pemeriksaan audit
DESCRIPTION
memberikan keterangan tentang penerimaan auditTRANSCRIPT
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pemeriksaan
a. Pengertian Pemeriksaan
Secara umum pengertian pemeriksaan adalah proses perbandingan antara
kondisi dan kriteria. Kondisi yang dimaksud disini adalah kenyataan yang
ada atau keadaan yang sebenarnya yang melekat pada objek yang
diperiksa. Sedangkan kriteria adalah tolak ukur, yaitu hal yang seharusnya
terjadi atau hal yang seharusnya melekat pada objek yang diperiksa.
Menurut Mulyadi (2002:40) , definisi pemeriksaan adalah :
Suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengvaluassi bukti secara objektif mengenai pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuain antara pernyataan tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan, serta penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan.
Menurut Arens,dkk (2003:11), pemeriksaan di defenisikan
sebagai berikut:
Auditing is accumulation and evaluationof evidence about information to determind and report on the degree of coresspondence between the information and estabilish criteria. Auditing should be done by a competent and independent person.
Pemeriksaan dilakukan dalam rangka pengendalian suatu kegiatan yang
dijalankan oleh perusahaan tertentu. Pemeriksaan merupakan sebuah aktivitas
konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara independen didalam
organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai untuk
meningkatkan
Universitas Sumatera Utara
operasional perusahaan. Pemeriksaan tersebut membantu organisasi dalam
mencapai tujuannya dengan menerapkan pendekatan yang sistematis dan
berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektifitas proses pengelolaan
resiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi.
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan beberapa
karakteristik pemeriksaan :
1. Pemeriksaan merupakan suatu proses yang sistemetis,
dilakukan terhadap suatu asersi (pernyataan/informasi) yang menjadi
tanggung jawab pihak tertentu.
2. Adanya suatu proses yaitu membandingkan assertion (informasi
perusahaan yang dapat dikuantifikasi) dengan estabilished criteria
(kritetia yang talah ditetapkan sebelumnya).
3. Adanya proses mengumpulkan Dan mengevaluasi secara
objektif bukti-bukti yang diperlukan untuk menilai kesesuaian antar
informasi yang di periksa dengan estabilish criteria.
4. Pemeriksaan tersebut dilakukan oleh orang yang kompeten dan
independen. Kompeten berarti pemeriksa harus mengerti atas kriteria
yang digunakan dan mamapu menentukan jumlah dan jenis bukti
yang dikumpulkan untuk mencapai kesimpulan yang memadai.
Sedangkan independen berarti pemeriksa diharapkan dapat
memberikan peneilaian yang objektif atas objek yang di periksa.
Universitas Sumatera Utara
5. Mengkomunikasikan penemuan hasil pemeriksaan kepada pemakai
laporan pemeriksaan sehingga dapat menyampaikan tingkat
kesesuaian antara informasi yang diperiksa dengan estabilished
criteria.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan pemeriksaan
secara umum adalah untuk menilai apakah kondisi yang di periksa telah sesuai
dengan apa yang diharapkan (kriteria). Bilamana kondisi tersebut tidak sesuai
dengan kriteria yang dimaksud, maka kondisi tersebut dikatakan menyimpang.
Pemeriksaan dilakukan dalam rangka pengendalian suatu kegiatan yang
dijalankan oleh suatu unit usaha tertentu. Pengendalian terdiri dari
pengawasan dan tindak lanjut. Suatu pengawasan akan menghasilkan temuan-
temuan yang memerlukan tindak lanjut. Apabila tindak lanjut dilaksanakan,
maka keseluruhan pekerjaan tersebut merupakan pengendalian. Akan tetapi
bilamana tindak lanjut tidak dilaksanakan maka tetap dinamakan pengawasan.
b. Jenis-jenis Pemeriksaan
Jenis pemeriksaan yang dilakukan oleh aoditor cukup banyak, seperti
pemeriksaan operasional, pemeriksaan ketaatan, dan pemeriksaan laporan
keuangan. Perbedaan antara jenis pemeriksaan ini dapat dilihat dari objek yang
akan di periksa. Jenis-jenis pemeriksaan Menurut Arens,dkk (2008:16),
membedakan jenis pemeriksaan sebagai berikut :
1. Operational audits (pemeriksaan operasional)Pemeriksaan operasional adalah salah satu pemeriksaan yang dilakukan terhadap prosedur,metode dan operasi kegiatan suatu entitas untuk menilai efektivitas dan efisiensi kegiatan entitas tersebut. Pada akhir pemeriksaan operasional diajukan saran-saran atau rekomendasi yang ditujukan kepada pihak manajemen perusahaan. Tujuannya untuk
Universitas Sumatera Utara
memperbaiki jalannya operasi perusahaan tersebut. Ruang lingkup pemeriksaan operasional tidak terbatas pada maslah-masalah akuntansi saja, malainkan dapat meliputi evaluasi terhadap struktur organisasi, metode produksi, pemasaran hasil produksi, dan bidang lainnya yang menjadi keahlian pemeriksa.
2. Compliance audits (pemeriksaan ketaatan)Pemeriksaan ketaatan adalah suatu proses pemeriksaan atas ketaatan perusahaan yang bersangkutan terhadap pelaksanaan peraturan, prosedur dan kontrak yang ditetapkan oleh pihak yang berwenang baik pemerintah maupun manajemen perusahaan itu sendiri. Hasil pemeriksaan ketaatan seluruhnya dilaporkan kepada pimpinan perusahaan. Contoh pemeriksaan jenis ini adalah pemeriksaan terhadapa ketentuan pajak penghasilan (PPh), pemeriksaan sistem upah apakah telah sesuai dengan Undang-Undang Perburuhan, dan yang lainnya.
3. Financial statement audits ( pemeriksaan laporan keuangan) Pemeriksaan laporan keuangan adalah proses pemeriksaan yang dilakukan atas laporan keuangan suatu organisasi atau perusahaan dengan tujuan untuk memberikan pendapat atas kewajaran penyajian laporan keuangan tersebut dimana kriteria yang belaku adalah Standar Akuntansi Keuangan (SAK) untuk indonesia atau secara internasional lebih di kenal dengan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP). Hasil pemeriksaannya berupa pemberian opini oleh auditor atas kewajaran penyajian laporan keuangan yang terdiri dari neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan perubahan ekuitas, dan catatan atas laporan keuangan.
Selain itu, menurut Agoes (2004:10), membagi pemeriksaan ke
dalam beberapa jenis :
Ditinjau dari jenis luasnya pemeriksaan, pemeriksaan dibedakan atas :1. General audits (pemeriksaan umum)
Merupakan pemeriksaan yang bertujuan untuk bisa memberikan pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Pemeriksaan ini harus dilakukan sesuai dengan standar profesi akuntan publik dan memperhatikan kode etik akuntan indonesia, atura etika KAP yang telah disahkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia serta Standat Pengendalian Mutu.
2. Special audits (pemeriksaan khusus)Suatu pemeriksaan terbatas ( sesuai dengan permintaan auditee ) yang dilakukan oleh KAP yang independen, dan pada akhir pemeriksaannya auditor tidak perlu memberikan pendapat terhadap kewajaran laporan
Universitas Sumatera Utara
keuangan secara keseluruhan. Pendapat yang diberikan terbatas pada pos atau masalah tertentu yang di periksa, karena prosedur audit yang dilakukan juga terbatas.
Dari beberapa jenis pemeriksaan yang di jelaskan diatas, Agoes (2004:10)membedakan jenis pemeriksaan atas beberapa jenis, yaitu
:
1. Manajement audits ( pemeriksaan manajemen)Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan,termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan oleh manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasitersebut sudah dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.
2. Compliance audits (pemeriksaan ketaatan)Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaantelah menaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku, baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan (manajemen dan pihak komisaris) maupun pihak eksternal (pemerintah,Bapepam, Bank Indonesia, Derektoral Jenderal Pajak dan lainnya). Pemeriksaan dapat dilakukan oleh KAP maupun bagian internal auditor.
3. Internal audit (pemeriksaan internal)Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah ditentukan. Pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor biasanya lebih rinci dibandingkan dengan KAP. Lapaoran internal auditor berisi temuan pemeriksaan mengenai penyimpangan dan kecurangan yang ditemukan, kelemahan pengendalian internal, beserta saran-saran perbaikannya.
4. Computer audits (pemeriksaan komputer)Pemeriksaan oleh KAP terhadap perusahaan yang memproses data akuntansinya dengan menggunakan EDP (Electronic Data Processing) system.
Dari jenis-jenis pemeriksaan di atas dapat di simpulkan bahwa
pemeriksaan dibedakan menjadi tiga yaitu : pemeriksaan operasional,
pemeriksaan ketaatan, pemeriksaan laporan keuangan. Walaupun jenis
pemeriksaan terbagi lagi seperti dilihat dari luas dan jenis pemeriksaannya
tetapi dalam hal ini memeliki persamaan dalam tujuan dari jenis pemeriksaan
Universitas Sumatera Utara
Seperti dilihat dari luasnya terbagi dua yaitu : pemeriksaan umum
dan pemeriksaan khusus, yang bertujuan untuk memberikan informasi mengenai
kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan. Jika di tinjau dari jenis
pemeriksaannya terbagi menjadi : pemeriksaan manajemen, pemeriksaan
ketaatan, pemeriksaan internal dan pemeriksaan komputer yang bertujuan untuk
melihat bagaimana kegiatan operasi seperti kebijakan akuntansi dan
operasional serta melihat apakah perusahaan telah menaati peraturan-peraturan
dan kebijakan- kebijakan yang berlaku umum.
c. Tujuan Pemeriksaan
Tujuan pemeriksaan (audit) merupakan salah satu perencanaan
pemeriksaan yang harus di buat oleh auditor agar dapat melakukan proses
pemeriksaan dengan tepat dan sesuai, tujuan pemeriksaan dapat di uraikan
sebagai berikut :
1. Tujuan keterjadian (occurrence), maksudnya adalah auditor
memeriksa apakah butir-butir laporan keuangan atau transaksi
yang di catat perusahaan memang benar telah terjadi.
2. Tujuan kelengkapan (completeness),maksudnya adalah auditor
memeriksa apakah jumlah atau pengungkapan (disclosures) yang
disajikan dalam laporan keuangan telah lengkap.
3. Tujuan ketelitian (accuracy), maksudnya adalah auditor
memeriksa apakah angka, jumlah, atau hitungan yang ada di laporan
keuangna sudah akurat.
Universitas Sumatera Utara
4. Tujuan posting dan pengikhtisaran (summarization),maksudnya adalah
auditor memeriksa apakah transaksi-transaksi yang di jurnal secara akurat
telah di posting ke buku besar tambahan dan buku besar.
5. Tujuan klasifikasi (clasification), maksudnya adalah auditor
memeriksa apakah butir-butir yang ada di laporan keuangan sudah sesuai
klasifikasinya.
6. Tujuan pisah batas (cut-off), maksudnya adalah auditor memeriksa
apakah transaksi-transaksi telah di catat sesuai dengan tanggal/waktu
pisah batas yang telah ditentukan sehingga pencatatan telah dilakukan
pada priode akuntansi atau tahun buku yang tepat.
7. Tujuan ketepatan waktu, maksudnya adalah suditor memeriksa
apakah pencatatan transaksi telah tepat waktunya.
2. Pemeriksaan Operasional
a. Pengertian Pemriksaan Operasional
Menurut Agoes (2004:175), pengertian pemeriksaan operasional
adalah “Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu peerusahaan,
termasuk kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditentukan
oleh manajemen untuk mengetahui apakah kegiatan operasi tersebut sudah
dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis”.
Selain itu, pengertian pemeriksaan operasional menurut Arens,dkk
(2008:17) adalah “Penelaahan atas fungsi yang bervariasi dalam perusahaan untuk
Universitas Sumatera Utara
menilai efisiensi dan efektifitas fungsi-fungsi tersebut dalam
mencapai tujuannya”.
Berdasarkan definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pemeriksaan operasional merupaka proses yang sistematis,
menyangkut serangkaian langkah atau prosedur yang logis, terstruktur
dan terorganisir.
2. Pemeriksaan operasional dilakukan untuk mengevaluasi operasi
organisasi telah berjalan secara ekonomis, efisien dan efektif. Proses
evaluasi itu sendiri adalah proses perbandingan antara kondisi yang
ada dengan kriteria atau standar yang telah ditetapkan oleh pihak
manajemen perusahaan tersebut sebelumnya.
3. Hasil akhir pemeriksaan operasional akan dikomunikasikan oleh
pihak- pihak yang berkepentingan (umumnya pihak manajemen) dan
pemeriksa memberikan rekomendasi yang bermanfaat untuk di tidak
lebih lanjut guna perbaikan dan peningkatan efektivitas dan efisiensi
aktivitas operasi yang dijalankan oleh perusahaan.
Selain itu istilah efektivitas dan efisiensi sangat penting dalam
pemeriksaan oleh karena pemeriksa berorientasi pada usaha untuk menilai dan
meningkatkan unsur efisiensi dan efektivitas.
Menurut Guy (2002:10), definisi dari efektivitas dan efisiensi adalah
“Efektivitas mengukur seberapa berhasil suatau organisasi mencapai tujuan dan
sasarannya. Efisiensi mengukur seberapa baik suatu entitas menggunakan
sumberdaya dalam mencapai tujuannya”.
Universitas Sumatera Utara
b. Perbedaan Pemeriksaan Operasional dengan
Pemeriksaan keuangan
Perbedaan pemeriksaan operasional dengan pemeriksaan keuangan dapat
dilihat dari objek yang akan di periksa, dalam pemeriksaan operasional hanya
melakukan pemeriksaan terhadap metode, prosedur dan operasi kegiatan suatu
entitas untuk menilai keefektifan dan keefisiensian kegiatan entitas tersebut.
Sedangkan pemeriksaan keuangan adalah pemeriksaan yang dilakukan terhadap
laporan keuangan suatu entitas dan menilai kewajaran atas laporan keuangan.
Arens,dkk (2008:18), menjelaskan perbedaan pemeriksaan operasional
dengan pemeriksaan keuangan yang terletak pada :
1. Tujuan pemeriksaanTujuan pemeriksaan merupakan perbedaan utama antara pemeriksaan operasional dengan pemeriksaan keuangan. Pemeriksaan keuangan menekankan apakah informasi historis telah dicatat secara benar serta pada penilaian dan pemberian pendapat mengenai kewajaran penyajian laporan keuangan, sedangka pemeriksaan operasional menekankan pada efektivitas dan efisiensi. Pemeriksaan keuangan lebih berorientasi pada masa lalu sedangkan pemeriksaan operasional menyangkut kinerja operasi di masa yang akan datang.
2. Distribusi laporanPada pemeriksaan keuangan, biasanya dibagikan kepada pemakai laporan keuangan, misalnya pemegang saham dan bankir. Sedangkan laporan pemeriksaan operasional terutama ditujukan kepada manajemen.
3. Keikutsertaan bagian nonkeuanganPemeriksaan operasional mencakup seluruh aspek dari efisiensi dan efektivitas suatu organisasi sehingga berkaitan dengan berbagai macam efektivitas. Pemeriksaan keuangan terbatas cakupannya pada hal-hal yang berdampak langsung pada kewajaran penyajian laporan keuangan.
Universitas Sumatera Utara
c. Tujuan Pemeriksaan Operasional
Tujuan pemeriksaan operasional dapat dilihat dari bagaimana kinerja atau
aktivitas suatu perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasionalnya dengan
cara menilai efektivitas dan efisiensi suatu perusahaan. Untuk memperjelas
tujuan pemeriksaan operasional, Agoes (2004:175) menjelaskannya sebagai
berikut :
1. Untuk menilai kinerja (performance) dan manajemen dann berbagai fungsi dalam perusahaan.
2. Untuk menilai apakah berbagai sumber daya (manusia,mesin,dana, hartalainnya) yang dimiliki perusahaan telah digunakan secara efisien dan ekonomis.
3. Untuk menilai apakah efektifitas perusahaan dalam mencapai tujuan(objectives) yang telah ditetapkan oleh top management.
4. Untuk dapat memeberikan rekomendasi kepada top management untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam penerapan pengendalian intern, sistem pengendalian manajemen, dan prosedur operasional perusahaan, dalam rangka meningkatkan efisiensi keekonomisan dan efektifitas dari kegiatan operasi perusahaan.
d. Jenis – jenis Pemeriksaan Operasional
Jenis pemeriksaan operasional terbagi tiga yaitu pemeriksaan fungsional.
Pemeriksaan organisasional, dan pemeriksaan khusus. Semua jenis pemeriksaan
operasional ini memiliki fungsi dan tujuan yang berbeda sesuai dengan jenisnya.
Menurut Arens,dkk (2008:19), jenis-jenis pemeriksaan operasional adalah:
1. Fungsional audits (pemeriksaan fungsional)Pemeriksaan berdasarkan fungsi ini memiliki keuntungan, yaitumemungkinkan adanya spesialisasi oleh pemeriksa sehingga pemeriksa dapat mengembangkan keahlian dalam suatu bidang tertentu dan secara tidak langsung berarti mereka dapat menggunakan waktu pemeriksaan secara lebih sedikit / hemat dalam bidang tersebut. Kelemahan pemeriksaan fungsional ini adalah kegagalan dalam melakukan evaluasi fungsi-fungsi yang saling berhubungan.
Universitas Sumatera Utara
2. Organizational audits (pemeriksaan organisasional)Pemeriksaan ini berhubungan dengan unit organisasi secara keseluruhan, seperti departemen, cabang, atau anak perusahaan. Pemeriksaan organisasional menekankan pada seberapa efektif dan efisien fungsi yang ada saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Rencana dan metode-metode dalam organisasi untuk mengkoordinasikan aktivitas-aktivitas merupakan hal yang penting dalan jenis pemeriksaan ini.
3. Special assignment (pemeriksaan khusus)Dalam pemeriksaan operasional pemeriksaan ini memiliki tujuan danruang lingkup dan khusus. Penugasan khusus ini muncul berdasarkan drap permintaan pihak manajemen untuk menyelidiki suatu masalah dalam organisasi.
e. Manfaat Pemeriksaan Operasional
Pemeriksaan operasional memiliki banyak manfaat bagi perusahaan dan
entitas tertentu, salah satunya adalah untuk mengidentifikasi masalah,
mengidentifikasi tujuan dan sasaran, merekomendasi, memeriksa dan
menilai suatu kegiatan operasi perusahaan atau entitas tertentu. Guna
memperjelas manfaat pemeriksaan operasional, Reider (2002:34) menjelaskan
manfaat pemeriksaan operasional adalah sebagai berikut :
1. Mengidentifikasi masalah, sebab-sebab yang berhubungan dan alternatif untuk perbaikan.
2. Mencari kesempatan untuk menghilangkan pemborosan dan inefisiensiyang disebut cost reduction.
3. Mencari kesempatan untuk meningkatkan pendapatan yang disebutincome improvement.
4. Mengidentifikasi tujuan, sasaran, kebijaksanaan dan prosedurorganisasi yang belum diidentifikasikan sebelumnya.
5. Mengidentifikasi kriteria untuk mengukur pencapaian tujuan dansasaran organisasi.
6. Merekomendasikan perbaikan dalam kebijaksanaan, prosedur, danstruktur organisasi.
7. Melakukan uji prestasi atas individu-individu atau unit-unit organisasi.8. Memeriksa kesesuaian dengan syarat-syarat hukum serta
tujuan, sasaran, kebijaksanaan, dan prosedur perusahaan.
Universitas Sumatera Utara
9. Menguji adanya tindakan-tindakan yang tidak diotorisasi, kecurangan atau tindakan lain yang tidak teratur.
10. Menilai informasi dan sistem pengendalian manajemen.11. Mengidentifikasi kemungkinan titik kritis pada operasi masa
yang akan datang.12. Menyediakan saluran komunikasi tambahan antara operating level
dengan top management.13. Melakukan evaluasi atas operasi secara independen dan objek.
Dari penjelasan kutipan diatas, telah jelas bahwa manfaat
pemeriksaan operasional sangat berguna bagi perusahaan maupun entitas.
Sehingga perusahaan ataupun entitas dapat melakukan evaluasi terhadap
kegiatan operasinya secara objektif.
f. Kriteria Pemeriksaan Operasional
Penentuan kriteria pemeriksaan operasional merupakan kesulitan utama
yang dihadapi dalam setiap melakukan pemeriksaan. Hal ini disebabkan karena
tidak adanya standar dan kriteria tertentu yang pasti untuk mengevaluasi
efektivitas dan efisiensi suatu organisasi.
Dalam menetukan dan kriteria yang diperlukan untuk suatu kondisi
tertentu, pemeriksa harus melakukan review pada bidang-bidang tertentu seperti
misalnya existing contracts, policy statement,system and procedures, internal and
external regulations, responsibility and authority relationships, standards,
schedules, plans and budgets, principles of good management and administration,
dan sebagainya.
Setelah melakukan review, auditor (pemeriksa) harus menentukan dan
kriteria-kriteria yang tepat untuk kondisi dimana pemeriksa tersebut
melakukan
Universitas Sumatera Utara
pemeriksaan. Arens,dkk (2008:30), menyebutkan beberapa dan kriteria
yang digunakan dalam pemeriksaan operasional yaitu :
1. Kinerja Historis (Historical Performance)Kriteria yang sederhana dapat didasarkan pada hasil aktual atau hasil pemeriksaan dari periode sebelumnya. Manfaat kinerja ini adalah mudah dibuat, tapi seringkali tidak memberikan gambaran yang tepat mengenai keadaan organisasi sesungguhnya, karena kemungkinan adanya perubahan keadaan dari dua periode yang yang berbeda.
2. Kinerja yang dapat diperbandingkan (Comparable Performance) Sebagian besar kesatuan yang menjalani pemeriksaan operasional tidak bersifat unik, terdapat banyak kesatuan yang sama di dalam keseluruhan organisasi atau di luarnya. Data kinerja dari kesatuan yang dapat diperbandingkan merupakan sumber yang sangat baik untuk untuk mengembangkan kriteria.
3. Standar rekayasa (Engineered Standard)Kriteria ini seringkali memakan waktu dan biaya yang besar dalam pengembangannya, karena memerlukan banyak keahlian, akan tetapi hal ini mungkin sangat efektif dalam memecahkan masalah operasional yang utama dan harga yang dikeluarkan juga mahal.
4. Diskusi dan kesepakatan (Discussion and Agreement)Kriteria yang ditetapkan berdasarkan hasil diskusi dan persetujuan bersama antara manajemen dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam pemeriksaan operasional. Kriteria ini umumnya digunakan karena pembuatan kriteria yang lain seringkali sulit dan membutuhkan biaya tinggi.
Selain itu standar auditing juga di perlukan dalam proses
pemeriksaan (audit). Standar auditing merupakan pedoman umum untuk
membantu auditor memenuhi tanggung jawab profesionalnya dalam
mengaudit. Standar ini mencakup pertimbangan mengenai kualitasa
profesional seperti kompetensi dan independensi, persyaratan pelaporan dan
bukti.
Standar auditing yang berlaku umum dibagi menjadi tiga kategori yaitu :
1. Standar umum
2. Standar pekerjaan lapangan
Universitas Sumatera Utara
3. Standar pelaporan
Penjelasan standar auditing yang berlaku umum dapat telihat pada
ilustrasi gambar di bawah ini:
Standar auditing yang berlaku umum
Umum klasifikasi dan perilaku
Meliputi :
• Pelatihan dan kecakapan yang memadai
• Independensi dalam sikap mental
• Kemahiran profesional
Pekerjaan lapangan pelaksanaan audit
Meliputi :
• Perencanaan dan pengawasan yang tepat
• Pemahaman yang mencukupi atas entitas, lingkungan dan pengendalian internal
• Bukti yang mencukupi dan tepat
Pelaporan hasil
Meliputi :
• Apakah laporan yang disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum
• Keadaan bila prinsip akuntansi tidak diikuti secara konsisten
• Memadainya pengungkapan informatif
Gambar 2 . 1
Standar auditing
Sumber : Arens,dkk (2008)
g. Mekanisme atau Tata Cara Pemeriksaan Operasional
Dalam melakukan pemeriksaan operasional pemeriksa melakukan
kerangka kerja yang dapat menjadi pedoman dalam melaksanakan tugasnya.
Pedoman ini harus disertai pula dengan program pemeriksaan yang terperinci
sehingga dapat menjadi suatu pedoman kerja yang baik.
Mekanisme atau tata cara pemeriksaan operasional menurut Raider
(2002:39) dibagi menjadi lima tahap yaitu :
1. Perencanaan.Pemeriksaan mengumpulkan informasi mengenai jenis-jenis aktifitas perusahaan itu, sifat dan penting atau tidaknya aktivitas tersebut, dan informasi umum lainnya untuk membantu rencana di bagian awal pemeriksaan.
2. Program KerjaPemeriksa menyiapkkan program pemeriksaan operasional dan rencana kerja untuk pemeriksaan pendahuluan dari setiap ativitas yang akan diperiksa pada tahap perencanaan. Program pemeriksaan yang dikonsep dengan baik penting untuk mengadakan pemeriksaan operasional dengan efektif dan efisien. Setiap organisasi harus dibuat khusus untuk tiap situasi dan langkah kerja harus ditulis dengan jelas untuk setiap pekerjaan yang akan dikerjakan.
3. Kerja LapanganPemeriksa menganalisa operasi-operasi untuk menentukan tingkatefekktivitas dari manajeman kontrol yang bersangkutan. Fungsi dan kontrol diuji pada operasi akrual, dengan penekanan tertentu pada dearah yang sulit di kontrol dan mempunyai potensi yang tinggi akan kelemahan. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menentukan apakah sebuah situasi membutuhkan peningkatan.
4. Pengembangan Temuan dan RekomendasiBerdasarkan atas daerah yang penting yang diidentifikasi selama tahapkerja lapaangan, temuan khusus dikembangkan untuk hal:a) Condition :apa yang ditemukan pemeriksa?b) Criteria :apa yang seharusnya terjadi?c) Effect :apa pengaruhnya terhadap operasi perusahaan?
d) Cause : mengapa hal itu terjadi?e) Recommendation :apa yang perlu dilakukan untuk memperbaiki
situasi tersebut?
5. LaporanPemeriksa menyiapkan hasil pelaporan tergantung pada hasil pemeriksaan. Tujuan Laporan ini adalah untuk membawa hasil pemeriksaan untuk diperhatikan oleh orang-orang yang berkepentingan atau bertanggungjawab atas temuan-temuan tersebut.
3. Dana Pensiun
a. Pengertian Dana Pensiun
Istilah Dana Pensiun sebagai Badan Hukum mulai dikenal setelah
lahirnya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 1992 tentang
Dana Pensiun. Undang-undang tersebut sebagai dasar penyelenggaraan Dana
Pensiun bagi karyawan atau tenaga kerja suatu perusahaan.
Pengertian Dana Pensiun menurut Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 11 Tahun 1992 adalah sebagai badan hukum yang mengelolah
dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya,
janda/duda/anak, yang dikaitkan dengan pencapaian usia tertentu dan memiliki
status sebagai badan hukum serta memulai kegiatan sejak tanggal
pengesahan oleh Menteri Keuangan.
Peserta adalah setiap orang yang memenuhi persyaratan peraturan Dana
Pensiun. Peraturan Dana Pensiun adalah peraturan yang berisi ketentuan
yang menjadi dasar penyelenggaraan program pensiun. Manfaat pensiun adalah
pembayaran berkala yang dibayarkan kepada peserta pada saat dan dengan cara
yang ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun. Besarnya manfaat pensiun
peserta tergantung pada :
a) Akumulasi dana yang telah
disetor b) Jangka waktu kepesertaan
c) Hasil pengembangan dana yang terkumpul
Menurut Wahab (2001:12), maksud dan tujuan dibentuknya Dana
Pensiun, dapat dilihat dari beberapa sisi :
1. Sisi pemberi kerjaDana Pensiun sebagai usaha untuk menarik atau untuk memepertahankan karyawan atau tenaga kerja perusahaan yang memiliki potensi, cerdas, terampil.dan produktif yang diharapkan dapat meningkatkan atau mengembangkan perusahaan, disamping tanggung jawab moral dan sosial Pemberi Kerja kepada karyawan atau tenaga kerja serta keluarganya pada saat karyawan tidak lagi mampu bekerja atau pensiun meninggal dunia.
2. Sisi karyawan atau tenaga kerjaDana Pensiun memberikan rasa aman terhadap masa yang akan datangdalam arti tetap mempunyai penghasilan pada saat memasuki masa pensiun.
3. Sisi pemerintahDengan adanya Dana Pensiun akan mengurangi kerawanan sosial. Kondisi tersebut merupakan unsur yang sangat penting dalam menciptakan kestabilan negara.
4. Sisi masyarakatAdanya Dana Pensiun merupakan salah satu lembaga pengumpul danayang bersumber dari iuran dan hasil pengembangan. Terbentuknya akumulasi dana yang bersumber dari dalam negri tersebut dapat membiayai pembangunan nasional dalam rangka menciptakan kesejahteraan masyarakat.
b. Jenis – jenis Dana Pensiun
Dana pensiun terbagi dua, yaitu dana pensiun lembaga keuangna dan
dana pensiun pemberi kerja. Penjelasan berdasarkan Undang-Undang Nomor 11
Tahun
1992, jenis Dana Pensiun adalah :
1. Dana Pensiun Lembaga Keuangan
Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) adalah Dana Pensiun
Program Pensiun Iuran Pasti bagi perorangan, baik karyawan atau tenaga kerja
maupun pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun pemberi kerja
bagi karyawan bank atau perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.
Dana Pensiun Lembaga Keuangan hanya dapat menyelenggarakan
Program Pensiun Iuran Pasti. Bank dan perusahaan asuransi jiwa dapat bertindak
sebagai pendiri DPLK dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan dengan
peraturan pemerintah. Untuk dapat mendirikan DPLK, bank atau perusahaan
asuransi jiwa wajib mengajukan permohonan pengesahan kepada Menteri,
dengan melampirkan peraturan Dana Pensiun.
2. Dana Pensiun Pemberi Kerja
Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK) adalah Dana Pensiun yang dibentuk
oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan, selaku pendiri, untuk
menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti atau Program Pensiun Iuran
Pasti, bagi kepentingan sebagian atau seluruh karyawannya sebagai Peserta, dan
yang menimbulkan kewajiban terhadap Pemberi Kerja.
Istilah “Pemberi Kerja” dan “Pendiri” merupakan istilah baku dalam
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 maupun didalam peraturan
peleksanaanya. Pengertian Pemberian Kerja dan Pendiri pada dasarnya
sama, yaitu istilah Pemberi Kerja dilihat dari sisi orang/badan yang mendirikan
Dana Pensiun untuk karyawannya itu.
Pembentukan Dana Pensiun Pemberi Kerja didasarkan pada :
a. Pernyataan tertulis pendiri yang menyatakan keputusannya untuk
mendirikan Dana Pensiun dan memnerlakukan Peraturan Dana
Pensiun.
b. Peraturan Dana Pensiun yang ditetapkan oleh Pendiri.
c. Penunjukkan pengurus, dewan pengawas, dan penerimaan titipan.
Jenis Dana Pensiun yang telah dijelaskan di atas dapat di ilustrasikan
pada gambar di bawah ini :
DANA PENSIUN
DANA PENSIUN LEMBAGA
KEUANGAN
DANA PENSIUN PEMBERI KERJA
PROGRAM PENSIUN IURAN
PASTI
PROGRAM PENSIUN IURAN
PASTI
PROGRAM PENSIUN
MANFAAT PASTI
Gambar 2 . 2
Jenis – jenis dana pensiun
Sumber : PSAK NO.18, 2009
c. Sumber Kekayaan Dana Pensiun Pemberi Kerja
Sumber kekayaan dana pensiun pemberi kerja biasanya dapat bersumber
dari iuran wajib pemberi kerja sendiri/perusahaan dan dari iuran peserta pensiun,
selain itu dapat bersumber dari hasil investasi serta bersumber dari
pengalihan dana pensiun. Untuk memperjelas sumber Kekayaan Dana
Pensiun Pemberi Kerja, menurut Wahab (2001:39) dapat dihimpun dari :
1. Iuran pemberi kerja
Iuran pemberi kerja terdiri dari iuran normal (bulanan) dan iuran
tambahan dalam hal terdapat defisit. Defisit yang dimaksud adalah :
• Iuran tambahan dalam rangka menelusuri Defisit pra
Undang- undang.
• Iuran tambahan dalam rangka menutup kekurangan solvabilitas.
• Iuran tambahan dalam rangka melunasi defisit masa kerja
lalu selain yang diperhitungkan sebagai kekurangan solvabilita.
2. Iuran peserta
Iuran peserta merupakan iuran wajib dibayar oleh peserta setipa bulannya.
Besarnya iuran ditentukan dalam peraturan dana pensiun.
3. Hasil investasi
4. Pengalihan dari Dana Pensiun Lain (apabila ada)
Faktor lain yang menunjang terbentuknya kekayaan Dana Pensiun
adalah fasilitas keringan pajak yang diberikan Pemerintah yaitu
pembebasan pajak terhadap iuran yang disetorkan ke Dana Pensiun
maupun hasil investasi yang dilakukan oleh Dana Pensiun dalam
bentuk deposito
berjangka, sertifikat deposito, tabungan di bank, sertifikat BI,
obligasi, reksa dana dan saham yang diperdagangkan di Bursa Efek
Indonesia.
d. Penggunaan dan Pengelolaan Kekayaan Dana Pensiun
Pemberi Kerja
Sesuai penjelasan umum Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992, sebagi
badan hukum maka kekayaan Dana Pensiun terpisah dari kekayaan Pendirinya,
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1992 ini menegaskan, DPPK tidak
diperkenankan melekukan pembayaran apapun, kecuali pembayara yang
ditetapkan dalan Peraturan Dana Pensiun.
Dengan demikian berbeda dengan perusahaan pada umumnya yang
memberikan dividen kepada pemegang sahamnya, maka pada DPPK tidak satu
bagianpun kekayaan maupun hasil usaha DPPK yang dapat dibayarkan atau di
setor kepada Pemberi Kerja/pendiri Dana Pensiun. Seluruh kekayaan DPPK
termasuk hasil usaha, sepenuhnya digunakan untuk mencapai tujuan
pembentukan Dana Pensiun yaitu memelihara kesinambungan pengahsilan
Pesreta.
Pengelolaan kekayaan Dana Pensiun harus dilakukan pengurus sesuai
dengan :
1. Arahan investasi yang di tetapkan oleh pendiri
2. Ketentuan tantang investasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan
Menurut Wahab (2001:40), pengelolaan kekayaan Dana Pensiun tersebut
dapat dialihkan kepada perusahaan yang memiliki izin untuk bertindak sebagai
manajer. Pada prinsipnya pengelolaan kekayaan Dana Pensiun
mengutamakan dan memperhatikan faktor keamanan guna memenuhi
kewajiban pembayaran Manfaat Pensiun.
4. Program Pensiun
a. Pengertian dan Fungsi Program Pensiun
Program Pensiun adalah setiap program yang mengupayakan
manfaat pensiun bagi peserta.
Program pensiun mempunyai dua fungsi, yaitu :
1. Fungsi asuransi
Penyelenggaraan program pesiun mengandung azas kebersamaan
sebagaimana halnya dengan program asuransi. Sebagai contoh,
seorang peserta program pensiun mengalami cacat atau meninggal
dunia karena kecelakaan ayang menyebabkan peserta tersebut
kehilangan pendapatan sebelum memasuki masa pensiun, kepada
peserta tersebut akan diberikan manfaat pensiun sebesar yang
dijanjikan atas beban Dana Pensiun.
2. Fungsi tabungan
Dana pensiun bertugas mengumpulkan dan mengembangkan dana,
sehingga dana tersebut merupakan akumulasi dari iuran pemberi
kerja, kemudian iuran itu akan diperlakukan sebagai tabungan.
Selanjutnya dana yang terkumpul akan dikembangkan yang nantinya
akan digunakan untuk membayar manfaat pesiun peserta.
b. Jenis Program Pensiun Sesuai PSAK NO.18 Tahun 2009
Program pensiun dapat dibedakan menjadi dua (PSAK no.18) tahun 2009,
yaitu Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP) dan Program Pensiun Iuran Pasti
(PPIP). Dana Pensiun Pemberi Kerja dapat menyelenggaran PPIP atau PPMP,
sedangkan Dana Pensiun Lembaga Keuangan hanya dapat
menyelenggarakan PPIP.
1. Program Pensiun Manfaat Pasti
Program Pesiun Manfaat Pasti (PPMP) adalah program pensiun yang
manfaatnya ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun atau program pensiun lain
yang bukan merupakan Program Pensiun Iuran Pasti.
Dalam PMPP, besarnya pembayaran manfaat pensiun yang dijanjikan
kepada peserta ditentukan dengan rumus manfaat pensiun yang telah ditetapkan
dalam Peraturan Dana Pensiun. Rumus tersebut dipengaruhi oleh masa
kerja, faktor penghargaan per tahun masa kerja dan penghasilan dasar pensiun.
PPMP memnutuhkan bantuan aktuaris secara priodik untuk menentukan besarnya
nilai kewajiban aktuaria, mengkaji kembali asumsi aktuarial yang digunakan dan
merekomendasikan tingkat iuran yang seharusnya.
Kelebihan dan kelemahan Program Pensiun Manfaat Pasti (PPMP)
menurut Wahab (2001:7) dapat dilihat sebagai berikut
: Kelebihan :
a. Lebih menekankan pada hasil akhir
b. Manfaat pensiun dapat ditentukan terlebih dahulu dikaitkan
dengan penghasilan karyawan.
c. Masa kerja lalu karyawan dapat diakomodasi, terutama
apabila program pensiun dibentuk jauh setelah Pemberi Kerja
beroperasi.
d. Karyawan/peserta lebih dapat menemtukan besarnya manfaat
pensiun yang akan diterima pada saat mencapai usia pensiun.
Kelemahan :
a. Pemberi kerja mengurangi risiko atas kekurangan dana apabila hasil
pendapatan tidak dapat mencukupi untuk pembayaran manfaat
pensiun.
b. Relatif lebih sulit mengadministrasikan.
2. Program Pensiun Iuran Pasti
Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) adalah program pensiun yang
iurannya ditetapkan dalam peraturan Dana Pensiun dan seluruh iuran serta hasil
pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing peserta sebagai
manfaat pensiun.
Dalam PPIP, jumlah yang diterima oleh peserta pada saat pensiun
tergantung pada jumlah iuran dari pemberi kerja, atau iuran peserta dan pemberi
kerja atau iuran peserta, dan hasil usaha. Kewajiban dari pemberi kerja adalah
membayar iuran sesuai dengan yang ditetapkan dalam Peraturan Dana Pensiun.
Bantuan aktuaris biasanya tidak diperlukan, meskipun nasehat aktuaris kadang-
kadang digunakan untuk memeperkirakan manfaat pensiun yang akan diterima
peserta pada saat pensiun, berdasarkan jumlah iuran saat ini dan dimasa datang
serta Dana Pensiun yang ada.
Kelebihan dan kelemahan Program Pensiun Iuran Pasti (PPIP) menurut
Wahab (2001:7) daapat dilihat sebagai berikut
: Kelebihan :
a. Pendanaan (biaya atau iuran) dari Pemberi Kerja lebih
akurat diperhitungkan atau diperkirakan.
b. Karyawan dapat memperhitungkan besarnya iuran setipa
bulan. c. Lebih mudah mengadministrasikan.
Kelemahan :
a. Penghasilan pada saat usia pensiun lebih sulit
diperkirakan. b. Tidak dapat mengakomodasikan masa kerja
karyawan.
c. Akuntansi Untuk Program Pensiun
Akuntansi atau pencatatan pembayaran dana pensiun dapat di lihat pada
contoh ilustrasi jurnal dibawah ini menurut Kieso,dkk (2002:159) :
Asumsikan bahwa tanggal 1 januari 2000, PT.X untuk mempertanggungjawabkan program pensiun iuran pasti. Fakta-fakta berikut untuk program pensiun tersebut selama tahun 2009:• Aktiva program, 1 januari 2009 adalah Rp 100.000.000• Proyeksi kewajiban iuran Rp 100.000.000• Biaya jasa tahunan adalah Rp 9.000.000• Suku bunga penyelesaian 10%• Pengembalian akrual atas aktiva program adalah Rp 10.000.000• Kontribusi (pendanaan) adalah Rp 8.000.000• Iuran yang dibayarkan kepada pensiunan selama tahun berjalan Rp 7.000.000
Pos Ayat jurnal umum Catatan memo
Saldo 1 jan 2009Biaya jasa Biaya bunga Pengembalian akrual KontribusiTunjanganAyat jurnal untuk tahun2009Saldo 31 des 2009
beban pensiuntahunan
kas biaya dibayardi muka
ProyeksiKewajiban
aktivaprogram
9.000.00010.000.000(D)10.000.000(K)
9.000.000(D)1.000.000(K)
8.000.000(K)
8.000.000(K)
8.000.000(K)
100.000.0009.000.00010.000.000
7.000.000
112.000.000
100.000.000
10.000.0008.000.000
7.000.000
111.000.000
9.000.000 – 8.000.000 =1.000.000
112.000.000 – 111.000.000 = 1.000.000
Jurnal untuk mencatat beban pensiun adalah :
Beban pensiun 9.000.000
Kas 8.000.000
Biaya pensiun di bayar di muka/akrual 1.000.000
Keterangan :
Ayat jurnal kredit ke biaya pensiun di bayar di muka /akrual sebesar 1.000.000 menunjukkan adanya perbedaan antara beban pensiun tahun 2000 sebesar9.000.000 dan jumlah yang didanai sebesar 8.000.000. biaya pensiun di bayardimuka /akrual merupakan kewajiban karena program kuarang didanai sebesar1.000.000 juga sama dengan saldo bersih dalam akun memo. Rekonsiliasi pos-posdengan biaya pensiun di bayar di muka/akrual di laporkan dalam neraca. Neraca dapat dilihat pada ilustrasi di bawah ini.
Skedul rekonsiliasi pensiun per 31 desember 2000
Proyeksi kewajiban tunjangan (kredit) (112.000.000)
Aktiva program sebesar nilai wajar (debet)
111. 000. 000
Biaya pensiun di bayar dimuka/akrual (kredit) ( 1.000.000)
Contoh Jurnal yang paling sederhana dapat di lihat di bawah ini
Jur na l pe mba yar a n da na pens iu n
Hutang iuran pensiun xxx
Kas xxx
Jur na l pe ner imaa n da na pens iu n
Kas xxx
Piutang iuran pensiun xxx
Keterangan :
Hal ini dikarenakan iuran dana pensiun merupakan kewajiban tidak lancar
yang dapat dicarikan sesuai dengan priode/waktu tertentu. Dan biasanya
pembayaran kewajiban tidak lancar ini dilakukan setiap bulan sesuai dengan
besarnya dana yang akan dikelurkan.
Dalam akuntansi untuk program pensiun terdapat hal yang dapat
menjelaskan beberapa kesepakatan umum. Menurut Kieso,dkk (2002:257) adalah
sebagai berikut :
1. Ukuran alternatif kewajibanSebagaian besar akuntan setuju bahwa kewajiban pensiun pemberi kerja adalah kewajiban kompensasi yang ditangguhkan kepada para karyawannya atas jasa-jasa mereka menurut persyaratan dalam program pensiun, tetapi ada cara alternatif untuk mengukur kewajiban itu. Beberapa ukuran kewajiban itu adalaha) Mendasarkannya hanya kepada tunjangan yang di jamin
sepenuhnya kepeda karyawan. Tunjangan terjamin adalah tunjangan yang berhak di terima karyawan sekali pun karyawan itu tidak memberikan jasa tambahan dalam program.
b) Mendasarnya perhitungan jumlah kompensasi yang ditangguhkan
itu dengan seluruh tahun masa kerja yang dijalani karyawan setelah mengikuti program baik yang terjamin maupun yang tidak terjamin dengan menggunakan tingkat gaji yang sekarang berlaku. Ukuran ini disebut akumulasi kewajiban tunjangan.
c) Mendasarkan perhitungan jumlah kompensasi yang ditangguhkan atas masa kerja yang terjamin maupun yang tidak terjamin dengan menggunakan gaji masa depan. Ukuran ini disebut proyeksi kewajiban tunjangan.
2. Kapitalisasi lawan Nonkapitalisasi3. Komponen Beban Pensiun
Ada kesepakatan umum bahwa biaya pensiun harus
dipertanggungjawabkan dengan dasar akrual. Akan tetapi, penentuan biaya
pensiun ini sangat rumit karena merupakan fungsi dari komponen-
komponen. Komponen-komponen beban pensiun adalah sebagai berikut :
a) Biaya Jasa.Biaya jasa merupakan beban yang disebabkan oleh kenaikan hutangtunjangan pensiun (proyeksi kewajiban tunjangan) kepada karyawan atau jasa yang mereka berikan selama tahun berjalan. Aktuaris menghitung biaya jasa sebagai nilai sekarang tunjangan baru yang diperoleh karyawan selama tahun berjalan.
b) Bunga atas kewajibanKarena pensiun adalah perjanjian kompensasi yang ditangguhkan, makaterdapat faktor nilai waktu dari uang. Akibatnya, pensiun dicatat atas dasar setelah didiskontokan. Beban bung setiap akrual setiap tahun atas proyeksi kewajiban tunjangan terjadi tepat seperti pada beban bunga atas hutang yang didiskontokan. Akuntan menrima bantuan dari aktuaris dalam memilih suku bunga, yang dikenal dengan suku bunga penyelesaian.
c) Pengembalian aktual atas aktiva program.Pengembalian yang dihasilkan oleh akumulasi aktiva dana pensiun selama tahu tertentu adalah relevan dengan pengukuran biaya bersih bagi pemberi kerja yang mensponsori program pensiun karyawan.
d) Amortisasi biaya jasa sebelumnya yang belum diakaui.e) Keutungan atau kerugian.
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Beberapa hasil penelitian terdahulu atau tinjauan terdahulu yang telah
diteleti oleh peneliti sebelumnya yang berhubungan dengan Dana Pensiun
adalah sebagai berikut :
a. Rafika Sari (2008)
“Pengaruh Sistem Pemberian Tunjangan Dana Pensiun Terhadap
Manfaat Pensiun dan Tingkat Kepuasan pensiunan pada PTPN IV
(Persero) Medan”
Menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara
penggunaan sistem pembayaran per bulan dengan sistem bayar langsung
sekaligus terhadap tingkat kepuasan pensiunan. Rata-rata kepuasan pensiunan
lebih tinggi terhadap sistem pembayaran per bulan. Dan terdapat perbedaan yang
signifikan antara penggunaan sistem pembayaran per bulan denga sistem
sekaligus langsung bayar terhadap besarnya manfaat pensiun. Apabila
dibandingkan besarnya manfaat pensiun sistem pembayaran per bulan dengan
sistem langsung sekaligus bayar untuk satu priode saja, akan terlihat
perbedaan yang mencolok damana manfaat pensiun sekaligus langsung bayar.
Metode atau jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
asosiatif kausal. Penelitian ini ditunjukkan untuk melihat hubungan antar
dua variabel atau lebih. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan
membuktikan hubungan antara sistem pemberian tunjangan pensiun terhadap
manfaat pensiun dan kepuasan pensiunan.
b. Felisya Dewi Meilika (2006)
“Fungsi Pengendalian Investasi Guna Meningkatkan Kecukupan Dana
Pensiun pada PT. Krakatau Steel”
Menyimpulkan bahwa Pengendalian pada Dana Pensiun perusahaan
memiliki kualifikasi : Hasil analisis secara keseluruhan adalah 75,60 %
sehingga
dapat ditarik kesimpulan bahwa kualifikasi pengendalian cukup tinggi. Dan hasil
analisis efektivitas pengendalian investasi adalah 80,83% sehingga dapat ditarik
kesimpulan pengendalian investasi sangat efektif. Dan hasil analisis fungsi
pengendalian adalah sebesar 76,16 % sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa
pengendalian berfungsi dalam pengendalian investasi.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif
analitis yang bertujuan untuk membuat deskriptif, gambaran atau lukisan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki secara terperinci untuk menghasilkan
rekomendasi untuk keperluan masa yang akan datang.
Adapun yang menjadi perbedaan dari penelitian terdahulu dengan
penelitian penulis adalah penulis disini menekankan pada pemeriksaan
operasional yang terfokus pada dana pensiun yang terdapat pada
perusahaan. Selain itu penulis juga menggunakan pengendalian internal
(internal control) dalam menjaga kinerja perusahaan agar tidak terjadi
kecurangan dan penyelewengan. Sesuai dengan komponen – komponen
pengendalian internal yaitu : 1) lingkungan pengendalian, 2) penilaian
risiko (risk assessment),
3)aktivitas pengendalian (control activities), 4) informasi dan komunikasi,
5)aktivitas pemantauan. Dan bagaimana cara menilai pelaksanaan pemeriksaan
operasional atas dana pensiun sudah memadai, cara penyaluran dana pensiun,
dan pengaruh pemeriksaan operasional dana pensiun terhadap efektivitas
Dapenbun PTPN-II.
Tabel 2 . 1
Penelitian terdahulu
No. Nama peneliti
Judul penelitian Metode penelitian
Hasil penelitian
1. RafikaSari(2008)
Pengaruh SistemPemberianTunjangan Dana Pensiun Terhadap Manfaat Pensiun dan Tingkat Kepuasan pensiunan pada PTPN IV (Persero) Medan
asosiatifkausal
Menyimpulkan bahwa terdapatperbedaan yang signifikan antarapenggunaan sistem pembayaran per bulan dengan sistem bayar langsung sekaligus terhadap tingkat kepuasan pensiunan. Dan terdapat perbedaan yang signifikan antara penggunaan sistem pembayaran per bulan dengan sistem sekaligus langsung bayar terhadap besarnya manfaat pensiun. Apabila dibandingkan besarnya manfaat pensiun sistem pembayaran per bulan dengan sistem langsung sekaligus bayar untuk satu priode saja, akan terlihat perbedaan yang mencolok damana manfaat pensiun sekaligus langsung bayar.
2. Felisya DewiMeilika(2006)
Fungsi PengendalianInvestasi GunaMeningkatkan Kecukupan Dana Pensiun pada PT. Krakatau Steel
Deskriptifanalitis
Hasil Menyimpulkan bahwaPengendalian pada Dana Pensiunperusahaan memiliki kualifikasi : Hasil analisis secara keseluruhan adalah 75,60 % sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa kualifikasi pengendalian cukup tinggi. Dan hasil analisis efektivitas pengendalian investasi adalah 80,83% sehingga dapat ditarik kesimpulan pengendalian investasi sangat efektif. Dan hasil analisis fungsi pengendalian adalah sebesar 76,16 % sehingga dapat di tarik kesimpulan bahwa pengendalian berfungsi dalam pengendalian investasi.
Sumber : diolah penulis,2011
C. Kerangka Konseptual
Ilustarsi gambar kerangka konseptual dapat di lihat seperti berikut ini :
KANTOR DAPENBUN
CABANG PTPN-II
TG. MORAWA
PEMERIKSAAN
OPERASIONAL
DANA PENSIUN
PERKEBUNAN
Gambar 2 . 3
Kerangka Konseptual
Sumber : diolah penulis, 2011
Kantor Dapenbun cabang PTPN-II merupakan penyalur dana pensiun untuk
pensiunan bagi karyawan yang bekerja di PTPN-II. Secara otomatis perlu
melakukan pemeriksaan operasional sebagai alat pengendalian internal
perusahaan. Yang berguna untuk memeriksa dana pensiun yang ada di
perusahaan. Pengendalian internal dibutuhkan sebagai alat agar tidak terjadi
penyelewengan dan kecurangan dana pensiun yang akan dibayarkan kepada
karyawan ataupun tenaga kerja lainnya.
Pengendalian internal yang dimiliki Dapenbun harus sesuai dengan
komponen – komponen pengendalian internal yaitu : 1) lingkungan
pengendalian,
2) penilaian risiko, 3) aktivitas pengendalian, 4) informasi dan komunikasi, 5)
aktivitas pemantauan.
Hal ini yang membuat perlunya dilakukan pemeriksaan sebagai alat
pengendalian perusahaan. Hasil pemeriksaan ini dapat dijadikan sebagai
masukan dan rekomendasi bagi pihak manajemen agar perusahaan menjadi
semakin baik di masa-masa yang akan datang.
Selaian itu rekomendasi atau saran yang dihasilkan dari hasil
pemeriksaan juga dapat dijadikan acuan atau pegangan bagi
perusahaan/organisasi dalam pengambilan keputusan di masa kerja yang akan
datang.