pemahaman konseptual pendekatan dan...

36
Pemahaman Konseptual Pendekatan dan Pengertian A.PENGERTIAN KOMUNIKASI, KOMPONEN DAN TUJUAN KOMUNIKASI 1. Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik. Gambar berikut menggambarkan apa yang dapat kita namakan model universal komunikasi. Ini mengandung elemen-elemen yang ada dalam setiap tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat intrapribadi, antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi masa. Bacaan Kuliah Teori Komunikasi Page 1 PEMAHAMAN KONSEPTUAL : PENDEKATAN DAN PENGERTIAN, KERANGKA ANALISIS DAN TEORI S. Djuarsa Sendjaja, Ph, D.. Drs. Tandiyo Pradekso, M. A. Gangguan Pesan Umpan balik Sumber/ enkoder Penerima/ dekoder Sumber/ enkoder Penerima/ dekoder Umpan balik Pesan Saluran/ media Saluran/ media Konteks (Lingkungan

Upload: others

Post on 29-Dec-2019

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Pemahaman Konseptual Pendekatan dan Pengertian

Pemahaman Konseptual Pendekatan dan Pengertian

A.PENGERTIAN KOMUNIKASI, KOMPONEN DAN TUJUAN KOMUNIKASI

1. Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi sudah banyak didefinisikan oleh banyak orang, jumlahnya sebanyak orang yang mendifinisikannya. Dari banyak pengertian tersebut jika dianalisis pada prinsipnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam suatu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melakukan umpan balik.

Gambar berikut menggambarkan apa yang dapat kita namakan model universal komunikasi. Ini mengandung elemen-elemen yang ada dalam setiap tindak komunikasi, terlepas dari apakah itu bersifat intrapribadi, antarpribadi, kelompok kecil, pidato terbuka, atau komunikasi masa.

2.Komponen Komunikasi

a.Lingkungan komunikasi

Lingkungan (konteks) komunikasi setidak-tidaknya memiliki tiga dimensi:

1. Fisik, adalah ruang dimana komunikasi berlangsung yang nyata atau berwujud.

2. Sosial-psikoilogis, meliputi, misalnya tata hubungan status di antara mereka yang terlibat, peran yang dijalankan orang, serta aturan budaya masyarakat di mana mereka berkomunikasi. Lingkungan atau konteks ini juga mencakup rasa persahabatan atau permusuhan, formalitas atau informalitas, serius atau senda gurau,

3. Temporal (waktu), mencakup waktu dalam hitungan jam, hari, atau sejarah dimana komunikasi berlangsung.

Ketiga dimensi lingkungan ini saling berinteraksi; masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh yang lain. Sebagai contoh, terlambat memenuhi janji dengan seseorang (dimensi temporal), dapat mengakibatkan berubahnya suasana persahabatan-permusuhan (dimensi sosial-psikologis), yang kemudian dapat menyebabkan perubahan kedekatan fisik dan pemilihan rumah makan untuk makan malam (dimensi fisik). Perubahan-perubahan tersebut dapat menimbulkan banyak perubahan lain. Proses komunikasi tidak pernah statis.

b.Sumber-Penerima

Kita menggunakan istilah sumber-penerima sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa setiap orang yang terlibat dalam komunikasi adalah sumber (atau pembicara) sekaligus penerima (atau pendengar). Anda mengirimkan pesan ketika anda berbicara, menulis, atau memberikan isyarat tubuh. Anda menerima pesan dengan mendengarkan, membaca, membaui, dan sebagainya.

Tetapi, ketika anda mengirimkan pesan, anda juga menerima pesan. Anda menerima pesan anda sendiri (anda mendengar diri sendiri, merasakan gerakan anda sendiri, dan melihat banyak isyarat tubuh anda sendiri) dan anda menerima pesan dari orang lain (secara visual, melalui pendengaran, atau bahkan melalui rabaan dan penciuman). Ketika anda berbicara dengan orang lain, anda memandangnya untuk mendapatkan tanggapan (untuk mendapatkan dukungan, pengertian, simpati, persetujuan, dan sebagainya). Ketika anda menyerap isyarat-isyarat non-verbal ini, anda menjalankan fungsi penerima.

c.Enkoding-Dekoding

Dalam ilmu komunikasi kita menamai tindakan menghasilkan pesan (misalnya, berbicara atau menulis) sebagai enkoding (encoding). Dengan menuangkan gagasan-gagasan kita ke dalam gelombang suara atau ke atas selembar kertas, kita menjelmakan gagasan-gagasan tadi ke dalam kode tertentu. Jadi, kita melakukan enkoding.

Kita menamai tindakan menerima pesan (misalnya, mendengarkan atau membaca) sebagai dekoding (decoding). Dengan menerjemahkan gelombang suara atau kata-kata di atas kertas menjadi gagasan, anda menguraikan kode tadi. Jadi, anda melakukan dekoding.

Oleh karenanya kita menamai pembicara atau penulis sebagai enkoder (encoder), dan pendengar atau pembaca sebagai dekoder (decoder). Seperti halnya sumber-penerima, kita menuliskan enkoding-dekoding sebagai satu kesatuan yang tak terpisahkan untuk menegaskan bahwa anda menjalankan fungsi-fungsi ini secara simultan. Ketika anda berbicara (enkoding), anda juga menyerap tanggapan dari pendengar (dekoding).

d.Kompetensi Komunikasi

Kompetensi komunikasi mengacu pada kemampuan anda untuk berkomunikasi secara efektif (Spitzberg dan Cupach, 1989). Kompetensi ini mencakup hal-hal seperti pengetahuan tentang peran lingkungan (konteks) dalam mempengaruhi kandungan (content) dan bentuk pesan komunikasi (misalnya, pengetahuan bahwa suatu topik mungkin layak dikomunikasikan kepada pendengar tertentu di lingkungan tertentu, tetapi mungkin tidak layak bagi pendengar dan lingkungan yang lain). Pengetabuan tentang tatacara perilaku nonverbal (misalnya kepatutan sentuhan, suara yang keras, serta kedekatan fisik) juga merupakan bagian dari kompetensi komunikasi.

Dengan meningkatkan kompetensi anda, anda akan mempunyai banyak pilihan berperilaku. Makin banyak anda tahu tentang komunikasi (artinya, makin tinggi kompetensi anda), makin banyak pilihan, yang anda punyai untuk melakukan komunikasi sehari-hari. Proses ini serupa dengan proses mempelajari perbendaharaan kata: Makin banyak kata anda ketahui (artinya, makin tinggi kompetensi perbendaharaan kata anda), makin banyak cara yang anda miliki untuk mengungkapkan diri.

e.Pesan

Pesan komunikasi dapat mempunyai banyak bentuk. Kita mengirimkan dan menerima pesan ini melalui salah satu atau kombinasi tertentu dari panca indra kita. Walaupun biasanya kita menganggap pesan selalu dalam bentuk verbal (lisan atau tertulis), ini bukanlah satu-satunya jenis pesan. Kita juga berkomunikasi secara nonverbal (tanpa kata). Sebagai contoh, busana yang kita kenakan, seperti juga cara kita berjalan, berjabatan tangan, menggelengkan kepala, menyisir rambut, duduk, dan. tersenyum. Pendeknya, segala hal yang kita ungkapkan dalam melakukan komunikasi.

f.Saluran

Saluran komunikasi adalah media yang dilalui pesan. Jarang sekali komunikasi berlangsung melalui hanya satu saluran, kita menggunakan dua, tiga, atau empat saluran yang berbeda secara simultan. Sebagai contoh, dalam interaksi tatap muka kita berbicara dan mendengarkan (saluran suara), tetapi kita juga memberikan isyarat tubuh dan menerima isyarat ini secara visual (saluran visual). Kita juga memancarkan dan mencium bau-bauan (saluran olfaktori). Seringkali kita saling menyentuh, ini pun komunikasi (saluran taktil).

g.Umpan Balik

Umpan balik adalah informasi yang dikirimkan balik ke sumbernya. Umpan balik dapat berasal dari anda sendiri atau dari orang lain. Dalam diagram universal komunikasi tanda panah dari satu sumber-penerima ke sumber-penerima yang lain dalam kedua arah adalah umpan balik. Bila anda menyampaikan pesan misalnya, dengan cara berbicara kepada orang lain anda juga mendengar diri anda sendiri. Artinya, anda menerima umpan balik dari pesan anda sendiri. Anda mendengar apa yang anda katakan, anda merasakan gerakan anda, anda melihat apa yang anda tulis.

Selain umpan balik sendiri ini, anda menerima umpan balik dari orang lain. Umpan balik ini dapat datang dalam berbagai bentuk: Kerutan dahi atau senyuman, anggukan atau gelengan kepala, tepukan di bahu atau tamparan di pipi, semuanya adalah bentuk umpan balik.

h.Gangguan

Gangguan (noise) adalah gangguan dalam komunikasi yang mendistorsi pesan. Gangguan menghalangi penerima dalam menerima pesan dan sumber dalam mengirimkan pesan. Gangguan dikatakan ada dalam suatu sistem komunikasi bila ini membuat pesan yang disampaikan berbeda dengan pesan yang diterima.

Gangguan ini dapat berupa gangguan fisik (ada orang lain berbicara), psikologis (pemikiran yang sudah ada di kepala kita), atau semantik (salah mengartikan makna). Tabel dibawah menyajikan ketiga macam gangguan ini secara lebih rinci.

Macam

Definsi

Contoh

Fisik

Interferensi dengan transmisi fisik isyarat atau pesan lain

Desingan mobil yang lewat, dengungan komputer, kacamata

Psikollogis

Interferensi kognitif atau mental

Prasangka dan bias pada sumber-penerima, pikiran yang sempit

Semantik

Pembicaraan dan pendengar memberi arti yang berlainan

Orang berbicara dengan bahasa yang berbeda, menggunakan jargon atau istilah yang terlalu rumit yang tidak dipahami pendengar

Gangguan dalam komunikasi tidak terhindarkan. Semua komunikasi mengandung gangguan, dan walaupun kita tidak dapat meniadakannya samasekali, kita dapat mengurangi gangguan dan dampaknya. Menggunakan bahasa yang lebih akurat, mempelajari keterampilan mengirim dan menerima pesan nonverbal, serta meningkatkan keterampilan mendengarkan dan menerima serta mengirimkan umpan balik adalah beberapa cara untuk menanggulangi gangguan.

i.Efek Komunikasi

Komunikasi selalu mempunyai efek atau dampak atas satu atau lebih orang yang terlibat dalam tindak komunikasi. Pada setiap tindak komunikasi selalu ada konsekuensi. Sebagai contoh, anda mungkin memperoleh pengetahuan atau belajar bagaimana menganalisis, melakukan sintesis, atau mengevaluasi sesuatu; ini adalah efek atau dampak intelektual atau kognitif. Kedua, anda mungkin memperoleh sikap baru atau mengubah sikap, keyakinan, emosi, dan perasaan anda; ini adalah dampak afektif. Ketiga, anda mungkin memperoleh cara-cara atau gerakan baru seperti cara melemparkan bola atau melukis, selain juga perilaku verbal dan noverbal yang patut; ini adalah dampak atau efek psikomotorik.

j.Etik dan Kebebasan Memilih

Karena komunikasi mempunyai dampak, maka ada masalah etik di sini. Karena komunikasi mengandung konsekuensi, maka ada aspek benar-salah dalam setiap tindak komunikasi. Tidak seperti prinsip-prinsip komunikasi yang efektif, prinsip-prinsip komunikasi yang etis sulit dirumuskan.

Seringkali kitadapat mengamati dampak komunikasi, dan berdasarkan pengamatan ini, merumuskan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif. Tetapi, kita tidak dapat mengamati kebenaran atau ketidakbenaran suatu tindak komunikasi.

Dimensi etik dari komunikasi makin rumit karena etik begitu terkaitnya dengan falsafah hidup pribadi seseorang sehingga sukar untuk menyarankan pedoman yang berlaku bagi setiap orang. Meskipun sukar, pertimbangan etik tetaplah merupakan bagian integral dalam setiap tindak komunikasi. Keputusan yang kita ambil dalam hal komunikasi haruslah dipedomani oleh apa yang kita anggap benar di samping juga oleh apa yang kita anggap efektif.

Apakah komunikasi itu etis atau tidak etis, landasannya adalah gagasan kebebasan memilih serta asumsi bahwa setiap orang mempunyai hak untuk menentukan pilihannya sendiri. Komunikasi dikatakan etis bila menjamin kebebasan memilih seseorang dengan memberikan kepada orang tersebut dasar pemilihan yang akurat. Komunikasi dikatakan tidak etis bila mengganggu kebebasan memilih seseorang dengan menghalangi orang tersebut untuk mendapatkan informasi yang relevan dalam menentukan pilihan. Oleh karenanya, komunikasi yang tidak etis adalah komunikasi yang memaksa seseorang (1) mengambil pilihan yang secara normal tidak akan dipilihnya atau (2) tidak mengambil pilihan yang secara normal akan dipilihnya. Sebagai contoh, seorang pejabat rekruting perusahaan mungkin saja membesar-besarkan manfaat bekerja di Perusahaan X dan dengan demikian mendorong anda untuk menentukan pilihan yang secara normal tidak akan anda ambil (jika saja anda mengetahui fakta-fakta sebenarnya).

Dalam etik yang didasarkan atas kebebasan memilih ini, ada beberapa persyaratan. Kita mengasumsikan bahwa orang-orang ini sudah cukup umur dan berada dalam kondisi mental yang memungkinkan mereka melaksanakan pilihan secara bebas. Selanjutnya, kita mengasumsikan bahwa kebebasan memilih dalam situasi mereka tidak akan menghalangi kebebasan memilih orang lain. Sebagai contoh, anak-anak berusia 5 atau 6 tahun tidak akan siap untuk menentukan pilihan sendiri (memilih menu mereka sendiri, memilih waktu untuk tidur, memilih jenis obat), sehingga harus ada orang lain yang melakukannya untuk mereka. Begitu juga, seseorang yang menderita keterbelakangan mental membutuhkan orang lain untuk mengambilkan keputusan tertentu bagi mereka.

Di samping itu, situasi lingkungan kehidupan seseorang dapat membatasi kebebasan memilih ini. Sebagai contoh, anggota tentara seringkali harus melepaskan kebebasan memilih dan makan nasi bungkus, bukan roti keju, mengenakan seragam militer, bukan jins, lari pagi, bukan tidur. Dengan menjadi tentara, seseorang setidak-tidaknya harus melepaskan sebagian hak mereka untuk menentukan pilihan sendiri. Akhirnya, kebebasan memilih yang kita miliki tidak boleh menghalangi orang lain untuk menentukan pilihan mereka sendiri.

Kita tidak bisa membiarkan seorang pencuri memiliki kebebasan untuk mencuri, karena dengan memberikan kebebasan ini kita menghalangi korban pencurian untuk menikmati kebebasan memilih mereka—hak untuk memiliki barang dan hak untuk merasa aman dalam rumah mereka.

Tujuan Komunikasi

Ada empat tujuan atau motif komunikasi yang perlu dikemukakan di sini. Motif atau tujuan ini tidak perlu dikemukakan secara sadar, juga tidak perlu mereka yang terlibat menyepakati tujuan komunikasi mereka. Tujuan dapat disadari ataupun tidak, dapat dikenali ataupun tidak. Selanjutnya, meskipun. teknologi komunikasi berubah dengan cepat dan drastis (kita mengirimkan surat elektronika, bekerja dengan komputer, misalnya) tujuan komunikasi pada dasarnya tetap sama, bagaimanapun hebatnya revolusi elektronika dan revolusi-revolusi lain yang akan datang. (Arnold dan Bowers, 1984; Naisbit.1984).

a.Menemukan

Salah satu tujuan utama komunikasi menyangkut penemuan diri (personal discovery) Bila anda berkomunikasi dengan orang lain, anda belajar mengenai diri sendiri selain juga tentang orang lain. Kenyataannya, persepsi-diri anda sebagian besar dihasilkan dari apa yang telah anda pelajari tentang diri sendiri dari orang lain selama komunikasi, khususnya dalam perjumpaan-perjumpaan antarpribadi.

Dengan berbicara tentang diri kita sendiri dengan orang lain kita memperoleh umpan balik yang berharga mengenai perasaan, pemikiran, dan perilaku kita. Dari perjumpaan seperti ini kita menyadari, misalnya bahwa perasaan kita ternyata tidak jauh berbeda dengan perasaan orang lain. Pengukuhan positif ini membantu kita merasa "normal."

Cara lain di mana kita melakukan penemuan diri adalah melalui proses perbandingan sosial, melalui perbandingan kemampuan, prestasi, sikap, pendapat, nilai, dan kegagalan kita dengan orang lain. Artinya, kita mengevaluasi diri sendiri sebagian besar dengan cara membanding diri kita dengan orang lain.

Dengan berkomunikasi kita dapat memahami secara lebih baik diri kita sendiri dan diri orang lain yang kita ajak bicara. Tetapi, komunikasi juga memungkinkan kita untuk menemukan dunia luar—dunia yang dipenuhi objek, peristiwa, dan manusia lain. Sekarang ini, kita mengandalkan beragam media komunikasi untuk mendapatkan informasi tentang hiburan, olahraga, perang, pembangunan ekonomi, masalah kesehatan dan gizi, serta produk-produk baru yang dapat dibeli. Banyak yang kita peroleh dari media ini berinteraksi dengan yang kita peroleh dari interaksi antarpribadi kita. Kita mendapatkan banyak informasi dari media, mendiskusikannya dengan orang lain, dan akhirnya mempelajari atau menyerap bahan-bahan tadi sebagai hasil interaksi kedua sumber ini.

b.Untuk berhubungan

Salah satu motivasi kita yang paling kuat adalah berhubungan dengan orang lain (membina dan memelihara hubungan dengan orang lain). Kita ingin merasa dicintai dan disukai, dan kemudian kita juga ingin mencintai dan menyukai orang lain. Kita menghabiskan banyak waktu dan energi komunikasi kita untuk membina dan memelihara hubungan sosial. Anda berkomunikasi dengan teman dekat di sekolah, di kantor, dan barangkali melalui telepon. Anda berbincang-bincang dengan orangtua, anak-anak, dan saudara anda. Anda berinteraksi dengan mitra kerja.

c.Untuk meyakinkan

Media masa ada sebagian besar untuk meyakinkan kita agar mengubah sikap dan perilaku kita. Media dapat hidup karena adanya dana dari iklan, yang diarahkan untuk mendorong kita membeli berbagai produk. Sekarang ini mungkin anda lebih banyak bertindak sebagai konsumen ketimbang sebagai penyampai pesan melalui media, tetapi tidak lama lagi barangkali anda-lah yang akan merancang pesan-pesan itu—bekerja di suatu surat kabar, menjadi editor sebuah majalah, atau bekerja pada biro iklan, pemancar televisi, atau berbagai bidang lain yang berkaitan dengan komunikasi. Tetapi, kita juga menghabiskan banyak waktu untuk melakukan persuasi antarpribadi, baik sebagai sumber maupun sebagai penerima. Dalam perjumpaan antarpribadi sehari-hari kita berusaha mengubah sikap dan perilaku orang lain. Kita berusaha mengajak mereka melakukan sesuatu, mencoba cara diit yan baru, membeli produk tertentu, menonton film, membaca buku, rnengambil mata kuliah tertentu, meyakini bahwa sesuatu itu salah atau benar, menyetujui atau mengecam gagasan tertentu, dan sebagainya. Daftar ini bisa sangat panjang. Memang, sedikit saja dari komunikasi antarpribadi kita yang tidak berupaya mengubah sikap atau perilaku.

d.Untuk bermain

Kita menggunakan banyak perilaku komunikasi kita untuk bermain dan menghibur diri. Kita mendengarkan pelawak, pembicaraan, musik, dan film sebagian besar untuk hiburan. Demikian pula banyak dari perilaku komunikasi kita dirancang untuk menghibur orang lain (menceritakan lelucon mengutarakan sesuatu yang baru, dan mengaitkan cerita-cerita yang menarik). Adakalanya hiburan ini merupakan tujuan akhir, tetapi adakalanya ini merupakan cara untuk mengikat perhatian orang Iain sehingga kita dapat mencapai tujuan-tujuan lain.

Tentu saja, tujuan komunikasi bukan hanya ini; masih banyak tujuan komunikasi yang lain. Tetapi keempat tujuan yang disebutkan di atas tampaknya merupakan tujuan-tujuan yang utama. Selanjutnya tidak ada tindak komunikasi yang didorong hanya oleh satu faktor; sebab tunggal tampaknya tidak ada dunia ini. Oleh karenanya, setiap komunikasi barangkali didorong oleh kombinasi beberapa tujuan bukan hanya satu tujuan.

B.PENDEKATAN / ALIRAN KEILMUAN

Menurut Littlejohan (1996) dalam bukunya ”Theories of Human Communcation ”, secara umum dunia masyarakat ilmiah menurut cara pandang serta objek pokok pengamatannya dapat dibagi dalam tiga (3) kelompok atau aliran pendekatan. Ketiga kelompok tersebut adalah pendekatan scientific (ilmiah-empiris), pendekatan humanitic (humaniora interpretif), serta pendekatan social science (ilmu-ilmu sosial )

1) Pendekatan Scientific ( ilmiah empiris )

Pendekatan scinetific umumnya berlaku di kalangan para ahli ilmu-ilmu eksakta seperti fisika, biologi, kedokteran, matematika dan lain-lain. Menurut pandangan ini ilmu diasosiasikan dengan objektivitas. Objektivitas yang dimaksud adalah objektivitas yang menekankan prinsip standarisasi observasi dan konsistensi. Landasan filosofisnya dalah bahwa dunia ini pada dasarnya mempunyai bentuk dan stuktur. Secara individual para peneliti boleh jadi berbeda-beda pandangannya satu sama lain tentang bagaimana rupa atau macam dari bentuk dan stuktur tersebut. Namun apabila para peneliti melakukan penelitian terhadap suatu fenomena dengan menggunakan metode yang sama maka akan dihasilkan temuan yang sama. Inilah hakekat objektivitas dalam kotneks standarisasi observasi dan konsistensi

Ciri utama lainnya dari kelompok pendekatan ini adalah adanya pemisahan yang tegas antara ”known” objek atau hal yang ingin diteliti) dan ”knower” (subyek pelaku atau pengamat). Salah satu metode penelitian yang lazim dilakukan adalah metode ”eksperimen”. Melalui metode ini, si peneliti secara sengaja melakukan suatu percobaan terhadap objek yang ditelitinya. Tujuan penelitian lazimnya diarahkan pada upaya mengukur ada tidaknya pengaruh atau hubungan sebab aibat di antara dua variabel atau lebih, dengan mengontrol pengaruh dari variabel lainnya. Prosedur yang umum dilakukan adalah dengan cara memberikan atau mengadakan suatu perlakuan khusus kepada objek yang diteliti serta meneliti dampak atau pengaruhnya. Sebagai contoh: lima ekor tikus diberi suntikan X, sementara tikus lainnya (yang mempunyai ciri yang sama) tidak, setelah kurun waktu tertentu (misalnya setelah 1 bulan, 2 bulan atau 3 bulan, dan seterusnya ) dibandingkan ada tidaknya perbedaan diantara kedua kelompok lima ekor tikus tersebut. Kalau ternyata ada perbedaan, dapat ditarik kesimpulan bahwa perbedaan tersebut terjadi karena pengaruh dari suntikan X tersebut.

2) Pendekatan humanistic ( humaniora-interpretatif)

Apabila aliran scientific mengutmakan prinsip objektivitas, maka kelompok pendekatan humanistic mengasosiasikan illmu dengan prinsip subjectivitas.perbedaan-perbedaan pokok antara pendekatan humanistic dan scientifik dapat kita lihat pada bagan berikut

no

Pandangan tentang

Scientific

Humanistic

1

manusia

Manusia dianggap pasif. Tidak ubahnya dengan benda-benda yang ada di alam ini

Manusia aktif dan penuh dengan kreativitas

2

Tujuan ilmu

Untuk menstandarisasikan observasi

Mengutamakan kreativitas individual

3

Ilmu pengetahuan

Sesuatu yang berada di luar diri pengamat/peneliti

Sesuatu yang berada didalam diri (pemikiran, interpretasi) pengamat / peneliti

4

Fokus perhatian

Dunia hasil penemuan

Dunia para penemunya

5

Hubungan known dan knower

Pemisahan yang tegas

Cenderung tidak memisahkan

6

Upaya perolehan

Konsensus

Mengutamakan interpretasi-interpretasi alternatif

Dalam konteks ilmu-ilmu sosial, salah satu bentuk metode penelitian yang lazim dipergunakan adalah ”partisipasi observasi”, melalui metode ini, si peneliti dalam mengamati sikap dan perilaku dari orang-orang yang ditelitinya, membaur dan melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan orang-orang yang ditelitinya. Misalnya bergaul, tinggal di rumah ornag-orang tersebut, seerta ikut serta dalam aktivitas sehari-hari mereka dalam kurun waktu tertentu (1 minggu, 1 bulan dan seterusnya). Interpretasi atas sikap dan perilaku dari orang-orang yang ditelitinya, tidak hanya didasarkan atas informasi yang diperoleh melalui hasil wawancara atau tanya jawab dengan orang-orang yang ditelitinya, tetapi juga atas dasar pengamatan langsung dan pengalaman berinteraksi dengan mereka

Pandangan klasik dari aliran humanistic adalah bahwa cara pandang seseorang tentang sesuatu hal akan menentukan penggambaran dan uraiannya tentang hal tersebut. Karena sifatnya yang subyektif dan interpretatif,maka pendekatan aliran humanistic ini lazimnya cocok diterapkan untuk mengkaji persoalan-persoalan yang menyangkut sistem nilai, kesenian, kebudayaan, sejarah dan pengalaman pribadi.

3) Pendekatan Social Science (ilmu-ilmu sosial )

Pendekatan yang diterapkan para pendukukng kelompok aliran ini pada dasarnya merupakan gabungan atau kombinasi dari pendekatan-pendekatan scientific dan humanistic. Dalam hal, pendekatan ilmu sosial merupakan perpanjangan dari pendekatan ilmu alam, karena beberapa metode yang diterapkan banyak diantaranya yang diambil dari ilmu alam, karena metode yang diterapkan banyak diantaranya ygn diambil dari ilmu alam. Namun dalam perkembangan selanjutnya metode-metode pendekatan aliran humanistik juga diterapkan dalam konteks ilmu-ilmu sosial , salah satu bentuk metode penelitian yang lazim dipergunakan yang diambil dari pendekatan scientiic adalah mempergunakan statistik sebagai alat analisis data. Sedangkan yang diambil dalam pendekatan humnistik adalah partisipasi obeservasi. Melalui metode ini, si peneliti dalam mengambil sikap dan perilaku dari orang-orang yang ditelitinya, membaur dan melibatkan diri secara aktif dalam kehidupan orang-orang yang ditelitinya. Misalnya bergaul, tinggal di rumah orang tersebut, serta ikut dalam aktivitas sehari-hari orang yang ditetlitinya, tidak hanya didasarkan atas informasi yang diperoleh melalui hasil wawancara dengan orang-orang yang ditelitinya, tetapi juga atas dasar pengamatan langsung dan pengalaman interaksi dengan mereka.

Dipergunakannya dua pendekatan ”scientific ” dan :humanistic” yang masing-masing berbeda prinsip ini, adalah karena yang menjadi onjek studi dalam ilmu pengetahuan sosial adalah kehidupan manusia. Untuk memahami tingkah laku manusia diperlukan pengamatan yang cermat dan akurat. Untuk ini jelas bahwa pengamatan harus dilakukan seobyektif mungkin agar hasilnya dapat berlaku umum umum tidak bersifat khusus. Dengan kata lain, para ahli ilmu sosial sepeti halnya ahli ilmu alam harus mampu mencapai kesepakatan atau konsensus mengenai hasil temua ”relatif” dalam arti dibatasi oleh faktor-faktor waktu, situasi dan kondisi tertentu. Disamping faktor objektivitas, ilmu pengetahuan sosial juga mengutamakan faktor penejelasan dan interpretasi. Hal ini disebabkan oleh manusia yang jadi objek pengamatan adalah mahluk yang aktif, memiliki daya pikir, berpengetahuan, memegang prinsip dan nilai-nilai tertentu, serta sikap tindakannya dapat berubah sewaktu-waktu. Oleh karena itulah maka interpretasi subyektif terhadap kondisi-kondisi spesifik tingkah laku manusia yang menjadi obyek pengamatan juga diperlukan guna menangkap makna dari tingkah laku tersebut

Interpretasi dan penjelasan juga diperlukan karena meskipun berdasarkan ciri-ciri biologis, sosial, atau ciri-ciri lainnya manusia dapat dibagi dalam beberapa katagori-katagori tertentu, tidak berarti bahwa masing-masing baik secara individual maupun kelompok akan mempunyai persamaan dalam hal sikap dan perilakunya. Misalnya 3 orang ( si A, si B dan si C ) semuanya memiliki beberapa karakteristik individual yang sama yakni semuanya wanita, semuanya bekerja sebagai guru SD dan semuanya berpendidikan tamtan sarjana. Namun demikian orang tersebut boleh jadi masing-masing akan mempunyai perbedaan satu sama lainnya mengenai sikap dan perilakunya tentang sesuatu hal.

Bidang kajian imu komunikasi sebagai salah satu ilmu pengetahuan sosial, pada dasarnya difokuskan pada pemahaman tentang bagaimana tingkah laku manusa dalam menciptakan, mempertukarkan dan menginterpretasikan pesan-pesan untuk tujuan tertentu. Namun dengan adanya dua pendekatan yang diterapkan, muncul dua kelompok masyarakat ilmuwan komunikasi yang berbeda baik dalam spesifikasi objek permasalahan yang diamatinya, maupun dalam hal aspek metodologis serta teori-teori dan model-model yang dihasilkannya. Kalangan ilmuwan komunikasi yang mendalami bidang studi speech commnication (komunikasi ujaran) umumnya banyak menerapkan metode aliran pendekatan humanistic. Teori-teori yang dihasilkannya pun lazimnya disebut teori retorika. Sementara para ahli ilmu komukasi yang meneliti bidang – bidang stui lainnya seperti ilmu komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa dan lain-lain, umumnya banyak menerapkan metode pendekatan scientifik. Teori-teori yang dihasilkannya biasanya disebut teori komunikasi (communication theory), namun demikian, pengelompokan semacam ini sekarang tidak jelas lagi. Karena dalam prakteknya, kalangan ilmuwan yang mendalami bidang kajian komunikasi ujaran sering pula menerapkan pendekatan scientific, sementara itu pendekatan-pendekatan humanistic juga banyak diterapkan dalam penelitian tentang masalah-masalah komunikasi antarpribadi, komuniikasi kelompok, komunikasi organisasi, komunikasi massa dan lain-lain

C.PENGERTIAN TENTANG ILMU DAN TEORI DALAM KOMUNIKASI

Terdapat banyak definisi tentang ilmu yang dirumuskan oleh para ahli. Masing-masing mempunyai penekanan arti yang berbeda satu dengan lainnya. Beberapa definisi tentang ilmu antar lain :

” ilmu adalah pengetahuan yang bersifat umum dan sistematik, pengetahuan dari mana dapat disimpulkan dalil-dalil tertentu menurut kaidah-kaidah umum ” ( Nasir, 1989 )

” konsepsi ilmu pada dasarnya mencakup tiga hal: adanya rasionalisme, dapat digeneralisasi, dan dapat disistematisasi ( Shaphere, 1974 )

” pengertian ilmu mencakup logika, adanya interpretasi subyektif, dan konsistenti dengan realitas sosial ( Alfred Schutzm 1962 )

” Ilmu tidak hanya merupakan suatu pengetahuan yang terhimpun secara sistematik, tetapi juga merupakan metodelogi” ( Tan, 1964 )

Dari keempat definisi di atas dapatlah disimpulkan bahwa ilmu pada dasarnya adalah pengetahuan tentang sesuatu hal, baik yang menyangkut alat (natural) atau sosial ( kehidupan masyarakat), yang diperoleh manusia melalui proses berpikir. Pengertian ilmu dalam dunia ilmiah menuntut tiga ciri, pertama, ilmu harus merupakan suatu pengetahuan yang didasarkan pada logika, kedua, ilmu harus terorganisasi secara sistematik. Ketiga ilmu harus berlaku umum.

1) Pengertian Ilmu Komunikasi

Pengertian mengenai ilmu komunikasi pada dasarnya mempunyai karakteristik yang sama dengan pengertian ilmu secara umum. Hanya saja objek perhatiannya difokuskan pada peristiwa-peristiwa komunikasi antar manusia. Salah satu definisi yang cukup jelas mengenai ilmu komunikasi diberikan oleh Berger dan Chaffe dalam bukunya handbook of Communication Science 1987. Menurutnya, Ilmu komunikasi adalah ”suatu pengamatan terhadap produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang melalui pengembangan teori-teori yang dapat diuji dan digeneralisasikan dengan tujuan menjelaskan fenomena yang berkaitan dengan produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang”.

Pengertian ilmu komunikasi yang dijelaskan oleh ”Beerger dan Chaffe memberikan 3 (tiga) pokok pikiran, pertama objek pengamatan yang jadi fokus perhatian dalam ilmu komunikasi adalah produksi, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang dalam konteks kehidupan manusia. Kedua, ilmu komunikasi bersifat ilmiah empiris dalam arti pokok-pokok pokiran dalam ilmu komunikasi (dalam bentuk teori) harus yang berlaku umum. Ketiga, ilmu komunikasi bertujuan menjelaskan, fenomena sosial yang berkatian dengan produks, proses dan pengaruh dari sistem-sistem tanda dan lambang.

Ilmu komunikasi pada dasarnya adalah pengetahuan tentang peristiwa komunikasi yang diperoleh melalui penelitian tentang sistem, proses dan pengaruhnya yang dilakukan secara rasional dan sistematik, serta kebenarannya dapat diuji dan digeneralisasikan.

2) Pengertian Teori dalam Komunikasi

Secara umum istilah teori dalam ilmu sosial mengandung beberapa pengertian sebagai berikut :

· Teori adalah abstraksi dari realitas

· Teori terdiri dari sekumpulan prinsip-prinsip dan definisi-definisi yang secara konseptual mengorganisasikan aspek-aspek dunia empiris secara sistematis

· Teori terdiri dari asumsi-asumsi, proposisi-proposisi, dan aksioma-aksioma dasar yang berkaitan

· Teori terdiri dari teorema-teorema yakni generalisasi-generalisasi yang diterima/terbukti secara empiris

Pada dasarnya teori merupakan ”konseptualisasi” atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena. Teori memiliki dua ciri umum, pertama semua teori adalah ”abstraksi” tentang suatu hal. Dengan demikian teori sifatnya terbatas. Teori teentang radio kemungkinan besar tidak dapat dipergunakan untuk menjelaskan hal-hal yang menyangkut televisi. Kedua, semua reori adalah konstruksi ciptaan individual manusia. Oleh sebab itu sifatnya relatif, dalam arti tergantung pada cara pandang si pencipta teori, sifat dan aspek hal yang diamati, seerta kondisi-kondisi lain yang mengikat seperti waktu, tempat dan lingkungan sekiratnya

Jadi secara sederhana dapat diartikan bahwa teori komunikasi pada dasarnya merupakan konseptualisasi atau penjelasan logis tentang fenomena peristiwa komunikasi dalam kehidupan manusia. Peristiwa yang dimaksud mencakup produksi, porses, dan pengaruh dari sistem-sisstem tanda dan lambang yang terjadi dalam kehidupan manusia.

3) Penjelasan dalam Teori

Penjelasan dalam teori tidak hanya menyangkut penyebutan nama dan pendefinisian variabel-variabel, tetapi juga mengidentifikasikan kebeeraturan hubungan di antara variabel. Menurut Littlejohn (1987), penjelasan dalam teori berdasarkan pada ”prinsip keperluan” yakni suatu penjelasan yang menerangkan variabel-variabel apa yang kemungkinan dieperlukan untuk menghasilkan sesuatu. Contoh : Untuk menghasilkan X, barangkali diperlukan adanya Y dan Z.

Selanjutnya, Littlejohn menjelaskan bahwa prinsip kepeprluan ini ada tiga macam yaitu 1) causal necessity ( keperluan kasual ) 2) Practical necessity (keperluan praktis), dan 3) logical necessity ( keperluan logis). Keperluan kasual berdasarkan atas hubungan sebab-akibat. Umpamanya, karena ada Y dan Z maka terjadi X. Keperluan praktis menunjuk pada kondisi hubungan tindakan-konsekuensi. Kalua menurut prinsip keperluankausal X terjadi karena Y dan Z, maka menurut prinsip penjelasan keperluan ppraktis Y dan Z memang bertujuan untuk, atau praktis akan menghasilkan X. Prinsip yang keiga (prinsip keperluan logis) beerdasarkan pada azas konsistensi logis. Artinya Y dan Z secara konsisten dan logis akan selalu menghasilkan X.

Penjelasan dalam teori juga lebih lanjut dapat dibagi dalam dua katagori : Penjelasan yang memfokuskan pada orang/pelaku (person centered) dan penjelasan yang memfokuskan pada situasi (situation centered). Penjelasan yang memfokuskan pada orang/pelaku menunjuk pada faktor-faktor internal yang ada dalam diri seseorang (si pelaku). Semenetara penjelasan yang memfokuskan pada situasi menunjuk pad faktor-faktor yang ada di luar diri orang tersebut ( faktor eksternal )

4) Sifat, Tujuan dan Fungsi Teori

Sifat dan tujuan teori, menurut Abraram Kaplan (1964), adalah bukan semata untuk menemukan fakta yang tersembunyi, tetapi juga suatu cara untuk melihat fakta, mengorganisasikan serta mempresentasikan fakta tersebut. Suatu teori harus sesuai dengan ciptaan Tuhan, dalam arti dunia yang sesuai dengan ciri yang dimilikinya sendiri. Dengan demikian teori yang baik adalah teori yang konseptualisasi dan penjelasannya didukung oleh fakta serta dapat diterapkan dalam kehidupan nyata. Apabila konsep dan penjelasan teori tidak sesuai dengan realitas maka keberlakuannya diragukan dan teori demikian tergolong teori semu.

Teori juga mempunyai fungsi. Menurut Littlejohn, fungsi teori adalah

· Mengorganisasikan dan menyimpulkan

Ini berarti dalam mengamati realitas kita tidak boleh melakukan secara sepotong-sepotong. Kita perlu mengorganisasikan dan mensintesiskan hal-hal yang terjadi dalam kehidupan. Pola-pola dan hubungan-hubungan harus dapat dicari dan ditemukan. Pengetahuan kita tentang pola-pola dan hubungan-hubungan ini kemudian diorganisasikan dan disimpulkan. Hasilnya (berupa teori) akan dapatdipakai sebagai rujukan atau dasar bagi upaya-upaya studi berikutnya.

· Memfokuskan

Artinya hal-hal atau aspek-aspek dari suatu objek yang diamati harus jelas fokusnya. Teori pada dasarnya hanya menjelaskan tentang suatu hal,bukan banyak hal

· Menjelaskan

Maksudnya adalah bahwa teori harus mampu membuat suatu penjelasan tentang hal yang diamatinya. Penjelasan ini tidak hanya berguna untuk memahami pola-pola hubungan hubungan, tetapi juga menginterpretasikan peristiwa-peristiwa tertentu.

· Mengamati

Fungsi ini menunjukkan bahwa teori tidak saja menjelaskan tentang apa yang sebaiknya diamati, tetapi juga memberikan petunjuk bagaimana cara mengamatinya. Oleh karena itulah teori yang baik penting karena bisa dijadikan sebagai patokan untuk mengamati hal-hal rinci yang berkaitan dengan elaborasi teori.

· Membuat prediksi

Meskipun kejadian yang diamati berlaku pada masa lalu, namum berdasarkan data dan hasil pengamatan ini harus dibuat suatu perkiraan tentang keadaan yang bakal terjadi apabila hal-hal yang digambarkan oleh teori juga tercerminkan dalak kehodupan di masa sekarang. Fungsi prediksi ini terutama sekali penting bagi bidang-bidang kajian komunikasi terapan seperti peersuasi dan perubahan sikap, komunikasi dalam organisasi, dinamika kelompok kecil, periklanan, public relation, dan media massa

· Heuristik

Aksioma umum menyebutkan bahwa teori yang baik adalah teori yang diciptakan dapat merangsang timbulnya upaya-upaya apenelitian selanjutnya. Hal ini dapatterjadi apabila konsep-konsep dan penjelasan-penjelasan teori cukup jelas dan operasional sehingga dapat dijadikan pegangan bagi penelitian-penelitian selanjutnya

· Komunikasi

Menunjukkan bahwa teori sebenarnya tidak menjadi monopoli si penciptanya. Teori harus dipublikasikan, didiskusikan, dan terbuka terhadap kritikan-kritikan. Dengan cara ini maka modifikasi dan upaya penyempurnaan teori akan dapat dilakukan

· Kontrol/mengawasi

Fungsi ini bersifat normatif. Hal ini dikarenakan bahwa asumsi-asumsi teori dapat kemudian berkembang menjadi norma-norma atau nilai-nilai yang dipegang dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain, teori dapat berfungsi sebagai sarana pengendali atau pengontrol tingkah laku kehidupan manusia

· Generatif

Fungsi ini terutama sekali menonjol di kalangan pendukung tradisi/aliran pendekatan interpretatif dan teori kritis. Menurut pandangan teori ini, teori juga berfungsi sebagai sarana perubahan sosial dan kulturasi, serta sarana untuk menciptakan pola dan car kehidupan yang baru.

5) Pengembangan Teori

Proses pengembangan atau pembentukan teori umumnya mengikuti model pendekatan ekperimental yang lazim dipergunakan dalam ilmu pengetahuan alam. Menurut pendekatan ini, biasa disebut hypothetic-deductive method ( metoda hipotetis-deduktif), proses pengembangan teori melibatkan empat tahap sebagai berikut :

· Developing questions (pengembangan pertanyaan )

· Forming hypotheses ( membentuk hipotesis)

· Testing the hyphotheses ( menguji hipotesis )

· Formulating theory ( menformulasikan teori )

Ada beberapa patokan yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur dalam mengevaluasi kesahihan teori antar lain :

· Cakupan teoritis (theoritical scope ) yang menjadi permasalahan pokok disini adalah apakah suatu teori yang dibangun memiliki prinsip ”generality” atau keberlakuuan umum

· Kesesuaian ( appropriateness ), yakni apakah isi teori sesuai dengan pertanyaan-peertanyaan / permasalahan-permasalahan teoritis yang diteliti.

· Heuristic. Yang dipertanyakan adalah apakah suatu teori yang diebntuk punya potensi untuk menghasilkan penelitian atau teori-teori lainnya yang berkaitan

· Validitas ( validity) atu konsistensi internal dan eksternal. Konsistensis internal mempersoalkan apakah konsep dan penjelasan teori konsisten dengan pengamatan. Konsistensi eksternal mempertanyakan apakah teori yang dibentuk didukung oleh teori teori lainnya yang telah ada

· Parsimony (kesederhanaan ). Inti pemikirannya adalah bahw teori yang baik adalah teori yang berisikan penjelasan-penjelasan yang sederhana.

D.KOMPONEN KONSEPTUAL DAN JENIS-JENIS TEORI KOMUNIKASI

Sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, definisi mengenagi komunikasi yang diberikan para ahli pun sangat beragam. Masing-masing punya penekanan arti, cakupan,m dan konteksnya yang berbeda sat usama lainnya. Frank.E.X.Dance (1976) seorang sarjana Amerika yang menekuni bidang komunikasi, menginventarisasi 126 definisi komunikasi yang berbeda-beda satu sama lainnya. Dari definisi-definisi ini ia menemukan adanya 15 (lema belas) komponen konseptual pokok antara lain :

1. Simbol-simbol / verbal / ujaran

Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau gagasan secara verbal (Hoben, 1954)

2. Pengertian / pemahaman

Komunikasi adalah suatu proses dengan mana kita bisa memahami dan dipahami oleh orang lain. Komunikasi merupakan proses yang dinamis dan secara konstan berubah sesuai dengan situasi yang berlaku (Anderson, 1959)

3. Interaksi / hubungan / proses sosial

Interaksi, juga dalam tingkatan biologis, adalah salah satu perwujudan komunikasi, karena tanpa komunikasi tindakan-tindakan kebersamaan tidak akan terjadi (Mead, 1963)

4. Pengurangan rasa ketidakpastian

Komunikasi timbul didorong oleh kebutuhan-kebutuhan untuk mengurangi rasa ketidakpastian, beertindak secara efektif, mempertahankan atau memperkuat ego (Brandlund, 1964)

5. Proses

Komunikasi adalah proses penyampaian informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan lain-lain, melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka dan lain-laian (Berelson dan Steiner, 1964)

6. Pengalihan/penyampaian/pertukaran

Penggunaan kata komunikasi tampaknya menunjuk kepada adanya sesuatu yang dialihkan dari suatu benda atau orang ke benda atau orang lainnya. Kata komunikasi kadang-kadang menunjuk kepada apa yang dialihkan, alat apa yang dipakai sebagai saluran pengalihan, atau menunjuk kepada keseluruhan proses upaya pengalihan. Dalam banyak kasus, apa yang dialihkan itu kemudian menjadi milik atau bagian bersama. Oleh karena itu komunikasi juga menuntut adanya partisipasi (Ayer, 1955)

7. Menghubungkan / menggabungkan

Komunikasi adalah suatu proses yang menghubungkan satu bagian dalam kehidupan dengan bagian lainnya (Ruesch, 1957)

8. Kebersamaan

Komunikasi adalah suatu proses yang membuat sesuatu dari semula dimiliki oleh sesorang (monopoli seseorang) menjadi dimiliki oleh dua orang atau lebih (Gode, 1959)

9. Saluran/alat/jalur

Komunikasi adalah alat pengiriman pesan-pesan kemiliteran/order, dan lain-lain seperti telegraf, telepon, radio,, kurur, dan lain-lain (American Colledge Dictionary)

10. Replikasi/memori

Komunikasi adalah proses yang mengarahkan perhatian seseorang dengan tujuan mereplikasi memori (Cartier dan Harwood, 1953)

11. Tanggapan diskriminatif

Komunikasi adalah tanggapan diskriminatif dari suatu organisme terhadap suatu stimulus (Stevens, 1950)

12. Stimuli

Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai penyampaian informasi yang berisikan stimuli diskriminatif, dari suatu sumber terhadap penerima (Newcomb, 1966)

13. Tujuan / kesengajaan

Komunikasi pada dasarnya, penyampaian yang disengaja dari sumber terhadap penerima dengan tujuan mempengaruhi tingkah laku pihak peneerima (Miller 1966)

14. Waktu / situasi

Proses komunikasi merupakan suatu transisi dari suatu keseluruhan struktur situasi ke situasi yang lain sesuai pola yang diinginkan (Sondel, 1956)

15. Kekuasaan / kekuatan

Komunikasi adalah suatu mekanisme yang menimbulkan kekuatan/kekuasaan (Schacter, 1951)

Kelimabelas komponen diatas merupakan kerangka acuan yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menganalisis fenomena peristiwa komunikasi. Komponen-komponen tersebut, baik secara tersendiri, secaa gabungan (kombinasi dari beberapa komponen) ataupun secara keseluruhan, dapat dijadikan sebagai fokus perhatian dalam penelitian

E.JENIS-JENIS TEORI KOMUNIKASI

Menurut Litlejohn (1989), berdasarkan metode penjelasan serta cakupan objek pengamatan, secara umum teori-teori komunikasi dapat dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama disebut kelompok teori-teori umun (general theory) kelompok kedua adalah kelompok teori-teori kontekstual (contextual theories)

Ada empat jenis teori yang diklasifikaasikan masuk ke dalam kelompok teori-teori umum yaitu

1. Teori fungsional dan struktura

Ciri dua jenis teori ini adalah adanya kepercayaan pandangan tentang beerfungsinya secara nyata stuktur yang berada di luar diri pengamat. Menurut pandangan ini, seorang pengamat adalah bagian dari stuktur. Oleh karena itu cara pandangnya juga akan dipengaruhi oleh struktur yang berada di luar dirinya

Meskipun pendekatan fungsional dan struktural ini sering kali dikobinasikan, namun masing-masing mempunyai titik penekanan yang berbeda. Pendekatan strukturalisme yang berasal dari linguistik, menekankan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut pengorganisasian bahasa dan sistem sosial. Pendekatan fungsionalime yang berasal dari biologi, menekankan pengkajiannya tentang cara-cara mengorganisasikan an mempertahankan sistem. Apabila ditelaah kedua pendekatan ini sama-sama mempunyai penekanan yang sama yakni tentng sistem sebagai struktur yang berfungsi

Kedua pendekatan ini mempunyai beberapa persamaan dan karakteristik sebagai berikut

a. Baik pendekatan strukturalisme maupun pendekatan fungsionalisme, dua-duanya sama-sama lebih mementingkan synchrony (stabilitas dalam kurun waktu tertentu) daripada diachrony (perubahan dalam kurun waktu tertentu.)

b. Kedua pendekatan sama-sama mempunyai kecenderungan memusatkan perhatiannya pda akibat-akibat yang tidak diinginkan daripada hasil-hasil yang sesuai tujuan. Kalangan sturkturalis tidak mempercayai konsep-konsep subjectivitas dan kesadaran. Bagi mereka yang diamati terutama sekali adalah faktor-faktor yang berada di laur kontrol kesadaran manusia

c. Kedua pendekatan sama-sama punya kepercayaan bahwa realitas itu pada dasarnya objectif dan independent (bebas). Oleh karena itu pengetahuan, menurut pandangan ini, dapat ditentukan melalui metode pengamatan (observasi) empiris yang cermat.

d. Pendekatan sturkturalisme dan fungsionalime juga sama-sama bersifat dualistik, karena kedua-duanya memisahkan bahasa dan lambang dari pemikiran-pemikiran dan objek-objek yang disimbolkan dalam komunikasi. Menurut pandangan ini, dunia ini hadir karena dirinya sendiri, sementara bahasa hanyalah alat untuk merepresentasikan apa yang telah ada

e. Kedua pendekatan juga sama-sama memegang prinsip the correspondence theory of truth (teori kebenaran yang sesuai). Menurut teori ini bahasa harus sesuai dengan realitas.simbol-simbol harus merepresentasikan sesuatu secara akurat

2. Teori-teori behavioral dan cognitive

Sebagaimana halnya dengan teori-teori stukturalis dan fungsional, teori-teori behavioral dan kognitif juga merupakan gabungan dari dua tradisi yang berbeda. Asumsinya tentang hakekat dan cara menemukan pengetahuan jgua sama dengan aliran strukturalis dan fungsional. Perbedaan utama antara aliran behavioral dan kognitif dengan aliran stukturalis dan fungsional hanyalah terletak padafokus pengamatan serta sejarahnya. Teori-teori strukturalis dan fungsional yang berkembang dari sosiologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya cenderung memusatkan pengkajiannya pada hal-hal yang menyangkut stuktur sosial dan budaya, semenara teori-teori behavioral dan kgonitif yang berkembang dari psikologi dan ilmu-ilmu pengatahuan behavioral lainnya, cenderung memusatkan pengamatan padasiri manusia secara individual. Salah satu konsep pemikirannya yang terkenal adalahssentang model ”S-R” (Stimulus - respons) yang menggambarkan proses informasi antara ”stimulus (rangsangan) dan ”respon” (tanggapan)

Teori-teori Behavioral dan cognitif juga mengutamakan variabel analitic (analisis variabel). Analisis ini pada dasarnya merupakan upaya mengidentifikasikan variebl-variabel kognitif yang diangap penting serta mencari hubungan korelasi diantar variabel. Anlisis ini juga menguraikan tentang cara-cara bagaimana varabel-variabel proses kognitif dan informasi menyebutkan atau menghasilkan informasi tertentu

Komunikasi menurut pandangan teori ini, dianggap sebagia manifestasi dari tingkah laku, proses berpikir dan fungsi ”bio-neural” dari individu. Oleh karenanya, variabel-variabel penentu yang memegang peranan penting terhadap sarana kognisi seseorang (termasuk bahasa) biasanya berada di luar kontrol dan kesadaran orang tersebut.

3. Teori-teori konvensional dan interaksional

Teori-teori ini berpandangan bahwa kehidupan sosial merupakan suatu proses interaksi yang membangun, memelihara serta mengubah kebiasaan-kebiasaan tertentu, termasuk dalam hal ini bahasa dan simbol-simbol komunikasi.menurut teori ini, dianggap sebagai alat perekat masyarakat. Kelompok teori ini berkembang dari aliran pendekatan ”interaksionisme simbolis , sosiologi dan filsafat bahasa ordiner. Bagi kalangan pendukung teori-teori ini, pengetahuan dapat ditemukan melalui metode interpretasi

Berbeda dengan teori-teori stukturalis yang memandang stuktur sosial sebagai penentu, teori-teori inteaksional dan konvensional melihat stuktur sosial sebagai produk dari interaksi. Fokus pengamatan teori-teori ini bukan terhadap stuktur, tetapi bagaimana bahasa dipergunakan untuk membentuk stuktur sosial, serta bagaimana bahasa dan simbol-simbol lainnya direproduksi, dipelihara serta diubah dalam penggunaanya. Makna menurut pandangan teori ini, tidak merupakan suatu kesatuan obyektif yang ditransfer melalui komunikasi, tetapi muncul dari dan diciptakan oleh interaksi. Dengan kata lain, makna merupakan produk dari interaksi

Menurut teori-teori interaksinal dan konvensional, makna pada dasarnya merupakan kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh melalui interaksi. Oleh karena itu, makna dapat berubah dari wakti ke waktu, dari koneksi ke koneksi,serta dari satu kelompok sosial ke kelompok sosial lainnya. Dengan demikian sifat objektivitas dari makna adalah relatif dan temporer

4. Teori-teori kritis dan interaktif

Gagasan-gagasan teori ini banyak berasal dari berbagai tradisi, seperti sosiologi interpretif, pemikiran Max Weiber , phenomenology dan hermeneutic.

Meskipun ada beberapa perbedaan di antara teori-teori yang termasuk dalam kelompok ini, namun terdapat dua karakteristik umum. 1) penekanan terhadap peran subyektifitas yang didasarkan pada pengalaman individual. 2) makna atau ”meaning” merupakan konsep kunci dalam teori-teori ini. Pengalaman dipandang sebagai meaning centered atau dasarpemahaman makna. Dengan memahami makna dari suatu pengalaman, seseorang akan menjadi sadar akan kehidupan dirinya. Dalam hal ini bahasa menjadi konsep sentral karena bahasa dipandang sebagai kekuatan yang mengemudikan pengalaman manusia.

Disamping persamaan umun, juga terdapat perbedaan yang mendasar antara teori-teori interpretatif dan teori-teori kritis dalam hal pendekatannya. Pendekatan teori interpretif cenderung menghindarkan sifat-sifat perpektif dan keputusan-keputusan absolut tentang fenomena yang adiamati, pengamatan, menurut teori interpretif, hanyalah sesuatu yang bersifat tentatif dan relatif. Sementara teori-teori kritis lazimnya cenderung menggunakan keputusan-keputusan yang absolut prespektif dan juga politis sifatnya.

Berdasarkan konteks atau tingkatan analisisnya, teori-teori komunikasi secara umum dapat dibagi dalam konteks atau tingkatan sebagai berikut :

a) Intrapersonal Communication

Adalah proses komunikasi yang terjadi dalam diri seseorang. Yang menjadi pusat perhatian disini adalah bagaimana jalannya proses pengolahan informasi yang dialami seseorang melalui sistem syarat dan indranya. Teori-teori komunikasi intrapersonal umumnya membahas mengenai proses pemahaman, ingatan dan interpretasi terhadap suatu simbol-simbol yang ditangkap melalui pancaindera

b) Interpersonal communication

Adalah komunikasi antarperorangan yang bersifat pribadi, baik yang terjadi secara langsung maupun tidak langsung. Kegiatan-kegiatan seperti percakapan tatap muka, percakapan melalui telepon, surat menyurat pribadi merupakan contoh-contoh komunikasi antarpribadi.teori-teori komunikasi antarpribadi umumnya memfokuskan pengamatannya pada bentuk-bentuk dan sifat hubungan, percakapan, interaksi dan karakteristik komunikator

c) Group communication

Komunikasi kelompok memfokuskan pembahasannya pda interaksi di antara orang-orang dalam kelompok-kelompok kecil. Komunikasi kelompok juga melibatkan komunikasi antarpribadi. Teori-teori komunikasi kelompok antara lain membahas tentang dinamika kelompok, efisiensi dan efektivitas penyampaian informasi dalam kelompok, pola dan bentuk komunikasi, serta pembuatan keputusan.

d) Organizational communication

Komunikasi organisasi menunjuk pada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi formal dan informal, serta bentuk-bentuk komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok. Pembahasan teori-teori komunikasi organisasi antara lain menyangkut stuktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia , komunikasi dan proses pengorganisasian, serta kebudayaan organisasi

e) Mass communication

Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa yang ditujukan kepada sejumlah khalayak yang besar. Proses komunikasi massa melibatkan aspek-aspek k omunikasi intrapribadi, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok, dan komunikasi organisasi. Teori-teori komunikasi massa umumnya memfokuskan perhatiannya pada hal-hal yang menyangkut strukutr media, hubungan media dan masyarakat, hubungan antara media dan khalayak, aspek-aspek budaya dari komunikasi massa, serta dampak serta hasil komunikasi masa terhadap individu

F.EMPAT PERSPEKTIF DALAM ILMU KOMUNIKASI

Dilihat dari metode dan logika terdapat 4 (empat ) perspektif yang mendasari pengembangan teori kommuniaksi. Keempat perpektif tersebut adalah

1. Covering Laws theories

Pada dasarnya pemikiran Covering Laws theories berangkat dari prinsip sebab akibat atau hubungan kausal. Rumusan umum dari prinsip ini antara lain diceerminkan dalam pernyataan-pernyataan hipotesis yang berbunyi : Jika A....................maka B.................... Pemikiran covering laws model ini diperkenalkan oleh Dray. Menurut Dray penjelasan covering laws theories didasarkan pada dua asas. Pertama, bahwa teori berisikan penjelasan-penjelasan yang berdasarkan pada keberlakuan umum/hukum umum. Kedua, bahwa penjelasan teori berdasarkan analisa keberaturan

Keterbatasan dari perpestif ini antara lain a) keberlakukan prinsip universalitas bersifat relatif, b). Formula statistik covering laws sulit diterapkan dalam mengamati tingkah laku manusa karena pada dasarnya tingkah laku manusia itu berubah-ubah dan sulit diterka. C) manusia dalam kehidupannya juga terikat oleh ikatan-ikatan kultur spesifik;d) kehidupan manusia penuh keragaman dan kompleks, e) sifat kehidupan manusia bisa berubah-ubah f) analisa covering laws terlalu didasarkan pada perhitungan-perhtungan statistik yang belum tentu sesua dg realita

2. Rules

Pemikiran rules theori didasarkan prinsip praktis bahwa manusia aktif memilih dan mengubah aturan-aturan yang menyangkut kehidupannya. Umpamanya si A mempunyai suatu maksud tertentu ( Y ) dalam upayanya mencapai Y ini, ia akan aktif dan selektif melakukan tindakan tertentu ( X )

Ciri penting dari rules theori ; 1) aturan (rules) pada dasarnya merefleksikan fungsi-fungsi perilaku dan kognitif yang kompleks dari kehidupan manusia. 2) aturan menunjukkan sifat-sifat keberaturan yang berbeda dari keberaturan sebab akibat

3. System theories

Secara umum pemikiran pendekatan sistem mempunya empat ciri/sifat pokok yaitu a) sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian, elemen-elemen, unsur-unsur, yang masing-masing mempunyai karakteristiknya sendiri b) sistem berada secara tetap dalam lingkungan yang berubah. C) sistem hadir sebagai reaksi atas lingkungan, d) sistem merupakan koordinasi dari hierarki

Kerangka kerja sistempada dasarnya tidak bersifat monolitis, sistem mempunya 3 model yaitu : a) General system theory. b) sybermetics dan c) struktural fuction

4. Symbolic interactions

Kerangka pemikiran symbolic interation berasal dari disiplin sosiologi. Terdapat tujuh proposisi umum yang mendasari pemikiran symbolic interactionism

a. Bahwa tingkah laku dan interaksi antar manusia dilakukan melalui peraturan lambar –lambang yang mengandung arti

b. Orang menjadi manusiawi setelah berinteraksi dengan orang-orang lainnya

c. Bahwa masyarakat merupakan himpunan dari orang-orang yang berinteraksi

d. Bahwa manusia secara sukarela aktif membentuk tingkah lakunya sendiri

e. Bahwa kesadaran atau proses berpikir seseorang melibatkan proses interaksi dalam dirinya

f. Bahwa manusia membangun tingkah lakunya dalam melakukan tindakan-tindakan

g. Bahwa untuk memahami tingkah laku manusia diperlukan penelaahan tentang tingkah laku / perbuatan yang tersembunyi

A. Pokok –Pokok Pikiran George Herbert Mead

Menurut Mead orang adalah aktor (pelaku dalam masyarakat. Bukan reaktor. Sementara social act (tindakan sosial) merupakan payungnya. Mead juga menuyatakan bahwa tindakan merupakan suatu unit lengkap yang tidak bisa dianalisis menurut bagian-bagiannya secara terpisah. Tindakan sosial mencakup tiga bagian yang saling berkaitan

1. Individual gesture (gerak isyarat awal) dari seorang individu

2. Respon (tanggapan) atas gerak isyarat tersebut dari individu-individu lainnya, baik secara nyata ataupun tersembunyi

3. Asil dari tindakan yang dipersepsikan oleh kedua belah pihak

Menurut Mead masyarakat merupakan hmpunan dari perbuatan-perbuatan kooperatif yang berlangsung di antara para warga/anggotanya namun demikian perbuatan kooperatif ini bukan hanya menyangkut proses fisik-biologis saja, tetapi juga menyangkut aspek psikologis krn melibatkan proses berpikir

Salah satu konsep pokok yang dicetuskan Mead adalah konsep the generalized other. Konsep ini pad ahakekatnya menunjukkan bagaimana seseorang melihat dirinya sebagaimana orang-orang lain melihat dirinya

B. Pokok –Pokok Pikiran Herbert Blumer

Herbert Blumer adalah pencetus istilah ”symbolic interactionism pikiran-pikiran Blumer antara lain

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan pemahaman arti dari sesuatu tersebut

2. Pemahaman arti ini diperoleh melalui interaksi

3. Pemahaman arti ini juga merupakan hasil proses interpretasi. Dengan demikian meaning atau arti dalam sesuatau,menurut Blumer , merupakan hasil dari proses internal dan eksternal

Blumer seperti halnya Mead, memandang orang sebagai aktor, bukan reaktor. Tindakan atau aksi sosial menurut Blumer merupakan perluasan dari tindakan-tindakan individu dimana masing-masing individu menyesuaikan tindakannya, sehingga hasilnya merupakan gabungan.

Dalam pembahasannya Blumer juga mengemukakan aspek-aspek metodologi, kegiatan penyelidikan atau penelitian yang dilakukan umumnya menyangkut enam hal

1. Peneliti harus memiliki kerangka kerja atau model empiris yang jelas hal ini penting karena penelitian tidak bisa dilakukan dalam tingkatan abstraksi yangtidak bisa diukur dalam realita

2. Penelliti harus mempunyai pertanyaan-pertanyaan sebgai kerangka permasalah pokok yang akan dikaji

3. Penelitia harus melakukan pengumpulan data melalui cara-cara yang realistis

4. Peneliti harus mampu menggali pola-pola dan karakteristik-karakteristik hubungan berdasarkan data yang ada

5. Peneliti harus membuat interpretasi atas hasil pengumpulan datanya

6. Peneliti juga mengonseptualisasikan hasil penyelidikannya

C. Pokok –Pokok Pikiran Manford Kuhn

Secara umum pokok pikiran Manfor Kuhnlebih bersifat mikro dan empiris/kuantitatif. Ada 4 hal yang dikemukakan oleh Kuhn :

1. Objek sasaran

Obyek sasara bisa mencakup semua aspek realitas, dapat berbebtuk benda, kualitas, peristiwa, atau keadaan

2. Rencana tindakan

3. Orientational other

4. Konsep diri

D. Pokok –Pokok Pikiran Kenneth Burke

PEMAHAMAN KONSEPTUAL :

PENDEKATAN DAN PENGERTIAN, KERANGKA ANALISIS DAN TEORI

S. Djuarsa Sendjaja, Ph, D..

Drs. Tandiyo Pradekso, M. A.

Dr. turnomo Rahardjo

Gangguan

Pesan

Umpan balik

Sumber/

enkoder

Penerima/

dekoder

Sumber/

enkoder

Penerima/

dekoder

Umpan balik

Pesan

Saluran/ media

Saluran/ media

Konteks (Lingkungan

Bacaan Kuliah Teori Komunikasi

Page 1