panduan model pembelajaran student centered...

71
PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED LEARNING (SCL) UNIT PENGKAJIAN & PENGEMBANGAN SISTEM MUTU PEMBELAJARAN POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA (PPNS) 2016

Upload: lynhan

Post on 10-Mar-2019

303 views

Category:

Documents


15 download

TRANSCRIPT

Page 1: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

PANDUANMODEL PEMBELAJARAN STUDENT

CENTERED LEARNING (SCL)

UNIT PENGKAJIAN & PENGEMBANGAN SISTEM MUTU PEMBELAJARAN

POLITEKNIK PERKAPALAN NEGERI SURABAYA (PPNS)

2016

Page 2: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

TIM PENYUSUN

EKO JULIANTO

ADI WIRAWAN HUSODO

ANDA IVIANA JUNIANI

MUHAMMAD ARI

DENNY OKTA R.

IKA ERAWATI

PURWIDI ASRI

Page 3: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

KATA PENGANTAR

Student centered learning (SCL) merupakan pendekatan pembelajaran yangmenempatkan peserta didik di pusat kegiatan pembelajaran. Di dalam SCL para peserta didikmemiliki dan memanfaatkan peluang dan / atau keleluasaan untuk mengembangkan segenapkapasitas dan kemampuannya (prior knowledge and experience) sebagai pembelajarsepanjang hayat, melalui berbagai macam aktivitas. Aktivitas peserta didik mencakuppembelajaran aktif dan interaktif yang dikemas dalam pembelajaran kolaboratif dan kooperatif.Aktivitas pembelajaran seperti ini mendorong peserta didik untuk mengeksplorasi bidang ilmuyang diminatinya dan kemudian membangun pengetahuannya secara bertanggung jawab yangpada akhirnya mencapai kompetensi sebagaimana ditetapkan di dalam kurikulum. Selain itu,dengan SCL maka para peserta didik berlatih untuk belajar beyond the classroom dan thinkingoutside the box (berpikir di luar pakem yang ada, berpikir secara berbeda atau denganmenggunakan perspektif baru), serta berlatih memecahkan masalah. Berpikir di luar kontendikenal pula sebagai suatu process of lateral thought. Pola berpikir seperti ini akan efektifmanakala institusi pendidikan vokasi bersifat kontekstual sehingga para peserta didik masuk kedalam pengalaman nyata (minds-on dan hands-on).

Student teacher aesthetic role-sharing (STAR) merupakan peningkatan intensitashubungan antara dosen dan peserta didik sebagaimana tersirat di dalam SCL. Sesuai denganjiwa SCL maka di dalam STAR para dosen beralih posisi dan fungsi, dari sumber utama informasiilmiah menjadi sumber informasi ilmiah sekaligus sebagai fasilitator dan mitra pembelajaranbagi para peserta didik dalam suasana yang serasi. Tujuan STAR adalah character building untukmenuju kepribadian kesarjanaan, yang dicirikan oleh disiplin yang kuat, kemampuanberartikulasi (penalaran dan argument yang memadai), tutur bahasa yang baik / baku terutamabahasa tertulis, bersikap santun dan arif. Nilai-nilai kearifan mencakup terpelajar, kecerdasan,tilikan yang luas, sikap hati-hati, penalaran terhadap norma kebenaran dan kemampuanmencerna informasi ilmiah. Dengan demikian STAR perlu dihayati oleh seluruh civitas academikPoliteknik Perkapalan Negeri Surabaya (PPNS) dalam segala macam aktivitasnya. Berdasarkanhal inilah UP2SMP-PPNS menyusun Panduan Pelaksanaan SCL. Semoga panduan ini mudahdipahami dan menjadi sahabat setia bagi para dosen dan peserta didik dalam melakukanTridharma Perguruan Tinggi.

Surabaya, Oktober 2016

Penyusun

Page 4: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR …………………………………………………………………………. iii

DAFTAR ISI …………………………………………………….…………………………….. iv

1 PENDAHULUAN ........................................................................................................7

2 METODE SCL DAN STAR ........................................................................................10

3. PENUTUP DAN UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………..….………. 59

Page 5: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

BAB 1

PENDAHULUAN

Ilmu pengetahuan dan teknologi (termasuk teknologi informasi) telah dan terusberkembang dengan pesatnya. Namun demikian masih terdapat kelambanan dalampenyesuaian terhadap perkembangan tadi, yaitu perubahan proses pembelajaran.Metode pembelajaran “I lecture, you listen” masih mewarnai pendidikan di PerguruanTinggi. Dosen merupakan tokoh sentral, dan lebih-kurang 80% waktunya digunakanuntuk memindahkan (transfer) ilmunya secara konvensional (one-way traffic),sementara itu para peserta didik duduk mendengarkan ceramahnya dengan aktivitasminimal tanpa mengaktifkan prior knowledge mereka yang relevan dengan pokokbahasan.

Di dalam one-way traffic method para peserta didik menunjukkan sikap apatisdan tidak tertarik terhadap proses pembelajaran. Lebih dari itu, kemampuankonseptualisasi sebagian besar peserta didik bersifat terbatas karena mereka belajardalam struktur dan pengarahan yang kaku. Mereka tidak dapat think outside the box(berpikir di luar pakem). Pada hakekatnya para peserta didik adalah sekelompokmanusia yang beranjak dewasa dengan berbagai macam perubahan fisik, sosial, danpsikologik. Mereka bukan lagi anak-anak yang menunggu untuk disuapi oleh orangtuanya. Mereka sudah mulai kritis, tahu apa yang dibutuhkan (bukan sekedardiinginkan) dan dipilihnya, serta makin paham tentang bagaimana menentukan skalaprioritas. Dalam konteks Teacher Centered Learning (TCL), spoon-feeding untuk parapeserta didik tidak lagi sesuai karena proses pembelajaran bersifat lamban dan parapeserta didik tidak memiliki peluang untuk memilih “menu” yang sesuai. Kelambananproses pembelajaran yang terjadi di dalam paradigma TCL akan menyebabkan pesertadidik selalu tertinggal di belakang, tidak dapat segera menyesuaikan diri dengankemajuan zaman. Untuk mengatasi kelambanan dan ketertinggalan tadi maka prosespembelajaran perlu diubah, dari one-way traffic menjadi two-way traffic dan interaktif.Dengan pembelajaran interaktif para peserta didik diajak bersama-sama secara aktifuntuk mencari, menemukan, mengolah, membangun dan memaknai ilmu pengetahuanyang diminatinya. Pembelajaran interaktif merupakan salah satu karakteristika SCL. Idedasar dari student-centeredness adalah “student might not only choose what to study,but how and why that topic might be an interesting one to study.”

SCL merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan peserta didiksebagai subyek/peserta didik yang aktif dan mandiri, dengan kondisi psikologik sebagaiadult learner, bertanggung jawab sepenuhnya atas pembelajarannya, serta mampu

Page 6: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

belajar beyond the classroom. Dengan prinsip-prinsip ini maka para peserta didikdiharapkan memiliki dan menghayati jiwa life-long learner serta menguasai hard skillsdan soft skills yang saling mendukung. Di sisi lain, para dosen beralih fungsi menjadifasilitator, termasuk sebagai mitra pembelajaran, tidak lagi sebagai sumberpengetahuan utama. Secara operasional, di dalam SCL para peserta didik memilikikeleluasaan untuk mengembangkan segenap potensinya (cipta, karsa, dan rasa),mengeksplorasi bidang/ilmu yang diminatinya secara bertanggung jawab, membangunpengetahuan serta kemudian mencapai kompetensinya melalui proses pembelajaranaktif, interaktif, kolaboratif, kooperatif, kontekstual dan mandiri. Keleluasaan parapeserta didik ini difasilitasi oleh dosen yang menerapkan “Patrap Triloka” secara utuh.Metode pendidikan di Perguruan Tinggi perlu diselaraskan dengan perkembangan sertakemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal penyelarasan denganperkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini maka SCLmerupakan suatu keniscayaan bagi Perguruan Tinggi. Di dalam SCL terdapatkarakteristika sebagai berikut: (a) pembelajar dewasa yang aktif (mentally notphysically), interaktif, mandiri, bertanggung jawab atas pembelajarannya, mampubelajar beyond the classroom, dan memiliki jiwa pembelajar sepanjang hayat, (b)adanya keleluasaan bagi para peserta didik untuk mengembangkan segenappotensinya, mengeksplorasi dan mentransformasi ilmu pengetahuan, (c) pembelajaranyang bersifat kolaboratif, kooperatif dan kontekstual, (d) alih fungsi dosen dari sumberutama ilmu pengetahuan menjadi fasilitator yang menerapkan “Patrap Triloka”.Pembelajaran kontekstual memerlukan rencana pembelajaran (course design) berbasiskonteks yang sesuai dengan bidang ilmu yang disajikan oleh setiap program studi. Didalam pembelajaran kontekstual para peserta didik berlatih tentang kecakapanmelakukan sesuatu (hands-on) dan memikirkan sesuatu (minds-on) secara terpadu.

1.1. Pergeseran Paradigma Pembelajaran

Perubahan paradigma pendidikan di Lembaga Pendidikan Tinggi (LPT)mencakup pengertian “…a paradigm shift from a teacher-centered instruction paradigmto a student-centered learning paradigm.” Perubahan paradigma ini bersifatinstitusional yang apabila diterapkan pada staf pengajar akan berubah menjadiperubahan mindset. Perubahan paradigma ada yang menyebutnya sebagaitransformasi, revolusi pembelajaran, atau sekedar sebagai suatu pergeseranparadigma. Perubahan paradigma maupun perubahan mindset membawa implikasiperubahan sistem, organisasi, implementasi, dan evaluasi yang cukup kompleks.Dengan demikian perubahan paradigma harus disiapkan secara arif, mencakuppemahaman tentang rasional, hati-hati, sedikit-demi sedikit, sederhana (tidak ruwet),terus-menerus, konsisten, terukur, terkontrol, dan gejolak maupun penolakan yangminimal. Apabila persiapan sudah (dianggap) matang, maka implementasi perubahanparadigma juga tetap memerlukan kearifan, dalam hal ini mencakup bidang efisiensi

Page 7: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

dan keefektivan yang dapat diukur/dievaluasi dengan metodologi baku. Keberhasilan,kekurangan, deviasi, keterlambatan, dan bahkan kegagalan pencapaian tujuan harusdilaporkan kepada seluruh civitas academica secara jujur dan terbuka. Kejujuranmerupakan kearifan yang melindungi institusi dari berbagai masalah. Setiap perubahanmengakibatkan berbagai macam reaksi bagi individu yang mengalaminya, terutamakelompok individu yang tidak diikutsertakan secara aktif dalam perencanaanperubahan. Pengambil kebijakan atau keputusan atas perubahan yang diberlakukanperlu memperhatikan berbagai gejala negatif di antara para stafnya, yaitu mudahmarah, selalu merasa lelah, depresi, defensif, dan sinis. Individu yang menunjukkangejala atau sekelompok gejala tadi menunjukkan tidak adanya resiliency pada dirinya.Resiliency menggambarkan kemampuan untuk segera pulih seperti sediakala sebagaiakibat dari adanya perubahan, kerja keras, atau perasaan tidak beruntung. Bagi setiapindividu, pengembangan resiliency memerlukan perhatian terhadap kompleksitaspengalaman, emosi, dan kemauannya untuk belajar dari keberhasilan dan kekecewaanatau kegagalannya. Individu yang mempunyai resiliency menunjukkan fleksibilitas, dayatahan yang tinggi, sikap optimis, dan terbuka untuk selalu belajar. Dalam hubunganantar individu diperlukan kearifan (kemampuan) untuk menilai adanya resiliency atautidak. Perubahan paradigma memerlukan pimpinan yang arif. Seorang yang arif ataubijaksana tidak bereaksi segera secara ekstrem terhadap suatu stimulus, sebelum iamenelaahnya lebih dari dua sisi. Mengajak tanpa memaksa, mendorong tanpamendesak, menjelaskan tanpa menggurui, memberi contoh tanpa maksud pamer, danmenilai tanpa maksud mencela merupakan nilai-nilai kearifan yang perludipertimbangkan dalam pelaksanaan SCL. Akhirnya, keharmonisan antara realitas danidealisme perlu dijadikan pegangan bagi para penentu kebijakan dalam rangkaperubahan paradigma pembelajaran.

1.2. Student Teacher Aesthetic Role-sharing

Di dalam SCL peran dosen bergeser, dari sumber utama informasi menjadifasilitator dan mitra pembelajaran. Peran ini masih perlu ditingkatkan, dengan cara lebihmendekatkan hubungan batin (dari hati ke hati) antara dosen dan peserta didik.Peningkatan ini selaras dengan kandungan “Patrap Triloka” (“ing ngarsa sung tuladha,ing madya mangun karsa, tut wuri andayani”). “Patrap Triloka” menginspirasi adanya“SCL-Plus”, yaitu peningkatan mitra pembelajaran timbal-balik antara dosen danpeserta didik yang berkarakter serasi. Hal ini kemudian dikemas dalam satu programyang disebut sebagai Student Teacher Aesthetic Role-sharing (STAR). STAR adalahsuatu kegiatan untuk membawa peserta didik dan dosen dalam suatuhubungan/suasana akademik yang lebih erat dan serasi. Dengan STAR diharapkanpeserta didik lebih merasa nyaman dalam berkomunikasi dengan dosen dansebaliknya dosen memperhatikan/membimbing peserta didik dengan intensitas yanglebih tinggi. Dengan demikian terbangun atmosfer akademik yang kondusif, peserta

Page 8: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

didik mandiri, aktif, kreatif, dan inovatif, serta dosen yang peduli terhadap pertumbuhanakademik peserta didik (mengikuti perkembangan peserta didik satu per satu secaraindividual).

Tujuan STAR adalah character building, yaitu menciptakan hubungan serasiantara peserta didik dan dosen menuju kepribadian kesarjanaan, yang dicirikan oleh:

1. Penguasaan disiplin yang kuat2. Kemampuan berartikulasi (penalaran dan argumen yang memadai)3. Tutur bahasa yang baik/baku, terutama tertulis4. Bersikap santun5. Kearifan, mencakup:

a. terpelajar (learned)b. kecerdasan (smartness)c. tilikan yang luas (insight)d. sikap hati-hati (prudent)e. penalaran terhadap norma kebenaran (ethical)f. kemampuan mencerna informasi ilmiah (ability to digest)

Page 9: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

BAB 2

METODE SCL DAN STAR

2.1. Individual Learning

2.1.1 Definisi

Individual learning adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada aktivitasindividual peserta didik. Hal ini dilakukan karena pertimbangan adanya perbedaan-perbedaan di antara para peserta didik. Individual learning merujuk pada perubahankeahlian, wawasan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang diperoleh seseorangmelalui pengalaman, wawasan, dan observasi (Marquardt, 1996). Dapat dikatakanbahwa pendidikan formal merupakan satu cara untuk meningkatkan kemampuanindividu, selanjutnya organisasi atau kelompok memperoleh keuntungan dari berbagaiaktivitas individu terdidik tersebut. Berdasarkan pandangan ini, pembelajaranmerupakan sebuah fenomena dimana organisasi atau kelompok memperolehkeuntungan dari anggotanya yang terampil. Pada saat ini, pembelajaran individu tidakmenjamin pembelajaran organisasi, tetapi pembelajaran organisasi tidak akan terjaditanpa pembelajaran individu (Garvin, 2000; Kim, 1993).

2.1.2 Tujuan

Tujuan individual learning bagi para peserta didik adalah agar mereka secaramandiri dapat mengatur tujuan pembelajaran jangka pendek dan jangka panjang yangingin dicapai, melacak kemajuan dan prestasi selama waktu periode tertentu. Bagidosen/fasilitator individual learning memungkinkan tersedianya sistem untukmenetapkan dan memantau tujuan pembelajaran setiap peserta didik, mendorongpeserta didik untuk mengambil kepemilikan pendidikan/pembelajaran mereka sendiri.Secara ringkas, dengan individual learning memungkinkan dosen/fasilitator dan pesertadidik dapat mengakses dan menentukan tujuan pembelajaran pribadi, mengidentifikasimasalah dan kemajuan dokumen dan hasil dalam format cepat dan sederhana.

2.1.3 Manfaat

Model pembelajaran ini mampu memenuhi kepentingan peserta didik secaraindividual. Salah satu model pembelajaran individu model Keller Plan ialah membukakesempatan bagi peserta didik untuk belajar menurut kecepatan masing-masing,dengan cirinya adalah: a) memungkinkan peserta didik belajar sendiri; b)memperhatikan perbedaan kecepatan belajar peserta didik; c) terdapat kejelasan

Page 10: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

tujuan yang harus dipahami; d) memungkinkan peserta didik berpartisipasi aktif; e)secara optimal menerapkan belajar tuntas.

2.1.4 Sifat

Dalam individual learning, instruktur/fasilitator sangat terlibat dan responsifterhadap kebutuhan individual dari setiap peserta dalam mengembangkan danmembentuk tujuan dan pencapaian pembelajaran. Dalam individual learning bukanberarti para peserta didik berada di rumah. Mereka berada di ruang kelas, namunmasing-masing mengerjakan sesuai tahapan dan tanggung jawabnya. Crockett andFoster (2005) menyatakan dalam metode pembelajaran ini fasilitator/instruktur memilikiperan yang lebih bersifat pasif, namun perlu memperhatikan, mempertimbangkan, danmemenuhi kebutuhan masing-masing peserta, sebagai contoh :

Tingkat belajar dan gaya belajar Sikap Kedewasaan Minat yang mempengaruhi tingkat belajar Motivasi Lingkungan belajarModel individual learning memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Beberapa

kelebihan pembelajaran tersebut antara lain : Perbedaan-perbedaan yang banyak di antara para peserta didik

dipertimbangkan. Para peserta didik dapat bekerja sesuai dengan tahapan mereka dengan waktu

yang dapat mereka sesuaikan. Gaya-gaya pembelajaran peserta didik yang berbeda dapat diakomodasikan. Hemat untuk peserta dalam jumlah besar. Para peserta didik dapat lebih terkontrol mengenai bagaimana dan apa yang mereka pelajari. Merupakan proses belajar yang bersifat aktif.Adapun beberapa kelemahan yang mungkin timbul antara lain:

Diperlukan waktu cukup banyak untuk persiapan bahan. Motivasi peserta mungkin sulit dipertahankan. Diperlukan perubahan peran instruktur

2.1.5 Syarat

Syarat-syarat individual learning adalah sebagai berikut, tujuan pembelajaranbervariasi yang ditetapkan sebagai hasil asesmen. Kedua materi pembelajaran yangdiberikan dalam suatu kelompok peserta didik (individual, kelompok, klasikal) adalahsama tetapi kedalaman materi pembelajaran disusun berdasarkan kebutuhan tiap

Page 11: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

siswa. Selanjutnya, setiap pokok bahasan yang dipelajari memuat tujuan pembelajarankhusus dan jelas. Peserta didik belajar secara tuntas dan peserta didik belajar sesuaidengan kecepatan masing-masing. Kemudian evaluasi peserta didik bersifat criterion-refenced (PAP). Salah satu model instrumen individual learning yang sangat populeradalah modul. Modul adalah suatu paket pembelajaran yang memuat suatu unit konseppembelajaran yang dapat dipelajari oleh peserta didik sendiri.

2.1.6 Prinsip

Konsep individual learning menjelaskan secara implisit bahwa manusiamemiliki kemampuan untuk belajar dan berubah untuk mencapai pendewasaan dirinya.Manusia diharapkan selalu mau belajar mengenai lingkungannya (out-side in-down),dan sekaligus mengenal dan kemudian mengaktualisasikan dirinya (inside up-out).Diharapkan manusia mampu menempatkan dirinya sesuai dengan kapasitas dirinya,sehingga ia dapat memberikan kontribusi terbaik minimal untuk dirinya, dan lebih luasuntuk menciptakan kesejahteraan bagi organisasi, masyarakat, atau lingkungannya.

2.1.7 Prosedur kegiatan

Mercer dan Mercer (1989) menyatakan bahwa terdapat empat langkah pentingdalam individual learning , yaitu :

• Mengidentifikasikan ketrampilan yang ditargetkan melalui assessment• Menentukan kondisi-kondisi dan faktor-faktor yang mungkin dapat memudahkan

(memfasilitasi) pembelajaran.• Merencanakan pembelajaran.• Memulai pembelajaran yang mengatur data harian.• Menentukan bagian dari proses belajar dinegosiasikan oleh peserta didik dan

fasilitator/dosen.Lebih lanjut Mercer dan Mercer (1989) menyajikan contoh prosedur kegiatan

pembelajaran individual sebagai berikut:

• Presentasi

Pendahuluan; Fasilitator/pendidik menyampaikan sasaran ketrampilan belajaryang dibutuhkan yang merupakan tanggungjawab peserta didik terhadappembelajarannya. Demonstrasi dan Modeling; fasilitator/pendidikmembagi/mengelompokkan sasaran ketrampilan yang akan dicapai ke dalamkomponen-komponen sehingga menjadi sub-sub yang lebih kecil. Selanjutnya,fasilitator/pendidik mendemontrasikannya atau memberi contoh dari sub ketrampilantersebut sehingga peserta didik memahami tugasnya.

Page 12: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

• Controlled Practice (peserta didik melakukan tugas dengan bimbingan danpengawasan fasilitator/pendidik)

Peserta didik melakukan tugas yang dipilih dengan bimbingan danpengawasan dari fasilitator/pendidik, kemudian fasilitator/pendidik memberikanumpan balik dan pemantapan. Peserta didik melakukan tugas yang sejenis denganbimbingan dan pengawasan dari fasilitator/pendidik, kemudian fasilitator/pendidikmemberikan umpan balik dan pemantapan.

• Independent Practise (peserta didik melakukan tugas tanpa bimbingan danpengawasan fasilitator/pendidik)

• Peserta didik melakukan tugas dengan criteria yang telah ditetapkan, kemudianfasilitator/pendidik memberikan umpan balik dan pemantapan.

• Peserta didik melakukan tugas-tugas yang sejenis secara bervariasi berdasarkankriteria yang telah ditetapkan, kemudian fasilitator/pendidik memberikan umpan balikdan pemantapan.

2.1.8 Bentuk pembelajaran

Crockett and Foster (2005) menyatakan jenis utama dari individual learningadalah sebagai berikut :

• Distance learning (pembelajaran jarak jauh)• Resource-based learning (pembelajaran langsung dari sumber)• Computer-based training (pelatihan berbasis komputer)• Directed private study (belajar secara privat langsung)

2.1.9 Evaluasi

Proses pembelajaran merupakan salah faktor yang penting untuk mencapai tujuanpembelajaran, sedangkan salah satu faktor penting untuk mengetahui keefektivanpembelajaran adalah evaluasi baik terhadap proses maupun hasil pembelajaran.Evaluasi yang biasa dilakukan adalah melalui tes obyektif dan uraian. Selain jenisevaluasi tersebut, terdapat pula jenis evaluasi lain yang berorientasi padapengungkapan kompetensi siswa, yaitu:

• Portofolio

Penilaian portofolio merupakan suatu pendekatan dalam pelaksanaan penilaiankinerja. Portofolio merupakan suatu kumpulan atau berkas bahan pilihan yang dapatmemberikan informasi bagi penilaian peserta didik secara obyektif.

Page 13: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

• Penilaian proyek

Sistem penilaian yang berdasarkan tugas yang harus diselesaikan peserta didikdalam periode tertentu.

• Penilaian berbasis karya peserta didik

Penilaian terhadap penguasaan peserta didik pada suatu ketrampilan dalammembuat suatu hasil kerja dan kualitas hasil kerja pesera didik. Nilai akhir ditentukanoleh persentase masing-masing komponen penilaian/evaluasi dan ditentukan olehketercapaian kompetensi yang direncanakan pada awal proses pembelajaranindividual.

2.1.10 Referensi

Crockett, M., and Foster, J. 2005., Paket Bahan Pelatihan bagi Instruktur,http://www.ica-sae.org/trainer/indonesian/p14.htm, diakses pada tanggal 26 Oktober2009Garvin, D.A. 2000. Learning in Action: A Guide to Putting the Learning Organization to

Work, Boston: Harvard Business School Press.Kim, D.H. 1993. The Link between Individual and Organizational Learning, Sloan

Management Review, fall, pp.37-50.Marquard, M. J. 1996 Building the learning organization – a systems approach to

quantum improvement and global success. New York, McGraw-Hill.Mercer and Mercer. 1989 Teaching student with learning problems. Merrill Publishing

Company, USA.

2.2. Autonomous Learning

2.2.1 Definisi

Autonomous learning adalah pembelajaran yang menitik beratkan pada aktivitaspeserta didik, baik secara individual maupun kelompok dengan memberikan otonomiyang seluas-luasnya dalam memilih substansi yang akan dipelajari, metoda di dalammempelajarinya, serta sumber pembelajarannya. Autonomous learning memilikikesamaan dan perbedaan dengan pembelajaran yang berpusat pada dosen/fasilitator.Kesamaannya adalah bahwa di antara pembelajaran otonomi dan pembelajaranberpusat pada dosen/fasilitator sama-sama merupakan dua proses pembelajaran yangmemiliki kesamaan tujuan untuk mendidik anak-anak segenap bangsa di dunia denganmetoda-metoda yang berbeda-beda satu sama lain. Adapun perbedaannya adalahbahwa pembelajaran berpusat pada dosen/fasilitator berusaha membuat peserta didikuntuk mengikuti segala sesuatu yang disampaikan oleh dosen/fasilitator mereka,

Page 14: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

sementara pembelajaran otonomi cenderung untuk membuat peserta didik berbuatlebih independen, lebih mampu memandu diri sendiri, dan berfikir secara mendalam.

Pembelajaran berpusat pada dosen/fasilitator merupakan salah satu bentuk dariproses pembelajaran dengan memfokuskan pada dosen/fasilitator sebagai instukturatau pemberi pengaruh besar dalam proses pembelajaran. Menurut Stephen Downes,pada jenis proses pembelajaran berpusat pada dosen/fasilitator, peserta didikdibutuhkan untuk melengkapi disain aktivitas yang di siapkan dosen/fasilitator untukmengembangkan tujuan mereka. Di kelas pembelajaran berpusat padadosen/fasilitator, pengetahuan secara primer datang dari dosen atau fasilitator. Dosenatau fasilitator merupakan sumber informasi primer. Lebih dari itu, peserta didik didalam model ini menerima pengetahuan dan informasi secara pasif. Sementara itupada kelas pembelajaran otonomi, para peserta didik memiliki wewenang yang besar didalam menentukan materi, metoda, dan sumber pembelajarannya.

2.2.2 Tujuan

Tujuan dari proses autonomnous learning ini adalah membuat peserta didikmampu menjalankan proses pembelajaran secara mandiri, dalam arti dapat mengetahuidan mampu secara mandiri menetapkan mengenai apa yang ingin dipelajari, dapatmemilih metoda pembelajaran yang sesuai dengan kemampuannya, serta dapatmemilih sendiri sumber belajar yang dapat di aksesnya.

2.2.3 Manfaat

Model atau proses autonomous learning ini sangat bermanfaat bagi pesertadidik secara individual maupun kelompok, di dalam memenuhi kebutuhannya untukmemilih materi, memilih metoda pembelajaran yang sesuai dengan kemampuannya,serta mampu memilih sumber pembelajaran yang dapat diakses.

2.2.4 Sifat

Sesuai dengan namanya, autonomous learning memiliki sifat otonom bagipeserta didik di dalam menjalankan proses pembelajarannya. Andaikan ada peranserta dosen/fasilitator, maka sifatnya hanya sekedar menjadi sumber inspirasi dansebagai pengarah saja, selebihnya segala keputusan berada di pihak peserta didik.

2.2.5 Syarat

Mengingat autonomous learning ini merupakan salah satu strategi pembelajaranyang benar-benar memberikan peluang kepada peserta didik untuk memenuhi apayang menjadi keinginan peserta didik dan mengenai apa yang akan dilakukan pesertadidik, maka untuk menjalankan proses pembelajaran ini peserta didik harus memenuhibeberapa syarat sebagai berikut :

Page 15: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

a. Mengetahui mengenai apa yang ingin dipelajarib. Mampu menetapkan tujuanc. Mampu memahami kompetensi lulusan program studinyad. Mampu menyusun desain pembelajaran yang meliputi: deskripsi materi yang

ingin dipelajari, tujuan, analisis pembelajaran, metoda, dan sumberpembelajaran, serta mampu pula menyusun kontrak pembelajaran untukdibicarakan bersama dosen/fasiltator.

e. Selain syarat bagi peserta didik, diperlukan juga syarat pagi penyelenggaraproses pembelajaran untuk menyiapkan sarana pendukung proses pembelajaranotonomi yang sudah pasti akan memerlukan sarana prsarana komunikasi daninformasi yang memadai, seperti : komputer, jaringan internet, perpustakaan,laboratorium, dan lain-lain.

2.2.6 Prinsip

Prinsip proses autonomous learning mendasarkan diri pada kesadaran bahwapada setiap manusia di dapati kemampuan untuk mengembangkan dirinya sesuaidengan kondisi yang dimiliki setiap manusia. Douglass Mc Gregor mengemukakan teoriX dan Y yang menyatakan bahwa manusia itu : Pertama, pada dasarnya cenderungtidak bekerja, perlu dipaksa, diawasi, dan bahkan diancam, serta diarahkan ;sedangkan yang kedua, pada dasarnya manusia ingin mencapai kepuasan, inginbertanggung-jawab, ingin mengembangkan kreativitas, manusia ingin memanfaatkanpotensinya, dan pemaksaan atau apalagi ancaman bukan satu-satunya jalan untukmencapai keberhasilan. Dengan kesadaran kondisi di atas, maka proses autonomouslearning, ini berprinsip pada pemberian wewenang, hak, dan kewajiban kepada setiappeserta didik untuk menentukan secara otonom di dalam memenuhi kebutuhan didalam menjalankan proses pembelajarannya.

2.2.7 Prosedur

Proses autonomous learning ini dilaksanakan dengan rangkaian prosedur adalahsebagai berikut :

a. Dosen/fasilitator melakukan koordinasi proses pembelajaran;b. Dosen/fasilitator menjelaskan mengenai bentuk pembelajaran;c. Dosen/fasilitator mempersilahkan peserta didik untuk menyusun desain

pembelajaran,program pembelajaran, dan kontrak pembelajaran;

d. Peserta didik menyusun desain pembelajaran, program pembelajaran, dankontrakpembelajaran;

e. Peserta didik menghimpun materi pembelajaran secara otonom;

Page 16: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

f. Peserta didik memilih metoda pembelajaran yang sesuai dengan kondisinyasecaraotonom;

g. Peserta didik memilih sumber pembelajaran yang dapat diakses secara otonom.

2.2.8 Bentuk Kegiatan/Strategi

Proses pembelajaran otonomi dapat dilaksanakan melalui berbagai cara ataubentuk, antara lain :

a. Berdasar jumlah peserta didik (Pembelajaran individual, pembelajarankelompok)

b. Berdasar jarak peserta didik dan dosen/fasilitator (Face to face learning,distance learning)

c. Berdasar sumber pembelajaran (Hard copy, Soft copy)

2.2.9 Evaluasi

Proses autonomous learning perlu dievaluasi dengan serangkaian langkah danperangkat sebagai berikut :

a. Pemantauan dan evaluasi terhadap tingkat intervensi dosen/fasilitator; makinbanyak intervensi, maka semakin buruklah pelaksanaan proses pembelajaran ini.

b. Pemantauan dan evaluasi terhadap tingkat ketergantungan peserta didik terhadapdosen/fasilitator menyusun desain pembelajaran yang meliputi :• deskripsi materi yang ingin dipelajari, tujuan, analisis pembelajaran, metoda, dan

sumber pembelajaran, serta dalam menyusun kontrak pembelajaran• makin tinggi ketergantungan, maka pelaksanaan proses pembelajaran ini

semakin buruk.c. Pemantauan dan evaluasi terhadap tingkat ketergantungan peserta didik terhadap

pihak lain menyusun desain pembelajaran yang meliputi deskripsi materi yang ingindipelajari, tujuan, analisis pembelajaran, metoda, dan sumber pembelajaran, sertadalam menyusun kontrak pembelajaran. Makin tinggi ketergantungan, makapelaksanaan proses pembelajaran ini semakin buruk, karena menunjukan bahwaotonomi peseta didik belum dipenuhi.

2.3. Active Learning

2.3.1 Definisi

Active learning adalah aktivitas yang dikerjakan oleh peserta didik di dalam maupun di luar kelas, tidak hanya secara sebatas pasif mendengarkan fasilitator. Activelearning adalah proses dimana peserta didik terlibat lebih banyak di dalam penugasan

Page 17: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

seperti analisis, sintesis, dan evaluasi. Collaborative learning, Cooperative learning,problem based learning, case based learning dan simulasi merupakan contohpembelajaran yang menerapkan active learning. Active learning mengacu pada teknikdi mana peserta didik melakukan lebih banyak aktivitas dan bukan hanyamendengarkan fasilitator. Peserta didik melakukan beberapa hal termasukmenemukan, mengolah, dan menerapkan informasi. Pembelajaran aktif diturunkan daridua asumsi dasar : (a) pembelajaran dilaksanakan secara alami melalui usaha secaraaktif, dan (b) peserta didik yang beragam belajar dengan gaya belajar yng beragampula (Meyers dan Jones, 1993). Hal yang sangat penting untuk diingat adalah, bahwapengajar perlu mengetahui kondisi kelas dan peserta didik, serta tidak seharusnyapembelajaran aktif diselenggarakan tanpa makna dan tujuan. Elemen daripembelajaran aktif adalah berbicara dan mendengar, menulis, membaca, danmerefleksikan (Meyers dan Jones, 1993). Bonwell dan Eison (1991) menyatakanbeberapa karakteristik pembelajaran aktif yaitu: peserta didik dilibatkan lebih darisekedar mendengar, penekanan pada pengiriman informasi dan lebih padapengembangan keahlian, peserta didik dilibatkan secara lebih dalam proses berpikir(analisis, sintesis, dan evaluasi), peserta didik dilibatkan dalam kegiatan (membaca,diskusi,dan menulis), dan lebih melibatkan pada eksplorasi sikap dan penilaiannya.Oleh sebab itu dalam praktik pembelajaran, model pembelajaran aktif ini merupakanalternatif yang harus diperhatikan jika kualitas lulusan ingin diperbaiki. Penggunaancara-cara pembelajaran aktif baik sepenuhnya atau sebagai pelengkap cara-carabelajar tradisional akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Ada beberapa hambatanyang dialami oleh peserta didik dalam pembelajaran aktif, yaitu saat menyesuaikandengan pengampunya (fasilitator), peserta didik yang lebih menyukai pembelajaranpasif, atau jumlah peserta didik yang banyak (kelas besar). Selanjutnya kita harusmampu menyiapkan para peserta didik agar mereka tidak merasa canggung dalamproses pembelajaran. Persiapan tersebut mencakup hal-hal sebagai berikut:

a. menyampaikan tujuan dan manfaat teknik pembelajaran aktif secara eksplisitkepada peserta didik

b. mengumpulkan umpan balik dari setiap aktifitas yang telah dilaksanakan daripeserta didik untuk peningkatan di masa yang akan datang

c. memberi contoh teknik-teknik pembelajaran yang biasanya dilakukanuntuk;teknik pembelajaran aktif dapat terjadi di dalam atau di luar kelas(misalnya simulasi komputer, masa latihan suatu keahlian, browsing, diskusidengan fasilitas internet di kelas).

Pembelajaran aktif dapat diterapkan terhadap semua tingkatan peserta didikdari tingkat pertama hingga tingkat akhir. Mengajar di kelas besar dimungkinkanmenggunakan teknik pembelajaran aktif, dalam kenyataannya, merupakan suatu halyang penting untuk memperkenalkan minat dan pembelajaran dalam kelas besar. Di

Page 18: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

bawah ini, kita tawarkan beberapa contoh dalam teknik pembelajaran aktif di kelas kecilmaupun kelas besar, dan dengan berbagai tingkat peserta didik. Istilah active learningmengacu kepada teknik instruksional interaktif yang mengharuskan peserta didikmelakukan pemikiran tingkat tinggi seperti analisis, sintesis, dan evaluasi. Pesertadidik dalam melakukan pembelajaran aktif bisa menggunakan sumber daya di luarpengajar seperti perpustakaan, sites web, wawancara, atau focus group, untukmemperoleh informasi. Mereka dapat menujukkan kemampuannya dalam halmenganalisis, sintesis, dan mengevaluasi melalui proyek, presentasi, eksperimen,simulasi, magang, praktikum, proyek studi independen, pengajaran kepada sejawat,permainan peran, atau dokumen tertulis. Peserta didik yang terlibat dalam activelearning seringkali mengorganisasikan pekerjaannya, informasi riset, diskusi danmenjelaskan gagasan, mengamati demonstrasi atau fenomena, menyelesaikanmasalah dan memformulasikan pertanyaan yang dimilikinya. Active learningseringkali dikombinasikan dengan pembelajaran kerjasama atau kolaborasi di manapeserta didik bekerja secara interaktif dalam tim yang memajukan ketergantungan danpertanggungjawaban individual untuk mencapai tujuan bersama. Sebagai tambahan,pembelajaran aktif bisa menunjukkan berbagai kecerdasan.

2.3.2 Tujuan

Active learning dimaksudkan untuk mengoptimalkan penggunaan semua potensiyang dimiliki oleh peserta didik, sehingga semua peserta didik dapat mencapai hasilbelajar yang memuaskan sesuai dengan karakteristika pribadi yang mereka miliki. Disamping itu active learning juga dimaksudkan untuk menjaga perhatian peserta didikagar tetap tertuju pada proses pembelajaran.

2.3.3 Manfaat

Active learning adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkanpeserta didik berperan secara aktif dalam proses pembelajaran itu sendiri baik dalambentuk interaksi antar peserta didik maupun peserta didik dengan pengajar.

2.3.4 Sifat

Menurut Bonwell (1995), pembelajaran aktif memiliki berbagai macamkarakteristika sebagai berikut, penekanan proses pembelajaran bukan padapenyampaian informasi oleh pengajar melainkan pada pengembangan ketrampilanpemikiran analitis dan kritis terhadap topik atau permasalahan yang dibahas, pesertadidik tidak hanya mendengarkan kuliah secara pasif tetapi mengerjakan sesuatu yangberkaitan dengan materi kuliah, penekanan pada eksplorasi nilai-nilai dan sikap-sikapberkenaan dengan materi kuliah, peserta didik lebih banyak dituntut untuk berpikir kritis,menganalisis dan melakukan evaluasi, umpan-balik yang lebih cepat akan terjadi padaproses pembelajaran.

Page 19: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Di samping karakteristik tersebut di atas, secara umum suatu proses activelearning memungkinkan diperolehnya beberapa hal. Pertama, interaksi yang timbulselama proses pembelajaran akan menimbulkan positive interdependence dimanakonsolidasi pengetahuan yang dipelajari hanya dapat diperoleh secara bersama-samamelalui eksplorasi aktif dalam belajar. Kedua, setiap individu harus terlibat aktif dalamproses pembelajaran dan pengajar harus dapat mendapatkan penilaian untuk setiappeserta didik sehingga terdapat akuntabilitas individual. Ketiga, proses pembelajaranaktif ini agar dapat berjalan dengan efektif diperlukan tingkat kerjasama yang tinggisehingga akan memupuk social skills. Dengan demikian kualitas pembelajaran dapatditingkatkan sehingga penguasaan materi juga meningkat. Suatu studi yang dilakukanThomas (1972) menunjukkan bahwa setelah 10 menit kuliah, peserta didik cenderungakan kehilangan konsentrasinya untuk mendengar kuliah yang diberikan oleh pengajarsecara pasif. Hal ini tentu saja akan makin membuat pembelajaran tidak efektif jikakuliah terus dilanjutkan tanpa upaya-upaya untuk memperbaikinya. Denganmenggunakan cara-cara pembelajaran aktif hal tersebut dapat dihindari. Pemindahanperan pada peserta didik untuk aktif belajar dapat mengurangi kebosanan ini bahkanbisa menimbulkan minat belajar yang besar pada peserta didik. Pada akhirnya hal iniakan membuat proses pembelajaran mencapai learning outcomes yang diinginkan.

2.3.5 Syarat

Untuk menerapkan pembelajaran aktif beberapa hal harus diperhatikan agartujuan pembelajaran dapat dicapai sebagaimana mestinya. Melupakan hal-hal ini dapatsaja membuat pembelajaran aktif tidak berhasil dan mengakibatkan tujuanpembelajaran tidak tercapai.

a. Tujuan pembelajaran aktif harus dinyatakan dengan jelasb. Peserta didik harus diberitahu apa yang akan dilakukanc. Pertimbangkan teknik pembelajaran aktif yang dipergunakand. Penciptaan iklim pembelajaran aktif

2.3.6 Prinsip

Belajar bekaitan dengan jiwa yang sangat aktif serta untuk memperolehinformasi yang diterima, menyimpannya harus mengadakan transfromasi menuju kearah konstruktif dan mampu merencanakan sesuatu. Di sisi lain pembelajaran aktifberorientasi pada fisik dan non fisik keterlibatan langsung lebih banyak pembinaandinamis, energik mampu beraksi serta memiliki kecenderungan konstruktif.Pembelajaran bermakna jika para pembelajar dapat secara aktif berinteraksi denganlingkungan dan mampu menganalisis hasil pembelajaran yang sangat berpengaruhpada siswa diantaranya: melihat kreatifitas siswa itu sendiri, penuh dengan nilaikedewasaan, penuh dengan nuansa berfikir kritis, dan memiliki tanggungjawab moralyang tinggi. Oleh karena itu pembelajaran aktif mencoba menjawab tradisi

Page 20: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

pembelajaran kita agar lebih maju dan inovatif di lembaga sekolah kita sekarang.Harapan kita sekarang terciptanya lingkungan yang rileks, menyenangkan, tidakmembuat siswa menjadi stress, aman, menarik dan ragu melakukan kesalahan untukmencapai keberhasilan yang tinggi.

2.3.7 Prosedur:

a. Penentuan kebutuhan untuk pembelajaran dan peserta didik

Langkah pertama dalam merencanakan program aktifitas pembelajaran untukmenentukan kebutuhan pembelajaran dan mencari segala kemungkinanmengenai pengaruh pada peserta didik

Apabila informasi tersebut tidak dapat ditemukan untuk pelaksanaanpembelajaran, penilaian sebaiknya dilakukan dengan mulai saat mengawaliprogram

Data penilaian diperoleh, hasil lebih baik untuk perencanaan, pembiasaan,dan memodifikasi rancangan pembelajaran.

b. Menyusun hasil pembelajaran (secara umum)

Melalui penilaian data dalam pemikiran, mengidentifikasi potensi tujuanpembelajaran untuk peserta didik. Dengan kata lain, menggambarkankebutuhan mereka dalam area untuk mempengaruhi kesadaran, pemahamankognitif, pembetukan tingkah laku, pemecahan masalah dalam kehidupannyata, dan penerapan dalam pekerjaan.

c. Menetapkan tujuan Pembelajaran

Untuk mendapatkan paparan dari pembelajaran peserta didik untukpengalaman dan hasil yang ingin kita dapatkan

Setiap tujuan umum pembelajaran akan memiliki satu atau lebih tujuan, saatbertemu, akan menyelesaikan tujuan tersebut \

Pernyataan dari tujuan akan membuat sarana yang efektif untuk melakukanpengelolaan, monitor, dan mengevaluasi pembelajaran.

d. Merancang aktifitas pembelajaran

Pernyataan tujuan secara jelas dan eksplisit, kita harus merancang aktifitaspembelajaran untuk mencapainya

Pada tahap ini kecukupan untuk secara garis besar (metode dan fomat) darisemua aktivitas yang yang akan sangat penting untuk setiap tujuan dalamprogram pembelajaran.

Page 21: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Daftar kemungkinan dalam pensil, kartu index, pada computer pribadi, ataumedium yang dapat dihapus atau disusun ulang.

e. Rangkaian aktifitas pembelajaran

Permainan dalam model pembelajaran melalui aktivitas dilakukan sampaimendapatkan rangkaian yang memiliki perpaduan yang tepatPertimbanganpada rancangan yang diperlukan di awal, pertengahan, dan akhir dari kegiatanpembelajaran

Penyesuaian alur perlu dilakukan untuk memperbaiki proses pembelajaran .

f. Mengawali rencana secara terperinci

Merinci aktivitas di awal sangat diperlukan, yaitu bagaimana melakukankeseluruhan rancangan pembelajaran

Memutuskan waktu yang tepat, komentar awal, titik kunci dan instruksi, bahan,penyesuaian, dan arahan untuk penyelsaiaan.

g. Meninjau kembali rancangan secara rinci

Secara mental, rancangan dijalankan, divisualisasikan, dan dipadukandengan pengalaman peserta didik

Peninjauan kembali terhadap rincian (berdasarkan waktu, fakta, dan instruksi,oleh sebab itu setiap komplemen kegiatan yang mendahului atau mengikuti.

h. Mengevaluasi hasil keseluruhan

Memeriksa program keseluruhan untuk melihat apakah delapan karakter dariprogram pembelajaran aktif tadi berjalan

Jika ditemukan kekurangan terhadap poin hasil evaluasi, lakukan perbaikanagar diperoleh hasil yang lebih baik.

Banyak fasilitator di perguruan tinggi saat ini ingin merubah pembelajaran pasifmenjadi pembelajaran aktif, untuk menemukan langkah yang lebi baik untuk melibatkanpeserta didik dalam proses pembelajaran. Akan tetapi bayak fasilitator merasamemerlukan bantuan dalam membayangkan apa yang dikerjakan, di dalam maupunluar kelas, bahwa terdapat arti untuk menyesuaikan kegiatan pembelajaran aktif.

Model di bawah ini menawarkan langkah dengan mengkonsep prosespembelajaran dalam langkah di mana pembantu fasilitator mengidentifikasi arti bentukpembelajaran aktif.

Page 22: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

DOING SELF

OBSERVING OTHERS

EXPERIENCE OF: DIALOGUE WITH :

A Model of Active Learning

Explanation of the Components

Model ini menyarakan bahwa kegiatan pembelajaran melibatkan beberapamacam pengalaman atau beberapa macam dialog. Dua hal utama dari dialog tersebutyaitu “dialog dengan diri sendiri” (dialogue with self) dan “dialog dengan yang lain”(dialogue with others). Dua hal utama dari pengalaman pembalajaran adalah“pengamatan” (observing) dan “pengerjaan” (doing).

Dialogue with self

Apa yang terjadi saat peserta didik merefleksikan suatu topik, sebagai contohmereka bertanya pada diri sendiri apa yang mereka pikirkan atau apa yangseharusnya dipikirkan, apa yang mereka rasakan mengenai topik, dan hallainnya. Ini adalah “berpikir tentang pemikiran sendiri” tetapi hal tersebutditujukan pada alur pertanyaan yang lebih luas daripada hanya perhatiankognitif. Sebagai fasilitator dapat bertanya kepada peserta didik, dalam skalakecil, misal untuk mencari jurnal tertentu, atau dalam arti luas, misal untukmeningkatkan sebuah teori pembelajaran. Dalam hal lain, peserta didik dapatmenuliskan mengenai apa yang mereka pikirkan, bagaimana mereka belajar,apa peran pengetahuan ini atau permainan pembelajaran dalam kehidupannya,bagaimana mereka merasakan, dan lainnya.

Dialogue with others

Hal ini bisa dan dikerjakan dalam berbagai hal. Dalam pengajaran tradisional,saat peserta didik membaca sebuah buku teks atau mendengarkan fasilitator,mereka mendengarkan orang lain (fasilitator, pengarang buku). Hal ini dapatdilihat sebagai dialog parsial akan tetapi hal ini terbatas karena tidak adaaktivitas perubahan dua arah. Keberagaman bentuk dinamis dan aktif dari dialogterjadi saat fasilitator mengarahkan dan memotivasi diskusi sebuah topic dalamkelompok kecil. Kadang-kadang fasilitator juga dapat mencari langkah kreatifuntuk melibatkan peserta didik dalam situasi dialog dengan orang selain pesertadidik (sebagai contoh praktisi, tenaga ahli), tidak hanya di dalam kelas namun

Page 23: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

juga di luar kelas. Siapapun yang diajak berdialog dapat melalui kegiatankeseharian, melalui tulisan, atau melalui email.

Observing

Hal ini terjadi saat peserta didik melihat atau mendengarkan seseorangmelakukan sesuatu yang berhubungan pada apa yang mereka pelajari. Hal inibisa jadi merupakan suatu pengamatan seorang fasilitator untuk mengerjakansesuatu (contoh. bagaimana saya memberikan kritik pada sebuah novel),mendengarkan pada penampilan seorang professional (contoh pemusik), ataupengamatan terhadap fenomena yang telah dipelajari (alami, sosial, danbudaya). Kegiatan untuk mengamati terkadang bisa secara langsung ataudialami oleh dirinya sendiri. Sebuah pengamatan langsung berarti peserta didikmelakukan pengamatan terhadap kegiatan nyata, secara langsung: pengamatandilakukan oleh orang lain saat simulasi pada kejadian nyata. Sebagai contoh,pengamatan langsung mengenai kemiskinan mungkin saja untuk pembelajarsecara aktual menuju di mana lokasi masyarakat berpenghasilan rendah tinggaldan bekerja, dan meluangkan waktu untuk mengamati kehidupan mereka.Suasana pembelajaran yang sifatnya langsung seperti yang mereka rasakanatau pengamatan secara tidak langsung pada topik yang sama dapat dilakukandengan menonton bioskop melibatkan masyarakat miskin atau membaca ceritayang ditulis oleh atau mengenai mereka.

Doing

Hal ini mengacu kepada aktivitas pembelajaran dimana pembelajar secara actualmelakukan sesuatu. Rancangan sarana penyimpan air (keteknikan), menentukanband SMA (pendidikan kesenian), rancangan dan atau melakukan sebuahpercobaan (alami dan ilmu sosial), kritik sebuah argumen atau lembaran tulisan(humaniora), penyelidikan terhadap sejarah lokal (sejarah), menyusun presentasilisan(komunikasi), dan lainnya.

2.3.8 Bentuk kegiatan/strategi

Beberapa metode untuk penerapan active learning yaitu (Silberman, 1996) :

a. The Company You Keep (teman yang anda dekati)

Metode ini digunakan untuk membantu siswa sejak awal agar lebih mengenalsatu sama lain sehingga aktivitas kelas bergerak dengan cepat dan amatmenyenangkan.

Page 24: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Prosedur :

Buatlah datar kategori yang anda pikir mungkin tepat dalam sebuah kegiatanuntuk lebih mengenal pelajaran yang anda ajar. Kategori-kategori tersebutmeliputi :

1) orang yang suka atau tidak suka suatu objek

2) kesukaan seseorang

3) tangan yang digunakan untuk menulis

4) warna sepatu

5) setuju atau tidak dengan beberapa pernyataan opini tentang sebuah isihangat (misalnya “Jaminan pemeliharaan kesehatan hendaknya bersifatuniversal”)

Catatan: Kategori dapat pula dikaitkan langsung dengan materi pelajaran yangdiajarkan

Bersihkan ruang dan lantai agar peserta didik dapat berkeliling dengan bebas

Sebutkan sebuah kategori. Arahkan para peserta didik untuk menentukansecepat mungkin semua orang yang akan mereka kaitkan dengan kategoriyang ada. Misal para penulis dengan tangan kanan dan penulis dengantangan kiri akan terpisah menjadi dua bagian.

Ketika para peserta didik telah membentuk kelompok-kelompok yang tepat,mintalah mereka berjabatan tangan dengan teman yang mereka jaga. Ajaklahsemua untuk mengamati dengan tepat berapa banyak orang yang ada didalam kelompok-kelompok yang berbeda.

Lanjutkan segera pada kategori berikutnya. Jagalah peserta didik tetapbergerak dari kelompok ke kelompok ketika anda mengumumkan kategori-kategori baru.

Kumpulkan kembali seluruh kelas. Diskusikan perbedaan peserta didik yangmuncul dari latihan itu.

b. Iklan televisi

Metode ini untuk team building secara cepat.

Page 25: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Prosedur :

Bagilah peserta didik ke dalam tim yang tidak lebih dari 6 anggota

Mintalah setiap tim membuat iklan TV 30 detik yang mengiklankan masalahpelajaran dengan menekankan nilainya bagi mereka atau bagi dunia

Iklan hendaknya berisi sebuah slogan (sebagai contoh “Lebih baik hidupdengan ilmu Kimia”) dan visual (misalnya produk-produk kimia terkenal)

Jelaskan bahwa konsep umum dan sebuah garis besar dari iklan tersebutsesuai.

Namun jika tim ingin memerankan iklannya, hal tersebut baik juga.

Sebelum masing-masing tim mulai merencanakan iklannya, maka diskusikankarakteristika dari beberapa iklan yang saat ini terkenal untuk merangsangkreativitas (misalnya penggunaan sebuah kepribadian terkenal, humor,perbandingan terhadap persaingan, daya tarik sex)

Mintalah masing-masing tim menyampaikan ide-idenya. Pujilah kreativitassetiap orang.

c. Question Student Have (pertanyaan peserta didik)

Metode ini digunakan untuk mempelajari tentang keinginan dan harapanpeserta didik sebagai dasar untuk memaksimalkan potensi yang mereka miliki.Metode ini menggunakan sebuah teknik untuk mendapatkan partisipasi peserta didikmelalui tulisan. Hal ini sangat baik digunakan pada peserta didik yang kurang beranimengungkapkan pertanyaan, keinginan dan harapan-harapannya melaluipercakapan.

Prosedur :

Bagikan kartu kosong kepada siswa

Mintalah setiap siswa menulis beberapa pertanyaan yang mereka milikitentang mata pelajaran atau sifat pelajaran yang sedang dipelajari

Putarlah kartu tersebut searah keliling jarum jam. Ketika setiap kartudiedarkan pada peserta berikutnya, peserta tersebut harus membacanya danmemberikan tanda cek di sana jika pertanyaan yang sama yang merekaajukan

Page 26: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Saat kartu kembali pada penulisnya, setiap peserta telah memeriksa semuapertanyaan yang diajukan oleh kelompok tersebut. Fase ini akanmengidentifikasi pertanyaan mana yang banyak dipertanyakan. Jawabmasing-masing pertanyaan tersebut dengan :

1) Jawaban langsung atau berikan jawaban yang berani

2) Menunda jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut sampai waktuyang tepat

3) Meluruskan pertanyaan yang tidak menunjukkan suatu pertanyaan

4) Panggil beberapa peserta berbagi pertanyaan secara sukarela, sekalipunpertanyaan mereka tidak memperoleh suara terbanyak

5) Kumpulkan semua kartu. Kartu tersebut mungkin berisi pertanyaan-pertanyaanyang mungkin dijawab pada pertemuan berikutnya.

Variasi :

1) Jika kelas terlalu besar dan memakan waktu saat memberikan kartu padasiswa, buatlah kelas menjadi sub-kelompok dan lakukan instruksi yangsama, atau kumpulkan kartu dengan mudah tanpa menghabiskan waktudan jawab salah satu pertanyaan

2) Meskipun meminta pertanyaan dengan kartu indeks, mintalah pesertadidik untuk menulis harapan mereka dan atau mengenai kelas, topik yangakan anda bahas atau alasan dasar untuk partisipasi kelas yang akanmereka amati.

3) Variasi dapat pula dilakukan dengan meminta peserta didik untukmemeriksa dan menjawab semua pertanyaan yang diajukan olehkelompok tersebut, sehingga fase ini akan dapat mengidentifikasipertanyaan mana yang mendapat jawaban terbanyak, sebagai indikasipenguasaan anak terhadap objek yang dipertanyakan.

d. Berbagi Pengetahuan Secara Aktif

Metode ini bertujuan untuk mengenalkan kepada peserta didik tentang materiyang diajarkan. Metode ini juga untuk mengetahui tingkat pengetahuan siswasambil melakukan pembentukan tim.

Page 27: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Prosedur :

Sediakan daftar pertanyaan yang terkait dengan materi pelajaran yang akandiajarkan

Perintahkan siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut sebaik yangmereka bisa

Kemudian perintahkan mereka untuk menyebar di dalam ruangan, mencari siswayang dapat menjawab pertanyaan yang mereka sendiri tidak tahu caramenjawabnya. Doronglah siswa untuk saling membantu.

Perintahkan mereka untuk kembali ke tempat semula dan bahaslah jawabanyang mereka dapatkan. Isilah jawaban yang tak satupun siswa dapatmenjawabnya.

Gunakan informasi ini sebagai cara untuk memperkenalkan topik-topik pentingdalam pelajaran Anda.

Variasi

Perintahkan siswa untuk menambahakan informasi atau opini mengenai topikyang sedang dibahas. Lakukan hal yang sama seperti di atas agar semuapeserta didik saling bertukar informasi.

Setelah selesai kemudian dilakukan pembahasan terhadap hasil tukar informasi

e. Pengajaran sinergetik (Synergetic Teaching)

Metode ini dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada siswamembandingkan pengalaman-pengalaman (yang telah mereka peroleh denganteknik berbeda) yang mereka miliki.

Prosedur :

Bagi kelas menjadi dua kelompok

Salah satu kelompok dipisahkan ke ruang lain untuk membaca topik pelajaran

Kelompok yang lain diberikan materi pelajaran yang sama dengan metode yangdiinginkan oleh guru.

Pasangkan masing-masing anggota kelompok pembaca dan kelompok penerimamateri pelajaran dari guru dengan tugas menyimpulkan/meringkas materipelajaran.

Page 28: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

f. Debat Aktif

Sebuah debat bisa menjadi metode berharga untuk meningkatkan pemikiran danperenungan, terutama jika siswa diharapkan mengemukakan pendapat yangbertentangan dengan diri mereka sendiri.

Prosedur :

Susunlah sebuah pernyataan yang berisi pendapat tentang isu kontroversialyang terkait dengan mata pelajaran yang besangkutan.

Bagilah siswa menjadi dua tim debat. Berikan (secara acak) posisi “pro” danposisi “kontra”

Selanjutnya, buatlah dua hingga empat sub kelompok (berisi 3-4 siswa) dalammasing-masing tim debat. Perintahkan tiap sub kelompok menyusun daftarargument yang mungkin dapat diilih dan diajukan.

Tiap sub kelompok mengirimkan satu orang sebagai juru bicara. Misalkan ada 24siswa, berarti ada 3 sub kelompok pro dan 3 sub kelompok kontra. Berarti adatotal 6 juru bicara

Bagi debat menjadi beberapa sesi, sehingga pada akhir sesi juru bicara dapatkembali ke kelompoknya dan menyiapkan strategi kembali.

Akhiri debat apabila dirasakan perlu, dan setelah itu berikan sedikit tanggapanmengenai debat dan argumen yang mereka keluarkan.

g. Kelompok Belajar

Metode ini memberi siswa tangung jawab untuk mempelajari materi pelajarandan menjabarkan isinya dalam sebuah kelompok tanpa campur tangan guru.

Prosedur :

Berilah peserta didik materi pelajaran yang singkat dan terformat dengan baik

Bentuklah sub-sub kelompok dan beri mereka ruang tenang untuk melaksanakansesi belajar mereka.

Berikan petunjuk yang jelas yang memandu siswa untuk belajar dan menjelaskanmaterinya dengan cermat. Misalkan siswa harus mengetahui isinya, contoh atauaplikasi, mengenali hal-hal yang membingungkan, bantahlah apabila ada yangdianggap salah, menilai seberapa baik dalam memahami materi.

Page 29: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Berikan pembagian kerja kepada anggota kelompok secara adil sehingamendapat porsi yang sama. Untuk diskusi selanjutnya (waktu berbeda) dapatdilakukan pertukaran posisi (pembagian kerja)

Setelah selesai, kemudian dibahas bersama di dalam kelas, dan berikanpertanyaan-pertanyaan untuk menilai seberapa jauh pemahaman mereka.

h. Jurnal Belajar

Metode ini untuk mengambarkan pengalaman belajar yang telah dijalani,sehingga mereka akan terdorong untuk menyadari apa yang telah dialami dandicapai. Hal ini dapat menjadi catatan reflektif untuk perbaikan.

Prosedur :

Perintahlkan kepada siswa untuk membuat jurnal tentang refleksi danpembelajaran mereka.

Sarankan agar mereka menulis, dua kali seminggu, sebagian dari apa yangmereka pikirkan dan rasakan tentang hal-hal yang mereka pelajari. Katakan padamereka untuk mencatat semua kmentar itu sebagai catatan pribadi.

Perintahkan siswa untuk berfokus pada beberapa atau semua kategori berikut:

Kumpulkan, baca, dan komentari jurnal belajar tersebut sehingga dapat dijadikankoreksi bagi siswa maupun pengajar.

i. Reconnecting

Metode reconnecting (menghubungkan kembali) ini digunakan untukmengembalikan perhatian anak didik pada pelajaran setelah beberapa saat tidakmelakukan.

Prosedur :

Ajaklah anak didik kembali kepada pelajaran. Jelaskan pada anak didik bahwamenghabiskan beberapa menit untuk mengaitkan kembali pelajaran denganpengetahuan anak akan memberi makna yang berarti.

Tentukan satu atau lebih dari pertanyaan-pertanyaan berikut ini kepada parapeserta didik :

1) Apa saja yang masih anda ingat tentang pelajaran terakhir kita? apa sajayang masih bertahan dalam diri anda ?

2) Sudahkah anda membaca / berpikir /melakukan sesuatu yang dirangsangoleh pelajaran terakhir kita

Page 30: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

3) Pengalaman menarik apa yang telah anda miliki di antara pelajaran-pelajaran?

4) Apa saja yang ada dalam pikiran anda sekarang (misal nya sebuahkekhawatiran) yang mungkin mengganggu kemampuan anda untuk memberiperhatian penuh terhadap pelajaran hari ini?

5) Bagaimana perasaan anda hari ini? (Dapat dilakukan dengan memberikanmetafor, seperti “Saya merasa bagaikan pisang busuk.

Dapatkan respons dengan menggunakan salah satu format, seperti sub-kelompok atau pembicara dengan urutan panggilan berikutnya

Hubungkan dengan topik sekarang

Variasi :

1) Lakukan sebuah ulasan tentang pelajaran yang telah lalu

2) Sampaikan dua pertanyaan, konsep atau sejumlah informasi yang tercakupdalam pelajaran yang lalu. Mintalah peserta didik untuk memberikan suaraterhadap sesuatu yang paling mereka sukai agar anda mengulas pelajarantersebut. Ulaslah pertanyaan, konsep, atau informasi yang menang.

j. Kartu Sortir (Card Sort)

Metode ini merupakan kegiatan kolaboratif yang bisa digunakan untukmengajarkan konsep, penggolongan sifat, fakta tentang suatu objek, ataumengulangi informasi.

Prosedur :

Masing-masing peserta didik diberi kartu indeks yang berisi materi pelajaran.Kartu indeks dibuat berpasangan berdasarkan definisi, kategori/kelompok,misalnya kartu yang berisi aliran empiris dengan kartu pendidikan ditentukanoleh lingkungan dll. Makin banyak peserta didik makin banyak pula pasangankartunya.

Dosen menunjuk salah satu peserta didik yang memegang kartu, peserta didiklainnya diminta berpasangan dengan peserta didik tersebut bila merasa kartuyang dipegangnya memiliki kesamaan definisi atau kategori.

Agar situasinya agak seru dapat diberikan hukuman bagi peserta didik yangmelakuan kesalahan. Jenis hukuman dibuat atas kesepakatan bersama.

Dosen dapat membuat catatan penting di papan tulis pada saat prosesi terjadi.

Page 31: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

k. Trading Place

Metode ini memungkinkan peserta didik lebih mengenal, tukar menukarpendapat dan mempertimbangkan gagasan, nilai atau pemecahan baru terhadapberbagai masalah.

Prosedur :

Beri peserta didik satu atau lebih catatan-catatan Post-it (tentukan apakahkegiatan tersebut akan berjalan lebih baik dengan membatasi para peserta didikterhadap sebuah atau beberapa kontribusi)

Mintalah mereka untuk menulis dalam catatan mereka salah satu dari hal berikut:

1) sebuah nilai yang mereka pegang

2) sebuah pengalaman yang telah mereka miliki saat ini

3) sebuah ide atau solusi kreatif terhadap sebuah problema yang telah andatentukan

4) sebuah pertanyaan yang mereka miliki mengenai persoalan dari matapelajaran

5) sebuah opini yang mereka pegang tentang sebuah topik pilihan anda

6) sebuah fakta tentang mereka sendiri atau persoalan pelajaran

Mintalah peserta didik menaruh (menempelkan) catatan tersebut pada pakaianmereka dan mengelilingi ruangan dengan atau sambil membaca tiap catatanmilik peserta yang lain

Kemudian, suruhlah para peserta didik berkumpul sekali lagi danmengasosiasikan sebuah pertukaran catatan-catatan yang telah diletakkan padatempatnya (trade of Post-it notes) satu sama lain

Pertukaran itu hendaknya didasarkan pada sebuah keinginan untuk memilikisebuah nilai, pengalaman, ide, pertanyaan, opini atau fakta tertentu dalam waktuyang singkat

Buatlah aturan bahwa semua pertukaran harus menjadi dua jalan

Doronglah peserta didik untuk membuat sebanyak mungkin pertukaran yangmereka sukai.

Kumpulkan kembali kelas tersebut dan mintalah para peserta didik berbagipertukaran apa yang mereka buat dan mengapa demikian. (misalnya: Mita:“Saya menukar catatan dengan Sonya karena dia telah membuat catatan

Page 32: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

tentang perjalanan ke Eropa Timur. Saya menyukai perjalanan ke sana karenasaya mempunyai nenek moyang yang berasal dari Hongaria dan Ukraina

2.3.9 Evaluasi

Evaluasi pembelajaran aktif meliputi evaluasi proses pembelajaran dan penilaianpeserta didik.

a. Evaluasi proses pembelajaran, mencakup tiga hal, yaitu :

Focus: aspek-aspek apa saja yang akan dievaluasi, misalnya :

Reaksi peserta didik, pengetahuan, pengetahuan, keterampilan, dan sikappeserta didik.

Cara : sarana metode yang digunakan untuk mengumpulkan data evaluasi.Misal: kuisioner, observasi, tes, laporan, dan wawancara

Waktu : kapan data dikumpulkan. Misal: sebelum perkuliahan, selamaperkuliahan, dan akhir perkuliahan

Semua data harus direkam dan didokumentasikan dengan baik untuk mengetahuiperubahan yang diperlukan jika proses pembelajaran yang sudah berlangsung belummemuaskan.

b. Evaluasi peserta didik

Evaluasi hasil pembelajaran aktif pada peserta didik meliputi aspek-aspek:kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Aspek kognitif, meliputi pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,evaluasi, dan penciptaan.

Aspek afektif, meliputi minat dan sikap peserta didik terhadap materi dan prosespembelajaran.

Aspek psikomotorik, meliputi ketrampilan yang telah dikuasai oleh peserta didik.

Metode evaluasi yang digunakan, antara lain: Tes Essay, Tes Multiple Choice,Tes short answer, Skala sika, dan Presentasi

2.3.10 Referensi

Bellamy, L., Barry, W., & Foster, S. 1999. A Learning Centered Approach toEngineering

Education for the 21st Century: The Workshop. College of Engineering and Applied

Sciences. Arizona State University.

Page 33: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Bonwell, C.C. 1995. Active Learning: Creating excitement in the classroom. Center for

Teaching and Learning, St. Louis College of Pharmacy

Felder,R.M.,dan Brent,R. 1997 Mengajar Efektif Workshop, North Carolina StateUniversity,

Silberman,M. 1998. Active Training. A Hnedbook of Techniques, Design, CaseExample,

and Tips. San Francisco,CA: Jossey-Bass/Pfeifer

Thomas, J. 1972 The variation of memory with time for information appearing during a

lecture. Studies in Adult Education, 4, 57-62

http://eng.unri.ac.id/download/teachingimprovement/BK2_Teach&Learn_2/Active%20learni

ng_5.doc. (T.M.A. Ari Samadhi)

http://psych.uiuc.edu/

http://ilstu.edu/depts/CAT

http://www.calstatela.edu/dept/chem/chem2/Active/index.htm

2.4. Self-directed Learning

2.4.1 Definisi

Self-directed learning (SDL) adalah cara pembelajaran di mana peserta didikmengambil inisiatif dan tanggung jawab tentang pembelajaran. Dalam SDL pesertadidik sendiri yang menentukan bahan ajar, mengelola dan menilai proses pembelajarandan hasilnya. SDL dapat dilaksanakan kapan saja dan di mana saja, memakai carapembelajaran yang bebas dipilih sendiri. SDL juga dapat didefinisikan sebagai prosespembelajaran di mana peserta didik secara individual mengambil inisiatif tanpa ataudengan bantuan orang lain, untuk mendiagnosis kebutuhan belajarnya, memformulasitujuan pembelajarannya, mengidentifikasi sumber belajarnya, menentukan danmelaksanakan strategi pembelajaran dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Apakahsuatu cara pembelajaran masuk dalam kategori SDL, tidak bergantung pada bahanajar atau cara pembelajaran yang dipakai. Sifat SDL dari suatu pembelajaranbergantung pada siapa yang mengatur atau menentukan: bahan apa yang harusdipelajari, siapa yang harus mempelajarinya, cara pembelajaran dan sumber belajaryang akan dipakai, dan bagaimana hasil pembelajaran akan dievaluasi. Bila hal di atasditentukan oleh peserta didik maka proses pembelajaran tersebut masuk dalam Self

Page 34: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Directed Learning. Walaupun demikian SDL dapat juga dilaksanakan dalam bentukkerjasama antara pengajar dan peserta didik; pembelajaran seperti ini masih dapatdikategorikan sebagai SDL apabila pengajar hanya membantu dalam prosespembelajaran tetapi tidak memberikan mataeri atau bahan ajar.

2.4.2 Tujuan

Tujuan dari pembelajaran dengan cara SDL ialah untuk pengembangantanggung jawab dan kemandirian peserta didik dalam proses pembelajaran dan dalammenentukan materi pembelajaran dan kompetensi yang diharapkan. Di samping itu,tujuan SDL ialah untuk mendapatkan ketrampilan baru, pengetahuan baru dan sikapbaru yang akan meningkatkan unjuk kerja dari pembelajar. SDL juga dapat dipakaiuntuk peningkatan kepribadian, meningkatkan kesehatan, menikmati kesenian atauuntuk meningkatkan kemampuan intelektual.

2.4.3 Manfaat

Cara pembelajaran dengan metode SDL akan menghasilkan kompetensi yanglebih baik, dan karena peserta didik sendiri yang menentukan kompetensi yangdiinginkan maka kompetensi yang diperoleh juga lebih berguna bagi peserta didik. SDLmeliputi aktivitas yang menantang individu dan mengembangkan kualitas pribadi yangdapat dipakai untuk secara sukses menghadapi tantangan tersebut.

2.4.4 Sifat

Kemandirian (self-direction) merupakan konsep organisasi untuk pendidikantinggi; dengan demikian kemandirian berkaitan erat dengan politik pendidikan. SDLmemiliki komitmen demokratis terhadap perubahan posisi dan peran para peserta didik.Mereka memegang kontrol yang lebih besar terhadap dirinya sendiri dalam halkonseptualisasi, perancangan, pelaksanaan, dan evaluasi belajar serta penetapan cara-cara pemanfaatan sumber belajar guna proses belajar lebih lanjut. SDL tidakbergantung pada subyek ataupun metoda instruksional. SDL bergantung pada siapayang belajar (peserta didik), mencakup siapa yang memutuskan tentang apa yang akandipelajari, siapa yang harus mempelajari sesuatu hal, metoda dan sumber apa sajayang akan dipegunakan, dan bagaimana cara mengukur keberhasilan upaya belajaryang telah dilaksanakan.

Cara pembelajaran SDL memberikan otonomi yang seluas-luasnya padapembelajar. Pembelajaran dengan cara SDL dapat dilaksanakan dimana saja, kapansaja dan dapat memakai sumber belajar yang ditentukan sendiri oleh pembelajar.

Page 35: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

2.4.5 Syarat/ Asas pembelajaran SDL

Ada beberapa syarat atau asas yang harus dipenuhi untuk dapat melaksanakanprogram SDL, mencakup hal-hal sebagai berikut :

a. Asas pertama adalah bahwa program SDL harus sama dan sebangun dengancara pembelajaran yang disukai oleh peserta didik. Artinya program SDL harusmemakai cara pembelajaran yang sesuai dengan cara pembelajaran alamiahdari peserta didik yaitu cara yang menyebabkan peserta didik belajar dengancara yang paling baik.

b. Asas kedua ialah bahwa program harus disesuaikan dengan kematangan ataukedewasaan dari pembelajar. Pembelajaran harus mempertimbangkanperkembangan kemampuan refleksi, watak dan kemampuan pembelajar.

c. Asas ketiga ialah bahwa program SDL selain meliputi studi akademik juga harusmenyentuh aspek pribadi, sosial dan pengalaman teknis dari peserta didik.Ranah sosial ialah kemampuan peserta didik untuk dapat berhubungan denganorang lain, dapat belajar dari sejawat dan dapat bekerja sama dengan sejawat.

d. Asas keempat ialah bahwa pembelajaran dalam program SDL harusmemanfaatkan seluruh potensi peserta didik termasuk panca-indera,emosi/perasaan dan kemampuan intelektual.

e. Asas yang kelima ialah bahwa aktivitas SDL harus dilaksanakan dilokasi/lingkungan yang sesuai. Jadi aktivitas SDL dapat dilaksanakan dalamkelas yang sudah disesuaikan untuk SDL, tetapi dapat juga dilaksanakan di luarkelas. Bahkan peserta didik dapat belajar lebih baik di lokasi di mana aktivitasyang akan dipelajari berlangsung; dengan demikian para peserta didik dapatbertemu dengan dan melihat langsung pekerja yang sedang beraktivitas danmelihat langsung cara pelaksanaan aktivitas. Kita belajar lebih baik dalam realworld situations.

Selain asas tersebut di atas peserta didik harus mengetahui kompetensi yangakan dicapai, mampu melakukan self-assessment dan mampu melakukan refleksi diri,sadar akan keterbatasan dan dapat berpikir kritis.

2.4.6 Peran institusi pendidikan

Hal-hal berikut ini perlu diperhatikan oleh penanggung jawab/pimpinan institusipendidikan yang menerapkan SDL bagi para peserta didiknya:

Page 36: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Institusi menyediakan waktu untuk pertemuan secara teratur dengan panel ahliyang dapat memberi saran tentang kurikulum dan kriteria evaluasi

Institusi melaksanakan penelitian tentang kecenderungan dan keinginan pesertadidik

Institusi menyiapkan alat yang tepat untuk mengevaluasi kinerja peserta didikdan mengevaluasi kinerja mereka pada akhir pendidikan.

Institusi menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk membuat refleksibagi mereka tentang hal-hal yang telah mereka pelajari

Institusi memberi penghargaan kepada peserta didik apabila mereka mencapaitujuan belajar

Institusi mempromosikan jejaring belajar, lingkaran studi, dan pertukaran belajar

Institusi menyelenggarakan pelatihan bagi para staf tentang SDL dan memberikesempatan yang lebih luas agar para staf mampu mengimplementasikanpengetahuan baru yang telah diperolehnya selama pelatihan.

2.4.7 Bentuk kegiatan/Strategi

Setiap peserta didik harus mempunyai logbook yang dipakai untuk mengaturpembelajarannya. Peserta didik mempelajari dan mengetahui berbagai tugas, hak,kewajiban mereka serta berbagai pengetahuan dasar yang perlu dimilikinya. Institusimemberi peluang kepada peserta didik untuk melakukan pengaturan belajar mandiri(self-regulated learning) yang meliputi: membuat rencana pembelajaran, monitoringsetiap kegiatan belajar dan melakukan evaluasi belajar secara tertulis dalam logbook.Institusi membantu pembelajar dengan cara:

Mengembangkan motivasi belajar, sikap kritis dan keingintahuan, kemandirianpembelajar, meningkatkan kreativitas, ketrampilan belajar, dan pengenalansumber- sumber belajar

Menyediakan pusat informasi dan fasilitas sumber belajar.

Secara berkala membuat kontrak belajar.

Menyediakan standar penilaian sumatif yang sahih dan reliable.

2.4.8 Evaluasi hasil belajar

Untuk mengukur keberhasilan seorang peserta didik dalam melaksanakan SDLperlu adanya standar penilaian sumatif yang sahih dan reliable. Nilai untuk hasilpembelajaran peserta didik ditentukan setelah mengevaluasi :

Page 37: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

a. Portofolio pembelajaran

b. Kontrak belajar

c. Logbook yang dibuat oleh peserta didik

Nilai akhir ditentukan oleh persentase ketercapaian kontrak belajar, kesesuaianhasil pembelajaran dengan portofolio dan hasil kegiatan pembelajaran sepertitercantum dalam logbook. Nilai bisa ditentukan oleh ketercapaian kompetensi yangdirencanakan pada awal proses SDL.

2.4.9 Daftar Pustaka

Brockett RG, Hiemstra R. Bridging the theory-practice gap in self-directed learning. In

Brookfield S (ed);Self-directed Learning: from Theory to Practice. New Directions for

Continuing education No.25. San Fransisco: Jossey-Bass Inc. Publishers; 1985.

Gibbons, M., The Self-Directed Learning Handbook. Wiley, 2002

Hiemstra R. Self-directed adult learning: some implications for practice. ERIC document

Reproduction Service No.ED 262 259; March 1982.

Hiemstra R, Brockett RG. Overcoming Resistance to self-Direction in Adult Learning.San Fransisco: Jossey-Bass Inc. Publishers; 1994.

Lowry CM. Supporting and facilitating self-directed learning. Available from: URL

http://www.ntlf.com/htm/lib/bib/89dig/htm.

2.5 Collaborative Learning

2.5.1 Definisi

Collabortaive learning pada dasarnya merupakan pembelajaran yangberdasarkan pengalaman peserta didik sebelumnya (prior knowledge) dan dilakukansecara berkelompok. Oleh karena dilakukan secara berkelompok, maka nuansaindividual tidak terlihat secara nyata. Sharing gagasan dan pengetahuan untukmeningatkan kualitas pembelajaran bersama merupakan hakekat collaborative learning.Mutu pembelajaran terletak pada interaksi yang maksimal antarpeserta didik di dalamkelompoknya. Interakasi tersebut diwujudkan dengan cara bertukar pikiran, berdebatatau berdiskusi sehingga memperluas wawasan/wacana peserta didik. Collabortaivelearning dilakukan dalam kelompok, seperti halnya pada pembelajaran kooperatif dankompetitif, tetapi tidak diarahkan untuk berkompetisi dan tidak diarahkan hanya padasatu kesepakatan tertentu.

Page 38: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Collaborative learning adalah metode belajar yang menitikberatkan padakerjasama antar peserta didik yang didasarkan pada konsensus yang dibangun sendirioleh anggota kelompok.

2.5.2 Tujuan

a. Memperluas perspektif/wacana peserta didik

b. Mengelola perbedaan dan konflik karena proses berpikir divergen, membangunkerjasama, toleransi, belajar menghargai pendapat orang lain, dan belajarmengemukakan pendapat.

2.5.3 Manfaat

a. Mengembangkan daya nalar berdasarkan pengetahuan/ pengalaman yangdimiliki dan sharing pengetahuan/pengalaman dari teman kelompoknya.

b. Memupuk rasa tenggang rasa, empati, simpati dan menghargai pendapat oranglain.

c. Kesediaan berbagi pengetahan/pengalaman dengan orang lain bermanfaatuntuk menambah pengetahuan secara kolektif

d. Melalui proses sharing, peserta didik juga mendapatkan tambahan pengetahuanuntuk dirinya sendiri.

2.5.4 Sifat

a. Berbagi pengetahuan/pengalaman (argumen) di antara tenaga pendidik danpeserta didik, serta antar peserta didik

b. Berbagi otoritas di antara tenaga pendidik dan peserta didik

c. Tenaga pendidik sebagai fasilitator dan mediator

d. Wawasan peserta didik diperkaya dengan cara berdiskusi secara bebas dansaling menghargai pendapat orang lain

e. Meningkatkan mutu berpikir secara kritis: analisis, sintesis dan evaluatif

f. Seluruh anggota kelompok harus bersikap saling membutuhkan secara positif

g. Hasil pembelajaran bersifat divergen.

2.5.5 Syarat

a. Pengelompokan peserta didik secara heterogen, misalnya: pengetahuankemampuan analisis, perbedaan etnis

b. Tugas dan struktur pembelajaran harus dijelaskan secara rinci

Page 39: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

c. Peserta didik sudah mempunyai pengalaman belajar

d. Diberikan akses untuk berkontribusi/untuk berbicara secara adil

e. Masing-masing peserta didik memberikan kontribusi pendapatnya

f. Peserta didik mampu menjelaskan alasan tentang pendapatnya

g. Peserta didik mau mendengarkan dan memberi komentar atas pendapattemannya

h. Hasil diskusi merupakan “daftar pendapat atau gagasan” yang diterima seluruhanggota kelompok

i. Proses pembelajaran harus didukung suasana saling pengertian.

2.5.6 Prinsip collaborative learning

a. Pembelajaran merupakan proses aktif. Peserta didik mengasimilasi informasidan menghubungkannya dengan pengetahuan baru melalui kerangka acuanpengetahuan sebelumnya

b. Pembelajaran memerlukan suatu tantangan yang akan membuka wawasanpara peserta didik untuk secara aktif berinteraksi dengan temannya

c. Peserta didik akan mendapatkan keuntungan lebih jika mereka saling berbagipandangan yang berbeda dengan temannya

d. Melalui proses saling bertukar informasi ini, peserta didik mencipta kerangkapemikiran dan pemaknaan terhadap hal yang dipelajari

e. Peserta didik ditantang baik secara sosial maupun emosional dalam menghadapiperbedaan perspektif dan mempertahankan ide-idenya

f. Peserta didik belajar menciptakan keunikan kerangka konseptual masing-masing

g. Peserta didik saling bertukar pendapat, saling menanyakan kerangka acuanmasing-masing, dan secara aktif terlibat dalam pembelajaran.

h. Ditinjau dari sisi filosofis, collaborative learning lebih menekankan padasuasana saling berbagi pengalaman dan pendapat, bukan kompetisi di antarapeserta didik.

i. Secara teknis, collaborative learning merupakan metode instruksional di manapara peserta didik bekerjasama dalam kelompok kecil untuk mencapai tujuanpembelajaran. Para peserta didik secara bersama-sama bertanggung jawabsepenuhnya atas proses pembelajaran yang dilaksanakan.

Page 40: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

2.5.7 Prosedur kegiatan pembelajaran kolaboratif

a. Tenaga pendidik menjelaskan topik yang akan dipelajari

b. Tenaga pendidik membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiridari 5 orang

c. Tenaga pendidik membagikan lembar kasus yang terkait dengan topik yangdipelajari

d. Tenaga pendidik meminta masing-masing peserta didik membaca kasus /skenario yang telah dibagikan dan mengerjakan tugas yang terkait denganpersepsi dan solusi terhadap kasus

e. Tenaga pendidik meminta para peserta didik mendiskusikan hasil pekerjaannyadalam kelompok kecil masing-masing

f. Tenaga pendidik meminta masing-masing kelompok kecil mendiskusikankesepakatan kelompok

g. Tenaga pendidik meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasildiskusi kelompoknya dan meminta kelompok lain untuk memberikantanggapannya

2.5.8 Bentuk collaborative learning

Berdasarkan Barkley, et all. (2005), bentuk collaborative learning terdapat limateknik yakni diskusi, timbal balik, pemecahan masalah, organsasi informasi danpenulisan.

a. Teknik diskusi dapat dilakukan dengan think-pair-share, round robin, buzz group,talking chips, dan critical debate.

b. Teknik timbal balik (reciprocal teaching) dilakukan dengan beberapa pilihan,yakni note-talking pairs, learning cell, fishbowl, role play, jigsaw, dan test-takingteams.

c. Teknik kolaboratif selanjutnya adalah teknik pemecahan masalah, yang dapatdilakukan dengan think-aloud pair problem solving (TAPPS), send-a-problem,case study, structured problem solving, analytic teams dan group investigation.

d. Teknik dalam kategori organisasi informasi (graphic information organizers):affinity grouping, group grid, team matrix, sequence chains dan word webs.

e. Teknik Penulisan yang dapat dilaksanakan dengan dialogue journals, roundtable, dyadic essays, peer editing, collaborative writing, team anthologies danpaper seminar .

Page 41: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

2.5.9 Evaluasi hasil belajar

Metode penilaian yang sering digunakan adalah observasi. Instrumen yangsering dipakai dalam observasi adalah rating scale. Alat ukur ini digunakan untukmenentukan derajat atau peringkat dari orang, baik dalam dibandingkan dengan suatukriteria tertentu ataupun dibandingkan dengan anggota kelompok yang lain. Ratingscale berisikan seperangkat pernyataan tentang karakteristika atau kualitas darisesuatu yang akan diukur beserta pasangannya yang berbentuk semacam cara menilaiyang menunjukkan peringkat karakter atau kualitas yang dimiliki oleh sesuatu yangdiukur tersebut.

Ada 4 tipe rating scale, yaitu :

a. Numerical rating scale

Dalam numerical rating scale diperlukam pernyataan karakteristik yang akandiukur dan diikuti dengan angka yang menunjukkan kualitas keberadaannya itu.Contoh:

Penilaian aktivitas peserta didik dalam diskusi kelompok kecil.

1 = tidak memuaskan

2 = di bawah rata-rata

3 = rata-rata

4 = di atas rata-rata

5 = baik sekali

No Pernyataan 1 2 3 4 5

1 Peserta didik menyiapkan materi diskusi

2 Peserta didik memberi kontribusi pemikiran dalam diskusi

3 Peserta didik menghargai pendapat orang lain

4 Dst

b. Descriptive graphic rating scale

Hampir sama dengan numerical rating scale. Perbedaannya hanya padapemberian nilainya. Pada descriptive graphic rating scale, penggambarantingkah laku yang digunakan tanda tertentu dalam suatu kontinum baris.

Page 42: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Contoh :

1. Bagaimana peserta didik mempersiapkan materi diskusi?

Sangat baik Sangat tidak baik

2. Bagaimana peserta didik memberikan kontribusi pemikiran dalam diskusi?

Sangat aktif Sangat tidak aktif

3. Dst

c. Ranking methods rating scale

Contoh :

Kedudukan relatif keaktivan dalam diskusi kelompok kecil.

1 = yang terbaik

5 = yang paling kurang baik

Nama Persiapan Partisipasi Kemampuan menghargai pendapat orang lain

A 1 2 4

B 4 4 5

C 2 3 1

D 3 1 2

E 5 5 3

d. Paired comparisons rating scale

Tipe ini dilakukan dengan cara membandingkan kemampuan atau tugas seorangpeserta didik dengan peserta didik yang lain.

Contoh:

Kemampuan peserta didik menyampaikan buah pikirannya dalam diskusikelompok kecil.

Keterangan:

1 = lebih baik

0 = lebih jelek

Jumlah nilai menunjukkan urutan peringkat dalam kelompok, di mana nilaitertinggi menduduki peringkat terbaik dan sebaliknya.

Page 43: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Nama A B C D E Jumlah

A 1 1 0 1 3

B 0 0 0 1 1

C 0 1 0 1 2

D 1 1 1 1 4

E 0 0 0 0 0

2.5.10 Daftar Pustaka

Barkley, E.F., K.P. Cross, and C.H. Major. 2005. Collaborative Learning Techniques. A

Handbook foe College Faculty. John Wiley & Sons, Inc., San Fransisco

http://teaching.berkeley.edu/bgd/collaborative.html

http://www.thirteen.org/edonline/concept2class/coopcollab/

index.html

http://tecfa.unige.ch/tecfa/research/CMC/colla/iccai95_14.html

htpp://www.city.londonmet.ac.uk/deliberations/collab.learning/

2.6 Cooperative learning

2.6.1 Definisi

Cooperative learning merupakan suatu aktivitas pembelajaran denganpenekanan pada pemberdayaan peserta didik untuk saling belajar melaluipembentukan kelompok-kelompok sehingga mereka dapat bekerja sama dalammemaksimalkan proses pembelajaran diri sendiri ataupun peserta didik lainnya secaralebih efektif. Coopreative learning merupakan model pembelajaran yangmengutamakan metode interaktif dan bukan proses pembelajaran satu arah. Untukmembentuk kondisi tersebut peserta didik didorong atau dimotivasi untuk bekerja dalamkelompok, baik melalui kegiatan di dalam kelas maupun di luar kelas. Pembelajaran inimenekankan terjadinya proses kooperasi dan kolaborasi diantara sesama peserta didikdan bukan terjadinya persaingan antar peserta didik.

2.6.2 Tujuan

Cooperative learning mempunyai tujuan sebagai berikut:

a. Meningkatkan kepercayaan diri

b. Memperbaiki kemampuan berfikir secara global

Page 44: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

c. Meningkatkan hubungan antarkelompok

d. Meningkatkan gairah belajar

2.6.3 Manfaat

Manfaat yang diperoleh dalam pembelajaran cooperative learning adalah:

a. Peningkatan rasa kepercayaan diri

b. Peningkatan rasa menghargai keberadaan orang lain

c. Peningkatan rasa untuk saling memberikan dan menerima pengetahuan diantarapeserta.

d. Peningkatan kesadaran perlunya kemampuan dalam bekerjasama (Team work)

2.6.4 Sifat

Beberapa sifat atau karakter dalam pembelajaran cooperative learning antaralain adalah:

a. Berbagi pengetahuan di antara dosen dan peserta didik

b. Berbagi tanggung jawab antara dosen dan peserta didik

c. Dosen sebagai mediator

d. Kelompok peserta didik yang heterogen

2.6.5 Syarat

Persyaratan yang harus dipenuhi untuk menciptakan pembelajaran cooperativelearning adalah

a. Kelompok yang heterogen

b. Kemampuan kolaboratif

c. Kelompok yang otonom

d. Interaksi yang simultan

e. Partisipasi yang sejajar

f. Akuntabilitas yang individual

g. Ketergantungan yang positif

h. Kerjasama yang menguntungkan

Page 45: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

2.6.6 Prinsip

Prinsip dalam pembelajaran cooperative learning adalah bahwa peserta didik akansaling belajar dan memberikan pengetahuannya kepada sesama peserta didik. Dalamhal ini akan terbentuk kondisi sebagai berikut :

a. Terjadi komunikasi antar peserta didik

b. Tanggung jawab terhadap hak dan kewajibannya

c. Saling menghargai antarpeserta didik

d. Setiap peserta mempunyai peran yang sama dalam menyelesaikan masalah

2.6.7 Prosedur

Agar pembelajaran cooperative learning dapat berlangsung dengan baik, maka perludilakukan hal-hal sebagai berikut:

a. Fasilitator memberikan permasalahan yang harus diselesaikan

b. Fasilitator membentuk kelompok kecil (3-5 orang)

c. Fasilitator memberikan waktu kepada peserta didik untuk melakukan diskusidalam

d. kelompok untuk menyelesaikan permasalahan yang ada

e. Peserta didik merangkum hasil diskusi sebagai hasil kesepakatan kelompok

f. Fasilitator memberikan refleksi terhadap proses dan hasil diskusi

2.6.8 Bentuk Kegiatan

Bentuk kegiatan yang dapat diciptakan untuk menggambarkan pembelajarancooperative learning adalah dengan melontarkan suatu permasalahan/tugas kepadapeserta didik dengan sebuah instruksi yang jelas. Dalam kegiatan ini peserta didikberusaha menyelesaikan sebuah permasalahan atau tugas yang diberikan olehfasilitator dalam kelompoknya dengan mematuhi aturan main yang ditentukan olehfasilitator. Adapun aturan mainnya adalah bahwa setiap peserta didik harusmemberikan kontribusinya dalam penyelesaian masalah/tugas dengan waktu yangtelah ditetapkan. Contoh kegiatan yang dapat dikerjakan dengan pembelajarancooperative learning adalah sebagai berikut:“Pembuatan basis gigi tiruan lepasan dariakrilik resin”, yang meliputi tahapan sebagai berikut:

a. Penentuan perbandingan bubuk dan cairan resin akrilik yang tepat

b. Penyiapan cetakan rahang dengan benar

Page 46: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

c. Penentuan konsistensi adonan akrilik resin yang tepat

d. Pelaksanaan “packing” dengan benar

e. Pengerjaan polimerisasi dengan benar

Setiap tahapan akan dilakukan oleh kelompok yang berbeda. Sebelumpelaksanaan tahapan tersebut di atas, peserta didik wajib mendiskusikan pemahamantahapan tersebut di atas.

2.6.9 Evaluasi

Evaluasi dalam pembelajaran cooperative learning adalah mencakup evaluasikelompok maupun individu peserta didik, antara lain proses diskusi,pelaksanaan/penyelesaian tugas, dan hasil akhir (luaran). Aspek evaluasi yang dapatdilakukan antara lain adalah:

a. Kepemimpinan

b. Kemampuan komunikasi

c. Penguasaan materi

d. Ketrampilan

2.7 Competitive Learning

2.7.1 Definisi

Secara umum competitive learning dapat diartikan sebagai berikut: apabilaseorang peserta didik mencapai tujuan pembelajaran dengan baik, sedangkanmahasiswa lainnya gagal mencapai sasaran/tujuan tersebut (Johnson and Johnson,1991). Competitive learning ini bisa dilaksanakan dalam bentuk kompetisi antarindividuatau persaingan antarkelompok. Akan tetapi banyak kritik yang dilontarkan tehadapmetoda pembelajaran kompetisi ini, antara lain adalah:

a. Hanya ada satu pemenang atau yang berhasil dalam mencapai tujuan belajar,sedangkan yang lainnya mengalami kegagalan.

b. Kemungkinan dapat mengakibatkan adanya tingkat kecemasan yang tinggi,keraguan diri, keras kepala dan agresi/mudah marah, menyerang

c. Kemungkinan menyontek bertambah

d. Memperngaruhi kemampuan untuk memecahkan persoalan

Page 47: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Dengan adanya kemungkinan terjadinya hal-hal yang negatif tersebut, makafasilitator harus pandai memilih metoda kompetisi yang tidak bersifat merusak(destruktif) tetapi memilih yang bersifat membangun (konstruktif).

Kelompok bisa digunakan sebagai tempat kompetisi antarpersonal yangterpisah dari kelompok lainnya. Hal ini merupakan salah satu strategi yang dapatdigunakan untuk memaksimalkan jumlah “pemenang” di dalam kelas. Competetivelearning merupakan metoda yang cukup tepat diterapkan dalam kelas pada saatdilakukan proses review dari materi yang dipelajajari/dibahas sebelumnya. Cara inidapat mempercepat pemenuhan kebutuhan penyelesaian masalah/persoalan yangtimbul pada proses pembahasan suatu pokok bahasan.

Persaingan antarkelompok dapat dilihat sebagai strategi kompetisi yang tepatuntuk memperbanyak jumlah “pemenang”. Hal ini juga cukup penting untuk menjaminkelompok yang homogen untuk memperbesar peluang menciptakan kelompokpemenang. Kelompok homogen memungkinkan kelompok-kelompok tersebut secaramerata mendapatkan kesempatan untuk menciptakan lingkungan persaingan yangsehat.

Salah satu strategi pengelompokan untuk mencapai tujuan tersebut adalahbumping. Dalam strategi ini termasuk dengan membuat peringkat kelompok, yaitu darikelompok dengan pencapaian tertinggi sampai yang terendah yang diperoleh dengancara competitive learning.

Kemudian berdasarkan kompetisi antarpersonal dalam kluster tersebut, parapeserta didik juga diberi peringkat di dalam klusternya sendiri. Peserta didikyangmemiliki pencapaian tinggi maka dia akan dipromosikan ke kelompok yang lebih tinggidan yang pencapaiannya rendah maka dia harus mengalami degradasi turun kekelompok yang lebih rendah. Di dalam competitive learning para mahasiswa dapatmemformulasikan terminologi dan aturan mereka sendiri, serta memberikan kepadamereka “kepemilikan” aktivitas mereka tersebut (Johnson & Johnson, 1991).

2.7.2 Tujuan

Tujuan competitive learning ini antara lain adalah :

a. Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk meningkatkankepercayaan diri melalui kompetisi di antara sesama rekannya.

b. Memberikan wahana untuk melakukan evaluasi diri dan benchmarkingkemampuan yang dimiliki oleh peserta didik

Page 48: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

c. Memberikan kesempatan untuk meraih tujuan yang sama dengan carakerjasama kelompok dan saling berkompetisi yang menyenangkan semua pihak

d. Memberikan insight tentang memenangkan kompetisi tanpa mempermalukanlawan (menang tanpo ngasorake)

2.7.3 Manfaat

Para peserta didik memiliki cara belajar yang beragam. Beberapa kelompokmenikmati kegiatan berkelompok tetapi kelompok lainnya lebih menyukai pekerjaanatau tugas individual. Beberapa peserta didik lebih menyukai metoda teachercentered instruction sedangkan yang lainnya lebih tertarik pada proyek riset yangdidesain sendiri. Competitive learning di desain untuk kegiatan ekstrakurikular danbeberapa kegiatan project based learning. Kondisi ini akan menumbuhkan motivasidan kepuasan apabila tugas-tugas tersebut telah diselesaikan dengan menggunakankreativitas dan penyelesaian masalah yang dihadapi dalam penugasan tersebut.

Competitive learning ini dibentuk sesuai dengan beberapa pertimbangan sebagaiberikut :

a. Competitive learning ini termotivasi untuk mengikuti suatukontes/perlombaan/pertandingan

b. Platform kompetisi harus diformulasikan

c. Kompetisi dapat diartikan sebagai usaha personal atau kelompok

d. Keikutsertaan dalam ajang perlombaan sangat bermotivasi tinggi

e. Kompetisi akan mengakibatkan kreativitas tingkat tinggi

f. Kompetisi dapat membentuk beberapa tantangan yang juga dapat berupapendidikan/pembelajaran

Beberapa kendala atau kritik kemungkinan akan muncul karena pelaksanaanpembelajaran kompetisi ini antara lain;

Proses ini akan mengakibatkan kesombongan/arogansi dan agresi dalam dirimahasiswa

Mahasiswa yang kalah mungkin akan mengalami goncangan/schock

Akan menyebabkan proses mencontek

Kemungkinan akan mempengaruhi kemampuan menyelesaikan permasalahan

Untuk mengatasi kendala tersebut perlu dilakukan beberapa strategi ataukebijakan dalam pelaksanaan pembelajaran kompetetif, antara lain:

Page 49: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Kompetisi yang konstruktif dan destruktif diperjelas tujuannya

Pekerjaan kelompok lebih diutamakan, hal ini akan menambah jumlahpemenangnya

Dalam sesi training/pelatihan semua peserta mendapat kesempatan yang sama

Kelompok yang homogen akan menciptakan keselarasan kelompok dalamsituasi yang cocok.

Perangkingan kelompok maupun peserta didik dalam kelompok akanmeminimalkankendala yang kemungkinan muncul.

Kerjasama dalam kelompok akan menginisiasi ketrampilan sosial dankemampuan manajerial.

2.7.4 Sifat

a. Pembagian peran antara dosen dan peserta didik dalam pelaksanaan proseskompetisi, tetapi fungsi dosen lebih sebagai fasilitator dan mediator.

b. Pengelompokan peserta didik secara heterogen supaya dapat membangunkerjasama kelompok yang baik dalam memenangkan kompetisi.

c. Penguatan dan perluasan wawasan peserta didik melalui diskusi antaranggotadengan saling menghormati pendapat anggota kelompok atau bisa diperluasdengan memperhatikan pendapat kelompok lain dalam kelas.

d. Peningkatan cara dan kualitas berpikir peserta didik bahkan dosen agar lebihkritis dan sistematik melalui cara analisis, sintesis dan evaluasi.

e. Keterbukaan dan rasa saling membutuhkan sesama anggota kelompok yangberkaitan dengan tujuan pembelajaran, sumber pembelajaran dan prosespembelajaran.

2.7.5 Syarat

a. Tugas dan struktur serta aturan main kompetisi harus dijelaskan secara rinci.

b. Instruksi kerja yang berisikan elemen proses kompetisi disampaikan kepada paramahasiswa.

c. Peserta didik telah memiliki pengalaman belajar dan prior knowledge

d. Adanya akses untuk berkontribusi secara adil dalam mengungkapkan pendapatatau pemikiran.

e. Peserta didik mampu memberikan alasan tentang pendapat/pemikirannya.

Page 50: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

f. Peserta didik mampu mendengarkan, menganalisis dan memberikan pendapatatas pendapat rekannya.

g. Mampu menghasilkan “buah pemikiran kelompok” yang diterima semua anggotakelompok dan siap dikompetisikan dengan hasil kelompok lain dalam kelastersebut.

2.7.6 Prinsip

a. Pembelajaran merupakan proses aktif yang melibatkan peserta didik dalammelakukan asimilasi informasi dan menghubungkannya dengan pengetahuanbaru melalui kerangka acuan pengetahuan sebelumnya.

b. Belajar aktif merupakan satu kumpulan strategi pembelajaran yang komprehensifserta mendorong peserta didik untuk ikut aktif sejak dari awal di dalamnyamelalui aktivitas kelompok, memimpin diskusi kelas/kelompok, merangsangdiskusi dan debat, mempraktikkan ketrampilan yang dimilikinya serta salingbelajar satu dengan yang lain.

c. Competitive learning memiliki filosofi, para peserta didik melakukan kerjasamauntuk memenangkan persaingan dan mencapai tujuan belajar yang telahditetapkan bersama. Semangat bekerjasama dan berkompetisi ini merupakanperpaduan yang unik dan khas untuk meningkatkan daya juang mahasiswadalam menghadapi kompetisi yang sebenarnya.

2.7.7 Prosedur

a. Dosen menyampaikan topik/kasus yang akan didiskusikan;topik atau kasus inibisa dikerjakan dan diselesaikan dalam kelas, atau bisa dikerjakan di luar kelasdan selanjutnya didiskusikan dalam kelas.

b. Dosen membagi kelas dalam kelompok kecil yang terdiri dari 5-7 peserta didik.

c. Dosen membagikan topik/kasus yang akan didiskusikan disertai dengan tatacarapenilaian aspek kompetisinya, sehingga di akhir diskusi dapat ditentukan“pemenang” dalam topik/kasus ini.

d. Dosen meminta semua peserta didik untuk membaca, memahami danmengerjakan tugas yang disampaikan tersebut melalui proses diskusi dalamkelompok kecilnya masing-masing.

e. Dosen meminta setiap kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusikelompok tentang penyelesaian kasus/topik di depan kelas serta kelompok lainmemberikan tanggapannya.

Page 51: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

f. Setiap kelompok memberikan penilaian terhadap hasil kerja kelompok lainnyaberdasarkan aspek kompetisi yang telah disepakati bersama

2.7.8 Bentuk kegiatan/strategi

a. Lima kategori: diskusi, timbal balik, pemecahan masalah, organisasi informasidan penulisan

b. Teknik diskusi: think-pair-share, round robin, buzz group, talking chips, dancritical debate.

c. Teknik timbal balik (reciprocal teaching): note-talking pairs, learning cell,fishbowl, role play, jigsaw, dan test-taking teams

d. Teknik pemecahan masalah: think-aloud pair problem solving (TAPPS), send-a-problem, case study, structured problem solving, analytic teams dan groupinvestigation.

e. Teknik dalam kategori organisasi informasi (graphic information organizers):affinity grouping, group grid, team matrix, sequence chains dan word webs.

f. Teknik Penulisan: dialogue journals, round table, dyadic essays, peer editing,collaborative writing, team anthologies dan paper seminar

g. Evaluasi

Pelaksanaan evaluasi dan penilaian berdasarkan pada skor awal sebelummendapatkan pembelajaran, nilai yang diperoleh peserta didik tidak hanyamerefleksikan skor yang diperoleh dari hasil ujian tulis, akan tetapi jugamerefleksikan peningkatan kemampuan peserta didik. Bentuk evaluasi yangsesuai adalah authentic assessment dengan bentuk performance assessmentdan portfolio assessment, dengan tujuan agar kompetensi peserta didik dapatdilihat secara realistis menggunakan kriteria yang objektif.

2.7.9 Referensi

Arends, R.I. 2007. Learning To Teach. New York: McGraw Hill Company

Parson, R.D. ; Hinson, S.L.; Brown, D.S. 2001. Educational Psychology. Canada:Wadsworth

Slavin, R.E. 2009. Educational Psychology. Ohio: Pearson

Page 52: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

2.8 Case-Based Learning

2.8.1 Definisi

Case-based learning (CBL) atau pembelajaran berbasis kasus mulai dikenalkandi pendidikan tinggi hukum pada akhir tahun 1800-an. Pembelajaran jenis ini kemudiandikenalkan pula di sekolah tinggi ekonomika pada awal tahun 1900-an. Latar belakangakademik CBL adalah upaya mendekatkan jarak antara peserta didik dengan dunianyata yang kelak akan dijumpainya; dalam hal ini peserta didik bertindak selaku subyekpembelajaran aktif. Dengan demikian kepada para peserta didik perlu disediakan kasusyang merupakan simulasi bagi mereka untuk melatih diri sebagai profesional yangsesungguhnya. Menurut Barnes et al (1994) kasus adalah an account of events thatseem to include enough intriguing decision points and provocative undercurrents tomake a discussion group want to think and argue about them. Dalam hal ini kasusdapat berupa kejadian yang sesungguhnya, dan dapat pula berupa rekaan sebagaisuatu simulator. Beberepa elemen pokok yang perlu diperhatikan dalam struktur kasusmencakup karakter, situasi, dan dilema yang tercantum di dalam skenario harusmampu mendorong terjadinya diskusi yang bermakna bagi pembelajaran. Kasus yangkompleks dan kaya akan informasi menggambarkan kejadian yang membukakemungkinan untuk munculnya berbagai macam interpretasi. Hal seperti ini akanmendorong peserta didik untuk mengajukan pertanyaan daripada menjawabpertanyaan, merangsang mahasiswa untuk memecahkan masalah, membentukkecerdasan bersama dan mengembangkan berbagai macam perspektif.

2.8.2 Tujuan

CBL bertujuan untuk (a) melatih mahasiswa belajar secara kontekstual, (b)mengintegrasikan prior knowledge dengan permasalahan yang ada di dalam kasusdalam rangka belajar untuk mengambil keputusan secara professional, dan (c)mengenalkan tatacara pemecahan masalah dan pengambilan keputusan yang tepatatau rasional (evidence-based)

2.8.3 Manfaat

CBL bermanfaat bagi dosen pengampu dan mahasiswa. Dosen pengamputerbiasa untuk ; (a) menyiapkan dan menyediakan pokok bahasan yang sesuai dengantujuan pembelajaran sebagaimana tertera di dalam rencana program kegiatanpembelajaran semester (RPKPS), (b) bersama-sama peserta didik membahas kasusyang disajikan. Peserta didik terlatih dan kemudian terbiasa untuk berpikir secara kritisketika mengaktifkan dan menggunakan prior knowledge mereka yang dirangsang olehkasus yang sedang dibahas bersama.

Page 53: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

2.8.4 Sifat

CBL bersifat lentur dan atraktif, setiap kali dapat disajikan kasus yang berbedatanpa harus melenceng dari tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dan disepakati.Di samping itu, CBL mengikat dosen dan peserta didik dalam suatu kegiatanpembelajaran sampai tuntas.

2.8.5 Syarat

Syarat pemberlakuakn CBL adalah sebagai berikut :

a. dosen pengampu menyiapkan dan menguasai kasus-kasus yang disajikan

b. peserta didik terlebih dahulu diberi penjelasan tentang proses pembelajaranyang akan mereka laksanakan

c. kasus-kasus terlebih dahulu diberikan kepada para peserta didik (padaumumnya satu minggu sebelum proses pembelajaran terlaksana)

d. tersedia referensi yang sesuai dengan pokok bahasan

e. pembelajaran bersifat interaktif.

2.8.6 Prinsip

Prinsip CBL adalah student-centered learning dengan mengutamakan problemsolving approach. Dengan demikian peserta didik perlu terlebih dahulu diberi materiyang sesuai dan cukup agar pembahasan kasus dapat berjalan lancar dan mahasiswamencapai tujuan pembelajarannya

2.8.7 Prosedur

a. Dosen pengampu menyiapkan materi (dalam bentuk kasus) yang sesuai dengantujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik, dan referensi yangsesuai dengan pokok bahasan

b. Kasus diberikan kepada peserta didik satu minggu sebelum proses jadwalpelaksanaan pembelajaran

c. Pembelajaran dalam bentuk diskusi kelompok kecil dan / atau diskusi kelas

d. Dosen mengamati proses diskusi dan bila perlu memberi sentuhan /pengarahan / koreksi/ pertanyaan agar diskusi kelompok mencapai sasaran

e. Setiap peserta didik diwajibkan membuat catatan ringkas tentang materi yangdibahas (dosen dapat memberi garis besar tentang apa saja yang perlu dicatat /dilaporkan oleh peserta didik)

Page 54: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

2.8.8 Bentuk kegiatan/strategi

a. Dosen pengampu menjelaskan proses pembelajaraan yang akan dilaksanakan

b. Dosen pengampu menunjuk seorang peserta didik untuk menjadi ketuakelompok, atau dosen pengampu dapat memimpin diskusi kelas secaralangsung

d. Alokasi waktu harus ditaati

e. Dosen pengampu membuka diskusi dengan memberi pengantar secukupnya,termasuk tujuan pembelajaran nyang harus dicapai

c. Apabila di dalam kelas tersedia jaringan internet maka diskusi dapat lebih efektif

2.8.9 Evaluasi

a. Dosen pengampu membaca, memberi komentar dan penilaian terhadap laporanmahasiswa, dan kemudian diserahkan kembali kepada mahasiswa

b. Dosen pengampu mencatat nilai setiap mahasiswa

c. Ujian akhir semester: MCQ, hasil penugasan, dsb

2.8.10 Referensi

Barnes,L.B., Christensen,C.R., Hansen,A.J. 1994 Teaching and the case methods:Text, cases, and readings; 3rded. Boston Massachussets; Harvard Business SchoolPress.

Jarz,E.M., Kainz,G.A., Walpoth,G. 1997 Multimedia-based case studies in education:design, development, and evaluation of multimedia-based case studies. J. Educ.Multimedia Hypermedia; 6(1);23-46.

Kolodner,J.L., Hmelo,C.E.,Narayanan,N.H. 2004 Problem-based learning meets case-based reasoning. The EduTech Institute, College of Computing-Georgia Institute ofTechnology Atlanta.

Merseth,K. 1991 The early history of case-based instruction: insight for teachereducation today; J. Teacher Educ; 42(4):243-49

2.9. Research-based Learning

2.9.1 Definisi

Research-based learning (RBL) adalah merupakan salah satu metodestudent-centered learning (SCL) yang mengintegrasikan penelitian di dalam prosespembelajaran. RBL bersifat multifaset yang mengacu kepada berbagai macam metodepembelajaran. Aktivitas RBL didasarkan pada pertanyaan masalah yang selanjutnya

Page 55: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

menuntun peserta didik terlibat dalam merancang, menyelesaikan masalah, membuatkeputusan atau melakukan penelitian. RBL memberi peluang/kesempatan kepadapeserta didik untuk mencari informasi, menyusun hipotesis, mengumpulkan data,menganalisis data, dan membuat kesimpulan atas data yang sudah tersusun; dalamaktivitas ini berlaku pembelajaran dengan pendekatan “learning by doing”. (Jones,Rasmussen, & Moffitt, 1997; Thomas, Mergendoller, & Michaelson,1999, Thomas,2000). Oleh karena itu RBL membuka peluang bagi pengembangan metodepembelajaran, antara lain :

a. pembaharuan pembelajaran atau pengayaan materi ajar denganmengintegrasikan metode dan hasil penelitian,

b. pembelajaran dengan menggunakan instrumen penelitian,

c. partisipasi aktif peserta didik di dalam perancangan hingga pelaksanaanpenelitian, dan

d. pengembangan konteks penelitian secara inklusif (peserta didik mempelajariprosedur dan hasil penelitian untuk memahami seluk-beluk sintesis).

Dengan demikian RBL adalah metode pembelajaran yang dimaksudkan untukmenggunakan pertanyaan otentik (drives-on) sebagai dasar motivasi,mengembangkan ketrampilan berpikir (minds-on) dan melakukanimplementasi/penerapan (hands-on).

2.9.2 Tujuan

RBL bertujuan untuk menciptakan proses pembelajaran yang mengarah padaaktivitas analisis, sintesis, dan evaluasi serta meningkatkan kemampuan peserta didikdan dosen dalam hal asimilasi dan aplikasi pengetahuan.Tujuan tersebut secara rincidapat diuraikan sebagai berikut :

a. Meningkatkan kebermaknaan mata kuliah agar lebih bersifat kontekstual melaluipemaparan hasil-hasil penelitian

b. Memperkuat kemampuan berpikir peserta didik sebagai peneliti

c. Melengkapi pembelajaran melalui internalisasi nilai penelitian, praktik, dan etikapenelitian dengan cara melibatkan penelitian

d. Meningkatkan mutu penelitian dan melibatkan peserta didik dalam kegiatanpenelitian

e. Meningkatkan pemahaman peserta didik tentang perkembangan suatu ilmumelalui penelitian yang berkelanjutan

Page 56: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

f. Meningkatkan pemahaman tentang peran penelitian dalam inovasi sehinggamendorong peserta didik untuk selalu berpikir kreatif di masa datang

g. Meningkatkan kualitas pembelajaran secara umum

2.9.3 Manfaat RBL

Manfaat RBL dikenal sejak beberapa dasawarsa yang lalu, beberapa literaturmenyetarakan dengan project-based learning karena hampir tidak ada proyek yangtidak melibatkan penelitian (yaitu evaluasi). Namun demikian research in classroombelum banyak diadopsi sebagai metode pembelajaran. Dengan RBL maka pesertadidik dapat memperoleh berbagai manfaat dalam konteks pengembangan metakognisidan pencapaian kompetensi yang dapat dipetik selama menjalani proses pembelajaran.Manfaat yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Peserta didik mengalami pengembangan dan peningkatan kapabilitas dankompetensi yang lebih tinggi, termasuk :

Kompetensi umum, misalnya berpikir secara kritis dan analitik,mengevaluasi informasi, dan pemecahan masalah

Kompetensi dalam hal melaksanakan dan mengevaluasi penelitian yangsangat bermanfaat dan membantu dalam pengembangan profesionalyang mengedepankan inovasi dan keunggulan

b. Peserta didik memiliki motivasi belajar yang tinggi dan memiliki peluang untukaktif di dalam proses pembelajaran yang berkaitan dengan dunia praktik kelak dikemudian hari.

c. Peserta didik terlatih dengan nilai-nilai disiplin, mendapatkan pengalaman praktikdan etika

d. Peserta didik lebih memahami tentang betapa pentingnya nilai-nilai disiplin bagimasyarakat

RBL merupakan metode pembelajaran yang menggunakan authentic learning(harus ada contoh nyata), problem-solving (menjawab kasus dan konstektual),cooperative learning (bersama), contextual (hands on & minds on) dan inquiry discoveryapproach (menemukan sesuatu) yang didasarkan pada filosofi konstruktivisme (yaitupengembangan diri siswa yang berkesinambungan dan berkelanjutan).

Page 57: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

2.9.4 Sifat

Sifat yang melekat pada RBL adalah sebagai berikut :

a. Mendorong dosen untuk melakukan penelitian atau memperbaharuikeilmuannya dengan membaca dan memanfaatkan hasil penelitian orang lainsebagai bahan pembelajaran.

b. Mendorong peran peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran, bahkanmenjadi mitra aktif dosen.

c. Peserta didik menjadi lebih kompeten dalam keilmuan dan penelitian sertatrampil mengidentifikasi persoalan serta memecahkannya dengan baik

d. Peserta didik memiliki kemandirian, kritis dan kreatif sehingga memberikanpeluang munculnya ide dan inovasi baru.

e. Peserta didik dilatih memiliki etika, khususnya etika profesi misalnyamenjauhkan diri dari perilaku buruk misalnya plagiarisme.

2.9.5 Syarat

Syarat RBL adalah sebagai berikut:

a. Adanya kebijakan akademik dan riset di universitas dan fakultas

b. Ketersediaan learning resources (kurikulum, sarana dan prasarana)

c. Pengembangan staf untuk pelaksanaan RBL

Dosen menguasai metode penelitian dan kajian bukti.

Dosen berpengalaman melakukan kegiatan penelitian

Dosen berpengalaman melakukan praktek nyata/kerja di lapangan

d. Materi pembelajaran berbasis evidence atau bukti ilmiah

e. Peserta didik memiliki motivasi untuk mengembangkan pola pikir ilmiah(meskipun hal ini juga merupakan efek langsung penerapan RBL)

f. Menghubungkan antara penelitian dan proses belajar

g. Pembelajaran bersifat aktif, yaitu aktivitas pembelajaran yang melibatkanmahasiswa dalam mengerjakan berbagai hal dan berpikir tentang apa yangsedang mereka kerjakan. Pembelajaran aktif dapat berlangsung ketikamahasiswa diberi kesempatan untuk lebih berinteraksi dengan teman sesamamahasiswa maupun dengan dosen perihal pokok yang sedang dihadapinya,

Page 58: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

mengembangkan pengetahuan dan bukan sekedar menerima informasi daridosen. Dosen berperan sebagai fasilitator (Harsono, 2005).

2.9.6 Bentuk Kegiatan Pembelajaran

Bentuk atau Strategi kegiatan RBL dapat dikelompokkan menjadi 8 model.Masing-masing model RBL dapat dikembangkan sesuai dengan karakteristik kajianilmu serta kondisi fasilitas yang tersedia di satuan pendidikan yang bersangkutan.Strategi penerapan RBL sebaiknya benar-benar dipertimbangkan agar pelaksanaanRBL efektif dan tujuan RBL tercapai. Berikut beberapa strategi dalam memadukanpembelajaran dan penelitian yang secara empirik dikembangkan di Griffith UniversityGreen (2008) :

1) Memperkaya bahan ajar dengan hasil penelitian dosen. Pada prosespembelajaran ini hasil penelitian dosen digunakan untuk memperkaya bahanajar. Dosen dapat memaparkan hasil penelitiannya sebagai contoh-contoh nyatadalam perkuliahan, yang diharapkan dapat berfungsi membantu peserta didikdalam mamahami ide, konsep, dan teori penelitian. Dalam kegiatan ini nilai-nilai,etika, dan praktik penelitian yang sesuai dengan bidang ilmu yang diajarkandapat disampaikan untuk memberikan inspirasi kepada peserta didik. Bagipeserta didik pascasarjana dapat diterapkan diskusi yang komprehensif tentangpenelitian yang sedang dikerjakan oleh dosen.

2) Menggunakan temuan-temuan penelitian mutakhir dan melacak sejarahditemukannya perkembangan mutakhir tersebut Pada proses pembelajaran ini,temuan-temuan penelitian mutakhir yang diperoleh dari pustaka didiskusikanuntuk mendukung materi pokok bahasan yang sesuai. Dinamika perkembanganilmu pengetahuan disampaikan di dalam perkuliahan sebagai rangkaian sejarahperkembangan pengetahuan tersebut. Dengan demikian peserta didik dapatmemiliki pemahaman bahwa kebijakan dan praktik yang ada pada saat ini, dapatdilakukan dan dikembangkan saat ini, karena adanya kebijakan dan praktik yangtelah dikembangkan sebelumnya. Hal ini semua merupakan suatu kesatuandinamika perkembangan ilmu pengetahuan.

3) Memperkaya kegiatan pembelajaran dengan isu-isu penelitian kontemporer.Pada proses pembelajaran ini dapat dimulai dengan meminta peserta didikmenyampaikan isu-isu penelitian yang ada pada saat ini, yang sesuai denganpokok bahasan. Selanjutnya peserta didik diminta mendiskusikan penerapanisu penelitian tersebut untuk penyelesaian problem nyata dalam kehidupan.Strategi ini dapat diperkaya dengan berbagai cara misalnya :

a. Dengan membandingkan laporan hasil penelitian dan laporan pemberitaanyang terjadi di masyarakat.

Page 59: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

b. Melakukan analisis tentang metodologi penelitian serta argumentasi yangberkaitan dengan temuan penelitian tersebut yang dikemukakan dalam jurnalpenelitian.

c. Melakukan studi literatur tentang perkembangan pengetahuan terkini yangsesuai dengan pokok bahasan.

4) Mengajarkan materi metodologi penelitian di dalam proses pembelajaran.Strategi ini dapat diterapkan dengan melakukan tahapan berikut:

a. Meningkatkan pemahaman peserta didik tentang metodologi penelitian.

b. Merancang materi ajar dengan menyertakan metodologi penelitian pada pokokbahasan tersebut, sehingga peserta didik dapat menerapkannya untukmenyelesaikan problem penelitian yang nyata.

c. Merancang materi ajar dengan berbagai metodologi penelitian yang berkaitandengan beberapa isu penelitian mutakhir, sehingga peserta didik dapat belajarmelakukan evaluasi terhadap isu penelitian tersebut.

5) Memperkaya proses pembelajaran dengan kegiatan penelitian dalam skala kecil.Pada proses pembelajaran ini, kelompok peserta didik diberi tugas melakukanpenelitian bersama. Dengan demikian peserta didik dapat meningkatkanketrampilan dan pengetahuan dari kegiatan tersebut. Dengan kegiatan inibudaya penelitian dapat lebih terbangun dibandingkan dengan bila penelitiantersebut diselenggarakan secara individual. Selanjutnya dapat dikembangkankegiatan berikut misalnya :

a. Peserta didik diminta untuk melakukan analisis data dari kegiatan penelitianyang telah dilakukan.

b. Dosen memberikan beberapa pertanyaan sehingga peserta didik perlumelakukan studi literatur, menentukan metodologi penelitian, mengumpulkandata, menuliskan hasil analisa, dan mengemukakan kesimpulan dari darisuatu kegiatan penelitian. Agar kegiatan ini dapat berlangsung dengan baik,maka sebelum kegiatan tersebut dosen perlu melakukan paparan singkattentang pemanfaatan ketrampilan penelitian dan pengetahuan yang telahdipelajari pada semester pokok bahasan sebelumnya.

6) Memperkaya proses pembelajaran dengan melibatkan peserta didik dalamkegiatan penelitian institusi.

Pada kegiatan ini PBR dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :

a. Peserta didik diberi tugas penelitian yang merupakan bagian dari penelitianbesar yang dilakukan oleh institusi.

Page 60: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

b. Mengorganisasikan peserta didik sebagai asisten penelitian bagi peserta didikpada jenjang yang lebih tinggi atau dosen.

c. Melakukan kunjungan ke pusat-pusat penelitian.

7) Memperkaya proses pembelajaran dengan mendorong peserta didik agarmerasa menjadi bagian dari budaya penelitian di fakultas/jurusan. Pada strategiini diusahakan agar peserta didik merasa sebagai bagian dari budaya penelitiandi bagian atau fakultas yang bersangkutan. Dalam rangka itu maka beberapa haldapat dilakukan :

a. Memberikan informasi kepada peserta didik tentang kegiatan penelitian dankeunggulan penelitian dosen di jurusan atau fakultas yang bersangkutan.

b. Mengadakan kuliah umum oleh pakar atau staf dari institusi lain, untukmenyampaikan capaian penelitiannya sebagai referensi langsung bagi pesertadidik.

c. Mendorong peserta didik untuk berpartisipasi pada kegiatan seminar penelitianbaik sebagai peserta, penyaji makalah, ataupun sebagai penyelengara seminartersebut.

8) Memperkaya proses pembelajaran dengan nilai-nilai yang harus dimiliki olehpeneliti. Nilai-nilai yang harus dimiliki oleh peneliti seharusnya perlu dipahamioleh peserta didik. Nilai-nilai tersebut antara lain: objektivitas, penghargaan akantemuan penelitian, respek pada pandangan lain, toleransi terhadapketidakpastian, dan kemampuan analisis. Penyampaian nilai-nilai tersebut dapatdilakukan dengan :

a. Mencerminkan nilai-nilai seorang peneliti dalam interaksi kelas.

b. Menyampaikan proses perjalanan seorang peneliti sebelum pekerjaannyadipublikasi termasuk beberapa kali revisi yang dilakukan.

c. Memberikan pemaparan terstruktur yang menginspirasi peserta didiktentang beberapa nilai misalnya: menyampaikan artikel penelitian yangmengandung argumentasi yang berbeda pada topik yang sama kemudianmenanyakan peserta didik tentang validitasnya serta menyampaikankesimpulan.

Model-model strategi implementasi RBL tersebut dapat dikembangkan lebihlanjut sesuai dengan disiplin ilmu dan perkembangan budaya penelitian yang telahberkembang di institusi yang bersangkutan. Satu hal yang sebaiknya diingat ialahbahwa RBL tidak hanya bertujuan mengembangkan kemampuan peserta didik sebagai

Page 61: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

peneliti handal namun sebagai peneliti handal yang memiliki karakter serta nilai-nilaiyang sifatnya universal.

2.9.7 Evaluasi

Metode evaluasi untuk mengukur ketercapaian kompetensi peserta didikmelalui metode pembelajaran RBL sangat tergantung pada model RBL yangdigunakan. Namun demikian pada prinsipnya perlu adanya standar penilaian formatifdan sumatif yang sahih dan reliable. Nilai untuk hasil pembelajaran peserta didikditentukan setelah mengevaluasi beberapa kegiatan, antara lain melalui beberapakegiatan:

a. Tes

b. Kuis

c. Ujian tulis

d. Kerja kelompok

e. Portfolio pembelajaran

f. Kontrak belajar

g. Logbook yang dibuat oleh peserta didik

Nilai akhir ditentukan oleh persentase ketercapaian kontrak belajar, kesesuaianhasil pembelajaran dengan portfolio, dan hasil kegiatan pembelajaran sepertitercantum dalam logbook. Nilai bisa ditentukan terhadap ketercapaian kompetensiyang direncanakan pada awal proses pembelajaran.

2.9.8 Pustaka

Good Practice Guide, Research-Based Learning, Griffith Institute for Higher Education.

www.griffith.edu.au/gihe

Thomas JW, 2000. A review of research on project-based learning. AutodestFoundation. California.

Roach M, Blackmore P & Dempster J, 2000. Supporting high level learning through

research-based methods and e-learning.

Page 62: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

2.10. Problem-Based Learning

2.10.1 Definisi

Problem-Based Learning (PBL) adalah suatu metoda pembelajaran di manapeserta didik sejak awal dihadapkan pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh prosespencarian informasi yang bersifat student-centered. Baik content maupun prosespembelajaran sangat ditekankan dalam PBL. Selama 30 tahun terakhir muncul banyakvarian PBL namun demikian elemen pokok PBL tidak mengalami perubahan. Padaumumnya PBL dipahami sebagai suatu strategi instruksional di mana mahasiswamengidentifikasi pokok persoalan (issues) yang dimunculkan oleh masalah yangspesifik. Pokok persoalan tersebut membantu dan mendorong peserta didik untukmengembangkan pemahaman tentang berbagai konsep yang mendasari masalah tadiserta prinsip pengetahuan lainnya yang relevan. Fokus bahasan berupa masalah(biasanya tertulis) yang meliputi “phenomena that need explanation”. Kegiatan untukmemperoleh pengetahuan dan pemahaman baru melalui pembahasan masalah tadidikenal sebagai “problem first learning

2.10.2 Tujuan

PBL mengembangkan berbagai aspek dalam proses pembelajaran, mencakup:

a. knowledge – materi dasar dan komunitas selalu dalam konteks

b. skills – hard-soft-life skills - berpikir secara ilmiah

c. critical appraisal, trampil dalam mencari informasi, trampil dalam belajarsecara aktif & mandiri, dan belajar sepanjang hayat

d. attitudes – nilai kerjasama, etika, ketrampilan antarpersonal, menghargainilai psikososial

2.10.3 Manfaat

Peserta didik akan memiliki kecakapan dan sikap tertentu yang positif, antaralain: kerjasama dalam kelompok, kerjasama antarpeserta didik di luar diskusikelompok, memimpin kelompok, mendengarkan pendapat kawan, mencatat hal-halyang didiskusikan, menghargai pendapat / pandangan kawan, bersikap kritis terhadapliteratur, belajar secara mandiri, mampu menggunakan sumber belajar secara efektif,dan ketrampilan presentasi. Secara keseluruhan, kecakapan dan sikap tadi merupakanmodal utama dalam pembentukan lifelong learner.

Page 63: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

2.10.4 Sifat

a. PBL mengakomodasi dan mendorong terjadinya proses pembelajaran yangkontekstual dan terintegrasi, baik dalam hal kurikulum maupun ranah kognitif(cipta), psikomotor (karsa), dan attitude (rasa)

b. Sejak awal para peserta didik dikenalkan dengan permasalahan nyata(kontekstual) yang kelak akan dihadapi pada saat bekerja sebagai tenagaprofesional

c. PBL mendorong perubahan sikap peserta didik ke arah active learning, self-directed learning, dan life-long learning

d. Para staf pengajar beralih fungsi, dari posisi sentral ( sebagai sumber ilmuutama) menjadi fasilitator dan mitra pembelajaran

e. Dengan demikian interaksi kelas dapat terjadi secara optimal

f. Institusi pendidikan harus menyiapkan seluruh fasilitas pembelajaran

g. Bagi institusi pendidikan: “Jer basuki mawa beya”

2.10.5 Syarat

Syarat-syarat yang berkaitan dengan PBL mencakup :

a. penyesuaian kurikulum yang dikemas dalam modul

b. adanya tutor yang telah menjalani pelatihan proses tutorial

c. blueprint of assessment yang jelas, mengacu pada proses dan tujuanpembelajaran ruang untuk tutorial

d. laboratorium ketrampilan (bagi program studi yang mengharuskan adanyamateri yang terkait dengan profesionalisma atau vokasi

e. perpustakaan yang lengkap, termasuk electronic library

2.10.6 Prinsip

a. Akademik

Dalam hal “kepandaian”: tidak ada perbedaan yang bermakna dalam prestasiakademik antara PBL dan konvensional

Long-term recall labih baik pada mahasiswa dengan PBL daripadakonvensional

Page 64: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Motivasi internal lebih kuat, sebagai dasar active learning, self-directedlearning, dan life-long learning

Lebih memberi bekal untuk beradaptasi, berkreasi, berinovasi danberkompetisi secara tangguh

Peserta didik belajar dan mencari informasi ilmiah secara aktif dan mandiri

Peserta didik belajar untuk memahami makna kemudian membangun maknabaru, relevan dengan bidang / profesi yang akan digeluti kelak setelah lulus

Peserta didik lebih sering menggunakan fasilitas perpustakaan dan sumberbelajar lainnya

Peserta didik lebih happy, tingkat stres lebih rendah, dan bersikap positifterhadap lingkungan belajar, mengembangkan interaksi kelas

b. Staf pengajar :

Staf pengajar merasa senang dalam hal berinteraksi dengan mahasiswa

Pengurus Fakultas sebagai penanggung jawab kurikulum sentral merasalebih dekat dengan para peserta didik

PBL mendorong staf pengajar untuk belajar bersama-sama dengan pesertadidik

2.10.7 Prosedur

Diskusi kelompok kecil (tutorial) merupakan jantung bagi PBL. Kehidupan PBL(aktivitas pembelajaran) bertumpu pada proses tutorial. Di dalam proses tutorial ini parapeserta didik bersama-sama dengan tutor melakukan pemahaman dan pencarianpengetahuan yang “tersimpan” di dalam masalah yang tersaji di modul (skenario)melalui langkah-langkah terstruktur guna mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkanmaupun tujuan belajar yang lebih dari itu. Aktivitas kelompok kecil merupakan salahsatu jenis metoda pendidikan untuk meningkatkan pembelajaran peserta didik. Aktivitasini merupakan pergeseran dari teacher-centered approach kearah student-centeredapproach. Diskusi kelompok kecil dicirikan oleh partisipasi dan interaksi peserta didik.Idealnya diskusi kelompok kecil akan efektif apabila jumlah peserta didik antara 8-10orang. Apabila jumlah peserta didik lebih besar maka akan ada kecenderungankelompok terbagi dua atau bahkan lebih. Untuk tutor yang berpengalaman maka diaakan dapat memberi fasilitasi peserta didik dalam jumlah lebih besar dari 10 orang,tetapi bagi tutor yang belum berpengalaman maka dia akan merasa nyaman apabilajumlah peserta didik kurang dari delapan. Sebenarnya, besar-kecilnya jumlah peserta

Page 65: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

didik dalam kelompok kecil kurang penting artinya bila dibandingkan dengankarakteristika kelompok itu.

Seven jump :

Step-1: Clarifying unfamiliar terms

a. Setiap anggota kelompok mengidentifikasi arti kata-kata asing / tidak jelasartinya / tidak familiar (berdasarkan pemahaman masing-masing individu)

b. Kemudian anggota kelompok menjelaskan arti kata-kata tersebut berdasarpengetahuan dasar mereka

c. Jika belum jelas atau tidak ada kesepakatan maka kata-kata tadi dapatdijadikan learning objektif

Step-2: Problem definitions

a. Setelah memahami skenario secara keseluruhan (termasuk kata-kata di step-1)maka kelompok merumuskan masalah berdasarkan skenario yang telahdipelajari

b. Jika mengalami kesukaran dalam merumuskan masalah maka kelompok dapatmulai dengan mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang timbul

c. Kelompok membuat daftar pertanyaan kemudian dilanjutkan denganmerumuskan problem

Step-3: Brain storming

a. Berdasar problem atau pertanyaan yang telah disusun maka kelompok –berdasarkan pengetahuan yang dimiliki masing-masing anggota kelompok –menjelaskan dan mendiskusikan jawaban atau solusi yang bersifat hipotetik,termasuk analisis dan /atau kritik yang lebih dalam dari berbagai sisi.

b. Pada tahap ini kelompok sudah mulai menyadari pengetahuan yang sudahdipahami dan yang belum dipahami

Step-4: Analyzing the problems

a. Membuat peta konsep tentang pengetahuan yang sudah dimiliki atau yangseharusnya dimiliki, dengan cara membuat daftar topik pengetahuan yangberkaitan dengan masalah

b. Melakukan penyusunan topik tersebut secara sistematik dalam suatu peta,sehingga menjadi jelas relasi topik satu dengan lainnya dan mudah dipahamidan diingat

Page 66: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Step-5: Formulating learning issues

a. Berdasar seluruh jalannya diskusi kelompok mencoba merumuskan secaramenyeluruh dan detail issues apa yag masih perlu dipelajari, dipahami, dilatihkanatau dikembangkan

b. Makin rinci akan makin terarah, dan akan makin membantu dalam memfokuskanbelajar

c. Perumusan learning issues setelah peserta didik menyadari pengetahuan apasaja yang harus dikuasai, pengetahuan apa yang sudah dikuasai sampai saat ini,dan sekaligus pengetahuan apa saja yang belum dikuasai

d. Membuat daftar kebutuhan pengetahuan yang perlu dipelajari, dilatihkan dandikembangkan.

e. Daftar yang lebih rinci akan lebih mengarahkan belajar walaupun akan lebihsempit ruang lingkupnya

f. Setiap anggota hendaknya mempunyai catatan tentang learning issue yangakan dipelajari.

Step-6: Self-study

a. Semua anggota kelompok berkewajiban belajar semua learning issues (langkah5)

b. Memanfaatkan semua sumber belajar yang tersedia dan memilih sumber belajaryang efisien yang dapat mendukung pencapaian tujuan belajar.

c. Membuat ringkasan setiap topik yang dipelajari untuk bahan diskusi padatutorial ke-2

d. Tahap ini memerlukan ketekunan dan ketelitian peserta didik untuk belajar

Step-7: Reporting

a. Diskusi dilakukan dari satu topik ke topik lain secara berurutan dan sistematik

b. Setiap anggota kelompok harus memberikan kontribusinya terhadap setiap topik

c. Pada akhir diskusi juga membuat konsep map lagi atau merevisi ataumemperdalam concept map sebelumnya.

Page 67: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

2.10.8 Bentuk kegiatan/strategi

Bentuk kegiatan mencakup:

a. Tutorial / diskusi kelompok kecil

b. Kuliah pakar

c. Praktikum di laboratorium

d. Praktik di laboratorium ketrampilan

e. Seminar / diskusi panel (opsional)

f. Kegiatan mandiri

Strategi PBL: S-P-I-C-E-S

a. S-tudent centered:

Mahasiswa bukan lagi anak didik, melainkan peserta didik yang dewasa

Dosen beralih fungsi sebagai fasilitator

Sebagai pusat pembelajaran adalah ilmu yang telah dirancang dalambentuk modul (terpadu & kontekstual)

Terjadi proses active learning (mentally not phisically)

Mahasiswa sebagai explorer bukan sebagai receiver

b. P-roblem based

Pemicu belajar dirancang dalam bentuk problem/masalah/skenario (terdapatdi dalam modul)

Problem dirancang secara terintegrasi (horisontal, vertikal, spiral) dankontekstual

Peserta didik belajar (diskusi) secara terstruktur / berurutan ( seven jump)

Problem based berbeda dengan problem solving

c. I-ntegrated curriculum

Horisontal: materi dari level / semester yang sama tersaji dalam satu modul

Vertikal: materi dari level / semester yang berbeda tersaji dalam satu modul

Page 68: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Spiral: terjadi pengulangan materi secara proporsional (menyinggungkembali materi sebelumnya, menuju materi di level atasnya)

d. C-ommunity oriented

Dalam arti yang luas: kurikulum selalu disesuaikan dengan perubahan dantuntutan komunitas, sesuai dengan perkembangan zaman dan IPTEK

Dengan demikian kurikulum bersifat fleksibel , mengacu perkembangan yangterjadi di komunitas, tetapi dengan tujuan yang jelas

Dalam arti yang lebih sempit: sarjana macam apa yang dibutuhkan olehkomunitas- Social accountability

Dengan demikian diperlukan tracer study

e. E-lective – Early professional exposure

Sejak semester I para peserta didik sudah dikenalkan dengan masalahnyata, sesuai dengan profesinya kelak di kemudian hari

Diikuti dengan latihan ketrampilan / studio / laboratorium / tugas lapangan

Dengan demikian para peserta didik sejak awal benar-benar merasakan danmenghayati kehidupan dan aktivitas sebagai calon intelektual dan profesionaldalam bidangnya

Elective: disiapkan modul-modul yang relevan dengan dunia kerja di luarkurikulum wajib

d. S-ystematic – Self directed learning

Peserta didik dilatih untuk belajar secara mandiri: active learning, selalu adamotivasi internal untuk mencari informasi lanjutan/lebih dalam sesuai dengankonteks pembelajaran

Fakultas menyediakan fasilitas

Sebagai pembekalan untuk life-long learning

Systematic : dalam konteks kerja nyata, terstruktur dan segala sesuatunyadisiapkan dengan baik

2.10.9 Evaluasi

a. Untuk ranah kognitif: MCQ

b. Untuk ranah psikomotor: rubric / check-list

Page 69: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

REFERENSI

Maudsley G. Roles and responsibilities of the problem based learning tutor in theundergraduate medical curriculum. BMJ 1999;318:657-61.

Wood DF. ABC of learning and teaching in medicine: Problem based learning. BMJ2003;326:328-30.

Mennin S, Majoor G. Position paper: Problem-based learning. The Network 2002.

Neufeld VR, Barrows HS. “The McMaster philosophy”: an approach to medicaleducation. J med educ 1974;49(11):1040-50.

Schmidt HG. Foundations of problem-based learning: some explanatory notes. MedEduc 1993;27:422-32.

Dolmans D, Schmidt H. The advantages of problem-based curricula. Postgrad Med1996;72:535-8.

Snellen-Balendong H. Rationale underlying the design of problem-based curriculum. In:Bouhuijs PAJ, Schmidt HG, van Berkel HJM (eds): Problem-based Learning aseducational Strategy. Network Publications Maastricht 1993; pp.69-78.

Harden R. Curriculum mapping: a tool for transparent and authentic teaching andlearning. Med Teach 2000;23(2):123-7.

Barrows HS, Tamblyn RM. Problem-based learning: an approach to medical education.

Ross B. Towards a framework for problem-based curricula. In: Boud D, Feletti GI.(eds):The Challenges of problem-based learning. London; Kogan Page,1991;pp.34-41.

Margetson D. Current educational reform and the significance of problem-basedlearning. Stud Higher Educ 1994;19:5-19.

Dolmans D, Snellen-Balendong H. Problem construction. Maastricht 2000; Datawyse IUniversitaire Pers.

Kaufman DM. ABC of learning and teaching in medicine: Applying educational theory inpractice. BMJ 2003;326:213-16.

Davis MH, Harden RM. AMEE Medical Education Guide No.15: Problem-basedlearning: a practical guide. Med Teacher 1999;21(2):130-140.

Page 70: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

Gordon J. ABC of learning and teaching in medicine: One to one teaching andfeedback. BMJ 2003;326:543-45.

Wilkerson L, Gijselaers WH. New Directions for teaching and learning, BringingProblem-Based Learning to Higher education: Theory and Practice, No.68.Maastricht 1996; Jossey-Bass.

Page 71: PANDUAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT CENTERED …pembelajaran.ppns.ac.id/wp-content/uploads/2018/12/PANDUAN-SCL... · Student centered learning ... dengan SCL maka para peserta didik

BAB 3

PENUTUP

Panduan ini diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh dosen dan pesertadidik PPNS, sehingga benih SCL yang telah ditaburkan dapat berkembang dengansubur dan sesuai dengan yang diharapkan. Panduan ini diharapkan mampu menjawabpertanyaan-pertanyaan yang mungkin mucul dalam implementasi SCL di PPNS.Dengan demikian munculnya keraguan dalam implementasi SCL di PPNS yang seringkali menjadi hambatan dapat diminimasikan. Sikap semangat berbagi juga ditumbuhkembangkan di PPNS. Oleh karena itu panduan ini diharapkan dapat digunakansebagai sarana berbagai pengalaman baik kepada perguruan tinggi lain. Dengandemikian kontribusi PPNS dalam kemajuan Pendidikan Vokasi di Indonesia menjadisemakin nyata.