penelitian hipertensi
DESCRIPTION
penelitian hipertensiTRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah
di atas ambang batas normal yaitu 120/80mmHg. Menurut WHO (World Health
Organization), batas tekanan darah yang masih dianggap normal adalah kurang
dari 130/85 mmHg. Bila tekanan darah sudah lebih dari 140/90 mmHg dinyatakan
hipertensi (batasan tersebut untuk orang dewasa di atas 18 tahun).1
Hipertensi dapat dikatakan sebagai pembunuh diam-diam
atau the silent killer. Hipertensi umumnya terjadi tanpa gejala
(asimptomatis). Sebagian besar orang tidak merasakan apa pun,
walau tekanan darahnya sudah jauh di atas normal. Hal ini dapat
berlangsung bertahun-tahun, sampai akhirnya penderita (yang
tidak merasa menderita) jatuh ke dalam kondisi darurat, dan
bahkan terkena penyakit jantung, stroke atau rusak ginjalnya.
Komplikasi ini yang kemudian banyak berujung pada kematian,
sehingga yang tercatat sebagai penyebab kematian adalah
komplikasinya. Dalam hal ini patut disimak perkembangan
berikut. Penyakit jantung koroner misalnya, yang sangat erat
berkaitan dengan hipertensi, ternyata secara perlahan-lahan tapi
pasti telah merangkak naik sebagai penyebab kematian utama di
Indonesia.1 Dalam Survai Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) yang
diselenggarakan Departemen Kesehatan tahun 1972, ia masih
berada pada urutan ke-11. Pada SKRT tahun 1986, secara
mengejutkan naik menduduki urutan ke-3, dan sejak SKRT tahun
1992, kemudian 1995, lalu 2001, posisinya telah mencapai
urutan ke-1. Hanya dalam tempo 20 tahun, dari urutan ke-11
melesat ke urutan ke-1, dan bertahan sampai saat ini. Jadi, the
silent killer ini benar-benar laksana teroris – bertahun-tahun
1
menyerang tubuh kita secara diam-diam, dan tiba-tiba dalam
sekejap menyebabkan kematian, atau setidaktidaknya kecacatan
(kelumpuhan).2
Di Indonesia, menurut Departemen Kesehatan Indonesia (Februari 2010)
hipertensi tercatat sebagai penyebab kematian nomor tiga setelah stroke dan
tuberkulosis, bahkan cenderung meningkat seiring dengan gaya hidup yang jauh
dari perilaku hidup sehat, kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan, dan kurangnya sarana-prasarana penanggulangan hipertensi.3
Berdasarkan laporan WHO tahun 2008, hipertensi telah menjangkiti 30,4
% populasi dunia dengan perbandingan 29,6 % pada pria dan 28,1 % pada wanita.
Penelitian yang dilakukan oleh national health and nutrition examination survey.
( NHANES, 2005 –2006 ) di amerika serikat menunjukan bahwa sekitar 28,4%
dari populasi orang dewasa menderita hipertensi dan prevalansi ini meningkat
tajam dengan bertambahnya usia. Oleh sebab itu, Amerika telah mengharuskan
penduduk yang berusia di atas 20 tahun untuk memeriksakan tekanan darahnya
minimal 1 kali dalam 2 tahun.1
Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama di negara
berkembang tahun 2025 dari sejumlah 639 juta kasus di tahun 2000, diperkirakan
menjadi 1,15 milyar kasus di tahun 2025, prediksi ini didasarkan pada angka
penderita hipertensi saat ini dan pertambahan penduduk saat ini.1
B. Rumusan Masalah
Mengetahui bahwa hipertensi merupakan masalah kesehatan di seluruh
dunia dan menduduki peringkat ketiga penyakit yang sering menyebabkan
kematian di Indonesia, sehingga penulis ingin mengetahui dan meneliti kenyataan
di lapangan tentang karakteristik penderita hipertensi di Puskesmas Tamalanrea
bulan November 2012 - April 2013 dari segi umur, jenis kelamin, kebiasaan
merokok, dan obesitas.
2
C. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui karakteristik penderita hipertensi yang berobat di
Puskesmas Tamalanrea pada periode bulan November 2012 - April
2013
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mengetahui distribusi penderita hipertensi di Puskesmas
Tamalanrea pada periode bulan November 2012 - April 2013
berdasarkan umur.
b. Untuk mengetahui distribusi penderita hipertensi di Puskesmas
Tamalanrea pada periode bulan November 2012 - April 2013
berdasarkan jenis kelamin.
c. Untuk mengetahui distribusi penderita hipertensi di Puskesmas
Tamalanrea pada pada periode bulan November 2012 - April 2013
berdasarkan kebiasaan merokok.
d. Untuk mengetahui distribusi penderita hipertensi di Puskesmas
Tamalanrea pada periode bulan November 2012 - April 2013
berdasarkan obesitas.
D. Manfaat Penelitian
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya hasanah ilmu
pengetahuan dan memicu penelitian lainnya, khususnya yang
3
berkaitan dengan penyakit hipertensi sehingga dapat meningkatkan
upaya pencegahan di kemudian hari.
2. Hasil penelitian diharapkan menjadi salah satu bahan informasi bagi
peneliti lainnya dan menjadi bahan masukan bagi instansi terkait
dalam menentukan arah kebijakan kesehatan di masa yang akan
datang.
3. Bagi instalasi kesehatan yang bersangkutan merupakan informasi
yang berharga utnuk meningkatkan pelayanan terhadap penderita
hipertensi.
4. Bagi peneliti sendiri penelitian ini merupakan pengalaman yang
berharga dalam memperluas wawasan dan pengetahuan tentang
hipertensi.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan
tekanan diastolik lebih dari 90 mmHg. Tekanan darah diukur dengan
spygmomanometer yang telah dikalibrasi dengan tepat (80% dari ukuran manset
menutupi lengan) setelah pasien beristirahat nyaman, posisi duduk punggung
tegak atau terlentang.1
Hipertensi adalah penyakit dimana tekanan darah melampaui tekanan
darah normal. Menurut World Health Organization (WHO), batas tekanan darah
yang masih dianggap normal adalah kurang dari 130/85 mmHg.1
Berdasarkan hasil dari beberapa randomized clinical drug trials, hipertensi
telah didefenisikan dan diklasifikasikan berdasarkan tingkatan tekanan darah.
Klasifikasi ini telah ditetapkan oleh The Seventh Report of The Joint National
Committee on Prevention, Detection, Evaluation and Treatment of High Blood
Pressure (JNC VII) pada tahun 2003, yang dapat dilihat pada tabel berikut. 4,5
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah untuk Dewasa ( > 18 tahun )
KategoriSistolik
(mmHg)
Diastolik
(mmHg)
Normal
Pre Hipertensi
Hipertensi
Stage 1
Stage 2
<120
120 – 139
140 – 159
≥160
Dan
atau
atau
atau
<80
80 – 89
90 – 99
≥ 100
(dikutip dari kepustakaan : 5)
5
Hipertensi sering disebut sebagai the silent disease karena penderita
umumnya tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi sebelum memeriksakan
tekanan darahnya. 2
B. Epidemiologi
Stroke, hipertensi dan penyakit jantung meliputi lebih dari sepertiga
penyebab kematian, dimana stroke menjadi penyebab kematian terbanyak 15,4%,
kedua hipertensi 6,8%, penyakit jantung iskemik 5,1%, dan penyakit jantung 4,6%
(Hasil Riskesdas 2007). Data Riskesdas 2007 juga disebutkan prevalensi
hipertensi di Indonesia berkisar 31,7% dengan insiden komplikasi penyakit
kardiovaskular lebih banyak pada perempuan (52%) dibandingkan laki-laki
(48%). Prevalensi ini jauh lebih tinggi dibanding Singapura (27,3
persen), Thailand (22,7 persen), dan Malaysia (20 persen).5,6
C. Etiologi
Berdasarkan penyebabnya, hipetensi dibagi menjadi dua, yaitu hipertensi
essensial/primer dan hipertensi sekunder. Hipertensi essensial/primer adalah jenis
hipertensi yang penyebabnya masih belum dapat diketahui. Sekitar 90% penderita
hipertensi menderita jenis hipertensi ini. Oleh karena itu, penelitian dan
pengobatan lebih banyak lagi ditujukan bagi penderita hipertensi
essensial.Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui, antara lain kelainan pada pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar
tiroid, penyakit kelenjar adrenal atau pemakaian obat-obatan seperti pil KB,
kortikosteroid, simpatomimetik amin (efedrin, fenilefrin, fenilpropanolamin,
amfetamin), siklosporin, dan eritropoetin.8,9,10
Sampai saat ini penyebab hipertensi esensial tidak diketahui dengan pasti.
Hipertensi primer tidak disebabkan oleh faktor tunggal dan khusus. Hipertensi ini
disebabkan berbagai faktor yang saling berkaitan. Hipertensi sekunder disebabkan
oleh faktor primer yang diketahui yaitu seperti kerusakan ginjal, gangguan obat
tertentu, stres akut, kerusakan vaskuler dan lain-lain. Adapun penyebab paling
umum pada penderita hipertensi maligna adalah hipertensi yang tidak terobati.
6
Risiko relatif hipertensi tergantung pada jumlah dan keparahan dari faktor risiko
yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.8,9,10
Faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain faktor genetik,
umur, jenis kelamin, dan etnis. Sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi
stres, obesitas dan nutrisi.11,12,13
1. Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan
dengan peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara
potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi
mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari
pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. 14
Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial dengan riwayat
hipertensi dalam keluarga.
2. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur.
Pasien yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan
darah lebih besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan
pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya.
Hipertensi merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya
oleh karena interaksi berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka
tekanan darah juga akan meningkat. Setelah umur 45 tahun, dinding arteri
akan mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen
pada lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur
menyempit dan menjadi kaku. Tekanan darah sistolik meningkat karena
kelenturan pembuluh darah besar yang berkurang pada penambahan umur
sampai dekade ketujuh sedangkan tekanan darah diastolik meningkat
sampai decade kelima dan keenam kemudian menetap atau cenderung
menurun. Peningkatan umur akan menyebabkan beberapa perubahan
fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi perifer dan
aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan darah yaitu reflex baroreseptor
7
pada usia lanjut sensitivitasnya sudah berkurang, sedangkan peran ginjal
juga sudah berkurang dimana aliran darah ginjal dan laju filtrasi
glomerulus menurun.
3. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.
Namun wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum
menopause. Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh
hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor
pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek
perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas
wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut
dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur
45-55 tahun.
4. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada
yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti
penyebabnya. Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang
lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar.
5. Obesitas
Berat badan merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur. Menurut National Institutes
for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan darah tinggi pada orang
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30 (obesitas) adalah 38% untuk pria
dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan prevalensi 18% untuk pria
dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25 (status gizi normal
menurut standar internasional).
8
Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan
hubungan antara kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu
terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis
dan sistem renin-angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan
konsumsi energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik
potensial menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan
tekanan darah secara terus menerus.
6. Pola asupan garam dalam diet
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko
terjadinya hipertensi. Kadar sodium yang direkomendasikan adalah tidak
lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram sodium atau 6 gram garam) perhari.
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi
natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya
cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler
meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut
menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi.
Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi
natrium/sodium. Sumber natrium/sodium yang utama adalah natrium
klorida (garam dapur), penyedap masakan monosodium glutamate (MSG),
dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur (mengandung iodium) yang
dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh.
Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masakmemasak
masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG.
7. Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat
dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan
risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis.
Dalam penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman
dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236
9
subyek yang awalnya tidak ada riwayat hipertensi, 51% subyek tidak
merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5% subyek merokok 1-14
batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih dari 15 batang
perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada
kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari.
D. Patofisiologi
Tekanan darah arteri adalah tekanan yang diukur pada dinding arteri dalam
millimeter merkuri. Dua tekanan darah arteri yang biasanya diukur, tekanan darah
sistolik (TDS) dan tekanan darah diastolik (TDD). TDS diperoleh selama
kontraksi jantung dan TDD diperoleh setelah kontraksi sewaktu bilik jantung diisi.
Banyak faktor yang mengontrol tekanan darah berkontribusi secara potensial
dalam terbentuknya hipertensi; faktor-faktor tersebut adalah (lihat gambar 1):14,15
1. Meningkatnya aktifitas sistem saraf simpatik (tonus simpatis
dan/atau variasi diurnal), mungkin berhubungan dengan
meningkatnya respons terhadap stress psikososial dll
2. Produksi berlebihan hormon yang menahan natrium dan
vasokonstriktor
3. Asupan natrium (garam) berlebihan
4. Tidak cukupnya asupan kalium dan kalsium
5. Meningkatnya sekresi renin sehingga mengakibatkan meningkatnya
produksi angiotensin II dan aldosteron
6. Defisiensi vasodilator seperti prostasiklin, nitrik oxida (NO), dan peptide
Natriuretik
7. Perubahan dalam ekspresi sistem kallikrein-kinin yang mempengaruhi
tonus vaskular dan penanganan garam oleh ginjal
8. Abnormalitas tahanan pembuluh darah, termasuk gangguan pada
pembuluh darah kecil di ginjal
9. Diabetes mellitus
10. Resistensi insulin
10
11. Obesitas
12. Meningkatnya aktivitas vascular growth factors
13. Perubahan reseptor adrenergik yang mempengaruhi denyut jantung,
karakteristik inotropik dari jantung, dan tonus vascular
14. Berubahnya transpor ion dalam sel Gambar :
Gambar 1: Mekanisme patofisiologi dari hipertensi.
(Sumber :Kepustakaan 15)
11
BAB III
KERANGKA KONSEP
A. Kerangka Konseptual Penelitian
Dari tinjauan pustaka telah diperoleh beberapa faktor yang berhubungan
dengan hipertensi. Penyakit hipertensi merupakan penyakit yang ditimbulkan
akibat adanya interaksi dari berbagai faktor yang dimiliki seseorang. Berbagai
penelitian telah menghubungkan antara berbagai faktor risiko terhadap timbulnya
hipertensi.
Beberapa faktor resiko yang merupakan faktor yang dapat menyebabkan
hipertensi yaitu: umur, jenis kelamin, merokok, obesitas, genetik, penyakit ginjal
dan diabetes melitus.
Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dan terarah akan alur
penelitian ini digambarkan dalam kerangka konseptual di bawah ini:
Kerangka Konsep
12
HIPERTENSIHIPERTENSI
UMUR
JENIS KELAMIN
PERILAKU MEROKOK
OBESITAS
RIWAYAT KELUARGA
RIWAYAT PENYAKIT SEBELUMNYA
ASUPAN GARAM
Keterangan :
: Variabel yang diteliti
: Variabel yang tidak diteliti
B. Definisi Operasional
1. Umur
Definisi : Lama hidup penderita sejak dilahirkan sampai sekarang yang
dinyatakan dalam satuan tahun.
Alat Ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Mencatat umur penderita
Hasil Ukur : Berupa data kategorik, yaitu :
a. 0 - 9 tahun
b. 10 – 19 tahun
c. 20 – 29 tahun
d. 30 – 39 tahun
e. 40 – 49 tahun
f. 50 – 59 tahun
g. ≥ 60 tahun
2. Jenis kelamin
Definisi : Identitas subjek berdasarkan organ reproduksi
Alat Ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Mencatat jenis kelamin penderita
Hasil Ukur : Berupa data kategorik, yaitu :
a. Laki-laki
b. Perempuan
3. Kebiasaan merokok
Definisi : suatu kebiasaan seseorang mengisap rokok baik rokok
batangan atau rokok cerutu atau rokok pipa setiap hari dan merokok
dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan hipertensi.
13
Alat Ukur : Kuesioner
Cara Ukur : Mencatat kebiasaan merokok pasien..
Hasil Ukur :
a. Tidak merokok
b. Merokok
4. Obesitas
Definisi : penimbunan lemak yang berlebihan di dalam tubuh sehingga
menimbulkan kenaikan berat badan.
Alat Ukur : Timbangan badan, meteran dan kuesioner
Cara Ukur : Mengukur berat badan dan tinggi badan penderita lalu
dimasukkan dalam rumus IMT (Index Massa Tubuh)
Hasil Ukur : Mengelompokkan penderita menjadi tidak obesitas ( IMT ≤
25 kg/m2) dan obesitas (IMT > 25 kg/m2)
a. Tidak Obesitas
b. Obesitas
14
IMT = BB (kg) / TB2 (m)
BAB IV
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional dengan
pendekatan deskritptif. Jenis penelitian ini dimaksudkan untuk memaparkan
karakteristik penderita penyakit hipertensi berdasarkan fakta yang terdapat di
lapangan. Metode yang dipergunakan untuk memperoleh data karakteristik
variabel tersebut dilakukan dengan cara observasi status rekam medik pasien
hipertensi dan observasi lapangan.
B. Waktu dan Lokasi Penelitian
1. Waktu penelitian : penelitian dilakukan dari tanggal 6 Mei - 13 Juli
2013.
2. Tempat Penelitian : penelitian dilaksanakan di Puskesmas Tamalanrea
dan wilayah kerjanya berdasarkan pertimbangan bahwa Puskesmas
Tamalanrea merupakan puskesmas percontohan yang mempunyai
banyak pasien.
C. Populasi dan Sampel
Populasi :
Populasi yang diteliti adalah pasien hipertensi yang datang berobat di
Puskesmas Tamalanrea.
Sampel :
Sampel yang diambil adalah pasien hipertensi yang datang berobat di
Puskesmas Tamalanrea pada periode bulan November 2012 - April 2013.
15
D. Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan adalah :
1. Data primer yang diperoleh dengan wawancara langsung pada
penderita (yang telah di data sebelumnya dari data Puskesmas
Tamalanrea).
2. Data sekunder yaitu dari hasil pecatatan rekam medik dari hasil-hasil
pemeriksaan pasien di Puskesmas Tamalanrea.
E. Pengolahan Data
Data yang terkumpul ditabulasi, kemudian diolah dengan cara
pengelompokan data menurut tujuan khusus meliputi umur sampel, jenis
kelamin, kebiasaan merokok, dan obesitas.
16
BAB V
GAMBARAN UMUM LOKASI
PUSKESMAS TAMALANREA
A. Keadaan Geografis
Kecamatan Tamalanrea merupakan sebagian kecil dari pemerintaan
walikota Makassar yang terdiri dari beberapa wilayah kelurahan, sedangkan
wilayah kerja puskesmas Tamalanrea meliputi 1 keluraha yang berada ± 12 km
dari Kota Makassar, dengan luas wilayah kerjanya 425,6 Ha. Yang terdiri dari 23
RW dan 121 RT, wilayah kerja yang dimaksud meliputi :
Tabel 1
Luas Wilayah, Jumlah RW/RT Menurut
Kelurahan Tamalanrea Kecamatan Tamalanrea
No Kelurahan Luas (Km2) RW RT
1 Tamalanrea 4256,Ha 23 121
Sumber: Data Kelurahan Tamalanrea
Adapun batas wilayah kerja Puskesmas Tamalanre adalah:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Kapasa
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Tamalanrea Jaya
c. Sebelah barat berbatasan dengan Tamalanrea Indah
d. Sebelah timur berbatasan dengan Paccerakkang
B. Jumlah Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea
Berdasakan data tahun 2011 jumlah penduduk Kelurahan Tamlanrea
sebanyak ± 52.373 jiwa. Dengan ricnian sebagai berikut: laki – laki 26.716 jiwa
17
dan perempuan 25.657 jiwa dengan kepala keluarga sebanyak 9.211 KK. Untuk
mengetahui lebih jelas dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Tempat di Puskesmas Tamalanrea
Kecamatan Tamalanrea Tahun 2011
No Kelurahan Jumlah Perjenis Kelamin Jumlah
Laki – laki Perempuan
Kelurahan Tamalanrea 26.716 25.657 52.373
Sumber: Data Sekunder
C. Tingkat Pendidikan Penduduk
Penduduk adalah salah satu upaya manusia terampil dan produktif
sehingga pada gilirannya dapat mempercayai peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Untuk dapat menggambarkan keadaan pendidikan peduduk wilayah
kerja Puskesmas Tamalanrea.
Adapun distribusi tingkat pendidikan menurut kelurahan dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 3
Distribusi Kepadatan Penduduk Menurut Pendidikan
Di Kelurahan Tamalanrea Kecamatan Tamalanrea Tahun 2011
Kelurahan TS
(
T
i
d
a
Tidak SD SMP SMA PT Total
18
k
S
e
k
o
l
a
h
)
Tamalanrea 1282 1288 5141 5932 5544 2472 21659
Sumber: Data Sekunder
Berdasarkan tabel diketahui bahwa sebagian besar masyarakat yang
mendiami wilayah PKM Tamalarea berpendidikan SMP sebanyak 5932
jiwa kemudian disusul pada posisi kedua SMA yaitu sebanyak 5544 jiwa,
penduduk buta huruf di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea belum
ditemukan datanya.
D. Pendapatan dan Pengeluaran Per Kapita
Rata – rata pengeluaran per kapita penduduk di wilayah kerja Puskesmas
Tamalanrea belum ditemukan datanya baik di kantor Kecamatan maupun
kantor Kelurahan untuk tahun 2011.
Mata pencaharian di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea yang dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 4
Distribusi Kepadatan Penduduk Menurut Pekerjaan
Di Kelurahan Tamalanrea Kecamatan Tamalanrea
19
Tahun 2011
Kelurahan Pekerjaan Total
PNS TNI W.Swasta P.Swasta Buruh Pensiunan
Tamalanrea 7588 834 1933 2640 2800 500 16295
Sumber: Data Sekunder
BAB VI
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Tamalanrea
Makassar selama 2 minggu yaitu dari tanggal 3 Juni – 14 Juni 2013. Dari
hasil pengambilan data di Puskesmas Tamalanrea didapatkan jumlah
penderita hipertensi pada periode November 2012 – April 2013 adalah
sebanyak 114 orang. Sedangkan yang memenuhi kriteria seleksi adalah
sebanyak 84.
Hasil lengkap pengolahan data yang telah dilakukan disajikan sebagai
berikut:
20
Tabel 1
Distribusi Penderita Hipertensi Menurut Umur
di Puskesmas Tamalanrea
Periode November 2012 – April 2013
Sumber: Data Sekunder
Pada tabel 1 terlihat
distribusi
penderita
hipertensi menurut umur, dimana kelompok umur 40 – 49 tahun
didapatkan penderita hipertensi sebanyak 12 kasus (14,4%), kelompok
umur 50 – 59 tahun didapatkan penderita hipertensi sebanyak 32 kasus
(38,2%), kelompok umur 60 – 69 tahun didapatkan penderita hipertensi
sebanyak 34 kasus (40,2%), dan kelompok umur ≥ 70 tahun didapatkan
penderita hipertensi sebanyak 6 kasus (7,2%). Dapat disimpulkan bahwa
penderita hipertensi terbanyak ada pada kelompok umur 60 – 69 tahun
dengan kasus sebanyak 34 kasus (40,2%).
Umur termuda yang didapat menderita hipertensi dalam penelitian ini adalah umur
42 tahun. Tidak ditemukan penderita hipertensi dibawah kelompok umur
40 – 49 tahun. Sedangkan umur tertuanya adalah umur 80 tahun.
Tabel 2
21
Usia (Tahun) N %
0 – 9
10 – 19
20 – 29
30 – 39
40 – 49
0
0
0
0
12
0
0
0
0
14,4
50 – 59 32 38,2
60 – 69 34 40,2
> 70 6 7,2
Total 84 100,0
Distribusi Penderita Hipertensi Menurut Jenis Kelamin
di Puskesmas Tamalanrea
Periode November 2012 – April 2013
Sumber: Data Sekunder
Pada tabel 2 terlihat distribusi penderita hipertensi menurut jenis kelamin,
dimana pada perempuan didapatkan lebih banyak menderita hipertensi
dibanding laki – laki yaitu sebanyak 47 kasus (60,1%), dibanding
perempuan sebanyak 37 kasus (39,9%).
Tabel 3
Distribusi Penderita Hipertensi Menurut Kebiasaan Merokok
di Puskesmas Tamalanrea
Periode November 2012 – April 2013
Sumber: Data Primer dan Data Sekunder
22
Jenis Kelamin N %
Perempuan 47 60,1
Laki - Laki 37 39,9
Total 84 100,0
Kebiasaan Merokok N %
Ada 39 46,4
Tidak Ada 45 53,6
Total 84 100,0
Pada tabel 3 terlihat distribusi penderita hipertensi menurut kebiasaan merokok,
dimana didapatkan jumlah penderita hipertensi yang tidak merokok lebih
banyak daripada penderita hipertensi yang merokok yaitu sebanyak 39
kasus (46,4%), sedangkan yang tidak merokok sebanyak 45 kasus
(53,6%).
Tabel 4
Distribusi Penderita Hipertensi Menurut Obesitas
di Puskesmas Tamalanrea
Periode November 2012 – April 2013
23
Obesitas N %
Obesitas
Tidak Obesitas
Total 84 100,0
BAB VII
PEMBAHASAN
7.1 Prevalensi berdasarkan umur
Dari hasil penelitian pada penderita hipertensi yang berobat di Puskesmas
Tamalanrea didapatkan jumlah penderita hipertensi sebanyak 114 orang
tetapi hanya 84 sampel yang memenuhi kriteria untuk diteliti. Kami
memasukkan kriteria berdasarkan umur, didapatkan penderita hipertensi
termuda berusia 42 tahun yang masuk dalam kelompok umur 40 – 49
24
tahun dengan presentase 14,4%. Kelompok umur setelahnya adalah
antara 50 – 59 tahun sebanyak 38,2%. Selanjutnya kelompok umur 60 –
69 tahun sebanyak 40,2%, kelompok umur ini menempati kelompok
umur terbanyak yang menderita hipertensi. Kelompok umur terakhir
adalah kelompok umur ≥ 70 tahun yang merupakan kelompok umur
penderita hipertensi yang paling sedikit yaitu sebanyak 6%.
Dari data diatas didapatkan kelompok umur 60 – 69 tahun adalah kelompok
umur terbanyak. Hal ini sesuai dengan data yang dikemukakan dalam
buku Hipertensi oleh Kaplan dkk, yaitu, pasien di atas umur 60 tahun, 50
– 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90
mmHg. Hal ini dikarenakan setelah umur 45 tahun dinding arteri akan
mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada
lapisan otot, sehingga pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit
dan menjadi kaku.
7.2 Prevalensi berdasarkan jenis kelamin
Dari hasil penelitian didapatkan jumlah penderita hipertensi yang berjenis
kelamin perempuan lebih banyak daripada laki – laki yaitu sebanyak 47
penderita (60,1%) dan yang berjenis kelamin laki – laki adalah sebanyak
37 penderita (39,9%).
Menurut kami ada beberapa faktor yang menyebabkan perempuan lebih banyak
terdata menderita hipertensi di daerah wilayah kerja Puskesmas
Tamalanrea, yaitu, faktor hormonal, lebih banyak koresponden
perempuan yang ditemui di lapangan karena penelitian dilaksanakan pada
pagi hari yaitu dimulai pukul 09.00 – 14.00 WITA dimana rata – rata
pekerjaannya adalah sebagai ibu rumah tangga.
Berikut penjelasan tentang faktor hormonal, menurut Cortas et. Al (2008)
prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.
25
Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon
estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density
Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor
pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek
perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas
wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini
melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut
dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan
umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita
umur 45-55 tahun.
7.3 Prevalensi berdasarkan kebiasaan merokok
Dari hasil penelitian terlihat distribusi penderita hipertensi menurut kebiasaan
merokok, dimana didapatkan jumlah penderita hipertensi yang tidak
merokok lebih banyak daripada penderita hipertensi yang merokok yaitu
sebanyak 39 kasus (46,4%), sedangkan yang tidak merokok sebanyak 45
kasus (53,6%).
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori. Berdasarkan penelitian oleh dr.
Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital,
Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat
hipertensi, menyimpulkan kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok
subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari. Hal ini
disebabkan oleh zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan
dalam dinding arteri sehingga arteri rentan terhadap penumpukan plak.
Nikotin dalam tembakau juga membuat jantung bekerja lebih keras
karena menyempitkan pembuluh darah untuk sementara dan
meningkatkan frekuensi denyut jantung serta tekanan darah.
26
7.4 Prevalensi berdasarkan obesitas
Menurut National Institutes for Health USA (NIH, 1998), prevalensi tekanan
darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30
(obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan
dengan prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang
memiliki IMT <25 (status gizi normal menurut standar internasional).
(R. Brian Hayens, Frans H. Leenen, dan Eddy Soetrisno, 2000) Orang yang
gemuk, jantungnya bekerja lebih keras dalam memompa darah. Hal ini
dapat dipahami karena biasanya pembuluh darah orang-orang yang
gemuk terjepit kulit yang berlemak. Keadaan ini diduga dapat
mengakibatkan naiknya tekanan darah. Orang yang kelebihan berat
badan atau obesitas, tubuhnya bekerja keras untuk membakar kelebihan
kalori yang masuk. Pembakaran kalori ini memerlukan suplai oksigen
dalam darah yang cukup. Semakin banyak kalori yang dibakar, semakin
banyak pula pasokan oksigen dalam darah. Banyaknya pasokan darah
tentu menjadikan jantung bekerja lebih keras. Dampaknya tekanan darah
orang yang obesitas cenderung tinggi. (Widharto, 2007)
Menurut Hall (1994) perubahan fisiologis dapat menjelaskan hubungan antara
kelebihan berat badan dengan tekanan darah, yaitu terjadinya resistensi
insulin dan hiperinsulinemia, aktivasi saraf simpatis dan sistem renin-
angiotensin, dan perubahan fisik pada ginjal. Peningkatan konsumsi
energi juga meningkatkan insulin plasma, dimana natriuretik potensial
menyebabkan terjadinya reabsorpsi natrium dan peningkatan tekanan
darah secara terus menerus.
DAFTAR PUSTAKA
27
1. WHO. A Global Brief of Hypertension - World Health Day 2013. 2013. Available from: http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/79059/1/WHO_DCO_WHD_2013.2_eng.pdf
2. Rahajeng E. Prevalence of Hypertension and Its Determinants in Indonesia. 2011. Available from: indonesia.digitaljournals.org/index.php/idnmed/article/737/40.html
3. Departemen Kesehatan RI. Hipertensi Penyebab Kematian Nomor Tiga. 2010. http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/810-hipertansi-penyebab-kematian-nomor-tiga.html
4. Williams. Wilkins. World Health Organization (WHO)/ Internasional Society of Hypertension (ISH) Statement on Management of Hypertension. 2003. http://www.who.int/cardiovascular_diseases/guidelines/hypertension_guidelines.pdf
5. National Heart, Lung, and Blood Institute of Health, 2003. Seventh Report of the Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure. Department of Health and Human Service.
6. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2008. Riset Kesehatan Dasar 2007. Laporan Nasional 2007.110-112.
7. Amalia, H., Amirudin R., and Armilawati, 2007. Hipertensi dan Faktor Resikonya dalam Kajian Epidemiolog,. FKM UNHAS. Available from: http://www.cerminDuniaKedokteran.com.
8. Panggabean, M.M., 2007. Penyakit Jantung Hipertensi. Dalam: Sudoyo, A.W., et al, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 3rd ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. P 1639-1640.
9. Soebel, J.B. dan Bakris, G.L., 1998. Evaluasi Pasien dengan Hipertensi. Dalam: Hipertensi Pedoman Klinis Diagnosis dan Terapi. Jakarta: Hipokrates. P 18- 32.
28
10. Pikir, B. S., 2003. Hipertensi, Diagnosis, Pencegahan, dan Pengobatan. Dalam: Joewono, B.S. Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Airlangga University Press. P 35-68.
11. Kaplan, N.M., 2002. Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Penatalaksanaan Praktis. Faktor- Faktor Resiko. Dalam: Kaplan, N.M. dan Stamler, J. Hipertensi. Jakarta: ECG. P 61-72.
12. Gray, H.H., et al, 2005. Lecture Notes Kardiologi. 4th ed. Jakarta:Erlangga. P 57-69.
13. Fisher, N.D.L., Williams, G.H., 2003. Hypertensive Vascular Disease. In: Kasper, D.L., Braunwald E, Fauchi, A.S., et.al. Harrison’s Principles of Internal Medicine.16th ed.
14. Brashers VL. Hipertension. Clinical aplications of pathophisiology: assesment, diagnostic reasoning, and management 2nd ed. Elseiver science: 2001. P 1-16
15. Wilson, L.M., & Price, A.P., 1995. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Edisi ke-4. Jakarta: EGC.
29