pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mgunakan cara invasive dengan membuka...

18
Pengertian Bedah/pembedahan adalah spesialisasi dalam kedokteran yang mengbati penyakit atau luka dengan operasi manual dan instrumen. Ahli bedah dapat merupakan dokter, dokter gigi, atau dokter hewan yag memiliki spesialisasi dalam bidang ilmu bedah. Ilmu bedah adalah merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang mengembalikan fungsi anatomi normal dengan cara pembedahan. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mgunakan cara invasive dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani Pembukaan bagian tubuh ini umunya dilakukan dengan membuat sayatan Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan luka Penyakit bedah Sejumlah penyakit merupakan indikasi untuk pembedahan Diperlukan perencanaan oleh dokter pembedah yang harus menyiapkan dirinya. (pengetahuan, tehnik bedah, sarana bedah, personel bedah, dokter anestesi) Pasien Penderita harus tahu bahwa dia akan dibedah dan diobati Pasien berhak mendapat penerangan yang jelas tentang jalannya pembedahan yang akan dijalani Diperlukan keterbukaan ahli bedahnya Kepribadian dan latar belakang penderita juga diketahui Dokter bedah Harus menguasai pengetahuan tentang sakit yang memerlukan pembedahan Harus mengenal penderita yang akan dibedah Pengalaman ahli bedah menentukan sikapnya terhadap pembedahan yang akan dilakukan Persetujuan tindakan bedah dari pihak penderita dan keluarganya merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelumnya Sejarah ilmu bedah dan perkembangan ilmu bedah Ilme bedah telah lama dikenal di Sumeria, Akadia, Mesir, dan Babilonia Lama. Tabib Sumeria dan Mesir terkenal pandai menjahit

Upload: artonoakbar

Post on 13-Sep-2015

6 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

pembedahan

TRANSCRIPT

Pengertian Bedah/pembedahan adalah spesialisasi dalam kedokteran yang mengbati penyakit atau luka dengan operasi manual dan instrumen. Ahli bedah dapat merupakan dokter, dokter gigi, atau dokter hewan yag memiliki spesialisasi dalam bidang ilmu bedah. Ilmu bedah adalah merupakan salah satu cabang ilmu kedokteran yang mengembalikan fungsi anatomi normal dengan cara pembedahan. Pembedahan atau operasi adalah semua tindakan pengobatan yang mgunakan cara invasive dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani Pembukaan bagian tubuh ini umunya dilakukan dengan membuat sayatan Setelah bagian yang akan ditangani ditampilkan, dilakukan tindakan perbaikan yang diakhiri dengan penutupan dan penjahitan lukaPenyakit bedah Sejumlah penyakit merupakan indikasi untuk pembedahan Diperlukan perencanaan oleh dokter pembedah yang harus menyiapkan dirinya. (pengetahuan, tehnik bedah, sarana bedah, personel bedah, dokter anestesi)Pasien Penderita harus tahu bahwa dia akan dibedah dan diobati Pasien berhak mendapat penerangan yang jelas tentang jalannya pembedahan yang akan dijalani Diperlukan keterbukaan ahli bedahnya Kepribadian dan latar belakang penderita juga diketahuiDokter bedah Harus menguasai pengetahuan tentang sakit yang memerlukan pembedahan Harus mengenal penderita yang akan dibedah Pengalaman ahli bedah menentukan sikapnya terhadap pembedahan yang akan dilakukan Persetujuan tindakan bedah dari pihak penderita dan keluarganya merupakan syarat yang harus dipenuhi sebelumnyaSejarah ilmu bedah dan perkembangan ilmu bedah Ilme bedah telah lama dikenal di Sumeria, Akadia, Mesir, dan Babilonia Lama. Tabib Sumeria dan Mesir terkenal pandai menjahit bekas pembedahan, baik pengerjaannya dan tidak kasara bekasnya (Yamani, 2005) Pada masa perkembasngan kedokteran Islam, terkenal ahli bedah sebagai bapak ilmu bedah modern. Bernama Al-Zahwari (936 M 1013) Al Zahrawi adalah seorang dokter bedah fenomenal. Prionsip ilmu kedokteran yang diajarkan Al Zahrawi menjadikan kurikulum pendidikan kedokteran di Eropa (Huseein, 1986) Meninggalkan warisan kitab Al Tasrif li man ajaz an-il-talil sebuah ensiklopedia kedokteran. Kitab Al Tasrif li man ajaz an il talil memperkenalkan lebih dari 200 alat bedah yang dimiliknya. Di antara ratusan koleksi alat bedah yang dipunyainya, ternyata banyak peralatan yang tak pernah digunakan ahli bedah sebelumnya Antara lain: pisau bedah(scalpel), currette, retractor, sendok bedah (surgical spoon), sound, pengait bedah (surgical hook),surgicalrod, dan specula. Juga peralatan bedah yang digunakan untuk memeriksa dalam uretra, alat untuk memindahkan benda asing dari tenggorokan

KEPERAWATAN PERIOPERATIFTahapan keperawatan perioperatifKeperawatan perioperatif dibagi 3 tahapn yaitu Keperawatan perioperatif Keperawatan interaoperatif Keperawatan post operatif3 faktor penting yang terkait dalam pembedahan, yaitu Penyakit pasien Jenis pembedahan yang dilakukan dan Pasien sendiriDari ketiga faktor tersebut faktor pasien merupkan hal yang paling penting karena bagi penyakit tersebut tindakan pembedahan adalah hal yang terbaik/benar, tetapi bagi pasien sendiri pembedahan mungkin merupakan hal yang paling mengerikan yang pernah mereka alami Tindakan operasi atau pembedahan merupakan pengalaman yang sulit bagi hampir semua pasien Berbagai kemungkinan buruk bisa saja terjadi yang akan membahayakan pasien Seringkali pasien dan keluarganya menunjukkan sikap yang agak berlebihan dengan kecemasn yang mereka alami Kecemasan yang mereka alami biasanya terkaitt dengan segala macam prosedur asing yang harus dijalani pasien dan juga ancaman terhadap keselamatan jiwa akibat dari segala macam prosedur pembedahan dan tindakan pembiusan. Perawat mempunyai peranan yang sangat penting dalam setiap tindakan pembedahan baik pada msa sebelum, selaama maupun setelah operasi Intervensi keperawatan yang tepat diperlukan untuk mempersiapkan klien baik secara fisik maupun psikis.Tingkat keberhasilan pembedahan sangat terganntung pada setiap tahapan yang dialami dan saling ketergantungan antara tim kesehatan yang terkait (dokter bedah, dokter anstesi dan perawat) di samping peranan pasien yang kooperatif selama pross perioperatif.KONSEP DASAR KEPERAWATAN PERIOPERATIF Tindakan operasi atau pembedahan, baik elektif maupun kedaruratan adalah peristiwa kompleks yang menegangkan. Kebanyakan prosedur bedah dilakukan di kamar operasi rumah sakit, meskipun beberapa prosedur yang lebih sederhana tidak memerlukan hospitalisasi dan dilakukan di klinik-klinik bedah dan unit bedah ambulatori.Keperawatan peroperatif merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan keragamn fungsi keperawatan yang berkaitan dengan pengalaman pembedahan pasien.Istilah perioperatif adalah suatu istilah gabungan yang mencakup 3 fase pengalaman pembedahan, yaitu1. Perioperative phase2. Intraoperative phase3. Post operative phase / pasca operative phaseFase pra operatif Dimulai ketika ada keputusan untuk dilakukan intervensi bedah dan diakhiri ketika pasien dikirim ke meja operasi. Lingkup aktivitas keperawatan selama waktu tersebut dapat mencakup: Penetapan pengkajian dasar asien di tatanan klinik ataupun rumah Wawancara pra operatif Menyiapkan pasien untuk anastesi yang diberikan PembedahanFase intraoperatif Dimulai ketika pasien masuk atau pindaah ke instalasi bedah dan berakhir saat pasien dipindahkan ke ruang pemulihan. Pada fase ini lingkup aktivitas keperawatan mencakup: Pemasangan iV cath Pemberian medikasi intravena Melakukan pemantauan kondisi fisiologis menyeluruh sepanjang prosedur pembedahan Menjaga keselamatan pasienContoh:Memberikan dukungan psikologis selama induksi anastesi, bertindak sebagai perawat, atau membantu mengatur posisi pasien di atas meja operasi dengan menggunakan prinsip-rinsip dasar kesimetrisan tubuh

Fase pasca operasi Dimulai dengan masuknya pasien ke ruang pemulihan (recovery room) dan berakhir dengan evaluasi tindak lanjut pada tatanan klinik atau di rumah Lingkup aktivitas keperawatan mencakup rentang ktivitas yang luas selama periode ini Pada fase ini fokus pengkajian meliputi efek agen anastesi dan memantau fungsi vital serta mencegh komplikasi Aktivitas keperawatan kemudian berfous pada: Peningkatan penyembuhan pasien dan melakukan penyuluhan Perawatan tindak lanjut Rujukan yang penting untuk penyembuhan dan rehabilitasi PemulanganAktivitas Keperawatan Dalam Peran Perawat Perioperatif (Fase Praoperatif, Fase Intraoperatif, Fase Postoperative) PengkajianRumah/klinik1. Melakukan pengkajian praoperatif awal2. Merencanakan metode penyuluhan yang sesuai dengan kebutuhan pasien3. Melibatkan keluarga dalam wawancara4. Memastikan kelengkapan pemeriksaan praoperatif5. Mengkaji kebutuhan klien terhadap transportasi dan perawatan pasca operatifUnit bedah 1. Melengkapi pengkajian praoperatif2. Koordnasi penyuluhan terhadap pasien dengan staf keperawatan lain3. Menjelaskan fase-fase dalam periode perioperatif dan hal-hal yang diperkirakan terjadi4. Membuat rencana asuhan keperawatan.Ruang operasi1. Mengkaji tingkat kesadaran klien 2. Menelaah ulang lembar-lembar observasi pasien (rekam medis)3. Mengidentifikasi pasien4. Memastikan daerah pembedahan

Perencanaan1. Menentukan rencana asuhan2. Mengkoordinasi pelayanan dan sumber-sumber yang sesuai ( contoh: tim operasi)

Dukungan psikologis :1. Memberitahukan pada klien apa yang terjadi 2. Menentukan status psikologis3. Memberikan isyarat sebelumnya tentang rangsangan yang merugikan, seperti: nyeri 4. Mengkomunikasikan status emosional pada anggota tim kesehatan yang lain yang berkaitan

Safety management:1. Atur posisi klien:a) Kesejajaran fungsionalb) Persiapan area pembedahanc) Mempertahankan posisi sepanjang prosedur operasi2. Memasang alat yang diperlukan ke pasien3. Memberikan dukungan fisik4. Memastikan bahwa jumlah spongs (tampon), jarum, dan instrument tepat

Pemantauan fisiologis:1. Melakukan balance cairan2. Memantau kondisi cardiopulmonal3. Pemantauan terhadap perubahan vital sign

Dukungan Psikologis (sebelum induksi dan bila pasien sadar)1. Memberikan dukungan emosional pada pasien2. Berdiri di dekat klien dan memberikan sentuhan selama prosedur induksi3. Mengkaji status emosional klien 4. Mengkomunikasikan status emosional klien kepada tim kesehatan

Penatalaksanaan Keperawatan :1. Melakukan prosedur keselamatan bagi klien2. Mempertahankan lingkungan aseptic dan terkontrol3. Mengelola sumber daya manusia secara efektif

Komunikasi dari informasi intraoperatif1. Menyebutkan nama pasien 2. Menjelaskan jenis pembedahan yang dilakukan 3. Menggambarkan factor-faktor intraoperatif, meliputi pemasangan drain atau kateter, kekambuhan peristiwa-peristiwa yang tidak diperkirakan4. Menjelaskan pembatasan fisik dan keterbatasaan fisik yang dialami pasien5. Menerangkan gangguan akibat pembedahan6. Melaporkan tingkat kesadaran praoperatif klien7. Mengkomunikasikan tentang peralatan yang diperlukanPENGKAJIAN PASCA OPERATIF Di recovery room1. Menentukan respon segera pasien terhadap pembedahan Rumah / Klinik1. Kaji persepsi pasien tentang pembedahan dalam kaitannya dengan agen anastesi, dampak pada citra tubuh, penyimpangan dan immobilisasi2. Tentukan persepsi keluarga tentang pembedahan Unit bedah1. Mengevaluasi efektivitas dari asuhan keperawatan di ruang operasi2. Menentukan tingkat kepuasan pasien3. Mengevaluasi produk-produk yang digunakan pada pasien di ruang operasi4. Menentukan status psikologi pasien5. Membantu dalam perencanaan pemulangan

KLASIFIKASI TINDAKAN PEMBEDAHAN Menurut urgensi tindakan pembedahan dapat diklasifikasikan menjadi 5 tingkatan, yaitu:1. Kedaruratan/emergencyPasien membutuhkan perhatian, oleh karena gangguannya kemungkinan mengancam jiwa. Indikasi dilakukan pembedahan tanpa di tunda. Contoh: perdarahan hebat, obstruksi kandung kemih atau usus, fraktur tulang tengkorak, luka tembak atau tusuk, luka bakar sangat luas

2. UrgenPasien membutuhkan perhatian segera. Pembedahan dapat dilakukan dalam 24-30 jam. Contoh : infeksi kandung kemih akut, batu ginjal atau batu pada uretra.3. DiperlukanPasien harus menjalani pembedahan. Pembedahan dapat direncanakan dalam beberapa minggu atau bulan. Contoh : hyperplasia prostat tanpa obstruksi kandung kemih. Gangguan tyroid, katarak.4. ElektifPasien harus dioperasi ketika diperlukan. Indikasi pembedahan, bila tidak dilakukan pembedahan, tidak terlalu membahayakan. Contoh : perbaikan scar, hernia sederhana.5. PilihanKeputusan tentang dilakukan pembedahan diserahkan sepenuhnya pada pasien. Indikasi pembedahan merupakan pilihan pribadi dan biasanya terkait dengan estetika. Contoh : bedah kosmetik.

Menurut faktor resikonya, tindakan pembedahan dibagi menjadin :1. MinorMenimbulkan trauma fisik yang minimal dengan resiko kerusakan yang minim. Contoh insisi dan drainage kandung kemih, sirkumsisi.2. MayorMenimbulkan trauma fisik yang luass, resiko kematian sangat serius. Contoh : total abdominal histerektomi, reseksi colon, dll.KEPERAWATAN PREOPERATIF (PRA BEDAH) Keperawatan preoperatif merupakan tahapan awal dari keperawatan preoperatif Kesuksesan tindakan pembedahan secara keseluruhan sangat tergantung pada fase ini Fase ini merupakan awal yang menjadi landasan untuk kesuksesan tahapan berikutnya, Kesalahan yang dilakukan pada tahap ini akan bersifat fatal pada tahap berikutnya Pengkajian secara integral dari fungsi pasien meliputi fungsi fisik, biologis, dan psikologis sangat diperlukan untuk keberhasilan dan kesuksesan suatu operasi.PERSIAPAN KLIEN DI UNIT PERAWATANI. Persiapan fisikPersiapan fisik pre operasi uyang dialami oleh [asien dibagi dalam 2 tahapan yaitu:a. Persiapan di unit perawatanb. Persiapan di ruang operasiPERSIAPAN FISIK YANG HARUS DILAKUKAN PADA PASIEN SEBELUM OPERASI ANTARA LAIN:a) Status kesehatan fisik secara umum Meliputi identitas klien, riwayat penyakit sperti kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan keluarga, pemeriksaan fisik lengkap, antara lain status hemodinamika, status kardiovaskuler, status pernafasan, fungsi ginjal dan hepatic, fungsi endokrin, fungsi imunologi, dll Selain itu pasien harus ostirahat yang cukup supaya pasien tidak mengalami stress fisik, tubuh lebih rileks sehingga pasien yang memiliki riwayat hipertensi tekanan darahnya dapat stabil dan bagi pasien wanita tidak akan memicu terjadinya haid lebih awal.

b) Status nutrisi Kebutuhan nutrisi ditentukan dengan mengukur tinggi badan dan berat badan, lipat kulit trisep, lingkar lengan atas, kadar protein darah (albumin dan globulin) dan keseimbangan nitrogen Segala bentuk defisiensi nutrisi harus dikoreksi sebelum pembedahan untuk memberikan protein yang cukup untuk perbaikan jaringan. Kondisi gizi buruk dapat mengakibatkan pasien mengalami berbagai komplikasi pasca operasi dan mengakibatkan pasien menjadi lebih lama dirawat di rumah sakit. Komplikasi yang paling sering terjadi adalah infeksi pasca operasi, dehisiensi (terlepasnya jahitan sehingga luka tidak bisa menyatu), demam dan penyembuhan luka yang lama. Pada kondisi yang serius pasien dapat mengalami sepsis yang bias menyebabkan kematian.

c) Keseimbangan cairan dan elektrolit Balance cairan perlu diperhatikan dalam kaitannya dengan input dan output cairan. Kadar elektrolit serum harus berada dalam rentang normal Kadar elektrolit yang biasnaya dilakukan pemeriksaan diantaranya adalah kadar natrium serum (normal: 135-145 mmol/l), kadar kalium serum (normal: 3,5-5 mmol/l) dan kadar kreatinin serum (0,70-1,50mg/dl) Keeimbangan cairan dan elektrolit terkait erat dengan fungsi ginjal. Dimana ginjal berfungsi mengatur mekanisme asam basa dan ekskresi metabolit obat-obatan anastesi. Jika fungsi ginjal baik maka operasi dapat dilakukan dengan baik.

d) Kebersihan lambung dan colon Lambung dan colon harus dibersihkan terlebih dahulu Intervensi keperawatan yang bisa diberikan diantaranya adalah pasien dipuasakan dan dilakukan tindakan pengosongan lambung dan kolon dengan tindakan enema/lavement. Lamanya puasa berkisar antara 7-8 jam (biasanya puasa dilakukan mulai pukul 24.00 WIB) Tujuan dari pengosongan lambung dan kolon adalah untuk menghindari aspirasi (masuknya cairan lambung ke paru-paru) dan menghindari kontaminasi feses ke area pembedahan sehingga menghindarkan terjadinya infeksi pasca pembedahan.

e) Pencukuran daerah operasi Pencukuran pada daerah operasi ditujukan untuk menghindari terjadinya infeksi pada daerah yang dilakukan pembedahan. Rambut yang tidak dicukur dapat menjadi tempat bersembunyi kuman dan juga mengganggu/menghambat proses penyembuhan dan perawatan luka.

f) Personal hygiene Kebersihan tubuh pasien sangat penting untuk persiapan operasi. Tubuh yang kotor dapat merupakan sumber kuman dan dapat mengakibatkan infeksi pada daerah yang dioperasi.

g) Pengosongan kandung kemih Pengosongan kandung kemih dilakukan dengan melakukan pemasangan kateter. Tindakan kateterisasi diperlukan untuk mengobservasi.

h) Latihan pra operasi Berbagai latihan sangat diperlukan pada pasien sebelum operasi. Hal ini sangat penting sebagai persiapan pasien dalam menghadapi kondisi pasca operasi. Seperti: nyeri daerah operasi, batuk dan banyak lender pada tenggorokan.

FAKTOR RESIKO TERHADAP PEMBEDAHAN ANTARA LAIN

1. Usia Pasien dengan usia yang terlalu muda (bayi/anak-anak) dan usia lanjut mempunyai resiko lebih besar. Hal ini diakibatkan cadangan fisiologis pada usia tua sudah sangat menurun. Sedangkan pada bayi dan anak-anak disebabkan oleh karena belum matur-nya semua fungsi organ.

2. Nutrisi Kondisi malnutrisi dan obesitas/kegemukan labih beresiko terhadap pembedahan dibandingkan dengan orang normal dengan gizi baik terutama pada fase penyembuhan. Pada orang malnutrisi maka orang tersebut mengalami defisiensi nutrisi yang sangat diperlukan untuk proses penyembuhan luka. Nutrisi-nutrisi tersebut antara lain adalah protein, kalori, air, vit C, vit B kompleks, vit A, vit K, zat besi dan seng (diperlukan untuk sintesis protein).

3. Penyakit kronis Pada pasien yang menderita penyakit kardiovaskuler, diabetes, ginjal menjadi lebih sukar terkait dengan pemakaian energy kalori untuk penyembuhan primer. Pada penyakit ini banyak masalah sistemik yang mengganggu sehingga komplikasi pembedahan maupun pasca pembedahan sangat tinggi.

4. Ketidaksempurnaan respon neuroendokrin Pada pasien yang mengalami gangguan fungsi endokrin, seperti diabetes mellitus yang tidak terkontrol. Bahaya utama yang mengancam hidup pasien saat dilakukan pembedahan adalah terjadinya hipoglikemia yang mungkin terjadi selama pembiusan akibat agen anastesi. Atau juga akibat masukan karbohidrat yang tidak adekuat pasca operasi atau pemberian insulin yang berlebihan.

5. Merokok Pasien dengan riwayat merokok biasanya akan mengalami gangguan vaskuler, terutama terjadi arterosklerosis pembuluh darah, yang akan meningkatkan tekanan darah sistemiknya.

6. Alcohol dan obat-obatan Individu dengan riwayat alcoholic kronik seringkali menderita malnutrisi dan maslah-masalah sistemik, seperti gangguan ginjal dan hepar yang akan meningkatkan resiko pembedahan. Pada kasus kecelakaan lalu lintas yang seringkali dialami oleh pemabuk. Sebelum dilakukan operasi darurat perlu dilakukan pengosongan lambung.

II. PERSIAPAN PENUNJANG Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak mungkin bias menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi laboratorium maupun pemeriksaan lain seperti ECG dan lain-lain Dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam pemeriksaan laboratorium terutama : pemeriksaan masa perdarahan dan masa pembekuan darah pasien, elektrolit serum, hemoglobin, protein darah, dan hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG. Berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien, tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien).

Pemeriksaan penujang antara lain:a. Pemeriksaan radiologi dan diagnostic, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto tulang (daerah fraktur), USG (ultra sono grafi) , CT scan (computerized tomography scan), MRI (magnetic resonance imagine), cystoscopy, mammografi, CIL (colon in loop), EKG/ECG (electro cardio grafi), EEG ( electro Enchephalo Grafi), dll.b. Pemeriksaan laboratorium, berupaPemeriksaan darah : hemoglobin, angka leukosit, limfosit, LED (laju endapan darah), jumlah trombosit protein total (albumin dan Globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida).c. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas atau jinak atau hanyan berupa infeksi kronis saja.d. Pemeriksaan kadar gula darah (KGD)Pemerikdsaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah pasien dalam rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (post prandial).

III. PERSIAPAN MENTAL / PSIKIS Persiapan mental meerupakan hal yang tidak kalah penting dalam proses persiapan operasi Mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada integritas seseorang yang dapat membangkitkab reaksi stress fisiologis maupun psikologis (Barbara C.Long)

Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan atau ketakutan antara lain:1. Pasien dengan riwayat hipertensi, jika mengalami kecemasan sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien tiduyr dan tekanan darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan.2. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapai operasi dapat mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi terpaksa harus ditunda.

Berbagai alasan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapipembedahan antara lain:a. Takut nyeri setelah pembedahanb. Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi normal (body image)c. Takut keganasan (bila diagnose yang di tegakkan belum pasti)d. Takut/cemas mengalami kondisi yang sama dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang samae. Takut atau ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan, dan petugasnya.f. Takut mati saat dibius atau tidak sadar lagi.g. Takut operasi gagal.

KEPERAWATAN POST OPERATIF ATAU KEPERAWATAN PASCA BEDAH

Keperawatan post operatif adalah periode akhir dari perawatan perioperatif Proses keperawtan diarahkan pada menstabilkan kondisi pasien, menghilangkan nyeri dan pencegahan komplikasi.

TAHAPAN KEPERAWATAN POST OPERATIF ADALAH:1. Pemindahan pasien dari kamar operasi ke unit perawatan pasca anastesi (recovery room) Pemondahan pasien dari kamar operasi ke ruang pemulihan atau unit perawatan pasca anastesi (PACU: Post Anastesi Care Unit) memerlukan pertimbangan-pertimbangan khusus. Pasien harus dipindahkan secara perlahan dan cermat Segera setelah pasien dipindahkan ke tempat tidur, gaun pasien yang basah (karena darah atau cairan lainnya) harus segera diganti dengan gaun yang kering untuk menghindari kontaminasi. Selama perjalanan transportasi tersebut pasien diselimuti dan diberikan pengikatan di atas lutut dan siku serta side rail harus dipasang untuk mencegah terjadinya resiko injury. Untuk mempertahankan kenyamanan dan keamanan pasien. Selang dan peralatan drainase harus ditangani dengan cermat agar dapat berfungsi dengan optimal.

2. Perawatan post anastesi di ruang pemulihan (recovery room) Pasien harus dirawat sementara di ruang pulih sadar (recovery room : RR) sampai kondisi pasien stabil, tidak mengalami komplikasi operasi dan memenuhi syarat untuk dipindahkan ke ruang perawtan (bangsal perawatan). Pasien tetap berada dalam PACU sampai pulih sepenuhnya dari pengaruh anastesi, yaitu tekanan darah stabil , fungsi pernafasan adekuat, oksigen minimal 95% dan tingkat kesadaran yang baik. Kriteria penilaian yang digunakan untuk menentukan kesiapan pasien untuk dikeluarkan dari PACU adalah : Fungsi pulmonal tidak terganggu Hasil nadi menunjukkan oksigen yang adekuat Tanda-tanda vital stabil, termasuk tekanan darah Orientasi pasien teerhadap tempat, waktu dan orang Keluaran urin tidak kurang dari 30ml perjam Mual dan muntah dalam control Nyeri minimal. Tujuan perawatan pasien di PACU adalah :1. Mempertahankan jalan nafas dengan mengatur posisi, memasang suction2. Mempertahankan ventilasi/oksigenasi.Ventilasi dan oksigenasi dapat dipertahankan dengan pemberian bantuan nafas melalui ventilat mekanik atau nasal kanul.3. Mempertahankan sirkulasi darah, dapat dilakukan dengan pemberian cairan plasma.4. Observasi keadaan umum, observasi vomitus dan drainase. Keadaan umum dari pasien harus diobservasi untuk mengetahui keadaan pasien, seperti kesadaran dansebagainya. Vomitus atau muntahan mungkin saja terjadi akibat pengaruh anastesi sehingga perlu dipantau kondisi vomitusnya. Selain itu drainase sangat penting untuk dilakukan observasi terkait dengan kondisi perdarahan yang dialami pasien.5. Balance cairan Harus diperhatikan untuk mengetahui input dan output cairan klien Cairan harus balance untuk mencegah komplikasi lanjutan, seperti dehidrasi akibat perdarahan atau justru kelebihan cairan yang justru menjadi beban bagi jantung dan juga mungkin terkait dengan fungi eliminasi pasien.6. Mempertahankan kenyamanan dan mencegah resiko injury pasien post anastesi biasanya akan mengalami kecemasan, disorientasi dan beresiko besar untuk jatuh. Tempatkan pasien pada tempat tidur yang nyaman dan pasang side railnya.

3. Transportasi pasien ke ruang rawat.Transportasi pasien bertujuan untuk mentransfer pasien menuju ruang rawat dengan mempertahankan kondisi tetap stabil. Jika anda dapat tugas mentransfer pasien, pastikan skor post anastesi 7 atau 8 yang menunjukkan kondisi pasien sudah cukup stabil. Waspadai hal-hal berikut: henti nafas, vomitusm, aspirasi selama transportasi.

4. Perawatan di ruang rawat.Ketika pasien sudah mencapai bangsal maka hal yang harus kita lakukan yaitu :a. Monitor tanda-tanda vital dan keadaan umum pasien, drainase, tube/selang, dan komplikasi. Begitu pasien tiba di bangsal langsung monitor kondisinya. Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan pertama yang dilakukan di bangsal setelah post operasi. b. Manajemen luka. Amati kondisi luka operasi dan jahitannya, pastikan luka tidak mengalami perdarahan abnormal. Observasi discharge untuk mencegah komplikasi lebih lanjut. Manajemen luka meliputi perawatan luka sampai dengan pengangkatan jahitan. c. Mobilisasi dini. Yang dapat dilakukan meliputi ROM, nafas dalam dan juga batuk efektif yang penting untuk mengaktifkan kembali fungsi neuromuskuler dan mengeluarkan secret dan lender. d. Rehabilitasi. Diperlukan oleh pasien untuk memulihkan kondisi pasien kembali. Rehabilitasi dapat berupa berbagai macam latihan spesifik yang diperlukan untuk memaksimalkan kondisi pasien sperti sedia kala. e. Discharge planning. Merencanakan kepulangan pasien dan memberikan informasi kepada klien dan keluarganya tentag hal-hal yang perlu dihindari dan dilakukan sehubungan dengan kondisi/penyakitnya post operasi.

Komplikasi post operasi1. Syok. Syok yang terjadi pada pasien bedah biasanya berupa syok hipovolemik, syok nerogenik jarang terjadi. Tanda-tanda syok secara klasik adalah sebagai berikut: Pucat Kulit dingin, basah Pernafasan cepat Sianosis pada bibir, gusi dan lidah Nadi cepat, lemah dan bergetar Penurunan tekanan darah Urine pekat2. Perdarahan. Penatalaksanaan perdarahan seperti halnya pada pasien syok. Pasien diberikan posisi terlentang dengan posisi tungkai kaki membentuk sudut 20 derajat dari temppat tidur sementara lutut harus dijaga tetap lurus3. Trombosis vena profunda. Adalah thrombosis yang terjadi ada pembuluh darah vena bagian dalam. Komplikasi serius yang bias ditimbulkan adalah embolisme pulmonary dan sindrom pasca flebitis. 4. Retensi urin. Retensi urine paling sering terjadi pada kasus-kasus pembedahan rectum, anus. Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan adalah pemasangan kateter untuk membantu mengeluarkan urine dari kandung kemih.5. Infeksi luka operasi (dehisiensi, fistula, nekrose, abses). Infeksi luka post operasi seperti dehiseinsi dan sebagainya dapat terjadi karena adanya kontaminasi luka operasi pada saat operasi maupun pada saat perawatan di ruang perawatan. Pencegahan infeksi penting dilakukan dengan pemberian antibiotic sesuai indikasi dan jugaa perawatan luka dengan prinsip steril. 6. Sepsis. Merupakan komplikasi serius akibat infeksi dimana kuman berkembang biak. Sepsis dapat menyebabkan kematian pada pasien karena dapa menyebabkan kegagalan multi organ.7. Embolisme Pulmonal. Embolisme dapat terjadi karena benda asing (bekuan darah, udara dan lemak) yang terlepas dari tempat asalnya terbawa di sepanjang aliran darah. Embolus ini bisa menyumbat arteri pulmonal yang akan mengakibatkan pasien merasaa nyeri seperti ditusuk-tusk dan sesak nafas, cemas. 8. Komplikasi gastrointestinal. Komplikasi pada gastrointestinal paling sering terjadi pada pasien yang mengalami pembedahan abdomen dan pelvis. Komplikasinya meliputi obstruksi intestinal, nyeri dan juga distensi abdomen.