pendayagunaan dana zakat untuk program taman...
TRANSCRIPT
PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK PROGRAM
TAMAN ANAK SHOLEH (TAS) LEMBAGA AMIL ZAKAT
INSAN MULIA (LAZIM) JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
ENENG HERAWATI
NIM 109053000058
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1434 H /2013 M
PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK PROGRAM
TAMAN ANAK SHOLEH (TAS) LEMBAGA AMIL ZAKAT
INSAN MULIA (LAZIM) JAKARTA
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan
Mencapai Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
Eneng Herawati
NIM: 109053000058
Di Bawah Bimbingan
Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA
NIP: 196606051994031005
KONSENTRASI MANAJEMEN ZISWAF
JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2013 M/1434 H
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan karya asli saya sendiri yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana I (SI)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini, saya telah
cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau
merupakan jiplakan dari orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi
yang berlaku di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Bekasi,01 Mei 2013
Eneng Herawati
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Skripsi berjudul: Pendayagunaan Dana Zakat Untuk Program Taman Anak
Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta telah
diujikan dalam sidang munaqasah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada hari Selasa 28 Mei 2013 skripsi ini telah
diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar sarjana Ilmu Komunikasi
Islam (S.Kom.I) pada Konsentrasi Manajemen ZISWAF Jurusan Manajemen
Dakwah.
Jakarta 28 Mei 2013
Sidang Munaqosah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. H. Mahmud Jalal, M.A H. Mulkanasir, BA., S.Pd, M.M
NIP.195204221981031002 NIP.195501011983021001
Anggota,
Penguji I Penguji II
Drs. H. Mahmud Jalal, M.A Drs. Cecep Castrawijaya, M.A., M.M
NIP.195204221981031002 NIP.196708181998031002
Pembimbing,
Drs. H. Hassanuddin Ibnu Hibban,
NIP.106606051994031005
i
ABSTRAK
Eneng Herawati
Pendayagunaan Dana Zakat Untuk Program Taman Anak Sholeh (TAS)
Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta
Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa dan mengembangkan sumberdaya manusia, jenis pendidikan
secara umum ada du yaitu pendidikan formal dan nonformal. Pendayagunaan dana
zakat untuk pendidikan nonformal seperti program Taman Anak Sholeh (TAS)
akan memberikan manfaat yang besar bagi mustahik yang membutuhkan. Jika
manajemen pendayagunaannya sesuai dengan kebutuhan.
Tujuan penelitian ini ingin mengetahui bagaimana manajemen
pendayagunaan dana zakat untuk program Taman Anak Sholeh (TAS) serta
kontribusi Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta terhadap program
tersebut. Penelitian ini menggunkan metode kualitatif deskriptif, yaitu data yang
dikumpulkan berupa kata-kata, gambar dan laporan penelitian akan bersifat
kutipan-kutipan atau member gambaran penyajian laporan dengan teknik
wawancara, observasi dan dokumentasi.
Hasil dari penelitian pendayagunaan dana zakat untuk program TAS
LAZIM Jakarta ditinjau dari manajemen pendayaguaan dana zakat masih belum
bisa dikatakan berhasil karena beberapa faktor, diantaranya minimnya dana yang
disalurkan untuk program TAS. Sebagai contoh kontribusinya berupa bantuan
SPP gratis untuk 30 orang peserta didik, bantuan gaji guru atau relawan sebesar
Rp.600.000 untuk empat orang perbulannya selain itu mereka juga mendapat
training, bantuan sarana prasarana diawal program sebesar Rp.3.000.000 untuk
membeli karpet, meja lipat, buku-buku, juz ama, Iqro, Al-Quran, perlengkapan
alat tulis, buku pemantau kegiatan dan lain sebagainya. Total bantuan perbulannya
kurang lebih Rp.1.000.000 untuk operasional. Sedangkan jika diakumulasikan
dana yang sudah didistribusikan LAZIM untuk Program TAS kurang lebih sekitar
Rp.40.000.000.
Kata Kunci : Pendayagunaan, Dana Zakat, dan Pendidikan
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrohim
Puji syukur alhamdulilah kami panjatkan ke haribaan Allah SWT Tuhan
Penguasa Alam Semesta, dan dengan limpahan rahmat dan pertolongan-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam semoga tetap
terlimpahkan kepada baginda Rasulullah SAW yang telah menyelamatkan kita
semua dari dunia kegelapan menuju dunia yang terang yakni Din Al-Islam.
Penyusunan sekripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas akhir
perkuliahan sebagai wujud dari partisipasi serta persiapan penulis dalam
mengembangkan diri untuk mengaktualisasikan ilmu pengetahuan yang telah
penulis peroleh selama menimba ilmu pengetahuan dibangku perkuliahan
sehingga diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan juga pada
masyarakat umumnya.
Bab demi bab terselesaikan sudah dalam sebuah bentuk karya ilmiah
skripsi yang Insya Allah berguna untuk penulisan dan orang lain nantinya.
Halangan dan rintangan dalam penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan
para dosen maupun pengajar lain yang memiliki intensitas ilmu di bidang
kelembagaan, khususnya dalam bidang pendayagunaan zakat. Penulis merasa
bahwasanya terselesaikannya penulisan sekripsi ini banyak dibantu oleh banyak
orang yang selalu berhubungan langsung maupun tidak langsung kepada penulis,
dan hanya ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada mereka semua,
diantaranya:
iii
1. Orang tua penulis, Ayahanda Didin Tahrudin dan Ibunda Kartika serta
Kakak tercinta Deden Mulyana tidak lupa sang Adik Rena Restiana.
2. DR. Arief Subhan MA, selaku Dekan Fak. Ilmu Dakwah dan Komunikasi
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Drs. Cecep Castrawijaya MA, selaku Ketua Jurusan Manajemen Dakwah
4. H. Mulkanasir B.A, S.Pd, M.M, selaku sekretaris Jurusan Manajemen
Dakwah
5. Drs. Hasanudin Ibnu Hibban, MA, selaku dosen pembimbing yang telah
banyak memberikan perhatian bimbingan serta pengarahan, sehingga
sekripsi ini bisa cepat terselesaikan.
6. Ketua penguji beserta anggota penguji yang telah menguji dan
memberikan pengarahan perbaikan untuk skripsi ini.
7. Segenap pengurus LAZIM Jakarta, yang telah membantu penulis,
khususnya direktur LAZIM Bapak Nurohman beserta Ibu Rini selaku
Pembimbing untuk Program Taman Anak Sholeh.
8. Seluruh staf Perpustakaan Utama dan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Komunikasi, yang telah membantu dalam menyediakan sumber-sumber
pustaka selama penulis merampungkan skripsi ini.
9. Teman-teman MD dan MHU yang selalu memberikan semangat dan
motivasi.
10. Orang tua asuh yang tercinta Ibu Eti Maryati, ST. dan Bapak Bambang
Haryadi
iv
Akhirnya hanya kepada Allah jualah kami berserah diri dan mudah-
mudahan skripsi ini bermanfaat. Meskipun penulis menyadari masih banyak
terdapat kelemahan dan kekurangan, karena kesempurnaannya hanya milik Allah
SWT.
Bekasi, 01 Mei 2013
Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ..................................................................................................... i
KATA PENGANTAR ................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................................... 1
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah ......................................... 4
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .............................................. 4
D. Tinjauan Pustaka ..................................................................................... 6
E. Metodologi Penelitian ............................................................................. 6
F. Sistematika Penelitian ............................................................................. 9
BAB II TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDAYAGUNAAN DANA
ZAKAT DAN PENDIDIKAN
A. Aspek Fiqh Pendayagunaan Zakat untuk Bidang Pendidikan
1. Pengertian ...................................................................................... 11
2. Dalil AL-Quran dan Hadits tentang Pendayagunaan Zakat .......... 12
3. Sumber Dana Zakat ....................................................................... 15
4. Pandangan Imam Madzhab dan Ulama Kontemporer tentang
Pendayagunaan Zakat .................................................................... 22
B. Aspek Manajemen Pendayagunaan Zakat
1. Pengertian ...................................................................................... 30
2. Kegiatan Manajemen..................................................................... 34
a. Perencanaan............................................................................ 34
b. Pengorganisasian .................................................................... 37
c. Pelaksanaan ............................................................................ 38
d. Pengawasan ............................................................................ 40
vi
C. Pemberdayaan Bidang Pendidikan
1. Pengertian ...................................................................................... 40
2. Unsur-unsur Pendidikan ................................................................ 42
3. Pemberdayaan Bidang Pendidikan ................................................ 47
BAB III GAMBARAN UMUM TENTANG PROGRAM TAMAN ANAK
SHOLEH (TAS)
A. Sejarah Berdirinya Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakrta dan
Program Taman Anak Sholeh (TAS) ..................................................... 48
B. Visi dan Misi Program Taman Anak Sholeh (TAS) ............................... 52
C. Struktur Organisasi Program Taman Anak Sholeh (TAS) ..................... 53
BAB IV ANALISIS PENDAYAGUNAAN DANA ZAKAT PADA BIDANG
PENDIDIKAN
A. Manajemen Pendayagunaan Dana Zakat untuk Program Taman Anak
Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakrta ........ 53
1. Perencanaan ................................................................................... 54
2. Pengorganisasian ........................................................................... 56
3. Pelaksanaan ................................................................................... 58
4. Controling dan Evaluasi ................................................................ 62
B. Kontribusi Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakrta terhadap
Program Taman Anak Sholeh (TAS)
1. Bantuan Biaya SPP........................................................................ 62
2. Bantuan Sarana dan Prasarana ...................................................... 64
3. Bantuan Gaji Guru ........................................................................ 66
4. Pelatihan untuk Guru…………………………………………… 67
C. Analisis Manajemen Pendayagunaan Dana Zakat dan Kontribusi Lembaga
Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakrta untuk Program Taman Anak
Sholeh (TAS) .......................................................................................... 68
vii
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................................. 71
B. Saran ....................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 73
LAMPIRAN-LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat dan pendayagunaannya membutuhkan manajemen yang baik, agar
bukan hanya bernilai ibadah tapi juga bisa memberikan manfaat yang optimal
untuk mustahiq. Ajaran zakat pada masa-masa perkembangan Islam bukan hanya
merupakan perwujudan dari ketaatan perintah Allah dan Rosulnya sekaligus
menjadi kekuatan sosial yang berfungsi memperkokoh bangunan kebersamaan
diantara sesama umat muslim. Jika pada masa Nabi zakat diperuntukkan bagi
fakir miskin, yatim piatu, termasuk janda-janda sholihah yang ditinggal suaminya
karena gugur di medan perang. Sejalan dengan berkemkembangnya masyarakat
muslim dari waktu ke waktu, pelaksanaan ajaran zakatpun menghadapi
permasalahan yang tidak ada pada masa Nabi dan para sahabatnya. Seorang
pemikir Islam kontemporer, Yusuf Qardawi, merumuskan berbagai rumusan
fiqhyah dalam zakat. Berbagai telaah menyebutkan bahwa untuk memelihara
tujuan disyariatkannya zakat diperlukan ijtihad-ijtihad sosial yang memberikan
efek produktif bagi kemaslahatan umat.1 Dengan alasan tersebut pendayagunaan
sekarang ini memfokuskan pada lima program utama yaitu program ekonomi,
program sosial, program kesehatan, program dakwah dan program pendidikan,
kelima program tersebut memang penting untuk kemaslahatan umat islam.
Pendayagunaan dana zakat selama ini lebih cenderung dialokasikan pada
program ekonomi, program sosial, program kesehatan, dan program dakwah.
1 Dikutip dari Kata Pengantar Penasehat Syari’ah Baitul Maal Pupuk Kujang KH. DR.
Miftah Faridl
2
Sedangkan pendidikan yang merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari
proses kehidupan seolah dipandang “sebelah mata” karena pendayagunaan zakat
melalui program pendidikan tidak bisa secara instan merubah mustahiq menjadi
muzakki. Padahal pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam
menunjang kehidupan bangsa dimasa depan, melalui pendidikan manusia sebagai
subjek pembangunan dapat dididik, dibina, dan dikembangkan potensi-
potensinya, bahkan dari usia dini sekalipun. Intinya pendidikan mempunyai
pengaruh yang sangat besar terhadap keberlangsungan dan kesejahteraan manusia.
Pendayagunaan dana zakat untuk program pendidikan secara umum
terbagi dua yaitu pendidikan yang bersifat formal dan nonformal. Formal, bentuk
pendayagunaannya seperti beasiswa, renovasi bangunan sekolah TK, SD, SMP
sampai SMA, ada juga yang melengkapi sarana prasarana mengajar dan lain
sebagainya. Nonformal, membuat perpustakaan umum, mendirikan sekolah
agama untuk melengkapi pendidikan formal, menggaji guru honorer, dan lain
sebagainya.
Pendidikan merupakan sebuah proses transformasi masyarakat dari
kebodohan menuju kecerdasan. Pendidikan adalah proses perubahan masyarakat
dari ketidakmampuan menjadi keahlian. Sekaligus pendidikan adalah sarana
mengubah kemalasan menjadi kesadaran oleh karena itu pendidikan menjadi
fondasi yang penting dalam perubahan masyarakat menuju kesejahteraan.
Sehingga pendidikan harus mendapatkan prioritas yang tinggi dalam
pembangunan.2
Selain itu, dengan pendidikan diharapkan mampu menciptakan sumber
2Muhamad Zaenudin, Pendayagunaan Zakat Lembaga Amil Zakat Portalinfaq Untuk
Pendidikan Anak Pemulung Di Bantar Gebang Bekasi, 2010, h.5
3
daya manusia yang berkualitas dan berwawasan serta membentuk peradaban
manusia yang bermartabat dan juga baik (sholeh). Namun pendidikan di Indonesia
sekarang ini seolah tidak pernah surut dari permasalahan seperti minimnya biaya,
sarana prasarana dan lain-lain.
Adanya pendayagunaan dana zakat diharapkan mampu meminimalisir
permasalahan pendidikan tersebut. Agar pendayagunaan ini sesuai dengan
harapan maka harus ada sebuah lembaga amil zakat yang peduli terhadap
pendayagunaan yang bersifat pemberdayaan, khususnya pemberdayaan dana zakat
pada sektor pendidikan dengan tidak melupakan aspek fiqh dan manajemen
pendayagunaan zakat agar sesuai dengan syariat Islam.
Di antara salah satu Lembaga Amil Zakat yang melakukan gebrakan baru
dalam mengembangkan pemberdayaan zakat dalam rangka memberdayakan
mustahiq adalah Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta. Keunikan
dari LAZIM adalah pendayagunaannya yang fokus pada pendayagunaan yang
bersifat kreatif (empowering atau pemberdayaan masyarakat).
Salah satu program pemberdayaan yang dilakukan oleh Lembaga Amil
Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta adalah membuat program Taman Anak
Soleh. Seperti yang sudah dikemukakan di atas kata kunci dari berhasil atau
tidaknya lembaga tersebut memberdayakan mustahiq melalui program itu adalah
terlahirnya generasi yang soleh. Maka harus ada sebuah penelitian secara ilmiah
agar bisa mengklasifikasikan unsur-unsur pendidikan apa saja yang menjadi
objek pendayagunaan zakat pada sektor pendidikan itu sendiri. Dengan alasan
tersebut peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul Pendayagunaan
Dana Zakat untuk Program Taman Anak Soleh (TAS) Lembaga Amil Zakat
Insan Mulia (LAZIM) Jakarta.
4
B. Pembatasan Masalah dan Rumusan Masalah
a. Pembatasan Masalah
Agar dalam pembahasan ini tidak terlalu meluas dan keluar dari tema
persoalan, maka dalam hal ini peneliti membatasi pada bahasan Dana Zakat
dan Program Pendidikan.
b. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah, maka perumusan masalahnya
adalah:
1. Bagaimana manajemen pendayagunaan dana zakat untuk program Taman
Anak Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta?
2. Apa saja kontribusi yang dilakukan Lembaga Amil Zakat Insan Mulia
(LAZIM) Jakarta untuk program Taman Anak Sholeh (TAS)?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
a. Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisa bagaimana manajemen pendayagunaan dana zakat
untuk program Taman Anak Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan
Mulia (LAZIM) Jakarta
2. Untuk mengetahui apa saja kontribusi yang dilakukan Lembaga Amil
Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta untuk program Taman Anak
Sholeh (TAS)
b. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitan ini tentang pemberdayaan zakat dalam
upaya mengangkat kesejahteraan mustahiq diharapkan bermanfaat baik secara
teoritis maupun praktis.
5
1. Kegunaan Teoritis.
Secara teoritis diharapkan sebagai bentuk dalam mengembangkan
konsep dalam pendayagunaan zakat yang baik dan efektif sesuai dengan
makna diperintahkan zakat.
Selain itu bisa dijadikan sebagai literatur dan rujukan terutama yang
berkaitan dengan masalah pendayagunaan zakat dan memberikan pemahaman
bagi pihak akademisi khususnya Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
untuk melakukan kajian mendalam mengenai pengelolaan zakat untuk
pendidikan khususnya mahasiswa jurusan manajemen dakwah konsentrasi
manajemen ZISWAF.
2. Kegunaan Praktis
Dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi lembaga amil zakat yang
diteliti dan pedoman bagi Lembaga Amil Zakat yang lain dalam pelaksanaan
pendayagunaan zakat dengan baik dan efektif melalui sebuah program, serta
sebagai sumbangan positif bagi lembaga yang lain dalam hal pemahaman
tentang pendayagunaan zakat dan sebagai sumbangan positif bagi dunia
akademisi untuk menambah wawasan di bidang hazanah keilmuan tentang
pendayagunaan zakat.
D. Tinjauan Pustaka
Ada penelitian terdahulu yang pembahasannya hampir mirip dengan yang
ditulis oleh penulis. Adapun penelitian tersebut diantaranya:
Karya milik Muhammad Zainuddin dengan judul ”Pendayagunaan Zakat
Lembaga Amil Zakat Portalinfaq untuk Pendidikan Anak Pemulung Di Bantar
Gebang Bekasi". Dalam penelitian ini Muhammad Zainuddin hanya memaparkan
6
bagaimana pendayagunaan dana zakat dalam pendidikan untuk anak-anak
pemulung yang berada di Bantar Gebang Bekasi.
Karya milik Nurul Fajriyah dengan judul “ Pola Pendayagunaan Dana Zakat
pada Badan Amil Zakat Daerah (BAZDA) Kota Tangerang Dalam Upaya
Meningkatkan Mutu Pendidikan". Berisi tentang pola pendayagunaan atau
pendistribusian dalam upaya peningkatan pendidikan kota Tangerang serta faktor
penghambat dan pendukung dalam pendayagunaan dana zakat di BAZDA kota
Tangerang.
Persamaan penulisan skripsi ini dengan karya di atas terletak pada
pendayagunaan dana zakat untuk sektor pendidikan, sedangkan perbedaannya
terletak pada subjek dan objek penelitiannya. Dimana subjeknya adalah Lembaga
Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta sedangkan objeknya adalah
pendayagunaan dana zakat untuk program Taman Anak Soleh (TAS).
E. Metodologi Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis penelitian sosiologis atau
empiris dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, berikut beberapa
prosedur pendekatan kualitatif yang akan digunakan dalam penelitian ini,
diantaranya:
1. Sumber Data
Yang dijadikan sumber data oleh peneliti yaitu:
a. Data-data tertulis baik yang sudah dipublikasikan seperti buku-buku
tentang manajemen pendayagunaan zakat dan majalah islam yang
memberitakan pemberdayaan zakat, buletin tentang pendayagunaan
zakat ataupun yang tidak dipublikasikan seperti dokumen dari
7
sekretariat atau pengurus Lembaga Amil Jakat Insan Mulia (LAZIM)
Jakarta.
b. Data dari narasumber yakni, narasumber biasa diambil dari
masyarakat umum yang dianggap mampu dan memahami terhadap
masalah yang diajukan seperti para muzakki atau para pegawai di
LAZIM Jakarta yang menjadi donatur merangkap amil dan
narasumber utama Ketua LAZIM serta tokoh-tokoh agama dan
tokoh masyarakat.
2. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang dilakukan pada penelitian ini adalah:
a. Pengamatan langsung atau dengan melakukan observasi dilokasi
Lembaga Amil Jakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta.
b. Peneliti melakukan beberapa wawancara dengan pengurus LAZIM,
dan beberapa mustahiq yang telah menjadi objek dari program taman
anak soleh.
c. Peneliti juga mengumpulkan data menggunakan dokumentasi dari
majalah Islam, buku bulletin, dokumen dari pengurus LAZIM Jakarta
beserta gambar dan foto-foto.
3. Pendekatan
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Maka yang peneliti akan lakukan yakni:
a. Peneliti akan mengamati langsung dilokasi seperti mengamati
berjalannya program taman anak soleh dan aktifitas di lingkungan
Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta.
8
b. Peneliti melakukan wawancara dengan pengurus LAZIM dan beberapa
muzakki yang telah memberikan dananya.
c. Peneliti membaca dari berbagai majalah islam, bulletin LAZIM
Jakarta, dokumen dari pengurus LAZIM, gambar dan foto.
4. Metode Analisa
Proses analisa diawali dengan membaca kembali keseluruhan data
yang telah diperoleh baik melalui wawancara dan pengamatan maupun
dari dokumen, gambar, dan foto-foto. Selanjutnya peneliti
mengkategorikan data yang telah diperoleh berdasarkan pendekatan yang
digunakan, selanjutnya data yang diperoleh di klasifikasikan kembali
apakah data yang didapat berhubungan dengan judul.
Setelah melakukan tahap pengkategorian dan klasifikasi maka data
tersebut dibandingkan dengan melihat pada pendekatan yang digunakan.
Karena peneliti menggunakan pendekatan kualitatif maka metode
analisanya adalah analisa kualitatif atau deskriptif analisis yaitu peneliti
mencoba mendeskripsikan perilaku perubahan dengan menggunakan
beberapa teori.
5. Objek dan Subjek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah Pendayagunaan Dana Zakat untuk
Program Taman Anak Sholeh (TAS) ditinjau dari manajemen
pendayagunaannya serta kontribusi LAZIM untuk program TAS. Subjek
penelitiannya adalah Bapak Nurohman sebagai Direktur LAZIM, Bapak
Abdul Apif Hamid sebagai Manajer Pendayagunaan LAZIM, Ibu Rini
sebagai pembimbing, Inayah dan Faizah sebagai guru, Ibu Pepi sebagai
9
orang tua siswa untuk Program Taman Anak Sholeh (TAS) Lembaga Amil
Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta yang terletak di Jl. Bangka IV No.
28C Pela Mampang, Jakarta Selatan 12720. Alamat Web,
F. Sistematika Penelitian
Untuk mempermudah pengkajian, penulisan pemahaman dan penyusunan
skripsi ini, maka penulis membuat sistematika pembahasan yang terdiri dari lima
bab, dengan susunan sebagai berikut:
Bab IPendahuluan, dalam bab ini penulis menerangkan secara garis besar
mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan pustaka, metode
penelitian, dan sistematika pembahasan.
Bab II Tinjauan teoritis, pada bab ini membahas mengenai pengertian
pendayagunaan, sifat pendayagunaan dan sumber dana zakat serta yang berkaitan
dengan manajemen juga fiqh pendayagunaan zakat, dan pendidikan disertai unsur-
unsur pendidikan.
Bab III Gambaran umum dalam bab ini penulis menerangkan tentang
profil Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta dan program Taman
Anak Sholeh (TAS), visi misi, struktur organisasi program Taman Anak Sholeh
(TAS).
Bab IV Analisis Pendayagunaan Dana Zakat yang Dilakukan oleh LAZIM
Jakarta untuk Bidang Pendidikan, dalam bab ini penulis menerangkan
pendayagunaan dana zakat LAZIM Jakarta untuk program Taman Anak Sholeh
(TAS) ditinjau dari manajemen serta kontribusinya.
10
Bab V Penutup, menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran yang
menjadi penutup dari pembahasan skripsi ini.3
3 Bahrudin Tanjung dan Ardial, Pedoman Penulisan Ilmiah, Prenada Media Group,
Jakarta, 2009, h.56-60
11
BAB II
TINJAUAN TEORITIS TENTANG PENDAYAGUNAAN DANA
ZAKAT DAN PENDIDIKAN
A. Aspek Fiqh Pendayagunaan Zakat Pada Bidang Pendidikan
1. Pengertian
a. Pengertian Aspek
Dalam bahasa aspek bermakna tanda atau sudut pandangan atau
pemunculan, atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi dan
sebagainya.
b. Pengertian Fiqh
Menurut bahasa artinya faham, sedangkan menurut istilah fiqh
merupakan salah satu bidang ilmu dalam syariat islam yang secara khusus
membahas persoalan hukum yang mengatur berbagai aspek kehidupan
manusia, baik kehidupan pribadi,sesame manusia atau dengan Tuhannya.
c. Pengertian pendayagunaan
Sesuai kutipan pemakalah dari www.artikata.com bahwa
pendayagunaan bermakna pengusahaan agar mampu mendatangkan hasil
dan manfaat.
d. Pengertian Zakat
Arti zakat secara bahasa adalah tumbuh, berkembang atau bisa juga
membersihkan atau mensucikan. Sedangkan dalam istilah berarti “sejumlah
12
harta tertentu yang diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang
berhak” disamping berarti “mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri” 4
e. Aspek Fiqh berarti pandangan ilmu hukum islam terhadap sesuatu.
f. Pendayagunaan Zakat berarti mengusahakan zakat agar mampu
mendatangkan hasil yang lebih manfaat.
g. Pendidikan adalah usaha yang disengaja diadakan baik langsung maupun
dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu anak dalam
perkembangan mecapai kedewasaan
h. Aspek Fiqh Pendayagunaan Zakat berarti pandangan ilmu fiqh tentang
pendayagunaan atau pemanfaatan dana zakat untuk bidang pendidikan.
2.Dalil Al-Quran dan Hadits tentang Pendayagunan Zakat
Al-Quran Surat At-Taubah:60
Artinya:
“ Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir,
orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk
hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk
jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai
sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui
lagi Maha Bijaksana”.
4Fahrudin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN Malang Press, 2008),
h. 13
13
Al-Quran Surat At-Taubah ayat 103
Artinya:
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka.
Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Adapun dalil dari As-Sunnah atau Hadits adalah sabda Nabi Shalallahu
Alaihi Wassalam dalam sebuah haditsnya :
Dari Ibnu Abbas ra. Bahwasanya Nabi saw. pernah mengutus Muadz ke
Yaman , Ibnu Abbas menyebutkan hadits itu, dan dalam hadits itu beliau
bersabda : Sesungguhnya Allah telah memfardhukan atas mereka sedekah
(zakat) harta mereka yang di ambil dari orang-orang kaya di antara
mereka dan dikembalikan kepada orang-orang fakir di antara mereka. HR
Bukhary dan Muslim, dengan lafadz Bukhary.
14
Dari Salim bin Abdullah bin 'Umar dari bapaknya ( Umar bin Khatab )
mudah-mudahan Allah meridhoi mereka, bahwasanya Rasulullah pernah
memberikan Umar bin Khatab suatu pemberian, lalu Umar berkata "
berikanlah kepada orang yang lebih fakir dari saya, lalau Nabi bersabda
"Ambilah dahulu, setelah itu milikilah ( kembangkanlah ) dan sedekahkan
kepada orang lain dan apa yang datang kepadamu dari harta semacam ini
sedang engkau tidak membutukannya dan bukan engkau minta, maka
ambilah. Dan mana-mana yang tidak demikian maka janganlah engkau
turutkan nafsumu. HR Muslim.
Dalam ayat dan hadits diatas jelaslah bahwa zakat itu diberikan dan
diambil dari orang-orang tertentu untuk diberikan kepada orang-orang
tertentu. Yakni dalam surat at-taubah:60 dijelaskan tentang siapa sajakah
yang berhak menerima zakat.
Arah dan kebijaksanaan pendayagunaan dana zakat yang dimaksud
adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan usaha pemerintah dalam
rangka memanfaatkan hasil pengumpulan zakat kepada sasaran dalam
pengertian yang lebih luas sesuai cita dan rasa secara tepat guna, efektif
manfaatnya dengan sistem distribusi yang serba guna tentunya yang
produktif, sesuai dengan pesan dan kesan syariat serta tujuan sosial yang
ekonomis dari zakat.
Sebelum membahas lebih lanjut, perlu kita jadikan dasar pemikiran
tentang pendayagunaan zakat bahwa :
a. Allah tidak menetapkan perbandingan yang tetap antara bagian
masing-masing delapan pokok alokasi ( asnaf )
b. Allah tidak menetapkan delapan asnaf harus diberi semuanya. Allah
hanya menetapkan zakat dibagikan kepada delapan asnaf tidak boleh
keluar daripada itu.
15
c. Allah tidak menetapkan harus dibagikan dengan segera setelah masa
pungutan zakat, dan tidak ada ketentuan bahwa semua hasil pungutan
zakat (baik sedikit maupun banyak) harus tetap dibagikan semuanya.
d. Allah tidak menetapkan bahwa yang diserah terimakan itu berupa in
cash (uang tunai) atau in kind (bermacam-macam hasil alam)
3. Sumber Dana Zakat
Menurut Al-Qur’an, yang wajib dikeluarkan zakatnya adalah harta
bernada atau kekayaan (QS. 9:103). Jenis-jenis kekayaan tersebut dapat
dikelompokkan sebagai berikut:
a) Emas dan Perak
Semua ulama sepakat bahwa emas dan perak wajib dikeluarkan
zakatnya (QS. 9:34). Mengenai nisab emas ada tiga pendapat ulama.
Pertama, umumnya ulama termasuk Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam
Hanafi, Imam Hanbal dan pengikutnya, berpendapat bahwa nisab emas
adalah 20 dinar atau kurang lebih sama dengan 96 gram emas. Kedua,
ulama lain, termasuk Hasan bin Abu Hasan al-Basari dan sebagian
pengikut Dawud bin Khalaf al-Isfahani, berpendapat bahwa pada emas
dikenakan zakat jika sudah mencapai jumlah 40 dinar. Ketiga, ulama yang
lainnya lagi berpendapat bahwa nisab emas sama dengan nilai tukar atau
harga 200 dirham, baik jika emas itu telah mencapai jumlah 20 dinar
maupun jika kurang dari 20 dinar. Akan tetapi, jika emas itu telah
mencapai 40 dinar, maka yang dijadikan pegangan adalah jumlah
dinarnya. Dalam hal ini mirip dengan pendapat kedua. Adapun kadar zakat
emas adalah 2,5% dan haulnya satu tahun. Mengenai perak, para ulama
16
sependapat bahwa nisabnya 200 dirham atau sekitar 672 gram. Kadar
zakat dan haulnya sama dengan emas.5
b) Hewan Ternak
Sebagian besar ulama berpendapat bahwa jenis hewan yang wajib
dikeluarkan zakatnya adalah unta, lembu/sapi/kerbau, dan kambing. Kuda
yang dipelihara untuk piaraan, pengangkutan, dan perang tidak wajib
dikeluarkan zakatnya. Sedangkan kuda yang diperdagangkan dan diternakkan
wajib dikeluarkan zakatnya karena mempunyai sifat berkembang. Hewan
ternak lainnya yang juga wajib dikeluarkan zakatnya adalah ayam, unggas,
bebek, dan binatang lain sejenisnya. Haul dari hewan ternak tersebut adalah
satu tahun.
Mengenai nisab unta yang jumlahnya lebih dari l20 ekor, ada dua
pendapat. Pertama, setiap bertambah 40 ekor unta, zakatnya 1 ekor binti labun
(unta betina yang berumur 2 tahun lebih), dan setiap bertambah 50 ekor unta,
zakatnya 1 ekor hiqqah (unta betina yang berumur 3 tahun lebih). Maka
apabila seseorang memiliki 130 ekor unta, ia dikenakan zakat sebanyak 1 ekor
hiqqah dan 2 ekor bintilabun. Pendapat ini didukung oleh Imam Malik, Imam
Syafi’i, dan para pengikut mereka. Dasar hukum yang digunakan ialah risalah
zakat yang diperintahkan Rasulullah SAW dan dilaksanakan oleh Khalifah
Abu Bakar as-Siddiq dan Umar bin Khattab. Hadis ini menjelaskan sabda
Nabi SAW yang artinya: ” Adapun jika lebih dari 120 ekor, maka pada tiap-
tiap 40 ekor dikenakan seekor unta binti labun, dan pada tiap-tiap 50 ekor
dikenakan seekor unta hiqqah.”
5 (http://chamzawi.wordpress.com/sumber zakat/ . diakses sabtu tgl 13 April 2013)
17
Kedua, fukaha (ahli fikih) Kufah, yaitu Abu Hanifah dan para
pengikutnya serta as-Sauri, berpendapat bahwa apabila jumlah unta lebih
dari 120 ekor, maka ketentuannya kembali kepada semula, yaitu pada tiap-
tiap 5 ekor unta dikenakan zakat seekor kambing. Maka apabila seseorang
memiliki unta sebanyak 125 ekor, zakatnya ialah 2 ekor hiqqah dan seekor
kambing. Pendapat ini didasarkan pada hadis yang diriwayatkan oleh Abu
Bakar bin Amr bin Hazm, yang artinya: “Jika unta lebih dari 120 ekor,
maka zakatnya dimulai dengan memakai ketentuan semula.” Jumhur
(mayoritas) fukaha lebih menguatkan pendapat pertama karena hadisnya
lebih sahih.
Adapun tentang jenis kambing yang dikeluarkan untuk zakat, para
ulama berbeda pendapat. Imam Malik berpendapat bahwa jenis kambing
yang dizakatkan adalah jenis kambing yang terbanyak bilangannya. Jika
sama banyaknya, petugas zakat boleh memilih. Hal ini sama dengan
pendapat Imam Abu Hanifah. Sementara Imam Syafi’i berpendapat bahwa
petugas zakat mengambil yang pertengahan dan bermacam-macam jenis.
Namun ada ulama yang menetapkan untuk tidak mengambil kambing
jantan, kambing.yang buta sebelah, dan kambing tua sebagai zakat.
c) Harta Perdagangan.
Para ulama sepakat bahwa harta perdagangan wajib dikeluarkan
zakatnya apabila telah mencapai nisab dan haulnya. Hal ini didasarkan pada
firman Allah SWT yang artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik- baik dan
sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untuk kamu” (QS.2:267).
18
Nisab harta perdagangan sama dengan nisab emas dan perak. Sedangkan
haulnya satu tahun dan kadar zakatnya 2,5% atau 1/40 dari harga barang
dagangannya.
d) Hasil Tanaman dan Buah-Buahan
Gandum, padi, kurma, dan anggur kering wajib dikeluarkan zakatnya
apabila telah mencapai nisabnya pada waktu memanen. Hal ini didasarkan
pada hadis yang artinya: “Bahwa Rasulullah SAW mengutus mereka ke
Yaman untuk mengajari manusia soal agama. Maka mereka dipersilakan
untuk tidak memungut zakat kecuali dari yang empat macam ini: gandum,
sya’ir (gandum), kurma dan anggur kering” (HR. Daruqutni, al-Hakim, at-
Tabrani, dan al-Baihaki yang mengatakan bahwa periwayatnya dapat
dipercaya dan badis ini hadis muttasil).
Adapun nisab hasil tanaman adalab lima wasaq (652,8/653 kg).
Sedangkan kadar pungutan zakatnya adalab 10% apabila tanaman itu disiram
air bujan dan 5% jika tanaman itu disiram dengan mempergunakan alat.
Sedangkan tanaman yang kadang-kadang disiram dengan menggunakan alat
dan kadang-kadang disiram air hujan dengan perbandingan yang sama, maka
zakatnya 7,5%. Mengenai basil pertanian ini, zakatnya dikeluarkan di saat
memanen hasil tanaman atau buah-buahan.
Di Indonesia, disepakati bahwa semua hasil tumbuh-tumbuhan yang
bernilai ekonomis wajib dikeluarkan zakatnya. Hasil tanaman dan buah-
buahan yang wajib dikeluarkan zakatnya antara lain adalah:
1. Biji-bijian, seperti padi, jagung, kacang bijau, kacang tanah, dan
kacang kedelai.
19
2. Umbi-umbian dan sayur-sayuran, seperti ubi, kentang, ubi kayu, ubi
jalar, bengkuang, bawang, cabe, petai, kol, dan bayam.
3. Buah-buahan, seperti kelapa, pisang, durian, rambutan, duku, salak,
apel, jeruk, pepaya, alpukat, mentimun, pala, lada, dan pinang.
4. Tanaman hias, seperti anggrek dan segala jenis bunga.
5. Tanaman keras, seperti karet, kelapa sawit, cengkih, kopi, kayu
cendana, kayu jati, dan kayu manis.
6. Rumput-rumputan, seperti serai (minyak serai) dan bambu.
7. Daun- daunan, seperti teh dan tembakau.
e) Harta Rikaz dan Ma’din
Harta Rikaz adalah harta-harta yang terpendam atau tersimpan.
Termasuk ke dalam harta Rikaz ini antara lain berbagai macam harta benda
yang disimpan oleh orang-orang terdahulu di dalam tanah, seperti emas,
perak, tembaga, dan pundi-pundi berharga. Adapun ma’dinadalah pemberian
bumi yang terbentuk dari benda lain tetapi berharga, seperti emas, perak,
timah, besi, intan, batu permata, akik, batu bara, dan minyak bumi. Orang
yang menemukan benda- benda ini diwajibkan mengeluarkan zakatnya 1/5
bagian. Zakat Rikaz wajib tanpa syarat nisab (ukuran jumlah) dan tanpa haul
(ukuran waktu). Dalam harta ma’din, meskipun waktu satu tahun penuh (haul)
tidak diperhitungkan, tetapi zakatnya wajib dikeluarkan pada saat barang-
barang/benda-benda itu ditemukan. Nilai barang tambang tersebut harus
mencapai satu nisab uang, yaitu 20 misqal (96 gram) untuk emas dan 200
dirham (672 gram) untuk perak. Adapun kadar zakatnya 2,5%. Sementara itu
dijelaskan bahwa harta ma’din tidak ada nisabnya dan kadar zakatnya 1/5.
20
f) Hasil Laut
Jumhur ulama berpendapat bahwa hasil laut, baik berupa mutiara,
merjan (manik-manik), zabarjad (kristal untuk batu permata) maupun ikan,
ikan paus, dan lain-lainnya, tidak wajib dizakati. Namun Imam Ahmad bin
Hanbal (Imam Hanbali) berpendapat bahwa hasil laut wajib dikeluarkan
zakatnya apabila sampai satu nisab. Pendapat terakhir ini nampaknya sangat
sesuai dengan situasi dan kondisi sekarang ini karena hasil ikan yang telah
digarap oleh perusahaan-perusahaan besar dengan peralatan modern
menghasilkan uang yang sangat banyak. Nisab ikan senilai 200 dirham (672
gram perak). Mengenai zakat hasil laut ini memang tidak ada landasannya
yang tegas, sehingga di antara para ulama sendiri terjadi perbedaan pendapat.
Namun jika dilihat dari surah al-Baqarah ayat 267, jelas bahwa setiap usaha
yang menghasilkan uang dan memenuhi syarat, baik nisab maupun haulnya,
wajib dikeluarkan zakatnya. Adapun waktu mengeluarkan zakatnya sama
seperti tanaman, yaitu di saat hasil itu diperoleh.
g) Harta Profesi
Zakat harta profesi termasuk dalam kelompok zakat mal, yaitu al-mal
al-mustafad (kekayaan yang diperoleh oleh seorang muslim melalui bentuk
usaha baru yang sesuai dengan syariat agama). Adapun profesi yang dimaksud
antara lain dokter, insinyur, dan pengacara. Para ulama sepakat bahwa harta
pendapatan wajib dikeluarkan zakatnya apabila mencapai batas nisab. Adapun
nisabnya sama dengan nisab uang, dengan kadar zakat 2,5%.
Mengenai harta profesi ini, para ulama berbeda pendapat dalam hal
hasil pendapatan. Abu Hanifah mengatakan, harta pendapatan itu dikeluarkan
21
zakatnya apabila mencapai masa setahun penuh, kecuali jika pemiliknya
mempunyai harta sejenis. Untuk itu harta penghasilan dikeluarkan pada
permulaan tahun dengan syarat sudah mencapai batas nisab. Tetapi Imam
Malik berpendapat bahwa harta penghasilan tidak dikeluarkan zakatnya
sampai satu tahun penuh, baik harta tersebut sejenis dengan harta pemiliknya
atau tidak sejenis. Sedangkan Imam Syafi’i dan Imam Ahmad berpendapat
bahwa harta penghasilan itu dikeluarkan zakatnya bila mencapai waktu satu
tahun meskipun ia memiliki harta sejenis yang sudah cukup nisab.
h) Investasi
Para ulama yang berpandangan luas berpendapat bahwa hasil investasi,
seperti hasil sewa gedung, pabrik, taksi, dan bus, wajib dikeluarkan zakatnya.
Namun mereka berbeda pendapat mengenai cara memandang kekayaan itu,
yakni apakah harus diperlakukan sebagai modal perdagangan yang harus
dihitung setelah satu tahun dan dipungut zakatnya sebesar 2,5% dari
keseluruhan atau hanya dibatasi atas hasil investasi dan keuntungan saja jika
nilainya cukup satu nisab. Pendapat pertama menyatakan bahwa pemilik
benda- benda yang diinvestasikan, seperti gedung, kapal terbang, kapal laut,
taksi, bus, dan sejenisnya, diperlakukan sama seperti pemilik barang dagang.
Dengan demikian gedung itu harus dinilai harganya setiap tahun, lalu
ditambahkan keuntungannya yang ada, dan kemudian dikeluarkan zakatnya
2,5%. Menurut pendapat kedua, zakat tidak dipungut dari keseluruhan harga
setiap tahun, tetapi dipungut dari keuntungan dan hasil investasi. Kadar
zakatnya 2,5% tanpa mempersyaratkan satu tahun. Sedangkan menurut
pendapat ketiga, zakat dikenakan berdasarkan hasilnya, bukan berdasarkan
22
modalnya, dengan kadar zakat 10% dari hasil bersih apabila hasil bersih
setelah biaya-biaya dikeluarkan dapat diketahui. Tetapi apabila hasil bersih
tidak bisa diketahui, maka zakat dikenakan berdasarkan seluruh hasil dengan
kadar zakat sebesar 5%. Adapun nisabnya sama dengan nisab uang, yakni 96
gram emas.
4.Pandangan Imam Madzhab dan Ulama Kontemporer tentang
pendayagunaan zakat
Para Ulama telah Ijma' bahwa kedelapan asnaf tersebut adalah para
mustahiq zakat, walaupun dalam pendistribusiannya sebagian ulama ada yang
berpendapat harus dibagikan secara merata seperti Imam Syafi'i namun
sebagian ulama lain berpendapat bahwa zakat tidak harus diberikan kepada
semua asnaf tersebut. Khalifah Umar bin Khatab pada masa pemerintahannya
tidak memberikan zakat kepada muallaf, dan hal ini tidak dipermasalahkan
oleh sahabat Nabi lainnya sehingga menjadi ijma'.
Dalam perkembangannya para mustahiq zakat tersebut mengalami
beberapa perubahan dan pengembangan pemikiran. Sjechul Hadi Permono
memberikan beberapa pengembangan dari para mustahiq zakat, beliau
menukil pendapat dari Shawki Isma’il Shehatah yang menyatakan bahwa
bagian untuk fakir miskin dapat diberikan kepada lembaga-lembaga yang
mengurusi santunan kepada fakir miskin serta untuk kepentingan umum yang
berupa pelayanan umum. Ini berarti bisa saja dana zakat bagi fakir miskin
digunakan untuk membuat balai pengobatan cuma-cuma ataupun rumah sakit
yang dikhususkan bagi kelompok fakir miskin. Sedangkan mengenai riqab
yaitu hamba sahaya karena saat ini telah tidak ada lagi perbudakan maka
23
untuk asnaf ini bisa dipindahkan kepada para tawanan perang Muslim atau
juga untuk membantu Negara muslim yang ingin lepas dari perbudakan dan
penjajahan Negara lain, hal ini tentu sesuai dengan makna riqab yang
menghilangkan segala bentuk perbudakan. Sementara makna fi
sabilillahdikembangkan oleh Sahri Muhammad dengan jalan iman dan
ilmu/teknologi yaitu jalan untuk kemaslahatan agama dan masyarakat umum.
Demikian juga mustahiq-mustahiq zakat yang lain, walaupun jumlahnya tetap
delapan asnaf namun interpretasinya semakin berkembang.
Begitulah dengan berubahnya waktu ternyata alokasi bagi para
mustahiq zakat berkembang, namun hal ini tidaklah mengurangi manfaat dari
zakat bahkan akan semakin terasa manfaatnya ketika kita bisa
memberdayakannya.
Adapun pola penyaluran harta zakat kepada orang-orang yang berhak
menerimanya dapat digunakan dengan dua cara yaitu :
a. Zakat Konsumtif
Zakat konsumtif yaitu zakat yang diberikan kepada mustahiq untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya seperti makan, tempat tinggal meneruskan
perjalanan dan lain-lain. Fungsi ini adalah asal dari fungsi zakat yaitu
memberikan zakat untuk kebutuhan sehari-hari. Seperti zakat fitrah yang
memang diberikan untuk konsumsi fakir miskin selama hari raya. Dalilnya
adalah firman Allah ta'ala dalam QS Al-Baqarah ayat 273 : ٌ
24
“(Berinfaqlah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan
Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di bumi; orang yang tidak tahu
menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta.
Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta
kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu
nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengatahui”.
Ayat di atas menceritakan tentang orang-orang miskin yang tidak
suka meminta-minta kepada manusia, kepada mereka diberikan zakat
untuk kebutuhan mereka dalam bentuk zakat konsumtif.
b. Zakat Produktif
Adapun zakat produktif adalah zakat yang diberikan kepada fakir
miskin berupa modal usaha atau yang lainnya yang digunakan untuk usaha
produktif yang mana hal ini akan meningkatkan taraf hidupnya, dengan
harapan seorang mustahiq akan bisa menjadi muzakki jika dapat
menggunakan harta zakat tersebut untuk usahanya. Hal ini juga pernah
dilakukan oleh Nabi, dimana beliau memberikan harta zakat untuk
digunakan shahabatnya sebagai modal usaha. Hal ini seperti yang
disebutkan oleh Didin Hafidhuddin yang berdalil dengan hadits yang
diriwayatkan oleh Muslim yaitu ketika Rasulullah memberikan uang zakat
kepada Umar bin Al-Khatab yang bertindak sebagai amil zakat seraya
bersabda :
“Ambilah dahulu, setelah itu milikilah (berdayakanlah) dan sedekahkan
kepada orang lain dan apa yang datang kepadamu dari harta semacam ini
sedang engkau tidak membutukannya dan bukan engkau minta, maka
25
ambilah. Dan mana-mana yang tidak demikian maka janganlah engkau
turutkan nafsumu. HR Muslim”. 6
Kalimat َفَتَموَّْله (fatamawalhu) berarti mengembangkan dan
mengusahakannya sehingga dapat diberdayakan, hal ini sebagai satu
indikasi bahwa harta zakat dapat digunakan untuk hal-hal selain kebutuhan
konsumtif, semisal usaha yang dapat menghasilkan keuntungan. Hadits
lain berkenaan dengan zakat yang didistribusikan untuk usaha produktif
adalah hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik, katanya :
Bahwasanya Rasulallah tidak pernah menolak jika diminta sesuatu
atas nama Islam, maka Anas berkata "Suatu ketika datanglah seorang
lelaki dan meminta sesuatu pada beliau, maka beliau memerintahkan untuk
memberikan kepadanya domba (kambing) yang jumlahnya sangat banyak
yang terletak antara dua gunung dari harta shadaqah, lalu laki-laki itu
kembali kepada kaumnya seraya berkata " Wahai kaumku masuklah kalian
ke dalam Islam, sesungguhnya Muhammad telah memberikan suatu
pemberian yang dia tidak takut jadi kekurangan !" HR. Ahmad dengan
sanad shahih.
Pemberian kambing kepada muallafah qulubuhum di atas adalah
sebagai bukti bahwa harta zakat dapat disalurkan dalam bentuk modal
usaha.
Pendistribusian zakat secara produktif juga telah menjadi pendapat
ulama sejak dahulu. Masjfuk Zuhdi mengatakan bahwa Khalifah Umar bin
Al-Khatab selalu memberikan kepada fakir miskin bantuan keuangan dari
zakat yang bukan sekadar untuk memenuhi perutnya berupa sedikit uang
6 Abu Bakar Muhammad (Penerjemah) Terjemahan Subulus Salam II. hal. 588
26
atau makanan, melainkan sejumlah modal berupa ternak unta dan lain-lain
untuk mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya. Demikian juga
seperti yang dikutip oleh Sjechul Hadi Permono yang menukil pendapat
Asy-Syairozi yang mengatakan bahwa seorang fakir yang mampu
tenaganya diberi alat kerja, yang mengerti dagang diberi modal dagang,
selanjutnya An-Nawawi dalam syarah Al-Muhazzab merinci bahwa
tukang jual roti, tukang jual minyak wangi, penjahit, tukang kayu, penatu
dan lain sebagainya diberi uang untuk membeli alat-alat yang sesuai, ahli
jual beli diberi zakat untuk membeli barang-barang dagangan yang
hasilnya cukup buat sumber penghidupan tetap.
Pendapat Ibnu Qudamah seperti yang dinukil oleh Yusuf
Qaradhawi mengatakan “Sesungguhnya tujuan zakat adalah untuk
memberikan kecukupan kepada fakir miskin….” Hal ini juga seperti
dikutip oleh Masjfuk Zuhdi yang membawakan pendapat Asy-Syafi’i, An-
Nawawi, Ahmad bin Hambal serta Al-Qasim bin Salam dalam kitabnya
Al-Amwal, mereka berpendapat bahwa fakir miskin hendaknya diberi
dana yang cukup dari zakat sehingga ia terlepas dari kemiskinan dan dapat
mencukupi kebutuhan hidupnya dan keluarganya secara mandiri.
Secara umum tidak ada perbedaan pendapat para ulama mengenai
dibolehkannya penyaluran zakat secara produktif. Karena hal ini hanyalah
masalah tekhnis untuk menuju tujuan inti dari zakat yaitu mengentaskan
kemiskinan golongan fakir dan miskin.
Pendidikan adalah kebutuhan yang amat primer bagi setiap
individu. Efek pendidikan begitu menyeluruh, mulai dari pola pikir,
27
keyakinan, dan sikap hidup yang berujung pada kualitas hidup.
Singkatnya performance lahir dan batin manusia sangat dipengaruhi oleh
pendidikan yang didekatnya.
Sebegitu pentingnya pendidikan bagi manusia, pada awalnya, baik
pendidikan pada tingkat keluarga maupun di luar keluarga, dapat diakses
dengan gratis. Barulah setelah pendidikan utamanya di luar keluarga
mengalami perkembangan pesat dalam bentuk pelaksanaannya, menjadi
kebutuhan primer yang beribiaya. Akibatnya, sebagian orang mampu
mengakses dengan baik, tetapi sebagian lain kebutuhan primernya itu tak
terpenuhi.
Harta zakat sebagai alat bantu pengentasan masalah sosial, telah
ditetapkan untuk didistriusikan kepada delapan asnaf yang sudah diuraikan
di atas, diantara delapan asnaf yang diantaranya adalah fakir miskin, yaitu
dua kelompok manusia yang berciri khusus tidak mampu memenuhi
keutuhan dasarnya, baik sebagai makhluk hidup yang berarti perlu pangan
dan kesehatan, sebagai makhluk sosial butuh sandang, pangan, papan dan
pasangan (zawj/zawjah), serta sebagai khalifah Allah yang harus bermodal
pendidikan. Atas dasar itu penyaluran dana zakat dalam sektor pendidikan
adalah sangat beralasan secara syar’i. Secara rinci alasan tersebut dapat
disusun sebagai berikut:
1) Pendidikan adalah termasuk kebutuhan primer, maka dari itu pihak yang
lemah ekonomi sehingga terhalang dari memenuhi keutuhan pendidikan
adalah termasuk fakir yang berhak atas dana zakat.
28
2) Bila demi kebutuhan fisik guna keberlangsungan hidup layak dalam
kehidupan duniawi sesaat berupa pangan, sandang, dan papan saja zakat
dapat diberikan, apalagi secara qiyas awlawi terkait dengan pendidikan
yang membawa kepada kemaslahatan ukrawi yang tiada batasnya, maka
lebih layak disalurkan.
3) Secara manusiawi akar masalah kemiskinan adalah pada minimnya
pendidikan, sehingga seseorang tidak mampu mengetahui potensi dirinya,
mengembangkannya, dan apalagi memanfaatkannya. Begitu pula, akibat
minimnya pendidikan ia juga tidak mampu mengeksplorasi potensi
lingkungannya, tetumbuhan, hewan, tanah, air, dan kekayaan yang
dikandungnya.7
Memang perlu ditegaskan bahwa maksud dari pengalokasian zakat dalam
sektor pendidikan, penggunaannya dalam bentuk:
1) Membiayai orang miskin untuk mendapat pendidikan, misalnya
menyantuninya untuk membayar biaya sekolah. Pada masa dahulu ulama
telah perhatian dalam hal ini walaupun dalam bentuk sedikit berbeda.
Mereka mengatakan bahwa bila orang miskin gara-gara tidak dapat
bekerja karena siuk mendalami ilmu syariat, maka halal baginya menerima
dana zakat. Menurut mereka alasannya adalah karena mereka sibuk
melakukan sesuatu yang bersifat fardu kifayah yang manfaatnya bersifat
umum bagi masyarakat luas.
2) Mendirikan sekolah dan memenuhi kebutuhan operasionalnya, dalam
rangka membendung dan melawan hegemoni pendidikan kapitalis,
7 (http//:www.or.id/indeks.php/informasi/artikel/kolom.Syariah/275htm.Diakses
minggu 14 April 2013
29
komunis, sekuler, dan sebagainya memuju kepada pendidikan Islam yang
murni. Yang demikian berarti zakat tersebut dialokasikan atas nama
sabilillah.
Salah satu fungsi zakat adalah fungsi sosial sebagai sarana saling
berhubungan sesama manusia terutama antara orang kaya dan orang
miskin, karena dana zakat dapat di manfaatkan secara kreatif untuk
mengatasi kemiskinan yang merupakan masalah sosial yang selalu ada
dalam kehidupan masyarakat8
Dalam Al-Qur’an dijelaskan ada delapan asnaf yang berhak
menerima zakat yaitu: fakir, miskin, amil, muallaf, riqab, gharim,
sabilillah dan ibnussabil. Sedangkan infak dan shadaqah dapat merupakan
sebagian dari harta yang dikeluarkan untuk kebaikan, baik yang ditentukan
penggunaannya maupun tidak. Kami berpendapat bahwa pembagian dana
ZIS tidak harus sama rata untuk masing-masing asnaf tersebut melainkan
perlu berdasarkan keperluan. Dengan demikian pendayagunaan dana zakat
untuk sektor pendidikan dibolehkan selama yang menjadi objeknya tidak
keluar dari delapan asnaf yang disebutkan dalam Al-Qur’an.
Pendayagunaan dana zakat pada sektor pendidikan boleh untuk
semua unsur pendidikan (guru, murid, sarana prasarana, biaya dan lain-
lain) maupun salah satu dari unsur pendidikan. Contohnya untuk
membiayai SSP saja yang diwujudkan melalui beasiswa.
8 Fahrudin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN Malang Press,
2008), h, 314
30
B. Aspek Manajemen Pendayagunaan Zakat
1. Pengertian
a. Pengertian Aspek
Dalam bahasa aspek bermakna tanda atau sudut pandangan atau
pemunculan, atau penginterpretasian gagasan, masalah, situasi dan
sebagainya.
b. Pengertian Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Prancis kuno yaitu ménagement,
yang memiliki arti seni melaksanakan dan mengatur. Definisi manajemen
yg dikemukakan oleh McHugh, manajemen adalah sebuah proses yang
dilakukan untuk mewujudkan tujuan organisasi melalui rangkaian
kegiatanberupa perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan
pengendalian orang-orang serta sumber daya organisasi lainnya.9
Daft mendefinisikan manajemen sebagai pencapaian tujuan
organoisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan,
pengorgansasian, pengarahan, dan pengawasan sumberdaya organisasi.
Mary Parker Follet yang dikutip oleh Handoko, manajemen
merupakan seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Definisi ini mengandung arti bahwa para manajer mencapai tujuan-tujuan
organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan
berbagai tugas yang mungkin diperlukan.10
9 Erni Tisnawati dkk., Pengantar Manajemen, Jakarta: Prenada media Group, 2005. h.6
10Erni Tisnawati dkk., Pengantar Manajemen, Jakarta: Prenada media Group, 2005. h.5
31
Selanjutnya, bila kita mempelajari literatur manajemen, maka akan
ditemukan bahwa istilah manajemen mengandung dua pengertian yaitu :
1. Manajemen sebagai suatu proses
2. Manajemen sebagai suatu seni (Art) dan sebagai suatu ilmu
pengetahuan (Science)
Berdasarkan pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
manajemen pada dasarnya merupakan seni atau proses dalam
menyelesaikan sesuatu yang terkait dengan pencapaian tujuan. Dalam
peneyelesaian akan sesuatu tersebut, terdapat tiga faktor yang terlibat:
1. Adanya pengguanaan sumber daya organisasi, baik sumber daya
manusia, maupun faktor-faktor produksi lainnya. Atau sumber daya
tersebut meliputi sumber daya manusia, sumber daya alam, sumber
daya keuangan, serta informasi.
2. Adanya proses yang bertahap dari mulai perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan, dan pengimplementasian, hingga pengendalian dan
pengawasan.
3. Adanya seni dalam menyelesaikan pekerjaan.
Dari gambar di atas menunjukkan bahwa manajemen adalah Suatu
keadaan terdiri dari proses yang ditunjukkan oleh garis (line) mengarah
kepada proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan
pengendalian, yang mana keempat proses tersebut saling mempunyai
fungsi masing-masing untuk mencapai suatu tujuan organisasi.
Manajemen juga memiliki arti yang luas dan sempit. Manajemen
dalam arti yang luas adalah perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
32
dan pengendalian (P4) sumber daya organisasi untuk mencapai tujuan
secara efektif dan efisien. Dalam arti sempit manajemen merujuk kepada
suatu bidang, contohnya manajemen zakat. Perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendaliannya berhubungan dengan
zakat.11
Dapat disimpulkan bahwa manajemen adalah seni untuk mengatur
organisasi untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien dengan proses
perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian (P4)
sumber daya organisasi yang dilakukan oleh manajer atau pemimpin.
c. Pengertian Pendayagunaan Zakat
Zakat menurut bahasa arab artinya tumbuh, tambah, berkah, suci.
Menurut istilah, zakat adalah sejumlah harta tertentu yang diwajibkan
oleh Allah, untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya dengan
syarat-syarat tertentu.
Pembicaraan tentang pendayagunaan zakat, berarti membicarakan
usaha atau kegiatan yang saling berkaitan dalam menciptakan tujuan
tertentu dari penggunaan hasil zakat secara baik, tepat dan terarah sesuai
dengan tujuan zakat itu disyariatkan oleh Al-qur’an dan Sunnah serta yang
dicontohkn oleh para fuqoha.
Jika berbicara tentang kemashlahatan, senantiasa berkembang
sesuai dengan perkembangan dan tuntutan kebutuhan umat. Dimana saat
ini permasalahan yang dihadapi lebih banyak dan beragam.Untuk
penentuan tingkat kemaslahatan, biasa dikenal dengan adanya skala
11
Husaini Usman, Manajemen, Teori Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2010. h. 5
33
prioritas. Metode prioritas ini dapat di pakai sebagai alat yang efektif
untuk melaksanakan fungsi alokasi dan distribusi dalam kebijaksanaan
pendayagunaan zakat.
Maka dapat disimpulkan bahwa pendayagunaan Zakat adalah
bagaimana cara atau usaha dalam mendatangkan hasil dan manfaat zakat
yang lebih besar serta lebih baik agar tercapai kemaslahatan bagi umat
muslim.
d. Aspek Manajemen Pendayagunaan Zakat
Sudut pandang manajemen terhadap pengaturan dan pengelolaan
zakat melalui proses perencanaan pengorganisasian pengarahan dan
pengawasan sumberdaya organisasi/lembaga zakat dengan cara yang
efektif dan efisien agar mendatangkan hasil dan manfaat zakat yang lebih
besar serta lebih baik sehingga tercapai kemaslahatan bagi umat islam
sesuai dengan tujuan zakat yang telah disyariatkan.
2. Kegiatan Manajemen
Kegiatan manajemen secara umum meliputi perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
a. Perencanaan
Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan
selanjutnya apa yang harus dilakukan , kapan, bagaimana dan oleh
siapa perencanaan yang baik dapat dicapai dengan mempertimbangkan
kondisi diwaktu yang akan datang dalam mana perencanaan dan
34
kegiatan yang diputuskan akan dilasanakan, serta periode sekarang
pada saat rencana dibuat. 12
Beberapa aspek yang harus diperhatikan, antara lain sebagai berikut:
1) Hasil yang ingin dicapai
2) Yang akan melakukan
3) Waktu dan skala prioritas
4) Dana (kapital)13
Pada dasarnya manajemen merupakan suatu rangkaian cara
beraktivitas. Bagi seorang muslim manajemen bisa menjadi wahana amal
kebajikan. Manajemen menumbuhkan kesadaran untuk mengaplikasikan
cara-cara bekerja dengan landasan ajaran Islam. Manajemen Islam
memang tidak bebas nilai. Kaidah halal dan thayyib menjadi nilai utama
organisasi. Hal ini berlaku dari awal pengambilan keputusan, perencanaan
hingga aplikasi dan evaluasinya yang tetap melandaskan pada nilai-nilai
halal dan thayyib.14
Menyusun visi misi adalah langkah awal dalam perencanaan, dari
visi misi akan dilahirkan program-program unggulan untuk
mengimplementasikan pengelolaan zakat. Dari sejumlah program yang
dicanangkan Badan/Lembaga Pengelola Zakat dapat dikelompokkan
12
T. Hani Handoko, Manajemen, Edisi Kedua, EPFE Yogyakarta, Cet. XIV, 1999, hlm.
78 13
Didin Hafidhuddin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktek, Gema
Insani Press, Jakarta, 2003, h. 78 14
Eri Sudewo, Manajemen Zakat, IMZ, Ciputat 2004, h.77
35
menjadi empat program besar (grand programme), yaitu program
ekonomi, program social, program pendidikan, dan program dakwah.15
1. Program Ekonomi
Program pemberdayaan ekonomi melalui pendayagunaan dana zakat
yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat (LAZ) dapat menjawab dan
memberikan solusi atas berbagai permasalahan yang dihadapi olehh
masyarakat. Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang sudah ada programnya
berorientasi pada pemberdayaan ekonomi mencakup antara lain:
a) Pengembangan potensi agribisnis termasuk industry rakyat
berbasis kekuatan lokal.
b) Pengembangan lembaga keuangan berbasis ekonomi syari’ah.
c) Pemberdayaan masyarakat petani dan pengrajin
d) Pemberdayaan keuangan mikro dan usaha riil berupa industri
beras, air minum, peternakan, pertanian, dan tanamn keras.
e) Pemberdayaan ekonomi melalui usaha kecil dengan program
pendampingan dan bimbingan.
f) Pemberdayaan ekonomi umat melalui program pelatihan
kewirausahaan.
2. Program Sosial
Masalah sosial merupakan yang melekat pada setiap masyarakat
sehingga perlu mendapat perhatian. Program sosial yang mendapat
perhatian Lembaga Amil Zakat (LAZ) antara lain:
15
Depertemen Agama, Pola Pembinaan Lembaga Amil Zakat, Direktorat Jenderal
Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Direktorat Pengembangan Zakat dan
Wakaf, Jakarta, 2005, h.20-28
36
a) Penyelamatan kemanusiaan melalui bantuan kesehatan pengungsi,
sembako dan pakaian layak.
b) Menyediakan dana santunan layanan sosial.
c) Aksi pelayanan sosial dan kesehatan di daera-daerah minus.
d) Bantuan darurat untuk daerah bencana dan kerusuhan berupa
pengiriman tim medis dan obat-obatan.
e) Pembinaan anak jalanan lewat rumah singgah dan khitanan massal
3. Program Pendidikan
Pendidikan adalah jalan untuk mencapai hari esok yang lebih baik.
Diantara program pendidikan yang dilaksanakan oleh Lembaga Amil
Zakat adalah:
1) Mengembangkan potensi mustaik dari segi pendidikan untuk
percepatan peningkatan kualitas sumber daya umat.
2) Menyediakan bantuan beasiswa dan rehabilitasi sekolah serta
menyediakan pendidikan alternatif bagi pengungsi.
3) Peduli pendidikan dasar (paket cerdas) dan program orang tua
asuh.
4) Menyediakan media informasi sebagai sarana pendidikan umat.
5) Mengelola perpustakaan dan menyalurkan buku-buku agama.
6) Santunan anak yatim, beasiswa dhuafa dan anak jalanan.
7) Pelatihan manajemen dan teknologi tepat guna.
4. Program Dakwah
Diantara kegiatan yang dilakukan oleh Lembaga Amil Zakat yang
37
berkaitan dengan program dakwah ini adalah:
a) Bantuan Sembako kepada para muallaf .
b) Pembinaan mental dan rehabilitasi tempat ibadah.
c) Program klub keluarga sakinah.
d) Pelatihan dan kursus bagi para da’i ke daerah-daerah terpencil dan
tranmigrasi.
e) Pembinaan majlis ta’lim.
b. Pengorganisasian
Menurut Terry (1986) sebagaimana dikutip Ahmad Ibrahim Abu Sinn
mengatakan bahwa istilah pengorganisasian merupakan sebuah entitas
yang menunjukkan sebagai bagian-bagian yang terintegrasi sedemikian
rupa, sehingga hubungan mereka satu sama lain dipengaruhi oleh
hubungan mereka terhadap keseluruhan. Lebih jauh, istilah ini
diartikan sebagai tindakan mengusahakan hubungan-hubungan
kelakuan yang efektif antar individu, sehingga mereka dapat
bekerjasama secara efisien, sehingga memperoleh kepuasan pribadi
dalam melaksanakan tugas-tugas tertentu, dalam lingkungan tertentu
guna mencapai tujuan dan sasaran tertentu.16
Dalam pandangan Islam,
organisasi bukan semata-mata wadah melainkan lebih menekankan
pada bagaimana sebuah pekerjaan dilakukan dengan baik dan rapi.
Organisasi lebih menekankan pengaturan mekanisme kerja. Oleh
karena itu, maka dalam organisasi ada koordinasi serta wewenang dan
16
Ahmad Ibrahim A.S, Manajemen Syariah, Sebuah Kajian Historis dan Kontemporer,
Rajagrafindo Persada, Jakarta, 1996, h.91
38
tanggung jawab. Koordonasi merupakan upaya penyatuan sikap dan
langkah dalam pencapaian tujuan.
Secara garis besar pengorganisasian yang berkaitan dengan zakat
meliputi:
a) Pengorganisasian struktur organisasi zakat Badan/Lembaga Amil
Zakat.
b) Pengorganisasian mustahiq.
c) Pengorganisasian pendayagunaan zakat.
c. Pelaksanaan
1. Pelaksanaan dalam penghimpunan zakat
Pengumpulan zakat dilakukan oleh Badan/Lembaga Amil Zakat
dengan cara menerima atau mengambil dari muzakki atas
pemberitahuan muzakki. Badan/Lembaga Amil Zakat dapat bekerja
sama dengan Bank dalam pengumpulan zakat. Badan/Lembaga Amil
Zakat dapat menerima harta selain zakat, seperti infaq, shadaqah,
hibah, wasiat dan kaffarat.
Dalam Buku Manajemen Pengelolaan Zakat Departemen Agama
disebutkan ada tiga strategi dalam pengumpulan zakat, yaitu:
a) Pembentukan unit pengumpulan zakat. Hal ini dilakukan untuk
memudahkan pengumpulan zakat, baik kemudahan bagi lembaga
pengelola maupun kemudahan bagi para muzakki untuk membayar
zakatnya.
b) Pembukaan kounter penerima zakat. Selain membuka unit
pengumpul zakat diberbagai tempat, lembaga pengelola zakat
39
dapat membuat kounter atau loket tempat pembayaran zakat di
kantor atau secretariat lembaga yang bersangkutan.
c) Pembukaan rekening Bank. Yang perlu diperhatikan di sini adalah
bahwa dalam membuka rekenig harus dipisahkan antara masing-
masing rekening sehingga dengan demikian akan memudahkan
para muzakki dalam pengiriman zakatnya.
2. Pelaksanaan dalam Pendistribusian dan Pendayagunaan Zakat
Semangat yang dibawa perintah zakat adalah perubahan kondisi
seseorang dari mustahiq menjadi muzakki. Bertambahnya muzakki
akan mengurangi beban kemiskinan yang ada di masyarakat.
Namun keterbatasan dana zakat yang berhasil dihimpun sangat
terbatas. Hal ini menuntut adanya pengaturan yang baik sehingga
potensi umat dapat dimanfaatkan secara optimal. Lembaga-
lembaga pengelola zakat dituntut merancang program yang baik,
selain itu lembaga pengelola zakat perlu melakukan skala prioritas
program.
d. Pengawasan
Pengawasan didefinisikan sebagai proses untuk menjamin
bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Ini berkenaan
dengan cara-cara membuat kegiatan sesuai dengan yang telah
direncanakan sebelumnya. Pengertian ini menunjukkan adanya
hubungan yang erat antara perencanaan dengan pengawasan.17
Oleh
karena itu, pengawasan mempunyai peranan atau kedudukan yang
17
T.Hani Handoko, Manajemen………………….h.359
40
sangat penting dalam manajemen, karena mempunyai fungsi untuk
menguji apakah pelaksanaan kerja itu teratur, tertib, terarah atau tidak.
Dalam Islam, pengawasan (control) paling tidak terbagi
menjadi dua, yaitu: Pertama, kontrol yang berasal dari diri sendiri
yang bersumber dari tauhid dan keimanan kepahda Allah SWT.
Kedua, kontrol dari luar, pengawasan ini dilakukan dari luar diri
sendiri. Sistem pengawasan ini dapat terdiri atas mekanisme
pengawasan dari pimpinan yang berkaitan. Dalam lembaga zakat
biasanya ada Dewan Syariah.
C. Pemberdayaan Bidang Pendidikan
1. Pengertian
Kata pemberdayaan adalah terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu
empowerment. Pemberdayaan berasal dari kata dasar power berarti
kemampuan berbuat, mencapai, melakukan atau memungkinkan. Awalan em
berasal dari bahasa latin atau yunani, yang berarti di dalamnya, karena itu
pemberdayaan dapat berarti kekuatan dalam diri manusia, suatu sumber
kreatifitas.
Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia kata pemberdayaan
diterjemahkan sebagai upaya pendayagunaan, pemanfaatan yang sebaik-
baiknya dan hasil yang memuaskan.18
Istilah pemberdayaan diartikan sebagai
upaya memperluas horizon pilihan bagi masyarakat, dalam upaya
pendayagunaan potensi, pemanfaatan yang sebaik-baiknya dengan hasil yang
18
Lili Bariadi, dkk, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CED, cet 1: 2005 h.53
41
memuaskan. Ini berarti masyarakat diberdayakan untuk melihat dan memilih
sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya, dapat dikatakan masyarakat yang
berdaya adalah yang dapat memilih dan mempunyai
Pemberdayaan adalah serangkaian kegiatan untuk memperkuat
kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam masyarakat, termasuk
individu-individu yang mengalami masalah kemiskinan.
Pendidikan adalah serangkaian proses yang dengannya seorang atau
anak dapat mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-bentuk tingkah
laku lainnya yang bernilai atau berguna di masyarakat.
Beberapa ahli mengartikan bahwa pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Langaveld: mendidik adalah mempengaruhi anak dalam
membimbingnya agar menjadi dewasa. Usaha membimbing haruslah
usaha yang disadari dan dilaksanakan dengan sengaja. Oleh karena itu,
pendidikan hanya terdapat dalam pergaulan yang disengaja antara
orang dewasa dengan anak yang diarahkan kepada tujuan pendidikan.
b. SA. Branata, dkk: pendidikan adalah usaha yang sengaja diadakan baik
langsung maupun dengan cara yang tidak langsung, untuk membantu
anak dalam perkembangannya mencapai kedewasaan. 19
Pemberdayaan bidang pendidikan adalah serangkaian kegiatan
untuk memperkuat kekuasaan atau keberdayaan kelompok lemah dalam
masyarakat agar dapat mengembangkan kemampuan, sikap dan bentuk-
bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai atau berguna di masyarakat.
19
M. Alisuf Sabri, Pengantar Ilmu Pendidikan (UIN JakartaPress, 2005), h.5-6
42
2. Unsur-unsur pendidikan
a. Guru atau pendidik
Guru adalah suatu jabatan professional yang memiliki peranan dan
kompetensi professional.20
Ada juga mengartikan guru adalah pendidik
professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.21
Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa secara umum
guru adalah orang melakukan pekerjaan mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta
didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan
dasar, dan pendidikan menengah. Sedangkan secara sempit guru adalah
orang sudah menempuh pendidikan guru di universitas tertentu karena
merupakan jabatan professional.
b. Siswa atau peserta didik
Peserta didik atau siswa adalah makhluk yang tumbuh dan
berkembang sesuai dengan tahapannya. Siswa bukanlah benda yang
bersifat statis. Namun mereka adalah individu yang dinamis yang memiliki
karakteristik tertentu pada setiap tahap perkembangannya.22
Siswa juga
dapat diartikan organisme yang unik. Siswa bukanlah benda mati, akan
20
Prof. DR. Oemar Hamalik “Pendidikan Guru, Berdasarkan Kompetensi” Jakarta PT
Bumi Aksara, 2009. h.8 21
DR. Hj. Rugayah, M.Pd. dan Dra. Atiek Sismiati “Profesi Kependidikan” Bogor:
Ghalia Indonesia, 2011. h.6 22
Dr Wina Sanjaya, M.Pd. “Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran” Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2008. h.255
43
tetapi makhluk hidup yang sedang dalam perkembangan yang memiliki
kemampuan yang berbeda, Ia adalah insan yang aktif, kreatif, dan dinamis
untuk memenuhi kebutuhannya. Hal ini menggambarkan bahwa peserta
didik bukanlah objek yang harus dijejali dengan informasi, akan tetapi
mereka adalah subjek yang memiliki potensi dan proses pembelajaran
seharusnya diarahkan untuk memberikan pengalaman belajar agar siswa
dapat mngembangkan seluruh potensi yang dimilikinya.
c. Materi atau kurikulum
Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional, bab 1 pasal 1 bagian ketentuan umum No. 19 tertulis, kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan.23
Beberapa tafsiran dari kurikulum:
1) Kurikulum memuat isi dan materi pelajaran
2) Kurikulum sebagai rencana pembelajaran
3) Kurikulum sebagai pengalaman belajar
d. Sarana prasarana
Menurut Tholib Kasan sarana pendidikan adalah alat langsung
untuk mencapai tujuan pendidikan, misalnya: ruang, buku, perpustakaan,
dan sebagainya.24
Himpunan sarana pendidikan dikelompokkan dalam:
1. Sarana tenaga pengajar
23
UU RI No.20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS dan PP RI No.47 tahun 2008, h.4 24
Tholib Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi (Jakarta: Studia Press, 2000), h. 91
44
2. Sarana fisik
3. Sarana administrasi, dan
4. Waktu
Prasarana pendidikan merupakan semua komponen yang secara
tidak langsung menunjang jalannya proses belajar mengajar. Sebagai
contoh jalan menuju tempat belajar, halaman, tata tertib, dan sebagainya.25
Menurut Tholib Kasan prasarana secara etimologi berarti alat tidak
langsung untuk mencapai tujuan. Prasarana pendidikan misalnya
lokasi/tempat, bangunan, dan sebagainya.26
e. Metode atau cara pembelajaran
Model pembelajaran yang masih berlaku dan sangat banyak
dipergunakan oleh guru adalah model pembelajaran konvensional. Pendekatan
konvensional merupakan pendekatan pembelajaran yang lazim digunakan oleh
para guru di mana ia mengajar. Beberapa metode yang biasa digunakan dalam
pendekatan konvensional antara lain, metode ceramah, metode diskusi,
metode Tanya jawab, metode latihan, metode pemberian tugas, metode
demontrasi, metode permainan, dll.
Di era modern ini model pembelajaran banyak mengalami modifikasi
sehingga bermunculan banyak model pembelajaran, salah satu model
pembelajaran tersebut adalah model pembelajaran kooperatif.27
Trianto dalam bukunya mengatakan bahwa ada perbedaan antara
pembelajaran kooperatif dengan pembelajaran konvensional yaitu:
25
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi
Pendidikan,(Malang:IKIP Malang, 1989), h. 135 26
Tholib Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi (Jakarta: Studia Press, 2000), h. 91 27
Trianto, Model-model pembelajaran Inovatif……,h.43-44
45
Tabel 1
TIPE PEMBELAJARAN
Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran Konvensional
Adanya saling ketergantungan positif,
saling membantu, dan saling
memberikan motivasi sehingga ada
interaksi promotif.
Guru sering membiasakan adanya
siswa yang mndominasi kelompok atau
menggantungkan diri pada kelompok.
Adanya akuntabilitas individual yang
mengukur pengawasan materi pelajaran
tiap anggota kelompok, dan kelompok
diberi umpan balik tentang hasil belajar
para anggotanya sehingga dapat saling
mengetahui siapa yang memerlukan
bantuan dan siapa yang dapat
memberikan bantuan.
Akuntabilitas individual sering
dibiarkan sehingga tugas-tugas sering
diborong oleh salah seorang anggota
kelompok.
Kelompok belajar heterogen, baik
dalam kemampuan akademik, jenis
kelamin, ras, etnik, dan sebagainya
sehingga dapat saling mengetahui siapa
yang memerlukan bantuan dan siapa
yang dapat memberikan bantuan.
Kelompok belajar biasanya homogen
46
f. Biaya pendidikan
Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan
instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan baik formal maupu non formal. Dalam setiap upaya pencapaian
tujuan pendidikan, biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat
menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan
peranan biaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya proses pendidikan
tidak akan berjalan. Biaya (cost) dalam pengertian ini memiliki cakupan yang
luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga. Dalam
pengertian ini, misalnya iuran siswa adalah jelas merupakan biaya, tetapi
sarana fisik buku sekolah dan guru juga adalah biaya. Bagaimana biaya itu
direncanakan, diperoleh, dialokasikan dan dikelola merupakan persoalan
pembiayaan dan pendanaan pendidikan (educational finance).28
Pembiayaan
pendidikan dapat diartikan sebagai keseluruhan pengeluaran yang harus
dikeluarkan seorang siswa sebelum mengikuti proses pendidikan.
3. Pemberdayaan Bidang Penddikan
Bentuk dari pemberdayaan bidang pendidikan diantanya:
1) Menyediakan bantuan beasiswa dan rehabilitasi sekolah serta
menyediakan pendidikan alternatif bagi pengungsi.
2) Peduli pendidikan dasar (paket cerdas) dan program orang tuaasuh.
3) Menyediakan media informasi sebagai sarana pendidikan umat.
28
Supriadi, dedi, Satuan Biaya Pendidkan( Dasar dan Menengah) cet ke-2, Bandung; PT.
Remaja Rosdakarya, 2004 h. 3-4
47
4) Mengelola perpustakaan dan menyalurkan buku-buku agama.
5) Santunan anak yatim, beasiswa dhuafa dan anak jalanan.
6) Pelatihan manajemen dan teknologi tepat guna.
7) Renovasi bangunan sekolah
48
BAB III
GAMBARAN UMUM TENTANG PROGRAM TAMAN
SHOLEH (TAS)
A. Sejarah Berdirinya Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta
dan Program Taman Anak Sholeh
Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta sebagai lembaga non
profit non government organization didirikan atas kepedulian para pendirinya,
yang sebagian besar merupakan professional muslim yang aktif menyalurkan,
infaq maupun sedekahnya ke lembaga penghimpun dana. LAZIM Jakarta
didirikan pada tahun 2009 bulan juni. Lembaga ini adalah sebuah lembaga amil
pengelola zakat, infaq, dan shadaqah yang diniatkan untuk dijadikan sebagai
wadah bagi professional muslim untuk menyumbangkan ilmunya untuk
kepentingan umat.29
Krisis multidimensional telah banyak menimbulkan penderitaan bagi bangsa
kita. Berapa banyak anak-anak yatim, anak-anak putus sekolah, anak-anak jalanan
dan anak-anak dhuafa menanti uluran tangan dan perhatian. Ditambah lagi
kenaikan bahan dasar pangan, sandang dan lain-lain, menambah beban hidup
mereka yang taraf hidupnya masih lemah.
Di sisi lain, banyak dari orang-orang yang diberikan kemampuan (aghniya)
masih enggan dan sulit menyalurkan dana mereka, bahkan ada yang belum
terketuk hatinya untuk peduli kepada mereka yang lemah (dhu’afa).
29
Wawancara dengan Bapak Nurohman direktur LAZIM Jakarta, Tanggal 21 Januari
2013
49
Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta adalah lembaga amil
zakat tingkat provinsi untuk wilayah daerah khusus ibu kota Jakarta yang
menangani urusan sosial, kemanusiaan, agama, pendidikan, pengembangan
sumberdaya manusia, peningkatan ekonomi kaum dhuafa dan memfasilitasi serta
berperan aktif membantu korban bencana alam dan musibah lainnya dengan
melaksanakan kegiatan penerimaan, pengelolaan dan penyaluran zakat, infaq,
shadaqah, wakaf dan dana-dana sosial lainnya.
Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta mempunyai salah satu
program yaitu program Taman Anak Sholeh (TAS). Sebagai pendayagunaan
dalam bidang pendidikan. Sejarah berdirinya program TAS berawal dari gagasan
ummi Rini sebagai istri dari direktur LAZIM yaitu Bapak Nurohman. Tempat
pelaksanaan program Taman Anak Sholeh (TAS) terletak di rumah Bapak
Nurohman Pela Mampang Jakarta Selatan, dimana disekitarnya banyak tinggal
dhuafa yang berprofesi sebagai karyawan, buruh, dan wiraswasta. Profesi mereka
belum mampu membiayai pendidikan agama yang berbiaya.
Pada sore hari anak-anak mereka hanya bermain. ummi Rini prihatin dengan
keadaan tersebut, anak-anak adalah generasi bangsa yang harus dibimbing secara
maksimal, memberikan pengetahuan agama akan menjadi fondasi yang kuat untuk
akhlak yang baik. Di samping pengetahuan umum yang ditempuh melalui
pendidikan formal. Taman Anak Sholeh (TAS) dalam pelaksanaannya tidak
dipungut biaya sedikitpun sehingga bisa meringankan orang tua siswa sekaligus
membantu memeuhi kebutuhan ruhaniah berupa pengetahuan agama islam.
50
Sebuah program yangbaik haruslah mengikuti semua kegiatan manajemen,
dimulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta evaluasi.30
Perencanaan, berkaitan dengan hal ini langkah pertama yang dilakukan
adalah menyusun visi misi, materi, serta rekrutmen guru dan murid yang akan
mengikuti program Taman anak Sholeh (TAS), yang tidak kalah penting adalah
mengurus izin untuk mendirikan sebuah kegiatan atau program. Meskipun
program ini termasuk pendidikan nonformal tetapi haruslah mendapat izin dari
pihak-pihak yang terlibat.
Pengorganisasian, hal ini adalah salah satu syarat berajalannya sebuah
kegiatan, agar mampu menjalankan fungsi masing-masing dari setiap lini
organisasi untuk mencapai sebuah tujuan yang telah direncanakan.
Pelaksanaan, sebisa mungkin bahwa pelaksanaan harus sesuai dengan apa
yang telah direncanakan. Jika memang program Taman Anak Sholeh (TAS)
adalah program pendidikan nonformal yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan
sesuai dengan ajaran Islam dan tidak berbiaya. Jangan sampai ketika
pelaksanakan menjadi kegiatan yang komersial.
Evaluasi adalah tolak ukur sebuah keberhasilan pencapain tujuan. Dalam
evaluasi ini akan ditemukan alasan yng menghambat tercapai tujuan sesuai
dengan perencanaan.
Tidak semua orang mampu menempuh pendidikan yang berbiaya, maka
dengan alasan tersebut program Taman Anak Sholeh (TAS) menjadi sangat
penting keberadaannya di tengah arus globalisasi yang semakin menggerus akhlak
generasi muda.
30
Wawancara dengan Ibu Rini selaku Pembimbing Program Taman Anak Sholeh (TAS),
Tanggal 21 Januari 2013
51
B. Visi dan Misi Program Taman Anak Sholeh (TAS)
Visi adalah cara pandang jauh ke depan atau gambaran tentang masa depan ke
mana suatu organisasi harus dibawa agar dapat secara konsisten dan tetap eksis,
antisipatif, novatif serta produktif dan berisikan cita-cita yang ingin diwujudkan.
Sedangkan misi adalah kegiatan yang harus dilaksanakan oleh satuan
organisasi untuk merealisasikan visi yang telah ditetapkan.31
Visi program TAS adalah menciptakan generasi yang sholeh berpegang pada
Al-qur’an dan Sunnah
Misi program TAS adalah berperan serta membantu penyelesaianmasalah
pendidikan agama islam dengan:
1. Menghafal Al-qur’an dan Sunnah serta memahami artinya
2. Belajar tata cara ibadah (sholat dan wudhu)
3. Mengaktualisasikan kandungan asmaul husna dalam kehidupan sehari-
hari.
4. Belajar bahasa arab sebagai dasar untuk memahami Al-qur’an dan Sunnah.
31
Fahrudin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN Malang Press,
2008), h, 277-278
52
C. Struktur Organisasi Program Taman Anak Sholeh (TAS)
Adapun bentuk organisasinya sebagai berikut:
Divisi
Ekonomi
Divisi
Kemanusiaa
n
Divisi
Kesehatan
Divisi
Pendidikan
Program
Beasiswa Yatim
Dan Dhu’afa
Pendanaan Pondok
Pesantren Dh’afa
Program Taman
Anak Sholeh
Dewan Pembina
KH. Abdul Muiz Sa’adah, Ma
DR. KH. Amir Faisol Fatik, MA
Dewan Syari’ah
H. Ahmad Bisyri, MA
Arif Ma’ruf
Ketua Pengurus
DR. Muqoddam
Direktur
Nurohman, ST
Sekertaris
Hermansyah Ma
Manajer
Penghimpunan
Nursabit
Manajer Adm
&Keuangan
Setyo S. Wibowo, St
Bendahara
Sofyan Rizal, MSi
Manajer
Pendayagunaan
Abdul Afif Hamid
Koordinator
Rini Deliana
Staf Pengajar
Faizah
Inayah
Muhamad
Abdullah
Arief
53
BAB IV
PENDAYAGUNAKAN DANA ZAKAT LEMBAGA AMIL
ZAKAT INSAN MULIA (LAZIM) UNTUK BIDANG
PENDIDIKAN
A. Manajemen Pendayagunaan Dana Zakat Untuk Program Taman Anak
Sholeh (TAS) Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta
Pendayagunaan zakat untuk bidang pendidikan selama ini meliputi pemberian
beasiswa, renovasi sekolah, menyediakan perpustakaan keliling, menyalurkan
buku-buku agama, santunan anak yatim, santunan anak jalanan, program orang
tua asuh, dan lain sebagainya. Tujuan dari pendayagunaan zakat untuk bidang
pendidikan adalah mendapatkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan dapat
diperoleh secara baik dan benar dengan menempuh pendidikan baik secara formal
dan nonformal. Dimana pendidikan itu sendiri adalah sebuah proses perubahan
transformasi masyarakat dari ketidak mampuan menjadi keahlian. Sekaligus
pendidikan adalah sarana untuk mengubah kemalasan dan kemunduran menjadi
kesadaran dan tindakan. Dengan demikian, pendidikan menjadi fondasi yang
sangat penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat. 32
Tujuan dari pendayagunaan zakat dan pendidikan adalah sama-sama untuk
kesejahteraan masyarakat. Namun, jika tidak dikelola dengan baik tidak akan bisa
mensejahterakan. Disinilah pentingnya manajemen sebagai suatu proses. Proses
untuk mencapai tujuan dari program pendidikan yang telah direncanakan oleh
Lembaga Amil Zakat.
32
Himpunan Institusi-institusi Pengajian Tinggi Malaysia, Menuntut Ilmu Menurut
Perspektif Islam, artikel ini diakses pada 29 Mei 2013 dari http://haluan.org.my/v2/index.php?
54
Menurut Stonner, manajemen adalah suatu proses, sedangkan proses adalah
cara sistematis untuk melakukan suatu pekerjaan. Prosese tersebut terdiri dari
kegiatan-kegiatan manajemen, yaitu perencaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pelaksanaan (actuating), dan pengawasan (controlling).33
Penekanan
pada proses merupakan inti dari manajemen sebagai proses, pendekatan ini tidak
mengutamakan hasil akhir. Dalam melaksanakan aktivitas antara satu sama lain
saling mengisi, memperkuat bagian-bagian yang lemah, proses membutuhkan
waktu tentu saja.
Bagaimana Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta mengatur
Program Taman Anak Sholeh (TAS), tentunya tidak terlepas dari kegiatan
manajemen pada umumnya yaitu:
1. Perencanaan
Perencanaan adalah pemilihan sekumpulan kegiatan dan pemutusan
selanjutnya apa yang harus dilakukan, kapan, bagaimana, dan oleh siapa.
Program Taman Anak Sholeh (TAS) direncanakan seiring dengan
pembentukan Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta pada tahun
2009. Seperti Lembaga Amil Zakat lainnya maka kamipun dalam hal
pendayagunaan dana zakat disalurkan melalui empat program utama yaitu
program ekonomi, program sosial, program pendidikan, dan program dakwah.
Program Taman Anak Sholeh (TAS) adalah salah satu dari program
pendidikan yang dikelola oleh Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM)
Jakarta. Pendidikan hampir bisa dipastikan mempunyai unsur-unsur. Unsur
pendidikan tidak terlepas dari materi atau kurikulum, karena pembimbing dari
33
Fahrudin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia, (Malang: UIN Malang Press, 2008), h.266-267
55
program Taman Anak Sholeh (TAS) mempunyai latar belakang mengajar
maka kurikulum itu disusun berdasarkan pengalaman mengajar selama ini.
Untuk perekrutan guru atau lebih tepatnya relawan, maka dibuat pengumuman
lowongan pekerjaan yang disebar di kampus Islam sekitar Mampang. Tujuan
dari perekrutan ini bukan hanya menyeleksi mahasiswa yang mempunyai
pengetahuan Islam yang mendalam tetapi juga tergolong dhuafa. Dengan
demikian disamping menjadi relawan akan dibina untuk meningkatkan
kemampuan dalam hal mengajar. Yang mempunyai gagasan untuk membuat
program tersebut adalah Pembimbing dari program tersebut.34
Mengenai
pelaksanaan program ini yaitu di tahun yang sama dengan berdirinya Lembaga
Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta.
Suatu program tentu membutuhkan sosialisasi terhadap masyarakat,
agar tepat sasaran maka kami menyeleksi setiap anak yang akan mengikuti
program ini. Tahap pertama kami membuka pendaftaran, setelah ada yang
mendaftar selanjutnya adalah menetapkan siapa saja yang diterima dan
ditolak. Yang diterima adalah mereka yang orang tuanya tergolong dhuafa.
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari program Taman Anak Sholeh
(TAS) adalah terciptanya genarasi yang sholeh, minimal mempunyai ciri:
a. Mereka memahami akhlak secara Islami serta membangun kepribadian
yang baik
b. Mereka beribadah sesuai ajaran Islam
c. Mereka beraqidah yang lurus
34
Wawancara pribadi dengan Ibu Rini Pembimbing Program Taman Anak Sholeh (TAS),
2 Mei 2013, Mampang Jakarta Selatan
56
2. Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan tanggung jawab pemimpin untuk
mendesain struktur organisasi dan mengatur pembagian pekerjaan.
Termasuk mempertimbangkan apa tugas yang harus dilakukan, siapa yang
melakukan, bagaimana tugas dikelompokkan, siapa melapor pada siapa, dan
dimana keputusan dibuat. Pengorganisasian merupakan persiapan sebelum
pekerjaan yang sebenarnya dilaksanakan.35
Pengorganisasian merupakan tanggung jawab untuk mengatur
pembagian pekerjaan. Pengorganisasian merupakan salah satu hal penting
untuk menunjang keberhasilan suatu program. Apalagi program pendidikan
yang terlahir dari Lembaga Amil Zakat yang banyak melibatkan banyak orang
baik itu yang berada di Lembaga Amil Zakat itu sendiri seperti Pengawas,
Direktur serta Bagian Pendayagunaan dan Pembimbing dari program Taman
Anak Sholeh (TAS), semuanya harus mempunyai persamaan pandangan
terhadap program itu untuk mempermudah pelaksanaan dan pengawasan
terhadap program yang akan berjalan.
Adapun pengorganisasian terhadap pihak yang berada di luar Lembaga
menjelaskan secara terperinci mengenai program tersebut, termasuk tujuan
utama dibuatnya program tersebut. Sehingga orang tua peserta didik atau
relawan yang akan mengajar paham betul dengan kedudukan dan fungsinya.
Selain itu agar kegiatan ini berjalan sesuai dengan yang diharapkan maka izin
ke ketua RT merupakan hal yang tidak boleh terlupakan.
35
Eri Sudewo, Manajemen Zakat, IMZ, Ciputat 2004, h.13
57
3. Pelaksanaan
Pelaksanaan dari program ini berupa kegiatan belajar mengajar yang
dilaksanakan hari senin sampai kamis dari jam 16.00-17.30 WIB. Mengenai
jumlah peserta didik yang mengikuti program ini yaitu berjumlah kurang lebih
30 orang sehingga tidak membutuhkan tempat yang terlalu luas. Maka tempat
yang digunakan adalah rumah direktur Lembaga Amil Zakat Insan Mulia
(LAZIM) Jakarta yang disekat. Guru yang mengajar ada empat orang. Terdiri
dari dua orang laki-laki dan dua orang perempuan. Mengenai kegiatan sesuai
dengan table di bawah ini:
JADUAL KEGIATAN
Pukul Kegiatan
16.00-16.15 Opening: 1.Doa
2.Murojaah (Al-Qur’an atau
Hadist)
16.15-16.30 Materi
16.30-17.15 Talaqqi: 1.Bacaan
2.Tahfidz
3.Pengayaan materi
17.15-17.30 Clossing: 1.Kesimpulan
2.Doa
Materi yang menjadi pembahasan yaitu Aqidah, Siroh, Lugoh dan
Ibadah.36
Selain belajar di kelas juga melakukan kunjungan ke tempat-
36
Aqidah menerangkan tentang Sang Maha Pencipta Allah SWT
58
tempat yang menambah wawasan keislaman. Kegiatan lainnya adalah ikut
serta dalam Perayaan Hari Besar Islam (PHBI).
Metode atau cara mengajar juga harus diperhatikan karena menjadi
alat untuk mentransfer ilmu. Metode yang dipergunakan secara umum
sama dengan cara mengajar di sekolah formal maupun non formal lainnya.
yaitu metode konvensional seperti metode ceramah, tanya jawabdan
latihan, pemberian tugas dan permainan. Metode ceramah berisi tentang
nasihat-nasihat apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh seorang
muslim. Salah satu tugas yang diberikan adalah setoran hapalan (Al-
Qur’an, Hadist dan Doa). Metode lain yang tidak kalah penting adalah
keteladanan, mencontohkan dengan perilaku yang baik apa-apa yang
sudah disampaikan kepada anak-anak.
Di bawah ini merupakan tabel identitas siswa dari program Taman
Anak Sholeh (TAS):
Siroh menerangkan tentang sejarah Nabi dan Rosul serta orang-orang Sholeh
Lugoh menerangkan tentang Bahasa Arab untuk sederhana
Ibadah menerangkan tentang tata cara pelaksanaan ibadah
59
Data siswa yang mengikuti program Taman Anak Sholeh
N
o
NAMA TTL ASAL
SEKOLA
H
ANAK
KE…DA
RI…BER
SAUDAR
A
NAMA
ORANG
TUA
PEKERJAAN ALAMAT
LENGKAP
NO.
TELEPON
1 Abdurrahman MI At-
Taqwa
3/5 Nurohman/
Rini
2 Abdurrahman Jkt,21-08-
1999
SMP
Palapa
3/3 Madin/
Sophiah
Buruh Jl. Bangka II
3 Al Fira Juliyanti TK 2/2 sda sda sda
4 Alda Fitriyah SDN 011
Pagi
2/2 Mani/
Sundari
Ibu Rumah
Tangga
Jl. Bangka IV
RT/RW 10/03
5 Aldin Syaputra SDN Pela
Mampang
01
1/2 Madinah Karyawan
Giant
Jl. Bangka V
RT/RW 20/03
0857185838
6 Anisa Aryani Jkt,11-08-
1999
SMPN 2/2 Suparman Karyawan Jl. Bangka IV
RT/RW 14/03
No.10
93420683/08
1519129621
7 Arya Kemal
Pratama
Jkt,08-04-
2001
MI At-
Taqwa
1/1 Taufiq/Ria
Aryani
Karyawan Jl. Bangka V
RT/RW 20/03
No.11
0219425702
8 Deas Rizqi
Prasetyo
Jkt,25-12-
2004
SDN Pela
Mampang
2/2 Asuin/
Ngatijah
Wiraswasta/
Karyawati
Jl. Bangka V
RT/RW 12/03
No.6
7194913
9 Destita Prisilia
Fitri
60
10 Fitri Novianti Jkt,30-11-
2000
SDN Pela
Mampang
01
3/3 Sumarno/
Sunarsi
Buruh
Bangunan
Jl. Bangka IV
RT/RW 20/03
0219634701
1
11 Gusnur Halifah
Nia
Jkt,18-08-
2001
SDN Pela
Mampang
01
½ Madali/
Poinem
Buruh Jl. Bangka V
RT/RW 12/03
0877890095
39
12 Ilyas Alfifin
13 M. Bilal
Romadhoni
Jkt,16-12-
1999
3/5 Nursyamsu
din
Satpam Jl. Bangka V
RT/RW 20/03
92211091
14 Muhammad N.
Yasar
Jkt,08-07-
2002
SDN Pela
Mampang
01
1/2
15 Muhammad
Rizqi
Jkt,11-04-
2001
MI At-
Taqwa
1/2 Jamaludin/
Marsini
Ketua RT/IRT Jl. Bangka IV
RT/RW 20/03
No.47
7181118/081
318186011
16 Muhammad
Zikri
17 Murni Chania Jkt,16-12-
1998
SDN 012
Pela
Mampang
1/3 M.Yamin/
Zakiyah
Buruh/IRT Jl. Bangka V
RT/RW 12/03
83244469
18 Nur Fadilah
Permata Sari
Jkt,14-08-
1999
MTS Al
Fajriah
3/3 Daman/
Halimah
Ibu Rumah
Tangga
Jl. Bangka IV
RT/RW 02/03
0899872643
0
19 Nur Halisa
Hayati
Jkt,07-01-
2002
SDN 012
Pela
Mampang
2/3 Suyatno/
Zakiyah
Buruh Jl. Bangka V
RT/RW 12/03
20 Nur Rizka Aulia Jkt,03-11-
2003
SDN 012
Pela
Mampang
1/1 Roni/
Julaiha
Satpam/ IRT Jl. Bangka V
RT/RW 12/03
99708384
61
21 Putri Andini
Sulistiawati
Jkt,02-11-
2002
MI At-
Taqwa
2/3 Midun/
Andih
Hansip/
Cleaning
Service
Jl. Bangka IV
RT/RW 12/03
No.10
0852810838
68
22 Rayad Khoiri
23 Riska Amalia Jkt,07-02-
2002
SDI Al-
Hikmah
3/3 Darsono/Sr
iherningsih
Pedagang Jl. Bangka V
RT/RW 20/03
No.18
24 Riyan Pratama Seragen, 15-
06-2004
MI At-
Taqwa
1/1 Rido/Pia Tukang
Sampah/IRT
0813155658
04
25 Satria Pratama Jkt,03-12-
2002
SDN 01
Pagi
Bambang
Supriyanto
Buruh Jl. Bangka III
RT/RW 14/01
26 Sazkia Putri
Rahayu
MI Al-
Hikmah
3/4 Tarman Tukang Ojek Jl. Bangka V
RT/RW 12/03
27 Siti Amelia
Maharani
TK 2/2 Maman
Surahman/
Rahmawati
Karyawan Jl. Bangka IV
RT/RW 10/03
28 Syaibah PAUD 5/5
29 Syifa Khoiriyah 1/2 Sugiyanto/
Roatun
30 Talitha Azizah
Zhafira
SDN
12Pagi
3/4 Amrul Karyawan
Swst
Jl. Bangka V
62
4. Controling dan Evaluasi
Controling merupakan aktivitas untuk meyakinkan bahwa semua hal
berjalan seprti seharusnya dan memonitor kegiatan organisasi. Evaluasi adalah
penilaian terhadap program yang sedang atau sudah dilaksanakan. Dalam
program Taman Anak Sholeh (TAS) yang mengontrol dan memonitor serta
mengevaluasi adalah pembimbing selanjutnya pembimbing melaporkan
kebagian Pengawas dengan sepengetahuan Direktur dan bagian
Pendayagunaan.
Untuk memonitoring kegiatan setiap harinya ada buku pemantau yang
di dalamnya mencatat apa saja pemahaman materi yang sudah dicapai. Fungsi
dari buku pemantau juga untuk berkomunikasi secara tidak langsung antara
guru atau pembimbing dengan orang tua peserta didik.
Menurut Pembimbing tingkat keberhasilan dari program ini baru
sekitar 45%. Alasannya mencocokkan antara tujuan yang sudah dirumuskan
dengan perilaku mereka sehari-hari. Sebagai contoh solat lima waktu, ternyata
meskipun diberi penjelasan bahwa solat itu wajib dan merupakan keharusan
tetap saja ada anak yang tidak melaksanakannya. Alasan lain adalah
kurangnya intensitas waktu untuk mengajar karena waktu yang digunakan
tidak lebih dari 3 jam dalam sehari serta faktor lingkungan yang kurang
kondusif.
B. Kontribusi Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta
terhadap Program Taman Anak Sholeh (TAS)
63
Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta mempunyai program lain
selain program TAS, yaitu bina anak yatim, sunatan massal, serta menyambut
bulan ramadhan dengan mengumpulkan TPA semampang. Namun program TAS
adalah program yang paling rutin dibandingkan dengan program lainnya.
Program Taman Anak Sholeh (TAS) lahir dalam rangka pendayagunaan dana
Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta, secara lebih rinci
pendyagunaannya akan diuraikan sebgai berikut:
1. Bantuan Biaya SPP
Setiap generasi berhak mendapatkan pengetahuan yang sama dan
kehidupan yang lebih baik, tiap generasi tidak selalu bisa mendapatkan
kesempatan itu, kendalanya tiap generasi tidak semua lahir dari keuangan
yang memadai, pengetahuan yang hebat, hidup serba berkeadaan, hanya
dinikmati oleh mereka yang mampu membiayai pendidikan yang begitu
mahal.
Melihat kondisi ini tidak harus diratapi melainkan harus mencari solusi
yang tidak sebatas konsep tetapi bisa langsung diaktualisasikan. Disinilah
peran LAZIM untuk menjembatani kaum dhuafa dan aghniyadalam hal biaya
pendidikan.
Biaya pendidikan merupakan salah satu komponen masukan
instrumental (instrumental input) yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pendidikan baik formal maupu non formal. Dalam setiap upaya pencapaian
tujuan pendidikan, biaya pendidikan memiliki peranan yang sangat
menentukan. Hampir tidak ada upaya pendidikan yang dapat mengabaikan
peranan biaya. Sehingga dapat dikatakan bahwa tanpa biaya proses pendidikan
64
tidak akan berjalan. Biaya (cost) dalam pengertian ini memiliki cakupan yang
luas, yakni semua jenis pengeluaran yang berkenaan dengan penyelenggaraan
pendidikan baik dalam bentuk uang maupun barang dan tenaga. Dalam hal ini
Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta mengutamakan
pendayagunaan dana zakat untuk membiayai SPP. Adapun mekanisme
penyalurannya bukan melalui uang tunai melainkan peserta didik program
Taman Anak Sholeh (TAS) tidak diharuskan membayar SPP setiap bulannya.
Dengan demikian uang yang ada dialokasikan untuk biaya pendidikan yang
lainnya. Untuk menunjang proses belajar mengajar.
Peserta didik murni tidak mengeluarkan biaya SPP ataupun iuran
sukarela sertiap bulannya. Kami beranggapan bahwa iuran sukarela hanya
akan menyebabkan kecemburuan sosial bagi orang tua peserta didik.
Dikhawatirkan mereka mengeluarkan iuran sukarela dikarenakan terpaksa
melihat yang lainnya memberikan iuran.37
2.Bantuan Sarana dan Prasana
Menurut Tholib Kasan sarana pendidikan adalah alat langsung untuk
mencapai tujuan pendidikan, misalnya: ruang, buku, perpustakaan, dan
sebagainya.38
Prasarana pendidikan merupakan semua komponen yang secara tidak
langsung menunjang jalannya proses belajar mengajar. Sebagai contoh jalan
menuju tempat belajar, halaman, tata tertib, dan sebagainya.39
37
Wawancara pribdi dengan Ibu Rini Deliana sebagai Pembimbing untuk Program TAS,
Tanggal 21 Januari 2013 38
Ibid h.91 39
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi
Pendidikan,(Malang:IKIP Malang, 1989), h. 135
65
Menurut Tholib Kasan prasarana secara etimologi (arti kata) berarti
alat tidak langsung untuk mencapai tujuan. Prasarana pendidikan misalnya
lokasi/tempat, bangunan, dan sebagainya.40
Bantuan sarana dan prasarana yang diberikan oleh Lembaga Amil
Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta meliputi: alat tulis dan perlengkapannya,
perpustakaan serta buku-buku bacaan anak-anak, buku-buku pendukung untuk
materi pembelajaran, buku pemantau kegiatan peserta didik, buku laporan
evaluasi belajar peserta didik, Iqro dan Al-Qur’an dan lain sebagainya,
mengenai sarana fisik atau ruang kelas tempat belajar sementara ini belum ada
tempat khusus, tapi masih menggunakan rumah direktur LAZIM.
Keterbatasan tempat tidak dijadikan alasan untuk menghambat berjalannya
kegiatan belajar.
Berkaitan dengan dana awal, maka ketika program ini dimulai
menyalurkan kurang lebih sekitar Rp3.000.000,- yang dipakai untuk membeli
meja lipat sektar 30 buah, karpet, buku-buku, papan tulis dengan
perlengkapannya, alat edukasi pendukung seperti fuzlle, poster yang berisi
tuntunan wudu, gerakan solat, asmaul husna, doa-doa, juz ama, iqro, buku
penghubung dan lain sebagainya.
Harapan kedepannya jika dana zakat sudah mencukupi akan
melengkapi sarana dan prasarananya untuk meningkatkan kualitas peserta
didik.
Biaya rutin yang dikeluarkan LAZIM setiap bulannya untuk
operasional menyalurkan sekitar Rp1.000.000,- yang digunakan untuk
40
Tholib Kasan, Teori dan Aplikasi Administrasi (Jakarta: Studia Press, 2000), h. 91
66
menunjang operasional belajar seperti peralatan menulis, biaya kesehatan
untuk anak atau orang tuanya yang sakit dan perlu penangan medis. Dengan
demikian kami berharap bukan anak saja yang terberdayakan tetapi juga orang
tua peserta didik. Mengenai jumlah total, jika diakumulasikan dana zakat serta
infaq dan sedekah yang sudah disalurkan LAZIM dari tahun 2009 sampai
dengan 2013 kurang lebih Rp. 40.000.000,-an. Donatur yang pernah
menyumbang untuk program TAS salah satunya Indonesia Power.
Program ini dirancang sedemikian rupa sehingga anak merasa bermain
tetapi tanpa disadari mereka sedang belajar. Di sinilah butuh figur seorang
guru yang sabar, lemah lembut dan selalu memberikan contoh yang baik.
3.Bantuan untuk Gaji Guru
Program Taman Anak Sholeh (TAS) tidak akan berjalan tanpa adanya
guru yang akan mengajari anak-anak tentang nilai-nilai keislaman. Kami lebih
suka menggunakan kata relawan untuk guru yang mengajar dalam program
ini. Jika perjanjian dari awal adalah bekerja mejadi guru maka pemberian
gajinya harus sesuai dengan ketentuan Undang-undang. Sedangkan kami baru
mampu memberikan Rp.150.000,- perbulannya untuk setiap orang. Jika
jumlah pengajarnya ada empat orang (Faizah, Inayah, Muhamad Abdullah,
dan Arief) maka LAZIM menyalurkan dana zakat untuk para relawan sebesar
Rp.600.000,- Bantuan tersebut diberikan LAZIM setiap pertengahan bulan
Masehi. Gaji yang diberikan memang sangat minim tetapi kenyataannya kami
baru mampu menggaji sebesar itu. Meskipun dari segi gaji sangat inim tetapi
mereka secara tidak sadar mengasah keahlian dalam mengajar sehingga
67
kemampuan mereka dalam mengajar menjadi meningkat sehingga bisa
dijadikan bekal untuk hidup.
Jika dtinjau dari segi kemaslahtan pendayagunaan dana zakat untuk
program Taman Anak Sholeh (TAS) sangat memberdayakan guru atau
pengajar. Walaupun pada kenyataannya program Taman Anak Sholeh (TAS)
baru bisa menyerap empat orang tenaga kerja. Keempat orang guru atau
pengajar tersebut merupakan mahasiswa. Kedudukan mahasiswa jika ditinjau
dari Al-Qur’an Surat At-Taubah Ayat 60 yaitu, fakir miskin, amil, muallaf,
riqab, gharimin, sabilillah, dan ibnu sabil. Seorang mahasiswa dianalogikan
sebagai orang yang sedang berjuang di jalan Allah, sehingga berhak menerima
dana zakat. Apalagi jika mahasiswanya termasuk (dhuafa). Secara fiqh berhak
menerima dana zakat. 41
4.Pelatihan (training) untuk Para Relawan
Pelatihan banyak bentuknya, ada pelatihan menjahit, membuat
kerajinan tangan, membuat kue, servis HP, dan lain sebagainya. Adapun
pelatihan yang diberikan untuk guru atau relawan untuk program Taman Anak
Sholeh (TAS) adalah pelatihan untuk mempermahir mengajar serta tata cara
membentuk sebuah program, khususnya taman kanak-kanak.
Pelatihan yang berkaitan dengan menambah wawasan dalam mengajar
serta dibina untuk menjadi pemimpin yang berkualitas. Kegiatan ini bertujan
untuk memberikan bekal untuk mereka ketika hidup di lingkungan
masyarakat.
41
Wawancara pribadi dengan Inayah sebagai guru pengajar Program TAS. Tanggal 9 Mei
2013
68
Adapun pelatihan tersebut dilakukan dengan cara mengikutkan
relawan ke berbagai seminar yang bekaitan dengan belajar mengajar dan
kepemimpinan.
C. Analisis Manajemen Pendayagunaan Dana Zakat dan Kontribusi
Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakrta untuk
ProgramTaman Anak Sholeh (TAS)
Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai tujuan bersama, namun untuk
mencapai tujuan secara efektif diperlukan manajemen yang baik dan benar.
Terdapat berbagai pendapat tentang pengertian manajemen, walaupun pada
dasarnya mempunyai makna yang kurang lebih sama.
Manajemen yang berhasil bisa dilihat dari pengertian manajemen sebagai seni
dan manajemen sebagai proses. Dengan kata lain manajemen sebagai seni seperti
yang dikemukakan oleh Mary Parker Follet menyatakan bahwa manajemen
adalah the art of getting things done through people,yaitu sebagai suatu seni untuk
mendapatkan segala sesuatu dilakukan melalui orang lain. Hal ini meminta
perhatian pada kenyataan bahwa manajer mencapai tujuan organisasi dengan
mengatur orang lain untuk melakukan pekerjaan yang diperlukan, tanpa
melakukan pekejaan sendiri. Sedangkan manajemen sebagai proses perencanaan,
pengorganisasian, memimpin dan mengawasi pekerjaan anggota organisasi dan
menggunakan sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan
organisasi yang dinyatakan dengan jelas.42
42
Wibowo, Manajemen Perubahan, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011) h.9
69
Menurut penulis manajemen pendayagunaan yang dilakukan oleh Lembaga
Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta untuk Program Taman Anak Sholeh
(TAS), ditinjau dari manajemen sebagai seni sudah melibatkan orang lain dengan
merekrut guru atau relawan,manajemen sebagai proses, dimana kegiatan
manajemennya tidak ada kegiatan yang terlewati dimulai dari perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan serta controling dan evaluasi. Jika Pembimbing
dari program TAS mengatakan tingkat keberhasilannya sekitar 45% maka
menurut penulis berarti kegiatan manajemennya belum terlaksana secara
maksimal. Jika dari perencanaannya sudah dirancang sebaik mungkin,
pengorganisasiannya juga sudah dilakukan sesuai ketentuan. Hambatannya
terletak pada pelaksaan program ini, apa yang sudah ditanamkan berupa nilai-nilai
yang islami tidak didukung oleh lingkungan keluarga dan masyarakat dikarenakan
latar belakang pendidikan tentang islamnya minim. Ini akan menjadi bahan
evaluasi umumnya bagi Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta.
Khusunya untuk pengelola Program Taman Anak Sholeh (TAS).
Manajemen pendayagunaan dana zaat yang dilakukan LAZIM Jakarta untuk
program TAS belum sepenuhnya berhasil karena faktor minimnya yang
disalurkan untuk program tersebut.
Salah satu solusinya, selama ini yang menjadi hambatan adalah intensitas
waktu mengajar maka kedepannya harus ada penambahan waktu belajar.
Berkaitan dengan hambatan yang berasal dari lingkungan maka tidak ada salahnya
Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta membuat program lain yang
bisa bersinergi dengan program Taman Anak Sholeh (TAS).
70
Mengenai kontribusi yang diberikan Lembaga Amil Zakat Insan Mulia
(LAZIM) Jakarta terhadap Program Taman Anak Sholeh (TAS) sudah sangat baik
karena bukan salah satu unsur pendidikan saja melainkan tiga unsur sekaligus
yaitu peserta didik dengan bantuan SPP gratis, guru atau relawan serta bantuan
sarana prasarana.Inilah yang membedakan program ini dengan program
pendidikan lainnya dari sebuah Lembaga Zakat pada umumnya dimana satu
program hanya membantu satu unsur pendidikan saja. Sebagai contoh program
beasiswa maka yang terberdayakan hanya peserta didik saja.
Jika ditinjau dari bentuk pendayagunaannya, maka program TAS termasuk
konsumtif kreatif43
, yakni zakat yang dikonsumsi tapi bukan dalam bentuk
makanan, melain sesuatu hal yang lebih bermanfaat.
43
Didin Hafidhuddin, The Power Of Zakat, (Malang: UIN Malang Pres, 2008) h.13
71
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Manajemen pendayagunaan zakat yang dilakukan oleh Lembaga Amil
Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta untuk program TAS ditinjau dari
perencanaannya ada satu hal mengenai jangka waktu pencapaian
tujuan. Tujuan akhir atau jangka panjang memang menciptakan
generasi yang Islami, tetapi tujuan jangka pendek dan menengah tidak
diperjelas. Pengorganisasian mustahiq cukup rapih ditinjau dari
bantuan yang diberikan. Contoh bantuan yang diberikan kepada
pengajar atau relawan selain dalam bentuk uang tetapi juga dalam
bentuk training. Pelaksanaan program Taman Anak Sholeh (TAS)
harus ada pengklasifikasian usia, usia TK, SD, dan SMP agar materi
yang diberikan bisa sesuai dan bisa menunjang untuk tercapai tujuan
yang telah ditentukan dan memudahkan control dan evaluasi.
2. Berkaitan dengan kontribusi Lembaga Amil Zakat Insan Mulia
(LAZIM) Jakarta untuk program Taman Anak Sholeh (TAS) sudah
sangat baik karena bukan salah satu unsur pendidikan saja melainkan
tiga unsur yaitu peserta didik dengan bantuan SPP gratis, guru atau
72
relawan serta bantuan sarana prasarana. Inilah yang membedakan
program ini dengan program pendidikan lainnya dari sebuah Lembaga
Zakat pada umumnya dimana satu program hanya membantu satu
unsur pendidikan saja. Sebagai contoh program beasiswa maka yang
terberdayakan hanya peserta didik saja
B. Saran
Saran untuk Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta adalah
sebagai berikut:
1. LAZIM Jakarta terus berusaha memperbanyak jaringan donator-
donatur agar dapat memaksimalkan program-programnya. Khususnya
program Taman Anak Sholeh (TAS), umumnya semua program
pendidikan serta program sosial, ekonomi dan dakwah.
2. Berkaitan dengan program Taman Anak Sholeh (TAS) dari segi aspek
fiqh dipandang tepat sasaran, namun dari segi manajemennya harus
lebih dioptimalkan lagi.
3. Meningkatkan sosialisasi program Taman Anak Sholeh (TAS).
4. Meningkatkan kerja sama dengan pemerintah maupun perusahaan
swasta yang peduli akan pendidikan (dhuafa).
5. Transfaran dalam pelaporan dana ZIS agar meningkatkan kepercayaan
muzakki.
73
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Al-Jazairi, Fiqh 'ala madzahibul arba'ah Juz I, Beirut: Darul Ihya
Abu Bakar Muhammad, Terjeamahan Subul As-Salam II, Surabaya Al-Ikhlash,
Abu Sinn, Ahmad Ibrahim. Manajemen Syariah, Sebuah Kajian Historis dan
Aksara, 2010
Bariadi , Lili. dkk, Zakat dan Wirausaha, Jakarta: CED, 2005
Depertemen Agama, Pola Pembinaan Lembaga Amil Zakat, Jakarta: Direktorat
Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2005
Fahrudin, Fiqih dan Manajemen Zakat di Indonesia, Malang: UIN Malang Press,
2008
Hafidhuddin, Didin dan Hendri Tanjung, Manajemen Syariah dalam Praktek,
Jakarta:Gema Insani Press, 2003
74
Hamalik, Oemar, Pendidikan Guru, Berdasarkan Kompetensi Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009
Handoko,T. Hani , Manajemen, Edisi Kedua, Yogyakarta:EPFE, 1999
Institut Manajemen Zakat, Manajemen Zakat Gaya BUMN: Praktik Pengelolaan
Zakat Baitul Maal Pupuk Kujang, Ciputat: IMZ, 2006
J.Moleong, Lexy, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009
Kasan, Tholib , Teori dan Aplikasi Administrasi, Jakarta: Studia Press, 2000
Kontempore.,Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1996
Nur Tanjung, Bahrudin dan Ardial, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,Jakarta:
Kencana Prenada Media Group, 2009
Rugayah dan Atiek Sismiati, Profesi Kependidikan, Bogor: Ghalia Indonesia,
2011
Sabri, M. Alisuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Jakarta: UIN JakartaPress, 2005
Sahri Muhammad, Zakat dan Infak, Surabaya : Al-ikhlas, 1982
75
Sanjaya, Wina, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran Jakarta: Kencana
Prenada Media Group, 2008
Sudewa, Eri, Manajemen Zakat, Jakarta:Institut Manajemen Zakat, 2004
Supriadi, Dedi, Satuan Biaya Pendidkan( Dasar dan Menengah), Bandung; PT.
Remaja Rosdakarya, 2004
Tim Dosen Jurusan Administrasi Pendidikan FIP IKIP Malang, Administrasi
Pendidikan, Malang:IKIP Malang, 1989
Tisnawati, dkk., Pengantar Manajemen, Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2005
Usman, Husaini, Manajemen: Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, Jakarta: Bumi
Aksara, 2010
http//:www.or.id/indeks.php/informasi/artikel/kolom.Syariah/275htm.diakses
minggu 14 April 2013
(http://chamzawi.wordpress.com/sumber zakat/ . diakses sabtu tgl 13 April 2013)
1991
www.almimbar.org
76
www.artikata.com
Zaenudin, Muhamad, Pendayagunaan Dana Zakat Lembaga Amil Zakat
Portalinfaq Untuk Pendidikan Anak Pemulung Di Bantar Gebang Bekasi,
2010
rsE{runuo) nlull uEp qe DI€c nurll s€lln{?C(CIAD q€,tl{uq uetua[BIr€IAI lresrunf evo1'Z
- ue{eo'I: uesnqtuel
' q/il' t/il. utDIlD lD, nulo l0 s soll
'rryse>I €tulJe} ue4redures rnrel eduueepeso{ trep uerl€qJed selY
-Eu1el n1pllal {epp Euef rqle/( urepp e,{ursdrnls uercsaleduad uep ueunsn-{uad
urp1ep lnqesrel elr\sls€qeul Sutqurrqrueur {n1un er(uueerpesal uoqow Fus)
'€ue{ef (lttZVf) ellnntr iresul +e\ez
15rV e8eqruel 1p qolos {euv u€ruel ruerSor4 ueedupraqua4
IIA / (Ahl) qe^q€61 ueurafeuul4l
8S00009s060II1"1d"JeH Eueug
'1n1ueq
p8eqas €w{ef qe1pp,(eplH JIrefS NIn rs€{rmulox nrull u€p IIB/vr>IuC nurll s€]lruleC
elvrsssrleru qelo ue4nferp Eue,( Fdp{s suII lno qenqes ueTedures Fre{ 1uI srrr€sreg
-
qlA' r/u |alnrDlp. nwnps sY
€uo{ef qe11nre,{ePlH 1ue,(5 5116rsBlrunuo) nulfl u€p qe^\)lso nlull w]lrl)lec uesoc
'y;41 'ugpnuusug 'sr('ql^ ?P€de)
€I0z lr€nuPf f 'euexes
IsdI.r{S uu8ulqulg : IuH(Iap.mgnles)i: durul
fr-o7./ s-o /s/€'I0'nD[/9lyl0'uo : ro{uoN->c
:=p1.re.ege1e[ugn.1pr@qea'Ep : IrEur-g,prr€.pl.re1ufurn1p3'mr
: allsqa6 €IsauoPuJ 71791 1e1ndr3 96 'oN epuenf 'H 'JI'I{
089g0lrl / szzzev /'(Izg) : xelluoda1al
ISVXINNIAIOX NT\ITI NYCI HVMXVCI NI^IT SVIINXV{VIUVXVI TTVTTNIVAVCIH {IUVASNn) ruflcilN wvrsl svrISuflAINn
VIAI\/DV NVIUITNIIINII)
'u3
rsdp4g 1npn1Jelselues/ rrBsrunl
{o{od roruoN€ureN
I 10966I6e.r1ndug
N
.IJVE I/'IN €TOZ
vruvxvl nvnn LVAVcIH druvls NrnTSVXINNIAIOX NIAITI NVCI HVMXVCI NI TTI SVIfNXV{
HvM)rv o Nay{ glvNvl,rt tw snunl
89000089060r I^{IN
lle*\ereH Eueug
r.lelo unsns!q
vrHvHVf *{vlln.LEAy'g tH $svA$ loff q,1 ..ix1q sc:1;Elaru{.1
'Vn\ t*'"'toI"OH t\
1 \- l1*"
1sd1n1ag uDtulaua.r uourclDpw Ynrun Tntotg ro7oqag uotln{o1q pdytlag psodot4, ,.
t YJ,UVXVT (rrurZV-r) Vr.rNHJ NYSNII IVXVZ TIIAIYYoYgHIgT I( HsToS XYNY t\lvhlYr W\ilu3oud Nyv1tv(RlflflInigd
'6-
+tt
'ue>IeC' qil,' tll ut/t\!D Io, nwo P s sttful
'qls€{ €rrrlJal ue{decn8ueur gre>1 e{uueua4rad uup u€n€tlJad sele'uerryureq
'pnqpwrp "J€crre/K€&VuE4rlauad
usBues{eled urelup lnqasJe} IuIB Ely\slseq€{u srrrueuol.u
ueue{raq e,(uerg 'rps/ngmedeg epude{ uoqouotu nue4'n1r ue8uep ueEunqnqog
'0uulofDUuW uDSuI t04oz TnaV n8ootila7 tp qaps yDuY uDutoJ untSot1 uootnpnqraa4' lnpnftaqSuud rsdr.rqs uesqnued uBr{Bq {n}un €recuelr€/t'Vuep11euad Uu>l€ue$pleur pn$plrrJeq
IIA / (CI/{) t{B n.ltsq uaura[eue141 :
890000ts060I :
Il€/Yl?JeH Eueug :
Ise)ilrmwo) ntull uep qei({e([ ntufi selFl€c(q1n$ qpltr{€O uaure[uue141 uesrunf sn]e)'Z
{rutape{V 8*plg u€{eq ntu€qued'I: uusnqrueJ
JeNeuras/uesrunf
{o{od roruoN€uI€N
BrBrus^trEAvusllllauod: I€H-: 'drue1
tl0zl -5f. ISIE'10'ntX/9C/10'un : rotuoN
'Frl qs/'{?q Ip "u€)pf {ellnre,(eplHJlrBds NIn Ise)Iluntuox ntull uep qe q€c
ntug s?lp{eC €rtrsls€t[Btu Elvulsq uelredures rurc{ ruI eIu?sJeq leulJog ue8uaq
' q.M
"rnl Lun4lD lD, nwo p s sY
ludua;1pulr r;rlcf IhIIZyi 1 u e u1d ru1 4
'IIIA ePede)
iIgZ lr€nu€1 ffeye4e1
pr>e.eye1efurn.>1pJ@r{e'{pp :1ptu-g,p're'ein:1e{r,m:1p;'r*m:ai-rsqaM elsauopul 71pg1 lelndlf, 96 'oN epuen{'H'rI 1[
Oggt1LVL / gztZwt (176) : xeg/uoda1a1
ISV)INNhIOX NIAITI NVCI HVM)IVO NWII SVITN)VJVIUV)IVI HVTTNIVAVCIIH f IUVASNn) ruiIDiIN I IVTSI sv.t{suilnlNn
VtrAIVDV NVIUiIINIIIAISX
ltoo r €0€66I oIloee6ytr41 sueqqng g
WAWANCARA
Narasumber : Bapak Abdul Afif Hamid
Waktu : Mei 2013
Tempat : Mampang
Daftar pertanyaan dan jawaban
1. Apakah arti pendayagunaan dana zakat menurut anda?
Menurut pendapat saya pendayagunaan dana zakat adalah penyaluran dari dana zakat yang berhasil
dihimpun kepada para mustahik atau orang yang berhak menerima dana dana zakat dengan cara
yang bersifat konsumtif maupun produktif. Apakah yang dimaksud dengan pendayagunaan secara
konsumtif dan produktif. pendayagunaan secara konsumtif adalah dana zakat yang disalurkan
bertujuan untuk dikonsumsi atau dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan sandang dan pangan.
Sedangkan pendayagunaan secara produktif adalah penyaluran dana zakat yang disalurkan bertujuan
untuk dipergunakan agar menghasilkan sesuatu bisa barang, keahlian, atau jasa.
2. Dalam pendayagunaan Lembaga Amil Zakat Insan Mulia (LAZIM) Jakarta itu lebih cenderung kepada
yang konsumtif dan produktif?
LAZIM dalam pendayagunaannya lebih cenderung kepada produktif karena dana yang kami himpun
tidak terlalu banyak.
3. Berapakah rata-rata dana yang mampu dihimpun oleh LAZIM pertahunnya?
Kami memang sudah berjalan lebih kurang tiga tahun, namun karena berbagai hal LAZIM Jakarta
belum mampu secara optimal dalam hal penghimpunan. Sehingga meskipun namany LAZ tapi dalam
penghimpunan masih bersifat seperti yayasan sosial kemanusian. Secara otomatis dananya lebih
banyak menggunakan dana pribadi anggota LAZIM Jakarta. Jadi kami tidak bisa menyebutkan berapa
total keseluruhannya.
4. Sejauh ini apakah pendayagunaan dana zakat yang dilakukan oleh LAZIM sudah sesuai dengan
harapan?
Jika dikatakan sudah sesuai atau belum. Sebenarnya sudah sesuai dengan harapan hanya saja kami
harus mengoptimalkan dana yang sudah ada agar memberikan manfaat yang sebesar-besarnya.
5. Pendayagunaan dana zakat biasanya melalui berbagai macam program, berkaitan dengan program
Taman Anak Sholeh (TAS) berapakah dana yang dikeluarkan tiap bulannya? Kalau untuk program
Taman Anak Sholeh (TAS) dana yang dikeluarkan tiap bulannya kurang lebih satu juta.
6. Dipergunakabn untuk apakah dana zakat untuk program TAS?
a. Untuk menggaji relawan atau guru
b. Untuk melengkapi sarana dan prasarana seperti karpet, meja lipat, lemari dan lain sebagainya
c. Untuk membantu siswa dan orang tuanya. Siswa dibantu melalui pembebasan biaya SPP
7. Berapakah gaji para relawan perbulannya?
Untuk gaji kita baru mampu menggaji Rp.150.000 perbulannya.
Narasumber
Abdul Afif Hamid
\,!Jil,:i7i'':/, JnjIaJlO
NVWHOUNN
v-tu\Dlvf wtzvl ueersnueua) uep lelsos uereAe^t€tl qe(eu ?L/ELOZ law gZ .eue>ler
'e^ullsaul eueule8eqas ueleugrp Jeae 'uelreduesrp rur ue8uerala) ]eJns uerlruac
vruv)tvf (ltztn) vnnw NvsNIrvxvz'tIhtv v9v8w31 HI]OHSxvNV NVruVr l^rvugoud rnrNn lv)vz vNVa NVVNngVAVONtd lnpnf.raq SueA rsdr.rlsuetltlauad tuelep ueln;-radrp SueA elep qa;o.raduau eunB 'tToz ra141 redrues rrenuer uelnqtelnu (5y1) qalor-{s leuv ueuel tp ueltrrlauad uelepe8uau resalas qela} }nqosra} e/v\srseqew
IVMSIZ uauafeuel4l : tselluasuo)
,
qe/vqeC uauafeueyl :
euelp[ qeglnleAeprpl yleA5 Nln tseltunuo) nulll uep Lle/nleC nuJll :
B50000ts060T:
rle/v\ejaH 3uau3 :
uesnJnr
sellnleJ
lAilN
eueN
(qatoqs
IeuV ueuel ulel3o:6 Surqurrquad nele JoleutpJooy) euerlag lulu .Z
(eye1e; elln6 uesul telez lrury e8eqrual rnDlalC) ueruqo.rnp .1 :
:rur qe/v\eq rp ue8uel epueyaq Buel
ffi
:e/\ qeq eAu:euaqas ue8uap uel8ue:auay1
eyelef ellnW uesul lelez lruy e8equal :rsesrue8ro llun
eueN
--"-"- "'-"--"- -"'j(VrUVyVt^ 4tZV-l) ueurqornN 'ue WSg i
80001'000tr '{au ueelsnueuay ? letsos . :
(VlUVyVt 91g2y1) ueuqo:nN 'ue WSg :
80001.'000r1oN 'Iau JVMSTZ eueo . :
:
vgv,nHo ? ntt.vl t'tno3d tsvNoo i
fuo'epe1e1-rulzel'ea. :al!sqa/1('&o'eye1e!+1zel@uesp^p^,3 ZOOtgU (lZO) :J,€.OBqLZ9'ZOO1B1Z (tZO) :d Ogelt ereln eue ef e(o; 2.op V remel{'lr :qruergIOO@9OZ 'I6666LOL (tZO) :d OZZZT euelef J8Z .op 41 e13ueg .lf :arujo peaH
T/rrflf)fI/f ynlzvTNWtSnNVhrSy NVC ]VTSOS NVSVAVA
YNV/11(t
'e,(ureseq-.mseqes Euuf leuJu?tu rrellJoqruetu
;r;?e epe qepns Eue,{ euep uulluurldo8uau sru?q lure>1 ufes e,{ueq udderuq
uu8uep l?nsos q?pns u,(ureuoqeg 'ulnleq nele pnses q€pns wlelolrp e>Irf
;uedereq uu8uep renses q€pns
WIZv-l qelo uu1qulrp EuuX te\ez evep ueeun8ufupuad qelede rur qnefeg 'V
'e,(uuuqrunlese{ p}o} eduroq ue>11nqa,(ueur
esrq {Bpl} ltual Ipuf 'uilu{ef 1y1llzy'l eloEEuu lpqlrd uusp ue1€unEEuoru
1e,{uuq qtqeJ efueuep slleruolo eJeces 'u?rsnrretuel 1e1sos uesefuf ryedes
leJlsreq qls?u ueundurrqEuad uelep get Zv1{treueu undllseu eEEurqe5
'uuundurqEued 1eq welup leultdo eruces ndueu unleq eue>l€f WIZyl Vq
reEeqreq BueJe:l unw?u'unq?l e8rl Euurn4 qrqel uuluftoq qupns Eueuaur lure)
1,e,(uunqepad nUZVt qelo undulqrp ndueu Eue,( euup etel-eter qe4edereg 't,
'ry,{ueq nl€lrot leprl undup{ !ue{ Eue,{ euup
puerol Jrllnpord.epedo>1 Suruepuec qrqel e,(uuueunEu.&pued tuelup WIZy-Igplnpord uepJllunsuol Euu,( epede4 Euruepuec qlqel nll
eue>lef (fUZVf) €llnntr uesul le eZ lpuyeEuquel uueunEe,(epusd ueleq '7.
'ese[nup 'rrellqeel 'Eueruq esrg
nl€nses uullrseqEueur reEu uopunEredlp {nlun uen[ngeq uerynlesrp Eue,{
1e{ez Buep uernpfued Wleps glqnpord ?Jeces uueunEef,epued ue>18uupa5
'uuEued uep Euupues ueqn1ngel lqnue{ueu
>lnlm ue>punEredrp n"lu rsrunsuolrp lrqun uunfnuoq ueIJnl?srp Eue,(
$>lez euep qelepe Jllr.unsuol "reces
uueunEe,(epued 3rqnpord uup gpunsuo>1
eruces ueeunEe,(epued ueEuep pnq?turp Euu,{ qe4edv 'JJplnpord undnetu
Jllunsuo{ luJrsJeq Eue,{ erec ue8uep tr;1tez ernep ?u?p "rurJeuetu
{sqJeq
Eue,{ Euero ne1e {lqe6nu ured epeda>1 undurqrp lrser.lreq Er;p.K p4ez ewp
uep uernle,{ued qelepe le)pz euep ueeunEe,(upued e,(es ludupued }runuel^tr
eepu? lrunuetu le>Vzeuvp ueeun8e,(epusd 1ue qerydv .l
' ueq"mefuepuuefuugedregeq
Euuduepl: pduel
€I0z phl: nDlezt\
pprruHJgv Inpqv ledug : reqwns€reN
VuVCNVIIVA\
pFu€HJgY Inpqvvau\fxvl j,1
J-*+a "'"1, q , g) ,./l\kfi/{[ requnseruN
a.r'u,{uuulnq;ed OOO'OS 1'dg rteSSueur ndureu nreq u}l{ rfe8 1n1un
1e,{uuelnqred uerrteler u:ed r[eB quledereg .L
449 u,(erq ueseqaqued
rnleleu nluuqlp e,lt'srS 'e,{uen1 Suero uep e.&srs n}ueqtuetu {nlun .c
e,{ure8eqes urel uep
rJ€tuel '1ed11elau 'ledrol luedes eueresurd uep euurus rde48ueleu {n}u3 .q
mn? nele uul\eleJ r[e8Euetu {nlun .e
eSVJ uerSord {n}un te4ezeuep qelude Inlun uqeleun8redrq
'e1n[ nles qrqel 8uern1 efuuelnq
derl uuryen1eryp Suef euep (gy1) qeloqs {€uV ueurel uer8ord {n}un rulu)6e,tuuulnq dell uelrenyeryp Eue,{ euep qelederoq (SVJ) qeloqs IeuV uetuel
uer8ord uu8uep uelr€{Jeq
'uurEord uuouru re8uqreq rnleleu e,(ueserq l€lez €uep ueeun8u,{epue6
,9
's
IIt:
:
rlndrleru rdul ueleles €UB{uf e,{ueg uelnq u,{uueundrurq8uad nule SutsteIpullJ
qe,,{elr/d {n}un tdel 'ue1e1es €Uu{Bf u{usnsng4 €Ue)pf l{u.'(ell./vr Ip spuroq fiuu,{
QVi te1iez pury eEuquel ueledruau (NIZV-I) nlFW uesul $4eZ [rrrY
eEequral sueru)'uue>l€f (1l,ttZV-t) ellnhtr uusul $4eZ pury e8uque-I o{ S17
ru,{equroru nuur r1e>13ueJeq ue>lJul\e1rp efuqueurel lpef 'Irruun 1e1ure,{seur tp
uerle8uad euas AI uep III u43uug 'lf Ip IW'lesuro>11a1 161u,{qeslry 'n1ueue}
ftru) urlpleJ slllury tp uerlu8uad rst8ueur €>lI]aI lrlpuos efus uuq
e€u€{ef
(rutZVd n1"^ uesul teyez pury eEequral Fup Sutsrurpurg qe{ull/vy1
'BUe{ef
(ruZVd ?llnnt uesul $luz puy eSequle-1 SIZ €uup u€p lus€req e.(uqrun1es
e,(uleuotseredo reua8ueur ue18unp"g 'qn11!t!qesg epude4 3uo1o8re1 uup Eue8uru
rlrsuru Eue.( ulrlsts€qutu ue>1edrueur u,{urefe8ued e:ed ue4Suepeg 'Is{elesJet
qepns Sueurau e,(uumlaqas Suea '(u;unqp) uDIsItu uep n>leJ Euolo8rel n1te,(
louso n1us q€lus {ns€Irue} lnqosJel uru.rSord rln>llSueru Sued leue-{uu€ tousn
g upeda>1 us{ueqrp sruBq tu\ez uusp stueg 09 le,(e }eqneJ,{V g'} uepq
e(SVf) qaloqs {?uV uutueJ urerSo-Id pn4rSueu 8ue.'{ qe4udetg 'I
:ueqeru,e I trup uuu,(ueged regeq
t I0Z lrenuet lZ : 1e33uu1
(svr) qerogs
{3uv
uaruul Surqurrqured uup usurqornN 4udeq Flsi) 1uru I'Ltrrirfi 'Z
(WZVynqe,uq) IS uuuF,lo-InN ldg 'l : requnseruN
I YUVJNYi!\Y/t\
'qgllv uuutrdrc uuzlrerl uep wqnqunl 'ersnueur €uruses t8uufefueur
{nlun uuryuferp n}r >luuu euuule8ug '8ue,{e,{ua4 eqel4tr qelry e.{urgu Buef
wurqBJ-JV 'eusn11 Inetusv 3uu1ue1 Ireleur efuqoluo3 '{uuu->leuu uuqaloqso{
{n}uoqtuatu {n1un uunfngaq uu>pefugp Euu.( rroleru enuns e,(uuelndiursey
'DInq {n}ueq wBIBp rnl{rulsro} srucas uu{qnqrp unleq Suuruaru
u.{uurn1ru1uq ydul 'qo3n1 ieduael ue>1ad uep (qepeqr u8rle>1 ue>1sd'qols
enpa>l ue>1ad 'qeprbe uueged ue4ad suu{urq 'upeqreq Euu.( Feluur uellroqlp
nll u€1nq n1es tuelep uucod derlas u.{ul}u1 '1a>1ed ru1nq ru,(undueu u1;1
6ede rgedes (SVf) qslor{S 4euv u€tuel ruu.6ord >ln1un runlqurul ruuaEueprq .g
'lnqas:al uule€a>1 nele{ueru e.(ueq rlpuq er(uefe8ued
nule) 'uu8uul urunl 8ue,( qepurleq u{etu 'uu8ueleqreq e,{tuefeSuod
nulel rpef 'e.(uSurqurqured re8eqes edus g1s1 1uIU ng 'r,\tsrserleru Suao enp
usp B^\srssqeu Suero enp '3uero ludue qelppu e,(u:efe8ued qeprnl
a(SVf) qoloqs {euv u€ruul rufe8uad qepunfqe4edu-roq epy .V
'wzY-I
ueeurq-uueurq epedel ue8ueqruns )inlueq tuulup uen1u?g 'run8-run8 ueqrluled
epes 6IIZV'I ueeurq VdJ-VdI 'rurlef {eue rr?Bulquad luedes ue4rplpuad
8ueplq1p >preSreq pruus-Burus 8uu.d urel 8uu,{ u8nf epe rde1e1 efes (gy;)
qeloqs ryuV uu{rreJ eKueq up{nq WIZy-I uru-r8o-r4 '{uuu 0g r€}Dles qrqel
8uero1 (SVf) qeloqs {?uV ueruel ure:8ord ltrulFuew Suuf luuu qelrunf
ee(SV1) qeloqs {euv ueur?I prup8uau Suef 4uue qepuniqu>ludurag -E
' deie i rotsuop rer{unduau tunio q WIZyI edu:euaqas
undr>1sa61 ']esnd uge{ef uep ieJug ep€>lef 'e.re1;1 egu>iet ':nrur1 epe>lef
up{Suepes 'rnqesra} prsn €ppd u,{uue>Jrprpuad uru,(ue8ueu esrq ruuq Bue,{ >1uuu
epe euere>l ue)plnseurrp e8n[ 4619 guuf edeua>1 .dIAIS_)I ursn {euu_Ieuv
e(SVf) qoloqs {euv ueruuJ uer8ord ltn4r8ueur Buu,(.>pue ers1^1 .g
srunl eruces quprberaq E{ereIAI .c
ruelsl uurufu runsos rppuqlreq s>lorol4J .q
qeloqs 8ue.,t
uurpeqFde4 un8uequetu eges rurulsl Ercces {eFplu nuarleruatu e{oreIAI .B
: qqs )iqslreqere>l re.(undrueu
Isrurur.., qeloqs 8ue:o Flc-rrr3 '(svD qeloqs )iuuv u€ru'r e.,(uuueu uuSuap
runsas '.,{ofue uEp ureuuaq ?sureur e{eJerrr rdul rfe8u uep rufelaq uueure8uq
rlulspe ue>lsullfolrd ruu>1 8ue,( emqug 'u,(ureEeqes ulEI rrup {opued lurns
'ls!per{ 'eop uuledetl Fas uep u.{wefeleq ueEuequrelrad eueture8uq .uuuuq
uurellued erec ueSuep qelppe ue4eunS-redrp Suef ejuc unureS .e.{uureFued
re8eqos (SVd reparuas rnplv uul{n uep (SIn) .relseureg qe8uel uelfn
uu>1eun83ueur ue8uep .gode.r epe e,(uesulq VdJ nele qelo{es p e{lf
e(SVf) qaloqs {suvueul?I tue:3ord Fep relu8uotu wfuleq uuler8a>1 rsenlerra8uour aiec eueure3ug
-
L
.lslpeq uup ue.rnb eped uuuropad-req uu8uap
Iruelsr Breoes r{epuqueq uep {eFpleroq qulepp Iuls Ip pns>leurrp Bue,{ 4ruq .ure1
8ue-ro uu>lr'qe{ ru8ur8ueru nlulas uep {rsq }unqreq nl€los Euu,,{ Euero-Buero
qulepe qeloqs ue>llndursrp uslq rdul 'ueluaSuad >1e,{uuq ue>p ur4Sunu qul4sr
ereces uuxSuepag 4eq u.,{uru? nll qaloqs ,usequg nulu qo8nl ?J?coS
alrrpuas rql rleloqs uep uulpe8ued udy .g
u?{8u€pos 'ntuopeq 8ur1es 4upl1 uenduerad uep Hul-l{BI rufe8uad eS8urqe5
'ur(usn-ra1es nlr8eq uup u{uunp-enp uendarad efueselas uep efuenp-unp
IItEI-l{el efruufuSued n1r >1nseu Eue.( uruos uuq nulu{ ufuesurg 'srrue{ uep
'nqer leseles 'urues u,(upmpef uueJe) 'uendtuared Suero Zvep plsl-plul Suuro
7'flueso V epe u,{urefe8uad qelurnl 'Blrlsls€q€tu uu4druau e.(ruefuEue4
ledureq u,{ruouo11 l8uero eduraq epe refeEuad quprnl '71
(eoq uep $lpeH'ue.:n|-1y) uepdeq rrerolas
qumeIe{ue1
{req rc}e qetoqs Suero-8uero (u1uoc-u1ua3) 1eqese51
'{uuu-{Btru epude4 ue4pdtueslp qepns
?uetl, udu-ede >peq Suef rup1ued ue8uap ue+loluocueur 'ueuepulale;
ledu rpadas ue4eun8rp 3ue.( refe8uaur epolentr 'I I
'517 Suun qalo pueplp SueA'orbl uup rupq're[e1eq efeur ude:eqeq
1e)iaslp 8ue.( rpequd ufus qetutu uu>punSSueur refeleq ueSuenr {n+un
i(svr)
qeloqs {euv ue{rreJ ue:3o:d {n}un Suefunuour 8ue,( euuresuJd rrup BuBJBS'0[
'ururrrreq Iiledes useJeur e{o]eur ru8e uur4rurepas unsnsrp lJo}eur uerfefued
?JBC 'ureuueq >lqun u,{uuq €{e.row n}{el\ rsr8uoru e,{ueq e{oJetu qelo{es
unloq 3uu,t nule qelo{as Suulndas 3ue[,'1,rt117v] re]ples Ip {€ue 4u^{ueg
a(SVf) qeloqs {uuv uurueJ uurSo:d ue4upe8ueru 3uu>1u1eq ru1u1 udy '6
'e{e
Ile{es nSSurur nlus Suuolueur u,{uuq u{ereur 17i ls ersn {ns?uua1 Suuf e{eraur
IlulrruJeH Sueug
W 'etvs p4ez ueeun8e.(epued uep ueundrurq8ued Sueprq rp 4eraEraq ?ued (ryg1)
1e4eredse141 ef,uperrrg e8equrel nele (gg5f uop€zrrruro lueurrrralog uoN
rc8eqas efueq tnqosrol nq ue8uep u"{t1e>{1p ne1e>l Flpuos INIZV-Iuu{npnF)
'4e[ed Suolorueu Eue.( le11ez {nlun nlplraq }nclosrol Suupun-Suepuq
a{Bdeq ledepued
ede 11 psed gZ'oN nn ue8uep u?>llle{lp pTf IAUZV.I w{npnpal ruue8uery .tI
'de1e1 ry)p znw refundrueru tunleq e3n[ rrue>1 euoJBX'u.(uue8uuna>1
ue,rodul ue{nqetlroqtuotll ?srq unleq rtue{ €Jeluetues {qun J?eru uorlol^i
LWIZyj pep ue8uune>1 ue:ode1 euerureSeg' E ;
'x8 lins?ui e4aiai.u ueinqes uiel€p uep ueced nlus iuelep xZ )inwi.ii -nii 8uu;o_ied
SuqHIp nep{ euere{ 000'09t 'dU edtruulnqred Suuro;ed rouor{ ruue8uau
e8nf Suruerl lreqlp u1r4 euarul 'ea
LSyI urerSo:d e{uepu ue8uap ryu?qle} Bsurerrr epue qe4udy .g
'3uo1oq -Euoloq
qrseu lelos >inlun unrueu 11eq le8uus 1e,(u uep srpeq 'eop uuludeq {nlunlue.tefeled Fraletu de-radueru tuelep {uuu-{€uu rsualod eueunuSug -g
'Iqesetu uelng enpe{ n88urry
6edulaq 1e33ue1deqas ua{uaqrp 'IN1zy-Iuu{lreqlp Srmf elere4ns Suen .V
'ru fuleq uelur8el 8ue funueur {n}un dmlnc rdel'urnlaq du>i3uo1 nup)
idu43us1 qepns qeqede uueserd uep "uures
ruue8ual4l .€
'e.(uneups sela{ renle{ E>lns teunqe}
g ersrueq Euu.( pa:1 qls€ru 8ue( 4eue-1euu Suuperyat qeppe uf,uueleqqgeg
6-refe8uau urepp us4esur upue 3ue,{ ede uulequeg '7,
. 'eduuu>lluruu8uaru uep uurn|-1y -rufuleq Buu.(
rlel€pe ersnueru {Ieq-{pqes uep 'elnl dnpJq uu4lFuel qe[V uu:p uurn[-1y
ue>lrtunqurau 8ue,( uders Suureq TIBIIV 1[uu[ qol 'Fu1 ude n88unl rpef 'r[e8ueu
{$un lu8ueuas >1eu€-{eue }eqlletu eueJe>I snsnq{ rssnilotu nelu{.e-frueupq-ag
1SVI uaSord rp refu8ueru epue rsplJlou quledy .l
uuqelruf trep uuu.(uugod JuUUC
Eueduruy4i :
-f d- f^f^f a .L luc ldyv o
ludwe;
nHe^\
(SVf '.ue;3o.ld:u[e3uad qes qulzs) qeAeul : raquns€r?N
\rUVJNV.|$.VA\
i,i,F#t"l&4'-,V'. '--N% 11/,x4"
*-+z\ , J /\b' .tl 1l\| / -. \l
f;iltv,,.,DNrg"a
.urel-urel uep quq11! .nad .Buues .n[eq .de18us1 srlq lBIe Iregleludu rysu4rp u{ns }nqesre} tue-€o-rd gup spe-6 dds rqBIaS .E
ue>lqeloqredrp
>luprl undeleJB{ns ueSuequrns .undede rr€rnr upe Iepl} .svJ ureJSo-rd{n}un
elnqesJol ue-60rd IlrQISuau {nlun uernr eps qe4udu .euep reua3ue141 -z
'nqElljequletu tI3{3 e,{es >1eue e{etu Iensss lepq Eue,( ue{epuF uep .ueducn
'npnm Suuluel qups Buef Erec elul upu e4rf e,,(uqoluoc .upe e{uuegpqrued
ESVIure;3ord ltrulFueur qulales nqr {uu€ qolo rur'lqrp Buu.( ueqegn-rod qpe_gerlrdv .I
uuqerrruf uep uue,(ueged JeUsO
Budrue141:
g1971gdy 67 :
ledrue;
NDI?/K
gyl rue:8o:C Fep e/dsrs nles qules uni Buero) 1do4 nq1 : roqrrnserBN
\rUVSNV,&WA\.
,ffi;, -n{nq 's11nt tru1u uedulSuaped 'qenq 0Z Wdll efeur lafuu{ rleqtuoru {qun
uuluun8redrp lnqesral Suen 'lpeqlJd Suen uup -roltoJ Brsouopul efusnsn;
r'nluuop uep rmduqrp 8uu.( -'000'000't'dU qlqal 8uurru1 e,(qu,le eue6l
i(SVf) qeloqs {euv uuruul urerSord {ntrun pr e erre( qerydereg -t
gya ure-6ord rEuneueur euaJe>l
WIZy-I uen1np nlusl Idel'IN1zv1e,{uFrpreq ueSuep eures 8uu,{ unqs} rC
a(SVf) qeloqs )iBuV uuuruJ ure-6ord rplnrueur uedey .Z
'ureuueq llques rdel rufeleq {$un erpeur
lpefueur esrq Sued ure-€ord lenqrueru urSur e,{eg 'urcrrrroq {eun e.(rmppm
uelsrqeqSueru u.(ueq 8ue.( 4eue >pfueq l€qlletu e.{uuusep .glpuas u.{eg
a(svr) qetoqs
{EuV u€uruJ ure-6o-rd }enqtueru {qun ueseSeS rcf,undweu Eue.( uderg .I
uPuuucuoJad'v
NgIAIgfVNVIAI
uequ.,!\ef uep uuudueged regeq
;I1ZleW ,Z: pE8uel
3uuduru61: ledrusl
rrr{ nqi : ioqunssjeN
\|UVJNVltrVlY\
i I rl'ii'l, .ii'ili'il' I ll
'uulvrulel nele n-rn8 rfe8
€Ues uusse;d eue;us 4nsuuuel-'000'000. 1 -dg efuqulurn f uurysepqlu{lp
eIIf 'uun1ueq uu{uoqtueru u8nf €}r{ ue{Jrqelou Suef e/y\srs un1 8ue:o
€pe nele{ rql urules 'uuleqo8uad 4qun uen}uuq Iroqlp qurud }!{es Buef
upe nule{ qeppundudu e,,{e1q ln8undrp {epr} rurnrrr e/u,srs .sr1e.rE 44g .
iufes ede SVJ uru:Sord l41un WIZVIuB{rroqrp Buu,( uenlueg .i
uwues{Bled '3
'e^rsrs uelnrlared €{pe{ e/rsrs enl Suero uup 1e>1eru.{seur ue8uru1Euq
e4 ueqEuepe g'serneSued eges rn1{e{p'ueeun8e,(epued uurEe q,, ;,z1IIZy-l
uu8uep llu>lrel 3ue,{ >ieqrd-{uqld uep uunfnlesred sulu rrrlel gya ue€or4
elnqesJel ururSord uersesilre8ro8uod eueutre8eg -i
uersesrue8ro8ue4 'g
IruBIsJ 8ue.( >ie1q>1erag .
rrer€pesel qnuad ueSuep rlepuqlrog .
:lUedas'ruelsJ r.requole4 ue?uep renses qeloqs 3ue.( rserauag
;ludecrp uFq Euu.( psug .9
'ure1 8uu-ro punru pquru8ueur ue{ele{}p
neul {epll e8n[ e]ry 'srlu-6 rypll 8uu,( 1edue1 rp qulo{es rulq ndueur
8ue,,( neley 'ndueu 4eprl reuaq- Juueq Suuf 4euu rsla,tuaur ?lpl .uA
il,l,lirt]lilll|[ i]ll il r
iulus egenqp 4qun u.,(uuq rur urerSord qerydy .V
.Surseur-Eulsuur.y4l
uerSo-rd rslero>13ueur Eurlus {eun Buudureues vdJ ?nrues uelndurruped
uelepeSueur Suues e3n[ u1r1 'pssuru u?uelq){ .ueeurq u41ez( >pue edund
u8nf e111 Idel 'svr e.(uuq uu{ng e1r1 ruu:ford rsunpna uuguep Bnqnqreg
'WIZy-I e4 ueryodupp u.(upseq uurpntue{ Burqurrqrued uep run8_rung
;SVJ ururSord rsenpne8ueur Bue.( qe>1ede1g .t
rsenle^g
uErrrBlsra{ uep
uenqeleSued nru11 uusu,lr€^&t uallroqruetu guuf, ludruel o{ rnol ,{pnlg
ee^\sts ered 6uq uuquqursl uulur8a>1ufes edy -g
'ullnr
{BpIl lde} uure4ed uep ueus{uur rru{lreqrueru Buupelral e8nf Iur?)
'ue/rr€loJ nulu runE Tn1tm uuqrluled uulupe8uetu rtue)
iede Suun ureles urBI rrunlueg .Z
'e..{uuelnq derles 3uu:orsd -,000.09 1.dg uemeler nu}€ runF t[uC .
u,(rruu1 rse{npo lele uep alzzry,4usru qupns Buuf uup
c:b1 'eue znf 'ua;nb-1y .lsunpno uep neluuu:ed ruing ,ueeceq n{nq
-rDlnq 's11nl 1e1u uede4Suapad rlndrlaur euu;ese-rd ?upJss {qun .
.CI
JeqtunseJPN
ruruFu 8ue.{
nl{uilt s?}rsualul u.(uuru1 uusele telerurfteru uu3uu13u1l uues e3-runlsy
i,ede e(ulvqrueq8ued ropl?C '8uo1oq-Suoloq urs€ru Buepe4
efes 1u1oqs eruu{ ueDlrtuep eduSueru 'yogV nJeq, uduuugsuqreqe4 1a18u1a
6ues:eC eCe:eq e,{uiizirseq;eqa>i ie4Suli ,iepns neie)i ,uen[n;
teducuaru lrs€rpoq qepns lnqesrel tuer8o-rd qelede Surqurqruad 1n-lnue141 'Z
g,.jPREgll E; _bt 3 s.3t tg oFt '., ii -9nto l-l tr- '?fOO\E Frt'c
;il' -C) AFfi >- o\<o\ebIFt.1egdfdo. r- C)
Eil ll- e+ft.et h r-i -E
*qZlvSt s at .;
o.v0ac,oto
*l€*:
f--M4M4F%
YaF.
N4*J
CI frt-U-yCI
-fo.I
I
3E?-ov, F-
;oJoF{
-.I
tr-
oCDo-oEoEl
ffiHi €Ki t* @i-
ffin \,. Wffi':'Fm,'' g
il.lill,llir,
:.'-i
:i:-!.*
ag?ss !E!# !t*St*:*l+€!l HU}#I !*t€*.1 \r&rrvxvF rttIZVT
svl u8rSord[ lrBp Sulqulqrued uBp {BrrB-{Brr8 ?rtrBsrefl ololld
*isii$ srs+*T*tisx i4nltf t tr*=r.'-- -
Hn }{rttqalrld