWT. Kita juga harus bersyukur , karena bangsa kita Indonesia telah memberikan persamaan hak antara Wanita dan Pria dalam hal beribadah dan hidup bermasyarakat . Terbukti dengan banyaknya kaum wanita Indonesia yang telah mampu dan berhasil melaksanakan ibadah Haji serta ibadah yang lain .Bahkan ada juga diantara para kaum wanita yang telah menjadi seorang pemimpin Islam maupun masyarakat dan Negara.A.2 Dalam pendidikan dan pengajaranAda sebuah hadist yang menyebutkan :“ Menuntut ilmu itu wajib atas tiap – muslim lelaki dan perempuan “.) Riwayat Imam Ibnu ‘ady dan Al Balhaqy dari shahabat. Anas r.a. ( Hadist tersebut menunjukkan bahwa pendidikan itu tidak hanya khusus bagi kaum laki –laki saja tetapi juga bagi kaum perempuan .Bagaimana perempuan akan dapat megerjakan ibadah jika mereka tidak di didik sampai mengerti pengetahuan tentang ibadah tersebut . Tidak mungkin orang dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan dengan tidak mengerti ilmu pengetahuan tentang sesuatu yang akan dikerjakan .Sebab dalam keadaan yang bagaimanapun seseorang pasti membutuhkan pengetahuan , dan pengetahuan itu tentu akan di dapat dari belajar .Pendidikan itulah yang akan membuat seseorang menjadi tahu dan mengerti.

Page 35: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

Selanjutnya dalam Islam kaum Wanita juga tidak dilarang untuk memberikan pengajaran atau mengajarkan ilmu yang telah dimilikinya . Jadi tidak hanya pria saja yang bisa menjadi guru wanita pun juga demikian . Kalau kita mau menelusuri sejarah , kita akan mengetahui betapa besar peranan wanita dalam bidang pengajaran .Bukan hanya menjabat sebagai guru saja tetapi juga sebagai advisur ) Mufti ( dalam urusan ilmu keagamaan dan hukum – hukum yang berkenaan dengan kewanitaan.Jadi kaum wanita dalam Islam itu diberi kebebasan untuk menuntut pengetahuan dan memberikan pengajaran tentang ilmu yang telah diketahuinya .

B. Ketentuan Al-Qur’an Yang Mengatur Wanita“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin[1218], laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut )nama( Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.)Al-Ahzab : 35(”Dari ayat diatas kita bisa melihat betapa islam tidak membedakan antara wanita dan laki-laki, semua sama dihadapan Allah Ta’ala, yang membedakan adalah mereka yang paling tinggi taqwanya.

C. Peran Wanita Sebagai Istri dan IbuC.1 Sebagai IstriSebagai tingkatan hidup yang kedua yang pasti dijalani oleh setiap wanita adalah sebagai istri . Yang dimaksud dengan istri adalah pada waktu wanita telah dinikah / dikawin dengan cara yang sah oleh seorang lelaki /

Page 36: tukarpendapat.files.wordpress.com  · Web viewPerspektif Islam tentang penyempurnaan kepribadian manusia. Islam dan emansipasi kemanusiaan. Islam dan Institusi Kenegaraan { Hubungan

calon suami .Pada saat itulah mereka lepas dari tanggung jawab bapak dan ibunya untuk ikut suaminya sebagai kepala rumah tangganya . sewaktu mereka menjadi istri tentu akan menempuh kehidupan baru , kehidupan yang ada kalanya bagaikan hidup di surga dan adakalanya sebagai neraka . Yakni sesudah mereka dipersuamikan , setelah mereka memutar roda rumah tangga , memutar haluan hidup dan pada tahap inilah mereka mulai menduduki bangku masyarakat yang pertama kali . Karena dalam mengendalikan perputaran hidup dan menjabat selaku ibu rumah tangga , mereka akan hidup bersama famili dan disamping sorang laki –laki yang mungkin menjadi kawan hidup selama – lamanya . Wanita yang telah menjadi istri hendaknya pandai dan cakap mengendalikan dan memimpin serta mengatur rumah tangga , nama selaku kehormatan bagi dirinya tentu diberikan oleh suaminya yang selanjutnya oleh pergaulan lingkungan masyarakatnya. Kewajiban kaum wanita selaku istri diantaranya adalah patuh dan taat terhadap suaminya . Wanita yang baik adalah apabila suaminya melihat kepadanya ia selalu menyenangkan hati suaminya , dan jika diperintah oleh suaminya ia selalu taat dan patuh . Juga sewaktu ditinggal pergi suaminya ia selalu senantiasa menjaga nama baik suaminya .

C.2 Sebagai IbuPada tahap inilah kewajiban seorang wanita menjadi lebih berat . Karena kecuali mereka bertanggung jawab akan kebaikan susunan hidup dalam rumah tangganya , juga bertanggung jawab akan keselamatan anak –anak yang diasuhya. Kebaikan disini yang dimaksud adalah berdasarkan ilmu ketuhanan , berdasarkan pimpinan dari agama yang disertai dengan keterangan dari ilmu pengetahuan , yang dampaknya dapat membawa kearah alam kebahagiaan dan kesejahteraan hidup baik dalam rumah tangga ataupun dalam masyarakat .