pendampingan manajemen pengelolaan sampah di masyarakat
TRANSCRIPT
DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019 191
Pendampingan Manajemen Pengelolaan Sampah di Masyarakat
Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali
Winarto, Layyin Mahfiana, Zaidah Nur Rosyidah, & Andi Wicaksono
Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang
Institut Agama Islam Negeri Surakarta
Email: [email protected]
Abstract: This fostering program on waste management to the community of Gagaksipat is to provide the knowledge on how to manage waste properly. Further, it also aims not only to reduce waste but also to get beneficiat profit from the waste. The participants for this programm were 60 residents of Gagaksipat Village, Ngemplak, Boyolalithrough purposive sampling. As the partners for the programm is Team from the Kopen Tourism and Education Village (KWEK) Kopen 1/7 Ngadirejo Kartasura Sukoharjo. The technique carried out was in the form of training and continued with monitoring and evaluating at the end of the activity. The theoretical basis of this activity is UU No. 18 of 2008 concerning waste processing. The seriousness and necessity of waste management starts from upstream to downstream with the implementation of concepts such as 3R (Reuse, Reduse, Recycle) and then up to 5R (Revalue and Recovery). The results of this fostering progamm will make the community more aware of and contribute to good and healthy waste management; provide community supplies to manage organic waste properly through biopori activities and provide supplies to the community to manage inorganic waste through waste management skills.
Abstrak: Program pendampingan ini bertujuan untuk memberikan pelatihan managemen pengelolaan sampah kepada masyarakat agar sampah dikelola dengan baik, tidak menumpuk yang mengakibatkan pencemaran lingkungan dan membahayakan kehidupan terutama bagi kesehatan masyarakat. Pendampingan ini mengupas tentang pengelolaan sampah dengan baik agar tidak membuat petaka, tetapi mendatangkan manfaat secara ekonomi bagi masyarakat.Subyek pendampingan ini adalah 60 warga Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali yang diperoleh melalui purposive sampling. Adapun mitra pendamping dalam pelatihan ini adalah Tim dari Kampung Wisata dan Edukasi Kopen (KWEK) Kopen 1/7 Ngadirejo Kartasura Sukoharjo.Teknik yang dilakukan dalam pendampingan ini berbentuk pelatihan dan dilanjutkan dengan monitoring dan evaluasi diakhir kegiatan. Landasan teori kegiatan ini adalah UU No. 18 Tahun 2008 tentang pengolahan sampah. Keseriusan dan keharusan
Pendampingan Manajemen Pengelolaan … Winarto dkk.
192 DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019
pengelolaan sampah mulai diperhatikan dari hulu sampai hilir dengan implementasi konsep seperti 3R (Reuse, Reduse, Recycle) kemudian sampai 5R (Revalue dan Recovery). Hasil dari pendampingan ini membuat masyarakat semakin menumbuhkan kesadaran dan peranan terhadap pengelolaan sampah yang baik dan sehat; memberikan bekal masyarakat untuk mengelola sampah organik dengan baik melalui kegiatan biopori dan memberikan bekal kepada masyarakat untuk mengelola sampah anorganik melalui keterampilan pengelolaan sampah.
Kata Kunci: Pelatihan; Masyarakat; Manajemen Sampah.
PENDAHULUAN
Kegiatan pengabdian masyarakat merupakan salah satu tupoksi tugas
dosen yang bertujuan untuk memenuhi Tridarma Perguruan Tinggi di samping
bidang pendidikan dan pengajaran serta bidang penelitian. Program pengabdian
masyarakat diarahkan untuk membina masyarakat melalui berbagai kegiatan
kemasyarakatan baik dalam aspek pembinaan religiusitas, pembinaan sosial
kemasyarakatan, pemberdayaan ekonomi masyarakat dan sebagainya.
Program pengabdian masyarakat yang menjadi fokus kami adalah
pendampingan pelatihan managemen pengelolaan sampah kepada masyarakat.
Sampah harus dikelola agar tidak menumpuk yang mengakibatkan pencemaran
lingkungan. Bila hal ini terjadi maka akan membahayakan kehidupan terutama
bagi kesehatan masyarakat. Namun, apabila sampah dikelola dengan baik, maka
tidak akan membuat petaka, tetapi justru mendatangkan manfaat secara
ekonomi.
Kebiasaan masyarakat untuk tidak memedulikan sampah disekitarnya
menjadi perhatian bagi kita semua, apalagi sampah anorganik yang tidak
langsung dapat diurai oleh bakteri pembusuk dalam waktu dekat. Kondisi ini
juga terlihat pada kondisi masyarakat di desa Gagaksipat, Ngemplak, Boyolali.
Masyarakat belum melakukan pemisahan sampah yang dihasilkan dari limbah
rumah tangga. Lebih lanjut lagi, masyarakat desa tersebut belum memiliki
pengetahuan tentang bagaimana mengelola dan mengolah limbah yang
dihasilakan oleh mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya manajemen
pengelolaan sampah agar bermanfaat bagimasyarakat.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan,
daur ulang, atau pembuangan dari material sampah. Salah satu kebiasaan
masyarakat yang mengelola sampah dengan cara membakar semua jenis sampah
untuk memusnahkan adalah kebiasaan yang kurang tepat terutama jenis-jenis
Winarto dkk. Pendampingan Manajemen Pengelolaan …
DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019 193
sampah seperti plastik, karet, styrofom, logam, kaca dan sejenisnya. Apabila
sampah tersebut dibakar, maka akan mengeluarkan gas-gas beracun yang
membahayakan kesehatan masyarakat.
Adanya pendampingan pelatihan pengolahan sampah khususnya
masyarakat Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali
diharapkan agar masyarakat memiliki kreativitas untuk mengolah sampah
menjadi sesuatu yang bermanfaat.
POTENSI DAN PERMASALAHAN
Peningkatan jumlah penduduk yang semakin hari semakin pesat
memberikan dampak pada jumlah sampah yang dihasilkan, antara lain sampah
plastik, kertas, produk kemasan, dan sebagainya. Jumlah dan jenis sampah ini
sangat tergantung dari gaya hidup dan jenis material yang dikonsumsi
masyarakat setiap harinya.
Berdasarkan SK SNI tahun 1990, sampah adalah limbah yang bersifat
padat yang terdiri dari zat organik dan zat nonorganik yang dianggap tidak
berguna lagi dan harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan
melindungi investasi pembangunan. Pada umumnya, paradigma masyarakat
terhadap sampah dengan sifat padat yang dihasilkan dari aktivitas rumah tangga
atau industri adalah benda yang tidak lagi diinginkan atau tidak bernilai
ekonomis. Sampah adalah suatu bahan yang terbuang dari sumber aktivitas
manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Berdasarkan
asalnya, sampah padat dapat digolongkan sebagai sampah organik dan
nonorganik, Subekti (2009:1).
Kebiasaan masyarakat untuk tidak memedulikan sampah di sekitarnya
menjadi perhatian bagi kita semua, apalagi sampah nonorganik yang tidak
langsung dapat diurai oleh bakteri pembusuk dalam waktu dekat. Oleh karena
itu, dibutuhkan adanya pengelolaan sampah yang dipahami oleh masyarakat.
Pengelolaan sampah adalah pengumpulan, pengangkutan, pemprosesan, daur
ulang, atau pembuangan dari material sampah. Salah satu kebiasaan masyarakat
yang mengelola sampah dengan cara membakar semua jenis sampah untuk
memusnahkan adalah kebiasaan yang kurang tepat terutama jenis-jenis sampah
seperti plastik, karet, styrofom, logam, kaca, dan lain-lain. Apabila sampah
tersebut dibakar, maka akan mengeluarkan gas-gas beracun yang membahayakan
kesehatan masyarakat.
Timbunan sampah yang berada di sekitar kita maupun di tempat
pembuangan sampah akan menghasilkan lindi. Lindi adalah limbah cair yang
Pendampingan Manajemen Pengelolaan … Winarto dkk.
194 DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019
timbul akibat masuknya air eksternal ke dalam timbunan sampah, melarutkan
dan membilas materi materi terlarut terutama materi organik hasil proses
dekomposisi biologis. Hal ini akan berakibat kualitas lindi akan bervariasi dan
berfluktuasi. Lindi yang tidak ditangani dengan baik akan memberikan dampak
negatif dengan lingkungan, antara lain timbulnya bau yang menyengat dan
penyakit di antaranya thypus dan disentri yang dibawa oleh kecoa, alat, tikus
yang tinggal di tempat sampah tersebut. Cara penanganan sampah yang sering
dilakukan masyarakat desa Gagaksipat, Ngemplak, Boyolali adalah sebagai
berikut:
Pertama, Membuang Sampah Secara Sembarangan.Cara ini sangat
mengganggu lingkungan dan warga di sekitarnya. Tidak hanya membuat kotor
lingkungan bahkan suasana di wilayah tersebut akan kelihatan kumuh, dan yang
paling membahayakan apabila sampah ini menjadi biang dari berbagai penyakit.
Kedua, Sampah Dibakar. Cara ini bukan menyelesaikan masalah tetapi akan
menimbulkan masalah baru dengan dampak yang diakibatkan dari pembakaran
sampah yang antara lain : akan timbul gas dioksin (racun tumbuhan), klorin
menghasilkan 75 zat beracun lain, CO (karbon monoksida) akan menggangu
fungsi kerja sel darah merah, Benzopirena (gas beracun penyerang jantung),
mengurangi jarak pandang dan membakar kayu penyebab senyawa pemicu
kanker. Ketiga, Sampah Sudah Dipilah dan Dibuang pada Tempatnya. Cara ini
belum menyelesaikan masalah ketika sampah akan menumpuk di Tempat
Pembuangan Akhir (TPA).
Berdasarkan permasalahan di atas, membuktikan pemahaman masyarakat
terhadap pengelolaan sampah organik dan anorganik sangat kurang. Oleh karena
itu, kami merasa perlu untuk melakukan pendampingan berkaitan dengan
pengelolaan sampah sebagai bagian dari tugas untuk melakukan pengabdian
kepada masyarakat. Program tersebut dilakukan dalam bentuk pelatihan
manajemen pengelolaan sampah.
Mitra Pendamping
Mitra pendamping dalam pelatihan ini adalah Tim dari Kampung Wisata
dan Edukasi Kopen (KWEK) Kopen 1/7 Ngadirejo Kartasura Sukoharjo.
Penulis mengundang pendamping yang antara lain terdiri dari:Suryono Arief
Wijaya, ST., Asih Purwianti, S.Pd. dan Ngadiyem. Tim KWEK memiliki
managemen sampah yang baik sehingga berhasil membentuk kampung wisata
yang ada di Sukoharjo. Adapun kegiatan dalam rangka mewujudkan kampung
wisata pengelolaan sampah diantaranya adalah: Pertama, Program Goyang Sapu.
Gerakan kebersihan lingkungan setiap hari minggu pukul 05.30 – 06.30 WIB
kegiatannya yaitu: membersihkan halaman dan lingkungan sekitar rumah, setiap
Winarto dkk. Pendampingan Manajemen Pengelolaan …
DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019 195
dua minggu sekali semua warga membersihkan titik-titik tertentu yang dianggap
kurang bersih. Kedua, Program 4000 Polybag (goyang cetok). Semangat
kebersamaan dan gotong royong warga mewujudkan 4000 polybag dimana setiap
KK mendapatkan 20 polybag beserta tanaman. Ketiga, Pemanfaatan Lahan Tidak
Produktif menjadi Lahan Produktif. Setiap dawes memiliki kewajiban untuk
mengelola lahan. Keempat, Pembuatan Rak Tanaman Disetiap Rumah.
Keberhasilan Kampung Wisata dan Edukasi berlanjut dengan
terbentuknya Kampung Iklim Kopen. Adapun penggerak utamanya
adalah:Warga Kopen RW 7 Ngadirejo, Kartasura, Sukoharjo, Dawis Kopen RW
7, Kampung Wisata Edukasi Kopen, Bank Sampah Kopen SAE, Bank Sampah
Kopen Jaya, TPS 3 R Ngadirejo Bersih, Kelompok Wanita Tani Kopen SAE,
Olahan Pangan dan Kreasi Sampah, Karang Taruna Wahana Bhakti Mandiri,
BOCIL (Bocah Cinta Lingkungan) Kopen, Posyandu Balita Wijaya Kusuma,
Posyandu Lansia Wijaya Kusuma.
Usaha Tim KWEKbanyak menghasilkan prestasi. Diantara prestasi yang
diraihnya adalah sebagai berikut; 1) Menjadi Titik Pantau Adipura TPS 3RTahun
2015, 2016, 2017; 2) Juara 1 Bank Sampah Kel. Ngadirejo Tahun 2015; 3) Juara
1 Bank Sampah dan Pemanfaatan Lahan Pekarangan Kel. Ngadirejo Tahun
2016; 4) Juara 1 Lingkungan Bersih dan Sehat Kab. Sukoharjo Tahun 2015; 5)
Juara Harapan 1 Lingkungan Bersih dan Sehat Propinsi Jawa Tengah Tahun
2016; 6) Juara 3 Kawasan Rumah Pangan Lestari World Food Day Kab.
Sukoharjo Tahun 2016; 7) Sertifikat ODF Kel. Ngadirejo Tahun 2015; 8) Juara 1
Bank Sampah Kabupaten; 8) Juara 1 Kreasi Sampah Kabupaten; 9) Nominasi
Penghargaan Nasional; 10) Proklim Utama KLHK Tahun 2017.
KAJIAN TEORITIK PENGELOLAAN SAMPAH DAN TEKNIK
PENDAMPINGAN
Menurut Mochtar M. (1987: 55) sampah adalah: “Sesuatu yang tidak
digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi, atau sesuatu yang dibuang yang berasal
dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan sendirinya”. Oleh karena itu,
keberadaan sampah semestinya dikelola dengan baik oleh pemangku
kepentingan maupun masyarakat. Adanya Undang-Undang No. 18 tahun 2008
tentang pengelolaan sampah menjadi dasar akan pentingnya pengelolaan sampah
agar tidak menjadi permasalahan nasional.
Selain itu, berdasarkan PP No. 81 Tahun 2012 dinyatakan bahwa
pengelolaan sampah adalah kegiatan yang sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah.
Pendampingan Manajemen Pengelolaan … Winarto dkk.
196 DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019
Adapun upaya pengelolaan sampah meliputi (a) pengurangan sampah; (b).
penanganan sampah. Dimana setiap orang wajib untuk melakukan pengurangan
dan penangangan sampah.
Keseriusan dan keharusan pengelolaan sampah mulai diperhatikan dari
hulu (sumber sampah) sampai hilir (tempat pembuangan akhir) dengan
implementasi konsep seperti 3R (Reuse, Reduse, Recycle) kemudian sampai 5R
(Revalue dan Recovery).
Masyarakat dalam mengelola, lebih menekankan 3 R, karena
memaksimalkan pencapaian dengan 3 R saja sudah cukup banyak menangani
masalah sampah. Reduse yaitu mengurangi timbunan sampah, Reuse yaitu dengan
upaya pemanfaatan kembali sampah atau barang yang sudah tidak berguna lagi.
Recycle adalah pendaurulangan dari sampah menjadi produk lain yang bernilai
ekonomis. Recovery adalah menemukan kegunaan atau manfaat lain dari barang
tersebut. Dan revalue yaitu memberi nilai dari barang yang disampahkan agar
dapat dijual sebagai barang bekas layak pakai.
Pengelolaan Sampah Terpadu berbasis masyarakat adalah suatu
pendekatan pengelolaan sampah yang didasarkan pada kebutuhan dan
permintaan masyarakat, direncanakan, dilaksanakan (jika feasible), dikontrol dan
dievaluasi bersama masyarakat. Dalam pengertian ini pemeran (penguasa,
kekuatan) utama dalam pengelolaan sampah adalah masyarakat. Bukan
pemerintah atau lembaga lainnya seperti LSM dan lain-lain.
Pemerintah dan lembaga lainnya hanyalah sebagai motivator dan
fasilitator. Fungsi motivator adalah memberikan dorongan agar masyarakat siap
memikirkan dan mencari jalan keluar terhadap persoalan sampah yang mereka
hadapi. Tetapi jika masyarakat belum siap, maka fungsi pemerintah atau lembaga
lain adalah menyiapkan terlebih dahulu. Misalnya dengan melakukan pelatihan,
studi banding dan memperlihatkan contoh-contoh program yang sukses dan
lain-lain, Subekti (2009:1-2).
TEKNIK PENDAMPINGAN
Teknik yang dilakukan dalam pendampingan ini berbentuk pelatihan dan
praktek pengolahan sampah dilanjutkan dengan monitoring dan evaluasi diakhir
kegiatan. Adapun mitra pendamping dalam pelatihan ini adalah Tim dari
Kampung Wisata dan Edukasi Kopen (KWEK) Kopen 1/7 Ngadirejo
Kartasura Sukoharjo. Subyek pendampingan ini adalah 60 warga Desa
Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali yang diperoleh melalui
Purposive Sampling. Menurut Sugiyono (2016:85) bahwa: “Purposive Sampling adalah
teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu.” Alasan
menggunakan teknik Purposive Sampling adalah karena tidak semua sampel
Winarto dkk. Pendampingan Manajemen Pengelolaan …
DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019 197
memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang akan didampingi. Oleh
karena itu, penulis memilih teknik Purposive Sampling yang menetapkan
pertimbangan-pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi
oleh sampel-sampel yang digunakan dalam pendampingan ini.
Dalam pendampingan ini yang menjadi sampel yaitu warga yang
memenuhi kriteria tertentu. Adapun kriteria yang dijadikan sebagai sampel
penelitian yaitu masyarakat Desa Gagaksipat laki-laki dan perempuan perwakilan
beberapa RT/RW, PKK, perangkat desa,tokoh masyarakat, tokoh agama, dan
Dasawisma dengan maksud pelatihan ini memberikan manfaat dan dapat
ditularkan kembali kepada masyarakat lainnya.
Proses dan Tahapan Kegiatan
Kegiatan pendampingan ini dilaksanakan pada Tanggal 19 September
2018 di Balai Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali.
Namun demikian, sebelumnya tim sudah melakukan persiapan semenjak satu
bulan sebelumnya. Proses pendampingan diawali dengan rapat persiapan. Rapat
ini hanya melibatkan tim pengabdian masyarakat guna menyusun rencana
kegiatan agar tertata dan tersusun secara baik yang meliputi perencanaan
mengenai:Target dan lokasi pendampingan masyarakat, narasumber, moderator,
pembawa acara, konsumsi, dokumentasi, transportasi, sarana dan prasarana,
survey lokasi pengabdian. Survey lokasi dimaksudkan untuk mendapatkan
gambaran yang nyata tentang situasi dan kondisi target pengabdian.
Tahapan berikutnya yakni rapat koordinasi. Rapat koordinasi dilakukan
antara team pengabdian masyarakat, narasumber, dan target pengabdian
masyarakat yang dimaksudkan agar dengan perencanaan kegiatan yang matang
akan diperoleh hasil yang optimal serta memudahkan dalam melakukan
monitoring dan evaluasi.
Gambaran Umum Desa Gagaksipat
Kegiatan ini diadakan bagi warga Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak
Kabupaten Boyolali. Sejarah Desa Gagaksipat tidak terlepas dari sosok Kyai
Gagaksipat atau yang memiliki nama asli Pangeran Gambir Anom. Pangeran
Gambir Anom merupakan seorang Bupati Penamping masa Keraton Kartasura
dipimpin oleh Paku Buwono II pada era kekuasaan dari tahun 1729 hingga
tahun 1749. Pada masa pemerintahan Paku Buwono II terjadi pemberontakan
terhadap kompeni atau pemerintahan Hindia-Belanda. Kyai Gagaksipat bersama
Mas Garendi putra Pangeran Teposono yang dibantu orang Cina mengadakan
pemberontakan terhadap pemerintah Kompeni. Pada awal pemberontakan, Mas
Garendi berhasil merebut kembali Keraton Surakarta dan oleh pengikutnya
Pendampingan Manajemen Pengelolaan … Winarto dkk.
198 DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019
diangkat menjadi pemimpin dengan nama Sunan Kuning. Paku Buwono II dan
pengikutnya serta abdi dalem istana melarikan diri ke Ponorogo.
Belanda yang melihat Paku Buwono II terdesak menawarkan bantuan
untuk merebut kembali istana dan Keraton di Kartasura dengan syarat apabila
berhasil menyerahkan wilayah pantai utara kepada pemerintah Belanda. Paku
Buwono II menyetujui kesepakatan dengan pemerintahan Belanda tersebut.
Tentara Keraton Kartasura yang mendapatkan bantuan dari Belanda ditambah
dengan bantuan dari tentara Bugis, Madura mengadakan penyerbuan ke Keraton
Kartasura yang saat itu diduduki oleh Mas Garendi atau Sunan Kuning. Mas
Garendi atau Sunan Kuning beserta pasukan yang kalah dari jumlah dan
persenjataan akhirnya mundur meninggalkan benteng Kartasura. Korban yang
timbul dari pihak Mas Garendi atau Sunan Kuning banyak yang berjatuhan.
Pasukan Mas Garendi yang menyerah ditangkap dan dibunuh, sedangkan sisa
pasukan ada yang lari ke Gunung Kidul dan ke lereng Gunung Merapi. Dalam
pelarian tersebut ikut pula Adipati Mertoloyo atau Pangeran Gambir Anom,
sedangkan Mas Garendi atau Sunan Kuning melarikan diri ke Pasuruan.
Pada waktu Pangeran Gambir Anom bersemedi untuk memohon
petunjuk kepada Tuhan yang Maha Esa, Pangeran Gambir Anom mendapatkan
wangsit atau petunjuk agar meinggalkan persembunyian di goa dan bersama
pengikutnya lari ke arah timur dengan menyamar sebagai rakyat biasa. Dalam
pelariannya, Pangeran Gambir Anom diikuti oleh seekor burung gagak yang
menunjukkan arah tujuannya.
Pada akhirnya Pangeran Gambir Anom tiba di sebuah pohon beringin
besar dan memiliki daun yang lebat. Burung gagak tersebut berhenti dan tidak
terbang kemanapun yang artinya perjalanannya beserta para pengikutnya telah
usai. Pangeran Gambir Anom beserta pengikutnya mendirikan padepokan di
tempat pohon tersebut berada. Untuk mengenang jasa burung tersebut, dusun
tempat Pangeran Gambir Anom menetap tersebut kini dinamakan Dusun
Gagaksipat.
Keberadaan Pangeran Gambir Anom tidak diketahui oleh Paku Buwono
II beserta pengikutnya, Pangeran Gambir Anom mengubah namanya menjadi
Kyai Gagaksipat. Setelah sekian lama bermukim di tempat tersebut memiliki dua
orang anak yang diberi nama Gagak Pranoto dan Kyai Merjan. Kini makam
kedua putranya di makamkan di dekat makam Kyai Gagaksipat atau Pangeran
Gambir Anom.
Kyai Gagaksipat sebelum meninggal berpesan agar jasadnya dimakamkan
di bawah pohon beringin dan berpesan agar nama Adipati Martoloyo atau
Gambir Anom dirahasiakan karena beliau adalah pemberontak kepada
Winarto dkk. Pendampingan Manajemen Pengelolaan …
DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019 199
pemerintah Belanda. Beliau juga berpesan agar makamnya jangan dipugar atau
dimuliakan agar identitasnya tidak terbongkar serta anak cucunya tidak
mendapatkan balasan dari pihak Belanda.
Profil Masyarakat Wilayah Pendampingan
Komunitas dampingan ini adalah masyarakat Desa Gagaksipat laki-laki
dan perempuan perwakilan beberapa RT/RW, PKK, perangkat desa,tokoh
masyarakat, tokoh agama, dan Dasawisma dengan maksud pelatihan ini
memberikan manfaat dan dapat ditularkan kembali kepada masyarakat lainnya.
Desa Gagaksipat merupakan salah satu dari 13 desa yang ada di
wilayahKecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Desa Gagaksipat memiliki
tiga dusun, 56 RT dan 13 RW. Jumlah Penduduk Gagaksipat terus mengalami
peningkatan tiap tahunnya.Berdasarkan data pada bulan Oktober 2018, jumlah
penduduk di desa ini telah mencapai 11430 jiwa, dengan rincian 5718 laki-laki
dan 5712 perempuan. Di sisi lain, agama mayoritas yang dianut oleh warga desa
Gagaksipat adalah Islam.
Adapun jumlah kepala keluarga di desa ini adalah sebanyak 3708 KK
dengan mayoritas berprofesi sebagai karyawan swasta (2521 orang). Pelajar dan
mahasiswa menempati peringat kedua (2183 orang) dan peringkat ketiga adalah
tidak bekerja (2143 orang). Kelebihan masyarakat desa Gagaksipat adalah
mereka memiliki jiwa sosial yang tinggi. Hal ini dibuktikan dengan antusiasme
warga dalam berbagai macam kegiatan. Desa Gagaksipat memiliki visi untuk
mewujudkan Gagaksipat MAJU SERBU (Mandiri, Amanah, Jujur, Sehat,
Sejahtera, Religius dan Berbudaya).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pelaksanaan pendampingan yang pertama dilakukan yakni memberikan
edukasi pengelolaan sampah secara paripurna di Balai Desa Gagaksipat
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali. Materi edukasi disampaikan oleh
Asih Purwianti, salah satu Tim dari Kampung Wisata dan Edukasi Kopen
(KWEK) Kopen 1/7 Ngadirejo Kartasura Sukoharjo. Ia membawakan materi
berjudul “Edukasi Pengelolaan Sampah Secara Paripurna” dalam Pelatihan yang
bertema “Managemen Pengelolaan Sampah bagi Masyarakat Desa Gagaksipat Kecamatan
Ngemplak Kabupaten Boyolali” pada 19 September 2018.
Diantara poin penting yang disampaikan, memberikan edukasi kepada
masyarakat agar selalu ramah lingkungan dan tidak merusak alam, pengolahan
sampah tanpa mesin, tidak menggunakan listrik dan bahan bakar. Kemudian
memberikan cara pengelolaan yang praktis tanpa mengaduk sampah secara
Pendampingan Manajemen Pengelolaan … Winarto dkk.
200 DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019
langsung, ekonomis karena bahan baku tidak beli, efisien karena tidak perlu
menggunakan lahan khusus dan bebas polusi karena tidak mencemari tanah dan
air.
Selain itu, tim juga membimbing agar sampah itu menguntungkan
misalnya menghasilkan pupuk dan kerajinan. Edukasi dari tim berikutnya adalah
pemahaman bahwa dari sampah, masyarakat bisa menjadi sukses dan
bermanfaat untuk orang banyak. Tim juga memotivasi bahwa kegiatan mengolah
sampah yang merubah hal yang tidak berguna menjadi bermanfaat merupakan
kegiatan luar biasa. Bahkan, mengolah sampah mengandung berkah karena
melaksanakan perintah Tuhan untuk menyelamatkan alam.
Pengelolaan Sampah Organik
Untuk pengelolaan sampah organik maupun anorganik, dipaparkan oleh
Suryono Arief Wijaya, salah satu Tim KWEK.Ia mengulas bagaimana
managemen pengelolaan sampah. Ia menjelaskan tentang pemanfaatan
pengelolaan sampah berbeda-beda berdasarkan jenis sampahnya. Untuk limbah
padat dan cair dimanfaatkan untuk media tanam dan Industri kreatif. Sementara
pengelolaan sampah organik dimanfaatkan untuk pembuatan kompos: biopori,
komposter, kompos komunal. Selain itu, sampah organik juga dapat digunakan
untuk pakan ternak/Ikan: cacing, lele maupun sapi.
Selain memberikan penjelasan, Arief juga mempraktekkan cara
pengelolan sampah. Salah satunya dengan menggunakan komposter POC + K
(Pupuk Organik Cair & Kompos). Cara penggunaan Komposter yang pertama,
membuka tutup tabung, masukkan sampah organik ke dalam tabung.
Semprotkan Bioaktivator kemudian tambahkan sampah organik setiap saat
kedalam tabung lalu semprotkan bioaktivator.Kondisikan tutup tabung selalu
dalam keadaan tertutup rapat.Perhatikan selang pengeluaran cairan pupuk
organik, bila telah tampak cairan bisa diambil sebagai pupuk tanaman anda.
Adapun cara penggunaan POC, tiap 20 ml atau 1 sendok makan pupuk organik
cair dicampur dengan 3 liter air.Siram atau semprotkan pada tanaman atau tanah
disekitarnya. Pemupukan dilakukan setiap 1 minggu sekali.
Cara pengambilan kompos pertama tekan sampah dalam tabung
menggunakan kayu/sejenisnya.Semprotkan bioaktivator pada bagian atas hingga
basah. Tutup komposter rapat-rapat selama 3 atau 4 minggu.Apabila masih ada
cairan, bisa digunakan POC.Setelah 3 atau 4 minggu, keluarkan kompos dari
dalam tabung. Gunakan sebagai media tanam. Gunakan kembali komposter dari
awal kembali.
Pengelolaan Sampah Anorganik
Winarto dkk. Pendampingan Manajemen Pengelolaan …
DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019 201
Cara pengelolaan sampah anorganik juga diulas oleh Arief. Pertama bisa
dilakukan dengan bank sampah. Tata cara pembentukan bank sampah, langkah
awal pembentukan pengurus mulai dari ketua, sekretaris, bendahara, divisi
pemilahan, divisi penimbangan, divisi pencatatan dan divisi pemasaran.
Menentukan nama bank sampah, tujuan, visi & misi. Menentukan lokasi bank
sampah. Pendataan sampah anorganik yang laku jual. Cari pengepul yang
bersedia membeli sampah.
Perlengkapan yang harus disediakan diantaranya timbangan, karung besar,
perlengkapan bongkar barang seperti obeng, tang dan lain-lain. Selain itu juga
menyiapkan terkait administrasi seperti buku nasabah/tabuangan, nota
pembelian nasabah, buku besar, buku penjualan ke pengepul, alat trasportasi
untuk menjual sampah ke pengepul seperti gerobak atau pick up dan tali rafia.
Tahap pelaksanaan bank sampah pertama calon nasabah datang didata
untuk dijadikan nasabah bank sampah. Pemilahan sampah dari nasabah sesuai
dengan jenisnya. Penimbangan. Pencatatan setoran sampah. Penampungan dari
hasil pemilahan sesuai dengan jenis barang, pengepakan sesuai jenis barang,
penjualan barang ke pengepul.
Gambar 1 Bagan Pengelolaan Sampah
(Kampung Wisata Edukasi Pengelolaan Sampah)
Setelah kegiatan pelatihan dilaksanakan, mulai dari pembukaan, edukasi
pengelolaan sampah dan manfaatnya, diteruskan dengan praktik kegiatan
pembuatan biopori dan kerajianan dari limbah sampah.Dari kegiatan tersebut
peserta termotovasi untuk menerapkan pengelolaan sampah yang baik dan
Pendampingan Manajemen Pengelolaan … Winarto dkk.
202 DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019
benar, mempraktikkan biopori untuk sampah organik, dan mengelola limbah
sampah anorganik untuk dibuat kerajinan tangan dan dijual ke pengepul.
KESIMPULAN
Inovasi dalam menangani sampah ini diharapkan masyarakat bisa
memahami bahwa jika sampah bisa dikelola dengan baik, masalah sampah bisa
teratasi dengan baik. Selain itu, masyarakat juga memahami bahwa setiap limbah,
baik yang bersifat organik maupun anorganik, akan menjadi lebih bernilai jika
bisa dimanfaatkan secara tepat. Secara umum, output kegiatan pelatihan ini
adalah; 1) Semakin meningkatkan kesadaran dan peran masyarakat terhadap
pengelolaan sampah yang baik dan sehat; 2) Memberikan bekal masyarakat
untuk mengelola sampah organik dengan baik melalui kegiatan biopori; 3)
Memberikan bekal kepada masyarakat untuk mengelola sampah anorganik
dengan baik melalui keterampilan pengelolaan sampah; 4) Memperoleh
gambaran dan contoh-contoh hasil kreasi dari pengolahan sampah yang bernilai
ekonomi.
DAFTAR PUSTAKA
Arief, Suryono, “Managemen Pengelolaan Sampah”,dalam Pelatihan: Tema
“Managemen Pengelolaan Sampah bagi Masyarakat Desa Gagaksipat
Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali”, 19 September 2018.
Arsip Kelurahan, Profil Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten
Boyolali, 2018
Mochtar M. Kesehatan Masyarakat. Yayasan Karya Dharma IIP. Jakarta, 1987
PP No. 81 Tahun 2012 tentang Pengolahan Sampah
Purwianti, Asih, “Edukasi Pengelolaan Sampah Secara Paripurna”,dalam
Pelatihan: Tema “Managemen Pengelolaan Sampah bagi Masyarakat
Desa Gagaksipat Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali”, 19
September 2018.
Winarto dkk. Pendampingan Manajemen Pengelolaan …
DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019 203
Subekti, Sri, Pengelolaan Sampah Rumah Tangga 3R Berbasis Masyarakat. 2009.
Jurnal Dinamika Sains Universitas PandanaranVol 7, No 14
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: PT Alfabet,
2016.
Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah
Wikipedia, “Profil Desa Gagak Sipat”,
https://id.wikipedia.org/wiki/Gagaksipat,_Ngemplak,_Boyolali,
diakses pada 15 September 2018
Pendampingan Manajemen Pengelolaan … Winarto dkk.
204 DIMAS – Volume 19, Nomor 2, Nopember 2019