pbl blok 21 diabetes melitus tipe 1
DESCRIPTION
diabetes melitus tipe 1TRANSCRIPT
ABSTRAK
Diabetes Melitus tipe 1 lebih diakibatkan oleh karena berkurangnya sekresi insulin
akibat kerusakan sel β-pankreas yang didasari proses autoimun. Keadaan ini ditandai dengan
insulinopenia berat dan ketergantungan pada insulin eksogen untuk mencegah ketosis dan
agar tetap hidup; karenanya diabetes ini juga disebut diabetes melitus tergantung insulin.
Untuk menegakkan diagnosis DM tipe 1, maka perlu dialkukan pemeriksaan
penunjang yaitu dapat ditemukan , glukosuria, ketonuria, hiperglikemia (+), HbA1C
meningkat, C-peptide turun atau (-), gangguan keseimbangan asam-basa, pada DM
didapatkan kelebihan asam atau pH darah < 7,3, gangguan keseimbangan elektrolit berupa
hiperkalemi, dan didapatkan HCO3- turun (tanda terjadinya asidosis metabolik) dan pCO2
menurun sebagai kompensasinya
Etiologi diabetes melitus tipe 1 ini disebabkan oleh faktor genetik, lingkungan, faktor
imunologi, dan faktor-faktor risiko lainnya. Manifestasi yang ditimbulkan oleh karena
penyakit diabetes melitus tipe 1 ini adalah polidipsia, polifagia, poliuria, nokturia , tiba-tiba
mengompol pada anak yang sudah tidak mengompol lagi, lemas , lelah, mudah mengantuk,
kesemutan, keram , terdapat penurunan berat badan, kulit gatal dan kering, dan gangguan
penglihatan.
Penatalaksanaan berupa diet, penyuluhan, aktivitas atau olahraga , dan yang terutama
adalh terapi insulin. Komplikasi yang dapat ditimbulkan dibagi menjadi akut, dan kronik.
Sebelum insulin ditemukan anak dengan diabetes melitus meninggal sesudah
menderita selama 2 tahun, tetapi dengan adanya pengobatan insulin dapat memperpanjang
usia kehidupan, walaupun komplikasi akan timbul sesudah 10-20 tahun.
1
PENDAHULUAN
Dalam tinjauan pustaka ini akan membahas seorang ibu membawaa anak
perempuannya berusia 6 tahun ke poliklinik karena anaknya sering kencing. Dalam sau hari,
anaknya dapat kencing lebih dari 10 kali dan di dapatkan hasil lab GDS : 275 mg/dl . Dari
kasus tersebut akan dibahas secara mendetail sehingga diharapkan dapat menambah
pengetahuan penulis maupun pembaca tentang Diabetes Melittus tipe 1 yang menjadi salah
satu topik perkuliahan di blok 21.
DM tipe 1 adalah penyakit autoimun yang menyebabkan kerusakan sel yang
memproduksi insulin beta pankreas. Kurangnya insulin menyebabkan peningkatan glukosa
darah puasa (sekitar 70-120 mg / dL pada orang nondiabetes) yang mulai muncul dalam urin
di atas ambang ginjal (sekitar 190-200 mg / dl pada kebanyakan orang), sehingga
menghubungkan ke gejala di mana penyakit ini diidentifikasi di zaman kuno, kencing manis.
Glikosuria atau glukosa dalam urin menyebabkan pasien untuk buang air kecil lebih sering,
dan minum lebih dari normal (polidipsia). Klasik, ini adalah gejala karakteristik yang diminta
penemuan penyakit.
Di seluruh penjuru dunia jumlah penyandang diabetes melitus (DM) terus mengalami
peningkatan. Demikian juga jumlah penyandang diabetes melitus pada anak, yang dikenal
dengan DM tipe 1 terus meningkat. Di amerika serikat pada tahun 2007 dilaporkan terdapat
186.300 anak usia kurang dari 20 tahun yang menyandang DM tipe 1 atau 2. Angka tersebut
sama dengan 0,2 persen penduduk amerika pada kelompok umur tersebut. Di finlandia, tidak
sulit menemukan DM tipe 1 karena angka kejadiannya dilaporkan paling tinggi di dunia,
sedangkan jepang memiliki angka paling rendah.
Di indonesia jumlah pasti penyandang DM tipe 1 belum diketahui meskipun
angkanya dilaporkan meningkat cukup tajam akhir-akhir ini. Sebagai gambaran saja, jumlah
anak DM tipe 1dalam ikatan keluarga penderita DM anak dan remaja (ikadar) jumlahnya
sudah mencapai 400 orang. Karena belum banyaknya jumlah DM pada anak yang ditemukan
di indonesia, maka orang tua dan dokter sering tidak waspada dengan penyakit tersebut.
Banyak orang tua bahkan tidak percaya anaknya menyandang DM dan baru menyadari saat
sakitnya sudah cukup berat.
2
PEMBAHASAN
ANAMNESIS
Pada pasien di skenario ini karena anak-anak, jika si anak tidak memungkinkan untuk
menjawab pertanyaan maka dapat ditanyakan kepada orang tua atau walinya. Yang perlu
diperhatikan bahwa keluhan utama yang disampaikan oleh pihak orang tua atau wali si anak
tidak selalu merupakan keluhan yang pertama si anak. Hal ini terutama pada orang tua yang
pendidikannya rendah, sehingga kurang dapat mengemukakan esensi masalah sakit si anak.
1. Tanyakan apa yang dirasakan atau keluhan pasien.
2. Tanyakan apakah ada polidipsia dan polifagia.
3. Tanyakan mengenai pola BAK seperti poliuria, nokturia , lalu tanyakan apakah
anak tersebut sudah tidak mengompol lalu tiba-tiba mengompol.
4. Tanyakan mengenai pertumbuhan badan dan apakah ada penurunan berat badan.
5. Tanyakan apakah ada keluhan cepat lelah , lemas, mudah mengantuk kesemutan ,
dan keram .
6. Tanyakan apakah kulit kering dan mudah terasa gatal.
7. Tanyakah apakah ada gangguan penglihatan.
8. Tanyakan riwayat keluarga pasien.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Keadaan umum
Derajat kesadaran
Status gizi
B. Tanda vital
BB, TB,Nadi,Pernafasan,Suhu
C. Kulit
D. Kepala
E. Mata
F. Hidung
G. Mulut
H. Telinga
3
I. Tenggorok
J. Leher
K. Lymphonodi
L. Thorax
M. Abdomen
N. Anorektal
O. Ekstremitas
P. Pemeriksaan Neurologis
Reflek Fisiologis
Reflek Patologis
Meningeal Sign
Q. Perhitungan Status Gizi1
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan urinalisis pada anak DM tipe I, dilihat dari segi makroskopis,
mikroskopis dan kimia urin dapat diketahui adanya :
Glukosuria (+) à bisa dengan uji reduksi Benedict
Ketonuria (+) à bisa dengan uji Rothera dan Gerhard2,3
Pemeriksaan laboratorium darah pada anak DM tipe I akan didapatkan :
Hiperglikemia (+) à dengan pemeriksaan kadar gula puasa atau Kolesterol darah
meningkat
Kriteria hasil pemeriksaan gula darah abnormal adalah:
1. Kadar gula darah sewaktu >200 mg/dl atau
2. Kadar gula darah puasa >126 mg/dl atau
3. Kadar gula darah 2 jam postprandial >200 mg/dl
HbA1C à Hb yang mengikat glukosa darah dengan periode waktu sekitar 3 bulan.
Pada pasien diabetes melitus kadar glikat hemoglobin atau HbA1C ini akan
meningkat (gula darah yang tinggi sehingga banyak terikat dengan Hb juga). Nilai
normal HbA1C ini sekitar 4,5 - 6,3 mg %
C-peptide turun atau (-)
4
Gangguan keseimbangan asam-basa, pada DM didapatkan kelebihan asam atau pH
darah < 7,3
Gangguan keseimbangan elektrolit berupa hiperkalemi
Analisis gas darah à didapatkan HCO3- turun (tanda terjadinya asidosis metabolik)
dan pCO2 menurun sebagai kompensasinya. 2,3,4
DIAGNOSIS KERJA
Diabates Melitus tipe 1
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang dapat disebabkan berbagai
macam etiologi, disertai dengan adanya hiperglikemia kronis akibat gangguan sekresi insulin
atau gangguan kerja dari insulin, atau keduanya.
Sedangkan Diabetes Mellitus tipe 1 lebih diakibatkan oleh karena berkurangnya
sekresi insulin akibat kerusakan sel β-pankreas yang didasari proses autoimun. Keadaan ini
ditandai dengan insulinopenia berat dan ketergantungan pada insulin eksogen untuk
mencegah ketosis dan agar tetap hidup; karenanya diabetes ini juga disebut diabetes melitus
tergantung insulin. Riwayat alamihanya penyakit ini menunjukkan bahwa ada fase tidak
tergantung insulin, praketotik, baik sebelum dan setelah diagnosis awal. Meskipun mulainya
terjadi terutama pada masa anak, penyakit ini dapat timbul pada usia kapanpun. Karenanya
istilah seperti diabetes juvenil, diabetes cenderung ketosis dan diabetes rapuh harus dihilang
diganti diabetes tipe 1. Diabetes tipe 1 secara jelas berbeda karena hubungannya dengan
antigen histokompatibilitas ( HLA ) ; adanya antibodi terhadap komponen sitoplasama dan
komponen sel permuka sel pulau dalam sirkulasil antibodi terhapa insulin pada tidak adanya
pemjananan terhadap injeksi insulin ekosogen sebelumnyal antibodi terhadap asam glutamat
dekarboksilase ( GAD = enzim yang mengubah asam glutamat menjadi asam gamma
aminobutirat ( GABA ), ditemukan secara berlebihan pada inervasi pulau pankreasl infiltrat
limfosit pulau pada awal penyakit dan penyakit autoimun lain. Dengan beberapa
pengecualian, diabetes pada anak adalah ergantung insulin dan masuk dalam kategori tipe 1.3
DIAGNOSIS BANDING
1) Infeksi saluran kemih
a. ISK adalah adanya bakteri pada urin yang disertai dengan gejala infeksi. Ada
pula yang mendefinisikan ISK sebagai gejala infeksi yang disertai adanya
mikroorganisme patogenik (patogenik : yang menyebabkan penyakit) pada
5
urin, uretra (uretra : saluran yang menghubungkan kandung kemih dengan
dunia luar), kandung kemih, atau ginjal.
b. Gejala yang dapat timbul pada ISK pada anak sangat tidak spesifik, dan
seperti telah diungkapkan sebelumnya, banyak yang hanya disertai demam
sebagai gejala.
- Bayi baru lahir (0-28 hari) : demam, kuning berkepanjangan, gagal
tumbuh, tidak mau menyusu
- Bayi : demam, tidak mau menyusu, muntah, diare
- Anak-anak : demam, nyeri saat berkemih, sering berkemih, adanya
darah pada urin, urin yang keruh atau berbau busuk, nyeri pada daerah
di atas tulang kemaluan, mengompol (setelah sebelumnya berhenti
mengompol)
c. Penatalaksaan :
- Pada anak 2 bulan – 2 tahun dengan kecurigaan ISK dan tampak sakit
berat, antibiotik dapat diberikan secara parenteral (parenteral : melalui
infus).1 Perawatan di rumah sakit diindikasikan jika ada gejala sepsis
atau bakteremia (bakteremia : bakteri menyebar ke seluruh tubuh lewat
peredaran darah). Sebagian pihak mengindikasikan perawatan di rumah
sakit dan pemberian antibiotik parenteral pada anak di bawah 6
bulan.Sedangkan pada anak yang tidak tampak sakit berat, antibiotik
yang diberikan umumnya per oral (diminum). Lama pemberian
antibiotik pada ISK umumnya adalah 7 hari pada infeksi
akut.3Walaupun ada pihak yang menganjurkan 10-14 hari, namun
pemberian dalam waktu sepanjang itu memberikan kemungkinan lebih
besar untuk terjadinya resistensi, gangguan bakteri normal di usus dan
vagina, dan menyebabkan candidiasis.
- Beberapa antibiotik yang dapat digunakan adalah :
- Amoxicillin 20-40 mg/kg/hari dalam 3 dosis. Sekitar 50% bakteri
penyebab ISK resisten terhadap amoxicillin. Namun obat ini
masih dapat diberikan pada ISK dengan bakteri yang sensitif
terhadapnya.
- Co-trimoxazole atau trimethoprim 6-12 mg trimethoprim/kg/hari
dalam 2 dosis. Sebagian besar ISK akan menunjukkan perbaikan
6
dengan cotrimoxazole. Penelitian menunjukkan angka
kesembuhan yang lebih besar pada pengobatan dengan
cotrimoxazole dibandingkan amoxicillin.
- Cephalosporin seperti cefixime atau cephalexin. Cephalexin kira-
kira sama efektif dengan cotrimoxazole, namun lebih mahal dan
memiliki spectrum luas sehingga dapat mengganggu bakteri
normal usus atau menyebabkan berkembangnya jamur (Candida
sp.) pada anak perempuan.
- Co-amoxiclav digunakan pada ISK dengan bakteri yang resisten
terhadap cotrimoxazole. Harganya juga lebih mahal dari
cotrimoxazole atau cephalexin.
- Obat-obatan seperti asam nalidiksat atau nitrofurantoin tidak
digunakan pada anak-anak yang dikhawatirkan mengalami
keterlibatan ginjal pada ISK. Selain itu nitrofurantoin juga lebih
mahal dari cotrimoxazole dan memiliki efek samping seperti
mual dan muntah.
2) Glukosuria renal
Sebuah kerusakan transporter glukosa renal sekunder memicuterjadinya
glukosuria renal baik yangterjadi karena nilai ambang ginjalterlampaui (tipe A,
kadar glukosadarah melebihi 160-180 mg/dl atau 8,9-10 mmol/l), atau daya
reabsorbsi tubulus yang menurun (tipe B).
Pada glukosuria tipe A, konsentrasi plasma melebihi ambang batas ginjal
mengakibatkan terjadinya ekskresi glukosa yang difiltrasi; jika konsentrasi plasma di
bawah ambang batas, glukosa diabsorbsi semua. Akan tetapi, jika pada glukosuria
renal tipe B, glukosa diekskresikan bahkan pada konsentrasi plasma yang rendah.
3) Diabetes insipidus
- Diabetes insipidus adalah suatau kelainan dimana terdapat kekurangan hormon
antidiuretik yang menyebabkan rasa haus yang berlebihan ( polidipsi ) dan
pengeluaran sejumalh besar air kemih yang sangat encer ( poliuri )
- Terjadi akibat penurunan pembentukan hormon antidiuretik (vasopresin), yaitu
hormon yang secara alami mencegah pembentukan air kemih yang terlalu banyk.
7
- Diabetes insipidus neurogenik : kadar hormon antidiuretik normal tetapi ginjal
tidak memberikan respon yang normal terhadap hormon ini
- Pengobaan : diobati dengan mengatasi penyebabnya
a. Vasopresin atau desmopresin asetat bisa diberikan sebgai obat
semprot hidung beberapa kali sehariuntuk mempertahankan
pengeluaran air kemih yang normal. Terlalu banyak
mengkonsumsi obat ini bisa menyebabkan penimubunan cairan,
pembengkakan, dan gangguan lainnya.
b. Terkadang bisa dikendalikan oleh obat-obatan yang merangsan
pembentukan hormin anidiretik, seperti klopropamid,
karbamazepin, klorfibrat, dan berbagai diuretik ( tiazid )
ETIOLOGI
Timbulnya diabetes melitus tipe I atau diabetes juvenile ini disebabkan karena faktor
keturunan yang diturunkan secara resesif. DM tipe I ini bisa juga disebabkan karena adanya
penyakit autoimun dimana mengakibatkan kerusakan sel-sel beta pada pancreas yang berguna
untuk menghasilkan insulin. Individu yang peka secara genetik tampaknya memberikan
respons terhadap kejadian berupa infeksi virus (coxsackie B4, rubella, Mumps), yang
nantinya akan terbentuk autoantibodi terhadap sel beta pancreas yang mengakibatkan
produksi insulin berkurang walau ada rangsangan dari glukosa darah untuk mensekresikan
insulin. Kerusakan sel-sel beta ini dapat sebagian atau semuanya yang mengakibatkan
insulinopenia dan hal ini mengganggu metabolisme lainnya didalam tubuh yang tergantung
dengan insulin. 3
Diabetes melitus tipe I diketahui memiliki peningkatan prevalensi pada orang-orang
yang mengalami kelainan endokrin seperti Addison, tiroiditis Hashimoto, sindroma Cushing
dan anemia pernisiosa.2,3
Faktor risiko diabetes mellitus tipe 1:
Riwayat keluarga: Ketika seorang sanak famili (orang tua, anak, saudara
kandung) memiliki diabetes, risiko mengembangkan diabetes tipe 1 adalah
sekitar 10 sampai 15 persen. Banyak kemungkinan gen sedang diselidiki.
Paparan protein susu sapi: Konsumsi susu sapi pada anak usia dini telah
diselidiki sebagai faktor penyebabnya.
8
Infeksi virus pada janin atau pada masa kecil
Berat lahir lebih besar dari 4.49 kg
Preeklamsia (tekanan darah tinggi pada ibu hamil)
Dilahirkan oleh seorang ibu yang lebih tua dari 25 tahun
EPIDEMIOLOGI
Banyak orang pada awalnya tidak tahu bahwa mereka menderita diabetes. Di negara
maju seperti Amerika misalnya, dari sekitar 16 juta penderita diabetes, 7 juta diantaranya
baru mengetahui bahwa diri mereka menderita diabetes setelah mengalami komplikasi di
berbagai organ tubuh. Laporan statistik dari International Diabetes Federation (IDF)
menyebutkan bahwa sekarang sudah ada sekitar 230 juta penderita diabetes. Angka ini terus
bertambah hingga 3 persen atau sekitar 7 juta orang setiap tahunnya. Dengan demikian,
jumlah penderita diabetes diperkirakan akan mencapai 350 juta pada tahun 2025 dan setengah
dari angka tersebut berada di Asia, terutama India, Cina, Pakistan, dan Indonesia. Diabetes
telah menjadi penyebab kematian terbesar keempat di dunia. Setiap tahun ada 3,2 juta
kematian yang disebabkan oleh diabetes. Di Amerika sekalipun, angka kematian akibat
diabetes bisa mencapai 200.000 orang per tahun. Angka penderita diabetes yang didapatkan
di Asia Tenggara adalah : Singapura 10,4 persen (1992), Thailand 11,9 persen (1995),
Malaysia 8 persen lebih (1997), dan Indonesia (5,6 persen (1992). Kalau pada 1995 Indonesia
berada di nomor tujuh sebagai negara dengan jumlah diabetes terbanyak di dunia,
diperkirakan tahun 2025 akan naik ke nomor lima terbanyak. Pada saat ini, dilaporkan bahwa
di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, sudah hampir 10 persen penduduknya
mengidap diabetes.
Insiden diabetes melitus tipe 1 sangat bervariasi di tiap negara. Dari data-data
epidemiologik memperlihatkan bahwa puncak usia terjadinya DM pada anak adalah pada
usia 5-7 tahun dan pada saat menjelang remaja. Sedangkan, insiden penderita diabetes
melitus tipe 1 pada anak meningkat secara signifikan di negara Barat. Merupakan sebuah
tantangan tersendiri bagi para orangtua dan dokter dalam pengobatan diabetes melitus tipe 1
pada anak yang berumur di bawah 12 tahun.
9
Tabel 1. Sepuluh Negara dengan Jumlah Penderita Diabetes Terbanyak (1995 dan
2025)
1995 2025 (perkiraan)
Urutan Negara Jumlah (juta) Negara Jumlah (juta)
1 India 19.4 India 57.2
2 Cina 16.0 Cina 37.6
3 AS 13.9 AS 21,9
4 Rusia 8.9 Pakistan 14.5
5 Jepang 6.3 Indonesia 12.4
6 Brazil 4.9 Rusia 12.2
7 Indonesia 4.5 Meksiko 11.7
8 Pakistan 4.3 Brazil 11.6
9 Meksiko 3.8 Mesir 8.8
10 Ukraina 3.6 Jepang 8.5
Negara lain 49.7 103.6
Total 135.3 300
PATOFISIOLOGI
Diabetes tipe 1 merupakan bentuk diabetes parah yang berhubungan dengan
terjadinya ketosis apabila tidak diobati. Diabetes ini muncul ketika pankreas sebagai pabrik
insulin tidak dapat atau kurang mampu memproduksi insulin. Akibatnya, insulin tubuh
kurang atau tidak ada sama sekali. Glukosa menjadi menumpuk dalam peredaran darah
karena tidak dapat diangkut ke dalam sel. Biasanya, diabetes tipe ini sering terjadi pada anak
dan remaja tetapi kadang-kadang juga terjadi pada orang dewasa, khususnya yang non
obesitas dan mereka yang berusia lanjut ketika hiperglikemia tampak pertama kali. Keadaan
tersebut merupakan suatu gangguan katabolisme yang disebabkan karena hampir tidak
terdapat insulin dalam sirkulasi, glukagon plasma meningkat dan sel-sel B pankreas gagal
merespon semua stimulus insulinogenik. Oleh karena itu, diperlukan pemberian insulin
eksogen untuk memperbaiki katabolisme, mencegah ketosis, dan menurunkan
hiperglukagonemia dan peningkatan kadar glukosa darah.
Diduga diabetes tipe 1 disebabkan oleh infeksi atau toksin lingkungan yang
menyerang orang dengan sistem imun yang secara genetis merupakan predisposisi untuk
terjadinya suatu respon autoimun yang kuat yang menyerang antigen sel B pankreas. Faktor
10
ekstrinsik yang diduga mempengaruhi fungsi sel B meliputi kerusakan yang disebabkan oleh
virus, seperti virus penyakit gondok (mumps) dan virus coxsackie B4, oleh agen kimia yang
bersifat toksik, atau oleh sitotoksin perusak dan antibodi yang dirilis oleh imunosit yang
disensitisasi. Suatu kerusakan genetis yang mendasari yang berhubungan dengan replikasi
atau fungsi sel B pankreas dapat menyebabkan predisposisi terjadinya kegagalan sel B setelah
infeksi virus. Lagipula, gen-gen HLA yang khusus diduga meningkatkan kerentanan terhadap
virus diabetogenik atau mungkin dikaitkan dengan gen-gen yang merespon sistem imun
tertentu yang menyebabkan terjadinya predisposisi pada pasien sehingga terjadi respon
autoimun terhadap sel-sel pulaunya (islets of Langerhans) sendiri atau yang dikenal dengan
istilah autoregresi.
Dari semua penderita diabetes, 5-10 persennya adalah penderita diabetes tipe 1. Di
Indonesia, statistik mengenai diabetes tipe 1 belum ada, diperkirakan hanya sekitar 2-3 persen
dari total keseluruhan. Mungkin ini disebabkan karena sebagian tidak terdiagnosis atau tidak
diketahui sampai si pasien sudah mengalami komplikasi dan keburu meninggal. Biasanya
gejalanya timbul secara mendadak dan bisa berat sampai mengakibatkan koma apabila tidak
segera ditolong dengan suntikan insulin.5
MANIFESTASI PERJALANAN PENYAKIT DIABETES MELITUS TIPE 1
Diagnosis DM awalnya dipikirkan dengan adanya gejala khas berupa polifagia
(banyak makan), poliuria (banyak kencing), polidipsi (cepat haus), lemas dan berat badan
turun. Gejala lain yang mungkin dikeluhkan pasien adalah kesemutan, gatal, mata kabur, dan
impotensi pada pria serta pruritus vulva pada wanita.
Sedangkan pada diabetes melitus tipe 1, yang kebanyakan diderita oleh anak-anak
( diabetes melitus juvenil) mempunyai gambaran lebih akut, lebih berat, tergantung insulin
dengan kadar glukosa darah yang labil. Penderita biasanya datang dengan ketoasidosis karena
keterlambatan diagnosis. DM tipe 1 pada anak di Indonesia relatif jarang dibandingkan
dengan negara Barat sehingga dokter maupun orangtua kurang memikirkan atau
memperhatikan tentang kemungkinan adanya penyakit ini. Mayoritas penyandang DM tipe 1
menunjukan gambaran klinik yang klasik seperti poliuria, polidipsia, dan polifagia disertai
penurunan berat badan. Glukosa darah puasa biasanya diatas 200mg/dl dengan disertai
ketonuria. Adanya penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, poliuria nokturnal
serta enuresis, seharusnya menimbulkan kecurigaan adanya DM tipe 1 pada anak. Gejala-
11
gejala lainnya dapat berupa muntah-muntah, nafas berbau aseton, nyeri atau kekakuan
abdomen dan gangguan kesadaran koma.
Perjalanan Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 1
Perjalanan penyakit ini melalui beberapa periode menurut ISPAD Clinical Practice
Concensus Guidelines tahun 2009, yaitu :
1. Periode Pra-Diabetes
Pada periode ini gejala-gejala klinis diabetes belum Nampak karena baru ada proses
destruksi sel β-pankreas. Predisposisi genetic tertentu memungkinkan terjadinya proses
destruksi ini. Sekersi insulin mulai berkurang ditandai dengan mulai berkurangnya sel β-
pankreas yang berfungsi. Kadar C-peptide mulai menurun. Pada periode ini autoantibody
mulai ditemukan apabila dilakukan pemeriksaan laboratorium.
2. Periode manifestasi klinis
Pada periode ini, gejala klinis DM mulai muncul. Pada periode ini sudah terjadi
sekitar 90% kerusakan sel β-pankreas. Karena sekresi insulin sangat kurang, maka kadar gula
darah akan tinggi atau meningkat. Kadar gula darah yang melebihi 180 mg/dl akan
menyebabkan diuresis osmotic. Keadaan ini menyebabkan terjadinya pengeluaran cairan dan
elektrolit melalui urin (poliuria, dehidrasi, polidipsi). Karena gula darah tidak dapat di-uptake
ke dalam sel, penderita akn merasa lapar (polifagia), tetapi berat badan akan semakin kurus.
Pada periode ini penderita memerlukan insulin dari luar agar gula darah di-uptake ke dalam
sel.
3. Periode Honey-Moon
Periode ini disebut juga fase remisi parsial atau sementara. Pada periode ini sisa-sisa
sel β-pankreas akan bekerja optimal sehingga akan diproduksi insulin dari dalam tubuh
sendiri. Pada saat ini kebutuhan insulin dari luar tubuh akan berkurang hingga kurang dari 0,5
U/KgBB/hr. Namun periode ini hanya berlangsung sementara, bisa dalam hitungan hari
ataupun bulan, sehingga perlu adanya edukasi pada orangtua bahwa periode ini bukanlah fase
remisi yang menetap.
4. Periode ketergantungan Insulin yang menetap
Periode ini merupakan periode terakhir dari penderita DM. Pada periode ini penderita
akan mebutuhkan insulin kembali dari luar tubuh seumur hidupnya.6
12
PENATALAKSANAAN
Medika mentosa
1. Insulin
Insulin merupakan terapi yang mutlak harus diberikan pada penderita DM tipe 1.
Pengobatan insulin ini berguna agar dapat tercapai kadar gula yang normal atau hampir
normal, tanpa menyebabkan timbulnya serangan hipoglikemia dan tanpa terlalu
membatasi makanan si anak. Glikosuria ringan dalam hal ini boleh diabaikan. Terdapat
bermacam-macam insulin tetapi yang terpenting ialah insulin regular (RI), NPH
(isofan), Lente dan PZI (tabel 6). Dalam pemberian insulin perlu diperhatikan jenis
insulin, dosis insulin, regimen yang digunakan, cara menyuntik serta penyesuaian dosis
yang diperlukan.
a. Jenis insulin: Insulin terdiri dari short acting (Reguler insulin, Actrapid, Humolin R),
intermediate (NPH, Insulatard, Monotard, Lente), long acting (PZI, Lantus) dan
ultralente (lama kerjanya >36 jam).
b. Dosis insulin: dosis total harian anak-anak berkisar antara 0,5-1 unit/KgBB pada
awal diagnosis ditegakkan. Dosis ini selanjutnya akan diatur sesuai dengan factor-
faktor yang ada, baik pada penyakitnya maupun penderitanya.
c. Regimen: ada 2 macam regimen yaitu regimen konvensional serta regimen intensif.
Regimen konvensional atau mix-split regimen dapat berupa pemberian 2 kali
suntik/hari atau 3 kali suntik/hari. Sedangkan regimen intensif berupa pemberian
regimen basal bolus. Pada regimen basal bolus dibedakan antara insulin yang
diberikan untuk dosis basal maupun dosis bolus.
d. Cara menyuntik: terdapat ebberapa tempat penyuntikan yang baik dalam hal
absorpsinya yitu di daerah abdomen, lengan atas, lateral paha. Daerah bokong tidak
dianjurkan karena tidak baik absorpsinya.
e. Penyesuaian dosis: Kebutuhan insulin akan berubah tergantung dari beberapa hal,
seperti hasil monitor gula darah, diet, olahraga, maupun usia pubertas (terkadang
kebutuhan meningkat hingga 2 unit/KgBB/hari), kondisi stress maupun sakit.
13
Tabel 2. Daya Kerja dan Lama Kerja Insulin
Daya Kerja Mulai Kerja ( jam ) Puncak ( jam ) Lama nya (jam )
Cepat dan sebentar ½ 2-4 6-8
Sedang 2 8-10 28-30
Lamba 4-8 14-20 24-36
Non-Medika Mentosa
1. Penyuluhan
Penyuluhan mengenai pengelolaan DM sangat penting. Edukasi ini berupa
pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan ketrampilan bagi pasien (bila
dewasa) atau kepada pihak keluarganya yang bertujuan untuk mengubah pola perilaku
pasien agar menjaga kadar glukosanya seimbang dan kebutuhan insulin tercukupi
setiap hari (terutama DM 1). Orang tua pasien harus dibimbing mengenai penyakit
DM, diet dan pengobatannya, misalnya cara menyuntik insulin. Pasien sedapat-
dapatnya hidup dalam masyarakat secara normal. 7
2. Diet
Standar makan diet yang baik terdiri dari karbohidrat, protein dan lemak yang
sesuai dengan kecukupan gizi si anak. Karbohidrat sebanyak 60-70% dari jumlah
kalori tubuh per hari, protein 10-15% dari jumlah kalori tubuh per hari, dan lemak 20-
25% dari jumlah kalori tubuh per hari. Jumlah kalori disesuaikan dengan umur anak,
gender, pertumbuhan, status gizi, stress akut dan kegiatan jasmani anak. Untuk
penentuan status gizi dapat dipakai BMI (Body Mass Index) atau IMT (Indeks Massa
Tubuh).
BB (Kg)
IMT = BMI =
TB (m2)
IMT normal wanita = 18,5-22,9 kg/m2 dan IMT normal pria 20-24,9 kg/m2
Makanan yang adekuat ini berguna untuk pertumbuhan dan aktivitas si anak
agar berjalan dengan normal. Sebaiknya pola makannya tidak berbeda dengan anak
yang lain atau dengan anggota keluarga yang lain, namun diberikan bimbingan
14
kepada anak untuk tidak makan berlebihan dan menjauhi makanan yang banyak
mengandung karbohidrat atau manis-manis. Prinsip diet yang dapat dipakai ialah :
a. Kalori cukup untuk pertumbuhan dan aktifitas seusianya.
b. Protein tidak kurang dari 2-3 gram/kgbb/hari.
c. 40-50% daripada kalori terdiri dari karbohidrat.
d. Cukup vitamin dan mineral.
e. Seluruh keluarga sedapat-dapatnya ikut dalam diet ini.
Penilaian terhadap diet seorang anak ialah pertumbuhan dan cukup
kenyangnya anak itu.
3. Olahraga
Dianjurkan latihan jasmani ringan-sedang namun teratur setiap harinya sesuai
dengan keadaan penyakitnya. 7
KOMPLIKASI
Komplikasi diabetes mellitus dapat muncul secara akut dan secara kronik, yaitu
timbul beberapa bulan atau beberapa tahun sesudah mengidap diabetes mellitus.
Komplikasi Akut Diabetes Mellitus
Dua komplikasi akut yang paling penting adalah reaksi hipoglikemia dan koma
diabetik.
1. Reaksi Hipoglikemia
Reaksi hipoglikemia adalah gejala yang timbul akibat tubuh kekurangan glukosa,
dengan tanda-tanda rasa lapar, gemetar, keringat dingin, pusing, dan sebagainya.
Penderita koma hipoglikemik harus segera dibawa ke rumah sakit karena perlu
mendapat suntikan glukosa 40% dan infuse glukosa. Diabetisi yang mengalami reaksi
hipoglikemik (masih sadar), atau koma hipoglikemik, biasanya disebabkan oleh obat
anti-diabetes yang diminum dengan dosis terlalu tinggi, atau penderita terlambat
makan, atau bisa juga karena latihan fisik yang berlebihan.
2. Koma Diabetik
15
Berlawanan dengan koma hipoglikemik, koma diabetik ini timbul karena kadar darah
dalam tubuh terlalu tinggi, dan biasanya lebih dari 600 mg/dl. Gejala koma diabetik
yang sering timbul adalah:
Nafsu makan menurun (biasanya diabetisi mempunyai nafsu makan yang
besar)
Minum banyak, kencing banyak
Kemudian disusul rasa mual, muntah, napas penderita menjadi cepat dan
dalam, serta berbau aseton
Sering disertai panas badan karena biasanya ada infeksi dan penderita koma
diabetik harus segara dibawa ke rumah sakit
Komplikasi Kronis Diabetes Mellitus
Komplikasi kronik DM pada dasarnya terjadi pada semua pembuluh darah di seluruh
bagian tubuh (angiopati diabetik). Untuk kemudahan, angiopati diabetik dibagi 2 :
Makroangiopati (makrovaskular)
- Jantung koroner, dan pembuluh darah kaki
Mikroangiopati (mikrovaskular)
- Ginjal ( gagal ginjal ) dan mata (retinopati)
Mikrovaskuer dan makrovaskuler
- Neuropati.3
PENCEGAHAN
Diabetes melitus tipe 1 ini akan diderita oleh si anak seumur hidupnya. Pencegahan
yang bisa dilakukan pada pasien adalah mencegah trejadinya komplikasi yang lebih parah
lagi, baik komplikasi karena penyakitnya ataupun karena terapinya. Untuk hal tersebut, maka
sangat penting edukasi kepada pasien dan pihak keluarganya agar tidak salah dalam
penanganannya dan tidak membuat si anak merasa dirinya berbeda dengan anak yang lain,
karena itu akan menimbulkan stress pada si anak. Hindari juga makanan yang manis atau
banyak mengandung karbohidrat.
Lalu lakukan juga pemantauan pada pasien DM tipe 1 (follow up) :
1. Keadaan umum si anak
16
2. Adakah kemungkinan infeksi
3. Kadar gula darah
4. Kadar HbA1C (tiap 3 bulan)
5. Ketonuria (jika kadar glukosa darah >250 mg/dL)
6. Mikroalbuminuria (setiap 1 tahun) à sebagai tanda nefropati diabetik
7. Faal ginjal
8. Funduskopi
9. Tumbuh kembang anak.5
PROGNOSIS
Sebelum insulin ditemukan anak dengan diabetes melitus meninggal sesudah
menderita selama 2 tahun, tetapi dengan adanya pengobatan insulin dapat memperpanjang
usia kehidupan, walaupun komplikasi akan timbul sesudah 10-20 tahun.3
KESIMPULAN
Anak perempuan berusia 6 tahun tersebut menderita penyakit diabetes melitus tipe 1.
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR PUSTAKA
1. Batubara, dkk. Buku Ajar Endokrinologi Anak. Jakarta : Badan Penerbit IDAI;2010.
2. Latief A, Napitupulu PM, Pudjiadi A, Ghazali MV, Putra ST. Ilmu kesehatan anak :
Diabetes melitus juvenile. Edisi 11. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.h.259-62.
3. Sperling MA. Ilmu kesehatan anak Nelson. Dalam : Diabetes Melitus. Edisi ke-15.
Jakarta: EGC; 2000.h.2005-23.
4. Couper J. Practical Paediatrics : Childhood diabetes. Edisi 6. UK: Elsevier;
2007.p.695-702.
5. Tandra, Hans. 2007. Segala sesuatu yang harus Anda ketahui tentang Diabetes.
Jakarta : Gramedia Pustaka Utama;2007.
6. Ajjan R. Endocrinology and Diabetes : The pancreas. UK : Wiley Blackwell;
2009.p.46-59.
7. Philip M, Battelino T, Rodriguez H. Use of Insulin Pump Therapy in the Pediatric
Age-Group. 2007;30:1653-1659
17
18