new bab ii kajian teori a. landasan teori 1. - umprepository.ump.ac.id/6549/3/gleni puspita sari bab...
TRANSCRIPT
8
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori
1. Pendidikan karakter
Karakter seseorang dapat ditentukan dari bagaimana lingkungan
orang tersebut sejak dini. Menurut Koesoema (dalam Suyadi, 2013: 6)
karakter atau akhlak merupakan ciri khas seseorang yang bersumber dari
bentukan-bentukan yang diterima dari lingkungan, misalnya keluarga pada
masa kecil dan bawaan sejak lahir. Scerenco (Samani dan Hariyanto 2011:
42) mendefinisikan karakter sebagai atribut atau ciri-ciri yang membentuk
dan membedakan ciri pribadi, ciri etis, dan kompleksitas mental dari
seseorang, suatu kelompok atau bangsa.
Karakter merupakan nilai-nilai universal perilaku manusia yang
meliputi seluruh aktivitas kehidupan, baik yang berhubungan dengan
Tuhan, diri sendiri, sesama manusia, maupun dengan lingkungan yang
terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata karma, budaya, dan adat
istiadat Suyadi (2013: 5-6). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti
yang membedakan seseorang dengan yang lain. Berdasarkan pengertian
dari beberapa ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa karakter adalah
sesuatu yang melekat pada diri seseorang yang tercermin dalam perilaku
8
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
9
sehari-hari baik itu perilaku yang buruk ataupun perilaku yang baik.
Menurut Kementrian pendidikan Nasional, (dalam Suyadi 2013: 8-9)
menyebutkan ada 18 nilai karakter bangsa yang digunakan sebagai upaya
untuk membangun karakter bangsa melalui pendidikan di sekolah atau
madrasah, 18 nilai karakter tersebut adalah:
1. Religius
2. Jujur
3. Toleransi
4. Disiplin
5. Kerja keras
6. Kretaif
7. Mandiri
8. Demokrasi
9. Rasa ingin tahu
10. Semangat kebangsaan
11. Cinta tanah air
12. Menghargai prestasi
13. Bersahabat/komunikatif
14. Cinta damai
15. Gemar membaca
16. Peduli lingkungan
17. Peduli sosial
18. Tanggung jawab
Karakter sangatlah penting bagi seseorang, oleh karena itu
pendidikan karakter harus diterapkan disetiap jenjang pendidikan.
Pendidikan karakter menurut Megawangi dalam (Kesuma dkk 2011: 5)
sebuah usaha untuk mendidik anak-anak agar dapat mengambil keputusan
dengan bijak dan mempraktikannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga
mereka dapat memberikan kontribusi yang positif kepada lingkungannya.
Gaffar dalam (kesuma dkk 2011: 5) Sebuah proses transformasi nilai-nilai
kehidupan untuk ditumbuhkembangkan dalam kepribadian seseorang
sehingga menjadi satu dalam perilaku kehidupan orang itu.
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
10
Scerenco dalam (Samani dan Hariyanto 2011: 45) memaknai
pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh dengan cara
mana ciri kepribadian positif dikembangkan, didorong, dan diberdayakan
melalui keteladanan, kajian (sejarah, dan biografi para bijak dan pemikir
besar), serta praktik emulasi (usaha yang maksimal untuk mewujudkan
hikmah dari apa-apa yang diamati dan dipelajari). Samani dan Hariyanto
(2011: 45) mendefinisikan karakter adalah proses pemberian tuntunan
kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter
dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa.
Menurut Lickona (Suyadi 2013: 6) pendidikan karakter mencakup
tiga unsur:
a. Mengetahui kebaikan (knowing the good)
b. Mencintai kebaikan (desairing the good)
c. Melakukan kebaikan (doing the good)
Berdasarkan pengertian dari beberapa ahli di atas mengenai pendidikan
karakter maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan karakter adalah
bentuk usaha yang diakukan untuk memperbaiki moralitas generasi muda
yang dilakukan pada jalur pendidikan.
2. Kemandirian
Indonesia memiliki banyak sekali nilai karakter yang penting untuk
dimiliki seluruh warganya, salah satunya adalah nilai kemandirian.
Mandiri merupakan salah satu nilai karakter yang ada pada 18 nilai
karakter bangsa. penerapan nilai kemandirian dalam pendidikan tercantum
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
11
dalam beberapa Undang-Undang, salah satunya adalah dalam Undang-
Undang Bab II pasal 3 No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang mana pendidikan bertujuan mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Kesten (dalam Nurhayati, 2011: 140) mengungkapkan bahwa
kemandirian belajar tidak sama dengan autodidak. Kemandirian belajar
bukan berarti belajar seorang diri, tetapi belajar dengan inisiatif sendiri,
dengan ataupun tanpa bantuan orang lain yang relevan untuk membuat
keputusan penting dalam menemukan kebutuhan belajarnya. Mandiri
berarti keadaan bisa berdiri sendiri dan tidak bergantung pada orang lain
sehingga membuat kita bertumbuh menjadi pribadi yang sanggup
mengatasi segala persoalan pribadi, orang yang mandiri adalah orang yang
percaya pada kemampuan diri sendiri untuk menyelesaikan tugas dan
tanggung jawab serta dapat mengatasi masalah Wijaya (2014 : 13).
Menurut Steinberg (dalam Nurhayati, 2011: 130) kata mandiri
diambil dari dua istilah, yaitu Autonomy dan independence. Independence
secara umum menunjuk pada kemampuan individu melakukan aktivitas
hidup, tanpa menggantungkan bantuan orang lain. Barnadib (dalam
Nurhayati, 2011: 131) berpendapat, kemandirian mencakup “perilaku
mampu berinisiatif, mampu mengatasi masalah, mempunyai rasa percaya
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
12
diri, dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa menggantungkan diri terhadap
bantuan orang lain.
Menurut Desmita (2011: 185-186) kemadirian mengandung pengertian:
a. Suatu kondisi seseorang yang memiliki hasrat bersaing untuk maju
demi kebaikan dirinya.
b. Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk mengatasi masalah
yang dihadapi.
c. Memiliki kepercayaan diri dan melaksanakan tugas-tugasnya.
d. Bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya.
Menurut Johnson dan Medinnus (dalam Nurhayati 2011: 131)
kemandirian merupakan salah satu ciri kematangan yang memungkinkan
individu berfungsi otonom dan berusaha ke arah prestasi pribadi dan
tercapainya suatu tujuan. Sunaryo kartadinata (dalam Nurhayati 2011:
131) mengemukakan bahwa kemandirian sebagai kekuatan motivasional
dalam diri individu untuk mengambil keputusan dan menerima tanggung
jawab atas konsekuensi. Indikator kemandirian dapat dilihat pada table 2.1
dan 2.2 yang kemudian akan dijadikan acuan untuk membuat Skala Sikap
kemandirian.
Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Kemandirian
No Nilai Indikator
1. Kemandirian a. Mencari sumber untuk menyelesaikan tugas
sekolah tanpa bantuan pustakawan sekolah.
b. Mengerjakan PR sendiri, tidak mencontoh
orang lain.
Sumber: kementrian Pendidikan Nasional (2011:26)
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
13
Tabel 2.2 Indikator Keberhasilan Kemandirian
No Nilai Indikator
1. Kemandririan Mampu mengatasi kesulitan
memahami bahan ajar
Mampu mengukur kemampuan
dari belajar
Interaksi peserta ajar dengan
bahan ajar
Sumber: Tahar dan Enceng (2006: 5)
Merujuk pada beberapa pengertian kemandirian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa kemandirian adalah kemampuan untuk melakukan apa
yang dibutuhkannya sendiri tanpa mengharap dan mengandalkan orang
lain untuk memenuhinya.
3. Prestasi belajar
a. Pengertian Prestasi
Hasil belajar yang maksimal dapat ditandai dengan perolehan
Prestasi belajar yang maksimal pula. Menurut Arifin (2011: 12-13)
merupakan suatu masalah yang bersifat perenial dalam sejarah
kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia
selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-
masing. Prestasi belajar (achievement) semakin terasa penting untuk
dibahas, karena mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para
ahli psikologi biasanya menyebut hal ini sebagai tendensi
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
14
keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum
manusia.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan.
Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan pendorong bagi
peserta didik dalam meningkatkan ilmu pengetahuan dan
teknologi, dan berperan sebagai umpan balik (feedback) dalam
meningkatkan mutu pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu
institusi pendidikan. Indikator intern dalam arti bahwa prestasi
belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas suatu
institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan
relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak didik. Indikator
ekstern dalam arti bahwa tinggi rendahnya prestasi belajar dapat
dijadikan indikator tingkat kesuksesan peserta didik di masyarakat.
Asumsinya adalah kurikulum yang digunakan relevan pula dengan
kebutuhan masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan)
peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta didik menjadi
focus utama yang harus dipertahankan, karena peserta didiklah
yang diharapkan dapat menyerap seluruh materi pembelajaran.
Prestasi menurut Sudijono (2009: 434) dipergunakan sebagai
salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan nilai akhir, sebab
prestasi atau pencapaian peserta didik yang dilambangkan dengan
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
15
nilai-nilai hasil belajar pada dasarnya mencerminkan sampai sejauh
mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh peserta didik dalam
pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan bagi masing-
masing mata pelajaran atau bidang studi. Prestasi belajar yang dicapai
seseorang merupakan hasil interaksi berbagai faktor yang
mempengaruhinya baik dari dalam diri (faktor internal) maupun dari
luar diri (faktor eksternal) individu Ahmadi dan Supriyono (2013:138).
b. Pengertian Belajar
Banyak praktisi pendidikan yang menyatakan pendapatnya
mengenai pengertian belajar. Baharudin dan Wahyuni dalam teori
belajar dan pembelajaran (2015: 13) menyatakan bahwa belajar
merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Belajar dimulai sejak lahir
sampai akhir hayat. Belajar adalah proses dimana tingkah laku
ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman. Belajar
adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu
perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalaman individu itu sendiri di dalam interaksi dengan
lingkungannya Whittaker dalam (Aunurrahman 2010: 35).
Slameto merumuskan pengertian belajar (dalam Djamarah
2002: 13) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
16
interaksi dengan lingkungannya. Djamarah (2002: 13) juga
mengungkapkan pendapatnya tentang pengertian belajar, dia
mengungkapkan bahwa belajar adalah serangkaian kegiatan jiwa raga
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang
menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor.
Syah (2008: 92) mengemukakan bahwa belajar dapat dipahami
sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative
menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan
yang melibatkan proses kognitif. Di dalam tugas melaksanakan proses
belajar mengajar, seorang guru perlu memerhatikan beberapa prinsip
belajar. Soekamto dan Winataputra dalam (Baharuddin dan Wahyuni
2015: 19) menyatakan prinsip-prinsip tersebut antara lain :
1) Apapun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar, bukan
orang lain. Untuk itu siswalah yang harus bertindak aktif.
2) Setiap siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
3) Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan
langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses
belajar.
4) Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan
siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.
5) Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi
tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
17
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami mengenai kata
prestasi dan belajar. Prestasi adalah suatu pencapaian dari kegiatan
yang telah dilakukan oleh seseorang. Belajar adalah suatu proses untuk
memperoleh pengetahuan dan memperoleh perubahan dalam diri
seseorang. Jadi, prestasi belajar adalah pencapaian seseorang dalam
memperoleh pengetahuan dan memperoleh perubahan dalam dirinya
yang sifatnya lebih baik dari sebelumnya.
4. Model Pembelajaran
a. Pengertian model pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang
dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap
muka di dalam kelas atau mengatur tutorial, dan untuk menentukan
material/perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku,
film-film, tipe-tipe, program-program media computer, dan kurikulum
(sebagai kursus untuk belajar). Setiap model mengarahkan kita untuk
mendesain pembelajaran yang dapat membantu siswa untuk mencapai
berbagai tujuan Joice (dalam Trianto 2010: 52) berpendapat. Joyce dan
Weil (dalam Rusman 2012: 133) berpendapat bahwa model
pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang),
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran
di kelas atau yang lain.
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
18
Aunurrahman (2010: 141) menyatakan bahwa pengembangan
berbagai model pembelajaran juga dimaksudkan untuk menumbuhkan
dan meningkatkan motivasi belajar siswa, agar mereka tidak jenuh
dengan proses belajar yang sedang berlangsung. Kerangka konseptual
yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para
pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar, Soekamto
dkk (dalam Al-Tabany 2014: 24). Berdasarkan pengertian tersebut
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah cara yang dipilih
dan dilakukan oleh guru di dalam proses pembelajaran untuk dapat
mencapai tujuan belajar yang lebih baik dari sebelumnya.
5. Model Pembelajaran ARIAS
a. Pengertian
Model pembelajaran ARIAS merupakan salah satu model
pembelajaran yang dapat diterapkan dalam pembelajaran sebagai
upaya untuk meningkatkan kemandirian dan prestasi belajar. Rahman
dan Amri (2014: 2) menyatakan bahwa model pembelajaran ARIAS
adalah usaha pertama dalam kegiatan pembelajaran untuk
menanamkan rasa yakin/percaya pada siswa. Kegiatan pembelajaran
ada relevansinya dengan kehidupan siswa berusaha untuk menarik dan
memelihara minat/perhatian siswa. Model pembelajaran ARIAS terdiri
dari lima komponen yaitu Assurance (percaya diri), Relevance (sesuai
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
19
dengan kehidupan siswa), Interest (minat dan perhatian siswa),
Assesment (evaluasi), dan Satisfaction (penguatan).
Ahmadi dkk (2011:69) juga mengatakan bahwa model
pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model ARCS. Model
pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan
(expectancy value theory) yang mengandung dua komponen yaitu nilai
(value) dari tujuan yang akan dicapai dan harapan (expectancy) agar
berhasil mencapai tujuan itu. Dari dua komponen tersebut oleh Keller
dikembangkan menjadi empat komponen. Keempat komponen
pembelajaran itu adalah attention, relevance, convidence, dan
satisfaction dengan akronim ARCS Keller dan Kopp (dalam Ahmadi
dkk, 2011: 70)
Model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi dari model
ARCS, model ARCS sendiri sudah digunakan sebagai model
pembelajaran khususnya di luar negeri. seperti yang dikatakan Connell
(Bates 2015: 5) “The ARCS model can be used not only to design
motivating curricula that draws on students interest, but it can also be
used to base assessment on students motivational perceptions”. Model
ARCS yang di maksud dalam jurnal tersebut adalah model yang tidak
hanya dapat digunakan untuk merancang kurikulum motivasi yang
berpusat pada ketertarika siswa. tetapi juga dapat digunakan untuk
melakukan penilaian pada pendapat motivasi masing-masing diri
siswa.
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
20
b. Komponen Model Pembelajaran ARIAS
1) Assurance
Menurut Keller (Ahmadi dkk, 2011: 7) assurance (percaya
diri) yaitu berhubungan dengan sikap percaya, yakin akan berhasil
atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Menurut
Bandura yang dikutip oleh Gagne dan Driscoll (dalam Ahmadi
dkk, 201:71-72) seseorang yang memiliki sikap percaya diri tinggi
cenderung akan berhasil bagaimana pun kemampuan yang ia
miliki. Sikap di mana seseorang merasa yakin, percaya dapat
berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka bertingkah
laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini
mempengaruhi kinerja aktual seseorang, sehingga perbedaan dalam
sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap percaya,
yakin atau harapan akan berhasil mendorong individu bertingkah
laku untuk mencapai suatu keberhasilan Petri (dalam Ahmadi dkk,
2011:72).
Rahman dan Amri (2014:14) mengemukakan beberapa cara
yang dapat digunakan untuk mempengaruhi sikap percaya diri
sebagai berikut:
a) Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta
menanamkan pada siswa gambaran diri positif terhadap diri
sendiri.
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
21
b) Mengemukakan suatu patokan atau standar yang
memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan.
c) Memberi tugas yang sukar tetapi cukup realistis untuk
diselesaikan atau sesuai dengan kemampuan siswa.
d) Memberi kesempatan kepada siswa secara mandiri dalam
belajar dan melatih suatu keterampilan.
2) Relevance
Rahman dan Amri (2014: 15) mengemukakan bahwa
relevance berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa
pengalaman sekarang atau yang berhubungan dengan kebutuhan
karir sekarang atau yang akan datang. Relevansi membuat siswa
merasa kegiatan pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai,
bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka.
Rahman dan Amri (2014:16) mengemukakan cara-cara
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan komponen relevansi
ini adalah sebagai berikut:
a) Mengemukakan tujuan sasaran yang akan dicapai.
b) Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik
untuk masa sekarang dan atau untuk berbagai aktivitas di masa
mendatang.
c) Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada
hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang
dimiliki siswa.
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
22
3) Interest
Interest adalah sesuatu yang berhubungan dengan minat
dan perhatian siswa. Herndon ( dalam Ahmadi dkk, 2011: 74-75)
menunjukkan adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang
diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Menurut
Susanto (2014: 58) minat merupakan dorongan dalam diri
seseorang atau faktor yang menimbulkan ketertarikan atas
perhatian secara efektif, yang menyebabkan dipilihnya suatu objek
atau kegiatan yang menguntungkan, menyenangkan, dan lama-
kelamaan akan mendatangkan kepuasan dalam dirinya. Kegiatan
pembelajaran akan berlangsung sesuai dengan tujuan yang sudah
direncanakan apabila siswa minat dan memperhatikan materi yang
disampaikan guru. Siswa akan terdorong mengikuti pembelajaran
dengan penuh semangat ketika ada minat dalam diri siswa.
Rahman dan Amri (2014: 17) mengatakan terdapat
beberapa cara yang dapat digunakan untuk membangkitkan dan
menjaga minat/perhatian siswa antara lain adalah:
a) Menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, dan
menampilkan sesuatu yang aneh yang berbeda dari biasanya
dalam pembelajaran.
b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk berpartisipasi secara
aktif dalam pembelajaran, misalnya para siswa diajak diskusi
untuk memilih topik yang akan dibicarakan, mengajukan
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
23
pertanyaan atau mengemukakan masalah yang perlu
dipecahkan.
c) Mengadakan variasi dalam kegiatan pembelajaran, misalnya
variasi dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dari suara
keras ke suara yang sedang, dan mengubah gaya mengajar.
d) Mengadakan komunikasi nonverbal dalam kegiatan
pembelajaran seperti demonstrasi dan simulasi.
4) Assessment
Assessment merupakan suatu bagian pokok dalam
pembelajaran yang memberikan keuntungan bagi guru dan murid.
Bagi guru, assessment merupakan alat untuk mengetahui apakah
yang telah diajarkan sudah dipahami oleh siswa, untuk memonitor
kemajuan siswa sebagai individu maupun sebagai kelompok, untuk
merekam apa yang telah siswa capai, dan untuk membantu siswa
dalam belajar Fajaroh dan Dasna (dalam Rahma dan Amri,
2014:18).
Menurut Ahmadi dkk (2011: 76) terdapat beberapa cara
yang dapat digunakan untuk melaksanakan evaluasi antara lain:
a) Mengadakan evaluasi dan memberi umpan balik terhadap
kinerja siswa.
b) Memberikan evaluasi yang objektif dan adil serta segera
menginformasikan hasil evaluasi kepada siswa.
c) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi
terhadap diri sendiri.
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
24
d) Memberi kesempatan kepada siswa mengadakan evaluasi
terhadap teman.
5) Satisfaction
Rahman dan Amri (2014: 19) berpendapat bahwa
satisfaction merupakan segala hal yang berhubungan dengan rasa
bangga dan puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar
satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah
berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas
atas keberhasilan tersebut. Menurut Ahmadi dkk (2011: 77)
satisfaction yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas
hasil yang dicapai. Menurut Keller dan Kopp (dalam Ahmadi dkk
2011: 77) berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul
dalam diri individu sendiri yang disebut kebanggaan intrinsic di
mana individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan,
mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini
juga dapat timbul karena pengaruh dari luar individu, yaitu dari
orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggaan ekstrinsik.
Rahman dan Amri (2014:20) menjelaskan beberapa cara
yang dapat dilakukan untuk meningkatkan rasa bangga pada siswa
adalah sebagai berikut:
a) Memberi penguatan (reinforcement), penghargaan yang pantas
baik secara verbal maupun nonverbal kepada siswa yang telah
menampilkan keberhasilannya.
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
25
b) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan
pengetahuan yang baru diperoleh dalam situasi nyata.
c) Memperlihatkan perhatian yang besar kepada siswa, sehingga
mereka merasa dikenal dan dihargai oleh para guru.
d) Memberi kesempatan kepada siswa untuk membantu teman
mereka yang mengalami kesulitan/memerlukan bantuan dalam
kerja kelompok.
Jadi, model pembelajaran ARIAS merupakan modifikasi model
pembelajaran ARCS yang dikembangkan oleh John M. Keller. Dalam
model pembelajaran ARIAS mengandung komponen percaya diri,
minat, kehidupan siswa, penilaian, rasa bangga. Dengan adanya ke
lima komponen tersebut menjadikan model pembelajaran ARIAS tepat
digunakan dalam pembelajaran.
c. Langkah-Langkah Pembelajaran ARIAS
Menurut Rahman dan Amri (2014:7-9), langkah-langkah yang
dilakukan guru dalam menerapkan model pembelajaran ARIAS
dengan menggunakan seting kooperatif Jigzaw adalah sebagai berikut:
1) Tahap Assurance (percaya diri)
a) Pada tahap ini, guru mengawali pembelajaran dengan
menyampaikan apersepsi kepada siswa, kemudian
menyampaikan indikator, tujuan pembelajaran, menekankan
manfaat materi pembelajaran, meningkatkan kembali materi
sebelumnya yang berhubungan.
b) Guru mengajukan sejumlah pertanyaan untuk mengetahui
tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
26
c) Siswa menanggapi pertanyaan yang diajukan guru berdasarkan
gagasan awal yang dimiliki.
d) Guru memberikan motivasi kepada siswa.
2) Tahap Relevance (berhubungan dengan dunia nyata)
a) Pada tahap ini, guru menyuruh siswa untuk membuat
kelompok dengan anggota 4-6 siswa, guru menyiapkan
pertanyaan yang berkaitan dengan lingkungan kehidupan
sehari-hari siswa, langsung disertai undian pertanyaan.
b) Siswa yang mendapat undian yang sama berkumpul menjadi
satu, dan begitu seterusnya.
c) Siswa yang sudah selesai berdiskusi kemudian kembali ke
kelompok asal dengan membawa hasil diskusi, begitu juga
dengan teman yang lain sehingga semua kelompok bekerja dan
tidak ada yang pasif.
3) Tahap Interet (minat dan perhatian siswa)
a) Pada tahap ini, setelah kembali ke kelompok asal dengan
membawa hasil diskusi, kemudian mereka menjelaskan hasil
diskusi kepada teman di kelompok asalnya, begitu juga dengan
teman yang lain, jadi semua siswa bekerja dan tidak ada yang
pasif, karena setiap anggota kelompok saling
mempresentasikan hasil diskusi.
b) Dalam kegiatan presentasi, siswa diharapkan mampu
menggunakan media untuk menjelaskan hasil diskusi.
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
27
4) Tahap Assessment (evaluasi)
a) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengevaluasi diri sendiri dari kelompok lain.
b) Guru mengadakan evaluasi dan umpan balik terhadap kinerja
siswa.
c) Guru mengadakan evaluasi secara observasi pada saat siswa
mempresentasikan hasil diskusinya.
d) Guru menginformasikan hasil dari diskusi siswa.
5) Tahap Satisfaction (penguatan)
a) Guru memberikan penghargaan kepada siswa secara individu
maupun kelompok, baik secara verbal maupun nonverbal.
b) Guru dan siswa bersama-sama menyimpulkan hasil diskusi.
Merujuk pada langkah-langkah tersebut maka dala
penelitian ini akan menerapkan model pembelajaran ARIAS
dengan menggunakan permainan monopoli sebagai bentuk
rangsangan mencapai salah satu komponen model pembelajaran
arias yaitu Interest, penerapannya sebagai berikut:
a) Tahap Assurance (percaya diri)
(1) Guru menampilkan gambar tokoh inspiratif dan dengan
memberikan kalimat-kalimat motivasi.
(2) Bertanya jawab yang berhubungan dengan materi ataupun
tentang hal lain.
(3) Guru menanyakan tentang pelajaran sebelumnya.
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
28
b) Tahap Relevance (berhubungan dengan dunia nyata)
(1) Siswa mendengarkan penjelasan dari guru tentang materi
lingkungan fisik.
(2) Guru menunjukkan gambar lingkungan fisik yang di buku
untuk kemudian menanyakan kepada siswa kesaamaan
dengan yang ada di lingkungan rumah atau disekitar
sekolah.
c) Tahap Interest (minat dan
(1) Siswa membentuk kelompok yang terbagi 3 kelompok
dalam satu kelas.
(2) Siswa bermain permainan monopoli.
d) Tahap Assessment (evaluasi)
(1) pada tahap ini, masing-masing kelompok memberikan
penilaian kepada kelompok lain tentang kerjasama.
(2) Siswa mengerjakan soal evaluasi.
e) Tahap Satisfaction (penguatan)
(1) Guru memberikan pujian kepada siswa
(2) Guru dan siswa melakukan tanya jawab berkenaan dengan
pembelajaran yang sudah berlangsung.
6. Permainan Monopoli
Bermain merupakan hal yang sangat dibutuhkan oleh seorang
anak, dengan bermain anak akan merasa senang dan bersemangat. Anak
tidak bisa dipaksakan berkonsentrasi terlalu lama dalam proses
pembelajaran karena itu akan membuat jenuh yang berdampak materi
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
29
yang diajarkan guru tidak bisa diterima dengan baik, untuk itu perlu
diterapkan permainan dalam proses pembelajaran. Menurut Frobel
(dalam Tedjasaputra 2001: 2) kegiatan bermain atau mainan yang
dinikmati anak dapat digunakan untuk menarik perhatian serta
mengembangkan pengetahuan mereka.
Monopoly adalah salah satu permainan papan yang terkenal,
digemari anak-anak dan mudah dalam memainkannya, Susanto dkk
(dalam Faizaliwan 2012: 3). Berdasarkan pernyataan-pernyataan tersebut
dapat disimpulkan bahwa permainan monopoly adalah salah satu jenis
permainan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran untuk dimainkan
siswa agar semangat belajar siswa meningkat.
7. Ilmu Pengetahuan Alam
Mata pelajaran IPA merupakan mata pelajaran yang tidak terlalu
sulit, tetapi akan menjadi sulit ketika guru tidak dapat melaksanakan
pembelajaran yang tepat. Menurut Trianto (2011:141-143) secara umum
IPA dipahami sebagai ilmu kealaman yaitu ilmu tentang dunia zat, baik
makhluk hidup maupun benda mati yang diamati. Secara umum IPA
dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-
langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis melalui
eksperimen, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep.
Tujuan dari pembelajaran IPA diharapkan dapat memberikan :
a. Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk
meningkatkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
30
b. Pengetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan
konsep, fakta yang ada di alam, hubungan saling ketergantungan,
dan hubungan antara sains dan teknologi.
c. Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan,
memecahkan masalah dan melakukan observasi.
d. Sikap ilmiah, antara lain skeptik, kritis, sensitive, objektif, jujur,
terbuka, terbuka, benar, dan dapat bekerja sama.
e. Kebiasaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif
dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip sains untuk
menjelaskan berbagai peristiwa alam.
f. Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari
keindahan keteraturan perilaku alam serta penerapannya dalam
teknologi.
Crain dan Sund (dalam Wisudawati dan Sulistyowati 2014: 24)
mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun
secara teratur, berlaku umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil
observasi dan eksperimen. Merujuk pada pengertian tersebut Wisudawati
dan Sulistyowati (2014: 24) mengungkapkan bahwa IPA memiliki empat
unsur utama, yaitu:
a. Sikap: IPA memunculkan rasa ingin tahu tentang benda, fenomena
alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat. Persoalan IPA
dapat dipecahkandengan menggunakan prosedur yang bersifat open
ended.
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
31
b. Proses: proses pemecahan masalah pada IPA memungkinkan adanya
prosedur yang runtut dan sistematis melalui metode ilmiah. Metode
ilmiah meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau
percobaan, evaluasi, pengukuran, dan penarikan kesimpulan.
c. Produk: IPA menghasilkan produk berupa fakta, prinsip, teori, dan
hukum.
d. Aplikasi: penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam
kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian dapat dijelaskan bahwa proses pembelajaran
mengajar IPA lebih ditekankan pada pendekatan keterampilan proses,
hingga siswa dapat menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep,
teori-teori dan sikap ilmiah siswa itu sendiri yang akhirnya dapat
berpengaruh positif terhadap kualitas proses pendidikan maupun produk
pendidikan. proses belajar mengajar IPA selama ini hanya menghafal
fakta, prinsip, dan teori saja, sehingga perlu dikembangkan suatu model
pembelajaran IPA yang melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan
pembelajaran untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-idenya.
B. Hasil Penelitian Relevan
Penelitian yang menggunakan model pembelajaran ARIAS sudah
pernah dilakukan oleh beberapa peneliti. Beberapa penelitian dalam
pembelajaran IPA dan pembelajaran lainnya adalah :
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
32
1. Yuni Setiyowati tahun 2013, dengan judul skripsi “Penerapan Model
Pembelajaran ARIAS untuk Meningkatkan Motivasi Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri Pajang 1 No.93 Kecamatan
Laweyan Kota Surakarta Tahun Ajaran 2012/2013”. Dengan
menggunakan penelitian PTK diperoleh hasil bahwa berdasarkan
pembelajaran yang telah dilaksanakan sebanyak dua siklus, dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran ARIAS dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada
mata pelajaran IPA materi benda dan sifatnya serta perubahan benda
pada kelas V SD Negeri Pajang 1. Hal tersebut ditunjukkan dengan
adanya peningkatan motivasi belajar pra siklus terdapat 22 siswa (47,83
%), siklus I terdapat 28 siswa (60,87%), dan siklus II terdapat 38 siswa
(82,61%). Sedangkan nilai hasil belajar siswa sebelum tindakan (pra
siklus) yaitu sebesar 70,22 atau 58,20% siswa, siklus I adalah 73,91%
atau 73,91% siswa dan siklus II menjadi 89,57% atau 91,30% siswa.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Komang Juniartini dkk pada tahun 2013,
dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran ARIAS terhadap Hasil
Belajar IPA Kelas IV SD Negeri 3 Banjar Jawa”. Berdasarkan hasil
perhitungan uji-t diperoleh bahwa terdapat perbedaan hasil belajar IPA
antara kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran
ARIAS dan kelompok siswa yang dibelajarkan dengan model
pembelajaran konvensional. Rata-rata skor hasil belajar siswa yang
mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran ARIAS adalah
16.55 berada pada kategori sangat tinggi sedangkan skor hasil belajar
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
33
IPA siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran
konvensional adalah 11,82 berada pada kategori sedang. Berdasarkan
analisis data menggunakan uji-t yang menunjukkan bahwa thitung = 3,81
dan ttabel = 2,0057 hasil perhitungan tersebut menunjukan bahwa thitung
lebih besar dari ttable sehingga hasil penelitian adalah signifikan.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Sa’adah dkk dengan judul “Penerapan
Model ARIAS (Assurance, Relevance, Interest, Assesment and
Satisfaction) dalam Pembelajaran TIK (Teknologi Informasi dan
Komunikasi) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa. Hasil penelitian
tersebut berdasarkan dari analisis data skor Gain, pada taraf signifikansi
5% dan dk = 39 diperoleh harga ttabel = 1,685. Dari hasil perhitungan di
dapat thitung = 6,645. Maka hasilnya sebagai berikut thitung = 6,645 ≥ ttabel =
1,685. Hal ini berarti H0 ditolak, dan H1 diterima, yang menunjukkan
bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang menggunakan model
pembelajaran ARIAS lebih baik daripada hasil belajar siswa yang
menggunakan model pembelajaran ARIAS lebih baik daripada hasil
belajar siswa yang menggunakan pembelajaran tradisional.
Hasil penelitian relevan yang sudah dituliskan tersebut, dari ketiganya
terdapat perbedaan dengan penelitian yang baru akan dilakukan. Dua dari
penelitian tersebut menggunakan jenis penelitian Kuantitatif sedangkan
penelitian yang baru akan dilakukan menggunakan jenis penelitian PTK.
Perbedaan lain yang ada adalah variabel penelitian yang diambil, penelitian
yang baru akan dilakukan mengambil variabel kemandirian dan prestasi
belajar.
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
34
C. Kerangka Berpikir
Menurut hasil wawancara dengan guru kelas IV SD N 01 Cilongok,
dijelaskan bahwa guru dalam melakukan pembelajaran khususnya pada mata
pelajaran IPA belum menggunakan model pembelajaran yang tepat, sehingga
membuat kemandirian dan prestasi siswa dalam belajar rendah. Melihat
kondisi yang terjadi perlu adanya pemilihan suatu model pembelajaran yang
dirasa cukup tepat untuk diterapkan pada proses pembelajaran mata pelajaran
IPA agar kemandirian dan prestasi belajar siswa dapat lebih tinggi.
Kerangka berpikir yang digunakan dalam penelitian ini adalah,
melihat kondisi awal siswa sebelum penerapan model pembelajaran ARIAS
kemandirian dan prestasi belajar siswa rendah. melihat kondisi tersebut perlu
diterapkan model pembelajaran ARIAS dalam pembelajaran. Setelah model
pembelajaran ARIAS diterapkan, diharapkan 85% siswa kemandirian dan
prestasi belajar siswa tinggi. sehingga kondisi akhir yang diperoleh adalah
kemandirian dan prestasi belajar siswa meningkat.
Bila dirumuskan dalam skema dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
Kondisi Awal Sebelum menerapkan
model pembelajaran
ARIAS
Kemandirian dan
prestasi belajar
siswa rendah
Tindakan Diharapkan 85%
kemandirian dan prestasi
belajar siswa tinggi
Menerapkan model
pembelajaran ARIAS
Kondisi Akhir Kemandirian dan prestasi
belajar siswa meningkat
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016
35
D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir gambar 2.1,
dirumuskan hipotesis tindakan, yaitu kemandirian dan prestasi belajar IPA
materi Lingkungan Fisik kelas IV SD N 01 Cilongok dalam pembelajaran IPA
dapat ditingkatkan melalui penerapan model pembelajaran ARIAS.
Upaya Meningkatkan Kemandirian..., Gleni Puspita Sari, FKIP UMP, 2016