pemberian terapi musik terhadap tingkat · pdf fileoperasi fibroadenoma mammae (fam) di ruang...
TRANSCRIPT
PEMBERIAN TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT
KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN
PRE OPERASI Ny.S DENGAN FIBROADENOMA
MAMMAE (FAM)DIRUANG FLAMBOYAN
RSUD SUKOHARJO
DI SUSUN OLEH :
ARIEF WIDIATMOKO
NIM. P12 093
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
i
PEMBERIAN TERAPI MUSIK TERHADAP TINGKAT
KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN
PRE OPERASI Ny.S DENGAN FIBROADENOMA
MAMMAE (FAM) DIRUANG FLAMBOYAN
RSUD SUKOHARJO
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan
DI SUSUN OLEH :
ARIEF WIDIATMOKO
NIM. P12 093
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2015
ii
iii
iv
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
Proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul: “PEMBERIAN TERAPI MUSIK
TERHADAP TINGKAT KECEMASAN PADA ASUHAN KEPERAWATAN
PRE OPERASI Ny.S DENGAN FIBROADENOMA MAMMAE (FAM)
DIRUANG FLAMBOYAN RSUD SUKOHARJO. ”
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini Penulis menyadari bahwa tanpa
bantuan dan pengarahan dari berbagai pihak, Oleh karena itu penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Agnes Sri Harti, M. Si, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada
Surakarta
2. Ibu Atiek Murhayati, S.Kep., Ns., M. Kep., selaku Ketua Program studi D
III Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta. Ibu Meri Oktariani,
S.Kep., Ns., M. Kep., selaku sekertaris program Studi DIII Keperawatan,
Sekaligus sebagai pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan
dan arahan serta memberikan masukan dengan cermat dan perasaan yang
nyaman dalam bimbingan, sehingga membantu penulis dalam penyusun
dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
3. Ibu Wahyuningsih Safitri, S.Kep., Ns., M. Kep.selaku penguji I yang telah
membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,
vi
perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya
studi kasus ini
4. Ibu Siti Mardiah, S.Kep., Ns selaku penguji II yang telah membimbing
dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan
nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi
kasus ini
5. Seluruh dosen dan staff Prodi D III Keperawatan STIKes Kusuma Husada
Surakarta atas segala bantuan yang telah diberikan. Terima kasih atas
segala kasih sayang selama ini, selalu memberikan semangat, do’a,
pengorbanan, bimbingan serta bantuan material dan spiritual, sehingga
putramu ini mampu menyelesaikan tugas akhiri ni.
6. Rumah sakit Sukoharjo yang telah mengijinkan penulis untuk melakukan
pengelolaan kasus.
7. Bapak Agus Suryono ,S.Kep sebagai pembimbing yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan serta memberikan masukan saat
pengambilan kasus di Rumah Sakit.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat untuk
perkembangan ilmu keperawatan dan kesehatan. Amin.
Wa’alaikumsalam. Wr. Wb
Surakarta, Mei 2015
Penulis,
vii
HALAMAN PERSEMBAHAN
Syukur Ahamdulillah atas segala rahmat dan hidayahnya dan dengan
segala rendah hati saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini
dan saya persembahkan untuk orang yang kusayangi
Ayahanda Kiswanto S.pd dan ibunda tercinta Waginah S.pd yang
tiada henti-hentinya memberi doa restu, membiayai pendidikan saya,
kasih sayang, perhatian dan dukungannya untuk menjadikanku orang
yang sukses.
Kedua saudaraku Cahyo Budi Arfianto A.md dan Hesti Mawardani
A.md serta segenap keluarga besar kampung bengek dan keluarga
besar kos hijauyang selalu memberikan motivasi dan support setiap
langkahku.
yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu, semoga perjalanan yang
kita tempuh selama ini mampu menjadikan kita lebih baik, bijaksna
dan dewasa.
Teman-teman seperjuangan angkatan 2012 kelas 3A dan 3B.
Ibu Meri Oktariani, S. Kep., Ns., M. Kep. terimakasih atas
bimbingannya selama ini.
Almamaterku tercinta
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i
PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME .................................................... ii
LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iv
KATA PENGANTAR ..................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAN ............................................................................ vii
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ........................................................................ 5
C. Manfaat Penulisan ...................................................................... 6
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Fibroadenoma Mammae ............................................................. 7
B. Konsep Asuhan Keperawatan ..................................................... 11
C. Kecemasan ................................................................................. 19
D. Terapi Musik ............................................................................... 21
E. Kerangka Teori .......................................................................... 24
F. Kerangka Konsep ....................................................................... 25
BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET
A. Subjek Aplikasi Riset ................................................................. 26
ix
B. Tempat dan Waktu ..................................................................... 26
C. Media dan Alat yang digunakan ................................................ 26
D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset ......................... 27
E. Alat Ukur Evaluasi Tindakan Aplikasi Riset .............................. 28
BAB IV LAPORAN KASUS
A. Pengkajian ................................................................................... 32
B. DiagnosaKeperawatan................................................................. 38
C. Intervensi Keperawatan ............................................................... 39
D. Implementasi Keperawatan ......................................................... 40
E. Evaluasi ....................................................................................... 41
BAB V PEMBAHASAN
A. Pengkajian ................................................................................... 43
B. DiagnosaKeperawatan................................................................. 45
C. IntervensiKeperawatan ................................................................ 50
D. ImplementasiKeperawatan .......................................................... 53
E. EvaluasiKeperawatan .................................................................. 58
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ................................................................................. 61
B. Saran ........................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 : Kerangka Teori ......................................................................... 24
Gambar2.2 : Kerangka Konsep ..................................................................... 25
Gambar 4.1 : Genogram ................................................................................. 33
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Tabel 3.1 : Prosedur tindakan pemberian terapi musik ............................... 27
Tabel 3.2 : Alat ukur kecemasan HRS-A ................................................... 29
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fibroadenoma mammae (FAM) merupakan neoplasma
jinak yang tidak melekat dijaringan sekitarnya dan amat mudah
digerakkan kesana kemari. Biasanya tumor ini tidak terasa nyeri
kecuali bila ditekan (Sjamsuhidajat dan Jo De Wing, 2005).
Fibroadenoma merupakan benjolan jinak payudara yang
disebabkan oleh pertumbuhan berlebih pada salah satu lobus
payudara (Grace dan Borlay, 2006).
Menurut Ferlay (2001) dalam Rasjidi (2008) Kanker
payudara merupakan penyebab kematian kedua setelah kanker
rahim. Berdasarkan American Cancer Society, sekitar 1,3 juta
wanita terdiagnosa menderita kanker payudara baik tumor ganas
maupun tumor jinak. Setiap tahunnya diseluruh dunia kurang dari
465.000 wanita meninggal karena penyakit ini. Sedangkan
prevelensi kanker payudara di Indonesia meningkat mencapai 11,6
% dari seluruh keganasan dengan rata-rata jumlah penderitanya
adalah 10 dari 100.000 wanita.
Penerapan pengobatan tumor payudara tergantung pada
stadium klinik penyakit tersebut, salah satunya yaitu dilakukan
pembedahan (Taufan, 2011). Pembedahan atau operasi merupakan
1
2
semua tindakan pengobatan yang cara invasif dengan membuka
atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani. Penegakan
diagnosis histolik, biasanya dilakukan biopsy terlebih dahulu,
sehingga tindakan pembedahan dapat dianggap sebagai tindakan
pertama. Hasil pemeriksaan histopatologi dapat diperoleh dalam
waktu 15 menit, bila pemeriksaan menunjukan tanda tumor jinak,
operasi diselesaikan. Akan tetapi, bila hasilnya menunjukan tumor
ganas operasi dapat dilanjutkan dengan tindakan bedah kuratif
(Sjamsuhidajat dan De Jong Wing, 2005).
Preoperasi adalah masa sebelum dilakukannya tindakan
pembedahan, dimulai sejak persiapan pembedahan dan berakhir
sampai pasien dimeja bedah pemeriksaan yang lain dianjurkan
sebelum pelaksanaan operasi adalah radiografitorak apasitas vital,
fungsi paru, analisis gas darah pada pemantauan system respirasi dan
elektrodiograf pemeriksaan darah seperti leukosid, eritrosit,
hematrokit dan lain lain pemeriksaan air kencing albumin, blood
urea nitrogen keratin untuk menentukan gangguan system renal dan
pemeriksaan gula darah atau lainnya utuk mendeteksi gangguan
metabolisme (Sjamsuhidajat dan De Jong Wing, 2005).
Operasi atau pembedahan merupakan pengalaman traumatik
yang mengancam setiap orang yang akan menjalani pembedahan.
Kecemasan ini biasanya dilatar belakangi berbagai alasan, di
antaranya adalah ancaman kematian, nyeri, perdarahan. perubahan
3
peran dan kemandirian, kerusakan integritas kulit, anestesi yang
digunakan, kehilangan waktu kerja, kehilangan pekerjaan dan
tanggung jawab terhadap keluarga. Besarnya kecemasan tergantung
pada harapan hasil operasi. manfaat dan jenis organ yang diangkat
(Asmadi, 2008.).
Beberapa penelitian menemukan bahwa 75%-85% pasien
cemas sebelum operasi sehingga membutuhkan intervensi
keperawatan berupa pemberian pendidikan kesehatan, latihan
teknik relaksasi, menerapkan praktek spiritual yang biasanya
dilakukan oleh pasien seperti berdoa, membaca alkitab, menyanyi
atau mendengarkan lagu rohani, sering spiritual (Brunner dan
Suddarth, 2005).
Musik mempengaruhi gelombang alfa di otak sehingga
mempengaruhi ketenangan dan rileksasi musik juga mempengaruhi
ambang munculnya stress dan tekanan psikis lainnya, menyokong
terjadi relaksasi otot dan menekan emosi, sehingga musik juga
dapat dimanfaatkan untuk mengurangi kecemasan dan rasa takut.
Pengaruh musik terhadap relaksasi tubuh dapat diukur dari denyut
nadi. tekanan darah, kadar cortisol dan ephineprin, suatu enzim
tubuh yang cenderung meningkat pada seseorang yang mengalami
gejolak fisik mapun mental. Dengan begitu maka akan sangat
bermanfaat jika musik itu diperdengarkan untuk pasien yang akan
menjalani pembedahan. Tujuan penelitian untuk mengetahui
4
pengaruh terapi musik terhadap kecemasan pasien pre operasi di
ruang Anggrek Cempaka dan Asoka RSU. Prof. Dr. W. Z. Johannes
Kupang (Alimul 2006).
Berdasarkan hasil pengkajian di RSUD Sukoharjo ruang
flamboyan, saat observasi ditemukan bahwa penatalaksanaan
fibroadenoma mamae pada pasien dilakukan secara farmakologis,
belum teritegrasi dengan nonfarmakologis khususnya pemberian
terapi musik. Hasil wawancara dengan perawat yaitu perawat belum
pernah menerapkan hasil penelitian tetang pemberian terapi musik
pada pasien pre operasi fibrodenoma mamae (FAM).
Pasien yang terdapat diruang flamboyan dengan
fibrodenoma mamae sejumlah 1 orang (tertanggal 10-12 Maret
2015) salah satunya dengan pasien yang bernama Ny. S dengan
pengkajian kecemasan saat akan menghadapi operasi tekanan darah
130/60 mmHg nadi 80 x/menit. Beberapa penelitian menemukan
bahwa 75%-85% pasien cemas sebelum operasi. Sehingga
membutuhkan intervensi keperawatan berupa pemberian
pendidikan kesehatan (Brunner dan Suddarth. 2005). penulis
tertarik untuk menerapkan hasil penelitian dengan “memberikan
terapi musik untuk mengurangi tingkat kecemasan pada asuhan
keperawatan Ny.S dengan pre operasi fibroadenoma mammae
(FAM) di RSUD Sukoharjo ”.
5
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengaplikasikan tindakan pemberian terapi musik terhadap
penurunan tingkat kecemasan pada asuhan keperawatan Ny.S dengan pre
operasi fibroadenoma mammae (FAM) di Ruang flamboyan RSUD
Sukoharjo.
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. S dengan pre operasi
fibroadenoma mammae (FAM).
b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada Ny.S
dengan pre operasi fibroadenoma mammae (FAM).
c. Penulis mampu menyusun intervensi keperawatan pada Ny.S dengan
pasien pre operasi fibroadenoma mammae (FAM).
d. penulis mampu melakukan implementasi pada Ny.S dengan pre
operasi fibroadenoma mammae (FAM).
e. penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny.S dengan pre operasi
fibroadenoma mammae (FAM).
f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian terapi musik untuk
menurunkan tingkat kecemasan pada Ny.S dengan pre operasi
fibroadenoma mammae (FAM).
6
C. Manfaat penulisan
Dari penulisan ini diharapakan agar dapat memberikan sesuatu
yang bermanfaat dan berharga bagi :
1. Institusi rumah sakit
Agar hasil penulisan ini dapat dijadikan intervensi tindakan
keperawatan pada pasien pre operasi fibroadenoma mammae
(FAM).
2. Institusi pendidikan
Agar hasil penulisan ini dapat dijadikan pembelajaran dibidang
keperawatan mengenai pemberian terapi musik untuk
menurunkan tingkat kecemasan pada pasien preoperasi
fibroadenoma mammae (FAM).
3. Penulis
Untuk mengetahui keefektifan terapi musik terhadap pasien pre
operasi fibroadenoma mammae (FAM).
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Fibroadenoma Mammae (FAM)
1. Konsep Penyakit
a. Definisi
Fibroadenoma merupakan benjolan jinak payudara yang
disebabkan oleh pertumbuhan berlebih pada salah satu lobus payudara
(Borlay, 2006).
Fibriodenoma adalah suatu tumor jinak yang merupakan
pertumbuhan yang meliputi kelenjar dan stoma jaringan ikat
(Jitowiyono dan Kristiyanasari, 2012).
b. Klasifikasi
Menurut (Jitiwiyono dan Kristiyanasari 2012) pembagian
fibroadenoma berdasarkan histologik yaitu:
1) Fibroadenoma pericanaliculare yakni kelenjar berbentuk bulat dan
benjolan dilapisi epitel selapis atau beberapa lapis.
2) Fibroadenoma intracanaliculare yakni jaringan ikat mengalami
proliferasi lebih banyak sehingga kelenjar berbentuk panjang-
panjang (tidak teratur) dengan lumen yang sempit atau menghilang,
pada saat menjelang haid sedikit dan saat menopause terjadi
regresi.
7
8
c. Penyebab
Menurut (Jitowiyono dan Kristiyanasari 2012), penyebab
fibroadenoma mammae antara lain:
1) Peningkatan aktivitas estrogen yang absolute atau relative.
2) Genetik
Dari epidemiologi tampak bahwa kemungkinan untuk menderita
tumor payudara dua sampai tiga kali lebih besar pada wanita yang
ibunya atau saudara kandungnya menderita tumor payudara.
3) Faktor-faktor predisposisi :
Usia kurang dari 30 tahun, jenis kelamin, geografi, pekerjaan,
hereditas, diet, dan stres.
d. Tanda dan Gejala
Menurut (Taufan 2011), tanda dan gejala fibroadenoma
mammae yaitu :
1) Benjolan berdiameter 2-3 cm, namun dapat bertambah dengan
ukuran yang lebih besar (giat fibroadenoma).
2) Benjolan kenyal, halus, dan dapat digerakkan.
3) Pemeriksaan mammagrafi menghasilkan gambar yang lebih jelas
jinak berupa rata dan memiliki batas jelas.
e. Patofisiologi
Fibroadenoma merupakan tumor jinak payudara yang sering
ditemukan pada masa reproduksi yang disebabkan oleh beberapa
kemungkinan yaitu akibat sensitivitas jaringan setempat yang
9
berlebihan terhadap estrogen sehingga kelainan ini sering digolongkan
dalam memary dysplasia. Fibroadenoma biasanya ditemukan pada
kuadran luar, merupakan lobus yang terbatas jelas, mudah digerakan
dari jaringan sekitarnya. Pada gambar histologis menunjukan stroma
dengan proliferasifibroblast yang mengelilingi kelenjar dan rongga
kistik yang dilapisi epitel dengan bentuk dan ukuran berbeda
(Jitowiyono dan Kristyanasari, 2012)
f. Pemeriksaan Diagnostik
Menurut (Taufan 2011), berikut merupakan pemeriksaan
fibroadenoma mammae, antara lain:
1) Pemeriksaan Penunjang
Ada dua jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi dini
benjolan payudara yaitu Mammografi dan Ultrasonografi (USG).
Teknik yang baru adalah menggunakan Magnetic Ronsonance
Imaging (MRI) dan Nueklear Skintigrafi. Mammografi adalah
metode terbaik untuk mendeteksi dini benjolan yang tidak teraba
namun terkadang justru tidak dapat mendeteksi benjolan yang
teraba atau kanker payudara yang dapat dideteksi oleh USG.
2) Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI)
SADARI yang bertujuan untuk mendeteksi dini apa bila terdapat
benjolan pada payudara, terutama yang dicurigai ganas, sehingga
dapat menurunkan angka kematian. Meski angka kejadian tumor
payudara pada wanita muda, namun sangat penting untuk
10
diajarkan SADARI semasa muda agar terbiasa melakukan dimasa
tua. Cara melakukan SADARI adalah:
a) Periksa payudara saat mandi
b) Lanjutkan pemeriksaan payudara didepan cermin dengan
lengan diangkat keatas atau posisi berkacak pinggang lihat
kemerahan, bengkak atau ada perubahan di kedua payudara.
c) Tekan perlahan-lahan payudara untuk mencari benjolan, mulai
dari tengah melingkar kedalam.
d) Berbaring dan ulangi pemeriksaan.
e) Tekan puting untuk melihat apakah ada cairan.
g. Penatalaksanaan
1) Pembedahan
Menurut Taufan (2011), mastektomi adalah operasi pengangkatan
payudara, ada 3 jenis mastektomi:
a) Modified Radical Mastectomy
Yaitu operasi pengangkatan seluruh payudara, jaringan
payudara ditulang dada, tulang selangka, tulang iga, dan
benjolan disekitar ketiak.
b) Total (Simple) Mastectomy
Operasi pengangkatan seluruh payudara saja tetapi bukan
kelenjar ketiak
11
c) Radical Mastectomy
Operasi pengangkatan sebagaian dari payudara. Biasanya
disebut lumpectomy yaitu pengangkatan hanya pada jaringan
yang mengandung sel kanker, bukian seluruh payudara.
Lumpectomy biasanya dilakukan pada klien dengan tumor yang
diameternya kurang dari 2 cm dan letaknya dipinggir payudara.
2) Terapy Hormone
Hal ini dikenal sebagai terapi anti-astrogen yang sistem kerjanya
memblok kemampuan hormone astrogen yang ada dalam
menstomunus perkembangan tumor pada payudara.
h. Komplikasi
Jenis tertentu dari fibroadenoma bisa meningkatkan risiko
kanker payudara. Meski demikian, kebanyakan kasus fibroadenoma
tidak menyebabkan kanker payudara. Kalaupun ditemukan penderita
kanker payudara yang memiliki fibroadenoma, biasanya ada
komplikasi lainnya. Atau bisa jadi orang tersebut memiliki risiko
kanker payudara yang tinggi baik dari keluarga ataupun lingkunganya
(Taufan, 2011).
2. Konsep Asuhan Keperawatan
a. Pengkajian
Menurut (Iyer et al 2010) dan (Nursalam 2009), Pengkajian
adalah tahap awal dari proses keperawatan dan kelenjar ketiak
merupakan suatu proses pengumpulan data yang sistematis dari
12
berbagai sumber untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien.
Menurut (Jitowiyono dan Kristiyanasari 2012) pengkajian pre
operasi mammae antara lain:
1) Face sebelum anasthesi
Sebelum dilakukan pembedahan, penderita dipindah
keruangan pemulihan disertai dengan oleh ahli anastesi dan staf
profesional lainya.
2) Memperetahankan sirkulasi
Pada saat klien sadar, baik dan stabil, maka posisi tidur
diatur “semi fowler” untuk mengurangi oozing venous (keluarnya
darah dari pembuluh darah halus) lengan diangkat untuk
meningkatkan sirkulasi dan mencegah terjadinya oedema.
3) Masalah psikologis
Payudara merupakan alat vital seseorang ibu dan wanita,
kelainan atau kehilangan akibat operasi payudara sangat terasa oleh
pasien, haknya seperti dirampas sebagai wanita normal.
4) Mobilisasi fisik
Pada pasien pasca pembedahan perlu adanya latihan-latihan
untuk mencegah atropi otot-otot kekakuan dan kontraktur sendi
bahu, untuk mencegah kelainan bentuk (diformity) lainya, maka
latihan harus seimbang dengan menggunakan secara bersama.
Latihan awal bagi klien pasca operasi:
13
a) Pada hari pembedahan, melenturkan dan meluaskan gerakan
jari-jari, membali-balikan tangan.
b) Hari pertama pasca operasi harus sudah mulai fisioterapi pasif
dan aktif, seperti:
(1) Fisioterapi aktif: melatih gerak-gerakan sendi bahu reduksi,
rotasi sendi bahu jika fisioterapi diterapkan sedini mungkin
tidak akan kontraktur sendi bahu dikemudian hari, dan
fisioterapi dini, aliran drain lebih aktif dan lancar.
(2) Klien dapat mengosok gigi dan menyisir rambut, klien
harus mengetahui gerakan apa yang dilakukan dalam setiap
latihan, misalnya: dapat menggerakan lengan keatas,
kesamping, dan kedepan.
b. Diagnosa keperawatan
Menurut Carpatoni (2000) dalam Nursalam (2009), Diagnosa
keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respons
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu
atau kelompok dimana perawat secara akuntabilitas dapat
mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara pasti untuk
menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi, mencegah, dan
mengubah.
Merurut Nursalam (2009) Keperawatan yang muncul pada klien
dengan pre operasi dan post operasi mammae adalah:
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik .
14
2) Ansietas berhubungan dengan prosedur operasi.
3) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular nyeri.
4) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan, trauma.
5) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
c. Intervensi Keperawatan
Menurut (Iyer, Taptich, dan Bernocchi 2010) dalam (Nursalam
2009), perencanaan meliputi pengembangan strategi desain untuk
mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah- masalah yang telah
diidentifikasi pada diagnosa keperawatan.
1) Tujuan adalah hasil yang ingin dicapai untuk untuk mengatasi
masalah keperawatan. Penentuan tujuan pada perencanaan dari
proses keperawatan adalah sebagai arah dalam membuat rencana
tindakan dari masing-masing diagnosa keperawatan.
2) Kriteria hasil dilakukan untuk memberi petunjuk bahwa tujuan
telah dicapai dan digunakan dalam membuat pertimbangan. Hal-
hal yang perlu diperhatikan dalam membuat kriteria hasil adalah
berfokus pada klien, singkat dan jelas, dapat diobservasi dan
diukur, ada batas waktu, realistik, ditemukan oleh perawat dan
klien (Setiadi, 2012)
3) Perencanaan asuhan keperawatan pre dan post operasi berdasarkan
(Wilkinson 2009 ) antara lain:
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
15
(1) NOC : Pain level, pain control, comfert level
(2) Kriteria hasil:
(a) Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan teknik nonfarmakologi untuk mengurangi
nyeri).
(b) Melaporkan nyeri berkurang dengan menggunakan
menejemen nyeri.
(c) Mampu mengenali nyeri.
(d) Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.
(3) NIC:
(a) Lakukan pengkajan nyeri secara komprehensi,
termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,
kualitas dan faktor presipitasi.
(b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidak nyamanan.
(c) Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri.
(d) Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan.
(e) Ajarkan tentang teknik non farmakologi dengan terapi
musik.
(f) Berikan analgetik untuk mengurang nyeri.
b) Ansietas berhubungan dengan gejala terkait penyakit.
(1) NOC : Ansiety, fear leavel, sleep deprivation.
(2) Kriteria hasil:
16
(a) Mampu mengontrol kecemasan
(b) Status lingkungan yang nyaman
(c) Mengontrol nyeri.
(d) Kualitas tidur dan istirahat adekuat.
(e) Status kenyamanan meningkat
(3) NIC :
(a) Gunakan pendekatan yang menenangkan.
(b) Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku klien.
(c) Pahami prespektif klien terhadap situasi stress.
(d) Temani klien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut.
(e) Dorong keluarga untuk menemani pasien.
(f) Bantu klien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan.
(g) Intruksikan klien untuk menggunakan teknik relaksi.
(h) Berikan obat untuk mengurangi kecemasan.
c) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan
neuromuskular nyeri.
(1) NOC : mobility level, self care: aktivitas dan latihan,
transfer performance.
(2) Kriteria hasil:
(a) Klien meningkat dalam aktivitas fisik.
17
(b) Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan
kekuatan dan kemampuan berpindah.
(c) Memperagakan penggunaan alat bantu untuk
mobilisasi.
(3) NIC :
(a) Monitor tanda-tanda vital / sesudah latihan dan lihat
respon klien saat latihan.
(b) Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana
ambulasi sesuai dengan kebutuhan.
(c) Ajarkan klien tentang teknik ambulasi.
(d) Kaji kemampuan klien dalam mobilisasi.
(e) Latih klien dalam pemenuhan kebutuhan aktivitas dan
latihan secara mandiri sesuai kemampuan.
(f) Dampingi dan bantu klien saat mobilisasi dan bantu
penuhi aktivitas dan latihan klien.
(g) Ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan
bantuan jika diperlukan.
(h) Berikan alat bantu jika klien memerlukan.
d) Gangguan citra tubuh berhubungan dengan pembedahan,
trauma.
(1) Tujuan : Body image, self asteem.
(2) Kriteria hasil:
(a) Body image positif.
18
(b) Mampu mengidentifikasi kekuatan personal.
(c) Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungi
tubuh.
(d) Mempertahankan interaksi social.
(3) NIC :
(a) Kaji secara verbal dan non verbal respon klien
terhadap tubuhnya.
(b) Monitor frekuensi mengkritik dirinya.
(c) Jelaskan tentang pengobatan, perawatan, kemajuan
dan proknosis penyakit.
(d) Dorong klien mengungkapkan perasaan.
(e) Identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat
bantu.
e) Resiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif.
(1) NOC : Immune status, risk control.
(2) Kriteria hasil:
(a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi.
(b) Mendiskripsikan proses penularan penyakit, faktor
yang mempengarugi penularan serta
penatalaksanaanya.
(c) Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi.
(d) Jumlah leukosit dalam batas normal.
19
(e) Menunjukan perilaku hidup sehat.
(3) NIC
(a) Bersihkan lingkungan setelah dipakai klien lain.
(b) Pertahankan teknik isolasi.
(c) Batasi pengunjung bila perlu.
(d) Instruksikan pengunjung untuk mencuci tangan saat
berkujung.
(e) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan lokal.
(f) Dorong masuknya nutrisi dan cairan yang cukup.
B. Kecemasan
Gejala kecemasan baik yang sifatnya akut maupun kronik (menahun)
merupakan komponen utama bagi hampir semua gangguan jiwa (psychiatric
disoder). Secara klinis gejala kecemasan dibagi dalam beberapa kelompok,
yaitu : gangguan cemas (anxiety disoder), gangguan cemas menyeluruh
(generalized anxiety disoder / GAD), gangguan panik, gangguan phobik, dan
gangguan obsesif-kompulsif (Hata, 2005).
Perkembangan kepribadian seseorang dimulai dari sejak bayi hingga
usia 18 tahun dan tergantung dari pendidikan orang tua (psiko-edukatif)
dirumah, pendidikan disekolah dan pengaruh lingkungan pergaulan sosialnya
serta pengalaman-pengalaman dalam kehidupanya. Seseorang menjadi
pencemas terutama akibat proses imitasi dan identifikasi dirinya terhadap
kedua orang tuanya, dari pada pengaruh keturunan (Sagawa, 2011).
Diperkirakan jumlah mereka yang menderita gangguan kecemasan ini
20
baik akut maupun kronik mencapai 5% dari jumlah penduduk, dengan
perbandingan anatara wanita dan pria 2 banding 1. Dan, diperkirakan antara
2%-4% diantara penduduk disuatu saat dalam kehidupannya pernah
mengalami gangguan cemas. Tidak semua orang yang mengalami stresor
psikososial akan menderita gagguan cemas, hal ini tergantung pada struktur
kepribadian orang dengan kepribadian pencemas resiko untuk menderita
gangguan cemas lebih besar dari orang yang tidak berkepribadian pencemas
(PPDGJ-II, Rev 2010).
Menurut teori Heijnen (2010) klasifikasi kecemasan yaitu Keluhan-
keluhan yang sering dikemukakan oleh orang yang mengalami gangguan
kecemasan antara lain sebagai berikut :
1. Cemas, khawatir, firasat buruk, takut akan pikiranya sendiri, mudah
tersinggung.
2. Merasa tegang, tidak tenang, gelisah, mudah terkejut.
3. Takut sendirian, takut pada keramaian dan banyak orang.
4. Gangguan pola tidur, mimpi-mimpi yang menegangkan.
5. Gangguan konsentrasi dan daya ingat.
6. Keluhan-keluhan somatik, misalnya rasa sakit pada otot dan tulang,
pendengaran berdenging (tinitus), berdebar-debar, sesak nafas, gangguan
pencernaan, gangguan perkemihan, sakit kepala dan lain sebagainya
Heijnen (2010).
Gangguan phobik adalah salah satu bentuk kecemasan yang didominasi
oleh gangguan alam pikir phobia. Phobia adalah ketakutan yang menetap dan
21
tidak rasional terhadap suatu obyek, aktivitas atau situasi tertentu, yang
menimbulkan suatu keinginan mendesak untuk menghindarinya. Rasa
ketakutan itu disadari oleh orang yang bersangkutan sebagai suatu ketakutan
yang berlebihan dan tidak masuk akal, namun ia tidak mampu mengatasinya
(Hata, 2005).
Sering dijumpai dalam pengalaman sehari-hari adalah agoraphobia dan
phobia sosial, yang sering kali disertai dengan timbulnya serangan panik.
Kedua jenis phobia ini merupakan penderitaan bagi individu yang
bersangkutan karena gangguan phobia ini menganggu fungsi dan peran
sosialnya dalam kehidupan sehari-hari (Hawari, 2007).
C. Terapi musik
Terapi musik adalah penggunaan musik dalam lingkup klinis
pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien yang membutuhkan pengingatan,
pendididkan atau intervensi pada aspek sosial dan psikologis (Wigram, 2005).
Terapi musik tidak hanya terkait dengan bidang ilmu seperti psikologi, tetapi
juga dapat dimanfaatkan dikalangan medis dan kedokteran. Jika ditelah dari
pengertian bahwa ilmu kedokteran berasal dari bahasa latin yang berarti seni
dan sains untuk mencegah serta mengobati penyakit, maka sasaran terapi
musik dalam lapangan kedokteran adalah pada perkembangan manusia
sebagai kesatuan yang unik dan tak terpisahkan (Hidajat, 2006).
Terapi musik sekarang digunakan secara lebih komprehensif termasuk
untuk mengatasi rasa sakit, management stress, patostimulasi pertumbuhan
dan perkembangan bayi. Dengan semakin meluasnya kelompok masyarakat
22
yang membutuhkan terapi musik, maka kiprah para terapis juga makin luas.
Peran musik dalam terapi musik tentunya bukan seperti obat yang dapat
dengan segera dapat mrnghilangkan rasa cemas. Musik juga tidak dengan
segera mengatasi sumber penyakit. Secara perlahan–lahan dan bertahap,
kesedihan-kesedihan mereka diatasi melalui perkembangan musical. Maka
efektifitas musik sebagai alat terapi akan terjadi jika terapis memiliki
ketrampilan yang memadai untuk menjadikan musik sebagai sarana yang tepat
(Setiadi, 2012).
Terapi musik dirancang dengan pengenalan yang mendalam terhadap
keadaan dan permasalahan klien, sehingga akan berbeda untuk setiap orang.
Ada klien yang lebih sesuai menggunakan model terapi musik tertentu, tetapi
ada juga yang lebih terbantu dengan model yang lain. Setiap terapi musik juga
akan berbeda maknanya untuk orang yang berbeda. Terapi musik akan sangat
ditentukan oleh nilai-nilai individual, falsafah yang dianut, pendidikan,
tatanan klinis, dan latar belakang budaya. Namun semua terapi musik
mempunyai tujuan yang sama, yaitu membantu mengekspresikan perasaan,
membantu rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap kondisi
suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan
kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan
emosional. Dengan demikian terapi musik diharapkan dapat membantu
mengatasi setres, mencegah penyakit dan meringankan rasa sakit (Benenzon,
2005).
Peran musik dalam terapi musik tentunya bukan seperti obat yang dapat
23
segera menghilangkan rasa sakit. Musik juga tidak dengan segera mengatasi
sumber penyakit. Terapi musik adalah penggunaan musik dan elemen musik
oleh seorang terapis musik yang telah memenuhi kualifikasi, terhadap klien
atau kelompok dalam proses membangun komuikasi, meningkatkan relasi
interpersonal, belajar meningkatkan mobilitas, mengungkapkan ekspresi,
menata diri atau untuk mencapai berbagai tujuan terapi lainnya (Djohan,
2006).
24
C. Kerangka teori
Fibroadenoma mammae
jaringan sekitar tertekan pembuluh darah menyempit sel saraf terdesak Pre operasi
Ancama terhadap
kebutuhan
Interupsi sel Aliran darah
terhambat
Menekan jaringan pada
mamae
Nyeri
Stress
Ansietas
Pemberian terapi musik
yang disukai
Hipoksia
Necrose jaringan
Bakteri mikro
organisme
Infeksi
Peningkatan
konsitensi mamae
Ukuran mamae
abnormal membesar
Gangguan
citra tubuh
Hambatan
mobilitas
fisik
Gambar 2.1
25
D. Kerangka konsep
Diagnosa Terapi
Pemberian terapi musik Ansietas
Gambar 2.2
Ansietas teratasi
Hasil
26
BAB III
METODE PENYUSUNAN KTI
A. Subjek aplikasi riset
Subjek dari aplikasi adalah pasien dengan kecemasan dalam menghadapi
pre operasi FAM pada Ny.S dengan umur 44 tahun.
B. Tempat dan waktu
1. Tempat penelitian
Pengelolaan aplikasi tindakan pemberian terapi musik di Ruang
Flamboyan RSUD Sukoharjo
2. Waktu
Pengelolaan apikasi tundakan pada jam 08.00 – 14.00 WIB dan pada
tanggal 09-10 maret 2015.
C. Media atau alat yang digunakan
1. Musik pop.
2. Handphone.
3. Jam tangan.
D. Prosedur tindakan
Prosedur tindakan yang akan dilakukan pada aplikasi riset tentang
pemberian terapi musik untuk mengurangi tingkat kecemasan pada pasien
pre operasi fibroadenoma mammae adalah :
26
27
Tabel 3.1
Instrumen tindakan pemberian terapi musik untuk menurunkan tingkat kecemasan
pada pasien pre operasi fibroadenoma mammae (FAM). No Aspek orientasi
A FASE ORIENTASI
1 Memberi salam
2 Memperkenalkan diri
3 Menjelaskan tujuan
4 Menjelaskan langkah prosedur
5 Menanyakan kesiapan pasien
B FASE KERJA
1 Cuci tangan
2 Mengkaji skala kecemasan
3 Menyiapkan alat, 1 buah Hp, musik, dan jam tangan
4 Memilih musik
5 Menghidupkan speaker
6 Memberikan terapi musik kepada pasien untuk mengurangi tingkat
kecemasan pada pasien pre operasi
7 Mengkaji skala kecemasan
8 Cuci tangan
C FASE TERMINASI
1 Melakukan evaluasi tindakan
2 Menyampaikan rencana tindak lanjut
3 Berpamitan
D PENAMPILAN SELAMA TINDAKAN
1 Ketenangan selama tindakan
2 Menjaga keamanan pasien
3 Menjaga keamanan perawat
28
F. Alat ukur
Menurut (Hawari 2008) untuk mengetahui sejauh mana kecemasan
seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali digunakan alat ukur
yang dikenal dengan nama HAMILON RATING SCALE FOR ANXIETY
(HRS-A). Alat ukur ini terdiri 14 kelompok gejala yang masig-masing
kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4, yang artinya 0
berati tidak ada gejala , nilai 1 gejala ringan, nilai 2 sedang, nilai 3 gejala
berat dan nilai 4 gejala berat sekali . masing- masing nilai angka (score) dari
ke-14 kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan
tersebut dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu total nilai (score)
< 14 tidak ada kecemasan , nilai 14-20 kecemasan ringan, nilai 21-27
kecemasan sedang , nilai 28-41 kecemasan berat dan nilai 42-56 kecemasan
berat sekali
29
Tabel 3.2
Alat ukur kecemasan pada pasien pre oprasi fibroadenoma mammae
HRS-A
Gejala Kecemasan Nilai angka
01
Perasaan cemas (ansietas) 0 1 2 3 4
Cemas
Firasat buruk
Takut akan pikiran sendiri
Mudah tersinggung
02 Ketegangan 0 1 2 3 4
Merasa tegang
Lesu
Tidak bisa istitahat tenang
Mudah terkejut
Mudah menangis
Gemetar
Gelisah
03 Ketakutan 0 1 2 3 4
Pada gelap
Pada orang asing
Tinggal sendiri
Pada binatang besar
Pada keramaian lalu lintas
Pada kerumunan orang banyak
04 Gangguan tidur 0 1 2 3 4
Sukar masuk tidur
Terbangun malam hari
Tidur tidak nyenyak
Bangun dengan lesu
Banyak mimpi-mimpi
Mimpi buruk
Mimpi menakutkan
05 Gangguan kecemasan 0 1 2 3 4
Sukar konsentrasi
Daya ingat menurun
Daya ingat buruk
06 Perasaan depresi (murung) 0 1 2 3 4
Hilangnya minat
Berkurangnya kesenangan pada hobby
Sedih
Bangun dini hari
Perasaan berubah-ubah sepanjang hari
07 Gejala somatik /fisik (otot) 0 1 2 3 4
Sakit dan nyeri diotot-otot
Kaku
Kedutan otot
Gigi gemerutuk
Suara tidak stabil
30
08 Gejala somatik/fisik(sensorik) 0 1 2 3 4
Tinitus (telinga berdenging)
Pengelihatan kabur
Muka merah atau pucat
Merasa lemas
Perasaan ditusuk-tusuk
09 Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) 0 1 2 3 4
Takikardiak(denyut jantung cepat)
Berdebar-debar
Nyeri di dada
Denyut nadi mengeras
Rasa lesu/lemas seperti mau pinsan
Detak jantung menghilang (berhenti sekejab)
10 Gejala respiratori (pernafasan) 0 1 2 3 4
Rasa tertekan atau sempit didada
Rasa tercekik
Sering menarik nafas
Nafas pendek/ sesak
11 Gejala gastro intestinal (pencernaan) 0 1 2 3 4
Sulit menelan
Perut melilit
Gangguan pencernaan
Nyeri sebelum dan sesudah makan
Perasaan terbakar diperut
Rasa penuh atau kempung
Mual
Muntah
Buang air besar lembek
Sukar buang air besar (konstipasi)
Kehilangan berat badan
12 Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin) 0 1 2 3 4
Sering BAK
Tidak dapat meanahan air seni
Tidak datang bulan (tidak ada haid)
Darah haid berlebihan
Darah haid amat sedikit
Masa haid berkepanjangan
Masa haid amat pendek
Haid beberapa kali dalam sebulan
Menjadi dingin (frigid)
Ejakulasi dini
Ereksi melemah
Ereksi hilang
Impotensi
13 Gejala autonom 0 1 2 3 4
Mulut kering
Muka merah
Mudah berekringat
Kepala pusing
Kepala terasa berat
Kepala terasa sakit
Bulu-bulu berdiri
14 Tingkah laku (sikap) pada wawancara 0 1 2 3 4
31
Gelisah
Tidak tenang
Jari gemetar
Kerut kening
Muka tegang
Otot tegang/mengeras
Nafas pendek dan cepat
Muka merah
Keterangan :
Total nilai (score):kurang dari 14 = tidak ada kecemasan
14-20 = kecemasan Ringan
21-27= kecemasan sedang
28-41=kecemasan berat
42-56=kecemasan berat sekali.
32
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Pasien merupakan seorang perempuan berusia 44 tahun dengan
inisial Ny. S beragama islam dan bertempat tinggal di Jati, Gatak,
Sukoharjo berpendidikan SMP, dengan diagnosa medis Fibroadenoma
mamae (FAM), pasien masuk kerumah sakit pada tanggal 9 Maret 2015,
selama dirumah sakit yang bertanggung jawab atas nama Tn.S adalah Tn.S
berusia 45 tahun pekerjaan wiraswasta bertempat tinggal di jati, gatak,
sukoharjo, hubungan dengan klien Suami.
B. Pengkajian
Pengkajian pada tanggal senin 09 maret 2015 jam 08.00 WIB
dengan metode pengkajian autoanamnesa dan alloanamnesa. Keluhan
utama yang dirasakan pasien adalah pasien mengatakan terdapat benjolan
pada dada sebelah kiri dan pasien takut dioperasi dengan riwayat
kesehatan sekarang Ny.S sudah terdapat benjolan kurang lebih dua tahun
dan dibiarkan saja pasien takut dan cemas karena benjolan semakin
membesar dan terasa nyeri kemudian diperiksakan ke poli RSUD
sukoharjo kemudian dirotgen dan dirawat dibangsal flamboyan untuk
mendapat pelayanan lebih lanjut.
Riwayat penyakit dahulu pasien tidak mempunyai penyakit yang
berbahaya dan penyakit menular hanya panas batuk dan pilek pasien juga
belum pernah kecelakaan pasien belum pernah operasi sebelumnya dan
32
33
saat ini pasien merasa takut dengan operasinya pasien tidak mempunyai
alergi makanan maupun obat-obatan.
Keterangan :
: Laki- laki meninggal : Garis Pernikahan
: Perempuan meninggal : Garis Keturunan
: Laki-laki : Tinggal Satu Rumah
: Perempuan : Klien Ny. N
Riwayat penyakit keluarga klien mempunyai dua orang anak dari enam
bersaudara klien tinggal bersama suami dan anak-anaknya dan tidak ada penyakit
yang seperti pasien alami maupun prnyakit menular seperti hipertermi, jantung,
diabetus melitus, hepatitis, AIDS/HIV
44
th
44th
34
Riwayat kesehatan lingkungan lingkungan disekitar rumah pasien bersih
dan tidak ada polusi penghijauan sekitar rumah pasien cukup
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan pasien mengatakan bahwa
kesehatan itu penting dan kesalahannya tidak memeriksakan kesehatannya adalah
pelajaran berharga bagi hidupnya dan pasien sangat menyesal mengetahui
penyakitnya dan harus dioperasi pasien akan tetap menjaga kesehatannya
Pola nutrisi dan metabolisme sebelum sakit (pre operasi) makan tiga 3 x
sehari jenis nasi, sayur, lauk pauk, buah satu porsi habis dan tidak ada keluhan
selama sakit (post operasi) frekuensi 3 x sehari jenis bubur dan lauk pauk 1/2
porsi keluhan terasa mual.
Pola eliminasi sebelum sakit (pre operasi) klien mengatakan BAK 4-7
kali dengan warna kuning kurang lebih 600 cc, dan BAB 2 hari sekali dengan
berwarna kuning dan keras dan tidak ada keluhan. Selama sakit (post operasi)
BAK tidak dirasakan karena menggunakan selang DC dan berwarna kuning
dengan jumlah kurang lebih 500-700 cc, selama dirumah sakit belum pernah BAB
dan tidak ada keluhan.
Pola aktivitas sebelum sakit klien mengatakan makan / minum,
toileting, berpakaian, mobilitas ditempat tidur, berpindah, ambulasi/ROM
dilakukan secara mandiri. Selama sakit aktivitas makan/minum, berpakaian,
mobilitas tempat tidur, berpindah, ambulasi ROM dibantu oleh keluarga maupun
perawat dan untuk toileting menggunakan alat bantu yaitu kateter.
35
Pola istirahat tidur pasien mengatakan tidur dengan nyenyak kurang lebih 6-8jam
selama sakit pasien mengatakan sulit tidur karena cemas memikirkan penyakitnya
dan nyeri pada dada sebelah kiri.
Pola kognitif dan perceptual sebelum sakit pasien dapat berbicara
dengan lancar dapat melakukan altifitas secara mandiri dan pasien tidak
merasakan nyeri selama sakit pasien dapat berbicara dengan lancar dan mampu
menjawab pertanyaan dan meendengar secara normal pasien merasa nyeri dan
tampak cemas, pasien mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri kualitas nyeri
nyeri terus menerus dan senut-senut nyeri dibagian dada sebelah kiri skala nyeri 5
nyeri terus menerus senut-senut.
Pola persepsi dan konsep diri pasien merasa takut dan cemas, dn di
berikan terapi musik yang disukai pasien seorang perempuan dan sudah menjadi
seorang ibu pasien sebagai ibu dari anak-anaknya pasien berharap cepat sembuh
dan segera pulang. Pasien menerima keadaanya sekarang dan tetap bersyukur.
Pola hubungan dan peran sebelum sakit hubungan dengan keluarga dan
lingkungan baik selama sakit hubungan dengan keluarga dan lingkungan baik.
Pola seksual dan reproduksi sebelum sakit pasien hidup bahagia dengan
anak dan suaminya selama sakit pasien tampak lemas dan tidak melakukan
aktifitas secara mandiri dan mendapat dukungan untuk sembuh.
Pola mekanisme koping sebelum sakit pasien mengatakan jika ada
masalah selalu menceritakan kepada keluarganya dan jika mengambil keputusan
selalu dengan musyawarah dengan anggota keluarganya selama sakit pasien
mengatakan ketika ada masalah pre operasi fibradenoma mammae (FAM) pasien
36
mengatakan takut, kepada keluarganya dan saya tanya pasien kelihatan takut dan
cemas kemudian pada saat itu saya memberikan terapi musik untuk mengurangi
nyeri pada kecemasan tersebut.
Pola nilai dan keyakinan sebelum sakit pasien beragama islam pasien
selalu melakukan sholat 5 waktu selama sakit pada saat sakit pasien hanya berdoa
saya dan meninggalkan sholat.
Hasil dari pemeriksaan fisik keadaan atau penampilan umum kesadaran
pasien composmentis. Hasil pemeriksaan tanda-tanda vital sebagai berikut tekanan
darah 130/60mmHg, frekuensi nadi 80x/menit dengan irama teratur dan kekuatan
kuat frekuensi pernafasan 22x/menit irama kuat shu 35oc. Bentuk kepala
masochepal kulit kepala bersih tidak ada ketombe dan rambut hitam. Hasil
pemeriksaan muka dari mata palpebra tidak ada oedema konjungtiva tidak anemis
sclera tidak ikterik pupil isokor diameter kanan kiri simetris reflek terhadap
cahaya baik baik dan tidak menggunakan alat bantu pengelihatan. Pemeriksaan
hidung simetris tidak ada jejas dan tidak ada secret, pemeriksaan mulut dengan
hasil simetris tidak ada jejas dan tidak ada sianosis. Hasil dari pemeriksaan gigi
terdapat gigi bersih dan pemeriksaan telinga simetris bersih dan tidak ada serumen
Pemeriksaan leher tidak ada pembesaran kelenjar tyroid.
Pemeriksaan dada: inspeksi dada berbentuk tidak simetris ada benjolan
pada dada sebelah kiri, palpasi teraba benjolan dibagian kiri sebesar biji salak
perkusi terdengar bunyi sonor sebelah lapang dada auskultasi vasikuler diseluruh
lapang dada tidak ada suara nafas tambahan jantung inspeksi ictus cordis tidak
37
tampak palapasi ictus cordis teraba di IC III perkusi pekak diseluruh lapang dada
auskultasi bunyi jantung sonor.
Pemeriksaan abdomen inspeksi tidak terdapat jejas auskultasi
15x/menit perkusi tympani dikuadran III palpasi tidak ada nyeri tekan
Pada pemeriksaan genetalia bersih terpasang kateter, rektum bersih
tidak ada benjolan, ekstremitas atas kekuatan otot kanan/kiri normal 5/5 ROM
kanan kiri normal bisa bergerak capilary refile normal kurang dari 2 detik tidak
ada bentuk tulang perubahan bentuk akral hangat. Ekstremitas bawah kekuatan
otot kanan/kiri normal 5/5 ROM kanan kiri normal bisa bergerak capilary refile
normal kurang dari 2 detik tidak ada bentuk tulang perubahan bentuk akral hangat
Pemeriksaan laboratorium pada tanggal 7 maret 2015 didapatkan hasil ,
eritrosit 14,1 juta/uL normal (4,50-5,40), hemoglobin 4,96 g/uL normal (14,0-
17,5), hematokrit 13,3% normal (33-45), MCV 82,9 /un nirmal (80,00-96,0) MCH
26,8 Rg normal (28,0-33,0), MCHC 32,4 g/dl normal (33,0-36,0) trombosit
38,9ribu/uL normal (150-450)RDW-CH13,6%(11,6-24,6) PDW9,8%25-65 MPV
9,5 FL(6,5-11,0) P-LCR 20,4% neutrofil 79,2ˆuL normal (51-57), limfosit
15,0ˆuL normal (22-40), monosit 4,50ˆuL normal (0-7), eosinofil 1,10ˆuL normal
(0-4), basofil 0,20 ˆuL normal (0,1) , LG 0,50, golongan darah A, GDS 122,
ureum 25,1 creatin 0,72 hasil pemeriksaan EKG pada tanggal 4 maret 2015 HR:
112 bpm, R-R : 531ms, P-R : 133ms, QRS:100 ms QT: 350ms QTC:440 Axis
:13deg, RVS : 1,92mv, SVI: 1,62mv RTS: 2,07mv pemeriksaan foto pada tanggal
03 maret 2014 thorak cor : cardiomegali, pulmo : carakan branchovaskuler
meningkat apex kedua pulmo tenang tak tampak gambar cain leyans diagrogma
38
dan linus baik. Lesan : pulmo terang, tidak tampak gambar matastase pada kedua
pulmo. Terapi yang diperoleh selama dibangsal pada tanggal 09 maret 2010 infus
RL 20 tpm, ceftriaxone 3x/sehari, captropil 3x1hari.
C. Diagnosa keperawatan
Setelah dilakukan analisa pada tanggal 09 maret 2015 jam 08.05
terhadap data pengkajian diperoleh data subjektif antara lain pasien mengatakan
takut dioperasi, pasien takut dengan penyakitnya dan didapatkan data objektif
pasien tampak gelisah, pasien tampak panik, pasien tampak cemas total score 40
skala kecemasan tingkat 3 (berat) berdasarkan analisa data yang menunjukan
asietas merupakan prioritas masalah utama, sehingga dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan sesuai batasan karaketristik ansietas menurut (Wilkinson 2012).
Diagnosa keperawatan yaitu ansietas berhubungan dengan ancaman status
kesehatan.
Setelah dilakukan analisa kedua pada tanggal 09 maret 2015 jam 08.10
terhadap data pengkajian diperoleh data subjektif antara lain pasien mengatakan
nyeri dada sebelah kiri, nyeri terus menerus dan senut-senut, nyeri dada sebelah
kiri skala nyeri 5 waktu terus menerus dan senut-senut dengan data obyektif
pasien tampak nyeri, pasien tampak meringis kesakitan, pasien tampak cemas
berdsarkan analisa data menunjukkan nyeri merupakan masalah prioritas kedua
sehingga dapat ditegakkan diagnosa keperawatan sesuai batasan karakteristik
nyeri akut menurut (Wilkinson, 2012) yaitu perubahan nyeri atau melindungi
daerah nyeri secara verbal dan posisi untuk menghindari nyeri. Diagnosa
keperawatan yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik.
39
D. Perencanaan keperawatan
Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 09 maret 2015
penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan
asuhan keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa ansietas berhubungan
dengan ancaman status kesehatan dengan tujuan dan kriteria hasil setelah
dilakukan tindakan selama 2x24 jam kecemasan dapat teratasi dengan
kriteria hasil identifikasi pola kecemasan yang efektif, mencari informasi
tentang penyakit dan pengobatanya, menggunakan perilaku untuk
menurunkan cemas, melaporkan perasaan negatif.
Intervensi yang dilakukan yaitu bimbingan antisipasi untuk
mempersiapkan pasien mengantisipasi krisis perkembngan atau situasional
bantuan emosi untuk memberikan penenangan penerimaan dan dorongan
selama periode cemas.dengan memberikan terapi musik yang disukai.
Perencanaan dari masalah keperawatan pada tanggal 09 maret
2015 penulis menyusun suatu intervensi sebagai tindak lanjut pelaksanaan
asuhan keperawatan pada Ny. S dengan diagnosa nyeri akut berhubungan
dengan agen injuri fisik dengan tujuan dan kriteria hasil setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 2x24 jam nyeri berkurang dari 5 menjadi 1–
2, pasien tidak tampak gelisah, pasien tidak merintih dan menangis dan
tidak ada ekspresi nyeri pada wajah.
Intervensi yang dilakukan yaitu observasi karakteristik nyeri
(P,Q,R,S,T) untuk mengetahui karakteristik nyeri, atur posisi yang nyaman
untuk mengurai nyeri, kolaborasi dengan dokter untuk pemberian
40
analgesik menggunakan agen-agen farmakologis untuk mengurangi nyeri,
kolaborasi dengan keluarga untuk mengobservasi nyeri untuk mengetahui
tingkat nyeri.
E. Implementasi
Tindakan keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan utama berdasarkan rencana tindakan tersebut maka dilakukan
tindakan keperawatan pada hari senin 09 maret 2015 sebagai tindak lanjut
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan diagnosa keperawatan
ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan dilakukan
implementasi yaitu pengkajian pada pasien kelolaan, jam 09.00 WIB
mengobservasi kecemasan pasien mengatakan cemas pasien mengatakan
takut dengan penyakitnya. Dan pasien tampak kelihatan cemas pasien
tampak gelisah dan didapatkan hasil bahwa kecemasan tingkat berat
dengan score 40. Jam 13.00 WIB memberikan terapi musik pasien
mengatakan suka dan menikmati musik pasien tampak rileks dan skala
kecemasan pasien 2. Jam 09.15 mengobservasi karakteristik nyeri pasien
mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri, nyeri terus menerus dan senut-
senut nyeri bagian dada sebelah kiri skala nyeri 2 waktu nyeri terus
menerus dan senut-senut. Pasien sudah tidak tampak nyeri. Jam 14.45
Mengkolaborasikan dengan dokter dalam pemberian obat analgesik pasien
mengatakan mau diinjeksi dan injeksi ceftriaxone sudah masuk melalui IV
Tindakan keperawatan dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan utama berdasarkan rencana tindakan tersebut maka dilakukan
41
tindakan keperawatan pada hari selasa 10 maret 2015 sebagai tindak lanjut
pelaksanaan asuhan keperawatan pada Ny.S dengan diagnosa keperawatan
ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan dilakukan
implementasi yaitu pengkajian pada pasien kelolaan, jam 09.00 WIB
mengobservasi kecemasan pasien mengatakan cemas pasien mengatakan
takut dengan penyakitnya. Dan pasien tampak kelihatan cemas pasien
tampak gelisah didapatkan hasil bahwa pasien mengalami kecemasan
ringan denga score 20. Jam 13.00 WIB memberikan terapi musik pasien
mengatakan suka dan menikmati musik pasien tampak rileks dan skala
kecemasan pasien 2. Jam 09.15 mengobservasi karakteristik nyeri pasien
mengatakan nyeri pada dada sebelah kiri, nyeri terus menerus dan senut-
senut nyeri bagian dada sebelah kiri skala nyeri 2 waktu nyeri terus
menerus dan senut-senut. Pasien sudah tidak tampak nyeri. Jam 14.45
WIB mengkolaborasikan dengan dokter dalam pemberian obat analgesik
pasien mengatakan mau diinjeksi dan injeksi ceftriaxone sudah masuk
melalui IV.
F. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan kepererawatan pada tanggal 09 maret
2015 dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif yaitu pasien
sudah tidak takut dioperasi data objektif sudah tidak tampak cemas
masalah teratasi dan pertahankan intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 09 maret
2015 dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif yaitu klien
42
mengatakan nyeri berkurang,nyeri terasa nyengkrang dan senut-senut
nyeri pada dada kiri bawah skala nyeri 2 nyeri terus menerus senut-senut
nyeri hilang timbul nyengkrang. Data objektif klien sudah tampak tidak
gelisah, dan masalah teratasi pertahankan intervensi.
Setelah dilakukan tindakan kepererawatan pada tanggal 10 maret
2015 dilakukan evaluasi keperawatandenagn data subjektif yaitu pasien
sudah tidak takut dioperasi data objektif sudah tidak tampak cemas
masalah teratasi dan pertahankan intervensi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 10 maret
2015 dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif yaitu klien
mengatakan nyeri berkurang,nyeri terasa nyengkrang dan senut-senut
nyeri pada dada kiri bawah skala nyeri 2 nyeri terus menerus senut-senut
nyeri hilang timbul nyengkrang. Data objektif klien sudah tampak tidak
gelisah, dan masalah teratasi pertahankan intervensi.
43
BAB V
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan Keperawatan Ny. S
Dengan pre operasi Di Ruang flamboyan RSUD Sukoharjo. Pembahasan pada bab
ini terutama membahas adanya kesesuaian maupun kesenjangan antara teori
dengan kasus. Asuhan keperawatan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan
dasar manusia melalui tahap, pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi,
implementasi dan evaluasi.
1. Pengkajian
Data yang didapatkan penulis dari pengkajian keluhan utama, klien
mengatakan takut diopersi, kecemasan baik yang sifatnya akut maupun
kronik (menahun) merupakan komponenen utama bagi hampir semua
gangguan jiwa (psychiatric disoder). Secara klinis gejala kecemasan
dibagi dalam beberapa kelompok, yaitu : gangguan cemas (anxiety
disoder), gangguan cemas menyeluruh (generalized anxiety disoder /
GAD), gangguan panik, gangguan phobik, dan gangguan obsesif-
kompulsif.
Riwayat kesehatan sekarang klien mengeluhkan ada benjolan di payudara
sebelah kiri dan terasa nyeri. Sebelumnya kurang lebih 2 tahun yang lalu
klien sudah merasakan ada benjolan pada payudara kirinya dan kurang
lebih 1 bulan ini benjolan semakin membesar. Setelah dokter melakukan
pemeriksaan pada klien, dengan hasil klien di diagnosa Fibroadenoma
43
44
mammae. Fibroadenoma mammae (FAM) merupakan tumor jinak
terutama terjadi pada wanita muda. Tumor ini tidak melekat dijaringan
sekitarnya dan amat mudah digerakkan kesana kemari dan biasanya tumor
ini tidak terasa nyeri tetapi kadang dirasakan nyeri bila ditekan (Wong,
2005).
Pola kognitif dan perseptual, klien menatakan merasa tidak
nyaman karena nyeri post operasi, nyeri dirasakan seperti ditusuk-tusuk,
nyeri terasa pada payudaranya sebelah kiri, skala nyeri 6, nyeri terasa
selama kurang lebih 5 menit bertambah berat saat untuk bergerak dan
tertawa. Klien terlihat merintih kesakitan kepada keluarganya dan selalu
memegangi area yang terasa nyeri.Pada Nn. S pengukuran nyeri
menggunakan skala nyeri numerik. Skala penilaian numerik merupakan
suatu alat ukur yang meminta pasien untuk menilai rasa nyerinya sesuai
dengan level intensitas nyerinya pada skala numeral dari 0 – 10. Skala
paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan
sesudah intervensi teraupeutik (Andarmoyo, 2013).
Pada pemeriksaan payudara saat di inspeksi bentuk payudara
simetris kanan dan kiri, aerola berwarna coklat dan menonjol, payudara
kanan tidak ada jejas sedangkan payudara kiri terdapat benjolan dan
terdapat nyeri tekan.
Hasil pengkajian kekuatan otot pada Ny. S yang terjadi pada
ekstermitas atas tangan kiri mengalami penurunan kekuatan otot yaitu
kekuatan otot 2 sedangkan ekstermitas yang lain tidak mengalami masalah
45
dengan kekuatan otot 5. Penurunan otot dapat disebabkan karena nyeri
yang dialami klien post operasi fibroadenoma mammae, selain itu adanya
pengaruh ansietas dan pengaruh dari anestesi (Brunner dan Suddart,
2002:1606).
Terapi yang didapatkan Ny.S selama pre operasi adalah terapi
farmakologi via intravena antara lain Ringer laktat dosis 20 tpm golongan
cairan koloid, kalsium klorida, natrium na dengan fungsi farmakologis
untuk mengenbalikan fungsi elektrolit, ceftriaxone dengan dosis 1 gram/
8jam golongan Antibiotik fungsinya untuk mengobati infeksi bakteri. dan
captrofil dengan dosis 30 mg/ 8jam golongan Aceinhibitar fungsinya
untuk hipertensi berat sampai sedang (ISO, 2012).
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah penilaian klinik mengenai respon individu,
keluarga dan komunitas terhadap masalah kesehatan atau proses
kehidupan yang actual atau potensial yang merupakan dasar untuk
memilih intervensi keperawatan untuk mencapai hasil yang merupakan
tanggung jawab perawat. (Dermawan, 2012 : 58).
Diagnosa keperawatan: ansietas berhubungan dengan ancaman status
kesehatan. Ansietas adalah perasaan tidak nyaman atau kekhawatiran yang
samar disertai respon autonom (sumber sering kali tidak spesifik atau tidak
diketahui oleh individu): perasaan takut yang disebabkan oleh antisipasi
terhadap bahaya. Hal ini merupakan isyarat kewaspadaan yang
memperingatkan individu akan adanya bahaya dan memampukan individu
46
untuk bertindak menghadapi ancaman (Wilkinson, 2012). Pada kasus Ny.
S kecemasan disebabkan karena ketakutan menghadapi operasi ditandai
dengan pasien tegang dan gelisah. Tanda dari kecemasan adalah adanya
respon fisiologis, respon perilaku ,kognitif dan efektif yaitu salah satunya
pasien tegang, gelisah, frekuensi nadi tidak teratur dan cepat serta
pernafasan cepat (Stuart, 2007).
Penulis mengambil etiologi , pasien yang akan dilakukan operasi.
Tindakan pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi semua
pasien. Berbagai kemungkinan buruk bisa terjadi yang akan
membahayakan bagi pasien (Faradisi, 2012).
Perumusan masalah keperawatan diambil penulis adalah ansietas yang
telah disesuaika dengan diagnosa (NANDA 2012). Penulis mencantumkan
masalah ansietas dengan alasan mengacu pada data pengkajian yaitu data
subjektif antara lain pasien mengatakan takut dioperasi, pasien
mengatakan takut dengan penyakitnya. Dan data objektif yang diperoleh
yaitu pasien tampak gelisah, pasien tampak cemas, pasien tampak panik
didapatkan hasil bahwa pasien mengalami kecemasan berat dengan score
40, Penulis memprioritaskan ansietas sebagai masalah keperawatan
pertama dengan alasan ansietas merupakan kekhawatiran pada sesuatu hal
sehingga ansietas bisa diprioritaskan utama. Berdasarkan analisa data
menunjukkan bahwa ansietas adalah masalah pertama, sehingga dapat
ditegakkan diagnosa keperawatan sesuai batasan karakteristik ansietas
menurut (NANDA, 2012)Batasan karakteristik untuk diagnosa
47
keperawatan ansietas yaitu perilaku: penurunan produktivitas, gerakan
yang irevelan, gelisah, melihat sepintas, insomnia, kontak mata yang
buruk, mengekspresikan kekawatiran karena perubahan dalam peristiwa
hidup, agitasi, mengintai, tampak waspada, afektif, gugup, senang
berlebihan, rasa nyeri yang meningkatkan ketidak nyamanan, bingung,
menyesal, ragu, khawatir, tidak percaya diri (NANDA, 2012:).kesimpulan
yang didapatkan oleh penulis adalah diagnosa ansietas berhubungan
dengan prosedur operasi tidak ada kesenjangan dengan teori menurut
(Hawari 2008) yang sudah dijelaskan diatas.
a. Masalah keperawatan nyeri
Diagnosa keperawatan yang pertama kali ditemukan adalah nyeri
berhubungan dengan agen cidera fisik biologis nyeri akut adalah
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan dan
muncul akibat kerusakan jaringan aktual atau potensial atau gambaran
dalam hal kerusakan yang sedemikian rupa (international for the study
of pain),awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari intensitas ringan
sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat
diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan. (NANDA, 2012).
Perumusan masalah keperawatan yang diambil penulis nyeri akut
yang telah disesuaikan dengan diagnosa ( NANDA, 2012 ). Penulis
memprioritaskan masalah nyeri akut dengan alasan mengacu pada
data pengkajian yaitu data pengkajian diperoleh data subjektif
provocate pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri quality nyeri
48
terus menerus dan senut-senut region nyri pada dada sebelah kiri
severe skala nyeri 5 time nyeri terus menerus senut-senut dan
diperoleh data objektif yaitu pasien tampak meringis kesakitan pasien
tampak cemas.
Pengkajian nyeri dengan menggunakan skala numeric merupakan
alat paling umum yaitu dengan menggunakan angka 0-10. Angka0
tidak ada nyeri, angka 1-3 adalah nyeri ringan, angka 4-6 adalah nyeri
sedang, angka 7-8 adalah nyeri hebat, angka 9 adalah nyeri sangat
hebat dan angka 10 adalah nyeri paling hebat ( Potter dan Perry,
2006).
Penulis memprioritaskan nyeri akut sebagai diagnosa kedua karena
nyeri merupakan suatu ketidaknyamanan yang dapat mempengaruhi
sistem hemodinamika maupun respon emosional pasien.
Berdasarkan analisa data menunjukkan bahwa nyeri akut
merupakan masalah kedua, sehingga dapat ditegakkan diagnosa
keperawatan sesuai batasan karakteristik nyeri menurut (Nanda 2012)
yaitu perubahan selera makan, perubahan tekanan darah, perubahan
frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernapasan, laporan isyarat,
diaporesis, perilaku distraksi (misalnya: mondar-mandir, atau mencari
orang lain), mengekspresikan perilaku (misalnya: menangis, gelisah,
merengek, waspada), masker wajah (misalnya: mata kurang
bercahaya,tampak kacau, gerakan mata berpencar atu tidak fokus),
perilaku melindungi nyeri, perubahan posisi untuk menghindari nyeri,
49
melaporkan nyeri secara verbal, fokus menyempit, ganngguan pola
tidur, dan dilatasi pupil. Kesimpulan yang didapatkan oleh penulis
adalah diagnosa nyeri berhubungan dengan agen biologis tidak ada
kesenjangan dengan teori (Potter dan Perri 2006) yang sudah
dijelaskan diatas.
b. Masalah keperawatan hambatan mobilitas fisik
Diagnosa keperawatan yang kedua yaitu Hambatan mobilitas fisik
berhubungan dengan gangguan neuromuskuler.
Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik
tubuh atau salah satu ekstremitas secara mandiri dan terarah. Batasan
karateristiknya yaitu penurunan waktu reaksi kesulitan membolak-
balik keterbatasan rentang gerak sendi ketidak stabilan postur,
pergerakan lambat, pergerakan tidak terkoordinasi (NANDA, 2012)
diagnosa ini tidak diangkat karena tidak ditemukan gejala yang sesuai
dengan batasan karakteristik dipengkajian oleh penulis).
c. Masalah keperawatan gangguan citra tubuh
Diagnosa keperawatan yang ketiga yaitu Gangguan citra tubuh
berhubungan dengan pembedahan, trauma
Gangguan citra tubuh adalah membentuk persepsi seseorang
tentang tubuh baik secara internal maupun eksternal. Persepsi ini
mencakup perasaan dan sikap yang ditujukan pada citra tubuh
dipengaruhi oleh pandangan pribadi tentang karakteristik dan
50
kemampuan fisik dan oleh persepsi dari pandangan orang lain. (Potter
dan Perry, 2005)
Batasan karakteristiknya yaitu perilaku menghindari tubuh individu,
respon non verbal terhadap perubahan aktual dalam tubuh, verbalisasi
perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh
individu dalam penampilan, perubahan dalam pemantauan
memperkirakan hubungan spesial tubuh terhadap lingkungan.
(NANDA 2012). diagnosa ini tidak diangkat karena tidak ditemukan
gejala yang sesuai dengan batasan karakteristik pada pengkajian oleh
penulis
d. Masalah keperawatan resiko infeksi
Diagnosa keperawatan yang keempat yaitu resiko infeksi
berhubungan dengan prosedur infasif
Resiko infeksi adalah mengalami peingkatan resiko terserang
organisme patogenik.
Batasan karakteristiknya yaitu penyakit kronis, imunitas didapat yang
tidak adekuat, pertahanan tubuh primer yang tidak adekuat, pertahanan
tubuh sekunder yang tidak adekuat, peningkatan pemajangan
lingkungan terhadap patogen.(NANDA, 2012) diagnosa ini tidak
diangkat karena tidak ditemukan gejala yang sesuai dengan batasan
karakteristik pada pengkajian oleh penulis.
51
3. Intervensi
Perencanaan adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah
yang merupakan keputusan awal tentang sesuatu apa yan akan dilakukan,
bagaimana dilakukan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua
tindakan keperawatan (Dermawan, 2012).
Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan
dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan
dapat dilaksanakan dengan SMART, Spesifik, Measurable, Acceptance,
Rasional dan Timing. (Dermawan, 2012 ) Pembahasan dari intervensi
yang meliputi tujuan, kriteria hasil dan tindakan yaitu pada diagnosa
keperawatan
a. Ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan, setelah
dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien
menyatakan perasaan sudah tidak khawatir, pasien dapat
mengendalikan kecemasan, kegelisahan nampak berkurang, memiliki
score HRS-A kurang dari 40.
Intervensi yang dilakukan yaitu kaji dan dokumentasi kecemasan
pasien dengan rasional untuk menentukan tindakan selanjutnya secara
tepat, sediakan pengalihan ansietas melalui televisi atau terapi okupasi
dengan rasional untuk menurunkan dan fokus pasien menjadi lebih
meluas, berikan relaksasi terapi musik dengan rasional merilekskan
dan menurunkan kecemasan pada pasien, berikan informasi tentang
prosedur operasi dan keadaan ketika dikamar operasi dengan rasional
52
pasien dan keluarga mengetahui prosedur operasi dan keadaan dikamar
operasi sehingga cemas bisa berkurang, kolaborasi dengan keluarga
untuk memberikan dukungan dan motivasi pada pasien dengan
rasional menurunkan kecemasan dan kegelisahan pasien, yakinkan
kembali pasien melalui sentuhan dan sikap empatik secara verbal dan
non-verbal dengan rasional mengurangi ansietas pada pasien dan
memberikan semangat atau movitasi untuk bisa menghadapi operasi
dengan santai, anjurkan pasien untuk melakukan tindakan relaksasi
nafas dalam dengan rasional untuk meregangkan otot dan membuat
rileks. (NANDA, 2012)
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis. Pada kasus Ny. S
penulis melakukan rencana tindakan selama 2x24 jam dengan tujuan
setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri dapat berkurang dan
terkontrol dengan kriteria hasil skala nyeri berkurang, pasien sudah
tidak tampak gelisah, sudah tidak tampak ekspresi nyeri pada wajah.
Intervensi yang dilakukan yaitu mengobservasi tanda-tanda vital
(TTV) dengan mengkaji tanda-tanda vital. Kaji nyeri dengan
rasionalisasi untuk mengetahui karakteristik dan skala nyeri, berikan
posisi yang nyaman dengan rasional untuk membantu klien memberi
kenyamanan, ajarkan teknik relaksasi nafas dalam dengan rasional
suplai oksigen keseluruh maksimal sehingga dapat merileksasikan
otot-otot yang kaku dan nyeri, anjurkan pasien untuk melalukan
kompres dingin atau hangat dengan rasional memberikan kenyamanan
53
kenyamanan pada pasien, anjurkan pada pasien untuk melaporkan
nyeri pada perawat jika nyeri tidak dapat dikontrol sendiri dengan
rasional supaya nyeri bisa ditangani lebih cepat dan mencegah
terjadinya komplikasi, Anjurkan pada pasien dan keluarga untuk
melakukan masase dengan rasional untuk memberikan kenyamanan
pada pasien, kolaborasi dengan dokter untuk memberikan terapi
analgesik dengan rasional menghilangkan dan mengurangi
nyeri.(NANDA, 2012 :530-537)
4. Implementasi
a. Diagnosa: ansietas berhubungan dengan ancaman status kesehatan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis pada hari
pertama yaitu mengkaji dan mendokumentasikan tingkat
kecemasan pasien mengatakan cemas, pasien mengatakan takut
karena penyakitnya. Data objektif yang diperoleh pasien tampak
kelihatan cemas, pasien tampak gelisah, dan didapatkan hasil
bahwa pasien mengalami kecemasan berat dengan score 40
Menurut hawari (2008) untuk mengetahui sejauh mana
kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali
digunakan alat ukur yang dikenal dengan nama hamilon rating
scale for anxiety (HRS-A). Alat ukur ini terdiri 14 kelompok gejala
yang masig-masing kelompok gejala diberi penilaian angka (score)
antara 0-4, yang artinya 0 berati tidak ada gejala , nilai 1 gejala
ringan, nilai 2 sedang, nilai 3 gejala berat dan nilai 4 gejala berat
54
sekali. masing-masing nilai angka (score) dari ke-14 kelompok
gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan tersebut
dapat diketahui derajat kecemasan seseorang yaitu total nilai
(score) < 14 tidak ada kecemasan, nilai 14-20 kecemasan ringan,
nilai 21-27 kecemasan sedang, nilai 28-41 kecemasan berat dan
nilai 42-56 kecemasan berat sekali.
Tindakan yang kedua pada hari pertama yaitu memberikan
memberikan terapi music pop dan didapatkan data subjektif yaitu
pasien mengatakan menikmati musiknya data objektif yaitu pasien
tampak rileks dan skala kecemasan menjadi 2 yaitu 20
Terapi musik adalah penggunaan musik dalam lingkup klinis
pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien yang membutuhkan
pengingatan, pendididkan atau intervensi pada aspek sosial dan
psikologis Terapi musik tidak hanya terkait dengan bidang ilmu
seperti psikologi, tetapi juga dapat dimanfaatkan dikalangan medis
dan kedokteran. Jika di telaah dari pengertian bahwa ilmu
kedokteran berasal dari bahasa latin yang berarti seni dan sains
untuk mencegah serta mengobati penyakit, maka sasaran terapi
musik dalam lapangan kedokteran adalah pada perkembangan
manusia sebagai kesatuan yang unik dan tak terpisahkan (Wigram,
2005)
55
b. Diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis pada hari
pertama yaitu mengobservasi nyeri (PQRST), provocate pasien
mengatakan nyerri dada sebelah kiri qualitynyeri terus menerus dan
senut-senut, region nyeri dibagian dada sebelah kiri ,severe skala
nyeri 2, time atau waktu nyeri terus menerus senut-senut. Data
objektif yang diperoleh pasien sudah tidak nyeri
Nyeri merupakan sesuatu yang kompleks, sehingga banyak
faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri individu. Faktor –
faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain :
1). Nyeri akut
Nyeri akut terjadi kurang dari 6 bulan biasanya nyeri
dirasakan mendadak dan area nyeri dapat diidentifikasi nyeri
akut mempunyai karakteristik meningkatnya ketegangan otot
dan kecemasan.
2). Nyeri kronik
Nyeri yang bertahan lebih dari 6 bulan sumber nyeri
tidak dapat diketahui dan nyeri sulit dihilangkan. Sensasi nyeri
dapat berupa nyeri difus sehingga sulit untuk diidentifikasi
secara spesifik nyeri sumber nyeri tersebut .
56
a. Diagnosa: ansietas berhubungan dengan ancaman status
kesehatan.
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis
pada hari kedua yaitu mengkaji dan mendokumentasikan
tingkat kecemasan pasien dan didapatkan hasil klien
mengatakan cemas, pasien mengatakan takut karena
penyakitnya. Data objektif yang diperoleh pasien tampak
kelihatan cemas, pasien tampak gelisah, dan didapatkan
hasil bahwa pasien mengalami kecemasan berat dengan
score 40
Menurut (Hawari, 2008) untuk mengetahui sejauh
mana kecemasan seseorang apakah ringan, sedang, berat
atau berat sekali digunakan alat ukur yang dikenal dengan
nama hamilon rating scale for anxiety (HRS-A). Alat ukur
ini terdiri 14 kelompok gejala yang masig-masing
kelompok gejala diberi penilaian angka (score) antara 0-4,
yang artinya 0 berati tidak ada gejala , nilai 1 gejala ringan,
nilai 2 sedang, nilai 3 gejala berat dan nilai 4 gejala berat
sekali . masing- masing nilai angka (score) dari ke-14
kelompok gejala tersebut dijumlahkan dan dari hasil
penjumlahan tersebut dapat diketahui derajat kecemasan
seseorang yaitu total nilai (score) < 14 tidak ada
kecemasan, nilai 14-20 kecemasan ringan, nilai 21-27
57
kecemasan sedang, nilai 28-41 kecemasan berat dan nilai
42-56 kecemasan berat sekali.
Tindakan yang kedua pada hari kedua yaitu
memberikan memberikan terapi musik dan didapatkan data
subjektif yaitu pasien mengatakan menikmati musiknya
data objektif yaitu pasien tampak rileks dan didapatkan
hasil kecemasan pasien menjadi skala ringan dengan score
20.
Terapi musik adalah penggunaan musik dalam
lingkup klinis pendidikan, dan sosial bagi klien atau pasien
yang membutuhkan pengingatan, pendididkan atau
intervensi pada aspek sosial dan psikologis (Wigram, 2005)
Terapi musik tidak hanya terkait dengan bidang ilmu
seperti psikologi, tetapi juga dapat dimanfaatkan
dikalangan medis dan kedokteran. Jika di telaah dari
pengertian bahwa ilmu kedokteran berasal dari bahasa latin
yang berarti seni dan sains untuk mencegah serta mengobati
penyakit, maka sasaran terapi musik dalam lapangan
kedokteran adalah pada perkembangan manusia sebagai
kesatuan yang unik dan tak terpisahkan (Wigram, 2005).
b. Diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera
biologis
58
Tindakan keperawatan yang dilakukan oleh penulis
pada hari kedua yaitu mengobservasi nyeri (PQRST),
provocate pasien mengatakan nyerri dada sebelah kiri
qualitynyeri terus menerus dan senut-senut, region nyeri
dibagian dada sebelah kiri ,severe skala nyeri 2, time atau
waktu nyeri terus menerus senut-senut. Data objektif yang
diperoleh pasien sudah tidak nyeri
Nyeri merupakan sesuatu yang kompleks, sehingga banyak
faktor yang mempengaruhi pengalaman nyeri individu. Faktor–
faktor yang mempengaruhi nyeri antara lain :
1). Nyeri akut
Nyeri akut terjadi kurang dari 6 bulan biasanya nyeri dirasakan
mendadak dan area nyeri dapat diidentifikasi nyeri akut
mempunyai karakteristik meningkatnya ketegangan otot dan
kecemasan.
2). Nyeri kronik
Nyeri yang bertahan lebih dari 6 bulan sumber nyeri tidak
dapat diketahui dan nyeri sulit dihilangkan. Sensasi nyeri dapat
berupa nyeri difus sehingga sulit untuk diidentifikasi secara
spesifik nyeri sumber nyeri tersebut .
5. Evaluasi
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 09 maret
2015 dilakukan evaluasi keperawatandenagn data subjektif yaitu pasien
59
sudah tidak takut dioperasi data objektif sudah tidak tampak cemas
masalah teratasi dan pertahankan intervensi
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan ansietas
berhubungan dengan ancaman status kesehatan masalah teratasi yaitu
terjadi perubahan skala kecemasan, dan tindakan terapi musik berengaruh
terhadap ansietas pada pasien post operasi (Maimurahman, 2012)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 09 maret
2015 dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif yaitu klien
mengatakan nyeri berkurang,nyeri terasa nyengkrang dan senut-senut
nyeri pada dada kiri bawah skala nyeri 2 nyeri terus menerus senut-senut
nyeri hilang timbul nyengkrang. Data objektif klien sudah tampak tidak
gelisah, dan masalah teratasi pertahankan intervensi.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik implementasi
yang dilakukan penulis adalah mengkaji nyeri pasien dengan PQRST
untuk mengetahui tindakan skala nyeri klien, selain itu juga untuk
mengevaluasi respon klien terhadap terapi. Keuntungan kajian nyeri bagi
klien adalah nyeri di indentifikasi, dikenali sebagai sesuatu yang nyata
yang dapat di ukur, dan dijelaskan, serta digunakan untuk mengevaluasi
perawatan (Potter & Perry, 2005).
Setelah dilakukan tinndakan kepererawatan pada tanggal 10 maret
2015 dilakukan evaluasi keperawatan denagn data subjektif yaitu pasien
sudah tidak takut dioperasi data objektif sudah tidak tampak cemas
masalah teratasi dan pertahankan intervensi
60
Evaluasi keperawatan untuk diagnosa keperawatan ansietas
berhubungan dengan prosedur operasi masalah teratasi yaitu terjadi
perubahan skala kecemasan, dan tindakan terapi musik berengaruh
terhadap ansietas pada pasien post operasi (Maimurahman, 2012)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 10 maret 2015
dilakukan evaluasi keperawatan dengan data subjektif yaitu klien
mengatakan nyeri berkurang,nyeri terasa nyengkrang dan senut-senut
nyeri pada dada kiri bawah skala nyeri 2 nyeri terus menerus senut-senut
nyeri hilang timbul nyengkrang. Data objektif klien sudah tampak tidak
gelisah, dan masalah teratasi pertahankan intervensi.
Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik implementasi
yang dilakukan penulis adalah mengkaji nyeri pasien dengan PQRST
untuk mengetahui tindakan skala nyeri klien, selain itu juga untuk
mengevaluasi respon klien terhadap terapi. Keuntungan kajian nyeri bagi
klien adalah nyeri di indentifikasi, dikenali sebagai sesuatu yang nyata
yang dapat di ukur, dan dijelaskan, serta digunakan untuk mengevaluasi
perawatan (Potter & Perry, 2005).
Adapun kekurangan dalam pemberian terapi musik pada klien,
tidak adanya prosedur yang jelas, pada saat hari pertama pemberian terapi
klien kurang fokus dikarenakan lingkungan tidak mendukung.
61
BAB VI
KESIMPULANDAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan apa yang penulis dapatkan dalam aplikasi riset pemberian
terapi musik terhadap penurunan kecemasan dengan Asuhan Keperawatan Ny
S Dengan pre operasi Fibbroadema mamae di ruang flamboyan RSUD
Sukoharjo maka penulis mengambil kesimpulan:
1. Pengkajian
Pengkajian dasar pada Ny. S dengan pre operasi Fibbroadema mamae
adalah klien pasien mengatakan takut dioperasi, pasien takut dengan
penyakitnya pasien tampak gelisah, tampak panik, tampak cemas hasil
pengkajian didapatkan total score 40
pasien mengatakan nyeri dada sebelah kiri, dan terus menerus terasa
senut-senut, skala nyeri 5, pasien tampak meringis kesakitan, serta pasien
tampak cemas
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan yang di prioritaskan pertama adalah ansietas
berhubungan ancaman status kesehatan. Sedangkan diagnosa
keperawatan kedua adalah nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik
3. Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang dilakukan penulis pada Ny.S dengan diagnosa
keperawatan pertama adalah ansietas berhubungan dengan ancaman
61
62
kesehatan identifikasi pola kecemasan yang efektif, mencari informasi
terkait dengan penyakit dan pengobatanya menggunakan perilaku untuk
menurunkan cemas melaporkan penurunan perasaan negatif.
Rencana tindakan yang dilakukan penulis pada Ny. S dengan diagnosa
keperawatan kedua adalah kaji status nyeri pasien PQRST dan TTV,
anjurkan teknik distraksi relaksasi, edukasi tentang teknik ditraksi yang
benar (mengobrol dengan keluarga dan membayangkan hal positif
misalnya rekreasi keluarga), kolaborasi dengan keluarga untuk
pemberian analgesik
4. Implementasi
Implementasi yang sudah dilakukan pada diagnosa pertama sudah sesuai
dengan intervensi yang dibuat. Pada diagnosa kedua implementasi sudah
sesuai dengan intervensi yang dibuat.
5. Evaluasi
Hasil evaluasi yang dilakukan selama 1 hari sudah teratasi sebagian
karena sesuai dengan tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan.Pada
diagnosa pertama pasien sudah tampak tidak cemas. Pada diagnosa kedua
skala nyeri 2, ekspresi wajah tampak meringis kesakitan
6. Analisa
Setelah dilakukan tindakan pemberian terapi musik selama 1 hari pada
Ny.S terjadi penurunan kecemasan
63
B. Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan diatas, penulis memberi saran sebagai
berikut:
1. Bagi institusi
Diharapkan dapat selalu meningkatkan mutu dalam pembelajaran untuk
menghasilkan perawat-perawat yang lebih profesional, inovatif, terampil
dan berkualitas.
2. Bagi rumah sakit
Dapat meningkatkan mutu pelayanan dan lebih memperhatikan dalam
penanganan pada klien pre operasi Fibbroadema mamae dengan masalah
kecemasan.
3. Bagi penulis selanjutnya
Penulis berharap bisa memberikan aplikasi tindakan pengelolaan
selanjutnya pada klien dengan masalah nyeri pada pre operasi
Fibbroadema mamae
Daftar Pustaka
Andarmoyo. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Editor Rose K
R.Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Asmadi. 2008. Konsep Dasar Keperawatan Jakarta : EGC
Benezon, R.O. 2005. Music therapy theory and manual : contribution to the
knowledge of nonverbal context (2nd ed) illinois, IL: charles Thomas Publiser
Ltd
Brunner dan Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. Jakarta:
EGC
Carpenito Lynda Juall. (2000). Rencana Asuhan dan Dokumentasi Keperawatan
Diagnosa Keperawatan dan Masalah Kolaborasi, Ed 2. Editor Asih Yasmin.
Jakarta: EGC
Djohan. 2006. Pengaruh Stimulasi Elemen Tempo dan Timbre dalam Gamelan
Jawa terhadap Respon Emosi Musikal. Disertasi. Yogyakarta: Universitas
Gajah Mada. Tidak diterbitkan.
Fader, E . & Feder, B. 2012. The Expressive Arts Therapies. Englewood
Cliffs,NJ: Prentice Hall
Grace dan Borlay. (2006). At a Glance Ilmu Bedah. Editor Safitri, Ed
3.yogyakarta: Penerbit Erlangga
ISO. (2010). Informasi Spesialite Obat Indonesia, Vol 46. Jakarta: PT ISFI
Jitowiyono dan Kristiyanasari. (2012). Asuhan Keperawatan Pre Operasi
Pendekatan Nanda, NIC, NOC, Ed 2. Yogyakarta: Nuha Medika
Nugroho Taufan. (2011). Asi dan Tumor Payudara. Yogyakarta: Nuha Medika
Nursalam. (2009). Proses dan Dekomentasi Keperawatan, Ed 2, Konsep
dan Praktek. Jakarta: Salemba Medika
Perry dan Potter. (2006). Buku Ajar Fundamental keperawatan Konsep Proses
dan Praktik, Voll 2, Ed 4. Editor Yulianti dkk. Jakarta: EGC
Rasjidi Imam. (2009). Deteksi Dini, dan Pencegahan Kanker pada Wanita. Editor
Kusumo Langkung. Jakarta: Sagung Seto
Sjamsuhudajat dan Jong De Wong. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah, Ed 2. Jakarta:
EGC
Setiadi. (2012). Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan
Keperawatan.Yogyakarta: Graha Ilmu
Wilkinson, J. M. (2011). Buku Saku Diagnosa Keperawatan Definisi dan
Klasifikasi. Jakarta: EGC