pendampingan manajemen pengelolaan sampah di masyarakat

14
DIMAS Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019 191 Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali Winarto, Layyin Mahfiana, Zaidah Nur Rosyidah, & Andi Wicaksono Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Institut Agama Islam Negeri Surakarta Email: [email protected] Abstract: This fostering program on waste management to the community of Gagaksipat is to provide the knowledge on how to manage waste properly. Further, it also aims not only to reduce waste but also to get beneficiat profit from the waste. The participants for this programm were 60 residents of Gagaksipat Village, Ngemplak, Boyolalithrough purposive sampling. As the partners for the programm is Team from the Kopen Tourism and Education Village (KWEK) Kopen 1/7 Ngadirejo Kartasura Sukoharjo. The technique carried out was in the form of training and continued with monitoring and evaluating at the end of the activity. The theoretical basis of this activity is UU No. 18 of 2008 concerning waste processing. The seriousness and necessity of waste management starts from upstream to downstream with the implementation of concepts such as 3R (Reuse, Reduse, Recycle) and then up to 5R (Revalue and Recovery). The results of this fostering progamm will make the community more aware of and contribute to good and healthy waste management; provide community supplies to manage organic waste properly through biopori activities and provide supplies to the community to manage inorganic waste through waste management skills. Abstrak: Program pendampingan ini bertujuan untuk memberikan pelatihan managemen pengelolaan sampah kepada masyarakat agar sampah dikelola dengan baik, tidak menumpuk yang mengakibatkan pencemaran lingkungan dan membahayakan kehidupan terutama bagi kesehatan masyarakat. Pendampingan ini mengupas tentang pengelolaan sampah dengan baik agar tidak membuat petaka, tetapi mendatangkan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat.Subyek pendampingan ini adalah 60 warga Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali yang diperoleh melalui purposive sampling. Adapun mitra pendamping dalam pelatihan ini adalah Tim dari Kampung Wisata dan Edukasi Kopen (KWEK) Kopen 1/7 Ngadirejo Kartasura Sukoharjo.Teknik yang dilakukan dalam pendampingan ini berbentuk pelatihan dan dilanjutkan dengan monitoring dan evaluasi diakhir kegiatan. Landasan teori kegiatan ini adalah UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengolahan sampah. Keseriusan dan keharusan

Upload: others

Post on 15-Oct-2021

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat

DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019 191

Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat

Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali

Winarto, Layyin Mahfiana, Zaidah Nur Rosyidah, & Andi Wicaksono

Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang

Institut Agama Islam Negeri Surakarta

Email: [email protected]

Abstract: This fostering program on waste management to the community of Gagaksipat is to provide the knowledge on how to manage waste properly. Further, it also aims not only to reduce waste but also to get beneficiat profit from the waste. The participants for this programm were 60 residents of Gagaksipat Village, Ngemplak, Boyolalithrough purposive sampling. As the partners for the programm is Team from the Kopen Tourism and Education Village (KWEK) Kopen 1/7 Ngadirejo Kartasura Sukoharjo. The technique carried out was in the form of training and continued with monitoring and evaluating at the end of the activity. The theoretical basis of this activity is UU No. 18 of 2008 concerning waste processing. The seriousness and necessity of waste management starts from upstream to downstream with the implementation of concepts such as 3R (Reuse, Reduse, Recycle) and then up to 5R (Revalue and Recovery). The results of this fostering progamm will make the community more aware of and contribute to good and healthy waste management; provide community supplies to manage organic waste properly through biopori activities and provide supplies to the community to manage inorganic waste through waste management skills.

Abstrak: Program pendampingan ini bertujuan untuk memberikan pelatihan managemen pengelolaan sampah kepada masyarakat agar sampah dikelola dengan baik, tidak menumpuk yang mengakibatkan pencemaran lingkungan dan membahayakan kehidupan terutama bagi kesehatan masyarakat. Pendampingan ini mengupas tentang pengelolaan sampah dengan baik agar tidak membuat petaka, tetapi mendatangkan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat.Subyek pendampingan ini adalah 60 warga Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali yang diperoleh melalui purposive sampling. Adapun mitra pendamping dalam pelatihan ini adalah Tim dari Kampung Wisata dan Edukasi Kopen (KWEK) Kopen 1/7 Ngadirejo Kartasura Sukoharjo.Teknik yang dilakukan dalam pendampingan ini berbentuk pelatihan dan dilanjutkan dengan monitoring dan evaluasi diakhir kegiatan. Landasan teori kegiatan ini adalah UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengolahan sampah. Keseriusan dan keharusan

Page 2: Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat

Pendampingan Manajemen Pengelolaan … Winarto dkk.

192 DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019

pengelolaan sampah mulai diperhatikan dari hulu sampai hilir dengan implementasi konsep seperti 3R (Reuse, Reduse, Recycle) kemudian sampai 5R (Revalue dan Recovery). Hasil dari pendampingan ini membuat masyarakat semakin menumbuhkan kesadaran dan peranan terhadap pengelolaan sampah yang baik dan sehat; memberikan bekal masyarakat untuk mengelola sampah organik dengan baik melalui kegiatan biopori dan memberikan bekal kepada masyarakat untuk mengelola sampah anorganik melalui keterampilan pengelolaan sampah.

Kata Kunci: Pelatihan; Masyarakat; Manajemen Sampah.

PENDAHULUAN

Kegiatan pengabdian masyarakat merupakan salah satu tupoksi tugas

dosen yang bertujuan untuk memenuhi Tridarma Perguruan Tinggi di samping

bidang pendidikan dan pengajaran serta bidang penelitian. Program pengabdian

masyarakat diarahkan untuk membina masyarakat melalui berbagai kegiatan

kemasyarakatan baik dalam aspek pembinaan religiusitas, pembinaan sosial

kemasyarakatan, pemberdayaan ekonomi masyarakat dan sebagainya.

Program pengabdian masyarakat yang menjadi fokus kami adalah

pendampingan pelatihan managemen pengelolaan sampah kepada masyarakat.

Sampah harus dikelola agar tidak menumpuk yang mengakibatkan pencemaran

lingkungan. Bila hal ini terjadi maka akan membahayakan kehidupan terutama

bagi kesehatan masyarakat. Namun, apabila sampah dikelola dengan baik, maka

tidak akan membuat petaka, tetapi justru mendatangkan manfaat secara

ekonomi.

Kebiasaan masyarakat untuk tidak memedulikan sampah disekitarnya

menjadi perhatian bagi kita semua, apalagi sampah anorganik yang tidak

langsung dapat diurai oleh bakteri pembusuk dalam waktu dekat. Kondisi ini

juga terlihat pada kondisi masyarakat di desa Gagaksipat, Ngemplak, Boyolali.

Masyarakat belum melakukan pemisahan sampah yang dihasilkan dari limbah

rumah tangga. Lebih lanjut lagi, masyarakat desa tersebut belum memiliki

pengetahuan tentang bagaimana mengelola dan mengolah limbah yang

dihasilakan oleh mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya manajemen

pengelolaan sampah agar bermanfaat bagimasyarakat.

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan,

daur ulang, atau pembuangan dari material sampah. Salah satu kebiasaan

masyarakat yang mengelola sampah dengan cara membakar semua jenis sampah

untuk memusnahkan adalah kebiasaan yang kurang tepat terutama jenis-jenis

Page 3: Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat

Winarto dkk. Pendampingan Manajemen Pengelolaan …

DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019 193

sampah seperti plastik, karet, styrofom, logam, kaca dan sejenisnya. Apabila

sampah tersebut dibakar, maka akan mengeluarkan gas-gas beracun yang

membahayakan kesehatan masyarakat.

Adanya pendampingan pelatihan pengolahan sampah khususnya

masyarakat Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali

diharapkan agar masyarakat memiliki kreativitas untuk mengolah sampah

menjadi sesuatu yang bermanfaat.

POTENSI DAN PERMASALAHAN

Peningkatan jumlah penduduk yang semakin hari semakin pesat

memberikan dampak pada jumlah sampah yang dihasilkan, antara lain sampah

plastik, kertas, produk kemasan, dan sebagainya. Jumlah dan jenis sampah ini

sangat tergantung dari gaya hidup dan jenis material yang dikonsumsi

masyarakat setiap harinya.

Berdasarkan SK SNI tahun 1990, sampah adalah limbah yang bersifat

padat yang terdiri dari zat organik dan zat nonorganik yang dianggap tidak

berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan

melindungi investasi pembangunan. Pada umumnya, paradigma masyarakat

terhadap sampah dengan sifat padat yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga

atau industri adalah benda yang tidak lagi diinginkan atau tidak bernilai

ekonomis. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas

manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Berdasarkan

asalnya, sampah padat dapat digolongkan sebagai sampah organik dan

nonorganik, Subekti (2009:1).

Kebiasaan masyarakat untuk tidak memedulikan sampah di sekitarnya

menjadi perhatian bagi kita semua, apalagi sampah nonorganik yang tidak

langsung dapat diurai oleh bakteri pembusuk dalam waktu dekat. Oleh karena

itu, dibutuhkan adanya pengelolaan sampah yang dipahami oleh masyarakat.

Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan, daur

ulang, atau pembuangan dari material sampah. Salah satu kebiasaan masyarakat

yang mengelola sampah dengan cara membakar semua jenis sampah untuk

memusnahkan adalah kebiasaan yang kurang tepat terutama jenis-jenis sampah

seperti plastik, karet, styrofom, logam, kaca, dan lain-lain. Apabila sampah

tersebut dibakar, maka akan mengeluarkan gas-gas beracun yang membahayakan

kesehatan masyarakat.

Timbunan sampah yang berada di sekitar kita maupun di tempat

pembuangan sampah akan menghasilkan lindi. Lindi adalah limbah cair yang

Page 4: Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat

Pendampingan Manajemen Pengelolaan … Winarto dkk.

194 DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019

timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan

dan membilas materi materi terlarut terutama materi organik hasil proses

dekomposisi biologis. Hal ini akan berakibat kualitas lindi akan bervariasi dan

berfluktuasi. Lindi yang tidak ditangani dengan baik akan memberikan dampak

negatif dengan lingkungan, antara lain timbulnya bau yang menyengat dan

penyakit di antaranya thypus dan disentri yang dibawa oleh kecoa, alat, tikus

yang tinggal di tempat sampah tersebut. Cara penanganan sampah yang sering

dilakukan masyarakat desa Gagaksipat, Ngemplak, Boyolali adalah sebagai

berikut:

Pertama, Membuang Sampah Secara Sembarangan.Cara ini sangat

mengganggu lingkungan dan warga di sekitarnya. Tidak hanya membuat kotor

lingkungan bahkan suasana di wilayah tersebut akan kelihatan kumuh, dan yang

paling membahayakan apabila sampah ini menjadi biang dari berbagai penyakit.

Kedua, Sampah Dibakar. Cara ini bukan menyelesaikan masalah tetapi akan

menimbulkan masalah baru dengan dampak yang diakibatkan dari pembakaran

sampah yang antara lain : akan timbul gas dioksin (racun tumbuhan), klorin

menghasilkan 75 zat beracun lain, CO (karbon monoksida) akan menggangu

fungsi kerja sel darah merah, Benzopirena (gas beracun penyerang jantung),

mengurangi jarak pandang dan membakar kayu penyebab senyawa pemicu

kanker. Ketiga, Sampah Sudah Dipilah dan Dibuang pada Tempatnya. Cara ini

belum menyelesaikan masalah ketika sampah akan menumpuk di Tempat

Pembuangan Akhir (TPA).

Berdasarkan permasalahan di atas, membuktikan pemahaman masyarakat

terhadap pengelolaan sampah organik dan anorganik sangat kurang. Oleh karena

itu, kami merasa perlu untuk melakukan pendampingan berkaitan dengan

pengelolaan sampah sebagai bagian dari tugas untuk melakukan pengabdian

kepada masyarakat. Program tersebut dilakukan dalam bentuk pelatihan

manajemen pengelolaan sampah.

Mitra Pendamping

Mitra pendamping dalam pelatihan ini adalah Tim dari Kampung Wisata

dan Edukasi Kopen (KWEK) Kopen 1/7 Ngadirejo Kartasura Sukoharjo.

Penulis mengundang pendamping yang antara lain terdiri dari:Suryono Arief

Wijaya, ST., Asih Purwianti, S.Pd. dan Ngadiyem. Tim KWEK memiliki

managemen sampah yang baik sehingga berhasil membentuk kampung wisata

yang ada di Sukoharjo. Adapun kegiatan dalam rangka mewujudkan kampung

wisata pengelolaan sampah diantaranya adalah: Pertama, Program Goyang Sapu.

Gerakan kebersihan lingkungan setiap hari minggu pukul 05.30 – 06.30 WIB

kegiatannya yaitu: membersihkan halaman dan lingkungan sekitar rumah, setiap

Page 5: Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat

Winarto dkk. Pendampingan Manajemen Pengelolaan …

DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019 195

dua minggu sekali semua warga membersihkan titik-titik tertentu yang dianggap

kurang bersih. Kedua, Program 4000 Polybag (goyang cetok). Semangat

kebersamaan dan gotong royong warga mewujudkan 4000 polybag dimana setiap

KK mendapatkan 20 polybag beserta tanaman. Ketiga, Pemanfaatan Lahan Tidak

Produktif menjadi Lahan Produktif. Setiap dawes memiliki kewajiban untuk

mengelola lahan. Keempat, Pembuatan Rak Tanaman Disetiap Rumah.

Keberhasilan Kampung Wisata dan Edukasi berlanjut dengan

terbentuknya Kampung Iklim Kopen. Adapun penggerak utamanya

adalah:Warga Kopen RW 7 Ngadirejo, Kartasura, Sukoharjo, Dawis Kopen RW

7, Kampung Wisata Edukasi Kopen, Bank Sampah Kopen SAE, Bank Sampah

Kopen Jaya, TPS 3 R Ngadirejo Bersih, Kelompok Wanita Tani Kopen SAE,

Olahan Pangan dan Kreasi Sampah, Karang Taruna Wahana Bhakti Mandiri,

BOCIL (Bocah Cinta Lingkungan) Kopen, Posyandu Balita Wijaya Kusuma,

Posyandu Lansia Wijaya Kusuma.

Usaha Tim KWEKbanyak menghasilkan prestasi. Diantara prestasi yang

diraihnya adalah sebagai berikut; 1) Menjadi Titik Pantau Adipura TPS 3RTahun

2015, 2016, 2017; 2) Juara 1 Bank Sampah Kel. Ngadirejo Tahun 2015; 3) Juara

1 Bank Sampah dan Pemanfaatan Lahan Pekarangan Kel. Ngadirejo Tahun

2016; 4) Juara 1 Lingkungan Bersih dan Sehat Kab. Sukoharjo Tahun 2015; 5)

Juara Harapan 1 Lingkungan Bersih dan Sehat Propinsi Jawa Tengah Tahun

2016; 6) Juara 3 Kawasan Rumah Pangan Lestari World Food Day Kab.

Sukoharjo Tahun 2016; 7) Sertifikat ODF Kel. Ngadirejo Tahun 2015; 8) Juara 1

Bank Sampah Kabupaten; 8) Juara 1 Kreasi Sampah Kabupaten; 9) Nominasi

Penghargaan Nasional; 10) Proklim Utama KLHK Tahun 2017.

KAJIAN TEORITIK PENGELOLAAN SAMPAH DAN TEKNIK

PENDAMPINGAN

Menurut Mochtar M. (1987: 55) sampah adalah: “Sesuatu yang tidak

digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal

dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya”. Oleh karena itu,

keberadaan sampah semestinya dikelola dengan baik oleh pemangku

kepentingan maupun masyarakat. Adanya Undang-Undang No. 18 tahun 2008

tentang pengelolaan sampah menjadi dasar akan pentingnya pengelolaan sampah

agar tidak menjadi permasalahan nasional.

Selain itu, berdasarkan PP No. 81 Tahun 2012 dinyatakan bahwa

pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan

berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.

Page 6: Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat

Pendampingan Manajemen Pengelolaan … Winarto dkk.

196 DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019

Adapun upaya pengelolaan sampah meliputi (a) pengurangan sampah; (b).

penanganan sampah. Dimana setiap orang wajib untuk melakukan pengurangan

dan penangangan sampah.

Keseriusan dan keharusan pengelolaan sampah mulai diperhatikan dari

hulu (sumber sampah) sampai hilir (tempat pembuangan akhir) dengan

implementasi konsep seperti 3R (Reuse, Reduse, Recycle) kemudian sampai 5R

(Revalue dan Recovery).

Masyarakat dalam mengelola, lebih menekankan 3 R, karena

memaksimalkan pencapaian dengan 3 R saja sudah cukup banyak menangani

masalah sampah. Reduse yaitu mengurangi timbunan sampah, Reuse yaitu dengan

upaya pemanfaatan kembali sampah atau barang yang sudah tidak berguna lagi.

Recycle adalah pendaurulangan dari sampah menjadi produk lain yang bernilai

ekonomis. Recovery adalah menemukan kegunaan atau manfaat lain dari barang

tersebut. Dan revalue yaitu memberi nilai dari barang yang disampahkan agar

dapat dijual sebagai barang bekas layak pakai.

Pengelolaan Sampah Terpadu berbasis masyarakat adalah suatu

pendekatan pengelolaan sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan

permintaan masyarakat, direncanakan, dilaksanakan (jika feasible), dikontrol dan

dievaluasi bersama masyarakat. Dalam pengertian ini pemeran (penguasa,

kekuatan) utama dalam pengelolaan sampah adalah masyarakat. Bukan

pemerintah atau lembaga lainnya seperti LSM dan lain-lain.

Pemerintah dan lembaga lainnya hanyalah sebagai motivator dan

fasilitator. Fungsi motivator adalah memberikan dorongan agar masyarakat siap

memikirkan dan mencari jalan keluar terhadap persoalan sampah yang mereka

hadapi. Tetapi jika masyarakat belum siap, maka fungsi pemerintah atau lembaga

lain adalah menyiapkan terlebih dahulu. Misalnya dengan melakukan pelatihan,

studi banding dan memperlihatkan contoh-contoh program yang sukses dan

lain-lain, Subekti (2009:1-2).

TEKNIK PENDAMPINGAN

Teknik yang dilakukan dalam pendampingan ini berbentuk pelatihan dan

praktek pengolahan sampah dilanjutkan dengan monitoring dan evaluasi diakhir

kegiatan. Adapun mitra pendamping dalam pelatihan ini adalah Tim dari

Kampung Wisata dan Edukasi Kopen (KWEK) Kopen 1/7 Ngadirejo

Kartasura Sukoharjo. Subyek pendampingan ini adalah 60 warga Desa

Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali yang diperoleh melalui

Purposive Sampling. Menurut Sugiyono (2016:85) bahwa: “Purposive Sampling adalah

teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.” Alasan

menggunakan teknik Purposive Sampling adalah karena tidak semua sampel

Page 7: Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat

Winarto dkk. Pendampingan Manajemen Pengelolaan …

DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019 197

memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang akan didampingi. Oleh

karena itu, penulis memilih teknik Purposive Sampling yang menetapkan

pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi

oleh sampel-sampel yang digunakan dalam pendampingan ini.

Dalam pendampingan ini yang menjadi sampel yaitu warga yang

memenuhi kriteria tertentu. Adapun kriteria yang dijadikan sebagai sampel

penelitian yaitu masyarakat Desa Gagaksipat laki-laki dan perempuan perwakilan

beberapa RT/RW, PKK, perangkat desa,tokoh masyarakat, tokoh agama, dan

Dasawisma dengan maksud pelatihan ini memberikan manfaat dan dapat

ditularkan kembali kepada masyarakat lainnya.

Proses dan Tahapan Kegiatan

Kegiatan pendampingan ini dilaksanakan pada Tanggal 19 September

2018 di Balai Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali.

Namun demikian, sebelumnya tim sudah melakukan persiapan semenjak satu

bulan sebelumnya. Proses pendampingan diawali dengan rapat persiapan. Rapat

ini hanya melibatkan tim pengabdian masyarakat guna menyusun rencana

kegiatan agar tertata dan tersusun secara baik yang meliputi perencanaan

mengenai:Target dan lokasi pendampingan masyarakat, narasumber, moderator,

pembawa acara, konsumsi, dokumentasi, transportasi, sarana dan prasarana,

survey lokasi pengabdian. Survey lokasi dimaksudkan untuk mendapatkan

gambaran yang nyata tentang situasi dan kondisi target pengabdian.

Tahapan berikutnya yakni rapat koordinasi. Rapat koordinasi dilakukan

antara team pengabdian masyarakat, narasumber, dan target pengabdian

masyarakat yang dimaksudkan agar dengan perencanaan kegiatan yang matang

akan diperoleh hasil yang optimal serta memudahkan dalam melakukan

monitoring dan evaluasi.

Gambaran Umum Desa Gagaksipat

Kegiatan ini diadakan bagi warga Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak

Kabupaten Boyolali. Sejarah Desa Gagaksipat tidak terlepas dari sosok Kyai

Gagaksipat atau yang memiliki nama asli Pangeran Gambir Anom. Pangeran

Gambir Anom merupakan seorang Bupati Penamping masa Keraton Kartasura

dipimpin oleh Paku Buwono II pada era kekuasaan dari tahun 1729 hingga

tahun 1749. Pada masa pemerintahan Paku Buwono II terjadi pemberontakan

terhadap kompeni atau pemerintahan Hindia-Belanda. Kyai Gagaksipat bersama

Mas Garendi putra Pangeran Teposono yang dibantu orang Cina mengadakan

pemberontakan terhadap pemerintah Kompeni. Pada awal pemberontakan, Mas

Garendi berhasil merebut kembali Keraton Surakarta dan oleh pengikutnya

Page 8: Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat

Pendampingan Manajemen Pengelolaan … Winarto dkk.

198 DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019

diangkat menjadi pemimpin dengan nama Sunan Kuning. Paku Buwono II dan

pengikutnya serta abdi dalem istana melarikan diri ke Ponorogo.

Belanda yang melihat Paku Buwono II terdesak menawarkan bantuan

untuk merebut kembali istana dan Keraton di Kartasura dengan syarat apabila

berhasil menyerahkan wilayah pantai utara kepada pemerintah Belanda. Paku

Buwono II menyetujui kesepakatan dengan pemerintahan Belanda tersebut.

Tentara Keraton Kartasura yang mendapatkan bantuan dari Belanda ditambah

dengan bantuan dari tentara Bugis, Madura mengadakan penyerbuan ke Keraton

Kartasura yang saat itu diduduki oleh Mas Garendi atau Sunan Kuning. Mas

Garendi atau Sunan Kuning beserta pasukan yang kalah dari jumlah dan

persenjataan akhirnya mundur meninggalkan benteng Kartasura. Korban yang

timbul dari pihak Mas Garendi atau Sunan Kuning banyak yang berjatuhan.

Pasukan Mas Garendi yang menyerah ditangkap dan dibunuh, sedangkan sisa

pasukan ada yang lari ke Gunung Kidul dan ke lereng Gunung Merapi. Dalam

pelarian tersebut ikut pula Adipati Mertoloyo atau Pangeran Gambir Anom,

sedangkan Mas Garendi atau Sunan Kuning melarikan diri ke Pasuruan.

Pada waktu Pangeran Gambir Anom bersemedi untuk memohon

petunjuk kepada Tuhan yang Maha Esa, Pangeran Gambir Anom mendapatkan

wangsit atau petunjuk agar meinggalkan persembunyian di goa dan bersama

pengikutnya lari ke arah timur dengan menyamar sebagai rakyat biasa. Dalam

pelariannya, Pangeran Gambir Anom diikuti oleh seekor burung gagak yang

menunjukkan arah tujuannya.

Pada akhirnya Pangeran Gambir Anom tiba di sebuah pohon beringin

besar dan memiliki daun yang lebat. Burung gagak tersebut berhenti dan tidak

terbang kemanapun yang artinya perjalanannya beserta para pengikutnya telah

usai. Pangeran Gambir Anom beserta pengikutnya mendirikan padepokan di

tempat pohon tersebut berada. Untuk mengenang jasa burung tersebut, dusun

tempat Pangeran Gambir Anom menetap tersebut kini dinamakan Dusun

Gagaksipat.

Keberadaan Pangeran Gambir Anom tidak diketahui oleh Paku Buwono

II beserta pengikutnya, Pangeran Gambir Anom mengubah namanya menjadi

Kyai Gagaksipat. Setelah sekian lama bermukim di tempat tersebut memiliki dua

orang anak yang diberi nama Gagak Pranoto dan Kyai Merjan. Kini makam

kedua putranya di makamkan di dekat makam Kyai Gagaksipat atau Pangeran

Gambir Anom.

Kyai Gagaksipat sebelum meninggal berpesan agar jasadnya dimakamkan

di bawah pohon beringin dan berpesan agar nama Adipati Martoloyo atau

Gambir Anom dirahasiakan karena beliau adalah pemberontak kepada

Page 9: Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat

Winarto dkk. Pendampingan Manajemen Pengelolaan …

DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019 199

pemerintah Belanda. Beliau juga berpesan agar makamnya jangan dipugar atau

dimuliakan agar identitasnya tidak terbongkar serta anak cucunya tidak

mendapatkan balasan dari pihak Belanda.

Profil Masyarakat Wilayah Pendampingan

Komunitas dampingan ini adalah masyarakat Desa Gagaksipat laki-laki

dan perempuan perwakilan beberapa RT/RW, PKK, perangkat desa,tokoh

masyarakat, tokoh agama, dan Dasawisma dengan maksud pelatihan ini

memberikan manfaat dan dapat ditularkan kembali kepada masyarakat lainnya.

Desa Gagaksipat merupakan salah satu dari 13 desa yang ada di

wilayahKecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Desa Gagaksipat memiliki

tiga dusun, 56 RT dan 13 RW. Jumlah Penduduk Gagaksipat terus mengalami

peningkatan tiap tahunnya.Berdasarkan data pada bulan Oktober 2018, jumlah

penduduk di desa ini telah mencapai 11430 jiwa, dengan rincian 5718 laki-laki

dan 5712 perempuan. Di sisi lain, agama mayoritas yang dianut oleh warga desa

Gagaksipat adalah Islam.

Adapun jumlah kepala keluarga di desa ini adalah sebanyak 3708 KK

dengan mayoritas berprofesi sebagai karyawan swasta (2521 orang). Pelajar dan

mahasiswa menempati peringat kedua (2183 orang) dan peringkat ketiga adalah

tidak bekerja (2143 orang). Kelebihan masyarakat desa Gagaksipat adalah

mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan antusiasme

warga dalam berbagai macam kegiatan. Desa Gagaksipat memiliki visi untuk

mewujudkan Gagaksipat MAJU SERBU (Mandiri, Amanah, Jujur, Sehat,

Sejahtera, Religius dan Berbudaya).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pelaksanaan pendampingan yang pertama dilakukan yakni memberikan

edukasi pengelolaan sampah secara paripurna di Balai Desa Gagaksipat

Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Materi edukasi disampaikan oleh

Asih Purwianti, salah satu Tim dari Kampung Wisata dan Edukasi Kopen

(KWEK) Kopen 1/7 Ngadirejo Kartasura Sukoharjo. Ia membawakan materi

berjudul “Edukasi Pengelolaan Sampah Secara Paripurna” dalam Pelatihan yang

bertema “Managemen Pengelolaan Sampah bagi Masyarakat Desa Gagaksipat Kecamatan

Ngemplak Kabupaten Boyolali” pada 19 September 2018.

Diantara poin penting yang disampaikan, memberikan edukasi kepada

masyarakat agar selalu ramah lingkungan dan tidak merusak alam, pengolahan

sampah tanpa mesin, tidak menggunakan listrik dan bahan bakar. Kemudian

memberikan cara pengelolaan yang praktis tanpa mengaduk sampah secara

Page 10: Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat

Pendampingan Manajemen Pengelolaan … Winarto dkk.

200 DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019

langsung, ekonomis karena bahan baku tidak beli, efisien karena tidak perlu

menggunakan lahan khusus dan bebas polusi karena tidak mencemari tanah dan

air.

Selain itu, tim juga membimbing agar sampah itu menguntungkan

misalnya menghasilkan pupuk dan kerajinan. Edukasi dari tim berikutnya adalah

pemahaman bahwa dari sampah, masyarakat bisa menjadi sukses dan

bermanfaat untuk orang banyak. Tim juga memotivasi bahwa kegiatan mengolah

sampah yang merubah hal yang tidak berguna menjadi bermanfaat merupakan

kegiatan luar biasa. Bahkan, mengolah sampah mengandung berkah karena

melaksanakan perintah Tuhan untuk menyelamatkan alam.

Pengelolaan Sampah Organik

Untuk pengelolaan sampah organik maupun anorganik, dipaparkan oleh

Suryono Arief Wijaya, salah satu Tim KWEK.Ia mengulas bagaimana

managemen pengelolaan sampah. Ia menjelaskan tentang pemanfaatan

pengelolaan sampah berbeda-beda berdasarkan jenis sampahnya. Untuk limbah

padat dan cair dimanfaatkan untuk media tanam dan Industri kreatif. Sementara

pengelolaan sampah organik dimanfaatkan untuk pembuatan kompos: biopori,

komposter, kompos komunal. Selain itu, sampah organik juga dapat digunakan

untuk pakan ternak/Ikan: cacing, lele maupun sapi.

Selain memberikan penjelasan, Arief juga mempraktekkan cara

pengelolan sampah. Salah satunya dengan menggunakan komposter POC + K

(Pupuk Organik Cair & Kompos). Cara penggunaan Komposter yang pertama,

membuka tutup tabung, masukkan sampah organik ke dalam tabung.

Semprotkan Bioaktivator kemudian tambahkan sampah organik setiap saat

kedalam tabung lalu semprotkan bioaktivator.Kondisikan tutup tabung selalu

dalam keadaan tertutup rapat.Perhatikan selang pengeluaran cairan pupuk

organik, bila telah tampak cairan bisa diambil sebagai pupuk tanaman anda.

Adapun cara penggunaan POC, tiap 20 ml atau 1 sendok makan pupuk organik

cair dicampur dengan 3 liter air.Siram atau semprotkan pada tanaman atau tanah

disekitarnya. Pemupukan dilakukan setiap 1 minggu sekali.

Cara pengambilan kompos pertama tekan sampah dalam tabung

menggunakan kayu/sejenisnya.Semprotkan bioaktivator pada bagian atas hingga

basah. Tutup komposter rapat-rapat selama 3 atau 4 minggu.Apabila masih ada

cairan, bisa digunakan POC.Setelah 3 atau 4 minggu, keluarkan kompos dari

dalam tabung. Gunakan sebagai media tanam. Gunakan kembali komposter dari

awal kembali.

Pengelolaan Sampah Anorganik

Page 11: Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat

Winarto dkk. Pendampingan Manajemen Pengelolaan …

DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019 201

Cara pengelolaan sampah anorganik juga diulas oleh Arief. Pertama bisa

dilakukan dengan bank sampah. Tata cara pembentukan bank sampah, langkah

awal pembentukan pengurus mulai dari ketua, sekretaris, bendahara, divisi

pemilahan, divisi penimbangan, divisi pencatatan dan divisi pemasaran.

Menentukan nama bank sampah, tujuan, visi & misi. Menentukan lokasi bank

sampah. Pendataan sampah anorganik yang laku jual. Cari pengepul yang

bersedia membeli sampah.

Perlengkapan yang harus disediakan diantaranya timbangan, karung besar,

perlengkapan bongkar barang seperti obeng, tang dan lain-lain. Selain itu juga

menyiapkan terkait administrasi seperti buku nasabah/tabuangan, nota

pembelian nasabah, buku besar, buku penjualan ke pengepul, alat trasportasi

untuk menjual sampah ke pengepul seperti gerobak atau pick up dan tali rafia.

Tahap pelaksanaan bank sampah pertama calon nasabah datang didata

untuk dijadikan nasabah bank sampah. Pemilahan sampah dari nasabah sesuai

dengan jenisnya. Penimbangan. Pencatatan setoran sampah. Penampungan dari

hasil pemilahan sesuai dengan jenis barang, pengepakan sesuai jenis barang,

penjualan barang ke pengepul.

Gambar 1 Bagan Pengelolaan Sampah

(Kampung Wisata Edukasi Pengelolaan Sampah)

Setelah kegiatan pelatihan dilaksanakan, mulai dari pembukaan, edukasi

pengelolaan sampah dan manfaatnya, diteruskan dengan praktik kegiatan

pembuatan biopori dan kerajianan dari limbah sampah.Dari kegiatan tersebut

peserta termotovasi untuk menerapkan pengelolaan sampah yang baik dan

Page 12: Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat

Pendampingan Manajemen Pengelolaan … Winarto dkk.

202 DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019

benar, mempraktikkan biopori untuk sampah organik, dan mengelola limbah

sampah anorganik untuk dibuat kerajinan tangan dan dijual ke pengepul.

KESIMPULAN

Inovasi dalam menangani sampah ini diharapkan masyarakat bisa

memahami bahwa jika sampah bisa dikelola dengan baik, masalah sampah bisa

teratasi dengan baik. Selain itu, masyarakat juga memahami bahwa setiap limbah,

baik yang bersifat organik maupun anorganik, akan menjadi lebih bernilai jika

bisa dimanfaatkan secara tepat. Secara umum, output kegiatan pelatihan ini

adalah; 1) Semakin meningkatkan kesadaran dan peran masyarakat terhadap

pengelolaan sampah yang baik dan sehat; 2) Memberikan bekal masyarakat

untuk mengelola sampah organik dengan baik melalui kegiatan biopori; 3)

Memberikan bekal kepada masyarakat untuk mengelola sampah anorganik

dengan baik melalui keterampilan pengelolaan sampah; 4) Memperoleh

gambaran dan contoh-contoh hasil kreasi dari pengolahan sampah yang bernilai

ekonomi.

DAFTAR PUSTAKA

Arief, Suryono, “Managemen Pengelolaan Sampah”,dalam Pelatihan: Tema

“Managemen Pengelolaan Sampah bagi Masyarakat Desa Gagaksipat

Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali”, 19 September 2018.

Arsip Kelurahan, Profil Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten

Boyolali, 2018

Mochtar M. Kesehatan Masyarakat. Yayasan Karya Dharma IIP. Jakarta, 1987

PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengolahan Sampah

Purwianti, Asih, “Edukasi Pengelolaan Sampah Secara Paripurna”,dalam

Pelatihan: Tema “Managemen Pengelolaan Sampah bagi Masyarakat

Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali”, 19

September 2018.

Page 13: Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat

Winarto dkk. Pendampingan Manajemen Pengelolaan …

DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019 203

Subekti, Sri, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis Masyarakat. 2009.

Jurnal Dinamika Sains Universitas PandanaranVol 7, No 14

Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet,

2016.

Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah

Wikipedia, “Profil Desa Gagak Sipat”,

https://id.wikipedia.org/wiki/Gagaksipat,_Ngemplak,_Boyolali,

diakses pada 15 September 2018

Page 14: Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat

Pendampingan Manajemen Pengelolaan … Winarto dkk.

204 DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019