pangan dan perbaikan gizi - kementerian … · web viewketiga, menunjang pemantapan pembentukan...

65
PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI

Upload: phamnhan

Post on 17-Jun-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI

Page 2: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan
Page 3: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

BAB VII

PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI

A. PENDAHULUAN

Dalam rangka mewujudkan amanat Garis-garis Besar Haluan Negara, kebijaksanaan di bidang pangan dan perbaikan gizi da-lam tahun 1987/88, sebagaimana tahun-tahun Repelita IV lain-nya, diarahkan untuk mencapai empat tujuan. Pertama, penye-diaan pangan yang memadai, merata dan sesuai dengan kebutuhan gizi penduduk serta terjangkau oleh daya beli rakyat. Kedua, meningkatkan keanekaragaman pola konsumsi pangan dengan mengurangi ketergantungan pada beras dan meningkatkan mutu gizi masyarakat. Ketiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan anak balita melalui peningkatan keadaan gizi mereka. Keempat, melanjutkan upaya peningkatan keadaan gizi rakyat untuk mengurangi penyakit Kurang Kalori Protein (KKP), kekurangan vitamin A, Gondok Endemik dan Anemia Gizi Besi.

Salah satu hasil nyata dari pelaksanaan kebijaksanaan di bidang pangan dalam empat tahun pertama Repelita IV adalah tercapainya swasembada beras sejak tahun 1984/85. Selanjut-nya, guna mempertahankan dan meningkatkan hasil yang telah dicapai, makin ditingkatkan keterpaduan pelaksanaan kebijak-sanaan-kebijaksanaan di bidang pangan yang meliputi upaya peningkatan produksi, penanganan pasca panen, pengadaan dan

VII/3

Page 4: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

penyaluran bahan pangan, penyimpanan, penetapan harga dasar gabah dan palawija di tingkat petani serta penetapan harga batas tertinggi beras.

Kebijaksanaan di bidang pangan tidak dapat dipisahkan dari upaya perbaikan gizi karena keduanya saling menunjang dalam usaha menciptakan manusia dan masyarakat yang sehat dan kuat yang dibutuhkan dalam pembangunan. Keberhasilan di bi-dang pangan selama ini telah membawa dampak positif terhadap aspek gizi masyarakat berupa perbaikan keadaan gizi mereka. Namun demikian disadari bahwa karena berbagai alasan, hasil yang dicapai belum sepenuhnya dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat. Sehubungan dengan itu selama kurun waktu empat tahun Repelita IV ini (1984/85 - 1987/88) kebijaksanaan pe-ningkatan pengadaan pangan dan kebijaksanaan perbaikan gizi masyarakat terus dilanjutkan secara makin intensif dan ter-padu.

B. PENGADAAN DAN PENYALURAN PANGAN

1. Kebijaksanaan dan Langkah-langkah

Sebagaimana dalam periode tiga tahun pertama Repelita IV, maka dalam tahun ke empat (1987/88) kebijaksanaan pengadaan dan penyaluran pangan terus dilanjutkan untuk menjaga agar pangan selalu tersedia secara memadai dan merata pada tingkat harga yang wajar, dalam arti terjangkau oleh daya beli masya-rakat sekaligus merangsang peningkatan produksi. Kebijaksanaan tersebut meliputi penetapan harga dasar gabah dan harga batas tertinggi beras, penetapan harga dasar palawija, pengadaan sarana penyangga Pemerintah, serta pengadaan dan penyaluran bahan pangan selain beras. Dalam tahun 1987/88 kebijaksanaan harga dasar untuk beras/gabah, yang dirinci ke dalam empat tingkat harga sesuai dengan kualitasnya, yang sudah dilaksa-nakan sejak tahun 1986/87 terus dilanjutkan, guna tetap dapat memperluas jangkauan pengadaan.

a. Harga Dasar

Seperti pada tahun-tahun sebelumnya, agar para petani tidak dirugikan oleh perkembangan harga barang dan rasa yang dibutuhkan dan sekaligus agar tetap terdorong untuk meningkat-kan produksinya, maka harga dasar yang ditetapkan pada tahun 1987/88 juga ditinjau kembali sebelum dimulainya pengadaan

VII/4

Page 5: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

dan disesuaikan dengan perkembangan nilai tukarnya terhadap barang dan jasa kebutuhan mereka tersebut.

Perkembangan harga dasar gabah selama periode 1984/85 - 1987/88 dapat dilihat pada Tabel VII-1. Dari tabel tersebut tampak bahwa sejak tahun 1986/87 harga pembelian yang ditetap-kan di tingkat KUD dirinci ke dalam empat macam tingkat harga sesuai dengan kualitasnya, yaitu Gabah Kering Giling (GKG), Gabah Kering Lumbung(GKL), Gabah Kering Desa (GKD) dan Gabah Kering Panen (GKP). Pada tahun pengadaan 1987/88 harga dasar GKP, GKD, GKL dan GKG ditetapkan masing-masing per kg sebe-sar Rp 115, Rp 145, Rp 165 dan Rp 190; dengan demikian terda-pat peningkatan harga berturut-turut sebesar 9,5%, 7,4%, 10,0% dan 8,6% dari harga dasar tahun sebelumnya. Dalam pada itu untuk GKG, selama periode empat tahun tersebut harga dasarnya telah meningkat rata-rata sebesar 7,1% setiap tahunnya, sedang kenaikan tertinggi terjadi pada tahun 1984/85 yaitu sebesar 13,8%. Selanjutnya, mulai awal Pebruari 1988 diberlakukan harga dasar gabah yang baru, masing-masing sebesar Rp 135 per kg GKP, Rp 160 per kg GKD, Rp 175 per kg GKL dan Rp 210 per kg GKG, yang berarti naik sebesar masing-masing 17,4%, 10,3%, 6,1% dan 10,5% dari harga dasar sebelumnya.

Dari Tabel VII-2 terlihat bahwa dalam tahun 1987/88 pengadaan beras dari dalam negeri mencapai 1.214,8 ribu ton atau turun 26,2% bila dibandingkan dengan pengadaan tahun 1986/87. Menurunnya pengadaan ini terutama disebabkan oleh adanya musim kemarau panjang dalam tahun 1987 yang telah me-nekan tingkat pertumbuhan produksi beras menjadi hanya sebe-sar 1,6%. Dalam tahun-tahun 1984/85, 1985/86 dan 1986/87, pengadaan/pembelian dalam negeri berturut-turut mencapai 2.382,1 ribu ton, 1.946,6 ribu ton dan 1.647,0 ribu ton.

Bila pada tahun 1984/85 masih terdapat komponen impor beras sebesar 7,2% dari jumlah keseluruhan pengadaan gabah dan beras untuk cadangan Pemerintah, maka sejak tahun 1985/86 pengadaan gabah dan beras sepenuhnya sudah berasal dari dalam negeri.

Dari data perkembangan hasil pengadaan di setiap daerah selama periode 1984/85 - 1987/88, sebagaimana tertera pada Tabel VII-3, tampak bahwa sebagian besar, yaitu lebih dari 80% hasil pembelian gabah dan beras dalam negeri berasal dari empat propinsi yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Sulawesi Selatan. Pada tahun 1987/88, Jawa Timur kembali me-rupakan propinsi penyumbang pembelian yang terbesar diikuti

VII/5

Page 6: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

TABEL VII - 1

HARGA DASAR PADI/GABAH1983/84 - 1987/88 *)

(Rp/Kg)

1) Berlaku mulai 1 Pebruari 1983 s/d 31 Januari 19842) Berlaku mulai 1 Pebruari 1984 s/d 31 Januari 1985 3) Berlaku mulai 1 Pebruari 1985 s/d 31 Januari 1986 4) Berlaku mulai 1 Pebruari 1986 s/d 31 Januari 1987 5) Berlaku mulai 1 Pebruari 1987 s/d 31 Januari 1988*) Harga dasar tahun 1985/86 dan tahun-tahun sebelumnya tidak

dicantumkan secara keseluruhan oleh karena dasar penentuan-nya berbeda dengan dasar penentuan tahun 1986/87 dan 1987/88.

TABEL VII - 2

PEMBELIAN GABAH DAN BERAS DALAM NEGERI DAN IMPOR BERAS,1983/84 - 1987/88

(ribu ton beras)

1) Angka diperbaiki2) Angka Sementara3) Pengembalian beras dari Filipina

VII/6

Page 7: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

TABEL VII - 3

HASIL PEMBELIAN GAHAH DAN BERAS DALAM NEGERIMENURUT DAERAH TINGKAT I,

1983/84 – 1987/88(ton setara beras)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

VII/7

Page 8: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

kemudian oleh Jawa Barat, Jawa Tengah dan Sulawesi Selatan. Selain itu Tabel VII-3 juga menunjukkan bahwa sumbangan pro-pinsi Irian Jaya semakin meningkat secara teratur sejak awal Repelita IV dan propinsi Maluku mulai berperan sejak tahun 1986/87.

Selain gabah, harga dasar beberapa hasil pertanian utama lainnya, yaitu jagung, kedelai dan kacang hijau setiap tahun juga ditetapkan, ditinjau serta disesuaikan.

Dalam tahun pengadaan 1984/85 (1 Desember 1984 sampai de-ngan 31 Desember 1985) harga dasar jagung ditetapkan sebesar Rp 110 per kg. Dalam tahun-tahun pengadaan 1986 dan 1987 yang dimulai awal Januari dan berakhir pada akhir Desember tahun yang sama, harga dasar jagung tidak dinaikkan, yaitu tetap Rp 110 per kg. Selanjutnya sejak tanggal 1 Januari 1988 ber-laku harga dasar jagung yang baru sebesar Rp 125 per kg, naik sebesar 13,6% di atas harga dasar sebelumnya. Untuk kedelai dan kacang hijau, dalam tahun pengadaan 1984/85 (1 Desember 1984 sampai dengan 31 Desember 1985) harga dasarnya ditetapkan masing-masing sebesar Rp 300 per kg dan Rp 325 per kg. Dalam tahun pengadaan 1986 dan 1987, seperti halnya dengan harga jagung, harga dasar kedua komoditi tersebut tidak dinaikkan, masing-masing tetap sebesar Rp 300 per kg dan Rp 325 per kg. Sejak tanggal 1 Januari 1988 harga dasar kedelai dan kacang hijau masing-masing dinaikkan sebesar 8,3% dan 7,7% menjadi Rp 325 dan Rp 350 per kg. Besar kenaikan harga-harga ini di-sesuaikan dengan perkembangan harga komoditi lain agar tetap merangsang peningkatan produksinya.

b. Harga Batas Tertinggi

Harga batas tertinggi beras ditetapkan untuk menjaga agar harga beras di pasaran tetap terjangkau oleh daya beli rakyat banyak. Sehubungan dengan itu, harga batas tertinggi beras ini selalu ditinjau kembali dan disesuaikan dengan perkembangan harga dasar gabah dan perkembangan harga bahan kebutuhan pokok lain. Sebagaimana tampak dalam Tabel VII-4, terdapat tiga macam daerah sasaran kebijaksanaan ini, yaitu daerah surplus, daerah swasembada dan daerah defisit. Daerah surplus meliputi seluruh Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi Selatan. Daerah swasembada meliputi seluruh Sumatera kecuali Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Daerah-daerah yang tergolong defisit adalah Riau, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Timur, Kali-

VII/8

Page 9: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

mantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Irian Jaya dan Ti-mor Timur. Perbedaan harga batas tertinggi antara daerah sur-plus, swasembada dan defisit juga selalu dikendalikan agar distribusi beras merata ke semua daerah. Dalam Tabel VII-4 terlihat pula peningkatan harga batas tertinggi di ketiga go-longan daerah tersebut dari tahun ke tahun. Pada tahun 1984/85, harga batas tertinggi masing-masing ditetapkan sebesar Rp 350 per kg untuk daerah surplus, Rp 360 per kg untuk daerah swa-sembada dan Rp 370 per kg untuk daerah defisit, yang berarti dinaikkan masing-masing sebesar 9,4%, 10,8% dan 8,8% dari harga batas tertinggi tahun sebelumnya. Dalam tahun 1985/86 harga batas tertinggi di ketiga golongan daerah tersebut di-naikkan lagi masing-masing sebesar 1,4% dari harga batas ter-tinggi tahun sebelumnya. Harga batas tertinggi beras kembali dinaikkan pada tahun 1986/87 masing-masing sebesar 4,2% untuk daerah surplus, 5,5% untuk daerah swasembada dan 4,0% untuk daerah defisit. Selanjutnya dalam tahun 1987/88 harga batas tertinggi beras untuk daerah surplus, daerah swasembada dan daerah defisit ditetapkan masing-masing sebesar Rp 390 per kg, Rp 410 per kg dan Rp 425 per kg, yang berarti masing-masing dinaikkan sebesar 5,4%, 6,5% dan 9,0% dari harga batas ter-tinggi sebelumnya.

Dalam Tabel VII-4 juga dapat dilihat perkembangan perbe-daan harga batas tertinggi antara daerah surplus dan daerah defisit yang besarnya relatif tetap selama periode 1984/85 - 1986/87, yaitu sebesar Rp 20 per kg. Selanjutnya dengan dite-tapkannya harga batas tertinggi beras untuk tahun 1987/88 se-bagaimana tersebut di atas, perbedaan harga. batas tertinggi antara daerah surplus dan daerah defisit meningkat menjadi sebesar Rp 35 per kg. Dengan kebijaksanaan tersebut diharap-kan dapat tercipta iklim yang mendorong peningkatan peranan swasta dalam tataniaga beras antar pulau, khususnya dari daerah surplus ke daerah defisit.

Dalam rangka pengendalian harga beras di tingkat konsu-men, telah dilaksanakan berbagai kegiatan penyaluran yang me-liputi penyaluran ke pasaran umum atau operasi pasar, penya-luran ke perusahaan negara dan penyaluran bagi pegawai nege-ri dan anggota Angkatan Bersenjata beserta keluarganya. Tabel VII-5 dan Grafik VII-1 menggambarkan jumlah penyaluran beras selama periode 1983/84 sampai dengan 1987/88.

Dalam tahun 1984/85 jumlah penyaluran beras secara keseluruhan mencapai 1.496 ribu ton, menurun 19,6% dari 1.861 ri-bu ton dalam tahun 1983/84. Hal ini terutama disebabkan oleh

VII/9

Page 10: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

TABEL VII - 4

HARGA BATAS TERTINGGI BERAS,1983/84 - 1987/88

(Rp/kg)

Repe l i ta IV

Daerah 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1987/88

Surplus 320,0 3500 355,0 370,0 390,0

Swasembada 325,0 360,0 365,0 385,0 410,0

Defisit 340,0 370,0 3T5,0 390.0 425,0

TABEL VII - 5

JUMLAH PENYALURAN BERAS,1983/84 - 1987/88

(ribu ton)

Repelita IV

Sasaran Penyaluran 1983/84 1984/85 1985/86 1986/87 1) 1987/88 2)

Golongan Anggaran 1.373 1.368 1.413 1.498 1.497

PN / PNP 89 59 77 94 79

Penyaluran kePasaran Umum 399 69 277 175 642

Jumlah 1.861 1.496 1.767 1.767 2.218

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

VII/10

Page 11: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

GRAFIK VII - 1

JUMLAH PENYALURAN BERAS.1983/84 - 1967/88

VII/11

Page 12: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

penurunan jumlah penyaluran beras ke pasaran umum, dari 399 ribu ton pada tahun sebelumnya menjadi 69 ribu ton pada tahun 1984/85, sebagai akibat dari persediaan beras yang cukup be-sar di masyarakat sehingga harga beras di pasaran umum cukup stabil.

Dalam tahun 1985/86 kenaikan harga batas tertinggi beras relatif sangat kecil, namun operasi pasar meningkat 301,4% dari tahun sebelumnya menjadi 277 ribu ton, sedangkan penya-luran beras secara keseluruhan meningkat sebesar 18,1% menjadi 1.767 ribu ton. Sebaliknya dalam tahun 1986/87 ketika ke-naikan harga batas tertinggi relatif lebih besar dari tahun sebelumnya, operasi pasar mencapai sebesar 175 ribu ton atau turun 36,8% dari tahun sebelumnya, sedangkan secara keseluruh-an penyalurannya tetap sebesar 1.767 ribu ton. Selanjutnya dalam tahun 1987/88 kenaikan harga batas tertinggi relatif besar dan operasi pasar meningkat juga cukup besar yaitu se-besar 266,9% sehingga mencapai 642 ribu ton, sedang jumlah penyaluran secara keseluruhan juga meningkat sebesar 25,5% dari tahun sebelumnya sehingga mencapai 2.218 ribu ton. Pe-ningkatan operasi pasar ini adalah sebagai akibat dari musim kemarau pada tahun 1987 yang datang lebih awal dan lebih panjang dari keadaan normal sehingga mempengaruhi persediaan pangan dalam masyarakat sebagaimana telah diutarakan pada bagian sebelumnya.

Tabel VII-5 dan Grafik VII-1 menunjukkan bahwa selama periode 1984/85 - 1987/88 jumlah penyaluran beras ke golongan anggaran (pegawai negeri dan anggota Angkatan Bersenjata) re-latif stabil dari tahun ke tahun, yaitu berturut-turut 1.368 ribu ton, 1.413 ribu ton, 1.498 ribu ton dan 1.497 ribu ton.

c. Sarana Penyangga

Sebagaimana dalam tahun-tahun sebelumnya, dalam tahun 1987/88 kebijaksanaan penyediaan dan pengelolaan sarana pe-nyangga yang meliputi usaha untuk menghimpun cadangan pangan serta usaha penyediaan dan pengelolaan fasilitas penyimpanan terus ditingkatkan dan disempurnakan. Hal tersebut dimaksud-kan, agar harga pangan di seluruh tanah air selalu terkendali dan berada dalam batas-batas yang wajar.

1) Penyediaan Sarana Penyangga

Penyediaan sarana penyangga bertujuan untuk memenuhi ke-butuhan pangan yang timbul sewaktu-waktu sebagai akibat keku-

VII/12

Page 13: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

rangan persediaan pangan dalam masyarakat. Sarana penyangga tersebut terutama diusahakan melalui pembelian di dalam nege-ri dan sekaligus berfungsi sebagai penunjang pelaksanaan ke-bijaksanaan harga dasar. Bila melalui usaha tersebut sarana penyangga masih belum cukup tersedia, kekurangannya dipenuhi melalui impor, baik yang bersifat komersial maupun yang ber-sumber dari bantuan pangan.

Dalam tahun 1984/85 sarana penyangga yang tersedia men-capai 2.566,8 ribu ton setara beras, yang berarti mengalami peningkatan sebesar 10,4% dari pengadaan tahun sebelumnya. Peningkatan ini terutama disebabkan oleh meningkatnya pembe-lian dalam negeri, yaitu sebesar 96,8%, sejalan dengan berha-silnya produksi beras. Sementara itu impor beras menurun se-cara drastis sebesar 83,4% dari tahun sebelumnya.

Sejalan dengan makin pesatnya peningkatan produksi beras dalam negeri, maka sejak tahun 1985/86 sarana penyangga beras seluruhnya telah dapat dipenuhi dari pembelian dalam negeri (Tabel VII-2). Namun demikian, pengadaan sarana penyangga da-lam tahun 1985/86 hanya mencapai sebesar 1.946,6 ribu ton yang berarti turun 24,2% dari sarana penyangga tahun 1984/85 dan dalam tahun 1986/87 mencapai 1.688,0 ribu ton atau menurun sebesar 13,3% dari jumlah tahun sebelumnya. Selanjutnya, da-lam tahun 1987/88 pengadaan sarana penyangga mencapai 1.293,8 ribu ton atau 23,4% di bawah pengadaan tahun sebelumnya. Wa-laupun jumlah sarana penyangga selalu menurun, akan tetapi persediaan yang ada masih mampu memenuhi kebutuhan beras di dalam negeri sehingga impor tetap tidak diperlukan.

2) Penyediaan Gudang-gudang

Sejalan dengan semakin mantapnya kebijaksanaan pengadaan pangan dalam negeri untuk sarana penyangga, kebutuhan akan sarana pergudangan dalam jumlah dan mutu yang memadai semakin dirasakan. Untuk itu, sebagaimana dalam tahun-tahun sebelum-nya, dalam tahun 1987/88 jumlah gudang dan pengelolaannya te-rus ditingkatkan.

Sebagaimana tampak dalam Tabel VII-6 dan Grafik VII-2, selama periode 1984/85 - 1987/88, jumlah dan kapasitas gudang yang tersedia semakin meningkat dan sekitar 86% di antaranya tersebar di daerah-daerah, sedang sisanya terletak di DKI Ja-karta.

VII/13

Page 14: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

TABEL VII – 6

JUMLAH PEMBANGUNAN GUDANG GABAH/BERASDI JAKARTA DAN DI DAERAH-DAERAH

1983/84 – 1987/88

1) Angka.diperbaiki 2) Angka sementara

VII/14

Page 15: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

GRAFIK VII – 2

JUMLAH PEMBANGUNAN GUDANG GABAH/BERASDI JAKARTA DAN DI DAERAH-DAERAH

1983/84 – 1987/88

VII/15

Page 16: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

Sampai dengan tahun 1983/84 jumlah gudang yang ada di seluruh Indonesia mencapai 511 unit dengan kapasitas 1.561,5 ribu ton. Pada tahun 1984/85 jumlah gudang yang ada di daerah bertambah sebanyak 40 unit sehingga kapasitas total meningkat 7,4% dari tahun sebelumnya. Penambahan ini dimaksudkan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan sarana pergudangan pada waktu itu sebagai akibat dari kenaikan produksi yang diikuti oleh kenaikan pengadaan dalam negeri sebesar 96,7% dari tahun se-belumnya.

Dalam tahun 1985/86 jumlah gudang di DKI Jakarta ditam-bah sebanyak 8 unit sedang di daerah lain ditambah sebanyak 23 unit. Dalam tahun selanjutnya (1986/87) dibangun lagi 180 unit gudang di seluruh Indonesia, yaitu 23 unit di DKI Jakarta dan 157 unit di daerah lain. Dalam tahun 1987/88 dibangun se-banyak 79 unit gudang di daerah-daerah sehingga sampai dengan tahun keempat Repelita IV ini tersedia 841 unit gudang dengan kapasitas sebesar 2.800,4 ribu ton, 738 unit di antaranya ter-sebar di daerah-daerah dan 103 unit terletak di DKI Jakarta. Dengan demikian selama empat tahun pertama Repelita IV ini telah berhasil dibangun 330 unit gudang di seluruh tanah air, sehingga kapasitasnya meningkat sebesar 79,3% dari kapasitas yang ada pada akhir Repelita III.

Maksud dari penambahan jumlah dan kapasitas gudang di DKI Jakarta adalah untuk mempermudah pengelolaan sarana pe-nyangga pangan nasional, sedang penambahan gudang di daerah lain adalah untuk menampung produksi dan sekaligus memperkuat penyediaan sarana penyangga pangan di daerah yang bersang-kutan.

d. Impor Gandum dan Penyaluran Tepung Terigu

Sejalan dengan meningkatnya kebutuhan tepung terigu, sebagai akibat dari upaya penganekaragaman konsumsi pangan rakyat melalui penyediaan sumber karbohidrat lain di luar beras, maka penyediaan tepung terigu bagi masyarakat terus dilakukan.

Untuk memenuhi kebutuhan tepung terigu tersebut, selama periode 1984/85 - 1987/88 impor gandum sebagai bahan baku ma-sih semakin meningkat sebagaimana tampak pada Tabel VII-7 dan Grafik VII-3. Jumlah impor gandum dalam tahun 1987/88 menca-pai 1.702 ribu ton atau meningkat 7,0% dari impor tahun sebe-lumnya. Dalam tahun 1984/85 jumlah impor adalah sebesar 1.293 ribu ton, kemudian meningkat sebesar 16,2% pada tahun 1985/86

VII/16

Page 17: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

TABEL VII - 7

IMPOR DAN PENYALURAN GANDUM,1983/84 - 1987/88

(ribu ton)

1) Angka diperbaiki 2) Angka sementara

VII/17

Page 18: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

GRAFIK VII - 3

IMPOR DAN PENYALURAN GANDUM,1983/84 - 1987/88

VII/18

Page 19: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

menjadi 1.502 ribu ton. Selanjutnya dalam tahun 1986/87 impor gandum naik sebesar 5,9% menjadi 1.591 ribu ton.

Dari tabel tersebut juga dapat dilihat perkembangan pe-nyaluran dan stok gandum. Selama periode 1984/85 - 1987/88, penyaluran gandum tampak meningkat dari tahun ke tahun seja-lan dengan peningkatan kebutuhan masyarakat. Dalam tahun 1984/85 telah disalurkan 1.337 ribu ton gandum atau 90,0% dari persediaan. Dalam tahun 1985/86 jumlah penyaluran meningkat 5,6% dari penyaluran tahun sebelumnya menjadi 1.412. ribu ton atau 86% dari persediaan. Jumlah penyaluran gandum kembali meningkat 10,3% di tahun 1986/87 menjadi 1.558 ribu ton atau 85% dari persediaan yang ada. Selanjutnya, dalam tahun 1987/88 penyaluran gandum mencapai 1.594 ribu ton, atau meningkat sebesar 2,3% dari penyaluran tahun sebelumnya, tetapi secara relatif persentasenya terhadap persediaan menurun, yaitu menjadi 81,0%.

e. Pengadaan dan Penyaluran Gula Pasir

Dalam tahun 1967/88 penyaluran gula pasir mencapai 2.129,4 ribu ton atau meningkat 6,4% dari jumlah penyaluran tahun sebelumnya. Dalam tahun-tahun 1984/85, 1985/86 dan 1986/87 berturut-turut telah disalurkan sebanyak 1.837 ribu ton, 1.839 ribu ton dan 2.002 ribu ton gula pasir.

Dalam tahun 1987/88 pengadaan gula pasir dalam negeri mencapai 2.083,5 ribu ton atau naik 5,2% dari pengadaan tahun sebelumnya. Dalam tahun-tahun 1984/85, 1985/86 dan 1986/87 pengadaan gula pasir dalam negeri berturut-turut mencapai 1.690 ribu ton, 1.706 ribu ton dan 1.980 ribu ton.

Impor gula pasir dalam tahun 1987/88 mencapai 113,6 ribu ton, yang berarti turun 30,7% dari impor tahun sebelumnya. Impor yang cukup besar ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri yang semakin bertambah yang melebihi pening-katan pengadaan gula pasir dalam negeri. Dalam tahun 1984/85 pengadaan dalam negeri mampu memenuhi 92,0% dari kebutuhan pada tahun yang sama, namun persediaan yang ada masih mampu memenuhi kekurangan yang hanya sebesar 147 ribu ton, sehingga tidak diperlukan impor. Demikian pula dalam tahun 1985/86, ketika persediaan gula pasir dalam negeri mampu mencukupi kebutuhan masyarakat pada waktu itu dan impor juga tidak di-lakukan. Namun dalam tahun 1986/87 telah diimpor 163,9 ribu ton gula pasir karena persediaan dalam negeri tidak dapat me-menuhi kebutuhan yang ada.

VII/19

Page 20: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

2. Hasil-hasil Kebijaksanaan Yang Telah Dicapai

Hasil-hasil pelaksanaan kebijaksanaan pengadaan dan pe-nyaluran bahan pangan terutama beras dalam rangka pengendali-an harga selama periode 1984/85 - 1987/88 dapat dilihat dari hasil pemantauan harga di tingkat produsen dan konsumen sela-ma periode tersebut.

Tabel VII-8 dan Grafik VII-4 menggambarkan perkembangan harga gabah di pedesaan setiap bulan selama periode 1983/84 - 1987/88. Dari Tabel VII-8 tersebut tampak bahwa harga gabah cenderung menaik.selama periode Agustus/September sampai de-ngan Januari/Pebruari dalam setiap tahun. Panen raya umumnya terjadi selama bulan Mei sampai bulan Juli dan mulai berku-rang sejak bulan Agustus, dan pada waktu itu harga gabah re-latif rendah. Musim paceklik umumnya terjadi pada bulan-bulan Desember sampai dengan Pebruari dan dicerminkan oleh pening-katan harga yang relatif tinggi selama periode tersebut, ke-cuali dalam tahun 1986/87 dimana musim paceklik mulai pada bulan Oktober sampai Januari. Dalam tahun 1987/88 harga gabah pada umumnya berada di atas harga pada tahun-tahun sebelumnya. Selain itu tampak pula bahwa harga gabah di pedesaan dari ta-hun ke tahun umumnya selalu berada di atas harga dasar yang tercantum pada Tabel VII-1.

Tabel VII-9 dan Grafik VII-5 menunjukkan perkembangan perbedaan harga rata-rata gabah di musim panen dan musim pa-ceklik di daerah pedesaan selama periode 1983/84 - 1987/88. Perbedaan harga rata-rata antara musim panen dengan musim paceklik yang terendah terjadi dalam tahun 1984/85, yaitu sebesar 9,2%. Selanjutnya dalam tahun-tahun 1983/84, 1985/86 dan 1986/87 perbedaan harga antar musim tersebut berturut-tu-rut mencapai 17,8%, 9,7%, dan 23,6%. Dalam tahun 1987/88 har-ga gabah rata-rata di daerah pedesaan selama musim panen 33,8% lebih rendah dari harga gabah rata-rata dalam musim paceklik. Bila dibandingkan dengan harga dasarnya, maka tampak bahwa selama periode tersebut, kecuali dalam tahun 1987/88, harga rata-rata gabah di musim panen selalu lebih tinggi. Dalam tahun 1984/85 sampai dengan tahun 1986/87, harga rata-rata. gabah di musim panen berturut-turut 5,7%, 5,9% dan 0,9% di atas harga dasar yang ditetapkan dalam tahun-tahun yang ber-sangkutan. Dalam tahun 1987/88, harga rata-rata gabah di mu-sim panen mencapai Rp 187,47 per kg, atau 1,3% di bawah harga dasar yang ditetapkan, yaitu Rp 190 per kg gabah kering gi-ling. Sebagai pembanding dapat dilihat keadaan pada tahun 1983/84 dimana pada saat itu perbedaan harga antar musimnya

VII/20

Page 21: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

TABEL VII - 8

PERKEMBANGAN HARGA RATA-RATA GABAH 1)DI PEDESAAN INDONESIA,

1983/84 - 1987/88(Rp/Kg)

1) Gabah Kering Giling. Namun sejak bulan Maret 1986 pencatatan dilakukan dalam bentuk Gabah Kering Panen lalu dikonversikan menjadi Gabah Kering Giling dengan menggunakan koefisien berupa persentase harga dasar Gabah Kering Giling terhadap realisasi harga rata-rata dari Gabah Kering Panen selama musim panen (April, Mei, Juni) dalam tahun yang bersangkutan.

2) Angka diperbaiki 3) Angka sementara

VII/21

Page 22: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

GRAFIK VII - 4

PERKEMBANGAN HARGA RATA-RATA GABAH DI PEDESAAN INDONESIA.1982/83 - 1987/88

VII/22

Page 23: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

TABEL VII - 9

PERBEDAAN ANTARA HARGA RATA-RATA GABAH 1) DI MUSIM PANENDENGAN MUSIM PACEKLIK DI DAERAH PEDESAAN,

1983/84 - 1987/88(Rp/kg)

1) Gabah kering Giling. Namun sejak bulan Maret tahun 1986 pencatatan dilakukan dalam bentuk Gabah Kering Panen lalu dikonversikan menjadi Gabah Kering Giling dengan menggunakan koefisien berupa persentase harga dasar Gabah Kering Giling terhadap realisasi harga rata-rata dari Gabah Kering Panen selama musim panen (April, Mei, Juni) dalam tahun yang bersangkutan.

2) Angka diperbaiki3) Angka sementara

VII/23

Page 24: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

GRAFIK VII – 5

PERBEDAAN ANTARA HARGA RATA-RATA GABAH DI MUSIM PANEN DENGAN MUSIM PACEKLIK DI DAERAH PEDESAAN,

1983/84 - 1987/88

VII/24

Page 25: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

adalah sebesar 17,8%, sedang harga rata-rata musim panennya 13,9% di atas harga dasar yang ditetapkan.

Perkembangan harga rata-rata gabah di daerah pedesaan tersebut di atas menunjukkan bahwa kebijaksanaan pengadaan dan penyaluran pangan yang ditempuh selama ini mampu mengen-dalikan harga gabah dan gejolak harga antar musim di daerah pedesaan.

Tabel VII-10 dan Grafik VII-6 menggambarkan perkembangan harga rata-rata beras di beberapa kota penting selama periode tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1987/88. Di kota Palembang, Medan dan Banjarmasin selama periode tersebut harga berasnya relatif tinggi dibanding harga rata-rata beras di kota-kota lain termasuk Jakarta, kecuali untuk bulan Pebruari dan Maret 1988.

Tabel VII-11 menunjukkan perkembangan perbedaan harga rata-rata beras antar musim di kota-kota yang bersangkutan. Dari tabel tersebut tampak bahwa perbedaan harga beras antar musim yang terendah terjadi pada tahun 1984/85, yaitu sebesar 1,9%. Hal ini antara lain disebabkan oleh situasi produksi yang baik dan sarana penyangga Pemerintah yang memadai dalam tahun yang bersangkutan, sebagaimana dapat dilihat juga pada Tabel VII-4. Sedangkan pada tahun 1983/84 perbedaan harga tersebut adalah sebesar 15,4%, pada tahun 1985/86 sebesar 15,4%, dan pada tahun 1986/87 kemudian meningkat menjadi 21,0%. Dalam tahun 1987/88 perbedaan tersebut meningkat menjadi 29,5%. Dibandingkan dengan perkembangan harga batas ter-tinggi beras yang ditetapkan, tingkat harga di musim paceklik selama periode tersebut, kecuali dalam tahun 1987/88, masih berada di bawahnya.

Tabel VII-12 menunjukkan gambaran perkembangan perban-dingan harga beras tertinggi dan terendah di beberapa kota penting dengan harga rata-ratanya selama periode tahun 1983/84 sampai dengan tahun 1987/88. Dari tabel tersebut tampak bahwa pada umumnya perbedaan terbesar harga beras antar kota setiap tahunnya terjadi dalam bulan Mei, kecuali dalam tahun 1986/87 dan 1987/88 dimana perbedaan harga terbesar terjadi dalam bu-lan Oktober. Persentase rata-rata jumlah perbedaan harga da-lam tahun 1983/84, 1984/85, dan 1985/86 berturut-turut sebe-sar 23,O%, 29,0%, dan 26,O%. Sedangkan dalam tahun 1987/88 besarnya adalah 25,0%.

Perkembangan harga palawija di pedesaan selama periode

VII/25

Page 26: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

TABEL VII - 10

HARGA RATA-RATA DITIMBAMG BERAS 1)BULANANDI BEBERAPA KOTA TERPENTING,

1983/84 - 1987/88(Rp/Kg)

VII/26

Page 27: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

(Lanjutan Tabel VII-10)

1) Beras jenis Medium

VII/27

Page 28: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

GRAFIK VII - 6

HARGA RATA-RATA DITIMBANG BERAS BULANANDIBEBERAPA KOTA TERPENTING

1983/84 - 987/88

VII/28

Page 29: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

(Lanjutan Grafik VII – 6)

VII/29

Page 30: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

TABEL VII – 11

PERBEDAAN HARGA RATA-RATA BERAS DI MUSIM PANENDAN MUSIM PACEKLIK DI KOTA-KOTA,

1983/84 – 1987/88(Rp/kg)

1) Angka diperbaiki2) Angka sementara

VII/30

Page 31: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

TABEL VII – 12

PERBANDINGAN HARGA BERAS TERTINGGI DAN TERENDAHDENGAN HARGA RATA-RATA DI BEBERAPA KOTA PENTING,

1983/84 – 1987/88(Rp/kg)

1) Angka diperbaiki

VII/31

Page 32: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

yang sama dan khususnya untuk perkembangan tahun 1987/88, cu-kup menggembirakan. Harga komoditi tersebut pada umumnya le-bih tinggi dari harga dasar yang ditetapkan serta jarang me-nunjukkan gejolak. Keadaan ini mencerminkan bahwa harga yang terjadi adalah memadai dan wajar dilihat baik oleh para petani produsen maupun oleh para konsumen.

C. PERBAIKAN GIZI

Keberhasilan mewujudkan swasembada beras dan peningkatan penyediaan bahan pangan lainnya dapat dipastikan membawa dam-pak positif terhadap peningkatan keadaan gizi rakyat. Namun demikian, memperbaiki keadaan gizi tidak hanya tergantung pa-da cukup atau tidaknya tersedia pangan. Beberapa kebijaksanaan lain yang dapat berpengaruh pada keadaan gizi adalah: pening-katan pendapatan masyarakat, tingkat pendidikan dan pengeta-huan masyarakat tentang kesehatan dan pola makanan yang ber-gizi serta pola sosial budaya setempat.

Beberapa indikator untuk mengukur keadaan gizi rakyat antara lain adalah tingkat konsumsi kalori dan protein rata-rata penduduk, serta perkembangan berbagai penyakit kurang gizi. Dalam Repelita IV masalah kurang gizi yang utama masih berkisar pada masalah-masalah kurang kalori protein (KKP), kurang vitamin A (KVA), kurang zat besi (anemia gizi) dan gangguan akibat kurang zat iodium (GAKI).

Ditinjau dari eegi tingkat konsumsi kalori dan protein, menjelang akhir Repelita IV kebutuhan pangan penduduk pada umumnya telah terpenuhi. Diperkirakan pada kurun waktu terse-but persediaan pangan bagi konsumsi kalori dan protein rata-rata telah mencapai sekitar 117,0% dan 108,0% dari batas kecukupan gizi yang dianjurkan.

Di samping jumlah kalori dan protein rata-rata telah mencukupi kebutuhan, selama kurun waktu Repelita IV terjadi pula peningkatan konsumai per kapita atas jenis bahan bukan beras, seperti kedele, ikan laut, daging, telur, susu, kelapa dan gula pasir. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi hidangan rata-rata penduduk makin beraneka ragam dan makin bermutu gizinya.

Kecukupan persediaan pangan bagi rata-rata penduduk, belum dapat diartikan bahwa dengan demikian seluruh lapisan masyarakat telah bebas dari masalah kekurangan gizi. Hal

VII/32

Page 33: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

tersebut masih dapat terjadi oleh karena masalah gizi tidak hanya tergantung pada persediaan pangan tetapi juga dipenga-ruhi oleh hal-hal lain seperti yang telah disebutkan di muka.

Beberapa hal lain yang besar pengaruhnya terhadap masalah kurang gizi adalah karena ada sebagian.penduduk yang tingkat pendapatannya masih rendah, belum memperoleh kesempatan pen-didikan yang memadai dan belum mendapatkan pelayanan kesehatan dasar yang dibutuhkan.

Oleh karena itu dalam Repelita IV program perbaikan gizi ditujukan untuk menanggulangi penyakit-penyakit kurang gizi terutama melalui kegiatan-kegiatan pemantauan keadaan gizi rakyat, penyuluhan gizi, dan tindakan-tindakan perbaikan kon-sumsi secara langsung, melalui pemberian tambahan makanan, dan tidak langsung, dengan suplementasi vitamin atau zat-zat gizi lainnya. Program perbaikan gizi selalu dilandaskan atas prinsip swadaya dan partisipasi aktif masyarakat.

Seperti telah diuraikan di muka, ada empat masalah gizi utama yang harus ditanggulangi, yaitu: kurang kalori protein (KKP), kurang vitamin A (KVA), kurang zat besi (anemia gizi) dan gangguan akibat kurang zat iodium (GAKI). Adapun bebera-pa upaya penanggulangan yang ditempuh selama ini meliputi (1) usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK), (2) penanggulangan KVA dan anemia gizi, (3) penanggulangan GAKI, dan (4) pengem-bangan Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi.

1. Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK)

UPGK adalah suatu usaha yang dirintis sejak Repelita II sebagai suatu upaya penyuluhan gizi masyarakat yang dikaitkan dengan upaya pemanfaatan pekarangan. Adapun tujuannya adalah untuk mencegah dan menanggulangi penyakit kurang gizi utama melalui peningkatan pengetahuan tentang gizi dan kesehatan, perobahan pola konsumsi pangan keluarga, dan perobahan peri-laku hidup sehat. Sedang sasaran utama UPGK adalah bayi, anak balita, ibu hamil dan menyuaui, keluarga dan masyarakat.

Masalah kurang gizi utama yang menjadi perhatian UPGK adalah KKP, KVA dan Anemia Gizi Besi. Ketiganya erat kaitan-nya dengan upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita, serta menurunkan resiko kematian ibu yang melahirkan. Adapun kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam UPGK dibagi dalam dua kelompok kegiatan. Kegiatan pertama ditujukan untuk kelompok sasaran utama, yaitu: bayi, balita serta ibu hamil dan menyu

VII/33

Page 34: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

sui. Kegiatan kedua, ditujukan untuk keluarga dan masyarakat sebagai satuan sasaran. Kegiatan kedua merupakan penunjang keberhasilan kegiatan pertama.

Kelompok kegiatan pertama terdiri dari: penimbangan ba-lita setiap bulan sekali, pemberian kapsul vitamin A pada balita, pemberian pil besi kepada ibu hamil dan menyusui, pemberian makanan tambahan untuk bayi dan balita, serta pe-nyuluhan gizi khusus kepada ibu-ibu. Kegiatan-kegiatan ini, sampai dengan tahun 1985/86 diselenggarakan di Kelompok-ke-lompok Penimbangan (POKBANG) dan Taman-taman Gizi yang diben-tuk dengan swadaya masyarakat. Di POKBANG dan Taman Gizi ini ibu-ibu bersama anak-anaknya berkumpul satu bulan sekali da-lam rangka arisan dan lain-lain dan sekaligus mendapatkan pe-nyuluhan dan pelayanan gizi tersebut di atas.

Sejak tahun 1985/86, dalam rangka peningkatan efisiensi dan efektivitas program, kelompok kegiatan pertama UPGK di POKBANG dan Taman Gizi dipadukan dengan kegiatan-kegiatan program lain, yaitu imunisasi, penanggulangan diare, kesehatan ibu dan anak, dan KB di Pos-pos yang kemudian dikenal dengan nama Pos-pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU), yang merupakan pe-ningkatan dari POKBANG dan Taman Gizi. Dengan adanya keterpa-duan kegiatan tersebut, maka POKBANG dan Taman Gizi untuk se-lanjutnya disebut POSYANDU yang tetap merupakan milik masya-rakat.

Kelompok kegiatan kedua dari UPGK, dilaksanakan di luar POSYANDU yaitu di keluarga-keluarga dan kelompok-kelompok masyarakat terutama di langgar, mesjid, kelompok-kelompok pengajian dan lain-lain. Apabila kegiatan UPGK di Posyandu terutama dilaksanakan oleh petugas-petugas kesehatan dan KB, maka kegiatan di luar Posyandu merupakan kegiatan lintas sek-tor dari kesehatan, pertanian, agama, pendidikan dan unsur-unsur Pemda serta masyarakat.

Kegiatan UPGK telah berkembang dari tahun ke tahun. Se-perti terlihat pada Tabel VII-13, sampai dengan tahun 1987/88, kegiatannya telah tersebar di seluruh propinsi yang meliputi lebih dari 52.000 desa yang terdapat di sekitar 3.500 kecamat-an. Apabila dirinci lebih lanjut, dalam tahun 1987/88 kegiatan UPGK tersebut telah dilaksanakan disekitar 43.000 desa lama yang terus dibina dan mencakup 12 juta lebih, anak balita. De-ngan demikian selama empat tahun Repelita IV anak balita yang mendapat pelayanan UPGK berjumlah lebih dari 16,1 juta (Tabel VII-13).

VII/34

Page 35: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

TABEL VII – 13

KEGIATAN USAHA PERBAIKAN GIZI KELUARGA,1983/84 – 1987/88

1) Angka kumulatif2) Angka tahunan

VII/35

Page 36: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

2. Penanggulangan Kurang Vitamin A dan Anemia Gizi Besi

Masalah gizi utama lain yang ditanggulangi adalah kurang vitamin A (KVA). Kurang vitamin A dapat menimbulkan kebutaan, untuk itu upaya penanggulangan KVA perlu terus ditingkatkan. Upaya pencegahan dan penanggulangan yang terus dilanjutkan dan ditingkatkan dalam tahun 1987/88 adalah dalam bentuk pe-nyuluhan gizi, pemanfaatan tanaraan pekarangan dan pemberian kapsul vitamin A dosis tinggi. Kegiatan-kegiatan tersebut mu-lanya dilaksanakan melalui paket UPGK, Puskesmas serta upaya khusus, tetapi sejak tahun 1985/86 dilaksanakan melalui paket UPGK saja.

Upaya pencegahan dan penanggulangan kekurangan vitamin A pada anak balita, dilakukan terutama dengan pemberian preparat vitamin A dosis tinggi. Dalam tahun 1987/88 2.400.000 anak balita telah memperoleh kapsul vitamin A dosis tinggi. Jumlah tersebut sekitar 200% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 1983/84. Sejalan dengan peningkatan jumlah anak balita yang memperoleh kapsul vitamin A, maka jumlah desa yang telah mem-peroleh distribusi vitamin A dosis tinggi juga meningkat. Da-lam tahun 1987/88 desa yang telah memperoleh vitamin A dosis tinggi ini berjumlah 9.159 buah, atau 4.159 desa lebih banyak dibandingkan dengan tahun 1986/87. Cakupan pendistribusian kapsul vitamin A dosis tinggi ini telah meliputi 27 propinsi di Indonesia (Tabel VII-14).

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin A dosis tinggi pada anak balita, dapat melindungi anak balita dari bahaya kebutaan, dan memberi daya tahan yang lebih kuat terhadap serangan penyakit infeksi. Dengan demikian pemberian vitamin A dosis tinggi diduga dapat menunjang upaya penurunan angka kematian bayi dan anak balita. Untuk itu peningkatan konsumsi vitamin A dalam makanan keluarga sehari-hari perlu dilaksanakan, antara lain dengan upaya fortifikasi makanan yang akan diuraikan kemudian.

Upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan angka kematian bayi adalah dengan peningkatan pencegahan dan penanggulangan anemia gizi, terutama pada ibu hamil dan menyusui dari golong-an masyarakat berpenghasilan rendah. Upaya yang dilakukan be-rupa penyuluhan gizi, pemanfaatan tanaman pekarangan, dan pemberian pil besi melalui paket UPGK dan Puskesmas. Dalam tahun 1987/88 telah terjangkau 1.3g7.300 ibu hamil, atau kur-rang lebih 1,2 juta lebih banyak dibandingkan tahun 1983/84. Selama Repelita IV jumlah ibu hamil yang memperoleh pil zat besi terus meningkat, kecuali tahun 1984/85 (Tabel VII-15).

VII/36

Page 37: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

TABEL VII - 14

DISTRIBUSI KAPSUL VITAMIN A MELALUI UPGK DAN PUSKESMAS, 1)1983/84 - 1987/88 2)

1) Sejak tahun 1985/86 hanya melalui paket UPGK 2) Angka tahunan

VII/37

Page 38: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

TABEL VII - 15

PELAKSANAAN PENCEGAHAN GONDOK ENDEMIK DAN ANEMIA GIZI,1983/84 - 1987/88 1)

1) Angka tahunan2) Angka diperbaiki

VII/38

Page 39: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

3. Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Iodium (GAKI)

Upaya penanggulangan GAKI dilaksanakan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam jangka pendek dilakukan melalui penyuntikan larutan zat iodium dalam minyak, dan da-lam jangka panjang melalui peningkatan konsumsi garam berio-dium.

Dalam tahun 1987/88 penyuntikan larutan zat iodium dalam minyak diberikan kepada 500.000 penduduk. Meskipun penyuntik-an yang dilakukan dalam tahun 1987/88 lebih sedikit dibanding-kan dengan tahun-tahun sebelumnya, secara keseluruhan selama Repelita IV, rata-rata setiap tahunnya diberikan penyuntikan kepada 1,0 juta penduduk. Jumlah ini memperlihatkan peningkat-an dibandingkan dengan rata-rata setahun penyuntikan dalam Repelita III sebesar 0,9 juta. Upaya penanggulangan GAKI de-ngan penyuntikan garam beriodium ini perlu ditunjang dengan upaya peningkatan konsumsi garam beriodium.

4. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG)

Meskipun swasembada pangan khususnya beras telah terca-pai sejak awal Repelita IV (1984/85), kerawanan pangan sebagai akibat bencana alam seperti kekeringan, banjir, dan sebagai-nya dapat saja terjadi tanpa diduga terlebih dahulu. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka dibuat dan dikembangkan suatu sistem kewaspadaan pangan dan gizi. Dalam tahun 1987/88 SKPG ini ditingkatkan. Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) yang dirintis sejak Repelita III ini merupakan isyarat dini keadaan pangan dan pola konsumsi penduduk di tingkat desa.

Sistem ini dilaksanakan melalui upaya-upaya (1) pengem-bangan Sistem Isyarat Dini dan Integrasi (SIDI) yang mulai dikembangkan pada tahun 1983/84 di 5 propinsi, dan dilaksana-kan di 11 propinsi pada tahun 1987/88; (2) pemantauan status gizi anak-anak usia sekolah melalui sekolah maupun kecamatan, masing-masing di 3 propinsi pada tahun-tahun 1986/87 dan 1987/88; dan (3) integrasi gizi dalam Survai Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) pada tahun-tahun 1985/86 - 1987/88.

5. Fortifikasi Bahan Pangan

Untuk menanggulangi masalah gizi utama seperti kurang vitamin A (KVA), anemia gizi dan gangguan akibat kurang iodium (GAKI), dilaksanakan upaya fortifikasi bahan pangan. Fortifi-kasi bahan pangan merupakan upaya penambahan satu atau lebih

VII/39

Page 40: PANGAN DAN PERBAIKAN GIZI - Kementerian … · Web viewKetiga, menunjang pemantapan pembentukan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera dengan menurunkan angka kematian bayi dan

zat gizi tertentu ke dalam bahan pangan yang banyak dikonsumsi rakyat.

Dalam,rangka peningkatan konsumsi vitamin A pada makanan rakyat, terutama balita, maka dalam tahun 1987/88 upaya pe-ngembangan fortifikasi vitamin A ke dalam bahan penyedap terus dikembangkan. Upaya ini merupakan tindak lanjut dari uji coba fortifikasi vitamin A ke dalam bahan penyedap yang telah di-laksanakan pada tahun 1984/85 dan 1985/86.

Fortifikasi zat besi untuk menanggulangi anemia gizi be-si, dalam tahun 1987/88 juga dilanjutkan, walau masih dalam tahap uji coba laboratorium yang dimulai dalam tahun 1984/85. Demikian pula produksi dan pemasaran garam yang mendapat for-tifikasi iodium untuk menanggulangi GAKI terus ditingkatkan.

VII/40