masalah bukti audit dan prosedur audit serta pemeriksaan kertas kerja-2

35
MASALAH BUKTI DAN PEMBUKTIAN DALAM AUDIT SERTA KERTAS KERJA PEMERIKSAAN A. PENDAHULUAN Dalam sebuah bisnis maupun perekonomian, suatu audit menjadi sebuah hal yang sangat penting sekali, mengapa? karena audit ini dapat memberikan kepercayaan yang lebih kepada para pihak yang berkepentingan, misalkan saja di dalam suatu perusahaan, suatu audit akan sangat dibutuhkan oleh para pemegang saham untuk melihat kondisi ataupun memantau perkembangan perusahaan yang menjadi hak milik para pemegang saham tanpa intervensi dari pihak-pihak manajemen atau karyawaan perusahaan. Bukti audit merupakan suatu konsep yang fundamental di dalam audit, dan hal itu dinyatakan dalam standar pekerjaan lapangan ketiga. Ikatan Akuntan Indonesia (2001:326 pr.1) menyatakan bahwa: “Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pernyataan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan”. Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit. Rentang informasi ini sangat beragam kemampuannya dalam mempengaruhi auditor memutuskan

Upload: irmayunita

Post on 08-Nov-2015

124 views

Category:

Documents


15 download

DESCRIPTION

menjelaskan tentang prosedur audit yang dilakukan auditor untuk memberikan opini audit

TRANSCRIPT

MASALAH BUKTI DAN PEMBUKTIAN DALAM AUDIT SERTA KERTAS KERJA PEMERIKSAANA. PENDAHULUANDalam sebuah bisnis maupun perekonomian, suatu audit menjadi sebuah hal yang sangat penting sekali, mengapa? karena audit ini dapat memberikan kepercayaan yang lebih kepada para pihak yang berkepentingan, misalkan saja di dalam suatu perusahaan, suatu audit akan sangat dibutuhkan oleh para pemegang saham untuk melihat kondisi ataupun memantau perkembangan perusahaan yang menjadi hak milik para pemegang saham tanpa intervensi dari pihak-pihak manajemen atau karyawaan perusahaan.Bukti audit merupakan suatu konsep yang fundamental di dalam audit, dan hal itu dinyatakan dalam standar pekerjaan lapangan ketiga. Ikatan Akuntan Indonesia (2001:326 pr.1) menyatakan bahwa: Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi: Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan, pengajuan pernyataan, dan konfirmasi sebagai dasar yang memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan. Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti audit.Rentang informasi ini sangat beragam kemampuannya dalam mempengaruhi auditor memutuskan apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.Ukuran keabsahan(validity)bukti tersebut untuk tujuan audit tergantung pada pertimbangan auditor independen. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu, dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya berpengaruh terhadap kompetensi bukti.

B. BUKTI AUDITMenurut ISA 500, Bukti audit adalah informasi yang digunakan oleh auditor dalam mencapai kesimpulan yang didasarkan pada opini auditor. Bukti audit meliputi informasi yang terkandung dalam catatan akuntansi yang mendasari laporan keuangan dan informasi lainnya. Catatan akuntansi merupakan catatan entri akuntansi awal dan catatan pendukung, seperti cek dan catatan transfer dana elektronik; faktur; kontrak; buku besar umum dan buku besar pembantu, jurnal dan penyesuaian lainnya atas laporan keuangan yang tidak tercermin dalam entri jurnal; dan catatan seperti lembaran kerja dan spreadsheet yang mendukung alokasi biaya, perhitungan, rekonsiliasi dan pengungkapan.Selain itu, bukti audit harus didukung pula oleh ketepatan dan kecukupan dari bukti adit itu sendiri. Ketepatan dalam bukti audit adalah kuran kualitas bukti audit; yaitu, relevansi dan kehandalan dalam memberikan dukungan atas kesimpulan yang didasarkan pada opini auditor. Sedangkan kecukupan dalam bukti audit adalah ukuran kuantitas bukti audit. Jumlah bukti audit yang dibutuhkan dipengaruhi oleh penilaian auditor atas risiko salah saji material dan juga oleh kualitas bukti audit tersebut.

C. TIPE BUKTI AUDITTipe bukti audit dikelompokan menjadi 2 yaitu tipe data akuntansi dan tipe informasi penguat.1. Tipe Data Akuntansi Pengendalian Intern Sebagai BuktiPengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Auditor harus mengetahui bahwa klien telah merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannya dalam kegiatan usahanya setiap hari, hal ini merupakan bukti yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan.

Catatan Akuntansi Sebagai BuktiAuditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam laporan keuangan, dengan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi. Dengan demikian, catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai pengolahan transakasi keuangan yang telah dilakukan oleh klien.

2. Tipe Informasi Penguat Bukti FisikBukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva berwujud. Pengamatan fisik terhadap suatu aktiva merupakan cara untuk mengidentifikasi sesuatu yang diperiksa, untuk menentukan kuantitas, dan merupakan suatu usaha untuk menentukan mutu atau keaslian kekayaan tersebut.

Bukti DokumenterBukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau symbol-simbol yang lain. Menurut sumbernya, bukti dokumenter dibagi menjadi 3 golongan, yaitu:a. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang bebas yang dikirimkan langsung kepada auditor.b. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar yang bebas yang dismpan dalam arsip klien.c. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan dalam organisasi klien.

Perhitungan Sebagai BuktiPerhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa:1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.2. Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.3. Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara menggunakan tarif depressiasi yang digunakan oleh klien.4. Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, laba per saham yang beredar, taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.

Bukti LisanDalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak meminta keterangan secara lisan dari klien terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan tersebut merupakan tipe bukti lisan. PerbandinganUntuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih intensif, auditor melakukan analis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan, dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya.

Bukti dari Tenaga AhliTenaga ahli adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada umumnya tenaga ahli yang digunakan oleh auditor bukan orang atau perusahaan yang mempunyai hubungan dengan klien.Penentuan persyaratan keahlian dan nama baik tenaga ahli sepenuhnya berada ditangan auditor. Jika auditor menerima hasil penemuan tenaga ahli sebagai bukti audit yang kompeten, hasil kerja tenaga ahli tersebut tidak perlu disebut dalam laporan auditor yang berisi pendapat wajar. Jika auditor puas dengan hasil penemuan tenaga ahli, dan jika ia memberikan pendapat selain pendapat wajar, maka ia dapat menunjukkan hasil pekerjaan tenaga ahli tersebut untuk mendukung alasan tidak diberikan pendapat wajar dalam laporan auditnya.

D. SYARAT-SYARAT TERPENUHINYA BUKTI AUDITMenurut ISA 500, persyaratan yang dapat dikategorikan sebagai bukti audit dapat diuraikan dalam beberapa hal, antara lain sebagai berikut:1. Ketepatan dan kecukupan Bukti AuditAuditor harus merancang dan melaksanakan prosedur audit dalam keadaan yang tepat dengan tujuan memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat. Bukti audit diperlukan untuk mendukung opini auditor dan laporan. Hal ini secara alami diperoleh dari prosedur audit yang dilakukan selama audit, mencakup informasi yang diperoleh dari sumber-sumber lain seperti audit sebelumnya, atau prosedur pengendalian mutu perusahaan untuk penerimaan klien dan keberlanjutan. Selain sumber-sumber lain di dalam dan di luar entitas, catatan akuntansi entitas merupakan sumber penting dari bukti audit. Juga, informasi yang dapat digunakan sebagai bukti audit dapat disusun dengan menggunakan pekerjaan pakar manajemen itu sendiri.Bukti audit terdiri dari informasi yang mendukung dan menguatkan pernyataan manajemen, dan informasi yang bertentangan dengan pernyataan manajemen tersebut. Selain itu, dalam beberapa kasus tidak adanya informasi (misalnya, penolakan manajemen untuk memberikan representasi yang diminta) yang digunakan oleh auditor juga merupakan bukti audit.Sebagian besar pekerjaan auditor dalam membentuk opini auditor terdiri dari memperoleh dan mengevaluasi bukti audit. Prosedur audit untuk memperoleh bukti audit dapat mencakup inspeksi, observasi, konfirmasi, perhitungan kembali, reperformance, dan prosedur analitis, dan juga sering dikombinasikan dengan inquiry (wawancara). Meskipun inquiry dapat memberikan bukti audit yang penting dan bahkan dapat menghasilkan bukti dari salah saji, inquiry sendiri biasanya tidak memberikan bukti audit yang cukup tanpa adanya salah saji material pada tingkat asersi, atau efektivitas operasi pengendalian.Sebagaimana dijelaskan dalam ISA 200, keyakinan memadai diperoleh ketika auditor telah memperoleh bukti audit yang cukup dan tepat untuk mengurangi risiko audit (yaitu, risiko bahwa auditor menyatakan pendapat tidak tepat ketika laporan keuangan terdapat salah saji material) ke tingkat yang cukup rendah.Kecukupan dan kesesuaian bukti audit saling terkait. Kecukupan adalah ukuran kuantitas bukti audit. Jumlah bukti audit yang dibutuhkan dipengaruhi oleh penilaian auditor atas risiko salah saji (semakin tinggi risiko yang telah dinilai, kemungkinan bukti audit semakin diperlukan) dan juga oleh kualitas bukti audit tersebut.Ketepatan adalah ukuran kualitas bukti audit; yaitu, relevansi dan kehandalan dalam memberikan dukungan atas kesimpulan yang didasarkan pada opini auditor. Keandalan bukti dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya, dan tergantung pada keadaan individu di bawah yang diperoleh.ISA 330 mengharuskan auditor untuk menyimpulkan apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh. Apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh untuk mengurangi risiko audit ke tingkat yang cukup rendah, dan dengan demikian memungkinkan auditor untuk menarik kesimpulan yang tepat yang mana menjadi dasar opini auditor, adalah masalah pertimbangan profesional. ISA 200 mengandung pembahasan hal-hal seperti sifat prosedur audit, ketepatan waktu pelaporan keuangan, dan keseimbangan antara manfaat dan biaya, yang merupakan faktor yang relevan ketika auditor melaksanakan penilaian profesional mengenai apakah bukti audit yang cukup dan tepat telah diperoleh.

2. Informasi yang Digunakan Sebagai Bukti AuditKetika merancang dan melaksanakan prosedur audit, auditor harus mempertimbangkan relevansi dan keandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit.a) RelevansiRelevansi informasi digunakan sebagai bukti audit dapat dipengaruhi oleh arah pengujian. Misalnya, jika tujuan dari prosedur audit untuk menguji keberadaan atau penilaian hutang, maka menguji account yang tercatat sebagai hutang adalah prosedur audit yang relevan. Di sisi lain, ketika pengujian untuk mengesampingkan keberadaan atau valuasi hutang, menguji account yang tercatat sebagai hutang akan tidak relevan, tetapi pengujian informasi seperti pencairan berikutnya, tagihan yang belum dibayar, pernyataan pemasok, dan laporan penerimaan yang mungkin relevan.Sekumpulan prosedur audit dapat memberikan bukti audit yang relevan dengan pernyataan tertentu, tetapi tidak yang lain. Misalnya, pemeriksaan dokumen yang berkaitan dengan pengumpulan piutang setelah akhir periode dapat memberikan bukti audit mengenai keberadaan dan penilaian, tetapi belum tentu cut off. Demikian pula, memperoleh bukti audit tentang asersi tertentu, misalnya, keberadaan persediaan, bukanlah pengganti untuk memperoleh bukti audit tentang asersi lain, misalnya, penilaian persediaan tersebut. Di sisi lain, bukti audit dari sumber yang berbeda atau sifat yang berbeda mungkin sering relevan dengan pernyataan yang sama.Pengujian pengendalian yang dirancang untuk mengevaluasi efektivitas operasi pengendalian dalam mencegah, atau mendeteksi dan mengoreksi, salah saji material pada tingkat asersi. Merancang pengujian pengendalian untuk memperoleh bukti audit yang relevan termasuk mengidentifikasi kondisi (karakteristik atau atribut) yang menunjukkan kinerja kontrol, dan kondisi penyimpangan yang mengindikasikan penyimpangan dari kinerja yang memadai. Ada atau tidak adanya kondisi tersebut kemudian dapat diuji oleh auditor.

b) KeandalanKeandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit dipengaruhi oleh sumber dan sifatnya, dan keadaan di mana bukti tersebut diperoleh, termasuk kontrol atas persiapan dan pemeliharaan yang relevan. Oleh karena itu, generalisasi tentang keandalan berbagai macam bukti audit tunduk pada pengecualian penting. Bahkan ketika informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit diperoleh dari sumber eksternal untuk entitas, keadaan mungkin ada yang dapat mempengaruhi kehandalan. Sebagai contoh, informasi yang diperoleh dari sumber eksternal yang independen mungkin tidak dapat diandalkan jika sumber tidak berpengetahuan, atau ahli manajemen mungkin tidak objektif. Terkait pengecualian yang mungkin ada, beberapa generalisasi tentang keandalan bukti audit yang dapat digunakan antara lain: Keandalan bukti audit meningkat bila diperoleh dari sumber independen di luar entitas. Keandalan bukti audit yang dihasilkan secara internal akan meningkat ketika kontrol yang dilakukan oleh entitas terkai persiapan dan pemeliharaan bukti dilakukan secara efektif. Bukti audit yang diperoleh langsung oleh auditor (misalnya, pengamatan penerapan kontrol) lebih handal daripada bukti audit yang diperoleh secara tidak langsung atau dengan kesimpulan (misalnya, pertanyaan tentang penerapan kontrol). Bukti audit dalam bentuk dokumenter, baik kertas, elektronik, atau media lainnya, lebih dapat diandalkan dibandingkan bukti yang diperoleh secara oral (misalnya, catatan serentak tertulis dari pertemuan lebih dapat diandalkan dibandingkan representasi lisan berikutnya dari hal-hal yang dibahas). Bukti audit yang diberikan oleh dokumen asli lebih dapat diandalkan dibandingkan bukti audit yang disediakan oleh fotokopi atau fax, atau dokumen yang telah difilmkan, digital atau berubah menjadi bentuk elektronik, yang mana keandalan mungkin tergantung pada kontrol atas persiapan dan pemeliharaan bukti tersebut.Jika informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit telah disusun dengan menggunakan karya dari ahli manajemen, auditor harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:a) Mengevaluasi kompetensi, kemampuan dan obyektivitas ahli tersebut.b) Mendapatkan pemahaman tentang karya ahli tersebut; danc) Mengevaluasi kesesuaian pekerjaan ahli tersebut sebagai bukti audit atas pernyataan yang relevan.

3. Pemilihan Produk dalam Pengujian Untuk Memperoleh Bukti AuditPengujian yang efektif menghasilkan bukti yang tepat yang mana diperoleh atau akan diperoleh dari bukti lainnya, sangat cukup untuk mencapai tujuan audit. Dalam memilih item untuk pengujian, auditor diwajibkan oleh ayat 7 untuk menentukan relevansi dan keandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit; aspek lain dari efektivitas (kecukupan) merupakan pertimbangan penting dalam memilih barang-barang untuk menguji. Sarana yang tersedia bagi auditor untuk memilih item pengujian tersebut dapat dikelomppokkan sebagai berikut:a) Memilih semuanya (pemeriksaan 100%);Auditor dapat memutuskan bahwa hal itu akan paling tepat untuk menguji seluruh item populasi yang membentuk kelas transaksi atau saldo rekening. Pemeriksaan 100% tidak mungkin dalam kasus pengujian pengendalian; Namun, itu lebih umum untuk pengujian rinci. Pemeriksaan 100% mungkin tepat ketika, misalnya: Populasi merupakan sejumlah kecil item yang bernilai besar; Adanya risiko yang signifikan dan sarana lainnya yang tidak memberikan bukti audit yang cukup dan tepat; atau Adanya perhitungan yang memiliki sifat berulang atau proses lainnya yang dilakukan secara otomatis oleh sistem informasi.

b) Memilih item tertentu;Auditor dapat memutuskan untuk memilih item tertentu dari suatu populasi. Dalam membuat keputusan ini, faktor-faktor yang mungkin relevan termasuk pemahaman auditor terkait entitas, risiko dinilai dari salah saji material, dan karakteristik populasi yang diuji. Pemilihan mengarah pada item tertentu yang memiliki risiko non-sampling. Item tertentu yang mungkin dipilih termasuk: Item kunci. Auditor dapat memutuskan untuk memilih item tertentu dalam suatu populasi karena mereka bernilai tinggi, atau menunjukkan beberapa karakteristik lain, misalnya, item yang mencurigakan, tidak biasa, terutama risiko rawan atau yang memiliki riwayat kesalahan. Semua item di atas jumlah tertentu. Auditor dapat memutuskan untuk memeriksa barang-barang yang tercatatdengan nilai melebihi jumlah tertentu sehingga dapat memverifikasi sebagian besar dari total jumlah kelas transaksi atau saldo rekening. Produk untuk memperoleh informasi. Auditor dapat memeriksa barang-barang untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal seperti sifat entitas atau sifat transaksi.c) Sampling Audit.Audit sampling dirancang untuk memungkinkan kesimpulan yang bisa ditarik tentang seluruh populasi atas dasar pengujian sampel yang diambil dari populasi tersebut.Penerapan salah satu atau kombinasi dari cara-cara ini mungkin sesuai tergantung pada keadaan tertentu, misalnya, risiko salah saji material yang berkaitan dengan pernyataan yang sedang diuji, dan kepraktisan dan efisiensi sarana yang berbeda.4. Ketidakkonsistenan atau Keraguan atas Keandalan Bukti AuditJika bukti audit yang diperoleh dari satu sumber tidak konsisten dengan yang diperoleh dari yang lain atau auditor memiliki keraguan atas keandalan informasi yang akan digunakan sebagai bukti audit, auditor harus menentukan modifikasi apa atau penambahan prosedur audit yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah dan akan mempertimbangkan efek dari masalah tersebut, jika ada pada aspek lain dari audit.Memperoleh bukti audit dari sumber yang berbeda atau sifat yang berbeda mungkin menunjukkan bahwa masing-masing item bukti audit tidak dapat diandalkan, seperti ketika bukti audit yang diperoleh dari satu sumber tidak konsisten dengan yang diperoleh dari yang lain. Ini mungkin terjadi misalnya, pada tanggapan terhadap pertanyaan dari manajemen, audit internal, dan lain-lain tidak konsisten, atau ketika tanggapan terhadap pertanyaan dari pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola dilakukan untuk menguatkan tanggapan terhadap pertanyaan dari manajemen tidak konsisten dengan respons manajemen.

E. PROSEDUR AUDIT UNTUK MEMPEROLEH AUDITSebagaimana disyaratkan dan dijelaskan lebih lanjut dalam ISA 315 dan ISA 330, bukti audit yang digunakan dalam penarikan kesimpulan yang menjadi dasar opini auditor diperoleh dengan melakukan hal-hal sebagai berikut:1. Prosedur penilaian risiko; dan2. Prosedur audit lebih lanjut, yang terdiri dari:a) Pengujian pengendalian, jika diperlukan atau ketika auditor telah memilih untuk melakukannya; danb) Prosedur substantif, termasuk pengujian rinci dan prosedur analitis substantif.Prosedur audit yang dijelaskan dalam paragraf A14-A25 dapat digunakan sebagai prosedur penilaian risiko, pengujian pengendalian atau prosedur substantif, tergantung pada konteks di mana mereka diterapkan oleh auditor. Sebagaimana dijelaskan dalam ISA 330, bukti audit yang diperoleh dari audit sebelumnya atau dalam keadaan tertentu, dalam memberikan bukti audit yang tepat di mana auditor melakukan prosedur audit untuk menetapkan kelanjutan relevansinya.Sifat dan waktu prosedur audit yang akan digunakan dapat dipengaruhi oleh fakta bahwa beberapa data akuntansi dan informasi lainnya mungkin hanya tersedia dalam bentuk elektronik atau hanya pada titik-titik atau periode waktu tertentu. Misalnya, sumber dokumen, seperti pesanan pembelian dan faktur, mungkin hanya ada dalam bentuk elektronik ketika entitas menggunakan electronic commerce, atau mungkin akan dibuang setelah pemindaian ketika entitas menggunakan sistem pemrosesan gambar untuk memfasilitasi penyimpanan dan referensi.Informasi elektronik tertentu mungkin tidak dapat diambil setelah jangka waktu tertentu, misalnya, jika file yang berubah dan jika file backup tidak ada. Oleh karena itu, auditor mungkin merasa perlu sebagai akibat dari kebijakan retensi data entitas untuk meminta retensi beberapa informasi untuk review auditor atau melaksanakan prosedur audit pada saat informasi tersebut tersedia. Adapun beberapa prosedur tersebut antara lain:a) Inspeksi.Pemeriksaan melibatkan catatan pemeriksaan atau dokumen, baik internal maupun eksternal, dalam bentuk kertas, bentuk elektronik, atau media lainnya, atau pemeriksaan fisik aset. Pemeriksaan catatan dan dokumen memberikan bukti audit berbagai tingkat kehandalan, tergantung pada sifat dan sumbernya. Contoh dari pemeriksaan yang digunakan sebagai uji kontrol adalah pemeriksaan catatan untuk bukti otorisasi.Beberapa dokumen merupakan bukti audit langsung keberadaan aset, misalnya, dokumen merupakan instrumen keuangan seperti saham atau obligasi. Pemeriksaan dokumen tersebut belum tentu memberikan bukti audit tentang kepemilikan atau nilai.b) Observasi.Pengamatan terdiri dari melihat proses atau prosedur yang dilakukan oleh orang lain, misalnya, pengamatan auditor menghitung persediaan oleh personel entitas, atau kinerja kegiatan pengendalian. Pengamatan memberikan bukti audit tentang kinerja suatu proses atau prosedur, tetapi terbatas pada titik waktu di mana pengamatan berlangsung, dan oleh fakta bahwa tindakan yang diamati dapat mempengaruhi bagaimana proses atau prosedur dilakukan.c) Konfirmasi eksternalKonfirmasi eksternal merupakan bukti audit yang diperoleh oleh auditor sebagai tanggapan tertulis langsung kepada auditor dari pihak ketiga (pihak mengkonfirmasikan), dalam bentuk kertas, atau dengan elektronik atau media lainnya. Prosedur konfirmasi eksternal sering relevan ketika menangani pernyataan terkait dengan saldo rekening tertentu. Namun, konfirmasi eksternal tidak perlu dibatasi untuk saldo rekening saja. Sebagai contoh, auditor dapat meminta konfirmasi persyaratan perjanjian atau transaksi entitas dengan pihak ketiga; permintaan konfirmasi dapat dirancang untuk menanyakan apakah modifikasi telah dibuat untuk perjanjian dan, jika demikian, apa rincian yang relevan. Prosedur konfirmasi eksternal juga digunakan untuk memperoleh bukti audit tentang tidak adanya kondisi-kondisi tertentu, misalnya, tanpa adanya "kesepakatan" yang dapat mempengaruhi pengakuan pendapatan.Jenis-jenis informasi utama yang seringkali dikonfirmasikan, bersama-sama dengan sumber konfirmasinya, ditampilkan dalam tabel dibawah ini:INFORMASISUMBER

Aktiva

Kas pada bankPiutang dagangSurat piutangPersediaan di luar dan dikonsinyasikanPersediaan tersimpan dalam gudang umumNilai kas dalam asuransi jiwaBankPelangganPembuat suratPihak yang menerima konsinyasi (Consignee)Gudang umumPerusahaan asuransi

Kewajiban

Utang dagangSurat utangUang muka dari pelangganUtang hipotikUtang obligasiKrediturPemberi pinjamanPelangganPemberi hipotik (mortgagor)Pemegang obligasi

Modal Sendiri

Saham yang beredar Pencatat saham dan agen transfer saham

Informasi Lainnya

Nilai cakupan asuransi Kewajiban kontingen

Perjanjian obligasiAgunan yang dikuasai oleh para krediturPerusahaan asuransiBank, pemberi pinjaman, dan penasihat hukum klienPemegang obligasiKreditur

d) Perhitungan.Perhitungan terdiri dari memeriksa akurasi matematika dokumen atau catatan. Perhitungan dapat dilakukan secara manual atau elektronik.e) Reperformance.Reperformance melibatkan eksekusi independen auditor prosedur atau kontrol yang awalnya dilakukan sebagai bagian dari pengendalian internal entitas.f) Prosedur analitis.Prosedur analitis terdiri dari evaluasi informasi keuangan melalui analisis hubungan yang wajar antara data keuangan dan non-keuangan. Prosedur analitis juga mencakup penyelidikan seperti yang diperlukan fluktuasi diidentifikasi atau hubungan yang tidak sesuai dengan informasi yang relevan atau yang berbeda dari nilai yang diharapkan dengan jumlah yang signifikan.g) Inquiry.Inquiry terdiri dari mencari informasi dari orang-orang berpengetahuan, baik keuangan dan non-keuangan, dalam entitas atau di luar entitas. Inquiry digunakan secara luas di seluruh audit selain prosedur audit lain. Pertanyaan dapat berkisar dari pertanyaan tertulis formal untuk pertanyaan lisan informal. Mengevaluasi tanggapan terhadap pertanyaan merupakan bagian integral dari proses inquiry. Tanggapan atas pertanyaan dapat memberikan informasi yang sebelumnya tidak dimiliki atau dengan bukti audit nyata kepada auditor. Atau, tanggapan mungkin memberikan informasi yang berbeda secara signifikan dari informasi lain yang telah diperoleh auditor, misalnya, informasi mengenal control manajemen. Dalam beberapa kasus, tanggapan terhadap pertanyaan memberikan dasar bagi auditor untuk memodifikasi atau melaksanakan prosedur audit tambahan. Meskipun bukti yang menguatkan bukti yang diperoleh melalui inquiry sangat penting, dalam kasus pertanyaan tentang niat manajemen, informasi yang tersedia untuk mendukung maksud manajemen mungkin terbatas. Dalam hal beberapa hal, auditor dapat memandang perlu untuk mendapatkan representasi tertulis dari manajemen dan, jika perlu, pihak yang bertanggung jawab atas tata kelola untuk mengkonfirmasi tanggapan terhadap pertanyaan lisan.

F. KERTAS KERJA AUDITKertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor mengenai prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya. Adapun tujuan penting pembuatan kertas kerja adalah untuk:1. Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.Kertas kerja dapat digunakan oleh auditor untuk mendukung pendapatnya, dan merupakan bukti bahwa auditor telah melaksanakan audit yang memadai.2. Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.Auditor dapat kembali memeriksa kertas kerja yang telah dibuat dalam auditnya, jika di kemudian hari ada pihak-pihak yang memerlukan penjelasan mengenai simpulan atau pertimbangan yang telah dibuat oleh auditor dalam auditnya.3. Sebagai bukti auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan Standar Profesi Akuntan Publik (SPAP). Dalam kertas kerja pemeriksaan harus terlihat bahwa apa yang diatur dalam SPAP sudah diikuti dengan baik oleh auditor. Misalnya melakukan penilaian terhadap pengendalian internal dengan menggunakan internal control questioner.4. Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.Audit yang dilaksanakan oleh auditor terdiri dari berbagai tahap audit yang dilaksanakan dalam berbagai waktu, tempat, dan pelaksana. Setiap audit tersebut menghasilkan berbagai macam bukti yang membentuk kertas kerja. Pengkordinasian dan pengorganisasian berbagai tahap audit tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan kertas kerja.5. Sebagai referensi dalam hal ada pertanyaan dari:a. Pihak pajak.b. Pihak bank.c. Pihak klien.Jika kertas kerja pemeriksaan lengkap, pertanyaan apa pun yang diajukan pihak-pihak tersebut yang berkaitan dengan laporan audit, bisa dijawab dengan mudah oleh auditor, dengan menggunakan kertas kerja pemeriksaan sebagai referensi. 6. Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.Dari Kertas Kerja dapat diperoleh informasi yang sangat bermanfaat untuk audit berikutnya jika dilakukan audit yang berulang terhadap klien yang sama dalam periode akuntansi yang berlainan, auditor memerlukan informasi mengenai sifat usaha klien, catatan dan ank e akuntansi klien, pengendaian intern klien, dan rekomendasi perbaikan yang diajukan kepada klien dalam audit yang lalu, jurnal-jurnal adjustment yang disarankan untuk menyajikan secara wajar laporn keuangan yang lalu.Contoh kertas kerja adalah program audit, hasil pemahaman terhadap pengendalian intern, analisis, memorandum, surat konfirmasi, representasi klien, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau komentar yang dibuat atau diperoleh auditor. Data kertas kerja dapat disimpan dalam pita magetik, film, atau media yang lain.Kertas Kerja biasanya berisi dokumentasi yang memperlihatkan:1. Telah dilaksanakan standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik.2. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.3. Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah diperoleh, prosedur audit telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan , yang memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan auditan.Isi kertas kerja meliputi semua informasi yang dikumpulan dan dibuat oleh auditor dalam auditnya. Kertas kerja terdiri dari berbagai macam yang secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam 5 tipe kertas kerja berikut ini:1. Program audit (audit program).Program audit merupakan daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur tertentu, sedangkan prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Dalam program audit, auditor menyebutkan prosedur audit yang harus diikuti dalam melakukan verifikasi setiap unsur yang tercantum dalam laporan keuangan, tanggal dan paraf pelaksana prosedur audit tersebut, serta penunjukan indeks kertas kerja yang dihasilkan. Dengan demikian, program audit berfungsi sebagai suatu alat yang bermanfaat untuk menetapkan jadwal pelaksanaan dan pengawasan pekerja audit. Program audit dapat digunakan untuk merencanakan jumlah orang yang diperlukan untuk melaksanakan audit beserta komposisinya, jumlah asisten dan auditor junior yang akan ditugasi, taksiran jam yang akan dikonsumsi, serta untuk memungkinkan auditor yang berperan sebagai supervisor dapat mengikuti program audit yang sedang berlangsung.2. Working trial balance.Working Trial Balance adalah suatu daftar yang berisi saldo-saldo akun buku besar pada akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya, kolom-kolom untuk adjustment dan penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor, serta saldo-saldo setelah koreksi auditor yang akan tampak dalam laporan keuangan auditan (audited financial statements).Working trial balance ini merupakan daftar permulaan yang harus dibuat oleh auditor untuk memindahkan semua saldo akun yang tercantum dalam daftar saldo (trial balance) klien. Dalam proses audit, working trial balance ini digunakan untuk meringkas adjustment dan penggolongan kembali yang diusulkan oleh auditor kepada klient serta saldo akhir tiap-tiap akun buku besar setelah adjustment atau koreksi oleh auditor. Dari kolom terakhir dalam working trial balance tersebut,auditor menyajikan draft final laporan keuangan klient setelah diaudit oleh auditor. Draft final inilah yang akan diusulkan oleh auditor kepada klien untuk dilampirkan pada laporan audit.3. Ringkasan jurnal adjustment.Dalam proses auditnya, auditor mungkin menemukan kekeliruan dalam laporan keuangan dan catatan akuntansi kliennya. Untuk membetulkan kekeliruan tersebut, auditor membuat draft jurnal adjustment yang nantinya akan dibicarakan dengan klien. Disamping itu, auditor juga membuat jurnal penggolongan kembali ( reclassification entries) untuk unsur, yang meskipun tidak salah dicatat oleh klien, namun untuk kepentingan penyusunan laporan keuangan yang wajar, harus digolongkan.Jurnal adjustment yang diusulkan oleh auditor biasanya diberi nomor urut dan untuk jurnal penggolongan kembali diberi identitas huruf. Setiap jurnal adjustment maupun jurnal penggolongan kembali harus disertai penjelasan yang lengkap.Jurnal adjustment berbeda dengan jurnal penggolongan kembali. Jurnal penggolongan kembali digunakan oleh auditor hanya untuk memperoleh pengelompokkan yang benar dalam laporan keuangan klien. Jurnal ini digunakan untuk menggolongkan kembali suatu jumlah dalam kertas kerja auditor; tidak untuk disarankan agar dibukukan ke dalam catatan akuntansi klien.Di lain pihak, jurnal adjustment digunakan oleh auditor untuk mengoreksi catatan akuntansi klien yang salah, sehingga jurnal ini disarankan oleh auditor kepada klien untuk dibukukan dalam catatan akuntansi kliennya. Oleh auditor, jurnal adjustment dan penggolongan kembali ini mula-mula dicatat dalam skedul pendukung dan ringkasan jurnal adjustment. Emudian jurnal-jurnal tersebut diringkas dari berbagai skedul pendukung ke dalam skedul utama yang berkaitan dalam working trial balance.4. Skedul utama (lead schedule atau top schedule).Skedul utama adalah kertas kerja yang digunakan untuk meringkas informasi yang dicatat dalam skedul pendukung untuk akun-akun yang berhubungan. Skedul utama ini digunakan untuk menggabungkan akun-akun buku besar yang sejenis, yang jumlah saldonya akan dicantumkan dalam laporan keuangan dalam satu jumlah. Skedul utama memiliki kolom yang sama dengan kolom-kolom yang terdapat dalam working trial balance. Jumlah total tiap-tiap kolom dalam skedul utama dipindahkan ke dalam kolom yang berkaitan dengan working trial balance.5. Skedul pendukung (supporting schedule).Pada waktu auditor melakukan verifikasi terhadap unsur-unsur yang tercantum dalam laporan keuangan klien, ia membuat berbagai macam kertas kerja pendukung yang menguatkan informasi keuangan dan operasional yang dikumpulkannya. Dalam setiap skedul pendukung harus dicantumkan pekerjaan yang telah dilakukan oleh auditor dalam memverifikasi dan menganalisis unsur-unsur yang dicantumkan dalam daftar tersebut, metode verifikasi yang digunakan, pertanyaan yang timbul dalam audit, serta jawaban atas pertanyaan tersebut. Skedul pendukung harus memuat juga berbagai simpulan yang dibuat oleh auditor.

Program Audit untuk Pengujian substansiIndeks Kertas KerjaTanggal PelaksanaanPelaksana

Prosedur audit awal

1.Usut saldo kas yang tercantum dalam neraca ke saldo akun kas yang berkaitan dalam buku besar

2.Hitung kembali saldo akun kas dalam buku besar

3.Lakukan preview terhadap mutasi luar biasadalam jumlah dan sumber posting dalam akun kas

4.Usut saldo awal akun kas ke kertas kerja tahun yang lalu

5.Usut posting pendebitan akun kas ke dalam jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas

Pengujian Analitik

Bandingkan saldo kas dengan angka kas yang dianggarkan, saldo akhir tahun yang lalu, atau angka harapan lain

6. Hitung rasio saldo kas dengan aktiva anak dan bandingkan dengan angka harapan

Pengujian terhadap transaksi rinci

8.Lakukan pengujian pisah batas transaksi kas

9.Buatlah dan lakukan analisis terhadap rekonsilisasi bank 4 kolom

10.Buatlah daftar transfer bank dalam priode sebelum dan sesudah tanggal neraca untuk menemukan kemungkinan terjadinya check kitting

Pengujian terhadap Saldo Akun Rinci

11. Hitung kas yang ada di tangan klien

12. Rekonsiliasi catatan kas klien dengan rekening ank bank yang berkaiatan

13. Lakukan konfirmasi saldo kas di bank

14.Periksa cek yang beredar pada tanggal neraca ke dalam rekening ank bank

15.Buatlah rekonsiliasi saldo kas menurut cutoff bank statement dengan saldo kas menurut catatan klien

16.Usut setoran dalam perjalanan (deposit in transit) pada tanggal neraca ke dalam cutoff bank statement

17. Periksa tanggal yang tercantum dalam cek yang beredar pada tanggal neraca

18. Periksa adanya cek kosong yang tercantum dalam cutoff bank statement

19. Periksa semua cek dalam cutoff bank statement mengenai kemungkinan hilangnya cek yang tercantum sebagai cek yang beredar pada tanggal neraca

Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan

20. Periksa jawaban konfirmasi dari bank mengenai batasan yang dikenakan terhadap pemakaian rekening tertentu klien di bank

21.Lakukan wawancara dengan manajemen mengenai batasan pengguna kas klien

22.Periksa adanya kemungkinan penggelapan kas dengan cara lapping penerimaan dan pengeluaran kas

1. Pemberian Indeks Pada Kertas KerjaPemberian indeks terhadap kertas kerja akan memudahkan pencarian informasi dalam bebagai daftar yang terdapat diberbagai tipe kertas kerja. Faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam pemberian indeks kertas kerja adalah sebagai berikut:a) Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat disudut atas satu di sudut bawah.b) Pencantuman indeks silang (cross index) harus dilakukan sebagai berikut: Indeks silang dari skedul utama. Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya. Indeks silang antarskedul pendukung. Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal adjusment. Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance. Indeks silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan program audit dengan kertas kerja.c) Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer, dan sebagainya tidak diberi indeks kecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang berindeks.

2. Metode Pemberian Indeks Kertas KerjaAda tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja:a) Indeks angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan angka, sedangkan skedul pendukung diberi subindeks dengan mencantumkan nomor kode skedul utama yang berkaitan.b) Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi kode huruf, sedangkan skedul pendukungnya diberi kode kombinasi huruf dan angka.c) Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi angka yang berurutan.

3. Susunan Kertas KerjaAuditor biasanya menyelenggarakan dua macam arsip kertas kerja untuk setiap kliennya: Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan, yang disebut arsip kini (current file) Arsip permanen (permanent file) untuk data yang secara relatif tidak mengalami perubahan.Arsip kini berisi kertas kerja yang informasinya hanya mempunyai manfaat untuk tahun yang diaudit saja. Arsip permanen berisi informasi sebagai berikut:a) Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klienb) Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para manajerc) Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang behubungan dengan pengendaliand) Copy surat perjanjian penting yang mempunyai masa laku jangka panjang.e) Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaanf) Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang dibentuk klien. Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan yaitu: Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan digunakan dalam audit tahun-tahun mendatang. Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staf yang baru pertama kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut. Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun. Analisis terhadap akun-akun tertentu yang relatif tidak pernah mengalami perubahan harus juga dimasukkan ke dalam arsip permanin. Akun-akun seperti tanah, gedung, akimulasi, depresiasi, investasi, utang jangka panjang, modal saham dan akun lain yang termasuk dalam kelompok modal sendiri adalah jarang mengalami perubahan dari tahun ke tahun. Pemeriksaan pertama terhadap akun tersebut akan menghasilkan informasi yang akan berlaku beberapa tahun, sehingga dalam audit berikutnya auditor hanya akan memeriksa transaksi-transaksi tahun yang diaudit yang berkaitan dengan akun-akun tersebut. Dalam hal ini arsip permanen benar-benar menghemat waktu auditor karena perubahan-perubahan dalam tahun yang diaudit tinggal ditambahkan dalam arsip permanen, tanpa harus memunculkan kembali informasi-informasi tahun-tahun sebelumnya dalam kertas kerja tersendiri.

4. Faktor-Faktor Yang Harus Diperhatikan Oleh Auditor Dalam Pembuatan Kertas Kerja Yang BaikKecakapan teknis dan keahlian professional seorang auditor independen akan tercermin pada kertas kerja yang dibuatnya. Auditor yang kompeten adalah auditor yang mampu menghasilkan kertas kerja yang benar-benar bermanfaat. Ada lima hal yang harus diperhatikan untuk memenuhi tujuan ini:a) Lengkap. Kertas kerja harus lengkap dalam arti: Berisi semua informasi yang pokok. Tidak memerlukan tambahan penjelasan secara lisan.b) Teliti. Memperhatikan ketelitian penulisan dan perhitungan sehingga kertas kerjanya bebas dari kesalahan tulis dan perhitungan.c) Ringkas. Kertas kerta dibatasi pada informasi yang pokok saja dan yang relevan dengan tujuan audit yang dilakukan serta disajikan secara ringkas. Harus menghindari rincian yang tidak perlu, serta merupakan ringkasan dan penafsiran data dan bukan hanya merupakan penyalinan catatan klien ke dalam kertas kerja.d) Jelas. Penggunaan istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari. Penyajian informasi secara sistematik perlu dilakukan.e) Rapi. Kerapian dalam membuat kertas kerja berguna membantu auditor senior dalam me-review hasil pekerjaan stafnya, serta memudahkan auditor dalam meperoleh informasi dari kertas kerja tersebut.

21