pembakuan bahasa indonesia

6
PEMBAKUAN BAHASA INDONESIA Pembakuan atau penstandaran bahasa adalah pemilihan acuan yang dianggap paling wajar dan paling baik dalam pemakaian bahasa. Masalah kewajaran terkait dengan berbagai aspek. Dalam berbahasa, misalnya, aspek ini meliputi situasi, tempat, mitra bicara, alat, status penuturnya, waktu, dan lain-lain. Aspek- aspek tersebut disebut juga dengan istilah konteks. Konteks itulah yang menuntut adanya variasi bahasa. Dalam pemakaiannya, variasi bahasa berhubungan dengan masalah fungsi bahasa sebagai alat komunikasi sosial. Berdasarkan fungsinya itu,maka bahasa tidak menunjukkan adanya satu acuan yang dipergunakan untuk berkomunikasi dalam segala fungsinya. Setiap acuan cenderung dipergunakan sesuai konteks yang mempengaruhinya. Karena adanya berbagai acuan itu, maka masalah utama standardisasi bahasa adalah acuan manakah yang harus dipilih di antara berbagai acuan yang ada dalam berbagai variasi pemakaian sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yang akan ditetapkan sebagai acuan standard dan Masalah pembakuan bahasa terkait dengan dua hal, yakni kebijaksanaan bahasa dan perencanaan bahasa. A. Bahasa Baku Bahasa baku atau bahasa standar adalah bahasa yang memiliki nilai komunikatif yang tinggi, yang digunakan dalam kepentingan nasional, dalam situasi resmi atau dalam lingkungan resmi dan

Upload: imfir-rahman

Post on 26-Jun-2015

2.034 views

Category:

Documents


18 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pembakuan Bahasa Indonesia

PEMBAKUAN BAHASA INDONESIA

Pembakuan atau penstandaran bahasa adalah pemilihan acuan yang dianggap paling

wajar dan paling baik dalam pemakaian bahasa. Masalah kewajaran terkait dengan berbagai

aspek. Dalam berbahasa, misalnya, aspek ini meliputi situasi, tempat, mitra bicara, alat, status

penuturnya, waktu, dan lain-lain. Aspek-aspek tersebut disebut juga dengan istilah konteks.

Konteks itulah yang menuntut adanya variasi bahasa. Dalam pemakaiannya, variasi

bahasa berhubungan dengan masalah fungsi bahasa sebagai alat komunikasi sosial. Berdasarkan

fungsinya itu,maka bahasa tidak menunjukkan adanya satu acuan yang dipergunakan untuk

berkomunikasi dalam segala fungsinya. Setiap acuan cenderung dipergunakan sesuai konteks

yang mempengaruhinya.

Karena adanya berbagai acuan itu, maka masalah utama standardisasi bahasa adalah

acuan manakah yang harus dipilih di antara berbagai acuan yang ada dalam berbagai variasi

pemakaian sesuai dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya, yang akan ditetapkan sebagai

acuan standard dan Masalah pembakuan bahasa terkait dengan dua hal, yakni kebijaksanaan

bahasa dan perencanaan bahasa.

A. Bahasa Baku

Bahasa baku atau bahasa standar adalah bahasa yang memiliki nilai komunikatif yang

tinggi, yang digunakan dalam kepentingan nasional, dalam situasi resmi atau dalam lingkungan

resmi dan pergaulan sopan yang terikat oleh tulisan baku, ejaan baku, serta lafal baku (Junus dan

Arifin Banasuru, 1996:62). Bahasa baku tersebut merupakan ragam bahasa yang terdapat pada

bahasa bersangkutan. Ragam baku itu merupakan ragam yang dilembagakan dan diakui oleh

sebagian besar warga masyarakat pemakainya sebagai bahasa resmi dan diakui oleh sebagian

kerangka rujukan norma bahasa dalam penggunaannya.

Untuk menentukan apakah sebuah ragam bahasa itu baku atau tidak, maka ada tiga hal

yang dijadikan patokan. Ketiga hal tersebut adalah kemantapan dan kedinamisan, kecendikian

dan kerasionalan, serta keseragaman.

Page 2: Pembakuan Bahasa Indonesia

Proses pembakuan bahasa diadakan karena keperluan komunikasi. Dalam proses ini satu

variasi diangkat untuk mendukung fungsi-fungsi tertentu dan variasi itu disebut bahasa baku atau

bahasa standar.

Adapun langkah-langkah yang harus ditempuh dalam usaha pembakuan ini adalah :

1. Kodifikasi

Himpunan dari hasil pemilihan mana yang lebih baik antara satu dengan yang lainnya,

itulah kodifikasi. Jadi, yang mula-mula dilakukan ialah inventarisasi bahan dari sejumlah bidang

yang diperlukan. Kemudian diadakan pemilihan pada kelompok tiap bidang. Selanjutnya, hasil

pemilihan itu dihimpun menjadi satu kesatuan.

Dalam pengkodifikasian bahasa Indonesia akan menyangkut dua aspek yang penting,

yaitu:

Bahasa menurut situasi pemakai dan pemakaiannya.

Bahasa menurut strukturnya sebagai suatu system komunikasi.

Kodifikasi yang pertama akan menghasilkan sejumlah ragam bahasa dan gaya bahasa.

Perbedaan ragam gaya tampak dalam pemakaian bahasa lisan dan bahasa tulisan, masing-masing

akan mengembangkan variasi menurut pemakaiannya di dalam pergaulan keluarga dan sahabat.

Kodifikasi yang kedua menghasilkan tata bahasa dan kosa kata yang baku. Pada

umumnya yang layak dianggap baku adalah ujaran dan tulisan yang dipakai oleh golongan

masyarakat yang paling luas pengaruhnya dan lebih besar kewibawaannya.

2. Elaborasi

Elaborasi ini merupakan penyebarluasan kodifikasi. Penyebarluasan ini dilakukan dengan

jalan menerapkan hasil kodifikasi kedalam segi kehidupan bangsa Indonesia.

3. Implementasi

Setelah usaha kodifikasi dan elaborasi, maka harus diikuti oleh usaha implementasi yang

merupakan proses akhir dari usaha pembakuan bahasa. Terwujudnya implementasi dengan baik

berarti usaha pembakuan bahasa telah tercapai. Hal ini bergantung pada masyarakat, apakah

Page 3: Pembakuan Bahasa Indonesia

masyarakat menerima hasil kodifikasi dan usaha elaborasi tadi dengan sikap positif atau tidak.

Kalau usaha kodifikasi dan elaborasi dikerjakan oleh pusat pembinaan dan pengembangan

bahasa atau lembaga-lembaga bahasa maka implementasi dilakukan oleh seluruh anggota

masyarakat.

B. Fungsi Bahasa Baku

Selain berfungsi sebagai bahasa nasional, bahasa negara, dan bahasa resmi, bahasa baku

mempunyai fungsi lain. Gravin dan Mathint (Chaer : 252) menjelaskan bahwa bahasa baku

bersifat sosial politik, yaitu fungsi pemersatu, fungsi pemisah, fungsi harga diri, dan fungsi

kerangka acuan.

Alwi, dkk. (1998:14-20) menjelaskan bahwa bahasa baku mendukung empat fungsi, tiga

di antaranya bersifat pelambang atau simbolik, sedangkan yang satu lagi bersifat objektif.

Fungsi – fungsi tersebut adalah

1. fungsi pemersatu

2. fungsi pemberi kekhasan

3. fungsi pembawa kewibawaan

4. fungsi sebagai kerangka acuan.

Kridalaksana (1975) mencatat empat fungsi bahasa yang menuntut penggunaan ragam

baku, yaitu

1. komunikasi resmi

2. wacana teknis

3. pembicaraan di depan umum

4. pembicaraan dengan orang yang dihormati.

Dari empat fungsi bahasa yang menuntut ragam baku itu, hanya dua yang terakhir yang

langsung berkaitan dengan komunikasi verbal secara lisan. Dengan kata lain, lafal baku perlu

digunakan dalam pembicaraan di depan umum, seperti kuliah, ceramah, khotbah, pidato, dsb.

atau dalam pembicaraan dengan orang yang dihormati seperti pembicaraan dengan atasan,

Page 4: Pembakuan Bahasa Indonesia

dengan guru, dengan orang yang baru dikenal dsb. Di atas telah kita lihat bahwa ragam bahasa

baku dianggap sebagai ragam bahasa yang baik yang cocok untuk keperluan komunikasi verbal

yang penting, yang menjadi tolok untuk pemakaian bahasa yang benar, dan yang bergengsi serta

berwibawa. Dalam hubungan dengan fungsi sosial bahasa baku itu, Moeliono (1975) mencatat

empat fungsi pokok, yaitu

1. fungsi pemersatu

2. fungsi penanda kepribadian

3. fungsi penanda wibawa

4. fungsi sebagai kerangka acuan.

Dengan demikian, lafal baku–sebagai perwujudan bahasa baku secara fonetis–

mempunyai fungsi sosial sebagai

1. pemersatu

2. penanda kepribadian

3. penanda wibawa

4. sebagai kerangka acuan.