pembahasan analgesik

8
I. PEMBAHASAN Pada praktikum farmakologi kali ini, dilakukan uji efek analgetika yang bertujuan untuk mengevaluasi secara eksperimental efek analgetik suatu obat, memahami dasar-dasar perbedaan daya analgetik berbagai obat analgetika, serta memberikan pandangan mengenai kesesuaian khasiat yang dianjurkan untuk sediaan-sediaan farmasi analgetika. Obat analgesik adalah obat yang digunakan untuk menekan atau mengurangi rasa nyeri terhadap rangsang nyeri mekanik, termik, listrik, atau kimiawi di sistem syaraf pusat dan perifer. Mekanisme umum kerja obat ini adalah penghambatan pembentukan prostaglandin yang merupakan mediator nyeri. Obat- obat analgesik dibagi menjadi dua golongan, yaitu golongan kuat (analgesik narkotik) yang bekerja sentral terhadap sistem saraf pusat, dan golongan analgesik lemah (analgesik non- narkotik) yang bekerja terhadap sistem saraf perifer. Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian efek analgetika pada mencit dengan mengunakan metode induksi kimia. Prinsip dari metode ini sendiri adalah menghitung jumlah geliat yang terdapat pada mencit. mencit jantan digunakan sebagai hewan uji serta pemberian asam asetat 0,7% secara intraperitonial sebagai perangsang terbentuknya prostaglandin dan menimbulkan rasa nyeri pada mencit. metode ini dianggap baik untuk pengujian analgetik karena obat yang termasuk ke dalam analgetik lemah pun dapat memberikan hasil positif (terbukti memberikan efek analgetik). Rasa nyeri pada mencit diperlihatkan dalam bentuk respon gerakan geliat dimana

Upload: tita-diarni

Post on 18-Jan-2016

30 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

farkol

TRANSCRIPT

Page 1: pembahasan analgesik

I. PEMBAHASAN

Pada praktikum farmakologi kali ini, dilakukan uji efek analgetika yang bertujuan

untuk mengevaluasi secara eksperimental efek analgetik suatu obat, memahami dasar-dasar

perbedaan daya analgetik berbagai obat analgetika, serta memberikan pandangan mengenai

kesesuaian khasiat yang dianjurkan untuk sediaan-sediaan farmasi analgetika.

Obat analgesik adalah obat yang digunakan untuk menekan atau mengurangi rasa nyeri

terhadap rangsang nyeri mekanik, termik, listrik, atau kimiawi di sistem syaraf pusat dan

perifer. Mekanisme umum kerja obat ini adalah penghambatan pembentukan prostaglandin

yang merupakan mediator nyeri. Obat-obat analgesik dibagi menjadi dua golongan, yaitu

golongan kuat (analgesik narkotik) yang bekerja sentral terhadap sistem saraf pusat, dan

golongan analgesik lemah (analgesik non-narkotik) yang bekerja terhadap sistem saraf

perifer.

Pada percobaan kali ini dilakukan pengujian efek analgetika pada mencit dengan

mengunakan metode induksi kimia. Prinsip dari metode ini sendiri adalah menghitung jumlah

geliat yang terdapat pada mencit. mencit jantan digunakan sebagai hewan uji serta pemberian

asam asetat 0,7% secara intraperitonial sebagai perangsang terbentuknya prostaglandin dan

menimbulkan rasa nyeri pada mencit. metode ini dianggap baik untuk pengujian analgetik

karena obat yang termasuk ke dalam analgetik lemah pun dapat memberikan hasil positif

(terbukti memberikan efek analgetik). Rasa nyeri pada mencit diperlihatkan dalam bentuk

respon gerakan geliat dimana frekuensi geliat hewan uji dalam waktu tertentu menyatakan

derajat nyeri yang dirasakannya.

Geliat mencit menandakan adanya respon nyeri yang dirasakan oleh mencit tersebut,

sehingga semakin banyak geliat menandakan rasa nyeri yang semakin kuat juga. Begitupun

sebaliknya, semakin jarang mencit menggeliat berarti nyeri yang dirasakan semakin ringan.

Hewan uj yang digunakan adalah mencit putih jantan. Karena alasan biologisnya yang

lebih stabil bila dibandingkan dengan mencit betina yang kondisi biologisnya dipengaruhi

masa siklus estrus. Pengelompokan hewan uji dilakukan secara acak, maksudnya setiap

hewan uji memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel.

Pertama-tama dilakukan penimbangan pad mencit. hasilnya yaitu berat untuk mencit I

sampai mencit III berturut turut adalah 14,7 gr; 15,2 gr; dan 16,2 gr. Berat ini kemudian

digunakan untuk menghitung volume obat yang akan diberikan. Selanjutnya, hewan uji

dibagi ke dalam tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok pembanding atau standar,

dan kelompok uji.

Page 2: pembahasan analgesik

Pada t=0 mencit I yang merupakan kelompok kontrol diberikan suspensi gom arab 1-

2%. Pada mencit II yang merupakan kelompok pembanding atau standar diberikan asetosal,

dan pada mencit III yang merupakan kelompok uji diberikan asam mefenamat. Pemberian

obat dilakukan secara per oral.

Gom arab digunakan sebagi kontrol negatif. Kontrol negatif adalah pemberian tanpa

menggunakan zaat aktif (hanya pembawanya saja) sehingga mencit kelompok kontrol ini

pasti akan memberikan hasil negatif pada reaksi sehingga dapat digunakan untuk mengetahui

apakah sampel memberi hasil negatif atau tidak. Kelompok kontrol negatif disini diberikan

gom arab tanpa pemberian zat analgetik sehingga tidak ada zat yang akan menekan atau

mengurangi rasa nyeri terhadap rangsang nyeri yang ditimbulkan akibat pemberian asam

asetat. Secara teoritis, hewan uji pada kelompok kontrol ini akan menghasilkan jumlah geliat

yang paling banyak diantara hewan uji lainnya.

Pada kelompok pembanding atau standar, obat yang digunakan adalah asetosal.

Asetosal atau asam asetil salisilat digunakan sebagai pembanding dengan maksud

menentukan efektivitas dari obat yang digunakan pada hewan uji, yaitu asam mefenamat.

Obat-obat tersebut merupakan analgetik yang bekerja pada saraf perifer.asetosal digunakan

sebagai pembanding karena obat ini merupakan obat anti-nyeri tertua (1899) yang sampai

saat ini paling banyak digunakan karena dosis rendah obat ini telah dapat menekan nyeri,

selain itu, asetosal merupakan prototipe golongan analgesik sehingga obat golongan ini

sering disebut sebagai obat mirip-aspirin (aspirin-like drugs). Asetosal merupakan sediaan

yang efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedanga misalnya pada sakit

kepala, mialgia, atralgia, dan nyeri lain yang berasal dari inegumen, obat ini juga efektif

terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi.

Kelompok hewan uji diberikan obat analgesik asam mefenamat. Asam mefenamat

merupakan obat analgesik yang akan diuji aktivitas analgesiknya dengan menggunakan obat

pembanding yaitu asetosal.

Setelah dibagi menjadi 3 kelompok, mencit kemudian didiamkan selam 30 menit, hal

ini dilakukan agar semua zat yang dimasukkan kedalam tubuh mencit tersebut bisa beeaksi

dahulu dengan tubuh mencit. Setelah 30 menit, kelompok kontrol diberikan penginduksi

asam asetat 0,7% secara intraperitonial. Jarum disuntikkan dengan sudut 100 dari abdomen

agak kepinggir untuk mencegah terkananya kandung kemih dan apabila terlalu tinggi akan

mengenai hati. Pemberian obat dan penginduksi dilakukan sesuai dengan perhitungan dosis

yang telah dilakukan. Pemberian obat secara intraperitonial dilakukan agar respon nyeri dapat

terjadi lebih cepat karena obat akan langsung diabsorpsi sehingga efek nyeri yang

Page 3: pembahasan analgesik

ditimbulkan dapat diperlihatkan lebih cepat daripada pemberian obat secara per oral. Asam

asetat merupakan asam lemah yang tidak terkonjugasi dalam tubuh, pemberian sediaan asam

asetat terhadap hewan uji akan merangsang prostaglandin untuk menimbulkan rasa nyeri

akibat adanya kerusakan jaringan atau inflamasi. Prostaglandin merupakan reseptor nyeri

terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi sehingga prostaglandin dapat menimbulkan keadaan

hiperalgesia, kemudian mediator kimia seperti bradikinin dan histamin merangsangnya dan

menimbulkan nyeri yang nyata. Akibat dari adanya rasa nyeri inilah hewan uji akan

menggeliatkan kaki belakangnya saat efek dari penginduksi ini bekerja.

Sama seperti kelompok kontrol, setelah 30 menit pemberian obat pertama, diberikan

juga penginduksi asam asetat 0,7% secara intraperitonial pada kelompok standar dan

kelompok uji dengan perhitungan volume dosis yang telah dilakukan. Penginduksi diberikan

diakhir agar dapat diamati seberapa kuat efek analgetik dalam menghambat terbentuknya

prostaglandin sebagai mediator nyeri. Saat nyeri itu dirasakan oleh mencit, mencit akan

menggeliat. Semakin banyak geliat berarti makin banyak prostaglandin yang terbentuk,

artinya efek analgetik makin berkurang. Pemberian secara intraperitonial juga dimaksudkan

agar induksi yang diberikan lebih mudah dan cepat diabsorpsi oleh tubuh, sehingga respon

nyeri dapat langsung diamati.

Pengamatan dilakukan dengan cara melihat gerakan geliat dari mencit dalam selang

waktu setiap 5 menit sekali selama 60 menit. Untuk kemudian data pengamatan ini dianalisis

kebermaknaan perbedaan jumlah geliat kelompok kontrol dan kelompok uji

Dari hasil percobaan lalala yeyeye

Setelah itu dihitung persentase proteksi zat uji dengan persamaan

% Proteksi Zat Uji = 100 – (Jumlah geliat kel .uji

Jumlah geliat kel . kontrol) x 100 %

Dan didapatkan hasil ---- kemudian dihitung persentase proteksi asam asetil salisilat

dengan persamaan:

% Proteksi as. Asetil salisilat = 100 – (Jumlahgeliat kel .uji

Jumlah geliat kel . kontrol) x 100 %

Dan didapatkan hasil ----% setelah itu dihitung persentase efektifitas anal gesik dengan

persamaan:

% Efektivitas analgesik = % proteksi zat uji% proteksi as . asetil salisilat

x 100 %

Page 4: pembahasan analgesik

Dan didapatkan hasil ---%.

Dibahas hasil, grafik sama data pengamatan yaa. Ini referensi buat nambah-nambahin :

Yang menjadi obat analgesic standar adalah aspirin. Mekanisme kerja aspirin terutama

menekan produksi prostaglandin dan tromboksan. Terdapat 3 mekanisme iritasi aspirin pada

mukosa gaster. Yang pertama adalah menghambat sintesa prostaglandin dengan asetilasi

enzim siklooksigenase yang membantu pembentukan prostaglandin. Mekanisme yang kedua

adalah iritasi asam. Sedangkan mekanisme yang terakhir adalah dengan adanya tablet aspirin

yang tidak terionisasi yang lebih mudah diabsorbsi.Pada pemberian oral aspirin akan

diabsorpsi dengan cepat dalam bentuk utuh di gaster, tetapi sebagian besar di usus halus

bagian atas. Setelah diabsorpsi, aspirin akan segera menyebar ke seluruh jaringan tubuh dan

cairan transelular.

Biotransformasi aspirin terjadi di banyak jaringan, tetapi terutama di mikrosomdan

mitokondria hepar. Aspirin diekskresi dalam bentuk metabolitnya (asamsalisilat bebas, asam

salisilurik, fenol salisilat, asilglukoronida, dan asam gentisidat) terutama melalui ginjal,

sebagian kecil melalui keringat dan empedu. Efek samping penggunaan aspirin terutama

nampak pada traktus gastrointestinal. Pada dosis biasa, efek aspirin yang paling berbahaya

adalah gangguan gaster oleh adanya iritasi mukosa gaster. Banyak penelitian yang meneliti

tentang efek aspirin terhadap gaster, akan tetapi peneliti belum pernah menemukan penelitian

mengenai efek aspirin terhadap traktus gastrointestinal lainnya terutama usus halus yaitu

duodenum, dan jejunum yang juga merupakan tempat diabsorpsinya sebagian besar aspirin,

secara khusus pada tingkat hewan coba.

Seharusnya dengan pemberian obat analgesic geliatan dari mencit berkurang. Hasil

yang didapat tidak sesuai dikarenakan beberapa faktor. Diantaranya mencit yang digunakan

memiliki daya tahan tubuh yang berbeda-beda. Selain itu kesalahan terjadi pada praktikan,

kesalahan dalam pemberian suntikan menyebabkan ketidaktepatan distribusi zat aktif

sehingga efek farmakologis yang diinginkan tidak sesuai.

Page 5: pembahasan analgesik

Kemudian pada saat diberikan obat analgesik pada masing-masing mencit yang

seharusnya didiamkan hingga 30 menit sebelum diberikan asam asetat 0,7% dilakukan lebih

cepat sehingga obat analgesik tersebut belum bekerja sepenuhnya. Selain itu faktor yang

menyebabkan kesalahan yaitu kurang teliti dalam menghitung jumlah geliat, seperti

menghitung geliat lebih dari satu yang sebenarnya sisa menggeliat sebelumnya dan begitu

juga sebaliknya ada geliat yang tidak dihitung karena lengah.