pemberdayaan masyarakat di masa pandemi melalui pembuatan …
TRANSCRIPT
1
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI MASA
PANDEMI MELALUI PEMBUATAN HAND
SANITIZER DENGAN ANTISEPTIK ALAMI Development of Learning Media in the Form of COVID-19 Handbook for Communities
Dzikri Fahruzi
1; Khoerun Niam
2; Mohamad Kamil F
3; Dina Silmi H
4; Diah Nur Indah S
5 dan Laila
Listiyana Ulya6
1,2,3,4,5Universitas Negeri Semarang
2;
[email protected]; [email protected]
4;
[email protected]; [email protected]
6
Abstrak
Penyakit menular telah menjadi penyebab utama kematian jutaan manusia. Seperti saat ini, dunia
tengah diguncangkan oleh mewabahnya penyakit COVID-19. Pola adaptasi baru dengan melakukan
perilaku bersih hidup sehat, melakukan cuci tangan dengan sabun, menghindari kerumunan massa, penggunaan masker atau pelindung wajah, merupakan cara yang cukup efektif untuk mencegah
penularan virus Corona. Selain itu, penggunaan hand sanitizer juga dapat meminimalisasi penularan
virus kepada orang lain disaat tidak tersedia fasilitas cuci tangan di luar rumah. Selain mudah dan praktis untuk dibawa kemanapun, handsanitizer ini juga bisa dibuat di rumah dengan menggunakan
bahan dasar alami. Namun, kurangnya sosialisasi akan bahaya Covid-19 terkadang membuat
masyarakat masih abai akan larangan pola bersih hidup sehat yang sudah diterapkan oleh pemerintah.
Sehingga masih banyak ditemukan kasus positif maupun reaktif Covid-19 di berbagai daerah di Indonesia. Berdasarkan uraian tersebut, penulis memiliki gagasan untuk memberikan pelatihan
kepada masyarakat mengenai pembuatan hand sanitizer. Pelatihan pembuatan hand sanitizer ini
bertujuan melatih warga agar dapat memanfaatkan potensi usaha ini di masa pandemi dengan menggunakan bahan alami. Selain itu, pelatihan ini bertujuan untuk memberikan sosialisasi kepada
masyarakat mengenai perilaku sehat yang kedepannya menjadi pola adaptasi sosial baru di masa
pandemi ini.
Kata kunci: COVID-19, pelatihan, pandemik, hand sanitizer.
Infectious diseases have become the leading cause of death for millions of people. Like now, the
world is being shaken by the outbreak of the COVID-19 disease. The new adaptation pattern by carrying out clean behavior and healthy living, washing hands with soap, avoiding crowds, using
masks or face shields, are quite effective ways to prevent the transmission of the Corona virus. In
addition, the use of hand sanitizers can also minimize transmission of the virus to others when hand washing facilities are not available outside the home. Besides being easy and practical to carry
anywhere, this handsanitizer can also be made at home using natural ingredients. However, the lack of
socialization about the dangers of Covid-19 sometimes makes people still ignore the prohibition on
clean healthy living patterns that have been implemented by the government. So that there are still many positive and reactive cases of Covid-19 in various regions in Indonesia. Based on this
description, the author has the idea of providing training to the community regarding the manufacture
of hand sanitizers. This hand sanitizer training aims to train residents to take advantage of the potential of this business during a pandemic by using natural ingredients. In addition, this training
aims to provide socialization to the public regarding healthy behavior which in the future will become
a new pattern of social adaptation during this pandemic.
Keywords: COVID-19, training, pandemic, hand sanitizer
2
PENDAHULUAN Pengabdian masyarakat adalah suatu
kegiatan yang bertujuan membantu
masyarakat tertentu dalam beberapa aktivitas
tanpa mengharapakan imbalan dalam bentuk apapun (Wikipedia, 2017). Dengan tujuan
menciptakan inovasi, memberikan solusi, dan
melalukan kegiatan yang mampu mendorong kreativitas masyarakat untuk peningkatan
mutu ekonomi, politik, sosial dan budaya.
Pada masa pandemi Covid-19
kebanyakan masyarakat berdiam diri di rumah atau melakukan physical distancing. Menurut
WHO, physical distancing lebih
direkomendasikan untuk menjaga jarak untuk memutus mata rantai penyebaran Covid-19
(Kompas.com, 2020).
Di awal tahun 2020, dunia dikejutkan dengan kejadian infeksi berat dengan
penyebab yang belum diketahui. Berawal dari
laporan China kepada World Health
Organization (WHO) terdapat 44 pasien pneumonia berat di suatu wilayah yaitu Kota
Wuhan, Provinsi Hubei, China, tepatnya di
hari terakhir tahun 2019. Dugaan penyebab awal hal ini terkait dengan pasar basah yang
ada di wilayah tersebut. Pada 10 Januari 2020
penyebabnya mulai teridentifikasi didapatkan kode genetiknya yaitu virus Corona baru
(Handayani, 2020).
Covid-19 merupakan infeksi virus baru
yang mengakibatkan terinfeksinya 90.308 orang per tanggal 2 Maret 2020. Virus yang
merupakan virus RNA strain tunggal positif
ini menginfeksi saluran pernapasan. Penegakan diagnosis dimulai dari gejala
umum berupa deman, batuk dan sulit bernapas
hingga adanya kontak erat dengan negara-
negara yang sudah terinfeksi. Pengambilan swab tenggorokan dan saluran napas menjadi
dasar penegakan diagnosis coronavirus
disease. Penatalaksanaan berupa isolasi harus dilakukan untuk mencegah penyebaran lebih
lanjut (Yuliana, 2020).
Berbagai macam jenis mikroorganisme seperti virus, bakteri dan jamur menempel
pada tangan setiap harinya melalui kontak
fisik dengan lingkungan, dan diantaranya
dapat menyebabkan/menimbulkan berbagai penyakit. Untuk itu mikroorganisme ini perlu
dimusnahkan atau dicegah penyebarannya,
salah satu cara yang paling mudah dan tepat adalah dengan cara mencuci tangan
menggunakan sabun dan air bersih yang
mengalir. Jika air bersih tidak tersedia, dapat
juga digunakan sediaan pembersih tangan
berbasis alkohol atau mengandung antibakteri yang dikenal dengan hand sanitizer (Wahyono,
2010).
Pembersihan tangan dengan
mengunakan bahan antiseptik mulai dikenal sejak awal abad 19. Perkembangan masyarakat
saat ini terutama yang berdomisili di daerah
perkotaan, menuntut manusia dengan berbagai kesibukan untuk bergerak cepat dan
menggunakan waktu seefisien mungkin.
Tuntutan zaman yang demikian mengharuskan manusia untuk menjaga kesehatannya agar
terhindar dari penyakit dengan cara yang tidak
dapat menghambat gerak dan tidak
mengurangi efisiensi waktunya (Wahyono, 2010). Pemakaian antiseptik tangan dalam
bentuk sediaan gel yang lebih populer dengan
nama hand sanitizer di kalangan masyarakat menengah ke atas sudah menjadi suatu gaya
hidup. Beberapa hand sanitizer dapat dijumpai
di pasaran dengan cara pemakaian yang cukup sederhana dan cepat yaitu dengan diteteskan
pada telapak tangan, kemudian diratakan pada
permukaan tangan. Namun biasanya banyak
mengandung alkohol dan antiseptik berupa bahan kimia sintetis yang harganya relatif
mahal dan sering menimbulkan masalah
kesehatan kulit, misalnya kulit menjadi kering (terjadi pennurunan kelembapan kulit normal)
(Retnosari, 2007). Oleh karena itu perlu dicari
antiseptik dari bahan alam yang relatif lebih
murah, aman, efektif, dan mudah didapat, salah satu contohnya adalah buah lemon.
Lemon dapat dijadikan bahan alami hand
sanitizer dikarenakan, bahan ini mudah ditemui dan dipercaya dapat mengangkat
kotoran dan sebagai pembersih. Lemon
memiliki kandungan asam yang berfungsi sebagai antibakteri dan membantu menjaga
kebersihan tangan.
Hand sanitizer merupakan suatu produk
sediaan cair yang penggunaannya tanpa menggunakan air. Produk ini berfungsi
sebagai pemberi aroma yang sehat dan segar
pada tangan sekaligus dapat membunuh kuman, yang saat ini banyak digemari oleh
masyarakat untuk pemeliharaan kebersihan
dan kesehatan tangan, serta mencegah pencemaran kuman pada saat hendak
konsumsi makanan. sehingga sangat potensial
untuk dikembangkan menjadi suatu produk.
Hasil produksi ini nantinya dapat dipasarkan melalui toko-toko keperluan sehari-hari,
3
swalayan, rumah makan, maupun melalui
koperasi unit desa. Pembuatan hand sanitizer dalam bentuk
sediaan cair yang hiegenis dari bahan
tumbuhan (alami) tidak sulit dan tidak
membutuhkan biaya yang mahal dengan bahan dan peralatan yang dibutuhkan sangat
sederhana, sehingga dapat diproduksi dan
mempunyai nilai ekonomi, di samping itu tumbuhan yang dibutuhkan untuk keperluan
pembuatan hand sanitizer ini dapat
dibudidayakan di pekarangan. Berdasarkan hal tersebut di atas, dipandang perlu untuk
menyikapi situasi ini, dengan memberi
pelatihan pembuatan hand sanitizer bagi
masyarakat.
METODE PELAKSANAAN Upaya yang dilakukan pada penelitian
ini adalah dengan melakukan tahap pelatihan
pembuatan hand sanitizer, diantaranya:
Materi tertulis
Materi tertulis meliputi penjelasan rinci tentang cara pembuatan, serta alat dan bahan
yang digunakan untuk membuat handsanitizer,
dan pelaksanaan pembuatan.
Gambar 3.1 Screenshoot media pembuatan handsanitizer melalui
https://www.merdeka.com/trending/6-cara-
membuat-hand-sanitizer-sendiri-dengan-
alami-mudah-praktis-dan-aman
Metode Praktek
Alat-alat yang digunakan Pisau, baskom, pengaduk, wadah
kemasan.
Gambar 3.2 Alat dan bahan yang digunakan
Bahan dasar hand sanitizer
1. Alkohol 70% 2. Gel lidah buaya tube
3. Sari bahan tumbuhan 10 ml
4. Minyak essential : apel 1-2 tetes 5. Air yang telah dimasak sampai 100 ml
Gambar 3.3 Ilustrasi gambar disadur dari
https://www.instagram.com/p/CCssTP2pL0U/?utm_source=ig_web_copy_link
Tahap pelaksanaan 1. Pembuatan sari buah lemon
2. Proses pembuatan sari buah lemon
dilakukan dengan cara : memeras buah lemon dan disarin menggunakan
saringan teh, untuk memisahkan hasil
perasan dengan ampasnya.
3. Menyediakan gel lidah buaya tube 300 ml
4. Pelarutan alkohol 7 0% dengan gel lidah
buaya 2/4 cangkir ditambahkan ke dalam wadah yang sudah disediakan,
lalu aduk sampai merata
5. Campurkan sari buah lemon yang sudah di saring ke dalam wadah larutan
alkohol dan gel
6. Lalu masukkan semua bahan tadi ke
dalam botol spray ukuran 100 ml.
4
Gambar 3.4 Tahap Pelaksanaan Pembuatan Handsanitizer
Evaluasi Setelah dilakukan pembuatan seluruh
bahan untuk 20 botol spray ukuran 100 ml.
Menurut anjuran WHO sebelum digunakan handsanitizer ini sebaiknya disimpan disuhu
ber-AC atau dalam kulkas dan disimpan
selam 72 jam sebelum dipakai. Untuk menguji
ketahanan dan uji higienitas dari bahan handsanitizer yang digunakan.
Cara Pembuatan Di dalam suatu wadah dicampurkan
Alkohol, gel lidah buaya, dicampurkan sampai
benar benar homogen dan kelihatan tekstur yang lembut. Kemudian ditambahkan sari dari
bahan tumbuhan alami, serta minyak essential.
Dimasukkan ke dalam wadah yang telah
diseterilkan dengan dicuci menggunakan rebusan air panas, lalu semua bahan di aduk,
setelahnya disaring ulang untuk
menghilangkan kotoran disaat mencampurkan bahan-bahan sebelumnya. Terakhir,
menuangkan semua bahan campuran tadi ke
dalam botol sprey menggunakan corong.
Selanjutnya diberi etiket yang menarik dan disimpan selama 72 jam untuk mensterilkan
handsanitizer sebelum dipakai.
HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian kepada
masyarakat, melibatkan warga untuk meningkatkan pemahaman/pengetahuan warga
mengenai banyaknya manfaat yang dikandung
buah lemon sebagai salah satu kekayaan alam Indonesia. Dalam kegiatan ini pula diharapkan
dapat meningkatkan keterampilan melalui
pelatihan pembuatan handsanitizer dari sari buah lemon dengan metode sederhana dan
biaya yang realtif terjangkau.
Hand sanitizer adalah produk kesehatan
yang secara instan dapat menghambat dan mematikan kuman tanpa menggunakan air,
dapat digunakan kapan saja dan dimana saja.
Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal
21 Agustus 2020 dan dihadiri oleh warga, ibu-ibu pkk, dan ketua posyandu rw.01 dan rw.02.
respon peserta terhadap pelatihan ini terlihat
sangat anntusias mengingat hand sanitizer
sering digunakan dalam keseharian. Pengetahuan baru mengenai cara pembuatan
dengan menggunakan alkohol dan sari buah
lemon ini memberikan gambaran baru kepada warga yang masih awam dengan produk hand
sanitizer ini. Selain sebagai pengetahuan, dari
aplikasi pembuatan sendiri memberikan wawasan baru mengenai keekonomisan, dan
solusi kesehatan yang di rasa praktis oleh
warga sehingga dapat dipraktikkan dengan
olahan bahan yang sediaan di rumah, dan juga setelah pengolahan dan sebagainya bahan –
bahan ini dapat dikatakan menghasilkan suatu
produk yang memiliki kekhasan nilai jual di pasar.
Pelatihan ini diawali dengan sosialisasi
mengenai cara pembuatan, cara penggunaan, dan juga baik manfaat dan kegunaan dari hand
sanitizer berbahan dasar sari buah lemon.
Dengan memberitahukan hal ini bertujuan
peserta dapat mengetahui manfaat dan kegunaan hand sanitizer yang bahan –
bahannya dapat didapatkan dari sekitar.
Bahan yang digunakan dalam pembuatan hand sanitizer berupa alkohol 70%,
gel lidah buaya, dan minyak essential apel.
Buah lemon diambil sarinya untuk
dimanfaatkan sebagai bahan untuk membersihkan dan menyegarkan. Kualitasnya
sebagai penyegar sangat menonjol pada sari
buah, dengan disandingkan dengan bahan lain lemon dapat dijadikan campuran untuk
pembersihan dan berguna untuk mengentaskan
bakteri dan lainnya. Lidah buaya, membantu menyembuhkan luka, membantu kolagen,
mengurangi peradangan dan melembabkan
kulit.
Seperti yang disampaikan pada bagian sebelumnya bahwa pada tahap pembuatan
handsanitizer, maka dihasilkan hand sanitizer
dengan bentuk gel. Beberapa keuntungan sediaan gel
(Voigt, 1994) adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan penyebarannya baik pada kulit
2. Efek dingin, yang dijelaskan melalui
penguapan lambat dari kulit
3. Tidak ada penghambatan fungsi rambut secara fisiologis
5
4. Kemudahan pencuciannya dengan air
yang baik 5. Pelepasan obatnya baik
Tingginya kandungan air dalam sediaan
gel dapat menyebabkan terjadinya kontaminasi
mikroba, yang secara efektif dapat dihindari dengan penambahan bahan pengawet. Untuk
upaya stabilisasi dari segi mikrobial di
samping penggunaan bahan-bahan pengawet seperti dalam balsam, khususnya untuk basis
ini sangat cocok pemakaian metil dan propil
paraben yang umumnya disatukan dalam bentuk larutan pengawet. Upaya lain yang
diperlukan adalah perlindungan terhadap
penguapan yaitu untuk menghindari masalah
pengeringan. Oleh karena itu, untuk menyimpannya lebih baik menggunakan tube.
Pengisian ke dalam botol, meskipun telah
tertutup baik tetap tidak menjamin perlindungan yang memuaskan (Voigt, 1994).
Setelah rangkain pembuatan produk
selesai dibuat maka peserta dapat langsung merasakan produk yang telah dibuat sehingga
pelatihan ini benar-benar dapat dirasakan
langsung manfaatnya oleh warga. Dengan
dibuat dan dikemas dalam wadah yang sederhana, produk ini dapat dimanfaatkan oleh
diri sendiri ataupun dapat dipasarkan sesuai
dengan harapan yang dibuat. Dengan cara yang sederhana dan cost yang cukup murah.
KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan pengabdian kepada
masyarakat yang telah dilakukan pada tanggal
21 Agustus dapat disimpulkan bahwa Hand sanitizer merupakan suatu produk sediaan cair
yang penggunaannya tanpa menggunakan air.
Produk ini berfungsi sebagai pemberi aroma
yang sehat dan segar pada tangan sekaligus dapat membunuh kuman, yang saat ini banyak
digemari oleh masyarakat untuk pemeliharaan
kebersihan dan kesehatan tangan, serta mencegah pencemaran kuman pada saat
hendak konsumsi makanan. sehingga sangat
potensial untuk dikembangkan menjadi suatu produk. Hasil produksi ini nantinya dapat
dipasarkan melalui toko-toko keperluan
sehari-hari, swalayan, rumah makan, maupun
melalui koperasi unit desa. Untuk memperoleh keaneka ragaman
keterampilan dan bentuk wira usaha bagi
masyarakat, sebaiknya diadakan bimbingan dan pelatihan untuk pembekalan keterampilan
secara rutin setiap tahun dengan bentuk
produk yang berbeda, sehingga diharapkan
masyarakat mempunyai keterampilan yang
beraneka ragam dan dapat berwira usaha dengan berbagai produk. Demi kelancaran
kewirausahaan masyarakat tersebut, perlu
dibentuk koperasi dan bantuan pemasaran
produk misalnya adanya penghubung koperasi dengan swalayan-swalayan terdekat, sampai
jangkauan yang semakin hari semakin
meluas.Selain itu, pemberdayaan masyarakat dalam menghasilkan suatu produk dapat
menjadikan masyarakat menjadi lebih
produktif dan meningkatkan pendapatan daerah serta mengurangi jumlah pengangguran
yang ada.
DAFTAR PUSTAKA Azizah, K. (2020, Maret 10).
https://www.merdeka.com/trending/6-
cara-membuat-hand-sanitizer-sendiri-dengan-alami-mudah-praktis-dan-
aman-kln.html. Retrieved Agustus 21,
2020, from https://www.merdeka.com/:
https://www.merdeka.com/
Diah Handayani, D. R. (2020). Penyakit Virus
Corona 2019. Jurnal Respirologi Indonesia, 119-129.
Ginting, Rosalina. “PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA JUNGSEMI DI MASA PANDEMI COVID 19
MELALUI PELATIHAN
PEMBUATAN HAND SANITIZER
DAN PELINDUNG WAJAH.” IJECS: Indonesian Journal of
Empowerment and Community
Services, Volume 1, Nomor 1, April 2020, Halaman 20-
www.journal.univetbantara.ac.id/inde
x.php/ijecs Pramulani Mulya Lestari, A. P. (2018).
Pelatihan Pembuatan Hand Sanitizer
Perasan Buah Jeruk Nipis Bagi Guru,
Siswa Siswi SMA Dan SMK Mutiara 17 Agustus Kelurahan Teluk Pucung
Bekasi Utara. Jurnal Semar, 20-24.
Rafie, B. T. (2020, April 1). https://kesehatan.kontan.co.id/news/w
ho-gunakan-istilah-physical-
distancing-apa-bedanya-dengan-social-distancing?page=all. Retrieved
September 7, 2020, from
https://kesehatan.kontan.co.id/:
https://kesehatan.kontan.co.id Wijaya, Y. A. (2008, Oktober 14). Daya
Analgesik Sari Buah Jeruk Lemon
6
(Citrus limon (L.) Burm. F.) Pada
Mencit Putih Betina . Skripsi, pp. 8-9. Wijaya, Johan Iswara. "FORMULASI
SEDIAAN GEL HAND SANITIZER
DENGAN BAHAN AKTIF
TRIKLOSAN 1,5% DAN 2%." Calyptra: Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Universitas Surabaya Vol.2 No.1 (2013)
Wikipedia.org. (2017, Desember 11). https://id.wikipedia.org/wiki/Pengabdi
an_masyarakat. Retrieved September
10, 2020, from https://id.wikipedia.org/:
https://id.wikipedia.org
Yuliana. (2020). Corona Virus Diseases
(Covid-19); Sebuah Tinjauan
Literatur. Wellness And Healthy
Magazine, 187-192.
7
OPTIMALISASI LAHAN DENGAN
MEMANFAATKAN SISTEM HIDROPONIK
Rangga Roby Murtadha
1, Anita Wahyu Ning Tias
2, Deva Muzdhalifah
3, Nur Laelatul Adha
4,
Suci Rahmah Fitriyani5 dan Laila Listiana Ulya (Pembimbing)
6
1,2,3,4,5Universitas Negeri Semarang
3;
[email protected];[email protected]
6
ABSTRAK
Potensi pekarangan sebagai sumber pemenuhan gizi keluarga cukup besar. Salah satu upaya
pemanfaatan lahan sempit pada pekarangan adalah dengan teknologi hidroponik. Hidroponik
merupakan suatu metode budidaya tanaman tanpa menggunakan tanah, melainkan menggunakan
teknologi bercocok tanam air, nutrisi, dan oksigen. Tujuan kegiatan ini adalah meningkatkan peran
masyarakat RT05/RW 02 Desa Pabuaran, Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang agar mampu
produktif memanfaatkan lahan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan sayur dalam rumah tangga.
Pelatihan bercocok tanam dengan menggunakan metode hidroponik pada masyarakat RT.05 RW.02
Desa Pabuaran Kabupaten Subang berjalan dengan lancar. Proses pelaksanaan dilakukan sebanyak 3
kali dengan menggunakan metode daring dan tatap muka. Metode hidroponik yang digunakan adalah
DFT (Deep Flow Tehnic) yaitu sistem hidroponik dengan menggunakan air yang mengalir dan sedikit
menggenang. Hasil dari serangkaian pelatihan budidaya menggunakan system hidroponik yaitu
diharapkan menjadi salah satu alternative optimalisasi lahan pekarangan bagi masyarakat, sehingga
selain untuk memenuhi kebutuhan pangan rumah tangga juga dapat dijadikan sumber penghasilan
yang memadai.
Kata Kunci : Hidroponik; optimalisasi lahan;
The potential of the yard as a source of family nutrition fulfillment is quite large. One of the efforts to
use the narrow land in the yard is hydroponic technology. Hydroponics is a method of cultivating
plants without using soil, but using technology to grow water, nutrients, and oxygen. The purpose of
this activity is to increase the role of the community in RT05 / RW 02 of Pabuaran Village, Pabuaran
District, Subang Regency so that they are able to productively utilize their yards to meet household
vegetable needs. Farming training using hydroponic methods in the community RT. 05 RW.02,
Pabuaran Village, Subang Regency, went well. The implementation process is carried out 3 times
using online and face-to-face methods. The hydroponic method used is DFT (Deep Flow Tehnic), a
hydroponic system using flowing and slightly stagnant water. The results of a series of cultivation
trainings using a hydroponic system are expected to be an alternative to optimizing yard land for the
community, so that in addition to meeting household food needs it can also be used as an adequate
source of income.
Keywords: Hydroponics; land optimization
8
PENDAHULUAN
Sayuran adalah makanan kesukaan
masyarakat yang biasanya berdampingan
dengan sepiring nasi dan lauk lainnya.
Kebanyakan orang mungkin berpikir
bahwa tanpa lahan yang luas dan cukup,
mereka tidak akan bisa untuk menanam
sayuran. Terlebih masyarakat yang tinggal
di daerah perkotaan, mereka akan sulit
menemukan lahan yang luas untuk
bertanam. Hal ini disebabkan oleh lahan
yang sempit. ([1] Anang Masduki, 2017)
Saat ini ada cara lain untuk
memanfaatkan lahan sempit sebagai usaha
untuk mengembangkan metode penanaman
sayuran, yakni dengan cara bercocok
tanam secara hidroponik.
Hidroponik adalah lahan budidaya
pertanian tanpa menggunakan media tanah,
sehingga hidroponik merupakan aktivitas
pertanian yang dijalankan dengan
menggunakan air sebagai medium untuk
menggantikan tanah. Sehingga sistem
bercocok tanam secara hidroponik dapat
memanfaatkan lahan yang sempit.
Pertanian dengan menggunakan sistem
hidroponik memang tidak memerlukan
lahan yang luas dalam pelaksanaannya,
tetapi dalam bisnis pertanian hidroponik
hanya layak dipertimbangkan mengingat
dapat dilakukan di pekarangan rumah, atap
rumah maupun lahan lainnya.
Cara bercocok tanam secara
hidroponik memiliki banyak keuntungan
dan manfaat yang dapat diperoleh dari
sistem tersebut. Sistem ini dapat
menguntungkan dari kualitas dan kuantitas
hasil pertaniannya, serta dapat
memaksimalkan lahan pertanian yang ada
karena tidak membutuhkan lahan yang
banyak. (Roidah, 2014)
Budidaya secara hidroponik memiliki
beberapa sistem instalasi yang berbeda-
beda.
1. Wick
Sistem wick atau sistem sumbu,
dinamakan sistem sumbu karena
sistem ini memakai bantuan sumbu
untuk menyalurkan nutrisi ke
tanaman. Sistem wick merupakan
sistem yang paling sederhana dan
sangat cocok untuk pemula.
Hidroponik sistem wick mudah
dibuat, dengan alat wadah untuk
menampung air, netpot yang diberi
sumbu berupa kain flanel dan
styrofoam untuk menyangga
netpot. Agar pertumbuhan lebih
baik dapat juga ditambahkan air
stone untuk menambah oksigen.
2. NFT (Nutrient FilmTechnique)
Sistem NFT memanfaatkan aliran
air yang dangkal dan tidak
merendam akar tanaman. Instalasi
NFT biasanya dibuat agak miring
agar air tidak menggenang. Cara
kerja dari sistem ini nutrisi
dipompakan ke bak tanam sehingga
nutrisi membasahi akar. Lalu
nutrisi kembali lagi ke tandon.
Karena nutrisi tidak merendam
akar, maka dengan sistem NFT
akar tanaman lebih memungkinkan
untuk mendapatkan oksigen lebih
banyak.
3. DFT (Deep Flow Technique)
Hidroponik dengan sistem DFT
adalah sistem yang menggunakan
genangan nutrisi. Akar tanaman
pada sistem ini terendam nutrisi
sedalam 3-5 cm. Sistem DFT mirip
9
dengan sistem NFT namun instalasi
tidak dibuat miring untuk
menciptakan sirkulasi yang lambat
sehingga terjadi genangan.
Keunggulan dari sistem ini jika
listrik mati masih terdapat
cadangan nutrisi sehingga tanaman
masih tetap segar.
4. Ebb and Flow
Sistem ebb and flow atau yang
dikenal dengan sistem pasang surut,
bekerja dengan cara nutrisi akan
membanjiri bak tanam lalu pada
periode waktu tertentu nutrisi surut
dan kekmbali ke tandon. Pada
sistem ini kerja pompa diatur
oleh timer.
Saat pompa menyala akan
mengakibatkan pasang sehingga
tanaman terendam oleh nutrisi,
ketikan pompa mati nutrisi akan
surut. Pasang surutnya nutrisi
memungkinkan akar tanaman
mendapatkan oksigen lebih banyak.
5. Deep Water Culture
Sistem deep water culture atau
sering disebut juga sistem rakit
apung, merupakan sistem yang
sederhana. Cara kerja sistem ini
pasif, air nutrisi di bak tanam
menggenang dan merendam akar
tanaman.
Sistem ini mirip sistem sumbu yang
membedakan sistem ini tidak
menggunakan sumbu. Karena
nutrisi tidak tersirkulasi jadi pada
sistem rakit apung harus
ditambahkan air stione untuk
menambah oksigen.
6. Drip
Sistem drip atau sistem tetes
merupakan sistem hidroponik yang
paling umum dilakukan petani.
Sistem ini terdapat dua jenis
yaitu recovery dan nonrecovery.
Sistem drip recovery bekerja
dengan cara meneteskan nutrisi ke
akar tanaman lalu sisa nutrisi yang
menetes akan kembali ke tandon,
sedangkan nonrecovery nutrisi
tidak kembali ke tandon.
METODE PELAKSANAAN
Kegiatan pengabdian masyarakat KKN
BMC ini difoKuskan pada kegiatan
pelatihan bercocok tanam dengan metode
hidroponik bagi masyarakat RT05/RW 02
Desa Pauaran, Kecamatan Pabuaran,
Kabupaten Subang. Pelatihan tersebut
melibatkan warga di RT05/RW 02. Agar
pelaksanaan pelatihan bagi masyarakat ini
lebih terarah, maka metode yang
digunakan adalah metode lesson study
(LS) dengan tiga tahap kegiatan utama
yaitu: (1) tahap perencaan dan persiapan
(plan), (2) tahap pelaksanaan (do), dan (3)
tahap evaluasi dan refleksi (see), (Lewis,
2002). Adapun uraiannya sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Pertama melakukan identifikasi terhadap
warga RT/RW 02 Kawasan Industri
Batamindo, yang berminat bercocok tanam
dengan menggunakan metode hidroponik.
Kedua, menyiapkan materi pelatihan
hidroponik mulai dari perencanaan,
pelaksanan dan evaluasi. Pada bagian
perencanaan meliputi:
1) penyusunan angaran bercocock tanam
mengunakan metode hidroponik,
10
2) menjelasakan keuntungan dan
kelemahan bercocok tanam
hidroponik,
3) penyiapan bahan dan alat habis pakai.
Alat yang digunakan untuk bercocok
tanam. Bahan-bahan yang dibutuhkan
yaitu:
Benih tanaman (buah-buahan atau
sayuran. Contoh buah-buahan yaitu
stoberi, tomat, paprika; contoh
sayuran yaitu pakcoy, kangkung,
bayam, dan selada).
Netpot (wadah untuk tanaman)
Rockwool (media tanam yang
bersifat menyerap dan menyimpan
air)
Sumbu (digunakan pada beberapa
jenis sistem)
Pupuk (biasanya menggunakan
Abmix untuk sayuran maupun
buah-buahan).
Pada bagian persiapan meliputi:
1. Mendesain ruang (tempat)
bercocok tanam,
2. Bagaimana cara menanam dengan
menggunakan metode hidroponik.
3. bagaimana cara pemberian pupuk
dan penanaman terhadap tanaman
hidroponik.
4. koordinasi dengan pihak kelurahan.
Pada Pelaksanan Evaluasi meliputi (1)
simulasi praktek kepada setiap kelompok,
(2) monitoring kepada kelompok tani
hidroponik yang dilakukan mitra. Adapun
alat yang digunakan adalah: (1) sisa botol
aqua gelas, (2) busa, (3) kater, (4) bibit
tanaman, (5) paralon ukuran 5 cm, dan
lain-lain.
2. Tahap Pelaksanaan
Tahap ini meliputi tahap pelatihan dan
workshop bercocok tanam hidroponik
dengan narasumber Ketua kelompok
Rangga Roby Murtadha Tahap pelaksanan
ini menjelaskana manfaat,dan keuntugan
bercocok tanaman dengan hidroponik.
Pada tahap ini juga dijelaskanjuga
perencanaan biaya dalam bercocok tanama
hidroponik, Pada tahap ini juga ada praktek
langsung mulai dari tahap
persiapan,pelaksanan dan evaluasi, dan
diharapkan peserta melakukan bimbingan
kepada warga di rumah masing-masing.
3. Tahap evaluasi
Tahap evaluasi dilakukan untuk
melihat sejauhmana keberlanjutan
pelatihan bercocok tanam Hidroponik oleh
warga RT05/RW 02 Desa Pabuaran,
Kecamatan Pabuaran, Kabupaten Subang. .
Sedangkan Tahap pelaporan akhir untuk
melaporkan bagaimana pelaksanaan dan
hasil pelaksanaan kegiatan di lapangan ke
LPPM Universitas Negeri Semarang
sebagai bentuk dari laporan akhir.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Bertanam secara hidroponik
merupakan solusi untuk melakukan
budidaya tanaman di lahan yang sempit
dengan tetap menghasilkan suatu jenis
tanaman yang berkualitas.Budidaya
tanaman.Budidaya tanaman secara
hidroponik ini tidak menggunakan tanah
sebagai media tanam nya,melainkan ada
media tanam lain yang bisa digunakan
seperti rockwall,hidrotone dll.Ada
beberapa macam sistem yang digunakan
pada saat budidaya tanaman secara
hidroponik,diantaranya system
DFT,NFT,Rakit apung dll.
Dalam pelaksanaan Kuliah Kerja Nyata
(KKN) Bersama Melawan Covid-19
Universitas Negeri Semarang Tahun 2020
11
ini,program kerja pelatihan budidaya
tanaman sayur menjadi program kerja yang
wajib bagi setiap mahasiswa yang mengikuti
KKN. Ada banyak metode bertanam
diantaranya bertanam secara konvensional
dengan menggunakan media tanam tanah
serta bertanam secara hidroponik.Bertanam
sayuran secara hidroponik menjadi salah satu
kegiatan yang dipilih karena dianggap lebih
praktis dan mudah dalam pelaksanaan nya.
Proses pelatihan dilakukan melalui
2 cara,yakni secara daring dan tatap muka
dengan tetap memperhatikan protokol
kesehatan covid-19.Pelatihan yang
dilakukan secara daring melalui Whatsapp
Group Rt dan Rw dengan cara memberikan
e-book yang berisi tentang materi seputar
hidroponik seperti definisi,system yang
digunakan,alat dan bahan,jenis tanaman
yang dapat ditanam secara hidroponik dll.
Pada pertemuan pertama mencoba
untuk memperkenalkan budidaya tanaman
secara hidroponik dengan cara berdiskusi
melalui daring.Diskusi antara masyarakat
di lingkungan Rt 05 Rw 02 desa pabuaran
kecamatan pabuaran kabupaten subang ini
menghasilkan banyka inovasi bercocok
tanam yang baru.Karena selama ini
masyarakat hanya mengenal bertanam
secara konvensional dengan menggunakan
media tanam tanah.Dengan adanya
sosialisasi pertama tentang
hidroponik,masyarakat mulai tertarik untuk
memperdalam cara bertanam seperti ini.
Peserta pelatihan hidroponik ini
bukan hanya berasal dari petani,melainkan
banyak peserta yang berlatar belakang
diluar petani seperti pedagang,siswa
sekolah dan ibu rumah tangga.Respon dari
peserta sangat positif,karena pelatihan ini
merupakan pelatihan hidroponik pertama
yang ada di lingkungan masyarakat
setempat.
Pada pertemuan selanjutnya,ada
beberapa masyarakat yang ingin
mengetahui langsung konstruksi
hidroponik.Oleh karena itu,pelatihan
dilakukan secara tatap muka dengan tetap
mematuhi protokol kesehatan.Pada
pertemuan ini,masyarakat melihat secara
langsung konstruksi hidroponik dengan
menggunakan system DFT (Deep Flow
Tehnic) yaitu sistem hidroponik dengan
menggunakan air yang mengalir dan
sedikit menggenang.
Selanjutnya pelatihan dilakukan
secara daring dengan sistem diskusi dan
tanya jawab.Pada pertemuan ini
masyarakat mulai tertarik untuk menanam
sayur secara hidroponik.Sebagian
masyarakat bahkan sudah
memperhitungkan keuntungan yang akan
diperoleh jika bertanam secara hidroponik
ini sukses.Saat ini harga jual sayur
konvensional yang ada di pasaran dengan
harga jual sayur hidroponik sangat
berbeda.Bahkan harga sayur hidroponik
bisa mencapai 2 kali lipat harga sayur
konvensional.Tentunya ini menjadi daya
12
Tarik masyarakat yang ingin bertanam
sayur secara hidroponik.
Pelatihan dilakukan sebanyak 3 kali
pertemuan.Setelah mengikuti pelatihan
masyarakat menjadi lebih paham tentang
hidroponik dan dapat mengaplikasikan
nya. Sebagian masyarakat yang merasa
kurang dengan materi yang
disampaikan,mereka juga mengakses
informasi melalui youtube.Karena didalam
youtube banyak petani hidroponik yang
sukses dan mereka mau berbagi
pengalaman nya melalui youtube.
KESIMPULAN
Kesimpulan dalam Pengabdian
Kuliah Kerja Nyata Bersama Melawan
Covid-19 tentang Pelatihan bercocok
tanam dengan menggunakan metode
hidroponik pada masyarakat RT.05 RW.02
Desa Pabuaran Kabupaten Subang berjalan
dengan lancar. Proses pelaksanaan
dilakukan sebanyak 3 kali dengan
menggunakan metode daring dan tatap
muka, pada pertemuan pertama dilakukan
secara daring dengan materi pengenalan
budidaya secara hidroponik, pada
pertemuan kedua dilakukan secara tatap
muka dengan materi memperkenalkan
kontruksi hidroponik dengan sistem DFT
(Deep Flow Technique) sistem yang
menggunkan genangan nutrisi dan pada
pertemuan ketiga dilakukan secara daring
dengan melakukan diskusi dan tanya
jawab. Respon masyarakat sangan positif
dan antusias karena selama ini mereka
hanya menerapkan cocok tanam secara
konvensional serta beberapa masyarakat
mulai mengaplikasikan cocok tanam
dengan metode hidroponik.
DAFTAR PUSTAKA
Albert, Gamot Malau dkk. 2015.
Meningkatkan Keterampilan
Bercocok Tanam Dengan Metode
Hidroponik Di Kelurahan
Mukakuning, Kota Batam.
Seminar Nasional Pengabdian
Kepada Masyarakat: Universitas
Terbuka
Anang Masduki. (2017). Hidroponik
Sebagai Sarana Pemanfaatan Lahan.
Pemberdayaan, 1(2), 185–192.
Haq, Nadhiifah Nurul . 2019. 6 Pilihan
Sistem Bercocok Tanam dengan
Hidroponik. Dikutip dari:
www.idntimes.com 25 Agustus 2020.
Jimmy-Halim. (2016). Teknik Hidroponik.
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Lingga, Pinus. (1984). Hidroponik
Bercocok Tanam Tanpa Tanah.
Jakarta: Penerbit Penebar Swadaya.
Roidah, I. S. (2014). Pemanfaatan Lahan
Dengan Menggunakan Sistem
Hidroponik. Jurnal Universitas
Tulungagung BONOROWO Tahun,
1(2), 43–50. Retrieved from
file:///C:/Users/ASUS/Downloads/14-
22-1-SM.pdf
13
Tallei, E Triana dkk. 2017. Hidroponik
untuk Pemula. Manado: LPPM
UNSRAT
14
15