osteosarkoma
DESCRIPTION
kuliahTRANSCRIPT
![Page 1: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/1.jpg)
I. Pendahuluan
Osteosarkoma merupakan keganasan tulang mesenkim primer
dengan sel-sel neoplastik yang menyintesis dan menyekresi komponen
organik matriks tulang. Selain myeloma multipel, Osteosarkoma
merupakan neoplasma primer dari tulang yang paling sering di temukan.(1)
Osteosarkoma paling sering ditemukan sekitar lutut, yaitu lebih
50%. Tulang-tulang yang sering terkena adalah femur distal, tibia
proksimal, humerus proksimal, dan pelvis. Pada tulang panjang, tumor
biasanya mengenai metafisis. Garis epifiser merupakan barrier dan tumor
jarang menembusnya. Metastasis cepat biasanya terjadi secara hematogen,
biasanya ke paru. Metastasis juga dapat menyebar ke tulang lainnya, otak
atau organ lainnya. Sekitar 1 dari 5 pasien osteosarkoma telah mengalami
metastase pada saat diagnosis ditegakkan. Metastase secara limfogen
hampir tidak terjadi.(2)
Di Amerika serikat, setiap tahunnya sekitar 800 kasus baru
terdiagnosa sebagai osteosarcoma. Sekitar 400 kasus berada di kelompok
usia anak-anak dan remaja. Osteosarcoma terjadi pada anak-anak dan
orang dewasa muda yakni antara usia 10 sampai 30 tahun. Kelompok usia
yang paling sering terkena adalah usia remaja namun osteosarkoma juga
dapat terjadi pada orang-orang dari segala usia. Sekitar 10% dari semua
osteosarkoma terjadi pada orang berusia lebih dari 60 tahun. Prognosis
untuk orang-orang dengan osteosarkoma tergantung pada banyak faktor,
diantaranya lokasi tumor, metastasis tumor ketika pertama kali ditemukan,
dan usia seseorang.(3)
![Page 2: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/2.jpg)
II. Insiden dan Epidemiologi
Insidens osteosarkoma diperkirakan sekitar 2-3 per 1 juta per
tahun, pada remaja lebih tinggi yaitu 8-11 per 1juta per tahun, laki-laki 1,4
kali lebih sering mengalami osteosarkoma dibanding perempuan. Menurut
statistik, dari tiap 1 juta penduduk terdapat 2-3 orang penderita
osteosarkoma. Proporsi insiden osteosarkoma dalam tumor tulang sangat
tinggi. Osteosarkoma menempati 12-20% dari tumor primer tulang, 20-
40% dari tumor ganas primer tulang. Osteosarkoma dapat timbul hampir
disetiap golongan usia, tapi kebanyakan pada 10-20 tahun, disusul 21-30
tahun. Ratio pria dan wanita adalah sekitar 2:1. Terutama timbul di
metafisis yang tumbuh aktif. Lokasi tersering adalah ujung distal femur
dan proksimal tibia, tumor pada 50% lebih pasien timbul di sekitar lutut,
lalu proksimal humerus, proksimal fibula,dll.(4)
III. Etiologi dan pathofisiologi
Penyebab osteosarkoma masih belum jelas di ketahui. Adanya
hubungan keluarga menjadi suatu predisposisi. Radiasi ion dikatakan
menjadi 3% penyebab langsung osteosarkoma. Dua tumor suppressor
gene yang berperan secara signifikan terhadap tumorigenesis pada
osteosarkoma, yaitu protein p53 (kromosom 17) dan Rb (kromosom 13).
![Page 3: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/3.jpg)
Begitu juga dengan pertumbuhan tulang yang cepat menjadi salah satu
predisposisi osteosarkoma, terlihat bahwa insidennya meningkat pada saat
masa remaja (usia pertumbuhan). (5,6)
Osteosarkoma sering tampak pada sindrom Li-Fraumeni (mutasi
galur induk p53), penyakit Paget, enkhondromatosis, eksostosis herediter
multipel, osteogenesis imperfekta dan hereditery retinoblastoma.
Penderita yang telah menerima radiasi lokal untuk sarkoma ewing juga
beresiko untuk menderita osteosarkoma di kemudian hari.(6)
Lokasi osteosarkoma paling sering pada metafisis, dimana area ini
merupakan area pertumbuhan dari tulang panjang. Tumor awalnya dapat
bersifat litik atau sklerotik dengan pembentukan neoplastik tulang baru,
dan reaksi periosteal. khas, tumor menembus korteks tulang dan
menginvasi jaringan lunak sekitar. Tumor dapat meluas ke rongga medula
dan dapat menimbulkan apa yang di sebut lesi melompat “skip lesion” di
tempat yang cukup jauh dari massa tumor primer. Metastasis sering
menyebar ke paru dan dapat membentuk tulang.(6,7)
Gambar 1.
![Page 4: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/4.jpg)
IV. Anatomi dan fisiologi
A. Anatomi
Tulang adalah jaringan yang tersusun oleh sel dan didominasi oleh
matrix kolagen ekstraselular (type I collagen) yang disebut sebagai
osteoid. Osteoid ini termineralisasi oleh deposit kalsium
hydroxyapatite, sehingga tulang menjadi kaku dan kuat. Tulang dalam
garis besarnya dibagi dalam enam kategori ( gambar 2 ). Berdasarkan
anatomis dan fisiologisnya, klasifikasi dari bentuk tulang meliputi :
tulang panjang, tulang pendek, tulang piph, tulang tak beraturan, tulang
sesamoid, dan tulang sutura.
1) Tulang panjang : Bentuk tulang panjang biasanya relatif panjang
dan silinder. Tulang panjang bisa di temukan di lengan, paha, kaki,
jari tangan.
2) Tulang pendek : Bentuk tulang pendek menyerupai bentuk kotak
yang terdapat seperti pada tulang – tulang karpal dan tarsal.
3) Tulang pipih : Bentuk tulang pipih tipis dan permukaannya paralel.
Contoh tulang pipih adalah pada atap tengkorak, sternum, iga dan
skapula. Tulang – tulang ini mempunyai fungsi proteksi terhadap
jaringan lunak di bawahnya dengan membuat suatu permukaan luas
untuk melekatnya suatu otot.
4) Tulang tak beraturan : Bentuk tulang tak beraturan memiliki
kompleksitas pendek dan permukaan tidak beraturan. Contoh tulang
ini adalah tulang belakang.
5) Tulang sesamoid : Tulang sesamoid berbentuk kecil, tipis, dan
seperti biji-bijian. Contoh tulang ini adalah patela.
6) Tulang sutura : tulang sutura berbentuk kecil, tipis tidak beraturan
dan tersebar di antara tulang tengkorak. (5)
![Page 5: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/5.jpg)
Gambar 2. Klasifiksi bentuk tulang
Gambar 3. Bagian – Bagian tulang
![Page 6: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/6.jpg)
B. Fisiologi
Tulang adalah suatu jaringan di namis yang tersusun dari tiga jenis sel :
osteoblas, osteosit, dan osteoklas.
1) Osteoblast
Osteoblast membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I
dan proteoglikan sebagai matriks tulang atau jaringan osteoid
melalui proses yang di sebut osifikasi. Ketika sedang aktif
menghasilkan jaringan osteoid, osteoblas menyekresikan sejumlah
besar fosfatase alkali yang memegang peranan penting dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang.
Sebagian dari fosfatase alkali akan memasuki aliran darah. Oleh
karena itu, kadar fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi
indikator yang baik tentang tingkat pembentukan tulang setelah
mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis kanker ke
tulang.
2) Osteosit
Osteosit adalah sel-sel tulang dewasa yang bertindak sebagai suatu
lintasan pertukan kimiawi melalui tulang yang padat.
3) Osteoklas
Osteoklas adalah sel-sel besar berinti banyak yang memungkinkan
mineral dan matriks tulang diabsorbsi. Osteoklas menjadi sel fagosit
yang mempunyai kemampuan mengikis tulang dengan
menghasilkan enzim proteolitik yang mencegah matriks dan
melarutkan mineral tulang, sehingga kalsium dan fosfat terlepas ke
dalam darah. Dengan fungsi tersebut osteoklas mampu
memperbaiki tulang bersama osteoblas.
Pada orang dewasa, tulang dan periosteum (selaput tulang)
tampak dalam keadaan istirahat. Namun, apabila ada gangguan
patologis atau penyakit, misalnya pada kondisi fraktur (patah
tulang) atau luka, proses regenerasi dari tulang akan segera
terbentuk. Sel osteoblas pada tulang yang terdapat pada periosteum
![Page 7: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/7.jpg)
dan pada sumsum tulang akan membentuk jaringan tulang
spongiosa sehingga menutupi tulang yang patah atau yang luka.
Jaringan baru yang terbentuk di sebut kalus. Kalus ini mula-mula
tebal, tetapi karena syarat-syarat mekanis, maka terjadi lagi
reabsorbsi seperlunya sehingga kalus mengempis dan setelah
beberapa tahun bekas patah atau luka tidak tampak lagi. (5)
V. Diagnosis
A. Gambaran klinik
Keluhan awal adalah nyeri, pada mulanya nyeri samar, lalu
menjadi kontinu dan secara bertahap bertambah hebat, terutama
menghebat saat beraktivitas. Selanjutnya timbul pembengkakan
setempat, yang membesar progresif. Nyeri dan bengkak dapat
mempengaruhi gerakan sendi yang berdekatan. Riwayat penyakit
umumnya 2-4 bulan. Kausa kematian adalah metastasis jauh. (4)
Pemeriksaan dapat menemukan pembengkakan lokal, nyeri tekan.
Nyeri tekan di samping sendi dan bukan di dalam sendi. Ukuran tumor
atau derajat bengkak bervariasi menurut lingkup invasi tumor dan
kedalaman lokasinya, berbatas tidak tegas. Kekerasan konsistensinya
bervariasi menurut komponen pembentuk tumor. Membesarnya tumor
membuat regangan kulit permukaannya bertambah, kulit mengkilap,
suhu kulit dapat meningkat, vena superfisial melebar. (4)
B. Gambaran radiologi
1) Foto sinar X
Gambaran radiologik, tampak tanda-tanda destruksi tulang
yang berawal pada medula dan terlihat sebagai daerah yang
radiolusen dengan batas yang tidak tegas. Pada stadium yang
masih dini terlihat reaksi periosteal yang gambarannya dapat
lamelar atau seperti garis-garis tegak lurus pada tulang (sunray
appearance). Sunray appearance merupakan gambaran tumor
menginfiltrasi ke dalam jaringan lunak, membentuk tulang tumor
![Page 8: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/8.jpg)
yang tegak lurus terhadap diafisis. Dengan membesarnya tumor,
selain korteks juga tulang subperiosteal akan di rusak oleh tumor
yang meluas ke luar tulang. Dari reaksi periosteal hanya pada
bagian tepi yang masih dapat dilihat, berbentuk segitiga di kenal
sebagai codman triangle. Pada kebanyakan tumor, terjadi
penulangan (ossifikasi) dalam jaringan tumor sehingga gambaran
radiologiknya bergantung pada banyak sedikitnya penulangan
yang terjadi.
Derajat destruksi berlainan, lingkupnya bervariasi, batas
tidak tegas, lesi dominan osteolitik (destruksi tulang) atau
osteoblastik (pembentukan tulang), atau campuran keduanya.(2,4)
Gambar 4. Foto polos dari osteosarkoma dengan gambaran Codman triangle (arrow) dan difus, mineralisasi osteoid diantara jaringan lunak.(9)
Gambar 5. Perubahan
periosteal berupa Codman
triangles (white arrow) dan
masa jaringan lunak yang
luas (black arrow). (9)
![Page 9: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/9.jpg)
2) CT
Tampak sebagai destruksi tak beraturan matriks tulang,
pembentukan tulang tumor, reaksi periosteal, massa jaringan lunak
dan tulang tumor di dalamnya. Dapat menunjukkan lingkup invasi
osteosarkoma dalam rongga sumsum tulang, korteks dan jaringan
lunak.(4)
3) MRI
Kegunaannya mirip CT terutama untuk menunjukkan lingkup lesi
intramedular dan jaringan lunak hasilnya lebih jelas. Sesuai untuk
Gambar 6. Sunburst
appearance pada osteosarkoma
di femur distal. (9)
Gambar 8. (a) foto posisi AP. Memberikan gambaran lesi destruksi dengan batas yang tidak jelas pada metafisis femur hingga ke diafisis. Reaksi periosteal yang agresif dan perluasan penyebaran tumor pada tulang. (b) Potongan Aksial. Perluasan tumor pada jaringan lunak (panah). Tumor pada medulla dan massa pada jaringan lunak.(10)
Gambar 7. (a) Posisi AP pada proksimal femur kiri. Memberikan gambaran lesi osteolitik pada regio intertrochanter dengan batas yang tidak jelas dan terdapat reaksi periosteal. CT Scan dilakukan untuk menentukan sejauh mana infiltrasi tumor ke bagian sumsum tulang dan untuk menentukan tingkat reseksi tulang. (b) menunjukkan keterlibatan tumor pada sumsum tulang femur sinistra.(10)
![Page 10: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/10.jpg)
tumor berlokasi agak dalam seperti vertebra, pelvis, dll.
Pemeriksaan MRI praoperasi preservasi ekstremitas, untuk
memahami luas invasi tumor dalam sumsum tulang dan lingkup
invasi dalam jaringan lunak. (4)
Gambar 9. coronal T1-weighted
MRI. Menunjukkan massa pada
condilus lateralis tulang femur
yang telah meluas ke jaringan
lunak subperiosteal .(11)
Gambar 10. (a,b) T1-weighted coronal and axial MRI. Osteosarkoma Parosteal. Menunjukan massa hypointense berukuran besar pada medula hingga trabekula tulang femur dextra (anak panah) . (11)
![Page 11: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/11.jpg)
4) Skening radioisotop seluruh tubuh
Dapat memaparkan lokasi dan lingkup osteosarkoma, lokasi dan
jumlah lesi metastasik tulang, sebagai salah satu kriteria menilai
stadium, juga dapat menjadi materi pemeriksaan dalam tindak
lanjut. (4)
5) Angiografi
Secara klinis dapat di lakukan sebelum terapi intervensional
adjuvan praoperasi. Dengan angiografi dapat di ketahui
kekhususan pasokan darah tumor, hubungan tumor dan pembuluh
darah vital, menjadi rujukan dalam merancang teknik operasi,
sambil melalui kateter dilakukan kemoembolisasi. (4)
C. Pemeriksaan laboratorium dan PA
1) Sedimentasi darah
Sebagian pasien menunjukkan percepatan sedimentasi darah,
umumnya pada kasus dengan tumor besar, diferensiasi buruk,
progresi cepat. Laju sedimentasi darah dapat menjadi salah satu
indikator progresi tumor atau pemantauan rekurensinya, tapi
spesifisitas dan sensitivitasnya kurang kuat. (4)
2) Alkali fosfatase
Meningkat pada sekitar 50-70% pasien. Pada osteosarkoma
stadium dini, osteosarkoma jenis sklerotik, osteosarkoma
berdiferensiasi relatif baik, osteosarkoma parosteal, nilai alkali
fosfatase dapat normal. Bila tumor berkembang cepat,
bermetastasis, dapat meninggi mencolok. Pasca eksisi tumor dan
kemoterapi dapat menurun, jika timbul rekurensi atau metastasis
dapat kembali meninggi, maka alkali fosfatase dapat menjadi salah
satu indikator pemantauan rekurensi dan metastasis serta untuk
menilai prognosis. (4)
3) Patologi Anatomi
![Page 12: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/12.jpg)
Osteosarkoma tipikal biasanya bermanifestasi sebagai lesi besar
brbatas tidak tegas di regio metafisis tulang yang terkena (gambar
11). Tumor secara khas merusak korteks dan sering meluas ke
dalam menuju rongga sumsum tulang dan keluar ke jaringan lunak
di dekatnya. Tumor sering mengangkat periosteum dan
menimbulkan apa yang di sebut sebagai segitiga codman pada
radiograf, yang terbentuk oleh sudut antara periosteum yang
terangkat dan permukaan tulang yang terkena. Jarang terjadi infasi
ke jaringan epifisis. Secara mikroskopis tanda utama osteosarkoma
adalah pembentukan osteoid oleh sel mesenkim ganas (gambar
12).
Hal ini terlihat dalam bentuk pulau trabekula tulang primitif yang
di kelilingi oleh cincin osteoblas ganas. Jumlah osteoid sangat
bervariasi pada tumor yang berlainan, tetapi harus ada untuk
menegakkan diagnosa osteosarkoma. Elemen mesenkim yang lain,
terutama tulang rawan, juga mungkin ada, kadang-kadang dalam
jumlah besar. Sel mesenkim neoplastik mungkin berbentuk
lonjong dan seragam atau pleomorfik, dengan nukleus aneh
hiperkromatik disertai banyak gambaran mitotik. Sel raksasa yang
kadang-kadang di sangka osteoklas, sering di temukan. (12)
Gambar 11 . Osteosarkoma yang berasal dari regio metafisis. Tumor telah tumbuh menembus korteks dan mengangkat periosteum. (12)
![Page 13: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/13.jpg)
VI. Differensial diagnosa
1) Sarkoma Ewing : Sarkoma Ewing juga merupakan tumor tulang pada
anak dan remaja. Lesi tumor ini sangat agresif sehingga reaksi
sklerotik tidak sempat terbentuk ketika tumor menginfiltrasi dan
menembus tulang. Destruksi berbatas tidak tegas pada tulang yang
mengalami gangguan menghasilkan gambaran radiografik yang sering
disebut ”moth-eaten”. Periosteum memiliki sifat yang sama seperti
osteosarkoma, yaitu menimbulkan pembentukan tulang baru oleh
periosteum yang gagal. Kedua penyakit tersebut tidak mungkin bisa di
bedakan secara pasti secara radiografis. (13)
Gambar 12. Fotomikrograf osteosarkoma. Sel mesenkim pleomorfik dan bermitosis aktif tampak menghasilkan osteoid yang berwarna gelap ( mengalami kalsifikasi ), suatu gambar esensial untuk tumor ini. (12)
Gambar 13. Foto anteroposterior dan lateral distal femur penderita Sarkoma ewing. Pandangan lateral menunjukkan destruksi korteks, dengan pertumbuhan tumor ke jaringan lunak sekitar.
![Page 14: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/14.jpg)
2) Osteomielitis : Osteomielitis hematogenosa akut, yang merupakan
sebuah infeksi tulang, terlihat sebagai pembentukan tulang baru oleh
periosteum dan defek di korteks dan tulang kanselosa pada foto
rontgen. Namun, tanda-tanda ini hanya timbul beberapa minggu
setelah infeksi. Kelainan ini sulit dibedakan secara morfologis dari lesi
tulang maligna, khususnya pada anak. Bila proses ini berhasil di tahan
di dalam tulang, timbul “abses brodie” – sebuah fokus osteolisis yang
di kelilingi oleh tepi sklerotik yang tebal. Osteomielitis kronik sering
kali di pertahankan oleh fragmen kecil t ulang yang tidak mendapat
vaskularisasi sehingga tidak dapat di capai oleh antibiotik. Fragmen
kecil ini cenderung tampak sangat padat pada rontgen dan sesekali di
kelilingi oleh suatu kavitas, yang di sebut “totenlade”. Karena fragmen
tulang ini mempertahankan infeksi dan sering timbul fistula, fragmen
tulang ini harus di angkat melalui pembedahan. (13)
Gambar 14. Osteomielitis Kronik. Nampak sklerosis pada bagian bawah tulang Tibia. Perhatikan ekspansi tulang yang di tandai sklerosis. (14)
![Page 15: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/15.jpg)
VII. Komplikasi
Komplikasi tergantung pada metastase penyakit terhadap organ-organ
tubuh yang lain, seperti : paru, ginjal, jantung, saraf, dan lain-lain.
VIII. Penatalaksanaan
Terapi yang memadai untuk osteosarkoma meliputi kemoterapi dan reseksi
bedah komplit. Kebanyakan osteosarkoma tidak radiosensitif, pembedahan
tetap merupakan pokok dari kontrol primer.(6)
1) Kemoterapi
Kemoterapi merupakan suatu penatalaksanaan tambahan pada tumor
ganas tulang dan jaringan lunak. Obat yang telah terbukti dan paling
efektif terhadap osteosarcoma diantaranya doxorubicin (adriamycin),
cisplatin (Platinol) ifosfamide (IFEX) dengan mesna (Mesnex) dan
metotreksat dosis tinggi (Rheumatrex) dengan Leucoverin kalsium.
Kebanyakan protokol standar menggunakan doxorubicin dan cisplatin
dengan atau tanpa metotreksat dosis tinggi untuk kedua neoadjuvant dan
adjuvant kemoterapi Pemberian kemoterapi biasanya dilakukan pada
pre/pascaoperasi. Kemoterapi sebelum operasi (neoadjuvant kemoterapi)
di berikan selama sekitar 10 minggu dan setelah operasi (ajuvan
kemoterapi) sampai satu tahun.(15)
2) Radioterapi
Gambar 15. Osteomielitis kronik. Terdapat Sequestrum pada bagian bawah tulang Tibia.(14)
![Page 16: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/16.jpg)
Radiasi dengan energi tinggi merupakan suatu cara untuk eradikasi
tumor-tumor ganas yang radiosensitif dan dapat juga sebagai
penatalaksanaan awal sebelum tindakan operasi di lakukan. Kombinasi
radioterapi dapat pula di berikan bersama-sama dengan kemoterapi.
Radioterapi di berikan pada keadaan-keadaan yang dapat dioperasi,
misalnya adanya metastasis atau keadaan lokal yang tidak
memungkinkan untuk tindakan operasi.(5)
3) Intervensi bedah
a) Amputasi
Amputasi merupakan salah satu teknik operasi utama untuk terapi
osteosarkoma. Sesuai untuk tumor berinvasi luas, mengenai
neurovaskular, otot dan kulit di dekatnya terkena meluas, ekstremitas
terkena tak lagi dapat dipreservasi. Bidang amputasi secara prinsip
haruslah tepi amputasi radikal menurut klasifikasi stadium operatif
tumor tulang, yaitu reseksi ekstrakompartemen. (4)
b) Amputasi modifikasi
Dengan persyaratan eksisi tunas tumor, mempertahankan sebagai
fungsi ekstremitas, sehingga mengurangi kecacatan akibat amputasi.
- amputasi segmen ekstremitas Tikhoff Linberg, sesuai untuk
osteosarkoma segmen atas humerus, neurovaskular utama
belum terkena, operasi mempertahankan neurovaskular,
mengangkat segmen tulang bertumor berikut otot dan kulitnya.
- Teknik salzer, yaitu teknik rotasiplasti ekstremitas bawah
sesuai untuk osteosarkoma di sekitar lutut tapi saraf utama
belum terkena(4)
Setelah melakukan reseksi tumor, terjadi kehilangan cukup banyak
dari tulang dan jaringan lunak, sehingga memerlukan kecakapan
untuk merekonstruksi kembali ekstremitas tersebut. Biasanya
untuk merekonstruksi di gunakan endo-prostesis dari methal.(4)
IX. Prognosis
![Page 17: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/17.jpg)
Sejumlah kecil penderita dengan osteosarkoma parosteum biasanya
sembuh hanya dengan reseksi bedah saja, dan sekitar 66% dari penderita
dengan osteosarkoma stadium-tinggi tidak terdapat tanda-tanda metastasis.
Sebagian penderita dengan metastasis paru (20-30%) dapat berhasil
diobati dengan terapi penyelamatan jika semua nodul dapat di reseksi
dengan sempurna dan diberi kemoterapi agresif obat-ganda. Anak dengan
penyakit metastasis tulang dan yang dengan penyakit paru yang tersebar
luas tidak dapat disembuhkan dengan terapi yang ada.(6)
X. Daftar pustaka
1. Robbins, kumar cotran. Buku Ajar Patologi volume 2-edisi 7. EGC.
Jakarta. 2007 ; p. 856-857
2. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik edisi kedua. Balai penerbit
FKUI : Jakarta. 2010
3. American Cancer Society. Cancer Facts & Figures 2014. Atlanta, Ga.
American Cancer Society. 2014.
http://www.cancer.org/acs/groups/cid/documents/webcontent/003129-
pdf.pdf
4. Desen, Wan. Buku Ajar Onkologi Klinis edisi 2. Balai penerbit FKUI :
Jakarta. 2011
5. Noor Helmi, Zairin. Buku ajar gangguan muskuloskeletal – cetakan
kedua jilid. Salemba Medika. Jakarta. 2013
6. Richard E, Behrman. Robert M, Kliegman. Ann M, Arvin. Ilmu
Kesehatan Anak Nelson. Vol 3 – ed. 15. EGC : Jakarta. 2000
7. Patel, Pradip R. Lecture Notes : Radiologi. Edisi kedua. Erlangga :
Jakarta. 2007
8. Sutton, D dan Young, JWR. A concise text book of clinical imaging.
Second edition. Mosby:USA.1995; p.307- 313
9. Geoff Hide, MBBS, MRCP, FRCR Consultant Musculoskeletal
Radiologist. Imaging In Classic Osteosarcoma. WebMD. New York.
2013
![Page 18: Osteosarkoma](https://reader033.vdocuments.mx/reader033/viewer/2022061600/563dbba1550346aa9aaee17b/html5/thumbnails/18.jpg)
http://emedicine.medscape.com/article/393927-overview#a21
10. Greenspam, Adam. Orthopedic Imaging : A Practical Approach ed 5th.
Philadelphia. 2011
11. Michael J. Klein, MD, and Gene P. Siegal, MD, PhD. Osteosarcoma :
Anatomic and Histologic Variant. American Society for Clinical
Pathology. 2006
12. Robbins, kumar cotran. Buku Ajar Patologi volume 2-edisi 7. EGC.
Jakarta.2007 ; p. 856-857
13. Eastman, George W. Radiologi Belajar dari Awal : dari gambar ke
diagnosis. Jakarta : EGC, 2012
14. Khan, Ali Nawaz MBBS, FRCS, FRCP, FRCR Consultant
Radiologist and Honorary Professor. Chronic Osteomyelitis Imaging.
WebMD. New York. 2013
http://emedicine.medscape.com/article/393345-overview
15. Styczynski, Jan. Journal Of Pediatric Sciences Special Issue :
“Pediatric Oncology”. Department of Pediatric Hematology and
Oncology Collegium Medicum, Nicolaus Copernicus University.
Poland. 2010