pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

Upload: syuhada-zudri

Post on 02-Jun-2018

239 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    1/62

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Perkembangan peredaran narkotika dari tahun ke tahun semakin

    meningkat, tidak hanya didaerah perkotaan akan tetapi telah merambah kearah

    pelosok (pedesaan). Penyalahgunaanya bersifat Borderlessartinya dapat terjadi

    pada siapa saja, laki-laki, perempuan, anak-anak, remaja, bahkan orang tua

    sekalipun bisa menjadi korban. Untuk itu diperlukan adanya suatu upaya

    penegakan hukum yang maksimal dengan menggunakan aparat penegak hukum

    yang nantinya mampu menanggulangi tindak pidana tersebut, menegakan hukum

    dan menegakan hukum merupakan suatu hak yang tidak bisa dipisahkan dalam

    proses penegakan hukum1.

    Dalam Undang-Undang No.35 Tahun 2009 tentang narkotika (selanjutnya

    di singkat dengan UU narkotika) dijelaskan narkotika itu adalah zat atau obat

    yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis,

    yang dapat menyebabkanpenurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,

    mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menyebabkan

    ketergantungan.

    Upaya pemberantasan peredaran gelap narkotika akan sulit tercapai tanpa

    adanya koordinasi yang baik antara aparat penegak hukum dan elemen

    masyarakat. Meskipun narkotika sangat bermanfaat dan diperlukan untuk

    1

    Ismansyah, penegakan Hukum Pidana Dalam Kasus-Kasus yang Dihadapi Oleh MasyarakatMarginal Suara Rakyat,no. 4/April 2007, April 2007, Hlm 6.

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    2/62

    2

    pengobatan dan pelayanan kesehatan namun apabila disalah gunakan akan

    menimbalkan akibat yang sangat merugikan perorangan, masyarakat khususnya

    pada generasi muda penerus bangsa.

    Dalam pasal 4 UU narkotika di jelaskan bahwa tujuan dari UU narkotika

    adalah :

    a) Menjamin ketersediaan narkotika untuk kepentingan pelayanan kesehatan

    dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

    b) Mencegah, melindungi, dan menyelamatkan bangsa Indonesia dari

    penyalahguaan narkotika.

    c) Memberantas peredaran gelap narkotika dan precursor narkotika dan

    menjamin pengaturan upaya rehabilitasi medis dan social bagi penyalah

    guna pecandu narkotika.

    Dalam penyelidikan tindak pidana narkotika selain terdapat penyidik dari

    polri juga terdapat juga penyidik dari Badan Narkotika Nasional(BNN)

    sebagaimana di jelaskan dalam pasal 81 UU narkotika.

    Diberlakukan Undang-undang tentang narkotika menjadi dorongan bagi

    kepolisian untuk melakukan penegakkan hukum atas permasalahan

    tersebut.Masyarakat selalu berharap polisi dapat selalu serius dalam melaksanakan

    tugas dan kewajibannya, polisi harus berperan aktif dalam mencari informasi atas

    terjadinya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika.

    Direktorat Narkoba Polda Sumbar terus mengungkap peredaran narkoba di

    Bumi Minangkabau.Pada tanggal 03 april 2012 sore, aparat berhasil meringkus

    pria bertato di kawasan Ampang, Kecamatan Kuranji. Darmansyah, 30, diringkus

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    3/62

    3

    karena membawa ganja dalam jumlah besar sebanyak 8 kg.Warga Ampang ini

    mengaku, paket tersebut berasal dari Aceh dan dibawa ke Padang melalui jalur

    darat. Saat ini, tersangka dititipkan di sel tahanan Mapolsekta Padang Barat.

    Tersangka yang juga pengedar ganja lintas provinsi ini ditangkap berdasarkan

    informasi salah seorang tahanan narkoba yang telah ditangkap sekitar satu bulan

    lalu.Kemudian, petugas langsung melakukan penyelidikan. Sebelum ditangkap,

    tersangka dipancing terlebih dahulu oleh petugas dengan cara menyamar sebagai

    pembeli.

    Direktur Narkoba Polda Sumbar, Kombes Pol Arif Rahman Hakim

    menjelaskan, setelah tersangka ditangkap di depan tempat pencucian mobil Mega

    2000, petugas langsung mengeledah rumahnya dan ditemukan delapan paket

    ganja kering siap edar yang disimpan di dalam lemari kamar tersangka.Masing-

    masing paket itu, seberat 1 kilogram.Penangkapan ini, termasuk penangkapan

    terbesar selama tahun 2012, kata mantan Wadir Reskrim Polda Sumbar itu

    kepada wartawan.

    Pengakuan tersangka, ganja itu awalnya berjumlah 10 paket dengan berat

    10 kg, namun dua paket sudah berhasil terjual. Masing-masing paket, dijual Rp

    1,7 juta. Tersangka juga mengakui, paket ganja itu diantar rekannya dari Aceh

    dan baru sampai di Padang, tiga hari lalu.Namun siapa rekannya itu, tersangka

    belum mau menyebutkan namanya, ujar Arif.Tersangka telah melanggar Pasal

    111 Ayat 2 UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkoba.Tersangka diancam hukuman

    maksimal 20 tahun penjara dan minimal 5 tahun penjara.

    Tersangka mengaku baru kali ini mengedarkan ganja. Sejak berhenti menjadi

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    4/62

    4

    sopir truk akhir 2011, ia tak punya uang lagi untuk menghidupi keluarga. Saya

    kerja seperti ini karena ingin menafkahi keluarga, kata bapak satu anak ini.

    Tawaran menjual paket ganja ini, diterimanya setelah salah seorang rekannya

    yang juga warga Ampang, menawarkan untuk menjadi bandar ganja.Dia langsung

    menerima tawaran tersebut. Setiap paket yang terjual, ia mendapat untung 100

    ribu. Paket ganja ini saya jual bukan dalam bentuk paket kecil, tapi per kilo,

    katanya.2

    Berbicara tentang perkembangan pendekatan dalam hukum pidana tidak

    terlepas dari perkembangan dan pertumbuhan organisasi Kepolisian sebagai satu-

    satunya organisasi yang berhadapan langsungdengan kejahatan dalam

    masyarakat.Polisi sebagai aparat penegak hukum selalu berupaya di garda

    terdepan.

    Oleh karena itu untuk dapat terlaksananya hukum pidana materil maka

    haruslah didukung dengan pelaksanaan sepenuhnya hukum pidana formil atau

    acara yang berlaku di Indonesia yaitu Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

    atau yang di kenal dengan istilah KUHAP, dalam Undang-undang tersebut

    tercantum bahwa Polisi berperan sebagai penyelidik dan penyidik, ketentuan ini

    dapat kita temui dalam pasal 1 ayat 1 dan 4 KUHAP. Dalam artian telah diketahui

    dalam perundang-undangan sudah terdapat instansi yang berkewajiban

    menegakkan hukum khususnya dalam hokum pidana dikenal adanya

    Kepolisian,Kejasaan,Pengadilan serta Lembaga permasyarakatan.

    2

    http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=27084 diakes pada hari selasa tanggal 1 mei 2012jam 13.52

    http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=27084http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=27084http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=27084
  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    5/62

    5

    Adapun yang dimaksud dengan Kepolisian dalam rumusan pasal 2

    Undang-undang No.2 Tahun 2002 tentang Polri, fungsi Kepolisian adalah salah

    satu fungsi pemerintah Negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban

    masyarakat, penegakan hokum,perlindungan,pengayoman,dan pelayanan kepada

    masyarakat. Fungsi kepolisian tersebut menjadi tugas pokok kepolisian

    sebagaimana yang dirumuskan pasal 13 Undang-undang No.2 Tahun 2002 tentang

    Polri, yakni:

    a. Memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat

    b. Menegakkan hukum dan

    c. Memberikan perlindungan,pengayoman dan pelayanan kepada

    masyarakat.

    Dengan demikian tugas polri dalam memelihara keamanan dan ketertiban

    masyarakatberusaha menjaga dan memelihara akan kondisi masyarakat terbebas

    dari rasa ketakutan dan kekhawatiran, sehingga ada kepastian dan jaminan dari

    segala kepentingan, serta terbebas dari adanya pelanggaran norma-norma hukum.

    Usaha yang digunakan tersebut melalui upaya preventif maupun represif.

    Pada umumnyan peredaran gelap narkotika sedang marak-maraknya

    terjadi, narkotika telah tersebar hampir disetiap kota-kota besar dan daerah

    terpencil lainnya, bahkan sampai kedesa-desa seluruh pelosok negeri.

    Berdasarkan uraian diatas, jelas pentingnya membahas tentang peranan

    penyidik dalam menyelesaikan kasus-kasus narkotika yang semakin meninggkat.

    Karena itu penulis tertarik membahas masalah tersebut dalam sebuah penelitian

    dengan judul: PELAKSANAAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    6/62

    6

    PERDAGANGAN GELAP NARKOTIKA (STUDI DI WILAYAH HUKUM

    POLRESTA PADANG).

    B.Perumusan Masalah

    Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan

    masalah sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah pelaksanaan penyidikan tindak pidana peredaran gelap

    Narkotika di wilayah hukum Polresta Padang?

    2. Apakah kendala dalam pelaksanan penyidikan tindak pidana peredaran

    gelap Narkotika di wilayah hukum Polresta Padang?

    3. Bagaimanakah solusi terhadap kendala dalam pelaksanaan penyidikan

    tindak pidana peredaran gelap Narkotika di wilayah hukum Polresta

    Padang?

    C. Tujuan Penelitian

    Tujuan penelitian yang dilakukan :

    1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penyelidikan terhadap

    tindak pidana peredaran gelap Narkotika

    2.

    Untuk mengetahui kendala-kendalaapa yang ditemui dalam

    pelaksanaan penyidikan tindak pidana peredaran gelap narkotika.

    3. Untuk mengetahui solusi dari kendala yang dihadapi penyidik dalam

    pelaksanaan penyidikan tindak pidana peredaran gelap narkotika.

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    7/62

    7

    D. Manfaat Penelitian

    Dengan melaksanakan penelitian ini, menurut penulis ada beberapa

    manfaat yang akan diperoleh antara lain:

    1.Kegunaan Praktis:

    1. Memberi kontribusi kepada pihak yang terkait(penyidik polri)

    dalam dalam pelaksanaan penyidikan terhadap tindak pidana

    peredaran gelap narkotika.

    2. Memberi pengetahuan bagi masyarakat tentang bagaimana

    pelaksanaan penyidikan tindak pidana peredaran gelap narkotika.

    2. Kegunaan Teoritis:

    1. Dapat menambah referensi bagi penelitian berikutnya, khususnya

    penelitian hukum tentang pelaksanaan penyidikan terhadap tindak

    pidana perdagangan gelap narkotika

    2. Dapat memberi sumbangan pikiran bagi Ilmu Pengetahuan Hukum

    pidana khususnya mengenai Hukum Narkotika.

    E. Kerangka Teoritis dan Kerangka Konseptual

    1. Kerangka Teoritis.

    a.Teori Penyidik dan Penyidikan

    Menurut Gerson W. Bawengan istilah penyidikan, ia

    menggunakan istilah pengusutan, begitu juga Mr. R Tresna dan

    Kiagus H. Husin menggunakan istila pengusutan sebagai sinonim

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    8/62

    8

    dari istilah penyidikan, maka bicara penyidikan adalah

    membicarakan pengusutan kejahatan atau pelanggaran3.

    Menurut R Soesilo, bahwa penyidikan yang asal katanya

    sidik berartiterang, jadi penyidikan artinya membuat terang atau

    jelas. Sidik berarti juga bekas (sidik jari), sehingga menyidik berati

    mencari bekas-bekas terdapat dan terkumpul, kejahatan menjadi

    terang.Bertolak dari kedua kata terang dan bekas arti kata sidik

    itu, maka penyidikan artinya membuat terang kejahatan4.

    Dalam bidang reserse kriminal penyidikan itu biasa

    dibedakan antara:

    a. Penyidikan dalam arti kata luas, yang meliputi penyidikan,

    pengusutan dan pemeriksaan, yang sekaligus rangkaian dari

    tindakan-tindakan terus-menerus, tidak ada pangkal permulaan

    dan penyelesaian.

    b. Penyidikan dalam arti kata sempit yaitu semua tindakan-

    tindakan yang merupakan suatu bentuk operasi represip dari

    reserse kriminal Polri yang merupakan permulaan dari

    pemeriksaan perkara pidana5.

    Tugas utama penyidik adalah:

    1) Mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti-bukti tersebut

    membuatterang tentang tindak pidana yang terjadi

    2) Menemukan tersangka.

    3Gerson W. Bawengan. 1977. Penyidikan Perrkara Pidana dan Interodasi.Jakarta: PT. Pradnya

    Paramita, Hal 114

    R. Soesilo. 1974. Taktik dan TeknikPenyidikan Perkara Kriminal.Bogor: Politea, Hal 135ibid

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    9/62

    9

    Penyidikan ini dilakukan untuk mencari serta mengumpulkan

    bukti-buktiyang pada tahap pertama harus dapat memberikan

    keyakinan, walaupun sifatnyamasih sementara, kepada penuntut

    umum tentang apa yang sebenarnya terjadiatau tentang tindak

    pidana yang telah dilakukan serta siapa tersangkanya.

    Apabilaberdasarakan keyakinan tersebut penuntut umum

    berpendapat cukup adanyaalasan untuk mengajukan tersangka

    kedepan sidang pengadilan untuk segeradisidangkan.Disini

    dapat terlihat bahwa penyidikan suatu pekerjaan yangdilakukan

    untuk membuat terang suatu perkara, yang selanjutnya dapat

    dipakaioleh penuntut umum sebagai dasar untuk mengajukan

    tersangka beserta bukti-bukti yang ada kedepan persidangan.

    Tujuan penyidikan menurutSuryono Sutartoadalah:Secara

    konkrit tindakan penyidikan dapat diperinci sebagai tindakan

    yangdilakukan oleh penyidik untuk mendapatkan keterangan

    tentang:

    Tindak pidana apa yang dilakukan.

    a) Kapan tindak pidana dilakukan.

    b)

    Dengan apa tindak pidana dilakukan.

    c) Bagaimana tindak pidana dilakukan.

    d) Mengapa tindak pidana dilakukan.

    e) Siapa pembuatnya atau yang melakukan tindak pidana

    tersebut

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    10/62

    10

    b.Teori Penegakan Hukum.

    Suatu aturan hukum tidak akan berlaku tanpa ada upaya

    penegakan atas peraturan tersebut. Penegakan tersebut tidak hanya

    melibatkan aparat penegak hukum saja tetapi juga masyarakat selaku

    objek. Dibutuhkan kesadaran masyarakat akan hukum atau disebut

    juga dengan istilah melek hukum, dimana masyarakat menyadari

    bahwa dalam menjalankan hak-haknya masyarakat juga diberi

    batasan-batasan oleh hukum.

    Dalam penegakan hukum itu sendiri terdapat teori-teori

    sebagaimana yang diungkap oleh para ahli sebagai berikut:

    1. Teori penegakan hukum menurut John Graham penegakan

    hukum dilapangan oleh polisi merupakan kebijakan

    penegakan hukum dalam pencegahan kejahatan

    2. Menurut Hamis MC.Rae mengatakan bahwa penegakan

    hukum dilakukan dengan pendayagunaan kemampuan berupa

    penegakan hukum dilakukan oleh orang yang betul-betul ahli

    dibidangnya dan dalam penegakan hukum akan lebih baik

    jika penegakan hukum mempunyai pengalaman praktek

    berkaitan dengan bidang yang ditanganinya

    6

    .

    3. Menurut Hart, dalam penegakan hukum itu sendiri terdapat

    teori-teori.7

    a. Primary Rules of Obligation

    6http://mediaskripsi.blogspot.com/2010/02/teori-teori-yang-sering-dipakai.html.diakses hari kamis

    tanggal 5 april 2012 jam 21.007

    Sutjipto Rahardjo, 2009,Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis, Yogyakarta: GentaPublishing, Hal 47

    http://mediaskripsi.blogspot.com/2010/02/teori-teori-yang-sering-dipakai.html.diakseshttp://mediaskripsi.blogspot.com/2010/02/teori-teori-yang-sering-dipakai.html.diakseshttp://mediaskripsi.blogspot.com/2010/02/teori-teori-yang-sering-dipakai.html.diakses
  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    11/62

    11

    Pada tahap ini masyarakat mempunyai karaktersebagai berikut:

    komunitas kecil, didasarkan pada ikatan kerabatan, memiliki

    kepercayaan dan sentiment umum, dan berada di tengah-tengah

    lingkungan yang stabil, masyarakat menyelesaikan sengketa dengan

    jalan relatif sederhana, hal ini di sebabkan masyarakatnya tidak

    mengenal peraturan terperinci, hanya mengenal standar tingkah laku

    dan tidak ada diferensialisasi dan spesialisasi badan-badan penegak

    hukum8.

    Pada saat masyarakat masih berada pada peringkat primaryrules of

    obligation, belum ditemukan peraturan-peraturan yang terperinci dan

    resmi, karena hal tersebut memang tidak atau belum dibutuhkan.dengan

    standar tingkah laku kebutuhan yang dapat diatasi, satu dan lain karena

    mekanisme control social yang tidak formal menjalankan fungsinya

    dengan efektif9.

    System ini memiliki kekurangan seperti10

    1) Tidak ada kepastian-kepastian dalam kaedah-kaedahnya

    2) Statis

    3) Tidak efisien.

    b. Secondary Rules of Obligation

    Dalam tatanan secondary rules of obligation, masyarakatnya

    mempunyai kehidupan terbuka, luas dan kompleks, dalam tahapan ini

    masyarakat mendasarkan pada otoritas rules of recognition, rules of

    change, dan rules of adjudication. Berdasarkan teori hart tersebut

    masyarakat yang hidup pada zaman modern seperti sekarang ini lebih

    8http://adisulistiyono.staf.uns.ac.id/files/2009/04/mengembangkan-paradigma-non-litigasi-di-

    indonesia.pdf,diakses hari sabtu tanggal 7 april 2012 jam 20.009

    Sudjipto Rahardjo, Op. cit. hal 4810Ibid. hal 49

    http://adisulistiyono.staf.uns.ac.id/files/2009/04/mengembangkan-paradigma-non-litigasi-di-indonesia.pdfhttp://adisulistiyono.staf.uns.ac.id/files/2009/04/mengembangkan-paradigma-non-litigasi-di-indonesia.pdfhttp://adisulistiyono.staf.uns.ac.id/files/2009/04/mengembangkan-paradigma-non-litigasi-di-indonesia.pdfhttp://adisulistiyono.staf.uns.ac.id/files/2009/04/mengembangkan-paradigma-non-litigasi-di-indonesia.pdfhttp://adisulistiyono.staf.uns.ac.id/files/2009/04/mengembangkan-paradigma-non-litigasi-di-indonesia.pdf
  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    12/62

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    13/62

    13

    pidana, dan begitu juga sebaliknya dengan suatu perbuatan phisik dapat

    menimbulkan beberapa perbuatan pidana.

    Tindak pidana dapat dibeda-bedakan atas dasar-dasar tertentu, yaitu:

    1. Menurut sistem KUHP, dibedakan antara kejahatan (misdrijven) dimuat

    dalam buku II dan pelanggaran (overtredingen) dimuat dalam buku III.

    2.Menurut cara merumuskannya, dibedakan antara tindak pidana formil

    (formeel delicten) dan tindak pidana materiil (materieel delicten).

    3.Berdasarkan bentuk kesalahannya, dibedakan antara tindak pidana sengaja

    (doleus delicten) dan tindak pidana dengan tidak disengaja (culpose

    delicten).

    4. Berdasarkan macam perbuatannya, dapat dibedakan antara tindak pidana

    aktif/positif dapat juga disebut tindak pidana komisi (delicta

    commissionis) dan tindak pidana pasif/negatif, disebut juga tindak

    pidana omisi (delicta omissionis).

    5.Berdasarkan saat dan jangka waktu terjadinya, maka dapat dibedakan

    antara tindak pidana terjadi seketika dan tindak pidana terjadi dalam

    waktu lama atau berlangsung lama/berlangsung terus.

    6.Berdasarkan sumbernya, dapat dibedakan antara tindak pidana umum dan

    tindak pidana khusus.

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    14/62

    14

    7.dilihat dari sudut subyek hukumnya, dapat dibedakan antara tindak pidana

    communia (yang dapat dilakukan oleh siapa saja), dan tindak pidana

    propria (dapat dilakukan hanya oleh orang memiliki kualitas pribadi

    tertentu).

    8.Berdasarkan perlu tidaknya pengaduan dalam hal penuntutan maka

    dibedakan antara tindak pidana biasa (gewone delicten) dan tindak

    pidana aduan (klacht delicten).

    9.Berdasarkan berat ringannya pidana yang diancamkan, maka dapat

    dibedakan antara tindak pidana bentuk pokok (eencoudige delicten),

    tindak pidana yang diperberat (gequalificeerde delicten) dan tindak

    pidana yang diperingan (gequalifeceerde delicten) dan tindak pidana

    yang diperingan (gepriviligieerde delicten).

    10.Berdasarkan kepentingan hukum yang dilindungi, maka tindak pidana

    tidak terbatas macamnya bergantung dari kepentingan hukum yang

    dilindungi, seperti tindak pidana terhadap nyawa dan tubuh, terhadap

    harta benda, tindak pidana pemalsuan, tindak pidana terhadap nama

    baik, terhadap kesusilaan dan lain sebagainya.

    11.Dari sudut berapa kali perbuatan untuk menjadi suatu larangan,

    dibedakan antara tindak pidana tunggal (ekelovoudige delicten) dan

    tindak pidana berangkai (samengestelde delicten).13

    13

    http://hukum.kompasiana.com/2011/10/18/pengertian-tindak-pidana/diakses pada hari selasatanggal 1 mei 2012 jam 13.21

    http://hukum.kompasiana.com/2011/10/18/pengertian-tindak-pidana/http://hukum.kompasiana.com/2011/10/18/pengertian-tindak-pidana/http://hukum.kompasiana.com/2011/10/18/pengertian-tindak-pidana/http://hukum.kompasiana.com/2011/10/18/pengertian-tindak-pidana/http://hukum.kompasiana.com/2011/10/18/pengertian-tindak-pidana/
  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    15/62

    15

    d. Teori Tindak Pidana Peredaran Gelap Narkotika.

    Perkembngan kejahatan narkotika dewasa ini pada umumnya

    merupakan kejahatan yang terorganisir dengan jaringan bertaraf

    internasional, regional maupun nasional dan lokal semakin meningkat

    kualitas dan kuantitasnya. Beberapa tahun yang lalu indonesia merupakan

    wilayah transito peredaran gelap narkotika, tetapi dewasa ini sudah

    merupakan wilayah tujuan peredaran gelap narkotika dan bahkan wilayah

    indonesia sendiri sebagai produsen narkotika yang nantinya diedarkan di

    dalam dan luar negeri. menghadapi situasi dan kondisi demikian, menuntut

    pola penanggulangan yang lebih intensif, komprehensif dan integral oleh

    seluruh aparat penegak hukum dalam upaya pemberantasan

    penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dan mampu untuk

    mengungkap dan memutus jaringan sindikat narkotika.

    Nakortika atau yang biasa kita sebut narkoba ada 3 (tiga) Golongan

    Narkotika Golongan I, Narkotika ini hanya dapat di gunakan untuk ilmu

    pengetahuan dan tidak di tujukan untuk therapi serta mempunyai potensi

    sangat tinggi yang Menimbulkan Ketergantungan Contohnya :

    Heroin,Cocain,Ganja , Shabu , Extacy , LSD , Opium.

    Narkotika Golongan II, Narkotika ini adalah yang berhasiat untuk

    pengobatan dan banyak digunakan therafi dan pengembangan ilmu

    pengetahuan yang mempunyai potensi tinggi yang dapat mengakibatkan

    ketergantungan Contohnya : Morfin , Petidin

    Narkotika Golongan III, Narkotika jenis ini yang berkhasiat untuk

    pengobatan dan banyak digunakan Therafi dan pengembangan Ilmu

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    16/62

    16

    pengetahuan yang mempunyai potensi ringan mengakibatkan

    ketergantungan Contohnya : Codein , Bufrenofin.14

    2. Kerangka Konseptual

    Untuk lebih terarahnya penulisan ini, disamping perlu kerangka

    teoritis juga diperlukan kerangka konseptual untuk merumuskan definisi

    dari istilah-istilah sehubungan dengan judul yang di angkat, yaitu:

    a. Pelaksanaan

    Pelaksanaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia barti

    Proses, cara, Perbuatan melaksanakan (terancang, keputusan, dan

    sebagainya).15 Dalam hal ini tentunya proses atau cara penyidik

    dalam mengungkap tindak pidana pembunuhan berencana.

    b. Penyidik dan Penyidikan

    Menurut pasal 1 butir 1 KUHAP.Penyidik adalah pejabat polisi

    negara Republik Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil

    tertentu yang diberi wewenang khusus oleh undang-undang untuk

    melakukan penyidikan.

    Menurut pasal 1 butir 2 KUHAP, pengertian penyidikan adalah

    serangkaian tindakan penyidik dalam hal dan menurut cara yang

    diatur dalam undang-undang ini untu mencari serta mengumpulkan

    14http://abdisr.blogspot.com/2012/02/3-jenis-golongan-narkotika-narkoba.html diakses pada hari

    selasa 1 mei 2012 jam 13.4615Tim Penyusun. 1999.Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta: Balai Pustaka, Hal 544

    http://abdisr.blogspot.com/2012/02/3-jenis-golongan-narkotika-narkoba.htmlhttp://abdisr.blogspot.com/2012/02/3-jenis-golongan-narkotika-narkoba.htmlhttp://abdisr.blogspot.com/2012/02/3-jenis-golongan-narkotika-narkoba.html
  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    17/62

    17

    bukti yang denga bukti ini membuat terang tentang tindak pidana

    yang terjadi dan guna menemukan tersangkanya16

    c. Tindak Pidana

    Pengertian Tindak Pidana sendiri adalah perbuatan atau

    tindakan melawan hukum yang berlaku, baik itu pelanggaran atau

    ketentuan peraturan perundang-undangan sehingga tindak pidana

    perlu diatur dengan suatu norma hukum yang berupa sanksi agar

    dipatuhi dan ditaati.

    Menurut Simons, Tindak Pidana adalah kelakuan (handling)

    yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum yang

    berhubungan dengan kesalahan yang dilakukan oleh orang yang

    mampu bertanggung jawab17.

    Menurut SudartoTindak pidana adalah pelanggaran norma

    yang berlaku dalam masyarakat menimbulkan perasaan tidak

    senang yang dinyatakan dalam pemberian sanksi.18

    Menurut Moeljatno Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh

    aturan hukum pidana dilarang dan diancam dengan pidana dan

    barang siapa yang melanggarlarangan tersebut.19

    Menurut Van HamelMerupakan suatu kelakuan manusia yang

    oleh undang- undang ditentukan sebagai kelakuan yang melawan

    hukum dan dapat dipersalahkan.20

    d. Tindak Pidana Peredaran Gelap Narkotika

    16Andi Hamzah, 2001,Hukum Acara PIdana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika. Hal 118

    17Moeliatno, 1993,Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta : Rineka Cipta. Hal 56

    18Sudarto, 1990,Hukum Pidana 1, Yayasan Sudarto,Jakarta: hal 38

    19

    Moeljatno,1980,Asas-asas Hukum Pidana 1. Yayasan Sudarto, Jakarta: hal 120Sudarto,Ibid, hal 41

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    18/62

    18

    Menurut UUnarkotika, Narkotika adalah zat atau obat yang

    berasal dari tanaman atau bukan tanaman, baik sintetis maupun

    semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan

    kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa

    nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan.

    Menurut UU narkotika memberikan pengertian tentang

    peredaran gelapadalah peralihan dari keadaan yang satu ke keadaan

    yang lain yang berulang-ulang seakan-akan merupakan suatu

    lingkaran, serta rahasia (tidak berterang-terang), tidak halal atau

    sah, tidak menurut aturan (undang-undang) yang berlaku.

    F. METODE PENELITIAN

    1. Pendekatan Masalah

    Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan metode yuridis

    sosiologis21.Yaitu suatu penelitian yang menggunakan bahan kepustakaan atau

    data-data sekunder sebagai data awalnya dan kemudian dilanjutkan dengan data

    primer atau data lapangan22

    2. Jenis dan Sumber Data

    Jenis data yang digunakan adalah :

    a. Data Primer

    Dataprimer merupakan data yang diperoleh secara langsung melalui

    wawancara yakni dengan menggunakan wawancara semistruktur pada

    2 ( dua ) orang penyidik Polresta Padang

    21M.Syamsudin, Operasionalisasi Peneli tian H ukum,Raja Grafindo

    Persada,Jakarta,2007,hal 2622Ibid,hal 99

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    19/62

    19

    b. Data Sekunder

    Data sekunder merupakan penelitian perpustakaan (library research)

    yakni data penunjang dari data primer yang diperoleh dari bahan-bahan

    pustaka yang terdiri dari :

    (1)Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai

    kekuatan yang mengikat bagi individu maupun masyarakat yang

    dapat membantu penulisan.Dalam hal ini adalah peraturan

    perundang-undangan terkait seperti Kitab Undang-undang Hukum

    Pidana,UU narkotika dan Undang-undang No.2 Tahun 2002

    Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia.

    (2)Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang erat kaitanya

    dengan bahan hukum primer atau memberikan penjelasan

    mengenai bahan hukum primer, seperti teori-teori hukum, pendapat

    para sarjana baik dalam bentuk buku-buku penunjang,buku ajar,

    ataupunblogdari internet yang terkait dengan penulisan.

    (3)Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan hukum yang bersifat sebagai

    bahan penunjang dalam penulisan ini seperti kamus besar bahasa

    indonesia.

    Sumber data yang di gunakan adalah :

    a. Penelitian Lapangan (field research)

    Yakni berupa pengumpulan data dan informasi berupa wawancara

    terhadap 2 (dua) orang penyidik Polresta Padang.

    b. Penelitian Perpustakaan (library research)

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    20/62

    20

    Yakni berupa penelitian terhadap literatur terkait, seperti peraturan

    perundangan, buku-buku, jurnal dan sebagainya. Penelitian ini

    dilakukan pada perpustakaan-perpustakaan, yakni :

    -Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Andalas

    -Perpustakaan Universitas Andalas

    -Perpustakaan Daerah Kota Padang

    1. Alat Pengumpulan Data

    a) Studi Dokumen

    Merupakan tahap awal dalam menganalisa pokok penelitian yang

    akan dibahas nantinya, yaitu dengan meneliti dan mempelajari buku-buku,

    peraturan perundang-undangan dan berkas-berkas yang ada di wilayah

    hukum Polresta Padang.

    b) Wawancara

    Wawancara adalah cara memperoleh data yang dilakukan melalui

    tanya jawab terhadap 2 (dua) orang penyidik Polresta Padang.Tipe

    wawancara yang digunakan adalah wawancara semi terstruktur, yaitu

    membuat daftar pertanyaan yang mungkin berkembang dari induk

    pertanyaan, namun masih berhubungan dengan objek penelitian yaitu

    tentang pelaksanaan penyidikan terhadap tindak pidana peredaran gelap

    narkotika di wilayah hukum Polresta Padang.

    2. Pengolahan dan Analisis Data

    a) Pengolahan data

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    21/62

    21

    Pengolahan data adalah kegitan merapikan atau mengorganisasikan data

    penelitian sehingga dapat dibaca dan siap untuk di analisis23.pengolahan

    data di perlukan sehingga memudahkan dalam menganalisis,

    Pengolahan data ini dilakukan dengan cara :

    1.Editing (pengeditan )

    Dimana data yang diperoleh akan diperiksa atau diteliti untuk menjamin

    apakah data tersebut sudah dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan

    kenyataan.

    2.Coding ( pengkodean )

    Merupaka cara pemberian kode-kode atau simbol-simbol menurut

    kriteria pada daftar pertanyaan.

    b) Analisis data

    Analisa data adalah sebagai tindak lanjut proses pengolahan data, untuk

    dapat memecahkan dan menguraikan masalah yang diteliti berdasarkan

    bahan hukum yang diperoleh,maka diperlukan adanya teknik analisa

    bahan hukum.Setelah didapat data-data yang di perlukan, maka penulis

    melakukan analisa secara kualitatif24,yakni dengan melakukan penilaian

    terhadap data-data yang penulis dapat dari lapangan,dengan bantuan

    literatur-literatur atau bahan-bahan terkait dengan penelitian, kemudian

    ditarik kesimpulan yang dijabarkan dalam penulisan deskriptif.

    G. SISTEMATIKA PENULISAN

    23

    Ibidhal 9924Ibidhal133

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    22/62

    22

    Untuk memudahkan pemahaman penulisan dalam menyusun dan

    menyesuaikan sehingga lebih terarah, maka dibatasi dengan sistematika yaitu:

    BAB I PENDAHULUAN

    Merupakan bab yang menguraikan tentang latar belakang,

    identifikasi dan pembatasan masalah, perumusan masalah atau

    fokus masalah, tujuan penelitian, kegunaaan penelitian dan

    sistematika.

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    Menguraikan tinjauan tentang Penyidik,tindak pidana narkotika

    dan penanggulangannya.

    BAB III METODE PENELITIAN

    Menguraikan tentang dasar penelitian, fokus penelitian, sumber

    data, teknik sampling, alat dan teknik pengumpulan data,

    objektifitas dan keabsahan data, metode analisis data serta prosedur

    penelitian yang digunakan.

    BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Menguraikan tentang hasil dan penelitian dan pembahasan.

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

    Menguraikan tentang kesimpulan.secara keseluruhan dan

    pembahasan skripsi dan sarana-sarana yang berhubungan dengan

    masalah skripsi.

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    23/62

    23

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    A.Tinjauan Umum Tentang Penyidikan

    1. Pengertian Penyidik Dan Penyidikan

    Pengertian penyidik telah dirumuskan dalam Pasal 1 butir 1 KUHAP,

    yang merumuskan: Penyidik adalah Pejabat Polisi Negara Republik

    Indonesia atau pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang diberi wewenang

    khusus oleh undang-undang untuk melakukian penyidikan. Dari rumusan

    pasal 1 butir 1 KUHAP, kita dapat menarik kesimpulan bahwa penyidik

    tersebut adalah pejabat yang telah diberi wewenang melakukan penyidikan

    oleh undang-undang yang mana dalam hal ini pejabat yang diberikan

    wewenang itu diatur dalam pasal 6 KUHAP, yang berbunyi:

    (1)Penyidik adalah:a. Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

    b. Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu yang diberi wewenang

    khusus oleh undang-undang.

    (2)Syarat kepangkatan pejabat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

    akan diatur lebih lanjut dalam peraturan pemerintah

    Maka atas kuasa pasal 6 ayat (2) maka telah diterbitkan Peraturan

    Pemerintah No 27 Tahun 1983, yang berdasarkan pasal 2 dan pasal 3 dapat

    disimpulkan bahwa penyidik adalah:

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    24/62

    24

    1) Pejabat Polisi Negara Republik Indonesia yang sekurang-kurangnya

    berpangkat pembantu letnan dua polisi (Pelda) ditunjuk oleh Kepala

    Kepolisian Negara Republik Indonesia.

    2) Komandan Sektor karena jabatannya adalah penyidik/pelda tidak

    ada untuk melaksanakan penyidikan atau usul Komandan

    Kepolisian Negara Republik Indonesia mengangkat dengan syarat-

    syarat:

    a. Pejabat Kepolisian Negara Republik Indonesia yang sekurang-

    kurangnya berpangkat sersan dua polisi.

    b. Pejabat pegawai negeri sipil tertentu yang sekurang-kurangnya

    berpangkat pengatur muda (Gol II/a)

    3) Pejabat pegawai negeri sipil yang sekurang-kurangnya berpangkat

    pengatur muda tingkat satu (Gol II/b) atau usul dari departeme yang

    bersangkutan, diangkat oleh menteri kehakim setelah mendengar

    pertimbangan Jaksa Agung dan Kepala Kepolisian Negara Republik

    Indonesia.

    Mengenai kewenangan penyidik dapat dilihat dalam pasal 7 ayat (1)

    KUHAP, yang dirumuskan:

    Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf a karena

    kewajibannya mempunyai wewenang:

    a. menerima-laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya

    tindak pidana;

    b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    25/62

    25

    c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal

    diri tersangka;

    d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;

    e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

    f. mengambil sidik jari dan memotret seorang;

    g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka

    atau saksi;

    h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya

    dengan pemeriksaan perkara;

    i. mengadakan penghentian penyidikan;

    j. mengadakan tindakan hlain menurut hukum yang bertanggung jawab.

    Menurut pasal 1 butir 2 kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana

    (KUHAP) menyatakan bahwa Penyidikan adalah serangkaian tindakan

    penyidik dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam undang-undang ini

    untuk mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat

    terang tentang tindak pidana yang terjadi dan guna menemukan

    tersangkanya.Berdasarkan kepada rumusan penyidikan tersebut diatas, kita

    dapat mengetahui bahwa dalam suatu penyidikan, tugas utama penyidik

    adalah mencari dan mengumpulkan bukti yang dengan bukti tersebut

    membuat terang tindak pidana yang terjadi dan menemukan tersangka.

    Kewajiban penyidik dalam melakukan tindakan penyidikan yang

    diperlukan, bilamana penyidik sendiri mengetahui atau telah menerima

    laporan, baik itu datangnya dari penyelidik atau pengaduan seseorang yang

    mengetahui tindak pidana tersebut. Hal tersebut diatur dalam ketentuan pada

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    26/62

    26

    Pasal 106 dan 108 Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

    yang dirumuskan :

    Pasal 106

    Penyidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan tentang

    terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan tindak pidana wajib

    segera melakukan tindakan penyidikan yang diperlukan.

    Pasal 108

    (1)Setiap orang yang mengalami, melihat, menyaksikan dan atau menjadi

    korban peristiwa yang merupakan tindak pidana berhak untuk

    mengajukan laporan atau pengaduan kepada penyelidik dan atau

    penyidik baik lisan maupun tertulis.

    (2)Setiap orang yang mengetahui permufakatan jahat untuk melakukan

    tindak pidana terhadap ketenteraman dan keamanan umum atau terhadap

    jiwa atau terhadap hak milik wajib seketika itu juga melaporkan hal

    tersebut kepada penyelidik atau penyidik.

    (3)Setiap pegawai negeri dalam rangka melaksanakan tugasnya yang

    mengetahui tentang terjadinya peristiwa yang merupakan tindak pidana

    wajib segera melaporkan hal itu kepada penyelidik atau penyidik.

    (4)Laporan atau pengaduan yang diajukan secara tertulis harus ditanda-

    tangani oleh pelapor atau pengadu.

    (5)Laporan atau pengaduan yang diajukan secara lisan harus dicatat oleh

    penyidik dan ditandatangani oleh pelapor atau pengadu dan penyidik.

    (6)Setelah menerima laporan atau pengaduan, penyelidik atau penyidik

    harus memberikan surat tanda penerimaan laporan atau pengaduan

    kepada yang bersangkutan.

    2.

    Tugas dan Wewenag Penyidik

    Mengenai kewenangan penyidik dapat dilihat pada pasal 7 ayat (1)

    KUHAP, yang merumuskan:

    a. Menerima-laporan atau pengaduan dari seorang tentang adanya tindak

    pidana;

    b. melakukan tindakan pertama pada saat di tempat kejadian;

    c. menyuruh berhenti seorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal

    diri tersangka;

    d. melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan dan penyitaan;

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    27/62

    27

    e. melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat;

    f. mengambil sidik jari dan memotret seorang;

    g. memanggil orang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau

    saksi;

    h. mendatangkan orang ahli yang diperlukan dalam hubungannya denganpemeriksaan perkara;

    i. mengadakan penghentian penyidikan;

    j. mengadakan tindakan lain menurut hukum yang bertanggung jawab.

    Setelah kewenangan penyidik pembantu diterangkan lebih lanjut pada

    Pasal 11 KUHAP yakni: memiliki wewenang seperti dalam pasal 7 ayat (1)

    kecuali mengenai penahanan yang wajib diberitahukan dengan pelimpahan

    wewenang dari penyidik. Dengan demikian kewenangan pada penyidik

    pembantu mempunyai keterbatasan atau dengan kata lain kewenangan

    penyidik pembantu tidak seluas dari kewenangan penyidik.

    Dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 memberikan

    kewenangan tambahan kepada kepolisian untuk melakukan tindakan lain

    yang diperlukan apabila ada gangguan keamanan (pasas 16 huruf 1)

    ketentuan ini memberikan suatu kewenangan kepada polisi untuk

    melakukan dekreasi.Dimana diskresi adalah wewenang yang diberikan

    hukum untuk bertindak dalam situasi khusus sesuai dengan pilihan dan kata

    hati instansi atau petugas itu sendiri. Dengan kata lain tindakan lain dalam

    penyidikan itu hanya dapat dilakukan jika memenuhi syarat dan tidak

    bertentangan dengan suatu aturan hukum, selaras dengan kewajiban hukum

    yang mengharuskan tindakan tersebut dilakukan serta harus patut, masuk

    akal, termasuk dalam lingkup jabatannya dan juga berdasarkan keadaan

    yeng memaksa dan menghormati hak asasi manusia.

    B.Tinjauan Umum Tentang Narkotika

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    28/62

    28

    1. PengertianNarkotika

    Kata narkotika berasal dari bahasa inggris yaitu narcotic yang berarti

    obat bius.Dalam bahasa yunani disebut dengan narkose yang berarti

    membius.

    Menurut pasal 1 Ayat (1) Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 Tentang

    Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan

    tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan

    penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa,mengurangi sampai

    menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

    Narkotika memiliki daya adiksi yang sangat berat.Narkotika juga

    memiliki daya toleren (penyesuaian) dan daya habitual yang sangat tinggi

    narkotika tidak selalu berdampak buruk.Narkotika juga dapat

    menyembuhkan banyak penyakit dan mengkhahiri penderitaan.Misalnya

    tindakan operasi yang dilakukan oleh dokter harus di dahului oleh

    pembiusan padahal obat bius tersebut tergolong kepada narkotika.Karena

    banyak jenis narkotika yang sangat bermanfaat dalam bidang kedokteran.25

    Pengertian Tindak Pidana sendiri adalah perbuatan atau tindakan

    melawan hukum yang berlaku, baik itu pelanggaran atau ketentuan

    peraturan perundang-undangan sehingga tindak pidana perlu diatur dengan

    suatu norma hukum yang berupa sanksi agar dipatuhi dan

    25

    Partodiharjo Subagyo, Tanpa Tahun,kenali narkoba dan musuhi penyalahgunaanya,Erlangga, Jakarta Hal:10

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    29/62

    29

    ditaati.26Pengertian tindak pidana menurut pakar-pakar hukum adalah

    sebagai berikut:

    a. Simons

    Adalah perbuatan salah dan melawan hukum yang diancam pidana dan

    dilakukan oleh seseorang yang mampu bertanggung jawab atas suatu

    peristiwa pidana.27

    b. Sudarto

    Tindak pidana adalah pelanggaran norma yang berlaku dalam masyarakat

    menimbulkan perasaan tidak senang yang dinyatakan dalam pemberian

    sanksi.28

    c. Moeljatno

    Tindak pidana adalah perbuatan yang oleh aturan hukum pidana dilarang

    dan diancam dengan pidana dan barang siapa yang melanggar

    larangan tersebut.29

    d. Van Hamel

    Merupakan suatu kelakuan manusia yang oleh undang- undang ditentukan

    sebagai kelakuan yang melawan hukum dan dapat dipersalahkan.30

    Sebagian besar para ahli hukum pidana lebih cendrung menggunakan

    istilah pidanan sebagai terjemahan dari strafbaar feit seperti yang

    dikemukakan Simon. Simon menyatakan Strafbaarfeit adalah kelakuan

    (handeling) yang diancam dengan pidana yang bersifat melawan hukum

    yang diancam dengan pidana yeng bersifat melawan hukum yang

    26Moeljatno,1985.Azas-azas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta Hal 54

    27Mustofa Abdullah-Ruben Ahmad,1983.Intisari Hukum Pidana. Ghalia Indah, Jakarta Hal 26

    28Sudarto, 1990.Op, cit, Hal 38

    29

    Moeljatno. 1980. Op,cit. Hal 130Sudarto, Op, cit.Hal 41

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    30/62

    30

    berhubungan dengan dengan kesalahan yang dilakukan oleh orang yang

    berhubungan dengan kesalahan yang dilakukan dengan orang yang mampu

    bertanggungjawab.31

    Moeljatno merumuskan perbuatan pidana adalah perbuatan yang

    dilarang oleh suatu aturan hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi)

    yang berupa pidana tertentu, bagi siapa melanggar larangan tersebut. Dapat

    juga dikatakan bahwa perbuatan pidana adalah perbuatan yang oleh suatu

    aturan hukum dilarang dan diancam pidana, asal saja dalam pada itu diingat

    bahwa ditujukan kepada perbuatan, yaitu suatu keadaan atau kejadian yang

    ditimbulkan oleh kelakuan orang, sedangkan ancaman pidananya ditujukan

    kepada orang yang menimbulan kejadian itu.32

    Sedangkan pengertian tindak pidana peredaran gelap narkotika itu

    sendiri menurut Undang-undang Narkotika Pasal 1 angka (6) adalah: setiap

    kegiatan atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara tanpa hak atau

    melawan hukum yang ditetapkan sebagai tindak pidana narkotika.

    2. Jenis-jenis narkotika

    Berdasarkan pembuatanya narkotika di bedakan kedalam 3 kelompok

    yaitu :

    a. Narkotika alami

    Adalah narkotika yang zat adiktifnya di ambil dari tumbuh-tumbuhan.

    Jenis-jenis dari narkotika alami antara lain adalah :

    31

    Moeljatno. 2000. Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta: Rineka Cipta, Hal 5632Ibid, Hal 54

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    31/62

    31

    1. Ganja adalah tanaman perdu dengan daun menyerupai daun

    singkong yang tepinya berigi dan berbulu halus

    2. Hasis adalah tanaman serupa ganja yang tumbuh di Amerika latin

    dan Eropa

    3. Koka adalah tanaman perdu mirip pohon kopi. Buahnya yang

    digunakan untuk menambah kekuatan orang yang berperang atau

    berburu binatang.

    4. Opium adalah jenis narkotika yang dihasilkan dari getah bunga

    opium. Opium dulu digunakan untuk mengobati beberapa penyakit,

    member kekuatan atau menghilangkan rasa sakit

    b. Narkotika semi sintetis

    Adalah narkotika alami yang diolah dan diambil zat aktifnya agar

    memiliki khasiat yang lebih kuat sehingga dapat di manfaatkan untuk

    kepentingan kedokteran. Jenis-jenis narkotika semi sintetis antara lain

    :

    1. Morfin di pakai dalam dunia kedokteran untuk menghilangkan rasa

    sakit atau pembiusan pada oprasi.

    2. Kodein di pakai untuk obat penghilang batuk.

    3.

    Heroin bentuknya seperti tepung terigu : halus, putih, dan agak

    kotor. Dalam perdagangan gelap heroin di beri nama putaw.

    4. Kokain adalah hasil dari olahan biji koka.

    c. Narkotika sintetis

    Adalah narkotika palsu yang dapat di buat dari bahan kimia.Narkotika

    ini digunakan untuk pembiusan dan pengobatan bagi orang yang

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    32/62

    32

    menderita ketergantungan narkoba. Jenis-jenis Narkotika sintetis ini

    adalah :

    1. Petidin digunakan untuk obat bius local , operasi kecil, sunat.

    2. Methadone digunakan untuk pengobatan pencandu narkoba.

    3. Naltrexon digunakan untuk pengobatan pecandu narkoba.33

    Menurut Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang narkotika ,

    narkotika dapat di golongkan menjadi :

    a. Narkotika golongan I

    Adalah jenis narkotika yang hanya dapat digunakan untuk

    kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan dan dilarang

    digunakan untuk kepentingan lainnya. Yang termasuk kedalam

    narkotika golongan 1 antara lain : alfa metilfentanil, alfa

    metiltiofentanil, betahidroksifentanil, beta-hidroksi-3-metil,

    desomorfonia dll.

    b. Narkotika golongan II

    Adalah narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan digunakan

    sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan atau

    untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai

    potensi tinggi yang mengakibatkan ketergantungan yang termasuk

    narkotika golongan II adalah : alfasetilmetadol, alfameprodina,

    alfametadol, alfaprodina, dll.

    c. Narkotika golongan III

    33IbidHal 13-15

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    33/62

    33

    Adalah narkotika yang berkhasiat dalam pengobatan dan banyak

    digunakan dalam terapi dan tujuan pengembangan ilmu

    pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan

    ketergantungan. Yang termasuk narkotika golongan III antara lain :

    asetildihidrokodenia, dekstropropoksifena, dihidrokodenia,

    etilmorfina, dll.

    Berdasarkan dampak yang ditimbulkan, narkotika dibagi

    menjadi dua kelompok, yakni :

    1. Stimulan.

    Untuk merangsang system saraf simpatik, yakni yang

    berfungsi untuk mengirim darah ke otak, jantung, paru-

    paru dan sebagainya. Kelompok ini ini juga yang

    mempersiapkan seseorang untuk mengerahan tenaga

    jasmani,saraf-saraf dan fungsi dari organ-organ yang

    berlainan. Contoh dari kelompok ini adalah shabu-

    shabu dan ekstasi.

    2. Depresan

    Bekerja untuk menekan system saraf para simpatik,

    yakni bagian saraf otonom yang mendominasi system

    saraf simpatik.Ketika seseorang sedang beristirahat,

    system saraf ini banyak mengurangi kegiatan yang

    umumnya mengurangi kegiatan yang dipicu oleh

    system saraf simpatik, dan mengurangi detak

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    34/62

    34

    jantung.Contoh dari kelompok ini adalah,

    barbituratedan benzodiazepine.

    Dalam pemakaiannya, pelaku pemakai pengguna

    Narkotika melakukan dengan cara, diantaranya :

    1. Hisap, seperti shabu-shabu dengan

    menggunakan alat bongatau aluminium foil.

    2. Makan, seperti ekstasi, dimana ekstasi adalah

    sediaan farmasi yang didalamnya mengandung

    bahan senyawa yang merupakan derivate atau

    turunan Amphetamine.

    3. Minum, seperti minuman keras ( miras ).34

    34

    Budi Saputra, 2000,Perang Melawan Narkoba, Program Pasca Sarjana Universitas Andalas,Padang,hlm. 64.

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    35/62

    35

    BAB III

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Pelaksanaan Penyidikan Oleh Penyidik PolrestaPadang Terhadap

    Tindak Pidana Peredaran Gelap Narkotika.

    Menurut data yang diperoleh di Satuan Narkoba Polresta Padang

    bahwa telah terjadinya penurunan dan peningkatan kasus tindak pidana

    peredaran gelap narkotika dari tahun ke tahun seperti yang tergambar dalam

    data dibawah ini :

    DATA TINDAK PIDANA NARKOBA

    POLRESTA PADANGDAN JAJARAN TAHUN 2008 S/D 2012

    No Tahun Kasus Tersangka Barang bukti

    1 2008 86 123 Ganja :-36 kg

    746,7 gram3 paket besar4 paket sedang14 lenting4 Amp

    Putaw :10 gram2 paket sedang2 paket kecil

    Shabu-shabu :5,9 gram7 paket sedang

    19 paket kecil

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    36/62

    36

    Ekstacy :54 butir

    2 2009 94 142 Ganja :43 kg

    4 ons179,1 gram

    Putaw :10 gram

    Shabu-shabu :29,2gram

    Ekstacy :2 butir

    3 2010 66 98 Ganja ;

    31 kg2 ons92,5 gram

    Putaw

    1 gramShabu-shabu :

    69.8 gramEkstacy :

    3 butir

    4 2011 76 105 Ganja :4,9kg3,5 ons

    57,1 gramShabu-shabu :

    122,6 gram

    5 2012 38 57 Ganja5 ons30,2 gram

    Shabu-shabu :

    90 gram

    Sumber : Satuan Narkoba Polresta Padang

    Berdasarkandata yang penulis kemukakan diatas dapat disimpulkan

    bahwa terjadinya penurunan dan peningkatan yang sangat signifikan dari

    jumlah kasus tindak pidana peredaran gelap narkotika yang masuk ke polresta

    padang dari tahun 2008 s/d tahun 2012, hal ini juga diiringi dengan terjadinya

    penurunan dan peningkatan terhadap barang bukti yang berhasil disita oleh

    satuan narkoba polresta padang. Hal ini mengindikasikan bahwa narkotika

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    37/62

    37

    masih marak peredaranya di kota padang dan ini tentunya membutuhkan

    peran yang lebih besar lagi dari satuan narkoba untuk mengungkap setiap

    tindak pidana peredaran gelap narkotika di kota padang.

    Terjadinya penurunan dan peningkatan jumlah kasus tindak pidana

    peredaran gelap narkotika di kota padang dikarenakan beberapa faktor35:

    1. Faktor Ekonomi

    Faktor ekonomi sangat berpengaruh dalam penurunan dan

    peningkatan tindak pidana peredaran gelap narkotika karena

    narkotika secara ekonomi dapat menghasilkan keuntungan

    tersendiri bagi para pengedarnya, sehingga tidak heran jika banyak

    orang yang menjadi pengedar narkotika dengan alasan terdesak

    kebutuhan ekonomi.

    2. Faktor geografi

    Wilayah kota padang yang sangat strategis sering kali

    dipergunakan sebagai tempat transit narkotika dari berbagai

    daerah diluar kota padang, disamping itu banyaknya sarana

    pendukung yang bisa digunakan oleh si pelaku tindak pidana

    narkotika dalam melakukan penyalahgunaan dan peredaran gelap

    narkotika, misalnya sarana transportasi yang memadai, yang

    cenderung disalahgunakan sebagai sarana untuk mengangkut

    narkotika.

    3. Faktor Ketersediaan

    35

    Wawancara dengan Iptu Rosita Imelda, SH(kaurbinopsnal satuan narkoba polresta padang), padatanggal 04 juli 2012

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    38/62

    38

    Banyaknya penyalahgunaan narkotika tidak terlepas dari

    banyaknya ketersediaan narkotika di kota padang. Hal ini

    diakibatkan adanya pasokan dari berbagai daerah sekitar kota

    padang diantaranya, pasokan dari Aceh, Medan, Palembang. Serta

    merupakan dampak dari digunakanya kota Padang oleh para

    pengedar narkotika sebagai tempat transit narkotika dari berbagai

    wilayah seperti : Aceh, Medan, Palembang dan daerah disekitar

    kota padang.

    Menurut pandangan penulis, ketiga faktor tersebut diatas

    dapat diatasi jika saja satuan narkoba melakukan pengawasan

    yang ketat terhadap jalur peredaran gelap narkotika, sehingga

    nantinya narkotika hanya tersedia untuk kepentingan pelayanan

    kesehatan dan ilmu pengetahuan, serta untuk mencegah terjadinya

    penyalahgunaan narkotika dan membrantas peredaran gelap

    narkotika di kota padang.

    Dalam kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP),

    proses penyelidikan dan penyidikan diatur dalam Bab XIV mulai dari Pasal

    102 sampai Pasal 136, serta penyelidik dan penyidik diatur dalam Bab IV dari

    Pasal 4 sampai Pasal 12.

    Penyidik sebagai bagian dari perangkat hukum memiliki peranan

    penting dalam mengungkap suatu kasus tindak pidana yang terjadi di dalam

    wilyah hukumnya.Setelah adanya laporan, baik dari keluarga korban,

    masyarakat maupun pemberitahuan dari media cetak atau elektronik.Maka

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    39/62

    39

    penyelidik mulai melakukan penyelidikan dilokasi terjadinya perkara atas

    perintah dari penyidik.

    Penyelidik yang akan menentukan apakah benar telah terjadi suatu

    tindak pidana atau tidak. Berdasarkan hasil penyelidikan di tempat kejadian

    perkara (TKP), serta berdasarkan barang bukti yang ditemukan di lokasi

    kejadian. Ketika penyelidik telah selesai melakukan proses penyelidikan,

    maka dilanjutkan dengan proses penyidikan yang dilakukan oleh penyidik,

    dimana dalam penyidikan ini, penyidik berdasarkan bukti-bukti yang

    ditemukan saat penyelidikan di TKP, mengungkap kasus ini dan mencari dan

    menemukan tersankanya. Selama proses penyidikan berlangsung, penyidik

    berwenang untuk melakukan penggeledahan, penyitaan apabila ditemukan

    bukti-bukti baru. Berdasarkan kewenangan penyidik seperti yang diatur

    dalam pasal 7 KUHAP, setelah melaksanakan penyidikan d tempat kejadian

    perkara (TKP), maka penyidik memulai melakukan pemeriksaan untuk

    mendapatkan keterangan saksi-saksi, korban serta tersangka, setelah

    tersangka berhasil di tangkap dan di tahan.Pemerikasaan yang dilakukan oleh

    penyidik bertujuan untuk mengungkap suatu tundak pidana yang terjadi

    sesuai dengan bukti-bukti yang ditemukan di lapangan.

    Pelaksanaan penyidikan terhadap tindak pidana peredaran gelap

    narkotika di kota padang oleh polresta kota padang,merupakan bagian dari

    kegiatan penegakan hukum terhadap kejahatan peredaran gelap narkotika dan

    obat-obatan terlarang (narkoba).Semenjak tahun 2006 lalu, struktur

    kelembagaan polresta padang memberikan wewenang khusus kepada bagian

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    40/62

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    41/62

    41

    No:Bp/32/VI/2011/SATRESNARKOBA,memuat rangkuman selama proses

    pemeriksaan tersangka dan saksi-saksi,barang bukti,surat perintah

    penyidikan, dan berita acara penyidikan (BAP).

    SAMPUL BERKAS PERK

    No:Bp/32/VI/2011/SATRESNARKOBA

    Tanggal 18 april 2011

    PERKARA :Tindak pidana penyalahgunaan narotika

    dalam hal telah memiliki, menguasai,

    menerima dan menjadi perantara jual-

    beli narkotika jenis ganja.

    MELANGGAR PASAL : 111 ayat (1) jo 114 ayat (1) jo 127

    ayat (1) huruf a UU RI No. 35 tahun

    2009 tentang narkotika.

    WAKTU KEJADIAN : pada hari senin tanggal 18 april 2011

    sekitar jam 21.00 WIB

    TEMPAT KEJADIAN :di jalan khatib sulaiman tepatnya

    diamping rumah makan lamun lamun

    ombak kec. Padang utara kota padang.

    TERSANGKA : Andre Wijaya

    SAKSI-SAKSI : Dian WR

    Indra

    Ali yanto pgl ali

    Andre

    PENYIDIK : AKBP Drs Moch Seno Putro

    AKP Yuli Kurnianto, SIK

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    42/62

    42

    IPTU Purwanto, SH

    AIPDA Hendra Sumbago

    PENYIDIK PEMBANTU :BRIPKABinsar H. Purba

    Berikut fakta-fakta yang dirangkum selama proses pemeriksaan

    antara lai.:

    A. Pemanggilan saksi-saksi dengan membuatkan Berita Acara

    Pemeriksaannya.

    B. Penangkapan

    Dengan suratpenangkapan No.Pol

    .SP.Kap/29/IV/2011/SATRESNARKOBA, pada tanggal 18

    april 2011, telah di lakukan penangkapan terhadap tersangka

    Andre wijaya di jalan khatib sulaiman tepatnya diamping rumah

    makan lamun lamun ombak kec. Padang utara kota padang.

    C. Penahanan

    Dengan surat perintah penahanan

    No.SP,Han/33/IV/2011/RESTA, 23 april 2011. Terhitung

    tanggal 24 april 2011 sampai dengan tanggal 13 mei 2011 serta

    telah dibuatkan Berita Acara Penahanan tanggal 24 april 2011.

    D. Penyitaan

    Telah dilakukan upaya hukum berupa penyitaan barang bukti

    dengan surat perintah penyitaan No.

    SP.Sita/23/IV/2011/SATRESNARKOBA, tanggal 18 april 2011,

    berupa,1 (satu) paket besar yang terbungkus kertas pembungkus

    nasi warna coklat yang berisikan batang, biji dan daun diduga

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    43/62

    43

    narkotika jenis ganja kering yang tersimpan dalam tas warna

    hitam merek nordwand. Telak dibuatkan Berita Acara Penyitaan

    pada tanggal 18 april 2011

    Penangkapan di dalam KUHAP:

    Pasal 16

    (1)Untuk kepentingan penyelidikan, penyelidik atas perintah penyidik

    berwenang melakukan penangkapan.

    (2)Untuk kepentingan penyidikan, penyidik dan penyidik pembantu

    berwenang melakukan penangkapan.

    Pasal 17

    Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras

    melakukan tindak pidana berdasarkanbukti permulaan yang cukup.

    Pasal 18

    (1)Pelaksanaan tugas penangkapan. dilakukan oleh petugas kepolisian

    negara Republik Indonesia denganmemperlihatkan surat tugas serta

    memberikan kepada tersangka surat perintah penangkapan yang

    mencantumkan identitas tersangka dan menyebutkan alasan

    penangkapan serta uraian singkat perkara kejahatan yang

    dipersangkakan serta tempat ia diperiksa.

    (2)Dalam hal tertangkap tangan penangkapan-dilakukan tanpa surat

    perintah, dengan ketentuan bahwapenangkap harus segera

    menyerahkan tertangkap beserta barang bukti yang ada kepada

    penyidik ataupenyidik pembantu yang terdekat.

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    44/62

    44

    (3)Tembusan surat perintah penangkapan sebagaimana dimaksud

    dalam ayat (1) harus diberikan kepada keluarganya segera setelah

    penangkapan dilakukan.

    Pasal 19

    (1)Penangkapan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17, dapat

    dilakukan untuk paling lama satu hari.

    (2)Terhadap tersangka pelaku pelanggaran tidak diadakan

    penangkapan kecuali dalam hal ia telah dipanggilsecara sah dua

    kali berturut-turut tidak memenuhi panggilan itu tanpa alasan yang

    sah.

    Dari keterangan dalam wawancara dengan Penyidik diatas jika

    dibandingkan dengan Pasal 16,17,18 dan 19 KUHAP tentang penangkapan

    dapat kita lihat bahwa proses penangkapan yang dilakukan Penyidik Polres

    Bukittinggi berjalan sesuai dengan KUHAP.

    Penahanan dalam KUHAP

    Terkait dengan kasus pembunuhan berencana Penyidik berhak

    melakukan penahanan sesuai dengan pasal 20 ayat (1) KUHAP yang

    berbunyi

    Pasal 20

    (1)Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik pembantu

    atas perintah penyidik sebagaimanadimaksud dalam Pasal 11

    berwenang melakukan penahanan.

    Dengan dasar pasal 20 ayat (1) KUHAP tersebut Penyidik Polres

    Bukittinggi malakukan penahanan terhadap tersangka guna untuk

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    45/62

    45

    mamudahkan pelaksanaan penyidikan terhadap kasus pembunuhan

    berencana yang dilakukan oleh tersangka Refi dan Redi.

    Penyitaan.

    Demi kepentingan penyidikan, penyidik berhak melakukan

    penyitaan terhadap barang bukti yang berkaitan dengan kasus pembunuhan

    berencana yang dilakukan oleh tersangka. Dalam pasal 38 KUHAP

    berbunyi:

    (1)Penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin

    ketua pengadilan negeri setempat.

    (2)Dalam keadaan yang sangat perlu dan mendesak bilamana

    penyidik harus segera bertindak dan tidakmungkin untuk

    mendapatkan surat izin terlebih dahulu, tanpa mengurangi

    ketentuan ayat (1) penyidik dapatmelakukan penyitaan hanya

    atas benda bergerak dan untuk itu wajib segera melaporkan

    kepada KetuaPengadilan Negeri setempat guna memperoleh

    persetujuannya.

    Mengenai penyitaan ini ada ketentuan mengenai barang-barang yang

    dapat dikenakan penyitaannya seperti yang terdapat dalam pasal 39 ayat

    (1) KUHAP yang berbunyi:

    (1) Yang dapat dikenakan penyitaan adalah:

    a. Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh

    atau sebagian diduga diperoleh dari tindakanpidana atau

    sebagai hasil dari tindak pidana;

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    46/62

    46

    b. Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk

    melakukan tindak pidana atau untukmempersiapkannya;

    c. Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi

    penyidikan tindak pidana;

    d. Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan

    tindak pidana;

    e. Benda lain yang mempunyai hubungan lansung dengan

    tindak pidana yang dilakukan.

    Fakta-Fakta

    a. Pemanggilan saksi-saksi

    1. Terhadapsaksi dian wr tidak dilakukan pemanggilan karena saksi adalah

    anggota satresnarkoba polresta padang dan telah dilakukan pemeriksaan

    serta telah dibuatkan Berita Acara Pemerisaan pada hari selasa tanggal 19

    april 2011.

    2. Terhadap saksi indra tidak dilakukan pemanggilan karena saksi adalah

    anggota satresnarkoba polresta padang dan telah dilakukan pemeriksaan

    serta telah dibuatkan Berita Acara Pemerisaan pada hari selasa tanggal 19

    april 2011.

    3. Terhadap saksi ali yanto tidak dilakukan pemanggilan karena saksi adalah

    anggota satresnarkoba polresta padang dan telah dilakukan pemerisaan

    serta telah dibuatkan Berita Acara Pemeriksaan pada hari selasa tanggal 19

    april 2011.

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    47/62

    47

    4. Terhadap saksi andre tidak dilakukan pemanggilan karena sakssi bersedia

    dipanggil secara lisan dan telah dilakukan pemeriksaan serta telah

    dibuatkan Beita Acara Pemeriksaan pada tanggal 19 april 2011.

    b. Penangkapan

    1. Terhadap tersangka andre wijaya panggilan andre telah dilakukan

    upaya hokum berupa penangkapan sesuai dengan surat perintah

    penangkapan Nomor : SP.Kap/29/IV/2011/Satresnarkoba, tanggal 18

    april 2011, terhitung dari tanggal sampai tanggal 21 april 2011 dan

    telah dibuatkan Berita Acara Penangkapannya tanggal 18 april 2011.

    2. Terhadap tersangka andre wijaya panggilan andre telah dilakukan

    upaya hokum berupa perpanjangan penangkapan sesuai dengan surat

    izin perintah waktu penangkapan nomor :

    SP.Kap/29/IV/2011/satresnarkoba, tanggal 21 april 2011, terhitung

    dari tanggal 21 april 2011 sampai dengan tanggal 24 april 2011 dan

    telah dibuatkan Berita Acara Perpanjangan Penangkapannya tanggal

    21 april 2011.

    c.

    Penahanan

    1. Terhadap tersangka andre wijaya telah dilakukan upaya hokum berupa

    penahanan sesuai dengan surat perintah penahanan nomor :

    SP.Han/33/IV/2011/Resta, tanggal 23 april 2011 terhitung dari tanggal

    24 april sampai dengan tanggal 13 mei 2011 serta telah dibuatkan

    Berita Acara Penahanannya pada tanggal 24 april 2011.

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    48/62

    48

    2. Dengan surat permintaan perpanjangan penahanan kepada kejaksaan

    negeri padang nomor : R/289/V/2011/Satresnarkoba, tanggal 09 mei

    2011 telah dimintakan perpanjangan penahanan terhadap tersangka

    andre wijaya.

    3. Dengan surat penetapan perpanjangan penahanan dari kepala

    kejaksaan negeri padang nomor : B-1065/N.3.10/Epp.2/05/2011,

    tanggal 10 mei 2011. Telah diperpanjang penahanan tersangka andre

    wijaya.

    d. Penyitaan

    1. Telah dilakukan upaya hukum berupa penyitaan barang bukti dengan

    surat perintah penyitaan No. SP.Sita/23/IV/2011/SATRESNARKOBA,

    tanggal 18 april 2011, berupa,1 (satu) paket besar yang terbungkus

    kertas pembungkus nasi warna coklat yang berisikan batang, biji dan

    daun diduga narkotika jenis ganja kering yang tersimpan dalam tas

    warna hitam merek nordwand. Telak dibuatkan Berita Acara Penyitaan

    pada tanggal 18 april 2011.

    2. Dengan surat pemberitahuan penyitaan barang bukti kepada kepala

    kejaksaan negeri padang nomor : R/249/IV/2011/Satresnarkoba

    tanggal 25 april 2011 telah diberitahukan tentang penyitaan terhadap

    barang bukti berupa: 1 (satu) paket besar yang terbungkus kertas

    pembungkus nasi warna coklat yang berisikan batang, biji dan daun

    diduga narkotika jenis ganja kering yang tersimpan dalam tas warna

    hitam merek nordwand.

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    49/62

    49

    3. Dengan surat ketetapan status barang sitaan narkotika nomor : R-

    121/N.3.10/Epp2/04/2011, tanggal 27 april 2011 , telah mendapatka

    status barang sitaan narkotika dari kepada kejaksaan negeri padang

    atas tindakan penyidik dalam melakukan penyitaan barang bukti

    tersangka andre wijaya pgl andre.

    4. Dengan surat laporan dan permintaan persetujuan penyitaan barang

    bukti nomor : B/72/IV/2011/Satresnarkoba, tanggal 23 april 2011 telah

    dimintakan persetujuan atas tindakan penyitaan barang bukti kepada

    ketua pengadilan negeri padang.

    5. Dengan surat penetapan persetujuan penyitaan dari ketua pengadilan

    negeri padang nomor : 313/P.W/Pen.Pid/2011/PN.PDG, tanggal 05

    mei 2011 telah mendapatkan persetujuan dari ketua pengadilan negeri

    padang atas tindakan penyidik dalam melakukan penyitaan barang

    bukti atas nama tersangka andre wijaya.

    e. Penggeledahan

    1. Telah dilakukan upaya hukum berupa penggeledahan badan,pakaian

    dan atau tempat disekitar keberadaan tersangka andre wijaya, sesuai

    dengan surat perintah penggeledahan nomor :

    SP.Dah/22/V/2011/Satresnarkoba, tanggal 18 april 2011 dan telah

    dibuatkan Berita Acara Penggeledahanya pada tanggal 18 april 2011.

    2. Dengan surat laporan dan permohonan persetujuan atas tindakan

    penggeledahan nomor : B/71/V/2011/Satresnarkoba, tanggal 23 april

    2011, telah dimintakan persetujuan atas penggeledahan badan,

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    50/62

    50

    pakaian dan atau tempat keberadaan tersangka andre wijaya kepada

    ketua pengadilan negeri padang.

    3. Dengan surat penetapan persetujuan penggeledahan dari ketua

    pengadilan negeri padang, nomor :

    80/PG.V/Pen.Pid/2011/PN.PDG,tanggal 05 mei 2011, telah

    mendapatkan persetujuan dari ketua pengadilan negeri padang atas

    tindakan penyidik dalam melakukan penggeledahan badan, pakaian

    dan atau tempat di sekitar tersangka andre wijaya.

    Berdasarkan keterangan dari saksi dan tersangka, serta alat bukti yang

    didapat maka penyidik menyimpulkan bahwa andre wijaya telah melangar

    pasal 111 ayat (1) jo 114 ayat (1) jo 127 ayat (1) huruf a UU RI No. 35

    tahun 2009 tentang narkotika.Karena telah tertangkap tangan telah memiliki,

    menguasai, menerima dan menjadi perantara jual-beli narkotika jenis ganja.

    Dan dalam menjalankan penyidikan penyidik selalu berkerja keras agar

    dalam suatu perkara tindak pidana peredaran gelap narkotika para pelaku

    mendapatkan hukuman yang maksimal guna memberikan efek jera kepada

    pelaku itu sendiri dan akan menjadi bahan pertimbangan masyarakat

    sebelim melakukan tindak pidana peredaran gelap narkotika.37

    B.

    Kendala Yang Dihadapi Polresta Padang Dalam Pelaksanaan

    Penyidikan Tindak Pidana Peredaran Gelap Narkotika

    1. Faktor Aparat Kepolisian ( Penyidik Polresta Padang)

    Sebagaimana telah dinyatakan dalam Undang-Undang Nomor 2

    Tahun 2002 tentang Kepolisian, dinyatakan bahwa Kepolisian Negara

    37

    Wawancara dengan AKP.Dewarlan. Kanit idik 1 sat narkoba polresta padang tanggal 02 juli2011

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    51/62

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    52/62

    52

    Hal yang sama juga terjadi terhadap pelaksanaan tindakan

    represif atau penindakan pelaku dari tindak pidana narkotika ini. Dimana,

    para pelaku atau buron sangat sulit dilacak, akibat keberadaan dari pelaku

    tersebut yang sulit dijangkau.Selain itu, bentuk obat-obat narkotika yang

    kecil dan seperti obat-obatan biasa, memudahkan pelaku dalam

    menyembunyikan dan menghilangkan barang bukti tersebut dengan

    cepat.Akibatnya, aparat kepolisian memakan waktu yang lama untuk

    memproses pelaku dalam tahap penyidikan.

    2. Faktor Fasilitas

    Mengenai fasilitas yang merupakan pendukung terlaksananya

    proses penyidikan terhadap tindak pidana peredaran gelap narkotika di

    kota padang oleh polresta padang belum tercukupi dengan sempurna,

    sehingga pelaksanaan penyidikan tersebut mengalami kendala atau

    hambatan. Beberapa fasilitas yang tidak terpenuhi dengan baik tersebut

    adalah :

    a). Dana

    bahwa aparat polresta padang membutuhkan dana yang sangat

    besar dalam pelaksanaan penyidikan ini. Hal tersebut terutama dalam

    pelaksanaan penyidikan dengan teknik pembelian terselubung.Dimana

    dalam mengungkap pelaku yang merupakan sebagai penjual atau

    pengedar, harus diawali dengan transaksi jual-beli yang dilakukan oleh

    polisi dengan penjual tersebut.Disini ,polresta padang mengalami kesulitan

    dengan mahalnya harga dari narkotika tersebut, sebagai contoh harga

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    53/62

    53

    ekstasi untuk satu butirnya berkisar antara Rp.125.000,- hingga

    Rp.200.000,-. Sedangkan dana operasional yang digunakan untuk

    pelaksanaan kegiatan ini tidak terpenuhi dengan baik, sehingga proses

    penyidikan jadi terganggu.40

    b). Laboratorium Forensik

    Untuk mengungkap secara medis kasus narkotika, harus ditunjang

    dengan keberadaan laboratorium forensik.Dimana, kegunaan laboratorium

    ini adalah untuk melakukan tes urine dan darah terhadap pelaku yang

    diduga pemakai, sebagai sarana untuk pembuktian dan untuk meneliti jenis

    barang bukti yang dimiliki pelaku agar dapat ditentukan narkotika

    golongan berapa yang dimilikinya. Namun pada kenyataannya, labor

    tersebut tidak ada di kota padang sehingga polresta padang harus

    menggunakan labor yang ada di kota lain. Selama ini, polresta padang

    mengadakan kerjasama dengan laboratorium yang ada di kota medan. Hal

    ini tentu membuat proses penyidikan mengalami kendala, karena akan

    memakan waktu yang lama akibat jauhnya lokasi laboratorium tersebut.

    c). Alat Pengukur Atau Penimbang Barang Bukti (BB) Narkotika

    Untuk mengukur atau menimbang jumlah barang bukti narkotika

    yang didapatkan dari pelaku secara akurat, polresta padang tidak

    40

    Wawawancara dengan KOMPOL Budi Siswono, S.Sos. Kasat Narkoba Polresta Padang tanggal03 juli 2012

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    54/62

    54

    mempunyai alat pengukur atau penimbang yang diperlukan tersebut.

    Karena ketiadaan ini, polresta padang berkerjasama dengan pemko padang

    untuk melakukan pengukuran atau penimbangan. Biasanya polresta

    padang meminta bantuan kepada pihak PT. Pegadaian Padang yang

    mempunyai alat ukur tersebut. Akibat dari hal ini, proses penyidikan

    memakan waktu yang lama.41

    3. Faktor Kesadaran Hukum Masyarakat

    Dalam melakukan penyidikan, dukungan masyarakan sangat

    diperlukan.Sebab, masyarakat memiliki andil dalam memberikan laporan,

    pengaduan dan informasi kepada polisi terhadap dugaan tindak pidana

    narkotika yang terjadi.

    Secara umum, masyarakat kota padang tidak memberikan peran

    yang sangat baik bagi polresta dalam melaksanakan proses penyidikan

    sehingga proses penyidikan ini mengalami hambatan. Hambatan tersebut

    berupa :

    a). Kesadaran Untuk Menjadi Saksi

    Selama ini, masyarakat kota padang terkesan tidak mau

    untuk menjadi saksi pada kasus tindak pidana narkotika ini. Hal ini

    disebabkan oleh budaya masyarakat kota padang yang

    paranoiduntuk berurusan dengan polisi, dengan alasan bahwa

    mereka takut untuk ikut terbawa-bawa menjadi pelaku dalam kasus

    tersebut.

    41Wawancara dengan AIPTU Hendro Sumbogo. Kasubnit 1 sat narkoba polresta padang 03 juli

    2012

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    55/62

    55

    b). Kesadaran Untuk Memberikan Laporan dan Informasi

    Bagi sebagian besar warga masyarakat Indonesia khususnya

    kota padang, kejahatan di persepsikan sebagai perbuatan yang

    mengancam keamanan dan ketentraman individu atau kelompok

    masyarakat yang menyangkut harta, badan dan nyawa serta

    kehormatan manusia, terlepas dari apakah perbuatan tersebut

    dilarang dan diancam dengan hukuman atau tidak oleh undang-

    undang. Terhadap perbuatan tersebut, warga masyarakat mulai dari

    pembicaraan-pembicaraan biasa, keluhan-keluhan, pengaduan dan

    laporan kepada pihak yang berwenang bahkan sampai pada usaha

    untuk melindungi diri atau kelompok dengan caranya sendiri,

    apabila derajat keseriusan ancaman kejahatan sudah dianggap

    sedemikian rupa membahayakan.

    Masyarakat di kota padang kurang memiliki kesadaran

    untuk memberikan laporan dan informasi kepada polisi apabila da

    melihat adanya tindak pidana narkotika di dekatnya. Hal ini

    disebabkan bahwa masyarakat pada umumnya mau melaporkan

    atau mengadukan hal ini ke polisi apabila tindakan tersebut bisa

    mengancam keselamatan diri dan keluarganya. Sedangkan tindakan

    kejahatan narkotika, seperti kegiatan jual-beli narkotika secara

    gelap ini, tidak akan berdampak negative langsung bagi

    keselamatan diri orang yang melihatnya. Hal inilah yang membuat

    polresta padang sulit mengungkap peredaran gelap narkotika.

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    56/62

    56

    b) Pengetahuan Masyarakat Kurang

    Dilihat dari kaca mata sosiologis, budaya masyarakat kota padang tidak

    peduli terhadap peredaran gelap narkotika, sebab bagi urusan pelaku

    sendiri dan tidak ada sangkut-pautnya dengan warga masyarakat lain,

    karena dilihat dari kepentingan keamanan harta dan nyawa serta

    kehormatan individu dan masyarakat. Artinya, peredaran gelap narkotika

    bagi sebagian masyarakat pada umumnya bukanlah perbuatan yang

    termasuk dalam kategori kejahatan yang membahayakan secara langsung,

    karena itu tidak perlu ditakutkan apalagi harus mengorbankan waktu,

    tenaga dan dana untuk menanggulanginya.

    C. Upaya Yang Dilakukan Penyidik Polresta Padang dalam Mengatasi

    Kendala dalam Melakukan Penyidikan Tindak Pidana Peredaran

    Gelap Narkotika.

    Pengungkapan suatu kasus tindak pidana oleh penyidik yang

    melakukan penyidikan tidak mudah , dan yang diatur dalam perundang-

    undangan hanya kewenangan penyidik. Banyak kendala-kendala serta

    hambatan-hambatan yang ditemui oleh penyidik selama penyidikan, baik

    dalam penemuan barang bukti sampai proses pemeriksaan saksi-saksi dan

    tersangka dari kasus pidana yang diungkap. Namun, seorang penyidik juga

    telah berupaya untuk mengantisipasi kendala-kendala dengan berbagai macam

    cara agar kasus yang ditangani dapat terungkap.

    Dalam kasus tindak pidana peredaran gelap narkotika, pihak

    penyidikpun juga berupaya untuk mengantisipasi kendala-kendala serta

    hambatan-hambatan yang ditemui selama proses penyidikan.dengan

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    57/62

    57

    menganalisa terhadap kasus dengan mendengarkan keterangan saksi-saksi dan

    pengakuan dari tersangka itu sendiri serta penyitaan barang bukti. Sehingga

    penyidik dapat menarik kesimpulan bahwa tindak pidana yang dilakukan oleh

    pelaku bertentangan dengan Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang

    narkotika

    Dalam melaksanakan penyidikan penyidik polri harus melakukan kerja

    samadengan penyidik yang berasal dari BNN dan pihak penyidik pegawai

    negeri sipil, terutama dengan departemen kesehatan dalam pengawasan dan

    penyelidikan peredaran narkotika dan melakukan koordinasi atau kerjasama

    dengan kepolisian daerah lain dalam mengungkap jalur peredaran gelap

    narkotika.42

    Selama proses penyidikan, penyidik selalu membuatkan Berita Acara

    Pemeriksaan (BAP), agar proses yang dilakukan selama penyidikan seperti

    pemeriksaan saksi-saksi dan tersangka, pengumpulan barang bukti,

    penangkapan tersangka, penahanan, serta penyitaan barang bukti menjadi

    lebih aman dan jelas. Pembuatan Berita Acara Pemeriksaan ini juga memuat

    tentang bukti surat, seperti surat perintah penyidikan, surat perintah

    penangkapan, surat perintah penyitaan, surat perintah penggeledahan serta

    surat-surat yang lain yang berhubungan dengan proses penyidikan

    BAB IV

    PENUTUP

    42Wawawancara dengan KOMPOL Budi Siswono, S.Sos. Kasat Narkoba Polresta Padang tanggal

    03 juli 2012

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    58/62

    58

    A. KESIMPULAN

    Dari hasil penelitian dilapangan, maka penulis mengambi kesimpulan

    sebagai berikut :

    1. Bahwasanya dalam perkara tindak pidana peredaran gelap

    narkotika, pelaksanaan penyidikan yang di lakukan oleh aparat

    penyidik antara lain

    a. Aparat kepolisian melakukan penangkapan terhadap

    terduga pelaku tindak pidana narkotika.

    b. Penyidik melakukan penyitaan terhadap barang bukti guna

    kepentingan proses penyidikan dan di mintakan surat

    penyitaan kepada pengadilan negeri.

    c. Mengeluarkan surat perintah penyidikan, beserta susunan

    lengkap aparat yang bertindak sebagai penyidik dan

    penyidik pembantu.

    d. Mengelurkan surat perintah penahanan terrhadap pelaku

    tindak pidana peredaran narkotika.

    e. Melakukan pemeriksaan serta meminta keterangan kepada

    saksi-saksi terkait kasus yang di selidiki dan membuatka

    berita acara pemeriksaan.

    f. Setelah semua berkas perkara lengkap, penyidik

    melimpahkan perkara ke kejaksaan negeri untuk proses

    hukum selanjutnya.

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    59/62

    59

    2. Dalam proses penyidikan sering ditemui kendala-kendala yang

    di hadapi oleh penyidik, kendala dan hambatan tersebut antara

    lain :

    a. Kendala yang berasal dari penyidik itu sendiri karena

    penyidik kurang menguasai taktik dalam melakukan

    penyidikan karena tidak mempunya basic ilmu tantang

    penyidikan.

    b. Tidak lengkapnya fasilitas yang dapat memperlancar

    terlaksanakanya proses penyidikan seperti laboratorium

    forensik

    c. Kurang mencukupinya dana guna melakukan upaya

    penyidikan yang diperlukan oleh penyidik

    d. Kesadaran masyarakat untuk menjadi saksi dalam suatu

    perkara karena takut terbawa kedalam perkara.

    3. Untuk mengatasi kendala-kendala yang di temui selama proses

    penyidikan,upaya yang di lakukan oleh penyidik adalah

    dengan melakukan kerja sama dengan instansi lain seperti

    BNN, penyidik pegawai negeri sipil.

    B.

    SARAN

    Berdasarkan pengamatan dan penelitian yang penulis lakukan, agar

    penyidikan dapat berjalan dengan baik, dan tindak pidana bisa

    diungkap lebih cepat, maka penulis ingin memberikan beberapa saran,

    yaitu :

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    60/62

    60

    1. Meningkatkan kerjasama dengan masyarakat umum karena tanpa

    peran serta dari masyarakat, maka proses penyidikan suatu tindak

    pidana tidak akan berjalan dengan baik dan lancer.

    2. Meningkatkan kerjasama antara kepolisian resort satu dengan

    lainnya dan juga dengan kepolisian sektor, serta meningkatkan

    kualitas dalam artian kemampuan personil dalam pemanfaatan

    teknologi untuk memperlancar jalannya proses penyidikan.

    3. Memenuhi segala fasilitas yang dapat membantu kelancaran proses

    penyidikan dan penambahan anggaran berupa dana.

    DAFTAR PUSTAKA

    BUKU

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    61/62

    61

    Andi Hamzah, 2001,Hukum Acara PIdana Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika. Hal 118

    Budi Saputra, 2000,Perang Melawan Narkoba, Program Pasca Sarjana

    Universitas Andalas, Padang,hlm. 64.

    Gerson W. Bawengan. 1977. Penyidikan Perrkara Pidana dan Interodasi.Jakarta:PT. Pradnya Paramita, Hal 11

    Ismansyah, penegakan Hukum Pidana Dalam Kasus-Kasus yang Dihadapi Oleh

    Masyarakat Marginal Suara Rakyat,no. 4/April 2007, April 2007, Hlm 6. R.

    M.Syamsudin, Operasionalisasi Penelitian Hukum,Raja Grafindo

    Persada,Jakarta,2007,hal 26

    Moeljatno,1980,Asas-asas Hukum Pidana 1. Yayasan Sudarto, Jakarta: hal 1

    Moeljatno,1985.Azas-azas Hukum Pidana, Bina Aksara, Jakarta Hal 54

    Mustofa Abdullah-Ruben Ahmad,1983.Intisari Hukum Pidana. Ghalia Indah,

    Jakarta Hal 26

    Partodiharjo Subagyo, Tanpa Tahun,kenali narkoba dan musuhi

    penyalahgunaanya,

    Erlangga, Jakarta Hal:10

    Soesilo. 1974. Taktik dan TeknikPenyidikan Perkara Kriminal.Bogor: Politea,

    Hal 13

    Sudarto, 1990,Hukum Pidana 1, Yayasan Sudarto,Jakarta: hal 38

    Sutjipto Rahardjo, 2009,Penegakan Hukum Suatu Tinjauan Sosiologis,

    Yogyakarta: Genta Publishing, Hal 47

    PERUNDANG-UNDANGAN

    Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

    Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana

    Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian

    Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika

    INTERNET

  • 8/10/2019 pelaksanaan penyidikan tindak pidana naroktika

    62/62

    http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=27084 diakes pada hari selasa

    tanggal 1 mei 2012 jam 13.52

    http://mediaskripsi.blogspot.com/2010/02/teori-teori-yang-sering-

    dipakai.html.diakses hari kamis tanggal 5 april 2012 jam 21.00

    http://adisulistiyono.staf.uns.ac.id/files/2009/04/mengembangkan-paradigma-non-

    litigasi-di-indonesia.pdf,diakses hari sabtu tanggal 7 april 2012 jam 20.00

    http://hukum.kompasiana.com/2011/10/18/pengertian-tindak-pidana/diakses pada

    hari selasa tanggal 1 mei 2012 jam 13.21

    http://abdisr.blogspot.com/2012/02/3-jenis-golongan-narkotika-narkoba.html

    diakses pada hari selasa 1 mei 2012 jam 13.46

    http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=27084http://mediaskripsi.blogspot.com/2010/02/teori-teori-yang-sering-dipakai.html.diakseshttp://mediaskripsi.blogspot.com/2010/02/teori-teori-yang-sering-dipakai.html.diakseshttp://adisulistiyono.staf.uns.ac.id/files/2009/04/mengembangkan-paradigma-non-litigasi-di-indonesia.pdfhttp://adisulistiyono.staf.uns.ac.id/files/2009/04/mengembangkan-paradigma-non-litigasi-di-indonesia.pdfhttp://hukum.kompasiana.com/2011/10/18/pengertian-tindak-pidana/http://hukum.kompasiana.com/2011/10/18/pengertian-tindak-pidana/http://abdisr.blogspot.com/2012/02/3-jenis-golongan-narkotika-narkoba.htmlhttp://abdisr.blogspot.com/2012/02/3-jenis-golongan-narkotika-narkoba.htmlhttp://hukum.kompasiana.com/2011/10/18/pengertian-tindak-pidana/http://adisulistiyono.staf.uns.ac.id/files/2009/04/mengembangkan-paradigma-non-litigasi-di-indonesia.pdfhttp://adisulistiyono.staf.uns.ac.id/files/2009/04/mengembangkan-paradigma-non-litigasi-di-indonesia.pdfhttp://mediaskripsi.blogspot.com/2010/02/teori-teori-yang-sering-dipakai.html.diakseshttp://mediaskripsi.blogspot.com/2010/02/teori-teori-yang-sering-dipakai.html.diakseshttp://padangekspres.co.id/?news=berita&id=27084