obat laksansia
DESCRIPTION
tugas farmakologiTRANSCRIPT
1.OBAT LAKSANSIA
Laksansia merupakn obat yang dapat menstimulasi gerakan peristaltik usus sebagai refleks
dari rangsangan langsung terhadap dinding usus dan dengan demikian menyebabkan atau
mempermudah buang air besar (defikasi) dan meredakan sembelit.
Kelompok pembentuk massa dalam usus
Golongan obat laksantia yang memperbesar volume isi usus, dibedakan menjadi 3 macam:
1. Yang dapat menahan air di dalam usus, seperti magnesium sitrat, natrium sulfat,
natrium fosfat dan garam magnesiumsulfat. Ion-ionnya sedikit sekali diserap oleh
lambung. Akibatnya air yang berada di luar usus akan ditarik olehnya melalui dinding
ke dalam usus. Air akan mempertinggi gerakan peristaltiknya, dan mengakibatkan
pengeluaran isi usus yang menjadi cair lebih cepat sehingga diperoleh tinja yang
lunak.
2. Yang mengembang, misalnya agar-agar, CMC (karboksimetilsellulose), dan tilose
(metilsellulose)
Kelompok hiperosmotik
Seperti laktulosa dan garam magnesium yang dapat mempercepat gerakan peris¬taltik usus
dengan menarik air dan jaringan tubuh ke dalam usus sehingga diperoleh tinja yang lunak.
Kelompok lubrikan atau pelumas
Zat ini akan melicinkan tinja sehingga mudah dikeluarkan, seperti minyak mineral (paraffin
liquidum) yang dapat melindungi dinding usus sehingga cairan dalam massa tinja tidak
diserap dan tetap lunak. Bila dipakai terus menerus akan mengurangi penyerapan vitamin-
vitamin yang larut di dalam lemak dan dapat mengakibatkan kelainan pada hepar.
Kelompok stimulan
Merupakan suatu surfactant yang dapta menurunkan tegangan permukaan seperti fenoftalein
dan bisakodil yang dapat mempercepat gerak usus dengan meningkat¬kan kontraksi otot
usus. Kelompok ini merupakan pencahar yang cukup sering digunakan.
Kelompok kombinasi pencahar
Penyebab:
Keadaan sembelit atau susah buang air besar dapat terjadi karena tinja yang mengeras, otot
polos usus lumpuh, gangguan refleks defekasi, faktor psikis, wasir, kelemahan otot
punggung, efek samping obat-obat tertentu (obat-obat atropine dan alkaloid golongan candu).
Sembelit juga dapat disebabkan karena pola diet kurang berserat, kurang minum dan kurang
bergerak.
Efek Samping:
Banyak orang menganggap bahwa pengguanaan obat laksantia ini tidak berbahaya dan boleh
digunakan setiap waktu. Tetapi sebetulnya penggunaan obat laksantia yang terlalu sering
dapat membahayakan tubuh. Ini disebabkan karena obat-obat laksantia akan mematikan/
mencegah sintesis vitamin-vitamin oleh bakteri-bakteri dalam usus besar (missal vit K dan B
kompleks), penggunaan laksantia juga dapat menyebabkan kerugian gizi misalnya mineral-
mineral penting untuk tubuh (separate K dan Na) tidak dapat diabsorpsi kembali dalam usus
besar, sehingga menyebabkan kelemahan oto-otot, selain itu dapat menyebabkan kebiasaan
susah bunga air besar bila tidak menggunakan laksantia.
Penanggulangan
Terapi non-obat:
Banyak minum, makan buah pepaya, je¬ruk dan sayur yang banyak mengandung serat, serta
berolah raga secara teratur. Penggunaan pencahar diluar sembelit tidak dianjurkan, karena
dapat menurunkan sensitivitas mukosa, dan lama kelamaan gerakan usus menjadi lamban.
Pencahar tidak boleh digunakan oleh penderita dengan ileus, radang usus dan radang usus
buntu.
Sediaan obat pencahar dapat berupa tablet, sirup, emulsi, jell, enema, supo¬sitoria.
Berikut golongan obat pencahar yang biasa digunakan adalah :
1. Bulking Agents
Bulking agents (gandum, psilium, kalsium polikarbofil dan metilselulosa) bisa menambahkan
serat pada tinja. Penambahan serat ini akan merangsang alami usus dan tinja yang berserat
lebih lunak dan lebih mudah dikeluarkan. Bulking agents bekerja perlahan dan merupakan
obat yang paling aman untuk merangsang buang air besar yang teratur. Pada mulanya
diberikan dalam jumlah kecil, kemudian dosisnya ditingkatkan secara bertahap, sampai
dicapai keteraturan dalam buang air besar. Orang yang menggunakan bahan-bahan ini harus
selalu minum banyak cairan.
2. Pelunak Tinja
Obat sejenis dukosat ini dapat menambahkan jumlah air yang mampu diserap oleh feses.
Karena bahan ini merupakan detergen yang dapat menurunkan tegangan pada permukaan
feses, sehingga memudahkan air menebus feses dan menjadikan feses lebih lunak dengan
meningkatkan jumlah serat akan merangsang reaksi alamiah dari usus besar yang dapat
membantu melunakkan feses agar lebih mudah dikeluarkan oleh tubuh.
3.Minyak Mineral.
Minyak mineral akan melunakkan feses dan memudahkannya keluar dari tubuh dan bahan ini
akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang larut dalam lemak. Apabila seseorang yang
dalam keadaan lemah menghirup minyak mineral secara tidak sengaja, bisa terjadi iritasi
yang serius pada jaringan paru-paru. Selain itu, minyak mineral juga bisa menembus dari
rektum.
4. Bahan Osmotik
Bahan-bahan osmotik mendorong sejumlah besar air ke dalam usus besar, sehingga feses
menjadi lunak dan mudah dilepaskan. Cairan yang berlebihan juga meregangkan dinding
usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini pun memiliki kandungan garam-garam
yang terdiri dari fosfat, sulfat dan magnesium atau gula yang terdiri laktulosa atau sorbitol.
Beberapa bahan osmotik memiliki kandungan natrium, menyebabkan retensi(penahan) cairan
pada penderita penyakit ginjal atau gagal jantung, terutama jika diberikan dalam jumlah
besar. Sedangkan bahan osmotik yang memiliki kandungan magnesium dan fosfat sebagian
diserap ke dalam aliran darah dan berbahaya untuk penderita gagal ginjal.
Pencahar ini pada umumnya bekerja dalam 3 jam dan lebih baik digunakan sebagai
pengobatan daripada untuk pencegahan. Bahan ini juga dipakai untuk menggosongkan usus
sebelum pemeriksaan rontgen pada saluran pencernaan dan sebelum kolonoskopi.
5. Pencahar Perangsang
Pencahar perangsang secara langsung merangang dinding usus besar untuk berkontraksi dan
mengeluarkan isinya. Obat ini memiliki kandungan substansi yang dapat mengiritasi seperti
senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau minyak kastor. Obat ini bekerja ini setelah 6-8 jam
dan menghasilkan feses setengah padat, tapi sering mengakibatkan kram perut.
Obat-obatnya sebagai berikut :
1. Bisakodil
Cara kerja obat: Bekerja langsung pada dinding usus besar dengan memperkuat
peristaltik-¬nya. Pada penggunaan oral, efek pencahar terlihat setelah kurang
Iebih 7 jam. Sedangkan pada penggunaan secara rektal kurang lebih setelah 30
menit.
Efek yang tidak diinginkan: -Kejang penut, (penggunaan melalui oral)-
Merangsang selaput lendir nektum (penggunaan melalui dubur). Penggunaan
jangka panjang dapat memicu atonia colon
Aturan pemakaian: – pen oral (tablet): 5 mg sebelum tidur 1 – 2 tablet; – pen
rektal: 10 mg suppositonia pada pagi hari.
Indikasi : Konstipasi (tablet bekerja dalam 10 – 12 jam, suppositoria bekerja dalam 20 –
60 menit)
Kontra Indikasi : -
Dosis : Oral untuk konstipasi 5-10 mg malam hari ; kadang-kadang perlu
dinaikan menjadi 15-20 mg; anak-anak (lihat juga 1,4) di bawah 10 tahun 5
mg. Rektum : dalam sipositoria untuk konstipasi, 10 mg pada pagi hari; anak-
anak (lihat juga 1,4) di bawah 10 tahun 5 mg.
Sediaan beredar :
Bisakodil (Generik) Tablet Ss. 5 mg
Dulcolax (Schering Indonesia) Tablet Se. 5 mg; Supositoria 5 mg, 10 mg
Laxamex (Konimex) Tablet Se. 5 mg
Melaxan (Mecosin) Tablet Se. 5 mg
Prolaxan (Harsen) Tablet Se. 5 mg
2. DANTRON
Indikasi : hanya untuk Konstipasi pelayanan geriatri; profilaksis dan
pengobatan konstipasi akibat analgesik pada pasien yang sekarat segala umur;
konstipasi pada pasien gagal jantung dan trombosis koroner (kondisi dimana
gerakan usus harus bebas dari tegangan); bekerja dalam 6-12 jam.
Kontra Indikasi : Obstruksi usus, atonia colon
Efek Samping : Lihat keterangan pada pencahar; urine mungkin berwarna merah;
hindari kontak yang lama dengan kulit karena dapat terjadi iritasi dan ekskoriasi;
hindari pada kehamilan dan menyusui; studi (ada roden menunjukan risiko
karsinogenik).
Dosis Dan Aturan Pakai: dewasa, 25-75 mg sebelum tidur, anak-anak 25 gm
sebelum tidur.
Sediaan : Dantron (generik) tablet 150 gr
3. MAGNESIUM SULFAT/GARAM INGGRIS
Indikasi : Konstipasi, pengosongan usus yang cepat sebelum prosedur radiologi,
endoskopi dan bedah
Kontra Indikasi : Penyakit saluran cerna akut; gangguan ginjal, gangguan hati,
usia lanjut & pasien lemah
Mekanisme Kerja : Secara parenteral magnesium menurunkan asetilkolin pada
ujung saraf motorik dan bekerja pada miokardium melalui perlambatan
kecepatan pembentukan impuls S-A node dan perpanjangan waktu konduksi.
Efek Samping : Kolik
Dosis Dan Aturan Pakai : magnesium hidroksida; jika perlu 2-4 g sebagai 8%
suspensi dalam air. Magnesium sulfat 5-10 g dengan segelas air penuh sebelum
makan pagi atau pada saat perut kosong (bekerja dalam 2-4 jam).
Sediaan beredar :
Magnesium sulfat (Generik) serbuk 30 g (B)
Garam Inggris (Generik) Serbuk (B)
Garam Inggris Cap Gajah (Usaha Sekawan) Serbuk (B)
Bentuk Sediaan : Cairan Injeksi
4. DIOKTIL Na-SULFOSUKSINAT
Indikasi : Mengatasi kesulitan buang air besar, keadaan dimana peningkatan intra
abdominal harus dihindari, misalnya pada penderita hernia, gangguan fungsi, post
operasi, dan hemoroid
Kontra Indikasi : Ileus obstruksi, nyeri abdomen yang tidak diketahui sebabnya
Efek Samping : Ruam di kulit, mual; kelemahan otot, kehilangan cairan, dan
elektrolit
Dosis Dan Aturan Pakai: Oral konstipasi, sampai dengan 500 mg sehari dalam
dosis terbagi. Dengan barium 400 mg.
Sediaan : Dioktil Na-Sulfosuksinat 50 mg/tablet Laxatab (Yuparin) Tablet50 mg.
(B)
5. PARAFIL LIQUIDUM DAN FENOLFTALEIN
Indikasi : Obat pencahar (laxans) mempermudah buang air besar dan cuci perut
Kontra Indikasi : Penderita dengan obstruksi usus ataupun pengerasan tinja,
Penderita yang hipersensitif atau alergi terhadap zat aktif dan komponen lain
dalam Laxadine, Ileus obstruksi, Nyeri perut yang belum diketahui penyebabnya
Mekanisme : Parafin liquidum yang memiliki sifat sulit diabsorpsi akan
bercampur dengan pelarut organic dan dengan ini menurunkan absorpsi racun
dalam tubuh. Parafin liquid disini berfungsi sebagai laksansia yang bisa digunakan
sebagai antidotum, apabila keracunan terjadi kurang dari 4 jam.
Efek Samping : Alergi kulit
Dosis Dan Aturan Pakai : Dewasa : Laxadine emulsi, 1 – 2 sendok makan. Anak
usia 6-12 tahun : Laxadine emulsi, 1/2 dosis dewasa.
Sediaan : Parafin liquidum (Generik) Larutan (B) Laxadin (Yuparin) Sirup (B)
Tiap 15 ml mengandung parafin liquidum 9,33 ml, Fenolftalein 46,66 mg
6. Na-PSIKOSULFAT
Indikasi : Konstipasi dan defikasi yang teratur karena berbaring lama di tempat
tidur, perubahan diet, perubahan iklim setelah operasi dan kelahiran
Kontra Indikasi : Ileus, kelainan abdomen akut
Efek Samping : Mempercepat gerak usus dengan meningkat¬kan kontraksi otot
usus.
Dosis Dan Aturan Pakai : Dewasa, 5-15 mg malam hari; anak 2-5 tahun 2,5 mg,
5-10 tahun 2,5-5 mg.
Sediaan : Na-Psikosulfat 5 mg/10 tetes obat tetes, Laxoberon (Schering
Indonesia) Drop 7,5 mg/ml (K).
7. LAKTULOSA
Indikasi : Konstipasi (bekerja dalam waktu 48 jam), ensefalopati hepatik
(ensefalopati sistemik portal).
Kontraindikasi : galaktosemia, obstruksi usus.
Mekanisme Kerja : meningkatkan tekanan osmotik di dalam kolon dan
mengasamkan isi kolon, sehingga kandungan air dalam feses meningkat dan feses
menjadi lunak. Laktulosa juga dapat menyebabkan perpindahan amoniak dari
sirkulasi menuju kolon dimana akan di ubah menjadi ion amonium dan di
keluarkan melalui mekanisme laksatif.
Zat ini dalam usus menghasilkan asam organik yang menstimulir peristaltik usus
dan menahan air dengan jalan osmosis, sehingga tinja menjadi lunak. Efek
pencahar terlihat sesudah 2 – 3 hari.
Efek samping : kembung, kram, dan perut terasa tidak enak.
Dosis Dan Aturan Pakai : konstipasi, mula-mula 10 g dua kali seharu kemudian
perlahan-lahan disesuaikan menurut kebutuhan pasien; anak-anak (lihat juga 1,4)
dibawah 1 tahun 1,5 g dalam 2,5 ml larutan, 1-5 tahun 3 g dalam 5 ml larutan 5-10
tahun 5 g 2 kali sehari. Ensefalopati hepatik, 20-30 g 3 kali sehari
kemudian disesuaikan sampai menimbulkan feses yang lunak 2-3 kali sehari.
Sediaan beredar : Duphalac (Kimia Farma) Sirup 3,4 g/5 ml (B)
2. OBAT ANTIDIARE
Diare (atau dalam bahasa kasar disebut menceret) (BM = diarea; Inggris = diarrhea) adalah
sebuah penyakit di mana penderita mengalami rangsangan buang air besar yang terus-menerus dan
tinja atau feses yang masih memiliki kandungan air berlebihan.
Dalam lambung, makanan dicerna menjadi “bubur” (chymus), kemudian diteruskan ke usus
halus untuk diuraikan lebih lanjut oleh enzim-enzim pencernaan. Setelah zat-zat gizi diresorpsi oleh
villi ke dalam darah, sisa chymus yang terdiri dari 90 & air dan sisa makanan yang sukar dicernakan,
diteruskan ke usus besar (colon). Bakteri-bakteri yang biasanya selalu berada disini (flora)
mencernakan lagi sisa-sisa (serat-serat ) tersebut, sehingga sebagian besar dari padanya dapat diserap
pula selama perjalanan melalui usu besar. Airnya juga diresorpsi kembali, sehingga lambat laun isi
usus menjadi lebih padat dan dikeluarkan dari tubuh sebagai tinja.
Penyebab diare Penyebab diare ternyata bermacam-macam. Yaitu ada diare psikogenik dan diare
emosional yaitu diare akibat ketegangan saraf atau bahasa lainnya diare karena grogi atau stress.
Ada juga diare yang disebabkan oleh virus atau bakteri, Biasanya diare jenis ini yang sering
menyerang pada kita-kita dan anak kecil. Infeksi ini menyerang saluran pencernaan pada ujung distal
illium dan usus besar. Akibatnya mukosa teriritasi dan kecepatan untuk mencerna makanan menjadi
meningkat.
Ada juga diare yang khusus yaitu diare yang disebabkan oleh kuman tertentu:
Diare pada amoebiasis oleh disentri amoeba.
Diare ini disebabkan oleh infeksi entamuba histolitika di dalam usus besar. Infeksi dapat
menyebabkan ulserasi atau perlukaan pada dinding kolon.
Ciri-ciri terkena diare ini adalah diare 20 kali atau bahkan lebih dalam sehari, tinja berbau
disertai darah dan lendir, mengeluh nyeri perut dan lemah , menyebabkan berat badan menurun.
Bila diare tidak ditangani dengan cepat dapat menyebakan panas yang tinggi dan disertai nyeri perut
yang menyeluruh dan kejang.
Diare pada shigellosis oleh disentri basiler.
Diare ini di sebabkan oleh bakteri shigella dysentriae yang menembus dan berkembang di dalam
usus.Ciri-cirinya bila nyeri pada perut bagian bawah, panas tinggi, menggigil, hilang nafsu makan,
malas, sakit kepala dan lemah. Tinja bercampur dengan darah dan lendir
Diare pada kolera.
Diare ini disebabkan oleh toksin kolera yang menyerang sekresi elektrolit dan air.
Ciri-cirinya ada “watery diarrhea” yaitu tinja yang mengeluarkan lebih banyak air dari pada ampas.
Tidak ada nyeri namun muntah tanpa mual, dapat menyebabkan dehidrasi dalam waktu singkat dan
syok hipovolemik.
Gejala diare atau mencret adalah tinja yang encer dengan frekuensi 4 x atau lebih dalam sehari, yang kadang disertai:
• Muntah
• Badan lesu atau lemah
• Panas
• Tidak nafsu makan
• Darah dan lendir dalam kotoran
cara mengatasi/ mengobati penyakit diare
antibiotik. antibiotik dapat membantu mengobati diare yang disebabkan oleh bakteri atau
parasit. jika virus penyebab diare, antibiotik tidak akan membantu.
pengobatan untuk menggantikan cairan. bagi kebanyakan orang, menggantikan cairan berarti
air minum, jus atau kaldu. jika cairan minum mengganggu perut atau menyebabkan diare,
dokter mungkin merekomendasikan memasukkan cairan melalui pembuluh darah di lengan
anda (intravena).
air adalah cara yang baik untuk menggantikan cairan, tapi tidak mengandung garam dan
elektrolit mineral seperti sodium dan kalium. gangguan cairan tubuh anda dan tingkat mineral
menciptakan ketidakseimbangan elektrolit yang bisa serius. anda dapat membantu menjaga
kadar elektrolit anda dengan minum jus buah untuk kalium atau makan sup.
menyesuaikan obat yang kita pakai. jika obat antibiotik menyebabkan diare, anda dapat
memodifikasi pengobatan dengan menurunkan dosis atau beralih ke obat lain.
mengobati kondisi yang mendasarinya. misalnya diare karena penyakit radang usus, maka
pergilah ke dokter untuk mengontrol kondisi itu. anda mungkin akan dirujuk ke dokter
spesialis.
cara mencegah penyakit diare
cuci tangan anda setelah menyiapkan makanan, memegang daging mentah, dari toilet,
mengganti popok, bersin, batuk dan membuang ingus. memakai sabun setidaknya selama 20
detik. setelah meletakkan sabun di tangan anda, gosok tangan.
gunakan pembersih tangan jika mencuci tidak memungkinkan. gunakan pembersih tangan
berbahan dasar alkohol. pastikan untuk benar-benar menutupi bagian depan dan punggung
kedua tangan. unakan produk yang mengandung setidaknya 60 persen alkohol.
mencegah diare dari makanan yang terkontaminasi. untuk mencegah diare yang disebabkan
oleh makanan yang terkontaminasi: 1).sajikan segera makanan atau dinginkan di kulkas
setelah dimasak atau dipanaskan. jika makanan pada pada suhu ruangan dapat mendorong
pertumbuhan bakteri. 2).cuci beberapa kali selama mempersiapkan makanan.
Penggolongan Obat Diare
1. Kemoteurapetika
Untuk terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare dengan antibiotika,
sulfonamida, furazolidin, dan kliokonol.
2. Obstipansia
Untuk pengobatan simtomatis yang dapat mengentikan diare dengan cara:
Zat penekan peristaltik usus: Candu dan alkaloidnya, derivat petidin (definoksilat
dan loperamid) dan antikolinergik (atropin, ekstrak belladone)
Adstringensia: Zat yang dapat mencioutkan selaput lendir usus, misalnya
tanalbumin, garam-garam bismut dan alumunium.
Adsorbensia: Zat yang dapat menyerap pada permukaannyazat-zat racun yang
dihasilkan oleh bakteri (toksin) atau yang berasal dari makanan, misalnya karbon,
mucilage, kaolin, pectin, garam-garam bismut dan garam alumunium.
Spasmolitika : Obat yang dapat menghilangkan kejang-kejang.
Obat-obatnya sebagai berikut :
1. Loperamide HCl
Loperamide merupakan derivat difenoksilat (dan haloperidol, suatu anti
psikotikum) dengan khasiat obstipasi yang 2-3 kali lebih kuat tetapi tanpa efek
terhadap sistem saraf pusat (SSP) karena tidak bisa menyeberangi sawar-darah otak
oleh karena itu kurang menyebabkan efek sedasi dan efek ketergantungan dibanding
golongan opiat lainnya seperti difenoksilat dan kodein HCl.
Indikasi : untuk pengobatan diare akut dan diare kronik
Kontraindikasi : hipersensitivitas dengan loperamid, hambatan peristaltik, bayi dan anak
< 2 tahun, hindari penggunaan sebagai terapi utama untuk disentri akut, ulseratif kolitis
akut, bacterial enterocolitis dan kolitis pseudomembran.
Mekanisme kerja : Loperamide mampu menormalkan keseimbangan resorpsi-
sekresi dari sel-sel mukosa, yaitu memulihkan sel-sel yang berada dalam keadaan
hipersekresi ke keadaan resorpsi normal kembali. Mulai kerja loperamide lebih
cepat dan bertahan lebih lama.
Dosis dan aturan pakai : anak-anak : – diare akut maksimal 16 mg per hari 2-5 tahun
(13-20 kg) : 1 mg 3 kali per hari 6-8 tahun (20-30 kg) : 2 mg 2 kali per hari 8-12 tahun (>
30 kg) : 2 mg 3 kali per hari pemeliharaan : 0,1 mg/kg BB sesudah BAB - diare kronis
maksimal 4-12 mg per hari < 5 tahun : 1 mg 4 kali per hari > 5 tahun : 2 mg 4 kali per hari
pemeliharaan : 2 mg per hari sesudah BAB dewasa : – diare akut, dosis awal 4 mg diikuti
2 mg sesudah BAB maksimal 16 mg/hari, - diare kronis dosis awal seperti diare akut
diikuti 4-8 mg/hari sesudah BAB maksimal 16 mg/hari.
Efek samping : nyeri abdominal (perut), mual, muntah, mulut kering, mengantuk, pusing,
ruam kulit, dan megakolon toksik.
Resiko khusus : pada pasien yang sedang hamil pada trimester pertama resiko
penggunaan obat ini adalah termasuk kategori C, di mana penelitian pada wanita
(manusia) belum tersedia. Tidak direkomedasikan untuk wanita menyusui karena
loperamid dapat masuk ke jaringan payudara (susu). Tidak boleh untuk pasien dengan
kolitis ulserativ parah, karena megakolon toksik dapat terjadi.
Nama dagang Indonesia : Alphamid (Alpharma), Amerol (Tempo), Antidia (Bernofarm),
Colidium (Solas), Diadium (Lapi), Imomed (Medikon), Imore (Soho), Inamid (Nufarindo),
Loremid (Meprofarm), Motilex (Kalbe Farma), Normudal (Combiphar), Renamid
(Fahrenheit).
Bentuk sediaan : kaplet dan tablet salut selaput 2 mg.
2. Kel. opiat
- Tingturaopii - Paregorik - Kodein
Penggunaan dan dosis : Oral 0,6 ml 10 tetesan dicampur dengan air. Kodein
oral : 15-30 mg , Paregorik : dewasa : 5-10 ml/oral,1-4 x/hari. Anak : 0,25-
0,5 ml oral /1-4 x /hari
Bekerja dengan cara menurunkanmotilitas usus dan menurunkan peristaltik.
Untuk diare akut dan non spesifik :
Efeksamping obat : Karena efek menekan SSP maka timbul rasa mengantuk,
euforia dan ketergantungan fisik.
3. Agen opiatrelated difenoksilat
Atropin (Lomotil)
Dosis
dewasa : oral = 2,5 – 5 mg/kgbb
anak >2 th : oral = 0,3 – 0,4 mg/kgbb/hari dibagi 4
- loperamid (imodium,lodia)
dewasa : oral = 4 mg/tak melebihi 16 mg/hari
anak (5-8 th) : oral = 2 mg,tak melebihi 4 mg/hari
Penggunaan :
- obat sintesik yang berkaitan dengan meperidin.bekerja seperti pada opium.
Efeksamping Obat :
- efek SSP
mual, muntah, kembung , rasa kantuk , mulut kering, lemas , ruam
kulit , pengenglihatan kabur , retens urine
penggunaan lama dapat menimbulkan takikardi , ileua
paralitik ,retensi urine dan ketergantungan fisik.
Obat antropin di tambahkan untuk mencegah penyalahgunaan obat
Kontra indikasi :
Penyakit hati
Ginjal
Glaukoma
Ketidak seimbangan elektrolit
Interaksi Obat :
Alkohol
Antihistamin
Narkotik
Hipnotik
Sedativ
Pada pemeriksaan laboratorium dapat terjadi peningkatan enzim hati dan amilase
serum.
4. Adsorben
Bekerja dengan cara menyerap air, racun dan gas pada saluran pencernaan , sehingga
faeces menjadi lebih pekat.
Kaolin pekatin (kao – pek -tat) garam bismut
Anti diare ringan , trmasuk obat bebas.
Penggunaannya dalam bentuk kombinasi dengan anti diare lain.
Untuk diare, digunakan setiap kali sehabis diare sesuai leaflet juga di gunakan
untuk gangguan lambung lambung.
Kolestiramin
Bekerja dengan menyerap garam empedu dan toksin. Di gunakan untuk diare yang
disebabkan oleh asam empedu .
Kortikosteroid
Anti radang , di gunakan untuk diare karena kolitis ulserative, dan peradangan pada
bagian usus lain.
Antikolinerik
Menghambat sekresi salurn cerna dan menurunkan peristsltik .
Digunakan pada diare karena iritabilitas usus dan ulkus peptikum.
Obat kausal antidiare
- Adalah obat yang di berikan dengan tujuan menghilangkan penyebab diare :
Infeksi : antibiotika dan antimikroba
Stress : antiansietas
Tumor : tindakan operativ
Keracunan : antidotum
Obat : hentikan pengobatan
Antimikroba diberikan apabila di dapatkan darah lekosit pada tinja.
3. Obat AntiemetikaAntiemetik adalah obat-obatan yang digunakan dalam penatalaksanaan mual dan
muntah. Obat-obatan tersebut bekerja dengan cara mengurangi hiperaktifitas refleks muntah
menggunakan satu dari dua cara: secara lokal, untuk mengurangi respons lokal terhadap
stimulus yang dikirim ke medula guna memicu terjadinya muntah, atau secara sentral, untuk
menghambat CTZ secara langsung atau menekan pusat muntah. Antiemetik yang bekerja
secara lokal dapat berupa anastid, anestesi lokal, adsorben, obat pelindung yang melapisi
mukosa GI, atau obat yang mencegah distensi dan menstimulasi peregangan saluran GI. Agen
ini sering kali digunakan untuk mengatasi mual yang ringan.
Muntah umumnya didahului oleh rasa mual (nausea) meskipun tdk selalu demikian
dan mempunyai ciri :
Pucat
Berkeringat
Liur berlebihan
Tachycardia
Pernafasan tidak teratur
Antiemetika diberikan kepada pasien dengan keluhan sebagai berikut :
1. Mabuk jalan/Mabuk Darat (Motion Sickness)
Penyebab utama mabuk darat adalah pertentangan antara informasi yang disalurkan oleh
organ keseimbangan otak disatu pihak dan informasi dari indera-indera lain di lain pihak.
Khususnya menyangkut pertentangan antara mata dan indera perasa, yang sebetulnya harus
bekerja sama dengan organ keseimbangan (labirin).
2. Mabuk kehamilan
Jenis muntah ini biasanya terjadi antara minggu ke-6 dan ke-14 dari masa kehamilan akibat
kenaikan pesat dari HCG (Human Chorion Gonadotropin).Gejala-gejala pada umumnya
tidak hebat dan hilang dengan sendirinya, maka sedapat mungkin jangan diobati agar tidak
mengganggu perkembangan organ-organ janin.
3. Mual atau muntah yang disebabkan penyakit tertentu seperti pada pengobatan dengan radiasi
atau obat-obat sitostatik.
Penggolongan
Berdasarkan mekanisme kerjanya dapat dibedakan menjadi beberapa kelompok
sebagai berikut :
1. Antikolinergik
Kelompok ini obat yang digunakan yaitu skopolamin dan antihistamin (siklizin,
meklizin, sinarizin, prometazin, dan dimenhidrinat). Obat- obatan ini efektif terhadap segala
jenis muntah, dan banyak digunakan pada mabuk darat dan mual kehamilan
(antihistaminika) efeknya berdasarkan sifat antikolinergisnya dan mungkinjuga blokade
reseptor H1 di CTZ.
2. Antagonis Dopamin
Antagonis Dopamine , yang bekerja di otak yang biasanya digunakan untuk
pengobatan muntah pada neoplasma otak, mengurangi efek muntah dari kemoterapi, opioids,
keracunan obat dan anastesi umum. Zat-zat ini hanya efektif pada mual yang diakibatkan oleh
efek samping.Mekanisme kerjanya melalui perintangan neurotransmisi dari CTZ ke pusat
muntah dengan jalan blokade reseptor dopamine.
Contoh obat golongan ini adalah :
Propulsive (prokinetika) :metoklopramida dan domperidon banyak sekali digunakan.
Pada dosis tinggi, metoklopramida menimbulkan efek-efek antikolinergis lebih kuat
daripada neuroleptika.Alizaprida (litican) menghambat refleks muntah secara sentral
dan bersifa anksiolitis.
Derivate butirofenon : Droperidol, Haloperidol, Chlorpromazine, Promethazine,
Prochlorperazine terutama digunakan pada muntah-muntah akibat gangguan
neurologis dan setelah pembedahan.. Obat ini biasanya jarang digunakan karena efek
ekstrapiramidal yang luas dan efek sedatif.
Derivate fenotiazin : proklorperazin dan thietilperazin (torecan). bekerja di saluran
cerna sebagai prokinetik dan digunakan untuk pengobatan gangguan saluran cerna
tetapi tidak cocok untuk pasien sesudah opersi dan keracunan obat.
3. Antagonis reseptor 5-hydroxy-tryptamine
Antagonis reseptor 5-hydroxy-tryptamine yang menghambat reseptor serotonin di
Susunan Syaraf Pusat (SSP) dan saluran cerna.. Obat ini dapat digunakan untuk pengobatan
post-operasi, dan gejala mual dan muntah akibat keracunan. Beberapa contoh obat yang
termasuk golongan ini adalah :
Dolasetron
Granisetron
Ondansetron
Tropisetron
Palonosetron (Aloxi®, antagonis5HT3 yang terbaru)
Mekanisme kerja kelompok zat agak baru ini belum begitu jelas, tetapi mungkin
karena blokade serotonin yang memicu refleks muntah dari usus halus dan rangsangan
terhadap CTZ.Terutama efektif selama hari pertama dari terapi dengan sitostika yang bersifat
emetogen kuat, juga pada radioterapi.
4. Kortikosteroida
Contoh obatnya deksametason ternyata efektif untuk muntah-muntah yang
diakibatkan oleh sitostatika.Mekanisme kerjanya tidak diketahui.Pengunaannya sering sekali
bersamaan suatu antagonis serotonin.
5. Benzodiazepine
Mempengaruhi system kortikal/limbis dari otak dan tidak mengurangi frekuensi dan
hebatnya emesis, melainkan memperbaiki sikap pasein terhadap peristiwa muntah.Terutama
lorazepam ternyata efektif sebagai pencegah muntah. Midazolam , biasanya digunakan untuk
pengobatan mual dan muntah akibat operasi.
6. Kanabinoida
Biasanya terapi kedua yang digunakan pada pasien mual dan muntah akibat
keracunan yang tidak peka terhadap obat yang lain. Contohnya antara lain : marihuana, THC.
Efektif pada dosis tinggi untuk sitostatika.
7. Antihistamin (Antagonis reseptor H1 histamine ).
Obat ini efektif untuk berbagai kondisi seperti motion sickness, ataupun mual dan
muntah pada ibu hamil. Obat-obat dari golongan ini meliputi :
Cyclizine
Diphenhydramine
Dimenhydrinate
Meclizine
Promethazine (Pentazine, Phenergan, Promacot)
Hydroxyzine
8. Steroid
Dexamethasone, biasanya diberikan dalam dosis rendah. Mekanisme kerja dari steroid
dalam pengobatan muntah masih belum jelas.
Obat – obatnya sebagai berikut :
1. Skopolamin : hyosiamin, scopoldern TTS (transdermal)
Zat ini dianggap sebagai yang paling efektif untuk profilaksis dan penanganan mabuk
darat.
INDIKASI : Kejang pada saluran pencernaan dan urogenital, mabuk perjalanan, ulkus
peptikum, gastritis (radang lambung).
KONTRA INDIKASI : Glaukoma, pembesaran prostat.
EFEK SAMPING : Kemerahan pada wajah dan leher, eritema (kemerahan kulit kerena
pelebaran-pelebaran pembuluh darah), mulut kering, pandangan kabur, & konstipasi
(susah buang air besar) jarang terjadi tetapi bisa terjadi pada pasien yang hipersensitif.
Sedian : Tetes 1 mg/ml x 5 ml.
DOSIS : Dewasa : 3 kali sehari 15-30 tetes.
Bayi berusia 6 bulan - 1 tahun : 3 kali sehari 8-10 tetes.
Bayi berusia 3-6 bulan : 3 kali sehari 4-8 tetes.
Bayi berusia kurang dari 3 bulan : 3 kali sehari 1-3 tetes.
2. Antihistaminika
Obat ini terutama digunakan untuk mencegah dan mengobati mual dan muntah akibat mabuk
darat serta pada gangguan tujuh keliling (vertigo). Siklizin dan dimenhidrinat diresorpsi baik,
kerjanya cepat dan dapat bertahan 4-5 jam.Meklizin baru berkerja setelah 1-2 jam, tetapi
efeknya lebih lama, antara 12 dan 24 jam.
Indikasi : mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan kelainan labirin
Kontra indikasi : serangan asma akut, gagal jantung dan kehamilan
Efek samping : perasaan mengantuk dan efek antikolinergis yang agak sering
dilaporkan pada dimenhidrinat, jarang pada siklizin dan meklizin.
3. Neuroleptika
Sejumlah neuroleptika juga berdaya anti-emetis khususnya derivate fenotiazin =, seperti
perfenazin, proklorperazin, dan tietilperazin. Begitu pula derivate butirofenon.Pada
proklorperazin dan lebih-lebih pada tietilperazin, efek anti emetisnya yang menonjol,
sehingga digunakan khusus sebagai anti emetika pada kemo dan radioterapi.Efek samping
yang terpenting adalah gejala ekstrapiramidal, efek antikolinergis, dan sedasi, yang paling
ringan pada tietilperazin.
Dosis masing-masing adalah sebagai berikut:
Haloperidol (haldol) : 2-3 dd 0,5 mg.
Perfenazin (trilafon) : 3 dd 4-8 mg, i.m 5 mg.
Indikasi : mual dan muntah berat
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
Proklorperazin (stemetil) : 2-4 dd 5-10 mg, rectal 1-2 dd 25 mg.
Indikasi : mual dan muntah akibat gangguan pada labirin
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra piramidal
Tietilperazin (torecan) : oral dan rectal 2-4 dd 6,5mg, s.c/i.m 6,5 mg sekali.
4. Metoklopramida :primperan, opram
Derivate aminoklorbenzamida ini berkhasiat anti emetis kuat berdasarkan pertama-tama
blokade reseptor dopamine di CTZ. Disamping itu, zat ini juga memperkuat pergerakan dan
pengosongan lambung. Efektif pada semua jenis muntah, termasuk akibat radio/khemoterapi
dan migraine, pada mabuk darat oat ini tidak ampuh.
Efek sampingnya yang terpenting adalah sedasi dan gelisah berhubung rintangan
darah otak.Efek samping lainnya berupa gangguan lambung usus serta gangguan
ekstrapiramidal, terutama pada anak-anak kecil.
Dosis : 3-4 dd 5-10 mg, anak-anak maksimal 0,5 mg/kg/sehari. Rectal 2-3 dd 20 mg.
5. Domperidon: motilium
Senyawa benzimdazolinum ini adalah propulsivum yang berkhasiat menstimulasi peristalstik
dan pengosongan lambun, selian berdaya anti emetis, digunakan pada relflux-esofagus dan
pada muntah akibat khemoterapi dan pada migraine.
Dosis : 3-4 dd 10-20 mg a.c; anak-anak 3-4 dd0,3 mg/kg, rectal anak-anak sampai 2
tahun2-4 dd 10 mg; i.m/i.v 0,1 -0,2 mg per kg berat badan dengan maksimum 1
mg/kg berat badan sehari.
6. Ondansetron : zolfran
Senyawa carbazol ini adalah antagonis serotonin selektif (dari reseptor 5HT3). Berkerja anti
emetis kuat dengan mengantagoniskan refleks muntah dari usus halus dan stimulasi CTZ,
yang keduanya diakibatkan dengan pemberian dosis tunggal deksametason (20 mg/ infuse )
sebelum kemoterapi dimulai. Selain pada kemo dan radioterapi juga sering diberikan untuk
profilaksis, gejala-gejala demikian setelah pebedahan ginekologi.
Efek sampingnya berupa nyeri kepala, obstipasi, rasa panas di muka dan perut
bagian atas,, jarang sekali gangguan ekstra pyramidal dan reaksi hipersensitivas.
Dosis : 1-2 jam sebelum mejalankan kemoterapi 8 mg, lalu tiap 12 jam 8 mg selama 5
hari. i.v 4-8 mg (perlahan).
7. Sinarizin
Indikasi :kelainan vestibuler seperti vertilago, tinnitus, mual dan muntah.
Kontra indikasi : kehamilan/ menyusui, hipotensi, dan serangan asma
Efek samping : gejala ekstra pyramidal, mengantuk, sakit kepala
8. Klorpromazin HCl
Indikasi : mual dan muntah
Kontra indikasi : gangguan hati dan ginjal
Efek samping : mengantuk, gejala ekstra pyramidal
9. Sinarizin
Indikasi Kelainan vestibuler seperti vertigo, tinitus, mual
dan muntah
Kontra indikasi Kehamilan/menyusui, hipotensi dan serangan
asma
Efek samping Gejala ekstra piramidal, mengantuk, sakit
kepala, dll
Sediaan Cinnarizine (generik) tablet 25 mg
10. Dimenhidrinat
Indikasi Mual, muntah, vertigo, mabuk perjalanan dan
kelainan labirin
Kontra
indikasi
Serangan asma akut, gagal jantung dan
kehamilan
Efek samping Mengantuk dan gangguan psikomotor
Sediaan Generik -
11. Klorpromazin HCl
Indikasi Mual dan muntah
Kontra
indikasi
Gangguan hati dan ginjal
Efek samping Mengantuk, gejala ekstra piramidal, dll
Sediaan Klorpromazin generik tablet 25, 100 mg
12. Perfenazin
Indikasi Mual dan muntah berat
Kontra indikasi dan efek samping : Gangguan hati dan ginjal
Mengantuk, gejala ekstra piramidal, dll
Sediaan Perfenazin (Generik) tablet 2, 4, 8 mg
13. Proklorperazin
Indikasi Mual dan muntah akibat gangguan pada
labirin
Kontra indikasi dan efek samping : Gangguan hati dan ginjal
Mengantuk, gejala ekstra piramidal, dll
Sediaan Generik -
14. Trifluoperazin
Indikasi Mual dan muntah berat
Kontra indikasi dan efek samping : Gangguan hati dan ginjal
Mengantuk, gejala ekstra piramidal, dll
Sediaan Trifluoperazin HCl (generik) tabl. 1,5 mg
4. OBAT ANTIHIPERTENSI
Peningkatan tekanan darah di dalam arteri (pembuluh darah nadi) di atas
angka normal. Sering kali tanpa gejala, sehingga penderita tidak merasa sakit.
Gejala hipertensi nyeri kepala pagi hari saat bangun tidur, tidak ada gejala
khas yang lain, harus diukur tensinya, ada kalanya juga pemeriksaan ginjal dan
pembuluh darah.
Terapi non farmakologi untuk penderita hipertensi:
1. Mengurangi berat badan. Overweigt menyebabkan bertambahnya volume
darah dan perluasan sistim sirkulasi.
TD dapat turun 0,7/0,5 mm Hg setiap kg penurunan.
2. Mengurangi garam.
Bila kadar Na di filtrat gomeruli rendah, maka lebih banyak air akan
dikeluarkan untuk menormalisasi kadar garam dalam darah
3. Membatasi kolesterol dan lemak jenuh.
Perbanyak konsumsi serat nabati dari buah- buahan dan sayuran.
4. Berhenti merokok.
5. Olahraga.
6. Membatasi minum alkohol dan kopi.
7. Cukup istirahat dan tidur.
Penggolongan obat antihipertensi:
A. Diuretik
B. Penghambat Renin Angiotensin Sistim(RAS)
C. alfa-receptor blocker
D. beta-receptor blocker
E. Obat- obat SSP
F. Antagonis Ca(Kalsium
A. Diuretik
Mekanisme kerjanya:
meningkatkan pengeluaran air dari tubuh.
Diuretik terdiri atas beberapa kelompok dan untuk hipertensi adalah
- diuretik thiazid : Menghambat reabsorpsi natrium dan klorida pada pars asendens ansa
henle tebal, yang menyebabkan diuresis ringan. Suplemen kalium mungkin diperlukan karena
efeknya yang boros kalium.
Contohnya: Hidroklortiazid ( HCT), digunakan sebagai pilihan utama .
-diuretik Penghemat Kalium : Meningkatkan ekskresi natrium dan air sambil menahan
kalium. Obat-obat ini dipasarkan dalam gabungan dengan diuretic boros kalium untuk
memperkecil ketidakseimbangan kalium.
Contohnya: spironolakton, amilorida, triamteren.
B. Renin Angiotensin Sistim(RAS)
Ada 2 Kelompok Yaitu:
a. Penghambat ACE (Angiotensin converting Enzim)
Penghambat ACE menurunkan TD dengan cara mencegah pengubahan AT I menjadi AT II.
AT II ini berdaya vasokonstriktif kuat dan menstimulasi hormon Aldosteron.
Obat- obatnya :
-Kaptopril
-Enalapril
-Lisinopril
-Fosinopril
-Quinapril
-Perindopril
-Ramipril dll
b. AT-II-receptor blocker
Mekanisme kerjanya dengan menduduki reseptor AT II pada tubuh yang terdapat di :
myocard, dinding pembuluh, SSP, ginjal, anak ginjal dan Hati.
Golongan ini lebih efektif dari penghambat ACE karena jalur kedua melalui enzym Chimase
juga dirintangi.
Obat-obatnya:
Losartan, valsartan, ibesartan, candesartan dan eprosartan.
C. alfa(α)-receptor blocker
mekanisme kerjanya:
memblok reseptor alfa adrenergik yang terdapat di otot polos pembuluh. Bila reseptor tersebut
diduduki oleh adrenalin maka otot polos akan mengalami vasokontriksi.
Reseptor alfa ada 2 jenis yaitu :
- α1 dan α2
BERDASARKAN HAL TERSEBUT MAKA OBAT GOL ALFA BLOKER DIBAI 3
KELOMPOK Yaitu:
1. ALFA BLOKER TAK SELEKTIF
CONTOH :FENTOLAMIN.
2. ALFA 1 BLOKER SELEKTIF.
Contoh OBATNYA : PRAZOZIN,DOXAZOSIN,TERAZOSIN,URAPIDIL.
3. ALFA 2 BLOKER SELEKTIF.
OBATNYA : YOHIMBIN.
D. Beta-blockers
Zat ini memiliki sifat kimia yang sangat mirip dengan zat β-adrenergik isoprenalin.
Mekanisme kerjanya adalah:
sebagai anti-adrenergik dengan jalan menempati secara bersaing reseptor β-
adrenergik.Blokade reseptor ini mengakibatkan peniadaan atau penurunan kuat aktivitas
adrenalin dan noradrenalin(NA).
Reseptor-β terdapat dalam 2 jenis,yakni β1 dan β2.
1. Reseptor β1
Terdapat di jantung , SSP dan ginjal. Blokade reseptor ini mengakibatkan melemahnya daya
kontraksi (efek inotrop negatif), penurunan frekuensi jantung (efek kronotrop negatif,
bradycardia) dan penurunan volumenya-menitnya.Juga perlambatan penyaluran implus di
jantung (simpul AV = atrioventrikuler).
2.Reseptor β2
Terdapat di bronchia , dinding pembuluh dan usus.
Blokade reseptor ini menimbulkan penciutan bronchia dan vasokonstriksi perifer agak ringan
yang bersifat sementara (beberapa minggu), menggangu mekanisme homeostase untuk
memelihara kadar-glukosa dalam darah (efek hipoglikemis)
Obat – obatnya sebagai berikut :
1. Obat Diuretik Tiazid
Nama obat : Hidroklorotiazid
Mekanisme Kerja : menghambat reabsorpsi natrium dan klorida dalam pars asendens ansa henle
tebal dan awal tubulus distal. Hilangnya K+, Na+, dan Cl- menyebabkan peningkatan pengeluaran
urin 3x. Hilangnya natrium menyebabkan turunnya GFR.
Indikasi : Obat awal yang ideal untuk hipertensi, edema kronik, hiperkalsuria idiopatik.
Digunakan untuk menurunkan pengeluaran urin pada diabetes inspidus (GFR rendah
menyebabkan peningkatan reabsorpsi dalam nefron proksimal, hanya berefek pada diet rendah
garam)
Efek tak diinginkan : Hipokalemia, hiponatremia, hiperglikemia, hiperurisemia, hiperkalsemia,
oliguria, anuria, kelemahan, penurunan aliran plasenta, alergi sulfonamide, gangguan saluran
cerna.
2. Obat Loop Diuretic
a. Furosemid (Lasix)
Mekanisme Kerja : menghambat reabsorpsi klorida dalam pars asendens ansa henle tebal. K+
banyak hilang ke dalam urin.
Indikasi : Diuretik yang dipilih untuk pasien dengan GFR rendah dan kedaruratan hipertensi.
Juga edema, edema paru dan untuk mengeluarkan banyak cairan. Kadangkala digunakan untuk
menurunkan kadar kalium serum.
Efek tak diinginkan : Hiponatremia, hipokalemia, dehidrasi, hipotensi,hiperglikemia,
hiperurisemia, hipokalsemia, ototoksisitas, alergi sulfonamide, hipomagnesemia, alkalosis
hipokloremik, hipovolemia.
b. Asam Etakrinat (Ethacrynate)
Indikasi : per oral untuk edema, IV untuk edema paru.
Efek tak diinginkan : Paling ototoksik, lebih banyak gangguan saluran cerna, kecil kemungkinan
menyebabkan alkalosis. Lain-lain seperti Furosemid.
c. Butmetanid (Bumex)
Indikasi : per oral untuk edema, IV untuk edema paru
Efek tak diinginkan : serupa dengan furosemid. Ototoksisitas belum pernah dilaporkan. Dosis
besar dapat menyebabkan mialgia berat.
3. Obat Diuretik Hemat Kalium
a. Amilorid (midamor)
Mekanisme Kerja : secara langsung meningkatkan ekskresi Na+ menurunkan sekresi K+ dalam
tubulus kontortus distal.
Indikasi : Digunakan bersama diuretik lain karena efek hemat K+ mengurangi efek hipokalemik.
Dapat mengoreksi alkalosis metabolik.
Efek tak diinginkan : Hiperkalemia, kekurangan natrium atau air. Pasien dengan diabetes militus
dapat mengalami intoleransi glukosa.
b. Spironolakton (aldactone)
Mekanisme Kerja : antagonis aldosteron (aldosteron menyebabkan retensi Na+). Juga memiliki
jerja serupa dengan amilorid.
Indikasi : digunakan dengan tiazid untuk edema (pada gagal jantung kongestif), sirosis, dan
sindrom nefrotik. Juga untuk mengobati atau mendiagnosis hiperaldo-steronisme.
Efek tak diinginkan : seperti amilorid. Juga menyebabkan ketidakseimbangan endokrin (jerawat,
kulit berminyak, hirsutisme, ginekomastia).
c. Triamterin (Dyrenium)
Mekanisme Kerja : secara langsung menghambat reabsorpsi Na+ serta sekresi K+ dan H+ dalam
tubulus koligentes.
Indikasi : tidak digunakan untuk hiperaldosteronisme. Lain-lain seperti Spironolakton.
Efek tak diinginkan : dapat menyebabkan urin menjadi biru dan menurunkan aliran darah ginjal.
Lain-lain seperti amilorid.
4. Obat Diuretik Osmotik
a. Manitol (mis. Resectisol)
Mekanisme kerja : secara osmotic menghambat reabsorpsi natrium dan air. Awalnya menaikkan
volume plasma dan tekanan darah.
Indikasi : gagal ginjal akut, glaucoma, sudut tertutup akut, edema otak, untuk menghilangkan
kelebihan dosis beberapa obat.
Efek tak diinginkan : sakit kepala, mual, muntah, menggigil, pusing, polidipsia, letargi,
kebingungan, dan nyeri dada.
5. Obat Anti adregernik sentral
a. Klonidin (catapres)
Mekanisme kerja : bekerja di otak sebagai agonis adrenergic α2 yang menyebabkan penurunan
aktifitas system saraf simpatis (penurunan frekuensi jantung, curah jantung dan tekanan darah).
Mekanisme pastinya belum diketahui.
Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang
Efek tak diinginkan : ruam, mengantuk, mulut kering, konstipasi, sakit kepala, gangguan
ejakulasi. Hipertensi balik bila dihentikan mendadak. Untuk membatasi toksisitas, mulai dengan
dosis rendah dan tingkatkan perlahan.
b. Metildopa (aldomet)
Mekanisme kerja : seperti klonidin juga disintesis menjadi metilnorepinefrin yang bekerja
sebagai “neurotransmitter palsu” simpatomimetik lemah yang menurunkan aliran keluar simpatis
dari SSP.
Indikasi : seperti klonidin. Untuk mengobati hipertensi pada wanita hamil.
Efek tak diinginkan : mulut kering, sedasi, hipotensi ortostatik ringan. Beberapa pasien
mengalami impotensi, gangguan psikis, mimpi buruk, gerakan involunter, atau hepatotoksisitas.
c. Guanabenz (Wytensin)
Mekanisme kerja : seperti klonidin. Juga mengosongkan simpanan norepinefrin pada terminal
saraf adrenergik perifer.
Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
Efek tak diinginkan : mulut kering, sedasi. Hipertensi balik lebih jarang.
5. Obat Antiadrenergik Perifer
a. Reserpin (mis. Serpasil)
Mekanisme kerja : sebagian mengosongkan simpanan katekolamin pada system saraf perifer dan
mungkin pada SSP. Menurunkan resistensi perifel total, frekuensi jantung, dan curah jantung.
Indikasi : jarang digunakan untuk hipertensi ringan sampai sedang. Tidak dianjurkan pada
kelainan psikiatri.
Efek tak diinginkan : “dominan parasimpatik” (brakikardi, diare, bronkokonstriksi, peningkatan
sekresi), penurunan kontraktilitas dan curah jantung, hipotensi postural (mengosongkan
norepinefrin sehingga menghambat vasokonstriksi), ulkus peptikum, sedasi, dan depresi bunuh
diri, gangguan ejakulasi, ginekomastia. Risiko hipertensi balik rendah karena durasi kerja lama.
b. Guanetidin (mis. Esimel)
Mekanisme kerja : ditempatkan ke dalam ujung saraf adrenergic. Awalnya melepaskan norepinefrin
(meningkatkan tekanan darah dan frekuensi jantung). Lalu mengosongkan norepinefrin dari terminal
dan mengganggu pelepasannya. Kemudian tidak terjadi refleks takikardi karena kosongnya
norepinefrin.
Indikasi : hipertensi berat jika obat lain gagal. Jarang digunakan.
Efek tak diinginkan : peningkatan awal frekuensi jantung dan tekanan darah (disebabkan pelepasan
norepinefrin). Hipotensi ortostatik dan saat istirahat. Brakikardi, menurunnya curah jantung, dispnea
pada pasien PPOM, kongesti hidung berat.
c. Guanedrel (hylorel)
Mekanisme kerja : seperti guanetidin, tapi bekerja lebih cepat, melepaskan norepinefrin pada
awalnya (peningkatan sementara tekanan darah), dan mempunyai aktivitas sedikit.
Indikasi : hipertensi ringan sampai sedang.
Efek tak diinginkan ; seperti guanetidin tapi kurang berat.
d. Pargilin (Eutonyl)
Mekanisme kerja : menghambat monoamine oksidase dalam saraf adrenergik. Menghambat
pelepasan norepinefrin.
Indikasi : karena efek berbahaya, obat ini merupakan obat antihipertensi pilihan terakhir.
Efek tak diinginkan : efek yang mengancam jiwa (stroke, krisis hipertensi, infark miokardial,
aritmia) dapat terjadi bila diminum bersama makanan (produk fermentasi, keju) dan obat-obat (pil
diet, obat-obat flu) yang mengandung simpatomimetik.
6. Obat Antagonis Adrenergik α
a. Prazosin (minipress)
Mekanisme kerja : antagonis adrenergik alfa-1 perifer. Mendilatasi arteri maupun vena.
Indikasi : hipertensi dan hipertensi dengan gagal jantung kongestif.
Efek tak diinginkan : hipotensi postural, kekurangan natrium, edema, mulut kering, kongesti,
sakit kepala, disfungsi seksual dan letargi.
b. Terazosin (hytrin)
c. Doxazosin (cardura)
d. Labetalol (mis. Trandate)
Mekanisme kerja : memblok α1, ß1, dan ß2. mencapai tekanan darah yang lebih rendah (α1)
tanpa refleks takikardi (blockade ß1).
Indikasi : hipertensi
Efek tak diinginkan : lebih jauh menekan gagal jantung, kelelahan, impotensi, diare, mati rasa,
hipotensi, ortostatik.
7. Obat Antagonis adrenergik ß
a. Atenolol (tenormin)
Mekanisme kerja : terutama memblok reseptor adrenergik ß1. Menurunkan frekuensi jantung
dan curah jantung dan penurunan pelepasan rennin. Efek bronkokonstriksi kurang dibandng zat-
zat yang berikatan dengan reseptor ß2.
Indikasi : terapi awal yang baik untuk hipertensi ringan sampai sedang.
Efek tak diinginkan : lebih jauh menekan gagal jantung, depresi dan sedasi SSP.
b. Betaksolol (kerlone)
c.Karteolol (Cartrol)
d.Penbutolol (Levatol)
e.Metaprolol (Lopressor)
f. Asebutolol (sectral)
Mekanisme kerja : mempunyai beberapa aktivitas simpatomimetik juga aktivitas pemblokan ß1
g. Esmolol (Brevibloc)
Mekanisme kerja :serupa dengan atenolol (tidak ada aktivitas simpatomimetik)
Indikasi : Kardiosupresi pada infark miokard akut dan angina tak stabil.
h. Propanolol (mis. Inderal)
Mekanisme kerja : memblok reseptor adrenergik ß1 dan ß2. Menurunkan frekuensi jantung dan
curah jantung dan penurunan pelepasan rennin. Bronkokonstriksi melalui antagonisme reseptor
ß2.
Efek tak diinginkan : hipertensi sementara akibat antagonisme reseptor ß2 (yang mendilatasi
arteri besar) dan respons refleks terhadap penurunan curah jantung, bronkospasme, lain-lain
seperti atenolol.
i. Nadolol (Corgard)
j. Timolol (Blokadren)
k. Pindolol (Visken)
Mekanisme kerja : Mempunyai beberapa aktivitas simpatomimetik instrinsik juga aktivitas
pemblokan ß1 dan ß2.
Efek tak diinginkan : aktivitas simpatomimetik intrinsik menurunkan kemungkinan hipertensi
balik (dengan mendilatasi arteri besar melalui ß2) atau bronkopasme.
8. Obat Penghambat ACE
a. Kaptopril (Capoten)
Mekanisme kerja : menghambat ACE pada paru-paru, yang mengurangi sintesis vasokonstriktor,
angiotensin II. Menekan aldosteron, mengakibatkan natriuesis. Dapat merangsang produksi
vasodilator (bradikinin, prostaglandin).
Indikasi : hipertensi, terutama berguna untuk hipertensi dengan rennin tinggi. Obat yang disukai
untuk pasien hipertensi dengan nefropatidiabetik karena kadar glukosa tidak dipengaruhi.
Efek tak diinginkan : semua penghambat ACE : dosis pertama hipotensi, pusing, proteinuria,
ruam, takikardi, sakit kepala. Kaptopril jarang menyebabkan agrunolositosis atau neutropenia.
b. Lisinopril (mis. Prinivil)
c. Ramipril (altase)
d. Benazepril (Lotensin)
e. Fosinopril
f. Enalapril (Vasotec)
Mekanisme kerja : dikonversi menjadi asam enaloprilat yang bekerja seperti kaptopril.
Indikasi : hipertensi ringan sampai berat dan hipertensi renovaskular, gagal jantung (dengan
diuretik dan digitalis).
9. Obat Vasodilator langsung
a. Hidralazin (apresoline)
Mekanisme kerja : secara langsung merelaksasi arteriol (tidak vena) lepas dari interaksi
simpatik. Menyebabkan penurunan tekanan darah yang menyebabkan refleks takikardi dan
peningkatan curah jantung. Secara langsung meningkatkan aliran darah ginjal.
Indikasi : hipertensi sedang. Dapat digunakan pada wanita hamil yang hipertensi.
Efek tak diinginkan : refleks takikardi, palpitasi, retensi cairan. Sindrom seperti lupus
eritomatosis sistemik.
b. Minoksidil (Loniten)
Indikasi : hipertensi yang belum terkontrol oleh obat-obat lain. Obat topical untuk kebotakan pola
laki-laki.
Efek tak diinginkan : seperti hidralazin. Juga lesi otot jantung, kerusakan paru, hirsutisme.
c. Pinosidil (Pindac)
Efek tak diinginkan : Efek samping lebih sedikit dibanding minoksidil. Dapat menyebabkan
pusing, sakit kepala, atau edema.
d. Diazoksid (Hyperstat)
Mekanisme kerja : menurunkan resistensi vascular perifer, mungkin dengan mengantagonis
kalsium. Juga meningkatkan kadar glukosa serum dengan menekan pelepasan insulin dan
meningkatkan pelepasan glukosa hati.
Indikasi : kontrol jangka pendek hipertensi berat di rumah sakit. Hipoglikemia akibat
hiperinsulinisme yang refrakter terhadap bentuk pengobatan lain.
Efek tak diinginkan : retensi air dan natrium dan efek kardiovaskular yang disebabkannya.
Hiperglikemia, gangguan saluran cerna, hirsurisme, efek samping skstrapiramidal.
e. Niroprusid (Nipride)
Mekanisme kerja :dikonversi menjadi nitrik oksida, yang menginduksi Cgmp. Cgmp
merangsang kaskade fosforilasi/defosforilasi. Akhirnya melakukan defosforilasi myosin, yang
menyebabkan relaksasi otot polos.
Indikasi : infuse intravena kontinu digunakan pada krisis hipertensi.
Efek tak diinginkan : hipotensi berat, toksisitas sianida, hepatotoksisitas
5.OBAT ULKUS PEPTIKUM
Ulkus Peptikum adalah luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisan lambung atau usus dua belas jari (duodenum) telah termakan oleh asam lambung dan getah pencernaan. Ulkus yang dangkal disebut erosi.
Pepsin adalah suatu enzim yang bekerja sama dengan asam klorida (HCl) yang dihasilkan oleh lapisan lambung untuk mencerna makanan, terutama protein. Ulkus peptikum terjadi pada lapisan saluran pencernaan yang telah terpapar oleh asam dan enzim-enzim pencernaan, terutama pada lambung dan usus dua belas jari. Nama dari ulkus menunjukkan lokasi anatomis atau lingkungan dimana ulkus terbentuk.
Ulkus duodenalis, merupakan jenis ulkus peptikum yang paling banyak ditemukan, terjadi pada duodenum (usus dua belas jari), yaitu beberapa sentimeter pertama dari usus halus, tepat dibawah lambung.
Ulkus gastrikum lebih jarang ditemukan, biasanya terjadi di sepanjang lengkung atas lambung. Jika sebagian dari lambung telah diangkat, bisa terjadi ulkus marginalis, pada daerah dimana lambung yang tersisa telah disambungkan ke usus.
PENYEBABUlkus terjadi jika mekanisme pertahanan yang melindungi duodenum atau lambung dari asam lambung menurun, misalnya jika terjadi perubahan dalam jumlah lendir yang dihasilkan.
Penyebab dari menurunnya mekanisme pertahanan ini tidak diketahui.
Hampir setiap orang menghasilkan asam lambung, tetapi hanya 1 diantara 10 yang membentuk ulkus. Setiap orang menghasilkan asam lambung dalam jumlah yang berlainan dan pola pembentukan asam ini cenderung menetap sepanjang hidup seseorang.
GEJALACiri khas dari ulkus adalah cenderung sembuh dan kambuh kembali. Gejalanya bervariasi tergantung dari lokasinya dan usia penderita. Anak-anak dan usia lanjut bisa tidak memiliki gejala yang umum atau bisa tidak memiliki gejala sama sekali. Ulkus ditemukan hanya setelah terjadinya komplikasi.
Hanya separuh dari penderita yang memiliki gejala khas dari ulkus duodenalis, yaitu nyeri lambung, perih, panas, sakit, rasa perut kosong dan lapar. Nyeri cenderung dirasakan pada saat perut kkosong. Keluhan biasanya tidak timbul pada saat bangun tidur pagi, tetapi baru dirasakan beberapa saat kemudian. Nyeri dirasakan terus menerus, sifatnya ringan atau agak berat dan terlokalisir di tempat tertentu, yaitu hampir selalu dirasakan tepat dibawah tulang dada. Minum susu, makan atau minum antasid bisa mengurangi nyeri, tetapi nyeri biasanya akan kembali dirasakan dalam 2-3 jam kemudian. Penderita sering terbangun pada jam 1-2 pagi karena nyeri. Nyeri sering muncul satu kali atau lebih dalam satu hari, selama satu sampai beberapa minggu dan kemudian bisa menghilang tanpa pengobatan. Tetapi nyeri biasanya akan kambuh kembali, dalam 2 tahun pertama dan kadang setelah beberapa tahun. Penderita biasanya memiliki pola tertentu dan mereka mengetahui kapan kekambuhan akan terjadi (biasanya selama mengalami stres).
Gejala ulkus gastrikum seringkali tidak memiliki pola yang sama dengan ulkus duodenalis. Makan bisa menyebabkan timbulnya nyeri, bukan mengurangi nyeri. Ulkus gastrikum cenderung menyebabkan pembengkakan jaringan yang menuju ke usus halus, sehingga bisa menghalangi lewatnya makanan yang berasal dari lambung. Hal ini bisa menyebabkan perut kembung, mual atau muntah setelah makan.
Penderita esofagitis atau ulkus esofagealis, biasanya merasakan nyeri pada saat menelan atau pada saat berbaring. Gejala yang lebih berat akan timbul jika terjadi komplikasi dari ulkus peptikum (misalnya
perdarahan).
Obat – obatanya sebagai berikut :
1. ANTASID.
Antasid mengurangi gejala, mempercepat penyembuhan dan mengurangi jumlah angka kekambuhan dari ulkus. Sebagian besar antasid bisa diperoleh tanpa resep dokter.
Kemampuan antasid dalam menetralisir asam lambung bervariasi berdasarkan jumlah antasid yang diminum, penderita dan waktu yang berlainan pada penderita yang sama.
Pemilihan antasid biasanya berdasarkan kepada rasa, efek terhadap saluran pencernaan, harga dan efektivitasnya. Tablet mungkin lebih disukai, tetapi tidak seefektif obat sirup.
A. Antasid yang dapat diserap.
Obat ini dengan segera akan menetralkan seluruh asam lambung. Yang paling kuat adalah natrium bikarbonat dan kalsium karbonat, yang efeknya dirasakan segera setelah obat diminum. Obat ini diserap oleh aliran darah, sehingga pemakaian terus menerus bisa menyebabkan perubahan dalam keseimbangan asam-basa darah dan menyebabkan terjadinya alkalosis (sindroma alkali-susu). Karena itu obat ini biasanya tidak digunakan dalam jumlah besar selama lebih dari beberapa hari.
B. Antasid yang tidak dapat diserap.
Obat ini lebih disukai karena efek sampingnya lebih sedikit, tidak menyebabkan alkalosis. Obat ini berikatan dengan asam lambung membentuk bahan yang bertahan di dalam lambung, mengurangi aktivitas cairan-cairan pencernaan dan mengurangi gejala ulkus tanpa menyebabkan alkalosis. Tetapi antasid ini mempengaruhi penyerapan obat lainnya (misalnya tetracycllin, digoxin dan zat besi) ke dalam darah.
C. Alumunium Hdroksida.
Merupakan antasid yang relatif aman dan banyak digunakan. Tetapi alumunium dapat berikatan dengan fosfat di dalam saluran pencernaan, sehingga mengurangi kadar fosfat darah dan mengakibatkan hilangnya nafsu makan dan lemas. Resiko timbulnya efek samping ini lebih besar pada penderita yang juga alkoholik dan penderita penyakit ginjal (termasuk yang menjalani hemodialisa). Obat ini juga bisa menyebabkan sembelit.
D. Magnesium Hidroksida.
Merupakan antasid yang lebih efektif daripada alumunium hidroksida. Dosis 4 kali 1-2 sendok makan/hari biasanya tidak akan mempengaruhi kebiasaan buang air besar; tetapi bila lebih dari 4 kali bisa menyebabkan diare.
Sejumla kecil magnesium diserap ke dalam darah, sehingga obat ini harus diberikan dalam dosis kecil kepada penderita yang mengalami kerusakan ginjal. Banyak antasid yang mengandung magnesium dan alumunium hidroksida
2. ZAT PENGHAMBAT SEKRESI ASAM
A. ANTAGONIS RESEPTOR H2 ( H2 BLOCKER).
Obat Ini Menempati Reseptor Histamin H2 Secara Selektif Di Permukaan Sel-Sel Parietal Sehingga Sekresi Hcl Dikurangi.
Obatnya :
Simetidin
Penggunaan: Ulkus peptic ,tapi lebih efektif untuk tukak usus, reflux oesophagitis, gastritis.
Dosis untuk gastritis : 1x 800 mg sesudah makan malam. Ulcus peptic : 2x 400 mg dc dan an, Bila dipakai lama dan dosis tinggi menimbulkan impotensi.
Ranitidinlebih kuat dari simetidin. Efek sampingnya juga lebih ringan.
Famotidinmirip ranitidin ,digunakan untuk esophagitis dan ulkus peptic.
Roxatidinuntuk esophagitis dan ulkus peptic.
B. PENGHAMBAT POMPA PROTON (PPP).
Obat ini mengurangi sekresi asam dengan jalan menghambat pertukaran ion yang dikatalis oleh h+,k+-atpase ( hidrogen- kalium atp-ase) , yang diperlukan dalam pembentukan hcl pada sel parietal. Obat gol ini lebih kuat kerjanya dari h2 blocker dan lebih panjang kerjanya.
Obatnya:
Omeprazol digunakan untuk gastritis, ulkus peptic dan syndroma zollinger-
ellison ( tumor di pankreas yang membentuk gastrin yang menstimulasi
produksi asam).
Lansoprazol digunakan untuk esophagitis dan ulkus peptic .
Pantoprazol
Rabeprazol
Esomeprazol
C. ANTICHOLINERGIK
OBAT INI MENGHAMBAT KERJA ASETILKOLIN YANG MERANGSANG SEKRESI
PEPSINOGEN OLEH SEL- SEL UTAMA DAN HCl OLEH SEL PARIETAL.
Obatnya :
Pirenzepin Obat ini melindungi mukosa lambung dari hcl, obat rematik asetosal dan
kortikosteroid.
Fentonium.
D. ANALOG PROSTAGLANDIN E1
Prostaglandin e1 diihasilkan oleh mukosa lambung yang dapat merangsang
sekresi mukus lambung dan menghambat langsung sel parietal.
Obatnya : misoprostol.
3. ZAT- ZAT PELINDUNG ULKUS (MUCOSA PROTECTUS).
Melindungi ulkus dengan lapisan pelindung terhadap serangan asam- pepsin .
Obatnya :
Sukralfat
Al-hidroksida
Bismut subsitrat/subnitrat
4. ANTIBIOTIKA
Untuk membasmi Helicobakter pilory.
Amoksisilin
Tetrasiklin
Klaritromisin
5. OBAT PENGUAT MOTILITAS
OBATNYA:
Metoklopramida ( antiemetika)
Memperkuat motilitas dan pengosongan lambung dan reflux dari empedu dan enzim
di duodenum ke lambung dapat dicegah
Cisaprida menstimulasi motilitas lambung dan usus.digunakan untuj reflux
oesophagitis ,tapi sejak thn 2000 ditarik dari peredaran karena efek sampingnya
pada gangguan irama jantung.
6. OBAT PENENANG
Stress,kegelisahan,kecemasa
Menyebabkan penyakit tukaklambung semakin parah. Mengatasinya dengan obat
penenang.
Obatnya :
Meprobamat
Oksazepa
7. OBAT PEMBANTU YANG LAIN
Asam alginat membentuk larutan sangat kental bentuk gel sebagai lapisan
tebal pada permukaan lambung.
Dimetikon menurunkan tegangan permukaan sehingga dapat menguraikan
gelembung gas di lambung, juga untuk kembung ( flatulensi).
Succus liquiritae memperbaiki fungsi pelindung mukosa lambung
6. OBAT ASMAAsma adalah kedaan saluran nafas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas
terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan dan penyempitan yang bersifat sementara. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon terhadap rangsangan seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga. Asma biasanya disebabkan oleh faktor ketururan. Namun tidak sedikit juga para penderitanya berasal dari keluarga yang tidak ada riwayat asma.
Asma dapat menimbulkan gejala antara lain : Batuk. Batuk dari asma seringkali memburuk pada malam hari atau pagi hari,
sehingga sulit untuk tidur. Kadang-kadang batuk adalah gejala satu-satunya. Kadang-kadang batuk membawa lendir atau dahak.
Mengi. Desah adalah suara siulan melengking atau ketika Anda bernapas.
Dada sesak. Hal ini dapat merasa seperti ada sesuatu yang meremas atau duduk di dada Anda.
Sesak napas. Beberapa orang mengatakan mereka tidak bisa menangkap nafas mereka, atau mereka merasa sesak napas, atau kehabisan napas. Anda mungkin merasa seperti tidak bisa mendapatkan cukup udara keluar dari paru-paru.
Tanda-tanda dan gejala
Asma ditandai dengan adanya episode berulang dari mengi, sesak napas, dada terasa berat, dan batuk. Dahak bisa saja terbentuk di paru-paru karena batuk tetapi sulit untuk dikeluarkan. Selama masa penyembuhan setelah serangan mungkin terbentuk apa yang disebut mirip nanah yang disebabkan oleh tingginya kandungan sel darah putih yang disebut eosinofil. Gejala biasanya memburuk pada waktu malam atau pagi hari atau sebagai respons terhadap kegiatan olah raga atau udara dingin. Pada sejumlah penderita asma ada yang jarang menunjukkan gejala, sebagai respons terhadap pemicu, sedangkan sejumlah penderita asma yang lain mungkin menunjukkan gejala yang nyata dan persisten.
Penyebab
Asma disebabkan oleh interaksi lingkungan dan genetika yang merupakan kombinasi yang rumit dan belum sepenuhnya dimengerti. Semua faktor ini memengaruhi baik tingkat keparahan dan juga respons terhadap terapi. Adanya peningkatan laju penderita asma belakangan ini disebabkan oleh perubahan faktor epigenetik (terwariskan selain adanya hubungan dengan urutan DNA) dan lingkungan hidup yang berubah.
Lingkungan
Berbagai faktor lingkungan yang dihubungkan dengan timbulnya asma dan eksaserbasi asma yaitu: alergen, polusi udara, dan senyawa kimiawi lingkungan lainnya. Merokok selama masa kehamilan dan setelah melahirkan dihubungkan dengan risiko yang lebih besar untuk gejala mirip asma. kualitas udara buruk, dari polusi kendaraan atau kadar ozon yang tinggi, selalu dihubungkan dengan timbulnya asma dan peningkatan keparahannnya. Pajanan terhadap uap senyawa organik dalam ruangan dapat memicu asma; pajanan formaldehida, misalnya, menunjukkan hubungan yang positif. Selain itu, ftalat pada PVC juga dihubungkan dengan asma pada anak-anak dan dewasa sebagai sumber pajanan terhadap konsentrasi endotoksin tinggi.
Asma dihubungkan dengan pajanan terhadap alergen dalam ruangan. Alergen dalam ruangan yang umum diantaranya adalah: tungau debu, kecoa, ketombe hewan, dan jamur. Berbagai upaya untuk mengurangi tungau debu ternyata tidak efektif. Infeksi virus tertentu pada saluran nafas dapat meningkatkan risiko timbulnya asma apabila terjadi saat masih anak-anak seperti misalnya: respiratory syncytial virus dan rinovirus. Akan tetapi beberapa jenis infeksi lain dapat menurunkan risiko.
Hipotesis kebersihan
Hipotesis kebersihan adalah suatu teori yang mencoba untuk menjelaskan kenaikan laju penderita asma di seluruh dunia sebagai hasil langsung dan tidak terduga dari berkurangnya pajanan terhadap bakteri dan virus non-infeksi selama masa kanak-kanak. Hal ini telah diungkapkan bahwa berkurangnya pajanan terhadap bakteri dan virus, sebagian, disebabkan oleh meningkatnya tingkat kebersihan dan jumlah keluarga pada masyarakat modern. Bukti yang mendukung hipotesis kebersihan ini diantaranya adalah rendahnya penderita asma di tanah pertanian dan rumah tangga yang memiliki hewan peliharaan.
Penggunaan antibiotik pada usia dini juga dihubungkan dengan timbulnya asma. Juga, proses melahirkan melalui bedah sesar juga diasosiasikan dengan meningkatnya risiko asma (diperkirakan antara 20–80%)—peningkatan risiko ini dihubungkan dengan berkurangnya koloni bakteri sehat yang seharusnya didapatkan bayi yang lahir melalui saluran kelahiran. Dapat dilihat adanya keterkaitan antara asma dan tingkat kemakmuran.
Genetika
CD14-interaksi endotoksin berdasarkan pada CD14 SNP C-159T[49]
Tingkat endotoksin Genotip CC Genotip TT
Pajanan tinggi Risiko rendah Risiko tinggi
Pajanan rendah Risiko tinggi Risiko rendah
Sejarah keluarga merupakan faktor risiko asma yang melibatkan berbagai gen. Bila salah satu dari kembar identik mengidap asma, probabilitas dari pasangan kembarnya menderita penyakit ini sekitar 25%. Pada akhir tahun 2005, 25 gen telah diasosiasikan dengan asma pada enam atau lebih populasi terpisah diantaranya:GSTM1, IL10,CTLA-4, SPINK5,LTC4S, IL4R and ADAM33. Kebanyakan dari gen ini berhubungan dengan sistem imun atau modulasi proses peradangan. Walaupun sudah sering dilakukan penelitian yang mendukung daftar gen ini, hasil yang diperoleh belum konsisten dengan semua populasi yang diuji. Pada tahun 2006 terdapat lebih dari 100 gen yang dihubungkan dengan asma hanya pada satu penelitian asosiasi genetika saja; masih banyak yang ditemukan pada penelitian lain .
Sejumlah varian genetika hanya akan menyebabkan asma bila berkombinasi dengan pajanan lingkungan tertentu. sebagai contoh adalah polimorfisme nukleotida tunggal spesifik dalam wilayah CD14 dan pajanan terhadap endotoksin (suatu produk bakteri). Pajanan endotoksin dapat berasal dari berbagai sumber lingkungan termasuk di dalamnya asap tembakau, anjing dan tanah pertanian. Risiko terhadap asma, selanjutnya, ditentukan baik berdasarkan genetika orang tersebut dan juga tingkat pajanan endotoksin.
Jenis – Jenis Asma
Golongan Xantin Golongan Adregenik Selektif Beta -2
Golongan Kortikosteroid
Golongan Simpatomimetik
Obat – Obat Asma
Aminophilline
Dexamethasone
Efedrin Hcz
Salbutamol
Theophilline
Terbutaline
Obat-obatanya sebagai berikut :
1. GOLONGAN XANTINA. AminophyllineNama Obat : AminophyllineMekanisme Kerja : Aminophyline bekerja sebagai antispasmodic, bronchodilator. Aminophyline di dalam lambung akan terhidrolisa menjadi teofilin, efek bronchodilator diperlihatkan dengan merelisasi otot bronchialDosis :Dewasa 100 – 200 mg, sehari 3 kaliAnak-anak12-16 tahun 18 mg/kg berat badan perhari, dalam dosis bagi, sehari tidak melebihi 400 mg atau menurut petunjuk dokter Dosis Lazim untuk anak dan Bayi :Dosis LazimSekali Sehari5 mg/kg -
Dosis Lazim dan dosis Maksimum untuk dewasa :Dosis Lazim Dosis MaksimumSekali Sehari Sekali Sehari100 mg – 200 mg 300 mg – 600 mg 500 mg 1,5 g Efek samping : Iritasi saluran gastrointestinal, sakit kepala, mual, muntah dan gugup Insomnia, palpitasi, tachycardia, aritmia verticuler tachypnea
B. TheophyllinNama Obat : TheophyllineMekanisme Kerja : Theophylline merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek anatara lain merangsang susunan syaraf pusat dan melemaskan otot polos, terutama bronkusDosis :Dewasa 3 kali sehari 1 kapsul/15 mlAnak-anak 3 kali sehari 7,5 mlDosis Lazim Untuk Anak dan Bayi :Dosis LazimSekali Sehari5 mg/kg -
Dosis Lazim dan Dosis Maksimum untuk Dewasa :Dosis Lazim Dosis MaksimumSekali Sehari Sekali Sehari200 mg 500 mg 500 mg 1 g
Efek Samping : Susunan syaraf pusat, seperti : sakit kepala, insomnia Kardiovaskuler, seperti : palpitasi, takikardi, aritmia ventrikulerPernafasan, seperti : tachypnea Rash, hiperglikimeGastrointestinal, seperti : mual, muntah, diare
C. Efedrin HclNama Obat : Efedrin HclMekanisme Kerja : Efedrin Hcl bekerja mempengaruhi system syaraf adregenik secara langsung maupun tidak langsung Dosis : Dewasa 3-4 kali sehari 1 tabletAnak-anak 2 kali sehari ½-1 tablet
Dosis Lazim Dan Maksimum untuk Dewasa :Nama Obat Dosis Lazim Dosis MaksimumEfedrin Hcl Sekali Sehari Sekali Sehari 10 mg – 30 mg10 mg 30 mg – 100 mg20 mg 50 mg40 mg 150 mg120 mg
2. ADREGENIK SELEKTIF BETA - 2A. SalbutamolNama Obat : SalbutamolMekanisme kerja :. Salbutamol merupakan suatu senyawa yang selektif merangsang reseptor β2 adregenik terutama pada otot bronkus. Golongan β2 agonis merangsang produksi AMP siklik dengan cara mengaktifkan kerja enzim adenil siklase. Efek utama setelah pemberian per oral adalah efek bronku-dilatasi yang disebabkan terjadinya relaksasi otot bronkus. Dibandingkan dengan isoprenalin, salbutamol bekerja lebih lama dan lebih aman Karena efek stimulasi pada jantung lebih kecil, maka bias digunakan pada pengobatan kejang bronkus pada pasien dengan penyakit jantung dan tekanan darah tinggi. Dosis : Tablet :Dewasa Anak – Anak>12 tahun :2-4 mg, 3–4 kali sehariDosis dapat dinaikkan secara berangsur-angsur. 2–6 tahun :1–2 mg, 3–4 kali sehari6-12 tahun :2 mg, 3-4 kali sehari Sirup :Dewasa Anak – Anak>12 tahun :1-2 sendok (5-10 ml), 3-4 kali sehari 2-6 tahun:
1/2 -1 sendok (0,25-5 ml ), 3-4 kali sehari6-12 tahun :1 sendok (5ml), 3-4 kali sehari
Efek Samping : Pada dosis yang dianjurkan tidak di temukan adanya efek samping yang serius pada pemakaian dosis besar dapat menyebabkan tremor halus pada otot skelet, palpitasi, kejang otot, takikardia, ketegangan dan sakit kepala. Efek ini terjadi pada semua perangsang adreno reseptor beta. Vasodilatasi perifer, gugup, hiperaktif, epitaxis (mimisan), cepat marah, susah tidur
3. KORTIKOSTEROID A. Deksamethasone Deksamethasone adalah glukokortikoid sintetik dengan aktivitas imonusupresan dan anti-inflamasiNama Obat : DeksamethasoneMekanisme Kerja : Sebagai imunosupresan deksametason bekerja dengan menurunkan respon imun tubuh terhadap stimulasi rangsang. Aktivitas anti-inflamasi deksamethasone dengan jalan menekan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi dan menghambat akumulasi sel yang mengalami inflamsi, termasuk makrofag, dan leukosit pada tempat innflamsiDosis :Dewasa Dosis awal bervariasi : 0,75 – 9 mg sehari tergantung pada berat ringanya penyakit.Pada penyakit ringan : dosis dibawah 0,75 mg sehariPada penyakit berat : dosis diatas 9mg sehariAnak-anak < 1 tahun : 0,1 – 0,25 mg 1j 1-5 tahun : 0,25 – 1 mg sehariCz 6-12 tahun : 0,25 – 2 mg sehariEfek Samping : Efek samping terapi jangka pendek tidak ada. Penggunaan deksamethasone jangka panjang dapat mengakibatkan kelemahan otot, mudah terkena infeksi, gangguan keseimbangan cairan tubuh dan elektrolit, kelainan mata, gangguan system endokrin, gangguan salyran pencernaan, sakit kepala atau atropi kulit
4. SIMPATOMIMETIKA. Terbutalin Nama Obat : TerbutalinMekanisme Kerja : SimpatomimetikDosis :Dewasa Anak – AnakDewasa dan anak >15 tahun :1-2 tablet, 2-3 kali sehari Anak 7-15 tahun :1 tablet, 2 kali sehari
Efek Samping : berupa gelisah, sakit kepala, ngantuk, tremor, palpitasi, berkeringat serta mual dan muntah dapat pula timbul takikardia dan kejang otot