pelaksanaan tata tertib sistem skoring ... - jurnal...
TRANSCRIPT
PELAKSANAAN TATA TERTIB SISTEM SKORING
DALAM PENINGKATAN DISIPLIN SISWA
DI SMP NEGERI 20 MALANG
SKRIPSI
OLEH
SITI NURHAYATI
NIM 105171480800
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILA
DAN KEWARGANEGARAAN
AGUSTUS 2009
PELAKSANAAN TATA TERTIB SISTEM SKORING
DALAM PENINGKATAN DISIPLIN SISWA
DI SMP NEGERI 20 MALANG
SKRIPSI
Diajukan KepadaUniversitas Negeri Malang
untuk memenuhi salah satu persyaratanDalam menyelesaikan program sarjana
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan
OlehSiti Nurhayati
NIM 105171480800
UNIVERSITAS NEGERI MALANGFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN PENDIDIKAN PANCASILADAN KEWARGANEGARAAN
Agustus 2009
PENDAHULUANA. Latar Belakang
Era globalisasi, perdagangan bebas, dan otonomi daerah telah mendesak
dunia pendidikan untuk mulai secara sungguh-sungguh dan berkelanjutan
mengadakan perubahan demi perbaikan mutu, sehingga lulusan yang dihasilkan
unggul dalam menghadapi persaingan yang semakin ketat dan meningkat.
Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan
proses peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia. Oleh karena itu diperlukan
adanya suatu wadah yang memiliki kejelasan tanggung jawab dalam proses
pendidikan, yakni lembaga pendidikan. Lembaga pendidikan yang dimaksud
disini adalah lembaga formal.
Dengan cara menerapkan sistem skoring atau pemberian skor bagi siswa
yang melanggar tata tertib di sekolah tersebut tujuan pendidikan dan pengajaran.
Segala macam bentuk pelanggaran, sudah selazimnya mendapat konsekuensi yang
dikenal istilah skor untuk menjatuhkan sanksi. jenis dan tingkat pelanggarannya
dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 1.1 Sanksi dan pembinaan pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20
Malang sesudah diadakan tata tertib sistem skoring pada tahun
2003-2009
No POINT PEMBINAAN
1.2.3.
4.
Pelanggar tata tertib dengan point 5Pelanggar tata tertib dengan point 6-15Pelanggar tata tertib dengan point 16-50
Pelanggar tata tertib dengan point 51-79
Dibina oleh Bapak/Ibu guru Dibina oleh Wali kelasDibina oleh Koordinator tata tertib, mendapatkan peringatan I dan orang tua/wali dipanggil ke sekolah untuk mengetahuinya.Di bina oleh urusan kesiswaan, mendapatkan peringatan II dan
5.
6.
7.
Pelanggar tata tertib dengan point 80-99
Pelanggar tata tertib dengan point 100
Pelanggar tata tertib dengan point 100 karena tindak kekerasan/kriminal berat
orang tua/wali dipanggil ke sekolahuntuk mengetahuinya.Dibina oleh kepala sekolah, mendapatkan peringatan III dan orang tua/wali dipanggil ke sekolah untuk mengetahuinya.Di keluarkan disarankan mengajukan pernyataan mengundurkan diri dari SMP Negeri 20 Malang dan selanjutnya diserahkan tanggung jawab pendidikannya ke orang tua/wali.Dikeluarkan dari sekolah/diserahkan kepada orang tua/wali murid.
Paparan latar belakang tersebut mengarahkan peneliti dalam menulis
penelitian dan judul “Pelaksanaan Tata Tertib Sistem Skoring dalam Peningkatan
Disiplin Siswa di SMP Negeri 20 Malang”.
B. Rumusan Masalah
1. Apakah tujuan diberlakukannya tata tertib sistem skoring di SMP Negeri
20 Malang?
2. Apa saja bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20
Malang?
3. Upaya-upaya apakah yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan
kedisiplinan siswa di SMP Negeri 20 Malang?
4. Bagaimana hasil pelaksanaan tata tertib sistem skoring dalam peningkatan
disiplin siswa di SMP Negeri 20 Malang?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mendeskripsikan tujuan diberlakukannya tata tertib sistem
skoring di SMP Negeri 20 Malang?
2. Untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib di
SMP Negeri 20 Malang?
3. Untuk mendeskripisikan upaya-upaya apakah yang dilakukan sekolah
untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP Negeri 20 Malang?
4. Untuk mendeskripsikan hasil pelaksanaan tata tertib sistem skoring dalam
peningkatan disiplin siswa di SMP Negeri 20 Malang?
D. Kegunaan Penelitian
1. Bagi SMP Negeri 20 Malang
Dapat bahan referensi dan dokumentasi bagi SMP Negeri 20 Malang yang
nantinya dapat dipakai sebagai sumber informasi baik untuk keperluan
kajian ilmu pengetahuan maupun informasi bagi masyarakat.
2. Bagi jurusan PKn, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang.
Peneliti dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dibangku perkuliahan
melalui penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan tentang
pelaksanaan tata tertib sistem skoring dalam proses peningkatan disiplin
siswa di SMP Negeri 20 Malang.
3. Bagi Penelitian Lanjutan
Penelitian ini diharapkan mampu menghasilkan laporan penelitian yang
dapat digunakan sebagai salah satu literatur bagi rekan-rekan jurusan PKn
khususnya dan rekan-rekan jurusan lain pada umumnya untuk melakukan
penelitian lanjutan.
10
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Bogdan
dan Taylor (dalam Moleong, 2008:4) mendefinisikan metodologi kualitatif
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis ataupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Penelitian
kualitatif menggunakan metode kualitatif yaitu pengamatan, wawancara, atau
penelaahan dokumen. Metode kualitatif ini digunakan karena beberapa
pertimbangan. Pertama, meyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila
berhadapan dengan kenyataan jamak.
A. Kehadiran Peneliti
Dalam penelitian kualitatif, peneliti atau dengan bantuan orang lain,
merupakan alat pengumpul data utama, selain itu hanya manusia sebagai alat
sajalah yang dapat berhubungan dengan responden atau objek lainnya dan hanya
manusialah yang mampu memahami kaitan kenyataan di lapangan (Moleong,
2008:9). Peneliti hadir dilapangan berhubungan langsung dengan subyek untuk
merencanakan, melaksanakan pengumpulan data, analisis data dan pada akhirnya
menjadi pelapor hasil penelitiannya.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 20 Malang, yang beralamatkan di
Jl. R. Tumenggung Suryo No. 38 Telp. (0341) 491806 Malang.
C. Jenis dan Sumber Data
Arikunto (2006:129) menyatakan bahwa yang dimaksud sumber data
dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Dalam penelitian
ini, pengumpulan data menggunakan dua jenis data yaitu:
1. Data primer, yaitu data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara
secara langsung dari lapangan. Yang menjadi sumber data primer adalah guru-
guru yang menangani tata tertib di sekolah yaitu guru yang mengani tata tertib
kelas VII, VIII, dan kelas IX.
2. Data sekunder, yaitu data yang dijadikan sumber pendukung dalam
pemecahan masalah data ini diperoleh dari studi pustaka berupa buku-buku
maupun dokumen lainnya.
D. Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dengan menggunakan
metode sebagai berikut:
1. Observasi Partisipatif
Observasi adalah salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian untuk mendapatkan informasi dengan cara mengamati perilaku
subjek dalam situasi tertentu. Melalui observasi, peneliti dapat mengamati,
mendeskripaikan atau mengevaluasi sasaran penelitian secara tepat (Bambang,
2007:48).
2. Wawancara Mendalam
Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu percakapan ini
dilakukan oleh dua pihak, yaitu peneliti sebagai pewawancara (interviewer) yang
mengajukan pertanyaan dan responden sebagai terwawancara (interviewee) yang
memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2008:186). Teknik
wawancara ini digunakan untuk mengungkap tujuan diberlakukannya sistem
skoring. Bentuk pelanggaran terhadap tata tertib, upaya-upaya yang dilakukan di
sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa, hasil sistem skoring dalam
peningkatan disiplin siswa.
3. Dokumentasi
Menurut Arikunto (2006:231) teknik dokumentasi adalah mencari data
mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya.
Hal ini dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi dan dokumen-
dokumen yang berkaitan dengan penelitian ini, misalnya buku tata tertib siswa,
serta arsip milik sekolah yang berkaitan dengan penelitian yang dilakukan,
misalnya buku tata tertib sekolah baik yang dipegang oleh siswa maupun guru,
dokumen tentang manajemen sekolah.
E. Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan jenis analisis kualitatif,
artinya setiap catatan harian yang dihasilkan dalam pengumpulan data, yaitu hasil
wawancara, observasi, dan dari sejumlah dokumen yang terekam atau disebut
dengan “catatan lapangan” dirangkum dan diseleksi, masing-masing dimasukkan
ke dalam kategori atau tema tertentu yang hendak dipahami
F. Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data adalah sebagian dari unsur yang tidak dapat
dipisahkan dalam penelitian kualitatif (Moleong, 2008:320). Agar diperoleh
temuan dan interpretasi yang absah maka perlu diteliti kredibilitasnya dengan
berbagai macam teknik. Dalam penelitian ini teknik pengecekan keabsahan data
yang digunakan oleh peneliti di lapangan adalah:
1. Ketekunan Pengamatan
Dalam penelitian ini, pengamatan dilakukan dengan cermat dan teliti
terhadap fokus penelitian pengamatan ini dilakukan secara berkesinambungan
sejak awal sampai akhir penelitian sehingga menghasilkan informasi yang utuh
dan lengkap.
2. Perpanjangan Kehadiran
Perpanjangan kehadiran peneliti akan memungkinkan peningkatan
derajad data yang dikumpulkan. Dengan perpanjangan kehadiran peneliti
dapat mempelajari dan menguji informasi yang berasal dari responden.
3. Triangulasi
Triangulasi adalah teknik pengecekan keabsahan data dengan
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau
sebagai pembanding terhadap data itu (Moleong, 2008:330). Teknik Triangulasi
yang paling banyak digunakan adalah melalui sumber data, yaitu mengecek
sumber data yang satu dengan sumber data yang lainnya berdasarkan hasil
observasi, wawancara dan beberapa data sekundernya.
G. Tahap-tahap Penelitian
Adapun tahapan penelitian tersebut antara lain:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan, yaitu tahap yang dilakukan sebelum penelitian
dilaksanakan. Kegiatan dalam tahap persiapan ini meliputi:
a. Merumuskan masalah
Masalah dalam penelitian kualitatif bertumpu pada sesuatu fokus. Masalah
adalah suatu keadaan yang bersumber dari hubungan antara dua faktor atau lebih
yang menghasilkan situasi yang menimbulkan tanda tanya dan dengan sendirinya
memerlukan upaya untuk mencari suatu jawaban.
b. Studi eksplorasi
Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti mengadakan kunjungan kelokasi
penelitian terlebih dahulu dengan tujuan untuk mengenal situasi dan keadaan
lokasi penelitian.
c. Penyusunan proposal
Penyusunan proposal dilakukan berdasarkan bimbingan dan arahan dosen
pembimbing skripsi. Proposal merupakan pedoman dalam pelaksanaan penelitian.
Penyusunan proposal ini juga diperlukan untuk mengurus surat ijin penelitian.
d. Perijinan
Perijinan penelitian yang dilaksanakan di luar kampus memerlukan
ijin dengan prosedur sebagai berikut:
- Permintaan surat pengantar dari fakultas ilmu pendidikan universitas
negeri malang dengan dilampiri proposal skripsi sebagai permohonan
ijin penelitian yang ditujukan kepada pihak SMP Negeri 20 Malang.
- Diberikannya surat ijin dari pihak SMP Negeri 20 Malang untuk
melaksanakan penelitian.
1. Tahap Pelaksanaan
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan dengan menggunakan observasi, wawancara dan
dokumentasi.
b. Penyusunan data
Dari data yang diperoleh kemudian dilakukan penyusunan atas data
tersebut, maksud penyusunan ini adalah untuk memudahkan dalam
analisis data nantinya.
c. Analisis data
Analisis data dilakukan selama atau bersamaan dengan pengumpulan
data dan setelah pengumpulan data selesai dilakukan.
d. Kesimpulan
Setelah diketahui hasil yang diperoleh dari penelitian, maka langkah
selanjutnya adalah menarik kesimpulan sesuai dengan data yang
terkumpul dan analisis yang dilakukan secermat mungkin.
2. Tahap Pelaporan
Setelah informasi yang diperlukan untuk penelitian sudah cukup, maka
langkah selanjutnya peneliti membuat laporan atas penelitian yang telah
dilakukan dengan sistematika yang berlaku di Universitas Negeri Malang.
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Paparan Data
1. Gambaran umum SMP Negeri 20 Malang
Sekolah Menengah Pertama Negeri 20 Malang adalah salah satu lembaga
pendidikan yang berada dalam koordinasi Dinas Pendidikan Kota Malang. Pada
awalnya SMP Negeri 20 Malang merupakan cabang dari SMP Negeri 5 Malang.
Sekolah ini didirikan pada tahun 1994 dan bertempat di gedung SMP Negeri 5
Malang sampai tahun 1996. Pada tahun 1996, SMP Negeri 20 Malang sudah
mulai memiliki bangunan sendiri yang terletak di Jln. R. Tumenggung Suryo no
38 Malang.
2. Tujuan diberlakukannya tata tertib sistem skoring di SMP Negeri 20
Malang
Sekolah membuat strategi yaitu menerapkan tata tertib sistem skoring yang
bertujuan antara lain:
a) bisa membantu guru untuk mengetahui bagaimana perilaku anak itu di kelas
Saat wawancara dengan Ibu Isminarsih selaku guru yang menangani tata
tertib sekolah di SMP Negeri 20 Malang, beliau mengatakan:
“Sebelum diberlakukan sistem skoring di sekolah ini, seluruh dewan guru mengadakan rapat untuk membahas tentang bagaimana caranya agar jumlah pelanggaran tata tertib berkurang” (Wawancara, 19 Mei 2009).
b) mengetahui jumlah point/skor pelanggaran yang diperoleh siswa
Menurut Ibu Kusbandini selaku guru yang menangani tata tertib, beliau
menegaskan bahwa:
“Agar jumlah pelanggaran tata tertib di sekolah ini berkurang dan disiplin siswa meningkat dan penegakan tata tertib sesuai dengan apa yang kita harapkan,,,,maka kita membuat buku tata tertib yang berguna untuk mengetahui jenis, dan jumlah pelanggaran tata tertib sehingga jika ada siswa yang melanggar tata tertib bisa langsung dicatat dan diberi point/skor, karena di dalam buku tata tertib ini juga disertakan point-point bagi setiap pelanggaran” (Wawancara, 19 Mei 2009).Pernyataan ini kemudian diperkuat lagi oleh pendapat Ibu Rahayu
c) orang tua lebih bisa mengetahui bagaimana perilaku anaknya di sekolah
Ibu
Rahayu Budiarti selaku guru yang menangani tata tertib juga, menguatkan
pernyataan di atas dengan menambahkan:
“Selain membuat siswa takut juga bertujuan agar para orang tua tahu perilaku anaknya di sekolah , karena buku tata tertib nanti juga di bawa pulang oleh siswa” (Wawancara, 19 Mei 2009).
Dengan adanya sistem skoring ini pula siswa diharapkan mempunyai
tingkat kedisiplinan yang tinggi sesuai yang diharapkan sehingga tata tertib di
sekolah bisa berjalan dan bermanfaat bagi seluruh pihak sekolah khususnya dan
bagi masyarakat pada umumnya.
c) Menjadikan siswa lebih patuh pada tata tertib yang ada
Menurut Ibu Isminarsih selaku guru yang menangani tata tertib, beliau
menegaskan bahwa:
“Tata tertib sistem skoring ini mulai diberlakukan sudah enam tahun yang lalu sampai sekarang yaitu dari tahun 2003” (Wawancara, 19 Mei 2009).
d) Menjadikan siswa berdisiplin tinggi
Menurut Ibu Isminarsih selaku guru yang menangani tata tertib, beliau
menegaskan bahwa:
“Dengan diadakannya tata tertib sistem skoring ini membuat siswa merasa takut untuk melakukan pelanggaran..” (Wawancara, 19 Mei 2009).Menurut Ibu Kusbandini selaku guru yang menangani tata tertib siswa
kelas VII, beliau menegaskan bahwa:
“Semenjak diberlakukannya tata tertib sistem skoring ini dari tahun ke
tahun mulai dari tahun 2003-2009 jumlah pelanggaran semakin berkurang dan
anak-anak mulai takut dengan jumlah point yang akan mereka dapat”
(Wawancara, 26 Mei 2009).
3. Bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Malang
Sekolah mempunyai seperangkat tata tertib yang harus ditaati oleh seluruh
komponen sekolah. Dalam hal ini kesiswaan juga berperan dalam pengaturan dan
pembinaan tata tertib siswa. Tata tertib siswa atau ketentuan tersebut antara lain:
a) Kewajiban Murid
b) Hak murid
c) Larangan Murid
d) Sanksi
Pelanggaran yang terjadi, secara umum disebabkan oleh beberapa hal
antara lain adalah:
1. Masalah keluarga. Yang dimaksud dengan masalah keluarga disini adalah
siswa yang memiliki masalah/merasakan tidak nyaman dalam keluarganya,
misalnya hubungan dalam keluarga kurang harmonis maupun kurangnya kasih
sayang dari orang tua, sehingga siswa yang bersangkutan cenderung untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang bisa menimbulkan kepedulian orang
tuanya.
2. Faktor teman sebaya. Usia siswa yang relatife muda sangat rawan serta mudah
dipengaruhi oleh pergaulan sehingga pengaruh teman sangat besar dalam
pembentukan sikap siswa, misalnya siswa yang bergabung dengan anak-anak
nakal cenderung untuk melakukan hal-hal yang tidak semestinya.
3. Adanya pengaruh dari media massa (majalah, radio, TV, internet, dan
sebagainya) yang mengakibatkan timbulnya perilaku meniru yang dilakukan
oleh siswa atau dengan kata lain siswa cenderung untuk mengikuti
perkembangan zaman meskipun hal itu terkadang tidak sesuai dengan tata
tertib, misalnya siswa yang memakai sepatu warna-warni, model baju yang
minim, dandan yang mencolok.
4. Alasan yang lain bisa datang dari dalam diri siswa sendiri yaitu kemauan
siswa yang bersangkutan, misalnya anak yang tidak punya niat untuk sekolah
sehingga merasa malas dan tidak peduli dengan peraturan yang ada di
sekitarnya.
4 Upaya-upaya yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan
siswa di SMP Negeri 20 Malang
Adapun upaya-upaya sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa
yaitu:
a) dengan cara benar-benar menerapkan tata tertib yang ada
Untuk menangani secara langsung setiap pelanggaran yang terjadi, maka
perlu mengunakan buku tata tertib yang didalamnya juga dicantumkan point/skor
yang diberikan kepada siswa yang melanggar tata tertib di sekolah.
b) penanaman perilkau melalui MOSIBA
melakukan pembinaan melalui kegiatan Masa Orientasi Siswa Baru
(MOSIBA) yang dilakukan setiap awal tahun ajaran baru dengan salah satu
tujuannya yaitu menanamkan kesadaran personal pada siswa terutama tentang
perilaku yang sebaiknya diterapkan maupun perilaku yang bertentangan dengan
norma yang berlaku di masyarakat.
c) diadakan SIDAK
Selain itu dalam jangka waktu tertentu juga diadakan operasi mendadak
(SIDAK). Ibu Isminarsih mengemukakan bahwa:
“Di sekolah ini sering diadakan operasi ke kelas-kelas dalam rangka pembinaan kedisiplinan siswa dan biasanya diikuti dengan penyitaan barang-barang yang tidak sesuai dengan tata tertib” (Wawancara, 26 Mei 2009).
Kemudian Ibu Is juga Mengemukakan:
“Dan adapun yang membawa HP itu bukan hanya siswa kelas XI saja tetapi dari siswa kelas VII sampai dengan siswa kelas VIII rata” (Wawancara, 26 Mei 2009).
5. Hasil pelakasanaan tata tertib sistem skoring dalam peningkatan disiplin
siswa di SMP Negeri 20 Malang
“Pada saat belum diadakan sistem skoring jumlah pelanggran siswa kelas VII sebanyak 3023 itupun tidak tercatat semuanya masalahnya pada saat itu guru yang menangani tata tertib belum ada dan hanya mendapat teguran dari para guru yang sempat mengetahui pelanggaran yang dibuat oleh siswa, dan jenis pelanggaran tidak bisa dibedakan karena klasifikasi pelanggaran belum ada saat itu”(hasil wawancara dengan guru tata tertib kelas VII, 26 Mei 2009).
Ibu Isminarsih guru yang menangani tata tertib siswa kelas VIII
mengemukakan, bahwa:
“Berdasarkan catatan tahun-tahun lalu yang saya pegang jumlah pelanggaran siswa kelas VIII sebanyak 3405 itu juga tidak semuanya tercatat karena belum ada yang namanya buku tata tertib siswa” (wawancara, 26 Mei 2009).
Seperti yang dikemukakan oleh Ibu Rahayu Budiarti yaitu namun
demikian, hal itu tidak berarti bahwa para siswa itu bisa seenaknya untuk datang
terlambat ke sekolah seperti pelanggaran yang banyak terjadi sebelum diadakan
sistem skoring (Wawancara, 26 Mei 2009).
Kemudian Ibu Is menegaskan bahwa:
“Pada kenyataannya, jumlah pelanggaran tidak bisa diketahui oleh pihak sekolah, karena mengingat bahwa kurangnya sarana untuk menangani tata tertib di sekolah” (hasil wawancara dengan salah satu guru tatib Ibu Isminarsih 26 Mei 2009).
Seperti dikemukakan oleh Ibu Kusbandini, guru yang menangani tata
tertib bahwa:
“Dengan menggunakan sistem skoring sangat meningkatkan disiplin siswa khususnya anak kelas VII dengan ini anak-anak kelas VII yang semula sering datang terlambat, mulai sekarang pukul 6.25 sudah berada di kelas” (Wawancara, 26 Mei 2009).
Seperti dikemukakan oleh Ibu Isminarsih, guru yang menangani tata tertib
juga bahwa:
“Dengan menggunakan sistem skoring dalam menangani pelanggaran tata tertib memang sangat membawa peningkatan disiplin siswa, sistem ini juga sudah bisa dikatakan sukses karena banyak orang tua/wali yang mengatakan sekarang anaknya takut berangkat terlambat jadi rajin bangun pagi” (Wawancara, 26 Mei 2009).
B. Temuan Penelitian
1. Tujuan diberlakukannya tata tertib sistem skoring di SMP Negeri 20
Malang
Dari paparan data peneliti menemukan, bahwa tata tertib di sekolah
sangatlah penting berguna bagi semua orang khususnya siswa, guru yang merasa
resah melihat pelanggaran yang dilakukan oleh siswa, dan memikirkan bagaimana
cara untuk mengatasi pelanggaran tersebut, maka sekolah mengeluarkan buku tata
tertib sekolah yang didalamnya isinya antara lain larangan-larangan siswa,
kewajiban siswa, sanksi dan pembinaan serta mencantumkan point/skor bagi
masing-masing siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib di sekolah yang
bertujuan diantaranya, yaitu untuk mengurangi jumlah pelanggaran siswa yang
semakin hari semakin meningkat dan mengkhawatirkan yang dilakukan oleh
siswa-siswi di SMP Negeri 20 Malang, mengetahui jumlah point/skor yang akan
diberikan kepada siswa sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilanggar,
memperlihatkan kepada siswa agar lebih memahami hak dan kewajibannya
sebagai seorang yang sedang menjalani proses pendidikan dan pembelajaran dan
yang paling penting adalah melihat sifat dan sikap serta perilaku siswa yang sulit
diatur.
2. Bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Malang
Dari paparan data peneliti menemukan, bahwa dalam pengaturan dan
pembinaan tata tertib siswa pihak sekolah membuat ketentuan, ketentuan tersebut
antara lain: kewajiban siswa, hak murid, dan sanksi.
Dan kemudian pada saat diberlakukannya tata tertib sistem skoring ini
bentuk-bentuk pelanggaran sudah diklasifikasikan menjadi 3 bentuk, yaitu: 1)
bentuk kelakuan, 2) bentuk kerapian, dan 3) bentuk kerajinan. Dari ke tiga bentuk
pelanggaran itu, ada sanksi dan pembinaannya sesuai dengan point.skor yang
diperoleh.
Sedangkan alasan terjadinya pelanggaran secara umum, disebabkan oleh
beberapa hal antara lain:
1. Masalah keluarga
2. Faktor teman sebaya
3. Adanya pengaruh dari media massa (majalah, radio, TV, dan internet)
4. Alasan yang lain bisa datang dari dalam diri siswa sendiri yaitu kemauan
siswa yang bersangkutan, misalnya anak yang tidak punya niat untuk sekolah
sehingga merasa malas dan tidak peduli dengan peraturan yang ada di
sekitarnya.
3. Upaya-upaya yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan
siswa di SMP Negeri 20 Malang
Adapun upaya-upaya sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan adalah
dengan cara benar-benar menerapkan tata tertib sistem skoring ini dan menangani
secara langsung setiap pelanggaran yang terjadi. Selain itu pihak sekolah juga
menerapkan berbagai cara misalnya mulai dari pembinaan melalui Masa Orientasi
Siswa Baru yang dilakukan setiap awal tahun ajaran baru, selain itu di sekolah ini
sering diadakan operasi mendadak yaitu yang disertai dengan penyitaan barang-
barang yang tidak sesuai dengan tata tertib.
4. Hasil tata tertib sistem skoring dalam peningkatan disiplin siswa di SMP
Negeri 20 Malang.
Sebelum diadakan sistem skoring ini tingkat pelanggaran dan jenis
pelanggaran tidak dapat diklasifikasikan dan sulit untuk diketahui karena
sebelumnya tidak ada alat untuk mengetahui pelanggaran apa yang dilakukan oleh
siswa (tidak ada buku tata tertib), dan pelanggaran yang dicatat jenis pelanggaran
yang nampak saja, tidak bisa terperinci seperti sesudah diadakan sistem skoring,
tetapi setelah kita lihat dari tabel 4.4 yaitu jumlah pelanggaran dari tahun ke tahun
semakin menurun itu menandakan bahwa Sejak diberlakukanya tata tertib sistem
skoring dari tahun 2003-2009 mampu meningkatkan kedisiplinan siswa.
Yang paling sering ditemui adalah pelanggaran yang berkaitan dengan
bentuk kerajinan yaitu misal masalah keterlambatan sebelum diadakan sistem
skoring maupun sudah keterlambatan tetap saja berkembang. Hal lain yaitu
masalah atribut sekolah yang tidak lengkap (badge, nama siswa, dasi, sabuk) dan
sering ditemukan siswa yang memakai sepatu selain warna hitam. Sedangkan
masalah absensi atau kehadiran siswa juga mengalami banyak kendala, hal ini
disebabkan oleh ijin, tanpa keterangan. Pihak sekolah juga biasanya menemukan
siswa yang membawa HP, hal ini mengakibatkan pihak sekolah membuat
peraturan siswa dilarang membawa HP ke sekolah.
PEMBAHASAN
A. Tujuan diberlakukannya tata tertib sistem skoring di SMP Negeri 20 Malang
Berdasar hasil penelitian yang diperoleh, pelanggaran sering terjadi dan pihak yang
menangani tata tertib merasa sulit untuk mengatasi siswa tersebut. Adapun tujuan
diberlakukannya tata tertib sistem skoring di SMP Negeri 20 ini, adalah:
- Bisa membantu guru untuk mengetahui bagaimana perilaku anak itu di kelas
- Mengetahui jumlah point/skor pelanggaran yang diperoleh siswa
- Orang tua lebih bisa mengetahui bagaimana perilaku anaknya di sekolah
- Menjadikan siswa lebih patuh pada tata tertib yang ada
- Menjadikan siswa berdisiplin tinggi
B. Bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Malang
Berdasarkan hasil penelitian di SMP Negeri 20 Malang memberlakukan tata tertib yang
tegas terhadap siswanya. Pada dasarnya tata tertib siswa dibuat untuk mengatur tingkah laku
siswa dengan mencantumkan perbuatan-perbuatan yang tidak sepatutnya dilakukan sehingga
bisa tercipta suasana yang mendukung kegiatan pembelajaran. Atau dengan kata lain tata tertib
merupakan sarana untuk mendisiplinkan siswa.
Sehubungan dengan hal tersebut, (Surya, 2001) mengemukakan agar disiplin dapat
ditegakkan, sekurang-kurangnya ada empat unsur yang harus diwujudkan. Unsur pertama adalah
aturan sebagai pola-pola berperilaku. dan kedua sebagai upaya membantu individu tidak
mewujudkan perilaku yang tidak diinginkan.
Unsur yang kedua adalah hukuman sebagai alat dalam memberikan tindakan terhadap
setiap pelanggaran aturan yang telah ditetapkan. Unsur disiplin yang keempat adalah konsisitensi
yaitu derajad keseragaman atau ketetapan dalam mewujudkan perilaku, pelaksanaan aturan,
pemberian hukuman dan pemberian ganjaran. Konsistensi dalam hal-hal tersebut dapat
menunjang tegaknya disiplin. Sebaliknya apabila hal-hal tersebut tidak diwujudkan secara
konsisten, disiplin akan sulit untuk ditegakkan.
Dengan diberlakukanya tata tertib sistem skoring, maka secara otomatis aturan yang
diberlakukan juga memuat berapa jumlah skor yang dikumpulkan siswa. Juga memuat adanya
sanksi bagi tiap-tiap pelanggaran yang dilakukandan hukumannya. Hukuman adalah suatu
bentuk kerugian atau kesakitan yang ditimpakan kepada seseorang yang berbuat kesalahan
(Schaefer, 1986:93). Hal ini sesuai dengan yang dilakukan oleh pihak SMP Negeri 20 Malang.
C. Upaya-upaya yang dilakukan sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan siswa di SMP
Negeri 20 Malang
Penanaman perilaku dan sikap melalui kegiatan Masa Orientasi Siswa Baru (MOSIBA).
Kegiatan ini diperuntukkan bagi siswa yang telah lulus seleksi masuk SMP Negeri 20 Malang.
Adapun tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memberi pengetahuan, perkenalan, dan
pembekalan kepada siswa terhadap lingkungan sekolah yang baru, termasuk di dalamnya
penanaman perilaku yang sebaiknya diterapkan maupun perilaku yang bertentangan dengan
norma yang berlaku di masyarakat. Dalam jangka waktu tertentu juga diadakan kegiatan yang
dinamakan Operasi Mendadak (SIDAK). Operasi ini biasanya dilakukan ke kelas-kelas dalam
rangka pembinaan kedisiplinan siswa, dan biasanya diikuti dengan penyitaan barang-barang
yang tidak sesuai dengan tata tertib. Dengan diadakannya kegiatan ini kedisiplinan siswa dapat
lebih ditingkatkan. Adapun pembagian tugas guru tata tertib adalah Ibu Kusbandini menangani
tata tertib anak kelas VII, Ibu Isminarsih menangani tata tertib anak kelas VIII, dan Ibu Rahayu
Budiarti menangani tata tertib anak kelas IX.
D. Hasil pelaksanaan tata tertib sistem skoring dalam peningkatan disiplin siswa di SMP
Negeri 20 Malang
Pelanggaran yang berkaitan dengan masalah keterlambatan, kelengkapan dan tata cara
pemakaian seragam, misalnya atribut sekolah yang tidak lengkap (badge, nama siswa, dasi dan
sabuk) dan sering ditemukannya siswa yang memakai sepatu selain warna selain hitam.
Sedangkan masalah absensi atau kehadiran siswa juga sering mengalami banyak
kendala, hal ini disebabkan oleh ijin, sakit, tidak masuk tanpa keterangan. Selain itu, pihak
sekolah juga menemukan siswa yang membawa hand phone (HP) siswa. Tata tertib sistem
skoring ini sangat memberi dampak terhadap menurunnya angka pelanggaran yang dilakukan
oleh para siswa sehingga para siswa berusaha untuk tidak melakukan perbuatan yang melanggar
tata tertib karena ada sanksi yaitu siswa yang melakukan pelanggaran dengan jumlah point
tertentu akan mendapat pembinaan bertahap dari guru, wali kelas, staf sekolah, kepala sekolah,
dan kemungkinan pembinaanya akan diserahkan kepada orang tua /wali murid. Peneliti
beranggapan bahwa dalam pelaksanaan tata tertib sistem skoring ini mampu meningkatan
disiplin siswa di SMP Negeri 20 Malang.
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Tujuan diberlakukannya tata tertib sistem skoring di SMP Negeri 20 Malang: (a) bisa
membantu guru untuk mengetahui bagaimana perilaku anak itu di kelas, (b) mengetahui
jumlah point pelanggaran yang diperoleh siswa, (c) Orang tua lebih bisa mengetahui
bagaimana perilaku anaknya di sekolah, (d) menjadikan siswa lebih patuh pada tata tertib
yang ada, (e) menjadikan siswa berdisiplin tinggi.
2. Bentuk-bentuk pelanggaran tata tertib di SMP Negeri 20 Malang meliputi: bentuk
kelakuan, bentuk kerapian, dan bentuk kerajinan, adapun faktor yang menyebabkan
pelanggaran siswa antara lain: masalah keluarga, faktor teman sebaya, adanya pengaruh
dari media massa serta adanya faktor lain yang yang bisa datang dari dalam dirinya
sendiri.
3. Upaya-upaya yang dilakukan dalam rangka menegakkan kedisiplinan siswa di SMP
Negeri 20 Malang adalah dengan cara benar-benar menerapkan tata tertib yang ada dan
menangani secara langsung setiap pelanggaran. sistem skoring yaitu dengan cara
member point/skor yang sesuai dengan jenis pelanggaran yang dilakukan oleh siswa,
MOSIBA (Masa Orientasi Siswa Baru), SIDAK yaitu operasi mendadak.
4. Hasil pelaksanaan tata tertib sistem skoring dalam peningkatan disiplin siswa di SMP
Negeri 20 Malang mampu mengurangi jumlah pelanggaran siswa di sekolah dengan
melihat penurunan angka pelanggaran dari tahun ke tahun mulai diberlakukannya sistem
skoring dari tahun 2003-2009.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti ingin menyumbangkan saran,
antara lain:
1. Bagi Siswa
Agar selalu patuh dan menaati peraturan tata tertib yang ada di sekolah secara sadar dan
bertanggung jawab.
2. Bagi Pendidik
Pendidik diharapkan dapat memberikan contoh dan membimbing siswa untuk
meningkatkan kedisiplinan dan selalu mengadakan pembinaan terhadap siswa.
3. Bagi Orang Tua
Orang tua diharapkan dapat menjalin kerja sama dengan baik dengan pihak sekolah
dalam memberikan contoh dan membimbing siswa untuk meningkatkan kedisiplinan.
4. Bagi Masyarakat
Bagi mastarakat pada umumnya untuk mewujudkan cita-cita bangsa, hendaknya
masyarakat sebagai warga Negara bersama-sama dengan pemerintah mensukseskan
program pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dengan jalan mengerjakan sesuatu
dengan bersungguh-sungguh serta menjalankannya sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.