mutu gizi, indeks glikemik dan sifat sensori

131
MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI BROWNIES SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench) PANGGANG DENGAN PENAMBAHAN SEKAM PSYLLIUM DAN VARIASI LEMAK SKRIPSI VICKY ROSITA PROGRAM STUDI KIMIA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2017 M/1438 H

Upload: others

Post on 02-Dec-2021

28 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

BROWNIES SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench)

PANGGANG DENGAN PENAMBAHAN SEKAM

PSYLLIUM DAN VARIASI LEMAK

SKRIPSI

VICKY ROSITA

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M/1438 H

Page 2: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

BROWNIES SORGUM (Sorghum bicolor L. Moench)

PANGGANG DENGAN PENAMBAHAN SEKAM

PSYLLIUM DAN VARIASI LEMAK

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Program Studi Kimia

Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Oleh :

VICKY ROSITA

11140960000089

PROGRAM STUDI KIMIA

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2017 M/1438 H

Page 3: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI
Page 4: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI
Page 5: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH

HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN

SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI

ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Jakarta, April 2017

Vicky Rosita

11140960000089

Page 6: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

ABSTRAK

Vicky Rosita. “Mutu Gizi, Indeks Glikemik Dan Sifat Sensori Brownies Sorgum

(Sorghum bicolor L. Moench) Panggang Dengan Penambahan Sekam Psyllium

Dan Variasi Lemak”. Dibimbing oleh Anna Muawanah dan Juniawati.

Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan salah satu jenis biji-bijian

(serealia) yang kaya akan kandungan komponen bioaktif berupa jenis karbohidrat

kompleks yang lebih lambat dicerna sehingga berpotensi menurunkan respon

glikemik. Perkembangan produk olahan panggang berbasis snack berbahan baku

tepung sorgum, yaitu brownies yang diketahui sangat digemari oleh masyarakat.

Penelitian ini mempelajari berbagai formulasi brownies sorgum panggang

diantaranya terdapat penambahan konsentrasi sekam psyllium (0, 0,5, 1,5 dan

2,5%) dan variasi lemak (margarin dan butter). Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui nilai mutu gizi dan indeks glikemik serta sifat sensori (organoleptik)

berbagai formulasi brownies sorgum panggang. Mutu gizi ditinjau dari proksimat

yang dibandingkan dengan syarat Mutu SNI 01.3840-1995 dan Indeks glikemik

dianalisa secara in vitro menggunakan alat Glycemic Index Analyzer (GIA) serta

sifat sensori diuji oleh 30 panelis tidak terlatih. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa mutu gizi brownies sorgum seperti kadar air, protein, dan karbohidrat telah

memenuhi standar mutu SNI 01.3840-1995 kecuali kadar abu dan lemak. Indeks

glikemik brownies sorgum panggang berbagai formulasi diperoleh sebesar 27,48

hingga 42,94 dengan kategori rendah (<55). Formulasi 4 dengan penambahan

sekam psyllium 2,5% dan penggunaan margarin memiliki indeks glikemik

terendah dan secara uji organoleptik lebih disukai oleh panelis.

Kata kunci: Brownies, gizi, indeks glikemik, sensori.

Page 7: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

ABSTRACT

Vicky Rosita. The Quality of Nutrition, Glycemic Index And Properties Sensory

of Brownies Sorghum (Sorghum bicolor L. Moench) Baked With Addition of

Psyllium Husk And Variations of fat. Advisor by Anna Muawanah and

Juniawati.

Sorghum (Sorghum bicolor L. Moench) is one type of grains (cereals)

which is rich in bioactive components such as complex carbohydrates that more

slowly to digest so that potentially decrease the glycemic response. The

development of processed products baked based snack made from sorghum flour,

is brownies that known to be favored by the people. The research studied the

various formulations of sorghum brownies baked of which there addition of

psyllium husk concentrations (0, 0,5, 1,5 and 2,5%) and variations of fat

(margarine and butter). The research is aimed to determine the nutrition quality

value and glycemic index as well as the nature of sensory (organoleptic) various

formulations brownies sorghum baked. The nutrition quality is reviewed from the

proximate that compared with the quality standards of SNI and glycemic index is

analyzed in vitro using Glycemic Index Analyzer tool (GIA) and the sensory

properties tested by 30 untrained panelists. The results showed that the nutritional

quality such as moisture, protein, and carbohydrates comply with quality

standards of SNI 01.3840-1995 except ash and fat. The glycemic index on

sorghum brownies baked various formulations obtained for 27.48 to 42.94 with a

low category (<55). Formulation 4 with the addition of 2.5% psyllium husks and

use of margarine have the lowest glycemic index as well as organoleptic test

preferred by the panelists.

Keywords: Brownies, glycemic index, nutrition and sensory.

Page 8: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

viii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat dan nikmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga dan sahabatnya yang setia mengorbankan jiwa raga dan lainnya untuk

tegaknya syi’ar Islam serta senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai Islam, yang

pengaruh dan manfaatnya hingga kini masih terasa dan dinikmati oleh seluruh

manusia di dunia.

Skripsi yang berjudul “Mutu Gizi, Indeks Glikemik Dan Sifat Sensori

Brownies Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) Panggang Dengan

Penambahan Sekam Psyllium Dan Variasi Lemak” disusun sebagai salah satu

persyaratan untuk meraih gelar Strata 1 (S1) Kimia, Fakultas Sains dan

Teknologi, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulisan skripsi ini dapat diselesaikan berkat adanya pihak-pihak yang

telah memberikan bimbingan serta dukungannya kepada penulis, oleh karena itu

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Anna Muawanah, M.Si selaku pembimbing I yang telah membimbing dan

memberikan arahan kepada penulis selama menyelesaikan penulisan skripsi.

2. Juniawati, STP, M.Si selaku pembimbing II yang telah membimbing dan

memberikan arahan dalam penulisan skripsi.

3. Dr. Sri Yadial Chalid, M.Si dan Nurhasni, M.Si selaku penguji yang telah

membimbing dan memberikan arahan dalam penulisan skripsi.

Page 9: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

ix

4. Drs. Dede Sukandar, M.Si selaku Ketua Program Studi Kimia Fakultas

Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

5. Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kedua orangtua (Suyoko dan Enih Suryanih), Umi dan Putri Nadia yang

selalu mendoakan, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis.

7. Bapak Tri, Ibu Dini, Mas Adit, Teh Irna, dan Teh Ika yang telah banyak

memberikan bantuan kepada penulis selama melakukan penelitian di

laboratorium Kimia dan Laboratotium Pengolahan Pangan, BB-Pascapanen.

8. Seluruh dosen Kimia FST yang memberikan ilmu pengetahuan dan analis

Laboratorium Kimia Balai Pascapanen yang telah memberikan arahan

selama proses penelitian serta ilmu pengetahuan kepada penulis.

9. Teman-teman seperjuangan ekstensi (Latifah, Nurani, Mansyurah dan

Galih) serta teman-teman seperjuangan di Program Studi Kimia 2012 yang

telah memberikan semangat, doa, dan dukungan.

10. Serta semua pihak yang telah membantu secara langsung dan tidak

langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pengembangan

ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kimia pangan.

Jakarta, April 2017

Penulis

Page 10: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

x

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .................................................................................... viii

DAFTAR ISI ...................................................................................................... x

DAFTAR TABEL .......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xvi

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4

1.3 Hipotesis Penelitian ................................................................................. 4

1.4 Tujuan Penelitian ..................................................................................... 4

1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 6

2.1 Botani Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) ....................................... 6

2.1.1 Biji Sorgum ............................................................................................. 7

2.1.2 Tepung Sorgum ....................................................................................... 9

2.1.3 Komponen Pangan Fungsional Sorgum ................................................ 13

2.2 Brownies ................................................................................................ 15

2.2.1 Bahan-bahan Penyusun Brownies ......................................................... 16

2.2.2 Pemanggangan ...................................................................................... 17

2.3 Sekam Psyllium (Psyllium Husk) .......................................................... 18

2.4 Indeks Glikemik .................................................................................... 20

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Glikemik Pangan .............. 22

2.5.1 Cara Pengolahan .................................................................................... 23

2.5.2 Lemak dan Protein ................................................................................ 23

2.5.3 Amilosa dan Amilopektin ..................................................................... 24

2.5.4 Serat Pangan .......................................................................................... 25

2.5.5 Pati Resisten (Resistant Starch atau RS) ............................................... 26

2.6 Glycemic Index Analyzer (GIA) ............................................................ 26

Page 11: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

xi

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................ 28

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 28

3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................... 28

3.2.1 Alat ........................................................................................................ 28

3.2.2 Bahan ..................................................................................................... 29

3.3 Pelaksanaan penelitian .......................................................................... 29

3.3.1 Pembuatan Formulasi Brownies Sorgum Panggang ............................. 30

3.3.2 Uji Kekerasan (Texture Analyzer XT-21) (Faridah et al, 2006) ........... 31

3.3.3 Analisis Proksimat (SNI, 1992) ............................................................ 32

3.3.4 Analisis Kadar Pati Metode Luff-Schoorl (AOAC, 1995) .................... 34

3.3.5 Analisis Kadar Amilosa Metode Iodin (Apriyantono et al, 1989) ........ 35

3.3.6 Analisis Kadar Serat Pangan Metode Enzimatik (AOAC, 1995) ......... 36

3.3.7 Analisis Indeks Glikemik dan Pati Resiten dengan GI20 Glycemic Index

Analyzer (GIA) ...................................................................................... 37

3.3.8 Uji Organoleptik (Soekarto, 1990) ........................................................ 39

3.4 Analisis Data ......................................................................................... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 41

4.1 Karakteristik Brownies Sorgum Panggang ........................................... 41

4.2 Tingkat Kekerasan ................................................................................. 43

4.3 Hasil Proksimat ..................................................................................... 44

4.3.1 Kadar Air ............................................................................................... 45

4.3.2 Kadar Abu ............................................................................................. 48

4.3.3 Kadar Protein ......................................................................................... 50

4.3.4 Kadar Lemak ......................................................................................... 52

4.3.5 Kadar Karbohidrat by difference ........................................................... 53

4.4 Kadar Pati .............................................................................................. 55

4.5 Kadar Amilosa ....................................................................................... 57

4.6 Kadar Serat Pangan ............................................................................... 59

4.7 Kadar Pati Resisten ............................................................................... 61

4.8 Indeks Glikemik .................................................................................... 63

4.9 Tingkat Kesukaan (Organoleptik) ......................................................... 68

4.9.1 Warna .................................................................................................... 70

4.9.2 Aroma .................................................................................................... 71

Page 12: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

xii

4.9.3 Rasa ....................................................................................................... 72

4.9.4 Tekstur ................................................................................................... 74

4.9.5 Penerimaan Umum ................................................................................ 75

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 77

5.1. Simpulan ................................................................................................ 77

5.2. Saran ...................................................................................................... 77

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 78

LAMPIRAN ..................................................................................................... 85

Page 13: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

xiii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi nutrisi biji sorgum ................................................................... 8

Tabel 2. Komposisi nutrisi sorgum dan serelia lain (per 100 g) ............................. 9

Tabel 3. Kandungan nutrisi beberapa tepung serealia .......................................... 12

Tabel 4. Kelemahan dan kelebihan sorgum sebagai bahan pangan ...................... 13

Tabel 5. Syarat mutu produk semi basah .............................................................. 15

Tabel 6. Komposisi kimia proksimat psyllium ..................................................... 19

Tabel 7. Klasifikasi pati resisten ........................................................................... 26

Tabel 8. Formulasi Brownies Sorgum ................................................................... 30

Tabel 9. Pengkondisian Texture Analyzer XT-21 .................................................. 31

Tabel 10. Pengkondisian operasional GI20 Glycemic Index Analyzer ................. 38

Tabel 11. Hasil proksimat brownies sorgum berbagai formulasi ......................... 45

Page 14: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Tanaman Sorghum bicolor L. Moench (Sumarno et al, 2013) ............. 6

Gambar 2. Struktur biji sorgum dan bagiannya (Sumarno et al, 2013) .................. 8

Gambar 3. Proses penepungan metode basah (Sumarno et al, 2013) ................... 10

Gambar 4. Kompleks tanin-protein (Santos et al, 2009) ...................................... 11

Gambar 5. Tanin terhidrolisis (Hegerman, 2002) ................................................. 12

Gambar 6. Psyllium Husk (A) dan Tanaman Plantago ovata (B) ........................ 18

Gambar 7. Skema penyerapan glukosa dari pangan IG rendah (A) ...................... 21

Gambar 8. Struktur (a) Amilosa dan (b) Amilopektin (Winarno, 1992) .............. 24

Gambar 9. Nutriscan GI20 Glycemic Index Analyzer ........................................... 27

Gambar 10. Struktur rancangan data statistik ....................................................... 40

Gambar 11. Penampakan adonan brownies sorgum berbagai formulasi .............. 42

Gambar 12. Brownies sorgum berbagai formulasi ................................................ 42

Gambar 13. Tingkat kekerasan brownies sorgum berbagai formulasi .................. 43

Gambar 14. Kadar air brownies sorgum berbagai formulasi ................................ 46

Gambar 15. Struktur Arabinoxylan (Yeyen, 2012) ............................................... 47

Gambar 16. Kadar abu brownies sorgum berbagai formulasi............................... 49

Gambar 17. Kadar protein brownies sorgum berbagai formulasi ......................... 50

Gambar 18. Kadar lemak brownies sorgum berbagai formulasi........................... 53

Gambar 19. Kadar karbohidrat by difference brownies sorgum ........................... 54

Gambar 20. Kadar pati brownies sorgum berbagai formulasi .............................. 55

Gambar 21. Mekanisme gelatinisasi pati .............................................................. 56

Gambar 22. Kadar amilosa brownies sorgum berbagai formulasi ........................ 58

Gambar 23. Struktur heliks dari pati (A), Ikatan α- 1,4-glikosida (B), ................. 59

Gambar 24. Kadar serat pangan brownies sorgum berbagai formulasi ................ 60

Gambar 25. Kadar pati resisten brownies sorgum berbagai formulasi ................. 61

Gambar 26. Proses retrogradasi pati setelah proses pemanasan ........................... 63

Gambar 27. Indeks glikemik berbagai formulasi brownies sorgum ..................... 64

Gambar 28. Perombakan karbohidrat menjadi glukosa ........................................ 66

Gambar 29. Reaksi hidrolisis pati oleh enzim termamyl (Naz, 2002) .................. 67

Page 15: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

xv

Gambar 30. Reaksi pemecahan ikatan peptida oleh enzim pepsin (Naz, 2002) ... 67

Gambar 31. Brownies sorgum yang terpilih untuk uji organoleptik ..................... 68

Gambar 32. Tingkat kesukaan (organoleptik) brownies sorgum terpilih ............. 69

Gambar 33. Reaksi Maillard (Daniel, 2013) ......................................................... 71

Gambar 34. Reaksi karamelisasi (Winarno, 2004) ............................................... 74

Page 16: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian .................................................................... 86

Lampiran 2. Dokumentasi Cara Membuat Brownies Sorgum .............................. 87

Lampiran 3. Rangkuman karakteristik berbagai formulasi brownies sorgum

panggang .......................................................................................... 88

Lampiran 4. Tekstur (Kekerasan) Brownies Sorgum ............................................ 89

Lampiran 5. Kadar Air Brownies Sorgum ............................................................ 90

Lampiran 6. Kadar Abu Brownies Sorgum ........................................................... 91

Lampiran 7. Kadar Protein Brownies Sorgum ...................................................... 92

Lampiran 8. Kadar Lemak Brownies Sorgum ...................................................... 93

Lampiran 9. Kadar Karbohidrat by difference ...................................................... 94

Lampiran 10. Kadar Pati Brownies Sorgum ......................................................... 95

Lampiran 11. Kadar Amilosa Brownies Sorgum .................................................. 97

Lampiran 12. Kadar Serat Pangan Brownies Sorgum ........................................... 99

Lampiran 13. Kadar Pati Resisten Brownies Sorgum ......................................... 100

Lampiran 14. Indeks Glikemik Brownies Sorgum .............................................. 101

Lampiran 15. Penilaian Organoleptik Brownies Sorgum ................................... 103

Lampiran 16. Analisis Ragam Kekerasan Brownies Sorgum ............................. 104

Lampiran 17. Analisis Ragam Kadar Proksimat ................................................. 105

Lampiran 18. Analisis Ragam Total Pati Brownies Sorgum .............................. 108

Lampiran 19. Analisis Ragam Amilosa Brownies Sorgum ................................ 109

Lampiran 20. Analisis Ragam Kadar Serat Pangan Brownies Sorgum .............. 110

Lampiran 21. Analisis Ragam Organoleptik Brownies Sorgum ......................... 111

Lampiran 22. Lembar Penilaian Uji Organoleptik .............................................. 113

Lampiran 23. Informasi Kandungan Gizi Bahan Penyusun Brownies ............... 114

Lampiran 24. Rangkuman Analisis Berbagai Formulasi Brownies Sorgum ...... 115

Page 17: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) merupakan salah satu jenis biji-bijian

(serealia) sumber karbohidrat. Pemanfaatan sorgum sebagai bahan pangan di

Indonesia masih terbatas peranannya dalam diversifikasi pangan sumber

karbohidrat. Sorgum potensial dikembangkan sebagai pangan fungsional karena

mengandung jenis karbohidrat kompleks yang lebih lambat dicerna sehingga

berpotensi menurunkan respon glikemik (Suarni, 2012). Hal ini sesuai dengan

ayat yang diturunkan oleh Allah SWT melalui Q.S Abasa ayat 24-32:

Artinya :

“Maka hendaklah manusia memperhatikan makanannya. Sesungguhnya Kami

benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi

dengan sebaik-baiknya. Lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan

sayur-sayuran, zaitun dan pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-

buahan serta rumput-rumputan, untuk kesenangan kamu dan untuk binatang

ternakmu” [Q.S Abasa : 24-32].

Sorgum memiliki daya cerna pati yang lebih lambat dicerna dibandingkan

jagung (Siller, 2006). Proporsi pati yang terkandung dalam sorgum yakni amilosa

21,18-35% dan amilopektin 65-78,8% (Budijanto, 2012). Pati resisten pada

Page 18: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

2

sorgum sebesar 10,97% lebih tinggi dibandingkan dengan gandum sebesar 3,69%

(Bimo et al, 2015).

Indeks glikemik (IG) merupakan suatu ukuran untuk mengklasifikasikan

pangan berdasarkan pengaruh fisiologisnya terhadap kadar glukosa darah.

Pengontrolan glukosa darah dapat dilakukan dengan konsep indeks glikemik

untuk menentukan pemilihan secara tepat jumlah dan jenis karbohidrat yang

diasup. Konsumsi pangan yang dianjurkan adalah memiliki nilai IG rendah (<55)

untuk membantu meningkatkan pengendalian glukosa darah atau pengontrolan

pada tingkat yang aman (Rimbawan dan Siagiaan, 2004).

Terkait adanya informasi bahwa sorgum berpotensi dikembangkan sebagai

pangan fungsional dan memiliki IG lebih rendah pada olahan muffin sorgum

sebesar 32 dibandingkan muffin gandum sebesar 43 (Pruett, 2012), maka

penelitian ini mempelajari IG snack brownies sorgum panggang. Perkembangan

teknologi, alternatif pengolahan pangan yang dapat meningkatkan nilai tambah

sorgum dapat digunakan sebagai bahan baku produk kue seperti brownies.

Menurut Suarni (2012), khusus untuk brownies, tepung sorgum dapat mengganti

terigu hingga 80-95% dengan tingkat penerimaan panelis lebih baik daripada

olahan dari terigu 100%.

Kandungan serat pangan yang tinggi berkontribusi pada nilai IG yang

rendah (Trinidad, 2010). Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat

hubungan negatif antara kadar serat dengan nilai IG pangan (Arif et al, 2013).

Sekam psyllium (Psyllium Husk atau Psyl) berasal dari tanaman Plantago ovata

dikenal sebagai sumber serat alami yang kaya manfaat. Serat psyllium telah

dilaporkan sebagai suplemen yang digunakan untuk perawatan berbagai penyakit

Page 19: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

3

degeneratif salah satunya penyakit diabetes. Menurut Zhong et al (2000) bahwa

pemberian psyllium pada pasien diabetes tipe II mampu mengendalikan respon

glikemik. Menurut Raymundo et al (2014), penggabungan psyllium pada produk

pangan berkontribusi untuk meningkatkan kandungan serat musilase dengan

substansi utama arabinoksilan 85%. Terkait informasi tersebut, maka dalam

penelitian ini dilakukan penambahan sekam psyllium pada formulasi brownies

sorgum, sehingga diharapkan dengan adanya serat dari sekam psyllium pada

produk brownies sorgum dapat berkontribusi pada nilai IG yang lebih rendah.

Kriteria pangan fungsional tidak hanya sebatas pada nutrisi dan bioaktifnya

tetapi sifat sensori juga perlu diperhatikan supaya diterima oleh konsumen

(Muchtadi, 2004). Parameter sifat sensori yang kritis pada penampakan, flavour

dan penerimaan keseluruhan adalah tekstur (Setser, 1995). Tekstur dipengaruhi

oleh lemak penyusunnya, oleh karenanya penelitian ini dilakukan penambahan

variasi lemak margarin dan butter pada formulasi brownies sorgum yang

diharapkan akan menghasilkan brownies yang disukai oleh panelis. Menurut

Fatma dan Tim NCC (2006), butter memiliki khas aroma susu, tekstur lebih

lembut, warna lebih pucat sedangkan margarin aromanya tidak seenak butter,

tekstur lebih kaku, dan warna lebih kuning tegas.

Page 20: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

4

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mutu gizi (proksimat) brownies sorgum panggang dengan

penambahan sekam psyllium dan variasi lemak menurut syarat mutu SNI

01.3840-1995?

2. Bagaimana nilai indeks glikemik brownies sorgum panggang dengan

penambahan sekam psyllium?

3. Bagaimana tingkat penerimaan panelis terhadap brownies sorgum panggang

pada masing-masing variasi lemak (margarin dan butter)?

1.3 Hipotesis Penelitian

1. Mutu gizi (proksimat) brownies sorgum panggang dengan penambahan

sekam psyllium dan variasi lemak memenuhi syarat mutu SNI 01.3840-

1995.

2. Brownies sorgum panggang dengan penambahan sekam psyllium memiliki

nilai indeks glikemik yang lebih rendah.

3. Tingkat kesukaan atau penerimaan panelis terdapat pada formula brownies

sorgum yang memiliki nilai indeks glikemik terendah dengan penggunaan

lemak tertentu.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Mengetahui nilai gizi dan kelayakan brownies sorgum panggang dengan

penambahan sekam psyllium dan variasi lemak berdasarkan syarat mutu

SNI 01.3840-1995.

Page 21: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

5

2. Mengetahui nilai indeks glikemik brownies sorgum panggang dengan

penambahan sekam psyllium dan variasi lemak.

3. Mengetahui tingkat kesukaan atau penerimaan panelis terhadap brownies

sorgum panggang yang terpilih.

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang mutu gizi,

indeks glikemik dan sifat sensori (organoleptik) brownies sorgum panggang

dengan penambahan sekam psyllium dan variasi lemak. Memberikan solusi

alternatif dalam penanganan pasca bencana dengan memberikan snack brownies

sorgum panggang formula tertentu sebagai pangan darurat yang praktis dan

memenuhi nilai gizi untuk dikonsumsi.

Page 22: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Botani Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench)

Sorgum (Sorghum bicolor L. Moench) pada Gambar 1 merupakan tanaman

jenis biji-bijian (serealia) dari Afrika Timur. Keunggulan sorgum terletak pada

daya adaptasinya yang luas, produktivitas tinggi, toleran terhadap kondisi lahan

marjinal (kekeringan, salinitas dan lahan asam), dan lebih tahan terhadap hama

dan penyakit. Menurut data Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (2007)

bahwa luas lahan kering yang tersedia untuk perluasan areal pertanian di

Indonesia adalah 22,393,917 Ha sedangkan luas panen sorgum secara nasional

sebesar 18,000 Ha. Adaptasi sorgum yang luas membuat sorgum berpeluang besar

untuk dikembangkan di Indonesia. Pemanfaatan sorgum, antara lain untuk pakan,

pangan, dan industri (Sumarno et al, 2013).

Gambar 1. Tanaman Sorghum bicolor L. Moench (Sumarno et al, 2013)

Genus sorgum terdiri atas 20 atau 32 spesies berasal dari Afrika Timur, satu

spesies diantaranya berasal dari Meksiko. Spesies sorgum yang paling banyak

dibudidayakan adalah spesies Sorghum bicolor. Sorgum ditanam dan dikenal

dengan Cantel di Jawa Tengah dan Jawa Timur, jagung cantrik di Jawa Barat, dan

batara tojeng di Sulawesi Selatan. Teknik budidaya, penelitian dan pengembangan

Page 23: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

7

sorgum masih sangat terbatas bahkan cenderung terabaikan. Hierarki taksonomi

tanaman sorgum menurut Sumarno et al (2013) sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledonae

Ordo : Poales

Famili : Gramineae

Genus : Andropogon

Spesies : Sorghum bicolor L. Moench

Sorgum dapat dipanen pada umur 3-4 bulan tergantung varietasnya.

Penentuan saat panen sorgum dapat dilakukan dengan berpedoman pada umur

setelah daun berwarna kuning, mengering dari bawah ke atas dan biji yang keras

(Balitsereal, 2012). Biji yang sudah tua tapi tidak segera dipanen akan turun

mutunya, hal ini karena biji mudah tumbuh bila kelembaban udara di kebun cukup

tinggi. Kadar air panen rata-rata 20%, namun di daerah yang kering bisa mencapai

16%. Perontokan dilakukan dengan memotong tangkai malainya yang cukup

panjang dengan kisaran 20-30 cm (Susila, 2005).

2.1.1 Biji Sorgum

Morfologi tanaman sorgum mencakup akar, batang, daun, tunas, bunga, dan

biji. Biji sorgum memiliki ciri fisik berbentuk butiran bulat (flattened spherical)

dengan berat 8-35 mg dan ukuran 4,0 x 2,5 x 3,5 mm. Biji sorgum tertutup sekam

dengan warna beragam antara lain cokelat muda, putih, dan merah bergantung

pada varietas (Suarni dan Firmansyah, 2012).

Biji sorgum terdiri atas tiga bagian utama (Gambar 2) yaitu lapisan luar

(epicarp) mengandung zat pigmen sebagai penentu warna biji terdiri atas hilum

Page 24: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

8

dan perikarp, embrio (germ), dan pericarp terdekat dengan endosperm terdiri atas

peripheral, Corneous endosperm (Sumarno et al, 2013). Komposisi nutrisi biji

sorgum dapat menjadi petunjuk pemanfaatannya sehubungan dengan teknologi

pengolahan yang akan digunakan (Tabel 1).

Gambar 2. Struktur biji sorgum dan bagiannya (Sumarno et al, 2013)

Tabel 1. Komposisi nutrisi biji sorgum

Bagian Biji Komposisi Nutrisi (%)

pati Protein Lemak Abu serat kasar

Biji utuh 73,8 12,3 3,60 1,65 2,2

Endosperma 82,5 12,3 0,63 0,37 1,3

Kulit biji 34,6 6,7 4,90 2,02 8,6

Lembaga 9,8 13,4 18,90 10,36 2,6

Sumber : (Hubbard et al, 1968; Suarni, 2012)

Sorgum sebagai sumber bahan pangan global untuk memenuhi kebutuhan

karbohidrat berada di peringkat ke-5 setelah padi, jagung, gandum, dan barley

sedangkan di Indonesia berada di perangkat ke-3 setelah padi dan jagung.

Komoditas ini mempunyai kandungan nutrisi dasar yang tidak kalah penting

dibandingkan dengan serealia lainnya (Tabel 2).

Pati merupakan bentuk simpanan karbohidrat utama di dalam sorgum.

Kandungan karbohidrat sorgum sedikit lebih rendah (70,7%) dan energi yang

dihasilkan pun lebih rendah sebesar 329 kcal dibandingkan serealia lainnya.

Kandungan protein dalam sorgum cukup tinggi terutama asam amino leusin (1,31-

Page 25: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

9

1,29%) yang lebih tinggi dibandingkan terigu (0,88%) dan asam glutamat sorgum

(1,39-1,58%) yang jauh lebih rendah dibandingkan terigu (3,83%). Kandungan

lemak sorgum sangat tinggi tetapi lebih rendah dari lemak jagung. Lemak sorgum

terdiri atas tiga fraksi, yatu 86,2% fraksi netral, 3,1% glikolipid dan 0,7%

fosfolipid (Susila, 2005).

Tabel 2. Komposisi nutrisi sorgum dan serelia lain (per 100 g)

Komoditas

(gram) energi

(kcal)

abu lemak protein karbohidrat serat

kasar

Sorgum 1,6 3,1 10,4 70,7 2,0 329

Beras pecah kulit 1,3 2,7 7,9 76,0 1,0 362

Jagung 1,2 4,6 9,2 73,0 2,8 358

Gandum 1,6 2,0 11,6 71,0 2,0 342

Jewawut 2,6 1,5 7,7 72,6 3,6 336

Sumber : Depkes (1992) dan Susila (2005)

Sorgum memiliki zat anti gizi, yaitu tanin yang menyebabkan rasa sepat

terutama pada sorgum yang mempunyai kulit biji berwarna tua, sehingga kurang

disukai. Varietas lokal Kawali dan Numbu yang khusus untuk pangan adalah

varietas unggul produk Badan Litbang Pertanian. Kadar tanin varietas lokal relatif

tinggi dibandingkan varietas lainnya dengan kisaran 3,67-10,60% sedangkan

varietas Kawali dan Numbu masing-masing hanya 1,08% dan 0,95% sehingga

memudahkan dalam pemanfaatan untuk olahan pangan (Suarni dan Firmansyah,

2012).

2.1.2 Tepung Sorgum

Tepung sorgum adalah tepung yang berasal dari biji sorgum. Proses

pembuatan tepung dari bahan serealia sorgum mirip dengan proses pembuatan

tepung beras. Ukuran pengayakan tepung sorgum juga perlu diperhatikan pada

Page 26: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

10

pembuatan setiap produk diantarnya ukuran 70 mesh untuk kue tradisional, 80

mesh untuk cookies dan sejenisnya, 90 dan 100 mesh untuk cake, mie, roti, dan

sejenisnya (Suarni, 2004). Proses penepungan dapat dilakukan dengan metode

basah, dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Proses penepungan metode basah (Sumarno et al, 2013)

Penepungan sorgum dengan metode basah dilakukan tahap perendaman

dengan air selama semalam sedangkan metode kering dilakukan penepungan

secara langsung tanpa mengalami perendaman terlebih dahulu. Kelebihan metode

basah diantaranya rendemen tepung lebih tinggi, tekstur lebih halus, dan kadar

tanin menjadi sangat rendah. Kelemahan metode basah, komponen nutrisinya

lebih rendah dibanding metode langsung (kering), salah satunya protein. Protein

dapat larut dalam air rendaman dan terbuang pada saat pencucian sorgum sosoh

sebelum ditepungkan. Berbagai teknologi pengolahan biji sorgum menjadi bahan

setengah jadi (sorgum sosoh, tepung, dan pati) bertujuan untuk menurunkan kadar

tanin (antinutrisi) sebesar 60% dan tersisa hanya sekitar 0,6-0,1% (Suarni dan

Firmansyah, 2012).

Page 27: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

11

Senyawa yang menonjol dari sorgum adalah tanin dari golongan polifenol.

Sifat kontroversi tanin pada sorgum antara bernilai negatif dan bernilai positif

bagi kesehatan. Tanin berkonsentrasi tinggi bernilai negatif sebagai antinutrisi

yang merugikan sistem pencernaan manusia karena kemampuannya dapat

mengikat dan menghambat proses daya cerna protein dan karbohidrat dalam

tubuh. Keberadaan senyawa tanin yang masih tersisa dalam konsentrasi rendah

bermanfaat sebagai antioksidan. Tanin pada produk pangan akan menurunkan

nilai gizi makanan, memberikan rasa sepat dan menurunkan mutu warna (kusam)

produk akhir (Suarni dan Firmansyah, 2012).

Tanin yang terkandung pada tepung sorgum memiliki kemampuan

mengendapkan protein melalui ikatan hidrogen dan interaksi hidrofobik dengan

fraksi protein, yaitu prolamin, sehingga dapat menghasilkan ikatan silang yang

besar dan kompleks yaitu protein tanin (Gambar 4). Tanin juga dapat berikatan

dengan karbohidrat membentuk jembatan oksigen yaitu tanin terhidrolisis

(Gambar 5). Tanin terhidrolisis (Gallotanin) terbentuk dari senyawa berupa

gabungan dari karbohidrat dan asam galat (Suarni dan Firmansyah, 2012).

Gambar 4. Kompleks tanin-protein (Santos et al, 2009)

Page 28: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI
Page 29: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

13

tepung terigu cukup beragam, yaitu untuk Cookies (50-75%), cake (30-50%), mi

(15-20%), dan roti (20-25%).

2.1.3 Komponen Pangan Fungsional Sorgum

Sorgum mengandung serat pangan (dietary fiber) yang memberikan manfaat

terhadap kesehatan tubuh sehingga dinilai potensial diberikan kepada penderita

diabetes, jantung dan obesitas (Dicko et al, 2006). Serat pangan berfungsi dalam

mengikat asam empedu sehingga menurunkan kadar kolesterol darah. Senyawa

fenolik sorgum memliki aktivitas antioksidan, antitumor dan dapat menghambat

perkembangan virus sehingga bermanfaat bagi penderita kanker, jantung, dan

HIV (Human Immunodeficiency Virus) (Dicko et al, 2006).

Menurut hasil penelitian Siller (2006) menginformasikan bahwa sorgum

memiliki kandungan gluten dan indeks glikemik (IG) yang lebih rendah sehingga

sesuai untuk diet gizi khusus. Kelemahan dan kelebihan sorgum serta interaksi

dengan komponen lain sebagai bahan pangan fungsional disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Kelemahan dan kelebihan sorgum sebagai bahan pangan

Kelemahan (anti nutrisi) Keunggulan (pangan fungsional)

- Tanin (Konsentrasi tinggi)

Sebagai Anti nutrisi Komponen fenolik dapat berinteraksi

dengan protein, terbentuk kompleks

yang tidak larut dan dapat menurunkan

daya cerna, menghambat aktivitas

enzim pencernaan, rasa sepat, warna

kusam pada produk akhir olahan

- Asam fitat (Antinutrisi)

Mengikat mineral dalam bentuk ion

sehingga absorbsi mineral rendah

- Senyawa sianogenik HCN

Hidrolisis terbentuk HCN, dapat larut

selama perendaman/perkecambahan

- Tanin (Konsentrasi rendah)

Sebagai Antioksidan lebih tinggi dari vitamin C dan A

- Antosianin

Antosianin lebih stabil dibandingkan

pada buah, sayuran

- Asam pitat (Konsentrasi rendah)

Pencegahan penyakit degeneratif

seperti kanker.

-Serat pangan

Selulosa, hemiselulosa, β-glukan

merupakan komponen karbohidrat non-

starch polisakarida (NSP)

Sumber : Suarni (2012)

Page 30: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

14

Penelitian Suarni dan Ubbe (2005) menunjukkan bahwa protein dan pati

sorgum lebih lambat dicerna dari pada serealia lain, sehingga komoditas ini dinilai

potensial diberikan untuk penderita diabetes melitus. Senyawa tanin dalam tepung

sorgum juga dapat menghambat aktivitas enzim α-amilase. Karbohidrat dalam biji

sorgum yaitu pati, gula terlarut, dan serat. Kandungan gula terlarut pada sorgum

terdiri dari sukrosa, glukosa, fruktosa, dan maltosa.

Kandungan protein sorgum cukup tinggi sebesar 10,11% dan pati sorgum

sebesar 80,42% (BPTP, 2013). Pati merupakan bentuk simpanan utama dalam

sorgum, terdiri atas amilosa (20-30%) yaitu polimer glukosa rantai lurus (tanpa

cabang) dan amilopektin (70-80%) yaitu polimer glukosa bercabang. Kadar asam

glutamat tepung sorgum (1,58%) jauh lebih rendah dibandingkan dengan terigu

(3,83%). Asam glutamat bukan termasuk asam amino esensial namun sangat

berpengaruh terhadap sifat sensori produk olahan terutama rasanya. Sorgum juga

kaya akan zat besi (Fe) sebesar 5,4 mg/100 g paling tinggi dibandingkan dengan

serealia lain, hal ini sangat membantu dalam pembentukan sel darah merah sesuai

untuk mengatasi anemia gizi besi (Susila, 2005).

Tepung sorgum tidak memiliki gluten seperti pada terigu sehingga dapat

digunakan untuk membuat olahan produk bagi penderita alergi gluten (Schober et

al, 2007). Penderita autisme, gluten dan kasein dianggap sebagai racun karena

tubuh tidak menghasilkan enzim untuk mencerna gluten, akibatnya protein yang

tidak tercerna akan diubah menjadi komponen kimia yang disebut opiod. Opiod

bersifat seperti opium dan heroin yang bekerja sebagai racun yang dapat

mengganggu fungsi otak dan sistem imunitas, sehingga menimbulkan gangguan

perilaku (Hediger, 2008).

Page 31: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

15

2.2 Brownies

Produk-produk bakery dapat dibedakan menjadi tiga kategori, yaitu bread,

cookies, dan cake. Cake merupakan produk bakery yang biasanya terbuat dari

terigu, gula, lemak dan telur. Brownies merupakan produk bakery yang termasuk

dalam variasi antara cake dan cookies sehingga sering disebut chewy type cookies.

Ciri khas brownies antara lain flavor yang baik, tekstur dalam yang moist

(lembab), dan bagian atas bertekstur kering, berwarna cokelat kehitaman, dan

memiliki rasa manis khas cokelat. Syarat mutu brownies dapat mengacu pada

standar produk cake semi basah yang diatur dalam SNI 01.3840-1995 (Tabel 5).

Tabel 5. Syarat mutu produk semi basah

No Kriteria Uji Persyaratan

1. Keadaan :

1.1

1.2

1.3

Kenampakan

Bau

Rasa

Normal tidak berjamur

Normal

Normal

2. Air Maks. 40 % b/b

3. Abu Maks. 1 % b/b

4. Protein Maks. 9 % b/b

5. Lemak Maks. 25 % b/b

6. Karbohidrat Min. 40 % b/b

Sumber : Badan Standar Nasional, 1995

Tepung, telur, margarin, gula, cokelat batang, cokelat bubuk dan tepung

merupakan komponen pembentuk struktur utama brownies sedangkan untuk

memperbaiki tekstur, biasanya ditambahkan bahan pengemulsi dan bahan

pengembang. Tekstur sedikit lebih keras dari pada cake karena brownies tidak

membutuhkan pengembang atau gluten (Astawan, 2009). Produk ini termasuk

sebagai intermediate-moisture foods dengan total kadar air lebih rendah 10-20%

dari roti. Berdasarkan cara pengolahan, brownies terdapat dua macam yaitu

brownies kukus dan brownies panggang. Brownies kukus memiliki kadar air yang

lebih tinggi dibanding brownies panggang sehingga memiliki daya simpan yang

Page 32: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

16

lebih rendah. Keawetan Brownies tahan selama 9 bulan pada suhu dingin dan

tempat yang kering (McCurdy et al, 2009).

2.2.1 Bahan-bahan Penyusun Brownies

Bahan-bahan untuk membuat brownies dibagi menjadi dua. Pertama adalah

bahan-bahan yang berfungsi sebagai pengikat dan pembentuk brownies seperti

tepung, air, garam, susu tanpa lemak, dan putih telur. Kedua adalah bahan-bahan

yang berfungsi sebagai pelembut tekstur seperti shortening dan emulsifier, gula

(sampai batas tertentu), bahan-bahan pengembang, serta kuning telur. Kedua jenis

bahan dasar ini harus seimbang agar mendapatkan produk brownies secara

umumnya. Bahan utama kue adalah tepung yang berfungsi sebagai pembentuk

tekstur, pengikat bahan-bahan lain dan mendistribusikannya secara merata, serta

berperan dalam membentuk cita rasa (Ambarini, 2005).

Gula ditambahkan pada produk untuk memberikan rasa manis, memberikan

tekstur dan keempukan, memperpanjang kesegaran dengan cara mengikat air,

merangsang pembentukan warna yang baik dan berfungsi sebagai pengawet. Gula

dapat mengurangi kadar air bahan pangan, sehingga dapat menghambat

pertumbuhan mikroorganisme. Dark chocolate (cokelat batang) dalam pembuatan

brownies memberi rasa manis, memperbaiki tekstur, memberi warna, dan

mempengaruhi pengembangan brownies (Astawan, 2004).

Lemak salah satu komponen penting dalam pembuatan brownies. Lemak

yang biasanya digunakan adalah mentega dan margarin. Margarin dan mentega

berfungsi untuk memberikan efek shortening dengan memperbaiki struktur fisik

seperti volume pengembangan, tekstur, kelembutan dan keempukan, memberi

rasa gurih, serta tidak cepat keras (Fatma dan Tim NCC, 2006). Margarin adalah

Page 33: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

17

emulsi air dalam minyak dengan fase kontinu berupa lemak yang terdispersi

dalam cairan. Margarin mengandung lemak kurang lebih 80% dan kadar air 16-

18% dengan bahan-bahan lain seperti garam, perasa, emulsifier, pewarna

makanan, dan vitamin. Butter adalah lemak yang terbuat dari susu dengan

kandungan lemak susu 80,47%, kadar air 16%, garam 2,34%, kasein dari protein

susu, laktosa (Depkes, 2005).

Proses pencampuran adonan, lemak memutuskan jaringan gluten sehingga

karakteristik setelah pemanggangan menjadi tidak keras, lebih pendek, dan lebih

cepat meleleh di mulut. Lemak nabati (margarin) lebih banyak digunakan karena

memberikan rasa lembut dan dapat menghasilkan penampakan yang baik. Lemak

hewani (butter) akan memberikan aroma wangi dan lebih lembut (Fatma dan Tim

NCC, 2006).

Telur berfungsi untuk membentuk suatu kerangka kue. Fungsi lainnya untuk

aerasi, yaitu kemampuan menangkap udara saat adonan dikocok sehingga udara

menyebar merata pada adonan. Telur mempengaruhi warna, rasa, meningkatkan

nilai gizi dan melembutkan tekstur produk bakery dengan daya emulsi dari lesitin

serta dapat memberikan warna produk dari lutein (pigmen) pada kuning telur.

Sumbangan gizi dari telur sebesar 13,3% protein dan 11,5% lemak (Lean, 2013).

2.2.2 Pemanggangan

Pemanggangan didefinisikan sebagai pengoperasian panas pada produk

olahan dalam oven. Tujuannya yaitu untuk meningkatkan sifat sensori dan

memperbaiki palatabilitas dari bahan pangan. Pemanggangan juga dapat

menghancurkan enzim dan mikroorganisme serta menurunkan aktivitas air

sehingga dapat mengawetkan produk makanan (Sunaryo, 1985; Rakhmah, 2012).

Page 34: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

18

Suhu pemanggangan sangat mempengaruhi tingkat kematangan produk

yang dihasilkan. Suhu pemanggangan untuk setiap jenis cake berbeda-beda

tergantung formula, ukuran dan jumlah cake, ukuran loyang dan kadar air adonan.

Formula cake yang banyak mengandung gula, lemak dan telur, suhu yang

digunakan untuk pemanggangan semakin rendah (<177°C), hal ini bertujuan

untuk tidak menghambat perambatan panas ke dalam kue sehingga kue matang

secara menyeluruh (Sunaryo, 1985; Rakhmah, 2012).

2.3 Sekam Psyllium (Psyllium Husk)

Psyllium berasal dari tanaman Plantago ovata, sekam dan biji Plantago

ovate (Plantagonaceae) umumnya disebut sebagai psyllium yang biasa digunakan

sebagai pengobatan kuno di India. Biji psyllium berwarna cokelat, bertekstur

lembut dan cekung di bagian tengahnya yang mengandung 19% serat (34% serat

tidak larut dan 66% serat larut), 18,8% protein, 18-20% trigliserida. Biji psyllium

dilapisi dengan musilase (zat lendir) yang akan membentuk lapisan licin pada

dinding usus dan memicu kontraksi serta mengatasi konstipasi (Yeyen, 2012).

A B

Gambar 6. Psyllium Husk (A) dan Tanaman Plantago ovata (B)

Kulit sekam Psyllium (Gambar 6A) dan tanaman Plantago Ovata (Gambar

6B) adalah produk utama yang dipisahkan dari biji dan sisanya biasanya

digunakan sebagai pakan ternak. Sekam psyllium merupakan material berserabut

Page 35: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

19

atau berserat putih yang hidrofilik pada bagian luar lapisan biji dan pembentukan

gel musilase yang tidak berwarna sehingga membentuk kenaikan volume sepuluh

kali lipat atau lebih (Yeyen, 2012).

Sekam psyllium mengandung hidrokoloid musilase 10-30% (konstituen

aktif utama). Musilase (polimer heterosakarida) ini terdiri dari fraksi polisakarida

larut terutama mengandung arabinoxylans (85%). Rata-rata komposisinya adalah

23% arabinosa, 75% xilosa, dan gula lainnya seperti galakturonat-sidorhamnosa.

Zat ini tidak diserap atau dicerna dalam sistem usus (Raymundo et al, 2014).

Sekam psyllium dianggap sebagai sumber serat alami larut yang telah lama

digunakan sebagai nutrisi atau suplemen serat makanan. Serat psyllium telah

dilaporkan sebagai pengobatan kolesterol tinggi, diabetes, obesitas pada anak-

anak, sembelit, diare, dan kanker usus (Singh, 2007). Kandungan kimia sekam

psyllium disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6. Komposisi kimia proksimat psyllium

Parameter Psyllium (%b/b)

Protein 1,38

Lemak 0,95

Air 12,55

Abu 2,25

Karbohidrat 82,87

Serat 71,42

Larut

Tidak Larut

67,20

4,21

Sumber: Raymundo et al, 2014

Serat larut akan menyerap air dan membentuk gel lembut karena banyak

mengandung gugus hidroksil dan kapasitas pengikat airnya besar. Gel yang

terbentuk akan mengikat makanan, gula, kolesterol, dan lemak dalam usus halus

kemudian mengangkutnya menuju kolon (usus besar) dan dikeluarkan bersama

feses. Gel ini juga di dalam usus dapat membantu banyak masalah kesehatan

Page 36: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

20

seperti diabetes. Mekanisme serat larut tinggi dapat memperbaiki kadar gula darah

yaitu berhubungan dengan kecepatan penyerapan karbohidrat masuk ke dalam

aliran darah yang dikenal dengan Indeks glikemik (IG), selain itu dapat

memperlambat pencernaan dalam usus, memberikan rasa kenyang lebih lama, dan

memperlambat laju peningkatan glukosa darah sehingga insulin yang dibutuhkan

untuk mentransfer glukosa ke dalam sel tubuh semakin sedikit (Santoso, 2011).

Pengaruh sekam psyllium terhadap 34 pria pengidap diabetes tipe II dan

hiperkolesterolemia menunjukkan bahwa psyllium terbukti dapat menurunkan

total kolesterol dan konsentrasi glukosa setelah mengkosumsi 5,1 gram psyllium

dua kali sehari selama 8 minggu (Throne, 2002). Psyllium dapat ditambahkan ke

dalam makanan sereal, roti, biskuit dan bakery lainnya untuk meningkatkan kadar

seratnya. Penambahan psyllium sebanyak 15 gram dapat menurukan IG makanan

karbohidrat seperti roti putih sebesar 59 yang diberikan pada pasien diabetes dan

psyllium akan cenderung menurunkan respon glikemik ketika dicampurkan ke

dalam makanan sereal. Penambahan psyllium ke dalam suatu makanan harus

memperhatikan konsentrasi penggunaanya karena psyllium memiliki viskositas

tinggi yang mampu menyerap air dan pembentukan gel yang sangat kuat sehingga

akan mempengaruhi produk olahan yang dihasilkan (Warnberg et al, 2009).

2.4 Indeks Glikemik

Para ilmuwan awalnya berpendapat bahwa makanan yang mengandung

karbohidrat kompleks lebih lambat dicerna dan diserap tubuh sehingga memiliki

efek glikemik rendah, namun makanan yang tergolong mengandung karbohidrat

kompleks seperti kentang rebus dan roti juga ternyata memiliki kecepatan untuk

Page 37: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

21

dicerna dan diserap tubuh. Pendapat ilmuwan tersebut, konsep indeks glikemik

mulai diperkenalkan untuk melihat gambaran tentang hubungan karbohidrat

dalam makanan dengan kadar gula darah (Brand-Miller, 2000).

Menurut Cummings dan Stephen (2007), indeks glikemik adalah klasifikasi

fisiologis makanan yang mengandung karbohidrat didasarkan pada sejauh mana

makanan tersebut dapat meningkatkan konsentrasi glukosa darah setelah makan

dibandingkan dengan karbohidrat acuan dalam jumlah yang setara. Penelitiannya

menyatakan bahwa mekanisme serat tinggi dapat memperbaiki kadar gula darah

sehubung dengan kecepatan penyerapan makanan (karbohidrat) masuk ke dalam

aliran darah. Nilai indeks glikemik dikategorikan menjadi tiga kelompok yaitu

pangan IG rendah dengan nilai <55, pangan IG sedang (intermediate) dengan

rentang nilai 55-70, dan pangan IG tinggi dengan rentang nilai >70 (Pruett, 2012).

Gambar 7. Skema penyerapan glukosa dari pangan IG rendah (A)

dan pangan IG tinggi (B)

Menurut Hoerudin (2012), Pangan yang memiliki IG rendah dan tinggi

dibedakan berdasarkan kecepatan pencernaan dan penyerapan glukosa serta

fluktuasi kadarnya dalam darah. IG pangan rendah (Gambar 7A) mengalami

proses pencernaan yang lambat sehingga laju pengosongan perut berlangsung

lambat, hal ini menyebabkan suspensi pangan (chyme) lebih lambat mencapai

Sistem

pencernaan

Kurva respon

glikemik

Page 38: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

22

usus kecil sehingga penyerapan glukosa pada usus kecil menjadi lambat. Fluktuasi

kadar glukosa darah akhirnya relatif kecil yang ditunjukkan dengan kurva respons

glikemik yang landai. Sebaliknya, IG pangan tinggi (Gambar 7B) mencirikan laju

pengosongan perut, pencernaan karbohidrat, dan penyerapan glukosa yang

berlangsung cepat, sehingga fluktuasi kadar glukosa darah juga relatif tinggi.

Makanan yang memiliki IG rendah membantu untuk mengendalikan rasa

lapar, selera makan dan kadar gula darah. Konsep indeks glikemik disusun untuk

orang yang sehat, penderita obesitas, penderita diabetes dan atlet. Pengenalan

karbohidrat berdasarkan efek terhadap kadar gula darah dan respon insulin

(berdasarkan indeks glikemik) berguna sebagai acuan dalam menentukan jumlah

dan jenis pangan sumber karbohidrat yang tepat untuk meningkatkan dan menjaga

kesehatan (Rimbawan dan Siagian, 2004).

Pengetahuan IG pangan akan membantu penderita Diabetes Mellitus dalam

memilih makanan yang tidak menaikkan kadar gula darah secara drastis, sehingga

kadar gula darah dapat dikontrol pada tingkat yang aman. Indeks glikemik juga

membantu atlet dalam memilih makanan. Makanan dengan indeks glikemik

rendah akan dicerna dengan lambat dan akan menyimpan glikogen otot secara

perlahan sehingga glukosa ekstra akan tersedia sampai akhir pertandingan.

(Rimbawan dan Siagian, 2004).

2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Indeks Glikemik Pangan

Jenis pangan yang sama dapat memiliki IG yang berbeda, hal ini dapat

disebabkan oleh karakter fisik dan kimia dari makanan, perbedaan jenis varietas

biji dan tepung yang digunakan, formulasi, perlakuan proses penepungan, dan

Page 39: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

23

perbedaan metode pengujian yang dilakukan (Foster-Powell et al, 2002). Menurut

Rimbawan dan Siagian (2004), faktor yang mempengaruhi IG pangan adalah cara

pengolahan, rasio amilosa dan amilopektin, daya cerna pati, kadar lemak dan

protein, dan kadar serat pangan.

2.5.1 Cara Pengolahan

Cara pengolahan produk pangan seperti pemanasan (pemanggangan,

pengukusan, perebusan, penggorengan) dan penggilingan (penepungan) dapat

mengubah sifat kimia suatu bahan pangan seperti kadar karbohidrat, lemak,

protein, daya cerna, serta ukuran pati maupun zat gizi lainnya (Arif et al, 2013).

Menurut Farikha (2012), pemanggangan dapat menyebabkan susutnya zat

gizi. Kerusakan zat gizi dalam bahan makanan yang dipanggang umumnya terkait

dengan suhu dan lamanya pemanggangan. Pengaruh pemanggangan terhadap

karbohidrat umumnya terkait terjadinya hidrolisis. Ketika terjadi hidrolisis, selain

terbentuk glukosa dan fruktosa sebagai hasil pemecahan pati, terbentuk pula

dekstrin dan maltosa yang terhitung sebagai gula total sehingga terjadi penurunan

kadar glukosa. Pemanggangan akan menyebabkan gelatinisasi pati yang dapat

meningkatkan nilai cernanya.

2.5.2 Lemak dan Protein

Lemak merupakan sumber energi bagi tubuh yang lebih efektif daripada

karbohidrat dan protein. Satu gram lemak menghasilkan 9 kkal energi sedangkan

karbohidrat dan protein hanya menghasilkan energi 4 kkal. Pangan dengan

kandungan lemak tinggi cenderung memiliki IG lebih rendah karena dapat

memperlambat laju pengosongan lambung, sehingga laju pencernaan makanan

Page 40: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

24

pada usus halus cenderung lambat. Kadar protein yang tinggi diduga merangsang

sekresi insulin (Jenkins et al, 1981; Arif, et al 2013) sehingga glukosa dalam

darah tidak berlebih dan terkendali. Pangan yang memiliki lemak tinggi harus

dikonsumsi secara bijaksana. Total konsumsi lemak tidak boleh melebihi 30% dan

total konsumsi lemak jenuh tidak melebihi 10% dari total energi (Nisviaty, 2006).

2.5.3 Amilosa dan Amilopektin

Granula pati dalam pangan terdiri dua fraksi yaitu amilosa dan amilopektin.

Amilosa (Gambar 8a) disebut sebagai fraksi larut yang merupakan polimer gula

sederhana tidak bercabang terdiri atas 250-350 unit glukosa dengan ikatan alfa-1,4

glikosidik. Amilopektin (Gambar 8b) merupakan polimer gula sederhana yang

bercabang, dan struktur terbuka dengan ikatan alfa-1,6-glikosidik pada titik

percabangannya. Amilopektin bersifat lebih rapuh (amorphous) dibanding

amilosa yang struktur kristalnya cukup dominan (Winarno, 1992).

a. Amilosa

b. Amilopektin

Gambar 8. Struktur (a) Amilosa dan (b) Amilopektin (Winarno, 1992)

Kandungan amilosa yang lebih tinggi menyebabkan pencernaan menjadi

lebih lambat karena amilosa merupakan polimer glukosa yang memiliki struktur

tidak bercabang (struktur lebih kristal dengan ikatan hidrogen yang lebih

ekstensif). Amilosa memiliki ikatan hidrogen yang lebih kuat sehingga lebih sukar

Page 41: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

25

dihidrolisis oleh enzim-enzim pencernaan (Behall dan Hallfrisch, 2002). Struktur

yang tidak bercabang ini membuat terikat lebih kuat sehingga sulit tergelatinisasi

dan akibatnya sulit dicerna (Rimbawan dan Siagian, 2004). Berbagai hasil

penelitian menunjukkan bahwa pangan yang memiliki proporsi amilosa lebih

tinggi dibanding amilopektin cenderung memiliki indeks glikemik yang lebih

rendah karena memberikan kontribusi yang signifikan terhadap perubahan

kekuatan ikatan hidrogen (Arif et al, 2013).

2.5.4 Serat Pangan

Keberadaan serat pangan yang tinggi berkontribusi pada nilai IG yang

rendah (Trinidad et al, 2010). Serat pangan adalah komponen bahan makanan

nabati penting yang tahan (resisten) terhadap proses hidrolisis oleh enzim

pencernaan (amilase) dan mengalami fermentasi sebagian atau keseluruhan di

usus besar. Serat dibagi berdasarkan kelarutannya diantaranya serat larut antara

lain pektin, musilase, ß-glucan, galaktomanan, gum dan hemisellulosa. Serat tidak

larut antara lain selulosa, hemiselulosa, dan lignin.

Jenis karbohidrat yang biasanya sampai ke kolon tanpa terhidrolisis yaitu

polisakarida non pati (non-starch polysaccharides =NSP), pati resisten (resistant

starch = RS). Serat pangan yang larut sangat mudah difermentasikan dan

mempengaruhi metabolisme karbohidrat dan lemak dalam memperlambat laju

makanan pada saluran pencernaan, menghambat pergerakan enzim, dan

memberikan rasa kenyang lebih lama (Rimbawan dan Siagian, 2004).

Page 42: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

26

2.5.5 Pati Resisten (Resistant Starch atau RS)

Pati resisten merupakan bagian pati yang tidak dapat dicerna dalam usus

halus, sehingga pati ini memiliki sifat yang mirip seperti serat makanan yang

langsung masuk ke usus besar dan sedikit terfermentasi oleh mikroflora di dalam

usus besar dan memberikan pengaruh positif terhadap koloni di dalam usus

meningkatkan jumlah produksi bakteri baik (Sajilata et al, 2006). Klasifikasi pati

resisten pada Tabel 7.

Tabel 7. Klasifikasi pati resisten

Pati Resisten Definisi Contoh

RS-1 Pati yang secara fisik sulit

dicerna (karena ukuran besar)

Serealia utuh/digiling tidak

halus

RS-2 Granula pati Kentang dan pisang mentah

RS-3 Pati teretrogadasi

(proses pengolahan)

Corn flakes, roti tawar

RS-4 Pati termodifikasi Kerupuk

Sumber : Sajilata et al, 2006

Pati resisten memiliki efek fisologis yang bermanfaat bagi kesehatan seperti

pencegahan kanker kolon, memiliki efek hipoglikemik (menurunkan kadar gula

darah setelah makan), efek hipokolesterolemik, sebagai prebiotik, menghambat

akumulasi lemak dan meningkatkan absorbsi mineral (Sajilata et al, 2006). Pati

resisten menjadi salah satu ingredient yang mulai banyak digunakan oleh industri

pangan untuk mendukung klaim kadar serat di dalam produk.

2.6 Glycemic Index Analyzer (GIA)

Dasar metodologi instrumentasi otomatis Glycemic Index Analyzer yang

dikembangkan oleh CSIRO Division of Human And Animal Nutrition adalah

sistem pengujian kuantitatif yang pada dasarnya mensimulasikan pencernan

makanan seperti yang terjadi pada pencernaan manusia. Nutriscan GI20 Glycemic

Page 43: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

27

Index Analyzer (Gambar 9) merupakan instrumen otomatis untuk mengetahui

prediksi IG dan RS suatu makanan. Sistem reaksi melibatkan serangkaian

inkubasi pada pH fisiologis dan suhu yang pada dasarnya meniru bukal, lambung

dan fase pankreas pada pencernaan. Pati, protein, dan lemak secara berurutan

dicerna menggunakan campuran enzim hidrolitik. Pembacaan jumlah glukosa

yang dilepaskan dari sampel makanan dilakukan pada menit ke 30, 60, 120, 180,

240 dan 300. Siklus reaksi dan kondisi pencernaan diprogram oleh teknisi dan

seluruh operasi dari instrument yang sepenuhnya dikendalikan oleh komputer.

Gambar 9. Nutriscan GI20 Glycemic Index Analyzer

Prinsip Nutriscan GI20 Glycemic Index Analyzer, Elektroda oksigen

ditempatkan di sel reaksi, mengukur konsumsi O2 yang sebanding dengan jumlah

glukosa yang dioksidasi oleh reagen glukosa oksidase. Konsentrasi glukosa diplot

lebih dari 5 jam. Total glukosa yang dilepaskan kemudian diukur dan akan

dihasilkan nilai prediksi IG dari sampel makanan (Clancy, 2016). Glukosa diukur

dengan menggunakan Detector Glucose Analyzer berdasarkan reaksi:

β-D-glukosa+O2+H2O glukosa oksidase D-glukono-1,5-lakton+H2O2

Page 44: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini dimulai bulan Maret - Oktober 2016 di

Laboratorium pengolahan makanan, Laboratorium Kimia, Laboratorium

instrumen Glycemic Index Analyzer (GIA), dan Laboratorium Organoleptik Balai

Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian (BB-Pascapanen),

Jalan Tentara Pelajar No. 12, Cimanggu Bogor, Jawa Barat.

3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat

Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan brownies, yaitu handmixer,

oven, loyang, timbangan, dan wadah penampung lainnya. Alat-alat yang

digunakan untuk analisis, yaitu Nutriscan GI20 Glycemic Index Analyzer (GIA)

(Next Instruments Pty Ltd, Australia), Spektrofotometer UV-VIS (Agilent Tech.

Cary 60), Texture analyzer XT-21, perangkat Soxhlet (Soxtec system HT),

perangkat Kjeldahl (Automatic Nitrogen Determinator KDN-103F), perangkat

hidrolisis, neraca analitik (Precisa XT 220A), oven (Memmert), tanur (Automatic

Muffle Furnance MFP-300N dan Lenton), pH meter (Hanna HI 2211), waterbath

(GFL), corong Buchner, desikator, stopwatch, plat tipis persegi, cawan porselen,

labu kjeldahl, labu lemak, buret, statif, gegep, kertas saring, kapas bebas lemak,

termometer, pH indikator, dan alat gelas lainnya. Alat-alat yang digunakan untuk

uji organoleptik, yaitu 30 panelis tidak terlatih, piring penyaji, kertas skor

penilaian, dan alat tulis (bolpoin).

Page 45: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

29

3.2.2 Bahan

Bahan-bahan yang digunakan pembuatan brownies, yaitu tepung sorgum

varietas KD4 lokal Lamongan, sekam psyllium (psyllium husk) yang dibeli secara

online dan brownies sorgum komersial sebagai kontrol yang dibeli di Toko Unis

Gluten Free. Bahan penyusun brownies lainnya dibeli di Toko Bahan Kue Sumber

Berkah Pasar Anyar Bogor seperti margarin (Blueband) dan butter (Golden), telur,

gula palm (Pigo), dan cokelat batang (Colatta Dark Compound). Bahan-bahan

untuk analisis yaitu heksana (Merck), etanol (Merck), campuran katalis selen

(Merck), H3BO3 (Univar), HCl (Merk), NaOH (Merk), Iodin (Merk), KI (Merck),

H2SO4 (RCI Labscan), Na2CO3 anhidrat (Merk), asam sitrat monohidrat (Merk),

CuSO4 (Merk), indikator bromkresol hijau dan metil merah, amilosa murni

(Sigma A-7043), amilum, CH3COOH (Merk), aluminium foil, enzim α-amilase

dari Bacillus amyloliquefaciens (Sigma), enzim pepsin (Sigma), enzim pankreatin

(Sigma), dan aquades. Bahan untuk analisis IG dan Pati resisten yaitu, Glukosa

murni (PT. Brataco), buffer natrium asetat, buffer natrium karbonat, KOH, enzim

A (enzim α-amilase) 250 U/ml, enzim B (enzim pepsin) 1 mg/ml, dan enzim C

(enzim pankreatin dan amiloglukosidase) 1 mg/ml pH 6, enzim D (enzim

pankreatin dan amiloglukosidase) 1 mg/ml pH 4,5.

3.3 Pelaksanaan penelitian

Penelitian dilakukan dalam beberapa tahapan, tahap awal yaitu (1)

Pembuatan brownies dari tepung sorgum (Resep brownies mengacu dari lab

pengolahan pangan Balai Pascapanen yang dimodifikasi), (2) Uji kekerasan

dengan alat Texture Analyzer XT-21 (Faridah et al, 2006), (3) Analisis kimia

Page 46: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

30

mencakup analisis proksimat meliputi kadar air, abu, protein, lemak (SNI, 1992),

kadar karbohidrat by difference (AOAC, 1995), kadar pati (AOAC, 1995), kadar

amilosa (Apriyantono et al, 1989), kadar serat pangan (AOAC, 1995), dan (4)

Analisis Indeks Glikemik (IG) dan Pati Resisten (Starch Resistant) menggunakan

alat Nutriscan GI20 Glycemic Index Analyzer (GIA) (Konsep CSIRO), serta (5)

Uji organoleptik mencakup warna, tekstur, aroma, rasa dan penerimaan umum

melalui tingkat kesukaan dari 30 panelis (Soekarto, 1990). Diagram alir penelitian

dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.3.1 Pembuatan Formulasi Brownies Sorgum Panggang

Pembuatan brownies pada penelitian ini menggunakan bahan baku tepung

sorgum, telur, gula palm, cokelat, lemak (margarin dan butter). Bahan lain yang

ditambahkan pada formulasi yaitu sekam psyllium (0, 0,5, 1,5, dan 2,5%).

Formulasi yang dibuat terdiri dari 8 variasi formula (Tabel 8) sebagai berikut:

Tabel 8. Formulasi Brownies Sorgum

Bahan Komposisi (g)

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8

Tepung sorgum (g) 120 120 120 120 120 120 120 120

Telur (g) 150 150 150 150 150 150 150 150

Gula palm (g) 100 100 100 100 100 100 100 100

Coklat(g) 150 150 150 150 150 150 150 150

Margarin (g) 120 120 120 120 - - - -

Butter (g) - - - - 120 120 120 120

Sekam psyllium (g)

*(%)

0 0,6 1,8 3 0 0,6 1,8 3

0 0,5 1,5 2,5 0 0,5 1,5 2,5

Keterangan : * % berdasarkan berat tepung sorgum

Keterangan perbedaan setiap formulasi sebagai berikut:

Formulasi 1 (F1) : Brownies sorgum dengan margarin + tanpa psyllium 0%

Formulasi 2 (F2) : Brownies sorgum dengan margarin + psyllium 0,5%

Formulasi 3 (F3) : Brownies sorgum dengan margarin + psyllium 1,5%

Formulasi 4 (F4) : Brownies sorgum dengan margarin + psyllium 2,5%

Page 47: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

31

Formulasi 5 (F5) : Brownies sorgum dengan butter + tanpa psyllium 0%

Formulasi 6 (F6) : Brownies sorgum dengan butter + psyllium 0,5%

Formulasi 7 (F7) : Brownies sorgum dengan butter + psyllium 1,5%

Formulasi 8 (F8) : Brownies sorgum dengan butter + psyllium 2,5%

Tahap awal pembuatan brownies sorgum berbagai formulasi yaitu gula dan

telur dikocok ± 10 menit hingga adonan berwarna cokelat muda, kemudian ke

dalam adonan ditambahkan campuran tepung sorgum-sekam psyllium dan lelehan

margarin/butter-cokelat, diaduk merata hingga adonan berwarna hitam. Adonan

dituangkan ke dalam loyang persegi yang sudah diolesi margarin dan ditaburi

tepung secara perlahan, lalu adonan yang sudah dicetak dipanggang pada suhu

170˚C selama 45 menit. Dokumentasi tahapan cara membuat brownies sorgum

dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.3.2 Uji Kekerasan (Texture Analyzer XT-21) (Faridah et al, 2006)

Pengukuran tekstur brownies dilakukan dengan menggunakan Texture

Analyzer XT-21. Pengkondisian alat Texture Analyzer disajikan Tabel 9.

Tabel 9. Pengkondisian Texture Analyzer XT-21

Pengkondisian Produk Brownies

Pre test speed (mm/s) 2

Test speed (mm/s) 0,1

Return speed (mm/s) 0,1

Trigger load (g) 4,5

Load cell (g) 4500

Temperature (˚C) 25,7

Probe TA4/1000

Fixture TA-BT-KI

Probe yang digunakan berbentuk bulat dan berbahan acrylic. Jarak probe

dikalibrasi sesuai dengan tinggi brownies (4,00 mm). Pengukuran tekstur

dilakukan dengan cara brownies sorgum dipotong persegi dengan ukuran 2 x 2

cm, diletakkan di bawah probe yang sudah diatur ketinggiannya, lalu diklik

Page 48: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

32

”Quick Run Test“ untuk memulai analisis teksturnya. Setelah pengukuran selesai,

nilai kekerasan dapat dilihat pada layar komputer dengan software TVI.2 Build 9.

3.3.3 Analisis Proksimat (SNI, 1992)

3.3.3.1 Kadar Air Metode Gravimetri

Cawan kosong dikeringkan dalam oven 70˚C, didinginkan di dalam

desikator, ditimbang. Brownies yang sudah dicacah ditimbang sebanyak 2 g dalam

cawan kosong yang telah diketahui bobotnya, kemudian dipanaskan dalam oven

pada suhu 105˚C selama 5 jam, didinginkan dalam deksikator, dan ditimbang

hingga bobot konstan. Kadar air dapat dihitung dengan rumus:

[(

)]

Keterangan:

W1 : Bobot air (g)

W : Bobot sampel (g)

3.3.3.2 Kadar Abu Metode Gravimetri

Brownies yang sudah dicacah ditimbang sebanyak 2 g ke dalam cawan

porselen yang telah diketahui bobotnya, kemudian diabukan ke dalam tanur pada

suhu 550 ˚C selama 8 jam hingga pengabuan sempurna (berwarna putih atau

kelabu). Cawan didinginkan dalam deksikator dan ditimbang hingga bobotnya

konstan. Kadar abu dapat dihitung dengan rumus:

(

)

Keterangan:

W : Bobot sampel (g) dan W1 : Bobot abu (g)

3.3.3.3 Kadar Lemak Metode Hidrolisis Weilbull-Soxhlet

Brownies yang sudah dicacah ditimbang sebanyak 2 g, dihidrolisis selama

15 menit dengan 30 ml HCl dan 20 ml Aquades, kemudian disaring dan dioven

Page 49: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

33

lemak yang tertampung dalam kertas saring pada suhu 70˚C selama 3 jam. Setelah

kering, kertas saring berisi lemak tersebut dimasukkan ke dalam selongsong

kertas yang dialasi dengan kapas dan bagian atas selongsong disumbat dengan

kapas kembali. Selongsong kemudian dimasukkan ke dalam alat ekstraksi Soxhlet

yang dihubungkan dengan labu lemak (telah dikeringkan dan diketahui bobotnya).

Selongsong brownies yang sudah dihidrolisis, diekstrak dengan heksana selama 3

jam. Hasil ekstraksi lemak dalam labu dikeringkan dengan oven pada suhu 105°C,

didinginkan dan ditimbang. Kadar lemak dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan:

W : Bobot contoh (g)

W1 : Bobot labu lemak sebelum diekstraksi (g)

W2 : Bobot labu + residu setelah diekstraksi (g)

3.3.3.4 Kadar Protein Metode Kjeldhal

Brownies yang sudah dicacah ditimbang sebanyak 0,5 g, dimasukkan ke

dalam labu Kjeldahl, ditambahkan 2 sudip campuran katalis selen dan 12,5 ml

H2SO4 pekat, kemudian didestruksi selama 3 jam serta didinginkan, lalu ke dalam

labu Kjeldahl yang telah dipasangkan ke alat penyulingan ditambahkan sebanyak

60 ml NaOH 30 % secara perlahan dan didestilasi selama 10 menit, sebagai

penampungnya erlenmeyer destilat berisi 20 ml H3BO3 4% dan indikator

Bromkresol hijau (BCG) + Metil merah (MM). Proses selanjutnya, larutan

campuran destilat dititrasi dengan larutan HCl 0,1 N. Titrasi dilakukan hingga

terjadi perubahan warna dari hijau menjadi merah muda seulas. Perlakuan

dilakukan ulang tanpa sampel brownies untuk blanko. Perhitungan kadar protein

dapat dihitung dengan rumus :

Page 50: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

34

*

+

Kadar protein (%) = 6,25 x kadar N

Keterangan :

V1 : Volume HCl untuk titrasi sampel (mL)

V2 : Volume HCl untuk titrasi blanko (mL)

N : Normalitas larutan HCl

W : Bobot sampel (g)

0.014 : BM Nitrogen per 1000

6.25 : Faktor konversi untuk sampel makanan

3.3.3.5 Kadar Karbohidrat Metode by difference (AOAC, 1995)

Pengukuran kadar karbohidrat menggunakan metode by difference

dilakukan dengan cara mengurangkan 100 % dengan nilai total dari kadar air,

kadar abu, kadar protein, kadar lemak dalam satuan %b/b. Kadar karbohidrat

ditentukan dengan rumus berikut:

Karbohidrat (%) = 100% - (Kadar air+kadar abu+kadar protein+kadar lemak)

3.3.4 Analisis Kadar Pati Metode Luff-Schoorl (AOAC, 1995)

Brownies yang sudah dicacah dan bebas lemak ditimbang sebanyak 0,4 g

dimasukan ke dalam erlenmeyer asah, ditambahkan sebanyak 40 ml HCl 3% dan

dihidrolisis selama 3 jam. Larutan kemudian didinginkan, dinetralkan dengan

NaOH 25%. Larutan yang sudah dinetralkan dimasukan ke dalam labu ukur 100

ml, ditepatkan hingga tanda tera dengan air suling, dan disaring.

Larutan stok sampel tersebut diambil sebanyak 5 ml ke dalam erlenmeyer

asah, ditambahkan larutan Luff Schrool 12,5 ml serta 7,5 ml air suling. Campuran

dipanaskan (diusahakan mendidih dalam 3 menit), dididihkan terus hingga 10

menit (dihitung setelah mendidih), didinginkan dalam bak berisi air, kemudian

ditambahkan larutan KI 20% sebanyak 5 ml dan 12,5 ml H2SO4 25%, lalu dititrasi

dengan titran Na2S2O3 0,1 N hingga larutan berwarna kuning dan ditambahkan

Page 51: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

35

larutan amilum 1 % hingga berwarna biru, dititrasi kembali hingga berwarna putih

susu. Blanko dibuat tanpa larutan sampel brownies. Kadar pati dapat dihitung

dengan rumus berikut:

Keterangan:

G : Glukosa setara dengan ml Na2S2O3 yang dipergunakan untuk titrasi (mg),

setelah gula diperhitungkan.

P : faktor pengenceran

g : berat sampel (mg)

0.9 : faktor pembanding BM satu unit gula dalam molekul pati

3.3.5 Analisis Kadar Amilosa Metode Iodin (Apriyantono et al, 1989)

Pembuatan kurva standar amilosa dilakukan dengan cara amilosa murni

ditimbang sebanyak 40 mg, dimasukkan ke dalam tabung reaksi, ditambahkan 1

ml etanol 95% dan 9 ml NaOH 1 N, lalu dipanaskan dalam air mendidih kurang

lebih selama 10 menit hingga membentuk gel, didinginkan, dan ditera ke dalam

labu takar 100 ml (larutan stok standar).

Larutan stok dipipet masing-masing sebanyak 1, 2, 3, 4, dan 5 ml ke dalam

labu takar 100 ml, kemudian masing-masing ditambahkan 0,2, 0,4, 0,6, 0,8, dan

1,0 ml larutan asetat 1 N dan 2 ml larutan iod (0,2 g I2 dan 2 g KI dilarutkan

dalam 100 ml air suling), lalu ditera dengan air suling. Larutan dibiarkan selama

20 menit dan diukur absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang

gelombang 625 nm.

Penentuan kadar amilosa dilakukan dengan cara brownies yang sudah

dicacah dan bebas lemak ditimbang sebanyak 0,06 g dan dimasukkan ke dalam

tabung reaksi, ditambahkan etanol 95% sebanyak 1 ml dan 9 ml larutan NaOH 1

N, kemudian dipanaskan dalam air mendidih kurang lebih selama 10 menit hingga

terbentuk gel, didinginkan, ditera ke dalam labu takar 100 ml dan dihomogenkan.

Page 52: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

36

Larutan gel dipipet sebanyak 2,5 ml ke dalam labu takar 50 ml,

ditambahkan 0,5 ml larutan asam asetat 1 N dan 1 ml larutan iod, ditera dengan

air suling, dikocok. Larutan dibiarkan selama 20 menit, lalu diukur absorbansinya

dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 625 nm. Blanko (tanpa sampel

brownies) dilakukan dengan cara yang sama. Kadar amilosa dalam sampel dapat

ditentukan berdasarkan persamaan kurva standar yang diperoleh.

3.3.6 Analisis Kadar Serat Pangan Metode Enzimatik (AOAC, 1995)

Brownies yang sudah dicacah dan bebas lemak (w) ditimbang sebanyak 1 g

dimasukkan ke dalam erlenmeyer, ditambahkan 25 ml 0,1 M buffer fosfat pH 6

dan dibuat suspensi, lalu ditambahkan 0,1 ml termamyl, ditutup dengan alufo dan

diinkubasi pada suhu 100˚C selama 15 menit, diangkat dan didinginkan,

kemudian ditambahkan 20 ml akuades dan pH diatur menjadi 1,5 dengan

menambahkan HCl 4 M. Selanjutnya, ditambahkan 100 mg pepsin, ditutup dan

diinkubasi pada suhu 40˚C dan diagitasi selama 60 menit, kemudian ditambahkan

20 ml akuades dan pH diatur menjadi 6,8, ditambahkan 100 mg pankreatin,

ditutup dan diinkubasi pada suhu 40˚C selama 60 menit sambil diagitasi, dan

terakhir pH diatur dengan HCl menjadi 4,5.

Tahapan selanjutnya, disaring dengan kertas saring Whatman No.42 yang

sebelumnya telah diketahui bobot keringnya, lalu dicuci dengan 2 x 10 ml

aquades, 2 x 10 ml etanol 95%, dan 2 x 10 ml aseton, dikeringkan pada suhu 105

˚C hingga berat tetap (sekitar 12 jam) dan ditimbang setelah didinginkan dalam

desikator (D1/B1), kemudian diabukan dalam tanur 500˚C selama minimal 5 jam

dan ditimbang setelah didinginkan dalam desikator (I1/B2). Blanko diperoleh

Page 53: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

37

dengan cara yang sama tanpa sampel brownies. Kadar serat (Total Dietary

Fibre/TDF) dapat ditentukan dengan rumus berikut:

( (

))

Keterangan:

D1 : Berat sampel setelah dioven (g)

I1 : Berat sampel setelah ditanur (g)

B1 : Berat blanko setelah dioven (g)

B2 : Berat blanko setelah ditanur (g)

3.3.7 Analisis Indeks Glikemik dan Pati Resiten dengan GI20 Glycemic Index

Analyzer (GIA)

Penentuan Indeks Glikemik dan Pati Resisten brownies sorgum dilakukan

secara in vitro menggunakan alat Nutriscan GI20 Glycemic Index Analyzer. Uji

indeks glikemik dan pati resisten dengan alat Nutriscan dilakukan berdasarkan

konsep CSIRO Division of Human and Animal Nutrition.

Tahap awal preparasi sampel brownies sorgum dalam pengujian indeks

glikemik dilakukan dengan cara mencacah brownies menggunakan alat chopper.

Sampel brownies ditimbang setara dengan 50 mg karbohidrat. Berikut penentuan

jumlah porsi setara dengan 50 mg karbohidrat:

Tahap kedua, preparasi pelarutan enzim dilakukan dengan cara enzim A

dilarutkan dengan buffer 1 berisi natrium karbonat pH 7, enzim B dilarutkan

dengan buffer 2 berisi HCl 0,02 M pH 2, enzim C dilarutkan dengan buffer 3

berisi natrium asetat 0,2 M pH 6, masing-masing enzim dimasukan sesuai dengan

botol yang tersedia pada rangkaian alat GIA. Buffer yang digunakan untuk uji IG

yaitu buffer 4 berisi NaOH 0,02 M ditempatkan dibotol 3, Buffer 5 berisi natrium

asetat 0,2 M pH 6 ditempatkan di botol 4 pada rangkaian alat GIA.

Page 54: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

38

Tahap proses pengujian diawali dengan mengecek semua buffer, enzim dan

selang pembawanya sesuai dengan urutan. Tahap awal, sampel brownies yang

diuji dan telah ditimbang setara 50 mg karbohidrat ditempatkan ke dalam sample

cups yang berisi stirrer, lalu sample cups ditempatkan pada blok pemanas dengan

kondisi suhu 37˚C, sambil di stirrer. Proses analisa IG dimulai dengan menekan

tombol start pada software Nutriscan di layar komputer. Enzim dan buffer yang

telah dikondisikan secara bertahap dimasukkan pada masing-masing sample cup

secara otomatis. Pengukuran dilakukan selama 5 jam dengan pembacaan glukosa

pada menit ke 30, 60, 120, 180, 240, dan 300. Hasil estimasi atau prediksi indeks

glikemik brownies sorgum berbagai formulasi ditampilkan di layar komputer.

Pengkondisian operasional instrument Nutriscan GI20 Glycemic Index Analyzer

(GIA) disajikan pada Tabel 10.

Tabel 10. Pengkondisian operasional GI20 Glycemic Index Analyzer

Pengkondisian Pengukuran Indeks glikemik

Enzim A

Enzim B

Enzim C

Buffer 4

Buffer 5

Kecepatan stirrer

Suhu pemanas blok

2 ml/sampel

5 ml/sampel

5 ml/sampel

5 ml/sampel

25 ml/sampel

150 rpm

37˚C

Tahap awal preparasi sampel brownies sorgum dalam pengujian pati

resisten dilakukan dengan cara mencacah brownies menggunakan alat chopper.

Sampel brownies ditimbang setara dengan 500 mg karbohidrat. Berikut penentuan

jumlah porsi setara dengan 500 mg karbohidrat:

Page 55: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

39

Tahap kedua, preparasi pelarutan enzim dilakukan dengan cara enzim B

dilarutkan dengan 0,02 M HCl pH 2, enzim C dilarutkan dengan buffer natrium

asetat 0,2 M pH 6, enzim D dilarutkan dengan buffer natrium asetat 0,2 M pH 4,5,

masing-masing enzim dimasukan sesuai dengan botol yang tersedia pada

rangkaian alat GIA. Larutan yang digunakan untuk uji RS yaitu buffer 4 berisi

natrium asetat 0,2 M ditempatkan dibotol 3, Buffer 5 berisi KOH 4,0 M

ditempatkan di botol 6, buffer 6 berisi aquades ditempatkan dibotol 5, buffer 7

berisi 30% asam asetat ditempatkan dibotol 4 pada rangkaian alat GIA.

Tahap proses pengujian diawali dengan mengecek semua buffer, enzim dan

selang pembawanya sesuai dengan urutan. Tahap awal, sampel brownies yang

diuji dan telah ditimbang setara 500 mg karbohidrat ditempatkan ke dalam sample

cups yang berisi stirrer, lalu sample cups ditempatkan pada blok pemanas dengan

kondisi suhu 37˚C, sambil di stirrer. Proses analisa RS dimulai dengan menekan

tombol start pada software Nutriscan di layar komputer. Enzim dan buffer yang

telah dikondisikan secara bertahap dimasukkan pada masing-masing sample cup

secara otomatis. Pengujian dilakukan selama 12 jam dan hasil estimasi atau

prediksi pati resisten brownies sorgum berbagai formulasi ditampilkan di layar

komputer.

3.3.8 Uji Organoleptik (Soekarto, 1990)

Pengujian organoleptik yang dilakukan berupa pengujian kesukaan indrawi

terhadap produk olahan panggang yaitu brownies sorgum panggang yang terpilih

berdasarkan indeks glikemik rendah dari kedua kelompok variasi lemak margarin

dan butter. Parameter yang diuji meliputi warna, aroma, rasa, tekstur dengan skala

hedonik sebagai berikut 1: sangat tidak suka, 2: tidak suka, 3: biasa, 4: suka, 5:

Page 56: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

40

sangat suka. Penilaian dilakukan oleh 30 orang panelis. Nilai tingkat kesukaan

panelis dijumlahkan serta direrata masing-masing parameter, kemudian dilakukan

analisis statistik terhadap data hasil uji organoleptik.

3.4 Analisis Data

Data yang diperoleh dari hasil penelitian diolah secara statistik

menggunakan analisis ragam berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL) 2

faktorial, pola 4 x 2 dengan tingkat kepercayaan sebesar 95% (α = 0,05). Faktor I

adalah penambahan sekam psyllium yang terdiri dari 4 taraf yaitu 0, 0,5,1,5, 2,5%

berdasarkan berat tepung sorgum. Faktor 2 adalah penggunaan variasi lemak

terdiri dari 2 taraf yaitu margarin dan butter. Jika hasil analisis ANOVA

menunjukkan pengaruh yang nyata, maka untuk mengetahui perbedaan antar

perlakuan dilakukan uji Duncan. Analisis data menggunakan IBM SPSS Statistic

21.0. Struktur rancangan data statistik dapat dilihat Gambar 10.

Gambar 10. Struktur rancangan data statistik

Var

iasi

lem

ak

(2 t

araf

)

Margarin

Butter

sekam

psy

lliu

m

(4 t

araf

)

0%

0,5

% 1,5

% 2,5

% 0%

0,5

% 1,5

% 2,5

%

Page 57: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

41

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Brownies Sorgum Panggang

Pemilihan bahan baku berupa tepung sorgum memiliki sifat yang sangat

berbeda dengan tepung terigu yang merupakan bahan baku brownies. Menurut

hasil penelitian Suarni dan Zakir (2000), kadar asam glutamat dan gluten pada

tepung sorgum lebih rendah dibandingkan tepung terigu. Asam glutamat sangat

berpengaruh terhadap sifat sensori (terutama segi rasa) produk olahan sedangkan

gluten berpengaruh pada sifat elastisitas dan pengembangan suatu produk cake.

Pengaruh bahan baku dievaluasi dengan melakukan modifikasi formulasi

agar dapat diketahui karakterisasi produk brownies yang paling baik, selain

tepung pada penelitian ini juga dipilih gula palm sebagai pengganti gula pasir.

Pemilihan gula palm didasari pada penelitian The Philippine Food and Nutrition

Research Institute (2014) mengenai indeks glikemik gula palm sebesar 35

sedangkan gula pasir sebesar 64. Penggunaan gula palm diharapkan dapat

membantu menghasilkan indeks glikemik rendah pada brownies yang dihasilkan.

Peran gula palm tidak hanya sebagai pemanis tetapi pewarna dalam produk

brownies seperti cokelat bubuk karena memiliki warna cokelat yang khas.

Pemilihan variasi konsentrasi sekam psyllium (psyl) dalam penelitian ini

didasari pada penelitian Mironeasa et al (2013), penambahan 2% psyl tidak

signifikan mempengaruhi nilai tekstur dan volume cake sedangkan dengan 4%

psyl akan menurunkan volume cake dan meningkatkan nilai tekstur, sehingga

cenderung akan menghasilkan kualitas produk yang rendah. Rendahnya kualitas

fisik produk disebabkan karena sifat serat yang dapat mengikat air dan kapasitas

Page 58: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

42

pengikat airnya besar, sehingga perlu diketahui batas penambahan serat pada

produk pangan. Penggunaan margarin dan butter sebagai variasi lemak dalam

formulasi brownies dilakukan untuk mendapatkan tekstur brownies yang baik dan

diterima konsumen. Hasil adonan dan produk olahan brownies sorgum berbagai

formulasi disajikan masing-masing pada Gambar 11 dan 12.

Gambar 11. Penampakan adonan brownies sorgum berbagai formulasi

Gambar 12. Brownies sorgum berbagai formulasi

Penambahan psyl pada adonan menghasilkan adonan yang lebih kental dan

sulit untuk dituangkan ke dalam loyang. Menurut penelitian Mironeasa et al

(2013), bahwa sifat serat dari sekam psyllium mampu mengikat dan menahan air

serta membentuk gel lembut dalam adonan, sehingga viskositas adonan yang

dihasilkan cenderung meningkat dan mengental. Brownies sorgum dengan

Kontrol Komersial

Page 59: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

43

penambahan 2,5% psyl cenderung lebih mengembang, hal ini disebabkan karena

adanya zat hidrokoloid (berupa psyl) yang mampu berinteraksi dengan pati

membentuk suatu lapisan film tipis (lapisan penahan gas). Lapisan film tipis yang

terbentuk dapat menggantikan fungsi gluten dalam pemerangkapan gas CO2

selama pengadukan adonan, sehingga pada saat proses pemanggangan brownies

mengalami pengembangan adonan (Miftah, 2015). Rangkuman karakteristik

brownies sorgum berbagai formulasi dapat dilihat pada Lampiran 3.

4.2 Tingkat Kekerasan

Tekstur merupakan parameter kritis pada penampakan, flavor, dan

penerimaan keseluruhan dari produk bakery. Kriteria tekstur dapat dinilai dari

kekerasannya. Kekerasan adalah daya tahan akibat daya tekan yang diberikan,

semakin besar gaya yang dibutuhkan maka menandakan kekerasan tinggi. Hasil

tingkat kekerasan brownies sorgum berbagai formulasi diperoleh berkisar 358-535

gram force (gf) sedangkan brownies sorgum kontrol komersial diperoleh sebesar

239 gf (Gambar 13).

Gambar 13. Tingkat kekerasan brownies sorgum berbagai formulasi

F1

F5

K

F2 F6 F3

F7

F4 F8

0

100

200

300

400

500

600

Kontrol komersial Margarin Butter

Kek

erasa

n (

gf)

Brownies sorgum

0 % psyl

0,5 % psyl

1,5 % psyl

2,5 % psyl

Page 60: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

44

Berdasarkan analisis ragam menunjukkan bahwa adanya penambahan psyl

dan variasi lemak (margarin dan butter) pada brownies sorgum tidak berpengaruh

nyata (>0,05) terhadap hasil kekerasan. Tingkat kekerasan brownies sorgum

cenderung menurun seiring adanya penambahan konsentrasi psyl, hal ini

disebabkan karena psyl memiliki kemampuan untuk mengikat air dan membentuk

gel halus sehingga keberadaan air pada brownies sorgum semakin banyak dan

kekerasan cenderung berkurang (rendah). Menurut penelitian Riyanto (2014),

semakin banyak kandungan air dalam suatu bahan pangan akan menghasilkan

tekstur yang lunak sehingga nilai kekerasan yang dihasilkan akan semakin rendah.

Brownies kontrol memiliki nilai kekerasan lebih rendah karena secara fisik

penampakan bagian dalam brownies lebih basah, lembek dan rapuh.

Nilai kekerasan brownies sorgum penggunaan lemak butter lebih rendah

(Lampiran 16), hal ini karena butter memiliki titik leleh lebih rendah sebesar 33-

35˚C dari pada margarin sebesar 37-42˚C (Asriani, 2012) sehingga akan

menghasilkan produk brownies yang tetap lebih lembut pada suhu ruang.

Keberadaan asam lemak trans pada lemak margarin akibat dari proses hidrogenasi

menyebabkan titik lelehnya lebih tinggi serta lebih padat teksturnya dibandingkan

dengan butter (Lean, 2013).

4.3 Hasil Proksimat

Proksimat dilakukan untuk mengetahui kandungan nutrisi, acuan untuk

menghitung nilai energi, dan menghitung jumlah porsi dalam pengujian indeks

glikemik (IG) yang terkandung pada brownies sorgum berbagai formulasi.

Brownies sorgum komersial (kontrol) digunakan sebagai pembanding kandungan

Page 61: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

45

nutrisi brownies sorgum yang telah dibuat dalam penelitian ini. Hasil analisis

proksimat brownies sorgum berbagai formulasi dapat dilihat Tabel 11.

Tabel 11. Hasil proksimat brownies sorgum berbagai formulasi

Perlakuan

Formulasi ID

Parameter proksimat (%bb)

Air Abu Protein Lemak *Karbohidrat Jenis

lemak

Psyl

(%)

M

0 F1 18,08±0,12 1,09±0,04 5,50±0,08 29,27±0,49 46,06±0,55

0,5 F2 14,02±0,10 1,09±0,02 5,52±0,12 29,19±0,10 50,17±0,15

1,5 F3 14,67±0,09 1,09±0,06 5,56±0,10 29,17±0,14 49,51±0,14

2,5 F4 16,70±0,07 1,06±0,09 5,56±0,17 29,12±0,07 47,56±0,29

B

0 F5 15,11±0,04 0,98±0,02 5,70±0,06 29,61±0,27 48,60±0,30

0,5 F6 13,26±0,14 1,00±0,01 5,63±0,14 29,47±0,21 50,64±0,21

1,5 F7 14,27±0,06 1,01±0,05 5,43±0,06 29,25±0,24 50,05±0,24

2,5 F8 17,61±0,22 1,01±0,05 5,28±0,06 29,04±0,70 47,06±0,85

K 45,55±0,02 1,25±0,03 5,94±0,06 15,57±0,01 31,69±0,12

SNI 01.3840-1995 Maks. 40 Maks. 1 Maks. 9 Maks. 25 Min. 40

Keterangan:

K : Kontrol brownies komersial

Psyl : Sekam psyllium

Jenis lemak : Margarin (M) dan Butter (B)

ID : Kode formulasi brownies

* : Karbohidrat by difference

4.3.1 Kadar Air

Kadar air merupakan salah satu parameter penting untuk brownies karena

dapat mempengaruhi kualitasnya selama penyimpanan serta kesan moist yang

dikehendaki konsumen. Kadar air rendah biasanya memiliki daya simpan lebih

lama karena air yang dibutuhkan untuk aktivitas mikroba tidak cukup, begitupun

sebaliknya. Proses pemanggangan pada pembuatan brownies sorgum bertujuan

untuk mematangkan produk, mengurangi kadar air, dan memiliki waktu simpan

yang lebih lama (Winarno, 2002). Kadar air brownies sorgum berbagai formulasi

diperoleh kisaran sebesar 13,26-18,08% b/b (Tabel 11 dan Gambar 14).

Page 62: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

46

Gambar 14. Kadar air brownies sorgum berbagai formulasi

Analisis statistik menunjukkan bahwa adanya perbedaan formulasi pada

brownies sorgum berpengaruh nyata (<0,05) terhadap kadar air (Lampiran 17).

Keseragaman statistik menunjukkan bahwa penambahan konsentrasi psyl 0,5-

2,5% mampu meningkatkan kadar air brownies sorgum, formulasi dengan

penambahan 2,5% psyl memiliki kadar air tertinggi. Menurut penelitian

Beikzadeh et al (2016) bahwa penyerapan air meningkat seiring meningkatnya

penambahan psyl dengan kisaran konsentrasi 0-7,5%. Psyl memiliki sifat

hidrokoloid musilase yang mampu menyerap, mengikat dan membentuk gel

ketika bergabung dengan air. Kemampuan tersebut disebabkan karena di dalam

substansi utama psyl yaitu arabinoxylan terdapat banyak gugus hidroksil bersifat

polar serta struktur matriks yang berlipat-lipat, sehingga akan terjadi interaksi

antara kelompok hidroksil dari makromolekul polisakarida pada psyl dan air

melalui ikatan hidrogen, dapat dilihat Gambar 15 (Raymundo et al, 2014).

Psyl memiliki kapasitas menahan dan mengikat air (Water holding capacity)

yang cukup tinggi sebesar 17,7g/g (Raymundo et al, 2014). Apabila psyl yang

ditambahkan semakin banyak maka semakin banyak air yang terserap, sehingga

semakin tinggi pula kadar air yang terukur. Peristiwa tersebut akan berdampak

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

40.00

45.00

Kontrol komersial Margarin Butter

F1 F5

K

F2 F6 F3 F7 F4 F8

Ka

da

r A

ir (

%b

b)

Brownies Sorgum

0 % psyl

0,5 % psyl

1,5 % psyl

2,5 % psyl

Page 63: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

47

pada produk akhir brownies dimana akan meningkatkan kesan moist pada saat

brownies dikonsumsi.

Gambar 15. Struktur Arabinoxylan (Yeyen, 2012)

Bahan baku psyl memiliki kadar air sebesar 12,55% (Raymundo et al, 2014)

akan berkontribusi pada peningkatan kadar air suatu produk yang dihasilkan.

Berdasarkan penelitian Raymundo et al (2014) menyatakan meskipun adanya

peningkatan kadar air seiring dengan penambahan psyl 15% tetapi tidak diikuti

dengan peningkatan aktivitas air. Aktivitas air menggambarkan jumlah air bebas

yang dapat menunjang reaksi biologis dan kimiawi (Winarno, 2002), hal ini

kemungkinan karena serangan mikroba akan cepat pada air bebas yang melimpah

(tanpa psyl) dibandingkan pada air yang terikat (psyl). Jumlah air bebas dalam

bahan pangan merupakan air yang digunakan oleh mikroba untuk pertumbuhan

yang dinyatakan dalam besaran aktivitas air.

Kadar air brownies dengan margarin cenderung lebih tinggi dibandingkan

penggunaan butter, hal ini karena kandungan air di dalam margarin lebih banyak

sebesar 18% dibandingkan kandungan air di dalam butter sebesar 16% (Depkes,

1992). Brownies kontrol memiliki kadar air yang sangat tinggi sebesar 45,55%,

Page 64: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

48

terlihat pada penampakan bagian dalam yang lebih basah dan ketika dikonsumsi

rasanya lebih legit, lebih lembek dan sangat rapuh (tidak kompak).

Berdasarkan SNI 01.3840-1995, kadar air yang diperbolehkan untuk produk

semi basah maksimal 40% b/b. Brownies sorgum berbagai formulasi telah

memenuhi syarat dengan kisaran kadar air dibawah standar sedangkan kontrol

brownies tidak memenuhi standar acuan dengan kadar air yang melebihi standar.

Suatu bahan pangan yang tinggi kadar airnya akan semakin cepat busuk dan

mengalami perubahan flavor lebih cepat daripada bahan pangan dengan kadar air

rendah. Beberapa kerusakan yang disebabkan oleh kadar air tinggi pada bahan

pangan adalah pertumbuhan mikroba dan hidrolisis lemak (Winarno, 2002).

4.3.2 Kadar Abu

Sebagian besar makanan sekitar 96% terdiri dari bahan organik dan air.

Sisanya terdiri dari unsur-unsur mineral. Unsur mineral dikenal sebagai zat

anorganik yang terdapat abu pada proses pembakaran. Suatu bahan organik

terbakar namun zat anorganiknya tidak karena itulah disebut abu (Lutfika, 2006).

Kadar abu brownies sorgum berbagai formulasi diperoleh kisaran sebesar 0,98-

1,09% (b/b), dapat dilihat Tabel 11 dan Gambar 16. Penambahan konsentrasi psyl

tidak berpengaruh nyata (>0,05) sedangkan adanya penggunaan variasi lemak

margarin dan butter pada formulasi berpengaruh nyata (<0,05) terhadap kadar abu

(Lampiran 17).

Penambahan psyl hingga 2,5% pada brownies sorgum tidak berpengaruh

terhadap kadar abunya. Sesuai dengan penelitian Raymundo et al (2014), adanya

penambahan psyl pada konsentrasi rendah 3% tidak memberikan pengaruh secara

signifikan pada kadar abu biskuit, namun peningkatan kadar abu terjadi ketika

Page 65: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

49

ditambahkan psyl 6-15%. Brownies sorgum tanpa penambahan psyl (0%)

cenderung memiliki kadar abu lebih rendah, hal ini karena kontribusi mineral

hanya diperoleh dari bahan penyusunnya saja tanpa ada kontribusi tambahan dari

psyl sebesar 2,25%. Kadar abu tepung sorgum sebagai bahan penyusun brownies

sorgum sebesar 0,38% (Andiga, 2015).

Gambar 16. Kadar abu brownies sorgum berbagai formulasi

Penggunaan variasi lemak (margarin dan butter) pada formulasi brownies

sorgum berpengaruh terhadap kadar abu. Kadar abu pada brownies dengan lemak

margarin sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan butter, hal ini

karena mineral yang terkandung dalam margarin jumlahnya relatif lebih banyak

sebesar 36 mg (0,036%) terdiri dari kalsium dan fosfor dibandingkan butter

sebesar 32 mg (0,032%) terdiri dari kalsium, fosfor, besi (Astawan, 2004).

Kadar abu brownies kontrol diperoleh lebih tinggi sebesar 1,25% (b/b), hal

ini kemungkinan disebabkan oleh adanya bahan penyusun tambahan yang kaya

akan mineral sehingga sumbangan mineralnya lebih banyak atau kadar abunya

lebih tinggi. Berdasarkan SNI 01.3840-1995 mengenai standar acuan produk semi

basah, kadar abu yang diperbolehkan maksimal 1% (b/b). Hasil penelitian ini

yang memenuhi persyaratan standar hanya formulasi 5 dan formulasi 6 selebihnya

0.00

0.50

1.00

1.50

Kontrol komersial Margarin Butter

F1 F5

K

F2 F6

F3 F7 F4 F8

Kad

ar

Ab

u (

%b

b)

Brownies Sorgum

0 % psyl

0,5 % psyl

1,5 % psyl

2,5 % psyl

Page 66: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

50

memiliki nilai lebih dari standar begitupun pada brownies kontrol. Kandungan

abu yang terlalu tinggi dapat menyebabkan penurunan daya tahan adonan

terhadap pengembangan karena mineral umumnya bersifat melemahkan jaringan

gluten yang terbentuk pada adonan (Intan et al, 2014).

4.3.3 Kadar Protein

Protein merupakan zat makanan yang penting bagi tubuh manusia karena

berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh, juga sebagai bahan pembangun dan

pengatur. Umumnya, kadar protein dalam bahan pangan menentukan mutu bahan

pangan tersebut. Kadar protein berperan dalam pembentukan adonan yang baik

dan pembentukan crust pada proses pembakaran adonan (Lutfika, 2006).

Kadar protein brownies sorgum berbagai formulasi diperoleh kisaran

sebesar 5,28-5,70% (b/b), dapat dilihat Tabel 11 dan Gambar 17. Penambahan

konsentrasi psyl berpengaruh nyata (<0,05) terhadap kadar protein sedangkan

penggunaan variasi lemak (margarin dan butter) pada formulasi tidak berpengaruh

nyata (>0,05) terhadap kadar protein (Lampiran 17).

Gambar 17. Kadar protein brownies sorgum berbagai formulasi

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

Kontrol komersial Margarin Butter

F1 F5 K F2 F6 F3 F7 F4

F8

Kad

ar

Pro

tein

(%

bb

)

Brownies Sorgum

0 % psyl

0,5 % psyl

1,5 % psyl

2,5 % psyl

Page 67: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

51

Penambahan konsentrasi psyl hingga 2,5% cenderung menurunkan kadar

protein brownies sorgum, hal ini kemungkinan disebabkan pengaruh kestabilan

air, yang mana semakin tinggi kadar air maka akan menyebabkan menurunnya

kadar protein (Novia et al, 2011). Selain psyl, protein juga memiliki kemampuan

mengikat air karena adanya gugus karboksil dan amina melalui ikatan hidrogen.

Berkurangnya kandungan air maka jarak antar ikatan protein semakin pendek

yang memungkinkan naiknya formasi ikatan sehingga memperketat jaringan

protein. Jarak antar protein yang semakin pendek dan ketat akan lebih kuat

ikatannya sehingga saat denaturasi pada proses pemanggangan suhu 170˚C tingkat

kerusakan struktur protein lebih sedikit sehingga ketersediaan protein yang

terukur dengan metode kjeldahl lebih banyak (Praseptiangga et al, 2016).

Daya ikat air akan mengalami perubahan besar dengan pemanasan pada

suhu 60˚C, hal ini disebabkan karena protein pada bahan pangan mengalami

denaturasi sempurna yang mengakibatkan perubahan dan perusakan struktur

protein sehingga karakteristik struktural dan jumlah protein dalam bahan pangan

menurun atau hilang. Daya ikat air yang teradsorpsi pada permukaan protein

bersifat lemah (Hintono et al, 2012).

Kadar protein brownies sorgum dengan lemak margarin lebih tinggi

dibandingkan dengan lemak butter meskipun tidak signifikan, hal ini karena kadar

protein margarin lebih tinggi sebesar 0,6% dibandingkan butter sebesar 0,5%

(Depkes, 1992). Kadar protein brownies kontrol diperoleh sebesar 5,94% (b/b).

Berdasarkan SNI 01.3840-1995 mengenai standar acuan produk semi basah, kadar

protein yang diperbolehkan maksimal 9% (b/b). Brownies sorgum yang dibuat

telah memenuhi persyaratan begitupun pada kontrol brownies. Kandungan protein

Page 68: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

52

dalam brownies sorgum berbagai formulasi yang dibuat kemungkinan banyak

kontribusi dari telur utuh dan tepung sorgum sebesar 7,82% (Andiga, 2015).

Pemanasan yang berlebihan akan merusak struktur protein. Protein dalam

bahan pangan akan mengalami perubahan dan membentuk persenyawaan lain

misalnya asam amino bebas akan bereaksi dengan gula pereduksi yang

membentuk warna, rasa dan aroma saat pemanggangan (Rifai, 2015). Kestabilan

oven pada saat pemanggangan juga akan mempengaruhi hasil protein akhir suatu

produk, sehingga hal ini menjadi salah satu penyebab kadar protein yang

dihasilkan berbeda-beda.

4.3.4 Kadar Lemak

Lemak berfungsi sebagai sumber cita rasa dan memberikan tekstur yang

lembut pada produk. Lemak merupakan sumber energi yang dapat memberikan

nilai energi lebih besar daripada karbohidrat dan protein, yaitu 9 kkal per gram

(Lutfika, 2006). Kadar lemak brownies sorgum berbagai formulasi diperoleh

kisaran sebesar 29,04-29,61% b/b (Tabel 11 dan Gambar 18). Berdasarkan

analisis statistik menunjukkan bahwa adanya perbedaan formulasi pada brownies

sorgum tidak berpengaruh nyata (>0,05) terhadap kadar lemak (Lampiran 17).

Penambahan konsentrasi psyl pada brownies sorgum cenderung terjadi

penurunan kadar lemak namun tidak signifikan. Sesuai dengan penelitian

Raymundo et al (2014) bahwa penambahan psyl pada biskuit hingga 15% tidak

ada perbedaan yang signifikan. Brownies dengan lemak margarin cenderung

memiliki kadar lemak lebih rendah dibandingkan penggunaan lemak butter, hal

ini karena kandungan lemak di dalam margarin lebih sedikit sebesar 81%

dibandingkan butter sebesar 81,6% (Depkes, 1992).

Page 69: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

53

Gambar 18. Kadar lemak brownies sorgum berbagai formulasi

Kadar lemak brownies kontrol diperoleh sebesar 15,57% (b/b). Berdasarkan

SNI 01.3840-1995 mengenai standar acuan produk semi basah, kadar lemak yang

diperbolehkan maksimal 25% (b/b). Keseluruhan formulasi brownies sorgum

yang dibuat tidak memenuhi persyaratan SNI 01.3840-1995, lain halnya dengan

brownies kontrol. Beberapa bahan baku brownies yang menyumbangkan kadar

lemak diantaranya cokelat batang, kuning telur, margarin dan butter yang kaya

akan lemak, tepung sorgum sebesar 4,55% serta psyllium sebesar 0,95%.

4.3.5 Kadar Karbohidrat by difference

Kandungan karbohidrat by difference sangat dipengaruhi oleh kandungan

nutrisi lainnya. Kadar karbohidrat brownies sorgum berbagai formulasi diperoleh

kisaran sebesar 46,06-50,64% (b/b), dapat dilihat Tabel 11 dan Gambar 19.

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perbedaan formulasi

brownies sorgum berpengaruh nyata (<0,05) terhadap kadar karbohidrat

(Lampiran 17). Tinggi dan rendahnya kadar karbohidrat by difference brownies

sorgum dipengaruhi oleh kadar proksimat lainnya seperti kadar air, abu, protein

dan lemak yang dihasilkan oleh setiap formulasi.

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

25.00

30.00

35.00

Kontrol komersial Margarin Butter

F1 F5

K

F2 F6 F3 F7 F4 F8 K

ad

ar

Lem

ak

(%

bb

)

Brownies Sorgum

0 % psyl

0,5 % psyl

1,5 % psyl

2,5 % psyl

Page 70: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

54

Gambar 19. Kadar karbohidrat by difference brownies sorgum

Kontribusi karbohidrat dari psyl sebesar 82,87% (Raymundo et al, 2014)

tetapi hal tersebut tidak menunjukkan adanya peningkatan kadar karbohidrat pada

brownies sorgum seiring penambahan konsentrasi psyl. Kadar karbohidrat

brownies sorgum yang dihasilkan pada penelitian ini justru cenderung menurun

seiring penambahan konsentrasi psyl, hal ini terlebih dipengaruhi oleh kadar air.

Sesuai dengan pernyataan Intan et al (2014) bahwa pengurangan kandungan air

dapat berpengaruh terhadap hasil pengukuran nilai karbohidrat by difference.

Kadar karbohidrat formulasi brownies dengan lemak margarin cenderung lebih

rendah dibandingkan dengan lemak butter, hal ini karena kandungan karbohidrat

di dalam margarin lebih sedikit sebesar 0,4% dibandingkan butter sebesar 1,4%

(Depkes, 1992).

Kadar karbohidrat brownies kontrol sebesar 31,69% (b/b). Berdasarkan SNI

01.3840-1995 mengenai standar acuan produk semi basah, kadar karbohidrat yang

diperbolehkan minimal 40% (b/b). Brownies sorgum yang dibuat telah memenuhi

persyaratan, kecuali brownies kontrol. Menurut Lutfika (2006), kadar karbohidrat

juga dipengaruhi oleh bahan penyusun brownies terutama dari gula dan cokelat

batang, dimana komposisi utama dari cokelat batang ialah gula. Gula dan cokelat

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

Kontrol komersial Margarin Butter

F1 F5

K

F2 F6 F3 F7 F4 F8 %

Ka

da

r K

arb

oh

idra

t

Brownies Sorgum

0 % psyl

0,5 % psyl

1,5 % psyl

2,5 % psyl

Page 71: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

55

yang ditambahkan dalam penelitian ini tidak berpengaruh pada tinggi rendahnya

karbohidrat antar formulasi karena jumlah yang ditambahkan tetap. Ketersediaan

kadar karbohidrat dalam tepung sorgum sebagai bahan baku utamanya lebih besar

sebesar 81,86% (Andiga, 2015) dibandingkan bahan penyusun lainnya pada

produk brownies.

4.4 Kadar Pati

Pati merupakan sumber utama karbohidrat dalam pangan. Pati adalah

bentuk polisakarida yang tersimpan pada jaringan tanaman, berupa granula dalam

kloroplas daun dan dalam amiloplas pada biji dan umbi (Sajilata et al, 2006).

Kadar pati brownies sorgum berbagai formulasi diperoleh kisaran sebesar 33,27-

36,37% (b/b) sedangkan brownies kontrol diperoleh sebesar 22,12% (Gambar 20).

Gambar 20. Kadar pati brownies sorgum berbagai formulasi

Berdasarkan hasil analisis statistik menunjukkan bahwa adanya penambahan

konsentrasi psyl tidak berpengaruh nyata (>0,05) terhadap kadar pati sedangkan

adanya variasi lemak (margarin dan butter) pada formulasi berpengaruh nyata

(<0,05) terhadap kadar pati (Lampiran 18). Kadar pati brownies sorgum berbagai

formulasi cenderung menghasilkan nilai yang saling berdekatan dan penambahan

0.00

15.00

30.00

45.00

Kontrol komersial Margarin Butter

F1 F5

K

F2 F6 F3 F7 F4

F8

% K

ad

ar

Tota

l P

ati

Brownies Sorgum

0 % psyl

0,5 % psyl

1,5 % psyl

2,5 % psyl

Page 72: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

56

psyl pun tidak memberikan pengaruh, hal ini kemungkinan pengaruh dari tepung

sorgum yang digunakan dalam jumlah sama atau tetap setiap formulasi brownies

sorgum. Tepung sorgum memegang peran substitusi kandungan pati terbanyak

sebesar 77,86% (Andiga, 2015) dibandingkan bahan penyusun lainnya pada

brownies sorgum. Tinggi dan rendahnya kadar pati brownies kemungkinan karena

ketidakstabilan suhu pemanasan saat hidrolisis pati, lama dan suhu penyimpanan

serta saat proses pemanggangan brownies.

Suhu tinggi dan lamanya waktu proses pemanggangan (170˚C, 45 menit)

kemungkinan akan menghilangkan sebagian pati amilosa sehingga terjadi

penurunan kadar pati akibat terjadinya gelatinisasi pati. Proses gelatinisasi pati

terjadi ketika pati menyerap air sehingga mengalami pembengkakan granula pati.

Proses pemanasan akan menyebabkan granula pati semakin membengkak karena

penyerapan air semakin banyak dan terperangkap pada molekul penyusun (fraksi)

pati. Fraksi pati jenis amilopektin terlepas saat ikatan hidrogen terputus sedangkan

fraksi amilosa yang bersifat larut air terlepas ke fase air menyelimuti granula dan

ikut terlarut bersama uap saat proses pemanasan (Hapsari dan Rukmi, 2015),

dapat dilihat Gambar 21. Pati dapat terlarut sempurna pada pemanasan dengan

tekanan pada suhu 120˚-150˚C, (Pomeranz, 1991).

Gambar 21. Mekanisme gelatinisasi pati

Penurunan kadar pati juga disebabkan oleh penyimpanan brownies pada

suhu rendah yang kemungkinan terjadi retrogradasi pada pati. Retrogradasi pati

Page 73: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

57

adalah pembentukan ikatan-ikatan hidrogen yang terbentuk antara gugus hidroksil

pada molekul-molekul amilosa dan amilopektin sehingga membentuk tekstur yang

rigid (keras). Ikatan hidrogen ini akan semakin menguat bila suhu diturunkan,

sehingga struktur pati akan semakin padat. Retrogradasi pati akan menyebabkan

sineresis, perubahan tekstur, dan penurunan pati (Kusnandar, 2010).

Kadar pati brownies sorgum dengan lemak butter lebih rendah. Lemak yang

tersisa pada sampel brownies akan menghambat pelepasan amilosa dari granula

pati saat hidrolisis akibat adanya pembentukan kompleks amilosa-lemak (Suarni,

2013). Lemak yang masih tersisa pada brownies tersebut disebabkan karena saat

pemanggangan sebagian amilosa yang keluar dari granula pati akan membentuk

matriks gel (akibat proses gelatinisasi selama pemanggangan). Matriks gel

(amilosa-lemak) yang terbentuk ini akan mempersulit atau tidak sempurna dalam

pelarutan dan pembebasan lemak pada brownies oleh heksana (Riyanto et al,

2014).

4.5 Kadar Amilosa

Pati merupakan homopolimer glukosa dalam ikatan α-glikosidik. Pati terdiri

dari dua fraksi yang dapat dipisahkan dengan air panas. Fraksi terlarut disebut

amilosa dan fraksi tidak larut disebut amilopektin. Amilosa mempunyai struktur

lurus dengan ikatan α (1,4)-D-glukosa, sedangkan amilopektin mempunyai cabang

yang mengandung 94-96% ikatan α-(1,4)-D-glukosa dan 4-6% ikatan α(1,6)-D-

glukosa (Winarno, 1992).

Kadar amilosa brownies sorgum berbagai formulasi diperoleh kisaran

sebesar 15,18-16,82% (b/b) sedangkan brownies kontrol diperoleh sebesar 8,51%

Page 74: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

58

(Gambar 22). Berdasarkan klasifikasi IRRI (International Rice Research Institute)

kadar amilosa brownies sorgum tergolong rendah (<20%).

Gambar 22. Kadar amilosa brownies sorgum berbagai formulasi

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perbedaan formulasi brownies

sorgum berpengaruh nyata (<0,05) terhadap kadar amilosa (Lampiran 19).

Penambahan psyl hingga 2,5% cenderung berbeda nyata dengan formulasi tanpa

psyl 0%, hal ini kemungkinan disebabkan karena adanya proses gelatinisasi saat

pemanggangan. Kadar amilosa brownies dengan butter lebih rendah dibandingkan

margarin, hal ini sama seperti pembahasan sebelumnya bahwa kemungkinan

masih tersisa lemak dalam sampel brownies.

Lemak yang tersisa pada sampel brownies akan berinteraksi dengan amilosa

membentuk kompleks amilosa-lemak. Kompleks lemak-amilosa mengakibatkan

terhambatnya reaksi amilosa dengan iod sehingga menurunkan intensitas warna

biru yang terbentuk dan akhirnya akan menurunkan kadar amilosa brownies

(Gaonkar, 1995). Intensitas biru pada prinsip iodine binding terjadi karena

molekul amilosa berikatan dengan molekul iodin (Gambar 23).

0.00

5.00

10.00

15.00

20.00

Kontrol komersial Margarin Butter

F1 F5

K

F2 F6 F3 F7 F4 F8

% K

ad

ar

Am

ilo

sa

Brownies Sorgum

0 % psyl

0,5 % psyl

1,5 % psyl

2,5 % psyl

Page 75: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

59

Gambar 23. Struktur heliks dari pati (a), Ikatan α- 1,4-glikosida (b),

dan Kompleks Pati-Iodin (c)

Faktor lainnya, sebagian pati pada brownies sorgum mungkin telah

mengalami retrogadasi pati. Menurut Taggart (2004), amilosa memiliki

kemampuan membentuk kristal selama retrogadasi pati, begitupun pada

amilopektin namun tidak sereaktif amilosa. Pembentukan daerah kristalin tersebut

tidak dapat bereaksi dengan iod, sehingga akan menurunkan kadar amilosa suatu

produk. Peran amilopektin dalam sifat fungsional pati sulit untuk ditentukan

karena amilopektin memiliki kecenderungan untuk membentuk kumpulan tidak

larut air (Zhong et al, 2006).

4.6 Kadar Serat Pangan

Serat merupakan senyawa inert secara gizi karena tidak dapat dicerna oleh

enzim pencernaan serta hasil-hasil fermentasinya (oleh mikroba usus) tidak dapat

digunakan oleh tubuh (Muchtadi, 2001). Kadar serat pangan brownies sorgum

berbagai formulasi diperoleh kisaran sebesar 3,01-5,24% (b/b) sedangkan

brownies kontrol diperoleh sebesar 4,45% (Gambar 24).

Sumber : The Central Science, 2000

Page 76: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

60

Gambar 24. Kadar serat pangan brownies sorgum berbagai formulasi

Penambahan konsentrasi psyl berpengaruh nyata (<0,05) terhadap kadar

serat pangan brownies sorgum sedangkan penggunaan variasi lemak margarin dan

butter tidak berpengaruh nyata (>0,05) terhadap kadar serat pangan brownies

sorgum (Lampiran 20). Penambahan konsentrasi psyl 0,5-2,5% meningkatkan

kadar serat pangan brownies sorgum, hal ini disebabkan karena didalam sekam

psyl mengandung sumber serat (musilase) sebesar 71,42% yang terdiri dari

67,20% serat larut dan 4,21% serat tidak larut (Raymundo et al, 2014). Sesuai

dengan penelitian Beikzadeh et al (2016), semakin banyak sekam psyl yang

ditambahkan pada sponge cake maka kadar seratnya akan meningkat.

Serat larut didalam sekam psyllium mengandung polimer arabinosa,

galaktosa, asam galakturonat dan rhamnosa (Nelson, 2001). Formulasi dengan

penambahan psyl 0-0,5% terlihat tidak berbeda nyata, hal ini mungkin karena

rentang konsentrasinya terlalu dekat sehingga tidak memberikan peningkatan hasil

secara signifikan. Selain kontribusi dari psyl, kadar serat brownies sorgum yang

dihasilkan juga sebagian besar dari bahan bakunya yaitu tepung sorgum sebesar

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

6.00

Kontrol komersial Margarin Butter

F1 F5

K

F2 F6

F3 F7 F4

F8 %

Ka

da

r se

rat

pa

ng

an

Brownies Sorgum

0 % psyl

0,5% psyl

1,5 % psyl

2,5 % psyl

Page 77: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

61

2,74% (Andiga, 2015). Kandungan serat pada tepung sorgum diantaranya seluosa,

β-glukan, hemiselulosa (Suarni, 2012).

4.7 Kadar Pati Resisten

Pati resisten (Resistant Starch) memiliki sifat fungsional sebagaimana serat

pangan. Pati resisten memiliki ukuran lebih kecil dibandingkan ukuran partikel

serat pangan, sehingga tidak mempengaruhi tekstur produk karena adanya sifat

pengikatan air (Sajilata, 2006). Kadar pati resisten brownies sorgum berbagai

formulasi diperoleh kisaran sebesar 1,39-10,07% (b/b) sedangkan brownies

kontrol diperoleh sebesar 1,04%, dapat dilihat Gambar 25.

Gambar 25. Kadar pati resisten brownies sorgum berbagai formulasi

Kadar pati resisten brownies sorgum formulasi 1 hingga formulasi 4 dengan

penambahan psyl 0,5%-2,5% cenderung meningkat, hal ini disebabkan karena

semakin tingginya konsentrasi psyl yang ditambahkan sehingga pati resisten

cenderung semakin tinggi. Menurut Yue (1998) dalam Titi (2012) bahwa pati

resisten merupakan komponen yang dihitung sebagai total serat dan memiliki

hubungan yang lurus dengan kadar serat karena keduanya tahan terhadap enzim

0.00

2.00

4.00

6.00

8.00

10.00

12.00

Kontrol komersial Margarin Butter

F1

F5

K F2

F6

F3

F7

F4 F8

% K

ad

ar

Pati

Res

iste

n

Brownies Sorgum

0% psyl

0,5 % psyl

1,5 % psyl

2,5 % psyl

Page 78: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

62

pencernaan. Kadar pati resisten pada F5-F6 justru terjadi penurunan, hal ini

disebabkan karena kadar amilosa F5 lebih tinggi dibandingkan F6, mengingat

bahwa pati resisten III pada produk olahan terbentuk akibat amilosa yang

teretrogradasi atau terkristalisasi.

Kadar pati resisten brownies dengan lemak butter cenderung lebih tinggi

dibandingkan margarin, hal ini karena adanya pembentukan pati resisten tipe V

(RS5). Pati berinteraksi dengan lemak sehingga amilosa membentuk kompleks

heliks tunggal dengan lemak. Pembentukan kompleks amilosa-lemak akan sulit

dihidrolisis oleh enzim amilase, semakin banyak ketersedian lemak pada brownies

penggunaan butter maka akan semakin banyak pula pembentukan kompleksnya

sehingga kadar pati resisten yang terukur semakin tinggi (Bimo et al, 2015).

Pati resisten didefinisikan sebagai fraksi pati atau produk degradasi pati

yang tidak terabsorbsi dalam usus halus individu yang sehat karena masih

diperoleh setelah melewati degradasi enzim secara sempurna (Shin et al, 2004).

Pati resisten awalnya dikemukakan oleh Englyst et al (1982) di dalam Sajilata et

al (2006) untuk menjelaskan sejumlah kecil fraksi yang bersifat resisten terhadap

perlakuan hidrolisis oleh enzim α-amylase lengkap. Pati resisten pada bahan

pangan olahan brownies sorgum adalah jenis pati resisten tipe 3 (RS III).

Pokok utama keberadaan RS III diakibatkan adanya retrogradasi pati,

dimana terjadi kristalisasi (kembali) pati setelah gelatinisasi dan dipercepat

melalui pendinginan setelah pemanggangan. Pembentukan jaring mikrokristal

terjadi pada amilosa yang berikatan kembali pada cabang amilopektin dipinggir

luar granula. Amilopektin memiliki percabangan yang besar maka sifat

retrogradasinya lambat dibandingkan amilosa, hal ini amilosa tersusun kompak

Page 79: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

63

pada daerah kristalin (Laga, 2006). Proses retrogradasi terjadi setelah proses

pemanggangan (Gambar 26). Menurut Mutungi et al (2009), proses pembentukan

RS III diakibatkan adanya fraksi amilosa yang berikatan dengan fraksi amilosa

lainnya melalui ikatan hidrogen membentuk struktur double helix. Struktur double

helix berikatan dengan struktur double helix lainnya membentuk kristalit sehingga

terjadi rekristalisasi fraksi amilosa atau pati resisten (RS III).

Gambar 26. Proses retrogradasi pati setelah proses pemanasan (Bornet, 1993)

4.8 Indeks Glikemik

Pengukuran indeks glikemik (IG) brownies sorgum berbagai formulasi

dilakukan secara in vitro dengan menggunakan alat Glycemic Index Analyzer

(GIA). GIA merupakan alat estimasi atau prediksi IG pangan yang sistemnya

meniru seperti kondisi pencernaan didalam tubuh manusia. Efek glikemik suatu

bahan pangan adalah ukuran yang diindeks glikemikan untuk menggambarkan

seberapa cepat fluktuasi gula darah setelah mengkonsumsi bahan pangan tertentu.

Berdasarkan respon glikemik, pangan dikelompokan menjadi 3, yaitu pangan IG

tinggi sebesar 70-100, menengah sebesar 55-69, dan rendah sebesar <55 (Pruett,

2012).

Page 80: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

64

Indeks glikemik brownies sorgum berbagai formulasi diperoleh kisaran

sebesar 27,48–42,94 sedangkan brownies kontrol diperoleh sebesar 41,07

(Gambar 27). Hasil IG brownies sorgum berbagai formulasi tergolong rendah

(<55). Indeks glikemik brownies sorgum formulasi 1 hingga formulasi 4 dengan

penambahan psyl 0,5-2,5% cenderung menurun. Makanan yang mengandung

serat tinggi dapat memperlambat laju pencernaan makanan dan menghambat

aktivitas enzim pada saluran pencernaan, sehingga proses pencernaan khususnya

pati menjadi lambat dan respon glukosa darah pun akan lebih rendah (Arif et al,

2013), dengan demikian indeks glikemiknya cenderung lebih rendah.

Gambar 27. Indeks glikemik berbagai formulasi brownies sorgum

Selain serat, kemungkinan dipengaruhi oleh kadar pati resisten yang

semakin meningkat seiring adanya penambahan konsentrasi psyl pada brownies.

Pati resisten memiliki karakteristik fungsional sepeti halnya serat sehingga tinggi

keberadaannya akan memperlambat laju makanan dan memperlambat respon

glukosa darah. Kedua komponen tersebut tahan terhadap enzim pencernaan,

namun dapat difermentasikan oleh bakteri prebiotik dalam usus besar untuk

menekan pertumbuhan bakteri patogen (Bimo et al, 2015).

0

10

20

30

40

50

Kontrol komersial Margarin Butter

F1 F5

K

F2

F6

F3

F7

F4

F8

Ind

eks

Gli

kem

ik

Brownies Sorgum

0 % psyl

0,5 % psyl

1,5 % psyl

2,5 % psyl

Page 81: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

65

Indeks glikemik pada formulasi brownies dengan lemak butter terutama

pada F5 cenderung rendah dan tidak ada penurunan secara signifikan seiring

adanya penambahan konsentrasi psyl, hal ini mungkin disebabkan oleh faktor

selain serat yaitu kadar lemak, protein, pati resisten dan kadar amilosa yang cukup

tinggi. Kandungan amilosa yang cukup tinggi pada formulasi F5 akan

menyebabkan pencernaan menjadi lebih lambat karena amilosa memiliki ikatan

hidrogen yang lebih kuat dan lebih ekstensif sehingga lebih sukar dihidrolisis oleh

enzim pencernaan, diduga pada saat proses pengolahan brownies sorgum terjadi

pembentukan kompleks antara amilosa dengan lemak sehingga menurunkan

kerentanan terhadap hidrolisis enzimatik (Yusof, 2005).

Kadar lemak tinggi juga cenderung akan memperlambat laju pengosongan

lambung, sehingga laju pencernaan makanan pada usus halus menjadi lambat

namun harus dikonsumsi secara bijaksana tidak melebihi 30% dari total energi.

Sementara itu, kadar protein yang tinggi juga diduga merangsang sekresi insulin

sehingga glukosa dalam darah tidak berlebih dan terkendalikan (Jenkins et al,

1981; Arif et al, 2013).

Berdasarkan perbedaan lemak (margarin dan butter), penggunaan lemak

butter cenderung memiliki rerata indeks glikemik yang lebih tinggi dibandingkan

dengan penggunaan margarin, hal ini kemungkinan pengaruh kadar karbohidrat

yang lebih tinggi. Ketersediaan glukosanya banyak sehingga glukosa yang terukur

juga lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok formulasi margarin. Pengaruh

faktor-faktor indeks glikemik tidak berdiri sendiri, tetapi saling berinteraksi

sehingga sulit untuk menentukan faktor yang paling dominan mempengaruhi nilai

IG akhir (Arif et al, 2013).

Page 82: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

66

Hampir keseluruhan indeks glikemik brownies sorgum berbagai formulasi

bernilai rendah (IG rendah). Komponen fungsional dari tepung sorgum sebagai

bahan baku utama brownies yang dapat mempengaruhi nilai IG diantaranya pati,

serat, oligosakarida dan β-glukan termasuk nonstarch polysakarida atau NSP

(Suarni, 2012). Keberadaan jenis karbohidrat kompleks salah satunya pati sangat

terkait dengan indeks glikemik karena dalam perombakan menjadi glukosanya

lebih lambat dan membutuhkan pemecahan secara bertahap dibandingkan dengan

gula sederhana yang langsung terserap sebagai gula darah (Gambar 28),

begitupula dengan serat pangan yang terkandung didalamnya dapat membantu

memperlambat proses pencernaan khususnya pati sehingga respon glukosa darah

akan lebih rendah (Arif et al, 2013).

Gambar 28. Perombakan karbohidrat menjadi glukosa

Mekanisnme reaksi enzim termamyl (amilase) dapat dilihat Gambar 29.

Enzim termamyl memiliki gugus karboksil dan gugus nitrogen (imidazol) pada

sisi aktifnya. Substrat (pati) membentuk kompleks dengan enzim termamyl.

Karboksil anion kemudian menyerang substrat pada posisi C nomor 1. Produk

antara yang terbentuk ialah glukosil-enzim yang selanjutnya dipisahkan melalui

reaksi deglukosilasi. Gugus imidazol berperan dalam reaksi deglukosilasi dengan

Page 83: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

67

mengikat proton pada air sehingga molekul air menjadi OH- yang menyerang C1

pada kompleks glukosil-enzim. Hasil reaksi berupa glukosa, maltosa dan

oligosakarida yang memiliki C1 dengan konfigurasi α (Naz, 2002).

Gambar 29. Reaksi hidrolisis pati oleh enzim termamyl (Naz, 2002)

Mekanisme kerja enzim pepsin yaitu memecah ikatan peptida pada protein

menjadi asam amino (Gambar 30). Enzim pepsin terdiri atas dua gugus karboksil,

yaitu gugus yang terprotonisasi dan gugus yang terionisasi.

Gambar 30. Reaksi pemecahan ikatan peptida oleh enzim pepsin (Naz, 2002)

Tahap pertama dari pemecahan ikatan peptida ialah terbentuknya kompleks

enzim-substrat. Tahap selanjutnya ialah penyerapan pada gugus karboksilat pada

Page 84: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

68

ikatan peptida. Oksigen karbonil pada gugus terprotonasi kemudian mengikat

proton dari gugus hidroksil yang mengakibatkan terbentuknya produk antara

berupa kompleks amino-asil enzim. Kompleks tersebut kemudian bereaksi dengan

air sehingga menghasilkan asam amino (Naz, 2002).

Enzim pankreatin dalam pengujian indeks glikemik digunakan untuk

menghidrolisis lemak. Enzim pankreatin merupakan campuran enzim lipase,

protease, dan amilase, oleh karena itu selain mampu menghidrolisis lemak, enzim

ini juga mampu menghidrolisis protein dan pati (Johnson dan Hiller, 2008).

4.9 Tingkat Kesukaan (Organoleptik)

Uji organoleptik pada penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan satu

formula terbaik yang dapat diterima dan disukai oleh panelis. Sampel uji

organoleptik diantaranya 1 brownies F7 dari kelompok penggunaan lemak butter

dengan penambahan 1.5% psyl dan 1 brownies F4 dari kelompok penggunaan

lemak margarin dengan penambahan 2.5% psyl serta 1 brownies sorgum

komersial (K) sebagai pembanding tingkat kesukaan dan kelayakan terhadap

brownies sorgum yang dibuat (Gambar 31).

F7 F4 K

Gambar 31. Brownies sorgum yang terpilih untuk uji organoleptik

Page 85: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

69

Cara penyajian sampel brownies sorgum adalah dengan menyusun brownies

secara melingkar yang telah diberi kode tertentu. Lembar penilaian yang

digunakan pada uji organoleptik dapat dilihat Lampiran 22. Penilaian tingkat

kesukaan berdasarkan uji hedonik dilakukan dengan cara uji rating dimana skor

penilaian ada 5 tingkat, yaitu 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = biasa, 4 =

suka, dan 5 = sangat suka. Daya terima produk dalam uji organoleptik hedonik

biasanya dinilai dari beberapa atribut atau parameter seperti warna, aroma, rasa,

tekstur, dan penerimaan umum yang hasilnya nanti akan dibandingkan dengan

tingkat kesukaan kontrol brownies komersial. Panelis yang digunakan adalah

panelis tidak terlatih sebanyak 30 orang diantaranya mahasiswa/i penelitian dan

karyawan Balai Besar Pascapanen Pertanian Bogor.

Hasil rerata penilaian karakteristik organoleptik produk brownies sorgum

panggang dapat dilihat Gambar 32 dan Lampiran 15 sedangkan analisis ragam

(statistik) dapat dilihat Lampiran 21.

Gambar 32. Tingkat kesukaan (organoleptik) brownies sorgum terpilih

0.00

1.00

2.00

3.00

4.00

5.00

Rer

ata

sk

or

Parameter Uji

Kontrol komersial

Formulasi 4 (psyl

2,5%+margarin)

Formulasi 7 (psyl

1,5%+Butter)

Page 86: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

70

4.9.1 Warna

Warna merupakan kesan pertama yang diperoleh konsumen dari suatu

produk pangan. Menurut Meilgaard et al (2007), warna merupakan salah satu

atribut penampilan yang sering kali menentukan tingkat penerimaan konsumen

terhadap produk secara keseluruhan. Berdasarkan hasil statistik atribut warna

menunjukkan bahwa F7 berbeda nyata dengan F4 dan kontrol. Hasil rerata tingkat

kesukaan brownies F7 diperoleh sebesar 3,83 (suka) dan kontrol sebesar 4,17

(suka) sedangkan brownies F4 lebih unggul sebesar 4,23 (suka). Unggulnya

brownies F4 dengan penggunaan lemak margarin pada atribut warna disebabkan

karena warna brownies yang dihasilkan lebih tegas. Sesuai dengan literatur bahwa

warna dari margarin lebih kuning tegas dibandingkan butter yang lebih pucat

sehingga akan berpengaruh pada ketegasan warna produk yang dihasilkan

(Fatmah dan Tim NCC, 2006). Warna kuning tegas yang dimiliki margarin

dikarenakan adanya tambahan zat pewarna alami seperti karotenoid. Tambahan

zat pewarna alami tersebut karena pada saat proses hidrogenasi akan memudarkan

warna kuning aslinya sehingga perlu adanya penambahan pewarna karotenoid

agar margarin tetap memiliki warna seperti aslinya (Asriani, 2012).

Pembentukan warna coklat pekat pada brownies kemungkinan disebabkan

karena terjadinya reaksi maillard browning non enzimatik (Gambar 33). Reaksi

terjadi antara gugus amina primer (protein) dengan gugus aldosa (gula pereduksi)

membentuk senyawa berwarna cokelat yaitu mellanoidin (Lean, 2013).

Kontribusi warna cokelat pada brownies sorgum terlebih dipengaruhi oleh

bahan penyusunnya yaitu dark chocolate (coklat batang) dan gula palm.

Penggunaan gula palm pada penelitian ini selain berfungsi sebagai pemberi manis

Page 87: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

71

tetapi juga pemberi warna adonan karena warna asal gula palm berwarna cokelat

khas sehingga tidak memerlukan cokelat bubuk yang biasa ditambahkan untuk

mempertegas warna dan aroma pada brownies.

Gambar 33. Reaksi Maillard (Daniel, 2013)

Penambahan psyl tidak mempengaruhi warna brownies sorgum, padahal

pada penelitian Beikzadeh et al (2016) menyatakan bahwa penggunaan psyl akan

menghitamkan warna produk sponge cake tetapi tidak berpengaruh pada rasanya.

Penelitian ini, penggunaan psyl pada produk brownies tidak akan mempengaruhi

warnanya karena warna brownies sendiri cenderung cokelat kehitaman sehingga

kekurangan penambahan psyl terhadap warna dapat tertutupi pada produk

brownies atau produk pangan yang berwarna hitam lainnya.

4.9.2 Aroma

Aroma merupakan bau yang dicium karena sifatnya yang volatil (mudah

menguap) dan menentukan kelezatan cita rasa dari suatu produk pangan. Aroma

mempunyai peranan penting dalam penilaian kualitas bahan pangan. Aroma pada

brownies sorgum terlebih dipengaruhi oleh bahan penyusunnya seperti margarin,

butter, telur, dan dark chocolate.

Page 88: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

72

Berdasarkan hasil statistik atribut aroma menunjukkan bahwa F7 berbeda

nyata dengan F4 dan Kontrol. Hasil rerata tingkat kesukaan brownies F7 diperoleh

sebesar 3,17 (biasa) dan F4 sebesar 4,00 (suka) sedangkan kontrol lebih unggul

sebesar 4,03 (suka). Aroma brownies F4 (penggunaan lemak margarin) lebih

disukai dibandingkan F7 (penggunaan lemak butter), padahal aroma butter lebih

unggul dan lebih harum (wangi susu) karena terdapat senyawa kimia diasetil,

lakton, butirat dan laktat (Lean, 2013). Hasil penilaian panelis terhadap aroma F7

kurang disukai, hal ini kemungkinan panelis menilai bahwa brownies sorgum

dengan penggunaan lemak butter terlalu kuat aroma susunya sehingga

menghilangkan sifat khas brownies yaitu aroma cokelat.

Aroma brownies yang sedikit berbau dedak disebabkan dari tepung sorgum.

Menurut Brannan (2001) ada 3 karakteristik bau dari tepung sorgum diantaranya

dusty aroma sebagai aroma berdebu atau apek, woody aroma sebagai bau kayu

yang lembab, dan green aroma sebagai bau karung makanan. Khas bau yang

dimiliki sorgum tidak menjadi suatu kendala daya terima kesukaan panelis pada

brownies yang dibuat, hal ini kemungkinan penambahan dark chocolate dapat

menutupi sedikit bau yang dihasilkan pada produk akhir. Aroma tambahan

lainnya untuk menghilangkan kekurangan dari sorgum perlu ditambahkan vanili.

4.9.3 Rasa

Rasa merupakan faktor penentu tingkat kesukaan konsumen pada produk

pangan. Sebagian dari atribut ini dapat terdeteksi pada kadar yang sangat rendah

karena rasa makanan sangat ditentukan oleh formulasi produk tersebut. Rasa

dinilai dengan adanya tanggapan rangsangan kimiawi oleh lidah (Fellows, 2000).

Page 89: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

73

Rasa brownies sorgum terlebih dipengaruhi oleh bahan penyusunnya seperti

lemak, gula dan tepung yang digunakan dalam formulasi.

Berdasarkan hasil statistik atribut rasa menunjukkan bahwa F7 berbeda

nyata dengan F4 dan Kontrol. Hasil rerata tingkat kesukaan brownies F7 diperoleh

sebesar 3,20 (biasa) dan F4 sebesar 3.80 (suka) sedangkan kontrol lebih unggul

sebesar 4,33 (suka). Unggulnya brownies F4 (lemak margarin) dibandingkan F7

(lemak butter) kemungkinan disebabkan adanya penambahan psyl 2,5% (lebih

banyak). Sesuai dengan pernyataan Bernstein et al (2013) bahwa penggunaan

psyllium dapat memberikan rasa enak dimulut (mouthfeel) dan lebih lembut

karena cenderung adanya pembentukan gel halus, begitupula dengan perbedaan

jenis lemak, panelis lebih menyukai penggunaan margarin dibandingkan butter

untuk brownies sorgum. Rasa brownies dengan lemak butter kurang disukai,

kemungkinan panelis menilai bahwa brownies sorgum dengan penggunaan lemak

butter terlalu kuat aroma dan rasa susunya sehingga menghilangkan sifat khas

brownies yaitu dominan rasa cokelat original.

Rasa brownies sorgum yang dihasilkan dominan dari khas tepung sorgum,

hal ini kemungkinan masih tersisanya senyawa tanin dengan konsentrasi yang

sangat rendah dalam tepung sorgum sehingga brownies sorgum terasa sedikit agak

sepat (Suarni, 2012). Proses pemanggangan produk cake, terjadi perubahan baik

pada kulit maupun pada remah kue yaitu terjadi reaksi pencokelatan akibat

peristiwa karamelisasi atau reaksi dekomposisi (Gambar 34) dan terbentuknya

ikatan antara gula dan protein, selain itu juga terjadi dekomposisi pati oleh panas

dan pembentukan dekstrin. Reaksi-reaksi itu menghasilkan komponen flavor dan

rasa (Rakhmah, 2012).

Page 90: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

74

Gambar 34. Reaksi karamelisasi (Winarno, 2004)

4.9.4 Tekstur

Tekstur merupakan parameter kritis pada penampakan, flavor, dan

penerimaan keseluruhan dari produk bakery (Setser, 1995). Fellows (2000)

menjelaskan bahwa tekstur pada makanan sangat ditentukan oleh kadar air,

kandungan lemak, jumlah dan jenis karbohidrat serta protein yang menyusunnya.

Tekstur brownies sorgum terlebih dipengaruhi oleh bahan penyusunnya yaitu

tepung sorgum, gula, margarin atau butter, dan telur.

Berdasarkan hasil statistik atribut tekstur menunjukkan bahwa brownies

sorgum F7, F4 maupun kontrol tidak berbeda nyata. Hasil rerata tingkat kesukaan

brownies F7 diperoleh sebesar 3,70 (suka), F4 sebesar 3,93 (suka), dan kontrol

sebesar 4,07 (suka). Unggulnya brownies F4 dibandingkan F7 disebabkan karena

adanya penambahan psyl lebih banyak sebesar 2,5%, dimana psyl dapat

memberikan mouthfeel dan tekstur lebih lembut sehingga tekstur brownies

sorgum cenderung lunak dan moist (Bernstein et al, 2013). Khas sekam psyl yang

mampu memberikan moutfeel dan kelembutan pada produk cake disebabkan

adanya kandungan arabinoksilans yang mampu mengikat air dan membentuk gel

halus pada adonan (Raymundo et al, 2014).

Page 91: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

75

Selain pengaruh penambahan psyl, tekstur juga dipengaruhi oleh adanya

variasi lemak. Unggulnya tingkat kesukaan atribut tekstur brownies F4 dengan

penggunaan lemak margarin disebabkan karena brownies yang dihasilkan

cenderung memiliki tekstur yang kokoh dan lembut. Sesuai dengan pernyataan

Fatma dan Tim NCC (2006), meskipun aroma butter lebih enak, tetapi daya

emulsi margarin lebih baik sehingga mampu menghasilkan tekstur kue yang

bagus. Pernyataan lain, bahwa mentega atau butter kurang cocok digunakan

sebagai pembuatan kue atau cake karena teksturnya yang lembek maka hasil akhir

kue cenderung basah dan tidak akan terbentuk secara sempurna terlebih

kekokohannya. Biasanya butter didampingi dengan campuran margarin untuk

pembuatan kue atau biasanya lebih cocok digunakan untuk bahan pembuatan kue

kering.

4.9.5 Penerimaan Umum

Penerimaan umum atau parameter keseluruhan digunakan dalam uji hedonik

untuk mengukur tingkat kesukaan panelis terhadap keseluruhan atribut yang ada

pada brownies sorgum, hal ini dilakukan karena hasil pengujian terhadap atribut

warna, aroma, rasa, dan tekstur menunjukkan nilai yang berbeda-beda (antar

atribut). Pengujian atribut penerimaan umum ini diharapkan dapat diketahui

tingkat kesukaan secara kesuluruhan pada brownies sorgum.

Berdasarkan hasil statistik atribut penerimaan umum menunjukkan bahwa

F7 berbeda nyata dengan F4 dan kontrol. Hasil rerata tingkat kesukaan brownies

F7 diperoleh sebesar 3,47 (biasa) dan F4 sebesar 4,07 (suka) sedangkan kontrol

lebih unggul sebesar 4,30 (suka). Hasil uji organoleptik menunjukkan bahwa daya

terima brownies sorgum yang dibuat (F4 dan F7) masih dapat diterima terlebih

Page 92: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

76

pada brownies F4 (2,5% psyl dan lemak margarin) yang lebih disukai

dibandingkan F7 (1,5% psyl dan lemak butter). Brownies kontrol secara

keseluruhan atribut cenderung disukai tetapi hasilnya selalu diikuti oleh formulasi

4, dengan hal ini formulasi 4 dapat dinyatakan sebagai formula terbaik dan

tersukai oleh panelis.

Page 93: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

77

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kandungan gizi brownies sorgum panggang dengan penambahan sekam

psyllium 0-2.5% pada penggunaan lemak margarin dan butter meliputi

kadar air, protein dan karbohidrat telah memenuhi persyaratan SNI 01.3840-

1995 kecuali kadar lemak dan abu.

2. Nilai indeks glikemik brownies sorgum panggang berbagai formulasi secara

keseluruhan tergolong rendah (<55) dengan kisaran sebesar 27,48-42,94.

Indeks glikemik terendah diperoleh sebesar 27,48 pada brownies dengan

2,5% sekam psyllium dan lemak margarin.

3. Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa, warna, aroma, tekstur, dan

penerimaan umum brownies sorgum panggang yang menggunakan margarin

lebih disukai panelis dengan penilaian “suka" daripada brownies dengan

butter yang bernilai “biasa”.

5.2. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disarankan untuk

melakukan pengujian indeks glikemik secara klinis, optimasi formulasi untuk

menghasilkan lemak brownies lebih rendah, dan uji cemaran mikrobiologi dan

logam.

Page 94: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

78

DAFTAR PUSTAKA

Ambarini. 2005. Brownies. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Andiga, H.P. 2015. Optimasi Formulasi Flakes Berbasis Sorgum (Sorghum

bicolor L.) dan Sagu (Metroxylan). [Skripsi]. Bogor: IPB.

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of the Association of Analytical

Chemist.Inc., Washington D.C.

Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari N.L, Sedarwati dan Budiyantono S. 1989.

Analisis Pangan (Petunjuk Laboratorium). Bogor: IPB Press.

Arif B.A, Budiyanto A, dan Hoerudin. 2013. Nilai indeks glikemik produk pangan

dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. J. Litbang Pert 32 (3): 91-99.

Asriani, A. 2012. Pengolahan by Product Lemak Asal Hewan. Makassar: Fakultas

Peternakan UNHAS.

Astawan, M. 2004. Kandungan Gizi Aneka Bahan Makanan. Jakarta: Gramedia.

Astawan, M. 2009. Panduan Karbohidrat Terlengkap. Jakarta: Dian Rakyat.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2007. Prospek dan Arah

Pengembangan Agribisnis: Tinjauan Aspek Kesesuaian Lahan Edisi II.

Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

[BALITSEREAL] Balai Penelitian Tanaman Serealia. 2012. Varietas numbu

(sorgum). Jakarta: Departemen Pertanian Indonesia.

http://balitsereal.litbang.deptan.go.id/ind/index.php (16 Maret 2017).

Behall K.M. dan Hallfrisch J. 2002. Plasma glucose and insulin reduction after

consumption of bread varying in amylose content. Eur. J. Clin. Nutr. 56(9):

913-920.

Beikzadeh S, Hadi P.S, Beikzadeh M, Javar M.A dan Homayouni A.R. 2016.

Effect of Psyllium Husk on Physical, Nutritional, Sensory, and Staling

Properties of Dietary Prebiotic Sponge Cake. Cjezh J. Food Sci 34 (6):534-

540.

Bernstein A.M, Titgemeier B, Kirkpatrick K, Golubic M, dan Roizen M.F. 2013.

Major Cereal Grain Fibers and Psyllium in Relation to Cardiovascular

Health. Journal Nutrients 5, page 1471-1487.

Bimo R.H, Laksmi B, Nur F.D, dan Saskiawan I. 2015. Kajian peningkatan pati

resisten yang terkandung dalam bahan pangan sebagai sumber prebiotik.

Jurnal Ilmu Pertanian 1 (3): 191-200.

Page 95: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

79

Bornet, F. 1993. Carbohydrate Polymer. www.eurostarch.org. hal. 195-203.

[BPTP]. Balai Pelatihan dan Teknologi Pertanian. 2013. Sorgum Komunitas

Serealia Bergizi yang Toleran Kekeringan. Sulawesi Selatan: Balai Serealia

Maros.

Brand-Miller, J. 2000. Carbohydrates: Essentials of Human Nutrition 2nd Ed.

Oxford: Oxford University Press, hal. 231-255.

Brannan G.L, Setser C.S, Kemp K.E, Seib P.A, dan Roozeboom K. 2001.

Sensory Characteristics of Grain Sorghum Hybrids with Potential for Use in

Human Food. Di dalam Lufiria, P.Y. 2012. Kadar Protein, Zat Besi,

dan Mutu Organoleptik Kue Kering Berbahan Dasar Tepung Terigu dan

Tepung Beras dengan Substitusi Tepung Sorgum (Sorghum bicolor L.

Moench). Artikel Penelitian. Universitas Diponegoro. Semarang.

Brown, Lemay, dan Bursten. 2000. Chemistry The Central Science. New Jersey :

Prentice Hall International.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. Cara Uji Makanan dan Minuman

(SNI 01-2891-1992). Jakarta: Badan Standar Nasional.

[BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1995. SNI 01.3840-1995. Jakarta: Badan

Standardisasi Nasional.

Budijanto dan Yulianto. 2012. Studi persiapan tepung sorgum (sorghum bicolor

L. Moench) dan aplikasinya pada pembuatan beras analog. Jurnal

Pertanian. 13 (3): 177-86.

Clancy, P. 2016. The Design and Development of an Automated Glycemic Index

Analyser. Australia: Next Instruments Pty Ltd.

Cummings J.H dan Stephen A.M. 2007. Carbohydrate terminology dan

classification. European Journal of Clinical Nutrition 61(1): S5-S18.

Daniel, J. 2013. Amino Acids, Proteins, and Maillard Browning. Indiana: Purdue

University.

Departemen Kesehatan R.I. 1992. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Jakarta:

Bhratara.

Dicko, Gruppen, Traore, Voragen dan Voragen. 2006. Phenolic compounds and

related enzyme as determinants of sorghum for food use. Biotechnology and

Molecular Biology Review 1 (1): 21-38.

Dicko, M.H., H. Gruppen, A.S. Traore, Voragen A.G.J, and Berkel W.J.H. Van.

2006. Sorghum grain as human food in Africa, relevance of content of

Page 96: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

80

starch and amylase activities. African Journal of Biotechnology 5(5):384-

395.

Faridah D, Nur, Kusumaningrum, Wulandari dan Indrasti. 2006. Analisa

Laboratorium. Bogor: Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan IPB.

Farikha, Dwi Astuti. 2012. Makalah Ilmu Teknologi Pangan Pengaruh

Pemanggangan Terhadap Kandungan Gizi Pada Tepung (online).

http://www.scribd.com/doc/98649380/effect-of-baking-process-on-wheat-

flour-ryeflour-and-cassava-flour (diakses pada tanggal 8 November 2016).

Fatma dan Tim NCC. 2006. 18 Cake & Cookies Favorit. Jakarta: Dian Rakyat.

Fellows, P.J. 2000. Food Processing Technology, Principle and Practice 2nd Ed.

England: CRC Press.

Foster P.K.F, Holt S.H.A, dan Miller J.C.B. 2002. International table of glycemic

index and glycemic load values. Am. J. Clin. Nutr. 76 (1): 45-56.

Gaonkar A G. 1995. Ingredient Interactions Effects on Food Quality. New York:

Marcel Dekker.

Hapsari A.P dan Rukmi P.D. 2015. Pengaruh penambahan tepung bengkuang dan

lama pengukusan terhadap karakteristik fisik, kimia, dan organoleptik Flake

talas. Jurnal Pangan dan Agroindustri 3 (3): 1071-1082.

Hediger M.L, L.J England, C.A Molloy, K.F.Yu, P Manning-Courtney, and J.L

Mills. 2008. Reduced bone cortical thickness in boys with autism or

autismspectrum disorder. J. Autism Dev. Disord. 38(5):848-856.

Hegerman, A.E. 2002. Condensed Tannin Structural Chemistry. Oxford:

Department of Chemistry and Biochemistry Miami University

Hintono A, Bintoro P, dan Setiani B.E. 2012. Fortifikasi Serat Pangan (Dietary

fiber) pada Olahan Daging. Semarang: Fakultas Peternakan Universitas

Diponegoro.

Hoerudin. 2012. Indeks glikemik buah dan implikasinya dalam pengendalian

kadar glukosa darah. Buletin Teknologi Pascapanen Pertanian 8(2): 80-98.

Intan R.S, Rostini I, dan Liviawaty E. 2014. Karakteristik biskuit dengan

penambahan tepung tulang ikan jangilus (Istiophorus Sp.). Jurnal Akuatika

V (1): 30-39.

Johnson, M dan Hillier, K. 2008. Pancreatin. The Comprehensive Pharmacology

Reference, page 1-3.

Kusnandar, F. 2010. Kimia Pangan. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Page 97: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

81

Laga, A. 2006. Pengembangan pati termodifikasi dari substrat tapioka dengan

optimalisasi pemotongan rantai cabang menggunakan enzim pullulanase.

Prosiding Seminar Nasional PATPI. Yogyakarta.

Lean, M. 2013. Ilmu Pangan Gizi & Kesehatan edisi ke-7. Yogyakarta: Pustaka

Belajar.

Ludwig, D.S. 2000. Dietary glycemic index and obesity. Journal of Nutrition 130

(2): 280S-283.

Lutfika, E. 2006. Evaluasi Mutu Gizi dan Indeks Glikemik Produk Olahan

Panggang Berbahan Dasar Tepung Ubi Jalar. Food Science and Technology.

McCurdy S, Peutz J, dan Wittman G. 2009. Storing Food For Safety and Quality.

Moscow: University of Idaho.

Meilgaard MC, Civille GV dan BT Carr. 2007. Sensory Evaluation Techniques,

4th edition. USA: CRC Press, Boca Raton, FL.

Miftah H.F dan Saymsir E. 2015. Pengaruh Jumlah Air dan Jenis Hidrokoloid

Terhadap Formula Roti Tawar Mini Bebas Gluten Berbasis Tepung Beras,

Pati Jagung, dan Pati Singkong. Bogor: Teknologi Pertanian IPB.

Mironeasa S, Codina G.G, dan Popa C. 2013. Effect of the addition of psyllium

fiber on wheat flour dough rheological properties. Recent Researches in

Medicine, Biology, and Bioscience 13: 49-51.

Muchtadi, D. 2001. Sayuran sebagai sumber serat pangan untuk mencegah

timbulnya penyakit degeneratif. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 12:

61-71.

Muctadi, D. 2004. Komponen Bioaktif dalam Pangan Fungsional. Majalah

Gizi Medik Indonesia Vol. 3 (7).

Mutungi C, Rost F, Onyango C, Jaros D, Rohm H, 2009. Crystallinity, thermal

and morphological characteristics of resistant starch type III Produced by

hydrothermal treatment of debranched cassava starch. Journal Starch/Starke

61(11): 634-645.

Naz, S. 2002. Enzyme and Food. New York : Oxford University Press.

Nelson, A.L. 2001. High Fiber Ingredients. St.Paul: Egan Press.

Novia D, Melia S, dan Ayuza N.Z. 2011. Kajian suhu pengovenan terhadap kadar

protein dan nilai organoleptik telur asin. Jurnal peternakan 8 (2): 70-76.

Page 98: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

82

Pomeranz, Y. 1991. Functional Properties of Food Components. New York:

Academic Press.

Praseptiangga D, Pramita T.A, Riyadi N.H. 2016. Pengaruh penambahan gum

arab terhadap karakteristik fisikokimia dan sensoris fruit leather nangka.

Jurnal Teknologi Hasil Pertanian IX (1): 1-13.

Pruett, A. 2012. A comparison of the glycemic index of sorghum and other

commonly consumed grains. [Tesis]. Manhattan: Kansas State University.

Rakhmah Y, Tawali B.A, dan Bastia F. 2012. Studi Pembuatan Bolu Gulung dari

Tepung Ubi Jalar. Makassar: Fakultas Pertanian UNHAS.

Raymundo A, Fradinho P, dan Nunes MC. 2014. Effect of psyllium fibre content

on the textural and rheogical characteristics of biscuit and biscuit dough.

Journal Bioactive Carbohydrate And Dietary Fibre 3, page 96-105.

Rifai M.Z, Harvelly, dan Widjaja P.W. 2015. Pengaruh Perbandingan Konsentrasi

Tepung Sorgum Termodifikasi Dengan Tepung Terigu Dan Suhu

Pemanggangan Terhadap Sifat Fisiko Kimia Flakes Patin. Artikel penelitian.

Bandung: Universitas Pasundan.

Rimbawan dan Siagiaan A. 2004. Indeks Glikemik Pangan: Cara Mudah Memilih

Pangan yang Menyehatkan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Riyanto C, Maria, E.L, dan Pranata S. 2014. Kualitas Mi Basah Dengan

Kombinasi Edame Dan Bekatul Beras Merah. Yogyakarta: Fakultas

Teknologi Atma Jaya Yogyakarta.

Sajilata M.G, Singhal R.S, dan Kulkarni P.R, 2006. Comprehensive reviews in

food science and food safety. Journal Institute of Food Technologists5,

page 1-17.

Santos B, Celestino dan de Freotas. 2009. Influence of Phenolics on Wine

Organoleptic Properties: In Wine Chemistry and Biochemistry. New York:

Springer.

Santoso, A. 2011. Serat Pangan (Dietary Fibre) dan Manfaatnya Bagi Kesehatan.

Jurnal Magistra 23(78): 38-44.

Setser, C.S. 1995. Sensory Evaluation. Didalam: Kramel BS dan CE Stauffer

(Eds). Advances in Baking Technology. Glasgow: Blakie Academic and

Proffesional.

Shin S, Byun J, Park K.W, dan Moon T.W. 2004. Effect of partial acid and heat

moisture treatment of formation of resistant tuber starch. J Cereal Chemistry

81(2):194-198.

Page 99: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

83

Siller, A.C.P. 2006. In vitro starch digestibility and estimated glycemic index of

sorghum products. [Tesis]. Texas A&M University, Food Science and

Technology.

Singh, B. (2007). Psyllium as therapeutic and drug delivery agent. International

Journal of Pharmaceutics, 334(1-2), 1–14.

Soekarto, S.T. 1990. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil

Pertanian. Jakarta: Penerbit Bharata Karya Aksara.

Suarni. 2004. Pemanfaatan tepung sorgum untuk produk olahan. Jurnal Litbang

Pertanian 23(4): 145-151.

Suarni. 2012. Potensi sorgum sebagai bahan pangan fungsional. Jurnal Iptek

Tanaman Pangan 7 (1): 58-66.

Suarni dan Firmansyah I.U. 2012. Struktur, komposisi nutrisi dan teknologi

pengolahan sorgum. Balai Penelitian Tanaman Serealia, hal 1-21.

Suarni, Firmansyah, I.U, dan Aqil, M. 2013. Keragaman mutu pati beberapa

varietas jagung. Jurnal Penelitian Pertanian Tanaman Pangan 32(1): 50-

56.

Suarni dan U. Ubbe. 2005. Perbaikan kandungan nutrisi dan sifat fisikokimia

tepung sorgum dengan enzimatis (á-amilase). Prosiding Seminar Nasional

Kimia Universitas Tadulako dengan Forum Kerja sama Kimia KTI. p. 92-

95.

Suarni dan Zakir, M. 2000. Studi sifat fisikokimia tepung sorgum sebagai bahan

substitusi terigu. Jurnal Penelitian Pertanian 20(2): 58-62.

Sumarno, Damardjati D.S, Syam M, dan Hermanto. 2013. Sorgum: Inovasi

Teknologi dan Pengembangan. Jakarta: Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian.

Susila, B.A. 2005. Keunggulan mutu gizi dan sifat fungsional sorgum (Sorghum

vulgare). Prosiding Seminar Nasional Teknologi Inovatif Pascapanen untuk

Pengembangan Industri Berbasis Pertanian Bogor, hal 527-534.

Taggart, P. 2004. Starch as an ingredients: manufacture and applications Di

dalam: Ann Charlotte Eliasson (ed). Starch in Food: Structure, Function,

and Application. Florida: CRC Press.

Throne, 2002. Plantago ovata (Psyllium). Journal Alternative Medicine Research

7 (2): 155-159.

Titi, H.P. 2012. Karakteristik pati resisten dari pati jagung termodifikasi asetat.

Jurnal Teknologi Pangan 3 (1): 13-28.

Page 100: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

84

Trinidad P.T, Mallillin C.A, Sagum R.S, dan Encabo R.R. 2010. Glycemic index

of commonly consumed carbohydrate foods in the philippines. Journal of

Functional Food 2: 271-274.

Trinidad P.T, Aida C.M, Rosario S, Sagum, Rosario R.E, dan Zoilo B.V. 2014.

Glycemic Index of Coco sugar. Republic of Philippines: Food and Nutrition

Research Institute

Warnberg J, Marcos A, Bueno G, dan Moreno L.A. 2009. Functional benefit of

psyllium fiber supplementation. Current Topics In Nutraceutical Research

7(2): 1-10.

Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan Dan Gizi. Jakarta: Gramedia.

Yeyen, A. 2012. Laksansia dari Beberapa Tanaman Obat. Depok: Universitas

Indonesia.

Yusof, B.N.M, Talib R.A, dan N.A. Karim. 2005. Glycemic index of eigth types

of commercial rice. Mal. J. Nutr. 11(2):151-163.

Zhong F, Yokoyama W, Wang Q, dan Shoemaker C. 2006. Rice starch,

amylopectin, and amylose: molecular and solubility in dimethyl sulfoxide-

solvent. Journal Agri Food Chems 54: 2320-2326.

Zhong X.L, Karen Z.W, Jane G.M, Tom M, dan Kerin O. 2000. Arabynoxylan

fiber, a by product of wheat flour processing, reduces the potprandial

glucose response in normoglycemic subject. Am Journal Clinic Nutrition 7:

1123-1128.

Page 101: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

85

LAMPIRAN

Page 102: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

86

Lampiran 1. Diagram Alir Penelitian

Tepung sorgum

Pencampuran (Mixing)

selama ± 10 menit

Pencampuran (Mixing)

Gula dan Telur

Lelehan

Margarin-Butter

dan cokelat masak

Pencetakan

Pemanggangan

(170˚C, 45 menit)

8 Formulasi

Brownies Sorgum panggang

(F1, F2, F3, F4, F5, F6, F7, F8)

Variasi

Psyllium Husk

0;0,5;1,5;2,5%

Analisis Proksimat

Kadar Air, Abu, Protein, Lemak,

dan Karbohidrat by difference

Kadar Serat Pangan

Prediksi Indeks Glikemik dan Pati Resisten

(Uji dengan Glycemic Index Analyzer)

Uji Organoleptik 2 Formulasi Brownies Sorgum

berdasarkan Indeks Glikemik terendah dari

lemak margarin dan butter

Uji Tekstur (Texture Analyzer)

Kadar Total Pati

Kadar Amilosa

Brownies Sorgum

Panggang Terbaik

Page 103: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

87

Lampiran 2. Dokumentasi Cara Membuat Brownies Sorgum

Pencampuran (Mixing) selama ± 10 menit

Gula Palm dan Telur

Campuran Tepung

Sorgum dan

Psyllium Husk

Pencampuran Semua Bahan

Lelehan

Margarin-Butter

dan Cokelat

Psyllium Husk

Pencetakan

Oven 170˚C, 45 menit

Brownies Sorgum

Page 104: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

88

Lampiran 3. Rangkuman karakteristik berbagai formulasi brownies sorgum panggang

Karakteristik Formulasi Brownies

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8

Adonan Kental Lebih kental Lebih kental Lebih kental+ Kental Lebih kental Lebih kental Lebih kental

+

Tekstur Kasar Agak lembut Lembut Lebih lembut

lebih basah Kasar Agak lembut Lembut

Lebih lembut

Lebih basah

Aroma Sedikit apek Sedikit apek Sedikit apek Sedikit apek Sedikit apek-

aroma susu

Sedikit apek-

aroma susu

Sedikit apek-

aroma susu

Sedikit apek-

aroma susu

Warna Cokelat tua Cokelat tua Cokelat tua Cokelat tua Cokelat tua

Agak pucat

Cokelat tua

Agak pucat

Cokelat tua

Agak pucat

Cokelat tua

Agak pucat

Rasa

Legit, tepung

sorgum lebih

berasa

Legit, tepung

sorgum agak

berasa

Legit,tepung

sorgum

agak berasa

Legit, tepung

sorgum agak

berasa

Sedikit rasa

susu, tepung

sorgum lebih

berasa

Sedikit rasa

susu, tepung

sorgum agak

berasa

Sedikit rasa

susu, tepung

sorgum agak

berasa

Sedikit rasa

susu, tepung

sorgum agak

berasa

Keterangan:

F1 : Margarin + tanpa psyl 0%

F2 : Margarin + psyl 0,5%

F3 : Margarin + psyl 1,5%

F4 : Margarin + psyl 2,5%

F5 : Butter + tanpa psyl 0%

F6 : Butter + psyl 0,5%

F7 : Butter + psyl 1,5%

F8 : Butter + psyl 2,5%

Page 105: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

89

Lampiran 4. Tekstur (Kekerasan) Brownies Sorgum

Sampel Brownies Sorgum

Nilai Kekerasan (gf)

Rerata 1 2 3

Kontrol 191 256 269 239

F1 558 546 367 490

F2 588 625 394 535

F3 348 622 527 499

F4 416 437 408 420

F5 348 378 349 358

F6 474 570 553 532

F7 529 461 445 478

F8 355 423 356 378

Page 106: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

90

Lampiran 5. Kadar Air Brownies Sorgum

Brownies

Bobot (gram) % b/b

Cawan

Kosong

Cawan+sampel

(Sebelum oven)

Cawan+sampel

(Sesudah oven) Sampel Kadar Air Rerata

Kontrol - - - - 45,56

45,55 - - - - 45,53

F1 23,0708 25,0818 24,7176 2,0110 18,1104

18,08 24,9391 26,9701 26,6008 2,0310 18,1832

21,2077 23,2082 22,8491 2,0005 17,9505

F2 22,7148 24,7197 24,4363 2,0049 14,1354

14,02 23,0638 25,0642 24,7843 2,0004 13,9922

27,7902 29,7986 29,5186 2,0084 13,9414

F3 24,1779 26,1934 25,8958 2,0155 14,7656

14,67 23,1599 25,1842 24,8879 2,0243 14,6372

22,5910 24,6058 24,3117 2,0148 14,5970

F4 22,1772 24,1782 23,8439 2,0010 16,7066

16,70 28,8766 30,8820 30,5458 2,0054 16,7647

21,4776 23,6069 23,2530 2,1293 16,6205

F5 20,4356 22,4367 22,1333 2,0011 15,1617

15,11 22,5001 24,5147 24,2108 2,0146 15,0849

27,1722 29,1768 28,8744 2,0046 15,0853

F6 23,0720 25,0761 24,8135 2,0041 13,1031

13,26 20,4174 22,4174 22,1506 2,0000 13,3400

22,1349 24,1395 23,8722 2,0046 13,3343

F7 22,5198 24,5126 24,2281 1,9928 14,2764 14,27

28,6301 30,6330 30,3462 2,0029 14,3192

21,1048 23,1065 22,8221 2,0017 14,2079

F8 22,3945 24,4052 24,0465 2,0107 17,8396

17,61 21,8314 23,8998 23,5362 2,0684 17,5788

22,8557 24,8657 24,5158 2,0100 17,4080

Contoh perhitungan Kadar Air

= *Ket:

bobot air = (cawan + sampel sebelum oven) - (cawan + sampel sesudah oven)

bobot sampel = (cawan + sampel sebelum oven) - (cawan kosong)

Page 107: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

91

Lampiran 6. Kadar Abu Brownies Sorgum

Brownies

Bobot (gram) % b/b

Cawan

Kosong

Cawan + sampel

(Sebelum Tanur)

Cawan + sampel

(Sesudah Tanur) Sampel Kadar Abu Rerata

Kontrol - - - - 1,27

1,25 - - - - 1,23

F1 23,0708 25,0818 23,0935 2,0110 1,1288

1,09 24,9391 26,9701 24,9611 2,0310 1,0832

21,2077 23,2082 21,2287 2,0005 1,0497

F2 27,7680 29,7743 27,7894 2,0063 1,0666

1,09 22,2726 24,3100 22,2951 2,0374 1,1043

22,8989 24,9014 22,9208 2,0025 1,0936

F3 24,1779 26,1934 24,2009 2,0155 1,1412

1,09 23,1599 25,1842 23,1805 2,0243 1,0176

22,5910 24,6058 22,6132 2,0148 1,1018

F4 22,1772 24,1782 22,1996 2,0010 1,1194

1,06 28,8766 30,8820 28,8959 2,0054 0,9624

21,4776 23,6069 21,5012 2,1293 1,1083

F5 20,4287 22,4289 20,4487 2,0002 0,9999

0,98 22,5001 24,5147 22,5195 2,0146 0,9630

27,1722 29,1768 27,1917 2,0046 0,9728

F6 25,4316 27,4477 25,4518 2,0161 1,0019

1,00 23,2799 25,2937 23,3003 2,0138 1,0130

27,5096 29,5362 27,5297 2,0266 0,9918

F7 22,9869 24,9954 23,0076 2,0085 1,0306

1,01 21,3259 23,4315 21,3478 2,1056 1,0401

24,3027 26,3238 24,3219 2,0211 0,9500

F8 22,3945 24,4052 22,4152 2,0107 1,0295

1,01 21,8314 23,8998 21,8513 2,0684 0,9621

22,8557 24,8657 22,8768 2,0100 1,0498

Contoh perhitungan Kadar Abu:

*Ket:

bobot abu = (cawan + sampel sesudah tanur) - (cawan kosong)

bobot sampel = (cawan + sampel sebelum tanur) - (cawan kosong)

Page 108: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

92

Lampiran 7. Kadar Protein Brownies Sorgum

Brownies

Volume (ml)

Sampel (g)

% b/b

V.

Awal

V.

Akhir V. Terpakai Kadar Protein Rerata

Kontrol - - - - 5,98

5,94 - - - - 5,90

F1 0,00 3,15 3,15 0,5060 5,45

5,50 3,15 6,30 3,15 0,5045 5,46

6,30 9,52 3,22 0,5040 5,59

F2 3,95 7,10 3,15 0,5047 5,46

5,52 7,10 10,25 3,15 0,5063 5,44

0,00 3,25 3,25 0,5029 5,65

F3 0,00 3,20 3,20 0,5120 5,47

5,56 3,20 6,40 3,20 0,5053 5,54

6,40 9,65 3,25 0,5017 5,67

F4 5,00 8,30 3,30 0,5031 5,74

5,56 9,50 12,60 3,10 0,5019 5,40

11,00 14,20 3,20 0,5063 5,53

F5 0,00 3,25 3,25 0,5022 5,66

5,70 3,25 6,50 3,25 0,5022 5,66

7,00 10,30 3,30 0,5003 5,77

F6 0,00 3,25 3,25 0,5046 5,64

5,63 3,25 6,55 3,30 0,5012 5,76

6,55 9,70 3,15 0,5023 5,49

F7 6,00 9,10 3,10 0,5020 5,40

5,43 9,10 12,25 3,15 0,5008 5,50

13,00 16,10 3,10 0,5038 5,38

F8 0,00 3,05 3,05 0,5010 5,33

5,28 3,05 4,00 3,05 0,5033 5,30

4,00 7,00 3,00 0,5029 5,22

Contoh perhitungan Kadar Protein:

*Keterangan :

Volume Blanko 0,00 ml Faktor Konversi N 6,25

N HCl 0,10 N BM N/1000 0,014

Page 109: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

93

Lampiran 8. Kadar Lemak Brownies Sorgum

Brownies

Bobot (gram) % b/b

Labu lemak

(Sebelum ekstrak)

Labu lemak

(Sesudah ekstrak) Sampel Kadar Lemak Rerata

Kontrol - - - 15,58

15,57 - - - 15,56

F1 30,1636 30,7445 2,0011 29,0290

29,27 32,7073 33,3087 2,0155 29,8387

30,1677 30,7541 2,0252 28,9552

F2 25,3805 25,9691 2,0085 29,3055

29,19 25,9190 26,4942 1,9749 29,1255

25,3562 25,9434 2,0142 29,1530

F3 25,3999 25,9864 2,0214 29,0145

29,17 25,2750 25,8616 2,0071 29,2262

25,4032 25,9983 2,0324 29,2807

F4 25,4680 26,0547 2,0094 29,1978

29,12 25,5424 26,1668 2,1454 29,1041

25,9165 26,4978 2,0009 29,0519

F5 25,8673 26,4729 2,0243 29,9165

29,61 32,6296 33,2216 2,0087 29,4718

25,2792 25,8715 2,0120 29,4384

F6 32,8773 33,4739 2,0080 29,7112

29,47 25,3553 25,9534 2,0343 29,4008

25,4032 25,9983 2,0309 29,3023

F7 25,3465 25,9266 2,0016 28,9818

29,25 32,9677 33,5544 2,0027 29,2955

25,8679 26,4576 2,0014 29,4644

F8 25,4657 26,0580 2,0011 29,5987

29,04 31,8081 32,3857 2,0447 28,2486

25,8882 26,4756 2,0070 29,2676

Contoh perhitungan Kadar Lemak

*Ket:

bobot lemak = (labu lemak setelah ekstrak) - (labu lemak sebelum ekstrak)

bobot sampel= sampel yang ditimbang

Page 110: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

94

Lampiran 9. Kadar Karbohidrat by difference

Brownies

Kadar (%bb) Rerata

(%bb) Air Abu Protein Lemak Karbohidrat

Kontrol

45,56 1,27 5,98 15,58 31,61 31,70

45,53 1,23 5,90 15,56 31,78

F1 18,11 1,13 5,45 29,03 46,28

46,06

18,18 1,08 5,46 29,84 45,43

17,95 1,05 5,59 28,96 46,45

F2 17,65 1,07 5,46 29,31 46,51

50,17

17,67 1,10 5,44 29,13 46,65

17,85 1,09 5,65 29,15 46,25

F3 14,77 1,14 5,47 29,01 49,61

49,51

14,64 1,02 5,54 29,23 49,58

14,60 1,10 5,67 29,28 49,35

F4 16,71 1,12 5,74 29,20 47,24

47,56

16,76 0,96 5,40 29,10 47,76

16,62 1,11 5,53 29,05 47,69

F5 15,16 1,00 5,66 29,92 48,26

48,60

15,08 0,96 5,66 29,47 48,82

15,09 0,97 5,77 29,44 48,73

F6 13,10 1,00 5,64 29,71 50,55

50,64

13,34 1,01 5,76 29,40 50,49

13,33 0,99 5,49 29,30 50,88

F7 14,28 1,03 5,40 28,98 50,31

50,05

14,32 1,04 5,50 29,30 49,84

14,21 0,95 5,38 29,46 49,99

F8 17,84 1,03 5,33 29,60 46,21

47,06

17,58 0,96 5,30 28,25 47,91

17,41 1,05 5,22 29,27 47,05

Contoh perhitungan Kadar Karbohidrat

Page 111: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

95

Lampiran 10. Kadar Pati Brownies Sorgum

Brownies

Volume (ml) Bobot (mg) %

Vol.

Terpakai

Vol

(AT)

Sampel

(bb) Glukosa Kadar Pati Rerata

Kontrol 16,45 2,05 400,3 4,9200 22,12

22,12 16,45 2,05 400,4 4,9200 22,12

F1 15,30 3,18 400,4 7,6500 34,39

33,82 15,40 3,08 400,5 7,4000 33,26

F2 15,15 3,33 400,8 8,0250 36,04

35,76 15,20 3,28 400,7 7,9000 35,49

F3 15,25 3,23 400,4 7,7750 34,95

34,96 15,25 3,23 400,3 7,7750 34,96

F4 15,15 3,33 400,3 8,0250 36,09

36,37 15,10 3,38 400,2 8,1500 36,66

F5 15,25 3,23 400,6 7,7750 34,94

34,10 15,40 3,08 400,5 7,4000 33,26

F6 15,20 3,28 400,0 7,9000 35,55

34,05 15,35 3,13 399,9 7,2325 32,55

F7 15,30 3,18 400,6 7,6500 34,37

33,82 15,40 3,08 400,5 7,4000 33,26

F8 15,40 3,08 400,4 7,4000 33,27

33,27 15,40 3,08 400,3 7,4000 33,28

Contoh perhitungan kadar pati

Volume terpakai Blanko sampel

Ulangan 1 18,55 ml

Ulangan 2 18,50 ml

rerata Vol. Blanko 18,53 ml

[Titran Na2S2O3] 0,1000 N

[Titran standarisasi] 0,0985 N

F7 (1) (angka tabel antara 3 dan 4)

Page 112: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

96

Angka Tabel Penetapan Kadar Glukosa Menurut Luff - Schoorl

ml Na2S2O3 Glukosa (mg)

2 4,8

3 7,2

4 9,7

*Ket :

G : Glukosa dari angka tabel

FP : Faktor pengenceran

Page 113: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

97

Lampiran 11. Kadar Amilosa Brownies Sorgum

y (Abs) = 18,1193 x (con) – 0,0014

Brownies Bobot (mg) Abs

Sampel Konsentrasi amilosa (mg/ml)

%

Sampel Kadar amilosa Rerata

Kontrol 65,8 0,0496 0,0028 8,5553 8,51

65,7 0,0490 0,0028 8,4675

F1 65,7 0,0989 0,0055 16,8509

16,82 65,5 0,0983 0,0055 16,8013

65,5 0,0983 0,0055 16,8013

F2 67,5 0,0978 0,0055 16,2217

16,43 67,7 0,0984 0,0055 16,2716

67,7 0,1016 0,0057 16,7933

F3 67,7 0,0938 0,0053 15,5216

15,82 62,6 0,0871 0,0049 15,6048

66,9 0,0976 0,0055 16,3342

F4 63,5 0,0888 0,0050 15,6791

15,64 63,2 0,0872 0,0049 15,4741

67,2 0,0945 0,0053 15,7521

F5 64,2 0,0924 0,0052 16,1271

15,85 65,8 0,0917 0,0051 15,6175

63,4 0,0893 0,0050 15,7909

F6 64,6 0,0860 0,0048 14,9337

15,18 65,7 0,0906 0,0051 15,4565

62,7 0,0846 0,0047 15,1398

F7 63,9 0,0839 0,0047 14,7345

15,24 67,6 0,0931 0,0052 15,4303

65,9 0,0915 0,0051 15,5603

y = 18.1193x - 0.0014 R² = 0.9999

0.0

0.1

0.2

0.3

0.4

0.5

0.000 0.004 0.008 0.012 0.016 0.020 0.024

Ab

sorb

an

si

Konsentrasi (mg/ml)

Kurva Standar Amilosa Konsentrasi

(mg/ml) Absorbansi

0,0000 0,0000

0,0040 0,0696

0,0080 0,1428

0,0120 0,2165

0,0160 0,2891

0,0200 0,3609

Page 114: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

98

F8 67,7 0,0904 0,0051 14,9673

15,52

68,6 0,0963 0,0054 15,7202

65,0 0,0920 0,0052 15,8607

Contoh Perhitungan Kadar Amilosa :

Page 115: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

99

Lampiran 12. Kadar Serat Pangan Brownies Sorgum

Brownies

Bobot (gram) %

Cawan

Kosong

(CK)

C+spl

(Oven)

C+spl

(Tanur)

Setelah Spl

Serat

Pangan Rerata

Oven Abu

Kontrol - - - - - - 4,06

4,45 - - - - - - 4,84

F1

36,6882 36,7285 36,6911 0,0403 0,0029 1,0004 3,37

3,38 36,6879 36,7270 36,6894 0,0391 0,0015 1,0003 3,39

F2

46,4333 46,4730 46,4346 0,0397 0,0013 1,0006 3,47

3,45 46,4345 46,4734 46,4353 0,0389 0,0008 1,0004 3,44

F3

36,7475 36,7970 36,7478 0,0495 0,0003 1,0005 4,55

4,58 36,7474 36,7988 36,7489 0,0514 0,0015 1,0006 4,62

F4

36,6394 36,6936 36,6406 0,0542 0,0012 1,0002 4,93

4,92 36,6416 36,6948 36,6420 0,0532 0,0004 1,0003 4,91

F5

37,2477 37,2821 37,2479 0,0344 0,0002 1,0004 3,05

3,41 37,2468 37,2883 37,2469 0,0415 0,0001 1,0001 3,77

F6

36,6888 36,7221 36,6807 0,0333 -0,0081 1,0004 3,77

3,78 36,6788 36,7212 36,6796 0,0424 0,0008 1,0008 3,79

F7

46,4345 46,4768 46,4289 0,0423 -0,0056 1,0003 4,42

4,60 46,4335 46,4852 46,4337 0,0517 0,0002 1,0006 4,78

F8

37,2477 37,3031 37,2473 0,0554 -0,0004 1,0004 5,21

5,24 37,2468 37,3040 37,2476 0,0572 0,0008 1,0007 5,27

Contoh Perhitungan Kadar Serat Pangan (TDF)

Bobot blanko setelah oven : 0,0044 g

Bobot blanko setelah tanur : 0,0007 g

( (

))

(

)

(1)

*Ket:

D1 : Berat sampel setelah dioven

Ii : Berat sampel setelah ditanur

B1 : Berat blanko setelah dioven

B2 : Berat blanko setelah ditanur

Page 116: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

100

Lampiran 13. Kadar Pati Resisten Brownies Sorgum

Sampel

Brownies

Berat

sampel AV KH AV

Glucose

menit Prediksi

RS Mg 180 300

Kontrol 1785,2 486,46 540,51 2,83 1,69 1,04

F1 1078,6 460,30 527,78 - 17,5 1,39

F2 1056,5 493,60 521,11 - 25,8 2,08

F3 1044,6 469,30 523,20 8,95 71,08 8,75

F4 1128,0 481,20 539,30 10,04 74,60 9,37

F5 1096,2 495,40 543,40 5,30 67,20 4,49

F6 1030,3 482,80 533,70 4,97 8,39 3,51

F7 1066,3 484,60 538,70 7,56 1,80 7,46

F8 1158,2 484,20 540,20 2,83 1,69 10,07

Page 117: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

101

Lampiran 14. Indeks Glikemik Brownies Sorgum

Respon Glukosa Sampel Brownies Sorgum

ID

Sampel

Berat

sampel AV.

Karbohidrat

AV.

Glukosa

Volume

(ml)

Waktu (menit)

(mg) 30 60 120 180 240 300

Kontrol 177,2 48,28 53,64 34 15,0 4,9 25,7 25,4 10,3 64,8

F1 111,4 47,54 54,54 32 14,7 23,7 40,8 51,3 57,6 61,2

F2 101,9 47,61 52,54 32 15,0 24,9 39,6 48,0 52,5 51,0

F3 105,3 47,31 52,73 34 14,4 21,3 36,0 42,0 47,1 44,4

F4 111,8 47,70 53,46 34,5 4,0 3,4 45,2 50,4 60,8 42,7

F5 108,3 48,94 53,69 31 3,4 22,6 42,8 59,9 66,3 61,4

F6 103,0 48,28 53,64 31 14,1 32,1 50,4 65,1 67,2 74,3

F7 107,1 48,68 54,11 31 12,8 23,5 48,0 59,9 68,5 73,0

F8 115,8 48,43 53,86 31 4,0 25,1 51,0 57,5 61,4 74,3

Page 118: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

102

Respon Glukosa Sampel Brownies Sorgum

Sampel

Brownies

Waktu (menit) Prediksi IG Kategori

30 60 120 180 240 300

Kontrol 11,74 3,75 19,16 18,45 7,3 44,7 41,07 Rendah

F1 11,32 17,82 29,92 36,68 40,13 41,52 35,91 Rendah

F2 11,99 19,43 30,15 35,63 37,97 35,92 31,06 Rendah

F3 11,47 16,56 27,31 31,06 33,94 31,15 28,63 Rendah

F4 3,14 2,61 33,82 36,77 43,22 29,48 27,48 Rendah

F5 2,66 17,26 31,89 43,51 46,92 42,31 35,45 Rendah

F6 11,04 24,54 37,58 47,33 47,61 51,25 42,94 Rendah

F7 9,94 17,81 35,48 43,17 48,11 49,92 41,82 Rendah

F8 3,12 19,11 37,88 41,64 43,32 51,04 42,76 Rendah

Contoh Perhitungan :

Page 119: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

103

Lampiran 15. Penilaian Organoleptik Brownies Sorgum

Keterangan:

- W = warna; A = Aroma; R = Rasa; T = Tekstur; PU = penerimaan Umum

- Brownies Kontrol Komersial dari Uni’s

- Brownies Formulasi 7 = Formulasi dengan penambahan 1,5 % psyl dan lemak butter

- Brownies Formulasi 4 = Formulasi dengan penambahan 2,5 % psyl dan lemak margarin

5 = Sangat Suka, 4 = Suka, 3 = Biasa, 2 = Tidak Suka, 1 = Sangat Tidak Suka

Panelis

Brownies

Kontrol Formulasi 7 Formulasi 4

W A R T PU W A R T PU W A R T PU

1 4 5 4 5 4 4 4 3 4 4 5 5 4 4 4

2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 4 3 4

3 4 5 5 4 5 4 2 2 3 2 4 3 2 4 3

4 5 4 5 4 5 5 5 4 4 4 5 5 4 4 4

5 5 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4

6 4 4 4 4 4 4 2 2 2 2 4 3 4 4 4

7 4 4 4 4 4 3 3 2 2 2 5 5 4 4 5

8 4 5 5 4 5 4 4 2 4 4 4 5 5 4 5

9 3 4 4 4 4 2 2 3 3 3 3 4 2 3 3

10 4 4 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4

11 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4 5 4 5 4 4

12 4 2 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4

13 4 2 4 5 3 3 2 4 3 4 5 4 4 5 5

14 3 4 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4

15 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 5 3 4

16 4 4 4 3 4 4 2 4 4 4 5 4 5 4 5

17 5 4 4 4 5 2 2 2 2 1 5 3 3 4 4

18 4 4 2 2 2 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4

19 4 5 5 5 5 4 5 3 5 3 4 5 4 5 5

20 4 3 3 3 4 4 2 3 3 3 4 3 3 3 3

21 4 4 5 4 5 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3

22 4 5 5 5 5 4 3 2 4 3 4 4 3 3 4

23 5 4 5 4 4 5 3 3 5 3 5 4 4 5 4

24 4 5 5 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 5

25 3 5 5 4 5 4 3 4 5 4 3 3 3 3 3

26 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4

27 4 4 4 4 4 4 2 2 4 4 4 3 3 4 4

28 5 4 5 5 5 4 3 3 3 3 4 4 4 4 4

29 5 3 5 5 5 3 3 4 4 4 5 5 5 5 5

30 5 5 5 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4

Rerata 4,17 4,03 4,33 4,07 4,30 3,83 3,17 3,20 3,70 3,47 4,23 4,00 3,80 3,93 4,07

4 4 4 4 4 4 3 3 4 3 4 4 4 4 4

Page 120: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

104

Lampiran 16. Analisis Ragam Kekerasan Brownies Sorgum

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: KEKERASAN

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 97047.958a 7 13863.994 2.099 .104

Intercept 5112497.042 1 5112497.042 773.990 .000 Konsentrasi_psyllium 43887.792 3 14629.264 2.215 .126 Penggunaan_Lemak 14751.042 1 14751.042 2.233 .155 Konsentrasi_psyllium * Penggunaan_Lemak

38409.125 3 12803.042 1.938 .164

Error 105686.000 16 6605.375

Total 5315231.000 24

Corrected Total 202733.958 23

KEKERASAN

Konsentrasi_psyllium N Subset

1 2

Duncana,b

0% 6 424.3333

2.5% 6 438.5000 438.5000

1.5% 6 449.3333 449.3333

0.5% 6 534.0000

Sig. .621 .070

Dependent Variable: KEKERASAN

Penggunaan_Lemak Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Margarin 486.333 23.462 436.597 536.070 Butter 436.750 23.462 387.014 486.486

Page 121: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

105

Lampiran 17. Analisis Ragam Kadar Proksimat

Analisis Ragam Kadar Air Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kadar_Air

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 66.304a 7 9.472 702.086 .000

Intercept 5739.491 1 5739.491 425427.482 .000 Konsentrasi_psyllium 50.706 3 16.902 1252.813 .000 Penggunaan_Lemak 3.893 1 3.893 288.529 .000 Konsentrasi_psyllium * Penggunaan_Lemak

11.705 3 3.902 289.213 .000

Error .216 16 .013

Total 5806.011 24

Corrected Total 66.519 23

Kadar_Air

Konsentrasi_psyllium N Subset

1 2 3 4

Duncana,b

0.5% 6 13.6411

1.5% 6 14.4672

0% 6 16.5960

2.5% 6 17.1530

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000

Dependent Variable: Kadar_Air

Penggunaan_Lemak Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Margarin 15.867 .034 15.796 15.938 Butter 15.062 .034 14.991 15.133

Analisis Ragam Kadar Abu Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kadar_Abu

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .043a 7 .006 2.623 .052

Intercept 26.003 1 26.003 11152.213 .000 Konsentrasi_psyllium .001 3 .000 .106 .955 Penggunaan_Lemak .039 1 .039 16.897 .001 Konsentrasi_psyllium * Penggunaan_Lemak

.003 3 .001 .381 .768

Error .037 16 .002

Total 26.083 24

Corrected Total .080 23

Kadar_Abu

Konsentrasi_psyllium N Subset

1

Duncana,b

0% 6 1.0329

2.5% 6 1.0386

0.5% 6 1.0452

1.5% 6 1.0469

Sig. .651

Between-Subjects Factors

Value Label N

Konsentrasi_psyllium

1.00 0% 6

2.00 0.5% 6

3.00 1.5% 6

4.00 2.5% 6

Penggunaan_Lemak 1.00 Margarin 12

2.00 Butter 12

Page 122: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

106

Dependent Variable: Kadar_Abu Penggunaan_Lemak Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Margarin 1.081 .014 1.052 1.111 Butter 1.000 .014 .971 1.030

Analisis Ragam Kadar Protein Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kadar_Protein

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .334a 7 .048 4.292 .008

Intercept 731.621 1 731.621 65788.311 .000 Konsentrasi_psyllium .118 3 .039 3.540 .039 Penggunaan_Lemak .004 1 .004 .315 .582 Konsentrasi_psyllium * Penggunaan_Lemak

.213 3 .071 6.370 .005

Error .178 16 .011

Total 732.133 24

Corrected Total .512 23

Kadar_Protein

Konsentrasi_psyllium N Subset

1 2

Duncana,b

2.5% 6 5.4200

1.5% 6 5.4933 5.4933

0.5% 6 5.5733

0% 6 5.5983

Sig. .246 .121

Dependent Variable: Kadar_Protein

Penggunaan_Lemak Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Margarin 5.533 .030 5.469 5.598 Butter 5.509 .030 5.445 5.574

Analisis Ragam Kadar Lemak Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kadar_Lemak

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model .743a 7 .106 .896 .532

Intercept 20555.718 1 20555.718 173686.294 .000 Konsentrasi_psyllium .442 3 .147 1.246 .326 Penggunaan_Lemak .137 1 .137 1.160 .297 Konsentrasi_psyllium * Penggunaan_Lemak

.163 3 .054 .459 .714

Error 1.894 16 .118

Total 20558.355 24

Corrected Total 2.636 23

Kadar_Lemak

Konsentrasi_psyllium N Subset

1

Duncana,b

2.5% 6 29.0781

1.5% 6 29.2105

0.5% 6 29.3331

0% 6 29.4416

Sig. .110

Dependent Variable: Kadar_Lemak

Penggunaan_Lemak Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Margarin 29.190 .099 28.980 29.401 Butter 29.341 .099 29.131 29.552

Page 123: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

107

Analisis Ragam Karbohidrat by difference

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kadar_Karbohidrat

Source Type III Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 58.247a 7 8.321 49.833 .000

Intercept 56935.171 1 56935.171 340971.704 .000

Konsentrasi_psyllium 47.355 3 15.785 94.533 .000

Penggunaan_Lemak 3.473 1 3.473 20.800 .000

Konsentrasi_psyllium * Penggunaan_Lemak

7.419 3 2.473 14.810 .000

Error 2.672 16 .167

Total 56996.090 24

Corrected Total 60.919 23

Kadar_Karbohidrat

Konsentrasi_psyllium N Subset

1 2 3

Duncana,b

2.5% 6 47.3100

0% 6 47.3283

1.5% 6 49.7800

0.5% 6 50.4067

Sig. .939 1.000 1.000

Dependent Variable: Kadar_Karbohidrat

Penggunaan_Lemak Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Margarin 48.326 .118 48.076 48.576 Butter 49.087 .118 48.837 49.337

Page 124: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

108

Lampiran 18. Analisis Ragam Total Pati Brownies Sorgum

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Kadar_Pati

Source Type III Sum of Squares Df Mean Square

F Sig.

Corrected Model 16.215a 7 2.316 2.478 .114

Intercept 19066.086 1 19066.08

6 20392.899 .000

Konsentrasi_psyllium 2.289 3 .763 .816 .520

Penggunaan_Lemak 8.066 1 8.066 8.627 .019

Konsentrasi_psyllium * Penggunaan_Lemak

5.861 3 1.954 2.090 .180

Error 7.480 8 .935

Total 19089.781 16

Corrected Total 23.695 15

Kadar_Pati

Konsentrasi_psyllium N Subset

1

Duncana,b

0% 4 33.9625

1.5% 4 34.3850

2.5% 4 34.8250

0.5% 4 34.9075

Sig. .229

Dependent Variable: Kadar_Pati

Penggunaan_Lemak Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Margarin 35.230 .342 34.442 36.018 Butter 33.810 .342 33.022 34.598

Page 125: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

109

Lampiran 19. Analisis Ragam Amilosa Brownies Sorgum

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Kadar_Amilosa

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 6.723a 7 .960 8.671 .000

Intercept 5999.098 1 5999.098 54159.344 .000 Konsentrasi_psyllium 2.429 3 .810 7.310 .003 Penggunaan_Lemak 3.203 1 3.203 28.913 .000 Konsentrasi_psyllium * Penggunaan_Lemak

1.092 3 .364 3.285 .048

Error 1.772 16 .111

Total 6007.594 24

Corrected Total 8.496 23

Kadar_Amilosa

Konsentrasi_psyllium N Subset

1 2

Duncana,b

1.5% 6 15.5310

2.5% 6 15.5756

0.5% 6 15.8028

0% 6 16.3315

Sig. .198 1.000

Dependent Variable: Kadar_Amilosa

Penggunaan_Lemak Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Margarin 16.176 .096 15.972 16.379 Butter 15.445 .096 15.241 15.649

Page 126: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

110

Lampiran 20. Analisis Ragam Kadar Serat Pangan Brownies Sorgum

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Total_Serat

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 7.859a 7 1.123 27.275 .000

Intercept 278.389 1 278.389 6763.176 .000 Konsentrasi_psyllium 7.650 3 2.550 61.949 .000 Penggunaan_Lemak .119 1 .119 2.892 .127 Konsentrasi_psyllium * Penggunaan_Lemak

.090 3 .030 .730 .563

Error .329 8 .041

Total 286.578 16

Corrected Total 8.188 15

Total_Serat

Konsentrasi_psyllium N Subset

1 2 3

Duncana,b

0% 4 3.3950

0.5% 4 3.6175

1.5% 4 4.5925

2.5% 4 5.0800

Sig. .160 1.000 1.000

Dependent Variable: Total_Serat

Penggunaan_Lemak Mean Std. Error 95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

Margarin 4.085 .072 3.920 4.250 Butter 4.258 .072 4.092 4.423

Page 127: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

111

Lampiran 21. Analisis Ragam Organoleptik Brownies Sorgum

WARNA Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Orlep_Warna

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 26.544a 31 .856 3.121 .000

Intercept 1496.544 1 1496.544 5455.281 .000 Sampel 2.756 2 1.378 5.022 .010 Panelis 23.789 29 .820 2.990 .000 Error 15.911 58 .274

Total 1539.000 90

Corrected Total 42.456 89

Orlep_Warna

Sampel N Subset

1 2

Duncana,b

F7 30 3.8333

Kontrol 30 4.1667

F4 30 4.2333

Sig. 1.000 .624

AROMA Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Orlep_Aroma

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 51.400a 31 1.658 3.974 .000

Intercept 1254.400 1 1254.400 3006.413 .000 Panelis 36.933 29 1.274 3.052 .000 Sampel 14.467 2 7.233 17.336 .000 Error 24.200 58 .417

Total 1330.000 90

Corrected Total 75.600 89

Orlep_Aroma

Sampel N Subset

1 2

Duncana,b

F7 30 3.1667

F4 30 4.0000

Kontrol 30 4.0333

Sig. 1.000 .842

RASA Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Orlep_Rasa

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 47.511a 31 1.533 2.774 .000

Intercept 1284.444 1 1284.444 2324.827 .000 Panelis 28.222 29 .973 1.761 .034 Sampel 19.289 2 9.644 17.456 .000 Error 32.044 58 .552

Total 1364.000 90

Corrected Total 79.556 89

Orlep_Rasa

Sampel N Subset

1 2 3

Duncana,b

F7 30 3.2000

F4 30 3.8000

Kontrol 30 4.3333

Sig. 1.000 1.000 1.000

Page 128: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

112

TEKSTUR Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable: Orlep_Tekstur

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 22.167a 31 .715 1.485 .096

Intercept 1368.900 1 1368.900 2842.346 .000 Panelis 20.100 29 .693 1.439 .119 Sampel 2.067 2 1.033 2.146 .126 Error 27.933 58 .482

Total 1419.000 90

Corrected Total 50.100 89

Orlep_Tekstur

Sampel N Subset

1

Duncana,b

F7 30 3.7000

F4 30 3.9333

Kontrol 30 4.0667

Sig. .057

PENERIMAAN UMUM

Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Orlep_PenerimaanUmum

Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Corrected Model 27.144a 31 .876 1.512 .087

Intercept 1400.278 1 1400.278 2418.746 .000 Panelis 16.056 29 .554 .956 .541 Sampel 11.089 2 5.544 9.577 .000 Error 33.578 58 .579

Total 1461.000 90

Corrected Total 60.722 89

Orlep_PenerimaanUmum

Sampel N Subset

1 2

Duncana,b

F7 30 3.4667

F4 30 4.0667

Kontrol 30 4.3000

Sig. 1.000 .240

Page 129: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

113

Lampiran 22. Lembar Penilaian Uji Organoleptik

Nama Panelis :………………………… 11 Oktober 2016

FORM UJI HEDONIK

Sampel : Brownies Sorgum

Kriteria : Warna, Aroma, Rasa, Tekstur, Penerimaan Umum

Di hadapan anda terdapat 3 sampel Brownies Sorgum. Anda diminta untuk

memberikan penilaian pada tabel di bawah ini berdasarkan kriteria penilaian sebagai

berikut :

Kriteria Nilai

Sangat tidak suka 1

Tidak suka 2

Biasa 3

Suka 4

Sangat suka 5

No Kode

Sampel

Warna Aroma Rasa Tekstur Penerimaan

Umum

1 794

2 154

3 379

Page 130: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

114

Lampiran 23. Informasi Kandungan Gizi Bahan Penyusun Brownies

Parameter

1Tepung Sorgum

Varietas KD4

2Psyllium Husk

3Margarin

4Butter

Air (%) 5,39 12,55 15,5-18 14,63

Abu (%) 0,38 2,25 - -

Protein (%) 7,82 1,38 0,6 0,5

Lemak (%) 4,55 0,95 81 81,6

Karbohidrat (%) 81,86 82,87 0,4 1,4

Pati (%) 77,86 - - -

Total Serat (%)

Larut

Tidak Larut

2,74 71,41

67,20

4,21

- -

Keterangan Sumber Informasi :

1Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian Bogor dan Andiga

2Raymundo et al- Bioactive Carbohydrates and Dietary Fibre journal

3Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Persatuan Gizi Indonesia

4Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Page 131: MUTU GIZI, INDEKS GLIKEMIK DAN SIFAT SENSORI

115

Lampiran 24. Rangkuman Analisis Berbagai Formulasi Brownies Sorgum

Parameter

Formulasi

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8

Air (%) 18,08 14,02 14,67 16,70 15,11 13,26 14,27 17,61

Abu (%) 1,09 1,09 1,09 1,06 0,98 1,00 1,01 1,01

Protein (%) 5,50 5,52 5,56 5,56 5,70 5,63 5,42 5,28

Lemak (%) 29,27 29,19 29,17 29,12 29,61 29,47 29,25 29,04

Karbohidrat (%) 46,06 50,17 49,51 47,56 48,60 50,64 50,05 47,06

Pati (%) 33,82 35,76 34,96 36,37 34,10 34,05 33,82 33,27

Amilosa (%) 16,82 16,43 15,82 15,64 15,85 15,18 15,24 15,52

Serat Total (%) 3,38 3,45 4,58 4,92 3,41 3,78 4,60 5,42

Pati Resisten (%) 1,39 2,08 8,75 9,37 4,49 3,51 7,46 10,07

Kekerasan (g) 4,90 535 420 499 358 532 478 378

Indeks Glikemik 35,91 31,06 28,63 27,48 35,45 42,94 41,82 42,76