pendahuluan referat tb
TRANSCRIPT
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 1/19
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menjadi permasalahandi dunia kesehatan hingga saat ini. Dalam situasi TB di dunia yang memburuk dengan
meningkatnya jumlah kasus TB dan pasien TByang tidak berhasil disembuhkan terutama di
22 negara dengan beban TB paling tinggi di dunia, World Health Organization (WHO)
melaporkan dalam GlobalTuberculosis Report 2011 terdapat perbaikan bermakna dalam
pengendalian TB dengan menurunnya angka penemuan kasus dan angka kematian akibat TB
dalam dua dekade terakhir ini. nsiden TB se!ara global dilaporkan menurun dengan
laju2,2" pada tahun 2#$#%2#$$. Walaupun dengan kemajuan yang !ukup berarti ini, beban
global akibat TB masih tetap besar. Diperkirakan pada tahun 2#$$ insiden kasus TB
men!apai &,' juta (termasuk $,$ juta dengan koin eksi H ) dan **# ribu orang meninggal
karena TB. +e!ara global diperkirakan insiden TB resisten obat adalah ,'" kasus baru dan
2#" kasus dengan ri-ayat pengobatan. +ekitar * "kasus TB dan *&" kematian akibat TB
di dunia terjadi di negara berkembang. $,2
/ada tahun 2#$$ ndonesia (dengan #, &%#, 0 juta kasus) menempati urutan ke%
empat setelah ndia, 1ina, rika +elatan. ndonesia merupakan negara dengan beban tinggi
TB pertama di sia Tenggara yang berhasil men!apai target Millenium Development Goals(3D4) untuk penemuan kasus TB diatas '#" dan angka kesembuhan & " pada tahun
2##5. $,2 /engobatan kasus TB merupakan salah satu strategi utama pengendalian TB karena
dapat memutuskan rantai penularan. 3eskipun /rogram /engendalian TB 6asional telah
berhasil men!apai target angka penemuan dan angka kesembuhan, penatalaksanaan TB di
sebagian besar rumah sakit dan praktek s-asta belum sesuai dengan strategi Directl
Observed Treatment !hort"course (DOT+) dan penerapan standar pelayanan berdasarkan
#nternational !tandards $or Tuberculosis %are ( +T1). 2, /ada a-alnya, penerapan strategi
DOT+ di ndonesia hanya dilaksanakan di pusat kesehatan masyarakat (/uskesmas). +eiring
berjalannya -aktu, strategi DOT+ mulai dikembangkan di Balai 7esehatan /aru 3asyarakat
(B7/3) dan 8umah +akit baik pemerintah maupun s-asta. Hasil sur9ei pre9alens TB tahun
2##0 melaporkan bah-a pola pen!arian pengobatan sebagian besar pasien TB ketika
pertama kali sakit adalah rumah sakit sehingga melibatkan rumah sakit untuk melaksanakan
1
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 2/19
strategi DOT+ menjadi sesuatu yang penting yang memberikan kontribusi berarti terhadap
upaya penemuan pasien TB. 2,0
:paya perluasan strategi DOT+ ke rumah sakit merupakan tantangan besar bagi
ndonesia dalam mengendalikan TB. Hasil monitoring dan e9aluasi yang dilakukan oleh
program nasional TB pada tahun 2## menyebutkan bah-a meskipun angka penemuan
kasus TB di rumah sakit !ukup tinggi, angka keberhasilan pengobatan masih rendah, yaitu di
ba-ah #" dengan angka putus berobat men!apai #"%& ". 0 &ublic &rivate Mi' (//3)
adalah keterlibatan seluruh penyedia kesehatan publik dan s-asta, ormal dan in ormal
dalam penyediaan pera-atan TB sesuai dengan #nternational !tandard $or Tuberculosis %are
( +T1) untuk pasien yang telahatau diduga menderita TB. Belum terdapat komitmen kuat
dari pihak manajemen (pimpinan rumah sakit) dan tenaga medis (dokter umum dan
spesialis) serta paramedis dalam penanggulangan TB sesuai +T1.;aporan hasil e9aluasi (oint )'ternal T* Monitoring Mission (<=33) 2#$$
menyebutkan, dari sekitar $. 2 rumah sakit di ndonesia, hanya &" yang melaksanakan
program DOT+. &ublicprivate mi' (//3) memungkinkan semua penyedia layanan
kesehatan untuk berpartisipasidalam memberikan gabungan yang tepat dari tugas pelayanan
kesehatan yang selarasdengan program pengendalian penyakit nasional dan dilaksanakan
se!ara lokal. 7etidakpatuhan untuk berobat se!ara teratur bagi penderita TB tetap menjadi
hambatan untuk men!apai angka kesembuhan yang tinggi. Tingginya angka putus obat
mengakibatkan tingginya kasus resistensi kuman terhadap O T (obat anti TB) yang
membutuhkan biaya yang lebih besar dan bertambah lamanya pengobatan. ngka putus obat
di rumah sakit di <akarta pada tahun 2##5 sekitar '". Berdasarkan laporan +ubdit TB
Depkes 8 tahun 2##*, proporsi putus obat pada pasien TB parukasus baru dengan hasil
basil tahan asam (BT ) positi berkisar antara #,5"%$*,2"dengan angka putus obat tertinggi
yaitu di /ro9insi /apua Barat, angka putus obat di <akarta pada tahun 2##* sebesar ,'". 0
Banyak aktor yang memengaruhi terjadinya kasus putus obat pada pasien TB paru.
7omunikasi yang baik antara petugas kesehatan dengan pasien merupakan a!tor penting
yang menentukan keberhasilan pengobatan. /enelitian yang dilakukan oleh <anani dkk, di
+rilanka pada tahun 2##2 menyatakan bah-a putus obat berhubungan dengan kebiasaan
merokok, ri-ayat pengobatan TB sebelumnya, dan luas lesiradiologis. 5 /enelitian di ndia
pada tahun 2##0 menyimpulkan bah-a putus obat berhubungan dengan jenis kelamin,
2
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 3/19
konsumsi alkohol, usia, status pengobatan TBdan jumlah kuman BT pada a-al
pemeriksaan. ' /enelitian di :>bekistan pada tahun2## menyatakan bah-a putus obat juga
berhubungan dengan status pekerjaan. &+elain itu juga terdapat beberapa penelitian lain yang
menyatakan bah-a putusobat berhubungan dengan status perka-inan, jarak rumah ke
tempat pengobatan(8+), penghasilan, e ek samping pengobatan, tingkat pendidikan,
penyakit penyerta(D3, hepatitis, tumor paru, dll), sumber biaya pengobatan, jenis
pengobatan yang digunakan dan penga-as menelan obat (/3O). *,$#
BAB II
3
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 4/19
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengelolaan Neonatus dari ibu sakit TB7ehamilan akan meningkatan resiko berkembangnya TB akti pada -anita
yang sebelumnya terin eksi, terutama pada trimester terakhir atau pada periode a-al
pas!a%natal. 7ejadian TB pada ibu hamil meningkat se!ara bermakna, sejak a-al
epidemi H .+ekitar 2" dari ibu hamil yang terin eksi H didiagnosis dengan TB,
dan TB merupakan penyebab utama kematian ibu di daerah endemik H .
/eningkatan risiko untuk bayi yang baru lahir dari ibu dengan TB dan TB%H
meliputi ?• n eksi dan penyakit TB• Transmisi H dari ibu ke bayi• ;ahir prematur dan berat badan lahir rendah• 7ematian peri%natal dan neonates• 3enjadi yatim piatu
. TB neonatalda 2 istilah pada TB 6eonatal yang harus dibedakan yaitu?
1! TB KongenitalTerjadi ketika neonatus tertular M+tuberculosis saat dalam rahim melalui
penyebaran hematogen le-at 9ena umbilikal, saat persalinan melalui aspirasi atau
meminum !airan amnion atau sekresi !er9i!o9aginal yang terkontaminasi M+tuberculosis . 4ejala TB kongenital biasanya mun!ul pada minggu pertama kehidupan
dan mortalitas TB kongenital tinggi.
! TB Neonatal" TB Perinataldalah ketika neonatus terin eksi setelah lahir dengan terpapar pada kasus TB
BT (@), yaitu biasanya ibu atau kontak lain yang dekat. /enularan pas!anatal terjadi
melalui droplet dengan patogenesis yang sama seperti TB pada anak. +eringkali sulit
membedakan antara TB 7ongenital dan TB 6eonatalA /erinatal.
6eonatus yang terpapar TB dapat bergejala ataupun tidak. 4ejala TB pada
neonatus mulai mun!ul minggu ke 2% setelah kelahiran. 4ejala dan tanda tidak
spesi ik, diagnosis sering terlambat oleh karena a-alnya diduga sepsis. 4ejala a-al
seperti letargi, sulit minum, berat badan lahir rendah dan kesulitan pertambahan berat
badan. Tanda klinis lain meliputi distres pernapasan, pneumonia yang sulit sembuh,
4
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 5/19
hepatosplenomegali, lim adenopati, distensi abdomen dengan asites, atau gambaran
sepsis neonatal dengan TB Diseminata. Diagnosis TB harus dipertimbangkan sebagai
diagnosis banding pada kronis neonatal yang berespon buruk terhadap terapi
antimikroba, in eksikongenital, dan pneumonia atipikal. /etunjuk yang paling utama
dalam diagnosisTB pada neonatus yaitu ri-ayat ibu terin eksi TB atau H . /oin
utama padari-ayat ibu meliputi pneumonia yang sulit membaik, kontak dengan
kasusindeks TB, dan ri-ayat pengobatan TB dalam $ tahun terakhir.
/emeriksaan penunjang yang diperlukan pada TB kongenital
adalahpemeriksaan M+ tuberculosis melalui darah 9ena umbilikus dan plasenta.
/adaplasenta sebaiknya diperiksa gambaran histopatologis dengan kemungkinan
adanya granuloma kaseosa dan BT , bila perlu dilakukan kuretase endometrium
untuk men!ari endometritis TB.
. #ana$e%en Neonatus asi%&to%atik 'ang ter&a&ar ter(ada& ibu dengan TB+etelah kelahiran, neonatus yang lahir dari ibu dengan suspek atau terbukti
TB, harus dipastikan apakah sakit TB atau tidak. /enting untuk menentukantingkat
in eksi ibu dan sensiti itas terhadap obat TB melalui pemeriksaan BT dan biakanA
uji kepekaan. Tidak perlu memisahkan neonatus dari ibu jikaibu tidak memiliki
3D8%TB dan pemberian + dapat dilanjutkan. munisasiB14 sebaiknya tidak
diberikan dahulu, sampai status TB neonatus tersebut diketahui. munisasi B14 juga
sebaiknya tidak diberikan pada neonatus atau bayi yang sudah dikon irmasi terin eksi
H . <ika neonatus tersebut tidak memiliki gejala (asimtomatik), dan ibunya terbukti
TB yang sensiti dengan O T, maka neonatus diberikan terapi pen!egahan dengan
isonia>id ($#mgAkg) selama 5 bulan. 6eonatus harus dipantau se!ara rutin setiap
bulan, dan die9aluasi kemungkinan adanya gejala TB untuk memastikan TB akti
tidak berkembang./ada akhir bulan ke%5, bila bayi tetap asimptomatik, pengobatan dengan 6H
distop dan dilakukan uji tuberkulin. <ika uji tuberkulin negati dan tidak terin eksi
H , maka dapat diberikan B14 2 minggu setelahnya. kan tetapijika uji tuberkulin
positi , harus die9aluasi untuk kemungkinan sakit TB. <ika ibu terbukti tidak
terin eksi dan sakit TB, bayi harus diskrining TB. <ika tidak ada bukti in eksi TB,
maka bayi harus dipantau se!ara teratur untuk memastikan penyakit TB akti tidak
5
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 6/19
berkembang. <ika diagnosis sakit TB sudah dikon irmasi atau bayi menunjukkan
tanda klinis sugesti TB, pengobatan harus dimulai oleh dokter spesialis anak.
munisasi B14 diberikan 2 minggu setelah terapi jika bayi tidak terin eksi H . <ika
terin eksi H , B14 tidak diberikan. 6eonatus yang lahir dari ibu yang 3D8 atau
D8%TB harus dirujuk ke ahli untuk menangani masalah ini. 7ontrol in eksi
diperlukan untuk mengurangi kemungkinan transmisi dari ibu ke anak yaitu dengan
menggunakan masker.
). Tatalaksana Neonatus dengan sakit TB 6eonatus sakit TB harus dira-at di ruang perinatologi atau 6 1: yang
di asilitasi rujukan. /engobatan TB kongenital dan TB neonatal sama, dan harus
dilaksanakan oleh dokter yang berpengalaman dalam manajemen TB anak. Harus
dilakukan in9estigasi lengkap dari ibu dan neonatus. Coto toraks danpengambilanspesimen dari lokasi yang memungkinkan harus diambil, untuk membuktikan
diagnosis TB pada neonatus. /emberian O T harus dimulai pada bayi yang kita
!urigai TB sambil menunggu kon irmasi bakteriologis karena TB berkembang
dengan !epat pada neonatus.8espon baik terhadap terapi dapat dilihat dari na su makan yang meningkat,
pertambahan berat badan dan perbaikan radiologis. 3enyusui bayi tetap dilakukan
oleh karena risiko penularan M+ tuberculosis melalui + dapatdiabaikan. Demikian
juga tentang O T yang dikonsumsi ibu, hanya dieksresikan dalam jumlah ke!il, dan
tidak terbukti dapat menginduksi resistensi obat. Bayi tidak boleh dipisahkan dari
ibu, oleh karena menyusui dapat diandalkan menjadi salah satu aktor yang dapat
meningkatkan kelangsungan hidup neonatus dengan TB.
6
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 7/19
*atatan+
• Diagnosis TB pada ibu dibuktikan se!ara klinis, radiologis dan mikrobiologis.
Bila ibu terdiagnosis TB akti maka diobati dengan O T. pabila
memungkinkan, bayi tetap disusui langsung, tetapi ibu harus memakai masker
untuk men!egah penularan TB pada bayinya. /ada ibu yang sangat in eksius(BT positi ), bayi dipisahkan sampai terjadi kon9ersi BT sputum atau ibu tidak
in eksius lagi, tetapi tetap diberikan + yang dipompa. /emeriksaan ulangan
BT pada ibu yang memberikan + dilakukan 2 minggu setelah pengobatan.
Dosis obatTB yang ditelan ibu men!apai + dalam jumlah maksimal 2 " dosis
terapeutik bayi.
7
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 8/19
• ;akukan pemeriksaan plasenta (/ , makroskopik mikroskopik), dan darah
9.umbilikalis (3ikrobiologi E BT biakan TB).• 7linis?
% /rematuritas, berat lahir rendah, distres pernapasan, hepatosplenomegali,
demam, letargi, toleransi minum buruk, gagal tumbuh, distensi abdomen.% Bila klinis sesuai sepsis bakterialis dapat diberikan terapi kombinasi.
a. /emeriksaan penunjang?% Coto rontgen toraks dan bilas lambung.% Bila pada e9aluasi klinis terdapat lim adenopati, lesi kulit atau eardischarge,
lakukan pemeriksaan mikrobiologis danAatau / .% Bila selama perjalanan klinis terdapat hepatomegali, laku pemeriksaan :+4
abdomen, jika ditemukan lesi di hati, lanjutkan dengan biopsi hati. b. munisasi B14 sebaiknya tidak diberikan dahulu. +etelah ibu dinyatakan tidak
in eksius lagi, maka dilakukan uji tuberkulin. <ika hasilnya negati , isonia>id
dihentikan dan diberikan B14 pada bayi.
,. #ana$e%en TB HI- &ada Anak 3eningkatnya pre9alensi H memba-a dampak peningkatan resiko
paparan, progresi9itas penyakit TB dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas
akibat TB serta masalah TB lainnya, misalnya TB diseminat (milier), TB =kstra /aru,
serta TB 3D8. Cenomena ini dapat diamati pada daerah sub%sahara di rika yang
mempunyai angka pasien H dan koin eksiTB !ukup tinggi. Demikian pula dengan
ndonesia, ke!enderungan peningkatan pengidap H positi , terutama dengan
meningkatnya penggunaan narkoba, akan meningkatkan insiden TB dengan masalah%
masalah tertentu yang terjadi pada pengidap H positi . +eperti halnya pada de-asa,
pada a-al in eksi H saat imunitas masih baik tanda dan gejala TB tidak berbeda
dengan anak tanpaH .Tuberkulosis merupakan in eksi oportunistik yang paling sering ditemukan
pada anak terin eksi H dan menyebabkan peningkatan angka kesakitan dan
kematian pada kelompok tersebut. Besarnya angka kejadian TB pada anak terin eksi
H sampai saat ini sulit diperoleh se!ara akurat. 3eningkatnya jumlah kasus TB
pada anak terin eksi H disebabkan tingginya transmisi M cobacterium
tuberculosis dan kerentanan anak (1D 0 kurang dari$ ", umur di ba-ah tahun).
3eningkatnya kasus H pada orang de-asa telah berdampak terhadap peningkatan
8
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 9/19
jumlah anak yang terin eksi H pada umur yang rentan sehingga anak tersebut
sangat mudah terkena TB terutamaTB berat (milier dan meningitis).n eksi H menyebabkan imunokompromais pada anak sehingga diagnosis
dan tatalaksana TB pada anak menjadi lebih sulit karena aktor berikut ?
a. Beberapa penyakit yang erat kaitannya dengan H , termasuk TB, banyak mempunyai kemiripan gejala.
b. nterpretasi uji tuberkulin kurang dapat diper!aya. nak dengan kondisi
imunokompromais mungkin menunjukkan hasil negati meskipun sebenarnya
telah terin eksi TB.!. nak yang kontak dengan orangtua pengidap H dengan BT sputumpositi
mempunyai kemungkinan terin eksi TB maupun H . <ika hal ini terjadi, dapat
tejadi kesulitan dalam tatalaksana dan mempertahankan keteraturan pengobatan.
Tanpa kon irmasi bakteriologis, diagnosis TB anak terutama berdasarkan hal,
yaitu? $) kontak dengan pasien TB de-asa terutama yang BT positi F 2)uji
tuberkulin positi (G mm pada anak terin eksi H )F ) gambaran sugesti TB se!ara
klinis (misalnya 4ibbus)F dan 0) gambaran sugesti TB pada ototoraksF ) respon
terhadap O T.
7ementerian 7esehatan ndonesia telah mengeluarkan /ermenkes 2$ tahun 2#$ ,
semua pasien TB -ajib dita-arkan untuk tes H melalui pendekatan T /7 (Tes atas
nisiasi /etugas 7esehatan), World Health Organi>ation merekomendasikan
dilakukan pemeriksaan H pada suspek TB maupun sakit TB. 7e!urigaan adanya
H pada penderita, terutama?
a. 4ejala%gejala yang menunjukkan H masih mungkin, yaitu in eksi berulang (
episode in eksi bakteri yang sangat berat seperti pneumonia, meningitis, sepsis
dan sellulitis pada $2 bulan terakhir), ber!ak putih di mulut -thrush., parotitis
kronik, lim adenopatigeneralisata, hepatomegali tanpa penyebab yang jelas,
demam yang menetap dan atau berulang, dis ungsi neurologis, herpes>oster -shingles., dermatitis H , penyakit paru supurati yang kronik
-chronicsuppurative lung disease.+ b. 4ejala yang umum ditemukan pada anak dengan in eksi H , tetapi juga la>im
ditemukan pada anak sakit yang bukan in eksi H , yaitu? otitismedia kronik,
diare persisten, gi>i kurang atau gi>i buruk.
9
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 10/19
!. 4ejala atau kondisi yang sangat spesi ik untuk anak dengan in eksi H , yaitu?
/1/ -&neumoc stis carii pneumonia., kandidias eso agus, ; / -l mphoid
interstitial pneumonitis. atau +arkoma 7aposi.
+kema permintaan H ini dinamakan &rovider #nitiated Testing and
%ounseling/&#T% atau 7onseling dan Tes H atas nisiati /etugas 7esehatan
(7T /7) tanpa melihat aktor resiko perilaku. 3engingat adanya kondisi
imunokompromais, !ut%o point uji tuber!ulin pada pasien H diturunkan menjadi
mm, sehingga hasil indurasi mm saja pada uji tuberkulin sudah dikategorikan
positi . Tuberkulosis paru pada bayi dapat bermani estasi se!ara akut. Oleh karena
itu, jika ibu mengidap H dan TB, adanya TB paru harus dipikirkan pada bayi yang
tidak memberikan respons terhadap antibiotik standar. TB paru sulit dibedakandengan ; / yang sering terjadi pada pasien dengan H berusia G2 tahun. 4ejala
khas ; / antaralain lim adenopati generalis dan simetris, pembesaran kelenjar
parotis, dan jari tabuh.
. Pengobatan TB HI- &ada Anak Tujuan pemberian O T adalah mengobati pasien dengan e ek samping
minimal, men!egah transmisi kuman dan men!egah resistensi obat. +aat ini, paduan
obat TB pada anak yang terin eksi H yang telah disepakati WHO (2#$$) adalah
6H, 8i ampisin, /I dan =tambutol selama ase intensi 2 bulan pertama
dilanjutkan dengan minimal 0 bulan, pemberian 6H dan 8i ampisin selanjutnya
diberikan pada ase lanjutan. /ada TB milier dan meningitis TB diberikan 6H,
8i ampisin, /I , =tambutol dan +treptomisin selama ase intensi , selanjutnya 6H
dan 8i ampisin selama $# bulan ase lanjutan.Tambahan terapi yang direkomendasikan untuk pasien anak H dan TB
termasuk cotrimo'azole preventive therap -%&T.,antiretroviral therap - RT. dan
suplementasi piridoksin dengan dosis $# mgAhari serta pemberian nutrisi.
Kategori diagnostik TB &ada &enderita HI- /ase a0al /ase lan$utanTBringan TB &aru BTA negati2 Li%2adenitis TB 2 8HI= 8H (0%' bulan)
TBtulang 2 8HI= 8H ($# bulan)
10
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 11/19
TB %ilier TB %eningitis 28HI=+ 8H ($# bulan)
/asien TB anak yang terin eksi H mempunyai ke!enderungan relaps yang
lebih besar dibanding anak yang tidak terin eksi. :ntuk mengatasi hal ini maka
pengobatan TB anak terin eksi H diberikan lebih lama yaitu * bulan sedangkan
pada TB milier, meningitis TB dan TB tulang selama $2 bulan. 3ortalitas TB pada
anak terin eksi H lebih besar dibanding anak yang tidak terin eksi karena
tingginya ko%in eksi oleh patogen lain, absorpsi dan penetrasi O T terhadap organ
yang terkena pada anak terin eksi H jelek, misalnya diagnosis, kepatuhan kurang,
malnutrisi berat dan imunosupresi berat.
Tatalaksana TB pada anak dengan H yang sedang atau akan mendapat
pengobatan antiretro9iral harus dilakukan lebih hati%hati dan memperhatikaninteraksi antara obat. nteraksi antara obat TB dan antiretro9iral dapat menyebabkan
pengobatan H ataupun TB menjadi tidak e ekti , serta bertambahnya risiko
toksisitas. 8i ampisin misalnya, obat ini berinteraksi dengan obat penghambat en>im
re9erse transkriptase non%nukleosida -non"nucleoside reverse transcriptase inhibitor,
RT#. dan penghambat en>im protease -protease inhibitors &#.+ 8i ampisin
menurunkan konsentrasi / hingga &#" atau lebih, dan 668T hingga 2#J5#".
8ekomendasi 8T dapat diberikan bersamaan dengan ri ampisin adalah e a9iren>
(suatu 668T ) ditambah 2 obat penghambat reverse transcriptasenu3leosida
(nucleoside reverse transcriptase inhibitor, RT# ), atau ritona9ir (dosis yang
dinaikkan) ditambah dua 68T . 8ekomendasi mengenai kombinasi ini sering
mengalami re9isi sehingga harus disesuaikan dengan in ormasi terbaru menurut
1D1.
8eaksi simpang (ad9erse e9ents) yang ditimbulkan oleh O T hampir serupa
dengan yang ditimbulkan oleh obat antiretro9iral, sehingga dokter sulit membedakan
ketika akan menghentikan obat yang menimbulkan reaksi. sonia>id dapatmenyebabkan neuropati peri er, begitu juga dengan 68T (didanosine, >al!itabine,
dan sta9udine). 8eaksi paradoks juga dapat terjadi jika pengobatan terhadap TB dan
H mulai diberikan pada -aktu bersamaan. Dosis O T tidak memerlukan
penyesuaian karena tidak dipengaruhi oleh 8 . /emberian 8 dapat dimulai bila
11
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 12/19
anak telah mendapat O T selama minimal 2%& minggu. 7eadaan klinis dan
imunologis anak dengan H harus diperhatikan untuk menentukan hal%hal berikut?
% pakah pemberian O T akan dimulai bersamaan dengan obat
antiretro9iral,% pakah pemberian antiretro9iral harus menunggu 2 bulan
setelahpemberian O T dimulai,% pakah pengobatan TB harus diselesaikan dahulu sebelum
pemberianantiretro9iral dimulai.
/ada anak yang akan diberikan pengobatan TB ketika sedang mendapatkan
pengobatan antiretro9iral, harus dilakukan e9aluasi kembali terhadap antiretro9iral
yang digunakan serta lamanya pengobatan TB dengan paduan O T tanpa
ri ampisin./emberian steroid untuk TB berat pada anak dengan H disesuaikan
dengan keadaan imunosupresi penderita.
3. Pe%berian A4TBayi yang dilahirkan oleh ibu H dan terbukti terin eksi H atau langsung
H , pemberian 8T dimulai setelah pasien mendapat pengobatan TB selama 2%&
minggu (lebih disukai adalah & minggu) untuk mengurangi terjadinya 8 + ( #mmune
Reconstitution #n$lammator ! ndrome ) dan e ek samping obat yang saling tumpang
tindih. Hal yang paling penting diperhatikan pada anak H dengan TB adalah
potensi interaksi obat terutama golongan 668T dengan 8i ampisin./emilihan 8
dan pemantauan pengobatannya menga!u pada buku /etunjuk Teknis Tatalaksana
7linis 7oin eksi TB H
&. Pengobatan Pen5ega(an Kotri%oksasol 6PPK )Beberapa O ( n eksi Oportunistik) pada ODH (Orang Dengan H
D+)dapat di!egah dengan pemberian pengobatan pro ilaksis. Terdapat dua ma!am
pengobatan pen!egahan yaitu pro ilaksis primer dan pro ilaksis sekunder.• /ro ilaksis primer adalah pemberian pengobatan pen!egahan untuk men!egah
suatu in eksi yang belum pernah diderita.• /ro ilaksis sekunder adalah pemberian pengobatan pen!egahan yang ditujukan
untuk men!egah berulangnya suatu in eksi yang pernah diderita sebelumnya.
Berbagai penelitian telah membuktikan e ekti itas //7 dalam menurunkan
angka kematian dan kesakitan pada orang yang terin eksi H . Hal tersebut dikaitkan
12
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 13/19
dengan penurunan insidens in eksi oportunistik. /emberian //7 menga!u pada buku
/etunjuk Teknis Tatalaksana 7linis 7oin eksi TB H .
7. #ana$e%en Tb 4esisten 8bat Pada Anak 7ejadian TB resisten obat pada anak se!ara global masih belum pasti karena
kesulitan mendapatkan kon irmasi bakteriologis pada anak. 7ejadianTB resisten obat
di ndonesia belum pasti, tetapi ke-aspadaan terhadap kasus ini perlu ditingkatkan
mengingat penatalaksanaan kasus TB pada anak masih belum optimal dan angka
terjadi TB resisten obat pada de-asa yang terusmeningkat. Diperkirakan banyak
anak yang kontak dengan kasus TB de-asaresistenobat, sehingga kejadian TB
resisten obat pada anak akan men!erminkan pengendalian TB resisten obat pada
de-asa. a. De2inisi8esistensi obat pada pasien TB ada , yaitu? 3onoresisten, 3D8, dan
D8. Dikatakan monoresisten bila hasil uji kepekaan mendapatkan resisten
terhadap isonia>id atau ri ampisin. +eorang pasien TB anak dikatakan
mengalami 3D8 bila hasil uji kepekaan mendapatkan hasil basil M+
tuber3ulosis yang resisten terhadap isonia>id dan ri ampisin, sedangkan
eKtensi9ely drug%resistant ( D8)%TB bila hasil uji kepekaan mendapatkan
hasil 3D8 ditambah resisten terhadap luoroLuinolon dan salah satu obat
injeksi lini kedua -second"line in4ectable agents.+
b. Diagnosis TB #D4 &ada anak Diperlukan petunjuk ke!urigaan klinis yang !ermat untuk
mendiagnosis 3D8%TB pada anak. Caktor% aktor risiko termasuk ri-ayat
pengobatan sebelumnya, tidak ada perbaikan dengan pengobatan TB lini
pertama, adanya kontak 3D8%TB yang telah diketahui, kontak dengan pasien
yangmeninggal saat pengobatan TB atau pengobatan TB yang gagal. nak
tersangka TB%3D8 akan dilakukan pemeriksaan sesuai dengan alur
pemeriksaan de-asa tersangka TB%3D8. lgoritme berikut menunjukkan
strategi diagnostik untuk menentukan aktor resiko TB%3D8 pada anak yang
terdiagnosis maupun tersangka TB.
13
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 14/19
5. Prinsi& &enatalaksanaan TB9#D4 &ada anak /rinsip dasar paduan terapi pengobatan untuk anak sama
denganpaduan terapi de-asa pasien TB%3D8. Obat%obatan yang dipakai
untukanak TB%3D8 juga sama dengan dosis disesuaikan dengan berat badan
pada anak. Bagaimanapun, kebanyakan obat lini kedua tidak child $riendl +
d+ Prinsi& Paduan &engobatan TB9#D4 &ada anak nak%anak dengan 3D8%TB harus ditatalaksana sesuai dengan
prinsip pengobatan pada de-asa. Mang meliputi? 4unakan sedikitnya 0 obat lini kedua yang kemungkinan strain itu masih
sensiti F satu darinya harus inje!table, satu luorokuinolon (lebihbaik kalau generasi kuinolon yang lebih akhir bila ada), dan /I harus
dilanjutkan. 4unakan high%end dosing bila memungkinkan. +emua dosis harus diberikan dengan menggunakan DOT. Durasi pengobatan harus $&%20 bulan. +emua obat diminum setiap hari dan dengan penga-asan langsung.
14
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 15/19
/emantauan pengobatan TB%3D8 pada anak sesuai dengan alur pada
de-asa dengan TB%3D8.
Alur Tata Laksana Anak 'ang diobati TB #D4 dan HI-
15
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 16/19
1:. Pen5ega(an Tuberkulosis Pada Anak
-aksinasi B*; &ada Anak aksin B14 adalah 9aksin hidup yang dilemahkan yang berasal dari
M cobacterium bovis+ /emberian 9aksinasi B14 berdasarkan /rogram
/engembangan munisasi diberikan pada bayi #%2 bulan. /emberian 9aksin B14
pada bayi G2 bulan harus didahului dengan uji tuberkulin. /etunjuk pemberian
9aksinasi B14 menga!u pada /edoman /rogram /emberian munisasi 7emenkes.
+e!ara umum perlindungan 9aksin B14 e ekti untuk men!egah terjadinya TB berat
seperti TB milier dan TB meningitis yang sering didapat pada usia muda. +aat ini
9aksinasi B14 ulang tidak direkomendasikan karena tidak terbukti memberi
perlindungan tambahan. /erhatian khusus pada pemberian 9aksinasi B14 yaitu ?
Terla(ir dari ibu &asien TB BTA &ositi2 Bayi yang terlahir dari ibu yang terdiagnosis TB BT positi pada trimester%
kehamilan berisiko tertular ibunya melalui plasenta, !airan amnion maupun
16
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 17/19
hematogen. +edangkan bayi yang terlahir dari ibu pasien TB BT positi selama
masa neonatal berisiko tertular ibu melalui per!ik renik. /ada kedua kondisi
tersebut bayi sebaiknya dilakukan rujukan.
Terla(ir dari ibu &asien in2eksi HI-"AIDSBayi yang lahir dari ibu yang terbukti in eksi H A D+ tidakdianjurkan
diberikan imunisasi B14, bayi sebaiknya dilakukan rujukan untuk pembuktian
apakah bayi sudah terin eksi H atau tidak.
+ejumlah ke!il anak%anak ($%2") mengalami komplikasi setelah 9aksinasi
B14. 7omplikasi paling sering termasuk abses lokal, in eksi bakteri sekunder,
adenitis supurati dan pembentukan keloid lokal. 7ebanyakan akan sembuh selama
beberapa bulan. /ada beberapa kasus dengan reaksi lokal persisten dipertimbangkan
untuk dilakukan rujukan. Begitu juga pada kasus dengan imunode isiensi mungkin
memerlukan rujukan.
11. Tatalaksana Pen5ega(an dengan Isonia<id+ekitar #%5#" anak yang tinggal dengan pasien TB paru de-asa dengan
BT sputum positi , akan terin eksi TB juga. 7ira%kira $#" dari jumlah tersebut
akan mengalami sakit TB. n eksi TB pada anak ke!il berisiko tinggi menjadi TB
berat (misalnya TB meningitis atau TB milier) sehingga diperlukan pemberian
kemopro ilaksis untuk men!egah terjadinya sakit TB.
1ara pemberian sonia>id untuk /en!egahan sesuai dengan tabel berikut?
17
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 18/19
Keterangan+
• Obat yang diberikan adalah 6H ( sonia>id) dengan dosis $# mgAkgBB ('%$
mgAkg) setiap hari selama 5 bulan.• +etiap bulan (saat pengambilan obat sonia>id) dilakukan pemantauan terhadap
adanya gejala TB. <ika terdapat gejala TB pada bulan ke 2, ke , ke 0, ke atau ke5, maka harus segera die9aluasi terhadap sakit TB dan jika terbukti sakit TB,
pengobatan harus segera ditukar ke regimenterapi TB anak dimulai dari a-al.• <ika rejimen sonia>id pro ilaksis selesai diberikan (tidak ada gejala TB selama 5
bulan pemberian), maka rejimen isonia>id pro ilaksis dapatdihentikan.• Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi B14, perlu diberikan B+4
setelah pengobatan pro ilaksis dengan 6H selesai. 2,
BAB III
KESI#PULAN
18
8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB
http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 19/19
TB paru masih merupakan masalah mortalitas dan morbilitas di negara%negara
berkembang. TB merupakan penyakit yang dapat di!egah dengan pemberian B14 pada anak
dan pengobatan sumber in eksi, yaitu penderita TB de-asa. Disamping itu dengan adanya
penyakit karena H , maka perhatian pada penyakit TB harus lebih ditingkatkan. Diagnosis
TB anak sering sulit karena gambaran roentgen paru dan gambaran klinik tidak selalu khas
dan juga penemuan basil TB yang sulit pada anak.
19