pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

26
ABSTRAK Diabetes Melitus tipe 1 lebih diakibatkan oleh karena berkurangnya sekresi insulin akibat kerusakan sel β-pankreas yang didasari proses autoimun. Keadaan ini ditandai dengan insulinopenia berat dan ketergantungan pada insulin eksogen untuk mencegah ketosis dan agar tetap hidup; karenanya diabetes ini juga disebut diabetes melitus tergantung insulin. Untuk menegakkan diagnosis DM tipe 1, maka perlu dialkukan pemeriksaan penunjang yaitu dapat ditemukan , glukosuria, ketonuria, hiperglikemia (+), HbA1C meningkat, C- peptide turun atau (-), gangguan keseimbangan asam-basa, pada DM didapatkan kelebihan asam atau pH darah < 7,3, gangguan keseimbangan elektrolit berupa hiperkalemi, dan didapatkan HCO3 - turun (tanda terjadinya asidosis metabolik) dan pCO2 menurun sebagai kompensasinya Etiologi diabetes melitus tipe 1 ini disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan, faktor imunologi, dan faktor- faktor risiko lainnya. Manifestasi yang ditimbulkan oleh karena penyakit diabetes melitus tipe 1 ini adalah polidipsia, polifagia, poliuria, nokturia , tiba-tiba mengompol pada anak yang sudah tidak mengompol lagi, lemas , lelah, mudah mengantuk, kesemutan, keram , terdapat penurunan berat badan, kulit gatal dan kering, dan gangguan penglihatan. Penatalaksanaan berupa diet, penyuluhan, aktivitas atau olahraga , dan yang terutama adalh terapi insulin. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dibagi menjadi akut, dan kronik. 1

Upload: marco-rahardja

Post on 09-Dec-2014

71 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

diabetes melitus tipe 1

TRANSCRIPT

Page 1: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

ABSTRAK

Diabetes Melitus tipe 1 lebih diakibatkan oleh karena berkurangnya sekresi insulin

akibat kerusakan sel β-pankreas yang didasari proses autoimun. Keadaan ini ditandai dengan

insulinopenia berat dan ketergantungan pada insulin eksogen untuk mencegah ketosis dan

agar tetap hidup; karenanya diabetes ini juga disebut diabetes melitus tergantung insulin.

Untuk menegakkan diagnosis DM tipe 1, maka perlu dialkukan pemeriksaan

penunjang yaitu dapat ditemukan , glukosuria, ketonuria, hiperglikemia (+), HbA1C

meningkat, C-peptide turun atau (-), gangguan keseimbangan asam-basa, pada DM

didapatkan kelebihan asam atau pH darah < 7,3, gangguan keseimbangan elektrolit berupa

hiperkalemi, dan didapatkan HCO3- turun (tanda terjadinya asidosis metabolik) dan pCO2

menurun sebagai kompensasinya

Etiologi diabetes melitus tipe 1 ini disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan, faktor

imunologi, dan faktor-faktor risiko lainnya. Manifestasi yang ditimbulkan oleh karena

penyakit diabetes melitus tipe 1 ini adalah polidipsia, polifagia, poliuria, nokturia , tiba-tiba

mengompol pada anak yang sudah tidak mengompol lagi, lemas , lelah, mudah mengantuk,

kesemutan, keram , terdapat penurunan berat badan, kulit gatal dan kering, dan gangguan

penglihatan.

Penatalaksanaan berupa diet, penyuluhan, aktivitas atau olahraga , dan yang terutama

adalh terapi insulin. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dibagi menjadi akut, dan kronik.

Sebelum insulin ditemukan anak dengan diabetes melitus meninggal sesudah

menderita selama 2 tahun, tetapi dengan adanya pengobatan insulin dapat memperpanjang

usia kehidupan, walaupun komplikasi akan timbul sesudah 10-20 tahun.

1

Page 2: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

PENDAHULUAN

Dalam tinjauan pustaka ini akan membahas seorang ibu membawaa anak

perempuannya berusia 6 tahun ke poliklinik karena anaknya sering kencing. Dalam sau hari,

anaknya dapat kencing lebih dari 10 kali dan di dapatkan hasil lab GDS : 275 mg/dl . Dari

kasus tersebut akan dibahas secara mendetail sehingga diharapkan dapat menambah

pengetahuan penulis maupun pembaca tentang Diabetes Melittus tipe 1 yang menjadi salah

satu topik perkuliahan di blok 21.

DM tipe 1 adalah penyakit autoimun yang menyebabkan kerusakan sel yang

memproduksi insulin beta pankreas. Kurangnya insulin menyebabkan peningkatan glukosa

darah puasa (sekitar 70-120 mg / dL pada orang nondiabetes) yang mulai muncul dalam urin

di atas ambang ginjal (sekitar 190-200 mg / dl pada kebanyakan orang), sehingga

menghubungkan ke gejala di mana penyakit ini diidentifikasi di zaman kuno, kencing manis.

Glikosuria atau glukosa dalam urin menyebabkan pasien untuk buang air kecil lebih sering,

dan minum lebih dari normal (polidipsia). Klasik, ini adalah gejala karakteristik yang diminta

penemuan penyakit.

Di seluruh penjuru dunia jumlah penyandang diabetes melitus (DM) terus mengalami

peningkatan. Demikian juga jumlah penyandang diabetes melitus pada anak, yang dikenal

dengan DM tipe 1 terus meningkat. Di amerika serikat pada tahun 2007 dilaporkan terdapat

186.300 anak usia kurang dari 20 tahun yang menyandang DM tipe 1 atau 2. Angka tersebut

sama dengan 0,2 persen penduduk amerika pada kelompok umur tersebut. Di finlandia, tidak

sulit menemukan DM tipe 1 karena angka kejadiannya dilaporkan paling tinggi di dunia,

sedangkan jepang memiliki angka paling rendah.

Di indonesia jumlah pasti penyandang DM tipe 1 belum diketahui meskipun

angkanya dilaporkan meningkat cukup tajam akhir-akhir ini. Sebagai gambaran saja, jumlah

anak DM tipe 1dalam ikatan keluarga penderita DM anak dan remaja (ikadar) jumlahnya

sudah mencapai 400 orang. Karena belum banyaknya jumlah DM pada anak yang ditemukan

di indonesia, maka orang tua dan dokter sering tidak waspada dengan penyakit tersebut.

Banyak orang tua bahkan tidak percaya anaknya menyandang DM dan baru menyadari saat

sakitnya sudah cukup berat.

2

Page 3: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

PEMBAHASAN

ANAMNESIS

Pada pasien di skenario ini karena anak-anak, jika si anak tidak memungkinkan untuk

menjawab pertanyaan maka dapat ditanyakan kepada orang tua atau walinya. Yang perlu

diperhatikan bahwa keluhan utama yang disampaikan oleh pihak orang tua atau wali si anak

tidak selalu merupakan keluhan yang pertama si anak. Hal ini terutama pada orang tua yang

pendidikannya rendah, sehingga kurang dapat mengemukakan esensi masalah sakit si anak.

1. Tanyakan apa yang dirasakan atau keluhan pasien.

2. Tanyakan apakah ada polidipsia dan polifagia.

3. Tanyakan mengenai pola BAK seperti poliuria, nokturia , lalu tanyakan apakah

anak tersebut sudah tidak mengompol lalu tiba-tiba mengompol.

4. Tanyakan mengenai pertumbuhan badan dan apakah ada penurunan berat badan.

5. Tanyakan apakah ada keluhan cepat lelah , lemas, mudah mengantuk kesemutan ,

dan keram .

6. Tanyakan apakah kulit kering dan mudah terasa gatal.

7. Tanyakah apakah ada gangguan penglihatan.

8. Tanyakan riwayat keluarga pasien.

PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Keadaan umum

Derajat kesadaran

Status gizi

B. Tanda vital

BB, TB,Nadi,Pernafasan,Suhu

C. Kulit

D. Kepala

E. Mata

F. Hidung

G. Mulut

H. Telinga

3

Page 4: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

I. Tenggorok

J. Leher

K. Lymphonodi

L. Thorax

M. Abdomen

N. Anorektal

O. Ekstremitas

P. Pemeriksaan Neurologis

Reflek Fisiologis

Reflek Patologis

Meningeal Sign

Q. Perhitungan Status Gizi1

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan urinalisis pada anak DM tipe I, dilihat dari segi makroskopis,

mikroskopis dan kimia urin dapat diketahui adanya :

Glukosuria (+) à bisa dengan uji reduksi Benedict

Ketonuria (+) à bisa dengan uji Rothera dan Gerhard2,3

Pemeriksaan laboratorium darah pada anak DM tipe I akan didapatkan :

Hiperglikemia (+) à dengan pemeriksaan kadar gula puasa atau Kolesterol darah

meningkat

Kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah:

1. Kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl atau

2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dl atau

3. Kadar gula darah 2 jam postprandial >200 mg/dl

HbA1C à Hb yang mengikat glukosa darah dengan periode waktu sekitar 3 bulan.

Pada pasien diabetes melitus kadar glikat hemoglobin atau HbA1C ini akan

meningkat (gula darah yang tinggi sehingga banyak terikat dengan Hb juga). Nilai

normal HbA1C ini sekitar 4,5 - 6,3 mg %

C-peptide turun atau (-)

4

Page 5: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

Gangguan keseimbangan asam-basa, pada DM didapatkan kelebihan asam atau pH

darah < 7,3

Gangguan keseimbangan elektrolit berupa hiperkalemi

Analisis gas darah à didapatkan HCO3- turun (tanda terjadinya asidosis metabolik)

dan pCO2 menurun sebagai kompensasinya. 2,3,4

DIAGNOSIS KERJA

Diabates Melitus tipe 1

Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang dapat disebabkan berbagai

macam etiologi, disertai dengan adanya hiperglikemia kronis akibat gangguan sekresi insulin

atau gangguan kerja dari insulin, atau keduanya.

Sedangkan Diabetes Mellitus tipe 1 lebih diakibatkan oleh karena berkurangnya

sekresi insulin akibat kerusakan sel β-pankreas yang didasari proses autoimun. Keadaan ini

ditandai dengan insulinopenia berat dan ketergantungan pada insulin eksogen untuk

mencegah ketosis dan agar tetap hidup; karenanya diabetes ini juga disebut diabetes melitus

tergantung insulin. Riwayat alamihanya penyakit ini menunjukkan bahwa ada fase tidak

tergantung insulin, praketotik, baik sebelum dan setelah diagnosis awal. Meskipun mulainya

terjadi terutama pada masa anak, penyakit ini dapat timbul pada usia kapanpun. Karenanya

istilah seperti diabetes juvenil, diabetes cenderung ketosis dan diabetes rapuh harus dihilang

diganti diabetes tipe 1. Diabetes tipe 1 secara jelas berbeda karena hubungannya dengan

antigen histokompatibilitas ( HLA ) ; adanya antibodi terhadap komponen sitoplasama dan

komponen sel permuka sel pulau dalam sirkulasil antibodi terhapa insulin pada tidak adanya

pemjananan terhadap injeksi insulin ekosogen sebelumnyal antibodi terhadap asam glutamat

dekarboksilase ( GAD = enzim yang mengubah asam glutamat menjadi asam gamma

aminobutirat ( GABA ), ditemukan secara berlebihan pada inervasi pulau pankreasl infiltrat

limfosit pulau pada awal penyakit dan penyakit autoimun lain. Dengan beberapa

pengecualian, diabetes pada anak adalah ergantung insulin dan masuk dalam kategori tipe 1.3

DIAGNOSIS BANDING

1) Infeksi saluran kemih

a. ISK adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan gejala infeksi. Ada

pula yang mendefinisikan ISK sebagai gejala infeksi yang disertai adanya

mikroorganisme patogenik (patogenik : yang menyebabkan penyakit) pada

5

Page 6: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

urin, uretra (uretra : saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan

dunia luar), kandung kemih, atau ginjal.

b. Gejala yang dapat timbul pada ISK pada anak sangat tidak spesifik, dan

seperti telah diungkapkan sebelumnya, banyak yang hanya disertai demam

sebagai gejala.

- Bayi baru lahir (0-28 hari) : demam, kuning berkepanjangan, gagal

tumbuh, tidak mau menyusu

- Bayi : demam, tidak mau menyusu, muntah, diare

- Anak-anak : demam, nyeri saat berkemih, sering berkemih, adanya

darah pada urin, urin yang keruh atau berbau busuk, nyeri pada daerah

di atas tulang kemaluan, mengompol (setelah sebelumnya berhenti

mengompol)

c. Penatalaksaan :

- Pada anak 2 bulan – 2 tahun dengan kecurigaan ISK dan tampak sakit

berat, antibiotik dapat diberikan secara parenteral (parenteral : melalui

infus).1 Perawatan di rumah sakit diindikasikan jika ada gejala sepsis

atau bakteremia (bakteremia : bakteri menyebar ke seluruh tubuh lewat

peredaran darah). Sebagian pihak mengindikasikan perawatan di rumah

sakit dan pemberian antibiotik parenteral pada anak di bawah 6

bulan.Sedangkan pada anak yang tidak tampak sakit berat, antibiotik

yang diberikan umumnya per oral (diminum). Lama pemberian

antibiotik pada ISK umumnya adalah 7 hari pada infeksi

akut.3Walaupun ada pihak yang menganjurkan 10-14 hari, namun

pemberian dalam waktu sepanjang itu memberikan kemungkinan lebih

besar untuk terjadinya resistensi, gangguan bakteri normal di usus dan

vagina, dan menyebabkan candidiasis.

- Beberapa antibiotik yang dapat digunakan adalah :

- Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Sekitar 50% bakteri

penyebab ISK resisten terhadap amoxicillin. Namun obat ini

masih dapat diberikan pada ISK dengan bakteri yang sensitif

terhadapnya.

- Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari

dalam 2 dosis. Sebagian besar ISK akan menunjukkan perbaikan

6

Page 7: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

dengan cotrimoxazole. Penelitian menunjukkan angka

kesembuhan yang lebih besar pada pengobatan dengan

cotrimoxazole dibandingkan amoxicillin.

- Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin. Cephalexin kira-

kira sama efektif dengan cotrimoxazole, namun lebih mahal dan

memiliki spectrum luas sehingga dapat mengganggu bakteri

normal usus atau menyebabkan berkembangnya jamur (Candida

sp.) pada anak perempuan.

- Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten

terhadap cotrimoxazole. Harganya juga lebih mahal dari

cotrimoxazole atau cephalexin.

- Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak

digunakan pada anak-anak yang dikhawatirkan mengalami

keterlibatan ginjal pada ISK. Selain itu nitrofurantoin juga lebih

mahal dari cotrimoxazole dan memiliki efek samping seperti

mual dan muntah.

2) Glukosuria renal

Sebuah kerusakan transporter glukosa renal sekunder memicuterjadinya

glukosuria renal baik yangterjadi karena nilai ambang ginjalterlampaui (tipe A,

kadar glukosadarah melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya

reabsorbsi tubulus yang menurun (tipe B).

Pada glukosuria tipe A, konsentrasi plasma melebihi ambang batas ginjal

mengakibatkan terjadinya ekskresi glukosa yang difiltrasi; jika konsentrasi plasma di

bawah ambang batas, glukosa diabsorbsi semua. Akan tetapi, jika pada glukosuria

renal tipe B, glukosa diekskresikan bahkan pada konsentrasi plasma yang rendah.

3) Diabetes insipidus

- Diabetes insipidus adalah suatau kelainan dimana terdapat kekurangan hormon

antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan ( polidipsi ) dan

pengeluaran sejumalh besar air kemih yang sangat encer ( poliuri )

- Terjadi akibat penurunan pembentukan hormon antidiuretik (vasopresin), yaitu

hormon yang secara alami mencegah pembentukan air kemih yang terlalu banyk.

7

Page 8: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

- Diabetes insipidus neurogenik : kadar hormon antidiuretik normal tetapi ginjal

tidak memberikan respon yang normal terhadap hormon ini

- Pengobaan : diobati dengan mengatasi penyebabnya

a. Vasopresin atau desmopresin asetat bisa diberikan sebgai obat

semprot hidung beberapa kali sehariuntuk mempertahankan

pengeluaran air kemih yang normal. Terlalu banyak

mengkonsumsi obat ini bisa menyebabkan penimubunan cairan,

pembengkakan, dan gangguan lainnya.

b. Terkadang bisa dikendalikan oleh obat-obatan yang merangsan

pembentukan hormin anidiretik, seperti klopropamid,

karbamazepin, klorfibrat, dan berbagai diuretik ( tiazid )

ETIOLOGI

Timbulnya diabetes melitus tipe I atau diabetes juvenile ini disebabkan karena faktor

keturunan yang diturunkan secara resesif. DM tipe I ini bisa juga disebabkan karena adanya

penyakit autoimun dimana mengakibatkan kerusakan sel-sel beta pada pancreas yang berguna

untuk menghasilkan insulin. Individu yang peka secara genetik tampaknya memberikan

respons terhadap kejadian berupa infeksi virus (coxsackie B4, rubella, Mumps), yang

nantinya akan terbentuk autoantibodi terhadap sel beta pancreas yang mengakibatkan

produksi insulin berkurang walau ada rangsangan dari glukosa darah untuk mensekresikan

insulin. Kerusakan sel-sel beta ini dapat sebagian atau semuanya yang mengakibatkan

insulinopenia dan hal ini mengganggu metabolisme lainnya didalam tubuh yang tergantung

dengan insulin. 3

Diabetes melitus tipe I diketahui memiliki peningkatan prevalensi pada orang-orang

yang mengalami kelainan endokrin seperti Addison, tiroiditis Hashimoto, sindroma Cushing

dan anemia pernisiosa.2,3

Faktor risiko diabetes mellitus tipe 1:

Riwayat keluarga: Ketika seorang sanak famili (orang tua, anak, saudara

kandung) memiliki diabetes, risiko mengembangkan diabetes tipe 1 adalah

sekitar 10 sampai 15 persen. Banyak kemungkinan gen sedang diselidiki.

Paparan protein susu sapi: Konsumsi susu sapi pada anak usia dini telah

diselidiki sebagai faktor penyebabnya.

8

Page 9: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

Infeksi virus pada janin atau pada masa kecil

Berat lahir lebih besar dari 4.49 kg

Preeklamsia (tekanan darah tinggi pada ibu hamil)

Dilahirkan oleh seorang ibu yang lebih tua dari 25 tahun

EPIDEMIOLOGI

Banyak orang pada awalnya tidak tahu bahwa mereka menderita diabetes. Di negara

maju seperti Amerika misalnya, dari sekitar 16 juta penderita diabetes, 7 juta diantaranya

baru mengetahui bahwa diri mereka menderita diabetes setelah mengalami komplikasi di

berbagai organ tubuh. Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF)

menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus

bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Dengan demikian,

jumlah penderita diabetes diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025 dan setengah

dari angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia. Diabetes

telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta

kematian yang disebabkan oleh diabetes. Di Amerika sekalipun, angka kematian akibat

diabetes bisa mencapai 200.000 orang per tahun. Angka penderita diabetes yang didapatkan

di Asia Tenggara adalah : Singapura 10,4 persen (1992), Thailand 11,9 persen (1995),

Malaysia 8 persen lebih (1997), dan Indonesia (5,6 persen (1992). Kalau pada 1995 Indonesia

berada di nomor tujuh sebagai negara dengan jumlah diabetes terbanyak di dunia,

diperkirakan tahun 2025 akan naik ke nomor lima terbanyak. Pada saat ini, dilaporkan bahwa

di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, sudah hampir 10 persen penduduknya

mengidap diabetes.

Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-data

epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah pada

usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Sedangkan, insiden penderita diabetes

melitus tipe 1 pada anak meningkat secara signifikan di negara Barat. Merupakan sebuah

tantangan tersendiri bagi para orangtua dan dokter dalam pengobatan diabetes melitus tipe 1

pada anak yang berumur di bawah 12 tahun.

9

Page 10: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

Tabel 1. Sepuluh Negara dengan Jumlah Penderita Diabetes Terbanyak (1995 dan

2025)

1995 2025 (perkiraan)

Urutan Negara Jumlah (juta) Negara Jumlah (juta)

1 India 19.4 India 57.2

2 Cina 16.0 Cina 37.6

3 AS 13.9 AS 21,9

4 Rusia 8.9 Pakistan 14.5

5 Jepang 6.3 Indonesia 12.4

6 Brazil 4.9 Rusia 12.2

7 Indonesia 4.5 Meksiko 11.7

8 Pakistan 4.3 Brazil 11.6

9 Meksiko 3.8 Mesir 8.8

10 Ukraina 3.6 Jepang 8.5

Negara lain 49.7 103.6

Total 135.3 300

PATOFISIOLOGI

Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan

terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pankreas sebagai pabrik

insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh

kurang atau tidak ada sama sekali. Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah

karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak

dan remaja tetapi kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non

obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan

tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak

terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal

merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin

eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan

hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah.

Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang

menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan predisposisi untuk

terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang menyerang antigen sel B pankreas. Faktor

10

Page 11: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan oleh

virus, seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang

bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang

disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan replikasi

atau fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah

infeksi virus. Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap

virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon sistem imun

tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon

autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan

istilah autoregresi.

Dari semua penderita diabetes, 5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Di

Indonesia, statistik mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen

dari total keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau tidak

diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi dan keburu meninggal. Biasanya

gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan koma apabila tidak

segera ditolong dengan suntikan insulin.5

MANIFESTASI PERJALANAN PENYAKIT DIABETES MELITUS TIPE 1

Diagnosis DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa polifagia

(banyak makan), poliuria (banyak kencing), polidipsi (cepat haus), lemas dan berat badan

turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan

impotensi pada pria serta pruritus vulva pada wanita.

Sedangkan pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak

( diabetes melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat, tergantung insulin

dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya datang dengan ketoasidosis karena

keterlambatan diagnosis. DM tipe 1 pada anak di Indonesia relatif jarang dibandingkan

dengan negara Barat sehingga dokter maupun orangtua kurang memikirkan atau

memperhatikan tentang kemungkinan adanya penyakit ini. Mayoritas penyandang DM tipe 1

menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti poliuria, polidipsia, dan polifagia disertai

penurunan berat badan. Glukosa darah puasa biasanya diatas 200mg/dl dengan disertai

ketonuria. Adanya penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, poliuria nokturnal

serta enuresis, seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM tipe 1 pada anak. Gejala-

11

Page 12: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton, nyeri atau kekakuan

abdomen dan gangguan kesadaran koma.

Perjalanan Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 1

Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical Practice

Concensus Guidelines tahun 2009, yaitu :

1. Periode Pra-Diabetes

Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum Nampak karena baru ada proses

destruksi sel β-pankreas. Predisposisi genetic tertentu memungkinkan terjadinya proses

destruksi ini. Sekersi insulin mulai berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel β-

pankreas yang berfungsi. Kadar C-peptide mulai menurun. Pada periode ini autoantibody

mulai ditemukan apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium.

2. Periode manifestasi klinis

Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul. Pada periode ini sudah terjadi

sekitar 90% kerusakan sel β-pankreas. Karena sekresi insulin sangat kurang, maka kadar gula

darah akan tinggi atau meningkat. Kadar gula darah yang melebihi 180 mg/dl akan

menyebabkan diuresis osmotic. Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan dan

elektrolit melalui urin (poliuria, dehidrasi, polidipsi). Karena gula darah tidak dapat di-uptake

ke dalam sel, penderita akn merasa lapar (polifagia), tetapi berat badan akan semakin kurus.

Pada periode ini penderita memerlukan insulin dari luar agar gula darah di-uptake ke dalam

sel.

3. Periode Honey-Moon

Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode ini sisa-sisa

sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi insulin dari dalam tubuh

sendiri. Pada saat ini kebutuhan insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari 0,5

U/KgBB/hr. Namun periode ini hanya berlangsung sementara, bisa dalam hitungan hari

ataupun bulan, sehingga perlu adanya edukasi pada orangtua bahwa periode ini bukanlah fase

remisi yang menetap.

4. Periode ketergantungan Insulin yang menetap

Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini penderita

akan mebutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur hidupnya.6

12

Page 13: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

PENATALAKSANAAN

Medika mentosa

1. Insulin

Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita DM tipe 1.

Pengobatan insulin ini berguna agar dapat tercapai kadar gula yang normal atau hampir

normal, tanpa menyebabkan timbulnya serangan hipoglikemia dan tanpa terlalu

membatasi makanan si anak. Glikosuria ringan dalam hal ini boleh diabaikan. Terdapat

bermacam-macam insulin tetapi yang terpenting ialah insulin regular (RI), NPH

(isofan), Lente dan PZI (tabel 6). Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan jenis

insulin, dosis insulin, regimen yang digunakan, cara menyuntik serta penyesuaian dosis

yang diperlukan.

a. Jenis insulin: Insulin terdiri dari short acting (Reguler insulin, Actrapid, Humolin R),

intermediate (NPH, Insulatard, Monotard, Lente), long acting (PZI, Lantus) dan

ultralente (lama kerjanya >36 jam).

b. Dosis insulin: dosis total harian anak-anak berkisar antara 0,5-1 unit/KgBB pada

awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini selanjutnya akan diatur sesuai dengan factor-

faktor yang ada, baik pada penyakitnya maupun penderitanya.

c. Regimen: ada 2 macam regimen yaitu regimen konvensional serta regimen intensif.

Regimen konvensional atau mix-split regimen dapat berupa pemberian 2 kali

suntik/hari atau 3 kali suntik/hari. Sedangkan regimen intensif berupa pemberian

regimen basal bolus. Pada regimen basal bolus dibedakan antara insulin yang

diberikan untuk dosis basal maupun dosis bolus.

d. Cara menyuntik: terdapat ebberapa tempat penyuntikan yang baik dalam hal

absorpsinya yitu di daerah abdomen, lengan atas, lateral paha. Daerah bokong tidak

dianjurkan karena tidak baik absorpsinya.

e. Penyesuaian dosis: Kebutuhan insulin akan berubah tergantung dari beberapa hal,

seperti hasil monitor gula darah, diet, olahraga, maupun usia pubertas (terkadang

kebutuhan meningkat hingga 2 unit/KgBB/hari), kondisi stress maupun sakit.

13

Page 14: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

Tabel 2. Daya Kerja dan Lama Kerja Insulin

Daya Kerja Mulai Kerja ( jam ) Puncak ( jam ) Lama nya (jam )

Cepat dan sebentar ½ 2-4 6-8

Sedang 2 8-10 28-30

Lamba 4-8 14-20 24-36

Non-Medika Mentosa

1. Penyuluhan

Penyuluhan mengenai pengelolaan DM sangat penting. Edukasi ini berupa

pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien (bila

dewasa) atau kepada pihak keluarganya yang bertujuan untuk mengubah pola perilaku

pasien agar menjaga kadar glukosanya seimbang dan kebutuhan insulin tercukupi

setiap hari (terutama DM 1). Orang tua pasien harus dibimbing mengenai penyakit

DM, diet dan pengobatannya, misalnya cara menyuntik insulin. Pasien sedapat-

dapatnya hidup dalam masyarakat secara normal. 7

2. Diet

Standar makan diet yang baik terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak yang

sesuai dengan kecukupan gizi si anak. Karbohidrat sebanyak 60-70% dari jumlah

kalori tubuh per hari, protein 10-15% dari jumlah kalori tubuh per hari, dan lemak 20-

25% dari jumlah kalori tubuh per hari. Jumlah kalori disesuaikan dengan umur anak,

gender, pertumbuhan, status gizi, stress akut dan kegiatan jasmani anak. Untuk

penentuan status gizi dapat dipakai BMI (Body Mass Index) atau IMT (Indeks Massa

Tubuh).

BB (Kg)

IMT = BMI =

TB (m2)

IMT normal wanita = 18,5-22,9 kg/m2 dan IMT normal pria 20-24,9 kg/m2

Makanan yang adekuat ini berguna untuk pertumbuhan dan aktivitas si anak

agar berjalan dengan normal. Sebaiknya pola makannya tidak berbeda dengan anak

yang lain atau dengan anggota keluarga yang lain, namun diberikan bimbingan

14

Page 15: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

kepada anak untuk tidak makan berlebihan dan menjauhi makanan yang banyak

mengandung karbohidrat atau manis-manis. Prinsip diet yang dapat dipakai ialah :

a. Kalori cukup untuk pertumbuhan dan aktifitas seusianya.

b. Protein tidak kurang dari 2-3 gram/kgbb/hari.

c. 40-50% daripada kalori terdiri dari karbohidrat.

d. Cukup vitamin dan mineral.

e. Seluruh keluarga sedapat-dapatnya ikut dalam diet ini.

Penilaian terhadap diet seorang anak ialah pertumbuhan dan cukup

kenyangnya anak itu.

3. Olahraga

Dianjurkan latihan jasmani ringan-sedang namun teratur setiap harinya sesuai

dengan keadaan penyakitnya. 7

KOMPLIKASI

Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut dan secara kronik, yaitu

timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap diabetes mellitus.

Komplikasi Akut Diabetes Mellitus

Dua komplikasi akut yang paling penting adalah reaksi hipoglikemia dan koma

diabetik.

1. Reaksi Hipoglikemia

Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa,

dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya.

Penderita koma hipoglikemik harus segera dibawa ke rumah sakit karena perlu

mendapat suntikan glukosa 40% dan infuse glukosa. Diabetisi yang mengalami reaksi

hipoglikemik (masih sadar), atau koma hipoglikemik, biasanya disebabkan oleh obat

anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau penderita terlambat

makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.

2. Koma Diabetik

15

Page 16: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini timbul karena kadar darah

dalam tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik

yang sering timbul adalah:

Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang

besar)

Minum banyak, kencing banyak

Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan

dalam, serta berbau aseton

Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma

diabetik harus segara dibawa ke rumah sakit

Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus

Komplikasi kronik DM pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh

bagian tubuh (angiopati diabetik). Untuk kemudahan, angiopati diabetik dibagi 2 :

Makroangiopati (makrovaskular)

- Jantung koroner, dan pembuluh darah kaki

Mikroangiopati (mikrovaskular)

- Ginjal ( gagal ginjal ) dan mata (retinopati)

Mikrovaskuer dan makrovaskuler

- Neuropati.3

PENCEGAHAN

Diabetes melitus tipe 1 ini akan diderita oleh si anak seumur hidupnya. Pencegahan

yang bisa dilakukan pada pasien adalah mencegah trejadinya komplikasi yang lebih parah

lagi, baik komplikasi karena penyakitnya ataupun karena terapinya. Untuk hal tersebut, maka

sangat penting edukasi kepada pasien dan pihak keluarganya agar tidak salah dalam

penanganannya dan tidak membuat si anak merasa dirinya berbeda dengan anak yang lain,

karena itu akan menimbulkan stress pada si anak. Hindari juga makanan yang manis atau

banyak mengandung karbohidrat.

Lalu lakukan juga pemantauan pada pasien DM tipe 1 (follow up) :

1. Keadaan umum si anak

16

Page 17: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

2. Adakah kemungkinan infeksi

3. Kadar gula darah

4. Kadar HbA1C (tiap 3 bulan)

5. Ketonuria (jika kadar glukosa darah >250 mg/dL)

6. Mikroalbuminuria (setiap 1 tahun) à sebagai tanda nefropati diabetik

7. Faal ginjal

8. Funduskopi

9. Tumbuh kembang anak.5

PROGNOSIS

Sebelum insulin ditemukan anak dengan diabetes melitus meninggal sesudah

menderita selama 2 tahun, tetapi dengan adanya pengobatan insulin dapat memperpanjang

usia kehidupan, walaupun komplikasi akan timbul sesudah 10-20 tahun.3

KESIMPULAN

Anak perempuan berusia 6 tahun tersebut menderita penyakit diabetes melitus tipe 1.

DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA

1. Batubara, dkk. Buku Ajar Endokrinologi Anak. Jakarta : Badan Penerbit IDAI;2010.

2. Latief A, Napitupulu PM, Pudjiadi A, Ghazali MV, Putra ST. Ilmu kesehatan anak :

Diabetes melitus juvenile. Edisi 11. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas

Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.h.259-62.

3. Sperling MA. Ilmu kesehatan anak Nelson. Dalam : Diabetes Melitus. Edisi ke-15.

Jakarta: EGC; 2000.h.2005-23.

4. Couper J. Practical Paediatrics : Childhood diabetes. Edisi 6. UK: Elsevier;

2007.p.695-702.

5. Tandra, Hans. 2007. Segala sesuatu yang harus Anda ketahui tentang Diabetes.

Jakarta : Gramedia Pustaka Utama;2007.

6. Ajjan R. Endocrinology and Diabetes : The pancreas. UK : Wiley Blackwell;

2009.p.46-59.

7. Philip M, Battelino T, Rodriguez H. Use of Insulin Pump Therapy in the Pediatric

Age-Group. 2007;30:1653-1659

17

Page 18: pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1

18