pemanfaatan limbah cangkang rajungan sebagai …
TRANSCRIPT
Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021
PEMANFAATAN LIMBAH CANGKANG RAJUNGAN SEBAGAI
KOAGULAN DALAM MENURUNKAN KADAR KEKERUHAN (turbidity),
pH, dan TDS (Total dissolve Solids) STUDI KASUS AIR SUNGAI
KALIMALANG.
Ibnu Askari
Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik, Universitas Pelita Bangsa Jl.
Inspeksi Kalimalang Tegal Danas No. 9, Cibatu, Cikarang Pusat, Bekasi, JawaBarat
17530
Email: [email protected]
ABSTRAK
Banyaknya aktifitas yang terjadi disepanjang daerah aliran sungai Kalimalang
menjadi pemicu mengapa air sungai menjadi tercemar. Bertambahnya penduduk dan
banyaknya industri rumahan yang dibangun mengakibatkan meningkatnya
pembuangan limbah yang masuk ke badan sungai tanpa terkendali. Proses jartest
adalah suatu proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi skala laboratorium untuk
menghilangkan kekeruhan dalam materi substansi dan koloid. Koagulan yang
digunakan dalam penelitian ini menggunakan limbah Cangkang rajungan, proses
pembuatan kitosan memiliki 3 tahap yakni, demineralisasi, deproteinasi dan
deasetilasi. Penggunaan kitosan sebagai koagulan di uji dengan menggunakan metode
Jartest dan dibandingkan dengan Alum. Pengujian awal air sungai memilki tingkat
kekeruhan 350 NTU, pH 8,68 dan TDS 161%. Pada pengujian ini sampel halus dengan
dosis 10 ppm mendapatkan nilai kekeruhan 99 NTU, pH 7,95 dan TDS 430%. Pada
sampel Kitosan kasar dengan dosis 2,5 ppm dengan nilai kekeruhan 295 NTU, pH 7,95
dan TDS 714%. Pada sampel Alum dengan dosis 7,5 ppm dengan nilai kekeruhan 12,7
NTU, pH 3,47 dan TDS 163%.
Kata kunci: Air sungai, cangkang rajungan, koagulan, biokoagulan,
koagulasi,flokulan.
PENDAHULUAN
Kawasan sungai Kalimalang merupakan area Ruang Terbuka Hijau Kota dan
mempunyai luas yakni 123,938 ha. Sungai kalimalang merupakan sungai buatan
sepanjang 20 kilometer dengan memiliki kedalaman 2,5 meter serta lebar 24 meter
yang dibangun untuk memasok air yang dikelola Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM). Berbagai aktivitas penggunaan lahan di Daerah Aliran Sungai (DAS) telah
Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021
mempengaruhi kualitas air sungai seperti masyrakat yang tinggal di sekitaran sungai
Kalimalang yang menggunakan air sungai untuk keperluan sehari-hari seperti mandi,
mencucui pakian, mencuci keperluan dapur, dan industri rumahan yang membuang
hasil air cucian limbah plastik baik secara langsung maupun tidak langsung ke badan
sungai. Hal ini dibuktikan dengan hasil pengujian kualitas air sungai Kalimalang
dengan memperoleh tingkat kekeruhan 350 NTU, pH 8,68, sedangkan Tottal Dissolve
Sollids (TDS) 161 mg/L. Banyaknya limbah yang dihasilkan oleh masyarakat maupun
industri rumahan yang dilakukan secara langsung maupun tidak langsung yang dibuang
ke badan sungai tanpa adanya pengolahan terlebih dahulu, yang mengakibatkan air
sungai menjadi tercemar. Air sungai yang sudah tecemar sudah tidak dapat digunakan
kembali, air sungai yang sudah melebihi status baku mutu yang dikeluarkan oleh
Permenkes RI No. 492 tahun 2010, diperlukannya suatu pengolahan Watter Treatment
Plant sebelum digunakan kembali oleh masyarakat sekitar.
Koagulasi dan flokulasi adalah salah satu upaya menghilangkan kekeruhan dan
materi substansi pada air sungai. Koagulan yang sering dipakai pada proses koagulasi
adalah Alum, PAC, Sodium Aluminat, dan Ferri Sulfat. Dengan seringnya koagulan
kimia yang digunakan menyebabkan menurunnya kesehatan masyrakat dan lingkungan
itu sendiri. Banyaknya penelitian yang dilakukan untuk menggantikan koagulan kimia,
beberapa koagulan alami yang lebih ramah lingkungan sebagai koagulan.
Kitosan di dapat dengan cara deacetylation yang berarti penghilangan kelompok
acetyl di dalam kitin. Kitosan yang dapat dibuat dari variasi sumber hewan tentunya
akan menghasilkan kualitas kitosan yang berbeda, melalui penelitian ini yang akan
membandingkan kitosan yang terbuat dari limbah cangkang kepiting rajungan
(Potunus pelagicus) yang nantinya akan dibandingkan dengan koagulan kimia Alum
yang nantinya dapat diharapkan dan diketahui karateristik yang mempengaruhi
kualitas koagulan dan kitosan yang lebih baik untuk digunakan sebagai koagulan.
Penelitian ini berfokus pada penurunan kualitas air sungai Kalimalang dengan
parameter kekeruhan (turbidity), pH, dan TDS (Total dissolve Solids) sebagai bahan
baku dan kitosan yang merupakan turunan dari kitin yang pada umumnya berasal dari
limbah kepiting rajungan dalam menurunkan parameter sebagai Biokoagulan alami
yang nantinya akan di bandingkan dengan koagulan kimia Alum.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi penelitian di lakukan di Laboratorium Universitas Pelita Bangsa, lokasi
pengambilan sampel air sungai berlokasi di sungai Kalimalang Cikarang Pusat ,
Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021
pengambilan limbah cangkang rajungan berlokasi di pasir putih Karawang, dan
penelitian tambahan dilakukan di Teknik Lingkungan Universitas Pasundan.
Pembuatan Sampel Kitosan
1. Langkah pertama yang dilakukan adalah pencucian limbah cangkang rajungan
hingga tidak tersisa daging ataupun kotoran yang menempel pada cangkang
rajungan. Lalu dilakukannya pengeringan di bawah sinar matahari selama 2 hari,
setelah itu cangkang rajungan yang sudah kering dilakukan penumbukan
menggunakan blender dan mortar hingga mendapatkan sampel berukuran 200
mesh dan sampel kasar.
2. Tahap selanjutnya adalah Demineralisasi, dalam proses ini kandungan mineral
dihilangkan dengan menambahkan HCl 1,5 M dan diaduk menggunakan magnetic
stirer pada keceparan 50 rpm pada suhu 70°C selama 1 jam. Selanjutnya residu
disaring dan dicuci hingga pH netral. Dan dikeringkan dalam oven pada suhu 80°C
selama 6 jam.
3. Tahap selanjutnya adalah Deproteinasi, dalam proses ini kandungan protein
dihilangkan dengan menambahkan NaOH 3,5% dan diaduk menggunakan
magnetic stirer pada keceparan 50 rpm pada suhu 70°C selama 4 jam. Selanjutnya
residu disaring dan dicuci hingga pH netral. Dan dikeringkan dalam oven pada
suhu 80°C selama 5 jam.
4. Tahap selanjutnya adalah Deasetilasi, dalam proses ini bertujuan untuk
menghilangkan gugus asetil dari kitin dengan dengan menambahkan NaOH pekat
dan diaduk menggunakan magnetic stirer pada keceparan 50 rpm pada suhu 120°C
selama 4 jam. Selanjutnya residu disaring dan dicuci hingga pH netral. Dan
dikeringkan dalam oven pada suhu 80°C selama 5 jam.
Cangkang Rajungan
Pencucian dan
PengeringanPenghalusan Dimeneralisasi Penyaringan
Pencucian sampai pH netral dan Pengeringan
DeproreinasiPencucian
sampai pH netral dan Pengeringan
Pencucian dan
PengeringanKitin Deasetilasi Kitosan
Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021
Aplikasi Kitosan Sebagai Koagulan
Perhitungan larutan kitosan mengikuti Fahnur (2017), mencampur 5 gr, kitosan dengan
500 mL asam asetat 1%, kemudian diaduk sampai tercampur, menyimpan larutan ke
dalam gelas kimia 500 mL.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Kitosan
Pengujian karakterisasi kitosan dilakukan untuk mengetahui kadar air, kadar abu,
warna, bentuk dan derajat deasetilasi yang terdapat pada sampel kitosan yang dibuat
dan dibandingkan dengan standar kitosan yang sudah ada.
Pada tabel di atas dapat dilihat sampel halus dan sampel kasar memiliki nilai pH 6.
Kadar air pada sampel halus memiliki nilai 4,77 dan sampel kasar 6,62. Kadar abu pada
sampel halus memiliki nilai 1,56 dan sampe kasar 1,52. Nilai DD pada sampel halus
memiliki nilai 63,09% sedangkan pada sampel kasar 76,08%. Bentuk partikel pada
sampel halus dan sampel kasar memiliki bentuk serpihan atau serbuk, sedangkan pada
warna yang ditimbulakan coklat sampai putih pada sampel halus dan sampel kasar.
Pengujian Kitosan pada Air Sungai
Pengujian kitosan sebagai koagulan bertujuan untuk mengetahui apakah
koagulan kitosan yang diekstrak dari cangkang rajungan mampu berfungsi sebagai
koagulan. Proses pengujian akan dilakukan menggunakan metode jartest.
Sumber Cangkang Rajungan
Sampel
uji Satuan
Parameter
pH Kadar
Air
Kadar
Abu
Derajat
Deasetilasi
Bentuk
Partikel Warna
Sampel
Halus % 6 4,77 1,56 63,09
Serpihan/Serbuk
Coklat sampai
putih
Sampel
Kasar % 6 6,62 1,52 76,08
Serpihan/Serbuk
Coklat sampai
putih
BSN % 7-8 < 5 < 12 > 75
Serpihan/Serbuk
Coklat sampai
putih
*Badan Standar Nasional (2013)
Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021
Uji jar test yang dilakukan menggunakan 6 sampel, hasil jar test dilakukan untuk
mengetahui besar penurunan kekeruhan, pH, dan TDS pada air sungai Kalimalang. 6
sampel yang diuji yakni kitosan halus, kitosan kasar, kitosan komersial, cangkang
rajungan halus, cangkang rajungan kasar dan Alum sebagai pembanding.
Efektifitas kitosan pada pH air sungai
Hasil uji jar test dengan berbagai variasi menunjukan sampel kitosan halus
mencapai standard pH pada dosis 10 ppm, sampel kitosan kasar mencapai standard
pada dosis 7,5 ppm & 10 ppm, kitosan komersil pada beberapa variasi dosis belum
memenuhi standard dengan rentang nilai pH 8,50 – 7,90, cangkang rajungan halus
mencapai standard pada dosis 10 ppm, cangkang rajungan kasar mencapai standard
pada dosis 7,5 ppm dan 10 ppm, sedangkan untuk penggunaan alum pH yang
dihasilkan sangat asam yaitu dari berbagai variasi dosis nilai yang dihasilkan pada
rentang 3,28 – 3,47.
8,688,3 8,12 7,95
7,54
8,687,95
7,56 7,23 6,96
8,68 8,5 8,23 7,95 7,98,68
8,12 7,95 7,62 7,33
8,687,89
7,52 7,32 7,12
8,68
3,28 3,41 3,42 3,47
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
AirKalimalang
2,5 5 7,5 10
PH
DOSIS KITOSAN HALUS (PPM)
Uji Jar Test - pH
Standard pH Min
Standard pH Max
Kitosan Halus
Kitosan Kasar
Kitosan Komersil
CR Halus
CR Kasar
Alum
Hasil analisis air sungai Kalimalang sebelum jar test
pH Turbidity TDS
Air Baku 8.68 350 161
Standar 6.5 - 7.5 5 500
*Standar : Permenkes 492/Menkes/Per/2010
Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021
Efektifitas Kitosan pada TDS air sungai
Hasil uji Total Dissolved Solids (TDS) menunjukan penggunaan sampel kitosan
halus, kitosan komersil dan alum dapat menurunkan nilai TDS. Penggunaan alum dapat
menurunkan nilai TDS hingga 27% pada penggunaan dosis 5 ppm. Penggunaan sampel
kitosan halus dan kitosan komersil tidak dapat mengurangi nilai TDS namun dengan
berbagai variasi dosis TDS yang dihasilkan masih masuk kedalam standard yang telah
ditentukan.
Penggunaan sampel kitosan kasar, cangkang rajungan halus, dan cangkang
rajungan kasar dapat menaikan nilai TDS pada dosis 10 ppm masing-masing yaitu
167%, 689%, dan 596%. Hal ini dikarenakan pada saat penambahan sampel kitosan
tersebut pada saat uji jar test terdapat gumpalan-gumpalan yang tidak larut dalam
proses uji jar test.
161
354 374428 430
161
714
886955
1060
161232 221 221 215
161
815893
346
161
9291030 1040
1120
161
610
117 123 163
0
200
400
600
800
1000
AirKalimalang
2,5 5 7,5 10
%
DOSIS KITOSAN HALUS (PPM)
Uji Jar Test- Total Dissolved Solid (TDS)
Standard TDS Max
Kitosan Halus
Kitosan Kasar
Kitosan Komersil
CR Halus
CR Kasar
Alum
Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021
Efektifitas Kitosan pada Turbidity air sungai
Hasil uji Turbidity menunjukan penggunaan sampel kitosan halus dapat
menurunkan nilai turbidity hingga 72% pada dosis 10 ppm yaitu 99,3 NTU. Belum
memenuhi standard yang telah ditentukan oleh Permenkes 492/Menkes/Per/2010, namun
effluent yang dihasilkan cukup jernih bila dilihat dengan mata telanjang.
Hasil uji Turbidity terbaik dihasilkan pada penggunaan 7,5 ppm kitosan komersil
yaitu 10.2 NTU dengan penurunan turbidity 97%. Penggunaan alum pada penggunaan
7,5 ppm alum nilai turbidity yang dihasilkan yaitu 11 NTU dengan penurunan turbidity
97%. Pengguanan cangkang rajungan halus pada penggunaan 5 ppm dapat menurunkan
turbidity hingga 97% dengan nilai turbidity 9,32 NTU. Sedangkan untuk penggunaan
sampel kitosan kasar menaikan nilai turbidity hingga 437 NTU.
Dari ke lima sampel diatas yang dapat menurunkan nilai turbidity yaitu
penggunaan sampel kitosan halus, kitosan komersil, cangkang rajungan halus,
cangkang rajungan kasar dan alum. Dari ke enam sampel tersebut dengan berbagai
variasi dosis nilai turbidity yang dihasilkan belum memenuhi standard Permenkes
492/Menkes/Per/2010 yang telah ditentukan, namun effluent dihasilkan sudah jernih
jika dilihat dengan mata telanjang.
KESIMPULAN
1. Penurunan konsentrasi pencemar pada sampel kitosan halus setelah penambahan
koagulan penurunan pencemar pada kekeruhan 99 NTU, TDS 430% dan pH
350
147 145 13099,3
350
295334
395
437
350
22,3 21,1 10,2 22,5
350
14,2 9,32 16,4 14
350
14 24,2 19,6 18,7
350
10,8 23 11 12,70
50
100
150
200
250
300
350
400
450
AirKalimalang
2,5 5 7,5 10
NTU
DOSIS KITOSAN HALUS (PPM)
Uji Jar Test- Turbidity
Standard Turbidity Max
Kitosan Halus
Kitosan Kasar
Kitosan Komersil
CR Halus
CR Kasar
Alum
Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021
7,54.Penurunan konsentrasi pencemar pada sampel kitosan kasar setelah
penambahan koagulan penurunan pencemar pada kekeruhan 334 NTU, TDS
886% dan pH 7,56.Penurunan konsentrasi pencemar pada sampel kitosan
komersil setelah penambahan koagulan penurunan pencemar pada kekeruhan
10,2 NTU, TDS 221% dan pH 7,95.Penurunan konsentrasi pencemar pada
sampel kitosan halus setelah penambahan koagulan penurunan pencemar pada
kekeruhan 16 NTU, TDS 346% dan pH 7,62. Penurunan konsentrasi pencemar
pada sampel cangkang rajungan kasar setelah penambahan koagulan penurunan
pencemar pada kekeruhan 99 NTU, TDS 430% dan pH 7,54. Penurunan
konsentrasi pencemar pada sampel kitosan halus setelah penambahan koagulan
penurunan pencemar pada kekeruhan 18,7 NTU, TDS 1120% dan pH 7,12.
Penurunan konsentrasi pencemar pada sampel Alum setelah penambahan
koagulan penurunan pencemar pada kekeruhan 12,7 NTU, TDS 163% dan pH
7,5.
2. Dosis optimum 10 ppm pada koagulan kitosan halus mampu menurnukan kadar
air sungai yang di uji. koagulan kitosan kasar pada dosis 2,5 ppm mampu
menurunkan kadar air sungai yang diuji, tetapi mengalami peningkatan pada
TDS dan turbidity setelah perlakuan koagulan. Koagulan komersil pada dosis 7,5
ppm, mampu menurunkan kadar kadar pH, TDS dan turbodity. Koagulan
cangkang rajungan halus pada dosis 7,5 ppm, mampu menurunkan kadar kadar
pH, TDS dan turbodity. Koagulan cangkang rajungan kasar pada dosis 7,5 ppm
mampu menurunkan kadar kadar pH dan turbodity, tetapi pada parameter TDS
setelah diuji mengalami peningkatan sebesar 1120% setelah perlakuan koagulan.
Dosis optimum pada sampel Alum ada pada dosis 7,5 ppm dengan menurunkan
kadar kekeruhan 11 NTU, TDS 123% dan pH 3,42.
3. Hasil perbandingan koagulan alum dan kitosan yang dibuat, hasil alum masih
lebih baik dikarenakan alum masih bisa menurunkan kadar kekeruhan hingga 11
NTU dan TDS 123%. Tetapi hasil akhir menunjukan air sungai menjadi lebih
asam karna memiliki pH 3,42. Sedangkan sampel kitosan halus mampu
menurunkan kadar kekeruhan hanya sampai 130 NTU dari 161 NTU air baku,
nilai TDS bertambah 80% menjadi 430% seteleh perlakuan, dan pH memiliki
nilai 7,95. Sampel kitosan kasar sendiri hanya kadar pH yang turun menjadi 7,95,
sedangkan nilai kekeruhan naik menjadi 295 NTU, dan nilai TDS menjadi 714%.
Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021
DAFTAR PUSTAKA
Adhi, et al. 2019. Penggunaan Ferri Klorida dan Kitosan Cangkang Kepiting sebagai
Alternatif Koagulan Pada Pengolahan Air Limbah Laundry. Program Studi
Teknik Pengolahan Limbah. Politeknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS).
Surabaya.
Alamsyah, R. (2007). Pengolahan Khitosan Larut dalam Air dari Kulit Udang Sebagai
Bahan Baku Industri http://www.bbia.go.id/ringkasan.pdf.
Alrumman, S. A., El-kott, A-F., dan Keshk, S. M. 2016. “Watter Pollution: Source &
Treatment.” American Journal of Environmental Engineering, Vol. 6, No. 3, Hal.
88-
Balazs, B., & Sipos, P. (2007). Limitationd of pH-potentionmetric titration for the
determination of the degree of deacetylation of chitosan. Carbohydrate Research.
Vol. 342, issue 1, 124-130.
Badan Standarisasi Nasional. 2013. Kitosan-Syarat Mutu dan Pengolahan. SNI 7949-
2013. BSN. Jakarta 14 hal.
Bergamasco, R., Konradt-Moreas, L.C., Viera, M.F., dan Viera, A.M.S. 2011.
Performance of a Coagulation-Ultrafiltration Hybrid Process for Water Supply
Treatment. Chemical Engineering Journal 166: 483-489.
Delvatinson. 2017. Manfaat lain sungai bersih. Bandung: Generate Press.
Ebeling, J, M,m Rishel, K. L. Sibrell, P. L., 2005. Screening and Evolution of Polymers
as Floculation aids for The Treatment of Aquacultural Effluents. Aquacult. Eng.
33 (4), 235-249.
Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air, bagi pengolahan sumber daya dan lingkungan
perairan. Kansius.
Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021
Ermawati, Yunitas, dkk. 2009. Pemanfaatan Kitosan dari Limbah Rajungan (portonus
pelagicus) sebagai Antimikroba Pada Obat Kumur [jurnal]. UGM, Yogyakarta.
Fernando, L. A. T., Poblete, M. R. S., Ongkiko, A. G. M., & Diaz, L. J. L. (2016).
Chitin Extraction and Synthesis of Chitin-Based Polymer Films from Philippine
Blue Swimming Crab (Portunus pelagicus) Shells Procedia Chemistry
https://doi.org10.1016/j.proche.2016.03.039
Hendrawati, S.,& Sumarni, N. (2015). Penggunaan Kitosan Sebagai koagulan Alami
dalam Perbaikan Kualitas Air Danau.
Kaban, J. (2009). Modifikasi Kimia dari Kitosan dan Aplikasi Produk yang Dihasilkan.
Universitas Sumatra Utara. Medan.
Krissetiana, H., 2004, Kitin dan Kitosan Dari Limbah Udang. (online),
https://www.suaramerdeka.com/harian/0405/31/ragan4.htm
Laila, A. & Hendri, J. (2008). Study Pemanfaatan Polimer Kitin sebagai Media
Pendukung Amobilisasi Enzim α-Amilase. Jurusan Kimia Fakultas MIPA.
Lampung.
Marganof. 2003. Potensi Limbah Udang sebagai Penyeraap Logam Berat (Timbal,
cadmium, dan tembaga) di Perairan.
Martati, E., Susanto, J., Yunianta, & Ulifah, I. A. (2002). Isolasi Khitin dari Cangkang
Rajungan (Portunus pelagicus). Kajian Suhu dan Waktu proses Deproteinasi,
jurusan Teknik hasil Pertanian Fakultas teknologi Pertanian. Universitas
Brawijaya. Malang.
Mashitah, S., Daud, S., dan Asmura, J. 2017. Penyisihan Kadar Fosfat pada Limbah
Cair Laundry Menggunakan Biokoagulan Cangkang Kepiting (Brachyura).
Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Tenkin Riau 4(2): 1-6.
Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021
Mohadi, R., Kurniawan, C., Yuliasari, N., & Hidayati, N. (2014). Karakterisasi Kitosan
dari Cangkang rajungan dan Tulang Cumi dengan Spektofotome FT-IR Serta
Penentuan Derajat Deasetilasi Dengan Metode Baseline. Seminiar Nasional
FMIPA UNSRI 2014.
Multazzam. (2002). Prospek Pemanfaatan Cangkang Rajungan (portunus sp.) Sebagai
Suplemen Pakan Ikan. Skripsi yang tidak dipubliksikan, Fakultas Perikanan dan
Ilmu Kelautan. Intitus Pertanian Bogor.
Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001, Tentang Pengolhan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Putra, A. 2017. Evaluasi Kesesuaian Pemanfaatan Ruang Pada Kawasan Pesisir Teluk
Bungkus Kota Padang [Tesis]. Pascasarjana Universitas Andalas.
Putra, A dan Husrin, S. 2017. Kualitas Perairan Pasca Cemaran Sampah Laut di Pantai
Kuta Bali. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 9(1), pp.57-65.
Putra, R., Lebu, B., Munthe, M. H. D. D., & Rambe, A. M. (2013). Pemanfaatan Biji
Kelor sebagai Koagulan pada proses Koagulasi Limbah Cair Industri Tahu
dengan Menggunakan jar test. Jurnal Teknik Kimia USU. Medan.
Priyambada, I. B., Oktiawan W, dan R.P.E Suprapto. 2018.Analisa Pengaruh
Perbedaan Fungsi Tata Guna Lahan Terhadap Beban Pencemaran BOD Sungai
(Studi Kasus Sungai Serayu Jawa Tengah). Jurnal Presipitasi, 5:55-62.
Qasim, S. R., Motley, E.M. and Zhu, G., (2000). Water Works Engineering, Chiang,
patel dan Yerby, Inc, Dallas, Texas.
Qasim, S., Motley, E., Guang Zhu, (2000). Water Works Engineering : planning,
design, and operation, Pretence-Hall: Amerika.
Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021
Renaut. f. Sancey, B., Badot, P.M., dan Crini, G. 2009. Chitosan for
Coagulation/Floculation Processes-An Eco-friendly Approach. European
Polymer Journal 45(5): 1332-1348.
Rochima, E (2007). Karakterisasi Kirin dan Kitosan asal Limbah Rajungan Cirebon
Jawa Barat. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia.
Rochima, E. (2014). Kajian pemanfaatan Limbah Rajungan dan Aplikasinya Untuk
Bahan Minuman Kesehatan berbasis Kitosan (Study of Utilization of Crabs
Processing Wastes and Its Application for Chitosan-Bassed healthy Drink).
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjajaran.
Sari, S. r., Dharma, S., & Nurmaini(2014). Perbedaan Kemampuan Cangkang Kerang,
Cangkang Kepiting dengan Cangkang Udang sebagai Koagulan Alami dalam
Penjernihan Air Sumur di Desa Tanjung Ibus Kecamatan Secangkang Kabupaten
Langkat. Lingkungan dan Kesehatan Kerja.
Sertiawan, D. (2011). Perbandingan Efektifitas Kitosan dari kepiting Rajungan dan
Kepiting Hijau sebagai Kogulan, serta PAC sebagai Koagulan Kimia. Theses
Universitas Indonesia.
Shahidi, F., J. K. V. Arachchi and Y. J. Jeon. 1999. Food applications of chitin and
chitosans. Trends in food science & technology.
Situmorang, M. 2007. Kimia Lingkungan. Medan : FMIPA-UNIMED.
S. K. Yong., M. Shrivastava., P. Srivastava., A. Kunhikrishnan., and Nanthi Bolan.
2015. Environmental Applications of Chitosan and Its Derivatives. Reviews of
Environmental Contamination and Toxicology 233. DOI 10.1007/978-3-319-
10479-9_1.
Suharto. 2011. Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta (ID) :
ANDI.
Teknik Lingkungan – Universitas Pelita Bangsa 2021
Stehhen A.M. 1995. Food polysaccharides and their aplications. Department of
chemistry. University of Cape Town. Rondebosch.
Syamsumarsih D. 2011. Pengunaan Biji Asam Jawa (Tumarindus Indoca L.) dan Biji
Kecipir (Paophacarpus Tetragonolobus L.) Sebagai Koagulan Alami dalam
Perbaikan Kualitas Air Tanah. [Skripsi}. Jakarta (ID) : Universitas Islam Negeri
Jakarta.
Wardhani K, Widyastuti, Hadiwidodo M, Sudarno. 2014. Khitin Cangkang Rajungan
(Portonus pelagicus) Sebagai Biokoagulan untuk Penyisihan Turbidity, TSS,
BOD dan COD pada Pengolahan Air Limbah Farmasi PT. Phapros TBK,
Semarang. Jurnal Teknik Lingkungan. 3(4): 1-6.
Yanuar. V. (2008). Pemanfaatan Cangkang Rajungan (potunus pelagicus) sebagai
Sumber Kalsium dan fosfor dalam Pembuatan produk Crackers. Sekolah
Pascasarjana Insiitut Pertanian Bogor. Bogor.
Yuliastri IR. 2010. Penggunaan Serbuk Biji Kelor (Moringa oleifera) Sebagai
Koagulan dan Flokulan dalam Perbaikan Kualitas Air Limbah dan Air tanah.
[Thesis]. Jakarta (ID) : Universitas Islam Negeri Jakarta.
Zakaria, M. B., M. J. Jais., Wan-Yaacob Ahmad., Mohd Rafidi Otman dan Z. Z.
Harahap. 2002. Penurunan Kekeruhan Efluen Industri Minyak Sawit (EIMS)
Oleh Koagulan Konvensional Dan Kitosan. Prosiding Seminar Bersama UKM-
ITB ke-5. Universitas Kebangsaan Malaysia. Malaysia.
Zemmouri, H., Drouiche, M., Sayeh, A., Lonichi, H., dan Mameri, N. 2013. Chitosan
Application for Treatment of beni-Amrane’s Water Dam. Energy Procedia
36(2013): 558-564)