pemanasan global

44
MAKALAH KERUSAKAN EKOSISTEM DAN DAMPAKNYA TERHADAP MANUSIA “PEMANASAN GLOBAL” DOSEN : NASRUDDIN, S.Pd. M.Sc ROSALINA.K, S.Si, M.Si Oleh : Nama : Wahyu irpan NIM A1A507243 Kelas : A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARMASIN 2009 1

Upload: evan-crew

Post on 02-Aug-2015

108 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemanasan Global

MAKALAHKERUSAKAN EKOSISTEM DAN DAMPAKNYA

TERHADAP MANUSIA“PEMANASAN GLOBAL”

DOSEN :

NASRUDDIN, S.Pd. M.Sc

ROSALINA.K, S.Si, M.Si

Oleh :Nama : Wahyu irpan

NIM A1A507243Kelas : A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFIJURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARMASIN2009

1

Page 2: Pemanasan Global

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb

Puji dan syukur saya panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Karena

berkat rahmat dan inayah-Nyalah saya dapat menyelesaikan geografi

lingkungan ini tepat pada waktunya. Juga tidak lupa saya ucapkan beribu-

ribu terima kasih kepada Bapak dan Ibu pembimbing yang telah

membantu dan mengarahkan saya dalam membuat makalahini.

Walaupun saya sadar didalam makalah ini masih banyak terdapat

kekurangannya. Untuk itu saya mohon maaf apabila makalah saya ini

tidak berkenan dihati Bapak dan Ibu Pembimbing.

Terima kasih.

Wassalam

Penyusun

2

Page 3: Pemanasan Global

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

ABSTRAK.................................................................................................. 1

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang masalah .................................................... 2

1.2 Tujuan Pembuatan Makalah............................................... 2

1.3 Ruang Lingkup.................................................................... 2

BAB II PEMANASAN GLOBAL............................................................... 3

2.1 Pengertian Pemanasan Global........................................... 3

2.2 Pemanasan Global Akibat Kerusakan Ekosistem dan

Dampaknya Terhadap mannusia.............................................. 5

2.3 Aktivitas Manusia dan Peranannya Dalam Pemanasan

Global........................................................................................

13

2.4 Akibat Pemanasan Global................................................... 19

2.5 Pengendalian Pemanasan Global....................................... 23

BAB III PENUTUP.................................................................................. 26

3.1 Kesimpulan........................................................................... 26

3.2 saran..................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................

3

Page 4: Pemanasan Global

ABSTRAK

       

            Dalam beberapa tahun terakhir, pemanasan global semakin sering

dibicarakan baik dalam skala kecil sampai tingkat internasional. Makalah

ini akan membahas gambaran umum pemanasan global, aktivitas

manusia dan peranannya dalam pemanasan global beserta akibat dari

pemanasan global itu sendiri. Dan juga beberapa usaha yang dilakukan

manusia untuk mengendalikan pemanasan global.

BAB I

PENDAHULUAN

Isu pemanasan global begitu berkembang akhir-akhir ini. Pemeran

utamanya tentu saja manusia dengan berbagai aktivitasnya. Pemanasan

global telah menyebabkan perubahan iklim yang signifikan, seperti yang

terjadi di negara kita, efek dari pemanasan ini telah menyebabkan

perubahan iklim yang ekstrim. Di beberapa daerah sering terjadi hujan

lebat yang mengakibatkan banjir bandang dan longsor, munculnya angin

puting beliung, bahkan kekeringan yang mengancam jiwa manusia.

Makalah ini akan membahas gambaran umum tentang pemanasan global,

peran manusia dalam pemanasan global, dampak, beserta usaha

mengendalikan pemanasan global.

Pemanasan global (global warming) pada dasarnya merupakan

fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena

terjadinya efek rumah kaca (greenhouse effect) yang disebabkan oleh

meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana

(CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari

terperangkap dalam atmosfer bumi. Berbagai literatur menunjukkan

kenaikan temperatur global – termasuk Indonesia – yang terjadi pada

kisaran 1,5–40 Celcius pada akhir abad 21.

4

Page 5: Pemanasan Global

1.1LATAR BELAKANG MASALAH

Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius

bagi lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka

air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan

iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama

penyakit, dsb). Sedangkan dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi

masyarakat meliputi : (a) gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan

kota pantai, (b) gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti

jaringan jalan, pelabuhan dan bandara (c) gangguan terhadap

permukiman penduduk, (d) pengurangan produktivitas lahan pertanian, (e)

peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb). Dalam makalah ini

membahas tentang pemanasan global akibat kerusakan ekositem dan

dampaknya terhadap manusia.

1.2TUJUAN PEMBUATAN MAKALAH

Tujuan pembuatan makalah ini untuk dapat mengetahui kerusakan

ekosistem dan dampaknya terhadap manusia. kegiatan yang dilakukan

masyarakat dalam berinteraksi dengan alam serta lebih memahami

dampak-dampak kerusakan ekosistem terhadap manusia.

Selain daripada itu apabila terjadi bencana alam atau dampak pemanasan

global kita bisa lebih memahami apa penyebabnya dengan cara melihat

situasi dan kondisi kita dapat mengetahui penyebabnya sehingga dapat

menjadi pelajaran.

1.3RUANG LINGKUP

Didalam makalah ini saya membatasi masalah yang akan dibahas yaitu

pemanasan global akibat kerusakan ekositem dan dampaknya terhadap manusia.

5

Page 6: Pemanasan Global

BAB II

PEMANASAN GLOBAL

2.1 PENGERTIAN PEMANASAN GLOBAL

Secara umum pemanasan global didefinisikan dengan

meningkatkan suhu permukaan bumi oleh gas rumah kaca akibat aktivitas

manusia. Meski suhu lokal berubah-ubah secara alami, dalam kurun

waktu 50 tahun terakhir suhu global cenderung meningkat lebih cepat

dibandingkan data yang terrekam sebelumnya. Dan sepuluh tahun

terpanas terjadi setelah tahun 1990.

Seperti yang telah kita ketahui segala sumber energi yang terdapat

di Bumi berasal dari Matahari. Sebagian besar energi tersebut dalam

bentuk radiasi gelombang pendek, termasuk cahaya tampak. Ketika

energi ini mengenai permukaan Bumi, ia berubah dari cahaya menjadi

panas yang menghangatkan Bumi. Permukaan Bumi, akan menyerap

sebagian panas dan memantulkan kembali sisanya sebagai radiasi infra

merah gelombang panjang ke angkasa luar. Namun, sebagian panas

tetap terperangkap di atmosfer bumi akibat menumpuknya jumlah gas

rumah kaca yang menjadi perangkap gelombang radiasi ini. Gas-gas ini

menyerap dan memantulkan kembali radiasi gelombang yang dipancarkan

Bumi dan akibatnya panas tersebut akan tersimpan di permukaan Bumi.

Hal tersebut terjadi berulang-ulang dan mengakibatkan suhu rata-rata

bumi terus meningkat.

Menurut Framework Convention on Climate Change (UNFCCC),

yang termasuk dalam gas rumah kaca diantaranya CO2, NO2, CH4, SF6,

PFCs, dan HFCs. CO2, NO2, dan CH4 sebagian besar dihasilkan dari

pembakaran bahan bakar fosil baik dari sektor industri maupun dari

transportasi. Sementara SF6, PFCs, dan HFCs sebagian besar merupakan

hasil pemakaian aerosol. Gas-gas ini menyumbang kurang dari 1%, tetapi

6

Page 7: Pemanasan Global

tingkat pemanasannya jauh lebih tinggi dibandingkan CO2, NO2, maupun

CH4. Tingkat pemanasan ini ditunjukkan oleh indeks potensi pemanasan

global. Dalam indeks ini CO2 digunakan sebagai parameter. Sebenarnya

efek rumah kaca ini sangat dibutuhkan oleh segala makhluk hidup yang

ada di bumi, karena tanpanya, planet ini akan menjadi sangat dingin.

"Global Warming," sehingga es akan menutupi seluruh permukaan Bumi.

Akan tetapi, akibat jumlah gas-gas tersebut telah berlebih di atmosfer

sehingga terjadi pemanasan global.

Pemanasan global juga sering dikaitkan dengan perubahan iklim.

Trenberth, Houghton and Filho (1995) dalam Hidayati (2001)

mendefinisikan perubahan iklim sebagai perubahan pada iklim yang

dipengaruhi langsung atau tidak langsung oleh aktivitas manusia yang

merubah komposisi atmosfer yang akan memperbesar keragaman iklim

teramati pada periode yang cukup panjang. Menurut Effendy (2001) salah

satu akibat dari penyimpangan iklim adalah terjadinya fenomena El-Nino

dan La-Nina. Fenomena El-Nino akan menyebabkan penurunan jumlah

curah hujan jauh di bawah normal untuk beberapa daerah di Indonesia.

Kondisi sebaliknya terjadi pada saat fenomena La-Nina berlangsung.

Global akibat efek rumah kaca tidak dapat diprediksi secara

langsung karena kami tidak memiliki cukup pengetahuan dalam subjek.

Namun, kami telah mampu menarik hubungan langsung antara beberapa

fenomena alam yang mendukung gagasan bahwa ada sesuatu yang

berubah.

Pemanasan global yang sangat berpengaruh pada tanaman dan

kondisi cuaca di seluruh dunia. Belahan utara bumi berisi lebih dari

wilayah belahan bumi selatan, dan sebaliknya, persentase yang lebih

rendah di dunia lautan. Sejak lautan menyerap lebih panas dari daerah

tanah, tidak mengherankan bahwa kebanyakan model cuaca meramalkan

pemanasan cepat atas belahan utara bumi dibandingkan dengan rata-rata

7

Page 8: Pemanasan Global

global. Selain itu, model memprediksi meningkat lebih cepat pada suhu

tinggi Latitudes. Jika tren pemanasan global terus, suhu di mana-mana di

AS US dapat mengurangi produktivitas pertanian. Kontinental wilayah

utara yang diproyeksikan untuk memiliki tanah kering panas, karena di

bagian sebelumnya ke melts salju di musim semi, dan hotter, lebih ceria

summers, menyebabkan penguapan dari luas tanah air. Selain itu, jika

daerah-daerah pedalaman di belahan bumi utara diharapkan untuk

menerima kurang kelembaban, maka tingkat danau dan sungai akan lebih

rendah.

2.2 PEMANASAN GLOBAL AKIBAT KERUSAKAN EKOSITEM DAN

DAMPAKNYA TERHADAP MANUSIA

Tumbuhan, air, sungai, langit, manusia dan mahluk lainnya berada

dalam satu kesatuan yang merupakan mata rantai kehidupan yang tak

terpisahkan sebagai gambaran suatu ekosistem. Apabila salah satunya

rusak ataupun musnah akan mengakibatkan terganggunya

keberlangsungan ekosistem yang telah tercipta secara alami. Kawasan

hutan merupakan areal yang mempunyai manfaat langsung bagi

masyarakat, namun pada kenyataannya selama ini belum banyak

dipahami kalangan awam sebagai sesuatu yang berarti. Mereka menilai

kawasan hutan merupakan kawasan tutupan hutan yang hanya

mempunyai makna ekonomi jika kayu yang ada didalamnya bisa dijual

atau dimanfaatkan untuk bangunan.

Air yang terserap dari gunung menciptakan kesuburan tanah dan

menjaga kecukupan air masyarakat yang keluar lewat mata air kemudian

dialirkan melalui sungai2 dan air tersebut dimanfaatkan untuk lahan

pertanian masyarakat sekitar. Memang sangat berorientasi pada

kepentingan manusia yang ada disekitar kawasan hutan, namun jika

dihubungkan secara global, ekosistem hutan lebih dari itu. Hutan telah

8

Page 9: Pemanasan Global

berjasa dalam keseimbangan iklim, mengurangi polusi, mereduksi,

menyerap CO2 dan mengurangi pemanasan global.

Beberapa tahun terakhir ini penjarahan hutan atau penebangan liar

di kawasan hutan makin marak terjadi dimana-mana seakan-akan tidak

terkendali. Ancaman kerusakan hutan ini jelas akan menimbulkan dampak

negatif yang luar biasa besarnya karena adanya efek elnino dari hilangnya

hutan, terutama pada kawasan-kawasan yang mempunyai fungsi ekologis

dan biodiversiti besar. Badan Planologi Departemen Kehutanan melalui

citra satelit menunjukkan luas lahan yang masih berhutan atau yang

masih ditutupi pepohonan di Pulau Jawa tahun 1999/2000 hanya tinggal

empat persen saja. Kawasan ini sebagian besar merupakan wilayah

tangkapan air pada daerah aliran sungai (DAS). Akibat dari kejadian ini

hilangnya suatu kawasan hutan yang tadinya dapat mendukung

kehidupan manusia dalam berbagai aspek. seperti kebutuhan air, oksigen

(O2), kenyamanan (iklim mikro), keindahan (wisata), penghasil kayu,

rotan, dammar, penyerapan karbon, pangan dan obat-obatan, sekarang

ini sudah sulit di dapatkan.

Pada kesempatan ini pembahasan peranan hutan difokuskan pada

penyerapan CO2 dan penghasil O2. Proses untuk menyerap CO2 dan

menghasilkan O2 oleh pohon disebut proses fotosintesis. Fotosintesis

adalah suatu proses biokimia yang dilakukan tumbuhan, termasuk alga,

dan beberapa jenis bakteri untuk memproduksi energi terpakai (nutrisi)

dengan memanfaatkan energi cahaya matahari.

Akibat dari berkurangnya kawasan yang berhutan di muka bumi ini

mengakibatkan terjadinya pemanasan global karena kurangnya penyerap

CO2 dan penghasil O2. Terjadinya pemanasan global yang terlampau

ekstrim ini adalah akibat pembakaran bahan bakar fosil terutama batu

bara, minyak bumi dan gas alam yang berlebihan. Pembakaran tersebut

melepaskan gas-gas lain yang disebut dengan gas rumah kaca (GRK).

9

Page 10: Pemanasan Global

GRK ini menimbulkan dampak yang disebut dengan Efek Rumah Kaca

yakni makin tingginya suhu bumi akibat pemanasan global. Pola iklim

akan berubah akibat dari kenaikan suhu, melelehnya es abadi dan

perubahan arus laut.

Efek Rumah Kaca dapat divisualisasikan sebagai sebuah proses

yang pada kenyataannya, di lapisan atmosfer terdapat selimut gas.

Rumah kaca adalah analogi atas bumi yang dikelilingi gelas kaca. Nah,

panas matahari masuk ke bumi dengan menembus gelas kaca tersebut

berupa radiasi gelombang pendek. Sebagian diserap oleh bumi dan

sisanya dipantulkan kembali ke angkasa sebagai radiasi gelombang

panjang. Namun, panas yang seharusnya dapat dipantulkan kembali ke

angkasa menyentuh permukaan gelas kaca dan terperangkap di dalam

bumi. Layaknya proses dalam rumah kaca di pertanian dan perkebunan,

gelas kaca memang berfungsi menahan panas untuk menghangatkan

rumah kaca. Masalah timbul ketika aktivitas manusia menyebabkan

peningkatan konsentrasi selimut gas di atmosfer (Gas Rumah Kaca)

sehingga melebihi konsentrasi yang seharusnya. Maka, panas matahari

yang tidak dapat dipantulkan ke angkasa akan meningkat pula. Semua

proses itu lah yang disebut Efek Rumah Kaca. Pemanasan global dan

perubahan iklim merupakan dampak dari Efek Rumah Kaca

Para ilmuan memperkirakan bahwa selama pemanasan global,

daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara (Northern Hemisphere)

akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di Bumi. Akibatnya, gunung-

gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih sedikit es

yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang

sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya

lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian yang ditutupi salju

akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam akan

lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada musim dingin dan

malam hari akan cenderung untuk meningkat.

10

Page 11: Pemanasan Global

Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air

yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah

kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan

pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air

merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan

meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih

banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan

memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini

akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembaban yang

tinggi akan meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen

untuk setiap derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia

telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai

akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari

tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari

sebelumnya. Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola

yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya

dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan

pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin

akan terjadi. Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1

persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang

diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di

masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang

timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin

berubahnya iklim di masa depan.

Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah

pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah

masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di

pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti

Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan

11

Page 12: Pemanasan Global

tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum

dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-

lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih

dingin.

Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin

bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida

dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen

karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration

(menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.

Menghilangkan karbon.Cara yang paling mudah untuk

menghilangkan karbondioksida di udara adalah dengan memelihara

pepohonan dan menanam pohon lebih banyak lagi. Pohon, terutama yang

muda dan cepat pertumbuhannya, menyerap karbondioksida yang sangat

banyak, memecahnya melalui fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam

kayunya. Di seluruh dunia, tingkat perambahan hutan telah mencapai

level yang mengkhawatirkan. Di banyak area, tanaman yang tumbuh

kembali sedikit sekali karena tanah kehilangan kesuburannya ketika

diubah untuk kegunaan yang lain, seperti untuk lahan pertanian atau

pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk mengatasi hal ini adalah

dengan penghutanan kembali yang berperan dalam mengurangi semakin

bertambahnya gas rumah kaca.

Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung.

Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-

sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan

(lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk

mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan

batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan

pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbondioksida yang terbawa

ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke

12

Page 13: Pemanasan Global

aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan. Salah satu sumber

penyumbang karbondioksida adalah pembakaran bahan bakar fosil.

Penggunaan bahan bakar fosil mulai meningkat pesat sejak revolusi

industri pada abad ke-18. Pada saat itu, batubara menjadi sumber energi

dominan untuk kemudian digantikan oleh minyak bumi pada pertengahan

abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas mulai biasa digunakan di dunia

sebagai sumber energi. Perubahan tren penggunaan bahan bakar fosil ini

sebenarnya secara tidak langsung telah mengurangi jumlah

karbondioksida yang dilepas ke udara, karena gas melepaskan

karbondioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak apalagi bila

dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian, penggunaan energi

terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi pelepasan karbondioksida

ke udara.

Energi nuklir, walaupun kontroversial karena alasan keselamatan

dan limbahnya yang berbahaya, bahkan tidak melepas karbondioksida

sama sekali. Persetujuan internasional Protokol Kyoto Reaksi dunia

dengan adanya pemanasan global ini mengakibatkan timbulnya

Kerjasama internasional untuk mensukseskan pengurangan gas-gas

rumah kaca. Di tahun 1992, pada Earth Summit di Rio de Janeiro, Brazil,

150 negara berikrar untuk menghadapi masalah gas rumah kaca dan

setuju untuk menterjemahkan maksud ini dalam suatu perjanjian yang

mengikat. Pada tahun 1997 di Jepang, 160 negara merumuskan

persetujuan yang lebih kuat yang dikenal dengan Protokol Kyoto.

Perjanjian ini, yang belum diimplementasikan, menyerukan kepada 38

negara-negara industri yang memegang persentase paling besar dalam

melepaskan gas-gas rumah kaca untuk memotong emisi mereka ke

tingkat 5 persen di bawah emisi tahun 1990. Pengurangan ini harus dapat

dicapai paling lambat tahun 2012. Pada mulanya, Amerika Serikat

mengajukan diri untuk melakukan pemotongan yang lebih ambisius,

menjanjikan pengurangan emisi hingga 7 persen di bawah tingkat 1990;

13

Page 14: Pemanasan Global

Uni Eropa, yang menginginkan perjanjian yang lebih keras, berkomitmen 8

persen; dan Jepang 6 persen. Sisa 122 negara lainnya, sebagian besar

negara berkembang, tidak diminta untuk berkomitmen dalam

pengurangan emisi gas. Akan tetapi, pada tahun 2001, Presiden Amerika

Serikat yang baru terpilih, George W. Bush mengumumkan bahwa

perjanjian untuk pengurangan karbondioksida tersebut menelan biaya

yang sangat besar. Ia juga menyangkal dengan menyatakan bahwa

negara-negara berkembang tidak dibebani dengan persyaratan

pengurangan karbondioksida ini. Kyoto Protokol tidak berpengaruh apa-

apa bila negara-negara industri yang bertanggung jawab menyumbang 55

persen dari emisi gas rumah kaca pada tahun 1990 tidak meratifikasinya.

Persyaratan itu berhasil dipenuhi ketika tahun 2004, Presiden Rusia

Vladimir Putin meratifikasi perjanjian ini, memberikan jalan untuk

berlakunya perjanjian ini mulai 16 Februari 2005. Banyak orang mengkritik

Protokol Kyoto terlalu lemah. Bahkan jika perjanjian ini dilaksanakan

segera, ia hanya akan sedikit mengurangi bertambahnya konsentrasi gas-

gas rumah kaca di atmosfer. Suatu tindakan yang keras akan diperlukan

nanti, terutama karena negara-negara berkembang yang dikecualikan dari

perjanjian ini akan menghasilkan separuh dari emisi gas rumah kaca pada

2035. Penentang protokol ini memiliki posisi yang sangat kuat. Penolakan

terhadap perjanjian ini di Amerika Serikat terutama dikemukakan oleh

industri minyak, industri batubara dan perusahaan-perusahaan lainnya

yang produksinya tergantung pada bahan bakar fosil. Para penentang ini

mengklaim bahwa biaya ekonomi yang diperlukan untuk melaksanakan

Protokol Kyoto dapat menjapai 300 milyar dollar AS, terutama disebabkan

oleh biaya energi. Sebaliknya pendukung Protokol Kyoto percaya bahwa

biaya yang diperlukan hanya sebesar 88 milyar dollar AS dan dapat lebih

kurang lagi serta dikembalikan dalam bentuk penghematan uang setelah

mengubah ke peralatan, kendaraan, dan proses industri yang lebih

effisien.

14

Page 15: Pemanasan Global

Pada suatu negara dengan kebijakan lingkungan yang ketat,

ekonominya dapat terus tumbuh walaupun berbagai macam polusi telah

dikurangi. Akan tetapi membatasi emisi karbondioksida terbukti sulit

dilakukan. Sebagai contoh, Belanda, negara industrialis besar yang juga

pelopor lingkungan, telah berhasil mengatasi berbagai macam polusi

tetapi gagal untuk memenuhi targetnya dalam mengurangi produksi

karbondioksida. Setelah tahun 1997, para perwakilan dari penandatangan

Protokol Kyoto bertemu secara reguler untuk menegoisasikan isu-isu yang

belum terselesaikan seperti peraturan, metode dan pinalti yang wajib

diterapkan pada setiap negara untuk memperlambat emisi gas rumah

kaca. Para negoisator merancang sistem di mana suatu negara yang

memiliki program pembersihan yang sukses dapat mengambil keuntungan

dengan menjual hak polusi yang tidak digunakan ke negara lain. Sistem

ini disebut perdagangan karbon. Sebagai contoh, negara yang sulit

meningkatkan lagi hasilnya, seperti Belanda, dapat membeli kredit polusi

di pasar, yang dapat diperoleh dengan biaya yang lebih rendah. Rusia,

merupakan negara yang memperoleh keuntungan bila sistem ini

diterapkan. Pada tahun 1990, ekonomi Rusia sangat payah dan emisi gas

rumah kacanya sangat tinggi. Karena kemudian Rusia berhasil memotong

emisinya lebih dari 5 persen di bawah tingkat 1990, ia berada dalam posisi

untuk menjual kredit emisi ke negara-negara industri lainnya, terutama

mereka yang ada di Uni Eropa. Bangsa Indonesia juga telah melakukan

aksi nyata dalam menyikapi pemanasan global ini, ini dibuktikan dengan

adanya kegiatan melakukan penanaman melalui program Kampanye

Indonesia Menanam, Kecil Menanam Dewasa Memanen, Rehabilitasi

Hutan dan Lahan, Aksi Penanaman Serentak, Gerakan Perempuan

Tanam dan Pelihara Pohon. Dilanjutkan dengan adanya pertemuan

internasional di Provinsi Bali yaitu Conference Of Parties (COP) 13 United

Nation Framework Convention On Climate Change (UNFCCC) pada

tanggal 3 s/d 14 Desember 2007 yang dihadiri oleh 103 negara dengan

9000 peserta.

15

Page 16: Pemanasan Global

2.3 AKTIVITAS MANUSIA DAN PERANANNYA DALAM

PEMANASAN GLOBAL

Kerusakan demi kerusakan tersebut menyebabkan terjadinya

pemanasan global. Konsentrasi gas-gas tertentu yang dikenal sebagai

gas rumah kaca, terus bertambah di udara akibat tindakan manusia

melalui kegiatan industri, khususnya CO2 dan chloro fluorocarbon. Yang

terutama adalah karbon dioksida, yang umumnya dihasilkan dari

penggunaan batubara, minyak bumi, gas, penggundulan hutan, serta

pembakaran hutan. Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi

industri, sedangkan emisi metan disebabkan oleh aktivitas industri dan

pertanian. Chlorofluorocarbon (CFC) merusak lapisan ozon seperti juga

gas rumah kaca menyebabkan pemanasan global, tetapi sekarang

dihapus dalam Protokol Montreal. Karbon dioksida, chlorofluorocarbon,

metan, asam nitrat adalah gas-gas polutif yang terakumulasi di udara dan

menyaring banyak panas dari matahari.

Proses pemanasan global dipicu oleh adanya efek rumah kaca,

dimana energi dari matahari memacu cuaca dan iklim bumi serta

memanasi permukaan bumi; sebaliknya bumi mengembalikan energi

tersebut ke angkasa. Gas rumah kaca pada atmosfer (uap air, karbon

dioksida dan gas lainnya) menyaring sejumlah energi yang dipancarkan,

menahan panas seperti rumah kaca. Tanpa efek rumah kaca natural ini

maka suhu akan lebih rendah dari yang ada sekarang dan kehidupan

seperti yang ada sekarang tidak mungkin ada. Jadi gas rumah kaca

menyebabkan suhu udara di permukaan bumi menjadi lebih nyaman

sekitar 60°F/15°C. Tetapi permasalahan akan muncul ketika terjadi

konsentrai gas rumah kaca pada atmosfer bertambah. Sejak awal revolusi

industri, konsentrasi karbon dioksida pada atmosfer bertambah mendekati

30%, konsetrasi metan lebih dari dua kali, konsentrasi asam nitrat

bertambah 15%. Penambahan tersebut telah meningkatkan kemampuan

menjaring panas pada atmosfer bumi. Mengapa konsentrasi gas rumah

kaca bertambah? Para ilmuwan umumnya percaya bahwa pembakaran

16

Page 17: Pemanasan Global

bahan bakar fosil dan kegiatan manusia lainnya merupakan penyebab

utama dari bertambahnya konsentrasi karbon dioksida dan gas rumah

kaca.

Sementara lautan dan vegetasi yang bertugas menangkap banyak

CO2 tidak mampu mengimbangi pertambahan CO2 dari kegiatan manusia

di bumi, hal ini berarti bahwa jumlah akumulatif dari gas rumah kaca yang

berada di udara bertambah setiap tahunnya dan berarti mempercepat

pemanasan global. Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia

bertambah secara spektakuler, dimana sekitar 70% energi dipakai oleh

negara-negara maju; dan 78% dari energi tersebut berasal dari bahan

bakar fosil. Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan yang mengakibatkan

sejumlah wilayah terkuras habis dan yang lainnya mereguk keuntungan.

Sementara itu, jumlah dana untuk pemanfaatan ”energi tak dapat habis”

seperti matahari, angin, biogas, air, khususnya hidro mini dan makro, baik

di negara maju maupun miskin tetaplah rendah (dalam perbandingan

dengan bantuan keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk bahan

bakar fosil dan energi nuklir). Padahal sumber energi ini dapat

mengurangi penggunaan bahan bakar fosil. Penggundulan hutan yang

mengurangi penyerapan karbon oleh pohon, menyebabkan emisi karbon

bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro lokal dan siklus

hidrologis, sehingga mempengaruhi kesuburan tanah. Padahal tanah

mengandung karbon sebanyak 24 milyar ton dan hutan Indonesia

menyumbangkan emisi CO2 sebesar 2.6 milliar ton per tahun, walaupun

juga mengandung 19 milliar ton carbon.

Jika diamati maka sumber pencemar utama adalah transportasi,

kebakaran hutan, limbah rumah tangga, limbah tambang, dan limbang

industri. Selama 1985 – 2000 jumlah kendaraan sebagai sarana

transportasi meningkat dari 1.2 juta menjadi 19 juta. Pada tahun 1985 –

1997 seluas 20 juta hektar hutan terbakar dan dibakar, dan pada tahun

1997-1998 luas hutan yang terbakar dan dibakar sebesar 10 juta hektar.

Dalam hal limbah rumah tangga – hanya 3-5% yang punya akses saluran

17

Page 18: Pemanasan Global

limbah rumah tangga, sehingga menyumbangkan Emisi CO2 sebanyak 35

juta ton CO2. Pertambangan menyumbang limbah seperti tailing dan

merkuri dalam jumlah yang besar, sedangkan industri lainnya

menyumbangkan limbah cair (black liquor) karena system daur ulang

limbah yang tidak ada, tidak lengkap, atau tidak baik dan juga

menyumbangkan Emisi CO2 sebanyak 275 juta ton per tahun.

Terjadinya Global Warming diakibatkan oleh adanya kebijakan

pemerintah yang tidak tepat. Pengelolaan hutan yang salah dan

menyebabkan hutan tropis hancur serta tidak memberikan manfaat yang

signifikan baik bagi pemerintah maupun bagi penduduk di sekitarnya.

Yang mengeruk keuntungan adalah pengusaha yang secara semena-

mena telah menghancurkan hutan yang menjadi tempat menyimpan air

dan penghasil oksigen bagi mahluk hidup dan tempat hidup flora dan

fauna. Pengelolaan yang salah menyebabkan bencana banjir dan dampak

lingkungan lain, rakyat yang sudah miskin tetap miskin dan bahkan

menjadi lebih miskin karena hutannya sudah hancur. Bertambahanya

suhu global yang tidak dapat dicegah lagi dan bahwa perubahan iklim

mungkin sudah terjadi sekarang. Selain itu penyebab utamanya adalah

adanya konsumsi yang berlebihan. Bukan oleh 80% penduduk miskin di

2/3 belahan bumi, tetapi oleh 20% penduduk kaya yang mengkonsumsi

86% dari seluruh sumber alam dunia. Program konversi minyak tanah

menjadi gas juga dapat diambil sebagai contoh bahwa ketidaksiapan

pemerintah secara infrastruktur dan juga sosialisasi, menyebabkan

banyak orang desa menggunakan lagi kayu bakar dengan merambah

hutan, karena untuk memasak mereka sulit memperoleh minyak tanah

dan gas, serta harga gas terus membumbung tinggi. Kampanye dalam

rangka Pemilu juga memacu kerusakan lingkungan, karena penyumbang

dana pemilu bisa jadi disumbang oleh pengusaha pembalakan hutan liar

sebagai upaya pencucian uang.

Tidak dapat dipungkiri lagi, manusia sebagai makhluk yang “lebih

berkuasa” merupakan pemeran utama adanya pemanasan global. Hal ini

18

Page 19: Pemanasan Global

disebabkan manusia lah yang penyumbang gas rumah kaca terbesar. Dari

berbagai aktivitasnya penggunaan energi fosil merupakan penyumbang

gas rumah kaca terbanyak. Berdasarkan World Development Report

1998/99 dari Bank Dunia, total emisi CO2 dunia pada tahun 1995, baik

berasal dari penggunaan energi maupun dari sumber lain sebesar 22.700

juta ton. Amerika Serikat menempati urutan pertama dalam hal

pembuangan emisi gas CO2 sebanyak 24,1% (melebihi Jepang, India,

China, maupun gabungan tiga negara ini, maupun jika dibandingkan

dengan Eropa). Selain penggunaan energi fosil, pemakaian barang-

barang yang akan menimbulkan aerosol yang berlebihan di atmosfer juga

menimbulkan pemanasan global. Sebagai contoh penggunaan freon pada

AC, pemakaian hair dan parfum spray maupun asap kendaraan bermotor

yang menimbulkan senyawa timbal (Pb).

Semakin berkurangnya hutan memegang peranan dalam

pemanasan global. Kawasan hutan merupakan areal yang mempunyai

manfaat langsung bagi masyarakat, namun pada kenyataannya selama ini

belum banyak dipahami kalangan awam sebagai sesuatu yang berarti.

Mereka menilai kawasan hutan merupakan kawasan tutupan hutan yang

hanya mempunyai makna ekonomi jika kayu yang ada di dalamnya bisa

dijual atau dimanfaatkan untuk bangunan.

Air yang terserap dari gunung menciptakan kesuburan tanah dan

menjaga kecukupan air masyarakat yang keluar lewat mata air kemudian

dialirkan melalui sungai-sungai dan air tersebut dimanfaatkan untuk lahan

pertanian masyarakat sekitar.

Memang sangat berorientasi pada kepentingan manusia yang ada

disekitar kawasan hutan, namun jika dihubungkan secara global,

ekosistem hutan lebih dari itu. Hutan telah berjasa dalam keseimbangan

iklim, mengurangi polusi, mereduksi, menyerap CO2 dan mengurangi

pemanasan global.

19

Page 20: Pemanasan Global

Beberapa tahun terakhir ini penjarahan hutan atau penebangan liar

di kawasan hutan makin marak terjadi dimana-mana seakan-akan tidak

terkendali. Ancaman kerusakan hutan ini jelas akan menimbulkan dampak

negatif yang luar biasa besarnya karena adanya efek El-Nino dari

hilangnya hutan, terutama pada kawasan-kawasan yang mempunyai

fungsi ekologis dan biodiversiti besar. Badan Planologi Departemen

Kehutanan melalui citra satelit menunjukkan luas lahan yang masih

berhutan atau yang masih ditutupi pepohonan di Pulau Jawa tahun

1999/2000 hanya tinggal empat persen saja. Kawasan ini sebagian besar

merupakan wilayah tangkapan air pada daerah aliran sungai (DAS).

Akibat dari kejadian ini hilangnya suatu kawasan hutan yang tadinya dapat

mendukung kehidupan manusia dalam berbagai aspek. seperti kebutuhan

air, oksigen (O2), kenyamanan (iklim mikro), keindahan (wisata), penghasil

kayu, rotan, dammar, penyerapan karbon, pangan dan obat-obatan,

sekarang ini sudah sulit di dapatkan lagi. Analisis penyebab pemanasan

global juga dipengaruhi oleh berbagai proses umpan balik yang

dihasilkannya. Sebagai contoh adalah pada penguapan air. Pada kasus

pemanasan akibat bertambahnya gas-gas rumah kaca seperti CO2,

pemanasan pada awalnya akan menyebabkan lebih banyaknya air yang

menguap ke atmosfer. Karena uap air sendiri merupakan gas rumah kaca,

pemanasan akan terus berlanjut dan menambah jumlah uap air di udara

sampai tercapainya suatu kesetimbangan konsentrasi uap air. Efek rumah

kaca yang dihasilkannya lebih besar bila dibandingkan oleh akibat gas

CO2 sendiri. (Walaupun umpan balik ini meningkatkan kandungan air

absolut di udara, kelembaban relatif udara hampir konstan atau bahkan

agak menurun karena udara menjadi menghangat). Umpan balik ini hanya

berdampak secara perlahan-lahan karena CO2 memiliki usia yang

panjang di atmosfer. Efek umpan balik karena pengaruh awan sedang

menjadi objek penelitian saat ini. Bila dilihat dari bawah, awan akan

memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan, sehingga akan

meningkatkan efek pemanasan. Sebaliknya bila dilihat dari atas, awan

20

Page 21: Pemanasan Global

tersebut akan memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke

angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan. Apakah efek netto-

nya menghasilkan pemanasan atau pendinginan tergantung pada

beberapa detail-detail tertentu seperti tipe dan ketinggian awan tersebut.

Detail-detail ini sulit direpresentasikan dalam model iklim, antara lain

karena awan sangat kecil bila dibandingkan dengan jarak antara batas-

batas komputasional dalam model iklim (sekitar 125 hingga 500 km untuk

model yang digunakan dalam Laporan Pandangan IPCC ke Empat).

Walaupun demikian, umpan balik awan berada pada peringkat dua bila

dibandingkan dengan umpan balik uap air dan dianggap positif

(menambah pemanasan) dalam semua model yang digunakan dalam

Laporan Pandangan IPCC ke Empat. Umpan balik penting lainnya adalah

hilangnya kemampuan memantulkan cahaya (albedo) oleh es. Ketika

temperatur global meningkat, es yang berada di dekat kutub mencair

dengan kecepatan yang terus meningkat. Bersamaan dengan melelehnya

es tersebut, daratan atau air dibawahnya akan terbuka. Baik daratan

maupun air memiliki kemampuan memantulkan cahaya lebih sedikit bila

dibandingkan dengan es, dan akibatnya akan menyerap lebih banyak

radiasi Matahari. Hal ini akan menambah pemanasan dan menimbulkan

lebih banyak lagi es yang mencair, menjadi suatu siklus yang

berkelanjutan. Umpan balik positif akibat terlepasnya CO2 dan CH4 dari

melunaknya tanah beku (permafrost) adalah mekanisme lainnya yang

berkontribusi terhadap pemanasan. Selain itu, es yang meleleh juga akan

melepas CH4 yang juga menimbulkan umpan balik positif. Kemampuan

lautan untuk menyerap karbon juga akan berkurang bila ia menghangat,

hal ini diakibatkan oleh menurunya tingkat nutrien pada zona mesopelagic

sehingga membatasi pertumbuhan diatom daripada fitoplankton yang

merupakan penyerap karbon yang rendah.

21

Page 22: Pemanasan Global

2.4 AKIBAT DARI PEMANASAN GLOBAL

Adanya pemanasan global menmbulkan berbagai akibat yang

sebagian besar sangat merugikan. Para ilmuwan memperkirakan bahwa

selama pemanasan global, daerah bagian Utara dari belahan Bumi Utara

(Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di

Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan

mengecil. Akan lebih sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut.

Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami salju ringan, mungkin tidak

akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis, bagian

yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair.

Musim tanam akan lebih panjang di beberapa area. Temperatur pada

musim dingin dan malam hari akan cenderung untuk meningkat.

Daerah hangat akan menjadi lebih lembab karena lebih banyak air

yang menguap dari lautan. Para ilmuan belum begitu yakin apakah

kelembaban tersebut malah akan meningkatkan atau menurunkan

pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap air

merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan

meningkatkan efek insulasi pada atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih

banyak juga akan membentuk awan yang lebih banyak, sehingga akan

memantulkan cahaya matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini

akan menurunkan proses pemanasan Kelembaban yang tinggi akan

meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap

derajat Fahrenheit pemanasan. (Curah hujan di seluruh dunia telah

meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun terakhir ini). Badai akan

menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari tanah.

Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya.

Angin akan bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang

berbeda. Topan badai (hurricane) yang memperoleh kekuatannya dari

penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan pemanasan

22

Page 23: Pemanasan Global

yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi.

Pola cuaca menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrim.

Berikut ini penulis akan memberikan berbagai contoh akibat

pemanasan global di berbagai dunia. Tahun 2002, Colorado, Arizona dan

Oregon menderita musim kering dengan debu-debu yang mampu

menimbulkan angin ribut. Daerah Texas dan Montana juga mengalami

banjir yang menimbulkan banyak kerugian. Jakarta juga mengalami banjir

terburuk dalam lima tahun terakhir pada tahun 2007.

Perubahan tinggi muka laut akan sangat mempengaruhi kehidupan

di daerah pantai. Kenaikan 100 cm (40 inchi) akan menenggelamkan 6%

daerah Belanda, 17,5% daerah Bangladesh, dan banyak pulau-pulau.

Bahkan mungkin negara-negara Mikronesia akan tenggelam semuanya.

Erosi dari tebing, pantai, dan bukit pasir akan meningkat. Ketika tinggi

lautan mencapai muara sungai, banjir akibat air pasang akan meningkat di

daratan. Indonesia tahun ini juga mengalami banjir air pasang sebagai

dampak dari meningkatnya tinggi muka air laut. Negara-negara kaya akan

menghabiskan dana yang sangat besar untuk melindungi daerah

pantainya, sedangkan negara-negara miskin mungkin hanya dapat

melakukan evakuasi dari daerah pantai.

Di bidang pertanian, orang mungkin beranggapan bahwa Bumi

yang hangat akan menghasilkan lebih banyak makanan dari sebelumnya,

tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di beberapa tempat. Bagian Selatan

Kanada, sebagai contoh, mungkin akan mendapat keuntungan dari lebih

tingginya curah hujan dan lebih lamanya masa tanam. Di lain pihak, lahan

pertanian tropis semi kering di beberapa bagian Afrika mungkin tidak

dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang menggunakan air irigasi dari

gunung-gunung yang jauh dapat menderita jika snowpack (kumpulan

salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai reservoir alami, akan mencair

sebelum puncak bulan-bulan masa tanam. Di daerah tropis seperti

23

Page 24: Pemanasan Global

Indonesia kemungkinan gagal panen juga akan semakin besar. Di saat

musim tanam sistem DAS maupun tanah tidak mampu menyimpan air

sehingga terjadilah banjir. Selain itu pola curah hujan yang berubah,

misalnya hujan yang biasanya turun dalam sebulan tetapi kenyataannya

turun seminggu. Tanaman pangan dan hutan juga dapat mengalami

serangan serangga dan penyakit yang lebih hebat.

Pemanasan global juga menimbulkan naiknya muka air laut. Ketika

atmosfer menghangat, lapisan permukaan lautan juga akan menghangat,

sehingga volumenya akan membesar dan menaikkan tinggi permukaan

laut. Pemanasan juga akan mencairkan banyak es di kutub, terutama

sekitar Greenland, yang lebih memperbanyak volume air di laut. Tinggi

muka laut di seluruh dunia telah meningkat 10 - 25 cm (4 - 10 inchi)

selama abad ke-20, dan para ilmuan memprediksi akan terjadi

peningkatan lebih lanjut sekitar 9 - 88 cm (4 - 35 inchi) pada abad ke-21.

Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit

menghindar dari efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah

dikuasai manusia. Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk

bermigrasi ke arah kutub atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan

mengubah arah pertumbuhannya, mencari daerah baru karena habitat

lamanya menjadi terlalu hangat. Akan tetapi, pembangunan manusia akan

menghalangi perpindahan ini. Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara

atau selatan yang terhalangi oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian

mungkin akan mati. Beberapa tipe spesies yang tidak mampu secara

cepat berpindah menuju kutub mungkin juga akan musnah.

Di bumi yang semakin memanas, para ilmuan memprediksi bahwa

lebih banyak orang yang terkena penyakit atau meninggal karena stress

panas. Wabah penyakit yang biasa ditemukan di daerah tropis, seperti

penyakit yang diakibatkan nyamuk dan hewan pembawa penyakit lainnya,

akan semakin meluas karena mereka dapat berpindah ke daerah yang

24

Page 25: Pemanasan Global

sebelumnya terlalu dingin bagi mereka. Saat ini, 45% penduduk dunia

tinggal di daerah di mana mereka dapat tergigit oleh nyamuk pembawa

parasit malaria; persentase itu akan meningkat menjadi 60 persen jika

temperature meningkat. Penyakit-penyakit tropis lainnya juga dapat

menyebar seperti malaria, seperti demam dengue, demam kuning, dan

encephalitis. Para ilmuan juga memprediksi meningkatnya insiden alergi

dan penyakit pernafasan karena udara yang lebih hangat akan

memperbanyak polutan, spora mold dan serbuk sari. Perubahan cuaca

dan lautan dapat mengakibatkan munculnya penyakit-penyakit yang

berhubungan dengan panas (heat stroke) dan kematian. Temperatur yang

panas juga dapat menyebabkan gagal panen sehingga akan muncul

kelaparan dan malnutrisi. Perubahan cuaca yang ekstrem dan

peningkatan permukaan air laut akibat mencairnya es di kutub utara dapat

menyebabkan penyakit-penyakit yang berhubungan dengan bencana

alam (banjir, badai dan kebakaran) dan kematian akibat trauma.

Timbulnya bencana alam biasanya disertai dengan perpindahan

penduduk ke tempat-tempat pengungsian dimana sering muncul penyakit,

seperti: diare, malnutrisi, defisiensi mikronutrien, trauma psikologis,

penyakit kulit, dan lain-lain. Pergeseran ekosistem dapat memberi dampak

pada penyebaran penyakit melalui air (Waterborne diseases) maupun

penyebaran penyakit melalui vektor (vector-borne diseases). Seperti

meningkatnya kejadian Demam Berdarah karena munculnya ruang

(ekosistem) baru untuk nyamuk ini berkembang biak. Dengan adamya

perubahan iklim ini maka ada beberapa spesies vektor penyakit (eq Aedes

Agipty), Virus, bakteri, plasmodium menjadi lebih resisten terhadap obat

tertentu yang target nya adala organisme tersebut. Selain itu bisa

diprediksi kan bahwa ada beberapa spesies yang secara alamiah akan

terseleksi ataupun punah dikarenakan perbuhan ekosistem yang ekstrem

ini. hal ini juga akan berdampak perubahan iklim (climate change)yang bis

berdampak kepada peningkatan kasus penyakit tertentu seperti ISPA

(kemarau panjang / kebakaran hutan, DBD Kaitan dengan musim hujan

25

Page 26: Pemanasan Global

tidak menentu) Gradasi Lingkungan yang disebabkan oleh pencemaran

limbah pada sungai juga berkontribusi pada waterborne diseases dan

vector-borne disease. Ditambah pula dengan polusi udara hasil emisi gas-

gas pabrik yang tidak terkontrol selanjutnya akan berkontribusi terhadap

penyakit-penyakit saluran pernafasan seperti asma, alergi,

coccidiodomycosis, penyakit jantung dan paru kronis, dan lain-lain.

Tahun 2004, konsultan dari Pentagon juga merilis laporan dari

akibat terburuk dari pemanasan global terhadap keamanan nasional.

Pemanasan global bisa membuat sebagian besar area dunia tak dapat

didiami. mengalami kekurangan air dan makanan, peperangan dan

migrasi tersebar luas.

2.5 PENGENDALIAN PEMANASAN GLOBAL

Konsumsi total bahan bakar fosil di dunia meningkat sebesar 1

persen per-tahun. Langkah-langkah yang dilakukan atau yang sedang

diskusikan saat ini tidak ada yang dapat mencegah pemanasan global di

masa depan. Tantangan yang ada saat ini adalah mengatasi efek yang

timbul sambil melakukan langkah-langkah untuk mencegah semakin

berubahnya iklim di masa depan.

Kerusakan yang parah dapat diatasi dengan berbagai cara. Daerah

pantai dapat dilindungi dengan dinding dan penghalang untuk mencegah

masuknya air laut. Cara lainnya, pemerintah dapat membantu populasi di

pantai untuk pindah ke daerah yang lebih tinggi. Beberapa negara, seperti

Amerika Serikat, dapat menyelamatkan tumbuhan dan hewan dengan

tetap menjaga koridor (jalur) habitatnya, mengosongkan tanah yang belum

dibangun dari selatan ke utara. Spesies-spesies dapat secara perlahan-

lahan berpindah sepanjang koridor ini untuk menuju ke habitat yang lebih

dingin.

26

Page 27: Pemanasan Global

Ada dua pendekatan utama untuk memperlambat semakin

bertambahnya gas rumah kaca. Pertama, mencegah karbon dioksida

dilepas ke atmosfer dengan menyimpan gas tersebut atau komponen

karbon-nya di tempat lain. Cara ini disebut carbon sequestration

(menghilangkan karbon). Kedua, mengurangi produksi gas rumah kaca.

Cara yang paling mudah untuk menghilangkan karbondioksida di

udara adalah dengan memelihara pepohonan dan menanam pohon lebih

banyak lagi. Pohon, terutama yang muda dan cepat pertumbuhannya,

menyerap karbondioksida yang sangat banyak, memecahnya melalui

fotosintesis, dan menyimpan karbon dalam kayunya. Di seluruh dunia,

tingkat perambahan hutan telah mencapai level yang mengkhawatirkan.

Di banyak area, tanaman yang tumbuh kembali sedikit sekali karena tanah

kehilangan kesuburannya ketika diubah untuk kegunaan yang lain, seperti

untuk lahan pertanian atau pembangunan rumah tinggal. Langkah untuk

mengatasi hal ini adalah dengan penghutanan kembali yang berperan

dalam mengurangi semakin bertambahnya gas rumah kaca.

Gas karbondioksida juga dapat dihilangkan secara langsung.

Caranya dengan menyuntikkan (menginjeksikan) gas tersebut ke sumur-

sumur minyak untuk mendorong agar minyak bumi keluar ke permukaan

(lihat Enhanced Oil Recovery). Injeksi juga bisa dilakukan untuk

mengisolasi gas ini di bawah tanah seperti dalam sumur minyak, lapisan

batubara atau aquifer. Hal ini telah dilakukan di salah satu anjungan

pengeboran lepas pantai Norwegia, di mana karbondioksida yang terbawa

ke permukaan bersama gas alam ditangkap dan diinjeksikan kembali ke

aquifer sehingga tidak dapat kembali ke permukaan.

Salah satu sumber penyumbang karbondioksida adalah

pembakaran bahan bakar fosil. Penggunaan bahan bakar fosil mulai

meningkat pesat sejak revolusi industri pada abad ke-18. Pada saat itu,

batubara menjadi sumber energi dominan untuk kemudian digantikan oleh

27

Page 28: Pemanasan Global

minyak bumi pada pertengahan abad ke-19. Pada abad ke-20, energi gas

mulai biasa digunakan di dunia sebagai sumber energi. Perubahan tren

penggunaan bahan bakar fosil ini sebenarnya secara tidak langsung telah

mengurangi jumlah karbondioksida yang dilepas ke udara, karena gas

melepaskan karbondioksida lebih sedikit bila dibandingkan dengan minyak

apalagi bila dibandingkan dengan batubara. Walaupun demikian,

penggunaan energi terbaharui dan energi nuklir lebih mengurangi

pelepasan karbon dioksida ke udara.

Beberapa konferensi dan perjanjian tingkat internasional juga

semakin gencar diupayakan. Perjanjian itu lebih mengarah ke

perdagangan karbon dan peraturan pemotongan emisi bagi negara-

negara industri yang memegang presentase paling besar dalam

pelepasan gas-gas rumah kaca.

28

Page 29: Pemanasan Global

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Pemanasan global merupakan akibat dari aktivitas manusia yang

cenderung possibleistik (manusia dapat mengubah alam). Aktivitas ini lah

yang memacu peningkatan emisi gas rumah kaca ke atmosfer.

Kesadaran manusia akan lingkungan juga berpengaruh. Golongan

manusia yang dikatakan pro lingkungan semakin lama semakin sedikit.

Akibat rusaknya lingkungan dan ekosistem.

3.2 SARAN

Jadi jelaslah kini masalah Pemanasan Global memiliki dampak

sangat serius bagi kelangsungan kehidupan dan penghidupan bangsa kita

serta umat manusia umumnya di Bumi ini.  Oleh sebab itu marilah kita

mulai dengan diri kita sendiri untuk mengubah gaya hidup kita sendiri

dengan cara sederhana seperti mematikan dua titik lampu listrik antara

pukul 17.00 s/d 22.00, membuat sumur resapan, hemat energi dengan

cara selektif menggunakan peralatan elektronik, mengurangi pemakaian

mobil pribadi, mengurangi pemakaian kemasan plastik, memilah dan

mengelola sampah rumah tangga, menanam pohon di halaman rumah

dan banyak hal lain. Karena tanpa dimulai dari diri kita sendiri, masyarakat

dan bangsa kita tidak akan berubah dan pada akhirnya semua manusia di

Bumi tidak juga akan berubah. Mari kita mulai hari ini juga.

29

Page 30: Pemanasan Global

DAFTAR PUSTAKA

NASA: Global Warming to Cause More Severe Tornadoes, Storms, Fox

News, August 31, 2007.

Soden, Brian J., Held, Isacc M. (01-11-2005). "An Assessment of Climate

Feedbacks in Coupled Ocean-Atmosphere Models" (PDF). Journal of

Climate 19 (14) Diakses pada 21 April 2007.

infopemanasanglobal.wordpress.com/

.(http://handy.hagemman.com/index.php/2007/12/01/dampak-pemanasan-

global-bagi-indonesia/)

arhidayat.staff.uii.ac.id/page/3/

kir8g.blogspot.com/2009/02/kajian-pustaka.html

30