nilai-nilai spiritual dalam novel syahadat cinta...
TRANSCRIPT
NILAI-NILAI SPIRITUAL DALAM NOVEL SYAHADAT
CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)
OLEH
DITA INDI NUR OTAPIYANI
NIM: 111-12-222
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2016
iii
iv
v
vi
MOTTO
هل جزاء اإلحسان إال اإلحسان
Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula (QS.Ar-Rahman: 60)
جذ " " جذ ي
Barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dialah yang berhasil
(Umar bin Abd Aziz)
Segera laksanakan rencana keberhasilanmu di hari ini, jangan tunda lagi, jangan
buang waktu, karena waktu tidak bisa menunggu
(Kata-kata mutiara)
vii
PERSEMBAHAN
Dengan segala kerendahan hati, skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Orang tuaku tercinta bapak Ngateno dan ibu Sri Anjayani, yang senantiasa
mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materiil dan do‟a yang
tak pernah putus untuk putra-putrinya.
2. Adik-adikku tercinta Naendy Anang Setiawan dan Al-Syafa Hilmi Ramadhan,
yang selalu mendukungdanmemberikan semangat.
3. Bapak Imam Mas Arum yang telah sabar membimbing dan mendo‟akan
dalam penyusunan skripsi ini.
4. Teman-temanku angkatan 2012 yang sama-sama berjuang dan belajar di IAIN
Salatiga.
5. Teman-teman KOPMA FATAWA yang senantiasa memberi dukungan dan
mendo‟akan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Sahabat-sahabatku Rahmat Dewi Hartanti, Dody Ariyadi, Fitri Windaryanti,
Rodliyana Ulfa, dan Laily Agustini yang senantiasa memberikan dukungan,
semangat, dan do‟a dalam penyusunan skripsi ini.
7. Semua pihak yang selalu memberi semangat kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
viii
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan rahmat, taufik dan hidayah-
Nya hingga penulis dapat menyelesikan skripsi ini yang berjudul “Nilai Tanggung
Jawab Dalam Film Sang Pemimpi Karya Andrea Hirata”.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Agung
Muhammad SAW yang menjadi suri teladan serta tokoh inspirasi bagi semua umat
khususnya bagi penulis.
Dengan selesainya skripsi ini, merupakan satu bentuk tanggung jawab penulis
sebagai mahasiswa terhadap akademiknya dalam menempuh pendidikan strata 1 dan
tanda bakti kepada keluarga tercinta.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak mungkin selesai tanpa bantuan dan
partisipasi dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan banyak terimakasih
dan penghargaan setinggi-tingginya kepada semua pihak yang dengan ikhlas
membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama kepada :
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
(PAI).
ix
4. Bapak Imam Mas Arum, M.Pd., selaku pembimbing skripsi yang selalu
memberi semangat, bimbingan, arahan dan kesabaran kepada penulis.
5. Ibu Maslikhah, S.Ag., M.Si. selaku pembimbing akademik yang selalu
memberi semangat dan bimbingan kepada penulis.
6. Bapak dan ibu dosen, karyawan/karyawati Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
7. Ayah dan ibu yang selalu memberikan materi, doa, restu dan bimbingan
kepada penulis, sehingga penulis bisa menyelesaikan studi di IAIN Salatiga.
8. Naendy Anang Setiawan dan Al-Syafa Hilmi Ramadhan, adik tersayang yang
selalu memberikan semangat, doa dan bimbingan kepada penulis.
9. Keluarga besar KOPMA FATAWA yang telah memberikan semangat, doa
dan dorongan kepada penulis.
10. Teman-teman seperjuangan yang kita selalu menyemangati satu sama lain.
11. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan satu
persatu.
Tiada kata yang dapat penulis sampaikan kepada mereka semua kecuali
ucapan terimakasih serta iringan doa semoga Allah SWT membalasnya dengan
balasan yang baik. Amin
Penulis menyadari bahwa karya ini jauh dari kesempurnaan. Besar harapan
penulis atas kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
x
penulisan-penulisan selanjutnya. Walaupun demikian semoga skripsi ini bermanfaat
bagi semua pihak. Amin.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Salatiga, 18 April 2016
Penulis,
Dita Indi Nur Otapiyani
111-12-222
xi
ABSTRAK
Indi , Dita Nur Otapiyani. 2016. Nilai-Nilai Spiritual Dalam Novel Syahadat Cinta Karya
Taufiqurrahman al-Azizy. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing:
Imam Mas Arum, M.Pd.
Kata kunci: Spiritual
Seorang sastrawan berperan sebagai pendidik yang menyampaikan ajarannya melalui
komunikasi dalam sebuah teks.Saat ini, cerita-cerita keteladanan tokoh dikemas menjadi
lebih menarik lagi yang menjadi sarana hiburan sekaligus pendidikan. Sebuah karya fiksi
ditulis pengarangnya untuk menerapkan pesan moral dan tingkah laku para tokoh sesuai
dengan pandangan pengarangnya tentang konsep moral. Pesan-pesan yang disampaikan
dalam sebuah karya fiksi diharapkan dapat dihayati dan kemudian dapat diterapkan dalam
kehidupannya, misalnya nilai spiritual. Peneliti tertarik meneliti nilai-nilai spiritual yang
terkandung dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy.
Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti ingin mengetahui lebih dalam tentang:
1) nilai-nilai spiritual, 2) karakteristik tokoh, 3) implementasi dalam kehidupan sehari-hari
dari novel tersebut. Setelah melakukan penelitian secara mendalam diharapkan peneliti dapat
memberikan sumbangan pemikiran tentang nilai-nilai spiritual dalam novel Syahadat Cinta
karya Taufiqurrahman al-Azizy.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu kepustakaan (library research).
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara
mengamati pada sumber-sumber tertentu, mencari, menelaah buku-buku, artikel atau lainnya
yang berkaitan dengan skripsi ini. Pengumpulan data dibagi menjadi dua sumber yaitu data
primer dan sekunder yang digunakan peneliti yaitul kepustakaan (library research).
Sedangkan analisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis isi (content analysis).
Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) Nilai-nilai spiritual yang ada dalam
novel Syahadat Cinta yaitu: kepedulian, tenggang rasa, kesabaran, kejujuran, kerjasama,
integritas, rasa syukur, keadilan, keberanian, amal, rasa percaya, kesederhanaan, kedamaian,
tanggung jawab, kemurnian hati, ketekunan, cinta. 2) Karakteristik tokoh utama dalam novel
Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy tersebut adalah Iqbal, merupakan tokoh
utama yang mmpunyai sifat bertanggung jawab, mempunyai integritas yang kuat, patuh
erhadap orang tua, cinta kepada ibunya, dan peduli terhadap sesama. 3) Implementasi nilai-
nilai spiritual dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy yaitu sebagai
kekuatan untuk mengubah kehidupan seseorang karena manusia membutuhkan kekuatan
spiritual keagamaan agar terbentuk insan kamil atau manusia seutuhnya sesuai dengan
norma-norma agama.
xii
DAFTAR ISI
JUDUL ......................................................................................................... i
LEMBAR BERLOGO.................................................................................. ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ iii
PENGESAHAN KELULUSAN .................................................................. iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN .................................................... v
MOTTO........................................................................................................ vi
PERSEMBAHAN ........................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .................................................................................. viii
ABSTRAK ................................................................................................... xi
DAFTAR ISI ................................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ........................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian ........................................................................ 7
E. Metode Penelitian .......................................................................... 7
F. Penegasan Istilah ............................................................................ 11
G. Sistematika Penulisan ................................................................... 13
xiii
BAB II PEMAPARAN NOVEL
A. Biografi Taufiqurrahman al-Azizy ................................................ 15
B. Karakteristik novel Taufiqurrahman al-Azizy .............................. 16
C. Karya-karya Taufiqurrahman al-Azizy ......................................... 18
D. Novel Syahadat Cinta .................................................................... 19
BAB III HASIL TEMUAN
A. Nilai-Nilai Spiritual ....................................................................... 41
B. Karakteristik Tokoh Utama ........................................................... 70
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pembahasan Nilai-Nilai Spiritual .................................................. 73
B. Implementasi ................................................................................. 128
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................... 131
B. Saran .............................................................................................. 134
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Sampul Novel
2. Ringkasan Novel
3. Daftar SKK
4. Lembar Konsultasi
5. Daftar Riwayat Hidup
xv
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan manusia akan pendidikan merupakan suatu yang sangat
mutlak dalam hidup ini, dan manusia tidak bisa dipisahkan dari kegiatan
pendidikan. John Dewey (dalam Zakiyah Daradjat, 1982:1) menyatakan
bahwa: pendidikan merupakan salah satu kebutuhan hidup manusia guna
membentuk dan mempersiapkan pribadinya agar hidup dengan disiplin
(Yasin, 2008:15).
Pendidikan bukan hanya berpusat pada pendidikan umum saja,
tetapi juga pada pendidikan Islam. Islam sendiri juga sebagai pandangan
hidup bagi manusia, maka tujuan-tujuan pendidikan sesuai dengan Islam.
A.Fatah Yasin (2008:20) mengatakan “pendidikan Islam adalah proses
pengembangan potensi manusia dalam segala aspeknya. Proses
pengembangan potensi manusia tersebut berarti suatu aktivitas atau
kegiatan yang bisa saja sudah didesain, dikonsep, atau dirancang dengan
sengaja sebelumnya, untuk dilaksanakan di suatu tempat (lembaga), atau
berupa kegiatan tanpa dirancang, namun berdampak pada pengembangan
pribadi manusia dalam segala aspeknya sesuai dengan ajaran Islam”.
Begitu pentingnya pendidikan Islam bagi kehidupan manusia,
karena dengan pendidikan Islam dapat membentuk pola pikir dan
kepribadian yang memiliki spriritualitas. Sehingga tidak hanya memiliki
1
2
kecerdasan intelektual saja, tetapi juga memiliki kecerdasan emosional dan
spiritual.
Proses pengembangan potensi dalam pendidikan Islam salah
satunya adalah spiritual. Spirit berasal dari bahasa latin spiritus, yang
berarti napas. Dalam dunia modern kata ini merujuk ke energi hidup dan
ke suatu dalam diri kita yang “bukan fisik”, termasuk emosi dan karakter
ini juga mencakup kualitas-kualitas vital seperti energi, semangat,
keberanian, dan tekad. Kecerdasan spiritual berkembang secara alami dari
kecerdasan personal (pengetahuan, penghayatan, dan pemahaman tentang
diri sendiri), melalui kecerdasan sosial, sampai ke penghayatan dan
pemahaman berbagai bentuk kehidupan lain dan jagat raya sendiri (Buzan,
2003:xix).
Di era kemajuan teknologi seperti sekarang ini pendidikan tidak
hanya bisa didapat di sekolah atau lembaga pendidikan formal saja ,tetapi
pendidikan bisa didapat dari mana saja. Banyak media yang digunakan
dalam proses pendidikan. Salah satunya melalui sebuah karya sastra yang
bermutu dan berkualitas.
Saat ini, cerita-cerita keteladanan tokoh dikemas menjadi lebih
menarik lagi yang menjadi sarana hiburan sekaligus pendidikan. Bukan
hanya di era modern, menurut Redyanto Noor, “dalam masyarakat
(kebudayaan) Jawa dahulu misalnya, tetapi juga media pendidikan dan
pengajaran (2009:6). Namun tidak banyak karya sastra yang memiliki
3
fungsi keduanya. Kebanyakan karya sastra hanya menyuguhkan hiburan
saja.
Sebuah karya fiksi ditulis pengarangnya untuk menerapkan pesan
moral dan tingkah laku para tokoh sesuai dengan pandangan
pengarangnya tentang konsep moral. Pesan-pesan yang disampaikan
dalam sebuah karya fiksi diharapkan dapat dihayati dan kemudian dapat
diterapkan dalam kehidupannya.
Banyak pesan-pesan yang disampaikan dalam sebuah novel, seperti
pesan tentang nilai-nilai Aqidah, nilai-nilai syari‟ah, nilai-nilai pendidikan
akhlak, nilai-nilai pendidikan moral, nilai-nilai pendidikan karakter, dan
sebagainya. Selain disampaikannya nilai-nilai dalam sebuah karya sastra,
juga ada analisis suatu masalah didalamnya. Sehingga nilai-nilai
spiritualitas berpangkal pada nilai-nilai agama, maupun nilai-nilai adat
atau kebiasaan agar dapat meningkatkan spiritualitas seseorang.
Seorang sastrawan berperan sebagai pendidik yang menyampaikan
ajarannya melalui komunikasi dalam sebuah teks. Lewat pemahaman
pokok persoalan yang terdapat dalam suatu karya sastra, pembaca akan
menemukan nilai-nilai. Nilai-nilai pendidikan bisa saja berhubungan
dengan masalah manusia dan kehidupan, serta masalah agama. Hal ini
tergantung pada pengarang tema apa yang akan diambilnya. Dengan
begitu tema-tema penggugah spiritualitas pun dapat masuk sebagai pokok
pikiran dalam karya sastra tersebut.
4
Kisah-kisah yang didasarkan pada ajaran Al-Qur‟an dan Hadits
seringkali digunakan sebagai media atau bahan yang disampaikan kepada
pembacanya untuk menyampaikan ajaran agama Islam.Dari kisah-kisah
yang diambil maupun didasarkan kepada kedua sumber hukum Islam
tersebut agar dapat diambil yang haknya, dan hal-hal yang batil
ditinggalkan. Dengan begitu seseorang dapat mengambil pelajarannya dari
hal tersebut dan memiliki akhlak yang mahmudah. Selain itu, pengarang
juga mengajak pembacanya untuk memiliki kepribadian yang islami atau
kepribadian muslim. Karena yang dimaksud kepribadian seorang muslim
adalah kepribadian yang mempunyai ciri khusus ajaran Islam yang
merupakan cermin, sifat, dan tingkah laku, serta mengabdi kepada Allah
SWT sebagai landasannya. Selain itu, novel religius yang berdasarkan
ajaran-ajaran Al-Qur‟an dan al-Hadits juga agar dapat menggugah
spiritualitas pembacanya.
Tren perkembangan ilmu pengetahuan di bidang SDM terkini,
dunia telah mengarah pada aspek etika bahkan aspek spiritualitas dalam
membangun SDM-nya. Prof Dr Gay Hendrick dan Kate Ludeman dalam
bukunya mengatakan: “ saat ini tren perusahaan-perusahaan raksasa dunia
sudah mengarah pada aspek spiritual dalam perkembangan SDM”
(Agustian, 2007:8). Dari penjelasan tersebut, dapat diketahui bahwa
realitas spiritual di masyarakat sekitar semakin mengedepankan
spiritualitasnya. Masyarakat bukan hanya berpandangan kepada dunia saja
tetapi juga akhirat. Masyarakat sudah mulai memahami pentingnya nilai
5
spiritual dalam memaknai kehidupan ini, walaupun belum keseluruhan
dari masyarakat yang ada memahaminya.
Tren kebangkitan spiritualitas di seluruh dunia ini sesungguhnya
adalah tanda-tanda keruntuhan paham materialisme, dan inilah awal
kebangkitan spiritualitas. Dengan kata lain, spiritualitas akan segera
ditempatkan diatas materialisme sebagai nilai, makna dan tujuan hidup
tertinggi (Agustian, 2007: 10).
Dewasa ini, banyak novel religius yang berdasarkan kisah-kisah
yang ada di dalam Al-Qur‟an dan Al-Hadits yang nantinya agar dapat
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu karya sastra religius
adalah novel karya Taufiqurrahman al-Azizy yaitu seorang pengarang
novel yang ingin menggugah spiritual pembacanya. Novel ini juga
diperkuat dengan dalil-dalil Al-Qur‟an dan Hadits. Sehingga cerita yang
ada didalamnya bukan hanya sekedar imajinasi tetapi juga ada nilai
pembelajaran didalamnya. Dengan kata lain, novel ini tidak hanya bernilai
estetis, tetapi juga bernilai edukatif. Dari berbagai nilai yang dapat
dipelajari dari novel tersebut, salah satunya yaitu nilai spiritualitas.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis ingin mengeksplorasi
lebih jauh tentang isi dari novel Syahadat Cinta yang berkaitan dengan
nilai spiritual yang ingin dituangkan dalam sebuah tulisan yang berbentuk
skripsi yang berjudul “NILAI-NILAI SPIRITUAL DALAM NOVEL
SYAHADAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY”.
6
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, penulis memfokuskan masalah sebagai
berikut:
1. Nilai-nilai spiritual apa saja dalam novel Syahadat Cinta karya
Taufiqurrahman al-Azizy?
2. Bagaimanakah karakteristik tokoh utama dalam novel Syahadat Cinta
karya Taufiqurrahman al-Azizy?
3. Bagaimanakah implementasi nilai-nilai spiritual yang terkandung
dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy pada
kehidupan sehari-hari?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian merupakan pernyataan sasaran yang ingin
dicapai dalam penelitian. Isi dan rumusan tujuan penelitian mengacu pada
rumusan masalah, kalimatnya berbentuk kalimat pernyataan (STAIN
Salatiga, 2008:16)
Penelitian berjudul “Nilai-nilai Spiritual dalam Novel Syahadat
Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy” bertujuan untuk:
1. Mengetahui nilai-nilai spiritual apa saja dalam novel Syahadat Cinta
karya Taufiqurrahman al-Azizy.
2. Mengetahui karakteristik tokoh utama dalam novel Syahadat Cinta
karya karya Taufiqurrahman al-Azizy.
7
3. Mengetahui implementasi nilai spiritual yang terkandung dalam novel
Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy pada kehidupan sehari-
hari.
D. Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkn dapat memberikan
manfaat antara lain:
1. Secara teoritis
a. Menambah wawasan bagi pembaca tentang keberadaan karya-
karya satra, khususnya novel yang memuat nilai-nilai positif.
b. Menambah dan memperkaya keilmuan media sebagai sarana
pendidikan.
c. Bagi peminat sastra pada umumnya diharapkan akan lebih mudah
dalam memahami nilai-nilai atau pesan-pesan yang terkandung
dalam sebuah karya sastra.
2. Secara praktis
a. Untuk menambah wawasan bagi penulis dalam mengetahui nilai-
nilai spiritualitas yang terkandung dalam novel Syahadat Cinta
karya Taufiqurrahman al-Azizy.
b. Memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan khususnya
bagi penulis sendiri.
E. Metode Penelitian
Pengertian metode, berasal dari kata mothodos (Yunani) yang
dimaksud adalah cara atau suatu jalan. Metode merupakan kegiatan ilmiah
8
yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis) untuk memahami suatu
objek atau subjek penelitian, sebagai upaya untuk menemukan jawaban
yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan termasuk
keabsahannya (Ruslan, 2014:24).
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian
kepustakaan (library research) dengan menggunakan pendekatan
deskriptif analisis (descriptive of analyze research). Deskriptif analisis
ini mengenai blibliografi yaitu pencarian fakta, hasil dan ide pemikiran
seseorang melalui cara mencari, menganalisis, membuat interprestasi
serta melakukan generalisasi terhadap hasil penelitian yang di lakukan
(Moleong, 2005:29). Prosedur dari penelitian ini adalah untuk
menghasilkan data dekriptif yang berupa data tertulis setelah dilakukan
analisis pemikiran (content analyze) dari suatu teks (Robert B &
Steven J, dalam Moleong, 1995:31).
Penelitian ini menggunakan literatur dan teks sebagai objek utama
analisis yaitu dalam penelitian ini adalah novel yang kemudian
dideskripsikan dan menjelaskan teks-teks dalam novel yang
mengandung nilai-nilai spiritual dengan menguraikan dan
menganalisis serta memberikan pemahaman atas teks-teks yang
dideskripsikan.
9
2. Metode pengumpulan data
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan adalah metode
dokumentasi. Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-
hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda, dan sebagainya
(Arikunto, 2006: 231).
Penelusuran dokumentasi ini penting untuk mengumpulkan data
guna menjadi referensi dalam penyusunan skripsi ini. Melalui
dokumentasi ini juga dapat ditemukan teori-teori yang bisa dijadikan
bahan pertimbangan berkenaan dengan judul penelitian ini.
3. Sumber data
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh (Arikunto, 2006:129).
a. Data primer
Sebagai sumber data primer dalam penelitian ini adalah novel
Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy.
b. Data sekunder
Sebagai sumber data sekunder dalam penelitian ini diambil dari
sumber-sumber yang lain dengan cara mencari, menganalisis buku-
buku, internet, dan informasi lainnya yang berhubungan dengan
judul penelitian skripsi ini.
10
4. Teknik analisis data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode analisis isi (content analys). Penelitian dengan metode analisis
isi digunakan untuk memperoleh keterangan dari isi komunikasi, yang
disampaikan dalam bentuk lambang yang terdokumentasi atau dapat
didokumentasikan. Metode ini dapat dipakai untuk menganalisis
semua bentuk komunikasi, seperti pada surat kabar, buku, puisi, film,
cerita rakyat, peraturan perundang-undangan, dan sebagainya (Hadi,
2005:175).
Dengan menggunakan analisis isi, peneliti dimungkinkan
mengobservasi pesan-pesan publik komunikator pada waktu dan
tempat sendiri yang dipilih oleh peneliti. Prosedur penggunaannya pun
tidak terlalu rumit. Setidaknya ada tiga macam alasan mengenai
perlunya suatu metode penelitian analisis isi terhadap pernyataan
seseorang, buku, media massa, atau yang lain (Hadi, 2005:175).
Dengan menggunakan metode analisis isi, akan diperoleh suatu hasil
atau pemahaman terhadap berbagai isi pesan.
Selain itu penulis juga menggunakan metode deskriptif analisis
yang terdiri dari tiga kegiatan, diantaranya adalah reduksi data,
penyajian data dan penarikan kesimpulan/verifikasi (Milles &
Huberman, 1992:16). Pertama setelah pengumpulan data selesai, maka
tahap selanjutnya mereduksi data yang telah diperoleh, yaitu dengan
11
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan
mengorganisasi data, dengan demikian maka dapat ditarik kesimpulan.
F. Penegasan Istilah
Untuk mempermudah pembaca memperoleh pemahaman dan
gambaran yang pasti terhadap istilah tersebut, maka penulis akan
menjabarkan terlebih dahulu yaitu:
1. Nilai
Nilai (value) adalah panduan-panduan untuk bertindak atau
bersikap yang berasal dari dalam diri kita sendiri (Buzan, 2003:22).
Sedangkan nilai menurut (Rokeach, dikutip dalam Darmiyati Zuchdi,
2011:195) merupakan suatu keyakinan yang dalam tentang perbuatan,
tindakan, atau perilaku yang dianggap baik dan dianggap jelek.Nilai
menurut (Tyler, dikutip dalam dikutip dalam Darmiyati Zuchdi, 2011:
195) nilai adalah suatu objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh
individu yang mengendalikan pendidikan dalam mengarahkan minat,
sikap dan kepuasan.
Dari pendapat para ahli atas dapat ditarik kesimpulan bahwa
nilai adalah suatu objek, ide, tindakan atau perbuatan yang dianggap
baik atau dianggap jelek yang selaras dengan kepercayaan.
2. Spiritual
Spiritual merupakan konsep keseluruhan tentang spirit, berasal
dari bahasa latin spiritus, yang berarti napas. Pada saat ini, spiritual
lebih merujuk ke energi hidup dan ke sesuatu dalam diri kita yang
12
“bukan fisik” termasuk emosi dan karakter. Ini mencakup kualitas-
kualitas vital seperti energi, semangat, keberanian, dan tekad (Buzan,
2003: xix). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Spiritual
merupakan rohani, batin, kejiwaan, mental, moril lw jasmani, fisik,
materiil (Poerwadarminta:675).
Spiritual adalah kesadaran dini dimana individu mengikutinya
kemanapun kesadaran diri itu membawanya. Kesadaran dini ini
mendorong individu untuk secara terus menerus mengaktualisasikan
dirinya secara optimal dan utuh (Safaria, 2007:16).
Jadi nilai spiritual adalah suatu nilai yang berhubungan dengan
sesuatu yang sakral dan agung. Nilai spiritual merupakan nilai tertinggi
dan bersifat mutlak karena bersumber kepada Tuhan Yang Maha Esa.
3. Novel
Novel adalah sebuah karya fiksi prosa yang tertulis dan naratif.
Biasanya dalam bentuk cerita (Maslikhah, 2013:126).Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia (KBBI), novel adalah karangan prosa yang
panjang mengandung rangkaian ceritakehidupan seseorang dengan
orang di sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap
pelaku.
Menurut Aminudin (1991:66), novel merupakan suatu karya
sastra prosa fiksi, mengandung beberapa unsur pokok, yaitu:
pengarang atau naratos, isi penciptaan, media penyampaian isi berupa
bahasa, dan elemen-elemen fiksional atau unsur-unsur intrinsik yang
13
membangun karya fiksi itu sendiri sehingga menjadi suatu wacana.
Pada sisi lain, dalam rangka memaparkan isi, pengarang akan
memaparkannya melalui penjelasan atau komentar dialog maupun
monolog, dan melalui perbuatan action.
Novel adalah cerkan yang panjang , yang mengetengahkan
tokoh-tokoh dan menampakkan serangkaian peristiwa dan latar
(setting) secara terstruktur(Noor, 2009:27).
Dalam penelitian kali ini, peneliti akan meneliti isi dari Novel
Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy sebagai bahan
penelitian yang mengandung nilai-nilai spiritualitas dengan meneliti isi
dan memperhatikan unsur-unsur intrinsik pembangun novelnya.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Sistematika penulisan skripsi yang disusun terbagi dalam tiga
bagian, yaitu bagian awal, bagian isi, dan bagian akhir. Bagian awal terdiri
dari sampul, lembar berlogo, halaman judul, halaman persetujuan
pembimbing, halaman pengesahan kelulusan, halaman pernyataan
orisinalitas, halaman motto dan persembahan, halaman kata pengantar,
halaman abstrak, halaman daftar isi, halaman daftar lampiran.
Bagian inti atau isi dalam penelitian ini, penulis menyusun ke
dalam lima bab yang rinciannya adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memaparkan latar belakang masalah, fokus
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan
14
istilah, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan
skripsi.
BAB II BIOGRAFI NOVEL
Dalam bab ini akan diuraikan tentang paparan novel itu
sendiri dan biografi dari pengarang Novel Syahadat Cinta
karya Taufiqurrahman al-Azizy.
BAB III HASIL TEMUAN
Dalam bab ini akan diuraikan tentang nilai-nilai spiritual
yang ada dalam Novel Syahadat Cinta karya
Taufiqurrahman al-Azizy.
BAB IV PEMBAHASAN
Dalam bab ini akan diuraikan mengenai pembahasan dalam
Novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy dan
implementasi nilai-nilai spiritual dalam Novel Syahadat
Cinta di kehidupan sehari-hari.
BAB V PENUTUP
Bab penutup berisi kesimpulan dan saran.
15
BAB II
PEMAPARAN NOVEL
A. Biografi Penulis
Nama Taufiqurrahman al-Azizy merupakan nama seorang penulis
di Indonesia. Nama aslinya Taufiqurrahman al-Azizy adalah Muhammad
Muhyidin. Meskipun Taufiqurrahman al-azizy adalah salah satu penulis
yang menghasilkan karya-karya yang sebagian termasuk bestseller, akan
tetapi sulit untuk mencari biodata atau biografi Taufiqurrahman al-Azizy.
Karena Taufiqurrahman al-Azizy tidak pernah memasukkan foto atau
biografinya di setiap akhir karyanya. Berbeda dengan penulis lain yang
selalu mencantumkan foto dan biografinya di setiap akhir karyanya.
Berikut ini informasi yang penulis dapatkan mengenai biografi
Taufiqurrahman al-Azizy dari berbagai sumber di internet
(http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/78/jtptiain-gdl
alimulhuda-3865-1-3102327 -p.pdf). Taufiqurrahman al-Azizy lahir pada
tanggal 9 Desember 1975 di Boyolali dengan nama asli Muhammad
Muhyidin. Anak kedua dari dua bersaudara dari Sunaim Ibnu Abu Darda‟
dan Robiyatun ini besar di Wonosobo dan menghabiskan waktuya untuk
menulis.
Pengalaman pendidikannya diawali di SD Impres Seworan,
Boyolali. Kemudian beliau berpindah ke Wonosobo dan melanjutkan
pendidikan di SMPN 1 Wonosobo. Selesai menamatkan studinya di
Wonosobo, beliau hijrah ke Jakarta dan sempat kuliah di Institut Ilmu
15
16
Qur‟an (IIQ) dan mondok di Pesantren Ilmu al-Qur‟an Hidayatul Qur‟an
yang diasuh oleh K.H Drs. Ahsin Wijaya al-Hafizh, M.A selama tiga
tahun. Karena tanggung jawab keluarga, beliau kembali lagi ke Wonosobo
dan melanjutkan studinya di Universitas Sains Qur‟an (UNSIQ). Beliau
juga aktif di beberapa organisasi kampus baik intra maupun ekstra,
diantaranya pernah menjadi ketua senat mahasiswa Fakultas dakwah di
UNSIQ, ketua lembaga dakwah mahasiswa mahasiswa UNSIQ, dan ketua
HMJ Cabang Wonosobo selama dua periode tahun 1999 dan 2000. Selain
itu, beliau juga terlibat di berbagai Penelitian Sosial Ekonomi, interfaith
Commite (IFC), dan fasilitator pada Bagian Pemberdayaan Perempuan
Setda Wonosobo. Disamping itu, karena produktifitasnya dalam menulis,
beliau juga diangkat sebagai Ketua Ikatan Penulis Wonosobo.
B. Karakteristik Novel Taufiqurrahman al-Azizy
Ciri khas penulis Taufiqurrahman al-Azizy ini adalah sebagian
besar mencoba mengajak pembacanya untuk kembali kepada Allah secara
kaffah, dengan berusaha mengkaji lebih dalam ajaran-ajaran Islam,
sehingga tidak terkesan kaku dan dapat diterima seluruh umat Islam.
Taufiqurrahman mempunyai ciri khas tersebut karena backgroundnya
dalam ilmu dakwah, sehingga idealismenya terefleksi dalam setiap buku
yang dihasilkan.
Dari karya-karyanya, Taufiqurrahman al-Azizy membagi
pemahaman bahwa cerita fiksi tidak hanya semata-mata menghadirkan
sebuah bangunan cerita fiksi yang harapannya dapat menjadi salah satu
17
hiburan bagi kegairahan intelektual. Lebih dari itu, tujuannya adalah untuk
menunjukkan dan mengajak para sahabat untuk menikmati keindahan
beragama dalam rangka mendekati dan berada dekat dengan Allah SWT.
“selalu berupaya untuk memperbaiki kualitas hidup; yang kaya
menggunakan sayap syukur untuk mencapai ridha Allah, sedang
yang miskin terbang bersama sayap sabar mencapai cita-Nya. Untuk
menjadi lebih baik, tak ada jalan kecuali merevolusi diri memegang
teguh kebaikan. Untuk menjadi benar, tak ada jalan lain kecuali
berupaya meningkatkan derajat pemahaman akan nilai-nilai
kebenaran. Dan cinta adalah tujuan dari setiap hamba. Kenikmatan
dan kelezatan hidup di dunia ini hanya akan terjadi tatkala cinta
telah disandarkan secara total kepada Allah”. Kalimat yang sangat
menginspirasi dan dapat menggugah spiritualitas seseorang.
Menurutnya, Allah memberikan akal dan pikiran untuk digunakan
dengan sebaik-baiknya, mengkaji ayat-ayat al-Qur‟an agar dapat
diaplikasikan dalam kehidupan nyata. Pemikirannya ini teraktualisasi
dalam setiap karyanya yang kebanyakan membahas masalah psikologi
agama.
Begitulah karakteristik novel karya Taufiqurrahman al-Azizy.
Sederhana dan menginspirasi sehingga mudah dipahami oleh pembaca
serta pesan yang ingin disampaikan dalam novel dapat tersampaikan
dengan baik kepada pembaca. Sehingga dapat memberikan manfaat yang
besar setelah membaca karya-karyanya.
Salah satunya adalah novel Syahadat Cinta yang menjadi bahan
penelitian ini. Novel pertama dari trilogi makrifat cinta ini diceritakan
secara sederhana, mudah dicerna namun tidak instan, penuh hikmah,
diperkuat dengan dalil-dalil al-Qur‟an maupun al-Hadits, mengharukan,
18
penuh keteladanan, dan menginspirasi yang dikemas dalam novel spiritual
pembangun iman.
C. Karya-Karya Taufiqurrahman al-Azizy
Sebagai seorang penulis, beliau tergolong sebagai penulis yang
produktif. Selama kurun waktu lima tahun, sudah seratus buku lebih yang
ia hasilkan. Dan beberapa diantaranya termasuk kategori bestseller.
Berikut ini penulis menuliskan karya-karya Taufiqurrahman al-
Azizy yang telah diterbitkan dan sudah tersebar. Karya-karyanya
diantaranya adalah:
1. Mengajar Anak Berakhlak al-Qur‟an (2004)
2. Buku Pintar Mendidik Anak Sholeh dan Sholehah Sejak dalam
Kandungan sampai Remaja (2006)
3. Nggak Kaya Duit Asal Kaya Hati (2006)
4. Misteri Energi Istighfar (2006)
5. Kasidah-kasidah Cinta (2007)
6. Keajaiban Shodaqoh (2007)
7. Misteri Energi Wudhu (2007)
8. Sejuta Keajaiban Sholawat Nabi (2007)
9. Membelah lautan jilbab (2007)
10. Syahadat Cinta (2007)
11. Musyafir Cinta (2007)
12. Ma‟rifat Cinta (2007)
13. Kitab Cinta Yusuf dan Zulaikhah (2007)
19
14. Misteri shalat Tahajud (2007)
15. The Truth Power of Heart (2007)
16. Menagih Janji Tahajud (2007)
17. Bibir Tersenyum Hati Menangis (2007)
18. Orang Kota Mencari Allah (2008)
19. Dan lain-lain
D. Novel
1. Profil Novel
Judul : Syahadat Cinta
Penulis : Taufiqurrahman al-Azizy
Penyunting : Agus CH.
Tata sampul & isi : Hendra
Pracetak : Ita, Yanto, Dwi, Ismanto
Penerbit : DIVA Press
Sampangan Gg. Perkutut No.325-B
Jl. Wonosari, Baturetno
Banguntapan Yogyakarta
Tebal buku : 520 halaman
Novel Syahadat Cinta ini merupakan buku pertama dari trilogi
Ma‟rifat Cinta. Dua novel yang lain adalah Musyafir Cinta dan
Ma‟rifat Cinta. Novel trilogi ini berisi tentang semangat pencarian
semangat pencarian kebenaran Islam yang kaffah.
20
Trilogi ini digarap seusai menafakuri salah satu ayat al-Qur‟an
yang mengisahkan tentang pencarian Tuhan oleh Nabi Ibrahim as.
Inspirasi besar itulah yang mendorong Taufiqurrahman al-Azizy
mengarang buku bacaan islami. Novel spiritual ini menjadi kesaksian
(syahadat) pengembaraan religius seorang anak metro dalam tempias
wajah Ilahiyah yang sarat gesekan spiritual. Perjalanan spiritual tokoh
utama dalam mencari cinta dan agama menimbulkan pergolakan
pemikiran Islam dalam latar Pondok Pesantren.
2. Sinopsis Novel
Cerita dalam novel ini dimulai dari seorang anak metro yang
baru tinggal di Pesantren Tegal Jadin, Solo. Namanya adalah Iqbal.
Iqbal hampir selama dua bulan di pesantren tersebut yang
kesehariannya adalah mengambil air dari telaga untuk dibawa ke
pesantren.
Dua bulan yang lalu, Iqbal adalah anak dari seorang pengusaha
minyak yang kaya raya, anak tunggal Daeng Abdillah. Segala yang
diinginkan pasti dituruti dan bisa melakukan semuanya. Iqbal selalu
menggunakan waktunya untuk bersenang-senang, sering mendatangi
night club, minum minuman keras, dan keras kepala. Iqbal bisa
demikian keras kepala kepada orang lain, tetapi tidak dengan ibunya
yang begitu sabar terhadapnya.
Suatu ketika tanaman yang Iqbal rawat itu layu. Ia marah kepada
ibunya. Hingga menjelang pagi Iqbal baru pulang dengan keadaan
21
mabuk. Ibu menghampirinya untuk memapah Iqbal, tetapi Iqbal
mendorong ibunya keras-keras hingga jatuh. Pagi hari ketika bangun,
Iqbal diberitahu kalau ibunya dirawat di rumah sakit yang koma
selama beberapa hari dikarenakan ada pendarahan di otaknya, saat
itulah pertama kali Iqbal teringat pada Allah, lalu memohon ampunan-
Nya dan memohon belas kasih-Nya. Iqbal terus berdo‟a, tetapi tidak
shalat karena tidak tahu bagaimana caranya shalat, wudlupun juga
sama.
Beberapa hari kemudian ibunya sadar. Iqbal minta maaf dan
bilang kepada ibunya jika ingin berubah, yaitu belajar agama.
Mendengar permintaan anaknya, ibunya menangis bahagia. Dan
ibunya teringat ada pondok pesantren yang bagus di Solo, di tempat
kiai Shidiq. Iqbal bertekad bulat untuk ke pesantren, bulan Juli ia
berangkat. Tiba-tiba ia diserang keraguan yang amat sangat, ia merasa
sangat takut. Kembali ia teringat ibu, dan ingatan inilah yang telah
memberikan kekuatan untuk mengusir keraguan.
Sesampainya di pondok pesantren, Iqbal disapa oleh kang
Rakhmat. Setelah sekian menit bercakap-cakap, kang Rakhmat
mengajak Iqbal ke rumah kiai. Di rumah itu, dia ditemui oleh seorang
kiai yang nantinya menyuruh Iqbal mengambil air dari telaga.
Kegiatan Iqbal hanyalah mengambil air dan tidak disuruh
melaksanakan kewajiban-kewajiban di pesantren seperti santri-santri
yang lain. Iqbal berpikir tidak bisa begitu terus, pesantren adalah
22
tempatnya para santri untuk menimba dan melaksanakan ilmu agama,
bukan mencari air sepertinya. Ia pergi ke rumah kiai sepuh. Iqbal
mengutarakan maksudnya kepada kiai Subadar, dan diceritakan semua
riwayat hidupnya. Saat bercakap-cakap dengan kiai Subadar, kiai
sepuh mendekati Iqbal dan kiai Subadar. Saat itu juga Iqbal disuruh
mengambil air selama dua bulan lagi.
Wujudnya memang Iqbal mengambil air dan melaksanakan
perintah kiai sepuh, tetapi ia merasa jengkel atas perintah kiai sepuh
kepadanya. Iqbal terus mengumpat. Lalu ada suara seorang gadis yang
tiba-tiba muncul dari belakangnya dengan omongan kasar. Iqbal
kemudian mencaci maki, menjelek-jelekkan gadis tersebut sampai
menangis kemudian lari meninggalkannya. Semua kejengkelannya
ditumpahkan kepada gadis itu.
Ketika hampir sampai di pesantren, ada Ihsan yang mendatangi
Iqbal dan memberitahu jika kiai Subadar sudah mencarinya karena
telah mencaci maki putrinya, Neng Aisyah. Ihsan memberikan nasihat
kepadanya agar meminta maaf kepada kiai Subadar juga neng Aisyah.
Karena rasa takutnya, Iqbal memilih untuk menenangkan diri pergi
dari pesantren. Dia memilih untuk pergi ke Salatiga, saat di Bus Iqbal
mendapat kenalan Khaura dan Priscillia.
Sesampai di Salatiga, ia melihat seorang ibu pengemis dengan
anak balitanya di sebrang jalan. Timbul niatnya untk mendekati dan
23
memberikan shadaqah kepada ibu tersebut. Iqbal tertarik untuk ikut ibu
tersebut pulang kerumahnya, dan ibu itu (bu Jamilah) meng-iyakan.
Rutinitas keluarga bu Jamilah seusai shalat subuh adalah
mengaji, dan Iqbal meminta Iryad untuk diajari membaca al-Qur‟an,
dan akhirnya sampai bisa membaca ayat suci al-Qur‟an. Tak terasa
sepuluh hari Iqbal meninggalkan pesantren, selama sepuluh hari pula
ia sudah hafal bacaan shalat, bisa membaca al-Qur‟an, dan telah
membaca banyak buku.
Suatu ketika, Iqbal kedatangan tamu tiga orang pemuda jamaah
Majlis Taklim Masjid Kauman yang meminta Iqbal untuk meminta
pergi dari rumah Ibu Jamilah karena bukan mahramnya. Lalu Iqbal
didatangi tiga orang polisi untuk dibawa ke kantor polisi karena dikira
seorang teroris yang berteman dengan ketiga orang tadi. Selama
dipenjara Iqbal mengajak teman-temannya untuk beribadah. Akhirnya
bu Jamilah dan anak-anaknya beserta Priscillia bisa mengeluarkannya
dari penjara, saat itu juga Priscillia masuk agama Islam.
Karena masih teringat dosanya dengan Aisyah, Iqbal pulang ke
pesantren dan segera meninta maaf kepada Aisyah lalu memaafkannya.
Ketika di pesatren, Iqbal mendapat surat dari Priscillia kalau dirinya
disiksa oleh bapak ibu karena masuk Islam. Dan mendatangi Iqbal ke
pesantren saat Iqbal bertemu dengan Zaenab yang menurut peraturan
pondoknya tidak boleh dilakukan. Teman-teman pondoknya melihat
perbuatan Iqbal yang bertemu dengan Zahra dan Priscillia bukanlah
24
ajaran Islam. Saat itu Iqbal dikeroyok teman pondoknya lalu
dihadapkan pada kiai Subadar dan kiai sepuh. Akhirnya Iqbal
dikeluarkan dan didawuhi kiai sepuh untuk kembali tiga tahun lagi
menjemput mereka berdua (Zaenab dan Priscillia).
Melanjutkan novel Syahadat Cinta, Iqbal pun pergi
meninggalkan pesantren Tegal Jadin. Namun ia tidak tahu harus pergi
kemana. Dalam bis Iqbal bertemu dengan Firman, dan keluarganya
memintya Iqbal memintanya untuk tinggal di rumah Firman karena
menganggapnya sebagai mukjizat Allah yang dapat mengajak Firman
kembali mendirikan shalat. Selama Iqbal tinggal disana ia memutuskan
untuk menghafalkan al-Qur‟an. Ia pun kini telah hafal al-Qur‟an.
Ia memutuskan untuk kembali ke pesantren seperti janjinya
kepada Kyai sepuh untuk mempersunting seorang atau tiga gadis. Ia
pun diantar keluarga dan para sahabatnya.iqbal pun merasa senang
sekali dan grogi bahwa setelah tiga tahun ia akan bertemu kekasihnya.
Selamat tinggal Banjarnegara.
Berlanjut dalam novel Ma‟rifat cinta, ketibaan Iqbal di Pondok
Tegal Jadin mendapat kejutan bahwa kang Rakhmat sakit karena
penyesalan terhadap perbuataanya kepada Iqbal. Namun setelah
mendengar perkataan maaf sendiri dari Iqbal, Rakhmat
menghembuskan nafas terakhir dalam pelukan Iqbal.
Jiwa dan perasaan Iqbal menjadi nanar untuk membuat pilihan
diantara ketiga gadis tersebut, yaitu: Zaenab, Priscillia, Khaura. Dan
25
Iqbal menyerahkan urusan tersebut kepada Kyai sepuh untuk memilih
calon istri dari ketiga gadis tersebut. Akhirnya setelah mendapat restu,
Iqbal dinikahkan dengan Fatimah Priscillia Zahra dengan mahar surah
ar-Rahman bersaksikan semua pelajar Pondok Tegal Jadin.
E. Unsur Intrinsik Novel
Setiap karya sastra mengandung unsur-unsur intrinsik. Unsur
intrinsik novel adalah unsur-unsur yang membangun karya sastra dari
dalam. Adapun unsur-unsur intrinsik dalam novel Syahadat Cinta adalah
sebagai berikut:
1. Tema
Tema novel ini adalah pengembaraan religius seorang anak
metro, dan berisi tentang semangat pencarian kebenaran Islam
yang kaffah (menyeluruh/ totalitas), dengan demikian agar menjadi
seorang mu‟min yang kaffah berarti menjadi mukmin yang total.
2. Penokohan
Berikut ini adalah tokoh-tokoh dalam Novel Syahadat Cinta:
a. Iqbal
Iqbal adalah tokoh utama/sentral dalam novel Syahadat
Cinta ini, yang merupakan anak tunggal dari seorang
pengusaha minyak yang kaya raya di Jakarta. Iqbal adalah
sosok anak yang penurut terhadap ibunya, mempunyai prinsip
yang kuat, berniat untuk berubah menjadi pribadi yang lebih
baik dari sebelumnya. Awalnya tokoh Iqbal ini merupakan
seorang anak yang suka mabuk-mabukan, setiap malam
26
mendatangi night club, tidak menyelesaikan kuliahnya, dan
senang bertengkar. Tetapi karena sesuatu hal, Iqbal berniat
untuk berubah, dan ingin belajar agama. Iqbal memiliki prinsip
yang kuat untuk berubah dalam pengembaraan religiusnya.
Seperti percakapannya dengan ibu ketika ingin berubah berikut
ini:
“aku ingin belajar agama, ibu. Aku malu kepada diriku
sendiri. Juga kepada ibu, kepada pak Kardi, kepada bik
Inah. Dan...aku malu kepada Allah, ibu. Aku ini seorang
muslim, tetapi aku tidak bisa shalat. Wudlu pun aku tak
tahu. Betapa kotornya aku ini, ibu. Aku ingin berubah....”
(al-Azizy, 2007:23).
b. Ibu
Ibu adalah sosok yang penyayang, perhatian, ramah,
bahasanya lembut, sikapnya sopan, dan selalu sabar. Seperti
kata Iqbal:
“kata orang kesabaran itu ada batasnya. Tetapi aku tidak
melihat batasan itu pada diri ibu. Melihat ulahku yang
seperti itu, yang setiap harinya menghambur-hamburkan
uang, yang setiap malam menghabiskan waktu untuk
bersenang-senang, yang setiap siang hanya tidur dan
tidur lagi, ibu tetap sabar”. (al-Azizy, 2007:14).
c. Daeng Abdillah
Daeng Abdillah adalah tokoh bapak Iqbal dalam novel
Syahadat Cinta. Daeng Abdillah adalah seorang pengusaha
minyak di Jakarta yang kaya raya, selalu memberikan apapun
yang anaknya inginkan. Ayah tidak pernah akrab dengan Iqbal
27
dikarenakan tidak pernah ada waktu untuk Iqbal dan ayahnya
untuk saling mengakrabkan diri, seperti kata Iqbal:
“ayah pernah sangat marah kepadaku gara-gara aku
ingin menembak laki-laki bangsat itu, setelah seorang
sahabatku melaporkan kepadanya. Melihat ayah yang
demikian marah, aku tantang ayah untuk berduel sekalian.
Aku berani demikian kepada ayah sebab aku tidak
demikian akrab dengannya. Waktu membuat kami tidak
pernah merasakan keakraban sama sekali”. (al-Azizy,
2007:15).
d. Pak kardi
Pak kardi adalah tokoh tukang kebun dirumah Iqbal yang
patuh terhadap majikannya. Seperti kutipan berikut ini:
“Demikian ketakutan pak Kardi kepadaku. Wajahnya
demikian pucat. Beribu-ribu maaf dia lontarkan.” (al-
Azizy, 2007:17).
e. Bik Inah
Bik Inah adalah pembantu di rumah Iqbal. Sama seperti
pak Kardi, Bik Inah juga pembantu yang taat dan patuh kepada
majikannya.
f. Kang Rakhmat
Kang Rakhmat adalah seorang lurah di pondok pesantren
Tegal Jadin, dan juga teman satu kamarnya Iqbal. Kang
Rakhmat sudah lima belas tahun mondok di pesantren tersebut.
Begitu lamanya mondok, kang Rakhmat sudah banyak
menghafalkan Hadits dan ayat suci al-Qur‟an. Tokoh kang
Rakhmat merupakan seorang yang wajahnya berseri-seri dan
ramah, serta menomorsatukan perintah atau dawuh kiai.
28
Seperti percakapannya dengan Rusli, Dawam, Amin, dan
Iqbal:
“kebaikan dan kebenaran seorang murid adalah ketika
dia melaksanakan perintah-perintah sang kiai. Bukan
kebaikan dan kebenaran apabila si murid tidak menuruti
perintah kiai.” (al-Azizy, 2007: 75).
g. Kang Rusli
Kang Rusli juga merupakan teman satu kamarnya Iqbal.
Kang Rusli merupakan tokoh yang taat kepada dawuh kiai,
sabar, tulus, dan ikhlas dalam mengajari Iqbal tata cara shalat.
Seperti kata Iqbal:
“ketulusan hait kang Rakhmat, keceriaan wajah Dawam,
Amin, dan kang Rusli dalam mengajariku. Betapa tulus.
Betapa ikhlas.” (al-Azizy, 2007:59).
h. Dawam
Dawam adalah teman satu kamarnya Iqbal yang taat
kepada dawuh kiai, sabar, tulus, dan ikhlas dalam mengajari
Iqbal dalam tata cara shalat. Seperti kata Iqbal:
“ketulusan hati kang Rakhmat, keceriaan wajah Dawam,
Amin, dan kang Rusli dalam mengajariku. Betapa tulus.
Betapa ikhlas.” (al-Azizy, 2007:59).
i. Amin
Amin adalah teman satu kamarnya Iqbal. Amin adalah
tokoh yang mengajari Iqbal wudhu pertama kalinya. Amin
merupakan seorang yang taat akan dawuh kiai, sabar, dan
tulus. Seperti kata Iqbal:
29
“ketulusan hati kang Rakhmat, keceriaan wajah Dawam,
Amin, dan kang Rusli dalam mengajariku. Betapa tulus.
Betapa ikhlas.” (al-Azizy, 2007:59).
j. Ihsan
Ihsan adalah teman Iqbal di Pondok Tegal Jadin. Ihsan
adalah tokoh yang baik hati, memberikan nasihat kepada Iqbal
di saat Iqbal mendapatkan masalah ketika mencaci maki neng
Aisyah, tulus dan ikhlas dalam membantu teman. Maka Iqbal
mengatakan:
“Ihsan, siapakah kau ini? Tanyaku dalam hati. Kamu
orang yang baik. Masyaallah kenapa selama ini aku tidak
menyadari kebaikan hatimu. Engkau memberikan nasihat
kepadaku tanpa merendahkanku. Kata-katamu menyentuh
kalbuku. Aku ingin memiliki kata-kata yang seperti itu,
Ihsan, yang keluar dari sanubari yang terdalam, maujud
berupa ketulusan dan keikhlasan. Kamu mendatangiku di
saat para sahabat lain tidak melakukannya. Kamu
memberi masukan kepadaku di saat aku tidak tahu harus
bagaimana.”(al-Azizy, 2007:98).
k. Kiai Sepuh
Kiai Sepuh sendiri bernama Abdullah Shidiq. Kiai sepuh
merupakan sosok yang sangat dihormati oleh santri-santrinya
dan semua santri ingin mendapatkan barakah sang kiai. Kiai
sepuh selalu berwibawa dan bijaksana. Seperti kutipan dialog
kiai ketika menyuruh Iqbal berhujjah atas yang ia lakukan:
“katakanlah,” perintah kiai. “aku tidak mungkin akan
memutus salah salah dan benar pada dirimu tanpa
memberikan kesempatan kepadamu untuk menyatakan
hujjah-hujjahmu.” (al-Azizy, 2007:503).
l. Kiai Subadar
30
Kiai Subadar adalah putra tunggal dari kiai Sepuh. Kiai
subadar adalah tokoh yang sangat menyayangi anaknya,
memiliki kharisma yang luar biasa karena kedisiplinan,
ketaatan, dan kehati-hatian dalam menjalankan syari‟at. Seperti
kata Iqbal:
“yang menjadikan kiai Subadar memiliki kharisma yang
luar biasa adalah kedisiplinn beliau, ketaatan beliau, dan
kehati-hatian beliau dalam menjalankan syari‟at. Hampir
setiap kali kiai Subadar berkata, tidak lupa dia akan
mengutip ayat al-Qur‟an atau hadis nabi sebagai
penjelasnya.” (al-Azizy, 2007: 44).
m. Neng Aisyah
Neng Aisyah adalah putri tunggal kiai Subadar yang
mondok di Jawa Timur. Neng Aisyah adalah orang yang di
caci maki oleh Iqbal di belakang pesantren saat mengambil air
karena neng Aisyah juga di wilayah pondok putra. Bertepatan
dengan kekesalan Iqbal terhadap kiai sepuh untuk mengambil
air lagi, maka kemarahannya dilampiaskan kedapa Neng
Aisyah. Tetapi awalnya Iqbal tidak tahu kalau neng Aisyah
adalah putri dari kiai Subadar. Neng Aisyah adalah sosok yang
manja, sangat disayangi oleh kiai dan nyai, keras, ingin
menang sendiri, dan cerdas. Seperti dalam dialog Ihsan dan
Iqbal berikut ini:
“neng Aisyah adalah putri satu-satunya kiai Subadar.
Cinta kiai dan nyai kepadanya begitu besar. Neng Aisyah
itu, maafkan aku juga harus mengatakan, manja
orangnya, keras, da ingin menang sendiri. Dia dikirim ke
Jawa Timur untuk menimba ilmu agama, sebab dia tidak
31
mau ngaji kepada abahnya sendiri. Sekian lama di Jawa
Timur ternyata tidak membuat sifatnya berubah. Walau
sesungguhnya gadis yang cerdas.” (al-Azizy, 2007: 93).
n. Khaura
Khaura adalah tokoh seorang siswi kelas 2 di SMA N 1
Boyolali yang bertemu dengan Iqbal di bus saat akan
menenangkan diri dari masalahnya di Pesantren. Sosok Khaura
sangat ingin berkenalan dengan Iqbal saat berada di Bus.
Khaura adalah gadis yang akan dijodohkan oleh orang tuanya
untu menikah dengan orang yang tidak dicintainya, bahkan
tidak dikenalnya. Tetapi dia bingung harus melawan perintah
orang tuanya atau tidak.
o. Priscillia
Priscillia adalah sosok gadis muallaf, yang dulunya
seorang kristiani yang taat dan teguh dalam menjalankan
agamanya. Priscillia adalah teman dialog dan diskusi antar
agama Iqbal, serta memiliki kebajikan-kebajikan kristen yang
dianutnya, sedang kuliah di UKSW (Universitas Kristen Satya
Wacana) berada di semester 4. Priscillia mempunyai hasrat
keingintahuan yang tinggi, tidak membeda-bedakan orang baik
dalam hal agama maupun kekayaan. Seperti kata Iqbal berikut
ini:
“aku berbahagia, sebab Pricillia tidak melihat Fatimah
dan bu Jamilah sebagai keluarga miskin. Baginya, miskin
dan kaya sama saja, sebab ini hanyalah perbedaan nasib
dan peruntungan belaka. Miskin dan kaya tidak bisa
32
menyembunyikan cinta, dan tidak mampu membuat tabir
untuk menutupi rasa kemanusiaan. Rasa inilah yang
diperlihatkan Priscillia kepada Fatimah dan bu Jamilah.”
(al-Azizy, 2007: 256).
p. Bu Jamilah
Bu Jamilah adalah sosok ibu pengemis yang laksana
kehilangan tongkat penopang hidup sejak suaminya
meninggal. Ibu Jamilah orang tua tunggal yang pekerja keras,
sabar, tabah, sangat menyayangi anak-anaknya, baik terhadap
sesama, dan berjuang dengan sedemikian rupa untuk
menyekolahkan anaknya. Seperti ceritanya kepada Iqbal:
“tapi setelah Irsyad naik ke kelas dua, kehidupan saya
demikian sangat berat. Saya tidak lagi bisa berjualan,
padahal hidup harus terus berjalan dan sekolah Irsyad
harus terus berlanjut. Akhirnya ibu bekerja apa saja:
menjadi tukang cuci, tukang masak, dan apa saja. Bahkan
seperti yang nak Iqbal lihat, ibu terpaksa menjadi
pengemis. Ibu tidak ingin melihat Irsyad gagal sekolah,
tetapi tidak pula ingin melihat Fatimah kelaparan. Ibu
tahu dan sering mendengar kata-kata ustadz,‟tanga diatas
itu lebih baik daripada tangan di bawah‟. Tapi tanpa
tangan di bawah ibu tidak sanggup membayangkan apa
yang terjadi dengan sekolah Irsyad. Sering ibu
dihadapkan pada pilihan sulit, antara keinginan untuk
terus menyekolahkan Irsyad dan keinginan untuk terus
bisa bertahan hidup.”(al-Azizy, 2007:152).
q. Irsyad
Irsyad adalah anak Ibu Jamilah yang pertama yang sedang
duduk di bangku kelas 2 SMA N 1 Salatiga. Irsyad yang
mengajari Iqbal mengaji selama dirumahnya. Irsyad
merupakan anak yang patuh kepada ibunya, pandai, selalu
33
mendapat juara sejak di SMP, dan juga taat beribadah. Seperti
kata Iqbal saat Priscillia berkenalan dengan Irsyad berikut ini:
“dari nada pembicaraannya, tampaknya Priscillia juga
ingin memuji kecerdasan Irsyad dan ia merasa kagum
karenanya. Hukum kecerdasan selalu mengatakan bahwa
orang yang cerdas pasti akan senang dipuji
kecerdasannya. Tidak hanya kecerdasan di sekolah yang
coba dicari tahu oleh Priscillia, melainkan juga
kecerdasan agama.” (al-Azizy, 2007:259).
r. Fatimah
Fatimah adalah anak kedua ibu Jamilah yang masih
berusia dua tahun. Fatimah selalu diajak mengemis ibunya
setiap hari. Fatimah selalu menemani Iqbal setiap siang dan
mempercepat pemahaman Iqbal terhadap huruf-huruf al-
Qur‟an. Seperti dalam kutipan monolog Iqbal berikut ini:
“dan Fatimah, kesucian hatinya telah membakar
semangatku untuk mengejar ketertinggalan seorang
pemuda dari kitab sucinya. Fatimah-lah yang selama ini
menemani siang-siangku, dan mempercepat
pemahamanku terhadap huruf-huruf al-Qur‟an, walau dia
sendiri telah tertinggal jauh dariku.” (al-Azizy,
2007:242).
s. Anbar
Anbar adalah sosok teman dekat Priscillia. Anbar
merupakan seorang muslimah yang taat, tetapi lebih banyak
diam. Seperti kata Iqbal:
“yang justru membuatku bertanya-tanya adalah temanya
itu, Anbar. Dia lebih banyak diam daripada menyambung
perbincangan kita. Dia lebih banyak mendengar. Dia
lebih banyak menyerahkan urusan kepada Allah SWT.”
(al-Azizy, 2007:209).
t. Ahmad
34
Ahmad adalah seorang jamaah Majlis Taklim Masjid
Kauman. Ahmad adalah sosok tiga pemuda yang meminta
Iqbal pergi dari rumah bu Jamilah. Diantara kedua temannya
dialah yang paling ramah. Seperti yang terdapat dalam
monolog Iqbal berikut:
“pemuda yang menyebut dirinya Ahmad itu mendesah dan
menghembuskan nafas pelan-pelan. Wajahnya yang
paling ramah diantara kedua temannya.” (al-Azizy,
2007:270).
u. Radli dan Ridlo
Radli dan Gufron adalah teman Ahmad yang juga jamaah
Majlis Taklim Masjid Kauman. Radli dan Ghufron mempunyai
tatapan yang kurang bersahabat dan tidak ramah dengan Iqbal
saat mendatangi rumah bu Jamilah untuk meminta pergi Iqbal.
Seperti yang terdapat dalam kutipan berikut ini:
“yang diperkenalkan dengan nama Radli dan Ridlo itu
menatapku dengan tajam. Sebagai mantan penjahat, aku
kenal jenis tatapan seperti itu-tatapan yang kurang
bersahabat.” (al-Azizy, 2007:270).
v. Zaenab
Zaenab merupakan sosok santri putri yang cantik dan telah
membuat Iqbal jatuh cinta kepadanya. Zaenab adalah seorang
yang paling cerdas, paling baik, dan paling shalihah. Seperti
dialog Ihsan berikut ini:
“ketahuiah, semua santri di sini tahu siapa itu zaenab.
Jika berbicara soal kecantikan fisik, zaenab adalah santri
putri yang paling cantik di sini, walau kami tahu bahwa
menganggapnya demikian itu adalah sebuah kesalahan,
35
sebab Allah menciptakan semua makhluk perempuan
sebagai makhluk yang cantik. Lebih dari itu, Zaenab
adalah citra seorang santri putri yang ideal. Dia adalah
santri putri yang paling cerdas, paling baik, paling
shalihah.” (al-Azizy, 2007:425).
w. Pak Togar
Pak Togar adalah tokoh pengacara yang membebaskan
Iqbal saat di dalam penjara. Pak Togar ikhlas dalam
menjalankan tugasnya sebagai pengacara. Seperti dialognya
berikut:
“biaya? Biayanya berikan saja pada Tuhan. Atau, kalau
toh mas mau membayar saya, ada yang lebih berhak untuk
dibayar ketimbang saya. Sungguh saya tidak
mengharapkan imbalan apa-apa. Saya hanya
menjalankan tugas.” (al-Azizy, 2007:334).
x. Ibrahim
Ibrahim adalah teman satu ruangan di Kamar 14 saat Iqbal
di penjara. Ibrahim merupakan seorang yang menghibur Iqbal
saat digelandang petugas, dan mau berubah untuk beribadah.
Juga merupakan korban fitnah dan pembunuhan. Seperti dalam
dialognya:
“gadis yang saya nikahi itu ternyata masih dicintai
mantan pacarnya. Lalu terjadilah tregedi malam itu: dia
diperkosa dan dibunuh, dan saya yang dituduh sebagai
pemerkosa dan pembunuhnya.” (al-Azizy, 2007:288).
y. Burhan
Burhan juga teman satu ruangan dengan Iqbal saat di
penjara. Burhan juga merupakan korban fitnah, menghibur
36
Iqbal saat digelandang petugas, dan mau berubah untuk
beribadah. Seperti dialognya berikut:
“tiba-tiba Burhan berdiri dia melangkah menuju ke terali
besi. Lalu dia berteriak keras-keras, „Duhai para sahabat
di kamarnya masing-masing! Aku Burhan penghuni kamar
14. Aku dan sahabat-sahabat di sini segera akan
membaca surat al-Fatikhah, al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-
Naas. Masing-masing sebanyak 100 kali.” (al-Azizy,
2007:315).
z. Suroso dan Nugroho
Suroso juga teman satu ruangan Iqbal saat di penjara. Mereka
juga merupakan korban fitnah. Ikut menghibur Iqbal juga dan
mau berubah untuk beribadah kepada Allah.
3. Alur/Plot
Alur dalam cerita novel ini adalah alur maju (progresif)
yaitu apabila peristiwa bergerak secara bertahap berdasarkan
urutan kronologis menuju alur cerita. Dan juga alur mundur
(progresive) yaitu terjadi ada kaitannya dengan peristiwa yang
sedang berlangsung. Jadi alur dalam novel ini adalah alur
campuran.
Kutipan novel:
“layunya daun perdu ini mengingatkan aku tentang dua
peristiwa yang tak mungkin bisa aku lupakan, yang telah
mengubah hidupku, hingga membawaku kesini, seperti
sekarang ini. Iqbal, namaku Iqbal. Hingga dua bulan yang
lalu aku masih menjadi anak dari ayahku (flashback
sebelum Iqbal masuk ke Pesantren), sekarang adalah bulan
September, saat aku duduk diatas gundukan tanah ini. Saat
aku masih memegang daun perdu yang layu ini.” (al-Azizy,
2007:9).
37
4. Sudut pandang
Dalam novel ini, penulis (Taufiqurrahman al-Azizy)
menggunakan sudut pandang orang pertama. Hal ini dikarenakan
tokoh utama selalu menyebut dirinya dengan kata “aku”.
Kutipan novel:
“tiba-tiba aku merasa tak ada gunanya kemajuan yang
telah aku dapatkan selama ini. Aku bisa wudlu dan bisa
shalat dengan baik, memang kenyataan yang
membahagiakanku. Aku bisa mengaji, tentu juga sangat
membahagiakan. Aku bisa mengasah pemikiran dan
pemahamanku terhadap agama melalui dialog-dialogku
dengan Priscillia dan melalui buku-buku yang aku baca, ini
juga mampu memberikan kebahagian tersendiri kepadaku.
Tetapi apakah semua ini cukup untuk menebus dosa dan
kesalahanku terhadap Aisyah, kiai Subadar, kiai Sepuh, dan
semua sahabat-sahabat di pesantren?.” (al-Azizy,
2007:356).
5. Gaya bahasa
Gaya bahasa yang digunakan penulis dalam novel ini
sederhana, inspiratif, dan sarat dengan makna. Sehingga dari setiap
kata-katanya, pembaca dapat merasakan kekuatan pandangan hidup
yang dapat memotivasi dan membangkitkan semangat.
Kutipan novel:
“ini adalah pagi yang keempat yang telah kumiliki engan
perasaan segar dan baru, sebuah perasaan yang tidak aku
miliki di setiap pagi sebelumnya. Setiap kudengar kokok
ayam pertama, aku tergeliat bangun untuk menjalankan
shalat lail. Kini aku dapat belajar dari kokok ayam itu.
Suaranya seakan-akan memanggilku dan memanggil semua
muslim untuk tidak melewatkan penghujung malam dengan
sia-sia. Ada hakikat spiritual yang diajarkan oleh kokok itu.
Dia hanya seekor ayam, tetapi kalau manusia mau
menyadari dia mengajarkan banyak hal. Dia mengajarkan
kepasrahan. Dia rela dagingnya direbus atau dicincang
38
untuk santapan manusia. Allah menjadikan binatang yang
hanya memiliki bahasa binatang dan tidak memiliki bahasa
manusia.” (al-Azizy, 2007: 394).
6. Latar atau setting
Latar atau setting adalah segala sesuatu keteragan mengenai
waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra
(Melani dkk, 2002:86). Adapun lattar atau setting dalam novel ini
adalah:
a. Pegunungan Tegal Jadin-Pagi
Kutipan novel:
“memang, pada saat-saat seperti ini, biasanya angin akan
bertiup dari arah utara, dari balik pegunungan Tegal Jadin.
Setiap pagi aku harus berlari-lari kesana, memikul dua jerigen,
mengambi air, dan membawanya ke bawah.” (al-Azizy, 2007:
8).
b. Rumah-Dini hari
Kutipan novel:
“hingga malam. Hingga aku pulang hampir jam setengah dua.
Aku terlalu banyak minum malam ini. Kepalaku pening.
Setengah sadar, aku gedor-gedor pintu. Bik Inah
membukakannya. Aku melangkah gontai menuju kamarku yang
ada di lantai dua.” (al-Azizy, 2007: 18).
c. Rumah-Pagi
Kutipan novel:
“pagi harinya, ketka aku bangun, suara berisik terdengar. Ada
tangis membuncah. Tangis bik Inah. Menceritakan ibuku koma,
dan setelah sadar bahwa akulah yang menyebabkan ibu
menderita begitu, aku segera berangkat ke rumah sakit.” (al-
Azizy, 2007:19).
d. Pondok Pesantren-Sore
39
Kutipan novel:
“kejengkelanku membawa langkahku memikul jerigen dan
menuju telaga kecil itu. Karena kejengkelan itu aku tak peduli
akan waktu semakin sore.” (al-Azizy, 2007:77).
e. Telaga-Di Atas Batu-Malam
Kutipan novel:
“sudah jam berapa sekarang? Aku tidak tahu pasti. Yang jelas
isya‟ sudah lama berlalu. Dan aku masih duduk di atas batu
tempatku menjalankan shalat ashar, maghrib dan isya.” (al-
Azizy, 2007:101)
f. Pondok pesantren-Kamar-Pagi
Kutipan novel:
“di saat aku tengah mempersiapkan bawaanku itulah kang
Rakhmat terbangun. Jam dinding menunjuk angka setengah
empat. Kang rakhmat mungkin akan menjalankan shalat lail.”
(al-Azizy, 2007:112).
g. Desa Bandung-Jalan Utama-Pagi
Kutipan novel:
“keringatku sudah membasahi wajah dan tubuhku, ketika aku
sampai di jalan utama desa Bandung. Jam tangan di tanganku
menunjuk angka enam lebih dua puluh menit.” (al-Azizy, 2007:
119).
h. Terminal Karanggede-Pagi
Kutipan novel:
“jam tujuh kurang seperempat aku sudah sampai di Terminal
Karanggede.” (al-Azizy, 2007: 121).
i. Salatiga-Siang
Kutipan novel:
“matahari sudah semakin naik ke atas. Lalu lintas padat.
Debu-debu mengepul diantara deru mesin-mesin mobil.
40
Salatiga di siang hari cukup sibuk untuk ukuran kota kecil.”
(al-Azizy, 2007:142).
j. Rumah Pengemis-Siang
Kutipan novel:
“setengah jam kemudian, kami sampai. Yah inilah rumah
seorang pengemis.” (al-Azizy, 2007: 148).
k. Kampus UKSW-Siang
Kutipan novel:
“kampus agak sepi di siang ini, barangkali para mahasiswa
tengah masuk.” (al-Azizy, 2007:249).
l. Restoran-Siang
Kutipan novel:
“siang itu, saya mengajak Fatimah dan Priscillia makan di
sebuah restoran yang anggun, menghidangkan seafood yang
segar dan lezat.” (al-azizy, 2007:256).
m. Penjara-Kamar 14-Pagi
Kutipan novel:
“si pembawa makanan yang berpakaian putih akan segera
mengetok kamarku. Pintu besi berkiut dibuka. Tanpa sepatah
kata pun, ia meletakkan makanan pagi diatas meja kecil
disudut kamar ini .” (al-Azizy, 2007:295).
n. Penjara-Pagi
Kutipan novel:
“pukul 08.00..udara kebebasan mulai menyapaku. Sekali lagi
kutoleh kebelakang, dan kuucapkan selamat tinggal pada
penjara beserta orang-orang yang ada di dalamnya.” (al-
Azizy, 2007:329).
o. Halaman Pondok Pesantren-Siang
Kutipan novel:
41
“aku melangkah memasuki halaman pesntren. Suasana masih
sepi seperti dulu. Lengang. Sepi. Jam-jam begini para sahabat
pastilah sedang sibuk dikamarnya masing-masing.” (al-Azizy,
2007:358).
p. Rumah Kiai
Kutipan novel:
“beberapa saat kemudian, aku sudah duduk di depan kiai.
Aisyah yang tadinya berkeinginan untuk langsung masuk ke
dalam kamarnya, oleh kiai diminta untuk duduk disamping
kananku.” (al-Azizy, 2007:442).
q. Pesantren-Teras Kamar-Malam
Kutipan novel:
“aku sendiri lagi. Aku duduk di teras kamarku ditemani oleh
sinar rembulan dan kerlap-kerlip bintang.” (al-Azizy,
2007:478).
7. Amanat
Amanat yang ingin disampaikan dalam Novel Syahadat
Cinta ini adalah menjadi manusia itu untuk memahami baik dan
buruk serta benar dan salah. Dan nafsu yang dimiliki manusia
menjadi hijab diantaranya.
Kutipan novel:
“apalah arti menjadi manusi, kecuali untuk memahami baik dan
buruk serta benar dan salah itu hanya tipis jaraknya? Seperti sing
dan malam yang hanya dipisahkan oleh waktu yang bergesekan.
Senja dan pagi hari adalah hijab antara siang dan malam. Dan
nafsu yang dimiliki manusia menjadi hijab antara baik dan buruk,
antara benar dan salah. Betapa tipisnya jarak antara benar dan
salah ini sehingga manusia mudah sekali memperoleh kebenaran,
pun mudah sekali terjebak dalam kesalahan. Hari ini manusia bisa
berbaik hati; tetapi besok, lusa, hati siapa yang tahu.” (al-Azizy,
2007:403).
42
BAB III
HASIL TEMUAN
A. Nilai-nilai Spiritual
Dalam diri manusia sudah ada potensi keagamaan, yaitu berupa
dorongan untuk mengabdi kepada sesuatu yang diyakininya memiliki
kekuasaan yang lebih tinggi (Supriyatno, 2009:75). Setiap hamba Allah
harus tunduk dan taat kepada penciptanya. Sebagai hamba Allah manusia
diwajibkan beribadah dan mengabdi kepada penciptanya, dalam arti selalu
tunduk dan taat terhadap segala perintah-Nya guna mengesakan dan
mengenal-Nya. Pengabdian yang dilaksanakan oleh manusia selaku
hamba-Nya hendaknya pada sikap keikhlasan, tumbuh dari hati nurani dan
atas dasar kesadaran diri dan kebutuhan manusia itu sendiri untuk selalu
mengabdikan diri kepada Allah.
Manusia hidup tidak akan terlepas dari ikatan nilai. Karena nilai itu
melekat pada manusia dan mampu memberikan arti bagi manusia. Selain
itu, nilai yang dianut oleh seseorang dapat menentukan perilakunya.
Kecerdasan spiritual bersumber dari suara hati. Sedangkan suara-
suara hati itu tenyata cocok dengan nama-nama serta sifat-sifat Ilahiah
yang “terekam” dalam setiap jiwa manusia. Sifat-sifat tersebut adalah:
dorongan ingin mulia, dorongan ingin belajar, dan dorongan ingin
bijaksana (Agustian, 2007:281).
43
Adapun nilai-nilai spiritual dalam novel Syahadat Cinta karya
Taufiqurrahman al-Azizy adalah sebagai berikut:
1. Nilai pendidikan Aqidah
Merupakan nilai yang bersumber dari Tuhan yang dititahkan
melalui para rasul-Nya yang berbentuk iman, taqwa, adil yang
diabadikan dalam wahyu Ilahi. Nilai-nilai selamanya tidak mengalami
perubahan, nilai Ilahi yang fundamental mengandung kemutlakan bagi
kehidupan manusia , serta tidak berkecenderungan untuk berubah
mengikuti hawa nafsu manusia dan berubah-ubah sesuai dengan
tuntutan perubahan sosial, dan tuntutan individual (Muhaimin,
2002:111). Nilai ini bersifat statis dan kebenarannya mutlak. Firman
Allah:
ح انز أ ان إ ذ ب ث قب ن انحق يصذ انكتبة ك ي ب إن
نخجش ثصش ثعجبد
“Dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu yaitu Al Kitab (Al
Qur'an) itulah yang benar, dengan membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Mengetahui
lagi Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (QS. Fatir: 31).
2. Nilai pendidikan Syari‟ah
Syari‟ah adalah hukum-hukum yang diciptakan oleh Allah SWT
untuk segala hamba-Nya agar mereka itu mengamalkan untuk
kebahagiaan dunia dan akhirat.
44
3. Nilai Pendidikan Akhlak
Akhlak adalah keadaan rohaniah yang tercermin dalam tingkah
laku, atau dengan kata lain yaitu sikap yang merupakan wujud dari
sikap batin. Baik sikap tersebut diarahkan terhadap Allah SWT,
manusia, maupun terhadap lingkungan.
4. Peduli
Kepedulian berasal dari kata “peduli” yang artinya memperhatikan,
menghiraukan (Purwadarminto, 2006:85). Jadi kepedulian adalah sikap
akan memperhatikan sesuatu.
5. Tenggang Rasa, adalah saling menghargai atau saling menghormati
antar sesama manusia.
6. Nilai Muamalah (ajaran sabar dan ikhlas)
Sabar yang berarti tahan menghadapi cobaan (tidak lekas marah,
tidak lekas putus asa, tidak lekas patah hati); tabah: ia menerima
nasibnya, dan tenang; tidak tergesa-gesa; tidak terburu nafsu.
7. Jujur
Jujur yang berarti lurus hati; tidak berbohong(misal dengan kata
apa adanya), tidak curang, tulus, ikhlas. Kejujuran adalah sifat
(keadaan) jujur; ketulusan (hati); kelurusan (hati) (Pusat bahasa, 2007:
479).
8. Kerjasama, merupakan suatu usaha bersama antara orang perorangan
atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
45
9. Integritas
Integritas adalah sebuah kesungguhan, bekerja secara total,
sepenuh hati, dan dengan semangat tinggi berapi-api. Integritas
merupakan melakukan sesuatu hal secara sungguh-sungguh karena
kesadaran dari dalam, bukan karena orang lain. Orang yang mampu
melakukan shalat lima waktu secara disiplin akan menghasilkan sebuah
pribadi yang memiliki integritas kuat (Agustian, 2007:291).
10. Rasa Syukur
Merupakan rasa penuh terimakasih menerima kemurahan hati,
pengertian, dan sikap yang tidak mementingkan diri sendiri, dan
menunjukkan penghargaan atas kebaikan yang telah ditawarkan (Buzan,
59).
11. Adil
Adil yang berarti sama berat; tidak berat sebelah; tidak memihak,
berpihak kepada yang benar; berpegang pada kebenaran, sepatutnya;
tidak sewenang-wenang. Berarti, keadilan adalah sifat (perbuatan,
perlakuan, dsb) yang adil (Pusat Bahasa, 2007: 8).
12. Keberanian
Keberanian adalah keadaan mempunyai hati yang mantap dan rasa
percaya diri yang besar dalam menghadapi bahaya dan kesulitan (Pusat
bahasa, 2007: 138).
46
13. Rasa percaya
Percaya adalah keberanian yang datang dari kepastian tentang
kemampuan, nilai-nilai, dan tujuan hidup (Nasution, 2009:14).
14. Kesederhanaan
Berasal dari kata “sederhana” yang artinya bersahaja; tidak
berlebih-lebihan, sedang (Pusat bahasa, 2007:1008). Sedangkan
kesederhanaan adalah keadaan atau sifat yang tidak berlebih-lebihan.
15. Kedamaian,adalah keadaan tidak ada kerusuhan, tentram, tenang, dan
keadan rukun (Pusat bahasa, 2007:233).
16. Tanggungjawab
Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2005: 1139) mempunyai arti wajib menanggung segala sesuatunya
(kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan).
Menurut kemdiknas (dalam Doni Koesoema, 2012: 188) tanggung
jawab adalah sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap
diri sendiri, masyarakat, lingkungan (alam, sosial, budaya, negara, dan
Tuhan Yang Maha Esa).
17. Kemurnian hati
Kemurnian berasal dari kata “murni” yang artinya tidak bercampur
dengan unsur lain, belum mendapat pengaruh luar, tulus: suci; sejati.
Dan kemurnian adalah adalah perihal murni; keaslian, kesucian (Pusat
47
bahasa, 2007:765). Jadi dapat disimpulkan bahwa kemurnian hati
adalah kesucian hati.
18. Ketekunan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, ketekunan berasal dari kata
“tekun” yang artinya rajin, keras hati dan bersungguh-sungguh.
Sedangkan ketekunan adalah perihal tekun; kekerasan dan kesungguhan
(bekerja, belajar); keasyikan: dengan penuh (Pusat bahasa, 2007:1159).
Jadi ketekunan adalah melakukan sesuatu dengan rajin dan bersungguh-
sungguh.
19. Cinta
Asal kata cinta lovedapat ditemukan dalam kata kuno bahasa
Jerman dan Inggris “leof” yang berarti “tercinta” dan “menyenangkan”.
Cinta mempunyai kekuatan untuk menyembuhkan, menenangkan,
memberi kekuatan, menaklukkan, mengilhami, dan memberi kehidupan
(Buzan, 2003: 135).
maka penulis akan menjabarkan nilai-nilai spiritual dalam Novel
Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy ini dalam beberapa nilai,
yaitu: Nilai pendidikan aqidah, nilai pendidikan syari‟ah, Nilai pendidikan
akhlak, peduli, Tenggang rasa, nilai muamalah (ajaran tentang sabar dan
ikhlas), Jujur, kerjasama, integritas, rasa syukur, keadilan, keberanian,rasa
percaya, kesederhanaan, kedamaian, tanggung jawab, kemurnian hati,
ketekunan, dan cinta.
48
Berikut di bawah ini tabel nilai-nilai spiritual dalam novel Syahadat
Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy sebagai berikut:
a. Nilai Pendidikan Aqidah
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
“sebelum syahadah ini kita lakukan. sebelum ukhtina
Priscillia berbaiat terhadap agama Islam, saya ingin
bertanya kepada ukhti, apakah ukhti memilih islam
karena keterpaksaan karena desakan, karena
ketakutan, atau karena kesadaran?”
“perjalanan sayalah yang menyebabkan saya
memilih Islam. Saya mengetahui, saya memahami
dan saya sadar untuk memilih Islam.”
340
“demikianlah, satu per satu aku baca dan aku
hafalkan huruf-huruf hijaiyah. Dan Allahu akbar,
aku tidak mengalami kesulitan untuk menirukan
Irsyad mengeja huruf-huruf ini. Bahkan, saat ini
juga, aku telah hafal seluruh huruf hijaiyah yang
berjumlah 30 buah itu (apabila huruf hamzah dan
lam alif dimasukkan). Irsyad mengujiku: dia
memintaku membaca huruf-huruf ini dari berbagai
arah.
“Alhamdulillah, ini adalah berkah Allah SWT
kepadaku. Aku yakin, apabila kita berniat sungguh-
sungguh dengan kebaikan yang kita lakukan, Allah
akan mempermudah jalan bagi kita.
193
b. Nilai pendidikan Syari’ah
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
“kalau shalat gimana?”
“shalat dhuhur ada berapa rakaat?”tanya Amin
“apa itu rakaat?” tanyaku
Kang Rusli yang menjawab, “Rakaat itu bilangan
atau jumlah masing-masing shalat. Shalat itu terdiri
dari berdiri, lalu rukuk, berdiri kembali, sujud,
duduk di antara dua sujud, kemudian sujud kembali.
Ini dihitung satu rakaat.”
57-58
49
Lalu kang Rakhmat meminta Amin untuk
mengajarkan cara berwudlu kepadaku. Aku meminta
sekalian praktik di tempat wudlu sana, tetapi Amin
berkata di sini saja. Yang penting aku tahu caranya.
56-57
c. Nilai pendidikan Akhlak
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
“tetapi menurutku nih kang,--kang Iqbal jangan
marah, kamu mempunyai beberapa ketidakbenaran.”
“Maksudku ketidakbenaran. Aku lebih suka
mengatakan demikian. Pertama, kang Iqbal merasa
jengkel dengan kyai. Jengkel itu sendiri merupakan
penyakit, kang. Penyakit yang menggerogoti hati
kang Iqbal. Kedua, kejengkelan tersebut kamu
tujukan kepada kyai kita, padahal kyai kita tidak
jengkel kepadamu. Ketiga, kejengkelan itu kamu
lampiaskan kepada orang yang salah, walaupun dia
juga bersalah kepadamu. Keempat, dan ini yang
paling parah, kang Iqbal mencaci maki neng Aisyah.
Demi Allah kang Dia telah berfirman: “Allah tidak
menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan
terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah
Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui.”
96-97
“apa dia memberi maaf?”
“Tidak. Dia terlalu angkuh untuk memaafkan aku.
Kang, bagaimana hukumnya orang yang tidak
memberi maaf?”
“Aduh, bagaimana hukumnya ya? Yang aku tahu,
Allah telah berfirman: perkataan yang baik dan
pemberian maaf lebih baik dari sedekah yang
diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan
si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha
Penyantun. Dia juga berfirman: Dan (bagi) orang-
orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan
perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka
marah mereka memberi maaf.”
371-372
50
d. Peduli
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
Akhi belum shalatkah? Tiba-tiba kang Rakhmat
bertanya kepadaku. Ini pertanyaan yang tidak biasa
diajukan oleh siapapun orangnya yang berada di
pesantren ini.
55
Kang Rakhmat kemudian memberikan nasihatnya
bahwa aku harus bisa. Memang tidak harus sekarang
bisanya, tetapi suatu ketika nanti aku harus
menjalankan shalat lengkap dengan bacaannya dan
dibaca dengan benar pula.
58
Ihsan, siapakah kau ini? Tanyaku dalam hati. Kamu
orang yang baik. Masyaallah kenapa selama ini aku
tidak menyadari kebaikan hatimu. Engkau
memberikan nasihat kepadaku tanpa
merendahkanku. Kata-katamu menyentuh kalbuku.
Aku ingin memiliki kata-kata yang seperti itu, Ihsan,
yang keluar dari sanubari yang terdalam, maujud
berupa ketulusan dan keikhlasan. Kamu
mendatangiku di saat para sahabat lain tidak
melakukannya. Kamu memberi masukan kepadaku di
saat aku tidak tahu harus bagaimana.
98
Timbul niatku untuk menyebrang jalan, mendekati
ibu dan memberikan shadaqah uang yang aku miliki.
Akupun bangkit, menunggu nyala lampu merah, lalu
melintas. Kurogoh saku celanaku. Kudapatkan uang
lima ribu. Kuberikan uang itu kepada si ibu.
144
Bukankah ibu tadi berkata kepada saya bahwa
sesama muslim bersaudara? Dan sesama saudara
harus tolong-menolong? Ibu, selama ini tak ada
kisah kemiskinan dan kekurangan harta dalam hidup
saya, sedangkan tak ada kebaikan dan keluhuran
sikap dan perbuatan yang pernah saya miliki. Saya
pernah mendengar seorang ustadz yang mengatakan
bahwa terhadap harta, Allah akan meminta
pertanggungjawaban melalui dua cara, yakni
darimana harta itu didapat dan ke mana harta itu
dibelanjakan. Jika ibu ingin tahu, semua uang yang
pernah aku miliki selama ini telah saya belanjakan
dengan sia-sia. Dan malam ini, ibu...malam ini
179
51
Insyaallah akan dicatat para malaikat sebab saya
ingin membelanjakan uang saya untuk kebaikan.
Aku mendengar bagaimana para sahabat
menghiburku. Aku mendengar ucap keprihatinan
mereka atas apa yang menimpaku. Tak henti-
hentinya Ibrahim mengucapkan kalimah takbir untuk
kekuatanku. Aku mendengar doa malam mereka yang
mendoakanku.
302-303
“ini, terimalah ibu. Ini amanah dari saya. Saya tidak
ingin sekolah Irsyad gagal. Saya juga tidak ingin
Fatimah tidak mengenyam pendidikan. Dan saya
tidak ingin lagi melihat ibu mengemis. Gunakan
uang ini untuk membiayai sekolah Fatimah dan
Irsyad. Lalu yang sebagian, gunakan untuk modal
ibu.”
351
“demi Allah, semua disini mengkhawatirkan
keadaanmu, akhi Iqbal.”
359
Malam itu, ketika setelah shalat isya‟ yang diimami
sendiri oleh kiai sepuh, para santri putra diminta
untuk berkumpul terlebih dahulu. Malam itu tidak
ada taklim seperti biasa. Kiai sepuh dan kiai
Subadar memberi petuah-petuah yang utamanya
ditujukan kepadaku dan kepada para santri putra.
392
Para sahabat risau melihatku. Kang Rakhmat
berkali-kali menatapku dengan matanya yang tajam.
Amin menggeleng-gelengkan kepala karena
melihatku. Kang Rusli tidak tahu apa yang tengah
terjadi pada diriku. Dawam hanya terbengong-
bengong saja. Dan Ihsan terus bertanya-tanya.”
472
“dan aku hanya bisa tersenyum. Dalam keadaan
seperti ini, yang kupikirkan hanya dua hal: keadaan
Priscillia, dan nasib cintaku kepada zaenab. Untuk
sementara, Priscillia telah tertolong. Tangan-tangan
suci para santri putri, Insyaallah, akan merawatnya
dengan lembut dan sepenuh hati. Semoga Priscillia
bisa berbagi perasaan dan hati kepada para santri
putri.”
495
52
e. Tenggang Rasa
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
“islam adalah agama damai; cinta damai. Aku kira
seperti halnya saudara-saudara kamu, saudara-
saudara kami sesama muslim pun memiliki banyak
perbedaan dalam menginterpretasikan ajaran
agama.”
“kamu benar dalam hal itu bal. Dalam kristen
sendiri terdapat perbedaan.”
Dan sungguh betapa indah apabila dalam perbedaan
itu masih ada cinta, kasih, dan sayang antar sesama
pemeluknya.
133
Indah. Kutemukan keindahan dalam bus yang tidak
terlalu indah ini. Priscillia, gadis kristiani ini
tampaknya memiliki kebajikan dan kebijakan kristen
yang dianutnya. Aduhai, andaikan semua kristiani
seperti dia, betapa indahnya silaturrahmi antar
agama.
136
Tak kutemukan pada diri Priscillia keinginan untuk
melakukan penghinaan, pelecehan, atau perendahan
terhadap agamaku. Bahkan sebaliknya, kutemukan
dalam setiap kalimat yang dia ucapkan, rasa
keingintahuan yang demikian besar atas Islam
agamaku.
209
Aku berbahagia sebab Priscillia tidak melihat
Fatimah dan bu Jamilah sebagai keluarga yang
miskin. Baginya, miskin dan kaya sama saja, sebab
ini hanyalah perbedaan nasib dan peruntungan
belaka. Miskin dan kaya tidak bisa menyembunyikan
cinta, dan tidak mampu membuat tabir untuk
menutupi rasa kemanusiaan.
256
Nanti aku akan membicarakannya. Aku berharap dia
tidak menghindar dariku. Aku tidak ingin melukai
perasaannya.
406
53
f. Nilai Muamalah (Ajaran tentang sabar dan ikhlas)
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
Kata orang kesabaran itu ada batasnya. Tetapi aku
tidak melihat batas itu pada diri ibu. Melihat ulahku
yang seperti itu, yang setiap hari-harinya
menghamburkan uang, yang setiap malam
menghabiskan waktu untuk bersenang-senang, yang
setiap siang hanya tidur dan tidur lagi, ibu tetap
sabar.
14
“nanti, nanti, nanti. Itulah jawaban yang aku terima.
Penantian ini sudah berusia dua bulan, dan tetap
saja aku tidak diajari apa-apa, oleh siapa-siapa.”
41
“seharian tadi tidak ada yang meminta ibu untuk
mencucikan baju atau memasak. Ibu akhirnya
mengemis sejak pagi. Tapi, Allah SWT memang
benar-benar sedang menguji ibu. Hingga nak Iqbal
memberi ibu uang, sejak pagi tak ada satupun orang
yang berderma kepada ibu. Fatimah sejak pagi
belum makan. Irsyad ke sekolahpun tidak bisa
sarapan.”
153
“yah, hati yang yakin. Pastilah karena memiliki hati
yang demikian sehingga membuat ibu itu begitu
sabar dan tabah dalam menghadapi cobaan hidup.”
155
“dicukup-cukupkan dulu. Maafkan emak sebab
hanya ini yang emak dapat hari ini. Insyaallah besok
emak diminta mencuci di rumah bu Indri. Belilah
makanan seadanya. Kalau terpaksa tidak cukup,
belilah secukupnya. Tidak kebagian, emak ndak apa-
apa.”
177
“tidak ada yang bisa aku lakukan sekarang ini,
kecuali bersabar dan memasrahkan diriku seutuh-
utuhnya kepada kehendak Ilahi.”
313
“haruskah aku menangis karena siksaan ayahku ini,
mas? Atau haruskah air mata yang keluar ini
menjadi bukti betapa berat memasuki agama yang
hanif ini? Kepada Allah aku berlindung. Kepada-Nya
aku selalu mencoba dan berusaha untuk tawakkal.
Aku tidak boleh berputus asa. Tidak boleh mengeluh.
410
54
Rasulullah saja tidak pernah mengeluh oleh sebab
perlakuan keji dan kasar dari masyarakat Thaif kala
itu. Rasulullah adalah cahaya hidupku. Aku
bertawashul kepadaya semoga Allah menguatkan
hati dan jiwaku.”
Dulu aku datang kesini untuk belajar agama. Lalu
kiai Sepuh mengajarkan kesabaran dan keikhlasan
pada diriku melalui perintahnya untuk mengambil
air. Berlalunya waktu sedikit demi sedikit
menunjukkan kepadaku betapa belajar ikhlas dan
sabar itu memerlukan hati.
513
g. Jujur
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
Sungguh, selama ini aku jarang bergaul dengan
saudara-saudara muslimku. Kalaupun toh mereka
seperti yang kamu katakan, maafkanlah mereka
sebagaimana aku memintakan maaf mereka
kepadamu. Kamu membaca ayat-ayat suci,
sedangkan aku belum bisa membaca kitab suciku.
134
Jika boleh jujur, sesungguhnya aku takut berbincang
banyak dengannya sebab masih banyak hal yang
belum atau tidak aku pahami, apalagi hal-hal yang
menyangkut agama.
138
“ibu, kataku setelah berwudlu dan siap-siap untuk
menjadi imam shalat, „bukan saya tidak mau menjadi
imam shalat, tetapi memang saya belum layak untuk
menjadi imam. Jadi, ibu dan Fatimah silahkan shalat
terlebih dahulu.
Sungguh, aku malu, ya Allah kepada-Mu. Aku malu
kepada ibu dan balitanya yang sedang shalat itu. Aku
malu mengaku sebagai seorang muslim. Aku tidak
mampu menjadi seorang imam. Demi engkau yang
jiwaku ada ditangan-Mu, aku tidak mungkin
berpura-pura bisa shalat dengan baik, bisa menjadi
imam, lalu kuimami mereka, sedangkan pada
kenyataannya memang aku belum bisa. Bisa saja aku
berpura-pura, tetapi Engkau, duh Dzat Yang Maha
Melihat, tentu akan tahu kepura-puraanku”
156-157
55
“Irsyad, jujur saya belum pernah membaca-baca
buku seperti ini dan mungkin engkau pernah
membacanya.”
163
“jujur, aku belum bisa membaca al-Qur‟an sama
sekali, Irsyad. Aku ingin membacanya.”
191
“pak, demi Allah—bagaimana mungkin saya akan
mengakui perbuatan yang tidak pernah saya
lakukan? Saya orang baik-baik. Saya tidak pernah
berurusan dengan hukum selama ini. Saya mohon
bebaskan saya...”
281
Tapi sungguh, aku tidak pernah menyentuhnya.
Diapun tak pernah menyentuhku. Aku tidak pernah
berjabat tangan denganya, begitu pula sebaliknya.
399
h. Kerjasama
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
Suaminya bekerja sebagai tukang sayur keliling;
mendorong grobak dan menawarkan dagangannya di
kompleks perumahan yang ada didekat sini; sedang
dia sendiri, sebelum melahirkan Fatimah, menunggu
kios kecil di depan kampus.
150
Tiba-tiba Burhan berdiri. Dia melangkah menuju
terali besi. Lalu dia berteriak keras-keras „duhai
para sahabat dikamar masing-masing! Di kamar 13,
12, kamar 5, pokoknya kamar manapun yang
mendengar suaraku ini. Aku Burhan penghuni kamar
14. Aku dan sahabat-sahabat disini segera akan
membaca surat al-Fatihah, surat al-Ikhlas, surat al-
Falaq, dan surat an-Naas masing-masing sebanyak
seratus kali. Kami mau berdo‟a kepada Allah untuk
kebebasan mas Iqbal—sahabat kita yang baik dan
shalih ini, yang telah dituduh kejam dan sadis secara
teroris.
316
“pertama, marilah kita buat kesepakatan bahwa
antum tidak akan sembarangan melempar surat...
melempar surat. „kesepakatan mudah‟ tapi, maksud
kang Rusli sebenarnya apa?........”
381
56
Aku menjadi demikian antusias untuk mengikuti
pertemuan ini, sebuah pertemuan yang didakan
untuk membentuk kepanitiaan kelahiran nabi.
417
Kami pun akhirnya berbicara tentang segala sesuatu
yang berkaitan dengan pekerjaan yang perlu segera
dilakukan. Aku lalu mendeskripsikan tugas-tugas
sebagai ketua panitia. Kemudian tugas-tugas
sekretaris, bendahara, hingga seksi-seksi.
420
Hari minggu kita agendakan untuk segera menyebar
proposal ke desa-desa, ke kecamatan-kecamatan di
wilayah Solo ini. Kita harus mengumpulkan dana
dari sumber yang sebanyak-banyaknya agar kegiatan
kita sukses.
480-481
i. Integritas
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
Aku ingin melatih diriku sendiri untuk meninggalkan
diriku sebelumnya. Aku benar-benar ingin berubah.
Aku tidak mau menjadi diriku yang sebelumnya.
Terlalu banyak waktu yang aku buang dengan sia-
sia, dengan percuma.
26
...suatu ketika nanti aku harus bisa menjalankan
shalat dengan benar, lengkap dengan bacaannya dan
dibaca dengan benar pula. Dan harus ditingkatkan
lagi. Orang yang shalat, jangan memikirkan tentang
bacaan shalatnya, tetapi aku harus berkonsentrasi
dengan shalatnya bahwa shalat adalah suatu cara
yang kita lakukan untuk menghadap Allah saat itu
juga. Shalat adalah dialog antara seorang
Tuhannya; sehingga sang manusia harus benar-
benar menyadari bahwa dirinya manusia yang hanya
diciptakan oleh penciptanya. Dia harus benar-benar
merendahkan diri dihadapan Tuhannya; dia harus
benar-benar memasrahkan diri pada kuasa-Nya,
seakan-akan Tuhan benar-benar maujud
dihadapannya.
59
Aku coba sekali lagi. Aku lebih berkonsentrasi lagi.
Kutetapkan dalam hati bahwa aku ingin melakukan
61
57
kebaikan, ingin mendapatkan kesucian, dan ingin
mendekatkan diri kepada Allah untuk mengerjakan
shalat dzuhur, aku ingin menghadap Tuhan Maha
Pencipta, maka aku tidak boleh main-main. Aku tidak
boleh kalah dengan setan. Aku harus konsentrasi.
Kucuci dan kubersihkan telapak tanganku.
Kuniatkan dalam hati bahwa aku berwudlu. Kubaca
niat itu keras-keras disana, siapa tahu ketakutanku
dan kecemasan muncul kembali. Dan ternyata,
perasaan takut dan cemas seperti ketika aku wudlu di
pesantren tadi hilang. Aku tidak merasa takut. Tidak
merasa cemas. Yah, aku mampu mengalahkan setan
sekarang, di telaga ini.
85
“kuletakkan dahiku di atas batu. Kuciumi batu ini
seakan-akan aku mencium-Nya. Meneteslah air mata
ini karena takut dan rindu kepada-Nya. Aku takut
kehilangan Dia setelah semua dosa dan kesalahan
yang telah aku lakukan selama ini. Aku rindu
kepada-Nya setelah kutinggalkan Dia selama ini.”
89
Irsyad adalah anak yang cerdas. Di SMP dia selalu
menjadi juara di sekolahnya. Dia adalah anak yang
bisa dibanggakan oleh orang tuanya. Kemiskinan
yang diderita oleh keluarganya tidak menjadikan
Irsyad malu dan malas untuk belajar. Dia sadar anak
orang miskin, maka dia belajar dengan tekun,
dengan giat.
151
Kembali kulanjutkan membaca buku ini. Kata
perkata berusaha aku pahami. Kalimat per kalimat
berusaha aku selami. Semakin lama semakin senang
aku membaca buku ini. Semakin segar pikiranku,
semakin sejuk perasaanku.
173
“malam ini kembali kuadukan diriku kepadamu—
demikianlah rintihan doa bu Jamilah yang aku
dengar. Artinya pastilah dia rajin mengangkat kedua
tangannya untuk berdo‟a kepada Allah di setiap
malam-malamnya.”
186
Aku berwudlu, lalu menunaikan shalat zhuhur. Usai
shalat, aku kembali meghafalkan huruf-huruf
hijaiyah yang tadi shubuh telah diajarkan Irsyad.
221
58
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu
dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka
masuklah kedalam jama‟ah hamba-hamba-Ku,
masuklah ke dalam syurgaku (QS.al-Fajr:27-30).
Entah sudah berapa kali kuucapkan ayat suci itu di
ruang pengap, sempit, dan remang ini. Kubesarkan
nama Allah dan kuminta kekuatan kepada-Nya. Aku
sudah tidak lagi peduli lagi dengan rasa sakit
diwajah, punggung, perut, dan kakiku.”
280
Mereka melakukan wirid ini dengan niat yang tulus,
yang ikhlas, yang sungguh-sungguh. Mereka tahu
bahwa demikian inilah satu-satunya cara mengetuk
pintu pertolongan-Nya, disamping cara shalat.
322
Aku masih memiliki hati dan pikiranku. Di sini, di
pesantren ini aku masih sadar bahwa aku belajar.
Aku nyantri sebab aku ingin mendalami ilmu agama.
Lebih dari itu, kedatanganku kesini jauh-jauh dari
Jakarta tidak hanya untuk mendalami ilmu agama
saja, melainkan juga untuk mempraktikkan ajaran-
ajaran agama yang aku anut.
426
j. Rasa Syukur
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
“Alhamdulillah. Kuusap wajahku dengan kedua
telapak tanganku. Telah kujalankan shalat ini, walau
aku hanya sekedar menjalankannya sebagai sebuah
perintah. Tetapi aku menikmatinya. Kuserahkan
diriku sepenuhnya kepada kehendak-Nya.”
88
“Alhamdulillah, mas. Terimakasih banyak. Semoga
Allah melapangkan dada dan memberikan rejeki
yang banyak kepadamu...kata si ibu. Terhadap
anaknya dia berkata,‟anakku..mari kubelikan makan
dengan rejeki ini. Oh anakku—seharian engkau
belum makan‟. Dia menoleh kepadaku sekali lagi
dan berucap,‟sekali lagi terimakasih...”
144-145
“Ibu itu menangis. Katanya,‟hari ini adalah hari
pertama dalam hidup saya dimana ada orang yang
145
59
baik hati memberikan uang demikian banyak.
Terimakasih mas. Hatimu tampan seperti wajahmu.
Aku berdoa semoga Allah meringankan bebanku
dan bebanmu dan menunjukkan kita jalan yang
lurus.”
Alhamdulillah saya telah mampu membayar uang
sekolah untuk Irsyad.”
153
“Alhamdulillah. Ini adalah berkah dari Allah SWT
kepadaku.”
193
“Alhamdulillah, lega rasanya aku bisa menulis surat
seperti itu, semoga surat ini bisa menjadi ungkapan
sesalku kepadanya. Dan semoga dia sudi
memaafkanku.”
262
“Aku tidak tahu harus bicara apa kepada kalian,
kecuali rasa terima kasih yang sebesar-besarnya.
Aku bersyukur kepada Allah, sebab Dia masih
memberikan aku saudara-saudara seperti kalian.
Sekali lagi terimakasih...”
305
“Mas, alhamdulillah, masyaallah, laa hawla wa laa
quwwata illa billah. Mas iqbal bebas..mas iqbal
bebas.”
318
“Malam itu, niat kami untuk berdoa kepada Allah
tetap kami nyatakan. Kami tetap mewiridkan apa
yang tadi telah Burhan katakan. Hanya saja niat
kami berubah: dari permohonan menjadi ungkapan
terimakasih; dari kesabaran menjadi syukur. Ya,
kami berdo‟a kepada Allah untuk melahirkan rasa
syukur kami kepada-Nya.”
321
“Alhamdulillah Iqbal sekarang sudah bisa berwudlu
dan shalat dengan gerakan-gerakan dan bacaannya.
Iqbal sekarang sudah mampu membaca ayat-ayat al-
Qur‟an. Dan bahkan sekarang aku sudah memiliki
perbendaharaan hafalan-hafalan beberapa ayat al-
Qur‟an dan hadis-hadis nabi.”
355
“Dan alhamdulillah, kami berhasil meyakinkan
mereka akan keberadaan pesantren kita. Kami
terbebas dari tuduhan teroris.”
360
“Kembali para sahabat berucap syukur kepada
Allah. Apa yang telah bisa aku miliki adalah karunia
365
60
Allah SWT yang patut untuk disyukuri.”
k. Keadilan
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
Demi Allah, aku memiliki banyak uang. Dan aku
tidak ingin menyia-nyiakan uang yang aku miliki ini
hanya untuk memperturutkan hawa nafsuku,
memenuhi kesenangan-kesenanganku. Tidur di hotel-
apalagi hotel mewah tentu saja sangat
menyenangkan. Tetapi bagaimana bisa hatiku tenang
jika tidur disana sedangkan disini saudaraku sesama
muslim menderita miskin dan lapar? Lagi pula,
ngapain aku harus memberikan uang yang aku miliki
kepada pemilik hotel sedangkan ada orang yang
lebih berhak menerimanya?
171
“Terkadang keadilan dan derita itu berada dalam
diri yang satu—apa maksud kata-kata bu Jamilah
ini? Akankah dia ingin mengatakan bahwa
kemiskinan yang disandangnya ini merupakan salah
satu wujud dari keadilan-Mu? Jika ya, lantas berapa
banyak dari umat-Mu yang sanggup menerima
keadilan dalam bentuk penderitaan? Allahu Akbar
keluarga kecil ini adalah salah satu hamba-Mu yang
sanggup menerima keadilan dalam bentuk yang
demikian itu.”
187
Katakanlah, perintah kiai. „aku tidak mungkin akan
memutuskan salah dan benar pada dirimu tanpa
memberikan kesempatan kepadamu untuk
menyatakan hujjah-hujjahmu.”
503
l. Keberanian
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
“Ya aku tidak boleh menyerah. Aku tidak mau kalah.
Aku tidak mau lagi diperudakoleh nafsu-nafsuku
sendiri, dan sekarang giliran aku yang menjadikan
30
61
dia sebagai budakku.”
Dengan sekuat tenaga aku bangkit. Aku tidak
memilih untuk disini ataupun kembali ke pesantren.
100
Aku tidak mungkin lagi terus-menerus disini. Telaga
ini bukanlah tempatku. Aku datang dari Jakarta
bukan untuk menemani telaga, sebab aku datang
kesini untuk mengaji kepada kiai. Aku harus turun
sekarang, apapun yang akan terjadi.
101
“jika anda semua tidak pergi dari sini, saya akan
laporkan anda ke polisi. Saya tidak melakukan
kejahatan apapun disini.”
275
Aku tidak akan membiarkan diriku disiksa mereka.
terhadap polisi aku bisa mengalah sebab mereka
adalah tuan rumah disini. Tetapi, tidak ada
kekuasaan antara sesama tahanan. Orang-orang ini
penjahat. Diantara mereka ada yang menjadi
pemerkosa, adapula yang menjadi pembunuh. Aku
bukan pembunuh, bukan pula pemerkosa. Dan aku
bukan seorang teroris. Tidak sepantasnya aku
menyerah kepada mereka. Iqbal dulu seorang yang
hobi berkelahi. Dikeroyok adalah kegemaranku. Aku
tidak takut kepada mereka!
285
Priscillia bisa membayangkan bagaimana
seandainya orang tuanya itu mengetahui bahwa
dirinya telah berpindah agama, pasti kedua orang
tuanya akan memurkainya. Pasti percekcokan akan
terjadi. Agama adalah prinsip hidup, maka demikian
pula prinsip hidup kedua orang tuanya. Maka bisa
dibayangkan apa yang akan terjadi jika prinsip
hidup itu terlanggar. Tapi Priscillia siap jika suatu
saat nanti dia harus dihadapkan pada pilihan yang
sulit:meninggalkan Islam atau meninggalkan kedua
orang tuanya.
347
Aku tidak boleh malu. Cinta tidak boleh malu, sebab
hanya orang yang bodoh sajalah yang pantas untuk
malu mendekati kekasih.
486
62
m. Rasa Percaya
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
Kuat tidak kuat, kau memang harus menggesernya.
Dengan nama Allah, aku akan menggeser batu itu;
dan dengan kekuatan yang diberikan-Nya, aku yakin
aku bisa menggesernya.
87
Tidak mungkin aku akan shalat di masjid Bandung,
sebab aku akan kesiangan sampai disana. Tidak
mungkin aku shalat diatas batu sebab tidak ada batu
yang besar disini. Satu-satunya tempat yang bisa aku
gunakan untuk shalat adalah tanah berpasir di
pinggir sungai ini. Pilihanku hanya ini: mau shalat
diatas tanah berpasir atau tidak? Aku yakin, Allah
akan memaafkankusebab aku telah berdialog
dengannya diatas tanah berpasir, bukan di masjid,
mushala, atau batu.
117
“Dan Allahuakbar, teriakan ibu didengar-Nya. Allah
tidak mengabaikan jeritan hamba-Nya. Allah masih
mengasihani kami. Dia yang Maha Besar, Maha
Adil, Maha Bijaksana. Dengan kebesaran, keadilan,
dan Kebijaksanaan-Nya, ibu yakin akan bisa
bertahan hidup dan membesarkan anak-anak saya.
Dengan pertolongan-Nya, ibu yakin bisa
menyekolahkan Irsyad sampai tamat.”
153
Dia tidak pernah mengandalkan harta dan uang,
sebab dia telah mengandalkan apa yang menjadi
milik sejatinya; hati dan akalnya. Hati dan akalnya
sudah terbuka sehingga kemiskinan tidak
menjadikannya berkecil hati. Dan inilah yang tidak
aku miliki selama ini: keyakinan kepada kebesaran,
keadilan dan kebijaksanaan Allah SWT. Ibu ini
memiliki hati yang yakin.
155
Allah memang telah mentakdirkan aku untuk bertemu
dengan bu Jamilah, Fatimah, dan khususnya Irsyad.
Tanpanya kemungkinan besar aku akan sangat
mengalami kesulitan besar di kota ini. Allah SWT
juga telah mentakdirkan aku bersua dengan
Priscillia, gadis kristiani, sebab tanpanya aku
mungkin belum akan tahu apa yang mesti kuperbuat
di kota ini.
165
63
“Disamping itu, kami selalu percaya bahwa Allah
SWT tidak memandang kemiskinan dan kemelaratan
kami, sebab dia memandang hati dan pikiran kami;
jiwa kami. Kami pandang dan kami cintai Allah
dengan kemampuan yang kami miliki kak...”
168
“Aku yakin, apabila kita berniat sungguh-sungguh
dengan kebaikan yang kita lakukan, Allah akan
mempermudah jalan bagi kita.”
193
“Mengapa permata berkilau? Mengapa emas
berwarna kuning? Mengapa besi itu keras dan
padat?mengapa air mengalir dari tekanan yang
tinggi ke tekanan yang rendah? Semuanya
menunjukkan kepasrahan, kepasrahan total kepada
kehendak sang Khaliq, Allah SWT. Kepasrahanlah
yang telah menjadikan permata dan emas berkilau-
kilau, menjadikan air mengalir, menjadikan besi
padat dan keras. Semuanya tidak protes laiknya iblis
yang protes terhadap kehendak dan ketentuan Allah.
Lia, sungguh indah apabila diri kita bisa pasrahkan
semuanya spenuhnya kepada kehendak Allah. Saya
kira, Tuhanpun akan senang apabila kamu pasrah
kepada-Nya, ikhlas menjalankan syariat-Nya.”
253
“Perjalanan sayalah yang menyebabkan saya
memilih Islam. Saya mengetahui, saya memahami,
dan saya sadar untuk memilih Islam.
Marilah ukhti mengikuti saya untuk membaca
kalimah Syahadah tiga kali, dimulai dengan
membaca basmalah........”
341
Masuknya Priscillia kedalam agama Islam
menambah keyakinanku terhadap Allah SWT. Aku
merasa bahwa Priscillia berada beberapa lngkah
didepanku dalam memeluk agama Allah ini. Betapa
tidak, sedari kecil aku adalah seorang muslim
sedangkan dia bukanlah seorang muslimah. Tetapi
sedari kecil, aku telah jauh dari nilai-nilai Islam
sedangkan dia akrab dengan nilai-nilai kristiani.
Dan baru beberapa bulan ini, aku berupaya
mempraktikkan ajaran-ajaran Islam dan berusaha
menambah pengetahuan dan wawasanku terhadap
agama Allah ini, sedangkan dia memilih Islam
setelah melakukan pencarian atas kebenarannya
selama ini.
347
64
n. Kesederhanaan
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
Yah inilah rumah seorang pengemis. Ibu itu benar
terhadap rumahnya. Rumah ini berlantaikan plester
yang sudah pecah-pecahdisana-sini.
148
“Setiap hari, ibu dan Fatimah tidur disatu-satunya
kamar yang ada dirumah ini. Sedangkan anakku
Irsyad? Dia tidur diatas tikar diatas lantai.”
174
“Emak dan adikmu bisa tidur diatas papan ini. Ndak
apa-apa. Papan ini bersih kok.”
175
o. Kedamaian
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
Kata-kata kiai Subadar membasahi hatiku, dan
mengeluarkan air mataku. Ketakutanku akan
mendapatkan penghinaan dan perendahan di
pesantren ini benar-benar tidak ada. Iblislah yang
telah membuatku takut.”
70
“Duhai hati, apa yang bisa aku lakukan sekarang
untuk menenangkanmu?yupp! kutemukan
jawabannya: shalat. Shalatlah yang bisa
menenangkan hatiku. Aku keluar menuju tempat
wudlu.”
111
Dan alhamdulillah. Sedikit ketenangan masuk ke
dalam hatiku. Otakku tidak sesemrawut tadi.
111
Selesai sudah aku menjalankan shalat shubuh.
Hatiku damai. Pikiranku lebih tenang.
117
Apa yang dilakukan keluarga ini setelah shalat
shubuh benar-benar membuat aku ingin menangis.
Ingin menjerit dan menangis, sebab apa yang
dilakukan oleh keluarga miskin ini usai shalat
shubuh adalah apa yang aku cari dan ingin aku
190
65
pelajari. Fatimah mengambil Juz „amma, sebuah
buku pelajaran mengaji al-Qur‟an. Ia siap-
siapmeminta kakaknya untuk diajari ngaji. Bu
Jamilah sendiri tengah membuka kitab al-Qur‟an
dan mulai membacanya ayat per ayat. Suaranya
sangat enak untuk didengar, demikian menyejukkan,
demikian menenangkan.
Terlepas dari dosa dan kesalahanku kepada „Aisyah
dan kiai Subadar, semakin lama aku merasa semakin
bahagia. Hati, pikiran, dan perasaanku semakin
tenang dan senang. Aku lalui hari dengan
kemantapan, dan kuisi waktu dengan cinta dan
pengharapan kepada Allah SWT.
257
“Dan ketenanganpun menghampiri hatiku kembali.”
262
“Karena itu, berbahagialah kita oleh sebab kita
memeluk Islam, kita mendapat hidayah Islam.
Islamlah yang akan membawa kedamaian bagi kita,
baik kedamaian didunia maupun kedamaian di
akhirat nanti.”
342
Kuhirup kembali udara di kamar ini. Aku bahagia,
sungguh amat bahagia. Ternyata sambutan para
sahabat terhadapku tidak seperti yang aku duga.
Mereka baik semua. Mereka semua sayang
terhadapku.
362
Inilah saat-saat paling membahagiakan dalam
hatiku; saat dimana aku bisa shalat berjamaah
dengan orang-orang hebat di pesantren tercinta.
365
Inilah malam yang terindah yang pernah aku miliki
selama hidup ini. Suatu malam dimana aku benar-
benar merasa sah dan terhormat untuk menjadi
bagian dari komunitas pesantren ini. Hatiku
berbunga-bunga laiknya bunga-bunga di musim
semi. Sudah tidak ada lagi persoalan yang aku
hadapi disini. Aku hanya perlu melakukan dua hal:
menimba air dan melanjutkan diri untuk menimba
ilmu.
393
Ini adalah pagi yang keempat yang telah kumiliki
dengan perasaan segar dan baru, sebuah perasaan
yang tidak aku miliki di setiap pagi sebelumnya.
394
66
Setiap kudengar kokok ayam pertama, aku tergeliat
bangun untuk menjalankan shalat lail. Kini aku
dapat belajar dari kokok ayam itu. Suaranya seakan-
akan memanggilku dan memanggil semua muslim
untuk tidak melewatkan penghujung malam dengan
sia-sia. Ada hakikat spiritual yang diajarkan oleh
kokok itu. Dia hanya seekor ayam, tetapi kalau
manusia mau menyadari dia mengajarkan banyak
hal. Dia mengajarkan kepasrahan. Dia rela
dagingnya direbus atau dicincang untuk santapan
manusia. Allah menjadikan binatang yang hanya
memiliki bahasa binatang dan tidakmemiliki bahasa
manusia.
Aku diajarinya untuk berdamai dengan diriku
sendiri, berdamai pula dengan semuanya. Aku
menjadi yakin dengan apa yang dikatakan Thomas
Merton,‟jika kamu sendiri merasa damai, setidaknya
ada sedikit kedamaian di dunia. Kemudian bagilah
rasa damaimu dengan semua orang, dan semua
orang akan merasakan damai‟.
470-471
Sepanjang jalan menuju pondok putra, kusebut nama
Priscilia dan Zaenab berkali-kali. Dan hatiku
menjadi tentram karenanya. Sepertinya, Allah-ku
menjelma menjadi Priscillia dan Zaenab, lalu
memberikan kekuatan kepadaku sehingga tak
kurasakan sakit seluruh tubuhku. Hatiku pun tidak
sakit menerima perlakuan sahabat.”
496
p. Tanggungjawab
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
“Aku tahu, ya Allah, bahwa aku harus bertanggung
jawab terhadap apa yang telah kulakukan.”
99
Dengan cara aku menulis surat permintaan maaf
kepadanya, barangkali hal ini bisa mengurangi
beban perasaan sesalku sekaligus mengurangi
kebencian „Aisyah kepadaku.
107
67
Dan hari ini adalah hari yang keempat belas, sebuah
hari dimana aku ingat kembali dosa dan kesalahanku
kepada „Aisyah. Bagaimana aku akan bisa tenang
dan bahagia ketika masih ada dosa dan kesalahan
yang nyata-nyata telah kuperbuat dan belum
kumintakan maaf kepadanya?.
260
“Mas barangkali sayalah yang salah. Tiba-tiba
Anbar membuka suara. „sayalah yang
bertanggungjawab mas...”
305
“Tetapi, zalim apabila saya tidak segera kembali ke
pesantren. Ada tugas dan tanggungjawab yang harus
saya pikul disana. Insya Allah saya akan sering
berkunjung kesini.”
351
Usai shalat, aku ingin meluluskan niatku untuk
segera bertemu dengan „Aisyah.
367
“‟Aisyah, saya kesini untuk meminta maaf. Meminta
maaf atas sikap dan ucapanku dulu yang telah
menyinggung perasaanmu saya khilaf neng. Saya
minta maaf. Waktu itu hati dan pikiran saya sedang
resah.”
368
Hari ketiga setelah rapat di masjid itu, proposal
telah jadi kubuat.
429
Oh ya, aku menjadi ingat! Aku ingat dengan tugasku,
dengan tanggung jawabku. Lalu aku pun berkata
kepada kang Rakhmat , „kang...maaf saya tidak bisa
lagi disini, padahal masih ada tanggung jawab yang
harus saya kerjakan. Untuk itu saya mohon kang
Rakhmat bersedia untuk meneruskan rencana yang
telah kita susun. Kang Rakhmat bisa mengajak
sahabat yang lain untuk pergi ke kabupatn besok.
Semoga acara nanti sukses.
515
q. Kemurnian Hati
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
“Walaupun saya bodoh, saya tidak ingin Irsyad ikut
bodoh, sebab saya tahu dia anak yang pandai. Saya
151
68
tidak ingin sekolahnya kacau.”
“Saya merasa sedih sebab tidak bisa memberikan
tempat yang baik dan layak buat nak Iqbal. Kita ini
sesama muslim, dan sesama muslim adalah saudara.
Ibu hanya bisa menyediakan tempat seperti ini.”
174
“Tidak jarang saya berpuasa kak, jadi, kalau pagi
tidak makan, tidak masalah bagi saya. Saya tahu
bahwa puasa oleh sebab karena ketiadaan sesuatu
itu berarti puasa yang benar-benar tidak puasa.
Tetapi saya yakin Allah akan mencatatnya sebagai
puasa. Orang seperti kami ini menjadikan puasa
sebagai bagian dari diri kami, kak.”
195
“Allah memberi saya kedua kaki yang masih kuat ini.
Dengan berjalan kaki, saya tidak akan terbebani
biaya angkutan disatu sisi. Dan, disisi lain, saya
memanfaatkan karunia Allah berupa kaki ini dengan
sebaik-baiknya. Pernah dengar orang yang berkata
bahwa berjalan kaki itu menyehatkan kak?”
196
Sepuluh hari bersama bu Jamilah, seakan-akan
seperti sepuluh hari bersama ibuku sendiri. Sepuluh
hari bersamanya, tak pernah sekalipun aku melihat
kesedihan dan keputusasaan diwajah oleh sebab
tekanan hidup dan beban yang harus dipikulnya.
241
Pak Togar tersenyum. Katanya,”biaya? Biayanya
berikan saja pada Tuhan. Atau, kalau toh mas mau
membayar saya, ada yang lebih berhak untuk
dibayar ketimbang saya. Sungguh saya tidak
mengharapkan imbalan apa-apa. Saya hanya
menjalankan tugas.”
334
Hari ini aku kembali belajar dari bu Jamilah;belajar
tentang bagaimana seharusnya memiliki hati, ialah
hati yang tulus dan ikhlas karena Allah SWT semata.
Pengorbanan yang telah dia berikan kepadaku
demikian besar.”
337
Dengan hati yang ikhlas, beliau berdua
memaafkanku beliau menyadari kekhilafanku.
Mereka bahkan mendoakanku agar selalu berada
dalam lindungan-Nya dan kasih sayang-Nya”
393
69
r. Ketekunan
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
Ibu itu terus berkisah,‟saya tidak lagi bisa berjulan,
padahal hidup harus terus berjalan dan sekolah
Irsyad harus terus berlanjut. Akhirnya ibu bekerja
apa saja: menjadi tukang cuci, tukang masak, dan
apa saja. Bahkan seperti yang nak Iqbal lihat, ibu
terpaksa menjadi pengemis. Ibu tidak ingin melihat
Iryad, tetapi tidak ingin pula melihat dia dan
Fatimah kelaparan.
152
“Trims. Aku akan belajar membaca al-Qur‟an dulu
kepadamu sehingga nanti ketika aku kembali, aku
sudah bisa membaca al-Qur‟an. Lagi pula, mumpung
aku disini, aku akan membeli buku-buku agama
sebanyak-banyak dan membaca sepuas-puasnya.”
237
Dalam sepuluh hari pula, aku juga telah berusaha
untuk menghafalkan ayat-ayat al-Qur‟an beserta
terjemahannya.
244
Dalam sepuluh hari pula, aku telah mencoba
menghafalkan beberapa hadis Rasulullah SAW yang
aku dapatkan dari buku yang telah aku baca.”
244
Aku suka dengan waktu akhir-akhir ini, sebab aku
telah mempolanya sedemikian rupa. Aku biasakan
untuk bangun di sepertiga malam yang terakhir,
seperti yang telah dilakukan bu Jamilah dan Irsyad
untuk menunaikan shalat tahajjud.
246
Aku mulai tertarik membaca buku-buku yang tidak
hanya berorientasi keagamaan saja supaya aku lebih
mengenal dunia. Kebenaran tidak hanya tertuang
pda buku-buku agama, menurutku, sebab kebenaran
itu bisa tertuang dalam buku manapun juga.
264
Menit-menit menjelang maghrib ini akhirnya
kulewati untuk serius membaca buku ibn Qayyim al-
Jauziah. Kubaca secara tertib, dari halaman satu
baris pertama. Kalimat demi kalimat kubaca dengan
375
70
sepenuh hati.
Sekarang, yang aku lakukan adalah seperti yang
dilakukan oleh para sahabat di pesantren ini, habis
maghrib aku mengaji al-Qur‟an. Malam ini aku
membaca satu setengah lembar. Masih dalam surah
al-Baqarah. Setelah itu, aku mencoba mengulangi
hafalan-hafalan ayat-ayat al-Qur‟an dan hadis-hadis
nabi.
388
Hari-hari berlalu. Aku semakin tenggelam dalam
ayat-ayat al-Qur‟an dan hadis-hadis nabi. Aku
semakin menyibukkan diri dalam hafalan dan
pemahaman.Malam-malam di pesantren semakin
kuisi dengan dzikir dan munajat. Aku mencoba untuk
lebih mendekat, lebih dekat, dan lebih mendekat
kepada Allah sang penguasa jagat.
465
Seperti kebiasaan-kebiasaan setelah usai shalat
shubuh dan mengaji, akupun telah selesai
menjalankan shalat shubuh. Dan aku pun pagi ini
mengaji kembali. Lalu, aku melaksanakan kebiasaan
yang ketiga, yakni mengambil air lagi.
484
s. Cinta
Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
Aku bisa demikian keras kepala kepada setiap orang,
tetapi hatiku demikian luluh kepadamu.aku turuti
perintahmu untuk melakukan apapun yang kau mau.
15
Kurawat semua anggrek melebihi aku merawat
tanaman yang lain. Cintaku kepada anggrek seperti
cintaku kepada ibu. Anggrek adalah bukti cintaku
kepada ibu.
17
Ibu mencintaiku karena Allah. Aku, walau baru
beberapa bulan ini, juga belajar untuk mencintai ibu
dan ayah karena Allah. Kusayangi Fatimah karena
Allah; kukasihi Irsyad karena Allah; dan aku merasa
kasihan kepada bu Jamilah, juga karena Allah.
230
71
Ya, mulai malam ini sejak dua malam yang lalu telah
kujadikan Irsyad dan Fatimah laiknya adikku sendiri.
Hubunganku dan mereka semakin dekat.
266
Adakah yang lebih baik dari cinta yang mampu
merekatkan jiwa-jiwa manusia? Keindahan-Mu, duh
Ilahi,telah engkau tampakkan hari ini. Hari ini aku
dijenguk oleh bu Jamilah, Fatimah, Irsyad, Priscilia,
Anbar, dan banyak lagi yang lainnya. Adakah yang
lebih baik dari cinta yang bisa membawa mereka
menjengukku kesini?
303
“Untuk malam ini saja, aku harap dengki dan
permusuhan diantara kita,kita hapuskan sehapus-
hapusnya. Malam ini, marilah kita jadikan sebagai
malam persaudaraan, malamcinta, malam kasih, dan
malam yang penuh keberkahan. Setuju? „setuju,
setuju..!.”
316
“Allah seperti mengingatkan ibu supaya tidak
menggunakannya selama ini. Ibu cinta pada Allah
nak. Kemuliaan dan kebesaran-Nya kembali
terbukti..”
336
Priscillia akan tetap mencintai dan menyayangi
kedua orang tua, juga tetap berupaya menghormati
mereka, walau mereka bisa kadi tidak lagi akan
menganggapnya sebagai anak kandungnya sendiri.
348
“Akhi Iqbal..? ahlan ya, akhi...! ucapnya. Kami
berjabat tangan. Kami berpelukan. Para sahabat
yang lain pun segera mengerubutiku, menjabat
tanganku, dan memelukku bergantian.”
359
“Kami semua mencintainya sebagai sesama muslim,
sesama saudara.”
425
Indahnya siang ini kurasakan. Akupun berlari seperti
yang diminta „Aisyah. Aku berlari membawa hatiku
yang indah, sebuah hati yang tengah dipenuhi cinta.
437
Namamu selalu menemaniku di siang dan malam-
malamku. Ketika kubuka mushaf al-Qur‟an, pada
saat yang demikian itulah seakan-akan aku melihat
wajahmu; ketika kubaca ayat-ayat al-Qur‟an, ayat-
ayat cintaku kepadamu semakin mendalam; ketika
467
72
kuhafalkan hadis-hadis nabi, lidahku tak kuasa untuk
tidak memanggil-manggil namamu. Ketika ingin
kupejamkan mata, engkau sekan hadir dan
mengucapkan selamat malam. Di kala kuterbagun di
tengah malam, seakan-akan aku mendengar
teriakanmu yang menasehatiku bahwa saatnya untuk
melakukan dzikir dan munajat; dan tatkala pagi
datangmenjelang, seakan-akan kulihat ujung jilbab
birumu melambai-lambai tertiup angin kemarau.
Aduhai cintaku. Cinta apa yang tengah kurasakan
ini?nistakah? atau sucikah?
Pelita hatiku bernama cinta. Ziarahi hatiku, maka
engkau akan menemukan nyala cinta itu. Seperti juga
aku yang terbakar karena cahayanya, engkau pun
akan mengalami hal yang sama apabila engkau
duduk didalamnya. Milikilah cinta, terangilah
semesta dengan cahahanya.
470
Cinta telah menjadikan hatiku damai dan rindu.
Telah hilang amarah dalam diriku, kepada siapapun
juga. Kang Rakhmat memiliki hak untuk berbeda
denganku; para sahabat boleh menatapku dengan
tatapan yang sinis, bahkan benci. Aku tidak sinis
terhadap para sahabat. Aku pun tidak membencinya.
Mereka adalah sahabat-sahabatku. Mereka adalah
guru-guruku. Begitu indah kurasakan perintah kiai
agar aku tidak lagi bertemu „Aisyah. Kukerjakan
terus perintah kiai sepuh untuk menimba air dengan
langkah tegap dan hati yang lebih lapang. Kuberikan
senyumku kepada para sahabat yang kelihatan tidak
suka denganku. Ini semua terjadi pada diriku sebab
cintaku yang telah mengajariku.
470
Cinta juga memenuhi hatiku dengan kelembutan.
Dan betapa indah jika hati telah terasa lembut.
Hatiku tidak suka dengan kekerasan, menolak
ucapan yang keras lagi tak sopan. Cinta telah
menjadikan apa yang kulihat terasa indah dan
nikmatseakan-akan aku tidak mau kehilangan
keindahan dan kenikmatannya lagi.
471
Benar aku sekarang jarang membaca al-Qur‟an.
Benar pula aku sekarang jarang menghafal, jarang
pula mengaji. Tetapi kamu tidak benar jika
mengatakan bahwa aku semakin menjauhi Allah-ku.
477
73
Aku bahkan merasa lebih dekat dengan-Nya, sebab
dia telah menampakkan diri pada cintaku.
Dalam keadaan seperti yang sekarang kurasakan,
mungkin memang hanya semesta yang sanggup
memahami diriku. Semesta adalah makhluk Allah.
Semesta adalah bukti cinta Allah. Allah mencintai
semesta, dan semesta pun mencintai Allah. Cinta
semesta kepada Allah sungguh luar biasa, sebab
cintanya itu bukanlah cinta yang bersyarat. Cinta
semesta kepada Allah adalah kepasrahan total
setotal-totalnya, sepasrah-pasrahnya.
479
Cinta telah melembutkan hatiku. Api tidak bisa
dipadamkan dengan api. Dan air justru akan
membeku tatkala dimasukkan ke dalam kulkas.
495
A. Karakteristik Tokoh Utama
Menurut Doni Kusuma (2007:80) istilah karakter dianggap sebagai
ciri atau karakteristik atau gaya atau sifat dari diri seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.Sama
halnya dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1995:445), istilah “karakter”
berarti sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan
seseorang dari yang lain: tabiat, watak.
Sedangkan Boeree (2008:426)Karakteristik adalah ciri khas
seseorang dalam meyakini, bertindak ataupun merasakan. Dari uraian
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa karakteristik adalah ciri atau sifat-
sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari
yang lain dalam meyakini, bertindak ataupun merasakan seseorang yang
bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan.
74
Sedangkan karakteristik tokoh utama adalah ciri atau sifat-sifat
kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang tokoh
atau pemeran utama dari yang lain dalam meyakini, bertindak ataupun
merasakan yang bersumber dari bentukan-bentukan yang diterima dari
lingkungan. Berikut di bawah ini adalah tabel karakteristik tokoh utama
dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy:
Iqbal
Karakter Kutipan Dialog dalam Novel Halaman
Patuh terhadap
orang tua
“oh, ibu. Aku demikian keras
kepala kepada setiap orang, tetapi
hatiku luluh kepadamu. Aku turuti
perintahmu untuk melakukan
apapun yag kau mau.”
15
“permintaan ibu untuk merawat
bunga-bunga aku penuhi.”
15
Cinta kepada
ibunya
“kurawat semua anggrek melebihi
aku merawat tanaman yang lain.
Cintaku kepada anggrek seperti
cintaku kepada ibu. Anggrek
adalah bukti cintaku kepada ibu.”
17
Integritas kuat “Ya Allah, bagaimana bisa
selama ini aku gunakan waktuku
untuk hal yang sia-sia? Untuk
hal-hal yang justru menjauhkanku
dari-Mu?
„Ibu, aku ingin berubah...kata-
kata inilah yang aku lontarkan
kepada ibu di pagi hari yang
cerah itu.”
23
”Aku masih memiliki hati dan
pikiranku. Di sini, di pesantren ini
aku masih sadar bahwa aku
426
75
belajar. Aku nyantri sebab aku
ingin mendalami ilmu agama.
Lebih dari itu, kedatanganku
kesini jauh-jauh dari Jakarta
tidak hanya untuk mendalami
ilmu agama saja, melainkan juga
untuk mempraktikkan ajaran-
ajaran agama yang aku anut.”
Bertanggung
jawab
“aku tahu, ya Allah, bahwa aku
harus bertanggung jawab
terhadap apa yang telah
kulakukan.”
99
Peduli terhadap
sesama
“ini, terimalah ibu. Ini amanah
dari saya. Saya tidak ingin
sekolah Irsyad gagal. Saya juga
tidak ingin Fatimah tidak
mengenyam pendidikan. Dan saya
tidak ingin lagi melihat ibu
mengemis. Gunakan uang ini
untuk membiayai sekolah Fatimah
dan Irsyad. Lalu yang sebagian,
gunakan untuk modal ibu.”
351
76
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Nilai-nilai Spiritual
1. Nilai Pendidikan Aqidah
Nilai pendidikan aqidah dalam novel Syahadat Cinta secara visual
dapat dilihat dalam cover buku yang menyebut novel ini sebagai novel
spiritual pembangun iman.
Aqidah secara bahasa berarti sesuatu yang mengikat. Manusia
memiliki keyakinan yang mengikat hatinya dari segala keraguan.
Secara terminologi aqidah adalah iman kepada Allah SWT, Malaikat-
malaikat, Kitab-kitab, Para Rasul, Hari Akhirat, dan keimanan kepada
takdir Allah baik dan buruk. Syari‟at Islam terdiri dari dua pangkal
utama, yaitu: pertama, Aqidah yang letaknya di hati. Kedua,
muamalah (perbuatan), yaitu cara-cara amal atau ibadah.
Dalam novel Syahadat Cinta, Taufiqurrahman menjelaskan
tentang hakekat iman yang sebenarnya, yang dilandasi atas pencarian
kebenaran yaitu islam.
a) “sebelum syahadah ini kita lakukan. sebelum ukhtina Priscillia
berbaiat terhadap agama Islam, saya ingin bertanya kepada
ukhti, apakah ukhti memilih islam karena keterpaksaan karena
desakan, karena ketakutan, atau karena kesadaran?”
“perjalanan sayalah yang menyebabkan saya memilih Islam.
Saya mengetahui, saya memahami dan saya sadar untuk memilih
Islam.” (al-Azizy, 2007:340).
77
Tidak ada paksaan dalam memasuki agama Islam, manusia
memiliki kebebasan untuk menerima atau menolak Islam. Karena
sesungguhnya orang yang mendapat hidayah Allah yang akan dapat
menerima kebenaran Islam. Firman Allah SWT dalam surat al-
Baqarah ayat 256.
كفش ثبنطبغد ال إكشا ف انغ شذ ي انش قذ تج ف انذ
ع عهى س للا فصبو نب ثق ال ا ح ان سك ثبنعش فقذ است ثبلل ؤي
“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).
Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang
sesat.karena itu barangsiapa yang ingkar kepada thaghut dan
beriman kepada Allah, maka sesungguhnya ia telah berpegang
kepada buhul tali yang amat kuat yang tidak akan putus, dan Allah
Maha Mendegar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:256)
b) “demikianlah, satu per satu aku baca dan aku hafalkan huruf-
huruf hijaiyah. Dan Allahu akbar, aku tidak mengalami kesulitan
untuk menirukan Irsyad mengeja huruf-huruf ini. Bahkan, saat ini
juga, aku telah hafal seluruh huruf hijaiyah yang berjumlah 30
buah itu (apabila huruf hamzah dan lam alif dimasukkan). Irsyad
mengujiku: dia memintaku membaca huruf-huruf ini dari berbagai
arah.
“Alhamdulillah, ini adalah berkah Allah SWT kepadaku. Aku
yakin, apabila kita berniat sungguh-sungguh dengan kebaikan
yang kita lakukan, Allah akan mempermudah jalan bagi kita.” (al-
Azizy, 2007:193).
Dalam kutipan di atas, Taufiqurrahman menjelaskan bahwa tidak
ada batasan untuk belajar agama (al-Qur‟an), baik tua ataupun muda
diwajibkan untuk mempelajari al-Qur‟an, dan usia bukan faktor
penghambat untuk belajar.
78
Dengan kesungguhan setiap orang bisa mempelajari al-Qur‟an
dengan cepat. Niat yang tulus dan ikhlas akan dapat membantu
mempelajari proses pembelajaran tersebut. Dengan mengkaji al-
Qur‟an manusia akan menemukan kepribadian yang saleh, firman
Allah SWT dalam surat al-Isra‟ ayat 9:
انز ؤي ش ان جش و أق ذ نهت زا انقشآ إ ه ع
نى أجشا كجشا بنحبد أ انص
“Sungguh, Al Quran ini memberikan petunjuk ke (jalan) yang
paling lurus dan memberi kabar gembira kepada orang mukmin
yang mengerjakan amal saleh bahwa mereka akan mendapat
pahala yang besar.” (QS.al-Isra‟: 4).
2. Nilai Pendidikan Syariah
Novel Syahadat Cinta ini mengambil setting Pondok Pesantren
yang disebutkan sebagai pondok pesantren salaf. Taufiqurrahman
menggambarkan santri yang belum memiliki basic agama bisa belajar
terlebih dahulu dari senior-seniornya yang lama mondok.
a) “kalau shalat gimana?”
“shalat dhuhur ada berapa rakaat?”tanya Amin
“apa itu rakaat?” tanyaku
Kang Rusli yang menjawab, “Rakaat itu bilangan atau jumlah
masing-masing shalat. Shalat itu terdiri dari berdiri, lalu rukuk,
berdiri kembali, sujud, duduk di antara dua sujud, kemudian
sujud kembali. Ini dihitung satu rakaat.”
Penggalan dialog diatas memberikan gambaran tentang
pendidikan shalat yang dilakukan secara individual. Pada prinsipnya
mempelajari agama harus dimulai dari yang mudah dulu, dan Islam
79
memberi kemudahan bagi umatnya dalam mempelajari ajaran-
ajarannya. Shalat merupakan salah satu sarana untuk mengingat Allah,
karena di dalamnya merupakan do‟a-do‟a yang dipanjatkan kepada
Allah SWT. Perintah untuk melaksanakan shalat salah satunya
tercover dalam QS. Thaha ayat 14:
ال إن إال أب فبعجذ أب للا الح نزكش إ أقى انص
“Sungguh, Aku ini Allah, tidak ada tuhan yang berhak disembah
selain Aku, maka sembahlah Aku dan laksanakanlah shalat untuk
mengingat.” (QS.Thaha: 14).
3. Nilai Pendidikan Akhlak
Akhlak adalah keadaan rohaniah yang tercermin dalam tingkah
laku, atau dengan kata lain yaitu sikap lahir yang merupakan
perwujudan dari sikap batin. Nilai pendidikan akhlak yang tpenulis
temukan dalam novel ini diantaranya adalah etika berbicara baik-baik
dan ajaran untuk saling memaafkan.
a) Etika berbicara yang baik
Secara eksplisit dapat diketahui bahwa di dalam novel ini
terkandung pesan-pesan edukatif yang ingin disampaikan
pengarang melalui dialog antar tokoh.
“tetapi menurutku nih kang,--kang Iqbal jangan marah, kamu
mempunyai beberapa ketidakbenaran.”
“Maksudku ketidakbenaran. Aku lebih suka mengatakan demikian.
Pertama, kang Iqbal merasa jengkel dengan kyai. Jengkel itu
sendiri merupakan penyakit, kang. Penyakit yang menggerogoti
hati kang Iqbal. Kedua, kejengkelan tersebut kamu tujukan kepada
kyai kita, padahal kyai kita tidak jengkel kepadamu. Ketiga,
kejengkelan itu kamu lampiaskan kepada orang yang salah,
80
walaupun dia juga bersalah kepadamu. Keempat, dan ini yang
paling parah, kang Iqbal mencaci maki neng Aisyah. Demi Allah
kang Dia telah berfirman: “Allah tidak menyukai ucapan buruk,
(yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang
dianiaya. Allah Maha Mendengar Lagi Maha Mengetahui.”
Dari dialog tersebut dapat diketahui ajaran tentang akhlak kepada
sesama dan etika berbicara yang baik-baik serta bersikap sabar
terhadap segala keburukan yang ditimbulkan oleh orang lain. Allah
berfirman dalam QS. An-Nisa‟ ayat 148:
عب س للا كب ظهى ل إال ي انق ء ي ش ثبنس انج ال حت للا
ب عه
“Allah tidak menyukai perkataan buruk, (yang diucapkan) secara
terang-terangan kecuali oleh orang yang dizalimi. Allah adalah
Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. An-Nisa‟: 148).
b) Ajaran untuk saling memaafkan
Tendensi dari pemberian maaf adalah harapan hidayah.
Dengan maksud upaya yang berbuat salah memperbaiki
kesalahannya dan mendapat hidayah dari Allah. Memang tidak
mudah untuk memberikan maaf kepada orang yang pernah berbuat
salah kepada diri kita. Dalam novel Syahadat Cinta ini
Taufiqurrahman memberikan interpretasi bahwa jadi orang itu
harus bisa menerima kesalahan orang lain dan dapat memaafkan
kesalaha itu.
“apa dia memberi maaf?”
“Tidak. Dia terlalu angkuh untuk memaafkan aku. Kang,
bagaimana hukumnya orang yang tidak memberi maaf?”
81
“Aduh, bagaimana hukumnya ya? Yang aku tahu, Allah telah
berfirman: perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik
dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan
(perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.
Dia juga berfirman: Dan (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-
dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka
marah mereka memberi maaf.”
Salah satu ajaran yang mendasari ajaran untuk menerima maaf
adalah QS. Al-Baqarah ayat 263 dan QS. Asy-Syuura ayat 37:
ل يعش حهى ق غ للا صذقخ تجعب أر ش ي يغفشح خ ف
“Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik dari sedekah
yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si
penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun.” (QS. Al-
Baqarah: 263).
إرا يب غضجا ى غفش احش انف كجبئش اإلثى جتج انز
“Dan juga (bagi) orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan
perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah segera
memberi maaf.” (QS. Asy-Syuura: 37).
4. Peduli
Peduli yang artinya memperhatikan, menghiraukan
(Purwadarminto, 2006:85).
a) akhi belum shalatkah? (al-Azizy, 2007:55)
Penggalan dialog di atas merupakan wujud kepedulian
seorang teman kepada teman lainnya dengan bertanya apakah
sudah shalat atau belum.
b) kang Rakhmat kemudian memberikan nasihatnya bahwa aku harus
bisa.(al-Azizy, 2007:58).
82
Bentuk kepedulian seseorang juga dapat berupa
memberikan nasihat-nasihat kepada orang lain agar menjadi
pribadi yang lebih baik lagi. Seperti yang terdapat dalam penggalan
novel Syahadat Cinta di atas yang mengajarkan kepedulian kepada
sesama dengan memberikan nasihat dan semangat.
c) Engkau memberikan nasihat kepadaku tanpa merendahkanku.
Kata-katamu menyentuh kalbuku. Kamu mendatangiku di saat para
sahabat lain tidak melakukannya. Kamu memberi masukan
kepadaku di saat aku tidak tahu harus bagaimana.(al-Azizy,
2007:98).
Penggalan dialog di atas merupakan wujud kepedulian
dengan bentuk memberikan nasihat kepada teman. Meskipun
terlihat sederhana, tetapi wujud kepedulian tersebut sangat
mengena ketika tidak ada seorangpun yang memberikan sikap
tersebut.
d) Timbul niatku untuk menyebrang jalan, mendekati ibu dan
memberikan shadaqah uang yang aku miliki.(al-Azizy, 2007:144).
Dari kutipan tersebut, secara jelas bahwa Taufiqurrahman
al-Azizy ingin mengajak pembacanya utuk peduli terhadap
sesamanya dan lingkungan sekitar. Bentuk kepedulian dari kutipan
dialog di atas yaitu dengan bersedekah atau bersikap dermawan
atas harta yang dimiliki untuk meringankan beban orang lain.
e) Dan sesama saudara harus tolong-menolong.(al-Azizy, 2007:179).
Kutipan novel di atas mengajarkan kepada pembaca untuk
mempuyai sikap peduli terhadap sesama saudara yaitu dengan
tolong menolong.
83
f) Aku mendengar bagaimana para sahabat menghiburku. Aku
mendengar ucap keprihatinan mereka atas apa yang
menimpaku.(al-Azizy, 2007:302).
Penggalan dialog di atas secara tidak langsung ingin
menyampaikan kepada pembacanya agar mempunyai sikap peduli
dalam bentuk menghibur teman, ssaudara, dan sahabat yang sedang
merasa sedih maupun mendapatkan musibah.
g) Ini, terimalah ibu. Ini amanah dari saya. Saya tidak ingin sekolah
Irsyad gagal. Saya juga tidak ingin Fatimah tidak mengenyam
pendidikan. Dan saya tidak ingin lagi melihat ibu mengemis. (al-
Azizy, 2007:351).
Kepedulian dalam kutipan dialog tersebut yaitu dengan
menolong seseorang agar kehidupannya lebih baik. Seperti yang
dilakukan tokoh Iqbal dalam novel Syahadat Cinta ini yang
menunjukkan sikap kepeduliannya kepada bu Jamilah dan kedua
anaknya agar tetap melanjutkan sekolah serta tidak mengemis lagi
dengan memberikan uang.
h) Semua di sini mengkhawatirkan keadaanmu.(al-Azizy, 2007:359).
Bentuk kepedulian lainnya adalah mengkhawatirkan
keadaan saudaranya seperti yang digambarkan melalui teman-
teman Iqbal di pondok ketika Iqbal sedang mendapatkan masalah
yang terdapat dalam kutipan dialog di atas.
i) Kiai sepuh dan kiai Subadar memberi petuah-petuah yang
utamanya ditujukan kepadaku dan kepada para santri putra.(al-
Azizy, 2007:392).
84
Memberikan nasihat kepada muridnya atau santrinya oleh
seorang Kyai maupun guru juga merupakan sikap peduli terhadap
sesamanya. Seperti yang terdapat dalam kutipan novel Syahadat
Cinta di atas.
j) Para sahabat risau melihatku.(al-Azizy, 2007:472).
Taufiqurrahman al-Azizy melalui kutipan dialog di atas
menggambarkan kepedulian terhadap saudaranya dengan
merisaukan sikap yang di luar kebiasaannya maupun dengan
merisaukan atau mengkhawatirkan suatu keadaan yang terjadi.
k) Insyaallah, akan merawatnya dengan lembut dan sepenuh hati. (al-
Azizy, 2007:495).
Kutipan dialog tersebut mengajarkan sikap kepedulian
seseorang dengan merawat teman atau sahabatnya. Misalkan
merawat shabat yang sedang sakit ketika di pondok pesantren. Hal
itulah yang dilakukan santri putri untuk merawat Priscillia yang
tengah pingsan.
Dari beberapa kutipan novel Syahadat Cinta di atas,
Taufiqurrahman secara tidak langsung mengajak pembacanya untuk
mempunyai kepedulian terhadap sesama makhluk ciptaan Allah. Dan
sikap peduli ini sebaiknya dimulai dari lingkungan yang terdekat
disekitar kita. Kepedulian dapat berupa perhatian, tolong-menolong
antar sesama, memberikan petuah atau nasihat, dan dengan merawat
makhluk ciptaan Allah. Selain itu, sikap peduli harus ditanamkan
85
sejak dini karena manusia juga sebagai makhluk sebagai makhluk
sosial yang pasti membutuhkan orang lain. Seiring dengan kemajuan
era modern sekarang ini, sikap peduli sudah semakin luntur. Saat ini
sudah banyak orang yang tidak peduli terhadap apa yang dialami oleh
sesama manusia dan lingkungan yang ada disekitarnya. Mayoritas
orang hanya memikirkan keuntungan untuk pribadinya saja.
Padahal Allah selalu memerintahkan umatnya untuk selalu
bersikap peduli terhadap sekitarnya. Dan Rasulullah juga sudah
memberikan teladan yang terkait dengan kepedulian terhadap sesama
dalam kisah-kisahnya. Sedikit kepedulian yang diberikan untuk orang
lain akan memberikan manfaat dan dampak yang besar.
5. Tenggang Rasa
a) “islam adalah agama damai; cinta damai. Aku kira seperti
halnya saudara-saudara kamu, saudara-saudara kami sesama
muslim pun memiliki banyak perbedaan dalam
menginterpretasikan ajaran agama.”
“kamu benar dalam hal itu bal. Dalam kristen sendiri terdapat
perbedaan.”(al-Azizy, 2007:13).
Dalam petikan dialog tersebut ingin mengajarkan sikap
bertenggang rasa. Dan mengajarkan bahwa setiap orang pastinya
mempunyai perbedaan, salah satunya adalah agama. Bahkan orang
yang memeluk agama yang sama juga mempunyai perbedaan-
perbedaan.
b) Priscillia, gadis kristiani ini tampaknya memiliki kebajikan dan
kebijakan kristen yang dianutnya. Aduhai, andaikan semua
kristiani seperti dia, betapa indahnya silaturrahmi antar
agama.(al-Azizy, 2007:136).
86
Meskipun berbeda agama, tetapi perbedaan tersebut tidak
menjadikan penghalang silaturahmi antar sesama manusia.
Perbedaan agama tidak boleh menjadikan seseorang berseteru antar
pemeluknya, dan harus dapat saling menghargai serta
menghormati. Seperti yang ingin disampaikan oleh
Taufiqurrahman al-Azizy yang terdapat dalam kutipan novel di
atas.
c) Tak kutemukan pada diri Priscillia keinginan untuk melakukan
penghinaan, pelecehan, atau perendahan terhadap agamaku.(al-
Azizy, 2007:209).
Kutipan novel Syahadat Cinta di atas mengajarkan bahwa
tokoh Priscillia mempunyai sikap tenggang rasa, yaitu sikap saling
menghormati atau saling menghargai antar sesama manusia yang
berbeda agama dengannya.
d) Baginya, miskin dan kaya sama saja, sebab ini hanyalah
perbedaan nasib dan peruntungan belaka. Miskin dan kaya tidak
bisa menyembunyikan cinta, dan tidak mampu membuat tabir
untuk menutupi rasa kemanusiaan.(al-Azizy, 2007:256).
Melalui kutipan novel di atas, Taufiqurrahman
mengajarkan bertenggang rasa. Sikap yang tidak membeda-
bedakan seseorag karena harta kekayaan manusia. Cinta antar
sesama manusia tidak dapat tertutupi hanya karena perbedaan kaya
dan miskin.
e) Aku tidak ingin melukai perasaannya. (al-Azizy, 2007:406).
Menjaga perasaan orang lain juga diajarkan dalam novel
karya Taufiqurrahman al-Azizy ini. Karena menjaga perasaan
87
seseorang itu bukan hal yang mudah untuk dilakukan, maka
kutipan dialog tersebut mengajak untuk mencoba menjaga
perasaan orang lain.
Dari beberapa kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta karya
Taufiqurrahman al-Azizy tersebut dapat disimpulkan bahwa tenggang
rasa adalah sikap adalah saling menghargai atau saling menghormati
antar sesama manusia. Di dunia ini ada banyak perbedaan-perbedaan
yang dimiliki oleh setiap individu, salah satunya adalah perbedaan
keyakinan atau agama. Perbedaan agama tidak boleh menjadikan
seseorang berseteru antar pemeluknya. Karena Islam sendiri
mengajarkan pemeluknya untuk dapat bertenggang rasa kepada
sesama manusia. Sungguh indah apabila dalam perbedaan-perbedaan
tersebut masih ada cinta, kasih, dan sayang antar pemeluk agama.
Dengan begitu hubungan atau silaturahmi antar agama akan menjadi
lebih baik.
Selain menghargai atau menghormati dalam keyakinan,
bertenggang rasa juga dapat berarti menjaga perasaan orang lain baik
dengan perkataan maupun perbuatan. Menjaga perasaan orang lain
begitu penting untuk dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari.
6. Nilai Muamalah (Ajaran berbuat sabar dan ikhlas)
Secara etimologi, sabar (ash-shabr) berarti menahan (al-habs).
Dari sini dapat dimaknai sebagai upaya menahan diridalam melakukan
sesuatu atau meninggalkan sesuatu untuk mencapai ridho Allah SWT.
88
Sabar menurut Dzunnun al-Mishry adalah menjauhkan diri dari hal-
hal yang bertentangan dengan agama dan bersikap tenang manakala
terkena musibah, serta berlapang dada dalam kefakiran ditengah-
tengah medan kehidupan (Fansury, 2013:67).
a) Melihat ulahku yang seperti itu, yang setiap hari-harinya
menghamburkan uang, yang setiap malam menghabiskan waktu
untuk bersenang-senang, yang setiap siang hanya tidur dan tidur
lagi, ibu tetap sabar.(al-Azizy, 2007:14).
Kutipan novel di atas menggambarkan kesabaran seorang
ibu terhadap perilaku anaknya yang hanya menghamburkan uang,
menghabiskan waktu untuk bersenang-senang.
b) Nanti, nanti, nanti. Itulah jawaban yang aku terima. Penantian ini
sudah berusia dua bulan, dan tetap saja aku tidak diajari apa-apa,
oleh siapa-siapa.(al-Azizy, 2007:41).
Kutipan dialog tersebut secara tidak langsung mengajarkan
untuk senantiasa bersabar dalam menimba ilmu. Walaupun dengan
penantian yang panjang, seseorang yang menimba ilmu haruslah
dapat bersabar dalam penantiannya.
c) Ibu akhirnya mengemis sejak pagi. Tapi, Allah SWT memang
benar-benar sedang menguji ibu.(al-Azizy, 2007:153).
Taufiqurrahman al-Azizy ingin mengajak pembacanya
melalui kutipan dialog di atas adalah sebagai seorang muslim
haruslah bersikap sabar dalam menghadapi cobaan hidup. Karena
manusia hidup di dunia tidak terlepas dari masalah dan cobaan,
tinggal bagaimana manusia menyikapinya bisa sabar atau tidak.
89
d) “Yah, hati yang yakin. Pastilah karena memiliki hati yang
demikian sehingga membuat ibu itu begitu sabar dan tabah dalam
menghadapi cobaan hidup.”(al-Azizy, 2007:155).
Kutipan dialog tersebut mengajarkan bahwa kita harus
bersabar dan tabah dalam menghadapi cobaan hidup yang dialami
oleh setiap manusia. Dengan bersabar maka akan membuahkan
keyakinan hati yang kuat.
e) “Belilah makanan seadanya. Kalau terpaksa tidak cukup, belilah
secukupnya. Tidak kebagian, emak ndak apa-apa.” (al-Azizy,
20707:177).
Tokoh bu Jamilah dalam kutipan dialog di atas
mengajarkan tentang kesabaran seorang ibu terhadap kekurangan
yang dialaminya. Selain kesabaran, kesederhanaan juga diajarkan
dalam novel ini.
f) “Tidak ada yang bisa aku lakukan sekarang ini, kecuali bersabar
dan memasrahkan diriku seutuh-utuhnya kepada kehendak Ilahi.”
(al-Azizy, 2007:313).
Bersabar juga dapat berupa kepasrahan seorang hamba
kepada Allah setelah semua usaha atau ikhtiar yang telah dilakukan
oleh seseorang.
g) “Aku tidak boleh berputus asa. Tidak boleh mengeluh.” (al-Azizy,
2007:410).
Berputus asa terhadap apa yang dialami seseorang berarti
juga termasuk tidak sabar dalam menjalani kehidupan. Dan
mengeluh juga termasuk hal yang sama. Dalam kutipan di atas
mengajarkan untuk bersabar dengan tidak mengeluh dan berputus
asa.
90
h) Dulu aku datang kesini untuk belajar agama. Lalu kiai Sepuh
mengajarkan kesabaran dan keikhlasan pada diriku melalui
perintahnya untuk mengambil air.(al-Azizy, 2007:513).
Melalui suatu perbuatan mengambil air setiap hari untuk
kebutuhan seluruh santri yang ada di pondok pesantren dilakukan
atas dasar perintah dari seorang Kyai kepada santrinya dapat
mengajarkan dan melatih kesabaran orang tersebut. Seperti yang
terdapat dalam kutipan dialog tersebut.
Dari beberapa kutipan novel di atas, dalat disimpulkan bahwa
dalam novel tersebut mengajak dan mengajarkan kepada pembacanya
untuk bersabar dalam menghadapi segala sesuatu. Islam sendiri juga
mengajarkan kesabaran. Didalam firman-Nya, Allah senantiasa akan
selalu bersama orang-orang yang sabar seperti yang terdapat dalam al-
Qur‟an Surat al-Baqarah ayat 153:
يع للا الح إ انص جش آيا استعا ثبنص ب أب انز بثش انص
”Hai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan (kepada
Allah) dengan sabar dan (mengerjakan) shalat, sesungguhnya
Allah beserta orang-orang yang sabar.”
Tanpa kesabaran, seseorang akan sulit merasakan kebahagiaan.
Sebab, tidak semua yang direncanakan oleh manusia itu dapat berjalan
baik dan lancar. Tidak semua yang diinginkan manusia itu dipenuhi.
Disinilah dibutuhkan sebuah kesabaran. Demikian pula dalam
melakukan segala sesuatu, tanpa kesabaran yang baik seseorang akan
melakukan segala sesuatu dengan tidak tenang atau teresa-gesa (Azzet,
2010:93).
91
Rasulullah yang menjadi suri tauladan bagi umatnya juga
mengajarkan untuk selalu bersikap sabar. Sabar adalah kunci bagi
meningkatnya keimanan seseorang pada Allah SWT. Selain itu, sabar
juga merupakan sarana untuk meningkatkan kualitas diri agar lebih
berharga dalam pandangan Allah SWT.
Menurut Ghazali dalam kita Ihya‟ Ulumuddin (2004:221) , iman
terdiri dari dua bagian. Sedangkan setengahnya kesabaran dan yang
setengahnya lagi ialah rasa syukur. Ketika kita mau bersyukur kepada
Allah, maka Allah senantiasa akan menambahkan nikmat-Nya. Dan
ketika kita selalu menerima dan mensyukuri hidup ini maka menjadi
tenang, sehingga segala cobaan dapat dilewati dengan hati yang lapang.
Itulah buah dari kesabaran.
7. Jujur
Jujur berarti antara perkataan dan hati harus sama, tidak boleh
beda. Apalagi antara perkataan dan perbuatan harus sama. Allah selalu
memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk senantiasa berbuat jujur.
Sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur‟an Surat a-Taubah ayat 119:
بدق كا يع انص آيا اتقا للا ب أب انز
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah
dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang jujur.”
Ayat diatas menerangkan bahwa Allah memerintahkan kita untuk
berkumpul dengan orang-orang yang jujur. Maksudnya adalah
lingkungan menjadi salah satu faktor terpenting yang mempengaruhi
92
seseorang. Jadi jika kita berkumpul dengan orang yang bersikap jujur,
maka kita akan menjadi orang yang demikian pula. Oleh karena itu,
kita diperintahkan untuk mencari lingkungan yang baik dalam
pergaulan.
a) Sungguh, selama ini aku jarang bergaul dengan saudara-saudara
muslimku.(al-Azizy, 2007:134).
Kutipan dialog di atas menjelaskan tentang kejujuran
seseorang yang jarang bergaul dengan saudaranya sesama muslim
untuk bertukar pikiran.
b) Jika boleh jujur, sesungguhnya aku takut berbincang banyak
dengannya.(al-Azizy 2007:138).
Tokoh Iqbal dalam penggalan dialog diatas yang
mengatakan apa adanya bahwa dirinya takut berbincang lebih
banyak lagi dengan Priscillia karena kedangkalan ilmu yang
dimilikinya tentang agama Islam.
c) Aku tidak mungkin berpura-pura bisa shalat dengan baik, bisa
menjadi imam, lalu kuimami mereka, sedangkan pada
kenyataannya memang aku belum bisa.(al-Azizy, 2007:156).
Kutipan novel tersebut menjelaskan bahwa Iqbal tidak
dapat berbohong atas ketidakbisaannya menjalankan shalat ketika
diminta menjadi imam shalat oleh bu Jamilah. Taufiqurrahman al-
Azizy secara tidak langsung mengajak pembacannya untuk
berperilaku jujur atas segala hal.
d) Irsyad, jujur saya belum pernah membaca-baca buku seperti ini
dan mungkin engkau pernah membacanya.(al-Azizy, 2007:163).
93
Kutipan dialog tersebut tentang kejujuran tokoh Iqbal yang
belum pernah membaca buku-buku agama bahkan bertuliskan arab
kepada Irsyad.
e) Jujur, aku belum bisa membaca al-Qur‟an sama sekali, Irsyad.
Aku ingin membacanya.(al-Azizy, 2007:193).
Dialog tersebut juga masih tentang kejujuran Iqbal yang
belum bisa membaca al-Qur‟an sama sekali. Kejujuran atas
ketidakbisaannya sangat bagus. Karena banyak orang yang sulit
berkata jujur atas ketidakbisaannya maupun kekurangannya.
f) Demi Allah—bagaimana mungkin saya akan mengakui perbuatan
yang tidak pernah saya lakukan?(al-Azizy, 2007:281).
Kutipan dialog diatas mengajarkan pembaca untuk
berperilaku dan berkata jujur. Ketika tokoh Iqbal dituduh
melakukan sesuatu yang tidak ia lakukan, maka ia akan tetap
berkata begitu seterusnya.
g) Tapi sungguh, aku tidak pernah menyentuhnya.(al-Azizy,
2007:399).
Penggalan dialog di atas menjelaskan kejujuran Iqbal yang
tidak pernah menyentuh lawan jenisnya. Karena ia tahu jika dalam
agama sudah melarang perbuatan tersebut.
Dapat disimpulkan dari beberapa kutipan di atas yang terdapat
dalam novel Syahadat Cinta tersebut. Taufiqurrahman al-Azizy
mengajarkan dan mengajak pembacanya untuk berperilaku jujur, baik
perkataan maupun perbuatan. Semua manusia di muka bumi
senantiasa menginginkan kejujuran. Jujur merupakan harta yang
94
berharga, karena jujur adalah orang yang dapat dipercaya. Sedangkan
untuk mendapatkan kepercayaan orang lain sangat sulit. Dengan
selalu bersikap jujur maka kita secara tidak langsung telah menghargai
diri sendiri maupun orang lain.
8. Kerjasama
a) “Suaminya bekerja sebagai tukang sayur keliling; mendorong
grobak dan menawarkan dagangannya di kompleks perumahan
yang ada didekat sini; sedang dia sendiri, sebelum melahirkan
Fatimah, menunggu kios kecil di depan kampus.”(al-Azizy,
2007:150).
Kutipan dialog diatas menjelaskan sepasang suami istri
yang bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan
menyekolahkan anaknya dan memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dengan bekerja sama, maka suatu beban akan menjadi lebih
ringan.
b) Kami mau berdo‟a kepada Allah untuk kebebasan mas Iqbal. (al-
Azizy, 2007:316).
Kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta tersebut
mengajarkan kebersamaan untuk bekerja sama agar mencapai suatu
tujuan yang ingin dicapai melalui usaha bersama-sama juga.
Dengan bekerja sama akan terasa lebih mudah dalam
menjalankannya.
c) Pertama, marilah kita buat kesepakatan. (al-Azizy, 2007:381).
Penggalan dialog di atas menjelaskan kerjasama antara dua
orang yang membuat kesepakatan untuk mencapai sesuatu.
95
Kesepakatan sangat pening dilakukan dalam bekerja sama karena
dengan adanya kesepakatan, kerjasama akan mulai terjalin.
d) Sebuah pertemuan yang didakan untuk membentuk kepanitiaan
kelahiran nabi.(al-Azizy, 2007:417).
Kutipan dialog di atas menggambarkan kerjasama anggota
pondok pesantren untuk melaksanakan suatu kegiatan. Bentuk
kerjasamanya yaitu dengan membentuk suatu kepanitiaan yang
masing-masing panitia sudah mempunyai tugas dan
tanggungjwabnya untuk dilakukan.
e) Kami pun akhirnya berbicara tentang segala sesuatu yang
berkaitan dengan pekerjaan yang perlu segera dilakukan.(al-
Azizy, 2007:420).
Mendiskusikan hal-hal yang akan dilakukan bersama juga
termasuk bentuk menuju kerjasama, seperti yang dijelaskan dalam
kutipan novel di atas. Komunikasi yang baik, akan menghasilkan
kerjasam yang baik pula.
f) Hari minggu kita agendakan untuk segera menyebar proposal ke
desa-desa, ke kecamatan-kecamatan di wilayah Solo ini.(al-Azizy,
2007:420).
Dalam kutipan dialog diatas, Taufiqurrahman al-Azizy
mengajarkan untuk melakukan sesuatu sebaiknya bersama-sama,
seperti menyebar proposal untuk kegiatan maulid nabi yang
terdapat dalam novel Syahadat Cinta.
Dari kutipan-kutipan dialog diatas, dapat disimpulkan bahwa
dalam novel Syahadat Cinta mengajarkan kerjasama. Menurut Ari
Ginanjar Agustian (2001:110) suka bekerja sama adalah wujud ihsan
96
Allah kepada salah satu sifat Allah atau Asmaul Husna al-Jami‟.
Dengan begitu dapat dipahami bahwa dalam diri atau suara hati
manusia itu suka bekerja sama dengan sesama manusia. Hal ini
dikarenakan manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup
sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Dengan bekerja sama
tugas yang semula berat menjadi lebih ringan. Rasulullah juga
mengajarkan umatnya untuk selalu bekerja sama atau gotong royong.
9. Integritas
Integritas adalah sebuah kesungguhan, bekerja secara total,
sepenuh hati, dan dengan semangat tinggi berapi-api. Integritas
merupakan melakukan sesuatu hal secara sungguh-sungguh karena
kesadaran dari dalam, bukan karena orang lain (Agustian, 2007:291).
a) Aku ingin melatih diriku sendiri untuk meninggalkan diriku
sebelumnya. Aku benar-benar ingin berubah(al-Azizy, 2007:26).
Kutipan dialog di atas melalui tokoh Iqbal menjelaskan
bahwa ia mempunyai niat yang kuat untuk merubah dirinya
menjadi lebih baik dari yang sebelumnya. Keinginan untuk
berubah tersebut murni dari dalam hatinya sendiri. Karena
perubahan yang paling kuat adalah yang berasal dari diri sendiri,
bukan karena orang lain.
b) Aku harus bisa menjalankan shalat dengan benar(al-Azizy,
2007:59).
97
Dalam kutipan novel tersebut, Taufiqurrahman al-Azizy
ingin mengajak pembacanya untuk menjalankan syari‟at Allah
yaitu shalat dengan benar.
c) Aku coba sekali lagi. Aku lebih berkonsentrasi lagi. Kutetapkan
dalam hati bahwa aku ingin melakukan kebaikan, ingin
mendapatkan kesucian, dan ingin mendekatkan diri kepada
Allah(al-Azizy, 2007:61).
Kutipan novel tersebut menjelaskan tentang tokoh Iqbal
yang mencoba dengan bersungguh-sungguh untuk mendekatkan
diri kepada Allah SWT. Untuk melakukan sesuatu hal
membutuhkan konsentrasi yang lebih agar membuahkan hasil yang
maksimal pula. Secara tidak langsung, Taufiqurrahman ingin
mengajak pembacanya untuk berkonsentrasi dalam melakukan
segala sesuatu.
d) Kuniatkan dalam hati bahwa aku berwudlu. Kubaca niat itu keras-
keras disana, siapa tahu ketakutanku dan kecemasan muncul
kembali(al-Azizy, 2007:85).
Niat yang kuat dapat menghilangkan rasa takut dan cemas
yang ada dalam diri seseorang. Dan tentunya niat tersebut murni
niat dari dalam diri seseorang, seperti yang diajarkan dalam
kutipan novel Syahadat Cinta di atas.
e) Kemiskinan yang diderita oleh keluarganya tidak menjadikan
Irsyad malu dan malas untuk belajar. Dia sadar anak orang
miskin, maka dia belajar dengan tekun, dengan giat(al-Azizy,
2007:151).
Dalam kutiapan di atas, Taufiqurrahman al-Azizy ingin
mengajarkan kepada pembacanya bahwa kemiskinan bukanlah
98
sesuatu yang dapat dijadikan penghalang atau alasan untuk mencari
ilmu. Dan lebih baik lagi jika suatu penghalang tersebut dapat
dijadikan sebagai semangat. Seperti Irsyad, anak seorang pengemis
yang besungguh-sungguh dalam menuntut ilmu.
f) Kembali kulanjutkan membaca buku ini. Kata perkata berusaha
aku pahami. Kalimat per kalimat berusaha aku selami (al-Azizy,
2007:173).
Penggalan dalam novel Syahadat Cinta tersebut
menjelaskan tentang seseorang yang bersungguh-sungguh dalam
membeca sebuah buku.
g) Usai shalat, aku kembali meghafalkan huruf-huruf hijaiyah yang
tadi shubuh telah diajarkan Irsyad(al-Azizy, 2007:221).
Kegigihan Iqbal untuk belajar mengaji tersampaikan
dengan jelas dalam kutipan dialog di atas. Iqbal kembali
melafadzkan apa yang telah dipelajarinya tadi pagi yang kemudian
ia pelajari lagi di siang harinya sesudah shalat dhuhur.
h) Aku nyantri sebab aku ingin mendalami ilmu agama. Lebih dari
itu, kedatanganku kesini jauh-jauh dari Jakarta tidak hanya untuk
mendalami ilmu agama saja, melainkan juga untuk
mempraktikkan ajaran-ajaran agama yang aku anut(al-Azizy,
2007:426).
Kutipan dialog di atas mengajarkan tentang niat yang
berasal dari dalam diri seseorang tanpa adanya paksaan dari orang
lain. Keteguhan hati yang kuat tersebut dapat menghantarkan
seseorang menuju ke jalan kesuksesan.
i) Artinya pastilah dia rajin mengangkat kedua tangannya untuk
berdo‟a kepada Allah di setiap malam-malamnya(al-Azizy,
2007:186).
99
Kutipan novel tersebut menjelaskan bahwa tokoh bu
Jamilah rajin dalam menjalankan ibadah shalat sunnah. Selain
shalat sunnah yang ia jalankan, do‟a-do‟apun sering ia lantunkan
kepada Allah SWT.
j) Kubesarkan nama Allah dan kuminta kekuatan kepada-Nya. Aku
sudah tidak lagi peduli lagi dengan rasa sakit diwajah, punggung,
perut, dan kakiku(al-Azizy, 2007:280).
Dalam kutipan novel di atas, Tafiqurrahman al-Azizy
mengajak pembacanya untuk bagaimanapun keadaan dan
dimanapun kita berada jangan melupakan Allah. Karena Allah
adalah sebaik-baiknya tempat mengadu bagi hamba-Nya.
Seseorang yang mempunyai integritas kuat maka senantiasa akan
mengadukan segalanya kepada Allah dan memasrahkan dirinya
secara total kepada Sang Penciptanya
k) Mereka melakukan wirid ini dengan niat yang tulus, yang ikhlas,
yang sungguh-sungguh(al-Azizy, 2007:322).
Dalam kutipan novel di atas menjelaskan bahwa para santri
melakukan wirid dengan sungguh-sungguh. Melalui kutipan
tersebut, Taufiqurrahman al-Azizy ingin mengajarkan kita bahwa
jika melakukan suatu ibadah harus bersungguh-sungguh, tulus dan
ikhlas.
Dari beberapa kutipan novel Syahadat Cinta di atas, dapat
disimpulkan bahwa seseorang yang memunyai keyakinan hati atau
niat yang kuat, besungguh-sungguh untuk berubah dari yang tidak
100
baik menjadi pribadi yang baik serta berada di jalan Allah SWT.
Walaupun banyak rintangan yang dihadapi, namun karena semangat
yang begitu tinggi dan berdasarkan kesadaran dari dalam dirinya
sendiri maka dapat menakhlukkannya.
Seseorang yang mempunyai integritas kuat akan menjalankan
sesuatu secara total dan sepenuh hati. Karena secara total dan sepenuh
hati itulah yang dapat menyadarkan seseorang dan membuatnya lebih
baik lagi. Integritas juga merupakan salah satu hasil dari spiritualisme.
Dalam buku ESQ Power (Agustian, 2001:5) menyatakan bahwa
spiritualisme terbukti mampu membawa seseorang menuju tangga
kesuksesan dan berperan besar dalam menciptakan menjadi seseorang
yang powerful leader.
10. Rasa Syukur
Kata syukur secara etimologi adalah menyebutkan atau
menceritakan tentang nikmat serta memuji sang pemberi nikmat yaitu
Allah Azza wajalla. Hal ini sesuai dengan hadis Rasulullah SAW:
“menceritakan nikmat Allah itu adalah syukur dan meninggalkannya
adalah kufur.” (H.R Ahmad dalam musnadnya). Adapun pengertian
syukur secara terminologi adalah mempergunakan nikmat yang
diberikan Allah kepada jalan yang disukai-Nya (taat) dan menjauhi
hal-hal yang dibenci-Nya (Fansury, 2013:36).
Bersyukur dapat diartikan sikap berterimakasih terhadap Allah
SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya kepada
101
kita. Sebagaimna dalam firman Allah SWT: QS an-Nahl ayat 18 dan
QS. Ibrahim ayat 7.
a) Alhamdulillah. Kuusap wajahku dengan kedua telapak tanganku
(al-Azizy, 2007:88).
Kutipan dialog di atas menjelaskan bersyukur kepada Allah
SWT atas nikmat yang telah diberikan kepada umat-Nya yang
masih dapat melaksanakan wudlu.
b) Alhamdulillah, mas. Terimakasih banya(al-Azizy, 2007:144).
Melalui dialog dalam novel Syahadat Cinta di atas,
Taufiqurrahman al-Azizy ingin mengajarkan sikap bersyukur
kepada Allah SWT dan berterimakasih kepada seseorang yang
telah membantu.
c) Alhamdulillah saya telah mampu membayar uang sekolah untuk
Irsyad(al-Azizy, 2007:145).
Kutipan dialog di atas mengajarkan sikap bersyukur
seorang ibu karena mampu membayar sekolah anaknya. Bagi
seorang pengemis seperti tokoh bu Jamilah, membayar sekolah
merupakan hal yang sangat berat. Jadi, sebuah rasa syukur selalu
disanjungkan bu Jamilah kepada Allah SWT.
d) Alhamdulillah. Ini adalah berkah dari Allah SWT kepadaku(al-
Azizy, 2007:193).
Kutipan dialog di atas mengajarkan sikap bersyukur kepada
Allah terhadap segala nikmat yang telah diterima oleh hamba-Nya.
102
Salah satu nikmat tersebut adalah suatu keberkahan karena dapat
membaca al-Qur‟an.
e) Alhamdulillah, lega rasanya(al-Azizy, 2007:262).
Kutipan dialog di atas menggambarkan rasa syukur
seseorang yang merasa lega setelah melakukan tanggung jawab.
Salah satunya adalah meminta maaf kepada seseorang dapat
membuat hati merasa lebih lega.
f) Aku bersyukur kepada Allah, sebab Dia masih memberikan aku
saudara-saudara seperti kalian(al-Azizy, 2007:305).
Kutipan dialog di atas menjelaskan rasa syukur tokoh Iqbal
kepada Allah SWT karena mempunyai saudara-saudara yang
sayang, peduli, dan sangat perhatian kepadanya. Jadi, nikmat Allah
itu bukan hanya berbentuk materiil tetapi juga berupa kesehatan,
nikmat hidup, mempunyai saudara-saudara yang peduli, dan lain-
lain.
g) Alhamdulillah, masyaallah, laa hawla wa laa quwwata illa
billah.Mas iqbal bebas..mas iqbal bebas(al-Azizy, 2007:318).
Kutipan dialog di atas menggambarkan rasa syukur
seseorang kepada Allah SWT karena dapat bebas dari penjara.
Rasa syukur tersebut sangat dijunjungkan kepada-Nya karena
terbukti bahwa suatu kebenaran memang sudah terbukti.
h) Ya, kami berdo‟a kepada Allah untuk melahirkan rasa syukur kami
kepada-Nya(al-Azizy, 2007:321).
103
Dialog di atas menjelaskan tentang rasa syukur atas suatu
nikmat yang diungkapkan dengan berdo‟a kepada Allah SWT.
Jadi, rasa syukur itu bukan hanya dengan mengucapkan
“Alhamdulillah” saja tetapi juga dengan berdo‟a dan beribadah
kepadanya.
Dari beberapa penggalan dialog di atas, dapat disimpulkan
bahwa agar kita senantiasa selalu bersyukur terhadap nikmat yang
diberikan Allah SWT kepada kita. Bersyukur dapat diartikan sikap
berterimakasih terhadap Allah SWT atas segala nikmat dan karunia
yang telah diberikan-Nya kepada kita. Sebagaimana dalam firman
Allah SWT QS. Ibrahim ayat 7:
عزاث كفشتى إ نئ شكشتى ألصذكى سثكى نئ إر تأر نشذذ
“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan:
Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah
(nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.”
Bersyukur merupakan salah satu cara untuk membuat perasaan
merasa tenang dan tentram. Dengan bersyukur keimanan kita pun
akan bertambah tebal. Menurut Ozi el-Fansury (20013:38) Bersyukur
adalah salah satu bentuk nyata dari rasa gembira terhadap nikmat yang
kita dapat dari-Nya. Seseorang yang dapat membawa dirinya pada
kondisi syukur maka hidup kita serasa tiada beban. Secara tidak
langsung, kita menarik pikiran-pikiran positif yang pada akhirnya
memuahkan hasil yang positif pula. Jika kita mengakui bahwa hanya
104
Allah SWT lah kita beribadah, maka sudah menjadi kewajiban untuk
bersyukur kepadanya yang terdapat dalam firman-Nya QS. al-
Baqarah ayat 172:
إ اشكشا لل طجبد يب سصقبكى آيا كها ي ب أب انز
تى إب تعجذ ك
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki
yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah
kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu
menyembah.”
Realisasi rasa syukur bukanlah suatu perbuatan yang sia-sia, tapi
dengan demikian akan mempertebal iman dan takwa kepada sang
maha pencipta. Syukur dan sabar adalah kunci bagi meningkatnya
keimanan seseorang pada Allah SWT. Berbagai sarana telah
disediakan bagi tumbuhnya rasa syukur dan sabar dalam diri, baik
berupa kenikmatan ataupun ujian. Syukur dan sabar juga merupakan
sarana untuk meningkatkan kualitas diri agar lebih berharga dalam
pandangan Allah SWT.
11. Keadilan
Keadilan berasal dari kata adil yang artinya meletakkan sesuatu
pada tempatnya, tidak berat sebelah, jujur, tidak berpihak, atau
proporsional. Dari pengertian ini, maka sikap adil seseorang dapat
dikatakan sebagai sikap yang tepat atau semestinya (Ahmadi,
2004:68).
105
Sebagai orang yang beriman seharusnya dapat berbuat keadilan.
Berlaku adil itu diperintahkan Allah SWT sebagaimana dijelaskan
dalam QS. An-Nahl ayat 90:
ع إتبء ر انقشث اإلحسب أيش ثبنعذل للا إ
عظكى نعهكى تزكش انجغ كش ان انفحشبء
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan
berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah
melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan.
Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat
mengambil pelajaran.”
a) Tetapi bagaimana bisa hatiku tenang jika tidur disana sedangkan
disini saudaraku sesama muslim menderita miskin dan lapar? Lagi
pula, ngapain aku harus memberikan uang yang aku miliki kepada
pemilik hotel sedangkan ada orang yang lebih berhak
menerimanya?(al-Azizy, 2007:171).
Kutipan dialog di atas menjelaskan tentang tokoh Iqbal
yang merasa berbuat dzalim ketika dirinya ingin menginap di hotel
mewah, sedangkan seorng pengemis yang ia temui, bu Jamilah
bersama kedua anknya yang kemiskinan dan lapar. Tidak adil
menurutnya jika harus memberikan uangnya kepada pemilik hotel
yang jaya raya. Kemudian ia mencoba berbuat adil dengan tinggal
di rumah bu Jamilah dan membayarnya seperti di kos.
b) Aku tidak mungkin akan memutuskan salah dan benar pada dirimu
tanpa memberikan kesempatan kepadamu untuk menyatakan
hujjah-hujjahmu(al-Azizy, 2007:503).
Kutipan novel Syahadat Cinta di atas mengajarkan sikap
berbuat adil kepada sesama manusia. Yaitu dengan tidak
106
menghujat seseorang salah atau benar tanpa memberikannya
kesempatan untuk menyatakan pendapatnya.
c) Akankah dia ingin mengatakan bahwa kemiskinan yang
disandangnya ini merupakan salah satu wujud dari keadilan-
Mu?(al-Azizy, 2007:187).
Kutipan dialog diatas mengajarkan kita untuk berbuat adil
kepada Allah, yaitu dengan menaati perintah-Nya dan menjauhi
segala larangan-Nya. Dengan berbuat adil kepada Allah, maka
Allah akan selalu menambahkan nikmat-Nya.
Dari beberapa kutipan dialog di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembaca di ajak untuk berbuat adil. Dan dapat dipahami bahwa
berbuat keadilan itu penting. Karena jika kita tidak menempatkan
sesuatu sesuai dengan porsinya maka berarti kita telah berbuat dzalim.
Setiap orang hendaknya mampu bersikap adil dalam kehidupan sehari-
hari. Baik adil terhadap diri sendiri, orang lain dan sesama makhluk
Allah , maupun berbuat adil terhadap Allah SWT.
12. Keberanian
a) Aku tidak mau kalah (al-Azizy, 2007:30).
Kutipan novel Syahadat Cinta di atas menjelaskan
keberanian tokoh Iqbal dalam melawan hawa nafsunya sendiri. Dia
tidak akan menyerah dalam menghadapinya, dan juga tidak ingin
diperbudak oleh nafsunya sendiri.
b) Dengan sekuat tenaga aku bangkit(al-Azizy, 2007:100).
107
Kutipan novel di atas menjelaskan keberanian sesorang
yang sedang berusaha bangkit untuk menghadapi masalah yang
tengah dihadapinya. Tidak banyak orang yang dengan lantang akan
menghadapi masalahnya.
c) Aku harus turun sekarang, apapun yang akan terjadi(al-Azizy,
2007:101).
Kutipan dialog di atas juga menjelaskan keberanian
seseorang dalam menghadapi masalahnya. Yaitu ketika seorang
Kiai yang marah karena pebuatan santrinya. Tokoh Iqbal ini
mempunyai keberanian yang luar biasa karena dia siap
menganggung apapun yang akan terjadi ketika dirinya tiba di
pondok pesantren.
d) Saya akan laporkan anda ke polisi. Saya tidak melakukan
kejahatan apapun disini(al-Azizy, 2007:275).
Kutipan dialog di atas menjelaskan tentang keberanian
tokoh Iqbal dalam menghadapi orang-orang yang mengancamnya.
Dia dengan tegasnya akan melaporkan orang-orang yang telah
menuduhnya jahat ke polisi.
e) Tidak sepantasnya aku menyerah kepada mereka. Iqbal dulu
seorang yang hobi berkelahi. Dikeroyok adalah kegemaranku. Aku
tidak takut kepada mereka!(al-Azizy, 2007:285).
Kutipan novel karya Taufiqurrahman al-Azizy di atas
menjelaskan keberanian tokoh Iqbal ketika ada orang yang akan
menyakiti dan mencelakainya. Dia tidak akan enyerah dengan
mudahnya kepada orang-orang tersebut.
108
f) Aku tidak boleh malu(al-Azizy, 2007:486).
Kutipan dialog di atas menjelaskan tokoh Iqbal yang
pemberani, yaitu dengan mencoba untuk tidak malu ketika
melakukan sesuatu yang benar.
g) Tapi Priscillia siap jika suatu saat nanti dia harus dihadapkan
pada pilihan yang sulit(al-Azizy, 2007:347).
Keberanian seorang gadis muallaf tergambarkan melalui
tokoh Priscillia dalam kutipan novel Syahadat Cinta di atas.
Priscillia sudah memperkirakan apa yang akan terjadi ketika
dirinya masuk agama Islam. Tetapi ia siap menghadapi apapun
resiko yang akan terjadi.
Dari kutipan-kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta di atas,
dapat disimpulkan bahwa kita sebagai seorang muslim harus
mempunyai keberanian dalam menghadapi bahaya dan kesulitan.
Berani mengambil keputusan adalah wujud Ihsan kepada sifat Allah
al-Ahkam. Ihsan ini muncul ketika manusia mendekati sifat Allah
yang ada dalam Asmaul Husna.
Hati yang mantap dan rasa percaya diri yang besar merupakan
ciri-ciri dari sikap berani. Rasa takut yang terkadang menghalangi
keberanian seseorang. Rasa takut hanya boleh kita miliki hanya
kepada Allah SWT. Terhadap sesama manusia tidak boleh merasa
takut untuk menyatakan kebenaran-kebenaran. Tentunya keberanian-
109
keberanian yang dimaksudkan di sini adalah keberanian dalam hal
kebaikan.
13. Rasa Percaya
Percaya adalah suatu keadaan psikologis yang mnganggap sesuatu
benar.
a) Aku yakin aku bisa menggesernya(al-Azizy, 2007:87).
kutipan dialog di atas menggambarkan suatu keyakinan
akan melakukan suatu pekerjaan. Yaitu tokoh Iqbal yang yakin
bisa menggeser batu besar untuk digunakannya shalat.
b) Aku yakin, Allah akan memaafkanku sebab aku telah berdialog
dengannya diatas tanah berpasir, bukan di masjid, mushala, atau
batu(al-Azizy, 2007:117).
Kutipan di atas menjelaskan keyakinan atau kepercayaan
Iqbal yang telah menjalankan shalat di batu ketika ia sedang pergi
dari pondok pesantren untuk menenangkan diri. Ia meyakini bahwa
apa yang dilakukannya ialah benar.
c) Ibu yakin akan bisa bertahan hidup dan membesarkan anak-anak
saya(al-Azizy, 2007:153).
Kepercayaan seorang ibu pengemis untuk membesarkan
anak-anaknya dijelaskan dalam kutipan dialog di atas. Bu Jamilah
percaya diri atas kemampuannya sendiri dan mempunyai
pengharapan yang realistis.
d) Keyakinan kepada kebesaran, keadilan dan kebijaksanaan Allah
SWT. Ibu ini memiliki hati yang yakin(al-Azizy, 2007:155).
110
Kutipan dialog di atas menjelaskank kepercayaan seorang
hamba kepada Tuhan-Nya dengan hati yang yakin. Secara tidak
langsung, Taufiqurrahman ingin mengajarkan bahwa kita harus
memiliki keyakinan hati yang kuat terhadap sang penguasa alam.
e) Allah memang telah mentakdirkan aku untuk bertemu dengan bu
Jamilah, Fatimah, dan khususnya Irsyad(al-Azizy, 2007:165).
Keyakinan hati yang menganggap sesuatu benar bahwa apa
yang dialami seorang hamba adalah berdasar kehendak-Nya. Salah
satunya adalah takdir. Yaitu takdir yang telah mempertemukan
makhluk satu dengan makhluk lainnya sehingga menjadi saudara.
f) Kami selalu percaya bahwa Allah SWT tidak memandang
kemiskinan dan kemelaratan kami, sebab dia memandang hati dan
pikiran kami; jiwa kami(al-Azizy, 2007:168).
Kutipan dialog di atas menjelaskan kepercayaan makhluk
hidup kepada sang pencipta yang tidak akan memandang
hambanya berdasarkan derajatnya, melainkan berdasarkan
ketaqwaan kepada-Nya.
g) Aku yakin, apabila kita berniat sungguh-sungguh dengan kebaikan
yang kita lakukan, Allah akan mempermudah jalan bagi kita(al-
Azizy, 2007:193).
Kutipan dialog di atas menjelaskan keyakinan tokoh Iqbal
terhadap Allah SWT jika orang yang berniat sungguh-sungguh
akan dipermudah jalannya oleh Allah SWT. Rasa percaya atau
yakin kepada Allah yang akan mempermudah jalannya ketika
berbuat dalam kebaikan.
111
h) Sungguh indah apabila diri kita bisa pasrahkan semuanya
sepenuhnya kepada kehendak Allah. Saya kira, Tuhanpun akan
senang apabila kamu pasrah kepada-Nya, ikhlas menjalankan
syariat-Nya(al-Azizy, 2007:253).
Kutipan novel Syahadat Cinta tersebut menjelaskan seorang
hamba yang memasrahkan semua kehendak kepada Allah SWT.
Melalui kutipan dialog di atas, Taufiqurrahman al-Azizy ingin
mengajarkan bahwa seseorang harus percaya kepada kehendak
Tuhan, memasrahkan segala sesuatu yang terjadi kepada Sang
Pencipta bumi dan seisinya.
i) Saya mengetahui, saya memahami, dan saya sadar untuk memilih
Islam(al-Azizy, 2007:341).
Kutipan dialog di atas menjelaskan rasa percaya bahwa
tokoh Priscillia dengan yakin telah memilih Islam sebagai agama
yang akan dipeluknya. Dialog tersebut mengajarkan bahwa kita
harus yakin terhadap apa yang kita pilih dan jalani. Memilih islam
sebagai agama yang kita anut juga harus dengan ra percaya yang
tinggi.
j) Masuknya Priscillia kedalam agama Islam menambah keyakinanku
terhadap Allah SWT(al-Azizy, 2007:347).
Kutipan dialog di atas menggambarkan rasa percaya Iqbal
yang yakin terhadap Allah SWT karena masuknya Prscilia dalam
agama Islam. Karena masuknya Priscilia dalam Islam
menunjukkan salah satu wujud kebesaran Allah SWT.
112
Dari beberapa kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta karya
Taufiqurrahman al-Azizy di atas dapat disimpulkan bahwa kita harus
percaya atau yakin terhadap sesuatu yang kita jalani. Dengan
keyakinan hati yang kuat itulah yang akan membawa kita kepada
kemenangan. Dalam rukun iman percaya ada 6, yaitu: percaya kepada
Allah SWT, percaya kepada malaikat-malaikat Allah, percaya kepada
kitab-kitab Allah, percaya kepada Rasul-rasul Allah, percaya kepada
hari kiamat, dan percaya kepada takdir Allah.
Rasa percaya bukanlah pemberian dari orang lain. Rasa percaya
adalah upaya yang merupakan hasil imbal balik bagi seseorang yang
telah menunjukkan integritas, komitmen, dan loyalitas. Seseorang
yang memiliki kepercayaan adalah ia yangmemiliki kesadaran diri.
14. Kesederhanaan
Sederhana berarti tidak berlebih-lebihan dalam segala hal. Dan
juga dapat berarti apa adanya serta tidak bermewah-mewahan.
a) Rumah ini berlantaikan plester yang sudah pecah-pecah disana-
sini(al-Azizy, 2007:148).
Kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta di atas
menggambarkan kesederhanaan rumah seorang pengemis, yang
bahkan dalam keadaan sangat kekurangan. Yaitu rumah yang
keadaan lantainya sudah pecah-pecah.
b) Ibu dan Fatimah tidur disatu-satunya kamar yang ada dirumah ini.
Sedangkan anakku Irsyad? Dia tidur diatas tikar diatas lantai(al-
Azizy, 2007:174).
113
Kutipan dialog di atas menggambarkan kesederhanaan
sebuah keluarga kecil yang tinggal dalam rumah seadanya.
Meskipun sangat sederhana keluarga bu Jamilah tidak pernah
mengeluh.
c) Emak dan adikmu bisa tidur diatas papan ini. Ndak apa-apa.
Papan ini bersih kok(al-Azizy, 2007:175).
Kutipan dialog di atas menjelaskan kesederhanaan sebuah
keluarga dan sifat qana‟ah seorang ibu yang mempunyai tempat
tidur seadanya, yaitu hanyalah sebuah papan. Bu Jamilah menerima
keadaan tersebut untuk memuliakan tamunya, yaitu Iqbal.
d) Belilah makanan seadanya. Kalau terpaksa tidak cukup, belilah
secukupnya(al-Azizy, 2007:).
Kutipan dialog di atas menggambarkan kesederhanaan,
sikap qona‟ah, dan kesabaran seorang ibu yang menerima apa
adanya kondisi yang dialaminya. Bu Jamilah menyuruh Irsyad
untuk membeli makanan seadanya, kalau tidak cukup maka
secukupnya.
Dari beberapa kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta
karya Taufiqurrahman al-Azizy di atas, dapat disimpulkan bahwa
dalam novel tersebut secara tidak langsung memberikan pengajaran
tentang kesederhanaan. Rasulullah juga mengajarkan kepada kita
sebagai umatnya untuk bersikap sederhana, yaitu tidak berlebih-
lebihan dalam segala hal.
114
15. Kedamaian
Kedamaian adalah keadaan hening atau tenang dimana kita
bebas dari kecemasan, kekacauan atau kesedihan. Perdamaian
merupakan keadaan yang dapat hidup dalam setiap orang, keluarga,
perumahan, negara, dan dunia. Islam sendiri juga sebagai agama yang
mengajarkan tentang kedamaian. Kedamaian juga dapat berarti tidak
suka kekerasan.
a) Kata-kata kiai Subadar membasahi hatiku, dan mengeluarkan air
mataku(al-Azizy, 2007:70).
Kutipan novel Syahadat Cinta di atas menjelaskan kedamaian
hati tokoh Iqbal setelah mendapatkan nasihat-nasihat dari sang
Kyai. Nasihat yang mengena dihati orang yang dinasihati akan
sangat terkesan. Terlebih lagi nasihat tersebut disampaikan mlalui
hati, jadi bukan hanya sekedar lisan saja.
b) Shalatlah yang bisa menenangkan hatiku(al-Azizy, 2007:111).
Kutipan dialog dalam novel karya Taufiqurrahman di atas
menjelaskan bahwa Iqbal merasa tenang hatinya ketika ia shalat
dan sesudah melaksanakan shalat.
c) Sedikit ketenangan masuk ke dalam hatiku. Otakku tidak
sesemrawut tadi(al-Azizy, 2007:111).
Lanjutan penjelasan dari kalimat sebelumnya, dalam kutipan
novel Syahadat Cinta di atas menggambarkan Iqbal yang merasa
mendapatkan ketenangan dalam hatinya setelah melaksanakan
115
shalat. Bukan hanya ketenangan saja, tetapi juga pikirannya tidak
merasa jauh lebih tenang.
d) Hatiku damai. Pikiranku lebih tenang(al-Azizy, 2007:117).
Kedamaian yang termasuk nilai-nilai spiritual dalam novel
karya Taufiqurrahman al-Azizy ini digambarkan atau dijelaskan
dengan kedamaian setelah melaksanakan salah satu perintah
Allah SWT yaitu shalat, seperti yang terdapat dalam kutipan di
atas. Iqbal selalu merasakan kedamaian dalam hatinya dan tenang
pikirannya setelah mendirikan shalat.
e) Bu Jamilah sendiri tengah membuka kitab al-Qur‟an dan mulai
membacanya ayat per ayat. Suaranya sangat enak untuk
didengar, demikian menyejukkan, demikian menenangkan(al-
Azizy, 2007:190).
Mendengarkan seseorang melantunkan ayat-ayat suci al-
Qur‟an dengan suara yang merdu dapat menenangkan,
mendamaikan, dan menyejukkan hati. Seperti yang dialami oleh
Iqbal ketika mendengarkan bu Jamilah sedang membaca al-
Qur‟an. Bu Jamilah beserta kedua anaknya rutin melakukan
kegiatan membaca ayat-ayat suci al-Qur‟an setelah melaksanakan
ibadah shalat shubuh.
f) Hati, pikiran, dan perasaanku semakin tenang dan senang(al-
Azizy, 2007:257).
Kutipan dalam novel Syahadat Cinta di atas menjelaskan
tentang Iqbal yang merasa tenang dan senang karena sudah
terlepas dari kesalahannya terhadap „Aisyah. Seseorang yang
116
meminta maaf dan dimaafkan atas kesalahan yang dilakukan akan
dapat menenangkan hati dan merasa lega atau tidak ada lagi yang
mengganjal dan membebani hatinya.
g) Dan ketenanganpun menghampiri hatiku kembali(al-Azizy,
2007:262).
Iqbal merasa lebih tenang ketika dirinya mengirimkan surat
untuk „Aisyah sebagai wujud permintaan maafnya atas kesalahan
yang telah diperbuat kepada „Aisyah. Demikian itulah penjelasan
kutipan dalam novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-
Azizy.
h) Islamlah yang akan membawa kedamaian bagi kita, baik
kedamaian didunia maupun kedamaian di akhirat nanti(al-Azizy,
2007:342).
Kutipan dialog tersebut, secara tidak langsung
Taufiqurrahman al-Azizy ingin memberikan pengajaran bahwa
agama Islam akan membawa kedamaian bagi pemeluknya. Baik
itu kedamaian di dunia maupun di akhirat, karea Islam menyeru
kepada umatnya ke jalan yang benar.
i) Aku bahagia, sungguh amat bahagia. Ternyata sambutan para
sahabat terhadapku tidak seperti yang aku duga(al-Azizy,
2007:362).
Kebahagiaan merupakan kedamaian yang tersendiri di dalam
hati seseorang. Seperti yang digambarkan dalam kutipan di atas,
Iqbal mendapatkan sambutan yang sangat baik dari sahabat-
sahabatnya di pesantren membuat hatinya bahagia dan merasa
damai.
117
j) Inilah saat-saat paling membahagiakan dalam hatiku(al-Azizy,
2007:365).
Kutipan novel di atas, menjelaskan bahwa Iqbal merasa
bahagia karena dapat melaksanakan shalat berjama‟ah di
pesantren. Karena sebelumna Iqbal tidak bias melaksanakan
ibadah shalat. Kebahagiaan yang dialami Iqbal membawa
ketenangan dan kedamaian tersendiri dalam hatinya.
k) Hatiku berbunga-bunga laiknya bunga-bunga di musim semi.
Sudah tidak ada lagi persoalan yang aku hadapi disini(al-Azizy,
2007:393).
Tidak adanya lagi persoalan yang dihadapi oleh tokoh Iqbal
telah membuatnya merasa damai, tenang, dan bahagia. Begitulah
penjelasan dari kutipan nove Syahadat Cinta di atas.
Taufiqurrahman ingin menyampaikan bahwa seseorang yang
telah menyelesaikan masalahnya akan membuat kedamaian di
hati.
l) Ini adalah pagi yang keempat yang telah kumiliki dengan
perasaan segar dan baru, sebuah perasaan yang tidak aku miliki
di setiap pagi sebelumnya(al-Azizy, 2007:394).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa Iqbal tidak pernah
merasakan suasana pagi yang segar dan baru. Dengan perasaan
tersebut tentulah ia merasakan kedamaian.
m) Aku diajarinya untuk berdamai dengan diriku sendiri, berdamai
pula dengan semuanya (al-Azizy, 2007:470).
Kutipan novel di atas, secara tidak langsung Taufiqurrahman
mengajak pembacana untuk berdamai dengan dirinya sendiri.
118
Dengan berdamai dengan diri seindiri maka nanti akan dapat
berdamai dengan yang lainnya. Dan jika ada kedamaian dalam
diri sendiri setidaknya ada sedikit kedamaian di dunia.
n) Dan hatiku menjadi tentram karenanya(al-Azizy, 2007:496).
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa Iqbal merasa
tentram hatinya karena ada cinta di dalam hatinya. Adanya
perasaan cinta dapat menentramkan dan mendamaikan hati.
Dari beberapa kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta karya
Taufiqurrahman al-Azizy dapat disimpulkan bahwa pada hakikatnya
manusia hidup di dunia ini tidak akan terlepas dari suatu masalah.
Dengan masalah tersebut manusia dapat mengambil hikmahnya dan
dijadikan sebagai pelajaran untuk kedepanya. Tetapi, suatu masalah
itu harus dihadapi dan dipecahkan manusia. Dengan terpecahnya
masalah akan membuat hati merasakan kedamaian, ketentraman, dan
ketengangan dalam diri.
16. Tanggungjawab
Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
wajib menanggung segala sesuatunya (kalau terjadi apa-apa boleh
dituntut, dipersalahkan, diperkarakan).Tanggung jawab berarti berbuat
sebagai perwujudan kesadara akan kewajibannya. Stiap manusia
memiliki tanggung jawab masing-masing. Dan kelak akan dimintai
pertanggung jawabannya oleh Allah SWT.
a) Aku harus bertanggung jawab terhadap apa yang telah
kulakukan(al-Azizy, 2007:99).
119
Kutipan novel di atas menjelaskan bahwa Iqbal menyakiti
hati neng „Aisyah karena perkataan kasarnya. Kemudian Iqbal
merasa bersalah kepada neng „Aisyah dan Kiai Subadar. Dan
Iqbal juga menyadari bahwa ia harus bertanggung jawab atas apa
yang telah ia lakukan. Petikan novel Syahadat Cinta tersebut ingin
mengajarkan bahwa harus bertanggung jawab atas setiap
perbuatan yang kita lakukan.
b) Dengan cara aku menulis surat permintaan maaf kepadanya,
barangkali hal ini bisa mengurangi beban perasaan sesalku(al-
Azizy, 2007:107).
Kutipan novel di atas menceritakan Iqbal yang bertanggung
jawab atas perbuatannya dengan meminta maaf kepada „Aisyah
dengan menuliskan surat kepadanya. Iqbal belum meminta maaf
secara langsung karena keberanian dalam dirinya belum
terkumpul. Tetapi dengan mengirimkan surat tersebut sudah dapat
mengurangi sedikit beban di hati Iqbal. Secara tidak langsung,
kutipan ini ingin mengajarkan bahwa kita harus bertanggung
jawab dengan cara apapun.
c) Sebuah hari dimana aku ingat kembali dosa dan kesalahanku
kepada „Aisyah(al-Azizy, 2007:260).
Kutipan monolog dalam novel di atas menjelaskan Iqbal
yang kembali teringat dengan dosa dan kesalahannya kepada
„Aisyah. Ia ingat bahwa ia harus segera meminta maaf kepada
neng „Aisyah.
120
d) Sayalah yang bertanggungjawab mas...(al-Azizy, 2007:305).
Kutipan dialog di atas menceritakan Anbar yang akan
bertanggung jawab karena Iqbal telah diancam oleh tiga orang
pemuda masjid. Anbar mengatakan demikian karena dialah yang
telah melaporkan keberadaan Iqbal di rumah bu Jamilah.
e) Meminta maaf atas sikap dan ucapanku dulu yang telah
menyinggung perasaanmu saya khilaf neng(al-Azizy, 2007:368).
Kutipan dialog di atas menjelaskan Iqbal yang meminta
maaf secara langsung kepada neng „Aisyah atas kesalahannya.
Usaha minta maaf Iqbal merupakan wujud tanggung jawabnya
kepada orang lain atau sesame manusia.
f) Ada tugas dan tanggungjawab yang harus saya pikul disana(al-
Azizy, 2007:351).
Kutipan dialog di atas antara Iqbal dan Fatimah
menjelaskan bahwa Iqbal Iqbal akan kembali ke pesantren setelah
sekian lama ia pergi. Iqbal kembali ke pesantren untuk
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai seorang
santri. Dialog tersebut ingin mengajarkan bahwa sebagai seorang
murid maupun santri harus melaksanakan tugas dan tanggung
jawabnya.
g) Proposal telah jadi kubuat(al-Azizy, 2007:429).
121
Kutipan dialog di atas menjelaskan bahwa Iqbal telah
melaksanakan salah satu tanggung jawabnya sebagai seorang
ketua yaitu dengan membuat proposal. Kutipan tersebut
mengajarkan bahwa kita harus bertanggung jawab atas setiap
tugas yang dijalankan.
h) Aku ingat dengan tugasku, dengan tanggung jawabku. Lalu aku
pun berkata kepada kang Rakhmat(al-Azizy, 2007:515).
Petikan dalam novel tersebut menjelaskan Iqbal yang diusir
dari pesantren karena perbedaan pemikiran dengan teman-teman
lainnya masih mengingat tugas dan tanggung jawabnya. Lalu
sebelum pergi, ia memasrahkan tugas dan tanggung jawabnya
kepada kang Rakhmat.
Dari beberapa kutipan dalam novel Syahadat Cinta karya
Taufiqurrahman al-Azizy di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang
harus bertanggung jawab atas tugas yang dipikulnya. Kita harus
menyelesaikan tanggung jawab kita sampai tuntas. Dengan sikap
bertanggung jawab maka orang di sekitar kita menjadi percaya jika
kita mampu untuk menjalankan suatu tanggung jawab dengan baik.
17. Kemurnian Hati
a) Walaupun saya bodoh, saya tidak ingin Irsyad ikut bodoh, sebab
saya tahu dia anak yang pandai(al-Azizy, 2007:151).
Petikan dialog di atas menggambarkan kemurnian hati
seorang ibu terhadap anaknya. Yaitu seorang ibu yang
122
menginginkan yang terbaik buat sang buah hati. Di dunia ini,
semua ibu mendambakan hal-hal yang terbaik buat anaknya.
b) Saya merasa sedih sebab tidak bisa memberikan tempat yang
baik dan layak buat nak Iqbal(al-Azizy, 2007:174).
Petikan dialog di atas menjelaskan kemurniaan hati tuan
rumah yang merasa sedih karena tidak bisa memberikan tempat
yang baik lagi layak untuk tamunya. Sebenarnya bu Jamilah ingin
memberikan yang terbaik jika ada tamu yang datang ke
rumahnya, tetapi keadaanlah yang memaksa beliau.
c) Tidak jarang saya berpuasa kak, jadi, kalau pagi tidak makan,
tidak masalah bagi saya(al-Azizy, 2007:195).
Kutipan dialog di atas menggambarkan kesucian hati
seorang anak pengemis yang serba kekurangan, namanya Irsyad.
Irsyad tidak mengeluhkan kehidupannya walaupun keadaannya
seperti itu. Ia sering berpuasa karena tidak ada makanan.
d) Disisi lain, saya memanfaatkan karunia Allah berupa kaki ini
dengan sebaik-baiknya(al-Azizy, 2007:196).
Petikan dialog tersebut menjelaskan kemurnian hati Irsyad
yang memanfaatkan dan mensyukuri segala nikmat Allah yang
diberikan kepadanya. Salah satunya yaitu memanfaatkan karunia
Allah yang berupa kaki untuk berjalan kaki ketika berangkat dan
pulang sekolah karena tidak ada ongkos untuk naik angkot. Tetapi
itu semua tidak menghalagi niat Irsyad untuk mencari ilmu.
123
e) Tak pernah sekalipun aku melihat kesedihan dan keputusasaan
diwajah oleh sebab tekanan hidup dan beban yang harus
dipikulnya(al-Azizy, 2007:241).
Kutipan dalam novel Syahadat Cinta tersebut
menggambarkan kemurnian hati seorang ibu yang tidak merasa
sedih dan putus asa karena hidup yang dijalaninya. Tekanan dan
beban hidup yang dipikulnya pun tidak pernah ia keluhkan. Bu
Jamilah secara ikhlas menjalankan tugasnya sebagi seorang
hamba Allah dan sebagai seorang ibu yang baik buat anak-
anaknya.
f) Sungguh saya tidak mengharapkan imbalan apa-apa. Saya hanya
menjalankan tugas(al-Azizy, 2007:334).
Petikan dialog tersebut menggambarkan kemurnian hati pak
Togar yang berprofesi sebagai seorang pengacara. Ia tidak
mengharap imbalan ketika membantu Iqbal agar dapat keluar dari
penjara. Pak ogar melaksanakan itu semua untuk membantu Iqbal
dan semata-mata hanya menjalankan tugasnya.
g) Belajar tentang bagaimana seharusnya memiliki hati, ialah hati
yang tulus dan ikhlas karena Allah SWT semata(al-Azizy,
2007:337).
Kutipan novel tersebut menjalaskan bahwa Iqbal yang
belajar dari bu Jamilah. Yaitu belajar bagaimana memiliki hati
yang tuus dan ikhlas karena Allah semata. Itulah kemurnian hati
yang ingin diajarkan oleh Taufiqurrahman dalam novel ini.
h) Dengan hati yang ikhlas, beliau berdua memaafkanku beliau
menyadari kekhilafanku(al-Azizy, 2007:393).
124
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa kemurnian hati Kiai
Subadar dan neng „Aisyah memaafkan dan menyadari kesalahan
Iqbal. Melalui kutipan tersebut, Taufiqurrahman ingin mengajarkan
bahwa orang yang mempunyai kemurnian hati, ketulusan, dan
keikhlasan dapat dengan lapang dada memaafkan kesalahan orang
lain.
Dari beberapa kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta karya
Taufiqurrahman al-Azizy tersebut dapat disimpulkan bahwa
Kemurnian hati yang dapat membuat seseorang ikhlas dan tulus dalam
menjalankan sesuatu. Ketulusan dan keikhlasan hati tersebut hanya
karena Allah semata, bukan karena hal yang lainnya. Kemurnian hati
juga membuat seseorang dapat menerima apa yang sudah ditakdirkan
oleh Allah SWT.
18. Ketekunan
Ketekunan adalah melakuk rajin dan bersungguh-sungguh.
Ketekunan juga bisa berarti ketekunan dalam beribadah kepada Allah,
ketekunan belajar atau mencari ilmu, dan ketekunan bekerja.
a) Akhirnya ibu bekerja apa saja: menjadi tukang cuci, tukang
masak, dan apa saja(al-Azizy, 2007:152).
Petikan dialog di atas menggambarkan tokoh bu Jamilah
yang tekun dan bekerja keras. Bu Jamilah bekerja apa saja agar
dapat terpenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
b) Aku akan membeli buku-buku agama sebanyak-banyak dan
membaca sepuas-puasnya(al-Azizy, 2007:237).
125
Kutipan dialog tersebut menjelaskan Iqbal yang membeli
buku agama sebanyak-banyaknya ketika diantar oleh Irsyad ke
toko buku. Iqbal melakukan hal tersebut karena ia tekun membaca
dan supaya pengetahuannya tentang agama tidak buta. Karena
sebelumnya Iqbal sama sekali tidak mengetahui hal-hal yang
berkaitan dengan agama.
c) Aku juga telah berusaha untuk menghafalkan ayat-ayat al-Qur‟an
beserta terjemahannya(al-Azizy, 2007:244).
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Iqbal dengan tekun
menghafalkan ayat-ayat al-Qur‟an dan terjemahannya.
Sebelumnya ia telah membeli mushaf al-Qur‟an untuk dibacanya.
Iqbal dapat membaca ayat-ayat al-Qur‟an karena diajari oleh
Irsyad dan juga keteunannya dalam belajar membaca ayat al-
Qur‟an.
d) Aku telah mencoba menghafalkan beberapa hadis Rasulullah
SAW yang aku dapatkan dari buku yang telah aku baca(al-Azizy,
2007:244).
Kutipan dalam novel Syahadat Cinta tersebut menjelaskan
ketekunan Iqbal dalam menghafalkan hadis Nabi yang didapatnya
dari buku yang dibacanya. Selain itu ia juga berusaha memahami
dengan sungguh-sungguh buku yang dibacanya. Melalui kutipan
tersebut, Taufiqurrahman al-Azizy ingin mengajarkan bahwa kita
harus tekun dan bersungguh-sungguh dalam belajar.
e) Sebab aku telah mempolanya sedemikian rupa. Aku biasakan
untuk bangun di sepertiga malam yang terakhir(al-Azizy,
2007:246).
126
Kutipan tersebut menjelaskan ketekunan Iqbal dalam
beribadah sunnah. Iqbal telah mempola atau mengatur waktunya
dengan baik agar dapat di sepertiga malam untuk melaksanakan
shalat sunnah. Taufiqqurahman ingin mengajarkan agar kita dapat
mempola waktu kita sedemikian rupa dan dapat memanfaatkan
waktu dengan baik.
f) Membaca buku-buku yang tidak hanya berorientasi keagamaan
saja supaya aku lebih mengenal dunia(al-Azizy, 2007:264).
Kutipan tersebut menjelaskan Iqbal selain tekun membaca
buku tentang agama, juga tekun membaca buku yang berorientasi
umum. Dalam kutipan ini mengajarkan supaya belajar bukan
hanya ilmu agama, tetapi juga ilmu umum. Walaupun ilmu agama
lebih penting dari segalanya.
g) Kulewati untuk serius membaca buku(al-Azizy, 2007:375).
Kutipan tersebut menjelaskan Iqbal yang tekun membaca
buku dengan serius. Ia memanfaatkan waktu luangnya dengan
baik yaitu dengan membaca buku. Dalam kutipan ini ingin
mengajarkan supaya kita dapat memanfaatkan waktu luang
dengan sebaik mungkin agar menjadi lebih bermanfaat.
h) Masih dalam surah al-Baqarah. Setelah itu, aku mencoba
mengulangi hafalan-hafalan ayat-ayat al-Qur‟an dan hadis-hadis
nabi(al-Azizy, 2007:388).
Kutipan novel Syahadat Cinta tersebut menjelaskan Iqbal
yang rajin dan tekun mengulangi hafalan ayat al-Qur‟an dan
127
hadits nabi. Selain mengulangi hafalannya, Iqbal juga memulai
untuk menghafal lagi. Inilah ketekunan yang diajarkan dalam
novel karya Taufiqurrahman al-Azizy.
i) Aku semakin tenggelam dalam ayat-ayat al-Qur‟an dan hadis-
hadis nabi. Aku semakin menyibukkan diri dalam hafalan dan
pemahaman. Malam-malam di pesantren semakin kuisi dengan
dzikir dan munajat. Aku mencoba untuk lebih mendekat, lebih
dekat, dan lebih mendekat kepada Allah sang penguasa jagat(al-
Azizy, 2007:465).
Kutipan tersebut menjelaskan Iqbal yang tekun dan rajin. Ia
menyibukkan diri dengan menghafal dan pemahaman dalam ayat
suci al-Qur‟an. Iqbal mencoba untuk taqarrub ilallah dengan
dzikir dan munajat. Dengan begitu, Taufiqurrahman ingin
mengajarkan kita untuk senantiasa selalu mendekatkan diri
kepada Allah dengan melaksanakan segaa perintah-Nya dan
menjauhi larangan-Nya.
j) Kebiasaan-kebiasaan setelah usai shalat shubuh dan mengaji,
akupun telah selesai menjalankan shalat shubuh. Dan aku pun
pagi ini mengaji kembali(al-Azizy, 2007:484).
Kutipan tersebut mengambarkan sosok Iqbal yang tekun
dalam segala hal. Setelah melaksanakan shalat subuh ia mengaji
ayat suci al-Qur‟an. Setelah itu ia melaksanakan tugasnya, yaitu
mengambil air.
Dari berapa petikan dialog diatas dalam novel Syahadat Cinta
karya Taufiqurrahman al-Azizy dapat disimpulkan bahwa sebagai
seorang muslim sebaiknya mempunyai sikap tekun. Bukan hanya
tekun bekerja, ketekunan juga bisa dalam bentuk belajar. Karena
128
dengan belajar seseorang menjadi bertambah wawasan dan ilmunya.
Selain itu juga, mencari ilmu adalah wajib bagi kaum muslimin dan
muslimat. Sejak dahulu, Rasulullah selalu mengajak para sahabat
belajar dengan tekun melalui pengajian-pengajian rutin dengan beliau.
Selain tekun dalam belajar dan bekerja, ketekunan beribadah
juga telah diperintahkan Allah juga kepada makhluk-Nya untuk tekun
sesuai dengan firman-Nya dalam al-Qur‟an Surat al-Muzzammil ayat
8:
تجتال م إن تجت اركش اسى سثك
“sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah dengan penuh
ketekunan.”
19. Cinta
Cinta merupakan satu-satunya kekuatan yang mampu mengubah
musuh menjadi teman. Sebaliknya, ketiadaan cinta dapat
menimbulkan depresi, rasa sakit, penderitaan, keputusasaan, dan
kehilangan harapan. Cinta terhadap diri sendiri, sesama, dan cinta
kepada Allah SWT dapat dianggap sebagai tujuan hidup dan spiritual
yang paling akhir.
a) Aku turuti perintahmu untuk melakukan apapun yang kau mau(al-
Azizy, 2007:15).
Kutipan novel tersebut menjelaskan walaupun Iqbal begitu
keras kepala terhadap setiap orang, tetapi hatinya luluh dan
kepada ibunya. Iqbal akan melakukan apapun yang ibunya mau.
Itulah wujud cinta seorang anak kepada ibunya. Dapat dipahami
129
bahwa Taufiqurrahman ingin mengajarkan agar setiap anak
menyayangi, mencintai, dan patuh terhadap ibu.
b) Cintaku kepada anggrek seperti cintaku kepada ibu. Anggrek
adalah bukti cintaku kepada ibu(al-Azizy, 2007:17).
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa Iqbal sangat menyukai
bunga anggrek, seperti ibunya. Ia selalu merawat bunga anggrek
yang ada di rumahnya. Sebagaimana cintanya kepada anggrek
yang selalu dirawat, seperti itulah cinta Iqbal kepada ibunya.
Yaitu selalu merawat dan menjaga keindahannya.
c) Ibu mencintaiku karena Allah. Aku, walau baru beberapa bulan
ini, juga belajar untuk mencintai ibu dan ayah karena
Allah.Kusayangi Fatimah karena Allah; kukasihi Irsyad karena
Allah; dan aku merasa kasihan kepada bu Jamilah, juga karena
Allah(al-Azizy, 2007:230).
Petikan novel tersebut menjelaskan Iqbal yang mencintai
ibu dan ayahnya. Selain itu, setelah bersama-sama dengan bu
Jamilah dan kedua anaknya juga disayangi, dikasihi, dan dicintai
oleh Iqbal.
d) Priscillia akan tetap mencintai dan menyayangi kedua orang
tua(al-Azizy, 2007:348).
Petikan dialog di atas menjelaskan ketika Priscillia telah
memilih agama Islam sebagai agama yang dianutnya akan
menerima apapunresiko yang akan diterimanya. Ia akan tetap
menyayangi dan mencintai kedua orang tuanya meskipun diusir
oleh keduanya.
e) Kujadikan Irsyad dan Fatimah laiknya adikku sendiri.
Hubunganku dan mereka semakin dekat(al-Azizy, 2007:266).
130
Kutipan tersebut menjelaskan Iqbal yang menjadikan
Fatimah dan Irsyad layaknya adiknya sendiri. Iqbal mencintai
keduanya karena kebersamaan mereka. Melalui kutipan ini,
Taufiqurrahman ingin mengajarkan bahwa sebaiknya kita
menyayangi dan mencintai sesama saudara muslim.
f) Adakah yang lebih baik dari cinta yang bisa membawa mereka
menjengukku kesini?(al-Azizy, 2007:303).
Petikan dialog tersebut menjelaskan ketika Iqbal berada di
penjara karena fitnah, ia dijenguk oleh bu Jamilah dan anak-
anaknya serta Priscillia. Itulah wujud cinta dari mereka kepada
Iqbal, karena jika tidak ada cinta mereka tidak akan sampai
menjenguk Iqbal.
g) Aku harap dengki dan permusuhan diantara kita, kita hapuskan
sehapus-hapusnya. Malam ini, marilah kita jadikan sebagai
malam persaudaraan, malamcinta, malam kasih, dan malam yang
penuh keberkahan(al-Azizy, 2007:316).
Petikan dialog tersebut menjelaskan ajakan Burhan kepada
penghuni kamar di penjara untuk menghapuskan kedengkian dan
permusuhan yang diganti dengan malam persaudaraan. Hanya
orang-orang yang dipenuhi cinta di dalam hatinyalah yang dapat
melakukan hal tersebut. Dapat dipelajari bahwa sesama seorang
muslim itu baiknya bersaudara, tidak bermusuh-musuhan. Jika
ada diantara saudara ,uslim kita yang bermusuhan sebaiknya
didamaikan. Sebagaimana perintah Allah SWT dalam QS. Al-
Hujurat ayat 10:
131
ح فأصهحا إخ ؤي ب ان إ نعهكى تشح اتقا للا كى أخ ث
“Sesungguhnya orang-orang mukmin adalah bersaudara
karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan
bertakwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat.”
h) Kami berjabat tangan. Kami berpelukan. Para sahabat yang lain
pun segera mengerubutiku, menjabat tanganku, dan memelukku
bergantian(al-Azizy, 2007:359).
Kutipan di atas menjelaskan bahwa sahabat-sahabat Iqbal
di pesantren menjabat tangan dan memeluk Iqbal secara
bergantian ketika ia kembali ke pesantren.itulah wujud kasih
sayang dan cinta sahabat-sahabatnya kepada Iqbal.
i) Aku berlari membawa hatiku yang indah, sebuah hati yang
tengah dipenuhi cinta(al-Azizy, 2007:437).
Kutipan tersebut menjelaskan perasaan cinta antara seorang
laki-laki dan perempuan. Dalam kutipan tersebut Iqbal membawa
sebuah hati yang di penuhi dengan cinta kepada Zaenab. Hati
yang dipenuhi dengan cinta tersebut merupakan sebuah hati yang
indah.
j) Aduhai cintaku. Cinta apa yang tengah kurasakan ini?nistakah?
atau sucikah?(al-Azizy, 2007:467).
Petikan novel tersebut menjelaskan rasa cinta Iqbal kepada
Zaenab. Nama Zaenab selalu menemani setiap siang dan malam
Iqbal, ketika membuka mushaf al-Qur‟an terlihat wajah Zaenab.
Dan Iqbal tidak tahu cinta tersebut nista atau suci.
k) Ibu cinta pada Allah nak. Kemuliaan dan kebesaran-Nya kembali
terbukti(al-Azizy, 2007:336).
132
Kutipan dialog tersebut menjelaskan rasa cinta bu Jamilah
kepada Allah SWT dan Allah membuktikan kemuliaan dan
kebesaran-Nya. Allah juga menyayangi dan mencintai semua
hambanya. Wujud cinta Allah kepada kita sangatlah banyak, yaitu
berupa nikmat yang selalu kita terima setiap waktu.
l) Aku bahkan merasa lebih dekat dengan-Nya, sebab dia telah
menampakkan diri pada cintaku(al b-Azizy, 2007:477).
Kutipan dialog tersebut menjelaskan bahwa Iqbal merasa
lebih dekat dengan Allah karena Allah SWT telah menampakkan
cinta-Nya kepada Iqbal. Orang yang berikhtiar untuk lebih dekat
dengan Allah SWT maka Allah juga akan mendekat kepada
hamba-Nya itu.
m) Semesta adalah bukti cinta Allah. Allah mencintai semesta, dan
semesta pun mencintai Allah. Cinta semesta kepada Allah
sungguh luar biasa, sebab cintanya itu bukanlah cinta yang
bersyarat. Cinta semesta kepada Allah adalah kepasrahan total
setotal-totalnya, sepasrah-pasrahnya(al-Azizy, 2007:479).
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa alam semesta adalah
wujud cinta Allah. Allah yang menciptakan dan menjaga alam
semesta ini. Dan alam semesta ini juga senantiasa mencintai Allah
karena selalu berdzikir kepada-Nya.
n) Cinta telah menjadikan hatiku damai dan rindu. Telah hilang
amarah dalam diriku, kepada siapapun juga(al-Azizy, 2007:470).
Kutipan tersebut menjelaskan bahwa cinta dapat mengubah
seseorang. Cinta mengubah seseorang yang mempunyai sifat
amarah menjadikan orang tersebut damai. Dapat dipahami bahwa
133
seseorang yang mempunyai cinta maka akan dapat melembutkan
hatinya.
o) Cinta juga memenuhi hatiku dengan kelembutan. Dan betapa
indah jika hati telah terasa lembut. Hatiku tidak suka dengan
kekerasan, menolak ucapan yang keras lagi tak sopan(al-Azizy,
2007:471).
Kutipan dalam novel Syahadat Cinta di atas menjelaskan
bahwa cinta dapat melembutkan hati seseorang. Dan ketika hati
itu telah menjadi lembut maka akan sangat indah. Seseorang yang
mempunyai cinta akan membenci atau tidak suka dengan
kekerasan.
Dari beberapa kutipan dialog dalam novel Syahadat Cinta karya
Taufiqurrahman al-Azizy di atas, dapat disimpulkan bahwa
seharusnya seorang anak menyayangi, mencintai, dan patuh terhadap
kedua orang tua, terutama ibu. Selain cinta terhadap kedua orang tua,
sebagai seorang muslim harus mencintai muslim yang lain. Selain itu,
sebagai seorang manusia mempunyai kecenderungan alami untuk
menjauhkan diri dari rasa takut dan mencari sebanyak mungkin cinta
untuk diri kita sendiri. Cinta dapat merubah seseorang menjadi lembut
dan damai bagi seseorang yang merasakannya. Selain itu, cinta juga
menghilangkan kekerasan hati dan pikiran.
Cinta manusia bukan sekedar kepada sesamanya saja, tetapi juga
kepada Allah SWT. Cinta kepada Allah SWT dapat diraih dengan
melaksanakan perintah-perintah-Nya. Mendapatkan cinta dari Allah
SWT merupakan tujuan utama seorang hamba dalam hidupnya. Maka
134
dari itu, wajib bagi seorang muslim mengetahui hal-hal yang
mendatangkan kecintaan Allah SWT.
B. Implementasi Nilai-Nilai Spirititual dalam kehidupan sehari-hari
Setiap orang mempunyai kebutuhan fundamental sesuai dengan
fitrahnya yang memiliki jasmani dan rohani, dan apabila dikaitkan dengan
berbagai ragam hubungan manusia dalam kehidupannya, disetiap
hubungan tersebut ada hubungan antara manusia dengan Tuhan. Untuk
memenuhi kebutuhan rohaninya manusia melaksanakan nilai-nilai spiritual
dalam kehidupannya.
Nilai spiritual memiliki hubungan dengan sesuatu yang dianggap
suci dan agung. Karena itu termasuk nilai kerohanian yang terletak di
dalam hati. Hati adalah hakekat spiritual batiniah, inspirasi, kreativitas,
dan belas kasih.
Sebuah karya sastra memiliki hubungan yang khas dengan
kenyataan. Oleh karena itu melalui karya sastra dapat diperlihatkan dunia-
dunia lain dengan norma-norma yang dianutnya. Pembaca segera dapat
menggali norma-norma dan ajaran yang terkandung dalam sebuah karya
sastra. Melalui novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy ini
adalah salah satu penyampaian nilai-nilai spiritual dalam kehidupan
sehari-hari. Nilai spiritual yang meliputi keimanan, ketaqwaan, dan akhlak
mulia yang tercermin dalam ibadah dan muamalah.
Di dalam novel karya Taufiqurrahman al-Azizy memberikan
pelajaran untuk dapat kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
135
pengajaran tentang tata cara bercuci (thaharah), tata cara melaksanakan
ibadah shalat, ajaran untuk beriman kepada Allah, dan ajaran untuk
beriman kepada kitab Allah (al-Qur‟an). Selain itu juga mengajarkan nilai
sosial yaitu untuk saling memaafkan, saling tolong menolong, dan
bersedekah. Dan juga nilai estetika bagaimana berbicara yang baik-baik.
Semua nilai-nilai yang diajarkan dalam novel Syahadat Cinta tersebut agar
dapat diterapkan dalam kehidupan kita sehari-hari.
136
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah penulis mengkaji dan menganalisis nilai-nilai spiritual dalam
novel Syahadat Cinta karya Taufiqurrahman al-Azizy maka dapat penulis
simpilkan bahwa:
1. Nilai-Nilai Spiritual
Adapun nilai- nilai spiritual dalam novel syahadat cinta adalah
adalah sebagai berikut:
a. Nilai pendidikan Aqidah yaitu ajaran untuk selalu beriman kepada
Allah SWT dan ajaran untuk beriman kepada kitab Allah.
b. Nilai pendidikan Syari‟at yaitu ajaran tentang shalat dan ajaran tentang
thaharah.
c. Nilai pendidikan Akhlak
Etika berbicara yang baik-baik
Ajaran untuk saling memaafkan
d. Peduli
e. Tenggang Rasa
f. Nilai muamalah (ajaran untuk sabar dan ikhlas)
g. Jujur
h. Kerjasama
i. Integritas
j. Rasa Syukur
137
k. Keberanian
l. Rasa percaya
m. Kesederhanaan
n. Kedamaian
o. Tanggung jawab
p. Kemurnian hati
q. Ketekunan adalah melakukan sesuatu dengan rajin dan bersungguh-
sungguh.
r. Cinta
2. Dalam novel Syahadat Cinta terdapat satu tokoh utama, Iqbal adalah tokoh
utama yang mempunyai sifat bertanggung jawab, mempunyai integritas
yang kuat, patuh terhadap orang tua, cinta kepada ibunya, dan peduli
terhadap sesama.
3. Implementasi nilai-nilai spiritual dalam novel Syahadat Cinta karya
Taufiqurrahman al-Azizy:
Di dalam novel karya Taufiqurrahman al-Azizy memberikan pelajaran
untuk dapat kita laksanakan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu
pengajaran tentang tata cara bercuci (thaharah), tata cara
melaksanakan ibadah shalat, ajaran untuk beriman kepada Allah, dan
ajaran untuk beriman kepada kitab Allah (al-Qur‟an). Selain itu juga
mengajarkan nilai sosial yaitu untuk saling memaafkan, saling tolong
menolong, dan bersedekah. Dan juga nilai estetika bagaimana
berbicara yang baik-baik.
138
B. Saran
1. Orang tua sebagai penanggung jawab utama anak harus lebih
memperhatikan bacaan anak dan bisa memilih bacaan yang layak
dibaca dan yang lidak layak dibaca.
2. Keluarga merupakan tempat pendidikan pertama, harus bisa
memberikan contoh-contoh atau kegiatan kepada anak yang mencakup
nilai-nilai spiritual.
3. Lingkungan sekolah yang juga sangat mempengaruhi, harus lebih
memperhatikan lagi tentang kegiatan atau tugas yang diberikan kepada
anak agar anak memaksimalkan kecerdasan spiritual diatas kecerdasan
emosional dan intelektual.
4. Perkembangan pengetahuan dan teknologi, maka sebagai orang tua,
guru, pendidik, harus bisa memanfaatkan teknologi secara efektif dan
mendidik.
DAFTAR PUSTAKA
Agustian, Ari Ginanjar. 2007. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan
Emosi dan Spiritual ESQ Emotional Spiritual Quotient The ESQ
Way 165 1 Ihsan, 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam. Jakarta: Arga
A. Kusuma, Doni. 2007. Pendidikan Karakter; Strategi Mendidik Anak di
Zaman Global. Jakarta: Grasindo
Aminudin. 1991. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung: CV Sinar
Baru
Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azzet, Akhmad Muhaimin. 2010. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual
Bagi Anak. Jogjakarta.: Kata Hati
Booeree, George. 2008. Personality Theories. Jogyakarta: Prismasophie
Buzan, Tony. 2003. The Power of Spiritual IntelligenceSepuluh Cara Jadi
Orang Sukses yang Cerdas Secara Spiritual. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1995. Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
El-Fansury, Ozi.2013. Spiritual Power for Succes (10 Kekuatan Spiritual
Maha Dasyat untuk Kesuksesan Anda). Yogyakarta: Laras Media
Prima.
Hadi, Amirul dan Haryono. 1998.Metode Penelitian Pendidikan untuk
UIN, STAIN, PTAIS Semua Fakultas dan Jurusan. Bandung: CV
Pustaka Setia.
Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi
Mahasiswa. Yogyakarta: Trustmedia.
Milles, M.B dan Hubberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif Buku
Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UI Press.
Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nasution, Ahmad Taufik. 2009. Melejitkan SQ dengan Prinsip 99 Asmaul
Husna Merengkuh Puncak Kebahagiaan dan Kesuksesan Hidup.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Noor, Redyanto. 2010. Pengantar Pengkajian Sastra. Semarang: Fasindo.
Poerwadarminta. Kamus Umum Bahasa ndonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Kamus Besar
Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Ruslan, Rosay.2010. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Safaria, Tiantoro. 2007. Spiritual Intellegence Metode Pengembangan
Kecerdasan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu.
STAIN Salatiga. 20008. Pedoman Penulisan Skripsi dan Tugas Akhir.
Supriyatno, Triyo. 2009. Humanitas Spiritual dalam Pendidikan. Malang:
UIN-Malang Press.
Yasin, A.Fatah.2008. Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam. Malang: UIN
Malang Press.
Zuchdi, Darmiyati. 2011. Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Teori
dan Praktik. Yogyakarta: UNY Press.
http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/78/jtptiain-gdl-alimulhuda-
3865-1-3102327_-p.pdf akses tanggal 20 September 2015 pukul 11.00
LAMPIRAN
SAMPUL NOVEL SYAHADAT CINTA
RINGKASAN NOVEL SYAHADAT CINTA
Cerita dalam novel ini dimulai dari seorang anak metro yang
baru tinggal di Pesantren Tegal Jadin, Solo. Namanya adalah Iqbal.
Iqbal hampir selama dua bulan di pesantren tersebut yang
kesehariannya adalah mengambil air dari telaga untuk dibawa ke
pesantren.
Dua bulan yang lalu, Iqbal adalah anak dari seorang pengusaha
minyak yang kaya raya, anak tunggal Daeng Abdillah. Segala yang
diinginkan pasti dituruti dan bisa melakukan semuanya. Iqbal selalu
menggunakan waktunya untuk bersenang-senang, sering mendatangi
night club, minum minuman keras, dan keras kepala. Iqbal bisa
demikian keras kepala kepada orang lain, tetapi tidak dengan ibunya
yang begitu sabar terhadapnya.
Suatu ketika tanaman yang Iqbal rawat itu layu. Ia marah kepada
ibunya. Hingga menjelang pagi Iqbal baru pulang dengan keadaan
mabuk. Ibu menghampirinya untuk memapah Iqbal, tetapi Iqbal
mendorong ibunya keras-keras hingga jatuh. Pagi hari ketika bangun,
Iqbal diberitahu kalau ibunya dirawat di rumah sakit yang koma
selama beberapa hari dikarenakan ada pendarahan di otaknya, saat
itulah pertama kali Iqbal teringat pada Allah, lalu memohon ampunan-
Nya dan memohon belas kasih-Nya. Iqbal terus berdo‟a, tetapi tidak
shalat karena tidak tahu bagaimana caranya shalat, wudlupun juga
sama.
Beberapa hari kemudian ibunya sadar. Iqbal minta maaf dan
bilang kepada ibunya jika ingin berubah, yaitu belajar agama.
Mendengar permintaan anaknya, ibunya menangis bahagia. Dan
ibunya teringat ada pondok pesantren yang bagus di Solo, di tempat
kiai Shidiq. Iqbal bertekad bulat untuk ke pesantren, bulan Juli ia
berangkat. Tiba-tiba ia diserang keraguan yang amat sangat, ia merasa
sangat takut. Kembali ia teringat ibu, dan ingatan inilah yang telah
memberikan kekuatan untuk mengusir keraguan.
Sesampainya di pondok pesantren, Iqbal disapa oleh kang
Rakhmat. Setelah sekian menit bercakap-cakap, kang Rakhmat
mengajak Iqbal ke rumah kiai. Di rumah itu, dia ditemui oleh seorang
kiai yang nantinya menyuruh Iqbal mengambil air dari telaga.
Kegiatan Iqbal hanyalah mengambil air dan tidak disuruh
melaksanakan kewajiban-kewajiban di pesantren seperti santri-santri
yang lain. Iqbal berpikir tidak bisa begitu terus, pesantren adalah
tempatnya para santri untuk menimba dan melaksanakan ilmu agama,
bukan mencari air sepertinya. Ia pergi ke rumah kiai sepuh. Iqbal
mengutarakan maksudnya kepada kiai Subadar, dan diceritakan semua
riwayat hidupnya. Saat bercakap-cakap dengan kiai Subadar, kiai
sepuh mendekati Iqbal dan kiai Subadar. Saat itu juga Iqbal disuruh
mengambil air selama dua bulan lagi.
Wujudnya memang Iqbal mengambil air dan melaksanakan
perintah kiai sepuh, tetapi ia merasa jengkel atas perintah kiai sepuh
kepadanya. Iqbal terus mengumpat. Lalu ada suara seorang gadis yang
tiba-tiba muncul dari belakangnya dengan omongan kasar. Iqbal
kemudian mencaci maki, menjelek-jelekkan gadis tersebut sampai
menangis kemudian lari meninggalkannya. Semua kejengkelannya
ditumpahkan kepada gadis itu.
Ketika hampir sampai di pesantren, ada Ihsan yang mendatangi
Iqbal dan memberitahu jika kiai Subadar sudah mencarinya karena
telah mencaci maki putrinya, Neng Aisyah. Ihsan memberikan nasihat
kepadanya agar meminta maaf kepada kiai Subadar juga neng Aisyah.
Karena rasa takutnya, Iqbal memilih untuk menenangkan diri pergi
dari pesantren. Dia memilih untuk pergi ke Salatiga, saat di Bus Iqbal
mendapat kenalan Khaura dan Priscillia.
Sesampai di Salatiga, ia melihat seorang ibu pengemis dengan
anak balitanya di sebrang jalan. Timbul niatnya untk mendekati dan
memberikan shadaqah kepada ibu tersebut. Iqbal tertarik untuk ikut ibu
tersebut pulang kerumahnya, dan ibu itu (bu Jamilah) meng-iyakan.
Rutinitas keluarga bu Jamilah seusai shalat subuh adalah
mengaji, dan Iqbal meminta Iryad untuk diajari membaca al-Qur‟an,
dan akhirnya sampai bisa membaca ayat suci al-Qur‟an. Tak terasa
sepuluh hari Iqbal meninggalkan pesantren, selama sepuluh hari pula
ia sudah hafal bacaan shalat, bisa membaca al-Qur‟an, dan telah
membaca banyak buku.
Suatu ketika, Iqbal kedatangan tamu tiga orang pemuda jamaah
Majlis Taklim Masjid Kauman yang meminta Iqbal untuk meminta
pergi dari rumah Ibu Jamilah karena bukan mahramnya. Lalu Iqbal
didatangi tiga orang polisi untuk dibawa ke kantor polisi karena dikira
seorang teroris yang berteman dengan ketiga orang tadi. Selama
dipenjara Iqbal mengajak teman-temannya untuk beribadah. Akhirnya
bu Jamilah dan anak-anaknya beserta Priscillia bisa mengeluarkannya
dari penjara, saat itu juga Priscillia masuk agama Islam.
Karena masih teringat dosanya dengan Aisyah, Iqbal pulang ke
pesantren dan segera meninta maaf kepada Aisyah lalu memaafkannya.
Ketika di pesatren, Iqbal mendapat surat dari Priscillia kalau dirinya
disiksa oleh bapak ibu karena masuk Islam. Dan mendatangi Iqbal ke
pesantren saat Iqbal bertemu dengan Zaenab yang menurut peraturan
pondoknya tidak boleh dilakukan. Teman-teman pondoknya melihat
perbuatan Iqbal yang bertemu dengan Zahra dan Priscillia bukanlah
ajaran Islam. Saat itu Iqbal dikeroyok teman pondoknya lalu
dihadapkan pada kiai Subadar dan kiai sepuh. Akhirnya Iqbal
dikeluarkan dan didawuhi kiai sepuh untuk kembali tiga tahun lagi
menjemput mereka berdua (Zaenab dan Priscillia).
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama : Dita Indi Nur Otapiyani
2. Tempat/tanggal lahir : Kab. Semarang, 03 Oktober 1994
3. Jenis kelamin : Perempuan
4. Agama : Islam
5. Alamat : Dsn. Talok, Ds. Watuagung, Kec. Tuntang,
Kab. Semarang
B. Pendidikan
1. Raudhatul Athfal Sudirman lulus tahun 2000
2. SD N Watuagung 02 lulus tahun 2006
3. SMP N 9 Salatiga lulus tahun 2009
4. Madrasah Aliyah Sunan Pandanaran Yogyakarta lulus tahun 2012
5. SI IAIN Salatiga sampai sekarang
Salatiga, 18 April 2016
Penulis,
Dita Indi Nur Otapiyani