pembahasan anklin lie berm ann

Upload: emy-esa

Post on 11-Jul-2015

186 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pembahasan

Lipid adalah senyawa organik berminyak atau berlemak yang tidak larut dalam air, dapat diekstrak dari sel dan jaringan oleh pelarut nonpolar, Lipid secara umum dapat dibagi ke dalam dua kelas besar, yaitu lipid sederhana dan lipid kompleks. Salah satu lipid sederhana ialah steroid. Steroid merupakan molekul kompleks yang larut di dalam lemak dengan empat cincin yang saling bergabung. Steroid yang paling banyak adalah sterol yang merupakan steroid alkohol. Kolesterol adalah sterol utama pada jaringan hewan. Kolesterol dan senyawa turunan esternya, dengan asam lemaknya yang berantai panjang adalah komponen penting dari plasma lipoprotein. Praktikum Analisis Klinik kali ini adalah Penetapan Kadar Kolesterol Total dengan metode Liebermann Burchard. Tujuan dari praktikum ini yaitu agar mahasiswa dapat menetapkan kadar kolesterol total. Kolesterol adalah suatu alcohol yang teresterkan dengan asam lemak sehingga sulit larut dalam air. Kolesterol total adalah jumlah antara kolesterol ester dengan kolesterol bebas dalam arti baik yang ada dalam bentuk teresterkan maupun dalam bentuk bebas. Kolesterol terdapat pada hampir semua sel hewan dan semua manusia. Pada tubuh manusia kolesterol terdapat dalam darah, empedu, kelenjar adrenal bagian luar (adrenal cortex) dan jaringan saraf. Mula-mula kolesterol diisolasi dari batu empedu karena kolesterol ini merupakan komponen utama batu empedu tersebut. Kolesterol dapat larut dalam pelarut lemak, misalnya eter, kloroform, benzena dan alkohol panas. Apabila tidak terdapat dalam konsentrasi tinggi, koleterol mengkristal dalam bentuk kristal yang tidak berwarna, tidak berasa dan tidak berbau, dan tidak mempunyai titik lebur 150 1510C. Penetapan kadar kolesterol total termasuk analisis yang penting dilakukan untuk keperluan diagnose gangguan metabolisme lipid,

menentukan kadar kolesterol pada penderita hiperlipidemia dan penyakit terkait, dan dapat juga digunakan untuk mencari hubungan kadar kolesterol dengan resiko penyakit jantung. Dimana apabila terdapat endapan kolesterol dalam pembuluh darah dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah karena dinding pembuluh darah menjadi makin tebal. Hal ini mengakibatkan juga berkurangnya elastisitas atau kelenterun pembuluh darah. Dengan penyempitan pembuluh darah dan berkurangnya kelenturan pembuluh darah, maka aliran darah terganggu dan untuk mengatasi gangguan ini jantung harus memompa lebih keras. Hal ini berarti jantung harus lebih keras daripada biasanya. Secara umum kolesterol merupakan komponen asam lemak yang terdapat dalam darah. Pada umumnya lemak tidak larut dalam air, yang berarti juga tidak larut dalam plasma darah. Agar lemak dapat diangkut ke dalam peredaran darah, maka lemak tersebut harus dibuat larut dengan cara mengikatkannya pada protein yang larut dalam air. Ikatan antara lemak (kolesterol, trigliserida, dan fosfolipid) dengan protein ini disebut Lipoprotein (dari kata Lipo=lemak, dan protein). Akan tetapi pada metode Liebermann Burchard ini tidak dilakukan deprotenusasi (pemisahan dari proteinnya), dimana dasar reaksinya hanya reaksi antara kolesterol plasma langsung dengan reagen pewarnanya. Tahapan awal pada percobaan ini adalah perlakuan khusus pada sampel dimana sampel darah yang digunakan terlebih dahulu diberikan antikoagulan dan selanjutnya di sentrifuge dengan kecepatan sedang sehingga sel-sel darah merah dan darah putih akan terendapkan dan cairan yang tertinggal (supernatant) yang berwarna kuning jernih dinamakan plasma darah dan itulah yang digunakan sebagai sampel pada metode Liebermann Burchard kali ini. Plasma darah mengandung protein tetapi terbentuk dari protein yang terlarut. Tahapan selanjutnya adalah sampel mendapatkan perlakuan uji dengan metode Lieberman Buchard. Metode ini tidak dilakukan deproteunisasi akan tetapi hanya menggunakan dasar Prinsip uji ini yaitu

kolesterol direaksikan dengan asam asetat anhidrid dan asam sulfat pekat dalam lingkungan bebas air maka akan terbentuk warna hijau-biru yang intens akibat pembentukan polimer hidrokarbon tak jenuh. Metode ini merupakan uji kuantitatif untuk kolesterol. Namun pada percobaan ini hanya dilakukan pengujian secara kualitatif yakni dilihat dari perubahan warnanya saja. Mekanisme secara umumnya dari metode ini adalah saat kolesterol dengan konfigurasi tidak jenuh di dalam molekulnya direaksikan dengan asam kuat dalam kondisi bebas air, maka akan memberikan warna yang karakteristik. Warna yang dihasilkan bervariasi dengan kondisi percobaan. Mekaisme reaksinya adalah mula-mula dibentuk kompleks senyawa yang teraktifasi, diikuti dengan agregasi beberapa molekul menghasilkan sistem terkonyugasi. Senyawa-senyawa kromofor yang dihasilkan berlaku seperti indikator asam-basa. Dalam tahapan ini supernatan yang digunakan sebagai sampel ditambahkan kloroform ke dalamnya dilanjutkan dengan penambahan asam sulfat pekat kemudian dilakukan pengocokan setelah itu didiamkan beberapa saat dan diamati warna yang terbentuk pada setiap lapisannya. Mekanisme yang terjadi dalam uji ini adalah melarutkan kolesterol dalam kloroform selanjutya ditambahkan dengan asam sulfat sebagai pemutus ikatan dan diteruskan dengan pengocokan maka akan terjadi pembentukan dua lapisan yakni lapisan kloroform di bagian bawah dan lapisan asam sulfat pekat di bagian atas. Adanya perbedaan lapisan ini karena terdapat perbedaan berat jenis dimana berat jenis kloroform 1,4 g/ml lebih berat daripada berat jenis asam sulfat pekat?? mula-mula kolesterol teroksidasi dalam beberapa tahap. Pada proses ini Reaksi warna

diawali ketika asam sulfat ditambahkan ke dalam campuran yang berisi kolesterol, maka molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol, protonasi gugus hidroksi dalam kolesterol dimana molekul air berpindah dari gugus C3 kolesterol dan menyebabkan lepasnya air untuk menghasilkan ion karbonium 3,5 kolestadiena, yang selanjutnya dioksidasi oleh ion sulfit

menghasilkan senyawa kromofor asam kolesta-heksaena-sulfonat berwarna hijau. Warna hijau ini menandakan hasil yang positif. Reaksi positif uji ini ditandai dengan adanya perubahan warna dari terbentuknya warna pink kemudian menjadi biru-ungu dan akhirnya menjadi hijau tua. Dalam hal ini saat kolesterol dilarutkan dalam kloroform dan larutan ini dituangkan di atas larutan asam sulfat pekat dengan hati-hati maka bagian asam akan berwarna kekuningan dengan fluorosensi hijau bila dikenai cahaya sedangkan bagian kloroform akan berwarna biru dan yang berubah menjadi merah dan ungu. Warna hijau yang terjadi ini sebanding dengan konsentasi koleterol. Karenanya reaksi Liebermann Burchard dapat digunakan untuk menentukan kolesterol secara kuantitatif. Dari hasil percobaan pada kali ini terlihat bahwa pada lapisan kloroform warna yang dihasilkan ialah merah kecoklatan sedangkan pada lapisan asam sulfat pekat warna yang dihasilkan ialah jingga kecoklatan sehingga dapat ditetapkan bahwa pada lapisan kloroform bereaksi positif sedangkan pada lapisan asam sulfat bereaksi negatif. Kadar kolesterol total dalam tubuh tergantung pada bentuk ester dan bentuk bebas dari steroid. Dalam reaksi kimia, intensitas warna dari kolesterol dalam bentuk ester lebih tinggi daripada intensitas warna ester dalam bentuk bebas sehingga berpengaruh terhadap analisis. Produk pada metode Liebermann Burchard berasal dari pembentukan polimer hidrokarbon tak jenuh. Kondisi pada saat reaksi metode Liebermann Burchard pada lingkungan bebas air. H2O2 pada metode Liebermann Burchard jumlah kadar H2O berpengaruh pada intensitas warna yang terbentuk. Adapun beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode Liebermann Burchard ini diantara Kelebihan metode Liebermann-Burchard adalah reaksi yang terjadi cepat, sensitif (karena dapat menentukan kadar kolesterol pada skala kecil), tidak terganggu oleh steroid, serta pereaksi yang cenderung stabil. Sedangkan kekurangan dari metode ini adalah intensitas warna yang terbetuk tergantunng pada jumlah air dalam pereaksi, iluminasi

(pencahayaan), asam sulfat pekat, selang waktu antara penambahan pereaksi dan pembacaan absorbansi dan juga kurang spesifik karena positif terhadap demosterol.