analisis kadar unsur dan senyawa kimia limbah cangkang

12
Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entrepreneurship III Tahun 2016 “Reorientasi Bioteknologi dan Pembelajarannya Untuk Menyiapkan Generasi Indonesia Emas Berlandaskan Entrepreneurship” Semarang, 20 Agustus 2016 274 Sains [274 - 285] Analisis Kadar Unsur dan Senyawa Kimia Limbah Cangkang Kerang Totok (Geloina sp.) Hasil Tangkapan Masyarakat Desa Bulupayung Kabupaten Cilacap di Sungai Serayu Satria Ramadhan 1) , Tumisem 2) , Susanto 3) . 1,2,3 Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto 1 [email protected] Abstrak Pada umumnya kegiatan pengolahan kerang menghasilkan limbah padat berupa cangkang kerang yang cukup tinggi. Masyarakat desa Bulupayung biasanya membuang cangkang kerang Totok (Geloina sp) hasil pengolahan di sekitar bantaran sungai. Hal ini menyebabkan limbah cangkang kerang Totok (Geloina sp) berserakan dan menumpuk di sekitar bantaran sungai Serayu tanpa termanfaatkan dengan optimal. Pemanfaatan limbah cangkang kerang secara optimal dapat dilakukan dengan memanfaatkan nutrisi yang terkandung di dalam cangkang kerang sebagai sumber unsur mineral dan senyawa kimia alami pada berbagai produk, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah ( added value). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar unsur dan senyawa kimia limbah cangkang kerang Totok (Geloina sp) hasil tangkapan masyarakat desa Bulupayung Cilacap di sungai Serayu. Rancangan atau pendekatan pada penelitian ini adalah rancangan atau pendekatan secara kualitatif. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode laboratoris. Kegiatan yang dilakukan selama penelitian terdiri atas dua kegiatan yaitu: 1) preparasi sampel dan 2) analisis kadar unsur dan senyawa kimia dengan metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cangkang kerang Totok ( Geloina sp) memiliki rata-rata unsur dan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya yaitu kadar abu (94,90%), Ca (3,11%), Na (0,48%), P (ttd), dan CaCO 3 (7,76%). Kadar unsur dan senyawa kimia yang terkandung di dalam cangkang kerang Totok (Geloina sp) mempunyai potensi yang besar jika dimanfaatkan dan diolah dengan sebaik mungkin. Hal ini dapat menjadi solusi alternatif dalam penanggulangan limbah cangkang kerang Totok ( Geloina sp) yang belum termanfaatkan, selain itu bentuk pemanfaatannya dapat diaplikasikan pada pembuatan produk-produk yang mempunyai nilai tambah yang lebih ( add value) untuk menunjang perekonomian masyarakat desa Bulupayung Cilacap. Kata kunci : Cangkang kerang Totok (Geloina sp), kadar unsur, senyawa kimia, desa Bulupayung, sungai Serayu. PENDAHULUAN Sungai Serayu di Kabupaten Cilacap secara administratif melintasi beberapa desa, salah satunya desa Bulupayung Kecamatan Kesugihan. Mayoritas masyarakat desa Bulupayung bermatapen- caharian utama sebagai petani, dengan prosentase 50%-55% dari 5.126 jiwa, dan sisanya bermatapencaharian antara lain sebagai penambang pasir atau batu, serta peternak ikan dan unggas (Dirjen PMD, 2014). Masyarakat di desa Bulupayung biasanya beralih profesi sewaktu-waktu sebagai nelayan pencari kerang di sungai Serayu. Jenis kerang yang banyak terdapat di wilayah Kabupaten Cilacap khususnya di sungai Serayu yaitu kerang Totok (Geloina sp). Jenis kerang ini hidup di daerah estuarin, hutan mangrove, dan sungai- sungai besar yang menjadi pertemuan antara air laut dan air tawar seperti sungai Serayu. Kerang Totok (Geloina sp) yang

Upload: others

Post on 01-Nov-2021

12 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Kadar Unsur dan Senyawa Kimia Limbah Cangkang

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entrepreneurship III Tahun 2016 “Reorientasi Bioteknologi dan Pembelajarannya Untuk Menyiapkan Generasi Indonesia Emas Berlandaskan Entrepreneurship”

Semarang, 20 Agustus 2016

274 Sains [274 - 285]

Analisis Kadar Unsur dan Senyawa Kimia Limbah Cangkang Kerang Totok (Geloina sp.) Hasil Tangkapan Masyarakat Desa Bulupayung

Kabupaten Cilacap di Sungai Serayu

Satria Ramadhan1)

, Tumisem2)

, Susanto3)

.

1,2,3Program Studi Pendidikan Biologi, Universitas Muhammadiyah Purwokerto

[email protected]

Abstrak

Pada umumnya kegiatan pengolahan kerang menghasilkan limbah padat berupa cangkang kerang yang cukup tinggi. Masyarakat desa Bulupayung biasanya membuang cangkang kerang Totok (Geloina sp) hasil pengolahan di sekitar bantaran sungai. Hal ini menyebabkan limbah cangkang kerang Totok (Geloina sp) berserakan dan menumpuk di sekitar bantaran sungai Serayu tanpa termanfaatkan dengan optimal. Pemanfaatan limbah cangkang kerang secara optimal dapat dilakukan dengan memanfaatkan nutrisi yang terkandung di dalam cangkang kerang sebagai sumber unsur mineral dan senyawa kimia alami pada berbagai produk, sehingga dapat meningkatkan nilai tambah (added value). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar unsur dan senyawa kimia limbah cangkang kerang Totok (Geloina sp) hasil tangkapan masyarakat desa Bulupayung Cilacap di sungai Serayu. Rancangan atau pendekatan pada penelitian ini adalah rancangan atau pendekatan secara kualitatif. Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian deskriptif. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode laboratoris. Kegiatan yang dilakukan selama penelitian terdiri atas dua kegiatan yaitu: 1) preparasi sampel dan 2) analisis kadar unsur dan senyawa kimia dengan metode Spektrofotometer Serapan Atom (SSA). Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara deskriptif kuantitatif dan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cangkang kerang Totok (Geloina sp) memiliki rata-rata unsur dan senyawa kimia yang terkandung di dalamnya yaitu kadar abu (94,90%), Ca (3,11%), Na (0,48%), P (ttd), dan CaCO3 (7,76%). Kadar unsur dan senyawa kimia yang terkandung di dalam cangkang kerang Totok (Geloina sp) mempunyai potensi yang besar jika dimanfaatkan dan diolah dengan sebaik mungkin. Hal ini dapat menjadi solusi alternatif dalam penanggulangan limbah cangkang kerang Totok (Geloina sp) yang belum termanfaatkan, selain itu bentuk pemanfaatannya dapat diaplikasikan pada pembuatan produk-produk yang mempunyai nilai tambah yang lebih (add value) untuk menunjang perekonomian masyarakat desa Bulupayung Cilacap.

Kata kunci : Cangkang kerang Totok (Geloina sp), kadar unsur, senyawa kimia, desa Bulupayung,

sungai Serayu.

PENDAHULUAN

Sungai Serayu di Kabupaten Cilacap

secara administratif melintasi beberapa

desa, salah satunya desa Bulupayung

Kecamatan Kesugihan. Mayoritas

masyarakat desa Bulupayung bermatapen-

caharian utama sebagai petani, dengan

prosentase 50%-55% dari 5.126 jiwa, dan

sisanya bermatapencaharian antara lain

sebagai penambang pasir atau batu, serta

peternak ikan dan unggas (Dirjen PMD,

2014). Masyarakat di desa Bulupayung

biasanya beralih profesi sewaktu-waktu

sebagai nelayan pencari kerang di sungai

Serayu. Jenis kerang yang banyak terdapat

di wilayah Kabupaten Cilacap khususnya di

sungai Serayu yaitu kerang Totok (Geloina

sp). Jenis kerang ini hidup di daerah

estuarin, hutan mangrove, dan sungai-

sungai besar yang menjadi pertemuan

antara air laut dan air tawar seperti sungai

Serayu. Kerang Totok (Geloina sp) yang

Page 2: Analisis Kadar Unsur dan Senyawa Kimia Limbah Cangkang

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entrepreneurship III Tahun 2016 “Reorientasi Bioteknologi dan Pembelajarannya Untuk Menyiapkan Generasi Indonesia Emas Berlandaskan Entrepreneurship”

Semarang, 20 Agustus 2016

Sains [274 - 285] 275

hidup di sungai Serayu Kabupaten Cilacap

berada pada kedalaman yang berkisar

antara 3,5-10,7 meter dengan substrat

yang berlumpur dan berpasir. Endang &

Chrisna (2005) mengemukakan bahwa

substrat yang cocok sebagai habitat dari

kerang Totok (Geloina sp) mengandung

80%-90% pasir kasar berlumpur cangkang

kerang Totok (Geloina sp) yang dihasilkan. ,

dengan diameter lebih besar dari 40 µ dan

memiliki pH berkisar antara 5,35-6,40.

Pada umumnya masyarakat

memanfaatkan hasil tangkapan kerang

Totok (Geloina sp) yang diperoleh dengan

menjual hasil tangkapan kerang Totok

(Geloina sp) sebagai pendapatan alternatif

lain untuk memenuhi dan menambah

pendapatan ekonomi mereka. Kegiatan

pengolahan kerang pada umumnya

menghasilkan limbah padat berupa

cangkang kerang yang cukup tinggi.

Kegiatan pengolahan kerang Totok

(Geloina sp) di desa Bulupayung sampai

saat ini belum sampai pada usaha

pemanfaatan limbah Masyarakat biasanya

membuang cangkang kerang Totok

(Geloina sp) hasil pengolahan di sekitar

bantaran sungai. Kegiatan yang sudah

dilakukan selama bertahun-tahun ini

membuat limbah cangkang kerang Totok

(Geloina sp) berserakan dan menumpuk di

sekitar bantaran sungai Serayu (Gambar 1).

Gambar 1. Kondisi Cangkang Kerang Totok (Geloina sp) yang Menumpuk di Sekitar Bantaran Sungai

Serayu Desa Bulupayung

Page 3: Analisis Kadar Unsur dan Senyawa Kimia Limbah Cangkang

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entrepreneurship III Tahun 2016 “Reorientasi Bioteknologi dan Pembelajarannya Untuk Menyiapkan Generasi Indonesia Emas Berlandaskan Entrepreneurship”

Semarang, 20 Agustus 2016

276 Sains [274 - 285]

Berdasarkan hasil obervasi, tiap

nelayan dalam sehari rata-rata dapat

menghasilkan sekitar 25 kg limbah

cangkang kerang Totok (Geloina sp),

dengan demikian hanya dalam waktu

seminggu rata-rata 10 orang nelayan bisa

menghasilkan 1 ton lebih limbah cangkang

kerang Totok (Geloina sp). Sampai saat ini

penumpukan limbah cangkang kerang

Totok (Geloina sp) di sekitar bantaran

sungai Serayu mencapai radius 62,3 meter

dari bantaran sungai ke rumah-rumah

penduduk. Dampak dari penumpukan

limbah cangkang kerang Totok (Geloina sp)

ini menyebabkan terjadinya penyempitan

badan sungai sehingga menyebabkan

kurangnya jumlah pasokan air dari sungai

ke daerah pertanian mengakibatkan proses

irigasi pertanian terganggu.

Menurut Agustini dkk. (2011)

pemanfaatan limbah cangkang kerang

dapat dilakukan dengan memanfaatkan

nutrisi yang terkandung di dalam cangkang

kerang sebagai sumber unsur mineral dan

senyawa kimia alami pada berbagai

produk, sehingga dapat meningkatkan nilai

tambah (added value). Analisis kadar unsur

dan senyawa kimia dari limbah cangkang

kerang Totok (Geloina sp) di sungai Serayu

desa Bulupayung, sampai saat ini belum

pernah dilakukan. Hal ini menyebabkan

cangkang kerang Totok (Geloina sp) di

sepanjang sungai Serayu tidak

termanfaatkan secara optimal oleh

masyarakat setempat. Berdasarkan

pernyataan tersebut, maka penelitian ini

bertujuan untuk mengetahui kadar unsur

dan senyawa kimia limbah cangkang

kerang Totok (Geloina sp) hasil tangkapan

masyarakat desa Bulupayung di sungai

Serayu sehingga dapat memberikan

informasi kepada masyarakat setempat

mengenai pemanfaatan kadar unsur dan

senyawa kimia pada cangkang kerang

Totok (Geloina sp).

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan mulai pada

bulan Februari - Agustus 2015. Penetapan

waktu penelitian ini didasarkan pada hasil

survey sebelum pelaksanaan penelitian dan

frekuensi tertinggi aktivitas nelayan

memperoleh hasil tangkapan kerang Totok.

Tempat pelaksanaan penelitian terdiri atas

3 tempat yaitu: 1) tempat pengambilan

sampel cangkang kerang Totok (Geloina

sp), 2) tempat preparasi sampel yaitu

pembuatan tepung cangkang kerang Totok

(Geloina sp), dan 3) tempat analisis sampel

cangkang kerang Totok (Geloina sp).

Tempat pengambilan sampel dilakukan di

sekitar bantaran sungai Serayu desa

Bulupayung. Tempat preparasi sampel

yaitu pembuatan tepung cangkang kerang

Totok (Geloina sp) dilakukan di

Laboratorium Fakultas Teknik jurusan

Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah

Purwokerto (UMP). Tempat analisis kadar

unsur dan senyawa kimia pada sampel

cangkang kerang Totok (Geloina sp)

dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik

Jurusan Kimia Fak-MIPA UGM Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan jenis

penelitian deskriptif. Menurut Hasan

(2004) penelitian deskriptif adalah jenis

penelitian yang dilakukan untuk

mengetahui dan mendeskripsikan makna

dari suatu variabel tanpa membuat

perbandingan dan hubungan antar variabel

serta tidak ada perlakuan baik kontrol

maupun eksperimen terhadap variabel

yang diteliti. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah

metode laboratoris. Teknik pengambilan

Page 4: Analisis Kadar Unsur dan Senyawa Kimia Limbah Cangkang

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entrepreneurship III Tahun 2016 “Reorientasi Bioteknologi dan Pembelajarannya Untuk Menyiapkan Generasi Indonesia Emas Berlandaskan Entrepreneurship”

Semarang, 20 Agustus 2016

Sains [274 - 285] 277

sampel dilakukan secara non-probability

dengan jenis “purposive sampling”. Teknik

pengambilan sampel dengan “purposive

sampling” digunakan karena berorientasi

pada pertimbangan tertentu. Pada

penelitian ini, pertimbangan dalam

pengambilan sampel berdasarkan pada

lokasi pengambilan sampel yang sudah

ditentukan.

Rancangan kegiatan yang dilakukan

selama kegiatan penelitian terdiri atas dua

kegiatan yaitu: preparasi sampel dan

analisis kadar unsur dan senyawa kimia

cangkang kerang Totok (Geloina sp). Alat

utama yang digunakan untuk analisis

berupa kadar unsur dan senyawa kimia

adalah Spektrofotometer Serapan Atom

(SSA) Perkin-Elmer 3110. Alat ini

merupakan unit instrumen yang terdiri

atas: 1) Hollow Cathode Lamp (HCL), 2)

tempat sampel, 3) monokromator, 4)

detektor, dan 5) readout. Pada proses

analisis sampel berupa kadar unsur dan

senyawa kimia pada cangkang kerang

Totok (Geloina sp) menggunakan bahan-

bahan yang terdiri atas: 1) bahan untuk

pengenceran yaitu aquades, 2) bahan-

bahan kimia protocol analyze (p.a) (merck):

serbuk Ca (NO3)2, NaNO3, dan PO43-, asam

nitrat (HNO3) pekat, asam klorida (HCl)

pekat, dan aquaregia dengan perbandingan

antara HCl dengan HNO3 yaitu 3 : 1.

Prosedur atau langkah-langkah

dalam metode analisis dengan SSA

dilakukan berdasarkan prosedur yang telah

ditetapkan oleh Badan Standarisasi

Nasional Indonesia (SNI 06-69898.8-2004).

Prosedur atau langkah-langkah dalam

metode analisis dengan SSA secara teoritis

dilakukan meliputi beberapa tahap yaitu: a)

pembuatan larutan baku induk (1000

ppm), b) pembuatan larutan standar (100

ppm), c) pembuatan seri larutan standar d)

pembuatan larutan uji dengan metode

destruksi basah (wet digestion), dan e)

pengaturan kondisi alat Spektrofotometer

Serapan Atom (SSA).

Penetapan kadar unsur dan senyawa

kimia yang terkandung di dalam cangkang

kerang Totok (Geloina sp) dilakukan

melalui beberapa tahap yaitu: 1) mengukur

nilai absorbansi dari seri larutan standar

yang diaspirasikan pada Spektrofotometer

Serapan Atom, 2) membuat kurva baku

yang merupakan plot antara nilai

absorbansi (sumbu y) dengan konsentrasi

standar (sumbu x). Menurut Hasan (2004)

berdasarkan kurva baku tersebut maka

dapat diperoleh persamaan garis regresi

linear y = a + bX, dan 3) memasukkan hasil

pengukuran absorbansi dari larutan uji

(destruksi basah) ke dalam persamaan

garis regresi linear tersebut untuk

memperoleh konsentrasi larutan sampel

(ppm) yang akan digunakan untuk

menghitung kadar unsur dan senyawa

kimia yang dicari (Nikmans dkk., 2014).

Kadar unsur dan senyawa kimia yang

terkandung di dalam cangkang kerang

Totok (Geloina sp) dapat dihitung dengan

persamaan sebagai berikut:

Kandungan unsur (%) = .............(Tim

Laboran Kimia Analitik UGM, 2013)

Keterangan:

a = konsentrasi larutan sampel (ppm)

b = volume pengenceran (ml)

c = faktor pengenceran

d = berat sampel (g)

Analisis data pada penelitian ini

dilakukan secara kuantitatif dan kualitatif.

Analisis data secara kuantitatif dilakukan

karena data yang dihasilkan berupa data

kuantitatif. Jenis analisis data secara

kuantitatif yang digunakan dalam

Page 5: Analisis Kadar Unsur dan Senyawa Kimia Limbah Cangkang

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entrepreneurship III Tahun 2016 “Reorientasi Bioteknologi dan Pembelajarannya Untuk Menyiapkan Generasi Indonesia Emas Berlandaskan Entrepreneurship”

Semarang, 20 Agustus 2016

278 Sains [274 - 285]

penelitian ini adalah analisis data secara

deskriptif kuantitatif. Sugiyono (2013)

analisis data secara deskriptif kuantitatif

dilakukan dengan tujuan untuk

mendeskripsikan dan memberikan

keterangan data hasil penelitian dengan

prosedur statistik tanpa bermaksud

membuat generalisasi dari sampel

terhadap populasi. Analisis data secara

kualitatif pada penelitian ini dilakukan

dengan tujuan untuk menginterpretasikan

data kuantitatif dari hasil penelitian. Hal ini

dilakukan dengan maksud untuk

mendeskripsikan dan menguraikan data

hasil penelitian ke dalam bentuk kata-kata

tertulis (deskriptif) secara rinci,

komprehensif, dan luas. Berdasarkan hal ini

maka jenis analisis data secara kualitatif

yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data secara deskriptif kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil analisis, menun-

jukkan unsur kimia yang terkandung pada

cangkang kerang Totok (Geloina sp) yaitu

abu, kalsium (Ca), natrium (Na), dan fosfor

(P). Unsur-unsur kimia tersebut dianalisis

sebanyak 2 kali ulangan. Hasil analisis

menunjukkan prosentase rata-rata kadar

abu = 94,90%, kalsium = 3,11%, natrium =

0,48%, dan fosfor = 0% atau tidak

terdeteksi (Tabel 1).

Tabel 1. Kadar Unsur Kimia pada Cangkang Kerang Totok (Geloina sp) Hasil Tangkapan Masyarakat

Desa Bulupayung Cilacap

No. Sampel Unsur Kimia Hasil Analisis

Rata-rata (%) Ulangan (I) Ulangan (II)

1 Cangkang Kerang Totok

(Geloina sp)

Abu 94,9931 94,8094 94,90

2 Ca 3,1306 3,0888 3,11

3 Na 0,4822 0,4822 0,48

4 P Ttd Ttd Ttd

Keterangan: ttd = tidak terdeteksi/di bawah deteksi alat

Berdasarkan (Tabel 1) menunjukkan

bahwa kadar abu pada cangkang kerang

Totok (Geloina sp) memiliki prosentase

rata-rata paling tinggi dibandingkan kadar

unsur kimia lainnya, sedangkan kadar

unsur fosfor (P) tidak terdeteksi oleh

Spektrofotometer Serapan Atom (SSA),

sehingga dapat diasumsikan bahwa kadar

unsur fosfor (P) pada cangkang kerang

Totok (Geloina sp) memiliki prosentase

rata-rata sangat rendah dibandingkan

kadar unsur kimia lainnya. Berdasarkan

hasil analisis, menunjukkan bahwa

prosentase rata-rata kadar senyawa kimia

(kalsium karbonat/CaCO3) pada cangkang

kerang Totok (Geloina sp) sebesar 7,76%

(Tabel 2).

Page 6: Analisis Kadar Unsur dan Senyawa Kimia Limbah Cangkang

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entrepreneurship III Tahun 2016 “Reorientasi Bioteknologi dan Pembelajarannya Untuk Menyiapkan Generasi Indonesia Emas Berlandaskan Entrepreneurship”

Semarang, 20 Agustus 2016

Sains [274 - 285] 279

Tabel 2 Kadar Senyawa Kimia pada Cangkang Kerang Totok (Geloina sp) Hasil Tangkapan Masyarakat

Desa Bulupayung Cilacap

No Sampel Senyawa

Kimia

Hasil Analisis (%) Rata-rata (%)

Ulangan (I) Ulangan (II)

1 Cangkang Kerang Totok (Geloina sp)

CaCO3 7,8170 7,7127 7,76

Berdasarkan data tersebut,

menunjukkan bahwa kadar kalsium

karbonat (CaCO3) yang terkandung pada

cangkang kerang Totok (Geloina sp) relatif

rendah.

Berdasarkan hasil analisis

laboratorium menyatakan bahwa kadar

abu pada cangkang kerang Totok (Geloina

sp) paling tinggi daripada kadar unsur kimia

lainnya. Kadar abu diperoleh dari proses

pembakaran bahan organik pada suhu

tinggi sehingga menyisakan bahan-bahan

anorganik yang tidak ikut terbakar atau

rusak. Bahan anorganik sisa pembakaran

yang tidak ikut terbakar atau rusak disebut

sebagai abu. Menurut Winarno (2008)

kadar abu dapat menunjukkan jumlah total

mineral yang terdapat dalam suatu bahan,

sehingga semakin tinggi kadar abu dapat

menunjukkan bahwa suatu bahan tersebut

juga memiliki kandungan mineral yang

tinggi.

Pemanfaatan kadar abu berkaitan

erat dengan bahan pangan. Pemanfaatan

kadar abu pada bahan pangan dengan

memanfaatkan mineral yang terkandung di

dalamnya. Kadar abu pada cangkang

kerang Totok (Geloina sp) lebih tinggi

dibandingkan cangkang kerang Simping

(Amusium pleuronectes). Agustini dkk.

(2011) kadar abu yang terkandung di dalam

cangkang kerang Simping (Amusium

pleuronectes) sebesar 83,56%. Tingginya

kadar abu pada cangkang kerang

Totok (Geloina sp) tidak dapat

dimanfaatkan secara langsung sebagai

bahan pangan atau sebagai campuran

bahan pangan karena dapat menyebabkan

menurunnya kualitas bahan pangan

tersebut. Sudarmadji (2003) kadar abu

dengan jumlah yang sangat tinggi pada

bahan pangan menandakan kualitas bahan

pangan yang kurang baik, meskipun kadar

abu dalam bahan pangan tetap dibutuhkan

dengan kadar yang dianjurkan. Hal ini

dapat diartikan bahwa cangkang kerang

Totok (Geloina sp) tidak dapat digunakan

secara langsung untuk bahan pangan

karena dengan kadar abu sebesar 94,90%

dapat menurunkan kualitas bahan pangan,

sehingga harus melalui metode-metode

tertentu. Hal ini seperti yang dikemukakan

pada penelitian Agustini dkk. (2011)

cangkang kerang Simping (Amusium

pleuronectes) dengan metode fortifikasi

dimanfaatkan untuk bahan campuran

pembuatan biskuit dan menghasilkan

biskuit dengan kadar abu = 2,32% lebih

besar dari biskuit komersial = 1,35%.

Berdasarkan hal tersebut maka cangkang

kerang Totok (Geloina sp) dengan kadar

abu yang cukup tinggi dapat dimanfaatkan

sebagai campuran bahan pangan dengan

metode fortifikasi sesuai dengan syarat

mutu maksimum yang dianjurkan.

Berdasarkan hasil analisis

laboratorium menyatakan bahwa kadar

kalsium pada cangkang kerang Totok

Page 7: Analisis Kadar Unsur dan Senyawa Kimia Limbah Cangkang

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entrepreneurship III Tahun 2016 “Reorientasi Bioteknologi dan Pembelajarannya Untuk Menyiapkan Generasi Indonesia Emas Berlandaskan Entrepreneurship”

Semarang, 20 Agustus 2016

280 Sains [274 - 285]

(Geloina sp) cukup rendah = 3,11% bila

dibandingkan dengan camgkang kerang

yang lain. Cangkang kerang Hijau (Mytulus

virdis) memiliki kadar kalsium sebesar

33,56% (Harry 2006), dan kandungan

kalsium pada cangkang kerang Simping

(Amusium pleuronectes) sebesar 17,23%

(Agustini dkk., 2011). Rendahnya

kandungan kalsium pada cangkang kerang

Totok (Geloina sp) disebabkan karena pada

saat pengukuran kadar abu, beberapa

mineral ikut teroksidasi termasuk kalsium.

Peristiwa teroksidasinya beberapa mineral

tersebut akibat suhu yang terlalu tinggi

saat proses pembakaran, sehingga bahan-

bahan anorganik yang mudah menguap

akan hilang dan ikut teroksidasi (AOAC,

2005).

Kalsium merupakan salah satu unsur

mineral makro, yaitu unsur mineral yang

dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang

banyak. Kadar kalsium yang rendah pada

cangkang kerang Totok (Geloina sp)

dimungkinkan juga dipengaruhi oleh faktor

lingkungannya yang hidup pada perairan

tawar sehingga penumpukan mineral

terutama kalsium pada cangkangnya

berjumlah kecil bila dibandingkan dengan

kerang Hijau (Mytulus) yang hidup pada

perairan dengan salinitas yang tinggi. Hal

ini seperti yang disebutkan Abdullah dkk.

(2010) secara umum, kandungan mineral

pada cangkang kerang-kerangan

dipengaruhi oleh kondisi lingkungan seperti

salinitas dan temperatur. Kalsium yang

rendah pada cangkang kerang Totok

(Geloina sp) juga dimungkinkan karena

faktor umur kerang yang diambil dari

sungai Serayu. Cangkang kerang Totok

(Geloina sp) yang diambil di sungai Serayu

dilakukan secara acak dengan tidak

mempertimbangan umur kerang yang akan

dianalisis. Okuzumi & Fujiri (2000)

menyebutkan bahwa kandungan mineral

pada cangkang kerang khususnya kerang

usia muda lebih tinggi dari kerang usia

dewasa karena kerang pada usia muda

membutuhkan cukup banyak asupan

mineral dari lingkungan perairan untuk

pertumbuhannya.

Berdasarkan hasil analisis

laboratorium menyatakan bahwa kadar

natrium pada cangkang kerang Totok

(Geloina sp) cukup rendah = 0,48% bila

dibandingkan dengan camgkang kerang

yang lain. Cangkang kerang Hijau (Mytulus

virdis) mengandung kadar natrium sebesar

0,94%, cangkang kerang Simping (Amusium

pleuronectes) sebesar 0,56%, dan cangkang

kerang Darah (Anadara granosa)

mengandung kadar natrium sebesar 0,43%

(Abdul, 2014).

Kadar natrium pada cangkang kerang

Totok (Geloina sp) lebih rendah bila

dibandingkan cangkang kerang Hijau

(Mytulus virdis) dan cangkang kerang

Simping (Amusium pleuronectes) dan lebih

tinggi atau terbilang relatif setara dengan

cangkang kerang Darah (Anadara granosa).

Perbedaan kadar natrium tersebut

dimungkinkan karena faktor lingkungan

dari tempat hidupnya yang berbeda.

Kerang Hijau (Mytulus virdis) dan kerang

Simping (Amusium pleuronectes) hidup

pada perairan dengan salinitas yang lebih

tinggi atau air laut sehingga penumpukan

mineral terutama natrium lebih tinggi.

Kerang Totok (Geloina sp) dan kerang

Darah (Anadara granosa) hidup pada

perairan tawar atau perairan dengan

salinitas yang rendah sehingga

penumpukan mineral lebih rendah.

Karnskowska (2004) meyebutkan secara

umum kandungan jumlah mineral pada

Page 8: Analisis Kadar Unsur dan Senyawa Kimia Limbah Cangkang

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entrepreneurship III Tahun 2016 “Reorientasi Bioteknologi dan Pembelajarannya Untuk Menyiapkan Generasi Indonesia Emas Berlandaskan Entrepreneurship”

Semarang, 20 Agustus 2016

Sains [274 - 285] 281

cangkang kerang-kerangan dipengaruhi

oleh salinitas dan temperatur pada

habitatnya.

Berdasarkan hasil analisis

laboratorium menyatakan bahwa kadar

fosfor pada cangkang kerang Totok

(Geloina sp) tidak terdeteksi atau sangat

rendah bila dibandingkan dengan

camgkang kerang yang lain. Cangkang

kerang Simping (Amusium pleuronectes)

mengandung kadar fosfor (P) sebesar

0,79% (Agustini dkk., 2011), sedangkan

Abdul (2014) menyebutkan cangkang

kerang Hijau (Mytulus virdis) mengandung

kadar fosfor (P) sebesar 0,12%, dan

cangkang kerang Darah (Anadara granosa)

mengandung kadar fosfor sebesar 0,09%.

Kadar fosfor pada cangkang kerang

Totok (Geloina sp) yang tidak terdeteksi

menunjukkan rendahnya kadar fosfor pada

cangkang kerang Totok (Geloina sp). Hal ini

bisa disebabkan karena rendahnya kadar

fosfor sebelum dilakukan analisis, sehingga

pada saat proses pembakaran dalam

penentuan kadar abu, fosfor menguap dan

ikut teroksidasi. Sudarmadji (2003)

mengemukakan bahwa dengan pemanasan

suhu tinggi pada bahan organik, dapat

menghilangkan mineral yang terkandung di

dalamnya seperti natrium, klorida, sulfur

dan fosfor.

Pemanfaatan sumber kalsium,

natrium, dan fosfor sebagai mineral alami

salah satunya didapatkan dari hasil-hasil

perikanan. Salah satu komoditi perikanan

yaitu berupa kerang-kerangan. Masyarakat

pada umumnya memanfaatkan daging

kerang untuk dikonsumsi, namun cangkang

kerang tidak terlalu banyak dimanfaatkan

sehingga menjadi limbah padat yang dapat

merusak lingkungan. Pemanfaatan limbah

cangkang kerang hanya sebagai kerajinan

tangan yang jika dilihat dari segi

produksinya masih terbilang sebatas

industri kecil sehingga belum mampu

memanfaatkan limbah cangkang kerang

secara optimal. Jika dilihat dari segi kadar

kalsium, natrium, dan fosfor, cangkang

kerang memiliki potensi kadar ketiga unsur

mineral tersebut lebih besar dibandingkan

dagingnya. Hal ini disebabkan karena

mineral merupakan unsur utama yang

terdapat pada jaringan keras seperti

cangkang kerang. Berdasarkan hal tersebut

maka cangkang kerang dapat dimanfaatkan

sebagai sumber kalsium, natrium, dan

fosfor alami. Pemanfaatan sumber kalsium,

natrium, dan fosfor sebagai mineral alami

pada cangkang kerang perlu diupayakan

dengan diversifikasi agar menghasilkan

produk-produk dengan kandungan mineral

yang tinggi, sehingga menghasilkan nilai

tambah (add value). Pemanfaatan sumber

kalsium, natrium, dan fosfor alami dari

cangkang kerang saat ini banyak dilakukan

untuk pembuatan produk-produk dari

berbagai sektor industri seperti makanan,

minuman, dan peternakan.

Bidang peternakan merupakan salah

satu bidang pekerjaan yang digeluti oleh

masyarakat Bulupayung khususnya

peternak itik dan mentok. Pemenuhan

kebutuhan sumber mineral pada ransum

biasanya dipenuhi para peternak itik dan

mentok di desa Bulupayung dengan

menambahkan asupan keong yang

dicampurkan pada ransum. Namun,

ketersediaan asupan keong terbatas,

karena pertumbuhan populasi keong tidak

bisa mengimbangi kebutuhan mineral pada

itik dan mentok yang harus terpenuhi

setiap harinya. Salah satu upaya untuk

mengimbangi kebutuhan mineral yaitu

dengan menambahkan sumber mineral

Page 9: Analisis Kadar Unsur dan Senyawa Kimia Limbah Cangkang

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entrepreneurship III Tahun 2016 “Reorientasi Bioteknologi dan Pembelajarannya Untuk Menyiapkan Generasi Indonesia Emas Berlandaskan Entrepreneurship”

Semarang, 20 Agustus 2016

282 Sains [274 - 285]

alami lain yang lebih tinggi yaitu cangkang

kerang Totok (Geloina sp). Cangkang

kerang Totok (Geloina sp) dengan kadar

kalsium (3,11%), natrium (0,48%), dan

fosfor (ttd) layak untuk diuji

ketermanfaatannya sebagai sumber

mineral alami pada ransum dengan

prosedur pengolahan yang baik. Hal ini

telah dilakukan oleh Tumisem dkk. (2015)

yang menyebutkan bahwa penambahan

tepung cangkang kerang Totok (Geloina sp)

dengan prosentase 25% dan 35% pada

campuran bahan ransum baik untuk

kemampuan bertelur unggas, berat telur

yang dihasilkan, diameter telur, dan

perbaikan kualitas kuning telur.

Pemanfaatan cangkang kerang Totok

(Geloina sp) sebagai sumber mineral alami

yang ditambahkan pada ransum dapat

menjadi solusi alternatif bagi para peternak

itik dan mentok di desa Bulupayung. Hal ini

juga dapat menjadi solusi alternatif

cangkang kerang Totok (Geloina sp) yang

tidak termanfaatkan oleh masyarakat desa

Bulupayung dan bahkan telah menjadi

limbah yang belum tertanggulangi.

Berdasarkan hasil analisis

laboratorium menyatakan bahwa senyawa

kimia yang terkandung pada cangkang

kerang Totok (Geloina sp) yaitu kalsium

karbonat (CaCO3). Hasil analisis

laboratorium menunjukkan kadar kalsium

karbonat (CaCO3) pada cangkang kerang

Totok (Geloina sp) cukup rendah = 7,76%

bila dibandingkan dengan camgkang

kerang yang lain. Kandungan kalsium

karbonat (CaCO3) cangkang kerang Totok

(Geloina sp) sebesar 7,76% lebih kecil dari

cangkang kerang Hijau (Mytulus virdis) dan

cangkang kerang Darah (Anadara granosa).

Alfred (2015) menyebutkan bahwa

kandungan kalsium karbonat (CaCO3) pada

cangkang kerang Hijau (Mytulus virdis)

sebesar 95,69%, sedangkan pada cangkang

kerang Darah (Anadara granosa) sebesar

66,70%.

Kadar senyawa kalsium karbonat

(CaCO3) yang lebih kecil dari cangkang

kerang Hijau (Mytulus virdis) dan cangkang

kerang Darah (Anadara granosa) dapat

disebabkan karena habitat dari masing-

masing kerang yang berbeda. Kerang Hijau

(Mytulus virdis) mempunyai kandungan

karbonat (CaCO3) paling tinggi karena

habitatnya yang berada di laut, sehingga

penumpukan mineral-mineral lebih banyak

terjadi. Kerang merupakan salah satu jenis

hewan yang hidup dengan cara

membenamkan diri di dalam substratnya,

sehingga mampu mengakumulasi unsur-

unsur atau senyawa pada lingkungan

temapat hidupnya serta memiliki sifat

adaptatif yang tinggi dan mampu bertahan

hidup terhadap perubahan lingkungan

yang ekstrem (Morton, 1976).

Senyawa kalsium karbonat (CaCO3)

pada umumnya dimanfaatkan pada sektor

lingkungan. Kebutuhan sumber air bersih

merupakan hal yang sangat penting bagi

manusia dalam proses kehidupan sehari-

hari. Namun, untuk pemenuhan kebutuhan

air bersih terutama pada daerah-daerah

yang dekat dengan kawasan industri sulit

untuk terpenuhi seperti di desa

Bulupayung Cilacap. Berdasarkan data dari

Direktorat Jendral Pemberdayaan

Masyarakat dan Desa pada tahun 2014,

jenis sumber air bersih di desa Bulupayung

Cilacap yaitu berasal dari PAM berjumlah

satu unit untuk dimanfaatkan 720 kepala

keluarga, sedangkan sisanya menggunakan

sumur pompa (5 unit) dan sumur gali

dengan jumlah 421 unit (Dirjen PMD,

2014). Penggunaan sumur pompa maupun

Page 10: Analisis Kadar Unsur dan Senyawa Kimia Limbah Cangkang

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entrepreneurship III Tahun 2016 “Reorientasi Bioteknologi dan Pembelajarannya Untuk Menyiapkan Generasi Indonesia Emas Berlandaskan Entrepreneurship”

Semarang, 20 Agustus 2016

Sains [274 - 285] 283

sumur gali tentunya berdampak pada

kualitas air yang kurang baik dan bersifat

keruh, serta bercampur dengan bahan-

bahan logam pencemar (Said, 2001).

Berdasarkan hal tersebut dapat

disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan

air bersih pada desa Bulupayung terbilang

kurang merata dengan total penduduk

berjumlah 5.126 jiwa. Salah satu upaya

yang dapat dilakukan untuk mengatasi

masalah tersebut yaitu melakukan proses

pengolahan air dengan cara koagulasi

(penjernihan). Pada proses koagulasi

diperlukan adanya koagulan (bahan/zat

yang digunakan pada proses koagulasi),

baik koagulan berupa sintetik ataupun

alami. Salah satu senyawa yang dapat

dijadikan sebagai koagulan adalah kalsium

karbonat (CaCO3). Hal ini dikarenakan

senyawa tersebut bersifat basa dan jika

direaksikan dengan dengan asam kuat dan

ion-ion logam akan bersifat mengendapkan

asam kuat dan ion-ion logam tersebut

(Arifin, 2010). Atas dasar hal tersebut,

cangkang kerang Totok (Geloina sp)

mempunyai potensi yang ideal sebagai

koagulan alami dalam proses penjernihan

air. Kandungan kalsium karbonat (CaCO3)

cangkang kerang Totok yang hanya sebesar

7,76% masih memungkinkan digunakan

sebagi koagulan alami, karena dengan

pengolahan dan metode yang tepat

diharapkan mampu menghasilkan air

bersih dengan prosentase yang tinggi.

Jumlah cangkang kerang Totok

(Geloina sp) yang berlimpah di sekitar

bantaran sungai Serayu desa Bulupayung

Cilacap telah lama menjadi limbah yang

belum tertanggulangi sampai saat ini. Hal

ini dikarenakan kurangnya pengetahuan

masyarakat terhadap potensi yang

terdapat di dalam limbah cangkang kerang

Totok (Geloina sp). Berdasarkan hasil

penelitian yang telah diuraikan dan dibahas

dapat menunjukkan bahwa kadar unsur

dan senyawa kimia yang terkandung di

dalam cangkang kerang Totok (Geloina sp)

mempunyai potensi yang besar jika

dimanfaatkan dan diolah dengan sebaik

mungkin. Hal ini dapat menjadi solusi

alternatif dalam penanggulangan limbah

cangkang kerang Totok (Geloina sp) yang

belum termanfaatkan, selain itu bentuk

pemanfaatannya dapat diaplikasikan pada

pembuatan produk-produk yang

mempunyai nilai tambah yang lebih (add

value) untuk menunjang perekonomian

masyarakat desa Bulupayung Cilacap.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan

pembahasan yang telah dipaparkan, maka

penelitian tentang analisis kadar unsur dan

senyawa kimia limbah cangkang kerang

Totok (Geloina sp) hasil tangkapan

masyarakat desa Bulupayung kabupaten

Cilacap di sungai Serayu dapat disimpulkan

bahwa:

1) Hasil analisis menunjukkan bahwa

cangkang kerang Totok (Geloina sp)

yang diambil dari hasil tangkapan

masyarakat desa Bulupayung Cilacap

memiliki unsur dan senyawa kimia yang

terkandung di dalamnya yaitu kadar abu

(94,90%), Ca (3,11%), Na (0,48%), P

(ttd), dan CaCO3 (7,76%).

2) Kandungan unsur dan senyawa kimia

pada cangkang kerang Totok (Geloina

sp) dapat dimanfaatkan sebagai bahan

pembuatan produk-produk yang

mempunyai nilai tambah (add value)

yang lebih untuk menunjang

perekonomian masyarakat setempat.

Page 11: Analisis Kadar Unsur dan Senyawa Kimia Limbah Cangkang

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entrepreneurship III Tahun 2016 “Reorientasi Bioteknologi dan Pembelajarannya Untuk Menyiapkan Generasi Indonesia Emas Berlandaskan Entrepreneurship”

Semarang, 20 Agustus 2016

284 Sains [274 - 285]

UCAPAN TERIMA KASIH

Atas terlaksananya kegiatan

penelitian ini, peulis menghaturkan banyak

terimakasih kepada beberapa pihak

maupun instansi yang turut serta

membantu baik secara materil maupun

nonmateril antara lain: Ibu Dr. Tumisem,

SPd.,M.Si dan Bpk Dr. Susanto,M.Si selaku

dosen pembimbing yang memberikan

arahan, beberapa laboran, mahasiswa

pendidikan biologi yang turut membantu

jalannya penelitian, IbM Ristek-Dikti tahun

anggaran 2015 yang telah memberikan

dana kegiatan, Laboratorium Fakultas

Teknik jurusan Teknik Kimia Universitas

Muhammadiyah Purwokerto yang

memfasilitasi jalannya penelitian,

Laboratorium Kimia Analitik Jurusan Kimia

Fak-MIPA UGM Yogyakarta yang

membantu dalam proses analisis,

masyarakat desa Bulupayung yang sudah

memberikan ijin tempat penelitian, serta

pihak-pihak lain yang tidak bisa penulis

sebutkan satu persatu diucapkan

terimakasih banyak.

DAFTAR PUSTAKA Abdul G. 2014. Pemanfaatan Cangkang

Kerang Hijau, Kerang Darah, dan Remis sebagai Katalis Heterogen untuk Produksi Biodiesel. Seminar Literatur. Fak. MIPA Universitas Riau. Pekanbaru. p. 2-3.

Abdullah A, Wardhani Y.K. 2010.

Karakteristik Fisik dan Kimia Tepung Cangkang Kijing Lokal (Pilsbryoconcha exilis). Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 13(1): 48-57.

Agustini, W, Tri, Fahmi, Suhaedi, A,

Widowati Ita, & Sarwono, A. 2011. Pemanfaatan Limbah Cangkang Kerang Simping (Amusium

pleuronectes) dalam Pembuatan Cookies Kaya Kalsium. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 14 (1). p.8-13.

Alfred E.L. 2015. Pemanfaatan Limbah

Cangkang Kerang Hijau (Perna Viridis) Sebagai Bahan Campuran Kadar Optimum Agregat Halus pada Beton Mix Design dengan Metode Substitusi. Jurnal Teknik. Vol (4) No.1 p. 132-133.

Arifin, Z. 2010. Identifikasi dan

Karakterisasi Batu Kapur (CaCO3) Kemurnian Tinggi Sebagai Potensi Unggulan di Kabupaten Tuban. Executive Summary. Penelitian Produktif. Surabaya. ITS.

Association of Official Analytical Chemist

(AOAC). 2005. Official Methods of Analysis. Arlington. Academic Press.

Dirjen Pemberdayaan Masyarakat dan

Desa. 2014. Rekapitulasi Mata Pencaharian Penduduk Desa Bulu Payung. Jakarta. Dirjen Pemberdayaan Masyarakat dan Desa.

Endang, S & Chrisna, A.S. 2005. Struktur

Populasi dan Distribusi Kerang Totok Geloina sp (Bivalvia: Corbiculidae) Di Segara Anakan Ditinjau Dari Aspek Degradasi Salinitas. LaporanPenelitian. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Diponegoro. p.1-2.

Hary P. 2006. Optimalisasi Pemanfaatan

Cangkang Kerang Hijau (Perna Viridis) dalam Pembuatan Kerupuk . Skripsi. Fak. Perikanan dan Kelautan Institut Pertanian Bogor. Bogor. p. 2-3.

Iqbal Hasan. 2004. Analisis Data Dengan

Statistik. Jakarta. PT Bumi Aksara.

Page 12: Analisis Kadar Unsur dan Senyawa Kimia Limbah Cangkang

Prosiding Seminar Nasional Sains dan Entrepreneurship III Tahun 2016 “Reorientasi Bioteknologi dan Pembelajarannya Untuk Menyiapkan Generasi Indonesia Emas Berlandaskan Entrepreneurship”

Semarang, 20 Agustus 2016

Sains [274 - 285] 285

Karnkowska, E.J. 2004. Some Aspect Of

Nitrogen, Carbone, And Calcium Accumulation In Mollusca From The Zegrzynski Reservoir Ecosystem. Polish Journal of Enviromental Studies 14 (2): 173-177.

Morton, B. 1976. The Biology and

Functional Polymesoda (Geloina erosa) Morphology of The Southseast Asian Mangrove Bivalve, (Solander, 1786) (Bivalvia : Corbiculidae). Dept. of Zoology.The University of Hongkong. Hongkong.

Nikmans Hatu, Abraham Mariwy, & Godlief

E, Latumeten. 2014. Pengaruh Lamanya Perendaman Kerang Buluh (Anadara antiquata) dalam Ekstrak Belimbing Wuluh (Avveroa bilimbi) Terhadap Kandungan Logam Timbal (Pb). Prosiding Seminar Nasional Basic Science VI. F-MIPA Universitas Pattimura. Ambon. p.318-319.

Okuzumi, M. & Fuji, T. 2000. Nutritional

and Functional Properties of Squid and Cuttlefish. Tokyo. National Cooperative Association of Squid Processors.

Said, Idaman Nusa. 2001. Pengolahan Air

Limbah Rumah Sakit dengan Proses Biologis Biakan Melekat Menggunakan Media Plastik Sarang Tawon. Jurnal Teknologi Lingkungan. Vol. 2, No.3: 223-240.

Sudarmadji 2003. Analisis Bahan Makanan

dan Pertanian. Yogyakarta. Liberti. Sugiyono. 2013. “Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi”. Bandung. Alfabeta.

Tumisem, Heri M, Shinta C. 2015.

Kelayakan Cangkang Kerang Totok

(Geloina sp) Sebagai Campuran Ransum Itik Petelur. Seminar Nasional LPPM UMP. p.146-147.

Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi:

Edisi Revisi. Jakarta. PT Gramedia.