pendahuluan referat tb

19
BAB I PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menjadi permasalahan di dunia kesehatan hingga saat ini. Dalam situasi TB di dunia yang memburuk dengan meningkatnya jumlah kasus TB dan pasien TByang tidak berhasil disembuhkan terutama di 22 negar a deng an beban TB paling ting gi di duni a, Wor ld Healt h Org anization (WHO) mel aporkan dalam Global Tu berc ulosi s Report 2011 terdap at perbaikan bermakna dalam  pengendalian TB dengan menurunnya angka penemuan kasus dan angka kematian akibat TB dalam dua deka de ter akhir ini. ns ide n TB se! ara global dilaporkan menurun deng an laju2,2" pada tahun 2#$#%2#$$. Walaupun dengan kemajuan yang !ukup berarti ini, beban glo bal aki bat TB mas ih tet ap bes ar . Dip erkirakan pada tahun 2#$ $ ins ide n kas us TB men!ap ai &,' juta (termasuk $,$ juta dengan koineksi H) dan **# ribu orang mening gal karena TB. +e!ara global diperkirakan insiden TB resisten obat adalah ,'" kasus baru dan 2#" kasus dengan ri-ayat pengobatan. +ekitar *"kasus TB dan *&" kematian akibat TB di dunia terjadi di negara berkembang. $,2 /ada tahun 2#$$ ndonesia (dengan #,&%#,0 juta kasus) menempati urutan ke% empat setelah ndia, 1ina, rika +elatan. ndonesia merupakan negara dengan beban tinggi TB pertama di sia Tenggara yang berhasil men!apai target  Millenium Development Goals (3D4) untuk penemuan kasus TB diatas '#" dan angka kesembuhan &" pada tahun 2##5. $,2 /engobatan kasus TB merupakan salah satu strategi utama pengendalian TB karena dapat memutuskan rantai penularan. 3eskipun /rogram /engendalian TB 6asional telah  berhasil men!apai target angka penemuan dan angka kesembuhan, penatalaksanaan TB di sebagi an bes ar rumah sakit dan prakt ek s-asta belum sesuai dengan strategi  Directl Obser ved Tr eatment !hort "course (DOT+) dan penerapan standar pelayanan berdasarkan  #nternational !tandards $or Tuber culosis %are (+T1). 2, /ada a-alnya, penerapan strategi DOT+ di ndonesia hanya dilaksanakan di pusat kesehatan masyarakat (/uskesmas). +eiring  berjalannya -aktu, strategi DOT+ mulai dikembangkan di Balai 7esehatan /aru 3asyarakat (B7/3) dan 8umah +akit baik pemerintah maupun s-asta. Hasil sur9ei pre9alens TB tahun 2##0 mel aporkan bah-a pola pen! ari an pengoba tan sebagian bes ar pasien TB ket ika  pertama kali sakit adalah rumah sakit sehingga melibatkan rumah sakit untuk melaksanakan 1

Upload: cendraiin-iqlima-minangkabau

Post on 06-Jul-2018

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 1/19

BAB I

PENDAHULUAN

Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang masih menjadi permasalahandi dunia kesehatan hingga saat ini. Dalam situasi TB di dunia yang memburuk dengan

meningkatnya jumlah kasus TB dan pasien TByang tidak berhasil disembuhkan terutama di

22 negara dengan beban TB paling tinggi di dunia, World Health Organization (WHO)

melaporkan dalam GlobalTuberculosis Report 2011 terdapat perbaikan bermakna dalam

pengendalian TB dengan menurunnya angka penemuan kasus dan angka kematian akibat TB

dalam dua dekade terakhir ini. nsiden TB se!ara global dilaporkan menurun dengan

laju2,2" pada tahun 2#$#%2#$$. Walaupun dengan kemajuan yang !ukup berarti ini, beban

global akibat TB masih tetap besar. Diperkirakan pada tahun 2#$$ insiden kasus TB

men!apai &,' juta (termasuk $,$ juta dengan koin eksi H ) dan **# ribu orang meninggal

karena TB. +e!ara global diperkirakan insiden TB resisten obat adalah ,'" kasus baru dan

2#" kasus dengan ri-ayat pengobatan. +ekitar * "kasus TB dan *&" kematian akibat TB

di dunia terjadi di negara berkembang. $,2

/ada tahun 2#$$ ndonesia (dengan #, &%#, 0 juta kasus) menempati urutan ke%

empat setelah ndia, 1ina, rika +elatan. ndonesia merupakan negara dengan beban tinggi

TB pertama di sia Tenggara yang berhasil men!apai target Millenium Development Goals(3D4) untuk penemuan kasus TB diatas '#" dan angka kesembuhan & " pada tahun

2##5. $,2 /engobatan kasus TB merupakan salah satu strategi utama pengendalian TB karena

dapat memutuskan rantai penularan. 3eskipun /rogram /engendalian TB 6asional telah

berhasil men!apai target angka penemuan dan angka kesembuhan, penatalaksanaan TB di

sebagian besar rumah sakit dan praktek s-asta belum sesuai dengan strategi Directl

Observed Treatment !hort"course (DOT+) dan penerapan standar pelayanan berdasarkan

#nternational !tandards $or Tuberculosis %are ( +T1). 2, /ada a-alnya, penerapan strategi

DOT+ di ndonesia hanya dilaksanakan di pusat kesehatan masyarakat (/uskesmas). +eiring

berjalannya -aktu, strategi DOT+ mulai dikembangkan di Balai 7esehatan /aru 3asyarakat

(B7/3) dan 8umah +akit baik pemerintah maupun s-asta. Hasil sur9ei pre9alens TB tahun

2##0 melaporkan bah-a pola pen!arian pengobatan sebagian besar pasien TB ketika

pertama kali sakit adalah rumah sakit sehingga melibatkan rumah sakit untuk melaksanakan

1

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 2/19

strategi DOT+ menjadi sesuatu yang penting yang memberikan kontribusi berarti terhadap

upaya penemuan pasien TB. 2,0

:paya perluasan strategi DOT+ ke rumah sakit merupakan tantangan besar bagi

ndonesia dalam mengendalikan TB. Hasil monitoring dan e9aluasi yang dilakukan oleh

program nasional TB pada tahun 2## menyebutkan bah-a meskipun angka penemuan

kasus TB di rumah sakit !ukup tinggi, angka keberhasilan pengobatan masih rendah, yaitu di

ba-ah #" dengan angka putus berobat men!apai #"%& ". 0 &ublic &rivate Mi' (//3)

adalah keterlibatan seluruh penyedia kesehatan publik dan s-asta, ormal dan in ormal

dalam penyediaan pera-atan TB sesuai dengan #nternational !tandard $or Tuberculosis %are

( +T1) untuk pasien yang telahatau diduga menderita TB. Belum terdapat komitmen kuat

dari pihak manajemen (pimpinan rumah sakit) dan tenaga medis (dokter umum dan

spesialis) serta paramedis dalam penanggulangan TB sesuai +T1.;aporan hasil e9aluasi (oint )'ternal T* Monitoring Mission (<=33) 2#$$

menyebutkan, dari sekitar $. 2 rumah sakit di ndonesia, hanya &" yang melaksanakan

program DOT+. &ublicprivate mi' (//3) memungkinkan semua penyedia layanan

kesehatan untuk berpartisipasidalam memberikan gabungan yang tepat dari tugas pelayanan

kesehatan yang selarasdengan program pengendalian penyakit nasional dan dilaksanakan

se!ara lokal. 7etidakpatuhan untuk berobat se!ara teratur bagi penderita TB tetap menjadi

hambatan untuk men!apai angka kesembuhan yang tinggi. Tingginya angka putus obat

mengakibatkan tingginya kasus resistensi kuman terhadap O T (obat anti TB) yang

membutuhkan biaya yang lebih besar dan bertambah lamanya pengobatan. ngka putus obat

di rumah sakit di <akarta pada tahun 2##5 sekitar '". Berdasarkan laporan +ubdit TB

Depkes 8 tahun 2##*, proporsi putus obat pada pasien TB parukasus baru dengan hasil

basil tahan asam (BT ) positi berkisar antara #,5"%$*,2"dengan angka putus obat tertinggi

yaitu di /ro9insi /apua Barat, angka putus obat di <akarta pada tahun 2##* sebesar ,'". 0

Banyak aktor yang memengaruhi terjadinya kasus putus obat pada pasien TB paru.

7omunikasi yang baik antara petugas kesehatan dengan pasien merupakan a!tor penting

yang menentukan keberhasilan pengobatan. /enelitian yang dilakukan oleh <anani dkk, di

+rilanka pada tahun 2##2 menyatakan bah-a putus obat berhubungan dengan kebiasaan

merokok, ri-ayat pengobatan TB sebelumnya, dan luas lesiradiologis. 5 /enelitian di ndia

pada tahun 2##0 menyimpulkan bah-a putus obat berhubungan dengan jenis kelamin,

2

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 3/19

konsumsi alkohol, usia, status pengobatan TBdan jumlah kuman BT pada a-al

pemeriksaan. ' /enelitian di :>bekistan pada tahun2## menyatakan bah-a putus obat juga

berhubungan dengan status pekerjaan. &+elain itu juga terdapat beberapa penelitian lain yang

menyatakan bah-a putusobat berhubungan dengan status perka-inan, jarak rumah ke

tempat pengobatan(8+), penghasilan, e ek samping pengobatan, tingkat pendidikan,

penyakit penyerta(D3, hepatitis, tumor paru, dll), sumber biaya pengobatan, jenis

pengobatan yang digunakan dan penga-as menelan obat (/3O). *,$#

BAB II

3

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 4/19

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengelolaan Neonatus dari ibu sakit TB7ehamilan akan meningkatan resiko berkembangnya TB akti pada -anita

yang sebelumnya terin eksi, terutama pada trimester terakhir atau pada periode a-al

pas!a%natal. 7ejadian TB pada ibu hamil meningkat se!ara bermakna, sejak a-al

epidemi H .+ekitar 2" dari ibu hamil yang terin eksi H didiagnosis dengan TB,

dan TB merupakan penyebab utama kematian ibu di daerah endemik H .

/eningkatan risiko untuk bayi yang baru lahir dari ibu dengan TB dan TB%H

meliputi ?• n eksi dan penyakit TB• Transmisi H dari ibu ke bayi• ;ahir prematur dan berat badan lahir rendah• 7ematian peri%natal dan neonates• 3enjadi yatim piatu

. TB neonatalda 2 istilah pada TB 6eonatal yang harus dibedakan yaitu?

1! TB KongenitalTerjadi ketika neonatus tertular M+tuberculosis saat dalam rahim melalui

penyebaran hematogen le-at 9ena umbilikal, saat persalinan melalui aspirasi atau

meminum !airan amnion atau sekresi !er9i!o9aginal yang terkontaminasi M+tuberculosis . 4ejala TB kongenital biasanya mun!ul pada minggu pertama kehidupan

dan mortalitas TB kongenital tinggi.

! TB Neonatal" TB Perinataldalah ketika neonatus terin eksi setelah lahir dengan terpapar pada kasus TB

BT (@), yaitu biasanya ibu atau kontak lain yang dekat. /enularan pas!anatal terjadi

melalui droplet dengan patogenesis yang sama seperti TB pada anak. +eringkali sulit

membedakan antara TB 7ongenital dan TB 6eonatalA /erinatal.

6eonatus yang terpapar TB dapat bergejala ataupun tidak. 4ejala TB pada

neonatus mulai mun!ul minggu ke 2% setelah kelahiran. 4ejala dan tanda tidak

spesi ik, diagnosis sering terlambat oleh karena a-alnya diduga sepsis. 4ejala a-al

seperti letargi, sulit minum, berat badan lahir rendah dan kesulitan pertambahan berat

badan. Tanda klinis lain meliputi distres pernapasan, pneumonia yang sulit sembuh,

4

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 5/19

hepatosplenomegali, lim adenopati, distensi abdomen dengan asites, atau gambaran

sepsis neonatal dengan TB Diseminata. Diagnosis TB harus dipertimbangkan sebagai

diagnosis banding pada kronis neonatal yang berespon buruk terhadap terapi

antimikroba, in eksikongenital, dan pneumonia atipikal. /etunjuk yang paling utama

dalam diagnosisTB pada neonatus yaitu ri-ayat ibu terin eksi TB atau H . /oin

utama padari-ayat ibu meliputi pneumonia yang sulit membaik, kontak dengan

kasusindeks TB, dan ri-ayat pengobatan TB dalam $ tahun terakhir.

/emeriksaan penunjang yang diperlukan pada TB kongenital

adalahpemeriksaan M+ tuberculosis melalui darah 9ena umbilikus dan plasenta.

/adaplasenta sebaiknya diperiksa gambaran histopatologis dengan kemungkinan

adanya granuloma kaseosa dan BT , bila perlu dilakukan kuretase endometrium

untuk men!ari endometritis TB.

. #ana$e%en Neonatus asi%&to%atik 'ang ter&a&ar ter(ada& ibu dengan TB+etelah kelahiran, neonatus yang lahir dari ibu dengan suspek atau terbukti

TB, harus dipastikan apakah sakit TB atau tidak. /enting untuk menentukantingkat

in eksi ibu dan sensiti itas terhadap obat TB melalui pemeriksaan BT dan biakanA

uji kepekaan. Tidak perlu memisahkan neonatus dari ibu jikaibu tidak memiliki

3D8%TB dan pemberian + dapat dilanjutkan. munisasiB14 sebaiknya tidak

diberikan dahulu, sampai status TB neonatus tersebut diketahui. munisasi B14 juga

sebaiknya tidak diberikan pada neonatus atau bayi yang sudah dikon irmasi terin eksi

H . <ika neonatus tersebut tidak memiliki gejala (asimtomatik), dan ibunya terbukti

TB yang sensiti dengan O T, maka neonatus diberikan terapi pen!egahan dengan

isonia>id ($#mgAkg) selama 5 bulan. 6eonatus harus dipantau se!ara rutin setiap

bulan, dan die9aluasi kemungkinan adanya gejala TB untuk memastikan TB akti

tidak berkembang./ada akhir bulan ke%5, bila bayi tetap asimptomatik, pengobatan dengan 6H

distop dan dilakukan uji tuberkulin. <ika uji tuberkulin negati dan tidak terin eksi

H , maka dapat diberikan B14 2 minggu setelahnya. kan tetapijika uji tuberkulin

positi , harus die9aluasi untuk kemungkinan sakit TB. <ika ibu terbukti tidak

terin eksi dan sakit TB, bayi harus diskrining TB. <ika tidak ada bukti in eksi TB,

maka bayi harus dipantau se!ara teratur untuk memastikan penyakit TB akti tidak

5

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 6/19

berkembang. <ika diagnosis sakit TB sudah dikon irmasi atau bayi menunjukkan

tanda klinis sugesti TB, pengobatan harus dimulai oleh dokter spesialis anak.

munisasi B14 diberikan 2 minggu setelah terapi jika bayi tidak terin eksi H . <ika

terin eksi H , B14 tidak diberikan. 6eonatus yang lahir dari ibu yang 3D8 atau

D8%TB harus dirujuk ke ahli untuk menangani masalah ini. 7ontrol in eksi

diperlukan untuk mengurangi kemungkinan transmisi dari ibu ke anak yaitu dengan

menggunakan masker.

). Tatalaksana Neonatus dengan sakit TB 6eonatus sakit TB harus dira-at di ruang perinatologi atau 6 1: yang

di asilitasi rujukan. /engobatan TB kongenital dan TB neonatal sama, dan harus

dilaksanakan oleh dokter yang berpengalaman dalam manajemen TB anak. Harus

dilakukan in9estigasi lengkap dari ibu dan neonatus. Coto toraks danpengambilanspesimen dari lokasi yang memungkinkan harus diambil, untuk membuktikan

diagnosis TB pada neonatus. /emberian O T harus dimulai pada bayi yang kita

!urigai TB sambil menunggu kon irmasi bakteriologis karena TB berkembang

dengan !epat pada neonatus.8espon baik terhadap terapi dapat dilihat dari na su makan yang meningkat,

pertambahan berat badan dan perbaikan radiologis. 3enyusui bayi tetap dilakukan

oleh karena risiko penularan M+ tuberculosis melalui + dapatdiabaikan. Demikian

juga tentang O T yang dikonsumsi ibu, hanya dieksresikan dalam jumlah ke!il, dan

tidak terbukti dapat menginduksi resistensi obat. Bayi tidak boleh dipisahkan dari

ibu, oleh karena menyusui dapat diandalkan menjadi salah satu aktor yang dapat

meningkatkan kelangsungan hidup neonatus dengan TB.

6

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 7/19

*atatan+

• Diagnosis TB pada ibu dibuktikan se!ara klinis, radiologis dan mikrobiologis.

Bila ibu terdiagnosis TB akti maka diobati dengan O T. pabila

memungkinkan, bayi tetap disusui langsung, tetapi ibu harus memakai masker

untuk men!egah penularan TB pada bayinya. /ada ibu yang sangat in eksius(BT positi ), bayi dipisahkan sampai terjadi kon9ersi BT sputum atau ibu tidak

in eksius lagi, tetapi tetap diberikan + yang dipompa. /emeriksaan ulangan

BT pada ibu yang memberikan + dilakukan 2 minggu setelah pengobatan.

Dosis obatTB yang ditelan ibu men!apai + dalam jumlah maksimal 2 " dosis

terapeutik bayi.

7

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 8/19

• ;akukan pemeriksaan plasenta (/ , makroskopik mikroskopik), dan darah

9.umbilikalis (3ikrobiologi E BT biakan TB).• 7linis?

% /rematuritas, berat lahir rendah, distres pernapasan, hepatosplenomegali,

demam, letargi, toleransi minum buruk, gagal tumbuh, distensi abdomen.% Bila klinis sesuai sepsis bakterialis dapat diberikan terapi kombinasi.

a. /emeriksaan penunjang?% Coto rontgen toraks dan bilas lambung.% Bila pada e9aluasi klinis terdapat lim adenopati, lesi kulit atau eardischarge,

lakukan pemeriksaan mikrobiologis danAatau / .% Bila selama perjalanan klinis terdapat hepatomegali, laku pemeriksaan :+4

abdomen, jika ditemukan lesi di hati, lanjutkan dengan biopsi hati. b. munisasi B14 sebaiknya tidak diberikan dahulu. +etelah ibu dinyatakan tidak

in eksius lagi, maka dilakukan uji tuberkulin. <ika hasilnya negati , isonia>id

dihentikan dan diberikan B14 pada bayi.

,. #ana$e%en TB HI- &ada Anak 3eningkatnya pre9alensi H memba-a dampak peningkatan resiko

paparan, progresi9itas penyakit TB dan meningkatkan morbiditas dan mortalitas

akibat TB serta masalah TB lainnya, misalnya TB diseminat (milier), TB =kstra /aru,

serta TB 3D8. Cenomena ini dapat diamati pada daerah sub%sahara di rika yang

mempunyai angka pasien H dan koin eksiTB !ukup tinggi. Demikian pula dengan

ndonesia, ke!enderungan peningkatan pengidap H positi , terutama dengan

meningkatnya penggunaan narkoba, akan meningkatkan insiden TB dengan masalah%

masalah tertentu yang terjadi pada pengidap H positi . +eperti halnya pada de-asa,

pada a-al in eksi H saat imunitas masih baik tanda dan gejala TB tidak berbeda

dengan anak tanpaH .Tuberkulosis merupakan in eksi oportunistik yang paling sering ditemukan

pada anak terin eksi H dan menyebabkan peningkatan angka kesakitan dan

kematian pada kelompok tersebut. Besarnya angka kejadian TB pada anak terin eksi

H sampai saat ini sulit diperoleh se!ara akurat. 3eningkatnya jumlah kasus TB

pada anak terin eksi H disebabkan tingginya transmisi M cobacterium

tuberculosis dan kerentanan anak (1D 0 kurang dari$ ", umur di ba-ah tahun).

3eningkatnya kasus H pada orang de-asa telah berdampak terhadap peningkatan

8

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 9/19

jumlah anak yang terin eksi H pada umur yang rentan sehingga anak tersebut

sangat mudah terkena TB terutamaTB berat (milier dan meningitis).n eksi H menyebabkan imunokompromais pada anak sehingga diagnosis

dan tatalaksana TB pada anak menjadi lebih sulit karena aktor berikut ?

a. Beberapa penyakit yang erat kaitannya dengan H , termasuk TB, banyak mempunyai kemiripan gejala.

b. nterpretasi uji tuberkulin kurang dapat diper!aya. nak dengan kondisi

imunokompromais mungkin menunjukkan hasil negati meskipun sebenarnya

telah terin eksi TB.!. nak yang kontak dengan orangtua pengidap H dengan BT sputumpositi

mempunyai kemungkinan terin eksi TB maupun H . <ika hal ini terjadi, dapat

tejadi kesulitan dalam tatalaksana dan mempertahankan keteraturan pengobatan.

Tanpa kon irmasi bakteriologis, diagnosis TB anak terutama berdasarkan hal,

yaitu? $) kontak dengan pasien TB de-asa terutama yang BT positi F 2)uji

tuberkulin positi (G mm pada anak terin eksi H )F ) gambaran sugesti TB se!ara

klinis (misalnya 4ibbus)F dan 0) gambaran sugesti TB pada ototoraksF ) respon

terhadap O T.

7ementerian 7esehatan ndonesia telah mengeluarkan /ermenkes 2$ tahun 2#$ ,

semua pasien TB -ajib dita-arkan untuk tes H melalui pendekatan T /7 (Tes atas

nisiasi /etugas 7esehatan), World Health Organi>ation merekomendasikan

dilakukan pemeriksaan H pada suspek TB maupun sakit TB. 7e!urigaan adanya

H pada penderita, terutama?

a. 4ejala%gejala yang menunjukkan H masih mungkin, yaitu in eksi berulang (

episode in eksi bakteri yang sangat berat seperti pneumonia, meningitis, sepsis

dan sellulitis pada $2 bulan terakhir), ber!ak putih di mulut -thrush., parotitis

kronik, lim adenopatigeneralisata, hepatomegali tanpa penyebab yang jelas,

demam yang menetap dan atau berulang, dis ungsi neurologis, herpes>oster -shingles., dermatitis H , penyakit paru supurati yang kronik

-chronicsuppurative lung disease.+ b. 4ejala yang umum ditemukan pada anak dengan in eksi H , tetapi juga la>im

ditemukan pada anak sakit yang bukan in eksi H , yaitu? otitismedia kronik,

diare persisten, gi>i kurang atau gi>i buruk.

9

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 10/19

!. 4ejala atau kondisi yang sangat spesi ik untuk anak dengan in eksi H , yaitu?

/1/ -&neumoc stis carii pneumonia., kandidias eso agus, ; / -l mphoid

interstitial pneumonitis. atau +arkoma 7aposi.

+kema permintaan H ini dinamakan &rovider #nitiated Testing and

%ounseling/&#T% atau 7onseling dan Tes H atas nisiati /etugas 7esehatan

(7T /7) tanpa melihat aktor resiko perilaku. 3engingat adanya kondisi

imunokompromais, !ut%o point uji tuber!ulin pada pasien H diturunkan menjadi

mm, sehingga hasil indurasi mm saja pada uji tuberkulin sudah dikategorikan

positi . Tuberkulosis paru pada bayi dapat bermani estasi se!ara akut. Oleh karena

itu, jika ibu mengidap H dan TB, adanya TB paru harus dipikirkan pada bayi yang

tidak memberikan respons terhadap antibiotik standar. TB paru sulit dibedakandengan ; / yang sering terjadi pada pasien dengan H berusia G2 tahun. 4ejala

khas ; / antaralain lim adenopati generalis dan simetris, pembesaran kelenjar

parotis, dan jari tabuh.

. Pengobatan TB HI- &ada Anak Tujuan pemberian O T adalah mengobati pasien dengan e ek samping

minimal, men!egah transmisi kuman dan men!egah resistensi obat. +aat ini, paduan

obat TB pada anak yang terin eksi H yang telah disepakati WHO (2#$$) adalah

6H, 8i ampisin, /I dan =tambutol selama ase intensi 2 bulan pertama

dilanjutkan dengan minimal 0 bulan, pemberian 6H dan 8i ampisin selanjutnya

diberikan pada ase lanjutan. /ada TB milier dan meningitis TB diberikan 6H,

8i ampisin, /I , =tambutol dan +treptomisin selama ase intensi , selanjutnya 6H

dan 8i ampisin selama $# bulan ase lanjutan.Tambahan terapi yang direkomendasikan untuk pasien anak H dan TB

termasuk cotrimo'azole preventive therap -%&T.,antiretroviral therap - RT. dan

suplementasi piridoksin dengan dosis $# mgAhari serta pemberian nutrisi.

Kategori diagnostik TB &ada &enderita HI- /ase a0al /ase lan$utanTBringan TB &aru BTA negati2 Li%2adenitis TB 2 8HI= 8H (0%' bulan)

TBtulang 2 8HI= 8H ($# bulan)

10

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 11/19

TB %ilier TB %eningitis 28HI=+ 8H ($# bulan)

/asien TB anak yang terin eksi H mempunyai ke!enderungan relaps yang

lebih besar dibanding anak yang tidak terin eksi. :ntuk mengatasi hal ini maka

pengobatan TB anak terin eksi H diberikan lebih lama yaitu * bulan sedangkan

pada TB milier, meningitis TB dan TB tulang selama $2 bulan. 3ortalitas TB pada

anak terin eksi H lebih besar dibanding anak yang tidak terin eksi karena

tingginya ko%in eksi oleh patogen lain, absorpsi dan penetrasi O T terhadap organ

yang terkena pada anak terin eksi H jelek, misalnya diagnosis, kepatuhan kurang,

malnutrisi berat dan imunosupresi berat.

Tatalaksana TB pada anak dengan H yang sedang atau akan mendapat

pengobatan antiretro9iral harus dilakukan lebih hati%hati dan memperhatikaninteraksi antara obat. nteraksi antara obat TB dan antiretro9iral dapat menyebabkan

pengobatan H ataupun TB menjadi tidak e ekti , serta bertambahnya risiko

toksisitas. 8i ampisin misalnya, obat ini berinteraksi dengan obat penghambat en>im

re9erse transkriptase non%nukleosida -non"nucleoside reverse transcriptase inhibitor,

RT#. dan penghambat en>im protease -protease inhibitors &#.+ 8i ampisin

menurunkan konsentrasi / hingga &#" atau lebih, dan 668T hingga 2#J5#".

8ekomendasi 8T dapat diberikan bersamaan dengan ri ampisin adalah e a9iren>

(suatu 668T ) ditambah 2 obat penghambat reverse transcriptasenu3leosida

(nucleoside reverse transcriptase inhibitor, RT# ), atau ritona9ir (dosis yang

dinaikkan) ditambah dua 68T . 8ekomendasi mengenai kombinasi ini sering

mengalami re9isi sehingga harus disesuaikan dengan in ormasi terbaru menurut

1D1.

8eaksi simpang (ad9erse e9ents) yang ditimbulkan oleh O T hampir serupa

dengan yang ditimbulkan oleh obat antiretro9iral, sehingga dokter sulit membedakan

ketika akan menghentikan obat yang menimbulkan reaksi. sonia>id dapatmenyebabkan neuropati peri er, begitu juga dengan 68T (didanosine, >al!itabine,

dan sta9udine). 8eaksi paradoks juga dapat terjadi jika pengobatan terhadap TB dan

H mulai diberikan pada -aktu bersamaan. Dosis O T tidak memerlukan

penyesuaian karena tidak dipengaruhi oleh 8 . /emberian 8 dapat dimulai bila

11

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 12/19

anak telah mendapat O T selama minimal 2%& minggu. 7eadaan klinis dan

imunologis anak dengan H harus diperhatikan untuk menentukan hal%hal berikut?

% pakah pemberian O T akan dimulai bersamaan dengan obat

antiretro9iral,% pakah pemberian antiretro9iral harus menunggu 2 bulan

setelahpemberian O T dimulai,% pakah pengobatan TB harus diselesaikan dahulu sebelum

pemberianantiretro9iral dimulai.

/ada anak yang akan diberikan pengobatan TB ketika sedang mendapatkan

pengobatan antiretro9iral, harus dilakukan e9aluasi kembali terhadap antiretro9iral

yang digunakan serta lamanya pengobatan TB dengan paduan O T tanpa

ri ampisin./emberian steroid untuk TB berat pada anak dengan H disesuaikan

dengan keadaan imunosupresi penderita.

3. Pe%berian A4TBayi yang dilahirkan oleh ibu H dan terbukti terin eksi H atau langsung

H , pemberian 8T dimulai setelah pasien mendapat pengobatan TB selama 2%&

minggu (lebih disukai adalah & minggu) untuk mengurangi terjadinya 8 + ( #mmune

Reconstitution #n$lammator ! ndrome ) dan e ek samping obat yang saling tumpang

tindih. Hal yang paling penting diperhatikan pada anak H dengan TB adalah

potensi interaksi obat terutama golongan 668T dengan 8i ampisin./emilihan 8

dan pemantauan pengobatannya menga!u pada buku /etunjuk Teknis Tatalaksana

7linis 7oin eksi TB H

&. Pengobatan Pen5ega(an Kotri%oksasol 6PPK )Beberapa O ( n eksi Oportunistik) pada ODH (Orang Dengan H

D+)dapat di!egah dengan pemberian pengobatan pro ilaksis. Terdapat dua ma!am

pengobatan pen!egahan yaitu pro ilaksis primer dan pro ilaksis sekunder.• /ro ilaksis primer adalah pemberian pengobatan pen!egahan untuk men!egah

suatu in eksi yang belum pernah diderita.• /ro ilaksis sekunder adalah pemberian pengobatan pen!egahan yang ditujukan

untuk men!egah berulangnya suatu in eksi yang pernah diderita sebelumnya.

Berbagai penelitian telah membuktikan e ekti itas //7 dalam menurunkan

angka kematian dan kesakitan pada orang yang terin eksi H . Hal tersebut dikaitkan

12

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 13/19

dengan penurunan insidens in eksi oportunistik. /emberian //7 menga!u pada buku

/etunjuk Teknis Tatalaksana 7linis 7oin eksi TB H .

7. #ana$e%en Tb 4esisten 8bat Pada Anak 7ejadian TB resisten obat pada anak se!ara global masih belum pasti karena

kesulitan mendapatkan kon irmasi bakteriologis pada anak. 7ejadianTB resisten obat

di ndonesia belum pasti, tetapi ke-aspadaan terhadap kasus ini perlu ditingkatkan

mengingat penatalaksanaan kasus TB pada anak masih belum optimal dan angka

terjadi TB resisten obat pada de-asa yang terusmeningkat. Diperkirakan banyak

anak yang kontak dengan kasus TB de-asaresistenobat, sehingga kejadian TB

resisten obat pada anak akan men!erminkan pengendalian TB resisten obat pada

de-asa. a. De2inisi8esistensi obat pada pasien TB ada , yaitu? 3onoresisten, 3D8, dan

D8. Dikatakan monoresisten bila hasil uji kepekaan mendapatkan resisten

terhadap isonia>id atau ri ampisin. +eorang pasien TB anak dikatakan

mengalami 3D8 bila hasil uji kepekaan mendapatkan hasil basil M+

tuber3ulosis yang resisten terhadap isonia>id dan ri ampisin, sedangkan

eKtensi9ely drug%resistant ( D8)%TB bila hasil uji kepekaan mendapatkan

hasil 3D8 ditambah resisten terhadap luoroLuinolon dan salah satu obat

injeksi lini kedua -second"line in4ectable agents.+

b. Diagnosis TB #D4 &ada anak Diperlukan petunjuk ke!urigaan klinis yang !ermat untuk

mendiagnosis 3D8%TB pada anak. Caktor% aktor risiko termasuk ri-ayat

pengobatan sebelumnya, tidak ada perbaikan dengan pengobatan TB lini

pertama, adanya kontak 3D8%TB yang telah diketahui, kontak dengan pasien

yangmeninggal saat pengobatan TB atau pengobatan TB yang gagal. nak

tersangka TB%3D8 akan dilakukan pemeriksaan sesuai dengan alur

pemeriksaan de-asa tersangka TB%3D8. lgoritme berikut menunjukkan

strategi diagnostik untuk menentukan aktor resiko TB%3D8 pada anak yang

terdiagnosis maupun tersangka TB.

13

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 14/19

5. Prinsi& &enatalaksanaan TB9#D4 &ada anak /rinsip dasar paduan terapi pengobatan untuk anak sama

denganpaduan terapi de-asa pasien TB%3D8. Obat%obatan yang dipakai

untukanak TB%3D8 juga sama dengan dosis disesuaikan dengan berat badan

pada anak. Bagaimanapun, kebanyakan obat lini kedua tidak child $riendl +

d+ Prinsi& Paduan &engobatan TB9#D4 &ada anak nak%anak dengan 3D8%TB harus ditatalaksana sesuai dengan

prinsip pengobatan pada de-asa. Mang meliputi? 4unakan sedikitnya 0 obat lini kedua yang kemungkinan strain itu masih

sensiti F satu darinya harus inje!table, satu luorokuinolon (lebihbaik kalau generasi kuinolon yang lebih akhir bila ada), dan /I harus

dilanjutkan. 4unakan high%end dosing bila memungkinkan. +emua dosis harus diberikan dengan menggunakan DOT. Durasi pengobatan harus $&%20 bulan. +emua obat diminum setiap hari dan dengan penga-asan langsung.

14

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 15/19

/emantauan pengobatan TB%3D8 pada anak sesuai dengan alur pada

de-asa dengan TB%3D8.

Alur Tata Laksana Anak 'ang diobati TB #D4 dan HI-

15

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 16/19

1:. Pen5ega(an Tuberkulosis Pada Anak

-aksinasi B*; &ada Anak aksin B14 adalah 9aksin hidup yang dilemahkan yang berasal dari

M cobacterium bovis+ /emberian 9aksinasi B14 berdasarkan /rogram

/engembangan munisasi diberikan pada bayi #%2 bulan. /emberian 9aksin B14

pada bayi G2 bulan harus didahului dengan uji tuberkulin. /etunjuk pemberian

9aksinasi B14 menga!u pada /edoman /rogram /emberian munisasi 7emenkes.

+e!ara umum perlindungan 9aksin B14 e ekti untuk men!egah terjadinya TB berat

seperti TB milier dan TB meningitis yang sering didapat pada usia muda. +aat ini

9aksinasi B14 ulang tidak direkomendasikan karena tidak terbukti memberi

perlindungan tambahan. /erhatian khusus pada pemberian 9aksinasi B14 yaitu ?

Terla(ir dari ibu &asien TB BTA &ositi2 Bayi yang terlahir dari ibu yang terdiagnosis TB BT positi pada trimester%

kehamilan berisiko tertular ibunya melalui plasenta, !airan amnion maupun

16

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 17/19

hematogen. +edangkan bayi yang terlahir dari ibu pasien TB BT positi selama

masa neonatal berisiko tertular ibu melalui per!ik renik. /ada kedua kondisi

tersebut bayi sebaiknya dilakukan rujukan.

Terla(ir dari ibu &asien in2eksi HI-"AIDSBayi yang lahir dari ibu yang terbukti in eksi H A D+ tidakdianjurkan

diberikan imunisasi B14, bayi sebaiknya dilakukan rujukan untuk pembuktian

apakah bayi sudah terin eksi H atau tidak.

+ejumlah ke!il anak%anak ($%2") mengalami komplikasi setelah 9aksinasi

B14. 7omplikasi paling sering termasuk abses lokal, in eksi bakteri sekunder,

adenitis supurati dan pembentukan keloid lokal. 7ebanyakan akan sembuh selama

beberapa bulan. /ada beberapa kasus dengan reaksi lokal persisten dipertimbangkan

untuk dilakukan rujukan. Begitu juga pada kasus dengan imunode isiensi mungkin

memerlukan rujukan.

11. Tatalaksana Pen5ega(an dengan Isonia<id+ekitar #%5#" anak yang tinggal dengan pasien TB paru de-asa dengan

BT sputum positi , akan terin eksi TB juga. 7ira%kira $#" dari jumlah tersebut

akan mengalami sakit TB. n eksi TB pada anak ke!il berisiko tinggi menjadi TB

berat (misalnya TB meningitis atau TB milier) sehingga diperlukan pemberian

kemopro ilaksis untuk men!egah terjadinya sakit TB.

1ara pemberian sonia>id untuk /en!egahan sesuai dengan tabel berikut?

17

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 18/19

Keterangan+

• Obat yang diberikan adalah 6H ( sonia>id) dengan dosis $# mgAkgBB ('%$

mgAkg) setiap hari selama 5 bulan.• +etiap bulan (saat pengambilan obat sonia>id) dilakukan pemantauan terhadap

adanya gejala TB. <ika terdapat gejala TB pada bulan ke 2, ke , ke 0, ke atau ke5, maka harus segera die9aluasi terhadap sakit TB dan jika terbukti sakit TB,

pengobatan harus segera ditukar ke regimenterapi TB anak dimulai dari a-al.• <ika rejimen sonia>id pro ilaksis selesai diberikan (tidak ada gejala TB selama 5

bulan pemberian), maka rejimen isonia>id pro ilaksis dapatdihentikan.• Bila anak tersebut belum pernah mendapat imunisasi B14, perlu diberikan B+4

setelah pengobatan pro ilaksis dengan 6H selesai. 2,

BAB III

KESI#PULAN

18

8/17/2019 PENDAHULUAN REFERAT TB

http://slidepdf.com/reader/full/pendahuluan-referat-tb 19/19

TB paru masih merupakan masalah mortalitas dan morbilitas di negara%negara

berkembang. TB merupakan penyakit yang dapat di!egah dengan pemberian B14 pada anak

dan pengobatan sumber in eksi, yaitu penderita TB de-asa. Disamping itu dengan adanya

penyakit karena H , maka perhatian pada penyakit TB harus lebih ditingkatkan. Diagnosis

TB anak sering sulit karena gambaran roentgen paru dan gambaran klinik tidak selalu khas

dan juga penemuan basil TB yang sulit pada anak.

19