penanganan bedah kongenital

20
PENATALAKSANAAN KASUS BEDAH KONGENITAL PADA BAYI DAN ANAK Poerwadi,dr, Sp.B, Sp.BA SMF / Bagian Ilmu Bedah RSU Dr. Sotomo / FK Unair. S U R A B A Y A PENDAHULUAN : Bayi merupakan insan paling lemah, karena bayi yang baru dilahirkan mangalami stres yang cukup berat yaitu stres persalinan, memerlukan adaptasi dari kehidupan intra uteri ke kehidupan dunia luar, dengan organ- organ yang belum mature . Bila bayi tersebut menderita kelainan kongenital , terlebih bila kelainan tadi mengganggu fungsi organ, kelainan ini akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bayi tersebut, terlebih bila kelainan tersebut memerlukan tindakan pembedahan, maka bisa dimengerti resiko yang akan diderita oleh bayi . Sehingga harus kita sadari bersama bahwa bayi yang mangalami kelainan kongenital dan menimbulkan gangguan fungsi bila diperlukan tindakan pembedahan hendaknya dibedakan apakah pembedahan tersebut harus segera untuk menyelamatkan nyawa bayi ( cito ), ataukah pembedahan tersebut masih bisa menunggu kondisi optimal ( urgent ) atau bahkan pembedahan tersebut dapat direncanakan dan menunggu sampai kondisi baik ( elektif ).

Upload: novia-chrisnawati

Post on 28-Sep-2015

6 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

bedah anak

TRANSCRIPT

  • PENATALAKSANAAN KASUS BEDAH

    KONGENITAL PADA BAYI DAN ANAK

    Poerwadi,dr, Sp.B, Sp.BA

    SMF / Bagian Ilmu Bedah RSU Dr. Sotomo / FK Unair.

    S U R A B A Y A

    PENDAHULUAN :

    Bayi merupakan insan paling lemah, karena bayi yang baru

    dilahirkan mangalami stres yang cukup berat yaitu stres persalinan,

    memerlukan adaptasi dari kehidupan intra uteri ke kehidupan dunia luar,

    dengan organ- organ yang belum mature . Bila bayi tersebut menderita

    kelainan kongenital , terlebih bila kelainan tadi mengganggu fungsi organ,

    kelainan ini akan sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup bayi

    tersebut, terlebih bila kelainan tersebut memerlukan tindakan pembedahan,

    maka bisa dimengerti resiko yang akan diderita oleh bayi .

    Sehingga harus kita sadari bersama bahwa bayi yang mangalami kelainan

    kongenital dan menimbulkan gangguan fungsi bila diperlukan tindakan

    pembedahan hendaknya dibedakan apakah pembedahan tersebut harus

    segera untuk menyelamatkan nyawa bayi ( cito ), ataukah pembedahan

    tersebut masih bisa menunggu kondisi optimal ( urgent ) atau bahkan

    pembedahan tersebut dapat direncanakan dan menunggu sampai kondisi

    baik ( elektif ).

  • Pembedahan yang sifatnya cito hendaknya dipegang prinsip LAKUKAN

    TINDAKAN BEDAH YANG PALING KECIL / SEDERHANA TETAPI

    SUDAH BISA MENYELAMATKAN NYAWA BAYI , sedangkan pembedahan

    definitifnya menunggu sampai keadaan bayi optimal.

    Pembedahan yang urgent dilakukan setelah dilakukan optimalisasi kondisi

    bayi, sedangkan pembedahan yang terencana ( elektif ) dilakukan dipilih saat

    yang paling tepat dengan resiko terkecil untuk pembedahannya.

    Anak merupakan pertumbuhan lanjut dari bayi, bila ada kelainan

    kongenital biasanya kelainan tersebut merupakan kelainan sejak bayi dan

    tidak lagi mengancam nyawa.

    Anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangan baik fisik

    dan psikologis sehingga pembedahan pada anak sangat berbeda dengan

    pembedahan pada orang dewasa baik tehnik pembedahan, saat pembedahan

    dan lain- lainnya.

    KASUS KASUS BEDAH KONGENITAL PADA BAYI :

    Kelainan Kongenital / Malformasi yang paling sering terjadi adalah :

    1. Kelainan-kelainan akibat gangguan pertumbuhan system saraf ( neural

    tube defect ).

    2. Kelainan-kelainan gastro intestinal.

    3. Kelainan-kelainan maxillofacial.

    4. Down syndrome

    5. Kelainan-kelainan extremitas

    6. Kelainan jantung bawaan

    7. Kelainan-kelainan urogenital

  • 1. KELAINAN AKIBAT GANGGUAN PERTUMBUHAN SYSTEM

    SARAF :

    Kelaianan pertubuhan system saraf yang sering dijumpai adalah

    unencephalus, spinabifida, encephalocele, dimana angka kejadiannya

    terus menurun dalam 10 tahun terakhir ini hingga sampai saat tersisa

    satu dari setiap 1000 kelahiran.

    2. KELAINAN GASTRO INTESTINAL DAN GENETO URINARY:

    Kelainan ini yang paling sering menimbulkan gangguan fungsi organ

    sehingga tidak jarang memerlukan koreksi dengan segera.

    Kelainan-kelainan tersebut yang sering dijumpai adalah :

    - Malformasi anorektal

    - Atresia esophagus

    - Omfalokel dan gastroschisis

    - Hernia Difragmatika

    - Obstruksi duodenum

    - Penyakit Hirschsprung

    - Atresia usus halus

    - Hipospadia

    - Ektopia buli

    - Katup pada urethra

    - Hidronefrosis

    3. KELAINAN-KELAINAN MAXILLOFACIAL:

    Kelaianan yang tersering adalah bibir sumbing, celah langit-langit

    atau kombinasi keduanya, kelainan ini jarang mengancam nyawa.

  • 4. DOWN SYNDROME :

    Bayi dengan Down syndrome harus sangat dicurigai adanya

    malformasi dari saluran cerna yang tidak jarang harus segera dilakukan

    pembedahan saat masih bayi.

    Semua kasus kasus bedah kongenital tersebut dimulai sejak bayi,

    tulisan ini akan membatasi kelainan kongenital yang mengancam nyawa dan

    memerlukan tindakan keperawatan khusus untuk menyokong tindakan bedah

    emergency dalam penyelamatannya.

    PROSES FISIOLOGI PADA BAYI

    Proses fisisologi bayi berbeda dangan fisiologi orang dewasa, hala-

    hal tersebut meliputi :

    ADAPTASI

    Bayi lahir akan mengalami proses adaptasi dari kehidupan didalam rahim

    ibu ke kehidupan dunia luar, adaptasi tersebut meliputi :

    1. Adaptasi system pernafasan : bayi dalam rahim ibu tidak bernafas dan

    akan mendapatkan oksigen melewati aliran darah plasenta, dalam

    proses persalinan, rongga dada dari bayi akan tertekan oleh jalan lahir

    sehingga akan mengempis, akibatnya cairan amion akan tertekan

    keluar melewati saluran nafas,hidung dan mulut sebanyak 30 cc.

    Setelah kepala bayi dan dada keluar dari jalan lahir ibu maka rongga

    dada karena elastisitasnya akan mengembang kembali sehingga terjadi

    tekanan negatif pada paru-paru ( alfeoli dan bronkus ) sehingga

    mengalirlah udara pertama kedalam paru-paru ( proses inspirasi

    pertama kali ).

  • Selain hal tersebut diatas ada rangsangan-rangsangan lain yaitu berupa

    rangsangan-rangsangan sensoris, perubahan suhu, rangsangan nyeri yang

    ikut membantu merangsang proses inspirasi. Selanjutnya paru akan

    menyesuaikan perkembangannya sesuai dengan terbukanya alveoli-

    alveoli yang dulunya kempis.

    Hal-hal yang harus diingat pada fase-fase ini adalah alveoli masih

    belum mengembang seluruhnya sehingga sangat rentan terhadap

    tekanan positif, maka apabila kita akan memberikan pernafasan

    bantuan harus sangat hati-hati karena tekanana yang terlalu besar bisa

    menimbulkan trauma yang disebut barotrauma.

    2. Adaptasi Sistem sirkulasi.

    Adaptasi system sirkulasi dimulai sejak tali pusat dipotong maka akan

    terjadi perubahan system sirkulasi dari sirkulasi fetal ke sirkulasi

    neonatal. Saat ini bayi sudah bernafas spontann sehingga tekanan

    dalam atrium kanan akan turun, darah sistemik akan masuk kedalam

    atrium kanan, ke ventrikel kanan seterusnya mengakibatkan tahanan

    dalam paru-paru menurun. Akibat proses inspirasi maka darah akan

    mengisi kepembuluh darah kapiler disekitar alveoli paru, akibatnya

    tekanan didalam paru akan meningkat, hal ini akan menimbulkan

    alairan darah ke atrium kiri, selanjutnya ke ventrikel kiri dan

    seterusnya. Saat ini terjadi perbedaan tekanan atrium kiri dan atrium

    kanan yang akan menutup foramen ovale.

    Ductus arteriosus Botali akan menutup oleh karena kontraksi dari

    otot-otot spiral didalamnya yang terangsang oleh adanya tekanan O2

    yang meningkat dan tekanan CO2 yang menurun serta PH yang

    meningkat dalam darah, proses ini berlangsung selama 15 jam setelah

  • kelahiran, tetapi ductus tersebut akan betul-betul menutup secara

    anatomi pada minggu ke II sampai ke III.

    Apabila selama proses-proses tersebut diatas terjadi gangguan maka

    bisa mengakibatkan gangguan dari anatomi jantung.

    3. Volume Darah :

    Volume darah dari bayi tergantung umur kehamilan dan derajat dari

    transfusi melewati plasentanya.

    Bayi normal, aterm mempunyai volume darah sebanyak 85 cc per

    kilogram berat badan, volume ini akan lebih tinggi pada bayi preterm

    volumenya bisa sampai 100 cc per kilogram berat badan.

    Pedoman ini perlu diketahui untuk menentiukan saat atau indikasi

    melakukan transfusi darah pada bayi yaitu apabila kehilangan volume

    darahnya melebihi 20% dari volume darah normal

    4. Kontrol Suhu Tubuh.

    Perubahan temperatur dari dalam rahim ibu kedunia luar sangat

    berpengaruh pada kelanjutan hidup bayi, hal ini sering dilupakan

    dalam praktek sehari-hari perawatan bayi.

    Adaptasi terhadap perubahan temperatur ini masih rendah pada bayi

    yang baru lahir terlebih untuk bayi-bayi yang lahir premature,

    sehingga apabila perawatannya kurang baik, bayi akan mudah jatuh

    dalam keadaaan hipotermi dengan segala akibatnya.

    Rendahnya proses adaptasi pada bayi dikarenakan permukaan tubuh

    bayi relatif lebih luas serta cadangan lemak bawah kulitnya masih

    sedikit sehingga bayi akan lebih mudah kehilangan panas melewati

    proses evaporasi, radiasi, maupun konduksi.

  • Mekanisme utama dari bayi untuk mempertahankan suhu tubuhnya

    adalah secara kimiawi yaitu apabila udara disekitarnya dingin maka

    tubuh akan memproduksi panas dengan cara meningkatkan produksi

    noradrenalin oleh saraf simpatis yang akan meningkatkan sirkulasi

    darah dan respirasi untuk meningkatkan metabolisme tubuh.

    Metabolisme tubuh ini utamanya diambil dari cadangan lemak bawah

    kulit.

    Bayi dengan cadangan lemak bawah kulit yang masih minimal, juga

    respon simpatisnya yang masih belum sempurna, maka kemampuan

    metabolisme untuk memproduksi panas tubuh masih minimum,

    sehingga bayi sangat beresiko untuk jatuh pada hipotermi. Oleh

    karena itu dalam perawatan bayi baru lahir harus dalam keadaan

    hangat.

    Kriteria bayi dikatakan hipotermi apabila temperatur sentralnya

    kurang dari 36C.

    Akibat hipotermi akan terjadi hambatan pada system pernafasan,

    gangguan susunan saraf pusat, gangguan kardiovaskuler yang

    kesemuanya akan mengakibatkan gangguan metabolisme tubuh.

    5. Metabolisme Tubuh :

    5.1. Hipoglykemia.

    Bayi normal kadar glukosa darahnya adalah 50 60 mg/dl

    sedangkan bayi dengan berat badan blahir rendah kadar glukosa

    darahnya hanya 40 mg/dl.

    Hypoglykemia tejadi bila kadar gula darahnya kurang dari 30

    mg/dl pada bayi aterm dan kurang dari 20 mg/dl pada bayi

    preterm, hal ini berlangsung sampai bayi umur 3 hari yang

  • disebut sebagai keadaan transien hipoglykemia. Hari ke IV dan

    seterusnya kadar glukosa darah akan menjadi 40 mg/dl.

    Hipoglykemia sering kali tidak menunjukkan gejala klinis, kita

    harus waspada apabila mendapatkan bayi yang gemetar, sesak

    napas, sianosis, apatis, hipotonia, hipotermia sampai kejang-

    kejang, bayi dengan keadaan tersebut merupakan indikasi untuk

    diperiksa kadar gula darahnya.

    Hypoglycemia potensial terjadi pada bayi-bayi dalam keadaan

    sakit, mengalami kelainan congenital sehingga kita harus lebih

    waspada pada bayi-bayi tersebut.

    5.2. Keseimbangan asam basa

    Monitoring keseimbangan asam basa juga sangat penting pada

    bayi khususnya pada bayi-bayi dengan kelainan bawaan yang

    potensial bisa terjadi gangguan asam dan basa.

    5.3. Hypocalsemia

    Kadar kalsium darah normal pada bayi adalah 1,9 mmol/lt.,

    hypocalsemia dapat terjadi pada 40 jam pertama pada bayi yang

    sakit.

    5.4. Hyperbilirubinia.

    Hyperbilirubin yang tidak terikat pada bayi baru lahir bisa

    mencapai 120 mol/lt masih dianggap fisiologis sampai bayi

    berusia 3 4 hari, kadar bilirubuin ini akan berangsur-angsur

    turun dan hilang sampai bayi umur 10 hari. Dengan kadar

    normalnya 17 mol/lt.

    Keadaan patologis bila didapatkan peningkatan kadar bilirubin

    tersebut terjadi cepat yaitu pada 36 jam pertama dari kelahiran

    hal ini biasanya diakibatkan oleh karena produksi bilirubin

  • yang meningkat akibat adanaya proses himolisis darah yang

    berlebihan.

    6. Stimulasi Sensoris

    Stimulasi sensoris ini dikatakan sangat berperan dalam membantu

    proses pertumbuhan bayi serta fungsionalisasi organ-organ tubuhnya

    serta dalam upaya adaptasi dengan lingkungannya.

    Stimulasi sensorik ini bisa oleh karena sinar lampu, musik, sentuhan-

    sentuhan halus dan kasih sayang, tetapi harus diingat apabila sentuhan

    sensoris tadi melebihi nilai batas yang bisa diterima oleh bayi, justru

    bisa menimbulkan frustasi dan kegelisahan sampai kepanikan bayi.

    7. Cairan dan Elektrolit.

    Setelah lahir bayi akan kehilangan cairan melewati proses evaporasi

    dari permukaan tubuhnya dan pernafasan ( insensible water loss ),

    serta kehilangan cairan melewati kencing dan feces.

    Insensible water loss pada bayi aterm mencapai 1 cc/Kg BB/jam

    sedangkan pada bayi preterm bisa sampai 3 cc/Kg BB/jam. Keadaan

    ini akan meningkat pada bayi yang dilakukan fototerapi, bayi yang

    febris, bayi dengan sesak napas atau udara sekitar yang panas.

    Cairan tubuh pada bayi relatif lebih banyak dibandingakan dengan

    orang dewasa khsusunya cairan ekstra selulernya bisa mencapai 35

    40% dari berat badannya, dibandingkan dengan bayi usia 1 tahun

    cairan ekstra selulernya tinggal 20% saja.

  • Bayi dengan kelainan bawaan bedah pasti terjadi penyimpangan atau

    gangguan dari keseimbangan cairan dan elektrolit tsb, keadaan ini

    harus segera ditangani pada penatalaksanaan umum pertama.

    PENATALAKSANAAN

    Penatalaksanaan kasus bedah kongenital pada bayi dan anak dapat

    dibagi menjadi :

    A. Penatalaksanaan Umum

    B. Penatalaksanaan Transportasi

    C. Penatalaksanaan Khusus

    A. PENATALAKSANAAN UMUM :

    Penatalaksanana umum seperti halnya penatalaksanaan pada bayi lainnya

    yang harus diperhatikan adalah :

    1. Bayi merupakan insan yang sangat lemah dan masih

    memerlukan adaptasi dengan sekitarnya.

    2. Bayi yang baru lahir organ-organ tubuhnya masih belum matur

    demikian juga kekebalan tubuhnya masih lemah.

    3. Bayi ukuran tubuhnya masih kecil dan berubah-ubah sesuai

    dengan peningkatan umur, serhingga diperlukan fasilitas

    dengan ukuran yang berbeda-beda disesuaikan dengan umur

    bayi dan anak tersebut.

    4. Bayi sangat rentan dengan perubahan temperatur disekitarnya.

    5. Pola penyakit pada bayi dan anak sangat berbeda dengan pola

    penyakit orang dewasa, dimana pada bayi kelainan yang paling

    sering adalah kelainan akibat cacat kongenital.

    6. Pola penanganan / operasi pada bayi dan anak sangat berbeda

    dengan orang dewasa karena anatominya masih mengalami

  • pertumbuhan dan perubahan sesuai dengan umur, sehingga

    apabila akan melakukan pembedahan pada bayi dan anak harus

    diperhatikan betul factor-foktor tersebut diatas.

    Bayi yang baru lahir kedunia kondisinya sangat berbeda-beda hal ini

    dipengaruhi oleh umur kehamilan dan berat badan waktu lahir,

    berdasarkan ini bayi dapat dibagi menjadi :

    1. Bayi lahir dengan berat badan sesuai dengan umur kehamilan, bayi

    ini disebut Approtriate Weight for Gestational Age ( A G A ).

    2. Small for Gestational Age ( S G A ).

    3. Large for Gestational Age ( L G A ).

    Selain criteria-kriteria tersebut diatas bayi yang baru lahir sering juga

    diistilahkan hanya berdasarkan umur kehamilan saja :

    1. Bayi preterm, bila lahir umur kehamilan kurang 37 minggu

    2. Bayi term ( aterm ) bila lahir umur kehamilan umur 37 42

    minggu

    3. Bayi posterm bila lahir umur kehamilannya lebih 42 minggu.

    Bayi-bayi dengan SGA / Preterm atau LGA / Posterm mempunyai

    resiko morbiditas dan mortalitas lebih tinggi dibandingkan dengan

    bayi-bayi aterm / AGA, terlebih bila bayi tersebut mengalami sakit

    atau ada kelainan kongenital yang mengganggu fisiologis tubuhnya.

    Angka morbiditas dan mortalitas tersebut akan meningkat lagi apabila

    bayi tersebut memerlukan tindakan bedah didalam penanganannya,

    oleh karena itu diperlukan peran aktif dan professional dari tenaga-

    tenaga medis maupun paramedis yang menangani bayi tersebut.

    Penatalaksanaan Umum tersebut meliputi usaha-usaha untuk

    mempertahankan kondisi bayi tetap optimal, atau memperbaiki

  • kondisi bayi dari keadaan kurang optimal menjadi optimal dan stabil,

    untuk selanjutnya apabila sudah cukup kuat untuk menerima beban

    pembedahan, barulah tindakan bedah dilaksanakan.

    Usaha-usaha tersebut meliputi :

    1. Jalan nafas :

    Jalan nafas harus dipertahankan tetap bebas dari air liur yang

    banyak ( atresia esophagus ), muntahan ( obstruksi usus ), bila

    perlu dan ada indikasi dapat dilakukan atau memasang jalan nafas

    definitive.

    Pembebasan jalan nafas disini, dilakukan penghisapan air liur,

    muntahan, sampai jalan nafas betul-betul bebas barulah kemudian

    diberikan bantuan oksigen bisa dengan masker atau kap kepala.

    2. Ventilasi.

    Ventilasi harus betul-betul diawasi supaya proses respirasi bisa

    berjalan lebih baik, pada keadaan-keadaan tertentu bisa dilakukan

    bantuan ventilasi, dengan catatan hati-hati jangan sampai terjadi

    barotrauma.

    Monitoring terhadap ventilasi dilakukan dengan melakukan

    pemasangan pulse oxymeter dan secara periodic dilakukan analisa

    gas darah.

    3. Sirkulasi.

    Sirkulasi pada bayi dan anak masih sangat labil khususnya apabila

    bayi tersebut mengalami kelainan bedah congenital. Pada kondisi

    ini pemberian cairan intra vena sudah merupakan indikasi mutlak

    untuk mempertahankan sirkulasi dan perfusi jaringan.

    Gangguan sirkulasi pada bayi dan anak ditandai awal dengan

    denyut nadi yang meningkat, sedangkan tekanan darahnya relatif

  • tetap. Tekanan darah akan turun apabila derajat dehidrasinya sudah

    melebihi 45% dari volume darahnya.

    Monitoring terhadap fungsi sirkulasi ini dipakai EKG, denyut

    jantung dan produksi urine.

    4. Lingkungan.

    Lingkungan untuk bayi yang sakit harus diperhatikan temperatur,

    kelembaban, kebisingan dan bahkan sinar yang masuk. Usahakan

    bayi dirawat dalam inkubator yang dapat mengontrol hal-hal

    tersebut diatas serta bisa melakukan monitoring terhadap fungsi-

    fungsi vitalnya.

    5. Produksi Urine.

    Produksi urine pada bayi normal adalah 2 cc/Kg BB/jam, harus

    dipertahankan dan dimonitoring untuk semua bayi.

    Produksi urine ini dapat mencerninkan keadaan umum / perfusi

    bayi tersebut. Monitoring produksi urine mutlak harus dikerjakan

    pada perawatan bayi bayi yang sakit.

    6. Pipa lambung .

    Pipa lambung dipasang pada bayi- bayi dengan gangguan pada

    system gastro intestinal, dengan tujuan selain mencegah aspirasi

    juga untuk dekompresi dari saluran cernanya, oleh karena itu pada

    bayi ini haruslah dipasng pipa lambung dengan ukuran besar yang

    bisa masuk, bila tidak bisa masuk lewat nasogastrik, dapat

    dipasang lewat orogastrik.

    Perhatikan fiksasinya, jangan sampai menghalangi jalan nafas,

    serta jangan menimbulkan tekanan- tekanan pada jaringan

    sekitarnya ( hidung, bibir ) yang dapat berakibat nekrosis jaringan.

  • B. PENATALAKSANAAN TRANSPORTASI :

    Bayi yang telah dilakukan stabilisasi dan optimalisasi pada waktu

    penatalaksanaan umum selanjutnya akan dilakukan proses transportasi.

    Proses ini harus selalu diusahakan supaya kondisi bayi tetap stabil selama

    proses transport tersebut.

    Transportasi ini dapat intra Rumah Sakit atau antar Rumah Sakit yaitu ke

    pusat pelayanan Bedah Anak.

    Penatalaksanaan transportasi ini memerlukan keahlian dan fasilitas yang

    khusus untuk menjaga kondisi optimal, melakukan monitoring serta

    melakukan tindakan apabila selama proses transport terjadi gangguan

    fungsi vitalnya.

    Selama proses transportasi tersebut yang harus selalu dimonitor adalah :

    1. Jalan Nafas, harus selalu terjaga dan dimonitor tentang kelancarannya,

    kemungkinan tersumbatnya jalan nafas pada bayi yang muntah,

    apabila dirasa perlu dapat dilakukan pembebasan jalan nafas selama

    proses transport tersebut, oleh karena itu diperlukan fasilitas berupa

    alat penghisap, alat perlindungan jalan nafas, bahkan alat-alat jalan

    nafas definitive.

    2. Ventilasi dan Oksigenasi harus dijaga kelancaran dan kehangatannya

    serta harus ada monitoring berupa pulse oxymetri.

    Catatan : hati-hati pada setiap perubahan posisi dari bayi atau anak

    harus dilakukan kontrol ulang posisi tube yang terpasang pada pasien-

    pasien dengan pemasangan endotrakheal tube.

    3. Sirkulasi, dipertahankan kelancaran infus intra vena yang ada, jumlah

    tetesan, kehangatan serta produksi urine selama transportasi.

    4. Obat-obatan, harus tersedia obat-obatan emergency (ephedrin,

    epinephrin, sulfas atropin, dopamin, dll ) selama proses transportasi.

  • 5. Thermoregulasi, diperhatikan dan dijaga bayi jangan sampai jatuh

    dalam kondisi hypothermia.

    Hal-hal tersebut diatas harus bisa dilaksanakan selama proses

    transportasi, untuk ini diperlukan incubator khusus untuk transport.

    Kondisi minimal apabila tidak mempunyai inkubatir transport bayi

    harus dibungkus dengan kapas, selimut, selanjutnya dilapisi bagian

    luarnya dengan aluminium foil.

    Ambulans untuk transportasi juga harus diperhatikan kecepatannya

    serta kestabilan kendaraan selama perjalanan.

    Keadaan-keadaan yang perlu dimonitor selama transportasi adalah

    fentilasi dan oksigenasi dengan memakai pulse oxymetri, sirkulasi

    dengan memonitor detak jantung serta urine produksi, temperatur

    tubuh dan glucose darah untuk pasien-pasien dengan sakit berat.

    C. PENATALAKSANAAN KHUSUS

    Bayi-bayi dengan kelainan bedah kongenital setelah dilakukan

    penatalaksanaan umum dan transportasi yang baik setelah sampai dipusat

    pelayanan Bedah Anak harus dilakukan evaluasi ulang tentang keadaan

    umumnya serta pengkajian tentang kelainan-kelainan yang dideritanya.

    Hal yang harus selalu diingat bahwa kelainan bawaan seringkali tidak

    sendiri, akan disertai kelainan bawaan yang lain.

    Penatalaksanaan khusus meliputi :

    1. Menentukan jenis / macam kelainan bawaan ( kongenital )

    2. Menentukan perlu atau tidaknya dilakukan tindakan bedah

    3. Menentukan saat pembedahan

    4. Menentukan macam pembedahannya

    5. Melakukan perawatan pasca bedah.

  • 1. Menentukan jenis / macam kelainan bawaan:

    Jenis atau macam kelainan bawaan dapat bermacam-macam mulai dari yang

    ringan sampai yang berat, mulai dari yang mudah dikenali sampai yang sulit

    dikenali.

    Proses diagnostik ini harus dimulai dari macam pemeriksaan yang paling

    tidak menyakiti pasien ( non invasive ), sampai pemeriksaan invasive

    apabila sangat terpaksa ( dilakukan setelah kondisi bayi stabil ).

    2. Menentukan perlu atau tidaknya dilakukan tindakan bedah

    Kelainan bawaan ada yang perlu ( indikasi ) bedah ( hernia inguinalis

    lateralis, hernia diafragma, atresia esofagus, atresia ani penyakit

    Hirschsprung dan lain- lain ), ada yang tidak perlu dilakukan pembedahan (

    hernia umbilikalis ) dan bahkan ada kelainan bawaan yang tindakan

    bedahnya sendiri merupakan kontra indikasi ( omfalokel besar ).

    3. Menentukan saat pembedahan

    Apabila kelainan bawaan tadi memerlukan tindakan bedah, harus ditentukan

    kapan saat pembedahannya, apakah termasuk bedah elektif, urgent atau

    bahkan emergency.

    Kriteria-kriteria tersebut harus diperhitungkan secara matang dan

    dihubungkan dengan kondisi dari bayi serta data evident yang ada. Bila

    sangat terpaksa tindakan bedah harus dilakukan secara emergency kita harus

    berpedoman : lakukanlah tindakan bedah yang paling kecil / paling

    ringan yang sudah bisa menolong / menyelamatkan nyawa bayi

    Sedangkan rekonstruksi / tindakan bedah selanjutnya akan disesuaikan

    dengan kondisi optimal dari bayi.

  • MACAM-MACAM KELAINAN KONGENITAL, JENIS OPERASI

    DAN SAAT OPERASI :

    No Macam Kelainan

    Bawaan

    Sifat

    Operasi

    Macam

    Operasi

    Keterangan

    01 Craniostenosis Urgent Cranioplasty -

    02 Hidrosefalus Urgent Drainase -

    03 Meningokel Elektif Eksisi -

    04 Choana atresia Cito Trakeostomi -

    05 Sumbing Elektif Cheiloraphy optimal

    06 Celah langit-langit Elektif Palathoraphy 15 bulan

    07 Atresia esofagus Cito Psng ppa lmb

    Gastrostomi

    Repair

    esofagus

    08 Kelainan jantung

    bawaan

    Elektif Tergantung

    jenis

    Tergantung

    kebijakan

    09 Hernia diafragmatika Urgent Repair Optimalisasi

    ventilasi

    10 Eventrasio diafragma Elektif Plikasi -

    11 Hemangioma Elektif Tergantung

    jenis dan

    tempatnya

    Eksisi

    12 Lymphangioma Elektif Tergantung

    tempat

    Eksisi

    13 Infantile hypertropik

    pylorus stenosis

    Elektif Pyloromiotomi -

  • 14 Obstruksi duodenum :

    a. Malrotasi

    b. Pankreas anulare

    c. Atresia duodenum

    d. Volvulus neonatorum

    Urgent

    Urgent

    Urgent

    Cito

    Release

    Anastomosis

    Anastomosis

    Laparatomi

    -

    -

    -

    -

    15 Atresis biliaris Urgent Prosedur

    Kasai

    Umur kurang

    2 bln

    16 Kista coledokus Urgent Eksisi dan

    R&Y

    -

    17 Atresia usus halus Urgent Laparatomi :

    Stoma

    - anastomosis

    tertunda.

    18 Hernia umbilikalis Konservatif - -

    19 Omphalokel :

    a.Utuh

    b.Pecah

    Elektif

    Cito

    Silatplasty-

    -

    20 Gastroschizis Cito -Silastoplasty -

    21 Hernia Inguinalis lateral Elektif Herniotomi Kesempatan I

    22 Hidrokel terbuka Elektif Ligasi tinggi Umur 1 th

    23 Malformasi Anorektal :

    a. Anus membran

    b. anocutan fistel

    c. anovestibular fistel

    d. Fistel tinggi

    Cito

    Urgent

    Elektif

    Cito

    Insisi silang

    Insisi cutback

    Dilatasi

    I. Colostomy

    II. PSARP

    -

    -

    anoplasty ( 5

    bln )

    -

  • e. Atresia Ani rendah

    f. Atresia Ani tinggi

    Cito

    Cito

    III.Tutup

    colostomy

    PSARP

    Idm fstl tggi.

    -

    -

    24 Penyakit Hirschsprung :

    a. ultrashort/kurang1 cm.

    b. short / 2 cm

    c. lebih 2 cm

    d. Panjang

    Konservatif

    Konservatif

    Konservatif

    Elektif

    Urgent

    Wash out

    Wash out

    Wash out

    Terobs tarik

    I. Colostomy

    II. trobos tarik

    -

    Gagal: oprsi

    -

    -BB = 5KG

    -

    -

    RESUME

    1. Bayi lahir masih sangat lemah memerlukan adaptasi, maturasi organ,

    tumbuh & berkembang. Bila mengalami kelainan kongenital yang

    dapat mengganggu hal tersebut diatas, akan beresiko tinggi terlebih

    bila dilakukan tindakan bedah. Diperlukan penatalaksanaan yang baik

  • bagi bayi bayi tersebut untuk menjadikannya dalam kondisi optimal,

    sehingga dapat mengurangi resiko yang terjadi.

    2. Transportasi bayi dengan kelainan kongenital harus diusahakan

    mempertahankan kondisi optimal yang sudah tercapai, mengurangi

    resiko transportasi dan dapat melakukan tindakan apabila diperlukan

    3. Bayi dalam kelainan kongenital harus dilakukan koreksi dengan benar

    untuk selanjutnya denentukan indikasi tindakan bedahnya.

    4. Indikasi bedahnya harus ditentukan dengan cermat untuk menentukan

    tindakan tersebut elektif, urgent, atau emergency.

    5. Tindakan bedah emergency harus mengingat prinsip pembedahan

    paling ringan yang sudah bisa menolong nyawa bayi.

    6. Tekhnik pembedahan yang diambil harus mengingat faktor tumbuh

    kembang bayi dan anak.

    KESIMPULAN

    Bayi dan anak dengan kelainan bedah kongenital yang memerlukan

    pembedahan harus dilakukan optimalisasi, transportasi, dan persiapan

    prabedah yang baik.

    Tindakan bedah harus berdasarkan indikasi yang kuat dan tepat

    mengingat resiko pembedahan yang tinggi pada bayi dan anak.

    Diperlukan tenaga trampil yang khusus serta peralatan yang khusus

    dengan ukuran yang disesuaikan dengan umur dan berat badan bayi / anak.