penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

20
Page | 1 MAKALAH KELOMPOK PENGANTAR SOSIOLOGI PEDESAAN PENERAPAN TEORI SOLIDARITAS EMILE DURKHEIM PADA MASYARAKAT DI WILAYAH MENDAWAIANGGOTA KELOMPOK : 1. TRISNA VIOLANITA NIM : GAA 112 037 2. ARLINDA SINTIYA A. NIM : GAA 112 043 3. ELVI NIM : GAA 112 045 4. AGUSTINE CAROLINA NIM : GAA 112 063 5. BAHTIAR EDY FAISAL NIM : GAA 112 082 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA PROGRAM STUDI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK TA. 2014/2015

Upload: universitas-palangka-raya

Post on 15-Jul-2015

4.143 views

Category:

Science


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 1

MAKALAH KELOMPOK

PENGANTAR SOSIOLOGI PEDESAAN

“PENERAPAN TEORI SOLIDARITAS EMILE DURKHEIM PADA MASYARAKAT DI

WILAYAH MENDAWAI”

ANGGOTA KELOMPOK :

1. TRISNA VIOLANITA NIM : GAA 112 037

2. ARLINDA SINTIYA A. NIM : GAA 112 043

3. ELVI NIM : GAA 112 045

4. AGUSTINE CAROLINA NIM : GAA 112 063

5. BAHTIAR EDY FAISAL NIM : GAA 112 082

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

TA. 2014/2015

Page 2: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat rahmat-

Nya lah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Pengantar Sosiologi Pedesaan

mengenai “Penerapan Teori Solidaritas Emile Durkheim Pada Masyarakat di Wilayah

Mendawai” dengan baik dan tepat waktu.

Dalam pembuatan makalah ini tentunya tidak mungkin dapat terselesaikan dengan sempurna

tanpa bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada dosen

pengampu mata kuliah Pengantar Sosiologi Pedesaan pak Dedy Ilham Perdana, MA yang telah

banyak memberikan masukan dan pembelajaran kepada penulis. Selain itu penulis mengucapkan

terima kasih juga kepada semua warga serta pimpinan di wilayah Mendawai I RT. 03, RW. IV,

Kel. Palangka, Kec. Jekan Raya atas bantuan dan partisipasinya dalam kegiatan observasi yang

dilaksanakan oleh penulis.

Penulis berharap kepada pembaca yang intelektual untuk memberikan kritikan dan saran

demi kesempurnaan makalah mengenai “Penerapan Teori Solidaritas Emile Durkheim Pada

Masyarakat di Wilayah Mendawai” ini. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi

penulis maupun pihak lain yang membacanya.

Palangka Raya, Oktober 2014

Penulis

Page 3: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penulisan 2

D. Manfaat Penulisan 2

BAB II LANDASAN TEORI

A. Definisi Solidaritas Menurut Emile Durkheim 4

B. Definisi Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik 4

C. Ciri-ciri Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik 4

D. Perbedaan Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik 6

BAB III ANALISA

A. Hasil Analisa 8

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan 12

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

1. Dokumentasi Foto 15

2. Dokumentasi Kuesioner 17

Page 4: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Emile Durkheim pernah mengatakan bahwa di dalam masyarakat terdapat dua jenis

solidaritas yang dapat membedakan masyarakat ke dalam dua wilayah tempat tinggal yaitu

perkotaan atau pedesaan, dan jenis-jenis solidaritas yang dimaksudkan oleh Emile Durkheim

tersebut antara lain solidaritas organik dan solidaritas mekanik. Emile Durkheim mengemukakan

bahwa semua masyarakat yang tinggal di perkotaan kecenderungannya menganut solidaritas

organik yang mana hubungan masyarakatnya lebih terasa individualistis dan dilandaskan kepada

asas untung dan rugi ketimbang menganut solidaritas mekanik dimana hubungan masyarakatnya

terjalin akrab dan kekeluargaan serta masih menerapkan sistem gotong-royong yang umumnya

hanya terdapat pada masyarakat di wilayah pedesaan saja. Kota Palangka Raya termasuk ke

dalam wilayah perkotaan yang pembangunannya mulai menuju ke arah yang modern, dan sesuai

dengan teori yang dikemukakan oleh Emile Durkheim bahwa di kota ini pun masyarakatnya rata-

rata menganut sistem solidaritas organik. Namun pernyataan tersebut berbeda bila kita melihat

fakta bahwa ternyata di ruang lingkup perkotaan Palangka Raya ini masih terdapat wilayah-

wilayah tertentu yang menerapkan solidaritas mekanik dalam kehidupan bermasyarakatnya.

Salah satu contoh wilayah yang masih menerapkan solidaritas mekanik di lingkungan

masyarakatnya adalah di wilayah Mendawai.

Wilayah Mendawai terletak di Jl. Tjilik Riwut dekat Pasar Modern Kahayan Market.

Wilayah Mendawai ini terbagi atas 10 wilayah dengan 15 Rukun Tetangga yang tersebar di

masing-masing wilayah tersebut. Adapun dari keseluruhan wilayah di Mendawai tersebut penulis

mengambil lokus observasi di wilayah Mendawai I RT. 03, RW. IV, Kel. Palangka, Kec. Jekan

Raya. Pada tahun 2013/2014 wilayah ini memiliki jumlah KK sebanyak 160 KK yang mana

idealnya dalam satu rumah tersebut dihuni oleh 1 – 4 KK dengan rata-rata jumlah anak yang

dimiliki oleh 1 (satu) KK tersebut sebanyak 6 (enam) orang anak. Penduduk di wilayah ini terdiri

atas 3 (tiga) suku yaitu Dayak, Banjar, dan Jawa dengan persentase 40% suku Dayak, 40% suku

Banjar dan 20% suku Jawa. Dengan melihat komposisi penduduk yang terdiri atas 3 (tiga) suku

yang berbeda dari segi adat istiadat, kebudayaan serta agama tersebut dan letak daerahnya yang

berada dekat dengan wilayah pusat kota, tentu seharusnya solidaritas organiklah yang lebih

Page 5: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 5

diterapkan oleh masyarakat di wilayah ini namun ternyata warga masyarakat disini cenderung

menggunakan solidaritas mekanik dalam kehidupan bermasyarakatnya, hal inilah yang membuat

kami tertarik untuk menyoroti jenis solidaritas yang diterapkan oleh para warga di wilayah

tersebut sebagai bahan observasi penulis untuk membuat makalah pengantar sosiologi pedesaan.

Dengan tema makalah yaitu penerapan teori-teori sosiologi pedesaan di wilayah Mendawai,

berdasarkan hasil observasi pada wilayah tersebut penulis lebih mengkhususkan untuk

membahas tentang penerapan Teori Solidaritas Emile Durkheim pada masyarakat di wilayah

Mendawai khususnya wilayah Mendawai I RT. 03, RW. IV, Kel. Palangka, Kec. Jekan Raya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, adapun rumusan masalah makalah ini adalah sebagai

berikut:

1. Apa yang dimaksud dengan solidaritas menurut Emile Durkheim dalam The Division of

Labour in Society?

2. Dalam bukunya yang berjudul The Division of Labour in Society ke dalam berapa jenis

kah Emile Durkheim membagi solidaritas tersebut?

3. Jenis solidaritas manakah yang diterapkan oleh masyarakat di Mendawai I RT. 03, RW.

IV, Kel. Palangka, Kec. Jekan Raya.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini antara lain:

1. Mengetahui dan memahami pengertian dari solidaritas menurut Emile Durkheim

2. Mengetahui dan memahami jenis-jenis dari solidaritas menurut Emile Durkheim.

3. Mengetahui dan menganalisa jenis solidaritas yang diterapkan di Mendawai I RT.03,

RW. IV, Kel. Palangka, Kec. Jekan Raya.

D. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan makalah ini antara lain:

1. Manfaat teoritis: Agar penulis serta kalangan akademisi lainnya dapat memahami

pengertian solidaritas menurut Emile Durkheim dan mampu menganalisa jenis solidaritas

Page 6: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 6

yang diterapkan di daerah Mendawai serta dapat memberikan sumbangsih ilmu

pengetahuan kepada kolega-kolega sejawat dalam bidang sosiologi pedesaan.

2. Manfaat praktis: Agar dapat memberikan contoh bagi masyarakat dalam memahami

jenis-jenis solidaritas yang ada dalam masyarakat.

Page 7: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Definisi Solidaritas Menurut Emile Durkheim

Emile Durkheim (1859 – 1917) mengatakan bahwa solidaritas menunjuk pada suatu keadaan

hubungan antara individu dan / atau kelompok yang didasarkan pada perasaan moral dan

kepercayaan yang dianut bersama dan diperkuat oleh pengalaman emosional bersama.

Solidaritas dalam berbagai lapisan masyarakat bekerja seperti "perekat sosial", dalam hal ini

dapat berupa, nilai, adat istiadat dan kepercayaan yang dianut bersama oleh anggota masyarakat

dalam ikatan kolektif.

Dalam bukunya yang berjudul The Division of Labour in Society dikatakan bahwa masyarakat

modern tidak diikat oleh kesamaan antara orang-orang yang melakukan pekerjaaan yang sama,

akan tetapi pembagian kerjalah yang mengikat masyarakat dengan memaksa mereka agar

tergantung satu sama lain. Kemudian Emile Durkheim membagi solidaritas tersebut ke dalam 2

(dua) kategori yaitu Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik.

B. Definisi Solidaritas Mekanik dan Organik

a. Solidaritas Mekanik adalah solidaritas yang muncul pada masyarakat yang masih

sederhana dan diikat oleh kesadaran kolektif yang sama dan kuat serta belum mengenal

adanya pembagian kerja diantara para anggota kelompok karena itu individualitas tidak

berkembang karena dilumpuhkan dengan tekanan besar untuk menerima konformitas dan

umumnya solidaritas seperti ini sering dijumpai pada wilayah masyarakat pedesaan.

b. Solidaritas Organik adalah solidaritas yang mengikat masyarakat yang sudah kompleks

dan telah mengenal pembagian kerja yang teratur sehingga disatukan oleh saling

ketergantungan antar anggota, solidaritas seperti ini sering dijumpai pada wilayah

masyarakat perkotaan.

C. Ciri-ciri Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik.

Solidaritas Mekanik:

Pembagian kerja rendah

Kesadaran kolektif kuat

Hukum represif dominan

Page 8: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 8

Individualitas rendah

Konsensus terhadap pola normatif penting

Adanya keterlibatan komunitas dalam menghukum orang yang menyimpang

Secara relatif sifat ketergantungan rendah

Bersifat primitif atau pedesaan.

Merujuk kepada ikatan sosial yang dibangun atas kesamaan, kepercayaan dan adat

bersama.

Disebut mekanik, karena orang yang hidup dalam kelompok tersebut relatif dapat berdiri

sendiri dan juga memenuhi semua kebutuhan hidup tanpa tergantung pada kelompok lain.

Solidaritas Organik:

Menguraikan tatanan sosial berdasarkan perbedaan individual diantara rakyat.

Merupakan ciri dari masyarakat modern, khususnya kota .

Bersandar pada pembagian kerja (division of labour) yang rumit dan didalamnya orang

terspesialisasi dalam pekerjaan yang berbeda-beda.

Seperti dalam organ tubuh, orang lebih banyak saling bergantung untuk memenuhi

kebutuhan mereka.

Dalam Division of labour yang rumit ini, Durkheim melihat adanya kebebasan yang lebih

besar untuk semua masyarakat yaitu kemampuan untuk melakukan lebih banyak pilihan

dalam kehidupan mereka. Meskipun Durkheim mengakui bahwa kota-kota dapat

menciptakan impersonality (sifat tidak mengenal orang lain), alienasi, disagreement dan

konflik, ia mengatakan bahwa solidaritas organik lebih baik dari pada solidaritas

mekanik. Beban yang diberikan dalam masyarakat modern lebih ringan daripada

masyarakat pedesaan dan memberikan lebih banyak ruang kepada anggota masyarakat

untuk bergerak bebas.

Ciri khas yang penting dari solidaritas mekanik adalah bahwa solidaritas itu didasarkan pada

suatu tingkatan homogenitas yang tinggi dalam kepercayaan, sentiment, dsb. Homogenitas

serupa itu hanya mungkin kalau pembagian kerja bersifat sangat minim. Sedangkan solidaritas

organik muncul karena pembagian kerja bertambah besar. Solidaritas itu didasarkan pada tingkat

saling ketergantungan yang tinggi. Saling ketergantungan itu bertambah sebagai hasil dari

Page 9: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 9

bertambahnya spesialisasi dalam pembagian pekerjaan, yang memungkinkan juga memunculkan

bertambahnya perbedaan di kalangan individu.

D. Perbedaan Solidaritas Mekanik dan Solidaritas Organik

Solidaritas Mekanik

Relatif berdiri sendiri (tidak bergantung pada orang lain) dalam keefisienan kerja

Terjadi di Masyarakat Sederhana

Ciri dari Masyarakat Tradisional (Pedesaan)

Kerja tidak terorganisir

Beban lebih berat

Tidak bergantung dengan orang lain

Solidaritas Organik

Saling Keterkaitan dan mempengaruhi dalam keefisienan kerja

Dilangsungkan oleh Masyarakat yang kompleks

Ciri dari Masyarakat Modern (Perkotaan)

Kerja terorganisir dengan baik

Beban ringan

Banyak saling bergantungan dengan yang lain

Analisis terhadap struktur masyarakat secara keseluruhan dapat dibedakan sebagai berikut

:

Solidaritas Mekanik Solidaritas Organik

1. Solidaritas mekanik didasarkan pada

kesadaran kolektif (collective

consciousness) menunjuk pada :

- Totalitas kepercayaan

- Sentiment-sentimen bersama yang

rata-rata ada pada warga masyarakat

2. Solidaritas ini tergantung dari individu –

individu yang memiliki sifat dan

menganut pada kepercayaan normatif

1. Solidaritas Organik disebabkan

karena pembagian kerja

2. Saling ketergantungan menjadi

semakin besar sebagai akibat

spesifikasi dalam pembagian

pekerjaan.

Page 10: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 10

yang sama. Individualitas tidak

berkembang, yang ada konformitas

(kepentingan bersama)

3. Hukum yang ada bersifat Represif

(menekan) mengancam bagi pelanggar

kesadaran kolektif.

3. Solidaritas organik hukum yang ada

bersifat restutif (berusaha

memulihkan keadaan menjadi seperti

semula)

Page 11: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 11

BAB III

ANALISA

A. Hasil Analisa

Berdasarkan hasil observasi kelompok terhadap masyarakat di wilayah Mendawai khususnya

di wilayah Mendawai I RT 03, RW IV, Kel. Palangka, Kec. Jekan Raya, kami menganalisis

bahwa masyarakat di wilayah ini cenderung memiliki rasa solidaritas mekanik yang kuat padahal

seharusnya masyarakat disini menerapkan solidaritas organik mengingat bahwa letak wilayah ini

sangat berdekatan dengan pusat kota serta keberagaman suku dan agama yang dianut dari

masyarakat yang tinggal di wilayah ini. Hal itu dibuktikan dengan hasil jawaban kuesioner yang

mana dari 20 orang responden, hampir keseluruhan responden menjawab bahwa mereka masih

melakukan gotong-royong bahkan ketika ada salah satu warga yang mengalami musibah seperti

kebakaran atau ada warganya yang meninggal dunia maka seluruh warga di daerah tersebut akan

secara kolektif mengumpulkan sumbangan baik berupa uang, barang-barang seperti pakaian,

kebutuhan pokok ataupun bantuan tenaga secara sukarela untuk membangun rumah warga yang

terkena musibah kebakaran tersebut atau untuk menyiapkan acara seperti tiwah (Hindu

Kaharingan), kebaktian penghiburan (Kristen), atau tahlil‟an (Islam) bagi warga yang meninggal

tersebut tanpa memandang suku, ras, atau agama.

Dari hasil observasi tersebut terlihat juga bahwa masyarakat pendatang diluar masyarakat

lokal (Suku Dayak) seperti Suku Banjar dan Suku Jawa ternyata mampu beradaptasi dengan baik

terhadap semua adat-istiadat yang dimiliki oleh masyarakat lokal. Karena kemampuan

beradaptasi tersebut lah yang membuat rasa kekeluargaan antara masyarakat lokal dengan

masyarakat pendatang terjalin yang akhirnya memunculkan rasa solidaritas dan gotong-royong

yang kuat karena masyarakat pendatang juga menganggap bahwa mereka termasuk kedalam

bagian Oloh Itah.

Dalam melakukan kegiatan sosial, masyarakat wilayah ini masih memegang teguh rasa

solidaritas dan gotong royong. Sehingga, apabila ada kematian, kelahiran dan orang sakit,

tetangga-tetangga di desa akan antusias mendatangi yang bersangkutan tersebut sebagai rasa

solidaritasnya, atau adanya iuran duka dan bencana apabila ada warga yang mengalami kejadian

menyedihkan. Maka secara otomatis dengan dikoordinasi oleh ketua RT (Rukun Tetangga)

Page 12: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 12

mereka akan memberi sumbangan seikhlasnya, serta adanya ikut campur masyarakat sekitar

apabila ada warganya yang akan membangun rumah, begitupun dengan kegiatan pembangunan

suatu instansi atau sarana umum sebagai fasilitas di wilayah tersebut dari pemerintah daerah

maupun dalam kegiatan pembersihan lingkungan.

Semua yang dilakukan itu didasari oleh perasaan solidaritas dan gotong royong, masyarakat

memainkan peranannya sesuai dengan apa yang telah ada di wilayah tersebut, karena ternyata

ada berbagai macam bentuk sanksi apabila ada anggota masyarakat yang tidak melakukan hal

tersebut. Biasanya ini berlaku pada tetangga yang jaraknya dekat. Jika tidak ikut berkontribusi,

maka anggota masyarakat tersebut akan digunjingkan oleh anggota masyarakat yang lain,

dianggap „sok‟ sibuk, angkuh maupun egois, dan dikemudian hari jikalau orang yang demikian

ini menemui kesulitan, dan membutuhkan bantuan semacam itu dari tetangga-tetangganya, maka

mereka akan memiliki seribu alasan untuk menolak membantunya, yang tentunya secara halus

dan berbasa-basi ala orang desa, seperti mengaku tidak enak badan, ada acara lain maupun

mencari-cari alasan lain yang sebenarnya tidak perlu ada.

Ini mengidentifikasikan bahwa dalam masyarakat di wilayah ini memiliki rasa timbal balik

yang ditunjukkan melalui tindakan-tindakan yang mereka lakukan untuk sesama anggota

masyarakatnya, maka menurut masyarakat tersebut tidaklah salah jika ada suatu „pembalasan‟

yang sepadan yang akan diberikan masyarakat di wilayah ini kepada anggota masyarakat yang

tidak suka membantu anggota masyarakat yang lain dalam kasus solidaritas dan gotong royong

khas masyarakat desa. Hal ini menyebabkan rasa individualitas antara anggota masyarakat

menjadi sangat rendah karena anggota masyarakatnya memiliki rasa akan konformitas

(kepentingan bersama) yang tinggi dan membuat kesadaran kolektif diantara anggota masyarakat

menjadi sangat kuat.

Selain itu, masyarakat di wilayah ini juga memiliki rasa toleransi antar umat beragama yang

cukup tinggi. Sebagai contoh, ketika ada anggota masyarakatnya yang beragama Islam

menyelenggarakan acara syukuran maka tetangganya yang beragama Kristen dan Hindu

Kaharingan akan membantu untuk menyiapkan acara tersebut mulai dari dekorasi tempat seperti

penyusunan kursi sampai kepada urusan memasak makanan untuk acara tersebut begitu juga

sebaliknya jika yang Kristen maupun yang Hindu Kaharingan mengadakan acara maka anggota

Page 13: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 13

masyarakat yang beragama Islam pun akan ikut membantu dalam menyiapkan acara tersebut.

Dan hal itu pun dilakukan secara sukarela dan haroyong oleh para anggota masyarakat tersebut.

Hasil observasi di lapangan juga menunjukkan penerapan teori solidaritas mekanik Emile

Durkheim ini sangat terlihat dari cara para anggota masyarakatnya ketika melakukan atau

mengadakan sebuah kegiatan atau acara di wilayah ini. Semua anggota masyarakatnya sangat

berpartisipasi dalam mendukung kegiatan atau acara tersebut agar dapat terlaksana dengan baik

dan lancar. Partisipasi ditunjukkan oleh para anggota masyarakatnya dengan berbagai cara,

seperti bersedia menjadi petugas keamanan yang menjamin keamanan pada saat acara atau

kegiatan tersebut dilaksanakan, ada pula anggota masyarakatnya yang menyumbangkan uang

atau benda-benda yang diperlukan untuk acara atau kegiatan tersebut, serta ada juga anggota

masyarakatnya yang bersedia „menyumbangkan‟ tenaganya untuk mempersiapkan acara atau

kegiatan tersebut dengan cara membantu menata dekorasi ataupun membantu mempersiapkan

makanan untuk acara atau kegiatan tersebut.

Selain itu terlihat pula bahwa masyarakat di wilayah ini memegang teguh prinsip konformitas

sehingga mereka akan menerapkan sanksi sosial bagi anggota masyarakatnya yang tidak ikut

berpartisipasi dalam melaksanakan ataupun mendukung acara atau kegiatan tersebut. Biasanya

sanksi sosial yang diterapkan bisa berupa penggunjingan oleh anggota masyarakat yang lain

sebagai sanksi sosial yang ringan bahkan sanksi sosial yang terberat adalah ketika anggota

masyarakat tersebut mengalami musibah dan memerlukan bantuan namun anggota masyarakat

yang lain enggan untuk menolong.

Meskipun para anggota masyarakat disini sangat menerima kehadiran para masyarakat

pendatang yang ingin bermukim di wilayah tersebut, namun karena adanya kesadaran kolektif

yang kuat diantara para anggota masyarakatnya berupa sentimen terhadap hal-hal yang dianggap

dapat memecah rasa persatuan dan solidaritas mekanik mereka selama ini, membuat para

anggota masyarakat ini sangat berhati-hati terhadap orang-orang non anggota masyarakat yang

masuk ke dalam wilayah mereka. Mereka akan sangat mencurigai maksud kedatangan orang-

orang yang hanya datang sebentar ke wilayah tersebut tanpa bermaksud untuk bermukim lama di

wilayah ini.

Page 14: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 14

Pada awalnya mereka akan mulai mengamati cara berpakaian orang-orang baru tersebut,

kemudian mereka akan menayakan maksud kedatangan orang-orang tersebut ke wilayah ini. Jika

mereka melihat bahwa maksud dan tujuan yang dibawa oleh orang-orang tersebut baik, maka

mereka akan mulai menyambut dengan ramah tetapi apabila mereka melihat bahwa ada maksud

tersembunyi dari orang-orang tersebut yang sifatnya dapat membawa pengaruh yang buruk bagi

lingkungan masyarakat sekitar (meskipun orang-orang baru tersebut „berlagak‟ baik dan

melakukan pendekatan secara personal kepada pimpinan wilayah setempat) maka para anggota

masyarakat melalui ketua RT (Rukun Tetangga) akan dengan tegas menolak kehadiran orang-

orang tersebut demi menjaga kondusifitas lingkungan masyarakatnya.

Page 15: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 15

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa solidaritas dalam berbagai lapisan masyarakat bekerja sebagai

“perekat sosial”, yang dalam hal ini dapat berupa, nilai, adat istiadat dan kepercayaan yang

dianut bersama oleh anggota masyarakat dalam ikatan kolektif. Di dalam masyarakat perkotaan

seperti di Kota Palangka Raya ini yang rata-rata masyarakatnya menerapkan solidaritas organik

dalam hubungan antar anggota masyarakatnya, ternyata masih terdapat wilayah-wilayah yang

sampai saat ini masih menerapkan solidaritas mekanik dan salah satu contohnya adalah wilayah

Mendawai khususnya wilayah Mendawai I RT 03, RW IV, Kel. Palangka, Kec. Jekan Raya,

Kota Palangka Raya, yang mana para warganya masih menerapkan sistem gotong-royong dan

memiliki rasa solidaritas yang cukup tinggi kepada anggota-anggota warganya yang mengalami

musibah seperti kebakaran ataupun yang meninggal dunia meskipun wilayah tempat tinggal

mereka terletak di dekat pusat kota dan masyarakat yang bermukim di wilayah tersebut terdiri

atas berbagai suku dan agama.

Rasa solidaritas dan gotong-royong yang tinggi tersebut disebabkan karena masyarakat

pendatang mampu beradaptasi dengan masyarakat lokal (Suku Dayak) serta menganggap diri

mereka sendiri sebagai Oloh Itah. Selain itu, jika ada anggota masyarakat di wilayah ini yang

tidak ikut ambil bagian dalam melaksanakan kegiatan seperti bersih-bersih lingkungan atau

membantu tetangganya dalam menyiapkan acara-acara seperti pernikahan maupun dukacita,

maka anggota masyarakat itu akan diberikan sanksi sosial berupa penggunjingan atau ketika

anggota tersebut mengalami kesusahan maka anggota masyarakat yang lainnya enggan untuk

menolong sebagai balasan atas tindakan anggota itu. Ini mengidentifikasikan bahwa dalam

masyarakat di wilayah ini terdapat rasa timbal balik yang ditunjukkan melalui tindakan-tindakan

yang mereka lakukan untuk sesama anggota masyarakat, maka menurut masyarakat tersebut

tidaklah salah jika ada suatu „pembalasan‟ yang dianggap sepadan kepada anggota

masyarakatnya yang tidak suka membantu anggota masyarakat yang lain dalam kasus solidaritas

dan gotong royong khas masyarakat desa.

Page 16: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 16

Selain itu, tingkat toleransi antar umat beragama masyarakat di wilayah ini cukup tinggi, yang

mana ketika ada anggota masyarakat yang mengadakan suatu acara atau kegiatan keagamaannya

di wilayah tersebut, maka para anggota masyarakat yang beragama lain pun juga ikut membantu

mempersiapkan acara tersebut secara sukarela dan haroyong. Meskipun masyarakat di wilayah

ini sangat menerima akan kehadiran para anggota masyarakat pendatang yang ingin bermukim di

wilayah tersebut, namun karena mereka memiliki kesadaran kolektif yang sangat kuat maka

masyarakat di wilayah ini pun juga sangat gampang curiga kepada kehadiran orang-orang baru

yang datang tetapi tidak mempunyai maksud untuk bermukim disitu. Masyarakat tersebut akan

berusaha untuk menyelidiki serta mencari tahu maksud dan tujuan kedatangan orang-orang baru

itu ke wilayah mereka. Jika maksud dan tujuan orang-orang tersebut baik, maka masyarakat di

wilayah ini akan menerima kehadiran mereka serta mulai menyambut dengan ramah. Namun,

apabila masyarakat tersebut menemukkan maksud dan tujuan tersembunyi dari orang-orang baru

itu yang sifatnya bisa memecah rasa persatuan dan solidaritas mekanik yang ada pada mereka

selama ini maka masyarakat wilayah ini melalui ketua RT (Rukun Tetangga) akan dengan tegas

menolak kehadiran orang-orang tersebut demi menjaga kondusifitas lingkungan masyarakatnya.

Page 17: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 17

DAFTAR PUSTAKA

Baswori M.Si. 2005. Pengantar Sosiologi. Depok: Ghalia Indonesia.

Soekanto, Soerjono. 2011. Mengenal Tujuh Tokoh Sosiologi. Jakarta: Rajawali Press

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi: Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Press

Page 18: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 18

LAMPIRAN

A. Dokumentasi Foto

(Gbr. 1.1. Wilayah Mendawai I RT 03, RW IV, Kel. Palangka, Kec. Jekan Raya)

(Gbr. 1.2. Wilayah Mendawai I RT 03, RW IV, Kel. Palangka, Kec. Jekan Raya)

Page 19: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 19

(Gbr.1.3, Foto Bersama Pak Hardy, Ketua RT 03, RW IV)

(Gbr.1.4, Foto Bersama Warga Setempat)

Page 20: Penerapan teori solidaritas emile durkheim pada masyarakat di wilayah mendawai

Page | 20

(Gbr.1.5, Warga Setempat yang Sedang Diwawancarai)

(Gbr.1.6, Warga Setempat yang Sedang Diwawancarai)