pendidikan artikel ilmiah - digilib.unm.ac.iddigilib.unm.ac.id/files/disk1/2/universitas negeri...
TRANSCRIPT
0
ARTIKEL ILMIAH
PENGEMBANGAN MODUL PEMBELAJARAN SOSIOLOGI PENDIDIKAN BERBASIS e-LEARNING DENGAN MODEL PEMBELAJARAN
WEB CENTRIC COURSE
Dr. Nurhikmah H. S.Pd., M.Si.
Dibiayai oleh: DIPA Universitas Negeri Makassar
Nomor: 0762/023-04.2.01/23/2011, sesuai Surat Keputusan Rektor Universitas Negeri Makassar
Nomor: 1114C/UN36/PL/2011, Tanggal 20 April 2011
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Oktober, 2011
PENDIDIKAN
1
Judul: Pengembangan Modul Pembelajaran Sosiologi Pendidikan berbasis e- Learning dengan Model Pembelajaran Web Centric Course (Nurhikmah) Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan modul pembelajaran Sosiologi Pendidikan yang berbasis e-learning dengan model pembelajaran web centric course di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Fakultas ILmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar. Jenis penelitian adalah penelitian pengembangan dengan mengadaptasi model rancangan sistem Kemp (1995) dan Dick and Carey (1990). Penelitian ini terdiri dari 3 tahap, tahap I dan II telah dilaksanakan pada tahun pertama dan kedua. Selanjutnya tahap III (tahun ketiga) penelitian ini bertujuan untuk melihat keefektifan produk pengembangan melalui penelitian eksperimen. Subjek penelitian, mahasiswa Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP UNM semester empat. Data diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar yang mengacu pada taxonomi Bloom dan selanjutnya dianalisis secara kuantitatif melalui Uji t Dua Sampel Berpasangan (Paired Sample t Test). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil belajar mahasiswa sebelum dan sesudah penggunaan paket pembelajaran dalam perkuliahan. Melihat nilai rerata posttest yang lebih besar dari nilai rerata pretest, diketahui bahwa paket pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
Kata-kata kunci: modul, sosiologi pendidikan, e-learning, web centric course
Abstract
The purposed of this research is develop learning modul of Educational Sociology that gets based on e - l e a r n i n g with web centric course models at Jurusan Kurikulum and Teknologi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Makassar. Observational developmental by adapts system design models Kemp (1995) and Dick and Carey (1990). The study consisted of three phases, phase I and II have been implemented in the first and second. The next stage III (third year) this study aims to look at the effectiveness of product development through research experiments. The research subjects are the fourth semester student of Kurikulum dan Teknologi Pendidikan at the FIP UNM. Data obtained by using test results to learn that refers to taxonomi Bloom and subsequently analyzed quantitatively through Paired Sample t Test. The results showed a significant difference between student learning achievement before and after the use of learning packages in the lecture. Looking at posttest mean values greater than average pretest value, it is known that learning packages can enhance student learning achievement.
Key words: modul, educational sociology, e-learning, web centric course
2
A. Pendahuluan
Penelitian ini merupakan suatu usaha meningkatkan mutu pembelajaran
Sosiologi Pendidikan khususnya di Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan
dan pada program-program kependidikan di FIP UNM. Mata kuliah Sosiologi
Pendidikan adalah mata kuliah umum yang wajib diprogramkan dengan bobot 2 SKS.
Sosiologi Pendidikan membantu memecahkan masalah pendidikan yang fundamental,
juga sebagai kompetensi yang harus dimiliki calon guru dalam menyelesaikan tugas-
tugas keguruan dan pengembangan profesionalitas. Begitu pentingnya mata kuliah
Sosiologi Pendidikan, akan tetapi hasil belajar pada mata kuliah ini masih rendah, hal
ini terlihat dari beberapa semester masih banyak mahasiswa yang tidak lulus mata
kuliah ini. Untuk mengatasi masalah ini, maka ditawarkan suatu pembelajaran
berbasis e-learning khususnya internet.
Keberadaan internet dalam dunia pendidikan memungkinkan proses belajar
mengajar dilakukan kapan saja dan dimana saja. Hal ini sejalan dengan teori
konstrutivistik yang mengedepankan keragaman melalui lingkungan belajar yang
bebas (Brooks et al. dalam Degeng 1998). Pengaruh aliran konstruktivistik ini
membawa perubahan paradigma pendidikan dari Teacher Centred Learning (TCL)
kearah Student Centred Learning (SCL).
Berbagai pendapat dan penelitian yang mendukung penggunaan internet
dalam pembelajaran, diantaranya Tucker (2001) meneliti perbedaan hasil posttest,
yakni ujian akhir dan hasil tugas akhir pada pembelajaran tatap muka dan
pembelajaran online, hasil penelitian menemukan bahwa online learning
menunjukkan hasil belajar yang lebih tinggi dari pada belajar tatap muka biasa. Studi
yang dilakukan oleh Center for Applied Special Technology (CAST) yang
menemukan, bahwa pemanfaatan internet sebagai media pendidikan menunjukan
hasil positif terhadap hasil belajar pebelajar (Pavlik, 1996). Sementara Tutty & Klein
(2006), menemukan lebih dari 90% mahasiswa memiliki akses ke internet di kampus
perguruan tinggi dan universitas, dan hasil pengamatan Pew Internet & American
3
Life (2007) menemukan bahwa hampir 79% mahasiswa setuju bahwa menggunakan
internet dan meningkatkan pengalaman akademis perguruan tinggi mereka.
B. Tinjauan Pustaka
1. Deskripsi Mata Kuliah Sosiologi Pendidikan
Mata kuliah Sosiologi Pendidikan dengan bobot 2 SKS bertujuan agar
mahasiswa dapat memahami dan menghayati berbagai faktor yang berinteraksi
dengan proses pendidikan terutama lingkungan sosialnya dalam berbagai situasi yang
dihadapi baik di dalam maupun di luar sekolah, sehingga dapat menganalisis
lapangan pendidikan dari segi sosiologi. Secara khusus, diharapkan dapat membantu
mahasiswa (calon guru) memperoleh pandangan sosiologis tentang pendidikan dan
menangkap hubungan antar konsep dalam pendidikan dan sosiologi serta
kemungkinan-kemungkinan penerapannya dalam bidang ilmu atau kajian yang
digeluti.
Tujuan mata kuliah tersebut dijabarkan menjadi beberapa standar kompetensi,
yaitu: (1) memahami arti pentingnya, sejarah perkembangan, tujuan dan pokok-pokok
penelitian dalam sosiologi pendidikan, (2) memahami hubungan timbal balik antara
masyarakat dan pendidikan, (3) memahami hubungan masyarakat dengan kebudayaan
sekolah, (4) memahami berbagai komponen dalam struktur sosial sekolah yang saling
menunjang untuk kemajuan sekolah, (5) memahami arti pentingnya penyesuaian diri
dan sosialisasi, dan (6) pendidikan dan masalah sosial. Kemudian standar kompetensi
ini dijabarkan dalam berbagai kompetensi dasar untuk memudahkan dalam
pencapaian tujuan pembelajaran.
2. Pengembangan Bahan
Pengembangan adalah proses menerjemahkan spesifikasi ke dalam bentuk
fisik (Seels & Richey, 1994). Bahan pembelajaran adalah buku yang dirancang untuk
bahan perkuliahan di kelas dan disusun oleh seseorang yang ahli dalam bidang yang
bersangkutan dan dilengkapi dengan komponen pembelajaran yang diperlukan
4
(Bacon dalam Tarigan, 1989). Sedangkan pengembangan bahan pembelajaran adalah
proses yang sistematis dalam mengidentifikasi, mengembangkan, dan mengevaluasi
isi dan strategi pembelajaran yang diarahkan untuk mencapai tujuan pembelajaran
yang efektif dan efesien.
Dick & Carey (1990) melihat pengembangan bahan sebagai salah satu
komponen dari system pembelajaran yang tidak dapat dipisahkan dari komponen
pembelajaran lainnya. Pengembangan bahan sebagai suatu proses merupakan
implementasi dari penghayatan kurikulum, perancangan kegiatan pembelajaran,
penerapan teori belajar dan penggunaan objek yang dikembangkan, sehingga
menghasilkan bahan pembelajaran yang siap digunakan untuk belajar mengajar.
Tujuan diadakannya pengembangan bahan adalah untuk: 1) mempersiapkan
suatu kegiatan pembelajaran dalam berbagai situasinya yang dapat terus belangsung
secara optimal, 2) meningkatkan motivasi dosen/pembelajar dalam pengelolaan
kegiatan belajar mengajar di kelas, dan 3) mempersiapkan keberlangsungan kegiatan
pembelajaran yang harus selalu diisi dengan bahan-bahan yang selalu baru,
ditampilkan dengan cara baru, dan disiasati dengan strategi pembelajaran yang baru
pula (Siahaan, 1997).
3. Pembelajaran dengan Modul
Modul adalah unit pembelajaran yang berbentuk cetak dan dapat dipelajari
sendiri (oleh mahasiswa/siswa) yang memiliki satu tema tertentu, bersifat ‘self
contained dan ’self directed’, yaitu mengandung informasi yang utuh dan dapat
dipelajari sendiri (oleh mahasiswa) menyajikan pada mahasiswa/siswa keterangan-
keterangan yang diperlukan untuk menguasai dan menilai pengetahuan dan
ketrampilan yang ditentukan, dan berfungsi sebagai komponen keseluruhan
kurikulum. Para mahasiswa/pebelajar diminta mengerjakan berbagai macam tugas
belajar dan memperoleh balikan dari apa yang dikerjakannya itu. Beberapa strategi
evaluasi yang ada dalam modul memberi tahu pada mahasiswa/pebelajar apakah
5
mereka mencapai penguasaan tuntas bahan dan apa yang harus dilakukannya jika
tidak mencapai penguasaan itu (Dick & Carey, 1990).
Peranan modul dalam pembelajaran sangat besar, yakni menurut Ruijter
(1991), modul memiliki kelebihan : (1) motivasi mahasiswa menjadi tinggi, karena
setiap kali mengerjakan tugas ada batasan yang jelas dan yang sesuai dengan
kemampuan, (2) mahasiswa segera mengetahui sejauh mana keberhasilannya dan apa
kekurangannya, (3) mahasiswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya, (4)
beban pelajaran terbagi lebih merata sepanjang semester, dan (5) pembelajaran lebih
berdaya guna. Selain itu, modul memiliki komponen-komponen tertentu yang
berbeda dengan bentuk bahan yang lain. Charles (1980) mengemukakan delapan
komponen modul, yaitu: (1) petunjuk penggunaan modul, (2) prates, (3) pengantar,
(4) tujuan umum pembelajaran, (5) tujuan khusus pembelajaran, (6) kegiatan belajar ,
(7) postes dan (8) pembelajaran perbaikan.
Peranan dosen dalam pembelajaran dengan modul adalah sebagai fasilitator
yang dituntut untuk : (1) bertindak sebagai manajer, yakni bertindak untuk membantu
mahasiswa dalam mengorganisasikan diri dalam belajar, (2) bertindak sebagau
advisor, yakni memberikan nasehat/ saran-saran yang diperlukan dalam belajar
mahasiswa, dan (4) bertindak sebagai evaluator kegiatan belajar mahasiswa. Dalam
model pembelajaran yang dikembangkan ini, tatap muka, peserta didik dan pengajar
lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah diakses dan dipelajari melalui
internet tersebut.
4. Pembelajaran berbasis e-Learning
Dalam berbagai literatur, e-learning didefinisikan sebagai berikut:
e-learning is a generic term for all technologically supported learning using an array
of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes,
teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based
training or computer aided instruction also commonly referred to as online courses
(Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002).
6
Terdapat tiga perubahan yang diperlukan sebelum mewujudkan e-learning
secara penuh, yaitu: (1) harus memperluas pemahaman dasar atas apa itu e-learning,
(2) harus menambah kualitas penilaian ke dalam produk e-learning, (3) harus
sungguh-sungguh menanamkan evaluasi secara keras dari inisiatif e-learning.
(Revess, T.C., 2002). Menurut Cher Ping Lim (2005), ada empat karakteristik
pembelajaran online, yakni; (1) proses pembelajaran yang menggunakan teknologi
jaringan; (2) pengelolaan pengetahuan yang lebih berhasil untuk menggali
pengetahuan dasar pebelajar dalam lingkungan belajar; (3) memanfaatkan kekuatan
dan kelemahan teknologi jaringan untuk menciptakan sesuatu yang memungkinkan
dalam lingkungan belajar; (4) menyediakan interaksi di antara para siswa dan
masyarakat untuk membangun dan berbagi pengetahuan .
Allen dan Seaman (2007) dalam konsorsium Sloan mengemukakan bukti-
bukti pertumbuhan pembelajaran online. Mereka melaporkan bahwa hampir 3,5 juta
pebelajar (20% dari semua pebelajar pendidikan tinggi AS) telah terdaftar dalam
pendidikan yang menggunakan teknologi komputer. Sementara, Knapper (2001)
menyatakan bahwa kenyataan sekarang memperlihatkan bahwa kita hidup di masa
yang belum pernah terjadi sebelumnya yakni perubahan teknologi.
Menurut Haughey (1998) dalam Nurhikmah (2011), ada tiga model yang
dapat digunakan dalam pembelajaran e-learning. Salah satu diantaranya
kemungkinan dalam pengembangan sistem pembelajaran berbasis internet yaitu web
centric course yakni penggunaan internet yang memadukan antara belajar tanpa tatap
muka (jarak jauh) dan tatap muka (konvensional). Sebagian materi disampaikan
melalui internet, dan sebagian lagi melalui tatap muka. Fungsinya saling melengkapi.
Dalam model ini pengajar bisa memberikan petunjuk pada siswa untuk mempelajari
materi pelajaran melalui web yang telah dibuatnya. Siswa juga diberikan arahan
untuk mencari sumber lain dari situs-situs yang relevan. Dalam tatap muka, peserta
didik dan pengajar lebih banyak diskusi tentang temuan materi yang telah dipelajari
melalui internet tersebut.
7
Hasil penelitian yang menguji penggunaan teknologi pembelajaran bagi siswa
(dengan mengakses website yang merujuk pada tampilan powerpoint untuk catatan
dan persiapan ujian) dan metode belajar yang relatif lebih tradisional (membaca buku
teks dan mencatat di kelas dari buku), serta pengaruh strategi belajar terhadap nilai
ujian mereka dan kehadiran di kelas, menunjukkan siswa yang digolongkan tinggi
pada penggunaan teknologi dan metode belajar tradisional menunjukkan prestasi dan
kehadiran yang lebih tinggi daripada siswa yang digolongkan rendah dalam
penggunaan kedua metode belajar yang menggunakan teknologi dan metode belajar
tradisional. (Kathleen, 2006).
5. Hasil Belajar
Reigeluth dan Merril (1983) mengklasifikasikan taksonomi variabel
pembelajaran menjadi tiga, yaitu: variabel kondisi, variabel metode dan variabel
hasil. Variabel hasil pembelajaran didefinisikan sebagai semua efek yang dapat
dijadikan indikator tentang nilai dari penggunaan strategi pembelajaran di bawah
kondisi yang berbeda-beda (Degeng, 1989).
Percival dan Ellington (1984) memberikan pengertian hasil belajar merupakan
kapasitas terukur dari perubahan individu yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri (sifat-
sifat) variabel bawaaannya melalui perlakuan/ pembelajaran tertentu. Klasifikasi
yang dikemukakan oleh Bloom dengan kawan-kawannya sebagaimana dikutip oleh
Degeng (1989:176-177), mengklasifikasikan hasil belajar menjadi 3 (tiga) domain
atau ranah, yaitu “ranah kognitif, psikomotor, dan sikap. Dalam taxonomi Bloom
ranah kognitif diklasifikasikan ke dalam enam kategori yang mencakup kompetensi
keterampilan intelektual dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks,
yakni pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), sintesa
(C5) dan evaluasi (C6).
Berdasarkan paparan beberapa teori dan konsep di atas, maka Hasil belajar
adalah merupakan perilaku berupa pengetahuan, keterampilan, sikap, informasi, dan
8
atau strategi kognitif yang baru dan diperoleh pebelajar setelah berinteraksi dengan
lingkungan dalam suatu suasana atau kondisi pembelajaran.
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Pada tahap ketiga ini penelitian ini bertujuan untuk menguji keefektifan
penggunaan produk yakni melihat pengaruh penggunaan modul pembelajaran
berbasis internet tersebut terhadap hasil belajar mahasiswa. Sementara manfaat yang
dapat diperoleh secara teoretik dapat memberikan pedoman dan landasan toretik
terhadap pemecahan masalah belajar dan pembelajaran di perguruan tinggi. Secara
praktis penelitian ini akan memberikan manfaat bagi dosen mata kuliah khususnya
mata kuliah Sosiologi Pendidikan dalam memilih dan memanfaatkan modul
pembelajaran berbasis e-learning dengan model pembelajaran web centric course
dalam upaya meningkatkan sikap kritis dan kemandirian mahasiswa. Selain itu,
secara tidak langsung penelitian ini bermanfaat bagi mahasiswa karena mereka
dibantu dan difasilitasi dalam pembelajaran secara lebih terintegrasi, menarik dan
melibatkan aktivitas mentalnya, sehingga diharapkan terjadi peningkatan hasil
belajar.
D. Metode Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama tiga tahun; (1) tahun pertama, penyusunan
modul pembelajaran dan perangkat pembelajaran, dan uji ahli isi; (2) tahun kedua, uji
ahli media dan desain pembelajaran, uji ahli bahasa, uji coba perorangan, uji coba
kelompok kecil dan uji coba kelas; dan (3) pada tahun ketiga, direncanakan akan
dilakukan uji keefektifan produk melalui penelitian eksperimen untuk melihat
pengaruh model pembelajaran berbasis e-learning Web Centric Course terhadap
hasil belajar mahasiswa. Adapun pelaksanaan pembelajaran terdiri atas 16 kali
pertemuan dalam satu semester dilakukan kegiatan tatap muka sebanyak 8 kali dan
belajar tanpa tatap muka yakni melalui internet juga sebanyak 8 kali. Selama
mahasiswa belajar melalui internet dapat terjadi interaksi kapan saja baik antara
9
mahasiswa dengan dosen maupun antara mahasiswa dengan mahasiswa lainnya
melalui internet baik secara singkronous maupun asinkronous. Interaksi tersebut
dapat berupa diskusi online atau sent massage.
Penelitian ini menggunakan desain eksperimen semu karena dalam penelitian
ini tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan, kecuali
beberapa dari variabel-variabel tersebut (Suryabrata, 2003). Desain eksperimen
penelitian ini adalah the nonequivalent control group design (Tuckman, 1999).
Variable penelitian terdiri atas variabel independen model pembelajaran berbasis
internet web centric course dan variabel dependen adalah hasil belajar mata kuliah
Sosiologi Pendidikan. Selain variabel-variabel di atas, masih terdapat variabel-
variabel lain yang perlu dikontrol. Variabel-variabel tersebut adalah (1) sarana dan
prasarana belajar (selain yang dipersiapkan peneliti), dan (2) kemampuan dan
kesungguhan dosen dalam pembelajaran. Kedua variabel ini diasumsikan konstan,
sehingga diduga tidak akan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel
dependen hasil belajar. Adapun subjek penelitian adalah mahasiswa Fakultas Ilmu
Pendidikan Universitas Negeri Makassar semester 4 tahun ajaran 2010-2011.
Instrumen penelitian berupa tes dalam bentuk uraian yang mengacu pada
taxonomi Bloom yakni (1) pengetahuan, (2) pemahaman, (4) analisis, dan
(6) evaluasi, yang disesuaikan dengan karakteristik mata kuliah Sosiologi Pendidikan.
Data yang dikumpulkan berupa data hasil uji lapangan/eksperimen berupa data hasil
prestest dan posttest mahasiswa, mata kuliah Sosiologi Pendidikan. Data yang
dikumpulkan dalam penelitian ini diolah secara statistik inferensial dengan
menggunakan teknik Uji t Dua Sampel Berpasangan (Paired Sample t Test).
Pengujian hipotesis nihil (hipotesis nol) dilakukan pada taraf signifikansi 5% atau α =
0,05. Semua analisis statistik menggunakan perangkat lunak komputer Statistical
Package for Social Science (SPSS) 16,0 for Windows.
10
E. Hasil Penelitian dan Pembahasan
1. Hasil Penelitian
Pada saat uji lapangan/kelas mahasiswa diberikan pretest dan posttest.
Pemberian pretes dan postes dimaksudkan untuk mengetahui keefektifan penggunaan
paket pembelajaran dalam perkuliahan. Pretest diberikan kepada mahasiswa sebelum
pembelajaran dimulai dan posttest diberikan kepada mahasiswa setelah pembelajaran
dengan paket pembelajaran selesai dilaksanakan.
Data nilai pretest dan postest tersebut, selanjutnya dianalisis melalui Uji t Dua
Sampel Berpasangan (Paired Sample t Test) dengan bantuan program komputer SPSS
(Statistical Product and Service Solution) 16. Hasil analisis Uji t Dua Sampel
Berpasangan adalah sebagai berikut.
Tabel 1. Paired Samples Statistics
Paired Samples Statistics
Mean N Std. Deviation Std. Error
Mean Pair 1 Pretes 41.0000 24 12.36756 2.52452
Postes 89.0833 24 8.31404 1.69710 Tabel 3. Paired Samples Test
Paired Samples Test Paired Differences
t df
Sig. (2-
tailed)
Mean
Std. Deviatio
n
Std. Error Mean
95% Confidence Interval of the
Difference Lower Upper Pair 1 Pretes
- Postes
-4.80833E
1 12.31795 2.51439 -
53.28475 -
42.88192
-19.12
3 23 .000
11
Luaran uji t di atas menunjukkan bahwa rata-rata nilai pretes adalah 41.00 dan
rata-rata nilai posttest adalah 89.08. Untuk dapat mengambil keputusan, dapat
dilakukan dengan dua cara, yaitu membandingkan thitung dengan ttabel atau
membandingkan nilai probabilitas dengan α=5%. Bila membandingkan thitung dan
ttabel, ketentuannya adalah (1) jika –ttabel ‹ thitung ‹ ttabel, maka Ho diterima dan
(2) jika thitung ‹ -ttabel atau –thitung › ttabel, maka Ho ditolak. Bila menggunakan
nilai probabilitas, maka ketentuannya adalah (1) jika probabilitasnya › 0,05 maka Ho
diterima dan (2) jika probabilitasnya ‹ 0,05 maka Ho ditolak. Hipotesis nol (Ho)
adalah hasil belajar sebelum dan sesudah menggunakan paket pembelajaran sama.
Pada data di atas, thitung adalah -19.123 dan ttabel (0,025;23) adalah 2,069.
Oleh karena thitung ‹ -ttabel atau dengan melihat probabilitas sebesar 0,000 (‹ 0,05),
maka Ho ditolak. Hal ini berarti bahwa hasil belajar sebelum dan sesudah
menggunakan paket pembelajaran tidak sama. Dengan ungkapan lain dapat dikatakan
bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil belajar mahasiswa sebelum
dan sesudah penggunaan paket pembelajaran dalam perkuliahan. Melihat nilai rerata
atau mean postes yang lebih besar dari nilai rerata atau mean pretest, dapat diketahui
bahwa paket pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
Melalui pembelajaran berbasis internet dapat pula diungkap aktivitas
mahasiswa yang terdiri atas; (a) berapa kali mahasiswa mengakses pembelajaran,
(b) berapa lama/durasi, dan (c) berapa banyak aktivitas mahasiswa pada pembelajaran
e-learning tersebut. Rata-rata aktivitas/kegiatan mahasiswa pada saat online
perminggu di tiap pertemuan berada pada kisaran 22 sampai 91 aktivitas dengan rata-
rata login 2 sampai 4 kali perminggu.
Adapun waktu atau durasi yang digunakan rata-rata perminggu adalah 54
sampai 185 menit. Aktivitas yang dilakukan berupa mendowload materi,
mendonwload tugas, mengupload tugas, mengerjakan tugas online, diskusi online,
sent massage, melihat nilai, dan melakukan aktivitas lain yang disediakan dalam
menu pembelajaran berbasis internet tersebut. Namun pada pertemuan 7 dan 8
12
terlihat aktivitas online mahasiswa menurun, hal ini disebabkan bahwa pada saat itu
pertemuan dilaksanakan di dalam kelas atau secara tatap muka untuk persiapan mid
semester dan pelaksanaan ujian mid semester. Sementara untuk total aktivitas online
mahasiswa selama satu semester adalah; (1) jenis aktivitas berada pada kisaran 540
sampai 2.286 aktivitas; (2) login 45 sampai 94 kali persemester; (3) waktu atau durasi
yang digunakan adalah 1.348 sampai 4.630 menit selama satu semester.
Selain kedua hal tersebut di atas, secara keseluruhan aktifitas tiap mahasiswa
dapat pula dilihat pada pembelajaran berbasis internet ini. Pada tabel 5.7 berikut
memperlihatkan statistik aktifitas tiap mahasiswa, yakni (1) total aktivitas berada
pada kisaran 229 sampai 795 aktivitas; (2) total login 6 sampai 57 kali persemester;
(3) total waktu atau durasi yang digunakan permahasiswa adalah 400 sampai 2.098
menit selama satu semester (lampiran 5). Dari keselurahan aktifitas mahasiswa sangat
signifikan dengan hasil belajar mereka, dengan kata lain semakin tinggi aktifitas
online mahasiswa semakin tinggi pula hasil belajar yang diperoleh.
2. Pembahasan
Hasil uji hipotesis dengan menggunakan Uji t Dua Sampel Berpasangan
(Paired Sample t Test) menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang singnifikan
antara hasil belajar mahasiswa sebelum dan sesudah penggunaan paket pembelajaran
erbasis internet dalam perkuliahan. Melihat nilai rerata atau mean posttest yang lebih
besar dari nilai rerata atau mean pretest, dapat diketahui bahwa paket pembelajaran
dapat meningkatkan hasil belajar mahasiswa.
Telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mempelajari efektivitas
penggunaan pembelajaran berbasis internet. Di antaranya adalah Tucker (2001)
meneliti perbedaan hasil posttest, yakni ujian akhir, dan hasil tugas akhir pada
pembelajaran tatap muka dan pembelajaran online, hasil penelitian menemukan
bahwa online learning menunjukkan hasil belajar yang lebih tinggi dari pada belajar
tatap muka biasa. Meskipun efek teknologi pada pembelajaran masih belum jelas,
kebanyakan orang setuju dengan pendapat Latham (1999) bahwa “Teknologi
13
memiliki arti penting yang menunjukkan adanya hubungan antara penggunaan
teknologi dengan hasil belajar”.
Sementara, Zerr (2007) menemukan bahwa salah satu pemanfaatan media
online yang digunakan dalam mengerjakan pekerjaan rumah dalam mata kuliah
kalkulus, menunjukkan peningkatan prestasi belajar pebelajar, sikap yang positif dan
respon yang sangat baik terhadap model pemberian tugas secara online ini.
Selanjutnya, studi yang dilakukan oleh Hughes dan Hagie (2005), partisipasi
pebelajar dalam pembelajaran online di kelas menunjukkan keberhasilan pebelajar
berkaitan dengan penguasaan isi materi pelajaran dan memperlihatkan bahwa diskusi
online asynchronous memperkenalkan perbaikan diri pada individu.
Studi lainya dilakukan oleh Center for Applied Special Technology (CAST)
yang menemukan, bahwa pemanfaatan internet sebagai media pendidikan
menunjukan hasil positif terhadap hasil belajar pebelajar (Pavlik, 1996). Sementara
Tutty & Klein (2005), menemukan lebih dari 90% dari mahasiswa memiliki akses ke
internet di kampus perguruan tinggi dan universitas, dan hasil pengamatan Pew
Internet & American Life (2007) menemukan bahwa, hampir 79% mahasiswa setuju
bahwa menggunakan internet telah meningkatkan pengalaman akademis perguruan
tinggi mereka.
Munir (2009) mengemukakan bahwa pembelajaran berbasis internet saat ini
sudah mulai dirasakan manfaatnya dan bukan hanya diikuti oleh pebelajar, namun
juga oleh karyawan, manager, direktur, pensiunan, dan ibu rumah tangga. Sementara,
Lehman dan Lion (2009) dalam Nurhikmah (2011) mengemukakan beberapa alasan
yang perlu dipertimbangkan dalam memilih pembelajaran berbasis internet daripada
konvensional sebagai berikut.
a. Pebelajar dapat belajar lebih aktif. Mereka yang duduk diam-diam dan berusaha
untuk menghindari berpartisipasi dalam kelas online, walaupun tidak akan terlihat
oleh pembelajar dan pebelajar lainnya, namun untuk mendapatkan nilai, seorang
pebelajar harus berpartisipasi (Chang & Smith, 2008).
14
b. Pembelajaran melibatkan pebelajar dengan konten melalui berbagai saluran,
interaksi pebelajar-konten adalah kuncinya. Interaksi terjadi melalui diskusi,
permainan, simulasi, penelitian, dan berbagai cara lain (Keeler & Horney, 2007).
c. Pembelajar dan pebelajar terlibat satu sama lain. Diskusi terbuka untuk semua
anggota dan setiap orang yang terlibat dapat memberikan komentar satu sama lain
(Richardson & Newby, 2006).
d. Semua diskusi dapat tersimpan selama-lamanya. Hal ini memungkinkan pebelajar
untuk meninjau atau melihat kembali konten, waktu pelaksanaan dan dari mana
saja.
e. Lingkungan pembelajaran online menawarkan lebih banyak kebebasan untuk
mengungkapkan ketidaksetujuan dan untuk mengemukakan pertanyaan lain
(Wenger, 1998).
f. Pebelajar menerima manfaat dari komunitas belajar di mana mereka dapat
membangun diskusi yang lebih bersemangat dan memiliki waktu yang lebih
banyak (Collison, et.al. 2000).
g. Setiap orang dapat bekerja pada waktu yang paling nyaman bagi mereka dan di
lingkungan mereka sesuai dengan kondisi yang paling kondusif untuk gaya mereka
bekerja.
h. Melalui penggunaan teknologi, maka semua gaya belajar dan kebutuhan/
keterbatasan dapat dipenuhi dalam lingkungan belajar yang optimal sehingga
semua pebelajar dapat berkembang.
i. Pendidikan tidak terikat oleh kondisi geografis. pebelajar dapat belajar
di setiap institusi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Lembaga dapat menjadi
pusat pembelajaran bagi mereka, siapapun, dan dimanapun pembelajar dapat
mengajar (UNESCO, 2002).
j. Masalah gender, ras, dan karakteristik fisik lainnya tidak terlihat dalam lingkungan
online. Dalam hal fisik, pebelajar bertemu di ruang kelas online dapat bergerak
secara leluasa dan bergaul dengan berbagai orang dengan jenis kelamin yang
berbeda.
15
k. Secara umum, pebelajar dapat belajar melalui penerapan materi daripada melalui
tes (Baker, 2005).
l. Pebelajar dapat belajar dari pembelajar terbaik di dunia tanpa melihat
tempat tinggal pembelajar. Untuk itu, pebelajar dapat menghadiri sekolah terbaik
di dunia, dimanapun pebelajar tinggal.
m. Keterampilan teknologi untuk semua peserta dapat lebih dikembangkan.
n. Keterampilan komunikasi meningkat karena setiap pebelajar dan pembelajar
harus berkomunikasi, dan komunikasi harus jelas.
o. Umpan balik yang bermakna, tepat waktu, dan sesuai harapan (Tennessee Board
of Regents, 2006).
Rekaman aktivitas mahasiswa dalam pembelajaran berbasis internet web
centric course meperlihatkan beberapa hal diantaranya; (1) mereka sangat termotivasi
dengan pembelajaran ini, hasil wawancara langsung dengan mahasiswa, mereka
mengatakan bahwa pembelajaran ini merupakan hal baru bagi mereka dan sebagai
mahasiswa Kurikulum dan Teknologi Pendidikan mereka harus bisa menguasai
berbagai teknologi dalam pembelajaran, (2) pada saat pelaksanaan pembelajaran
berbasis Internet web centric course, ada beberapa masalah diantaranya, mahasiswa
lupa password dan user name, mahasiswa tidak dapat login karena gangguan
jaringan, (3) masih ada mahasiswa yang tidak disiplin menggunakan waktu dan tidak
mengikuti sistematika pembelajaran yang telah ditetapkan, (4) pembahasan diskusi
online kadang melenceng dari materi, seperti tiba-tiba membahas masalah di luar
kampus yang tidak berkenaan dengan materi. Namun masalah-masalah tersebut dapat
diatasi dengan cepat, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan lancar sesuai
skenario yang telah dibuta. Dari hasil wawancara selanjutnya, mahasiswa sangat
berharap pembelajaran seperti ini tetap diteruskan dan dikembangkan pada mata
kuliah yang lain.
Sebagaimana pada pembelajaran konvensional, motivasi dan disiplin diri dari
pebelajar tetap merupakan elemen terpenting dari kepuasan maupun kesuksesan
dalam proses pembelajaran berbasis internet. Hasil lain yang dapat dilihat bahwa
16
sistem pembelajaran berbasis internet cukup mempengaruhi tingkat kepuasan
pembelajar, tetapi tidak terlalu mempengaruhi tingkat kesuksesan pembelajar. Selain
itu, sistem pembelajaran berbasis internet juga membawa peningkatan yang berarti
dalam proses pembelajaran.
F. Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
Pada penelitian tahap pertama dan kedua telah dihasilkan bahan ajar dalam
bentuk modul, panduan dosen, panduan mahasiswa, LKM, dan software
pembelajaran Sosiologi Pendidikan berbasis e-learning yang kesemuanya dapat
diakses melalui internet. Pengembangan pada tahap pertama dan kedua ini telah
melalui uji ahli isi mata kuliah, uji ahli desain dan media pembelajaran, uji ahli
bahasa, uji coba perorangan, uji coba kelompok kecil dan uji coba kelas. Pada tahap
ketiga menguji keefektifan penggunaan produk yakni melihat pengaruh penggunaan
modul pembelajaran berbasis internet tersebut terhadap hasil belajar mahasiswa.
Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil
belajar mahasiswa sebelum dan sesudah penggunaan paket pembelajaran dalam
perkuliahan. Melihat nilai rerata atau mean posttest yang lebih besar dari nilai rerata
atau mean pretest, dapat diketahui bahwa paket pembelajaran dapat meningkatkan
hasil belajar mahasiswa. Selain itu, hasil penelitian juga menunjukkan bahwa aktifitas
belajar mahasiswa dalam pembelajaran berbasis e-learning dengan model web centric
course ini, juga berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan hasil belajar
mahasiswa, dengan kata lain semakin tinggi aktifitas online mahasiswa semakin
tinggi pula hasil belajar yang diperoleh.
2. Saran-saran
Saran-saran yang disampaikan berkenaan dengan pengembangan paket
pembelajaran ini dikelompokkan menjadi tiga, yaitu: (1) saran pemanfaatan, (2) saran
pengembangan produk lebih lanjut.
17
a. Saran Pemanfaatan
Berkaitan dengan beberapa keterbatasan yang dimiliki oleh paket
pembelajaran, maka dalam memanfaatkan paket pembelajaran hendaknya didukung
oleh sumber-sumber belajar lain yang relevan dengan materi perkuliahan. Paket
pembelajaran ini sebaiknya tidak dijadikan satu-satunya sumber belajar dalam
perkuliahan mata kuliah Sosilogi Pendidikan. Sumber-sumber pendukung
sebagaimana dicantumkan pada tiap akhir bab sangat penting dibaca oleh mahasiswa
dan dosen untuk memperkaya wawasan, di samping sumber belajar lainnya. Dalam
memanfaatkan bahan ajar berupa modul ini, diperlukan kesadaran sendiri untuk
mengakses informasi/bahan ajar, mengerjakan tugas dan latihan, mengerjakan LKM
dan melakukan diskusi online agar tujuan pembelajaran dapat tercapai sesuai yang
diharapkan. Selain itu, pemanfaatan dan pengembangan pembelajaran berbasis
e-learning ini perlu dilanjutkan pada mata kuliah lain.
b. Saran Desiminasi
Paket pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan karakteristik mahasiswa
jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan FIP Uiversitas Negeri Makassar,
sehingga bila digunakan pada mahasiswa lain diperlukan penyesuaian seperlunya.
Mengingat paket pembelajaran, baru melalui tahap evaluasi formatif dan tahap uji
coba, maka dalam desiminasi selanjutnya sebaiknya dilakukan evaluasi sumatif
terlebih dahulu. Sebelum dilakukan evaluasi sumatif, hasil evaluasi formatif
sebaiknya ditinjau dan dicermati kembali. Peninjauan kembali hasil evaluasi formatif
dilakukan oleh pengembang dan ahli isi, ahli media, dan ahli desain pembelajaran.
Bila ditemukan kesalahan atau kelemahan yang perlu diperbaiki, maka produk
pengembangan direvisi seperlunya.
c. Saran Pengembangan Produk Lebih Lanjut
Produk pengembangan ini sebaiknya dikembangkan lebih lanjut dengan
materi-materi lain yang berkaitan dengan sosiologi pendidikan seperti antropologi
18
pendidikan, kapita selekta pendidikan, profesi keguruan, pengantar pendidikan, dan
lain-lain yang lebih mengarah kepada pencapai pembelajaran yang sifatnya informasi
verbal. Dengan demikian selain penguasaan teori mahasiswa jurusan Kurikulum dan
Teknologi Pendidikan juga tidak ketinggalan dalam pemanfaatn teknologi
pembelajaran. Selain itu pengembangan lebih lanjut media yang digunakan untuk
mendukung bahan ajar, sebaiknya terus ditingkatkan dan diperluas, sehingga seluruh
materi memiliki media pembelajaran.
Model apapun yang digunakan dalam pengembangan paket pembelajaran,
hendaknya pengembang mengikuti langkah-langkah pengembangan secara cermat
dan konsisten. Misalnya, bila menggunakan model Dick & Carey, maka langkah-
langkah dan konsep-konsep Dick & Carey harus diikuti secara cermat dan konsisten,
sehingga dapat menghasilkan rancangan pembelajaran yang menjadikan pebelajar
belajar secara efisien.
Perlu digarisbawahi bahwa pengembangan ini tidak dimaksudkan untuk
mengatasi seluruh permasalahan dalam perkuliahan Sosiologi Pendidikan. Masalah-
masalah lain yang belum teratasi perlu juga dicarikan solusi pemecahannya dengan
melakukan berbagai upaya yang representatif.
G. Daftar Pustaka Allen, I. E., & Seaman, J. 2007. Online Nation:Five Years of Growth in Online
Learning. Needham, MA: The Sloan Consortium (Sloan-C). Cher Ping Lim.2005. Online Learning In Higher Education: Necessary And
Sufficient Conditions. International Journal of Instructional Media. New York: Vol.32, Iss. 4; pg. 323, 9 pgs.
Degeng, I. N. S. 1997. Asumsi dan Landasan Teoritik Desain Pembelajaran. Jurnal
Teknologi Pembelajaran: Teori dan Penelitian, 5 (1): 3-12. _____________, 2001, Kumpulan Bahan Pembelajaran. Malang LP3 Universitas
Negeri Malang. Dick, W. & Carey, L. 1990. The Systematic Design of Instruction. Illinois: Scott,
Foresman and Company.
19
Kemp, J.E. 1977. Instructional Design: A Plan for Unit and Course Development.
California: David S. Lake Publishers. Knapper, C. 2001. Lifelong Learning in The Workplace. In A. M. Roche & J.
McDonald (Eds.), Systems, Settings, People: Workforce Development Challenges for The Alcohol and Other Drugs Field (pp. 129-138). Adelaide, Australia: National Centre for Education and Training on Addiction (NCETA).
Hughes, M. & Hagie C. 2005. The Positive and Challenging Aspects of Learning
Online and in Traditional Face-to-Face Classrooms: A Student Perspective. Journal of Special Education Technology, Vol. 20, (8-52 ).
Munir.2009. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis TIK. Penerbit: Alfabeta: Bandung. Nasution S. 1983. Sosiologi Pendidikan . Jemmar, Bandung. Nurhikmah H. 2011. Perbandingan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Berbasis Internet Web Centric Course Dan Model Pembelajaran Konvensional Pada Mahasiswa Yang Memiliki Tingkat Self-Efficacy Kemampuan Komputer Berbeda. Disertasi. UM.
Pavlik, J. V. 1996. New Media Technology. Culture and Commercial Perspectives.
Singapore: Allyn and Bacon. Percival, F & Ellington, H. 1984. Buku Pegangan Teknologi Pendidikan.
(Terjemahan Sudjarwo dan Saraswati). London: Kogan Page Pew Internet & American Life Project. 2002. Retrieved November 16, 2008, from
http://www.pewinternet.org Reeves, T.C. 2002. Key to Successful E-Learning: Outcomes, Assessment, and
Evaluation. Journal Educational Technology. 42(6): 23-29. Reigeluth, C. M. 1983. Instructional-Design Theories and Models. London, New
Jersey, Lawrence Erlbaum Associates, Publishers Rosenberg, Marc J. (2001), e-Learning; Strategies for Delivering Knowledge in the
Digital. New York: McGraw Hill. Sadiman S.Arif. 1999, Jaringan Sistem Jarak Jauh Indonesia. Pustekkom, Jakarta. Seels, B. B. & Rita, R. C. 2000. Instructional Technology, The Definition and
Domains of the Field. Terjemahan Dewi S Prawiradilaga, R. Rahardjo, Yusufhadi Miarso.jakarta: IPTPI & LPTK.
20
Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar e-Learning: Teori dan Aplikasinya Di Indonesia.
Jurnal Teknodik. Edisi No.12/VII/Oktober/2003. Soekartawi (2003). Prinsip Dasar e-Learning: Teori dan Aplikasinya di Indosnesia.
Jurnal Teknodik Edisi 12. Suryabrata, S. 2003. Metodologi penelitian. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Tucker, S. 2001. Distance Education: Better, Worse, or as Good as Tradisional Education? Online Learning of Distance Learning Administration, 4(4). Retrieved November 27, 2006, from http://wwwwestga.edu/%7Edistance/odjla/winter44/tucker 44.html.
Tuckman, B. W. 1999. Conducting educational research. 5th Edition. Orlando: Harcourt Brace College Publisher.
Tutty, J. I., & Klein, J. D. 2006. Effects of Collaboration Mode and Group
Composition in Computermediated Instruction. International Convention of the Association of Educational Communications and Technology, Dallas, TX.
Zerr, R. 2007. A Quantitative and Qualitative Analysis of the Effectiveness of Online Homework in First-Semester Calculus. The Journal of Computers in Mathematics and Science Teaching. Austin.Vol.26 (112-136).