pemerintah provinsi jawa...

34
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 22 TAHUN 2018 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13, Pasal 17 ayat (5), Pasal 25 ayat (2), Pasal 29 ayat (4), Pasal 36, Pasal 44 ayat (3) dan Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan- Peraturan Negara Tahun 1950); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 3. Peraturan

Upload: lecong

Post on 31-Mar-2019

223 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

GUBERNUR JAWA TIMUR

PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR

NOMOR 22 TAHUN 2018

TENTANG

PERATURAN PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR

NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR JAWA TIMUR,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13, Pasal 17 ayat (5),

Pasal 25 ayat (2), Pasal 29 ayat (4), Pasal 36, Pasal 44 ayat (3) dan

Pasal 46 ayat (2) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6

Tahun 2011 tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah, perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang

Peraturan Pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2011

tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 tentang Pembentukan

Propinsi Djawa Timur (Himpunan Peraturan-Peraturan Negara

Tahun 1950) sebagaimana telah diubah dengan Undang-

Undang Nomor 18 Tahun 1950 tentang Perubahan Dalam

Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1950 (Himpunan Peraturan-

Peraturan Negara Tahun 1950);

2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014

Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 5587) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 5679);

3. Peraturan

Page 2: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 2 -

3. Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 6 Tahun 2011

tentang Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

(Lembaran Daerah Provinsi Jawa Timur Tahun 2011 Nomor 6

Seri D);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 6 TAHUN

2011 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN

MENENGAH.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini, yang dimaksud dengan:

1. Pemerintah Provinsi adalah Pemerintah Daerah Provinsi Jawa

Timur.

2. Gubernur adalah Gubernur Jawa Timur.

3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat

DPRD adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Jawa

Timur

4. Pemerintah Kabupaten/Kota adalah Pemerintah Daerah

Kabupaten/Kota di Jawa Timur.

5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

Provinsi Jawa Timur.

6. Perangkat Daerah adalah Perangkat Daerah pada Pemerintah

Daerah Provinsi Jawa Timur yang mempunyai tugas untuk

mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam

sektor kegiatannya selain Dinas.

7. Pejabat adalah pejabat yang berwenang untuk memberikan Izin

Usaha sesuai dengan tugas dan fungsinya berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

8. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria

Usaha Mikro.

9. Usaha

Page 3: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 3 -

9. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha

Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha

Kecil.

10. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang

perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik

langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau

Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil

penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Peraturan

Perundang-undangan.

11. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan

oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil

penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang

meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha

patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi

di Indonesia.

12. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha

Menengah, dan Usaha Besar yang melakukan kegiatan

ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia.

13. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah

Provinsi/Kabupaten/Kota, Dunia Usaha, dan masyarakat

secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan

pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi

usaha yang tangguh dan mandiri.

14. Stakeholders atau para pemangku kepentingan adalah pihak-

pihak yang langsung atau tidak langsung mendapatkan

manfaat atau dampak dari Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah dan dapat berupa kelompok, organisasi, dan

individu yang memiliki kepentingan/pengaruh dalam proses

pengambilan keputusan/pelaksanaan Pemberdayaan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah.

15. Hak Kekayaan Intelektual yang selanjutnya disingkat HKI

adalah Hak Eksklusif yang diberikan oleh negara pada pemilik

Kekayaan Intelektual dalam kurun waktu tertentu berdasarkan

peraturan perundang-undangan.

16. Aset

Page 4: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 4 -

16. Aset adalah kekayaan bersih yang dimiliki oleh orang

perseorangan dan/atau badan.

17. Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah

Provinsi/Kabupaten/Kota, Dunia Usaha, dan masyarakat

untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, dan

bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan

kemampuan dan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan

Menengah.

18. Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah Daerah

Provinsi Jawa Timur, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui

bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk

mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah.

19. Modal ventura adalah kegiatan pembiayaan/penyertaan modal

ke dalam suatu Perusahaan yang menerima bantuan

pembiayaan (investee company) untuk jangka waktu tertentu

dalam bentuk penyertaan saham, penyertaan melalui

pembelian obligasi konversi, dan/atau pembiayaan

berdasarkan pembagian atas hasil usaha.

20. Anjak piutang (factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam

bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan

piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan dari

transaksi perdagangan dalam atau luar negeri.

21. Penjaminan adalah pemberian jaminan pinjaman Usaha Mikro,

Kecil, dan Menengah oleh Lembaga Penjamin Kredit sebagai

dukungan untuk memperbesar kesempatan memperoleh

pinjaman dalam rangka memperkuat permodalannya.

22. Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik

langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling

memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan

yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

dengan Usaha Besar.

23. Perlindungan Usaha adalah segala upaya yang menjamin

adanya kepastian hukum untuk memberi perlindungan kepada

usaha untuk menghindari praktik monopoli dan pemusatan

kekuatan ekonomi oleh pelaku usaha.

24. Pelaku

Page 5: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 5 -

24. Pelaku usaha adalah setiap orang perorangan atau badan

usaha, baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan

hukum yang didirikan dan berkedudukan di daerah atau

melakukan kegiatan dalam daerah, baik sendiri maupun

bersama-sama melalui kesepakatan menyelenggarakan

kegiatan mikro, usaha kecil dan menengah dalam berbagai

bidang ekonomi rakyat.

25. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah selanjutnya

disingkat APBD adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah Provinsi Jawa Timur.

26. Sentra Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah kelompok

Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sejenis yang berada dalam

suatu wilayah tertentu berdasarkan produk yang dihasilkan,

bahan baku yang digunakan atau jenis dari proses

pengerjaannya yang sama serta memiliki prospek untuk

dikembangkan menjadi bagian integral dari klaster dan sebagai

titik masuk (entry point) dari upaya pengembangan klaster.

27. Klaster adalah aglomerasi perusahaan yang membentuk

kerjasama strategis dan komplementer serta memiliki

hubungan yang intensif sebagai suatu jaringan industri yang

saling terhubung dalam rantai proses peningkatan nilai.

28. Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan

mentah, bahan baku, barang setengah jadi dan/atau barang

jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi.

29. Kawasan Industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan

Industri yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana

penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh Perusahaan

Kawasan Industri yang telah memiliki Izin Kawasan Industri.

BAB II

PERENCANAAN, PELAKSANAAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH

Bagian Kesatu

Perencanaan Pemberdayaan

Paragraf 1

Materi Perencanaan

Pasal 2

Perencanaan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

dimaksudkan untuk memberikan arah, pedoman dan alat

pengendali pencapaian tujuan pemberdayaan

Pasal 3

Page 6: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 6 -

Pasal 3

(1) Materi perencanaan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah meliputi:

a. arah kebijakan;

b. program/kegiatan; dan

c. kebutuhan pendanaan

(2) Materi perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

merupakan tindak lanjut dari Rencana Kerja Pemerintah

Daerah Provinsi yang merupakan penjabaran dari Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi.

Pasal 4

(1) Perencanaan arah kebijakan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat (1) huruf a secara umum diarahkan untuk

mendukung upaya-upaya penanggulangan kemiskinan dan

kesenjangan, penguatan potensi usaha, perluasan

kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteraan

masyarakat.

(2) Perencanaan arah kebijakan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat (1) huruf a secara khusus diarahkan untuk

memperbaiki postur dan kinerja Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah, yang meliputi

a. peningkatan modal;

b. peningkatan hasil penjualan dalam jangka waktu tertentu;

c. peningkatan laba;

d. peningkatan kemampuan manajemen;

e. peningkatan skala usaha;

f. kesinambungan usaha;

g. pertumbuhan jumlah usaha;

h. pengembangan pasar; dan

i. standarisasi produk.

Pasal 5

Perencanaan program/kegiatan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 3 ayat (1) huruf b disusun dalam bentuk:

a. penumbuhan iklim usaha, yang meliputi aspek pendanaan,

sarana dan prasarana, informasi usaha, kemitraan, perizinan

usaha, kesempatan berusaha, promosi dagang, dukungan

kelembagaan;

b. pengembangan

Page 7: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 7 -

b. pengembangan usaha, yang meliputi aspek produksi dan

pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan

teknologi; dan

c. pembiayaan dan penjaminan yang meliputi:

1. pengembangan sumber pembiayaan kredit perbankan dan

lembaga keuangan non bank;

2. pengembangan lembaga modal ventura; dan

3. pelembagaan terhadap transaksi anjak piutang.

Pasal 6

(1) Perencanaan kebutuhan pendanaan sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c dilaksanakan langsung oleh

Pemerintah Provinsi maupun dengan mendorong partisipasi

masyarakat.

(2) Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

direncanakan dengan memperhatikan subyek pelaksana

pemberdayaan.

(3) Badan Usaha Milik Negara/Daerah dapat menyediakan

pembiayaan dari penyisihan bagian laba tahunan yang

dialokasikan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam

bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, bentuk pembiayaan

lainnya serta hibah.

Paragraf 2

Koordinasi Perencanaan

Pasal 7

(1) Perencanaan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah dilaksanakan tiap tahun oleh Dinas dan Perangkat

Daerah dalam kerangka koordinasi.

(2) Koordinasi dilakukan dengan melibatkan Pemerintah

Kabupaten/Kota serta Stakeholders atau Pemangku

Kepentingan

Paragraf 3

Page 8: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 8 -

Paragraf 3

Penyusunan Perencanaan

Pasal 8

(1) Penyusunan perencanaan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah dilakukan secara partisipatif dengan

melibatkan para Stakeholders atau Pemangku Kepentingan.

(2) Perangkat Daerah menyusun rencana pemberdayaan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah sesuai dengan ruang lingkup dan

prioritas pada bidang kegiatannya.

(3) Perencanaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat

(2) dilaksanakan tiap tahun oleh Perangkat Daerah dan wajib

berkoordinasi dengan Dinas.

Pasal 9

Perencanaan yang melibatkan Pemerintah Kabupaten/Kota

dilakukan melalui sinkronisasi program/kegiatan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Bagian Kedua

Pelaksanaan Pemberdayaan

Pasal 10

(1) Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah oleh

Pemerintah Provinsi, dilaksanakan Perangkat Daerah di

lingkungan Pemerintah Provinsi, meliputi :

a. melakukan inventarisasi dan identifikasi jenis usaha di

masyarakat;

b. melakukan penyuluhan;

c. menumbuhkembangkan jiwa kewirausahaan;

d. memfasilitasi jenis-jenis usaha ke dalam Kelompok dan

Sentra

e. melakukan bimbingan teknis dalam mengelola usaha;

f. memfasilitasi peningkatan struktur permodalan;

g. memfasilitasi akses skema-skema kredit;

h. memfasilitasi peningkatan status aset;

i. memfasilitasi skema-skema aset;

j. memfasilitasi jaringan usaha;

k. memfasilitasi

Page 9: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 9 -

k. memfasilitasi HKI;

l. memfasilitasi pemasaran dan promosi usaha;

m. memfasilitasi pengurusan perijinan usaha;

n. memfasilitasi kerjasama dan kemitraan;

o. memfasilitasi sistem informasi;

p. memfasilitasi standardisasi dan desain produk; dan

q. lain-lain usaha yang dapat memberdayakan Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah;

(2) Pemberdayaan yang dilakukan oleh Pemerintah Provinsi

dibiayai melalui dana APBD pada setiap tahun anggaran,

dapat didukung oleh dana APBD Kabupaten/Kota dan APBN.

(3) Pelaksanaan pemberdayaan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) wajib berkoordinasi dengan Dinas.

Bagian Ketiga

Evaluasi

Pasal 11

(1) Untuk mengukur keberhasilan program/kegiatan

pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, Perangkat

Daerah wajib melakukan evaluasi tahunan.

(2) Evaluasi mencakup:

a. penyusunan program/kegiatan;

b. pelaksanaan program/kegiatan; dan

c. keberhasilan program/kegiatan.

(3) Evaluasi terhadap penyusunan program/kegiatan dirinci

menjadi cakupan materi yang tercantum dalam

program/kegiatan dan prosedur penyusunan yang telah

ditempuh dalam penyusunan program/kegiatan.

(4) Evaluasi cakupan materi program/kegiatan bertujuan untuk

mengukur apakah program/kegiatan pemberdayaan yang

disusun berdasarkan:

a. kelengkapan data dalam merumuskan keadaan dan

analisa keadaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;

b. kejelasan dalam merumuskan tujuan program/kegiatan;

c. kejelasan dalam merumuskan masalah;

d. kesesuaian kegiatan untuk mencapai tujuan

program/kegiatan; dan

e. kejelasan dalam merumuskan rencana kegiatan.

(5) Evaluasi

Page 10: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 10 -

(5) Evaluasi prosedur penyusunan program/kegiatan bertujuan

untuk mengetahui apakah program/kegiatan pemberdayaan

disusun sesuai dengan langkah-langkah yang telah ditetapkan

dalam pedoman, meliputi :

a. pengumpulan, pengolahan dan analisis data;

b. penyusunan konsep program/kegiatan;

c. pembahasan konsep program/kegiatan; dan

d. pengesahan program/kegiatan.

(6) Evaluasi terhadap pelaksanaan program/kegiatan

pemberdayaan dilakukan untuk mengukur dan

membandingkan pelaksanaan kegiatan dengan rencana

kegiatan yang tercantum dalam program pemberdayaan,

meliputi :

a. revisi program/kegiatan;

b. pelaksanaan program/kegiatan;

c. penerapan metode yang dilaksanakan;

d. peran serta petugas dan pendamping Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah;

e. peran serta Perangkat Daerah;

f. peran serta stakeholders atau para pemangku

kepentingan; dan

g. monitoring dan pelaporan program.

(7) Evaluasi terhadap keberhasilan program pemberdayaan

dilakukan untuk mengukur dan membandingkan hasil yang

dicapai dengan tujuan dan sasaran yang dirumuskan dalam

pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, meliputi

kesesuaian arah kebijakan, baik secara umum maupun

secara khusus.

Bagian Keempat

Pelaporan

Pasal 12

(1) Laporan hasil evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11

disampaikan kepada Gubernur melalui Dinas setiap 1 (satu)

tahun sekali.

(2) Setiap Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang telah

memperoleh pemberdayaan dari Pemerintah Provinsi wajib

menyampaikan laporan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. penerima

Page 11: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 11 -

a. penerima pemberdayaan wajib menyampaikan laporan

perkembangan usaha setiap 3 (tiga) bulan sekali kepada

Perangkat Daerah pemberi pemberdayaan dengan

tembusan Dinas; dan

b. Perangkat Daerah pemberi pemberdayaan wajib

melakukan pemantauan dan evaluasi setiap 3 (tiga) bulan

sekali, dan melaporkan kepada Dinas.

(3) Untuk lebih memudahkan koordinasi, bentuk dan isi laporan

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2), diatur lebih

lanjut oleh Kepala Dinas.

BAB III

PENDEKATAN KELOMPOK,

SENTRA DAN KLASTER

Bagian Kesatu

Perencanaan

Pasal 13

(1) Untuk mempercepat dan memperluas pemberdayaan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah perlu dilakukan dengan

pendekatan Kelompok, Sentra, dan Klaster.

(2) Selain pendekatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

untuk mempercepat dan memperluas pemberdayaan Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah juga dilakukan pendekatan

Koperasi.

Pasal 14

Perencanaan pendekatan Kelompok, Sentra, Klaster, dan Koperasi

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 dilakukan sebagai bagian

dari upaya penyusunan rencana pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah.

Bagian Kedua

Page 12: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 12 -

Bagian Kedua

Pelaksanaan

Paragraf 1

Kelompok

Pasal 15

(1) Pelaksanaan Pendekatan Kelompok diterapkan pada tingkat

penumbuhan wirausaha baru, meliputi beberapa jenis

komoditi dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia

secara selektif.

(2) Pendekatan Kelompok sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibagi menjadi:

a. Kelompok Usaha Bersama; dan

b. Kelompok Kerja.

(3) Pendekatan Kelompok pada tahapan Kelompok Usaha

Bersama dilakukan berdasarkan pertimbangan:

a. pada tingkatan belajar usaha;

b. jenis yang diusahakan beraneka ragam;

c. memanfaatkan sumberdaya alam yang tersedia di lokasi

kelompok secara sembarang/random;

d. tingkat keterampilan teknis dan manajemen sangat

rendah;

e. motivasi usaha dan/atau kewirausahaan sangat rendah;

f. kelembagaan sangat sederhana; dan

g. peralatan yang digunakan apa adanya.

(4) Pendekatan Kelompok pada tahapan Kelompok Kerja

dilakukan berdasarkan pertimbangan:

a. pada tingkat penumbuhan usaha;

b. jenis yang diusahakan beberapa jenis komoditi;

c. memanfaatkan sumberdaya alam dan sumberdaya

manusia di lokasi kelompok secara selektif;

d. tingkat keterampilan teknis dan manajemen rendah;

e. motivasi usaha dan/ atau kewirausahaan rendah;

f. kelembagaan sederhana dan pendelegasian tugas sudah

berjalan; dan

g. peralatan yang digunakan sederhana/manual.

Pasal 16

Page 13: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 13 -

Pasal 16

(1) Selain kegiatan pemberdayaan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 15, kegiatan pokok dalam pelaksanaan pendekatan

kelompok dilakukan dengan penumbuhan wirausaha Mikro,

Kecil dan Menengah.

(2) Penumbuhan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan

melalui berbagai pelatihan untuk pembentukan wirausaha

dalam wujud Kelompok Usaha Bersama dan Kelompok Kerja.

Pasal 17

Kelompok Usaha Bersama dan Kelompok Kerja yang sudah

terbentuk didaftarkan pada Pemerintah Kabupaten/Kota.

Paragraf 2

Sentra

Pasal 18

(1) Pendekatan Sentra diterapkan pada tahap peningkatan usaha

sejenis yang difokuskan kepada satu komoditi unggulan

dengan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia secara

selektif dalam kuantitas cukup.

(2) Pendekatan sentra sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

dilakukan melalui tiga jenis sentra yaitu:

a. Sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

b. Sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Unggulan; dan

c. Sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bagian Klaster

Bisnis.

Pasal 19

(1) Kriteria Sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a

adalah:

a. terdapat paling sedikit 20 (dua puluh) pelaku usaha,

dengan kapasitas produksi yang memadai dalam kawasan

sentra yang memiliki prospek untuk dikembangkan

menjadi bagian integral dari klaster;

b. mempunyai

Page 14: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 14 -

b. mempunyai hasil penjualan paling sedikit Rp. 200.000.000

(dua ratus juta rupiah) setiap bulan;

c. mempunyai prospek pasar yang baik;

d. mempunyai jaringan kemitraan dalam pengadaan bahan

baku maupun pemasaran;

e. mampu menyerap tenaga kerja paling sedikit 40 (empat

puluh) orang dalam kawasan sentra;

f. mengutamakan bahan baku lokal dalam negeri;

g. menggunakan teknologi tepat guna dalam upaya

meningkatkan mutu produk; dan

h. tersedianya sarana dan prasarana pendukung.

(2) Kriteria Sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Unggulan

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf b

adalah:

a. sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang telah

mendapatkan fasilitas pembinaan;

b. sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang kegiatan

usahanya berkaitan dengan produk unggulan daerah;

c. sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang pemasaran

produknya sekurang-kurangnya antar kabupaten/kota

dalam satu provinsi;

d. sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang kapasitas

usahanya berkembang ditandai dengan peningkatan hasil

penjualan dalam jangka waktu tertentu;

e. sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang

produktifitas usahanya berkembang ditandai dengan

pertumbuhan hasil penjualan dalam jangka waktu

tertentu per Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

f. sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang jumlah

tenaga kerjanya mengalami pertumbuhan;

g. sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang telah

melakukan pengembangan teknologi; dan

h. sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang telah

memiliki kerjasama usaha ke hulu dan/atau ke hilir.

(3) Kriteria Sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah bagian

Klaster Bisnis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2)

huruf c adalah:

a. sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Unggulan yang

kegiatan bisnisnya merupakan industri inti, industri

pemasok dan/atau industri terkait;

b. sentra

Page 15: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 15 -

b. sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Unggulan yang

pemasaran produknya tingkat nasional dan/atau ekspor

atau produknya merupakan bahan baku atau bahan

pembantu dari produk yang pemasarannya tingkat

nasional dan/atau ekspor;

c. sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Unggulan yang

mampu secara sendiri atau bekerjasama melakukan

pelatihan teknis bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah;

dan

d. sentra Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Unggulan yang

mampu secara sendiri atau bekerjasama melakukan

penelitian dan pengembangan produk/pemasaran hasil

produksinya.

Paragraf 3

Klaster

Pasal 20

(1) Pendekatan Klaster diterapkan pada Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah dengan ketentuan :

a. merupakan komoditas unggulan yang menjadi prioritas

pengembangan usaha di Jawa Timur;

b. diutamakan memiliki pasar berorientasi ekspor;

c. terdapat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah yang menjadi

pionir lokal (local champion);

d. diutamakan klaster yang menyerap banyak tenaga kerja;

dan

e. merupakan klaster yang menjadi prioritas/telah mendapat

binaan dari Pemerintah Provinsi, Pemerintah

Kabupaten/Kota dan/atau dukungan dari lembaga lain.

(2) Pengembangan Klaster bertujuan untuk:

a. mewujudkan Klaster sebagai jaringan usaha, baik usaha

inti yang menjadi fokus perhatian, usaha pemasok bahan

baku, bahan pembantu dan aksesoris, maupun usaha

terkait yang menggunakan sumberdaya yang sama dengan

usaha inti,;

b. mewujudkan Klaster sebagai pihak atau lembaga yang

mampu mengembangkan inovasi usaha dan menghasilkan

teknologi; dan

c. mewujudkan Klaster sebagai institusi yang berperan

menjembatani antar pelaku usaha yang saling terhubung

dalam rantai proses peningkatan nilai.

(3) Penumbuhan

Page 16: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 16 -

(3) Penumbuhan Klaster diawali dengan perluasan basis produk

usaha serta penguatan pola keterkaitannya, melalui

pengembangan produk-produk usaha prioritas yang

mempunyai nilai tambah tinggi.

(4) Penumbuhan Klaster sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

diperluas dengan pengolahan sumber daya alam yang

potensial di pedesaan.

Paragraf 4

Koperasi

Pasal 21

Pelaksanaan Pendekatan Koperasi dapat dilakukan dalam bentuk:

a. pendidikan dan pelatihan;

b. perkuatan modal;

c. pembinaan manejemen;

d. bimbingan teknis;

e. pemasaran produk; dan/atau

f. fasilitasi HKI.

Pasal 22

(1) Pelaksanaan pendekatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

21 dilaksanakan oleh Dinas dan/atau pihak lain.

(2) Pendekatan yang dilaksanakan oleh pihak lain sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dikoordinasikan oleh Dinas.

Bagian Ketiga

Evaluasi

Paragraf 1

Umum

Pasal 23

(1) Evaluasi pendekatan Kelompok, Sentra, Klaster dan Koperasi

dilakukan sebagai bagian dari upaya evaluasi pemberdayaan

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah.

(2) Dinas dan Perangkat Daerah wajib melakukan evaluasi

tahunan untuk mengukur keberhasilan Pendekatan

Kelompok, Sentra, Klaster dan Koperasi.

Paragraf 2

Page 17: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 17 -

Paragraf 2

Kelompok

Pasal 24

(1) Evaluasi pendekatan kelompok mencakup:

a. eksistensi kelompok;

b. jumlah anggota kelompok;

c. jenis usaha;

d. tingkat ketrampilan teknis;

e. manajemen;

f. kelembagaan; dan

g. peralatan.

(2) Evaluasi terhadap eksistensi kelompok sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan untuk mengetahui

perkembangan jumlah kelompok, baik yang aktif maupun

yang tidak aktif.

(3) Evalusi terhadap jumlah anggota sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b bertujuan untuk mengetahui

perkembangan jumlah anggota.

(4) Evaluasi terhadap jenis usaha sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c bertujuan untuk mengetahui ragam usaha

dalam kelompok.

(5) Evaluasi terhadap tingkat ketrampilan teknis sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf d untuk mengetahui

perkembangan ketrampilan teknis yang dikuasai anggota

kelompok.

(6) Evaluasi terhadap manajemen sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf e bertujuan untuk mengetahui:

a. keberadaan pengelola yang kompeten dan professional;

dan

b. perkembangan pola pengelolaan kelompok yang baik.

(7) Evaluasi terhadap kelembagaan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf f bertujuan untuk mengetahui perkembangan

bentuk kelembagaan yang dimiliki kelompok.

(8) Evaluasi terhadap peralatan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf g bertujuan untuk mengetahui perkembangan

penggunaan dan penguasaan peralatan yang dipergunakan

kelompok.

Paragraf 4

Page 18: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 18 -

Paragraf 4

Sentra

Pasal 25

(1) Evaluasi pendekatan sentra mencakup:

a. eksistensi sentra;

b. jumlah anggota sentra;

c. jenis usaha;

d. kapasitas produksi;

e. hasil penjualan dalam jangka waktu tertentu;

f. pasar;

g. jaringan kemitraan;

h. tenaga kerja;

i. manajemen;

j. bahan baku; dan

k. teknologi.

(2) Evaluasi terhadap eksistensi sentra sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a meliputi jumlah total sentra dan

keaktifan, untuk mengetahui perkembangan jumlah sentra,

baik yang aktif dan/atau yang tidak aktif.

(3) Evalusi terhadap jumlah anggota sentra sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf b bertujuan untuk mengetahui

perkembangan jumlah anggota.

(4) Evaluasi terhadap jenis usaha sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c bertujuan untuk mengetahui ragam usaha

sentra.

(5) Evaluasi terhadap kapasitas produksi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf d bertujuan untuk mengetahui tingkat

kemampuan produksi sentra.

(6) Evaluasi terhadap hasil penjualan dalam jangka waktu

tertentu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e

bertujuan untuk mengetahui peningkatan hasil penjualan

dalam jangka waktu tertentu sentra.

(7) Evaluasi terhadap pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf f bertujuan untuk mengetahui perkembangan prospek

pasar sentra.

(8) Evaluasi terhadap jaringan kemitraan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf g bertujuan untuk mengetahui

perkembangan jaringan kemitraan dalam pengembangan

usaha, pengadaan bahan baku, dan pemasaran.

(9) Evaluasi

Page 19: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 19 -

(9) Evaluasi terhadap tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf h bertujuan untuk mengetahui jumlah

penyerapan tenaga kerja dalam sentra.

(10) Evaluasi terhadap manajemen sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf i bertujuan untuk mengetahui:

a. keberadaan pengelola yang kompeten dan professional;

dan

b. perkembangan pola pengelolaan sentra yang baik.

(11) Evaluasi terhadap bahan baku sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf j bertujuan untuk mengetahui kemampuan

sentra dalam mengutamakan penggunaan bahan baku lokal

dalam negeri.

(12) Evaluasi terhadap teknologi sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf k bertujuan untuk mengetahui kemampuan sentra

dalam mengadaptasi dan menggunakan teknologi tepat guna

dalam upaya meningkatkan mutu produk.

Paragraf 5

Klaster

Pasal 26

(1) Evaluasi pendekatan klaster mencakup:

a. jumlah;

b. komponen;

c. jenis usaha;

d. pasar;

e. jaringan;

f. tenaga kerja; dan

g. manajemen.

(2) Evaluasi terhadap jumlah sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf a bertujuan untuk mengetahui perkembangan

jumlah klaster.

(3) Evaluasi terhadap komponen sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf b bertujuan untuk mengetahui perkembangan

komponen klaster yang dapat berperan menjembatani antar

pelaku usaha yang saling terhubung dalam rantai proses

peningkatan nilai.

(4) Evaluasi

Page 20: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 20 -

(4) Evaluasi terhadap jenis usaha sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c bertujuan untuk mengetahui perkembangan

ragam usaha yang dapat memperluas basis produk usaha

serta pola keterkaitannya melalui pengembangan produk-

produk prioritas yang mempunyai nilai tambah tinggi serta

memperluas kemampuan pengolahan sumber-sumber daya

alam yang potensial sebagai bahan baku.

(5) Evaluasi terhadap pasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf d bertujuan untuk mengetahui perkembangan prospek

pasar klaster.

(6) Evaluasi terhadap jaringan sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf e bertujuan untuk mengetahui perkembangan

jaringan usaha dalam pengembangan usaha, pengadaan

bahan baku, dan pemasaran.

(7) Evaluasi terhadap tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf f bertujuan untuk mengetahui jumlah

penyerapan tenaga kerja dalam klaster.

(8) Evaluasi terhadap manajemen sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf g bertujuan untuk mengetahui:

a. keberadaan pengelola yang kompeten dan professional;

dan

b. perkembangan pola pengelolaan klaster yang baik.

Paragraf 2

Koperasi

Pasal 27

(1) Evaluasi pendekatan koperasi mencakup:

a. eksistensi koperasi;

b. jumlah anggota;

c. rapat anggota tahunan;

d. manajer;

e. karyawan;

f. modal;

g. aset;

h. volume usaha; dan

i. sisa hasil usaha.

(2) Evaluasi terhadap eksistensi koperasi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf a meliputi jumlah total koperasi, untuk

mengetahui perkembangan jumlah koperasi, baik yang aktif

dan/atau yang tidak aktif.

(3) Evaluasi

Page 21: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 21 -

(3) Evaluasi terhadap jumlah anggota sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf b bertujuan untuk mengetahui

perkembangan jumlah anggota.

(4) Evaluasi terhadap rapat anggota tahunan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) huruf c bertujuan untuk mengetahui:

a. perwujudan asas demokrasi dan akuntabilitas pengelolaan

koperasi;

b. pertanggungjawaban kepengelolaan koperasi; dan

c. kesehatan manajemen organisasi koperasi.

(5) Evaluasi terhadap manajer sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) huruf d untuk mengetahui:

a. keberadaan pengelola yang kompeten dan professional;

dan

b. perkembangan pola pengelolaan koperasi yang baik

(6) Evaluasi terhadap karyawan sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf e bertujuan untuk mengetahui jumlah

penyerapan tenaga kerja dalam koperasi.

(7) Evaluasi terhadap modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf f bertujuan untuk mengetahui perkembangan sumber

permodalan koperasi baik modal sendiri dan/atau modal luar.

(8) Evaluasi terhadap aset sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf g bertujuan untuk mengetahui perkembangan nilai aset

koperasi.

(9) Evaluasi terhadap volume usaha sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf h bertujuan untuk mengetahui perkembangan

nilai volume usaha koperasi.

(10) Evaluasi terhadap sisa hasil usaha sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) huruf i bertujuan untuk mengetahui

perkembangan nilai sisa hasil usaha koperasi.

Bagian Keempat

Pelaporan

Pasal 28

(1) Hasil evaluasi pendekatan Kelompok, Sentra, Klaster dan

Koperasi dilaporkan kepada Gubernur melalui Dinas setiap 1

(satu) tahun sekali.

(2) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

sebagai bagian dari laporan hasil evaluasi pemberdayaan

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 12 ayat (1).

BAB IV

Page 22: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 22 -

BAB IV

LEGALITAS USAHA

Pasal 29

(1) Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah dalam

melakukan usahanya harus memiliki bukti legalitas usaha.

(2) Bukti legalitas usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

diberikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

BAB V

PERLINDUNGAN USAHA

Pasal 30

(1) Perlindungan usaha bagi Usaha Mikro, Usaha Kecil dan

Usaha Menengah dilakukan berdasarkan prinsip-prinsip tata

kelola pemerintahan yang baik.

(2) Perlindungan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

ditujukan untuk keberlangsungan usaha dan terjaminnya

keberlangsungan kemitraan dengan Usaha Besar.

(3) Perlindungan usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

dilaksanakan melalui :

a. inventarisasi dan pengkajian Peraturan Daerah Provinsi,

Peraturan Gubernur, Peraturan Daerah Kabupaten/Kota

dan Peraturan Bupati/Walikota yang dapat menghambat

perkembangan pemberdayaan Usaha Mikro, Usaha Kecil

dan Usaha Menengah; dan

b. pemberian bantuan konsultasi hukum dan pembelaan

bagi pelaku usaha dengan melibatkan peran serta

Perguruan Tinggi dan Stakeholders atau Pemangku

Kepentingan untuk:

1. mencegah dan menghadapi terjadinya penguasaan

pasar dan pemusatan usaha oleh orang perorangan

atau kelompok tertentu yang merugikan Usaha Mikro,

Usaha Kecil dan Usaha Menengah;

2. memberikan perlindungan atas usaha tertentu yang

strategis untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil dan Usaha

Menengah dari upaya monopoli dan persaingan tidak

sehat lainnya; dan

3. melakukan

Page 23: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 23 -

3. melakukan pencegahan dan memberikan perlindungan

dari tindakan diskriminasi dalam pemberian layanan

pemberdayaan untuk Usaha Mikro, Usaha Kecil dan

Usaha Menengah.

BAB VI

PENGEMBANGAN USAHA

Pasal 31

(1) Pengembangan usaha bagi Usaha Mikro, Usaha Kecil dan

Usaha Menengah dilakukan melalui pemberian fasilitas

bimbingan, pendampingan dan bantuan perkuatan

permodalan untuk menumbuhkan dan meningkatkan

kemampuan dan daya saing Usaha Mikro, Usaha Kecil dan

Usaha Menengah.

(2) Dinas menyusun petunjuk teknis guna memfasilitasi

pengembangan usaha dalam rangka meningkatkan

produktifitas, kualitas produk dan daya saing, meliputi

bidang:

a. bahan baku;

b. teknologi produksi;

c. pengembangan desain produk dan kemasan;

d. pemasaran; dan

e. sumber daya manusia.

(3) Penyusunan petunjuk teknis, sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) dilakukan dengan melibatkan Perangkat Daerah dan

stakeholders atau para pemangku kepentingan.

BAB VII

KEMITRAAN

Bagian Kesatu

Pola Kemitraan

Paragraf 1

Umum

Pasal 32

(1) Kemitraan antara Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha

Menengah dengan Usaha Besar dilaksanakan dengan

memperhatikan prinsip Kemitraan dan menjunjung etika

bisnis yang sehat.

(2) Prinsip

Page 24: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 24 -

(2) Prinsip Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

meliputi prinsip:

a. saling membutuhkan;

b. saling mempercayai;

c. saling memperkuat; dan

d. saling menguntungkan.

(3) Dalam melaksanakan Kemitraan, para pihak mempunyai

kedudukan hukum yang setara dan terhadap mereka berlaku

hukum Indonesia.

(4) Kemitraan antara Usaha Mikro, Usaha Kecil, atau Usaha

Menengah dengan Usaha Besar dilaksanakan dengan disertai

bantuan dan perkuatan oleh Usaha Besar.

Pasal 33

(1) Kemitraan mencakup proses alih keterampilan bidang

produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber

daya manusia dan teknologi sesuai dengan pola Kemitraan.

(2) Pola Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:

a. inti-plasma;

b. subkontrak;

c. waralaba;

d. perdagangan umum;

e. distribusi dan keagenan;

f. bagi hasil;

g. kerja sama operasional;

h. usaha patungan (joint venture);

i. penyumberluaran (outsourcing); dan

j. bentuk kemitraan lainnya.

(3) Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah atau Usaha

Besar dalam melakukan pola Kemitraan sebagaimana

dimaksud pada ayat (2) dilarang memutuskan hubungan

hukum secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

Pasal 34

Dalam pelaksanaan Kemitraan sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 33 ayat (2) berlaku ketentuan :

a. Usaha Besar dilarang memiliki dan/atau menguasai Usaha

Mikro, Usaha Kecil, dan/atau Usaha Menengah mitra

usahanya; dan

b. Usaha

Page 25: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 25 -

b. Usaha Menengah dilarang memiliki dan/atau menguasai Usaha

Mikro dan/atau Usaha Kecil mitra usahanya.

Paragraf 2

Inti-Plasma

Pasal 35

Dalam pola Kemitraan inti-plasma sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 33 ayat (2) huruf a berlaku ketentuan :

a. Usaha Besar berkedudukan sebagai inti, Usaha Mikro, Usaha

Kecil, dan Usaha Menengah berkedudukan sebagai plasma;

atau

b. Usaha Menengah berkedudukan sebagai inti, Usaha Mikro dan

Usaha Kecil berkedudukan sebagai plasma.

Paragraf 3

Subkontrak

Pasal 36

Dalam pola Kemitraan subkontrak sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 33 ayat (2) huruf b berlaku ketentuan :

a. Usaha Besar berkedudukan sebagai kontraktor, Usaha Mikro,

Usaha Kecil, dan Usaha Menengah berkedudukan sebagai

subkontraktor; atau

b. Usaha Menengah berkedudukan sebagai kontraktor, Usaha

Mikro dan Usaha Kecil berkedudukan sebagai subkontraktor.

Paragraf 4

Waralaba

Pasal 37

Dalam pola Kemitraan waralaba sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 33 ayat (2) huruf c berlaku ketentuan :

a. Usaha Besar berkedudukan sebagai pemberi waralaba, Usaha

Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah berkedudukan

sebagai penerima waralaba; atau

b. Usaha Menengah berkedudukan sebagai pemberi waralaba,

Usaha Mikro dan Usaha Kecil berkedudukan sebagai penerima

waralaba.

Pasal 38

Page 26: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 26 -

Pasal 38

Usaha Besar yang memperluas usahanya dengan cara waralaba

memberikan kesempatan dan mendahulukan Usaha Mikro, Usaha

Kecil, dan Usaha Menengah yang memiliki kemampuan.

Pasal 39

Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah yang akan

mengembangkan usaha dengan menerapkan sistem bisnis melalui

pemasaran barang dan/atau jasa yang telah terbukti berhasil dan

dapat dimanfaatkan dan/atau dipergunakan oleh pihak lain, dapat

melakukan Kemitraan dengan pola waralaba sebagai pemberi

waralaba.

Pasal 40

Ketentuan mengenai waralaba diatur sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Paragraf 5

Perdagangan Umum

Pasal 41

(1) Dalam pola Kemitraan perdagangan umum sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf d berlaku ketentuan:

a. Usaha Besar berkedudukan sebagai penerima barang,

Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah

berkedudukan sebagai pemasok barang; atau

b. Usaha Menengah berkedudukan sebagai penerima barang,

Usaha Mikro dan Usaha Kecil berkedudukan sebagai

pemasok barang.

(2) Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah sebagai

pemasok barang memproduksi barang atau jasa bagi mitra

dagangnya.

Pasal 42

Page 27: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 27 -

Pasal 42

(1) Kemitraan usaha dengan pola perdagangan umum, dapat

dilakukan dalam bentuk kerja sama pemasaran, penyediaan

lokasi usaha, atau menerima pasokan dari Usaha Mikro,

Usaha Kecil, dan Usaha Menengah oleh Usaha Besar yang

dilakukan secara terbuka.

(2) Pemenuhan kebutuhan barang dan jasa yang diperlukan oleh

Usaha Besar atau Usaha Menengah dilakukan dengan

mengutamakan pengadaan hasil produksi Usaha Kecil atau

Usaha Mikro sepanjang memenuhi standar mutu barang dan

jasa yang diperlukan.

(3) Pengaturan sistem pembayaran dalam bentuk kerja sama

Kemitraan perdagangan umum sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) dilakukan dengan tidak merugikan salah satu pihak.

Paragraf 6

Distribusi dan Keagenan

Pasal 43

Dalam pola Kemitraan distribusi dan keagenan sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf e berlaku ketentuan:

a. Usaha Besar memberikan hak khusus memasarkan barang dan

jasa kepada Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah;

atau

b. Usaha Menengah memberikan hak khusus memasarkan

barang dan jasa kepada Usaha Mikro dan Usaha Kecil.

Paragraf 7

Bagi Hasil

Pasal 44

Dalam pola Kemitraan bagi hasil sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 33 ayat (2) huruf f berlaku ketentuan :

a. Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah

berkedudukan sebagai pelaksana yang menjalankan usaha

yang dibiayai atau dimiliki oleh Usaha Besar; atau

b. Usaha Mikro dan Usaha Kecil berkedudukan sebagai pelaksana

yang menjalankan usaha yang dibiayai atau dimiliki oleh

Usaha Menengah.

Pasal 45

Page 28: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 28 -

Pasal 45

(1) Masing-masing pihak yang bermitra dengan pola bagi hasil

memberikan kontribusi sesuai dengan kemampuan dan

sumber daya yang dimiliki serta disepakati kedua belah pihak

yang bermitra.

(2) Besarnya pembagian keuntungan yang diterima atau kerugian

yang ditanggung masing-masing pihak yang bermitra dengan

pola bagi hasil berdasarkan pada perjanjian yang disepakati.

Paragraf 8

Kerja Sama Operasional

Pasal 46

Dalam pola Kemitraan kerja sama operasional sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf g berlaku ketentuan:

a. antara Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah dengan

Usaha Besar menjalankan usaha yang sifatnya sementara

sampai dengan pekerjaan selesai; atau

b. antara Usaha Mikro dan Usaha Kecil dengan Usaha Menengah

menjalankan usaha yang sifatnya sementara sampai dengan

pekerjaan selesai.

Paragraf 9

Usaha Patungan

Pasal 47

(1) Usaha Mikro, Usaha Kecil, atau Usaha Menengah lokal dalam

melaksanakan kegiatan usahanya dapat melakukan

Kemitraan usaha dengan Usaha Besar asing melalui pola

usaha patungan (joint venture) sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 33 ayat (2) huruf h dengan cara menjalankan aktifitas

ekonomi bersama dengan mendirikan perusahaan baru.

(2) Usaha Mikro dan Usaha Kecil lokal dalam melaksanakan

kegiatan usahanya dapat melakukan Kemitraan usaha dengan

Usaha Menengah asing melalui pola usaha patungan (joint

venture) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf

h dengan cara menjalankan aktifitas ekonomi bersama dengan

mendirikan perusahaan baru.

(3) Pendirian

Page 29: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 29 -

(3) Pendirian perusahaan baru sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dan ayat (2) dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Pasal 48

Dalam menjalankan aktifitas ekonomi bersama para pihak berbagi

secara proporsional dalam pemilikan saham, keuntungan, risiko,

dan manajemen perusahaan.

Paragraf 10

Penyumberluaran

Pasal 49

(1) Usaha Mikro, Usaha Kecil, atau Usaha Menengah dapat

bermitra dengan Usaha Besar dengan Kemitraan pola

penyumberluaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33

ayat (2) huruf i, untuk mengerjakan pekerjaan atau bagian

pekerjaan di luar pekerjaan utama Usaha Besar.

(2) Usaha Mikro atau Usaha Kecil dapat bermitra dengan Usaha

Menengah dengan Kemitraan pola penyumberluaran

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat (2) huruf i, untuk

mengerjakan pekerjaan atau bagian pekerjaan di luar

pekerjaan utama Usaha Menengah.

(3) Kemitraan pola penyumberluaran sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dan ayat (2) dijalankan pada bidang dan jenis

usaha yang bukan merupakan pekerjaan pokok dan/atau

bukan komponen pokok.

(4) Dalam pola Kemitraan penyumberluaran sebagaimana

dimaksud pada ayat (3) berlaku ketentuan :

a. Usaha Besar berkedudukan sebagai pemilik pekerjaan,

Usaha Mikro, Usaha Kecil, dan Usaha Menengah

berkedudukan sebagai penyedia dan pelaksana jasa

pekerjaan; atau

b. Usaha Menengah berkedudukan sebagai pemilik

pekerjaan, Usaha Mikro dan Usaha Kecil berkedudukan

sebagai penyedia dan pelaksana jasa pekerjaan.

(5) Pelaksanaan pola Kemitraan penyumberluaran sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) sampai dengan ayat (4) dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Paragraf 11

Page 30: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 30 -

Paragraf 11

Kemitraan Lain

Pasal 50

(1) Selain Kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35

sampai dengan Pasal 49, hubungan antara Usaha Mikro,

Usaha Kecil dan Usaha Menengah dapat melakukan pola

Kemitraan lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 33 ayat

(2) huruf j.

(2) Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan

sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal

32 dan Pasal 33 ayat (3).

Paragraf 12

Perjanjian

Pasal 51

(1) Setiap bentuk Kemitraan yang dilakukan oleh Usaha Mikro,

Usaha Kecil, dan Usaha Menengah dituangkan dalam

perjanjian Kemitraan.

(2) Perjanjian Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dibuat secara tertulis dalam Bahasa Indonesia.

(3) Dalam hal salah satu pihak merupakan orang atau badan

hukum asing, perjanjian Kemitraan sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) dibuat dalam Bahasa Indonesia dan bahasa

asing.

(4) Perjanjian Kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)

memuat paling sedikit:

a. kegiatan usaha;

b. hak dan kewajiban masing-masing pihak;

c. bentuk pengembangan;

d. jangka waktu; dan

e. penyelesaian perselisihan.

BAB VIII

Page 31: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 31 -

BAB VIII

TATA CARA PENGENAAN SANKSI ADMINISTRASI

Pasal 52

(1) Dalam hal ditemukan dokumen dan/atau informasi yang

diberikan oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah tidak benar

dan/atau menyalahgunakan fasilitas pemberdayaan yang

diterimanya maka pemberdayaan pada yang bersangkutan

dapat dihentikan atau dialihkan kepada Usaha Mikro, Kecil

dan Menengah lainnya.

(2) Penghentian atau pengalihan pemberdayaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Dinas dan/atau

Perangkat Daerah pelaksana pemberdayaan.

(3) Penghentian atau pengalihan pemberdayaan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1) yang dilakukan oleh Perangkat

Daerah selain Dinas dilaporkan kepada Dinas.

Pasal 53

(1) Dalam hal ditemukan dokumen dan/atau informasi tidak

benar yang diberikan oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

penerima pemberdayaan, Dinas dan/atau Perangkat Daerah

pelaksana pemberdayaan wajib memberikan peringatan

kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah penerima

pemberdayaan untuk memperbaiki ketidakbenaran dokumen

dan/atau informasi tersebut.

(2) Peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

paling lama 7 (tujuh) hari sejak ditemukan ketidakbenaran

dokumen dan/atau informasi.

(3) Peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan

paling banyak 3 (tiga) kali, dalam masa pemberian fasilitas

pemberdayaan, terhitung sejak peringatan pertama diterima

oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah penerima

pemberdayaan.

(4) Apabila dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah

diterimanya peringatan terakhir, Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah penerima pemberdayaan tidak memperbaiki

ketidakbenaran dokumen dan/atau informasi maka

pemberdayaan pada yang bersangkutan dapat dihentikan

atau dialihkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 52.

Pasal 54

Page 32: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 32 -

Pasal 54

(1) Dalam hal ditemukan penyalahgunakan fasilitas

pemberdayaan oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

penerima pemberdayaan, Dinas dan/atau Perangkat Daerah

pelaksana pemberdayaan wajib memberikan peringatan

kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah penerima

pemberdayaan untuk menghentikan penyalahgunakan

fasilitas pemberdayaan.

(2) Peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

paling lama 7 (tujuh) hari sejak ditemukan penyalahgunaan

fasilitas pemberdayaan.

(3) Peringatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan

paling banyak 3 (tiga) kali, dalam masa pemberian fasilitas

pemberdayaan terhitung sejak peringatan pertama diterima

oleh Usaha Mikro, Kecil dan Menengah penerima

pemberdayaan.

(4) Apabila dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari setelah

diterimanya peringatan terakhir, Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah penerima pemberdayaan tidak menghentikan

penyalahgunakan fasilitas pemberdayaan maka

pemberdayaan pada yang bersangkutan dapat dihentikan

atau dialihkan sesuai ketentuan Pasal 52.

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 55

Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka Peraturan

Gubernur Jawa Timur Nomor 23 Tahun 2008 tentang Petunjuk

Pelaksanaan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor 4

Tahun 2007 tentang Pemberdayaan Koperasi, Usaha Mikro, Kecil,

dan Menengah sepanjang mengenai pemberdayaan Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Pasal 56

Page 33: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 33 -

Pasal 56

Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan

Peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita

Daerah Provinsi Jawa Timur.

Ditetapkan di Surabaya

pada tanggal 15 Mei 2018

GUBERNUR JAWA TIMUR

ttd

Dr. H. SOEKARWO

Page 34: PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMURarsipjdih.jatimprov.go.id/upload/7799/PerGub_No._22_Thn_2018_ttg...Kabupaten/Kota di Jawa Timur. 5. Dinas adalah Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah

- 34 -

Diundangkan di Surabaya

Pada tanggal 15 Mei 2018

an. SEKRETARIS DAERAH

PROVINSI JAWA TIMUR

Kepala Biro Hukum

ttd

Dr. HIMAWAN ESTU BAGIJO, SH, MH

Pembina Utama Muda

NIP. 19640319 198903 1 001

BERITA DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2018 NOMOR 22 SERI E.