panduan fasilitator proses an

108
DTPS-KIBBLA Panduan Fasilitator Proses Perencanaan Perencanaan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak dengan Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Tim Kabupaten/Kota

Upload: hatipenala

Post on 15-Jun-2015

1.462 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Page 1: Panduan Fasilitator Proses an

DTPS-KIBBLAPanduan Fasilitator Proses Perencanaan

Perencanaan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak dengan Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Tim Kabupaten/Kota

Page 2: Panduan Fasilitator Proses an

Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI306.874 3Ind Indonesia. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal d Bina Kesehatan Masyarakat. DTPS-KIBBLA: Perencanaan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak dengan Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Tim Kabupaten/Kota.– Jakarta: Departemen Kesehatan RI, 2008. Buku 1 - Pedoman Proses Perencanaan Buku 2 - Panduan Fasilitator Orientasi Multipihak Buku 3 - Panduan Fasilitator Proses Perencanaan Buku 4 - Referensi Advokasi Anggaran dan Kebijakan Buku 5 - Panduan Fasilitator Advokasi Anggaran dan Kebijakan

I. Judul I. MOTHER AND CHILD RELATIONS II. PROBLEM SOLVING

Page 3: Panduan Fasilitator Proses an

DTPS-KIBBLAPANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN

Perencanaan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak dengan Pemecahan Masalah melalui Pendekatan Tim Kabupaten/Kota

ISBN 978-979-9254-20-7

Editor Dr. Sri Hermiyanti, M. Sc Dr. Lukman H.L., MBA Dr. Muh. Ilhamy, Sp.OG Doni A. Baruno Benito Lopulalan Dicky Lopulalan Dyah Indrapati Maro

Kontributor Dr. Reginald Gipson, MPH Dr. Anhari Achadi, MPH SCD Dr. Broto Wasisto, MPH Dr. Budi Utomo, MPH Dr. Astrid Sulistomo Dr. Setyawati Budiningsih Dr. Lukas C. Hermawan, M.Kes Dr. Imran Pambudi Dr. J. Prastowo N., MHA Dr. Christina Manurung Adriati Adnan, SKM Drg. Wara Pertiwi, MA Dr. Kirana Pritasari MQIH Dr. Erna Mulati, M.Sc Dr. Bagus Satria Budi, M.Kes Dr. Nida Rohmawati Dra. Fatimah Umar, Apt Dra. Sri Kusminarti Susri Rahayu, SKM Bambang Wahyudianto, SSos Khairul Abidin, SKM, M.Kes Rusdin Pinem, SKM, MSi Ridesman, SH, M.Kes Dr. Naomi Yosiati Yusuf R. Romli, SKM, M.Epid Dr. Andah S Dr. Reniati Dr. M. Syah Sinar Rambey, M.Kes, DAN, AAK Drg. Titien Irawati, M.Kes Bambang Harianto, SKM, MSc Dr. Frankie Hartanto Dr. Witasari Dr. Lies Zakaria Dr. Wihardi Triman

Page 4: Panduan Fasilitator Proses an

iv – DTPS-KIBBLA

Funding and technical support for the development and printing of this material was provided by the United States Agency for International Development (USAID) through its Health Services Program, Cooperative Agreement No.497-A-00-05-00031-00.

This publication is made possible in part by the generous support of the American people through USAID. The contents are the responsibility of the Republic of Indonesia Ministry of Health and do not necessarily reflect the views of USAID of the United States Government.

Page 5: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – i

Kata Sambutan

Sesuai dengan Strategi utama dan salah satu program prioritas Departemen Kesehatan dalam mempercepat penurunan Angka Kematian Ibu, Bayi, dan Balita di Indonesia perlu dilakukan upaya terfokus berdasarkan perencanaan yang berbasis data melalui proses yang sistematis dan partisipatif.

Berbagai kajian menunjukkan bahwa Indonesia perlu memberikan prioritas utama pada upaya peningkatan Kesehatan untuk Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak balita (KIBBLA), karena angka kesakitan dan angka kematian kelompok umur penduduk tersebut masih tinggi. Kematian dan kesakitan pada ibu, bayi baru lahir dan anak balita sebenarnya dapat dicegah dan ditangani sedini mungkin.

Sesuai dengan nuansa desentralisasi di mana kewenangan untuk melaksanakan program kesehatan telah diserahkan kepada daerah, maka pengelola program diharapkan dapat menjawab tantangan dan mampu menerima tanggung jawab dalam penyelenggaraan program KIBBLA dengan memanfaatkan potensi lokal yang tersedia. Oleh karena itu, perlu diselenggarakan suatu perencanaan program KIBBLA oleh para pemangku kepentingan di daerah berupa Lokakarya Perencanaan oleh Tim Kabupaten/Kota (District Team Problem Solving/DTPS) yang dapat menjangkau seluruh kelompok sasaran, melalui suatu proses perencanaan tahunan yang partisipatif, sistematis dan berkesinambungan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

Saya menyambut baik diterbitkannya buku serial DTPS-KIBBLA, yang diharapkan dapat digunakan sebagai panduan bagi tim kabupaten/kota dalam menyusun perencanaan program KIBBLA.

Saya menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam penyusunan buku serial DTPS-KIBBLA melalui proses yang sistematis dan partisipatif.

MENTERI KESEHATANREPUBLIK INDONESIA

Page 6: Panduan Fasilitator Proses an

ii – DTPS-KIBBLA

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rakhmat dan hidayah-Nya serta memberikan petunjuk dan kekuatan bagi kita sekalian dalam melaksanakan pembangunan kesehatan di Indonesia.

Jakarta, 27 Agustus 2008

Menteri Kesehatan Republik Indonesia

DR.Dr. Siti Fadilah Supari, SpJP(K)

Page 7: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – iii

Kata PengantarDirektur Jenderal

Bina Kesehatan Masyarakat

Puji Syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan ridho-Nya buku serial DTPS-KIBBLA (District Team Problem Solving–Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak balita) ini berhasil disusun dengan baik.

Buku serial DTPS-KIBBLA terdiri dari 5 buku yaitu: 1) Pedoman Proses Perencanaan, 2) Panduan Fasilitator Orientasi Multipihak 3) Panduan Fasilitator Proses Perencanaan, 4)Referensi Advokasi Anggaran dan Kebijakan, 5) Panduan Fasilitator Advokasi Anggaran dan Kebijakan.

Saya menyambut baik diterbitkannya buku Panduan Fasilitator Proses Perencanaan ini, yang dimaksudkan untuk memberikan panduan agar fasilitator mampu mendampingi tim kabupaten/kota dalam penyelenggaraan lokakarya DTPS KIBBLA sehingga lokakarya berjalan secara partisipatif dan menghasilkan suatu dokumen rencana kerja dan anggaran program KIBBLA sesuai kebutuhan.

Buku ini menguraikan secara sistematis proses fasilitasi lokakarya DTPS-KIBBLA dari membangun dinamika kelompok, mendorong anggota tim untuk bekerjasama, memotivasi anggota tim untuk aktif mengemukakan pendapat dan memandu kelompok dalam menyelesaikan tugas.

Buku Panduan Fasilitator Proses Perencanaan ini disusun bersama, dengan melibatkan Direktorat terkait di Departemen Kesehatan, bekerjasama dengan Health Service Program (HSP/USAID) dengan bantuan dari Penala Hati dan IKK FKUI. Proses uji coba dan revisi draft buku dilakukan dengan melibatkan staf dinas kesehatan dari 6 propinsi dan 31 kabupaten/kota.

Page 8: Panduan Fasilitator Proses an

iv – DTPS-KIBBLA

Kami menyampaikan penghargaan yang tinggi dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyelenggaraan dalam penyusunan buku serial ini.

Untuk penyempurnaan pedoman ini diharapkan kritik dan saran semua pihak guna perbaikannya.

Jakarta, 8 Agustus 2008

Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat

Departemen Kesehatan RI

Dr. Budihardja DTM&H, MPH

Page 9: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – v

Daftar Isi

Hal

Kata Sambutan Menteri Kesehatan Republik Indonesia iKata Pengantar Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat iiiDaftar Isi vDaftar Singkatan dan Istilah vii

BAB IPENDAHULUAN I.1. Latar Belakang 1 I.2. Tujuan 2

BAB IIPENYELENGGARAAN LOKAKARYA PROSES PERENCANAAN DTPS-KIBBLA II.1. Persiapan 3 II.2. Fasilitas dan Sarana 5 II.3. Perlengkapan Lokakarya 6 II.4. Materi 7

BAB IIIFASILITASI PROSES PERENCANAAN DTPS-KIBBLA III.1. Fasilitasi Pertemuan Multipihak 9 III.2. Kekhususan Fasilitator DTPS-KIBBLA 23 III.3. Tugas Fasilitator 28

BAB IVPANDUAN SESI-SESI LOKAKARYA PERENCANAAN DTPS-KIBBLA IV.1. Jadwal Lokakarya Orientasi DTPS-KIBBLA 29 IV.2. Modul Lokakarya DTPS-KIBBLA 30

Sesi Pembukaan Lokakarya Perencanaan 31 Sesi 1: Analisis Situasi dan Masalah 47 Sesi 2: Analisis dan Prioritas Penyebab Masalah 51 Sesi 3: Solusi dan Kegiatan 55 Sesi 4: Prioritas Kegiatan dan Target 58 Sesi 5: Rencana Usulan Kegiatan 62 Sesi 6: Rencana Anggaran Kegiatan 65 Sesi 7: Pemantauan dan Penilaian 69 Sesi 8: Penyusunan Draf Dokumen Perencanaan dan Anggaran 72 Sesi 9: Rencana Tindak Lanjut 75 Sesi Penutupan 77

Page 10: Panduan Fasilitator Proses an

vi – DTPS-KIBBLA

LAMPIRAN Lampiran 1: Daftar rujukan bagi fasilitator 85 Lampiran 2: Daftar tilik persiapan Lokakarya 86 Lampiran 3: Kumpulan permainan penghangat suasana 87 Lampiran 4: Alternatif permainan pengantar sesi 90

Page 11: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – vii

Daftar Singkatan dan Istilah

AKI : Angka Kematian IbuAKB : Angka Kematian BayiAKABA : Angka Kematian BalitaAPBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja DaerahAPBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja NegaraAPN : Asuhan Persalinan NormalANC : Antenatal CareAskeskin : Asuransi Kesehatan Masyarakat MiskinATK : Alat Tulis KantorBaduta : Bawah Dua TahunBalita : Bawah Lima TahunBCG : Bacillus Calmette GuerinBBLR : Berat Bayi Lahir RendahBKKBN : Badan Koordinasi Keluarga Berencana NasionalBPS : Biro Pusat StatistikCBR : Crude Birth RateCU : Current UserCTU : Contraceptive Technology UpdatesDBD : Demam Berdarah DengueDekon : DekonsentrasiDepdagri : Departemen Dalam NegeriDepkes : Departemen KesehatanDinkes : Dinas KesehatanDOEN : Daftar Obat Essensial NasionalDPRD : Dewan Perwakilan Rakyat DaerahDTPS : District Team Problem SolvingHDK : Hipertensi Dalam KehamilanHIV-AIDS : Human Immuno Deficiency Virus - Acquired Immune Deficiency SyndromeHSP : Health Services Program IBI : Ikatan Bidan IndonesiaIDAI : Ikata Dokter Anak IndonesiaIDI : Ikatan Dokter IndonesiaIMD : Inisiasi Menyusui DiniISPA : Infeksi Saluran Pernafasan AkutIUD : Intra Uterine DeviceJAMKESMAS : Jaminan Kesehatan Masyarakat miskinJKO : Jaminan Komoditas dan ObatK1 : Kunjungan Antenatal Pertama K4 : Kunjungan Antenatal Ke-4 (empat) KB : Keluarga BerencanaKEK : Kurang Energi KronikKIA : Kesehatan Ibu dan Anak KIBBLA : Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak balitaKIE : Komunikasi, Informasi, dan EdukasiKIP/K : Komunikasi Interpersonal/Konseling

Page 12: Panduan Fasilitator Proses an

viii – DTPS-KIBBLA

KMS : Kartu Menuju SehatKn1 : Kunjungan Neonatal PertamaKn2 : Kunjungan Neonatal KeduaKONAS : Kebijakan Obat NasionalKUA : Kebijakan Umum Anggaran/APBDKW : Kewenangan WajibLB : Laporan BulananLPLPO : Laporan Penerimaan dan Laporan Pemakaian ObatLSM : Lembaga Swadaya MasyarakatMAK : Mata Anggaran KegiatanMDG : Millenium Development GoalsMenkes : Menteri KesehatanMP-ASI : Makanan Pendamping Air Susu IbuMPS : Making Pregnancy SaferMTBS : Manajemen Terpadu Balita SakitP2PL : Pengendalian Penyakit dan Penyehatan LingkunganP1 : PerencanaanP2 : Penggerakan dan PelaksanaanP3 : Pemantauan, Pengawasan dan PenilaianPMPT : Perencanaan Melalui Pendekatan TimPMTCT : Prevention of Mother to Child HIV TransmissionPN : Persalinan Nakes (Persalinan ditolong oleh Tenaga Kesehatan)POLINDES : Pos Bersalin DesaPONED : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi DasarPONEK : Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi KomprehensifPoskesdes : Pos Kesehatan DesaPosyandu : Pos Pelayanan TerpaduPP AKI/AKB : Percepatan Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi PPAS : Prioritas dan Plafon Anggaran SementaraPuskesmas : Pusat Kesehatan MasyarakatPustu : Puskesmas PembantuRKA : Rencana Kerja dan Anggaran RKPD : Rencana Kerja Perangkat DaerahRS : Rumah Sakit SKPD : Satuan Kerja Perangkat DaerahSPM : Standar Pelayanan MinimalUPOPPK : Unit Pengelola Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan.USAID : United States Agency for International DevelopmentWHO : World Health Organization

Page 13: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 1

BAB IPENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Di era desentralisasi dan otonomi daerah, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mendapatkan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab pemerintah pusat untuk menyelenggarakan pembangunan kesehatan daerah. Menyadari peran otonom dari Dinas Kesehatan di era reformasi ini, pemecahan masalah melalui Pendekatan Tim Kabupaten/Kota atau District Team Problem Solving (DTPS-KIBBLA) telah ditetapkan sebagai metoda perencanaan untuk mempercepat penurunan AKI/AKB dan AKABA serta memperbaiki pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak balita.

Sejak lama telah disadari, baik di Indonesia, maupun di belahan dunia lain, bahwa kesehatan merupakan persoalan yang bersifat lintas sektoral (selain lintas wilayah). Secara konseptual dan praksis, pendekatan DTPS-KIBBLA menyadari pula bahwa berbagai pihak di tingkat kabupaten/kota dapat proaktif berperan dalam usaha-usaha memelihara dan memperbaiki status kesehatan ibu, bayi baru lahir, bayi dan anak balita. Tidak saja petugas Dinas kesehatan dari program KIA, Imunisasi, Gizi, Farmasi, serta Rumah sakit, tetapi juga eksponen dari sektor lain seperti, BKKBN, PMI, PMD, serta Bappeda dan DPRD, bahkan kalangan masyarakat sipil seperti organisasi profesi dan LSM.

Proses perencanaan DTPS-KIBBLA merupakan proses yang sistematis, berdasarkan bukti/data, yang dalam implementasinya meliputi tiga pilar proses utama: proses pertama adalah Proses Orientasi Multipihak, kedua adalah Proses Perencanaan dan proses ketiga adalah Proses Advokasi DTPS-KIBBLA.

Buku Panduan fasilitator ini akan memberikan penjelasan mulai dari persiapan lokakarya, teknik memfasilitasi selama lokakarya, langkah setiap tahapan/sesi dan tindak lanjut pasca lokakarya.

Penerbitan Buku Panduan Fasilitator Proses Perencanaan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari buku Panduan Fasilitator Orientasi Multi Pihak dan merupakan bagian dari seri buku DTPS-KIBBLA.

Panduan ini hanya memberikan garis besar fasilitasi yang perlu dilakukan, fasilitator diharapkan mampu mengembangkan sendiri ketrampilan fasilitasi sesuai dengan kebutuhan kelompok. Sebagai referensi lebih lanjut, fasilitator dapat merujuk berbagai sumber proses fasilitasi, salah satunya Buku Acuan Fasilitator Perencanaan DTPS-KIBBLA yang dilampirkan dalam bentuk CD pada buku ini.

Page 14: Panduan Fasilitator Proses an

2 – DTPS-KIBBLA

I.2. Tujuan

Tujuan umum:Memberikan panduan untuk fasilitator agar mampu mendampingi tim kabupaten/kota dalam menghasilkan suatu dokumen rencana kerja dan anggaran program KIBBLA.

Tujuan khusus:

Agar fasilitator dapat:1. Membangun dinamika kelompok.2. Mendorong seluruh anggota tim untuk bekerja terus menerus secara bersama-

sama.3. Membuat setiap anggota tim nyaman untuk mengemukakan pendapat.4. Menjaga agar tidak ada anggota tim yang mendominasi proses.5. Memandu kelompok dalam menyelesaikan tugas, tanpa menggurui.6. Mengingatkan tim untuk memperhatikan waktu yang tersedia.7. Memberikan informasi/rujukan yang dibutuhkan tim kabupaten/kota yang

sesuai untuk tiap sesi.

Page 15: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 3

BAB IIPENYELENGGARAAN LOKAKARYA PROSES

PERENCANAAN DTPS-KIBBLA

Perlu diperhatikan bahwa fasilitator bukanlah penyelenggara Lokakarya. Lokakarya diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan Propinsi setempat dengan/tanpa bantuan dari pusat/institusi lain. Pada saat penyelenggara lokakarya DTPS-KIBBLA meminta kesediaan fasilitator untuk memfasilitasi proses lokakarya perencanaan tersebut, maka fasilitator harus berkoordinasi dengan penyelenggara untuk memastikan bahwa semua kebutuhan untuk penyelenggaraan lokakarya akan tersedia dan sesuai dengan standar. Apabila lebih dari satu fasilitator yang diminta oleh penyelenggara, maka segera tentukan siapa koordinator fasilitator. Koordinator fasilitator tersebut yang akan berkoordinasi dengan penyelenggara untuk mempersiapkan penyelenggaraan lokakarya agar berjalan lancar dan memenuhi tujuannya.

Dalam hal penyelenggara kurang memahami standar kebutuhan ideal penyelenggaraan lokakarya DTPS-KIBBLA maka adalah menjadi kewajiban fasilitator untuk menjelaskan standar ideal tersebut dan mengusahakan semaksimal mungkin agar standar tersebut dapat dipenuhi. Secara ideal tanggung jawab seorang fasilitator sudah dimulai sejak dia diminta menjadi fasilitator dan baru berakhir pada saat kelompok mencapai tujuannya.

II.1. Persiapan

Pada tahap ini fasilitator perlu mempelajari Pedoman Perencanaan DTPS-KIBBLA, Panduan Fasilitator dan Acuan Fasilitator (lihat CD terlampir).

Agar lokakarya dapat berjalan dengan baik, semua pihak yang terlibat dalam lokakarya harus benar-benar menyiapkan diri: pemrakarsa, penyelenggara, peserta,

Page 16: Panduan Fasilitator Proses an

4 – DTPS-KIBBLA

dan fasilitator. Semua pihak harus paham benar tujuan lokakarya. Jika semuanya siap, maka efektivitas lokakarya akan sesuai dengan apa yang diharapkan.

Khusus fasilitator, perlu memahami empat hal berikut secara lebih seksama:1. Tujuan lokakarya.2. Peserta lokakarya.3. Lingkungan lokakarya.4. Faktor pendukung lokakarya.

Dengan memahami empat hal itu, maka fasilitator wajib ikut memeriksa kesiapan tempat lokakarya, peralatan, bahan, dan materi yang dibutuhkan. Selain itu fasilitator bersama pemrakarsa dan penyelenggara harus menyusun Rancangan Sesi Lokakarya berdasarkan Agenda Lokakarya Proses Perencanaan DTPS-KIBBLA yang mencakup aspek:1. Apa materi yang akan disajikan?2. Apa tujuan lokakarya?3. Bagaimana alur proses lokakarya?4. Metoda apa yang akan digunakan?5. Siapa fasilitator dan nara sumbernya?6. Berapa lama waktu yang dibutuhkan setiap topik

(materi)?7. Kapan dan di mana lokakarya diselenggarakan?8. Bagaimana cara pengaturan ruangan dan

penciptaan suasana ruangan lokakarya?9. Metode apa yang harus digunakan dan pertanyaan kunci yang harus diajukan

dalam Ulasan (Review), Prawacana (Preview) dan Evaluasi Harian?10. Bagaimana perekaman Lokakarya Proses Perencanaan DTPS-KIBBLA harus

dilakukan dan siapa perekam (recorder) yang harus melakukannya?11. Bagaimana rekaman proses tersebut akan dilaporkan kembali kepada peserta

dan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam Lokakarya Proses Perencanaan DTPS-KIBBLA?

Rekaman Lokakarya Proses Perencanaan DTPS- KIBBLA

Dalam Lokakarya Proses Perencanaan DTPS-KIBBLA hal yang dapat dilakukan untuk merekam proses yang berlangsung adalah menyiapkan notulis, menyusun lembaran flipchart sebagai dinding belajar, membuat koran lokakarya, majalah dinding, komik, tayangan foto, slide show, dan video. Fungsi alat bantu tersebut adalah untuk memelihara memori kelompok semaksimal mungkin.

Pada prinsipnya kehadiran seorang recorder atau orang yang bertugas memelihara memori kelompok adalah tanggung jawab fasilitator dan merupakan hal yang sangat penting dalam Lokakarya Proses Perencanaan DTPS-KIBBLA. Ini bagian tak terpisahkan dari tanggung jawab fasilitator untuk menyajikan dan mengelola memori kelompok yang akurat, meskipun kegiatan ini seringkali disepelekan.

Page 17: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 5

Berikut ini lima langkah efektif mengelola memori kelompok dengan dinding belajar:1. Pastikan siapa yang bertanggung jawab untuk memelihara memori kelompok

sebelum lokakarya dimulai.2. Pastikan tempat lokakarya memiliki ruang yang cukup untuk memajang

rekaman memori kelompok.3. Di awal lokakarya jelaskan cara menggunakan catatan memori kelompok.

Misalnya, bahwa yang tertulis di flipchart adalah memori kelompok.4. Beri nomor setiap flipchart dan pajang secara berurutan.5. Pada akhir lokakarya pindahkan dan ketik memori kelompok sebagai bagian

dari notulensi lokakarya untuk dibagikan kepada peserta.

Fasilitator (secara mandiri atau bersama penyelenggara dan pemrakarsa lokakarya) harus memeriksa kembali semua butir persiapan. Untuk memudahkan fasilitator melakukan tugas ini maka pada Lampiran 2 disajikan Daftar Tilik persiapan lokakarya ini, sebagai alat bantu untuk memastikan bahwa persiapan lokakarya sudah dilakukan dengan baik. Biasakan untuk mengisi Daftar Tilik tersebut setiap kali akan menyelenggarakan lokakarya DTPS-KIBBLA.

Hal-hal lain yang perlu disiapkan:

1. Membuat TOR Lokakarya DTPS-KIBBLA yang mencakup tahap 1, 2, dan 3.2. Menyepakati daftar undangan pada tahap lokakarya perencanaan (lihat Pedoman

DTPS-KIBBLA).3. Waktu penyelenggaraan dan jadwal setiap tahapan lokakarya perencanaan.4. Tempat penyelenggaraan lokakarya perencanaan dan penginapan peserta.5. Perencanaan biaya lokakarya perencanaan (Bagi peserta dari kabupaten/kota

yang jauh jaraknya dari ibukota propinsi, sebaiknya diundang untuk hadir satu hari sebelum pelaksanaan tahapan lokakarya).

6. Kegiatan rekreasi bagi peserta perlu diadakan satu kali, misalnya karaoke atau malam keakraban dengan penampilan dari peserta.

7. Jadwal Perencanaan Perencanaan DTPS-KIBBLA yang sudah dilengkapi dengan nama penanggung jawab setiap sesi.

II.2. Fasilitas dan Sarana

Fasilitas tempat penyelenggaraan, hendaknya memenuhi kriteria sebagai berikut:

1. Ruangan yang cukup besar dan nyaman untuk menampung sejumlah peserta secara leluasa.

2. Ruangan untuk 40 peserta (2 kabupaten) – 60 peserta (4 kabupaten).3. Tetapkan ruang yang cukup besar agar dapat dipergunakan untuk sidang pleno

maupun diskusi kelompok. Bila ruangan tidak cukup luas, perlu tambahan 1–2 ruangan kecil untuk diskusi kelompok.

Page 18: Panduan Fasilitator Proses an

6 – DTPS-KIBBLA

4. Ruangan yang mempunyai fasilitas penerangan dan ventilasi yang bisa disesuaikan, sehingga nyaman untuk bekerja bagi peserta. Akan lebih baik jika ruangan memiliki sumber cahaya alami dengan jendela yang bisa dibuka, sehingga apabila terpaksa terjadi pemadaman aliran listrik maka proses lokakarya akan dapat tetap berlangsung dan peserta tetap merasa nyaman.

5. Ruangan sekretariat dengan fasilitas 1-2 komputer dan 1-2 printer.6. Kamar-kamar penginapan dalam jumlah yang cukup untuk jumlah peserta dan

fasilitator. Perlu diatur agar fasilitator lebih dekat dengan ruangan lokakarya.7. Hindari tempat penginapan/bungalow yang jauh dari ruang sidang.8. Pengaturan kursi dalam ruangan disesuaikan.9. Pengaturan duduk peserta dengan meja yang dikelilingi (dinner style). Kalau

tidak memungkinkan, untuk sidang pleno bentuk U dan diskusi kelompok diatur tersendiri.

II. 3. Perlengkapan Lokakarya Perencanaan:

1. 1 LCD.2. 1 Layar.3. Minimal 2 laptop/PC untuk 1 tim kabupaten, flipchart (2 untuk 1 tim kabupaten)

dengan kertas flipchart dan spidol 2 warna atau lebih dengan jumlah yang cukup.

4. Whiteboard/papan flipchart (1 untuk 1 tim kabupaten) dengan spidol dan penghapus.

5. Metacard (3 warna) berukuran 8x20 cm (bisa dibuat dari karton manila). Satu tim kabupaten perlu disediakan sekitar 4x40 lembar.

6. Double tape dengan gunting untuk masing-masing kelompok.7. Masking tape kertas 2 gulung.8. 1 printer dengan PC khusus untuk mencetak hasil-hasil kelompok.9. ATK untuk masing-masing peserta dan fasilitator.10. CD/disket minimal sejumlah masing-masing kelompok.

Page 19: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 7

II.4. Materi

Bagi setiap peserta:1. CD/disket minimal sejumlah masing-masing kelompok.2. Handout presentasi.3. Pedoman Perencanaan DTPS-KIBBLA.4. Bahan referensi (Rencana Strategis Nasional Making Pregnancy Safer,

Rencana Strategis dan Kebijakan Program Kesehatan Anak, Gizi dan Obat dan Perbekalan).

Bagi Fasilitator:1. 1 LCD.2. Pedoman Perencanaan DTPS-KIBBLA.3. Panduan Fasilitator DTPS-KIBBLA.4. CD dan handout presentasi.5. Bahan referensi (pada CD).

Page 20: Panduan Fasilitator Proses an
Page 21: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 9

BAB IIIFASILITASI PROSES

PERENCANAAN DTPS-KIBBLA

Fasilitasi dalam konteks kelompok atau pertemuan, dapat digambarkan dengan beberapa cara. Sebagai contoh:1. Menjadikan atau membuat mudah, atau2. Membantu peserta menolong diri mereka

sendiri dengan cara sederhana, hadir di sana, menyimak dan merespon kebutuhan orang-orang, atau

3. Mendukung individu, kelompok, dan organisasi selama proses partisipatif.

Mengingat fokus fasilitasi Perencanaan DTPS- KIBBLA ini adalah fasilitasi kelompok dan pertemuan, maka digunakan definisi berikut ini:

“Fasilitasi adalah proses sadar, sepenuh hati, dan sekuat tenaga membantu kelompok sukses meraih tujuan terbaiknya dengan taat pada nilai-nilai partisipasi

dan menjadikan kelompok berfungsi sebagai kelompok”

III.1. Fasilitasi Pertemuan Multipihak

Untuk dapat memfasilitasi pertemuan multipihak ada beberapa hal yang mesti diperhatikan:1. Siklus perkembangan kelompok.2. Cara belajar orang dewasa.3. Nilai-nilai dasar partisipasi.4. Proses pengambilan keputusan.5. Karakteristik lokal

a. Siklus Perkembangan Kelompok

Saat para peserta datang ke pertemuan, mereka masih sebagai perseorangan, belum menjadi kelompok apalagi Tim Perencana DTPS. Mereka masih membutuhkan waktu dan harus melalui tahapan-tahapan tertentu.

Page 22: Panduan Fasilitator Proses an

10 – DTPS-KIBBLA

TAHAP DESKRIPSI PERAN FASILITATOR

PEMBENTUKAN Tahap orang berkumpul dan membentuk sebuah kelompok. Mungkin sebenarnya tidak berminat datang ke pertemuan, tapi terpaksa karena ditugaskan. Mungkin ada perasaan ketidakpastian atau keresahan. “Apakah saya cocok dengan anggota yang lain?”, “Apakah orang lain akan menerima saya?”, “Jangan-jangan saya melakukan kesalahan di hadapan atasan?”

Pastikan bahwa Anda membantu setiap anggota kelompok merasa nyaman. Beri mereka waktu untuk saling berkenalan dan gunakan permainan pemecah kebekuan dan batas di antara para peserta.

PENJELASAN Tahap anggota kelompok mendapat penjelasan tujuan pertemuan. Ada interaksi antar anggota karena mereka sadar bahwa mereka menuju tujuan yang sama.

Bantulah kelompok dalam mencari titik pijak yang sama dan membentuk sendiri visi, misi serta tujuan kelompok. Gunakan kegiatan-kegiatan pengenalan dan agenda yang jelas.

GEGARAN Tahap membangun dimana masing-masing anggota mulai mengambil peran. Ini tahap penting karena mungkin terjadi uji coba, tarik-menarik, dan bahkan juga konflik. Benturan kepribadian mungkin ada dan pertentangan terhadap pemimpin kelompok.

Berikan dukungan kepada seluruh anggota kelompok. Kembangkan dan gunakan teknik-teknik fasilitasi serta ingatkan peserta akan tujuan dan norma-norma kelompok. Usahakan agar tercipta keterbukaan dan keinginan untuk mengatasi konflik.

PENATAAN Tahap stabilisasi di mana aturan, ritual, dan prosedur ditetapkan dan diterima. Identitas peran disepakati bersama dan tercipta suasana kebersamaan. Jalan menuju kemajuan disetujui bersama.

Berikan bantuan dalam menghaluskan proses. Jika diperlukan, perbaiki atau sesuaikan norma dan serahkan kembali tanggung jawab kepada kelompok.

Agar kelompok mencapai tujuan pertemuan, sebagai fasilitator Anda bertugas mendorong kelompok melalui siklus perkembangan kelompok berikut ini:

Page 23: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 11

PENAMPILAN Kelompok telah berfungsi sebagai kelompok. Proses berjalan dengan dinamis, setiap orang telah berpartisipasi.

Tunjukkan dukungan dan rasa percaya pada kelompok. Hargai perubahan yang terjadi dengan memberikan pujian tetapi jaga agar tidak berlebihan.

HARU Tahap akhir. Tugas sudah selesai dikerjakan, dan tujuan utama pembentukan kelompok sudah terpenuhi. Siklus kehidupan kelompok secara resmi sudah berakhir. Ada rasa sedih dan anggota mulai memikirkan tugas lain.

Siapkan peserta agar bisa menghadapi transisi dari pembentukan kelompok menuju bubarnya kelompok. Pastikan bahwa ada semacam ritual perpisahan, baik secara individu maupun sebagai kelompok. Gunakan beberapa metode umpan balik akhir.

Beberapa kiat yang dapat membantu fasilitator membangun kelompok:1. Belajar memahami sebanyak mungkin karakter dan sifat-sifat individu ketika ia

menjadi anggota kelompok.2. Mendorong peserta mengembangkan norma belajar yang bersifat insentif agar

benar-benar menjadi rujukan semua peserta.3. Mengamati perkembangan kelompok dengan teliti dan mendorong peserta

menemukan normanya yang mampu mendorong kelompok mencapai tujuannya.4. Memberikan umpan balik kepada perilaku pribadi dan kelompok yang bisa

mengganggu tujuan kelompok.5. Membentuk kelompok diskusi yang benar-benar kecil dan memungkinkan semua

menyumbangkan pikiran dengan aman.6. Jangan malu meminta bantuan orang di luar kelompok jika memang diperlukan.

Page 24: Panduan Fasilitator Proses an

12 – DTPS-KIBBLA

Jenis-jenis perilaku konstruktif dan ciri-cirinya

Jenis Perilaku Ciri-Ciri

Inisiator Mengusulkan gagasan-gagasan baru untuk didiskusikan serta pendekatan-pendekatan baru untuk mengatasi masalah.

Pemberi Opini Menyampaikan pandangan-pandangan yang relevan dan menawarkan solusi lainnya.

Pembangun Membangun dari apa yang diusulkan orang lain

Pemberi Klarifikasi Memberikan contoh-contoh relevan, menawarkan alasan, mencari pengertian dan pemahaman, melakukan klarifikasi atas masalah.

Penguji Mengangkat pertanyaan-pertanyaan untuk ‘menguji’ apakah kelompok sudah siap mengambil keputusan.

Pembuat Kesimpulan Melakukan ulasan atas diskusi dan menyimpulkannya.

Penantang Menantang kelompok agar berpikir kritis tentang gagasan mereka sendiri.

Pereda Ketegangan Menggunakan humor atau meminta rehat pada saat-saat yang tepat.

Pencari Kompromi Mengalah sewaktu dibutuhkan agar kelompok dapat melangkah maju

Pencipta Keharmonisan Membantu menciptakan suasana harmonis.

Pemberi Semangat Memberi semangat pada yang lain, bersikap ramah dan memuji.

Penjaga Gawang Menjaga agar komunikasi berjalan lancar dan mendorong partisipasi.

Page 25: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 13

Kiat Mengelola Dinamika Kelompok SulitBerikut ini dijabarkan tipe-tipe atau karakter individu di dalam sebuah kelompok dan cara melakukan intervensi bila fasilitator menghadapi karakter peserta seperti berikut ini:

Karakter Sulit Intervensi Fasilitator

Pendiam Orang pendiam harus dihargai, apapun partisipasi mereka. Pada saat di luar ruang pertemuan, berikan semangat. Berikan umpan balik pribadi secara tersendiri. Berikan kesempatan memperoleh materi sebelumnya agar bisa mempersiapkan diri. Luangkan waktu bersama. Bersabarlah. Undang bicara dan cari tahu bagaimana pemahamannya atas isi pertemuan. Dorong kelompok membantu ia belajar. Bentuklah kelompok diskusi kecil

Penghalang Cari penyebabnya. Berikan umpan balik. Ingatkan tentang norma belajar dan jika perlu disesuaikan bila akan mendorongnya lebih positif. Berikan tanggung jawab pada kelompok. Hadapi perilaku jika ia benar-benar menjadi penghalang. Dukung dan perkuat perilaku lain di dalam kelompok. Berikan kesempatan berbicara di luar pertemuan.

Agresor Cari penyebabnya dan hilangkan jika memungkinkan. Berikan umpan balik. Ubah komposisi kelompok. Ingatkan kelompok tentang norma belajar. Hadapi perilakunya ketika terjadi dan perkuat perilaku lain ketika terjadi. Bentuk kelompok alternatif non-agresif. Diskusikan akibat perilakunya dengan seluruh anggota kelompok.

Dominator Luangkan waktu. Berikan umpan balik. Catat tingkat partisipasinya. Buat kelompok bagi orang-orang yang bertipe sama. Bisa meminta ia dia beberapa saat. Undang agar ikut bertanggung jawab atas peran serta yang lain. Kembangkan sikap asertif terhadap orang lain.

Menarik Diri Cari alasannya. Berikan peran saat memberikan tugas kepada kelompok. Perkuat, berikan semangat, dukung partisipasinya dan berikan tanggung jawab khusus. Tempatkan pada kelompok yang mau memberikan dukungan. Terima keputusannya dan bersabarlah. Dorong terus partisipasinya.

Pelawak Ingatkan kelompok akan manfaat dan penyalahgunaan humor. Hadapi perilakunya. Berikan umpan balik – beri waktu agar bisa berubah. Dukung perilaku peserta yang berbeda dengan perilaku orang ini.

Penyendiri Tunjukkan sikap menerima. Berikan umpan balik jika sesuai. Berikan dukungan khusus. Alokasikan peran atau tanggung jawab khusus. Dukung – ciptakan kesempatan untuk meraih penghargaan.

Page 26: Panduan Fasilitator Proses an

14 – DTPS-KIBBLA

b. Cara Belajar Orang Dewasa

Proses belajar orang dewasa berbeda dengan anak-anak. Cara belajar anak-anak seperti mangkuk bermulut lebar yang terbuka. Mereka menerima setiap pengetahuan dan pengalaman secara terbuka.

Inilah proses awal dalam penciptaan model mental seseorang. Beranjak dewasa, orang belajar dengan cara berbeda. Model mental yang terbentuk membuat seseorang melakukan proses seleksi atas pengetahuan yang diterimanya, seperti mulut botol, sehingga pengetahuan yang diterima pun terbatas. Nah, dalam proses fasilitasi yang menggunakan pendekatan accelerated learning, proses belajar mengubah mulut botol kembali menjadi mangkuk, seperti masa kanak-kanak. Peserta diajak untuk membuka diri lebih luas untuk menerima pengetahuan-pengetahuan baru dengan cara bersikap otentik dan mengurangi sensor diri dalam pikiran mereka.

Page 27: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 15

Fakta Otak:

1. Memiliki 100 milyar sel otak dan setiap sel mengelola ratusan koneksi saat berfikir.

2. Setiap tahun rusak 10 ribu sel atau pada usia 80 tahun hanya terjadi 3% kerusakan.

3. Kecepatan berpikir adalah 800 kata per menit, sedangkan kemampuan bicara adalah 120 kata per menit.

4. Setiap 10 menit otak akan istirahat jika tidak diberikan stimulan.5. Jika pesan hanya disampaikan satu kali, otak hanya mampu mengingatnya

10% setahun kemudian. Jika diulang 6 kali menjadi 90%.6. Pesan berupa gambar akan diingat 80%, berupa kelakuan 79% dan hanya

didengar 45% (setelah 24 jam kemudian).7. Otak akan lebih mengingat bentuk (kotak, bulatan, dan lain-lain), warna-

warni, dan tulisan gelap dengan latar belakang lebih terang.

Otak Super

1. Melihat, percaya, dan belajar. Cara belajar kita 90% lewat mata. Warna dan gerakan mendorong kemampuan belajar.

2. Belajar secara tidak sadar, adalah 99% dari seluruh proses belajar. Tanda-tanda nonverbal dan suasana positif sangat penting dalam proses belajar.

3. Gaya belajar pilihan: lihat, dengar, dan gerak. Ada banyak jenis kecerdasan (bersumber pada kata, musik, logika, aroma, gambar, tubuh, gaul, diri, alam, dan lain-lain).

4. Emosi dan suasana hati berpengaruh pada cara belajar. Puncak kemampuan belajar otak terjadi saat stres rendah dan tantangan tinggi.

5. Ritme-irama. Musik membantu kita memproses informasi dengan mudah. Secara alami otak bekerja dalam siklus 90 menit-an. Musik dengan ketukan 60/menit dapat meningkatkan daya ingat.

6. Kelamin otak. Otak lelaki kuat dalam memusatkan perhatian pada hal-hal tertentu. Otak perempuan kuat untuk mengamati, menyimak, mengingat, membaca, tanda-tanda nonverbal, dan mengungkapkan perasaan.

7. Daya ingat. Otak kita mampu menyimpan informasi sebanyak 500 jilid ensiklopedi. Daya ingat paling kuat ketika informasi yang disampaikan berkesan, ada konteks, dan ada polanya.

8. Sesuatu yang baru, rasa ingin tahu dan hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan langsung akan meningkatkan minat. Gunakan gerak untuk menarik perhatian. Berikan waktu yang cukup untuk refleksi.

9. Imajinasi lebih penting dari kecerdasan. Membayangkan keberhasilan dan menuliskan tujuan adalah langkah-langkah kunci.

Page 28: Panduan Fasilitator Proses an

16 – DTPS-KIBBLA

Saya dengar, saya lupa

Saya lihat, saya ingat

Saya kerjakan, saya paham

Siklus Belajar Berbasis Pengalaman

Rancangan panduan sesi-sesi dalam buku panduan ini dirancang dengan menggunakan siklus belajar orang dewasa berbasis pengalaman yang berintikan pada kegiatan merasakan, melihat, mendengar, dan melakukan. Ingat pengalaman kita terantuk batu atau jatuh. Kita mengalami, itu menjadi pengalaman nyata bagi kita. Kita kemudian mencari makna atas pengalaman itu. Mengambil hikmah, kata kita. Pun, kita terus mencari penjelasan dari kenyataan itu. Kita mencoba mengambil kesimpulan. Itu yang menjadi dasar kita untuk menemukan tindakan baru ketika bertemu dengan situasi yang sama, atau mencoba hal-hal baru yang sama sekali berbeda. Siklus belajar berbasis pengalaman inilah yang kemudian menjadi dasar siklus belajar orang dewasa.

Merasakan

Mendengar

Melihat

Melakukan

CARA BELAJAR KILATMENGALAMI

MENGAMBILHIKMAH

Siklus Belajar dari Pengalaman

MENCOBAHAL BARU

MENYIMPULKANmenemukan

tindakan barumencari makna

dari pengalaman

mencari penjelasan dari kenyataan

pengalaman nyata

Page 29: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 17

Sebuah sesi belajar dalam Perencanaan DTPS-KIBBLA diatur dengan urutan sebagai berikut:

c. Nilai-Nilai Dasar Partisipasi

Kehadiran banyak pihak, dengan pengalaman dan latar belakang yang berbeda-beda, menuntut fasilitator memahami dan menguasai nilai-nilai dasar partisipasi. Nilai-nilai itu kemudian diwujudkan melalui penggunaan metode, teknik atau keterampilan fasilitasi tertentu untuk mendorong terjadinya pengambil keputusan yang partisipatif. Ada empat nilai dasar partisipasi, yakni:1. Partisipasi penuh.2. Saling memahami.3. Solusi inklusif.4. Berbagi tanggungjawab.

TAHAP MERASAKANpeserta melakukan sesuatu hal berkaitan dengan materi dialog

CLOSINGulangi beberapa butir

pelajaran penting

TAHAP MERANGKUMpeserta merumuskan hal-hal

yang dinilai terbaik sesuai dengan tujuan pertemuan

TAHAP MENGURAIpeserta menjelaskan perasaan, pikiran, dan pengalamannya

TAHAP MENILAIpeserta menilai mengapa

perasaan, pengalaman, dan pikiran berbeda atau sama

dengan yang lain

SIKLUS BELAJAR

Page 30: Panduan Fasilitator Proses an

18 – DTPS-KIBBLA

Saling MemahamiDalam upaya kelompok pe-

mangku kepentingan mencapai kesepakatan berkelanjutan, ang-gota kelompok perlu memahami

dan menerima alasan dibalik kebutuhan dan tujuan setiap

orang. Sikap dasar menerima dan memahami akan menghadirkan ide-ide inovatif yang menyetara-

kan sudut pandang.

Partisipasi PenuhSelama proses partisipatif,

seluruh pemangku kepentingan didorong untuk aktif terlibat dan mengungkapkan apa yang ada di pikiran mereka. Ini akan

menguatkan peserta. Pemangku ke-pentingan menjadi berani mengangkat isu-isu yang sulit. Mereka belajar untuk berbagi kebutuhan dan

opini. Dan, dalam proses, mereka belajar untuk menemukan dan

memahami keragaman pendapat dan latgar belakang pemangku ke-

pentingan yang terlibat.

Nilai-nilai dasar ini hanya akan terjadi

jika seluruh pemangku kepentingan berperan aktif dalam pengambilan

keputusan.

Solusi InklusifSolusi inklusif adalah solusi yang bijak. Dibuat dari integrasi

perspektif dan kebutuhan semua orang. Solusi ini menguntung-

kan karena merefleksikan gambaran dan perspektif sebe-narnya. Tidak hanya memperha-tikan yang berkuasa dan berpen-

garuh, tapi juga mereka yang termarginalisasi dan lemah.

Berbagi tanggungjawabSelama proses partisipatif, pe-

mangku kepentingan memilki rasa tanggungjawab yang tinggi untuk menciptakan dan membangun

kesepakatan-kesepakatan yang berkelanjutan. Mereka akan terus berusaha memberikan masukan sebelum keputusan final diambil. Ini berbeda tajam dengan asumsi konvensional yang menyebabkan setiap orang harus menanggung konsekuensi dari keputusan

yang dibuat segelintir orang kunci.

Promosi saling mema-hami dan “menggoyang”

posisi

Dorong partisipasi penuh dan menolak sensor diri

Saling Memahami Partisipasi Penuh

Solusi Inklusif Berbagi tanggung-jawab

NILAI-NILAI DASAR PARTISIPASI

Rawat solusi inklusif, dan ubah mental menang-kalah

Beri keterampilan berpikir baru dan meningkatkan manajemen pertemuan

Fasilitasi Memastikan Nilai-Nilai Partisipasi Bekerja

Page 31: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 19

d. Proses Pengambilan Keputusan

Kebanyakan orang berpikiran, sebuah dialog pengambilan keputusan berjalan dengan linear seperti teori. Ide-ide bermunculan dengan teratur dan melengkapi keputusan yang akan diambil. Setiap topik yang muncul dalam satu kelompok akan memunculkan ide-ide lain pada para peserta (diwakili lingkaran-lingkaran pada ilustrasi di bawah ini). Setiap orang muncul untuk melengkapi ide-ide orang lain, kebanyakan dalam kecepatan yang sama, dan setiap orang berada pada situasi paling terbaik.

Mitos atau realita?

Sayang sekali, kenyataannya tidak begitu. Acap kali, proses yang dialami peserta menimbulkan frustasi karena tidak berjalan lurus, berhenti, saling bertabrakan, menyatu, mengembang, berpisah, dan seterusnya. Sesungguhnya proses yang terjadi seperti gambar di bawah ini:

Realita sesungguhnya!

Titik Keputusan

Page 32: Panduan Fasilitator Proses an

20 – DTPS-KIBBLA

Teori Permata untuk Pengambilan Keputusan Kelompok

Untuk mengatasi situasi di atas, Anda dapat menggunakan teori permata seperti yang diperlihatkan dalam bagan berikut ini:

Zona Berfikir Divergen

Dalam upaya memecahkan persoalan, kelompok perlu lebih dari sekadar membagi pilihan-pilihan atau ide-ide biasa-biasa saja, atau hanya dari satu perspektif. Mereka perlu menekan pedal gas untuk masuk dalam zona berpikir divergen atau cara berpikir terbuka. Zona berpikir divergen ini akan meluaskan batas-batas ide yang dapat didiskusikan kemudian.

Peran Fasilitator:

1. Mengingatkan kelompok jika masuk diskusi “cara biasa”.2. Membantu kelompok menghindari pengambilan keputusan yang terlalu cepat

(keputusan dini) dengan memperlihatkan sedikitnya masukan yang ada.3. Menyemangati semua orang untuk ikut terlibat.4. Berpikir tentang alat bantu dan keterampilan yang dibutuhkan untuk belajar

tentang sudut pandang orang lain.5. Menyarankan cara untuk melakukan kegiatan berfikir terstruktur (misal, curah

pendapat).6. Tidak meminta orang untuk menarik, membetulkan, atau memikir ulang opini-

opininya.7. Menyemangati peserta untuk masuk ke isu-isu sulit atau menantang.

Zona Berpikir Divergen

Zona Melenguh

Zona Berpikir Konvergen

Bosan, Marah,Kesal

Senang, aktif, tertarik, berpikir

Imajinasi, kejelasan, fokus, semangat

Keputusanbersama

Penghalusan

Sintesis

Solusi alternatif yang inklusif

Ada pemahaman

bersamaTidak ada

pemahaman bersama

Perspektif berbeda

Kepuasan dini

Opini biasa

Page 33: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 21

Zona Berpikir Konvergen

Sebuah kelompok memasuki Zona Konvergen ketika telah membangun kesepahaman. Dialog-dialog menjadi lebih mudah. Ini beberapa contoh apa yang dapat terjadi:1. Seseorang menawarkan ide yang menarik.2. Yang lain menggali lebih dalam untuk lebih memahami ide itu.3. Seseorang lainnya menambahkan sesuatu pada ide itu.4. Seseorang memadukannya dengan ide yang benar-benar berbeda.

Ini berarti anggota kelompok secara realistis menyertakan perspektif orang lain ke dalam pemikiran mereka sendiri. Ketika ini terjadi, peserta sebenarnya telah berada di jalan penemuan solusi yang menyertakan semua kebutuhan dan capaian. Jenis solusi seperti ini menunjukkan peserta telah berada di Zona Konvergen.

Peran Fasilitator:

Dalam Zona Konvergen, tugas utama fasilitator membantu kelompok mengesplorasi alternatif-alternatif dan mensintesa mereka dalam sebuah solusi yang akan bekerja untuk setiap orang. Prinsipnya, sekali sebuah kelompok berhasil dikelola untuk membangun kerangka kerja kesepahaman bersama, diskusi akan bergerak cepat dengan cantik, dan cukup menyenangkan, dengan sedikit intervensi. Memang, kadang ada perkecualian. Beberapa kelompok kesulitan berpikir kreatif, mereka mungkin membutuhkan bantuan untuk mendobrak tipe berpikir rutin mereka. Ada kelompok lain yang begitu bersemangatnya sehingga mereka mengambil keputusan-keputusan impulsif yang bernilai rendah dan terlalu terikat. Kelompok-kelompok ini membutuhkan bantuan fasilitator untuk membantu mereka menjadi tepat, bukan impulsif, ketika mereka memikirkan kembali dan menolong untuk menguatkan logika ide-ide mereka.

Zona Melenguh

Dalam Zona Konvergen Anda mendorong dan menyemangati peserta untuk ikut berkontribusi menyumbangkan ide-ide. Banyak ide yang lahir, terutama karena Anda berhasil mendorong peserta untuk tidak segera mengambil keputusan prematur. Hanya saja, setelah ide terkumpul, sebelum mencapai Zona Konvergen, biasanya kelompok akan melalui sebuah periode kebingungan. Selama waktu ini penting untuk saling berbagi dan mungkin memodifikasi perspektif agar terbangun sikap saling memahami. Situasi ini kerap disebut sebagai Zona Melenguh, zona di mana orang-orang sulit bertoleransi dengan perasaan yang tumbuh di dalam kelompok manakala ada orang yang tak membagi kerangka kerjanya. Bagaimanapun juga, pencapaian terbaik dilakukan dengan sebuah perjuangan. Dengan mengakui dan memahami Zona Melenguh dan dinamikanya, seorang fasilitator dapat memberi makna dengan membantu kelompok melalui saat-saat sulit.

Page 34: Panduan Fasilitator Proses an

22 – DTPS-KIBBLA

Peran Fasilitator

1. Tajamkan keterampilan menyimak Anda.2. Semangati kelompok untuk terus berjuang dan yakinkan mereka bahwa

perjuangan ini bagian yang normal dari sebuah proses.3. Dorong kelompok untuk berbagi perspektif.4. Hargai penolakan dan minta saran.5. Bersabarlah.6. Bersikap toleran.7. Fleksibel.8. Di atas semuanya, berikan kepercayaan dan keyakinan pada kelompok.

e. Memperhitungkan Karakter Lokal

Dalam memfasilitasi pertemuan multipihak, seorang fasilitator harus memperhatikan karakter lokal peserta. Pemilihan metode dan teknik disesuaikan dengan nilai-nilai dan kebiasaan yang berlaku. Misalnya saja, untuk tempat-tempat yang sangat memperhitungkan perbedaan gender seperti di Aceh fasilitator sebaiknya menghindari permainan yang menyebabkan peserta lelaki dan perempuan saling bersentuhan.

Pemahaman karakter lokal juga akan membantu peserta untuk menciptakan gaya belajar yang tepat, yang berbeda di satu tempat dengan tempat lainnya. Untuk daerah Aceh, misalnya, penggunaan beragam bentuk dan warna kertas dapat meningkatkan akslerasi belajar. Beda dengan gaya belajar orang Papua yang lebih suka penggunaan metode gerak dan lagu. Sedangkan untuk daerah seperti Jawa Timur, gaya belajar setengah bercanda dalam model simulasi, drama, atau teater tradisional akan lebih masuk. Daerah lain, memiliki gaya belajar yang lain lagi.

Ada baiknya memang fasilitator mengenal aspek kelokalan satu daerah tertentu. Penggunaan bahasa setempat, istilah-istilah lokal yang sedang populer, sapaan magis khas, hingga contoh-contoh kasus setempat yang relevan, akan membantu proses pencairan batas dan membuat nyaman perasaan peserta. Ini akan membantu peserta untuk masuk ke dalam topik pembahasan tanpa merasa asing atau berjarak hanya karena tidak paham atas istilah atau contoh yang digunakan fasilitator.

Page 35: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 23

III.2. Kekhususan Fasilitator Perencanaan DTPS-KIBBLA

Lokakarya yang efektif dan dapat memenuhi harapan peserta memerlukan persiapan yang matang, manajemen yang baik, fasilitator terlatih. Untuk kelancaran lokakarya diperlukan fasilitator terlatih yang memenuhi kriteria tertentu dan memiliki keterampilan fasilitasi untuk mendampingi tim kabupaten/kota selama proses lokakarya.

Seorang fasilitator DTPS-KIBBLA dituntut untuk dapat berperan dalam fasilitasi kelompok kecil, sampai fasilitasi kelompok dalam jangka panjang yang melibatkan berbagai pihak (pemangku kepentingan) dari latar belakang yang berbeda.

a. Kriteria Fasilitator

1. Mempunyai latar belakang pendidikan S1.2. Mempunyai pengalaman bekerja di bidang manajemen kesehatan.3. Memahami dinamika kelompok dan mempunyai keterampilan fasilitasi.4. Mempunyai ketrampilan dasar dalam melatih atau fasilitasi.5. Mempunyai ketrampilan komunikasi.6. Mengerti prinsip-prinsip belajar orang dewasa.7. Dapat bekerja sama dan berkoordinasi dalam tim serta mempunyai waktu

untuk mengikuti lokakarya secara penuh, mulai dari Tahap Orientasi sampai tahap advokasi/tindak lanjut.

8. Mampu menggunakan komputer.9. Mampu melakukan evaluasi pencapaian tujuan para peserta.10. Mengenal materi yang berkaitan dengan kebijakan nasional, analisis data,

rencana strategis, isu dan masalah, serta perencanaan dan penganggaran KIBBLA.

Berdasarkan kriteria di atas maka fasilitator dapat direkrut dari:

1. Depkes/Dinas Kesehatan Provinsi atau dari kabupaten/kota: Pengelola program, Balai Diklat, BPTKM, widyaiswara.

2. Institusi pendidikan dan atau organisasi profesi: Staf pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat, Akper, Akbid.

3. Intitusi pemerintah lain yang berkaitan dengan perencanaan kesehatan.4. Institusi pemberi bantuan teknis atau penyandang dana seperti: WHO, UNICEF,

USAID, AUSAID, dan sebagainya.

Page 36: Panduan Fasilitator Proses an

24 – DTPS-KIBBLA

b. Karakteristik Fasilitator

Seorang fasilitator yang baik, tidak menunjukkan bahwa dirinya yang paling mengetahui/berpengalaman, tapi ia harus selalu berupaya untuk dapat membangun dan mempertahankan kredibilitas sebagai fasilitator, antara lain dengan:

1. Hadir di tempat lokakarya sebelum waktunya setiap hari, terutama pada hari pertama.

2. Menyapa setiap peserta lokakarya dan mempelajari nama peserta secepatnya.3. Berpakaian sesuai norma yang berlaku.4. Menghargai semua pendapat orang lain/peserta, dan tidak memaksakan

kehendaknya.5. Mendorong peserta untuk mengemukakan pendapat dan berperan aktif dalam

proses lokakarya.

c. Kompetensi Fasilitator

Selain karakteristik dan kriteria tersebut, seorang fasilitator DTPS-KIBBLA diharapkan memiliki kompetensi fasilitator sehingga dia mampu menjalankan fungsi fasiltasi sesuai dengan pengertian fasilitasi yang sudah dijelaskan sebelumnya. Untuk memudahkan dalam mengingat maka kompetensi fasilitator dapat dimetaforakan sebagai “Pohon Fasilitasi”:

Akar1. : Sikap dasar fasilitator.Batang2. : Keterampilan komunikasi interpersonal.Daun3. : Keterampilan mengelola dinamika kelompok.Buah4. : Keterampilan merancang proses pertemuan dan aksi kolektif.

Bagian Akar

Di bagian paling dasar ini, fasilitator harus memiliki kemampuan untuk mengolah kecerdasan emosional. Selain itu, ia mesti memahami dan menginternalisasi 4 sikap fasilitator: empati, minat, positif tanpa syarat, dan percaya penuh atas kekampuan kelompok. Ini memang akarnya fasilitasi, yang mau tidak mau harus dikuasai jika ingin naik ke bagian lain. Tanpa melalui bagian akar ini maka seorang fasilitator akan kehilangan alasan untuk membantu kelompok.

Bagian Batang

Untuk sampai di bagian ini, seorang fasilitator haruslah menguasai keahlian komunikasi personal. Ia mampu mengamati, menyimak, bertanya, menggali lebih

Page 37: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 25

dalam, mengulang dalam bahasa sederhana, dan mendorong dialog di antara para peserta. Pendeknya, ia mesti ahli dalam keterampilan verbal dan non-verbal.

Bagian Daun

Jika komunikasi personal telah dikuasai, maka seorang fasilitator naik ke bagian daun dan membutuhkan keahlian dalam mengelola kelompok. Ia mesti ahli dalam hal-hal berikut ini:1. Membangun kepercayaan dan keyakinan diri.2. Menyediakan dan menerima umpan balik.3. Mendorong partisipasi penuh.4. Membangun dinamika kelompok dan tim kerja.5. Mengawasi peran-peran dan tingkatan kelompok.6. Mempromosikan sikap saling memahami.7. Merawat solusi-solusi inklusif.8. Membantu memecahkan masalah atau konflik.

Bagian Buah

Ini bagian tertinggi dari kecakapan fasilitasi seseorang. Di tingkatan ini seorang fasilitator telah memiliki kemampuan untuk merancang proses fasilitasi. Sudah menjadi desainer, baik untuk dirinya maupun untuk orang lain. Oleh karena itu, dia mesti ahli dalam soal-soal berikut ini:1. Membuat setting agenda yang realistik.2. Menyarankan proses pertemuan.3. Mengawasi proses pertemuan.4. Mendukung rencana aksi.5. Mendukung, mengawasi dan mengevaluasi secara mandiri.

d. Peran Fasilitator

Program DTPS-KIBBLA adalah program terobosan di Departemen Kesehatan karena mulai melibatkan berbagai pihak di luar jajaran kesehatan dalam tingkat perencanaan maupun pelaksanaan program. Agar dapat berperan secara efektif dalam program DTPS-KIBBLA maka seorang fasilitator DTPS-KIBBLA yang akan memfasilitasi program tersebut harus menjunjung tinggi kekuatan utama peran seorang fasilitator untuk content neutral dan menjadi pemandu proses (process guide).

Content neutral berarti ia tidak mengambil posisi pada masalah yang sedang dibicarakan dan tidak memiliki kepentingan pada hasil yang dicapai dari proses fasilitasi tersebut. Posisi ini penting agar setiap pihak yang terlibat dalam suatu proses fasilitasi merasa mendapat jaminan bahwa dia akan diperlakukan secara

Page 38: Panduan Fasilitator Proses an

26 – DTPS-KIBBLA

adil dalam proses fasilitasi. Posisi itu juga menjamin bahwa seorang fasilitator dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat dalam fasilitasi. Sedangkan peran utama seorang fasilitator menjadi pemandu proses berarti dia selalu mencoba proses yang terbuka, inklusif, dan adil sehingga setiap individu berpartisipasi secara seimbang serta dapat membangun ruang yang sama supaya semua pihak bisa sungguh-sungguh berpartisipasi.

Selain itu dalam kaitan dengan kondisi di Indonesia seorang fasilitator juga memiliki peran penting lainnya sebagai Tool Giver atau pemberi alat bantu. Untuk memudahkan sebuah proses mencapai tujuannya, fasilitator bisa menciptakan atau membuat alat-alat bantu sederhana agar proses dialog atau diskusi menjadi lebih mudah dan lebih cepat. Biasanya alat-alat bantu itu berupa pertanyaan-pertanyaan kunci yang sederhana dan bisa membantu peserta mulai saling berdialog dan berdiskusi.

Selain sebagai pemberi alat bantu, peran fasilitator juga sebagai Process Educator atau pendidik proses. Sebab umumnya orang awam kurang memahami disiplin fasilitasi dan tidak terlalu memahami bahwa dalam kaitan dengan perkembangan kelompok maka proses adalah sama pentingnya dengan pencapaian tujuan. Sebagai contoh suatu negara bisa saja sama-sama memiliki presiden tetapi proses adanya seorang presiden tentu berbeda-beda. Dalam hal ini proses sangat penting karena akan membedakan apakah suatu negara merupakan negara demokratis atau bukan.

Skema berikut ini akan memudahkan kita untuk memahami penjelasan di atas:

Fasilitator(bisa membantu perumusan formu-

lasi pilihan solusi, bila diminta)

Penyuluh(memberikan saran jika diminta)

Pengamat(bila diminta dapat memberikan umpan balik setelah melakukan

pengamatan)

Narasumber(menyediakan solusinya sendiri)

Memberi Tahu

Ber

tany

a

Page 39: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 27

Namun begitu dalam kenyataan sehari-hari kita sering mempertukarkan istilah fasilitasi, fasilitator dan fasilitatif. Pengertian fasilitasi adalah seperti yang sudah dijelaskan dalam definisi di atas. Sifat yang harus dimiliki seseorang dalam proses fasilitasi adalah sifat fasilitatif. Sedangkan fasilitator adalah orang yang diminta membantu melaksanakan proses fasilitasi. Untuk membantu mempermudah membedakan berbagai peran yang bersifat fasilitatif maka berikut ini disajikan tabel peran-peran fasilitatif yang biasanya ada.

Fasilitator Konsultan Fasilitatif

Mentor Fasilitatif Pelatih Fasilitatif Pemimpin Fasilitatif

Pihak ketiga Pihak ketiga Pihak ketiga atau Anggota kelompok

Pihak ketiga atau Anggota kelompok

Pemimpin atau Anggota kelompok

Pakar proses Pakar proses Pakar proses Pakar proses Trampil dalam proses

Content neutral Content expert Terlibat dalam content

Content expert Terlibat dalam content

Bukan mediator atau pengambil keputusan sub-stantif

Mungkin terlibat dalam pengam-bilan keputusan content

Mungkin terlibat dalam pengam-bilan keputusan content

Terlibat dalam pengambilan keputusan content di dalam kelas

Terlibat dalam pengambilan keputusan content

Tabel Peran-peran Fasilitatif

Page 40: Panduan Fasilitator Proses an

28 – DTPS-KIBBLA

III.3. Tugas Fasilitator

1. Fasilitator harus memberikan pengantar pada setiap sesi agar peserta memahami cara pengisian format yang ada.

2. Setiap Fasilitator bertanggung jawab untuk mendampingi 1 kelompok diskusi dan harus dapat membuat peserta menjadi bergairah/bersemangat dan mendorong peserta agar tugas dapat diselesaikan tepat waktu.

3. Melakukan fasilitasi dengan cara:a. Menggali pendapat dari semua peserta sehingga diskusi tidak didominasi

oleh orang tertentu saja.b. Fasilitator sebaiknya tidak memberikan saran pribadi dan tidak melakukan

intervensi selama tim bekerja.c. Fasilitator dapat memberi informasi/fakta ilmiah untuk memperluas wawasan

dan membuat pertanyaan untuk menggali pendapat peserta atau memberikan informasi dari buku, pedoman dan referensi yang sudah dipersiapkan.

d. Fasilitator harus memandu dan mengarahkan jalannya diskusi dan menghindari polemik yang berkepanjangan.

4. Melakukan evaluasi harian dengan seluruh tim fasilitator untuk memantau kemajuan setiap tim, menyepakati strategi yang perlu dilakukan bila tim kabupaten merasa kesulitan. Menyepakati perubahan jadwal yang perlu dilakukan (mengubah waktu sidang pleno, menambah waktu untuk sesi tertentu, perlu kerja malam dan sebagainya).

5. Melakukan evaluasi akhir lokakarya dengan seluruh tim fasilitator untuk menyepakati tindak lanjut yang perlu dilakukan oleh masing-masing kabupaten dan rekomendasi yang perlu diberikan untuk perbaikan penyelenggaraan lokakarya DTPS-KIBBLA yang akan datang, termasuk perbaikan Pedoman DTPS-KIBBLA dan Panduan Fasilitator DTPS-KIBBLA.

Page 41: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 29

BAB IVPANDUAN SESI-SESI

LOKAKARYA PERENCANAAN DTPS-KIBBLA

IV.1. Jadwal Lokakarya Perencanaan DTPS-KIBBLA

Catatan: Jadwal acara dapat disesuaikan dengan keadaan di daerah.

WAKTU HARI 1 HARI 2 HARI 3 HARI 4 HARI 508.30 - 09.00 • PEMBUKAAN

• Pembukaan Formal

Ulasan dan Prawacana

Ulasan dan Prawacana

Ulasan dan Prawacana

Ulasan dan Prawacana

09.00 - 10.00 • Perkenalan• Tujuan dan Alur Proses Pertemuan

• Norma pertemuan

• Lanjutan Sesi 2: Analisis dan Prioritas Penyebab Masalah

• Pengantar Sesi 4: Penentuan Prioritas Kegiatan dan Target

• Kerja Kelompok

• Presentasi Sesi 6• Pengantar sesi 7: Pemantauan dan Penilaian

• Kerja Kelompok

• Pengantar Sesi 9: Rencana Tindak Lanjut

• Kerja Kelompok

10.00 - 10.30 Rehat Teh Rehat Teh Rehat Teh Rehat Teh Rehat Teh

10.30 - 12.00 Penguatan Visi DTPS

Presentasi Sesi 1 dan 2

• Lanjutan Sesi 4:

Penentuan Prioritas Kegiatan dan Target Presentasi

• Lanjutan Sesi 7: Pemantauan dan Penilaian Presentasi

Presentasi Sesi 8 dan 9, dan Simulasi Materi Advokasi

12.00 - 13.30 ISHOMA ISHOMA ISHOMA ISHOMA ISHOMA

13.30 - 15.00 • Pengantar Sesi 1: Analisis Situasi dan Masalah

• Kerja Kelompok

• Pengantar Sesi 3: Solusi dan Kegiatan

• Kerja Kelompok

• Pengantar Sesi 5: Rencana Usulan Kegiatan

• Kerja Kelompok

• Pengantar Sesi 8: Pembuatan Dokumen

Perencanaan dan Anggaran

• Kerja Kelompok

Evaluasi AkhirPenutupan

15.00 - 15.30 Rehat Teh Rehat Teh Rehat Teh Rehat Teh

15.30 - 17.00 • Pengantar Sesi 2: Analisis dan Prioritas Penyebab Masalah

• Kerja Kelompok

• Lanjutan Sesi 3: Solusi dan Kegiatan

• Presentasi Sesi 5• Pengantar Sesi 6: Rencana Usulan Anggaran

• Kerja kelompok

• Lanjutan Sesi 8: Pembuatan Dokumen

Perencanaan dan Anggaran

17.00 - 17.15 Umpan Balik Harian

Umpan Balik Harian

Umpan Balik Harian

Umpan Balik Harian

Page 42: Panduan Fasilitator Proses an

30 – DTPS-KIBBLA

IV.2. Modul Lokakarya DTPS-KIBBLA

Sesi Pembukaan Lokakarya Perencanaan

Pembangun Suasana dan Pemahaman Awal Sesi pembukaan berfungsi sebagai pintu pengkondisian suasana pertemuan lokakarya perencanaan. Inilah saat untuk membangun kehangatan antar peserta, serta antara peserta dengan fasilitator.

Tujuan Umum: 1. Mendukung suasana positif. 2. Membangun keakraban di antara peserta. 3. Menghancurkan tembok sosial. 4. Menyajikan content utama dari lokakarya perencanaan. 5. Menaikkan energi dan memotivasi peserta. 6. Membangun pemahaman terhadap alur proses. 7. Membangun pemahaman tentang nilai dan norma pertemuan.

Marilah Menyadari: 1. Walaupun para peserta berasal dari kantor yang sama atau wilayah kerja yang

sama, tidak ada jaminan bahwa mereka saling mengenal dengan akrab. 2. Peserta dalam pertemuan multipihak berasal dari berbagai unit kerja dan la-

tar belakang, maka kehangatan perlu dibangun untuk membuat para eksponen mengakrabi pertemuan.

3. Penjelasan mengenai problema yang terkait dengan DTPS-KIBBLA, dimulai sejak saat pembukaan agar para peserta/undangan perlu merasa terlibat dalam pembenahan DTPS-KIBBLA.

Tahapan Sesi Pembukaan: 1. Tahap I Pembukaan Formal. 2. Tahap II Perkenalan 3. Tahap III Tujuan dan Alur Proses Lokakarya Perencanaan. 4. Tahap IV Norma Pertemuan. 5. Tahap V Harapan dan Kontribusi. 6. Tahap VI Membangun Visi.

Page 43: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 31

Sesi Pembukaan Lokakarya Perencanaan

Pembukaan Formal Pembukaan Formal merupakan tahap protokoler formal penyambutan dari Dinas Kesehatan sebagai penyelenggara acara. Bernuansa formal, tahap pertama dari sesi pembukaan ini adalah pintu pengkondisian suasana pertemuan lokakarya perencanaan. Inilah saat untuk membangun kehangatan antara Dinas Kesehatan dengan Tim Perencanaan Kabupaten/Kota, kehangatan antar peserta, serta antara peserta dengan fasilitator. Inilah saat tepat untuk mulai mengakrabkan Tim Perencanaan dengan isu DTPS-KIBBLA.

Yang Berperan: 1. Pejabat Dinas Kesehatan untuk memberi sambutan dan membuka acara. 2. 1 (satu) Fasilitator sebagai Pembawa Acara (MC). 3. Co-fasilitator sebagai asisten pembangun suasana.

Yang Diperlukan: 1. 3 (tiga) balon yang sudah ditiup untuk Penanda Pembukaan 2. Tusuk gigi atau peniti. 3. Mikrofon dan pengeras suara.

Persiapan: 1. Persilakan para peserta untuk duduk pada tempat masing-masing. 2. MC siap di depan para peserta dengan mikrofon. 3. Co-fasilitator membawa masing-masing satu balon dan satu tusuk gigi,

satu orang fasilitator berdiri dekat pembawa acara, sedang sisanya berdiri di bagian belakang.

Aktivitas: 1. MC mengucapkan selamat datang dan terimakasih kepada seluruh

undangan, secara spesifik menyebutkan Kabupaten/Kota, serta kalangan pemangku kebijakan/stakeholder yang hadir. MC menyapa dengan, “Apa kabar bapak-bapak/ibu-ibu?” Setelah peserta menjawab (biasanya tidak serempak), MC mengajukan pertanyaan yang sama dengan terlebih dahulu meminta peserta menjawab serempak. MC memperkenalkan satu Salam Magis. (Contoh: apabila fasilitator menyapa dengan “Selamat pagi” peserta menjawab dengan “Luar biasa!”).

2. Setelah kata pembuka MC, Pejabat Pembuka Acara dipersilakan maju, mengucapkan pidato pembukaan. Seluruh peserta diajak memberikan tepuk tangan.

3. Sambutan pembukaan sebaiknya menguraikan problema Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita; serta mengungkapkan kebutuhan untuk berjuang bersama secara multisektoral atau multipihak dalam sebuah kerangka perencanaan dan advokasi bersama.

Page 44: Panduan Fasilitator Proses an

32 – DTPS-KIBBLA

4. Segera setelah sambuatan pembukaan selesai, yang bersangkutan membuka acara secara resmi. Balon dan tusuk gigi yang dipegang oleh salah satu asisten diberikan kepada Pejabat Pembuka Acara. Balon ditusuk dengan tusuk gigi, dan begitu meletus diikuti oleh dua letusan balon dan suara drum roll dari pengeras suara. MC mengajak seluruh ruangan bertepuk tangan.

Pejabat Pembuka Acara dipersilakan duduk dan MC menyerahkan tugas kepada Fasilitator tahap selanjutnya.

Pemanasan untuk Membangun Suasana dalam Lokakarya Perencanaan

Proses perencanaan bukanlah pekerjaan yang mudah, melibatkan banyak tabel dan beragam analisa, sehingga wajar bila pembicaraan dalam sesi-sesi bisa sangat panjang melelahkan atau malah membosankan bagi para peserta. Percayalah, seorang fasilitator akan bisa memudahkan proses dan membuat yang membosankan menjadi menyenangkan dan membangun semangat.

Dalam sesi-sesi lokakarya perencanaan, sebagai fasilitator anda diajak untuk bersiap mengalami bahwa tugas anda adalah menjaga supaya energi peserta tetap optimum, tetap tinggi.

Kegiatan PEMANASAN dapat membantu peserta, terutama kelompok-kelompok untuk:1. Membangun atmosfir positif dalam kelompok.2. Mengurangi ketegangan peserta.3. Mengurangi barrier sosial yang bisa terjadi karena perbedaan jabatan atau latar

belakang.4. Meningkatkan energi dan motivasi.5. Meningkatkan kreativitas, sehingga peserta bisa berpikir di luar yang biasa-

biasa.

Bisa jadi Anda akan melihat gejala-gejala bahwa:1. Para peserta mengantuk atau turun

semangatnya.2. Mereka mulai tidak memperhatikan

kawan kerja dan asik sendiri untuk mengusir kebosanan.

3. Menjadi lebih agresif tanpa alasan, atau menjadi apatis seperti sibuk ber-SMS tanpa henti.

4. Mereka hanya mengingat kelelahan mereka pada detik itu, melupakan tujuan lokakarya.

Page 45: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 33

Gejala-gejala semacam ini bila dibiarkan terus, akan menghasilkan keengganan untuk terlibat. Kebosanan dan kejenuhan bisa dikurangi, kegairahan yang sebenarnya tersembunyi, dapat muncul kembali. Untuk itu bantuan dari fasilitator dibutuhkan agar sesi yang berlangsung dapat sukses. Sebuah pilihan energizer yang tepat dapat memecahkan kebekuan ini. Silakan lihat lampiran.

Untuk memudahkan, kita dapat merencanakan aktivitas icebreaker pada waktu-waktu tertentu, sesuai dengan perhitungan kelelahan fisik.

Kejenuhan Berat

Bila terjadi kejenuhan yang berat, ketika banyak peserta terlihat kelelahan, maka bisa diambil keputusan agak drastis, misalnya mengadakan malam kreativitas seni. Dalam pentas semacam ini, para peserta diajak tampil untuk bernyanyi atau menampilkan bakatnya. Bisa saja hal ini berupa penugasan: setiap kelompok diminta membuat satu pentas perpaduan antara tari dan nyanyi, atau pantomim dan nyanyi, untuk membantu menyegarkan kembali konsentrasi dan kesegaran mereka.

Page 46: Panduan Fasilitator Proses an

34 – DTPS-KIBBLA

Pembukaan Lokakarya Perencanaan

Perkenalan Resepsi PembukaanMemperkenalkan para fasilitator dan membuat para peserta mulai tergerak untuk berkenalan dengan peserta lain. Membuat para peserta lebih akrab berkenalan, merasa saling nyaman dan merasa aman, serta tak segan berbincang dengan peserta lain dan mengajak para peserta mengungkapkan kekuatan dirinya.

Yang Berperan: 1. Seorang fasilitator pemandu. 2. Semua fasilitator yang bertugas.

Yang Diperlukan: 1. Label tempel sesuai jumlah peserta. 2. Spidol marker warna. 3. Minuman dalam lima warna berbeda, total jumlah yang disediakan sesuai

total jumlah peserta. 4. Musik pengiring.

Persiapan: 1. Semua fasilitator yang akan bertugas bersiap di ruangan dan telah

menuliskan. nama masing-masing di Label nama yang dipegang, belum ditempelkan.

2. Alat tulis (spidol) dan label tempel dibagikan ke setiap meja peserta. 3. Minuman dalam lima warna berbeda, diletakkan di atas meja terpisah

musik pengiring.

Aktivitas:

Satu: Perkenalan Fasilitator 1. Fasilitator pertama secara spesifik menyebutkan pentingnya berkenalan.

“Tak kenal maka tak bisa berjuang bersama”, Lalu memperkenalkan diri. 2. Fasilitator memperkenalkan Salam Magis yang digunakan, bila perlu

dengan melibatkan peserta, dalam menentukan jawabannya. 3. Fasilitator memperkenalkan semua fasilitator yang ada, setiap kali satu

nama fasilitator disebutkan, maka yang bersangkutan menempelkan Label nama sambil menyebutkan satu Salam Magis, agar dijawab peserta dan semua yang hadir. Tiap fasilitator menyebutkan salam berbeda, supaya peserta terbiasa dengan berbagai salam tersebut.Misalnya: Fasilitator pertama menyebutkan selamat siang, kedua selamat pagi, ketiga ‘DTPS-KIBBLA’.

Page 47: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 35

4. Fasilitator mempersilakan setiap peserta menuliskan nama masing-masing, pada dua label tempel berwarna hijau dan merah, lalu mengumpulkan label nama masing-masing kepada fasilitator terdekat.

5. Label nama warna hijau dilekatkan pada kertas plano/flipchart yang disiapkan.

Dua: Jejaring Perkenalan 1. Peserta diajak memilih warna minuman yang paling menarik perhatian

masing-masing. 2. Sesudah mendapatkan minumannya, peserta kemudian diberi label nama

berwarna merah yang bukan miliknya. 3. Mintalah peserta membaca nama yang tertulis, lalu memasukkan label

nama tersebut ke kantongnya. 4. Peserta mencari pemilik label, tanpa menunjukkan label terlebih dahulu. 5. Berkenalan, menanyakan nama, menceritakan asal instansi, baru

kemudian mencocokan nama dengan yang dipe gangnya. 6. Bila salah satu cocok, maka mereka bisa menceritakan hal yang menarik

dalam pekerjaannya, dan mewakili pengalaman terindah dalam dunia kerja yang pernah dialaminya.

7. Setelah mendapatkan label namanya sendiri, peserta membantu rekan pemegang label namanya untuk mencari label nama rekan tersebut. Minta peserta terus bergerak hingga semua orang mendapatkan label nama masing-masing.

Tiga: Memperkenalkan Kekuatan Jejaring 1. Lekatkan label-label nama hijau di kertas plano, persilakan setiap

orang untuk menggambarkan garis yang menghubungkan dirinya dengan pemegang namanya. Pemilik nama ditandai dengan tanda segitiga, sedangkan pemegang label dengan bulatan pada ujung garis penghubung.

2. Mintalah kepada kelompok untuk menjalankan aktivitas bersama: a. Masing-masing peserta menceritakan kekuatan instansi atau

kelompoknya.b. Menceritakan kekuatan instansi atau kelompok rekan yang ditemuinya

sepanjang proses mencari label namanya dan apa yang mengesankan dari perjalanan itu. Bagaimana mereka memandang kekuatan dirinya setelah mengalami pertemuan tersebut?

c. Masing-masing memilih satu benda atau simbol untuk menggambarkannya.

d. Kelompok membuat satu gambar utuh hasil rangkaian gambar-gambar yang dibuat anggota kelompok. Kelompok menciptakan kalimat slogan indah yang menggambarkan kekuatan kelompok.

e. Setiap kelompok diminta presentasi dengan cara semenarik mungkin.

Page 48: Panduan Fasilitator Proses an

36 – DTPS-KIBBLA

3. Dalam menghadapi AKI, AKA, AKABA, atau menghadapi masalah yang berat kita sering lupa bahwa kita memiliki kekuatan, dan bahwa kita bisa mendapatkan bantuan dari pihak lain. Melalui perkenalan ini kita tahu bahwa kita punya pengalaman luar biasa, dan hal itu bisa menjadi sumber kekuatan dalam menghadapi berbagai masalah berat. Lebih dari itu, kekuatan itu bisa diselaras-padukan bersama menjadi suatu yang indah. Demikian pula seluruh proses dalam lokakarya perencanaan ini akan menemukan rekan berjuang ketika memasuki proses advokasi. Bagaimana alur hingga sampai ke sana akan dijelaskan dalam proses selanjutnya.

Page 49: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 37

Pembukaan Lokakarya Perencanaan

Memahami Tujuan dan Alur Proses

Tujuan Dan Alur Proses Lokakarya Perencanaan DTPS-KIBBLAMengajak para peserta memahami Tujuan dan Keseluruhan Alur Proses Lokakarya Perencanaan DTPS-KIBBLA.

Yang Berperan: Seorang fasilitator pemandu Yang Diperlukan: 1. Piktogram yang menggambarkan Alur Proses Lokakarya perencanaan

DTPS-KIBBLA 2. Metacard yang bertuliskan setiap rangkaian sesi dalam proses

Persiapan: 1. Piktogram telah ditempelkan di dinding sebelum acara dimulai. 2. Fasilitator membawa metacard bertulis, sesuai jadwal (lihat tabel jadwal)

yang telah disiapkan lengkap dengan perekat dibagian yang tak tertulis.

Contoh sebagai berikut:

METACARDNO.

BERTULISKAN

1 Pembukaan

2 Sesi 1 : Analisis Situasi dan Masalah

3 Sesi 2 : Analisis Dan Prioritas Penyebab Masalah

4 Sesi 3 : Solusi dan Kegiatan

5 Sesi 4 : Prioritas Kegiatan dan Target

6 Sesi 5 : Rencana Usulan Kegiatan

7 Sesi 6 : Rencana Usulan Anggaran

8 Sesi 7 : Pemantauan dan Penilaian

9 Sesi 8 : Pembuatan Dokumen Perencanaan dan Anggaran

10 Sesi 9 : Rencana Tindak Lanjut

11 Penutupan

Page 50: Panduan Fasilitator Proses an

38 – DTPS-KIBBLA

Aktivitas: 1. Fasilitator membuka dengan beberapa Salam Magis, jika perlu mengulang

beberapa kali hingga terasa bahwa para peserta menjawab dengan bersemangat. Artinya, mereka siap mengarahkan perhatian pada penjelasan.

2. Pilihan pertama bagi fasilitator adalah melakukan presentasi lisan seperti umumnya.

3. Pilihan kedua adalah menggunakan cara kreatif: melagukan beberapa bagian, mengombinasikan dengan gaya bersajak, atau sambil menari. Bisa diberitahukan terlebih dahulu bahwa fasilitator akan mengadakan show informasi kreatif, penuh ekspresi seni.

4. Para peserta dihantar ke dalam penjelasan dengan menyebutkan satu demi satu proses sesi demi sesi.

5. Setiap menyebutkan satu sesi, fasilitator menempelkan pada tempat yang sesuai, baru kemudian menjelaskan perincian penjelasan proses dan hal penting apa yang sebaiknya dilakukan para peserta.

6. Seusai menempelkan semua metacard, kembali Salam Magis diberikan. 7. Hasil dari Proses diletakkan di dinding selama proses lokakarya agar bisa

dilihat semua orang selama proses. 8. Framing: Kesediaan untuk berproses dan bekerja sama, merupakan hal yang

penting untuk terjadi, dan selama proses masing-masing akan mengetahui kekuatan dan bagaimana kekuatan tersebut diimplementasikan menjadi kekuatan bersama.

Page 51: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 39

Norma Pertemuan

Untuk memberikan peserta pemahaman tentang tujuan lokakarya. Untuk membangun nuansa keterbukaan dan rasa saling menghargai selama lokakarya.

Yang Berperan: 1. Seorang fasilitator pemandu. 2. Co-fasilitator sebagai pencatat usulan.

Yang Diperlukan: 1. Kertas plano. 2. Papan fiipchart. 3. Spidol marker berwarna. 4. Lembaran Norma Umum yang akan ditawarkan.

Persiapan: 1. Kertas plano di papan flipchart. 2. Tujuan dan Alur Proses Lokakarya telah ditempelkan di dinding. 3. Fasilitator telah memiliki lembaran norma-norma umum yang biasa dipakai

dalam lokakarya atau pertemuan.

Aktivitas: 1. Fasilitator mengungkapkan tujuan lokakarya kepada para peserta,

mengajak peserta memandang piktogram alur dan menjelaskan bahwa untuk bisa produktif sepanjang lokakarya dibutuhkan Norma bersama yang disetujui bersama

2. Baik peserta maupun fasilitator bisa mengusulkan norma atau aturan. 3. Fasilitator menuliskan ‘Norma Lokakarya Kita’ sebagai judul pada

flipchart. 4. Untuk setiap norma harus ada kesepakatan bersama, sebelum norma

tersebut ditulis pada daftar aturan. 5. Bila tak ada yang mengusulkan apapun, fasilitator dapat memberikan

usulan seperti kesediaan mendengar, memulai acara tepat waktu, tidak mengeluarkan komentar kasar dan semacamnya, menjaga agar HP tetap silent dan sebagainya.

6. Ketika norma sudah dianggap lengkap, kertas plano diletakkan di dinding, untuk dilihat selama lokakarya.

7. Framing: menggalang kesadaran akan perlunya penjagaan norma bersama agar tujuan lokakarya tercapai.

Page 52: Panduan Fasilitator Proses an

40 – DTPS-KIBBLA

Lembaran Norma-norma Umum yang Biasa Dipakai dalam Lokakarya atau Pertemuan

1. Hukum Dua Kaki: Yang menghantarkan anda ke ruang ini adalah dua kaki anda. Tidak bisa satu kaki di dalam ruang dan kaki lain di luar ruang. Sepenuhnya berkonsentrasi, atau sepenuhnya meninggalkan ruangan.

2. Menghormati Pendapat Orang Lain: Bersedia mendengarkan sampai orang lain selesai berbicara.

3. Berfikir Positif.4. Berusaha berfikir di luar kotak.5. Tentang handphone.6. Tepat Waktu.7. Berpakaian: Bebas rapi sopan.

Page 53: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 41

Harapan dan Kontribusi

Pohon Harapan

Begitu memasuki sebuah proses yang baru, setiap orang menghadapi perasaan khawatir. Perasaan khawatir sebetulnya muncul karena adanya harapan dalam diri orang tersebut. Peserta diajak menyadari dan memperkuat harapan serta menjadikan kekhawatiran sebagai pelengkap guna memacu kontribusi pada proses.

Yang Berperan: 1. Seorang fasilitator pemandu. 2. Seorang fasilitator pendukung.

Yang Diperlukan: 1. Pohon fering yang digambar pada kertas plano. 2. Sticky-note hijau dan merah, masing-masing sebanyak jumlah peserta. 3. Spidol marker untuk setiap peserta.

Persiapan: 1. Kertas plano telah ditempelkan di dinding sebelum acara dimulai. 2. Sticky-note hijau dan merah dibagikan pada peserta.

Aktivitas: 1. Fasilitator membuka dengan Salam Magis, diulang, kemudian bertanya

mengenai apa yang diharapkan ketika datang pada acara ini. 2. Fasilitator bertanya kepada seorang peserta lain apakah memiliki

kekhawatiran ketika datang pada acara ini. 3. Fasilitator kemudian menjelaskan bahwa setiap orang memiliki harapan

dan kekhawatiran, bahkan Depkes/Dinkes pun memiliki harapan dan kekhawatiran.

4. Peserta lalu diminta menuliskan harapannya pada sticky-note warna hijau.

5. Peserta diminta menuliskan kontribusi yang akan dilakukannya untuk menghalau kekhawatirannya sendiri.

6. Fasilitator meminta peserta mengirimkan harapannya dan kontribusinya pada plano pohon harapan.

7. Harapan dan Kontribusi kemudian dikelompokkan berdasarkan kategori/cluster oleh fasilitator pendukung.

8. Fasilitator kemudian membacakan harapan dan kontribusi yang sudah ditempelkan, lalu menanyakan pada para peserta perasaan mereka setelah menempelkan kertas.

9. Setelah melakukan framing, fasilitator menyerahkan tugas pada fasilitator selanjutnya.

Page 54: Panduan Fasilitator Proses an

42 – DTPS-KIBBLA

10. Framing: Orang bijak berkata “Harapan adalah penyegar kehidupan”. Pepatah Inggris mengatakan hope is life, life is hope (harapan adalah kehidupan, kehidupan adalah harapan). Worrying over something can make the task seem to take longer than it should (Khawatir akan sesuatu hal dapat membuat tugas menjadi terasa lebih lama dari seharusnya). Kita letakkan dahulu kekhawatiran dan harapan, nanti pada akhir acara kita akan bersama-sama melihat apakah harapan kita sudah tercapai dan kita akan refleksikan pula, apakah kekhawatiran kita telah hilang.

Page 55: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 43

Membangun Visi DTPS-KIBBLA

Poster/Bendera KIBBLA

Membuat para peserta lebih spontan dalam mengungkapkan diri dan bahwa kerjasama kreatif bisa dilakukan walau peserta datang dari latar belakang yang berbeda. Membangun kesadaran visi bersama.

Yang Berperan: 1. Seorang fasilitator pemandu. 2. Co-fasilitator untuk kelompok.

Yang Diperlukan: 1. Kain berwarna sepanjang 1,5 m. 2. Kertas asturo atau kertas berwarna. 3. Gunting. 4. Lem 5. Double-tape. 6. Metacard. 7. Spidol. 8. Hiasan lain atau tambahan sesuai selera.

Persiapan: Semua sarana membuat poster/bendera diletakkan di atas meja masing- masing kelompok kabupaten/kota.

Aktivitas: 1. Ajaklah peserta dari masing-masing kabupaten untuk membuat sebuah

poster/bendera KIBBLA kabupaten. 2. Berikan pertanyaan pembantu: Bagaimana bila perencanaan DTPS-KIBBLA

di daerah Anda sukses? Apa yang terjadi? 3. Poster/bendera tersebut terdiri dari simbol-simbol harapan akan

kesuksesan KIBBLA di daerah masing-masing. Bendera menggambarkan kekuatan kerjasama masing-masing kabupaten. Semua anggota kelompok dari kabupaten/kota yang bersangkutan harus terwakili dalam poster/bendera tersebut. Poster/bendera tidak boleh menggunakan tulisan, hanya gambar dan simbol.

4. Bisa dikerjakan di meja atau di lantai.

Page 56: Panduan Fasilitator Proses an

44 – DTPS-KIBBLA

5. Selesai mengerjakan, setiap kabupaten lalu membuat presentasi menarik di depan kabupaten lain.

6. Poster/bendera KIBBLA ini lalu ditempelkan di dinding agar bisa disaksikan selama lokakarya.

7. Pembuatan poster/bendera ini bisa pula diganti dengan pembuatan plakat simbol atau papan simbolik KIBBLA. Intinya sama hanya bahan dasarnya saja berbeda, tidak di atas kain melainkan di atas papan plastik atau triplek.

8. Framing: Dalam menghadapi masalah yang berat kita membutuhkan energi kekompakan. Kita telah tahu bahwa kita punya kekuatan serta kekompakan, melalui proses pembuatan poster/bendera kita diajak menyadari bahwa kita memiliki kreativitas untuk menjadikan kekuatan itu menghasilkan sesuatu yang bermutu. Kekuatan itu bisa dipadukan bersama menjadi suatu yang indah, melalui kreativitas.

Page 57: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 45

Kuis Perencanaan DTPS-KIBBLA

Kuis ini akan menguji sekaligus membantu peserta menyadari pengetahuan mereka dalam memahami permasalahan KIBBLA baik di tingkat Nasional atau Propinsi maupun Kabupaten/Kota. Peserta dibantu pula memahami strategi Departemen Kesehatan, serta mendapat penjelasan tujuan dan tahapan DTPS-KIBBLA.

Yang Berperan: 1. Dua orang fasilitator pemandu. 2. Satu atau dua orang narasumber

Yang Diperlukan: 1. Slide presentasi. 2. Layar presentasi. 3. Komputer/Laptop. 4. LCD Proyektor. 5. 2 kursi untuk kuis KIBBLA bertuliskan BETUL-SALAH Persiapan: 1. Setting ruangan disesuaikan dengan pelaksanaan kuis. 2. Kursi kuis diletakkan tanpa menganggu slide. 3. Memasukkan data presentasi ke komputer peraga. 4. Menyusun daftar pertanyaan dan jawaban berdasarkan slide presentasi

dan mengkonsultasikan dengan narasumber. 5. Membagi slide berdasarkan pertanyaan. Misalnya: Slide 1-4 menjawab

pertanyaan pertama, slide 5 menjawab pertanyaan ke dua, dan seterusnya.

6. Meletakkan layar presentasi dan proyektor pada tempat yang tepat.

Marilah Mengingat:KUIS LOKAKARYA PERENCANAAN menekankan pada PROSES PERENCANAAN, dan membangun kesadaran untuk MENDUKUNG ADVOKASI. Maka pertanyaan dan presentasi menjangkau aspek-aspek teknis perencanaan dan sebaiknya mengarah pada kesadaran PERENCANAAN dan ADVOKASI multipihak tersebut. Pertanyaan sebaiknya disusun bersama narasumber yang ada.

Aktivitas: 1. Fasilitator membuka dengan Salam Magis, diulang. 2. Fasilitator memberi pertanyaan sesuai skenario kepada kelompok

peserta. 3. Kelompok menjawab dengan berjalan atau berlari ke kursi benar atau

salah. 4. Setelah rangkaian pertanyaan selesai, 5. Narasumber memberikan penjelasan tambahan untuk memperkuat

informasi yang diperoleh peserta selama kuis.

Page 58: Panduan Fasilitator Proses an

46 – DTPS-KIBBLA

6. Narasumber mengungkapkan ’closing statement’ (pernyataan penutup) yang membingkai seluruh keterangan, sambil memberikan apresiasi pada pengetahuan peserta dan memotivasi peserta untuk terus mengembangkan pengetahuan menjadi lebih baik.

7. Framing: Melalui Kuis Perencanaan DTPS-KIBBLA, kita mendapatkan gambaran besar atau “big picture”, seputar realitas KIBBLA termuktahir, dan kebijakan kesehatan nasional. Semua pihak diajak semakin menyadari betapa pentingnya proses kerjasama perencanaan multipihak untuk menyelamatkan jiwa ibu melahirkan, bayi baru lahir dan anak balita.

Page 59: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 47

Sesi 1: Analisis Situasi Dan Masalah

DTPS-KIBBLA berbasis bukti dan data. Analisis situasi dan masalah merupakan proses untuk mengidentifikasi adanya masalah kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak balita; analisis juga meliputi cakupan program yang telah dilakukan dan pencapaian target program, dan faktor-faktor yang mempengaruhi terdiri dari sumber daya tersedia, lingkungan, peraturan, dan kebijakan.

Sesi ini disesuaikan dengan buku DTPS-KIBBLA: Pedoman Proses Perencanaan. Pada akhir sesi ini diharapkan tersedia form 1A-B-C-D yang sudah terisi lengkap dan sudah diverifikasi. Selain itu masalah yang ada telah teridentifikasi dengan berbasis bukti dan tersusun narasi singkat dan presentasi yang terkait.

Tujuan: Tersedianya data berdasarkan formulir pengumpulan yang lengkap.

Marilah Mengingat:Sangat Penting meminta peserta memeriksa kembali semua bahan-bahan untuk sesi ini (hal ini dapat dilakukan sebelum pembukaan dengan menghubungi penanggung jawab kabupaten). Lihat Pedoman Proses Perencanaan: Formulir pengumpulan data yang telah diisi (F1-F7), Rekapitulasi Laporan Bulanan, PWS-KIA, KB, Audit Maternal Perinatal, Hasil Supervisi Fasilitatif dan data lain mohon dilihat di Pedoman Proses Perencanaan yang berkaitan dengan sesi ini.

Tahapan:

1. Permainan Pembelajaran: Gambar Tak Lengkap. 2. Bekerja dengan Tabel 1A-D. 3. Menampilkan Narasi.

Permainan Pembelajaran

Gambar Tak LengkapPermainan untuk memperkuat pemahaman tentang karakter dari Sesi 1.

Yang Berperan:Satu fasilitator pemandu

Yang Diperlukan:Satu set puzzle

Page 60: Panduan Fasilitator Proses an

48 – DTPS-KIBBLA

Persiapan: 1. Membagi teka-teki gambar (puzzle) yang beberapa gambarnya telah

dihilangkan. 2. Puzzle bisa dibuat sendiri dengan menggambar pada kertas plano atau

karton, dan kemudian memecah gambar tersebut menjadi potongan-potongan gambar. Maksimum 16 potong per puzzle agar tak terlampau sulit dan menghemat waktu permainan.

Aktivitas: 1. Masing-masing kelompok mendapatkan satu teka-teki gambar (puzzle). 2. Setiap orang mendapatkan satu potongan gambar 3. Berikan aturan main: setiap kelompok menyelesaikan puzzle tersebut

bersama. 4. Tentukan batas waktu. 5. Persilakan kelompok bekerja. 6. Refleksikan permainan tadi dengan meminta pendapat peserta. 7. Framing: Mengajak peserta memahami pendekatan evidence-based

(berbasis bukti) dari Proses Perencanaan DTPS-KIBBLA sebagai konsep tim kerja bersama multipihak. Penghargaan kepada perspektif masing-masing pihak, karenanya perlu dijaga, terutama ketika proses verifikasi data berlangsung.

Bekerja Dengan Tabel 1A-1DSebagai sebuah konsep yang berbasiskan bukti (evidence based) DTPS-KIBBLA membutuhkan data yang dapat diverifikasi. Proses tabulasi dan verifikasi data dilakukan pada tahap ini. Yang Berperan: 1. Seorang fasilitator. 2. Seorang narasumber pengisian tabel.

Yang Diperlukan: 1. Tabel 1a-d yang kosong. 2. Slide presentasi diagram masalah KIBBLA. 3. Flipchart. 4. Metacard (lima warna). 5. Alat gambar. 6. Contoh diagram masalah kesehatan. 7. DTPS-KIBBLA: Pedoman Proses Perencanaan. 8. Laptop dan printer.

Page 61: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 49

Persiapan: Membagikan perlengkapan di tiap meja.

Aktivitas: 1. Bagi peserta berdasar kelompok Kabupaten/Kota. 2. Pastikan masing-masing kelompok telah memiliki tabel 1A-D kosong. 3. Menuliskan tabel pada kertas plano. 4. Menelaah kelengkapan dan kualitas data masing-masing kabupaten pada

tabel 1A,1B,1C,1D. 5. Berpegangan pada pedoman perencanaan, mengisi tabel pada plano

dengan menempelkan data yang ditulis pada sticky-note, agar dapat dilihat semua anggota tim.

6. Harap dihindari, menulis langsung pada laptop agar proses analisis situasi menjadi lebih partisipatif.

7. Mendiskusikan analisis situasi untuk membuat narasi lebih hidup dan dapat menggambarkan kondisi kabupaten.

Tips untuk fasilitator:

1. Pada dasarnya setiap daerah akan memiliki masalah yang berbeda, biarkan peserta mendapat hasil kelompok yang berbeda-beda, tetapi jaga agar alur tabulasi dan verifikasi data tetap terjaga. Amati proses, bila perlu tampilkan energizer, terutama sesudah rehat, agar semua peserta segera berkumpul kembali, menyegarkan badan serta fikiran secara bersama.

2. Pada waktu memfasilitasi suatu tim pada proses pengisian data tabel 1A–1D, dorong peserta untuk tidak hanya menyalin data ke dalam tabel, tetapi menilai akurasi dan/atau validitas data (berdasarkan sumber data, membandingkan dengan tahun lalu dan sebagainya). Apabila ada data yang diragukan, agar peserta membuat keputusan apa yang dilakukan (apakah data tersebut tidak digunakan dalam perencanaan ini, apakah menggunakan data tahun yang lalu atau mau melakukan validasi dahulu dan sebagainya).

3. Bantu peserta untuk melakukan penilaian juga, apakah cakupan yang dicapai oleh kabupaten sudah merata, atau ada kecamatan yang sangat rendah cakupannya atau sangat tinggi dibandingkan kecamatan lain.

Presentasi Narasi Proses Presentasi Narasi pada dasarnya memperkuat kepekaan peserta pada apa yang telah dilakukannya, dalam hal ini berkaitan dengan data dan verifikasinya. Yang berperan: Seorang fasilitator

Page 62: Panduan Fasilitator Proses an

50 – DTPS-KIBBLA

Yang diperlukan: 1. Flipchart. 2. Metacard (lima warna). 3. Alat gambar. 4. Contoh diagram masalah kesehatan

Persiapan: 1. Membagikan perlengkapan di tiap meja. 2. Menjelaskan pentingnya presentasi narasi dan bentuk presentasi adalah

untuk memberi penekanan pada pentingnya data.

Aktivitas: 1. Bagi peserta berdasar kelompok kabupaten/kota. 2. Mintalah peserta memeriksa kembali narasi yang telah dibuat. 3. Meminta peserta untuk menyajikan narasi tersebut dalam bentuk sajak dan

lagu, diiringi oleh penyanyi latar dari peserta lain dalam satu kelompok.

Tips untuk fasilitator:1. Para co-fasilitator mendampingi kelompok bekerja, beberapa hal yang perlu

diperhatikan adalah:a. Pemahaman tentang Obat Indikatorb. Data disediakan belum dikonversi dalam bentuk AKABA, AKI, AKBc. Data pada kolom 2010 dikaitkan dengan pencapaian pada tahun sebelumnya

(n-x)2. Fasilitator mengingatkan untuk meningkatkan kesiapan peserta dan efisiensi

waktu dalam diskusi sesi 2, masing-masing anggota tim diberi tugas untuk menulis masing-masing minimal 3 penyebab masalah pada faktor: (1) Pelayanan, (2) Manajemen/kebijakan dan (3) lingkungan masyarakat.

Page 63: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 51

Sesi 2: Analisis dan Prioritas Penyebab Masalah

Analisis penyebab masalah adalah proses sistematik untuk menilai faktor-faktor yang merupakan penyebab langsung atau tidak langsung dari masalah, termasuk faktor-faktor yang berkontribusi terhadap terjadinya masalah.

Tujuan Sesi:1. Merumuskan skema penyebab masalah kematian/kesakitan dari ibu, bayi baru

lahir dan anak balita yang akan diintervensi.2. Menetapkan prioritas penyebab masalah kematian atau kesakitan ibu, bayi baru

lahir dan anak balita.3. Menyusun narasi dari hasil analisis.

Marilah Mengingat:Dalam sesi ini kelompok kabupaten akan mulai dibagi dalam Subtim-subtim, yakni Subtim Ibu, Subtim Bayi Baru Lahir dan Subtim Anak.Penyegaran (energizing) dilakukan pada pembuka sesi untuk meningkatkan energi peserta setelah melewati fase sesi 1 yang biasanya menjenuhkan bagi kebanyakan peserta.

Tahapan:

1. Pembuka Sesi: Pembagian Subtim Kelompok dan Membuat Yel-yel Kelompok.

2. Membangun Skema Analisis dan Prioritas Penyebab Masalah.3. Menampilkan Narasi

Pembagian Subtim Pembagian Subtim Kelompok pada tingkat kabupaten/Kota menyesuaikan dengan 3 isu utama KIBBLA, yakni Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir, dan Anak balita. Yang berperan :Seorang fasilitator

Yang diperlukan: 1. Flipchart. 2. Metacard (tiga warna). 3. Sticky-note. 4. Spidol.

Page 64: Panduan Fasilitator Proses an

52 – DTPS-KIBBLA

Persiapan: 1. Membagikan perlengkapan di tiap meja. 2. Menjelaskan alasan pembagian kelompok. 3. Menuliskan pada metacard masing-masing: IBU, BBL, dan ANAK BALITA

Aktivitas: 1. Meminta peserta menuliskan nama masing-masing pada selembar sticky-

note yang dibagikan 2. Tulisan pada metacard mencerminkan tugas subtim, dan tiap subtim

memiliki kuota jumlah maksimum, yakni sepertiga dari jumlah anggota DTPS kabupaten/kota.

3. Jelaskan bahwa pemilihan subtim sesuai dengan latar belakang tugas/pekerjaan, pendidikan dan atau minat peserta.

4. Meminta peserta melekatkan sticky-note pada metacard yang tersedia. Pemilihan metacard merupakan pemilihan subtim.

5. Bacakan kembali nama masing-masing subtim dan anggota yang terlibat. 6. Meminta semua peserta untuk duduk sesuai subtim. 7. Setiap subtim diminta membuat yel-yel subtim. 8. Menampilkan yel-yel subtim di depan peserta lain: perhatikan jargon tim

dan tujuan lokakarya. 9. Framing: kreativitas adalah bagian penting dari pemecahan masalah,

tetapi kreativitas yang menciptakan kekompakan.

Membangun Skema Analisis dan Prioritas Penyebab Masalah

Pada tahap ini peserta merumuskan skema penyebab masalah kematian/kesakitan dari ibu, bayi baru lahir dan anak balita yang akan diintervensi, serta menetapkan prioritas penyebab masalah kematian atau kesakitan ibu, bayi baru lahir, dan anak balita.

Marilah MengingatDalam membangun skema analisis dan prioritas penyebab masalah, para peserta sebaiknya diingatkan kembali mengenai:1. Penyebab di masyarakat.2. Penyebab di provider/pelayanan.3. Penyebab di manajemen/kebijakan.

Yang berperan: 1. Seorang fasilitator. 2. Seorang narasumber.

Page 65: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 53

Yang diperlukan: 1. Tabel 1a-d yang sudah dilengkapi dan diverifikasi. 2. Slide presentasi diagram penyebab masalah KIBBLA. 3. Flipchart. 4. Kartu Indeks. 5. Double tape. 6. Alat gambar.

Aktivitas: 1. Setelah proses penjelasan, masing-masing subtim diminta membuat

skema masalah menurut bidang sub-tim masing-masing. 2. Peserta diminta melakukan pentahapan pembuatan skema sesuai dengan

buku Pedoman Proses Perencanaan DTPS-KIBBLA. 3. Persilakan kelompok untuk menuangkan hasil kerja kelompok dalam

bentuk skema besar yang akan dipresentasikan dengan cara yang kreatif.

4. Bingkai prioritas masalah masing-masing Kabupaten.

Tips untuk fasilitator:

1. Setiap daerah memiliki masalah yang berbeda, biarkan peserta mendapat hasil kelompok yang berbeda-beda, tetapi jaga agar alur analisa dan cara penentuan prioritasnya tetap terjaga.

2. Bila diperlukan, ingatkan tim agar pada waktu melakukan analisis penyebab masalah, sebanyak mungkin menggunakan data yang ada pada tabel 1A-D dan tidak seluruhnya berdasarkan teori.

3. Pada waktu pengisian tabel pemilihan prioritas masalah, pastikan bahwa semua peserta berpartisipasi dan pengisian tabel dilakukan per kolom (ke bawah) sampai selesai untuk semua masalah, baru dilanjutkan untuk kolom berikutnya.

Presentasi Narasi Sesi 2

Pasar InfoMenyajikan kreativitas subtim dalam mengungkapkan informasi mengenai hasil diskusi.

Yang diperlukan: 1. Flipchart. 2. Metacard (5 warna). 3. Sticky note. 4. Kertas plano. 5. Alat tulis spidol lengkap. 6. Alat gambar. 7. Skema analisis dan prioritas penyebab masalah.

Page 66: Panduan Fasilitator Proses an

54 – DTPS-KIBBLA

Persiapan: 1. Siapkan dinding kosong atau pojok yang berfungsi sebagai dinding

presentasi. 2. Metacard dan sticky-note berbagai warna diletakkan di atas meja subtim.

Aktivitas: 1. Persilakan subtim kembali bekerja untuk merapikan skema yang dibuat. 2. Minta masing-masing subtim menentukan 1 anggota subtim untuk menjadi

tuan rumah subtim penjaga kios. 3. Persilakan anggota subtim lainnya berkunjung ke kios subtim lain menyerap

informasi dan memberikan pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas. 4. Pertanyaan diberikan dalam bentuk tulisan pada sticky-note. 5. Setiap kunjungan dilakukan selama 5 (lima) menit. 6. Kembali ke subtim masing-masing untuk membahas pertanyaan yang

diberikan pengunjung. 7. Setelah selesai membahas pertanyaan, persilakan masing-masing subtim

mempresentasikan hasilnya dalam bentuk puisi atau lagu. 8. Refleksikan proses dengan meminta tanggapan dan pendapat peserta.

Tips:Dalam pembuatan skema masalah, bila ada kecenderungan peserta untuk mengacu pada program-program intervensi yang sudah dilakukan, maka sebaiknya fasilitator membantu peserta menggali eksplorasi peserta dengan pertanyaan-pertanyaan penunjang. Sesi ini adalah sesi berkarakter divergen (lihat bab III mengenai teori permata atau proses pengambilan keputusan).

Page 67: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 55

Sesi 3: Solusi dan Kegiatan

Pada sesi ini tim kabupaten/kota menelaah masalah yang telah ditetapkan sebagai prioritas penyebab kesakitan dan kematian ibu, bayi baru lahir, dan anak untuk mencari solusi dan kegiatan, yang berbasis bukti dan berdaya ungkit besar.

Tujuan:1. Menetapkan solusi berdasarkan prioritas penyebab masalah Kesehatan Ibu,

Bayi Baru Lahir, dan Anak balita.2. Menjabarkan solusi pada masing-masing komponen Kesehatan Ibu, Bayi Baru

Lahir, dan Anak balita menjadi berbagai kegiatan.

Marilah Mengingat:1. Solusi berbeda dengan kegiatan, para fasilitator diharap menggali pemahaman

mengenai hal ini dari para peserta: inilah pertanyaan pertama yang penting bagi sesi ini.

2. Pastikan para peserta memahami prosedur buku pedoman.3. Sebaiknya dijelaskan bahwa hasil setiap subtim bukanlah untuk subtim masing-

masing, tapi untuk tim DTPS-KIBBLA.4. Satu Penyebab Masalah mendapat satu solusi yang bisa terdiri dari berbagai

kegiatan.5. Kegiatan diharapkan mencakup kegiatan dari ketiga komponen (pelayanan,

masyarakat, dan manajemen).

Tahapan:

1. Pembuka Sesi: Berapa Jauh Pergi?2. Mendiskusikan Materi Solusi dan Kegiatan Serta Menampilkannya dalam

Warung Dialog

Seberapa Jauh Pergi?Memahami lebih jauh kreatifitas dan inovasi, yang diperlukan untuk penyusunan solusi dan kegiatan.

Yang Diperlukan: 1. Tali 1 meter. 2. Kertas plano. 3. Lakban.

Persiapan: Tak ada

Page 68: Panduan Fasilitator Proses an

56 – DTPS-KIBBLA

Aktivitas: 1. Mulai permainan dengan memberikan selembar kertas plano, 1 meter tali,

50 cm lakban kepada setiap kelompok. 2. Kelompok diminta membuat pesawat yang akan dikutsertakan dalam

perlombaan pencapaian jarak tempuh terjauh antarkelompok. 3. Biarkan para peserta bekerja bersama. 4. Buka diskusi refleksi dari permainan tersebut.

Bingkai hasil refleksi dengan kesadaran bahwa kreatifitas penting untuk menemukan solusi yang baru dan berbeda.

Warung Dialog

Menggabungkan kemampuan dan kreativitas bersama untuk mencari dan menetapkan solusi tepat untuk masing-masing prioritas masalah, dengan membagi ide dengan orang lain.

Yang Diperlukan: 1. Flipchart. 2. Metacard (lima warna). 3. Sticky-note. 4. Kertas plano. 5. Alat tulis spidol lengkap. 6. Alat gambar. 7. Tabel 2A,2B,2C. 8. Diagram 3: diagram prioritas masalah. 9. Tabel 2: penetapan prioritas masalah. 10. Pedoman pelaksanaan strategi nasional MPS.

Persiapan: 1. Siapkan meja warung (meja kerja subtim) yang dilapisi taplak kertas

plano. Fungsi kertas plano di atas meja adalah sebagai media untuk menggambarkan diskusi.

2. Metacard dan sticky-note berbagai warna diletakan di atas meja warung (meja kerja subtim).

Aktivitas: 1. Tugaskan setiap subtim untuk berdiskusi dan melahirkan solusi atas

prioritas masalah yang telah ditentukan. 2. Setelah ditemukan solusi, persilakan subtim kembali bekerja

untuk menurunkan solusi dalam kegiatan yang mungkin dan bisa dilaksanakan.

3. Minta subtim menuangkan hasil kerja subtim pada gambar besar yang dipamerkan di atas meja kelompok.

Page 69: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 57

4. Minta masing-masing subtim menentukan 1 anggota kelompok untuk menjadi tuan rumah kelompok.

5. Persilakan anggota subtim lainnya berkunjung ke meja kelompok lain dengan tugas memperkaya hasil kerja kelompok kelompok yang dikunjungi.

6. Pengunjung diminta menandai solusi ganda (yang sudah pula menjadi solusi subtim pengunjung.

7. Setelah proses pengayaan, minta peserta kembali ke subtimnya dan memformulasikan kembali hasilnya berdasarkan pengayaan dari subtim lain tadi. Dan masukan dalam tabel sesuai manual (tabel 4).

8. Persilakan masing-masing subtim mempresentasikan hasilnya dengan cara memainkan drama durasi 15 menit.

9. Refleksikan proses dengan meminta tanggapan dan pendapat peserta.

Tips untuk fasilitator

Contoh pertanyaan untuk menggali:1. Apakah kegiatan relevan dengan solusi yang dipilih?2. Apakah kegiatan sudah sesuai dengan strategi nasional, renstra daerah dan

situasi yang berkembang?3. Apakah kegiatan cukup inovatif dan potensi keberhasilannya tinggi?4. Apakah kegiatan-kegiatan yang diajukan ada yang sama tujuannya, sasarannya

dan lokasinya?5. Apakah kegiatan yang diajukan cukup komprehensif mencakup kegiatan

promotif atau preventif dan kuratif serta tersebar di lintas program dan sektor terkait?

6. Apakah ada kegiatan yang bisa digabung di antara ketiga masalah KIBBLA, dan bagaimana menyikapinya?

Page 70: Panduan Fasilitator Proses an

58 – DTPS-KIBBLA

Sesi 4: Prioritas Kegiatan dan Target

Solusi perlu dijabarkan menjadi kegiatan yang dirumuskan secara jelas targetnya. Kegiatan tersebut perlu ditentukan pula prioritasnya dan ditentukan pula indikator serta target kegiatan.

Di akhir sesi ini peserta menetapkan kegiatan dan target untuk diisikan ke dalam tabel, menetapkan prioritas kegiatan yang dapat dilaksanakan dan merumuskan target pencapaian dari setiap kegiatan.

Tujuan Sesi:1. Hasil akhir dari sesi 4 adalah pengisian tabel 4A - Penentuan Prioritas Kegiatan

dan tabel 4B - Kegiatan dan target.2. Menetapkan prioritas penyebab masalah kematian atau kesakitan ibu, bayi baru

lahir dan anak balita.3. Menyusun narasi dari hasil kegiatan terpilih.

Marilah Mengingat:Dalam sesi ini subtim Ibu, subtim Bayi Baru Lahir dan subtim Anak akan menyusun prioritas kegiatan dan target. Peserta diharapkan sudah membaca buku pedoman proses perencanaan dan menguasainya.Learning games dilakukan pada pembuka sesi untuk meningkatkan energi peserta dan memahami filosofi prioritas kegiatan dan target.

Tahapan:

1. Pembuka Sesi: Pilihlah dengan Tepat.2. Bekerja dengan Tabel 4A dan 4B, Membangun Prioritas Kegiatan dan

Target.3. Menampilkan Narasi: Mosaik Metafora

Pembuka SesiPilihlah dengan Tepat

Yang Berperan: 1. Satu fasilitator pemandu. 2. Fasilitator kelompok.

Yang Diperlukan: 1. 3 aksesori kertas (topi, atau kalung) bertuliskan KANIBAL. 2. 3 aksesori kertas bertulis BIJAK. 3. Satu balon panjang atau tongkat sebagai ‘perahu’.

Page 71: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 59

Persiapan: Gambarkan dua garis sejajar untuk menggambarkan laut/selat.

Aktivitas: 1. Bacakan cerita “Pilihlah dengan Tepat” berikut ini: “Di sebuah pulau terpencil banyak ditemukan orang-orang kanibal. Pada

suatu hari, ada 3 orang orang baik dan 3 orang kanibal ingin menyeberangi selat ke pulau seberang. Tapi, di pinggir selat hanya ada 1 perahu kecil (maximum penumpang 2 orang). Syarat supaya tidak menjadi korban ketika bepergian dengan orang kanibal adalah jumlah orang kanibal tidak boleh lebih banyak dari orang baik. Bagaimana ke-6 orang tersebut bisa menyeberang dengan selamat?”

2. Minta kelompok untuk mendiskusikan pertanyaan tersebut. 3. Minta kelompok untuk memainkan peran sebagai kanibal atau orang baik

yang menyeberangi sungai. 4. Fasilitator melihat apakah ada kelompok yang berhasil? 5. Menanyakan kepada masing-masing kelompok mengenai proses yang

terjadi, kemudian melakukan refleksi bersama atas permainan tersebut. 6. Framing: Penetapan prioritas yang dilakukan secara bersama membuat

kelompok bisa menanggung apapun akibatnya, keberhasilan atau kegagalan. Untuk mencapai target membutuhkan strategi penetapan prioritas. Prioritas yang tepat menghasilkan pemecahan masalah.

Kunci Kanibal

1. Satu bijak dan satu kanibal menyeberang bijak kembali.2. Dua kanibal menyeberang satu kanibal kembali.3. Dua bijak menyeberang satu bijak dan satu kanibal kembali.4. Dua bijak menyeberang satu kanibal kembali.5. Dua kanibal menyeberang satu kembali.6. Dua kanibal menyeberang.

Bekerja Dengan Tabel 4A dan 4B

Yang Berperan: 1. Satu fasilitator pemandu. 2. Fasilitator kelompok.

Yang Diperlukan: 1. Tabel 3: Solusi dan Kegiatan yang dihasilkan dari sesi 3. 2. Tabel 4A: Prioritas Kegiatan 3. Tabel 4B: Kegiatan dan Target. 4. Flipchart. 5. Metacard (lima warna).

Page 72: Panduan Fasilitator Proses an

60 – DTPS-KIBBLA

6. Sticky-note. 7. Kertas plano. 8. Alat tulis spidol lengkap. 9. Alat gambar.

Persiapan: Lihat Pedoman Proses Perencanaan Sesi 4

Aktivitas: 1. Tanyakanlah kembali apakah peserta memahami pokok-pokok dalam sesi

4 Pedoman Proses Perencanaan. 2. Bantuan proses penggalian dilakukan sepanjang proses oleh co-

fasilitator. 3. Ketika Kegiatan dan Target telah disusun, satu utusan tumpang tindih dari

masing-masing subtim berkunjung ke subtim lain untuk melihat kegiatan yang bertumpang tindih (ditulis juga oleh subtim lain).

4. Tim utusan bernegosiasi bersama di depan semua peserta tentang subtim mana yang akan memasukan kegiatan tumpang-tindih dalam daftar mereka, dan subtim mana yang mencoret dari daftar, serta menegosiasikan target.

5. Membuat narasi kelompok.

Mosaik Metafora

Yang Berperan: 1. Fasilitator. 2. Co-fasilitator kelompok.

Yang Diperlukan: 1. Tabel 4A dan 4B. 2. Kertas plano. 3. Kertas warna-warni 4. Majalah bekas 5. Gunting, spidol, lem.

Persiapan: Setiap kelompok mendapat satu set bahan-bahan.

Aktivitas: 1. Minta setiap tim membuat daftar kegiatan dan target lalu membangun

narasi. 2. Minta setiap subtim hasil narasi dalam sebuah gambar sederhana

tapi mudah dicerna, yang dibuat dari bahan-bahan yang ada, untuk menggambarkan isi tabel 4A dan 4B.

Page 73: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 61

3. Persilakan subtim menempel gambar metafora tersebut di dinding belajar.

4. Persilakan subtim lain mempresentasikan hasil kerja dan kelompok pemilik gambar diminta menanggapi dan mengkoreksi hingga menjadi informasi utuh hasil kerja kelompoknya.

5. Refleksikan keseluruhan proses sesi ini.

Tips untuk fasilitator:

Permainan hanyalah alat agar peserta mendapatkan solusi kreatif atas masalah, jangan sampai permainan terlalu menyita waktu kerja peserta.

Page 74: Panduan Fasilitator Proses an

62 – DTPS-KIBBLA

Sesi 5: Rencana Usulan Kegiatan

Pada sesi ini tim menyusun Rencana Usulan Kegiatan yang mencakup lokasi, sasaran dan volume tanpa menghitung anggaran yang dibutuhkan peserta.

Tujuan Sesi:1. Menghasilkan tabel usulan kegiatan sesuai tabel 5 pada Pedoman Proses

Perencanaan.2. Menyusun narasi dari hasil kegiatan terpilih

Marilah Mengingat:Dalam sesi ini subtim Ibu, subtim Bayi Baru Lahir dan Subtim Anak akan menyusun Rencana Usulan Kegiatan. Peserta diharapkan sudah membaca buku pedoman proses perencanaan dan menguasainya. Para peserta yang berasal dari latar belakang perencanaan dan atau bappeda dapat menjadi narasumber bagi peserta lain bila dibutuhkan. Fasilitator dapat mengundang mereka untuk menjelaskan bilamana perlu.

Tahapan:

1. Pembuka Sesi: Menara Sedotan.2. Bekerja dengan Tabel 5B, Rencana Usulan Kegiatan.3. Menampilkan Narasi: Teater KIBBLA.

Pembuka Sesi

Menara SedotanMemahami pentingnya menerjemahkan rencana kegiatan dengan cara yang bisa diimplementasikan oleh orang lain yang tidak pernah terlibat dalam proses awal.

Yang Diperlukan: 1. Kertas plano. 2. Flipchart. 3. Metacard (lima warna). 4. Alat gambar. 5. Straw (sedotan minuman). 6. Tabel 3 : Solusi dan Kegiatan. 7. Tabel 4, 5 kosong.

Aktivitas: 1. Peserta dalam kelompok bertugas permainan membangun menara setinggi

mungkin dan kokoh dengan paket sedotan plastik yang telah disediakan.

Page 75: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 63

2. Minta kelompok bekerja dengan melakukan perancangan terlebih dahulu. Setelah rancangan siap, persilakan kelompok mulai membangun menara.

3. Selama proses, satu anggota kelompok bertugas mencatat langkah-langkah dalam mewujudkan menara.

4. Setelah selesai, catatan langkah-langkah disimpan di samping menara, dan menara yang sudah selesai disimpan ke luar ruangan.

5. Undi kelompok untuk mencoba mendirikan menara kelompok lain dengan langkah-langkah yang telah dibuat.

6. Setelah menara kedua selesai, menara pertama dibawa masuk untuk dibandingkan dengan menara pertama.

7. Kelompok yang dapat menggambarkan perencanaan dengan tepat dalam catatannya sedemikian rupa sehingga kelompok lain bisa membangun dengan tepat dan cepat, dinyatakan sebagai pemenang.

8. Jaring refleksi peserta atas permainan tadi, dan bingkai dengan hal apa yang penting untuk membuat Rencana Usulan Kegiatan.

Bekerja dengan Tabel 5

Yang Berperan: 1. Satu fasilitator pemandu. 2. Fasilitator kelompok

Yang Diperlukan: 1. Tabel 3 : Solusi dan Kegiatan yang dihasilkan dari sesi 3. 2. Tabel 4A dan 4B Kegiatan dan Target dari sesi 4. 3. Flipchart. 4. Metacard (lima warna). 5. Sticky note. 6. Kertas plano. 7. Alat tulis spidol lengkap. 8. Alat gambar.

Persiapan: 1. Melihat Pedoman Proses Perencanaan Sesi 5. 2. Meletakkan hasil sesi 4 di dinding belajar.

Aktivitas: 1. Tanyakanlah kembali apakah peserta memahami pokok-pokok dalam sesi

5 Pedoman Proses Perencanaan, uraikan secara singkat. 2. Bantuan proses penggalian, bila perlu dilakukan dengan komentar

tambahan dari peserta berlatar belakang bappeda/perencanaan. 3. Setiap anggota memberikan kontribusi pendapat. 4. Utamakan penggunaan flipchart/metaplan.

Page 76: Panduan Fasilitator Proses an

64 – DTPS-KIBBLA

5. Tim bisa dibagi tugas agar perhitungan kegiatan bisa selesai pada waktunya dan penting sekali: semua anggota tim paham akan proses mengisi format usulan kegiatan.

6. Jadwal penyelenggaraan disesuaikan dengan jadwal pencairan dana. 7. proses sepanjang sesi dibantu oleh co-fasilitator. 8. membuat narasi kelompok.

Teater KIBBLA

Yang Berperan: 1. Satu fasilitator pemandu. 2. Fasilitator kelompok.

Yang Diperlukan: 1. Hasil narasi sesi 5. 2. Flipchart. 3. Metacard (lima warna). 4. Sticky-note. 5. Kertas plano. 6. Alat tulis spidol lengkap. 7. Alat gambar.

Persiapan: Menempelkan narasi sesi 5 di dinding belajar, dibuat semenarik mungkin (lihat mosaik metafora).

Aktivitas: 1. Peserta tiap subtim diminta menerjemahkan narasi dalam bentuk skenario

teater ringkas. 2. Sedapat mungkin peserta diminta tampil dengan karakter lokal teater

rakyat, seperti lenong atau ludruk, dan membagi peran diantara anggota. 3. Tiap subtim menampilkan rencana usulan kegiatannya dan latar belakang

rencana mereka dengan menampilkan pertunjukan di depan peserta lain. Usahakan pertunjukan segar dan menggugah.

4. Catatan: Bila waktu mengijinkan, peserta bisa diminta membuat kostum teater dari kertas plano.

Tips Fasilitator:

1. Sesi ini lebih memberdayakan anggota perencanaan dan Bappeda untuk berkonsentrasi lebih, bila perlu perkenalkan mereka ke seluruh ruang.

2. Jaga kekompakan tim supaya tetap ikut proses karena proses ini biasanya cukup membosankan.

Page 77: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 65

Sesi 6: Rencana Anggaran Kegiatan

Dalam ”Perencanaan Pembangunan Daerah ada dua tahap penting yaitu tahap Proses Penyusunan Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja SKPD) dan tahapan Proses Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran–SKPD.

Pada sesi ini tim menghitung rencana anggaran kegiatan yang bersumber dari APBD, APBN dan sumber lain.

Tujuan Sesi:1. Menghasilkan Rencana Anggaran Kegiatan, mengisi tabel 6A, 6B, 6C sesuai

perhitungan.2. Menyusun kebutuhan anggaran KIBBLA yang bersumber dari APBD, APBN dan

sumber lain.3. Menyusun narasi dari hasil kegiatan terpilih.

Marilah Mengingat:Dalam sesi ini, para peserta yang berasal dari latar belakang perencanaan dan atau bappeda, dapat menjadi narasumber bagi peserta lain bila dibutuhkan. Pendekatan dan penjadwalan anggaran serta nomenklatur akan membutuhkan keahlian serta penilaian profesional mereka. Fasilitator dapat mengundang mereka untuk menanggapi dan menjelaskan bila perlu.

Tahapan:

1. Pembuka Sesi: Resep Masakan.2. Bekerja untuk Rencana Anggaran Kegiatan.3. Menampilkan Tabel dan Narasi.

Resep Masakan

Yang berperan: 1. Satu fasilitator pemandu. 2. Fasilitator kelompok.

Yang diperlukan: Daftar harga bahan-bahan kebutuhan pokok dan sayur-mayur di pasar lokal, atau berdasar penentuan fasilitator (pasar fasilitator).

Aktivitas: 1. Peserta tiap subtim diminta merencanakan untuk memasak suatu jenis

masakan, dengan nilai yang ditentukan sebanyak Rp 50.000,- 2. Tiap subtim melihat jenis-jenis barang yang dijual di pasar fasilitator dan

menghabiskan seluruh anggaran yang disediakan.

Page 78: Panduan Fasilitator Proses an

66 – DTPS-KIBBLA

3. Subtim bertugas mempersiapkan masakan yang cukup dikonsumsi oleh kelompoknya.

4. Mencatat unit harga dan kebutuhan, kemudian memasukan dalam narasi menu dan pembelanjaan yang akan disampaikan di depan semua kelompok.

5. Menampilkan narasi menu dan pembelanjaan dengan cara menarik; seolah acara kuliner TV, talkshow, sendratari, dan lain-lain.

6. Menyatakan kepada kelompok lain bagaimanakah pemahaman mereka tentang menu dan pembelanjaan dibandingkan dengan tujuan sesi.

7. Framing: rencana anggaran kegiatan adalah bagian dari kehidupan sehari-hari. Merancang masakan, menyesuaikan belanja dengan pagu anggaran tersedia.

Bekerja untuk Rencana Anggaran Kegiatan

Yang Berperan: 1. Fasilitator pemandu. 2. Co-fasilitator kelompok

Yang Diperlukan: 1. Flipchart. 2. Metacard (lima warna). 3. Kaleng. 4. Alat gambar. 5. Hasil Tabel 4B: Kegiatan dan Target. 6. Hasil Tabel 5: Rencana Usulan Kegiatan. 7. Tabel 6A: Uraian Perhitungan APBD, (kosong), APBN, sumber lain. 8. Tabel 6B: Uraian Perhitungan APBD (kosong). 9. Tabel 6C: Uraian Perhitungan APBN. 10. Permendagri tentang Jadwal Penyusunan Anggaran sesuai dengan

Permendagri 13 th 2006 dan Permendagri 59 tahun 2007. 11. PP No. 21 tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran

Kementrian/Negara. 12. Harga satuan/unit cost setempat (SK Bupati/Walikota). 13. KEPMENKES tentang harga obat generik berlogo.

Persiapan: 1. Jelaskan tujuan sesi ini dan tabel apa saja yang harus diisi di sesi ini. 2. Menampilkan semua tabel yang diperlukan di dinding belajar.

Aktivitas: 1. Peserta diminta melihat contoh kegiatan yang tercantum di CD. 2. Minta kelompok bekerja merencanakan anggaran sesuai langkah-langkah

buku Pedoman Proses Perencanaan.

Page 79: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 67

3. Bantuan proses penggalian, bila perlu dilakukan dengan komentar tambahan dari peserta berlatar belakang bappeda/perencanaan.

4. Setiap anggota memberikan kontribusi pendapat. 5. Utamakan penggunaan flipchart/metaplan. 6. Tim bisa dibagi tugas agar perhitungan kegiatan bisa selesai pada waktunya

dan penting sekali: semua anggota tim paham akan proses mengisi format anggaran, baik APBN, APBD maupun sumber lain.

7. Sepanjang sesi, proses dibantu oleh co-fasilitator. 8. Membuat narasi kelompok.

Tips untuk fasilitator:

Ajak peserta memperhitungkan jadwal pencairan dana dan penyesuaian volume kegiatan dengan pagu anggaran.

Menampilkan Tabel dan Narasi AnggaranTabel Tiga Dimensi

Yang Berperan: 1. Satu fasilitator pemandu. 2. Fasilitator kelompok.

Yang Diperlukan: 1. Tabel hasil. 2. Tali rafia/senar pancing. 3. Metacard warna-warni. 4. Double tape. 5. Balon warna-warni.

Persiapan: Membuat rangkaian ikatan tali rafia yang ditata seperti tabel

Aktivitas: 1. Peserta diminta menyusun hasil narasi dalam bentuk Tabel yang ditata

pada tali rafia. 2. keterangan-keterangan ditulis pada metacard dan ditata pada tali rafia

sesuai dengan tabel hasil. 3. pemasangan pada tali rafia dilakukan sambil menjelaskan setiap pokok

rencana anggaran. 4. peserta lain membantu proses.

Page 80: Panduan Fasilitator Proses an

68 – DTPS-KIBBLA

Tips untuk Fasilitator:

1. Untuk kelancaran proses usulan anggaran, anggota subtim yang memahami anggaran dapat membantu subtim lain.

2. Peran fasilitator tidak dominan melayani.3. Agar mengacu pada lampiran pedoman yang berkaitan dengan anggaran.4. Apakah unit cost kegiatan sudah sesuai dengan masing-masing sumber dananya?

(APBD II, APBD II, APBN, bulanan), fasilitator mengecek/membantu point di atas.

Page 81: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 69

Sesi 7: Pemantauan dan Penilaian

Pemantauan dan penilaian terhadap hasil kegiatan program dan realisasi anggaran merupakan kegiatan integral dalam sebuah manajemen program. Oleh karena itu, penting untuk dapat merumuskan rencana pemantauan dan penilaian yang mudah diterapkan dan efektif. Dalam pelaksanaannya dilakukan secara berjenjang dan terus menerus.

Tujuan Sesi:1. Menentukan indikator pemantauan dan cara memantaunya.2. Menentukan indikator penilaian dari kegiatan program dan cara pemantauannya

untuk memperbaiki manajemen program dan mengambil rencana perbaikan.3. Mengisi tabel 7A dan 7B.

Yang Berperan: 1. Fasilitator pemandu. 2. Co-fasilitator.

Tahapan:

1. Pembuka Sesi: Kartu Jodoh.2. Bekerja untuk Pemantauan dan Penilaian.3. Menampilkan Tabel dan Narasi.

Kartu Jodoh

1. Permainan mengenal jenis indikator.2. Uji pemahaman peserta mengenai jenis-jenis indikator.

Yang Diperlukan: 1. 2 (dua) set kartu dengan jumlah, warna dan isi yang sama. 2. Satu set kartu (set A) dengan bermacam warna berisi indikator-indikator: a. Cakupan pelayanan pertolongan persalinan Nakes b. Cakupan imunisasi BCG c. Jumlah balita gizi buruk d. Ratio bidan di desa dengan jumlah desa e. Jumlah bidan yang memiliki bidan kit f. Jumlah kematian bayi per tahun 3. Kartu (set B) dengan warna tertentu (misalnya biru), tuliskan pada masing-

masing kartu: a. Indikator kesehatan b. Indikator pelayanan c. Faktor pendukung/penyulit

Page 82: Panduan Fasilitator Proses an

70 – DTPS-KIBBLA

Aktivitas: 1. Tempelkan set B tersebut pada flipchart secara sejajar pada bagian atas. 2. Minta kelompok mendiskusikan tulisan pada kartu set A dan meletakkan

dibawah kartu biru yang sesuai dengan jenis indikator, misalnya: cakupan imunisasi BCG diletakkan di bawah kartu biru yang bertuliskan indikator pelayanan.

3. Pada akhir permainan hasil kerja setiap kelompok ditelaah dan mendiskusikan perbedaan yang terjadi.

Bekerja untuk Pemantauan dan Penilaian

Monitoring merupakan kegiatan analisis dalam upaya perbaikan kinerja, untuk mengetahui seberapa jauh kegiatan tersebut berpengaruh terhadap kelompok sasaran.

Evaluasi merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menilai memanfaatkan data dari berbagai sumber. Yang Berperan: 1. Satu fasilitator pemandu. 2. Co-fasilitator kelompok.

Yang Diperlukan: 1. Flipchart. 2. Metacard (lima warna). 3. Alat gambar. 4. Tabel 4a: Kegiatan dan Target (hasil sesi 4). 5. Tabel 5: Rencana Usulan Kegiatan (hasil sesi 5). 6. Tabel 7A, 7B (kosong): Rencana Pemantauan dan Penilaian.

Persiapan: 1. Jelaskan tujuan sesi ini dan tabel apa saja yang harus diisi di sesi ini. 2. Menampilkan semua tabel yang diperlukan di dinding belajar.

Aktivitas: 1. Minta kelompok bekerja melihat kegiatan, indikator, data awal, target dari

tabel 4A. 2. Mengerjakan langkah-langkah pemantauan sesuai buku pedoman proses

perencanaan. 3. Membuat narasi pamantauan dan perencanaan.

Page 83: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 71

Menampilkan Tabel dan Narasi

Menampilkan semua tabel yang diperlukan di dinding belajar atau flipchart, serahkan pada kreativitas peserta, ajak peserta memilih dan memutuskan bersama, dengan cara apa mereka akan mengungkapkan kekuatan kelompok mereka dalam hal merencanakan pemantauan dan penilaian.

Page 84: Panduan Fasilitator Proses an

72 – DTPS-KIBBLA

Sesi 8: Penyusunan Draft Dokumen Perencanaan dan Anggaran

Semua hasil pembahasan dalam sesi-sesi sebelumnya dijadikan satu. Dan susunan dokumen-dokumen tersebut merupakan satu draft dokumen perencanaan anggaran yang mudah dikomunikasikan kepada berbagai pihak yang berkepentingan terhadap KIBBLA.

Tujuan:Di akhir sesi ini, peserta dapat menyusun Draft Dokumen Perencanaan dan Anggaran berdasarkan Rencana Kegiatan dan Rencana Anggaran DTPS-KIBBLA yang lengkap, yang akan digunakan sebagai bahan bagi advokasi.

Marilah Mengingat:Pada sesi delapan ini, semua peserta yang sebelumnya berkumpul dalam subtim. Kemudian akan kembali berkumpul dalam kelompok Kabupaten/Kota untuk merumuskan langkah bersama.

Tahapan:

1. Pembuka Sesi: Parade Billboard.2. Kompilasi Draft dan Penyusunan Isu Utama.3. Menampilkan Argumentasi Perencanaan Anggaran.

Parade Billboard

Yang Berperan: 1. Satu fasilitator pemandu. 2. Co-fasilitator kelompok.

Yang Diperlukan: 1. Kertas plano. 2. Flipchart. 3. Metacard (5 warna). 4. Alat gambar. 5. Tali rafia. 6. Lakban kertas. 7. Seluruh diagram, tabel dan narasi dari sesi-sesi sebelumnya. 8. Data-data lain yang dibutuhkan. 9. Dokumen perencanaan dan anggaran KIBBLA. 10. Jadwal dan alur penyusunan perencanaan dan anggaran APBD.

Page 85: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 73

Aktivitas: 1. Persilakan subtim berkumpul kembali membentuk kelompok. 2. Minta kelompok membuat yel-yel kabupaten/kota. 3. Minta kelompok menyiapkan presentasi singkat yang merangkai sesi 1

sampai dengan sesi 7 secara sistematis atau berurutan. 4. Presentasi dilakukan dengan cara Parade Billboard. Masing-masing

kelompok mendapat 10 kertas plano dan tali rafia. Tugas kelompok adalah membuat billboard dari plano yang akan dikenakan oleh anggotanya.

5. Presentasi diperkuat dengan yel-yel kabupaten/kota. 6. Framing: Setelah sebelumnya bekerja dalam subtim, kini saatnya bekerja

bersama. Dalam realitas keseharian, semua bekerja sendiri-sendiri demi kabupaten masing-masing. Penting untuk menyadari bahwa pada dasarnya semua bekerja untuk kabupaten/kota yang sama dan dalam DTPS yang sama pula.

Kompilasi Draft dan Penyusunan Isu Utama

Yang Berperan: 1. Seorang fasilitator. 2. Co-fasilitator kelompok.

Yang Diperlukan: 1. Seluruh skema dan tabel hasil lokakarya perencanaan. 2. Seluruh uraian dan narasi yang telah disusun. 3. Data-data lain yang diperlukan (data wilayah, peta wilayah, dan

sebagainya).

Aktivitas: 1. Setelah membaca skema dan tabel serta narasi yang ada, kelompok

memutuskan isu utama yang ada di kabupaten masing-masing. 2. Penulisan proposal dokumen perencanaan dan anggaran dilaksanakan

dengan langkah-langkah sesuai dengan buku pedoman proses perencanaan.

3. Pelajari Tabel 8A dan 8B. 4. Hasil akhir adalah sebuah draft dokumen.

Sidang ParlemenMerumuskan argumentasi atas draft Dokumen Perencanaan Anggaran.

Yang Berperan: 1. Seorang fasilitator. 2. Co-fasilitator kelompok.

Page 86: Panduan Fasilitator Proses an

74 – DTPS-KIBBLA

Yang Diperlukan: 1. Draft dokumen. 2. Kertas plano bertuliskan isu utama DTPS-KIBBLA kabupaten/kota yang

bersangkutan.

Aktivitas: 1. Persilakan kelompok menuliskan isu-isu utama DTPS-KIBBLA dalam

kalimat singkat di atas kertas plano. 2. Tiap kelompok mempresentasi hasil kerja dengan cara persidangan

parlemen. 3. Peserta yang lain berfungsi sebagai penguji yang dibagi dengan beberapa

komisi, masing-masing komisi konsentrasi pada isu tertentu. 4. Peserta penguji merumuskan pertanyaan-pertanyaan kunci. Diskusikan

dengan fasilitator bila perlu. 5. Hasil argumentasi dirumuskan dan dicatat sebagai bahan untuk pendukung

argumentasi usulan kegiatan. 6. Setelah usai proses sidang parlemen, peserta menambahkan refleksi dari

hasil sidang. 7. Framing: Sidang parlemen menunjukkan, bahwa pada akhirnya apapun

yang disusun dalam proses perencanaan, harus melalui tahap-tahap sebelum bisa dilaksanakan. Perencanaan yang baik tidak dengan sendirinya bisa dilaksanakan. Ada pihak-pihak lain yang mengambil keputusan dalam soal anggaran dan kebijakan. Tantangan untuk meyakinkan mereka ada pada tahap advokasi. Tahap perencanaan seharusnya dapat membangun dukungan yang memadai bagi advokasi.

Tips untuk fasilitator:

Yang paling penting adalah argumentasi dari peserta dan cara pembentukankonsensus melalui perbaikan usulan.

Sebaiknya, fasilitator mengajak peserta menilai:1. Apakah uraian yang dituliskan sudah sistematis?2. Apakah draft sudah membahas persoalan utama KIBBLA?3. Apakah draft sudah berfungsi sebagai bahan dasar materi advokasi?

Page 87: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 75

Sesi 9: Rencana Tindak Lanjut

Dokumen Rencana Tindak Lanjut hasil lokakarya yang dihasilkan, diharapkan mampu menggambarkan praktek tindak lanjut yang akan terjadi. Sesi ini diarahkan untuk menggugah semangat peserta dalam komitmen tindak lanjut.

Tujuan:1. Merumuskan tindak lanjut agar rencana yang telah disusun dapat diterima oleh

semua pemangku kepentingan KIBBLA.2. Sesuai dengan pedoman perencanaan.

Marilah Mengingat: Rencana Tindak Lanjut merupakan ujung dari lokakarya perencanaan, serta merupakan awal dari dukungan terhadap advokasi. Penguatan aspek afeksi terhadap advokasi dibutuhkan.

Yang Berperan: 1. Fasilitator. 2. Co-fasilitator kelompok.

Yang Diperlukan: 1. Kertas plano dengan gambar tabel 5. 2. Flipchart. 3. Metacard (5 warna). 4. Alat gambar. 5. Dokumen Perencanaan dan Anggaran KIBBLA. 6. Jadwal dan alur penyusunan perencanaan dan anggaran APBD.

Aktivitas:Kognitif 1. Jelaskan tujuan sesi ini, sesuaikan dengan buku Pedoman Proses

Perencanaan. 2. Minta setiap peserta dalam kelompok mengajukan usulan tindakan lanjut

dan menuliskannya dalam metacard. 3. Kelompok kabupaten/kota menyusun usulan rencana tindak lanjut dalam

kategori: a. Penyempurnaan Dokumen b. Sosialisasi c. Pengawalan. 4. Dokumen RTL disarikan dalam bentuk lima pernyataan utama dari masing-

masing kelompok kota/kabupaten.

Page 88: Panduan Fasilitator Proses an

76 – DTPS-KIBBLA

Afektif 1. Setiap kelompok kabupaten/kota membuat syair lagu yang akan

dinyanyikan bersama, yang berhubungan dengan RTL dan isu utama kabupaten.

2. Lirik lagu bisa dibuat dengan mengambil lagu bernada riang dan menggugah semangat, untuk meningkatkan rasa kepercayaan diri dan semangat tindak lanjut.

3. Dokumen RTL kelompok dipresentasikan dengan cara meneriakkan yel kabupaten kota, mengungkapkan lima pernyataan utama, ditutup dengan lagu bersemangat.

4. Cara lagu dan pernyataan ditampilkan diserahkan pada kreativitas peserta.

Tips untuk fasilitator:

Pada akhir sesi, ada kecenderungan kelompok untuk bekerja secara terburu-buru dan keterlibatan peserta mulai berkurang. Fasilitator sebaiknya berjaga agar konsentrasi tetap terjaga, karena sesi ini menentukan semangat peserta pada pasca lokakarya. Pada sesi akhir ini partisipasi adalah hal yang tetap penting diperhatikan dan usahakan agar kegembiraan kelompok tetap terjaga sehingga kelompok dapat berfungsi optimal. Penggalian semangat melalui lagu berfungsi agar semangat perencanaan mengalami transformasi menjadi semangat mendukung advokasi. Bila dirasakan perlu, peserta bisa diminta menyebutkan kata ‘advokasi’ dalam lirik lagu yang dibuat.

Page 89: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 77

Sesi Penutupan

Ada pembukaan, tentu ada penutupan. Itu hal yang jamak dalam sebuah pertemuan. Demikian juga dalam pertemuan perencanaan DTPS-KIBBLA, Sesi Penutupan sama pentingnya dengan Sesi Pembukaan. Tujuannya, sebagai penanda pengakhiran pertemuan yang membebaskan peserta dari agenda dan norma pertemuan. Dengan demikian, metode dan teknik pada sesi ini perlu dipikirkan sekreatif mungkin agar meninggalkan pesan dan kesan yang kuat sehingga hasil pertemuan dapat melekat kuat diingatan peserta.

Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam Sesi Penutupan ini adalah:1. Pembingkaian2. Refleksi dan evaluasi partisipatif3. Kata Akhir4. Defragmentasi

Yang Berperan: 1. Satu orang fasilitator. 2. Satu orang perekam diskusi. 3. Satu orang pejabat yang akan memberikan kata akhir dan penutupan

secara formal.

Yang Diperlukan: 1. Lembar presentasi berisikan butir-butir pencapaian kelompok. 2. Kertas plano. 3. Papan flipchart. 4. Metacard. 5. Sticky-notes. 6. Spidol aneka warna.

Yang Dipersiapkan: 1. Gambar tulang ikan atau jaring laba-laba. 2. Fotokopi formulir evaluasi dan refleksi partisipatif sesuai jumlah peserta. 3. Susunan kursi untuk evaluasi dengan menggunakan metode fishbowl.

Aktivitas: 1. Sampaikan pada peserta bahwa pertemuan telah sampai pada penghujung

acara. 2. Dengan ringkas, lakukan pembingkaian proses dan hasil pencapaian

pertemuan selama lima hari. Pembingkaian dalam pengakhiran sebuah pelatihan bukan sekedar menyajikan sebuah kesimpulan akhir; melainkan penguatan pesan. Pembingkaian mirip sebuah paraphrasing seluruh proses pelatihan ditambah dengan penegasan tentang ‘moral pelatihan’ apa yang harus diperhatikan oleh peserta.

Page 90: Panduan Fasilitator Proses an

78 – DTPS-KIBBLA

3. Kata kunci dalam setiap pelatihan perlu dikemukakan kembali sebelum pelatihan itu resmi ditutup, misalnya:

Peran fasilitator dalam Perencanaan DTPS-KIBBLA sebagai pelopor dan pengawal sebuah perubahan. Dan dengan demikian, tugas utama fasilitator bukan hanya memfasilitasi lokakarya, melainkan melakukan pengarus-utamaan DTPS-KIBBLA sebagai proses perencanaan multi-pihak yang efektif. Fasilitator harus meyakinkan semua pihak, bahwa peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak akan dapat dicapai melalui DTPS-KIBBLA.

4. Pembingkaian juga perlu mendorong langkah kreatif fasilitator dan para pihak agar mereka mampu merancang proses komunikasi dengan pemerintah kabupaten/kota, propinsi, pusat, dan korporat. Fasilitator dan para pihak harus menyadari bahwa langkah-langkah strategik yang berhasil mereka bangun itu, bukan hanya bisa ‘dijual’ kepada pemerintah kabupaten/kota, melainkan bisa ditawarkan juga kepada pemerintah propinsi, pusat, dan korporat.

5. Lakukan evaluasi reflektif. Minta peserta untuk berdiri melingkar. Persilakan peserta merefleksikan kesan mereka tentang pelatihan yang telah mereka ikuti, misalnya dengan cara “Gambarkan kesan pelatihan yang Anda ikuti dengan 4 kata!”. Semua peserta dapat memperoleh giliran berefleksi. Untuk memeriahkan suasana, giliran bicara dapat menggunakan bola yang dilemparkan (usai seorang peserta berefleksi) sambil menyebut nama peserta yang dituju.

6. Pada saat peserta mengemukakan refleksinya, perekam diskusi mencatat kata-kata peserta di kertas plano dengan tulisan yang jelas terbaca seluruh peserta.

7. Pilihan alternatif metode evaluasi reflektif dapat menggunakan gambar tulang ikan atau jaring laba-laba yang telah ditempelkan di papan flipchart atau dinding ruang pertemuan. Minta peserta untuk menempelkan sticky-notes di gambar tersebut, dengan aturan: “Bagian kepala sangat baik (memuaskan), bagian ekor sangat tidak baik (untuk tulang ikan)” atau “Bagian pusat jaring untuk sangat baik, bagian luar jaring sangat tidak baik”.

8. Jika ada kebutuhan untuk melakukan evaluasi dalam bentuk tertulis, Anda dapat menggunakan formulir yang dilampirkan di bagian akhir Sesi Penutupan dalam Panduan ini.

Page 91: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 79

9. Masih dalam posisi melingkar, lakukan penutupan acara secara formal. Persilakan pejabat yang berwenang untuk memberikan kata akhir dan menutup acara secara formal. Sebagai penanda penutupan, bisa saja dengan cara memecahkan balon atau melakukan salut (mengangkat gelas minum yang telah dibagikan terlebih dulu ke semua peserta).

10. Lakukan proses defragmentasi. Defragmentasi merupakan perlakuan untuk memisahkan atmosfer pelatihan dengan dunia nyata. Yang dibutuhkan oleh peserta adalah kecakapan dan motivasi yang diperoleh dalam pelatihan, dan bukan sebuah romantisme pelatihan. Karena itu, diperlukan sebuah proses defragmentasi. Itu bisa dilakukan dengan meracau, menyanyi bersama, atau memekikkan yel-yel secara lepas dan spontan.

11. Caranya, terlebih dahulu Anda sampaikan bahwa proses ini penting untuk “mengembalikan” pikiran dan perasaan Anda ke dunia nyata setelah lima hari penuh berkutat dengan data dan angka seputar KIBBLA. Anda bisa mengatakan begini: “Sesaat lagi Anda kembali ke dunia nyata, kembali ke keluarga dan lingkungan Anda yang barangkali tidak tahu-menahu dengan materi yang kita bahas di sini. Agar selaras, ada baiknya kita melakukan proses defragmentasi, pemulihan otak, agar kita selaras dengan situasi di dunia luar sana.”

12. Jika Anda memilih metode meracau, Anda dapat mengatakan: “Metode defragmentasi ini diambil dari tradisi mantra suku-suku tradisional di Asia dan Afrika. Caranya sederhana, selama satu menit Anda kami persilakan untuk meracau, mengucapkan sembarang kata tanpa makna yang jelas. Setelah itu, kita akan menuju ke tengah dan meneriakkan yel-yel DTPS secara bersama-sama. Tandanya, jika saya teriak DTPS, maka yang lain menjawab sekencang-kencangnya ‘Pelopor, pengawal perubahan”.

13. Usai defragmentasi, ucapkan terima kasih karena peserta menerima metode-metode yang ditawarkan fasilitator, sekalian persilakan para peserta untuk bersalam-salaman dan foto bersama.

14. Sesi Penutupan telah berakhir, tapi pekerjaan fasilitator belumlah usai. Fasilitator perlu merapikan peralatan dan ‘menyelamatkan’ hasil kerja peserta. Dan juga menyimpan bahan-bahan yang diperlukan untuk penyusunan laporan kegiatan.

Tips Fasilitasi:Sesi Penutupan terkait dengan Tahap Haru dalam Siklus Dinamika Kelompok. Tahap ini sangat penting untuk menjaga dan menguatkan motivasi peserta agar melakukan proses selanjutnya dengan semangat yang tinggi. Ini semacam tahap pelepasan perasaan agar peserta tidak terjebak pada sentimental pertemuan. Ada banyak cara penutupan yang bisa digunakan, tapi upayakan untuk tidak menggunakan cara-cara yang biasa-biasa. Cari alternatif cara penutupan yang kreatif, inovatif dan inspiratif.

Page 92: Panduan Fasilitator Proses an

80 – DTPS-KIBBLA

Tentang Evaluasi

Meski evaluasi ditempatkan sebagai sebuah agenda pengakhiran pelatihan, namun sesungguhnya evaluasi itu bisa dilakukan setiap hari. Evaluasi yang lazim dilakukan dalam sebuah pelatihan partisipatif adalah sebuah evaluasi reflektif yang juga partisipatif. Dengan demikian, jenis evaluasi yang akan dilakukan dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut:

Umpan-balik harianIni dilakukan secara reflektif. Umpan-balik itu menyangkut hal yang relatif bersifat umum, misalnya menjawab “Apakah proses pelatihan hari ini mampu menjawab harapan Anda?” atau menjawab “Apa yang Anda rasakan setelah mengikuti pelatihan hari ini?”

Grafik perasaanIni dapat dilakukan dengan cepat. Anda dapat membuat tabel yang memperlihatkan perasaan peserta setiap hari. Setiap usai pertemuan (sore hari) peserta cukup menempelkan sticky-notes atau sticky-dot di kolom hari.

Perasaan Hari I Hari II Hari III Hari IV Hari V

L

K

J

Evaluasi Reflektif Pada akhir pelatihan, evaluasi juga dapat dipandu dengan lebih dari satu pertanyaan yang diungkapkan satu per satu. Evaluasi seperti itu antara lain dapat dijalankan dengan metoda Fish Bowl.

Page 93: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 81

Model lainnya adalah mengisi tabel (Tabel-1) yang disiapkan dalam sebuah papan tulis. Tiap peserta menempelkan sticky-notes pada kolom yang tersedia sesuai dengan pilihan mereka.

Sangat Baik Baik Cukup Baik Kurang Baik Tidak Baik

Materi

Fasilitasi

Partisipasi

Kesesuian dengan harapan

Tabel 1Evaluasi Reflektif

Evaluasi Pelaksanaan Pelatihan Evaluasi juga dilakukan dengan cara mengisi kuesioner seperti yang disajikan pada Tabel-2 dan Tabel-3. Evaluasi ini merupakan sebuah penilaian mutu penyelenggaraan pelatihan berdasarkan persepsi peserta.

Page 94: Panduan Fasilitator Proses an

82 – DTPS-KIBBLA

Uraian Bobot Nilai

1. Akomodasi:

- Kamar penginapan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

- Ruang belajar 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

2. Konsumsi:

- Makan pagi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

- Makan siang 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

- Makan malam 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

- Snack 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

3. Perlengkapan peserta:

- Alat tulis 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

- Bahan bacaan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

4. Suasana pembelajaran:

- Penerangan ruang belajar 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

- Tata udara ruang belajar 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

- Sikap fasilitator 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

- Metoda fasilitasi 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

- Hubungan antar peserta 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

5. Materi pelatihan:

- Kesesuaian materi dengan harapan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

- Manfaat materi pelatihan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tabel 2Evaluasi Penyelenggaraan Pelatihan

Keterangan: 0 = sangat tidak memuaskan, dan 9 = sangat memuaskan.

Page 95: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 83

Tabel 3Lokakarya Perencanaan DTPS-KIBBLA

Evaluasi AkhirTanggal _______

(Diisi oleh SETIAP Peserta)

Berikan penilaian menurut pendapat anda terhadap PERNYATAAN di bawah ini, dengan memakai skala penilaian berikut:

4 Sangat Setuju 3 Setuju 2 Tidak Setuju 1 Sangat Tidak Setuju

MATERI LOKAKARYASetelah mengikuti lokakarya ini:

NILAI

1. Saya mampu melakukan analisis situasi kesehatan ibu dan anak di wilayah kerja saya dengan menggunakan data yang ada.

2. Saya dapat mengidentifikasi data yang diragukan validitasnya dan data yang masih dibutuhkan untuk melakukan suatu analisis situasi.

3. Saya mengerti bagaimana melakukan analisis masalah dengan membuat suatu diagram.

4. Saya mengerti bagaimana suatu kelompok memilih prioritas dengan cara scoring.

5. Saya mengerti perbedaan antara solusi, strategi dengan kegiatan.

6. Saya mengerti apa yang dimaksud dengan indikator kesehatan, indikator pelayanan dan penyulit/pendukung.

Saya mampu memilih indikator yang sesuai untuk suatu kegiatan.

7. Dalam suatu kelompok, saya dapat berpartisipasi dalam penentuan target suatu kegiatan dengan memperhatikan kemampuan wilayah, sumber daya dan waktu yang tersedia.

8. Materi (data dll) yang kami dapatkan, cukup untuk membantu kami mengeti proses DTPS-KIBBLA.

9. Sebagai anggauta kelompok saya mampu berkontribusi dalam membuat suatu rencana kegiatan yang lengkap dan terperinci.

10. Saya dapat menilai apakah suatu rencana kerja sudah cukup lengkap dan jelas.

11. Saya dapat membuat rencana monitoring dan evaluasi untuk suatu rencana kegiatan.

12. Saya dapat membuat pernyataan justifikasi untuk suatu kegiatan yang saya anggap penting, sehingga dapat meyakinkan pembuat keputusan.

13. Saya mengerti bagaimana membuat suatu presentasi yang baik.

14. Saya mengerti bagaimana membuat suatu proposal yang baik.

Page 96: Panduan Fasilitator Proses an

84 – DTPS-KIBBLA

Komentar Tambahan Mengenai Lokakarya Ini:

MANFAAT LOKAKARYAHasil mengikuti lokakarya ini: NILAI

1. Bermanfaat dalam melaksanakan tugas saya sehari-hari, sebagai: ______________________________________ (harap diisi dengan jabatan anda).

2. Masalah yang dibahas dalam lokakarya ini adalah relevan dengan pekerjaan saya.

3. Saya merasa dapat membuat rencana kerja yang lebih baik untuk ruang lingkup saya di masa mendatang.

4. Saya mampu menjelaskan metode perencanaan ini pada rekan kerja dan staf saya.

5. Saya akan mencoba menerapkan metode perencanaan seperti ini di tempat kerja saya.

6. Saya merasa dapat melakukan fasilitasi untuk proses DTPS dalam suatu tim.

PENYELENGGARAAN LOKAKARYA:

7. Dukungan fasilitator pada setiap sesi memperjelas penangkapan mengenai tugas yang diberikan.

8. Materi (data dll) yang kami dapatkan, cukup untuk membantu kami mengeti proses DTPS.

9. Akomodasi yang disediakan panitia sangat memadai untuk lokakarya seperti ini.

10. (Bagi yang tidak menginap tidak perlu diisi).

11. Konsumsi yang disediakan cukup memadai.

12. Fasilitas dan perlengkapan yang disediakan, sangat membantu kelancaran lokakarya ini.

13. Panitia selalu siap membantu memenuhi kebutuhan kerja kelompok.

Page 97: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 85

Lampiran 1

Daftar Rujukan bagi Fasilitator

Di bawah ini adalah daftar buku/rujukan yang dapat digunakan oleh fasilitator untuk mempersiapkan diri melakukan fasilitasi DTPS-KIBBLA:

A. Strategi/Kebijakan

1. Rencana Strategis Nasional MPS – di Indonesia 2001-2010

2. Kebijakan dan Strategi dalam Akselerasi Upaya Penurunan Angka Kematian dan Peningkatan Kualitas Hidup Bayi dan Balita di Indonesia - 2008

3. Kebijakan dan Strategi Nasional Kesehatan Reproduksi di Indonesia - 2005

4. Kebijakan Obat Nasional – 2006

5. Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di kabupaten/Kota – 2007

B. Pedoman Teknis

1. Pedoman Proses Perencanaan DTPS-KIBBLA

2. Referensi Advokasi Anggaran dan Kibijakan

3. Pedoman Pelaksanaan Strategi Program MPS

4. Panduan Fasilitator Orientasi Multipihak

5. Panduan Fasilitator Proses Perencanaan

6. Panduan Fasilitator Advokasi Anggaran dan Kebijakan

7. Pedoman Pengelolaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan - 2005

8. Pedoman Teknis Pengadaan Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan untuk Pelayanan Kesehatan Dasar – 2005

9. Analisis Situasi dan Bimbingan Teknis Pengelolaan Pelayanan KB – 2007

10. Penyeliaan Fasilitas Pelayanan KB – 2006

11. Pedoman Pemantauan dan Penyeliaan Program Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir – 2005

12. Panduan Pengelolaan Program Perbaikan Gizi Kabupaten/Kota - 2000

13. Penyeliaan Fasilitatif Program KIBBLA

Page 98: Panduan Fasilitator Proses an

86 – DTPS-KIBBLA

Lampiran 2

Daftar Tilik Persiapan Lokakarya

URAIAN KESIAPAN

1. Akomodasi:

- Apakah ruang pelatihan yang cocok sudah tersedia? √

- Apakah penginapan peserta dan fasilitator sudah tersedia? √

- Apakah peserta sudah memperoleh informasi yang jelas tentang lokasi pelatihan? √

2. Perjalanan:

- Apakah sudah tersedia sarana transportasi peserta ke (dari) tempat pelatihan? √

- Apakah peserta sudah memperoleh informasi yang jelas tentang rute perjalanan untuk mencapai lokasi pelatihan?

3. Alat dan bahan: √

- Alat tulis lengkap √

- Alat bantu pelatihan √

- LCD √

- Dekorasi ruangan √

- Banner √

4. Perlengkapan pelatihan peserta:

- Tas √

- Alat tulis √

- Bahan bacaan √

5. Dukungan administrasi:

- Daftar absen √

- Formulir biodata peserta √

- Sertifikat √

- Protokol penggunaan fasilitas hotel √

6. Lain-lain: √

- Kebutuhan spesifik, misalnya bagi peserta yang vegetarian √

- Layanan kesehatan (diinformasikan: ada atau tidak ada) √

Keterangan: Beri tanda “√” pada butir yang sudah siap.

Page 99: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 87

Lampiran 3

Kumpulan Permainan Penghangat Suasana

A. Di Balik Kelambu1. Siapkan satu helai kain yang cukup panjang dan lebar.2. Bagi peserta menjadi dua kelompok yang sama besar.3. Secara bergantian setiap anggota kelompok diminta berdiri di balik kain yang

dibentangkan. Begitu kain diturunkan mereka harus meneriakkan dengan tepat nama lawan yang ada di depannya. Siapa yang kalah cepat menyebutkan nama lawannya, maka ia diambil oleh kelompok lawan. Kelompok yang lebih dahulu kehabisan anggotanya dinyatakan kalah.

B. Kocok Buah1. Siapkan beberapa buah kursi di depan.2. Bagikan gulungan kertas yang bertuliskan nama buah kepada peserta. Satu

orang peserta mendapatkan satu gulungan. 3. Jelaskan, jika Anda menyebutkan satu nama buah, maka mereka yang

mendapatkan buah tersebut harus serta merta duduk di kursi yang sudah disediakan. Siapa yang tidak kebagian kursi, maka ia akan dihukum.

4. Minta peserta untu berdiri di dalam lingkaran lalu bernyanyi mengelilingi kursi tersebut. Lalu sebutkan buah pilihan Anda. Demikian beberapa kali.

5. Jumlah peserta yang mendapatkan satu nama buah bisa jadi berbeda-beda. Kursi boleh saja tidak sesuai dengan jumlah peserta untuk membuat suasana menjadi lebih seru.

C. Simpul Manusia1. Peserta berdiri di dalam lingkaran dengan tubuh menghadap keluar lingkaran. 2. Minta peserta untuk menggenggam tangan orang-orang di kanan dan di kiri

mereka. 3. Kini, tanpa harus melepaskan genggaman, peserta harus memutar badan

mereka sedemikian rupa sehingga setiap orang akan menghadap ke dalam lingkaran.

4. Dalam kasus-kasus tertentu bisa jadi akan terbentuk dua lingkaran baru yang lebih kecil.

D. Salam Tempel1. Siapkan beberapa gulung tisu. 2. Minta peserta untuk mengambil sejumlah tisu yang mereka butuhkan. 3. Kini minta mereka untuk menghitung berapa banyak ‘bujur sangkar’ tisu yang

sudah mereka ambil. 4. Minta peserta untuk memperkenalkan diri kepada peserta lain sebanyak ‘bujur

sangkar’ tisu yang mereka miliki. Berikan satu bujur sangkar tisu kepada teman baru mereka.

Page 100: Panduan Fasilitator Proses an

88 – DTPS-KIBBLA

5. Peserta diminta untuk memperkenalkan teman baru mereka di depan kelas.6. Variasi: Bisa pula peserta diminta untuk menyebutkan poin-poin pelajaran yang

mereka dapat di hari sebelumnya sebanyak ‘bujur sangkar’ tisu yang mereka miliki.

E. Proyek Gulung1. Bagi peserta menjadi beberapa kelompok. 2. Sediakan beberapa gulung tisu dan selotip untuk masing-masing kelompok.3. Minta kelompok untuk membuat sebuah patung (mumi) dengan menggunakan barang-

barang yang sudah disediakan tersebut.4. Kelompok diminta untuk memilih model (mumi) dari salah satu anggota

kelompok itu sendiri. Setelah selesai maka dilakukan peragaan mumi.5. Pemenang ditentukan dari kecepatan penyelesaian tugas dan kreatifitas

membuat mumi.6. Variasi: Jika tidak ada tisu gulung maka bisa digunakan koran bekas dan atau

majalah bekas. Tugas peserta adalah membuat model/mumi nya seindah mungkin.

F. Cincin Ganda1. Peserta membentuk dua buah lingkaran. Yang satu ada di dalam lingkaran yang

lebih besar.2. Minta peserta yang ada di lingkaran dalam untuk membalikkan badan sehingga

mereka menghadap ke teman-teman yang berada di lingkaran luar. 3. Setiap peserta harus mengatakan satu kalimat yang memotivasi teman yang

ada di hadapannya. 4. Bila terdengar aba-aba dari fasilitator, maka mereka akan bergerak satu langkah

ke kiri. 5. Lakukan hal yang sama kepada orang baru yang ada di hadapan Anda. 6. Ulangi beberapa kali.7. Minta beberapa peserta untuk menyebutkan kalimat motivasi apa yang paling

menyentuhnya yang diterimanya dari temannya.8. Variasi: Permainan ini bisa juga digunakan untuk perkenalan. Terutama pada

pertemuan yang anggotanya sangat besar.

G. Matahari Bersinar Cerah1. Bagikan selembar kertas HVS kepada para peserta. 2. Minta peserta untuk menggambarkan sebuah matahari yang tengah bersinar

dengan cerahnya. Jangan lupa untuk menuliskan nama Anda. 3. Jika sudah selesai, berikan gambar Anda kepada teman di sebalah Anda. Ia

akan menuliskan satu hal yang baik tentang Anda (maksimal 3 kata). Jika sudah, berikan gambar tersebut kepada teman yang lain. Demikian seterusnya, sehingga semua orang menuliskan komentarnya tentang Anda dan semua orang mendapat komentar tentang dirinya.

4. Variasi: Tuliskan poin-poin penting yang Anda pelajari (maksimal 3 kata) dari sesi/hari sebelumnya.

Page 101: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 89

H. Pesawatku1. Bagikan kertas HVS kepada setiap peserta.2. Minta peserta untuk menuliskan namanya dan 3 buah pertanyaan di kertas tersebut.

Misalnya, pengalaman tak terlupakan setahun kemarin.3. Ubah kertas menjadi pesawat terbang.4. Setelah mendengar aba-aba, mulailah melempar pesawat terbang. Jika ada

pesawat terbang yang jatuh di dekat Anda, ambil dan lemparkan lagi. Jangan berhenti melempar pesawat sebelum ada aba-aba berhenti.

5. Setelah aba-aba berhenti, ambillah sebuah pesawat yang ada di dekat Anda, cari pembuatnya dan berikan jawaban Anda terhadap tiga pertanyaan tadi.

I. Pesawatku II1. Minta peserta menuliskan 3 buah poin yang mereka dapatkan dari sesi yang

lalu diselembar kertas HVS. Lalu buatlah pesawat dari kertas tersebut.2. Minta peserta membentuk lingkaran dan lemparkan pesawat kertas ke arah

teman-teman.3. Setiap peserta harus menangkap pesawat yang melayang ke arahnya secepat

mungkin. 4. Minta peserta untuk membaca dalam hati poin-poin yang tertulis di pesawat

tersebut. Peserta harus mengucapkan pertanyaan yang jawabannya adalah poin-poin tersebut.

Page 102: Panduan Fasilitator Proses an

90 – DTPS-KIBBLA

Lampiran 4

Alternatif Permainan Pengantar Sesi

Sesi I Analisis Situasi: Gajah Siapa Ini?

Yang dibutuhkan: Kertas plano atau kertas koran untuk masing-masing kelompok.

Langkah-Langkah: 1. Pada setiap kelompok berikan selembar kertas plano. 2. Minta kelompok untuk membuat gajah dari kertas itu tanpa bantuan alat

apapun. 3. Setiap orang harus merobek kertas itu satu kali untuk bisa membentuk

gajah lalu memberikannya kepada teman di sebelahnya. 4. Setiap peserta harus bekerja dan menyumbangkan idenya. Namun,

mereka bekerja dalam diam dan tidak boleh ada betuk komunikasi apapun.

5. Variasi: Fasilitator dapat mengkompetisikan pembuatan gajah di antara kelompok. Dinamika kelompok akan semakin seru karena adanya tekanan waktu dan persaingan.

Refleksi: 1. Gali dari peserta, apa yang mereka rasakan ketika melakukan games

tersebut. 2. Gali dari peserta, bagaimana caranya untuk bisa menyelesaikan gajah itu

secepat dan seefektif mungkin. 3. Kaitkan pengalaman tadi dengan sesi yang akan dilakukan. 4. Kata kunci yang harus tergali adalah: kebingungan, kurang informasi,

tidak ada dialog, menebak, perbedaan persepsi.

Sesi II Analisis Masalah dan Penentuan Prioritas Masalah: Jaring

Yang Disiapkan: 1. Metacard aneka warna dan berbagai ukuran. 2. Spidol. 3. Tali rafia aneka warna. 4. Lakban.

Page 103: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 91

Aktivitas: 1. Berdasarkan diagram dan tabel yang sudah diisi, mintalah kelompok

untuk membuat jaring-jaring KIBBLA: Apa saja yang mempengaruhi kondisi KIBBLA di daerah mereka.

2. Gunakan lantai sebagai alas tulis.

Refleksi: 1. Lingkar pertama dari jaring-jaring tersebut adalah masalah utama yang

sebaiknya diprioritaskan penyelesaiannya. 2. Dorong agar ketiga subtim (ibu, bayi baru lahir dan anak balita)

dapat melihat bahwa jejaring yang mereka buat sebetulnya sangat terinterkoneksi.

3. Bila penyerbukan sudah terjadi, dorong kelompok untuk membuat satu jaring besar tentang KIBBLA mereka.

4. Jangan lupa untuk mendorong mereka melihat pentingnya peran pihak-pihak lain di luar petugas kesehatan.

Sesi III Solusi dan Kegiatan: Sedotan 234

Yang Disiapkan: 12 buah sedotan untuk masing-masing kelompok.

Aktivitas: 1. Mintalah kelompok membuat 6 (enam) segitiga dari sedotan yang

dibagikan. 2, Kini sisihkan dua buah sedotan dan buatlah 5 (lima) segitiga. 3. Sisihkan kembali dua buah sedotan dan bentuklah 4 segitiga. 4. Bentuk 3 segitiga dari 6 buah sedotan saja. 5. Terakhir, sisihkan lagi dua buah sedotan dan buatlah dua buah segitiga

dari sedotan tersebut.

Refleksi: 1. Tanyakan pada peserta apa yang terjadi dan apa yang mereka rasakan

ketika permainan tersebut berlangsung. 2. Kata kunci yang harus digali adalah: bingung, tidak biasa. 3. Minta peserta untuk mengaitkan pengalaman tadi dengan sesi yang akan

dilakukan. 4. Ingatkan peserta bahwa karakter sesi ini adalah menciptakan sesuatu.

Untuk bisa membuat sesuatu yang tidak biasa maka kita harus membebaskan pikiran kita dari pola pikir yang biasa kita gunakan. Kita harus berani melihat dari sudut pandang yang berbeda.

Page 104: Panduan Fasilitator Proses an

92 – DTPS-KIBBLA

Sesi IV Penentuan Kegiatan dan Target: Sirkuit Ceria

Yang Dibutuhkan: 1. Tali rafia. 2. Lakban. 3 Kertas koran. 4. Balon. 5. Penutup mata. 6. Tongkat kecil. 7. Koin.

Aktivitas: 1. Buatlah sirkuit dengan menggunakan peralatan yang ada. 2. Jelaskan peraturan permainan kepada para peserta. Mereka diminta

untuk menyeberangkan sebuah koin dari satu sisi ke sisi lain dengan melalui jalur khusus yang sudah disiapkan dengan mata ditutup.

3. Anggota kelompok yang lain dapat membantu temannya menyeberang dengan cara memberitahu mereka kemana harus melangkah. Peserta yang memberi tahu tidak boleh ada di area sirkuit.

4. Bila ada peserta yang gagal melalui hambatan, maka ia harus mengulang dari awal. Tapi koin bisa dilanjutkan dibawa oleh anggota yang lain. Dengan syarat pemindahan koin pun dilakukan dengan mata tertutup.

5. Bila koin terjatuh, maka koin tidak bisa diestafetkan. Kelompok harus mulai lagi dari awal.

6. Pemenangnya adalah kelompok yang berhasil menyeberang paling cepat.

7. Sebelum dimulai kelompok diberi kesempatan untuk mengatur strategi terlebih dahulu.

8. Permainan berlangsung kurang lebih 15 menit.

Refleksi: 1. Tanyakan pada perserta apa yang terjadi dan perasaan yang mereka alami

ketika bermain. 2. Gali dari peserta pesan-pesan apa yang bisa mereka petik dari permainan

ini. 3. Minta mereka untuk mengaitkan permainan ini dengan sesi yang akan

dilakukan. 4. Kata kunci yang harus digali adalah: menganalisa situasi dan kondisi yang

dihadapi, tujuan dan prioritas, fleksibilitas, kekompakan, komunikasi dan lain-lain.

Page 105: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 93

Sesi V Rencana Usulan Kegiatan

Yang Dibutuhkan: 1. Guntingan-guntingan gambar. 2. Kertas plano. 3. Lem. 4. Spidol.

Aktivitas: 1. Kepada kelompok dibagikan sekumpulan gambar. 2. Mereka harus menyusun gambar-gambar tersebut menjadi sebuah

rangkaian peristiwa yang bermakna. Misalnya, ada gambar sebungkus tepung terigu, telur, cokelat, pengocok kue, dan cherry. Lalu ada tulisan: lezat, teman minum teh. Maka rangkaian peristiwa yang masuk akal adalah “Membuat Kue”.

3. Setelah menebak rangkaian peristiwa tersebut, kini minta peserta untuk membuat langkah-langkah peristiwa tersebut. Misalnya, untuk contoh di atas, tuang tepung terigu ke dalam adonan telur yang sudah dikocok. Masukkan cokelat, aduk perlahan. Panggang. Hiasi dengan buah Cherry.

4. Presentasikan kepada kelas.

Refleksi: 1. Tanyakan kepada peserta apa yang mereka rasa dan alami di permainan

tersebut. 2. Gali dari peserta kata-kata kunci dari permainan tersebut: menentukan

tujuan (hasil akhir), membuat langkah-langkahnya dans ebagainya. 3. Tanyakan kepada peserta apa yang terjadi bila mereka gagal menentukan

tujuan. Bagaimana mereka menentukan langkah-langkah yang sesuai dengan rangkaian peristiwa tersebut?

4. Kaitkan temuan peserta dengan sesi yang akan dilakukan.

Sesi VI Rencana Anggaran

Yang Dibutuhkan: 1. Uang-uangan. 2. Gambar-gambar. 3. Mangkuk. 4. Kartu aneka warna.

Aktivitas: 1. Siapkan konter-konter. Di setiap konter ditempelkan tulisan: semen,

pasir, bata, kayu dll. Siapkan mangkuk dan setumpuk kartu bertulis benda-benda tersebut. Misalnya, untuk semen: semen 10 sak, 20 sak, dan 50 sak.

Page 106: Panduan Fasilitator Proses an

94 – DTPS-KIBBLA

2. Kepada setiap kelompok dibagikan selembar kertas berisikan instruksi yang isinya:

“Sudah saatnya Anda membangun rumah impian Anda. Untuk itu Anda membutuhkan 38 sak semen, pasir 7,5 m3, kayu 87 potong, genteng 247 buah, kaca 14,5 m2. Masalahnya uang Anda terbatas dan toko bangunan tidak bisa memberikan kembalian. Bahan-bahan yang dijual pun sudah memiliki ukuran yang tidak bisa ditawar lagi. Gunakan uang yang Anda miliki sebaik mungkin.”

3. Berikan uang-uangan kepada setiap kelompok. Jumlah uang yang diberikan tidak sama.

4. Kelompok yang menang adalah kelompok yang paling cepat mengumpulkan bahan-bahan bangunan dan menggunakan uang mereka se-efisien mungkin.

Refleksi: 1. Gali dari perserta apa yang mereka rasakan dan alami dari permainan

ini. 2. Temukan kata-kata kuncinya: strategi. 3. Kaitkan dengan sesi yang akan dilakukan. Misalnya, “Jika kunci

keberhasilan dari permainan ini adalah adanya strategi, maka ketika kita membuat rencana anggaran strategi untuk menghitungnya pun penting.”

Sesi VII Pemantauan dan Penilaian

Yang Disiapkan: Satu set puzzle T untuk setiap kelompok.

Aktivitas: 1. Bagikan satu set puzzle T. 2. Minta kelompok untuk mencocokkan kepingan-kepingan puzzle hingga

membentuk huruf T besar. 3. Salah seorang anggota kelompok diminta untuk mengamati proses di

kelompoknya. 4. Pemenangnya adalah kelompok yang paling cepat meyelesaikan puzzle.

Page 107: Panduan Fasilitator Proses an

PANDUAN FASILITATOR PROSES PERENCANAAN – 95

Refleksi: 1. Gali dari perserta apa yang mereka rasakan dan alami dari permainan

ini. 2. Gali dari para pengamat apa yang mereka lihat di proses tersebut dan

bagaimana dengan hasil akhir yang didapat kelompok. 3. Kaitkan dengan sesi yang akan dilakukan.

Page 108: Panduan Fasilitator Proses an